124

Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

  • Upload
    buiphuc

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di
Page 2: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi

KPW BI Provinsi NTTJl. El Tari No. 39 Kupang – NTT(0380) 832-364 / 827-916 ; fax : [0380] 822-103www.bi.go.id

Daftar IsiDaftar IsiSejalan dengan salah satu tugas pokok

Bank Indonesia, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara

Timur di daerah memiliki peran yang

sangat penting dalam memberikan

kontribusi secara optimal dalam proses

formulasi kebijakan moneter. Secara

triwulanan KPw BI Provinsi NTT

melakukan pengkajian dan penelitian

t e r h a d a p p e r k e m b a n g a n

perekonomian daerah sebaga i

masukan kepada Kantor Pusat Bank

Indonesia dalam kaitan perumusan

kebijakan moneter tersebut. Selain itu

kajian/analisis ini dimaksudkan untuk

m e m b e r i k a n i n f o r m a s i y a n g

diharapkan dapat bermanfaat bagi

eksternal stakeholder setempat, yaitu

Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat

serta stakeholder lainnya.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi

Nusa Tenggara Timur ini mencakup Ekonomi Makro

Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan

Perbankan dan Sistem Pembayaran, Keuangan

Pemerintah, Kesejahteraan serta Prospek Perekonomian

Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian

ini digunakan data yang berasal dari internal Bank

Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini

dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih

terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan

masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi

dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,

baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam

bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian ini

dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang

telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus

berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, Februari 2018

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor Sinaga

Deputi Direktur

Page 3: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi

KPW BI Provinsi NTTJl. El Tari No. 39 Kupang – NTT(0380) 832-364 / 827-916 ; fax : [0380] 822-103www.bi.go.id

Daftar IsiDaftar IsiSejalan dengan salah satu tugas pokok

Bank Indonesia, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara

Timur di daerah memiliki peran yang

sangat penting dalam memberikan

kontribusi secara optimal dalam proses

formulasi kebijakan moneter. Secara

triwulanan KPw BI Provinsi NTT

melakukan pengkajian dan penelitian

t e r h a d a p p e r k e m b a n g a n

perekonomian daerah sebaga i

masukan kepada Kantor Pusat Bank

Indonesia dalam kaitan perumusan

kebijakan moneter tersebut. Selain itu

kajian/analisis ini dimaksudkan untuk

m e m b e r i k a n i n f o r m a s i y a n g

diharapkan dapat bermanfaat bagi

eksternal stakeholder setempat, yaitu

Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat

serta stakeholder lainnya.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi

Nusa Tenggara Timur ini mencakup Ekonomi Makro

Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan

Perbankan dan Sistem Pembayaran, Keuangan

Pemerintah, Kesejahteraan serta Prospek Perekonomian

Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian

ini digunakan data yang berasal dari internal Bank

Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini

dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih

terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan

masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi

dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,

baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam

bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian ini

dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang

telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus

berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, Februari 2018

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor Sinaga

Deputi Direktur

Page 4: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GRAFIK

TABEL INDIKATOR MAKRO TERPILIH

RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB IIIPERKEMBANGAN INFLASI

BAB IVSTABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSESKEUANGAN DAN UMKM

Daftar Isi

3.1. Kondisi Umum

3.1.1. Inflasi Triwulanan dan Bulanan

3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas

3.2.1. Bahan Makanan

3.2.2. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

3.2.3. Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

3.2.4. Perumahan Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

3.2.5. Komoditas Lainnya

3.3. Disagregasi Inflasi

3.3.1 Kelompok Volatile foods

3.3.2 Kelompok Administered prices

3.3.3 Kelompok Inti (Core)

3.4. Inflasi NTT Berdasarkan Kota

3.4.1 Inflasi Kota Kupang

3.4.2 Inflasi Kota Maumere

3.5. Proyeksi Inflasi Provinsi NTT Triwulan I 2018

3.6. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

BOKS 4. Evaluasi Komoditas Penyumbang Inflasi 2017 & Potensi 2018

BAB IIKEUANGAN PEMERINTAHDAERAH

2.1 Kondisi Umum

2.2 Pendapatan Daerah

2.3 Belanja Daerah

2.3.1. Belanja APBN

2.3.2. Belanja Pemerintah Provinsi NTT

2.3.3. Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota

2.4 Dana Pemerintah di Perbankan

BOKS 2. Realisasi Program Nawa Cita di Provinsi

BOKS 3. Pagu Anggaran APBN 2018 Provinsi NTT

4.1. Kondisi Umum

4.2. Asesmen Ketahanan Rumah Tangga

4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah

Tangga

4.2.2. Eksposur Rumah Tangga di Perbankan

4.3. Perkembangan Akses Keuangan dan UMKM

4.3.1. Kondisi Saat Ini dan Prospek Usaha

4.3.2. Perkembangan Penyaluran Kredit UMKM

4.3.3. Perkembangan Risiko Kredit UMKM

4.4. Asesmen Ketahanan Korporasi

4.5. Asesmen Perbankan

4.5.1. Kinerja Bank Umum

4.5.2 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat

BOKS 5. Kinerja Ketahanan Rumah Tangga di NTT

08

08

08

08

08

08

1.1 Kondisi Umum

1.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2017

1.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan IV 2017

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Pengeluaran

1.2.1. Konsumsi

1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) / Investasi

1.2.3. Ekspor-Impor

1.2.3.1. Ekspor-Impor Antar Daerah

1.2.3.2. Ekspor-Impor Luar Negeri

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

1.3.2. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

1.3.3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor

1.3.4. Sektor-Sektor Lainnya

BOKS 1. Dana Desa 2018

BAB IPERKEMBANGAN EKONOMIMAKRO DAERAH

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Page 5: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GRAFIK

TABEL INDIKATOR MAKRO TERPILIH

RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB IIIPERKEMBANGAN INFLASI

BAB IVSTABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSESKEUANGAN DAN UMKM

Daftar Isi

3.1. Kondisi Umum

3.1.1. Inflasi Triwulanan dan Bulanan

3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas

3.2.1. Bahan Makanan

3.2.2. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

3.2.3. Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

3.2.4. Perumahan Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

3.2.5. Komoditas Lainnya

3.3. Disagregasi Inflasi

3.3.1 Kelompok Volatile foods

3.3.2 Kelompok Administered prices

3.3.3 Kelompok Inti (Core)

3.4. Inflasi NTT Berdasarkan Kota

3.4.1 Inflasi Kota Kupang

3.4.2 Inflasi Kota Maumere

3.5. Proyeksi Inflasi Provinsi NTT Triwulan I 2018

3.6. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

BOKS 4. Evaluasi Komoditas Penyumbang Inflasi 2017 & Potensi 2018

BAB IIKEUANGAN PEMERINTAHDAERAH

2.1 Kondisi Umum

2.2 Pendapatan Daerah

2.3 Belanja Daerah

2.3.1. Belanja APBN

2.3.2. Belanja Pemerintah Provinsi NTT

2.3.3. Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota

2.4 Dana Pemerintah di Perbankan

BOKS 2. Realisasi Program Nawa Cita di Provinsi

BOKS 3. Pagu Anggaran APBN 2018 Provinsi NTT

4.1. Kondisi Umum

4.2. Asesmen Ketahanan Rumah Tangga

4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah

Tangga

4.2.2. Eksposur Rumah Tangga di Perbankan

4.3. Perkembangan Akses Keuangan dan UMKM

4.3.1. Kondisi Saat Ini dan Prospek Usaha

4.3.2. Perkembangan Penyaluran Kredit UMKM

4.3.3. Perkembangan Risiko Kredit UMKM

4.4. Asesmen Ketahanan Korporasi

4.5. Asesmen Perbankan

4.5.1. Kinerja Bank Umum

4.5.2 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat

BOKS 5. Kinerja Ketahanan Rumah Tangga di NTT

08

08

08

08

08

08

1.1 Kondisi Umum

1.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2017

1.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan IV 2017

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Pengeluaran

1.2.1. Konsumsi

1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) / Investasi

1.2.3. Ekspor-Impor

1.2.3.1. Ekspor-Impor Antar Daerah

1.2.3.2. Ekspor-Impor Luar Negeri

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

1.3.2. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

1.3.3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor

1.3.4. Sektor-Sektor Lainnya

BOKS 1. Dana Desa 2018

BAB IPERKEMBANGAN EKONOMIMAKRO DAERAH

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Page 6: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

BAB VPENYELENGGARAANSISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG RUPIAH

5.1. Kondisi Umum

5.2. Transaksi Pembayaran Tunai

5.2.1. Aliran Uang Masuk (Inflow) dan Aliran Uang Keluar

(Outflow)

5.2.2. Perkembangan Kegiatan Layanan Kas

5.2.3. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar

5.2.4. Perkembangan Uang Palsu (UPAL)

5.3. Transaksi Pembayaran Non Tunai (SKNBI)

5.4. Perkembangan KUPVA BB

BOKS 6. Implementasi Pilot Project BI Jangkau di Provinsi

NTT

BAB VIKETENAGAKERJAAN DAERAHDAN KESEJAHTERAAN

6.1. Kondisi Umum

6.2. Kondisi Kesejahteraan

6.2.1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan

6.2.2. Perkembangan Nilai Tukar Petani

6.2.3. Survei Konsumen (SK) Dan Indeks Tendensi

Konsumen (ITK)

6.3. Perkembangan Ketenagakerjaan

6.3.1. Perkembangan Tenaga Kerja Secara Umum

6.3.2. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

6.4. Indeks Kebahagiaan

6.4.1. Perkembangan Indeks Kebahagiaan

6.4.2. Indeks Kebahagiaan NTT Menurut Beberapa

Karakteristik

BOKS 7. Permasalahan Ketenagakerjaan di NTT

BOKS 8. Program Beasiswa Bank Indonesia

BAB VIPROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

7.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT

7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan II 2018

7.1.1.1 Pertumbuhan Sisi Penggunaan

7.1.1.2 Pertumbuhan Sisi Sektoral

7.1.2 Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2018

7.2. Inflasi

7.2.1 Inflasi Triwulan II Tahun 2018

7.2.2 Inflasi Tahun 2018

Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran

2017

Tabel 1.2 PDRB Komponen Konsumsi Rumah Tangga

Provinsi NTT 2017

Tabel 1.3 PDRB Komponen Konsumsi Pemerintah Provinsi

NTT 2017

Tabel 1.4 PDRB Komponen PMTB/Investasi Provinsi NTT

2017

Tabel 1.5 Proyek Baru Pemerintah & Swasta Triwulan IV

2017

Tabel 1.6 Proyek Pemerintah & Swasta di Provinsi NTT

2017

Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di NTT Tw IV

2017

Tabel 1.8 Komoditas Ekspor ke 10 Negara Tujuan Utama

Tabel 1.9 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi

2017

Tabel Boks 1.1 Perbandingan Tahapan Pencairan Tahun

2017 dan 2018

Tabel 2.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan

Kabupaten /Kota di Provinsi NTT

Tabel 2.2 Komposisi DPK Pemerintah di NTT

Tabel 2.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja

P e m e r i n t a h P u s a t , P r o v i n s i d a n

Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Tabel Boks 2.1 Rincian Output Program Nawacita di

Provinsi NTT 2017

Daftar TabelTabel 3.1 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi

Tahunan di NTT

Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Bulanan

di Provinsi NTT

Tabel 3.3 Komoditas Penyumbang Deflasi Utama Bulanan

di Provinsi NTT

Tabel 3.4 Inflasi di NTT Berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 3.5 Komoditas Volatile Food Penyumbang Utama

Inflasi

Tabel 3.6 Komoditas Administered Prices Penyumbang

Utama Inflasi

Tabel 3.7 Komoditas Core Penyumbang Utama Inflasi

Tabel 3.8 Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok

Komoditas

Tabel 3.9 Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok

Komoditas

Tabel Boks 4.1 Ringkasan Analisis Komoditas Inflasi

Provinsi NTT

Tabel Boks 4.2 Ringkasan Analisis Komoditas Inflasi Kota

Kupang

Tabel Boks 4.3 Ringkasan Analisis Komoditas Inflasi Kota

Maumere

Tabel 4.1 Komposisi Kredit Rumah Tangga di Provinsi NTT

Tabel 4.2 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum di

NTT

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Page 7: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

BAB VPENYELENGGARAANSISTEM PEMBAYARAN DANPENGELOLAAN UANG RUPIAH

5.1. Kondisi Umum

5.2. Transaksi Pembayaran Tunai

5.2.1. Aliran Uang Masuk (Inflow) dan Aliran Uang Keluar

(Outflow)

5.2.2. Perkembangan Kegiatan Layanan Kas

5.2.3. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar

5.2.4. Perkembangan Uang Palsu (UPAL)

5.3. Transaksi Pembayaran Non Tunai (SKNBI)

5.4. Perkembangan KUPVA BB

BOKS 6. Implementasi Pilot Project BI Jangkau di Provinsi

NTT

BAB VIKETENAGAKERJAAN DAERAHDAN KESEJAHTERAAN

6.1. Kondisi Umum

6.2. Kondisi Kesejahteraan

6.2.1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan

6.2.2. Perkembangan Nilai Tukar Petani

6.2.3. Survei Konsumen (SK) Dan Indeks Tendensi

Konsumen (ITK)

6.3. Perkembangan Ketenagakerjaan

6.3.1. Perkembangan Tenaga Kerja Secara Umum

6.3.2. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

6.4. Indeks Kebahagiaan

6.4.1. Perkembangan Indeks Kebahagiaan

6.4.2. Indeks Kebahagiaan NTT Menurut Beberapa

Karakteristik

BOKS 7. Permasalahan Ketenagakerjaan di NTT

BOKS 8. Program Beasiswa Bank Indonesia

BAB VIPROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

7.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT

7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan II 2018

7.1.1.1 Pertumbuhan Sisi Penggunaan

7.1.1.2 Pertumbuhan Sisi Sektoral

7.1.2 Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2018

7.2. Inflasi

7.2.1 Inflasi Triwulan II Tahun 2018

7.2.2 Inflasi Tahun 2018

Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran

2017

Tabel 1.2 PDRB Komponen Konsumsi Rumah Tangga

Provinsi NTT 2017

Tabel 1.3 PDRB Komponen Konsumsi Pemerintah Provinsi

NTT 2017

Tabel 1.4 PDRB Komponen PMTB/Investasi Provinsi NTT

2017

Tabel 1.5 Proyek Baru Pemerintah & Swasta Triwulan IV

2017

Tabel 1.6 Proyek Pemerintah & Swasta di Provinsi NTT

2017

Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di NTT Tw IV

2017

Tabel 1.8 Komoditas Ekspor ke 10 Negara Tujuan Utama

Tabel 1.9 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi

2017

Tabel Boks 1.1 Perbandingan Tahapan Pencairan Tahun

2017 dan 2018

Tabel 2.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan

Kabupaten /Kota di Provinsi NTT

Tabel 2.2 Komposisi DPK Pemerintah di NTT

Tabel 2.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja

P e m e r i n t a h P u s a t , P r o v i n s i d a n

Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Tabel Boks 2.1 Rincian Output Program Nawacita di

Provinsi NTT 2017

Daftar TabelTabel 3.1 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi

Tahunan di NTT

Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Bulanan

di Provinsi NTT

Tabel 3.3 Komoditas Penyumbang Deflasi Utama Bulanan

di Provinsi NTT

Tabel 3.4 Inflasi di NTT Berdasarkan Kelompok Komoditas

Tabel 3.5 Komoditas Volatile Food Penyumbang Utama

Inflasi

Tabel 3.6 Komoditas Administered Prices Penyumbang

Utama Inflasi

Tabel 3.7 Komoditas Core Penyumbang Utama Inflasi

Tabel 3.8 Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok

Komoditas

Tabel 3.9 Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok

Komoditas

Tabel Boks 4.1 Ringkasan Analisis Komoditas Inflasi

Provinsi NTT

Tabel Boks 4.2 Ringkasan Analisis Komoditas Inflasi Kota

Kupang

Tabel Boks 4.3 Ringkasan Analisis Komoditas Inflasi Kota

Maumere

Tabel 4.1 Komposisi Kredit Rumah Tangga di Provinsi NTT

Tabel 4.2 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum di

NTT

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Page 8: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Daftar GrafikGrafik 1.1 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan PDRB

Tahunan Provinsi NTT dibandingkan

Nasional (%yoy)

Grafik 1.2 PDRB dan Pertumbuhan PDRB Tahunan

Beberapa Provinsi

Grafik 1.3 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan dibanding

Nasional (%yoy)

Grafik 1.4 PDRB & Pertumbuhan PDRB NTT, Bali, NTB

& Nasional (% yoy)

Grafik 1.5 Survei Konsumen

Grafik 1.6 Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.7 Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 1.8 Indeksi Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.9 Perkembangan Konsumsi BBM

Grafik 1.10 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah

Tangga

Grafik 1.11 Penyaluran Kredit Konsumsi

Grafik 1.12 Perkembangan Realisasi Investasi di

Provinsi NTT

Grafik 1.13 Realisasi Konsumsi Semen di Provinsi NTT

Grafik 1.14 Perkembangan Peti Kemas

Grafik 1.15 Aktivitas Bongkar Muat

Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor dan Impor

Grafik 1.17 Negara Tujuan Ekspor

Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 1.19 Data Perkembangan Pengiriman Ternak

Grafik 1.20 Perkembangan Kredit Pertanian

Grafik 1.21 Perkembangan SKDU Pertanian

Grafik 1.22 Proyeksi SKDU Pertanian

Grafik 1.23 Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Triwulan IV 2017

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Grafik 1.24 Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

2017

Grafik 1.25 Perkembangan Simpanan Pemerintah di

Perbankan

Grafik 1.26 Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Grafik 1.28 Proyeksi SKDU Perdagangan

Grafik 1.29 Perkembangan Tamu Hotel

Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang Bandara

Grafik Boks 1.1. Perkembangan Alokasi Dana Desa

Provinsi NTT

Grafik 2.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja

Pemerintah di Provinsi NTT

Grafik 2.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan

APBN

Grafik 2.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan

APBD Provinsi/ Kabupaten/Kota

Grafik 2.4 Realisasi Pendapatan Pemerintah

Kabupaten / Kota dan Komponennya

Triwulan IV 2017

Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan Pemerintah

Kabupaten/Kota Tw IV 2017

Grafik 2.6 Realisasi Pendapatan Asli Daerah APBD di

Provinsi NTT

Grafik 2.7 Pagu dan Realisasi PAD APBD Kab/Kota di

NTT

Grafik 2.8 Pangsa Belanja Kabupaten/Kota

Grafik 2.9 Perkembangan Realisasi Total Belanja

Daerah

Grafik 2.10 Perkembangan Realisasi Belanja Modal

Grafik 2.11 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi

& Kab/Kota

Grafik 2.12 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN

Pemerintah & APBD

Grafik 2.13 Realisasi Belanja & Komponennya Kab/Kota

di NTT

Grafik 2.14 Dana Pihak Ketiga Pemerintah di Perbankan

NTT

Grafik Boks 2.1. Realisasi Program Nawacita di Provinsi

NTT

Grafik Boks 2.2. Waktu Realisasi Program Nawacita di

Provinsi NTT

Grafik Boks 2.3. Lokasi Proyek Program Nawacita

Grafik Boks 2.4. Pelaksana Program Nawacita dan

Realisasi Anggaran

Grafik Boks 3.1. Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN

di Provinsi NTT

Grafik Boks 3.2. Pangsa Belanja APBN di Provinsi NTT

Grafik Boks 3.3. Pangsa Alokasi APBN di Kabupaten/Kota

Grafik Boks 3.4. Nominal Alokasi APBN di Kabupaten/Kota

Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 3.2 Perbandingan Inflasi 5 Regional di Indonesia

Grafik 3.3 Perbandingan Inflasi di wilayah Balinusra

Grafik 3.4 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan

Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan

Bulanan

Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan

Makanan Per Sub Kelompok Komoditas

Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi,

Komunikasi dan Jasa Keuangan secara

Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 3.7 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi,

Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub

Kelompok Komoditas

Grafik 3.8 Inflasi Kelompok Komoditas Makanan

Jadi,Minuman dan Tembakau secara

Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 3.9 Inflasi Kelompok Komoditas Makanan

Jadi,Minuman dan Tembakau per Sub

Kelompok Komoditas

Grafik 3.10 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air,

Listrik, Gas dan Bahan Bakar Secara

Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 3.11 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air,

Listrik, Gas dan Bahan Bakar Per Sub

Kelompok Komoditas

Grafik 3.12 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi

Tahunan Provinsi NTT

Grafik 3.13 Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 Bulan

ke Depan

Grafik 3.14 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Kupang

Grafik 3.15 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Maumere

Grafik 3.16 Perbandingan Series Harga Daging Ayam

Ras NTT dan Nasional

Grafik 3.17 Perbandingan Series Harga Telur Ayam Ras

NTT dan Nasional

Grafik 3.18 Perbandingan Series Harga Cabai Rawit NTT

dan Nasional

Grafik 3.19 Perbandingan Series Harga Cabai Merah

NTT dan Nasional

Grafik Boks 4.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama

NTT tahun 2016

Page 9: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Daftar GrafikGrafik 1.1 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan PDRB

Tahunan Provinsi NTT dibandingkan

Nasional (%yoy)

Grafik 1.2 PDRB dan Pertumbuhan PDRB Tahunan

Beberapa Provinsi

Grafik 1.3 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan dibanding

Nasional (%yoy)

Grafik 1.4 PDRB & Pertumbuhan PDRB NTT, Bali, NTB

& Nasional (% yoy)

Grafik 1.5 Survei Konsumen

Grafik 1.6 Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.7 Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 1.8 Indeksi Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.9 Perkembangan Konsumsi BBM

Grafik 1.10 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah

Tangga

Grafik 1.11 Penyaluran Kredit Konsumsi

Grafik 1.12 Perkembangan Realisasi Investasi di

Provinsi NTT

Grafik 1.13 Realisasi Konsumsi Semen di Provinsi NTT

Grafik 1.14 Perkembangan Peti Kemas

Grafik 1.15 Aktivitas Bongkar Muat

Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor dan Impor

Grafik 1.17 Negara Tujuan Ekspor

Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 1.19 Data Perkembangan Pengiriman Ternak

Grafik 1.20 Perkembangan Kredit Pertanian

Grafik 1.21 Perkembangan SKDU Pertanian

Grafik 1.22 Proyeksi SKDU Pertanian

Grafik 1.23 Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Triwulan IV 2017

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Grafik 1.24 Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

2017

Grafik 1.25 Perkembangan Simpanan Pemerintah di

Perbankan

Grafik 1.26 Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Grafik 1.28 Proyeksi SKDU Perdagangan

Grafik 1.29 Perkembangan Tamu Hotel

Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang Bandara

Grafik Boks 1.1. Perkembangan Alokasi Dana Desa

Provinsi NTT

Grafik 2.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja

Pemerintah di Provinsi NTT

Grafik 2.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan

APBN

Grafik 2.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan

APBD Provinsi/ Kabupaten/Kota

Grafik 2.4 Realisasi Pendapatan Pemerintah

Kabupaten / Kota dan Komponennya

Triwulan IV 2017

Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan Pemerintah

Kabupaten/Kota Tw IV 2017

Grafik 2.6 Realisasi Pendapatan Asli Daerah APBD di

Provinsi NTT

Grafik 2.7 Pagu dan Realisasi PAD APBD Kab/Kota di

NTT

Grafik 2.8 Pangsa Belanja Kabupaten/Kota

Grafik 2.9 Perkembangan Realisasi Total Belanja

Daerah

Grafik 2.10 Perkembangan Realisasi Belanja Modal

Grafik 2.11 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi

& Kab/Kota

Grafik 2.12 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN

Pemerintah & APBD

Grafik 2.13 Realisasi Belanja & Komponennya Kab/Kota

di NTT

Grafik 2.14 Dana Pihak Ketiga Pemerintah di Perbankan

NTT

Grafik Boks 2.1. Realisasi Program Nawacita di Provinsi

NTT

Grafik Boks 2.2. Waktu Realisasi Program Nawacita di

Provinsi NTT

Grafik Boks 2.3. Lokasi Proyek Program Nawacita

Grafik Boks 2.4. Pelaksana Program Nawacita dan

Realisasi Anggaran

Grafik Boks 3.1. Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN

di Provinsi NTT

Grafik Boks 3.2. Pangsa Belanja APBN di Provinsi NTT

Grafik Boks 3.3. Pangsa Alokasi APBN di Kabupaten/Kota

Grafik Boks 3.4. Nominal Alokasi APBN di Kabupaten/Kota

Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 3.2 Perbandingan Inflasi 5 Regional di Indonesia

Grafik 3.3 Perbandingan Inflasi di wilayah Balinusra

Grafik 3.4 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan

Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan

Bulanan

Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan

Makanan Per Sub Kelompok Komoditas

Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi,

Komunikasi dan Jasa Keuangan secara

Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 3.7 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi,

Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub

Kelompok Komoditas

Grafik 3.8 Inflasi Kelompok Komoditas Makanan

Jadi,Minuman dan Tembakau secara

Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 3.9 Inflasi Kelompok Komoditas Makanan

Jadi,Minuman dan Tembakau per Sub

Kelompok Komoditas

Grafik 3.10 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air,

Listrik, Gas dan Bahan Bakar Secara

Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 3.11 Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air,

Listrik, Gas dan Bahan Bakar Per Sub

Kelompok Komoditas

Grafik 3.12 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi

Tahunan Provinsi NTT

Grafik 3.13 Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 Bulan

ke Depan

Grafik 3.14 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Kupang

Grafik 3.15 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Maumere

Grafik 3.16 Perbandingan Series Harga Daging Ayam

Ras NTT dan Nasional

Grafik 3.17 Perbandingan Series Harga Telur Ayam Ras

NTT dan Nasional

Grafik 3.18 Perbandingan Series Harga Cabai Rawit NTT

dan Nasional

Grafik 3.19 Perbandingan Series Harga Cabai Merah

NTT dan Nasional

Grafik Boks 4.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama

NTT tahun 2016

Page 10: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Grafik Boks 4.2. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama

NTT tahun 2017

Grafik Boks 4.3. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama

Kota Kupang 2017

Grafik Boks 4.4. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama

Kota Maumere 2017

Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi RT terhadap Agregat

Grafik 4.2 IKK, IKE dan IEK

Grafik 4.3 Indeks Pengeluaran Membeli Barang Tahan

Lama

Grafik 4.4 Pangsa DPK Rumah Tangga dan Non

Rumah Tangga

Grafik 4.5 Pertumbuhan DPK

Grafik 4.6 Preferensi DPK Rumah Tangga

Grafik 4.7 Pertumbuhan DPK Rumah Tangga

Grafik 4.8 Kredit Konsumsi Rumah Tangga

Grafik 4.9 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

Grafik 4.10 Perkembangan Dunia Usaha

Grafik 4.11 Kondisi Keuangan

Grafik 4.12 Pertumbuhan Kredit UMKM

Grafik 4.13 NPL UMKM

Grafik 4.14 Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan

Jenis Usaha

Grafik 4.15 Pertumbuhan Kredit UMKM 6 Sektor

Ekonomi

Grafik 4.16 NPL UMKM Berdasarkan Jenis Usaha

Grafik 4.17 NPL UMKM 3 Sektor

Grafik 4.18 Pertumbuhan Tahunan Kredit Korporasi

Grafik 4.19 NPL Kredit Sektor Korporasi

Grafik 4.20 NPL Kredit 4 Sektor Korporasi

Grafik 4.21 Pertumbuhan DPK (yoy) dan Kredit (yoy)

Grafik 4.22 Perkembangan LDR

Grafik 4.23 BOPO dan ROA Bank Umum

Grafik 4.24 LDR dan CAR BPR

Grafik 4.25 BOPO, ROA dan NPL BPR

Grafik Boks 5.1. Kecukupan Kebutuhan

Grafik Boks 5.2. Konsumsi 3 bulan yad

Grafik Boks 5.3. Kepemilikan Dana Cadangan

Grafik Boks 5.4. Besar Dana Cadangan banding Gaji

Grafik Boks 5.5. Sumber Dana Cadangan

Grafik Boks 5.6. Konsumsi 3 bulan yad

Grafik Boks 5.7. Perkiraan jumlah tabungan 6 bulan

mendatang

Grafik Boks 5.8. Perkiraan Pinjaman 6 bulan yad

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai

Grafik 5.2 Perkembangan Inflow/Outflow di Provinsi

NTT

Grafik 5.3 Share Setoran Bank Triwulan IV 2017

Grafik 5.4 Share Bayaran Bank Triwulan IV 2017

Grafik 5.5 Perkembangan Inflow Per Pecahan Rupiah

Grafik 5.6 Perkembangan Outflow Per Pecahan

Rupiah

Grafik 5.7 Perkembangan Kas Keliling di Provinsi NTT

Grafik 5.8 Perkembangan Inflow dan Outflow Kas

Titipan Provinsi NTT

Grafik 5.9 Perkembangan Kas Titipan Berdasarkan

Kabupaten di NTT

Grafik 5.10 Perkembangan Distribusi ULE dan

Penarikan UTLE

Grafik 5.11 Distribusi ULE dan Penarikan UTLE Masing-

masing Kas Titipan

Grafik 5.12 Perkembangan Pemusnahan UTLE

Grafik 5.13 Perkembangan UPAL di Provinsi NTT

Grafik 5.14 Perkembangan Transaksi Kliring

Grafik 5.15 Perkembangan Transaksi KUPVA BB

Provinsi NTT

Grafik 5.16 Perkembangan Pangsa Valuta Asing KUPVA

BB di NTT

Grafik 6.1 Perbandingan Persentase Kemiskinan

Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 6.2 Sepuluh Provinsi dengan Penduduk Miskin

Tertinggi

Grafik 6.3 Jumlah Penduduk Miskin NTT

Grafik 6.4 Gini Ratio NTT dan Nasional

Grafik 6.5 Perkembangan Garis Kemiskinan

Grafik 6.6 Sepuluh Provinsi dengan Garis Kemiskinan

Terendah

Grafik 6.7 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Grafik 6.8 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Grafik 6.9 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 6.10 Perkembangan NTP Per Sektor

Grafik 6.11 Perkembangan SK-BI dan ITK-BPS

Grafik 6.12 Perkembangan SKDU Tenaga Kerja

Grafik 6.13 Indikator Penyusun Indeks Kebahagiaan

NTT

Grafik Boks 7.1. Perbandingan Spasial Sektoral

Grafik Boks 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Grafik Boks 7.3. Struktur Usia Penduduk di NTT

Grafik Boks 7.4. Rasio Ketergantungan di NTT

Grafik Boks 7.5. Angka Partisipasi Murni

Grafik Boks 7.6. Rata-Rata Lama Sekolah di NTT

Grafik Boks 7.7. IPM Provinsi NTT

Grafik Boks 7.8. IPM Kabupaten/Kota NTT

Grafik Boks 7.9. Sepuluh Provinsi Termiskin dan Terkaya

Grafik Boks 7.10. Usia dan Formalitas Pekerjaan

Grafik Boks 7.11. Lokasi Bekerja dan Pendidikan

Grafik Boks 7.12. Struktur Pendidikan per Provinsi

Grafik Boks 7.13. Pangsa Tenaga Kerja

Grafik Boks 7.14. Perbandingan Status Pekerjaan Utama

Grafik Boks 7.15. Gaji/Jam Sektor Utama

Grafik Boks 7.16. Sektor Usaha Pekerja Rendah

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan II

2018

Grafik 7.2 Survei Konsumen

Grafik 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun

2018

Grafik 7.4 Prediksi Inflasi Tw I dan II 2018

08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Page 11: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Grafik Boks 4.2. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama

NTT tahun 2017

Grafik Boks 4.3. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama

Kota Kupang 2017

Grafik Boks 4.4. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama

Kota Maumere 2017

Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi RT terhadap Agregat

Grafik 4.2 IKK, IKE dan IEK

Grafik 4.3 Indeks Pengeluaran Membeli Barang Tahan

Lama

Grafik 4.4 Pangsa DPK Rumah Tangga dan Non

Rumah Tangga

Grafik 4.5 Pertumbuhan DPK

Grafik 4.6 Preferensi DPK Rumah Tangga

Grafik 4.7 Pertumbuhan DPK Rumah Tangga

Grafik 4.8 Kredit Konsumsi Rumah Tangga

Grafik 4.9 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

Grafik 4.10 Perkembangan Dunia Usaha

Grafik 4.11 Kondisi Keuangan

Grafik 4.12 Pertumbuhan Kredit UMKM

Grafik 4.13 NPL UMKM

Grafik 4.14 Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan

Jenis Usaha

Grafik 4.15 Pertumbuhan Kredit UMKM 6 Sektor

Ekonomi

Grafik 4.16 NPL UMKM Berdasarkan Jenis Usaha

Grafik 4.17 NPL UMKM 3 Sektor

Grafik 4.18 Pertumbuhan Tahunan Kredit Korporasi

Grafik 4.19 NPL Kredit Sektor Korporasi

Grafik 4.20 NPL Kredit 4 Sektor Korporasi

Grafik 4.21 Pertumbuhan DPK (yoy) dan Kredit (yoy)

Grafik 4.22 Perkembangan LDR

Grafik 4.23 BOPO dan ROA Bank Umum

Grafik 4.24 LDR dan CAR BPR

Grafik 4.25 BOPO, ROA dan NPL BPR

Grafik Boks 5.1. Kecukupan Kebutuhan

Grafik Boks 5.2. Konsumsi 3 bulan yad

Grafik Boks 5.3. Kepemilikan Dana Cadangan

Grafik Boks 5.4. Besar Dana Cadangan banding Gaji

Grafik Boks 5.5. Sumber Dana Cadangan

Grafik Boks 5.6. Konsumsi 3 bulan yad

Grafik Boks 5.7. Perkiraan jumlah tabungan 6 bulan

mendatang

Grafik Boks 5.8. Perkiraan Pinjaman 6 bulan yad

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai

Grafik 5.2 Perkembangan Inflow/Outflow di Provinsi

NTT

Grafik 5.3 Share Setoran Bank Triwulan IV 2017

Grafik 5.4 Share Bayaran Bank Triwulan IV 2017

Grafik 5.5 Perkembangan Inflow Per Pecahan Rupiah

Grafik 5.6 Perkembangan Outflow Per Pecahan

Rupiah

Grafik 5.7 Perkembangan Kas Keliling di Provinsi NTT

Grafik 5.8 Perkembangan Inflow dan Outflow Kas

Titipan Provinsi NTT

Grafik 5.9 Perkembangan Kas Titipan Berdasarkan

Kabupaten di NTT

Grafik 5.10 Perkembangan Distribusi ULE dan

Penarikan UTLE

Grafik 5.11 Distribusi ULE dan Penarikan UTLE Masing-

masing Kas Titipan

Grafik 5.12 Perkembangan Pemusnahan UTLE

Grafik 5.13 Perkembangan UPAL di Provinsi NTT

Grafik 5.14 Perkembangan Transaksi Kliring

Grafik 5.15 Perkembangan Transaksi KUPVA BB

Provinsi NTT

Grafik 5.16 Perkembangan Pangsa Valuta Asing KUPVA

BB di NTT

Grafik 6.1 Perbandingan Persentase Kemiskinan

Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 6.2 Sepuluh Provinsi dengan Penduduk Miskin

Tertinggi

Grafik 6.3 Jumlah Penduduk Miskin NTT

Grafik 6.4 Gini Ratio NTT dan Nasional

Grafik 6.5 Perkembangan Garis Kemiskinan

Grafik 6.6 Sepuluh Provinsi dengan Garis Kemiskinan

Terendah

Grafik 6.7 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Grafik 6.8 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Grafik 6.9 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 6.10 Perkembangan NTP Per Sektor

Grafik 6.11 Perkembangan SK-BI dan ITK-BPS

Grafik 6.12 Perkembangan SKDU Tenaga Kerja

Grafik 6.13 Indikator Penyusun Indeks Kebahagiaan

NTT

Grafik Boks 7.1. Perbandingan Spasial Sektoral

Grafik Boks 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Grafik Boks 7.3. Struktur Usia Penduduk di NTT

Grafik Boks 7.4. Rasio Ketergantungan di NTT

Grafik Boks 7.5. Angka Partisipasi Murni

Grafik Boks 7.6. Rata-Rata Lama Sekolah di NTT

Grafik Boks 7.7. IPM Provinsi NTT

Grafik Boks 7.8. IPM Kabupaten/Kota NTT

Grafik Boks 7.9. Sepuluh Provinsi Termiskin dan Terkaya

Grafik Boks 7.10. Usia dan Formalitas Pekerjaan

Grafik Boks 7.11. Lokasi Bekerja dan Pendidikan

Grafik Boks 7.12. Struktur Pendidikan per Provinsi

Grafik Boks 7.13. Pangsa Tenaga Kerja

Grafik Boks 7.14. Perbandingan Status Pekerjaan Utama

Grafik Boks 7.15. Gaji/Jam Sektor Utama

Grafik Boks 7.16. Sektor Usaha Pekerja Rendah

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan II

2018

Grafik 7.2 Survei Konsumen

Grafik 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun

2018

Grafik 7.4 Prediksi Inflasi Tw I dan II 2018

08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Page 12: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Secara tahunan, aktivitas sistem pembayaran tunai

mengalami peningkatan. Jumlah uang yang beredar di

masyarakat atau net outflow pada tahun 2017 mencapai

Rp 2,13 triliun atau meningkat 51,54% (yoy) dibandingkan

tahun 2016 yang sebesar Rp 1,41 triliun. Kondisi tersebut

menunjukkan aktivitas ekonomi yang meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, transaksi

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pada tahun

2017 mengalami penurunan secara nominal sebesar

12,41% (yoy) menjadi Rp 11,09 triliun. Kondisi tersebut

sejalan dengan penurunan nominal kliring nasional yang

mencapai 23,22% (yoy). Namun, dari sisi volume, jumlah

warkat kliring pada tahun 2017 justru mengalami

kenaikan 1,53% (yoy) dibandingkan tahun 2016,

menunjukkan bahwa rata-rata transfer dana per warkat

mengalami penurunan.

of trade) petani di pedesaan. Jumlah pengangguran per

bulan Agustus 2017 sebesar 3,27% dari total angkatan

kerja. Di samping itu, Indeks Kebahagiaan Provinsi NTT

tahun 2017 menunjukkan peningkatan, dari tahun 2014

sebesar 66.22 menjadi 68,98, terutama disebabkan

tingginya nilai indeks makna hidup terutama terkait dalam

membangun hubungan positif dengan orang lain.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAANIndikator ketenagakerjaan dan kesejahteraan pada

triwulan IV 2017 juga mengalami peningkatan, tercermin

dari adanya penurunan persentase penduduk miskin,

kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP), serta penurunan Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT). Namun demikian, dengan

posisi kemiskinan dan kebahagiaan yang masih pada

peringkat 3 terendah secara nasional, langkah struktural

dalam mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan

kebahagiaan masyarakat perlu lebih digalakkan lagi.

Persentase penduduk miskin NTT pada bulan September

2017 sebesar 21,38 % atau di atas nasional yang sebesar

10,12%. NTP pada triwulan laporan sebesar meningkat

1,7% dari triwulan sebelumnya menjadi 104,8, yang

menunjukkan peningkatan daya beli dan daya tukar (term

PROSPEK PEREKONOMIAN Ke depan, perekonomian Provinsi NTT pada triwulan II

2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,20%-5,60%

(yoy), sementara secara keseluruhan tahun 2018

diperkirakan tumbuh 4,98%-5,38% (yoy), sedikit lebih

tinggi dibandingkan capaian tahun 2017 sebesar 5,16%

(yoy). Dari sisi pengeluaran, perekonomian masih akan

ditopang konsumsi rumah tangga dan peningkatan

investasi, sementara dari sisi sektoral akan didorong oleh

sektor konstruksi, perdagangan besar dan eceran,

in fo rmas i dan komun ikas i se r ta admin i s t ra s i

pemerintahan, selain tetap ditopang oleh sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan. Faktor risiko yang perlu

diwaspadai terutama dari sisi domestik di antaranya hasil

produksi pertanian dan perikanan yang masih sangat

bergantung kondisi cuaca, kelanjutan pembangunan

infrastruktur yang tidak sesuai target karena terpengaruh

adanya Pilkada serta adanya pemotongan belanja

pemerintah. Tekanan harga pada triwulan II 2018 dan

keseluruhan 2018 diperkirakan masih pada kisaran inflasi

nasional 3,5%±1,0%, masing-masing pada kisaran

3,20%-3,60% (yoy) dan 4,00-4,40% (yoy) dengan adanya

potensi pembalikan arah harga pada tahun 2018 pasca

inflasi yang rendah pada tahun 2017.

08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

EKONOMI MAKRO REGIONALPertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

pada tahun 2017 sedikit melambat apabila dibandingkan

tahun 2016. Indikator konsumsi yang terdiri dari konsumsi

rumah tangga, lembaga non profit rumah tangga dan

pemerintah seluruhnya menunjukkan peningkatan

pertumbuhan, begitu pula Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTB) / investasi. Namun demikian,

peningkatan PMTB/investasi dan konsumsi yang sejalan

dengan peningkatan impor barang modal maupun

konsumsi, baik dari dalam negeri dan luar negeri,

menyebabkan produk domestik regional bruto (PDRB)

Provinsi NTT tergerus sehingga pertumbuhan ekonomi

t idak mampu lebih t inggi dibandingkan tahun

sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada

tahun 2017 sebesar 5,16% (yoy), sedikit lebih rendah

dibandingkan capaian tahun 2016 sebesar 5,17% (yoy)

namun lebih tinggi daripada nasional yang tumbuh 5,07%

(yoy). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT

pada triwulan IV-2017 sebesar 5,29% (yoy) atau

meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar

5,00%(yoy). Sumber pertumbuhan terutama berasal dari

pen ingkatan per tumbuhan sektor konst ruks i ,

pe rdagangan besar dan eceran , admin i s t ras i

pemerintahan, jasa pendidikan dan penyediaan

akomodasi dan makan minum.

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Realisasi pendapatan pemerintah di Provinsi NTT pada

akhir tahun mencapai Rp 27,16 triliun atau 102,38% dari

total target tahunan sebesar Rp 26,52 triliun. Realisasi

pendapatan APBN Pemerintah Pusat di Provinsi NTT

menjadi yang tertinggi yakni sebesar 874,71% atau Rp

2,60 triliun, terutama diperoleh dari Pajak Penghasilan

(Pph). Di sisi lain, realisasi belanja pemerintah mencapai Rp

33,55 triliun atau 89,31% dari total pagu belanja tahunan

sebesar Rp 37,57, lebih tinggi dibanding capaian akhir

tahun 2016 sebesar 87,11%.

PERKEMBANGAN INFLASIKinerja inflasi menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Walaupun sempat dibayangi kekhawatiran adanya potensi

kenaikan inflasi karena kenaikan tarif listrik, biaya

perpanjangan STNK di awal tahun, kenaikan harga pulsa

ataupun kenaikan biaya pendidikan tinggi, namun pada

akhir tahun 2017 inflasi dapat mengalami penurunan yang

cukup signifikan dengan nilai sebesar 2,00% (yoy).

Capaian inflasi tersebut menjadi yang terendah dalam 17

tahun terakhir Provinsi NTT, terutama disebabkan oleh

turunnya harga sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan

seiring dengan adanya peningkatan produksi.

PERKEMBANGAN STABILITAS KEUANGANSelama tahun 2017 dan pada periode triwulan laporan,

stabilitas sistem keuangan daerah tetap terjaga stabil

seiring tidak adanya gejolak signifikan yang terjadi. Rumah

tangga masih memegang kontribusi penting dalam

menopang stabilitas keuangan daerah yang diukur dari

besarnya penghimpunan dana dan penyaluran kredit. Di

akhir tahun 2017, tercatat peningkatan penyaluran kredit

di sektor rumah tangga, UMKM dan korporasi yang diikuti

dengan perbaikan kualitas kredit.

Ringkasan UmumRingkasan Umum

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Page 13: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Secara tahunan, aktivitas sistem pembayaran tunai

mengalami peningkatan. Jumlah uang yang beredar di

masyarakat atau net outflow pada tahun 2017 mencapai

Rp 2,13 triliun atau meningkat 51,54% (yoy) dibandingkan

tahun 2016 yang sebesar Rp 1,41 triliun. Kondisi tersebut

menunjukkan aktivitas ekonomi yang meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, transaksi

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pada tahun

2017 mengalami penurunan secara nominal sebesar

12,41% (yoy) menjadi Rp 11,09 triliun. Kondisi tersebut

sejalan dengan penurunan nominal kliring nasional yang

mencapai 23,22% (yoy). Namun, dari sisi volume, jumlah

warkat kliring pada tahun 2017 justru mengalami

kenaikan 1,53% (yoy) dibandingkan tahun 2016,

menunjukkan bahwa rata-rata transfer dana per warkat

mengalami penurunan.

of trade) petani di pedesaan. Jumlah pengangguran per

bulan Agustus 2017 sebesar 3,27% dari total angkatan

kerja. Di samping itu, Indeks Kebahagiaan Provinsi NTT

tahun 2017 menunjukkan peningkatan, dari tahun 2014

sebesar 66.22 menjadi 68,98, terutama disebabkan

tingginya nilai indeks makna hidup terutama terkait dalam

membangun hubungan positif dengan orang lain.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAANIndikator ketenagakerjaan dan kesejahteraan pada

triwulan IV 2017 juga mengalami peningkatan, tercermin

dari adanya penurunan persentase penduduk miskin,

kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP), serta penurunan Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT). Namun demikian, dengan

posisi kemiskinan dan kebahagiaan yang masih pada

peringkat 3 terendah secara nasional, langkah struktural

dalam mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan

kebahagiaan masyarakat perlu lebih digalakkan lagi.

Persentase penduduk miskin NTT pada bulan September

2017 sebesar 21,38 % atau di atas nasional yang sebesar

10,12%. NTP pada triwulan laporan sebesar meningkat

1,7% dari triwulan sebelumnya menjadi 104,8, yang

menunjukkan peningkatan daya beli dan daya tukar (term

PROSPEK PEREKONOMIAN Ke depan, perekonomian Provinsi NTT pada triwulan II

2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,20%-5,60%

(yoy), sementara secara keseluruhan tahun 2018

diperkirakan tumbuh 4,98%-5,38% (yoy), sedikit lebih

tinggi dibandingkan capaian tahun 2017 sebesar 5,16%

(yoy). Dari sisi pengeluaran, perekonomian masih akan

ditopang konsumsi rumah tangga dan peningkatan

investasi, sementara dari sisi sektoral akan didorong oleh

sektor konstruksi, perdagangan besar dan eceran,

in fo rmas i dan komun ikas i se r ta admin i s t ra s i

pemerintahan, selain tetap ditopang oleh sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan. Faktor risiko yang perlu

diwaspadai terutama dari sisi domestik di antaranya hasil

produksi pertanian dan perikanan yang masih sangat

bergantung kondisi cuaca, kelanjutan pembangunan

infrastruktur yang tidak sesuai target karena terpengaruh

adanya Pilkada serta adanya pemotongan belanja

pemerintah. Tekanan harga pada triwulan II 2018 dan

keseluruhan 2018 diperkirakan masih pada kisaran inflasi

nasional 3,5%±1,0%, masing-masing pada kisaran

3,20%-3,60% (yoy) dan 4,00-4,40% (yoy) dengan adanya

potensi pembalikan arah harga pada tahun 2018 pasca

inflasi yang rendah pada tahun 2017.

08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

EKONOMI MAKRO REGIONALPertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

pada tahun 2017 sedikit melambat apabila dibandingkan

tahun 2016. Indikator konsumsi yang terdiri dari konsumsi

rumah tangga, lembaga non profit rumah tangga dan

pemerintah seluruhnya menunjukkan peningkatan

pertumbuhan, begitu pula Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTB) / investasi. Namun demikian,

peningkatan PMTB/investasi dan konsumsi yang sejalan

dengan peningkatan impor barang modal maupun

konsumsi, baik dari dalam negeri dan luar negeri,

menyebabkan produk domestik regional bruto (PDRB)

Provinsi NTT tergerus sehingga pertumbuhan ekonomi

t idak mampu lebih t inggi dibandingkan tahun

sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada

tahun 2017 sebesar 5,16% (yoy), sedikit lebih rendah

dibandingkan capaian tahun 2016 sebesar 5,17% (yoy)

namun lebih tinggi daripada nasional yang tumbuh 5,07%

(yoy). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT

pada triwulan IV-2017 sebesar 5,29% (yoy) atau

meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar

5,00%(yoy). Sumber pertumbuhan terutama berasal dari

pen ingkatan per tumbuhan sektor konst ruks i ,

pe rdagangan besar dan eceran , admin i s t ras i

pemerintahan, jasa pendidikan dan penyediaan

akomodasi dan makan minum.

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Realisasi pendapatan pemerintah di Provinsi NTT pada

akhir tahun mencapai Rp 27,16 triliun atau 102,38% dari

total target tahunan sebesar Rp 26,52 triliun. Realisasi

pendapatan APBN Pemerintah Pusat di Provinsi NTT

menjadi yang tertinggi yakni sebesar 874,71% atau Rp

2,60 triliun, terutama diperoleh dari Pajak Penghasilan

(Pph). Di sisi lain, realisasi belanja pemerintah mencapai Rp

33,55 triliun atau 89,31% dari total pagu belanja tahunan

sebesar Rp 37,57, lebih tinggi dibanding capaian akhir

tahun 2016 sebesar 87,11%.

PERKEMBANGAN INFLASIKinerja inflasi menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Walaupun sempat dibayangi kekhawatiran adanya potensi

kenaikan inflasi karena kenaikan tarif listrik, biaya

perpanjangan STNK di awal tahun, kenaikan harga pulsa

ataupun kenaikan biaya pendidikan tinggi, namun pada

akhir tahun 2017 inflasi dapat mengalami penurunan yang

cukup signifikan dengan nilai sebesar 2,00% (yoy).

Capaian inflasi tersebut menjadi yang terendah dalam 17

tahun terakhir Provinsi NTT, terutama disebabkan oleh

turunnya harga sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan

seiring dengan adanya peningkatan produksi.

PERKEMBANGAN STABILITAS KEUANGANSelama tahun 2017 dan pada periode triwulan laporan,

stabilitas sistem keuangan daerah tetap terjaga stabil

seiring tidak adanya gejolak signifikan yang terjadi. Rumah

tangga masih memegang kontribusi penting dalam

menopang stabilitas keuangan daerah yang diukur dari

besarnya penghimpunan dana dan penyaluran kredit. Di

akhir tahun 2017, tercatat peningkatan penyaluran kredit

di sektor rumah tangga, UMKM dan korporasi yang diikuti

dengan perbaikan kualitas kredit.

Ringkasan UmumRingkasan Umum

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Page 14: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

INDIKATOR

INDEKS HARGA KONSUMEN

NTT

- KOTA KUPANG

- MAUMERE

LAJU INFLASI TAHUNAN (YOY %)

NTT

- KOTA KUPANG

- MAUMERE

II. INFLASI

I

2017

II

128.24

129.19

122.01

2.95

2.83

3.84

129.19

130.2

122.57

2.45

2.18

4.34

III IV

128.79

129.55

123.82

3.46

3.30

4.57

130.68

131.71

123.93

2.00

2.05

1.70

I

2016

II

126.10

127.42

117.47

5.02

5.23

3.57

III IV

124.48

125.41

118.41

3.07

3.18

2.28

128.12

129.07

121.86

2.48

2.31

3.62

124.56

125.64

117.50

5.04

5.16

4.16

I

2015

II

120.07

121.09

113.42

6.01

6.57

2.24

III IV

120.78

121.54

115.77

6.74

7.08

4.44

125.02

126.15

117.60

4.92

5.07

3.89

118.59

119.47

112.81

5.39

5.81

2.55

INDIKATOR

A. BANK UMUM KONVENSIONAL DAN SYARIAH (DALAM RP. MILIAR KECUALI DINYATAKAN LAIN)

1. TOTAL ASET

2. DPK

- GIRO

- TABUNGAN

- DEPOSITO

3. KREDIT BERDASARKAN LOKASI PROYEK

- INVESTASI

- MODAL KERJA

- KONSUMSI

4. KREDIT BERDASARKAN LOKASI KANTOR CABANG

- INVESTASI

- MODAL KERJA

- KONSUMSI

LDR (%)

KREDIT UMKM

B. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) (DALAM RP. MILIAR KECUALI DINYATAKAN LAIN).

TOTAL ASET

DANA PIHAK KETIGA

KREDIT BERDASARKAN LOKASI KANTOR CABANG

LDR (%)

C. GRAND TOTAL (A+B)

1. TOTAL ASET

2. DANA PIHAK KETIGA

3. PEMBIAYAAN BERDASARKAN LOKASI KANTOR CABANG

D. PANGSA BPR TERHADAP GRAND TOTAL

1. TOTAL ASET (%)

2. DANA PIHAK KETIGA (%)

3. PEMBIAYAAN BERDASARKAN LOKASI KANTOR CABANG (%)

III. PERBANKAN

I

2017

II

30,575

22,565

5,330

11,311

5,924

23,092

6,981

1,716

14,395

22,153

6,694

1,531

13,929

98.2%

7,352

624

467

461

77.6%

31,199

23,032

22,615

2.0%

2.0%

2.0%

35,648

25,236

6,400

12,162

6,675

24,127

7,599

1,658

14,871

23,134

7,348

1,413

14,373

91.7%

7,897

646

485

489

77.6%

36,294

25,721

23,624

1.8%

1.9%

2.1%

III IV

33,629

24,152

5,183

12,095

6,875

25,370

8,035

2,128

15,207

24,215

7,637

1,870

14,708

100.3%

8,262

660

492

512

76.8%

34,289

24,644

24,727

1.9%

2.0%

2.1%

33,147

23,163

3,492

14,117

5,554

30,072

9,452

3,670

16,950

25,284

7,946

1,951

15,387

109.2%

9,221

695

523

514

76.8%

33,843

23,686

25,797

2.1%

2.2%

2.0%

2016

III IV

30,327

22,405

5,059

11,063

6,283

22,383

7,050

1,661

13,672

21,508

6,764

1,472

13,272

96.0%

7,308

529

399

391

77.9%

30,856

22,804

21,898

1.7%

1.7%

1.8%

29,757

21,466

3,722

12,819

4,924

22,837

7,121

1,659

14,057

21,913

6,813

1,474

13,627

102.1%

7,358

576

434

416

75.2%

30,333

21,900

22,329

1.9%

2.0%

1.9%

Inflasi rebase 2007 ke 2012=100**Angka sangat sementara

2015 2016

29,757

21,466

3,722

12,819

4,924

22,837

7,121

1,659

14,057

21,913

6,813

1,474

13,627

102.1%

7,358

620

469

449

75.2%

30,377

21,935

22,362

2.0%

2.1%

2.0%

28,602

21,478

4,372

11,933

5,173

20,284

6,110

1,650

12,524

19,492

5,922

1,381

12,189

90.8%

6,301

510

381

366

76.7%

29,112

21,859

19,849

1.8%

1.7%

1.8%

Tabel Indikator Ekonomi TerpilihTabel Indikator Ekonomi Terpilih

INDIKATOR

BERDASARKAN SEKTOR/ LAPANGAN USAHA (HARGA BERLAKU)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (HARGA BERLAKU)

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS

PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

JASA KEUANGAN DAN ASURANSI

REAL ESTATE

JASA PERUSAHAAN

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

JASA PENDIDIKAN

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

JASA LAINNYA

BERDASARKAN PERMINTAAN / PENGGUNAAN (HARGA BERLAKU)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (HARGA BERLAKU)

1. KONSUMSI RUMAH TANGGA

2. KONSUMSI LEMBAGA NON PROFIT (LNPRT)

3. KONSUMSI PEMERINTAH

4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO

5. PERUBAHAN INVENTORI

6. EKSPOR LUAR NEGERI

7. IMPOR LUAR NEGERI

8. NET EKSPOR ANTAR DAERAH (IMPOR)

DATA EKSPOR IMPOR DI PROVINSI NTT

EKSPOR

NILAI EKSPOR NONMIGAS (RIBU USD)

VOLUME EKSPOR NONMIGAS (TON)

IMPOR

NILAI IMPOR NONMIGAS (RIBU USD)

VOLUME IMPOR NONMIGAS (TON)

III

2017

IV

23,730.3

6,902.7

300.6

296.1

16.9

12.9

2,565.7

2,617.8

1,290.5

177.7

1,562.5

945.2

602.7

72.7

3,065.0

2,303.0

494.8

503.5

23,730.3

16,647.7

747.8

8,273.1

9,846.2

164.5

627.6

94.6

-12,481.9

15,335

29,511

24,321

3

24,134.5

6,492.9

318.0

311.4

18.6

13.1

2,676.4

2,688.9

1,325.5

192.9

1,632.5

985.8

620.0

74.3

3,282.2

2,460.6

526.7

514.7

24,134.5

17,967.9

797.0

8,254.1

10,994.9

156.3

629.1

429.0

-14,235.8

25,854

369

25,854

369

%QTQ**)

%YOY**)

0.54

-7.12

5.18

3.22

7.62

0.87

3.09

1.41

2.33

7.23

3.68

2.76

1.95

1.91

5.14

5.61

5.03

1.23

0.54

5.15

5.44

-2.39

9.50

-5.68

-4.13

352.36

8.93

68.59

-98.75

6.30

10,882.92

5.29

3.39

3.37

7.51

4.60

0.95

6.15

4.06

9.04

18.60

3.74

4.13

4.83

0.06

6.74

7.12

8.37

8.53

5.29

3.88

2.56

4.81

7.01

-9.92

27.11

728.56

2.28

1.13

-98.90

9,222.91

-22.14

2016

2017

2017

83,947.8

24,316.9

1,166.8

1,034.3

59.4

49.0

8,994.9

9,321.8

4,528.3

586.1

5,878.5

3,357.4

2,209.5

257.2

10,665.0

7,983.3

1,768.0

1,771.4

83,947.8

61,506.3

2,636.9

24,346.4

35,725.0

458.3

1,776.7

274.8

-42,227.1

45,099

113,307

12,435

22,615

%YOY*) IV

5.16

4.88

2.07

7.36

0.70

1.43

6.12

4.45

7.66

13.59

5.10

5.81

4.96

1.43

2.96

6.24

7.36

6.99

5.16

4.72

6.86

5.24

6.05

19.64

24.67

314.99

4.39

87.77

36.49

132.36

643.50

22,022.3

6,098.3

309.4

279.2

16.0

12.8

2,437.7

2,487.9

1,210.7

159.8

1,569.3

898.3

577.5

69.5

2,827.9

2,132.0

473.6

462.3

22,022.3

16,623.8

744.9

7,156.4

10,143.2

166.7

475.1

51.9

-13,235.8

25,566

33,475

277

474

83,947.8

24,316.9

1,166.8

1,034.3

59.4

49.0

8,994.9

9,321.8

4,528.3

586.1

5,878.5

3,357.4

2,209.5

257.2

10,665.0

7,983.3

1,768.0

1,771.4

83,947.8

61,506.3

2,636.9

24,346.4

35,725.0

458.3

1,776.7

274.8

-42,227.1

45,099

113,307

12,435

22,615

*) Total Pertumbuhan 2015 dibandingkan 2014**) Pertumbuhan Q3 2016 dibandingkan Q2 2016***) Pertumbuhan Q3 2016 dibandingkan Q3 2015****) Untuk mengukur pertumbuhan digunakan PDRB Harga Konstan

2016

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Page 15: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018 08KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

INDIKATOR

INDEKS HARGA KONSUMEN

NTT

- KOTA KUPANG

- MAUMERE

LAJU INFLASI TAHUNAN (YOY %)

NTT

- KOTA KUPANG

- MAUMERE

II. INFLASI

I

2017

II

128.24

129.19

122.01

2.95

2.83

3.84

129.19

130.2

122.57

2.45

2.18

4.34

III IV

128.79

129.55

123.82

3.46

3.30

4.57

130.68

131.71

123.93

2.00

2.05

1.70

I

2016

II

126.10

127.42

117.47

5.02

5.23

3.57

III IV

124.48

125.41

118.41

3.07

3.18

2.28

128.12

129.07

121.86

2.48

2.31

3.62

124.56

125.64

117.50

5.04

5.16

4.16

I

2015

II

120.07

121.09

113.42

6.01

6.57

2.24

III IV

120.78

121.54

115.77

6.74

7.08

4.44

125.02

126.15

117.60

4.92

5.07

3.89

118.59

119.47

112.81

5.39

5.81

2.55

INDIKATOR

A. BANK UMUM KONVENSIONAL DAN SYARIAH (DALAM RP. MILIAR KECUALI DINYATAKAN LAIN)

1. TOTAL ASET

2. DPK

- GIRO

- TABUNGAN

- DEPOSITO

3. KREDIT BERDASARKAN LOKASI PROYEK

- INVESTASI

- MODAL KERJA

- KONSUMSI

4. KREDIT BERDASARKAN LOKASI KANTOR CABANG

- INVESTASI

- MODAL KERJA

- KONSUMSI

LDR (%)

KREDIT UMKM

B. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) (DALAM RP. MILIAR KECUALI DINYATAKAN LAIN).

