69
PROPOSAL PEWARNAAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT HYBRID YANG DIRENDAM DALAM OBAT KUMUR MENGANDUNG KLORHEKSIDIN DAN OBAT KUMUR MENGANDUNG POVIDON IODIN Diajukan sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : IKA PUTRI WIRATAMA 1010343006 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS i

Cover Proposal Ikag

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hgfg

Citation preview

Page 1: Cover Proposal Ikag

PROPOSAL

PEWARNAAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT HYBRID YANG DIRENDAM DALAM OBAT KUMUR MENGANDUNG

KLORHEKSIDIN DAN OBAT KUMUR MENGANDUNG POVIDON IODIN

Diajukan sebagai Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

IKA PUTRI WIRATAMA

1010343006

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2014

i

Page 2: Cover Proposal Ikag

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. i

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. iii

DAFTAR TABEL............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….. 5

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………... 5

1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………. 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………………. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Komposit……………………………….……………………............ 7

2.2 Alat Uji Pewarnaan UV-Visible Spectrophotometer …………………….... 20

2.3 Obat Kumur …………………………………………………..................... 22

2.4 Pengaruh Klorheksidi dan Povidon Iodin Terhadap Perubahan Warna Resin Komposit Hybrid………………..…………......................................

26

2.5 Kerangka Teori…………………………………………………………….. 28

BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep…………………………………………….…………….. 29

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional …………………………....... 29

3.3 Hipotesa Penelitian………………………………………………………… 31

ii

Page 3: Cover Proposal Ikag

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian…………………………………………………………... 32

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………..... 32

4.3 Populasi dan Sampel ………………………………………………….…… 32

4.4 Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian......................................... 34

4.5 Pengolahan Data…………………………………………………................ 39

4.6 Teknik Analisa Data………………………………….……………………. 39

4.7 Alur Penelitian……………………………………………………………... 40

KEPUSTAKAAN

iii

Page 4: Cover Proposal Ikag

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ikatan Matriks Resin Bis-GMA, UDMA, dan TEGDMA ………. 8

Gambar 2.2 Ikatan kimia 3-methacryloxypropyltrimethoxysilane …..………... 10

Gambar 2.3 Tahap Polimerisasi Resin Komposit .............................................. 16

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 29

Gambar 4.1 Alat Specthrophotometer UV-Visible ............................................. 35

Gambar 4.2 Alat Timbangan Elektrik ................................................................ 35

iv

Page 5: Cover Proposal Ikag

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Komposit Berbasis Resin ..………................................... 13

v

Page 6: Cover Proposal Ikag

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan gigi dengan menggunakan bahan restorasi yang sewarna

dengan gigi sudah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat. Salah satu alasan

pasien untuk menggunakan bahan restorasi yang sewarna adalah untuk dapat

meningkatkan estetika wajah. Bahan restorasi yang paling digemari oleh

pasien dan dokter gigi saat ini adalah resin komposit.1

Bahan restorasi resin komposit pertama kali ditemukan pada tahun 1951

oleh Knock dan Glenn. Mulai saat itu, bahan restorasi resin komposit terus

berkembang hingga sekarang. Kemajuan besar terjadi ketika Bowen

mengembangkannya dengan menambahkan bahan bisphenol glycidyl

dimethacrylate (bis-GMA) yang dapat berikatan kimia dengan resin untuk

melapisi bahan pengisi. Sampai saat ini, semua jenis resin komposit telah

mengandung bis-GMA. 2,3,4

Berdasarkan ukuran rata-rata partikel bahan utamanya, resin komposit

diklasifikasikan atas komposit tradisional, komposit berbahan pengisi partikel

kecil, komposit berbahan pengisi mikro, dan komposit hybrid. Resin komposit

hybrid merupakan salah satu bahan restorasi estetik yang penggunaannya saat

ini semakin luas, walaupun selama pemakaiannya dapat mengalami perubahan

warna. Resin komposit hybrid mempunyai kehalusan permukaan, memiliki

harga yang terjangkau, memiliki kekuatan yang cukup baik dan juga banyak

dipakai sebagai restorasi pada daerah yang harus menahan beban berat.2 Selain

vi

Page 7: Cover Proposal Ikag

itu resin komposit hybrid mempunyai karateristik seperti mempunyai

kemampuan untuk menyerupai struktur gigi, penyusutan rendah, penyerapan

air rendah, memiliki koefisien termal yang sama dengan gigi, dapat digunakan

sebagai bahan tambalan gigi posterior dan sering digunakan sebagai bahan

restorasi anterior termasuk tambalan klas IV.4 Berdasarkan polimerisasinya,

resin komposit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu resin komposit yang diaktifkan

dengan sinar,resin komposit yang diaktifkan dengan kimia dan resin komposit

yang diaktivasi ganda (dual-cure). Resin komposit yang diaktifkan dengan

sinar tampak lebih luas penggunaannya dibandingkan dengan resin komposit

yang diaktifkan dengan kimia.2, 3

Resin komposit mempuyai beberapa sifat. Diantaranya sifat mekanis, sifat

fisik, sifak termal, dan sifat klinik. Sifat mekanis seperti modulus elastisitas,

kekerasan, dan kekuatan fleksural. Selain itu, sifat fisik terdiri dari penyerapan

air, polymerization shrinkage, kelarutan, dan setting times. Sifat termal terdiri

dari penyerapan air, kelarutan, dan warna.2,3,5

Perubahan warna pada resin komposit terjadi karena faktor intrinsik dan

ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat disebabkan oleh bahan dari resin komposit

seperti komposisi matrik resin komposit.6 Sifat hidrofilik yang terkandung

dalam matrik resin komposit dapat menyebabkan absorpsi dan adsorpsi

sedangkan untuk faktor ekstrinsik dapat dipengaruhi oleh cairan atau zat

pembawa warna di sekitar lingkungan restorasi resin komposit tersebut berada

seperti kopi, teh, wine, minuman ringan, nikotin, obat kumur serta dipengaruhi

oleh pellicle dan plak atau oral hygiene yang rendah..3,6,7

vii

Page 8: Cover Proposal Ikag

Pemakaian obat kumur dapat menimbulkan efek samping, akan tetapi efek

samping ini hanya bersifat temporer, dan tidak membahayakan.Jika

pemakaian dihentikan efeknya akan berangsur-angsur menghilang. Efek ini

baru akan timbul bila dilakukan pemakaian rutin dan dalam jangka panjang

lebih dari 2 tahun atau bila pemakaian tidak mengikuti aturan yang benar.8

Salah satu penyebab perubahan warna dari beberapa jenis resin komposit

adalah adanya zat pewarna yang terkandung dalam obat kumur.6 Selain itu

faktor lain adalah persentase sodium fluoride. Sodium fluoride dalam obat

kumur dapat menyebabkan resin komposit menjadi lebih translucent.

