Upload
duongkhanh
View
217
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Computer Based Information System
Dalam perkembangan teknologi yang sangat cepat ini telah banyak
perusahaan yang telah mengembangkan sistem informasi untuk mendukung kegiatan
operasionalnya. Perusahaan menggunakan sistem informasi tersebut bertujuan untuk
dapat mendapatkan informasi, keperluan akan informasi tersebut yang akan membuat
perusahaan dapat bergerak dengan cepat dalam hal menentukan strategi setiap
perusahaan, agar perusahaan tersebut dapat merealisasikan peluang yang ada.
Sehingga perusahaan dapat berkompetisi dengan para kompetitor bisnis tersebut.
Pada sistem informasi berbasis komputer diperlukannya arsitektur IT dan
infrastruktur IT yang menjadi dasar dalam sistem informasi pada suatu organisasi.
Suatu sistem informasi berfungsi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan,
menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.
Sistem informasi berbasis komputer merupakan sebuah sistem yang
menggunakan teknologi komputer untuk melakukan beberapa atau semua tugas yang
ada dalam organisasi atau perusahaan.
Gambar 2.1 Piramida Sistem Informasi
(A.Hall, 2007)
7
8
Pada gambar 2.1 merupakan gambaran piramida sistem informasi yang menjadi
komponen dan gambaran penting dalam sistem informasi, pada piramida sistem
informasi tersebut terdapat infrastruktur dari teknologi informasi yang menjadi dasar
pada suatu sistem informasi itu dapat berjalan. Tujuan dari gambaran piramida
sistem informasi ini adalah untuk memahami arah arus informasi dari proses
operasional hingga eksekutif sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat
bermanfaat bagi perusahaan terhadap pengembangan apa yang masih dibutuhkan
oleh perusahaan tersebut. Dalam memahami arus informasi pada perusahaan tersebut
diperlukannya infrastrukur teknologi informasi yang menjadi dasar pada piramida
sistem informasi tersebut. Pada infrastruktur teknologi informasi memiliki komponen
yang menjadi dasar pada penerapan sistem informasi berbasis komputer. Komponen
teknologi informasi tersebut antara lain hardware, software, dan communication
technologies. Ketiga komponen tersebut merupakan fondasi untuk semua sistem
informasi keseluruhan pada perusahaan. Komponen pada infrastruktur teknologi
informasi tersebut digunakan oleh para personnel/pengguna untuk menghasilkan IT
service yang mengandung manajemen data, pengembangan sistem, dan masalah
keamanan pada sistem yang nantinya akan digunakan oleh tiap bagian dari sistem
informasi organizational yang digambarkan pada piramida sistem informasi tersebut.
bagian dari sistem informasi organizational tersebut dibagi menjadi lima bagian
tingakatan manajemen anatara lain :
1. Manajemen Puncak : merupakan tingkatan strategi yang menetapkan suatu
tujuan perusahaan dan bertanggung jawab atas perencanaan jangka panjang
pada perusahaan.
2. Manajemen Menengah : bertanggung jawab atas segala aktivitas perencanaan
dan dan menentukan tujuan jangka pendek yang menunjang kebutuhan
manajemen tingkat puncak.
3. Manajemen Operasional : pada manajemen operasional secara langsung
bertanggung jawab atas pengendalian operasional harian.
4. Personal Level : personal level merupakan penggerak dari proses bisnis
perusahaan dan dilakukan melalui proses transaksi.
Pada piramida sistem informasi setiap area fungsional pada organisasi
memiliki kumpulan aplikasi dan sistem informasi yang dapat digunakan untuk
9
menunjang kebutuhannya. Seperti contoh sistem informasi penjualan, sistem
informasi keuangan, dan sebagainya. Transactional processing system yang
mendukung pemantauan, pengumpulan, penyimpanan, dan pengolahan data dari
transaksi bisnis dasar pada organisasi, dan masing – masing menghasilkan data.
Sebagai contoh staff admin menjadi area untuk segala proses transaksi. Konsep
piramida sistem informasi ini diterapkan dalam menentukan dekomposisi fungsi pada
bab 3.4 sehingga dapat mengetahui apa yang masih dibutukan dalam melakukan
pengembangan sistem. Pengembangan sistem tersebut akan didukung dengan sistem
informasi itu sendiri, berikut merupakan tipe information system pada perusahaan,
antara lain :
1. Executive Information System
2. Transaction Processing Systems
3. Management Information Systems
4. Decision Support System
Dari tipe sistem informasi ini dapat dipetakan sesuai dengan fungsi dan kebutuhan
dari tiap level pada organisasi yaitu :
Tingkatan Organisasi Tipe SI
Manajemen Puncak Executive Information System
Manajemen menengah Decision Support System
Manajemen Operasional Management Information System
Personal Level Transactional Processing System
2.2 Business Intelligence (BI) Business Intelligence (BI)
2.2.1 Pengertian Business Intelligence
Business Intelligence merupakan istilah umum yang mengkombinasikan dan
menggabungkan arsitektur, tools, basis data, analytical tools, aplikasi, dan
metodologi. (Turban, Sharda, & Delen, 2011). Tujuan utama dari BI adalah untuk
memungkinkan dan menciptakan akses interaktif yang dapat bersifat realtime,
sehingga dapat membantu area manajemen bisnis dan pendukung keputusan strategis
pada perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam perusahaan.
10
BI bukanlah sebuah produk maupun sistem melainkan BI merupakan
arsitektur dan operasional serta aplikasi pendukung keputusan terintegrasi yang
menyediakan akses yang mudah ke data bisnis. (Larissa T.Moss, 2003). Dengan kata
lain, business intelligence merupakan bentuk implementasi yang dapat digunakan
oleh perusahaan untuk mengolah data menjadi informasi, dan kemudian informasi
tersebut diolah kembali menjadi intelligence sehingga dapat membantu proses
analisis data perusahaan lebih efektif. Contohnya yaitu dengan BI perusahaan dapat
melakukan forecasting terhadap penjualan dalam beberapa waktu mendatang dengan
tujuan meningkatkan pendapatan dan mengurangi cost. BI merupakan bagian dari
EIS, jadi untuk mencapai suatu penerapan EIS yang berkualitas memerlukan cara,
dan BI yang menjadi solusi dalam penerapan EIS tersebut.
2.2.2 Komponen Business Intelligence
Business Intelligence memiliki 4 komponen utama yang mendukung suatu
kinerja dari penerapan BI tersebut yaitu data warehouse, business analytics,
Managers/executives BPM Strategies, dan user interface. (Turban, Sharda, & Delen,
2011).
Gambar 2.2 Alur kerja BI
(Turban, Sharda, & Delen, 2011)
11
1. Data warehouse
Data warehouse merupakan kumpulan data yang telah diringkas dan
terintegrasi dari data operasional maupun data external, bersifat berorientasi
subjek, integrated, tidak mengalami perubahan dan mempunyai variasi
waktu. Data yang mentah yang telah didapatkan tersebut dikumpulkan dalam
media penyimpanan data warehouse, dan nantinya dilakukan pengolahan
oleh tools BI. Hasil dari pengolaan data tersebut digunakan sebagai
pendukung pihak manajemen dalam mengambil keputusan.