TOTAL ASET

DANA PIHAK KETIGA

KREDIT BERDASARKAN LOKASI KANTOR CABANG

LDR (%)

C. GRAND TOTAL (A+B)

1. TOTAL ASET

2. DANA PIHAK KETIGA

3. PEMBIAYAAN BERDASARKAN LOKASI KANTOR CABANG

D. PANGSA BPR TERHADAP GRAND TOTAL

1. TOTAL ASET (%)

2. DANA PIHAK KETIGA (%)

3. PEMBIAYAAN BERDASARKAN LOKASI KANTOR CABANG (%)

III. PERBANKAN

I

2017

II

30,575

22,565

5,330

11,311

5,924

23,092

6,981

1,716

14,395

22,153

6,694

1,531

13,929

98.2%

7,352

624

467

461

77.6%

31,199

23,032

22,615

2.0%

2.0%

2.0%

35,648

25,236

6,400

12,162

6,675

24,127

7,599

1,658

14,871

23,134

7,348

1,413

14,373

91.7%

7,897

646

485

489

77.6%

36,294

25,721

23,624

1.8%

1.9%

2.1%

III IV

33,629

24,152

5,183

12,095

6,875

25,370

8,035

2,128

15,207

24,215

7,637

1,870

14,708

100.3%

8,262

660

492

512

76.8%

34,289

24,644

24,727

1.9%

2.0%

2.1%

33,147

23,163

3,492

14,117

5,554

30,072

9,452

3,670

16,950

25,284

7,946

1,951

15,387

109.2%

9,221

695

523

514

76.8%

33,843

23,686

25,797

2.1%

2.2%

2.0%

2016

III IV

30,327

22,405

5,059

11,063

6,283

22,383

7,050

1,661

13,672

21,508

6,764

1,472

13,272

96.0%

7,308

529

399

391

77.9%

30,856

22,804

21,898

1.7%

1.7%

1.8%

29,757

21,466

3,722

12,819

4,924

22,837

7,121

1,659

14,057

21,913

6,813

1,474

13,627

102.1%

7,358

576

434

416

75.2%

30,333

21,900

22,329

1.9%

2.0%

1.9%

Inflasi rebase 2007 ke 2012=100**Angka sangat sementara

2015 2016

29,757

21,466

3,722

12,819

4,924

22,837

7,121

1,659

14,057

21,913

6,813

1,474

13,627

102.1%

7,358

620

469

449

75.2%

30,377

21,935

22,362

2.0%

2.1%

2.0%

28,602

21,478

4,372

11,933

5,173

20,284

6,110

1,650

12,524

19,492

5,922

1,381

12,189

90.8%

6,301

510

381

366

76.7%

29,112

21,859

19,849

1.8%

1.7%

1.8%

Tabel Indikator Ekonomi TerpilihTabel Indikator Ekonomi Terpilih

INDIKATOR

BERDASARKAN SEKTOR/ LAPANGAN USAHA (HARGA BERLAKU)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (HARGA BERLAKU)

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS

PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

JASA KEUANGAN DAN ASURANSI

REAL ESTATE

JASA PERUSAHAAN

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

JASA PENDIDIKAN

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

JASA LAINNYA

BERDASARKAN PERMINTAAN / PENGGUNAAN (HARGA BERLAKU)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (HARGA BERLAKU)

1. KONSUMSI RUMAH TANGGA

2. KONSUMSI LEMBAGA NON PROFIT (LNPRT)

3. KONSUMSI PEMERINTAH

4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO

5. PERUBAHAN INVENTORI

6. EKSPOR LUAR NEGERI

7. IMPOR LUAR NEGERI

8. NET EKSPOR ANTAR DAERAH (IMPOR)

DATA EKSPOR IMPOR DI PROVINSI NTT

EKSPOR

NILAI EKSPOR NONMIGAS (RIBU USD)

VOLUME EKSPOR NONMIGAS (TON)

IMPOR

NILAI IMPOR NONMIGAS (RIBU USD)

VOLUME IMPOR NONMIGAS (TON)

III

2017

IV

23,730.3

6,902.7

300.6

296.1

16.9

12.9

2,565.7

2,617.8

1,290.5

177.7

1,562.5

945.2

602.7

72.7

3,065.0

2,303.0

494.8

503.5

23,730.3

16,647.7

747.8

8,273.1

9,846.2

164.5

627.6

94.6

-12,481.9

15,335

29,511

24,321

3

24,134.5

6,492.9

318.0

311.4

18.6

13.1

2,676.4

2,688.9

1,325.5

192.9

1,632.5

985.8

620.0

74.3

3,282.2

2,460.6

526.7

514.7

24,134.5

17,967.9

797.0

8,254.1

10,994.9

156.3

629.1

429.0

-14,235.8

25,854

369

25,854

369

%QTQ**)

%YOY**)

0.54

-7.12

5.18

3.22

7.62

0.87

3.09

1.41

2.33

7.23

3.68

2.76

1.95

1.91

5.14

5.61

5.03

1.23

0.54

5.15

5.44

-2.39

9.50

-5.68

-4.13

352.36

8.93

68.59

-98.75

6.30

10,882.92

5.29

3.39

3.37

7.51

4.60

0.95

6.15

4.06

9.04

18.60

3.74

4.13

4.83

0.06

6.74

7.12

8.37

8.53

5.29

3.88

2.56

4.81

7.01

-9.92

27.11

728.56

2.28

1.13

-98.90

9,222.91

-22.14

2016

2017

2017

83,947.8

24,316.9

1,166.8

1,034.3

59.4

49.0

8,994.9

9,321.8

4,528.3

586.1

5,878.5

3,357.4

2,209.5

257.2

10,665.0

7,983.3

1,768.0

1,771.4

83,947.8

61,506.3

2,636.9

24,346.4

35,725.0

458.3

1,776.7

274.8

-42,227.1

45,099

113,307

12,435

22,615

%YOY*) IV

5.16

4.88

2.07

7.36

0.70

1.43

6.12

4.45

7.66

13.59

5.10

5.81

4.96

1.43

2.96

6.24

7.36

6.99

5.16

4.72

6.86

5.24

6.05

19.64

24.67

314.99

4.39

87.77

36.49

132.36

643.50

22,022.3

6,098.3

309.4

279.2

16.0

12.8

2,437.7

2,487.9

1,210.7

159.8

1,569.3

898.3

577.5

69.5

2,827.9

2,132.0

473.6

462.3

22,022.3

16,623.8

744.9

7,156.4

10,143.2

166.7

475.1

51.9

-13,235.8

25,566

33,475

277

474

83,947.8

24,316.9

1,166.8

1,034.3

59.4

49.0

8,994.9

9,321.8

4,528.3

586.1

5,878.5

3,357.4

2,209.5

257.2

10,665.0

7,983.3

1,768.0

1,771.4

83,947.8

61,506.3

2,636.9

24,346.4

35,725.0

458.3

1,776.7

274.8

-42,227.1

45,099

113,307

12,435

22,615

*) Total Pertumbuhan 2015 dibandingkan 2014**) Pertumbuhan Q3 2016 dibandingkan Q2 2016***) Pertumbuhan Q3 2016 dibandingkan Q3 2015****) Untuk mengukur pertumbuhan digunakan PDRB Harga Konstan

2016

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Page 16: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2017 sebesar 5,16% (yoy),

sedikit lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2016 sebesar 5,17% (yoy)

namun lebih tinggi daripada nasional yang tumbuh 5,07% (yoy).

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan IV-2017

sebesar 5,29% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar

5,00%(yoy). Sumber pertumbuhan terutama berasal dari peningkatan

pertumbuhan sektor konstruksi, perdagangan besar dan eceran, administrasi

pemerintahan, jasa pendidikan dan penyediaan akomodasi dan makan

minum.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2017

sedikit melambat apabila dibandingkan tahun 2016. Indikator konsumsi yang

terdiri dari konsumsi rumah tangga, lembaga non profit rumah tangga dan

pemerintah seluruhnya menunjukkan peningkatan pertumbuhan, begitu pula

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) / investasi. Namun

demikian, peningkatan PMTB/investasi dan konsumsi yang sejalan dengan

impor barang modal maupun konsumsi yang juga meningkat, baik dari dalam

negeri dan luar negeri, menyebabkan produk domestik regional bruto (PDRB)

Provinsi NTT tergerus sehingga pertumbuhan ekonomi tidak mampu lebih

tinggi daripada tahun sebelumnya.

Ekonomi MakroRegional

bab i.

INDIKATOR

INFLOW (RP. TRILIUN)

OUTFLOW (RP. TRILIUN)

UANG PALSU (LEMBAR)

TRANSAKSI NON TUNAI

BI-RTGS

TO NTT

NOMINAL TRANSAKSI BI-RTGS (RP. TRILIUN)

VOLUME TRANSAKSI BI-RTGS (LEMBAR WARKAT)

KLIRING

NOMINAL KLIRING PENYERAHAN (RP. TRILIUN)

VOLUME PERPUTARAN KLIRING PENYERAHAN (LEMBAR WARKAT)

CEK/BG KOSONG

IV. SISTEM PEMBAYARAN

I

2017

II

2.1

0.4

403

0.00

0.00

2.43

67,677

189

0.85

2.20

16

0.00

0.00

2.33

69,272

313

III IV

1.3

1.5

7

0.00

0.00

3.03

81,780

269

1.6

3.9

0

0.00

0.00

3.30

88,830

212

I

2016

II

0.7

1.7

89

6.76

335

3.36

75,723

247

III IV

0.9

1.3

38

0.00

0.00

2.81

73,560

244

0.7

2.3

26

0.00

0.00

3.38

86,316

300

1.8

0.3

25

8.69

323

3.11

67,315

229

2015 2016

4.2

5.6

178

15

658

12.66

302,914

1,020

3.7

5.6

1098

135.76

21,758

6.32

201,975

1,203

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Page 17: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2017 sebesar 5,16% (yoy),

sedikit lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2016 sebesar 5,17% (yoy)

namun lebih tinggi daripada nasional yang tumbuh 5,07% (yoy).

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan IV-2017

sebesar 5,29% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar

5,00%(yoy). Sumber pertumbuhan terutama berasal dari peningkatan

pertumbuhan sektor konstruksi, perdagangan besar dan eceran, administrasi

pemerintahan, jasa pendidikan dan penyediaan akomodasi dan makan

minum.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2017

sedikit melambat apabila dibandingkan tahun 2016. Indikator konsumsi yang

terdiri dari konsumsi rumah tangga, lembaga non profit rumah tangga dan

pemerintah seluruhnya menunjukkan peningkatan pertumbuhan, begitu pula

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) / investasi. Namun

demikian, peningkatan PMTB/investasi dan konsumsi yang sejalan dengan

impor barang modal maupun konsumsi yang juga meningkat, baik dari dalam

negeri dan luar negeri, menyebabkan produk domestik regional bruto (PDRB)

Provinsi NTT tergerus sehingga pertumbuhan ekonomi tidak mampu lebih

tinggi daripada tahun sebelumnya.

Ekonomi MakroRegional

bab i.

INDIKATOR

INFLOW (RP. TRILIUN)

OUTFLOW (RP. TRILIUN)

UANG PALSU (LEMBAR)

TRANSAKSI NON TUNAI

BI-RTGS

TO NTT

NOMINAL TRANSAKSI BI-RTGS (RP. TRILIUN)

VOLUME TRANSAKSI BI-RTGS (LEMBAR WARKAT)

KLIRING

NOMINAL KLIRING PENYERAHAN (RP. TRILIUN)

VOLUME PERPUTARAN KLIRING PENYERAHAN (LEMBAR WARKAT)

CEK/BG KOSONG

IV. SISTEM PEMBAYARAN

I

2017

II

2.1

0.4

403

0.00

0.00

2.43

67,677

189

0.85

2.20

16

0.00

0.00

2.33

69,272

313

III IV

1.3

1.5

7

0.00

0.00

3.03

81,780

269

1.6

3.9

0

0.00

0.00

3.30

88,830

212

I

2016

II

0.7

1.7

89

6.76

335

3.36

75,723

247

III IV

0.9

1.3

38

0.00

0.00

2.81

73,560

244

0.7

2.3

26

0.00

0.00

3.38

86,316

300

1.8

0.3

25

8.69

323

3.11

67,315

229

2015 2016

4.2

5.6

178

15

658

12.66

302,914

1,020

3.7

5.6

1098

135.76

21,758

6.32

201,975

1,203

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 201808 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

Page 18: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

03KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

TRILIUN RP %

Grafik 1.1.

SUMBER : BPS; DIOLAH

20172011 2012 2013 2014 2015 2016

SUMBER : BPS; DIOLAH

5.16 5.590.11

7.23 5.81 7.674.01 4.64

NON PDRB (RP TRILIUN)

NTT BALI NTB SULSEL MALUKU MALUT PABAR PAPUA

91.2215.4 123.9

418.9

39.9 32.3 71.8191.6

Grafik 1.2.

48.8254.89

61.3368.50

76.1283.95

91.16

4

4.5

5

5.5

6

6.5

40

50

60

70

80

90

5.16

5.07

PDRB NTT NASIONAL (%,YOY)NTT (%,YOY)

NTT BALI NTB SULSEL MALUKU MALUT PABAR PAPUA

PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB TahunanProvinsi NTT dibanding Nasional

PDRB dan Pertumbuhan PDRB Tahunan Beberapa Provinsi di Indonesia

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi

Nusa Tenggara Timur pada triwulan-IV 2017 tercatat

tumbuh sebesar 5,29% (yoy). Pertumbuhan ekonomi

pada triwulan-IV 2017 meningkat jika dibandingkan

triwulan-III 2017 sebesar 5,00%, begitu pula apabila

dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar 5,24% (yoy).

Akselerasi pertumbuhan ekonomi terutama disumbang

oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga

dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi.

Secara sektoral, akselerasi pertumbuhan didorong oleh

sektor konstruksi, perdagangan besar dan eceran,

administrasi pemerintahan serta jasa pendidikan.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi secara agregat

m e n u n j u k k a n a k s e l e r a s i p e r t u m b u h a n

dibandingkan triwulan III 2017 menjadi 4,10% (yoy)

dari sebelumnya sebesar 3,46 (yoy), terutama

didorong oleh konsumsi rumah tangga yang

meningkat menjadi 3,88% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 2,71% (yoy). Akselerasi

pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama

dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi makanan dan

minuman, pakaian dan alas kaki, kesehatan dan

pendidikan, transportasi dan komunikasi serta restoran

dan hotel seiring masa libur keagamaan Hari Raya Natal

dan Tahun Baru 2018. Selain itu, peningkatan

pembentukan modal tetap bruto (PMTB)/investasi turut

mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi pada

1.1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan IV 2017

triwulan IV 2017, seiring peningkatan realisasi proyek-

proyek pemerintah dan swasta di akhir tahun.

Dari sisi sektoral, akselerasi pertumbuhan terutama

disumbang oleh meningkatnya kinerja beberapa

sektor utama seperti konstruksi, perdagangan besar

dan eceran, informasi dan komunikasi, administrasi

pemerintahan serta jasa pendidikan. Selain itu,

akse le ras i pe r tumbuhan tu rut d idorong o leh

meningkatnya kinerja sektor pengadaan listrik, gas dan

produksi es; transportasi dan pergudangan; penyediaan

akomodasi dan makan minum (pariwisata) serta real

estate. Sektor konstruksi mengalami peningkatan

terutama seiring maraknya penyelesaian pembangunan

proyek pemerintah pada akhir tahun. Peningkatan

pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran

terjadi seiring tibanya momen hari libur keagamaan dan

sekolah yakni Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang

meningkatkan konsumsi masyarakat Provinsi NTT,

sebagaimana turut mendorong peningkatan sektor

transportasi dan pergudangan dari sisi penyimpanan

barang-barang keperluan konsumsi di akhir tahun.

Peningkatan konsumsi paket jasa telekomunikasi di akhir

tahun turut menjadi faktor pendorong akselerasi sektor

informasi dan komunikasi. Upaya mengejar realisasi

anggaran pemerintah di akhir tahun seperti belanja modal

dan konsumsi juga menyumbang dari sisi administrasi

pemerintahan, salah satunya tercermin dari sektor jasa

pendidikan seiring percepatan realisasi target peningkatan

fasilitas pendidikan.

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

1.1 KONDISI UMUM

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi

Nusa Tenggara Timur pada tahun 2017 tumbuh

sebesar 5,16% (yoy), sedikit melambat dibandingkan

pertumbuhan tahun 2016 yang sebesar 5,17% (yoy)

meskipun masih lebih tinggi dibandingkan nasional

yang tumbuh 5,07% (yoy). Pertumbuhan terutama

ditopang oleh konsumsi, terdiri dari konsumsi rumah

tangga, lembaga non profit rumah tangga dan pemerintah

yang seluruhnya tumbuh meningkat serta pembentukan

modal tetap bruto/investasi. Adapun faktor yang

menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi antara

lain net impor antar daerah dan impor luar negeri yang

tumbuh meningkat, sehingga menjadi pengurang PDRB

Provinsi NTT. Net impor antar daerah dan impor luar negeri

tumbuh meningkat masing-masing sebesar 4,39% (yoy)

dan 314,99% (yoy) dibandingkan tahun 2016 sebesar -

0,28% (yoy) dan 5,91% (yoy). Peningkatan net impor

antar daerah dan impor luar negeri terjadi karena

meningkatnya investasi dan konsumsi di Provinsi NTT

memerlukan peningkatan barang dan jasa yang perlu

didatangkan dari daerah lain di dalam negeri dan luar

negeri. Selain itu, adanya impor pesawat terbang pada

November 2017 oleh salah satu maskapai yang beroperasi

di Provinsi NTT turut menjadi penyumbang signifikan

impor pada tahun ini. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga

sebagai penggerak utama perekonomian Provinsi NTT

dengan pangsa lebih dari 70% terhadap total PDRB

menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Peningkatan

didorong oleh peningkatan pendapatan masyarakat,

tercermin dari indikator peningkatan nilai tukar petani dan

pendapatan saat ini berdasarkan survei konsumen Bank

Indonesia. Kondisi tersebut terjadi seiring dengan

peningkatan produksi pertanian, upah minimum pegawai

tahun 2017 dan bantuan sosial pemerintah, serta

1.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2017

didukung oleh capaian inflasi yang lebih rendah dan

terkendali. Berdasarkan sektor utama penyumbang

pertumbuhan ekonomi, sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan pada tahun 2017 mampu tumbuh progresif

sebesar 4,88% (yoy), lebih baik dibandingkan tahun lalu

sebesar 2,37% (yoy) atau tertinggi dalam tujuh tahun

terakhir seiring banyaknya pembukaan lahan pertanian

baru tahun ini serta peningkatan jaringan irigasi dan

embung yang terus dilakukan. Selain itu, sumber

pertumbuhan ekonomi baru yakni sektor penyediaan

akomodasi dan makan minum (pariwisata) mampu

mencatatkan pertumbuhan tinggi di atas 10% (yoy) dalam

dua tahun terakhir yakni 14,46% (yoy) pada 2016 dan

13,59% (yoy) pada 2017. Fokus pengembangan sektor

ekonomi utama yakni pertanian dan sumber pertumbuhan

baru seperti pariwisata dapat terus didorong guna lebih

memajukan perekonomian Provinsi NTT.

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tahun

2017 masih cukup rendah apabila dibandingkan dengan

beberapa provinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari

18 provinsi yang termasuk dalam KTI, pertumbuhan

ekonomi Provinsi NTT berada di peringkat ke-14, kalah dari

beberapa provinsi terdekat seperti Maluku (5,81% yoy)

dan Bali (5,59% yoy). Pertumbuhan Provinsi NTT masih

lebih baik dibandingkan Papua, Kalimantan Timur dan NTB

yang tumbuh masing-masing 4,64% (yoy), 3,13% (yoy)

dan 0,11% (yoy). Provinsi-provinsi tersebut terkena

dampak dari kinerja sektor pertambangan yang belum

sepenuhnya pulih di tahun 2017, sehingga tak mampu

tumbuh lebih tinggi. Apabila sumber pertumbuhan

tersebut da lam kondis i normal , maka k iner ja

perekonomian provinsi-provinsi tersebut dapat lebih tinggi

dibandingkan Provinsi NTT.

02 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 19: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

03KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

TRILIUN RP %

Grafik 1.1.

SUMBER : BPS; DIOLAH

20172011 2012 2013 2014 2015 2016

SUMBER : BPS; DIOLAH

5.16 5.590.11

7.23 5.81 7.674.01 4.64

NON PDRB (RP TRILIUN)

NTT BALI NTB SULSEL MALUKU MALUT PABAR PAPUA

91.2215.4 123.9

418.9

39.9 32.3 71.8191.6

Grafik 1.2.

48.8254.89

61.3368.50

76.1283.95

91.16

4

4.5

5

5.5

6

6.5

40

50

60

70

80

90

5.16

5.07

PDRB NTT NASIONAL (%,YOY)NTT (%,YOY)

NTT BALI NTB SULSEL MALUKU MALUT PABAR PAPUA

PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB TahunanProvinsi NTT dibanding Nasional

PDRB dan Pertumbuhan PDRB Tahunan Beberapa Provinsi di Indonesia

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi

Nusa Tenggara Timur pada triwulan-IV 2017 tercatat

tumbuh sebesar 5,29% (yoy). Pertumbuhan ekonomi

pada triwulan-IV 2017 meningkat jika dibandingkan

triwulan-III 2017 sebesar 5,00%, begitu pula apabila

dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar 5,24% (yoy).

Akselerasi pertumbuhan ekonomi terutama disumbang

oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga

dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi.

Secara sektoral, akselerasi pertumbuhan didorong oleh

sektor konstruksi, perdagangan besar dan eceran,

administrasi pemerintahan serta jasa pendidikan.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi secara agregat

m e n u n j u k k a n a k s e l e r a s i p e r t u m b u h a n

dibandingkan triwulan III 2017 menjadi 4,10% (yoy)

dari sebelumnya sebesar 3,46 (yoy), terutama

didorong oleh konsumsi rumah tangga yang

meningkat menjadi 3,88% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 2,71% (yoy). Akselerasi

pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama

dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi makanan dan

minuman, pakaian dan alas kaki, kesehatan dan

pendidikan, transportasi dan komunikasi serta restoran

dan hotel seiring masa libur keagamaan Hari Raya Natal

dan Tahun Baru 2018. Selain itu, peningkatan

pembentukan modal tetap bruto (PMTB)/investasi turut

mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi pada

1.1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan IV 2017

triwulan IV 2017, seiring peningkatan realisasi proyek-

proyek pemerintah dan swasta di akhir tahun.

Dari sisi sektoral, akselerasi pertumbuhan terutama

disumbang oleh meningkatnya kinerja beberapa

sektor utama seperti konstruksi, perdagangan besar

dan eceran, informasi dan komunikasi, administrasi

pemerintahan serta jasa pendidikan. Selain itu,

akse le ras i pe r tumbuhan tu rut d idorong o leh

meningkatnya kinerja sektor pengadaan listrik, gas dan

produksi es; transportasi dan pergudangan; penyediaan

akomodasi dan makan minum (pariwisata) serta real

estate. Sektor konstruksi mengalami peningkatan

terutama seiring maraknya penyelesaian pembangunan

proyek pemerintah pada akhir tahun. Peningkatan

pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran

terjadi seiring tibanya momen hari libur keagamaan dan

sekolah yakni Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang

meningkatkan konsumsi masyarakat Provinsi NTT,

sebagaimana turut mendorong peningkatan sektor

transportasi dan pergudangan dari sisi penyimpanan

barang-barang keperluan konsumsi di akhir tahun.

Peningkatan konsumsi paket jasa telekomunikasi di akhir

tahun turut menjadi faktor pendorong akselerasi sektor

informasi dan komunikasi. Upaya mengejar realisasi

anggaran pemerintah di akhir tahun seperti belanja modal

dan konsumsi juga menyumbang dari sisi administrasi

pemerintahan, salah satunya tercermin dari sektor jasa

pendidikan seiring percepatan realisasi target peningkatan

fasilitas pendidikan.

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

1.1 KONDISI UMUM

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi

Nusa Tenggara Timur pada tahun 2017 tumbuh

sebesar 5,16% (yoy), sedikit melambat dibandingkan

pertumbuhan tahun 2016 yang sebesar 5,17% (yoy)

meskipun masih lebih tinggi dibandingkan nasional

yang tumbuh 5,07% (yoy). Pertumbuhan terutama

ditopang oleh konsumsi, terdiri dari konsumsi rumah

tangga, lembaga non profit rumah tangga dan pemerintah

yang seluruhnya tumbuh meningkat serta pembentukan

modal tetap bruto/investasi. Adapun faktor yang

menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi antara

lain net impor antar daerah dan impor luar negeri yang

tumbuh meningkat, sehingga menjadi pengurang PDRB

Provinsi NTT. Net impor antar daerah dan impor luar negeri

tumbuh meningkat masing-masing sebesar 4,39% (yoy)

dan 314,99% (yoy) dibandingkan tahun 2016 sebesar -

0,28% (yoy) dan 5,91% (yoy). Peningkatan net impor

antar daerah dan impor luar negeri terjadi karena

meningkatnya investasi dan konsumsi di Provinsi NTT

memerlukan peningkatan barang dan jasa yang perlu

didatangkan dari daerah lain di dalam negeri dan luar

negeri. Selain itu, adanya impor pesawat terbang pada

November 2017 oleh salah satu maskapai yang beroperasi

di Provinsi NTT turut menjadi penyumbang signifikan

impor pada tahun ini. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga

sebagai penggerak utama perekonomian Provinsi NTT

dengan pangsa lebih dari 70% terhadap total PDRB

menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Peningkatan

didorong oleh peningkatan pendapatan masyarakat,

tercermin dari indikator peningkatan nilai tukar petani dan

pendapatan saat ini berdasarkan survei konsumen Bank

Indonesia. Kondisi tersebut terjadi seiring dengan

peningkatan produksi pertanian, upah minimum pegawai

tahun 2017 dan bantuan sosial pemerintah, serta

1.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2017

didukung oleh capaian inflasi yang lebih rendah dan

terkendali. Berdasarkan sektor utama penyumbang

pertumbuhan ekonomi, sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan pada tahun 2017 mampu tumbuh progresif

sebesar 4,88% (yoy), lebih baik dibandingkan tahun lalu

sebesar 2,37% (yoy) atau tertinggi dalam tujuh tahun

terakhir seiring banyaknya pembukaan lahan pertanian

baru tahun ini serta peningkatan jaringan irigasi dan

embung yang terus dilakukan. Selain itu, sumber

pertumbuhan ekonomi baru yakni sektor penyediaan

akomodasi dan makan minum (pariwisata) mampu

mencatatkan pertumbuhan tinggi di atas 10% (yoy) dalam

dua tahun terakhir yakni 14,46% (yoy) pada 2016 dan

13,59% (yoy) pada 2017. Fokus pengembangan sektor

ekonomi utama yakni pertanian dan sumber pertumbuhan

baru seperti pariwisata dapat terus didorong guna lebih

memajukan perekonomian Provinsi NTT.

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tahun

2017 masih cukup rendah apabila dibandingkan dengan

beberapa provinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari

18 provinsi yang termasuk dalam KTI, pertumbuhan

ekonomi Provinsi NTT berada di peringkat ke-14, kalah dari

beberapa provinsi terdekat seperti Maluku (5,81% yoy)

dan Bali (5,59% yoy). Pertumbuhan Provinsi NTT masih

lebih baik dibandingkan Papua, Kalimantan Timur dan NTB

yang tumbuh masing-masing 4,64% (yoy), 3,13% (yoy)

dan 0,11% (yoy). Provinsi-provinsi tersebut terkena

dampak dari kinerja sektor pertambangan yang belum

sepenuhnya pulih di tahun 2017, sehingga tak mampu

tumbuh lebih tinggi. Apabila sumber pertumbuhan

tersebut da lam kondis i normal , maka k iner ja

perekonomian provinsi-provinsi tersebut dapat lebih tinggi

dibandingkan Provinsi NTT.

02 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 20: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

masih terdapat risiko pengaruh Pilkada yang berpotensi

menyebabkan beberapa investor cenderung bersikap

“wait and see” sehingga menjadi faktor penahan

pertumbuhan investasi yang lebih tinggi lagi.

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat

pada keseluruhan tahun 2018 dengan kisaran 4,98-

5,38%. Akselerasi diperkirakan disumbang oleh

peningkatan investasi baik oleh pemerintah maupun

swasta terutama di bidang kelistrikan, sumber daya air,

infrastruktur fasilitas publik dan pariwisata, telekomunikasi

dan perdagangan ritel. Investasi bidang kelistrikan yang

tinggi di tahun 2017 diperkirakan terus meningkat pada

tahun 2018 seiring upaya pencapaian target rasio

elektrifikasi 100% pada tahun 2018 di Provinsi NTT. Upaya

tersebut juga dalam rangka mendukung percepatan target

rasio elektrifikasi 100% nasional yang dicanangkan

pemerintah dari sebelumnya tahun 2023 menjadi tahun

2020. Peningkatan investasi di bidang sumber daya air

terutama kelanjutan pembangunan Bendungan Napun

Gete di Kabupaten Sikka dan dimulainya pembangunan

Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan,

serta peningkatan jaringan irigasi diperkirakan turut

menjadi pendorong utama akselerasi investasi di tahun

2018, selain pembangunan infrastruktur publik dan

pariwisata seperti akses jalan, perhotelan serta penguatan

jaringan telekomunikasi di Provinsi NTT.

1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGELUARANSecara tahunan, pertumbuhan konsumsi rumah

tangga yang mencapai 4,72% (yoy) menjadi

pendorong utama pada tahun 2017. Pertumbuhan

konsumsi rumah tangga pada tahun 2017 tersebut

meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya

sebesar 4,08% (yoy). Pertumbuhan disumbang oleh

konsumsi makanan dan minuman, pakaian dan alas kaki

serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga.

Kondisi tersebut didukung oleh meningkatnya daya beli

masyarakat seiring meningkatnya produksi pertanian,

upah minimum pegawai, bantuan sosial oleh pemerintah

serta tambahan tunjangan hari raya.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT di

triwulan IV 2017 dari sisi pengeluaran terutama

dipengaruhi oleh menguatnya konsumsi rumah

tangga dan meningkatnya investasi. Pada triwulan IV

2017 konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat sebesar

3,88% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 sebesar 2,71%

(yoy), meskipun masih lebih rendah dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 5,02% (yoy).

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi juga

mengalami akselerasi pertumbuhan sebesar 7,01% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya maupun

periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh

3,99% (yoy) dan 4,42% (yoy). Realisasi investasi yang

PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA

PENGELUARAN KONSUMSI LNPRT

PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH

PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO

PERUBAHAN INVENTORI

EKSPOR LUAR NEGERI

IMPOR LUAR NEGERI

NET EKSPOR ANTAR DAERAH

P D R B

URAIAN

Tabel 1.1. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran 2017

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

IVYOY

2017YOY

3,88

2,56

4,81

7,01

-9,92

27,11

728,56

2,28

5,29

4,72

6,86

5,24

6,05

19,64

24,67

314,99

4,39

5,16

III

2017

IV

16.647.726

747.815

8.273.120

9.846.171

164.497

627.592

94.647

(12.481.932)

23.730.341

17.967.921

797.011

8.254.096

10.994.853

156.250

629.140

428.989

(14.235.774)

24.134.508

BOBOT QTQ

74,45

3,30

34,20

45,56

0,65

2,61

1,78

-58,99

100,00

5,15

5,44

-2,39

9,50

-5,68

-4,13

352,36

8,93

0,54

2016

TOTAL

2017

61.506.312

2.636.946

24.346.400

35.724.984

458.340

1.776.697

274.813

(42.227.064)

83.947.803

66.707.543

2.920.514

27.194.486

38.685.565

571.030

2.282.868

1.101.703

(46.100.564)

91.159.740

III IV

15.388.266

677.222

7.580.223

9.341.925

136.664

448.575

93.436

(11.676.307)

21.803.132

16.623.791

744.944

7.156.354

10.143.179

166.701

475.060

51.931

(13.235.789)

22.022.309

2016

05KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

PDRB NTT (TRILIUN RP) NTT (%YOY) NAS (%YOY)

SUMBER : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU; DIOLAH

Grafik 1.3.

SUMBER : BPS; DIOLAH

Grafik 1.4.

-1.7

0.54

-11.28

-0.74

5.07 5.160.11

5.59

NAS NTT NTB BALI NAS NTT NTB BALI

QTQ YOY

NTT BALINTB NAS

PDRB ADHB

(TRILIUN)

3568.8455.67

31.1924.13

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

6.5

10

12

14

16

18

20

22 TRILIUN RP

PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTTdibanding Nasional (%yoy)

PDRB dan Pertumbuhan PDRB NTT, Bali, NTB dan Nasional (% yoy)

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT

triwulan IV-2017 sebesar 5,29% (yoy) tercatat lebih

tinggi dibanding nasional, Provinsi Nusa Tenggara

Barat dan Bali. Pertumbuhan nasional sebesar 5,19%

(yoy) didorong oleh kenaikan investasi bangunan seiring

ber lanjutnya pembangunan infrastruktur serta

pertumbuhan ekspor sebagai dampak positif peningkatan

harga komoditas dan pemulihan ekonomi dunia.

Konsumsi rumah tangga juga meningkat didukung inflasi

yang terkendali. Pertumbuhan ekonomi nasional tersebut

turut mendorong kenaikan impor khususnya barang

modal dan bahan baku untuk mendukung investasi dan

produksi. Kondisi tersebut serupa dengan yang terjadi di

Provinsi NTT. Sementara dari sisi sektoral, pendorong

peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional juga sama

dengan Provinsi NTT, yakni meningkatnya kinerja

konstruksi, transportasi dan pergudangan dan informasi

dan komunikasi. Sementara itu, jika dibandingkan dengan

provinsi tetangga di kawasan Bali dan Nusa Tenggara

(Balinusra), pertumbuhan Provinsi NTT menjadi yang

terkuat dibandingkan Provinsi NTB dan Bali yang tumbuh

masing-masing sebesar 0,58% (yoy) dan 4,01% (yoy).

Provinsi NTB terutama masih mengalami pemulihan kinerja

sektor pertambangan seiring berlangsungnya penyesuaian

perubahan kepemilikan PT Amman Nusa Tenggara setelah

proses akuisisi PT Newmont Nusa Tenggara dan peralihan

izin usaha sehingga belum mampu tumbuh tinggi dan

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Adapun

Provinsi Bali mengalami perlambatan pertumbuhan pada

triwulan IV 2017 karena adanya dampak erupsi gunung

agung yang menurunkan jumlah kunjungan wisatawan ke

Bali. Secara keseluruhan, kawasan Balinusra sendiri

mencatatkan perlambatan pertumbuhan pada triwulan

laporan menjadi 3,20% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 5,31% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan I

2018 diperkirakan melambat dengan kisaran 4,90-

5,30% (yoy). Perekonomian diperkirakan melambat

dipengaruhi oleh meningkatnya net impor antar daerah

seiring tingginya kebutuhan barang modal, bahan

produksi dan konsumsi pada awal tahun 2018 dalam

rangka memenuhi peningkatan investasi dan konsumsi

rumah tangga. Perlambatan diperkirakan ditahan oleh

peningkatan Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB)/investasi dan terus menguatnya konsumsi rumah

tangga. Selain itu, konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah

Tangga (LNPRT) diperkirakan juga meningkat seiring

maraknya persiapan menjelang Pilkada Gubernur NTT

serentak. Secara sektoral, sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan diperkirakan melambat seiring belum tibanya

masa panen dan pengaruh cuaca buruk sehingga

mengganggu produksi pertanian dan perikanan.

Perlambatan diperkirakan tertahan oleh peningkatan

sektor konstruksi dan perdagangan besar dan eceran pada

triwulan I 2018. Apabila dibandingkan periode yang sama

tahun 2017, secara umum diperkirakan pertumbuhan

sedikit lebih tinggi didorong terutama oleh peningkatan

investasi baik oleh pemerintah maupun swasta, meskipun

04 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 21: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

masih terdapat risiko pengaruh Pilkada yang berpotensi

menyebabkan beberapa investor cenderung bersikap

“wait and see” sehingga menjadi faktor penahan

pertumbuhan investasi yang lebih tinggi lagi.

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat

pada keseluruhan tahun 2018 dengan kisaran 4,98-

5,38%. Akselerasi diperkirakan disumbang oleh

peningkatan investasi baik oleh pemerintah maupun

swasta terutama di bidang kelistrikan, sumber daya air,

infrastruktur fasilitas publik dan pariwisata, telekomunikasi

dan perdagangan ritel. Investasi bidang kelistrikan yang

tinggi di tahun 2017 diperkirakan terus meningkat pada

tahun 2018 seiring upaya pencapaian target rasio

elektrifikasi 100% pada tahun 2018 di Provinsi NTT. Upaya

tersebut juga dalam rangka mendukung percepatan target

rasio elektrifikasi 100% nasional yang dicanangkan

pemerintah dari sebelumnya tahun 2023 menjadi tahun

2020. Peningkatan investasi di bidang sumber daya air

terutama kelanjutan pembangunan Bendungan Napun

Gete di Kabupaten Sikka dan dimulainya pembangunan

Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan,

serta peningkatan jaringan irigasi diperkirakan turut

menjadi pendorong utama akselerasi investasi di tahun

2018, selain pembangunan infrastruktur publik dan

pariwisata seperti akses jalan, perhotelan serta penguatan

jaringan telekomunikasi di Provinsi NTT.

1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGELUARANSecara tahunan, pertumbuhan konsumsi rumah

tangga yang mencapai 4,72% (yoy) menjadi

pendorong utama pada tahun 2017. Pertumbuhan

konsumsi rumah tangga pada tahun 2017 tersebut

meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya

sebesar 4,08% (yoy). Pertumbuhan disumbang oleh

konsumsi makanan dan minuman, pakaian dan alas kaki

serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga.

Kondisi tersebut didukung oleh meningkatnya daya beli

masyarakat seiring meningkatnya produksi pertanian,

upah minimum pegawai, bantuan sosial oleh pemerintah

serta tambahan tunjangan hari raya.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT di

triwulan IV 2017 dari sisi pengeluaran terutama

dipengaruhi oleh menguatnya konsumsi rumah

tangga dan meningkatnya investasi. Pada triwulan IV

2017 konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat sebesar

3,88% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 sebesar 2,71%

(yoy), meskipun masih lebih rendah dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 5,02% (yoy).

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi juga

mengalami akselerasi pertumbuhan sebesar 7,01% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya maupun

periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh

3,99% (yoy) dan 4,42% (yoy). Realisasi investasi yang

PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA

PENGELUARAN KONSUMSI LNPRT

PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH

PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO

PERUBAHAN INVENTORI

EKSPOR LUAR NEGERI

IMPOR LUAR NEGERI

NET EKSPOR ANTAR DAERAH

P D R B

URAIAN

Tabel 1.1. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran 2017

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

IVYOY

2017YOY

3,88

2,56

4,81

7,01

-9,92

27,11

728,56

2,28

5,29

4,72

6,86

5,24

6,05

19,64

24,67

314,99

4,39

5,16

III

2017

IV

16.647.726

747.815

8.273.120

9.846.171

164.497

627.592

94.647

(12.481.932)

23.730.341

17.967.921

797.011

8.254.096

10.994.853

156.250

629.140

428.989

(14.235.774)

24.134.508

BOBOT QTQ

74,45

3,30

34,20

45,56

0,65

2,61

1,78

-58,99

100,00

5,15

5,44

-2,39

9,50

-5,68

-4,13

352,36

8,93

0,54

2016

TOTAL

2017

61.506.312

2.636.946

24.346.400

35.724.984

458.340

1.776.697

274.813

(42.227.064)

83.947.803

66.707.543

2.920.514

27.194.486

38.685.565

571.030

2.282.868

1.101.703

(46.100.564)

91.159.740

III IV

15.388.266

677.222

7.580.223

9.341.925

136.664

448.575

93.436

(11.676.307)

21.803.132

16.623.791

744.944

7.156.354

10.143.179

166.701

475.060

51.931

(13.235.789)

22.022.309

2016

05KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

PDRB NTT (TRILIUN RP) NTT (%YOY) NAS (%YOY)

SUMBER : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU; DIOLAH

Grafik 1.3.

SUMBER : BPS; DIOLAH

Grafik 1.4.

-1.7

0.54

-11.28

-0.74

5.07 5.160.11

5.59

NAS NTT NTB BALI NAS NTT NTB BALI

QTQ YOY

NTT BALINTB NAS

PDRB ADHB

(TRILIUN)

3568.8455.67

31.1924.13

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

6.5

10

12

14

16

18

20

22 TRILIUN RP

PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTTdibanding Nasional (%yoy)

PDRB dan Pertumbuhan PDRB NTT, Bali, NTB dan Nasional (% yoy)

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT

triwulan IV-2017 sebesar 5,29% (yoy) tercatat lebih

tinggi dibanding nasional, Provinsi Nusa Tenggara

Barat dan Bali. Pertumbuhan nasional sebesar 5,19%

(yoy) didorong oleh kenaikan investasi bangunan seiring

ber lanjutnya pembangunan infrastruktur serta

pertumbuhan ekspor sebagai dampak positif peningkatan

harga komoditas dan pemulihan ekonomi dunia.

Konsumsi rumah tangga juga meningkat didukung inflasi

yang terkendali. Pertumbuhan ekonomi nasional tersebut

turut mendorong kenaikan impor khususnya barang

modal dan bahan baku untuk mendukung investasi dan

produksi. Kondisi tersebut serupa dengan yang terjadi di

Provinsi NTT. Sementara dari sisi sektoral, pendorong

peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional juga sama

dengan Provinsi NTT, yakni meningkatnya kinerja

konstruksi, transportasi dan pergudangan dan informasi

dan komunikasi. Sementara itu, jika dibandingkan dengan

provinsi tetangga di kawasan Bali dan Nusa Tenggara

(Balinusra), pertumbuhan Provinsi NTT menjadi yang

terkuat dibandingkan Provinsi NTB dan Bali yang tumbuh

masing-masing sebesar 0,58% (yoy) dan 4,01% (yoy).

Provinsi NTB terutama masih mengalami pemulihan kinerja

sektor pertambangan seiring berlangsungnya penyesuaian

perubahan kepemilikan PT Amman Nusa Tenggara setelah

proses akuisisi PT Newmont Nusa Tenggara dan peralihan

izin usaha sehingga belum mampu tumbuh tinggi dan

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Adapun

Provinsi Bali mengalami perlambatan pertumbuhan pada

triwulan IV 2017 karena adanya dampak erupsi gunung

agung yang menurunkan jumlah kunjungan wisatawan ke

Bali. Secara keseluruhan, kawasan Balinusra sendiri

mencatatkan perlambatan pertumbuhan pada triwulan

laporan menjadi 3,20% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 5,31% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan I

2018 diperkirakan melambat dengan kisaran 4,90-

5,30% (yoy). Perekonomian diperkirakan melambat

dipengaruhi oleh meningkatnya net impor antar daerah

seiring tingginya kebutuhan barang modal, bahan

produksi dan konsumsi pada awal tahun 2018 dalam

rangka memenuhi peningkatan investasi dan konsumsi

rumah tangga. Perlambatan diperkirakan ditahan oleh

peningkatan Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB)/investasi dan terus menguatnya konsumsi rumah

tangga. Selain itu, konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah

Tangga (LNPRT) diperkirakan juga meningkat seiring

maraknya persiapan menjelang Pilkada Gubernur NTT

serentak. Secara sektoral, sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan diperkirakan melambat seiring belum tibanya

masa panen dan pengaruh cuaca buruk sehingga

mengganggu produksi pertanian dan perikanan.

Perlambatan diperkirakan tertahan oleh peningkatan

sektor konstruksi dan perdagangan besar dan eceran pada

triwulan I 2018. Apabila dibandingkan periode yang sama

tahun 2017, secara umum diperkirakan pertumbuhan

sedikit lebih tinggi didorong terutama oleh peningkatan

investasi baik oleh pemerintah maupun swasta, meskipun

04 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 22: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SURVEI PENJUALAN ECERAN (RP JUTA) PERTUMBUHAN (%YOY)

Grafik 1.6. Survei Penjualan Eceran

SUMBER : BANK INDONESIA

Grafik 1.5. Survei Konsumen

SUMBER : BANK INDONESIA

INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK)

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%

-5%

-10%I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

mengonsumsi makanan melalui restoran ataupun berlibur

dengan menginap di hotel seiring dengan makin maraknya

restoran dan hotel. Hal tersebut ditunjukkan oleh

konsumsi restoran dan hotel yang tumbuh cukup

signifikan sebesar 9,67% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun 2016

sebesar 6,06% (yoy) dan 8,88% (yoy).

Hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia triwulan IV

2017 menunjukkan kondisi yang sedikit berbeda. SK yang

dilakukan di Kota Kupang menunjukkan bahwa seluruh

indeks menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan

triwulan III 2017, meskipun optimisme masih tetap terjaga

di atas angka 100. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

sedikit turun menjadi 142,83 dari sebelumnya 144,67.

Begitu pula dengan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang juga turun

menjadi 128,17 dan 157,50 dari triwulan sebelumnya

130,89 dan 158,44. Selain itu, indeks konsumsi barang-

barang kebutuhan tahan lama juga menurun menjadi

100,33 dari sebelumnya 103,50, yang mengonfirmasi

bahwa pada triwulan laporan masyarakat cenderung

menahan konsumsi barang tahan lama seperti perumahan

dan perlengkapan rumah tangga.

Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia pada

triwulan IV 2017 mencerminkan arah yang sejalan dengan

akselerasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga. SPE

menunjukkan akselerasi pertumbuhan pada triwulan IV

2017 sebesar 3,50% (yoy). Peningkatan pertumbuhan

didorong oleh penjualan makanan, minuman dan

tembakau (1,03% yoy) terutama bahan makanan

(22,50% yoy) seiring adanya momen hari raya keagamaan

serta peralatan elektronik (89% yoy). Kondisi tersebut

mengonfirmasi peningkatan konsumsi rumah tangga pada

triwulan IV 2017 pada komponen konsumsi makanan dan

minuman selain restoran serta transportasi dan

komunikasi.

KONS MAKANAN DAN MINUMAN

KONS PAKAIAN & ALAS KAKI

KONS PERUMAHAN & PERL RT

KESEHATAN & PENDIDIKAN

TRANSPORTASI & KOMUNIKASI

RESTORAN & HOTEL

KONSUMSI LAINNYA

KONSUMSI RT

URAIAN

Tabel 1.2. PDRB Komponen Konsumsi Rumah Tangga Provinsi NTT 2017

Sumber: BPS (diolah)

IVYOY

2017YOY

5,09

1,70

-2,39

6,54

6,52

9,67

-2,08

3,88

5,67

5,02

2,91

5,40

4,43

6,40

1,61

4,72

III

2017

IV

7.414.900

765.223

2.635.345

1.273.016

3.341.979

680.675

536.590

16.647.726

7.928.030

842.599

2.779.549

1.279.219

3.690.833

902.660

545.030

17.967.921

BOBOT QTQ

44,12

4,69

15,47

7,12

20,54

5,02

3,03

100,0

3,53

5,97

4,78

0,31

9,39

10,72

1,42

5,15

2016

TOTAL

2017

27.349.820

2.862.112

9.695.389

4.470.764

12.888.241

2.362.791

1.877.196

61.506.312

29.747.071

3.125.759

10.615.491

4.834.565

13.533.233

2.808.305

2.043.119

66.707.543

III IV

6.718.367

732.704

2.517.282

1.190.989

3.138.881

593.434

496.610

15.388.266

7.476.732

778.248

2.641.825

1.180.679

3.350.726

674.323

521.258

16.623.791

2016

07KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

tinggi di bidang tanaman pangan dan perkebunan

terutama oleh swasta menjadi faktor pendorong utama

akselerasi pertumbuhan investasi di triwulan IV 2017. Di

sisi lain, menguatnya konsumsi rumah tangga tidak diikuti

oleh konsumsi pemerintah yang sedikit melambat seiring

realisasi anggaran pemerintah yang telah lebih banyak

dilakukan pada triwulan III 2017.

Ekspor luar negeri tercatat tumbuh melambat sebesar

27,11% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 yang tumbuh

36,87% (yoy) seiring melambatnya permintaan dari Timor

Leste pasca pemenuhan yang telah banyak dilakukan pada

triwulan III 2017 dalam rangka persiapan Natal dan Tahun

Baru. Kondisi berbeda terjadi pada impor luar negeri yang

tumbuh tinggi sebesar 728,56% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 0,82% (yoy) yang didorong

oleh adanya impor pesawat terbang dari Perancis senilai

US$ 12,50 juta pada bulan November 2017.

sebelumnya sebesar 1,94% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan konsumsi terutama disumbangkan oleh

konsumsi rumah tangga (porsi 68% terhadap total

konsumsi) yang tumbuh sebesar 3,88% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan III 2017 sebesar 2,71% (yoy)

walaupun masih lebih rendah dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 5,02% (yoy). Di sisi lain,

konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) dan

pemerintah pada triwulan laporan tumbuh melambat

menjadi 2,56% (yoy) dan 4,81% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,97% (yoy)

dan 4,92% (yoy), meskipun masih lebih baik dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya.

Konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama

pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT. Menguatnya

pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama

disebabkan oleh meningkatnya konsumsi makanan dan

minuman serta transportasi dan komunikasi seiring masa

libur keagamaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Selain

itu, konsumsi pakaian dan alas kaki, kesehatan dan

pendidikan serta restoran dan hotel turut terdorong oleh

adanya momen tersebut sehingga tumbuh meningkat. Di

sisi lain, konsumsi perumahan dan perlengkapan rumah

tangga dan konsumsi lainnya tercatat menurun yang lebih

disebabkan oleh prioritas konsumsi masyarakat pada akhir

tahun yang lebih cenderung memilih konsumsi barang

jangka pendek dibandingkan jangka panjang seperti

rumah dan perlengkapannya.

Menurut komponen pembentuknya, konsumsi yang

dilakukan oleh rumah tangga di Provinsi NTT sebagian

besar berupa makanan dan minuman serta transportasi

dan komunikasi yang tumbuh meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 5,09% (yoy)

dan 6,52% (yoy). Namun jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan

konsumsi makanan dan minuman sedikit melambat. Pada

triwulan IV 2016, konsumsi makanan dan minuman

tumbuh sebesar 5,70% (yoy). Kondisi tersebut ditengarai

sebagai dampak dari mulai terjadinya pergeseran

konsumsi masyarakat di Provinsi NTT yang mulai gemar

1.2.1 KonsumsiSecara keseluruhan, pengeluaran konsumsi pada

tahun 2017 tercatat tumbuh 4,92% (yoy) atau

meningkat dibandingkan tahun 2016 yang tumbuh

3,25% (yoy). Peningkatan pertumbuhan berasal dari

seluruh komponen konsumsi yakni konsumsi rumah

tangga, lembaga nonprofit rumah tangga dan

pemerintah. Akselerasi konsumsi rumah tangga didorong

oleh meningkatnya daya beli masyarakat seiring adanya

peningkatan produksi pertanian, upah minimum pegawai,

bantuan sosial oleh pemerintah serta tunjangan hari raya.

Adapun konsumsi pemerintah turut menunjukkan

peningkatan seiring dengan realisasi belanja konsumsi

pemer intah yang meningkat menjadi 96,04%

dibandingkan capaian tahun 2016 sebesar 89,21% dari

total pagu anggaran, terutama dari pos-pos belanja

pegawai, belanja barang dan jasa, belanja hibah dan

bantuan keuangan.

Pada triwulan IV 2017, konsumsi tumbuh meningkat.

Konsumsi tumbuh sebesar 4,10% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2017 sebesar

3,46% (yoy) maupun periode yang sama tahun

06 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 23: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SURVEI PENJUALAN ECERAN (RP JUTA) PERTUMBUHAN (%YOY)

Grafik 1.6. Survei Penjualan Eceran

SUMBER : BANK INDONESIA

Grafik 1.5. Survei Konsumen

SUMBER : BANK INDONESIA

INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK)

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%

-5%

-10%I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

mengonsumsi makanan melalui restoran ataupun berlibur

dengan menginap di hotel seiring dengan makin maraknya

restoran dan hotel. Hal tersebut ditunjukkan oleh

konsumsi restoran dan hotel yang tumbuh cukup

signifikan sebesar 9,67% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun 2016

sebesar 6,06% (yoy) dan 8,88% (yoy).

Hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia triwulan IV

2017 menunjukkan kondisi yang sedikit berbeda. SK yang

dilakukan di Kota Kupang menunjukkan bahwa seluruh

indeks menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan

triwulan III 2017, meskipun optimisme masih tetap terjaga

di atas angka 100. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

sedikit turun menjadi 142,83 dari sebelumnya 144,67.

Begitu pula dengan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang juga turun

menjadi 128,17 dan 157,50 dari triwulan sebelumnya

130,89 dan 158,44. Selain itu, indeks konsumsi barang-

barang kebutuhan tahan lama juga menurun menjadi

100,33 dari sebelumnya 103,50, yang mengonfirmasi

bahwa pada triwulan laporan masyarakat cenderung

menahan konsumsi barang tahan lama seperti perumahan

dan perlengkapan rumah tangga.

Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia pada

triwulan IV 2017 mencerminkan arah yang sejalan dengan

akselerasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga. SPE

menunjukkan akselerasi pertumbuhan pada triwulan IV

2017 sebesar 3,50% (yoy). Peningkatan pertumbuhan

didorong oleh penjualan makanan, minuman dan

tembakau (1,03% yoy) terutama bahan makanan

(22,50% yoy) seiring adanya momen hari raya keagamaan

serta peralatan elektronik (89% yoy). Kondisi tersebut

mengonfirmasi peningkatan konsumsi rumah tangga pada

triwulan IV 2017 pada komponen konsumsi makanan dan

minuman selain restoran serta transportasi dan

komunikasi.

KONS MAKANAN DAN MINUMAN

KONS PAKAIAN & ALAS KAKI

KONS PERUMAHAN & PERL RT

KESEHATAN & PENDIDIKAN

TRANSPORTASI & KOMUNIKASI

RESTORAN & HOTEL

KONSUMSI LAINNYA

KONSUMSI RT

URAIAN

Tabel 1.2. PDRB Komponen Konsumsi Rumah Tangga Provinsi NTT 2017

Sumber: BPS (diolah)

IVYOY

2017YOY

5,09

1,70

-2,39

6,54

6,52

9,67

-2,08

3,88

5,67

5,02

2,91

5,40

4,43

6,40

1,61

4,72

III

2017

IV

7.414.900

765.223

2.635.345

1.273.016

3.341.979

680.675

536.590

16.647.726

7.928.030

842.599

2.779.549

1.279.219

3.690.833

902.660

545.030

17.967.921

BOBOT QTQ

44,12

4,69

15,47

7,12

20,54

5,02

3,03

100,0

3,53

5,97

4,78

0,31

9,39

10,72

1,42

5,15

2016

TOTAL

2017

27.349.820

2.862.112

9.695.389

4.470.764

12.888.241

2.362.791

1.877.196

61.506.312

29.747.071

3.125.759

10.615.491

4.834.565

13.533.233

2.808.305

2.043.119

66.707.543

III IV

6.718.367

732.704

2.517.282

1.190.989

3.138.881

593.434

496.610

15.388.266

7.476.732

778.248

2.641.825

1.180.679

3.350.726

674.323

521.258

16.623.791

2016

07KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

tinggi di bidang tanaman pangan dan perkebunan

terutama oleh swasta menjadi faktor pendorong utama

akselerasi pertumbuhan investasi di triwulan IV 2017. Di

sisi lain, menguatnya konsumsi rumah tangga tidak diikuti

oleh konsumsi pemerintah yang sedikit melambat seiring

realisasi anggaran pemerintah yang telah lebih banyak

dilakukan pada triwulan III 2017.

Ekspor luar negeri tercatat tumbuh melambat sebesar

27,11% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 yang tumbuh

36,87% (yoy) seiring melambatnya permintaan dari Timor

Leste pasca pemenuhan yang telah banyak dilakukan pada

triwulan III 2017 dalam rangka persiapan Natal dan Tahun

Baru. Kondisi berbeda terjadi pada impor luar negeri yang

tumbuh tinggi sebesar 728,56% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 0,82% (yoy) yang didorong

oleh adanya impor pesawat terbang dari Perancis senilai

US$ 12,50 juta pada bulan November 2017.

sebelumnya sebesar 1,94% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan konsumsi terutama disumbangkan oleh

konsumsi rumah tangga (porsi 68% terhadap total

konsumsi) yang tumbuh sebesar 3,88% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan III 2017 sebesar 2,71% (yoy)

walaupun masih lebih rendah dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 5,02% (yoy). Di sisi lain,

konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) dan

pemerintah pada triwulan laporan tumbuh melambat

menjadi 2,56% (yoy) dan 4,81% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,97% (yoy)

dan 4,92% (yoy), meskipun masih lebih baik dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya.

Konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama

pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT. Menguatnya

pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama

disebabkan oleh meningkatnya konsumsi makanan dan

minuman serta transportasi dan komunikasi seiring masa

libur keagamaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Selain

itu, konsumsi pakaian dan alas kaki, kesehatan dan

pendidikan serta restoran dan hotel turut terdorong oleh

adanya momen tersebut sehingga tumbuh meningkat. Di

sisi lain, konsumsi perumahan dan perlengkapan rumah

tangga dan konsumsi lainnya tercatat menurun yang lebih

disebabkan oleh prioritas konsumsi masyarakat pada akhir

tahun yang lebih cenderung memilih konsumsi barang

jangka pendek dibandingkan jangka panjang seperti

rumah dan perlengkapannya.

Menurut komponen pembentuknya, konsumsi yang

dilakukan oleh rumah tangga di Provinsi NTT sebagian

besar berupa makanan dan minuman serta transportasi

dan komunikasi yang tumbuh meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 5,09% (yoy)

dan 6,52% (yoy). Namun jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan

konsumsi makanan dan minuman sedikit melambat. Pada

triwulan IV 2016, konsumsi makanan dan minuman

tumbuh sebesar 5,70% (yoy). Kondisi tersebut ditengarai

sebagai dampak dari mulai terjadinya pergeseran

konsumsi masyarakat di Provinsi NTT yang mulai gemar

1.2.1 KonsumsiSecara keseluruhan, pengeluaran konsumsi pada

tahun 2017 tercatat tumbuh 4,92% (yoy) atau

meningkat dibandingkan tahun 2016 yang tumbuh

3,25% (yoy). Peningkatan pertumbuhan berasal dari

seluruh komponen konsumsi yakni konsumsi rumah

tangga, lembaga nonprofit rumah tangga dan

pemerintah. Akselerasi konsumsi rumah tangga didorong

oleh meningkatnya daya beli masyarakat seiring adanya

peningkatan produksi pertanian, upah minimum pegawai,

bantuan sosial oleh pemerintah serta tunjangan hari raya.

Adapun konsumsi pemerintah turut menunjukkan

peningkatan seiring dengan realisasi belanja konsumsi

pemer intah yang meningkat menjadi 96,04%

dibandingkan capaian tahun 2016 sebesar 89,21% dari

total pagu anggaran, terutama dari pos-pos belanja

pegawai, belanja barang dan jasa, belanja hibah dan

bantuan keuangan.

Pada triwulan IV 2017, konsumsi tumbuh meningkat.

Konsumsi tumbuh sebesar 4,10% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2017 sebesar

3,46% (yoy) maupun periode yang sama tahun

06 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 24: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Sumber: BPS (diolah)

KONS KOLEKTIF PEMERINTAH

KONS INDIVIDU PEMERINTAH

KONSUMSI PEMERINTAH

URAIAN

Tabel 1.3. PDRB Komponen Konsumsi Pemerintah Provinsi NTT 2017

2017YOY

7,05

2,56

5,24

III

2017

IV

5.002.902

3.270.218

8.273.120

4.968.426

3.285.670

8.254.096

BOBOT IVYOY

60,19

39,81

100,0

6,33

2,40

4,81

2016

TOTAL

2017

14.851.126

9.495.274

24.346.400

16.152.419

11.042.067

27.194.486

III IV

4.574.524

3.005.699

7.580.223

4.497.445

2.658.909

7.156.354

2016

Grafik 1.11. Penyaluran Kredit Konsumsi

SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH

KONSUMSI KONSUMSI

8%

9%

10%

11%

12%

13%

14%

15%

16%

17%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18 RP TRILIUN

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia yang

menurun menjadi 137,17 dari triwulan sebelumnya

138,67 di tengah pertumbuhan kredit konsumsi yang

meningkat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa di

tengah penghasilan konsumen yang sedikit menurun,

pendanaan konsumsi melalui utang kepada bank menjadi

salah satu pilihan utama masyarakat dengan dilandasi

keyakinan dan ekspektasi konsumen yang masih terjaga

cukup tinggi. Sementara itu, konsumsi listrik rumah tangga

tercatat tumbuh melambat sebesar 4,11% (yoy)

dibandingkan triwulan III 2017 sebesar 5,98% (yoy) yang

disinyalir sebagai dampak dari adanya kenaikan tarif dasar

listrik.

Komponen konsumsi pemerintah pada triwulan IV

2 0 1 7 m e n j a d i p e n y u m b a n g p e r l a m b a t a n

pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT. Konsumsi

pemerintah tumbuh melambat sebesar 4,81% (yoy)

dibandingkan triwulan III 2017, meskipun lebih baik

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang

tumbuh negatif sebesar -4,59% (yoy). Perlambatan

konsumsi pemerintah terjadi seiring konsumsi kolektif

pemerintah yang melambat di triwulan laporan, seperti

pembangunan infrastruktur dan ekonomi serta penelitian

dan pengembangan menjadi 6,33% (yoy) dari triwulan

sebelumnya 8,73% (yoy). Sementara itu, konsumsi

individu pemerintah tercatat mengalami peningkatan

pertumbuhan sebesar 2,40% (yoy) dari triwulan

sebelumnya terkontraksi sebesar -0,87% (yoy) seiring

percepatan realisasi anggaran untuk peningkatan

pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, olahraga, rekreasi

dan kebudayaan. Peningkatan pertumbuhan konsumsi

individu pemerintah untuk peningkatan pendidikan

setidaknya tercermin pula pada akselerasi pertumbuhan

yang terjadi pada sektor jasa pendidikan pada triwulan

laporan.

Berdasarkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi

yang ter jadi pada tr iwulan IV 2017 serta

mempertimbangkan adanya faktor musiman,

tracking pertumbuhan komponen konsumsi pada

triwulan I 2018 diperkirakan cenderung meningkat.

Pertumbuhan diperkirakan terjadi pada komponen

konsumsi rumah tangga dan pemerintah seiring maraknya

persiapan Pilkada serentak tahun 2018 yang rencananya

dilaksanakan pada akhir triwulan II 2018. Indikasi

akselerasi pertumbuhan tercermin dari Survei Konsumen

Bank Indonesia per bulan Januari 2018 yang menunjukkan

peningkatan indeks pada konsumsi barang-barang tahan

lama menjadi 126,00 dibanding indeks triwulan IV 2017

yang sebesar 100,33, serta indeks kondisi ekonomi saat ini

yang meningkat menjadi 138,17 dari indeks triwulan

sebelumnya sebesar 128,16.

09KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Grafik 1.9. Perkembangan Konsumsi BBM

SUMBER : PT PERTAMINA (PERSERO), DIOLAH

PENJUALAN BBM HK-2016 (RP JUTA) PERTUMBUHAN (%-YOY)

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

500

550

600

650

700

750

800

850

900

Grafik 1.10. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

SUMBER : PT PLN, DIOLAH

KONSUMSI (RIBU KWH) GROWTH (YOY)

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

ITK PENDAPATAN RT PROYEKSI ITK

Grafik 1.7. Indeks Tendensi Konsumen

SUMBER : BPS; DIOLAH

80

85

90

95

100

105

110

115

120

125

Grafik 1.8. Indeks Kegiatan Dunia Usaha

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Badan Pusat

Statistik pada triwulan IV 2017 meningkat menjadi

122,25 dari triwulan sebelumnya sebesar 113,40,

atau searah dengan peningkatan pertumbuhan

konsumsi di triwulan laporan. Peningkatan ITK tersebut

disebabkan oleh meningkatnya pendapatan rumah tangga

serta pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi yang

lebih rendah. Indeks tingkat konsumsi yang terdiri dari

bahan makanan, makanan jadi di restoran, pakaian,

perumahan, dan lain-lain juga menunjukkan adanya

peningkatan menjadi 115,57 dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 100,68 yang turut mengindikasikan

adanya peningkatan konsumsi masyarakat.

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia

pada triwulan IV 2017 juga menunjukkan adanya

peningkatan kegiatan usaha di Provinsi NTT

dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan

kegiatan usaha terutama terjadi pada sektor industri

pengolahan; listrik, gas dan air bersih; perdagangan, hotel

dan restoran serta jasa-jasa seiring investasi dan konsumsi

rumah tangga yang meningkat. Banyaknya promo pada

akhir tahun dalam rangka meningkatkan penjualan cukup

berdampak pada peningkatan kegiatan usaha

perdagangan, hotel dan restoran. Selain itu, sektor

keuangan menunjukkan peningkatan tenaga kerja.

