Upload
sanderjohn
View
434
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Case Report
ABSES SUBKUTAN
Oleh
Resi Trismayenny ,S.ked 0718011078
Rizka Yunanda, S. Ked 0718011034
Preceptor:
Drg. Agus Salim,Sp. BM
SMF GIGI DAN MULUT
RSUD Dr.Hi.ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
MARET 2012
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Abses merupakan suatu penyakit infeksi yang ditandai oleh adanya lubang yang
berisi nanah (pus) dalam jaringan yang sakit. Dental abses artinya abses yang
terbentuk didalam jaringan periapikal atau periodontal karena infeksi gigi atau
perluasan dari ganggren pulpa. Abses yang terbentuk merusak jaringan periapikal,
tulang alveolus, tulang rahang terus menembus kulit pipi dan membentuk fistel.
(Abses subkutan Odontogenik).
Abses gigi terjadi ketika terinfeksi bakteri dan menyebar ke rongga mulut atau dalam
gigi, Penyebabnya adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut. Yaitu
bakteri coccus aerob gram positif, coccus anaerob gram positif dan batang
anaerob gram negatif. Bakteri terdapat dalam plak yang berisi sisa makanan dan
kombinasi dengan air liur. Bakteri-gakteri tersebut dapat menyebabkan karies
dentis, gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai jaringan yang lebih dalam
melalui nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi
odontogen.
Abses dental ini terjadi akibat adanya faktor iritasi seperti plak, kalkulus, karies
dentin, invasi bakteri (Staphylococcus aureus, Streptococcus, Haemophilis
influenzae), impaksi makanan atau trauma jaringan. Keadaan ini dapat
menyebabkan kerusakan tulang alveolar sehingga terjadi gigi goyang. Terjadinya
abses terutama yang telah menyebar ke jaringan sekitarnya, misalnya yang telah
berpenetrasi ke subkutan (abses subkutan) tentunya sangat memberi pengaruh yang
sangat fatal untuk anak, tidak hanya terhadap keadaan umum anak tetapi juga
perkembangan dari rahang dan gigi-geliginya.
TINJAUAN PUSTAKA
Abses subkutan odontogenik sebenarnya adalah komplikasi daripada karies
gigi. Bisa juga disebabkan oleh trauma gigi (misalnya apabila gigi patah atau hancur).
Email yang terbuka menyebabkan masuknya bakteri yang akan menginfeksi bagian
pulpa gigi. Infeksi ini menjalar hingga ke akar gigi dan tulang yang
mendukung gigi.
Infeksi menyebabkan terjadinya pengumpulan nanah (terdiri dari jaringan tubuh yang
mati, bakteri yang telah mati atau masih hidup dan sel darah putih) dan
pembengkakan jaringan dalam gigi. Ini menyebabkan sakit gigi. Jika
struktur akar gigi mati, sakit gigi mungkin hilang, tetapi infeksi ini akan meluas terus
menerus sehingga mejalar kejaringan yang lain.
2.1. Etiologi Abses Odontogenik
Paling sedikit ada 400 kelompok bakteri yang berbeda secara morfologi dan
biochemical yang berada dalam rongga mulut dan gigi. Kekomplesan flora rongga
mulut dan gigi dapat menjelaskan etiologi spesifik dari beberapa tipe terjadinya
infeksi gigi dan infeksi dalam rongga mulut, tetapi lebih banyak disebabkan oleh
adanya gabungan antara bakteri gram positif yang aerob dan anaerob. Dalam cairan
gingival, kira-kira ada 1.8 x 1011 anaerobs/gram. Pada umumnya infeksi odontogen
secara inisial dihasilkan dari pembentukan plak gigi. Sekali bakteri patologik
ditentukan, mereka dapat menyebabkan terjadinya komplikasi lokal dan
menyebar/meluas seperti terjadinya bacterial endokarditis, infeksi ortopedik, infeksi
pulmoner, infeksi sinus kavernosus, septicaemia, sinusitis, infeksi mediastinal dan
abses otak.
