Upload
khamila-tusy
View
63
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SCALING
Citation preview
1
REFLEKSI KASUS
SCALING DAN ROOT PLANNING
NamaLengkap : Nur Khamilatusy S
NIM : 112100156
Nama pasien : Futika Lutfiani
BAGIAN PERIODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNISSULA
2015
2
I. DESKRIPSI KASUS
1.1 Data pasien:
Nama Penderita : Futika Lutfiani
Tanggal Lahir : Semarang, 24 Januari 1992
Umur : 23 tahun
Alamat : Pondok Raden Patah Blok F2 Nomor 26
Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
1.2 Pemeriksaan Subyektif
Keluhan Utama : Pasien mengeluhkan gigi geliginya terdapat banyak
karang gigi.
Anamnesa : Pasien datang dengan keluhan tidak percaya diri karena
giginya kotor. Terdapat karang gigi sejak 4 tahun yang lalu. Awalnya
karang gigi sedikit lama kelamaan banyak. Karang gigi pernah
dipatahkan dengan cara menggoyangkan karang memakai lidah dan
tangan. Pernah ke dokter gigi untuk mencabutkan gigi waktu SD.
Belum pernah membersihkan karang gigi.
bau mulut. Riwayat Sistemik : d.t.a.k
Riwayat Sistemik keluarga : d.t.a.k
Riwayat Penyakit gigi dan gusi sebelumnya: belum pernah melakukan
perawatan di dokter gigi.
1.3 Pemeriksaan objektif :
Keadaaan umum : sehat
Penampilan : kooperatif dan komunikatif
Berat badan : 68 kg
Tinggi badan : 160 cm
1.3.1 Pemeriksaan Ekstra Oral
3
Tidak ada kelainan/ keluhan pada jaringan sekitar kepala,
leher, TMJ dan jaringan limponodi pasien.
1.3.2 Pemeriksaan Intra Oral
Mukosa : normal, tak ada kelainan
Lidah : normal, tak ada kelainan
Gusi : normal, tak ada kelainan
Langit-langit : normal, tak ada kelainan
Dasar mulut : normal, tak ada kelainan
1.3.3 Pemeriksaan gigi
Elemen gigi 16
Inspeksi : tampak radix gigi 14
S: (-) Pr: (-) Pal (-) M: (-)
Elemen gigi 25
Inspeksi : tampak kavitas kedalaman email bagian oklusal
S: (-) Pr: (-) Pal (-) M: (-) CE (+)
Missing pada gigi 36
Missing pada gigi 46
1.4 Gambaran Klinis
Pemeriksaan radiografis.
4
Keterangan :
tampak radix gigi 14
Missing teeth 36 dan 46
II. PENATALAKSANAAN
I.I Kunjungan I
Pemeriksaan subjektif
5
Pasien datang dengan keluhan gigi geliginya terdapat banyak karang
gigi dan pasien ingin giginya dibersihkan
Pemeriksaan objektif
Tampak kalkulus pada RA dan RB
OHI : 2, 6 ( sedang )
Tindakan
- Scaling
- Edukasi
Sebelum dilakukan scaling
Setelah dilakukan scaling
I.2 Kunjungan III
Pemeriksaan subjektif
Pasien datang untuk kontrol giginya yang telah dirawat. Pada hari ketiga
scaling pasien merasa ngilu. Gigi pasien merasa ada yang goyang
6
Pemeriksaan objektif
Terdapat kalkulus di bagian labial gigi 31, gigi 31 goyang derajat 1.
Skor OHI 1,5 (baik)
Tindakan
Kontrol dan scaling ulang
Masih terdapat kalkulus di labial gigi 31 dan 41
Setelah dilakukan scaling ulang
III. PERTANYAAN KRITIS
1. Bagaimana proses terbentuknya kalkulus?
2. Apa saja macam-macam gingivitis yang disebabkan oleh plak gigi dan
bagaimana mekanismenya?
3. Apa instrumen yang tepat untuk tindakan scaling dan root planing
7
kalkulus supragingival dan subgingiva?
4. Proses penyembuhan gingivitis !
IV. LANDASAN TEORI
1. Bagaimana proses terbentuknya kalkulus?
Kalkulus atau tartar atau calcarous deposits terdiri atas deposit
plak termineralisas yang keras dan menempel pada gigi. Kalkulus adalah
massa kalsifikasi yang terbentuk dan melekat pada permukaan gigi, dan
objek solid lainnya di dalam mulut, misalnya restorasi dan geligi tiruan,
yang tidak terpapar friksi. Deposisi terkalsifikasi menurut hubungannya
terhadap tepi gingiva, misalnya supragingiva dan subgingiva
Kalkulus supragingiva
Kalkulus ini dapat ditemukan disebelah koronal dari tepi gingiva.
