Upload
ikaawiratama
View
164
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hgfg
Citation preview
PROPOSAL
PEWARNAAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT HYBRID YANG DIRENDAM DALAM OBAT KUMUR MENGANDUNG
KLORHEKSIDIN DAN OBAT KUMUR MENGANDUNG POVIDON IODIN
Diajukan sebagai Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
IKA PUTRI WIRATAMA
1010343006
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. i
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….. 5
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………... 5
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………. 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………………. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resin Komposit……………………………….……………………............ 7
2.2 Alat Uji Pewarnaan UV-Visible Spectrophotometer …………………….... 20
2.3 Obat Kumur …………………………………………………..................... 22
2.4 Pengaruh Klorheksidi dan Povidon Iodin Terhadap Perubahan Warna Resin Komposit Hybrid………………..…………......................................
26
2.5 Kerangka Teori…………………………………………………………….. 28
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep…………………………………………….…………….. 29
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional …………………………....... 29
3.3 Hipotesa Penelitian………………………………………………………… 31
ii
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian…………………………………………………………... 32
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………..... 32
4.3 Populasi dan Sampel ………………………………………………….…… 32
4.4 Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian......................................... 34
4.5 Pengolahan Data…………………………………………………................ 39
4.6 Teknik Analisa Data………………………………….……………………. 39
4.7 Alur Penelitian……………………………………………………………... 40
KEPUSTAKAAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ikatan Matriks Resin Bis-GMA, UDMA, dan TEGDMA ………. 8
Gambar 2.2 Ikatan kimia 3-methacryloxypropyltrimethoxysilane …..………... 10
Gambar 2.3 Tahap Polimerisasi Resin Komposit .............................................. 16
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 29
Gambar 4.1 Alat Specthrophotometer UV-Visible ............................................. 35
Gambar 4.2 Alat Timbangan Elektrik ................................................................ 35
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Komposit Berbasis Resin ..………................................... 13
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan gigi dengan menggunakan bahan restorasi yang sewarna
dengan gigi sudah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat. Salah satu alasan
pasien untuk menggunakan bahan restorasi yang sewarna adalah untuk dapat
meningkatkan estetika wajah. Bahan restorasi yang paling digemari oleh
pasien dan dokter gigi saat ini adalah resin komposit.1
Bahan restorasi resin komposit pertama kali ditemukan pada tahun 1951
oleh Knock dan Glenn. Mulai saat itu, bahan restorasi resin komposit terus
berkembang hingga sekarang. Kemajuan besar terjadi ketika Bowen
mengembangkannya dengan menambahkan bahan bisphenol glycidyl
dimethacrylate (bis-GMA) yang dapat berikatan kimia dengan resin untuk
melapisi bahan pengisi. Sampai saat ini, semua jenis resin komposit telah
mengandung bis-GMA. 2,3,4
Berdasarkan ukuran rata-rata partikel bahan utamanya, resin komposit
diklasifikasikan atas komposit tradisional, komposit berbahan pengisi partikel
kecil, komposit berbahan pengisi mikro, dan komposit hybrid. Resin komposit
hybrid merupakan salah satu bahan restorasi estetik yang penggunaannya saat
ini semakin luas, walaupun selama pemakaiannya dapat mengalami perubahan
warna. Resin komposit hybrid mempunyai kehalusan permukaan, memiliki
harga yang terjangkau, memiliki kekuatan yang cukup baik dan juga banyak
dipakai sebagai restorasi pada daerah yang harus menahan beban berat.2 Selain
vi
itu resin komposit hybrid mempunyai karateristik seperti mempunyai
kemampuan untuk menyerupai struktur gigi, penyusutan rendah, penyerapan
air rendah, memiliki koefisien termal yang sama dengan gigi, dapat digunakan
sebagai bahan tambalan gigi posterior dan sering digunakan sebagai bahan
restorasi anterior termasuk tambalan klas IV.4 Berdasarkan polimerisasinya,
resin komposit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu resin komposit yang diaktifkan
dengan sinar,resin komposit yang diaktifkan dengan kimia dan resin komposit
yang diaktivasi ganda (dual-cure). Resin komposit yang diaktifkan dengan
sinar tampak lebih luas penggunaannya dibandingkan dengan resin komposit
yang diaktifkan dengan kimia.2, 3
Resin komposit mempuyai beberapa sifat. Diantaranya sifat mekanis, sifat
fisik, sifak termal, dan sifat klinik. Sifat mekanis seperti modulus elastisitas,
kekerasan, dan kekuatan fleksural. Selain itu, sifat fisik terdiri dari penyerapan
air, polymerization shrinkage, kelarutan, dan setting times. Sifat termal terdiri
dari penyerapan air, kelarutan, dan warna.2,3,5
Perubahan warna pada resin komposit terjadi karena faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat disebabkan oleh bahan dari resin komposit
seperti komposisi matrik resin komposit.6 Sifat hidrofilik yang terkandung
dalam matrik resin komposit dapat menyebabkan absorpsi dan adsorpsi
sedangkan untuk faktor ekstrinsik dapat dipengaruhi oleh cairan atau zat
pembawa warna di sekitar lingkungan restorasi resin komposit tersebut berada
seperti kopi, teh, wine, minuman ringan, nikotin, obat kumur serta dipengaruhi
oleh pellicle dan plak atau oral hygiene yang rendah..3,6,7
vii
Pemakaian obat kumur dapat menimbulkan efek samping, akan tetapi efek
samping ini hanya bersifat temporer, dan tidak membahayakan.Jika
pemakaian dihentikan efeknya akan berangsur-angsur menghilang. Efek ini
baru akan timbul bila dilakukan pemakaian rutin dan dalam jangka panjang
lebih dari 2 tahun atau bila pemakaian tidak mengikuti aturan yang benar.8
Salah satu penyebab perubahan warna dari beberapa jenis resin komposit
adalah adanya zat pewarna yang terkandung dalam obat kumur.6 Selain itu
faktor lain adalah persentase sodium fluoride. Sodium fluoride dalam obat
kumur dapat menyebabkan resin komposit menjadi lebih translucent.
Penggunaan obat kumur oleh masyarakat semakin meningkat karena
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Tujuan
pemakaian obat kumur adalah untuk mencegah bau mulut dan terjadinya
karies.6,7 Berkumur dianjurkan 30-60 detik dalam 2x sehari sebanyak 10-20
ml.9
Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk
membilas rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk
menyingkirkan bakteri patogen, bekerja sebagai anti inflamasi, untuk
menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi, menghilangkan infeksi
dan mencegah karies gigi.7, 10
Bahan dasar yang terdapat di dalam sebuah larutan obat kumur di
antaranya adalah air, alkohol, zat pemberi rasa, dan bahan pewarna.
