52
Presentan : Jipi Eka Perkusi Riri Neliwanti SMF THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA P3D UNISBA RS MUHAMADIYAH BANDUNG 2014 Preseptor : Hj. Tety H. Rahim, dr.,Sp THT-KL, M.Kes.,M.HKes

Css 1 Rhinosinusitis (Jipi, Riri)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

css

Citation preview

  • Presentan : Jipi Eka PerkusiRiri NeliwantiSMF THT-KLFAKULTAS KEDOKTERAN UNISBAP3D UNISBARS MUHAMADIYAH BANDUNG2014Preseptor : Hj. Tety H. Rahim, dr.,Sp THT-KL, M.Kes.,M.HKes

  • Rinitis VasomotorRinitis MedikamentosaRinitis HipertrofiRinitis Sika (sicca)Rinitis spesifikRinitis DifteriRinitis AtrofiRinitis SifilisRinitis TuberkulosaRinitis Jamur

  • ANATOMI HIDUNGBagian hidung:Tulang kedua os nasaleprocessus frontalis maxillaepars nasalis ossis frontalisTulang rawan 2 cartilagines nasi laterales2 cartilagines alares1 cartilagines septi nasi

  • VASKULARISASI HIDUNGPembuluh darahArteri ethmoidalis anteriorArteri ethmoidalis posterior (cabang arteri opthalmica)3.Arteri sphenopalatina (cabang arteri maxillaris interna)Plexus kieselbachArteri labialis superior(cabang arteri maxillaris externa)Persarafan:2/3 inferior membrane mukosa :nerve nasopalatinus cabang maxillary.Bagian anterior :nerve ethmoidalis anterior cabang nerve nasociliaris yang merupakan cabang ophthalmica.3.Dinding lateral cavitas nasi :melalui rami nasal nerve maxillary, nerve palatines major, nerve ethmoidalis anterior.

  • HIDUNG DALAMConcha dibagi 3, diantaranya terdapat meatus:Concha superior

    Concha media

    Concha inferior

    Pada bagian depan terdapat vestibulum nasi yang mempunyai vibrisae (rambut hidung)Meatus superiorMeatus mediaMeatus inferior

  • Sebagai jalan nafasAlat pengatur kondisi udara (air conditioning)Penyaring udaraIndra penghiduResonansi suaraMembantu proses bicaraRefleks nasal

  • ANATOMI SINUS PARANASALSinus grup anterior bermuara ke meatus media:Sinus maksilarisSinus frontalisSinus ethmoidalis anterior

    Sinus grup posterior bermuara ke meatus superior:Sinus ethmoidalis posteriorSinus sphenoidalis

    Canalis nasolacrimalis bermuara ke meatus inferior

  • Sebagai pengatur kondisi udara (air conditoning)Membantu produksi mukusMembantu resonansi suaraSebagai peredam perubahan tekana udaraSebagai penahan suhu (Thermal Insulators)

  • TIPE ALERGEN

  • AntigenAPCFragmen Peptide ImunogenikBergabung dengan MHC IIInteraksi TH0Release cytokin (IL-1)Aktifasi THo menjadi TH1 dan TH2TH2 (IL-4 & IL-13)Ditangkap reseptor di limfosit BAktifasi limfosit BRelease IgEIgE berikatan dengan sel mast (FCR)FASE SENSITISASIPATOGENESIS : REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE 1

  • FASE AKTIVASI

  • Rinitis alergi musimanBiasanya terdapat di negara yang memiliki 4 musim.Alergen: tepungsari (pollen) dan spora jamur.

    2.Rinitis alergi sepanjang tahun Gejala timbul intermiten atau terus-menerus, tanpa variasi musim.

    1. Intermitten (kadang-kadang): gejala < 4 hari/minggu atau < 4 minggu2. Persisten/menetap: gejala > 4 hari/minggu atau > 4 minggu.

    Berdasarkan tingkat berat-ringanpenyakit, rinitis alergi dibagi menjadi:1.Ringan: bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yg mengganggu.2. Sedang-berat: bila terdapat 1 atau lebih dari gangguan tsb di atas.

  • Definisi Suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal(kehamilan, hipertiroid), dan pajanan obat (kontrasepsi oral, anti-hipertensi, B-bloker, aspirin, klorpromazin, dan obat topikal hidung dekongestan)

    Etiologi idiopatik . Hipotesa patofisiologi :Neurogenik (disfungsi sistem autonom). Aktivasi sistem parasimpatis meningkatNeuropeptide. Peningkatan substansi-P, calcitonin gene-related protein peningkatan serabut saraf C di hidungNitrik Oksida. Peningkatan NO peningkatan reaktifitas serabut tigeminal dan recruitment refleks vaskular dan kelenjar mukosa hidung Trauma.

  • Faktor PencetusRangsangan non-spesifik :Asap/rokokBau yang menyengatParfumMinuman beralkoholMakanan pedasUdara dinginPendingin dan pemanas ruanganPerubahan kelembapanKelelahanStress/emosi

    Gejala KlinisHidung tersumbat bergantian kiri dan kanan tergantung posisi pasienRinore yang mukoid atau serosaBersin

  • PatofisiologiPemakaian vasokonstriktor topikal(berulang & dalam waktu lama)fase dilatasi berulang (rebound dilatation) setelah vasokonstriksiobstruksipasien lebih sering & lebih banyak lagi memakai obat tersebutefek vasokonstriksi berkurang, pH hidung berubah, dan aktivitas silia terganggu efek balik obstruksi hidung lebih hebat dari keluhan sebelumnyaBila pemakaian obat diteruskan dilatasi dan kongesti jaringan pertambahan mukosa jaringan dan rangsangan sel-sel mukoid sumbatan akan menetap dengan produksi sekret yang berlebihan

  • Obat vasokonstriktor topikal sebaiknya isotonik dengan sekret hidung normal (pH antara 6,3 dan 6,5) & pemakaiannya tidak lebih dari 1 minggu.

