19
CYCLICAL INDICATORS 1. Leading Indicators PT. Wijaya Karya (WIKA) berada dalam satu sektor dengan PT. Adhi Karya (ADHI) yang berperan sebagai Leading Indicators pada bidang properti dan real estate dengan sub sektor konstruksi bangunan. Jadi secara tidak langsung kondisi sektoral dari PT. Adhi Karya (ADHI) berdampak pada PT. Wijaya Karya (WIKA). Dilihat dari harga saham harian dari kedua perusahaan tersebut, PT. Adhi Karya (ADHI) harga seham perlembarnya lebih tinggi dibandingkan dengan PT. Wijaya Karya (WIKA).Walaupun sebagai leading indicator PT. Adhi Karya (ADHI) juga mengalami kenaikan dan penurunan harga saham, begitu pula dengan PT. Wijaya Karya (WIKA) yang berada dalam satu sektor. 2. Coincident Indicators PT. Wijaya Karya (WIKA) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Produk dari industri ini adalah konstruksi bangunan yang bergerak dalam Konstruksi Sipil, Konstruksi Bangunan Gedung, dan Mekanikal Elektrikal. Selain itu PT. Wijaya Karya (WIKA) memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak dibidang industri beton pracetak, bisnis realty dan property , WIKA Industri & Konstruksi, dibidang bangunan dan gedung, bidang erection dan installation mekanikal elektrikal untuk proyek industrial dan power plant, bidang pertambangan aspal Buton. Hal ini dilakukan karena peraturan pemerintah yang mengharuskan BUMN

Cyclical Indicators

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Cyclical Indicators

Citation preview

Page 1: Cyclical Indicators

CYCLICAL INDICATORS

1. Leading Indicators

PT. Wijaya Karya (WIKA) berada dalam satu sektor dengan PT. Adhi Karya (ADHI)

yang berperan sebagai Leading Indicators pada bidang properti dan real estate dengan sub

sektor konstruksi bangunan. Jadi secara tidak langsung kondisi sektoral dari PT. Adhi

Karya (ADHI) berdampak pada PT. Wijaya Karya (WIKA). Dilihat dari harga saham

harian dari kedua perusahaan tersebut, PT. Adhi Karya (ADHI) harga seham

perlembarnya lebih tinggi dibandingkan dengan PT. Wijaya Karya (WIKA).Walaupun

sebagai leading indicator PT. Adhi Karya (ADHI) juga mengalami kenaikan dan

penurunan harga saham, begitu pula dengan PT. Wijaya Karya (WIKA) yang berada

dalam satu sektor.

2. Coincident Indicators

PT. Wijaya Karya (WIKA) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Produk dari industri ini adalah konstruksi bangunan yang bergerak dalam Konstruksi

Sipil, Konstruksi Bangunan Gedung, dan Mekanikal Elektrikal. Selain itu PT. Wijaya

Karya (WIKA) memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak dibidang industri

beton pracetak, bisnis realty dan property , WIKA Industri & Konstruksi, dibidang

bangunan dan gedung,  bidang erection dan installation mekanikal elektrikal untuk

proyek industrial dan power plant, bidang pertambangan aspal Buton. Hal ini dilakukan

karena peraturan pemerintah yang mengharuskan BUMN kembali kebisnis intinya. Maka

usaha usaha di luar konstruksi dipecah menjadi anak perusahaan tersebut.

3. Lagging indicators

a. Average duration of unemployment

Komponen ini merupakan rata-rata jumlah minggu individu menganggur setelah

keluar dari pekerjaannya. Nilai komponen ini terbalik, untuk menunjukkan

pembacaan lebih rendah selama resesi dan pembacaan yang lebih tinggi selama

ekspansi. Average duration of unemployment merupakan indikator lagging karena

orang-orang memiliki waktu yang sulit mencari pekerjaan setelah resesi dimulai.

b. Inventories-to-sales ratio

Rasio ini disesuaikan dengan inflasi. Peningkatan persediaan umumnya merupakan

perkiraan penjualan rata-rata yang menunjukkan ekonomi melambat. Rasio

Page 2: Cyclical Indicators

inventory-to-sales penjualan biasanya mengalami puncaknya di tengah-tengah resesi,

dan terus menurun sampai awal pemulihan.

