Upload
muthiashabrina
View
31
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kedokteran
Citation preview
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
1/41
1
OBAT ANTI PSIKOTIK
Pengertian psikotropik menurut WHO adalah obat yang bekerja pada atau
mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman. Psikofarmakologi
berkembang dengan pesat sejak ditemukannya alkaloid Rauwolfia dan
klorpromazin yang ternyata efektif untuk mengobati kelainan psikiatrik. Berbeda
dengan pengobatan antibiotik, pengobatan dengan psikotropik bersifat simtomatik
dan lebih didasarkan pada pengetahuan empirik.
Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dibagi menjadi 4 golongan,
yaitu :
1.
Anti psikosis
2. Anti ansietas
3. Anti depresan
4.
Psikotogenik
Neuroleptik bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronis. Ciri
terpenting obat neuroleptik ialah :
Berefek anti psikosis, yaitu berguna untuk mengatasi agresivitas,
hiper aktivitas dan labilitas emosional pada pasien psikosis.
Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun
anesthesia.
Dapat menimbulkan gejala ekstra piramidal yang reversible atau
ireversibel.
Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan
psikis atau fisik.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
2/41
2
Obat-obat neuroleptika juga disebut tranquilizer mayor, obat anti psikotik
atau obat anti skizofren, karena terutama digunakan dalam pengobatan skizofrenia
tetapi juga efektif untuk psikotik lain, seperti keadaan maniak atau delirium. Obat-
obat anti psikotik ini terbagi atas dua golongan besar, yaitu :
I. Obat anti psikotik tipikal
1. Phenothiazine
Rantai aliphatic : CHLORPROMAZINE
LEVOMEPROMAZINE
Rantai piperazine : PERPHENAZINE
TRIFLUOPERAZINE
FLUPHENAZINE
Rantai piperidine : THIORIDAZINE
2. Butyrophenone : HALOPERIDOL
3. diphenyl-butyl-piperidine : PIMOZIDE
II. obat anti psikotik atipikal
1. Benzamide : SULPIRIDE
2.
Dibenzodiazepine CLOZAPINE
OLANZAPINE
QUETIAPINE
3. Benzisoxazole : RISPERIDON
Obat-obat neuroleptika tipikal (tradisional) adalah inhibitor kompetitif
pada berbagai reseptor, tetapi efek anti psikotiknya mencerminkan penghambatan
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
3/41
3
kompetitif dari reseptor dopamin. Obat-obat ini berbeda dalam potensinya tetapi
tidak ada satu obatpun yang secara klinik lebih efektif dari yang lain. Sedangkan
obat-obat neuroleptika atipikal yang lebih baru, disamping berafinitas terhadap
Dopamine D2 Receptors juga terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors.
Obat neuroleptika bukan untuk pengobatan kuratif dan tidak
menghilangkan gangguan pemikiran yang fundamental, tetapi sering
memungkinkan pasien psikotik berfungsi dalam lingkungan yang suportif.
Farmakokinetik
Obat-obat anti psikotik dapat diserap pada pemberian peroral, dan dapat
memasuki sistem saraf pusat dan jaringan tubuh yang lain karena obat anti
psikotik adalah lipid-soluble. Kebanyakan obat-obatan antipsikotik bisa diserap
tapi tidak seluruhnya. Obat-obatan ini juga mengalami first-pass metabolismyang
signifikan. Oleh karena itu, dosis oral chlorpromazine and thioridazine
mempunyai availability sistemik 25 35%. Haloperidol dimetabolisme lebih
sedikit, dengan availability sistemik rata-rata 65%. Kebanyakan obat antipsikotik
bergabung secara intensif dengan protein plasma (92 99%) sewaktu distribusi
dalam dalam darah. Volume distribusi obat-obatan ini juga besar, biasanya lebih
dari 7L/kg.
Obat-obatan ini memerlukan metabolisme oleh hati sebelum eliminasi dan
mempunyai waktu paruh yang lama dalam plasma sehingga memungkinkan once-
daily dosing. Walaupun setengah metabolit tetap aktif, seperti 7-
hydroxychloropromazine dan reduced haloperidol, metabolit dianggap tidak
penting dalam efek kerja obat tersebut. Terdapat satu pengecualian, yaitu
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
4/41
4
mesoridazine, yang merupakan metabolit utama thioridazin, lebih poten dari
senyawa induk dan merupakan kontributor utama efek obat tersebut. Sediaan
dalam bentuk parenteral untuk beberapa agen, seperti fluphenazine, thioridazine
dan haloperidol, bisa dipakai untuk terapi inisial yang cepat.
Sangat sedikit obat-obatan psikotik yang diekskresi tanpa perubahan.
Obat-obatan tersebut hampir dimetabolisme seluruhnya ke substansi yang lebih
polar. Waktu paruh eliminasi (ditentukan oleh clearance metabolic) bervariasi,
bisa dari 10 sampai 24 jam.
Mekanisme kerja
Secara umum, terdapat beberapa hipotesis tentang cara kerja antipsikotik,
yang dapat digolongkan berdasarkan jalur reseptor dopamin atau reseptor non-
dopamine.
Hipotesis dopamin untuk penyakit psikotik mengatakan bahwa kelainan
tersebut disebabkan oleh peningkatan berlebihan yang relatif dalam aktifitas
fungsional neurotransmiter dopamin dalam traktus tertentu dalam otak. Hipotesis
ini berlandaskan observasi berikut:
Banyak obat-obatan antipsikotik menghambat reseptor dopamin otak
(terutamanya reseptor D2).
Obat-obatan dopamin agonis (seperti amphetamine, levodopa)
memperberat skizofren.
Telah ditemukan peningkatan densitas reseptor dopamin dalam region
tertentu di otak penderita skizofren yang tidak diobati. Pada pasien
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
5/41
5
sindroma Tourette, tic klinis lebih jelas jika jumlah reseptor D2kaudatus
meningkat.
Hipotesis dopamin untuk penyakit skizofren tidak sepenuhnya memuaskan
karena obat-obatan antipsikotik hanya sebagian yang efektif pada kebanyakan
pasien dan obat-obatan tertentu yang efektif mempunyai afinitas yang jauh lebih
tinggi untuk reseptor-reseptor selain reseptor D2.
Lima reseptor dopamin yang berbeda telah ditemukan, yaitu D1 D5.
Setiap satu reseptor dopamin adalah berpasangan dengan protein G dan
mempunyai tujuh domain transmembran. Reseptor D2, ditemukan dalam
kaudatus-putamen, nukleus accumbens, kortek serebral dan hipotalamus,
berpasangan secara negatif kepada adenyl cyclase. Efek terapi relatif untuk
kebanyakan obat-obatan antipsikotik lama mempunyai korelasi dengan afinitas
mereka terhadap reseptor D2. Akan tetapi, terdapat korelasi dengan hambatan
reseptor D2dan disfungsi ekstrapiramidal.
