45
Case Report ABSES SUBKUTAN Oleh Resi Trismayenny ,S.ked 0718011078 Rizka Yunanda, S. Ked 0718011034 Preceptor: Drg. Agus Salim,Sp. BM SMF GIGI DAN MULUT RSUD Dr.Hi.ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG MARET 2012

CR Abses Subkutan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CR Abses Subkutan

Case Report

ABSES SUBKUTAN

Oleh

Resi Trismayenny ,S.ked 0718011078

Rizka Yunanda, S. Ked 0718011034

Preceptor:

Drg. Agus Salim,Sp. BM

SMF GIGI DAN MULUT

RSUD Dr.Hi.ABDUL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

MARET 2012

Page 2: CR Abses Subkutan

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Abses merupakan suatu penyakit infeksi yang ditandai oleh adanya lubang yang

berisi nanah (pus) dalam jaringan yang sakit. Dental abses artinya abses yang

terbentuk didalam jaringan periapikal atau periodontal karena infeksi gigi atau

perluasan dari ganggren pulpa. Abses yang terbentuk merusak jaringan periapikal,

tulang alveolus, tulang rahang terus menembus kulit pipi dan membentuk fistel.

(Abses subkutan Odontogenik).

Abses gigi terjadi ketika terinfeksi bakteri dan menyebar ke rongga mulut atau dalam

gigi, Penyebabnya adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut. Yaitu

bakteri coccus aerob gram positif, coccus anaerob gram positif dan batang

anaerob gram negatif. Bakteri terdapat dalam plak yang berisi sisa makanan dan

kombinasi dengan air liur. Bakteri-gakteri tersebut dapat menyebabkan karies

dentis, gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai jaringan yang lebih dalam

melalui nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi

odontogen.

Abses dental ini terjadi akibat adanya faktor iritasi seperti plak, kalkulus, karies

dentin, invasi bakteri (Staphylococcus aureus, Streptococcus, Haemophilis

Page 3: CR Abses Subkutan

influenzae), impaksi makanan atau trauma jaringan. Keadaan ini dapat

menyebabkan kerusakan tulang alveolar sehingga terjadi gigi goyang. Terjadinya

abses terutama yang telah menyebar ke jaringan sekitarnya, misalnya yang telah

berpenetrasi ke subkutan (abses subkutan) tentunya sangat memberi pengaruh yang

sangat fatal untuk anak, tidak hanya terhadap keadaan umum anak tetapi juga

perkembangan dari rahang dan gigi-geliginya.

Page 4: CR Abses Subkutan

TINJAUAN PUSTAKA

Abses subkutan odontogenik sebenarnya adalah komplikasi daripada karies

gigi. Bisa juga disebabkan oleh trauma gigi (misalnya apabila gigi patah atau hancur).

Email yang terbuka menyebabkan masuknya bakteri yang akan menginfeksi bagian

pulpa gigi. Infeksi ini menjalar hingga ke akar gigi dan tulang yang

mendukung gigi.

Infeksi menyebabkan terjadinya pengumpulan nanah (terdiri dari jaringan tubuh yang

mati, bakteri yang telah mati atau masih hidup dan sel darah putih) dan

pembengkakan jaringan dalam gigi. Ini menyebabkan sakit gigi. Jika

struktur akar gigi mati, sakit gigi mungkin hilang, tetapi infeksi ini akan meluas terus

menerus sehingga mejalar kejaringan yang lain.

2.1. Etiologi Abses Odontogenik

Paling sedikit ada 400 kelompok bakteri yang berbeda secara morfologi dan

biochemical yang berada dalam rongga mulut dan gigi. Kekomplesan flora rongga

mulut dan gigi dapat menjelaskan etiologi spesifik dari beberapa tipe terjadinya

infeksi gigi dan infeksi dalam rongga mulut, tetapi lebih banyak disebabkan oleh

adanya gabungan antara bakteri gram positif yang aerob dan anaerob. Dalam cairan

Page 5: CR Abses Subkutan

gingival, kira-kira ada 1.8 x 1011 anaerobs/gram. Pada umumnya infeksi odontogen

secara inisial dihasilkan dari pembentukan plak gigi. Sekali bakteri patologik

ditentukan, mereka dapat menyebabkan terjadinya komplikasi lokal dan

menyebar/meluas seperti terjadinya bacterial endokarditis, infeksi ortopedik, infeksi

pulmoner, infeksi sinus kavernosus, septicaemia, sinusitis, infeksi mediastinal dan

abses otak.

