Upload
trinhkiet
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMANTASI CHARACTER BUILDING DAN
CREATIVITY LEARNING PADA PROSES
PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 1 SD BUKIT
AKSARA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Pendidikan Prodi Teknologi Pendidikan
Oleh
Widliati Latifah
1102412002
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
iii
iv
PERNYATAAN
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
➢ “Pendidikan membuat orang menjadi lebih baik dan orang baik tentu
berperilaku mulia” (Plato)
➢ “Kemenangan adalah milik orang yang tekun. Kunci sukses adalah disiplin
diri, disiplin adalah memaksakan diri sekalipun tidak enak” (Ibu ku Itjih
Suarsih)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim skripsi ini saya
persembahkan untuk:
➢ Ibu Itjih Suarsih, Bapak Didin Subhan
Wahidin (Alm), dan Teteh Ahdiaty Fatimah,
terima kasih atas segala yang telah kalian
berikan selama ini.
➢ Almamaterku tercinta, Universitas Negeri
Semarang.
➢ Yayasan Sanggar Aksara dan Bukit Aksara
Semarang yang telah memberikan banyak
inspirasi dan semangat untuk memberikan
yang terbaik bagi pendidikan di Indoneisa.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun skripsi dengan judul “Implementasi Character Building dan Creativity
Learning Pada Proses Pembelajaran Tematik Kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang”
dengan baik. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih
gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan di
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari dalam
penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
studi Strata 1 di Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian di Sanggar Anak
Alam Bantul Yogyakarta.
3. Drs. Sugeng Purwanto, M. Pd, Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang selalu memberikan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
4. Drs. Sukirman, M.Pd, Dosen Wali sekaligus Pembimbing I yang dengan
sabar memberikan motivasi, bimbingan, dan dukungan dalam penyusunan
skripsi ini.
vii
5. Dr. Yuli Utanto, M.Si, Pembimbing II yang dengan sabar memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan yang telah berkenan mendidik dan berbagi banyak ilmu kepada
penulis dan teman-teman.
7. Ibu Vena Verdiana, S.Pd Kepala SD Bukit Aksara Semarang, Sri Mulyani,
S.Pd Guru Kelas 1, guru-guru, siswa kelas 1, SD Bukit Aksara Semarang
dan seluruh keluarga besar Sanggar Aksara yang telah berbaik hati
mengizinkan serta membantu penulis melaksanakan penelitian ini.
8. Ibu Itjih Suarsih dan Bapak Didin Subhan Wahidin (Alm) yang selalu
tulus memberikan limpahan kasih sayangnya dan mendidik dengan penuh
keikhlasan, agar kelak putrinya dapat menjadi manusia yang bermanfaat
bagi sesama.
9. Tetehku Ahdiaty Fatimah dan Kakak Ipar Ajat Sudrajat, yang selalu
memotivasi untuk meraih impian dan kakak terbaik untuk kulineran.
10. Keponakan tersayang Balakosa Arsya Pradipta dan Hawwalluna Syehzaa
Claudya, yang selalu menjadi alasan untuk pulang dan segera
menyelesaikan skripsi.
11. Angga Septyan Adey Putra, yang telah banyak membantu dan setia
menemani sampai saat ini.
12. Sahabat dari orok, Hary Fitri Anzari, Ristiani Rachman, Bagja M. Debba,
yang telah menyemangati dalam menyelesaikan skripsi.
viii
13. Sahabat SMA ku, Desy Anggita Putri, Febby Yani Ruchyat, Sarah
Veronika, Natia Ayu A P, tidak lupa sahabat kecipirku Sinta Aulia Utami
dan Ira Puspita Sari, dan sahabat SMP Prisilla Melyana yang telah
memberi semangat dan alasan segera menyelesaikan skripsi.
14. Sahabat TP 2012, HIMA TP 2013, DPM FIP 2014, Youth Creativity, PPL
SMK PGRI 1 Mejobo Kudus 2015, dan KKN Tarub Tegal 2015, yang
telah memberikan pengalaman, senyuman, dan kebaikan yang tidak akan
bisa terulang.
15. Sahabat-sahabatku, Adhelina Candra Isnarini, Nia Faridawati Rustandi,
Mohammad Habiburrahman, Naufan Abghis Salam, Rina Puji Makrifah,
Ismail Shalih, Tri Lestari, dan Bondan Gayuh Almuazzam yang selalu
memberikan keceriaan, dukungan, dan bantuan sejak awal persahabatan
hingga saat ini.
16. Tirekku Ferdi dan Mastinku Yunita Bayu Kusuma, yang terkece, selalu
menghibur, like a sister and bro, dan semoga semakin kuat menghadapi
hidup ini.
17. Home Sweet Home, Bapak Papang, Ibu Lisa, Mas Dion, dan Ade Ian, yang
telah menjadi keluarga baru ku di Semarang, memberi banyak
pengalaman, menjadi tempat berbagi suka maupun duka selama di
Semarang.
18. Icha Meilina dan Rizki Gayuh Romadhoni yang telah menjadi kakak di
Semarang dan teman konsultasi yang baik selama skripsi.
ix
19. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penelitian dan
penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar dapat
menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan para pembaca.
Semarang, Maret 2017
Penulis
Widliati Latifah
NIM. 1102412002
x
ABSTRAK
Latifah, Widliati. 2017. Implementasi Character Building dan Creativity
Learning Pada Proses Pembelajaran Tematik Kelas 1 SD Bukit Aksara
Semarang. Skripsi. Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1 Drs. Sukirman,
M.Si. Pembimbing II Dr. Yuli Utanto, M.Si.
Kata kunci: Pendidikan Karakter, Kreativitas, Pembelajaran Tematik
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya berbagai macam sekolah
swasta nasional yang mengunggulkan karakter. Bukan haya karakter yang
menjadi nilai lebih bagi sekolah ini, namun ada kreativitas dalam belajar yang
mejadi fokus dari SD Bukit Aksara Semarang. Peneletian ini bertujuan untuk
mengetahui implementasi dari character building dan creativity learning pada
proses pembelajaran tematik di kelas 1. Implementasi dari character building dan
creativity learning difokuskan pada tiga aspek, yaitu aspek perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis
kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsep character building dan creativity learning telah
disesuaikan dengan tujuan didirikannya SD Bukit Aksara Semarang, yang
menciptakan generasi yang kreatif, dinamis, dan berkarakter. Impelementasi
character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik kelas 1 SD
Bukit Aksara Semarang dalam perencanaan character building dan creativity
learning pada proses pembelajaran tematik kelas 1 SD Bukit Aksara telah sesuai
dengan tujuan dari character building dan creativity learning yang
mememfokuskan karakter dengan adanya fokus karakter dimaisng-maisng
tingkatan kelas, fokus karakter di kelas 1 adalah tertib dan sabar. Nilai kreativitas
dan fokus karakter diintegrasikan kedalam kegiatan pembelajaran di sekolah
maupun diluar sekolah dan melalui bentuk bekerja sama dengan orang tua.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi, proses
pembelajaran lebih menarik karenaa siswa langsung mempraktikkannya, sehingga
siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran. Evaluasi pada saat
implementasi character building dan creativity learning pada proses pembelajaran
tematik, dilakukan melalui circle time, pembian rapor, school of parenting, dan
pada saat group sharing. Character building dan creativity learning diterapkan di
kelas 1 dengan pembelajaran tematik, karena usia siswa kelas 1 merupakan usia
emas dimana anak sangat mengoptimalkan kemampuan yang ada pada dirinya.
Menggunakan pembelajaran tematik karena terdapat tema yang dapat menjadi
penghubung yang berperan sebagai pengintegrasi creativity learning dalam
pembelajaran di kelas. Saran penelitian yang dapat diberikan adalah bagi SD
Bukit Aksara Semarang, sekolah terus meningkatkan character building dan
creativity learning pada pembelajaran tematik serta sarana dan prasarana terus
ditingkatkan untuk menunjang proses kegiatan pembelajaran.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI ......................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................ Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN ............................................ Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ........................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
ABSTRAK ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii
BAB I .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Permasalahan Penelitian ................................................... 10
1.3 Fokus Masalah Penelitian .................................................................... 10
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................ 10
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 11
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 11
1.6.1 Manfaat Teoritis ........................................................................... 11
1.6.2 Manfaat Praktis ............................................................................. 12
1.7 Pemabatasan Istilah.............................................................................. 12
xii
1.8 Sistematika Penulisan Skripsi .............................................................. 13
BAB II .......................................................................................................... 15
KAJIAN TEORITIK .................................................................................... 15
2.1 Character Building ............................................................................... 15
2.1.1 Pengertian Character Building ............................................................. 15
2.1.2 Konsep Character Building .......................................................... 17
2.1.3 Nilai-Nilai Character Building ..................................................... 24
2.1.4 Grand Design Character Building ................................................ 27
2.1.5 Strategi Character Building .......................................................... 32
2.2 Creativity Learning .............................................................................. 33
2.2.1 Pengertian Creativity Learning..................................................... 33
2.2.2 Konsep Creativity Learning ......................................................... 35
2.2.3 Creativity Learning dalam Kurikulum ......................................... 37
2.2.4 Pengembangan Creativity Learning ............................................. 39
2.3 Pembelajaran Tematik ......................................................................... 41
2.3.1 Pengertian Pembelajaran Tematik ................................................ 41
2.3.2 Fungsi Pembelajaran Tematik ...................................................... 43
2.3.3 Tujuan Pembelajaran Tematik ...................................................... 43
2.3.4 Ciri-Ciri Pembelajaran Tematik ................................................... 45
2.3.5 Perancanaan Pembelajaran Tematik ............................................. 45
2.3.6 Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ............................................. 49
2.3.7 Evaluasi ........................................................................................ 52
2.4 Perkembangan Peserta Didik dan Individu .......................................... 53
2.4.1 Perkembangan Peserta Didik ........................................................ 53
2.4.2 Perkembangan Individu ................................................................ 60
xiii
2.5 Kerangka Berfikir ................................................................................ 64
BAB III ......................................................................................................... 65
METODE PENELITIAN ............................................................................. 65
3.1 Pendekatan Penelitian .......................................................................... 65
3.2 Lokasi Penelitian.................................................................................. 66
3.3 Desain Penelitian ................................................................................. 66
3.4 Fokus Penelitian ................................................................................... 67
3.5 Data dan Sumber Data Penelitian ........................................................ 67
3.5.1 Data Penelitian ............................................................................. 67
3.5.2 Sumber Data Penelitian ................................................................ 67
3.6 Teknik Pengumpulan Data................................................................... 68
3.6.1 Observasi ...................................................................................... 69
3.6.2 Wawancara ................................................................................... 69
3.6.3 Dokumentasi ................................................................................. 70
3.7 Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 70
3.7.1 Ketekunan / Keajegan Pengamatan .............................................. 70
3.7.2 Triangulasi .................................................................................... 71
3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................... 72
BAB IV ......................................................................................................... 74
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 74
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 74
4.1.1 Setting Penelitian .......................................................................... 74
4.1.2 Konsep Character Building dan Creativity Learning Pada
Pembelajaran Tematik Kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang ................... 76
4.1.3 Impelementasi Character Building dan Creativity Learning ........ 87
xiv
4.1.4 Character Building dan Creativity Learning Pada Pembelajaran
Tematik Kelas 1 ..................................................................................... 112
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 113
4.2.1 Konsep Character Building dan Creativity Learning ................. 114
4.2.2 Impelementasi Character Building dan Creativity Learning ...... 125
4.2.3 Character Building dan Creativity Learning Pada Pembelajaran
Tematik Kelas 1 .................................................................................... 140
BAB V ........................................................................................................ 142
PENUTUP .................................................................................................. 142
1.1 Simpulan ............................................................................................ 142
1.2 Saran .................................................................................................. 143
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 145
LAMPIRAN ............................................................................................... 148
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Grand Design Pembentukan Karakter ............................................. 31
Tabel 2.2 Empat Kelompok Konfigurasi Kelompok ...................................... 31
Tabel 2.3 Motorik Halus dan Motorik Kasar ................................................... 57
Tabel 4.1 Pengembangan Fokus Karakter di Kelas 1 ...................................... 129
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Bagan Strategi Makro Pengembangan Pendidikan Karakter ..................... 29
2.2 Konsep Berfikir .......................................................................................... 64
3.1 Teknik Analisis Data .................................................................................. 73
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan ...................................................................... 148
Lampiran 2 Profil SD Bukit Aksara Semarang ................................................ 151
Lampiran 3 Fokus Karakter Siswa ................................................................... 156
Lampiran 4 Kode Teknik Pengumpulan Data .................................................. 160
Lampiran 5 Pedoman Observasi ..................................................................... 161
Lampiran 6 Frekuensi Observasi .................................................................... 164
Lampiran 7 Catatan Lapangan ........................................................................ 165
Lampiran 8 Panduan Observasi Lingkungan Sekolah ..................................... 180
Lampiran 9 Panduan Observasi Guru .............................................................. 182
Lampiran 10 Panduan Observasi Fokus Karakter Siswa ................................. 185
Lampiran 11 Panduan Observasi Hasil Character Building dan Creativity
Learning .......................................................................................................... 188
Lampiran 12 Pedoman Wawancara ................................................................ 190
Lampiran 13 Frekuensi Wawancara ................................................................ 200
Lampiran 14 Transkip Wawancara ................................................................. 201
Lampiran 15 Hasil Observasi Lingkungan Sekolah ....................................... 243
Lampiran 16 Hasil Observasi Guru ................................................................ 244
Lampiran 17 Hasil Observasi Fokus Karakter Siswa ..................................... 245
Lampiran 18 Hasil Character Building dan Creativity Learning ................... 247
Lampiran 19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .......................................... 249
Lampiran 20 Rentang Score ............................................................................ 255
Lampiran 21 Penilaian Harian Kelas ............................................................. 256
Lampiran 22 Jurnal Karakter Siswa ................................................................. 257
xviii
Lampiran 23 Penilaian Character Building .................................................... 258
Lampiran 24 Penilaian Creativity Learning .................................................... 259
Lampiran 25 Penilaian Tematik ....................................................................... 260
Lampiran 26 Hasil Latihan Tema ................................................................... 263
Lampiran 27 Hasil Kreativitas ........................................................................ 267
Lampiran 28 Dokumentasi Foto....................................................................... 268
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awalnya manusia dilahirkan hanya membawa kepribadian. Setiap
manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda dan kekurangan serta
kelebihannya. Kepribadian dan karakter merupakan dua hal yang berbeda.
Kepribadian merupakan sesuatu yang dibawa secara lahirah, sedangkan karakter
merupakan sesuatu yang harus diciptakan dan dibangun secara berkesinambungan
melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan yang
dilakukan oleh manusia itu sendiri dengan adanya lingkungan yang membantu
membentuk karakter seseorang Setiap manusia memiliki potensi untuk menjadi
seseorang yang berkarakter.
Samani dan Hariyanto (2013: 41-42) mengatakan bahwa karakter dapat
dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manuasia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam dalam pikiran, sikap, perasaa, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasa, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah
perilaku yang tnampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun
dalam bertindak.
2
Karakter harus dibangun sejak dini, karena membentuk karakter seseorang
membutuhkan proses pembiasaan yang nantinya akan menjadi suatu perilaku
yang membudaya. Dalam proses pembentukan karakter ada upaya sadar yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi. Upaya
yang dilakukan adalah salah satu proses pendidikan bagi seseorang. Oleh sebab
itu, pendidikan karakter bukan lagi persoalan baru dalam pendidikan. Pada
kenyatannya praktik penerapan pendidikan karakter tidak sesuai dengan teori yang
menjanjikan bahwa pendidikan karakter dapat menjawab permasalah pendidikan
di Indonesia. Akan tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter harus
menjadi sebuah program yang terukur dan terencana.
Permasalahan yang sederhana namun sering terjadi dalam praktik dunia
pendidikan serta berkaitan langsung dengan karakter adalah menyontek. Dari
perbuatan menyontek yang dilakuan siswa merupakan salah satu bukti ketidak
percayaan diri siswa terhadap kemampuan yang ia miliki, siswa tidak berusaha
untuk mengerjakan sendiri. Selain itu hasil yang dicapai bukan jerih payah
sendiri, siswa berusaha dengan berbagai cara agar bisa mendapat nilai yang baik
dan soal-soal yang dikerjakan dapat dijawab dengan baik. Sehingga, menyontek
menjadi pilihan bagi dirinya.
Pada proses tersebut nilai-nilai karakter seperti kejujuran dan tanggung
jawab hilang karena lebih mementingkan hasil akhir. Permasalahan tersebut
menjadi sebuah perbuatan yang terlihat sederhana, namun memiliki dampak yang
berkepanjangan jika tidak diatasi sedini mungkin. Dampak yang berkepanjangan
dari kasus diatas adalah praktik tindak pidana korupsi yang menjerat para petinggi
3
negeri ini yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Pendidikan
karakter tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai kehidupan, karena karakter dapat
mencermirkan kehidupan seseorang, Karakter seseorang terbentuk melalui proses
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-
Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal
3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pendidikan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional
Pasal I UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003 menyatakan
bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Mengutip
dari http://www.kompasiana.com/ mengungkapkan bahwa,
“bapak para pendiri bangsa (the founding fathers) betapa menyadari akan
pentingnya membangun karakter bangsa. Bung Karno salah satu
founding fathers menegaskan "Bangsa ini harus dibanguun dengan
mendahulukan pembangunan karakter. karena character building inilah
yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar dan jaya, serta
bermartabat. kalau character building ini tidak dilakukan bangsa
Indonesia akan menjadi bangsa kuli". Tingkat satuan pendidikan pada
sekolah dasar merupakan masa terbaik sebagai pondasi awal untuk
membangun karakter siswa, karena pada masa pendidikan ini siswa lebih
mudah diberi pemahaman nilai-nilai karakter.
4
Dikutip dari http://www.kompasiana.com bahwa pendidikan karakter,
“pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap
mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau
nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi
menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata dalam kehidupan
peserta didik sehari-hari di masyarakat”.
Membangun karakter siswa di sekolah dasar dengan mengembangkan
kreativitas dalam setiap proses belajar mengajar jauh lebih efektif, karena siswa
akan lebih mudah memahami setiap pembelajaran yang diajarkan oleh gurunya.
Siswa lebih bebas bereksplorasi melalui kreativitasnya, tanpa ada tekanan saat
belajar. Menurut Kurikulum Nasional Norwegia dalam Beetlestone (2011: 1)
pendidikan harus menunjukkan bagaimana energi dan kemampuan kreatif secara
terus menerus mengembangkan konteks, konten dan kualitas hidup manusia.
Kreativitas pada siswa bukan hanya terjadi pada saat pelajaran seni budaya
saja, namun sama halnya dengan konsep pendidikan karakter bahwa kreativitas
pada pembelajaran diterapkan pada setiap proses pembelajaran pada siswa di
sekolah, Dimana guru sebagai fasilitator dan memotivasi siswa agar dapat
menumbuhkan dan menerapkan pembelajaran yang kreatif. Menurut Beetlestone
(2011: 2) enam rumusan untuk mendefinisikan kreativitas, yaitu: Kreativitas
sebagai sebuah bentuk pembelajaran; Representasi; Produktivitas; Originalitas;
Berpikir dengan kreatif/ penyelesaian masalah; Alam semesta/ alam-ciptaan.
Kreativitas dalam pembelajaran dapat diterapkan dalam proses belajar
mengajar di sekolah mana pun, karena kreativitas dalam pembelajaran bukan
hanya sesuatu yang dapat diciptakan apabila memiliki fasilitas atau sarana
5
prasarana yang menunjang proses pembelajaran tersebut. Mengutip dari
http://edukasi.kompas.com/ Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
dan Penjaminan Mutu Pendidik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
mengungkapkan bahwa,
“kreativitas adalah modal yang harus dimiliki setiap siswa agar mampu
mengikuti perkembangan zaman serta mencari solusi atas masalah yang
dihadapinya. Berdasarkan penelitian, lanjut dia, kreativitas tersebut
sangat ditentukan oleh pendidikan dan hanya ada sedikit pengaruh dari
gen yang dimiliki. Dua per tiga kreativitas ditentukan oleh pendidikan,
dan hanya satu per tiga ditentukan oleh gen. Karenanya, pendidikan pun
harus bisa ditujukan untuk mendorong siswa lebih kreatif”.
Dari persoalan mengenai karakter dan kreativitas, adanya kesamaan
diantara keduanya. Persaamaan diantara kedunya yaitu, karakater dan kreativitas
dapat dimiliki oleh setiap individu. Karakter dan kreativitas bukan sesuatu yang
mudah didapat, melainkan hasil yang didapat melalui sebuah proses dan keduanya
memang harus dibangun dan dijadikan sesuatu hal yang membudaya serta wajib
dikembangkan pada proses pembelajaran di tingkat satuan pendidikan.
Praktik dari pendidikan karakter dan kreativitas akan lebih terarah dan
terpogram jika dimasukan dalam kurikulum nasional. Dalam Pasal 1 butir 19 UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
6
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan Penjaminan Mutu Pendidik Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dalam http://edukasi.kompas.com/ bahwa,
“dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran akan dilakukan secara
holistik disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa sesuai jenjang
sekolah. Perubahan yang cukup besar terjadi di jenjang sekolah dasar
karena tidak akan menerapkan sistem mata pelajaran namun akan
menerapkan program pembelajaran secara tematik. Dalam metode
pembelajaran tematik tersebut sudah mencakup berbagai mata pelajaran.
Siswa diajak untuk mengenal ilmu dasarnya dulu”.
Pada tingkat kelas sekolah dasar menentukan pemahaman serta penilaian
bagi siswa. Kelas rendah (kelas 1 sampai 3) lebih kepada kelas 1, merupakan
suatu tingkatan yang sangat urgent untuk membangun nilai-nilai karakter dan
kreativitas dalam setiap proses pembelajaran.
Disetiap tahap pembelajaran tentunya ada tahap emas, yang mana pada
tahap tersebut merupakan waktu yang tepat untuk diberi pemahaman dan
pengajaran tentang karakter. Memasuki usia awal masa kanak-kanak (4-7 tahun),
usis anak masuk sekolah dasar, usia yang mengundang masalah, usia mainan
dimana anak akan menghabiskan sebagian banyak waktunya untuk main dengan
mainanannya, usia menjelajah dimana anak ingin mengetahui lingkungannya, usia
bertanya merupakan salah satu cara anak menjelajah lingkungannya dengan
bertanya, usia meniru dimana anak akan meniru pembicaraan dan tindakan orang
lain, dan usia kreatif merupakan usia dimana anak akan lebih menunjukkan
kreativitasnya dibandingkan dengan masa-masa lain.
7
Membangun karakter dan kreativitas dalam pembelajaran siswa sekolah
dasar di kelas 1 merupakan tahapan awal dan sebagai pondasi untuk
mengembangkan karakter serta kreativitas siswa. Berhasil atau tidaknya siswa di
tingkatan kelas selanjutnya, terdapat dalam proses pembelajaran awal di kelas 1
sekolah dasar. Berdasarkan dengan beberapa penjelasan yang telah disampaikan
diatas sebelumnya, terdapat wujud nyata dari bentuk pendidikan karakter dan
kreativitas yang diterapkan melalui proses pembelajaran tematik di sekolah dasar.
Sekolah yang telah menerapkannya baik dalam kurikulum serta program
pembelajarannya adalah School of Character and Creativity atau Sekolah Dasar
(SD) Bukit Aksara Semarang.
SD Bukit Aksara merupakan sekolah swasta formal yang berbasis karakter
dan kreatif. Melalui pendidikan karakter dan kreativitas dalam setiap
pembelajarannya, sekolah ini menjadi salah satu sekolah kreatif dan sekolah
karakter bagi usia sekolah dasar. Sekolah yang menghargai hak-hak anak, sekolah
yang ramah anak, dengan guru-guru sebagai fasilitator yang siap menjadi mentor
bagi anak-anak calon generasi masa depan yang kreatif dan berkarakter.
Bukit Aksara adalah sebuah sekolah nasional ditingkat sekolah dasar yang
berdiri pada tahun 2000 di bawah naungan Yayasan Sanggar Aksara, dengan
pendiri Dr. Yulianti Siantajani, M.Pd. Bukit Aksara mempercayai bahwa setiap
anak adalah individu yang unik, yang perlu mendapatkan layanan pendidikan
sesuai dengan perkembangan anak.
8
Bukit Aksara mengacu pada teori-teori konstruktif yang didasarkan pada
teori Jean Piaget, Erick Erickson, Vygotsky, Sara Smilansky, dan lain-lain.
Sebagai pengikut aliran konstruktivistik, maka Bukit Aksara menjadikan proses
pembelajaran sebagai proses interaktif yang melibatkan anak dengan teman
sebaya dan orang dewasa. Anak membangun pemahaman mereka sendiri terhadap
dunia. Mereka memahami apa yang terjadi di sekeliling mereka dengan
mensintesa pengalaman-pengalaman baru dengan apa yang telah mereka pahami
sebelumnya. Pendekatan konstruktivistik diramu dalam sebuah model yang
disebut "Creative Play” yang merupakan model pembelajaran yang mengasah dan
mengoptimalkan kreativitas anak agar nantinya siap menyongsong masa depannya
sebagai generasi masa depan (the Generation of the Future).
Di lapangan, implementasi pembelajaran ini disajikan dalam bentuk yang
bervariatif. Pembelajaran di SD menggunakan model Learning Center, anak dapat
memilih berbagai sentra pembelajaran yang dilakukan anak secara mandiri
ataupun berkelompok. Proyek-proyek yang mengusung kreativitas dilakukan oleh
pribadi-pribadi kecil yang berkarakter yang ditunjukkan secara kompeten dalam
berbagai program pembelajaran.
Berbeda dengan sekolah swasta pada umumnya, di SD Bukit Aksara
suasana belajar sangat mendukung proses pembelajaran siswa. Ruang kelas yang
membentuk sentra (lingkaran), tidak ada jendela, diruang kelas banyak sekali hasil
karya siswa ditempel dan digantungkan. Terdapat berbagai macam jenis
permainan dikelas untuk menunjang proses pembelajaran. Ada perpustakaan kecil
didalam kelas, bahkan siswa dapat belajar duduk dilantai.
9
Penanaman nilai karakter serta kreativitas anak menjadi bagian yang selalu
diistimewakan. Tidak ada kata “salah” atau “jangan” yang diberikan kepada
siswa. Program pembelajaran Character Building adalah satu program
pembelajaran yang bukan hanya mengunggulkan kecerdasan intelektual saja.
Karena cerdas intelektual tidak ada artinya jika tidak diimbangi dengan cerdas
sikap. Karakter-karakter cantik perlu dibiasakan dan diteladankan dalam
kehidupan sehari-hari oleh guru dan orang tua. Satu karakter ditanamkan dan
dibiasakan untuk semester. Dengan demikian 12 karakter seperti ketertiban, sabar,
kejujuran, bertanggungjawab, memaafkan, rendah hati, perhatian, kepekaan,
peduli, toleransi, pendalian diri, dan bijaksana telah terbentuk dalam diri anak
selama 6 tahun di SD.
Sebagai sekolah kreatif, Bukit Aksara merangsang potensi kreatif siswa
dengan merangsang siswa mengeluarkan ide-ide, berikir out of the box,
memecahkan masalah, dan berpikir kritis. Tematik terintegrasi pada pembelajaran
menggunakan sentra, sebagai tempat siswa untuk belajar secara mandiri,
kooperatif, dan interaktif. Dalam tema-tema yang menarik, menantang dan up to
date, siswa akan belajar tentang berbagai pembelajaran. Berdasarkan latar
belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait membangun
karakter dan kreativitas melalui pembelajaran tematik pada kelas 1 dengan judul
penelitian “Implementasi Character Building dan Creativity Learning Pada
Proses Pembelajaran Tematik Kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang”.
10
1.2 Identifikasi Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Fokus character building dikembangkan pada setiap tingkatan kelas.
2. Creativity learning dikembangkan pada setiap pembelajaran yang telah
disesuaikan dengan tema pebalajaran tematik.
3. Nilai character building dan creativity learning menjadi tujuan utama
pada proses pembelajaran tematik di SD Bukit Aksara Semarang.
1.3 Fokus Masalah Penelitian
Fokus masalah penelitian terdapat pada:
Impelementasi character building dan creativity learning pada proses
pembelajaran tematik kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan cakupan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dalam
penelitian di SD Bukit Aksara Semarang ini dapat diajukan rumusan masalah
yaitu:
1. Seperti apa konsep character building dan creativity learning pada proses
pembelajaran tematik kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang?
2. Bagaimana implementasi character building dan creativity learning pada
proses pembelajaran tematik kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang?
3. Mengapa SD Bukit Aksara Semarang Menerapkan character building dan
creativity learning pada proses pembelajaran tematik kelas 1?
11
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis:
1. Konsep character building dan creativity learning pada pembelajaran
tematik kelas 1 di SD Bukit Aksara Semarang.
2. Implementasi character building dan creativity learning dalam
pembelajaran tematik di SD Bukit Aksara Semarang.
3. Character building dan creativity learning diterapkan dalam pembelajaran
tematik di kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang.
1.6 Manfaat Penelitian
Temuan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis penelitian ini memiliki manfaat
sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi teoritis mengenai
implementasi character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik di sekolah dasar.
2) Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dan lebih khususnya mampu
membantu meningkatkan character building dan creativity learning pada
pembelajaran di sekolah.
12
1.6.2 Manfaat Praktis
1) Penelitian ini dapat memberikan informasi dan menjadi acuan bagi
penulis maupun praktisi pendidikan.
2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta masukan bagi
seluruh warga di Sekolah Dasar Bukit Aksara Semarang terkait
implementasi character building dan creativity learning yang sudah
diterapkan dan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk
mengembangkan character building dan creativity learning yang semakin
ideal.
3) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan
referensi tentang implementasi character building dan creativity learning
khususnya pada pembelajaran tematik di sekolah formal bagi jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.
1.7 Pemabatasan Istilah
1. Character Building
Menurut Suyanto (2010: 44) membangun karakter (character building)
adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga
‘berbentuk’ unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang
lain. Istilah character building sama halnya dengan pengertian karakter dan
pendidikan karakter. Character building digunakan dalam penerapan
pembelajaran di SD Bukit Aksara Semarang, dikembangkan menjadi fokus
karakter yang telah disesuaikan dengan tingkatan kelas peserta didik.
13
2. Creativity Learning
Creativity learning adalah istilah yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yang memiliki hubungan antara kreativitas dan aktualisasi diri
peserta didik yang akan dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran tematik
di sekolah. Istilah creativity learning yang diterapkan di SD Bukit Aksara
Semarang sama halnya dengan pengertian kreativitas “Kreativitas adalah hasil
dari proses interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada.
Implikasinya adalah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui
pendidikan” (Munandar 1998:14).
3. Pembelajaran Tematik
Menurut Majid, Abdul (2014: 80) pembelajaran tematik merupakan salah
satu model pembelajaran terpadu (intergrated instrucation) yang merupakan
suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu
maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
keilmuawan secara holistik, bermakna, dan otentik.
1.8 Sistematika Penulisan Skripsi
Laporan hasil penelitian akan disusun dengan sistematika penulisan skripsi
sebagai berikut.
14
1. Bagian Awal Skripsi
Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, persetujuan pembimbing,
pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, prakata, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari dari lima bab yaitu:
Bab I : Pendahuluan
Bagian bab I membahas mengenai latar belakang masalah,
identifikasi masalah, cakupan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan istilah
dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Pada bab II membahas mengenai tinjauan pustaka atau
landasan teori dan konsep-konsep yang mendasari serta
mendukung permasalahan penelitian ini.
Bab III : Metode Penelitian
Bagian bab III membahas mengenai metode yang
digunakan dalam penelitian ini. Terdiri dari pendekatan
dan jenis penelitian, lokasi dan objek penelitian, data dan
sumber data penelitian, teknik pengumpulan data,
pemeriksaan keabsahan data dan teknik analisis data.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab V : Simpulan dan Saran
15
BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1 Character Building
2.1.1 Pengertian Character Building
Character building dinilai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas setiap individu untuk dapat hidup dan bekerjasama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negera. Individu dapat dikatan
memiliki karakter yang baik, merupakan individu yang dapat bertanggung jawab
atas karakater yang dimilikinya. Seseorang memiliki kontrol penuh terhadap
karakternya, maka dari itu seseorang tidak dapat menyalahkan orang lain karena
karakter yang buruk terjadi dalam dirinya sendiri. Mengembangkan karakter
merupakan tanggung jawab setiap individu.
Karakter yang dimiliki seseorang merupakan hal yang tidak dapat
diwariskan begitu saja, akan tetapi karakter tersebut harus dibangun secara
berkesinambungan melalui sebuah proses pembelajaran yang didalamnya terdapat
sebuah tindakan nyata dari penerapan karakter. Melalui proses pembelajaran
seseorang tidak hanya sebatas mendapatkan pengetahuan mengenai karakter,
namun pemahaman akan karakter itu sendiri dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Karena dalam proses pembelajaran, terdapat sebuah proses mendidik
yang utuh dan menyuluruh.
16
Karakter dapat dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas
dimiliki oleh individu untuk dapat hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Warsono, dkk dalam Samani dan
Hariyanto (2013: 42) menyatakan “Karakter merupakan sikap dan kebiasaan
seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral”. Dari hal
tersebut dapat diartikan bahwa karakter, dapat menunjukan sebuah sikap
seseorang yang dilakukan dalam kurun waktu terntentu yang mana sikap tersebut
telah menjadi kebiasaan.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa karakter merupakan cermin.
Cermin yang dimaksudkan adalah sebuah gambaran diri dari seseorang.
Bagaimana seseorang tersebut dan siapa dia. Komitmen merupakan langkah awal
jika ingin memiliki karakter yang baik, komitmen itu yang dibutuhkan untuk
mensukseskan baik buruknya karakter seseorang. Komitmen itu adalah disiplin
terhadap pendidikan karakter itu sendiri.
Menurut Scerenko dalam Samani dan Hariyanto (2013: 45) pendidikan
karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana
ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui
keteladanan, kajian (sejarah, biografi para bijak dan pemilik besar), serta praktik
emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang
diamati dan dipelajari). Suyanto (2010: 37) mengatakan bahwa,
“tujuan Pendidikan Nasional yang terdapat dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara
Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras,
etinis, agama, dan gender. Pemerataan dan mutu pendidikan akan
17
membuat warga negara Indonesia memiliki keterampilan hidup (life skills)
sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah
diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani dan
modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila”.
Menurut Lickona (1991) dalam dan Hariyanto (2013: 44) mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membangun
seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etnis.
Mnurut Lickona (2004) dalam Samani, dan Hariyanto (2013: 44) mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancnag secara sengaja untuk
memperbaiki karakter siswa. Dengan demikian, pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana yang dberikan kepada peserta didik
agar mengetahui, peduli, dan dapat menginternalisasi nilai-nilai sehigga peserta
didik dapat berperilaku sebagai insan kamil.
2.1.2 Konsep Character Building
Karakter dapat dikatakan sebagai watak seseorang yang membedakannya
dengan orang lain. Karakter tidak dapat diwariskan begitu saja, tanpa adanya
sebuah pembiasaan untuk membangun karakter (character building). Suyanto
(2010: 44) membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau
memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga ‘berbentuk’ unik, menarik, dan berbeda
atau dapat dibedakan dengan orang lain.
Banyak cara yang digunakan untuk dapat membangun karakter pada diri
seseorang, salah satunya dengan disiplin. Karena karakter mengundang persepsi
mengenai: a) Suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga
membuatnya menarik dan aktraktif; b) Reputasi seseorang; dan c) Seseorang yang
18
unusual atau memiliki kepribadian yang eksesntrik. Dalam membangun karakter
diperlukan sebuah upaya pembelajaran yang terprogram, agar maksud dari tujuan
pembelajaran karakter tersebut dapat tercapai. Membangun karakter sama halnya
dengan membangun bangsa ini, karena kualitas perilaku masyarakat bangsa ini
yang unik tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku dan
bernegara dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga
seseorang atau sekelompok orang. Samani dan Hariyanto (2013: 110) mengatakan
bahwa,
“para ahli pendidikan di Indonesia umumnya bersepakat bahwa pendidikan
karakter sebaiknya dimulai sejak usia anak-anak (golden age), karena usis
ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan
potensinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa sekitar 50% variabilitas
kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun.
Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia8 tahun, dan 20% sisnaya
pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Oleh karena itu sudah
sepatutnya pendidikan karakter dimulai dalam lingkungan keluarga yang
merupakan lingkungan awal bagi pertumbuhan anak”
Dari penjelasan yang telah disampaikan diatas, dapat dikatakan proses
pembentukan karakter yang pertama dan utama terjadi pada ruang lingkup
keluarga. Penanaman nilai-nilai karakter yang diajarkan oleh orang tua merupakan
pendidikan karakter yang terjadi secara tidak tertulis, dengan kata lain proses
pendidikan tersebut dilakukan secara informal, namun pendidikan itu tetap hadir
dan nyata keberadaannya. Hasil dari pembentukan karakter dalam keluarga, akan
terbawa oleh anak hingga ia berada didalam ruang lingkup yang lebih kompleks.
Pendidikan merupakan proses pembudayaan, sekaligus dapat dipandang
sebagai alat untuk melakukan perubahan budaya. Tidak cukup jika pendidikan
karakter hanya diajarkan dalam ruang lingkup keluarga saja. Karena anak akan
19
terus tumbuh dan berkembang, mereka akan melalui banyak tahapan
pembelajaran dalam hidupnya. Dengan demikian membangun karakter perlu
dilakukan melalui proses pembelajaran di sekolah, karena proses pembelajaran di
sekolah dilakukan secara formal atau proses akulturasi. Proses akulturasi terjadi
secara formal melalui pendidikan, pada proses ini dikenal dengan adopsi tradisi
budaya. Sedangkan proses pembudayaan yang dilakukan deengan pewarisan
tradisi budaya dikenal dengan proses enkulturasi, dan proses ini terjadi secara
informal dalam keluarga dan komunitas.
Membangun karakter melalui pendidikan merupakan proses yang paling
ber-tanggungjawab dalam melahirkan Warga Negara Indonesia yang memiliki
karakter kuat sebagai modal utama untuk membangun bangsa yang beradab tinggi
dan unggul. Salah satu tanggung jawab penting dari tugas pendidikan adalah
membangun karakter (character building) anak didik.
Menurut Lickona dalam Suyanto (2010, 56) pendidikan yang
mengembangkan karakter adalah upaya yang dilakukan pendidikan untuk
membantu anak didik supaya mengerti, memedulikan, dan bertindak berdasarkan
nilai-nilai etika. Anak didik bisa melihat mana yang yang benar, sangat
memedulikan tentang yang benar, dan melakukan apa yang mereka yakini sebagai
yang benar walaupun ada tekanan dari luar dan godaan dari dalam. Suyanto
(2010: 57) mengatakan bahwa,
“character eduacation quality standards merekomendasikan bahwa
pendidikan akan secara efektif mengembangkan karakter anak didik ketika
nilai-nilai dasar etika dijadikan sebagai basis pendidikan, menggunakan
pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif dalam membangun dan
20
mengembangkan karakter anak didik serta menciptakan komunitas yang
peduli, baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat sebagai komunitas
moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan yang
mengembangkan karakter dan setia serta konsisten kepada nilai dasar yang
diusung bersama-sama”.
Implementasi pendidikan karakter di sekolah tidak merupakan mata
pelajaran tersendiri, tidak pula merupakan tambahan standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD), tetapi dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang
sudah ada, pengembangan diri, dan budaya sekolah, sertamuatan lokal (Judiani
2010). Agar dapat berjalan efektif, dalam membangun karakter (character
building) dapat dilakukan dengan tiga desain, yakni:
1) Pendidikan Karakter Berbasis Kelas
Koesoema (2012: 105) mengatakan kelas merupakan tempat utama proses
terjadinya pendidikan secara nyata di sekolah. Di situ, komunitas (guru dan
murid) slaing berinteraksi satu sama lain dalam mempelajari dan mendalami
berbagao macam ilmu pengetahuan. Hampir dapat dikatan berhasil tidaknya
sebuah pendidikan sangat tergantung dari bagaimana seorang guru dan siswa
membangun lingkungan kelas yang nyaman dan menyenangkan. Dengan
demikian, kelas menjadi komunitas belajar yang saling menumbuhkan dan
mengembangkan, baik secara akademis, moral, kepribadian dan kerohanian.
Kualitas relasi guru-murid dari antarmurid di kelas menentukan berhasil
tidaknya sebuah program pendidikan karakter. Kelas adalah locus educations
utama bagi praksis pendidikan karakter.
Kelas yang dimaksud di sini bukan tentang bangunan fisik
(ruangan/gedung), melainkan lebih pada corak relasional yang terjadi antara
21
guru dan murid dalam proses pendidikan. Pendidikan karakter berbasis kelas
lebih membahas tentang bagaimana lembaga pendidikan dapat memaksimalkan
corak relasional yang terjadi dalam kelas. Zuniana (2016: 985) menyimpulkan
“ada 6 langkah guru dalam membangun budaya kelas untuk mendidik karakter
siswa yaitu membuat kesepakatan awal, memberi contoh yang konsisten dan
tanggung jawab, mengawasi, mengontrol, membiasakan, dan tindak lanjut.
Melalui cara pengembangan lingkungan kelas yang ramah, penuh
perhatian, memiliki corak relasional yang seimbang dan penuh penghargaan,
pendidikan karakter berbasis kelas mampu secara efektik menumbuhkan dan
mengembangkan pemahaman serta keterampilan moral dari setiap anggota
yang ada di dalamnya. Koesoema (2012: 107-108) menyimpulkan bahwa,
“pendidikan karakter merupakan sebuah usaha sadar. Oleh Karena itu,
proses pembelajaran dan interaksi di dalam kelas yang dijiwai semangat
pendidikan karakter mesti menyertakan kesadaran dan perencanaan. Jika
tidak, pendidikan karakter yang berbasis kelas tidak akan muncul. Sadar
bahwa setiap proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas memiliki
potensi bagi pembentukan karakter siswa merupakan langkah awal yang
baik bagi pengembangan pendidikan karakter berbasis kelas”.
Desain kurikulum pendidikan karakter berbasis kelas terjadi melalui dua
ranah: instruksional dan non-instruksional. Ranah Instruksional terkait secara
langsung dengan tindak pembelajaran dan pengajaran di dalam kelas. Kegiatan
tersebut berupa sebuah proses pembelajaran bersama terhadap materi
kurikulum yang diajarkan. Ranah instruksinal membidik momen pembelajaran
yang terjadi di dalam kelas, di mana guru dan siswa berinteraksi untuk
mendalami materi tertentu. Sedangkan, ranah non-instruksional mengacu pada
unsur-unsur di luar dinamika belajar mengajar didalam kelas, tetapi memiliki
22
fungsi penting untuk membantu berjalannya proses pembelajaran dan
pengajaran di dalam kelas. Kedua hal ini mesti berjalan seiring sejajar sebab
keduanya memiliki hubungan timbal balik.
2) Pendidikan Karakter Berbasis Kultur Sekolah
Jika pada pendidikan karakter berbasis kelas, terdapat sebuah struktur
relasional yang jelas dan masih terbatas antara guru dan siswa, serta siswa
dengan siswa. Sedangkan, pendidikan karakter berbasis kultur sekolah
menyertakan berbagai macam peristiwa pendidikan (educational happenings)
sebagai wahana bagi praksis pendidikan karakter. Pengembangan pendidikan
karakter berbasis kultur sekolah terdapat integrase antara idealisme lembaga
pendidikan: visi dan misi, dengan berbagai macam struktur yang
mendefinisikan kinerja individu melalui cakupan tanggung jawabnya. Pada
pengembangan ini mengandalkan sebuah kepercayaan bahwa manusia dan
lingkungan itu saling memiliki hubungan timbal balik.
Kultur sekolah terbentuk dari berbagai macam norma, pola perilaku, sikap,
dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh para anggota komunitas sekolah
lembaga pendidikan. Kultur sekolah atau budaya sekolah itu sangatlah penting
sebab “nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap
suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat itu. Posisi
budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan
budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa”
menurut Kemendiknas dalam Koesoema (2012: 125).
23
3) Pendidikan Karakter Berbasis Komunitas
Ketika pendidikan karakter berbasis kelas dan kultur sekolah hanya
sebatas pada lingkungan sekolah itu sendiri, maka ada ruang lingkup yang
lebih luas lagi dari sekolah yaitu masyarakat. Pada pendidikan karakter
berbasis komunitas, ketika lembaga pendidikan memiliki ikatan yang erat
dengan komunitas yang menjadi bagian dari keluarga besar sebuah lembaga
pendidikan. Ada banyak komunitas yang terlibat, secara langsung ataupun
tidak langsung, yang mempengaruhi keberhasilan desai pendidikan karakter.