Beberapa antipsikotik yang lebih baru mempunyai afinitas yang lebih
tinggi terhadap reseptor-reseptor selain reseptor D2. Contohnya, tindakan
menghambat alfa-adrenoseptor mempunyai korelasi baik dengan efek antipsikotik
kebanyakan obat baru ini. Inhibisi reseptor serotonin (S) juga merupakan cara
kerja obat-obatan antipsikotik baru ini. Clozapin, satu obat yang mempunyai
tindakan menghambat reseptor D1, D4, 5-HT2, muskarinik dan alfa-adrenergik
yang signifikan, mempunyai afinitas yang rendah terhadap reseptor D2.
Kebanyakan obat-obatan atipikal yang baru (seperti olanzapin, quetiapin,
resperidon dan serindole) mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor 5-
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
6/41
6
HT2A, walaupun obat-obat tersebut juga bisa berinteraksi dengan reseptor D2atau
reseptor lainnya. Kebanyakan obat atipikal ini menyebabkan disfungsi
ekstrapiramidal yang kurang kalau dibandingkan dengan obat-obatan standar.
Efek kerja
Penghambatan reseptor dopamin adalah efek utama yang berhubungan
dengan keuntungan terapi obat-obatan antipsikotik lama. Traktus dopaminergik
dalam otak termasuk mesocortical-mesolimbic pathway (yang meregulasi mood
dan mentation), traktus nigrostrial (fungsi ekstrapiramidal), tuberinfundibular
pathways (mengatur pelepasan prolaktin) dan zona pencetus chemoreseptor (yang
mengatur proses muntah). Penghambatan reseptor dopamin mesocortical-
mesolimbicdiduga menghasilkan efek-efek antipsikotik. Tindakan penghambatan
yang serupa pada zona pencetus chemoreseptor membawa kepada sifat anti-
muntah yang berguna pada obat-obatan antipsikotik tertentu. Efek-efek samping
dari penghambatan reseptor-reseptor di traktus-traktus dopaminergik yang lain
adalah seperti disfungsi ekstrapiramidal dan hiperprolaktinemia. Tindakan-
tindakan penghambatan relatif pada reseptor oleh obat-obatan antipsikotik
terdapat pada tabel berikut.
Tindakan penghambatan relatif pada reseptor oleh obat-obatan neuroleptik
Obat D2 D4 Alfa1 5-HT2 M H1
Kebanyakan
phenothiazine
dan
thioxanthene
++ - ++ + + +
Thiordazine ++ - ++ + +++ +
Haloperidol +++ - + - - -
Clozapin - ++ ++ ++ ++ +
Molindone ++ - + - + +
Olazapin + - + ++ + +
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
7/41
7
Quetiapin + - + ++ + +
Risperidon ++ - + ++ + +
Sertindole ++ - + +++ - -
Indikasi Penggunaan
Gejala sasaran antipsikosis (target syndrome) : SINDROM PSIKOSIS, yaitu :
- Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas (reality testing
ability), bermanifestasi dalam gejala : kesadaran diri (awareness) yang
terganggu, daya nilai norma sosial (judgement) terganggu, dan insight
terganggu.
-
Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala :
gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikiran yang tidak wajar
(waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak sesuai
dengan situasi), dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali
(disorganized).
- Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam
gejala : tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin.
Sindroma psikosis dapat terjadi pada :
- Sindrom psikosis fungsional : Skizofrenia, psikosis paranoid, psikosis
afektif, psikosis reaktif singkat, dll.
- Sindrom psikosis organik : delirium, dementia, intoksikasi alkohol, dll.
Penggunaan Obat Antipsikosis
a. Pengobatan skizofrenia
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
8/41
8
Antipsikosis merupakan satu-satunya pengobatan efektif untuk
skizofrenia. Tetapi tidak semua pasien responsif dan normalisasi tingkah laku
yang komplit jarang dicapai. Antipsikosis tradisional (tipikal) paling efektif dalam
pengobatan gejala skizofrenia yang positif (delusi, halusinasi, dan gangguan
pemikiran). Obat-obat baru dengan aktifitas penghambat serotonin (atipikal)
efektif untuk pasien-pasien yang resisten dengan obat tradisional, terutama
pengobatan dengan gejala negatif dari skizofrenia (menarik diri, emosi buntu,
kemunduran dalam komunikasi dengan orang lain).
Klorpromazin (CPZ) berefek antipsikosis dan bersifat sedasi. Indikasi
utama fenotiazin adalah skizofrenia, dengan gangguan psikosis. Gejala psikosis
yang dipengaruhi oleh fenotiazin dan antipsikosis lain adalah ketegangan,
hiperaktivitas, combativeness, hostality, halusinasi, delusi akut, susah tidur,
anoreksia, perhatian diri yang buruk, negativisme dan kadang-kadang mengatasi
sifat menarik diri. Sedangkan pengaruh fenotiazin kurang terhadap insight,
judgement, daya ingat dan orientasi.
Butirofenon diantaranya adalah haloperidol berguna untuk menenangkan
keadaan mania penderita psikosis yang karena hal tertentu tidak dapat diberi
fenotiazin, dan skizofrenia. Butirofenon merupakan obat pilihan untuk mengobati
sindrom Gilles de la Tourette, suatu kelainan neurologik yang ditandai dengan
kejang otot hebat, menyeringai (grimacing) dan explosive utterances of foul
expletives(koprolalia, mengeluarkan kata-kata jorok).
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
9/41
9
Dibenzodiazepin bersifat atipikal, diantaranya klozapin efektif untuk
mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positif (iritabilitas)
maupun yang negatif (social disinterest, incompetence,danpersonal neatness).
Pemberian antipsikosis sangat memudahkan perawatan pasien. Walaupun
antipsikosis sangat bermanfaat untuk mengatasi gejala psikosis akut, namun
penggunaan antipsikosis saja tidak cukup untuk merawat pasien psikotik.
Perawatan, perlindungan dan dukungan mental-spiritual terhadap pasien sangatlah
penting.
b. Pencegahan mual dan muntah yang hebat
Antipsikosis (umumnya proklorperazin) berguna untuk pengobatan mual
akibat obat. Semua antipsikosis kecuali mesoridazin, molindon, tioridazin, dan
klozapin mempunyai efek antiemetik.
Domperidon diindikasikan untuk mengatasi mual dan muntah, efek obat
ini secara klinis sangat mirip metoklopramid, yaitu mencegah refluks esofagus
berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter bagian bawah.
c. Penggunaan lain
Antipsikosis dapat digunakan sebagai tranquilizer untuk mengatur tingkah
laku yang agitatif dan disruptif. CPZ merupakan obat terpilih untuk pengobatan
cegukan yang menetap yang berlangsung berhari-hari dan sangat mengganggu.
Prometazin digunakan untuk pengobatan pruritus karena sifat-sifat
antihistaminnya.