Kandungan lainnya dapat berupa humektan, astringen, zat pengemulsi, bahan-
bahan terapeutik, dan bahan-bahan antimikrobial.11
viii
Penggunaan obat kumur antimikroba adalah sebuah usaha untuk
mengurangi akumulasi plak gigi dengan tujuan utama mengendalikan
pengembangan dan perkembangan penyakit periodontal dan karies gigi.
Namun, frekuensi penggunaan yang lama dari obat kumur ini dapat memiliki
efek merugikan pada jaringan gigi dan mulut. Bahan antimikrobial yang
sering digunakan adalah yang mengandung klorheksidin dan povidon iodin.
Klorheksidin merupakan antiseptik golongan bisguanida. Obat kumur ini
banyak digunakan karena mempunyai spektrum yang luas dan bersifat
bakterisid. Hasil penelitian sebelumnya menyimpulkan resin komposithybrid
mulai terjadi perubahan warna secara signifikan setelah direndam dalam obat
kumur klorheksidin glukonat 0,2 % selama 34 menit dan 44 menit dengan
interval perendaman 2 menit.6 Sedangkan Martin dkk menunjukkan bahwa
tidak terdapat perubahan warna pada resin komposit setelah direndam dalam
obat kumur klorheksidin dengan konsentrasi 0,12%.9
Povidone iodine merupakan obat kumur sehari-hari yang mengeluarkan
zat bewarna coklat kemerah-merahan. Zat warna tersebut yang menyebabkan
dapat menempel pada permukaan resin komposit. Pada dasarnya, povidone
iodine ini merupakan iodine kompleks yang berfungsi sebagai antiseptik.
Povidone iodinemampu membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur,
virus, protozoa dan spora bakteri di rongga mulut.Obat kumur ini mengandung
1% iodine dengan tambahan denatured alkohol. Bentuk sediaannya dari iodine
ini berbentuk serbuk amorf dan sedikit berbau khas. Iodine ini dianjurkan
untuk dipakai 3 sampai 4 kali sehari.6,7,11
ix
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai perubahan warna resin komposit hybrid yang
direndam dalam obat kumur mengandung klorheksidin dan obat kumur
mengandung povidon iodin. Alat yang digunakan untuk menilai perubahan
warna resin komposit adalah UV-Visiblespectrophotometer.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh perubahan warna permukaan restorasi resin
komposit hybridyang direndam dalam obat kumur yang mengandung
klorheksidin?
2. Apakah terdapat pengaruh perubahan warna permukaanrestorasi resin
komposit hybridyang direndam dalam obat kumur yang mengandung
povidon iodin?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan pewarnaan resin komposit hybrid yang
direndamdalam obat kumur mengandung klorheksidin dan obatkumur
mengandung povidon iodin.
x
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengaruh perendaman bahan restorasi resin komposit
hybrid dalam obat kumur yang mengandung klorheksidin terhadap
perubahan warna permukaan.
2. Mengetahui pengaruh perendaman bahan restorasi resin komposit
hybrid dalam obat kumur yang mengandung povidon iodin terhadap
perubahan warna permukaan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Menambah informasi mengenai pengaruh penggunaan obat kumur
mengandung klorheksidin dan obat kumur mengandung povidon iodin
pada masyarakat yang memiliki restorasi resin komposit
2. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai
pengaruh obat kumur mengandung klorheksidin dan obat kumur
mengandung povidon iodin terhadap pewarnaan permukaan resin
komposit
3. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi dokter gigi mengenai
pengaruh obat kumur mengandung klorheksidin dan obat kumur
mengandung povidon iodin terhadap pewarnaan permukaan resin
komposit
4. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
di bidang ilmu dental material kedokteran gigi untuk penelitian lebih lanjut
xi
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengenai perbedaan perubahan warna resin komposit
hybridyangdirendam dalam obat kumur mengandung klorheksidin dan obat kumur
mengandung povidon iodin. Sampel penelitian adalah hasil cetakan bahan
restorasi resin komposit hybrid. Objek penelitian ini adalah pewarnaan permukaan
resin komposit hybrid.
xii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resin Komposit
Resin komposit terdiri dari sejumlah komponen, kandungan utamanya
adalah matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping kedua
komponen utama tersebut, beberapa komponen lain juga diperlukan untuk
meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan. Suatu bahan coupling (silane)
diperlukan untuk memberikan ikatan antara bahan pengisi anorganik dan
matriks resin, juga aktivator-inisiator diperlukan untuk polimerisasi resin.
Sejumlah kecil bahan tambalan lain meningkatkan stabilitas warna (penyerap
sinar ultra violet) dan mencegah polimerisasi dini (bahan penghambat seperti
hidroquinon). Resin komposit harus pula mengandung pigmen untuk
memperoleh warna yang cocok dengan struktur gigi.2
2.1.1 Komponen Resin Komposit
2.1.1.1 Matriks Resin
Kebanyakan bahan komposit kedokteran gigi menggunakan monomer
yang merupakan diakrilat aromatik atau alipatik. Bisfenol-a-glycidyl (Bis-
GMA), Urethane Dimethacrylate (UDMA), dan Trietilen Glikol Dimetrakilat
(TEGDMA) adalah dimetrakilat yang umum digunakan dalam komposit gigi.
Ikatan matriks resin Bis-GMA, UEDMA, dan TEGDMA dapat dilihat pada
Gambar 2.1.2,13
xiii
Bis-GMA mempunyai viskositas yang tinggi pada temperatur ruang
sehingga membutuhkan penggunaan pengencer untuk memperoleh ingkat
pengisi yang tinggi dan menghasilkan konsistensi pasta yang dapat digunakan
secara klinis. Pengencer dapat berupa monomer metakrilat tetapi yang paling
sering adalah monomer dimetakrilat, seperti TEGDMA.2,5
Gambar 2.1. Ikatan Matriks Resin Bis-GMA, UDMA, dan TEGDMA.2
2.1.1.2 Partikel Bahan Pengisi (Filler)
Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara
signifikan meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah
resin sedikit, berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan
meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan
abrasi. Partikel bahan pengisi dapat meningkatkan sifat mekanik seperti kekuatan
dan compressive strength. Selain itu, bahan pengisi dapat mengendalikan berbagai
fitur estetika seperti warna, translusensi dan fluoresensi. Partikel pengisi
umumnya berupa quartz atau kaca dengan ukuran partikel berkisar antara 0,1-100
xiv
µm ataupun silika dengan ukuran ± 0,04 µm. Komposit awal mengandung ukuran
partikel bulat sebesar 20-30 µm, diikuti dengan produk yang terdiri dari partikel
yang tidak teratur seperti microfine particles sebesar 0,04-0,2 µm, fine particles
sebesar 0,4-3 µm dan terakhir campuran (microhybrids) yang terdiri dari
kebanyakan fine particles dengan beberapa microfine particles. Quartz telah
digunakan secara luas sebagai bahan pengisi. Quartz memiliki keunggulan
sebagai bahan kimia yang keras, sehingga sulit untuk digiling menjadi partikel
halus. Karenanya komposit yang mengandung quartz lebih sulit dipoles dan dapat
menyebabkan abrasi pada gigi atau restorasi antagonisnya.2,3,5
2.1.1.3 Bahan Coupling
Berikatannya partikel bahan pengisi dengan matriks resin memungkinkan
matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan tekanan ke partikel pengisi.