Komunitas-komunitas itu antara lain, komunitas sekolah, keluarga, masyarakat,
dan politik. Koesoema (2012: 144-145) mengatakan bahwa,
“komunitas merupakan sebuah kumpulan individu yang saling bekerja
smaa agar kebutuhan masing-masing individu terpenuhi. Komunitas hadir
karena individu memiliki deficit ketika terlepas dari individu yang lain
hidup dalam komunitas yang lebih besar. Lebih dari itu, individu
sesungguhnya terlahir tidak secara cukup diri. Artinya, keberadaan dirinya
itu dapat bertumbuh dengan baik dan alami ketika ada kehadiran orang
lain. Hal itu disebabkan karena gagasan tentang pendidikan dalam dirinya
sendiri selalu bersifat komuniter: pendidikan selalu ada dalam
kebersamaan dengan orang lain. Dengan kata lain, pendidikan dapat terjadi
jika ada kehadiran individu lain yang saling membantu menumbuhkan dan
memgembangkan. Untuk itu, pendidikan sering kali juga disebut dengan
bantuan social terhadap individu agar seluruh potensi perkembangan
dirinya sebagai manusia bertumbuh dengan baik.”
Pendidikan karakter hanya dapat berhasil dan efektif jika ada bantuan
sinergis dari berbagai macam komunitas yang memiliki kaitan, langsung
ataupun tidak langsung, dengan dinamika kehidupan sekolah. Sekolah sebagai
sebuah komunitas yang memiliki relasi dengan banyak pihak mesti tetap
dinamis, terbuka, dan mau belajar terus menerus jika tidak ingin menjadi
24
sebuah lembaga yang mandek, yang semakin lama semakin tidak relevan
dengan kebutuhan anggotanya.
2.1.3 Nilai-Nilai Character Building
Pendidikan karakter yang saat ini telah menjadi sebuah program yang
terencana di sekolah, memiliki beberapa aspek nilai-nilai karakter yang
berbeda-beda disetiap sekolah. Perbedaan dalam pelaksanaan nilai-nilai
karakter disesuaikan dengan budaya dan kultur sekolah tersebut. Terdapat 18
nilai karakter yang diterapkan pada jenjang satuan pendidikan di Indonesia
yang bersumber pada nilai agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional. Nilai-nilai karakter tersebut yaitu:
1) Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2) Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3) Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4) Disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
25
5) Kerja Keras, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6) Kreatif, yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7) Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis, yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9) Rasa Ingin Tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
10) Semangat Kebangsaan, yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya.
11) Cinta Tanah Air, yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
12) Menghargai Prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
serta menghormati keberhasilan orang lain.
26
13) Bersahabat / Komunikatif, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14) Cinta Damai, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
15) Gemar Membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16) Peduli Lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17) Peduli Sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18) Tanggung Jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Lickona (1992) dalam Suyono (2010: 63-64) terdapat kompoen
penting dalam sebuah karakter yaitu,
“Dalam pendidikan karakter menekankan pentingnya tiga komponen
karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing
27
atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral
dan moral action atau perbuatan bermoral. Pertama, Moral Knowing,
secara umum terdapat enam hal yang menjadi tujuan dari diajarkannya
moeal knowing yaitu: moral awereness, knowing moral value, perspective
taking, moral reasoning, decision making, dan self-knowledge. Kedua
Moral Feeling terdapat 6 hal yang merupakan aspek emosi yang harus
mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter
yakni: conscience, self-esteem, empathy, loving the good, self-control, dan
huinity. Ketiga Moral Action, perbuatan / tindakan moral ini merupakan
hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami
apa yang mendorng seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally)
maka harus dilihat tiga aspek laindari karakter yaitu: kompetensi
(competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).”
Berdasarkan komponen karakter diatas, dapat dikatakan bahwa sebuah
karakter memiliki nilai penting yaitu pengetahuan tentang moral, perasaan tentang
moral, dan bagaimana perbuatan moral tersebut dilakukan. Ketiga komponen
tersebut memiliki keterkaitan dengan 18 nilai-nilai karakter yang diterapkan pada
setiap jenjang pendidikan.
2.1.4 Grand Design Character Building
Berbicara tentang karakter sama halnya dengan membahas pendidikan dan
pola asuh orang tua tehadap anaknya. Karakter seseorang terbentuk dari apa yang
telah ia pelajari ketika berada di ruang lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Ketiga ruang lingkup tersebut merupakan sebuah sistem, dikatakan sebuah sistem
karena ketiganya saling berkaitan. Seseorang tidak akan memiliki karakter yang
baik jika pada salah satu tempat beraktualisasinya dari ketiga ruang lingkup
tersebut bermasalah. Oleh karena itu pembudayaan dan pemberdayaan menjadi
sesuatu yang penting untuk dilaksanakan secara bersamaan.
Sebuah proses pembudayaan dan pemberdayaan yang dilakukan oleh
pihak luar terhadap diri seseorang dapat dikatan sebagai intervensi. Intervensi
28
sangat diperlukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diingiinkan dalam rangka
mempermudah dan mempercepat pendidikan karakter. Didalam keluarga,
intervensi terjadi melalui nilai dan harapan yang dianut keluarga. Pada satuang
tingkat pendidikan (sekolah) melakukan intervensi yang menyesuaikan pada visi,
misi, dan nilai yang dianut. Dan dalam masyarakat intervensi terjadi berdasarkan
dengan kultur, nilai, dan norma yang dianut oleh masyarakat, serta budaya yang
telah menjadi tradisi di masyarakat.
Pembudayaan dan pemberdayaan akan berjalan dengan efektif apabila
dilakukan dengan proses pembiasaan/habituasi. Pembiasaan mengarah pada suatu
kebijakan yang diambil, melalui standar buku (pedoman), menyesuaikan dengan
kondisi lingkungan, serta menyesuaikan dnegan sumber daya yang dimiliki.
Pembiasaan tidak berdiri sendiri, karena pembiasaan terjadi dalam lingkungan
(keluarga, sekolah, dan masyarakat). Terwujudnya perilaku yang berkarakter
terjadi melalui transfer nilai-nilai luhur yang terdapat dalam diri seseorag melalui
keluarga, sekolah, dan masyarakat outcome. Dengan demikian, perilaku
berkarakter akan menjadi budaya yang melekat pada diri seseorang. Seseorang
dikatan sebagai individu yang berbudaya ketika mereka mampu mengajari dirinya
sendiri.
29
Gambar 2.1 Bagan Strategi Makro Pengembangan Pendidikan Karakter
Arifin dan Barnawi (2012: 50-51) mengatakan dari bagan diatas, dapat
dideskripsikan sebagai berikut.
1) Pendidikan karakter berpijak pada landasan filosofis yang bersumber
pada agama, dasar negara, UUD 1945, dan kebijakan pendidikan yang
tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Dari landasan ini, diperoleh nilai-nilai luhur baik, yang
bersifat partikular maupun universal. Perlu ditegaskan bahwa nilai-
nilai luhur yang bersifat partikular merupakan kearifan lokal yang
perlu dilestarikan.
2) Nilai-nilai luhur dakam pembelajaran disampaikan dengan teori
belajar yang tepat, sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis
peserta didik, dengan memerhatikan nilai sosial budaya masyarkata
30
atau latar belakang peserta didik. Guru tidak boleh memaksakan suatu
nilai yang sekiranya bertentangan dengan nilai (yang bersifat
pastikular) yang dianut oleh peserta didik. Hal yang dibutuhkan adalah
membangun kebiasaan (secara gradual) sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Pembelajaran merupakan sebuah
proses, tidak terjadi secara instan.
3) Pengalaman-pengalaman, baik yang bersifat nyata maupun fiksi dapat
menjadi sumber inspirasi dalam pendidikan karakter.
Berdasarkan penjelasan diatas, Kemndiknas (2010) dalam Wibowo
(2013: 23) membuat sebuah grand design secara psikologis dan sosio
kultural pembentukan karakter dalam diri individu bangsa ini. Grand design
ini merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif,
afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural
(dalam keluarga, sekolah, dan masyrakat), dan berlangsung sepanjang hayat.
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dam sosial-
kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spritual and
emotional development), Olah Pikir (Intellecutual Development), Olah Raga
dan Kinestetik (Physical and kinestetic development). Dan Olah rasa dan
Karsa (Affective and Creativity development) yang secara diagramatik dapat
digambarkan sebagai berikut.
31
Tabel 2.1 Grand Design Pembentukan Karakter
OLAH PIKIR
Cerdas
OLAH HATI
Jujur
Bertanggung jawab
OLAHRAGA (KINESTETIK)
Bersih, Sehat, Menarik
OLAH RASA dan KARSA
Peduli dan Kreatif
Berdasarkan dari keempat kelompok konfigurasi karakter diatas terdapat
unsur-unsur karakter inti sebagai berikut.
Tabel 2.2 Empat Kelompok Konfigurasi Kelompok
No. Kelompok Konfigurasi Karakter Karakter Inti (Core Characters)
1. Olah hati Religius, jujur, tanggung jawab,
peduli sosial, peduli lingkungan,
2. Olah pikir Cerdas, kreatif, gemar membaca,
rasa ingin tahu
3. Olah raga Sehat, bersih
4. Olah rasa dan karsa Peduli, kerja sama (gotong
royong)
Dari penjelasan mengenai konfigurasi karakter, bahwa untuk mewujudkan
unsur pendidikan karakter diperlukannya pelaksanaan pendidikan karakter yang
dikembangkan melalui kegiatan pembalajaran yang dilakukan secara terencana
dan terprogram sehingga nilai-nilai karakter yang telah tertanam dalam diri anak
dapat dilakukan secara terus menerus dan menjadi hal yang membudaya untuk
selalu dilakukan tidak hanya sampai di ruang lingkup keluarga dan sekolah saja,
namun dalam ruag lingkup yang lebih kompleks lagi di lingkungan masyarakat.
32
2.1.5 Strategi Character Building
Strategi dalam pendidikan karakter yaitu sebuah rencana mengenai
kegiatan untuk mencapai pembelajaran dari nilai-nilai karakter. Strategi yang
dimaksud adalah yang berkaitan dengan kurikulum, model tokoh, dan metodologi.
Strategi yang berkaitan dengan kurikulum adalah mengintegrasikan pendidikan
karakter dalam bahan ajar. Dalam artian, bahwa tidak membuat kurikulum
pendidikan karakter tersendiri. Strategi yang berkaitan dengan adanya model
tokoh sering diterapkan di negara-negara maju adalah seluruh tenaga pendidik dan
kependidikan di sekolah. Samani dan Hariyanto (2013: 144) strategi yang
berkaitan dengan metodologi, strategi yang umum diimplementasikan pada
pelaksanaan pendidikan karakter di negara barat (Wikipedia, 2011, dan Whitley,
2007) antara lain adalah startegi pemanduan (cheerleading) pujian dan hadiah
(praise-amd-reward), definisikan dan latihkan (define-and-drill), penegakan
disiplin (forced-formality), dan juga perangai bulan ini (traits of the month).
1) Strategi cheerleading, dalam strategi setiap bulan ditempel poster-poster,
dipasang spanduk-spanduk, serta ditempel di papan khusus buletin, papan
pengumuman tentang berbagai nilai kebijakan yang selalu berganti-ganti.
2) Strategi pujian dan hadiah, dalam strategi ini berlandaskan pada pemikiran
positif dan menerapkan penguatan positif. Strategi ini ingin menunjukan
anak yang sedang berbuat baik.
3) Strategi define-and-drill, dalam strategi ini meminta para siswa untuk
mengingat-ingat sederet nilai kebaikan dan mendefinisikannya.
33
4) Strategi forced formality, dalam strategi ini pada prinsipnya ingin
menegakkan disiplin dan melakukan pembiasaan (habituasi) kepada siswa
untuk secara rutin melakukan sesuatu yang bernilai moral.
5) Strategi traits of the month, strategi ini prinsipnya sama dengan
cheerleading dapat ditambahkan dengan melakukan pelatihan, introduksi
oleh guru dalam kelas, sambutan kepala sekolah pada saat upacara, dan
sebagainya yang difokuskan pada penguatan perangai tunggal yang telah
disepakati.
6) Strategi lainnya adalah keaktifan guru bimbingan dan konseling sebagai
pendidik karakter. Namun dengan syarat, bahwa setiap guru BK adalah
seorang psikolog yang tidak sekedar psikolog biasa, tetapi benar-benar
sebagai model hidup dan uswatun hasanah yang dapat dicontoh oleh siswa
segala tindak tanduknya.
Macam-macam strategi diatas, dapat diintegrasikan pada saat pelaksanaan
pembelajaran di sekolah. Dimana guru berperan penting dalam pelaksanaan
strategi pendidikan karakter. Siswa akan menyontoh segala hal yang dilakukan
oleh guru, karena guru menjadi role model mereka dalam berbuat sesuatu.
2.2 Creativity Learning
2.2.1 Pengertian Creativity Learning
Kata kreativitas kerap kali dikaitkan dengan segala sesuatu yang unik dan
berbeda dari yang lain. Membahas tentang kreativitas bukan hanya membicarakan
tentang keunikan dari suatu hal, namun kreativitas dapat diartikan sebagai cara
34
pandang seseorang untuk berfikir dengan cara yang baru serta jarang digunakan
oleh orang lain yang nantinya akan menghasilkan suatu penyelesaian yang unik.
Dikutip pada http://www.kompasiana.com/ dikatakan bahwa,
“ada beberapa makna popular tentang istilah kreativitas. Pertama,
kreativitas mengupayakan untuk membuat sesuatu hal yang barudan
berbeda. Kedua, kreativitas menganggap sesuatu yang baru dan asli itu
merupakan hasil yang kebetulan. Ketiga, kreativitas dipahami dari sesuatu
apa saja yang tercipta sebagai sesuatu yang baru dan berbeda. Keempat,
kreativitas merupakan sesuatu proses yang unik. Kelima, kreativitas
dianggap karena mempunyai kecerdasan yang tinggi. Keenam, kreativita
merupakan suatu kemampuan yang dipengengaruhi oleh faktor bawaan”.
Dari beberapa makna yang telah disampaikan diatas, terdapat pengertian
kreativitas yang lain yang dikemukan oleh beberapa ahli. “Kreativitas adalah hasil
dari proses interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada. Implikasinya
adalah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan”
(Munandar 1998:14). Munandar (1999: 24-25) menambahkan bahwa,
“kreativitas adalah suatu gaya hidup, suatu cara dalam mempresepsi dunia.
Hidup kreatif berarti mengembangkan talenta yang dimiliki, belajar
menggunakan kemampuan diri sendiri secara optimal; menjajaki gagasan
baru, tempat-tempat baru, aktivitas baru; mengembangkan kepekaan
terhadap masalah orang lain, masalah kemanusiaan”.
“Mengajar dengan kreatif dapat mengembangkan kualitas pendidikan,
membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan membuka cara-cara yang
lebih menyenangkan dalam mendekati kurikulum” (Beetlestone 2011: 2). Banyak
orang beranggapan bahwa kreativitas hanya dapat diajarkan pada suatu bidang
subjek (mata pelajaran) tertentu. Hal seperti itu tidak benar, karena kreativitas
dapat diajarkan dalam konteks yang bebas dan luas tidak terpaku pada satu subjek
35
Menurut Robert dalam Tilaar (2012: 63) “kreativitas itu memberikan suatu
definisi kerja: Berfikir kreatif terjadi apabila secara intensional seseorang
menghasilkan suatu produk baru atau ketika dia menghasilkan suatu produk baru
atau ketika dia melaksanakan suatu tugas”. Berdasarkan pengertian yang telah
disampaikan diatas, bahwa kreativitas dapat dihubungkan dengan pembelajaran.
Karena dengan pembelajaran akan tercipta sebuah proses mendidik yang
dilakukan secara sadar dan terencana, untuk menunjukkan kemampuan kreatif
serta mengembangkan kreativitas dalam diri.
2.2.2 Konsep Creativity Learning
“Salah satu konsep yang amat penting dalam bidang kreativitas adalah
hubungan antara kreativitas dan aktualisasi diri” (Munandar 1999: 23). Menurut
Rogers (1962) dalam Munandar (1998: 24) menekankan bahwa sumber kreativitas
adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan
untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan
dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
Usaha yang dilakukan agar kreativitas seseorang dapat tumbuh dan terus
berkembang, salah satunya dengan menggunakan konsep kreativitas yang akan
digunakan. Dibawah ini merupakan konsep kreativitas yang telah dirumuskan
oleh Beetlestone (2011: 2-6):
1) Kreativitas sebagai sebuah bentuk pembelajaran
Menurut Gardner (1993) dalam Beetlestone (2011: 2) ini merupakan
bagian vital dari pemungsian kognitif. Ia dapat membantu menejelaskan dan
36
menginterpretasikan konsep-konsep abstrak dengan melibatkan skil-skil seperti
keingintahuan, kemampuan, menemukan, eksplorasi, pencarian kepastian dan
antuiasme, yang semuanya merupakan kualitas-kualitas yang sangat besar yang
terdapat pada anak. Aspek-aspek ini dapat diperkuat dengan memberikan
penguasaan teknis dan visi yang lebih luas kepada anak sehingga kreativitas
dapat menginformasikan berbagai pembelajaran lainnya.
2) Representasi
Kreativitas melibatkan pengungkapkan atau pengekspresian gagasan dan
perasaan serta penggunaan berbagai macam cara untuk melakukannya,
misalnya melalui seni ekspresif.
3) Produktivitas
Kreativitas melibatkan pembuatan: menggunakan imajinasi, penciptaan,
merangkai, mengarang, skil musik, pertunjukan, perencanaan,
mengonstruksikan, membangun, skil-skil teknologis dan keluaran skala besar
ataupun kecil ini hampir seperti lini produksi.
4) Originalitas
Jenis kreativitas ini berkaitan dengan membuat koneksi atau keterkaitan
yang tidak biasa, ‘gagasan-gagasan yang terasingkan, yang sebelumnya tidak
saling terhubung’ yang dikemukakan oleh Mednick (Fryer 1996: 47) dalam
Beetlestone (2011: 4): pentransferan pengetahuan seorang spesialis dari satu
bidang ke bidang lainnya, kemampuan menemukan, imajinasi, prototip,
kekhususan, kebaruan, kesegaran, individualitas, non-konformitas, berbeda,
37
independen, tak dapat ditiru, kemampuan untuk menjadi di luar kebiasaan, tak
terduga dan mengambil resiko.
5) Berpikir dengan kreatif / penyelesaian masalah
Aspek kreativitas yang satu ini menjangkau sampai di luar batas senin
ekspresif sehingga mencakup semua bidang kehidupan. Proses kreatif ini
melibatkan pemilihan unsur-unsur yang diketahui dari berbagai macam bidang
dan menyatukannya menjadi format-format baru; menggunakan informasi
dalam situasi-situasi baru; menggambarkan aspek-aspek pengalaman, pola-pola
dan analogi serta prinsip-prinsip mendasar yang tak berhubungan.
6) Alam semesta / alam ciptaan
Jenis kreativitas ini berhubungan dengan sumber kreasi, inspirasi, suasana
hati, sumber dorongan, energi kreatif, kekaguman, ketakjuban, apresiasi akan
keindahan, kesadaran akan tatanan alam, pro-kreasi siklus hidup dan mati,
pertumbuhan, pertanian, makhluk hidup. Karena itu proses kreatif disini
melibatkan interaksi emosional antara individu dan lingkungan. Lingkungan
akan diinterpretasikan oleh individu menurut respon emosional mereka.
2.2.3 Creativity Learning dalam Kurikulum
Kurikulum naisonal adalah kurikulum untuk semua anak bangsa. Karena
setiap anak berhak akan sebuah pendidikan yang layak, yang dimaksud layak
adalah pendidikan terbaik dari sebuah pembelajaran khususnya dalam konteks
kreatvitas. Membahas kurikulum sama halnya dengan membahas proses
38
pembelajaran. Didalam sebuah proses pembelajaran perlu dukungan cara belajar
dan mendidik yang kreatif agar pembelajaran tersebut tidak hanya bertujuan pada
hasil akhir. Namun bagaimana caranya agar proses pembelajaran itu dapat lebih
hidup dengan ditumbuhkan dan dikembangannya nilai kreativitas.
Menurut Key Concept in the Philosophy of Education dalam Tilaar (2012:
138) secara singkat didefinsikan kurikulum sebagai rencana untuk implementasi
tujuan pendidikan (the curriculum in the plan for the implementation of particular
educational aim). Definisi sederhana ini dapat dirumuskan lebih lanjut sebagai
keseluruhan program dan aktivitas dalam lembaga pendidikan formal dan
nonformal untuk mencapai tujuan pendidikan yang tertuang dalam pembukaan
UUD 1945 (Tilaar 2012: 138).
Agar dapat mencapai tujuan pendidikan, dibutuhkan desain kurikulum
yang mampu mengemas kurikulum kedalam pembelajaran yang kreatif. Pada
National Curriculum Council (1990) dalam Beetlestone (2011: 33) terdapat empat
tema-tema lintas kurikulum yaitu:
1) National Curriculum Council (1990) Curriculum Guidance 4: Education
for Economic and industrial Understandi (Pendidikan Pemahaman
Ekonomu dan Industrial).
2) National Curriculum Council (1990a) Curriculum Guidance 5: Health
Education (Pendidikan Kesehatan)
3) National Curriculum Council (1990a) Curriculum Guidance 7:
Enviromental Education (Pendidikan Lingkungan).
39
4) National Curriculum Council (1990) Curriculum Guidance 4: Citizenship
(Kewarganegaraan)
Dari keempat tema diatas dapat sangat memungkinkan untuk dijadikan
program-program kerja yang direncanakan bagi siswa sekolah dasar. Tema-tema
tersebut sesuai jika digunakan pada tingkat dasar karena bukan hanya mencakup
bidang yang diminati dan sesuai, dimana tema-tema tersebut bukan lagi menjadi
sebuah bidang studi yang terpisah-pisah melainkan sudah menjadi kumpulan
pengetahuan yang holistik. Tema-tema diatas memiliki cara yang snagat baik
dalam penglaman literasi dan numerisasi yang bermakna bagi anak-anak melalui
penyelesaian masalah, drama, dan penulisan kreatif.
2.2.4 Pengembangan Creativity Learning
Kurikulum di desain ke dalam pembelajaran kreatif dengan
mengembangkan kreativitas pada setiap pembelajaran. Realita yang terjadi saat ini
hidup dalam masa di mana ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya,
menjadikan kreatif sebagai satu-satunya kemunkinan yang dapat dapat digunakan
oleh suatu bangsa yang sedang berkembang untuk dapat mengikuti perubahan dan
menghadapi masalah yang semakin kompleks. Oleh karena itu seseorang dituntut
untuk memikirkan, membuat cara-cara baru serta mengubah cara-cara lama
dengan kreatif, agar tetap bisa bertahan dan tidak tenggelam dalam persaingan
antarbangsa dan negara.
Pengembangan kreativitas sejak usia dini diperlukan untuk menghadapi
masalah tersebut, karena kreativitas begitu bermakna dalam hidup dan kreativitas
40
perlu dipupuk sejak dini dalam diri peserta didik. Munandar (1998: 43-44)
mendefinisikan bahwa.
1) Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi
sepenuhnya.
2) Kreativitas atau berfikir kreatif sebagai kemampuasn untuk melihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah
merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini maish kurang mendapat
perhatian dalam pendidikan.
3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan
lingkungan, tetapi terlebih-lebih juga memberikan kepuasaan kepada
individu.
4) Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas
hidupnya. Dalam era pembungan ini, sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif
harus dipupuk sejak dini.
Pengembangan kreativitas pada pembelajaran jauh lebih baik jika ditanam
sejak usia dini melalui transformasi nilai-nilai kreativitas dan pembiasaan agar
kreativitas dapat terus berkembang dalam diri seseorang. Budiarti (2015: 61)
untuk itulah pengembangan kreativitas sebaiknya dilakukan sejak dari usia dini
atau dari Sekolah Dasar. Kreativitas merupakan pengalaman mengekspresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan
dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
41
Adanya kreativitas dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan,
membuat anak lebih dihargai karena mereka dapat mengeluarkan ide-ide belajar
mereka sesuai dengan kemampuan mereka. Tugas seorang guru dalam hal ini
mendampingi anak dalam mengembangkan kreativitas belajar dan memunculkan
nilai kreativitas agar bisa diarahkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
anak.
2.3 Pembelajaran Tematik
2.3.1 Pengertian Pembelajaran Tematik
Membahas pembelajaran erat kaitanya dengan serangkaian kegiatan yang
terencana dan terstruktur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran
dimaknai sebagai proses, cara, pembuatan menjadikan orang atau makhluk
belajar. Sementara menurut Kimble dan Garmezy, sebagaimana dikutip oleh
Thabrani dan Mustafa (2011: 18) dalam Fadillah (2014: 172) menyebutkan
pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan
hasil praktik yang diulang-ulang.
Menurut Suyono dan Hariyanto (2011: 9) dalam Fadillah (2014: 172)
istilah pembelajaran berasal dari kata dasar belajar, yaitu suatu aktivitas atau
suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengukuhkan kepribadian. Dalam Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa pembelajaran ialah proses interaksi perserta didik dengan pendidik dan
42
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Fadillah (2014: 173) menarik
kesimpulan,
“dari berbagai uraian tentang definisi pembelajaran tersebut secara umum
memiliki pengertian yang sama, yaitu proses interaksi antara pendidik
dengan peserta didik maupun antar-peserta dididk. Proses interaksi ini bisa
dilakukan dengan berbagai media dan sumber belajar yang menunjang
keberhaislan belajar peserta didik. Oleh karenanya, pembelajaran dalam
hal ini dapat didefinisikan sebagai proses interaksi anatara pendidik
dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik dalam rangka
memperoleh pengetahuan yang baru dikehendaki dengan menggunakan
berbagai media, metode, dan sumber belajar yang sesuai dengan
kebutuhan”.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan mengenai
pembelajaran, terdapat suatu point penting yaitu adanya proses pembelajaran.
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tematik
terpadu (PTP) yang sering juga disebut sebagai pembelajaran tematik terintegrasi
(integrated thematic instruction, IT) yang awalnya dikonseptualisasikan pada
tahun 1970-an. Pendekatan pembelajaran ini awlanya hanya dikembangkan untuk
anak-anak berbakat dan bertalenta, anak-anak yang cerdas, dan peserta didik yang
belajar cepat. Sundayana (2014: 14) mengatakan bahwa,
“model tematik sangat dominan diterapkan dalam pembelajaran di lingkup
pendidikan anak usia dini ( Taman Kanak-Kanak) dan Sekolah Dasar
(SD). Salah satu asumsi yang menempatkan model ini cocok bagi
pembelajar pada jenjang tersebut adalah tema atau topik dapat menjadi
penghubung berbagai kegiatan dengan apa yang dipelajari peserta didik di
kelas. Dengan demikian, tema dapat berperan sebagai pengintegrasi
keterampilan dan kegiatan berbahasa dalam pembelajaran di kelas”.
Dirman dan Juarsih (2014: 107) mengungkapkan pembelajaran tematik
sebagai berikut,
“pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunkan prinsip
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu
43
kegiatan pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran
sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang
bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam memahami
berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui penglaman langsung
dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya”.
2.3.2 Fungsi Pembelajaran Tematik
Menurut Dirman dan Juarsih (2014: 108) fungsi dan tujuan pembelajaran
tematik adalah,
“pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan
bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang
tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena
materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan
bermakna bagi peserta didik”.
Berdarkan fungsi dari pembelajaran tematik diatas dapat dikatakan bahwa
dengan menggunakan pembelajaran tematik dalam kegiatan pembelajaran, peserta
didik dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru. Karena apa
yang diajarkan oleh guru, pada kenyataannya diajarkan oleh guru dengan
menggunakan metode pembelajaran yang mendukung tema pembelajaran.
Sehingga peserta didik dapat memahami secara langsung materi yang diajarkan
oleh guru.
2.3.3 Tujuan Pembelajaran Tematik
Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah:
1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
mata pelajaran dalam tema yang sama.
44
3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dnegan mengaitkan
berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.
5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam
situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis, sekaligus
mempelajari pelajaran yang lain.
6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan
secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2
atau3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.
8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan
dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi
dan kondisi.
Adanya fungsi dan tujuan dari pembelajaran tematik semata-mata untuk
memperjelas arah yang ingin dicapai dalam pembelajaran tematik, agar
pembelajaran tematik mencapai hasil akhir yang sesuai dengan tujuan awal
pembelajaran ini.
45
2.3.4 Ciri-Ciri Pembelajaran Tematik
Setiap pembelajaran yang digunakan memiliki ciri khusus dari
pembelajaran tersebut, yang membedakannya dengan model pembalajaran lain.
Menurut Dirman dan Juarsih (2014: 108) ciri-ciri pembelajaran tematik adalah
sebagai berikut.
1) Berpusat pada anak dan memberikan pengalaman langsung pada anak.
2) Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu
pemahaman dan kegiatan).
3) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses
pembelajaran (saling berkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan
yang lainnya).
4) Bersifat luwes (keterpaduan berbagai mata pelajaran).
5) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak (melalui penilaian proses dan hasil belajar lainnya).
2.3.5 Perancanaan Pembelajaran Tematik
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencaan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan
meliputi penyusunan rencana pelasanaan pembelajaran dan penyiapan media dan
sumber belajar perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang
digunakan.
46
2.3.5.1 Silabus
1) Konsep Silabus
“Silabus adalah salah satu produk nyata yang dapat diamati sebagai hasil
dari aktivitas pengembangan kurikulum” (Kurniawan 2014: 112). Silabus
merupakan acuan dalam penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran. Dalam Kurikulum 2013, silabus merupakan salah
satu administrasi pembelajaran yang harus dipenuhi dan dibuat oleh seorang
pendidik
2) Prinsip Pengembangan Silabus
Kurniawan (2014: 114-115) menyatakan ada sejumlah prinsip yang
hendaknya diperhatikan betul dalam pengembangan silabus pembelajaran
terpadu. Prinsip-prinsip tersebut meliputi: ilmiah, cakupan dan kedalaman,
sistematis, keterhubungan kompetensi dasar dengan tema, variasi kegiatan
belajar, bagi yang tidak bisa dipadukan dalam pembelajaran terpadu disajikan
secara terpisah.
3) Komponens Silabus Pembelajaran Terpadu
“Berikut ini beberapa komponen yang biasa ada dalam suatu silabus.
Komponen silabus terdiri dari: identitas (mata pelajaran, kelas, semester,
waktu), kompetensi dasar (KD), indikator hasil belajar, kegiatan belajar,
sarana/sumber, penilaian (bentuk/teknik)” (Kurniawan 2014).
47
4) Langkah Pengembangan Silabus
Untuk dapat mengembangkan silabus terdapat langkah-langkah yang
diberikan Kurniawan (2014: 119) bahwa,
“prosedur pengembangan silabus secara garis besar terdiri dari lima
langkah, yaitu: identifikasi mata pelajaran yang akan dipadukan, pelajari
kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dalam setiap mata
pelajaran, pelajari indikator hasil belajar dalam setiap mata pelajaran, pilih
dan tetapkan tema pemersatu, susun silabus pembelajaran dengan
mengaitkan topik dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran”.
Berdasarkan langkah-langkah pengembangan silabus diatas dibutuhkan
keahlian/ke kreativan dari seorang guru dalam mengembangkan silabus agar
silabus yang nantinya akan menjadi panduan dalam tahapan perencanaan
pembelajaran selanjutnya tidak terkesan monoton dan hanya asal membuat,
karena dalm hal ini kreativitas seorang guru dapat terlihat.
2.3.5.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
1) Konsep RPP
Menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk
satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dalam dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD). Fadillah (2014: 144) menyimpulkan,
“dimana dalam perencanaan tersebut adalah penjabaran dari kompetensi
inti dan kompetensi dasar yang selanjutnya dibuat materi pembelajaran
lengkap dengan metode, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
digunakan dalam pembelajaran. Kesemuanya disusun dengan jelas,
48
sistematis, dan akuntabel sehingga mudah dipahami dan diaplikasikan
dalam kegiatan pembelajaran”.
Berdasarkan konsep diatas dapat dikatan bahwa dalam tahap pembuatan
rencana pelaksanaan pembelajaran, diperlukan kejelasan, sistematis, akuntabel
dalam penyusunannya. Agar pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung,
guru dapat lebih mudah menerapkannya kepada peserta didik serta apa yang
diajarkan kepada peserta didik dapat tersampaikan dengan baik sehingga peserta
didik memahami materi yang disampaikan oleh guru.
2) Prinsip Pengembangan RPP
Pada dasarnya prinsip pengembangan RPP dibuat untuk memudahkan guru
dalam dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, bukan hanya sebagai
syarat administrasi semata.
3) Komponen RPP Pembelajaran Terpadu
Ada beberapa komponen yang terdapat dalam RPP tematik terpadu
Kurniawan, Deni (2014: 124) menyatakan bahwa.
Secara umum komponen RPP sama dengan komponen silabus, karena
sesungguhnya RPP adalah penjabaran lebih lanjut dari silabus. Komponen RPP
terpadu/tematik, seidaknya memiliki komponen dibawah ini:
a) Identitas (kelas, tema, alokasi waktu, tema)
b) Kompetensi dasar (dari mata-mata pelajaran yang akan dipadukan dan
sesuai tema)
49
c) Indikator hasil belajar (jabaran kemampuan khusus dari KD mata
pelajaran yang dipadukan)
d) Prosedur pembelajaran (menjelaskan pelaksanaan pembelajaran yang
meliputi kegiatan awal pembelajaran / pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir/penutup)
e) Metode, sumber, dan media (digunakan dalam pembelajaran)
f) Penilaian (teknik, soal, dan sistem skoring)
g) Langkah Pengembangan RPP
Kurniawan (2014: 125) menyimpulkan langkah pengembangan RPP
diawali dari identifikasi silabus. Setelah silabus ditemuketahui kemudian,
dikembangkan peta-peta/jejaring tema. Dengan merajuk pada jaringan tema,
kemudian RPP dikembangakan.
2.3.6 Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Di dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah, pelaksanaan pembelajaran merupakan
implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru harus:
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran;
50
b) Memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan
aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan
contoh dan perbandingan lokal, nasional, dan internasional;
c) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
d) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau komptensi dasar yang akan
dicapai; dan;
e) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik
peserat didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan atau
tematik terpada dan atau saintifik dan atau inkuiri dan penyingkapan
(discovery) dan atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik
dan jenjang pendidikan.
a) Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang
dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan,
emnghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas
51
pembelejaran berorientasi pada tahapan komptensi yang mendorong siswa
untuk melakukan aktivitas tersebut.
b) Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteristik
aktivitas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan
kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk
memperkuat pendekatan saintifik, temati terpadu, dan tematik sangat
disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan / penelitian
(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik
menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun
kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c) Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan
subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus
mendorong siswa untuk melakukan pembelajaran yang menerapkan
modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery / inquiry
learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).
52
3) Kegaiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun
kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a) Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang
diperoleh
b) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
c) Melakukan kegiatan tidak lanjut dalam bentuk pemberian tugas
baik tugas individual maupun kelompok
d) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
2.3.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari implementasi character building dan
creativity learning pada proses pembelajaran tematik Kurniawan (2014: 235-
236) menyimpulkan,
“untuk memahami bagaimana penilaian pembelajaran dalam pembelajaran
terpadu: tematik, yang sejalan dengan ide yang terkadung dalam
kurikulum 2013, penting untuk mengetahui karakteristik penilaian
pembelajaran terpadu-tematik yang ada pada kurikulum 2013”.
Adapun beberapa anjuran penilaian dalam kurikulum 2013 yang
dipandang penting adalah:
53
1) Penilaian pembelajaran ditunjukan untuk melihat perkembangan dan
kualitas proses dan hasil belajar, dengan memerhatikan seluruh aspek
psikologis (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).
2) Kriteria penilaian menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
3) Penilaian menggunakan berbagai teknik penilaian yang meliputi tes dan
non tes. Untuk kepentingan ini dianjurkan menggunakan penilaian
autentik (authentik assesment) dengan variasi teknik penilaian: Kinerja,
Proyek, Portofolio, dan Tertulis.
Dari anjuran penilaian dalam Kurikulum 2013 diatas, bahwa di SD Bukit
Aksara Semarang memiliki penilaian yang sama sesuai dengan tahapan penilaian.
Penilaian yang dilakukan lebih di fokuskan kepada karakter, sesuai dengan tujuan
dari sekolah.
2.4 Perkembangan Peserta Didik dan Individu
2.4.1 Perkembangan Peserta Didik
2.4.1.1 Hakikat Perkembangan
Perkembangan merupakan istilah yang dalam psikologi merupakan sebuah
konsep yang sangat kompleks. Menurut Hawadi (2001) dalam Desmita (2007: 4),
perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari
potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan
ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang
diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.
54
“Perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin
membesar, melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang
berlangsung secara terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah
dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui
pertumbuhan, pematangan, dan belajar” (Desmita 2007: 4).
Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari beberapa pengertian diatas
adalah bahwa perkembangan serangkaian proses dari kehidupan seseorang, yang
tidak dapat lepas dari pertumbuhan secara jasmani dan rohani.
2.4.1.2 Periode dan Tugas Perkembangan
1) Periode Perkembangan
Perkembangan manusia berlangusng secara berurutan atau
berkesinambungan melalui periode atau masa. Menurut Santrock (2010)
dalam Yusuf dan Sugandhi (2013: 9) periode perkembangan itu terdiri atas
tiga periode, yaitu anak (childhood), remaja (adolscene), dan dewasa
(adulthood).
2) Tugas Perkembangan
Berdasarkan periode perkembangan terdapat tugas-tugas yang harus
dilakukan individu dalam menjalankan proses kehidupannya. Pada tahapan
perkembangan usia anak sekolah, tugas-tugas tersebut diantara lain adalah:
a) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakikan
permainan.
55
b) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinys sendiri
sebangai makhluk biologis.
c) Belajar bergaul dengan teman sebaya.
d) Belajar keterampilan dasar membaca, menulis, dan menghitung.
e) Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
f) Mengembangkan kata hati.
g) Belajar bersikap mandiri.
h) Mengembangkan sikap positif terhadap kelompol sosial.
2.4.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Di usia sekolah dasar kelas 1, perkembangan anak dapat dikatakan masuk
dalam kategori golden age. Pada usia tersebut (5-7 tahun) mereka akan lebih
mudah untuk dibangun nilai-nilai karakter dan nilai-nilai yang diajarkan pada usia
dini, akan tetap tumbuh sampai mereka dewasa seiring dengan proses
perkembangan dari setiap anak. Didalam proses tersebut akan ada banyak faktor
yang akan mempengaruhi tumbuh kembangnya anak. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan:
1) Faktor genetika ( Hereditas )
Gen memang tidak mempengaruhi kepribadan seseorang secara langsung,
namun fungsi dari hereditas berkaitan dengan perkembangan kepribadian,
diantaranya adalah (a) sebagai sumber bahan mentah kepribadian seperti fisik,
56
intelegensi dam tempramen; (b) membatasi perkembangan kepribadian; dan (c)
mempengaruhi keunikan kepribadian.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah keseluruhan dari fenomena yang
terjadi dalam kehidupan individu baik secara fisik atau sosial yang
mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan individu. Faktor tersebut
adalah lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, dan media massa.
2.4.1.4 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (6-12 Tahun)
Ketika manusia dilahirkan ke dunia, ia hanya sebuah bayi yang tak
berdaya. Ia hanya sebagai sujnek dengan dunianya sendiri, yang hanya
melingkupi dirinya saja. Setelah melalui proses perumbuhan dan perkembangan,
ia belajar mengenal dunia luar, mengenal sesuatu diluar dirinya menuju kepada
dunia yang sebenarnya. Kartono (1995: 133) berpendapat,
“mula-mulanya sikap anak terhadap kenyataan faktual bercorak sangat
subjektif. Lambat laun gambaran yang dipeoleh tentang alam nyata akan
semakin bertambah sepurna dan semakin objektif. Hubungan antara
benda-benda dengan diri sendiri tidak berubah menjadi pengamatan yang
objektif. Dengan begitu anak mulai merebut atau menguasai dunia sekitar
secara objektif. Dalam fase inilah anak mulai masuk ke dalam masyarakat
luas; yaitu masyrakat di luar keluarga, sekolah, dan kelompok-kelompok
soail lainnya”.
Mengingat perkembangan anak yang semakin pesat pada usia sekolah,
keluarga harus menyadari bahwa anak memerlukan fasilitas untuk
mengembangkan fungsi-fungsi yang terdapat pada diri anak, terutama fungsi
intelektual dalam mengikuti kemajuan zaman yang semkain modern. Oleh karena
57
itu anak memerlukan suatu lingkungan sosial yang baru dan lebih luas, berupa
sekolah sebagai tempat untuk mengembangkan semua potensinya. “Pada usia
sekolah sikap yang egosentris diganti dengan sikap yang ‘zakelik’, objektif,
zakelik’, objektif, dan empirisí” (Kartono 1995).
1) Perkembangan Jasmani dan Psikomotorik
Pertumbuhan fisik akan mengalami peningkatan dari berat badan
meningkat 2-3 kg/tahun, tinggi badan meningkat 6-7 cm/tahun. Selain fisik
yang terus tumbuh, motorik anak mengalami pertumbuhan. Erak Motorik
anak lebih mampu menggunakan otot-otot kasar dari pada otot-otot halus.
Fase atau usia sekolah dasar ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik
yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk
belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun
kasar, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2.3 Motorik Halus dan Motorik Kasar
Motorik Halus Motorik Kasar
1. Menulis 1. Baris berbaris
2. Menggambar atau melukis 2. Seni bela diri
3. Mengetik (komputer) 3. Senam
4. Merupa ( seperti membuat
kerajinan dari tanah liat)
4. Berenang
58
5. Menjahit 5. Atletik
6. Membuat kerajinan dari kertas 6. Main sepak bola, dsb
2) Perkembangan Kognitif
Menurut dan Ratnaningish (2012: 153) dalam perkembangan kogitif,
“adanya perubahan fungsi kognitif pada tahap ini adalah yang semula
dari sensoris motorik menjadi pre-operasional.. Pada pre-operasional
anak mampu menggunakan simbol-simbol dengan menggunakan kata-
kata, mengingat masa lalunya, masa sekarang dan yang akan terjadi di
masa datang. Tingkah laku akan mulai berubah dari yang semula sangat
egosentris menjadi lebih rasional”.
Pendapat lain muncul dari dan Sugandhi (2013: 61) yang menyatakan
bahwa,
“pada usia sekolah dasar, anak sudah mereaksi rangsnagan intelektual,
atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan
intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis dan
menghitung atau CALISTUNG). Kemampuan intelektual pada masa ini
sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan
yang dapat mengembangkan pola fikir atau daya nalarnya. Untuk
mengembangkan daya nalarnya, daya cipta, atau kreativitas anak, maka
kepada anak perlu diberi peluang-peluang untuk bertanya, berpendapat,
atau menilai tentang hal yang terkait dengan pelajaran, atau peristiwa
yang terjadi di lingkungannya”.
3) Perkembangan Bahasa
Bahasa digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang
lain. Dengan demikian, bahasa yang digunakan pada usia sekolah dasar
merupakan masa dimana kemampuan mengenal dan menguasai
perbendaharaan kata sedang berkembang pesat. Hal tersebut terlihat dengan
dikuasainya keterampilan anak terhadap membaca dan berkomunikasi
dengan orang lain, di sekolah perkembangan bahasa anak diperkuat dengan
59
diberikannya mata pelajaran bahasa ibu dan bahasa indonesia yang
bertujuan sebagai alat untuk (1) berkomunikasi secara baik dengan orang
lain; (2) mengekspresikan fikiran, perasaan, sikap, atau pendapat; (3)
memahami isi dari setiap bahan bacaan.
4) Perkembangan Psikososial Anak
Teori mengenai perkembangan psikososial dikemukan oleh Erick
(1963) dalam Riyadi dan Ratnaningish (2012: 144) beliau membagi
perkembangan psikososial menjadi dua komponen yang bernilai baik (bisa
diharapkan) dan komponen yang kurang baik (kurang bisa diharapkan).
Riyadi dan Ratnaningish (2012: 147) menyimpulkan,
“pada tahap perkembangan ini anak dapat mengahadapi dan
menyelesaikan tugas yang pada akhirnya dapat menghasilkan sesuatu
yang berarti bagi dirinya. Anak siap untuk meninggalkan rumah untuk
melanjutkan sekolah / mencari ilmu. Melalui proses pendidikan inilah
anak akan belajar untuk bersaing yang bersifat kompetitif. Orang yang
paling berpengaruh dalam kehidupan anak pada tahap ini adalah hiri
dan teman sebayanya. Peranan seorang guru sangat penting dalam
rangka identifikasi pemikiran-pemikiran anak, jadi jangan heran jika
biasanya anak sangat patuh dan tunduk terhadap gurunya”.