Sediaan Antipsikosis dan Dosis Anjuran
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis
Anjuran
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
10/41
10
1 Chlorpromazine LARGACTIL
PROMACTIL
MEPROSETILETHIBERNAL
Tab. 25 mg, 100
mg
Amp.25 mg/ml
150-600
mg/h
2 Haloperidol SERENACE
HALDOL
GOVOTIL
LODOMER
HALDOL DECA-
NOAS
Tab. 0,5 mg,
1,5&5 mg
Liq. 2 mg/ml
Amp. 5 mg/ml
Tab. 0,5 mg, 2 mg
Tab. 2 mg, 5 mg
Tab. 2 mg, 5 mg
Amp. 50 mg/ml
5-15 mg/h
50 mg / 2-4
minggu
3 Perphenazine TRILAFON Tab. 2 mg, 4&8mg
12-24 mg/h
4 Fluphenazine
Fluphenazine-Decanoate
ANATENSOL
MODECATE
Tab. 2,5 mg, 5 mg
Vial 25 mg/ml
10-15 mg/h
25 mg / 2-4minggu
5 Levomepromazine NOZINAN Tab.25 mg
Amp. 25 mg/ml
25-50 mg/h
6 Trifluoperazine STELAZINE Tab. 1 mg, 5 mg 10-15 mg/h
7 Thioridazine MELLERIL Tab. 50 mg, 100
mg
150-600
mg/h
8 Sulpiride DOGMATILFORTE Tab. 200 mgAmp. 50 mg/ml 300-600mg/h
9 Pimozide ORAP FORTE Tab. 4 mg 2-4 mg/h
10 Risperidone RISPERDAL
NERIPROS
NOPRENIA
PERSIDAL-2
RIZODAL
Tab. 1,2,3 mg
Tab. 1,2,3 mg
Tab. 1,2,3 mg
Tab. 2 mg
Tab. 1,2,3 mg
Tab 2-6 mg/h
11 Clozapine CLOZARIL Tab. 25 mg, 100
mg
25-100 mg/h
12 Quetiapine SEROQUEL Tab. 25 mg, 100
mg, 200 mg
50-400 mg/h
13 Olanzapine ZYPREXA Tab. 5 mg, 10 mg 10-20 mg/h
Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :
- Onset efek primer (efek klinis): sekitar 24 minggu
Onset efek sekunder (efek samping): sekitar 26 jam
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
11/41
11
- Waktu paruh : 1224 jam (pemberian obat 1-2 x perhari)
- Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu
mengganggu kualitas hidup pasien.
Pengobatan dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran
dinaikkan setiap 23 hari
sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaan Sindrom Psikosis)
dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan
dosis optimal
dipertahankan sekitar 812 minggu (stabilisasi)
diturunkan setiap 2 minggu
dosis maintenance
dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1- 2
hari/minggu)
tappering off(dosis diturunkan tiap 24 minggu)
Stop
Lama Pemberian
Untuk pasien dengan serangan Sindrom Psikosis yang multi episode,
terapi pemeliharaan (maintenance) diberikan paling sedikit selama 5 tahun.
Pemberian yang cukup lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 5
kali.
Efek antipsikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari
setelah dosis terakhir masih mempunyai efek klinis. Sehingga tidak langsung
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
12/41
12
menimbulkan kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya satu bulan kemudian
baru gejala Sindrom Psikosis kambuh kembali. Hal tersebut disebabkan
metabolisme dan ekskresi obat sangat lambat, metabolit-metabolit masih
mempunyai keaktifan antipsikosis.
Pada umumnya pemberian antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3
bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk
Psikosis Reaktif Singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya
gejala dalam kurun waktu 2 minggu2 bulan.
Antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun
diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil
sekali. Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic
Rebound, yaitu : gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar, dll.
Keadaan ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi
Sulfas Atropin 0,25 mg (IM), tablet Trihexyphenidyl 3 x 2 mg/h).
Oleh karena itu, pada penggunaan bersama antipsikosis + antiparkinson,
bila sudah tiba waktu penghentian obat, antipsikosis dihentikan lebih dahulu,
kemudian baru menyusul obat antiparkinson yang dihentikan.
Pada penggunaan parenteral, antipsikosis long-acting (Fluphenazine
Decanoate 25 mg/ml atau Haloperidol Decanoas 50 mg/ml, IM, untuk 2 4
minggu) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat
ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral.
Sebaiknya sebelum penggunaan parenteral diberikan per oral dahulu
beberapa minggu untuk melihat apakah terdapat efek hipersensitivitas.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
13/41
13
Dosis mulai dengan ml setiap 2 minggu pada bulan pertama, kemudian
baru ditingkatkan menjadi 1 ml setiap bulan.
Pemberian antipsikosis long-acting hanya untuk terapi stabilisasi dan
pemeliharaan (maintenance therapy) terhadap kasus Skizofrenia. 15-25% kasus
menunjukkan toleransi yang baik terhadap efek samping ekstrapiramidal.
Pemilihan Sediaan
Pemilihan antipsikosis dapat didasarkan atas struktur kimia serta efek
farmakologi yang menyertai. Mengingat perbedaan antargolongan antipsikosis
lebih nyata daripada perbedaan masing-masing obat dalam golongannya, maka
cukup dipilih salah satu obat dari satu golongan saja. Pedoman terbaik dalam
memilih obat secara individual ialah riwayat respon pasien terhadap obat.
Kecenderungan pengobatan saat ini ialah meninggalkan antipsikosis
berpotensi rendah misalnya CPZ dan tioridazin, kearah penggunaan obat
berpotensi tinggi, misalnya tiotiksen, haloperidol dan flufenazin.
Pedoman pemilihan antipsikosis adalah sebagai berikut :
1. Bila resiko tidak diketahui atau tidak ada komplikasi yang tidak diketahui
sebelumnya, maka pilihan jatuh pada fenotiazin berpotensi tinggi.
2.
Bila kepatuhan penderita menggunakan obat tidak terjamin, maka pilihan
jatuh pada flufenazin oral dan kemudian tiap 2 minggu diberikan suntikan
flufenazin enantat atau dekanoat.
3. Bila penderita mempunyai riwayat penyakit kardiovaskular atau stroke,
sehingga hipotensi merupakan hal yang membahayakan, maka pilihan
jatuh pada fenotiazin piperazin, atau haloperidol.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
14/41
14
4.
Bila karena alasan usia atau faktor penyakit, terdapat resiko efek samping
ekstrapiramidal yang nyata, maka pilihan jatuh pada tioridazin.
5. Tioridazin tidak boleh digunakan apabila terdapat gangguan ejakulasi.
6. Bila efek sedasi berat perlu dihindari, maka pilihan jatuh pada haloperidol
atau fenotiazin piperazin.
7. Bila penderita memiliki kelainan hepar atau cenderung menderita ikterus,
haloperidol merupakan obat yang paling aman pada stadium awal
pengobatan.
Apabila antipsikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis
yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan
antipsikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis
ekuivalennya, dimana profil efek samping belum tentu sama.
Apabila dalam riwayat penggunaan antipsikosis sebelumnya, jenis
antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek
sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.