Penggunaan obat kumur oleh masyarakat semakin meningkat karena

kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Tujuan

pemakaian obat kumur adalah untuk mencegah bau mulut dan terjadinya

karies.6,7 Berkumur dianjurkan 30-60 detik dalam 2x sehari sebanyak 10-20

ml.9

Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk

membilas rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk

menyingkirkan bakteri patogen, bekerja sebagai anti inflamasi, untuk

menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi, menghilangkan infeksi

dan mencegah karies gigi.7, 10

Bahan dasar yang terdapat di dalam sebuah larutan obat kumur di

antaranya adalah air, alkohol, zat pemberi rasa, dan bahan pewarna.

Kandungan lainnya dapat berupa humektan, astringen, zat pengemulsi, bahan-

bahan terapeutik, dan bahan-bahan antimikrobial.11

viii

Page 9: Cover Proposal Ikag

Penggunaan obat kumur antimikroba adalah sebuah usaha untuk

mengurangi akumulasi plak gigi dengan tujuan utama mengendalikan

pengembangan dan perkembangan penyakit periodontal dan karies gigi.

Namun, frekuensi penggunaan yang lama dari obat kumur ini dapat memiliki

efek merugikan pada jaringan gigi dan mulut. Bahan antimikrobial yang

sering digunakan adalah yang mengandung klorheksidin dan povidon iodin.

Klorheksidin merupakan antiseptik golongan bisguanida. Obat kumur ini

banyak digunakan karena mempunyai spektrum yang luas dan bersifat

bakterisid. Hasil penelitian sebelumnya menyimpulkan resin komposithybrid

mulai terjadi perubahan warna secara signifikan setelah direndam dalam obat

kumur klorheksidin glukonat 0,2 % selama 34 menit dan 44 menit dengan

interval perendaman 2 menit.6 Sedangkan Martin dkk menunjukkan bahwa

tidak terdapat perubahan warna pada resin komposit setelah direndam dalam

obat kumur klorheksidin dengan konsentrasi 0,12%.9

Povidone iodine merupakan obat kumur sehari-hari yang mengeluarkan

zat bewarna coklat kemerah-merahan. Zat warna tersebut yang menyebabkan

dapat menempel pada permukaan resin komposit. Pada dasarnya, povidone

iodine ini merupakan iodine kompleks yang berfungsi sebagai antiseptik.

Povidone iodinemampu membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur,

virus, protozoa dan spora bakteri di rongga mulut.Obat kumur ini mengandung

1% iodine dengan tambahan denatured alkohol. Bentuk sediaannya dari iodine

ini berbentuk serbuk amorf dan sedikit berbau khas. Iodine ini dianjurkan

untuk dipakai 3 sampai 4 kali sehari.6,7,11

ix

Page 10: Cover Proposal Ikag

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai perubahan warna resin komposit hybrid yang

direndam dalam obat kumur mengandung klorheksidin dan obat kumur

mengandung povidon iodin. Alat yang digunakan untuk menilai perubahan

warna resin komposit adalah UV-Visiblespectrophotometer.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh perubahan warna permukaan restorasi resin

komposit hybridyang direndam dalam obat kumur yang mengandung

klorheksidin?

2. Apakah terdapat pengaruh perubahan warna permukaanrestorasi resin

komposit hybridyang direndam dalam obat kumur yang mengandung

povidon iodin?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan pewarnaan resin komposit hybrid yang

direndamdalam obat kumur mengandung klorheksidin dan obatkumur

mengandung povidon iodin.

x

Page 11: Cover Proposal Ikag

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh perendaman bahan restorasi resin komposit

hybrid dalam obat kumur yang mengandung klorheksidin terhadap

perubahan warna permukaan.

2. Mengetahui pengaruh perendaman bahan restorasi resin komposit

hybrid dalam obat kumur yang mengandung povidon iodin terhadap

perubahan warna permukaan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menambah informasi mengenai pengaruh penggunaan obat kumur

mengandung klorheksidin dan obat kumur mengandung povidon iodin

pada masyarakat yang memiliki restorasi resin komposit

2. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai

pengaruh obat kumur mengandung klorheksidin dan obat kumur

mengandung povidon iodin terhadap pewarnaan permukaan resin

komposit

3. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi dokter gigi mengenai

pengaruh obat kumur mengandung klorheksidin dan obat kumur

mengandung povidon iodin terhadap pewarnaan permukaan resin

komposit

4. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya

di bidang ilmu dental material kedokteran gigi untuk penelitian lebih lanjut

xi

Page 12: Cover Proposal Ikag

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai perbedaan perubahan warna resin komposit

hybridyangdirendam dalam obat kumur mengandung klorheksidin dan obat kumur

mengandung povidon iodin. Sampel penelitian adalah hasil cetakan bahan

restorasi resin komposit hybrid. Objek penelitian ini adalah pewarnaan permukaan

resin komposit hybrid.

xii

Page 13: Cover Proposal Ikag

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Komposit

Resin komposit terdiri dari sejumlah komponen, kandungan utamanya

adalah matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping kedua

komponen utama tersebut, beberapa komponen lain juga diperlukan untuk

meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan. Suatu bahan coupling (silane)

diperlukan untuk memberikan ikatan antara bahan pengisi anorganik dan

matriks resin, juga aktivator-inisiator diperlukan untuk polimerisasi resin.

Sejumlah kecil bahan tambalan lain meningkatkan stabilitas warna (penyerap

sinar ultra violet) dan mencegah polimerisasi dini (bahan penghambat seperti

hidroquinon). Resin komposit harus pula mengandung pigmen untuk

memperoleh warna yang cocok dengan struktur gigi.2

2.1.1 Komponen Resin Komposit

2.1.1.1 Matriks Resin

Kebanyakan bahan komposit kedokteran gigi menggunakan monomer

yang merupakan diakrilat aromatik atau alipatik. Bisfenol-a-glycidyl (Bis-

GMA), Urethane Dimethacrylate (UDMA), dan Trietilen Glikol Dimetrakilat

(TEGDMA) adalah dimetrakilat yang umum digunakan dalam komposit gigi.

Ikatan matriks resin Bis-GMA, UEDMA, dan TEGDMA dapat dilihat pada

Gambar 2.1.2,13

xiii

Page 14: Cover Proposal Ikag

Bis-GMA mempunyai viskositas yang tinggi pada temperatur ruang

sehingga membutuhkan penggunaan pengencer untuk memperoleh ingkat

pengisi yang tinggi dan menghasilkan konsistensi pasta yang dapat digunakan

secara klinis. Pengencer dapat berupa monomer metakrilat tetapi yang paling

sering adalah monomer dimetakrilat, seperti TEGDMA.2,5

Gambar 2.1. Ikatan Matriks Resin Bis-GMA, UDMA, dan TEGDMA.2

2.1.1.2 Partikel Bahan Pengisi (Filler)

Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara

signifikan meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah

resin sedikit, berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan

meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan

abrasi. Partikel bahan pengisi dapat meningkatkan sifat mekanik seperti kekuatan

dan compressive strength. Selain itu, bahan pengisi dapat mengendalikan berbagai

fitur estetika seperti warna, translusensi dan fluoresensi. Partikel pengisi

umumnya berupa quartz atau kaca dengan ukuran partikel berkisar antara 0,1-100

xiv

Page 15: Cover Proposal Ikag

µm ataupun silika dengan ukuran ± 0,04 µm. Komposit awal mengandung ukuran

partikel bulat sebesar 20-30 µm, diikuti dengan produk yang terdiri dari partikel

yang tidak teratur seperti microfine particles sebesar 0,04-0,2 µm, fine particles

sebesar 0,4-3 µm dan terakhir campuran (microhybrids) yang terdiri dari

kebanyakan fine particles dengan beberapa microfine particles. Quartz telah

digunakan secara luas sebagai bahan pengisi. Quartz memiliki keunggulan

sebagai bahan kimia yang keras, sehingga sulit untuk digiling menjadi partikel

halus. Karenanya komposit yang mengandung quartz lebih sulit dipoles dan dapat

menyebabkan abrasi pada gigi atau restorasi antagonisnya.2,3,5

2.1.1.3 Bahan Coupling

Berikatannya partikel bahan pengisi dengan matriks resin memungkinkan

matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan tekanan ke partikel pengisi.

