Upload
novrianto-albertino
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN INFUSA BUAH ADAS (Foeniculum vulgare)
TERHADAP PERKEMBANGAN UTERUS TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus)
PRODUKTIF DAN TUA
NOVRIANTO ALBERTINO
B04090207
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian untuk pengujian estrogenik dilakukan di kandang terpadu dan
penelitian untuk mengamati perubahan histologi dari uterus dilakukan di laboratorium
PAU Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian ini dari
bulan Juni 2012 sampai Februari 2012.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah adas (Foeniculum
vulgare), 50 ekor tikus putih (Rattus novergicus) betina galur Spraque-Dawley yang
sedang produktif (usia 3-4 bulan) dan sudah tua (1 tahun), NaCl fisiologis, larutan
giemsa, Lynoral (etinil estradiol), aquades, larutan BNF (Buffer Normal Formalin),
larutan xylol, pewarna Mayer’s Hematoxylin, Lithium Karbonat dan pewarna Eosin.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, pengayak
mesh 8/24, kapas, gelas ukur, erlenmeyer, corong, sonde lambung, pengaduk gelas,
gelas objek, gelas penutup, peralatan untuk nekropsi, tissue cassette, tissue processor,
rotary mikrotom, inkubator, pipet, dan mikroskop cahaya.
Metode Penelitian
Infusa Adas
Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bogor. Simplisia
buah adas yang telah kering kemudian diserbukkan dengan grinder dan diayak
dengan pengayak mesh 8/24. Pembuatan infusa adas dilakukan setiap hari (per
perlakuan) dengan cara merebus sebanyak 10 mg adas yang dimasukkan ke dalam
100 ml air dengan suhu 600C selama kurang dari 15 menit. Kemudian larutan adas
disaring menggunakan ayakan B30. Setelah penyaringan, infusa adas disimpan ke
dalam botol dan dicekokkan ke tikus.
Perlakuan
Sebanyak 50 ekor tikus dibagi menjadi 10 kelompok yang terdiri dari 2
kontrol positif, 2 kontrol negatif, dan 6 kelompok dosis infusa berkhasiat. Setiap
kelompok dibagi dalam dua kandang, masing-masing kandang terdiri dari 2-3 ekor
tikus. Tikus diaklimatisasi selama 2 minggu dengan perlakuan pemberian pakan dan
minum serta penggantian sekam. Selama penelitian tikus diberi pakan berbentuk pelet
serta air minum yang diberikan ad libitum.
Pencekokan infusa adas dilakukan setiap hari selama 16 hari dengan dosis
sebagai berikut: kelompok kontrol positif (KP) diberi Lynoral (etinil estradiol) dosis
9x103 mg/200 g BB, kontrol negatif (KN) diberi aquades 1 ml, dan tiga kelompok lain
diberi infusa adas dosis bertingkat, yaitu dosis 1 (D1) diberi infusa adas 36.5 mg/100
g BB, dosis II (D2) diberi infusa adas 73 mg/100 g BB, dan dosis III (D3) diberi
infusa adas 146 mg/100 g BB.
Pemanenan Organ
Setelah selesai perlakuan, tikus ditidurkan menggunakan eter yang diberikan
pada kapas yang ada dalam toples kemudian dilanjutkan dengan dislokasio cervikalis.
Selanjutnya dilakukan nekropsi untuk pengambilan organ uterus, lokasi uuterus yang
dijadikan sediaan histopatologi adalah bagian,,,,,,,,,,,,,, dan organ direndam dalam
larutan larutan BNF (Buffer Normal Formalin) 10%.
Pembuatan Sediaan Histopatologi
Jaringan uterus dipotong secara melintang kemudian dimasukan dalam tissue
cassette dan setelah itu direndam dalam larutan BNF 10% untuk fiksasi lanjutan.
Kemudian dilakukan dehidrasi dengan cara merendam sediaan dalam alkohol dengan
konsentrasi bertingkat 70%, 80%, 90%, alkohol absolut II, xylol I, xylol II, parafin I
dan parafin II. Proses dehidrasi dilakukan selama 2 jam di masing-masing bahan
dalam tissue processor. Selanjutnya potongan organ dimasukkan ke dalam alat
pencetak berisi parafin cair dengan mengatur letak potongan organ agar tetap berada
ditengah blok parafin. Setelah cetakan parafin membeku, parafin ditambahkan
kembali sampai alat pencetak penuh, lalu dibiarkan mengeras.
Blok jaringan dipotong dengan ketebalan 4-5 µm menggunakan rotary
mikrotom. Hasil potongan diletakkan di atas permukaan air hangat yang bersuhu 450C
supaya kerutan akibat pemotongan dapat hilang. Selanjutnya sediaan diangkat dari
permukaan air dengan gelas objek yang telah diulasi larutan albumin yang berfungsi
sebagai perekat, kemudian dikeringkan dalam inkubator dengan suhu 600C selama
satu malam. Setelah itu sediaan dimasukkan ke dalam xylol untuk dideparafinisasi
sebanyak dua kali, masing-masing selama 2 menit. selanjutnya sediaan melalui tahap
rehidrasi untuk diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE).
Deprafinasi jaringan di dalam xylol dilakukan secara bertingkat yakni I, II, III
masing-masing selama 2 menit. Kemudian slide direndam dalam alkohol 95% selama
1 menit dan dimasukkan lagi ke dalam alkohol 80% selama 1 menit, selanjutnya
dicuci dengan air mengalir selama 1 menit dan sediaan kemudian diberi pewarnaan
Mayer’s Hematoxylin selama 6 menit. Setelah slide terwarnai dengan Hematoxylin,
slide dibilas dengan air mengalir selama 30 detik kemudian dimasukkan dalam
lithium karbonat selama 15-30 detik dan diilas kembali dengan air mengalir selama 2
menit. Selanjutnya, slide diwarnai dengan pewarna eosin selama 6 menit, dicuci
kembali dengan air mengalir selama 30-60 detik. Selanjutnya, sediaan didehidrasi
dengan cara dicelupkan dalam alkohol absolut I sebanyak 2 kali celupan, dan
direndam dalam alkohol absolut II selama 2 menit. Tahapan selanjutnya adalah
clearing, merendam slide dalam xylol I selama 1 menit dan xylol 2 selama 2 menit.
Tahap akhir, sediaan ditetesi perekat permount kemudian ditutup dengan gelas
penutup dan dibiarkan kering.
Pengamatan Histopatologi
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah kelenjar uterus
menggunakan mikroskop cahaya. Evaluasi dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif.
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan dilanjutkan
dengan uji Tukey untuk melihat adanya pengaruh pemberian infusa adas dan dosis
yang efektif menggunakan dua variabel uji.