Penyaluran kredit konsumsi pada triwulan IV 2017

tercatat meningkat. Kredit konsumsi yang disalurkan

perbankan sampai dengan triwulan IV 2017 mencapai

Rp15,93 triliun atau tumbuh sebesar 13,29% (yoy).

Pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan triwulan

III 2017 maupun periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 11,23% (yoy) dan 12,24% (yoy). Kondisi tersebut

sejalan dengan akselerasi konsumsi di triwulan laporan.

Kecenderungan pendanaan konsumsi masyarakat Provinsi

NTT pada triwulan IV 2017 melalui utang kepada bank

tampak pada indeks penghasilan konsumen saat ini

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 25: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Sumber: BPS (diolah)

KONS KOLEKTIF PEMERINTAH

KONS INDIVIDU PEMERINTAH

KONSUMSI PEMERINTAH

URAIAN

Tabel 1.3. PDRB Komponen Konsumsi Pemerintah Provinsi NTT 2017

2017YOY

7,05

2,56

5,24

III

2017

IV

5.002.902

3.270.218

8.273.120

4.968.426

3.285.670

8.254.096

BOBOT IVYOY

60,19

39,81

100,0

6,33

2,40

4,81

2016

TOTAL

2017

14.851.126

9.495.274

24.346.400

16.152.419

11.042.067

27.194.486

III IV

4.574.524

3.005.699

7.580.223

4.497.445

2.658.909

7.156.354

2016

Grafik 1.11. Penyaluran Kredit Konsumsi

SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH

KONSUMSI KONSUMSI

8%

9%

10%

11%

12%

13%

14%

15%

16%

17%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18 RP TRILIUN

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia yang

menurun menjadi 137,17 dari triwulan sebelumnya

138,67 di tengah pertumbuhan kredit konsumsi yang

meningkat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa di

tengah penghasilan konsumen yang sedikit menurun,

pendanaan konsumsi melalui utang kepada bank menjadi

salah satu pilihan utama masyarakat dengan dilandasi

keyakinan dan ekspektasi konsumen yang masih terjaga

cukup tinggi. Sementara itu, konsumsi listrik rumah tangga

tercatat tumbuh melambat sebesar 4,11% (yoy)

dibandingkan triwulan III 2017 sebesar 5,98% (yoy) yang

disinyalir sebagai dampak dari adanya kenaikan tarif dasar

listrik.

Komponen konsumsi pemerintah pada triwulan IV

2 0 1 7 m e n j a d i p e n y u m b a n g p e r l a m b a t a n

pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT. Konsumsi

pemerintah tumbuh melambat sebesar 4,81% (yoy)

dibandingkan triwulan III 2017, meskipun lebih baik

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang

tumbuh negatif sebesar -4,59% (yoy). Perlambatan

konsumsi pemerintah terjadi seiring konsumsi kolektif

pemerintah yang melambat di triwulan laporan, seperti

pembangunan infrastruktur dan ekonomi serta penelitian

dan pengembangan menjadi 6,33% (yoy) dari triwulan

sebelumnya 8,73% (yoy). Sementara itu, konsumsi

individu pemerintah tercatat mengalami peningkatan

pertumbuhan sebesar 2,40% (yoy) dari triwulan

sebelumnya terkontraksi sebesar -0,87% (yoy) seiring

percepatan realisasi anggaran untuk peningkatan

pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, olahraga, rekreasi

dan kebudayaan. Peningkatan pertumbuhan konsumsi

individu pemerintah untuk peningkatan pendidikan

setidaknya tercermin pula pada akselerasi pertumbuhan

yang terjadi pada sektor jasa pendidikan pada triwulan

laporan.

Berdasarkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi

yang ter jadi pada tr iwulan IV 2017 serta

mempertimbangkan adanya faktor musiman,

tracking pertumbuhan komponen konsumsi pada

triwulan I 2018 diperkirakan cenderung meningkat.

Pertumbuhan diperkirakan terjadi pada komponen

konsumsi rumah tangga dan pemerintah seiring maraknya

persiapan Pilkada serentak tahun 2018 yang rencananya

dilaksanakan pada akhir triwulan II 2018. Indikasi

akselerasi pertumbuhan tercermin dari Survei Konsumen

Bank Indonesia per bulan Januari 2018 yang menunjukkan

peningkatan indeks pada konsumsi barang-barang tahan

lama menjadi 126,00 dibanding indeks triwulan IV 2017

yang sebesar 100,33, serta indeks kondisi ekonomi saat ini

yang meningkat menjadi 138,17 dari indeks triwulan

sebelumnya sebesar 128,16.

09KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

URGrafik 1.9. Perkembangan Konsumsi BBM

SUMBER : PT PERTAMINA (PERSERO), DIOLAH

PENJUALAN BBM HK-2016 (RP JUTA) PERTUMBUHAN (%-YOY)

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

500

550

600

650

700

750

800

850

900

Grafik 1.10. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

SUMBER : PT PLN, DIOLAH

KONSUMSI (RIBU KWH) GROWTH (YOY)

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

ITK PENDAPATAN RT PROYEKSI ITK

Grafik 1.7. Indeks Tendensi Konsumen

SUMBER : BPS; DIOLAH

80

85

90

95

100

105

110

115

120

125

Grafik 1.8. Indeks Kegiatan Dunia Usaha

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Badan Pusat

Statistik pada triwulan IV 2017 meningkat menjadi

122,25 dari triwulan sebelumnya sebesar 113,40,

atau searah dengan peningkatan pertumbuhan

konsumsi di triwulan laporan. Peningkatan ITK tersebut

disebabkan oleh meningkatnya pendapatan rumah tangga

serta pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi yang

lebih rendah. Indeks tingkat konsumsi yang terdiri dari

bahan makanan, makanan jadi di restoran, pakaian,

perumahan, dan lain-lain juga menunjukkan adanya

peningkatan menjadi 115,57 dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 100,68 yang turut mengindikasikan

adanya peningkatan konsumsi masyarakat.

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia

pada triwulan IV 2017 juga menunjukkan adanya

peningkatan kegiatan usaha di Provinsi NTT

dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan

kegiatan usaha terutama terjadi pada sektor industri

pengolahan; listrik, gas dan air bersih; perdagangan, hotel

dan restoran serta jasa-jasa seiring investasi dan konsumsi

rumah tangga yang meningkat. Banyaknya promo pada

akhir tahun dalam rangka meningkatkan penjualan cukup

berdampak pada peningkatan kegiatan usaha

perdagangan, hotel dan restoran. Selain itu, sektor

keuangan menunjukkan peningkatan tenaga kerja.

Penyaluran kredit konsumsi pada triwulan IV 2017

tercatat meningkat. Kredit konsumsi yang disalurkan

perbankan sampai dengan triwulan IV 2017 mencapai

Rp15,93 triliun atau tumbuh sebesar 13,29% (yoy).

Pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan triwulan

III 2017 maupun periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 11,23% (yoy) dan 12,24% (yoy). Kondisi tersebut

sejalan dengan akselerasi konsumsi di triwulan laporan.

Kecenderungan pendanaan konsumsi masyarakat Provinsi

NTT pada triwulan IV 2017 melalui utang kepada bank

tampak pada indeks penghasilan konsumen saat ini

08 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 26: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

RUMAH SAKIT / PUSKESMAS

JALAN RAYA

PABRIK PEMROSESAN IKAN

GUDANG GARAM

PENJARA

COLD STORAGE

KANTOR PAJAK

STASIUN POMPA AIR

GUDANG RUMPUT LAUT

TOTAL

URAIAN

Tabel 1.5. Proyek Baru Pemerintah dan Swasta di Provinsi NTT Triwulan IV 2017

Sumber: BCI Asia (diolah)

LOKASI

PEMERINTAH

RP JUTA

KAB. MANGGARAI, MANGGARAI BARAT, KUPANG & TIMOR TENGAH SELATAN

KAB. FLORES TIMUR

KAB. FLORES TIMUR

KAB. SABU RAIJUA

KOTA KUPANG & KAB. NGADA

KOTA KUPANG

KAB. BELU

KAB. SUMBA BARAT

KAB. SUMBA TIMUR

29.486

21.232

15.424

8.285

7.345

6.028

3.053

2.900

1.211

94.964

JARINGAN LISTRIK

HOTEL

BANK

SUPERMARKET

BIOSKOP

TOTAL

URAIAN LOKASI

SWASTA

RP JUTA

802.355

216.196

13.963

6.000

3.375

1.041.889

KAB. KUPANG & SIKKA

KAB. MANGGARAI BARAT

KAB. ENDE & KOTA KUPANG

KAB. KUPANG

KOTA KUPANG

di Provinsi NTT. Nilai investasi sebesar itu di Kabupaten

Kupang terutama digunakan untuk mendukung program

percepatan peningkatan rasio elektr if ikasi dan

infrastruktur penghubung dengan ibukota Provinsi NTT

(Kota Kupang) baik jaringan jalan raya, irigasi dan air

bersih. Berikutnya, investasi terbesar ditanamkan di

Kabupaten Sikka dengan tujuan utama pembangunan

jaringan kelistrikan dalam rangka peningkatan rasio

elektrifikasi, di antaranya pembangunan Pembangkit

Listrik Tenaga Mesin dan Gas (PLTMG) berkapasitas total

80MW untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Pulau

Flores serta saluran transmisi listrik tegangan tinggi yang

menghubungkan PLTMG Maumere dengan kota Maumere

dan daerah sekitarnya berkapasitas 150KV. Jumlah

investasi di Kabupaten Belu menjadi terbesar ketiga

dengan total mencapai Rp575,22 miliar dengan tujuan

utama pembangunan infrastruktur dan fasilitas kesehatan,

seperti pembangunan jalan, jembatan dan saluran irigasi

senilai Rp325,86 miliar, pembangunan tahap kedua Pos

Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain beserta fasilitasnya

sebesar 178,83 miliar serta rumah sakit dan puskesmas

senilai Rp49,07 miliar.

Peningkatan pertumbuhan PMTB/investasi

tercermin pula dari konsumsi semen di Provinsi NTT

yang tumbuh meningkat pada triwulan laporan.

Pertumbuhan konsumsi semen meningkat menjadi

39,19% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 dan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh masing-

masing sebesar -8,39% (yoy) dan 6,54% (yoy).

Peningkatan konsumsi semen tersebut juga menunjukkan

tingginya kegiatan konstruksi pada triwulan laporan

seiring tingginya investasi di periode tersebut dan juga

triwulan sebelumnya.

Sementara itu, penyaluran kredit investasi juga

mencatatkan peningkatan pertumbuhan. Penyaluran

kredit investasi tumbuh 38,94% (yoy) atau meningkat

dibandingkan triwulan III 2017 dan periode yang sama

tahun 2016 masing-masing sebesar 28,12% (yoy) dan

0,56% (yoy). Kondisi tersebut turut mencerminkan adanya

peningkatan kepercayaan investor untuk berinvestasi di

Provinsi NTT di tengah stabilnya pertumbuhan ekonomi

dan masih terbuka luasnya peluang investasi terutama di

bidang infrastruktur dan pengembangan potensi ekonomi

daerah. Hal tersebut juga didukung oleh kualitas

penyaluran kredit yang terus terjaga di bawah batas 5%

NPL (Non Performing Loan), sehingga membuka peluang

perbankan berekspansi kredit berjenis penggunaan

investasi di Provinsi NTT.

11KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Sumber: BPS (diolah)

PMTB BANGUNAN

PMTB NON BANGUNAN

PMTB

URAIAN

Tabel 1.4. PDRB Komponen PMTB/Investasi Provinsi NTT 2017

2017YOY

11,11

-18,58

6,05

III

2017

IV

8.311.883

1.534.287

9.846.171

9.104.381

1.890.472

10.994.853

BOBOTIV

YOY

82,81

17,19

100,0

6,87

7,87

7,01

2016

TOTAL

2017

28.518.052

7.206.932

35.724.984

32.436.407

6.249.157

38.685.565

III IV

7.683.971

1.657.954

9.341.925

8.393.027

1.750.152

10.143.179

2016

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) / InvestasiPertumbuhan PMTB/investasi di Provinsi NTT pada

tahun 2017 tercatat mengalami pertumbuhan yang

positif sebesar 6,05% (yoy), atau meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh

sebesar 5,06% (yoy). Akselerasi pertumbuhan didorong

oleh adanya peningkatan realisasi investasi mencapai

45,72% (yoy) dari tahun sebelumnya, dari senilai Rp3,15

triliun menjadi Rp4,60 triliun terutama disumbang oleh

intensifnya pembangunan infrastruktur jalan raya, saluran

irigasi, bendungan, embung, pelabuhan dan jembatan

oleh pemerintah. Selain itu, investasi swasta juga turut

menyumbang pertumbuhan investasi tahun 2017, di

antaranya pembangunan hotel berbintang, pusat

perbelanjaan, jaringan kelistrikan, perumahan dan

pelabuhan.

Di sisi lain, Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB)/investasi di Provinsi NTT pada triwulan IV

2017 tumbuh meningkat, baik dari sisi bangunan

maupun non bangunan. PMTB/investasi tumbuh sebesar

7,01% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III 2017

maupun periode yang sama tahun sebelumnya masing-

masing 3,99% (yoy) dan 4,42% (yoy). Akselerasi

disumbang oleh investasi bangunan dan non bangunan

yang seluruhnya tumbuh meningkat menjadi 6,87% (yoy)

dan 7,87% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 5,76%

(yoy) dan -6,57% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan PMTB/investasi pada

triwulan laporan terindikasi dari peningkatan

konsumsi semen di tengah masih banyaknya realisasi

proyek baru. Berdasarkan data BCI Asia, proyek-proyek

baru yang dibangun pada triwulan IV 2017 bernilai total

sekitar Rp1,14 triliun, meningkat dibandingkan triwulan III

2017 sebesar Rp1,13 triliun. Proyek baru oleh pemerintah

dan swasta tersebut meliputi 14 kategori dengan tiga

terbesar untuk pembangunan dan/atau pengembangan

infrastruktur kelistrikan senilai Rp802,36 miliar, hotel

senilai Rp216,20 miliar dan rumah sakit/puskesmas senilai

Rp29,49 miliar. Proyek baru terbesar pada triwulan laporan

adalah untuk pengembangan jaringan kelistrikan di

Kabupaten Kupang dan Sikka oleh pemerintah bekerja

sama dengan swasta, yaitu high voltage transmission lines

dan powerplant masing-masing kabupaten tersebut

sebesar 150 kV dan 40MW. Pembangunan fasilitas

akomodasi oleh swasta di Kabupaten Manggarai Barat

dalam rangka mendukung perkembangan pariwisata

khususnya di Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo

terus berlanjut dengan adanya investasi baru pada triwulan

laporan sebesar Rp216,20 miliar untuk pembangunan tiga

hotel berbintang yang direncanakan selesai pada tahun

2018. Di sisi lain, pengembangan fasilitas kesehatan

menjadi bentuk investasi terbesar oleh pemerintah pada

triwulan laporan dengan nilai Rp29,49 miliar untuk

pembangunan rumah sakit dan puskesmas di empat

kabupaten yakni Manggarai, Manggarai Barat, Kupang

dan Timor Tengah Selatan.

Secara tahunan, total investasi yang ditanamkan di

Provinsi NTT pada tahun 2017 sebesar Rp4,60 triliun,

atau meningkat 45,72% dibandingkan tahun 2016.

Investasi terbesar tahun 2017 di antaranya untuk

infrastruktur sebesar Rp1,96 triliun yang tersebar di 20

kabupaten/kota, diikuti oleh pembangunan jaringan

kelistrikan, fasilitas air dan kebersihan sebesar Rp1,42

triliun dan perhotelan sebesar Rp296,20 miliar. Investasi

terbesar ditanamkan di Kabupaten Kupang sebesar

Rp980,14 miliar atau 21% dari total investasi tahun 2017

10 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 27: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

RUMAH SAKIT / PUSKESMAS

JALAN RAYA

PABRIK PEMROSESAN IKAN

GUDANG GARAM

PENJARA

COLD STORAGE

KANTOR PAJAK

STASIUN POMPA AIR

GUDANG RUMPUT LAUT

TOTAL

URAIAN

Tabel 1.5. Proyek Baru Pemerintah dan Swasta di Provinsi NTT Triwulan IV 2017

Sumber: BCI Asia (diolah)

LOKASI

PEMERINTAH

RP JUTA

KAB. MANGGARAI, MANGGARAI BARAT, KUPANG & TIMOR TENGAH SELATAN

KAB. FLORES TIMUR

KAB. FLORES TIMUR

KAB. SABU RAIJUA

KOTA KUPANG & KAB. NGADA

KOTA KUPANG

KAB. BELU

KAB. SUMBA BARAT

KAB. SUMBA TIMUR

29.486

21.232

15.424

8.285

7.345

6.028

3.053

2.900

1.211

94.964

JARINGAN LISTRIK

HOTEL

BANK

SUPERMARKET

BIOSKOP

TOTAL

URAIAN LOKASI

SWASTA

RP JUTA

802.355

216.196

13.963

6.000

3.375

1.041.889

KAB. KUPANG & SIKKA

KAB. MANGGARAI BARAT

KAB. ENDE & KOTA KUPANG

KAB. KUPANG

KOTA KUPANG

di Provinsi NTT. Nilai investasi sebesar itu di Kabupaten

Kupang terutama digunakan untuk mendukung program

percepatan peningkatan rasio elektr if ikasi dan

infrastruktur penghubung dengan ibukota Provinsi NTT

(Kota Kupang) baik jaringan jalan raya, irigasi dan air

bersih. Berikutnya, investasi terbesar ditanamkan di

Kabupaten Sikka dengan tujuan utama pembangunan

jaringan kelistrikan dalam rangka peningkatan rasio

elektrifikasi, di antaranya pembangunan Pembangkit

Listrik Tenaga Mesin dan Gas (PLTMG) berkapasitas total

80MW untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Pulau

Flores serta saluran transmisi listrik tegangan tinggi yang

menghubungkan PLTMG Maumere dengan kota Maumere

dan daerah sekitarnya berkapasitas 150KV. Jumlah

investasi di Kabupaten Belu menjadi terbesar ketiga

dengan total mencapai Rp575,22 miliar dengan tujuan

utama pembangunan infrastruktur dan fasilitas kesehatan,

seperti pembangunan jalan, jembatan dan saluran irigasi

senilai Rp325,86 miliar, pembangunan tahap kedua Pos

Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain beserta fasilitasnya

sebesar 178,83 miliar serta rumah sakit dan puskesmas

senilai Rp49,07 miliar.

Peningkatan pertumbuhan PMTB/investasi

tercermin pula dari konsumsi semen di Provinsi NTT

yang tumbuh meningkat pada triwulan laporan.

Pertumbuhan konsumsi semen meningkat menjadi

39,19% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 dan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh masing-

masing sebesar -8,39% (yoy) dan 6,54% (yoy).

Peningkatan konsumsi semen tersebut juga menunjukkan

tingginya kegiatan konstruksi pada triwulan laporan

seiring tingginya investasi di periode tersebut dan juga

triwulan sebelumnya.

Sementara itu, penyaluran kredit investasi juga

mencatatkan peningkatan pertumbuhan. Penyaluran

kredit investasi tumbuh 38,94% (yoy) atau meningkat

dibandingkan triwulan III 2017 dan periode yang sama

tahun 2016 masing-masing sebesar 28,12% (yoy) dan

0,56% (yoy). Kondisi tersebut turut mencerminkan adanya

peningkatan kepercayaan investor untuk berinvestasi di

Provinsi NTT di tengah stabilnya pertumbuhan ekonomi

dan masih terbuka luasnya peluang investasi terutama di

bidang infrastruktur dan pengembangan potensi ekonomi

daerah. Hal tersebut juga didukung oleh kualitas

penyaluran kredit yang terus terjaga di bawah batas 5%

NPL (Non Performing Loan), sehingga membuka peluang

perbankan berekspansi kredit berjenis penggunaan

investasi di Provinsi NTT.

11KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Sumber: BPS (diolah)

PMTB BANGUNAN

PMTB NON BANGUNAN

PMTB

URAIAN

Tabel 1.4. PDRB Komponen PMTB/Investasi Provinsi NTT 2017

2017YOY

11,11

-18,58

6,05

III

2017

IV

8.311.883

1.534.287

9.846.171

9.104.381

1.890.472

10.994.853

BOBOTIV

YOY

82,81

17,19

100,0

6,87

7,87

7,01

2016

TOTAL

2017

28.518.052

7.206.932

35.724.984

32.436.407

6.249.157

38.685.565

III IV

7.683.971

1.657.954

9.341.925

8.393.027

1.750.152

10.143.179

2016

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) / InvestasiPertumbuhan PMTB/investasi di Provinsi NTT pada

tahun 2017 tercatat mengalami pertumbuhan yang

positif sebesar 6,05% (yoy), atau meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh

sebesar 5,06% (yoy). Akselerasi pertumbuhan didorong

oleh adanya peningkatan realisasi investasi mencapai

45,72% (yoy) dari tahun sebelumnya, dari senilai Rp3,15

triliun menjadi Rp4,60 triliun terutama disumbang oleh

intensifnya pembangunan infrastruktur jalan raya, saluran

irigasi, bendungan, embung, pelabuhan dan jembatan

oleh pemerintah. Selain itu, investasi swasta juga turut

menyumbang pertumbuhan investasi tahun 2017, di

antaranya pembangunan hotel berbintang, pusat

perbelanjaan, jaringan kelistrikan, perumahan dan

pelabuhan.

Di sisi lain, Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB)/investasi di Provinsi NTT pada triwulan IV

2017 tumbuh meningkat, baik dari sisi bangunan

maupun non bangunan. PMTB/investasi tumbuh sebesar

7,01% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III 2017

maupun periode yang sama tahun sebelumnya masing-

masing 3,99% (yoy) dan 4,42% (yoy). Akselerasi

disumbang oleh investasi bangunan dan non bangunan

yang seluruhnya tumbuh meningkat menjadi 6,87% (yoy)

dan 7,87% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 5,76%

(yoy) dan -6,57% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan PMTB/investasi pada

triwulan laporan terindikasi dari peningkatan

konsumsi semen di tengah masih banyaknya realisasi

proyek baru. Berdasarkan data BCI Asia, proyek-proyek

baru yang dibangun pada triwulan IV 2017 bernilai total

sekitar Rp1,14 triliun, meningkat dibandingkan triwulan III

2017 sebesar Rp1,13 triliun. Proyek baru oleh pemerintah

dan swasta tersebut meliputi 14 kategori dengan tiga

terbesar untuk pembangunan dan/atau pengembangan

infrastruktur kelistrikan senilai Rp802,36 miliar, hotel

senilai Rp216,20 miliar dan rumah sakit/puskesmas senilai

Rp29,49 miliar. Proyek baru terbesar pada triwulan laporan

adalah untuk pengembangan jaringan kelistrikan di

Kabupaten Kupang dan Sikka oleh pemerintah bekerja

sama dengan swasta, yaitu high voltage transmission lines

dan powerplant masing-masing kabupaten tersebut

sebesar 150 kV dan 40MW. Pembangunan fasilitas

akomodasi oleh swasta di Kabupaten Manggarai Barat

dalam rangka mendukung perkembangan pariwisata

khususnya di Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo

terus berlanjut dengan adanya investasi baru pada triwulan

laporan sebesar Rp216,20 miliar untuk pembangunan tiga

hotel berbintang yang direncanakan selesai pada tahun

2018. Di sisi lain, pengembangan fasilitas kesehatan

menjadi bentuk investasi terbesar oleh pemerintah pada

triwulan laporan dengan nilai Rp29,49 miliar untuk

pembangunan rumah sakit dan puskesmas di empat

kabupaten yakni Manggarai, Manggarai Barat, Kupang

dan Timor Tengah Selatan.

Secara tahunan, total investasi yang ditanamkan di

Provinsi NTT pada tahun 2017 sebesar Rp4,60 triliun,

atau meningkat 45,72% dibandingkan tahun 2016.

Investasi terbesar tahun 2017 di antaranya untuk

infrastruktur sebesar Rp1,96 triliun yang tersebar di 20

kabupaten/kota, diikuti oleh pembangunan jaringan

kelistrikan, fasilitas air dan kebersihan sebesar Rp1,42

triliun dan perhotelan sebesar Rp296,20 miliar. Investasi

terbesar ditanamkan di Kabupaten Kupang sebesar

Rp980,14 miliar atau 21% dari total investasi tahun 2017

10 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 28: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

1400%

1600%

1800%

-150,000

-100,000

-50,000

0

50,000

100,000

150,000 TON

Grafik 1.14. Perkembangan Peti Kemas

SUMBER : PELINDO III, DIOLAH

TEUS PERTUMBUHAN (% YOY)

Grafik 1.15. Aktivitas Bongkar Muat

SUMBER : PELINDO III, DIOLAH

BONGKAR MUAT NET NET UNLOADING (% YOY)

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000 TEUS

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

KAB. KUPANG (4)

KOTA KUPANG (3)

KAB. MANGGARAI BARAT (3)

KAB. MANGGARAI (3)

KAB. SABU RAIJUA (2)

Tabel 1.7. Lokasi dan Sektor Utama Investasi di NTT Triwulan IV 2017

JUMLAH REALISASI

LOKASI INVESTASI

NOMINAL

KAB. KUPANG (RP 749,51 M)

KAB. MANGGARAI BARAT (RP 218,20 M)

KAB. SIKKA (RP 47,45 M)

KAB. FLORES TIMUR (RP 36,66 M)

KAB. TIMOR TENGAH SELATAN (RP 17,46 M)

HOTEL (6)

TAMAN HIBURAN/WISATA (4)

INDUSTRI (3)

KETENAGALISTRIKAN (2)

PERDAGANGAN (2)

JUMLAH REALISASI

INVESTASI SEKTORAL

NOMINAL

KETENAGALISTRIKAN (RP 654,32 M)

REAL ESTATE (RP 179,12 M)

HOTEL (RP 124,10 M)

PERKEBUNAN TEBU (RP 72,09 M)

TAMAN HIBURAN/WISATA (RP 34,81 M)

Sementara itu, secara triwulan pertumbuhan net

impor antar daerah mencatatkan perlambatan dari

sebesar 2,54% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi

2,28% (yoy) pada triwulan IV 2017. Perlambatan

tersebut juga tercermin dari pertumbuhan peti kemas di

pelabuhan wilayah Provinsi NTT yang melambat dari

42,95% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 22,47% (yoy)

pada triwulan IV 2017. Hal tersebut seiring dengan

pemenuhan barang-barang konsumsi masyarakat, barang

konstruksi dan produksi yang telah banyak dilakukan pada

triwulan III 2017. Pertumbuhan volume bongkar di

pelabuhan juga menunjukkan adanya perlambatan, 1sehingga net-bongkar menunjukkan perlambatan dari

149,00% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 75,45%

(yoy) pada triwulan IV 2017.

Pada triwulan I 2018 net impor antardaerah

diperkirakan meningkat. Peningkatan terjadi karena

didorong oleh banyaknya proyek-proyek investasi baru

oleh pemerintah dan swasta pada tahun 2018 sehingga

memerlukan barang konstruksi dan produksi yang

didatangkan dari luar daerah, sementara permintaan

konsumsi masyarakat masih cukup tinggi seiring persiapan

Pilkada serentak pada tahun 2018.

Net impor antar daerah Provinsi NTT pada tahun 2017

tumbuh sebesar 4 ,39% (yoy) , meningkat

dibandingkan tahun 2016 yang tercatat kontraksi

sebesar -0,28% (yoy). Berdasarkan komponennya,

peningkatan terjadi pada impor antar provinsi yang

tumbuh sebesar 3,02% (yoy), sementara ekspor masih

terkontraksi -6,99% (yoy) seiring pengiriman barang hasil

produksi dari NTT ke daerah lain yang menurun seperti ikan

dan rumput laut. Impor antar provinsi meningkat seiring

dengan kebutuhan konsumsi masyarakat, barang

konstruksi dan barang produksi yang meningkat pada

tahun 2017.

1.2.3 Ekspor – Impor1.2.3.1 Ekspor-Impor Antar Daerah

Secara tahunan, ekspor luar negeri Provinsi NTT

mengalami peningkatan. Pada tahun 2017, ekspor

tumbuh sebesar 24,67% (yoy) atau meningkat

dibandingkan tahun 2016 yang terkontraksi -5,57% (yoy).

1.2.3.2 Ekspor-Impor Luar Negeri

selisih antara volume bongkar dan muat pelabuhan1.

13KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Grafik 1.12. Perkembangan Realisasi Investasi di Provinsi NTT

SUMBER : BKPMD NTT, DIOLAH

2015 2016 2017

I II III IV

2017

232 252

445

2.100

501 818

391

1.444

1.007 906

1.546

1.136

0

500

1000

1500

2000

2500 RP MILIAR

KAB. KUPANG

SIKKA

BELU

MANGGARAI BARAT

KOTA KUPANG

ENDE

MANGGARAI

ALOR

SUMBA TIMUR

SABU RAIJUA

SUMBA BARAT DAYA

FLORES TIMUR

MANGGARAI TIMUR

MALAKA

TIMOR TENGAH UTARA

TIMOR TENGAH SELATAN

SUMBA BARAT

ENDE & RUTENG

NAGEKEO

ROTE NDAO

NGADA

SUMBA TENGAH

LEMBATA

TOTAL

KABUPATEN/KOTA

Tabel 1.6. Proyek Pemerintah dan Swasta di Provinsi NTT 2017

Sumber: BCI Asia (diolah)

LISTRIK, AIR & KEBER-SIHAN

RP JUTA

740.130

527.451

14.000

4.086

21.000

17.500

13.827

14.000

17.224

40.000

13.798

1.423.016

980.136

640.423

575.222

488.033

319.415

267.831

166.927

161.169

117.068

116.296

110.327

101.329

100.856

92.593

85.490

64.368

42.356

40.000

38.652

38.577

28.148

11.835

10.000

4.597.051

RITEL TRANS-PORTASI

12.595

150.000

1.625

164.220

24.600

30.133

10.000

10.000

8.601

83.334

PARI-WISATA

PERUM-AHAN

9.712

9.712

65.000

15.000

12.080

12.000

9.000

113.080

LANDS-CAPING

KANTOR

4.417

6.700

3.000

16.000

4.484

34.601

5.347

181.883

8.372

10.363

12.916

5.185

1.742

4.249

230.057

INDUSTRI INFRAS-TUKTUR

2.987

6.028

15.000

1.211

38.285

15.424

10.000

88.935

134.917

47.426

325.855

179.051

103.273

175.005

151.161

126.812

104.232

78.011

92.827

72.078

86.856

92.593

54.302

34.909

16.132

33.467

36.835

11.835

1.957.577

KESEHA-TAN

HOTEL

19.160

25.946

49.067

2.000

20.150

15.330

15.766

4.873

18.272

17.459

1.500

189.523

296.196

296.196

PENDIDI-KAN

6.800

6.800

Berdasarkan tracking triwulan I 2018, pertumbuhan

PMTB/investasi secara tahunan diperkirakan

meningkat dibandingkan triwulan IV 2017.

Peningkatan terutama didorong oleh berlanjutnya

investasi pemerintah pada sumber daya air terutama

Grafik 1.13. Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

SUMBER : ASOSIASI SEMEN INDONESIA, DIOLAH

RIBU TON YOY

RP TRILIUN

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

bendungan yang masuk dalam tujuh proyek strategis

nasional seperti Bendungan Napun Gete dan Temef,

jaringan kelistrikan yang bekerja sama dengan swasta,

serta banyaknya investasi baru swasta terutama kelistrikan,

perhotelan dan kelanjutan investasi perkebunan di

Kabupaten Sumba Timur.

12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 29: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

1400%

1600%

1800%

-150,000

-100,000

-50,000

0

50,000

100,000

150,000 TON

Grafik 1.14. Perkembangan Peti Kemas

SUMBER : PELINDO III, DIOLAH

TEUS PERTUMBUHAN (% YOY)

Grafik 1.15. Aktivitas Bongkar Muat

SUMBER : PELINDO III, DIOLAH

BONGKAR MUAT NET NET UNLOADING (% YOY)

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000 TEUS

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

KAB. KUPANG (4)

KOTA KUPANG (3)

KAB. MANGGARAI BARAT (3)

KAB. MANGGARAI (3)

KAB. SABU RAIJUA (2)

Tabel 1.7. Lokasi dan Sektor Utama Investasi di NTT Triwulan IV 2017

JUMLAH REALISASI

LOKASI INVESTASI

NOMINAL

KAB. KUPANG (RP 749,51 M)

KAB. MANGGARAI BARAT (RP 218,20 M)

KAB. SIKKA (RP 47,45 M)

KAB. FLORES TIMUR (RP 36,66 M)

KAB. TIMOR TENGAH SELATAN (RP 17,46 M)

HOTEL (6)

TAMAN HIBURAN/WISATA (4)

INDUSTRI (3)

KETENAGALISTRIKAN (2)

PERDAGANGAN (2)

JUMLAH REALISASI

INVESTASI SEKTORAL

NOMINAL

KETENAGALISTRIKAN (RP 654,32 M)

REAL ESTATE (RP 179,12 M)

HOTEL (RP 124,10 M)

PERKEBUNAN TEBU (RP 72,09 M)

TAMAN HIBURAN/WISATA (RP 34,81 M)

Sementara itu, secara triwulan pertumbuhan net

impor antar daerah mencatatkan perlambatan dari

sebesar 2,54% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi

2,28% (yoy) pada triwulan IV 2017. Perlambatan

tersebut juga tercermin dari pertumbuhan peti kemas di

pelabuhan wilayah Provinsi NTT yang melambat dari

42,95% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 22,47% (yoy)

pada triwulan IV 2017. Hal tersebut seiring dengan

pemenuhan barang-barang konsumsi masyarakat, barang

konstruksi dan produksi yang telah banyak dilakukan pada

triwulan III 2017. Pertumbuhan volume bongkar di

pelabuhan juga menunjukkan adanya perlambatan, 1sehingga net-bongkar menunjukkan perlambatan dari

149,00% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 75,45%

(yoy) pada triwulan IV 2017.

Pada triwulan I 2018 net impor antardaerah

diperkirakan meningkat. Peningkatan terjadi karena

didorong oleh banyaknya proyek-proyek investasi baru

oleh pemerintah dan swasta pada tahun 2018 sehingga

memerlukan barang konstruksi dan produksi yang

didatangkan dari luar daerah, sementara permintaan

konsumsi masyarakat masih cukup tinggi seiring persiapan

Pilkada serentak pada tahun 2018.

Net impor antar daerah Provinsi NTT pada tahun 2017

tumbuh sebesar 4 ,39% (yoy) , meningkat

dibandingkan tahun 2016 yang tercatat kontraksi

sebesar -0,28% (yoy). Berdasarkan komponennya,

peningkatan terjadi pada impor antar provinsi yang

tumbuh sebesar 3,02% (yoy), sementara ekspor masih

terkontraksi -6,99% (yoy) seiring pengiriman barang hasil

produksi dari NTT ke daerah lain yang menurun seperti ikan

dan rumput laut. Impor antar provinsi meningkat seiring

dengan kebutuhan konsumsi masyarakat, barang

konstruksi dan barang produksi yang meningkat pada

tahun 2017.

1.2.3 Ekspor – Impor1.2.3.1 Ekspor-Impor Antar Daerah

Secara tahunan, ekspor luar negeri Provinsi NTT

mengalami peningkatan. Pada tahun 2017, ekspor

tumbuh sebesar 24,67% (yoy) atau meningkat

dibandingkan tahun 2016 yang terkontraksi -5,57% (yoy).

1.2.3.2 Ekspor-Impor Luar Negeri

selisih antara volume bongkar dan muat pelabuhan1.

13KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Grafik 1.12. Perkembangan Realisasi Investasi di Provinsi NTT

SUMBER : BKPMD NTT, DIOLAH

2015 2016 2017

I II III IV

2017

232 252

445

2.100

501 818

391

1.444

1.007 906

1.546

1.136

0

500

1000

1500

2000

2500 RP MILIAR

KAB. KUPANG

SIKKA

BELU

MANGGARAI BARAT

KOTA KUPANG

ENDE

MANGGARAI

ALOR

SUMBA TIMUR

SABU RAIJUA

SUMBA BARAT DAYA

FLORES TIMUR

MANGGARAI TIMUR

MALAKA

TIMOR TENGAH UTARA

TIMOR TENGAH SELATAN

SUMBA BARAT

ENDE & RUTENG

NAGEKEO

ROTE NDAO

NGADA

SUMBA TENGAH

LEMBATA

TOTAL

KABUPATEN/KOTA

Tabel 1.6. Proyek Pemerintah dan Swasta di Provinsi NTT 2017

Sumber: BCI Asia (diolah)

LISTRIK, AIR & KEBER-SIHAN

RP JUTA

740.130

527.451

14.000

4.086

21.000

17.500

13.827

14.000

17.224

40.000

13.798

1.423.016

980.136

640.423

575.222

488.033

319.415

267.831

166.927

161.169

117.068

116.296

110.327

101.329

100.856

92.593

85.490

64.368

42.356

40.000

38.652

38.577

28.148

11.835

10.000

4.597.051

RITEL TRANS-PORTASI

12.595

150.000

1.625

164.220

24.600

30.133

10.000

10.000

8.601

83.334

PARI-WISATA

PERUM-AHAN

9.712

9.712

65.000

15.000

12.080

12.000

9.000

113.080

LANDS-CAPING

KANTOR

4.417

6.700

3.000

16.000

4.484

34.601

5.347

181.883

8.372

10.363

12.916

5.185

1.742

4.249

230.057

INDUSTRI INFRAS-TUKTUR

2.987

6.028

15.000

1.211

38.285

15.424

10.000

88.935

134.917

47.426

325.855

179.051

103.273

175.005

151.161

126.812

104.232

78.011

92.827

72.078

86.856

92.593

54.302

34.909

16.132

33.467

36.835

11.835

1.957.577

KESEHA-TAN

HOTEL

19.160

25.946

49.067

2.000

20.150

15.330

15.766

4.873

18.272

17.459

1.500

189.523

296.196

296.196

PENDIDI-KAN

6.800

6.800

Berdasarkan tracking triwulan I 2018, pertumbuhan

PMTB/investasi secara tahunan diperkirakan

meningkat dibandingkan triwulan IV 2017.

Peningkatan terutama didorong oleh berlanjutnya

investasi pemerintah pada sumber daya air terutama

Grafik 1.13. Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

SUMBER : ASOSIASI SEMEN INDONESIA, DIOLAH

RIBU TON YOY

RP TRILIUN

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

bendungan yang masuk dalam tujuh proyek strategis

nasional seperti Bendungan Napun Gete dan Temef,

jaringan kelistrikan yang bekerja sama dengan swasta,

serta banyaknya investasi baru swasta terutama kelistrikan,

perhotelan dan kelanjutan investasi perkebunan di

Kabupaten Sumba Timur.

12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 30: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Sumber: BKPMD NTT, diolah

VIETNAM

TIMOR LESTE

JEPANG

ITALIA

FILIPINA

TAIWAN

INDIA

KOREA SELATAN

TIONGKOK

SINGAPURA

NEGARA TUJUAN

Tabel 1.8. Komoditas Ekspor ke 10 Negara Tujuan Utama

NILAI(RIBU USD)

TRIWULAN IV 2017

KOMODITAS UTAMA

kacang mete (99%)

semen (19%), kendaraan (15%), makanan (4%)

ikan laut beku (83%)

sepatu (100%)

pesawat terbang (100%)

ikan laut beku (85%)

kacang mete (64%), essential soil (30%)

rumput laut (100%)

udang (37%), bambu dan sebagainya (45%)

ikan laut beku (94%)

13.258

4.758

2.087

1.064

1.000

935

741

728

87

77

VIETNAM

TIMOR LESTE

JEPANG

KOREA SELATAN

INDIA

ITALIA

KENYA

FILIPINA

TAIWAN

HONGKONG

NEGARA TUJUAN

NILAI(RIBU USD)

TOTAL TAHUN 2017

KOMODITAS UTAMA

kacang mete (84%), tembaga (16%)

semen (25%), kendaraan (17%), furnitur (10%), makanan (8%)

ikan tuna beku (84%)

rumput laut (51%), tembaga (49%)

kacang mete (69%), essential soil (13%)

sepatu (97%)

pesawat terbang (100%)

pesawat terbang (92%)

ikan laut beku (75%), batu alam hias (10%)

ikan laut hidup (50%), mutiara (30%)

25.714

18.561

6.441

3.957

1.730

1.102

1.100

1.089

1.061

935

komoditas ekspor juga masih relatif sama serta terdapat

risiko adanya faktor gangguan cuaca di awal tahun yang

menyebabkan produksi hasil perkebunan dan perikanan

berkurang. Di sisi lain, impor luar negeri diperkirakan

tumbuh melambat sekitar 30% (yoy), meskipun terdapat

kedatangan beras impor dari Vietnam sebanyak 10.000

ton pada Februari 2018, lebih disebabkan oleh telah

tingginya impor triwulan IV 2017 maupun periode yang

sama tahun lalu (728,56% yoy dan 326,27% (yoy).

bantuan bibit dan pelatihan kepada petani yang lebih

intensif . Sektor transportasi dan pergudangan

menunjukkan peningkatan pertumbuhan terutama

didorong oleh adanya penambahan jadwal dan rute

pesawat terbang di Provinsi NTT seperti Jakarta-Labuan

Bajo oleh Batik Air, Kupang-Makassar oleh Garuda

Indonesia, Kupang-Dili oleh Air Timor dan Kupang-Bali

oleh NAM Air. Di sisi lain, pertumbuhan jasa pendidikan

meningkat seiring investasi di bidang pendidikan oleh

pemerintah yang banyak dilakukan pada tahun 2016

seperti penambahan jumlah ruang kelas di sekolah

menegah atas, sekolah kejuruan dan universitas/politeknik

serta pembangunan pusat kursus telah selesai dikerjakan

pada Desember 2016 dan mulai dipergunakan pada tahun

2017. Selain itu, ditambah pula dengan adanya

penambahan jumlah ruang kelas dan laboratorium di

universitas/politeknik pada tahun 2017.

Peningkatan pertumbuhan sektor-sektor utama

P r o v i n s i N T T m e n j a d i f a k t o r p e n y e b a b

meningkatnya pertumbuhan ekonomi di triwulan IV

2017. Sektor-sektor utama yang mengalami akselerasi

adalah administrasi pemerintahan dan jasa pendidikan.

Selain itu, sektor-sektor lain seperti transportasi dan

pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum

serta real estate juga menunjukkan peningkatan.

1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI SEKTORALSecara sektoral, pertumbuhan ekonomi NTT pada

tahun 2017 terutama didorong oleh sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan, transportasi

dan pergudangan serta jasa pendidikan. Sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan tercatat tumbuh

sebesar 4,88% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar 2,37% (yoy). Sektor transportasi dan

pergudangan serta jasa pendidikan juga tumbuh

meningkat sebesar 7,66% (yoy) dan 6,24% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,43%

(yoy) dan 4,18% (yoy). Sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan mampu tumbuh lebih t inggi seir ing

meningkatnya produksi pertanian pada tahun ini dengan

adanya peningkatan luas lahan pertanian, jaringan irigasi,

15KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Grafik 1.16.Perkembangan Ekspor dan Impor

Sumber : BPS; diolah

-7

-2

3

8

13

18

23

28

33 JUTA USD

EKSPOR IMPOR NET EKSPOR

SUMBER : COGNOS BI, DIOLAH

Grafik 1.17. Negara Tujuan Ekspor

Sumber : BPS; diolah

JUTA USD

SUMBER : COGNOS BI, DIOLAH

0

5

10

15

20

25

USA AUSTRALIA INDIATIMOR LESTESINGAPURA VIETNAMRRC JAPAN

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Peningkatan ekspor disumbang terutama oleh ekspor

barang luar negeri yang tumbuh 39,90% (yoy), meningkat

signifikan dibandingkan tahun 2016 sebesar 3,22% (yoy).

Selain itu, ekspor jasa juga menunjukkan peningkatan

pertumbuhan sebesar 6,64% (yoy) setelah tahun

sebelumnya sempat terkontraksi -14,22% (yoy). Ekspor

barang tumbuh meningkat didorong oleh adanya

peningkatan pengiriman ekspor ke negara mitra dagang

utama Provinsi NTT, yakni Vietnam (103,48% yoy)

terutama kacang mete, rumput laut ke Korea Selatan

(270,89% yoy), ikan laut beku ke Taiwan (1079,03% yoy),

Jepang (37% yoy) terutama ikan laut beku dan Hongkong

(3872,90% yoy) berupa ikan laut hidup. Ekspor lainnya

dari Provinsi NTT adalah pengiriman pesawat terbang

bekas ke Kenya dan Filipina oleh maskapai yang beroperasi

di Provinsi NTT. Adapun peningkatan ekspor jasa juga

menunjukkan peningkatan didorong oleh semakin

tumbuhnya sektor pariwisata/penyediaan akomodasi dan

makan minum, yang pada tahun 2017 mampu tumbuh

cukup tinggi sebesar 13,59% (yoy).

Dilihat dari kinerja pertumbuhan per triwulan,

terjadi perlambatan ekspor luar negeri pada triwulan

IV 2017. Ekspor tumbuh sebesar 27,11% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan III 2017 sebesar 36,87% (yoy)

meskipun masih lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 13,67%

(yoy). Perlambatan pertumbuhan ekspor lebih dikarenakan

pada periode triwulan sebelumnya terdapat ekspor dalam

nominal besar yakni pengiriman pesawat terbang bekas ke

Kenya dan Filipina oleh salah satu maskapai yang

beroperasi di Provinsi NTT. Ekspor barang dan jasa ke luar

negeri seluruhnya tumbuh melambat sebesar 45,44%

(yoy) dan 4,80% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017

sebesar 65,54% (yoy) dan 6,09% (yoy). Berdasarkan data

ekspor-impor, Provinsi NTT pada triwulan IV 2017

mengalami net impor sebesar US$1,69 juta. Kondisi net

impor pada triwulan laporan terjadi karena adanya impor

pesawat terbang pada bulan November 2017 senilai

US$12,50 juta dari Perancis oleh salah satu maskapai yang

beroperasi di Provinsi NTT, serta impor perlengkapan

pembangkit listrik dari Finlandia senilai US$9,76 juta dalam

rangka realisasi investasi pembangunan pembangkit listrik

oleh pemerintah bekerja sama dengan swasta. Di sisi lain,

pengiriman komoditas ekspor pada triwulan laporan

meningkat cukup signifikan dari tahun sebelumnya

sebesar 325,69% (yoy). Pengiriman komoditas ekspor

banyak dilakukan dengan tujuan negara mitra dagang

utama seperti Vietnam dengan nilai US$13,26 juta

(komoditas utama kacang mete), Timor Leste sebesar

US$4,76 juta (komoditas utama semen dan kendaraan)

serta Jepang senilai US$2,09 juta (komoditas utama ikan

laut beku).

Ekspor luar negeri Provinsi NTT pada triwulan I 2018

diperkirakan terkontraksi, sementara impor luar

negeri tumbuh melambat. Turunnya ekspor terutama

terjadi karena telah tingginya permintaan pada periode

yang sama tahun sebelumnya seiring banyaknya

permintaan baru dari negara-negara lain. Sumber

14 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 31: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Sumber: BKPMD NTT, diolah

VIETNAM

TIMOR LESTE

JEPANG

ITALIA

FILIPINA

TAIWAN

INDIA

KOREA SELATAN

TIONGKOK

SINGAPURA

NEGARA TUJUAN

Tabel 1.8. Komoditas Ekspor ke 10 Negara Tujuan Utama

NILAI(RIBU USD)

TRIWULAN IV 2017

KOMODITAS UTAMA

kacang mete (99%)

semen (19%), kendaraan (15%), makanan (4%)

ikan laut beku (83%)

sepatu (100%)

pesawat terbang (100%)

ikan laut beku (85%)

kacang mete (64%), essential soil (30%)

rumput laut (100%)

udang (37%), bambu dan sebagainya (45%)

ikan laut beku (94%)

13.258

4.758

2.087

1.064

1.000

935

741

728

87

77

VIETNAM

TIMOR LESTE

JEPANG

KOREA SELATAN

INDIA

ITALIA

KENYA

FILIPINA

TAIWAN

HONGKONG

NEGARA TUJUAN

NILAI(RIBU USD)

TOTAL TAHUN 2017

KOMODITAS UTAMA

kacang mete (84%), tembaga (16%)

semen (25%), kendaraan (17%), furnitur (10%), makanan (8%)

ikan tuna beku (84%)

rumput laut (51%), tembaga (49%)

kacang mete (69%), essential soil (13%)

sepatu (97%)

pesawat terbang (100%)

pesawat terbang (92%)

ikan laut beku (75%), batu alam hias (10%)

ikan laut hidup (50%), mutiara (30%)

25.714

18.561

6.441

3.957

1.730

1.102

1.100

1.089

1.061

935

komoditas ekspor juga masih relatif sama serta terdapat

risiko adanya faktor gangguan cuaca di awal tahun yang

menyebabkan produksi hasil perkebunan dan perikanan

berkurang. Di sisi lain, impor luar negeri diperkirakan

tumbuh melambat sekitar 30% (yoy), meskipun terdapat

kedatangan beras impor dari Vietnam sebanyak 10.000

ton pada Februari 2018, lebih disebabkan oleh telah

tingginya impor triwulan IV 2017 maupun periode yang

sama tahun lalu (728,56% yoy dan 326,27% (yoy).

bantuan bibit dan pelatihan kepada petani yang lebih

intensif . Sektor transportasi dan pergudangan

menunjukkan peningkatan pertumbuhan terutama

didorong oleh adanya penambahan jadwal dan rute

pesawat terbang di Provinsi NTT seperti Jakarta-Labuan

Bajo oleh Batik Air, Kupang-Makassar oleh Garuda

Indonesia, Kupang-Dili oleh Air Timor dan Kupang-Bali

oleh NAM Air. Di sisi lain, pertumbuhan jasa pendidikan

meningkat seiring investasi di bidang pendidikan oleh

pemerintah yang banyak dilakukan pada tahun 2016

seperti penambahan jumlah ruang kelas di sekolah

menegah atas, sekolah kejuruan dan universitas/politeknik

serta pembangunan pusat kursus telah selesai dikerjakan

pada Desember 2016 dan mulai dipergunakan pada tahun

2017. Selain itu, ditambah pula dengan adanya

penambahan jumlah ruang kelas dan laboratorium di

universitas/politeknik pada tahun 2017.

Peningkatan pertumbuhan sektor-sektor utama

P r o v i n s i N T T m e n j a d i f a k t o r p e n y e b a b

meningkatnya pertumbuhan ekonomi di triwulan IV

2017. Sektor-sektor utama yang mengalami akselerasi

adalah administrasi pemerintahan dan jasa pendidikan.

Selain itu, sektor-sektor lain seperti transportasi dan

pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum

serta real estate juga menunjukkan peningkatan.

1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI SEKTORALSecara sektoral, pertumbuhan ekonomi NTT pada

tahun 2017 terutama didorong oleh sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan, transportasi

dan pergudangan serta jasa pendidikan. Sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan tercatat tumbuh

sebesar 4,88% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar 2,37% (yoy). Sektor transportasi dan

pergudangan serta jasa pendidikan juga tumbuh

meningkat sebesar 7,66% (yoy) dan 6,24% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,43%

(yoy) dan 4,18% (yoy). Sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan mampu tumbuh lebih t inggi seir ing

meningkatnya produksi pertanian pada tahun ini dengan

adanya peningkatan luas lahan pertanian, jaringan irigasi,

15KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

URGrafik 1.16.Perkembangan Ekspor dan Impor

Sumber : BPS; diolah

-7

-2

3

8

13

18

23

28

33 JUTA USD

EKSPOR IMPOR NET EKSPOR

SUMBER : COGNOS BI, DIOLAH

Grafik 1.17. Negara Tujuan Ekspor

Sumber : BPS; diolah

JUTA USD

SUMBER : COGNOS BI, DIOLAH

0

5

10

15

20

25

USA AUSTRALIA INDIATIMOR LESTESINGAPURA VIETNAMRRC JAPAN

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Peningkatan ekspor disumbang terutama oleh ekspor

barang luar negeri yang tumbuh 39,90% (yoy), meningkat

signifikan dibandingkan tahun 2016 sebesar 3,22% (yoy).

Selain itu, ekspor jasa juga menunjukkan peningkatan

pertumbuhan sebesar 6,64% (yoy) setelah tahun

sebelumnya sempat terkontraksi -14,22% (yoy). Ekspor

barang tumbuh meningkat didorong oleh adanya

peningkatan pengiriman ekspor ke negara mitra dagang

utama Provinsi NTT, yakni Vietnam (103,48% yoy)

terutama kacang mete, rumput laut ke Korea Selatan

(270,89% yoy), ikan laut beku ke Taiwan (1079,03% yoy),

Jepang (37% yoy) terutama ikan laut beku dan Hongkong

(3872,90% yoy) berupa ikan laut hidup. Ekspor lainnya

dari Provinsi NTT adalah pengiriman pesawat terbang

bekas ke Kenya dan Filipina oleh maskapai yang beroperasi

di Provinsi NTT. Adapun peningkatan ekspor jasa juga

menunjukkan peningkatan didorong oleh semakin

tumbuhnya sektor pariwisata/penyediaan akomodasi dan

makan minum, yang pada tahun 2017 mampu tumbuh

cukup tinggi sebesar 13,59% (yoy).

Dilihat dari kinerja pertumbuhan per triwulan,

terjadi perlambatan ekspor luar negeri pada triwulan

IV 2017. Ekspor tumbuh sebesar 27,11% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan III 2017 sebesar 36,87% (yoy)

meskipun masih lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 13,67%

(yoy). Perlambatan pertumbuhan ekspor lebih dikarenakan

pada periode triwulan sebelumnya terdapat ekspor dalam

nominal besar yakni pengiriman pesawat terbang bekas ke

Kenya dan Filipina oleh salah satu maskapai yang

beroperasi di Provinsi NTT. Ekspor barang dan jasa ke luar

negeri seluruhnya tumbuh melambat sebesar 45,44%

(yoy) dan 4,80% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017

sebesar 65,54% (yoy) dan 6,09% (yoy). Berdasarkan data

ekspor-impor, Provinsi NTT pada triwulan IV 2017

mengalami net impor sebesar US$1,69 juta. Kondisi net

impor pada triwulan laporan terjadi karena adanya impor

pesawat terbang pada bulan November 2017 senilai

US$12,50 juta dari Perancis oleh salah satu maskapai yang

beroperasi di Provinsi NTT, serta impor perlengkapan

pembangkit listrik dari Finlandia senilai US$9,76 juta dalam

rangka realisasi investasi pembangunan pembangkit listrik

oleh pemerintah bekerja sama dengan swasta. Di sisi lain,

pengiriman komoditas ekspor pada triwulan laporan

meningkat cukup signifikan dari tahun sebelumnya

sebesar 325,69% (yoy). Pengiriman komoditas ekspor

banyak dilakukan dengan tujuan negara mitra dagang

utama seperti Vietnam dengan nilai US$13,26 juta

(komoditas utama kacang mete), Timor Leste sebesar

US$4,76 juta (komoditas utama semen dan kendaraan)

serta Jepang senilai US$2,09 juta (komoditas utama ikan

laut beku).

Ekspor luar negeri Provinsi NTT pada triwulan I 2018

diperkirakan terkontraksi, sementara impor luar

negeri tumbuh melambat. Turunnya ekspor terutama

terjadi karena telah tingginya permintaan pada periode

yang sama tahun sebelumnya seiring banyaknya

permintaan baru dari negara-negara lain. Sumber

14 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 32: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

0

20

40

60

80

100

120

140

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

0

50

100

150

200

250

300

350

400 RP MILIAR

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Tukar Petani

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 1.19. Data Perkembangan Pengiriman Ternak

SUMBER : DINAS PETERNAKAN, DIOLAH

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

0

5

10

15

20

25

30

35 RIBU EKOR

SAPI KERBAU KUDA GROWTHNTP-AXIS KANANIT IB

Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Pertanian

SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 1.21. Perkembangan SKDU Pertanian

SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTANIAN (%YOY)

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Di sisi lain, pengiriman ternak mencatatkan

perlambatan kinerja pada triwulan IV 2017 dan

menjadi salah satu penyumbang perlambatan sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan secara

triwulanan. Pengiriman ternak tumbuh sebesar 30,81%

(yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan III

2017 sebesar 40,81% (yoy). Kondisi tersebut terutama

dipengaruhi oleh telah tingginya pengiriman ternak pada

triwulan sebelumnya dalam rangka pemenuhan

kebutuhan terutama di Jawa untuk mengantisipasi

kebutuhan tinggi pada akhir tahun seiring momen hari

libur keagamaan Natal dan Tahun Baru. Sampai triwulan IV

2017, jumlah sapi yang telah terkirim mencapai 66.574

ekor (94,03% dari target sebesar 70.800 ekor). Sementara

itu, realisasi pengiriman kerbau dan kuda sampai dengan

triwulan IV 2017 masing-masing sebanyak 3.700 ekor

(68,39% dari target sebesar 5.410 ekor) dan 5.583 ekor

(88,09% dari target 6.338 ekor).

Penyaluran kredit sektor pertanian pada triwulan IV

2 0 1 7 m a s i h m e n u n j u k k a n p e n i n g k a t a n

pertumbuhan. Penyaluran kredit sektor pertanian sampai

dengan triwulan IV 2017 mencapai Rp369,06 miliar

dengan pertumbuhan sebesar 32,64% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan III 2017 yang tumbuh 28,93% (yoy)

terutama untuk pertanian padi dalam rangka persiapan

menghadapi musim tanam padi periode Okmar (Oktober-

Maret). Di sisi lain, SKDU pertanian menunjukkan

perbaikan meskipun masih melambat dar i s is i

perkembangan kegiatan usaha, tenaga kerja dan harga

jual.

Pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan pada triwulan I 2018 diperkirakan

melambat. Perlambatan pertumbuhan pada triwulan I

2018 dibandingkan triwulan IV 2017 diperkirakan sebagai

dampak dari telah tingginya pertumbuhan sepanjang

tahun sebelumnya seiring banyaknya pembangunan

17KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah) *Dalam Juta Rp

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS

PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

JASA KEUANGAN DAN ASURANSI

REAL ESTATE

JASA PERUSAHAAN

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

JASA PENDIDIKAN

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

JASA LAINNYA

PDRB

URAIAN

Tabel 1.9. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi 2017

IVYOY

2017YOY

3,39

3,37

7,51

4,60

0,95

6,15

4,06

9,04

18,60

3,74

4,13

4,83

0,06

6,74

7,12

8,37

8,53

5,29

4,88

2,07

7,36

0,70

1,43

6,12

4,45

7,66

13,59

5,10

5,81

4,96

1,43

2,96

6,24

7,36

6,99

5,16

III

2017

IV

6.902.730

300.584

296.079

16.861

12.947

2.565.727

2.617.777

1.290.516

177.691

1.562.478

945.158

602.721

72.739

3.064.968

2.303.011

494.812

503.544

23.730.341

6.492.915

318.019

311.419

18.600

13.120

2.676.426

2.688.903

1.325.457

192.862

1.632.475

985.841

619.978

74.299

3.282.171

2.460.569

526.729

514.728

24.134.508

BOBOT QTQ

26,90

1,32

1,29

0,08

0,05

11,09

11,14

5,49

0,80

6,76

4,08

2,57

0,31

13,60

10,20

2,18

2,13

100,00

-7,12

5,18

3,22

7,62

0,87

3,09

1,41

2,33

7,23

3,68

2,76

1,95

1,91

5,14

5,61

5,03

1,23

0,54

2016

TOTAL

2017

24.316.946

1.166.764

1.034.289

59.409

48.990

8.994.924

9.321.848

4.528.290

586.079

5.878.513

3.357.415

2.209.476

257.185

10.664.989

7.983.265

1.767.997

1.771.425

83.947.803

26.183.603

1.186.099

1.147.211

66.389

50.483

9.787.049

10.071.551

4.942.877

675.949

6.194.545

3.726.412

2.347.679

279.075

11.697.016

8.917.405

1.941.037

1.945.361

91.159.740

III IV

6.423.171

301.698

265.244

15.331

12.691

2.362.865

2.456.270

1.186.069

154.603

1.511.013

837.549

567.351

66.388

2.731.064

2.017.982

443.925

449.919

21.803.132

6.098.254

309.436

279.169

15.975

12.841

2.437.734

2.487.909

1.210.726

159.845

1.569.272

898.325

577.531

69.530

2.827.864

2.131.982

473.595

462.317

22.022.309

2016

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan PerikananPada tahun 2017, pertumbuhan sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan mencapai 4,88% (yoy),

meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang

tumbuh sebesar 2,37% (yoy). Selama tahun 2017,

relatif lebih kondusifnya kondisi cuaca dibandingkan tahun

sebelumnya serta banyaknya peningkatan luas lahan

pertanian didukung dengan intensifnya penambahan

bendungan, embung dan jaringan irigasi di Provinsi NTT

mendorong sektor pertanian tumbuh lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, adanya

peningkatan produksi perkebunan berbasis ekspor seperti

kacang mete (terutama ke Vietnam) serta pengiriman

ternak sapi ke daerah lain turut menjadi faktor pendorong

pertumbuhan sektor ini pada tahun 2017.

Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada

triwulan IV masih tumbuh cukup positif meskipun

melambat dibandingkan triwulan III 2017 dan

periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan

subsektor pertanian dibandingkan triwulan sebelumnya

terutama disebabkan oleh adanya gangguan produksi

hortikultura akibat curah hujan yang tinggi. Sementara

dari subsektor perikanan, berdasarkan laporan liaison Bank

Indonesia triwulan IV 2017 terdapat penurunan produksi

ikan tuna dan cakalang yang ditengarai sebagai dampak

penangkapan ikan oleh kapal dari luar NTT. Dari subsektor

peternakan, kontak liaison Bank Indonesia menyatakan

pada triwulan IV 2017 terdapat penurunan penjualan sapi

yang disebabkan persaingan usaha dengan BUMD dan

adanya sapi impor. Namun demikian, perlambatan sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan berbanding terbalik

dengan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV 2017 yang

menunjukkan peningkatan menjadi 104,15 dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 102,43. Peningkatan NTP

terus terjadi dari awal hingga akhir tahun yang

mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan petani

seiring hasil produksi pertanian yang meningkat.