Infeksi odontogen biasanya disebabkan oleh bakteri endogen. Lebih dari setengah

kasus infeksi odontogen yang ditemukan (sekitar 60 %) disebabkan oleh bakteri

anaerob. Organisme penyebab infeksi odontogen yang sering ditemukan pada

pemeriksaan kultur adalah alpha-hemolytic Streptococcus, Peptostreptococcus,

Peptococcus, Eubacterium, Bacteroides (Prevotella) melaninogenicus, and

Fusobacterium. Bakteri aerob sendiri jarang menyebabkan infeksi odontogen (hanya

sekitar 5 %). Bila infeksi odontogen disebabkan bakteri aerob, biasanya organisme

penyebabnya adalah species Streptococcus. Infeksi odontogen banyak juga yang

disebabkan oleh infeksi campuran bakteri aerob dan anaerob yaitu sekitar 35 %. Pada

infeksi campuran ini biasanya ditemukan 5-10 organisme pada pemeriksaan kultur.

2.2. Patofisiologis Abses Subkutan Odontogenik

Abses periapikal dan abses periodontal mempunyai cara berbeda yang ditempuh oleh

bakteri untuk menginfeksi gigi, Bagaimanapun, abses periapikal jauh lebih sering

dibandingkan dengan abses periodontal.

Page 6: CR Abses Subkutan

2.2.1 Abses periapikal

Ketika suatu abses periapikal terjadi, bakteri menginfeksi gigi 

akibat karies dentin (lubang kecil, disebabkan oleh kerusakan jaringan gigi)

yang terbentuk dari lapisan keras bagian luar gigi (email). Karies dental memecahkan

email dan lapisan jaringan lunak di lapisan bawah (tulang gigi), dan dengan cepat

mencapai pulpa, yang dikenal sebagai pulpitis. Selanjutnya bakteri menginfeksi pulpa

sampai mencapai tulang gigi (tulang alveolar), sebagaimana bentuk dari abses

periapikal.

Infeksi gigi merupakan suatu hal yang sangat mengganggu, infeksi biasanya dimulai

dari permukaan gigi yaitu adanya karies gigi yang sudah mendekati ruang pulpa,

kemudian akan berlanjut menjadi pulpitis dan akhirnya akan terjadi kematian pulpa

gigi (gangren pulpa). Infeksi gigi dapat terjadi secara lokal atau meluas secara cepat.

Adanya gigi yang gangren menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa

sampai apeks gigi. Foramen apikalis dentis pada pulpa tidak bisa mendrainase pulpa

yang terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi tersebut menyebar progresif ke ruangan

atau jaringan lain yang dekat dengan struktur gigi yang gangren tersebut.

Penjalaran infeksi odontogen akibat dari gigi yang gangren dapat menyebabkan

abses, abses ini dibagi dua yaitu penjalaran tidak berat (yang memberikan prognosis

baik) dan penjalaran berat (yang memberikan prognosis tidak baik, di sini terjadi

penjalaran hebat yang apabila tidak cepat ditolong akan menyebabkan kematian).

Page 7: CR Abses Subkutan

Adapun yang termasuk penjalaran tidak berat adalah serous periostitis, abses sub

periosteal, abses sub mukosa, abses sub gingiva, dan abses sub palatal, sedangkan

yang termasuk penjalaran yang berat antara lain abses perimandibular, osteomielitis,

dan phlegmon dasar mulut.

Abses Periodontal

Abses Periodontal terjadi ketika bakteri menginfeksi gusi, menyebabkan penyakit

gusi (yang dikenal sebagai periodontitis). Periodontitis menyebabkan radang di dalam

gusi, yang dapat membuat jaringan yang mengelilingi akar gigi (ligamen periodontal)

terpisah dari dasar tulang gigi. Perpisahan ini menciptakan suatu celah kecil yang

dikenal sebagai suatu poket periodontal, yang sulit untuk dibersihkan, dan

menyebabkan bakteri masuk dan menyebar. Abses Periodontal dibentuk

oleh bakteri dalam poket periodontal. Abses Periodontal selalu terjadi akibat hasil

dari:

1. Penanganan gigi yang menciptakan poket periodontal secara kebetulan,

2. Penggunaan antibiotik yang tidak diperlakukan untuk periodontitis, yang dapat

menyembunyikan suatu abses, dan

3. Kerusakan pada gusi, walaupun tidak terdapat periodontitis.

Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui

beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi melalui

aliran limfatik (limfogen), perluasan langsung infeksi dalam jaringan.