Ikatan antara 2 fase komposit diperoleh dengan bahan coupling. Aplikasi bahan

coupling yang tepat dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta memberikan

kestabilan hidrolitik dengan mencegah air menembus sepanjang antar-muka bahan

pengisi dan resin. Bahan couplingyang sering digunakan adalah silane, seperti 3-

metacryloxypropyltrimetoxysilane (Gambar 2.2). Ikatan yang terbentuk antara

silane dengan matriks resin adalah ikatan kovalen yang kuat sedangkan ikatan

yang terbentuk antara silane dengan partikel bahan pengisi adalah ikatan siloxane

(Si-O-Si) yang lemah. Peran coupling yang tepat juga amat penting terhadap

penampilan resin komposit.2,3

xv

Page 16: Cover Proposal Ikag

Gambar 2.2 Ikatan kimia 3-methacryloxypropyltrimethoxysilane3

2.1.1.4 Sistem Aktivator-inisiator

Fotoinisiator dan aktivator berfungsi untuk menginduksi terjadinya light

curing. Fotoinisiator yang umum digunakan adalah camphoroquinone, yang

memiliki penyerapan berkisar 400 dan 500 nm yang berada pada regio biru dari

spektrum sinar tampak. Inisiator ini berada di dalam pasta sebesar 0,2 % berat

atau kurang. Amina organik yang cocok untuk berinteraksi dengan

camphoroquinone adalah dimetilaminoetil metakrilat. Aktivator ini terdapat

dalam pasta sebesar 0,15 % berat.3,4

2.1.1.5 Penghambat (Inhibitor)

Bahan penghambat ditambahkan pada sistem resin dengan tujuan untuk

meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan dari monomer. Bahan

penghambat yang umum dipakai adalah butylated hydroxytoluene dengan

konsentrasi 0,01 % berat.3

xvi

Page 17: Cover Proposal Ikag

2.1.1.6 Modifier Optik

Resin komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual dan

translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi. Bahan pigmen yang sering

ditambahkan terdiri dari oksida logam berbeda seperti titanium dioksid dan

alumunium oksid. Bahan tersebut ditambahkan dalam jumlah yang sedikit (0,001-

0,007 % berat).2

2.1.2 Klasifikasi Resin Komposit

2.1.2.1 Klasifikasi resin komposit berdasarkan ukuran partikel filler

a) Resin komposit tradisional

Resin komposit ini juga disebut komposit konvensional atau kompositberbahan

pengisi makro. Resin komposit ini disebut demikian karenaukuran partikel bahan

pengisi relatif besar. Bahan pengisi yang paling sering digunakan untuk bahan

komposit ini adalah quartz giling dengan ukuran rata-rata 8-12 µm. Kekerasan

resin komposit tradisional adalah sebesar 55 Knoop Hardness Number (KHN).

Kekurangan utama dari komposit tradisional adalah permukaan kasar yang terjadi

selamaberlangsung keausan dari matriks resin lunak yang menyebabkan

partikelpengisi yang lebih tahan aus terangkat.2,5

b) Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil

Komposisi berbahan pengisi kecil dikembangkan dalam usaha memperoleh

kehalusan permukaan dari komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap

mempertahankan atau bahkan meningkatkan sifat mekanis dan fisik komposit

tradisional. Ukuran rata-rata bahan pengisi untuk jenis komposit ini berkisar 1-5

µm. Kekerasan Knoop resin komposit berbahan pengisi partikel kecil adalah

xvii

Page 18: Cover Proposal Ikag

sebesar 50-60 Knoop Hardness Number (KHN). Beberapa komposit berbahan

pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai bahan pengisi, tetapi

kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat.2

c) Resin komposit berbahan pengisi mikro

Resin komposit berbahan pengisi mikro mempunyai ukuran filler 0,004-0,4 µm.

Untuk kekerasan Knoop dari resin komposit ini adalah sebesar 5-30 Knoop

Hardness Number (KHN). Komposit ini mempunyai permukaan akhir yang halus

tetapi terdapat kelemahan yaitu ikatan antara partikel komposit dan matriks yang

dapat mengeras lemah sehingga mempermudah pecahnya restorasi tersebut.

Ukuran partikel yang sangat kecil dari bahan pengisi berarti bahwa resin komposit

ini menyediakan luas permukaan yang sangat besar dari filler dalam hubungannya

dengan resin. Karena kelemahan tersebut, kebanyakan komposit dengan bahan

pengisi mikro tidak cocok digunakan pada permukaan yang harus menahan

beban.2,5

d) Resin komposit hybrid

Komposit ini disebut demikian karena terdiri dari polimer kelompok ( organik

tahap ) yang diperkuat oleh inorganik fase. Resin komposit ini banyak digunakan

dalam bidang kedokteran gigi. Resin komposit hybrid dikembangkan dengan

tujuan memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada resin komposit

partikel kecil. Resin komposit ini memiliki 2 jenis partikel pengisi. Kebanyakan

bahan pengisi terdiri dari silika koloidal dan partikel kaca yang dihaluskan.

Ukuran partikel dari kaca rata-rata 0,6-1 µm sedangkan untuk silika koloidal

membentuk 10-20 % berat dari seluruh bahan pengisi. Sifat fisik dan mekanik

xviii

Page 19: Cover Proposal Ikag

untuk sistem ini umumnya berkisar antara bahan komposit tradisional dan

komposit berbahan pengisi partikel kecil. Karakteristik sifat bahan ini adalah

ketersediaan dalam berbagai warna dan kemampuan untuk meniru struktur gigi,

penyusutan kurang, penyerapan air rendah, sifat polishing dan texturing yang

sangat baik, abrasi dan sangat mirip dengan struktur gigi, koefisien ekspansi

termal sama dengan gigi, dan fluoresens. Resin komposithybrid banyak digunakan

untuk restorasi anterior, termasuk kelas IV karena mempunyai kehalusan

permukaan dan memiliki kekuatan yang cukup baik. Selain itu, komposit jenis

hybrid juga banyak dipakai sebagai restorasi pada daerah yang harus menahan

beban berat.2,4

Klasifikasi resin komposit berdasarkan rata-rata ukuran partikel dapat dilihat pada