5) Perkembangan Kesadaran Beragama
Pada masa ini kesadaran beragama anak ditandai dengan sikap
keagamaanya yang masih bersifat reseptif, pandangan dan pemahamannya
tentang ketuhanan diperoleh secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah
logika, serta penghayatan secara rohaniah semakin mendalam. Pada periode
usia sekolah dasar masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan
dari periode sebelumnya. Dengan demikian kualitas kegamaan seorang anak
60
akan sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang diterimanya. Berkaitan
dengan hal tersebut, pendidikan agama di sekolah dasar mempunyai peranan
yang sangat penting dan bukan hanya menjadi perhatian dari guru agama
saja melainkan guru-guru lain dan kepala sekolah pun memiliki keprihatinan
aka hal tersebut.
2.4.2 Perkembangan Individu
2.4.2.1 Pengertian Individu
Menurut Sunarto dan Hartono (2008: 1-2) mengatakan tentang manusia
bahwa,
“manusia adalah makhluk yang dapat ipandang dari berbagai sudut
pandang. Pengejawantahan manunggalnya sebagai ciri atau karakter hakiki
atai sifat kodrati manusia yang seimbang Sebagaimana dikenal adanya
manusia sebagai makhluk yang berpikir atau “homo sapiens”, makhluk
yang berbentu atau “homo faber”, merupakan pandangan-pandangan
tentang manusia yang dapat digunakan untuk menetapkan cara pendekatan
tentang manusia yang akan dilakukan terhadap manusia tersebut. Bangsa
Indonesia telah menganut suatu pandangan, bahwa yang dimaksud
manusia secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang merupakan
pengejawantahan manunggalnya sebagai ciri atau karakter hakiki atau sifat
kodrati manusia yang seimbang antar berbagai segi, yaitu antara segi (i)
individu dan soail, (ii) jasmani dan rohani, dan (iii) dunia dan akhirat”.
Penjelasan mengenai manusia dalam konteks peserta didik, harus
menempatkan peserta didik sebagai manusia yang memiliki pribadi secara utuh.
Jika dikaitkan dengan pendidikan, akan lebih diarahkan hakikat manusia sebagai
makhluk individu dan sosial, sebagai kesatuan dari jasmani dan rohani, serta
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mempersiapkan kehidupan yang kekal di
akhirat nanti.
61
2.4.2.2 Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat yang berbeda dengan individu
lainnya. Perbedaan tersebut dapat berupa karakteristik yang diperoleh secara
bawaan dan karakteristik yang dapat dipengaruhi dari lingkungan. Karakteristik
yang diperoleh secara bawaan berupa faktor biologis dan faktor sosial psikologis.
Karakteristik yang diperoleh dari faktor lingkungan dapat berupa rangsangan yang
membantu mempengaruhi potensi-potensi biologis individu, demi terbentuknya
tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir.
Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan diatas, akhirnya hal tersebut
dapat membentuk suatu pola karakteristik tingkah laku yang dapat menjadikan
seseorang berbeda dengan individu lainnya karena setiap individu memiliki
karakteristik sebagai pembedanya.
2.4.2.3 Perbedaan Individu
Setiap individu memiliki perbedaan dalam perkembangan dirinya Sunarto
dan Hartono (2008: 6) menyatakan bahwa,
“dari bahasa bermacam-macam aspek prkembangan individu, dikenal ada
dua fakta yang menjol, yaitu (i) semua manusia mempunyai unsur-unsur
kesaman di dalam pola perkembangannya dan (ii) di dalam pola yang
bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis
dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda”.
62
Adapun beberapa bidang perbedaan antara individu, yaitu:
1) Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya kemampuan kognitif
merupakan hasil belajar. Kemampuan kognitif seseorang sangat dipengaruhi
oleh intelegensi (kecerdasan).
2) Perbedaan Individual dalam Kecakapan Bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang snagat penting
dalam kehidupan seseorang. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa
berbeda-beda, kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang
untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan
kalimat yang penuhmakna, logis, dan sistematis. Kemampuan berbahsa
tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan.
3) Perbedaan dalam Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan
kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang di
lakukan oleh saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kegiatan-kegiatan
tersebut terjadi karena kerja saraf yang sistematis. Kemampuan motorik
dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan
berpikir.
63
4) Perbedaan Latar Belakang
Pada suatu kelompok siswa pada tingkat mana pun, perbedaan latar
belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau
menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai
bahan pelajaran. Pengalaman-pengalaman belajar yang dimiliki anak di
rumah mempengaruhi kemauan untuk berprestasi dalam situasi belajar yang
disajikan.
5) Perbedaan dalam Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir.
Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan
rangsnagan dan pemupukan seara tepat.
6) Perbedaan dalam Kesiapan Belajar
Perbedaan latar belakang keluarga dan lingkungan mempunyai
pengaruh terhadap belajar. Selain itu, kondisi fisik yang sehat, dalam
kaitannya dengan kesehatan dan penyesuaian diri yang memuaskan terhadap
pengalaman-pengalaman, disertai dengan rasa ingin tahu yang amat besar
terhadap sesuatu, membantu berkembangnya kebiasaan berbahasa dan
belajar yang diharapkan. Sikap apatis, pemalu, dan kurang percaya diri,
akibat dari kesehatan yang kurang baik, dan latar belakang yang miskin
pengalaman, mempengaruhi perkembangan pemahaman dan ekspresi diri.
64
2.5 Kerangka Berfikir
Implementasi character building dan creativity learning pada proses
pembelajaran temati kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang, merupakan sebuah
penelitan kualitatif yang memfokuskan penelitian pada sebuah perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dari karakter dan kreativitas pada pembelajaran tematik
pada siswa kelas 1 sekolah dasar. Pada penelitian ini kerangka berfikir diperlukan
sebagai uraian atau sebuah pernyataan tentang kerangka konsep pemecahan
masalah yang telah dirumuskan. Kerangka berfikir dalam penelitian ini sangat
menentukan kejelasan dan validitas proses penelitian secara keseluruhan.
2.2 Gambar Kerangka Berfikir
Character Building dan Creativity Learning
Impelementasi Character Building dan Creativity
Learning
Perencanaan
Alasan diterapkannya Character Building dan
Creativity Learning
Konsep Character Building dan Creativity
Learning
Pelaksanaan
Evaluasi
65
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitan dasar yang menggunakan pendektan
kualitatif. Suriasumantri (1985) dalam Sugiyono (2013: 4) menyatakan bahwa
penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan
pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahu. Sugiyono (2013: 9)
mendefinisikan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpotivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
sebagai instrumen kunci. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif tujuan yang
ingin dicapai peneliti untuk dapat memperoleh hasil data asli yang sesuai dengan
penerapan character building dan creativity learning di Sekolah Dasar (SD)
Bukit Aksara Semarang.
Ghony dan Almanshur (2012: 25) mendefiniskan istilah dari penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak
dapat dic.apai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara-cara
kuantifikasi. Penelitian kualitatif bersifat interpretatif (menggunakan penafsiran)
yang melibatkan banyak metode dalam menelaah masalah penelitiannya.
Penggunaan berbagai metode ini sering disebut triangulasi, dimaksudkan agar
66
peneliti memperoleh pemahaman yang komperhensif (holistik) mengenai
fonemena yang diteliti.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi peneltian ini bertempat di Sekolah Dasar (SD) Bukit Aksara
Semarang yang beralamat di Jl. Prof. Soedarto No.40, Sumurboto, Banyumanik,
Kota Semarang, Jawa Tengah. Sekolah ini dipilih menjadi tempat peneltian
karena sekolah tersebut menerapkan Character Building dan Creativity Learning
pada kegiatan pembelajaran tematik.
3.3 Desain Penelitian
Berdasarkan penjelasan yang terdapat pada bab pendahuluan, maka untuk
menjawab pertanyaan bagaimana implementasi dari character building dan
creativity learning pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
tematik, yang memerlukan pengamatan mendalam terhadap situasi yang wajar
atau dikenal dengan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Menurut Nusa (2012: 71), penelitian kualitatif bersifat deskriptif dapat
diartikan sebagai hasil eksplorasi atas subjek penelitian atau para partisipan
melalui pengamatan dengan semua variannya, dan wawancara mendalam serta
FGD harus dideskripsikan dalam catatan kualitatif yang terdiri dai catatan
lapangan, catatan wawancara, catatan pribadi, catatan metodologis, dan catatan
teoritis. Peneliti diharuskan menggambarkan secara rinci, lengkap dan mendalam
hasil wawancara, pengamatan, dan FGD. Peneliti harus menahan diri untuk tidak
membuat penilaian atau mengedepankan pendapat pribadinya terkait dengan apa
yang dilihat dan didengeranya.
67
3.4 Fokus Penelitian
Untuk mempermudah penelitian ini, peneliti memberikan batasan masalah
sehingga penelitian ini akan memfokuskan penelitian yang berisikan pokok
masalah secara umum. Sehingga, fokus dalam penelitian ini adalah penerapan
character building dan creativity learning, pada perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi terhadap pembelajaran tematik untuk siswa kelas 1 SD Bukit Aksara
Semarang.
3.5 Data dan Sumber Data Penelitian
3.5.1 Data Penelitian
Data dalam sebuah penelitian meliputi bahan-bahan atau informasi yang
didapatkan selama peneliti melakukan penelitian. Data tersebut dapat berupa hasil
yang direkam secara aktif oleh orang yang melakukan studi, seperti transkip
wawancara dan catatan dari lapangan hasil observasi pelibatan. Data juga meliputi
segala sesuatu yang diciptakan orang lain dan yang ditemukan periset, misalnya
buku harian, foto, dokumen resmi, dan artikel surat kabar. Data yang
dikumpulkan pada penelitian ini yaitu data yang berhubungan dengan nilai-nilai
karakter dan kreativitas, silabus, rpp, dan hasil pembelajaran dari peserta didik di
kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang.
3.5.2 Sumber Data Penelitian
Sumber penelitian merupakan pusat informasi yang didapat oleh peneliti
selama penelitian tersebut berlangsung. Sumber penelitian dapat berupa data yang
tertulis maupun tidak tertulis. Dari hasil sumber penelitian, penelit mendapatkan
68
data yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari
character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik di SD Bukit
Aksara Semarang.
Menurut Arikunto (2010: 172) yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti
menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka
sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Sedangkan
menurut Lofland (1984: 47) dalam Moleong (2010: 157) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Terdapat dua sumber data yang digunakan dalam penelitian kualitaif,
yaitu dengan menggunakan sumber primer dan sekunder. Yang membedakan dari
kedua sumber tersebut, jika sumber primer merupakan sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan sumber sekunder
merupakan sumber yang memberikan datanya tidak langsung atau melalui
perantara. Sumber penelitian ini mendapatkan data dari informan, hasil observasi,
dan wawancara yang bersumber dari sumber data primer.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Ghony dan Almanshur (2012: 164) menyimpulkan bahwa “pengumpulan
data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
69
kondisi yang alami, sumber data primer, dan lebih banyak pada teknik observasi
berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi”.
3.6.1 Observasi
Bagoes (2008) dalam Ghony dan Almanshur (2012: 165) menyatakan
bahwa:
1) Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan
data yang mengahruskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal
yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegaitan, benda-benda,
waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Metode observasi merpakan cara
yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian seperti
perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu.
2) Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitiannya bertujuan untuk
memperoleh data mengenai implementasi dari character building dan
creativity learning pada pembelajaran tematik di kelas 1 SD Bukit Aksara
Semarang.
3.6.2 Wawancara
Ghony dan Almanshur (2012: 165) wawancara kualitatif merupakan salah
satu teknik untuk mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan metode ini
didasarkan pada dua alasan. Pertama, dengan wawancara, peneliti dapat menggali
tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi apa yang
tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang dinyatakan
kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu.
70
Pada peneltian ini peneliti menggunakan dua teknik wawancara secara
tidak terstruktur dan terstruktur. Ghony dan Almanshur (2012: 165)
menyimpulkan bahwa,
“wawancara terstruktur merupakan model pilihan apabila pewawancara
mengetahui apa yang tidak diketahuinya, dan karenya dapat membuat
kerangka pertanyaan yang teoat untuk memperolehnya, sedangkan
wawancara tidak terstruktur adalah sebuah model pilihan, apabila
pewawancara tidak mengetahui apa yang tidak diketahuinya, dan karena
itu harus berpedoman pada informan untuk menceritak kepada mereka”.
3.6.3 Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti untuk memperoleh data-data berupa dokumen. Dokumentasi digunakan
sebagai data pelengkap setelah dilakukannya observasi dan wawancara. Data yang
diperoleh dari studi dokumentasi penulis manfaatkan untuk pengecekan
kesesuaian data. Dokumen-dokumen yang dihimpun dan dikaji dalam penelitian
ini antara lain : (a) dokumen penunjang pembelajaran RPP serta nilai karakter dan
kreativitas; (b) foto kegiatan pelaksanaan pembelajaran; (c) hasil belajar siswa
secara umum dan penilaian karakter siswa.
3.7 Teknik Keabsahan Data
3.7.1 Ketekunan / Keajegan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari
dan kemudia memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Moleong, 2010:
329). Dengan meningkatkan ketekunan, maka dengan demikian peneliti
melakukan pengecekkan kembali terhadap data yang ditemukannya. Oleh karena
71
itu dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat memberikan data yang
lebih akurat dan sistemtis mengenai apa yang diamatinya.
3.7.2 Triangulasi
Pengujian keabsahan data pada penelitian merupakan salah satu hal
terpenting ketika melakukan penelitian, karena pada tahap ini peneliti diharuskan
untuk menguji kebenaran data yang diperoleh dalam penelitiannya melalui uji
kredibilitas, sedangkan teknik yang digunakan adalah triangulasi. Sugiyono
(2013: 273) menyatakan bahwa triangulasi dalam memeriksa keabsahan data ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya adalah
kepala sekolah, wali kelas, wali murid, dan siswa. Data yang didapatkan dari
sumber, kemudian dideskripsikan, dikategorisasikan, dianalisis pemikiran yang
sama, yang berbeda, dan dispesifikan untuk ditarik kesimpulan oleh peneliti,
yang selanjutnya akan meminta kesepakatan dengan beberapa sumber yang
diminta data.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibiltas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pada
penelitian ini data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber
72
yang terkait dengan penelitian, dilakukan pengecekan melalui hasil observasi
dan dokumen-dokumen.
3.8 Teknik Analisis Data
Tahap selanjutnya adalah menganalisis data pada penelitian kualitatif ini.
Sugiyono (2013: 245) menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah
selesai di lapangan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data
dari model Miles and Huberman yaitu analisis model interaktif (Interactive Model
of Analysis). Pada penelitian ini juga menggunakan tiga tahap yaitu:
1) Pengumpulan Data
Pada teknik analis data, tahapan pertama yang harus dilakukan oleh
peniliti adalah mengumpulkan data (pengumpulan data). Dalam tahap ini
peneliti akan mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan sesuai dengan
pedoman penelitian yang telah disusun sebelumnya. Data yang dikumpulkan
oleh peneliti melalui teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan
dokumentasi akan digunakan dalam tahap analisis data selanjutnya.
2) Reduksi Data
Reduksi data adalah proses memilih hal-hal yang penting dari hasil temuan
dilapangan, selanjutnya data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti menganalis data ke tahap
berikutnya.
73
3) Penyajian Data
Pennyajian data merupakan sebuah proses mengkaji data ke dalam sebuah
pola, yang mana setalah data disajikan dalam bentuk uraian singkat peneliti
dapat dengan mudah memahami apa dan bagaimana yang terjadi di lapangan.
4) Kesimpulan
Kesimpulan dapat dikatakas sebagai tahap akhir dalam analis data
kualitatif. Pada tahap ini peneliti membuat sebuah rumusan proposi dengan
memberi makna pada data yang telah disajikan dengan menghubungkan
komponen-komponen yang saling berkaitan Kesimpulan dari penelitian
kualitatif adalah hasil temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Langkah-langkah tersebut digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Model Interaktif Miles dan
Huberman (Miles dan Huberman, 2014:20)
Pengumpulan
Data
Penyajian
Data
Reduksi
Data
Penarikan
Kesimpulan
dan Verifikasi
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Bukit Aksara Semarang yang beralamat di
Jl. Prof. Soedarto No.40, Sumurboto, Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah
50269. Penelitian difokuskan pada kelas 1. SD Bukit Akasara Semarang memiliki
15 guru yang lulusan S1, dengan jumlah siswa keseluruhan 205 siswa yang terdiri
dari 98 siswa laki-laki dan 107 siswa perempuan. Sekolah ini memiliki 12 ruang
kelas, 1 ruang komputer, 1 perpustakaan umum dan perpustkaan tambahan disetiap
kelasnya, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tamu, ruang tata usaha, 1 ruang
uks, 1 dapur, gazebo, kantin, 7 ruang sanitasi siswa. Selain itu sekolah memiliki
lapangan olahraga dan upacara, kebun sekolah, tempat wudhu, dan halaman parkir .
Lebih lengkapnya profil sekolah terlampir dalam lampiran.
SD Bukit Aksara Semarang merupakan sekolah dasar dibawah Yayasan
Sanggar Aksara yang berdiri pada tahun 2000, dengan pendiri Dr. Yulianti
Siantajani, M.Pd. Bukit Aksara mempercayai bahwa setiapa anak adalah individu
yang unik, yang perlu mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan
perkembangan anak. Sejak awal sekolah ini telah memfokuskan pembelajaran pada
75
character building dan creatiity learning sesuai dengan latar belakang beridrinya
Yayasan Sanggar Aksara.
SD Bukit Aksara Semarang merupakan sekolah berbasis nasional, yang
menerapkan kurikulum nasional (Kurikulum 2013). Sekolah ini dikenal dengan
nama school of character & creativity. Di lapangan, implementasi pembelajaran
disajikan dalam bentuk yang bervariatif. Dengan menggunakan Learning Center
nilai-nilai character building dan creativity learning dimasukkan dalam kegiatan
pembelajaran dengan menyesuaikan tema pada setiap pembelajaran tematik.
Dengan demikian, anak dapat memilih berbagai sentra pembelajaran yang
dilakukan oleh anak secara mandiri atau berkelompok. Proyek-proyek yang
mengusung kreativitas dilakukan oleh siswa melalui pengembangan fokus karakter
yang ditunjukkan secara kompeten dalam berbagai program pembelajaran. Untuk
fokus karakter pada setiap tingkatan kelas telah disesuaikan dengan perkembangan
peserta didik.
Kegiatan di SD Bukit Aksara Semarang dimulai pada pukul 06.50 WIB
sampai dengan 13.30 WIB, untuk kelas 1 kegiatan berakhir pada pukul 12.00 WIB.
Hari efektif di sekolah ini dimulai dari hari Senin sampai dengan Jum’at. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan holly morning yang dilakukan oleh guru dan siswa.
Kegiatan awal dilakukan dengan holly morning yang dilakukan oleh guru terlebih
dahulu. Kegiatan doa yang dilakukan di ruang guru oleh kepala sekolah, guru, dan
staf. Kegiatan bukan hanya doa saja, akan tetapi ada sebuah arahan yang diberikan
oleh kepala sekolah kepada guru dan staff berkaitan dengan kegiatan yang akan
76
dilakukan pada hari itu. Sedangkan holly morning yang diikuti oleh siswa kelas 1
sampai kelas 6, didampingi guru sesuai kepercayaan yang dianut.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan pembelajaran yang disesuaikan
dengan masing-masing kelas. Untuk kelas 1, kegiatan setelah holly morning yaitu
bersih-bersih kelas dan senam pagi di kelas. Selanjutnya masuk pada kegiatan
pembelajaran yang diawali dengan circle time, kegiatan ini bertujuan untuk
mempersiapkan siswa sebelum belajar baik secara fisik maupun psikis. Setelah
circle time guru memulai kegiatan pembelajaran inti sampai dengan pukul 11.15
WIB, dengan waktu istirahat 20 menit pada pukul 09.00 WIB.
Pada saat kegiatan pembelajaran berakhir pada pukul 11.15 WIB siswa
kembali membersihkan kelas dan setelah itu siswa melakukan circle time kembali
sebelum pulang. Hal itu bertujuan sebagai salah satu evaluasi diakhir pembelajaran,
siswa dipersiapkan agar pulang dengan rasa nyaman dan senang tidak membawa
beban dari sekolah.
4.1.2 Konsep Character Building dan Creativity Learning Pada Pembelajaran
Tematik Kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang
Latar belakang merupakan suatu hal yang menjadi tujuan awal dari sebuah
konsep. Dari sebuah latar belakang yang kuat terbentuk suatu konsep yang akan
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Konsep yang dimiliki SD Bukit Aksara
Semarang sebagai hal yang melatarbelakangi berdirinya sekolah ini adalah
character building dan creativity learning. Konsep tersebut di implementasikan
pada proses pembelajaran tematik.
77
Konsep character building dan creativity learning pada pembelajaran di
kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang yang menerapkan pembelajaran tematik dan
menggunakan kurikulum 2013 sebagai kurikulum nasional. Dalam pembelajaran
diterapkan konsep character building dan creativity learning ke dalam setiap
kegiatannya. Berikut adalah komponen-kompen dari konsep character building dan
creativity learning.
4.1.2.1 Relevansi Tujuan Character Building dan Creativity Learning
Adanya sebuah tujuan dari perencanaan pembelajaran agar memudahkan
dalam melaksanakan kegiatan tersebut dan tidak menyalahi dari tujuan awal yang
telah di rancang dalam perencanaan. Character building dan creativity learning
yang menjadi tujuan awal dibentuknya sekolah ini, menjadikan fondasi kuat untuk
tetap berkomitmen mengembangkan karakter dan kreativitas pada anak-anak usia
dini pada sekolah dasar. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Kepala SD
Bukit Akasara Semarang mengenai tujuan character building dan creativity
learning.
“Untuk membentuk attitude anak sejak dini, karena usia itu anak-anak lebih
bisa diajarkan dari awal karena pembelajaran karakter baiknya harus
diajarkan sejak kecil”. (W.KS.1)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa etika dan
karakter itu penting sehingga perlu diajarkan kepada anak, maka hal tersebut yang
melatar belakangi berdirinya SD Bukit Aksara Semarang yang memfokuskan pada
karakter sebagai fondasi anak didik. Hal ini diperkuat kembali oleh Kepala Sekolah
dalam hasil wawancara:
78
“Perencanaan. Latar belakang berdirinya Sekolah Bukit Aksara oh kalau
itunya kan kami sudah punya TK bekal menyikapi untuk itu kan kami
teruskan untuk membuat SD. Sebetulnya kami ingin mendirikan smp, tapi
setelah kami fikir-fikir kami masih fokus pendidikan dasar dulu. Karena
memang fokus kami untuk membuat fondasi untuk anak-anak saja. Jadi
fokusnya lebih ke pendidikan dasar ia”. (W.KS.1)
Fokus karakter yang menjadi fondasi kuat untuk dapat mengembangkan
karakter pada anak dengan didirikannya SD Bukit Aksara, dimana pada jenjang
pendidikan dasar ini merupakan tahapan lanjutan dari jenjang pendidikan usia dini
yang lebih dulu didirikan. Terdapat 12 fokus karakter atau yang lebih dikenal
dengan character building. Dari kelas 1 sampai kelas 6, menerapkan 2 karakter
yang mana pada tiap semester 1 karakter di terapkan. Seiap 1 karakter memiliki 5
kategori pengembangan karakter, yang pada setiap bulannya 1 kategori
pengembangan karakter diterapkan.
Fokus karakter yang telah menjadi tujuan yang ingin dicapai sekolah ini,
tertuang dalam sebuah visi dan misi sekolah. Berdasarkan telaah dokumen pada
profil SD Bukit Aksara Semarang, visi dan misi SD Bukit Aksara Semarang adalah
sebagai berikut:
Visi: Menciptakan generasi yang kreatif, dinamis, dan berkarakter
Misi:
1. Membekali anak didik dengan pembelajaran yang mengembangkan
kreativitas dan kemandirian.
2. Mempersiapkan anak didik sebagai generasi masa depan yang aktif dan
siap menerima perubahan.
79
3. Membangun generasi yang berkarakter, dengan nilai dan moral, serta
kepribadian luhur.
Visi dan Misi tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan
kepada Kepala Sekolah yang menyatakan , “Karena sesuai dengan visi dan misi
sekolah ini, yaitu menciptakan generasi kreatif dan berkarakter” (W.KS.1).
Pernyataan tersebut menunjukan bahwa visi dan misi SD Bukit Aksara Semarang
tidak terlepas dari nilai-nilai karakter dan kreativitas yang menjadi sebuah nilai
penting yang harus dimiliki oleh setiap individu.
Berdasarkan hasil dari beberapa pernyataan yang telah disampaikan oleh Ibu
Vena selaku Kepala SD Bukit Aksara Semarang, dapat disimpulkan bahwa latar
belakang berdirinya SD Bukit Aksara Semarang adalah untuk membentuk etika
anak melalui pendidikan karakter yang dikembangkan melalui pembelajaran di
sekolah. Usia anak pada sekolah dasar menjadi salah satu tahapan penting dalam
mengembangkan karakter. Karena fokus karakter tersebut telah lebih dulu
diterapkan pada jenjang pendidikan anak usia dini, yang akhirnya dilanjutkan
dengan di dirikannya SD Bukit Aksara Semarang yang memiliki visi untuk
menciptakan generasi kreatif dan berkarakter.
Sesuai dengan visi dari SD Bukit Aksara, mengenai generasi yang kreatif
dan berkarakter tentunya tidak bisa terlepas dari sumber daya manusia yang akan di
didik yaitu siswa. Siswa di usia sekolah dasar, menjadi tahapan usia dasar untuk
diajarkan dan dikembangkan nilai-nilai karakter dan kreativitas. Akan tetapi
tingkatan kelas yang berbeda-beda, tentunya membedakan nilai karakter yang akan
80
diterapkan pada tiap tingkatan kelas. Yang menjadi dasar awal penanaman nilai
karakter berada di kelas 1. Di kelas 1, usia perkembangan anak berada pada rentan
usia 5-6 tahun. Pada tahapan usia ini, anak akan lebih mudah untuk menerima dan
diajarkan tentang karakter. Karena penanaman nilai karakter pada kelas 1, akan
menjadi salah satu penentu keberhasil anak di kelas berikutnya dalam hal
berkarakter dan berkreativitas.
Kepala Sekolah telah menjawab hal tersebut dalam wawancara yang
menyatakan bahwa, “Character building setiap kelas berbeda, sabar sama tertib.
Kalau kreativitas tergantung tema kelas masing-masing” (W.KS.1). Nilai
character building yang memiliki fokus yang berbeda-beda, memiliki
pertimbangan tersendiri yang menjadi alasannya. Hal itu sesuai dengan hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah, bahwa:
“Ia Karakter dan kreativitas karena kreativitas pada anak usia dini perlu
stimulus agar agar anak bisa berfikir kreatif sesuai dengan apa yang dia
punya dan dikembangkan dengan baik. Guru memberikan fasilitas untuk
siswa didiknya”. (W.KS.1)
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa hal tersebut berimbas
pada eksistensi keberadaan SD Bukit Aksara sebagai sekolah kreatif dan karakter,
menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi orang tua diluar sana yang ingin
menyekolahkan putra-putrinya di sekolah ini. penerimaan siswa baru di sekolah ini,
berbeda dengan sekolah lainnya. Tidak mewajibkan calon siswa sudah bisa
membaca, menulis, dan menghitung.
“Jika penerimaan siswa baru kami ada yang namanya trailer. Trailer jadi
anak tidak semena-mena kami terima, tapi anak melakukan trailer disini
dengan sesama usianya yaitu TK B yang kami amati adalah cara mereka
81
bersosialisasi saja, bukan secara akademis dia bisa menulis atau tidak tapi
dia bisa bersosialisasi dengan teman atau tidak. Sekitar lima belasan dalam
sehari. Kalau dirasa cukup ia sehari itu cukup, kalau dirasa kurang ia
ditambah hari lain”. (W.KS.1)
Dari pernyataan diatas menguatkan latar belakang dan tujuan berdirinya SD
Bukit Aksara, bahwa fokus karakter memang menjadi hal yang diutamakan.
Terlihat dari seleksi penerimaan siswa yang lebih memerhatikan dari segi
sosialisasi dari anak. Tidak ada syarat khusus yang memberatkan anak untuk dapat
diterima di SD Bukit Aksara Semarang. Tentunya hal tersebut telah diketahui oleh
orang tua yang ingin menyekolahkan anakya di SD Bukit Aksara Semarang.
Orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah ini memiliki
tujuan yang sama mengapa memilih SD Bukit Aksara sebagai sekolah untuk putra-
putrinya. Selain karena karakter, ada orang tua yang memilih SD Bukit Aksara
karena sebelumnya telah menyekolahkan anaknya di TK Bukit Aksara.“Beda sama
yang lain, karena fokus sama karakter anak. Bebas anak-anak mengeskpresikan
diri. Engga yang diam duduk dan diatur-atur”. (W.OTL.3). Berdasarkan
pernyataan yang disampaikan oleh salah satu orang tua siswa, bahwa dengan
adanya karakter anak menjadi lebih berekspresi dalam bersikap tidak terlihat kaku
dan hanya diatur saja. Pernyataan lainnya disampaikan oleh orang tua siswa
kemabali.
“Pertama yang milih anaknya ini jujur. Awalnya dari TKnya dulu kemudian
yang saya liat disini yang menjadi apa titik beratnya pendidikan karakter
bukan hanya sekedar akademis. Kalau akademis saya cari sekolah lain, tapi
karena dia lebih memberatkan di pendidikan karakternya itu yang membuat
saya itu jadi lebih yakin untuk pilih kesini pilih Bukit Aksara
gitu”.(W.OTW.6)
82
Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa dengan adanya nilai karakter
yang menjadi fokus di SD Bukit Aksara, menjadikan mereka menyekolahkan putra-
putrinya di sekolah ini. Selain karena itu terdapat orang tua yang anaknya telah
menyelesaikan pendidikan TK di Bukit Aksara, secara langsung sang anak memilih
SD Bukit Aksara sebagai tempat ia melanjutkan pendidikan. Memperkuat hal
tersebut disampaikan kembali oleh orang tua mengenai karakter melalui hasil
wawancara “Sekolahnya berkarakter, beda sama sekolah-sekolah lain. Ini nasional
basicnya, sekolah nasional”. (W.OTP.7) Perencanaan yang matang telah dilakukan
oleh para orang tua yang menyekolahkan putra-putri mereka di SD Bukit Aksara
Semarang, bukan semata-mata karena asal memilih sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa, relevansi
tujuan character building dan creativity learning dengan latar belakang sekolah dan
tujuan orang tua menyekolahkan putra-putrinya di SD Bukit Aksara karena adanya
perhatian lebih dalam hal karakter dan kreativitas anak. Pihak sekolah yang ingin
mengembangkan karakter melalui character building dan creativity learning pada
setiap kegiatan pembelajaran, agar nilai karakter dan kreatif dapat tertanam dalam
diri anak dan menjadi suatu kebiasaan yang membudaya. Dengan adanya fokus
karakter lebih mengarahkan dan menspesifikan karakter apa yang akan dibangun
pada diri anak. Selain itu, orang tua mempunyai penilaian yang penting bagi
karakter dan kreativitas. Bahwa karakter dan kreativitas menjadi bagian penting
bagi perkembangan putra-putri mereka, sebagai fondasi awal untuk membangun
kepribadian anak.
83
4.1.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Konsep lain bukan hanya dari tujuan latar belakang sekolah dan orang tua
saja, akan tetapi ada yang memiliki peranan penting dalam hal perencanaan bahkan
berhadapan langsung dengan siswa adalah guru. Guru melakukan berbagai
persiapan yang harus disiapkan sebelum mengajar, dari mulai merencanakan
perangkat pembelajaran, pada saat pelaksanaan pembelajaran, dan guru harus dapat
mengevaluasi hasil belajar siswa. Hal yang pertama akan dilakukan guru adalah
mempersiapkan perencanaan pembelajaran.
“Biasanya RPP itu saya buat sebelum bulan itu masuk, jadi kalau RPP
bulan Februari berarti saya membuatnya bulan Januari. Kalau nanti saya
mengajikannya untuk bulan Maret, berarti Februari ini RPP untuk tema
bulan Maret harus sudah siap”. (W.GK.8)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menjadi lagkah awal yang
dilakukan oleh Ibu Yani selaku Guru Kelas 1, dalam mempersiapakan
pembelajaran. RPP yang diberikan bukan hasil kerja dalam waktu pembuatan yang
mendesak, karena sebulan sebelum tema pembelajaran dilaksanakan RPP harus
sudah siap dan selesai dibuat. Perangkat penunjang dalam pelaksanaan RPP
nantinya telah dipersiapkan juga oleh guru kelas. Segala bahan untuk pembelajaran
yang berkaitan dengan RPP disesuaikan dengan pembelajaran yang akan diajarkan
kepada siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Yani selaku
Guru Kelas 1, yaitu:
“Bahan itu memang saya sesuaikan dengan pembelajaran, saya menyiapkan
beberapa hari sebelumnya.. Mereka pilih sendiri, kreativitas mereka yang
tentukan sendriri. Jadi kami guru hanya memfasilitasi sebagai fasilitator,
kami hanya menyiapkan bahan-bahan untuk menunjang pembelajaran
mereka bahwa kalian belajarnya ini, temanya ini, silahkan pilih sendiri,
bahan-bahannya apa, kemudian kalian mau buat untuk menyelesaikan tugas
84
itu seperti apa, itu mereka akan berkreativitas sendiri. Yang pasti tema dan
KD itu sudah dilakukan sesuai dengan pembelajarannya seperti itu.”.
(W.GK.8)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahawa dalam
mempersiapkan bahan ajar yang dilakukan oleh guru kelas, guru mempersiapkan
bahan yang akan digunakan oleh siswa pada saat nanti pelaksanaan pembelajaran.
Guru hanya sebagai fasilator, selebihnya siswa berkreasi sendiri sesuai dengan
kemampuan mereka masing-masing. Tujuan karakter dan kreativitas telah masuk
dalam persiapan perencanaan pembelajaran tematik, karena apa yang di persiapkan
guru mengacu pada tema yang akan diajarkan, dan dalam materi yang akan
diajarkan telah dimasukkan nilai-nilai karakter dan kreativitas. Oleh karena itu,
dalam perencanaan guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan matang.
Merencanakan sebuah pembelajaran yang akan diajarkan, membutuhkan
suatu metode pembelajaran untuk mempermudah pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Materi diajarkan memerlukan melaluo metode demonstrasi dalam
pembelajaran yang telah disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Sehingga
apa yang telah tertulis dalam RPP dapat terealisasikan sesuaikan dengan isi RPP
yang ada.
Pada hasil wawancara dengan Guru Kelas berkaitan dengan metode
pembelajaran yang digunakan adalah, “Biasanya kami menggunakan langsung
lewat demonstrasi” (W.GK. 8). Dengan metode demonstrasi anak akan tidak akan
dijejali oleh teori, karena anak anak langsung mencobanya sendiri. Teori digunakan
hanya sebagai pengantar saja, dengan metode demonstrasi anak akan lebih kreatif
dalam belajar. Hal itu sesuai dengan hasil wawancara bersama Guru Kelas, yaitu:
85
“Jadi lebih baik kami ke demonstrasi, kemudian anak cari ide sendiri, bahan
sendiri, kreativitas yang dimunculkan disitu, jadi tanya jawab pun kami ada
ke anak. Anak akan aktif, jadi tidak hanya sekedar mendengarkan saya. Tapi
dari mereka pun juga bisa keluar ide-ide yang lain. Jadi kami menggunakan
metode lebih banyak ke demonstrasi atau percobaan langsung”. (W.GK.8)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwa ketika anak mempraktikkan
secara langsung materi yang diajarkan oleh guru. materi yang akan diajarkan akan
lebih mudah dipahami oleh anak dan kreativitas secara langsung akan muncul.
Tidak perlu guru terus menerus mendiktekan materi kepada anak, anak belajarar
berksplorasi sesuai dengan kemampuan mereka.
Metode pembelajaran merupakan salah satu isi dari komponen dalam RPP
yang saling berkaitan dan memiliki tujuan yang sama dalam pembelajaran. Agar
metode dapat diterapkan pada pembalajaran, metode ditunjang dengan bahan atau
media yang dipersiapkan guru untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Banyak
media yang dapat digunakan hal itu diungkapkan oleh Guru Kelas 1, ” Kalau media
saya menggunakan banyak media ” (W.GK8). Media yang digunakan lebih dari
satu media, berarti guru telah mempersiapkan perencanaan dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan hasil observasi juga, setiap harinya sebelum pembelajaran
dimulai guru selalu meletakkan media yang akan digunakan ditempat yang telah
tersedia. Selain itu pada hari jumat setelah siswa pulang sekolah, guru menyiapkan
bahan-bahan yang akan digunakan untuk materi pada minggu berikutnya. Persiapan
yang dilakukan oleh guru bukan hanya mengenai materi apa yang akan diajarkan,
akan tetapi bagaimana materi itu dapat tersampaikan dan diterima dengan baik oleh
siswa.
Dari perencanaan yang telah dipersiapkan, guru menyesuaikannya dengan
karakteristik siswa yang disesuaikan dengan fokus karakter yang diajarkan melalui
sebuah metode pembelajaran demonstrasi. Guru kelas mengungkapkan, “Betul,
seperti contoh yang disini adalah terus berusah sampai saya berhasil. Setiap saya
pembelajaran apa pun, secara langsung karakter itu selalu saya ingatkan”
86
(W.GK.8). Berdasarkan pernyataan tersebut, guru tetap memasukkan fokus
karakter yang akan diajarkan dalam pembelajaran. Dengan memasukkan fokus
karakter pada setiap kegiatan pembelajaran, membiasakan anak dalam bertingkah
laku sesuai dengan karakter yang diajarkan. Sehingga karakter tersebut bisa
membudaya dilakukan oleh anak.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai RPP yang dipersiapkan oleh guru,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa segala sesuatu yang akan diajarkan kepada
anak nantinya harus terencana dengan matang. Melalui sebuah RPP, character
building dan creativity learning dimasukkan bersama dengan komponen-komponen
di RPP. Dengan demikian tujuan character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik akan diajarkan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
4.1.2.3 Sarana dan Prasarana Sekolah
Tujuan dari character building dan creativity learning untuk menunjang
perencanaan yang di persiapkan untuk pelaksanaan character building dan
creativity learning pada pembelajaran tematik di kelas 1, membutuhkan kesiapan
dan kelengkapan dari sarana dan prasarana yang di sediakan oleh sekolah. Sebab
sarana dan prasarana menjadi komponen pelengkap dari keberhasilan perencanaan.
Dari hasil observasi, sarana dan prasarana di SD Bukit Aksara telah dapat
dikatakan telah memenuhi standar kelengkapan yang dibutuhkan untuk sekolah.
Dalam segi sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,
buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Sedangkan dari segi prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan
satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya
87
dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi,
dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.
Secara keseluruhan sarana dan prasarana telah memadai hal itu juga
diungkapkan oleh guru kelas, ” Sudah menunjang dengan baik, sudah tersedia
dengan bagus” (W.GK.8). Ketersedian sarana dan prasarana yang menunjang,
dirasakan oleh guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal itu
juga sesuai dengan hasil wawancara bersama Kepala Sekolah, yaitu:
“Sarana prasarana yang berhubungan dengan karakter yang hubungannya
dengan fasilitas kami berikan fasilitas dimana guru mengajarkan attitude
kepada anak-anak bersambung dari kelas 1 sampai kelas 6. Kalau
kreativitas, kami memfasilitasi bahan yang dibutuhkan oleh siswa dengan
menyediakan dengan baik”. (W.KS.1)
Berdasarkan hasil wawancara diatas mengenai sarana dan prasarana, dapat
disimpulkan bawa ketersedian sarana dan prasarana yang telah memadai. Secara
langsung dapat menunjang segala bentuk kegiatan pembelajaran, jika hal tersebut
mengenai pembelajaran maka nilai karakter dan kreativitas ikut masuk ke
dalamnya.
4.1.3 Impelementasi Character Building dan Creativity Learning
Konsep character building dan creativity learning, selanjutnya akan
diimplementasikan ke dalam proses pembelajaran di kelas. Pelaksanaan bukan
sekedar proses dimana guru hanya mengajar dan siswa hanya menerima pelajaran,
pada hakikatnya pelaksanaan pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan
88
pembelajaran yang terjadi proses timbal balik antara guru dan murid, guru dengan
pihak sekolah, dan guru dengan orang tua siswa.
Pelaksanaan pembelajaran bukan hanya antara guru dengan murid, namun
pelaksanaan pembelajaran berhubungan dengan pihak lain terkait dengan kegiatan
pembelajaran. Komponen pelaksanaan character building dan creativity learning
pada pembelajaran tematik berdasarkan indikator keberhasilan meliputi, strategi
pelaksanaan pembelajaran, kemampuan anak terhadap pembelajaran, serta
dukungan dan kerja sama. Pelaksanaan character building dan creativity learning
pada pembelajaran tematik kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang akan difokuskan
pada komponen-komponen tersebut.
Komponen dari implementasi character building dan creativity learning
pada proses pembelajaran tematik kelas memiliki indikator kegiatan pembelajaran.
Indikator tersebut mencakup kegiatan pendahuluan yang merupakan tahap dari
perencanaan, kegiatan inti adalah pelaksanaan, dan kegiatan penutup adalah
evalusai.
Indikator pertama dalam proses pembelajaran adalah kegiatan pendahuluan,
kegiatan ini merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam pelaksaan
pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan yang terjadi adalah guru harus
memiliki kemampuan untuk melaksanakan perencanaan pembelajaran. Langkah
awal yang harus dipersiapkan guru adalah menyiapkan peserta didik secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, yang mana di dalam pembelajaran
89
terdapat nilai character building dan creativity learning yang harus dikembangkan
selama proses pembelajaran tematik.
Berdasarkan hasil observasi, pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran
pertama selalu diawali dengan kegiatan kerohanian atau di SD Bukit Aksara
Semarang lebih mengenalnya dengan istilah holly morning. Kegiatan tersebut rutin
dilaksanakan setiap hari senin sampai kamis, diikuti tidak hanya oleh siswa kelas 1
saja melaikan seluruh kelas dari kelas 1 samapi 6. Dengan melakukan kegiatan
holly morning siswa kelas telah melakukan pembiasaan karakter.
Setelah melakukan kegiatan holly morning kegiatan pembelajaran
selanjutnya adalah di dalam kelas masing-masing. Untuk kegiatan pembelajaran
dikelas dilakukan dengan circle time, namun sebelum circle time semua siswa kelas
1 wajib membersihkan kelas terlebih dahulu. Kemudian setelah lingkungan kelas
dibersihkan, kesiapan secara fiisk untuk belajar telah dilakukan oleh guru untuk
memulai kegiatan awal pembelajaran. Namun kegiatan inti pada awal pembelajaran
didalam kelas adalah pada saat circle time. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
wawancara bersama Guru Kelas 1 yang menyatakan bahwa:
“Biasanya kami bahas pada saat circle time itu pada saat anak-anak
membentuk lingkaran. Dari situ kita akan bahas akan belajar apa, kemudian
karakter kita yang kita pelajari apa, mengabsen teman-teman kita ada yang
masuk atau tidak, kemudian juga memberikan memberi tahu kepada mereka
bahwa jika ada temeanya yang sakit itu harus kita apa, kemudian tentang
tiga kata ajaib three magic word itu juga kami bahas saat circle time. Pada
saat circle time kita kasih kesempatan anak untuk cerita itu penting, supaya
mereka pada saat mereka sudah mulai belajar tidak ada beban dalam pikiran
lagi. Jadi, di circle time itu bener-bener apa pun dibahas sampe tuntas dan
diselesaikan juga disitu.”. (W.GK.1)
90
Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa kegiatan circle time sangat penting
dalam perencanaan. Karena dapat mempersiapkan peserta didik dalam hal fisik dan
psikis mereka sebelum kegiatan pembelajaran. Pernyataan diatas ditambahkan
melalui wawancara yang dilakukan dengan Kepala Sekolah.
“Implementasinya setiap pagi, sudah liat waktu circle engga ia? Setiap pagi
saat circle time guru-guru kembali mengingatkan kepada siswanya fokus
karakter besar dan fokus karakter perbulan. Terus kalau yang kreatifnya
guru memberikan pembelajaran di kelas selaku memberikan unsur
krestivitas setiap hari”(W.KS.1).
