60
iii DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii Daftar Tabel v Daftar Gambar vi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 BAB II GAMBARAN UMUM JAWA TENGAH ……………………………… A. KEADAAN GEOGRAFI …………….…………………………… B. KEADAAN PENDUDUK ………………………………………… 1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk ……..………….. 2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk ………………………….. 3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur ………… C. KEADAAN EKONOMI ………………………………………….. 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) …….…………. 2. Angka Beban Tanggungan …………….………………….. D. KEADAAN PENDIDIKAN ……………………………………… 6 6 6 6 7 7 8 8 10 10 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………..……………. A. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DASAR ………..………….. 1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 .................................... 2. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani ……..…. 3. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan ………………….. 4. Cakupan Pelayanan Nifas ………………………………… 5. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani .. 6. Cakupan Kunjungan Bayi …………………………………. 7. Desa/Kelurahan Unicersal Child Immunization (UCI) …… 8. Cakupan Pelayanan Anak Balita …………………………. 9. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 624 bulan Keluarga Miskin ................................... 10. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan …….…………… 11. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat . 12. Cakupan Peserta KB Aktif ………………….……………… 13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit . a. Non Polio Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun ………………………… 12 13 14 16 18 20 22 23 25 28 31 31 33 36 37 37

Daftar Isi 2010

Embed Size (px)

Citation preview

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman Halaman Judul i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii Daftar Tabel v Daftar Gambar vi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    BAB II

    GAMBARAN UMUM JAWA TENGAH

    A. KEADAAN GEOGRAFI .

    B. KEADAAN PENDUDUK

    1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk ....

    2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk ..

    3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

    C. KEADAAN EKONOMI ..

    1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ..

    2. Angka Beban Tanggungan ...

    D. KEADAAN PENDIDIKAN

    6

    6

    6

    6

    7

    7

    8

    8

    10

    10

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN ...

    A. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DASAR ....

    1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 ....................................

    2. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani ...

    3. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

    yang Memiliki Kompetensi Kebidanan ..

    4. Cakupan Pelayanan Nifas

    5. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani ..

    6. Cakupan Kunjungan Bayi .

    7. Desa/Kelurahan Unicersal Child Immunization (UCI)

    8. Cakupan Pelayanan Anak Balita .

    9. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak

    Usia 624 bulan Keluarga Miskin ...................................

    10. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan .

    11. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat .

    12. Cakupan Peserta KB Aktif .

    13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit .

    a. Non Polio Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per

    100.000 penduduk < 15 tahun

    12

    13

    14

    16

    18

    20

    22

    23

    25

    28

    31

    31

    33

    36

    37

    37

  • iv

    b. Penemuan Penderita Pneumonia Balita ........................

    c. Penemuan Pasien baru TB BTA positif ..

    d. Penderita DBD yang ditangani .....................................

    e. Penemuan Penderita Diare ...........................................

    14. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat

    Miskin ................................................................................

    B. JENIS PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN ...

    1. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien

    Masyarakat Miskin ...........................................................

    2. Cakupan Pelayanan Gadar level 1 yang harus diberikan

    Sarana Kesehatan (RS) di kabupaten/kota

    C. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN

    KEJADIAN LUAR BIASA .............................

    - Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan

    Penyelidikan Epidemiologi

  • v

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1

    Tabel 2.2

    Tabel 2.3

    Tabel 3.1

    Tabel 3.2

    Tabel 3.3

    Tabel 3.4

    Tabel 3.5

    Tabel 3.6

    Tabel 3.7

    Tabel 3.8

    Tabel 3.9

    Tabel 3.10

    Tabel 3.11

    Tabel 3.12

    Tabel 3.13

    Tabel 3.14

    Tabel 3.15

    Persentase Kelompok Usia Produktif Jawa Tengah Tahun 20062010 .................................................................................

    PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah) .......................................................................................

    Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2010 .......................................................................

    Pencapaian Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 20092010 ......

    Daftar Pencapaian Indikator Kinerja SPM Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun 2010 ...............................

    Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan K4 (>95%) Tahun 2010 .................................................................................

    Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Tahun 2010 .............................................

    Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan Pelayanan Nifas Tahun 2010 ...........................................................................................

    Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan kunjungan bayi tahun 2010 .............................................................................................

    Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan desa/kelurahan UCI tahun 2010 .....................................................................................

    Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan pelayanan anak balita tahun 2010 ..................................................................................

    Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan pemberian MPASI pada anak usia 624 bln keluarga miskin tahun 2010 ...............................................................................

    Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan tahun 2010 .......................................................

    Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan penjaringan kesehatan Siswa SD dan setingkat tahun 2010 ................................

    Kabupaten/kota berdasarkan target AFP Non Polio rate tahun 2010 ........................................................................................................

    Kabupaten/kota berdasarkan target Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin tahun 2010 ...............

    Kabupaten/kota berdasarkan target Cakupan Pelayanan Gadar level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS) di kabupaten/kota tahun 2010 ...............................................................

    Kabupaten/kota berdasarkan target Cakupan Desa Siaga Aktif tahun 2010 ...........................................................................................

    8

    9

    11

    12

    13

    15

    18

    21

    25

    27

    30

    31

    33

    35

    38

    45

    48

    52

  • vi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 3.1

    Gambar 3.2

    Gambar 3.3

    Gambar 3.4

    Gambar 3.5

    Gambar 3.6

    Gambar 3.7

    Gambar 3.8

    Gambar 3.9

    Gambar 3.10

    Gambar 3.11

    Gambar 3.12

    Gambar 3.13

    Gambar 3.14

    Gambar 3.15

    Gambar 3.16

    Cakupan K4 Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010 ...............

    Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2010 .............................................................................................

    Cakupan Pelayanan Nifas Provinsi Jawa Tengah tahun 20072010 .................................................................................

    Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010 ..................................................................................

    Cakupan Imunisasi Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 20082010 .......................................................................................

    Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010 ...................................................................................

    Cakupan Pelayanan Anak Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010 .......................................................................

    Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2010 .................................................

    Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD Dan Setingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010 ...................................

    Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010 ..................................................................................

    AFP Rate Per 100.000 Penduduk

  • vii

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah

    satu hak dasar rakyat, yaitu untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai

    UUD 1945 dan Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

    Bahkan untuk mendapatkan penghidupan yang layak di bidang kesehatan,

    amandemen kedua UUD 1945, pasal 34 ayat (3) menetapkan : Negara

    bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan

    pelayanan umum yang layak.

    Di era otonomi daerah amanat amandemen dimaksud, mempunyai

    makna penting bagi tanggung jawab Pemerintah Daerah sebagai sub sistem

    Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap masyarakat, dan Pemerintah

    Daerah dituntut dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang layak,

    tanpa ada diskriminasi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Amanat ini harus

    diterjemahkan dan dijabarkan secara baik oleh sistem dan perangkat

    pemerintah daerah.

    Untuk lebih menjamin penerapan hak-hak publik sebagaimana

    tersebut diatas, di era otonomi daerah UU No. 32 Tahun 2004 dalam Pasal

    11, 13 dan 14 telah menjadikan penanganan bidang kesehatan sebagai

    urusan wajib/tugas pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah.

    Merujuk pasal 11 ayat (4), maka penyelenggaraan pelayanan kesehatan

    yang layak dalam batas pelayanan minimal adalah merupakan tanggung

    jawab atau akuntabilitas yang harus diselenggarakan oleh daerah yang

    berpedoman pada PP No.65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan

    Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

    Secara ringkas PP No.65 Tahun 2005 memberikan rujukan bahwa

    SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang

    merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga Negara

  • viii

    secara minimal, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar, baik

    Daerah Provinsi maupun Daerah Kabupaten/Kota.

    Dalam penerapannya SPM harus menjamin akses masyarakat untuk

    mendapatkan pelayanan dasar dari Pemerintah Daerah sesuai dengan

    ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, baik dalam

    perencanaan maupun penganggaran, wajib diperhatikan prinsip-prinsip SPM

    yaitu sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat

    dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas pencapaian yang dapat

    diselenggarakan secara bertahap.

    Hal ini dimaksudkan pula agar kinerja penyelenggaraan pemerintahan

    daerah, khususnya penanganan bidang kesehatan tetap sejalan dengan

    tujuan nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Pada dasarnya penetapan Standar Pelayanan Minimal Bidang

    Kesehatan (SPM-BK) mengacu pada kebijakan dan strategi desentralisasi

    bidang kesehatan yaitu :

    1. Terbangunnya komitmen antara pemerintah, legislatif, masyarakat dan

    stakeholder lainnya guna kesinambungan pembangunan kesehatan.

    2. Terlindunginya kesehatan masyarakat, khususnya penduduk miskin,

    kelompok rentan, dan daerah miskin.

    3. Terwujudnya komitmen nasional dan global dalam program kesehatan.

    SPM-BK disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

    1. Diterapkan pada urusan wajib. Oleh karena itu SPM merupakan bagian

    integral dari Pembangunan Kesehatan yang berkesinambungan,

    menyeluruh, terpadu sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Nasional.