2. Business analytics
Pada business analytics ini memiliki fungsi untuk mengolah data yang
telah disimpan oleh data warehouse. End user dapat mengolah data dan
informasi dalam data warehouse dengan menggunakan tools dan teknik yang
bervariasi (Turban, Sharda, & Delen, 2011).Tools dan teknik tersebut terbagi
dalam 2 kategori utama yaitu :
1. Laporan dan queries : Business analytics termasul kedalam kategori
reporting, semua tipe query, penemuan informasi baru, multi dimensional
view, drilldown yang bersifat static dan dinamis.
2. Data, text, dan web mining dan perangkat statistik lainnya :
Merupakan tools yang berfungsi untuk melakukan pencarian relasi yang
tidak diketahui dan informasi yang ada dalam database yang besar atau
data warehouse.
3. Managers/Executives BPM Strategies
BPM memunculkan suatu portofolio dari aplikasi dan metodologi
yang berisikan arsitektur BI. BPM mengembangkan monitoring, pengukuran,
dan perbandingan antara penjualan, keuntungan, biaya, profitabilitas, dan
indikator performa lainnya dengan memperkenalkan konsep manajemen dan
feedback. BPM mencakup proses seperti perencanaan dan forecasting sebagai
inti prinsip strategis bisnis. BPM menyediakan fitur top-down untuk
mengembangkan strategi perusahaan.
12
4. User Interface
Dashboard merupakan salah satu bagian dalam user interface pada
BI. Dashboard berfungsi untuk mendukung manajer dan pihak eksekutif
dalam organisasi, dashboard menyediakan akses cepat untuk menyampaikan
informasi terstruktur secara aktual dalam bentuk laporan. (Rainer &
Cegielski, 2007).
Gambar 2.3 Contoh performance dashboard
(Dundas Software,
demos1.dundas.com/DundasGauge/Marketing-Dashboard/Summary.aspx)
Menurut Eckerson (2006), dashboard memiliki fitur yang paling khas
yaitu tiga lapisan atas informasi antara lain :
1. Monitoring : dalam fitur monitoring ini dapat menyampaikan status
kinerja yang sedang terjadi secara real kepada user. Dalam fitur ini
menyediakan gaugemeter yang berfungsi untuk mengamati
perbandingan terhadap suatu pengukuran yang telah ditargetkan.
13
2. Analysis : pada fitur analisis ini berfungsi untuk membantu user
dalam memantau performance dashboard dengan memberikan
informasi berupa batasan terhadap suatu pengukuran tersebut, pada
analisis ini juga meringkas dimensi data untuk menganalisis akar
penyebab dari suatu masalah yang dihadapi.
3. Management : data operasional yang bersifat rinci yang dapat
membantu eksekutif untuk mengidentifikasi terhadap langkah apa
yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam
perusahaan tersebut.
Menurut Rainer & Cegielski (2007), dashboard yang merupakan
evolusi dari EIS tersebut memiliki tujuh kemampuan utama dalam
menyajikan informasi bagi para eksekutif, antara lain :
Tabel 2.1 Kemampuan performance dashboard
Kemampuan Penjelasan
Drill Down Kemampuan untuk memberikan detil
informasi pada beberapa level, dapat
dilakukan pada beberapa menu atau
query.
Critical success factors (CSFs) Faktor yang bersifat kritis yang
mendukung kesuksesan terhadap bisnis.
Key performance indicators ( KPIs) Pengukuran spesifik dari CSF
Status Access Data terakhir yang tersedia dalam KPI.
Idealnya tersedia secara realtime.
Trend Analysis Tren jangka pendek, menengah,
danjangka panjang suatu KPI yang
diproyeksikan menggunakan metode
forecasting.
Ad-hoc Analysis Analisis yang dilakukan setiap saat atas
permintaan dan semua yang dibutuhkan.
Laporan Memberikan laporan yang menekankan
terhadap deviasi dari batas tertentu.
14
2.3 Data Warehouse
2.3.1 Pengertian Data Warehouse
Data warehouse merupakan kumpulan terintegrasi yang terdapat dari basis
data yang bersifat beroientasi pada subjek yang dirancang untuk mendukung fungsi
sistem pengambil keputusan, dimana setiap unit dari data relevan pada kejadian
tertentu. Data warehouse mencakup data atomik dan simpulan data yang ringkas.
(Inmon, 2005).
Dalam membuat data warehouse diperlukan proses ETL yang berfungsi
untuk menyaring data, dan menghindari terhadap tidak konsistennya pada data
operasional yang dipindahkan ke dalam suatu data warehouse. Sehingga dengan
ETL data yang masuk ke dalam data warehouse merupakan data yang berguna dan
memilki value dan konsisten. Jadi pada penerapan executive information system,
business intelligence yang merupakan tools dari penerapan EIS tersebut memerlukan
data source perusahaan, salah satu solusi untuk mendapatkan data source tersebut
menggunakan data warehouse. Adapun karakteristik dari data warehouse yang akan
dijelaskan pada subbab 2.3.2 mengenai karakteristik data warehouse.
2.3.2 Karakteristik Data Warehouse
Data warehouse memiliki karakteristik utama yang bersifat fundamental.
(Inmon, 2005) antara lain :
1. Subject oriented : data diorganisir berdasarkan subjek secara detil, seperti
penjualan, produk atau pelanggan. data warehouse dibangun untuk
memenuhi kebutuhan analisis data berdasarkan subjek tertentu dan hanya
berisikan informasi yang bersifat relevan untuk mendukung dalam
pengambilan keputusan. Terdapat perbandingan antara subjek data pada
data warehouse dengan subjek yang ada pada data kegiatan operasional
yang dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Perbandingan subjek datawarehouse dengan Data operasional
Perbedaan Data warehouse Dataoperasional
Maksud perancangan Untuk kegiatan
analisis perusahaan
Untuk kegiatan
opersaional
15
perusahaan.
Lingkungan
perancangan
Terletak pada
subjek utama
Terletak pada proses
yang dilakukan
perusahaan.
Data yang disimpan Data analisis dari
kumpulan data
operasional dan
bersifat statis
Data detil dari hasil
kegiatan perusahaan
dan bersifat dinamis.
Pengguna Managerial user
dalam jumlah yang
relatif sedikit.
Operasional user
dalam jumlah yang
relatif banyak.
2. Integrated :karena sumber data yang didapat dari sistem aplikasi
enterprise yang berbeda-beda, sumber data ini sering tidak konsisten,
misalnya memiliki format yang berbeda. Sumber data yang terintegrasi
harus dibuat secara konsisten untuk menampilkan data yang terintegrasi
satu sama lain kepada pengguna (Inmon, 2005).
16
Gambar 2.4 Contoh Integrasi
(Inmon, 2005)
3. Time variant : Datawarehouse bersifat historical, data yang tersimpan
pada data warehouse hanya valid pada waktu tertentu. Data yang
digunakan untuk analisis berasal dari berbagai sumber dan berisikan
beberapa titik waktu seperti harian, mingguan dan bulanan. Data
historical tersebut digunakan untuk mendeteksi tren, deviasi, dan relasi
jangka panjang untuk peramalan dan perbandingan yang nantinya akan
digunakan untuk mendukung dalam pengambilan keputusan.
Gambar 2.5 Contoh Time Variancy
(Inmon, 2005)
17
4. Nonvolatile : proses pengubahan tidak dapat dilakukan pada data
warehouse, seperti update tidak dapat dilakukan secara real time
melainkan dilakukan melalui refresh dari sistem operasional dalam basis
regular. Data baru selalu ditambahkan sebagai tambahan. Database secara
terus menerus akan mengambil data baru dan menggabungkannya dengan
data sebelumnnya.