Dari kedua pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran penting
dalam mempersiapkan pembelajaran pada sat pelaksanaan terjadi pada saat
kegiatan circle time di dalam kelas yang dilakukan oleh guru terhadap anak
didiknya. Dengan dilakukan circle time guru bukan hanya menyiapkan peserta
didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, melainkan
memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi
materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari,
menjelaskan tujuan pembelajaran atau komptensi dasar yang akan dicapai, dan
menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Perlu diketahui bahwa yang menjadi point penting dalam circle time, guru
mengajak siswa untuk berkomunikasi secara interaktif. Dengan demikian, siswa
pada saat circle time diberi kesempatan lebih untuk mempersiapkan diri mereka
sebelum belajar. Sehingga tidak ada beban yang dirasaka siswa sebelum dan pada
saat pembelajaran dilakukan. Guru Kelas 1 menyatakan, “Sejauh ini mereka sangat
enjoy, seneng, dan hmm mereka lebih walaupun dengan jam pulangnya siang
91
sekali, mereka tidak merasa itu beban.”(W.GK.8). Jika seperti itu, maka baik guru
maupun siswa sama-sama telah siap untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, apa yang telah
direncanakan dalam perencanaan pembelajar akan diterapkan pada kegiatan inti.
Karena dalam keiatan ini terdapat model pembelajaran apa yang digunakan oleh
guru, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang
disesuaikan dengan karakteristik peserat didik dan mata pelajaran. Pemilihan
pendekatan tematik dan atau tematik terpada dan atau saintifik dan atau inkuiri dan
penyingkapan (discovery) dan atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik dan
jenjang pendidikan.
Tahapan kegiatan diatas sebelumnya telah dijelaskan pada saat pembahasan
perencanaan pembelajaran. Oleh karena itu kegiatan inti yang dilakukan oleh guru,
seharusnya sudah sesuai dengan apa yang direncanakan dalam perencanaan
pembelajaran. Hal itu sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Guru
Kelas 1, yang menyatakan bahwa.
“Itu pasti sudah, apa yang kami lakukan itu pasti kami sesuaikan dengan
yang sudah kami buat. Seperti RPP kami tidak pernah menyimpang, karena
apa yang kami buat sudah disesuaikan dengan KD yang ada, sudah kami
sesuaikan dengan materi dan tema. Kami selalu menggali menggali yang
baru, bagaimana caranya membuat anak belajar itu lebih nyaman, lebih
seneng, lebih enjoy, dan kreativitas mereka tetep muncul. Dan kreativitas
apa pun yang dihasilkan anak, kami selalu berikan penghargaan. Kami tidak
pernah mematikan kreatif itu dengan mengatakan maaf ia kenapa seperti
ini? tapi kami selalu dengan kata-kata “maaf, boleh ga ditambahin dengan
yang lain?”. Jadi kami memang tidak pernah menyalahkan anak, apa pun
kreativitas itu tidak pernah salah, tapi perlu dikembangkan”. (W.GK.1)
92
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa antara tujuan
pembelajaran yang terdapat pada RPP telah sesuai pada saat pelaksanaan
pembelajaran. Karena RPP setiap tahunnya, tidak pernah sama hal itu yang
menguatakan bahwa pada saat merencanakan pembelajaran dibuat dengan matang
dan telah disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan materi yang akan
dijarkan. Dan tidak lupa pada saat pelaksanaan pembelajaran, character building
dan creativity learning harus muncul sebagai bukti bahwa bukan materi semata
yang menjadi fokus pembelajaran. Namun karakter dan kreativitas yang menjadi
tujuan dari pembelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil observasi juga, guru telah mengajarkan character
building dan creativity learning pada pembelajaran tematik di kelas 1 sesuai dengan
rencana pembelajaran. Hal itu terlihat, guru selalu mendampingi kegiatan
pembelajaran, guru tidak monoton berbicara, tidak terlalu banyak teori yang
disampaikan, setiap bahan yang dibutuhkan sebagai media penunjang pembelajaran
selalu tersedia ditempatnya, dan pengawasan guru terhadap perilaku siswa sangat
ketat. Apa pun bentuk kegiatan siswa selalu ada catatannya, baik itu perbuatan baik
atau pun kurang baik. Guru memiliki jurnal khusus untuk mencatat karakter siswa,
yang dimana catatan tersebut di tulis secara deskripsi.
Ukuran keberhasilan guru pada saat melaksanakan character building dan
creativity learning pada kegiatan pembelajaran tematik di kelas, dapat terlihat dari
sikap siswa, pengetahuan, dan keterampilan mereka terhadap fokus karakter dan
kreativitas belajarnya.
93
1) Sikap Tertib
Berdasarkan hasil observasi, fokus karakter sikap tertib selalu dilakukan
setiap hari di sekolah dari kegiatan awal sampai kegiatan penutup
pembelajaran. Fokus karakter tertib yang menjadi fokus karakter pada semester
1 di kelas 1, tetap diterapkan walaupun sudah terlewati. Penanaman sikap tertib
dilakukan melalui kegiatan pengembangan rutin seperti, Merapikan barang-
barang, menjaga kebersihan dan kerapian tempat belajar dan bermain,
mengembalikan barang-barang ke tempat semula, memakai barang-barang
sesuai kegunaannya, dan mengembalikan barang-barang kepada pemiliknya
Pengembangan karakter tertib itu telah dilakukan oleh siswa kelas 1 dengan
adanya pengawasan dari guru kelas. Jika ada siswa yang tidak melaksanakan
dengan baik fokus karakter terseut, maka akan ada teguran yang diberikan oleh
guru atau bahkan siswa sendiri yang akan mengingatkannya sebelum ditegur
oleh guru. Hal itu sesuai dengan pernyatan wawancara dengan Siswa Kelas 1,
“Dikasih tahu kalau tidak lapor Bu Yani” (W.SEM.4). Siswa memberikan
peringan kepada temannya jika melanggar karakter yang ada. Selain itu siswa
lain memberikan nasehat ketika melanggar karakter, “Jangan mengulanginya
lagi, sudah ada di karakter” (W.SPN.4). Siswa telah memiliki kesadaran
mengenai pentingnya karakter. Pernyataan lain diberikan oleh siswa, “Harus
belajar menjaga sikap, jangan nakal”(W.SGA.4). Siswa telah memahami
pentingnya kepedulian terhadap karakter.
94
Berdasarkan dari ketiga pernyataan siswa diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa siswa kelas 1 telah memahami fokus karakter tertib beserta dengan
pengembangan karakternya. Mereka sudah memahami jika ada yang kurang baik
dari sikap teman sebayanya yang berkaitan dengan fokus karakter tertib, mereka
sudah memahami untuk mengambil sikap seperti apa jika hal itu terjadi.
2) Sikap Sabar
Fokus karakter kedua di kelas 1 adalah sabar, fokus karakter ini diterapkan
baru sampai pada tahap pengembangan kedua. Karena setiap bulannya
diterapkan 1 pengembangan karakter dari fokus karakter yang ada. Berdasarkan
hasil observasi, sikap sabar siswa ditunjukan dengan mengubah hal-hal yang
bisa saya ubah dan menerima hal-hal yang tidak bisa saya ubah, terus berusaha
sampai saya berhasil.
Kegiatan pengembangan karakter tersebut diterapkan pada saat siswa
mengerjakan learning center. Hal itu sesuai dengan pernyataan yang diberikan
oleh siswa melalui wawancara, “Dibantuin, tunjukin kaya gimana mana yang
belum bisa” (W.SEM.4).“Mengajarkan dan memberi tau” (W.SGA.5). “Diajari
sampai berhasil atau berusaha sendiri agar berhasil, sudah ada
karakter”(W.SPN.5). Berdasarkan pernyataan dari ketiga siswa, dapat
disimpulkan bahwa pengembangan karakter telah sampai pada tahap siswa
memiliki kepekaan terhadap teman, adanya keperdulian terhadap teman yang
belum bisa mengerjakan learning center, dan memahami peran dari fokus
karakter dalam kegiatan pembelajaran.
95
Kegiatan lain dalam kegiatan inti adalalah mengenai pengetahuan siswa
terhadap karakter yang akan dikembangkan dalam pembelajaran tematik. Pada hasil
wawancara tentang pengetahuan fokus karakter di kelas 1, siswa kelas 1
menyatakan bahwa, “Ada yang Februari, terus berusaha sampai saya berhasil”
(W.SEM.4). Siswa telah mengetahui dan menahami mengenai karakter yang
dikembangkan pada bulan Februari. Pernyataan lain dikemukan oleh siswa melalui
pernyataan, “Apa? Aturan? Karakter kesepakatan kelas 1 terus berusaha sampai
saya berhasil” (W.SPN.4). Pada pengembangan fokus karakter siswa dapat
mengungkapkan karakter yang sedang menjadi fokus penembangan dibulan
tersebut.
Berdasarkan dari pernyataan siswa diatas, dapat disimpulkan bahwa mereka
telah mengetahui fokus karakter yang sedang diterapkan di kelas 1. Dari
pengetahuan mereka mengenai fokus karakter, mereka mulai memahami arti dari
fokus karakter yang sedang diajarkan. Selain fokus karakter, siswa pun mulai
memahami pentignya sebuah kreativitas dalam kegiatan pembelajaran yang mereka
lakukan.
Sejauh ini pandangan siswa terhadap kreativitas dalam pembelajaran,
terbagi menjadi dua pandangan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
dengan siswa kelas 1 yaitu, “Kreatif, soalnya nanti dapat nilai. Harus berbuat baik
sama teman” (W.SGA.5). Siswa dapat memberikan penryataan bahwa kreativitas
itu penting. Dengan demikian siswa dapat lebih berkreasi dalam belajar, “Kreatif
karena dapat bebas belajar” (W.SKD.5). Siswa merasa tidak dibatasi dengan
adanya kreativitas. Jawaban lain diberikan oleh dua siswa yaitu, “Pakai penggaris,
96
kalau menggambar itu pake penggaris. Harus belajar terus agar pintar”
(W.SEM.4). Siswa menggambarkan bahwa kreativitas adalah sebuah karya seni.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa mereka sebagai
siswa telah mengatahui bahwa mengerjakan segala bentuk pembelajaran harus
dikerjakan dengan kreatif. Namun, mereka belum dapat untuk mengungkapan
alasannya. Pandangan kreatif menuurt siswa sesuatu yang berhubungan dengan
sebuah seni.
Pelaksanaan character building dan creativity learning pada pembelajaran
tematik, memerlukan strategi sebagai suatu cara yang digunakan agar tujuan dari
karakter dan kreativitas dapat terlaksana. Pernyataan terkait strategi yang digunakan
agar nilai-nilai karakter dan kreativitas dapat masuk dalam pembelajaran tematik di
kelas 1, yaitu:
“Kita melihat dari diri kita sendiri dulu dan menjadi role model. Saya
memposisikan diri kepada siswa dengan memberi contoh yang dekat dengan
mereka, bisa itu guru, bisa itu teman, bisa jadi ibu, bisa orang tua (orang tua
itu bisa ibu bisa ayah), atau bisa menjadi orang yang paling dekat bagi
mereka. Dan strategi saya simple, tidak macam-macam.”. (W.GK.8)
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan, bahwa guru
memposisikan dirinya sebagai orang terdekat bagi siswa serta menjadi contoh yang
baik dalam segi karakter dan kreativitas sebagai strategi yang guru lakukan. Karena
dengan menjadi orang terdekat bagi siswa, guru akan lebih bisa masuk ke dalam
dunia siswa. Dan ketika guru telah menjadi contoh yang baik, maka dengan
sendirinya siswa akan mengikuti hal baik tersebut. Karena anak mencontoh orang
terdekatnya yang dianggap mereka baik untuk ditiru.
97
Berdasarkan hasil observasi, penerapan fokus karakter dan kreativitas pada
pembelajaran sangat menjadi hal pembiasaan bukan hanya bagi siswa, namun
pembiasaan itu juga berlaku pada guru, dan semua warga sekolah. Hal itu dilakukan
agar karakter dapat menjadi suatu hal yang membudaya, dimana ketika sesuatu
telah membudaya akan terus dilakukan tanpa harus disuruh. Penerapan nilai
karakter di kelas 1, terfokus pada karakter tertib dan sabar. Kegiatan pembelajaran
tidak dapat berjalan jika tidak respon yang diberikan oleh siswa. Respon yang
diberikan oleh siswa dapat berupa semangat atau antusias mereka selama proses
pembelajaran. Hal itu disampaikan oleh Guru Kelas 1 melalui wawancara.
“Untuk kelas 1 antusiasnya luar biasa dan mereka sudah bisa
menunjukannya dengan sikap mereka yang bahagia, ceria, tanpa beban. Jadi
setiap pembelajaran, mereka tidak merasa terbebani karakternya apa.
Karena karekter itu dimasukkan saat mereka beraktivitas, jadi mereka tidak
merasakan. Hanya itu sudah mereka lakukan jadi begitu dalam kreativitas
mereka semakin bersemangat. Karena, disini belajar dianggap bermain dan
tanpa beban” (W.GK.8).
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa dengan adanya karakter menjadikan
siswa lebih berkreativitas dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pernyataan diatas
diperkuat oleh pernyataan dari orang tuas siswa dalam antusias yang diterima dari
putra-putri mereka.
“Kalau anak saya sangat antusias karena memang pihak sekolah, kemudian
saya pun juga selalu mengingatkan bahwa nilai-nilai karakter itu akan terus
dibawa sampai usia dewasa sehingga tetep harus dijaga. Hal itu yang selalu
dijaga oleh pihak sekolah, kemudian saya menanamkan ke anak- tentang
pentingnya karakter. Jadi mereka akhirnya berusaha untuk bertanggung
jawab dengan diri mereka sendiri”. (W.OTE.2)
Pernyataan diatas mengenai antusias dari salah satu siswa yang dirasakan oleh
orang tua, yang mengawasi betul kegiatan pembelajaran di sekolah dan
98
perkembangan diri dari buah hatinya. Pernyataan lain disampaikan oleh orang tua
siswa mengenai character building dan creativity learning.
“Bagus anaknya, malah lebih dari yang saya harapkan. Dia terlalu
berkreativitas, karena memang dibebaskan jadinya ia menganggap dirinya
bebas berekspresi, tidak takut mengeluarkan pendapatnya. Meskipun ada
aturan disini, tapi mereka masih tetep bebas berkreatif sesuai dengan aturan
dan karakter yang ada”. (W.OTL3)
Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa salah satu dampak yang
didapat dengan adanya character building dan creativity learning, selain antusias
yang diberikan oleh siswa. Mereka menjadi lebih berekspresi, tidak takut salah
dalam mengeluarkan pendapat. Hal itu dirasakan oleh orang tua siswa lainnya,
“Senang karena sosialisasinya sama teman-temannya tidak masalah, belajarnya
pun dapat mengikuti dengan baik. Dibantu adanya kreativitas dalam belajar.”
(W.OTP.7). Siswa tetap dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dan tidak ada
masalah saat bersosialisasi dengan teman, hal itu karena adnaya character building.
Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga orang tua diatas, dapat
disimpulkan bahwa putra-putri mereka merasakan hal yang sama saat mendapatkan
character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik. Ditambah
dengan adanya nilai karakter dan kreativitas, yang membuat putra-putri mereka
diluar batas ekspetasi yang diharapkan orang tua.
Kegiatan akhir dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan
penutup. Dari hasil observasi, guru pada kegiatan ini bersama siswa baik secara
individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi; seluruh
rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh; memberikan
99
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; melakukan kegiatan tidak
lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan
menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
Kegiatan evaluasi dilakukan dengan cara circle time, yang diharapkan dari
kegiatan evaluasi siswa tidak membawa beban saat di rumah. Evaluasi yang
dilakukan oleh guru sesuai dengan hasil wawancara tentang salah bentuk evaluasi
kegiatan pembelajaran bersama Guru Kelas 1 yang mengungkapkan, “Biasanya
kami hanya memberikan pengertian kepada anak tentang kepedulian, tentang
berbagi, bahwa itu penting. Evaluasi tersebut dilakukan dengan cara menasehati
siswa tentang sikap mereka mengenai kepedulian mereka terhadap teman di kelas
pada sat pembelajaran. Guru tidak semata-mata melakukan evaluasi, tanpa ada
sesuatu yang akan diperbaiki. Pernyataan lain disampaikan oleh siswa melalui
wawancara mengenai evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, “Kalau hari
Jumat biasanya dikasih reward stars yang tertib, yang berhasil, masing-masing
satu” (W.SEM.4). Guru memberikan penghargaan kepada siswa dengan
memberikan reward stars.
Selain memberikan penghargaan atas pencapaian yang dilakukan siswa
selama seminggu dalam hal character building dan creativity learning pada setiap
kegiatan pembelajaran, guru memberikan pelajaran lain dengan memberikan sanksi
yang menjadi bahan evaluasi. “Suka, jadi misalnya Rio punya reward stars lima
terus tidak tertib kemudian diambil Bu Yani jadi empat” (W.SPN.4). Sanksi yang
diberikan berupa pengurangan bintang yang didapat siswa. Hak lain yang diajarkan
oleh guru adalah dengan, “Mengajarkan teman-teman lancar nulis”. (W.SGA.5).
100
Pernytaan tersebut menggambarkan bahwa siswa merasa guru benar-benar
mengajarkan calistung kepada mereka.
Evaluasi character building dan creativity learning, merupakan tahap akhir
dari implementasi character building dan creativity learning pada pembelajaran
tematik di kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang. Evaluasi bertujuan untuk
mengetahui ketercapaian dalam proses penerapan pembelajaran. Evaluasi ini
difokuskan pada kemampuan kepala sekolah dalam mengevaluasi kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru terhadap character building dan
creativity learning pada pembelajaran tematik, kemampuan guru untuk
mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan kepada peserta didik
mengenai character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik,
kemampuan orang tua untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran di sekolah
mengenai character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik,
dan penilaian siswa terhadap perkembangan belajarnya dalam hal karakter dan
kreativitas.
Evaluasi secara keseluruhan akan dilakukan oleh kepala sekolah, selaku
pemimpin tertinggi yang memegang kontrol penuh terhadap sekolah. Evaluasi
dilakukan kepada guru dengan skala berkalapada waktu dan tempat yang telah
dijadwalkan, “Ia setiap hari jum’at kami mengadakan sharing diadakan sharing
pembelajaran selama satu minggu kendala dan bagaimana mengatasinya”
(W.KS.1). Evaluasi yang diberikan kepala sekolah yang tidak hanya ditujukan
kepada guru kelas 1 saja, namun evaluasi berlaku bagi seluruh guru di SD Bukit
Aksara Semarang. Masalah dan kendala yang dihadapi oleh guru selama
101
pelaksanaan pembelajaran akan di evalusasi disini, jika ada kesulitan akan
dibicarakan agar dapat diberikan solusi bersama yang nantinya akan diputuskan
oleh kepala sekolah dan guru yang bersangkutan.
Belum cukup jika evaluasi hanya kepala sekolah lakukan kepada guru saja.
Evaluasi yang selanjutnya dilakukan oleh kepala sekolah kepada orang tua siswa
melalui kegiatan group sharing setiap satu bulan sekali, didalam kelas 1 bulan
sekali di minggu ke 4, setiap satu bulan sekali sekolah mengadakan group sharing
dimana orang tua bisa bekerja sama dengan guru untuk membicarakan
perkembangan anak didik. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa,
kegiatan evaluasi dilakukan agar orang tua mengetahui apa tujuan awal yang ingin
dicapai telah berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diberi tahukan pada
saat kegiatan awal tahun. Adanya tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran, yang
nantinya tidak hanya diterapkan di sekolah. Maka dari itu diperlukannya peran
orang tua dalam penerapan character building dan creativity kearning di luar
kegiatan pembelajaran sekolah.
Pada kegiataan pelaksanaan pembelajaran yang sangat mengetahui segala
kondisi pada sebelum pembelajaran, saat pembelajaran berlangsung, dan sesudah
dilakukannya pembelajaran adalah guru. Oleh karena itu, guru pun memiliki
kewajiban untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran, yang
berkaitan dengan siswa dan orang tua. Berdasarkan hal tersebut dilakukan
wawancara dengan Guru Kelas 1, yang menyatakan bahwa.
“Kalau evaluasinya kami lakukan setiap hari, sebelum pulang sekolah dan
evaluasi selalu ada review. Evaluasi dengan cara circle time. Ada review
102
kembali, kita belajar apa, kesulitannya apa, kita bahas apa, kendalanya apa,
ada masalah apa, itu semua ada solusinya. Jadi kita evaluasi misalkan
mereka sudah melakukan yang baik pasti saya akan mengucapkan terima
kasih teman-teman sudah bisa melakukan dengan baik”. (W.GK.8)
Pernyataan lain berdasarkan hasil wawancara yang diberikan Guru Kelas
mengenai evaluasi yang dilakukan kepada orang tua.
“Evaluasi secara keseluruhan kepada orang tua itu lewat rapot. Itu lewat
rapot, yang kedua jika ada konsultasi tertentu dari orang tua yang ingin
bertemu sama saya biasanya saya sampaikan evaluasi disitu.. Untuk semua
anak evaluasi biasa saya sampaikan lewat rapot. Atau kalau tidak lewat
rapot, jika ada sesuatu yang sangat butuh perhatian khusus biasanya saya
akan memanggil orang tua”. (W.GK.8)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru kelas 1, dapat
disimpulkan bahwa guru selalu memberikan evaluasi pembelajaran kepada siswa
jika jam pembelajaran berakhir. Kegiatan evaluasi kepada siswa dilakukan melalui
circle time. Sedangkan evaluasi secara keseluruhan yang diberikan guru melalui
rapot, namun tidak menutup kemungkinan ada evaluasi tambahan jika ada sesuatu
yang penting mengenai siswa. Guru akan memanggil orang tua siswa untuk
menyelesaikannya.
Pernyataan diperkuat melalui wawancara dengan orang tua, yang
menyatakan bahwa,“Janji ketemu dengan guru kelas biasanya, kalau misalnya ada
masalah, atau ada yang ingin ditanyakan itu biasanya janji ketemu dengan guru
kelas itu di hari sabtu, atau sepulang sekolah kalau memungkinkan” (W.OTE.2).
Dari pernyataan tersebut, orang tua akan membuat janji terlebih dahulu dengan
guru jika ada hal yang sangat perlu dibicarakan mengenai perkembangan anak.
Hasil lain dapat dilakukan dengan, “Biasanya lewat saya langsung
berkomunikasi sama gurunya, kadang lewat telfon, kalau bisa ketemu ketemu
103
langsung. Kadang melalui group sharing berapa bulan sekali di kelas dengan guru
wali kelas. (W.OTL.3). Berdasarkan pernyataan yang telah disampaikan, orang tua
memanfaatkan kesempatan yang ada untuk membecirakannya langsung dengan
guru atau melalui kegiatan rutin group sharing.
“Saya terlalu open jadi misalnya ada kasus, anak saya kena masalah kalau
dia bisa selesein sendiri. Tapi kalau memang tidak bisa ia sudah, jadi tidak
setiap saat mengadu kepada saya, saya mengajarkan anak untuk lebih
terbuka”. (W.OTW.6)
Berdasarkan dari hasil ketiga wawancara yang dilakukan denga orang tua,
dapat disimpulkan bahwa orang tua ikut serta dalam mengevaluasi hasil
pembelajaran yang berkaitan dengan karakter dan kreativitas anak mereka, melalui
guru kelas. Melalui kegiatan tersebut, orang tua juga telah menunjukan sikap
kepeduliannya terhadap anak mereka. Dengan selalu mengomunikasikannya
melalui guru kelas.
Kegiatan evaluasi yang telah dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan orang
tua siswa berdasarkan hasil belajar yang dilakukan oleh siswa sebagai objek
penerapan dari character building dan creativity learning melalui kegiatan
pembelajaran tematik. Siswa harus melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan kemampuan mereka masing-masing, baik dari segi kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Agar siswa dapat mengikuti kegiatan belajar, kondisi lingkungan mereka
selama belajar di sekolah harus mendukung proses pelaksanaan tersebut yang siswa
rasakan adalah rasa bahagia. Hal itu berdasarkan hasil wawancara dengan siswa
kelas 1 yaitu, “Senang, senangnya banyak teman-teman” (W.SEM.4). “Sangat
104
menyenangkan bisa kreatif , kreatif membuat apa saja membuat jendela, buku, bisa
buat apa saja di sekolah ” (W.SNP.4). “Senang, ada teman banyak” (W.SGA.5).
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa siswa
ketika di kelas merasa senang, bukan hanya senang karena bersama teman-teman
saja. Akan tetapi dengan mereka belajar dengan kreatif itu merupakan penilaian
lebih terhadap afektif dan psikomotor anak. Siswa dapat mengutarakan rasa
kenyamaan mereka dan keterampilan mereka melalui kreativitas pada saat
pembelajaran.
Dari hasil observasi, siswa di kelas saat melakukan kegiatan pembelajaran
selalu menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia. Mereka bebas
menggunakannya, mereka selalu mendapat arahan dari guru, dan teman pun turut
memberi dukungan pada kegiatan pembelajaran. Siswa selalu bekerja sama dengan
teman-temannya untuk menunjukan ke kreatifan mereka masing-masing.
Hasil kognitif yang siswa peroleh terbilang baik, penilaian itu diberikan
oleh guru. Walaupun akademik bukan menjadi prioritas utama di sekolah ini dan
tidak ada sistem rangking yang digunakan dalam penilaian akhir belajar. Hasil yang
diperoleh bermacam-macam, hal itu berdasarkan hasil wawancara dengan siswa
yaitu, “Aku pertama kalinya ulangan dapet 100” (W.SPN-4). “Dapat nilai bagus”.
(W.SGA.5). Berdasarkan hasil jawaban dari kedua wawancara diatas, dapat
disimpulkan bahwa siswa memperoleh hasil yang baik berdasarkan nilai akademik,
penilaian yang diberikan guru kepada siswa berdasarkan dengan sistem penilaian
105
yang ada. Hal itu sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Guru
Kelas bahwa.
“Seperti yang sudah saya katakan, kami selalu buat ada kriteria sendiri.
Penilaian karakter dibagi menjadi tiga, belum terlihat, mulai terlihat, mulai
berkembang, dan membudaya. Kalau untuk keterampilannya itu kami
sesuaikan dengan apa yang kami sajikan untuk anak. Jadi kami ada poin-
poin tertentu, nanti silahkan bisa dilihat tiap penilaian kami punya kriteris-
kriteria sendiri baik untuk penilaian sikap, karakter, atau pun keterampilan
anak-anak. Untuk penilaian pengetahuan, kami sesuaikan nilai dengan KD
atau kompetensi dasar yang ada.”. (W.GK.8)
Dari pernyatan diatas dapat disimpulkan bahwa guru memberikan nilai tidak
asal memberikan nilai, karena penilaian telah disesuaikan dengan kompetensi dasar.
Dari Patokan yang digunakan dalam penilaian memiliki kriterianya tersendiri, hal
itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru yaitu.“Patokan digunakan karena
sudah ada standarnya. Patokannya ada range mbak, kita menggunakan range
sendiri. Tapi range itu memang kita lebih ke flexibel saja, kita sesuaikan dengan
yang ada di kelas itu sendiri” (W.GK.8).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa patokan
yang digunakan guru dalam menilai siswa disesuaikan dengan range nilai yang ada.
Namun pada kenyataannya, penilai tersebut dibuat lebih mudah disesuaikan dengan
kondisi kelas itu sendiri. Patokan penilaian yang dilakukan oleh guru, bukan
menjadi satu-satunya penilaian yang diberikan kepada siswa. Karena sekolah ini
adalah sekolah nasional yang memiliki tujuan character building dan creativity
learning pada pembelajarannya, maka siswa harus memahami sebarapa pentingnya
peran karakter dalam pembelajaran.
106
Pemahaman mengenai lebih penting peran karakter dari pada nilai bagi
siswa, sesuai dengan pernyataan siswa dalam wawancara bahwa, “Karakter karena
bisa mengajarkan kita jadi tertib dan fokus” (W.SEM.4). “Karakter nanti besarnya
berubah jadi baik” (W.SPN.4). “Karakter nanti bisa buat jadi baik semua orang”
(W.SGA.5). Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa siswa
telah memahami bahwa karakter lebih penting dibandingkan dengan nilai. Meski
pun pada pernyataan sebelumnya, mereka merasa puas dengan hasil angka yang
mereka peroleh. Siswa mengerti bahwa ada fokus karakter yang harus dijalalani
mereka dan mereka telah memahami manfaat dari karakter itu sendiri bagi mereka.
Tujuan dari character building dan creativity learning semestinya telah
tercapai, dan hasil yang didapat dari tujuan tersebut terlihat dari perubahan sikap
yang baik dari siswa. Karena penilaian karakter dan kreativitas bukan penilaian
seberapa besar siswa dapat mendapat nilai, akan tetapi bagaimana siswa dapat
menjalankan karakter itu dan menjadi sesuatu yang membudaya, yang dapat terus
dijalankan oleh siswa. Sehingga karakter tidak hanya diterapkan di sekolah, namun
di rumah juga dapat diterapkan dengan pengawasan dari orang tua, “Harus belajar
mendengarkan terus harus selalu berusaha kalau misalnya aku tidak bisa”.
(W.SEM.4). Dari pernyataan tersebut, siswa tetap berusah belajar menerapkan
nilai-nilai character building dirumah.
“Kalau di rumah juga harus sama kaya di sekolah harus tertib, di sekolah
aku suka bersih-bersih terus aku juga dirumah bersih-bersih. Aku kalau
pulang sekolah makan, terus tidur, terus mandi, main nonton tv satu jam
saja. Tidurnya di suruh Bu Yani jam 8 kan paling lama jam 8 malam”.
(W.SPN.4)
107
Berdasarkan pernyataan diatas, siswa menerapkan apa yang dinasehati oleh
guru di sekolah. Pernyataan lain diberikan oleh siswa melalui wawancara, “Aku
suka merapikan barang-barang kalau abis main di rumah, sama kaya kalau aku di
sekolah” (W.SGA.5). Seseuai dengan pernyataan yang ada, siswa belajar untuk
tetap tertib ketika berada di rumah.
Berdasarkan hasil ketiga pernyataan wawancara diatas dapat disimpulkan
bahwa fokus karakter yang telah dilakukan di sekolah, terbawa oleh siswa sampai
di rumah dengan mereka tetap menjalankan fokus karakter yang ada.
Pengembangan karakter yang mereka lakukan adalah selalu tertib merapikan
barang, menjaga barang, tertib melakukan pola tidur, dan selalu berusaha terlebih
dahulu dalam melakukan kegiatan dan anak mau belajar mendengarkan.
Perubahan karakter terjadi melalui peroses yang tidak sebentar dan harus
dilakukan berulang-ulang, hingga menjadi suatu kebiasaan baik. Orang tua siswa di
rumah sangat mengetahui perubahan karakter yang terjadi pada anak mereka. Hal
itu sesuai dengan hasil wawancaran dengan orang tua mengenai perubahan sikap
yang terjadi pada anak mereka di rumah.
“Pastinya saya katakan ia, terutama untuk kreativitas. Karena dia jadi lebih
kreatif, kemudian lebih ekspresif, karena disini memang difasilitasi anak-
anak untuk bebas mengeluarkan pendapat. Malah cenderung untuk dipaksa
anak itu untuk berpendapat gitu. Karena memang kan zaman sekarang untuk
menciptakan manusia kreatif itu lebih sulit Jadi kalau misalkan anak disini
menyebutkan tidak tahu, tidak bisa lebih seperti kata pantangan. Pasti bisa
di coba dulu, anak-anak memang terkadang harus dipaksa. Karena kalau
disini itu apa pun yang disampaikan dilarang untuk mencela, apa pun yang
disampaikan oleh teman salah betul itu tidak boleh mencela dan guru yang
akan menjadi penengahnya.”. (W.OTE.2)
108
Berdasarkan pernyataan diatas, dikatakan bahwa kreativitas menjadi sebuah
pegangan bagi anak untuk bekal mereka dimasa depan. Agar mereka menjadi lebiih
mandiri. Dengan kata lain creativity learning yang telah duterapkan di SD Bukit
Aksara benar membawa dampak positif bagi siswa dan orang tua, terutama bagi
siswa yang menjalannya. Hal itu sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh
orang tua siswa, “Bagus mbak anaknya jadi lebih kreatif kalau belajar dan lebih
bertanggung jawab, terus sudah berani berpendapat mbak. Tidak melakukan
seinginnya mereka begitu saja” (W.OTL.3). Dengan adanya kreativitas siswa
menjadi belajar lebih bertanggung jawab. Selain itu siswa menjadi, “Lebih tertib,
terus semakin berkembang anaknya, tahu aturan, lebih berani berpendapat”
(W.OTP.7).
Dari ketiga pernyataan wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa
merasakan perubahan karakter yang dialami oleh anak mereka. Anak menjadi lebih
kreatif dan ekspresif dalam belajar, lebih bertanggung jawab, dapat menghargai
orang lain, berani berpendapat, dan lebih percaya diri. Perubahan tersebut tidak
terlepas dari peran orang tua dalam menyeimbangkan antara yang telah diajarkan di
sekolah dan di rumah. Sehingga karakter itu bisa masuk ke dalam diri anak.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan form penilaian diri diketahui
bahwa siswa kelas satu telah menunjukan character building dan creativity
learning pada pembelajaran tematik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa indikator
ketercapaian keberhasilan siswa dalam hal karakter dan kreativitas telah terpenuhi.
Hal itu terlihat saat siswa telah memahami fokus karakter yang diajarakan dan
siswa menerapkannya, baik pada saat pembelajaran dan pada saat di rumah. Nilai-
109
nilai kreativitas mereka terapkan pada pembelajaran, tanpa mereka harus takut
untuk salah dalam mengerjakannya, dan siswa bebas mengeskplorasi ke kreativitan
mereka sesuai dengan daya tangkap dan imajinasi mereka tetap dalam pengawasan
guru kelas dan orang tua di rumah.
Berdasarkan hasil wawancara diatas yang dilakukan dengan siswa kelas 1,
dapat disimpulkan bahwa evaluasi pada kegiatan penutup bukan hanya sebuah
nasehat yang diberikan, melainkan adanya penghargaan terhadap perkembangan
karakter anak dalam kegiatan pembelajaran dan perkembangan kognitif. Selain itu,
ada sanksi yang diberikan jika ada perilaku yang tidak sesuai dengan karakter dan
kesepakatan kelas.
Kegiatan yang telah dilakukan pada pelaksanaan character building dan
creativity learning dalam pembelajaran tematik di kelas 1 SD Bukit Aksara
Semarang, memerlukan dukungan dan kerja sama agar segala bentuk kegiatan
pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Dukungan dan kerja sama bukan lah bentuk dorongan yang terjadi hanya
karena satu pihak saja, melainkan saling berhubungan dengan banya pihak yang
terkait dengan kegiatan pembelajaran. Dukungan dan kerja sama dapat dilakukan
oleh pihak sekolah dengan guru, guru dengan siswa, guru dengan orang tua siswa,
siswa dengan orang tua, dan pihak sekolah dengan orang tua siswa.
Dukungan dan kerja sama terjalin pada saat kegiatan awal perencanaan
pembalajaran, Kepala Sekolah menyatakan, “Kerjasamanya ia, setiap awal tahun
kami kumpulkan orang tua siswa untuk membuat kesepakatan dengan pihak
110
sekolah agar bisa mengkondisikan aaaah pembelajaran karakter sesuai dengan
pembelajaran di sekolah “ (W.KS.1). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kesepakatan ketika di kegiatan awal tahun sangat perlu
dilakukan untuk menyaman persepsi tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh
anak didik.
Ketika pihak sekolah telah memberikan pemahaman mengenai tujuan
pembelajaran kepada orang tua, kerja sama akan terjalin untuk mewujudkan tujuan
tersebut. Cara yang dilakukan agar kerja sama dapat terjalin dengan baik dan, maka
dibutuhkan dukungan orang tua pada saat pelaksanaan pembelajaran agar dapat
menyeimbangkan antara pendidikan yang telah diajarakan di sekolah dan di rumah.
Hal yang menjadi fokus adalah character building dan creativity learning. Berikut
ini adalah data hasil wawancara dengan Orang Tua Siswa Kelas 1.
“Menyeimbangkannya untuk kegiatan sehari-hari saya tetap memasukkan
nilai-nilai karakter di rumah. Terus kalau untuk kreativitas saya tetap
memberi kebebasan untuk mereka berkreasi tetapi tetetep ada rambu-
rambunya. Artinya, kreasi yang mereka bikin itu tetap harus bisa
dipertanggung jawabkan dan yang penting adalah apa yang mereka hasilkan
bisa berguna”. (W.OTE.2)
Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa diperlukannya keseimbangan antara
pengajaran di sekolah dan di rumah, dengan tetap menerapkan apa yang telah
diajarakan di sekolah pada saat di rumah dengan catatan orang tua harus pandai
untuk mengomunikasikannya kepada anak. Pernyataan lain diberikan oleh orang
tua siswa, “Kalau aku tetep sih ia mbak ada aturannya kalau di rumah yang
memang ada batasnya tetap diarahkan mbak” (W.OTL.3). Orang tua tetap
111
memiliki kebijakan dalam mengajarkan character building dan creativity learning
pada saat di rumah.
“Intinya sejak kenal bukit aksara, itu kenal tiga kata ajaib itu diterapkan di
rumah. Mulai dari yang apa tolong, maaf, dan terima kasih itu wajib.
Walaupun ada yang tidak bisa menerapkan, itu bapaknya gengsinya besar.
Terus kalau untuk kreativitas di rumah itu saya kasih ruang, kalau mislanya
dia ingin bermain yang tidak berbahaya”. (W.OTW.6)
Dari pernyataan diatas disampaikan bahwa character building dan creativity
learning tetap diajarkan di rumah, dengan pengawasan oleh orang tua. Selain itu
orang tua dapat, “Mengikuti apa yang diterapkan di sekolah sama
menyeimbangkannya sering komunikasi dengan sekolah dan anaknya” (W.OTP.7).
Dari pernyataan tersebut, orang tua menerapkan character building dan creativity
learning di rumah. Hasil wawancara lain yang dilakukan dengan Guru Kelas 1
mengenai dukungan dan kerja sama yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan dari
character building dan creativity learning adalah.
“Anak-anak sudah ada perubahan, saya sudah melakukan semuanya mbak.
Setidaknya sudah banyak perubahan positif, yang pasti penilaian positif,
anak konsisten dengan apa yang sudah di lakukan di sekolah, dan mereka
juga melakukannya di rumah. Ada pengaruh dari dampak positifnya, karena
sudah banyak orang tua yang merasakan hasilnya dari sebelum anaknya di
sekolahkan disini dan setelah sekolah disini. Saya sudah melakukan yang
terbaik” (W.GK.8).
Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa dukungan yang
dilakukan oleh orang tua terhadap pelaksanaan character building dan creativity
learning tidak hanya dilakukan di sekolah saja. Namun nilai-nilai karakter dan
kreativitas yang diajarkan di sekolah, mereka terapkan kembali di rumah yang
disesuaikan dengan pola didik mereka sebagai orang tua anak. Orang tua berupaya
agar karakter dan kreativitas tetap dapat di terapkan bukan hanya di sekolah saja.
112
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan
dengan kepala sekolah, orang tua siswa, dan guru kelas dapat disimpulkan bahwa,
terjadi sebuah dukungan dan kerja sama yang terjalin dari ketiga pihak tersebut.
Sehingga diperoleh ketercapaian dalam karakter dan kreativitas pembelajaran.
4.1.4 Character Building dan Creativity Learning Pada Pembelajaran
Tematik Kelas 1
SD Bukit Aksara menerapkan character building dan creativity learning
semenjak sekolah ini didirikan pada tahun 2000, dimana character building dan
creativity learning terlebih dahulu telah diterapkan pada jenjang Toodler,
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Taman Kanak-Kanak (TK). Melanjutkan
program yang telah ada, SD Bukit Aksara Semarang tidak main-main dalam
pelaksanaannya.
Sasaran yang dituju untuk menerapkan character building dan creativity
learning adalah seluruh siswa dari kelas 1 sampai dengan siswa kelas 6. Namun
perlu diketahui bahwa yang menjadi fondasi dasar dalam impelemntasi character
building dan creativity learning adalah siswa dikelas rendah yaitu siswa di kelas 1.
“Pada usia siswa dikelas 1 yang rentang usianya berkisar 5 sampai 7 tahun,
menjadi masa emas untuk ditanamkannya character building dan creativity
learning” (W.KS.1). Pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Sekolah,
memberikan gambaran bahwa pada usia siswa kelas 1 menjadi fondasi awal
sekaligus tepat jika nilai-nilai character building dan creativity learning diterapkan.
113
Pada penerapan character building dan creativity learning selain melihat
usia siswa pada kelas 1, diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang digunakan
agar tujuan dari character building dan creativity learning dapat tercapai. ”Dengan
menggunakan Kurikulum 2013 sebagai kurikulum nasional, pembelajaran tematik
sangat tepat digunakan” (W.KS.1). Menggunakan Kurikulum 2013 yang
menerapkan pembelajaran tematik, dapat mempermudah dalam
mengimplementasikan character building dan creativity learning pada kegiatan
pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan kedua pernyataan yang dikemukakan oleh Kepala Sekolah,
dapat disimpulkan bahwa usia siswa dan kurikulum yang digunakan sangat
berpengaruh dalam implementasi character building dan creativity learning, karena
pada masa usis siswa dikelas 1 anak-anak sangat dapat mengoptimalkan segala
kemampuan yang mereka miliki, lebih mudah diajarkan hal-hal yang baru dan
mendasar, lebih kreatif dan kritis. Hal tersebut dapat dikemas dengan sedemikian
rupa dalam kegiatan pembelajaran tematik.
4.2 Pembahasan
Pembahasan dilakukan berdasarkan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti, yang memfokuskan pada impelementasi character building
dan creativity learning pada proses pembelajaran tematik kelas 1 SD Bukit Aksara
Semarang. Pembahasan dikembangkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan,
dengan mendapatkan tiga point penting yaitu mengenai konsep character building
dan creativity learning, impelementasi, dan latar belakang character building dan
creativity learning diimpelementasikan pada pembelajaran tematik kelas 1.
114
4.2.1 Konsep Character Building dan Creativity Learning
Konsep character building dan creativity learning pada sebuah
pembelajaran, terdapat gambaran secara garis besar mengenai tahap-tahap yang
harus dilakukan secara terstruktur dan terencana. Sebelum konsep character
building dan creativity learning pada pembelajaran tematik dilakukan, harus
dipersiapkan langkah-langkah yang akan di tempuh agar dapat mewujudkan tujuan
dari program permbelajaran tersebut. Dalam konsep character building dan
creativity learning terdapat proses pembelajaran yang diawali dengan peroses
perencanaan. Perencanaan dari character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik di SD Bukit Aksara Semarang meliputi perumusan tujuan,
merencang rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan diajarkan, serta sarana dan
prasarana sekolah yang mendukung character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik.
4.2.1.1 Relevansi Tujuan Character Building dan Creativity Learning
Merumuskan tujuan merupakan langkah awal dari sebuah perencanaan
pembelajaran, namun hal yang perlu diketehui terlebih dahulu sebelum tujuan itu
dirumuskan adalah mengetahui terlebih dahulu konsep dari sebuah tujuan tersebut.
Karena di SD Bukit Aksara Semarang memfokuskan seluruh kegiatan pembelajaran
terhadap character building dan creativity learning, maka dari itu kosenp karakter
dan kreatif sangat penting untuk diketahui. Konsep yang digunakan harus sesuai
dengan tujuan yang akan dibuat. Suyanto (2010: 44) membangun karakter
(character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa,
sehingga ‘berbentuk’ unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan
115
orang lain. Selain itu pendapat lain di perkuat oleh Lickona, Thomas dalam Suyanto
(2010, 56) pendidikan yang mengembangkan karakter adalah upaya yang dilakukan
pendidikan untuk membantu anak didik supaya mengerti, memedulikan, dan
bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Anak didik bisa melihat mana yang yang
benar, sangat memedulikan tentang yang benar, dan melakukan apa yang mereka
yakini sebagai yang benar walaupun ada tekanan dari luar dan godaan dari dalam.
Pendidikan character building dan creativity leraning sebagai sebuah
program dalam pembelajaran di sekolah harus memiliki tujuan yang jelas. Jika
tujuan yang akan dicapai telah memiliki maksud yang jelas, maka ketika
merumuskan perencanaan akan lebih terarah. Perumusan tujuan character building
dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang melibatkan banyak pihak,
diantaranya adalah semua warga sekolah, orang tua siswa, dan lingkungan sekolah
termasuk kedalamnya. Tujuan character building dan creativity learning di SD
Bukit Aksara Semarang adalah memberikan layanan pendidikan dasar yang
mengedepankan karakter dan kreativitas, serta mencerdaskan siswa secara
akademis maupun non akademis.