Efek Samping Dan Penanganan
1. Klorpromazin dan Derivat Fenotiazin
Efek samping
Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek
samping umumnya merupakan perluasan efek farmakodinamiknya. Gejala
idiosinkrasi mungkin timbul, berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi
ini disertai eosinofilia dalam darah perifer.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
15/41
15
Efek endokrin
CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi, juga menghambat sekresi ACTH.
Hal ini dikaitkan dengan efeknya terhadap hipotalamus.
Semua fenotiazin, kecuali klozapin menimbulkan hiperprolaktinemia lewat
penghambatan efek sentral dopamin.
Kardiovaskular
Dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan :
Refleks presor yang penting untuk mempertahankan tekanan darah yang
dihambat oleh CPZ.
Berefek bloker
Menimbulkan efek inotropik negatif pada jantung
Toleransi dapat timbul terhadap efek hipotensif CPZ
Neurologik
Dapat menimbulkan gejala ekstra piramidal seperti parkinsonisme pada dosis
berlebihan. Dikenal 6 gejala sindrom neuroleptik yang karakteristik pada obat
ini, empat diantaranya terjadi sewaktu obat diminum, yaitu distonia akut,
akatisia, parkinsonisme dan sindroma neuroleptik malignant, sedangkan dua
gejala lain timbul setelah pengobatan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun,
berupa tremor perioral dan diskinesia tardif.
2. Butyrophenone
Efek samping dan intoksikasi
Menimbulkan reaksi ekstra pyramidal terutama pada pasien usia muda. Dapat
terjadi depresi akibat reversi keadaan mania atau sebagai efek samping.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
16/41
16
Leukopenia dan agranulositosis ringan dapat terjadi. Haloperidol sebaiknya
tidak diberikan pada wanita hamil.
Susunan saraf pusat
Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang
mengalami eksitasi, menurunkan ambang rangsang konvulsif, menghambat
system dopamin dan hypothalamus, juga menghambat muntah yang
ditimbulkan oleh apomorfin.
Sistem saraf otonom
Dapat menyebabkan pandangan kabur. Obat ini menghambataktifitas reseptor
yang disebabkan oleh amin simpatomimetik.
Sistem kardiovaskular dan respirasi
Menyebabkan hipotensi, takikardi, dan dapat menimbulkan potensiasi dengan
obat penghambat respirasi.
Efek endokrin
Menyebabkan galaktore
3. Dibenzodiazepin
Efek samping dan intoksikasi
Agranulositosis merupakan efek samping utama pada pengobatan dengan
klozapin. Gejala ini timbul paling sering 6-18 minggu setelah pemberian obat,
dengan resiko 1,2% pada penggunaan setelah 4 minggu. Penggunaan obat ini
tidak boleh lebih dari 6 minggu kecuali bila terlihat ada perbaikan. Dapat pula
terjadi hipertermia, takikardia, sedasi, pusing kepala, hipersalivasi, kantuk,
letargi, koma, disorientasi, delirium, depresi pernapasan, aritmia dan kejang.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
17/41
17
Efek Samping Dan Efek Antiemetik Obat Antipsikosis
Obat Anti Psikosis EfekEkstrapira
midal
EfekAnti
Emetik
EfekSedatif
EfekHipotensif
A. DERIVAT FENOTIAZIN
1. Senyawa dimetilaminopropil :
Klorpromazin
Promazin
Triflupromazin
2. Senyawa piperidil :
Mepazin
Tioridazin
3.
Senyawa piperazin :Asetofenazin
Karfenazin
Flufenazin
Perfenazin
Proklorperazin
Trifluoperazin tiopropazat
B. NON-FENOTIAZIN
Klorprotiksen
C. BUTYROPHENONE
Haloperidol
++
++
+++
++
+
++
+++
+++
+++
+++
+++
++
+++
++
++
+++
++
+
++
+++
+++
+++
+++
+++
++
+++
+++
++
+++
+++
++
+
++
++
+
++
++
+++
+
++
+++
+
++
++
+
++
+
+
+
+
++
+
Efek Samping Neurologik Obat Neuroleptik
Efek Gambaran
Klinis
Waktu
Resiko
Maksimal
Mekanisme Pengobatan
Distonia akut Spasme otot
lidah, wajah,
leher, punggung
; dapat
menyerupai
bangkitan ;bukan histeria
1-5 hari Belum
diketahui
Dapat diberikan
berbagai
pengobatan,
obat anti
Parkinson
bersifatdiagnostik dan
kuratif
Akatisia Ketidak-
tenangan,
motorik, bukan
ansietas atau
agitasi
5-60 hari Belum
diketahui
Kurangi dosis
atau ganti obat;
obat anti
Parkinson,
benzodiazepin,
atau propanolol
Parkinsonisme Bradikinesia,
rigiditas,
macam-macam
5-30 hari Antagonisme
dengan
dopamin
Obat anti
Parkinson
menolong
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
18/41
18
tremor, wajah
topeng, suffling
gaitSindroma
malignan
Katatonik,
stupor, demam,
tekanan darah
tidak stabil,
mioglobinemia,;
dapat fatal
Berminggu-
minggu,
dapat
bertahan
beberapa hari
setelah obat
dihentikan
Ada kontribusi
antagonisme
dengan
dopamin
Hentikan
neuroleptik
segera;
dantrolene atau
bromokriptin
dapat menolong;
obat anti
Parkinson
lainnya tidak
efektif
Tremorperioral
(sindroma
kelinci)
Tremor perioral(mungkin
sejenis
perkinsonisme
yang dating
terlambat)
pengobatan
Setelahberbulan-
bulan atau
bertahun-
tahun
Belumdiketahui
Obatantiparkinson
sering menolong
Diskinesia
tardif
Diskinesia
mulut-wajah;
koreoatetosis
atau distoniameluas
Setelah
berbulan-
bulan atau
bertahun-tahun
(memburuk
dengan
penghentian)
Diduga :
kelebihan efek
dopamin
Sulit dicegah,
pengobatan
tidak
memuaskan
Efek samping yang ireversibel seperti tardif diskinesia (gerakan berulang
involunter pada lidah, wajah, mulut/rahang dan anggota gerak dimana saat tidur
gejala menghilang) yang timbul akibat pemakaian jangka panjang dan tidak
terkait dengan besarnya dosis. Bila gejala tersebut timbul maka obat anti psikotik
perlahan-lahan dihentikan, bias dicoba pemberian Reserpine 2,5 mg/h (dopamine
depleting agent). Penggunaan L-dopa dapat memperburuk keadaan. Obat anti
psikotik hampir tidak pernah menimbulkan kematian sebagai akibat overdosis
atau keinginan untuk bunuh diri.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
19/41
19
OBAT ANTI DEPRESI
Depresi adalah sindrom psikiatri yang terdiri atas perasaan murung,
kemunduran psikomotor, sukar tidur, dan penurunan berat badan, kadang-kadang
disertai perasaan bersalah dan kebingungan somatik dalam keseimbangan
khayalan.
