Upload
muthi-adilah
View
84
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Clinical Science Session
GAGAL JANTUNG
Preseptor :
Chaerul Achmad, dr., SpJP
Disusun oleh :
Misheilla 1301-1211-0087
Muthi Adilah 1301-1211-0011
Yessika Adelwin Natalia 1301-1211-0100
Nabilah binti Kamarudin 1301-1211-3031
Mohd. Muaz bin Moh. Sabri 1301-1211-3082
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
1
GAGAL JANTUNG
Definisi
Gagal jantung (decompensatio cordis) adalah suatu keadaan patofisiologis di
mana jantung tidak mampu memompa darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan
sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh sedangkan tekanan
pengisian ke dalam cukup.
Epidemiologi
Jumlah kasus gagal jantung di Amerika Serikat sekitar 4.8 juta (1,5-2,0%
populasi). Pada usia lanjut (>65 tahun) prevalensi meningkat 6-10%. Resiko kematian
yang diakibatkan oleh gagal jantung per tahun sekitar 5-10% pada simptom yang
lebih ringan dan meningkat sampai 30-40% pada kasus lanjut.
Insidensi dan prevalensi gagal jantung lebih tinggi pada orang-orang Afro-
Amerika, Hispanik, orang asli Amerika, Rusia, dan orang-orang di negara
berkembang. Hal tersebut disebabkan karena insidensi dan prevalensi penyakit
hipertensi dan diabetes melitus yang merupakan faktor predisposisi terjadinya gagal
jantung masih tinggi. Di negara-negara berkembang sistem kesehatan yang belum
optimal menyebabkan tingginya kejadian penyakit hipertensi, diabetes, demam
rematik, dan penyakit jantung ischemik.
Laki-laki dan wanita mempunyai insidensi dan prevalensi yang sama untuk
terjadinya gagal jantung. Hanya pada wanita cenderung lebih sering terjadi gagal
jantung pada usia lebih lanjut dibandingkan dengan laki-laki. Gagal jantung dapat
terjadi pada usia berapa pun tergantung dari penyebab, tetapi biasanya terjadi pada
usia lebih dari 65 tahun.
Etiologi
A. Kelainan mekanis
1. Peningkatan beban tekanan (hipertensi pulmonal, stenosis aorta, stenosis
pulmonal, coartasio aorta, hipertrofi kardiomiopati)
2. Peningkatan beban volume (regurgitasi aorta, mitral, trikuspid, dan shunt:
ASD, VSD, PDA)
2
3. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitralis atau trikuspidalis)
B. Kelainan miokardium
1. Iskemik miokardium
2. Miokarditis
3. Kardiomiopati
4. Kelainan metabolik
C. Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi
1. Henti jantung
2. Fibrilasi
3. Takikardi atau bradikardi yang berat
Faktor Predisposisi
Penyakit yang menimbulkan fungsi ventrikel (PJK, hipertensi, kardiomiopati,
penyakit jantung kongenital)
Keadaan yang membatasi pengisian ventrikel (stenosis mitral, kardiomiopati,
dan penyakit perikardial)
Faktor pencetus
Serangan hipertensi: kompensasi jantung pada beban kerja yang berlebihan
dibebankan dengan kenaikan tekanan sistemik, yang mula-mula dipertahankan
dengan hipertrofi ventrikel kiri, apabila fungsi memburuk, terjadi
dekompensasi.
Infark miokard: mengganggu fungsi ventrikel menyebabkan gagal jantung.
Beban fisis, cairan, lingkungan dan emosional yang berlebihan.
Aritmia: pada pasien dengan penyakit jantung terkompensasi, aritmia
merupakan pemicu gagal jantung yang paling sering.
Anemia.
Emboli paru.
Infeksi.
Putus obat/tidak minum obat.
Patofisiologi
Ada 2 hipotesis mengenai patofisiologi gagal jantung, yaitu:
1. Hipotesis backward failure: apabila ventrikel gagal untuk memompakan darah
maka darah akan terbendung dan tekanan di atrium serta vena-vena di
belakangnya akan naik.
3
2. Hipotesis forward failure: manifestasi gagal jantung timbul akibat berkurangnya
aliran darah atau cardiac output ke sistem arterial sehingga terjadi pengurangan
perfusi pada organ-organ yang vital dengan segala akibatnya.