Infeksi odontogen biasanya disebabkan oleh bakteri endogen. Lebih dari setengah
kasus infeksi odontogen yang ditemukan (sekitar 60 %) disebabkan oleh bakteri
anaerob. Organisme penyebab infeksi odontogen yang sering ditemukan pada
pemeriksaan kultur adalah alpha-hemolytic Streptococcus, Peptostreptococcus,
Peptococcus, Eubacterium, Bacteroides (Prevotella) melaninogenicus, and
Fusobacterium. Bakteri aerob sendiri jarang menyebabkan infeksi odontogen (hanya
sekitar 5 %). Bila infeksi odontogen disebabkan bakteri aerob, biasanya organisme
penyebabnya adalah species Streptococcus. Infeksi odontogen banyak juga yang
disebabkan oleh infeksi campuran bakteri aerob dan anaerob yaitu sekitar 35 %. Pada
infeksi campuran ini biasanya ditemukan 5-10 organisme pada pemeriksaan kultur.
2.2. Patofisiologis Abses Subkutan Odontogenik
Abses periapikal dan abses periodontal mempunyai cara berbeda yang ditempuh oleh
bakteri untuk menginfeksi gigi, Bagaimanapun, abses periapikal jauh lebih sering
dibandingkan dengan abses periodontal.
2.2.1 Abses periapikal
Ketika suatu abses periapikal terjadi, bakteri menginfeksi gigi
akibat karies dentin (lubang kecil, disebabkan oleh kerusakan jaringan gigi)
yang terbentuk dari lapisan keras bagian luar gigi (email). Karies dental memecahkan
email dan lapisan jaringan lunak di lapisan bawah (tulang gigi), dan dengan cepat
mencapai pulpa, yang dikenal sebagai pulpitis. Selanjutnya bakteri menginfeksi pulpa
sampai mencapai tulang gigi (tulang alveolar), sebagaimana bentuk dari abses
periapikal.
Infeksi gigi merupakan suatu hal yang sangat mengganggu, infeksi biasanya dimulai
dari permukaan gigi yaitu adanya karies gigi yang sudah mendekati ruang pulpa,
kemudian akan berlanjut menjadi pulpitis dan akhirnya akan terjadi kematian pulpa
gigi (gangren pulpa). Infeksi gigi dapat terjadi secara lokal atau meluas secara cepat.
Adanya gigi yang gangren menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa
sampai apeks gigi. Foramen apikalis dentis pada pulpa tidak bisa mendrainase pulpa
yang terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi tersebut menyebar progresif ke ruangan
atau jaringan lain yang dekat dengan struktur gigi yang gangren tersebut.
Penjalaran infeksi odontogen akibat dari gigi yang gangren dapat menyebabkan
abses, abses ini dibagi dua yaitu penjalaran tidak berat (yang memberikan prognosis
baik) dan penjalaran berat (yang memberikan prognosis tidak baik, di sini terjadi
penjalaran hebat yang apabila tidak cepat ditolong akan menyebabkan kematian).
Adapun yang termasuk penjalaran tidak berat adalah serous periostitis, abses sub
periosteal, abses sub mukosa, abses sub gingiva, dan abses sub palatal, sedangkan
yang termasuk penjalaran yang berat antara lain abses perimandibular, osteomielitis,
dan phlegmon dasar mulut.
Abses Periodontal
Abses Periodontal terjadi ketika bakteri menginfeksi gusi, menyebabkan penyakit
gusi (yang dikenal sebagai periodontitis). Periodontitis menyebabkan radang di dalam
gusi, yang dapat membuat jaringan yang mengelilingi akar gigi (ligamen periodontal)
terpisah dari dasar tulang gigi. Perpisahan ini menciptakan suatu celah kecil yang
dikenal sebagai suatu poket periodontal, yang sulit untuk dibersihkan, dan
menyebabkan bakteri masuk dan menyebar. Abses Periodontal dibentuk
oleh bakteri dalam poket periodontal. Abses Periodontal selalu terjadi akibat hasil
dari:
1. Penanganan gigi yang menciptakan poket periodontal secara kebetulan,
2. Penggunaan antibiotik yang tidak diperlakukan untuk periodontitis, yang dapat
menyembunyikan suatu abses, dan
3. Kerusakan pada gusi, walaupun tidak terdapat periodontitis.
Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui
beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi melalui
aliran limfatik (limfogen), perluasan langsung infeksi dalam jaringan.
1. Transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen)
Gingiva, gigi, tulang penyangga, dan stroma jaringan lunak di sekitarnya merupakan
area yang kaya dengan suplai darah. Hal ini meningkatkan kemungkinan masuknya
organisme dan toksin dari daerah yang terinfeksi ke dalam sirkulasi darah. Di lain
pihak, infeksi dan inflamasi juga akan semakin meningkatkan aliran darah yang
selanjutnya menyebabkan semakin banyaknya organisme dan toksin masuk ke dalam
pembuluh darah.
Vena-vena yang berasal dari rongga mulut dan sekitarnya mengalir ke pleksus vena
pterigoid yang menghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus vena faringeal dan
vena maksilaris interna melalui vena emisaria. Karena perubahan tekanan dan edema
menyebabkan penyempitan pembuluh vena dan karena vena pada daerah ini tidak
berkatup, maka aliran darah di dalamnya dapat berlangsung dua arah, memungkinkan
penyebaran infeksi langsung dari fokus di dalam mulut ke kepala atau faring sebelum
tubuh mampu membentuk respon perlawanan terhadap infeksi tersebut. Material
septik (infektif) yang mengalir melalui vena jugularis internal dan eksternal dan
kemudian ke jantung dapat membuat sedikit kerusakan. Namun, saat berada di dalam
darah, organisme yang mampu bertahan dapat menyerang organ manapun yang
kurang resisten akibat faktor-faktor predisposisi tertentu.
2. Transmisi melalui aliran limfatik (limfogen)
Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya dengan
aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan mudah menjalar ke
kelenjar limfe regional. Pada rahang bawah, terdapat anastomosis pembuluh darah
dari kedua sisi melalui pembuluh limfe bibir. Akan tetapi anastomosis tersebut tidak
ditemukan pada rahang bawah. Kelenjar getah bening regional yang terkena adalah
sebagai berikut: Banyaknya hubungan antara berbagai kelenjar getah bening
memfasilitasi penyebaran infeksi sepanjang rute ini dan infeksi dapat mengenai
kepala atau leher atau melalui duktus torasikus dan vena subklavia ke bagian tubuh
lainnya.
3. Perluasan langsung infeksi dalam jaringan
Perluasan langsung infeksi dapat terjadi melalui penjalaran material septik atau
organisme ke dalam tulang atau sepanjang bidang fasial dan jaringan penyambung di
daerah yang paling rentan. Tipe terakhir tersebut merupakan selulitis sejati, di mana
pus terakumulasi di jaringan dan merusak jaringan ikat longgar, membentuk ruang
(spaces), menghasilkan tekanan, dan meluas terus hingga terhenti oleh barier
anatomik. Ruang tersebut bukanlah ruang anatomik, tetapi merupakan ruang potensial
yang normalnya teriis oleh jaringan ikat longgar. Ketika terjadi infeksi, jaringan
alveolar hancur, membentuk ruang sejati, dan menyebabkan infeksi berpenetrasi
sepanjang bidang tersebut, karena fasia yang meliputi ruang tersebut relatif padat.
Perluasan langsung infeksi terjadi melalui tiga cara, yaitu:
Perluasan di dalam tulang tanpa pointing
Area yang terkena terbatas hanya di dalam tulang, menyebabkan osteomyelitis.
Kondisi ini terjadi pada rahang atas atau yang lebih sering pada rahang bawah. Di
rahang atas, letak yang saling berdekatan antara sinus maksila dan dasar hidung
menyebabkan mudahnya ketelibatan mereka dalam penyebaran infeksi melalui
tulang.
Perluasan di dalam tulang dengan pointing
Ini merupakan tipe infeksi yang serupa dengan tipe di atas, tetapi perluasan tidak
terlokalisis melainkan melewati tulang menuju jaringan lunak dan kemudian
membentuk abses. Di rahang atas proses ini membentuk abses bukal, palatal, atau
infraorbital. Selanjutnya, abses infraorbital dapat mengenai mata dan menyebabkan
edema di mata. Di rahang bawah, pointing dari infeksi menyebabkan abses bukal.
Apabila pointing terarah menuju lingual, dasar mulut dapat ikut terlibat atau pusa
terdorong ke posterior sehingga membentuk abses retromolar atau peritonsilar.