Ikatan antara 2 fase komposit diperoleh dengan bahan coupling. Aplikasi bahan
coupling yang tepat dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta memberikan
kestabilan hidrolitik dengan mencegah air menembus sepanjang antar-muka bahan
pengisi dan resin. Bahan couplingyang sering digunakan adalah silane, seperti 3-
metacryloxypropyltrimetoxysilane (Gambar 2.2). Ikatan yang terbentuk antara
silane dengan matriks resin adalah ikatan kovalen yang kuat sedangkan ikatan
yang terbentuk antara silane dengan partikel bahan pengisi adalah ikatan siloxane
(Si-O-Si) yang lemah. Peran coupling yang tepat juga amat penting terhadap
penampilan resin komposit.2,3
xv
Gambar 2.2 Ikatan kimia 3-methacryloxypropyltrimethoxysilane3
2.1.1.4 Sistem Aktivator-inisiator
Fotoinisiator dan aktivator berfungsi untuk menginduksi terjadinya light
curing. Fotoinisiator yang umum digunakan adalah camphoroquinone, yang
memiliki penyerapan berkisar 400 dan 500 nm yang berada pada regio biru dari
spektrum sinar tampak. Inisiator ini berada di dalam pasta sebesar 0,2 % berat
atau kurang. Amina organik yang cocok untuk berinteraksi dengan
camphoroquinone adalah dimetilaminoetil metakrilat. Aktivator ini terdapat
dalam pasta sebesar 0,15 % berat.3,4
2.1.1.5 Penghambat (Inhibitor)
Bahan penghambat ditambahkan pada sistem resin dengan tujuan untuk
meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan dari monomer. Bahan
penghambat yang umum dipakai adalah butylated hydroxytoluene dengan
konsentrasi 0,01 % berat.3
xvi
2.1.1.6 Modifier Optik
Resin komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual dan
translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi. Bahan pigmen yang sering
ditambahkan terdiri dari oksida logam berbeda seperti titanium dioksid dan
alumunium oksid. Bahan tersebut ditambahkan dalam jumlah yang sedikit (0,001-
0,007 % berat).2
2.1.2 Klasifikasi Resin Komposit
2.1.2.1 Klasifikasi resin komposit berdasarkan ukuran partikel filler
a) Resin komposit tradisional
Resin komposit ini juga disebut komposit konvensional atau kompositberbahan
pengisi makro. Resin komposit ini disebut demikian karenaukuran partikel bahan
pengisi relatif besar. Bahan pengisi yang paling sering digunakan untuk bahan
komposit ini adalah quartz giling dengan ukuran rata-rata 8-12 µm. Kekerasan
resin komposit tradisional adalah sebesar 55 Knoop Hardness Number (KHN).
Kekurangan utama dari komposit tradisional adalah permukaan kasar yang terjadi
selamaberlangsung keausan dari matriks resin lunak yang menyebabkan
partikelpengisi yang lebih tahan aus terangkat.2,5
b) Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil
Komposisi berbahan pengisi kecil dikembangkan dalam usaha memperoleh
kehalusan permukaan dari komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap
mempertahankan atau bahkan meningkatkan sifat mekanis dan fisik komposit
tradisional. Ukuran rata-rata bahan pengisi untuk jenis komposit ini berkisar 1-5
µm. Kekerasan Knoop resin komposit berbahan pengisi partikel kecil adalah
xvii
sebesar 50-60 Knoop Hardness Number (KHN). Beberapa komposit berbahan
pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai bahan pengisi, tetapi
kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat.2
c) Resin komposit berbahan pengisi mikro
Resin komposit berbahan pengisi mikro mempunyai ukuran filler 0,004-0,4 µm.
Untuk kekerasan Knoop dari resin komposit ini adalah sebesar 5-30 Knoop
Hardness Number (KHN). Komposit ini mempunyai permukaan akhir yang halus
tetapi terdapat kelemahan yaitu ikatan antara partikel komposit dan matriks yang
dapat mengeras lemah sehingga mempermudah pecahnya restorasi tersebut.
Ukuran partikel yang sangat kecil dari bahan pengisi berarti bahwa resin komposit
ini menyediakan luas permukaan yang sangat besar dari filler dalam hubungannya
dengan resin. Karena kelemahan tersebut, kebanyakan komposit dengan bahan
pengisi mikro tidak cocok digunakan pada permukaan yang harus menahan
beban.2,5
d) Resin komposit hybrid
Komposit ini disebut demikian karena terdiri dari polimer kelompok ( organik
tahap ) yang diperkuat oleh inorganik fase. Resin komposit ini banyak digunakan
dalam bidang kedokteran gigi. Resin komposit hybrid dikembangkan dengan
tujuan memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada resin komposit
partikel kecil. Resin komposit ini memiliki 2 jenis partikel pengisi. Kebanyakan
bahan pengisi terdiri dari silika koloidal dan partikel kaca yang dihaluskan.