Kedua hipotesis saling melengkapi serta menjadi dasar patofisiologi gagal
jantung. Kalau ventrikel gagal mengosongkan darah, maka isi dan tekanan akan
meninggi pada atrium di belakang ventrikel yang gagal pada akhir fase diastolik.
Atrium ini akan bekerja lebih keras. Tekanan pada vena dan kapiler di belakang
ventrikel yang gagal akan meninggi, sehingga terjadi transudasi cairan baik pulmonal
maupun sistemik.
Akibat berkurangnya curah jantung serta aliran darah pada jaringan atau organ
yang menyebabkan menurunnya perfusi (terutama pada ginjal) yang akan
mengakibatkan retensi garam dan cairan serta memperberat ekstravasasi cairan yang
sudah terjadi. Selanjutnya terjadi gejala gagal jantung kongestif sebagai akibat
bendungan pada jaringan dan organ.
Terjadinya gagal jantung tidak sesederhana seperti yang diuraikan tadi.
Manifestasi klinis patofisiologi gagal jantung merupakan interaksi yang rumit antara
fungsi utaman jantung dan fungsi vaskular perifer. Perubahan pada vaskular perifer
sebagian terjadi kaibat pengaruh sistem vasokonsriktor neourohrmonal yang
menyebabkan perubahan pada tonus arteri dan vena yang selanjutnya mempunyai
efek yang dalam pada kinerja jantung. Aktivasi sistem neurohormonal ini berupa
peningkatan renin plasma, norepinefrin plasma, serta arginin vasopresin yang
semuanya ini mempunyai efek buruk pada sistem kardiovaskuler.
Klasifikasi
Gagal jantung kiri disebabkan oleh karena gangguan pemompaan darah pada
ventrikel kiri dan mengakibatkan tekanan dan volume akhir diastolik ventrikel
meningkat. Hal ini akan menaikkan tekanan atrium kiri dan menghambat aliran dari
vena-vena pulmonal. Sebagai akibatnya terjadilah bendungan paru yang merupakan
beban bagi ventrikel kanan. Gagal jantung kiri akhirnya dapat menyebabkan gagal
jantung kanan.
Gagal jantung kanan selain akibat dari gagal jantung kiri, juga dapat terjadi
akibat dari gangguan vetrikel kanan. Gangguan ini akan mengakibatkan tekanan pada
atrium kanan yang akan menghamat aliran masuk dari vena cava superior dan
inferior. Pada akhirnya akan terjadi bendungan sistemik.
4
Gagal jantung kiri kanan tejadi apabila pada waktu yang bersamaan timbul
gagal jantung kiri kanan.
Gagal jantung dapat dikategorikan atas kelas New York Heart Assocation
(NYHA) sebagai berikut:
Kelas 1 : Aktivitas fisik tidak terbatas dan tidak ada keluhan saat melakukannya
Keas 2 : Aktivitas sedikit terbatas dan ada keluhan saat melakukan aktivitas fisik
sehari-hari
Kelas 3 : Aktivitas sangat terbatas dan ada keluhan saat melakukan aktivitas fisik
sehari-hari yang ringan
Kelas 4 : Timbul keluhan bahkan pada saat istirahat
Berdasarkan klasifikasi Killip, gagal jantung akut dapat dikelompokan
sebagai berikut:
Kelas 1: tidak terlihat tanda /gejala disfungsi ventrikel kiri (kematian 6%)
Kelas 2: Gallop S3/kongesti pulmoner ringan samp[ai moderat (kematian 30%)
Kelas 3: edema paru berat yang akut (kematian 40%)
Kelas 4: sindroma syok (kematian 80-90%)
Manifestasi Klinis/Diagnosa
Gambaran Klinis:
1. Dyspneu
Merupakan distres pernafasan yang terjadi akibat peningkatan usaha bernafas.
Dispneu terutama terjadi pada saat beraktivitas, namun pada gagal jantung yang lanjut
dispneu dapat terjadi pada saat istirahat.
2. Orthopneu: adalah sesak napas yang terjadi dalam posisi berbaring. Terjadi karena
redistribusi cairan dari abdomen dan ekstremitas bawah ke dalam dada, menyebabkan
peningkatan diafragma. Sensasi sesak napas biasanya hilang dengan duduk tegak,
karena posisi ini mengurangi aliran balik tekanan vena dan tekanan kapiler paru.