c. Change in labor cost per unit of output (manufacturing)

Jumlah akhir merupakan tingkat perubahan kompensasi kerja dibandingkan dengan

output industri. Sering, ketika ekonomi berada dalam resesi, produksi industri

melambat lebih cepat dari biaya tenaga kerja.

d. Average prime rate (banks)

Komponen ini disusun oleh pemerintah . Perubahan suku bunga pinjaman antar bank

cenderung lag, aktivitas ekonomi secara keseluruhan karena pemerintah menetapkan

tingkat suku bunga ini sebagai respons terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

Untuk merangsang pertumbuhan, tingkat dana pemerintah akan tetap rendah untuk

periode setelah perekonomian secara keseluruhan yang mulai pulih dari kontraksi.

e. Commercial and industrial loans outstanding

Komponen ini mencatat jumlah total pinjaman dan surat berharga, disesuaikan

dengan inflasi. Permintaan kredit cenderung pada puncak setelah perekonomian

secara keseluruhan, tidak karena penurunan terkait dalam keuntungan perusahaan.

f. Ratio of consumer installment credit to personal income

Rasio ini mencerminkan hubungan antara utang konsumen dan pendapatan.\

g. Consumer price index (CPI) services

Komponen ini berasal dari Biro Statistik Tenaga Kerja, dan merupakan inflasi harga

konsumen untuk produk layanan. Kenaikan harga dalam produk layanan konsumen

terkait, cenderung terjadi pada bulan-bulan awal resesi, dan mereda pada awal

pemulihan. Karena CPI merupakan harga yang telah berubah, komponen ini

tertinggal dengan indikator ekonomi lainnya. Sementara perubahan dalam kurva

imbal hasil Treasury dapat menjadi prediktor yang baik dari inflasi ke depan, CPI

hanya mengumumkan bahwa inflasi tiba.

Page 3: Cyclical Indicators

INDUSTRY ANALYSIS

1. Business cycles

Mankiw (1997) menuliskan bahwa business cycles adalah fluktuasi yang terjadi

dalam output,pendapatan, dan kesempatan kerja. Samuelson dan Nordhaus (1992)

juga menyebut business cycles sebagai fluktuasi dalam output nasional, pendapatan,

dan kesempatan kerja total. Fluktuasi tersebut biasanya selama periode dua sampai

sepuluh tahun dan bercirikan ekspansi atau kontraksi pada beberapa sektor

perekonomian. Sedangkan menurut Abel dan Bernanke (2005), merupakan fluktuasi

dari aggregate economic activity, jadi bukan merupakan fluktuasi single economic

variable, dengan durasi yang bervariasi dari lebih satu tahunan, sepuluh tahunan, atau

dua puluh tahunan. Lucas (dalam Kim dan Choi, 1997), mendefinisikan business

cycles sebagai pergerakan gross national product di sekitar trend-nya, dan

ditambahkannya bahwa konsep business cycles yang lebih luas dapat diartikan

sebagai pergerakan deviasi suatu series dari trend-nya.

Page 4: Cyclical Indicators

Satu episode business cycles dimulai dari trough sampai trough berikutnya melewati

satu peak, atau dimulai dari peak sampai peak berikutnya melewati satu trough. Di

dalamnya selalu ada fase ekspansi yang terjadi pada banyak aktivitas ekonomi secara

bersamaan, juga selalu ada fase kontraksi atau penyusutan. Kedua fase ini silih

berganti dari satu siklus ke siklus berikutnya, dan semua siklus berhubungan antara

yang satu dengan yang lain, di bagian akhir yang satu dengan bagian awal yang lain.

Rangkaian perubahan tersebut berulang kembali tetapi tidak secara periodik atau

berkala, satu siklus tidak selalu sama durasi waktunya. Resesi terjadi ketika siklus

berada pada fase kontraksi, yaitu antara business peak dan business trough. Secara

informalnya, fase kontraksi dikatakan telah masuk kategori resesi ketika terjadi

penurunan gross national product selama dua kuartal berturut-turut. National bureau

of economic research, NBER, memiliki ukuran sendiri untuk mengatakan bahwa fase

kontraksi telah masuk kategori resesi, yaitu ketika terjadi penurunan pada output,

income, employment, dan trade, yang biasanya bertahan antara enam bulan sampai

satu tahun serta ditandai dengan kontraksi yang menyebar luas pada banyak sektor

perekonomian. Dan ketika fase kontraksi terjadi secara ekstra dengan durasi yang

lebih lama lagi, maka disebut sebagai depresi.