Pembagian depresi di Indonesia sesuai dengan PPDGJ III (Pedoman
Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa) tahun 1993, antara lain depresi
dibagi menjadi episode depresif (F32) dan gangguan depresif berulang (F33).
Patofisiologi Depresi
Hipotesis yang berperan dalam patofisiologi depresi adalah hipotesis
biogenik monoamin. Hipotesis ini menyatakan bahwa depresi disebabkan karena
kurangnya monoamin, terutama norepinefrin dan serotonin. Namun hipotesa ini
masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah hipotesa ini tidak dapat
menjelaskan efek yang lama dari obat-obatan yang dengan cepat meningkatkan
kadar neurotransmiter amin pada celah sinaps.
Diagnosa Depresi(Berdasarkan PPDGJ III)
Pada semua variasi dari episode depresif khas (ringan F32.0, sedang F32.1
dan berat F32.2)meliputi gejala utama berupa suasana perasaan (mood) yang
depresif, kehilangna minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasanya
ada rasa lelah yang nyara sesudah kerja sedikit saja. Gejala lainnya ;
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang.
2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
20/41
20
3.
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.
4.
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.
5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri.
6. Tidur terganggu.
7. Nafsu makan berkurang.
Golongan Obat-obat Anti Depresan
Obat antidepresan dibagi menjadi (1) antidepresan trisiklik, (2)
antidepresan hetrerosiklik; obat generasi kedua dan ketiga, (3)selektive serotonin
reuptake inhibitors (SSRI), dan (4) inhibitor monoamin oksidase (MAOI).
a. Antidepresan Trisiklik (TCA)
Prototipe dari golongan ini adalah imipramin dan amitriptilin, obat lainnya
adalah doxepin, desipramin, nortriptilin, protriptilin, klomipramin dan
trimipramin. Obat golongan ini bekerja dengan cara menginhibisi ambilan
kembali norepinefrin dan serotonin, dan juga -adrenergik, histamin dan
muskarinik. Dengan menghambat ambilan kembali norepinefrin dan serotonin,
TCA akan meningkatkan konsentrasi monoamin dalam celah sinaptik.
Penghambatan ambilan neurotransmiter terjadi segera setelah pemberian TCA,
tetapi efek antidepresan TCA baru akan timbul setelah pengobatan terus menerus.
Diperkirakan densitas reseptor monoamin dalam otak dapat berubah setelah 2-4
minggu penggunaan obat dan mungkin penting dalam mulai kerja obat.
Sebagian besar golongan ini secara tidak lengkap diabsorbsi dan
mengalami metabolisme lintas pertama. Obat ini memiliki ikatan protein yang
tinggi dan kelarutan dalam lemak yang tinggi sehingga memiliki volume distribusi
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
21/41
21
yang besar. Metabolisme dilakukan oleh sistem mikrosomal hari dan dikeluarkan
sebagai metabolit nonaktif melalui ginjal.
b. Antidepresan Hetrerosiklik; Obat Generasi Kedua dan Ketiga
Obat golongan ini adalah amoksapin, maprotilin, trazodon, bupropion,
venlafasin, mirtrazapin, dan nefazodon.
Farmakokinetik obat golongan ini sama seperti antidepresan trisiklik.
Trazodon dan venlafasin memiliki waktu paruh yang sempit sehingga diperlukan
dosis terbagi pada awal pengobatan, pada pengobatan lebih lanjut dapat
digunakan dosis tunggal.
c. Selektive Serotonine Reuptake Inh ibi tors(SSRI)
SSRI beranggotakan fluoksetin, paroksetin, sertralin, fluvoksamin dan
citalopram. Obat golongan ini secara selektif menghambat ambilan serotonin pada
celah sinaps. Efek antikolinergik dan kardiotoksisitas SSRI jauh lebih rendah bila
dibandingkan dengan TCA.
Fluoksetin memiliki waktu paruh 1 sampai 10 hari, sedangkan
norfluoksetin (metabolit aktif fluoksetin) memiliki waktu paruh 3 sampai 30 hari.
Obat ini diberikan per oral dan konsentrasi plasma yang mantap tercapai setelah
beberapa minggu pengobatan. Fluoksetin merupakan inhibitor kuat untuk
isoenzim P450 hepar.
d. Inhibitor Monoamin Oksidase (MAOI)
MAOI dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu hidrazid dan nonhidrazid.
Hidrazid terdiri dari fenelzin dan isokarboksazid, sedangkan nonhidrazis terdiri
dari tranilsipromin. Obat ini menghambat kerja enzim monoamin oksidase secara
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
22/41
22
irefersibel sehingga terjadi peningkatan sdepot norepinefrin, serotonin dan
dopamin.
Monoamin oksidase (MAO) adalah salah satu enzim yang berperan dalam
mendegradasai katekolamin. MAO terdapat di permukaan luar mitokondria.MAO
memetabolisme neurotransmiter berlebih di dalam sel saraf. Pada penggunaan
reserpin, terjadi peningkatan kadar dopamin dalam sel. Dopamin yang berlebih ini
akan dioksidasi oleh MAO menjadi metabolit tidak aktif dan dikeluarkan melalui
urin.
Terdapat dua isozim MAO, yaitu MAO-A dan MAO-B. Penghambatan
ireversibel terhadap MAO-A dapat meningkatkan jumlah tiramin, perangsang
pelepasan norepinefrin pada neuron simpatetik, secara bermakna yang efek
akhirnya berupa peningkatan tekanan darah.
Obat ini mudah diabsorbsi pada pemberian per oral tetapi efek
antidepresan memerlukan 2 sampai 4 minggu pengobatan. Regenerasi enzim
biasanya terjadi beberapa minggu setelah penghentian obat. Obat ini
dimetabolisme di hepar dan diekskresikan melalui ginjal.
Interaksi Obat
Trisklik+ Haloperidol/Phenotiazine = mengurangi eksresi dari
Trisiklik( kadar dalam plasma meningkat). Terjadi potensiasi efek
antikolinergik(ileus paralitik, disuria, gangguan absorbsi).
SSRI/TCA+MAOI= Serotonin Malignant Syndromedengan gejala-
gejala: gastrointestinal distress(mula, muntah,diare), agitasi(mudah
marah, ganas), restlessness(gelisah).
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
23/41
23
MAOI + sympathomimetic drugs (phenypropanolamine,
pseudoephedrine pada obat flu/ asma, noradrenaline pada anastesi
lokal,derivat amfetamine, L-dopa) + efek potensiasi yang dapat
menjurus ke Krisis Hipertensi(acute paroxysmal hypertension),
dimana ada resiko terjadinya serangan stroke.
MAOI+ Senyawaan mengandung tyramine(keju, anggur) = dapat
terjadi krisis Hipertensi(Hypertensive Crisis) dengan resiko
serangan stroke pada usia lanjut.
Obat anti depresi + CNS Depressant
(morphine,benzodiazepine,alcohol) = potensiasi efek sedasi dan
penekanan terhadap pusat nafas, resiko timbulnya respiratory
failure.