3. Paroxysmal Nocturnal Dyspneu (PND): serangan sesak napas yang berat dan
batuk yang umumnya terjadi pada malam hari, seringkali membangunkan pasien
setelah 2 – 3jam tidur. Depresi pusat pernapasan selama tidur mengurangi ventilasi,
yang cukup untuk menurunkan tekanan oksigen arteri, terutama pada pasien dengan
edema paru interstitial dan berkurangnya kelenturan paru. Berkurangnya rangsang
adrenergik pada miokard di malam hari, juga dapat mengganggu fungsi jantung.
5
4. Pernafasan Cheynes-Stokes
Merupakan pernapasan periodik atau siklik, ditantai karena berkurangnya
sensitivitas pusat pernapasan terhadap PCO2. Memanjangnya waktu sirkulasi dari
paru ke otak pada pasien gagal jantung, terutama pada pasien hipertensi dan penyakit
arteri koroner dan penyakit vaskuler serebral yang berkaitan, akan mencetuskan
pernapasan ini.
5. Fatigue dan weakness
Terjadi akibat penurunan perfusi ke jaringan otot.
6. Gejala abdominal
Mual dan muntah terjadi akibat adanya nyeri abdomen dan rasa penuh di perut
akibat kongesti hepar dan sistem vena portal.
7. Gejala serebral
Terjdai akibat perfusi ke otak berkurang, terjadi hipoksemia. Tanda-tandanya
adalah gangguan mental, bingung, sakit kepala, insomnia, dan ansietas.
8. Nocturia
Dapat terjadi pada awal dari gagal jantung. Pada posisi berbaring terjadi
penurunan kardiak output karena kebutuhan oksigen yang berkurang:; vasodilatasi
arteriol ginjal dan terjadi peningkatan pembentukan urin.
Anamnesis yang bisa didapat pada keadaan gagal jantuntg:
Gagal jantung kiri:
1. Dispnea
2. Takipnea
3. Paroxysmal nocturnal dyspnea
4. Batuk dan hemoptisis
5. Pernafasan Cheyne-Stokes
6. Sianosis pada kulit tipis
7. Takikardi
8. Pulsus alternans
9. Kardiomegali
10. Irama Gallop (bunyi jantung 3)
11. Bunyi jantung 2 keras
12. Bising sistol
6
13. Ronkhi basah di paru kiri kanan basal
14. Ronkhi kering
15. Pemeriksaan rontgen toraks: kardiomegali, pembuluh darah paru melebar
16. Waktu sirkulasi memanjang
Gagal jantung kanan:
1. Sesak nafas tidak menonjol
2. Edema subkutan
3. Asites
4. Hidrotoraks
5. Jugular venous pressure meningkat
6. Kelainan traktus digestivus: mual, muntah, meteorismus
7. Kelainan hepar: hepar membesar, kenyal/lunak, nyeri tekan, tes faal hati
terganggu, kadang-kadang ikterus
8. Splenomegali
9. Kelainan ginjal: oligouria, albuminuria, uremia
10. Sianosis perifer
11. Waktu sirkulasi meningkat
12. Central venous pressure meningkat
13. Tekanan cairan serebrospinal meningkat
Pemeriksaan Fisik
1. Pasien tidak nyaman pada posisi berbaring, setelah beberapa menit.
2. Tekanan nadi menurun
3. tekanan diastole meningkat
4. gagal jantung akut: sianosis pada bibir dan kuku
5. Pada gagal jantung kanan, tekanan vena sistemik meningkat: JVP meningkat
terjadi akibat adanya bendungan darah di cava superior yang mengikuti
peningkatan tekanan di atrium kanan. Juga didapatkan refluks hepatojugular
yang positif.
6. Refluks hepatojugular positif akibat adanya portal hipertensi akibat bendungan
di vena hepatika. Hal ini dapat diikuti oleh adanya splenomegali kongestif
akibat bendungan di vena lienalis.
7. terdengan bunyi S3 dan S4
7
8. Pulsuis alternans: ritme yang reguler, tetapi terdapat kontraksi jantung yang
kuat dan lemah berselang seling sehingga terjadi perubahan pada kekuatan
nadi perifer
9. Pada gagal jantung kiri, ronkhi di paru, terutama di basal paru. Ronkhi yang
terdengar di seluruh lapangan paru, kasar, dan mungkin disertai ddengan
adanya wheezing saat ekspirasi. Dapat pula ditemukan bunyi pekak pada
perkusi di daerah basal paru. Hal ini terjadi akibat adanya edema paru kerana
disebabkan peningkatan tekanan darah di pembuluh kapiler paru yang
menyebabkan tekanan hidrostatik kapiler paru akan meningkat hingga
melebihi 18 mmHg.