Page 8: CR Abses Subkutan

1. Transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen)

Gingiva, gigi, tulang penyangga, dan stroma jaringan lunak di sekitarnya merupakan

area yang kaya dengan suplai darah. Hal ini meningkatkan kemungkinan masuknya

organisme dan toksin dari daerah yang terinfeksi ke dalam sirkulasi darah. Di lain

pihak, infeksi dan inflamasi juga akan semakin meningkatkan aliran darah yang

selanjutnya menyebabkan semakin banyaknya organisme dan toksin masuk ke dalam

pembuluh darah.

Vena-vena yang berasal dari rongga mulut dan sekitarnya mengalir ke pleksus vena

pterigoid yang menghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus vena faringeal dan

vena maksilaris interna melalui vena emisaria. Karena perubahan tekanan dan edema

menyebabkan penyempitan pembuluh vena dan karena vena pada daerah ini tidak

berkatup, maka aliran darah di dalamnya dapat berlangsung dua arah, memungkinkan

penyebaran infeksi langsung dari fokus di dalam mulut ke kepala atau faring sebelum

tubuh mampu membentuk respon perlawanan terhadap infeksi tersebut. Material

septik (infektif) yang mengalir melalui vena jugularis internal dan eksternal dan

kemudian ke jantung dapat membuat sedikit kerusakan. Namun, saat berada di dalam

darah, organisme yang mampu bertahan dapat menyerang organ manapun yang

kurang resisten akibat faktor-faktor predisposisi tertentu. 

Page 9: CR Abses Subkutan

2. Transmisi melalui aliran limfatik (limfogen)

Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya dengan

aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan mudah menjalar ke

kelenjar limfe regional. Pada rahang bawah, terdapat anastomosis pembuluh darah

dari kedua sisi melalui pembuluh limfe bibir. Akan tetapi anastomosis tersebut tidak

ditemukan pada rahang bawah. Kelenjar getah bening regional yang terkena adalah

sebagai berikut: Banyaknya hubungan antara berbagai kelenjar getah bening

memfasilitasi penyebaran infeksi sepanjang rute ini dan infeksi dapat mengenai

kepala atau leher atau melalui duktus torasikus dan vena subklavia ke bagian tubuh

lainnya.

3. Perluasan langsung infeksi dalam jaringan 

Perluasan langsung infeksi dapat terjadi melalui penjalaran material septik atau

organisme ke dalam tulang atau sepanjang bidang fasial dan jaringan penyambung di

daerah yang paling rentan. Tipe terakhir tersebut merupakan selulitis sejati, di mana

pus terakumulasi di jaringan dan merusak jaringan ikat longgar, membentuk ruang

(spaces), menghasilkan tekanan, dan meluas terus hingga terhenti oleh barier

anatomik. Ruang tersebut bukanlah ruang anatomik, tetapi merupakan ruang potensial

yang normalnya teriis oleh jaringan ikat longgar. Ketika terjadi infeksi, jaringan

alveolar hancur, membentuk ruang sejati, dan menyebabkan infeksi berpenetrasi

sepanjang bidang tersebut, karena fasia yang meliputi ruang tersebut relatif padat.

Page 10: CR Abses Subkutan

Perluasan langsung infeksi terjadi melalui tiga cara, yaitu:

Perluasan di dalam tulang tanpa pointing

Area yang terkena terbatas hanya di dalam tulang, menyebabkan osteomyelitis.

Kondisi ini terjadi pada rahang atas atau yang lebih sering pada rahang bawah. Di

rahang atas, letak yang saling berdekatan antara sinus maksila dan dasar hidung

menyebabkan mudahnya ketelibatan mereka dalam penyebaran infeksi melalui

tulang.

Perluasan di dalam tulang dengan pointing

Ini merupakan tipe infeksi yang serupa dengan tipe di atas, tetapi perluasan tidak

terlokalisis melainkan melewati tulang menuju jaringan lunak dan kemudian

membentuk abses. Di rahang atas proses ini membentuk abses bukal, palatal, atau

infraorbital. Selanjutnya, abses infraorbital dapat mengenai mata dan menyebabkan

edema di mata. Di rahang bawah, pointing dari infeksi menyebabkan abses bukal.

Apabila pointing terarah menuju lingual, dasar mulut dapat ikut terlibat atau pusa

terdorong ke posterior sehingga membentuk abses retromolar atau peritonsilar.