Dari tujuan diatas mengenai character building dan creativity learning
sekolah memberikan layanan pada pendidikan dasar. Alasan yang menjadikan
karakter memang harus diterapkan pada pendidikan dasar, tanpa melupakan segi
akademis dan non akademis. Namun tetap karakter yang menjadi fokus utama
dalam kegiatan pembelajaran
116
Samani dan Hariyanto (2013: 110) mengatakan bahwa,
“para ahli pendidikan di Indonesia umumnya bersepakat bahwa pendidikan
karakter sebaiknya dimulai sejak usia anak-anak (golden age), karena usis
ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan
potensinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa sekitar 50% variabilitas
kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun.
Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisnaya
pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Oleh karena itu sudah
sepatutnya pendidikan karakter dimulai dalam lingkungan keluarga yang
merupakan lingkungan awal bagi pertumbuhan anak”.
Pada hasil penelitiann telah disajikan mengenai relevansi tujuan character
building dan creativity learning, yang mana pada komponen relevansi tujuan,
indikator keberhasilan dari character building dan creativity learning telah
terpenuhi. Tujuan character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara
Semarang telah sesuai dengan latar belakang berdirinya sekolah ini dan harapan
orang tua. Suyanto (2010: 57) mengatakan bahwa,
“character eduacation quality standards merekomendasikan bahwa
pendidikan akan secara efektif mengembangkan karakter anak didik ketika
nilai-nilai dasar etika dijadikan sebagai basis pendidikan, menggunakan
pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif dalam membangun dan
mengembangkan karakter anak didik serta menciptakan komunitas yang
peduli, baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat sebagai komunitas
moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan yang
mengembangkan karakter dan setia serta konsisten kepada nilai dasar yang
diusung bersama-sama”.
Sesuai pernyataan pendapat diatas, sebelum merumuskan tujuan character
buildng dan creativity learning, pihak sekolah telah konsisten sejak awal ketika
toodler, play group, dan taman kanak-kanak (tk) didirikan terlebih dahulu telah
menerapakan karakter dan kreavitas dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga setelah
mantap menjalankan character building dan creativity learning pada tahap tersebut,
yayasan sebagai basis pendidikan mendirikan SD Bukit Aksara. Pada saat karakter
117
dan kreativitas telah diterapkan terlebih dahulu pada tingkat pendidikan usia dini,
telah membaca citra postif bagi yayasan sekolah. Hal tersebut menjadikan, orang
tua mempertimbangkan keberadaan SD Bukit Aksara Semarang. Yang menjadikan
daya tarik atau pertimbangan orang tua adalah ketika sekolah ini menerapkan dan
memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pendididkan karakter dan kreativitas.
Sehingga tujuan character building dan creativity learning sesuai dengan latar
belakang sekolah dan harapan orang tua.
Character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang
merupakan program khusus dan unggulan yang telah menjadi ciri khas dari sekolah
yang berbasis sekolah nasional. Tujuan character building dan creativity learning
sejalan dengan tujuan sekolah nasional. Yang membadakan SD Bukit Aksara
dengan sekolah nasional lainnya adalah dari segi proses pembelajarannya saja.
Karena sesuai dengan tujuan diawal bahwa SD Bukit Aksara lebih memfokuskan
pada nilai-nilai karakter dan kreativitas dalam pembelajaran. Nilai-nilai karakter
pada character building memiliki 12 fokus karakter yang diterapkan oleh siswa
sebagai bentuk dari tujuan character building dan creativity learning. 12 fokus
karakter termasuk dari nilai-nilai tertib dan sabar yang dikembangkan melalui
pembelajaran tematik.
Fokus karakter yang dikembangkan melalui pembelaran tematik,
memerlukan sebuah kreativitas dalam proses pembalajaran tersebut. Dibutuhkan
konsep kreativitas dalam perencanaan character building dalam pembelejaran. Hal
itu sesuai dengan, “salah satu konsep yang amat penting dalam bidang kreativitas
adalah hubungan antara kreativitas dan aktualisasi diri” (Munandar 1999: 23).
118
Kreativitas tidak dapat muncul jika tidak di aktualisasikan pada diri, kreativitas
butuh dilatih agar potensi-potensi dalam diri seseorang dapat tercipta sehingga
menghasilkan hasil yang maksimal.
Creativity learning hadir sebagai salah satu tujuan berdirinya SD Bukit
Aksara Semarang, bukan karena tanpa tujuan. Sesuai dengan tujuan dari characcter
building dan creativity learning, dimana pada salah satu point tujuannya adalah
ingin mencerdaskan siswa secara akademik dan non akademik. Cara yang
digunakan untuk mewujudkan hal tersebut melalui creativity learning yang dalam
penerapannya berkaitan dengan fokus karakter yang terdapat pada character
building. Oleh karena itu tujuan dari character building dan creativity learning
pada hakikatnya merupkan keseluruhan dari proses pembelajaran di SD Bukit
Aksara Semarang.
4.2.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Tujuan dan materi telah ditentukan diatas, maka langkah selanjutnya dalam
perencanaan character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara
Semarang adalah merencanakan pelaksanaan pembelajaran yang akan diajarkan
pada perserta didik di kelas 1. Dalam perencanaan ini yang terlibat adalah guru
sebagai perancang dari kegiatan pembelajaran. Perencanaan pelaksanaan
pembelajaran merupakan penentu pada saat proses pelaksanaan pembelajaran
dengan siswa yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran tematik dengan adanya
character building dan creativity learning. Impementasi character building dan
creativity learning pada pembelajaran tematik di SD Bukit Aksara Semarang
119
dilaksanakan oleh semua guru dan siswa sebagai pemeran utama dalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu, guru harus dapat merancang rencana pelaksanaan
pembelajaran dengan baik agar siswa dapat menerapkannya pada pembelajaran.
Kemampuan guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran yang
disesuaikan dengan tujuan character building dan creativity learning menggunakan
sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran. Menurut Kimble dan Garmezy, sebagaimana dikutip
oleh Thabrani dan Arif (2011: 18) dalam Fadillah (2014: 172) menyebutkan
pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan
hasil praktik yang diulang-ulang. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di SD
Bukit Aksara Semarang menggunakan kurikulum nasionl yaitu Kurikulum 2013.
Segala bentuk pelaksanaannya sama dengan yang dilakukan oleh sekolah nasional
pada umumnya. Kegiatan pembelajaran di SD Bukit Aksara Semarang
menggunakan pendekatan model pembelajaran tematik Sundayana (2014: 14)
mengatakan bahwa,
“model tematik sangat dominan diterapkan dalam pembelajaran di lingkup
pendidikan anak usia dini ( Taman Kanak-Kanak) dan Sekolah Dasar (SD).
Salah satu asumsi yang menempatkan model ini cocok bagi pembelajar pada
jenjang tersebut adalah tema atau topik dapat menjadi penghubung berbagai
kegiatan dengan apa yang dipelajari peserta didik di kelas. Dengan
demikian, tema dapat berperan sebagai pengintegrasi keterampilan dan
kegiatan berbahasa dalam pembelajaran di kelas”.
Penggunaan model pembelajaran tematik yang menggunakan tema sebagai
pembahasan dalam pembelajaran, dapat mempermudah guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Sebelum guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, terlebih
dahulu guru harus memahami konsep pembelajaran tematik. Dalam hal ini guru
120
tidak hanya sekedar membuat saja, namun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk
pembelajaran tematik harus dapat di hubungkan dengan tujuan character building
dan creativity learning. Dirman dan Juarsih (2014: 107) menyatakan bahwa:
“pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunkan prinsip
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan
pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam
satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi
peserta didik. Karena peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang
mereka pelajari selalu melalui penglaman langsung dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dikuasainya”.
Dibutuhkan suatu metode dalam pembelajaran tematik, sesuai hasil
penelitian bahwa di SD Bukit Aksara menggunakan demonstrasi sebagat metode
pembelajaran. Metode digunakan untuk mempermudah ketika pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Sehingga dengan adanya metode demonstrasi fungsi dan tujuan dari
pembelajaran tematik dapat tercapai. Menurut Dirman dan Juarsih (2014: 108)
fungsi dan tujuan pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan
bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung
dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena materi yang dipelajari
merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.
Materi yang akan diajarkan dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dalam dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar
(KD). Agar gambaran mengenai pembelajaran yang akan dilakukan lebih jelas dan
121
terarah, guru harus menjabarkan perencanaan dari kompetensi inti dan kompetensi
dasar.
Fadillah (2014: 144) menyimpulkan,
“dimana dalam perencanaan tersebut adalah penjabaran dari kompetensi inti
dan kompetensi dasar yang selanjutnya dibuat materi pembelajaran lengkap
dengan metode, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
digunakan dalam pembelajaran. Kesemuanya disusun dengan jelas,
sistematis, dan akuntabel sehingga mudah dipahami dan diaplikasikan
dalam kegiatan pembelajaran”.
Pada saat guru melakukan perencanaan pembelajaran, guru telah
menyeseuaikan metode, media, fasilitas yang menunjang pembelajaran, dan
komponen-komponen lainnya yang terdapat dalam RPP dengan karakteristik
peserta didik. Dalam hal ini siswa kelas 1 menjadi fokus dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dari character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik. Bukan hanya menyesuaikannya dengan karakterstik peserta
didik, guru harus mampu menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan tema
pembelajaran dalam pembelajaran tematik.
Di SD Bukit Aksara Semarang guru menggunakan banyak media
pembelajaran, diantaranya adalah media gambar, internet, dan musik. Hal itu sesuai
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas 1. Dengan menggunakan
media, kreativitas siswa akan muncul. Hal itu yang harus guru munculkan ketika
pelaksanaan pembelajaran. “Mengajar dengan kreatif dapat mengembangkan
kualitas pendidikan, membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan membuka
cara-cara yang lebih menyenangkan dalam mendekati kurikulum” (Beetlestone
2011: 2).
122
Di dalam RPP kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang harus memuat fokus
karakter dari character building dan creativity learning yang akan dikembangkan
melalui proses pembelajaran. Character building dan creativity learning
diintegrasikan ke dalam tema-tema pembelajaran, maka di dala RPP harus
dituliskan langkah-langkah penanam nilai character building dan creativity
learning. RPP di SD Bukit Aksara Semarang, sudah cukup lengkap.
RPP yang memuat rancangan langkah-langkah penanaman character
building dan creativity learning dapat menjadi pegangan guru dalam
mengintegrasikan materi character building dan creativity learning ke dalam
pembelajaran. Jika sudah ada rancangan yang jelas, maka character building dan
creativity learning yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran akan lebih terarah
dan tujuan character building dan creativity learning dapat terwujud. Dalam
langkah-langkah pembelajaran ada tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Di setiap kegiatan, guru harus menuliskan
langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan dalam rangka menanamkan
character building dan creativity learning. Apa yang telah tertulis dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) itu merupakan gambaran dari apa yang akan
dilakukan guru dalam mendidik, gambaran dari kondisi peserta didik, dan
gamabaran secara keseluruhan kegiatan pembelajaran.
4.2.1.3 Sarana dan Prasarana Sekolah
Kegiatan perencanan selanjutnya adalah menyediakan sarana dan prasarana
yang memadai sebagai penunjang character building dan creativity learning.
123
Sarana menurut Mulyasa (2003: 49) adalah peralatan dan perlengkapan yang
digunakan secara langsung untuk menunjang proses pendidikan. Sedangkan
prasarana adalah perlengkapan yang secara tidak langsung dapat menunjang proses
pendidikan. Sarana dan prasarana yang baik dapat menunjang proses character
building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang. Sarana yang
menunjang dalam character building dan creativity learning meliputi ruang kelas,
ruang laboratorium, ruang dapur, meja dan kursi, loker pribadi, loker tempat
makan, balok, lego, puzzle, timbangan, alat tulis, perpustakaan didalam kelas dan
perpustakaan umum di sekolah, segala bentuk media belajar yang tersedia di dalam
kelas, kertas pengganti papan tulis, papan absen, papan learning center, papan
penilaian reward stars, tempat sampah, alat kebersihan kelas, wc sekolah, tulisan
fokus karakter dan kesepakatan bersama kelas, poster karakter, dll. Sedangkan
prasarana dalam character building dan creativity learning meliputi lapangan
sekolah, kebun sekolah, dan gazebo sekolah.
Ketersediaan sarana dan prasarana di SD Bukit Aksara dapat dikatakan
sudah memadai. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa guru,
siswa, dan orang tua telah merasa terpenuhi dari segi fasilitas yang memadai dari
sarana dan prasarana sekolah. Hanya kurang dari segi ruang ibadah saja, karena
sekolah ini sekolah nasional. Segala bentuk kegiatan pada saat holly morning
dilakukan di ruang kelas secara acak, mengikuti guru pendamping pada saat holly
morning. Walaupun ruang shalat belum ada, digantikan di ruang uks. Namun, ruang
ibadah yang belum ada tidak mengganggu pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan
kegiatan holly morning tetap berjalan pada pagi hari.
124
Ruang kelas di SD Bukit Aksara Semarang berjumlah 12, dilengkapi dengan
meja, kursi, jam dinding, papan kertas pengganti papan tulis, alat kebersihan, papan
piket, papan tata tertib, papan fokus karakter dan kesepakatan kelas, perpustakaan
kelas, loker pribadi dan loker makan, lemari barang-barang kelas seperti alat tulis
bersama, berbagai permainan, media belajar, prtint, tape, karpet, bantal, tempat
menyimpan kertas learning center, alat kebersihan, dll. Berdasarkan hasil
observasi, kondiri ruang kelas sangat baik dan dapat menunjang character building
dan creativity learning. Dilihat dari hasil observasi, belum terdapat poster-poster
yang dapat digunakan sebagai sarana penanaman character building dan creativity
learning dalam rangka mewujudkan tujuan dari character building dan creativity
learing.
Selaian sarana yang memadai, prasarana pun dapat menunjuang character
building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang. Ketersediaan
prasarana sudah memadai. Prasarana meliputi lapangan sekolah, kebun sekolah, dan
gazebo dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan karakter dan kreativitas dalam
pembelajaran tematik.
Berdasarkan uraian di atas dan studi literatur mengenai perencanaan pada
program character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang
yang meliputi perumusan tujuan, RPP, serta sarana dan prasarana, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa perencanaan program character building dan creativity learning
sudah direncanakan dengan baik dan harus dipertahankan atau ditingkatkan
kembali dalam hal perencanaannya.
125
4.2.2 Impelementasi Character Building dan Creativity Learning
Perancanaan yang telah terbentuk kemudian diterapkan dalam pelaksanaan
pembelajaran agar dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. Pelaksanaan
character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang
diintegrasikan ke dalam semua kegiatan pembelajaran tematik baik di dalam kelas
ataupun di luar kelas. Pada pelaksanaan character building dan creativity learning
difokuskan pada proses pembelajaran dan dukungan/kerja sama dari warga sekolah,
lingkungan dan orang tua siswa.
Pada komponen proses pembelajaran terdapat dua indikator yang akan
dilakukan , yaitu guru memiliki kemampuan dalam melaksanaan pembelajaran,
siswa mampu menerapkan sikap karakter dan mengembangkan kreativitas dalam
belajar. Dalam melaksanakan kedua indikator tersebut, terdapat kegiatan
pembelajaran yang akan dilalui selama proses itu berlangsung. Permendikbud No
65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah,
pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
Kemampuan yang harus dilakukan oleh guru pertama kali adalah pada saat
kegiatan pendahuluan. Karena pada tahap ini guru harus memiliki kemampuan
menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran, memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat
dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
126
dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau komptensi dasar yang akan
dicapai, serta menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
Berdasarkan kegiatan pendahuluan yang mana guru harus memiliki
kemampuan untuk melakukan langkah-langkan tersebut, agar perkembangan siswa
dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Menurut Hawadi
(2001) dalam Desmita (2007: 4), perkembangan secara luas menunjuk pada
keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam
kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan observasi, guru selalu
melakukan kegiatan pendahuluan sebelum memasuki kegiatan pembelajaran.
Kegiatan menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran itu diawali dengan membersihkan kelas, yang dilakukan oleh semua
warga kelas 1. Dilanjutkan membersihkan diri, dengan mencuci tangan setelah
selesai memberishkan kelas. Kegiatan selanjutnya adalah senam pagi yang
dilakukan didalam kelas, yang dilakukan secara bersama oleh guru dan siswa.
Dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, guru telah membantu
mengembangkan psikomotorik dan jasmani siswa sebagai anak didiknya.
Langkah-langkah selanjutnya yang dilakukan guru dalam kegiatan
pendahuluan yaitu pada saat circle time. Circle time adalah kegiatan rutin yang
dilakukan sebelum dan sesuah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Pada kegiatan
pendahuluan, circle time dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Circle
127
time benar-benar menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dalam satu
hari kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru terhadap siswa.
Pada saat circle time guru dituntut untuk memiliki kemampuan memberi
motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar
dalam kehidupan sehari-hari, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan
pembelajaran atau komptensi dasar yang akan dicapai, serta menyampaikan
cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. Selain itu, ketika
circle time berlangsung tidak ada jarak anatar guru dan murid, karena guru
mengkondisikan keadaan tersebut menjadi lebih santai agar siswa dapat
memanfaatkan circle time sebagai waktu untuk mempersiapkan diri mereka
sebelum belajar, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita.
Jangan sampai siswa membawa beban saat belajar, apa pun masalahnya akan di
selesaikan pada saat circle time.
Nilai-nilai karakter yang menjadi fokus karakter akan guru ingatkan
kembali, guru memunculkan kembali kepada siswa bahwa betapa pentingnya
karakter dalam kehidupan mereka dan dalam kegiatan pembelajaran. Hal itu
dlakukan ketika guru menanykan kehadiran siswa, dalam hal tersebut akan muncul
kepedulian siswa terhadap teman jika ada yang tidak masuk. Mengingatkan
kembali three magic word, yaitu kata maaf, tolong, dan terima kasih. Character
building dan creativity learning selalu dihadirkan dalam kegiatan pembelajaran
dengan cara yang berbeda. begitu pun dengan kesepakatan kelas.
128
Pada kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti yang merupakan kegiatan
pokok dalam pembelajaran. Dalam kegiatan inti dilakukan pembahasan terhadap
tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan menggunakan
multimetode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang
bermakna (Majid 2014: 149). Guru hanya berperan menjadi fasilitator pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung serta guru berperan menjadi model pembelajara
yang baik bagi siswa. Peran inilah yang disebutkan oleh Nasution (2004) dalam
Majid (2014: 130) sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses
belajar. Apa yang telah menjadi tujuan dari character building dan creativity
learning pada langkah kagitan inti akan guru lakukan menggunakan strategi
pembelajaran melalui pembelajaran tematik.
Metode demeonstrasi yang digunakan guru kelas 1 dalam menerapakan
pembelajaran dikelas. Majid (2014: 155) metode demosntrasi merupakan metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertujunjukan kepada siswa
tentag suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar
tiruan. Siswa kelas 1 diberikan kesepakatn langsung oleh guru, untuk melakukan
kegiatan pembelajaran secara langsung yang berhubungan dengan tema yang
diajarkan. Adanya implikasi siswa terhadap metode yang digunakan guru dalam
menyajikan materi. Guru tidak banyak memberi teori, teori disampaikan sebagai
pengantar, ketika telah memasuki materi. Selanjutnya teori disampaikan ketika
seluruh siswa telah melakukan percobaan tersebut, sebagai kesimpulan dari hasil
yang dilakukan oleh siswa.
129
Penerapan lainnya guru menjadi role model sebagai strategi pembelajaran
langsung (direct instruction) ilakukan agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai
dengan efektif, karena dapat memperluas informasi atau mengembangkan
keterampilan langkah demi langkah. Pada saat proses pembelajaran siswa sangat
antusias mengikuti proses demi proses kegiatan pembelajaran, dimana guru telah
mengarahkan siswa melalui kegiatan mengamati objek nyata baik benda maupun
lingkungan sekitar, kemudia melaporkan hasil pengamatan, melakukan permainan,
berdialog, bercerita, mengarang, membaca dari berbagai sumber bacaan, tanya
jawab, serta bermain peran. Selama proses pembelajaran terjadi interaksi yang baik
antara guru dan siswa, terlihat dari guru memberikan umpan agar siswa berusaha
mencari jawaban dari permasalahan yang dipelajari. Hal itu berdampak
membangkitkan siswa untuk berfikir dan mencari solusi melalui kegiatan belajar,
serta mengembangkan kreativitas belajar anak.
Saat proses belajar berlangsung, terdapat character building dan creativity
learning dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Fokus karakter terhadap sikap tertib
dan sikap sabar, menjadi fokus yang akan diamati dan dinilai oleh guru. Fokus
karakter tertib yang terdapat pada semester 1, tetap dijalankan di semester 2 ini.
Tabel 4.1 Pengembangan Fokus Karakter di Kelas 1
SD Bukit Aksara Semarang
No Fokus Karakter Pengembangan Karakter
1 Tertib Siswa selalu merapikan barang-barang yang mereka
gunakan, baik barang miliki mereka sendiri atau barang
bersama. Jika ada barang yang belum dirapikan, siswa
menanyakan terlebih dahulu dengan kata “maaf” ini
punya siapa? Setelah pemilik barang tersebut mengakui
130
barangnya, guru akan mengingatkan siswa yang lupa
akan barang pribadinya dan mengingatkan kepada siswa
yang lain untuk lebih menjaga barang milik pribadi.
Tidak lupa guru mengucapkan terima kasih dan
mengapreasi perbuatan siswa itu agar dapat di contoh
oleh siswa lainnya.
Menjaga kebersihan dan kerapian tempat belajar dan
bermain. Menjaga kebersihahan kelas dilakukan oleh
seluruh siswa kelas 1, bukan hanya menjadi tanggung
jawab yang piket saja. Membersihkan kelas dilakukan
sehari 2 kali, pada saat sebelum kegiatan pembelajaran
dan pada saat kegiatan pembelajaran berakhir. Sedangkan
menjaga kerapian tempat belajar dan bermain, menjadi
tanggung jawab anak sendiri-sendiri. Dilakukan kapan
saja, ketika terlihat tidak rapi siswa akan merapikannya.
Jika tidak ada yang merapikannya, guru akan
mengingatkan kembali. Siswa yang belum merapikan
segera merapikannya, terkadang ada siswa lain yang
dengan kesadaran sendiri merapikannya.
Mengembalikan barang-barang ke tempat semula, siswa
melakukannya sehabis menggunakan barang-barang pada
saat belajar dan bermain.
Memakai barang-barang sesuai kegunaannya, siswa
melakukannya pada saat pembelajaran dimulai. Ketika
pembelajaran dimulai, siswa dipersilahkan guru untuk
mengambil barang-barang yang berhubungan dengan
materi pembelajaran. Selain pada saat pembelajaran,
barang-barang lainnya digunakan ketika membersihkan
kelas dan ketika senam pagi.
Mengembalikan barang-barang kepada pemiliknya, setiap
siswa yang meminjam barang kepada temannya selalu
dikembalikan. Jika temannya lupa mengembalikan, teman
yang meminjamkan akan mengingatkan kembali untuk
segera dikembalikan. Ketika siswa yang meminjam
barang lupa mengembalikan, ia akan spontan meminta
maaf karena lupa mengembalikan. Dan tidak lupa
mengucapkan terima kasih karena telah dipinjamkan
barangnya.
2 Sabar Mengubah hal-hal yang bisa saya ubah, dan menerima
hal-hal yang tidak bisa saya ubah. Siswa belajar
berpendapat dan mendengarakan pendapat. Jika ada
pendapat dari orang lain yang tidak sesuai dengan diri
131
siswa, siswa biasanya akan protes kepada orang tersebut.
Dan guru mengambil peran sebagai penengah, untuk
meluruskan maksud dari pendapat. Guru tidak
menghakimi siswa dalam hal ini.
Terus berusaha sampai saya berhasil, siswa melakukan
hal itu pada saat mengerjakan suatu kegiatan dalam
pembelajaran. Pada saat siswa mengerjakan learning
center pada pembelajaran tematik dan mengalami
kesulitan, siswa akan bertanya terlebih dahulu kepada
siswa lain. Siswa yang ditanya, jika ia bisa maka ia akan
membantu dengan mencontohkan atau memberi
penjelasan dan mengingatkan kepada temannya agar terus
berusaha, sesuai karakter bulan ini. Selain siswa, guru
akan ikut serta membantu siswa yang kesulitan dengan
memberikan dorongan bahwa siswa itu pasti bisa, guru
memberikan stimulus agar siswa tersebut mau berusaha
lebih keras. Guru membantu membukakan jalan keluar
bagi siswa, selebihnya siswa yang akan menentukannya.
Penerapan fokus karakter yang di kembangkan melalui proses kegiatan
pembalajaran di kelas, menjadi salah satu bentuk wujud nyata dari usaha yang
dilakukan guru untuk mencapai tujuan character building dan creativity learning.
Pada hal ini guru sangat berperan sebagai contoh yang baik bagi siswa, serta guru
dituntut untuk mengawasi aktivitas siswa selama pembelajaran dan menindak
lanjuti fokus karakter yang nantinya akan diolah sebagai bahan penilaian dalam
karakter
Kegiatan terakhir atau kegiatan penutup dalam proses pembelajaran adalah
guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi
untuk mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang
diperoleh, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
melakukan kegiatan tidak lanjut dalam bentuk pemberian tugas individual maupun
132
kelompok, dan menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
Kegiatan refleksi dilakukan melalui evaluasi pada saat circle time yang
dilakukan setelah pembelajaran berakhir. Sebelum masuk pada circle time,
pembiasaan dalam hal menjaga kebersihan lingkungan dan diri dilakukan oleh
siswa dengan memberishkan kelas kembali dan mencuci tangan. Hal itu dilakukan
agar siswa mempersiapkan diri dan lingkungan kelas sebelum pulang sekolah. Saat
circle time guru menutup kegiatan dengan cara melakukan peninjauan kembali dan
mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran.
Circle time yang dilakukan lebih kepada memberikan gambaran menyeluruh
tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman
sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam hal karakter dan
kreativitas selama pembelajaran, dan mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam
pelaksanaan proses pembelajaran. Hal itu bertujuan agar siswa tidak membawa
beban ke rumah, karena mereka di sekolah itu untuk belajar dan bahagia.
Tahap akhir dalam impelementasi character building dan creativity learning
pada pembelajaran tematik kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang adalah evaluasi.
Evaluasi yang dilakukan mencakup empat indikastor yaitu kepala sekolah memiliki
kemampuan untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru-
guru dalam character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik,
guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan kepada peserta didik mengenai character building dan creativity learning
133
pada pembelajaran tematik, orang tua memiliki kemampuan untuk mengevaluasi
kegiatan pembelajaran di sekolah mengenai character building dan creativity
learning pada pembelajaran tematik, siswa memiliki penilaian terhadap
perkembangan belajarnya. Kegiatan evaluasi pada dasarnya melingkupi tiga sasaran
penilaian pokok, yakni program pendidikan, proses belajar mengajar, dan hasil-
hasil belajar. Sudjana (2014: 1) menarik kesimpulan bahwa:
“Penilaian program pendidikan atau penilaian kurikulum menyangkut
penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan
program, dan sarana pendidikan. Penilaian proses belajar-mengajar
menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru-siswa, dan keterlaksanaan
program belajar-mengajar. Sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut
hasil belajar jangkat pendek dan hasil belajar jangka panjang”.
Ketiga evaluasi diatas dapat diintegrasikan dengan kepala sekolah, guru,
orang tua, dan siswa. Yang mana dalam evaluasi ini, kepala sekolah dapat
melakukan evaluasi terhadap penilaian program pendidikan kepada guru dengan
mengevaluasai kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran yang dilakukan
guru kepada siswa. Guru dapat melakukan penilaian proses belajar-mengajar
melalui kegiatan evaluasi kepada peserta didik mengenai character building dan
creativity learning pada pembelajaran tematik. Sedangkan penilaian hasil belajar,
dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran di
sekolah mengenai character building dan creativity learning pada pembelajaran
tematik, serta siswa memiliki penilaian terhadap perkembangan belajarnya.
Dari hasil penelitian, kepala sekolah mengevaluasi tujuan character
building dan creativity learning pada dengan melakukan evaluasi kepada guru,
melalui kegiatan evaluasi yang dilakukan setiap hari Jum’at. Evaluasi dilakukan
134
oleh kepala sekolah kepada seluruh guru, dengan tujuan mengetahui sejauh mana
guru berhasil menerapkan character building dan creativity learning yang menjadi
tujuan dari kegiatan pendidikan di SD Bukit Aksara Semarang, melalui
perencanaan yang telah dibuat guru, pada saat pelaksanan proses pembelajaran, dan
pada saat guru menilai hasil belajar siswa.
Pada perencanaan kepala sekolah, selalu mengecek RPP yang dbuat oleh
guru sebelum RPP itu diterapkan dalam pembelajaran. Ketika pelaksanaan
pembelajaran, kepala sekolah mengecek sendiri pelaksanaan ke kelas-kelas dan
kepala sekolah mengajar pelajaran character building. Dan yang terakhir, kepala
sekolah melakukan evaluasi perkembangan peserta didik baik dalam hal
psikomotor, kognitif, dan afektif. Tetap dalam penilaian, guru harus menekankan
pada segi karakter dan kreativitas pada anak.
Penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru, dibagi menjadi ke
dalam tiga penilaian. Pertama penilaian formatif, yang dilakukan pada kegiatan
akhir dalam pembelajaran melalui kegiatan circle time. Kedua penilaian sumatif,
penilaian yang dilakukan pada saat akhir semester melalui hasil rapot siswa. Ketiga
penilaian diganostik, penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan-kelmahan
siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilakukan pada saat terjadi kasus-
kasus tertentu yang berimpilikasi terhadap character building dan creativity
learning.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru, lebih kepada proses dan hasil
belajar siswa. Karena guru yang berhadapan langsung dengan siswa saat kegiatan
135
proses pembelajaran berlangsung. Guru yang lebih memahami siswa, dari segi
perkembangan siswa itu sendiri, dan guru yang memahami kondisi lingkungan saat
proses itu berlangsung. Evaluasi proses belajar-mengajar, selalu guru lakukan pada
saat circle time sebelum pulang sekolah. Pada saat circle time, guru mengevaluasi
kegiatatan pembelajaran yang berlangsung pada hari itu. Jika catatan mengenai
karakter siswa, guru akan mencatatatnya ke dalam jurnal karakter siswa. Tidak
hanya karakter, namun krearivitas siswa dalam pembelajaran di catat oleh guru.
siswa yang dicatat dalam jurnal, bukan hanya siswa yang bermasalah dalam hal
karakter saja. Siswa yang memiliki peningkatan dalam hal karakter dan kreativitas
akan guru catat juga dalam jurnal tersebut.
Guru memiliki sistem penilaian dan patokan penilaian yang digunakan pada
saat memberikan nilai terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitan,
sistem penilaian yang digunakan oleh guru sesuai dengan komptensi dasar. Guru
membaginya ke dalam ranah kogitif, afektif, dan psikomotor. Akan tetapi, karena
SD Bukit Aksara Semarang dalam penerapan character building dan creativity
learning lebih mengedapankan aspek karakter dan kreativitas, dibandingkan dengan
kognitif siswa. Maka guru melakukan penilaian berlandaskan tujuan yang
mengedepankan character building dan creativity learning.
Berdasarkan character building dan creativity learning yang
mengimplikasikan siswa dan guru. Dimana peran guru sangat penting serta
berpengaruh dalam penerapan nilai karakter dan kreativitas. Riyadi, Sujuono dan
Ratnaningish, Intarti (2012: 147) menyimpulkan,
136
“pada tahap perkembangan ini anak dapat mengahadapi dan menyelesaikan
tugas yang pada akhirnya dapat menghasilkan sesuatu yang berarti bagi
dirinya. Anak siap untuk meninggalkan rumah untuk melanjutkan sekolah /
mencari ilmu. Melalui proses pendidikan inilah anak akan belajar untuk
bersaing yang bersifat kompetitif. Orang yang paling berpengaruh dalam
kehidupan anak pada tahap ini adalah diri dan teman sebayanya. Peranan
seorang guru sangat penting dalam rangka identifikasi pemikiran-pemikiran
anak, jadi jangan heran jika biasanya anak sangat patuh dan tunduk terhadap
gurunya”.
Kriteria penilaian yang dilakukan oleh guru menggunakan penilaian acuan
patokan (PAP). Patokan dilakukan sesuai dengan standar yang ada dan guru
menggunakan patokan tersebut. Penilaian untuk sikap siswa, guru melakukan
penilaian dengan mendeskripsikannya terlebih dahulu. Kemudian dari penjabaran
karakter, akan dikategorikan ke dalam fokus karakter, sehingga guru baru bisa
menilai sikap siswa.. Belum terlihat (BT), pada kategori ini fokus karakter belum
dapat dilihat dari siswa dan siswa belum menrapakan fokus karakter. Mulai terlihat
(MT), pada kategori ini baru muncul fokus karakter dalam diri siswa. Mulai
berkambang (MB), pada kategori ini fokus karakter sudah ada dalam diri siswa
masih perlu dingatkan. Sudah Membudaya (SM), pada kategori ini fokus karakter
sudah menjadi kebiasaan bagi siswa dan tidak perlu selalu diingatkan. Penilaian
yang dilakukan menggunakan kategori berupa BT, MT, MB, dan SB. Nilai 1 untuk
BT, nilai 2 untuk MT, nilai 3 untuk MB, dan nilai 4 untuk SB.
Penilaian kognitif dilakukan sesuai dengan kriteria, yaitu baik sekali (86-
100), baik (71-85), cukup (61-70), dan perlu bimbingan ( <60 ). Untuk penilaian
kognitif pada latihan soal saat learning center dan saat ulangan harian, uts, maupun
uas. Serta pada saat siswa mengerjakan lembar keterampilan, guru tidak
diperbolehkan memberikan nilai pada lembar kerja siswa. Hal itu dilakukan agar
137
perkembangan anak tidak terganggu, karena perekambangan individu anak
berbeda-beda. Dalam hal perkemabangan kognitif Yusuf, Syamsu dan Sugandhi,
Nani (2013: 61) menyimpulkan bahwa,
“pada usia sekolah dasar, anak sudah mereaksi rangsnagan intelektual, atau
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual
atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis dan menghitung atau
CALISTUNG). Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk
menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat
mengembangkan pola fikir atau daya nalarnya. Untuk mengembangkan
daya nalarnya, daya cipta, atau kreativitas anak, maka kepada anak perlu
diberi peluang-peluang untuk bertanya, berpendapat, atau menilai tentang
hal yang terkait dengan pelajaran, atau peristiwa yang terjadi di
lingkungannya”.
Evaluasi yang telah dilakukan oleh guru, melalui beberapa tahap penilaian
terhadap siswa. Akan menghasilkan penilaian yang berupa hasil belajar siswa,
yang guru berikan kepada orang tua melalui penilaian rapot. Penilaian rapot
dilakukan setiap satu semester dan tidak menerapkan sistem rangking dalam
penilaiannya. Selain penilaian dari hasil rapot, guru dapat mengevaluasi hasil
perkembangan anaknya melalui buku komunikasi dan berinteraksi langsung dengan
guru jika memang ada hal yang perlu diperbincangkan.
Siswa kelas 1 SD Bukit Aksara untuk melakukan evaluasi sendiri terhadap
perkembangan dan kemampuannya belum dapat dilakukannya. Oleh karena itu
evaluasi dilakukan melalui dorongan orang tua di rumah sebagai ruang lingkup
awal dalam perkembangan karakter anak. Adanya keseimbangan anatara
pendidikan yang telah diajarka di sekolah dengan di rumah. Hal itu melibatkan
orang tua dan guru. Evaluasi dapat dilakukan siswa, ketika siswa merasa senang
138
berada di sekolah, memahami apa yang diajarkan guru di sekolah, ketika siswa
mengalami perubahan dalam dirinya dalam hal karakter dan kreativitas belajarnya.
Siswa mulai mahami karakter dan menerapkannya hingga menjadi suatu
kebiasaan yang membudaya. Karakter menyangkut dengan hasil belajar siswa
dalam jangka pendek dan panjang. Dalam jangka pendek siswa dapat menerapkan
character buiilding dan creativity learnig di sekolah. Sedangkan jangka panjangnya
siswa tidak hanya melakukan character buiilding dan creativity learnig di sekolah,
akan tetapi hal itu akan terbawa ketika siswa berada di rumah dan ketika berda di
lingkungan sosial masyarakat. Karena salah satu tujuan dari character buiilding dan
creativity learnig bukan hanya mencerdaskan secara kognitif, akan tetapi cerdasa
secara emosional.
Pelaksanaan character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara
Semarang tidak akan terlepas dari hambatan-hambatan yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Adapun hambatan yang terjadi yaitu ketika siswa
melakukan tindakan yang tidak disengaja, namun hal tersebut berkaitan dengan
fokus karakter dalam character building dan creativity learning. Siswa yang kurang
perduli dengan temannya, pada saat proses belajar berlangsung. Siswa
menggunakan bahan atau media melebihi kebutuhannya. Yang mengakibatkan
siswa lain tidak mendapatkan bahan atau media tersebut. Kurangnya kepedulian
siswa dan rasa berbagi dengan temannya, menjadi hambatan yang biasanya terjadi.
Namun, sejauh ini guru masih dapat mengatasinya.
139
Agar hambatan itu tidak menjadi kebiasaan bagi siswa, dibutuhkan
dukungan dan kerja sama dari warga sekolah, orang tua, dan lingkungan sekolah.
Dukungan dan kerja sama yang diberikan kepala sekolah dan guru sebagai pihak
dari warga sekolah kepada orang tua adalah dengan selalu memberi perkembangan
dari anak, baik dari segi karakter dan kreativitas, serta secara akademis. Bukan
hanya pada saat terjadi masalah saja, hal tersebut baru dikomunikasikan dengan
orang tua siswa. Sebaliknya hal yang sama dilakukan rang tua kepada guru, yaitu
dengan menyeimbangkan apa yang sudah diajarkan di sekolah dan selalu
diterapkan di sekolah mengenaik character building dan creativity learning, agar
dapat diterapkan di rumah dengan tetap menyesuaikan aturan yang ada di rumah.
Dalam hal tersebut, orang tua memiliki kebijakan penuh dalam menerapkannya.
Orang tua telah mengetahui fokus karakter yang diterapkan melalui kegiatan yang
dilakukan setiap tahun ajaran baru, melalui buku komunikasi siswa, melalui group
sharing, dan school of parenting.
Dukungan lain datang dari lingkungan sekolah yang secara bersama-sama
menerapkan character building dan creativity learning, tidak hanya siswa kelas 1
saja, namun semua warga sekolah yang berada di lingkungan SD Bukit Aksara
Semarang. Dengan demikian implementasi character building dan creativity
learning tetap berjalan walaupun tidak pada saat pembelajaran tematik
berlangsung.
Dilihat dari hasil penelitian, dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak
dalam rangka mewujudkan tujuan character building dan creativity learning sudah
baik. Orang tua selalu mendukung setiap kegiatan yang ada di sekolah. guru juga
140
dapat diajak bekerja sama untuk ikut mewujudkan tujuan tersebut. Dukungan dan
kerja sama dari lingkungan sekolah juga baik, lingkungan sekolah dapat
memberikan contoh yang baik bagi siswa.
Berdasarkan uraian di atas dan studi literatur mengenai pelaksanaan
character building dan creativity learning yang meliputi proses pembelajaran mulai
dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, serta dukungan dan
kerja sama dari berbagai pihak, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan
character building dan creativity learning SD Bukit Aksara Semarang telah
terlaksana dengan baik sesuai indikator implementasi pembelajaran.
4.2.3 Character Building dan Creativity Learning Pada Pembelajaran
Tematik Kelas 1
Character building dan creativity learning yang diimpelemntasikan pada
siswa kelas 1 melalui kegiatan pembelajaran tematik, telah diseusikan dengan
tahapan perkembangan peserta didik, melalui kegiatan penyeleksian pada saat
penerimaan siswa baru. Selain melihat dari usia siswa kelas 1, character building
dan creativity learning dapat diterapkan di SD Bukit Aksara Semarang pada kelas
1 karena sekolah telah menggunakan Kurikulum 2013.
Pada Kurikulum 2013 yang menggunakan tematik dalam kegiatan
pembelajaran dapat memudahkan guru dan peserta didik pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung. Dengan menggunakan pembelajaran tematik , nilai-nilai
character building dan creativity learning dapat diikutsertakan kedalam tema
pembelajaran. Tema-tema pembelajaran yang meleburkan beberapa mata pelajaran
141
kedalam satu pembahasan tema, menjadi sebuah cara yang mempermudah nilai-
nilai character building dan creativity learning diajarkan .
Siwa lebih mudah untuk menerima materi yang diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran tematik serta character building dan creativity
learning yang sedang diajarkan secara langsung dapat diterima dengan mudah,
karena siswa belajar tetapi merasa tidak seperti belajar . karena creativity learning
menjadi salah satu cara yang digunakan agar pembelajaran lebih menyenangkan
dan mudafdah diterima siswa, karena disesuikan dengan kemapuan dari setiap anak.
142
BAB V
PENUTUP
1.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah disajikan
mengenai implementasi character building dan creativity learning pada proses
pembelajan tematik kelas 1 SD Bukit Aksara, maka dapat disimpulkan:
1) Konsep dari character building dan creativity learning yang relevan
dengan tujuan character building dan creativity learning yang
melatarbelakangi berdirinya SD Bukit Aksara Semarang. Character
building yang dikembangkan melalui fokus karakter disetiap tingkatan
kelas pada pembelajaran tematik yang disajikan dalam bentuk yang
bervariatif melalui creativity learning. Ditambah dengan adanya sarana
dan prasarana yang menunjang, character building dan creativity learning
menjadi lebih terkonsep secara baik.
2) Impelementasi character building dan creativity learning diawali dengan
kegiatan perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh masing-masing guru,
dengan persiapan yang matang. RPP yang telah dibuat dari tahun ke tahun
tidak pernah sama, selalu dilukan perubahan bertujuan agar terus
berinovasi dalam mengembangkan creativity learning dan character
building. Kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan, dalam kegiatan ini
dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
143
Guru telah mengimpelentasikan character building dan creativity learning
pada proses pembelajaran tematik kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang
dengan sangat baik. Segala sesuatunya telah dipersiapkan sehingga siswa
dapat menerima materi yang diajarkan dengan baik, siswa dapat
memahami dan menerapkan character building dan creativity learning
baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah maupun pada saat di rumah.
Tahapan akhir pada implementasi adalah evaluasi yang dilakukan melalui
circle time, group sharing, school of parenting, dan pada saat pembagian
rapot. Selain itu evaluasi lain dilakukan antar guru dan evaluasi yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah.
3) Character building dan creativity learning diterapkan di SD Bukit Aksara
Semarang melalui kegiatan pembelajaran tematik, yang mana pada
pelaksanaannya kelas 1 menjadi fondasi dasar untuk diterapkannya
character building dan creativity learning. Hal itu disebabkan karena usia
anak pada siswa kelas 1 yang rentang usianya 5 sampai 7 tahun,
merupakan masa emas. Anak dapat mengoptimalkan segala potensi yang
ia miliki dan lebih mudah untuk diberi pemahaman dasar mengenai
character building dan creativity learning. Serta dengan menggunakan
Kurikulum 2013 yang menggunakan pembelajaran tematik, semakin
memperumudah dalam penerapan character building dan creativity
learning.
1.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang telah disampaikan maka dapat diajukan
beberapa saran sebagai berikut:
144
1. Bagi SD Bukit Aksara Semarang:
a. Sekolah tetap meningkatkan sarana dan prasarana untuk menunjang
chaarcter building dan creativity learning.
b. Character building dan creativity learning tetap dipertahankan
dalam pengembangannya, jangan sampai ada pengurangan fokus
karakter.
2. Bagi Pendidik:
Pada setiap proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik, bahwa
dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran terjadi sebuah proses
pembentukan character building pada peserta didik yang harus
dikembangkan melalui pengembangan karakter dan memasukkan nilai
kreativitas dalam pembelajaran. Tidak hanya melulu mengenai nilai
kognitf saja dan mengabaikan sisi character dan creativity, karena
pendidik hanya sebagai fasilitator bukan satu-satunya sumber belajar bagi
peserta didik. Hal tersebut dapat dicapai dengan adanya berbagai kegiatan
seperti merencanakan pembalajaran dengan matang, pelatihan, seminar,
pelatihan, seminar, dan kegiatan pengembangan kompetensi lainnya yang
berkaitan dengan karakter dan kreativitas.