Tabel 2.1

Kategori Rata-rata Ukuran Partikel (µm)

Komposit tradisional 8-12

Komposit berbahan pengisi partikel kecil 1-5

Komposit berbahan pengisi mikro 0,04-0,4

Komposit hybrid 0,6-1,0

Tabel 2.1 Klasifikasi Komposit Berbasis Resin2

2.1.2.2 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Persentase Muatan

Filler-nya

a) Resin Komposit Packable

xix

Page 20: Cover Proposal Ikag

Pada akhir tahun 1996 diperkenalkan resin komposit packable atau resin

komposit condensable. Resin komposit packable mengandung muatan filler

sebanyak 66-70 % volume. Resin komposit ini memiliki filler yang tinggi

yang dapat menyebabkan viskositas atau kekentalan bahan ini meningkat

sehingga sulit untuk mengisi celah kavitas yang kecil, tetapi dengan semakin

besarnya komposisi filler juga menyebabkan bahan ini dapat mengurangi

pengerutan selama polimerisasi, memiliki koefisien ekspansi termal yang

hampir sama dengan struktur gigi dan adanya perbaikan sifat fisik terhadap

adaptasi marginal. Kekurangan utama dari resin komposit ini adalah sulitnya

untuk adaptasi diantara 1 lapis komposit dengan yang lainnya, penanganan

yang sulit dan estetik cukup buruk pada gigi anterior.3,4

b) Resin Komposit Flowable

Bahan ini diformulasikan dengan ukuran partikel yang hampir sama dengan

ukuran partikel yang hampir sama dengan ukuran partikel resin komposit

hybrid. Resin komposit flowable mempunyai muatan filler berkisar antara 42-

53 % volume. Bahan ini mempunyai viskositas yang lebih rendah dan

kemampuan flow yang tinggi sehingga merupakan pilihan yang baik untuk

restorasi pit dan fissure dan juga dapat menutup celah kavitas yang kecil.

Indikasi dari bahan ini adalah untuk restorasi klas V.3,4

2.1.3 Polimerisasi Resin Komposit Sinar

Polimerisasi resin komposit sinar saat ini dapat dilakukan dengan empat jenis

sumber sinar, yaitu dengan lampu Quartz Tungsten Halogen (QTH), Light

Emiting Diode (LED), lampu argon ion laser, dan lampu plasma. Sumber

polimerisasi yang paling banyak digunakan adalah lampu Quartz Tungsten

xx

Page 21: Cover Proposal Ikag

Halogen (QTH), Light Emiting Diode (LED) dikarenakan biaya alat yang

relatif murah, mudah didapatkan, dan spektrum emisi yang memungkinkan

terjadi polimerisasi dikenal oleh hampir semua resin komposit.14,15

Tahapan polimerisasi resin komposit sinar terdiri atas tahap inisiasi,

propagasi, dan terminasi. Pemaparan terhadap sinar dengan panjang

gelombang yang tepat akan merangsang fotoinisiator camphoroquinone.

Camphoroquinone yang telah teraktivasi akan menarik molekul hidrogen yang

terdapat pada ikatan rangkap karbon amina organik. Amina organik yang telah

kehilangan molekulnya akan menjadi radikal bebas yang mengaktifkan

polimerisasi. Radikal bebas adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi

karena memiliki elektron bebas. Pada tahap inisiasi, akan terjadi kombinasi

radikal bebas dengan monomer untuk menciptakan rantai awal. Tahap kedua

adalah tahap propagasi. Pada tahap ini terjadi penambahan monomer terus

menerus yang mendorong terbentuknya rantai polimer. Tahap terakhir adalah

tahap terminasi, dimana telah terbentuk molekul yang stabil.3

xxi

Page 22: Cover Proposal Ikag

Gambar 2.3 Tahap Polimerisasi Resin Komposit.3

2.1.3.1 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Polimerisasi

Resin komposit berdasarkan mekanisme polimerisasi dapat dibagi menjadi

tiga, yaitu:

a) Resin komposit diaktivasi secara kimiawi

Resin komposit yang diaktivasi secara kimiawi dipasarkan dalam dua bentuk

pasta. Satu pasta mengandung inisiator benzoil peroksida dan pasta lainnya

mengandung aktivator amin tersier. Bila kedua bahan ini diaduk, amin

bereaksi dengan benzoil peroksida untuk membentuk radikal bebas dan

polimerisasi tambahan dimulai. Bahan-bahan ini biasanya digunakan untuk

restorasi dan pembuatan inti yang pengerasannya tidak dengan sumber sinar.2

b) Resin komposit diaktivasi oleh sinar

xxii

Page 23: Cover Proposal Ikag

Sistem yang pertama diaktifkan dengan sinar menggunakan sinar ultra violet

untuk merangsang radikal bebas. Pada saat ini, komposit yang diaktifkan

dengan sinar ultra violet telah diganti karena efek cahayanya dapat mengiritasi

retina. Sehingga diganti dengan sinar yang dapat dilihat dengan mata (sinar

biru) yang secara nyata dapat meningkatkan kemampuan berpolimerisasi lebih

tebal sampai 2mm. Bahan resin komposit yang diaktivasi dengan sinar

dipasarkan dalam bentuk satu pasta dan dimasukkan dalam sebuah tube.

Sistem pembentuk radikal bebas yang terdiri atas molekul-molekul

fotoinisiator dan aktivator amine terdapat dalam pasta tersebut.2,3

2.1.4 Sifat Fisik Resin Komposit

2.1.3.1 Setting Times

Setting times untuk resin komposit yang diaktivasi secara kimiawi

berkisar antara 3-5 menit. Pengaturan setting times yang pendek

didapatkan dengan cara mengendalikan konsentrasi inisiator dan

akselerator. Sedangkan untuk resin komposit diaktivasi sinar

polimerisasi terjadi sejak resin komposit pertama disinar dan beberapa

detik setelah penyinaran komposit sudah kaku. Reaksi pengerasan

terus berlanjut sampai 24 jam sesudah penyinaran.3

2.1.3.2 Polymerization Shrinkage

xxiii

Page 24: Cover Proposal Ikag

Semakin kecil partikel filler maka Polymerization Shrinkage akan

meningkat. Shrinkage pada microhybrid composite hanya 0,6% - 1,4%

sedangkan Shrinkage pada microfilled composite berkisar antara 2% -

3%. Shrinkage ini dapat menekankan polimerisasi setinggi 13 Mpa

antara resin komposit dengan struktur gigi.3,5

2.1.4 Sifat Termal

Koefisien ekspansi termal resin komposit lebih besar dari struktur gigi.