Gambar 2.6 Contoh Non-volatile
(Inmon, 2005)
2.4 ETL (Extract, Transform, Load)
` Hal terpenting dari sisi teknis pada proses data warehouse adalah extract,
transform, load (ETL). Proses ETL merupakan komponen integral pada proyek
apapun yang sifatnya berpusat pada data. Pada proyek tersebut, proses ETL
umumnya memakan waktu sekitar 70 persen.
Proses ETL terdiri dari extraction (yaitu membaca data dari satu atau lebih
database), transformation (yaitu merngkonversi data yang diekstraksi dari bentuk
sebelumnya ke bentuk data yang seharusnya agar dapat ditempatkan pada data
warehouse ataupun database lainnya), dan load (yaitu memasukkan data ke dalam
data warehouse). Proses transformasi terjadi dengan menggunakan aturan atau
tabel acuan atau dengan mengkombinasikan data dengan data lainnya. Fungsi
ketiga database diintegrasikan ke dalam satu tool untuk menarik data dari satu atau
lebih database dan meletakkannya ke database lain, database terkonsolidasi atau
data warehouse.
18
ETL tool juga berfungsi memindahkan data antara sumber dan target,
mendokumentasikan bagaimana elemen data (misalnya metadata) berubah ketika
elemen data tersebut berpindah antara sumber dan target, menukar metadata dengan
aplikasi lainnya yang dibutuhkan, dan mengelola semua proses runtime dan operasi
(misalnya, penjadwalan, manajemen kesalahan, audit log, statistik). ETL sangatlah
penting untuk intergrasi data dan data warehousing. Tujuan dari ETL adalah untuk
mengisi warehouse dengan data yang bersih dan terintegrasi. Data yang digunakan
dalam proses ETL dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain aplikasi
mainframe, aplikasi ERP, CRM tool, flat file, spreadsheet Excel, atau bahkan
antrian pesan. (Turban, Sharda, & Delen, 2011). Penerapan ETL tersebut dilakukan
pada tahap konstruksi pada Executive Information System Lifecycle, yaitu dengan
tujuan untuk mentransformasi data baik data internal maupun eksternal menjadi
data yang sesuai untuk digunakan oleh perusahaan khususnya pihak eksekutif pada
perusahaan.
2.5 Meta Data
Metadata berfungsi untuk mengelompokan dan memberikan informasi yang
dibuat dalam satu file dan berisi mengenai penjelasan file tersebut. (Inmon,2005).
Fungsi pengelompokan pada metadata antara lain :
1. Membuat data menjadi dapat ditemukan dengan menggunakan pada
kriteria yang sesuai dengan data yang ada dalam metadata.
2. Mengidentifikasi terhadap sumber data.
3. Mengelompokan data yang memiliki kriteria dan jenis yang sama.
4. Memberikan informasi mengenai lokasi data.
5. Membedakan data yang tidak memiliki kesamaan.
Metadata merupakan komponen penting dalam lingkungan data warehouse.
Metadata menjadi pedoman terhadap end user untuk melakukan analisis dalam
mengambil keputusan, dengan menggunakan metadata pengguna dapat dengan
cepat mendapatkan data yang dibutuhkan.
2.6 Data Mart
Data mart memiliki perbedaan dari data warehouse, dimana data warehouse
mengkombinasikan database pada seluruh enterprise, sementara data mart
umumnya memiliki lingkup lebih kecil dan fokus pada subjek atau departemen
19
tertentu. Data mart merupakan subset dari data warehouse, dengan kata lain data
warehouse dibangun yang terdiri dari area subjek tunggal (seperti marketing,
operasi). Data mart dapat bersifat dependen maupun independen. Data mart
dependen merupakan subset yang dibuat langsung dari data warehouse.
Keuntungannya adalah penggunaan data model yang konsisten dan penyediaan data
kualitas. Data mart dependen memastikan pengguna melihat versi data yang sama
dengan yang diakses oleh seluruh pengguna data warehouse lainnya. Tingginya
harga data warehouse membatasi penggunaannya untuk perusahaan besar. Sebagai
alternatif, banyak perusahaan menggunakan versi data warehouse yang lebih
murah, yaitu data mart independen. Data mart independen merupakan warehouse
kecil yang dirancang untuk unit bisnis strategis. (Turban, Sharda, & Delen, 2011).
2.7 ERD (Entity Relationship Diagram)
Entity Relationship Diagram memiliki fungsi untuk memodelkan struktur
data dan relasi antar data, ERD itu sendiri merupakan model untuk mendefinisikan
hubungan relasi antar data pada basis data berdasarkan objek data. ERD digunakan
untuk mengindentifikasi data yang akan disimpan, diolah, dan di ubah untuk
mendukung aktifitas bisnis suatu organisasi (Conolly & Begg, 2005). ERD akan
memudahkan pemahaman terhadap isi database secara keseluruhan.
Gambar 2.7 Contoh ERD
(Conolly & Begg, 2005)
20
2.8 Star Schema
Star Schema merupakan sebuah struktur logis yang memiliki tabel fakta yang
berisi data-data yang bersifat faktual ditengah dan dikelilingi oleh tabel dimensi yang
berisi data referensi. (Conolly & Begg, 2005). Dimensional modelling star schema
tersebut digunakan karena memiliki beberapa keuntungan dalam data warehouse.
Keuntungan yang bisa didapatkan seperti efisiensi, pemprosesan query yang dapat
diprediksi, kemampuan untuk menggambarkan model situasi bisnis yang umum. Star
schema mengeksploitasi karakteristik data yang bersifat faktual, sehingga data yang
dihasilkan ditujukan pada event yang terjadi di masa lalu.
Gambar 2.8 Contoh Star Schema
(Conolly & Begg, 2005)
21
2.9 Executive Information System
2.9.1 Konsep EIS
Pihak eksekutif dan petinggi-petinggi perusahaan memiliki peranan penting
dalam jalannya sebuah bisnis dalam perusahaan atau organisasi tertentu. Tak lepas
peranan eksekutif yaitu sebagai pengambil keputusan terhadap suatu strategi yang
direncanakan untuk mencapai keberhasilan perusahaan. Namun dalam mengambil
keputusan tersebut, pihak eksekutif membutuhkan informasi yang akurat dan cepat.
Sehingga dapat memberikan keputusan yang tepat dalam menentukan suatu strategi.
Alat bantu yang dapat digunakan oleh pihak eksekutif seperi EIS yang dapat
menyajikan informasi secara aktual dengan tampilan yang interaktif.
Executive Information System adalah usaha awal untuk menyampaikan
informasi bisnis dan analisis bisnis untuk mendukung perencanaan manajemen dan
mengkontrol aktivitas. EIS mengkombinasikan informasi dengan analisis bisnis
untuk menyediakan solusi business intelligence yang dapat dirancangdengan mudah
sesuai kebutuhan perusahaan. (Williams & Williams, 2007). Dalam membangun
exeutive information system pada suatu organisasi pada umumnya menggunakan
framework, sehingga pembangunan executive information system tersebut dapat
memiliki arah dan memahami fungsi – fungsi untuk membangun executive
information system. Pembangunan executive information system tersebut idealnya
dibangun menggunakan lifecycle, sehingga dapat memahami segala proses dan alur
yang menjadi dasar dalam pembangunan EIS pada perusahaan.