Ukuran partikel dari kaca rata-rata 0,6-1 µm sedangkan untuk silika koloidal
membentuk 10-20 % berat dari seluruh bahan pengisi. Sifat fisik dan mekanik
xviii
untuk sistem ini umumnya berkisar antara bahan komposit tradisional dan
komposit berbahan pengisi partikel kecil. Karakteristik sifat bahan ini adalah
ketersediaan dalam berbagai warna dan kemampuan untuk meniru struktur gigi,
penyusutan kurang, penyerapan air rendah, sifat polishing dan texturing yang
sangat baik, abrasi dan sangat mirip dengan struktur gigi, koefisien ekspansi
termal sama dengan gigi, dan fluoresens. Resin komposithybrid banyak digunakan
untuk restorasi anterior, termasuk kelas IV karena mempunyai kehalusan
permukaan dan memiliki kekuatan yang cukup baik. Selain itu, komposit jenis
hybrid juga banyak dipakai sebagai restorasi pada daerah yang harus menahan
beban berat.2,4
Klasifikasi resin komposit berdasarkan rata-rata ukuran partikel dapat dilihat pada
Tabel 2.1
Kategori Rata-rata Ukuran Partikel (µm)
Komposit tradisional 8-12
Komposit berbahan pengisi partikel kecil 1-5
Komposit berbahan pengisi mikro 0,04-0,4
Komposit hybrid 0,6-1,0
Tabel 2.1 Klasifikasi Komposit Berbasis Resin2
2.1.2.2 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Persentase Muatan
Filler-nya
a) Resin Komposit Packable
xix
Pada akhir tahun 1996 diperkenalkan resin komposit packable atau resin
komposit condensable. Resin komposit packable mengandung muatan filler
sebanyak 66-70 % volume. Resin komposit ini memiliki filler yang tinggi
yang dapat menyebabkan viskositas atau kekentalan bahan ini meningkat
sehingga sulit untuk mengisi celah kavitas yang kecil, tetapi dengan semakin
besarnya komposisi filler juga menyebabkan bahan ini dapat mengurangi
pengerutan selama polimerisasi, memiliki koefisien ekspansi termal yang
hampir sama dengan struktur gigi dan adanya perbaikan sifat fisik terhadap
adaptasi marginal. Kekurangan utama dari resin komposit ini adalah sulitnya
untuk adaptasi diantara 1 lapis komposit dengan yang lainnya, penanganan
yang sulit dan estetik cukup buruk pada gigi anterior.3,4
b) Resin Komposit Flowable
Bahan ini diformulasikan dengan ukuran partikel yang hampir sama dengan
ukuran partikel yang hampir sama dengan ukuran partikel resin komposit
hybrid. Resin komposit flowable mempunyai muatan filler berkisar antara 42-
53 % volume. Bahan ini mempunyai viskositas yang lebih rendah dan
kemampuan flow yang tinggi sehingga merupakan pilihan yang baik untuk
restorasi pit dan fissure dan juga dapat menutup celah kavitas yang kecil.
Indikasi dari bahan ini adalah untuk restorasi klas V.3,4
2.1.3 Polimerisasi Resin Komposit Sinar
Polimerisasi resin komposit sinar saat ini dapat dilakukan dengan empat jenis
sumber sinar, yaitu dengan lampu Quartz Tungsten Halogen (QTH), Light
Emiting Diode (LED), lampu argon ion laser, dan lampu plasma. Sumber
polimerisasi yang paling banyak digunakan adalah lampu Quartz Tungsten
xx
Halogen (QTH), Light Emiting Diode (LED) dikarenakan biaya alat yang
relatif murah, mudah didapatkan, dan spektrum emisi yang memungkinkan
terjadi polimerisasi dikenal oleh hampir semua resin komposit.14,15
Tahapan polimerisasi resin komposit sinar terdiri atas tahap inisiasi,
propagasi, dan terminasi. Pemaparan terhadap sinar dengan panjang
gelombang yang tepat akan merangsang fotoinisiator camphoroquinone.
Camphoroquinone yang telah teraktivasi akan menarik molekul hidrogen yang
terdapat pada ikatan rangkap karbon amina organik. Amina organik yang telah
kehilangan molekulnya akan menjadi radikal bebas yang mengaktifkan
polimerisasi. Radikal bebas adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi
karena memiliki elektron bebas. Pada tahap inisiasi, akan terjadi kombinasi
radikal bebas dengan monomer untuk menciptakan rantai awal. Tahap kedua
adalah tahap propagasi. Pada tahap ini terjadi penambahan monomer terus
menerus yang mendorong terbentuknya rantai polimer. Tahap terakhir adalah
tahap terminasi, dimana telah terbentuk molekul yang stabil.3
xxi
Gambar 2.3 Tahap Polimerisasi Resin Komposit.3
2.1.3.1 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Polimerisasi
Resin komposit berdasarkan mekanisme polimerisasi dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu:
a) Resin komposit diaktivasi secara kimiawi
Resin komposit yang diaktivasi secara kimiawi dipasarkan dalam dua bentuk
pasta. Satu pasta mengandung inisiator benzoil peroksida dan pasta lainnya
mengandung aktivator amin tersier. Bila kedua bahan ini diaduk, amin
bereaksi dengan benzoil peroksida untuk membentuk radikal bebas dan
polimerisasi tambahan dimulai. Bahan-bahan ini biasanya digunakan untuk
restorasi dan pembuatan inti yang pengerasannya tidak dengan sumber sinar.2
b) Resin komposit diaktivasi oleh sinar
xxii
Sistem yang pertama diaktifkan dengan sinar menggunakan sinar ultra violet
untuk merangsang radikal bebas. Pada saat ini, komposit yang diaktifkan
dengan sinar ultra violet telah diganti karena efek cahayanya dapat mengiritasi
retina. Sehingga diganti dengan sinar yang dapat dilihat dengan mata (sinar
biru) yang secara nyata dapat meningkatkan kemampuan berpolimerisasi lebih
tebal sampai 2mm. Bahan resin komposit yang diaktivasi dengan sinar
dipasarkan dalam bentuk satu pasta dan dimasukkan dalam sebuah tube.
Sistem pembentuk radikal bebas yang terdiri atas molekul-molekul
fotoinisiator dan aktivator amine terdapat dalam pasta tersebut.2,3
2.1.4 Sifat Fisik Resin Komposit
2.1.3.1 Setting Times
Setting times untuk resin komposit yang diaktivasi secara kimiawi
berkisar antara 3-5 menit. Pengaturan setting times yang pendek
didapatkan dengan cara mengendalikan konsentrasi inisiator dan
akselerator. Sedangkan untuk resin komposit diaktivasi sinar
polimerisasi terjadi sejak resin komposit pertama disinar dan beberapa
detik setelah penyinaran komposit sudah kaku. Reaksi pengerasan
terus berlanjut sampai 24 jam sesudah penyinaran.3
2.1.3.2 Polymerization Shrinkage
xxiii
Semakin kecil partikel filler maka Polymerization Shrinkage akan
meningkat. Shrinkage pada microhybrid composite hanya 0,6% - 1,4%
sedangkan Shrinkage pada microfilled composite berkisar antara 2% -
3%. Shrinkage ini dapat menekankan polimerisasi setinggi 13 Mpa
antara resin komposit dengan struktur gigi.3,5
2.1.4 Sifat Termal
Koefisien ekspansi termal resin komposit lebih besar dari struktur gigi.
Jika bahan pengisi meningkat maka koefisien ekspansi termal
menurun. Koefisien ekspansi termal resin komposit berkisar antara 25-
38 x 10-6 /˚C untuk fine particles dan 55-68 x 10-6/˚C untuk microfine
particles sedangkan konduktivitas termal resin komposit untuk fine
particles berkisar (25-30 x 10-4cal/sec/cm2[˚ C/cm]) lebih baik dari
resin komposit dengan microfine particles yaitu sebesar (12-15 x 10-
4cal/sec/cm2[˚ C/cm]).3,14,16
2.1.4.1 Penyerapan air dan Kelarutan
Penyerapan air pada resin komposit dengan hybrid particles sebesar
(5-17 µg/mm3) lebih rendah dibandingkan resin komposit dengan
microfine particles yaitu berkisar (26-30 µg/mm3). Intensitas
penyinaran yang tidak adekuat dapat mengakibatkan polimerisasi yang
tidak adekuat yang akan meningkatkan penyerapan air dan kelarutan.