Jika bahan pengisi meningkat maka koefisien ekspansi termal

menurun. Koefisien ekspansi termal resin komposit berkisar antara 25-

38 x 10-6 /˚C untuk fine particles dan 55-68 x 10-6/˚C untuk microfine

particles sedangkan konduktivitas termal resin komposit untuk fine

particles berkisar (25-30 x 10-4cal/sec/cm2[˚ C/cm]) lebih baik dari

resin komposit dengan microfine particles yaitu sebesar (12-15 x 10-

4cal/sec/cm2[˚ C/cm]).3,14,16

2.1.4.1 Penyerapan air dan Kelarutan

Penyerapan air pada resin komposit dengan hybrid particles sebesar

(5-17 µg/mm3) lebih rendah dibandingkan resin komposit dengan

microfine particles yaitu berkisar (26-30 µg/mm3). Intensitas

penyinaran yang tidak adekuat dapat mengakibatkan polimerisasi yang

tidak adekuat yang akan meningkatkan penyerapan air dan kelarutan.

Selain itu kualitas dan stabilitas dari silane dan coupling agent penting

untuk meminimalisasi lepasnya ikatan antara filler dan matriks

sehingga menurunkan resiko penyerapan air oleh resin komposit.

xxiv

Page 25: Cover Proposal Ikag

Penyerapan air yang belebihan memiliki efek yang merugikan terhadap

stabilitas warna dan ketahanan.3,5

2.1.4.2 Stabilitas Warna

Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan

oleh oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stress cracks dalam

polimer matriks dan lepasnya sebagian ikatan antara filler dan resin

(hidrolisis) akan meningkatkan opasitas dan perubahan warna dari

resin komposit. Diskolorisasidapat disebabkan karena adanya proses

oksidasi dan adanya pertukaran air di dalam polimer matriks. Matriks

resin telah diketahui penting untuk stabilitas warna dan pewarnaan

dapat berhubungan dengan konten resin yang tinggi dan penyerapan

air. Selain itu juga dapat disebabkan oleh perendaman dalam berbagai

noda seperti kopi, teh, wine, minuman ringan, nikotin serta obat

kumur. Untuk mencocokkan dengan warna gigi, komposit kedokteran

gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat

menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk

menyesuaikan dengan warna email dan dentin.3,7

2.1.5 Sifat mekanis Resin Komposit

2.1.5.1 Strength dan Modulus

Kekuatan Flexural dan compressive moduli dari resin komposit jenis

microfilled dan flowable 50% lebih rendah dari resin komposit jenis

xxv

Page 26: Cover Proposal Ikag

hybrid dan packable. Untuk perbandingan, modulus elastisitas dalam

kompresi adalah sekitar 62 Gpa untuk amalgam, 19 Gpa untuk dentin,

dan 83 Gpa untuk enamel.3

2.1.5.2 Kekerasan

Kekerasan permukaan dapat diukur dengan beberapa teknik

menghasilkan nilai kekerasan yang kemudian dapat digunakan untuk

membandingkan komposit yang berbeda. Resin komposit memiliki

kekerasan permukaan sebesar 22-80 KHN ataupun 36-91 VHN dimana

lebih rendah dibandingkan email (343 KHN) dan amalgam (110

KHN). Kekerasan permukaan pada resin komposit dengan fine

particles terkadang lebih baik dibandingkan dengan microfine

particles.3,5

2.2 Alat Uji Pewarnaan UV-Visible Spectrophotometer

2.2.5 Definisi Spectrophotometer

Alat-alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dan panjang

gelombang cahaya diantaranya adalah colorimeter, spectrophotometer,

densitometer dan photometer.17Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dan

panjang gelombang tertentu dan fotometer mengukur intensitas sinar suatu

spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum yang kontinyu,

monokromator, sel pengabsorbsi untuk sampel serta blanko dan suatu alat

untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dengan blanko

xxvi

Page 27: Cover Proposal Ikag

tersebut.Jenis-jenis spektrofotometer dibagi menjadi tiga jenis pencahayaan,

yaitu spektrofotometri visible, spektrofotometri UV (ultraviolet),

spektrofotometri UV-Visible.18 Pada penelitian ini digunakan sumber

pencahayaan spektrofotometer UV-Visible.

2.2.6 Spektrofotometer UV-Visible

Spektrofotometer ini merupakan gabungan antara spektrofotometerUV dan

Visible.Prinsip kerja spektrofotometer UV-Visible didasarkan pada fenomena

penyerapan sinar spesi kimia tertentu di daerah sinar ultravioletdan sinar

tampak (visible).19 Spektrum UV-Visible mempunyai bentuk yang cukup lebar

dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari

spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara

kuantitatif.Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan

mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan

hukum Lambert-Beer.20 Untuk sistem spektrofotometer, UV-Visible paling

banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah

dapat digunakan baik untuk sampel berwarna juga untuk sampel tak berwarna.

2.2.7 Komponen Spektrofotometer UV-Visible

i. Sumber sinar; lampu deuterium atau lampu hidrogen digunakan untuk

pengukuran daerah UV pada panjang gelombang 190-350nm dan

xxvii

Page 28: Cover Proposal Ikag

lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah

visible (pada panjang gelombang antara 350-900nm).

ii. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam

komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan

dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa

sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai

scan instrumen melewati spektrum.

iii. Optik-optik; didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber

sinar dapat melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam

spektrofotometer berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko

dapat digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi

pembacaan atau spektrum sampel. Yang paling sering digunakan

sebagai blanko dalam spektofotometer adalah semua pelarut yang

digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi.20

2.3 Obat Kumur

2.3.1 Komposisi Obat Kumur

A. Alkohol

Sebagian besar obat kumur memiliki kandungan alkohol yang berguna

sebagai pengawet dan bahan semi-aktif. Alkohol terutama berperan untuk

meningkatkan kelarutan minyak-minyak esensial juga campuran lain yang

kelarutannya rendah di dalam air. Alkohol juga dapat memperpanjang

masa simpan dari obat kumur dan mencegah pencemaran dari

mikroorganisme. Selain itu, alkohol juga berfungsi meningkatkan aktivitas

xxviii

Page 29: Cover Proposal Ikag

antiseptik lain seperti klorheksidin, yodium, iodofor dan heksakorofon bila

diberikan dalam kombinasi. Jumlah alkohol yang terkandung di dalam

obat kumur yang beredar saat ini bervariasi, yaitu sekitar 14%-28%.11,21

B. Zat Pemberi Rasa

Fungsi zat pemberi rasa yang terkandung di dalam obat kumur adalah

untuk memberikan perasaan subjektif seperti rasa segar di dalam mulut.