Perluasan sepanjang bidang fasial

Menurut HJ Burman, fasia memegang peranan penting karena fungsinya yang

membungkus berbagai otot, kelenjar, pembuluh darah, dan saraf, serta karena adanya

ruang interfasial yang terisi oleh jaringan ikat longgar, sehingga infeksi dapat

menurun. Di bawah ini adalah beberapa fasia dan area yang penting, sesuai dengan

Page 11: CR Abses Subkutan

klasifikasi dari Burman:

• Lapisan superfisial dari fasia servikal profunda

• Regio submandibula

• Ruang (space) sublingual

• Ruang submaksila

• Ruang parafaringeal

Penting untuk diingat bahwa kepala, leher, dan mediastinum dihubungkan oleh fasia,

sehingga infeksi dari kepala dapat menyebar hingga ke dada. Infeksi menyebar

sepanjang bidang fasia karena mereka resisten dan meliputi pus di area ini. Pada regio

infraorbita, edema dapat sampai mendekati mata. Tipe penyebaran ini paling sering

melibatkan rahang bawah karena lokasinya yang berdekatan dengan fasia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan kegawatan infeksi

odontogenik adalah:

• Jenis dan virulensi kuman penyebab.

• Daya tahan tubuh penderita.

• Jenis dan posisi gigi sumber infeksi.

• Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot.

• Adanya tissue space dan potential space.

Page 12: CR Abses Subkutan

2.3. Gejala dan tanda

Gejala utama abses gigi adalah nyeri pada gigi yang terinfeksi, yang

dapat berdenyut dan keras. Pada umumnya nyeri dengan tiba-tiba, dan secara

berangsur-angsur bertambah buruk dalam beberapa jam dan beberapa hari. Dapat

juga ditemukan nyeri menjalar sampai ketelinga, turun ke rahang dan leher pada

sisi gigi yang sakit. 

Pembentukan abses ini melalui beberapa stadium dengan masing-masing stadium

mempunyai gejala-gejala tersendiri, yaitu:

1. Stadium subperiostal dan periostal

Pembengkakan belum terlihat jelas

Warna mukosa masih normal

Perkusi gigi yang terlibat terasa sakit yang sangat

Palpasi sakit dengan konsistensi keras

2. Stadium serosa

Abses sudah menembus periosteum dan masuk kedalam tinika serosa dari

tulang dan pembengkakan sudah ada

Page 13: CR Abses Subkutan

mukosa mengalami hiperemi dan merah

Rasa sakit yang mendalam

Palpasi sakit dan konsistensi keras, belum ada fluktuasi

3. Stadium sub mukous

Pembengkakan jelas tampak

Rasa sakit mulai berkurang

Mukosa merah dan kadang-kadang terlihat terlihat pucat

Perkusi pada gigi yang terlibat terasa sakit

Palpasi sedikit sakit dan konsistensi lunak, sudah ada fluktuasi

4. Stadium subkutan

Pembengkakan sudah sampai kebawah kulit

Warna kulit ditepi pembengkakan merah, tapi tengahnya pucat

Konsistensi sangat lunak seperti bisul yang mau pecah

Turgor kencang, berkilat dan berfluktuasi tidak nyata

Page 14: CR Abses Subkutan

Gambar 1. Abses subkutan yang berasal dari infeksi gigi yang telah menyebar

Gejala-gejala umum dari abses adalah:

• Gigi terasa sensitif kepada air dingin atau panas. 

• Rasa pahit di dalam mulut. 

• Nafas berbau busuk. 

• Kelenjar leher bengkak. 

• Bahagian rahang bengkak (sangat serius).

• Suhu badan meningkat tinggi dan kadang-kadang menggigil

• Denyut nadi cepat/takikardi

• Nafsu makan menurun sehingga tubuh menjadi lemas (malaise)

• Bila otot-otot perkunyahan terkena maka akan terjadi trismus

Page 15: CR Abses Subkutan

• Sukar tidur dan tidak mampu membersihkan mulut

• Pemeriksaan laboratorium terlihat adanya leukositosis

2.4. Dampak Abses Subkutan Odontogenik terhadap anak dan gigi permanen

Pada gigi depan, biasanya proses karies gigi dapat berhenti (Caries Arest), namun

dapat juga melanjut. Karies pada gigi depan biasanya berwarna hitam dan .pada gigi

belakang, karies gigi akan melanjut dan akan mengakibatkan kerusakan syaraf gigi.

Kerusakan syaraf gigi pada mulanya akan mengakibatkan rasa sakit yang sangat,

namun jika syaraf telah mati, gigi tidak akan terasa sakit sama sekali.