2.9.2 Kemampuan EIS
Executive information system menawarkan kemampuan utama yang berfungsi
untuk mendukung pihak eksekutif dalam membuat perencanaan strategis (Turban,
Aronson & Liang, 2007):
1. Drill Down : merupakan salah satu kemampuan EIS yang menyediakan
rincian informasi yang diberikan. Informasi yang diberikan kepada pihak
eksekutif merupakan summary dan rangkuman. Dengan teknik drill down ini
pihak eksekutif dapat mendapatkan informasi yang lebih rinci dan detil
terhadap kebutuhan informasi yang dibutuhkan, sebagai contoh pihak ekseku-
tif ingin melihat penjualan produk mereka di Indonesia secara summarize dan
dapat di analisis lebih detail lagi hingga per Provinsi , Kecamatan, bahkan
22
sampe setiap cabang. Sehingga pihak eksekutif dapat mendapatkan informasi
yang summarize hingga terdetail untuk pengambilan keputusan.
2. Critical Success Factor : merupakan faktor kunci yang harus diperhatikan
oleh perusahaan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Faktor-
faktor tersebut dapat menjadi strategic, manajerial, atau operasional dan
berasal berdasarkan lingkungan dari perusahaan. Misalnya sebuah perusahaan
memiliki tujuan “Memberikan harga terbaik bagi para konsumen” untuk
menentukan CSF, maka banyak tahap dari mulai evaluasi kandidat CSF,
identifikasi bagaimana CSF dimonitor dan diukur, komunikasikan CSF den-
gan elemen penting perusahaan, serta keep monitoring and reevaluating
CSF.
3. Status Access : EIS menyediakan kebutuhan informasi yang cepat, data yang
terbaru yang dihasilkan ditandai oleh status key indicator dalam EIS dan
dapat diakses kapanpun sesuai dengan kebutuhan.
Proses pengaksesan status ini mungkin saja terjadi setiap hari, setiap jam , bu-
lan, bahkan mememungkinkan pelaporan secara real-time.
4. Analisis : analisis pada EIS bertujuan untuk menganalisis sehingga pihak
eksekkutif dapat menggunakan kemampuan analitik yang disediakan EIS.
Eksekutif dapat memilih isi dari database, output dari analisis yang
diinginkan.
5. Exception reporting : pada exception reporting pihak eksekutif hanya akan
dipanggil apabila ada kasus yang memiliki performa buruk atau sangat baik.
Exception reporting ini akan mengefisiensikan waktu yang dibutuhkan bagi
pembuat dan pembaca laporan. Sebagai contoh exceptional reporting salah
satunya perbandingan tagihan dengan pembayaran yang akan menghasilkan
exceptional reporting.
6. Komunikasi : komunikasi diperlukan dalam suatu organisasi maupun
perusahaan untuk membagikan knowledge satu sama lainnya dalam
perusahaan. komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan e-mail, secara
verbal, memanggil untuk melakukan meeting, dll.
7. Penggunaan warna dan audio visual : pada EIS dapat digunakan penggunaan
warna dan audio visual untuk menginformasikan dan memberi pesan kepada
pihak eksekutif untuk hal yang bersifat kritis dan dianggap penting misal
menggunakan warna merah untuk hal yang bersiftat kritis tersebut dan
23
sebaliknya apabila pesan yang disampaikan tersebut merupakan hal yang
sangat baik dapat menggunakan warna hijau. hal ini dapat membantu
eksekutif pada waktu menggunakan executive information system.
8. Navigasi informasi : fasilitas ini memungkinkan eksekutif memiliki
kemampuan yang memungkinkan untuk mengeksplorasi data dalam jumlah
yang banyak dengan mudah dan cepat tanpa bantuan perantara.Contohnya
dashboard yang menyajikan informasi yang ter-summarize dalam bentuk
yang lebih mudah di pahami dan menarik.
2.9.3 Framework Executive Information System
Gambar 2.9 Framework Executive Information System
(Kamaruddin & Razali, 2011)
24
Kerangka kerja atau yang biasa dikenal dengan framework sangat dibutuhkan
dalam proses perancangan EIS. Kerangka kerja merupakan kumpulan komponen,
fungsi, dan class dari prosedur dengan tujuan-tujuan yang siap digunakan.Pada
framework EIS ini memiliki 4 (empat) faktor yang dapat mendukung suksesnya suatu
pembangunan EIS, faktor-faktor itu antara lain lingkungan, people, proses, dan
produk.Faktor framework EIS tersebut memiliki hubungan erat yang bilamana satu
komponen tersebut tidak ada maka mungkin produk yang dihasilkan menjadi tidak
sesuai bahkan tidak jadi sebuah EIS. Tujuan dari penggunaan framework dalam
membangun executive information system adalah agar dalam pembangunan executive
information system tersebut dapat memiliki arah sesuai tujuan dan kebutuhan yang
dibutuhkan oleh perusahaan.
A. EnvironmentSetiap faktor dalam framework EIS ini memiliki komponen yang merupakan
fungsi-fungsi dari pembangunan EIS tersebut.Dalam penggunaan framework ini
diharapkan pengembang sistem dapat mempermudah dalam membangun EIS karena
telah memiliki pola yang diharapkan dari tujuan pembangunan sistem.Faktor utama
dalam framework EIS ini adalah lingkungan. Faktor lingkungan itu sendiri memiliki
beberapa komponen antara lain :
1. Praktek manajemen
Praktek manajemen merupakan salah satu bagian dari lingkungan dimana
terdapat kondisi finansial perusahaan, kegiatan operasional perusahaan
tersebut, dan kebutuhan terhadap sumber sistem informasi.Praktek
manajemen ini terdapat pada justification yang berfungsi untuk mengenal
bagaimana sifat-sifat lingkungan berupa finansial, kegiatan operasional yang
nantinya digunakan sebagai fungsi untuk menilai tekanan-tekanan yang ada
dalam perusahaan.
2. Politik dan budaya perusahaan
Politik dan budaya sangat mempengaruhi kinerja organisasi, budaya yang
baik perlu diciptakan oleh setiap individu karyawan untuk mendukung
lingkungan yang kondusif. Mengenali nilai-nilai aturan politik dan budaya
perusahaan merupakan prinsip, tradisi dan cara untuk melakukan pekerjaan
dalam perusahaan tersebut. Dengan adanya politik dan budaya yang matang
25
ini diharapkan people yang berada dalam struktur organisasi akan menjadi
siap dalam melakukan pembangunan sistem EIS tersebut.
3. Rencana dan Kebijakan
Pada komponen rencana dan kebijakan ini akan dilakukan perencanaan
atau gambaran hasil dari sharing antar individu di lingkungan sekitar, para
eksekutif membuat perencanaan dan kebijakan terhadap kebutuhan-
kebutuhan yang dibutuhkan perusahaan tersebut. Dalam pembangunan EIS
ini direncanakan terhadap penggunaan dashboard, KPI, menganalisis cost,
dan menganalisis tujuan dan strategi bisnis dari peruahaan.
C. PeopleFaktor kedua dari framework EIS ini adalah faktor people.Pada faktor people
ini menjelaskan mengenai tiap individu yang terlibat dalam pembangunan sistem SIE
ini.People bertujuan untuk menentukan businessdrivers dari pembangunan EIS. Pada
faktor people ini terdapat beberapa komponen yaitu pihak Eksekutif perusahaan,
timdevelopment, dan personnel.