Perluasan sepanjang bidang fasial
Menurut HJ Burman, fasia memegang peranan penting karena fungsinya yang
membungkus berbagai otot, kelenjar, pembuluh darah, dan saraf, serta karena adanya
ruang interfasial yang terisi oleh jaringan ikat longgar, sehingga infeksi dapat
menurun. Di bawah ini adalah beberapa fasia dan area yang penting, sesuai dengan
klasifikasi dari Burman:
• Lapisan superfisial dari fasia servikal profunda
• Regio submandibula
• Ruang (space) sublingual
• Ruang submaksila
• Ruang parafaringeal
Penting untuk diingat bahwa kepala, leher, dan mediastinum dihubungkan oleh fasia,
sehingga infeksi dari kepala dapat menyebar hingga ke dada. Infeksi menyebar
sepanjang bidang fasia karena mereka resisten dan meliputi pus di area ini. Pada regio
infraorbita, edema dapat sampai mendekati mata. Tipe penyebaran ini paling sering
melibatkan rahang bawah karena lokasinya yang berdekatan dengan fasia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan kegawatan infeksi
odontogenik adalah:
• Jenis dan virulensi kuman penyebab.
• Daya tahan tubuh penderita.
• Jenis dan posisi gigi sumber infeksi.
• Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot.
• Adanya tissue space dan potential space.
2.3. Gejala dan tanda
Gejala utama abses gigi adalah nyeri pada gigi yang terinfeksi, yang
dapat berdenyut dan keras. Pada umumnya nyeri dengan tiba-tiba, dan secara
berangsur-angsur bertambah buruk dalam beberapa jam dan beberapa hari. Dapat
juga ditemukan nyeri menjalar sampai ketelinga, turun ke rahang dan leher pada
sisi gigi yang sakit.
Pembentukan abses ini melalui beberapa stadium dengan masing-masing stadium
mempunyai gejala-gejala tersendiri, yaitu:
1. Stadium subperiostal dan periostal
Pembengkakan belum terlihat jelas
Warna mukosa masih normal
Perkusi gigi yang terlibat terasa sakit yang sangat
Palpasi sakit dengan konsistensi keras
2. Stadium serosa
Abses sudah menembus periosteum dan masuk kedalam tinika serosa dari
tulang dan pembengkakan sudah ada
mukosa mengalami hiperemi dan merah
Rasa sakit yang mendalam
Palpasi sakit dan konsistensi keras, belum ada fluktuasi
3. Stadium sub mukous
Pembengkakan jelas tampak
Rasa sakit mulai berkurang
Mukosa merah dan kadang-kadang terlihat terlihat pucat
Perkusi pada gigi yang terlibat terasa sakit
Palpasi sedikit sakit dan konsistensi lunak, sudah ada fluktuasi
4. Stadium subkutan
Pembengkakan sudah sampai kebawah kulit
Warna kulit ditepi pembengkakan merah, tapi tengahnya pucat
Konsistensi sangat lunak seperti bisul yang mau pecah
Turgor kencang, berkilat dan berfluktuasi tidak nyata
Gambar 1. Abses subkutan yang berasal dari infeksi gigi yang telah menyebar
Gejala-gejala umum dari abses adalah:
• Gigi terasa sensitif kepada air dingin atau panas.
• Rasa pahit di dalam mulut.
• Nafas berbau busuk.
• Kelenjar leher bengkak.
• Bahagian rahang bengkak (sangat serius).
• Suhu badan meningkat tinggi dan kadang-kadang menggigil
• Denyut nadi cepat/takikardi
• Nafsu makan menurun sehingga tubuh menjadi lemas (malaise)
• Bila otot-otot perkunyahan terkena maka akan terjadi trismus
• Sukar tidur dan tidak mampu membersihkan mulut
• Pemeriksaan laboratorium terlihat adanya leukositosis
2.4. Dampak Abses Subkutan Odontogenik terhadap anak dan gigi permanen
Pada gigi depan, biasanya proses karies gigi dapat berhenti (Caries Arest), namun
dapat juga melanjut. Karies pada gigi depan biasanya berwarna hitam dan .pada gigi
belakang, karies gigi akan melanjut dan akan mengakibatkan kerusakan syaraf gigi.
Kerusakan syaraf gigi pada mulanya akan mengakibatkan rasa sakit yang sangat,
namun jika syaraf telah mati, gigi tidak akan terasa sakit sama sekali.