Selain itu kualitas dan stabilitas dari silane dan coupling agent penting
untuk meminimalisasi lepasnya ikatan antara filler dan matriks
sehingga menurunkan resiko penyerapan air oleh resin komposit.
xxiv
Penyerapan air yang belebihan memiliki efek yang merugikan terhadap
stabilitas warna dan ketahanan.3,5
2.1.4.2 Stabilitas Warna
Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan
oleh oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stress cracks dalam
polimer matriks dan lepasnya sebagian ikatan antara filler dan resin
(hidrolisis) akan meningkatkan opasitas dan perubahan warna dari
resin komposit. Diskolorisasidapat disebabkan karena adanya proses
oksidasi dan adanya pertukaran air di dalam polimer matriks. Matriks
resin telah diketahui penting untuk stabilitas warna dan pewarnaan
dapat berhubungan dengan konten resin yang tinggi dan penyerapan
air. Selain itu juga dapat disebabkan oleh perendaman dalam berbagai
noda seperti kopi, teh, wine, minuman ringan, nikotin serta obat
kumur. Untuk mencocokkan dengan warna gigi, komposit kedokteran
gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat
menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk
menyesuaikan dengan warna email dan dentin.3,7
2.1.5 Sifat mekanis Resin Komposit
2.1.5.1 Strength dan Modulus
Kekuatan Flexural dan compressive moduli dari resin komposit jenis
microfilled dan flowable 50% lebih rendah dari resin komposit jenis
xxv
hybrid dan packable. Untuk perbandingan, modulus elastisitas dalam
kompresi adalah sekitar 62 Gpa untuk amalgam, 19 Gpa untuk dentin,
dan 83 Gpa untuk enamel.3
2.1.5.2 Kekerasan
Kekerasan permukaan dapat diukur dengan beberapa teknik
menghasilkan nilai kekerasan yang kemudian dapat digunakan untuk
membandingkan komposit yang berbeda. Resin komposit memiliki
kekerasan permukaan sebesar 22-80 KHN ataupun 36-91 VHN dimana
lebih rendah dibandingkan email (343 KHN) dan amalgam (110
KHN). Kekerasan permukaan pada resin komposit dengan fine
particles terkadang lebih baik dibandingkan dengan microfine
particles.3,5
2.2 Alat Uji Pewarnaan UV-Visible Spectrophotometer
2.2.5 Definisi Spectrophotometer
Alat-alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dan panjang
gelombang cahaya diantaranya adalah colorimeter, spectrophotometer,
densitometer dan photometer.17Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dan
panjang gelombang tertentu dan fotometer mengukur intensitas sinar suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk sampel serta blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dengan blanko
xxvi
tersebut.Jenis-jenis spektrofotometer dibagi menjadi tiga jenis pencahayaan,
yaitu spektrofotometri visible, spektrofotometri UV (ultraviolet),
spektrofotometri UV-Visible.18 Pada penelitian ini digunakan sumber
pencahayaan spektrofotometer UV-Visible.
2.2.6 Spektrofotometer UV-Visible
Spektrofotometer ini merupakan gabungan antara spektrofotometerUV dan
Visible.Prinsip kerja spektrofotometer UV-Visible didasarkan pada fenomena
penyerapan sinar spesi kimia tertentu di daerah sinar ultravioletdan sinar
tampak (visible).19 Spektrum UV-Visible mempunyai bentuk yang cukup lebar
dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari
spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara
kuantitatif.Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer.20 Untuk sistem spektrofotometer, UV-Visible paling
banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah
dapat digunakan baik untuk sampel berwarna juga untuk sampel tak berwarna.
2.2.7 Komponen Spektrofotometer UV-Visible
i. Sumber sinar; lampu deuterium atau lampu hidrogen digunakan untuk
pengukuran daerah UV pada panjang gelombang 190-350nm dan
xxvii
lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah
visible (pada panjang gelombang antara 350-900nm).
ii. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam
komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan
dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa
sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai
scan instrumen melewati spektrum.
iii. Optik-optik; didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber
sinar dapat melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam
spektrofotometer berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko
dapat digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi
pembacaan atau spektrum sampel. Yang paling sering digunakan
sebagai blanko dalam spektofotometer adalah semua pelarut yang
digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi.20
2.3 Obat Kumur
2.3.1 Komposisi Obat Kumur
A. Alkohol
Sebagian besar obat kumur memiliki kandungan alkohol yang berguna
sebagai pengawet dan bahan semi-aktif. Alkohol terutama berperan untuk
meningkatkan kelarutan minyak-minyak esensial juga campuran lain yang
kelarutannya rendah di dalam air. Alkohol juga dapat memperpanjang
masa simpan dari obat kumur dan mencegah pencemaran dari
mikroorganisme. Selain itu, alkohol juga berfungsi meningkatkan aktivitas
xxviii
antiseptik lain seperti klorheksidin, yodium, iodofor dan heksakorofon bila
diberikan dalam kombinasi. Jumlah alkohol yang terkandung di dalam
obat kumur yang beredar saat ini bervariasi, yaitu sekitar 14%-28%.11,21
B. Zat Pemberi Rasa
Fungsi zat pemberi rasa yang terkandung di dalam obat kumur adalah
untuk memberikan perasaan subjektif seperti rasa segar di dalam mulut.