16 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 33: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

0

20

40

60

80

100

120

140

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

0

50

100

150

200

250

300

350

400 RP MILIAR

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Tukar Petani

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 1.19. Data Perkembangan Pengiriman Ternak

SUMBER : DINAS PETERNAKAN, DIOLAH

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

0

5

10

15

20

25

30

35 RIBU EKOR

SAPI KERBAU KUDA GROWTHNTP-AXIS KANANIT IB

Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Pertanian

SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 1.21. Perkembangan SKDU Pertanian

SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTANIAN (%YOY)

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Di sisi lain, pengiriman ternak mencatatkan

perlambatan kinerja pada triwulan IV 2017 dan

menjadi salah satu penyumbang perlambatan sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan secara

triwulanan. Pengiriman ternak tumbuh sebesar 30,81%

(yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan III

2017 sebesar 40,81% (yoy). Kondisi tersebut terutama

dipengaruhi oleh telah tingginya pengiriman ternak pada

triwulan sebelumnya dalam rangka pemenuhan

kebutuhan terutama di Jawa untuk mengantisipasi

kebutuhan tinggi pada akhir tahun seiring momen hari

libur keagamaan Natal dan Tahun Baru. Sampai triwulan IV

2017, jumlah sapi yang telah terkirim mencapai 66.574

ekor (94,03% dari target sebesar 70.800 ekor). Sementara

itu, realisasi pengiriman kerbau dan kuda sampai dengan

triwulan IV 2017 masing-masing sebanyak 3.700 ekor

(68,39% dari target sebesar 5.410 ekor) dan 5.583 ekor

(88,09% dari target 6.338 ekor).

Penyaluran kredit sektor pertanian pada triwulan IV

2 0 1 7 m a s i h m e n u n j u k k a n p e n i n g k a t a n

pertumbuhan. Penyaluran kredit sektor pertanian sampai

dengan triwulan IV 2017 mencapai Rp369,06 miliar

dengan pertumbuhan sebesar 32,64% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan III 2017 yang tumbuh 28,93% (yoy)

terutama untuk pertanian padi dalam rangka persiapan

menghadapi musim tanam padi periode Okmar (Oktober-

Maret). Di sisi lain, SKDU pertanian menunjukkan

perbaikan meskipun masih melambat dar i s is i

perkembangan kegiatan usaha, tenaga kerja dan harga

jual.

Pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan pada triwulan I 2018 diperkirakan

melambat. Perlambatan pertumbuhan pada triwulan I

2018 dibandingkan triwulan IV 2017 diperkirakan sebagai

dampak dari telah tingginya pertumbuhan sepanjang

tahun sebelumnya seiring banyaknya pembangunan

17KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah) *Dalam Juta Rp

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

PENGADAAN LISTRIK DAN GAS

PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

JASA KEUANGAN DAN ASURANSI

REAL ESTATE

JASA PERUSAHAAN

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

JASA PENDIDIKAN

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

JASA LAINNYA

PDRB

URAIAN

Tabel 1.9. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi 2017

IVYOY

2017YOY

3,39

3,37

7,51

4,60

0,95

6,15

4,06

9,04

18,60

3,74

4,13

4,83

0,06

6,74

7,12

8,37

8,53

5,29

4,88

2,07

7,36

0,70

1,43

6,12

4,45

7,66

13,59

5,10

5,81

4,96

1,43

2,96

6,24

7,36

6,99

5,16

III

2017

IV

6.902.730

300.584

296.079

16.861

12.947

2.565.727

2.617.777

1.290.516

177.691

1.562.478

945.158

602.721

72.739

3.064.968

2.303.011

494.812

503.544

23.730.341

6.492.915

318.019

311.419

18.600

13.120

2.676.426

2.688.903

1.325.457

192.862

1.632.475

985.841

619.978

74.299

3.282.171

2.460.569

526.729

514.728

24.134.508

BOBOT QTQ

26,90

1,32

1,29

0,08

0,05

11,09

11,14

5,49

0,80

6,76

4,08

2,57

0,31

13,60

10,20

2,18

2,13

100,00

-7,12

5,18

3,22

7,62

0,87

3,09

1,41

2,33

7,23

3,68

2,76

1,95

1,91

5,14

5,61

5,03

1,23

0,54

2016

TOTAL

2017

24.316.946

1.166.764

1.034.289

59.409

48.990

8.994.924

9.321.848

4.528.290

586.079

5.878.513

3.357.415

2.209.476

257.185

10.664.989

7.983.265

1.767.997

1.771.425

83.947.803

26.183.603

1.186.099

1.147.211

66.389

50.483

9.787.049

10.071.551

4.942.877

675.949

6.194.545

3.726.412

2.347.679

279.075

11.697.016

8.917.405

1.941.037

1.945.361

91.159.740

III IV

6.423.171

301.698

265.244

15.331

12.691

2.362.865

2.456.270

1.186.069

154.603

1.511.013

837.549

567.351

66.388

2.731.064

2.017.982

443.925

449.919

21.803.132

6.098.254

309.436

279.169

15.975

12.841

2.437.734

2.487.909

1.210.726

159.845

1.569.272

898.325

577.531

69.530

2.827.864

2.131.982

473.595

462.317

22.022.309

2016

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan PerikananPada tahun 2017, pertumbuhan sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan mencapai 4,88% (yoy),

meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang

tumbuh sebesar 2,37% (yoy). Selama tahun 2017,

relatif lebih kondusifnya kondisi cuaca dibandingkan tahun

sebelumnya serta banyaknya peningkatan luas lahan

pertanian didukung dengan intensifnya penambahan

bendungan, embung dan jaringan irigasi di Provinsi NTT

mendorong sektor pertanian tumbuh lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, adanya

peningkatan produksi perkebunan berbasis ekspor seperti

kacang mete (terutama ke Vietnam) serta pengiriman

ternak sapi ke daerah lain turut menjadi faktor pendorong

pertumbuhan sektor ini pada tahun 2017.

Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada

triwulan IV masih tumbuh cukup positif meskipun

melambat dibandingkan triwulan III 2017 dan

periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan

subsektor pertanian dibandingkan triwulan sebelumnya

terutama disebabkan oleh adanya gangguan produksi

hortikultura akibat curah hujan yang tinggi. Sementara

dari subsektor perikanan, berdasarkan laporan liaison Bank

Indonesia triwulan IV 2017 terdapat penurunan produksi

ikan tuna dan cakalang yang ditengarai sebagai dampak

penangkapan ikan oleh kapal dari luar NTT. Dari subsektor

peternakan, kontak liaison Bank Indonesia menyatakan

pada triwulan IV 2017 terdapat penurunan penjualan sapi

yang disebabkan persaingan usaha dengan BUMD dan

adanya sapi impor. Namun demikian, perlambatan sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan berbanding terbalik

dengan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV 2017 yang

menunjukkan peningkatan menjadi 104,15 dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 102,43. Peningkatan NTP

terus terjadi dari awal hingga akhir tahun yang

mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan petani

seiring hasil produksi pertanian yang meningkat.

16 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 34: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Grafik 1.26. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-70%

-50%

-30%

-10%

10%

30%

50%

70%

90%

110%

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

Grafik 1.25. Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH

SIMPANAN (RP MILIAR) PERT (%YOY)

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Sementara itu pertumbuhan sektor perdagangan

besar dan eceran pada triwulan IV 2017 sebesar

4,06% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 3,02% (yoy) meskipun lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Kondisi tersebut didorong oleh adanya

momen Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang

meningkatkan konsumsi masyarakat pada periode

tersebut. Peningkatan sektor perdagangan pada triwulan

laporan tercermin dari penyaluran kredit sektor

perdagangan. Sampai dengan triwulan IV 2017,

penyaluran kredit sektor perdagangan mencapai Rp6,42

triliun, tumbuh sedikit meningkat sebesar 9,89% (yoy) dari

triwulan III 2017 sebesar 9,19% (yoy). Peningkatan

penyaluran kredit terutama masih disumbang oleh

perdagangan eceran berbagai macam barang yang

didominasi makanan, minuman dan tembakau sebagai

subsektor utama perdagangan di Provinsi NTT.

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Survei

Konsumen (SK) Bank Indonesia menunjukkan terus

terjaganya optimisme pelaku usaha dan konsumen

di Provinsi NTT. Indikator SKDU berupa kegiatan usaha

dan harga jual menunjukkan peningkatan dibandingkan

triwulan III 2017. Terjaganya optimisme pelaku usaha dan

konsumen, berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia pada

triwulan IV 2017 terutama didorong persiapan menjelang

Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Selain itu, Survei

Konsumen Bank Indonesia di Provinsi NTT juga

19KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

tahunan pemerintah masih belum maksimal seiring masih

dalam periode konsolidasi dan proyek-proyek belum

banyak dilelang sehingga berpengaruh pada capaian

sektor administrasi pemerintah.

1.3.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Secara tahunan, sektor perdagangan besar dan

eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh

sebesar 4,45% (yoy) pada tahun 2017, melambat

dibandingkan tahun 2016 yang tumbuh 6,77% (yoy).

Kondisi tersebut berlawanan dengan konsumsi rumah

tangga yang tumbuh meningkat pada tahun 2017 seiring

daya beli masyarakat NTT yang meningkat ditopang oleh

peningkatan penghasilan di sektor pertanian dan

perkebunan, upah minimum pegawai, dorongan gaji ke-

13 dan ke-14 PNS serta penyaluran bantuan sosial oleh

pemerintah. Kontak liaison Bank Indonesia di Provinsi NTT

juga menyatakan bahwa te r jad i pen ingkatan

permintaan/penjualan r i te l diantaranya karena

penambahan varian produk dan perluasan jangkauan

penjualan, serta peningkatan penjualan bahan bangunan

se i r ing bertambahnya antus iasme masyarakat

memperbaiki rumah/tempat tinggal ditopang gaji ke-14,

dana bantuan desa serta program rumah murah dari

pemerintah. Adapun kondisi perlambatan paling tidak

tercermin dari konsumsi kesehatan dan pendidikan,

transportasi dan komunikasi serta restoran dan hotel yang

melambat pada tahun 2017.

SUMBER : DITJEN PERBENDAHARAAN+BIRO KEUANGAN NTT

Grafik 1.23.

BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANGDAN JASA

BELANJA HIBAHBANTUAN

KEUANGAN

11.78 11.89

0.94%1.65 1.60

-3.23%

*RP TRILIUN

6.467.52

16.44%2.93 3.53

20.18%

0

2

4

6

8

10

12

14

TW IV-2016 TW IV-2017

Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah Triwulan IV2017

Grafik 1.22. Proyeksi SKDU Pertanian

SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

II III IV

2016

I II III IV

2017

I

2018

I II III IV

2015

I

infrastruktur bidang pertanian, sementara pada awal

tahun 2018 diperkirakan pembangunan belum sebanyak

periode sebelumnya. Dari sisi kondisi alam, curah hujan

dan gelombang laut yang t inggi d iperkirakan

mengganggu produksi terutama hortikultura dan ikan laut

tangkap.

dari tahun 2016. Perlambatan terutama berasal dari

realisasi belanja konsumsi APBD kabupaten/kota yang

melambat dari 22,60% (yoy) pada tahun 2016 menjadi

2,64% (yoy) pada tahun 2017, disumbang oleh komponen

belanja pegawai serta barang dan jasa.

Kinerja sektor administrasi pemerintahan,

pertahanan dan jaminan sosial wajib pada periode

laporan meningkat dibandingkan triwulan III 2017

dan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada

triwulan IV 2017, sektor administrasi pemerintahan

tumbuh sebesar 6,74% (yoy) atau meningkat

dibandingkan triwulan III 2017 sebesar 3,70% (yoy).

Kondisi tersebut didorong oleh peningkatan belanja

pegawai untuk pencapaian realisasi anggaran proyek,

persiapan proyek serta realisasi belanja konsumsi pada

akhir tahun.

Peningkatan pertumbuhan sektor administrasi

pemerintahan juga sejalan dengan perlambatan

simpanan pemerintah di perbankan Provinsi NTT.

Simpanan pemerintah di perbankan pada triwulan IV 2017

turun sebesar -17,98% (yoy), lebih rendah dari penurunan

pada triwulan III 2017 sebesar -5,34% (yoy). Kondisi

tersebut mencerminkan peningkatan pencairan dana

pemerintah yang disimpan di bank dalam rangka mengejar

realisasi belanja konsumsi dan modal pada akhir tahun.

Pada triwulan I 2018, pertumbuhan sektor

administrasi diperkirakan melambat. Sesuai siklus

tahunan, pada awal tahun realisasi anggaran belanja

1.3.2 Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial WajibSecara tahunan, sektor Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib tumbuh 2,96%

(yoy) di tahun 2017. Pertumbuhan tersebut melambat

jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2016 yang

sebesar 5,63% (yoy). Perlambatan sektor administrasi

pemerintahan pada tahun 2017 disebabkan oleh

pertumbuhan realisasi belanja konsumsi pemerintah di

Provinsi NTT yang melambat dari 15,33% (yoy) pada tahun

2016 menjadi hanya 8,06% (yoy) pada tahun 2017 seiring

berjalannya pengetatan belanja konsumsi yang dimulai

18 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH

TRILIUN

PERDAGANGAN, BESAR DAN ECERAN PERT(%YOY)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Page 35: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Grafik 1.26. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-70%

-50%

-30%

-10%

10%

30%

50%

70%

90%

110%

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

Grafik 1.25. Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH

SIMPANAN (RP MILIAR) PERT (%YOY)

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Sementara itu pertumbuhan sektor perdagangan

besar dan eceran pada triwulan IV 2017 sebesar

4,06% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 3,02% (yoy) meskipun lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Kondisi tersebut didorong oleh adanya

momen Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang

meningkatkan konsumsi masyarakat pada periode

tersebut. Peningkatan sektor perdagangan pada triwulan

laporan tercermin dari penyaluran kredit sektor

perdagangan. Sampai dengan triwulan IV 2017,

penyaluran kredit sektor perdagangan mencapai Rp6,42

triliun, tumbuh sedikit meningkat sebesar 9,89% (yoy) dari

triwulan III 2017 sebesar 9,19% (yoy). Peningkatan

penyaluran kredit terutama masih disumbang oleh

perdagangan eceran berbagai macam barang yang

didominasi makanan, minuman dan tembakau sebagai

subsektor utama perdagangan di Provinsi NTT.

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Survei

Konsumen (SK) Bank Indonesia menunjukkan terus

terjaganya optimisme pelaku usaha dan konsumen

di Provinsi NTT. Indikator SKDU berupa kegiatan usaha

dan harga jual menunjukkan peningkatan dibandingkan

triwulan III 2017. Terjaganya optimisme pelaku usaha dan

konsumen, berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia pada

triwulan IV 2017 terutama didorong persiapan menjelang

Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Selain itu, Survei

Konsumen Bank Indonesia di Provinsi NTT juga

19KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

tahunan pemerintah masih belum maksimal seiring masih

dalam periode konsolidasi dan proyek-proyek belum

banyak dilelang sehingga berpengaruh pada capaian

sektor administrasi pemerintah.

1.3.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Secara tahunan, sektor perdagangan besar dan

eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh

sebesar 4,45% (yoy) pada tahun 2017, melambat

dibandingkan tahun 2016 yang tumbuh 6,77% (yoy).

Kondisi tersebut berlawanan dengan konsumsi rumah

tangga yang tumbuh meningkat pada tahun 2017 seiring

daya beli masyarakat NTT yang meningkat ditopang oleh

peningkatan penghasilan di sektor pertanian dan

perkebunan, upah minimum pegawai, dorongan gaji ke-

13 dan ke-14 PNS serta penyaluran bantuan sosial oleh

pemerintah. Kontak liaison Bank Indonesia di Provinsi NTT

juga menyatakan bahwa te r jad i pen ingkatan

permintaan/penjualan r i te l diantaranya karena

penambahan varian produk dan perluasan jangkauan

penjualan, serta peningkatan penjualan bahan bangunan

se i r ing bertambahnya antus iasme masyarakat

memperbaiki rumah/tempat tinggal ditopang gaji ke-14,

dana bantuan desa serta program rumah murah dari

pemerintah. Adapun kondisi perlambatan paling tidak

tercermin dari konsumsi kesehatan dan pendidikan,

transportasi dan komunikasi serta restoran dan hotel yang

melambat pada tahun 2017.

SUMBER : DITJEN PERBENDAHARAAN+BIRO KEUANGAN NTT

Grafik 1.23.

BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANGDAN JASA

BELANJA HIBAHBANTUAN

KEUANGAN

11.78 11.89

0.94%1.65 1.60

-3.23%

*RP TRILIUN

6.467.52

16.44%2.93 3.53

20.18%

0

2

4

6

8

10

12

14

TW IV-2016 TW IV-2017

Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah Triwulan IV2017

Grafik 1.22. Proyeksi SKDU Pertanian

SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

II III IV

2016

I II III IV

2017

I

2018

I II III IV

2015

I

infrastruktur bidang pertanian, sementara pada awal

tahun 2018 diperkirakan pembangunan belum sebanyak

periode sebelumnya. Dari sisi kondisi alam, curah hujan

dan gelombang laut yang t inggi d iperkirakan

mengganggu produksi terutama hortikultura dan ikan laut

tangkap.

dari tahun 2016. Perlambatan terutama berasal dari

realisasi belanja konsumsi APBD kabupaten/kota yang

melambat dari 22,60% (yoy) pada tahun 2016 menjadi

2,64% (yoy) pada tahun 2017, disumbang oleh komponen

belanja pegawai serta barang dan jasa.

Kinerja sektor administrasi pemerintahan,

pertahanan dan jaminan sosial wajib pada periode

laporan meningkat dibandingkan triwulan III 2017

dan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada

triwulan IV 2017, sektor administrasi pemerintahan

tumbuh sebesar 6,74% (yoy) atau meningkat

dibandingkan triwulan III 2017 sebesar 3,70% (yoy).

Kondisi tersebut didorong oleh peningkatan belanja

pegawai untuk pencapaian realisasi anggaran proyek,

persiapan proyek serta realisasi belanja konsumsi pada

akhir tahun.

Peningkatan pertumbuhan sektor administrasi

pemerintahan juga sejalan dengan perlambatan

simpanan pemerintah di perbankan Provinsi NTT.

Simpanan pemerintah di perbankan pada triwulan IV 2017

turun sebesar -17,98% (yoy), lebih rendah dari penurunan

pada triwulan III 2017 sebesar -5,34% (yoy). Kondisi

tersebut mencerminkan peningkatan pencairan dana

pemerintah yang disimpan di bank dalam rangka mengejar

realisasi belanja konsumsi dan modal pada akhir tahun.

Pada triwulan I 2018, pertumbuhan sektor

administrasi diperkirakan melambat. Sesuai siklus

tahunan, pada awal tahun realisasi anggaran belanja

1.3.2 Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial WajibSecara tahunan, sektor Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib tumbuh 2,96%

(yoy) di tahun 2017. Pertumbuhan tersebut melambat

jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2016 yang

sebesar 5,63% (yoy). Perlambatan sektor administrasi

pemerintahan pada tahun 2017 disebabkan oleh

pertumbuhan realisasi belanja konsumsi pemerintah di

Provinsi NTT yang melambat dari 15,33% (yoy) pada tahun

2016 menjadi hanya 8,06% (yoy) pada tahun 2017 seiring

berjalannya pengetatan belanja konsumsi yang dimulai

18 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH

TRILIUN

PERDAGANGAN, BESAR DAN ECERAN PERT(%YOY)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Page 36: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

200

400

600

800

1,000

1,200

Grafik 1.30. Perkembangan Penumpang Bandara

SUMBER : BPS, DIOLAH

RIBU ORANG

PENUMPANG PERT(%YOY)

8.49

Grafik 1.29. Perkembangan Tamu Hotel

SUMBER : BPS, DIOLAH

RIBU ORANG

TAMU HOTEL PERT(%YOY)

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

20.15

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Sektor industri pengolahan tumbuh meningkat

secara tahunan sebesar 7,36% (yoy) atau meningkat

dibandingkan tahun lalu sebesar 4,98% (yoy).

Pertumbuhan didorong terutama oleh permintaan semen

yang masih sangat tinggi karena program pembangunan

proyek infrastruktur yang masih terus berjalan, seperti

proyek strategis Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu

dan Napun Gete di Kabupaten Sikka serta permintaan air

minum dalam kemasan lokal yang terus meningkat.

Namun di sisi lain, permintaan semen yang tinggi belum

disertai dengan produksi industri yang maksimal karena

belum optimalnya mesin produksi semen pasca overhaul di

akhir tahun 2016 serta pengadaan batubara yang

terhambat, sehingga pertumbuhan sektor industri

pengolahan belum mampu lebih tinggi lagi. Salah satu

upaya menumbuhkan sektor industri di Provinsi NTT

melalui program kampung industri tematik sebagaimana

usulan Pemda dapat menjadi salah satu fokus utama

pemerintah saat ini.

Sektor informasi dan komunikasi tercatat tumbuh

melambat pada tahun 2017 sebesar 5,10% (yoy)

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,76%

(yoy). Naiknya tarif pulsa telepon seluler ditengarai

sebagai faktor penyebab melambatnya pertumbuhan

sektor ini. Di sisi lain, kondisi tersebut berlawanan dengan

adanya peningkatan luasan operasional jaringan 4G di

Provinsi NTT pasca selesainya pengembangan jaringan

telekomunikasi di tahun 2017 yang mampu mendorong

konsumsi telekomunikasi oleh masyarakat.

21KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

URGrafik 1.28. Proyeksi SKDU Perdagangan

SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I*

2018

dipercepat penyelesaiannya pada triwulan laporan,

menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektor konstruksi

di triwulan laporan.

Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum

sepanjang tahun 2017 tumbuh melambat, sementara

secara triwulan IV 2017 tumbuh meningkat.

Pertumbuhan tahun 2017 tercatat sebesar 13,59% (yoy),

sedikit melambat dibandingkan tahun 2016 sebesar

14,46% (yoy). Perlambatan tersebut terjadi disinyalir

sebagai dampak dari event pariwisata pada tahun 2017

yang tidak sebanyak tahun sebelumnya, serta nilai tambah

peningkatan fasilitas sektor pariwisata yang tidak segencar

tahun 2016. Di sisi lain, peningkatan pertumbuhan pada

tr iwulan IV 2017 tercermin dari meningkatnya

pertumbuhan tamu hotel menjadi 20,15% (yoy) dari

triwulan sebelumnya sebesar 6,03% (yoy) seiring

peningkatan acara di akhir tahun dalam rangka Hari Raya

Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, perkembangan

penumpang di bandara Provinsi NTT tumbuh sedikit

melambat menjadi 8,49% (yoy) dibandingkan triwulan III

2017 yang tumbuh sebesar 9,60% (yoy).

Sektor transportasi dan pergudangan secara agregat

tahun 2017 tumbuh 7,66% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,43%

(yoy). Di sisi lain, secara triwulan tumbuh meningkat

sebesar 9,04% (yoy) dari sebelumnya 8,77% (yoy).

Pertumbuhan secara tahunan tercermin dari peningkatan

aktivitas penumpang di bandara sepanjang tahun 2017

sebesar 3,27% (yoy) seiring adanya penambahan jadwal

dan rute pesawat terbang dari dan ke Provinsi NTT.

Sektor real estate tumbuh meningkat sebesar 4,96%

(yoy) pada tahun 2017 dibandingkan tahun

sebelumnya yang tumbuh 3,41% (yoy), begitu pula

secara triwulan yang tumbuh meningkat sebesar

4,83% (yoy) dari triwulan sebelumnya 4,60% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan sektor real estate terutama

disebabkan oleh pemenuhan target pembangunan

perumahan oleh REI NTT sebanyak 3.000 unit rumah

bersubsidi seperti di Kota Kupang, Kabupaten Kupang,

Manggarai Barat dan Timor Tengah Selatan.

1.3.4 Sektor-sektor LainnyaPertumbuhan sektor konstruksi sepanjang 2017

mencapai 6,12% (yoy), melambat dibandingkan

tahun 2016 yang tumbuh sebesar 8,11% (yoy).

Perlambatan sektor konstruksi terjadi seiring proyek

strategis nasional telah banyak dilakukan pada tahun 2016

dan menyisakan penyelesaian pada tahun 2017,

sementara belum ada proyek strategis nasional baru yang

mencatatkan perkembangan signifikan pada tahun 2017

seiring mayoritas masih dalam tahap pembebasan lahan

dan tahap konstruksi awal seperti Bendungan Temef dan

Napun Gete. Adapun secara triwulan, sektor konstruksi

pada triwulan IV 2017 tumbuh meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sektor konstruksi tumbuh sebesar

6,15% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III 2017

sebesar 5,85% (yoy), meskipun masih lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 8,39% (yoy). Percepatan penyelesaian Bendungan

Raknamo dan PLBN beserta fasilitasnya, serta peningkatan

realisasi investasi bangunan pemerintah dan swasta pada

semester dua tahun 2017 dengan proses konstruksi yang

20 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

menunjukkan bahwa keyakinan, ekspektasi dan persepsi

konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini masih terjaga

meskipun sedikit menurun dibanding triwulan III 2017.

Pada triwulan I 2018, sektor perdagangan diperkirakan

meningkat. Sektor perdagangan meningkat dibandingkan

triwulan IV 2017 didorong adanya masa persiapan Pilkada

serentak di Provinsi NTT yang dimulai pada awal tahun

2018 sehingga mendorong konsumsi masyarakat.

Page 37: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

200

400

600

800

1,000

1,200

Grafik 1.30. Perkembangan Penumpang Bandara

SUMBER : BPS, DIOLAH

RIBU ORANG

PENUMPANG PERT(%YOY)

8.49

Grafik 1.29. Perkembangan Tamu Hotel

SUMBER : BPS, DIOLAH

RIBU ORANG

TAMU HOTEL PERT(%YOY)

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

20.15

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Sektor industri pengolahan tumbuh meningkat

secara tahunan sebesar 7,36% (yoy) atau meningkat

dibandingkan tahun lalu sebesar 4,98% (yoy).

Pertumbuhan didorong terutama oleh permintaan semen

yang masih sangat tinggi karena program pembangunan

proyek infrastruktur yang masih terus berjalan, seperti

proyek strategis Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu

dan Napun Gete di Kabupaten Sikka serta permintaan air

minum dalam kemasan lokal yang terus meningkat.

Namun di sisi lain, permintaan semen yang tinggi belum

disertai dengan produksi industri yang maksimal karena

belum optimalnya mesin produksi semen pasca overhaul di

akhir tahun 2016 serta pengadaan batubara yang

terhambat, sehingga pertumbuhan sektor industri

pengolahan belum mampu lebih tinggi lagi. Salah satu

upaya menumbuhkan sektor industri di Provinsi NTT

melalui program kampung industri tematik sebagaimana

usulan Pemda dapat menjadi salah satu fokus utama

pemerintah saat ini.

Sektor informasi dan komunikasi tercatat tumbuh

melambat pada tahun 2017 sebesar 5,10% (yoy)

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,76%

(yoy). Naiknya tarif pulsa telepon seluler ditengarai

sebagai faktor penyebab melambatnya pertumbuhan

sektor ini. Di sisi lain, kondisi tersebut berlawanan dengan

adanya peningkatan luasan operasional jaringan 4G di

Provinsi NTT pasca selesainya pengembangan jaringan

telekomunikasi di tahun 2017 yang mampu mendorong

konsumsi telekomunikasi oleh masyarakat.

21KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

URGrafik 1.28. Proyeksi SKDU Perdagangan

SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I*

2018

dipercepat penyelesaiannya pada triwulan laporan,

menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektor konstruksi

di triwulan laporan.

Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum

sepanjang tahun 2017 tumbuh melambat, sementara

secara triwulan IV 2017 tumbuh meningkat.

Pertumbuhan tahun 2017 tercatat sebesar 13,59% (yoy),

sedikit melambat dibandingkan tahun 2016 sebesar

14,46% (yoy). Perlambatan tersebut terjadi disinyalir

sebagai dampak dari event pariwisata pada tahun 2017

yang tidak sebanyak tahun sebelumnya, serta nilai tambah

peningkatan fasilitas sektor pariwisata yang tidak segencar

tahun 2016. Di sisi lain, peningkatan pertumbuhan pada

tr iwulan IV 2017 tercermin dari meningkatnya

pertumbuhan tamu hotel menjadi 20,15% (yoy) dari

triwulan sebelumnya sebesar 6,03% (yoy) seiring

peningkatan acara di akhir tahun dalam rangka Hari Raya

Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, perkembangan

penumpang di bandara Provinsi NTT tumbuh sedikit

melambat menjadi 8,49% (yoy) dibandingkan triwulan III

2017 yang tumbuh sebesar 9,60% (yoy).

Sektor transportasi dan pergudangan secara agregat

tahun 2017 tumbuh 7,66% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,43%

(yoy). Di sisi lain, secara triwulan tumbuh meningkat

sebesar 9,04% (yoy) dari sebelumnya 8,77% (yoy).

Pertumbuhan secara tahunan tercermin dari peningkatan

aktivitas penumpang di bandara sepanjang tahun 2017

sebesar 3,27% (yoy) seiring adanya penambahan jadwal

dan rute pesawat terbang dari dan ke Provinsi NTT.

Sektor real estate tumbuh meningkat sebesar 4,96%

(yoy) pada tahun 2017 dibandingkan tahun

sebelumnya yang tumbuh 3,41% (yoy), begitu pula

secara triwulan yang tumbuh meningkat sebesar

4,83% (yoy) dari triwulan sebelumnya 4,60% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan sektor real estate terutama

disebabkan oleh pemenuhan target pembangunan

perumahan oleh REI NTT sebanyak 3.000 unit rumah

bersubsidi seperti di Kota Kupang, Kabupaten Kupang,

Manggarai Barat dan Timor Tengah Selatan.

1.3.4 Sektor-sektor LainnyaPertumbuhan sektor konstruksi sepanjang 2017

mencapai 6,12% (yoy), melambat dibandingkan

tahun 2016 yang tumbuh sebesar 8,11% (yoy).

Perlambatan sektor konstruksi terjadi seiring proyek

strategis nasional telah banyak dilakukan pada tahun 2016

dan menyisakan penyelesaian pada tahun 2017,

sementara belum ada proyek strategis nasional baru yang

mencatatkan perkembangan signifikan pada tahun 2017

seiring mayoritas masih dalam tahap pembebasan lahan

dan tahap konstruksi awal seperti Bendungan Temef dan

Napun Gete. Adapun secara triwulan, sektor konstruksi

pada triwulan IV 2017 tumbuh meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sektor konstruksi tumbuh sebesar

6,15% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III 2017

sebesar 5,85% (yoy), meskipun masih lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 8,39% (yoy). Percepatan penyelesaian Bendungan

Raknamo dan PLBN beserta fasilitasnya, serta peningkatan

realisasi investasi bangunan pemerintah dan swasta pada

semester dua tahun 2017 dengan proses konstruksi yang

20 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

menunjukkan bahwa keyakinan, ekspektasi dan persepsi

konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini masih terjaga

meskipun sedikit menurun dibanding triwulan III 2017.

Pada triwulan I 2018, sektor perdagangan diperkirakan

meningkat. Sektor perdagangan meningkat dibandingkan

triwulan IV 2017 didorong adanya masa persiapan Pilkada

serentak di Provinsi NTT yang dimulai pada awal tahun

2018 sehingga mendorong konsumsi masyarakat.

Page 38: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Boks 1. Dana Desa 2018Boks 1. Dana Desa 2018

Sejak dana desa dikucurkan perdana pada tahun 2015,

dana desa secara nasional telah ikut berkontribusi dalam

berbagai proyek pembangunan desa. Realisasi dana desa

hingga tahap I tahun 2017, pemerintah telah berhasil

membangun 121.709 km jalan desa, 1.960 km jembatan,

41.739 saluran irigasi, 13.973 unit Posyandu, 21.357

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 82.356 unit MCK, dan

lain sebagainya.

Dalam perjalanannya, dana desa mengalami berbagai

penyempurnaan. Pada akhir tahun 2017, Pemerintah

menetapkan skema baru untuk pengelolaan dana desa

per iode tahun anggaran 2018 yakn i dengan

menggunakan skema Cash for Work atau Padat Karya

Tunai. Skema ini diarahkan agar dana desa dikelola secara

swakelola dengan melibatkan masyarakat dalam berbagai

proyek desa, baik untuk pengadaan barang dan jasanya

maupun untuk tenaga kerjanya. Jika pada skema

sebelumnya nilai proyek yang mencapai 200 juta atau lebih

harus menggunakan kontraktror, maka pada skema cash

for work ini pemerintah telah melarang menggunakan jasa

pihak ketiga sejauh proyek tersebut tidak memerlukan alat

berat.

Target dari skema ini adalah para Penganggur, Setengah

Menganggur, Masyarakat Miskin, dan Peserta Program

Keluarga Harapan. Skema baru ini diharapkan mampu

meningkatkan pendapatan masyarakat desa, khususnya

yang masih berada di bawah garis kemiskinan.

D a l a m P e r a t u r a n M e n t e r i K e u a n g a n N o m o r

225/PMK.07/2017 tentang Transfer ke Daerah dan Dana

Desa, Pemerintah mengubah tahapan pencairan dana

desa yang pada periode sebelumnya dicairkan dua kali

dalam satu tahun menjadi tiga kali dalam satu tahun serta

mempercepat waktu pencairan anggaran guna

mempercepat proses pembangunan dan meningkatkan

penyerapan anggaran. Jika pada periode sebelumnya

pencairan anggaran baru bisa dilakukan pada bulan Maret,

maka anggaran dana desa TA 2018 pada minggu kedua

bulan Januari sudah bisa dicairkan.

Dana desa terus mengalami kenaikan yang signifikan dari

tahun ke tahun. Dalam hal ini, Provinsi Nusa Tenggara

Timur (NTT) pada periode tahun pertama program dana

desa dilaksanakan, Provinsi NTT mendapat kucuran dana

sebesar 812,8 milyar rupiah, kemudian meningkat di

periode tahun kedua sebesar 1,8 triliun rupiah, meningkat

kembali sebesar 2,3 triliun rupiah pada periode tahun

ketiga, dan meningkat kembali pada periode keempat

men jad i sebesar 2 ,5 t r i l iun rup iah untuk 21

Kabupaten/Kota dan 2.996 desa di seluruh Provinsi NTT.

SUMBER : BPS, DIOLAH

Gambar Boks 1.1. Skema Cash for Work

PERENCANAAN

Program PrioritasPotensi DesaLokasi KegiatanPenganggaran

PELAKSANAAN

PersiapanPengadaan Barang & Jasa (Swakelola)Pekerjaan (Pemberdayaan Masyarakat Setempat)

PELAPORAN

SederhanaTepat waktuJumlah Tenaga KerjaTransparan

PENGAWASAN

Masyarakat Desa, Aparat, atau Pemerintah Desa dengan melakukan kunjungan langsung secara intensif.

1. TAHAP I PALING CEPAT BULAN MARET SEBESAR 60%, DENGAN SYARAT:

PERATURAN DAERAH MENGENAI APBD TA BERJALAN

PERATURAN BUPATI/WALIKOTA MENGENAI TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA SETIAP DESA

LAPORAN REALISASI PENYALURAN DANA DESA TA SEBELUMNYA.

LAPORAN KONSOLIDASI REALISASI PENYERAPAN DAN CAPAIAN OUTPUT DANA DESA TA SEBELUMNYA

2. TAHAP II PALING CEPAT BULAN AGUSTUS SEBESAR 40%, DENGAN SYARAT:

LAPORAN REALISASI PENYALURAN DANA DESA TAHAP I.

LAPORAN KONSOLIDASI REALISASI PENYERAPAN DAN CAPAIAN OUTPUT DANA DESA TAHAP I.

TAHAPAN PENCAIRAN DANA DESA PERIODE TA 2017

Tabel Boks 1.1. Perbandingan Tahapan Pencairan Tahun 2017 dan 2018

1. TAHAP I PALING CEPAT JANUARI SEBESAR 20%, DENGAN SYARAT:

PERATURAN DAERAH MENGENAI APBD

PERATURAN KEPALA DAERAH MENGENAI TATA CARA PENGALOKASIAN DAN RINCIAN DANA DESA PER DESA.

2. TAHAP II PALING CEPAT MARET SEBESAR 40%, DENGAN SYARAT:

LAPORAN REALISASI PENYALURAN DANA DESA TA SEBELUMNYA.

LAPORAN KONSOLIDASI REALISASI PENYERAPAN DAN PENCAPAIAN OUTPUT DANA DESA TA SEBELUMNYA.

1. TAHAP III PALING CEPAT JULI SEBESAR 40%, DENGAN SYARAT:

- LAPORNA REALISASI DANA DESA SAMPAI DENGAN TAHAP II.

- LAPORAN KONSOLIDASI REALISASI PENYERAPAN DANA DESA SAMPAI DENGAN TAHAP II.

TAHAPAN PENCAIRAN DANA DESA PERIODE TA 2018

SUMBER: KEMENKEU, DIOLAH

SUMBER: KEMENKEU DAN BERBAGAI SUMBER, DIOLAH

Grafik Boks 1.1. Perkembangan Alokasi Dana Desa Provinsi Nusa Tenggara Timur

-60

-10

40

90

140

190

240

TTS ENDE FLOTIM SBD MATIM KUPANG MABAR ALOR TTU MANG-GARAI

SIKKA LEMBA-TA

SUMBATIMUR

NGADA MALAKA NAGE-KEO

ROTENDAO

BELU SUMBABARAT

SUMBATENGAH

SABURAIJUA

-11

-6

-1

4

9

14

19

24

29

34

39

2015 2016 2017 2018 PETUMBUHAN

MILIAR

mendapatkan alokasi dana desa sebesar 63,4 milyar rupiah

meningkat 14,1 milyar rupiah dari periode sebelumnya.

Peningkatan jumlah alokasi dana desa setiap tahun

merupakan wujud komitmen pemerintah untuk

membangun infrastruktur desa seperti jalan desa, irigasi,

sanitasi, embung, dan proyek infrastruktur desa lainnya.

Besar kecilnya alokasi dana desa setiap kabupaten di setiap

tahunnya disebabkan oleh beberapa hal, seperti jumlah

desa di setiap kabupaten, tingkat penyerapan anggaran,

dan alokasi formula setiap desa yang dihitung dengan

memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas

Alokasi anggaran dana desa terbesar pada tahun 2015

sebesar 73,6 milyar rupiah diperoleh Kabupaten Timor

Tengah Selatan (TTS). Kemudian meningkat sebesar 165,1

milyar rupiah pada tahun 2016, meningkat kembali pada

tahun 2017 menjadi sebesar 210,7 milyar rupiah, dan

terakhir per Tahun Anggaran 2018 alokasi dana desa bagi

kabupaten TTS meningkat kembali menjadi sebesar 233,6

milyar rupiah untuk 266 desa. Sedangkan alokasi dana

terkecil diberikan kepada Kabupaten Sabu Raijua, karena

kabupaten tersebut hanya memiliki 57 desa per tahun

2018. Pada Pada tahun 2018 Kab. Sabu Raijua

23KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

22 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 39: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Boks 1. Dana Desa 2018Boks 1. Dana Desa 2018

Sejak dana desa dikucurkan perdana pada tahun 2015,

dana desa secara nasional telah ikut berkontribusi dalam

berbagai proyek pembangunan desa. Realisasi dana desa

hingga tahap I tahun 2017, pemerintah telah berhasil

membangun 121.709 km jalan desa, 1.960 km jembatan,

41.739 saluran irigasi, 13.973 unit Posyandu, 21.357

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 82.356 unit MCK, dan

lain sebagainya.

Dalam perjalanannya, dana desa mengalami berbagai

penyempurnaan. Pada akhir tahun 2017, Pemerintah

menetapkan skema baru untuk pengelolaan dana desa

per iode tahun anggaran 2018 yakn i dengan

menggunakan skema Cash for Work atau Padat Karya

Tunai. Skema ini diarahkan agar dana desa dikelola secara

swakelola dengan melibatkan masyarakat dalam berbagai

proyek desa, baik untuk pengadaan barang dan jasanya

maupun untuk tenaga kerjanya. Jika pada skema

sebelumnya nilai proyek yang mencapai 200 juta atau lebih

harus menggunakan kontraktror, maka pada skema cash

for work ini pemerintah telah melarang menggunakan jasa

pihak ketiga sejauh proyek tersebut tidak memerlukan alat

berat.

Target dari skema ini adalah para Penganggur, Setengah

Menganggur, Masyarakat Miskin, dan Peserta Program

Keluarga Harapan. Skema baru ini diharapkan mampu

meningkatkan pendapatan masyarakat desa, khususnya

yang masih berada di bawah garis kemiskinan.

D a l a m P e r a t u r a n M e n t e r i K e u a n g a n N o m o r

225/PMK.07/2017 tentang Transfer ke Daerah dan Dana

Desa, Pemerintah mengubah tahapan pencairan dana

desa yang pada periode sebelumnya dicairkan dua kali

dalam satu tahun menjadi tiga kali dalam satu tahun serta

mempercepat waktu pencairan anggaran guna

mempercepat proses pembangunan dan meningkatkan

penyerapan anggaran. Jika pada periode sebelumnya

pencairan anggaran baru bisa dilakukan pada bulan Maret,

maka anggaran dana desa TA 2018 pada minggu kedua

bulan Januari sudah bisa dicairkan.

Dana desa terus mengalami kenaikan yang signifikan dari

tahun ke tahun. Dalam hal ini, Provinsi Nusa Tenggara

Timur (NTT) pada periode tahun pertama program dana

desa dilaksanakan, Provinsi NTT mendapat kucuran dana

sebesar 812,8 milyar rupiah, kemudian meningkat di

periode tahun kedua sebesar 1,8 triliun rupiah, meningkat

kembali sebesar 2,3 triliun rupiah pada periode tahun

ketiga, dan meningkat kembali pada periode keempat

men jad i sebesar 2 ,5 t r i l iun rup iah untuk 21

Kabupaten/Kota dan 2.996 desa di seluruh Provinsi NTT.

SUMBER : BPS, DIOLAH

Gambar Boks 1.1. Skema Cash for Work

PERENCANAAN

Program PrioritasPotensi DesaLokasi KegiatanPenganggaran

PELAKSANAAN

PersiapanPengadaan Barang & Jasa (Swakelola)Pekerjaan (Pemberdayaan Masyarakat Setempat)

PELAPORAN

SederhanaTepat waktuJumlah Tenaga KerjaTransparan

PENGAWASAN

Masyarakat Desa, Aparat, atau Pemerintah Desa dengan melakukan kunjungan langsung secara intensif.

1. TAHAP I PALING CEPAT BULAN MARET SEBESAR 60%, DENGAN SYARAT:

PERATURAN DAERAH MENGENAI APBD TA BERJALAN

PERATURAN BUPATI/WALIKOTA MENGENAI TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA SETIAP DESA

LAPORAN REALISASI PENYALURAN DANA DESA TA SEBELUMNYA.

LAPORAN KONSOLIDASI REALISASI PENYERAPAN DAN CAPAIAN OUTPUT DANA DESA TA SEBELUMNYA

2. TAHAP II PALING CEPAT BULAN AGUSTUS SEBESAR 40%, DENGAN SYARAT:

LAPORAN REALISASI PENYALURAN DANA DESA TAHAP I.

LAPORAN KONSOLIDASI REALISASI PENYERAPAN DAN CAPAIAN OUTPUT DANA DESA TAHAP I.

TAHAPAN PENCAIRAN DANA DESA PERIODE TA 2017

Tabel Boks 1.1. Perbandingan Tahapan Pencairan Tahun 2017 dan 2018

1. TAHAP I PALING CEPAT JANUARI SEBESAR 20%, DENGAN SYARAT:

PERATURAN DAERAH MENGENAI APBD

PERATURAN KEPALA DAERAH MENGENAI TATA CARA PENGALOKASIAN DAN RINCIAN DANA DESA PER DESA.

2. TAHAP II PALING CEPAT MARET SEBESAR 40%, DENGAN SYARAT:

LAPORAN REALISASI PENYALURAN DANA DESA TA SEBELUMNYA.

LAPORAN KONSOLIDASI REALISASI PENYERAPAN DAN PENCAPAIAN OUTPUT DANA DESA TA SEBELUMNYA.

1. TAHAP III PALING CEPAT JULI SEBESAR 40%, DENGAN SYARAT:

- LAPORNA REALISASI DANA DESA SAMPAI DENGAN TAHAP II.

- LAPORAN KONSOLIDASI REALISASI PENYERAPAN DANA DESA SAMPAI DENGAN TAHAP II.

TAHAPAN PENCAIRAN DANA DESA PERIODE TA 2018

SUMBER: KEMENKEU, DIOLAH

SUMBER: KEMENKEU DAN BERBAGAI SUMBER, DIOLAH

Grafik Boks 1.1. Perkembangan Alokasi Dana Desa Provinsi Nusa Tenggara Timur

-60

-10

40

90

140

190

240

TTS ENDE FLOTIM SBD MATIM KUPANG MABAR ALOR TTU MANG-GARAI

SIKKA LEMBA-TA

SUMBATIMUR

NGADA MALAKA NAGE-KEO

ROTENDAO

BELU SUMBABARAT

SUMBATENGAH

SABURAIJUA

-11

-6

-1

4

9

14

19

24

29

34

39

2015 2016 2017 2018 PETUMBUHAN

MILIAR

mendapatkan alokasi dana desa sebesar 63,4 milyar rupiah

meningkat 14,1 milyar rupiah dari periode sebelumnya.

Peningkatan jumlah alokasi dana desa setiap tahun

merupakan wujud komitmen pemerintah untuk

membangun infrastruktur desa seperti jalan desa, irigasi,

sanitasi, embung, dan proyek infrastruktur desa lainnya.

Besar kecilnya alokasi dana desa setiap kabupaten di setiap

tahunnya disebabkan oleh beberapa hal, seperti jumlah

desa di setiap kabupaten, tingkat penyerapan anggaran,

dan alokasi formula setiap desa yang dihitung dengan

memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas

Alokasi anggaran dana desa terbesar pada tahun 2015

sebesar 73,6 milyar rupiah diperoleh Kabupaten Timor

Tengah Selatan (TTS). Kemudian meningkat sebesar 165,1

milyar rupiah pada tahun 2016, meningkat kembali pada

tahun 2017 menjadi sebesar 210,7 milyar rupiah, dan

terakhir per Tahun Anggaran 2018 alokasi dana desa bagi

kabupaten TTS meningkat kembali menjadi sebesar 233,6

milyar rupiah untuk 266 desa. Sedangkan alokasi dana

terkecil diberikan kepada Kabupaten Sabu Raijua, karena

kabupaten tersebut hanya memiliki 57 desa per tahun

2018. Pada Pada tahun 2018 Kab. Sabu Raijua

23KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

22 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 40: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Berdasarkan data sementara per 31 Desember 2017, realisasi pendapatan

pemerintah di Provinsi NTT pada triwulan IV-2017 telah mencapai Rp

27,16 triliun atau 102,38% dari total rencana pendapatan tahun 2017

sebesar Rp 26,52 triliun.

Sementara itu, realisasi belanja pemerintah mencapai Rp 33,55 triliun

atau 89,31% dari pagu belanja tahun 2017 sebesar Rp 37,57 triliun,

meningkat dibandingkan tahun lalu didorong oleh peningkatan realisasi

belanja konsumsi di tengah penurunan realisasi belanja modal.

Keuangan Daerah

bab ii.

wilayah, dan tingkat kesulitan geografis setiap desa. Salah

satu yang paling mempengaruhi perubahan jumlah alokasi

dana desa pada setiap tahunnya adalah tingkat

penyerapan anggaran. Peraturan Pemerintah Nomor 22

Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa

Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Negara Pasal 27 menegaskan bahwa seandainya terdapat

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Dana Desa lebih

dari 30% (tiga puluh per seratus) pada tahun anggaran

berjalan, Bupati/Walikota memberikan sanksi berupa

pemotongan anggaran pada tahun anggaran berikutnya

sebesar SiLPA Dana Desa tahun berjalan.

Dalam peraturan skema yang baru, sebesar 30% dari total

dana desa digunakan untuk membayar upah bagi para

pekerja yang terlibat dalam program pembangunan di

setiap desa. Artinya, dari 2,5 triliun rupiah dana desa yang

diperoleh provinsi NTT pada tahun 2018, sebesar 760

milyar rupiah akan dialokasikan sebagai upah. Jika pada

tahun 2017 alokasi untuk upah hanya sebesar 20% dari

total dana desa sebesar 2,3 triliun rupiah yakni 472 miliar

rupiah, maka pada TA 2018 seiring dengan meningkatnya

alokasi dana desa, upah pekerja atau belanja tenaga kerja

pun bertambah sebesar 288,7 miliar rupiah. Peningkatan

dana yang mengalir sebagai pendapatan masyarakat

tersebut berpotensi meningkatkan PDRB Provinsi NTT

hingga 0.29% dari proyeksi PDRB tahun 2018 yang di

kisaran 100 triliun rupiah.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja, jika setiap desa memiliki

4 program pembangunan prioritas, maka akan terdapat

11.984 lapangan kerja. Dengan asumsi tenaga kerja per

poyek dibutuhkan 20 orang dengan 25% pegawai selalu

ikut dalam proyek tersebut, maka potensi tenaga kerja

yang akan terserap dari seluruh program dana desa yang

diselenggarakan adalah sebanyak 194.740 orang.

Peningkatan upah pekerja ini secara sederhana mungkin

bisa ditanggapi berbeda, yaitu adanya potensi penurunan

aset karena adanya peralihan dari pembelian bahan baku

ke biaya upah. Namun demikian, dampak positif yang

dapat dirasakan adalah adanya skema padat karya ini

selain dapat meningkatkan daya beli masyarakat, juga

dapat meningkatkan rasa memiliki masyarakat atas proyek

yang dilakukan, sehingga diharapkan, karena proyek

tersebut dari, untuk dan oleh masyarakat, maka keinginan

masyarakat untuk membuat proyek yang bagus semakin

besar, sehingga potensi korupsi dan penurunan kualitas

juga akan berkurang karena masyarakat menyadari bahwa

proyek tersebut untuk mereka sendiri. Dengan demikian,

potensi pengurangan aset justru tidak terjadi karena

turunnya potensi fraud yang terjadi.

24 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 41: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Berdasarkan data sementara per 31 Desember 2017, realisasi pendapatan

pemerintah di Provinsi NTT pada triwulan IV-2017 telah mencapai Rp

27,16 triliun atau 102,38% dari total rencana pendapatan tahun 2017

sebesar Rp 26,52 triliun.

Sementara itu, realisasi belanja pemerintah mencapai Rp 33,55 triliun

atau 89,31% dari pagu belanja tahun 2017 sebesar Rp 37,57 triliun,

meningkat dibandingkan tahun lalu didorong oleh peningkatan realisasi

belanja konsumsi di tengah penurunan realisasi belanja modal.

Keuangan Daerah

bab ii.

wilayah, dan tingkat kesulitan geografis setiap desa. Salah

satu yang paling mempengaruhi perubahan jumlah alokasi

dana desa pada setiap tahunnya adalah tingkat

penyerapan anggaran. Peraturan Pemerintah Nomor 22

Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa

Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Negara Pasal 27 menegaskan bahwa seandainya terdapat

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Dana Desa lebih

dari 30% (tiga puluh per seratus) pada tahun anggaran

berjalan, Bupati/Walikota memberikan sanksi berupa

pemotongan anggaran pada tahun anggaran berikutnya

sebesar SiLPA Dana Desa tahun berjalan.

Dalam peraturan skema yang baru, sebesar 30% dari total

dana desa digunakan untuk membayar upah bagi para

pekerja yang terlibat dalam program pembangunan di

setiap desa. Artinya, dari 2,5 triliun rupiah dana desa yang

diperoleh provinsi NTT pada tahun 2018, sebesar 760

milyar rupiah akan dialokasikan sebagai upah. Jika pada

tahun 2017 alokasi untuk upah hanya sebesar 20% dari

total dana desa sebesar 2,3 triliun rupiah yakni 472 miliar

rupiah, maka pada TA 2018 seiring dengan meningkatnya

alokasi dana desa, upah pekerja atau belanja tenaga kerja

pun bertambah sebesar 288,7 miliar rupiah. Peningkatan

dana yang mengalir sebagai pendapatan masyarakat

tersebut berpotensi meningkatkan PDRB Provinsi NTT

hingga 0.29% dari proyeksi PDRB tahun 2018 yang di

kisaran 100 triliun rupiah.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja, jika setiap desa memiliki

4 program pembangunan prioritas, maka akan terdapat

11.984 lapangan kerja. Dengan asumsi tenaga kerja per

poyek dibutuhkan 20 orang dengan 25% pegawai selalu

ikut dalam proyek tersebut, maka potensi tenaga kerja

yang akan terserap dari seluruh program dana desa yang

diselenggarakan adalah sebanyak 194.740 orang.

Peningkatan upah pekerja ini secara sederhana mungkin

bisa ditanggapi berbeda, yaitu adanya potensi penurunan

aset karena adanya peralihan dari pembelian bahan baku

ke biaya upah. Namun demikian, dampak positif yang

dapat dirasakan adalah adanya skema padat karya ini

selain dapat meningkatkan daya beli masyarakat, juga

dapat meningkatkan rasa memiliki masyarakat atas proyek

yang dilakukan, sehingga diharapkan, karena proyek

tersebut dari, untuk dan oleh masyarakat, maka keinginan

masyarakat untuk membuat proyek yang bagus semakin

besar, sehingga potensi korupsi dan penurunan kualitas

juga akan berkurang karena masyarakat menyadari bahwa

proyek tersebut untuk mereka sendiri. Dengan demikian,

potensi pengurangan aset justru tidak terjadi karena

turunnya potensi fraud yang terjadi.

24 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 42: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Di sisi pendapatan pemerintah daerah, pencapaian

Pendapatan Pemerintah Provinsi NTT cukup tinggi

menyusul pendapatan Pemerintah Pusat pada 98,31%

dengan nilai Rp 19,84 triliun sedikit lebih rendah jika

dibandingkan dengan persentase realisasi Pendapatan

Pemerintah Provinsi tahun 2016 (104.92%) diikuti dengan

pencapaian pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota

pada 92,57% dengan nilai Rp 4,72 triliun yang juga sedikit

menurun dibanding tahun 2016 (93,72%). Sehingga

realisasi pendapatan gabungan pemerintah daerah adalah

sebesar 93,62%.

Perlu diperhatikan, baik pada Pemerintah Kabupaten/Kota

maupun Pemerintah Provinsi, sumber pendapatan

tertinggi di tahun 2017 berasal dari Dana Alokasi Umum

(DAU) dengan nilai masing-masing Rp 11,54 triliun (61,5%

dari total pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota) dan Rp

1,78 triliun (38,6% dari total pendapatan Pemerintah

Provinsi). Jika dijumlahkan, lebih dari 90% dari

36.5%42.3%

0.1%0.0%

0.1%1.7%

19.4%

SUMBER: KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT

Grafik 2.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBN

PENDAPATAN PAJAK PENGHASILAN

PENDAPATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PENDAPATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PENDAPATAN CUKAI

PENDAPATAN PAJAK LAINNYA

PENDAPATAN BEA MASUK

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

SUMBER: BIRO KEUANGAN PROVINSI NTT

PAD DAU DAK OTSUS LAINNYA

Grafik 2.4 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBD Provinsi/ Kab-Kota

7.1%61.5%19.3%11.9%0.1%

23.0%38.6%38.3%0.2%

KAB / KOTA PROVINSI

Sumber: Biro Keuangan Setda Provinsi NTT, diolah

Grafik 2.5. Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Komponennya Triwulan-IV 2017

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

PENDAPATAN ASLI DAERAH BAGI HASIL DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS PENDAPATAN LAIN-LAIN REALISASI (LINE KANAN)

RO

TE

LEM

BA

TA

ALO

R

SB

D

TTU

NG

AD

A

SU

MB

A T

EN

GA

H

MA

NG

GA

RA

I

MA

LA

KA

BE

LU

MA

BA

R

KO

TA K

UPA

NG

FLO

TIM

SU

MB

A T

IMU

R

SU

MB

A B

AR

AT

MA

TIM

NA

GE

KEO

EN

DE

TTS

SIK

KA

KA

B. K

UPA

NG

SA

BU

RA

IJU

A

pendapatan Kabupaten Kota berasal dari dana transfer

dengan rincian 61,5% berasal dari dana alokasi umum

(DAU), 19,3% dari dana alokasi khusus (DAK), dan 11%

dari dana penyesuaian dan otonomi khusus. Tingginya

porsi dana transfer ini masih menunjukkan adanya

ketergantungan yang tinggi pemerintah Kabupaten/Kota

terhadap dana perimbangan dari pemerintah pusat. Di sisi

lain hal ini juga dapat menunjukkan masih terbatasnya

objek pajak di daerah NTT walaupun di tahun 2017 industri

pengolahan dan pariwisata di provinsi NTT sudah mulai

tumbuh, sehingga masih perlu adanya optimalisasi potensi

wilayah NTT.

Dari aspek spasial, Kab. Rote dan Kab. Lembata menjadi

kabupaten yang memiliki pencapaian realisasi pendapatan

tertinggi dengan masing-masing sebesar 99,48% dan

99,32% dari pagu 2017. Pencapaian tinggi Kab. Rote

disumbangkan terutama oleh realisasi dana bagi hasil

Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya sebesar Rp 14,68

27KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

23.929.5 30.9

83

84

85

86

87

88

89

90

-

5

10

15

20

25

30

35

18.821.1

26.0 27.2

Grafik 2.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTT

SUMBER: KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT

2014 2015 2016 2017

30

25

20

15

10

5

-

TRILIUN 110

108

106

104

102

100

98

96

104102

APBN % REALISASIAPBD PROVINSI APBD KAB/KOTA

SUMBER: BADAN PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI NTT

2014 2015 2016 2017

TRILIUN

87.11

33.6

APBN % REALISASIAPBD PROVINSI APBD KAB/KOTA

40

Grafik 2.2 Pangsa Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTT

89.31

1Berdasarkan data sementara per 31 Desember 2017 ,

realisasi pendapatan pemerintah di Provinsi NTT pada

triwulan IV 2017 sebesar Rp 27,16 triliun atau 102,38%

dari total rencana pendapatan tahun 2017 yang sebesar Rp

26,52 triliun. Realisasi pendapatan tersebut tumbuh

melambat sebesar 4,5% (yoy) dibandingkan tahun

sebelumnya yang tumbuh sebesar 23,4% (yoy).

Perlambatan peningkatan pendapatan tersebut terutama

disebabkan oleh turunnya penerimaan negara paska tax

amnesti di tahun sebelumnya. Pendapatan pemerintah

Kabupaten/Kota juga melambat seiring dengan adanya

penghematan secara nasional, yang terlihat dari

penurunan agregat dana alokasi umum (DAU) dan dana

alokasi khusus (DAK). Peningkatan terjadi pada pos dana

penyesuaian dan otonomi khusus seiring dengan adanya

peningkatan dana desa. Peningkatan cukup tinggi hanya

terjadi pada penerimaan provinsi yang disebabkan oleh

adanya peralihan pos anggaran operasional sekolah

menengah atas yang telah dilakukan sejak tahun 2016.

Pada pos belanja pemerintah, di tahun 2017, terjadi

peningkatan realisasi anggaran dari 87,11% menjadi

89,31%. Tingginya realisasi tersebut, selain disebabkan

oleh tingginya realisasi pencapaian APBN, juga disebabkan

oleh turunnya pagu anggaran agregat Kabupaten/Kota,

sehingga realisasi belanja Kabupaten/Kota dapat

meningkat. Berdasarkan pertumbuhan belanja, secara

total, belanja pemerintah tahun 2017 mengalami

pertumbuhan 8,4% (yoy) lebih tinggi dibanding tahun

sebelumnya yang hanya sebesar 5,0% (yoy). Peningkatan

realisasi belanja terutama disumbang oleh tingginya

belanja pemerintah pusat seiring dengan peningkatan

belanja modal untuk penyelesaian proyek strategis

nasional, ataupun karena peningkatan belanja Pemerintah

Provinsi karena adanya pengalihan alokasi anggaran

belanja BOS.

2.1 KONDISI UMUM

Data APBD yang didapatkan masih bersifat sementara (unaudited) dan berpotensi berubah apabila terdapat revisi dari masing-masing daerah.

1.

Secara keseluruhan, pendapatan Pemerintah Provinsi NTT

hingga akhir tahun 2017 tercatat melebihi pagu target.

Jika dilihat dari sisi kewenangan pengaturan daerah,

persentase realisasi pendapatan tertinggi berasal dari

pendapatan APBN sebesar 874,71%. Berdasarkan

sumber pendapatan daerah, tingginya dana APBN

bersumber dari tiga pajak utama antara lain pajak

penghasilan, pajak pertambahan nilai dan penerimaan

negara bukan pajak. Dari total 2,6 triliun pendapatan

pemerintah pusat, sebesar 42,3% pendapatan pemerintah

pusat di Provinsi NTT disumbang oleh pajak penghasilan

(PPH), disusul oleh pajak pertambahan nilai dengan

sumbangan dengan persentase 36,5% dan penerimaan

bukan pajak mencapai 19,4% terutama disumbang oleh

penerimaan pendapatan BLU dan yang mencapai Rp

195,46 miliar dan pendapatan jasa yang mencapai Rp

124,43 miliar.

2.2 PENDAPATAN DAERAH

26 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 43: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Di sisi pendapatan pemerintah daerah, pencapaian

Pendapatan Pemerintah Provinsi NTT cukup tinggi

menyusul pendapatan Pemerintah Pusat pada 98,31%

dengan nilai Rp 19,84 triliun sedikit lebih rendah jika

dibandingkan dengan persentase realisasi Pendapatan

Pemerintah Provinsi tahun 2016 (104.92%) diikuti dengan

pencapaian pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota

pada 92,57% dengan nilai Rp 4,72 triliun yang juga sedikit

menurun dibanding tahun 2016 (93,72%). Sehingga

realisasi pendapatan gabungan pemerintah daerah adalah

sebesar 93,62%.

Perlu diperhatikan, baik pada Pemerintah Kabupaten/Kota

maupun Pemerintah Provinsi, sumber pendapatan

tertinggi di tahun 2017 berasal dari Dana Alokasi Umum

(DAU) dengan nilai masing-masing Rp 11,54 triliun (61,5%

dari total pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota) dan Rp

1,78 triliun (38,6% dari total pendapatan Pemerintah

Provinsi). Jika dijumlahkan, lebih dari 90% dari

36.5%42.3%

0.1%0.0%

0.1%1.7%

19.4%

SUMBER: KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT

Grafik 2.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBN

PENDAPATAN PAJAK PENGHASILAN

PENDAPATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PENDAPATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PENDAPATAN CUKAI

PENDAPATAN PAJAK LAINNYA

PENDAPATAN BEA MASUK

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

SUMBER: BIRO KEUANGAN PROVINSI NTT

PAD DAU DAK OTSUS LAINNYA

Grafik 2.4 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBD Provinsi/ Kab-Kota

7.1%61.5%19.3%11.9%0.1%

23.0%38.6%38.3%0.2%

KAB / KOTA PROVINSI

Sumber: Biro Keuangan Setda Provinsi NTT, diolah

Grafik 2.5. Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Komponennya Triwulan-IV 2017

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

PENDAPATAN ASLI DAERAH BAGI HASIL DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS PENDAPATAN LAIN-LAIN REALISASI (LINE KANAN)

RO

TE

LEM

BA

TA

ALO

R

SB

D

TTU

NG

AD

A

SU

MB

A T

EN

GA

H

MA

NG

GA

RA

I

MA

LA

KA

BE

LU

MA

BA

R

KO

TA K

UPA

NG

FLO

TIM

SU

MB

A T

IMU

R

SU

MB

A B

AR

AT

MA

TIM

NA

GE

KEO

EN

DE

TTS

SIK

KA

KA

B. K

UPA

NG

SA

BU

RA

IJU

A

pendapatan Kabupaten Kota berasal dari dana transfer

dengan rincian 61,5% berasal dari dana alokasi umum

(DAU), 19,3% dari dana alokasi khusus (DAK), dan 11%

dari dana penyesuaian dan otonomi khusus. Tingginya

porsi dana transfer ini masih menunjukkan adanya

ketergantungan yang tinggi pemerintah Kabupaten/Kota

terhadap dana perimbangan dari pemerintah pusat. Di sisi

lain hal ini juga dapat menunjukkan masih terbatasnya

objek pajak di daerah NTT walaupun di tahun 2017 industri

pengolahan dan pariwisata di provinsi NTT sudah mulai

tumbuh, sehingga masih perlu adanya optimalisasi potensi

wilayah NTT.