1. Eksekutif / top management
Para pihak eksekutif merupakan pihak yang berpengaruh besar dalam
environment perusahaan.Pihak eksekutif mendukung dan terlibat dalam
pembangunan dan pengembangan sistem. Pihak eksekutif yang nantinya akan
mengambil peran dalam pengambilan keputusan.
2. Tim Pengembang (development)
Tim development ini didukung sepenuhnya oleh pihak eksekutif dengan
pembagian knowledge, sharing pengalaman yang membantu timdevelopment
dalam membangun sebuah sistem EIS. Tim pembangun sistem tersebut
diharapkan memiliki kahlian secara teknikal maupun non-teknikal seperti soft
skill, attitude sehingga mendukung secara penuh dalam membangun sebuah
sistem.
3. Personnel (karyawan)
Tiap individu karyawan saling sharing informasi berdasarkan best
practices baik secara tertulis dan tidak tertulis dan bersifat tangible serta
26
intangible sehingga menghasilkan saran-saran yang bermanfaat oleh pihak
development dalam membangun sistem tersebut. ketiga komponen dalam
people tersebut saling bekerja sama dalam berlangsungnya pembangunan
sistem EIS.
B. ProcessFaktor ketiga dari framework EIS ini adalah proses. Pada faktor proses ini
menjelaskan proses-proses apa saja yang akan dilaksanakan dalam pembangunan
sistem. Faktor proses ini juga terbagi atas beberapa komponen, yang pertama adalah
proses perencanaan. Dalam proses perencanaan dapat dikategorikan sebagai tahapan
dari planning dan business analysis dalam life cylcle EIS tersebut. Dalam proses
perencanaan ini lebih banyak menganalisis kebutuhan infrastruktur baik hardware
maupun software, menganalisis strategi, mengidentifikasi kebutuhan sistem,
menganalisis biaya dan manfaat, serta melakukan monitoring terhadap proses
tersebut. setelah semua perencanaan tersebut dilakukan dan keputusan telah diambil
oleh pihak eksekutif tahap berikutnya adalah memasuki tahap proses perancangan
dan eksekusi. Pada proses perancangan ini tim development khususnya desain
melakukan perancangan basis data sesuai kebutuhan perusahaan, melakukan
ekstraksi data-data. Setelah data-data tersebut di ekstraksi terhadap kebutuhan
perusahaan maka timdevelopment melakukan pembangunan basis data, metadata,
dan proses ETL.
A. ProdukFaktor yang keempat pada framework ini adalah faktor produk, setelah ketiga
faktor lingkungan, faktor people, faktor proses tersebut diintegrasikan dengan baik.
Maka faktor tersebut akan menghasilkan produk yaitu EIS. Komponen produk ini
merupakan bagian akhir dari tahap life cycle EIS ini yaitu deployment dimana setelah
produk tersebut dijalankan maka akan dilakukan evaluasi dan membuat laporan akhir
terhadap pembangunan sistem EIS tersebut.
27
2.9.3 Executive Information System Development Life Cycle
Gambar 2.10 EIS Development Lifecycle
(Lungu &Bâra, 2005)
Stage 1 : Justifikasi
Dalam melakukan pengembangan EIS diperlukan justifikasi untuk
mengidentifikasi segala perencanaan dan aktivitas proyek. Justifikasi itu sendiri
merupakan suatu proses mengidentifikasi suatu perencanaan proyek yang dilakukan
dengan mendefinisikan masalah berdasarkan kondisi lingkungan, baik lingkungan
internal maupun eksternal. Tujuan dari justifikasi ini yaitu memahami kondisi
lingkungan pada perusahaan, dalam memahami suatu kondisi lingkungan pada
perusahaan dapat menggunakan tools analisis value chain untuk memetakan proses
kerja dalam perusahaan internal dan analisis Porter five force model untuk
mengidentifikasi lingkungan eksternal. Proses justifikasi ini juga dilakukan analisis
kebutuhan bisnis dan menentukan nilai-nilai yang menjadi biaya dan manfaat dalam
pengembangan EIS. Justifikasi ini akan diidentifikasikan dalam business case
assesment, dimana terdapat 11 aktivitas utama yang akan dilakukan dalam proses
justifikasi, antara lain :
1. Introduction : memberikan penjelasan mengenai proposal yang
mengandung kunci objetif. Deskripsi tersebut harus komprehensif, jelas
dan ringkas.
28
2. Strategies : mengidentifikasi aspek rencana organisasi dan
perencanaan strategi yang akan digunakan.
3. Benefits : mendeskripsikan peluang yang dapat dijadikan menjadi
manfaat bagi organisasi.
4. Implication of not undertaking proposal : Merupakan penjelasan
terhadap masalah yang akan terjadi dan pemecahan masalah apabila
proposal tidak disetujui.
5. Alternatif : merupakan usulan terhadap alternatif yang digunakan
untuk mengatasi masalah.
6. Organizational area affected :menjelaskan mengenai bagian yang
akan berpengaruh apabila pelaksanaan pembangunan terhadap
proposal tersebut dilakukan.
7. Risks : pada tahap ini menjelaskan resiko yang mungkin terhadi dalam
pengimplementasian proposal dan cara menanggulangi resiko
tersebut.
8. Investment costs : merupakan pendeskripsian terhadap biaya investasi
yang diperlukan terhadap pembangunan proposal.
9. Payback : menjelaskan terhadap bagaimana biaya terhadap
pembangunan tersebut menghasilkan keuntungan. Pada bagian ini
biasanya dideskripsikan menggunakan analisis cost dan benefit.
10. Timescales / phasing : jangka waktu dan batasan akhir dalam
pembangunan proposal. Pada bagian ini akan menentukan jangka
waktu yang diperlukan dalam pembangunan proyek.
11. Decisions : pada bagian ini berisikan putusan pihak eksekutif yang
telah ada, hal ini akan diisi setelah keputusan telah dibuat dan akan
berisi rincian dari kondisi persetujuan.
Tujuan dari business case assesment yang dihasilkan tersebut adalah untuk
mengidentifikasi kesiapan perusahaan apakah perusahaan tersebut siap atau tidak
dalam menerapkan executive information system. EIS readiness tersebut ditentukan
pihak eksekutif yang memberikan keputusan apakah EIStersebut akan diterapkan
atau tidak pada perusahaan. Proses justifikasi tersebut memiliki empat komponen
utama yang menjadi parameter dalam pelaksanaan business case assesment.
Komponen-komponen tersebut terdiri dari :
29
Gambar 2.11 Komponen Justifikasi
(Larissa T.Moss, 2003)
1. Business Drivers : mengidentifikasi penggerak bisnis, tujuan bisnis, dan
tujuan aplikasi EIS. Memastikan bahwa tujuan aplikasi itu mendukung
tujuan bisnis strategis.
2. Cost and benefit analysis : mengestimasi biaya untuk pembangunan dan
pemeliharaan lingkungan sistem pendukung EIS yang sukses.
Menentukan return of investment (ROI) dengan menentukan nilai nilai
keuntungan tangible dan intangible pada perusahaan.
3. Business analysis issues : mendefinisikan isu isu bisnis dan kebutuhan
informasi untuk menemukan strategi yang telah ditentukan dengan
menjelaskan kebutuhan bisnis informasi tingkat atas.
