Upload
vothu
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................ i PERSYARATAN GELAR ................................................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ v UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................... vi ABSTRAK ......................................................................................................... viii ABSTRACT ....................................................................................................... ix RINGKASAN ..................................................................................................... x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 8 1.3 Tujuan Penelitian 9 1.4 Manfaat Penelitian 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 11 2.1.1 Teori Keagenan 11 2.1.2 Good Corporate Governance 13 2.1.3 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance 14 2.1.4 Budaya Tri Hita Karana 19 2.1.5 Lembaga Perkreditan Desa (LPD) 23 2.1.6 Kinerja LPD 24 2.1.7 Tingkat Kesehatan Menurut Analisis CAMEL 26 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir 30 3.2 Konsep Penelitian 32 3.3 Hipotesis Penelitian 34
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian 37 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 40 4.3 Ruang Lingkup Penelitian 40 4.4 Populasi dan Sampel 40 4.5 Variabel Penelitian 42 4.5.1 Identifikasi Variabel 42 4.5.2 Definisi Operasional Variabel 42 4.6 Instrumen Penelitian 45 4.6.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen 45
xii
4.7 Uji Asumsi Klasik 46 4.7.1 Uji Normalitas 46 4.7.2 Uji Heteroskedastisitas 46 4.7.3 Uji Multikolonieritas 47 4.8 Teknik Analisi Data 47 4.8.1 Uji Regresi Linier Sederhana dan MRA 47 4.8.2 Uji Koefisien Determinasi 50 4.8.3 Uji Keterandalan Model (Uji F) 51 4.8.2 Uji Koefisien Regresi (Uji t) 52 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Responden 53 5.1.1 Responden Penelitian 55 5.1.2 Karakteristik Responden 56 5.2 Pengujian Instrumen Penelitian 57 5.2.1 Uji Validitas 57 5.2.2 Uji Reliabilitas 58 5.3 Uji Asumsi Klasik 59 5.3.1 Uji Normalitas 60 5.3.2 Uji Heteroskedastisitas 60 5.3.3 Uji Multikolinearitas 61 5.4 Deskripsi Variabel Penelitian 62 5.5 Analisis Regresi Linier Sederhana 63 5.5.1 Koefisien Determinasi 64 5.5.2 Uji Koefisien Regresi (Uji t) 64 5.5.3 Analisis Regresi Linier Sederhana 65 5.6 Moderated Regression Analysis (MRA) 66 5.6.1 Koefisien Determinasi 66 5.6.2 Uji Keterandalan Model (Uji F) 67 5.6.3 Uji Koefisien Regresi (Uji t) 67 5.6.4 Moderated Regression Analysis (MRA) 68 5.7 Pembahasan Hasil Penelitian 70 5.7.1 Pengaruh good corporate governance terhadap kinerja LPD 70
5.7.2 Tri Hita Karana Memoderasi Pengaruh good corporate governance terhadap kinerja LPD 71
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan 75 6.1 Keterbatasan dan Saran 76
DAFTAR RUJUKAN 78
xiii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
5.1 Data Pengambilan dan Pengembalian Sampel 55
5.2 Karakteristik Responden 56
5.3 Uji Validitas 58
5.4 Uji Reliabilitas 59
5.5 Uji Normalitas 60
5.6 Uji Heteroskedastisitas 61
5.7 Uji Multikolinearitas 62
5.8 Statistik Deskriptif 62
5.9 Analisis Regresi Linier Sederhana 63 5.10 Uji Moderated Regression Analysis (MRA) 66
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
3.1 Kerangka Berpikir 32
3.2 Konsep Penelitian 33
4.1 Rancangan Penelitian 39
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1 Penelitian Terdahulu 84
2 Daftar Nama LPD se-Kota Denpasar 90
3 Kuesioner 92
4 Tabel Kesehatan LPD se-Kota Denpasar 97
5 Tabulasi Data 98
6 Uji Validitas 107
7 Uji Reliabilitas 112
8 Uji Normalitas 114
9 Uji Heteroskedastisitas 115
10 Uji Multikolinearitas 116
11 Statistik Deskriptif 117
12 Uji Regresi Linear Sederhana 118
13 Moderated Regression Analysis (MRA) 119
viii
ABSTRAK
BUDAYA TRI HITA KARANA SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH GOOD COPORATE GOVERNANCE PADA KINERJA LEMBAGA PERKREDITAN DESA
(LPD) (STUDI DI LPD SE-KOTA DENPASAR)
Penelitian ini menganalisis pengaruh good corporate governance (GCG) pada kinerja Lembaga Perkreditan Desa (LPD) serta untuk menguji apakah Budaya Tri Hita Karana (THK) memoderasi pengaruh tersebut. GCG diukur dengan menggunakan kuesioner mengenai lima prinsip GCG yaitu transparency, accountability, respostibility, independency dan fairness. Budaya THK iukur dengan menggunakan kuesioner mengenai tiga aspek THK yaitu parahyangan, pawongan dan palemahan. Kinerja LPD diukur menggunakan CAMEL yang diperoleh dari laporan LPLPD Kota Denpasar per Desember 2016. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji pengaruh GCG pada kinerja LPD adalah analisis regresi linier sederhana dan untuk menguji apakah Budaya THK memoderasi pengaruh GCG pada kinerja LPD digunakan moderated regression analysis.