Kalkulus mula-mula pada permukaan yang berlawanan dengan duktus
saliva, pada permukaan lingual insisivus bawah dan permukaan bukal molar
atas, tetapi dapat juga terdeposit pada setiap gigi dan geligi tiruan yang
tidak dibersihkan dengan baik. Warnanya agak kekuningan kecuali bila
tercepar oleh faktor lain (misalnya tembakau, anggur, pinang), cukup keras,
rapuh dan mudah dilepas dari gigi dengan alat khusus.
Kalkulus subgingiva
Kalkulus ini melekat pada permukaan akar dan distribusinya tidak
berhubungan dengan glandula saliva tetapi dengan adanya inflamasi gingiva
dan pembentukan poket, suatu fakta yang tereflaksi dari namanya”kalkulus
serumial”. Warnanya hijau tua atau hitam, lebih keras daripada kalkulus
supragingiva dan melekat lebih erat pada permukaan gigi. Kalkulus ini
dapat ditemikan pada akar gigi di dekat batas apikal poket yang
dalam,pada kasus yang lebih parah dapat ditemukan jauh lebih dalam ke
apeks gigi.
Komposisi kalkulus
8
Komposisi kalkulus pada masing-masing individu berbeda-beda
tergantung pada lama deposit, posisinya dalam mulut, dan bahkan
geografi dari individu. Komposisi kalkulus terdiri dari 80% massa
anorganik, air, dan matriks organik dari protein dan karbohidrat, juga epitel
deskuamasi, bakteri filamen gram positif, kokus dan leukosit. Fraksi
filamen terutama terdiri dari fosfat kalsium dalam bentuk hidroksiapatit,
brushite, whitlockite, dan fosfat oktakalsium. Selain itu terdapat kalsium
karbinat, magnesium fosfat, dan fluorida dalam jumlah kecil. Kandungan
fluorida kalkulus lebih besar daripada di dalam plak. Perbedaan bentuk dan
distribusi dari kalkulus supragingiva dan subgingiva menujukkan bahwa
komposisi dan cara deposisinya juga berbeda. Komposisi kalkulus
subgingiva mirip dengan kalkulus supragingiva kecuali rasio kalsium
fosfat yang lebih tinggi dan kandunga sodium lebih besar. Protein saliva
tidak ditemukan pada kalkulus subgingiva, menujukkan bahwa deposit ini
sumbernya non-saliva.
Proses terbentuknya kalkulus
Setelah kita menyikat gigi, pada permukaan gigi terbentuk lapisan
bening dan tipis yang disebut pelikel. Pelikel ini belum ditumbuhi kuman.
Apabila sudah ditumbuhi kuman disebut plak. Plak berupa lapisan tipis
bening yang menempel pada permukaan gigi, terkadang juga ditemukan
pada gingiva dan lidah. Plak terdiri dari kumpulan sisa makanan,
bakteri, sejumlah protein dan saliva. Plak selalu berada di dalam rongga
mulut karena pembentukkannya setiap saat , dan akan hilang bila
menggosok gigi atau menggunakan dental floss. Plak yang dibiarkan
cukup lama akan terkalsifikasi (berikatan dengan kalsium) dan mengeras
sehingga menjadi kalkulus. Mineralisasi plak mulai 24-72 jam dan rata-rata
butuh 12 hari untuk matang.
Mineral pada kalkulus supragingiva berasal dari saliva, sedang
pada kalkulus subgingiva berasal dari eksudat cairan gingiva. Pada plak
9
yang baru terbentuk, konsentrasi kalsium dan ion fosfornya sangat tinggi
sekitar 20 kali lebih besar daripada di saliva, tetapi tidak terbentuk kristal
apatit. Selain itu, juga terlihat bahwa kristal hidroksiapatit terbentuk
spontan di dalam saliva. Bila kalsifikasi sudah berlangsung, kalsifikasi
akan terus berlanjut melalui pertumbuhan kristal.
2. Apa saja macam-macam gingivitis yang disebabkan oleh plak gigi
dan bagaimana mekanismenya?
Gingivitis merupakan proses peradangan didalam jaringan
periodonsium yang terbatas pada gingiva, yang disebabkan oleh
mikroorganisme yaang membentuk suatu koloni serta membentuk plak
gigi yang melekat pada tepi gingival.
