Upload
dienashlihati
View
544
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan kasus dan tinjauan pustaka
Citation preview
RESPONSI
CUTANEOUS LARVA MIGRANS
Disusun Oleh:
Muhammad Abdul Basith
G 99122068
Pembimbing:
Dr. Indah Julianto, dr, Sp.KK
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2014
STATUS RESPONSI
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
Pembimbing : Dr. Indah Julianto, dr, Sp.KK
Nama Mahasiswa : Muhammad Abdul Basith
NIM : G 99122068
CUTANEUS LARVA MIGRANS
A. PENDAHULUAN
Infeksi cacing pada manusia sering mengakibatkan gangguan pada system
kulit manusia. Infeksi cacing secara garis besar dapat di bagi menjadi 3 golongan
besar, yakni nematodes (Human nematodes, animal namatodes), trematodes, dan
cestodes. Masing-masing golongan ini memiliki siklus hidup yang berbeda-beda.
Cacing ini dapat berdapatasi dengan baik dan memiliki siklus hidup di manusia, baik
dari level larva hingga dewasa dapat hidup di host manusia. Manifestasi kutaneus
dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing ini dapat bervariasi tergantung
pada siklus dari cacing tersebut yang dapat dibagi menjadi : penetrasi (jika jaringan
kutan), invasive (atau akut), dan kronik (atau fokal). Cutaneus Larva Migrans
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh Ancylostoma braziliense dan
Ancylostoma caninum yang merupakan termasuk golongan Animal Nematodes.1,2
Invasi ini sering terjadi pada anak-anak terutama yang sering berjalan tanpa
alas kaki, atau yang sering berhubungan dengan tanah atau pasir. Infeksi dari
Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum mungkin didapatkan dari larva
yang berasal dari kotoran binatang di tanah. Demikian pula para petani atau tentara
sering mengalami hal yang sama.1,2
Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis atau subtropics yang hangat dan
lembab, misalnya di Afrika, Amerika Selatan dan Barat, dan di Indonesia pun
banyak dijumpai.1
B. DEFINISI
1
Istilah ini digunakan pada kelainan kulit yang merupakan peradangan
berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh
invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing. 1
Pada beberapa sumber lain menyebutan dengan nama Creeping eruption,
creeping verminous dermatitis, sandworm eruption, plumbers’s itch, duck hunter’s
itch. Semua nama ini lebih ditunjukan ada gejala yang timbul (gatal dan creeping
dermatitis) yang dapat juga disebabkan oleh beberapa jenis parasite yang lain. 2
C. EPIDEMIOLOGI
Cutaneus larva migrans (CLM) terdistribusi secara luas dan hampir dapat
ditemukan di wilayah tropic dan sub tropic, terutama bagian tenggara Amerika
Serikat, Caribia, Africa, Amerika tengah dan selatan, India dan Asia tenggara.
Beberapa aktivitas dapat meningkatkan resiko infeksi, terutama yang berhubungan
dengan tanah yang terkontaminasi dengan kotoran hewan, seperti bermain di
lapangan, berjalan tanpa alas kaki di pantai, dan pekerjaan di bawah tanah yang
harus dilakukan dengan posisi merangkak. Selain itu pekerja yang yang dalam
kesehariannya terutama pekerja di bidang pertanian yang tidak menggunakan sepatu
memiliki resiko yang lebih besar terkena CLM. 2,4
Selain itu, juga dilaporkan kasus juga terjadi pada daerah timur tengah.