    2. Diberlakukan untuk seluruh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. SPM

    harus mampu memberikan pelayanan kepada publik tanpa kecuali (tidak

    hanya masyarakat miskin), dalam bentuk, jenis, tingkat dan mutu

    pelayanan yang esensial dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

    3. Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan dasar tanpa

    mengorbankan mutu dan mempunyai dampak luas pada masyarakat

    (Positive Health Externality).

  • ix

    4. Merupakan indikator kinerja bukan standar teknis, dikelola dengan

    manajerial professional sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas

    penggunaan sumberdaya.

    5. Bersifat dinamis.

    6. Ditetapkan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan dasar.

    Disamping prinsip-prinsip sebagaimana tersebut di atas, Kementerian

    Kesehatan telah sepakat menambahkan kriteria SPM yaitu :

    1. Merupakan pelayanan yang langsung dirasakan masyarakat, sehingga

    hal-hal yang berkaitan dengan manajemen dianggap sebagai faktor

    pendukung dalam melaksanakan urusan wajib (perencanaan,

    pembiayaan, pengorganisasian, perizinan, sumberdaya, sistem dsb),

    tidak dimasukkan dalam SPM (kecuali critical support function).

    2. Merupakan prioritas tinggi bagi Pemerintah Daerah karena melindungi

    hak-hak konstitusional perorangan dan masyarakat, untuk melindungi

    kepentingan nasional dan memenuhi komitmen nasional dan global serta

    merupakan penyebab utama kematian/kesakitan.

    3. Berorientasi pada output yang langsung dirasakan masyarakat.

    4. Dilaksanakan secara terus menerus (sustainable), terukur (measurable)

    dan dapat dikerjakan (feasible).

    Sejalan dengan amanat PP Nomor 65 Tahun 2005 dan Peraturan

    Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007, proses penyusunan SPM-BK di

    Kabupaten/Kota melalui langkah-langkah sebagai berikut :

    1. Mengkaji standar jenis pelayanan dasar yang sudah ada dan/atau

    standar teknis yang mendukung penyelenggaraan jenis pelayanan dasar.

    2. Menyelaraskan jenis pelayanan dasar dengan pelayanan dasar yang

    tertuang dalam RPJMN, RKP dan dokumen kebijakan, serta

    konvensi/perjanjian internasional.

    3. Menganalisa dampak, efisiensi dan efektivitas dari pelayanan dasar

    terhadap kebijakan dan pencapaian tujuan nasional.

    4. Menganalisis dampak kelembagaan dan personil

    5. Mengkaji status pelayanan dasar saat ini, termasuk tingkat pencapaian

    tertinggi secara nasional dan daerah.

  • x

    6. Menyusun rancangan SPM

    7. Menganalisis pembiayaan pencapaian SPM secara nasional dan daerah

    (dampak keuangan).

    8. Menganalisis data dan informasi yang tersedia.

    9. Melakukan konsultasi dengan sektor-sektor terkait dan daerah.

    10. Menggali masukan dari masyarakat dan kelompok-kelompok profesional.

    Dalam pelaksanaan SPM-BK untuk jangka waktu tertentu ditetapkan

    target pelayanan yang akan dicapai (minimum service target), yang

    merupakan spesifikasi peningkatan kinerja pelayanan yang harus dicapai

    dengan tetap berpedoman pada standar teknis yang ditetapkan guna

    mencapai status kesehatan yang diharapkan. Dalam Urusan Wajib dan SPM,

    nilai indikator yang dicantumkan merupakan nilai minimal nasional

    sebagaimana komitmen global dan komitmen nasional yaitu : Target Tahun

    2010 dan Tahun 2015.

    Indikator SPM-BK berdasar Permenkes Nomor

    741/MENKES/PER/VII/2008 adalah :

    1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4

    2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

    3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

    kompetensi kebidanan.

    4. Cakupan pelayanan nifas

    5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

    6. Cakupan kunjungan bayi

    7. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

    8. Cakupan pelayanan anak balita

    9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 624

    bulan keluarga miskin

    10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

    11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

    12. Cakupan peserta KB aktif

    13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit

    Acute Flaccid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun

  • xi

    Penemuan penderita Pneumonia balita

    Penemuan pasien baru TB BTA positif

    Penderta DBD yang ditangani

    Penemuan penderita Diare

    14. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin

    15. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin

    16. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana

    Kesehatan (Rumah Sakit) di Kabupaten/Kota

    17. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan

    epidemiologi

  • xii

    BAB II

    GAMBARAN UMUM

    A. KEADAAN GEOGRAFI

    Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia

    yang terletak cukup strategis karena berada diantara dua provinsi besar,

    Jawa Barat dan Jawa Timur juga dengan Provinsi Daerah Istimewa

    Yogyakarta. Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah sebesar 32.544,12 km,

    terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota, yang tersebar menjadi 573

    kecamatan dan 7.809 desa serta 767 kelurahan. Wilayah terluas adalah

    Kabupaten Cilacap dengan luas 2.138,51 km, atau sekitar 6,57% dari

    luas total Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Kota Magelang merupakan

    wilayah yang luasnya paling kecil yaitu seluas 18,12 km.

    Secara topografi, wilayah di Jawa Tengah terdiri dari wilayah

    daratan yang dapat dibagi menjadi 4 (empat) kriteria :

    - Ketinggian antara 0100 m dari permukaan air laut, seluas 53,3%,

    yang daerahnya berada di sepanjang pantai utara dan pantai selatan.

    - Ketinggian antara 100500 m dari permukaan air laut seluas 27,4%.

    - Ketinggian antara 5001.000 m dari permukaan air laut seluas 14,7%.

    - Ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan air laut seluas 4,6%.

    B. KEADAAN PENDUDUK

    1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

    Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa

    Tengah, jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010

    sebesar 32.382.657 jiwa. Dengan luas wilayah sebesar 32.544,12

    kilometer persegi (km), rata-rata kepadatan penduduk sebesar 995

    jiwa untuk setiap km. Wilayah terpadat adalah Kota Surakarta,

    dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 11.341 jiwa per km

  • xiii

    Wilayah terlapang adalah Kabupaten Blora, dengan tingkat kepadatan

    penduduk sekitar 462 jiwa per km, dengan demikian persebaran

    penduduk di Jawa Tengah belum merata.

    Jumlah rumah tangga sebanyak 8.703.696, maka rata-rata

    jumlah anggota rumah tangga adalah 3,72 jiwa untuk setiap rumah

    tangga. Penduduk terbanyak di Kabupaten Brebes 1.733.869 jiwa

    (5,35%) dan paling sedikit di Kota Magelang 118.227 jiwa (0,37%).

    2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk

    Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari

    rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan

    penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasarkan

    hasil Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik,

    didapatkan jumlah penduduk laki-laki di Jawa Tengah 16.091.112 jiwa

    (49,69%) dan jumlah penduduk perempuan di Jawa Tengah

    16.291.545 jiwa (50,31%). Sehingga didapat rasio jenis kelamin

    sebesar 98,77 per 100 penduduk perempuan, berarti setiap 100

    penduduk perempuan ada sekitar 98 atau 99 penduduk laki-laki.

    3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

    Komposisi penduduk Provinsi Jawa Tengah menurut kelompok

    umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki

    maupun perempuan mempunyai proporsi terbesar pada kelompok

    umur 1544 tahun. Perbandingan komposisi proporsi penduduk

    menurut usia produktif dari tahun 2006 sampai tahun 2010 dapat

    dilihat pada tabel berikut :

  • xiv

    Tabel 2.1 Persentase Kelompok Usia Produktif Jawa Tengah tahun 2006 2010

    Kelompok Usia (Thn)

    2006 2007 2008 2009 2010

    014 25,98 % 27,02 % 26,57 % 25,03 % 26,32 %

    1564 66,92 % 65,21 % 65,66 % 67,87 % 66,53 %

    65+ 7,10 % 7,77 % 7,77 % 7,11 % 7,05%

    Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi penduduk tahun

    2010 bila dibandingkan dengan tahun 2009, kelompok usia produktif

    (15-64 tahun) mengalami penurunan, sedangkan kelompok usia

    belum produktif (0-14 tahun) mengalami kenaikan. Hal ini berarti

    bahwa angka beban tanggungan menjadi bertambah.

    C. KEADAAN EKONOMI

    1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang

    ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi

    makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik

    Regional Bruto, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar

    harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai

    jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam

    suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa

    akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

    Kondisi perekonomian nasional pada tahun 2009 menunjukkan

    arah pertumbuhan yang lebih lambat dibanding tahun sebelumnya.

    Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,54%,

    lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2008

    sebesar 6,01%. Kinerja perekonomian nasional tersebut sejalan

    dengan perekonomian regional. Perekonomian Jawa Tengah secara

  • xv

    makro meningkat sebesar 4,71% pada tahun 2009, lebih rendah

    dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 (5,46%). Secara

    sektoral pertumbuhan di semua sektor cenderung melambat kecuali

    sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik gas dan air bersih,

    sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor

    jasa-jasa.

    Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah pada tahun

    2009 atas dasar harga berlaku sebesar 392.983,86 milyar rupiah dan

    atas dasar harga konstan sebesar 175.685,27 milyar rupiah, sehingga

    pada tahun 2009 besaran PDRB atas harga berlaku menjadi 3,43 kali

    dari tahun 2000 dan PDRB atas harga konstan meningkat menjadi

    1,53 kali.

    Selama periode 2005 sampai 2008, perekonomian Jawa

    Tengah menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun yaitu tumbuh

    berkisar 5,0-5,5%. Namun, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009

    secara agregat mengalami perlambatan menjadi dibawah 5%.

    Sektor jasa-jasa tahun 2009 mengalami pertumbuhan paling

    besar (7,85%), diikuti dengan sektor keuangan, persewaan dan jasa

    perusahaan (7,78%) dan sektor bangunan (6,77%). Sektor industri

    pengolahan merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah yaitu

    1,84%. Sektor yang memberikan sumbangan terbesar setelah

    perdagangan, hotel restoran dan pertanian, masing-masing

    memberikan sumbangan sebesar 19,87% dan 19,72%. Sektor

    pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan terkecil

    0,98%.

    Pada tahun 2009, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per

    kapita sebesar 11,957,68 juta rupiah atau naik sebesar 7,49% dari

    tahun 2008. Demikian juga PDRB per kapita atas dasar harga konstan

    dalam kurun waktu 5 tahun terakhir selalu mengalami kenaikan

    meskipun kenaikannya tidak sebesar harga berlaku. Pertumbuhan

  • xvi

    ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 4,71% lebih tinggi

    dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional (4,55%)

    Tabel 2.2 PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun 2005 2009 (Juta rupiah)

    Tahun PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku

    PDRB per Kapita atas dasar harga konstan

    2005 7.355.189,95 4.488.098,62

    2006 8.777.124,09 4.689.985,08

    2007 9.648.737,34 4.913.801,20

    2008 11.124.084,16 5.142.780,73

    2009 11.957.677,93 5.345.735,70

    Sumber : PDRB Jawa Tengah Tahun 2009

    2. Angka Beban Tanggungan

    Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur, angka

    beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Provinsi Jawa

    Tengah pada tahun 2010 sebesar 50,31. Angka tersebut mengalami

    penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2009 (51,43), berarti pada

    tahun 2010 setiap 100 penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun)

    harus menanggung beban hidup sekitar 50 penduduk usia belum

    produktif (014 tahun) dan usia tidak produktif (65 tahun ke atas).

    D. KEADAAN PENDIDIKAN

    Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap

    dan menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan

    serta dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki

    pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan

    dan wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah menyerap dan

    menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam

    mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya.

  • xvii

    Dibandingkan dengan tahun 2009 secara umum telah terjadi

    peningkatan di bidang pendidikan. Peningkatan terjadi pada tingkat

    pendidikan SD, SMP dan Akademi/Perguruan Tinggi. Hal ini wajar terjadi

    mengingat semakin digalakkannya program sekolah gratis bagi jenjang

    SD dan SMP dan program-program pendidikan lainnya. Berikut ini

    disajikan tabel persentase jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas

    menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah

    tahun 2007-2010.

    Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 2010

    Tahun Blm/Tdk Pernah Sekolah

    Tdk punya Ijazah SD/MI

    SD/MI SMP SMU/ SMK

    DIPL/ AK/PT

    Total

    2007 7,84 26,46 31,74 15,58 12,45 5,93 100,00

    2008 9,33 23,03 32,01 16,58 14,64 4,41 100,00

    2009 8,42 22,16 32,50 17,22 15,21 4,48 100,00

    2010 8,13 18,91 34,55 18,11 10,48 4,93 100,00

    Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010

    Peningkatan tersebut berimbas pada kemampuan baca tulis

    penduduk yang tercermin dari angka melek huruf. Persentase penduduk

    yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya pada

    tahun 2010 sebesar 91,02%, sedangkan yang buta huruf sebesar 8,98%.

    Bila dilihat dari jenis kelaminnya, maka penduduk laki-laki lebih banyak

    yang melek huruf dibandingkan dengan penduduk perempuan, angka

    melek penduduk laki-laki sebesar 94,28% dan perempuan sebesar

    87,87%.

    Demikian gambaran umum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010

    secara ringkas dengan penyajian tentang kependudukan, perekonomian

    dan pendidikan. Faktor perekonomian dan pendidikan secara bersama-

    sama dengan kesehatan digunakan untuk menentukan Indeks

    Pembangunan Manusia.

  • xviii

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK)

    kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Peraturan Menteri

    Kesehatan RI Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 terdiri dari empat jenis

    pelayanan dan 18 indikator kinerja.

    Tabel 3.1 Pencapaian Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal

    Bidang Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2010

    No Jenis Pelayanan Jumlah

    Indikator Kinerja

    Capaian Indikator

    Kinerja th 2009 thd Target

    Capaian Indikator

    Kinerja th 2010 thd Target

    1 Pelayanan Kesehatan Dasar 14 3 (21,43%) 4 (28,57%)

    2 Pelayanan Kesehatan Rujukan

    2 0 (0,00%) 0 (0,00%)

    3 Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa/KLB

    1 1 (100,00%) 0 (0,00%)

    4 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

    1 0 (0,00%) 0 (0,00%)

    Jumlah 18 4 (22,22%) 4 (22,22%)

    Pencapaian 18 indikator kinerja SPM-BK yang wajib dilaksanakan di

    kabupaten/kota tahun 2010, empat indikator telah mencapai target (22,22%)

    SPM-BK tahun 2010 dan target tahun 2015. Pencapaian tersebut sama

    dengan pencapaian tahun 2009, tetapi ada perbedaan indikator kinerja yang

    mencapai target. Pada tahun 2009, indikator kinerja yang telah mencapai

    target adalah indikator untuk jenis pelayanan Kesehatan Dasar (tiga

    indikator) dan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar

    Biasa-KLB (satu indikator), sementara pada tahun 2010 semua indikator

  • xix

    kinerja yang mencapai target adalah indikator untuk jenis pelayanan

    kesehatan dasar. Pencapaian indikator kinerja SPM-BK kabupaten/kota

    tahun 2010 secara rinci sebagai berikut :

    Tabel 3.2 Daftar Pencapaian Indikator Kinerja SPM Bidang Kesehatan

    Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun 2010

    Pencapaian Indikator

    > 50% 40% 50% < 40%

    10 Kab/kota (28,57%)

    1. Kt Pekalongan (61,1%)

    2. Sukoharjo (61,1%)

    3. Kota Tegal (55,6%)

    4. Kota Salatiga (55,6%)

    5. Sragen (55,6%)

    6. Kab. Semarang (55,6%)

    7. Rembang (55,6%)

    8. Pati (55,6%)

    9. Kendal (55,6%)

    10. Kebumen (55,6%)

    11 Kab/kota (31,43%)

    1. Wonosobo (50%)

    2. Kab. Pekalongan (50%)

    3. Kudus (50%)

    4. Demak (50%)

    5. Boyolali (50%)

    6. Blora (50%)

    7. Banyumas (50%)

    8. Kota Surakarta (44,4%)

    9. Wonogiri (44,4%)

    10. Purworejo (44,4%)

    11. Kab. Magelang (44,4%)

    14 Kab/Kota (40%)

    1. Kota Semarang (38,9%)

    2. Temanggung (38,9%)

    3. Purbalingga (38,9%)

    4. Jepara (38,9%)

    5. Grobogan (38,9%)

    6. Kota Magelang (33,3%)

    7. Kab. Tegal (33,3%)

    8. Pemalang (33,3%)

    9. Cilacap (33,3%)

    10. Brebes (33,3%)

    11. Banjarnegara (33,3%)

    12. Klaten (27,8%)

    13. Karanganyar (27,8%)

    14. Batang (27,8%)

    Pencapaian Indikator SPM-BK tahun 2010 sebagai berikut:

    A. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DASAR

    Jenis Pelayanan Kesehatan Dasar terdiri dari 14 indikator kinerja

    dengan pencapaian sebesar 28,57% (empat indikator) telah mencapai

    target 2010 dan 2015, yaitu indikator kinerja cakupan pertolongan

    persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan,

    cakupan pelayanan nifas, cakupan kunjungan bayi, dan cakupan peserta

    aktif KB.

    Indikator yang belum mencapai target adalah 10 indikator

    (71,43%) yang terdiri dari cakupan kunjungan ibu hamil K4, cakupan

    komplikasi kebidanan yang ditangani, cakupan neonatus dengan

  • xx

    komplikasi yang ditangani, desa/kelurahan Universal Child Immunization

    (UCI), cakupan pelayanan anak balita, cakupan pemberian makanan

    pendamping ASI pada anak usia 624 bln keluarga miskin, balita gizi

    buruk mendapat perawatan, cakupan penjaringan kesehatan siswa

    sekolah dasar atau setingkat, cakupan penemuan dan penanganan

    penderita penyakit, dan cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien

    masyarakat miskin.