4. Risk assessment : menilai resiko dalam hal teknologi, kompleksitas,
integritas, organisasi, tim proyek, dan investasi finansial.
Stage 2 : Planning
Setelah melakukan justifikasi, tahap berikutnya akan dilakukan
perencanaan terhadap infrastruktur yang dimiliki perusahaan dalam
pengembangan EIS dan membuat perencanaan proyek secara keseluruhan.
Pada tahapan analisis infrastruktur terdiri dari 2 bagian yaitu:
1. Technical infrastructure terdiri dari hardware, software, middleware
dan database.
2. Non-technical infrastructure akan menentukan standar yang cocok
pada perusahaan seperti standarisasi dan bisnis rule.
30
Selanjutnya dari tahapan perencanaan adalah melakuka perencanaan proyek,
yang nantinya akan menjadi pedoman dalam pengembangan EIS.
Pada perencanaan proyek, memiliki 2 langkah yaitu:
1. Defining EIS project.
Dalam identifikasi proyek EIS akan mengidentifkasi objektif dan tujuan
EIS.
2. Planning EIS Project
mempersiapkan perencanaan proyek seperti aktivitas dan tugas, estimasi
pengembangan, project schedule.
Tujuan dari tahapan planning ini adalah memahami kebutuhan infrastruktur baik
secara teknikal maupun non-teknikal terhadap kebutuhan akan penerapan EIS
pada perusahaan tersebut.
Stage 3 : Business Analysis
Pada tahap business case analysis ini akan dilakukan analisis
kebutuhan perusahaan yang bersifat aktual. Kebutuhan yang bersifat aktual
pada perusahaan harus diidentifikasi dan dilakukan pendefinisian terhadap
kebutuhan proyek. Pada tahap business analysis ini terdapat beberapa
aktivitas, antara lain :
1. Mengidentifikasi kebutuhan bisnis dan kebutuhan proyek.
Pada aktivitas mendifiniskan kebutuhan bisnis ini biasanya dilakukan
dengan menginterview dan melakukan meeting dengan para eksekutif dan
manajer untuk mengetahui dan mengidentifikasi kebutuhan perusahaan
tersebut. dalam mengidentifikasi kebutuhan bisnis diperlukan pengertian
terhadap kebudayaan dan proses bisnis perusahaan yang berjalan.
2. Melakukan analisis terhadap data
Pada taham analisis data ini akan melakukan identifikasi dan merancang
sumber data (data source) dengan mendesain ER diagram secara
mendetail dengan atribut dan referensi antar data. Pada tahap ini jga
dirancang berdasarkan logical model.
3. Membuat prototype
Dalam membangun prototipe bertujuan untuk mengetahui kebutuhan
bisnis, prototipe diuji dalam rangka memvalidasi kebutuhan bisnis yang
ada, setelah dilakukan pengujian hasil aporan tersebut harus memiliki
31
aspek positif dan negatif. Dalam pengembangan sistem protipe dapat
dibuat dan diidentifikasi melalui sistem yang sedang berjalan sehingga
dapat mengetahui kebutuhan terhadap sistem yang masih kurang sesuai.
4. Melakukan analisis terhadap metadata
Metadata dan data sources yang telah di rancang tersebut dipetakan
kedalam struktur metadata.
Stage 4 : Design
Setelah mengetahui kebutuhan perusahaan dan requirement yang telah
didiskusikan sebelumnya tahap brikutnya adalah tahap desain. Dimana pada
tahap desain proyek EIS akan dilakukan perancangan sesuai kebutuhan yang
telah direncanakan secara aktual. Aktivitas yang dilakukan pada tahap desain
adalah :
1. Data design.
2. ETL process design.
3. Metadata repository desig.
Stage 5 : Construction
Pada tahap pembangunan ini, dilakukan pembangunan terhadap
sesuatu yang telah dirancang pada tahap desain. Pembangunan yang akan
dilakukan adalah membangun proses ETL, membuat metadata repository,
dan membangun data mart.
Stage 6: Deployment
Pada tahap deployment ini akan dilakukan 2 aktivitas utama yaitu
implementasi dan melakukan evaluasi. Aktivitas implementasi ini dilakukan
menerapkan sistem yang telah dibangun dan melakukan training untuk para
eksekutif. Setelah itu membuat buku panduan penggunaan sistem. Aktivitas
berikutnya yaitu melakukan evaluasi, sistem yang telah dipakai tersebut
didokumentasikan dan membuat laporan terhadap performance sistem
sehingga dapat dilakukan evaluasi apakah sistem tersebut sudah cocok
dengan sistem yang berjalan atau masih perlu ditingkatkan.
32
2.10 Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan identifikasi faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Pada Analisis SWOT ini setiap perusahaan harus
bisa memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (opportunity) dan dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). (Rangkuti, 2004). Pada
analisis SWOT ini dilakukan pendekatan dan menyeimbangkan kekuatan dan
kelemahan dari lingkungan internal dengan peluang dan ancaman lingkungan
eksternal peruashaan yang ada.
Kekuatan adalah suatu kondisi perusahaan yang mampu untuk melakukan
semua tugasnya secara baik dikarenakan semua sarana dan prasarana sangat
mencukupi. (Rangkuti, 2004). Kekuatan yang diidentifikasikan ini bertujuan untuk
mengetahui segala kelebihan-kelebihan yang dimiliki perusahaan dalam
mempertahankan bisnisnya sehingga perusahaan dapat mengetahui apa saja yang
perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan sebagai bekal untuk bersaing dengan
kompetitor.
Kelemahan adalah suatu analisis lingkungan internal perusahaan yang
membantu manajemen untuk menganalisis kelemahan-kelemahan penyimpangan
yang membuat posisi perusahaan tidak menguntungkan sehingga mempengaruhi
tingkat kemampuan untuk bersaing dengan para pesaing (Rangkuti,2004).
Identifikasi kelemahan ini bertujuan untuk mengevaluasi kelemahan yang masih ada
dalam perusahaan, sehingga perusahaan dapat membenahkan kelemahan tersebut dan
memperbaikinya agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Peluang adalah bagian dari analisis lingkungan perusahaan yang membantu
manajemen dalam menganalisis dan mengetahui apa saja yang menjadi peluang dan
kesempatan bagi perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya, sehingga
perusahaan dapat memperoleh pangsa pasar dan dapat meningkatkan keuntungan
yang lebih besar. (Rangkuti,2004). Peluang harus diidentifikasikan dengan cepat oleh
perusahaan karena dengan peluang perusahaan dapat mempersiapkan segala strategi
untuk mencapai peluang, sehingga mencapai tujuan bagi perusahaan tersebut.
Ancaman merupakan bagian dari analisis pada lingkungan eksternal
perusahaan yang membantu manajemen untuk mengetahui tantangan yang akan
dihadapi perusahaan yang timbul karena adanya suatu kecenderungan dan
perkembangan yang tidak menguntungkan di luar perusahaan. (Rangkuti,2004).
Sehingga tujuan dari analisis SWOT ini adalah untuk memahami akan kekuatan,
33
kelemahan yang menjadi faktor internal persuahaan serta peluang dan ancaman yang
menjadi faktor eksternal persuahaan, sehingga dengan pemahaman seperti itu
perusahaan dapat menentukan perencanaan strategi yang bermanfaat untuk
memperoleh keunggulan dalam persaingan dan memiliki produk yang sesuai dengan
keinginan pelanggan.