Dimana tempat yang panas dan kelembapan yang cukup merupakan tempat yang
baik baik persebaran infeksi cacing ini. 6
D. ETIOPATOGENESIS
Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang
anjing dan kucing., yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Di
Asia Timur umumnya disebabkan oleh gnatostoma babi dan kucing. Pada beberapa
kasus ditemukan Enchinococcus, Strongyloides sterconalis, Dermatobia maxiales,
dan Lucilia caesar. Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari beberapa jenis
lalat, misalnya Castrophilus (the horse bot fly) dan cattle fly. Biasanya larva ini
merupakan stadium ketiga siklus hidupya. Nematoda hidup pada hospes, ovum
terdapat pada kotoran binatang dan karena kelembapan berubah menjadi larva yang
mampu mengadakan penetrasi ke kulit. Larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan tanpa
2
tujuan sepanjang dermoepidermal, setelah beberapa jam atau hari akan timbul gejala
di kulit.1,2. Namun dalam case report yang dilakukan oleh Michael Arter disebutkan
bahwa larva mungkin dapat dorman selama beberapa bulan setelah infeksi.7
Gambar 1. Cutaneous larva migrans dorman
Michael et all. Dalam tulisannya menjelesakan mengenai cutaneous larva
migrans yang terjadi pada bayi di Adelaide Hill, Australias. Disebutkan dalam
tulisan tersebut bahwa di daerah tersebut tidak pernah dilaporkan adanya kasus
cutaneous larva migrans. Namun timbulnya kasus ini pada 2010 menimbulkan
hipotesis bahwa selain anjing dan kucing, ada kemungkinan hewan semacam tupai
dan kaki seribu sebagai sumber dari larva nematode.8
3
Gambar 2. Cutaneus Larva Migrans pada bayi8
Manusia dapat terinfeksi dari parasite ini ketika berkativitas di lingkungan
yang terkontaminasi dengan kotoran hewan. Larva cacing ini mampu bertahan di
tanah selama berminggu-minggu. Ketika memasuki siklus hidup ke tiga, cacing ini
mampu penetrasi ke dalam kulit manusia dan migrasi beberapa centi meter selama
beberapa hari di anatara lapisan stratum germinativum dan stratum corneum. Hal ini
dapat menginduksi reaksi inflamsi eosinophil. Sebagian cacing ini tidak dapat
meniginvasi ke bagian yang lebih dalam dan akan mati dalam beberapa hari dan
bulan.2
Infeksi bakteri juga dapat terjadi dalam berapa kasus. Hal ini diakibatkan dari
hasil garukan yang dilakukan oleh pasien sendiri. Biasanya terjadi pada orang
dengan status ekonomi yang rendah dan sebagai penyebab dari morbiditas.6
E. GEJALA KLINIS CUTANEUS LARVA MIGRANS
Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas. Mula-mula
akan timbul papul, kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear
atau berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3 mm, serta panjang 15-20 cm
dan berwarna kemerahan. Adanya lesi papul yang eritomatosa ini menunjukkan
bahwa larva tersebut telah berada di kulit selama beberapa jam atau hari.1
Gambar 4. Cutaneus Larva Migrans2
Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelok-
kelok, polisiklik, serpinginosa, menimbul, dan membetuk terowogan (burrow),
4
mencapai panjang beberapa cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari.
Selain itu juga dapat menimbulkan lesi vesicular dan bula. 1,2
Gambar 5. Cutaneus larva migrans dengan lesi vesicular dan bula. 2
Tempat predileksi adalah di tungkai, telapak kaki, pinggang panggul, pundak,
plantar, tangan, anus, bokong, dan paha, juga bagian tubuh di mana saja yang sering
berkontak dengan tempat larva berada. Satu lesi yang muncul juga dapat
berhubungan beberapa saluran tempat masuknya cacing tersebut.1,3,4
Selain itu ditemukan beberapa temuan klinis lainya, seperti foliculitis yang
disebakan infeksi cacing. Pasien sering mengeluhkan gatal dan adanya tanda
creeping eruption. Folikulitis ini dapat terjadi pada 20-100 folikel dan dapat berupa
papul dan pustul, sering terjadi pada beberapa bagian tubuh saja seperti area pantat.