Sudah bisa diduga dampak karies gigi ini bisa mengakibatkan nafsu makan anak

berkurang (karena giginya sakit) atau yang paling parah bisa mengakibatkan abses

(pembengkaan dan pernanahan) gusi di daerah akar gigi. Jika abses ini terjadi, maka

anak akan menderita demam dan sakit gigi yang luar biasa. Di samping itu, abses ini

dapat melanjut ke jaringan lunak sekitar mata ataupun di sekitar leher. Dampak lain

adalah gangguan pada pertumbuhan calon gigi pengganti. Namun, jika karies ini

ditangani dengan baik, seperti : dirawat saluran akarnya dan ditambal dengan baik,

maka kondisi karies/gigis ini tidak akan mempengaruhi gigi asli (gigi permanen) yang

akan tumbuh.

 

Penyakit kulit yang umum ditemukan sebagai akibat transmisi mikroorganisme dari

gigi adalah penyakit kulit dengan dasar reaksi alergi (urtikaria, ekzema), liken planus,

alopesia areata, akne vulgaris, eritema multiforme eksudatif, dan dermatitis

Page 16: CR Abses Subkutan

herpetiformis. Mikroorganisme rongga mulut dapat menyebabkan infeksi pada kulit

melalui inokulasi langsung (gigitan) dan melalui pelepasan histamin dari mastosit

serta pembentukan kompleks imun pasca ekstraksi gigi. (9)

2.5. Perawatan Abses Subkutan odontogenik

Adapun tahap penatalaksanaa abses odontogenik secara umum adalah:

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan x-ray secara periapikal dan panoramik perlu dilakukan sebagai skrining

awal untuk menentukan etiologi dan letak fokal infeksi. 

Tes Serologi

Tes Serologi yang paling sering digunakan adalah tes fiksasi komplemen dan tes

aglutinasi. Kedua tes ini digunakan untuk mengetahui etiologi.

Penatalaksanaan

Satu-satunya cara untuk menyembuhkan abses gigi adalah mengikuti

perawatan gigi dengan menggunakan prosedur perawatan abses gigi dalam beberapa

kasus, pembedahan, atau kedua-duanya dimana terperinci di bawah ini:

Page 17: CR Abses Subkutan

Prosedur Dental

Langkah utama yang paling penting dalam penatalaksanaan abses gigi

adalah incisi abses, dan drainase nanah yang berisi bakteri. Prosedur ini pada

umumnya dilakukan apabila sudah di anaestesi lokal terlebih

dahulu, sehingga area yang sakit akan mati rasa.  Jika abses periapikal, abses akan

dipindahkan melalui perawatan saluran akar untuk mengeluarkan abses dan

membuang jaringan yang rusak dari pulpa. Kemudian ditumpat untuk mencegah

infeksi peradangan lebih lanjut. 

Jika abses periodontal, maka abses akan dikeluarkan, dan secara menyeluruh

membersihkan periodontal pocket. Kemudian melicinkan permukaan akar gigi

dengan scaling dan marginal gingiva untuk membantu penyembuhan dan

mencegah infeksi/peradangan lebih lanjut.

Jika merupakan abses periapikal dan infeksi berulang, maka harus membuang

jaringan yang rusak.

Jika abses periodontal dan infeksi berulang, maka perawatannya dengan

memindahkan poket periodontal dan membentuk kembali jaringan gingiva.

Dalam stadium periostal meningkat tinggi dan sub periostal dilakukan

trepanasi untuk mengeluarkan abses dan gas gangren yang terbentuk,

kemudian diberikan obat-obatan antibiotik, antiinflamasi, antipiretik,

analgesik dan roboransia. Dengan cara ini diharapkan abses tidak meluas dan

dapat sembuh.

Page 18: CR Abses Subkutan

Dalam stadium serosa dianjurkan untuk kumur-kumur air garam hangat dan

kompres hangat, supaya abses masuk ke arah rongga mulut.

Dalam stadium submukosa dan subkutan dimana sudah terjadi fluktuasi maka

dilakukan insisi dan dimasukkan kain gaas steril atau rubber-dam sebagai

drainase, kemudian diberikan obat-obatan antibiotika, antiinflamasi,

antipiretika, analgesika dan roboransia. Pencabutan gigi yang terlibat

(menjadi penyebab abses) biasanya dilakukan sesudah pembengkakan sembuh

dan keadaan umum penderita membaik. Dalam keadaan abses yang akut tidak

boleh dilakukan pencabutan gigi karena manipulasi ekstraksi yang dilakukan

dapat menyebarkan radang sehingga mungkin terjadi osteomyelitis.