Dari aspek spasial, Kab. Rote dan Kab. Lembata menjadi

kabupaten yang memiliki pencapaian realisasi pendapatan

tertinggi dengan masing-masing sebesar 99,48% dan

99,32% dari pagu 2017. Pencapaian tinggi Kab. Rote

disumbangkan terutama oleh realisasi dana bagi hasil

Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya sebesar Rp 14,68

27KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

23.929.5 30.9

83

84

85

86

87

88

89

90

-

5

10

15

20

25

30

35

18.821.1

26.0 27.2

Grafik 2.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTT

SUMBER: KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT

2014 2015 2016 2017

30

25

20

15

10

5

-

TRILIUN 110

108

106

104

102

100

98

96

104102

APBN % REALISASIAPBD PROVINSI APBD KAB/KOTA

SUMBER: BADAN PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI NTT

2014 2015 2016 2017

TRILIUN

87.11

33.6

APBN % REALISASIAPBD PROVINSI APBD KAB/KOTA

40

Grafik 2.2 Pangsa Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTT

89.31

1Berdasarkan data sementara per 31 Desember 2017 ,

realisasi pendapatan pemerintah di Provinsi NTT pada

triwulan IV 2017 sebesar Rp 27,16 triliun atau 102,38%

dari total rencana pendapatan tahun 2017 yang sebesar Rp

26,52 triliun. Realisasi pendapatan tersebut tumbuh

melambat sebesar 4,5% (yoy) dibandingkan tahun

sebelumnya yang tumbuh sebesar 23,4% (yoy).

Perlambatan peningkatan pendapatan tersebut terutama

disebabkan oleh turunnya penerimaan negara paska tax

amnesti di tahun sebelumnya. Pendapatan pemerintah

Kabupaten/Kota juga melambat seiring dengan adanya

penghematan secara nasional, yang terlihat dari

penurunan agregat dana alokasi umum (DAU) dan dana

alokasi khusus (DAK). Peningkatan terjadi pada pos dana

penyesuaian dan otonomi khusus seiring dengan adanya

peningkatan dana desa. Peningkatan cukup tinggi hanya

terjadi pada penerimaan provinsi yang disebabkan oleh

adanya peralihan pos anggaran operasional sekolah

menengah atas yang telah dilakukan sejak tahun 2016.

Pada pos belanja pemerintah, di tahun 2017, terjadi

peningkatan realisasi anggaran dari 87,11% menjadi

89,31%. Tingginya realisasi tersebut, selain disebabkan

oleh tingginya realisasi pencapaian APBN, juga disebabkan

oleh turunnya pagu anggaran agregat Kabupaten/Kota,

sehingga realisasi belanja Kabupaten/Kota dapat

meningkat. Berdasarkan pertumbuhan belanja, secara

total, belanja pemerintah tahun 2017 mengalami

pertumbuhan 8,4% (yoy) lebih tinggi dibanding tahun

sebelumnya yang hanya sebesar 5,0% (yoy). Peningkatan

realisasi belanja terutama disumbang oleh tingginya

belanja pemerintah pusat seiring dengan peningkatan

belanja modal untuk penyelesaian proyek strategis

nasional, ataupun karena peningkatan belanja Pemerintah

Provinsi karena adanya pengalihan alokasi anggaran

belanja BOS.

2.1 KONDISI UMUM

Data APBD yang didapatkan masih bersifat sementara (unaudited) dan berpotensi berubah apabila terdapat revisi dari masing-masing daerah.

1.

Secara keseluruhan, pendapatan Pemerintah Provinsi NTT

hingga akhir tahun 2017 tercatat melebihi pagu target.

Jika dilihat dari sisi kewenangan pengaturan daerah,

persentase realisasi pendapatan tertinggi berasal dari

pendapatan APBN sebesar 874,71%. Berdasarkan

sumber pendapatan daerah, tingginya dana APBN

bersumber dari tiga pajak utama antara lain pajak

penghasilan, pajak pertambahan nilai dan penerimaan

negara bukan pajak. Dari total 2,6 triliun pendapatan

pemerintah pusat, sebesar 42,3% pendapatan pemerintah

pusat di Provinsi NTT disumbang oleh pajak penghasilan

(PPH), disusul oleh pajak pertambahan nilai dengan

sumbangan dengan persentase 36,5% dan penerimaan

bukan pajak mencapai 19,4% terutama disumbang oleh

penerimaan pendapatan BLU dan yang mencapai Rp

195,46 miliar dan pendapatan jasa yang mencapai Rp

124,43 miliar.

2.2 PENDAPATAN DAERAH

26 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 44: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER: BADAN PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH SETDA PROVINSI NTT, DIOLAH

Grafik 2.8. Pangsa Belanja Kabupaten/Kota

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

KO

TA K

UPA

NG

TTU

SIK

KA

LE

MB

ATA

KA

B. K

UPA

NG

EN

DE

MA

TIM

TTS

FLO

TIM

MA

NG

GA

RA

I

SA

BU

RA

IJU

A

BE

LU

SU

MB

A T

IMU

R

ALO

R

RO

TE

MA

LA

KA

NA

GE

KEO

NG

AD

A

MA

BA

R

SU

MB

A B

AR

AT

SB

D

SU

MB

A T

EN

GA

H

PR

OV

. N

TT

triwulan IV sebesar 37,2%. Realisasi belanja pemerintah

tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2016

yang sebesar Rp 30,95 triliun (87,11%). Kendala pencairan

dana desa di Kab. Malaka, Kab. Manggarai Barat dan Kab.

Flores Timur yang sempat tertunda pada November dan

Desember 2017 juga berdampak pada pencapaian realisasi

belanja kabupaten-kabupaten tersebut. Hingga

pertengahan Desember 2017, masih tercatat 1.798 desa

yang tersebar di 21 Kabupaten/Kota NTT yang dana desa

tahap 2 mengalami keterlambatan dalam proses

pencairannya. Secara pertumbuhan year-on-year,

terdapat peningkatan pertumbuhan realisasi belanja pada

triwulan IV 2017 yang terjadi di semua pos kecuali Provinsi

yang mengalami sedikit perlambatan. Di sisi lain

Penyelesaian proyek pembangunan bendungan Raknamo

pada triwulan III dan IV turut mendorong realisasi belanja

APBN di tahun 2017.

Apabila dilihat dari struktur belanja, Kota Kupang

(49,81%), Kab. Timor Tengah Utara (45,78%) dan Kab.

Sikka (45,60%) menjadi tiga daerah dengan komponen

belanja pegawai tertinggi. Adapun untuk komponen

belanja modal, Kab. Ngada (33,12%), Malaka (28,02%)

dan Sumba Tengah (26,68%) menjadi tiga daerah

tertinggi.

Realisasi belanja secara umum lebih baik dibandingkan

dengan tahun 2016 dengan didorong oleh berbagai upaya

percepatan realisasi anggaran pemerintah dalam

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat, disamping itu

tahun 2017 ini juga menjadi tahun terakhir untuk

mengoptimalkan alokasi anggaran Program Desa Mandiri

Anggur Merah (DeMAM). Rendahnya realisasi belanja

modal Pemerintah Provinsi di tahun 2017 dengan capaian

85,04% dibandingkan tahun 2016 sebesar 106,41% turut

berdampak pada menurunnya realisasi belanja daerah

Pemerintah Provinsi secara year on year, walaupun realisasi

belanja daerah secara umum mengalami peningkatan. Di

sisi lain, realisasi belanja modal APBN di tahun 2017

sebesar 94,65% menjadi yang paling tinggi dibandingkan

dengan realisasi belanja modal APBN 2 tahun terakhir, dan

mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan

triwulan yang sama di tahun 2016 yang hanya mencapai

78.10%. Tingginya perbedaan realisasi belanja modal

yang terjadi di tahun 2017 ini merupakan dampak

berjalannya penghematan dari pemerintah pusat yang

dimulai pada tahun 2016 dalam rangka mengembalikan

neraca keuangan negara, serta pada tahun 2017 telah

diselesaikannya beberapa proyek pemerintah pusat, salah

satunya yakni pembangunan bendungan Raknamo.

Realisasi belanja modal Kabupaten/Kota sebesar 81,06%

menjadi realisasi terendah dibandingkan realisasi belanja

APBN dan Provinsi, jika dibandingkan dengan tahun 2016

sebesar 81,11%, pencapaian tahun ini mengalami sedikit

penurunan yang menandakan masih belum optimalnya

pemanfaatan dana per imbangan d i beberapa

Kabupaten/Kota.

29KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

BELANJA PEGAWAI BELANJA MODAL BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA LAINNYA

miliar atau 159%, disusul Pajak Daerah sebesar Rp 6,93

miliar atau 122,62% dari rencana 2017. Peringkat realisasi

pendapatan tertinggi selanjutnya diikuti oleh Kab.

Lembata (99,32%), Kab. Alor (98,46%) dan Kab. Sumba

Barat Daya (98,2%).

Sementara itu, Kab. Sabu Raijua menjadi daerah dengan

realisasi pendapatan terendah sampai dengan Triwulan IV

2017 dengan realisasi pendapatan dibawah 80% yakni

pada angka Rp 485,25 miliar (79,27%), di susul dengan

Kab. Kupang dengan realisasi 83,77% (Rp 1,06 triliun) dan

Kab. Sikka dengan realisasi 85,39% (Rp 994 miliar).

Dari sisi kemampuan pemerintah daerah dalam

menghasilkan pendapatan sendiri, terlihat adanya

penurunan pencapaian realisasi target PAD tahun 2017

yang sebesar 77,1% dibanding tahun 2016 yang mampu

tercapai 93,5%. Penurunan realisasi PAD tersebut, selain

disebabkan oleh peningkatan pagu PAD hingga 33,6%

(yoy), juga disebabkan oleh penurunan realisasi PAD pada

9 kabupaten di NTT. Adapun total PAD Pemerintah Provinsi

dan kabupaten/kota tahun 2017 mencapai Rp 2,4 triliun.

Dibanding tahun sebelumnya, PAD Pemerintah Provinsi

dan kota masih mengalami kenaikan sebesar 10,3% (yoy)

di tahun 2017. Kenaikan PAD tersebut terutama

disebabkan oleh tingginya kenaikan PAD Kabupaten

Sumba Barat Daya hingga 150,9% (yoy) di tahun 2017.

Kabupaten Timor Tengah Utara juga mengalami kenaikan

cukup besar hingga 90,0% (yoy). Walaupun pangsa

realisasi anggaran hanya sebesar 59,7%, PAD Kabupaten

Manggarai juga mampu meningkat hingga 49,2% (yoy),

disusul Kota Kupang 48,2% (yoy), Nagekeo (28,9%) dan

Alor 26,7% (yoy). Tingginya PAD yang dihasilkan tersebut

menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam usaha

meningkatkan pendapatan untuk menambah anggaran

pembangunan daerah.

Namun demikian, pada tahun 2017, terdapat 9 Kabupaten

Kota mengalami penurunan pendapatan asli daerah.

Penurunan PAD terbesar terjadi di Kabupaten Ende yang

turun hingga 61,1% (yoy) atau hanya terealisasi sebesar Rp

26,8 milyar dibanding tahun 2016 yang sebesar Rp 68,9

milyar. Demikian pula dengan Kabupaten Manggarai

Timur, Flores Timur, Kabupaten Kupang, Timor Tengah

Selatan, Rote Ndao, Sumba Tengah, Malaka dan

Manggarai Barat. Penurunan PAD tersebut menunjukkan

ketidakmampuan daerah dalam mengelola potensi

pendapatan daerah, seperti potensi PAD pariwisata yang

saat ini sedang tumbuh tinggi.

2.3 BELANJA DAERAHRealisasi anggaran belanja APBN dan APBD Pemerintah di

Provinsi NTT hingga akhir tahun 2017 mencapai Rp 33,55

triliun atau 89,31% dari total pagu belanja sebesar Rp

37,57 triliun. Apabila dilihat secara triwulanan,

peningkatan realisasi anggaran baik di APBN, APBD

Kab/Kota dan APBD Provinsi baru menunjukkan

peningkatan pesat pada triwulan IV. Perkembangan

realisasi Belanja pada Triwulan I rata-rata 9,7%, triwulan II

(21,3%), Triwulan IV (22,5%) dan meningkat pada

Grafik 2.6 Realisasi Pendapatan Asli Daerah APBD di Provinsi NTT

SUMBER: KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT

2014 2015 2016 2017

TRILIUN

BELANJA ANGGARAN BELANJA % REALISASIBELANJA REALISASI

101.0 95.4

93.5

77.1

60

65

70

75

80

85

90

95

100

105

-

1

1

2

2

3

3

4

SUMBER: BADAN PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI NTT

PAGU % GROWTHREALISASI

-50

0

50

100

150

200

(90)

(60)

(30)

-

30

60

90

120

150

180

210

240

SB

D

TTU

MA

NG

GA

RA

I

K. K

UPA

NG

NA

GE

KE

O

ALO

R

NG

AD

A

SIK

KA

SA

RA

I

LE

MB

ATA

SU

MTIM

BE

LU

SU

MB

AR

MA

BA

R

MA

LA

KA

SU

MTE

NG

RO

ND

A

TTS

KU

PA

NG

FLO

TIM

MA

TIM

EN

DE

MILYAR

Grafik 2.7 Pagu dan Realisasi PAD APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

28 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 45: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER: BADAN PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH SETDA PROVINSI NTT, DIOLAH

Grafik 2.8. Pangsa Belanja Kabupaten/Kota

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

KO

TA K

UPA

NG

TTU

SIK

KA

LE

MB

ATA

KA

B. K

UPA

NG

EN

DE

MA

TIM

TTS

FLO

TIM

MA

NG

GA

RA

I

SA

BU

RA

IJU

A

BE

LU

SU

MB

A T

IMU

R

ALO

R

RO

TE

MA

LA

KA

NA

GE

KEO

NG

AD

A

MA

BA

R

SU

MB

A B

AR

AT

SB

D

SU

MB

A T

EN

GA

H

PR

OV

. N

TT

triwulan IV sebesar 37,2%. Realisasi belanja pemerintah

tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2016

yang sebesar Rp 30,95 triliun (87,11%). Kendala pencairan

dana desa di Kab. Malaka, Kab. Manggarai Barat dan Kab.

Flores Timur yang sempat tertunda pada November dan

Desember 2017 juga berdampak pada pencapaian realisasi

belanja kabupaten-kabupaten tersebut. Hingga

pertengahan Desember 2017, masih tercatat 1.798 desa

yang tersebar di 21 Kabupaten/Kota NTT yang dana desa

tahap 2 mengalami keterlambatan dalam proses

pencairannya. Secara pertumbuhan year-on-year,

terdapat peningkatan pertumbuhan realisasi belanja pada

triwulan IV 2017 yang terjadi di semua pos kecuali Provinsi

yang mengalami sedikit perlambatan. Di sisi lain

Penyelesaian proyek pembangunan bendungan Raknamo

pada triwulan III dan IV turut mendorong realisasi belanja

APBN di tahun 2017.

Apabila dilihat dari struktur belanja, Kota Kupang

(49,81%), Kab. Timor Tengah Utara (45,78%) dan Kab.

Sikka (45,60%) menjadi tiga daerah dengan komponen

belanja pegawai tertinggi. Adapun untuk komponen

belanja modal, Kab. Ngada (33,12%), Malaka (28,02%)

dan Sumba Tengah (26,68%) menjadi tiga daerah

tertinggi.

Realisasi belanja secara umum lebih baik dibandingkan

dengan tahun 2016 dengan didorong oleh berbagai upaya

percepatan realisasi anggaran pemerintah dalam

mendorong aktivitas ekonomi masyarakat, disamping itu

tahun 2017 ini juga menjadi tahun terakhir untuk

mengoptimalkan alokasi anggaran Program Desa Mandiri

Anggur Merah (DeMAM). Rendahnya realisasi belanja

modal Pemerintah Provinsi di tahun 2017 dengan capaian

85,04% dibandingkan tahun 2016 sebesar 106,41% turut

berdampak pada menurunnya realisasi belanja daerah

Pemerintah Provinsi secara year on year, walaupun realisasi

belanja daerah secara umum mengalami peningkatan. Di

sisi lain, realisasi belanja modal APBN di tahun 2017

sebesar 94,65% menjadi yang paling tinggi dibandingkan

dengan realisasi belanja modal APBN 2 tahun terakhir, dan

mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan

triwulan yang sama di tahun 2016 yang hanya mencapai

78.10%. Tingginya perbedaan realisasi belanja modal

yang terjadi di tahun 2017 ini merupakan dampak

berjalannya penghematan dari pemerintah pusat yang

dimulai pada tahun 2016 dalam rangka mengembalikan

neraca keuangan negara, serta pada tahun 2017 telah

diselesaikannya beberapa proyek pemerintah pusat, salah

satunya yakni pembangunan bendungan Raknamo.

Realisasi belanja modal Kabupaten/Kota sebesar 81,06%

menjadi realisasi terendah dibandingkan realisasi belanja

APBN dan Provinsi, jika dibandingkan dengan tahun 2016

sebesar 81,11%, pencapaian tahun ini mengalami sedikit

penurunan yang menandakan masih belum optimalnya

pemanfaatan dana per imbangan d i beberapa

Kabupaten/Kota.

29KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

BELANJA PEGAWAI BELANJA MODAL BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA LAINNYA

miliar atau 159%, disusul Pajak Daerah sebesar Rp 6,93

miliar atau 122,62% dari rencana 2017. Peringkat realisasi

pendapatan tertinggi selanjutnya diikuti oleh Kab.

Lembata (99,32%), Kab. Alor (98,46%) dan Kab. Sumba

Barat Daya (98,2%).

Sementara itu, Kab. Sabu Raijua menjadi daerah dengan

realisasi pendapatan terendah sampai dengan Triwulan IV

2017 dengan realisasi pendapatan dibawah 80% yakni

pada angka Rp 485,25 miliar (79,27%), di susul dengan

Kab. Kupang dengan realisasi 83,77% (Rp 1,06 triliun) dan

Kab. Sikka dengan realisasi 85,39% (Rp 994 miliar).

Dari sisi kemampuan pemerintah daerah dalam

menghasilkan pendapatan sendiri, terlihat adanya

penurunan pencapaian realisasi target PAD tahun 2017

yang sebesar 77,1% dibanding tahun 2016 yang mampu

tercapai 93,5%. Penurunan realisasi PAD tersebut, selain

disebabkan oleh peningkatan pagu PAD hingga 33,6%

(yoy), juga disebabkan oleh penurunan realisasi PAD pada

9 kabupaten di NTT. Adapun total PAD Pemerintah Provinsi

dan kabupaten/kota tahun 2017 mencapai Rp 2,4 triliun.

Dibanding tahun sebelumnya, PAD Pemerintah Provinsi

dan kota masih mengalami kenaikan sebesar 10,3% (yoy)

di tahun 2017. Kenaikan PAD tersebut terutama

disebabkan oleh tingginya kenaikan PAD Kabupaten

Sumba Barat Daya hingga 150,9% (yoy) di tahun 2017.

Kabupaten Timor Tengah Utara juga mengalami kenaikan

cukup besar hingga 90,0% (yoy). Walaupun pangsa

realisasi anggaran hanya sebesar 59,7%, PAD Kabupaten

Manggarai juga mampu meningkat hingga 49,2% (yoy),

disusul Kota Kupang 48,2% (yoy), Nagekeo (28,9%) dan

Alor 26,7% (yoy). Tingginya PAD yang dihasilkan tersebut

menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam usaha

meningkatkan pendapatan untuk menambah anggaran

pembangunan daerah.

Namun demikian, pada tahun 2017, terdapat 9 Kabupaten

Kota mengalami penurunan pendapatan asli daerah.

Penurunan PAD terbesar terjadi di Kabupaten Ende yang

turun hingga 61,1% (yoy) atau hanya terealisasi sebesar Rp

26,8 milyar dibanding tahun 2016 yang sebesar Rp 68,9

milyar. Demikian pula dengan Kabupaten Manggarai

Timur, Flores Timur, Kabupaten Kupang, Timor Tengah

Selatan, Rote Ndao, Sumba Tengah, Malaka dan

Manggarai Barat. Penurunan PAD tersebut menunjukkan

ketidakmampuan daerah dalam mengelola potensi

pendapatan daerah, seperti potensi PAD pariwisata yang

saat ini sedang tumbuh tinggi.

2.3 BELANJA DAERAHRealisasi anggaran belanja APBN dan APBD Pemerintah di

Provinsi NTT hingga akhir tahun 2017 mencapai Rp 33,55

triliun atau 89,31% dari total pagu belanja sebesar Rp

37,57 triliun. Apabila dilihat secara triwulanan,

peningkatan realisasi anggaran baik di APBN, APBD

Kab/Kota dan APBD Provinsi baru menunjukkan

peningkatan pesat pada triwulan IV. Perkembangan

realisasi Belanja pada Triwulan I rata-rata 9,7%, triwulan II

(21,3%), Triwulan IV (22,5%) dan meningkat pada

Grafik 2.6 Realisasi Pendapatan Asli Daerah APBD di Provinsi NTT

SUMBER: KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT

2014 2015 2016 2017

TRILIUN

BELANJA ANGGARAN BELANJA % REALISASIBELANJA REALISASI

101.0 95.4

93.5

77.1

60

65

70

75

80

85

90

95

100

105

-

1

1

2

2

3

3

4

SUMBER: BADAN PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI NTT

PAGU % GROWTHREALISASI

-50

0

50

100

150

200

(90)

(60)

(30)

-

30

60

90

120

150

180

210

240

SB

D

TTU

MA

NG

GA

RA

I

K. K

UPA

NG

NA

GE

KE

O

ALO

R

NG

AD

A

SIK

KA

SA

RA

I

LE

MB

ATA

SU

MTIM

BE

LU

SU

MB

AR

MA

BA

R

MA

LA

KA

SU

MTE

NG

RO

ND

A

TTS

KU

PA

NG

FLO

TIM

MA

TIM

EN

DE

MILYAR

Grafik 2.7 Pagu dan Realisasi PAD APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

28 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 46: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN DAN BIRO KEUANGAN PROVINSI NTT, DIOLAH

Grafik 2.12.

APBN KAB PROV

BELANJA MODAL BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA

Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN Pemerintah dan APBD

39.3622.04

10.23

28.21

39.95

29.98

32.20

18.49

20.65

28.85

9.7617.67

BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BAGI HASIL BANTUAN KEUANGANBELANJA HIBAHKONSUMSI LAINNYA

termasuk realisasi Program Desa Mandiri Anggur Merah

yang alokasi dananya di tahun 2017 mencapai hingga

sebesar Rp153 miliar untuk dana bergulir bagi

pengembangan kelompok desa.

Apabila dilihat dari struktur belanja masing-masing

pemerintah (APBN, APBD Kab/Kota dan APBD Provinsi),

pangsa realisasi belanja modal pemerintah pusat di Provinsi

NTT mencapai 39,36% dan belanja pegawai sebesar

28,21%. Adapun alokasi belanja konsumsi Pemerintah

Provinsi untuk belanja pegawai menjadi alokasi belanja

terbesar pemprov dengan pangsa sebesar 29,98%, diikuti

belanja hibah dengan pangsa sebesar 28,85%. Sedangkan

pada Pemerintah Kabupaten/Kota belanja pegawai

memiliki pangsa yang tinggi hingga sebesar 39,95%,

diikuti alokasi belanja alokasi belanja modal sebesar

22,04%.

Secara persentase komponen belanja konsumsi, realisasi

belanja bantuan sosial menjadi komponen tertinggi di

tingkat APBN hingga mencapai 98,10%. Sementara itu,

pada Pemerintah Provinsi NTT, alokasi belanja konsumsi

terbesar pada komponen belanja hibah dengan realisasi

mencapai 96,92% dan belanja pegawai 95,62%. Di

lingkup pemerintah kabupaten, belanja bantuan

keuangan mengalami realisasi paling tinggi dengan

persentase realisasi 98,88% dan diikuti belanja pegawai

92,67%. Tingginya pencairan belanja bantuan keuangan

tersebut terutama disebabkan oleh adanya realisasi dana

desa yang dilakukan pemerintah kabupaten di NTT.

Perkembangan realisasi belanja dari masing-masing

tingkat pemerintahan dapat dijabarkan sebagai berikut :

2.3.1 Belanja APBNSampai dengan triwulan IV 2017, realisasi belanja APBN

tercatat sebesar 91,65% (Rp 8,92 triliun) dari total pagu

sebesar Rp 9,73 triliun. Realisasi tersebut lebih tinggi

dibandingkan triwulan yang sama tahun 2016 sebesar

83,83%. Peningkatan realisasi belanja APBN terutama

disumbang oleh peningkatan realisasi belanja modal tahun

2017 menjadi 94,65% (Rp 3,51 triliun) dibandingkan

tahun 2016 sebesar 78,10% (Rp 2,21 triliun) disebabkan

adanya penyelesaian pembangunan proyek strategis

pemerintah di tahun 2017. Pembangunan infrastruktur

utama seperti, jalan, Pos Lintas Batas Negara, jembatan,

pemeliharaan jalan rutin, pembangunan bendungan serta

pembangunan jaringan irigasi cukup mendorong

pencapaian realisasi belanja yang optimal di tahun 2017.

Berdasarkan komposisinya, realisasi belanja APBN pada

triwulan IV 2017 komponen paling tinggi ada pada belanja

modal yakni 39,36% dari total belanja daerah APBN pada

triwulan IV 2017 atau sebesar Rp 3,51 triliun, disusul

belanja barang dan jasa 32,20% dari total belanja daerah

APBN pada triwulan IV 2017 atau sebesar Rp 2,87 triliun,

dan belanja pegawai yakni 28,21% dari total belanja

daerah APBN pada triwulan IV 2017 atau sebesar Rp 2,52

triliun. Ke depan, tingginya pangsa realisasi belanja modal

dapat terus dipertahankan untuk dapat lebih mendorong

aktivitas ekonomi di Provinsi NTT, seperti pembangunan

infrastruktur utama yaitu bendungan Temef , irigasi dari

bendungan Raknamo dan jalan raya.

2.3.2 Belanja Pemerintah Provinsi NTTRealisasi anggaran belanja APBD Provinsi menempati

urutan tertinggi realisasi belanja daerah pada triwulan IV

2017. Pencapaian tersebut dipengaruhi oleh tingginya

realisasi anggaran belanja konsumsi APBD Provinsi. Pada

triwulan IV 2017, realisasi belanja konsumsi APBD Provinsi

adalah 95,29% dari total anggaran belanja konsumsi

APBD Provinsi tahun 2017. Realisasi ini sedikit lebih kecil

dari periode yang sama di tahun 2016 yakni 97,3%.

31KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER : KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI NTT DAN BIRO KEUANGAN PROVINSI NTT, DIOLAH

Grafik 2.11.

APBN KAB PROV TOTAL

BELANJA DAERAH BELANJA MODAL BELANJA KONSUMSI

91.7

87.4

93.3

89.3

94.7

81.1

85.0 86.589.8 89.4

95.3

90.4

Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

%

SUMBER: DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT & BADAN PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH

75.0

80.0

85.0

90.0

95.0

100.0

2014 2015 2016 2017

TOTAL APBN PROVINSI KAB/KOTA

Grafik 2.9. Perkembangan Realisasi Total Belanja Daerah

TOTAL APBN PROVINSI KAB/KOTA

SUMBER: DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT & BADAN PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH

2014 2015 2016 2017

70.0

75.0

80.0

85.0

90.0

95.0

100.0

105.0

110.0

Grafik 2.10. Perkembangan Realisasi Belanja Modal

Sementara itu, realisasi belanja konsumsi tertinggi oleh

Pemerintah Provinsi sebesar 97,28% atau Rp 3,10 triliun

dari total pagu Rp 3,18 triliun. Berdasarkan komposisi

belanja konsumsi, realisasi belanja pegawai pada triwulan

laporan meningkat menjadi 93,50% dibanding triwulan IV

2015 yang sebesar 90,15%. Peningkatan realisasi belanja

konsumsi lebih besar terjadi pada belanja bantuan sosial

yang meningkat menjadi 88,25% dibandingkan triwulan

IV 2015 sebesar 82,12%. Hal ini sejalan dengan rencana

belanja Pemerintah Provinsi NTT yaitu bahwa belanja

bantuan sosial sebagai manifestasi pemerintah dalam

memberdayakan masyarakat dan mengurangi risiko sosial.

Berdasarkan data realisasi pencapaian target belanja,

hanya belanja modal pemerintah pusat yang mampu

terealisasi lebih besar dari belanja konsumsi yang

dilakukan. Total realisasi belanja modal pemerintah pusat

mencapai 94,7% atau terealisasi sebesar Rp 3,5 triliun dari

total rencana belanja modal pemerintah pusat yang

sebesar Rp 3,7 triliun. Pada akhir tahun 2017, realisasi

belanja tertinggi ada pada Pemerintah Provinsi sebesar

93,31%. Sementara itu, apabila dibagi menjadi komponen

belanja modal dan belanja konsumsi, realisasi belanja

modal tertinggi ada pada APBN sebesar 94,7% dan

Realisasi belanja konsumsi tertinggi pada Pemerintah

Provinsi NTT yang mencapai 95,3%.

Tingginya realisasi belanja Modal APBN untuk NTT

terutama dipergunakan bagi pengerjaan beberapa proyek-

proyek strategis, seperti bendungan Raknamo,

pembangunan dan rehabilitasi jalan, serta pembangunan

embung dan jaringan irigasi. Sementara itu pada

Pemerintah Provinsi pangsa belanja hibah dalam

komponen belanja konsumsi cukup tinggi hingga

mencapai 28,85% dengan realisasi 96,92% didalamnya

BELANJA DAERAH

BELANJA MODAL

BELANJA KONSUMSI

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL

BANTUAN KEUANGAN

KONSUMSI LAINNYA

BELANJA LAINNYA

URAIAN

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan BiroKeuangan Provinsi NTT, diolah (*Miliar Rp)

RENCANA

REALISASI

NOMINAL

37.570,1

9.699,2

27.827,6

12.726,0

9.063,2

1.670,8

153,2

518,6

3.571,6

124,2

43,3

33.553,9

8.388,8

25.165,1

11.891,8

7.528,1

1.604,0

98,6

470,5

3.531,4

40,7

-

%

PANGSA (%)

89%

86%

90%

93%

83%

96%

64%

91%

99%

33%

0%

100,00

25,00

75,00

35,44

22,44

4,78

0,29

1,40

10,52

0,12

0,00

Tabel 2.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

30 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 47: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN DAN BIRO KEUANGAN PROVINSI NTT, DIOLAH

Grafik 2.12.

APBN KAB PROV

BELANJA MODAL BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA

Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN Pemerintah dan APBD

39.3622.04

10.23

28.21

39.95

29.98

32.20

18.49

20.65

28.85

9.7617.67

BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BAGI HASIL BANTUAN KEUANGANBELANJA HIBAHKONSUMSI LAINNYA

termasuk realisasi Program Desa Mandiri Anggur Merah

yang alokasi dananya di tahun 2017 mencapai hingga

sebesar Rp153 miliar untuk dana bergulir bagi

pengembangan kelompok desa.

Apabila dilihat dari struktur belanja masing-masing

pemerintah (APBN, APBD Kab/Kota dan APBD Provinsi),

pangsa realisasi belanja modal pemerintah pusat di Provinsi

NTT mencapai 39,36% dan belanja pegawai sebesar

28,21%. Adapun alokasi belanja konsumsi Pemerintah

Provinsi untuk belanja pegawai menjadi alokasi belanja

terbesar pemprov dengan pangsa sebesar 29,98%, diikuti

belanja hibah dengan pangsa sebesar 28,85%. Sedangkan

pada Pemerintah Kabupaten/Kota belanja pegawai

memiliki pangsa yang tinggi hingga sebesar 39,95%,

diikuti alokasi belanja alokasi belanja modal sebesar

22,04%.

Secara persentase komponen belanja konsumsi, realisasi

belanja bantuan sosial menjadi komponen tertinggi di

tingkat APBN hingga mencapai 98,10%. Sementara itu,

pada Pemerintah Provinsi NTT, alokasi belanja konsumsi

terbesar pada komponen belanja hibah dengan realisasi

mencapai 96,92% dan belanja pegawai 95,62%. Di

lingkup pemerintah kabupaten, belanja bantuan

keuangan mengalami realisasi paling tinggi dengan

persentase realisasi 98,88% dan diikuti belanja pegawai

92,67%. Tingginya pencairan belanja bantuan keuangan

tersebut terutama disebabkan oleh adanya realisasi dana

desa yang dilakukan pemerintah kabupaten di NTT.

Perkembangan realisasi belanja dari masing-masing

tingkat pemerintahan dapat dijabarkan sebagai berikut :

2.3.1 Belanja APBNSampai dengan triwulan IV 2017, realisasi belanja APBN

tercatat sebesar 91,65% (Rp 8,92 triliun) dari total pagu

sebesar Rp 9,73 triliun. Realisasi tersebut lebih tinggi

dibandingkan triwulan yang sama tahun 2016 sebesar

83,83%. Peningkatan realisasi belanja APBN terutama

disumbang oleh peningkatan realisasi belanja modal tahun

2017 menjadi 94,65% (Rp 3,51 triliun) dibandingkan

tahun 2016 sebesar 78,10% (Rp 2,21 triliun) disebabkan

adanya penyelesaian pembangunan proyek strategis

pemerintah di tahun 2017. Pembangunan infrastruktur

utama seperti, jalan, Pos Lintas Batas Negara, jembatan,

pemeliharaan jalan rutin, pembangunan bendungan serta

pembangunan jaringan irigasi cukup mendorong

pencapaian realisasi belanja yang optimal di tahun 2017.

Berdasarkan komposisinya, realisasi belanja APBN pada

triwulan IV 2017 komponen paling tinggi ada pada belanja

modal yakni 39,36% dari total belanja daerah APBN pada

triwulan IV 2017 atau sebesar Rp 3,51 triliun, disusul

belanja barang dan jasa 32,20% dari total belanja daerah

APBN pada triwulan IV 2017 atau sebesar Rp 2,87 triliun,

dan belanja pegawai yakni 28,21% dari total belanja

daerah APBN pada triwulan IV 2017 atau sebesar Rp 2,52

triliun. Ke depan, tingginya pangsa realisasi belanja modal

dapat terus dipertahankan untuk dapat lebih mendorong

aktivitas ekonomi di Provinsi NTT, seperti pembangunan

infrastruktur utama yaitu bendungan Temef , irigasi dari

bendungan Raknamo dan jalan raya.

2.3.2 Belanja Pemerintah Provinsi NTTRealisasi anggaran belanja APBD Provinsi menempati

urutan tertinggi realisasi belanja daerah pada triwulan IV

2017. Pencapaian tersebut dipengaruhi oleh tingginya

realisasi anggaran belanja konsumsi APBD Provinsi. Pada

triwulan IV 2017, realisasi belanja konsumsi APBD Provinsi

adalah 95,29% dari total anggaran belanja konsumsi

APBD Provinsi tahun 2017. Realisasi ini sedikit lebih kecil

dari periode yang sama di tahun 2016 yakni 97,3%.

31KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER : KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI NTT DAN BIRO KEUANGAN PROVINSI NTT, DIOLAH

Grafik 2.11.

APBN KAB PROV TOTAL

BELANJA DAERAH BELANJA MODAL BELANJA KONSUMSI

91.7

87.4

93.3

89.3

94.7

81.1

85.0 86.589.8 89.4

95.3

90.4

Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

%

SUMBER: DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT & BADAN PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH

75.0

80.0

85.0

90.0

95.0

100.0

2014 2015 2016 2017

TOTAL APBN PROVINSI KAB/KOTA

Grafik 2.9. Perkembangan Realisasi Total Belanja Daerah

TOTAL APBN PROVINSI KAB/KOTA

SUMBER: DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT & BADAN PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH

2014 2015 2016 2017

70.0

75.0

80.0

85.0

90.0

95.0

100.0

105.0

110.0

Grafik 2.10. Perkembangan Realisasi Belanja Modal

Sementara itu, realisasi belanja konsumsi tertinggi oleh

Pemerintah Provinsi sebesar 97,28% atau Rp 3,10 triliun

dari total pagu Rp 3,18 triliun. Berdasarkan komposisi

belanja konsumsi, realisasi belanja pegawai pada triwulan

laporan meningkat menjadi 93,50% dibanding triwulan IV

2015 yang sebesar 90,15%. Peningkatan realisasi belanja

konsumsi lebih besar terjadi pada belanja bantuan sosial

yang meningkat menjadi 88,25% dibandingkan triwulan

IV 2015 sebesar 82,12%. Hal ini sejalan dengan rencana

belanja Pemerintah Provinsi NTT yaitu bahwa belanja

bantuan sosial sebagai manifestasi pemerintah dalam

memberdayakan masyarakat dan mengurangi risiko sosial.

Berdasarkan data realisasi pencapaian target belanja,

hanya belanja modal pemerintah pusat yang mampu

terealisasi lebih besar dari belanja konsumsi yang

dilakukan. Total realisasi belanja modal pemerintah pusat

mencapai 94,7% atau terealisasi sebesar Rp 3,5 triliun dari

total rencana belanja modal pemerintah pusat yang

sebesar Rp 3,7 triliun. Pada akhir tahun 2017, realisasi

belanja tertinggi ada pada Pemerintah Provinsi sebesar

93,31%. Sementara itu, apabila dibagi menjadi komponen

belanja modal dan belanja konsumsi, realisasi belanja

modal tertinggi ada pada APBN sebesar 94,7% dan

Realisasi belanja konsumsi tertinggi pada Pemerintah

Provinsi NTT yang mencapai 95,3%.

Tingginya realisasi belanja Modal APBN untuk NTT

terutama dipergunakan bagi pengerjaan beberapa proyek-

proyek strategis, seperti bendungan Raknamo,

pembangunan dan rehabilitasi jalan, serta pembangunan

embung dan jaringan irigasi. Sementara itu pada

Pemerintah Provinsi pangsa belanja hibah dalam

komponen belanja konsumsi cukup tinggi hingga

mencapai 28,85% dengan realisasi 96,92% didalamnya

BELANJA DAERAH

BELANJA MODAL

BELANJA KONSUMSI

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL

BANTUAN KEUANGAN

KONSUMSI LAINNYA

BELANJA LAINNYA

URAIAN

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan BiroKeuangan Provinsi NTT, diolah (*Miliar Rp)

RENCANA

REALISASI

NOMINAL

37.570,1

9.699,2

27.827,6

12.726,0

9.063,2

1.670,8

153,2

518,6

3.571,6

124,2

43,3

33.553,9

8.388,8

25.165,1

11.891,8

7.528,1

1.604,0

98,6

470,5

3.531,4

40,7

-

%

PANGSA (%)

89%

86%

90%

93%

83%

96%

64%

91%

99%

33%

0%

100,00

25,00

75,00

35,44

22,44

4,78

0,29

1,40

10,52

0,12

0,00

Tabel 2.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

30 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 48: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

PUSAT

PROVINSI

KOTA

KABUPATEN

TOTAL

PEMERINTAH

Sumber : Bank Indonesia, diolah

GIRO

185,01

185,72

37,54

756,49

1.164,76

TABUNG-AN

0,45

1,74

16,86

172,00

191,05

DEPOSITO

3,00

40,85

80,18

355,86

479,90

TOTAL DPK

188,46

228,31

134,59

1.284,35

1.835,71

Tabel 2.2. Komposisi DPK Pemerintah di NTT

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 2.14. Dana Pihak Ketiga Pemerintah di Perbankan NTT

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

PUSAT PROVINSI PEMKOT PEMKAB TOTAL

RP TRILIUN

Gambar 2.1. Realisasi Belanja Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sampai dengan triwulan IV 2017, sebagian besar realisasi

belanja masih digunakan untuk belanja pegawai dengan

pangsa tertinggi adalah Kota Kupang sebesar 49,81%

terhadap total realisasi belanjanya.

Pencapaian realisasi belanja Kab. Sabu Raijua lebih rendah

dengan perbedaan persentase yang cukup tinggi

dibandingkan tahun 2016. Dari sebelumnya 84,16% di

tahun 2016 menjadi 68,33% di tahun 2017. Hal ini

disebabkan karena adanya OTT KPK terkait dengan

pimpinan daerah sehingga berdampak pada kemampuan

pemerintah daerah Kab. Sabu Raijua untuk mengambil

keputusan dalam melakukan pencairan dan realisasi DAK

(47,98%) yang berimbas pada turunnya realisasi belanja

daerah terutama belanja modal yang pencapaiannya

hanya 37,46%.

Rp 1,75 triliun. Simpanan pemerintah terbanyak dalam

bentuk giro sebesar Rp 1,16 triliun. Penurunan DPK

pemerintah terutama giro adalah dalam rangka

meningkatkan realisasi anggaran pada triwulan IV 2017.

Penurunan DPK pemerintah terjadi terutama di

Kabupaten/Kota yakni 71,53% (qtq) dari triwulan

sebelumnya Rp 4,51 triliun.

2.4 DANA PEMERINTAH DI PERBANKANDana Pihak Ketiga (DPK) Pemerintah yang disimpan di

perbankan pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar Rp 1,84

triliun. Jumlah tersebut turun 67,46% (qtq) dibandingkan

triwulan III 2017 yang sebesar Rp 5,64 triliun. Berdasarkan

jenis simpanan, giro turun sebesar 68,87% (qtq) dari

sebelumnya Rp 3,74 triliun, tabungan meningkat sebesar

23,77% (qtq) dari sebelumnya Rp 154,35 miliar dan

deposito turun sebesar 72,50% (qtq) dari sebelumnya

33KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER: BADAN PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH SETDA PROVINSI NTT, DIOLAH

Grafik 2.13. Realisasi Belanja dan Komponennya Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA MODAL BELANJA LAINNYA REALISASI (KANAN

SA

BU

RA

IJU

A

SIK

KA

TTS

NA

GE

KEO

KO

TA K

UPA

NG

EN

DE

BE

LU

MA

LA

KA

TTU

MA

TIM

KA

B. K

UPA

NG

SU

MB

A B

AR

AT

SU

MB

A T

IMU

R

MA

BA

R

SB

D

FLO

TIM

MA

NG

GA

RA

I

SU

MB

A T

EN

GA

H

LEM

BA

TA

NG

AD

A

ALO

R

RO

TE

Secara komposisi, pangsa realisasi belanja konsumsi APBD

Provinsi pada triwulan IV 2017 terutama disumbang oleh

belanja pegawai sebesar Rp 1,4 triliun (29,98% dari total

realisasi belanja daerah) dan belanja hibah sebesar Rp 1,35

triliun (28,85% dari total realisasi belanja daerah). Belanja

hibah terutama digunakan untuk penyaluran dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan program Desa

Mandiri Anggur Merah sesuai kebijakan pemberdayaan

masyarakat oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sementara itu, pencapaian belanja pegawai terutama

didorong oleh pengalihan kewenangan pembayaran gaji

guru SMA ke Provinsi mulai tahun ini. Dari segi belanja

modal APBD Provinsi, persentase realisasi anggaran

belanja APBD Provinsi mengalami penurunan menjadi

85,04% dibandingkan triwulan IV 2016 dan 2015 masing-

masing sebesar 106,41% dan 86,97%. Hal ini disebabkan

karena keterlambatan pengadaan belanja modal yang

bersifat administratif. Belanja modal APBD Provinsi

memiliki komposisi yang rendah yakni 10,23% dari

keseluruhan realisasi belanja APBD Provinsi selama

triwulan IV 2017. Oleh karena itu perlu adanya upaya

peningkatan realisasi belanja modal APBD Provinsi di tahun

2018.

tahun 2016 yakni sebesar 86,65% dari total pagu belanja.

Realisasi belanja terbesar yakni belanja pegawai yang

mencapai Rp 3,52 triliun atau 98,88% dari total pagu

belanja sebesar Rp 3,56 triliun, dengan pangsa realisasi

sebesar 39,95% terhadap total realisasi belanja

Pemerintah Kabupaten/Kota. Sementara itu, realisasi

belanja modal Kabupaten/Kota merupakan yang terendah

dibandingkan APBN dan Provinsi dan masih perlu

ditingkatkan karena sampai dengan triwulan IV 2017 baru

mencapai Rp 4,40 triliun atau 81,06% dari total pagu

belanja sebesar Rp 5,43 triliun dengan pangsa 10,23%.

Begitu pula dengan belanja barang dan jasa yang baru

mencapai Rp 3,69 triliun atau 78,54% dari total pagu

belanja sebesar Rp 4,70 triliun.

Secara spasial, Kab. Rote menjadi kabupaten dengan

realisasi belanja terbesar yakni 98,18% atau Rp 702,40

miliar, diikuti oleh Kab. Alor dengan realisasi sebesar

95,13% atau Rp 1,04 triliun dan kab. Ngada sebesar

94,67% atau Rp 836,65 miliar. Sebaliknya, Kab. TTS, Kab.

Sikka dan Kab. Sabu Raijua menjadi daerah dengan

realisasi belanja terendah yakni masing-masing 82,61%,

80,78% dan 68,33%. Dilihat dari pangsa realisasi belanja

modal terhadap total realisasi belanja, Kab. Ngada, Kab.

Malaka dan Kab. Sumba Tengah memiliki pangsa realisasi

belanja modal tertinggi yakni 33,12%, 28,02% dan

26,68%. Sebaliknya, pangsa realisasi belanja modal

terendah di Kab. Flores Timur (11,9%), Kab. Timor Tengah

Selatan (12,56%) dan Kab. Lembata (15,29%) posisi ini

masih sama dengan triwulan yang sama di tahun 2016.

2.3.3 Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota

Hingga triwulan IV 2017, realisasi belanja Pemerintah

Kabupaten/Kota tercatat Rp 19,96 triliun atau 87,44% dari

total pagu belanja sebesar Rp 22,83 triliun. Realisasi

tersebut meningkat dibandingkan triwulan yang sama

32 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 49: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

PUSAT

PROVINSI

KOTA

KABUPATEN

TOTAL

PEMERINTAH

Sumber : Bank Indonesia, diolah

GIRO

185,01

185,72

37,54

756,49

1.164,76

TABUNG-AN

0,45

1,74

16,86

172,00

191,05

DEPOSITO

3,00

40,85

80,18

355,86

479,90

TOTAL DPK

188,46

228,31

134,59

1.284,35

1.835,71

Tabel 2.2. Komposisi DPK Pemerintah di NTT

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 2.14. Dana Pihak Ketiga Pemerintah di Perbankan NTT

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

PUSAT PROVINSI PEMKOT PEMKAB TOTAL

RP TRILIUN

Gambar 2.1. Realisasi Belanja Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sampai dengan triwulan IV 2017, sebagian besar realisasi

belanja masih digunakan untuk belanja pegawai dengan

pangsa tertinggi adalah Kota Kupang sebesar 49,81%

terhadap total realisasi belanjanya.

Pencapaian realisasi belanja Kab. Sabu Raijua lebih rendah

dengan perbedaan persentase yang cukup tinggi

dibandingkan tahun 2016. Dari sebelumnya 84,16% di

tahun 2016 menjadi 68,33% di tahun 2017. Hal ini

disebabkan karena adanya OTT KPK terkait dengan

pimpinan daerah sehingga berdampak pada kemampuan

pemerintah daerah Kab. Sabu Raijua untuk mengambil

keputusan dalam melakukan pencairan dan realisasi DAK

(47,98%) yang berimbas pada turunnya realisasi belanja

daerah terutama belanja modal yang pencapaiannya

hanya 37,46%.

Rp 1,75 triliun. Simpanan pemerintah terbanyak dalam

bentuk giro sebesar Rp 1,16 triliun. Penurunan DPK

pemerintah terutama giro adalah dalam rangka

meningkatkan realisasi anggaran pada triwulan IV 2017.

Penurunan DPK pemerintah terjadi terutama di

Kabupaten/Kota yakni 71,53% (qtq) dari triwulan

sebelumnya Rp 4,51 triliun.

2.4 DANA PEMERINTAH DI PERBANKANDana Pihak Ketiga (DPK) Pemerintah yang disimpan di

perbankan pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar Rp 1,84

triliun. Jumlah tersebut turun 67,46% (qtq) dibandingkan

triwulan III 2017 yang sebesar Rp 5,64 triliun. Berdasarkan

jenis simpanan, giro turun sebesar 68,87% (qtq) dari

sebelumnya Rp 3,74 triliun, tabungan meningkat sebesar

23,77% (qtq) dari sebelumnya Rp 154,35 miliar dan

deposito turun sebesar 72,50% (qtq) dari sebelumnya

33KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER: BADAN PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH SETDA PROVINSI NTT, DIOLAH

Grafik 2.13. Realisasi Belanja dan Komponennya Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA MODAL BELANJA LAINNYA REALISASI (KANAN

SA

BU

RA

IJU

A

SIK

KA

TTS

NA

GE

KEO

KO

TA K

UPA

NG

EN

DE

BE

LU

MA

LA

KA

TTU

MA

TIM

KA

B. K

UPA

NG

SU

MB

A B

AR

AT

SU

MB

A T

IMU

R

MA

BA

R

SB

D

FLO

TIM

MA

NG

GA

RA

I

SU

MB

A T

EN

GA

H

LEM

BA

TA

NG

AD

A

ALO

R

RO

TE

Secara komposisi, pangsa realisasi belanja konsumsi APBD

Provinsi pada triwulan IV 2017 terutama disumbang oleh

belanja pegawai sebesar Rp 1,4 triliun (29,98% dari total

realisasi belanja daerah) dan belanja hibah sebesar Rp 1,35

triliun (28,85% dari total realisasi belanja daerah). Belanja

hibah terutama digunakan untuk penyaluran dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan program Desa

Mandiri Anggur Merah sesuai kebijakan pemberdayaan

masyarakat oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sementara itu, pencapaian belanja pegawai terutama

didorong oleh pengalihan kewenangan pembayaran gaji

guru SMA ke Provinsi mulai tahun ini. Dari segi belanja

modal APBD Provinsi, persentase realisasi anggaran

belanja APBD Provinsi mengalami penurunan menjadi

85,04% dibandingkan triwulan IV 2016 dan 2015 masing-

masing sebesar 106,41% dan 86,97%. Hal ini disebabkan

karena keterlambatan pengadaan belanja modal yang

bersifat administratif. Belanja modal APBD Provinsi

memiliki komposisi yang rendah yakni 10,23% dari

keseluruhan realisasi belanja APBD Provinsi selama

triwulan IV 2017. Oleh karena itu perlu adanya upaya

peningkatan realisasi belanja modal APBD Provinsi di tahun

2018.

tahun 2016 yakni sebesar 86,65% dari total pagu belanja.

Realisasi belanja terbesar yakni belanja pegawai yang

mencapai Rp 3,52 triliun atau 98,88% dari total pagu

belanja sebesar Rp 3,56 triliun, dengan pangsa realisasi

sebesar 39,95% terhadap total realisasi belanja

Pemerintah Kabupaten/Kota. Sementara itu, realisasi

belanja modal Kabupaten/Kota merupakan yang terendah

dibandingkan APBN dan Provinsi dan masih perlu

ditingkatkan karena sampai dengan triwulan IV 2017 baru

mencapai Rp 4,40 triliun atau 81,06% dari total pagu

belanja sebesar Rp 5,43 triliun dengan pangsa 10,23%.

Begitu pula dengan belanja barang dan jasa yang baru

mencapai Rp 3,69 triliun atau 78,54% dari total pagu

belanja sebesar Rp 4,70 triliun.

Secara spasial, Kab. Rote menjadi kabupaten dengan

realisasi belanja terbesar yakni 98,18% atau Rp 702,40

miliar, diikuti oleh Kab. Alor dengan realisasi sebesar

95,13% atau Rp 1,04 triliun dan kab. Ngada sebesar

94,67% atau Rp 836,65 miliar. Sebaliknya, Kab. TTS, Kab.

Sikka dan Kab. Sabu Raijua menjadi daerah dengan

realisasi belanja terendah yakni masing-masing 82,61%,

80,78% dan 68,33%. Dilihat dari pangsa realisasi belanja

modal terhadap total realisasi belanja, Kab. Ngada, Kab.

Malaka dan Kab. Sumba Tengah memiliki pangsa realisasi

belanja modal tertinggi yakni 33,12%, 28,02% dan

26,68%. Sebaliknya, pangsa realisasi belanja modal

terendah di Kab. Flores Timur (11,9%), Kab. Timor Tengah

Selatan (12,56%) dan Kab. Lembata (15,29%) posisi ini

masih sama dengan triwulan yang sama di tahun 2016.

2.3.3 Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota

Hingga triwulan IV 2017, realisasi belanja Pemerintah

Kabupaten/Kota tercatat Rp 19,96 triliun atau 87,44% dari

total pagu belanja sebesar Rp 22,83 triliun. Realisasi

tersebut meningkat dibandingkan triwulan yang sama

32 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 50: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Boks 2 : Realisasi Program Nawa Cita di Provinsi NTTBoks 2 : Realisasi Program Nawa Cita di Provinsi NTT

Nawacita adalah sembilan agenda prioritas pembangunan

yang digagas oleh Presiden dan Wakil Presiden Republik

Indonesia untuk mengawal pembangunan Indonesia.

Prioritas pembangunan tersebut diharapkan dapat

mewujudkan tujuan nasional Bangsa Indonesia sesuai

tujuan yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan

UUD 1945 yaitu bahwa hakikat pembangunan nasional

adalah: mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan

kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah

Indonesia, dan membantu melaksanakan ketertiban dunia

dan perdamaian abadi. Bertolak dari tujuan tersebut maka

nawacita ini dicanangkan untuk menunjukkan prioritas

jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara

politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian

dalam kebudayaan.

Secara ringkas, nawacita pertama adalah menghadirkan

kembali negara untuk melindungi dan memberi rasa

aman. Yang kedua adalah terkait tata kelola pemerintahan

yang bersih dan terpercaya. Kemudian yang ketiga adalah

terkait menjadikan daerah perbatasan sebagai pintu

gerbang Indonesia. Keempat adalah melakukan reformasi

sistem dan penegakan hokum. Nawacita kelima tentang

peningkatan kualitas hidup manusia, sedangkan yang

keenam adalah tentang peningkatan produktivitas rakyat

dan daya saing. Nawacita ketujuh tentang mewujudkan

kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sector

strategis. Nawacita kedelapan adalah melakukan revolusi

mental, dan terakhir adalah tentang memperteguh

kebhinekaan dan restorasi sosial.

Sepanjang tahun 2017, di Provinsi NTT, telah dilaksanakan

program penguatan Nawacita tersebut di atas dengan

realisasi anggaran mencapai Rp 2,46 triliun atau terealisasi

99,2% dari pagu dana sebesar Rp. 2,48 triliun. Adapun

fokus pemerintah pusat untuk pembangunan NTT adalah

terkait nawacita ketiga atau membangun Indonesia dari

pinggiran dengan total realisasi anggaran sebesar Rp 1,5

triliun dan nawacita keenam tentang peningkatan

produktivitas dan daya saing dengan total realisasi

anggaran mencapai Rp 820 miliar. Realisasi anggaran

dalam pelaksanaan nawacita ketiga relatif lebih cepat

Gambar Boks 2.1. Program Nawacita

35KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

PENDAPATAN DAERAH

BELANJA DAERAH

BELANJA MODAL

BELANJA KONSUMSI

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL

BANTUAN KEUANGAN

KONSUMSI LAINNYA

BELANJA LAINNYA

SURPLUS/DEFISIT

PEMBIAYAAN DAERAH

PENERIMAAN

SILPA TAHUN LALU

LAINNYA

PENGELUARAN

PENYERTAAN MODAL

LAINNYA

PEMBIAYAAN NETTO

SILPA SEKARANG

Tabel 2.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

APBN

APBN/APBD

KAB

297.455

9.729.010

3.707.842

6.021.167

2.654.881

3.345.450

-

20.837

-

-

-

-

(9.431.555)

21.431.479

22.833.828

5.429.190

17.404.638

8.605.968

4.701.023

280.043

109.164

20.903

3.568.209

119.330

-

(1.402.349)

1.674.190

1.652.518

21.672

213.960

120.050

93.910

1.460.230

57.881

PROV TOTAL

4.796.327

5.007.246

562.136

4.401.843

1.465.140

1.016.755

1.390.772

23.151

497.702

3.423

4.900

43.266

(210.919)

290.459

282.889

7.570

79.540

75.000

4.540

210.919

-

26.525.260

37.570.083

9.699.169

27.827.648

12.725.989

9.063.227

1.670.815

153.152

518.605

3.571.632

124.230

43.266

(11.044.823)

1.964.649

1.935.406

29.243

293.500

195.050

98.450

1.671.149

57.881

APBN

REALISASI

KAB

2.601.873

8.916.811

3.509.600

5.407.211

2.515.419

2.871.350

-

20.442

-

-

-

-

(6.314.939)

19.839.434

19.964.765

4.401.140

15.563.625

7.975.388

3.692.018

256.009

56.778

14.658

3.528.124

40.650

-

(125.331)

1.714.649

1.698.963

15.686

208.109

120.199

87.910

1.506.540

1.381.209

PROV TOTAL

4.715.482

4.672.334

478.036

4.194.298

1.400.988

964.782

1.347.982

21.423

455.802

3.265

56

-

43.147

288.035

282.889

5.146

79.536

75.000

4.536

208.499

251.646

27.156.789

33.553.911

8.388.777

25.165.134

11.891.795

7.528.150

1.603.992

98.644

470.460

3.531.389

40.706

-

(6.397.122)

2.002.683

1.981.852

20.832

287.645

195.199

92.446

1.715.039

1.632.855

34 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

NAWACITA 1 NAWACITA 2 NAWACITA 3 NAWACITA 4 NAWACITA 5 NAWACITA 6 NAWACITA 7 NAWACITA 8 NAWACITA 9

Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara

Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara

Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan

Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan

Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik

Melakukan revolusi karakter bangsa

Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

Page 51: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Boks 2 : Realisasi Program Nawa Cita di Provinsi NTTBoks 2 : Realisasi Program Nawa Cita di Provinsi NTT

Nawacita adalah sembilan agenda prioritas pembangunan

yang digagas oleh Presiden dan Wakil Presiden Republik

Indonesia untuk mengawal pembangunan Indonesia.

Prioritas pembangunan tersebut diharapkan dapat

mewujudkan tujuan nasional Bangsa Indonesia sesuai

tujuan yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan

UUD 1945 yaitu bahwa hakikat pembangunan nasional

adalah: mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan

kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah

Indonesia, dan membantu melaksanakan ketertiban dunia

dan perdamaian abadi. Bertolak dari tujuan tersebut maka

nawacita ini dicanangkan untuk menunjukkan prioritas

jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara

politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian

dalam kebudayaan.

Secara ringkas, nawacita pertama adalah menghadirkan

kembali negara untuk melindungi dan memberi rasa

aman. Yang kedua adalah terkait tata kelola pemerintahan

yang bersih dan terpercaya. Kemudian yang ketiga adalah

terkait menjadikan daerah perbatasan sebagai pintu

gerbang Indonesia. Keempat adalah melakukan reformasi

sistem dan penegakan hokum. Nawacita kelima tentang

peningkatan kualitas hidup manusia, sedangkan yang

keenam adalah tentang peningkatan produktivitas rakyat

dan daya saing. Nawacita ketujuh tentang mewujudkan

kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sector

strategis. Nawacita kedelapan adalah melakukan revolusi

mental, dan terakhir adalah tentang memperteguh

kebhinekaan dan restorasi sosial.

Sepanjang tahun 2017, di Provinsi NTT, telah dilaksanakan

program penguatan Nawacita tersebut di atas dengan

realisasi anggaran mencapai Rp 2,46 triliun atau terealisasi

99,2% dari pagu dana sebesar Rp. 2,48 triliun. Adapun

fokus pemerintah pusat untuk pembangunan NTT adalah

terkait nawacita ketiga atau membangun Indonesia dari

pinggiran dengan total realisasi anggaran sebesar Rp 1,5

triliun dan nawacita keenam tentang peningkatan

produktivitas dan daya saing dengan total realisasi

anggaran mencapai Rp 820 miliar. Realisasi anggaran

dalam pelaksanaan nawacita ketiga relatif lebih cepat

Gambar Boks 2.1. Program Nawacita

35KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

PENDAPATAN DAERAH

BELANJA DAERAH

BELANJA MODAL

BELANJA KONSUMSI

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL

BANTUAN KEUANGAN

KONSUMSI LAINNYA

BELANJA LAINNYA

SURPLUS/DEFISIT

PEMBIAYAAN DAERAH

PENERIMAAN

SILPA TAHUN LALU

LAINNYA

PENGELUARAN

PENYERTAAN MODAL

LAINNYA

PEMBIAYAAN NETTO

SILPA SEKARANG

Tabel 2.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

APBN

APBN/APBD

KAB

297.455

9.729.010

3.707.842

6.021.167

2.654.881

3.345.450

-

20.837

-

-

-

-

(9.431.555)

21.431.479

22.833.828

5.429.190

17.404.638

8.605.968

4.701.023

280.043

109.164

20.903

3.568.209

119.330

-

(1.402.349)

1.674.190

1.652.518

21.672

213.960

120.050

93.910

1.460.230

57.881

PROV TOTAL

4.796.327

5.007.246

562.136

4.401.843

1.465.140

1.016.755

1.390.772

23.151

497.702

3.423

4.900

43.266

(210.919)

290.459

282.889

7.570

79.540

75.000

4.540

210.919

-

26.525.260

37.570.083

9.699.169

27.827.648

12.725.989

9.063.227

1.670.815

153.152

518.605

3.571.632

124.230

43.266

(11.044.823)

1.964.649

1.935.406

29.243

293.500

195.050

98.450

1.671.149

57.881

APBN

REALISASI

KAB

2.601.873

8.916.811

3.509.600

5.407.211

2.515.419

2.871.350

-

20.442

-

-

-

-

(6.314.939)

19.839.434

19.964.765

4.401.140

15.563.625

7.975.388

3.692.018

256.009

56.778

14.658

3.528.124

40.650

-

(125.331)

1.714.649

1.698.963

15.686

208.109

120.199

87.910

1.506.540

1.381.209

PROV TOTAL

4.715.482

4.672.334

478.036

4.194.298

1.400.988

964.782

1.347.982

21.423

455.802

3.265

56

-

43.147

288.035

282.889

5.146

79.536

75.000

4.536

208.499

251.646

27.156.789

33.553.911

8.388.777

25.165.134

11.891.795

7.528.150

1.603.992

98.644

470.460

3.531.389

40.706

-

(6.397.122)

2.002.683

1.981.852

20.832

287.645

195.199

92.446

1.715.039

1.632.855

34 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

NAWACITA 1 NAWACITA 2 NAWACITA 3 NAWACITA 4 NAWACITA 5 NAWACITA 6 NAWACITA 7 NAWACITA 8 NAWACITA 9

Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara

Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara

Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan

Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan

Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik

Melakukan revolusi karakter bangsa

Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

Page 52: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dalam

nawacita kelima, pemerintah juga membangun rumah

susun untuk mahasiswa di Kota Kupang, pondok

pesantren di Ende ataupun seminari di Manggarai.