Gingivitis adalah peradangan gingiva. Pada kondisi ini tidak terjadi
kehilangan perlekatan. Pada pemeriksaan klinis terdapat gambaran
kemerahan di margin gingiva, pembengkakan dengan tingkat yang
bervariasi, perdarahan saat probing dengan tekanan ringan dan perubahan
bentuk gingiva. Peradangan gingiva tidak disertai rasa sakit.
Macam-macam gingivitis karena plak gigi, yaitu :
1. Gingivitis associated with dental plaque only
Disebabkan karena interaksi antara mikroorganisme pada dental plak
biofilm, jaringan, dan sel inflamatory host.
a. With local contributing factor
Faktor lokal yaitu plaque-retentive calculus formation pada mahkota
dan peremukaan akar yang memiliki kemampuan untuk
melekatnya mikroorganisme dan menghalangi pembersihannya
dengan teknik konrtol plak.
b. Without local contributing factor
2. Gingival disease modified by systemic factor
a. Associated with Endocrine system
1) Puberty associated gingivitis
10
Respon gingivitis terhadap dental plak dan hormon yang
relative sedikit selama masa puber.
2) Menstrual-cycle associated gingivitis
Respon gingivitis terhadap dental plak dan hormon sebelum
ovulasi.
3) Pregnancy associated
- Gingivitis
Respon terhadap dental plak dan perubahan hormon, biasanya
terjadi selama trimester 2 dan 3.
- Pyogenic granuloma
Terdapat mushroom-shaped gingiva pada margin gingival,
tetapi lebih umum terjadi pada interdental papil selama
kehamilan. Bukan tumor, tetapi merupakan respon
terhadap iritasi yang diakibatkan hemangioma yang dapat
mudah berdarah.
4) Diabetes mellitus associated gingivitis
b. Associated with blood dyscrasias
1) Leukemia associated gingivitis
Disebabkan karena terganggunya keseimbangan sel darah putih
yang menyuplai periodonsium, sehingga terjadi peningkatan
pendarahan dan pembesaran gingival.
2) Lainnya
Gingivitis yang berhubungan dengan keabnormlan fungsi
atau jumlah sel darah.
c. Gingival disease modified by medication (drug influenced gingival
disease)
1) Drug influenced gingival enlargement
Medikasi sistemik :
11
- Anticonvulsant : phenytoin
- Ca channel blocker : nivedipine, verapamil, diltializem,
sodium
- valporat.
- Imunosupresan : cyclosporine
- Adanya plak akan memperburuk kondisi.
2) Drug influenced gingivitis
Oral contraceptive associated gingivitis yaitu yang dikonsumsi
oleh wanita premenopause
d. Gingival disease modified by malnutrition
1) Ascorbic acid deficiency gingivitis
Yaitu kekurangan asam askorbat (vitamin C) yang kronis.
Manifestasi : bengkak, ulcer, mudah berdarah.
2) Lainnya
- Defisiensi nutrisi spesifik :
Vitamin A untuk menjaga kesehatan epitel sulkus
Vitamin B komplek untuk menjaga kesehatan
jaringan mukosa
- Kelaparan mengeliminasi semua nutrient yang
dibutuhkan untuk kesehatan periodonsium.
Mekanisme gingivitis akibat dari kalkulus
Gingivitis biasanya disebabkan oleh buruknya kebersihan mulut
sehingga terbentuk plak atau karang gigi di bagian gigi yang berbatasan
dengan tepi gingiva. Plak dan karang gigi mengandung banyak bakteri
yang akan menyebabkan infeksi pada gingiva. Bila kebersihan mulut
tidak diperbaiki, gingivitis akan bertambah parah dan berkembang menjadi
periodontitis.
Penyebab primer dari penyakit periodontal adalah iritasi bakteri.
Menurut teori non-spesifik murni bakteri mulut terkolonisasi pada leher
12
gingiva untuk membentuk plak pada keadaan tidak ada kebersihan mulut
yang efektif. Semua bakteri plak dianggap mempunyai beberapa faktor
virulensi yang menyebabkan inflamasi gingival dan kerusakan periodontal
keadaan ini menunjukkan bahwa plak akan menimbulkan penyakit tanpa
tergantung komposisinya. Namun demikian, sejumlah plak biasanya tidak
mengganggu kesehatan gingiva dan periodontal dan beberapa pasien
bahkan mempunyai jumlah plak yang cukup besar yang sudah berlangsung
lama tanpa mengalami periodontitis yang merusak walaupun mereka
mengalami gingivitis.
Karena plak berakumulasi dalam jumlah sangat besar di regio
interdental yang terlindungi, inflamasi gingiva cenderung dimulai pada
daerah papilla interdental dan menyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi.