    Kabupaten/kota belum ada yang mencapai target untuk semua

    indikator pada Jenis Pelayanan Kesehatan Dasar. Pencapaian masing-

    masing indikator kinerja pada jenis pelayanan sebagai berikut:

    1. Cakupan kunjungan Ibu hamil K-4

    Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu hamil

    yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan stndar

    paling sedikit empat kali (dengan distribusi pemberian pelayanan

    minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan

    kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan) di satu

    wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

    Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang

    mencakup minimal: (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan,

    (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus

    (pemberian Tetanus Toksoid), (4) Ukur tinggi fundus uteri,

    (5) Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), (6) Temu

    wicara (pemberian komunikasi interpersonal & konseling), (7) Test

    laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan

    indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).

    Indikator tersebut untuk mengukur kemampuan manajemen

    program KIA dalam melindungi ibu hamil sehingga kesehatan janin

    terjamin melalui penyediaan pelayanan antenatal.

    Cakupan K4 tahun 2010 sebesar 92,04% dengan cakupan

    tertinggi Kabupaten Pekalongan (98,77%) dan cakupan terendah

    Kabupaten Pemalang (81,76%). Kabupaten/kota yang sudah

  • xxi

    melampaui target cakupan K4 (>95%) sejumlah 11 kabupaten/kota

    (31,43%). Daftar lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.3.

    Tabel 3.3 Kabupaten/Kota Berdasarkan Target Cakupan K4 (> 95%)

    Tahun 2010

    Cakupan K4 (> 95%) Cakupan K4 (< 95%)

    Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %

    1. Kab. Pekalongan 2. Kab. Demak 3. Kota Tegal 4. Kota Salatiga 5. Kab. Kendal 6. Kab. Banyumas 7. Kota Surakarta 8. Kab. Kebumen 9. Kab. Boyolali 10. Kab. Kudus 11. Kota Pekalongan

    98,77 97,11 96,85 96,80 96,20 96,03 95,92 95,74 95,31 95,24 95,10

    1. Kab. Sukoharjo 2. Kab. Purworejo 3. Kab. Wonogiri 4. Kab. Banjarnegara 5. Kab. Sragen 6. Kab. Cilacap 7. Kab. Temanggung 8. Kab. Brebes 9. Kab. Blora 10. Kab. Magelang 11. Kota Magelang 12. Kab. Jepara 13. Kab. Wonosobo 14. Kab. Batang 15. Kab. Semarang 16. Kota Semarang 17. Kab. Pati 18. Kab. Tegal 19. Kab. Purbalingga 20. Kab. Karanganyar 21. Kab. Grobogan 22. Kab. Rembang 23. Kab. Klaten 24. Kab. Pemalang

    94,93 94,01 93,90 93,90 93,57 92,80 92,61 91,56 91,40 91,39 91,22 91,07 91,02 90,95 90,65 90,52 90,44 89,80 89,66 89,59 89,12 87,33 84,35 81,76

    Pencapaian cakupan K4 mengalami fluktuasi dari tahun 2007

    sebesar 87,05% meningkat menjadi 90,14% di tahun 2008, dan

    93,39% pada tahun 2009 tetapi terjadi sedikit penurunan di tahun

    2010 (92,04%). Cakupan selama 4 tahun tersebut belum mencapai

    target tahun 2015 (95%).

  • xxii

    80

    85

    90

    95

    100

    Cakupan K4 87,05 90,14 93,39 92,04

    Target 95 95 95 95

    2007 2008 2009 2010

    Gambar 3.1 Cakupan K4 Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010

    2. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani

    Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu

    dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun

    waktu tertentu yang mendapat penanganan definitif sesuai dengan

    standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar

    dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah

    Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK).

    Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu

    bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau

    bayi. Komplikasi dalam kehamilan diantaranya:

    (1) Abortus,

    (2) Hiperemesis Gravidarum,

    (3) Perdarahan per vaginam,

    (4) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia),

    (5) Kehamilan lewat waktu,

    (6) Ketuban pecah dini.

    Komplikasi dalam persalinan diantaranya :

    (1) Kelainan letak/presentasi janin,

    (2) Partus macet/distosia,

  • xxiii

    (3) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia),

    (4) Perdarahan pasca persalinan,

    (5) Infeksi berat/sepsis,

    (6) Kontraksi dini/persalinan premature,

    (7) Kehamilan ganda.

    Komplikasi dalam nifas diantaranya:

    (1) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia),

    (2) Infeksi nifas,

    (3) Perdarahan nifas.

    Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan

    terakhir untuk meyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi

    kebidanan.

    Indikator ini untuk mengukur kemampuan manajemen

    program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara

    profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi.

    Jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi di Provinsi Jawa

    Tengah tahun 2010 sebanyak 126.993 ibu hamil atau sebesar

    100,25% dari target ibu hamil risti (20% ibu hamil). Cakupan

    komplikasi kebidanan yang ditangani tahun 2010 sebesar 78,10%

    lebih tinggi dibanding tahun 2009 (57,78%). Pencapaian cakupan

    tahun ini masih dibawah target SPM tahun 2015 (80%), tetapi

    diharapkan target tersebut bisa tercapai sebelum tahun 2015.

    Kabupaten/kota yang sudah mencapai target SPM sebanyak

    17 kabupaten/kota (48,57%), meningkat bila dibandingkan pada

    tahun 2009 yang hanya 11 kabupaten/kota (31,43%). Terdapat satu

    kabupaten yang tidak ada datanya yaitu Kabupaten Wonogiri. Daftar

    lengkap pencapaian indikator dapat dilihat di tabel 3.4.

  • xxiv

    Tabel 3.4 Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan Komplikasi

    kebidanan yang ditangani Tahun 2010

    Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani (> 80%)

    Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani (< 80%)

    Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %

    1. Kab.Pekalongan 2. Kab.Purworejo 3. Kota Salatiga 4. Kab.Boyolali 5. Kab.Wonosobo 6. Kab.Sragen 7. Kab.Blora 8. Kab.Rembang 9. Kab.Kudus 10. Kab.Demak 11. Kota Pekalongan 12. Kab.Kebumen 13. Kab.Brebes 14. Kab.Pemalang 15. Kab.Temanggung 16. Kab.Kendal 17. Kab.Cilacap

    291,13 111,09 108,17 104,01 101,99 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 95,21 95,15 91,28 89,82 86,29 85,42

    1. Kota Tegal 2. Kota Semarang 3. Kab.Banyumas 4. Kab.Klaten 5. Kab.Pati 6. Kab.Banjarnegara 7. Kab.Sukoharjo 8. Kab.Jepara 9. Kab.Semarang 10. Kab.Batang 11. Kab.Tegal 12. Kab.Magelang 13. Kab.Grobogan 14. Kab.Karanganyar 15. Kota Surakarta 16. Kab.Purbalingga 17. Kota Magelang

    74,07 73,99 71,38 68,35 67,10 66,46 65,57 63,19 59,72 58,36 49,89 49,69 42,27 35,43 22,27 22,00 20,54

    3. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang

    Memiliki Kompetensi Kebidanan

    Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

    memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat

    pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

    kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu

    tertentu.

    Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan

    dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Tenaga

    kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah tenaga

    kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai

    standar. Indikator ini adalah untuk mengukur kemampuan

    manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan

    persalinan yang profesional.

  • xxv

    Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

    memiliki kompetensi kebidanan tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun

    2010 sebesar 93,62%, lebih tinggi dibandingkan cakupan tahun

    2009 yang sebesar 93,03% dengan cakupan terendah 86,05%

    (Kabupaten Banyumas) dan tertinggi 100,92% (Kabupaten

    Pekalongan). Naiknya cakupan pertolongan persalinan

    menunjukkan miningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap

    pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan, adanya perencanaan

    persalinan yang baik dari ibu, suami maupun dukungan keluarga.

    Rata-rata cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

    kesehatan meningkat pada tahun 2007 (87,64%), tahun 2008

    (90,98%), tahun 2009 (93,03%) dan meningkat lagi tahun 2010

    (93,62%).

    84

    86

    88

    90

    92

    94

    96

    Persalinan Nakes 87,64 90,98 93,03 93,62

    Target 90 90 90 90

    2007 2008 2009 2010

    Gambar 3.2 Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan di Provinsi Jawa Tengah

    Tahun 2007 2010

    Kabupaten/kota yang telah mencapai target SPM tahun 2015

    sebanyak 32 (91,43%) dan masih ada tiga kabupaten/kota (8,57%)

    yang belum mencapai target yaitu Kabupaten Banjarnegara (88,54%),

    Kota Magelang (87,19%) dan Kabupaten Banyumas (86,05%).

  • xxvi

    4. Cakupan Pelayanan Nifas

    Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan

    neonatal pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan

    sesuai standar.

    Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari

    pasca persalinan. Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan

    kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan

    sampai dengan 3 hari, pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI

    termasuk pemberian Vitamin A 2 kali serta persiapan dan/atau

    pemasangan KB pasca persalinan.

    Dalam pelaksanaan pelayanan nifas dilakukan juga

    pelayanan neonatus sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 624 jam

    setelah lahir, pada 37 hari dan pada 828 hari setelah lahir yang

    dilakukan di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.

    Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan

    neonatal dasar (ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan

    mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan

    pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 nbila tidak

    diberikan pada saat lahir dan manajemen terpadu bayi muda).

    Neonatus adalah bayi berumur 028 hari. Indikator ini untuk

    mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam

    menyelenggarakan pelayanan nifas yang profesional.

    Cakupan pelayanan nifas tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun

    2010 sebesar 93,43%, melebihi target cakupan pelayanan nifas

    tahun 2015 (90%), dengan cakupan terendah 54,12% (Kota

    Semarang) dan tertinggi 105,72% (Kabupaten Karanganyar).

    Kabupaten/kota yang telah mencapai target SPM sejumlah 30

    (85,71%) dan masih ada lima kabupaten/kota (14,29%) yang belum

    mencapai target. Daftar pencapaian indikator secara lengkap dapat

    dilihat di tabel 3.5.

  • xxvii

    Tabel 3.5 Kabupaten/Kota Berdasarkan Target Cakupan Pelayanan Nifas

    Tahun 2010

    Cakupan Pelayanan Nifas

    (> 90%)

    Cakupan Pelayanan Nifas

    (< 90%)

    Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %

    1. Kab.Karanganyar 2. Kab.Boyolali 3. Kab.Pekalongan 4. Kab.Kebumen 5. Kab.Purworejo 6. Kota Surakarta 7. Kab.Pemalang 8. Kab.Grobogan 9. Kab.Magelang 10. Kota Salatiga 11. Kab.Temanggung 12. Kab.Kendal 13. Kab.Semarang 14. Kota Pekalongan 15. Kab.Sukoharjo 16. Kab.Purbalingga 17. Kab.Demak 18. Kab.Sragen 19. Kab.Wonogiri 20. Kab.Wonosobo 21. Kab.Rembang 22. Kab.Cilacap 23. Kab.Kudus 24. Kab.Banyumas 25. Kota Tegal 26. Kab.Banjarnegara 27. Kab.Pati 28. Kab.Jepara 29. Kab.Brebes 30. Kab.Blora

    105,72 102,05 100,92 100,00 100,00 100,00 99,65 99,56 99,30 99,04 98,94 98,55 97,84 97,33 95,91 95,62 95,32 95,03 94,68 94,58 94,13 93,79 93,70 93,57 93,13 92,58 92,26 92,12 91,54 91,37

    1. Kab.Tegal 2. Kab.Batang 3. Kab.Klaten 4. Kota Magelang 5. Kota Semarang

    89,28 88,63 88,26 87,45 54,12

    Rata-rata pencapaian cakupan pelayanan nifas mengalami

    fluktuasi yaitu dari 85,64% pada tahun 2007, meningkat menjadi

    92,94% pada tahun 2008, menurun kembali pada tahun 2009 ini

    menjadi 80,29% dan meningkat lagi pada tahun 2010 menjadi

    93,43%.

  • xxviii

    80

    83

    86

    89

    92

    95

    Pelayanan Nifas 85,64 92,94 80,29 93,43

    Target 90 90 90 90

    2007 2008 2009 2010

    Gambar 3.3. Cakupan Pelayanan Nifas Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010

    5. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani

    Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah

    neonatus dengan komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu

    tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga

    kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan.

    Neonatus adalah bayi berumur 028 hari. Neonatus dengan

    komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan kelainan yang

    dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian. Neonatus

    dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus

    neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan lahir

    rendah

  • xxix

    pemerintah/swasta. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan

    akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus. Indikator ini mengukur

    kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan

    pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatus dengan

    komplikasi.

    Tahun 2010 perkiraan bayi dengan komplikasi bila dihitung

    dari banyaknya sasaran bayi, maka jumlahnya sebesar 87.311 bayi,

    meningkat dibanding perkiraan tahun 2009 (86.896 bayi). Dari

    jumlah perkiraan tersebut, yang mendapat penanganan oleh tenaga

    kesehatan di tiap jenjang pelayanan kesehatan sebesar 39.031 bayi

    (44,70%), meningkat bila dibanding pencapaian tahun 2009 yang

    sebesar 24,92%. Cakupan tersebut masih jauh dari target SPM

    tahun 2010, yaitu setiap kabupaten/kota seharusnya mencapai

    target minimal 80%.

    Kabupaten/kota yang telah mencapai target SPM-BK

    sejumlah tiga kabupaten/kota (8,57%), yaitu Kabupaten Banyumas

    (106,78%), Kabupaten Tegal (102,36%) dan Kabupaten Sukoharjo

    (94,22%).

    6. Cakupan Kunjungan Bayi

    Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang

    memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh

    dokter, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis

    kesehatan, paling sedikit empat kali di satu wilayah kerja pada kurun

    waktu tertentu.

    Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi umur 29 hari 11

    bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas,

    rumah bersalin dan rumah sakit) maupun di rumah, posyandu,

    tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui

    kunjungan petugas. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan

    minimal empat kali yaitu satu kali pada umur 29 hari 3 bulan, 1 kali

  • xxx

    pada umur 36 bulan, 1 kali pada umur 69 bulan dan 1 kali pada

    umur 911 bulan.

    Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi

    dasar (BCG, DPT/HB 1-3, Polio 14, Campak), stimulasi deteksi

    intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan

    perawatan kesehatan bayi (meliputi konseling ASI eksklusif,

    pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan

    dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS), pemantauan

    pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 611

    bulan). Indikator ini untuk mengukur kemampuan manajemen

    program KIA dalam melindungi bayi sehingga kesehatannya

    terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan.

    Cakupan kunjungan bayi Provinsi Jawa Tengah pada tahun

    2010 sebesar 93,73% lebih rendah dibandingkan pencapaian

    cakupan tahun 2009 yang sebesar 95,07% dengan cakupan

    terendah 77,77% (Kabupaten Pemalang) dan tertinggi 109,15%

    (Kota Semarang). Pencapaian cakupan kunjungan bayi mengalami

    fluktuasi, dari 92,20% pada tahun 2007 naik menjadi 96,04% pada

    tahun 2008, turun menjadi 95,07% tahun 2009 dan turun lagi

    menjadi 93,73% pada tahun 2010.

    88

    90

    92

    94

    96

    98

    Kunjungan Bayi 92,76 96,04 95,07 93,73

    Target 90 90 90 90

    2007 2008 2009 2010

    Gambar 3.4 Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Tengah

    Tahun 2007-2010

  • xxxi

    Dari 35 kabupaten/kota, sebanyak 27 kabupaten/kota

    (77,14%) telah berhasil mencapai target SPM tahun 2010 (90%).

    Sementara masih ada 8 kabupaten/kota tidak mencapai target.

    Daftar lengkapnya dapat dilihat di tabel 3.6.

    Tabel 3.6 Kabupaten/Kota Berdasarkan Target Cakupan Kunjungan Bayi

    Tahun 2010

    Cakupan Kunjungan Bayi (>90%) Cakupan Kunjungan Bayi (80% dari jumlah bayi yang ada di

    desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam

    waktu satu tahun.

  • xxxii

    UCI adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada

    bayi (0-11 bulan), ibu hamil, Wanita Usia Subur (WUS) dan anak

    sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi (0-11

    bulan) meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis

    Hepatitis B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis

    TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak

    dan 2 dosis TT.

    Tujuan Program Imunisasi adalah menurunkan angka

    kesakitan, kematian dan kecacatan bayi, anak dan balita akibat

    penyakit PD3I (seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,

    Polio, Hepatitis B dan Campak).

    Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Jawa Tengah dari

    semua antigen sudah mencapai target minimal nasional (85%),

    pencapaian tiap tahun cenderung mengalami penurunan. Jumlah

    sasaran bayi pada tahun 2010 adalah 579.494. Sedang cakupan

    masing-masing jenis imunisasi dapat dilihat pada gambar 3.5.

    92

    94

    96

    98

    100

    102

    104

    106

    2008 104,13 102,7 99,86 99,51 99,35

    2009 102,05 100,89 99,04 99,14 96,97

    2010 100,29 99,95 98,08 96,95 96,29

    BCG DPT - HB1 DPT - HB3 POLIO 4 CAMPAK

    Gambar 3.5 Cakupan Imunisasi Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 20082010

  • xxxiii

    Kabupaten/kota yang telah mencapai target SPM ada 9

    kabupaten/kota (25,71%). Daftar lengkapnya dapat dilihat pada tabel

    3.7.