10. kardiak edema: dimulai dari kaki terutama regio pretibial dan pergelangan
kaki, edemanya bersifat pitting
11. hidrothoraks dan ascites
12. hepatomegali (congestive hepatomegaly)
13. Jaundice dan ikterik
14. cardiac cahexia dan penuruinan berat badan
15. Tanda lainnya diakibatkan curah jantung yang kurang: akral dingin, pucat,
diaforesis.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasiem gagal jantung pertama-tama adalah
hematologi dan urine rutin, dfan pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah:
- Pemeriksaan Hb
- Apus darah tepi
- Elekrolit, khususnya Natrium-kalium
- Ureum-kreatinin
- SGOT-SGPT-Bilirubin
2. Gambaran radiologis
Di samping pembesaran bilik jantung yang khas untuk lesi yang menyebabkan
gagal jantung, umum terjadi distensi vena pulmonalis dan redistribusi ke apeks
pada pasien dengan gagal jantung dan peningkatan pembuluh darah paru. Juga
dapat terjadi efusi pleura disertai dengan efusi interlobar.
3. Elektrokardiografi
8
Pada EKG dapat ditemukan kelainan primer jantung yang mendasarinya (iskemi,
hipertrofi, dll).
4. Echocardiography
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat gangguan fungsional dan anatomis.
Kriteria Diagnostik
Diagnosis gagal jantung dapat ditentukan dengan mengamati beberapa
kombinasi manifestasi klinis gagal jantung yang digambarkan di atas bersama dengan
karakteristik yang ditemui dari satu etiologi penyakit jantung.
Kriteria gagal jantung menurut kriteria Framingham:
Kriteria Mayor:
1. PND/Orthopnea
2. JVP meningkat
3. Ronki Basah tidak nyaring
4. Kardiomegali
5. Edema paru akut
6. Irama derap S3
7. Peningkatan tekanan vena >16 cm H2)
8. Refluks hepatojugular
Kriteria Minor:
1. Edema ankle
2. Batuk malam hari
3. Dyspneu d’effprt
4. Hepatomegali
5. efusi pleura
6. Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimal
7. takikardia (>120x/menit)
Diagnosis ditegakkan dari 2 kriteria mayor, atau satu kriteria mayor dan 2
kriteria minor yang ada pada saat bersamaan
Pada EKG, gambaran yang didapatkan sesuai dengan penyebabnya, iskemia,
infark, aritmia, blok AV, hipertrofi atrium/ventrikel, low voltage, inversi gelombang
T, dll,.
Pada foto thorax dapat terlihat adanya pembesaran jantung dan opasifikasi
hilus paru yang bisa mencapai apek paru serta efusi pleura.
9
Dengan ekokardiografi dapat terlihat bila
Fraksi ejeksi <35-40% disfungsi sistolik, kelainan katup/PJK/Shunt
Fraksi ejeksi >40-50% LVH HHD; HCM (Hypertensi cardiomyopathi)/Amiloid
Perikard Efusi/tamponade; Perikarditis
Kateterisasi angiografi
Diagnosis Banding
1. Episode sesak nafas secara tiba-tiba (pneumonia, PPOK, asma eksaserbasi akut,
infeksi paru berat, gagal nafas). Berbeda dengan gagal jantung di mana terdapat
paroxysmal nocturnal dyspnea.
2. Edema pergelangan kaki karena vena varikosa, edema siklik atau efek gravitasi:
JVP normal.
3. Edema sekunder penyakit ginjal: dilakukan tes fungsi ginjal dan urinalisis, JVP
normal.
4. Sirosis hepatis: terdapat hepatomegali dan asites tetapi JVP normal dan HJR
negatif.
Penatalaksanaan
Pencegahan: pencegahan penyakit sehubungan dengan disfungsi kardiak dan gagal
jantung; mencegah progresivitas bila telah terdapat disfungsi kardiak.
Morbilitas: mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup.
Mortalitas: memperpanjang umur.
Terapi gagal jantung dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Menghilangkan faktor pemicu, misalnya infeksi pada paru-paru, demam atau
sepsis, anemia (akut atau kronik), aritmia, emboli paru, stres emosional, hipertensi
tidak terkontrol.