Histopatologi dari gingivitis kronis dijabarkan dalam beberapa tahapan:
lesi awal timbul 2-4 hari diikuti gingivitis tahap awal, dalam waktu 2-3
minggu akan menjadi gingivitis yang cukup parah.
1. Lesi awal
Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang
kecil disebelah apikal dari epitelium jungtional. Pembuluh ini mulai
bocor dan kolagen perivaskuler mulai menghilang, digantikan dengan
beberapa sel inflamasi, sel plasma dan limfosit terutama limfosit T
cairan jaringan dan protein serum.
2. Gingivitis tahap awal
Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal
akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan
migrasi Polymorphonuclear Neutrophils (PMN). Perubahan yang terjadi
baik pada epithelium jungsional maupun pada epithelium krevikular
merupakan tanda dari pemisahan sel dan beberapa proliferasi dari sel basal.
3. Gingivitis tahap lanjut
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih
13
parah. Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel
plasma terlihat mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah
makrofag meningkat. Pada tahap ini sel mast juga dapat ditemukan.
Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak, dan mudah berdarah.
3. Apa instrumen yang tepat untuk tindakan scaling dan root planing kalkulus
supragingival dan subgingiva?
Scaling dan root planing merupakan prosedur awal adan penting
dalam semua fase terapi periodontal. Sering kali sulit untuk memisahkan
kapan scaling berhenti dan root planing dimulai, karena kedua prosedur ini
biasanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain
Scaling
Scaling adalah usaha membersihkan semua deposit pada gigi,
kalkulus subgingiva, kalkulus supragingiva, plak dan noda (stain). Scaling
harus dilakukan secara menyeluruh, inflamasi akan menetap bila deposit
gigi tidak dibersihkan seluruhnya. Tujuan utama scaling adalah untuk
mengembalikan kesehatan gingiva dengan jalan menyingkirkan dari
permukaan gigi unsur-unsur yang dapat menimbulkan inflamasi seperti
plak, kalkulus dan sementum yang tercemar.
Root planing
Root planing adalah teknik untuk menghilangkan sementum atau
dentin permukaan yang berubah karena adanya penyakit. Istilah lain dari
root planing adalah “detoksifikasi akar”. Detoksifikasi akar adalah prosedur
untuk membuat permukaan akar yang berpenyakit menjadi bebas plak,
sementum, dentin permukaan dan toksin atau mikroorganisme.
Instrumen yang digunakan untuk tindakan scaling dan root planing
Untuk lebih mengenali alat periodontal ada baiknya lebih dulu
dikenali bagian-bagian dari suatu alat periodontal yang terdiridari: mata
pisau (blade), leher (shank); dan gagang (handle).
14
Instrumen untuk membuang deposit supragingiva
Ada empat intrument yang digunakan untuk membuang deposit
kalkulus supragingiva yaitu :
a. Skeler sabit
Permukaan skele rsabit (sickle scaler) adalah datar dengan
dua sisi pemotong (cutting edge) yang akan menyatu membentuk
ujung yang runcing. Penampang melintangnya berbentuk segitiga
dan sisi pemotong pada kedua sisi. Karena disainnya alat ini
hanya digunakan untuk penyingkiran kalkulus supragingival.
Apabila digunakan untuk instrumenttasi subgingival akan
mencederai jaringan gingiva.
b. Hoe
Mata pisau skeler pacul (hoe scaler) membengkok
membentuk sudut 99°- 100° terhadap leher alat. Alat ini didisain
untuk setiap permukaan gigi, artinya pada setiap permukaan gigi
digunakan satu jenis skeler pacul. Hoe scaler digunakan untuk
mengungkit deposit kalkulus marginal.
c. File
Skeler kikir (file scaler) digunakan untuk merontokkan
dan menghilangkan deposit kalkulus yang tebal.
d. Chisel (pahat)
Skeler pahat (chisel scaler) didisain khusus untuk
penskeleran pada permukaan proksimal gigi anterior yang terlalu
rapat ruang interproksimalnya. Lehernya bias lurus atau
membengkok, dengan sisi pemotong membentuk sudut 45 °.
15
Instrumen untuk membuang deposit subgingiva
Kuret adalah instrumen pilihan untuk melakukan preparasi
akar secara manual. Penampang kuret berbentuk setengah
lingkaran. Ujung dan bagian belakang yang membulat
memudahkan instrumenasi daerah subgingiva tanpa menyebabkan
trauma pada jaringan lunak di sekitarnya. Ada dua tipe dasar kuret,
yaitu kuret universal dan spesifik (Gracey). Kuret universal memiliki
mata pisau dengan 2 sisi pemotong dan dirancang untuk
pemakaian secara umun. Kuret ini dapat digunakan pada permukaan
mesial dan distal gigi serta tidak membutuhkan perubahan ujung kerja
instrumen.