    Tabel 3.7 Kabupaten/Kota Berdasarkan Target Cakupan Desa/Kelurahan UCI

    Tahun 2010

    Cakupan Desa/kelurahan UCI (>100%)

    Cakupan Desa/kelurahan UCI (

  • xxxiv

    80

    85

    90

    95

    100

    105

    UCI Desa 83,64 86,69 91,95 94,06

    Target 100 100 100 100

    2007 2008 2009 2010

    Gambar 3.6 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Tengah

    Tahun 2007 2010

    8. Cakupan Pelayanan Anak Balita

    Cakupan pelayanan anak balita adalah anak balita (1259

    bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan dan

    perkembangan. Anak balita adalah anak berumur 1259 bulan.

    Setiap anak umur 1259 bulan memperoleh pelayanan pemantauan

    pertumbuhan setiap bulan, minimal 8x dalam setahun yang tercatat

    di Kohort Anak balita dan Pra Sekolah, Buku KIA/KMS atau buku

    pencatatan dan pelaporan lainnya.

    Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan

    pertinggi/panjang badan (BB/TB). Di tingkat masyarakat

    pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur

    (BB/U) setiap bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD,

    Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak-Kanak, serta Raudatul

    Athfal dan lain-lain. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan

    berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah

    harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan untuk menentukan

    status gizinya dan upaya tindak lanjut.

    Pemantauan perkembangan meliputi penilaian

    perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta

    sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar, daya lihat.

  • xxxv

    Jika ada keluhan atau kecurigaan terhadap anak, dilakukan

    pemeriksaan untuk gangguan mental emosional, autisme serta

    gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Bila ditemukan

    penyimpangan atau gangguan perkembangan harus dilakukan

    rujukan kepada tenaga kesehatan yang lebih memiliki kompetensi.

    Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak

    usia 1259 bulan dilaksanakan melalui pelayanan SDIDK minimal 2

    kali pertahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada Kohort Anak Balita

    dan Prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya. Pelayanan

    SDIDK dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh

    kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain yang dalam

    menjalankan tugasnya melakukan stimulasi dan deteksi dini

    penyimpangan tumbuh kembang anak.

    Indikator ini untuk mengukur kemampuan manajemen

    program KIA dalam melindungi anak balita sehingga kesehatannya

    terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan.

    Rata-rata cakupan pelayanan anak balita mengalami

    peningkatan yaitu dari 33,58% pada tahun 2007 menjadi 44,76%

    pada tahun 2008, menjadi 50,29% pada tahun 2009, dan 59,36%

    pada tahun 2010.

    25

    35

    45

    55

    65

    75

    85

    95

    Cakupan 33,58 44,76 50,29 59,36

    Target 90 90 90 90

    2007 2008 2009 2010

    Gambar 3.7 Cakupan Pelayanan Anak Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 2010

  • xxxvi

    Cakupan pelayanan anak balita pada tahun 2010 terendah

    12,86% (Kabupaten Pemalang) dan tertinggi 100% (Kabupaten

    Sukoharjo dan Kabupaten Semarang). Tetapi masih ada empat

    kabupaten/kota yang belum tersedia datanya yaitu di Kabupaten

    Blora, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang dan Kota Salatiga. Bila

    dibandingkan dengan target SPM sebesar 90% pada tahun 2010,

    maka hanya ada empat kabupaten/kota (11,43%) yang berhasil

    mencapai target. Daftar lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.8.

    Tabel 3.8 Kabupaten/Kota Berdasarkan Target

    Cakupan Pelayanan Anak Balita Tahun 2010

    Cakupan Pelayanan Anak Balita (>90%)

    Cakupan Pelayanan Anak Balita (

  • xxxvii

    9. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu pada

    Anak Usia 6 24 Bulan Keluarga Miskin.

    Cakupan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-

    ASI) pada anak usia 624 bulan keluarga miskin adalah pemberian

    MP-ASI pada anak usia 624 bulan dari keluarga miskin selama 90

    hari.

    Pengertian anak usia 624 bulan keluarga miskin adalah bayi

    usia 611 bulan dan anak usia 1224 bulan dari Keluarga Miskin

    (Gakin). Kriteria Gakin ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota.

    MP-ASI pabrikan berupa bubuk instan untuk bayi usia 611 bulan

    dan biskuit untuk anak usia 1224 bulan.

    Cakupan pemberian MP-ASI pada anak usia 624 bulan

    keluarga miskin tahun 2010 sebesar 32,32% meningkat bila

    dibandingkan tahun 2009 (25,43%), tetapi belum mencapai target

    SPM tahun 2010 sebesar 100%, dengan cakupan terendah 2,63%

    (Kabupaten Cilacap) dan yang tertinggi 100% di 8 Kabupaten/Kota

    (22,86%) dan masih ada 22 kabupaten/kota. Daftar lengkapnya

    dapat dilihat pada tabel 3.9.

    Tabel 3.9 Kabupaten/Kota Berdasarkan Target Cakupan Pemberian MP-ASI

    pada anak usia 6 4 bln keluarga miskin tahun 2010

    Cakupan Pemberian MP-ASI (>100%)

    Cakupan Pemberian MP-ASI (

  • xxxviii

    tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu

    tertentu.

    Balita adalah anak usia di bawah 5 tahun (anak usia 0 s/d 4

    tahun 11 bulan) yang ada di kabupaten/kota. Gizi buruk adalah

    status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan

    Z-score

  • xxxix

    Tabel 3.10 Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan balita gizi buruk

    mendapat perawatan tahun 2010

    Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan (>100%)

    Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan (

  • xl

    terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang

    dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama guru dan dokter kecil.

    Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya terpadu lintas

    program dan lintas sektor dalam rangka meningkatkan kemampuan

    hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat anak

    usia sekolah yang berada di sekolah. Sekolah Dasar setingkat

    adalah Sekolah Dasar Negeri, Sekolah Dasar Swasta, Sekolah

    Dasar Luar Biasa, Madrasah Ibtidaiyah serta satuan pendidikan

    keagamaan termasuk ponpes baik jalur pendidikan sekolah maupun

    luar sekolah.

    Tenaga Kesehatan adalah tenaga medis, keperawatan atau

    petugas Puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga

    pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau

    guru yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan

    telah dilatih tentang UKS/UKGS. Dokter kecil adalah kader

    kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5

    SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.

    Indikator ini untuk mengukur kemampuan manajemen

    program Usaha Kesehatan Anak Sekolah dalam melindungi anak

    sekolah sehingga kesehatannya terjamin melalui pelayanan

    kesehatan.

    Siswa SD dan setingkat ditargetkan 100% mendapatkan

    pemantauan kesehatan melalui penjaringan kesehatan. Dengan

    melakukan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

    diharapkan dapat menapis/menjaring anak yang sakit dan

    melakukan tindakan intervensi secara dini sehingga anak yang sakit

    menjadi sembuh dan anak yang sehat tidak tertular menjadi sakit.

    Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

    Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 52,61% dibawah

    target SPM 2010 yang sebesar 100%. Kabupaten/kota yang sudah

    mencapai target sebanyak 7 kabupaten/kota (20%). Selengkapnya

    dapat dilihat pada tabel 3.11.

  • xli

    Tabel 3.11 Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan penjaringan

    kesehatan Siswa SD dan setingkat tahun 2010

    Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat (>100%)

    Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat (

  • xlii

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    Cakupan

    Penjaringan

    51,59 43,77 43,8 52,61

    Target 100 100 100 100

    2007 2008 2009 2010

    Gambar 3.9 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010

    12. Cakupan Peserta Keluarga Berencana Aktif

    Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif adalah

    jumlah peserta KB aktif dibandingkan dengan jumlah Pasangan Usia

    Subur (PUS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

    Peserta KB Aktif adalah PUS yang salah satu pasangannya masih

    menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi

    tersebut. PUS adalah pasangan suami istri, yang istrinya berusia

    1549 tahun. Angka cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat

    pemanfaatan kontrasepsi di antara para PUS.

    Tahun 2010, jumlah PUS di Provinsi Jawa Tengah sebanyak

    6.561.243 meningkat dibanding tahun 2009 sebanyak 6.483.189.

    Partisipasi masyarakat sebagai peserta KB aktif tahun 2010

    sebanyak 5.155.380 (78,57%), sudah mencapai target SPM tahun

    2010 yang sebesar 70%. Semua kabupaten/kota (100%) telah

    mencapai target SPM.

    Cakupan peserta KB aktif mengalami peningkatan dari

    77,79% pada tahun 2007 menjadi 78,09% tahun 2008, menjadi

    78,37% tahun 2009 dan 78,57% tahun 2010.

  • xliii

    60

    65

    70

    75

    80

    Cakupan 77,79 78,09 78,37 78,57

    Target 70 70 70 70

    2007 2008 2009 2010

    Gambar 3.10 Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010

    13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit

    a. Acute Flacid Paralysis rate per 100.000 penduduk

  • xliv

    Tabel 3.12 Kabupaten/kota berdasarkan target AFP rate tahun 2010

    Cakupan AFP rate (>2/100000) Cakupan AFP rate (

  • xlv

    b. Penemuan Penderita Pneumonia Balita

    Penemuan penderita pneumonia balita adalah persentase

    balita dengan pneumonia yang ditemukan dan diberikan

    tatalaksana sesuai standar di sarana kesehatan di satu wilayah

    dalam waktu satu tahun.

    Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan

    paru-paru (alveoli) yang ditandai dengan batuk disertai nafas

    cepat dan/atau kesukaran bernafas.

    Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua

    kelompok yaitu kelompok umur 2 bulan -

  • xlvi

    Penemuan penderita pneumonia balita Provinsi Jawa

    Tengah tahun 2010 sebesar 40,63%, terendah 1,16%

    (Kabupaten Rembang) dan tertinggi 126,61% (Kota Salatiga).

    Kabupaten/kota yang sudah mencapai target sebanyak lima

    kabupaten/kota (14,29%) yaitu Kota Salatiga (126,61%),

    Kabupaten Kebumen (116,53%), Kabupaten Tegal (115,94%),

    kabupaten Pekalongan (111,51%) dan Kabupaten Kendal

    (100,57%).

    Cakupan penemuan penderita pneumonia balita fluktuasi,

    yaitu dari 24,29% di tahun 2007 menurun menjadi 23,63% tahun

    2008, meningkat menjadi 25,96% tahun 2009 dan 40,63% tahun

    2010.

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    Persentase 24,29 23,63 25,96 40,63

    Target 100 100 100 100

    2007 2008 2009 2010

    Gambar 3.12 Penemuan Penderita Pneumonia Balita

    Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010

    c. Penemuan pasien baru TB BTA positif

    Penemuan pasien baru Tuberculosis (TB) BTA positif

    adalah penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak

    sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dan diobati di unit pelayanan

    kesehatan dalam suatu wilayah kerja pada waktu tertentu.

    Pasien baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan

    OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan

  • xlvii

    (30 dosis) harian. Diobati adalah pemberian pengobatan pada

    pasien baru TB BTA positif dengan OAT selama 6 bulan.

    Angka penemuan pasien baru TB BTA positif atau Case

    Detection Rate (CDR) adalah persentase jumlah penderita baru

    TB BTA positif yang ditemukan dibandingkan jumlah perkiraan

    kasus baru TB BTA positif dalam wilayah tertentu dalam waktu

    satu tahun.

    CDR TB BTA positif Provinsi Jawa Tengah tahun 2007

    sampai dengan 2010 masih di bawah target SPM yang sebesar

    100%. Meskipun demikian, pencapaian CDR tahun 2010 yang

    sebesar 69,04% meningkat dibandingkan tahun 2009 (48,15%),

    terendah 30,60% (Kota Salatiga) dan tertinggi 111,58% (Kota

    Tegal). Kabupaten/kota yang telah mencapai target SPM

    sebanyak 3 kabupaten/kota (8,57%) yaitu Kota Tegal (111,58%),

    Kota Pekalongan (105,96%) dan Kabupaten Pekalongan

    (100,89%).

    CDR TB BTA positif selama empat tahun terakhir

    mengalami peningkatan dari 47,45% di tahun 2007 meningkat

    menjadi 47,97% tahun 2008, tahun 2009 menjadi 48,15% dan

    69,04% tahun 2010.

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    CDR 47,45 47,97 48,15 69,04

    Target 100 100 100 100

    2007 2008 2009 2010

    Gambar 3.13 Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010

  • xlviii

    d. Penderita Demam Berdarah Dengue yang ditangani

    Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang

    ditangani adalah penderita DBD yang ditangani sesuai standar di

    satu wilayah dalam waktu satu tahun dibandingkan dengan

    jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun

    waktu satu tahun yang sama.

    DBD adalah penyakit yang ditandai dengan :

    - Panas mendadak berlangsung terus-menerus selama 27

    hari tanpa sebab yang jelas

    - Tanda-tanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji Torniquet

    positif)

    - Disertai/tanpa pembesaran hati (hepatomegali)

    - Trombositopenia (Trombosit 100.000/l)

    - Peningkatan hematokrit 20%

    Penderita DBD adalah penderita penyakit yang memenuhi

    sekurang-kurangnya 2 kriteria klinis dan 2 kriteria laboratorium di

    bawah ini :

    Kriteria Klinis :

    - Panas mendadak 27 hari tanpa sebab yang jelas

    - Tandatanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji Torniquet

    positif)

    - Pembesaran hati

    - Syok

    Kriteria Laboratorium

    - Trombositopenia (Trommbosit 100.000/l)

    - Hematokrit naik 20%

    Atau : Penderita yang menunjukkan hasil positif pada

    pemeriksaan HI test atau hasil positif pada pemeriksaan antibodi

    dengue Rapid Diagnosis Test (RDT) /ELISA

    Cakupan penderita DBD yang ditangani Provinsi Jawa

    Tengah tahun 2010 adalah 100%. Semua Kabupaten/Kota

    (100%) telah mencapai target tiap tahun (100%). Cakupan

  • xlix

    Penderita DBD yang ditangani dari tahun 2007 sampai dengan

    2010 mencapai 100%, artinya seluruh penderita DBD yang ada

    semuanya ditangani sesuai standar.

    e. Penemuan Penderita Diare

    Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat

    berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya.

    Persentase penemuan penderita diare adalah

    perbandingan jumlah penderita yang datang dan dilayani di

    sarana kesehatan (puskesmas, pustu, RS, balai pengobatan,

    praktek dokter) dan kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu

    satu tahun dengan jumlah perkiraan penderita diare pada satu

    wilayah tertentu dalam waktu yang sama (10% dari angka

    kesakitan x jumlah penduduk). Angka kesakitan adalah angka

    kesakitan nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2006

    sebesar 423/1000 penduduk.

    Penemuan penderita Diare Provinsi Jawa Tengah tahun

    2010 sebesar 44,48%, masih dibawah target SPM tahun 2010

    (80%), terendah 7,44% (Kabupaten Cilacap) dan tertinggi

    132,49% (Kota Tegal). Kabupaten/kota yang sudah mencapai

    target tahun 2010 (80%) sebanyak empat kabupaten/kota

    (11,43%) yaitu Kota Tegal (132,49%), Kota Pekalongan

    (95,11%), Kab. Pekalongan (85,88%) dan Kota Magelang

    (85,02%).

    Penemuan penderita Diare mengalami fluktuasi, yaitu dari

    35,97% tahun 2007 meningkat menjadi 45,63% tahun 2008 dan

    46,01% tahun 2009 dan pada tahun 2010 menurun menjadi

    44,48%.

  • l

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    % Penemuan 35,97 45,63 46,01 44,48

    Target 80 80 80 80

    2007 2008 2009 2010

    Gambar 3.14 Penemuan Penderita Diare Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010

    14. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin

    Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat

    miskin adalah jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana

    kesehatan strata pertama di satu wilayah kerja tertentu pada kurun

    waktu tertentu.

    Rawat jalan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan

    perorangan yang meliputi observasi diagnosa pengobatan

    rehabilitasi medik tanpa tinggal di ruang rawat inap di sarana

    kesehatan strata pertama. Rawat inap tingkat pertama adalah

    pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi diagnosa

    pengobatan rehabilitasi medik tinggal di ruang rawat inap di sarana

    kesehatan strata pertama. Cakupan rawat jalan adalah jumlah

    kunjungan kasus (lama dan baru) rawat jalan di sarana kesehatan

    strata pertama. Kunjungan pasien baru adalah seseorang yang baru

    berkunjung ke sara kesehatan dengan kasus penyakit baru.

    Sarana kesehatan strata pertama adalah tempat pelayanan

    kesehatan meliputi antara lain: puskesmas, balai pengobatan

    pemerintah dan swasta, praktek bersama dan perorangan.

    Masyarakat miskin adalah masyarakat sasaran program

    pengentasan kemiskinan yang memenuhi kriteria tertentu

  • li

    menggunakan 14 variabel kemiskinan dalam satuan Rumah Tangga

    Miskin (RTM).

    Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat

    miskin Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 47,30% lebih

    rendah dibandingkan pencapaian tahun 2009 yang sebesar 53,84%

    dan masih dibawah target SPM tahun 2015 (100%). Cakupan

    terendah 10,69% (Kabupaten Banyumas) dan tertinggi 193,33%

    (Kota Pekalongan). Kabupaten/kota yang tidak tersedia datanya

    sebanyak 5 kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Wonosobo, Kabupaten

    Klaten, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati dan Kota Salatiga.

    Tabel 3.13 Kabupaten/kota berdasarkan target Cakupan Pelayanan

    Kesehatan Dasar Pasien Maskin tahun 2010

    Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Maskin (>100%)

    Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Maskin (

  • lii

    B. JENIS PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

    Jenis Pelayanan Kesehatan Rujukan terdiri dari 2 indikator kinerja

    SPM yaitu cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat

    miskin dan cakupan pelayanan kegawatdaruratan level 1 yang harus

    diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten/kota. Pencapaian jenis

    pelayanan kesehatan rujukan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar

    0% karena dari 2 indikator yang ada tidak ada yang mencapai target

    SPM.