Bahan pemanis non-fermentasi yang dapat digunakan untuk memberi rasa
pada obat kumur adalah sakarin dan sorbitol. Selain itu, gliserin yang biasa
terkandung dalam pasta gigi juga sering digunakan sebagai pemanis dan
humektan.11
C. Bahan Pewarna
Saat ini obat kumur komersial tersedia dalam berbagai warna agar
kelihatan lebih menarik dengan tujuan dapat mendorong konsumen untuk
menggunakannya. Pemilihan warna yang tepat dapat juga memberikan
efek subjektif yang sangat kuat dalam meyakinkan pengguna obat kumur
seberapa baik pengolahan obat kumur tersebut dilakukan.22
D. Humektan
Humektan merupakan bahan higroskopik atau bahan yang dapat
mempertahankan kelembaban dan mencegah terjadinya pengerasan. Bahan
yang sering digunakan dalam humektan adalah gliserin dan sorbitol.22
E. Astringen
xxix
Bahan astringen dapat menyebabkan presipitasi dan pengendapan protein
dinding sel bakteri. Zink asetat, garam-garam alumunium serta asam asetat
adalah contoh bahan astringen yang sering digunakan.11
F. Bahan Terapeutik
Bahan aktif terapeutik yang terdapat dalam obat kumur memberikan
aksi secara kimia, fisiologis atau farmakologis yang secara klinis
bermanifestasi dalam mengurangi insiden plak, karies, kalkulus, dan
penyakit pada gingiva.23
G. Bahan Antimikrobial
Bahan aktif dalam sebuah obat kumur adalah bahan antimikrobial yang
memiliki sifat bakterisid dan bakteriostatik.24 Bahan antimikrobial yang
sering digunakan dalam obat kumur di antaranya:
1) Senyawa Amonium Kuartener
Senyawa bahan ini bersifat bakterisid terhadap bakteri gram positif dan
negatif. Obat kumur yang termasuk golongan ini antara lain obat kumur
yang mengandung setilpridin klorida, terutama digunakan sebagai
penyegar mulut.24
2) Campuran fenol minyak esensial
xxx
Bahan ini merupakan kombinasi antara fenol dengan bahan dasar minyak
timol dan eukaliptol yang dicampur dengan mentol dan metil-salisilat.
Timol mempunyai efek menghancurkan dan mengendapkan dinding sel
bakteri ke permukaan gigi. Timol sangat efektif untuk infeksi jamur
seperti aktinomikosis dan kandidiasis.11
3) Bisguanida
Golongan bisguanida yang paling dikenal adalah klorheksidin glukonat,
yang dapat menghambat pembentukan plak dan sangat potensial untuk
mengatasi bakteri aerob dan anaerob di dalam rongga mulut.11 Efek anti
bakteri klorheksidin adalah dengan mengikat kuat membran sel bakteri,
menambah permeabilitas, menghidupkan komponen intraseluler,
memberikan fasilitas pemeliharaan rongga mulut yang lebih lama dan
dapat membatasi proliferasi bakteri.klorheksidin ini dapat bertahan dalam
saliva hingga tujuh jam setelah berkumur.25
Selain memberikan keuntungan, klorheksidin juga menimbulkan efek
samping berupa perubahan pengecapan rasa, pembentukan bercak atau
staining kuning kecoklat-coklatan.25,26 Terjadinya staining diduga karena
pengendapan sulfida besi. Sulfida besi dibentuk akibat reaksi sulfur yang
berasal dari kelompok tiol dari protein yang mengalami denaturasi dengan
ion besi yang berasal dari makanan dan minuman.11, 26
4) Povidon Iodine
Povidon iodin dipakai sebagai obat kumur karena mempunyai sifat
bakterisid. Yodium yang dilepas povidon iodin bekerja sebagai bahan
xxxi
antiseptik berspektrum luas. Povidon iodin dengan konsentrasi 1% tersedia
sebagai obat kumur.Obat kumur ini mengeluarkan zat bewarna coklat
kemerah-merahan. Povidon iodin mampu membunuh mikroorganisme
seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dan spora bakteri di rongga mulut.
Iodine dapat larut dalam air dan etanol, tetapi tidak bisa larut dalam
kloroform, eter, heksana dan aseton.11
2.4 Pengaruh klorheksidin dan Povidon Iodin Terhadap Perubahan
Warna Resin Komposit Hybrid
Perubahan warna yang terjadi pada resin komposit disebabkan sifat resin
komposit yang dapat mengabsorpsi dan mengadsorpsi cairan, dan cairan
yang terabsorpsi menjadi pembawa faktor perubahan warna. Perubahan
warna juga dapat dipengaruhi oleh komposisi matrik resin komposit.6
Penyebab lain perubahan warna resin komposit hybrid adalah adanya zat
pewarna dalam obat kumur. Obat kumur yang sering digunakan saat ini
adalah yang mengandung anti mikrobial seperti klorheksidin dan povidon
iodin. Obat kumur klorheksidin tidak memiliki efek samping sistemik
karena tidak diabsorpsi ke sirkulasi darah tetapi kekurangannya adalah
mempunyai efek samping lokal yaitu pewarnaan coklat tua pada gigi,
dorsum lidah dan bahan restorasi pada penggunaan klorheksidin dengan
konsentrasi 0,2%.26 Pada penelitian sebelumnya menyimpukan bahwa pada
resin komposit hybrid terjadi perubahan warna yang signifikan setelah
direndam dalam klorheksidin glukonat 0,2 % selama 34 menit dan 44
menit dengan interval perendaman 2 menit.6 Sedangkan povidon iodin
adalah obat kumur yang dipakai untuk mengurangi bakteremia di dalam
xxxii
mulut. Povidon iodin mengeluarkan zat bewarna coklat kemerah-merahan.
Zat warna yang terdapat pada obat kumur povidon iodin tersebut
dikhawatirkan akan menyebabkan perubahan warna pada resin komposit
hybrid. 7,11
2.4 Kerangka Teori
xxxiii
Bahan Tambalan Resin Komposit
klasifikasi Komposisi Sifat
Ukuran Partikel
Viskositas Polimerisasi Mekanik Termal
Tradisional
Partikel Kecil
Mikrofil
Hybrid
Kimia
Sinar
Dual cure
Warna
Faktor Intrinsik
Faktor Ekstrinsik
Penggunaan obat kumur
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
xxxiv
Obat kumur yang mengandung klorheksidin
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas :
1. Obat kumur yang mengandung klorheksidin
2. Obat kumur yang mengandung povidon iodin
b. Variabel Terikat adalah pewarnaan resin komposit hybrid
3.2.2 Definisi Operasional
a. Resin komposit hybrid
Resin komposit hybrid adalah resin komposit yang dikembangkan dalam
rangka memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada
komposit partikel kecil sementara mempertahankan sifat komposit partikel
kecil tersebut. Ukuran partikel resin komposit sebesar 0,6-1,0 μm.
b. Pewarnaan permukaan
Alat ukur : Alat uji stabilitas warna Spectrophotometer UV-Visible.
xxxv
Obat kumur yang mengandung povidon iodin
Pewarnaan resin komposit hybrid
Cara ukur : Batang uji diletakkan pada alat uji yang akan diberikan
sumber cahaya sehingga cahaya yang dipantulkan atau
diserap oleh batang uji akan dideteksi oleh detektor dan
ditransfer ke komputer untuk menterjemahkan pengukuran
intensitas cahaya.
Skala ukur : Rasio
Hasil ukur : Hasil yang didapat merupakan pengukuranpanjanggelombang
cahaya yang dipantulkan atau diserap daribatang uji.
c. Obat kumur mengandung klorheksidin
Merupakan obat kumur yang mengandung klorheksidin glukonat 0,2 %
tidak bewarna.
d. Obat kumur mengandung povidon iodin
Merupakan obat kumur yang mengandung povidon iodin 1 %.