3. Bagi Peneliti selanjutnya:
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan dapat diteliti lagi
dengan tinjauan aspek yang lain.
145
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Barnawi & Arifin. 2012. Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan
Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Beetlestone, Florence. 2011. Creative Learning Stretegi Pembelajaran untuk
Melesatkan Kreativitas Siswa. Bandung: Nusa Media.
Budiarti, Yesi. 2015. Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam
Pembelajaran IPS. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro Vol. 3, No.1,
April, 61-72.
Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Dirman & Juarsih, Cici. 2014. Pengembangan Kurikulum Dalam rangka
Implementasi Standar Proses Pendidikan Siswa. Jakarta: Rineka Cipta.
Fadillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTS, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Ghony, Djunaidi & Almanshur, Fauzan. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Ar-Ruz Media.
Judiani, Sri. 2010. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui
Penguatan Pelaksanaan Kurikulum. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Vol. 16, No.3, Oktober, 280-289.
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju.
Kecerdasan vs Kreativitas serta Implikasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar .
Diakses dari laman http://www.kompasiana.com/rofiqoh/kecerdasan-vs-
kreativitas-serta-implikasi-dalam-kegiatan-belajar-
mengajar_5500454ba33311ef6f510841 pada 25 november 2016
146
Kenakalan dan Pendidikan Karakter di Sekolah. Diakses dari laman
http://www.kompasiana.com/anwarmu5/kenakalan-dan-pendidikan-
karakter-di-sekolah_56168988109373b90cafa4a1 pada 30 September 2016
Koesoma, Doni. 2012. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta:
Kanisius.
Konsep, Urgensi dan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Diakses dari
laman http://www.kompasiana.com/agusprasetyo/konsep-urgensi-dan-
implementasi-pendidikan-karakter-di-
sekolah_5500d253a33311537351205d pada 29 Oktober 2016
Kemendikbud: Kurikulum 2013 Dorong Siswa Lebih Kreatif. Diakses pada laman
http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/23/22411819/Kemendikbud.Kurik
ulum.2013.Dorong.Siswa.Lebih.Kreatif pada 29 Oktober 2016
Kurniawan, Deni. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan
Penilaian). Bandung:Alfabeta.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nusa, Putra. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013.
Samani, Muchlas & Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudajana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
147
Sugiyono. 2013. Mwrode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sunarto & hartono, Agung. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sundayana, Wachyu. 2014. Pembelajaran Berbasis Tema Panduan Guru dalam
Mengembangkan Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Erlangga.
Suyanto. 2010. Pendidikan Karakter Teori & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Tilaar. 2012. Pengembangan Kreativitas dan Enterpreneurship Dalam
Pendidikan Nasional. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.
Wibowo, Agus. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Yusuf, Syamsu dan Sugandhi, Nani. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Zuniana Nurohmah, Eva. 2010. Implementasi Pendidikan Karakter di SDN
Plebengan Bantul. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol. 10, No.5,
April, 985-994.
148
LAMPIRAN
149
Lampiran 1. Surat Keterangan
150
151
152
Lampiran 2. Profil SD Bukit Aksara Semarang
Lampiran 4. Kode Teknik Pengumpulan Data
153
Lampiran 5. Pedoman Observasi
154
Lampiran 6. Frekuensi Observasi
155
156
157
Lampiran 3. 12 Fokus Karakter
Kelas Semester Fokus Karakter Pengembangan Karakter
1 1 Ketertiban 1. Merapikan barang-barang
2. Menjaga kebersihan dan kerapian
tempat belajar dan bermain
3. Mengembalikan barang-barang ke
tempat semula
4. Memakai barang-barang sesuai
kegunaannya
5. Mengembalikan barang-barang
kepada pemiliknya
2 Sabar 1. Mengubah hal-hal yang bisa saya
ubah, dan menerima hal-hal yang
tidak bisa saya ubah
2. Terus berusaha sampai saya berhasil
3. Memanfaatkan waktu luang saya
sebaik-baiknya
4. Tidak menyela pembicaraan
5. Tidak mengeluh kalau tidak
memperoleh yang saya inginkan
2 1 Kejujuran 1. Mengatakan yang sebenarnya
2. Mendorong orang lain mengatakan
yang sebenarnya
3. Tidak berlaku curang atau menipu
4. Mengakui setiap kesalahan yang
dilakukan
5. Tidak berusahamembuat hal yang
salah menjadi benar
2 Bertanggung
jawab
1. Menepati janji
2. Tidak berdalih
3. Melakukan pekerjaan sebaik-baiknya
158
4. Membereskan persoalan pada waktu
berbuat salah
5. Memahami tugas dan melakukannya
3 1 Memaafkan 1. Sigap untuk mengampuni
2. Tidak menutup-nutupi kesalahan
namun cepat meminta maaf
3. Tidak berusaha membalas dendam
4. Menanggapi dengan lemah lembut
mereka yang menyakiti
5. Menolak untuk menyimpan
kesalahan orang lain
2 Rendah Hati 1. Memuji orang tua, guru, dan teman
2. Tidak menganggap diri sendiri lebih
pintar
3. Bertanggung jawab atas seluruh
tindakan yang di lakukan
4. Mencoba lagi setiap kali kalah
5. Memberi pengakuan bagi orang yang
membuatku sukses
4 1 Perhatian 1. Menatap orang yang berbicara
dengan saya
2. Bertanya jika tidak mengerti
3. Duduk maupun berdiri dengan tegak
4. Tidak berusaha mencari perhatian
bagi diri sendiri
5. Tidak memalingkan mata,
telinga,tangan, kaki, dan mulut jika
sedang memperhatikan seseorang
2 Kepekaan 1. Mendengarkan orang lain dengan
penuh perhatian
2. Memperhatikan ekspresi wajah orang
159
3. Memperhatikan nada suara
4. Menunjukkan bahwa saya benar-
benar peduli
5. Berempati dengan keadaan orang lain
5 1 Peduli 1. Berhenti agar bisa menolong
2. Mendengarkan saat orang lain ingin
bicara
3. Memberikan kemampuan yang saya
miliki
4. Mencari pemecahan yang berdampak
langgeng
5. Menghibur orang lain tanpa
mempertimbangkan ras, jenis
kelamin, agama, umur atau
kebangsaan
2 Toleransi 1. Tidak mencampuradukan hal-hal
yang benar dengan hal-hal yang
populer di mata banyak orang
2. Mengharapkan hal yang sama dari
diri sendiri seperti yang saya
harapkan dari orang lain
3. Mencari cara-cara untuk menolong
orang lain semakin dewasa
4. Menerima hal-hal yang tidak dapat
diubah di dalam diriku dan diri orang
lain
5. Mendengarkan sebelum mengambil
pendapat teertentu
6 1 Pengendalian
Diri
1. Tidak bertindak sesuka hati
2. Tidak menyamakan keinginan
dengan hak
3. Menetapkan batasan pada diri sendiri
4. Melihat kemarahan sebagai tanda ada
sesuatu yang tidak beres
160
5. Tidak terpengaruh orang lain
2 Bijaksana 2. Memilih perkataan dengan hati-hati
3. Mengembangkan tata krama
4. Menyimak kritikan
5. Tidak menertawakan orang lain
6. Menolak ajakan untuk berbuat tidak
benar
161
Lampiran 4. Kode Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan
Data
Kode Keterangan
Wawancara W Sumber data primer
penelitian. Dilakukan
langsung dengan informan
Observasi OBS Sumber data primer
penelitian. Dilakukan
langsung dengan mengamati
kondisi sekolah
Dokumentasi DOK Sumber data sekunder
penelitian. Dilakukan
dengan menelaah dokumen
yang terdapat di sekolah
baik melalui sumber Foto,
internet/web, maupun
dokumen sekolah
Kode Informan
Informan Kode
Kepala Sekolah KS
Guru Kelas GK
Orang Tua OT
Siswa S
Untuk penulisan kode terletak di dalam kurung pada akhir kalimat dalam
setiap hasil penelitian dengan contoh penulisan yaitu (W.KS.1). Keterangan dari
kode tersebut adalah sebagai berikut:
W : menunjukan teknik pengumpulan data yang digunakan
KS : menunjukan informan
1 : menunjukan urutan kegiatan (wawancara ke 1)
162
Lampiran 5. Pedoman Observasi
Judul Penelitian : Implementasi Character Building dan Creativity
Learning Pada Pembelajaran Tematik Kelas 1 SD
Bukit Aksara Semarang
Tujuan Penelitian : Untuk mendeskripsikan dan menganalisis
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari
character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik kelas 1 SD Bukit Aksara
Semarang.
Wawancara ke (Responden) : 1. Kepala Sekolah
2. Guru Kelas 1
3. Siswa Kelas 1
4. Orang Tua Siswa
Aspek Observasi :
1. Bagaimana keadaan lingkungan SD Bukit Aksara Semarang
2. Perencanaan Pembelajaran dengan menerapkan character building dan
creativity learning pada pembelajaran tematik kelas 1
3. Pelaksanaan Pembelajaran dengan menerapkan character building dan
creativity learning pada pembelajaran tematik kelas 1
4. Evaluasi Pembelajaran dengan menerapkan character building dan
creativity learning pada pembelajaran tematik kelas 1
5. Bagaimana hubungan sekolah dengan wali murid
163
No Kebutuhan
Penelitian
Sasaran
Indikator
1 Lingkungan
Sekolah
Lingkungan fisik dan non
fisik yang ada di sekolah
Mengetahui keadaan
lingkungan di sekolah
sebagai penunjang
implementasi character
building dan creativity
learning
2 Perencanaan
.Rancangan dari
pembelajaran yang
diaplikasikan dalam bentuk
silabus dan rpp.
Mengetahui gambaran
secara garis besar
mengenai bahan ajar dan
media pembelajaran yang
akan diterapkan pada
pembelajaran tematik.
Adanya relevansi antara isi
silabus dan rpp terhadap
nilai-nilai karakter yang
akan dikembangkan dalam
character building dan
creativity learning.
3 Pelaksanaan
Penerapan dari hasil rpp yang
meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup.
Mengetahui pelaksanaan
dari pembelajaran tematik
yang telah diaplikasikan
dengan character building
dan creativity learning,
serta mengetahui
kemampuan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran.
4 Evaluasi
Penilaian terhadap
pembelajaran tematik serta
hasil penilaian dari character
building dan creativity
learning.
Mengetahui kemampuan
guru dalam mengevaluasi
pembelajaran, Penilaian
pembelajaran ditunjukan
untuk melihat
perkembangan dan
kualitas proses dan hasil
belajar, dengan
memerhatikan seluruh
aspek psikologis (sikap,
keterampilan, dan
pengetahuan). Adanya
penilaian khusus pada
character building. Siswa
164
mampu menerapkan nilai-
nilai karakter yang
menjadi fokus karakter di
kelas 1.
5 Hubungan Kerja
Sama
Hubungan pihak sekolah
dengan orang tua dalam hal
perkembangan peserta didik
Mengetahui komunikasi
antara pihak sekolah
dengan wali murid dalam
hal perkembangan peserta
didik, memfokuskan pada
implementasi character
building dan creativity
learning pada proses
pembelajaran tematik
kelas 1 sd.
165
Lampiran 6. Frekuensi Observasi
No Kegiatan Tgl Keterangan
1 Observasi awal 07-10-16
Mengobservasi keadaan
sekolah, untuk mengetahui
permasalahan apa yang
terjadi dalam hal karakter dan
pembelajaran.
2 Observasi guru kelas dan siswa 27-10-16 Menetapkan objek penelitian
3 Observasi lingkungan sekolah 06-02-2107 Melihat kondisi lingkungan di
dalam sekolah dan di luar
sekolah.
3 Observasi proses implementasi
character building dan creativity
learnng pada pembelajaran
tematik
06-02-2017
07-02-2017
08-02-2017
13-02-2017
14-02-2017
Melihat proses penerapan
karakter dan kreativitas dalam
pembelajaran tematik di kelas
dengan metode learning
center.
Melihat perilaku karakter dan
kreativitas siswa di dalam
kelas saat pembelajaran.
4 Obsevasi proses implementasi
character building dan creativity
learning di luar pembelajaran
tematik kelas
09-02-2017
10-02-2017
16-02-2017
17-02-2017
Melihat proses character
building dan creativity
learning di luar kelas.
Melihat perilaku siswa di luar
kelas.
166
Lampiran 7. Catatan Lapangan
CATATAN LAPANGAN
Observasi : 1
Hari/Tanggal : Jumat/ 7Oktober 2016
Waktu : 08.00-10.00 WIB
Kegiatan : Observasi keadaan sekolah dan permasalahan di sekolah
Hasil :
Observasi awal dilakukan dengan bertemu dengan Kepala Sekolah SD
Bukit Aksara Semarang. Observasi berlangsung dengan melihat keadaan sekolah,
pada waktu itu tidak di izinkan untuk memoto kegiatan apa pun tentang siswa.
Hanya di izinkan melihat keadaan sekolah dan melihat kelas-kelas. Karena setiap
ruangan kelas tidak ada jendelanya, memudah kan saya untuk melihat keadaan
kelas dari luar.
Observer, 7 Oktober 2016
Widliati Latifah
167
CATATAN LAPANGAN
Observasi : 2
Hari/Tanggal : Kamis/ 27 Oktober 2016
Waktu : 12.30-14.30 WIB
Kegiatan : Observasi lingkungan sekolah
Hasil :
Observasi kedua ini dilakukan sehabis jam pelejaran selesai, karena tidak
diizinkan mengobservasi didalam kelas pada saat kegiatan pembelajaran sedang
berlangsung. Pada observasi ini saya baru dapat masuk kelas ketika jam pulang
sekolah. Saat siswa telah pulang, saya melihat kondisi kelas dan pada saat didalam
kelas masih ada siswa yang berada didalam kelas. Mereka sedang bermain denga
teman-temannya, karena ketika jam pelajaran mereka tidak dapat waktu bermain
disebabkan mereka belum selesai mengerjakan learning center (lc). Saya sempat
bertanya kepada guru kelas 1 mengenai kegiatan pembelajaran di kelas 1. Dari
karakter sampai kreativitas yang dilakukan dalam setiap pembelajaran di kelas.
Saya melihat hasil kretivitas siswa yang terpampang didalam kelas dan beberapa
aturan menegenai karakter.
Dari observasi awal yang telah saya lakukan, saya lebih memfokuskan
penelitian saya di kelas 1 dengan berbagai pertimbangan dan kesepakatan dengan
pihak sekolah.
Semarang, 27 Oktober 2017
Observer,
Widliati Latifah
168
CATATAN LAPANGAN
Observasi : 3
Hari/Tanggal : Senin/ 6 Februari 2017
Waktu : 06.50-11.55 WIB
Kegiatan : Observasi lingkungan sekolah dan observasi proses
implementasi character building dan creativity learnng pada
pembelajaran tematik di kelas 1
Hasil :
Kegiatan pada hari ini diawali dengan kegiatan berdoa yang dilakukan oleh
kepala sekolah, guru-guru, staff tata usaha, dan pegawai koperasi di ruang guru.
Setiap hari guru yang memimpin doa bergantian, setelah selesai berdoa kepala
sekolah memberikan arahan kegiatan apa yang dilakukan hari ini, pengumuman atau
catatan yang perlu disampaikan kepada bawahannya. Setelah doa selesai yang
dilakukan guru, bel berbunyi tanda bahwa telah memasuki waktu untuk holly
morning. Sebelum holly morning masing-masing guru kelas kembali ke kelas untuk
mengarahkan siswanya untuk ke tempat doa menurut kepercayaannya masing-
masing. Anak-anak baris di depan kelas, lalu menuju ke tempat doa.
Holly morning adalah doa pagi yang dilakukan seluruh siswa dari kelas 1
samapai kelas 6, tempat untuk melakukan doa disesuaikan dengan kepercayaan
masing-masing. Kegiatan holly morning dilakukan di beberapa tempat di lingkungan
sekolah. Ada tempat untuk agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu. Holly Morning
untuk setiap agamanya, di pimpin oleh guru kelas yang menyesuaikan dengan agama
yang dianut. Untuk setiap ruang doa, diisi oleh 2 kelas yang digabung menjadi satu
yaitu kelas tinggi dan kelas rendah.
Observer mengikuti kegiatan holly morning di kelas V yang dimpimpin oleh
Bu Elva guru kelas 3. Di kelas ini holly morning untuk yang beragama Islam dan
siswa di kelas ini adalah siswa kelas 3 dan 5. Holly morning di senin pagi di buka
dengan bacaan kalimat syahadat, surat Al-Fatihah, dan Ayat Kursi. Setelah selesai
membaca itu, guru membacakan kisah nabi. Siswa wajib membawa buku cerita nabi
yang tidak ditentukan bukunya harus yang seperti apa. Setelah selesai holly morning
para siswa dan guru kembali ke kelas masing-masing untuk memulai kegiatan
pembelajaran di dalam kelas.
Kegiatan awal pembelajaran di lakukan dengan kegiatan bersih-bersih kelas
yang dilakukan oleh semua siswa kelas 1, bukan hanya yang bertugas piket yang
bertanggungjawab membersihkan kelas. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa cuci
tangan terlebih dahulu lalu siswa kembali ke kelas dengan membuat circle time
kegiatan yang dilakukan ketika awal memasuki pembelajaran di kelas. Pada kegiatan
tersebut siswa dipersiapkan untuk belajar, agar siswa siap belajar di hari tersebut.
Sebelum masuk ke pembelajaran, guru melakukan refleksi mengenai karakter yang
169
diterapkan.Guru memberi penyemangat awal kepada para siswa dengan melakukan
senam terlebih dahulu. Dilanjutkan dengan berdoa sebelum belajar.
Masuk ke dalam materi pembelajaran siswa belajar sambil bermain. Kegatan
pembelajaran memasuki tema lingkungan sehat. Siswa diberi penjelasan awal terlebih
dahulu, guru memancing agar siswa mau aktif dan kritis untuk bertanya. Ketika
materi telah selesai, siswa membentuk kelompok yang dipilih mereka masing-masing
karena guru tidak pernah membagikan kelokmpok, siswa bebas memilih teman
kelompoknya sendiri. Guru mengarahkan kepada para siswa untuk membagi
kelompok yang mendapat bagian mengerjakan learning center (soal-soal latihan
tematik) dan kelompo yang mendapat bagian untuk mempraktikkan mencuci baju dan
menjemur.
Waktu istirahat siswa pukul 09.20 sampai 09.35 WIB, sebelum istirahat para
siswa melakukan do’a sebelum makan bersama-sama. Pembelajaran dilanjutkan
kembali sampai jam 11.55 WIB, siswa bergantian melakukan kegiatan pembelajaran
tematik. Bagi yang sudah mengerjakan learning center boleh mencuci dan menjeur,
bagi yang sudah praktik dilanjutkan untuk mengerjakan learning center. Learning
center dikerjakan setiap pembelajran tematik dan harus selesai pada hari itu, jika
tidak selesai dilanjutkan dihari berikutknya selama masih ada jam pembelajaran
tematik.
Waktu pelaksanaan pembelajaran tidak sampai jam 11.55 WIB, sebelum jam
itu para siswa membersihkan kembali kelas sekitar pukul 11.20 WIB, setelah
membersihkan kelas siswa cuci tangan, kemudian dilanjutkan dengan circle time
evaluasi yang dilakukan selama satu hari pembelajaran. Bukan hanya membahas
pembelajaran, namunn guru merefleksikan kembali mengenai fokus karakter yang
sedang diterapkan, dan mengevaluai kegiatan para siswa selama satu hari ini. Siswa
tidak boleh membawa beban ketika mereka kembali ke rumah dan siswa datang ke
sekolah tidak membawa beban.
Catatan penting, bahwa holly morning selalu dilakukan setiap hari senin
sampai kamis. Setelah holly morning, siswa membersihkan kelas, sehabis
membersihkan kelas selalu mencuci tangan, senam pagi, kemudian circle time.
Mencuci tangan merupakan sebuah bagian dari character building yang selalu
dilakukan ketika selesai membersihkan kelas, saat ingin istirahat, atau setelah
melakukan kegiatan yang mengharuskan mereka cuci tangan. Circle time dilakukan
setiap sebelum pembelajaran di mulai dan sesudah pembelajaran berakhir.
Membersihkan kelas dilakukan pada saat sebelum circle pagi hari dan setelah
pelajaran terakhir berakhir. Doa dilakukan pada saat sebelum belajar, saat akan
istirahat, dan sebelum pulang. Sedangkan pada hari Jum’at kegiatan di pagi hari
adalah senam.
Semarang, 6 Februari 2017
Observer,
Widliati Latifah
170
CATATAN LAPANGAN
Observasi : 4
Hari/Tanggal : Selasa/ 7 Februari 2017
Waktu : 06.50-11.55 WIB
Kegiatan : Observasi proses implementasi character building dan
creativity learnng pada pembelajaran tematik di kelas 1
Hasil :
Kegiatan observasi didalam proses implementasi character building dan
creativity learning pada pembelajaran tematik di dalam kelas, siswa melakukan
kegiatan rutin yaitu holly morning sesuai dengan agamanya masing-masing,
diruang, serta dengan guru dan teman-teman yang satu kepercayaan. Kegiatan
didalam kelas sebelum pembelajaran dimulai, diawalai dengan bersih-bersih
kelas, mencuci tangan, lalu siswa memasuki kegiatan awal yaitu circle time. Pada
kegiatan circle, guru mengingatkankan kembali mengenai fokus karakter. Setelah
circle agar menumbuhkan semangat siswa, guru dan para siswa melakukan senam
pagi di kelas.
Pembelajaran masuk ke materi pengurangan, guru menjelaskan terlebih
dahulu. Siswa merespon dengan baik, siswa yang belum selesai mengerjakan
learning center, melanjutkan mengerjakannya. Bagi yang sudah selesai, diberi
tugas tambahan untuk menuliskan ciri-ciri rumah sehat dan tidak sehat. Setelah
istirahat siswa belajar menyetrika dengan didampingi oleh guru. Siswa yang boleh
menyetrika, jika mereka telah selesai mengerjakan learning center dan tugas
tambahan tadi. Kreativitas siswa sangat terlihat pada proses pembelajaran, karena
siswa di bebaskan untuk mengerjakan sesuatu, dengan media yang ada. Kegiatan
akhir pembelajaran masih sama dengan melakukan evaluasi pada saat circle time,
tidak lupa refleksi tentang karakter tetap di lakukan.
Semarang, 7 Februari 2017
Observer,
Widliati Latifah
171
CATATAN LAPANGAN
Observasi : 5
Hari/Tanggal : Rabu/ 8 Februari 2017
Waktu : 06.50-11.55 WIB
Kegiatan : Observasi proses implementasi character building dan
creativity learnng pada pembelajaran tematik di kelas 1
Hasil :
Observasi pada hari ini bertepatan dengan senam pagi pada pukul 06.50 WIB
yang dilakukan di lapangan olahraga. Biasanya senam dilakukan pada hari Jumat,
namun karena ada pembagian susu gratis dari Dancow maka senam dilakukan pada
hari ini. Setelah selesai senam, para siswa kembali ke kelas masing-masing. Sebelum
pembelajaran di mulai, kegiatan rutin yang selalu dilakukan adalah membersihkan
kelas, cuci tangan setelah membersihkan kelas, lalu circle time. Karena sudah senam
pagi, maka di kelas tidak melakukan senam kembali.
Pada kegiatan pembelajaran tematik hari ini adalah membuat prakarya yang
disesuaikan dengan tema pada tematik. Karya yang harus dibuat siswa adalah
membuat jendela rumah dari bahan-bahan yang telah guru sediakan, siswa dapat
memilih menggunakan bahan-bahan yang akan mereka pakai. Guru tidak membatasi
kreativitas siswa, selama tidak menyimpang dari materi yang diajarkan. Siswa tidak
diperkenankan menghambur-hamburkan media yang ada, kertas bekas pun tidak
boleh dibuang harus disimpan kembali di tempatnya semula agar bisa dipakai untuk
kegiatan pembelajaran selanjutnya. Setiap alat-alat tulis atau media yang digunakan
siswa, harus digunakan dengan baik, siswa bertanggungjawab atas setiap barang yang
mereke miliki sendiri dan barang-barang yang mereka miliki bersama di dalam kelas.
Kegiatan pembelajaran lainnya adalah pelajaran agama, materi yang diajarkan
untuk agama Islam yaitu Ayo Belajar, sedangkan untuk agama Kristen disesuaikan
dengan tema pada tematik yaitu Merawat Alam Sekitar. Guru-guru yang mengajar
mata pelajaran selai tematik, selalu mengomunikasikan dengan baik perkembangan
karakter siswa dan kreativitas belajar siswa. Agar character building dan creativity
learning tetap berjalan dengan baik dan konsisten dalam penerapannya.
Kegiatan akhir pembelajaran masih sama dengan melakukan evaluasi pada
saat circle time, tidak lupa refleksi tentang karakter tetap di lakukan.
Semarang, 8 Februari 2017
Observer,
Widliati Latifah
172
CATATAN LAPANGAN
Observasi : 6
Hari/Tanggal : Kamis/ 9 Februari 2017
Waktu : 06.50-11.55 WIB
Kegiatan : Observasi character building dan creativity learning pada
pembelajaran di luar tematik
Hasil :
Kegiatan pada pagi hari ini di awali dengan holly morning dan circle time,
sebelum circle time siswa seperti biasa membersihkan kelas terlebih dahulu dan
mencuci tangan setelah membersihkan kelas. Materi pembelajaran pertama hari
ini adalah Bahasa Inggris, yang diajarkan oleh Mrs. Yesi. Tema materi untuk
pelajaran Bahasa Inggris kali ini adalah lingkungan bersih. Materi yang diajarkan
pada pembelajaran di luar mata pelajaran tematik, tetap menyesuaikan dengan
materi yang sedang diajarkan dalam tema pada tematik. Walaupun bukan guru
kelas yang mengajar, akan tetapi character building dan creativity leaning tetap
dijalankan. Karena selain guru kelas, akan tetap melaporkan perkembangan setiap
siswa pada mata pelajaran tertentu ( baik karakter dan kreativitasnya).
Sebelum masuk kedalam materi pembelajaran, Mrs. Yesi bernyanyi
bersama dengan para siswa, yang tanpa disadari oleh siswa bahwa mereka telah
masuk ke dalam materi pelajaran. Guru memberikan pengertian terlebih dahulu
tentang materi yang diajarkan, guru memfokuskan materi pada alat-alat
kebersihan. Alat kebersihan tersebut adalah pengki dan sapu lidi, yang akan
menjadi salah satu media peraga yang akan di buat oleh para siswa. Siswa harus
membuat pengki dan sapu lidi dari bahan-bahan yang telah di siapkan oleh guru.
Pada saat membuat alat peraga tersebut, terlihat perbedaan dalam hal kreativitas.
Karena setiap siswa memiliki nilai kreativitas yang berbeda. Guru memberikan
penjelasan mengenai alat kebersihan itu, lalu siswa diberi soal latihan yang
berkaitan dengan materi pembelajaran hari ini.
Pada saat istirahat tidak ada kekacauan semua berjalan dengan tertib dan
para siswa hampir semua membawa bekal makan. Mereka sangat memanfaatkan
waktu bersama-sama.
Pelajaran kedua adalah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK),
pelajaran ini berlangsung setelah jam istirahat. Kegiatan pembelajaran dilakukan
di ruang lab komputer bersama Pak Sugeng. Ada catatan saat pembelajaran
berlangsung, bahwa ada anak yang bersikap kurang baik selama pembelajaran
berlangsung. Hal tersebut tetap menjadi catatan yang diberikan kepada guru kelas
173
sebagai penilaian karakter siswa. Pelajaran terakhir hari ini adalah Character
Building, pelajaran ini lebih kepada penguatan fokus karakter siswa dan sarana
komunikasi siswa. Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, siswa membersihkan
kelas, cuci tangan, lalu circle time bersama guru kelas. Guru memberikan sanksi
kepada tiga anak yang melakukan perilaku kurang baik selama beberapa hari dan
membuat teman kurang nyaman. Sanksi tersebut diberikan kepada Rio, Gilang,
dan Evan. Mereka diberi sanksi yang berbeda-beda disesuaikan dengan tingkat
pelanggaran yang mereka buat. Sanksi diberikan setelah mendapat kesapakatan
dari teman-teman, guru, dan mereka yang mendapat sanksi.
Semarang, 9 Februari 2017
Observer,
Widliati Latifah
174
CATATAN LAPANGAN
Observasi : 7
Hari/Tanggal : Jumat/ 10 Februari 2017
Waktu : 06.50-11.55 WIB
Kegiatan : Observasi character building dan creativity learning pada
pembelajaran di luar tematik
Hasil :
Kegaitan pada pagi hari ini diawali dengan holly morning dan circle time,
sebelum circle time siswa seperti biasa membersihkan kelas terlebih dahulu dan
mencuci tangan setelah membersihkan kelas. Pelajaran pada hari ini adalah
olahraga yang diajar oleh Ibu Dian. Kegiatan olahraga hari ini dilakukan di
gazebo, karena hujan. Materi yang diajarkan adalah senam, guru mengalami
kesulitan mengondisikan siswa pada saat baris dan melakukan gerakan senam.
Tidak semua anak memperhatikan guru, fokus mereka tidak seperti jika di dalam
kelas. Banyak siswa yang lebih asik sendiri dan lebih memilih bercanda dengan
teman-temannya.
Pada saat jam olahraga berkahir, siswa kembali ke kelas untuk mengganti
baju. Ada beberapa siswa yang kurang tertib untuk bergantian mengganti baju
mereka, barang-barang pribadi milik siswa pun tersimpan sedikit kurang rapi
untuk beberapa anak sehingga guru kelas memberi teguran untuk segera
membereskannya. Memasuki waktu istirahat berjalan dengan baik dan tertib.
Kegiatan pelajaran terakhir adalah pelajaran pramuka yang diajar oleh Bu
Yani sebagai guru kelas 1. Materi yang diajarkan adalah kerjasama dengan
kelompok. Siswa bekerjasama dalam membuat tugas yang diberikan oleh guru.
Kegiatan akhir pada pembelajaran hari ini dilakukan seperti biasa yaitu
membersihkan kelas, cuci tangan, dan circle time. Guru melakukan evalusai
selama satu minggu serta guru memberikan reward stars kepada siswa yang
mengalami peningkatan belajar, ke stabilan dalam mengerjakan tugas-tugas dan
yang memiliki sikap karakter yang baik. Reward stsrs diberikan kepada Naraya,
Fifi, Bian, Marcell, dan Bunga.
Semarang, 10 Februari 2017
Observer,
Widliati Latifah
175
CATATAN LAPANGAN
Observasi : 8
Hari/Tanggal : Senin/ 13 Februari 2017
Waktu : 06.50-11.55 WIB
Kegiatan : Observasi implementasi character building dan creativity
learning pada pembelajaran tematik di kelas 1
Hasil :
Kegiatan awal di pagi hari ini adalah holly morning dan circle time,
sebelum circle time siswa membersihkan kelas, setelah selesai membersihkan
kelas mereka cuci tangan, dan melakukan senam lalu berkumpul untuk circle
time. Pembelajaran tematik hari ini siswa membawa kaleng bekas, yang akan
mereka gunakan sebagai media belajar hari ini. Terlebih dahulu siswa diharuskan
membuat pola bangun datar dari kertas lipat. Sebelum learning center dimulai,
guru membahas karakter siswa yang lalai akan barang pribadinya.
Materi learnung center mengenai piket di kelas, kewajiban bagi yang
piket, dan tidak piket, kerjasama dikelas serta manfaatnya apa. Pada saat kegiatan
inti, siswa dibagi-bagi kegiatannnya. Ada yang dipersilahkan untuk bermain alat
musik terlebih dahulu, ada yang membuat pola bangunan terlebih dahulu. Itu
semua di serahkan kepada masing-masing kelompok. Maka, tidak ada siswa yang
hanya berdiam diri, mereka fokus dengan kegiatan mereka masing-masing.
Memainkan alat musik menggunakan kaleng bekas yang dibawa oleh
siswa, alat yang digunakan untuk memukul kaleng menggunakan barang-barang
yang ada di dalam kelas seperti, pensil, spidol, penggaris, dan pulpen. Seperti
biasa, setelah kegiatan pembelajaran awal telah berlangsung siswa merapikan
kembali barang-barang yang telah mereka pakai bersama. Semua disimpan
kembali ke tempat semula. Saat waktu istirahat berlangsung dengan baik dan
tertib.
Kembali lagi untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran, kali ini siswa
bergantian untuk melakukan kegiatannya. Para siswa mengembangkan
kreatibitasnya dengan bermain irama dari kaleng-kaleng bekas. Selain itu dengan
membuat pola bangun datar siswa belajar mengenal dan mengembangkan
kreativitasnya melalui pola yang mereka buat sendiri. Berkaitan dengan hal
karakter, kurangnya tanggung jawab siswa terhadap barang-barang dan ada
beberapa siswa yang tidak merapikan barang-barang ke tempat semula.
Guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran kedua. Kerapian pada saat dan
sesudah menggunting, mengelem. Kebersihan dan tanggung jawab akan barang-
barang milik siswa kurang pada hati ini. Hanya Marcell yang bertanggung jawab,
176
catatan karakter hari ini Bunga tidak memberi tempat duduk kepada Marcell.
Evaluasi tersebut dilakukan pada saat circle time.
Semarang, 13 Februari 2017
Observer,
Widliati Latifah
177
CATATAN LAPANGAN
Observasi : 9
Hari/Tanggal : Selasa/ 14 Februari 2017
Waktu : 06.50-11.55 WIB
Kegiatan : Observasi implementasi character building dan creativity
learning pada pembelajaran tematik kelas 1
Hasil :
Kegaiatan pada pagi ini diawali dengan doa diruang guru yang diikuti oleh
kepala sekolah, guru, dan staff. Pembagian tugas serta pemberian arahan yang
dilakukan oleh kepala sekolah. Tidak ada kegiatan holly morning, kegiatan diganti
dengan upacara dalam rangka memperingati hari jadi SD Bukit Aksara yang ke 14
tahun. Setelah upacara usai para siswa kembali ke kelas masing-masing.
Sebelum circle time siswa membersihkan kelas, kemudian cuci tangan,
dan dilanjitkan dengan circle time. Kegiatan pembelajaran diawali dengan
membuat kartu ucapan selamat ulang tahun untuk SD Bukit Aksara, melalui
kegiatan ini akan terlihat kreativitas siswa pada saat menggambar dan menulis.
Dalam kegiatan seperti ini, kreativitas bukan hanya terlihat melainkan terlatih.
Bagi yang telah selesai membuat kartu ucapan, dapat melanjutkan kegiatan
membuat puding yang di dampingi oleh guru kelas. Jika kegiatan ke dua-duanya
telah dilakukan, siswa diperbolehkan bermain alat musik dari kaleng bekas.
Seusai siswa selesai memasak, membuat kartu ucapan, dan bermain musik.
Guru memberikan arahan untuk berdiskusi dengan tema regu piket untuk
kebersihan kelas. Diskusi dilakukan secara berkelompok dan berlangsung sampai
istirahat, dan dilanjutkan kembali setelah istirahat. Pada saat istirahat, ada
kejadian salah satu siswa melepehkan makanan ke salah satu bekal temannya.
Namun kegiatan tersebut tidak di ketahui oleh guru kelas. Kegiatan penutup
dilakukan dengan membersihkan kelas dan circle time.
Semarang, 14 Februari 2017
Observer,
Widliati Latifah
178
CATATAN LAPANGAN
Observasi : 10
Hari/Tanggal : Kamis/ 16 Februari 2017
Waktu : 06.50-11.55 WIB
Kegiatan : Observasi implementasi character building dan creativity
learning pada pembelajaran di luar tematik
Hasil :
Kegiatan awal pada pagi ini adalah holly morning dan circle time, kegiatan
selanjutnya masih sama dengan yang sebelumnya. Saat sudah memasuki kegiatan
pembelajaran di kelas, Mrs. Ester guru Bahasa Inggris meminta siswa
mengeluarkan media peraga kebersihan yang telah dibuat minggu lalu. Ketika ada
siswa yang tidak membawa dan barangnya telah rusak. Guru meminta
pertanggungjawaban kepada siswa yang barangnya rusak untuk membuatnya
sendiri di rumah. Masuk ke materi, guru membagikan media peraga kebersihan
yang baru untuk dikembangkan kembali medianya melalui kreativitas masing-
masing siswa.
Media dibagikan kepada siswa secara berkelompok, kelompok dibagi
secara acak. Ketua kelompok / kordinator kelompok membagikan media tersebut
kepada anggota kelompok untuk dikresikan kembali oleh masing-masing anggota.
Pada kegiatan ini sangat terlihat kerjasama antar anggota kelompok masing-
masing. Setelah selesai dengan media peraga yang pertama, guru memberikan
media peraga yang kedua, yaitu sapu lantai. Guru memberikan contoh terlebih
dahulu kepada siswa cara untuk membuatnya, lalu guru memberikan bahan-bahan
untuk membuat media kepada siswa agar dibuat masing-masing oleh mereka.
Guru tetap memberi arahan terhadap tiap-tiap kelompok jika ada yang mengalami
kesulitan. Sebagai bahan evaluasi, guru memberikan soal latihan mengenai materi
yang telah diajarkan hari ini.
Kegiatan selanjutnya seperti biasa istirahat yang dilanjutkan dengan
pelajaran TIK, CB, dan terakhir adalah Bahasa Jawa. Materi yang diajarkan pada
mata pelajaran Bahsa Jawa menyesuaikan dengan materi pada tema ditematik,
siswa mengerjakan soal latihan.
Observasi awal hari ini bertepatan dengan kegiatan Pasar Senin Legi yang
selalu diselenggarakan SALAM di setiap hari senin legi. Dalam kegiatan ini setiap
anak SD dan SMP menjalankan perannya masing-masing yang terdiri dari petugas
kebersihan, petugas keamanan, petugas bank, penjual, dan pembeli. Sedangkan
anak-anak KB dan TA hanya sebagai pembeli saja. Peneliti mengamati situasi
yang terbentuk dan setiap anak yang mengikuti kegiatan tersebut. Melalui Pasar
Senin Legi ini anak belajar untuk bersosialisasi sekaligus mengenal lingkungan
179
sosialnya, menjalankan roda perekonomian, dan mengenal kebudayaan atau
tradisi yang ada yaitu penyelenggaraan pasar yang berdasarkan pada hari pasaran
dalam budaya Jawa.
Kegiatan penutup dilakukan dengan membersihkan kelas, mencuci
tangan, lalu circle time. Pembahasan circle time ini membahas tentang kegiatan
pembelajaran hari ini, kemudian membahas perbuatan salah satu anak yang
beberapa hari lalu telah melakukan keselahan membuang makanan di bekal
temannya. Guru membahas masalah tersebut sampai selesai, tepat pada jam
pulang sekolah masalah tersebut selesai.
Semarang, 16 Februari 2017
Observer,
Widliati Latifah
180
CATATAN LAPANGAN
Observasi : 11
Hari/Tanggal : Jumat/ 17 Februari 2017
Waktu : 06.50-11.00 WIB
Kegiatan : Observasi implementasi character building dan creativity
learning
Hasil :
Kegaiatan awal observasi hari ini adalah senam pagi di lapangan olahraga,
senam dilakukan oleh semua siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Tidak ada holly
morning dan circle time, berdoa dilakukan seusai senam pagi yang dilakukan oleh
masing-masing kelas. Pembelajaran pertama pada hari ini adalah olahraga. Pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung, karakter siswa masih dapat dikondisikan
oleh guru olahraga. Setelah pelajaran olahraga selesai, para murid kembali ke
kelas untuk mengganti pakaian mereka. Ada beberapa anak yang belum
merapikan barang-barang pribadinya, sehingga guru kelas harus mengingatkannya
kembali. Pada saat istirahat, siswa berperilaku dengan baik dan tertib.
Memasuki jam pembelajaran terakhir yaitu pramuka, materi belajar
disesuaikan dengan tema pada tematik. Kerja sama siswa dengan keompoknya
masing-masing masih menjadi peneliaian tersendiri oleh guru kelas. Kegiatan
akhir pada pembelajaran hari ini adalah circle time membahas kegiatan
pembelajaran selama satu minggu, mengevalusi kegiatan pembelajaran, serta
sikap siswa selama di sekolah. Hari ini tidak ada yang mendapatkan reward stars,
karena pada minggu ini masih banyak siswa yang harus di ingatkan terus menerus
mengenai fokus karakter. Melalui pertimbangan yang telah guru kelas lakukan,
hanya ada evaluasi pada hari ini.
Semarang, 17 Februari 2017
Observer,
Widliati Latifah
181
Lampiran 8. Panduan Observasi Lingkungan Sekolah
Observer : Widliati Latifah
Tanggal Observasi :
Petunjuk Observasi
1. Baca kriteria penilaian
2. Amati indikator yang akan diobservasi
3. Berilah tanda checklist (V) pada kolom skor sesuai kriteria skor/penilaian
indikator.
Kriteria Penilaian
1 = tidak nampak/tidak dilakukan
2 = kurang baik
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik
No Indikator Skor/Penilaian
1 2 3 4 5
1 Terdapat fasilitas beribadah
2 Terdapat poster/tulisan tentang motivasi karakter dan
kreatif
3 Terdapat papan tata tertib di setiap kelas
4 Mengadakan upacara bendera setiap hari Senin atau
minimal satu bulan sekali
5 Lingkungan sekolah bersih
6 Kebersihan kelas terjaga
182
7 Terdapat taman atau tumbuhan yang dapat dirawat di
sekolah
8 Terdapat tempat sampah di setiap kelas
9 Terdapat tempat cuci tangan
10 Terdapat kamar mandi laki-laki dan perempuan serta
menyediakan air bersih
11 Pemisahan sampah organik dan non organik
12 Terdapat peralatan kebersihan di setiap kelas
13 Bekerja sama membersihkan kelas setiap hari
14 Terdapat hasil karya siswa di kelas
15 Terdapat kebun sebagai tempat belajar
16 Terdapar dapur umum untuk memasak
17 Terdapat ruang gazebo untuk kreativitas siswa
18 Terdapat ruang kesehatan
19 Terdapat ruang lab komputer
20 Menyediakan tempat parkir
Penilaian Hasil Total Skor
A (Sangat Baik) = 81-100
B (Baik) = 61-80
C (Cukup) = 41-60
K (Kurang) = 20-40
183
Lampiran 9. Panduan Observasi Guru
Nama Guru :
Observer : Widliati Latifah
Tanggal Observasi :
Petunjuk Observasi
1. Baca kriteria penilaian
2. Amati indikator yang akan diobservasi
3. Berilah tanda checklist (V) pada kolom skor sesuai kriteria skor/penilaian
indikator.
Kriteria Penilaian
1 = tidak nampak/tidak dilakukan
2 = kurang baik
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik
No Indikator Skor/Penilaian
1 2 3 4 5
1 Selalu datang tepat waktu
2 Sebelum pembelajaran di mulai, seluruh anggota
kelas 1 membersihkan kelas
3 Mengingatkan siswa untuk mencuci tangan
setelah membersihkan kelas, pada saat akan pada
saat akan makan atau setelah melakukan
kegiatan yang kotor
184
4 Mengajak siswa berdoa sebelum memulai
pembelajaran
5 Memberi pengarahan pada saat circle time
(mempersiapkan mental siswa sebelum masuk ke
pembelajaran, memberi arahan akan belajar apa
saja pada hari ini, menanyakan kehadiran siswa)
6 Menciptakan suasana kelas yang kondusif
(aman, tenang, dan menyenangkan)
7 Berbicara dengan lembut dan penuh kasih
sayang kepada siswa
8 Memberikan motivasi dan semangat untuk siswa
9 Menunjukkan sikap adil kepada semua siswa
10 Memberikan teladan yang baik kepada siswa
(mengajar dengan menyontohkan sikap karakter
yang baik dan selalu memberi nilai kreativitas
pada setiap pembelajaran)
11 Memberi apresiasi kepada siswa yang
menunjukkan karakter dan kreativitas yang baik
12 Menasihati siswa yang menunjukkan karakter
dan kreativitas yang kurang baik
13 Menyampaikan contoh karakter yang baik dan
yang kurang baik selama pembelajaran
14 Mengingatkan fokus karakter (setiap hari)
15 Menyimpulkan tujuan character building dan
creativity learning dalam pembelajaran tematik
16 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP
17 Memberikan kebebasan kepada siswa untuk
berkreativitas
18 Mengingatkan siswa untuk menjaga dan
bertanggung jawab atas barang pribadi dan
185
bersama
19 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya atau berpendapat
20 Menjawab pertanyaan siswa dengan baik
21 Memberi apresiasi kepada siswa yang bertanya
dan berpendapat
22 Melakukan evaluasi terhadap siswa yang belum
mengembangkan kreativitas pada pembelajaran
23 Mengakhiri pembelajaran dengan membersihkan
kelas kembali
24 Mengajak siswa untuk circle time sebelum
pulang (mengevaluasi kegiatan pembelajaran,
mengevaluasi sikap karakter siswa, membahas
permasalahan jika ada permasalahan)
25 Berdoa sebelum pulang
Total Skor
Penilaian Hasil Total Skor
A (Sangat Baik) = 81-100
B (Baik) = 61-80
C (Cukup) = 41-60
K (Kurang) = 20-40
186
Lampiran 10. Panduan Observasi Fokus Karakter Siswa
Petunjuk Observasi
1. Baca kriteria penilaian
2. Amati indikator yang akan diobservasi
3. Berilah tanda checklist (V) pada kolom skor sesuai kriteria skor/penilaian
indikator.