Hasil analisis data menunjukan bahwa GCG berpengaruh positif pada kinerja LPD, dan Budaya THK memperkuat pengaruh GCG pada kinerja LPD se-kota Denpasar.
Kata kunci: Good Corporate Governance, Budaya Tri Hita Karana, Kinerja LPD.
ix
ABSTRACT
THE TRI HITA KARANA MODERATING PRINCIPLE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE INSTITUTIONS IN THE PERFORMANCE OF LEMBAGA
PERKREDITAN DESA (LPD) (STUDY IN DENPASAR)
This study analyzes the influence of good corporate governance (GCG) on the performance of Lembaga Perkreditan Desa (LPD) and to test whether Tri Hita Karana (THK) moderate the influence. GCG is measured by using questionnaires on five GCG principles such as transparency, accountability, respostibility, independency and fairness. THK is measured by using questionnaires on three aspects of THK namely parahyangan, pawongan and palemahan. LPD performance is measured using CAMEL obtained from LPLPD Kota Denpasar report as per December 2016. Data analysis technique used to test the effect of GCG on LPD performance is simple linear regression analysis and to test whether THK Culture moderate the influence of GCG on LPD performance used moderated regression analysis.
The result of data analysis shows that GCG has a positive effect on LPD performance, and THK strengthens the influence of GCG on LPD performance in Denpasar city.
Keywords: Good Corporate Governance, Tri Hita Karana, LPD performance.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan rangkaian dari pembangunan seluruh
aspek yang berkesinambungan meliputi bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Salah satu hal yang dapat menunjang pembangunan nasional adalah
perekonomian yang sehat yang harus dimulai dari tingkatan paling dasar, yaitu
tingkat desa. Salah satu wujud pembangunan di bidang ekonomi yang ada di desa
adalah dengan mendirikan lembaga-lembaga keuangan desa yang bertujuan untuk
mengatasi kendala permodalan masyarakat desa.
Salah satu lembaga keuangan pedesaan yang saat ini sedang berkembang
terutama di Bali adalah Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Pembentukan LPD di
Provinsi Bali berawal dari hasil seminar kredit pedesaan yang diselenggarakan di
Kota Semarang pada tanggal 20 sampai dengan 21 Februari 1984. Seminar ini
menyimpulkan bahwa kehadiran suatu lembaga perkreditan pedesaan dipandang
sangat tepat guna menjangkau masyarakat kecil atau miskin di pedesaan sehingga
upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat golongan tersebut dapat
tercapai.
Pembentukan dari proyek ini diawali dengan pendekatan kepada lembaga
tradisional yang ada yaitu Desa Adat yang merupakan lembaga tradisional yang
sudah ada dan mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup
masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga
(Kahyangan Adat). Pemilihan desa adat sebagai basis dalam pembentukan LPD di
1
2
Provinsi Bali adalah dikaitkan dengan usaha untuk melestarikan dan
mengembangkan keberadaan dari desa adat tersebut.
Sebagai tindak lanjut dari seminar tersebut, pemerintah Provinsi Bali
mewujudkan dalam bentuk Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Bali Nomor 972 tahun 1984, tanggal 1 November 1984, tentang pendirian LPD di
Provinsi Daerah Tingkat I Bali. Dan untuk melegitimasi keberadaan LPD,
pemerintah Provinsi Bali telah mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali
Nomor 2 Tahun 1988, yang disempurnakan pada Peraturan Daerah Provinsi Bali
Nomor 8 Tahun 2002, dan yang terakhir adalah Peraturan Pemerintah Daerah Bali
Nomor 4 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Provinsi
Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa dan diperbaharui
dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 11 Tahun 2013.