Bahan pemanis non-fermentasi yang dapat digunakan untuk memberi rasa

pada obat kumur adalah sakarin dan sorbitol. Selain itu, gliserin yang biasa

terkandung dalam pasta gigi juga sering digunakan sebagai pemanis dan

humektan.11

C. Bahan Pewarna

Saat ini obat kumur komersial tersedia dalam berbagai warna agar

kelihatan lebih menarik dengan tujuan dapat mendorong konsumen untuk

menggunakannya. Pemilihan warna yang tepat dapat juga memberikan

efek subjektif yang sangat kuat dalam meyakinkan pengguna obat kumur

seberapa baik pengolahan obat kumur tersebut dilakukan.22

D. Humektan

Humektan merupakan bahan higroskopik atau bahan yang dapat

mempertahankan kelembaban dan mencegah terjadinya pengerasan. Bahan

yang sering digunakan dalam humektan adalah gliserin dan sorbitol.22

E. Astringen

xxix

Page 30: Cover Proposal Ikag

Bahan astringen dapat menyebabkan presipitasi dan pengendapan protein

dinding sel bakteri. Zink asetat, garam-garam alumunium serta asam asetat

adalah contoh bahan astringen yang sering digunakan.11

F. Bahan Terapeutik

Bahan aktif terapeutik yang terdapat dalam obat kumur memberikan

aksi secara kimia, fisiologis atau farmakologis yang secara klinis

bermanifestasi dalam mengurangi insiden plak, karies, kalkulus, dan

penyakit pada gingiva.23

G. Bahan Antimikrobial

Bahan aktif dalam sebuah obat kumur adalah bahan antimikrobial yang

memiliki sifat bakterisid dan bakteriostatik.24 Bahan antimikrobial yang

sering digunakan dalam obat kumur di antaranya:

1) Senyawa Amonium Kuartener

Senyawa bahan ini bersifat bakterisid terhadap bakteri gram positif dan

negatif. Obat kumur yang termasuk golongan ini antara lain obat kumur

yang mengandung setilpridin klorida, terutama digunakan sebagai

penyegar mulut.24

2) Campuran fenol minyak esensial

xxx

Page 31: Cover Proposal Ikag

Bahan ini merupakan kombinasi antara fenol dengan bahan dasar minyak

timol dan eukaliptol yang dicampur dengan mentol dan metil-salisilat.

Timol mempunyai efek menghancurkan dan mengendapkan dinding sel

bakteri ke permukaan gigi. Timol sangat efektif untuk infeksi jamur

seperti aktinomikosis dan kandidiasis.11

3) Bisguanida

Golongan bisguanida yang paling dikenal adalah klorheksidin glukonat,

yang dapat menghambat pembentukan plak dan sangat potensial untuk

mengatasi bakteri aerob dan anaerob di dalam rongga mulut.11 Efek anti

bakteri klorheksidin adalah dengan mengikat kuat membran sel bakteri,

menambah permeabilitas, menghidupkan komponen intraseluler,

memberikan fasilitas pemeliharaan rongga mulut yang lebih lama dan

dapat membatasi proliferasi bakteri.klorheksidin ini dapat bertahan dalam

saliva hingga tujuh jam setelah berkumur.25

Selain memberikan keuntungan, klorheksidin juga menimbulkan efek

samping berupa perubahan pengecapan rasa, pembentukan bercak atau

staining kuning kecoklat-coklatan.25,26 Terjadinya staining diduga karena

pengendapan sulfida besi. Sulfida besi dibentuk akibat reaksi sulfur yang

berasal dari kelompok tiol dari protein yang mengalami denaturasi dengan

ion besi yang berasal dari makanan dan minuman.11, 26

4) Povidon Iodine

Povidon iodin dipakai sebagai obat kumur karena mempunyai sifat

bakterisid. Yodium yang dilepas povidon iodin bekerja sebagai bahan

xxxi

Page 32: Cover Proposal Ikag

antiseptik berspektrum luas. Povidon iodin dengan konsentrasi 1% tersedia

sebagai obat kumur.Obat kumur ini mengeluarkan zat bewarna coklat

kemerah-merahan. Povidon iodin mampu membunuh mikroorganisme

seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dan spora bakteri di rongga mulut.

Iodine dapat larut dalam air dan etanol, tetapi tidak bisa larut dalam

kloroform, eter, heksana dan aseton.11

2.4 Pengaruh klorheksidin dan Povidon Iodin Terhadap Perubahan

Warna Resin Komposit Hybrid

Perubahan warna yang terjadi pada resin komposit disebabkan sifat resin

komposit yang dapat mengabsorpsi dan mengadsorpsi cairan, dan cairan

yang terabsorpsi menjadi pembawa faktor perubahan warna. Perubahan

warna juga dapat dipengaruhi oleh komposisi matrik resin komposit.6

Penyebab lain perubahan warna resin komposit hybrid adalah adanya zat

pewarna dalam obat kumur. Obat kumur yang sering digunakan saat ini

adalah yang mengandung anti mikrobial seperti klorheksidin dan povidon

iodin. Obat kumur klorheksidin tidak memiliki efek samping sistemik

karena tidak diabsorpsi ke sirkulasi darah tetapi kekurangannya adalah

mempunyai efek samping lokal yaitu pewarnaan coklat tua pada gigi,

dorsum lidah dan bahan restorasi pada penggunaan klorheksidin dengan

konsentrasi 0,2%.26 Pada penelitian sebelumnya menyimpukan bahwa pada

resin komposit hybrid terjadi perubahan warna yang signifikan setelah

direndam dalam klorheksidin glukonat 0,2 % selama 34 menit dan 44

menit dengan interval perendaman 2 menit.6 Sedangkan povidon iodin

adalah obat kumur yang dipakai untuk mengurangi bakteremia di dalam

xxxii

Page 33: Cover Proposal Ikag

mulut. Povidon iodin mengeluarkan zat bewarna coklat kemerah-merahan.

Zat warna yang terdapat pada obat kumur povidon iodin tersebut

dikhawatirkan akan menyebabkan perubahan warna pada resin komposit

hybrid. 7,11

2.4 Kerangka Teori

xxxiii

Bahan Tambalan Resin Komposit

klasifikasi Komposisi Sifat

Ukuran Partikel

Viskositas Polimerisasi Mekanik Termal

Tradisional

Partikel Kecil

Mikrofil

Hybrid

Kimia

Sinar

Dual cure

Warna

Faktor Intrinsik

Faktor Ekstrinsik

Penggunaan obat kumur

Page 34: Cover Proposal Ikag

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

xxxiv

Obat kumur yang mengandung klorheksidin

Page 35: Cover Proposal Ikag

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas :

1. Obat kumur yang mengandung klorheksidin

2. Obat kumur yang mengandung povidon iodin

b. Variabel Terikat adalah pewarnaan resin komposit hybrid

3.2.2 Definisi Operasional

a. Resin komposit hybrid

Resin komposit hybrid adalah resin komposit yang dikembangkan dalam

rangka memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada

komposit partikel kecil sementara mempertahankan sifat komposit partikel

kecil tersebut. Ukuran partikel resin komposit sebesar 0,6-1,0 μm.

b. Pewarnaan permukaan

Alat ukur : Alat uji stabilitas warna Spectrophotometer UV-Visible.

xxxv

Obat kumur yang mengandung povidon iodin

Pewarnaan resin komposit hybrid

Page 36: Cover Proposal Ikag

Cara ukur : Batang uji diletakkan pada alat uji yang akan diberikan

sumber cahaya sehingga cahaya yang dipantulkan atau

diserap oleh batang uji akan dideteksi oleh detektor dan

ditransfer ke komputer untuk menterjemahkan pengukuran

intensitas cahaya.