Tabel 1. Antibiotik yang digunakan pada perawatan abses odontogenik.

Antimicrobials Adult Dosage Pediatric Dosage 

Narrow-spectrum agents 

Penicillin VK 250 – 500 mg q6h 50 mg /kg q8h 

Amoxicillin 500 mg q8h 15 mg / kg q8h 

Cephalexin£ 250 – 500 mg q6h 25 – 50 mg /kg /d q6-8h 

Erythromycin β 250 mg q6h 10 mg / kg q16h 

Azithromycin β€ 500 mg x 1d, then

250 or 500 mg q 24h 10 mg / kg / d x 1d, then 5 mg / kg / d q24h x 4d 

Clarithromycin β 250 – 500 mg q12h or 1g PO q24h 15 mg / kg / d q12h 

Doxycycline β βi 100 mg q12h 1 – 2 mg / kg q12h x 1d, then 1 – 2 mg / kg q 24h

Page 19: CR Abses Subkutan

Tetracycline β βi 250 mg q6h 12.5 – 25.0 mg / kg q12h 

Broad-spectrum agents 

Clindamycin β 150 – 300 mg q8h 10 mg / kg q8h 

Amoxicillin / clavulanate 875 mg q12h 45 mg /kg q12h 

Metronidazole plus 1 of the following: β 250 mg q6h or 500 mg q12h 7.5 mg / kg q6h

or 15 mg / kg q12h 

Penicillin VK 250 – 500 mg q6h 50 mg /kg 

or Amoxicillin 500 mg q8h 15 mg /kg q8h 

or Erythromycin β 250 mg q6h 10 mg / kg q8h 

Pada tahap pencegahan terjadinya abses subkutan dan perawatan setelah terjadinya

abses subkutan, maka dengan menggunakan obat-obatan (medikamen) dilakukan

sebagai berikut:

1.Pembengkakan gingiva dengan tanda peradangan di sekitar gigi yang sakit.

Penatalaksanaan:

- pasien dianjurkan berkumur dengan air hangat 

- simptomatik : parasetamol (bila diperlukan) 250 mg 3 kali sehari

2. Jika jelas ada infeksi, dapat diberikan amoksisilin selama 5 hari ( 250 mg3 kali 

sehari)

3. Bila ada indikasi, gigi harus dicabut setelah infeksi reda dan rujuk ke dokter

gigi.

Page 20: CR Abses Subkutan

2.6. Prognosis Abses Subkutan Odontogenik

Prognosis dari abses Odontogenik adalah baik terutama apabila diterapi dengan

segera menggunakan antibiotika yang sesuai. Apabila menjadi bentuk kronik, akan

lebih sukar diterapi dan menimbulkan komplikasi yang lebih buruk dan kemungkinan

amputasi lebih besar.

Page 21: CR Abses Subkutan

KESIMPULAN

• Abses subkutan Odontogenik merupakan komplikasi dari abses dari gigi yang tidak

maupun terlambat dirawat secara prosedur dental sehingga menyebar ke daerah

subkutan yang dapat menimbulkan fistel pada permukaan kulit

• Etiologi dari abses odontogenik sendiri yaitu bakteri endogen terutama bakteri

anaerob dan jaran ditemukan oleh karena bakteri aerob. Penyebaran bakteri ini karena

abses periodontal maupun abses periapikal tetapi kebanyakan karena abses periapikal.

Sedangkan penyebarannya dapat secara hematogen, limfogen maupun penyebarab

secara langsung pada jaringan sekitar.

• Penyebaran abses odontogen menjadi abses subkutan sangat dipengaruhi oleh

keadaan umum anak misalnya daya tahan tubuh anak dan virulensi dari bakteri

• Pencegahan terjadinya abses subkutan pada anak sangat perlu karena perluasan

abses dapat menggangu kondisi dari gigi-gigi permanen yang akan erupsi

• Prinsip perawatan abses subkutan yaitu melakukan insisi pada abses kemudian

dilakukan drainase, yang kemudian dilakukan pencabutan dari gigi yang menjadi

penyebab primer abses

• Prognosis dari abses subkutan adalah baik

Page 22: CR Abses Subkutan

DAFTAR PUSTAKA

1. Infeksi odontogenik dan penjalarannya. Available from: http//www. 

Littleaboutmyworld.com. Accesed at: 2009/07/29

2. Mencegah gigi demi masa depan anak anda. Available from: http://www.d- 

artsdentist.com/home.php?page=services. Aceesed at: 2008/15/09

3. Infeksi Odontogen. Available from: http//:www.cilmiaty.blogspot.com/. 

Accesed at: 2009/3/4

4. Dental Abses. Available from: http//:www.adi along

.blog.friendster.com/2008/07/dental-abses . 