Pemerintah juga melakukan pembangunan SPAM

Kawasan air di Sumba Barat.

Terkait nawacita keenam tentang peningkatan

produktivitas dan daya saing, fokus utama pemerintah

adalah dengan penyelesaian Bendungan Raknamo, dan

pekerjaan Bendungan Rotiklot di Atambua dan Napungete

di Sikka. Pemerintah juga membangun daerah irigasi (DI)

Wae Dingin Manggarai Timur ataupu DI Kodi di Sumba

Barat Daya. Pemerintah pusat melalui kementrian

pertanian juga memiliki program yang cukup besar berupa

Tabel Boks 2.1. Rincian Output Program Nawacita di Provinsi NTT 2017

KOMODITAS INFLASI

SUMBER : BPS, DIOLAH

SUM YOY KOMODITAS DEFLASI SUM YOY

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa

Layanan Pengelolaan Sarana dan Prasarana SAR

Pemenuhan Alat Material

Lainnya

3. Membangun Indonesia dari pinggiran

Pembangunan Jalan

Pembangunan Jembatan

Pemeliharaan dan Rehabilitasi jalan

Layanan Kepelabuhanan

Kapasitas Bandar Udara

Layanan Pengelolaan Prasarana dan lalu lintas Perhubungan Darat

Layanan Bandar Udara

Layanan Lalu Lintas dan Angkutan Laut

Pelayanan dan Pengoperasian Angkutan Udara

Lainnya

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi yang bebas korupsi

Rehabilitasi dan Perlindungan sosial bagi Anak Terlantar/Anak Jalanan, Anak yang Berhadapan Hukum

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia

Pembangunan Rumah Susun

SPAM Berbasis Masyarakat

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

Lainnya

7.616.931.000

5.209.007.000

1.020.588.000

1.387.336.000

1.543.217.997.039

785.149.046.119

178.107.218.000

271.074.875.244

109.993.743.374

44.652.039.000

64.595.712.000

41.756.490.000

21.520.171.700

10.407.470.150

15.961.231.452

838.652.050

838.652.050

75.113.334.021

40.498.819.000

11.786.839.341

7.668.281.000

15.159.394.680

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional

Bendungan dalam tahap pelaksanaan (on-going)

Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang dibangun

Fasilitas Penerapan Budidaya Jagung

Pasar Rakyat Yang Dibangun/Direvitalisasi

Kawasan Aneka Cabai

Perluasan Tanaman Tahunan dan Penyegar di Lahan Kering

Jaringan irigasi air tanah (JIAT) yang dibangun / ditingkatkan

Perluasan Sawah

Kawasan Bawang Merah

Lainnya

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis

Luas lahan garam yang difasilitasi

Layanan Informasi Meteorologi Penerbangan di Daerah

Lainnya

8. Melakukan revolusi karakter bangsa

Gedung Balai Nikah yang Dibangun

Lainnya

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial

Teknis penyelenggaraan pengawasan Pemilu Bawaslu Provinsi

Penyuluhan Peraturan Perundang-undangan Pemilu dan Pemilukada

Grand Total

820.062.832.109

577.103.491.933

85.273.428.000

61.033.119.000

18.065.491.000

13.892.344.800

13.223.705.891

9.160.055.000

7.551.392.000

5.988.205.100

28.771.599.385

4.599.122.550

1.944.068.500

1.578.209.050

1.076.845.000

7.944.822.580

6.918.537.150

1.026.285.430

236.700.000

179.200.000

57.500.000

2.459.630.391.349

penanaman jagung hibrida di hampir semua wilayah di

NTT dengan alokasi anggaran mencapai Rp 61 miliar.

Selain itu juga terdapat program Kawasan aneka cabai,

bawang merah, perluasan sawah, maupun perluasan

tanaman di lahan kering.

Penerapan nawacita lainnya antara lain : Nawacita

pertama dengan pembuatan layanan pengelolaan sarana

dan prasarana SAR, nawacita keempat dengan cara

melakukan rehabilitasi dan perlindungan social bagi anak

terlantar. Nawacita ketujuh diimplementasikan terutama

dengan memfasilitasi luas lahan garam. Nawacita

kedelapan direalisasi dalam pembangunan Gedung balai

nikah, dan nawacita kesembilan penyelenggaraan teknis

pengawasan pemilu oleh Bawaslu provinsi.

37KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 2. 1. Realisasi Program Nawacita di Provinsi NTT

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik Boks 2.2.

98,0 98,2 98,4 98,6 98,8 99,0 99,2 99,4 99,6 99,8 100,0

200 400 600 800

1.000 1.200 1.400 1.600 1.800

1. M

EN

GH

AD

IRK

AN

K

EM

BA

LI N

EG

AR

A

UN

TU

K M

ELIN

DU

NG

I SE

GE

NA

P B

AN

GSA

3. M

EM

BA

NG

UN

IN

DO

NE

SIA

DA

RI

PIN

GG

IRA

N

4. M

EM

PE

RK

UA

T

KE

HA

DIR

AN

NE

GA

RA

D

ALA

M M

ELA

KU

KA

N

RE

FO

RM

ASI YA

NG

B

EB

AS

KO

RU

PSI

5. M

EN

ING

KA

TK

AN

K

UA

LIT

AS

HID

UP

M

AN

USIA

DA

N

MA

SYA

RA

KA

T

IND

ON

ESIA

6. M

EN

ING

KA

TK

AN

P

RO

DU

KTIV

ITA

S

RA

KYA

T D

AN

DA

YA

SA

ING

DI PA

SA

R

INTE

RN

ASIO

NA

L

7. M

EW

UJU

DK

AN

K

EM

AN

DIR

IAN

E

KO

NO

MI D

EN

GA

N

ME

NG

GE

RA

KK

AN

SE

KTO

R S

TR

ATE

GIS

8. M

ELA

KU

KA

N

RE

VO

LU

SI

KA

RA

KTE

R B

AN

GSA

9. M

EM

PE

RTE

GU

H

KE

BH

INE

KA

AN

DA

N

ME

MP

ER

KU

AT

R

ESTO

RA

SI SO

SIA

L

BILLIONS

BARANG MODAL BANTUAN SOSIAL % REALISASI

1 2 3 4 5 6 7 8

III

9 10 11 12

I IVII

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

550

NC 07NC 01

NC 08NC 06

NC 09NC 03 NC 04 NC 05

PAGU PAGU

Waktu Realisasi Program Nawacitas di Provinsi NTT

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 2.3. Lokasi Proyek Program Nawacita

BE

LU

KU

PA

NG

KO

TA

KU

PA

NG

MA

LA

KA

NTT

SIK

KA

MA

BA

R

ALO

R

SB

D

TTU

TTS

MA

NG

GA

RA

I

SU

MB

A T

IMU

R

MA

TIM

EN

DE

RO

TE

ND

AO

SA

BU

RA

IJU

A

FLO

RE

S T

IMU

R

LEM

BA

TA

NG

AD

A

SU

MB

A B

AR

AT

NA

GE

KE

O

SU

MB

A T

EN

GA

H

NAWA CITA 01 NAWA CITA 03 NAWA CITA 04NAWA CITA 06 NAWA CITA 07 NAWA CITA 08

NAWA CITA 05NAWA CITA 09

-

100

200

300

400

500

600

700

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 2.4.

NAWA CITA 01 NAWA CITA 03 NAWA CITA 04NAWA CITA 06 NAWA CITA 07 NAWA CITA 08

NAWA CITA 05NAWA CITA 09

1,989*293*

123*

18

8 7 6 2 2 2 2 2 1

4

-

5

10

15

20

25

30

35

KE

ME

N P

UP

ER

A

PE

RH

UB

UN

GA

N

PE

RTA

NIA

N

KE

ME

ND

AG

KE

ME

NA

G

BP

S

BA

SA

RN

AS

KE

ME

NK

ES

KK

P

BM

KG

KE

ME

ND

ES

PO

LR

I

BN

PB

LA

INN

YA

Pelaksana Program Nawacita dan Realisasi Anggaran di NTT

dikarenakan sifat pekerjaan yang relatif cepat terutama

terkait pekerjaan jalan. Untuk pekerjaan proyek bangunan

sebagaimana nawacita keenam terutama pembangunan

bendungan dan irigasi, ataupun nawacita ketiga terkait

pembangunan sarana dan prasarana perhubungan relatif

lebih lama.

Fokus pemerintah dalam membangun daerah perbatasan

tersebut terlihat dari lokasi proyek pembangunan dengan

alokasi terbesar di Kabupaten Belu, Kupang, Malaka, Alor,

ataupun pembangunan jalan lintas kabupaten di NTT.

Terkait peningkatan daya saing dan produktivitas dalam

nawacita keenam, maka fokus utama pemerintah pusat

adalah dengan membangun proyek multiyear bendungan,

irigasi ataupun peningkatan produksi pertanian.

Berdasarkan kementrian dan Lembaga kuasa anggaran,

terlihat bahwa anggaran terbesar dikerjakan oleh

kementrian PU PERA dengan realisasi mencapai Rp 2,0

triliun rupiah, disusul oleh kementrian perhubungan

dengan realisasi anggaran sebesar Rp 293 miliar dan

kementrian pertanian sebesar Rp 123 miliar.

Berdasarkan rincian alokasi anggaran, pembangunan jalan

dan jembatan menjadi prioritas utama terutama untuk

pembangunan sabuk perbatasan Indonesia dan Timor

Leste. Selain itu, pemerintah juga melakukan perbaikan

layanan kepelabuhan di 9 Kabupaten/Kota, peningkatan

kapasitas bandara di Ruteng, maupun pelebaran taxi way

di Atambua dan pembangunan bandara Pantar di Alor.

Pemerintah juga melakukan peningkatan layanan baik

untuk angkutan darat, laut dan udara.

36 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 53: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dalam

nawacita kelima, pemerintah juga membangun rumah

susun untuk mahasiswa di Kota Kupang, pondok

pesantren di Ende ataupun seminari di Manggarai.

Pemerintah juga melakukan pembangunan SPAM

Kawasan air di Sumba Barat.

Terkait nawacita keenam tentang peningkatan

produktivitas dan daya saing, fokus utama pemerintah

adalah dengan penyelesaian Bendungan Raknamo, dan

pekerjaan Bendungan Rotiklot di Atambua dan Napungete

di Sikka. Pemerintah juga membangun daerah irigasi (DI)

Wae Dingin Manggarai Timur ataupu DI Kodi di Sumba

Barat Daya. Pemerintah pusat melalui kementrian

pertanian juga memiliki program yang cukup besar berupa

Tabel Boks 2.1. Rincian Output Program Nawacita di Provinsi NTT 2017

KOMODITAS INFLASI

SUMBER : BPS, DIOLAH

SUM YOY KOMODITAS DEFLASI SUM YOY

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa

Layanan Pengelolaan Sarana dan Prasarana SAR

Pemenuhan Alat Material

Lainnya

3. Membangun Indonesia dari pinggiran

Pembangunan Jalan

Pembangunan Jembatan

Pemeliharaan dan Rehabilitasi jalan

Layanan Kepelabuhanan

Kapasitas Bandar Udara

Layanan Pengelolaan Prasarana dan lalu lintas Perhubungan Darat

Layanan Bandar Udara

Layanan Lalu Lintas dan Angkutan Laut

Pelayanan dan Pengoperasian Angkutan Udara

Lainnya

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi yang bebas korupsi

Rehabilitasi dan Perlindungan sosial bagi Anak Terlantar/Anak Jalanan, Anak yang Berhadapan Hukum

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia

Pembangunan Rumah Susun

SPAM Berbasis Masyarakat

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

Lainnya

7.616.931.000

5.209.007.000

1.020.588.000

1.387.336.000

1.543.217.997.039

785.149.046.119

178.107.218.000

271.074.875.244

109.993.743.374

44.652.039.000

64.595.712.000

41.756.490.000

21.520.171.700

10.407.470.150

15.961.231.452

838.652.050

838.652.050

75.113.334.021

40.498.819.000

11.786.839.341

7.668.281.000

15.159.394.680

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional

Bendungan dalam tahap pelaksanaan (on-going)

Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang dibangun

Fasilitas Penerapan Budidaya Jagung

Pasar Rakyat Yang Dibangun/Direvitalisasi

Kawasan Aneka Cabai

Perluasan Tanaman Tahunan dan Penyegar di Lahan Kering

Jaringan irigasi air tanah (JIAT) yang dibangun / ditingkatkan

Perluasan Sawah

Kawasan Bawang Merah

Lainnya

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis

Luas lahan garam yang difasilitasi

Layanan Informasi Meteorologi Penerbangan di Daerah

Lainnya

8. Melakukan revolusi karakter bangsa

Gedung Balai Nikah yang Dibangun

Lainnya

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial

Teknis penyelenggaraan pengawasan Pemilu Bawaslu Provinsi

Penyuluhan Peraturan Perundang-undangan Pemilu dan Pemilukada

Grand Total

820.062.832.109

577.103.491.933

85.273.428.000

61.033.119.000

18.065.491.000

13.892.344.800

13.223.705.891

9.160.055.000

7.551.392.000

5.988.205.100

28.771.599.385

4.599.122.550

1.944.068.500

1.578.209.050

1.076.845.000

7.944.822.580

6.918.537.150

1.026.285.430

236.700.000

179.200.000

57.500.000

2.459.630.391.349

penanaman jagung hibrida di hampir semua wilayah di

NTT dengan alokasi anggaran mencapai Rp 61 miliar.

Selain itu juga terdapat program Kawasan aneka cabai,

bawang merah, perluasan sawah, maupun perluasan

tanaman di lahan kering.

Penerapan nawacita lainnya antara lain : Nawacita

pertama dengan pembuatan layanan pengelolaan sarana

dan prasarana SAR, nawacita keempat dengan cara

melakukan rehabilitasi dan perlindungan social bagi anak

terlantar. Nawacita ketujuh diimplementasikan terutama

dengan memfasilitasi luas lahan garam. Nawacita

kedelapan direalisasi dalam pembangunan Gedung balai

nikah, dan nawacita kesembilan penyelenggaraan teknis

pengawasan pemilu oleh Bawaslu provinsi.

37KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 2. 1. Realisasi Program Nawacita di Provinsi NTT

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik Boks 2.2.

98,0 98,2 98,4 98,6 98,8 99,0 99,2 99,4 99,6 99,8 100,0

200 400 600 800

1.000 1.200 1.400 1.600 1.800

1. M

EN

GH

AD

IRK

AN

K

EM

BA

LI N

EG

AR

A

UN

TU

K M

ELIN

DU

NG

I SE

GE

NA

P B

AN

GSA

3. M

EM

BA

NG

UN

IN

DO

NE

SIA

DA

RI

PIN

GG

IRA

N

4. M

EM

PE

RK

UA

T

KE

HA

DIR

AN

NE

GA

RA

D

ALA

M M

ELA

KU

KA

N

RE

FO

RM

ASI YA

NG

B

EB

AS

KO

RU

PSI

5. M

EN

ING

KA

TK

AN

K

UA

LIT

AS

HID

UP

M

AN

USIA

DA

N

MA

SYA

RA

KA

T

IND

ON

ESIA

6. M

EN

ING

KA

TK

AN

P

RO

DU

KTIV

ITA

S

RA

KYA

T D

AN

DA

YA

SA

ING

DI PA

SA

R

INTE

RN

ASIO

NA

L

7. M

EW

UJU

DK

AN

K

EM

AN

DIR

IAN

E

KO

NO

MI D

EN

GA

N

ME

NG

GE

RA

KK

AN

SE

KTO

R S

TR

ATE

GIS

8. M

ELA

KU

KA

N

RE

VO

LU

SI

KA

RA

KTE

R B

AN

GSA

9. M

EM

PE

RTE

GU

H

KE

BH

INE

KA

AN

DA

N

ME

MP

ER

KU

AT

R

ESTO

RA

SI SO

SIA

L

BILLIONS

BARANG MODAL BANTUAN SOSIAL % REALISASI

1 2 3 4 5 6 7 8

III

9 10 11 12

I IVII

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

550

NC 07NC 01

NC 08NC 06

NC 09NC 03 NC 04 NC 05

PAGU PAGU

Waktu Realisasi Program Nawacitas di Provinsi NTT

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 2.3. Lokasi Proyek Program Nawacita

BE

LU

KU

PA

NG

KO

TA

KU

PA

NG

MA

LA

KA

NTT

SIK

KA

MA

BA

R

ALO

R

SB

D

TTU

TTS

MA

NG

GA

RA

I

SU

MB

A T

IMU

R

MA

TIM

EN

DE

RO

TE

ND

AO

SA

BU

RA

IJU

A

FLO

RE

S T

IMU

R

LEM

BA

TA

NG

AD

A

SU

MB

A B

AR

AT

NA

GE

KE

O

SU

MB

A T

EN

GA

H

NAWA CITA 01 NAWA CITA 03 NAWA CITA 04NAWA CITA 06 NAWA CITA 07 NAWA CITA 08

NAWA CITA 05NAWA CITA 09

-

100

200

300

400

500

600

700

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 2.4.

NAWA CITA 01 NAWA CITA 03 NAWA CITA 04NAWA CITA 06 NAWA CITA 07 NAWA CITA 08

NAWA CITA 05NAWA CITA 09

1,989*293*

123*

18

8 7 6 2 2 2 2 2 1

4

-

5

10

15

20

25

30

35

KE

ME

N P

UP

ER

A

PE

RH

UB

UN

GA

N

PE

RTA

NIA

N

KE

ME

ND

AG

KE

ME

NA

G

BP

S

BA

SA

RN

AS

KE

ME

NK

ES

KK

P

BM

KG

KE

ME

ND

ES

PO

LR

I

BN

PB

LA

INN

YA

Pelaksana Program Nawacita dan Realisasi Anggaran di NTT

dikarenakan sifat pekerjaan yang relatif cepat terutama

terkait pekerjaan jalan. Untuk pekerjaan proyek bangunan

sebagaimana nawacita keenam terutama pembangunan

bendungan dan irigasi, ataupun nawacita ketiga terkait

pembangunan sarana dan prasarana perhubungan relatif

lebih lama.

Fokus pemerintah dalam membangun daerah perbatasan

tersebut terlihat dari lokasi proyek pembangunan dengan

alokasi terbesar di Kabupaten Belu, Kupang, Malaka, Alor,

ataupun pembangunan jalan lintas kabupaten di NTT.

Terkait peningkatan daya saing dan produktivitas dalam

nawacita keenam, maka fokus utama pemerintah pusat

adalah dengan membangun proyek multiyear bendungan,

irigasi ataupun peningkatan produksi pertanian.

Berdasarkan kementrian dan Lembaga kuasa anggaran,

terlihat bahwa anggaran terbesar dikerjakan oleh

kementrian PU PERA dengan realisasi mencapai Rp 2,0

triliun rupiah, disusul oleh kementrian perhubungan

dengan realisasi anggaran sebesar Rp 293 miliar dan

kementrian pertanian sebesar Rp 123 miliar.

Berdasarkan rincian alokasi anggaran, pembangunan jalan

dan jembatan menjadi prioritas utama terutama untuk

pembangunan sabuk perbatasan Indonesia dan Timor

Leste. Selain itu, pemerintah juga melakukan perbaikan

layanan kepelabuhan di 9 Kabupaten/Kota, peningkatan

kapasitas bandara di Ruteng, maupun pelebaran taxi way

di Atambua dan pembangunan bandara Pantar di Alor.

Pemerintah juga melakukan peningkatan layanan baik

untuk angkutan darat, laut dan udara.

36 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 54: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

39KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Boks 3. Pagu Anggaran APBN 2018 Provinsi NTTBoks 3. Pagu Anggaran APBN 2018 Provinsi NTT

Pada tahun 2018, pagu anggaran pemerintah pusat masih

menunjukkan adanya peningkatan walaupun relatif

melambat dibanding tahun 2017. Pagu anggaran tercatat

meningkat, dari 9,8 triliun menjadi 10,3 triliun, atau

bertambah 5,7% dibanding tahun sebelumnya.

Perlambatan belanja terutama disebabkan oleh

berkurangnya belanja modal mengikuti perencanaan

belanja modal yang telah direncanakan. Adapun belanja

pegawai dan belanja barang dan jasa mengalami kenaikan

7,3% (yoy) dan 15,1% (yoy) terutama disebabkan oleh

peningkatan anggaran pilkada provinsi dan 10 kabupaten

di Provinsi NTT.

Berdasarkan daerah penerima aliran belanja di NTT,

Provinsi NTT tercatat paling banyak mendapatkan alokasi

anggaran dengan total 5,48 triliun atau sebesar 53,3%

dari total anggaran belanja pemerintah pusat. Hal ini

t e ru tama d ipe runtukkan bag i be lan ja moda l

dinas/kementerian yang berada di Provinsi NTT dengan

alokasi anggaran sebesar 2,6 triliun seperti pembangunan

jalan, jembatan dan proyek sumber daya air. Belanja

barang menjadi alokasi terbesar kedua di Provinsi NTT

terutama untuk belanja barang dan jasa terkait

pembangunan jalan dan pengelolaan SDA dengan total

alokasi anggaran sebesar 300 milyar. Belanja barang dan

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.1.

2014 2015 2016 2017 2018

0

2

4

6

8

10

12

-60

-40

-20

0

20

40

60

PAGU BELANJA REALISASI GROWTH PAGU GROWTH REALISASI

Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN di Provinsi NTT

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.2. Pangsa Belanja APBN di Provinsi NTT

BELANJA MOMDAL BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA LAINNYA

TRILIUN

2017 2018

38.1%27.3%34.4%

34.6%27.7%37.5%

38 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.3. Pangsa Alokasi APBN di Kabupaten/Kota

KOTA KUPANG12,41

KUPANG12,41

ENDE3,04

BELU2,94

SIKKA2,65

SUMTIM2,45

FLOTIMM1,68

ROTENDAO

1,67

ALOR2,48

MANGGARAI2,47

TTS1,62

KUPANG12,41

MABAR,54 SUMBA..1,27

SBD1,03

NGADA1,44

LEMBATA1,14

MATIM0,46

MALA..

NA

GE

KE

O..

SA

RA

..

M...

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.4. Nominal Alokasi APBN di Kabupaten/Kota

INFRASTRUKTUR KESEJAHTERAAN OPERASIONAL PELAYANAN PUBLIK

0

200

400

600

800

1000

1200

1400 MILYAR

BE

LU

KU

PA

NG

KO

TA

KU

PA

NG

MA

LA

KA

SIK

KA

MA

BA

R

ALO

R

SB

D

TTU

TTS

MA

NG

GA

RA

I

SU

MB

A T

IMU

R

MA

TIM

EN

DE

RO

TE

ND

AO

SA

BU

RA

IJU

A

FLO

RE

S T

IMU

R

LEM

BA

TA

NG

AD

A

SU

MB

A B

AR

AT

NA

GE

KE

O

SU

MB

A T

EN

GA

H

Adapun jenis belanja pemerintah pusat di Kabupaten/Kota

juga lebih condong belanja pegawai antara lain belanja

kepolisian, bimbingan masyarakat, pendidikan islam,

pendidikan tinggi, dll. Berdasarkan kategori output, 60%

belanja pemerintah pusat di kabupaten/kota digunakan

untuk belanja operasional, 19,4% untuk belanja

pelayanan publik dan 17,5% untuk belanja infrastruktur.

Kota Kupang mendapatkan porsi belanja tertinggi

terutama untuk belanja operasional dan pelayanan publik

terutama disebabkan oleh tingginya biaya operasional

perguruan tinggi negeri seiring dengan hampir semua

perguruan tinggi negeri berlokasi di Kota Kupang.

Kabupaten Kupang, Ende, Belu dan Sikka menjadi

penerima belanja pemerintah pusat terbesar selanjutnya.

jasa untuk penyelenggaraan pemilu juga cukup besar

dengan anggaran program sebesar 176 milyar. Belanja

lainnya yang juga besar antara lain program peningkatan

produksi tanaman pangan (146 milyar), maupun

pembangunan perumahan swadaya (117 milyar).

Selebihnya, anggaran digunakan untuk belanja pegawai

kementerian dan dinas terkait program pemerintah pusat

di NTT dengan total anggaran mencapai 900 milyar.

Berdasarkan kabupaten/kota di NTT, total alokasi anggaran

pemerintah pusat yang didistribusikan ke kabupaten/kota

mencapai 4,8 triliun rupiah atau sebesar 46,7% total pagu

belanja APBN. Alokasi anggaran terbesar dialokasikan

untuk Kota Kupang dengan pangsa sebesar 12,41% dari

total pagu belanja, diikuti Kabupaten Kupang, Ende dan

Belu, Sikka, Alor dan Manggarai. Alokasi terkecil anggaran

di Kabupaten Sumba Tengah, Malaka dan Sabu Raijua.

Page 55: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

39KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Boks 3. Pagu Anggaran APBN 2018 Provinsi NTTBoks 3. Pagu Anggaran APBN 2018 Provinsi NTT

Pada tahun 2018, pagu anggaran pemerintah pusat masih

menunjukkan adanya peningkatan walaupun relatif

melambat dibanding tahun 2017. Pagu anggaran tercatat

meningkat, dari 9,8 triliun menjadi 10,3 triliun, atau

bertambah 5,7% dibanding tahun sebelumnya.

Perlambatan belanja terutama disebabkan oleh

berkurangnya belanja modal mengikuti perencanaan

belanja modal yang telah direncanakan. Adapun belanja

pegawai dan belanja barang dan jasa mengalami kenaikan

7,3% (yoy) dan 15,1% (yoy) terutama disebabkan oleh

peningkatan anggaran pilkada provinsi dan 10 kabupaten

di Provinsi NTT.

Berdasarkan daerah penerima aliran belanja di NTT,

Provinsi NTT tercatat paling banyak mendapatkan alokasi

anggaran dengan total 5,48 triliun atau sebesar 53,3%

dari total anggaran belanja pemerintah pusat. Hal ini

t e ru tama d ipe runtukkan bag i be lan ja moda l

dinas/kementerian yang berada di Provinsi NTT dengan

alokasi anggaran sebesar 2,6 triliun seperti pembangunan

jalan, jembatan dan proyek sumber daya air. Belanja

barang menjadi alokasi terbesar kedua di Provinsi NTT

terutama untuk belanja barang dan jasa terkait

pembangunan jalan dan pengelolaan SDA dengan total

alokasi anggaran sebesar 300 milyar. Belanja barang dan

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.1.

2014 2015 2016 2017 2018

0

2

4

6

8

10

12

-60

-40

-20

0

20

40

60

PAGU BELANJA REALISASI GROWTH PAGU GROWTH REALISASI

Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN di Provinsi NTT

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.2. Pangsa Belanja APBN di Provinsi NTT

BELANJA MOMDAL BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA LAINNYA

TRILIUN

2017 2018

38.1%27.3%34.4%

34.6%27.7%37.5%

38 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.3. Pangsa Alokasi APBN di Kabupaten/Kota

KOTA KUPANG12,41

KUPANG12,41

ENDE3,04

BELU2,94

SIKKA2,65

SUMTIM2,45

FLOTIMM1,68

ROTENDAO

1,67

ALOR2,48

MANGGARAI2,47

TTS1,62

KUPANG12,41

MABAR,54 SUMBA..1,27

SBD1,03

NGADA1,44

LEMBATA1,14

MATIM0,46

MALA..

NA

GE

KE

O..

SA

RA

..

M...

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.4. Nominal Alokasi APBN di Kabupaten/Kota

INFRASTRUKTUR KESEJAHTERAAN OPERASIONAL PELAYANAN PUBLIK

0

200

400

600

800

1000

1200

1400 MILYAR

BE

LU

KU

PA

NG

KO

TA

KU

PA

NG

MA

LA

KA

SIK

KA

MA

BA

R

ALO

R

SB

D

TTU

TTS

MA

NG

GA

RA

I

SU

MB

A T

IMU

R

MA

TIM

EN

DE

RO

TE

ND

AO

SA

BU

RA

IJU

A

FLO

RE

S T

IMU

R

LEM

BA

TA

NG

AD

A

SU

MB

A B

AR

AT

NA

GE

KE

O

SU

MB

A T

EN

GA

H

Adapun jenis belanja pemerintah pusat di Kabupaten/Kota

juga lebih condong belanja pegawai antara lain belanja

kepolisian, bimbingan masyarakat, pendidikan islam,

pendidikan tinggi, dll. Berdasarkan kategori output, 60%

belanja pemerintah pusat di kabupaten/kota digunakan

untuk belanja operasional, 19,4% untuk belanja

pelayanan publik dan 17,5% untuk belanja infrastruktur.

Kota Kupang mendapatkan porsi belanja tertinggi

terutama untuk belanja operasional dan pelayanan publik

terutama disebabkan oleh tingginya biaya operasional

perguruan tinggi negeri seiring dengan hampir semua

perguruan tinggi negeri berlokasi di Kota Kupang.

Kabupaten Kupang, Ende, Belu dan Sikka menjadi

penerima belanja pemerintah pusat terbesar selanjutnya.

jasa untuk penyelenggaraan pemilu juga cukup besar

dengan anggaran program sebesar 176 milyar. Belanja

lainnya yang juga besar antara lain program peningkatan

produksi tanaman pangan (146 milyar), maupun

pembangunan perumahan swadaya (117 milyar).

Selebihnya, anggaran digunakan untuk belanja pegawai

kementerian dan dinas terkait program pemerintah pusat

di NTT dengan total anggaran mencapai 900 milyar.

Berdasarkan kabupaten/kota di NTT, total alokasi anggaran

pemerintah pusat yang didistribusikan ke kabupaten/kota

mencapai 4,8 triliun rupiah atau sebesar 46,7% total pagu

belanja APBN. Alokasi anggaran terbesar dialokasikan

untuk Kota Kupang dengan pangsa sebesar 12,41% dari

total pagu belanja, diikuti Kabupaten Kupang, Ende dan

Belu, Sikka, Alor dan Manggarai. Alokasi terkecil anggaran

di Kabupaten Sumba Tengah, Malaka dan Sabu Raijua.

Page 56: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Berdasarkan disagregasi inflasi, rendahnya inflasi terutama disebabkan oleh adanya

deflasi volatile food seiring dengan menurunnya harga sayur-sayuran dan bumbu-

bumbuan. Relatif tingginya inflasi administered prices terutama lebih disebabkan

oleh adanya kenaikan tarif listrik, angkutan udara, biaya perpanjangan tarif STNK

dan cukai rokok.

Secara spasial, Kota Maumere mengalami inflasi yang lebih rendah dibanding Kota

Kupang. Komoditas bahan makanan menjadi penahan utama inflasi baik di Kota

Kupang dan Maumere. Adapun penyebab utama inflasi di Kota Kupang disebabkan

oleh kenaikan biaya pendidikan, sedangkan di Maumere disebabkan oleh kenaikan

harga sandang.

Pada triwulan I 2018, provinsi NTT diperkirakan mengalami inflasi yang cukup

moderat. Tingginya inflasi di bulan Januari diperkirakan akan diredam oleh turunnya

inflasi di bulan Februari dan Maret 2018.

Perkembangan Inflasi

bab iii.

menunjukkan hasil yang menggembirakan. Walaupun sempat dibayangi

kekhawatiran adanya potensi kenaikan inflasi karena kenaikan tarif listrik, biaya

perpanjangan STNK di awal tahun, kenaikan harga pulsa ataupun kenaikan biaya

pendidikan tinggi, namun pada triwulan IV 2017, inflasi dapat mengalami penurunan

yang cukup signifikan dengan nilai inflasi sebesar 2,00% (yoy). Nilai inflasi tersebut

menjadi capaian inflasi terendah dalam 17 tahun terakhir di Provinsi Nusa Tenggara

Timur. Rendahnya inflasi pada tahun 2017 terutama disebabkan oleh turunnya harga

sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan seiring dengan adanya peningkatan produksi.

Page 57: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Berdasarkan disagregasi inflasi, rendahnya inflasi terutama disebabkan oleh adanya

deflasi volatile food seiring dengan menurunnya harga sayur-sayuran dan bumbu-

bumbuan. Relatif tingginya inflasi administered prices terutama lebih disebabkan

oleh adanya kenaikan tarif listrik, angkutan udara, biaya perpanjangan tarif STNK

dan cukai rokok.

Secara spasial, Kota Maumere mengalami inflasi yang lebih rendah dibanding Kota

Kupang. Komoditas bahan makanan menjadi penahan utama inflasi baik di Kota

Kupang dan Maumere. Adapun penyebab utama inflasi di Kota Kupang disebabkan

oleh kenaikan biaya pendidikan, sedangkan di Maumere disebabkan oleh kenaikan

harga sandang.

Pada triwulan I 2018, provinsi NTT diperkirakan mengalami inflasi yang cukup

moderat. Tingginya inflasi di bulan Januari diperkirakan akan diredam oleh turunnya

inflasi di bulan Februari dan Maret 2018.

Perkembangan Inflasi

bab iii.

menunjukkan hasil yang menggembirakan. Walaupun sempat dibayangi

kekhawatiran adanya potensi kenaikan inflasi karena kenaikan tarif listrik, biaya

perpanjangan STNK di awal tahun, kenaikan harga pulsa ataupun kenaikan biaya

pendidikan tinggi, namun pada triwulan IV 2017, inflasi dapat mengalami penurunan

yang cukup signifikan dengan nilai inflasi sebesar 2,00% (yoy). Nilai inflasi tersebut

menjadi capaian inflasi terendah dalam 17 tahun terakhir di Provinsi Nusa Tenggara

Timur. Rendahnya inflasi pada tahun 2017 terutama disebabkan oleh turunnya harga

sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan seiring dengan adanya peningkatan produksi.

Page 58: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

bawang merah, kangkung, tomat sayur, bayam dan

bawang putih. Walaupun mengalami musim penghujan di

akhir tahun, beberapa komoditas masih tetap berproduksi,

sehingga kenaikan harga dapat ditekan. Banyaknya panen

di bulan sebelumnya pada komoditas bawang merah

membuat harga masih dapat ditahan walaupun mulai

meningkat di akhir tahun. Adanya penanaman komoditas

cabai di luar musim juga membuat pasokan cabai rawit dan

merah relatif terjaga. Beberapa petani juga sudah mulai

menerapkan teknologi rain shelter untuk menanam sayur-

sayuran, yang membuat beberapa harga sayuran dapat

relatif terjaga. Pada komoditas gula pasir, masuknya gula

dompu juga mampu membuat harga gula mengalami

penurunan.

inflasi triwulanan yang masih di bawah 1%. Sedikit

kenaikan terjadi pada komoditas transportasi yang

disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara pada akhir

tahun seiring dengan adanya kenaikan permintaan jelang

libur panjang di hari raya Natal dan tahun baru.

Secara bulanan, inflasi pada triwulan IV 2017 baru

mengalami kenaikan pada akhir tahun seiring dengan

memburuknya cuaca. Pada bulan Oktober 2017, Provinsi

NTT mengalami deflasi 0,49% (mtm) terutama disebabkan

oleh turunnya harga daging, ikan segar, bumbu-bumbuan

dan sayur-sayuran. Kondisi cuaca yang masih relatif cerah

mendukung peningkatan produksi sayur-sayuran di

Provinsi NTT. Adanya inflasi justru terjadi pada

meningkatnya biaya kontrak rumah dan kenaikan harga

semen dan seng karena peningkatan permintaan untuk

menyelesaikan proyek/pembangunan rumah menjelang

musim hujan datang. Deflasi di bulan Oktober 2017

terutama disebabkan oleh menurunnya tarif angkutan

udara paska event nasional di bulan sebelumnya,

menurunnya permintaan daging ayam ras, meningkatnya

pasokan beberapa komoditas sayur-sayuran seperti

kangkung, bayam, daun singkong dll karena cuaca yang

mendukung, mulai panennya komoditas cabai merah di

Kota Kupang, ataupun di daerah lain dan masih banyaknya

stok bawang merah paska panen di bulan sebelumnya.

Harga ikan segar juga mengalami penurunan seiring

dengan peningkatan tangkapan ikan sejalan dengan

kondisi cuaca yang cukup kondusif.

Pada bulan November, Provinsi NTT mulai memasuki

musim penghujan yang diikuti oleh menurunnya pasokan

pada beberapa komoditas. Hal ini menyebabkan terjadinya

inflasi sebesar 0,73% (mtm). Beberapa komoditas sayur-

sayuran seperti sawi putih, wortel, kangkung, daun seledri,

dan tomat mengalami penurunan produksi yang

berdampak pada kenaikan harga. Daging ayam kembali

mengalami kenaikan harga karena kenaikan permintaan

yang tidak diimbangi dengan kenaikan pasokan. Demikian

pula dengan kenaikan harga ikan kembung dan ekor

3.1.1 Inflasi Triwulanan Dan BulananSecara triwulanan, inflasi pada triwulan IV 2017

mengalami kenaikan yang cukup besar mencapai

1,47% (qtq) terutama disebabkan oleh inflasi pada

bulan November dan Desember 2017. Mulai masuknya

musim penghujan yang diikuti dengan kondisi cuaca yang

memburuk membuat pasokan beberapa komoditas utama

mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari kenaikan harga

komoditas ikan segar yang disebabkan petani tidak bisa

melaut karena gangguan cuaca. Pasokan sayur-sayuran

juga mulai mengalami penurunan yang terlihat dari inflasi

sayur-sayuran yang terjadi. Adapun komoditas bumbu-

bumbuan justru masih mengalami deflasi terutama

disebabkan oleh cukup melimpahnya pasokan cabai rawit

dan cabai merah seiring banyaknya pasokan dari

penanaman di luar musim yang dilakukan. Untuk

mengatasi inflasi akhir tahun yang terjadi, beberapa petani

besar di Kota dan Kabupaten Kupang, Atambua, serta

Sumba Barat melakukan penanaman di luar musim, agar

pasokan tetap terjaga. Adapun inflasi pada kelompok

komoditas lainnya seperti kelompok komoditas makanan

jadi, minuman dan tembakau, perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar, sandang, kesehatan, pendidikan,

rekreasi dan olah raga relatif terjaga yang terlihat dari nilai

43KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Inflasi sepanjang tahun 2017 di Provinsi NTT

mencapai 2,00% (yoy) dan menjadi inflasi terendah

dalam 17 tahun terakhir. Terkendalinya harga bahan

makanan terutama sayur-sayuran dan bumbu-

bumbuan menjadi penyebab utama rendahnya

inflasi di tahun 2017. Walaupun secara bulanan, inflasi

mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada dua bulan

menjelang akhir tahun, namun besar kenaikan inflasi tidak

sebesar tahun sebelumnya, sehingga secara tahunan

inflasi relatif terjaga. Adanya koordinasi dan pemantauan

pasokan beberapa komoditas sayur-sayuran dan bumbu-

bumbuan berhasil menurunkan harga beberapa

komoditas sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Operasi

pasar yang rutin dilakukan oleh PT BULOG juga mampu

menahan kenaikan komoditas beras yang mulai

meningkat seiring dengan turunnya pasokan secara

nasional.

3.1. KONDISI UMUM

SUMBER : BPS, DIOLAH

NASIONAL NTT

Grafik 3.1. Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

0.01

1.01

2.01

3.01

4.01

5.01

6.01

7.01

8.01

9.01

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I

2018

Pada akhir tahun 2017, pertama kalinya inflasi bahan

makanan mengalami deflasi pada akhir tahun yang

biasanya cenderung mengalami inflasi. Walaupun secara

bulanan tetap mengalami inflasi pada bulan November

dan Desember, namun besar kenaikan tidak lebih besar

dibanding tahun sebelumnya, sehingga secara tahunan,

harga beberapa komoditas justru mengalami penurunan.

Berdasarkan 10 komoditas utama penyumbang inflasi,

tarif listrik masih menjadi penyumbang terbesar dengan

inflasi sebesar 15,56% (yoy), disusul kenaikan tarif

perguruan tinggi, angkutan udara, biaya perpanjangan

STNK dan inflasi besi beton. Inflasi tersebut lebih

disebabkan oleh kenaikan tarif listrik dan biaya

perpanjangan STNK oleh pemerintah, kenaikan biaya

pendidikan pada perguruan tinggi di Kota Kupang,

naiknya tarif angkutan udara terutama pada akhir tahun

2017 karena kenaikan permintaan, maupun peningkatan

permintaan bahan bangunan seperti besi beton, seng,

pasir, dll terutama untuk memenuhi realisasi proyek di

akhir tahun. Penurunan pasokan semen karena adanya

prioritas bongkar bahan makanan pada akhir tahun juga

menjadi penyebab kenaikan harga semen di pasar (Tabel

3.1).

Di sisi lain, dari 10 komoditas penyumbang deflasi utama, 8

diantaranya merupakan komoditas hortikultura. Sawi

putih menjadi penyumbang deflasi utama tahun 2017

dengan penurunan harga sebesar, disusul oleh komoditas

TARIP LISTRIK

PERGURUAN TINGGI

ANGKUTAN UDARA

B. PERPANJANGAN STNK

BESI BETON

SENG

MOBIL

KONTRAK RUMAH

KENTANG

DAUN SELEDRI

KOMODITAS INFLASI

Tabel 3.1. 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Tahunan di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

YOY SUM YOY

15,56

9,18

9,24

102,93

17,95

14,58

8,25

4,45

39,63

97,08

0,49

0,25

0,24

0,20

0,16

0,15

0,11

0,11

0,10

0,10

SAWI PUTIH

BAWANG MERAH

KANGKUNG

TOMAT SAYUR

BAYAM

BAWANG PUTIH

GULA PASIR

AYAM HIDUP

CABAI RAWIT

CABAI MERAH

KOMODITAS DEFLASI YOY SUM YOY

(38,01)

(52,65)

(20,80)

(33,95)

(28,60)

(21,88)

(7,63)

(7,23)

(32,29)

(40,10)

(0,27)

(0,13)

(0,13)

(0,07)

(0,07)

(0,06)

(0,06)

(0,05)

(0,04)

(0,04)

42 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 59: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

bawang merah, kangkung, tomat sayur, bayam dan

bawang putih. Walaupun mengalami musim penghujan di

akhir tahun, beberapa komoditas masih tetap berproduksi,

sehingga kenaikan harga dapat ditekan. Banyaknya panen

di bulan sebelumnya pada komoditas bawang merah

membuat harga masih dapat ditahan walaupun mulai

meningkat di akhir tahun. Adanya penanaman komoditas

cabai di luar musim juga membuat pasokan cabai rawit dan

merah relatif terjaga. Beberapa petani juga sudah mulai

menerapkan teknologi rain shelter untuk menanam sayur-

sayuran, yang membuat beberapa harga sayuran dapat

relatif terjaga. Pada komoditas gula pasir, masuknya gula

dompu juga mampu membuat harga gula mengalami

penurunan.

inflasi triwulanan yang masih di bawah 1%. Sedikit

kenaikan terjadi pada komoditas transportasi yang

disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara pada akhir

tahun seiring dengan adanya kenaikan permintaan jelang

libur panjang di hari raya Natal dan tahun baru.

Secara bulanan, inflasi pada triwulan IV 2017 baru

mengalami kenaikan pada akhir tahun seiring dengan

memburuknya cuaca. Pada bulan Oktober 2017, Provinsi

NTT mengalami deflasi 0,49% (mtm) terutama disebabkan

oleh turunnya harga daging, ikan segar, bumbu-bumbuan

dan sayur-sayuran. Kondisi cuaca yang masih relatif cerah

mendukung peningkatan produksi sayur-sayuran di

Provinsi NTT. Adanya inflasi justru terjadi pada

meningkatnya biaya kontrak rumah dan kenaikan harga

semen dan seng karena peningkatan permintaan untuk

menyelesaikan proyek/pembangunan rumah menjelang

musim hujan datang. Deflasi di bulan Oktober 2017

terutama disebabkan oleh menurunnya tarif angkutan

udara paska event nasional di bulan sebelumnya,

menurunnya permintaan daging ayam ras, meningkatnya

pasokan beberapa komoditas sayur-sayuran seperti

kangkung, bayam, daun singkong dll karena cuaca yang

mendukung, mulai panennya komoditas cabai merah di

Kota Kupang, ataupun di daerah lain dan masih banyaknya

stok bawang merah paska panen di bulan sebelumnya.

Harga ikan segar juga mengalami penurunan seiring

dengan peningkatan tangkapan ikan sejalan dengan

kondisi cuaca yang cukup kondusif.

Pada bulan November, Provinsi NTT mulai memasuki

musim penghujan yang diikuti oleh menurunnya pasokan

pada beberapa komoditas. Hal ini menyebabkan terjadinya

inflasi sebesar 0,73% (mtm). Beberapa komoditas sayur-

sayuran seperti sawi putih, wortel, kangkung, daun seledri,

dan tomat mengalami penurunan produksi yang

berdampak pada kenaikan harga. Daging ayam kembali

mengalami kenaikan harga karena kenaikan permintaan

yang tidak diimbangi dengan kenaikan pasokan. Demikian

pula dengan kenaikan harga ikan kembung dan ekor

3.1.1 Inflasi Triwulanan Dan BulananSecara triwulanan, inflasi pada triwulan IV 2017

mengalami kenaikan yang cukup besar mencapai

1,47% (qtq) terutama disebabkan oleh inflasi pada

bulan November dan Desember 2017. Mulai masuknya

musim penghujan yang diikuti dengan kondisi cuaca yang

memburuk membuat pasokan beberapa komoditas utama

mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari kenaikan harga

komoditas ikan segar yang disebabkan petani tidak bisa

melaut karena gangguan cuaca. Pasokan sayur-sayuran

juga mulai mengalami penurunan yang terlihat dari inflasi

sayur-sayuran yang terjadi. Adapun komoditas bumbu-

bumbuan justru masih mengalami deflasi terutama

disebabkan oleh cukup melimpahnya pasokan cabai rawit

dan cabai merah seiring banyaknya pasokan dari

penanaman di luar musim yang dilakukan. Untuk

mengatasi inflasi akhir tahun yang terjadi, beberapa petani

besar di Kota dan Kabupaten Kupang, Atambua, serta

Sumba Barat melakukan penanaman di luar musim, agar

pasokan tetap terjaga. Adapun inflasi pada kelompok

komoditas lainnya seperti kelompok komoditas makanan

jadi, minuman dan tembakau, perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar, sandang, kesehatan, pendidikan,

rekreasi dan olah raga relatif terjaga yang terlihat dari nilai

43KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Inflasi sepanjang tahun 2017 di Provinsi NTT

mencapai 2,00% (yoy) dan menjadi inflasi terendah

dalam 17 tahun terakhir. Terkendalinya harga bahan

makanan terutama sayur-sayuran dan bumbu-

bumbuan menjadi penyebab utama rendahnya

inflasi di tahun 2017. Walaupun secara bulanan, inflasi

mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada dua bulan

menjelang akhir tahun, namun besar kenaikan inflasi tidak

sebesar tahun sebelumnya, sehingga secara tahunan

inflasi relatif terjaga. Adanya koordinasi dan pemantauan

pasokan beberapa komoditas sayur-sayuran dan bumbu-

bumbuan berhasil menurunkan harga beberapa

komoditas sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Operasi

pasar yang rutin dilakukan oleh PT BULOG juga mampu

menahan kenaikan komoditas beras yang mulai

meningkat seiring dengan turunnya pasokan secara

nasional.

3.1. KONDISI UMUM

SUMBER : BPS, DIOLAH

NASIONAL NTT

Grafik 3.1. Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional

0.01

1.01

2.01

3.01

4.01

5.01

6.01

7.01

8.01

9.01

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I

2018

Pada akhir tahun 2017, pertama kalinya inflasi bahan

makanan mengalami deflasi pada akhir tahun yang

biasanya cenderung mengalami inflasi. Walaupun secara

bulanan tetap mengalami inflasi pada bulan November

dan Desember, namun besar kenaikan tidak lebih besar

dibanding tahun sebelumnya, sehingga secara tahunan,

harga beberapa komoditas justru mengalami penurunan.

Berdasarkan 10 komoditas utama penyumbang inflasi,

tarif listrik masih menjadi penyumbang terbesar dengan

inflasi sebesar 15,56% (yoy), disusul kenaikan tarif

perguruan tinggi, angkutan udara, biaya perpanjangan

STNK dan inflasi besi beton. Inflasi tersebut lebih

disebabkan oleh kenaikan tarif listrik dan biaya

perpanjangan STNK oleh pemerintah, kenaikan biaya

pendidikan pada perguruan tinggi di Kota Kupang,

naiknya tarif angkutan udara terutama pada akhir tahun

2017 karena kenaikan permintaan, maupun peningkatan

permintaan bahan bangunan seperti besi beton, seng,

pasir, dll terutama untuk memenuhi realisasi proyek di

akhir tahun. Penurunan pasokan semen karena adanya

prioritas bongkar bahan makanan pada akhir tahun juga

menjadi penyebab kenaikan harga semen di pasar (Tabel

3.1).

Di sisi lain, dari 10 komoditas penyumbang deflasi utama, 8

diantaranya merupakan komoditas hortikultura. Sawi

putih menjadi penyumbang deflasi utama tahun 2017

dengan penurunan harga sebesar, disusul oleh komoditas

TARIP LISTRIK

PERGURUAN TINGGI

ANGKUTAN UDARA

B. PERPANJANGAN STNK

BESI BETON

SENG

MOBIL

KONTRAK RUMAH

KENTANG

DAUN SELEDRI

KOMODITAS INFLASI

Tabel 3.1. 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Tahunan di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

YOY SUM YOY

15,56

9,18

9,24

102,93

17,95

14,58

8,25

4,45

39,63

97,08

0,49

0,25

0,24

0,20

0,16

0,15

0,11

0,11

0,10

0,10

SAWI PUTIH

BAWANG MERAH

KANGKUNG

TOMAT SAYUR

BAYAM

BAWANG PUTIH

GULA PASIR

AYAM HIDUP

CABAI RAWIT

CABAI MERAH

KOMODITAS DEFLASI YOY SUM YOY

(38,01)

(52,65)

(20,80)

(33,95)

(28,60)

(21,88)

(7,63)

(7,23)

(32,29)

(40,10)

(0,27)

(0,13)

(0,13)

(0,07)

(0,07)

(0,06)

(0,06)

(0,05)

(0,04)

(0,04)

42 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 60: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

sebesar 1,92% (mtm) atau rata-rata inflasi desember tiga

tahun terakhir yang sebesar 1,87% (av-mtm). Hal ini

menyebabkan secara tahunan, inflasi NTT mengalami

penurunan yang cukup signifikan.

Pada bulan Januari 2018, NTT masih mengalami inflasi

yang cukup tinggi terutama disebabkan oleh buruknya

cuaca di awal tahun 2018. Hal ini terlihat dari naiknya

harga ikan segar dan beberapa jenis sayuran seperti sawi,

tomat sayur, serta kangkung karena penurunan pasokan.

Mahalnya harga cabai secara nasional juga berdampak

pada kenaikan harga cabai di Kota Kupang, yang

disebabkan oleh adanya perdagangan cabai ke luar

daerah. Penurunan pasokan beras menjadi penyumbang

utama inflasi di bulan Januari 2018 yang disebabkan oleh

menipisnya stok pada beberapa pedagang besar di Kota

Kupang dan Maumere. Adapun deflasi terutama

disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara seiring

dengan penurunan permintaan.

Rendahnya inflasi NTT yang hanya sebesar 2,00%

menjadikan secara nasional menduduki peringkat 4

terendah setelah Provinsi Maluku (0,58%-yoy), Papua

Barat (1,45%-yoy) dan Maluku Utara (1,97%-yoy).

Berdasarkan kawasan, inflasi tahunan Balinusra tahun

2017 hanya sebesar 3,20% (yoy), relatif paling rendah

dibanding kawasan lainnya. Namun demikian, secara

triwulanan, inflasi di kawasan Balinusra mencapai 1,46%

(qtq), paling besar dibanding kawasan lainnya yang

disebabkan oleh adanya perayaan Natal di NTT,

tahun baru di NTT dan Bali maupun Maulid Nabi di NTB

yang meningkatkan pengeluaran masyarakat. Dibanding

provinsi lainnya dalam kawasan, Inflasi di Provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB) mengalami inflasi tertinggi sebesar

3,69% terutama disebabkan oleh meningkatnya tarif

listrik dan sandang. Secara triwulanan, Provinsi Bali justru

mengalami inflasi tertinggi sebesar 1,54% yang

disebabkan oleh meningkatnya harga beras yang cukup

tinggi.

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi 5 regional di Indonesia

3.20

3.77

3.45

3.34

3.31

1.46

0.87

0.47

0.54

1.31

BA

LIN

USR

A

JAW

A

KA

LIM

AN

TAN

SU

LA

MP

UA

SU

MA

TE

RA

BA

LIN

USR

A

JAW

A

KA

LIM

AN

TAN

SU

LA

MP

UA

SU

MA

TE

RA

TAHUNAN TRIWULANAN

SUMBER : BPS, DIOLAH

BALI NTB NTT BALI NTB NTT

Grafik 3.3. Perbandingan Inflasi di Wilayah Balinusra

3.32 3.69

2.00 1.54 1.28 1.46

TAHUNAN TRIWULANAN

3.2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITASRendahnya inflasi kelompok komoditas bahan

makanan secara umum mampu menahan inflasi di

Provinsi NTT. Sebaliknya, inflasi kelompok komoditas

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, serta

inflasi pendidikan dan transportasi menjadi

penyebab utama inflasi. Relatif terjaganya pasokan

komoditas bahan makanan di akhir tahun menjadi

penyebab utama rendahnya inflasi pada bahan makanan.

Di sisi lain, inflasi pada kelompok komoditas perumahan,

air, listrik, gas dan bahan bakar lebih disebabkan oleh

kenaikan tarif listrik dan biaya tempat tinggal, inflasi pada

kelompok komoditas pendidikan lebih disebabkan oleh

naiknya biaya pendidikan perguruan tinggi, sedangkan

inflasi pada kelompok komoditas transportasi lebih

disebabkan oleh adanya kenaikan biaya perpanjangan

STNK maupun kenaikan tarif angkutan udara, terutama di

akhir tahun 2017.

45KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Angkutan Udara

Daging Ayam Ras

Kangkung

Kembung

Cabai Rawit

Cabai Merah

Ekor Kuning

Bayam

Daun Singkong

Bawang Merah

KOMODITAS

Tabel 3.3. Komoditas Penyumbang Deflasi Utama Bulanan di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

DEFLASI (%)

OKTOBER

ANDIL (%)

(11,37)

(10,86)

(13,90)

(7,18)

(28,19)

(33,56)

(23,36)

(10,02)

(13,81)

(6,30)

(0,33)

(0,11)

(0,09)

(0,08)

(0,05)

(0,05)

(0,04)

(0,03)

(0,03)

(0,02)

Kakap Merah

Bunga Pepaya

Pasir

Tembang

Daun Singkong

Jeruk Nipis

Layang/Benggol

Tongkol

Semangka

Daging Sapi

KOMODITASDEFLASI

(%)

NOVEMBER

ANDIL (%)

(14,72)

(23,14)

(2,83)

(8,47)

(17,39)

(25,33)

(9,42)

(1,94)

(10,30)

(1,78)

(0,04)

(0,03)

(0,03)

(0,03)

(0,03)

(0,02)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

Sawi Putih

Alat-Alat Listrik

Bunga Pepaya

Bayam

Teri

Penyedap Masakan

Baju Kaos Berkerah

Daun Singkong

Semangka

Nangka Muda

KOMODITASDEFLASI

(%)

DESEMBER

ANDIL (%)

(7,48)

(4,77)

(8,97)

(3,40)

(5,69)

(2,89)

(1,65)

(3,24)

(3,94)

(13,58)

(0,05)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,00)

(0,00)

(0,00)

(0,00)

Angkutan Udara

Layang

Daging Babi

Telepon Seluler

Labu siam

Bunga Pepaya

Semen

Pucuk Labu

Teri

Kembang Kol

KOMODITASDEFLASI

(%)

JANUARI

ANDIL (%)

(15,60)

(21,16)

(3,33)

(4,47)

(25,83)

(15,26)

(0,64)

(21,26)

(9,28)

(15,24)

(0,48)

(0,03)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

Kontrak Rumah

Semen

Sawi Putih

Jeruk Nipis

Daging Ayam Kampung

Seng

Wortel

Semangka

Bunga Pepaya

Layang

KOMODITAS

Tabel 3.2. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Bulanan di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

INFLASI (%)

OKTOBER

ANDIL (%)

2,20

1,86

8,89

64,41

17,87

1,98

22,97

18,17

13,73

12,56

0,05

0,04

0,04

0,03

0,02

0,02

0,02

0,02

0,02

0,02

Sawi Putih

Daging Ayam Ras

Kembung

Wortel

Kangkung

Daun Seledri

Tomat Sayur

Semen

Ekor Kuning

Kentang

KOMODITASINFLASI

(%)

NOVEMBER

ANDIL (%)

54,42

22,85

8,31

45,23

8,47

44,42

16,59

1,24

22,86

10,10

0,25

0,20

0,09

0,05

0,05

0,03

0,03

0,03

0,03

0,02

Angkutan Udara

Daging Ayam Ras

Telur Ayam Ras

Kentang

Gulai

Ayam Hidup

Cabai Merah

Beras

Kangkung

Bawang Merah

KOMODITASINFLASI

(%)

DESEMBER

ANDIL (%)

21,85

17,56

10,05

23,40

22,50

6,06

42,19

0,59

5,84

9,23

0,56

0,19

0,08

0,06

0,05

0,04

0,04

0,04

0,04

0,02

Beras

Kembung

Tembang

Sawi Putih

Tomat Sayur

Kangkung

Kakap Merah

Cabai Rawit

Nasi dengan Lauk

Cabai Merah

KOMODITASINFLASI

(%)

JANUARI

ANDIL (%)

2,64

14,57

43,17

21,43

63,49

15,91

36,99

60,56

3,19

34,09

0,17

0,17

0,14

0,14

0,13

0,10

0,10

0,09

0,07

0,04

kuning karena pergantian musim. Kenaikan harga semen

lebih disebabkan oleh tingginya permintaan jelang akhir

tahun. Di sisi lain, beberapa harga ikan justru mengalami

penurunan yang lebih disebabkan oleh peningkatan

pasokan pada beberapa jenis ikan karena perubahan

cuaca.

Pada bulan Desember, Provinsi NTT mengalami inflasi

tertinggi di tahun 2017 sebesar 1,22% (mtm). Tingginya

inflasi terutama disebabkan oleh adanya perayaan Natal

dan tahun baru yang menyebabkan permintaan

mengalami peningkatan terutama pada komoditas bahan

makanan dan transportasi. Di sisi lain, kondisi cuaca yang

buruk juga membuat tangkapan ikan dan pasokan

komoditas pangan mengalami penurunan. Tingginya

kebutuhan untuk perayaan Natal membuat harga daging

ayam ras, telur ayam ras, kentang, gulai, dan ayam hidup

mengalami kenaikan. Tingginya permintaan angkutan

udara ke luar provinsi juga membuat tarif angkutan udara

mengalami kenaikan. Antisipasi sebenarnya juga sudah

dilakukan berupa penambahan frekuensi penerbangan

baik ke luar provinsi oleh satu maskapai dan intra NTT oleh

dua maskapai. Hal ini terlihat dari penurunan tarif

angkutan udara yang hanya mengalami kenaikan pada

minggu ke-3 dan kembali menurun pada minggu ke-4.

Turunnya pasokan beras secara nas ional juga

menyebabkan kenaikan harga beras di NTT hingga 2,64%

(mtm). Tingginya ketergantungan pasokan beras dari

Sulawesi Selatan menyebabkan kenaikan harga di

Sulawesi langsung menyebabkan kenaikan harga di NTT.

Namun demikian, kenaikan harga tersebut masih relatif

lebih terkendali dibanding inflasi tahun sebelumnya yang

44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 61: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

sebesar 1,92% (mtm) atau rata-rata inflasi desember tiga

tahun terakhir yang sebesar 1,87% (av-mtm). Hal ini

menyebabkan secara tahunan, inflasi NTT mengalami

penurunan yang cukup signifikan.

Pada bulan Januari 2018, NTT masih mengalami inflasi

yang cukup tinggi terutama disebabkan oleh buruknya

cuaca di awal tahun 2018. Hal ini terlihat dari naiknya

harga ikan segar dan beberapa jenis sayuran seperti sawi,

tomat sayur, serta kangkung karena penurunan pasokan.

Mahalnya harga cabai secara nasional juga berdampak

pada kenaikan harga cabai di Kota Kupang, yang

disebabkan oleh adanya perdagangan cabai ke luar

daerah. Penurunan pasokan beras menjadi penyumbang

utama inflasi di bulan Januari 2018 yang disebabkan oleh

menipisnya stok pada beberapa pedagang besar di Kota

Kupang dan Maumere. Adapun deflasi terutama

disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara seiring

dengan penurunan permintaan.

Rendahnya inflasi NTT yang hanya sebesar 2,00%

menjadikan secara nasional menduduki peringkat 4

terendah setelah Provinsi Maluku (0,58%-yoy), Papua

Barat (1,45%-yoy) dan Maluku Utara (1,97%-yoy).

Berdasarkan kawasan, inflasi tahunan Balinusra tahun

2017 hanya sebesar 3,20% (yoy), relatif paling rendah

dibanding kawasan lainnya. Namun demikian, secara

triwulanan, inflasi di kawasan Balinusra mencapai 1,46%

(qtq), paling besar dibanding kawasan lainnya yang

disebabkan oleh adanya perayaan Natal di NTT,

tahun baru di NTT dan Bali maupun Maulid Nabi di NTB

yang meningkatkan pengeluaran masyarakat. Dibanding

provinsi lainnya dalam kawasan, Inflasi di Provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB) mengalami inflasi tertinggi sebesar

3,69% terutama disebabkan oleh meningkatnya tarif

listrik dan sandang. Secara triwulanan, Provinsi Bali justru

mengalami inflasi tertinggi sebesar 1,54% yang

disebabkan oleh meningkatnya harga beras yang cukup

tinggi.

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi 5 regional di Indonesia3.