Skala ukur : Rasio

Hasil ukur : Hasil yang didapat merupakan pengukuranpanjanggelombang

cahaya yang dipantulkan atau diserap daribatang uji.

c. Obat kumur mengandung klorheksidin

Merupakan obat kumur yang mengandung klorheksidin glukonat 0,2 %

tidak bewarna.

d. Obat kumur mengandung povidon iodin

Merupakan obat kumur yang mengandung povidon iodin 1 %.

3.3 Hipotesa

a. Terdapat perbedaan pewarnaan resin komposit antara kelompok yang direndam

dalam saliva buatan (kontrol) dan kelompok yang direndam dalam obat

kumurmengandung klorheksidin.

b. Terdapat perbedaan pewarnaan resin komposit antara kelompok yang

direndamdalam saliva buatan (kontrol) dan kelompok yang direndam dalam

obat kumurmengandung povidon iodin.

xxxvi

Page 37: Cover Proposal Ikag

c. Terdapat perbedaan pewarnaan resin komposit antara kelompok spesimen

yangdirendam dalam obat kumur yang mengandung klorheksidin dan obat

kumur yang mengandung povidon iodin.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini berupa uji pewarnaan yang dilakukan secara eksperimental

laboratoris dengan menggunakan post test only control group design.

xxxvii

Page 38: Cover Proposal Ikag

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas MIPA pada bulan

Januari

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah tambalan resin komposit hybrid

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah hasil cetakan tambalan resin

komposithybrid berbentuk cakram dengan diameter 6 mm dan

tebal 2 mm.

Dengan kriteria sampel sebagai berikut :

a. Sampel resin komposit memiliki permukaan yang halus

serta tanpa porus.

b. Permukaan sampel yang akan diukur pewarnaannya tidak

memiliki bagian yang hilang sedikitpun.

c. Sampel bersih dan bebas dari kontaminasi bahan lain

maupun debris.

4.3.3 Besar Sampel

Jumlah sampel penelitian mempergunakan rumus Frederer, yaitu :

(t-1)(r-1) ≥ 15

Keterangan :

t : jumlah perlakuan

xxxviii

Page 39: Cover Proposal Ikag

r : jumlah sampel

Dalam penelitian ini akan diberikan perlakuan pada resin komposit

hybrid dengan :

(t-1)(r-1) ≥ 15

(3-1)(r-1) ≥ 15

2r-2 ≥ 15

r ≥ 8,5

Maka jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk setiapkelompok

perlakuan adalah 9 buah, namun pada penelitian inidibuat 10 buah sampel

untuk setiap kelompok perlakuan.

4.3.4 Jumlah Sampel

Keseluruhan sampel berjumlah 30 yang dibagi menjadi 3

kelompok, yaitu :

a. Kelompok I : 10 buah sampel sebagai kontrol yang hanya di

rendam dengan saliva buatan.

b. Kelompok II : 10 buah sampel yang akan direndam dengan

obat kumur klorheksidin.

c. Kelompok III : 10 buah sampel yang akan direndam dengan

obat kumur povidon iodin.

4.4 Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian

4.4.1 Alat dan Bahan Penelitian

a. Alat Penelitian :

xxxix

Page 40: Cover Proposal Ikag

1) Mould ( diameter 6mm dan tebal 2mm) terbuat dari stainless

steel

2) LED

3) Instrumen plastis

4) Alat press

5) Inkubator ( suhu 37˚C )

6) Alat uji pewarnaan Spechtrophotometer UV-Visible

7) Kertas penyerap air

8) Sarung tangan dan masker

9) Pinset

10) Cellophan strips

11) Cawan petri tempat spesimen

12) Spidol

13) Timbangan elektrik

Gambar 4.1.Spechtrophotometer Gambar 4.2. Timbangan

Uv-Visible Elektrik

b. Bahan Penelitian

xl

Page 41: Cover Proposal Ikag

1) Resin komposit hybrid

2) Obat kumur mengandung klorheksidin

3) Obat kumur mengandung povidon iodin (Betadine)

4) Aquabides

5) Saliva buatan

4.4.2 Kriteria Spesimen

a. Bentuk dan ukuran spesimen

Spesimen Resin Komposit hybrid berbentuk cakram dengan

ukuran diameter 6 mm dan tebal 2 mm.

b. Jumlah spesimen

Keseluruhan spesimen berjumlah 30 buah yang dibagi menjadi 3

kelompok, yaitu 10 buah spesimen yang direndam dalam saliva

buatan (kontrol), 10 buah spesimen untuk direndam dalam obat

kumur mengandung klorheksidin, dan 10 buah spesimen untuk

direndam dalam obat kumur mengandung povidon iodin.

4.4.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut:

a. Pembuatan Master Model

xli

Page 42: Cover Proposal Ikag

Pembuatan master model dengan mould berukuran tebal 2 mm

dan diameter 6 mm dari stainless steel.

b. Pembuatan Sampel

1) Buka master model kemudian letakkan cellophan strips

agar spesimen mudah dilepaskan dan memiliki permukaan

yang halus. Satukan master model kembali, kemudian

ambil resin komposit hybrid dengan menggunakan

instrumen plastis, masukkan pada mould berukuran

diameter 6 mm dan tebal 2 mm. Letakkan Cellophan strips

lain di atas mould yang telah terisi kemudian resin

komposit dipadatkan dan diberi tekanan konstan.

2) Resin komposit hybrid kemudian disinari dengan

menggunakan LED selama 20 detik sesuai petunjuk pabrik.

3) Setelah sampel mengeras, mould dibuka dan sampel

diambil.

4) Tandai bagian bawah sampel yang tidak disinari dengan

menggunakan spidol.

5) Diperoleh sampel resin komposit sinar.

c. Perendaman Sampel

1) Seluruh sampel resin komposit hybrid (30 buah) direndam

terlebih dahulu dengan saliva buatan dimasukkan ke dalam

inkubator dengan suhu 37˚C selama 24 jam dengan bagian

yang disinari menghadap ke atas. Setelah itu angkat sampel

xlii

Page 43: Cover Proposal Ikag

dan keringkan dengan menggunakan kertas penyerap air.

Perendaman ini bertujuan untuk menyamakan sampel

dengan kondisi mulut terlebih dahulu sebelum diberi

perlakuan.

2) Kelompok I : 10 buah sampel resin komposit hybrid yang

direndam dalam saliva buatan selama 12 jam (kontrol)

dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 37˚C dengan

bagian yang disinari menghadap ke atas kemudian sampel

diangkat dan keringkan dengan menggunakan kertas

penyerap air. Selanjutnya sampel digerus dengan memakai

lumpang alu. Pengukuran pewarnaan dilakukan dengan

alat uji pewarnaan Spechtrophotometer Uv-Visible. Begitu

seterusnya sampai semua sampel selesai dan hasilnya

didapatkan.