5. Abses pada rongga mulut. Available from:http://www.

ruangkesehatan.blog.com/2008/02/15/abses-pada-rongga-mulut-makalah/. Accesed

at: 2008/02/15.

6. Dental Abscess. Available from: http://www.

fcbarcelonadf.blog.friendster.com/2008/04/istimewanya-wanita-islam/. Accesed at:

2008/04

7. Abses gigi. Available from: http://penyakitdalam.wordpress.com/2009/11/02/ 

8. Penyakit Periodontal. Available from:

http://medicallearn.blogspot.com/2009/02/abses-periodontal.html

9. Infeksi Dentoa Alveolar. Available from:

http://littleaboutmyworld.wordpress.com/2009/07/29/infeksi-dentoalveolar/

Page 23: CR Abses Subkutan

LAPORAN KASUS

 

I.                   IDENTITAS

Nama                     : Tn. Yusuf

Alamat                  : Kurungan Nyawa

Umur                     : 32 tahun

Kelamin                 : Laki-laki

Pekerjaan               : Wiraswasta

Status                    : Belum menikah

Tanggal periksa     : Kamis, 1 Maret 2012

 

II.                Anamnesa

Pasien datang ke poliklinik gigi dengan keluhan rahang bawah sebelah kiri bengkak

sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengaku sekitar 6 bulan yang lalu mengalami sakit

gigi. Sakit yang dirasakan menyebar, nyeri yang tiba-tiba walaupun pasien tidak

sedang mengunyah. Pasien juga mengalami demam dan sakit kepala, pada saat itu

pasien mengaku hanya membeli obat di warung, dan nyeri yang dirasakan agak

berkurang. Tetapi sejak 1 minggu sebelum pasien datang ke RS rahang bawah nya

Page 24: CR Abses Subkutan

mengalami bengkak. Bengkak nya dirasa pasien makin lama semakin besar, seperti

bisul yang mau pecah diikuti rasa demam, dan kesulitan untuk makan.

General Survey

Riwayat diabetes melitus dan hipertensi disangkal.

Pemeriksaan Fisik :

Ekstra Oral : Wajah asimetris, terdapat pembengkakan pada rahang bawah sebelah

kiri yang berwarna kemerahan, mengkilat nyeri tekan (+), fluktuasi (+).

Intra Oral :

Oral Higiene : Buruk

Bibir : Tidak ada kelainan

Mukosa bukal : Hiperemis

Ginggiva : bengkak kemerahan

Lidah : tidak ada kelainan

Dasar Mulut : tidak ada kelainan

Palatum : tidak ada kelainan

Oklusi : Normal

Page 25: CR Abses Subkutan

Gigi Geligi

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Status Lokalis :

Gigi : 3.8

Karies : Profunda okluso medio bukal

Sondasi : (-)

Dingin : (-)

Perkusi : (-)

Tekanan : (-)

Palpasi : (-)

Mobiliti : (-)

Poket : tidak dilakukan

Jaringan Sekitar :

Inspeksi : Terlihat benjolan pada rahang bawah sebelah kiri sebesar telur ayam,

berwarna kemerahan pada pinggirnya, dan di tengahnya terlihat berisi nanah,

permukaannya halus, mengkilat, dan tidak berbatas tegas.

Page 26: CR Abses Subkutan

Palpasi : Konsistensi lunak, batas tidak tegas, masih dapat digerakkan dari jaringan

sekitar, fluktuasi (+).

Gambaran Rontgen :

Diagnosis Banding :

Abses Subkutan EC Gangren pulpa 3.8

Abses Submukosa EC Gangren pulpa 3.8

Diagnosis Kerja :

Abses Subkutan EC Gangren pulpa 3.8

Page 27: CR Abses Subkutan

Rencana Perawatan :

Proinsisi

Proekstraksi

Promedikamentosa

Terapi :

Insisi

Ekstraksi gigi 3.8

Medikamentosa post insisi : Amoxillin 500mg 3X1

Asam Mefenamat 500mg 3X1

Metronidazole 500mg 3X1

Konseling :

Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan rencana tindakan yang

akan dilakukan

Meminta persetujuan pasien untuk melakukan tindakan yang berhubungan

dengan penyakitnya.