LPD telah mengemban fungsi untuk mendorong pembangunan ekonomi
masyarakat melalui tabungan yang terarah, serta penyaluran modal yang efektif.
Selain itu, LPD juga berfungsi untuk menciptakan pemerataan dan pemberian
kesempatan kerja bagi warga pedesaan, baik dalam hal pembentukan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat desa adat, maupun yang bisa ditampung oleh usaha-
usaha produktif masyarakat yang bersumber dana dari LPD.
Kinerja organisasi merupakan prestasi akhir dari suatu organisasi dan
mengandung beberapa hal seperti adanya target tertentu yang dicapai, memiliki
jangka waktu dalam pencapaian target dan tercapainya efisiensi dan efektivitas.
Kinerja LPD belakangan ini dapat dikatakan cukup mengagumkan, ini dapat
dilihat dari laporan yang yang dikeluarkan oleh LPLPD (Lembaga Pemberdayaan
3
Lembaga Pekreditan Desa) Kota Denpasar sepanjang tahun 2016 dimana di bulan
Januari 2016 LPD mengelola aset sebesar Rp 1,399 triliun. Jumlah ini meningkat
di bulan Desember 2016 menjadi Rp 1,626 triliun. Dari sisi laba terdapat
peningkatan dari sebesar Rp 45,300 milyar diawal tahun 2016 menjadi Rp 70,218
milyar di pengujung tahun 2016. Selain itu, kesehatan LPD juga terdapat
peningkatan dimana diawal tahun 2016 sebanyak 7 (tujuh) LPD yang dinyatakan
cukup sehat dan 28 (dua puluh delapan) LPD dikategorikan sehat, sedangkan di
akhir tahun 2016 jumlah ini membaik dimana hanya 2 (dua) LPD yang
dikategorikan cukup sehat yaitu LPD Oongan dan LPD Serangan, dan sisanya
sebanyak 33 (tiga puluh tiga) LPD dikategorikan Sehat (LPLPD Kota Denpasar,
2016).
Peningkatan dari kinerja organisasi yang berdampak pada tercapainya
tujuan dari organisasi harus didukung dengan adanya sebuah tata kelola yang baik
(Good Corporate Governance). Penerapan prinsip Good Corporate Governance
(GCG) sangat diperlukan dalam menjalankan bisnis. Kelima prinsip tersebut
diantaranya adalah transparency, accountability, responsibility, independency dan
fairness merupakan prinsip yang harus selalu dipegang teguh oleh setiap
organisasi yang ingin mewujudkan tata kelola yang baik. Walaupun LPD dapat
dikatakan sebagai bisnis yang memiliki jangkauan bisnis hanya dalam satu desa
adat, namun harus diingat bahwa tata kelola yang baik akan dapat memberikan
keuntungan yang lebih bagi sebuah organisasi bisnis.
Penerapan prinsip GCG dimaksudkan agar LPD lebih dipercaya dan
dipandang sebagai organisasi profesional yang berbasis pada adat, serta memiliki
4
kekuatan sistem pengendalian internal yang baik. Dengan kata lain, apabila
kepercayaan dari nasabah serta masyarakat desa adat sudah dimiliki oleh sebuah
LPD, maka kinerja dari LPD tersebut dapat dipastikan akan semakin meningkat.
Selain penerapan GCG, LPD sebagai organisasi yang berada dibawah desa
adat, harus tunduk dan taat terhadap aturan atau payung hukum yang dimiliki desa
adat yaitu awig-awig desa adat yang akan menjadi dasar untuk mendapatkan
kepercayaan dari para nasabah yang merupakan warga desa adat.
Terdapat beberapa perbedaan hasil penelitian yang didapatkan dari
pengaruh antara GCG dengan kinerja perusahaan. Menurut Rahmatika dkk.
(2015) bahwa ukuran transparansi, kemandirian, akuntabilitas,
pertanggungjawaban dan kewajaran berpengaruh secara positif signifikan
terhadap kinerja keuangan. Hasil yang sama juga diperoleh Atmadja dkk. (2014)
menyatakan bawa terdapat pengaruh antara GCG terhadap kinerja LPD yang ada
di Kabupaten Buleleng. Begitu pula dengan Dewi dan Putri (2014) yang
mendapatkan hasil bahwa prinsip GCG berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan LPD di Kabupaten Gianyar.