3.3 Hipotesa
a. Terdapat perbedaan pewarnaan resin komposit antara kelompok yang direndam
dalam saliva buatan (kontrol) dan kelompok yang direndam dalam obat
kumurmengandung klorheksidin.
b. Terdapat perbedaan pewarnaan resin komposit antara kelompok yang
direndamdalam saliva buatan (kontrol) dan kelompok yang direndam dalam
obat kumurmengandung povidon iodin.
xxxvi
c. Terdapat perbedaan pewarnaan resin komposit antara kelompok spesimen
yangdirendam dalam obat kumur yang mengandung klorheksidin dan obat
kumur yang mengandung povidon iodin.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini berupa uji pewarnaan yang dilakukan secara eksperimental
laboratoris dengan menggunakan post test only control group design.
xxxvii
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas MIPA pada bulan
Januari
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah tambalan resin komposit hybrid
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah hasil cetakan tambalan resin
komposithybrid berbentuk cakram dengan diameter 6 mm dan
tebal 2 mm.
Dengan kriteria sampel sebagai berikut :
a. Sampel resin komposit memiliki permukaan yang halus
serta tanpa porus.
b. Permukaan sampel yang akan diukur pewarnaannya tidak
memiliki bagian yang hilang sedikitpun.
c. Sampel bersih dan bebas dari kontaminasi bahan lain
maupun debris.
4.3.3 Besar Sampel
Jumlah sampel penelitian mempergunakan rumus Frederer, yaitu :
(t-1)(r-1) ≥ 15
Keterangan :
t : jumlah perlakuan
xxxviii
r : jumlah sampel
Dalam penelitian ini akan diberikan perlakuan pada resin komposit
hybrid dengan :
(t-1)(r-1) ≥ 15
(3-1)(r-1) ≥ 15
2r-2 ≥ 15
r ≥ 8,5
Maka jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk setiapkelompok
perlakuan adalah 9 buah, namun pada penelitian inidibuat 10 buah sampel
untuk setiap kelompok perlakuan.
4.3.4 Jumlah Sampel
Keseluruhan sampel berjumlah 30 yang dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu :
a. Kelompok I : 10 buah sampel sebagai kontrol yang hanya di
rendam dengan saliva buatan.
b. Kelompok II : 10 buah sampel yang akan direndam dengan
obat kumur klorheksidin.
c. Kelompok III : 10 buah sampel yang akan direndam dengan
obat kumur povidon iodin.
4.4 Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian
4.4.1 Alat dan Bahan Penelitian
a. Alat Penelitian :
xxxix
1) Mould ( diameter 6mm dan tebal 2mm) terbuat dari stainless
steel
2) LED
3) Instrumen plastis
4) Alat press
5) Inkubator ( suhu 37˚C )
6) Alat uji pewarnaan Spechtrophotometer UV-Visible
7) Kertas penyerap air
8) Sarung tangan dan masker
9) Pinset
10) Cellophan strips
11) Cawan petri tempat spesimen
12) Spidol
13) Timbangan elektrik
Gambar 4.1.Spechtrophotometer Gambar 4.2. Timbangan
Uv-Visible Elektrik
b. Bahan Penelitian
xl
1) Resin komposit hybrid
2) Obat kumur mengandung klorheksidin
3) Obat kumur mengandung povidon iodin (Betadine)
4) Aquabides
5) Saliva buatan
4.4.2 Kriteria Spesimen
a. Bentuk dan ukuran spesimen
Spesimen Resin Komposit hybrid berbentuk cakram dengan
ukuran diameter 6 mm dan tebal 2 mm.
b. Jumlah spesimen
Keseluruhan spesimen berjumlah 30 buah yang dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu 10 buah spesimen yang direndam dalam saliva
buatan (kontrol), 10 buah spesimen untuk direndam dalam obat
kumur mengandung klorheksidin, dan 10 buah spesimen untuk
direndam dalam obat kumur mengandung povidon iodin.
4.4.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut:
a. Pembuatan Master Model
xli
Pembuatan master model dengan mould berukuran tebal 2 mm
dan diameter 6 mm dari stainless steel.
b. Pembuatan Sampel
1) Buka master model kemudian letakkan cellophan strips
agar spesimen mudah dilepaskan dan memiliki permukaan
yang halus. Satukan master model kembali, kemudian
ambil resin komposit hybrid dengan menggunakan
instrumen plastis, masukkan pada mould berukuran
diameter 6 mm dan tebal 2 mm. Letakkan Cellophan strips
lain di atas mould yang telah terisi kemudian resin
komposit dipadatkan dan diberi tekanan konstan.
2) Resin komposit hybrid kemudian disinari dengan
menggunakan LED selama 20 detik sesuai petunjuk pabrik.
3) Setelah sampel mengeras, mould dibuka dan sampel
diambil.
4) Tandai bagian bawah sampel yang tidak disinari dengan
menggunakan spidol.
5) Diperoleh sampel resin komposit sinar.
c. Perendaman Sampel
1) Seluruh sampel resin komposit hybrid (30 buah) direndam
terlebih dahulu dengan saliva buatan dimasukkan ke dalam
inkubator dengan suhu 37˚C selama 24 jam dengan bagian
yang disinari menghadap ke atas. Setelah itu angkat sampel
xlii
dan keringkan dengan menggunakan kertas penyerap air.
Perendaman ini bertujuan untuk menyamakan sampel
dengan kondisi mulut terlebih dahulu sebelum diberi
perlakuan.
2) Kelompok I : 10 buah sampel resin komposit hybrid yang
direndam dalam saliva buatan selama 12 jam (kontrol)
dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 37˚C dengan
bagian yang disinari menghadap ke atas kemudian sampel
diangkat dan keringkan dengan menggunakan kertas
penyerap air. Selanjutnya sampel digerus dengan memakai
lumpang alu. Pengukuran pewarnaan dilakukan dengan
alat uji pewarnaan Spechtrophotometer Uv-Visible. Begitu
seterusnya sampai semua sampel selesai dan hasilnya
didapatkan.