Prognosa:

Quo ad vitam : ad malam

Quo ad functionam : ad malam

Page 28: CR Abses Subkutan

 LEMBAR PERAWATAN

Tanggal Hasil Pemeriksaan Therapi Keterangan

1 Maret

2012

3 Maret 2012

5 Maret 2012

Keluhan : rahang

bawah sebelah kiri

bengkak sejak 1

minggu yang lalu

D :Abses Subkutan

 

Keluhan : Tidak

Ada

Keluhan : Tidak

Ada

D : Gangren gigi

3.8

- Insisi + drain

- Medikamentosa :

Amoxillin 500mg 3X1

Asam Mefenamat 500mg

3X1

- Penggantian kassa

- Ekstraksi gigi 3.8 - Medikamentosa :

Amoxillin 500mg 3X1

Asam Mefenamat 500mg

3X1

Pasien diminta

datang kembali

untuk kontrol

Pasien diminta melakukan rontgen

 

Page 29: CR Abses Subkutan

PEMBAHASAN

Pasien datang ke poliklinik gigi dengan keluhan rahang bawah sebelah kiri bengkak

sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengaku sekitar 6 bulan yang lalu mengalami sakit

gigi. Sakit yang dirasakan menyebar, nyeri yang tiba-tiba walaupun pasien tidak

sedang mengunyah. Pasien juga mengalami demam dan sakit kepala, pada saat itu

pasien mengaku hanya membeli obat di warung, dan nyeri yang dirasakan agak

berkurang. Tetapi sejak 1 minggu sebelum pasien datang ke RS rahang bawah nya

mengalami bengkak. Bengkak nya dirasa pasien makin lama semakin besar, seperti

bisul yang mau pecah diikuti rasa demam, dan kesulitan untuk

Pada pasien ini kami mendiagnosa abses subkutan bagian submandibula yang

didapatkan dari anamnesa bahwa adanya pembengkakan pada rahang bawah sebelah

kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pembengkakan yang terjadi disebabkan oleh adanya

gigi geraham yang mengalamai gangren. Bisa dibuktikan dari anamnesa yang

menyebutkan bahwa pasien sebelumnya pernah mengalami sakit gigi yang menyebar,

pasien juga menyatakan mengalami nyeri yang tiba-tiba walaupun sedang tidakm

Page 30: CR Abses Subkutan

mengunyah.Pasien juga mengalami demam, dan sakit kepala namun hanya membeli

obat di warung. Dari sini bisa disimpulkan bahwa pasien sempat mengalami pulpitis

akut totalis hingga akhirnya terjadi gangrene. Pada pemeriksaan fisik ( intra oral)

didapatkan gigi yang karies profunda okluso medio bukal pada gigi 3.8. Dengan hasil

sondasi, dingin,perkusi, tekanan, mobilitas adalah negative (-). Adapun hasil

pemeriksaan pada jaringan sekitar , yakni pada inspeksi terlihat benjolan pada rahang

bawah sebelah kiri sebesar telur ayam, berwarna kemerahan pada pinggirnya, dan di

tengahnya terlihat berisi nanah, permukaannya halus, mengkilat, dan tidak berbatas

tegas. Kemudian hasil pemeriksaan palpasi terlihat konsistensi lunak, batas tidak

tegas, masih dapat digerakkan dari jaringan sekitar, fluktuasi (+).

Hal ini tepat dengan teori yang menyebutkan bahwa abses subkutan akan terdapat

pembengkakan sudah sampai kebawah kulit. Warna kulit ditepi pembengkakan

merah, tapi tengahnya pucat. Konsistensi sangat lunak seperti bisul yang mau pecah,

turgor kencang, berkilat dan berfluktuasi tidak nyata.

Adapun penatalaksanaan pada pasien ini adalah insisi untuk mengeluarkan isi abses

karna sudah bersifat fluktuatif dan memberi obat-obat antibiotic seperti Amoxillin

500mg 3X1, metronidazole 40mg 2X1, asam mefenamat 500mg 3X1. Apabila nyeri

telah reda, dilakukan ekstraksi gigi 3.8 guna menghilangkan sumber infeksi.

Page 31: CR Abses Subkutan

Prognosa pada pasien ini adalah baik secara vitam dan functionam ad malam, karena

gigi pasien sudah diekstraksi.