Gerakan Dasar
Terdapat dua macam gerakan dasar dalam scaling dan root planing,
yaitu :
1. Gerakan eksplorasi
Gerakan ini ditujukan untuk mencari letak deposit
subgingiva. Mata pisau instrumen dilewatkan sepanjang permukaan
akar atau deposit kalkulus, ke arah apikal, hingga ke dasar poket.
Bila terdapat hambatan selama gerakan eksplorasi, mata pisau
sebaiknya digerakkan ke arah lateral dari permukaan akar dan
apabila mungkin, digerakkan kembali ke arah apikal dengan
perlahan–lahan. Gerakan ini membantu membedakan birai
kalkulus dengan dasar poket.
2. Gerakan menarik
Setelah kalkulus atau permukaan yang kasar ditemukan,
sudut instrumen dibuat 80 derajat terhadap permukaan akar dan
kalkulus, dan dengan hati-hati instrumen digerakkan ke arah oklusal
16
sepanjang permukaan akar. Gerakan ini diikuti dengan gerakan
penghalusan dengan pengendalian alat yang baik. Root planing
dilakukan dengan kuret yang tajam dan gerakan-gerakan yang pendek
dan halus, berirama, serta kontinu. Instrumen diletakkan pada tepi
deposit, kemudian digerakkan ke beberapa arah agar seluruh
permukaan akar. Lakukan dengan hati-hati agar permukaan akar
tidak tergores atau tercungkil dan dikerjakan hingga permukaan akar
benar-benar halus.
Skeler Sonik dan Ultrasonik
Skeler sonik dan ultrasonik membuat prosedur
debridemen menjadi lebih cepat dan mudah, serta pasien tetap merasa
nyaman. Efek kombinasi dari kavitasi yang ditimbulkan oleh air dan
getaran instrumen terhadap permukaan gigi, memberikan gaya
yang diperlukan untuk melepaskan debris dan deposit lainnya.
Jaringan lunak atau keras tidak akan menglami kerusakan bila
alat digunakan dengan tekanan ringan, gerakan yang konstan, dan
semprotan air yang cukup.
Instrumen sonik dan ultrasonik sangat
direkomendasikan untuk debridemen menyeluruh, khususnya pada
kasus gingivitis ulseratif nekrosis atau gingivitis akut. Instrumrn ini
dapat menghilangkan deposit kalkulus dengan cepat, sementara
semprotan airnya membilas daerah kerja. Beberapa klinisi
menganjurkan penggunaan instrumen sonik dan ultrasonik untuk
debridemen selama pembedahan periodontal. Daerah kerja yang
bersih dan pandangan yang lebih jelas sangat membantu selama
pembedahan, tetapi air yang dikeluarkan dari dental unit sering
mengandung mikroorganisme yang dapat masuk ke daerah operasi.
Oleh karena itu, selama tidak digunakan instrumen disimpan pada
tempat yang steril serta selalu cek tabung air untuk menghindari
17
kontaminasi.
Skeler sonik dan ultrasonik dapat menghilangkan
kalkulus pada daerah yang dalam, tetapi pencapaian akses ke
kalkulus dan kepekaannya terbatas. Semakin dalam poket, semakin
besar kemungkinan sumbatan air pada ujung alat, sehingga
kemungkinan terjadi rasa tidak nyaman pada pasien dan
kerusakan jaringan lunak.
4. Proses Penyembuhan Gingivitis
Proses penyembuhan yang umum berupa penyingkiran debris jaringan
yang mengalami degenerasi serta penggantian jaringan yang telah dirusak
penyakit adalah sama pada semua bentuk terapi periodontal. Ada tiga aspek
penyembuhan periodontal yang perlu diperhatikan karena berkaitan dengan
hasil perawatan yang dicapai, yaitu regenerasi (regeneration), perbaikan
(repair), dan perlekatan baru (new attachment).
A. Regenerasi
Regenerasi adalah pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel dan substansi
seluler baru membentuk jaringan atau bagian yang baru. Regenerasi berasal
dari tipe jaringan yang sama dengan jaringan yang rusak, atau dari
prekursornya. Pengganti epitel gingiva yang rusak adalah berasal dari epitel,
sedangkan jaringan ikat dan ligamen periodontal penggantinya adalah berasal
dari jaringan ikat. Sebaliknya tulang dan sementumbaru bukan berasal dari
tulang dan sementumyang telah ada, tetapi dari dari jaringan ikat yang
merupakan prekursor keduanya. Jaringan ikat yang tidak berdiferensiasi
berkembang menjadi osteoblas dan sementoblas yang nantinya akan
membentuk tulang alveolar dan sementum baru. Pada periodonsium
regenerasi merupakan suatu proses fisiologis yang kontiniu. Dalam keadaan
yang normal, sel dan jaringan baru senantiasa dibentuk untuk menggantikan
sel dan jaringan yang matang dan mati. Proses tersebut tercermin dari adanya:
18
(1) aktivitas mitotik pada epitel gingiva dan jaringan ikat ligamen periodontal,
(2) pembentukan tulang baru, dan (3) deposisi sementum yang terus menerus.