Berbanding terbalik dengan beberapa penelitian diatas, dalam penelitian
berikut ini mendapatkan hasil bahwa GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Penelitian tersebut diantaranya adalah Kautsar dan Kusumaningrum
(2015) serta Hartono dan Nungrahanti (2014) yang menghasilkan GCG tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Untuk memaksimalkan kinerja dalam sebuah organisasi, sebuah organisasi
pada dasarnya juga harus memiliki pandangan bahwa kinerjanya dipengaruhi oleh
5
nilai-nilai baik yang berasal dari kekuatan diri, lingkungan kerja, serta hubungan
antar sesama pegawai (Adiputra, 2014). Oleh karena itu, pengaruh budaya lokal
sangat penting. Budaya yang sudah diketahui dan selalu dijalankan oleh semua
orang yang ada di daerah tersebut. Sebuah falsafah kultur Bali Tri Hita Karana
yang menekankan pada teori keseimbangan menyatakan bahwa masyarakat Hindu
cenderung memahami diri dan lingkungannya sebagai suatu sistem yang
dikendalikan oleh nilai keseimbangan, dan diwujudkan dalam bentuk perilaku
(Gunawan, 2009).
Budaya Tri Hita Karana (THK) merupakan kearifan lokal masyarakat Bali
yang digunakan sebagai landasan individu maupun organisasi dalam setiap
aktivitasnya, khususnya pada masyarakat desa adat yang merupakan pemilik LPD.
Konsep kehidupan yang mengedepankan prinsip-prinsip kebersamaan,
keselarahan dan keseimbangan antara tujuan ekonomi, pelestarian lingkungan dan
budaya, estetika dan spiritual (Tenaya, 2007). Aktivitas bisnis yang dilaksanakan
oleh LPD haruslah berlandaskan pada sebuah nilai-nilai budaya yang membuat
aktivitas ini dapat berguna bukan hanya pada orang-orang yang terlibat dalam
organisasi tersebut, tetapi juga dengan lingkungan sekitar dan seluruh alam
semesta. THK memberikan pandangan bahwa masyarakat cenderung memandang
diri dan lingkungannya sebagai suatu sistem yang dikendalikan oleh
keseimbangan.
THK memiliki konsep bahwa hubungan harmonis merupakan hal yang
penting dalam menjalankan suatu kegiatan atau organsasi. Keyakinan atas
keseimbangan keharmonisan ini telah menjadi tuntunan masyarakat Bali untuk
6
berperilaku yang melahirkan berbagai tindakan nyata yakni (a) keselarasan
hubungan antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa)
yang dikenal dengan istilah Parahyangan, (b) keselarasan hubungan dengan
sesama manusia dikenal dengan istilah Pawongan, serta (c) keselarasan
hubungan manusia dengan alam semesta yang dikenal dengan istilah Palemahan.
Inti dan hakekat dari ajaran THK adalah kerjasama dan keselarasan yang baik dari
semua komponen yang berhubungan dengan suatu kegiatan atau organisasi.
Beberapa penelitian yang menyatakan bahwa budaya THK memiliki
pengaruh terhadap kinerja dari sebuah perusahaan diantaranya Riana (2010) serta
Surya et al. (2014) mendapatkan hasil bahwa budaya THK berpengaruh positif
terhadap kinerja usaha. Sedangkan dalam hal budaya THK digunakan sebagai
variabel pemoderasi, terdapat perbedaan hasil penelitian antara Adiputra (2014)
yang menyatakan bahwa budaya THK memoderasi pengaruh kompleksitas tugas
terhadap kinerja internal auditor di Kantor Inspektorat Provinsi Bali dan Puspitha
dan Sujana (2016) mendapatkan hasil bahwa budaya organisasi memperkuat
pengaruh prinsip-prinsip GCG pada kinerja perusahaan berbasis balanced
scorecard pada BPR di Kabupaten Badung. Sedangkan hasil berbeda diperoleh
Mustikayani dan Dwirandra (2016) mendapatkan hasil bahwa budaya THK tidak
dapat memoderasi pengaruh kompleksitas tugas terhadap kinerja auditor.