Dalam konteks Indonesia, menentukan reference series untuk mengukur business

cycles sebagai fluktuasi dari aggregate economic activity merupakan suatu hal yang

krusial. Pada kasus ini GDP dipilih sebagai indikator aktivitas ekonomi, atau disebut

juga sebagai reference series. Dasarnya, walaupun business cycles didefinisikan

secara luas sebagai fluktuasi aggregate economic activity yang berarti bukan fluktuasi

Page 5: Cyclical Indicators

dari satu variabel saja, namun GDP merupakan single variable yang paling mendekati

untuk mengukur aggregate economic activity (Abel dan Bernanke, 2005). Pada

Gambar 2 disajikan actual dan trend GDP series dalam logarithmic form mulai Tahun

1970 sampai 2001.

Sedangkan gambar selanjutnya (Gambar 3), menunjukkan siklus dari GDP dengan

menerapkan metode filtering HP filter. Selama periode akhir 1970 sampai akhir 2001,

terdapat empat siklus di dalam perekonomian Indonesia dengan pola seperti tampak

pada Gambar 3 tersebut. Siklus pertama C1 diawali dengan trough T1 pada Desember

1972 dan berakhir sampai trough T2 pada Desember 1976. Demikian pula siklus

kedua C2 berlangsung antara T2 – T3, periode Desember 1976 - Desember 1985.

Siklus ketiga C3 berlangsung antara T3 –T4, periode periode Desember 1985

Desember 1992. Dan terakhir siklus keempat C4 yang berlangsung antara T3 –T4,

periode periode Desember 1992 – Desember 1998.

Pada keempat siklus tersebut terdapat lima trough dan empat peak pada

perekonomian Indonesia selama periode sampel dengan turning points yang rata-rata

terjadi pada akhir tahun. Total durasi waktu dari keempat siklus tersebut adalah 312

bulan dan didominasi oleh fase ekspansi, yaitu 68% atau 213 bulan. Sedang porsi dari

fase kontraksi adalah 32% atau 99 bulan. Dominasi fase ekspansi juga tercermin dari

rata-rata durasinya, rata-rata durasi fase ekspansi adalah 53 bulan per siklus.

Sedangkan rata-rata durasi fase kontraksi adalah 25 bulan per siklus. Mengingat lebih

dari dua per tiga total durasi waktu dari keempat siklus tersebut didominasi oleh fase

Page 6: Cyclical Indicators

ekspansi, ini menunjukkan bahwa lebih dari duapertiga kegiatan perekonomian

Indonesia berada pada fase ekspansi, dan sepertiga sisanya adalah fase kontraksi.

2. Industry Life cycle

WIKA dibentuk dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda bernama Naamloze

Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co. atau NV

Vis en Co. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan Surat Keputusan

Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960,

dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja. Kegiatan usaha WIKA

Page 7: Cyclical Indicators

pada saat itu adalah pekerjaan instalasi listrik dan pipa air. Pada awal dasawarsa

1960-an,

Perkembangan signifikan pertama adalah di tahun 1972, dimana pada saat itu nama

Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja berubah menjadi PT Wijaya Karya.

WIKA kemudian berkembang menjadi sebuah kontraktor konstruksi dengan

menangani berbagai proyek penting seperti pemasangan jaringan listrik di Asahan

dan proyek irigasi Jatiluhur.

Satu dekade kemudian, pada tahun 1982, WIKA melakukan perluasan divisi dengan

dibentuknya beberapa divisi baru, yaitu Divisi Sipil Umum, Divisi Bangunan

Gedung, Divisi Sarana Papan, Divisi Produk Beton dan Metal, Divisi Konstruksi

Industri, Divisi Energy, dan Divisi Perdagangan. Proyek yang ditangani saat itu

diantaranya adalah Gedung LIPI, Gedung Bukopin, dan Proyek Bangunan dan Irigasi.