20 3.77

3.45

3.34

3.31

1.46

0.87

0.47

0.54

1.31

BA

LIN

USR

A

JAW

A

KA

LIM

AN

TAN

SU

LA

MP

UA

SU

MA

TE

RA

BA

LIN

USR

A

JAW

A

KA

LIM

AN

TAN

SU

LA

MP

UA

SU

MA

TE

RA

TAHUNAN TRIWULANAN

SUMBER : BPS, DIOLAH

BALI NTB NTT BALI NTB NTT

Grafik 3.3. Perbandingan Inflasi di Wilayah Balinusra

3.32 3.69

2.00 1.54 1.28 1.46

TAHUNAN TRIWULANAN

3.2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITASRendahnya inflasi kelompok komoditas bahan

makanan secara umum mampu menahan inflasi di

Provinsi NTT. Sebaliknya, inflasi kelompok komoditas

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, serta

inflasi pendidikan dan transportasi menjadi

penyebab utama inflasi. Relatif terjaganya pasokan

komoditas bahan makanan di akhir tahun menjadi

penyebab utama rendahnya inflasi pada bahan makanan.

Di sisi lain, inflasi pada kelompok komoditas perumahan,

air, listrik, gas dan bahan bakar lebih disebabkan oleh

kenaikan tarif listrik dan biaya tempat tinggal, inflasi pada

kelompok komoditas pendidikan lebih disebabkan oleh

naiknya biaya pendidikan perguruan tinggi, sedangkan

inflasi pada kelompok komoditas transportasi lebih

disebabkan oleh adanya kenaikan biaya perpanjangan

STNK maupun kenaikan tarif angkutan udara, terutama di

akhir tahun 2017.

45KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

URAngkutan Udara

Daging Ayam Ras

Kangkung

Kembung

Cabai Rawit

Cabai Merah

Ekor Kuning

Bayam

Daun Singkong

Bawang Merah

KOMODITAS

Tabel 3.3. Komoditas Penyumbang Deflasi Utama Bulanan di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

DEFLASI (%)

OKTOBER

ANDIL (%)

(11,37)

(10,86)

(13,90)

(7,18)

(28,19)

(33,56)

(23,36)

(10,02)

(13,81)

(6,30)

(0,33)

(0,11)

(0,09)

(0,08)

(0,05)

(0,05)

(0,04)

(0,03)

(0,03)

(0,02)

Kakap Merah

Bunga Pepaya

Pasir

Tembang

Daun Singkong

Jeruk Nipis

Layang/Benggol

Tongkol

Semangka

Daging Sapi

KOMODITASDEFLASI

(%)

NOVEMBER

ANDIL (%)

(14,72)

(23,14)

(2,83)

(8,47)

(17,39)

(25,33)

(9,42)

(1,94)

(10,30)

(1,78)

(0,04)

(0,03)

(0,03)

(0,03)

(0,03)

(0,02)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

Sawi Putih

Alat-Alat Listrik

Bunga Pepaya

Bayam

Teri

Penyedap Masakan

Baju Kaos Berkerah

Daun Singkong

Semangka

Nangka Muda

KOMODITASDEFLASI

(%)

DESEMBER

ANDIL (%)

(7,48)

(4,77)

(8,97)

(3,40)

(5,69)

(2,89)

(1,65)

(3,24)

(3,94)

(13,58)

(0,05)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

(0,00)

(0,00)

(0,00)

(0,00)

Angkutan Udara

Layang

Daging Babi

Telepon Seluler

Labu siam

Bunga Pepaya

Semen

Pucuk Labu

Teri

Kembang Kol

KOMODITASDEFLASI

(%)

JANUARI

ANDIL (%)

(15,60)

(21,16)

(3,33)

(4,47)

(25,83)

(15,26)

(0,64)

(21,26)

(9,28)

(15,24)

(0,48)

(0,03)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,02)

(0,01)

(0,01)

(0,01)

Kontrak Rumah

Semen

Sawi Putih

Jeruk Nipis

Daging Ayam Kampung

Seng

Wortel

Semangka

Bunga Pepaya

Layang

KOMODITAS

Tabel 3.2. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Bulanan di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

INFLASI (%)

OKTOBER

ANDIL (%)

2,20

1,86

8,89

64,41

17,87

1,98

22,97

18,17

13,73

12,56

0,05

0,04

0,04

0,03

0,02

0,02

0,02

0,02

0,02

0,02

Sawi Putih

Daging Ayam Ras

Kembung

Wortel

Kangkung

Daun Seledri

Tomat Sayur

Semen

Ekor Kuning

Kentang

KOMODITASINFLASI

(%)

NOVEMBER

ANDIL (%)

54,42

22,85

8,31

45,23

8,47

44,42

16,59

1,24

22,86

10,10

0,25

0,20

0,09

0,05

0,05

0,03

0,03

0,03

0,03

0,02

Angkutan Udara

Daging Ayam Ras

Telur Ayam Ras

Kentang

Gulai

Ayam Hidup

Cabai Merah

Beras

Kangkung

Bawang Merah

KOMODITASINFLASI

(%)

DESEMBER

ANDIL (%)

21,85

17,56

10,05

23,40

22,50

6,06

42,19

0,59

5,84

9,23

0,56

0,19

0,08

0,06

0,05

0,04

0,04

0,04

0,04

0,02

Beras

Kembung

Tembang

Sawi Putih

Tomat Sayur

Kangkung

Kakap Merah

Cabai Rawit

Nasi dengan Lauk

Cabai Merah

KOMODITASINFLASI

(%)

JANUARI

ANDIL (%)

2,64

14,57

43,17

21,43

63,49

15,91

36,99

60,56

3,19

34,09

0,17

0,17

0,14

0,14

0,13

0,10

0,10

0,09

0,07

0,04

kuning karena pergantian musim. Kenaikan harga semen

lebih disebabkan oleh tingginya permintaan jelang akhir

tahun. Di sisi lain, beberapa harga ikan justru mengalami

penurunan yang lebih disebabkan oleh peningkatan

pasokan pada beberapa jenis ikan karena perubahan

cuaca.

Pada bulan Desember, Provinsi NTT mengalami inflasi

tertinggi di tahun 2017 sebesar 1,22% (mtm). Tingginya

inflasi terutama disebabkan oleh adanya perayaan Natal

dan tahun baru yang menyebabkan permintaan

mengalami peningkatan terutama pada komoditas bahan

makanan dan transportasi. Di sisi lain, kondisi cuaca yang

buruk juga membuat tangkapan ikan dan pasokan

komoditas pangan mengalami penurunan. Tingginya

kebutuhan untuk perayaan Natal membuat harga daging

ayam ras, telur ayam ras, kentang, gulai, dan ayam hidup

mengalami kenaikan. Tingginya permintaan angkutan

udara ke luar provinsi juga membuat tarif angkutan udara

mengalami kenaikan. Antisipasi sebenarnya juga sudah

dilakukan berupa penambahan frekuensi penerbangan

baik ke luar provinsi oleh satu maskapai dan intra NTT oleh

dua maskapai. Hal ini terlihat dari penurunan tarif

angkutan udara yang hanya mengalami kenaikan pada

minggu ke-3 dan kembali menurun pada minggu ke-4.

Turunnya pasokan beras secara nas ional juga

menyebabkan kenaikan harga beras di NTT hingga 2,64%

(mtm). Tingginya ketergantungan pasokan beras dari

Sulawesi Selatan menyebabkan kenaikan harga di

Sulawesi langsung menyebabkan kenaikan harga di NTT.

Namun demikian, kenaikan harga tersebut masih relatif

lebih terkendali dibanding inflasi tahun sebelumnya yang

44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 62: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3. 6. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

YOY QTQ MTM

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.7. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok Komoditas

-10

-5

0

5

10

15

20

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K

TRANSPOR KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3. 4. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

-

(10.00)

(5.00)

5.00

10.00

15.00

YOY QTQ MTM

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.5. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

YOY QTQ

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA

DAGING DAN HASIL-HASILNYA

IKAN SEGAR

IKAN DIAWETKAN

TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA

SAYUR-SAYURAN

KACANG - KACANGAN

BUAH - BUAHAN

BUMBU - BUMBUAN

LEMAK DAN MINYAK

BAHAN MAKANAN LAINNYA

-25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15

1 2 3 4 5 6 7 8

2016

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2017

9 10 11 12 1

‘18

Adapun inflasi kelompok komoditas bahan makanan yang

terjadi lebih disebabkan oleh menurunnya pasokan ikan

segar seperti ikan kembung, kakap merah, ekor kuning,

tongkol, dll sehingga harga mengalami kenaikan.

Kenaikan harga tersebut disebabkan oleh buruknya cuaca,

sehingga banyak nelayan tidak bisa melaut. Adanya

kenaikan harga telur di Jawa Timur dan sekitarnya secara

langsung berdampak pada kenaikan harga telur ayam ras

di Kupang yang disebabkan oleh mayoritas pasokan telur

disuplai dari Jawa Timur.

Secara triwulanan, komoditas bahan makanan mengalami

inflasi yang cukup tinggi sebesar 3,64% (qtq), terutama

disebabkan oleh meningkatnya harga daging ayam ras

seiring tingginya permintaan untuk merayakan hari raya

Natal dan tahun baru serta tingginya permintaan yang

dibarengi penurunan pasokan komoditas sayur-sayuran

yang disebabkan oleh buruknya kondisi cuaca pada akhir

tahun.

Inflasi pada kelompok komoditas transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan di triwulan IV

mengalami peningkatan sebesar 3,51% (yoy)

terutama disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan

udara di akhir tahun. Nilai inflasi tersebut lebih tinggi

dibanding capaian tahun sebelumnya yang mengalami

deflasi 2,52% (yoy), maupun dibanding rata-rata inflasi

komoditas tersebut dalam 3 tahun terakhir yang juga

mengalami deflasi sebesar 0,02% (yoy). Terbatasnya

armada angkutan udara yang disertai dengan tingginya

fluktuasi permintaan angkutan udara membuat tarif

angkutan udara di NTT cenderung mengalami fluktuasi

yang cukup tinggi. Adanya kenaikan biaya perpanjangan

STNK juga secara tahunan menyumbang inflasi hingga

sebesar 0,20% (sum yoy). Dalam rangka mengendalikan

harga, sebenarnya sudah dilakukan penambahan

frekuensi penerbangan tujuan luar provinsi oleh satu

maskapai dan penambahan lebih dari 100 penerbangan

3.2.2 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

47KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

KOMODITI

Tabel 3.4. Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

Sumber : BPS, diolah

OKT

2017

NOV

(0,5)

(1,5)

0,1

0,5

0,5

0,5

0,0

(1,8)

0,7

2,8

0,3

0,0

0,3

0,1

0,0

0,0

DES JAN

1,2

2,3

0,5

0,1

0,1

0,1

0,0

3,2

0,9

5,3

0,8

0,1

(0,2)

0,2

0,2

(2,6)

2018

IV

YOY

JAN

2,00

(2,46)

3,05

3,93

3,70

1,70

4,46

3,51

2,21

1,26

3,43

2,95

4,25

1,73

4,22

0,28

IV

QTQ

JAN

1,47

3,64

0,87

0,61

0,96

0,67

0,04

1,43

2,93

10,72

1,61

0,23

0,19

0,41

0,23

0,52

Secara tahunan, kelompok komoditas bahan

makanan mengalami deflasi -2,46% (yoy) terutama

disebabkan oleh deflasi pada kelompok komoditas

sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Rendahnya

deflasi tersebut menjadikan komoditas bahan makanan

pertama kalinya mengalami deflasi di akhir tahun

setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Walaupun secara

bulanan dan triwulanan menunjukkan adanya kenaikan

(2,32% - mtm des dan 3,64% - qtq), namun kenaikan

inflasi tersebut tidak sebesar tahun sebelumnya maupun

rata-rata tiga tahun terakhir yang sebesar 2,66% (av-mtm

des) dan 7,35% (av-qtq). Monitoring pasokan maupun

operasi pasar yang dilakukan menjelang akhir tahun

mampu menahan kenaikan harga komoditas bahan

makanan. Dari total 15 komoditas penyumbang utama

inflasi akhir tahun, beberapa komoditas diketahui memiliki

persediaan yang cukup untuk memenuhi konsumsi, seperti

adanya panen cabai merah di Kota Kupang, Cabai rawit di

Sumba barat, masih adanya buffer stock hasil panen

bawang merah di Kabupaten Belu, Semau dan Rote Ndao,

ataupun cukup banyaknya penanaman sayur-sayuran

seperti bayam, kangkung, sawi di Kota Kupang

menggunakan rain shelter telah mampu menahan

kenaikan harga di akhir tahun, bahkan secara tahunan

justru mengalami penurunan. Tingginya ketergantungan

pasokan telur ayam ras dari Surabaya, ataupun masih

tergantungnya kebutuhan DOC dan pakan ayam ras masih

membuat harga mengalami kenaikan dibanding tahun

sebelumnya. Secara struktural, penyediaan kebutuhan

bahan makanan relatif mengalami perbaikan yang terlihat

dari penurunan inflasi tahunan. Permasalahan yang masih

terjadi adalah fluktuasi harga yang masih terjadi

dikarenakan tingginya ketergantungan produksi akan

faktor alam, sehingga produksi dan pasokan masih sangat

dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Adanya penerapan rain

shelter ataupun penanaman di luar musim sekiranya dapat

diterapkan untuk mengatasi penurunan pasokan pada

musim penghujan.

Berdasarkan rincian komoditas, terlihat bahwa deflasi

kelompok komoditas bahan makanan terutama

disebabkan oleh adanya deflasi komoditas bumbu-

bumbuan dan sayur-sayuran yang sebesar -25,38% (yoy)

dan -16,47% (yoy). Rendahnya deflasi sayur-sayuran

terutama disebabkan oleh terjadinya deflasi pada 15 dari

26 komoditas sayur-sayuran dalam perhitungan inflasi

seperti komoditas bayam, kangkung, sawi putih, sawi

hijau, tomat sayur, dan lainnya. Masih tersedianya pasokan

membuat harga masih mampu bertahan dan tidak terlalu

meningkat di akhir tahun 2017 dibandingkan posisi yang

sama tahun sebelumnya. Deflasi cabai rawit dan cabai

merah menjadi penyebab utama rendahnya deflasi

komoditas bumbu-bumbuan. Dengan kondisi struktur

pasar sayur-sayuran yang cenderung persaingan sempurna

ataupun bumbu-bumbuan yang antara persaingan

sempurna dan oligopoli lemah membuat penyediaan

pasokan yang cukup, menjadi keharusan untuk menjaga

kestabilan harga di pasar.

3.2.1 Bahan Makanan

46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 63: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3. 6. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

YOY QTQ MTM

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.7. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok Komoditas

-10

-5

0

5

10

15

20

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K

TRANSPOR KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3. 4. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

-

(10.00)

(5.00)

5.00

10.00

15.00

YOY QTQ MTM

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.5. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas

YOY QTQ

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA

DAGING DAN HASIL-HASILNYA

IKAN SEGAR

IKAN DIAWETKAN

TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA

SAYUR-SAYURAN

KACANG - KACANGAN

BUAH - BUAHAN

BUMBU - BUMBUAN

LEMAK DAN MINYAK

BAHAN MAKANAN LAINNYA

-25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15

1 2 3 4 5 6 7 8

2016

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2017

9 10 11 12 1

‘18

Adapun inflasi kelompok komoditas bahan makanan yang

terjadi lebih disebabkan oleh menurunnya pasokan ikan

segar seperti ikan kembung, kakap merah, ekor kuning,

tongkol, dll sehingga harga mengalami kenaikan.

Kenaikan harga tersebut disebabkan oleh buruknya cuaca,

sehingga banyak nelayan tidak bisa melaut. Adanya

kenaikan harga telur di Jawa Timur dan sekitarnya secara

langsung berdampak pada kenaikan harga telur ayam ras

di Kupang yang disebabkan oleh mayoritas pasokan telur

disuplai dari Jawa Timur.

Secara triwulanan, komoditas bahan makanan mengalami

inflasi yang cukup tinggi sebesar 3,64% (qtq), terutama

disebabkan oleh meningkatnya harga daging ayam ras

seiring tingginya permintaan untuk merayakan hari raya

Natal dan tahun baru serta tingginya permintaan yang

dibarengi penurunan pasokan komoditas sayur-sayuran

yang disebabkan oleh buruknya kondisi cuaca pada akhir

tahun.

Inflasi pada kelompok komoditas transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan di triwulan IV

mengalami peningkatan sebesar 3,51% (yoy)

terutama disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan

udara di akhir tahun. Nilai inflasi tersebut lebih tinggi

dibanding capaian tahun sebelumnya yang mengalami

deflasi 2,52% (yoy), maupun dibanding rata-rata inflasi

komoditas tersebut dalam 3 tahun terakhir yang juga

mengalami deflasi sebesar 0,02% (yoy). Terbatasnya

armada angkutan udara yang disertai dengan tingginya

fluktuasi permintaan angkutan udara membuat tarif

angkutan udara di NTT cenderung mengalami fluktuasi

yang cukup tinggi. Adanya kenaikan biaya perpanjangan

STNK juga secara tahunan menyumbang inflasi hingga

sebesar 0,20% (sum yoy). Dalam rangka mengendalikan

harga, sebenarnya sudah dilakukan penambahan

frekuensi penerbangan tujuan luar provinsi oleh satu

maskapai dan penambahan lebih dari 100 penerbangan

3.2.2 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

47KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

KOMODITI

Tabel 3.4. Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

Sumber : BPS, diolah

OKT

2017

NOV

(0,5)

(1,5)

0,1

0,5

0,5

0,5

0,0

(1,8)

0,7

2,8

0,3

0,0

0,3

0,1

0,0

0,0

DES JAN

1,2

2,3

0,5

0,1

0,1

0,1

0,0

3,2

0,9

5,3

0,8

0,1

(0,2)

0,2

0,2

(2,6)

2018

IV

YOY

JAN

2,00

(2,46)

3,05

3,93

3,70

1,70

4,46

3,51

2,21

1,26

3,43

2,95

4,25

1,73

4,22

0,28

IV

QTQ

JAN

1,47

3,64

0,87

0,61

0,96

0,67

0,04

1,43

2,93

10,72

1,61

0,23

0,19

0,41

0,23

0,52

Secara tahunan, kelompok komoditas bahan

makanan mengalami deflasi -2,46% (yoy) terutama

disebabkan oleh deflasi pada kelompok komoditas

sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Rendahnya

deflasi tersebut menjadikan komoditas bahan makanan

pertama kalinya mengalami deflasi di akhir tahun

setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Walaupun secara

bulanan dan triwulanan menunjukkan adanya kenaikan

(2,32% - mtm des dan 3,64% - qtq), namun kenaikan

inflasi tersebut tidak sebesar tahun sebelumnya maupun

rata-rata tiga tahun terakhir yang sebesar 2,66% (av-mtm

des) dan 7,35% (av-qtq). Monitoring pasokan maupun

operasi pasar yang dilakukan menjelang akhir tahun

mampu menahan kenaikan harga komoditas bahan

makanan. Dari total 15 komoditas penyumbang utama

inflasi akhir tahun, beberapa komoditas diketahui memiliki

persediaan yang cukup untuk memenuhi konsumsi, seperti

adanya panen cabai merah di Kota Kupang, Cabai rawit di

Sumba barat, masih adanya buffer stock hasil panen

bawang merah di Kabupaten Belu, Semau dan Rote Ndao,

ataupun cukup banyaknya penanaman sayur-sayuran

seperti bayam, kangkung, sawi di Kota Kupang

menggunakan rain shelter telah mampu menahan

kenaikan harga di akhir tahun, bahkan secara tahunan

justru mengalami penurunan. Tingginya ketergantungan

pasokan telur ayam ras dari Surabaya, ataupun masih

tergantungnya kebutuhan DOC dan pakan ayam ras masih

membuat harga mengalami kenaikan dibanding tahun

sebelumnya. Secara struktural, penyediaan kebutuhan

bahan makanan relatif mengalami perbaikan yang terlihat

dari penurunan inflasi tahunan. Permasalahan yang masih

terjadi adalah fluktuasi harga yang masih terjadi

dikarenakan tingginya ketergantungan produksi akan

faktor alam, sehingga produksi dan pasokan masih sangat

dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Adanya penerapan rain

shelter ataupun penanaman di luar musim sekiranya dapat

diterapkan untuk mengatasi penurunan pasokan pada

musim penghujan.

Berdasarkan rincian komoditas, terlihat bahwa deflasi

kelompok komoditas bahan makanan terutama

disebabkan oleh adanya deflasi komoditas bumbu-

bumbuan dan sayur-sayuran yang sebesar -25,38% (yoy)

dan -16,47% (yoy). Rendahnya deflasi sayur-sayuran

terutama disebabkan oleh terjadinya deflasi pada 15 dari

26 komoditas sayur-sayuran dalam perhitungan inflasi

seperti komoditas bayam, kangkung, sawi putih, sawi

hijau, tomat sayur, dan lainnya. Masih tersedianya pasokan

membuat harga masih mampu bertahan dan tidak terlalu

meningkat di akhir tahun 2017 dibandingkan posisi yang

sama tahun sebelumnya. Deflasi cabai rawit dan cabai

merah menjadi penyebab utama rendahnya deflasi

komoditas bumbu-bumbuan. Dengan kondisi struktur

pasar sayur-sayuran yang cenderung persaingan sempurna

ataupun bumbu-bumbuan yang antara persaingan

sempurna dan oligopoli lemah membuat penyediaan

pasokan yang cukup, menjadi keharusan untuk menjaga

kestabilan harga di pasar.

3.2.1 Bahan Makanan

46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 64: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3. 12. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

SUM CORE SUM VF SUM AP INF COREINF VF INF AP INF YOY

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

(sum yoy) terhadap total inflasi Provinsi NTT. Selain itu,

adanya kenaikan harga bahan bangunan seperti besi

beton, seng, paku, kayu balok, atau batu juga menjadi

penyebab utama kenaikan inflasi kelompok komoditas ini.

Peningkatan permintaan untuk penyelesaian pekerjaan

proyek dan terbatasnya pasokan karena bukan termasuk

sebagai komoditas prioritas bongkar jelang hari raya Natal

dan tahun baru menjadi penyebab utama kenaikan harga.

Peningkatan harga perlengkapan rumah tangga seperti

kulkas, mesin cuci, dispenser, kompor, dan alat elektronik

lainnya juga menyebabkan tingginya inflasi yang terjadi.

permintaan bahan makanan maupun angkutan udara di

NTT. Hal ini menyebabkan tarif angkutan udara meningkat,

sedangkan kenaikan permintaan masih dapat ditahan

dengan relatif tersedianya pasokan, sehingga kenaikan

harga tidak terlalu tinggi. Berdasarkan sumbangan inflasi,

kelompok core memberikan sumbangan inflasi terbesar,

sedangkan kelompok administered prices menjadi

kelompok dengan inflasi tertinggi. Kelompok volatile food

mengalami deflasi dan menjadi penahan inflasi di tahun

2017.

3.2.5 Komoditas LainnyaKomoditas lainnya yang mengalami kenaikan inflasi pada

triwulan IV adalah kelompok komoditas pendidikan,

rekreasi dan olah raga dengan inflasi sebesar 4,46% (yoy)

yang disebabkan oleh meningkatnya biaya pendidikan

pada perguruan tinggi di Kota Kupang. Kelompok

komoditas sandang juga mengalami inflasi sebesar 3,70%

(yoy) yang disebabkan oleh kenaikan harga pada celana

panjang jeans dan baju kaos berkerah. Adapun inflasi pada

kelompok komoditas kesehatan relatif stabil, seiring

dengan besarnya peserta kartu indonesia sehat, sehingga

kenaikan inflasi sangat tergantung dari pengaturan tarif

kesehatan oleh pemerintah.

Tingginya kenaikan biaya pendidikan tinggi yang sebesar

9,18% (yoy) di Kota Kupang pada bulan September 2017

ataupun kenaikan biaya sekolah dasar yang sebesar 7,63%

(yoy) pada bulan Agustus 2017 menjadi penyebab utama

inflasi pada kelompok komoditas pendidikan.

3.3. DISAGREGASI INFLASIInflasi berdasarkan disagregasi inflasi juga

menunjukkan adanya tren penurunan terutama

disebabkan oleh deflasi pada kelompok volatile

food. Kelompok core mengalami perlambatan inflasi

dan kelompok administered prices mengalami

kenaikan yang lebih disebabkan oleh kenaikan

inflasi angkutan udara pada akhir tahun. Adanya libur

panjang Natal dan tahun baru telah meningkatkan

3.3.1 Kelompok Volatile foodPada akhir tahun 2017, kelompok volatile food

mengalami deflasi -2,45% (yoy) dan menjadi

penahan inflasi utama Provinsi NTT tahun 2017.

Komoditas hortikultura menjadi penahan inflasi utama

yang terlihat dari turunnya harga sayur-sayuran seperti

sawi putih, kangkung, tomat sayur ataupun bayam seiring

dengan adanya antisipasi yang telah dilakukan. Potensi

kenaikan harga di akhir tahun karena terbatasnya pasokan

dapat diantisipasi dengan peningkatan produksi sayur di

Kota Kupang dan Kabupaten Kupang. Selain dengan

penanaman biasa, beberapa petani juga menggunakan

rain shelter untuk mengantisipasi potensi kerusakan

tanaman yang ada. Hal ini berdampak pada kenaikan

harga sayur yang tidak setinggi tahun sebelumnya,

sehingga secara tahunan justru mengalami penurunan.

Pasokan bawang merah juga masih cukup tersedia seiring

adanya panen di Atambua, Semau dan Rote Ndao di bulan

49KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3. 10. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.11. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok Komoditas

YOY

(1.00)

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

(2.00)

3.00

8.00

YOY QTQ MTMPERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA

BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIRBIAYA TEMPAT TINGGAL PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3. 8.

YOY QTQ MTM

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.9. Inflasi Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau per Sub Kelompok Komoditas

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

0

5

10

15

20

25 YOY

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

MAKANAN JADIMINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

Inflasi Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

intra provinsi oleh dua maskapai di NTT. Namun demikian,

kenaikan harga masih tetap terjadi.

komoditas ini. Turunnya harga komoditas gula pasir seiring

dengan masuknya gula tambora ke pasar Kupang menjadi

penyebab utama deflasi komoditas minuman tak

beralkohol, selain juga disebabkan oleh terjadinya deflasi

pada air kemasan. Komoditas makanan jadi masih

mengalami inflasi namun sudah cukup rendah seiring

dengan banyaknya restauran baru yang beroperasi di Kota

Kupang.

3.2.3 Makanan Jadi, Minuman dan TembakauInflasi pada kelompok komoditas makanan jadi,

minuman dan tembakau menunjukkan adanya

penurunan secara struktural yang terutama

disebabkan oleh menurunnya kenaikan cukai rokok

dan turunnya harga minuman tak beralkohol. Secara

tahunan, inflasi komoditas ini hanya sebesar 3,05% (yoy),

jauh lebih rendah dibanding inflasi tahun sebelumnya yang

sebesar 8,85% (yoy) maupun rata-rata inflasi dalam 3

tahun terakhir yang sebesar 6,79% (av-yoy). Melambatnya

kenaikan cukai rokok menjadi penyebab utama

perlambatan inflasi pada komoditas makanan jadi,

minuman dan tembakau. Selain itu, adanya deflasi pada

komoditas minuman yang tidak beralkohol juga

menyebabkan menurunnya inflasi pada kelompok

3.2.4 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan BakarKomoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan

bakar pada tahun 2017 cenderung mengalami inflasi

sebesar 3,93% (yoy), lebih tinggi dibanding tahun

sebelumya yang hanya sebesar 0,77% (yoy) yang

terutama disebabkan oleh kenaikan tarif listrik dan

biaya tempat tinggal. Adanya kenaikan tarif listrik

rumah tangga secara bertahap di bulan Januari, Maret dan

Mei 2017 telah menyumbang setidaknya sebesar 0,40%

48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 65: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3. 12. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

SUM CORE SUM VF SUM AP INF COREINF VF INF AP INF YOY

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

(sum yoy) terhadap total inflasi Provinsi NTT. Selain itu,

adanya kenaikan harga bahan bangunan seperti besi

beton, seng, paku, kayu balok, atau batu juga menjadi

penyebab utama kenaikan inflasi kelompok komoditas ini.

Peningkatan permintaan untuk penyelesaian pekerjaan

proyek dan terbatasnya pasokan karena bukan termasuk

sebagai komoditas prioritas bongkar jelang hari raya Natal

dan tahun baru menjadi penyebab utama kenaikan harga.

Peningkatan harga perlengkapan rumah tangga seperti

kulkas, mesin cuci, dispenser, kompor, dan alat elektronik

lainnya juga menyebabkan tingginya inflasi yang terjadi.

permintaan bahan makanan maupun angkutan udara di

NTT. Hal ini menyebabkan tarif angkutan udara meningkat,

sedangkan kenaikan permintaan masih dapat ditahan

dengan relatif tersedianya pasokan, sehingga kenaikan

harga tidak terlalu tinggi. Berdasarkan sumbangan inflasi,

kelompok core memberikan sumbangan inflasi terbesar,

sedangkan kelompok administered prices menjadi

kelompok dengan inflasi tertinggi. Kelompok volatile food

mengalami deflasi dan menjadi penahan inflasi di tahun

2017.

3.2.5 Komoditas LainnyaKomoditas lainnya yang mengalami kenaikan inflasi pada

triwulan IV adalah kelompok komoditas pendidikan,

rekreasi dan olah raga dengan inflasi sebesar 4,46% (yoy)

yang disebabkan oleh meningkatnya biaya pendidikan

pada perguruan tinggi di Kota Kupang. Kelompok

komoditas sandang juga mengalami inflasi sebesar 3,70%

(yoy) yang disebabkan oleh kenaikan harga pada celana

panjang jeans dan baju kaos berkerah. Adapun inflasi pada

kelompok komoditas kesehatan relatif stabil, seiring

dengan besarnya peserta kartu indonesia sehat, sehingga

kenaikan inflasi sangat tergantung dari pengaturan tarif

kesehatan oleh pemerintah.

Tingginya kenaikan biaya pendidikan tinggi yang sebesar

9,18% (yoy) di Kota Kupang pada bulan September 2017

ataupun kenaikan biaya sekolah dasar yang sebesar 7,63%

(yoy) pada bulan Agustus 2017 menjadi penyebab utama

inflasi pada kelompok komoditas pendidikan.

3.3. DISAGREGASI INFLASIInflasi berdasarkan disagregasi inflasi juga

menunjukkan adanya tren penurunan terutama

disebabkan oleh deflasi pada kelompok volatile

food. Kelompok core mengalami perlambatan inflasi

dan kelompok administered prices mengalami

kenaikan yang lebih disebabkan oleh kenaikan

inflasi angkutan udara pada akhir tahun. Adanya libur

panjang Natal dan tahun baru telah meningkatkan

3.3.1 Kelompok Volatile foodPada akhir tahun 2017, kelompok volatile food

mengalami deflasi -2,45% (yoy) dan menjadi

penahan inflasi utama Provinsi NTT tahun 2017.

Komoditas hortikultura menjadi penahan inflasi utama

yang terlihat dari turunnya harga sayur-sayuran seperti

sawi putih, kangkung, tomat sayur ataupun bayam seiring

dengan adanya antisipasi yang telah dilakukan. Potensi

kenaikan harga di akhir tahun karena terbatasnya pasokan

dapat diantisipasi dengan peningkatan produksi sayur di

Kota Kupang dan Kabupaten Kupang. Selain dengan

penanaman biasa, beberapa petani juga menggunakan

rain shelter untuk mengantisipasi potensi kerusakan

tanaman yang ada. Hal ini berdampak pada kenaikan

harga sayur yang tidak setinggi tahun sebelumnya,

sehingga secara tahunan justru mengalami penurunan.

Pasokan bawang merah juga masih cukup tersedia seiring

adanya panen di Atambua, Semau dan Rote Ndao di bulan

49KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3. 10. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.11. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok Komoditas

YOY

(1.00)

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

(2.00)

3.00

8.00

YOY QTQ MTMPERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA

BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIRBIAYA TEMPAT TINGGAL PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3. 8.

YOY QTQ MTM

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.9. Inflasi Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau per Sub Kelompok Komoditas

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

0

5

10

15

20

25 YOY

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

MAKANAN JADIMINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

Inflasi Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

intra provinsi oleh dua maskapai di NTT. Namun demikian,

kenaikan harga masih tetap terjadi.

komoditas ini. Turunnya harga komoditas gula pasir seiring

dengan masuknya gula tambora ke pasar Kupang menjadi

penyebab utama deflasi komoditas minuman tak

beralkohol, selain juga disebabkan oleh terjadinya deflasi

pada air kemasan. Komoditas makanan jadi masih

mengalami inflasi namun sudah cukup rendah seiring

dengan banyaknya restauran baru yang beroperasi di Kota

Kupang.

3.2.3 Makanan Jadi, Minuman dan TembakauInflasi pada kelompok komoditas makanan jadi,

minuman dan tembakau menunjukkan adanya

penurunan secara struktural yang terutama

disebabkan oleh menurunnya kenaikan cukai rokok

dan turunnya harga minuman tak beralkohol. Secara

tahunan, inflasi komoditas ini hanya sebesar 3,05% (yoy),

jauh lebih rendah dibanding inflasi tahun sebelumnya yang

sebesar 8,85% (yoy) maupun rata-rata inflasi dalam 3

tahun terakhir yang sebesar 6,79% (av-yoy). Melambatnya

kenaikan cukai rokok menjadi penyebab utama

perlambatan inflasi pada komoditas makanan jadi,

minuman dan tembakau. Selain itu, adanya deflasi pada

komoditas minuman yang tidak beralkohol juga

menyebabkan menurunnya inflasi pada kelompok

3.2.4 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan BakarKomoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan

bakar pada tahun 2017 cenderung mengalami inflasi

sebesar 3,93% (yoy), lebih tinggi dibanding tahun

sebelumya yang hanya sebesar 0,77% (yoy) yang

terutama disebabkan oleh kenaikan tarif listrik dan

biaya tempat tinggal. Adanya kenaikan tarif listrik

rumah tangga secara bertahap di bulan Januari, Maret dan

Mei 2017 telah menyumbang setidaknya sebesar 0,40%

48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 66: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.13. Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 bulan ke Depan

EKSPEKTASI HARGA 3 BLN YADINFLASI EKSPEKTASI HARGA 6 BLN YAD

140.00

150.00

160.00

170.00

180.00

190.00

200.00

(1.50)

(0.50)

0.50

1.50

2.50

3.50

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12

3.3.3 Kelompok Inti (core)Kelompok inti pada tahun 2017 mengalami inflasi

2,81% (yoy) meningkat dibanding tahun 2016 yang

hanya mengalami inflasi sebesar 2,28% (yoy).

Tingginya kenaikan biaya pendidikan perguruan

tinggi di Kota Kupang ataupun bahan bangunan

untuk membangun rumah tinggal menjadi penyebab

utama kenaikan inflasi inti di tahun 2017. Tingginya

kebutuhan komoditas bahan bangunan untuk

menyelesaikan proyek menjadi salah satu penyebab utama

meningkatnya inflasi kelompok inti. Adanya arahan untuk

memprioritaskan pembongkaran komoditas pangan

dinilai berhasil menurunkan inflasi komoditas pangan,

namun di sisi lain, meningkatkan harga komoditas bahan

bangunan dikarenakan tertahannya proses bongkar

produk semen dan bahan bangunan lainnya. Tingginya

kebutuhan untuk penyelesaian proyek membuat pasokan

mengalami penurunan karena masih tertahan di

pelabuhan. Perluasan komoditas yang diijinkan untuk

dibongkar pada saat hari raya ke depan sekiranya dapat

diperluas juga ke komoditas yang berpotensi mengalami

peningkatan permintaan yang cukup tinggi di akhir tahun.

Penurunan inflasi terjadi pada komoditas gula pasir seiring

dengan masuknya gula dari NTB yang relatif lebih murah.

Banyaknya pasokan bunga pepaya juga membuat harga

mengalami penurunan yang memang disebabkan oleh

meningkatnya pasokan karena faktor musiman.

Ekspektasi inflasi baik berdasarkan ekspektasi harga

3 dan 6 bulan yang akan datang menunjukkan

adanya penurunan. Nilai inflasi yang relatif terjaga dalam

2 tahun terakhir telah berhasil menurunkan ekspektasi

inflasi masyarakat di Kota Kupang. Namun demikian,

fluktuasi ekspektasi dinilai masih terlalu tinggi yang

menunjukkan kekurangyakinan terhadap kecenderungan

inflasi yang semakin rendah. Pada triwulan I 2018,

ekspektasi inflasi di Kota Kupang menunjukkan adanya

penurunan yang terlihat dari menurunnya angka

ekspektasi 3 dan 6 bulan yang akan datang di bulan Maret

2018. Hingga bulan April, ekspektasi inflasi diperkirakan

masih relatif rendah dan berangsur meningkat hingga

bulan Juni dan Juli dikarenakan oleh adanya libur hari raya

Idul Fitri dan tahun ajaran baru.

3.4. INFLASI NTT BERDASARKAN KOTA3.4.1 Inflasi Kota KupangInflasi di Kota Kupang tahun 2017 menunjukkan

adanya perbaikan yang terlihat dari relatif

rendahnya inflasi di Kota Kupang di sepanjang tahun

2017. Nilai inflasi Kota Kupang tahun 2017 hanya sebesar

2,05% (yoy) dan menjadi capaian inflasi kota terendah ke 8

di Indonesia. Capaian tersebut jauh lebih rendah dibanding

rata-rata inflasi Kota Kupang dalam 3 tahun terakhir yang

PERGURUAN TINGGI

BESI BETON

SENG

MOBIL

NASI DENGAN LAUK

KOMODITAS INFLASI

Tabel 3.7. Komoditas Core Penyumbang Utama Inflasi

YOY SUM YOY

10,09

18,23

12,90

8,44

4,35

0,25

0,14

0,12

0,11

0,09

GULA PASIR

BUNGA PEPAYA

PASIR

TELEVISI BERWARNA

LENGKUAS

KOMODITAS DEFLASI YOY SUM YOY

(7,62)

(29,44)

(2,98)

(10,84)

(16,67)

(0,06)

(0,04)

(0,04)

(0,03)

(0,03)

51KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

sebelumnya. Adanya potensi kenaikan harga cabai di akhir

tahun juga mampu diantisipasi petani dengan melakukan

penanaman di luar musim. Petani cabai merah di Kota

Kupang dan Kabupaten Kupang tercatat mengalami

panen perdana pada bulan Oktober dan dapat terus

dipanen hingga bulan Maret 2018. Begitu pula dengan

petani cabai rawit di Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Atambua yang juga panen perdana pada waktu yang

relatif sama.

Kenaikan harga yang terjadi lebih disebabkan oleh

tingginya permintaan, tingginya ketergantungan terhadap

daerah lain ataupun berkurangnya pasokan karena

gangguan cuaca. Kenaikan harga telur ayam ras lebih

dikarenakan oleh kenaikan harga di tingkat produsen di

Jawa Timur karena kenaikan permintaan secara nasional.

Sudah mulai berjalannya peternakan ayam petelur di

Kabupaten Kupang dinilai masih sangat kecil dan belum

mencukupi kebutuhan masyarakat di NTT. Kenaikan harga

komoditas ikan lebih disebabkan oleh berkurangnya

pasokan karena berkurangnya nelayan yang melaut

karena gangguan cuaca. Begitu juga dengan komoditas

kentang yang masih mengandalkan pasokan dari luar NTT.

Sedangkan kenaikan harga daging ayam ras dan babi lebih

disebabkan oleh tingginya permintaan untuk perayaan

hari raya Natal dan tahun baru.

TELUR AYAM RAS

KEMBUNG

KENTANG

DAGING BABI

KAKAP MERAH

KOMODITAS INFLASI

Tabel 3.5. Komoditas Volatile food Penyumbang Utama Inflasi

YOY SUM YOY

12,24

8,61

39,95

13,28

35,38

0,09

0,09

0,09

0,09

0,07

SAWI PUTIH

BAWANG MERAH

KANGKUNG

TOMAT SAYUR

BAYAM

KOMODITAS DEFLASI YOY SUM YOY

(38,00)

(52,54)

(21,09)

(34,04)

(28,65)

(0,40)

(0,30)

(0,18)

(0,11)

(0,09)

3.3.2 Kelompok Administered pricesKenaikan tarif listrik pada semester 1 2017 menjadi

penyumbang utama inflasi kelompok administered

prices di tahun 2017. Kinerja angkutan udara secara

umum sudah mengalami perbaikan seiring dengan

bertambahnya frekuensi penerbangan baik untuk

tujuan intra NTT maupun dengan daerah lain. Namun

demikian, kecilnya kuantitas masih menjadi

penyebab utama besarnya fluktuasi tarif angkutan

udara di sepanjang tahun 2017. Hal ini terlihat dari

tingginya inflasi angkutan udara di akhir tahun, walaupun

sepanjang tahun 2017 sudah menunjukkan perbaikan

kinerja. Kebijakan peningkatan biaya perpanjangan STNK

dan kenaikan cukai rokok juga menjadi penyebab utama

kenaikan inflasi kelompok administered prices.

Adapun deflasi kelompok administered prices terjadi pada

3 komoditas yaitu bahan bakar rumah tangga, angkutan

laut dan angkutan antar kota. Walaupun relatif kecil,

upaya pemerintah dalam menambah frekuensi kapasitas

angkutan laut dengan menambah kapal dalam

menyambut libur Natal dan tahun baru telah berhasil

menahan harga angkutan udara maupun angkutan antar

kota di NTT.

TARIP LISTRIK

ANGKUTAN UDARA

B. PERPANJANGAN STNK

ROKOK KRETEK FILTER

ROKOK PUTIH

KOMODITAS INFLASI

Tabel 3.6. Komoditas Administered prices Penyumbang Utama Inflasi

YOY SUM YOY

15,56

8,91

102,95

4,58

5,90

0,42

0,26

0,10

0,09

0,05

BB RUMAH TANGGA

ANGKUTAN LAUT

ANGKUTAN ANTAR KOTA

KOMODITAS DEFLASI YOY SUM YOY

(0,18)

(0,66)

(0,17)

(0,00)

(0,00)

(0,00)

50 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 67: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.13. Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 bulan ke Depan

EKSPEKTASI HARGA 3 BLN YADINFLASI EKSPEKTASI HARGA 6 BLN YAD

140.00

150.00

160.00

170.00

180.00

190.00

200.00

(1.50)

(0.50)

0.50

1.50

2.50

3.50

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12

3.3.3 Kelompok Inti (core)Kelompok inti pada tahun 2017 mengalami inflasi

2,81% (yoy) meningkat dibanding tahun 2016 yang

hanya mengalami inflasi sebesar 2,28% (yoy).

Tingginya kenaikan biaya pendidikan perguruan

tinggi di Kota Kupang ataupun bahan bangunan

untuk membangun rumah tinggal menjadi penyebab

utama kenaikan inflasi inti di tahun 2017. Tingginya

kebutuhan komoditas bahan bangunan untuk

menyelesaikan proyek menjadi salah satu penyebab utama

meningkatnya inflasi kelompok inti. Adanya arahan untuk

memprioritaskan pembongkaran komoditas pangan

dinilai berhasil menurunkan inflasi komoditas pangan,

namun di sisi lain, meningkatkan harga komoditas bahan

bangunan dikarenakan tertahannya proses bongkar

produk semen dan bahan bangunan lainnya. Tingginya

kebutuhan untuk penyelesaian proyek membuat pasokan

mengalami penurunan karena masih tertahan di

pelabuhan. Perluasan komoditas yang diijinkan untuk

dibongkar pada saat hari raya ke depan sekiranya dapat

diperluas juga ke komoditas yang berpotensi mengalami

peningkatan permintaan yang cukup tinggi di akhir tahun.

Penurunan inflasi terjadi pada komoditas gula pasir seiring

dengan masuknya gula dari NTB yang relatif lebih murah.

Banyaknya pasokan bunga pepaya juga membuat harga

mengalami penurunan yang memang disebabkan oleh

meningkatnya pasokan karena faktor musiman.

Ekspektasi inflasi baik berdasarkan ekspektasi harga

3 dan 6 bulan yang akan datang menunjukkan

adanya penurunan. Nilai inflasi yang relatif terjaga dalam

2 tahun terakhir telah berhasil menurunkan ekspektasi

inflasi masyarakat di Kota Kupang. Namun demikian,

fluktuasi ekspektasi dinilai masih terlalu tinggi yang

menunjukkan kekurangyakinan terhadap kecenderungan

inflasi yang semakin rendah. Pada triwulan I 2018,

ekspektasi inflasi di Kota Kupang menunjukkan adanya

penurunan yang terlihat dari menurunnya angka

ekspektasi 3 dan 6 bulan yang akan datang di bulan Maret

2018. Hingga bulan April, ekspektasi inflasi diperkirakan

masih relatif rendah dan berangsur meningkat hingga

bulan Juni dan Juli dikarenakan oleh adanya libur hari raya

Idul Fitri dan tahun ajaran baru.

3.4. INFLASI NTT BERDASARKAN KOTA3.4.1 Inflasi Kota KupangInflasi di Kota Kupang tahun 2017 menunjukkan

adanya perbaikan yang terlihat dari relatif

rendahnya inflasi di Kota Kupang di sepanjang tahun

2017. Nilai inflasi Kota Kupang tahun 2017 hanya sebesar

2,05% (yoy) dan menjadi capaian inflasi kota terendah ke 8

di Indonesia. Capaian tersebut jauh lebih rendah dibanding

rata-rata inflasi Kota Kupang dalam 3 tahun terakhir yang

PERGURUAN TINGGI

BESI BETON

SENG

MOBIL

NASI DENGAN LAUK

KOMODITAS INFLASI

Tabel 3.7. Komoditas Core Penyumbang Utama Inflasi

YOY SUM YOY

10,09

18,23

12,90

8,44

4,35

0,25

0,14

0,12

0,11

0,09

GULA PASIR

BUNGA PEPAYA

PASIR

TELEVISI BERWARNA

LENGKUAS

KOMODITAS DEFLASI YOY SUM YOY

(7,62)

(29,44)

(2,98)

(10,84)

(16,67)

(0,06)

(0,04)

(0,04)

(0,03)

(0,03)

51KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

sebelumnya. Adanya potensi kenaikan harga cabai di akhir

tahun juga mampu diantisipasi petani dengan melakukan

penanaman di luar musim. Petani cabai merah di Kota

Kupang dan Kabupaten Kupang tercatat mengalami

panen perdana pada bulan Oktober dan dapat terus

dipanen hingga bulan Maret 2018. Begitu pula dengan

petani cabai rawit di Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Atambua yang juga panen perdana pada waktu yang

relatif sama.

Kenaikan harga yang terjadi lebih disebabkan oleh

tingginya permintaan, tingginya ketergantungan terhadap

daerah lain ataupun berkurangnya pasokan karena

gangguan cuaca. Kenaikan harga telur ayam ras lebih

dikarenakan oleh kenaikan harga di tingkat produsen di

Jawa Timur karena kenaikan permintaan secara nasional.

Sudah mulai berjalannya peternakan ayam petelur di

Kabupaten Kupang dinilai masih sangat kecil dan belum

mencukupi kebutuhan masyarakat di NTT. Kenaikan harga

komoditas ikan lebih disebabkan oleh berkurangnya

pasokan karena berkurangnya nelayan yang melaut

karena gangguan cuaca. Begitu juga dengan komoditas

kentang yang masih mengandalkan pasokan dari luar NTT.

Sedangkan kenaikan harga daging ayam ras dan babi lebih

disebabkan oleh tingginya permintaan untuk perayaan

hari raya Natal dan tahun baru.

TELUR AYAM RAS

KEMBUNG

KENTANG

DAGING BABI

KAKAP MERAH

KOMODITAS INFLASI

Tabel 3.5. Komoditas Volatile food Penyumbang Utama Inflasi

YOY SUM YOY

12,24

8,61

39,95

13,28

35,38

0,09

0,09

0,09

0,09

0,07

SAWI PUTIH

BAWANG MERAH

KANGKUNG

TOMAT SAYUR

BAYAM

KOMODITAS DEFLASI YOY SUM YOY

(38,00)

(52,54)

(21,09)

(34,04)

(28,65)

(0,40)

(0,30)

(0,18)

(0,11)

(0,09)

3.3.2 Kelompok Administered pricesKenaikan tarif listrik pada semester 1 2017 menjadi

penyumbang utama inflasi kelompok administered

prices di tahun 2017. Kinerja angkutan udara secara

umum sudah mengalami perbaikan seiring dengan

bertambahnya frekuensi penerbangan baik untuk

tujuan intra NTT maupun dengan daerah lain. Namun

demikian, kecilnya kuantitas masih menjadi

penyebab utama besarnya fluktuasi tarif angkutan

udara di sepanjang tahun 2017. Hal ini terlihat dari

tingginya inflasi angkutan udara di akhir tahun, walaupun

sepanjang tahun 2017 sudah menunjukkan perbaikan

kinerja. Kebijakan peningkatan biaya perpanjangan STNK

dan kenaikan cukai rokok juga menjadi penyebab utama

kenaikan inflasi kelompok administered prices.

Adapun deflasi kelompok administered prices terjadi pada

3 komoditas yaitu bahan bakar rumah tangga, angkutan

laut dan angkutan antar kota. Walaupun relatif kecil,

upaya pemerintah dalam menambah frekuensi kapasitas

angkutan laut dengan menambah kapal dalam

menyambut libur Natal dan tahun baru telah berhasil

menahan harga angkutan udara maupun angkutan antar

kota di NTT.

TARIP LISTRIK

ANGKUTAN UDARA

B. PERPANJANGAN STNK

ROKOK KRETEK FILTER

ROKOK PUTIH

KOMODITAS INFLASI

Tabel 3.6. Komoditas Administered prices Penyumbang Utama Inflasi

YOY SUM YOY

15,56

8,91

102,95

4,58

5,90

0,42

0,26

0,10

0,09

0,05

BB RUMAH TANGGA

ANGKUTAN LAUT

ANGKUTAN ANTAR KOTA

KOMODITAS DEFLASI YOY SUM YOY

(0,18)

(0,66)

(0,17)

(0,00)

(0,00)

(0,00)

50 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 68: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.15. Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Maumere

SUM VF SUM CORE SUM AP COREVF AP INFLASI

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

3.4.2 Inflasi Kota MaumereInflasi Kota Maumere di tahun 2017 juga hanya

sebesar 1,70% (yoy) dan menjadi capaian inflasi akhir

tahun terendah di Maumere dalam 10 tahun terakhir.

Rendahnya inflasi tersebut menjadikan Kota

Maumere sebagai kota dengan capaian inflasi

terendah kelima di Indonesia setelah Kota Ambon (-

0,05% yoy), Merauke (1,25% yoy), Sorong (1,33%

yoy) dan Bukit Tinggi (1,37% yoy). Komoditas volatile

food masih menjadi penahan inflasi utama Kota Maumere

dengan deflasi sebesar -2,17% (yoy). Selain relatif

terjaganya harga sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan,

rendahnya deflasi kelompok volatile food juga disebabkan

oleh turunnya harga kelompok daging dan hasil-hasilnya

karena turunnya harga ayam hidup maupun masih

stabilnya harga ikan segar. Hal ini berbeda dengan kondisi

di Kota Kupang yang justru mengalami kenaikan tinggi

pada kedua kelompok komoditas tersebut.

Berbeda dengan tren inflasi di Kota Kupang, Inflasi

kelompok komoditas pendidikan dan transportasi di Kota

Maumere justru relatif stabil yang terlihat dari nilai inflasi

kelompok pendidikan dan transportasi yang hanya 1,53%

dan 0,49%. Turunnya tarif angkutan laut dan angkutan

antar kota, mampu meredam kenaikan tarif angkutan

udara. Preferensi angkutan yang lebih menggunakan

kedua moda tersebut, membuat bobot angkutan udara

dalam menyumbang inflasi relatif tidak sebesar Kota

Kupang. Selain itu, penurunan tarif pulsa juga

menurunkan inf las i pada kelompok komoditas

transportasi dan komunikasi.

Kenaikan inflasi lebih disebabkan oleh komoditas

administered price terutama karena kenaikan tarif listrik,

biaya perpanjangan STNK dan kenaikan harga rokok yang

lebih besar dibanding di Kota Kupang. Berdasarkan

kelompok komoditas, tingginya inflasi kelompok

permintaan dan pasokan membuat fluktuasi harga juga

relatif besar. Hal ini terlihat dari fluktuasi harga Kangkung

yang 11 kali menjadi penyumbang inflasi dan deflasi

utama, begitu juga dengan sawi putih (9 kali), tomat sayur

(9 kali), cabai rawit (9 kali) dan komoditas lainnya.

Preferensi konsumsi ikan segar juga membuat harga ikan

segar mengalami fluktuasi yang cukup besar. Penambahan

frekuensi penerbangan sudah cukup membantu menahan

inflasi namun masih belum mencukupi.

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

KOMODITI

Tabel 3.9. Inflasi Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

Sumber : BPS, diolah

OKT

2017

NOV

(0,4)

(1,3)

0,3

(0,0)

0,1

(0,1)

-

(0,4)

0,1

(0,1)

0,6

(0,0)

0,3

0,2

0,0

0,1

DES JAN

0,4

0,7

0,0

0,2

0,1

-

0,0

0,9

0,2

0,2

0,5

0,2

(0,0)

-

0,5

(0,8)

2018

IV

YOY

JAN

1,70

(1,86)

2,71

3,64

5,56

4,71

1,11

3,69

1,46

(1,21)

2,87

3,06

5,49

4,35

1,53

0,49

53KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

sebesar 3,14% (av-yoy). Rendahnya inflasi Kota Kupang

lebih disebabkan oleh rendahnya inflasi pada kelompok

komoditas bahan makanan yang mengalami deflasi -

2,54% (yoy). Deflasi pada sub kelompok komoditas

bumbu-bumbuan, sayur-sayuran dan padi-padian menjadi

pendorong utama deflasi di Kota Kupang.

Adapun keenam kelompok komoditas lainnya mengalami

inflasi dengan kenaikan tertinggi pada kelompok

komoditas pendidikan, rekreasi dan olah raga yang

terutama disebabkan oleh tingginya kenaikan biaya

pendidikan perguruan tinggi dan sekolah dasar. Kelompok

makanan jadi, minuman dan tembakau mengalami inflasi

3,10% (yoy) terutama masih disebabkan oleh dampak

kenaikan cukai rokok walaupun sudah tidak sebesar dua

tahun terakhir. Kenaikan tarif angkutan udara di akhir

tahun juga meningkatkan inflasi pada kelompok

komoditas transportasi dan komunikasi. Inflasi terendah

terjadi pada kelompok komoditas kesehatan yang lebih

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.14. Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Kupang

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

SUM VF SUM CORE SUM AP COREVF AP INFLASI

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

disebabkan oleh stabilnya biaya perawatan kesehatan

seiring semakin banyaknya penduduk yang menggunakan

BPJS kesehatan.

Pada tahun 2017, komoditas daging ayam menjadi

komoditas dengan fluktuasi harga tertinggi

mengungguli angkutan udara yang menjadi

komoditas dengan fluktuasi terbesar di tahun

sebelumnya. Adanya penurunan harga yang cukup besar

di bulan Januari-Mei 2017 karena kelebihan produksi serta

rendahnya permintaan dan turunnya harga ayam secara

nasional berdampak pada tutupnya beberapa peternak di

Kota Kupang, terlebih peternak mandiri. Berkurangnya

pasokan dan peningkatan permintaan selama hari raya Idul

Fitri, libur sekolah hingga hari kemerdekaan RI kembali

meningkatkan harga daging ayam ras. Setelah mengalami

penurunan harga karena turunnya permintaan di bulan

September dan Oktober, harga kembali meningkat di

bulan November dan Desember karena permintaan yang

tinggi. Minimnya pabrikan besar yang beroperasi di NTT

membuat persaingan harga antar pemain besar relatif

rendah yang berdampak pada kontrol harga yang lebih

leluasa oleh pemain besar. Namun demikian, hal ini juga

disebabkan oleh rata-rata konsumsi daging ayam ras NTT

yang hanya sekitar 1 kg per kapita per tahun, jauh

dibandingkan rata-rata nasional yang sudah mencapai 7kg

per kapita per tahun, membuat banyak perusahaan besar

juga enggan masuk ke NTT.

Kinerja komoditas hortikultura sudah menunjukkan

adanya perbaikan. Namun demikian, tidak stabilnya

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

KOMODITI

Tabel 3.8. Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

Sumber : BPS, diolah

OKT

2017

NOV

(0,5)

(1,5)

0,0

0,6

0,6

0,6

0,0

(1,9)

0,8

3,2

0,2

0,0

0,3

0,1

0,0

0,0

DES JAN

1,3

2,5

0,6

0,1

0,1

0,1

-

3,5

1,1

5,9

0,9

0,1

(0,3)

0,2

0,1

(2,9)

2018

IV

YOY

JAN

2,05

(2,54)

3,10

3,98

3,44

1,24

5,05

3,49

2,31

1,58

3,52

2,93

4,08

1,33

4,69

0,26

52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 69: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.15. Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Maumere

SUM VF SUM CORE SUM AP COREVF AP INFLASI

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

3.4.2 Inflasi Kota MaumereInflasi Kota Maumere di tahun 2017 juga hanya

sebesar 1,70% (yoy) dan menjadi capaian inflasi akhir

tahun terendah di Maumere dalam 10 tahun terakhir.

Rendahnya inflasi tersebut menjadikan Kota

Maumere sebagai kota dengan capaian inflasi

terendah kelima di Indonesia setelah Kota Ambon (-

0,05% yoy), Merauke (1,25% yoy), Sorong (1,33%

yoy) dan Bukit Tinggi (1,37% yoy). Komoditas volatile

food masih menjadi penahan inflasi utama Kota Maumere

dengan deflasi sebesar -2,17% (yoy). Selain relatif

terjaganya harga sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan,

rendahnya deflasi kelompok volatile food juga disebabkan

oleh turunnya harga kelompok daging dan hasil-hasilnya

karena turunnya harga ayam hidup maupun masih

stabilnya harga ikan segar. Hal ini berbeda dengan kondisi

di Kota Kupang yang justru mengalami kenaikan tinggi

pada kedua kelompok komoditas tersebut.

Berbeda dengan tren inflasi di Kota Kupang, Inflasi

kelompok komoditas pendidikan dan transportasi di Kota

Maumere justru relatif stabil yang terlihat dari nilai inflasi

kelompok pendidikan dan transportasi yang hanya 1,53%

dan 0,49%. Turunnya tarif angkutan laut dan angkutan

antar kota, mampu meredam kenaikan tarif angkutan

udara. Preferensi angkutan yang lebih menggunakan

kedua moda tersebut, membuat bobot angkutan udara

dalam menyumbang inflasi relatif tidak sebesar Kota

Kupang. Selain itu, penurunan tarif pulsa juga

menurunkan inf las i pada kelompok komoditas

transportasi dan komunikasi.

Kenaikan inflasi lebih disebabkan oleh komoditas

administered price terutama karena kenaikan tarif listrik,

biaya perpanjangan STNK dan kenaikan harga rokok yang

lebih besar dibanding di Kota Kupang. Berdasarkan

kelompok komoditas, tingginya inflasi kelompok

permintaan dan pasokan membuat fluktuasi harga juga

relatif besar. Hal ini terlihat dari fluktuasi harga Kangkung

yang 11 kali menjadi penyumbang inflasi dan deflasi

utama, begitu juga dengan sawi putih (9 kali), tomat sayur

(9 kali), cabai rawit (9 kali) dan komoditas lainnya.

Preferensi konsumsi ikan segar juga membuat harga ikan

segar mengalami fluktuasi yang cukup besar. Penambahan

frekuensi penerbangan sudah cukup membantu menahan

inflasi namun masih belum mencukupi.

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

KOMODITI

Tabel 3.9. Inflasi Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

Sumber : BPS, diolah

OKT

2017

NOV

(0,4)

(1,3)

0,3

(0,0)

0,1

(0,1)

-

(0,4)

0,1

(0,1)

0,6

(0,0)

0,3

0,2

0,0

0,1

DES JAN

0,4

0,7

0,0

0,2

0,1

-

0,0

0,9

0,2

0,2

0,5

0,2

(0,0)

-

0,5

(0,8)

2018

IV

YOY

JAN

1,70

(1,86)

2,71

3,64

5,56

4,71

1,11

3,69

1,46

(1,21)

2,87

3,06

5,49

4,35

1,53

0,49

53KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

sebesar 3,14% (av-yoy). Rendahnya inflasi Kota Kupang

lebih disebabkan oleh rendahnya inflasi pada kelompok

komoditas bahan makanan yang mengalami deflasi -

2,54% (yoy). Deflasi pada sub kelompok komoditas

bumbu-bumbuan, sayur-sayuran dan padi-padian menjadi

pendorong utama deflasi di Kota Kupang.

Adapun keenam kelompok komoditas lainnya mengalami

inflasi dengan kenaikan tertinggi pada kelompok

komoditas pendidikan, rekreasi dan olah raga yang

terutama disebabkan oleh tingginya kenaikan biaya

pendidikan perguruan tinggi dan sekolah dasar. Kelompok

makanan jadi, minuman dan tembakau mengalami inflasi

3,10% (yoy) terutama masih disebabkan oleh dampak

kenaikan cukai rokok walaupun sudah tidak sebesar dua

tahun terakhir. Kenaikan tarif angkutan udara di akhir

tahun juga meningkatkan inflasi pada kelompok

komoditas transportasi dan komunikasi. Inflasi terendah

terjadi pada kelompok komoditas kesehatan yang lebih

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.14. Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Kupang

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

SUM VF SUM CORE SUM AP COREVF AP INFLASI

I 2 3 4

2016

5 6 7 8 9 10 11 12 I 2 3 4

2017

5 6 7 8 9 10 11 12 1

‘18

disebabkan oleh stabilnya biaya perawatan kesehatan

seiring semakin banyaknya penduduk yang menggunakan

BPJS kesehatan.

Pada tahun 2017, komoditas daging ayam menjadi

komoditas dengan fluktuasi harga tertinggi

mengungguli angkutan udara yang menjadi

komoditas dengan fluktuasi terbesar di tahun

sebelumnya. Adanya penurunan harga yang cukup besar

di bulan Januari-Mei 2017 karena kelebihan produksi serta

rendahnya permintaan dan turunnya harga ayam secara

nasional berdampak pada tutupnya beberapa peternak di

Kota Kupang, terlebih peternak mandiri. Berkurangnya

pasokan dan peningkatan permintaan selama hari raya Idul

Fitri, libur sekolah hingga hari kemerdekaan RI kembali

meningkatkan harga daging ayam ras. Setelah mengalami

penurunan harga karena turunnya permintaan di bulan

September dan Oktober, harga kembali meningkat di

bulan November dan Desember karena permintaan yang

tinggi. Minimnya pabrikan besar yang beroperasi di NTT

membuat persaingan harga antar pemain besar relatif

rendah yang berdampak pada kontrol harga yang lebih

leluasa oleh pemain besar. Namun demikian, hal ini juga

disebabkan oleh rata-rata konsumsi daging ayam ras NTT

yang hanya sekitar 1 kg per kapita per tahun, jauh

dibandingkan rata-rata nasional yang sudah mencapai 7kg

per kapita per tahun, membuat banyak perusahaan besar

juga enggan masuk ke NTT.