Sudah bisa diduga dampak karies gigi ini bisa mengakibatkan nafsu makan anak
berkurang (karena giginya sakit) atau yang paling parah bisa mengakibatkan abses
(pembengkaan dan pernanahan) gusi di daerah akar gigi. Jika abses ini terjadi, maka
anak akan menderita demam dan sakit gigi yang luar biasa. Di samping itu, abses ini
dapat melanjut ke jaringan lunak sekitar mata ataupun di sekitar leher. Dampak lain
adalah gangguan pada pertumbuhan calon gigi pengganti. Namun, jika karies ini
ditangani dengan baik, seperti : dirawat saluran akarnya dan ditambal dengan baik,
maka kondisi karies/gigis ini tidak akan mempengaruhi gigi asli (gigi permanen) yang
akan tumbuh.
Penyakit kulit yang umum ditemukan sebagai akibat transmisi mikroorganisme dari
gigi adalah penyakit kulit dengan dasar reaksi alergi (urtikaria, ekzema), liken planus,
alopesia areata, akne vulgaris, eritema multiforme eksudatif, dan dermatitis
herpetiformis. Mikroorganisme rongga mulut dapat menyebabkan infeksi pada kulit
melalui inokulasi langsung (gigitan) dan melalui pelepasan histamin dari mastosit
serta pembentukan kompleks imun pasca ekstraksi gigi. (9)
2.5. Perawatan Abses Subkutan odontogenik
Adapun tahap penatalaksanaa abses odontogenik secara umum adalah:
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan x-ray secara periapikal dan panoramik perlu dilakukan sebagai skrining
awal untuk menentukan etiologi dan letak fokal infeksi.
Tes Serologi
Tes Serologi yang paling sering digunakan adalah tes fiksasi komplemen dan tes
aglutinasi. Kedua tes ini digunakan untuk mengetahui etiologi.
Penatalaksanaan
Satu-satunya cara untuk menyembuhkan abses gigi adalah mengikuti
perawatan gigi dengan menggunakan prosedur perawatan abses gigi dalam beberapa
kasus, pembedahan, atau kedua-duanya dimana terperinci di bawah ini:
Prosedur Dental
Langkah utama yang paling penting dalam penatalaksanaan abses gigi
adalah incisi abses, dan drainase nanah yang berisi bakteri. Prosedur ini pada
umumnya dilakukan apabila sudah di anaestesi lokal terlebih
dahulu, sehingga area yang sakit akan mati rasa. Jika abses periapikal, abses akan
dipindahkan melalui perawatan saluran akar untuk mengeluarkan abses dan
membuang jaringan yang rusak dari pulpa. Kemudian ditumpat untuk mencegah
infeksi peradangan lebih lanjut.
Jika abses periodontal, maka abses akan dikeluarkan, dan secara menyeluruh
membersihkan periodontal pocket. Kemudian melicinkan permukaan akar gigi
dengan scaling dan marginal gingiva untuk membantu penyembuhan dan
mencegah infeksi/peradangan lebih lanjut.
Jika merupakan abses periapikal dan infeksi berulang, maka harus membuang
jaringan yang rusak.
Jika abses periodontal dan infeksi berulang, maka perawatannya dengan
memindahkan poket periodontal dan membentuk kembali jaringan gingiva.
Dalam stadium periostal meningkat tinggi dan sub periostal dilakukan
trepanasi untuk mengeluarkan abses dan gas gangren yang terbentuk,
kemudian diberikan obat-obatan antibiotik, antiinflamasi, antipiretik,
analgesik dan roboransia. Dengan cara ini diharapkan abses tidak meluas dan
dapat sembuh.
Dalam stadium serosa dianjurkan untuk kumur-kumur air garam hangat dan
kompres hangat, supaya abses masuk ke arah rongga mulut.
Dalam stadium submukosa dan subkutan dimana sudah terjadi fluktuasi maka
dilakukan insisi dan dimasukkan kain gaas steril atau rubber-dam sebagai
drainase, kemudian diberikan obat-obatan antibiotika, antiinflamasi,
antipiretika, analgesika dan roboransia. Pencabutan gigi yang terlibat
(menjadi penyebab abses) biasanya dilakukan sesudah pembengkakan sembuh
dan keadaan umum penderita membaik. Dalam keadaan abses yang akut tidak
boleh dilakukan pencabutan gigi karena manipulasi ekstraksi yang dilakukan
dapat menyebarkan radang sehingga mungkin terjadi osteomyelitis.