Kriteria Penilaian
1 = tidak nampak/tidak dilakukan
2 = kurang baik
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik
1. Fokus Karakter Ketertiban
Nama Siswa :
Kelas :
Tanggal Observasi :
Observer : Widliati Latifah
187
No Indikator Skor/penilaian
1 2 3 4 5
1 Merapikan barang-barang.
2 Menjaga kebersihan dan kerapian tempat
belajar dan bermain.
3 Mengembalikan barang-barang ke tempat
semula
4 Memakai barang-barang sesuai kegunaannya
5 Mengembalikan barang-barang kepada
pemiliknya
Total Skor
Penilaian Hasil Total Skor
Belum Terlihat (BT) : 20-40
Mulai Terlihat (MT) : 41-60
Mulai Berkembang (MB) : 61-80
Mulai Membudaya (MM) : 81-100
2. Fokus Karakter Sabar
Nama Siswa :
Kelas :
Tanggal Observasi :
Observer : Widliati Latifah
188
No Indikator Skor/penilaian
1 2 3 4 5
1 Mengubah hal-hal yang bisa saya ubah, dan
menerima hal-hal yang tidak bisa saya ubah.
2 Berusaha sampai saya berhasil
Total Skor
Penilaian Hasil Total Skor
Belum Terlihat (BT) : 20-40
Mulai Terlihat (MT) : 41-60
Mulai Berkembang (MB) : 61-80
Mulai Membudaya (MM) : 81-100
189
Lampiran 11. Panduan Observasi Hasil Character Building dan Creativity
Learning
Nama Siswa :
Kelas :
Tanggal Observasi :
Observer : Widliati Latifah
No Indikator yang diamati Skor/penilaian
1 2 3 4 5
1 Datang ke sekolah tepat waktu
2 Mengucapkan salam kepada Bapak/Ibu guru
3 Mencium tangan Bapak/Ibu guru
4 Berpakaian rapi
5 Mengucapkan salam saat bertemu teman
6 Selalu mengucap permisi jika lewat di depan orang
7 Berkerja sama membersihkan dan merapikan kelas
sebelum pelajaran dimulai dan sesudah pelajar
8 Mengingatkan kembali kepada teman jika ada yang
lupa dengan barang milik pribadinya
9 Mengerjakan learning center tepat waktu
10 Selalu kreatif pada saat belajar di kelas
11 Mengingatkan kembali kepada teman jika ada yang
lupa dengan barang milik bersama
12 Selalu izin jika ingin keluar kelas
13 Tidak berbicara sendiri atau dengan teman ketika ibu
guru sedang menjelaskan
190
14 Tidak membuang sampah sembarangan
14 Tidak makan saat pembelajaran
15 Tidak menangis di kelas
16 Tidak marah-marah di kelas
17 Tidak melamun di kelas
18 Tidak berteriak-teriak saat di kelas
19 Keluar kelas dengan tertib saat jam istirahat dan jam
pulang
20 Mencuci tangan sebelum makan, setelah
membersihkan kelas, dan setelah melakukan kegiatan
yang kotor.
Total Skor
Penilaian Hasil Total Skor
Belum Terlihat (BT) : 20-40
Mulai Terlihat (MT) : 41-60
Mulai Berkembang (MB) : 61-80
Mulai Membudaya (MM) : 81-100
191
Lampiran 12. Pedoman Wawancara
No Variabel Indikator Responden Pertanyaan
1 Perencanaan
Character
building dan
creativity
learnung
1. Adanya relevansi
antara tujuan
character building
dan creativity
learning dengan
latar belakang
berdirinya SD Bukit
Aksara Semarang
2. Adanya relevansi
antara tujuan
character building
dan creativity
learning dengan
harapan orang tua
3. Adanya relevansi
antara tujuan
character building
dan creativity
learning dengan
pembelajaran
A. Kepala
Sekolah
B. Guru Kelas 1
C. Orang Tua
Siswa
A
1. Bagaimana latar belakang berdirinya SD Bukit Aksara
Semarang?
2. Bagaimana latar belakang pendidikan guru di SD
Bukit Aksara Semarang?
3. Bagaimana latar belakang siswa dari segi sosial,
agama, dan ekonomi?
4. Bagaimana sistem penerimaan siswa baru di SD Bukit
Aksara Semarang?
5. Apa tujuan character building dan creativity learning
di SD Bukit Aksara Semarang?
6. Mengapa character building dan creativity learning
menjadi sesuatu yang memeliki nilai lebih di sekolah
ini?
7. Nilai karakter dan kreativitas apa yang menjadi fokus
dalam pembelajaran untuk kelas 1?
8. Mengapa di fokuskan pada hal tersebut?
192
tematik
4. Guru memiliki
kemampuan dalam
menyiapkan
perangkat
pembelajaran
5. Adanya sarana
prasarana sekolah
yang menunjang
character building
dan creativity
learning pada
proses pembelajaran
tematik
9. Bagaimana ketersediaan sarana prasarana di SD Bukit
Aksara Semarang untuk menujang character building
dan creativity learning?
B
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum
pembelajaran?
2. Perangkat apa saja yang dibutuhkan demi mnunjang
nilai character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik?
3. Metode apa yang digunakan dalam menerapkan
character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik?
4. Bagaimana metode tersebut dapat diterapkan ke dalam
pembelajaran tematik?
5. Apakah pemilihan metode pembelajaran disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik?
6. Media apa yang digunakan dalam pembelajaran
tematik yang menunjang nilai-nilai karakter dan
kreativitas?
7. Bagaimana fasilitas penunjang pembelajaran tematik
di sekolah?
8. Bagaimana ketersedian sarana dan prasarana di
sekolah ini dalam menunjang charater building dan
creativity learning?
193
C
1. Mengapa bapak/ibu memilih SD Bukit Aksara
menjadi sekolah bagi putra/putri anda?
2. Apa sebelumnya bapak/ibu sudah mengetahui bahwa
sekolah ini menerapkan character building dan
creativity learning, apa alasannya?
3. Dari mana bapak/ibu mengetahui sekolah ini?
4. Persiapan khusus apa yang dilakukan oleh bapak/ibu
sebelum putra/putrinya di sekolahan disini?
2 Pelaksanaan
Character
building dan
creativity
learnung
1. Guru memiliki
kemampuan dalam
pelaksanaan
pembelajaran
2. Siswa Siswa mampu
menerapkan sikap
karakter dan
mengembangkan
kreativitas dalam
belajar.
3. Adanya dukungan
dan kerja sama dari
warga sekolah
4. Adanya dukungan
dan kerja sama dari
A. Kepala
Sekolah
B. Guru Kelas 1
C. Orang Tua
Siswa
D. Siswa
A
1. Bagaimana gambaran scara umum implementasi dari
character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik?
2. Apakah ada kegiatan pembelajaran diluar kelas yang
berkaitan dengan implementasi character building dan
creativity learning pada pembelajaran tematik?
3. Jika ada atau tidak apa alasannya?
4. Bagaimana pengkondisian lingkungan sekolah dalam
rangka mewujudkan character building dan creativity
learning pada pembelajaran tematik?
5. Bagaimana kerjasama antara pihak sekolah dengan
orang tuas siswa dalam rangka mewujudkan tujuan
dari character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik?
6. Bagaiamana pengawasan yang dilakukan oleh ibu
dalam pelaksanaan character building dan creativity
194
orang tua siswa
5. Adanya dukungan
dan kerja sama dari
lingkungan sekolah
learning pada pembelajaran tematik?
B
1. Bagaimana memunculkan keasadaran siswa terhadap
character building dan creativity learning dalam
pembelajaran tematik?
2. Sejauh mana kesiapan siswa dalam belajar dengan
adanya character building dan creativity learning?
3. Apakah pelaksanaan pembelajaran telah sesuai dengan
apa yang direncanakan sebelumnya?
4. Kendala apa yang dialami selama proses pembelajaran
berlangsung yang berkaitan dengan character building
dan creativity learning?
5. Bagaimana mengatasi kendala tersebut?
6. Bagaimana kondisi lingkungan sekolah serta kelas
dalam penerapan character building dan creativity
learning pada pembelajaran tematik?
7. Bagaimana antusiasme siswa dalam mengikuti
pembelajaran tematik yang dibekali character
building dan creativity learning?
8. Strategi apa yang digunakan agar nilai-nilai karakter
dan kreativitas dapat masuk dalam pembelajaran
tematik?
9. Upaya apa yang akan dilakukan atau sudah dilakukan
oleh ibu untuk mewujudkan tujuan dari character
building dan creativity learning?
195
C
1. Bagaimana antusiasme dari putra/putri bapak/ibu pada
saat bersekolah di SD Bukit Aksara dengan adanya
character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik?
2. Bagaimana cara yang dilakukan bapak/ibu untuk
menyeimbangkan nilai-nilai karakter dan kreativitas
yang telah diajarkan di sekolah dengan pola asuh
bapak/ibu sebagai orang tua?
3. Apakah ada keluhan dari putra/putri bapak jika ada
perbedaan atas apa yang telah diajarkan di sekolah
dengan kenyataan yang ada di rumah dalam hal
karakter dan kreativitas?
4. Seperti apa keluhan tersebut?
5. Bagaimana bapak/ibu mengatasinya?
D
1. Bagaimana kegiatan pembelajaran di kelas menurut
adik-adik? Alasannya!
2. Apa ada aturan khusus mengenai karakter?
3. Seperti apa aturan tersebut?
4. Bagaimana jika ada diantara teman kalian yang
melanggar aturan tersebut?
5. Bagaimana jika ada teman yang belum mengerti
pelajaran?
196
6. Pada saat mengerjakan tugas, apakah adik-adik harus
mengerjakannya dengan kreatif?
7. Bagaimana caranya agar bisa mengerjakannya dengan
kreatif?
8. Menurut adik-adik cara ibu guru mengajar dikelas
seperti apa?
9. Apakah ibu guru suka memberi nasehat jika ada yang
belum benar dalam belajar?
10. Nasehatnya seperti apa?
11. Apa yang adik-adik rasakan ketika belajar didalam
kelas? Asalannya!
12. Bagaimana cara yang dilakukan ibu guru jika adik-adik
belum mengerti materi yang sedang diajarkan?
13. Belajar yang seperti apa yang disukai adik-adik?
14. Kenapa adik suka belajar yang seperti itu?
3 Evaluasi
character
building dan
creativity
learning
1. Kepala sekolah
memiliki
kemampuan untuk
mengevaluasi
kegiatan
pembelajaran yang
dilakukan oleh guru-
guru dalam
character building
dan creativity
learning pada
A. Kepala
Sekolah
B. Guru Kelas 1
C. Orang Tua
Siswa
D. Siswa
A
1. Tujuan apa yang telah tercapai dalam implementasi
character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik kelas 1?
2. Tujuan apa yang belum tercapai dari keduanya?
Mengapa belum tercapai?
3. Upaya apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan
dan mempertahankan character building dan
197
pembelajaran
tematik
2. Guru memiliki
kemampuan untuk
mengevaluasi
kegiatan
pembelajaran yang
telah dilakukan
kepada peserta didik
mengenai character
building dan
creativity learning
pada pembelajaran
tematik
3. Orang tua memiliki
kemampuan untuk
mengevaluasi
kegiatan
pembelajaran di
sekolah mengenai
character building
dan creativity
learning pada
pembelajaran
creativity learning?
4. Apakah ada evaluasi yang akan dilakukan terhadap
guru berkaitan dengan hasil dari implementasi
character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik?
5. Apakah ada evaluasi yang akan diberikan kepada
orang tuas siswa berkaitan dengan hasil dari
implementasi character building dan creativity
learning pada pembelajaran tematik?
6. Jika ada apa evaluasi apa yang digunakan?
7. Kapan evaluasi dilakukan?
8. Bagaimana pelaksanaan dari evaluasi tersebut?
9. Perubahan apa yang tampak pada siswa setelah
diterapkannya character building dan creativity
learning baik dalam pembelajaran atau diluar
pembelajaran?
B
1. Sistem penilaian apa yang digunakan dalam menilai
karakter dan kreativitas pada pembelajaran tematik?
2. Bagaimana sistem penilaian tersebut dapat
198
tematik
4. Siswa memiliki
penilaian terhadap
karakter dan
kreativitas dalam
perkembangan
belajarnya
diaplikasikan dalam sebuah hasil laporan penilaian?
3. Patopakan yang digunakan seperti apa?
4. Dari mana patokan tersebut digunakan?
5. Apakah ada evaluasi yang akan dilakukan terhadap
siswa berkaitan dengan hasil dari implementasi
character building dan creativity learning pada
pembelajaran tematik?
6. Apakah ada evaluasi yang akan diberikan kepada
orang tuas siswa berkaitan dengan hasil dari
implementasi character building dan creativity
learning pada pembelajaran tematik?
7. Jika ada evaluasi apa yang digunakan?
8. Kapan evaluasi dilakukan?
9. Bagaimana pelaksanaan dari evaluasi tersebut?
10. Perubahan apa yang tampak pada siswa setelah
diterapkannya character building dan creativity
learning baik dalama pembelajaran atau diluar
pembelajaran?
199
C
1. Apakah ada perubahan yang diberikan putra/putri
bapak/ibu dalam hal karakter dan kreativitasnya pada
belajar setelah bersekolah di SD Bukita Aksara
Semarang?
2. Perubahan apa yang sangat signifikan?
3. Bagaimana hasil belajar putra/putri bapak setelah
bersekolah di SD Bukit Aksara Semarang?
4. Apakah bapak/ibu masih memberi pelajaran tambahan
seperti les mata pelajaran untuk memaksimalkan
pembelajaran putra/putri anda?
5. Bagaimana bapak/ibu mengomunikasikan
perkembangan putra/putri dengan guru?
6. Harapan apa yang ingin bapak/ibu lakukan dalam hal
karakter dan kreativitas putra/putri anda kedepannya?
7. Harapan apa yang ingin bapak/ibu lakukan dalam hal
karakter dan kreativitas di SD Bukit Aksara Semarang
kedepannya?
200
D
1. Bagaimana perasaan adik-adik setelah sekolah disini?
2. Hasil yang adik-adik dapat apa sudah sesuai dengan
yang adik-adik inginkan?
3. Menurut adik-adik lebih penting mana antara karakter
yang baik dengan nilai yang baik?
4. Sikap karakter apa yang sudah asik-adik lakukan
selama di sekolah dan di rumah?
5. Apakah sikap karater yang telah diajarkan di sekolah
sesuai dengan yang diajarkan oleh orang tua kalian di
rumah?
6. Bagaimana cara yang adik-adik lakukan agar sikap
karakter yang diajarkan di sekolah dan di rumah bisa
diterapkan dua-duanya oleh kalian?
7. Apa hasil karya adik-adik sudah semakin bagus dari
awal masuk sampai sekarang?
8. Apa dengan adanya pendidikan karakter dan
kreativitas membantu adik-adik dalam belajar selama
ini?
201
Lampiran 13. Frekuensi Wawancara
No Informan Hari/Tanggal Kegiatan dan Data
yang Diperoleh
1 Kepala Sekolah Selasa, 7 Februari
2017
Informasi tentang awal
pendirian dan
perencanaan character
building dan creativity
learning
Orang Tua Informasi tentang peran
orangtua dan di SD
Bukit Aksara Semarang
2 Siswa Rabu, 8 Februari
2017
Informasi penerapan
karakter dan kreativitas
Orang Tua Informasi tentang peran
orangtua dan di SD
Bukit Aksara Semarang
3 Orang Tua Kamis, 9 Februari
2017
Informasi tentang peran
orangtua dan di SD
Bukit Aksara Semarang
4 Guru Kelas Sabtu, 18 Februari
2017
Informasi perencanaan,
pelaksanaan, dan
evaluasi character
building dan creativity
learning
202
Lampiran 14. Transkip Wawancara
1. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SD Bukit Aksara Semarang
Informan 1 : Vena Verdiana
Kode : KS
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari/Tanggal : Selasa, 7 Februari 2017
Waktu : 09.00-09.26 WIB
Tempat : Ruang Guru
No Pertanyaan Jawaban
Perencanaan
1. Bagaimana latar belakang
berdirinya SD Bukit
Aksara Semarang?
Perencanannnn. Latar belakang berdirinya Sekolah
Bukit Aksara oh kalau itunya kan kami sudah punya
TK bekal menyikapi untuk itu kan kami teruskan
untuk membuat SD. Sebetulnya kami pengen
mendirikan eee smp, tapiii setelah kami fikir-fikir
kami masih fokus pendidikan dasar dulu. Karena
memang fokus kami untuk eee membuat fondasi
untuk anak-anak saja. Jadi fokusnya lebih ke
pendidikan dasar ia.
2 Bagaimana latar belakang
pendidikan guru di SD
Bukit Aksara Semarang?
Oh kalau latar belakang pendidikan guru semuanya
eeee dari pendidikan ke guruan. Ia dari ke guruan
semua, ia kebanyakan seperti itu ambil PGSD UT
biasanya.
203
3 Bagaimana latar belakang
siswa dari segi sosial,
agama, dan ekonomi?
Oh kalau siswa yang diterima disini kebanyakan eee
bisa sosialisasi antar teman teman. Untuk akademis
memang tidak kami utamakan. Karena dengan
sosialisasi dengan teman dia bisa menguasai emosi
dan akademis akan mengikutinya. Ia ia itu intinya
engga ada unsur agama apa pun. Sosial dan attitude
tentunya karena kami sekolah berkarakter. Engga
harus bisa calistung, kami ada misalkan baca tulis itu
di semester awal. Tiga bulan awal dikelas 1 itu, kami
ada baca tulis dan dikte.
4. Bagaimana sistem
penerimaan siswa baru di
SD Bukit Aksara
Semarang?
Ia Ia kalau penerimaan siswa baru kami ada yang
namanya trailer. Trailer jadi anak tidak semena-mena
kami terima, tapi anak melakukan trailer disini
dengan sesama usianya yaitu TK B yang kami amati
adalah eeeeeee cara mereka bersosialisasi saja bukan
secara akademis dia bisa menulis atau tidak tapi dia
bisa bersosialisasi dengan teman atau tidak. Sekitar
lima belasan dalam sehari. Kalau dirasa cukup ia
sehari itu cukup, kalau dirasa kurang ia ditambah hari
lain.
5. Apa tujuan character
building dan creativity
learning di SD Bukit
Aksara Semarang?
Untuk membentuk attitude anak sejak dini, karena
usia itu anak-anak lebih bisa diajarkan dari awal
karena pembelajaran karakter baiknya harus
diajarkan sejak kecil.
6. Mengapa character
building dan creativity
learning menjadi sesuatu
yang memeliki nilai lebih
di sekolah ini?
Karena sesuai dengan visi dan misi sekolah ini, yaitu
menciptakan generasi kreatif dan berkarakter.
7. Nilai karakter dan
kreativitas apa yang
Character building setiap kelas berbeda, sabar sama
204
menjadi fokus dalam
pembelajaran untuk kelas
1?
tertib. Kalau kreativitas tergantung tema kelas
masing-masing.
8 Mengapa di fokuskan pada
hal tersebut?
Ia…. Karakter dan kreativitas ia karena kreativitas
pada anak usia dini perlu stimulus agar agar anak
bisa berfikir kreatif sesuai dengan apa yang dia
punya dan dikembangkan dengan baik. Guru
memberikan fasilitas untuk siswa didiknya.
9 Bagaimana ketersediaan
sarana prasarana di SD
Bukit Aksara Semarang
untuk menujang character
building dan creativity
learning?
Kalau sarana prasarana yang berhubungan dengan
karakter kalau karakter hubungannya dengan eee
fasilitas yang kami berikan adalah fasilitas dimana
guru mengajarkan attitude kepada anak-anak
bersambung dari kelas 1 sampai kelas 6. Kalau
kreativitas kalau kreativitas kami memfasilitasi eee
bahan yang dibutuhkan siswa kami sediakan dengan
baik
Pelaksanaan
10 Bagaimana gambaran scara
umum implementasi dari
character building dan
creativity learning pada
pembelajaran tematik?
Hmmm implementasinya setiap pagi, sudah liat
waktu circle engga ia? Setiap pagi saat circle time
guru-guru kembali mengingatkan kepada siswanya
fokus karakter besar dan fokus karakter perbulan.
Terus kalau yang lreatifnya guru memberikan
pembelajaran di kelas selaku memberikan unsur
krestivitas setiap hari.
11 Apakah ada kegiatan
pembelajaran diluar kelas
yang berkaitan dengan
implementasi character
building dan creativity
learning pada
pembelajaran tematik?
Field trip maksudnya? Kami ada field trip dan study
tour kami dan study tour oh ia kami tetap meee
mengambil unsur edukatif disemua kegiatan luar.
Tidak hanya sekedar wisata. Kalau field trip semua
kelas menyesuaikan tema berangkatnya masing-
205
masing kelas, waktunya 1 semesternya dua kali.
12. Jika ada atau tidak apa
alasannya?
Eee field trip bertujuan membekali anak agar mereka
punya gambaran kelak mereka dewasa, mereka bisa
mencontoh berbagai tempat yang mereka kunjungi.
Baik usaha maupun perkebunan.
13. Bagaimana pengkondisian
lingkungan sekolah dalam
rangka mewujudkan
character building dan
creativity learning pada
pembelajaran tematik?
Kalau pengondisian secara karakter agar anak tidak
melakukan bullying, tetap bisa menghormati teman,
terus bisa mengenal perbedaan dengan baik. Kalau
kreativitas dikondisikan setiap saat dalam
pembelajaran
14 Bagaimana kerjasama
antara pihak sekolah
dengan orang tua siswa
dalam rangka mewujudkan
tujuan dari character
building dan creativity
learning pada
pembelajaran tematik?
Kerjasamanya ia, setiap awal tahun kami kumpulkan
orang tua siswa untuk membuat kesepakatan dengan
pihak sekolah agar bisa mengkondisikan aaaah
pembelajaran karakter sesuai dengan pembelajaran di
sekolah.
15. Bagaiamana pengawasan
yang dilakukan oleh ibu
dalam pelaksanaan
character building dan
creativity learning pada
pembelajaran tematik?
Dengan cara memantau perkembangan peserta didik
serta mengajarkan character building dari kelas 1
sampai kelas 6. Kalau kretivitas memantau
pembelajaran di kelas.
Hasil
16. Tujuan apa yang telah
tercapai dalam
implementasi character
building dan creativity
learning pada
pembelajaran tematik kelas
1?
Eee tidak ada tidak ada bullying di sekolah dan anak-
nak lebih kreatif heeh.
17. Tujuan apa yang belum
tercapai dari keduanya?
Tidak ada
206
Mengapa belum tercapai?
18. Upaya apa yang akan
dilakukan untuk
meningkatkan dan
mempertahankan character
building dan creativity
learning?
Eeeh tetap diajarkan setiap saat baik di sekolah
maupun di rumah.
19. Apakah ada evaluasi yang
akan dilakukan terhadap
guru berkaitan dengan hasil
dari implementasi
character building dan
creativity learning pada
pembelajaran tematik?
Ia setiap hari jum’at kami mengadakan sharing
diadakan sharing pembelajaran selama satu minggu
kendala dan bagaimana mengatasinya.
20. Apakah ada evaluasi yang
akan diberikan kepada
orang tuas siswa berkaitan
dengan hasil dari
implementasi character
building dan creativity
learning pada
pembelajaran tematik?
Ada
21. Jika ada apa evaluasi apa
yang digunakan?
Group sharing
22. Kapan evaluasi dilakukan?
Setiap satu bulan sekali, didalam kelas 1 bulan sekali
di minggu ke 4
23. Bagaimana pelaksanaan
dari evaluasi tersebut?
Setiap satu bulan sekali sekolah mengadakan group
sharing dimana orang tua bisa bekerja sama dengan
guru untuk membicarakan perkembangan anak didik
24. Perubahan apa yang
tampak pada siswa setelah
diterapkannya character
building dan creativity
learning baik dalam
pembelajaran atau diluar
pembelajaran?
Ia semakin menginjak dewasa semakin dewasa eee
mereka akan semakin matang dalam berkarakter.
207
2. Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa Kelas 1 SD Bukit Aksara
Semarang
Informan 2 : Evi
Kode : OTE
Jabatan : Wiraswasta
Hari/Tanggal : Selasa, 7 Februari 2017
Waktu : 10.59-11.19 WIB
Tempat : Koperasi
No Pertanyaan Jawaban
Perencanaan
1. Mengapa bapak/ibu
memilih SD Bukit Aksara
menjadi sekolah bagi
putra/putri anda?
Pertama saya mencari ratio murid dan guru itu yang
jumlahnya proposional. Metode pembelajaran, jam
pulang sekolah, kurikulum.
2 Apa sebelumnya bapak/ibu
sudah mengetahui bahwa
sekolah ini menerapkan
character building dan
creativity learning, apa
alasannya?
Ia pastinya saya sudah tahu, karena saya mencari
tahu terlebih dahulu sebelum mendaftrarkan anak
saya sekolah disini.
3 Dari mana bapak/ibu
mengetahui sekolah ini?
Eeee dari orang lain dan saya mencari tahu lebih
lengkapnya lagi sendiri.
4. Persiapan khusus apa yang
dilakukan oleh bapak/ibu
sebelum putra/putrinya di
sekolahan disini?
Kalau persiapan khusus sih engga ada, tapi saya
ngasih arahan untuk anak saya bahwa lingkungan dia
nanti itu baru. Udah sih cuma itu aja yang saya coba
kasih ke anak saya.
Pelaksanaan
208
5 Bagaimana antusiasme dari
putra/putri bapak/ibu pada
saat bersekolah di SD
Bukit Aksara dengan
adanya character building
dan creativity learning
pada pembelajaran
tematik?
Kalau anak saya sih aaa sangat antusias ya karena
memang pihak sekolah, kemudian saya pun juga
selalu mengingatkan bahwa eee nilai-nilai karakter
itu akan terus dibawa sampai eee usia dewasa. Jadi
eeeee nilai itu akan terus dipakai sehingga tetep harus
dijaga. Nah itu yang selalu dijaga oleh pihak sekolah,
kemudian saya juga eee menanamkan itu ke anak-
anak jadi mereka eee ini ia cukup sadar tentang
pentingnya karakter itu. Jadi mereka akhirnya jadiiii
berusaha untuk bertanggung jawab dengan diri
mereka sendiri. Karena karakter itu kan biasanya
berkaitan nanti dengan sanksi sosial, nah jadi aaa
disampaikan juga ke anak-anak kalau mereka
melakukan penyimpangan mereka akan mendapatkan
sanksi sosial seperti apa. Nah itu yang aaaa mereka
berusaha untuk menghindari sanksi sosial itu gitu.
Jadi mereka belajar untuk bertanggung jawab,
mereka bisa menerima, aaa mereka menjalankan
juga.
6. Bagaimana cara yang
dilakukan bapak/ibu untuk
menyeimbangkan nilai-
nilai karakter dan
kreativitas yang telah
diajarkan di sekolag
dengan pola asuh
bapak/ibu sebagai orang
tua?
Menyeimbangkannya gimana ia hehe kalau
menyeimbangkannyaaaaa ia untuk kegiatan sehari-
hari saya tetep memasukkan nilai-nilai karakter ia di
rumah. Seperti misalnya bertanggung jawab
terhadap barang-barang pribadi, kemudian mau
belajar bergiliran dengan adiknya, bergantian itu kan
bagian dari ini ia aaa nilai karakter juga. Terus kalau
untuk kreativitas eee ok saya tetap memberi
kebebasan untuk mereka berkreasi tetapi tetetep ada
rambu-rambunya. Artinya, eeee kreasi yang mereka
bikin itu tetep harus bisa dipertanggung jawabkan
209
dan aaa ini ia apa ssstt apa yang penting adalah apa
yang mereka hasilkan bisa berguna. Jadi tidak hanya
sekedar membuat sesuatu tanpa ada tujuannya.
Kemudian ia setelah mereka selesai harus ada
tanggung jawab, membereskan sisa-sisa
pekerjaannya, merapikan, kemudian menyimpan.
7. Apakah ada keluhan dari
putra/putri bapak jika ada
perbedaan atas apa yang
telah diajarkan di sekolah
dengan kenyataan yang ada
di rumah dalam hal
karakter dan kreativitas?
Kalau dengan saya pribadi sebagai orang tuanya
tidak ada protes ia, karena sejauh ini saya juga
mengikuti apa yang diajarkan oleh pihak sekolah.
Biasanya mereka protes kalau ada orang lain di
rumah yang bertentangan sama yang diajarkan di
sekolah ia.
8. Seperti apa keluhan
tersebut?
Biasanya mereka protes kalau ada orang lain di
rumah yang bertentangan sama yang diajarkan di
sekolah ia. Kebetulan saya di rumah itu penghuninya
banyak ia, ada eyangnya, ada tantenya gitu nah,
biasanya mereka itu diii… karena mereka adalah
termasuk orang luar dari keluarga saya ia pastinya
terus yang mereka punya berbeda dengan keluarga
saya. Nah itu bsanya yang ngebuat anak saya protes
gitu.
9. Bagaimana bapak/ibu
mengatasinya?
Tapi saya kembalikan lagi bahwa setiap orang punya
aturan sendiri-sendiri, artinya yang dijalankan oleh
anak saya adalah peraturan yang kita buat sendiri
dari keluarga ini kita gitu.
Hasil
10. Apakah ada perubahan
yang diberikan putra/putri
bapak/ibu dalam hal
Oh ia pastinya ia, terutama untuk kreativitas ia.
Karena anak saya itu sekolah awalnya kan bukan
210
karakter dan kreativitasnya
pada belajar setelah
bersekolah di SD Bukita
Aksara Semarang?
disini, disalah satu sekolah konvensional dikota
kecil. Jadi, otomatis aaa apa ia kreativitas dan
sebagainya tentu tidak seluas dengan sekarang.
Begitu saya pindahkan kesini dia jadi lebih aaaa
kreatif, kemudian lebih ekspresif, karena disini itu
memang difasilitasi anak-anak untuk bebas
mengeluarkan pendapat. Malah cenderung untuk
dipaksa anak itu untuk berpendapat gitu ia.
Kemudian anak-anak juga dipacu untuk lebih kreatif
kalau disini. Jadi kalau anak-anak yang misalnya
sering mentok ide gitu ia, eee itu biasanya guru akan
mencoba membukakan jalan tetapi anak yang eee
meneruskan gitu. Jadi guru akan tetep membantu
memberi pancingan gitu ia, tapi anak-anak tetep
harus bisa menyelesaikan sendiri. Karena memang
kan zaman sekarang ia untuk menciptakan eeee
manusia kreatif itu kan lebih sulit ia. Jadi kalau
misalkan anak disini menyebutkan engga tau,engga
bisa itu lebih seperti kata pantangan. Pasti bisa di
coba dulu gitu loh, anak-anak memang terkadang
harus dipaksa ia. Kadang kita kalau engga dipaksa
dulu kan otak kita engga jalan ia hehehe, ia seperti itu
kurang lebihnya..
11. Perubahan apa yang sangat
signifikan?
Eeeee lebih ekspresif, jadi dia lebih percaya diri.
Karena kalau disini itu apa pun yang disampaikan itu
dilarang untuk mencela, apa pun yang disampaikan
oleh teman salah betul itu tidak boleh mencela. Jadi
eeee harus memberikan penghargaan terhadap orang
yang memberikan pendapat. Masalah betul atau salah
itu biasanya akan kembali ke pihak guru, nanti guru
211
yang akan menjadi penengah. Karena biasa pendapat
itu tidak ada benar tidak ada salah ia gitu.
12. Bagaimana hasil belajar
putra/putri bapak setelah
bersekolah di SD Bukit
Aksara Semarang?
Hasil belajarnya iaa baik dan pastinya meningkat.
Bukan hanya dari nilai akademik pastinya, dari nilai
karakter dan kreativitasnya pun jauh lebih baik.
13. Apakah bapak/ibu masih
memberi pelajaran
tambahan seperti les mata
pelajaran untuk
memaksimalkan
pembelajaran putra/putri
anda?
Les? Ada mata pelajaran ada diluar mata pelajaran.
Kalau les diluar mata pelajaran kan, karena di
sekolah engga ada.
14. Bagaimana bapak/ibu
mengomunikasikan
perkembangan putra/putri
dengan guru?
Eeeee ia ketemu janji ketemu dengan guru kelas
biasanya, kalau misalnya ada masalah, atau ada yang
ingin ditanyakan itu biasanya janji ketemu dengan
guru kelas itu di hari sabtu, atau sepulang sekolah
kalau memungkinkan.
15 Harapan apa yang ingin
bapak/ibu lakukan dalam
hal karakter dan kreativitas
putra/putri anda
kedepannya?
Oh ia, ia tentunya saya berharap itu dengan modal
hmm memiliki karakter yang baik itu dia bisa
diterima di lingkungan sosialnya. Kemudian dengan
kreativitasnya itu, itu bisa jadi skill tambahan dia
untuk masa depannya. Jadi eee dia tidak perlu harus
bergantung kepada orang lain untuk mendapatkan
satu pekerjaan gitu.
16. Harapan apa yang ingin
bapak/ibu lakukan dalam
hal karakter dan kreativitas
di SD Bukit Aksara
Semarang kedepannya?
Ia yang pasti eee berharapnya sekolah tetep menjaga
konsistennya eee memberikan pendidikan karakter.
Saya rasa yang dijalankan sekarang sudah tepat ia,
berharapnya ia tidak kurang dari yang sudah dijalani
sekarang.
212
3. Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa Kelas 1 SD Bukit Aksara
Semarang
Informan 3 : Lusi (Orang Tua)
Kode : OTL
Jabatan : Ibu Rumah Tangga
Hari/Tanggal : Selasa, 7 Februari 2017
Waktu : 11.58-12.10 WIB
Tempat : Ruang Tunggu
No Pertanyaan Jawaban
Perencanaan
1. Mengapa bapak/ibu
memilih SD Bukit Aksara
menjadi sekolah bagi
putra/putri anda?
Beda aja sama yang lain hehehe beda sama yang lain
aja, karena diiniinnya sama karakter anak. Bebas
anak-anak jadi bebas, bebas apa (diam sejenak) anak-
anak bebas mengeskpresikan diri. Engga yang diem
duduk gitu kan, diatur-atur gitu, ininya apa harus
duduk manis, ini kan agak-agak hehehe.
2 Apa sebelumnya bapak/ibu
sudah mengetahui bahwa
sekolah ini menerapkan
character building dan
creativity learning, apa
alasannya?
Ia kan tanya-tanya dulu sebelum masuk kan,
sebelumnya sih kan engga tau. Cuman pas kesini
tanya-tanya.
3 Dari mana bapak/ibu
mengetahui sekolah ini?
Deket rumah aja mbak hehehe cari yang deket, terus
nanya-nanya, terus memang ternyata bagus, beda
dari yang lain gitu ia, cocok aja.
4. Persiapan khusus apa yang
dilakukan oleh bapak/ibu
Haaaa santai sih maksudnya liat gimana aja
mengikuti anaknya. Engga yang harus disiapkan,
213
sebelum putra/putrinya di
sekolahan disini?
eeee seininya aja.
Pelaksanaan
5 Bagaimana antusiasme dari
putra/putri bapak/ibu pada
saat bersekolah di SD
Bukit Aksara dengan
adanya character building
dan creativity learning
pada pembelajaran
tematik?
Hehehe apa ia hehehe (masih tertawa lalu diam)
bagus sih anaknya, malah lebih dari yang saya
harapkan hehehe. Dia terlalu bukan terlalu sih ya,
karena memang dibebaskan jadinya ia mereka
menganggap dirinya apa ia bebas ber ini aja mbak
gitu ia. Apa pun ia bebas aja gitu, engga takut sih
mengeluarkan ininya pendapatnya, terus misalnya
mau pengen ini, pengen itu, engga ada ininya gitu
loh. Meskipun ada aturan disini ia, tapi mereka
masih tetep bebas ber..inilah kreatif lah. Pokoknya
kreatif lah.
6. Bagaimana cara yang
dilakukan bapak/ibu untuk
menyeimbangkan nilai-
nilai karakter dan
kreativitas yang telah
diajarkan di sekolag
dengan pola asuh
bapak/ibu sebagai orang
tua?
Kalau aku tetep sih ia mbak ada aturannya kalau di
rumah yang memang ada batasnya tetep diarahkan
lah mbak, tetep diarahkan lah mbak.
7. Apakah ada keluhan dari
putra/putri bapak jika ada
perbedaan atas apa yang
telah diajarkan di sekolah
dengan kenyataan yang ada
di rumah dalam hal
karakter dan kreativitas?
Kadang ada.
8. Seperti apa keluhan
tersebut?
Perbedaannya kadang ada kadang ada (diam
sejenak), cuman saya balikin lagi ke anaknya. Kira-
kira bagus yang mana gitu loh. Terus dicari jalan
214
tengahnya mbak, baiknya gimana mbak. Biasanya
saya balikin lagi ke anaknya mbak.
9. Bagaimana bapak/ibu
mengatasinya?
Berdiskusi lah kita berdiskusi heeh, tapi kalau
misalnya memang aturannya memang sudah jelas
saya lebih keras. Tapi kalau misalnya masih ditolerir
lah masih bisa diinilah kita bekerja sama diskusi.
Hasil
10. Apakah ada perubahan
yang diberikan putra/putri
bapak/ibu dalam hal
karakter dan kreativitasnya
pada belajar setelah
bersekolah di SD Bukita
Aksara Semarang?
Ada
11. Perubahan apa yang sangat
signifikan?
Hmmm bagus sih mbak hehehe apa ia (diam
sejenak), eee ini aja mbak pokoknya anaknya ia jadi
lebih kreatif kalau belajar dan lebih bertanggung
jawab, terus udah berani berpendapat mbak. Engga
ini sih ia maksudnya engga ngelakuin sesuai
keinginan mereka aja sih.
12. Bagaimana hasil belajar
putra/putri bapak setelah
bersekolah di SD Bukit
Aksara Semarang?
Belajarnya anaknya santai mbak hehehe karena
mungkin engga engga apa ia, karena di di diiniin
anaknya sih belajarnya santai cuman memang eee
perlu karena santainya itu disini dia dibebaskan untuk
berkreatif ia. Apa pun mereka gimana mereka gitu,
tapi kadang harus perlu diini juga. Kalau terlalu
santai mereka malah ini kebablasan cuek gitu
belajarnya gimana mereka.
13. Apakah bapak/ibu masih
memberi pelajaran
tambahan seperti les mata
Engga ada saya engga ada, tapi kalau yang lain engga
215
pelajaran untuk
memaksimalkan
pembelajaran putra/putri
anda?
tau.
14. Bagaimana bapak/ibu
mengomunikasikan
perkembangan putra/putri
dengan guru?
Biasanya lewat saya langsung ngobrol sama gurunya,
kadang lewat telfon, kalau bisa ketemu ketemu
langsung. Kadang juga kan kita tiap bulan ada group
sharing berapa bulan sekali di kelas dengan guru wali
kelas.
15 Harapan apa yang ingin
bapak/ibu lakukan dalam
hal karakter dan kreativitas
putra/putri anda
kedepannya?
Karakter harapannya sesuai minat mereka aja deh
mbak yang disukai gitu maksudnya
dikembangkannya gitu ia, karakter mereka pokoknya
gimana. Terus apa ia, udah sih kalau saya mbak
engga memaksakan.
16. Harapan apa yang ingin
bapak/ibu lakukan dalam
hal karakter dan kreativitas
di SD Bukit Aksara
Semarang kedepannya?
Harapannya apa ia, ia lebih ditingkatin lagi aja sih
lebih labih baik lagi dalam semuanya. Orang ini kan
ke anaknya (diam sejenak), udah lah itu paling apa ia
lebih baik semuanya deh hehehe.
216
4. Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas 1SD Bukit Aksara Semarang
Informan 4 : Eveline Mirrla A
5 Putu Naraya D A
Kode 4 : SEM
5 SPN
Jabatan : Pelajar
Hari/Tanggal : Rabu, 8 Februari 2017
Waktu : 08.55-09.27 WIB
Tempat : Ruang Kelas 1
No Pertanyaan Jawaban
Pelaksanaan
1. Bagaimana kegiatan
pembelajaran di kelas
menurut adik-adik?
Alasannya!
Vivi: Aaaaaaa enak ena, karena ada teman-teman.
Nara: Menyenangkan, sangat menyenangkan soalnya
Bu Yani sudah mengajarkan kita, soalnya sudah
mengajarkan kita mengajarkan kita.
2. Apa ada aturan khusus
mengenai karakter?
Vivi: Ada, itu ia. Apa? Yang hari ini? Yang
Februari? Terus berusaha sampai saya berhasil, terus
bersusaha sampai saya berhasil.
Nara: Apa? Aturan? Karakter kesepakatan kelas 1,
ada kesepakatan tuh yang dideket karakter. Terus
berusaha sampai saya berhasil.
3.. Seperti apa aturan tersebut?
Vivi: Aaaaaa sering kasih tau, memberitahukannya
terutama Gilang sama Rio.
217
Nara: Hmmmm sama kaya Vivi.
4. Bagaimana jika ada
diantara teman kalian yang
melanggar aturan tersebut?
Vivi: Dikasih tahu kalo ga lapor Bu Yani.
Nara: Ia jangan mengulanginya lagi, kan sudah ada di
karakter.
5. Bagaimana jika ada teman
yang belum mengerti
pelajaran?
Vivi: Nara Nara itu apa? Dibantuin aaaaaa tunjukin
kaya gimana ditunjukin mana yang belum bisa.
Nara: Diajarin heeh, diajarin sampai berhasil atau
berusaha sendiri biar berhasil (sampil tersenyum).
Kan ada karakter.
6. Pada saat mengerjakan
tugas, apakah adik-adik
harus mengerjakannya
dengan kreatif?
.Vivi: Ia aaaa bagus. Ia aaa bagus Nara selalu bagus,
Nara udah pinter gambar ko. Kamu les gambar?
Nara: Bagus aku bagus (sambil tertawa malu karena
dipuji Vivi), aaa aku engga diajarin aku buat sendiri,
aku engga pernah les. Biar nilainya bagus, aku bagus
maunya haaaah, biar nulis cepet kaya gitu
weweweweewww.
7. Bagaimana caranya agar
bisa mengerjakannya
dengan kreatif?
Vivi: Hmm pake penggaris, kalau menggambar itu
pake penggaris. Harus belajar terus yap pinter, biar
naik kelas lagi naik kelas lagi sampe akhir tahun
dunia.
Nara: Belajar terus biar nilainya bagus, biar nilai
semuanya bagus. Harus belajar terus heeh biar pinter
biar bisa naik kelas sampe smp smp smp.
8. Menurut adik-adik cara ibu
guru mengajar dikelas
seperti apa?
Vivi: Kalo mau lc (learning center) dikasih tahu dulu,
dicontohin dulu cara main lc.
Nara: Kalau ulangan kalau mau ulangan harus belajar
218
dulu biar bisa, biar bisa ulangannya terus kalo bisa
dapet nilai 100 bisa naik kelas 2, 3, 4, 5, 6.
9. Apakah ibu guru suka
memberi nasehat jika ada
yang belum benar dalam
belajar
Vivi: Aaaaaa (sambil memikirkan jawaban).
Nara: Suka suka suka.
10. Nasehatnya seperti apa? Vivi: Ia kalo hari Jumat biasanya dikasih reward
stars yang tertib, yang berhasil, masing-masing satu.
Tau ga kenapa aku dapet 10? Soalnya kalo imunisasi
dapet 2.
Nara: Aaaah suka, jadi misalnya Rio punya reward
stars hmmm lima terus ga tertib ia udah diambil Bu
Yani jadi empat.
11. Apa yang adik-adik
rasakan ketika belajar
didalam kelas? Asalannya!
Vivi: Aaaah enak, belajar dengan teman-teman, aaah
teman-teman. Oooh bisa bermain dengan teman-
teman.