Sebenarnya regenerasi juga berlangsung selama berkembangnya
penyakit periodontal yang destruktif. Kebanyakan penyakit gingiva dan
periodontal adalah berupa penyakit inflamatori kronis, yang berarti adalah
suatu proses penyembuhan. Berhubung karena regenerasi merupakan bagian
dari penyembuhan, maka pada waktu berkembangnya penyakit gingiva den
periodontal yang berupa inflamasi sebenarnya berlangsung juga regenerasi.
Akan tetapi karena bakteribeserta produk bakteri yang berperan dalam proses
penyakit, dan eksudat inflamasi yang dihasilkan bersifat mencederai sel-sel
dan jaringan yang sedang regenerasi, maka penyembuhan pada saat masih
berlangsungnya penyakit tidak berakhir dengan sempurna.
Terapi periodontal akanmenyingkirkan plak bakteri danmenciptakan
kondisi yang dapat menghalangi pembentukan dan penumpukan kembali plak.
Dengan tersingkirnaya faktor-faktor yang menghalangi regenerasi tersebut,
kapasitas regeneratif jaringan akan maksimal dan memungkinkan terjadinya
terjadinya regenerasi.
B. Perbaikan
Proses perbaikan hanya mengembalikan kontinuitas permukaan
gingiva dan mengembalikan sulkus gingiva yang normal dengan level
dasarnya pada permukaan akar sama dengan level dasar saku periodontal
sebelum perawatan Gambar 2. Dua kemungkinan penyingkiran saku
periodontal. A. Saku periodontal pra perawatan; B. Sulkus normal terbentuk
kembali pada level yang setentang dengan dasar saku pra perawatan; C.
Periodonsium diperbaiki pada permukaan akar yang tadinya tersingkap;
keadaan yang demikian dinamakan perlekatan baru.
19
(lihat Gambar 2). Proses tersebut akan menghentikan perusakan tulang
alveolar tanpa meninggikan tinggi tulang. Perbaikan periodonsium yang rusak
mencakup mobilisasi sel-sel epitel dan jaringan ikat ke daerah yang rusak dan
peningkatan pembelahanmitotik lokal guna penyediaan sel-sel dalamjumlah
yang mencukupi.
C. Perlekatan Baru
Perlekatan baru adalah tertanamnya serabut ligamen periodontal yang
baru ke sementum yang baru dan perlekatan epitel gingiva ke permukaan gigi
yang tadinya tersingkap karena penyakit (lihat Gambar 2). Kata kunci pada
pengertian diatas adalah permukaan gigi yang tadinya tersingkap karena
penyakit (lihat Gambar 3).
Gambar 3. Perlekatan baru; ZonaA. Permukaan enamel; ZonaB.Daerah sementum
20
yang tersingkap karena pembentukan saku periodontal; Zona C. Daerah sementum
yang yang dibalut oleh epitel penyatu; Zona D. Daerah semen-tumapikal dari epitel
penyatu. Pada perlekatan baru, epitel penyatu yang baru dan serabut jaringan yang
melekat terbentuk pada zona B.
Apabila gingiva atau ligamen periodontal melekat kembali kepermukaan
gigipada posisi semula sebelumtersingkirkan pada waktu penskeleran dan penyerutan
akar, atau pada waktu preparasi gigi pada daerah subgingiva untuk pembuatan suatu
restorasi, proses tersebut bukanlah perlekatan baru melainkan hanya berupa
perlekatan kembali (reatttachment). Istilah perlekatan kembali pernah digunakan
untuk menamakan perbaikan kembali periodonsium. Namun karena pada
kenyataannya yangmelekat kembali bukanlah serabut yang ada tetapi serabut yang
baru dibentuk dan melekatnya ke sementum yang baru, maka istilah yang paling tepat
adalah perlekatan baru (new attachment). Sekarang ini istilah perlekatan kembali
hanya digunakan untukmenyatakan perbaikan daerah pada akar gigiyang bukan
tersingkap karena pembentukan saku periodontal, misalnya karena insisi pada
prosedur bedah, karena fraktur akar, atau pada perawatan lesi periapikal.