Hal inilah yang mendasari budaya THK diangkat sebagai variabel
moderasi terhadap pengaruh hubungan antara GCG dengan kinerja LPD. Selain
itu juga didukung dengan adanya program Pemerintah Daerah Provinsi Bali yang
menyelenggarakan THK Awards yang semakin menumbuhkan rasa untuk dapat
7
mengimplementasikan ajaran THK dalam kehidupan sehari-hari terutama
pekerjaan (Mustikayani dan Dwirandra, 2016).
Kinerja yang baik mengindikasikan bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat desa adat selaku sumber dan tujuan atas aliran dana yang dihimpun
oleh LPD mengalami proses yang baik. Menurut Peraturan Gubernur Bali Nomor
11 Tahun 2013 tentang petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bali
Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga Perkreditan Desa sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4
Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali
Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga Perkreditan Desa dalam bagian keenam
tentang penilaian kesehatan LPD pasal 22 ayat 2 menyatakan bahwa faktor
penilaian kesehatan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) berdasarkan 5 (lima)
aspek, sebagai berikut : (a) Kecukupan Modal (CAR); (b) Kualitas Aktiva
Produktif (KAP); (c) Manajemen; (d) Laba (Earnings); dan (e) Likuiditas. Kelima
faktor tersebut digunakan untuk menilai kesehatan LPD yang dikenal dengan
analisis CAMEL.
Lembaga Perkreditan Desa berfungsi sebagai salah satu wadah kekayaan
desa yang berupa uang atau surat berharga lainnya, menjalankan fungsinya dalam
bentuk usaha-usaha kearah peningkatan taraf hidup krama desa adat dan dalam
kegiatan usahanya banyak menunjang pembangunan desa. Usaha-usaha dilakukan
dengan tujuan untuk mendorong pembangunan perekonomian masyarakat desa
adat melalu tabungan yang terarah sebagai penyaluran modal yang efektif,
memberantas gadai gelap dan lai-lain yang dapat dipersamakan dengan itu di
8
pedesaan, menciptakan pemerataan dan kesempatan berusaha bagi masyarakat
desa adat dan tenaga kerja di pedesaan, meningkatkan daya beli, melancarkan lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang di desa adat.
Perkembangan LPD di kota Denpasar dapat dikategorikan sangat positif.
Dilihat dari jumlah dana yang dikelola yang di laporkan oleh LPLPD Kota
Denpasar per Desember 2016 yang terdapat pada halaman 3, LPD memang harus
melaksanakan beberapa inovasi tanpa harus meninggalkan kearifan lokal yang
memang sudah diwariskan oleh para leluhur untuk mencapai kinerja yang paling
maksimal, serta menjadikan LPD sebagai tuan rumah di wilayahnya sendiri.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud meneliti tentang
bagaimana pengaruh penerapan prinsip tata kelola yang baik terhadap kinerja
LPD yang ada di Kota Denpasar dengan kearifan lokal masyarakat desa adat
sebagai variabel pemoderasi, dengan mengangkat judul sebagai berikut : “Budaya
Tri Hita Karana sebagai Pemoderasi Pengaruh Prinsip Good Corporate
Governance pada Kinerja Lembaga Perkreditan Desa (LPD)” dengan studi
pada LPD yang ada di Kota Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka
permasalahan dan pertanyaan penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengaruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada
kinerja LPD yang ada di seluruh Kota Denpasar?
9
2. Apakah Budaya Tri Hita Karana memoderasi pengaruh prinsip-prinsip
Good Corporate Governance pada kinerja LPD yang ada di seluruh Kota
Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menguji pengaruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance
pada kinerja LPD yang ada di seluruh Kota Denpasar.
2. Untuk menguji Budaya Tri Hita Karana memoderasi pengaruh prinsip-
prinsip Good Corporate Governance pada kinerja LPD yang ada di
seluruh Kota Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan diatas, maka yang
menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Kegunaan teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi tambahan pengetahuan dan
referensi penelitian mengenai pengaruh prinsip GCG pada kinerja LPD
dengan budaya THK sebagai variabel pemoderasi, sehingga hasil
penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian
berikutnya. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat mengkonfirmasi
hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai kinerja LPD.
10
2) Kegunaan praktis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran atau acuan bagi
para pegawai, kepala dan pengawas LPD, agar mampu melaksanakan
kinerjanya dengan baik. Hasil penelitian ini juga bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.