3) Kelompok II : 10 buah sampel resin komposit hybrid yang

direndam dalam obat kumur mengandung klorheksidin

selama 12 jam (kontrol) dimasukkan ke dalam inkubator

dengan suhu 37˚C dengan bagian yang disinari menghadap

ke atas kemudian sampel diangkat dan keringkan dengan

menggunakan kertas penyerap air. Selanjutnya sampel

digerus dengan memakai lumpang alu. Pengukuran

pewarnaan dilakukan dengan alat uji pewarnaan

Spechtrophotometer Uv-Visible. Begitu seterusnya sampai

semua sampel selesai dan hasilnya didapatkan.

xliii

Page 44: Cover Proposal Ikag

4) Kelompok III : 10 buah sampel resin komposit hybrid yang

direndam dalam obat kumur mengandung povidon iodin

selama 12 jam (kontrol) dimasukkan ke dalam inkubator

dengan suhu 37˚C dengan bagian yang disinari menghadap

ke atas kemudian sampel diangkat dan keringkan dengan

menggunakan kertas penyerap air. Selanjutnya sampel

digerus dengan memakai lumpang alu. Pengukuran

pewarnaan dilakukan dengan alat uji pewarnaan

Spechtrophotometer Uv-Visible. Begitu seterusnya sampai

semua sampel selesai dan hasilnya didapatkan.

4.5 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

4.5.1 Editing

Merupakan kegiatan melakukan pengecekan dan perbaikan data

yang salah sehingga memenuhi persyaratan untuk pengolahan

data selanjutnya.

4.5.2 Coding

Melakukan pemberian kode-kode tertentu dengan tujuan

mempersingkat dan mempermudah pengolahan data.

4.5.3 Entry Data

xliv

Page 45: Cover Proposal Ikag

Data yang telah diedit dan telah diberi kode kemudian diproses ke

dalam program statistik.

4.5.4 Cleaning Data

Melihat kembali data yang telah dimasukkan atau sudah

dibersihkan dari kesalahan, baik dalam pengkodean ataupun entry

data.

4.6 Teknik Analisis Data

Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji ANOVA.

4.7 Alur Penelitian

xlv

30 sampel Resin Komposit Hybrid ( diameter 6 mm dan tebal 2 mm)

Disinar selama 20 detik

Rendam dalam saliva buatan selama 24 jam

Direndam dalam saliva buatan selama 12 jam Kontrol ( n = 10 buah )

Page 46: Cover Proposal Ikag

KEPUSTAKAAN

1. Sintawati Juretta, Sri Harini Soemartono, Margaretha Suharsini. Pengaruh Durasi Aplikasi Asam Fosfat 37% Terhadap Kekuatan Geser Restorasi Resin Komposit Pada Email Gigi Tetap. Indonesian Journal of Dentistry. 2008. Hal 97-103.

2. Anusavice, Kenneth Philips. Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi X ; 2004. Jakarta: ECG.

3. Powers JM, Sakaguchi RL. Craigs’s Restorative Dental Materials. 12thed ; 2003. USA : Mosby.

xlvi

Direndam dalam obat kumur klorheksidin 0,2 % selama 12 jam (n = 10 buah )

Direndam dalam obat kumur povidon iodin 1 % selama 12 jam (n = 10 buah )

Uji pewarnaan ( Spechtophotometer UV-Visible )

Analisis Data ( statistik )

Page 47: Cover Proposal Ikag

4. Garcia AH, Lozana MAM, Vila JC, Escribano AB, Galve PF. Composite resin. A review of material and clinical indication. Lectures in Dental Pathology and Therapeutics ; 2008. CEU University, Moncada. Valencia.

5. Van Noort R. Introduction to dental materials. 3rded ; 2007. United Kingdom: Elsevier.

6. Dewi Shinta Kristi, Yuliati Anita, Munadziroh Elly. Evaluasi Perubahan Warna Resin Komposit Hybrid Setelah Direndam Obat Kumur. Jurnal PDGI 2012; Vol. 61; No.1; Hal. 5-9.

7. Celik C, Yuzugulla B, Erkut S, Yamanel K. Effect of mouthrinses on color stability of resin composite ; 2008. Eur J Dent.

8. Mangundjaja Soeherwin, Rini Khairun Nisa. Pengaruh Obat Kumur Klorheksidin Terhadap Populasi Kuman Streptococcus Mutans Di Dalam Air Liur. Bagian Biologi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.2000.

9. Martin A. Oral hygiene product: Potential for harm to oral and systemic health? Periodontol 2000 2008; 48: 54-62.

10. Akande OO, Alada ARA, Aderinokun GA, et al. Efficicacy of different brands of mouthwash rinses on oral bacterial loud count in healthy adults. African Journal of Biomedical Research, 2004;7;125-6.

11. Yuliharsini, Sri. Kegunaan dan Efek Samping Obat Kumur dalam Rongga Mulut. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi; 2005. Universitas Sumatera Utara.

12. Lolita P. Deteksi Perubahan Warna Resin Komposit Hybrid Setelah di Rendam Dalam Klorheksidin Glukonat 0,2% dengan Sensor Fotodioda. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga; 2011.h. 29, 33.

13. Mccabe, John F, Agus W.G.Walls. Applied Dental Material. 9thed ; 2008. Australia: Blackwell Publishing.

xlvii

Page 48: Cover Proposal Ikag

14. Ceballos L, et al. Curing effectiveness of resin composites at different exposure times using LED and halogen units. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2009; 14 (1): E51-E56.

15. El-Mowafy O, Et al. Efficicacy of Halogen Halogen Photopolymerization Units in Private Dental Offices in Toronto. J Can Dent Assoc 2005; 71(8):587.

16. Faltermeier A, Rosentritt M, Reichneder C, Behr M. Discolouration of orthodontic addhesives caused by food dyes and ultraviolet light. Eur J orthodont 2008; 30:89-93.

17. Hakiki R. Penentuan zat preduksi gliserin dengan menggunakan spektrofotometer uv-visible. Karya ilmiah. Universtitas Sumatera Utara, 2010 : 21-5.

18. Huda N. Pemeriksaan kinerja spektrofotometer uv-vis. Gbc 911a menggunakan pewarna tartrazine cl 19140. 2001. Sigma Epsilon

19. Dachriyanus. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Cetakan I. Padang: Andalas University Press. Hal 39.

20. Rohman, Abdul. Kimia Farmasi Analisis. 2007. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

21. Rawlinson A, Pollington S, Walsh TF, et al. Efficacy of two alcohol free cetylpyridinium chloride mouthwashes – a randomized double-blind crossover study. J Clin Periodontal 2008: 35: 230-5.

22. Storehagen S. Dentifrices and mouthwases ingredients and their use. Det odontologiske fakultet. 2003.Universitetet i Oslo.

23. Gagari E, Kabani S. Adverse effect of mouthwash use. Oral surg Oral med Oral pathol 1995; 80: 432-9.

24. Wibowo A, Melani A. Efek obat kumur yang mengandung anti-mikrobial terhadap akumulasi plak dan atau gingivitis. M I Kedokt Gigi FKG Usakti 1993; 2:680-7.

xlviii

Page 49: Cover Proposal Ikag

25. Dalimunthe SH. Obat kumur dan kesehatan periodonsium. Majalah Kedokteran Gigi USU 1998; 4: 17-23.

26. Mathur S, Srivastava R, Khatri R. Chlorhexidine: The Gold Standard in Chemical Plaque Control. National Journal of Physiology, Pharmacy & Pharmacology. 2011: 45-50.

xlix