Gambar 4. Penyembuhan berupa adaptasi epitel. A. Saku periodontal; B. Pasca perawatan.
Dinding saku beradaptasi rapat ke permukaan gigi, tetapi tidak melekat ke
permukaan gigi. Bentuk penyembuhan lain yang berbeda dengan perlekatan baru
21
adalah adaptasi epitel (epithelial adaptation). Pada adaptasi epitel, epitel gingival
beradaptasi rapat dengan permukaan gigi sedangkan saku periodontal tetap ada.
Namun karena epitel gingiva beradaptasi rapat, prob tidak dapat diselipkan sampai ke
dasar saku (lihat Gambar 4). Sulkus yang dalamini yang didindingi oleh epitel yang
tipis dan panjang, dan oleh sebab itu bentuk penyembuhan ini dinamakan juga epitel
penyatu yang panjang (long junctional epithelium). Adaptasi epitel bisa sama daya
tahannya terhadap penyakit seperti perlekatan jaringan ikat yang sebenarnya. Apabila
adaptasi epitel tidak disertai oleh pendarahan pada probing, tanda-tanda klinis
inflamasi, dan penumpukan plak pada permukaan gigi, berarti sulkus yang dalam ini
berada dalam keadaan inaktif, tanpa disertai kehilangan perlekatan selanjutnya. Pada
kasus yang demikian sulkus dengan kedalaman 4,0 - 5,0 mm pasca perawatan adalah
masih akseptabel.
Sejak lama perlekatan baru dan regenerasi tulang merupakan sasaran dari
terapi periodontal. Penelitian laboratorium dan klinis yang dilakukan secara intensif
sejak tahun 1970-an telah mengembangkan beberapa konsep dan tehnik perawatan
yangmenghasilkan hasil perawatan yangmendekati sasaran yang ideal tersebut.
Regenerasi ligamen periodontal merupakan kunci dari tercapainya perlekat-an
baru. Dengan regenerasinya ligamen periodontal akan dimungkinkan konti-nuitas
antara tulang alaveolar dengan sementum. Disamping itu, pada ligament periodontal
terkandung sel-sel yang dapat mensintesa dan membentuk kembali gingiva, ligamen
periodontal, dan tulang alveolar.
Pada masa penyembuhan pasca terapi periodontal guna menyingkirkan saku
periodontal, daerah luka dinvasi oleh sel-sel yang berasal dari empat sumber yang
berbeda: (1) epitel oral, (2) jaringan ikat gingiva, (3) tulang alveolar, dan (4) ligamen
periodontal (lihat Gambar 5).
Hasil penyembuhan saku periodontal yang dicapai sangat tergantung pada
sekuens proliferasi sel-sel yang terlibat pada stadiumpenyembuhan.Apabila epitel
berproliferasi lebih dahulu sepanjang permukaan akar gigi sebelum jaringan
periodonsiumlainnya mencapai daerah tersebut, maka bentuk penyembuhan yang
22
dicapai adalah berupa epitel penyatu yang panjang. Bila sel-sel dari jaringan ikat
gingiva yang terlebih dahulu mempopulasi daerah tersebut, hasilnya adalah
serabut-serabut yang sejajar dengan permukaan akar gigi dan remodeling tulang
alveolar, tanpa perlekatan serabut ke sementum. Apabila sel-sel tulang yang lebih
dulumencapai daerah tersebut, bisa terjadi resorpsi akar dan ankilosis. Sebaliknya bila
sel-sel dari ligamen periodontal proliferasi lebih dulu ke daerah tersebut, baru akan
terjadi pembentukan sementum dan ligamen periodontal baru.
Gambar 5. Sumber sel yang regenerasi pada stadium penyembuhan saku periodontal. Kiri:
Saku infraboni;Kanan: Pasca perawatan, dimana klot darah(blood clot) diinvasi oleh sel-sel
yang berasal dari gingiva (A), jaringan ikat gin-giva (B), sumsum tulang (C) dan ligamen
periodontal (D).
Pemahaman terhadap sekuens proliferasi sel-sel tersebut telah diapli-kasikan
untuk kebutuhan klinis dengan dikembangkannya tehnik perawatan yang dinamakan
regenerasi jaringan terarah (guided tissue regeneration), yang lebih menjamin
tercapainya perlekatan baru(Carranza,2002).
23
V. REFLEKSI
Pada pasien ini dilakukan perawatan inisial terlebih dulu dengan di scaling
dan root planing serta DHE mengenai cara merawat dan membersihkan gigi yang
baik dan benar, setelah itu akan dilakukan evaluasi perawatan dengan koreksi
terhadap deformitas anatomikal seperti poket periodontal, warna dan inflamasi
gingival.