Tabel 1. Antibiotik yang digunakan pada perawatan abses odontogenik.
Antimicrobials Adult Dosage Pediatric Dosage
Narrow-spectrum agents
Penicillin VK 250 – 500 mg q6h 50 mg /kg q8h
Amoxicillin 500 mg q8h 15 mg / kg q8h
Cephalexin£ 250 – 500 mg q6h 25 – 50 mg /kg /d q6-8h
Erythromycin β 250 mg q6h 10 mg / kg q16h
Azithromycin β€ 500 mg x 1d, then
250 or 500 mg q 24h 10 mg / kg / d x 1d, then 5 mg / kg / d q24h x 4d
Clarithromycin β 250 – 500 mg q12h or 1g PO q24h 15 mg / kg / d q12h
Doxycycline β βi 100 mg q12h 1 – 2 mg / kg q12h x 1d, then 1 – 2 mg / kg q 24h
Tetracycline β βi 250 mg q6h 12.5 – 25.0 mg / kg q12h
Broad-spectrum agents
Clindamycin β 150 – 300 mg q8h 10 mg / kg q8h
Amoxicillin / clavulanate 875 mg q12h 45 mg /kg q12h
Metronidazole plus 1 of the following: β 250 mg q6h or 500 mg q12h 7.5 mg / kg q6h
or 15 mg / kg q12h
Penicillin VK 250 – 500 mg q6h 50 mg /kg
or Amoxicillin 500 mg q8h 15 mg /kg q8h
or Erythromycin β 250 mg q6h 10 mg / kg q8h
Pada tahap pencegahan terjadinya abses subkutan dan perawatan setelah terjadinya
abses subkutan, maka dengan menggunakan obat-obatan (medikamen) dilakukan
sebagai berikut:
1.Pembengkakan gingiva dengan tanda peradangan di sekitar gigi yang sakit.
Penatalaksanaan:
- pasien dianjurkan berkumur dengan air hangat
- simptomatik : parasetamol (bila diperlukan) 250 mg 3 kali sehari
2. Jika jelas ada infeksi, dapat diberikan amoksisilin selama 5 hari ( 250 mg3 kali
sehari)
3. Bila ada indikasi, gigi harus dicabut setelah infeksi reda dan rujuk ke dokter
gigi.
2.6. Prognosis Abses Subkutan Odontogenik
Prognosis dari abses Odontogenik adalah baik terutama apabila diterapi dengan
segera menggunakan antibiotika yang sesuai. Apabila menjadi bentuk kronik, akan
lebih sukar diterapi dan menimbulkan komplikasi yang lebih buruk dan kemungkinan
amputasi lebih besar.
KESIMPULAN
• Abses subkutan Odontogenik merupakan komplikasi dari abses dari gigi yang tidak
maupun terlambat dirawat secara prosedur dental sehingga menyebar ke daerah
subkutan yang dapat menimbulkan fistel pada permukaan kulit
• Etiologi dari abses odontogenik sendiri yaitu bakteri endogen terutama bakteri
anaerob dan jaran ditemukan oleh karena bakteri aerob. Penyebaran bakteri ini karena
abses periodontal maupun abses periapikal tetapi kebanyakan karena abses periapikal.
Sedangkan penyebarannya dapat secara hematogen, limfogen maupun penyebarab
secara langsung pada jaringan sekitar.
• Penyebaran abses odontogen menjadi abses subkutan sangat dipengaruhi oleh
keadaan umum anak misalnya daya tahan tubuh anak dan virulensi dari bakteri
• Pencegahan terjadinya abses subkutan pada anak sangat perlu karena perluasan
abses dapat menggangu kondisi dari gigi-gigi permanen yang akan erupsi
• Prinsip perawatan abses subkutan yaitu melakukan insisi pada abses kemudian
dilakukan drainase, yang kemudian dilakukan pencabutan dari gigi yang menjadi
penyebab primer abses
• Prognosis dari abses subkutan adalah baik
DAFTAR PUSTAKA
1. Infeksi odontogenik dan penjalarannya. Available from: http//www.
Littleaboutmyworld.com. Accesed at: 2009/07/29
2. Mencegah gigi demi masa depan anak anda. Available from: http://www.d-
artsdentist.com/home.php?page=services. Aceesed at: 2008/15/09
3. Infeksi Odontogen. Available from: http//:www.cilmiaty.blogspot.com/.
Accesed at: 2009/3/4
4. Dental Abses. Available from: http//:www.adi along
.blog.friendster.com/2008/07/dental-abses .