Cara Penggunaan
a. Pemilihan Obat
Pada dasarnya semua obat anti depressan mempunyai efek primer(efek
klinis) yang samapada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek
sekunder(efek samping).
Efek Samping Obat Anti Depresan
Efek Samping Obat Anti depresi dapat berupa:
Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
menurun, kemampuan kognitif menurun)
Efek Antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,
konstipasi)
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
24/41
24
Efek Anti adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi)
Efek Neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia)
Efek Samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari penderita),
biasanya berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan pada dosis yang sama.
Pada keadaan Overdosis/ I ntoksikasi Tr isikl ik dapat timbul: Atropine
Toxic Syndrome dengan gejala : eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia,
konvulsi, toxic confusional state(confusion, delirium, disorientation ).
Tindakan untuk keadaan tersebut:
Gastric lavage (hemodialisis tidak bermanfaat karena obat Trisklik
bersifat protein binding, forced diuresis juga tidak bermanfaat oleh
karena renal excretion of free drug rendah)
Diazepam 10 mg (im) untuk mengatasi konvulsi
Prostigmine 0,5-1,0 mg (im) untuk mengatasi efek anti kolinergik
(dapat diulangi setiap 30- 45 sampai gejala mereda)
Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung.
Kematian dapat terjadi oleh karena Cardiac Arrest. Lethal Dose
Trisiklik = sekitar 10x theurapetic dose maka itu tidak memberikan
obat dalam jumlah besar kepada penderita depresi (tidak lebih dari
dosis seminggu)dimana pasien sudah ada pikiran untuk bunuh diri.
Obat anti depresi golongan SSRI relatif lebih aman pad overdosis.
Nama Obat Anti kolinergik Sedasi Hipotensi ortostatik Keterangan
Amitriptyline +++ +++ +++ +++
Imipramine +++ ++ ++ Berat
Clomipramine ++ ++ + ++
Trazodone + +++ + Sedang
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
25/41
25
Mirtazapine + +++ + +
Maprotiline + ++ + Ringan
Mianserin + ++ + +/-Amoxapine + + ++ Tidak ada
Tianeptine +/- +/- +/- Minimal
Moclobemide +/- +/- +
Sertraline +/- +/- +/-
Paroxetine +/- +/- +/-
Fluvosamine +/- +/- +/-
Fluoxetine +/- +/- +/-
Citalopram +/- +/- +/-
Pemilihan jenis obat anti depresi tergantung pada toleransi pasien
terhadap efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap
kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu, jenis depresi)
Misalnya:
Trisiklik (Amitriptyline, Imipramine) efek samping sedatif,
otonomik, kardiologik lebih besar diberikan pada pasien muda
(young healthy) yang lebih besar toleransi terhadap efek samping
tersebut dan bermanfaat untuk meredakan agitated depression.
Tetrasiklik (Maprotiline, Mianserin)dan Atipikal (Tazodone,
Mirtazapine) efek samping otonomik, kardiologik relatif lebih
kecil, efek sedasi lebih kuat diberikan pada pasien yang
kondisinya kurang tahan terhadap efek otonomik dan
kardiologik(usia lanjut) dan sindrom depresi dengna gejala
anxietasdari insomnia yang menonjol.
SSRI (Fluoxetine, Setraline) efek sedasi, otonomik,hipotensi
sangat minimal untuk pasien retarded depression pada usia
dewasa dan usia lanjut, atau yang dengan gangguan jantung, berat
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
26/41
26
badan lebih, dan keadaan lain dimana manfaat efek samping yang
minimal tersebut.
MAOI-Reversible (Meclobemide) efek samping hipotensi
ortostatik (relatif sering) pasien usia lanjut mendadak
bangunmalam hari ingin miksi resiko jatuh dan dan trauma lebih
besar. Perubahan posis tubuh dianjurkan tidak mendadak, dengan
tenggang waktu dan gradual.
Mengingat profil efek sampingnya, untuk penggunaan pada Sindrom
Depresi ringan dan Sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas
kesehatan, pemilihan obat anti depresi sebaiknya mengikuti
urutan(step core)
o Step 1 = Gol SSRI (Fluoxetine, Sertraline)
o
Step 2 = Gol Trisiklik (Amitriptyline)
o Step 3 = Gol Tetrasiklik (Maprotiline)
Gol atypical (Trazodone)
Gol MAOI Reversible (Moclobemide)
Pertama-tama gunakan golongan SSRI yang efek sampingnya
sangat minimal, spectrum anti depresi luas, gejala putus obat
minimal, dan lethal dose yang tinggi (>6000mg) sehingga relatif
aman.
Bila telah diberikan dosis yang adekuat dalam jangkawaktu yang
cukup (sekitar 3 bulan)tidak efektif, dapat beralih ke golongan
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
27/41
27
kedua, golongan Trisiklik, yang spectrumnya luas namun efek
sampingnya lebih berat.
Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan
spectrum anti depresi yang lebih sempit dan juga efek samping
lebih ringan dibanding Trisiklik, yang terringan yaitu golongan
MAOI Reversible.
Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke
MAOImembutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk wash out
period guna mencegah timbulnya Serotonin Malignant
Syndrome.
Lithium digunakan pada Unipolar Recurrent Depression
yaituuntuk mencegah kekambuhan sebagai Mood stabilizers
dibutuhkan kadar serum lithium 0,4-0,8 mEq/L.
Untuk efek Mania, kadar serum lithium 0,8-1,2 mEq/L (kadar
teraupetik). Kadar toksik adalah >1,5 mEq/L.
Rentang kadar serum terapeutik dan toksis sempit sehingga
membutuhkan monitoring kadar serum lithium untuk deteksi dini
intoksikasi.
Dosis obat Lithium sekitar 250-500 mg/h untuk mencapai kadar
serum Lithium profilaksis.
Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
o Onset efek primer: sekitar 2-4 minggu
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
28/41
28
o Onset efek sekunder : sekitar12-24 jam
o
Waktu paruh: 12-48 jam (pemberian 1-2 kali/ hari)
Ada 5 proses dalam pengaturan dosis:
1. Initiating dosage (test dose) untuk mencapai dosis anjuran
selama minggu 1.
Misalnya: dosis Amitriptyline 25 mg/h = hari 1 dan 2
50 mg/h = hari 3 dan 4
2. Titrating dosage (optimal dose) mulai dari anjuran sampai
mencapai dosis efektif dosis optimal.
Misal: dosis Amitriptyline 150 mg/h=hari 7 s/d 14 hari (Minggu II)
Minggu III:200mg/hMinggu IV:300mg/h
3. Stabilizing Dosage(stabilization dose)dosis optimal
dipertahankan selama 2-3 bulan.
4.
Maintaining Dosage(maintenance dose) selama 3-6 bulan.
Biasanya dosis pemeliharaan =1/2 dosis optimal
5. Tapering Dosage(tapering dose) selama 1 bulan. Kebalikan pada
proses Initiating dosage.
Dengan demikian obat anti depresi dapat diberhentikan total. Kalau
Sindrom Depresi kambuh lagi, proses dimulai dari awal dan
seterusnya.
Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggalpada malam hari
(single dose one hour before sleep) untuk golongan Trisiklik dan
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
29/41
29
Tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi
hari setelah sarapan pagi.
Lama pemberian
Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan dalam jangka panjang
oleh karena addiction potential-nya sangat minimal.
Perhatian Khusus
Kegagalan terapi obat anti Depresi pada umumnya disebabkan:
Kepatuhan pasien menggunakan obat(compliance), yang dapat hilang
oleh adanya efek samping , perlu diberikan edukasi dan informasi.
Pengaturan dosis obat belum adekuat
Tidak cukup lama mempertahankan pada dosis optimal.
Dalam menilai efek obat terpengaruh oleh persepsi pasien yang
tendensi negatif, sehingga penilaian menjadi bias.
Kontra indikasi:
Penyakit jantung Koroner khusunya pada usia lanjut.
Glaukoma, Retensi urin, hipertrofi proistas, gangguan fungsi hati,
epilepsi.
Pada penggunaan obat Lithium, kelainan fungsi jantung,ginjal dan
kelenjar tiroid.
Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan menggunakan TCA,
resiko teratogenik besar (khususnya trimester 1) dan TCA dieksresi
melalui ASI.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
30/41
30
Nama ObatDosis
(mg/hari)Sediaan
Trisiklik:
1. Amitriptyline 75200 10,25,50,75, 100,150 mg
2. Clomipramine 75300 25, 50, 75 mg
3. Doxepin 75300 10, 25, 50, 75, 100, 150 mg
4. Imipramine 75200 10, 25, 50 mg (as
hydrochloride); 75, 100,
125, 150 mg (as pamoate)
Inhibitor MAO
Phenelzine 4575 15 mg
SSRI
1. Fluoxetine 1060 10 mg
2. Fluvoxamine 100300 25, 50, 100 mg
3. Sertraline 50200 25, 50, 100 mg
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
31/41
31
OBAT ANTI-ANSIETAS
Obat anti-ansietas mempunyai beberapa sinonim diantaranya Psycholeptics,
MinortranqulizersdanAnxyolitics. Obat anti-ansietas dibagi menjadi 2 golongan :
- Benzodiazepin
- Non Benzodiazepin
Indikasi :
Gejala sasaran (target syndrome): sindrom anxietas. Meliputi sindrom
anxietas psikis, organik, situasional, dan sindrom anxietas penyerta.
Penggolongan Obat Anti-Ansietas
No Golongan Nama Generik Sediaan Dosis Anjuran
1. Benzodiazepin Diazepam Tab. 2-5 mg Peroral 10-30
mg/hr, 2-3 x/hari
Parenteral
IV/IM 2-10
mg/kali setiap 3-
4 jam
Klordiazepoksoid Tab. 5 mg
Kap. 5 mg
15-30 mg/hari
2-3 x/hari
Lorazepam Tab. 0,5-2 mg 2-3x1 mg/hr
Clobazam Tab. 110 mg 2-3x10 mg/hr
Brumazepin Tab. 1,5-3-6 mg 3x1,5 mg/hr
Oksazolom Tab. 10 mg 2-3x10 mg/hr
Klorazepat Cap. 5-10 mg 2-3x5 mg/hr
Alprazolam Tab. 0,25-0.5-1
mg
3x0,25-0,5 mg/hr
Prazepam Tab. 5 mg 2-3x5 mg/hr2. Non-
Benzodiazepin
Sulpirid Tab. 50 mg 100-200 mg/hari
Buspiron Tab. 10 mg 15-30 mg/hari
Mekanisme Kerja:
Benzodiazepin
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
32/41
32
Sindrom ansietas disebabkan oleh adanya hiperaktivitas dari limbic system
yang terdiri dari dopaminergic, nonadrenergic, serotoninergicyang dikendalikan
oleh GABA ergic yang merupakan suatu inhibitory neurotransmitter. Obat
ansietas benzodiazepin yang bereaksi dengan reseptornya yang akan meng-inforce
dari inhibitory action of GABA neuronsehingga hiperaktivitas tersebut mereda.
Non-Benzodiazepine
Buspirone bekerja melalui mediasi reseptor serotonin (5-HT1A), meskipun
reseptor lain mungkin juga terlibat karena buspirone menunjukkan afinitas untuk
reseptor dopamin DA2dan reseptor serotonin 5-HT2. Cara kerja buspirone bukan
sebagai antikonvulsan atau pelemas otot seperti benzodiazepine.
Efek Samping :
Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, psikomotor menurun,
kemampuan kognitif melemah)
Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll)
Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika
Penghentian obat secara mendadak akan menimbulkan gejala iritabel,
bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin dan konvulsi.
Efek teratogenik (khususnya pada trimester I) berkaitan dengan obat
golongan benzodiazepine yang dapat melewati placenta dan
mempengaruhi janin.
Pemberian benzodiazepine saat persalinan (khususnya dosis tinggi) harus
dihindarkan oleh karena dapat menyebabkan hypotonia, penekanan
pernafasan, dan hipotermia pada anak yang dilahirkan.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
33/41
33
Interaksi Obat
Benzodiazepine + CNS depressants (phenobarbital, alchohol, obat anti
psikosis, anti depresi, opiates) potensiasi efek sedasi dan penekanan
pusat napas, resiko timbulnya respiratory failure.
Benzodiazepine + CNS stimulants (amphetamine, caffeine, appetite
suppressants) = antagonisme efek anti anxietas, sehingga efek
benzodiazepine menurun.
Benzodiazepine + Neuroleptika = efek manfaat klinis dari
Benzodiazepine mengurangi kebutuhan dosis neuroleptika, sehingga
resiko efek samping neuroleptika berkurang.
Kontraindikasi :
Hipersensitifitas terhadap benzodiazepin
Glaucoma
Miastenia gravis
Insufisiensi paru kronis
Penyakit ginjal dan hati kronis
Paradoxal reaction (pada usia lanjut dan anak), berupa gelisah, iritabilitas,
disinhibisi dan gangguan tidur
Ketergantungan obat, biasanya pada individu dengan riwayat peminum
alcohol, penyalahgunaan obat.
Untuk mengurangi risiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian
obat 3 bulan dalam rentang dosis terapeutik.
Cara Penggunaan:
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
34/41
34
a. Pemilihan obat
Golongan Benzodiazepine sebagai obat anti-anxietas mempunyai
therapeutic ratio lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan adiksi
dengan toksisitas yang rendah, dibandingkan dengan meprobamate atau
phenobarbital. Disamping itu, phenobarbital menginduksi enzim
mikrosomal hepar, sedangkan golongan benzodiazepine tidak.
Golongan Benzodiazepine = drug of choice dari semua obat yang
mempunyai efek anti-anxietas, disebabkan spesifisitas, potensi dan
keamanannya.
Spektrum klinis Benzodiazepine meliputi efek anti anxietas, anti
konvulsan, anti insomnia, dan premedikasi tindakan operatif.