Pasien dikontrol 1 minggu setelah perawatan dan didapatkan penurunan skor
OHI dengan kategori baik dan sudah berkurangnya inflamasi gingival, tetapi masih
didapatkan kalkulus dibagian anterior gigi 41 dan 31 serta di dapatkan gingiva 41
tampak resesi. Adanya kalkulus dikarenakan pada saat pembersihan karang gigi
knjungan pertama, pasien mengeluhkan ngilu sehingga operator kurang maksimal
dalam melakukan tindakan dan susunan gigi 41 dan 31 yang crowded sehingga
menyulitkan operator untuk membersihkan kalkulus. Dikaeranakan 2 hal tersebut
pembersihan kalkulus oleh oparetor kurang optimal dan menyebabkan kalkulus
berkembang lagi pada daerah tersebut.
Tindakan yang dilakukan oleh operator adalah scaling ulang untuk
menghilangkan kalkulus yang masih ada. Scaling adalah usaha membersihkan
semua deposit pada gigi, kalkulus subgingiva, kalkulus supragingiva, plak dan
noda (stain). Scaling harus dilakukan secara menyeluruh, inflamasi akan menetap
bila deposit gigi tidak dibersihkan seluruhnya. Tujuan utama scaling adalah
untuk mengembalikan kesehatan gingiva dengan jalan menyingkirkan dari
permukaan gigi unsur-unsur yang dapat menimbulkan inflamasi seperti plak,
24
kalkulus dan sementum yang tercemar.
KESIMPULAN
Kalkulus atau tartar atau calcarous deposits terdiri atas deposit
plak termineralisas yang keras dan menempel pada gigi. Kalkulus adalah
massa kalsifikasi yang terbentuk dan melekat pada permukaan gigi, dan
objek solid lainnya di dalam mulut, misalnya restorasi dan geligi tiruan,
yang tidak terpapar friksi. Deposisi terkalsifikasi menurut hubungannya
terhadap tepi gingiva, misalnya supragingiva dan subgingiva.
Penyebab primer dari penyakit periodontal adalah iritasi bakteri.
Menurut teori non-spesifik murni bakteri mulut terkolonisasi pada leher
gingiva untuk membentuk plak pada keadaan tidak ada kebersihan mulut
yang efektif. Semua bakteri plak dianggap mempunyai beberapa faktor
virulensi yang menyebabkan inflamasi gingival dan kerusakan periodontal
keadaan ini menunjukkan bahwa plak akan menimbulkan penyakit tanpa
tergantung komposisinya. Namun demikian, sejumlah plak biasanya tidak
mengganggu kesehatan gingiva dan periodontal dan beberapa pasien
bahkan mempunyai jumlah plak yang cukup besar yang sudah berlangsung
lama tanpa mengalami periodontitis yang merusak walaupun mereka
mengalami gingivitis.
Scaling adalah usaha membersihkan semua deposit pada gigi,
kalkulus subgingiva, kalkulus supragingiva, plak dan noda (stain). Scaling
harus dilakukan secara menyeluruh, inflamasi akan menetap bila deposit
25
gigi tidak dibersihkan seluruhnya. Tujuan utama scaling adalah untuk
mengembalikan kesehatan gingiva dengan jalan menyingkirkan dari
permukaan gigi unsur-unsur yang dapat menimbulkan inflamasi seperti
plak, kalkulus dan sementum yang tercemar.
Proses penyembuhan yang umum berupa penyingkiran debris jaringan
yang mengalami degenerasi serta penggantian jaringan yang telah dirusak
penyakit adalah sama pada semua bentuk terapi periodontal. Ada tiga aspek
penyembuhan periodontal yang perlu diperhatikan karena berkaitan dengan
hasil perawatan yang dicapai, yaitu regenerasi (regeneration), perbaikan
(repair), dan perlekatan baru (new attachment).
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakar, Abu. Kedokteran Gigi Klinis. Quantum Sinergi Media. Yogyakarta
2. Carranza, F. A., Newman, M. G. 2002. Clinical Periodontology. 10th ed.
Tokyo: W. B.Saunders Company
3. Fedi, Peter F., Vernino, Arthur R. dan Gray, John L. 2005. Silabus Periodonti.
Edisi 4. EGC. Jakarta
4. Harty, F.J. dan Ogston, R. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. EGC. Jakarta
5. Manson, J.D. dan Eley, B.M. 1993. Buku AjarPeriodonti. Edisi 2. Hipokrates.
Jakarta