Folikulitis ini juga dapat diikuti atau tidak diikuti dengan adanya tanda-tanda
serpiginious yang khas pada cutaneus larva migrans.2
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Special Test. Tetap harus ditemukan adanya tanda-tanda creeping eruption,
dan riwayat terpapar atau riwayat berpergian ke daerah yang mungkin dapat
menularkan infeksi cacing ini. Penegakan dari folikulitis cacing harus berdasarkan
adanya penemuan klinis berupa pruritus folikulitis yang disertai creeping eruption.
Di lain pihak, terkadang perlu adanya pemerikasaan histologis yang akan
5
menenumkan nematoda yang terperangkap di canal folikel, stratum corneum,
maupun lapisan dermis disertai dengan adanya infiltrat eosinophilic. Biopsi tidak
memberikan manfaat. 2,3
Anand et all menyebutkan dalam Journalnya yang berjudul Cutaneues Larva
Migrans: Diagnosis on Fine Needle Aspiration. Penulis melakukan pemeriksaan
sitologi dalam menegegakkan Cutaneus larva migrans. Dimana ditemukan adanya
cacing refracile yang panjang dengan kutikula yang tebal, dikelilingi neurtophil dan
histiosit. Penulis juga menyebutkan bahwa penemuan eosinophil dan peningkatan
Immunoglobulin E memang langka.
Gambar 6. Refractile parasite (MCG, 40x)9
Gambar 7. Inflamsi dermal dan subcutaneus (H&E, 10x)9
6
Gambar 8. Eosinophilic dan Neutrophilic infiltration (H&E,40x)9
Namun beberapa sumber menuliskan bahwa pemeriksaan laboratorium
kurang membantu dalam penegakan diagnosis. 4
G. DIAGNOSIS
Berdasarkan bentuk khas, yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang
lurus atau berkelok-kelok, menimbul, dan terdapat papul atau vesikel di atasnya.1
H. DIAGNOSA BANDING
Dengan melihat adanya terwongan harus dibedakan dengan scabies, pada
scabies terowongan yang terbentuk tidak akan sepanjang seperti penyakit ini. Bila
melihat bentuk yang polisiklik sering dikacaukan dengan dermatofitosis. Pada
permulaan lesi berupa papul, karena itu sering diduga insects bite. Bila invasi larva
yang multiple timbul serentak, papul-papul lesi dini sering menyerupai herpes zoster
stadium permulaan.1
Selain itu juga pada pekerja di bidang pertanian dapat dipikirkan beberapa
diagnosis banding yang lain seperti tinea, leishmaniasis, dermatitis kontak, erythema
chronicum migrans, migratory myasis, larva currens, gnathostomiasis, dan loaiasis. 4
I. PENGOBATAN
Sejak tahun 1963 telah diketahui bahwa antihelmintes berspektrum luas,
misalnya tiabendazol (mintezol), ternyata efektif. Dosisnya 50 mg/kg BB/hari,
sehari 2x, diberikan berturut-turut selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram sehari,
jika belum sembuh dapat diulangi setelah beberapa hari. Obat ini sukar didapat. Efek
sampingnya mual, pusing, dan muntah. Eyster mencobakan pengobatan topical
solution tiabendazol dalam DMSO dan ternyata efektif. Demikian pula pengobatan
dengan suspense obat tersebut secara oklusi selama 24-48 jam telah dicoba oleh
Davis dan Israel.1
Obat lain ialah abendazol, dosis sehari 400 mg sebagai dosis tunggal,
diberikan 3 hari berturut-turut. Sumber lain menyebutkan dalam 5-7 hari. 1,3