Diazepam / Chlordoazepoxide : Broadspectrum
Klobazam untuk pasien dewasa dan pada usia lanjut yang igin tetap
aktif
Lorazepam untuk pasien dengan kelainan fungsi hati atau ginjal
Alprazolam efektif untuk ansietas antosipatorik, awal mula kerja
lebih cepat dan mempunyai komponen efektif antidepresan.
Sulpirid efektif meredakan gejala somatic dari sindroma ansietas
dan paling kecil risiko ketergantungan obat.
Pemberian obat diawali dengan dosis awa (dosis anjuran) kemudian
dinaikkan dosis setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini
kemudian dipertahankan selama 2-3 minggu. Setelah itu diturunkan 1/8x dosis
awal setiap 2-4 minggu sehingga tercapai dosis pemeliharaan. Bila kambuh
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
35/41
35
dinaikkan lagi dan tetap efektif pertahankan 4-8 minggu. Terakhir lakukan
tapering-off. Pemberian obat tidak lebih dari 1-3 bulan pada sindroma ansietas
yang disebabkan oleh faktor eksternal.
Pengaturan Dosis
Steady state(keadaan dengan jumlah obat yang masuk kedalam badan
sama dengan jumlah obat yang keluar dari badan) dicapai setelah 5-7 hari
dengan dosis 2-3 kali sehari (half life = < 24 jam). Onset of Actioncepat
dan langsung memberikan efek.
Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai steady
state.
Pengaturan dosis tidak perlu seperti neuroleptika dan antidepresan.
Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) naikkan dosis tiap 3-5 hari,
sampai mencapai dosis optimal dipertahankan 2-3 minggu
diturunkan 1/8x dosis sebelumnya (dosis terakhir yang sedang
dipertahankan) setiap 2-4 minggu dosis minimal yang masih efektif
(maintenance dose) bila kambuh dinaikkan lagi dan bila tetap efektif
pertahankan 4-8 minggutapering off.
Lama Pemberian
Pada sindrom anxietas yang disebabkan faktor situasi eksternal, pemberian
obat tidak lebih dari 1-3 bulan.
Pemberian yang sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila sindrom anxietas
dapat diramalkan waktu datangnya dan hanya pada situasi tertentu
(anticipatory anxiety), serta terjadinya tidak sering.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
36/41
36
Penghentian selalu secara bertahap (stepwise) agar tidak menimbulkan
gejala lepas obat (withdrawal symptoms).
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
37/41
37
OBAT MOOD STABILIZER
Mood stabilizer merupakan agen yang digunakan untuk menangani bipolar
disorder, dimana terjadi episode manik maupun episode depresi. Pada umumnya
lebih efektif digunakan untuk mengobati mania dibandingkan depresi. Pada
keadaan depresi diberikan antidepresan namun dikhawatirkan akan menimbulkan
episode manik bila tidak diberikan mood stabilizer.
Mood stabilizer diantaranya adalah litium dan antikonvulsan seperti asam
valproat dan kalbamazepine.
a. Litium Karbonat
Litium karbonat merupakan jenis garam litium yang paling sering digunakan
untuk mengatasi gangguan bipolar, selain itu yakni litium sitrat.
Farmakokinetik:
-
Litium diabsorbsi di gastrointestinal
- Litium tidak dapat melewati sawar darah otak dengan cepat, waktu paruh
20 jam dan keseimbangan tercapai setelah 5-7 hari.
- Litium dieliminasi oeh ginjal
Mekanisme Aksi:
-
Litium menimbulkan efek mood stabilizer dengan cara menghambat
inositol monophosphatase (IMPase), dengan substitusi satu dari dua ion
magnesium pada sisi aktif IMPase, dimana IMPase diyakini sebagai
penyebab beberapa gangguan bipolar
- Efek terhadap elektrolit & transport ion: litium mengganti natrium dalam
membantu suatu potensial aksi neuron.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
38/41
38
-
Efek terhadap neurotransmitter: litium membantu menurunkan
pengeluaran norepinefrin dan dopamin, menghambat supersensitivitas
dopamine, meningkatkan sintesis asetilkolin.
Dosis Terapi:
- Mania Akut : respon optimal pada pemberian litium karbonat dengan dosis
1800 mg/hari, dengan dosis terbagi.
- Kontrol jangka panjang: dosis bervariasi, tapi biasanya diberikan berkisar
900-1200 mg/hari dalam dosis terbagi.
Efek Samping:
Efek penggunaan litium dilaporkan cukup serius. Secara umum memiliki efek
seperti mengkonsumsi banyak garam seperti hipertensi, retensi air dan konstipasi,
selain itu:
-
mual
- tremor
- poliuria & enuresis
- usia
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
39/41
39
Farmakokinetik
Pemberian peroral cepat diabsorbsi dan kadar maksimal serum tercapai
setelah 1-3 jam, waktu paruh 8-10 jam, kadar darah stabil setelah 48 jam terapi.
Pada gangguan bipolar, valproat efektif dalam terapi mania akut. Selain itu
valproat efektif dalam terapi fase jangka pendek gangguan skizoafektif tipe
bipolar.
Efek Samping:
-
mual
-
SSP: kantuk, ataksia dan tremor
-
Toksisitasnya dapat mengganggu saluran cerna, system saraf, ruam kulit,
alopesia, dll
c. Karbamazepin
Selain sebagai antiepilepsi juga menunjukkan efek pada perbaikan psikis
yakni perbaikan kewaspadaan dan prasaan, sehingga efektif juga untuk mengobati
kelainan psikiatri seperti mania atau bipolar.
Mekanisme Kerja:
Karbamazepin diduga bekerja dengan menstabilkan kanal sodium pada
neuron sehingga menjadi kurang dapat tereksitasi. Selain itu karbamazepin juga
mempotensiasi reseptor GABA.
Bioavailabilitas 80% dengan ikatan protein 76%. Dimetabolisme oleh
enzim CYP3A4 hati menghasilkan metabolit aktif epokside. Waktu paruh 25-65
jam dan ekskresi melalui urin. Karbamazepin dapat menurunkan kadar asam
valproat, fenobarbital dan fenitoin.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
40/41
40
Indikasi:
-
Gangguan bipolar 1 : efektif untuk mengobati mania akut
- Skizofrenia dan gangguan skizoafektif, pasien dengan gejala positif
(halusinasi) dan beberapa gejala negatif.
Efek Samping:
- Pusing
- Vertigo
-
Ataksia
-
Diplopia dan penglihatan kabur
-
Mual & muntah
- Anemia aplastik
- Alergi
-
Gejala intoksikasi akut: stupor/koma, iritabel, kejang dan depresi napas.
7/13/2019 CSS Psikofarmaka
41/41
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Syarif A et.al. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2007.
2. Kaplan & Sadocks synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical
psychiatry ed. Benjamin James Sadock, Virginia.s
3.
Maslim R, Panduan Praktis Penggunaan Klinik, Obat Psikotropik. Edisi 3.
Jakarta: 2001.