Nara: Sangat menyenangkan karena eeeee apa ia lupa
ga tau lagi, menyenangkan bagi teman-teman dan Bu
Yani.
12. Bagaimana cara yang
dilakukan ibu guru jika
adik-adik belum mengerti
materi yang sedang
diajarkan?
Vivi: Diajarin lagi dikasih tau sama Bu Yani.
Nara: Aaaa itu kan nanti suka ditanya sama Bu Yani,
yang belum ngertinya.
13. Belajar yang seperti apa
yang disukai adik-adik?
Vivi: Hmmm apa ia, iaaaa bareng sama temen-temen.
Nara: Aku suka membaca buku
14. Kenapa adik suka belajar
yang seperti itu?
Vivi: Aaaa kan kalo sama temen-temen itu bisa
219
sama-sama bareng jadi seneng belajarnya.
Nara: Biar aku jadi pintar kan cita-cita ku jadi dokter
anak, aku suka anak kecil.
Hasil
15 Bagaimana perasaan adik-
adik setelah sekolah disini?
Vivi: Aaaa seneng, senengnya banyak teman-teman.
Nara: Sangat menyenangkan bisa kreatif , kreatif
membuat apa saja membuat membuat apa jendela,
buku, aaa bisa buat apa saja di sekolah hehehe.
16. Hasil yang adik-adik dapat
apa sudah sesuai dengan
yang adik-adik inginkan?
Vivi: Aaaa agama waktu pertama kali ulangan sama
Pak Elya 99.
Nara: Aku pas pertama kalinya ulangan dapet 100.
17. Menurut adik-adik lebih
penting mana antara
karakter yang baik dengan
nilai yang baik?
Vivi: Aaaa karakter karena bisa mengajarkan kita
jadi tertib dan fokus.
Nara: Karakter nanti besarnya berubah jadi baik.
18. Sikap karakter apa yang
sudah asik-adik lakukan
selama di sekolah dan di
rumah?
Vivi: Aaaaaa karakter tuh dari semester 1 sampai
semester 2.
Nara: Aaaa sampe satu pertama tuh, merapikan
barang-barang di sekitar saya, menjaga kebersihan
dan kerapian tempat belajar dan bermain saya,
mengembalikan barang ke tempat semula, memakai
barang-barang sesuai kegunaannya, mengembalikan
barang kepada pemiliknya, mengubah hal-hal yang
bisa saya ubah.
19. Apakah sikap karater yang
telah diajarkan di sekolah
sesuai dengan yang
Vivi: Aaaaaa yap samanya harus belajar
220
diajarkan oleh orang tua
kalian di rumah?
mendengarkan.
Nara: Aaaaaa aku kalo itu kalo pulang sekolah aku
makan, terus tidur, terus mandi, main nonton tv satu
jam saja. Tidurnya di suruh Bu Yani jam 8 kan paling
lama jam 8 malam.
20. Bagaimana cara yang adik-
adik lakukan agar sikap
karakter yang diajarkan di
sekolah dan di rumah bisa
diterapkan dua-duanya oleh
kalian?
Vivi: Harus belajar mendengarkan terus harus selalu
berusaha kalau misalnya aku engga bisa.
Nara: Aaaa kalo di rumah juga harus sama kaya di
sekolah harus tertib, di sekolah aku suka bersih-
bersih terus aku juga dirumah bersih-bersih.
21. Apa hasil karya adik-adik
sudah semakin bagus dari
awal masuk sampai
sekarang?
Vivi: Makin bagus, makin bagus (sambil memainkan
mainannya di atas meja) biar kalo meng kalo guru
meminta membuat KTK lagi biar misalkan nilainya
bagus, engga ada yang jelek engga ada yang bagus,
semuanya bagus.
Nara: Makin bagus, soalnya nilai-nilainya bagus.
22. Apa dengan adanya
pendidikan karakter dan
kreativitas membantu adik-
adik dalam belajar selama
ini?
Vivi: Ia, agar menjadi pintar.
Nara: Membantu, karenaaaa aaa aku sama kaya Vivi
aja.
221
5. Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang
Informan 6 : Gilang Aurellio S
7 Kiara Devani
Kode 6 : SGA
7 SKD
Jabatan : Pelajar
Hari/Tanggal : Rabu, 8 Februari 2017
Waktu : 10.00-10.29 WIB
Tempat : Ruang Kelas 1
No Pertanyaan Jawaban
Pelaksanaan
1. Bagaimana kegiatan
pembelajaran di kelas
menurut adik-adik?
Alasannya!
Gilang: Itu belajar di kelas itu mengerjakan tugas
dari sekolah
Kiara : Engga tahu (sambil menggelengkan kepala),
ada yang tertib ada yang ga tertib.
2. Apa ada aturan khusus
mengenai karakter?
Gilang: Ada
Kiara : Engga tahu miss (sambil melihat soal
pertanyaan)
3. Seperti apa aturan tersebut? Gilang: Sabar, maaf, permisi, tolong, tertib.
Kiara : Hmmmmmmmm
4. Bagaimana jika ada
diantara teman kalian yang
melanggar aturan tersebut?
Gilang: Harus belajar menjaga sikap, jangan nakal.
222
Kiara : Hmm hmm hmm ga tau.
5. Bagaimana jika ada teman
yang belum mengerti
pelajaran?
Gilang: Ngajarin sama memberi tau.
Kiara : Hmmm ga tau, ga tau (sambil
menggoyangkan kursi).
6. Pada saat mengerjakan
tugas, apakah adik-adik
harus mengerjakannya
dengan kreatif?
Gilang: Kreatif, soalnya nanti dapat nilai.
Kiara : Kreatif, hmmmm ga tau hehhh.
7. Bagaimana caranya agar
bisa mengerjakannya
dengan kreatif?
Gilang: Harus berbuat baik sama teman.
Kiara : Ga tau, eeeehh eeeehhh.
8. Menurut adik-adik cara ibu
guru mengajar dikelas
seperti apa?
Gilang: Mengajarkan menulis dengan baik.
Kiara : Ga tau, masalahnya caranya aku ga tau.
9. Apakah ibu guru suka
memberi nasehat jika ada
yang belum benar dalam
belajar
Gilang: Ia.
Kiara : Hmmmm (sambil menggeleng-gelengkan
kepala).
10. Nasehatnya seperti apa? Gilang: Mengajarkan teman-teman lancar nulis.
Kiara : Aku ga tau tanyanya, aku ga tau caranya
ngomong.
11. Apa yang adik-adik
rasakan ketika belajar
didalam kelas? Asalannya!
Gilang: Gembira, soalnya aku senang mengerjakan
tugas.
Kiara : Engga seneng, kalau hmmm ada yang nakl.
12. Bagaimana cara yang
dilakukan ibu guru jika
adik-adik belum mengerti
materi yang sedang
diajarkan?
Gilang: Ngasih tau Gilang ngerjakan, udah gitu aja.
Kiara : Aaaaah ga tau.
223
13. Belajar yang seperti apa
yang disukai adik-adik?
Gilang: Yang…. Yangg… yaaangg gampang.
Kiara : Semuanya karena aku suka belajar.
14. Kenapa adik suka belajar
yang seperti itu?
Gilang: Suka yang gampang aja.
Kiara : Aku suka Bahasa Inggris, aku ga ngerti
Bahasa Jawa miss.
Hasil
15 Bagaimana perasaan adik-
adik setelah sekolah disini?
Gilang: Senang, ada teman banyak.
Kiara : Ahhhh ga tau aaaah haaa aaah aaah aaah
bahagia aaahh ga tau ga tau miss.
16. Hasil yang adik-adik dapat
apa sudah sesuai dengan
yang adik-adik inginkan?
Gilang: Dapet nilai bagus.
Kiara :Hmmm ga tau (sambil menaikkan
pundaknya).
17. Menurut adik-adik lebih
penting mana antara
karakter yang baik dengan
nilai yang baik?
Gilang: Karakter soalnya nanti bisa buat jadi baik
semua orang.
Kiara : Karakter itu apa ga tau.
18. Sikap karakter apa yang
sudah asik-adik lakukan
selama di sekolah dan di
rumah?
Gilang: Aku seneng belajar matematika, aku senang
bermain.
Kiara : Hmmm ga tau.
19. Apakah sikap karater yang
telah diajarkan di sekolah
sesuai dengan yang
diajarkan oleh orang tua
kalian di rumah?
Gilang: Sama, soalnya lebih penting.
Kiara : Engga, biarin aku aja. Aku tuh sukanya
mainan tapi bukan main game.
20. Bagaimana cara yang adik-
adik lakukan agar sikap
Gilang: Aku suka merapikan barang-barang kalau
224
karakter yang diajarkan di
sekolah dan di rumah bisa
diterapkan dua-duanya oleh
kalian?
abis main di rumah, sama kaya kalau aku di sekolah.
Kiara : Ga tau, ga tau, ga tau, semuanya ga tau.
21. Apa hasil karya adik-adik
sudah semakin bagus dari
awal masuk sampai
sekarang?
Gilang: Udah.
Kiara : Hmm hmm jangan bilang.
22. Apa dengan adanya
pendidikan karakter dan
kreativitas membantu adik-
adik dalam belajar selama
ini?
Gilang: Bagus, bisa tertib, tenang mendengarkan
guru.
Kiara : Ga tau katanya miss.
225
6. Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa Kelas 1 SD Bukit Aksara
Semarang
Informan 8 : Widia Natalia
Kode 4 : OTW
Jabatan : Ibu Rumah Tangga
Hari/Tanggal : Rabu, 8 Februari 2017
Waktu : 12.06-12.19 WIB
Tempat : Ruang Tunggu
No Pertanyaan Jawaban
Perencanaan
1. Mengapa bapak/ibu
memilih SD Bukit Aksara
menjadi sekolah bagi
putra/putri anda?
Hmmm yang pertama yang milih anaknya loh jujur
loh. Kan awalnya dari TKnya dulu eeeeee (diam
sejenak) kemudian yang saya liat disini eeee yang
menjadi apa titik beratnya pendidikan karakter bukan
hanya sekedr akademis. Kalau akademis saya cari
sekolah lain, tapi karena dia lebih memberatkan di
pendidikan karakternya itu yang membuat saya itu
jadi lebih yakin untuk pilih kesini pilih Bukit Aksara
gitu.
2 Apa sebelumnya bapak/ibu
sudah mengetahui bahwa
sekolah ini menerapkan
character building dan
creativity learning, apa
alasannya?
Awalnya kan direfrensikan sama sama sodara yang
sekarang anaknya kelas 5. Eeee terus saya dateng,
nah akhirnya ada seperti penjelasan gitu kan waktu
itu masih dengan Bu Yuli yang sekarang ketua
yayasannya. Nah terus akhirnya ia udah ok.
3 Dari mana bapak/ibu
mengetahui sekolah ini?
Dari saudara
226
4. Persiapan khusus apa yang
dilakukan oleh bapak/ibu
sebelum putra/putrinya di
sekolahan disini?
SDnya? Engga ada waktu masuk Gabby itu belum
lancar baca tulis hehe. Jadi dari TKnya pun disini
tidak ada pendidikan calistung yang terlalu hanya
pengenal. Tidak ada persiapan khusus.
Pelaksanaan
5 Bagaimana antusiasme dari
putra/putri bapak/ibu pada
saat bersekolah di SD
Bukit Aksara dengan
adanya character building
dan creativity learning
pada pembelajaran
tematik?
Hmmm antusias belajarnya seperti apa ia, dia happy
happy aja kalau sekolah. Dia happy happy aja sih.
Dia tidak happy kalau suruh mengerjakan
matematika dengan papihnya hahaha itu dia sedih.
6. Bagaimana cara yang
dilakukan bapak/ibu untuk
menyeimbangkan nilai-
nilai karakter dan
kreativitas yang telah
diajarkan di sekolag
dengan pola asuh
bapak/ibu sebagai orang
tua?
Eeee ia intinya sejak kenal bukit aksara, itu kenal tiga
kata ajaib itu diterapkan di rumah. Mulai dari yang
apa tolong, maaf, dan terima kasih itu wajib.
Walaupun ada yang tidak bisa menerapkan, itu
bapaknya gengsinya gede. Terus kalau untuk
kreativitas di rumah itu saya kasih ruang, kalau
mislanya dia pengen main. Main yang tidak
berbahaya ia, jadi dia bisa ketemu botol itu ia jadi
kaya tukang rongsok sih memang ketemu botol
engga boleh di buang, buat ini mamih, nanti ketemu
apa, cuma sekedar gambar itu bisa diajak cerita main
sama Razim, bikin cerita.
7. Apakah ada keluhan dari
putra/putri bapak jika ada
perbedaan atas apa yang
telah diajarkan di sekolah
dengan kenyataan yang ada
di rumah dalam hal
karakter dan kreativitas?
Ada.
227
8. Seperti apa keluhan
tersebut?
Kalau di sekolah dia lebih bertanggung jawab dari
pada di rumah. Seperti contoh membereskan mainan,
kalau di sekolah itu engga usah disuruh sudah tahu
dia. Coba kalau di rumah, hmm dia pintar memutar
balikan perannya kakaknya yang disuruh beresin
uahahaha. Itu Gabby loh pinter dia, nanti dia kalau
disuruh beresin cuma ngambil satuuuu nanti jalannya
lamaaaa banget. Nanti kan dia balik lagi udah beres
hehehe.
9. Bagaimana bapak/ibu
mengatasinya?
Iaaa… Saya suruh kakaknya engga boleh
membereskan, jadi harus sampai selesai dia yang
beresin cuma seperti itu sih caranya.
Hasil
10. Apakah ada perubahan
yang diberikan putra/putri
bapak/ibu dalam hal
karakter dan kreativitasnya
pada belajar setelah
bersekolah di SD Bukita
Aksara Semarang?
Apa iaaaa.
11. Perubahan apa yang sangat
signifikan?
Masalahnya dari TK sih jadi kan bingung ia sudah.
12. Bagaimana hasil belajar
putra/putri bapak setelah
bersekolah di SD Bukit
Aksara Semarang?
Eeeeee hasil belajar itu kan relatif ia, karena saya
juga engga mepatok anak harus dapetnya 100 atau 90
sampai 100 tuh engga. Cuman ojo elek-elek banget
ngono loh ehehhe jangan jelek-jelek banget lah gitu
loh. Maksudnya misalnya dia bisa mengerti eee dan
bisa diterapkan gitu loh. Misalnya kalau matematika
itu kan dibawa sampai kapan pun. Engga cuma pada
228
saat dia ketemu pelajarannya. Ia nilainya kalau
Gabby, Gabby lumayan. Gabby bagus-bagus
dibanding Razin.
13. Apakah bapak/ibu masih
memberi pelajaran
tambahan seperti les mata
pelajaran untuk
memaksimalkan
pembelajaran putra/putri
anda?
Oh engga, anaknya engga mau les. Karena mereka
sudah tau kalau les berarti jamnya nambah
belajarnya. Jadi mereka engga mau, mereka cape.
Jadi engga ada yang les.
14. Bagaimana bapak/ibu
mengomunikasikan
perkembangan putra/putri
dengan guru?
Heeeeeh saya terlalu open ia, terlalu open. Jadi
terlalu ia misalnya ada kasus, anak saya kena
masalah kalau dia bisa selesein sendiri. Tapi kalau
memang tidak bisa ia sudah, jadi engga dikit-dikit,
engga dikit-dikit ngomong, tapi ia terbuka.
15 Harapan apa yang ingin
bapak/ibu lakukan dalam
hal karakter dan kreativitas
putra/putri anda
kedepannya?
Harapannya kepada anaknya? Hmmmmm apa yang
dipelajarin di sekolah itu dapat diterapin di rumah,
misalnya untuk sabar, mau bertanggung jawab, itu
sih. Karena nilai itu tidak menentukan segalanya,
betul?
16. Harapan apa yang ingin
bapak/ibu lakukan dalam
hal karakter dan kreativitas
di SD Bukit Aksara
Semarang kedepannya?
Ia apa ia hehehe (diam sejenak), kan kalau masalah
misalnya dari sekolah memberikan pendidikan tidak
hanya anak tapi juga ke orang tua sudah. Ada
sekolahnya buat orang tuanya, apa ia? Ia lebih baik
lagi memang sih, ia makin lebih baik lagi. Kan kalau
minta tempat parkirnya jadi lebih gede lagi jelas
engga mungkin hehehhe uahaha.
229
7. Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa Kelas 1 SD Bukit Aksara
Semarang
Informan 9 : Poppy
Kode : OTP
Jabatan : Ibu Rumah Tangga
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Februari 2017
Waktu : 10.00-10.29 WIB
Tempat : Ruang Tunggu
No Pertanyaan Jawaban
Perencanaan
1. Mengapa bapak/ibu
memilih SD Bukit Aksara
menjadi sekolah bagi
putra/putri anda?
Hmmmmmm sekolahnya berkarakter, beda sama
sekolah-sekolah lain. Ini nasional basicnya, sekolah
nasional
2 Apa sebelumnya bapak/ibu
sudah mengetahui bahwa
sekolah ini menerapkan
character building dan
creativity learning, apa
alasannya?
Eeeh udah.
3 Dari mana bapak/ibu
mengetahui sekolah ini?
Hmmmm dariiii… siapa ya sepupu. Eeee ngeliat aja
maksudnya sekolahnya lain itu berkarakter itu. Kalau
yang lain-lain kan banyaknya classical.
4. Persiapan khusus apa yang
dilakukan oleh bapak/ibu
sebelum putra/putrinya di
sekolahan disini?
Hmmm nyari-nyari sekolah gitu? Engga ada
persiapan khusus, paling juga sosialisasi anaknya aja.
Kan dia punya temen-temen baru, guru baru, tempat
baru.
230
Pelaksanaan
5 Bagaimana antusiasme dari
putra/putri bapak/ibu pada
saat bersekolah di SD
Bukit Aksara dengan
adanya character building
dan creativity learning
pada pembelajaran
tematik?
Hmmmmmmm seneng, heeh seneng. Apa ia hehehe
(ketawa) sosialisasinya sama temen-temennya engga
masalah, belajarnya juga bisa ngikutin.
6. Bagaimana cara yang
dilakukan bapak/ibu untuk
menyeimbangkan nilai-
nilai karakter dan
kreativitas yang telah
diajarkan di sekolag
dengan pola asuh
bapak/ibu sebagai orang
tua?
Hmmmmm ngikutin ini apa diterapin yang di sekolah
sama yang peraturan di sekolah? Hmmm apa ia
(diam sejenak) hehehe engga tau itu.
Nyeimbanginnya sering komunikasi dengan sekolah
dengan anaknya.
7. Apakah ada keluhan dari
putra/putri bapak jika ada
perbedaan atas apa yang
telah diajarkan di sekolah
dengan kenyataan yang ada
di rumah dalam hal
karakter dan kreativitas?
Ia kembali lagi ke peraturan awal sering
berkomunikasi juga.
8. Seperti apa keluhan
tersebut?
Engga ada sih.
9. Bagaimana bapak/ibu
mengatasinya?
(tidak ada jawaban)
Hasil
10. Apakah ada perubahan
yang diberikan putra/putri
bapak/ibu dalam hal
karakter dan kreativitasnya
pada belajar setelah
bersekolah di SD Bukita
Aksara Semarang?
Hmmm lebih tertib, terus hmmm (diam sejenak).
Semakin berkembang anaknya, tahu aturan.
11. Perubahan apa yang sangat Lebih mau apa ia, berani berpendapat heeh.
231
signifikan?
12. Bagaimana hasil belajar
putra/putri bapak setelah
bersekolah di SD Bukit
Aksara Semarang?
(diam sejenak) bagus sih lumayan.
13. Apakah bapak/ibu masih
memberi pelajaran
tambahan seperti les mata
pelajaran untuk
memaksimalkan
pembelajaran putra/putri
anda?
Heeh mata pelajaran untuk dia tidak hanya satu buku,
jadi dia punya banyak hhhhm apa ia literatur lain gitu
selain dari buku sini maksdunya begitu tambahan
lesnya gitu dengan guru lain. Les mapel sama
melukis gambar.
14. Bagaimana bapak/ibu
mengomunikasikan
perkembangan putra/putri
dengan guru?
Lewat buku komunikasi, lewat sharing parenting
class.
15 Harapan apa yang ingin
bapak/ibu lakukan dalam
hal karakter dan kreativitas
putra/putri anda
kedepannya?
Lebih mandiri, lebih kreatif, lebih bisa
berkomunikasi, lebih tertib.
16. Harapan apa yang ingin
bapak/ibu lakukan dalam
hal karakter dan kreativitas
di SD Bukit Aksara
Semarang kedepannya?
Hmmmm dipertahankan aja yang udah ada (diam
sejenak). Lebih mendengarkan kritiakn-kritikan
positif dari orang tua murid.
232
8. Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang
Informan 10 : Sri Mulyani, S.Pd
Kode : GK
Jabatan : Guru Kelas 1
Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Februari 2017
Waktu : 10.00-10.29 WIB
Tempat : Ruang Kelas 1
No Pertanyaan Jawaban
Perencanaan
1. Bagaimana persiapan yang
dilakukan sebelum
pembelajaran?
Ia biasanya RP itu RPP itu saya buat seeebelum
bulan itu masuk, jadi kalo RPP bulan Februari berarti
saya buatnya bulan Januari. Kalau nanti saya
meeeeengajikannya untuk bulan Maret, berarti
Februari ini RPP untuk tema bulan Maret harus
sudah siap.
2 Perangkat apa saja yang
dibutuhkan demi mnunjang
nilai character building
dan creativity learning
pada pembelajaran
tematik?
Kalo kalau bahan itu memang saya sesuaikan dengan
pembelajaran, jadi saya menyiapkan pembelajaran
untuk hari Senin misalkan jadi hari Sabtu ini saya
siapkan. Dari RPP itu kan saya lihat nih kegiatannya
apa, kemudian bahan yang saya butuhkan apa, itu
saya siapkan di hari Sabtu. Jadi hari Senin disaat
mereka belajar bahan sudah saya siapkan nanti anak
memilih sendiri, jadi mau pake bahan apa saja.
Seperti yang sudah diii Mbak Wiwid kemarin lihat
kan, saya tidak pernah menyiapkan kan anak-anak
ambil dari rak ia. Kalau seperti mau menimbang
233
kemarin mengukur menimbang berat atau apa
mereka milih-milih sendiri, cari bahan sendiri, ada
yang ambil balok, ada yang milih batu, ada yang
ambil kelereng, ada yang ambil aaaa apa namanya
manik-manik, itu mereka saya silahkan sendiri
silahkan apa yang penting segala yang dibutuhkan
saya siapin. Mereka pilih sendiri, kreativitas mereka
yang tentukan sendriri. Jadi kami guru hanya
memfasilitasi sebagai fasilitator, kami hanya
menyiapkan bahan-bahan untuk menunjang
pembelajaran mereka bahwa kalian belajarnya ini,
temanya ini, silahkan pilih sendiri, bahan-bahannya
apa, kemudian kalian mau buat untuk menyelesaikan
tugas itu seperti apa, itu mereka akan berkreativitas
sendiri. Yang pasti tema, aaa kd itu sudah dilakukan
sesuai dengan pembelajarannya seperti itu. Jadi kami
aaa walaupun kami ingin memberikan kebebasan
kepada anak, kompetensi dasar tetap kami utamakan
sesuai itu. Pokoknya kami belajar sesuai dengan kd
yang sudah ada, bahkan penilaian kami juga saya
pisah-pisah menurut kd bukan hanya sekedar mapel.
Perencanaan kami memang, kami harus mateng
sebelum kami terjun ke lapangan.
3 Metode apa yang
digunakan dalam
menerapkan character
building dan creativity
learning pada
pembelajaran tematik?
Biasanya kami menggunakan langsung lewat
demonstrasi.
4. Bagaimana metode tersebut
dapat diterapkan ke dalam
pembelajaran tematik?
Aaaa dan anak-anak kalo metode yang kami gunakan
lebih banyak ke demonstrasi ias. Seperti kemarin
234
waktu apa namanya contohnya waktu menimbang
kan saya bener-bener langsung menggunakan
gantungan ini yang kalian pake, ini tas plastik untuk
tempat kalian itu, jadi kami lebih banyak bukan
hanya sekedar ceramah. Kalau ceramah kan anak
akan merasa, ko dari tadi Bu Yani bicara terus ia.
Kapan kami aaa mulai prakteknya ia? Karena apalagi
untuk anak kelas 1, kami bicara pun kami tidak
terlalu banyak untuk bicara teori. Jadi lebih baik
kami ke demonstrasi, kemudian anak cari ide sendiri,
bahan sendiri, kreativitas yang dimunculkan disitu,
jadi tanya jawab pun kami ada ke anak ia kan. Anak
akan aktif, jadi ga hanya sekedar mendengarkan saya.
Tapi dari mereka pun juga bisa keluar ide-ide yang
lain seperti itu. Jadi kami menggunakan metode lebih
banyak ke demonstrasi atau percobaan langsung ia
seperti itu. Dari pada hanya sekedar ceramah,
ceramah ia cuma ceramah hanya berapa persen saja
sih lebih banyak ke demonstrasi.
5. Apakah pemilihan metode
pembelajaran disesuaikan
dengan karakteristik
peserta didik?
Betul seperti contoh yang disini adalah terus yang di
bulan ini terus berusah sampai saya berhasil. Setiap
saya pembelajaran apa pun, secara langsung karakter
itu selalu saya ingatkan. Ia betul itu lebih enak ia kalo
kita banyak demonstrasinya, jadi aaa dengan
menggunakan alat peraga yang ada kita kenalkan ke
anak nanti kita akan main ini loh. Cuma dari bahan-
bahan yang kalian pake untuk misalkan mengukur,
untuk ini silahkan kalian boleh menggunakan apa
saja bisa kalian gunakan. Jadi tidak hanya terpaku
dari yang saya pake atau temen yang satu pake, tapi
235
bebas seperti yang sudah kemaren.
6. Media apa yang digunakan
dalam pembelajaran
tematik yang menunjang
nilai-nilai karakter dan
kreativitas?
Kalau media sih saya gunakan banyak ia mbak ia,
banyak media sih. Aaa terkadang saya juga
menggunakan laptop itu dipake anak-anak, misalkan
mereka mau butuh sesuatu boleh ko kalian pake
laptopnya Bu Yani boleh. Jadi ia searching lewat
internet, tapi tetep dalam pengawasan saya. Karena
apa karena maaf di internet itu tiba-tiba muncul
sesuatu yang tidak menyenangkan. Jadi saya harus
memmm tetep mendampingi mereka dalam itu.
Cuma mereka memang saya kasih kesempatan itu,
untuk media kami memang banyak sekali misalkan
tidak hanya sekedar itu. Tapi juga ada gambar,
gambar itu ada jadi kami pilih aaa kami berikan
sebanyak-banyaknya tapi nanti merek yang memilih.
Kemudian disamping ada gambar, ada internet, kami
juga menggunakan musik ia sebagai bahan ajar kami
karena kalo diiii aaa dengan suasana yang beda itu
anak juga akan merasa nyaman. Terus kemudian
media yang kami gunakan tidak ia banyak sekali
media kalo Mbak Wiwid bisa liat disini kan media
kami tidak hanya terbatas pada kertas atau pun alat
tulis, tapi ada banyak hal. Karena kami disini guru
hanya sebagai fasilitator, yang perlu diingat itu kami
disini guru hanya sebagai fasilitator, hanya
memfasilitasi saja.
7. Bagaimana fasilitas
penunjang pembelajaran
tematik di sekolah?
Aaaa untuk segi fasilitas sih sudah memenuhi ia
mbak apa pun itu. Fasilitas yang kami siapkan kan
tidak harus mahal, bisa dari bahan-bahan limbah.
Contohnya kerdus ia kan, terus kertas yang sudah
236
kami gunakan untuk itu apa kertas sampul surat itu
kan bisa. Jadi kami fasilitas yang sudah kami
sediakan disini sudah memenuhi untuk pembelajaran
tematik yang ada di sekolah dari kelas 1 sampai kelas
6. Kami tidak perlu bahan mahal, apa pun bisa kami
jadikan untuk sebagai fasilitas anak ia, bahan limbah
pun jadi. Yang pasti disini sudah berusaha untuk
berikan yang terbaik dan fasilitas kami yang disini
juga sudah menunjang lah untuk mereka ia kan.
8 Bagaimana ketersedian
sarana dan prasarana di
sekolah ini dalam
menunjang charater
building dan creativity
learning?
Sudah menunjang ia baik, sudah tersedia dengan
bagus.
Pelaksanaan
9 Bagaimana memunculkan
keasadaran siswa terhadap
character building dan
creativity learning dalam
pembelajaran tematik?
Biasanya kami aaa bahas pada saat circle time itu
pada saat anak-anak membentuk lingkaran, itu kami
bahas disitu. Dari satu kita mau belajar apa,
kemudian karakter kita yang kita pelajari apa, terus
teman-teman kita ada yang ga masuk tidak, terus juga
memberikan memberi tahu kepada mereka bahwa
kalo ada temennya yang sakit itu harus kita apa, kita
doakan mari doakan supaya temennya segera sembuh
dan bisa segera kembali sekolah. Itu biasanya kami
bahasnya di circle time. Jadi dari karakter, kemudian
mau belajar apa, kita mau coba peduli dengan teman
siapa yang ga masuk, kemudian tentang tiga kata
ajaib three magic word itu juga kami bahas saat
circle time. Pada saat circle time kita kasih
237
kesempatan anak untuk cerita itu penting, supaya
mereka pada saat mereka sudah mulai belajar tidak
ada beban dalam pikiran lagi. Karena kalo, kalo ada
suatu yang mau diceritakan kalo belum diceritakan
kan pasti beban. Mereka mikir tadi aku belum cerita
ga dikasih kesempatan ia, nah itu loh saya ga mau
juga seperti itu. Jadi, di circle time itu bener-bener
apa pun dibahas sampe tuntas dan diselesaikan juga
disitu. Dan pada saat sudah selesai pembelajaran,
kami juga circle lagi atau ga mereka duduk, tapi saya
bahas ada masalah ga hari ini. Jadi kalo ada masalah
dalam pembelajaran, kami tuntaskan juga, kami
selesaikan, jadi pada saat anak pulang masalah tidak
ada. Mereka pulang tidak membawa masalah.
10. Sejauh mana kesiapan
siswa dalam belajar dengan
adanya character building
dan creativity learning?
Sejauh ini mereka sangat enjoy, seneng, dan hmm
mereka lebih walaupun dengan jam pulangnya siang
sekali, mereka tidak merasa itu beban. Bahkan
kemarin ada yang bilang, Bu Yani kenapa sih kalo
pas lc pulangnya cepet? Kayanya baru aja mulai deh,
tapi ko udah selesai. Bahkan ada yang ngomong
seperti itu, karena mereka merasa tidak tidak merasa
lama disini. Karena kalo dengan mereka berkegiatan,
mereka jalan, mereka bergerak dengan gerak
istilahnya mereka akan merasa nyaman-nyaman aja
mbak. Jadi, e bukan berarti wah aku ko bosan ia, aku
ko bosan, engga mereka malah seneng kan. Karena
mereka menyelesaikan tugasnya dengan bergerak
bukan hanya dengan sekedar duduk di korsi. Mereka
kan bisa duduk di bawah, mereka bisa duduk dimana
saja mereka mau kan
238
11. Apakah pelaksanaan
pembelajaran telah sesuai
dengan apa yang
direncanakan sebelumnya?
Itu pasti sudah (diam sejenak), apa yang kami
lakukan itu pasti kami sesuaikan dengan yang sudah
kami buat. Seperti RPP kami tidak pernah
menyimpang dari situ, karena kalo yang kami buat
itu sudah disesuaikan dengan kd yang ada, aa sudah
kami sesuaikan dengan materi yang ada, tema yang
ada. Jadi kami tidak menyimpang dari apa yang
sudah kami buat. Apa yang sudah kami buat ya itu
yang kami laksanakan istilahnya seperti itu. Jadi
setiap RPP kalo saya di dari kelas 1 ini sudah ganti
berapa kali itu. Saya dari kelas 1 ini, saya sudah 7
tahun nih RPP ga pernah sama. Karena kami selalu
menggali menggali yang baru baru baru terus
bagaimana caranya membuat anak belajar itu lebih
nyaman, lebih seneng, lebih enjoy, dan kreativitas
mereka tetep muncul. Dan kreativitas apa pun yang
dihasilkan anak, kami selalu berikan penghargaan.
Kami tidak pernah mematikan kreatif itu dengan
mengatakan maaf ia kenapa seperti ini? tapi kami
selalu dengan kata-kata “maaf, boleh ga ditambahin
dengan yang lain?”. Jadi kami memang tidak pernah
menyalahkan anak, apa pun kreativitas itu tidak
pernah salah, tapi perlu dikembangkan ia.
12. Kendala apa yang dialami
selama proses
pembelajaran berlangsung
yang berkaitan dengan
character building dan
creativity learning?
Ia kalau kendala itu pasti anak melakukan hal yang
tidak disengaja. Kendalanya anak kurang peduli
dengan temennya sendiri. Seperti contoh media yang
digunakan untuk bersama-sama malah dibuat sendiri.
239
13. Bagaimana mengatasi
kendala tersebut?
Biasanya kami hanya memberikan pengertian kepada
anak tentang kepedulian, tentang berbagi, bahwa itu
penting.
14. Bagaimana kondisi
lingkungan sekolah serta
kelas dalam penerapan
character building dan
creativity learning pada
pembelajaran tematik?
Kalau penerapan di kelas kami beri contoh terlebih
dahulu dan dibahas pada saat circle time. Kalau
sekolah sendiri ka sudah ada guru yang
mendampingi, sekolah juga mendukung sih. Saat
circle time apa permasalahan, disampaikan ke
sekolah. Kuncinya pada saat circle time.
15. Bagaimana antusiasme
siswa dalam mengikuti
pembelajaran tematik yang
dibekali character building
dan creativity learning?
Untuk kelas 1 antusiasnya luar biasa hahha dan
mereka sudah bisa menunjukannya dengan sikap
mereka yang bahagia (sambil menepuk tangannya),
ceria, tanpa beban. Jadi mereka sangat antusias sekali
sih setiap pembelajaran itu, mereka bukan merasa
terbebani karakternya ini ini ini engga. Karena kan
karekter itu pun dimasukkan saat mereka
beraktivitas, jadi mereka tidak merasa kan. Hanya itu
sudah mereka lakukan jadi begitu, dalam kreativitas
mereka makin bersemangat. Karena, disini itu
belajar dianggap bermain, jadi tanpa beban.
16. Strategi apa yang
digunakan agar nilai-nilai
karakter dan kreativitas
dapat masuk dalam
pembelajaran tematik?
Ia kita melihat dari diri kita sendiri dulu hehehe dan
menjadi role model. Saya memposisikan diri kepada
siswa dengan memberi contoh yang dekat dengan
mereka, bisa itu guru, bisa itu teman, bisa jadi ibu,
bisa orang tua (orang tua itu bisa ibu bisa ayah), atau
bisa menjadi orang yang paling dekat bagi mereka.
Dan strategi saya simple aja sih mbak, engga harus
yang gimana-gimana. Saya hanya memposisikan diri
aja sih mbak hehehe (sambil tersenyum).
240
17. Uapaya apa yang akan
dilakukan atau sudah
dilakukan oleh ibu untuk
mewujudkan tujuan dari
character building dan
creativity learning?
Anak-anak sudah ada perubahan. Apa ia yang belum
saya lakukan, kayanya sudah saya lakukan deh mbak
(sambil tersenyum). Setidaknya sudah banyak
perubahan positif. Yang pasti itu penilaian positif,
anak konsisten apa yang sudah di lakukan di sekolah,
dan mereka juga melakukannya di rumah. Ada
pengaruh dari dampak positifnya, karena sudah
banyak orang tua yang merasakan hasilnya dari
sebelum anaknya di sekolahkan disini dan setelah
sekolah disini. Dan saya sudah melakukan yang
terbaik.
Hasil
18. Sistem penilaian apa yang
digunakan dalam menilai
karakter dan kreativitas
pada pembelajaran
tematik?
Seperti yang sudah saya jadi kami selalu buat ada
kriteria sendiri ia. Lalu kriteria itu ada kaya di
karakter, kami kan ada belum terlihat, mulai terlihat,
mulai berkembang, eee kemudian membudaya gitu
ada kriterianya tertentu untuk untuk karakter. Kalo
untuk penilaiannya, tuk penilaian kara e
keterampilannya itu kami sesuaikan dengan apa yang
kami sajikan untuk anak. Jadi kami ada poin-poin
tertentu, misalkan contohnya kaya membaca berarti
ada poinnya untuk, untuk poin sekian sampe sekian
berarti anak sudah bisa membaca dengan lancar. Sst
terus ada kriteria juga bahwa oh membacanya masih
harus perlu di eee di apa namanya belajar lagi
misalkan masih hanya atau kalau tidak kalimatnya
masih ada huruf yang hilang. Nah itu kami punya,
puya pon-poin sendiri dan sudah saya berikan disini
(sambil menunjukan kertas penilaian) itu nanti
silahkan bisa dilihat tiap penilaian kami punya
241
kriteris-kriteria sendiri baik untuk penilaian sikap,
karakter, atau pun keterampilan anak-anak. Untuk
penilaian kami yang pengetahuan, kami sesuaikan
nilai kami sesuai dengan kd atau kompetensi dasar
yang ada. Misalkan kompetensinya pada saat itu
tentang aturan di rumah, berarti kdnya 32 berarti
kami hanya mengamati yang itu. Jadi kami
menilainya sesuai dengan kd. Pkn ada beberapa kd
masing-masing itu ada nilainya sendiri, Bahasa
Indonesia juga sama, ataupun Matematika sama.
Karena kita disini hanya tiga ada tiga mata pelajaran,
yaitu Bahasa Indonesia, Pkn, sama Matematika. Jadi,
kami menilai pengetahuan perkd.
19. Bagaimana sistem
penilaian tersebut dapat
diaplikasikan dalam sebuah
hasil laporan penilaian?
Kami mempunyai penilaian untuk pengetahuan,
penilaian yang disesuaikan dengan kd.
20. Patopakan yang digunakan
seperti apa?
Patokannya kalo patokan ada range ya mbak, ada kita
menggunakan range sendiri sih. Tapi range itu
memang kita lebih ke flexibel aja kita sesuaikan
dengan apa namanya dengan yang ada di kelas itu
sendiri sih. Jadi kita ga eeee pokonya patokan range
itu ada, tetapi kita bisa sesuaikan dengan kondisi
kelas yang ada aja. Kita ada range nilai ko, ada nilai
ko.
21. Dari mana patokan tersebut
digunakan?
Patokan digunakan karena sudah ada standarnya.
22. Apakah ada evaluasi yang
akan dilakukan terhadap
Kalau evaluasinya sih kami lakukan setiap hari ia, ia
242
siswa berkaitan dengan
hasil dari implementasi
character building dan
creativity learning pada
pembelajaran tematik?
setiap kali anak-anak mau pulang kan kita evaluasi
selalu ada review. Kan kita selalu evaluasi saat
sebelum pulang itu ada circle time lagi kan. Ada kita
review kembali, kita belajar apa, kesulitannya apa,
kita bahas apa, kendalanya apa, ada masalah apa, itu
kan semuanya disitu. Jadi kita evaluasi kalo misalkan
mereka sudah melakukan yang baik pasti saya akan
mengucapkan terima kasih teman-teman sudah bisa
melakukan eeaa itu pasti. Jadi evaluasi kita lakukan
disitu.
23. Apakah ada evaluasi yang
akan diberikan kepada
orang tuas siswa berkaitan
dengan hasil dari
implementasi character
building dan creativity
learning pada
pembelajaran tematik?
Evaluasi ada.
24. Jika ada evaluasi apa yang
digunakan?
Evaluasi secara keseluruhan kepada orang tua itu
lewat rapot.
25. Kapan evaluasi dilakukan?
Kalo kepada anak pada saat circle time sebelum
pulang. Kalo evaluasi secara keseluruhan untuk
orang tua ia pas bagi rapot.
26. Bagaimana pelaksanaan
dari evaluasi tersebut?
Itu lewat rapot, aww satu lewat rapot, yang kedua
jika ada kong konsultasi tertentu dari orang tua yang
ingin bertemu sama saya biasanya saya sampaikan
evaluasi itu. Kalo evaluasi keseluruhan itu mereka
lewat rapot, untuk semua anak ia maksudnya. Untuk
semua anak evaluasi biasa saya sampaikan lewat
rapot. Atau kalo tidak lewar rapot, jika ada sesuatu
243
yang sangat eee butuh perhatian khusus biasanya
saya akan memanggil orang tua.
27. Perubahan apa yang
tampak pada siswa setelah
diterapkannya character
building dan creativity
learning baik dalama
pembelajaran atau diluar
pembelajaran?
Banyak pengaruh postifnya pada mereka, imbasnya
kepada saat anak itu ada di rumah. Dirasakan oleh
orang tua mereka.
244
Lampiran 15. Hasil Observasi Lingkungan Sekolah
Observer : Widliati Latifah
Tanggal Observasi : 6 Februari 2017
Hasil Nilai Observasi : 99 ( B )
245
Lampiran 16. Hasil Observasi Guru
Observer : Widliati Latifah
1) Tanggal Observasi : 6 Februari 2017
Hasil Nilai Observasi : 100 ( A)
2) Tanggal Observasi : 7 Februari 2017
Hasil Nilai Observasi : 100 (A)
3) Tanggal Observasi : 8 Februari 2017
Hasil Nilai Observasi : 95 (A)
4) Tanggal Observasi : 13 Februari 2017
Hasil Nilai Observasi : 95 (A)
5) Tanggal Observasi : 14 Febaruari 2017
Hasil Nilai Observasi : 80 (B)
246
Lampiran 17. Hasil Fokus Karakter Siswa
Observer : Widliati Latifah
Hal yang diobservasi : Sikap Siswa
No Nama Tanggal Fokus Karakter
Tertib Sabar
1 Eveline Mirrla A 6-02-17
7-02-17
8-02-17
13-02-17
14-02-17
100 (MM)
100 (MM)
100 (MM)
80 (MB)
80 (MB)
100 (MM)
100 (MM)
100 (MM)
100 (MM)
100 (MM)
2 Putu Naraya D A 6-02-17
7-02-17
8-02-17
13-02-17
14-02-17
100 (MM)
100 (MM)
100 (MM)
80 (MB)
100 (MB)
100 (MM)
100 (MM)
100 (MM)
100 (MM)
100 (MM)
3 Gilang Aurellio S 6-02-17
7-02-17
8-02-17
13-02-17
80 (MB)
80 (MB)
80 (MB)
80 (MB)
60 (MT)
75 (MB)
75 (MB)
80 (MB)
247
14-02-17 80 (MB) 60 (MT)
4 Kiara Devani 6-02-17
7-02-17
8-02-17
13-02-17
14-02-17
80 (MB)
80 (MB)
80 (MB)
80 (MB)
80 (MB)
60 (MT)
75 (MB)
75 (MB)
80 (MB)
85 (MM)
248
Lampiran 18. Hasil Character Building dan Creativity Learning
Observer : Widliati Latifah
No Nama Tanggal Hasil Character Building
dan Creativity Learning
1 Eveline Mirrla A 6-02-17
7-02-17
8-02-17
13-02-17
14-02-17
100 (MM)
100 (MM)
100 (MM)
100 (MM)
80 (MB)
100 (MM)
100 (MM)
100 (MM)
100 (MM)
100 (MM)
80 (MB)
80 (MB)
80 (MB)
80 (MB)
80 (MB)
2 Putu Naraya D A 6-02-17
7-02-17
8-02-17
13-02-17
14-02-17
3 Gilang Aurellio S 6-02-17
7-02-17
8-02-17
13-02-17
14-02-17
249
4 Kiara Devani 6-02-17
7-02-17
8-02-17
13-02-17
14-02-17
80 (MB)
80 (MB)
80 (MB)
80 (MB)
80 (MB)
250
Lampiran 19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
251
252
253
254
255
256
Lampiran 20. Rentang Score
257
Lampiran 21. Penilaian Harian Kelas
258
Lampiran 22. Jurnal Karakter Siswa
259
Lampiran 23. Penilaian Character Building
260
Lampiran 24. Penilaian Creativity Learning
261
Lampiran 25. Penilaian Tematik
262
263
264
Lampiran 26. Hasil Latihan Tema
265
266
267
268
Lampiran 27. Hasil Kreativitas
269
Lampiran 28. Dokumentasi Foto-Foto
Kegiatan Menjemur Pembelajaran Tema
Kegiatan Menyetrika Pembelajaran Tema
270
Gazebo
Kebun Sekolah
271
Ruang TU
Toilet
272
Ruang Parkir
Koperasi Sekolah
273
Ruang Guru
Ruang UKS
274
Wawancara dengan Guru Kelas 1
Z
Wawancara dengan Kepala SD Bukit Aksara Semarang