Selain itu, semakin berkembangnya anak-anak perusahaan di sektor industri

konstruksi membuat WIKA menjadi perusahaan infrastruktur yang terintegrasi dan

bersinergi.

Semakin berkembangnya Perseroan, semakin tinggi pula tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap kemampuan Perseroan. Hal ini tercermin dari keberhasilan

WIKA melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) pada

tanggal 27 Oktober 2007 di Bursa Efek Indonesia (saat itu bernama Bursa Efek

Jakarta). Pada IPO tersebut, WIKA melepas 28,46 persen sahamnya ke publik,

sehingga pemerintah Republik Indonesia memegang 68,42 persen saham, sedangkan

sisanya dimiliki oleh masyarakat, termasuk karyawan, melalui

Employee/Management Stock Option Program (E/MSOP), dan Employee Stock

Allocation (ESA).

Memasuki tahun 2010, WIKA berhadapan dengan lingkungan usaha yang berubah

dengan tantangan lebih besar. Untuk itu, WIKA telah menyiapkan Visi baru, yaitu

VISI 2020 untuk menjadi salah satu perusahaan EPC dan Investasi terintegrasi terbaik

di Asia Tenggara. Visi ini diyakini dapat memberi arah ke segenap jajaran WIKA

untuk mencapai pertumbuhan yang lebih optimal, sehat dan berkelanjutan.

Page 8: Cyclical Indicators

Sepanjang tahun 2012, WIKA berhasil menuntaskan proyek power plant yang terdiri

dari: Pembangkit Listrik Tenaga Gas Borang, 60MW, Pembangkit Listrik Tenaga

Mesin Gas Rengat, 21MW, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Ambon, 34MW.

Pada tahun 2013 Perseroan mendirikan usaha patungan PT Prima Terminal Peti

Kemas bersama PT Pelindo I (Persero) dan PT Hutama Karya (Persero), mengakuisisi

saham PT Sarana Karya (Persero) (“SAKA”) yang sebelumnya dimiliki oleh

Pemerintah Republik Indonesia, mendirikan usaha patungan PT WIKA Kobe dan PT

WIKA Krakatau Beton melalui Entitas Anak WIKA Beton, dan melakukan buyback

saham sebanyak 6.018.500 saham dengan harga perolehan rata-rata Rp1.706,77,-

COMPANY ANALYSIS

Analisis Laporan keuangan PT. Wijaya Karya

Liquidity Ratio 2011 2012

Current Assets

5.838.851.683

7.186.554.643

Current Liabilities

5.127.208.872

6.527.627.883

Inventory

872.775.160

1.499.142.819

Cash and cash equivalent

1.244.316.237

1.138.080.424

Current Ratio 1,1388 1,010

Quick Ratio

0,97 0,970

Cash Ratio 0,242688813 0,230

     

Activity Ratio 2011 2012

Sales

7.741.827.272

9.816.085.895

Total Assets

Page 9: Cyclical Indicators

8.322.979.571 10.945.209.418

Fixed Assets

753.148.442

1.168.756.506

Stockholder's Equity

2.071.560.773

2.574.070.857

Account Receivable

1.323.066.544

1.332.044.873

Cost of Goods Sold

6.978.414.331 8.902.208.955

Inventory

872.775.160

1.138.080.424

Total Asset Turnover 0,93 0,897

Fixed Asset Turnover 10,28 8,399

Accounts Receivable Turnover 5,85 7,369

Accounts Receivable DaysOutsanding 62,38 49,531

Inventory Turnover 8,00 7,822

Inventory Days Outstanding 45,65 46,663

     

Profitability Ratio 2011 2012

Net Income

390.946.495

505.124.962

Sales

7.741.827.272

9.816.085.895

Pre-Tax Income

629.606.985

1.111.381.979

Earning Before Interest and Taxes

864.934.975 8.902.208.955

Cost of Goods Sold

6.978.414.331

807.915.794

Total Assets

8.322.979.571

9.341.633.477

Page 10: Cyclical Indicators

Net Assets (Total Assets-Non Debt

Current Liabilities)

7.346.584.747

10.945.209.418

Stockholder's Equity

2.071.560.773

1.603.575.941

Equity

2.219.375.875

2.814.005.594

Net Margin 0,050

0,5140

Pre-Tax Margin 0,081

0,0820

Operating Margin 0,112

0,1130

Gross Margin 0,099

0,0900

Return On Assets 0,047

0,0460

Return On Net Assets 0,053 0,054

Return On Equity 0,176

3,4880

     

Market Ratio 2011 2012

Stock Price 100 100

EPS 60,59 76,01

Market Capitalization (Stock Price x

Shareoutstanding)

2.202.726.750.000

2.