5. Abses pada rongga mulut. Available from:http://www.
ruangkesehatan.blog.com/2008/02/15/abses-pada-rongga-mulut-makalah/. Accesed
at: 2008/02/15.
6. Dental Abscess. Available from: http://www.
fcbarcelonadf.blog.friendster.com/2008/04/istimewanya-wanita-islam/. Accesed at:
2008/04
7. Abses gigi. Available from: http://penyakitdalam.wordpress.com/2009/11/02/
8. Penyakit Periodontal. Available from:
http://medicallearn.blogspot.com/2009/02/abses-periodontal.html
9. Infeksi Dentoa Alveolar. Available from:
http://littleaboutmyworld.wordpress.com/2009/07/29/infeksi-dentoalveolar/
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. Yusuf
Alamat : Kurungan Nyawa
Umur : 32 tahun
Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Belum menikah
Tanggal periksa : Kamis, 1 Maret 2012
II. Anamnesa
Pasien datang ke poliklinik gigi dengan keluhan rahang bawah sebelah kiri bengkak
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengaku sekitar 6 bulan yang lalu mengalami sakit
gigi. Sakit yang dirasakan menyebar, nyeri yang tiba-tiba walaupun pasien tidak
sedang mengunyah. Pasien juga mengalami demam dan sakit kepala, pada saat itu
pasien mengaku hanya membeli obat di warung, dan nyeri yang dirasakan agak
berkurang. Tetapi sejak 1 minggu sebelum pasien datang ke RS rahang bawah nya
mengalami bengkak. Bengkak nya dirasa pasien makin lama semakin besar, seperti
bisul yang mau pecah diikuti rasa demam, dan kesulitan untuk makan.
General Survey
Riwayat diabetes melitus dan hipertensi disangkal.
Pemeriksaan Fisik :
Ekstra Oral : Wajah asimetris, terdapat pembengkakan pada rahang bawah sebelah
kiri yang berwarna kemerahan, mengkilat nyeri tekan (+), fluktuasi (+).
Intra Oral :
Oral Higiene : Buruk
Bibir : Tidak ada kelainan
Mukosa bukal : Hiperemis
Ginggiva : bengkak kemerahan
Lidah : tidak ada kelainan
Dasar Mulut : tidak ada kelainan
Palatum : tidak ada kelainan
Oklusi : Normal
Gigi Geligi
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Status Lokalis :
Gigi : 3.8
Karies : Profunda okluso medio bukal
Sondasi : (-)
Dingin : (-)
Perkusi : (-)
Tekanan : (-)
Palpasi : (-)
Mobiliti : (-)
Poket : tidak dilakukan
Jaringan Sekitar :
Inspeksi : Terlihat benjolan pada rahang bawah sebelah kiri sebesar telur ayam,
berwarna kemerahan pada pinggirnya, dan di tengahnya terlihat berisi nanah,
permukaannya halus, mengkilat, dan tidak berbatas tegas.
Palpasi : Konsistensi lunak, batas tidak tegas, masih dapat digerakkan dari jaringan
sekitar, fluktuasi (+).
Gambaran Rontgen :
Diagnosis Banding :
Abses Subkutan EC Gangren pulpa 3.8
Abses Submukosa EC Gangren pulpa 3.8
Diagnosis Kerja :
Abses Subkutan EC Gangren pulpa 3.8
Rencana Perawatan :
Proinsisi
Proekstraksi
Promedikamentosa
Terapi :
Insisi
Ekstraksi gigi 3.8
Medikamentosa post insisi : Amoxillin 500mg 3X1
Asam Mefenamat 500mg 3X1
Metronidazole 500mg 3X1
Konseling :
Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan rencana tindakan yang
akan dilakukan
Meminta persetujuan pasien untuk melakukan tindakan yang berhubungan
dengan penyakitnya.