3) Kelompok II : 10 buah sampel resin komposit hybrid yang
direndam dalam obat kumur mengandung klorheksidin
selama 12 jam (kontrol) dimasukkan ke dalam inkubator
dengan suhu 37˚C dengan bagian yang disinari menghadap
ke atas kemudian sampel diangkat dan keringkan dengan
menggunakan kertas penyerap air. Selanjutnya sampel
digerus dengan memakai lumpang alu. Pengukuran
pewarnaan dilakukan dengan alat uji pewarnaan
Spechtrophotometer Uv-Visible. Begitu seterusnya sampai
semua sampel selesai dan hasilnya didapatkan.
xliii
4) Kelompok III : 10 buah sampel resin komposit hybrid yang
direndam dalam obat kumur mengandung povidon iodin
selama 12 jam (kontrol) dimasukkan ke dalam inkubator
dengan suhu 37˚C dengan bagian yang disinari menghadap
ke atas kemudian sampel diangkat dan keringkan dengan
menggunakan kertas penyerap air. Selanjutnya sampel
digerus dengan memakai lumpang alu. Pengukuran
pewarnaan dilakukan dengan alat uji pewarnaan
Spechtrophotometer Uv-Visible. Begitu seterusnya sampai
semua sampel selesai dan hasilnya didapatkan.
4.5 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
4.5.1 Editing
Merupakan kegiatan melakukan pengecekan dan perbaikan data
yang salah sehingga memenuhi persyaratan untuk pengolahan
data selanjutnya.
4.5.2 Coding
Melakukan pemberian kode-kode tertentu dengan tujuan
mempersingkat dan mempermudah pengolahan data.
4.5.3 Entry Data
xliv
Data yang telah diedit dan telah diberi kode kemudian diproses ke
dalam program statistik.
4.5.4 Cleaning Data
Melihat kembali data yang telah dimasukkan atau sudah
dibersihkan dari kesalahan, baik dalam pengkodean ataupun entry
data.
4.6 Teknik Analisis Data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji ANOVA.
4.7 Alur Penelitian
xlv
30 sampel Resin Komposit Hybrid ( diameter 6 mm dan tebal 2 mm)
Disinar selama 20 detik
Rendam dalam saliva buatan selama 24 jam
Direndam dalam saliva buatan selama 12 jam Kontrol ( n = 10 buah )
KEPUSTAKAAN
1. Sintawati Juretta, Sri Harini Soemartono, Margaretha Suharsini. Pengaruh Durasi Aplikasi Asam Fosfat 37% Terhadap Kekuatan Geser Restorasi Resin Komposit Pada Email Gigi Tetap. Indonesian Journal of Dentistry. 2008. Hal 97-103.
2. Anusavice, Kenneth Philips. Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi X ; 2004. Jakarta: ECG.
3. Powers JM, Sakaguchi RL. Craigs’s Restorative Dental Materials. 12thed ; 2003. USA : Mosby.
xlvi
Direndam dalam obat kumur klorheksidin 0,2 % selama 12 jam (n = 10 buah )
Direndam dalam obat kumur povidon iodin 1 % selama 12 jam (n = 10 buah )
Uji pewarnaan ( Spechtophotometer UV-Visible )
Analisis Data ( statistik )
4. Garcia AH, Lozana MAM, Vila JC, Escribano AB, Galve PF. Composite resin. A review of material and clinical indication. Lectures in Dental Pathology and Therapeutics ; 2008. CEU University, Moncada. Valencia.
5. Van Noort R. Introduction to dental materials. 3rded ; 2007. United Kingdom: Elsevier.
6. Dewi Shinta Kristi, Yuliati Anita, Munadziroh Elly. Evaluasi Perubahan Warna Resin Komposit Hybrid Setelah Direndam Obat Kumur. Jurnal PDGI 2012; Vol. 61; No.1; Hal. 5-9.
7. Celik C, Yuzugulla B, Erkut S, Yamanel K. Effect of mouthrinses on color stability of resin composite ; 2008. Eur J Dent.
8. Mangundjaja Soeherwin, Rini Khairun Nisa. Pengaruh Obat Kumur Klorheksidin Terhadap Populasi Kuman Streptococcus Mutans Di Dalam Air Liur. Bagian Biologi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.2000.
9. Martin A. Oral hygiene product: Potential for harm to oral and systemic health? Periodontol 2000 2008; 48: 54-62.
10. Akande OO, Alada ARA, Aderinokun GA, et al. Efficicacy of different brands of mouthwash rinses on oral bacterial loud count in healthy adults. African Journal of Biomedical Research, 2004;7;125-6.
11. Yuliharsini, Sri. Kegunaan dan Efek Samping Obat Kumur dalam Rongga Mulut. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi; 2005. Universitas Sumatera Utara.
12. Lolita P. Deteksi Perubahan Warna Resin Komposit Hybrid Setelah di Rendam Dalam Klorheksidin Glukonat 0,2% dengan Sensor Fotodioda. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga; 2011.h. 29, 33.
13. Mccabe, John F, Agus W.G.Walls. Applied Dental Material. 9thed ; 2008. Australia: Blackwell Publishing.
xlvii
14. Ceballos L, et al. Curing effectiveness of resin composites at different exposure times using LED and halogen units. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2009; 14 (1): E51-E56.
15. El-Mowafy O, Et al. Efficicacy of Halogen Halogen Photopolymerization Units in Private Dental Offices in Toronto. J Can Dent Assoc 2005; 71(8):587.
16. Faltermeier A, Rosentritt M, Reichneder C, Behr M. Discolouration of orthodontic addhesives caused by food dyes and ultraviolet light. Eur J orthodont 2008; 30:89-93.
17. Hakiki R. Penentuan zat preduksi gliserin dengan menggunakan spektrofotometer uv-visible. Karya ilmiah. Universtitas Sumatera Utara, 2010 : 21-5.
18. Huda N. Pemeriksaan kinerja spektrofotometer uv-vis. Gbc 911a menggunakan pewarna tartrazine cl 19140. 2001. Sigma Epsilon
19. Dachriyanus. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Cetakan I. Padang: Andalas University Press. Hal 39.
20. Rohman, Abdul. Kimia Farmasi Analisis. 2007. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
21. Rawlinson A, Pollington S, Walsh TF, et al. Efficacy of two alcohol free cetylpyridinium chloride mouthwashes – a randomized double-blind crossover study. J Clin Periodontal 2008: 35: 230-5.
22. Storehagen S. Dentifrices and mouthwases ingredients and their use. Det odontologiske fakultet. 2003.Universitetet i Oslo.
23. Gagari E, Kabani S. Adverse effect of mouthwash use. Oral surg Oral med Oral pathol 1995; 80: 432-9.
24. Wibowo A, Melani A. Efek obat kumur yang mengandung anti-mikrobial terhadap akumulasi plak dan atau gingivitis. M I Kedokt Gigi FKG Usakti 1993; 2:680-7.
xlviii
25. Dalimunthe SH. Obat kumur dan kesehatan periodonsium. Majalah Kedokteran Gigi USU 1998; 4: 17-23.
26. Mathur S, Srivastava R, Khatri R. Chlorhexidine: The Gold Standard in Chemical Plaque Control. National Journal of Physiology, Pharmacy & Pharmacology. 2011: 45-50.
xlix