Dapat juga diberikan single dose Ivermectin (200µ/kg BB) dapat membunuh
migrasi larva secara efektif dan mengurangi gatal secara cepat. Topikal
thiabendazole 10% cream, meskipun kurang efektif, namun dapat menjadi terapi
7
alternative pada anak-anak untuk mencegah adanya efek potensial dari terapi
sistemik. Nesama et all menyebetukan juga bahawa kombinasi dari obat topical dan
sistemik terkadang dibutuhkan juga dalam pengobatan cutaneous larva migrans.3,6
Cara terapi ialah dengan cryotheraphy yakni menggunakan CO2 snow (dry
ice) dengan penekanan 45” sampai 1’, dua hari berturut-turut. Penggunaan N2 liquid
juga dicobakan. Cara beku dengan menyemprotkan kloretil sepanjang lesi. Cara
tersebut di atas agak sulit karena kita tidak mengetahui secara pasti di mana larva
berada, dan bila terlalu lama dapat merusak jaringan sekitarnya. Pengobatan cara
lama dan sudak ditinggalkan adalah dengan preparat atimon.1
Neseema et all menyebutkan dalam penelitian nya bahwa pengobatan
cutaneous larva migrans yang menggunakan kombinasi terapi anatara albendazole
(400 mg selama 7 hari) dan liquid nitrogen (1 sesi) lebih berkhasiat dalam
pengobatan. 6
J. KOMPLIKASI
Dari beberapa penelitian, juga didapatkan beberapa penemuan lain yang
berhubungan dengan keadaan sistemik, seperti wheezing, batuk, urtikaria, peripheral
eosinophilia (Loefneer Syndorome, larva dapat penetrasi hingga bagian paru-paru
menyebabkan pulmonary eosinophiilia dan batuk lama), infiltrat pada paru-paru,
peningkatan imunoglobulin E yang mana ditemukan pada beberapa pasien yang
terdiagnosis cutaneus larva migrans.2,3,5
K. PREVENTIF
Dapat dicegah dengan menghidari kontak kulit langsung dengan tanah yang
terkontaminasi kotoran hewan.2
Ketika mengunjungi negara tropis, terutama wilayah pantai dan area berpasir,
area lembab, disarankan menggunakan sepatu yang menutup seluruh bagian kaki.
Serta menghindari duduk dan tidur di area berpasir meskipun menggunakan handuk
sebagai alas.3
L. PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan cutaneous larva migrans sangat baik. Pada dasarnya
merupakan suatu penyakit self limiting. Manusia merupakan tempat end-host bagi
8
parasit ini dan lesi akan bertahap hilang dalam 4-8 minggu namun dalam beberapa
kasus juga dapat selama 1 tahun.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Aisah, Siti. 2008. Creeping Eruption, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi ke 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI. Hal 125-126
2. Mary Elizabeth Wilson.2008. Helminthic Infections, Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine Seventh Edition. McGrawHill : United
States Of America. Hal 2011-2029
3. Vano Galvan, Sergio. Gil-Mosquera et all. 2009. Case Report Cutaneous
Larva Migrans : A Case Report. Biomed Central 2:112.
4. F.Conde, Jeniifer. Feldman, Steven et all. 2007. Cutaneous Larva Migrans in
a Migrant Latino Farmworker. Journal of Agromedicine, 12:2,45-48
5. Supples, Suzanne. Gupta, Shobbit et all 2013. Creeping eruptions: Cutaneous
Larva Migrans. Journal of Community Hospital Medicine.