210.562.750.000

Stockholder's Equity

2.071.560.773

505.124.962

Dividend

390.946.495

22.105.627.500

Price Earning

2

1

Page 11: Cyclical Indicators

Market Book 1063,32

1.065

Dividend Yield

3.909.464,95

5.051.249,62

Shareholder Return

3.909.464,95

5.051.249,62

Leverage Ratio 2011 2012

Total Liabilities

6.103.603.696

8.131.203.824

Stockholder's Equity

2.071.560.773

8.131.203.824

Total Assets

8.322.979.571

10.945.209.418

Short Term Debt

130.848.840 2 34.689.995

Long Term Debt

251.074.132

251.074.132

Pre-Tax Income

629.606.985

807.915.794

Interest Expense

24.134.182

37.500.827

Debt to Equity 2,946379259

3,1500

Financial Leverage 4,01773372 4,25

Interest Coverage

27,09 23

Dupont Ratio Analysis 2011 2012

Net Income

390.946.495

505.124.962

Sales

7.741.827.272

9.816.085.895

Page 12: Cyclical Indicators

Total Asset

8.322.979.571

10.945.209.418

Equity

2.219.375.875

2.814.005.594

Net Margin 0,050

0,514

Asset Turnover 0,930

0,897

Return On Assets 0,047

0,046

Financial Leverage 3,750

4,525

Return On Equity 0,176

3,480

1. Earning Per Share (EPS)

EPS sendiri merupakan rasio yang menunjukan berapa besar keuntungan yangdiperoleh investor atau

pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai EPS tentusaja menggembirakan pemegang saham

karena semakin besar laba yang disediakanuntuk pemegang saham. Nilai EPS WIKA mengalami

peningkatan dari tahun 2011 ke tahun 2012

2. Price Earning Ratio (PER)

Price earning ratio /PER adalah rasio price yang dihitung dengan membagi hargasaham saat ini dengan

Earning Per Share (EPS), PER menggambarkan apresiasipasar tehadap kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba. PER dihitungdalam satuan kali. Bagi para investor semakin kecil PER suatu saham

semakin bagus karena saham tersebut termasuk murah.

3. Book Value

Nilai Buku adalah rasio price yang dihitung dengan membagi total ekuitas ( Aset -Hutang ) dengan total

saham yang beredar. Book Value digunakan untuk melihatharga suatu securitas apakah overpriced atau

underprice.

4. Price to Book Value (PBV)

adalah angka rasio yang menjelaskan seberapa kali seorang investor bersediamembayar sebuah saham

untuk setiap nilai buku per sahamnya. PBV diperolehdengan cara membagi harga pasar saham dengan

Page 13: Cyclical Indicators

Nilai Buku Per Saham atau Book Value Per Share (BVPS). Nilai Buku Per Saham (BVPS) diperoleh

dengan caramembagi total ekuitas perusahaan pada periode tertentu dengan jumlah sahamnyayang

tercatat di Bursa Efek Indonesia.

5. Current Ratio

Yaitu perbandingan antara aktiva lancar perusahaan dengan utang lancarnya dalam hal ini mengalami

penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012

6. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio hutang atas modal adalah menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi

hutang-hutang kepada pihak luar. Debt to equity ratio menggambarkan proporsi antara kewajiban yang

dimiliki dan seluruhkekayaan yang dimiliki. Mengalami peningkatan.

7. Return On Asset (ROA)

Merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Untuk pt wika mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya.

8. Return On Equity (ROE)

ROE adalah ukuran untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memberikanimbalan investasi kepada

pemegang saham keseluruhan. Dalam hal ini mengalami kenaaikan yang cukup signifikan.