2. Menghilangkan penyebab yang mendasari
a. Operasi :
- revaskularisasi (intervensi kateter dan pembedahan)
- perbaikan katup
- pacu jantung biventrikel
- transplantasi jantung
b. Obat-obatan
3. Mengendalikan keadaan gagal jantung
10
a. Mengurangi beban kerja jantung
1) Pengurangan kegiatan fisik
2) Mengistirahatkan emosi
3) Vasodilator: hidralazin, isosorbid dinitrat, prazosin, kaptopril
b. Mengendalikan retensi berlebih garam dan air
1) Diet rendah garam
2) Diuretika: tiazid, furosemid, dll.
3) Pengeluaran cairan secara mekanis: torakosentesis, parasentesis, dialisis,
ultrafiltrasi
c. Memperbaiki kemampuan kontraksi miokardium
1) Digitalis: lanoxin, digoksin
2) Beta blokers: carvedilol, propanolol, bisoprolol
3) Obat inotropik: dopamin, dobutamin
4) Pacu jantung
Pengobatan Gagal Jantung Secara Farmokologis
Pengobatan gagal jantung secara farmakologis mencakup tiga bagian utama:
1. Obat untuk menurunkan preload: diuretik
Yang digunakan adalah furosemid 40-80 mg. Dosis penunjang rata-rata 20 mg. Efek
samping berupa hipokalemia dapat diatasi dengan suplai garam kalium. Contoh
diuretik lain yang dapat digunakan: HCT, klortalidon, triamteren, amilorid, dan
asam etakrinat.
2. Obat untuk menurunkan afterload: ACE inhibitor dan vasodilator
Kaptopril sebaiknya dimulai dari dosis kecil 6,25 mg. Untuk dosis awal ini perlu
diperhatikan efek samping hipotensi yang harus dimonitor dalam 2 jam pertama
setelah pemberian. Jika tidak ada efek samping dapat ditingkatkan perlahan-lahan
sampai 3x25-100 mg.
Vasodilator:
Nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2 – 2 ug/kgBB/menit IV
Nitroprusid 0,5-1 ug/kgBB/menit IV
ISDN 10-40 mg peroral atau 5-15 mg sublingual setiap 4-6 jam. Dosis
dimul;ai dari 3x10-15 mg.
3. Obat untuk memperbaiki kontraktilitas jantung: digitalis
a. dosis digitalis:
11
Digoksin oral untu8k respon cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24
jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
Digoksin IV 0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
b. dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg per hari. Untuk pasien
usia lanjut dan gagal ginajl, dosis disesuaikan.
Komplikasi
12
Komplikasi utama yang berhubungan dengan gagal jantung adalah kematian
mndadak kardiak akibat takiarithmia atau bradiarithmia ventrikular dan kegagalan
pompa dengan kolapsnya kardiovaskular. Kurang lebih setengah pasien dengan gagal
jantung akhirnya meninggal dengan arithmiaventrikuler yang fatal. Diagnosis dan
pengobatan dini biasanya mencegah komplikasi tersebut. Diagnosis dan pengobatan
dini pada gagal jantung bertujuan untuk mengurangi kongesti vena pulmonal,
mengurangi after load, dan mningkatkan curah jantung sehingga dapat mencegah
kegagalan sistem kardiovaskular dan respirasi.
Prognosis
Secara umum, angka kematian pasien rawat inap dengan gagal jantung sekitar
5-20%. Prognosis gagal jantung tergantung pada sifat penyakit jantung yang
mendasari dan pada ada atau tidaknya faktor pencetus yang dapat diobati. Jika faktor
pencetus dapat diidentifikasi dan dihilangkan maka prognosisnya akan lebih baik.
Prognosis juga dapat diperkirakan dengan mengamati respon terhadap terapi. Gagal
jantung yang masih dapat dikendalikan dengan diet rendah garam dan obat-obatan
dengan dosis kecil memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan yang
sudah harus diterapi dengan obat-obatan dengan dosis yang lebih besar.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Braunwald, Jameson, Longo, Hauser, Fauci, Kasper. Harrison’s Principle of
Internal Medicine, Vol 2. 17th Edition. McGraw-Hill Companies, inc : USA. 2008.
2. Libby, Bonow, Mann, Zipes. Braunwald’s Heart Disease 8th edition. Saunders,
Elsevier inc. : United States of America. 2008.
3. Douglas S.Paauw, Lisanne R. Burkholder, Mary B. Migeon. Internal Medicine
Clerkship Guide. Mosby Inc. Misouri : United States of America. 2003.
4. Buku Ajar Kardiologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2004.
14