2.11 Analisis Rantai Nilai (Value Chain)
Menurut Michael Porter (2007), Perusahaan menggunakan model Porter
Competitive Forces untuk mendesain strategi umum. Untuk mengidentifikasi
aktivitas secara spesifik perusahaan atau organisasi dapat menggunakan strategi
kompetitif menggunakan analisis Value Chain untuk hasil yang terbaik. Perusahaan
menggunakan analisis Value Chain bertujuan untuk memetakan seluruh proses dan
kegiatan operasional yang terjadi dalam perusahaan. Pada Analisis Value Chain ini
dibagi menjadi dua aktivitas, yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung.
Aktivitas utama adalah aktivitas bisnis yang berhubungan dengan produksi dan
distribusi dari produk dan pelayanan perusahaan sehingga menciptakan dan
menambah nilai terhadap produk atau jasa dimana pelanggan bersedia untuk
membeli dan menggunakan jasa tersebut. Terdapat lima aktivitas utama yaitu :
1. Inbound Logistics (input) : merupakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan bahan baku, penerimaan barang dari supplier, dan penyimpanan
barang (storing).
2. Operations (manufaktur dan pengujian) : mentransformasikan bahan baku
menjadi barang jadi dan jasa.
3. Outbound logistics (penyimpanan dan distribusi) : aktivitas yang
berhubungan dengan customer, dengan menyalurkan barang yang sudah
di proses menjadi barang jadi dan jasa ke customer.
4. Pemasaran dan penjualan : aktivitas yang berhubungan dengan pemasaran
dan bagaimana cara untuk mendapatkan pembeli.
5. Pelayanan after-sales : merupakan kegiatan yang mempertahankan dan
meningkatkan nilai produk.
Aktivitas utama yang telah ditentukan tersebut ditopang oleh kegiatan pendukung.
Tidak seperti aktivitas utama, aktivitas pendukung tidak langsung menambah nilai
langsung ke produk atau jasa perusahaan. mereka saling berkontribusi dan
34
mendukung kegiatan utama. Adapun aktivitas pendukung yang mendukung kegiatan
aktivitas utama dalam perusahaan antara lain :
1. Firm Infrastructure : merupakan infrastruktur yang terdapat pada
perusahaan yang mendukung kegiatan operasional.
2. Human resource technology : aktivitas perekrutan dalam perusahaan,
pelatihan, meningkatkan kesejahteraan karyawan.
3. Pengembangan teknologi : merupakan aktivitas yang mendukung
kegiatan operasional dan berkaitan dengan teknologi.
4. Procurement : aktivitas yang melakukan pembelian barang maupun jasa
dari dalam perusahaan seperti melakukan promosi dengan iklan, biaya
delivery, pembelian bahan baku dari supplier.
Gambar 2.12 Analisis Value Chain
(Rainer & Cegielski, 2007)
2.12 Analisis Porter’s Five Forces Model
Analisis Porter’s Five Forces Model merupakan suatu metode yang
digunakan perusahaan untuk mengembangkan strategi yang dapat meningkatkan
tingkat kompetitif perusahaan tersebut. (Porter,1985). Model Porter ini juga
menunjukan bagaimana teknologi informasi dapat membuat persuahaan lebih
kompetitif.
35
Gambar 2.13 Porter’s five force model
(Porter,1985)
Model Porter ini mengidentifikasikan lima kekuatan utama yang dapat
membahayakan atau meningkatkan posisi perusahaan dalam suatu industri tertentu.
Berikut merupakan Porter’s five force model :
1. Ancaman yang datang dari pendatang baru : ancaman terhadap
masuknya kompetitor baru ke dalam persaingan itu dianggap tinggi
apabila tingkat kemudahan pendatang baru dapat dengan mudah untuk
memulai bisnis tersebut. bagaimana tingkat kesulitan maupun
kemudahan bagi para pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu
bisnis yang sama. Pada Porter's five force model ini dipengaruhi oleh
kekuatan suatu produk (brand equity). Besarnya hambatan terhadap
memasuki dalam suatu bisnis seperti cost advantage, skill tertentu,
hak paten, dll.
2. Kekuatan pemasok : kekuatan pemasok akan menjadi tinggi apabila
pelanggan hanya memiliki sedikit pilihan terhadap barang yang
dibutuhkan. Sebaliknya apabila suatu produk yang diinginkan
pelanggan tersebut banyak pilihan kekuatan pemasok akan menjadi
rendah. Faktor yang mempengaruhi pemasok yaitu switching cost ke
pemasok lainnya, jumlah pemasok, supplier concentrate.
36
3. Kekuatan pelanggan : kekuatan pelanggan akan menjadi kuat apabila
pelanggan tersebut memiliki banyak pilihan terhadap varian produk
yang dibutuhkan.
4. Ancaman terhadap barang atau jasa pengganti : apabila barang
pengganti terhadap barang atau jasa yang dijual perusahaan tersebut
banyak, maka tingkat ancamannya pun semakin tinggi, dan sebaliknya
apabila barang atau jasa pengganti yang dijual perusahaan sedikit,
maka tingkat ancamannya akan semakin sedikit. Diferensiasi produk
sangat berpengaruh terhadap force ini karena apabila tingkat
diferensiasi tersebut kecil maka pelanggan tidak akan berfikir lama
untuk berpindah produk apabila pelanggan juga menemukan selisih
harga yang sedikit.
5. Persaingan antara mitra bisnis yang sama : bagaimana tingkat
persaingan yang terjadi pada perusahaan, apakah tingkat persaingan
tersebut itu tinggi atau rendah. Tinggi rendahnya tingkat persaingan
dapat diukur dari banyaknya kompetitor yang bergerak dalam bisnis
yang sama, semakin banyak kompetitor bisnis maka akan semakin
tinggi tingkat persaingan dan sebaliknya semakin sedikit kompetitor
makan akan rendah tingkat persaingan dalam perusahaan tersebut.
pada faktor ini dipengaruhi oleh jumlah pesaing, perbedaan kualitas,
perbedaan harga, loyalitas pelanggan.
2.13 Key Performance Indicator
Key Performance Indicator (KPI) merupakan satu set langkah-langkah
pengukuran yang berfokus pada aspek yang bersifat kritis terhadap kinerja organisasi
demi kesuksesan untuk masa depan organisasi. (Parmenter, 2010)
37
Gambar 2.14 Empat Tipe Pengukuran Performa
(Parmenter, 2010)
Pada KPI terdapat empat tipe dalam mengukur suatu performa kinerja dalam
perusahaan, antara lain :
1. Key Result Indicators (KRIs) : KRI menunjukan apa yang telah dicapai
terhadap critical success factor. KRI tersebut dapat dilihat dari kepuasan
pelanggan, laba bersih sebelum pajak, profitabilitas pelanggan, kepuasan
karyawan dan kembalinya modal yang telah digunakan.
2. Result Indicators (RIs) : result indicator menunjukan apa yang telah
dicapai terhadap suatu kinerja tertentu. Contohnya laba bersih terhadap
produk kunci, penjualan yang dilakukan kemarin, keluhan pelanggan.
3. Performance Indicators (PIs) : menujukan terhadap apa yang harus
dilakukan.
4. Key Performance Indicators (KPIs) : menunjukan apa yang perlu
ditingkatkan terhadap pengukuran performa perusahaan.