Prognosa:
Quo ad vitam : ad malam
Quo ad functionam : ad malam
LEMBAR PERAWATAN
Tanggal Hasil Pemeriksaan Therapi Keterangan
1 Maret
2012
3 Maret 2012
5 Maret 2012
Keluhan : rahang
bawah sebelah kiri
bengkak sejak 1
minggu yang lalu
D :Abses Subkutan
Keluhan : Tidak
Ada
Keluhan : Tidak
Ada
D : Gangren gigi
3.8
- Insisi + drain
- Medikamentosa :
Amoxillin 500mg 3X1
Asam Mefenamat 500mg
3X1
- Penggantian kassa
- Ekstraksi gigi 3.8 - Medikamentosa :
Amoxillin 500mg 3X1
Asam Mefenamat 500mg
3X1
Pasien diminta
datang kembali
untuk kontrol
Pasien diminta melakukan rontgen
PEMBAHASAN
Pasien datang ke poliklinik gigi dengan keluhan rahang bawah sebelah kiri bengkak
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengaku sekitar 6 bulan yang lalu mengalami sakit
gigi. Sakit yang dirasakan menyebar, nyeri yang tiba-tiba walaupun pasien tidak
sedang mengunyah. Pasien juga mengalami demam dan sakit kepala, pada saat itu
pasien mengaku hanya membeli obat di warung, dan nyeri yang dirasakan agak
berkurang. Tetapi sejak 1 minggu sebelum pasien datang ke RS rahang bawah nya
mengalami bengkak. Bengkak nya dirasa pasien makin lama semakin besar, seperti
bisul yang mau pecah diikuti rasa demam, dan kesulitan untuk
Pada pasien ini kami mendiagnosa abses subkutan bagian submandibula yang
didapatkan dari anamnesa bahwa adanya pembengkakan pada rahang bawah sebelah
kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pembengkakan yang terjadi disebabkan oleh adanya
gigi geraham yang mengalamai gangren. Bisa dibuktikan dari anamnesa yang
menyebutkan bahwa pasien sebelumnya pernah mengalami sakit gigi yang menyebar,
pasien juga menyatakan mengalami nyeri yang tiba-tiba walaupun sedang tidakm
mengunyah.Pasien juga mengalami demam, dan sakit kepala namun hanya membeli
obat di warung. Dari sini bisa disimpulkan bahwa pasien sempat mengalami pulpitis
akut totalis hingga akhirnya terjadi gangrene. Pada pemeriksaan fisik ( intra oral)
didapatkan gigi yang karies profunda okluso medio bukal pada gigi 3.8. Dengan hasil
sondasi, dingin,perkusi, tekanan, mobilitas adalah negative (-). Adapun hasil
pemeriksaan pada jaringan sekitar , yakni pada inspeksi terlihat benjolan pada rahang
bawah sebelah kiri sebesar telur ayam, berwarna kemerahan pada pinggirnya, dan di
tengahnya terlihat berisi nanah, permukaannya halus, mengkilat, dan tidak berbatas
tegas. Kemudian hasil pemeriksaan palpasi terlihat konsistensi lunak, batas tidak
tegas, masih dapat digerakkan dari jaringan sekitar, fluktuasi (+).
Hal ini tepat dengan teori yang menyebutkan bahwa abses subkutan akan terdapat
pembengkakan sudah sampai kebawah kulit. Warna kulit ditepi pembengkakan
merah, tapi tengahnya pucat. Konsistensi sangat lunak seperti bisul yang mau pecah,
turgor kencang, berkilat dan berfluktuasi tidak nyata.
Adapun penatalaksanaan pada pasien ini adalah insisi untuk mengeluarkan isi abses
karna sudah bersifat fluktuatif dan memberi obat-obat antibiotic seperti Amoxillin
500mg 3X1, metronidazole 40mg 2X1, asam mefenamat 500mg 3X1. Apabila nyeri
telah reda, dilakukan ekstraksi gigi 3.8 guna menghilangkan sumber infeksi.
Prognosa pada pasien ini adalah baik secara vitam dan functionam ad malam, karena
gigi pasien sudah diekstraksi.