    Kerusakan yang terjadi pada mukosa hidung pada pemakaian obat tetes hidung dalam waktu lama: silia rusak, sel goblet berubah ukurannya,membrane basal menebal,pembuluh darah melebar,stroma tampak edema, hipersekresi kelenjar mukus, danlapisan periosteum menebal.

  • ISPA akibat virusRinitis AlergiRinitis Hormonal pada wanita hamilPoip HidungKelainan Anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konkaSumbatan Kompleks ostio-meatal (KOM)Infeksi tonsilInfeksi gigiKelainan imunologikDiskinesia siliaHipertrofi adenoid

  • PATOFISIOLOGIDipengaruhi 2 faktor :Patensi ostium-ostium sinusLancarnya klirens mukosiliar didalam kompleks ostio-meatal (KOM)

    Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan. Jika ada etiologi tersebut

    Akan terjadi edema pada mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat.

    Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus

    Terjadi transudasi serous. Kondisi ini adalah rinosinusitis non-bacteial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.

    Bila kondisi ini menetap sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri

    Sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial

  • KLASIFIKASI

    Berdasarkan waktu (konsesus 2004):Akut (< 4 minggu)Sub-Akut (4 minggu 3 bulan)Kronik ( > 3 bulan)

    Berdasarkan Penyebab :Dentogenik akibat dari infeksi akar gigi rahang atasRhinogenik akibat dari inflammasi dari hidung

    Bakteri tersering pada sinusitis: Streptococcus pneumonia (30-50%), Hemophylus Influenzae (20-40%) dan Moraxella catarrhalis (4%). Pada anak M,Catarrhalis lebih banyak ditemukan (20%).

  • Merupakan salah satu penyebab penting sinusitis kronikDasar sinus maksila adalah prosesus alveolaris tempat akar gigi rahang atas, sehingga rongga sinus maksila hanya terpisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang pembatas.Infeksi gigi rahang atas (infeksi apical akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal) mudah menyebar secara langsung ke sinus, atau melalui pembuluh darah dan limfe

  • GEJALA KLINISHidung tersumbatNyeri tekan pada mukaSinusitis maksilaris kronis yang mengenai satu sisi dengan ingus purulent dan nafas berbauPost nasal dripDemam dan lesuNyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkenaSakit kepalaHiposmia/ AnosmiaHalitosisBatuk dan sesak pada anak

  • DIAGNOSISAnamnesaInfeksi gigi molar M1, M2, M3 atas, serta premolar P1 dan P2 Rhinoskopi Anterior Adanya Pus di meatus medius dan atau di meatus superiorMukosa edema dan hiperemis di konka mediusPenunjang :Foto polos waters, PA, dan lateral CT-Scan (Gold Standart)TransiluminasiPemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil sekret dari meatus medius/superior untuk mendapat antibiotik yang tepat guna. Pungsi sinusi maksila. Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila metitui meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila.

  • TERAPITujuan terapi sinusitis :mempercepat penyembuhanmencegah komplikasimencegah perubahan menjadi kronik

    Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.

    TERAPI FARMAKOLOGI DAN NON-FARMAKOLOGI:Antibiotik untuk menghilangkan infeksi. Golongan penisilin seperti amoksisilin, atau amoksisilin-klavulana atau sefalosporin generasi ke-2 diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang.Dekongestan untuk menurunkan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus AnalgetikMukolitikSteroid oral/topikalPencucian rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi)Hilangkan Sumber Infeksi :Menjaga Higinietas gigi dan mulutKonsul ke dokter gigi

  • TERAPI OPERATIF

    Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF / FESS)Indikasi : sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang reversibel; polip ekstensif, adanya komplikali sinusitis serta sinusitis jamur.

    KOMPLIKASIKelainan orbitaKelainan intrakranial (meningitis)Osteomyelitis dan abses subperiostealKelainan paru (bronkitis kronis)

  • KLASIFIKASIInvasifInvasif akut fulminan invasi jamur ke jaringan dan vaskular. Biasanya terjadi pada diabetes yang tidak terkontrol dan Imunosupresi contoh leukemia.Invasif kronik indolen biasanya terjadi pada pasien dengan gangguan imunologik atau metabolik seperti diabetes. Waktu timbul lebih lambat daripadaakut fulminan. Invasif ke orbita atau intra-kranial.Non-Invasif / misetomaKumpulan jamur di dalam rongga sinus tanpa invasi ke dalam mukosa dan tidak mendestruksi tulang. Kadarg-kadang ada massa jamur juga di kavum nasi. Pada operasi bisa ditemukan materi jamur bewarna coklat ke hitaman dan kotor dengan atau tanpa pus di dalam sinus.

    TERAPITerapi untuk sinusitis jamur invasif ialahPembedahanDebridemanAnti jamur sistemik dari pengobatan terhadap penyakit dasarnya.Obat standar ialah amfoterisin B, bisa ditambahkan dengan rifampisin atau flusitosin agar lebih efektif. Pada misetoma hanya perlu terapi bedah untuik membersihkan massa jamur, menjaga drainage dan ventilasi sinus. Tidak diperlukan antijamur sistemik.

  • **