Menurut Parmenter (2010) Key Performance Indicator memiliki 7
karakteristik antara lain :
1. Pengukuran bersifat non finansial (tidak dinyatakan dalam dollar, yen,
pound,euro, dll)
2. Diukur secara teratur (frequently) contoh setiap hari atau tiap bulan.
3. Ditindak lanjuti oleh CEO atau tim manajemen tingkat atas.
4. Pemahaman terhadap pengukuran dan corrective action dilakukan oleh
semua staf.
5. Memiliki ikatan tanggung jawab terhadap tiap individu maupun tim.
38
6. Memiliki dampak yang signifikan contoh mempengaruhi keberhasilan
terhadap CSF.
7. KPI memberikan dampak positif bagi perusahaan.
2.14 Critical Success Factors
Critical Success Factor merupakan ketentuan dari lingkungan organisasi
yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalan objektif perusahaan. CSF
dapat ditentukan apabila objektif suatu perusahaan telah dilakukan identifikasi
terlebih dahulu. CSF memiliki tujuan untuk menggambarkan objektif perusahaan
lebih jelas untuk menentukan kegiatan yang harus dilakukan dan informasi –
informasi apa saja yang dibutuhkan untuk tercapainya objektif tersebut.
Gambar 2.15 Pengukuran performa dari visi dan misi
(Parmenter, 2010)
Dalam melakukan pengukuran terhadap performa suatu perusahaan dapat
sangat terlihat hubungan antara CSF dan KPI yang saling berhubungan. Pengukuran
tersebut dilihat dari visi, misi, dan nilai perusahaan dan diturunkan menjadi strategi
39
pada setiap bidang perusahaan. Tiap bidang tersebut akan memiliki CSF yang
menjadi kunci kesuksesan yang diturunkan menjadi KPI. Ketepatan suatu KPI dapat
ditentukan berdasarkan CSF yang diperoleh. Semakin tepat CSF semakin tinggi
tingkat ketepatan terhadap KPI tersebut.
2.15 UML (Unified Modeling Language)
Unified Modeling Language merupakan suatu kumpulan standar dari
pembangunan dan notasi dari model yang dikembangkan dengan spesifik untuk
pengembangan yang berorientasi objek. UML digunakan untuk pengembangan
sistem yang terdiri dari berbagai diagram untuk menggambarkan dan menunjukan
model dari sistem kepada pengguna (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).
2.15.1 Use Case Diagram
Use case menjelaskan perspektif pengguna terhadap fungsionalitas dan
deskripsi dari sistem yang berasal dari pandangan user. (Bennet, McRobb, & Farmer,
2010). Use case dapat digunakan untuk mendokumentasi ruang lingkup sistem dan
pemahaman dari pembangun sistem tentang apa yang dibutuhkan user. Use case
akan direpresentasikan secara grafis dalam bentuk use case diagram.
40
Gambar 2.16 Contoh Use Case Diagram
(Bennet, McRobb, & Farmer, 2010)
41
2.15.3 Fully Developed Use Case Description
Fully developed use case description merupakan suatu metode yang paling
formal untuk mendokumentasikan suatu use case. (Satzinger, Jackson, & Burd,
2010). Tujuan dari fully developeduse case description adalah gambaran dari fungsi
masing – masing use case yang ada dalam sistem dan dapat dideskripsikan dalam
bentuk tabel deskripsi use case. Metode use casedescription fully developed tersebut
sangat baik dalam menggambarkan aliran internal dari kegiatan untuk usecase.
Gambar 2.17 Contoh Fully Developed Use Case Description
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2010)
42
2.15.4 Sequence Diagram
Sequence diagram menunjukan interaksi antara objek yang satu dengan objek
lainnya dalam sebuah rangkaian waktu. Sequence diagram dapat menggambarkan
dalam level detil dan tujuan yang berbeda. Sequence diagram secara khusus
digunakan untuk merepresentasikan objek yang terjadi pada satu use case atau satu
operasi. (Bennet, McRobb, & Farmer, 2010). Notasi yang digunakan dalam membuat
sequence diagram yaitu actor, objek, lifeline, message, event, return.
Terdapat beberapa operator yang berfungsi sebagai interaksi dan biasa
diletakan dalam suatu fragment. Operator tersebut antara lain :
1. Alt
Merupakan alternative yang dgunakan untuk menjelaskan behaviour
suatu laternatif. Pilihan dari behavoiur tersebut ditunjukan terpisah.
Dimana constraint dari interaksi dapat dinyatakan sebagai pilihan yang
benar atau true.
2. Opt
Opt menjelaskan pilihan tunggal dari operand yang akan di eksekusi
apabila constraint dari interaksi dinyatakan benar.
3. Loop
Loop digunakan untuk mengindikasikan suatu operand yang dilakukan
berulang hingga constraint dari suatu interaksi tidak lagi dinyatakan true.
43
Gambar 2.18 Contoh Sequence Diagram
(Bennet, McRobb, & Farmer, 2010)
2.16 Navigation Diagram
Navigation diagram merupakan hubungan dari transisi perpindahan antar
window yang satu dengan window lainnya. Navigation diagram ini merupakan jenis
diagram yang menampilkan user interface secara keseluruhan. Berikut merupakan
notasi yang digunakan dalam navigation diagram.
44
Gambar 2.19 Contoh Navigation Diagram
(Mathiassen, Munk-Madsen, Nielsen, & Stage, 2000).
2.17 Storyboard
Storyboard dapat digunakan untuk membuat desain sebuah proyek secara
detil. Storyboard sering disebut sebagai outline grafis yang mampu menjelaskan
proyek dengan kata-kata deskriptif dan sketsa untuk menjelaskan setiap gambar,
suara, dan pilihan navigasi yang ada pada tampilan layar (Vaughan, 2011). Dalam
mendesain biasanya pengguna akan melakukan banyak permintaan melalui
pendekatan sehingga segala yang diinginkan oleh pengguna dapat terealisasikan
dengan baik. Semakin baik perancangan pada storyboard semakin baik dan
mempermudah dalam realisasi pengerjaan proyek tersebut.
2.18 Activity Diagram
Activity diagram merupakan jenis diagram alur kerja yang menggambarkan
kegiatan pengguna dan alirannya secara sekuensial atau berurut. Activity diagram
menggambarkan berbagai pengguna, kegiatan, orang yang melakukan aktivitas
masing-masing dan aliran sekuensial dari aktivitas – aktivitas yang dilakukan.
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).
45
Gambar 2.20 Contoh activity diagram
(Satzinger, Jackson, & Burd, Object-Oriented Analysis and Design with The Unified
Process, 2010)
Activity diagram ini digunakan untuk menjelaskan bisnis dan alur kerja secara step-
by-step dari komponen suatu system.
2.19 Deployment Diagram
Deployment Diagram merupakan penyebaran yang menunjukan pada penempatan
suatu physical nodes yang berbeda. Sebuah node tersebut dapat dianggap sebuah
device (komputer) yang mewakili sumber daya komputasi tunggal. (Satzinger,
Jackson, & Burd, Object-Oriented Analysis and Design with The Unified Process,
46
2010). Tujuan dari penggambaran deployment diagram ini adalah menggambarkan
bagaimana suatu komponen tersebut di deploy dalam infrastruktur sistem. Komponen
pada deployment diagram tersebut terletak pada hardware dan yang bersifat fisikal
adalah server.
Gambar 2.21 Contoh depoyment diagram
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).