    Kabupaten/kota belum ada yang mencapai target untuk semua

    indikator pada Jenis Pelayanan Kesehatan Rujukan. Pencapaian masing-

    masing indikator kinerja pada jenis pelayanan sebagai berikut :

    1. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat

    Miskin

    Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat

    miskin (maskin) adalah jumlah kunjungan pasien maskin di sarana

    kesehatan strata dua dan strata tiga pada kurun waktu tertentu (lama

    & baru).

    Rawat inap tingkat lanjut adalah pelayanan kesehatan

    perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan,

    keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap

    pada sarana kesehatan strata dua dan strata tiga pemerintah dan

    swasta, yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap.

    Rawat jalan tingkat lanjut adalah pelayanan kesehatan perorangan

    yang meliputi observasi diagnosa pengobatan rehabilitasi medik tanpa

    tinggal di ruang rawat inap di sarana kesehatan strata dua dan strata

    tiga pemerintah dan swasta.

    Sarana kesehatan strata dua dan strata tiga adalah Balai

    Kesehatan Mata Masyarakat, Balai Pengobatan Penyakit Paru, Balai

    Kesehatan Indera Masyarakat, Balai Besar Kesehatan Paru

    Masyarakat, Rumah Sakit baik milik pemerintah maupun swasta.

  • liii

    Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat

    miskin Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 hanya 3,71%, masih

    jauh dibawah target tahun 2015 (100%), terendah 0,25% (Kabupaten

    Temanggung) dan tertinggi 30,46% (Kota Semarang).

    Kabupaten/kota belum ada yang mencapai target dan masih

    ada 9 kabupaten yang tidak ada datanya. Rendahnya cakupan

    indikator ini mungkin karena yang digunakan sebagai penyebut adalah

    seluruh maskin, dimana tidak semua maskin perlu pelayanan

    kesehatan rujukan di sarkes strata dua dan tiga.

    2. Cakupan Pelayanan Kegawatdaruratan level 1 yang harus

    diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten/kota

    Cakupan pelayanan kegawatdaruratan (gadar) level 1 yang

    harus diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten/kota adalah

    perbandingan antara jumlah RS yang mampu memberikan pelayanan

    gadar level 1 dengan jumlah seluruh RS di kabupaten/kota.

    Gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan gawat darurat

    yang memiliki dokter umum on site (berada di tempat) 24 jam dengan

    klasifikasi General Emergency Life Support (GELS) dan/atau Advance

    Trauma Life Support (ATLS) + Advance Cardiac Life Support (ACLS),

    serta memiliki alat transportasi dan komunikasi.

    Cakupan pelayanan gadar level 1 yang harus diberikan sarana

    kesehatan (RS) di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2010

    sebesar 96,40% dengan cakupan terendah 75% (Kota Magelang) dan

    tertinggi 100% di 11 kabupaten (17,14%), serta sebanyak 21

    kabupaten/kota tidak ada datanya. Data kabupaten/kota dapat dilihat

    pada tabel 3.14.

  • liv

    Tabel 3.14 Kabupaten/kota berdasarkan target Cakupan Pelayanan

    Gadar level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS) di kabupaten/kota tahun 2010

    Cakupan pelayanan Gadar level 1 (>100%)

    Cakupan pelayanan Gadar level 1 (

  • lv

    C. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN

    KEJADIAN LUAR BIASA

    Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar

    Biasa (KLB) terdiri dari satu indikator kinerja SPM yaitu indikator kinerja

    cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan

    epidemiologi

  • lvi

    sebesar 98,45%, terendah 0% di empat kabupaten/kota (Kabupaten

    Demak, Kabupaten Batang, Kabupaten Tegal dan Kota Pekalongan)

    dan yang tertinggi 100% (29 Kabupaten/Kota).

    Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan

    Penyelidikan Epidemiologi

  • lvii

    secara mandiri. Desa dapat berarti kelurahan atau nagari atau istilah-

    istilah lain bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.

    Desa siaga aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan

    Desa (Poskesdes) atau Upaya Kesehatan Bersumberdaya

    Masyarakat (UKBM) lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi

    sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan

    bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat

    yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan

    dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup

    Bersih dan Sehat (PHBS).

    Poskesdes adalah UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka

    upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat

    desa. Poskesdes dikelola oleh 1 orang bidan dan minimal 2 orang

    kader yang merupakan koordinator dari UKBM.

    Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang

    sesuai kewenangan bidan penanggungjawab poskesdes, selanjutnya

    dirujuk ke pustu atau puskesmas apabila tidak bisa ditangani.

    Surveilans penyakit yang berbasis masyarakat adalah upaya

    pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh masyarakat (kader

    dan bidan/perawat) tentang kejadian penyakit yang dapat mengancam

    kesehatan penduduk/masyarakat. Pemantauan pertumbuhan adalah

    suatu upaya yang dilakukan oleh kader untuk mengetahui berat badan

    balita setiap bulan untuk mendeteksi secara dini pertumbuhan (D/S).

    Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat adalah masyarakat

    dimana penduduknya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

    Cakupan desa siaga aktif adalah desa yang mempunyai

    poskesdes atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi

    sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan

    bencana dan kegawatdaruratan, surveilans berbasis masyarakat yang

    meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit lingkungan dan

    perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan PHBS dibandingkan

    dengan jumlah desa siaga yang dibentuk.

  • lviii

    Cakupan desa siaga aktif Provinsi Jawa Tengah tahun 2010

    sebesar 79,02%, terendah 12,45% (Kabupaten Purworejo) dan

    tertinggi 100% di 18 kabupaten/kota. Sebanyak 27 kabupaten/kota

    (77,14%) telah mencapai target SPM tahun 2015 (>80%).

    Tabel 3.15 Kabupaten/kota berdasarkan target Cakupan Desa Siaga Aktif

    tahun 2010

    Cakupan Desa Siaga Aktif (>80%) Cakupan Desa Siaga Aktif (

  • lix

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Penilaian pencapaian indikator kinerja SPM-BK tahun 2010

    berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

    741/MENKES/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

    Kesehatan di Kabupaten/Kota dan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan

    Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota berdasar Keputusan Menteri

    Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008.

    Pencapaian indikator kinerja SPM-BK kabupaten/kota di Jawa Tengah

    tahun 2010 terhadap target 2010 dan 2015 secara rinci sebagai berikut :

    Pencapaian indikator kinerja SPM-BK kabupaten/kota tahun 2010

    terhadap target tahun 2010 dan 2015 adalah 22,22% atau empat

    indikator telah mencapai target.dari 18 indikator yang ada.

    Pencapaian indikator kinerja SPM-BK kabupaten/kota tahun 2010 >50%

    sebanyak 10 kabupaten/kota (28,57%), 40%-50% sebanyak 11

    kabupaten/kota (31,43%) dan

  • lx

    3. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan pertolongan

    persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi

    kebidanan 90% sebanyak 32 kabupaten/kota (91,43%).

    4. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan pelayanan nifas

    90% sebanyak 30 kabupaten/kota (85,71%).

    5. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan Neonatus

    dengan komplikasi yang ditangani 80% sebanyak tiga

    kabupaten/kota (8,57%).

    6. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan kunjungan bayi

    90% sebanyak 27 kabupaten/kota (77,14%).

    7. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan desa/kelurahan

    UCI 00% sebanyak 9 kabupaten/kota (25,71%).

    8. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan pelayanan

    anak 90% sebanyak empat kabupaten/kota (11,43%).

    9. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan pemberian

    makanan pendamping ASI pada anak usia 624 bulan keluarga

    miskin 100% sebanyak 8 kabupaten/kota (22,86%).

    10. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan balita gizi buruk

    100% sebanyak 30 kabupaten/kota (85,71%).

    11. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan penjaringan

    kesehatan siswa SD dan setingkat 100% sebanyak 7 kabupaten/kota

    (20%).

    12. Semua kabupaten/kota (100%) sudah mencapai target cakupan

    peserta KB Aktif 70%.

    13. Semua kabupaten/kota belum ada yang mencapai target cakupan

    penemuan dan penanganan penderita 5 penyakit, dengan rincian

    sebagai berikut :

  • lxi

    o Kabupaten/kota yang sudah mencapai target AFP rate per 100.000

    penduduk

  • lxii

    Pencapaian Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat tahun

    2010 belum mencapai target, karena dari satu indikator pada jenis

    pelayanan ini tidak mencapai target. Apabila dilihat pencapaian per

    kabupaten/kota maka ada 27 kabupaten/kota (77,14%) yang mencapai

    target.

    Perlu adanya perhatian berbagai pihak terkait terhadap jenis

    pelayanan yang belum mencapai target SPM dan ketidaktersediaan data di

    beberapa indikator kinerja.