6. Neseema, Kapadia. Borhany, Tesneem. Forooqui, Maria. 2013. Use of
Liquid Nitrogen and Albendazole in Succesfully treating Cutaneous Larva
Migrans. Journal of the Collage of Physicians and Surgeons Pakistas 2013,
23(5) : 319-321
9
7. Arcer, Michael. 2009. Late Presentation of Cutaneous Larva Migrans : A
case report. Case Journal 2:7533
8. Black, Michael. Grovee, David et all. 2010. Case Series Cutaneous Larva
Migrans in infant in the Adelaide Hills. Australasian Journal of Dermatology
(2010) 51 : 281-284
9. Anand. Sowmya. 2013. Cutaneous Larva Migrans : Diagnosis on Fine
Needle Aspiration. International Journal of Recent Trends in Science and
Tecnology. 9:2
LAPORAN KASUS
A. Anamnesis
1. Identitas
Nama : Ny. UN
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Sumber, Banjarsari, Surakarta
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Periksa : 11 September 2014
No. RM : 00.90.54.92
2. Keluhan Utama
Gatal dari bahu menjalar ke pundak hingga punggung
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Moewardi dengan keluhan gatal
dari bahu yang menjalar ke pundak hingga punggung. Rasa gatal dirasakan sudah
10
semenjak kurang lebih 1 bulan SMRS. Rasa gatal diraskan semakin memberat ketika
malam hari dan berkurang intensitasnya pada siang hari namun masih sedikit terasa
gatal. Selain gatal pasien juga merasa ada timbul kemerahana. Awal mula terasa
panas yang diikuti dengan rasa panas. Merah diarasakan menjalar ke bagian tubuh
bagian belakang dan meninggalkan bekas kehitaman. Pasien merupakan Ibu rumah
tangga . Pekerjaan sehari-hari hanya berlangsung di rumah. Pasien sering tidur di
bawah yang diketahui tidak menggunakan ubin dan sering tidur beralaskan tikar.
Diketahui di daerah sekeliling rumah banyak hewan peliharaan sepert ayam, kucing,
dll.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat alergi makanan : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat atopi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat berpegian jauh : disangkal
Riwayat berobat : (-)
5. Riwayat Keluarga dan Lingkungan
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat atopi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
6. Riwayat Aktivitas
Pasien masih melakukan aktivitas sehari-hari yaitu membersihkan rumah.
Pasien tidak merasakan adanya hambatan dalam melakukan pekerjaannya.
7. Riwayat Kebiasaan
11
Pasien biasa mandi 1 kali sehari, dengan air sumur pompa. Ganti pakaian
dalam 2 kali sehari dan pakaian luar 1 kali sehari. Penderita makan tiga kali sehari,
dengan nasi dan sayur serta lauk pauk seperti telur, ayam, tempe dan tahu.
Pasien sering tidur di bawah yang diketahui tidak menggunakan ubin dan
sering tidur beralaskan tikar. Diketahui di daerah sekeliling rumah banyak hewan
peliharaan sepert ayam, kucing, dll.
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita bekerja sebagai ibu rumah tangga. Penderita tinggal bersama 3
orang anggota keluarga lainnya. Pasien berobat dengan menggunakan faslitias BPJS
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Vital Sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Respiration rate : 18x/menit
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,50 C
b. Kepala : Dalam batas normal
c. Mata : Dalam batas normal
d. Hidung : Dalam batas normal
e. Telinga : Dalam batas normal
f. Mulut : Dalam batas normal
g. Leher : Dalam batas normal
h. Thorax :
1. Cor : Batas jantung kesan normal
2. Pulmo : Dalam batas normal
i. Abdomen : Dalam batas normal
j. Ekstremitas atas : Dalam batas normal
k. Ekstremitas bawah : Dalam batas normal
l. Genitalia : Dalam batas normal
12
1. Status Dermatologis
13
Regio Truncus : Tampak papul eritem multiple diskret dan hiperpigmentasi
berbentuk linear
C. Pemeriksaan Penunjang
-
D. Diagnosis Banding
- Scabies
-
E. Diagnosis Kerja
Cutaneous Larva Migrans
F. Terapi
1. Medikamentosa
- Cryotheraphy menggunakan Kloretil selama 3 hari
- Mebendazole tab 400 mg selama 3 hari
2. Non medikamentosa
14
- Edukasi untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan terutama dari kotoran
hewan
- Edukasi untuk tidak tidur di bawah serta memasang ubin sehingga tidak ada
kontak langsung dengan tanah
- Memakai sandal jika berada di tempat berpasir atau tanah
- Kontrol apabila timbul gejala batuk dan sesak
-
G. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad kosmetikum : dubia et bonam
15