Kinerja komoditas hortikultura sudah menunjukkan

adanya perbaikan. Namun demikian, tidak stabilnya

INFLASI UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN DAN TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA

KOMODITI

Tabel 3.8. Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

Sumber : BPS, diolah

OKT

2017

NOV

(0,5)

(1,5)

0,0

0,6

0,6

0,6

0,0

(1,9)

0,8

3,2

0,2

0,0

0,3

0,1

0,0

0,0

DES JAN

1,3

2,5

0,6

0,1

0,1

0,1

-

3,5

1,1

5,9

0,9

0,1

(0,3)

0,2

0,1

(2,9)

2018

IV

YOY

JAN

2,05

(2,54)

3,10

3,98

3,44

1,24

5,05

3,49

2,31

1,58

3,52

2,93

4,08

1,33

4,69

0,26

52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 70: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Berdasarkan data PIHPS harian, didapatkan bahwa secara

umum, harga 6 komoditas masih relatif stabil dibanding

nasional dan daerah lain yaitu komoditas beras, daging

sapi, bawang merah, bawang putih, minyak goreng dan

gula pasir. Adapun 4 komoditas lainnya yaitu telur ayam

ras, daging ayam ras, cabai rawit, dan cabai merah relatif

lebih tinggi dari rata-rata nasional.

Harga daging ayam secara umum mengalami perbaikan

dibanding posisi akhir tahun 2017 dan awal tahun 2018

yang jauh lebih tinggi dibanding posisi rata-rata harga

secara nasional. Tingginya harga lebih disebabkan oleh

besarnya ketergantungan pasokan DOC, pakan dan obat

dari Jawa. Rendahnya konsumsi maupun terbatasnya

pemain besar juga membuat harga rata-rata relatif lebih

tinggi dibanding nasional. Selain itu, terbatasnya produksi

juga berdampak pada kenaikan harga yang tinggi pada

saat acara besar yang ada seperti Hari Raya Idul Fitri, libur

sekolah, even nasional maupun Hari Raya Natal dan tahun

baru.

Harga telur ayam ras juga lebih tinggi dibanding rata-rata

nasional walaupun sudah mulai menunjukkan adanya

penurunan, searah dengan penurunan harga nasional dan

Jawa Timur. Tingginya ketergantungan pasokan membuat

pergerakan harga di NTT cenderung mengikuti perubahan

harga di Jatim dan Nasional.

Harga cabai rawit juga sudah menunjukkan adanya

penurunan dan cenderung sama dengan nasional.

Tingginya inflasi di Kota Kupang lebih disebabkan oleh

penyesuaian harga atas kenaikan harga yang terjadi di

Kota Maumere dan daerah lainnya. Sedangkan kenaikan

harga Cabai merah lebih disebabkan oleh tingginya harga

cabai merah di Maumere, sehingga terjadi pengiriman

pasokan dari Kota Kupang ke Maumere yang diikuti

dengan kenaikan harga.

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.16. Perbandingan Series Harga Daging Ayam Ras NTT, Jatim dan Nasional

RP

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.17. Perbandingan Series Harga Telur Ayam Ras NTT, Jatim dan Nasional

NTTNASIONAL JATIM LINEAR (NASIONAL) LINEAR (NTT) LINEAR (JATIM) NTTNASIONAL JATIM LINEAR (NASIONAL) LINEAR (NTT) LINEAR (JATIM)

55KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Rp20,000

Rp25,000

Rp30,000

Rp35,000

Rp40,000

Rp45,000

Rp50,000

Rp55,000

05/10

/20

16

21/

10/2

016

08

/11

/20

16

24

/11

/20

16

13/12

/20

16

30

/12

/20

16

19/0

1/20

17

10/0

2/2

017

01/

03

/20

17

17/0

3/2

017

05/0

4/2

017

25/0

4/2

017

15/0

5/2

017

02/0

6/2

017

20

/06

/20

17

14/0

7/20

17

01/

08

/20

17

18/0

8/2

017

06

/09

/20

17

11/10

/20

17

27/

10/2

017

14/11

/20

17

30

/11

/20

17

19/12

/20

17

09

/01/

20

18

25/0

1/20

18

12/0

2/2

018

12500

17500

22500

27500

32500

37500

20

/07/

20

16

08/0

8/2

016

26/0

8/2

016

15/0

9/2

016

04/1

0/2

016

21/

10/2

016

09/1

1/20

16

28/1

1/20

16

16/1

2/2

016

06/0

1/20

17

25/0

1/20

17

13/0

2/2

017

03/0

3/2

017

22/0

3/2

017

11/0

4/2

017

03/0

5/2

017

23/0

5/2

017

13/0

6/2

017

10/0

7/20

17

27/

07/

20

17

15/0

8/2

017

05/0

9/2

017

25/0

9/2

017

12/1

0/2

017

31/

10/2

017

17/1

1/20

17

07/

12/2

017

28/1

2/2

017

17/0

1/20

18

05/0

2/2

018

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.18. Perbandingan Series Harga Cabai Rawit NTT, Jatim dan Nasional

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.19. Perbandingan Series Harga Cabai Merah NTT, Jatim dan Nasional

NTTNASIONAL JATIM LINEAR (NASIONAL) LINEAR (NTT) LINEAR (JATIM) NTTNASIONAL JATIM LINEAR (NASIONAL) LINEAR (NTT) LINEAR (JATIM)

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

20

/07/

20

16

08/0

8/2

016

26/0

8/2

016

15/0

9/2

016

04/1

0/2

016

21/

10/2

016

09/1

1/20

16

28/1

1/20

16

16/1

2/2

016

06/0

1/20

17

25/0

1/20

17

13/0

2/2

017

03/0

3/2

017

22/0

3/2

017

11/0

4/2

017

03/0

5/2

017

23/0

5/2

017

13/0

6/2

017

10/0

7/20

17

27/

07/

20

17

15/0

8/2

017

05/0

9/2

017

25/0

9/2

017

12/1

0/2

017

31/

10/2

017

17/1

1/20

17

07/

12/2

017

28/1

2/2

017

17/0

1/20

18

05/0

2/2

018

RP

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

20

/07/

20

16

09/0

8/2

016

30

/08/2

016

20

/09/2

016

10/1

0/2

016

28/1

0/2

016

17/1

1/20

16

07/

12/2

016

29/1

2/2

016

19/0

1/20

17

08/0

2/2

017

01/

03/2

017

21/

03/2

017

11/0

4/2

017

04/0

5/2

017

26/0

5/2

017

16/0

6/2

017

14/0

7/20

17

03/0

8/2

017

24/0

8/2

017

14/0

9/2

017

05/1

0/2

017

25/1

0/2

017

14/1

1/20

17

05/1

2/2

017

27/

12/2

017

17/0

1/20

18

06/0

2/2

018

3.5. PROYEKSI INFLASI PROVINSI NTT TRIWULAN I 2018 Pada triwulan I 2018, Provinsi NTT diperkirakan akan

mengalami inflasi pada kisaran 1% (qtq). Tingginya

inflasi di bulan Januari diperkirakan dapat diredam

oleh proyeksi deflasi pada bulan Februari dan Maret

seiring dengan perbaikan cuaca yang diikuti oleh

peningkatan pasokan komoditas bahan pangan.

Meredanya cuaca terlihat dari curah hujan di NTT yang

sudah mulai menurun pada bulan Februari dan Maret.

Bahkan pada bulan April, NTT diperkirakan kembali

memasuki musim kemarau. Pada bulan Februari akhir,

beberapa daerah diperkirakan memasuki masa panen

raya, sehingga tekanan inflasi beras diperkirakan akan

kembali mereda. Sudah datangnya beras impor sebesar 10

ribu ton dari Vietnam juga membuat cadangan beras

BULOG meningkat, sehingga pasokan beras untuk Provinsi

NTT juga relatif aman.

Tingginya inflasi pada bulan Januari seiring dengan

memburuknya cuaca membuat inflasi tahunan NTT pada

bulan Januari juga mengalami peningkatan sebesar 2,21%

(yoy). Meningkatnya harga bahan makanan karena

SUMBER : BMKG PROVINSI NTT

GAMBAR 3.1. PETA ANALISIS CURAH HUJAN FEBRUARI 2018

GAMBAR 3.2. PETA ANALISIS CURAH HUJAN MARET 2018

GAMBAR 3.3. PETA ANALISIS CURAH HUJAN APRIL 2018

komoditas sandang lebih disebabkan oleh naiknya harga

sandang laki-laki, sedangkan kenaikan inflasi kelompok

komoditas kesehatan lebih disebabkan oleh adanya

kenaikan tarif jasa perawatan jasmani seperti creambath

dan potong rambut. Kondisi komoditas yang relatif tidak

terlalu berfluktuasi mengindikasikan kinerja inflasi yang

relatif lebih baik dibandingkan Kota Kupang.

permasalahan cuaca menjadikan seluruh kelompok

komoditas pada bulan Januari mengalami inflasi. Meski

demikian, inflasi tersebut masih relatif terkendali yang

terlihat dari besar inflasi yang masih relatif rendah dan

menduduki peringkat ketujuh terendah di Indonesia.

Kondisi cuaca yang buruk membuat harga bumbu-

bumbuan, sayur-sayuran dan ikan segar mengalami

kenaikan signifikan di bulan Januari 2018. Adapun

kelompok komoditas lainnya masih relatif stabil. Bahkan

kelompok komoditas sandang dan transportasi justru

mengalami penurunan seiring dengan penurunan

permintaan sandang dan angkutan udara paska hari raya.

Pada bulan Februari 2018, inflasi diperkirakan kembali

mengalami penurunan dan cenderung deflasi seiring

dengan membaiknya cuaca yang diperkirakan dapat

meningkatkan pasokan ikan segar. Penurunan pekerjaan

proyek juga diperkirakan menurunkan harga semen.

Sedangkan harga sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan

diperkirakan tidak akan terlalu berubah seiring dengan

sudah cukup tingginya posisi harga saat ini. Berdasarkan

hasil pemantauan hingga minggu kedua, posisi inflasi

masih relatif stabil dengan kecenderungan menurun.

Pada bulan Maret, Provinsi NTT diperkirakan mengalami

deflasi dengan pendorong utama pada kelompok

komoditas bahan makanan seiring dengan datangnya

panen raya padi, dan meningkatnya pasokan sayur-

sayuran dan ikan segar. Komoditas bahan bangunan juga

masih berpotensi menurun seiring mulai selesainya

pengerjaan perpanjangan proyek dan rendahnya

pembangunan rumah karena faktor cuaca.

54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 71: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Berdasarkan data PIHPS harian, didapatkan bahwa secara

umum, harga 6 komoditas masih relatif stabil dibanding

nasional dan daerah lain yaitu komoditas beras, daging

sapi, bawang merah, bawang putih, minyak goreng dan

gula pasir. Adapun 4 komoditas lainnya yaitu telur ayam

ras, daging ayam ras, cabai rawit, dan cabai merah relatif

lebih tinggi dari rata-rata nasional.

Harga daging ayam secara umum mengalami perbaikan

dibanding posisi akhir tahun 2017 dan awal tahun 2018

yang jauh lebih tinggi dibanding posisi rata-rata harga

secara nasional. Tingginya harga lebih disebabkan oleh

besarnya ketergantungan pasokan DOC, pakan dan obat

dari Jawa. Rendahnya konsumsi maupun terbatasnya

pemain besar juga membuat harga rata-rata relatif lebih

tinggi dibanding nasional. Selain itu, terbatasnya produksi

juga berdampak pada kenaikan harga yang tinggi pada

saat acara besar yang ada seperti Hari Raya Idul Fitri, libur

sekolah, even nasional maupun Hari Raya Natal dan tahun

baru.

Harga telur ayam ras juga lebih tinggi dibanding rata-rata

nasional walaupun sudah mulai menunjukkan adanya

penurunan, searah dengan penurunan harga nasional dan

Jawa Timur. Tingginya ketergantungan pasokan membuat

pergerakan harga di NTT cenderung mengikuti perubahan

harga di Jatim dan Nasional.

Harga cabai rawit juga sudah menunjukkan adanya

penurunan dan cenderung sama dengan nasional.

Tingginya inflasi di Kota Kupang lebih disebabkan oleh

penyesuaian harga atas kenaikan harga yang terjadi di

Kota Maumere dan daerah lainnya. Sedangkan kenaikan

harga Cabai merah lebih disebabkan oleh tingginya harga

cabai merah di Maumere, sehingga terjadi pengiriman

pasokan dari Kota Kupang ke Maumere yang diikuti

dengan kenaikan harga.

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.16. Perbandingan Series Harga Daging Ayam Ras NTT, Jatim dan Nasional

RP

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.17. Perbandingan Series Harga Telur Ayam Ras NTT, Jatim dan Nasional

NTTNASIONAL JATIM LINEAR (NASIONAL) LINEAR (NTT) LINEAR (JATIM) NTTNASIONAL JATIM LINEAR (NASIONAL) LINEAR (NTT) LINEAR (JATIM)

55KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Rp20,000

Rp25,000

Rp30,000

Rp35,000

Rp40,000

Rp45,000

Rp50,000

Rp55,000

05/10

/20

16

21/

10/2

016

08

/11

/20

16

24

/11

/20

16

13/12

/20

16

30

/12

/20

16

19/0

1/20

17

10/0

2/2

017

01/

03

/20

17

17/0

3/2

017

05/0

4/2

017

25/0

4/2

017

15/0

5/2

017

02/0

6/2

017

20

/06

/20

17

14/0

7/20

17

01/

08

/20

17

18/0

8/2

017

06

/09

/20

17

11/10

/20

17

27/

10/2

017

14/11

/20

17

30

/11

/20

17

19/12

/20

17

09

/01/

20

18

25/0

1/20

18

12/0

2/2

018

12500

17500

22500

27500

32500

37500

20

/07/

20

16

08/0

8/2

016

26/0

8/2

016

15/0

9/2

016

04/1

0/2

016

21/

10/2

016

09/1

1/20

16

28/1

1/20

16

16/1

2/2

016

06/0

1/20

17

25/0

1/20

17

13/0

2/2

017

03/0

3/2

017

22/0

3/2

017

11/0

4/2

017

03/0

5/2

017

23/0

5/2

017

13/0

6/2

017

10/0

7/20

17

27/

07/

20

17

15/0

8/2

017

05/0

9/2

017

25/0

9/2

017

12/1

0/2

017

31/

10/2

017

17/1

1/20

17

07/

12/2

017

28/1

2/2

017

17/0

1/20

18

05/0

2/2

018

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.18. Perbandingan Series Harga Cabai Rawit NTT, Jatim dan Nasional

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 3.19. Perbandingan Series Harga Cabai Merah NTT, Jatim dan Nasional

NTTNASIONAL JATIM LINEAR (NASIONAL) LINEAR (NTT) LINEAR (JATIM) NTTNASIONAL JATIM LINEAR (NASIONAL) LINEAR (NTT) LINEAR (JATIM)

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

20

/07/

20

16

08/0

8/2

016

26/0

8/2

016

15/0

9/2

016

04/1

0/2

016

21/

10/2

016

09/1

1/20

16

28/1

1/20

16

16/1

2/2

016

06/0

1/20

17

25/0

1/20

17

13/0

2/2

017

03/0

3/2

017

22/0

3/2

017

11/0

4/2

017

03/0

5/2

017

23/0

5/2

017

13/0

6/2

017

10/0

7/20

17

27/

07/

20

17

15/0

8/2

017

05/0

9/2

017

25/0

9/2

017

12/1

0/2

017

31/

10/2

017

17/1

1/20

17

07/

12/2

017

28/1

2/2

017

17/0

1/20

18

05/0

2/2

018

RP

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

20

/07/

20

16

09/0

8/2

016

30

/08/2

016

20

/09/2

016

10/1

0/2

016

28/1

0/2

016

17/1

1/20

16

07/

12/2

016

29/1

2/2

016

19/0

1/20

17

08/0

2/2

017

01/

03/2

017

21/

03/2

017

11/0

4/2

017

04/0

5/2

017

26/0

5/2

017

16/0

6/2

017

14/0

7/20

17

03/0

8/2

017

24/0

8/2

017

14/0

9/2

017

05/1

0/2

017

25/1

0/2

017

14/1

1/20

17

05/1

2/2

017

27/

12/2

017

17/0

1/20

18

06/0

2/2

018

3.5. PROYEKSI INFLASI PROVINSI NTT TRIWULAN I 2018 Pada triwulan I 2018, Provinsi NTT diperkirakan akan

mengalami inflasi pada kisaran 1% (qtq). Tingginya

inflasi di bulan Januari diperkirakan dapat diredam

oleh proyeksi deflasi pada bulan Februari dan Maret

seiring dengan perbaikan cuaca yang diikuti oleh

peningkatan pasokan komoditas bahan pangan.

Meredanya cuaca terlihat dari curah hujan di NTT yang

sudah mulai menurun pada bulan Februari dan Maret.

Bahkan pada bulan April, NTT diperkirakan kembali

memasuki musim kemarau. Pada bulan Februari akhir,

beberapa daerah diperkirakan memasuki masa panen

raya, sehingga tekanan inflasi beras diperkirakan akan

kembali mereda. Sudah datangnya beras impor sebesar 10

ribu ton dari Vietnam juga membuat cadangan beras

BULOG meningkat, sehingga pasokan beras untuk Provinsi

NTT juga relatif aman.

Tingginya inflasi pada bulan Januari seiring dengan

memburuknya cuaca membuat inflasi tahunan NTT pada

bulan Januari juga mengalami peningkatan sebesar 2,21%

(yoy). Meningkatnya harga bahan makanan karena

SUMBER : BMKG PROVINSI NTT

GAMBAR 3.1. PETA ANALISIS CURAH HUJAN FEBRUARI 2018

GAMBAR 3.2. PETA ANALISIS CURAH HUJAN MARET 2018

GAMBAR 3.3. PETA ANALISIS CURAH HUJAN APRIL 2018

komoditas sandang lebih disebabkan oleh naiknya harga

sandang laki-laki, sedangkan kenaikan inflasi kelompok

komoditas kesehatan lebih disebabkan oleh adanya

kenaikan tarif jasa perawatan jasmani seperti creambath

dan potong rambut. Kondisi komoditas yang relatif tidak

terlalu berfluktuasi mengindikasikan kinerja inflasi yang

relatif lebih baik dibandingkan Kota Kupang.

permasalahan cuaca menjadikan seluruh kelompok

komoditas pada bulan Januari mengalami inflasi. Meski

demikian, inflasi tersebut masih relatif terkendali yang

terlihat dari besar inflasi yang masih relatif rendah dan

menduduki peringkat ketujuh terendah di Indonesia.

Kondisi cuaca yang buruk membuat harga bumbu-

bumbuan, sayur-sayuran dan ikan segar mengalami

kenaikan signifikan di bulan Januari 2018. Adapun

kelompok komoditas lainnya masih relatif stabil. Bahkan

kelompok komoditas sandang dan transportasi justru

mengalami penurunan seiring dengan penurunan

permintaan sandang dan angkutan udara paska hari raya.

Pada bulan Februari 2018, inflasi diperkirakan kembali

mengalami penurunan dan cenderung deflasi seiring

dengan membaiknya cuaca yang diperkirakan dapat

meningkatkan pasokan ikan segar. Penurunan pekerjaan

proyek juga diperkirakan menurunkan harga semen.

Sedangkan harga sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan

diperkirakan tidak akan terlalu berubah seiring dengan

sudah cukup tingginya posisi harga saat ini. Berdasarkan

hasil pemantauan hingga minggu kedua, posisi inflasi

masih relatif stabil dengan kecenderungan menurun.

Pada bulan Maret, Provinsi NTT diperkirakan mengalami

deflasi dengan pendorong utama pada kelompok

komoditas bahan makanan seiring dengan datangnya

panen raya padi, dan meningkatnya pasokan sayur-

sayuran dan ikan segar. Komoditas bahan bangunan juga

masih berpotensi menurun seiring mulai selesainya

pengerjaan perpanjangan proyek dan rendahnya

pembangunan rumah karena faktor cuaca.

54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 72: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

4. Seusai rapat, agenda dilanjutkan dengan inspeksi

mendadak ke Pasar Induk Kasih Naikoten 1 Kota

Kupang pada hari yang sama. Hasil sidak menunjukkan

bahwa sesuai perkembangan harga yang terpantau,

komoditas seperti daging ayam ras, telur ayam ras,

sayur-sayuran dan ikan segar menunjukkan kenaikan

harga yang disebabkan oleh pasokan yang berkurang

di produsen daging ayam ras di NTT, serta adanya

pengaruh cuaca hujan yang membuat hasil produksi

sayuran dan tangkapan ikan segar berkurang. Kondisi

tersebut direspon oleh TPID dengan melakukan

koordinasi peningkatan pasokan terutama komoditas

yang mulai mengalami kenaikan harga, serta menjaga

ketersediaan pasokan komoditas utama lainnya seperti

beras dan bumbu-bumbuan agar tetap stabil.

5. Pada tanggal 19 Desember 2017 Gubernur NTT beserta

TPID dan Satgas Pangan melakukan kunjungan ke

Pelabuhan Tenau, Kupang. Selama bulan Desember

2017, aktivitas bongkar muat yang dilayani dua

Container Crane diperkirakan meningkat sebesar 20-

25% dibandingkan rata-rata bulan sebelumnya pada

tahun 2017. Selama tahun 2017, diperkirakan arus

bongkar muat meningkat sebesar 7% atau total

mencapai 110.000 peti. Di sisi lain, puncak arus

kedatangan penumpang diperkirakan terjadi pada

tanggal 23 Desember dan arus balik pada tanggal 2-6

Januari 2018 dengan lonjakan sebesar 5x lipat dari

kondisi normal. Oleh karena itu, PT. Pelni telah

menyiapkan tambahan satu buah kapal operasional di

NTT dan tiga kapal penumpang lainnya yang singgah di

Pelauhan Tenau. Secara umum, aktivitas bongkar muat

barang dan arus penumpang dapat berjalan dengan

lancar dan mampu tertangani dengan baik.

c.

e.

f.

mengadakan Pasar Murah dan melakukan operasi

pasar di beberapa daerah,

menginstruksikan operator pelabuhan agar

mengutamakan aktivitas bongkar muat bahan

pangan, serta

melakukan koordinasi dengan otoritas nasional

dalam rangka pengendalian tarif angkutan udara.

57KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

a.

b.

Operasi pasar telah dilaksanakan oleh Bulog via

Satgas Operasi Pangan dengan Disperindag pada

tanggal 27 Oktober 2017 dengan beras kualitas

medium dengan harga Rp 8.100,-/kg. Bulog juga

terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat

mengenai komoditas-komoditas yang ditangani

Bulog sebanyak 11 komoditas pada 2018.

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan telah

berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Provinsi

bersama Pelindo III dan operator kapal. Kesimpulan

c .

d.

e.

hasil koordinasi adalah pada H-3 Hari Raya Natal

kapal muatan sembako akan lebih diprioritaskan,

baik keluar maupun masuk NTT.

Telah dilakukan kerja sama antara Bulog dengan

pengusaha dan Satgas Operasi Pangan untuk

pembelian pasokan komoditas gula pasir. Dalam

waktu dekat akan dilakukan monitoring terkait

dengan ketersediaan gula pada distributor. Stok

gula pasir saat ini sebanyak 181 ton. Dalam waktu

dekat akan masuk sebanyak 2.025 ton dengan

merek Bulog untuk mempermudah pemantauan

dan memenuhi kebutuhan sampai dengan akhir

tahun.

Penambahan frekuensi penerbangan telah

dilakukan untuk rute Kupang-Surabaya pulang-

pergi. Pemerintah Daerah telah melaksanakan rapat

dengan operator dalam rangka antisipasi Hari Raya

Natal dan Tahun Baru untuk menambah frekuensi

penerbangan.

Telah dilakukan penguatan infrastruktur pada

delapan terminal BBM di Provinsi NTT. Kebutuhan

BBM di Provinsi NTT adalah sebesar 1,3 juta liter/hari

yang di-support oleh delapan terminal BBM

tersebut. Program BBM satu harga di Provinsi NTT

telah dilaksanakan.

3. Dalam rangka pengendalian harga menjelang Natal

2017 dan Tahun Baru 2018, pada tanggal 11 Desember

2017 telah dilaksanakan Rapat High Level Meeting TPID

Provinsi NTT bersama dengan Tim Satgas Pangan,

Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian

yang dipimpin oleh Gubernur NTT, dengan hasil berupa

5 langkah aksi yaitu :

a.

b.

melakukan koordinasi pemantauan ketersediaan

pasokan dan harga pangan,

menghimbau pelaku usaha agar tidak melakukan

spekulasi dan mengambil keuntungan yang

memberatkan masyarakat,

3.6. AKTIVITAS PENGENDALIAN INFLASI OLEH TPIDKegiatan TPID pada akhir tahun lebih dititikberatkan

pada aktivitas pengendalian inflasi di akhir tahun.

Oleh karena itu, TPID Provinsi NTT telah melakukan

pengecekan ketersediaan komoditas cabai dan

sayur, telah dilakukan rapat teknis TPID sebagai

persiapan HLM dan operasi pasar yang dilakukan di

bulan Desember 2017. Adapun rincian ringkasan

kegiatan sebagai berikut:

1.

2.

Pada tanggal 10 Oktober 2017 telah dilakukan

pengecekan lapangan penanaman komoditas cabai

merah di klaster Noetnana kelurahan Fatukoa Kota

Kupang dan didapatkan bahwa saat ini telah ditanam 4

ha cabai merah dan siap dipanen mulai bulan Oktober

2017. Komoditas cabai tersebut diperkirakan dapat

dipanen selama 6 bulan hingga bulan Maret 2018.

Berdasarkan informasi, beberapa petani besar juga

menanam cabai untuk dijual pada saat hari raya

dikarenakan harga jual yang relatif tinggi.

Dalam rangka pengendalian inflasi menjelang Hari Raya

Natal dan tahun baru, pada tanggal 29 November 2017

telah dilakukan Rapat Teknis Tim Pengendalian Inflasi

Daerah tingkat provinsi di Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi NTT. Dalam rapat dilakukan

pembahasan mengenai pencapaian program kerja

sampai dengan bulan November 2017 dan langkah

antisipasi terhadap komoditas-komoditas berpotensi

menyumbang inflasi pada Hari Raya Natal dan akhir

tahun. Beberapa poin penting pembahasan rapat di

antaranya:

56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 73: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

4. Seusai rapat, agenda dilanjutkan dengan inspeksi

mendadak ke Pasar Induk Kasih Naikoten 1 Kota

Kupang pada hari yang sama. Hasil sidak menunjukkan

bahwa sesuai perkembangan harga yang terpantau,

komoditas seperti daging ayam ras, telur ayam ras,

sayur-sayuran dan ikan segar menunjukkan kenaikan

harga yang disebabkan oleh pasokan yang berkurang

di produsen daging ayam ras di NTT, serta adanya

pengaruh cuaca hujan yang membuat hasil produksi

sayuran dan tangkapan ikan segar berkurang. Kondisi

tersebut direspon oleh TPID dengan melakukan

koordinasi peningkatan pasokan terutama komoditas

yang mulai mengalami kenaikan harga, serta menjaga

ketersediaan pasokan komoditas utama lainnya seperti

beras dan bumbu-bumbuan agar tetap stabil.

5. Pada tanggal 19 Desember 2017 Gubernur NTT beserta

TPID dan Satgas Pangan melakukan kunjungan ke

Pelabuhan Tenau, Kupang. Selama bulan Desember

2017, aktivitas bongkar muat yang dilayani dua

Container Crane diperkirakan meningkat sebesar 20-

25% dibandingkan rata-rata bulan sebelumnya pada

tahun 2017. Selama tahun 2017, diperkirakan arus

bongkar muat meningkat sebesar 7% atau total

mencapai 110.000 peti. Di sisi lain, puncak arus

kedatangan penumpang diperkirakan terjadi pada

tanggal 23 Desember dan arus balik pada tanggal 2-6

Januari 2018 dengan lonjakan sebesar 5x lipat dari

kondisi normal. Oleh karena itu, PT. Pelni telah

menyiapkan tambahan satu buah kapal operasional di

NTT dan tiga kapal penumpang lainnya yang singgah di

Pelauhan Tenau. Secara umum, aktivitas bongkar muat

barang dan arus penumpang dapat berjalan dengan

lancar dan mampu tertangani dengan baik.

c.

e.

f.

mengadakan Pasar Murah dan melakukan operasi

pasar di beberapa daerah,

menginstruksikan operator pelabuhan agar

mengutamakan aktivitas bongkar muat bahan

pangan, serta

melakukan koordinasi dengan otoritas nasional

dalam rangka pengendalian tarif angkutan udara.

57KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

URa.

b.

Operasi pasar telah dilaksanakan oleh Bulog via

Satgas Operasi Pangan dengan Disperindag pada

tanggal 27 Oktober 2017 dengan beras kualitas

medium dengan harga Rp 8.100,-/kg. Bulog juga

terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat

mengenai komoditas-komoditas yang ditangani

Bulog sebanyak 11 komoditas pada 2018.

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan telah

berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Provinsi

bersama Pelindo III dan operator kapal. Kesimpulan

c .

d.

e.

hasil koordinasi adalah pada H-3 Hari Raya Natal

kapal muatan sembako akan lebih diprioritaskan,

baik keluar maupun masuk NTT.

Telah dilakukan kerja sama antara Bulog dengan

pengusaha dan Satgas Operasi Pangan untuk

pembelian pasokan komoditas gula pasir. Dalam

waktu dekat akan dilakukan monitoring terkait

dengan ketersediaan gula pada distributor. Stok

gula pasir saat ini sebanyak 181 ton. Dalam waktu

dekat akan masuk sebanyak 2.025 ton dengan

merek Bulog untuk mempermudah pemantauan

dan memenuhi kebutuhan sampai dengan akhir

tahun.

Penambahan frekuensi penerbangan telah

dilakukan untuk rute Kupang-Surabaya pulang-

pergi. Pemerintah Daerah telah melaksanakan rapat

dengan operator dalam rangka antisipasi Hari Raya

Natal dan Tahun Baru untuk menambah frekuensi

penerbangan.

Telah dilakukan penguatan infrastruktur pada

delapan terminal BBM di Provinsi NTT. Kebutuhan

BBM di Provinsi NTT adalah sebesar 1,3 juta liter/hari

yang di-support oleh delapan terminal BBM

tersebut. Program BBM satu harga di Provinsi NTT

telah dilaksanakan.

3. Dalam rangka pengendalian harga menjelang Natal

2017 dan Tahun Baru 2018, pada tanggal 11 Desember

2017 telah dilaksanakan Rapat High Level Meeting TPID

Provinsi NTT bersama dengan Tim Satgas Pangan,

Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian

yang dipimpin oleh Gubernur NTT, dengan hasil berupa

5 langkah aksi yaitu :

a.

b.

melakukan koordinasi pemantauan ketersediaan

pasokan dan harga pangan,

menghimbau pelaku usaha agar tidak melakukan

spekulasi dan mengambil keuntungan yang

memberatkan masyarakat,

3.6. AKTIVITAS PENGENDALIAN INFLASI OLEH TPIDKegiatan TPID pada akhir tahun lebih dititikberatkan

pada aktivitas pengendalian inflasi di akhir tahun.

Oleh karena itu, TPID Provinsi NTT telah melakukan

pengecekan ketersediaan komoditas cabai dan

sayur, telah dilakukan rapat teknis TPID sebagai

persiapan HLM dan operasi pasar yang dilakukan di

bulan Desember 2017. Adapun rincian ringkasan

kegiatan sebagai berikut:

1.

2.

Pada tanggal 10 Oktober 2017 telah dilakukan

pengecekan lapangan penanaman komoditas cabai

merah di klaster Noetnana kelurahan Fatukoa Kota

Kupang dan didapatkan bahwa saat ini telah ditanam 4

ha cabai merah dan siap dipanen mulai bulan Oktober

2017. Komoditas cabai tersebut diperkirakan dapat

dipanen selama 6 bulan hingga bulan Maret 2018.

Berdasarkan informasi, beberapa petani besar juga

menanam cabai untuk dijual pada saat hari raya

dikarenakan harga jual yang relatif tinggi.

Dalam rangka pengendalian inflasi menjelang Hari Raya

Natal dan tahun baru, pada tanggal 29 November 2017

telah dilakukan Rapat Teknis Tim Pengendalian Inflasi

Daerah tingkat provinsi di Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi NTT. Dalam rapat dilakukan

pembahasan mengenai pencapaian program kerja

sampai dengan bulan November 2017 dan langkah

antisipasi terhadap komoditas-komoditas berpotensi

menyumbang inflasi pada Hari Raya Natal dan akhir

tahun. Beberapa poin penting pembahasan rapat di

antaranya:

56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 74: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 4.3. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Kota Kupang 2017

1 2 3 4 5 6 7 8

2017

9 10 11 12

DAGING AYAM RAS

ANGKUTAN UDARA

KANGKUNG

KEMBUNG

EKOR KUNING

TONGKOL

SAWI PUTIH

TOMAT SAYUR

CABAI RAWIT

BAWANG MERAH

BUNGA PEPAYA

CABAI MERAH

TEMBANG

SENG

BAYAM

TARIP LISTRIK

CAKALANG

TELUR AYAM RAS

SUM 18 KOM

INFLASI KUPANG

-1,2-1

-0,8-0,6-0,4-0,2

0

0,20,40,60,8

1

1,21,4

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 4.4. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Kota Maumere 2017

1 2 3 4 5 6 7 8

2017

9 10 11 12

-1,2

-1

-0,8

-0,6

-0,4

-0,2

0

0,2

0,4

0,6

0,8 LAYANGSAWI HIJAUAYAM HIDUPTONGKOLANGKUTAN UDARAKANGKUNGTOMAT SAYURSELARTUNAPEPAYAASAMBAYAMKUBISBAWANG MERAHPISANGTELUR AYAM RASWORTELIKAN ASIN BELAHTARIP LISTRIKTARIP PULSA PONSELDAGING AYAM RASSUM 21 KOM

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Daging Ayam Ras Singkat Monopoli Kecil Tinggi 25 Sedang 2,44 (6,80) (14,60) (1,64) 0,38 17,70 1,44 0,23 (8,02) (0,89) 7,80 14,39

Daging Babi Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 180 Rendah 2,33 1,88 1,10 0,11 - (0,49) 0,07 0,98 1,65 1,39 0,24 0,63

Ekor Kuning Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang 5,35 14,12 (10,95) (18,40) 9,51 7,73 11,14 (6,48) (3,42) (12,32) 0,35 9,55

Kakap Merah Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang 10,96 3,08 (6,89) (2,89) 0,50 3,69 9,41 (1,73) 11,71 (3,49) (15,76) 5,85

Kembung Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Rendah 5,27 (1,73) (3,24) (6,88) (10,84) 2,07 1,10 4,06 (0,96) (3,96) 9,69 10,01

Telur Ayam Ras Sedang Oligopoli Tinggi Tinggi Sedang 7,54 3,08 (11,02) (3,09) 4,70 6,57 0,04 0,57 (1,07) (2,08) (0,11) 5,60

Bayam Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Sedang (3,11) 19,67 (5,75) (3,72) 5,28 0,65 (3,55) (11,17) (2,08) (1,92) (2,97) 17,03

Bunga Pepaya Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang (13,62) (13,51) (6,73) 2,67 (1,27) 4,13 21,08 (1,55) 8,79 4,73 (3,46) 0,61

Kangkung Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Tidak

Sawi Putih Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Sedang 5,53 (5,07) 2,12 0,41 4,19 (9,30) (17,89) (8,94) (1,28) 8,65 28,19 20,32

Tomat Sayur Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 70 Sedang 8,93 8,30 (1,71) (0,84) 6,10 (8,94) (14,31) (18,32) (10,40) (2,83) 24,78 14,09

Bawang Merah Sedang Oligopoli Sedang Sedang 70 Sedang 10,52 (4,24) (6,39) 5,15 16,28 (3,82) (13,82) (10,38) (11,85) (7,01) 6,86 19,93

Cabai Merah Sedang Oligopoli Kecil Sedang 85 Sedang 31,48 (9,83) (20,12) 10,64 14,14 (2,79) (9,86) (2,28) (1,74) (9,97) 15,49 10,49

Cabai Rawit Sedang Oligopoli Kecil Sedang 85 Tinggi 54,74 (19,97) 6,35 (11,01) (6,41) (23,58) 29,78 (3,28) (17,80) (19,01) 40,30 24,25

Kontrak Rumah Lama Persaingan Sempurna Kecil Rendah Tidak

Seng Lama Oligopoli Kecil Tinggi Rendah 0,47 1,00 (1,45) 0,63 (0,03) (1,51) (0,33) 0,21 1,80 0,17 0,84 1,98

Tarip Listrik Tinggi Tinggi Rendah 2,31 (0,67) 0,46 (0,37) 1,15 0,40 1,03 1,45 0,84 1,41 0,63 1,84

Angkutan Udara Oligopoli Kecil Tinggi Sedang (5,89) (1,12) 3,77 4,69 4,51 11,40 5,59 (13,25) (3,39) (2,72) (2,17) 12,49

Waktu

Produksi

Pola

Musim

Potensi Inflasi per bulan (Rata-rata 4 Tahun)Jenis Barang dan Jasa

Daya

SimpanStruktur Pasar

Keterkaitan

Nasional

Ketergantungan

luar

Tabel Boks 4.1. Ringkasan Analisis Komoditas Penyumbang Inflasi Utama dan Potensi Inflasi Bulanan di Provinsi NTT

sepanjang tahun 2017. Di Kota Maumere, ikan layang,

sawi hijau, ayam hidup dan tongkol yang mengalami

volatilitas terbesar. Perbedaan penyumbang inflasi dan

deflasi utama tersebut lebih disebabkan oleh preferensi

konsumsi yang berbeda. Sebagai contoh, masyarakat di

Kota Maumere lebih banyak mengkonsumsi ikan layang

dibanding masyarakat di Kota Kupang yang lebih gemar

makan ikan kembung. Demikian pula dengan preferensi

pembelian ayam hidup di Maumere dibanding Kota

Kupang yang lebih memilih membeli daging ayam.

Perbedaaan preferensi konsumsi tersebut membuat

karakteristik dan penyumbang inflasi utama di masing-

masing kota relatif berbeda.

Berdasarkan data tersebut, maka apabila coba dipetakan

dengan menggunakan 6 indikator, didapatkan bahwa dari

18 komoditas penyumbang inflasi utama di NTT, 10

diantaranya merupakan produk dengan daya simpan

singkat. Hal ini berarti, gangguan pasokan yang terjadi,

langsung berpengaruh terhadap volatilitas harga jual.

Semakin lama daya simpan, maka potensi untuk menjaga

buffer stok juga semakin besar. Oleh karena itu, ketepatan

waktu produksi dan penguatan teknologi penyimpanan

menjadi faktor utama yang harus ditingkatkan. Dari sisi

struktur pasar, 9 komoditas memiliki struktur persaingan

sempurna yang berarti harga secara murni dipengaruhi

oleh besar pasokan dan permintaan. Hal ini memudahkan

pemerintah dalam mengontrol pasokan, karena

pengendalian harga relatif lebih mudah tergantung dari

kemampuan pemerintah dalam menyediakan pasokan.

Untuk komoditas dengan struktur pasar oligopoli dan

monopoli, maka membangun hubungan yang erat dengan

pemain besar juga perlu dilakukan untuk memonitor

ketersediaan pasokan, selain juga berusaha dalam

membantu pemenuhan pasokan.

59KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Boks 4.Boks 4.Evaluasi Komoditas Penyumbang Inflasi Utama 2017Evaluasi Komoditas Penyumbang Inflasi Utama 2017dan Potensi Inflasi 2018dan Potensi Inflasi 2018

Inflasi Provinsi NTT pada tahun 2017 menunjukkan kinerja

yang sangat baik. Inflasi Provinsi NTT tahun 2017 hanya

sebesar 2,00% (yoy), terendah setidaknya dalam 17 tahun

terakhir. Volatilitas inflasi juga menunjukkan adanya

perbaikan dengan besaran inflasi bulanan yang tidak

setinggi tahun sebelumnya. Berdasarkan komoditas utama

penyumbang inflasi, perbaikan kinerja terlihat pada

komoditas sawi putih dan angkutan udara yang di tahun

2016 hampir selalu menjadi penyumbang inflasi utama

bulanan, di tahun 2017 sawi putih turun menjadi 9 kali

sebagai penyumbang inflasi utama dan angkutan udara

sebanyak 10 kali sebagai penyumbang inflasi utama di NTT.

Perbaikan kinerja terutama disebabkan oleh penyediaan

pasokan yang lebih teratur dan penambahan frekuensi

penerbangan, sehingga volatilitas lebih terjaga. Kinerja

yang lebih buruk terjadi pada komoditas daging ayam,

kangkung, dan ikan segar. Besarnya fluktuasi daging ayam

ras lebih disebabkan oleh besarnya shock produksi dan

permintaan yang terjadi, seiring dengan excess suplai di

awal tahun yang berdampak pada tutupnya peternak

mandiri yang merugi dan naik tingginya harga ayam

karena penurunan pasokan dan tingginya permintaan.

Walaupun kinerja kangkung mengalami deflasi, namun

tingginya volatilitas menunjukkan tidak stabilnya pasokan

di pasar. Kenaikan inflasi ikan segar lebih dikarenakan

faktor cuaca yang relatif lebih basah dibanding tahun

2016. Dari total 18 komoditas penyebab inflasi utama

2017, 11 komoditas merupakan komoditas yang secara

persisten juga menjadi penyumbang inflasi utama di tahun

2016, ditambah 7 komoditas yang mengalami

peningkatan volatilitas inflasi, antara lain ikan ekor kuning,

bunga pepaya, kakap merah, seng, kontrak rumah, daging

babi dan telur ayam ras.

Berdasarkan kota perhitungan inflasi didapatkan bahwa

setidaknya terdapat 18 komoditas yang secara persisten

menjadi penyumbang inflasi utama di Kota Kupang dan 21

komoditas yang persisten menyumbang inflasi di Kota

Maumere. 9 komoditas menjadi penyebab inflasi baik di

Kota Kupang maupun Maumere yaitu komoditas daging

ayam ras, tongkol, telur ayam ras, bayam, kangkung,

tomat sayur, bawang merah, tarif listrik, dan angkutan

udara. Adapun selebihnya merupakan penyumbang inflasi

utama di masing-masing kota. Di Kota Kupang, komoditas

daging ayam ras, angkutan udara, kangkung dan ikan

kembung menjadi komoditas dengan volatilitas terbesar di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 4.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama NTT tahun 2016

1 2 3 4 5 6 7 8

2016

9 10 11 12

SAWI PUTIHANGKUTAN UDARAKANGKUNGTONGKOL

GULA PASIRCABAI MERAHAYAM HIDUP

CABAI RAWITBAWANG MERAHTEMBANG

SEMENROKOK KRETEK FILTERDAUN SINGKONG

BERASWORTELBAWANG PUTIH

SOLARPISANG

BESI BETONBENSINTAHU MENTAHINFLASI

-1

-0,8

-0,6

-0,4

-0,20

0,2

0,4

0,6

0,81

1,2

1,4

1,6

1,82

2,2

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 4.2. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama NTT tahun 2017

1 2 3 4 5 6 7 8

2017

9 10 11 12

DAGING AYAM RAS

KANGKUNG

ANGKUTAN UDARA

SAWI PUTIH

TOMAT SAYUR

KEMBUNG

CABAI RAWIT

BAWANG MERAH

EKOR KUNING

BUNGA PEPAYA

BAYAM

CABAI MERAH

KAKAP MERAH

SENG

KONTRAK RUMAH

DAGING BABI

TARIP LISTRIK

TELUR AYAM RAS

SUM 18 KOM

INFLASI NTT

-1

-0,8

-0,6

-0,4

-0,2

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 75: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 4.3. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Kota Kupang 2017

1 2 3 4 5 6 7 8

2017

9 10 11 12

DAGING AYAM RAS

ANGKUTAN UDARA

KANGKUNG

KEMBUNG

EKOR KUNING

TONGKOL

SAWI PUTIH

TOMAT SAYUR

CABAI RAWIT

BAWANG MERAH

BUNGA PEPAYA

CABAI MERAH

TEMBANG

SENG

BAYAM

TARIP LISTRIK

CAKALANG

TELUR AYAM RAS

SUM 18 KOM

INFLASI KUPANG

-1,2-1

-0,8-0,6-0,4-0,2

0

0,20,40,60,8

1

1,21,4

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 4.4. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Kota Maumere 2017

1 2 3 4 5 6 7 8

2017

9 10 11 12

-1,2

-1

-0,8

-0,6

-0,4

-0,2

0

0,2

0,4

0,6

0,8 LAYANGSAWI HIJAUAYAM HIDUPTONGKOLANGKUTAN UDARAKANGKUNGTOMAT SAYURSELARTUNAPEPAYAASAMBAYAMKUBISBAWANG MERAHPISANGTELUR AYAM RASWORTELIKAN ASIN BELAHTARIP LISTRIKTARIP PULSA PONSELDAGING AYAM RASSUM 21 KOM

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Daging Ayam Ras Singkat Monopoli Kecil Tinggi 25 Sedang 2,44 (6,80) (14,60) (1,64) 0,38 17,70 1,44 0,23 (8,02) (0,89) 7,80 14,39

Daging Babi Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 180 Rendah 2,33 1,88 1,10 0,11 - (0,49) 0,07 0,98 1,65 1,39 0,24 0,63

Ekor Kuning Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang 5,35 14,12 (10,95) (18,40) 9,51 7,73 11,14 (6,48) (3,42) (12,32) 0,35 9,55

Kakap Merah Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang 10,96 3,08 (6,89) (2,89) 0,50 3,69 9,41 (1,73) 11,71 (3,49) (15,76) 5,85

Kembung Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Rendah 5,27 (1,73) (3,24) (6,88) (10,84) 2,07 1,10 4,06 (0,96) (3,96) 9,69 10,01

Telur Ayam Ras Sedang Oligopoli Tinggi Tinggi Sedang 7,54 3,08 (11,02) (3,09) 4,70 6,57 0,04 0,57 (1,07) (2,08) (0,11) 5,60

Bayam Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Sedang (3,11) 19,67 (5,75) (3,72) 5,28 0,65 (3,55) (11,17) (2,08) (1,92) (2,97) 17,03

Bunga Pepaya Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang (13,62) (13,51) (6,73) 2,67 (1,27) 4,13 21,08 (1,55) 8,79 4,73 (3,46) 0,61

Kangkung Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Tidak

Sawi Putih Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Sedang 5,53 (5,07) 2,12 0,41 4,19 (9,30) (17,89) (8,94) (1,28) 8,65 28,19 20,32

Tomat Sayur Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 70 Sedang 8,93 8,30 (1,71) (0,84) 6,10 (8,94) (14,31) (18,32) (10,40) (2,83) 24,78 14,09

Bawang Merah Sedang Oligopoli Sedang Sedang 70 Sedang 10,52 (4,24) (6,39) 5,15 16,28 (3,82) (13,82) (10,38) (11,85) (7,01) 6,86 19,93

Cabai Merah Sedang Oligopoli Kecil Sedang 85 Sedang 31,48 (9,83) (20,12) 10,64 14,14 (2,79) (9,86) (2,28) (1,74) (9,97) 15,49 10,49

Cabai Rawit Sedang Oligopoli Kecil Sedang 85 Tinggi 54,74 (19,97) 6,35 (11,01) (6,41) (23,58) 29,78 (3,28) (17,80) (19,01) 40,30 24,25

Kontrak Rumah Lama Persaingan Sempurna Kecil Rendah Tidak

Seng Lama Oligopoli Kecil Tinggi Rendah 0,47 1,00 (1,45) 0,63 (0,03) (1,51) (0,33) 0,21 1,80 0,17 0,84 1,98

Tarip Listrik Tinggi Tinggi Rendah 2,31 (0,67) 0,46 (0,37) 1,15 0,40 1,03 1,45 0,84 1,41 0,63 1,84

Angkutan Udara Oligopoli Kecil Tinggi Sedang (5,89) (1,12) 3,77 4,69 4,51 11,40 5,59 (13,25) (3,39) (2,72) (2,17) 12,49

Waktu

Produksi

Pola

Musim

Potensi Inflasi per bulan (Rata-rata 4 Tahun)Jenis Barang dan Jasa

Daya

SimpanStruktur Pasar

Keterkaitan

Nasional

Ketergantungan

luar

Tabel Boks 4.1. Ringkasan Analisis Komoditas Penyumbang Inflasi Utama dan Potensi Inflasi Bulanan di Provinsi NTT

sepanjang tahun 2017. Di Kota Maumere, ikan layang,

sawi hijau, ayam hidup dan tongkol yang mengalami

volatilitas terbesar. Perbedaan penyumbang inflasi dan

deflasi utama tersebut lebih disebabkan oleh preferensi

konsumsi yang berbeda. Sebagai contoh, masyarakat di

Kota Maumere lebih banyak mengkonsumsi ikan layang

dibanding masyarakat di Kota Kupang yang lebih gemar

makan ikan kembung. Demikian pula dengan preferensi

pembelian ayam hidup di Maumere dibanding Kota

Kupang yang lebih memilih membeli daging ayam.

Perbedaaan preferensi konsumsi tersebut membuat

karakteristik dan penyumbang inflasi utama di masing-

masing kota relatif berbeda.

Berdasarkan data tersebut, maka apabila coba dipetakan

dengan menggunakan 6 indikator, didapatkan bahwa dari

18 komoditas penyumbang inflasi utama di NTT, 10

diantaranya merupakan produk dengan daya simpan

singkat. Hal ini berarti, gangguan pasokan yang terjadi,

langsung berpengaruh terhadap volatilitas harga jual.

Semakin lama daya simpan, maka potensi untuk menjaga

buffer stok juga semakin besar. Oleh karena itu, ketepatan

waktu produksi dan penguatan teknologi penyimpanan

menjadi faktor utama yang harus ditingkatkan. Dari sisi

struktur pasar, 9 komoditas memiliki struktur persaingan

sempurna yang berarti harga secara murni dipengaruhi

oleh besar pasokan dan permintaan. Hal ini memudahkan

pemerintah dalam mengontrol pasokan, karena

pengendalian harga relatif lebih mudah tergantung dari

kemampuan pemerintah dalam menyediakan pasokan.

Untuk komoditas dengan struktur pasar oligopoli dan

monopoli, maka membangun hubungan yang erat dengan

pemain besar juga perlu dilakukan untuk memonitor

ketersediaan pasokan, selain juga berusaha dalam

membantu pemenuhan pasokan.

59KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Boks 4.Boks 4.Evaluasi Komoditas Penyumbang Inflasi Utama 2017Evaluasi Komoditas Penyumbang Inflasi Utama 2017dan Potensi Inflasi 2018dan Potensi Inflasi 2018

Inflasi Provinsi NTT pada tahun 2017 menunjukkan kinerja

yang sangat baik. Inflasi Provinsi NTT tahun 2017 hanya

sebesar 2,00% (yoy), terendah setidaknya dalam 17 tahun

terakhir. Volatilitas inflasi juga menunjukkan adanya

perbaikan dengan besaran inflasi bulanan yang tidak

setinggi tahun sebelumnya. Berdasarkan komoditas utama

penyumbang inflasi, perbaikan kinerja terlihat pada

komoditas sawi putih dan angkutan udara yang di tahun

2016 hampir selalu menjadi penyumbang inflasi utama

bulanan, di tahun 2017 sawi putih turun menjadi 9 kali

sebagai penyumbang inflasi utama dan angkutan udara

sebanyak 10 kali sebagai penyumbang inflasi utama di NTT.

Perbaikan kinerja terutama disebabkan oleh penyediaan

pasokan yang lebih teratur dan penambahan frekuensi

penerbangan, sehingga volatilitas lebih terjaga. Kinerja

yang lebih buruk terjadi pada komoditas daging ayam,

kangkung, dan ikan segar. Besarnya fluktuasi daging ayam

ras lebih disebabkan oleh besarnya shock produksi dan

permintaan yang terjadi, seiring dengan excess suplai di

awal tahun yang berdampak pada tutupnya peternak

mandiri yang merugi dan naik tingginya harga ayam

karena penurunan pasokan dan tingginya permintaan.

Walaupun kinerja kangkung mengalami deflasi, namun

tingginya volatilitas menunjukkan tidak stabilnya pasokan

di pasar. Kenaikan inflasi ikan segar lebih dikarenakan

faktor cuaca yang relatif lebih basah dibanding tahun

2016. Dari total 18 komoditas penyebab inflasi utama

2017, 11 komoditas merupakan komoditas yang secara

persisten juga menjadi penyumbang inflasi utama di tahun

2016, ditambah 7 komoditas yang mengalami

peningkatan volatilitas inflasi, antara lain ikan ekor kuning,

bunga pepaya, kakap merah, seng, kontrak rumah, daging

babi dan telur ayam ras.

Berdasarkan kota perhitungan inflasi didapatkan bahwa

setidaknya terdapat 18 komoditas yang secara persisten

menjadi penyumbang inflasi utama di Kota Kupang dan 21

komoditas yang persisten menyumbang inflasi di Kota

Maumere. 9 komoditas menjadi penyebab inflasi baik di

Kota Kupang maupun Maumere yaitu komoditas daging

ayam ras, tongkol, telur ayam ras, bayam, kangkung,

tomat sayur, bawang merah, tarif listrik, dan angkutan

udara. Adapun selebihnya merupakan penyumbang inflasi

utama di masing-masing kota. Di Kota Kupang, komoditas

daging ayam ras, angkutan udara, kangkung dan ikan

kembung menjadi komoditas dengan volatilitas terbesar di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 4.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama NTT tahun 2016

1 2 3 4 5 6 7 8

2016

9 10 11 12

SAWI PUTIHANGKUTAN UDARAKANGKUNGTONGKOL

GULA PASIRCABAI MERAHAYAM HIDUP

CABAI RAWITBAWANG MERAHTEMBANG

SEMENROKOK KRETEK FILTERDAUN SINGKONG

BERASWORTELBAWANG PUTIH

SOLARPISANG

BESI BETONBENSINTAHU MENTAHINFLASI

-1

-0,8

-0,6

-0,4

-0,20

0,2

0,4

0,6

0,81

1,2

1,4

1,6

1,82

2,2

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 4.2. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama NTT tahun 2017

1 2 3 4 5 6 7 8

2017

9 10 11 12

DAGING AYAM RAS

KANGKUNG

ANGKUTAN UDARA

SAWI PUTIH

TOMAT SAYUR

KEMBUNG

CABAI RAWIT

BAWANG MERAH

EKOR KUNING

BUNGA PEPAYA

BAYAM

CABAI MERAH

KAKAP MERAH

SENG

KONTRAK RUMAH

DAGING BABI

TARIP LISTRIK

TELUR AYAM RAS

SUM 18 KOM

INFLASI NTT

-1

-0,8

-0,6

-0,4

-0,2

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 76: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Harga beberapa sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan

memiliki tren menurun pada tengah tahun dikarenakan

memasuki puncak produksi karena cuaca yang relatif

kering, sedang inflasi angkutan udara terutama hanya

disebabkan oleh libur hari raya Idul Fitri, libur panjang

sekolah dan peningkatan permintaan akhir tahun.

Besarnya sumbangan inflasi Kota Kupang terhadap inflasi

Provinsi NTT yang mencapai 86,7% membuat secara

umum, komoditas penyumbang inflasi utama di Kota

Kupang relatif sama dengan Provinsi NTT. Hanya terdapat 3

komoditas yang relatif berbeda yaitu komoditas ikan

cakalang, tembang dan tongkol. Adapun karakteristik

pergerakan harga juga relatif sama dengan ikan segar

lainnya yang terutama dipengaruhi oleh buruknya cuaca,

baik karena musim penghujan ataupun karena pengaruh

angin barat.

Jauh berbeda dengan Kota Kupang, dari 21 komoditas

utama penyumbang inflasi utama, hanya 8 komoditas

yang relatif sama dengan Provinsi NTT. Terdapat 5

komoditas ikan sebagai penyumbang inflasi utama, ayam

hidup, kubis, sawi hijau, wortel, pepaya, pisang, asam, dan

tarif pulsa. Berdasarkan daya simpan, hanya 1 komoditas

yang memiliki daya simpan lama. 14 Komoditas memiliki

struktur pasar persaingan sempurna dan 3 komoditas

memiliki struktur pasar monopoli. Dengan demikian,

pengendalian inflasi seharusnya lebih mudah karena

tergantung dari penyediaan pasokan dan monitoring

pasokan pada pemain besar. Berdasarkan keterkaitan

secara nasional, terdapat 3 komoditas dengan keterkaitan

tinggi, dan sebagian besar memiliki keterkaitan yang

rendah. Adapun pada komoditas dengan keterkaitan

tinggi, pengendalian inflasi akan sangat tergantung dari

langkah pengendalian inflasi yang dilakukan secara

terpusat oleh pokjanas TPID, sedangkan komoditas

dengan keterkaitan rendah dapat dilakukan sendiri oleh

daerah. Dari sisi ketergantungan, juga terdapat 6

komoditas yang memiliki ketergantungan pasokan yang

tinggi dari daerah lain.

Dari sisi pola musiman, terdapat 4 komoditas yang tidak

memiliki pola musiman. Hal ini membuat pemenuhan

pasokan harus dipastikan aman sepanjang tahun dan tidak

diketahui pola penambahan pasokan karena peningkatan

pasokan. Terdapat 8 komoditas yang memiliki pola

musiman dengan korelasi sedang, 9 komoditas dengan

korelasi rendah dan tidak ada komoditas dengan korelasi

tinggi. Hal ini berarti pergerakan harga dapat dipetakan

namun banyak faktor yang membuat arah pergerakan

berpotensi berbeda dari pola musimannya. Berbeda

dengan pergerakan di Kota Kupang, pergerakan harga

ikan hanya cenderung meningkat pada akhir tahun,

sedangkan pengaruh angin barat tidak terlalu signifikan.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Ayam Hidup Sedang Monopoli Kecil Tinggi 25 Rendah (4,18) (5,39) (1,87) 6,44 3,40 5,16 4,31 (0,87) 6,56 0,35 0,77 6,22

Daging Ayam Ras Singkat Monopoli Kecil Tinggi 25 Sedang 0,77 1,05 (11,45) (2,37) (3,28) 0,00 8,33 (2,12) 2,13 (5,02) (5,32) 2,62

Layang Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Rendah (7,41) (3,03) (3,13) 8,87 (1,39) (3,13) 1,38 7,88 3,04 2,73 (0,43) 8,22

Selar Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Rendah (11,47) (9,21) (10,37) (2,01) (0,37) (2,27) (1,74) 0,25 6,21 (5,78) 1,41 4,89

Tongkol Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Tidak

Tuna Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang (1,96) (6,89) (9,50) (11,78) (1,64) 2,07 7,40 8,31 (2,91) (7,08) 3,44 10,09

Ikan Asin Belah Lama Persaingan Sempurna Kecil Rendah Rendah 3,06 (0,08) 2,50 (7,12) (1,56) (1,47) 4,24 10,77 3,69 (3,19) (1,80) 14,05

Telur Ayam Ras Sedang Oligopoli Tinggi Tinggi Sedang 13,22 (1,44) (8,73) (2,38) 1,77 3,34 0,19 2,61 0,66 (2,28) (2,57) 5,48

Bayam Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Rendah (2,31) 14,53 (6,88) 1,70 (3,53) 0,09 (9,91) 3,81 0,53 4,09 (3,51) (0,05)

Kangkung Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Rendah (2,46) 11,76 0,66 (2,70) (2,46) (0,14) (2,00) 1,51 (3,31) (3,57) 1,99 (0,16)

Kubis Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 70 Rendah 9,16 8,09 (8,65) 4,55 (0,21) (13,70) (5,28) (4,50) (3,96) (1,92) 6,06 20,32

Sawi Hijau Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Rendah (12,99) 4,75 (1,47) 1,88 (1,51) (1,74) (3,70) (15,00) 2,92 9,90 9,81 10,57

Tomat Sayur Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 70 Sedang 3,79 14,27 (7,61) 0,70 1,32 (14,43) (14,16) (11,46) 2,39 (4,91) 5,96 17,57

Wortel Sedang Persaingan Sempurna Kecil Rendah 90 Sedang 2,83 28,47 (8,54) (9,15) (2,13) (3,58) 2,28 2,29 (11,36) (1,77) 6,64 2,84

Pepaya Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Tidak

Pisang Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Tidak

Asam Sedang Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang 11,69 (0,15) (0,93) 0,26 (0,25) (1,54) 29,52 (8,76) (7,73) 1,43 4,19 (1,57)

Bawang Merah Sedang Oligopoli Sedang Sedang 70 Sedang 2,76 (4,53) (2,09) 4,37 2,15 (3,49) (3,33) (3,43) (7,69) (5,95) (0,17) 9,17

Tarip Listrik 0 0 Tinggi Tinggi Rendah 2,43 (0,62) 0,69 (0,33) 1,34 0,24 1,10 1,14 0,94 1,14 0,28 1,74

Angkutan Udara 0 Oligopoli Kecil Tinggi Sedang (16,08) (7,90) (3,89) 8,88 7,30 11,38 8,15 (0,14) (8,73) (15,13) (0,59) 10,99

Tarip Pulsa Ponsel Monopoli Tinggi Tinggi Tidak

Potensi Inflasi per bulan (Rata-rata 4 Tahun)Jenis Barang dan Jasa

Daya

SimpanStruktur Pasar

Keterkaitan

Nasional

Ketergantungan

luar

Waktu

Produksi

Pola

Musim

Tabel Boks 4.3. Ringkasan Analisis Komoditas Penyumbang Inflasi Utama dan Potensi Inflasi Bulanan di Kota Maumere

61KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Daging Ayam Ras Singkat Monopoli Kecil Tinggi 25 Sedang 1,84 (7,67) (14,65) (1,25) 0,78 19,19 1,39 0,52 (8,84) (0,52) 8,95 15,50

Cakalang Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang 10,31 3,98 (16,83) (11,97) 5,54 8,41 5,80 (2,43) (3,90) (9,13) 0,22 26,17

Ekor Kuning Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang 5,35 14,12 (10,95) (18,40) 9,51 7,73 11,14 (6,48) (3,42) (12,32) 0,35 9,55

Kembung Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Rendah 6,16 (0,82) (3,36) (7,32) (11,68) 2,06 0,54 3,91 (1,13) (3,10) 12,79 11,75

Tembang Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang 14,22 (0,77) (8,75) (5,95) 4,95 7,68 20,36 (6,23) (7,04) 0,54 (3,35) 6,50

Tongkol Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Rendah 5,04 10,88 (6,10) (3,52) (7,44) 5,37 17,77 (10,81) (2,89) 1,00 3,33 4,43

Telur Ayam Ras Sedang Oligopoli Tinggi Tinggi 0 Sedang 7,24 3,83 (11,31) (3,19) 5,12 7,08 0,02 0,32 (1,26) (2,04) 0,23 5,62

Bayam Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Sedang (3,36) 20,38 (4,75) (4,69) 7,30 0,72 (2,61) (13,06) (2,49) (3,12) (2,87) 21,02

Bunga Pepaya Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang (13,62) (13,51) (6,73) 2,67 (1,27) 4,13 21,08 (1,55) 8,79 4,73 (3,46) 0,61

Kangkung Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Tidak

Sawi Putih Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Sedang 5,53 (5,07) 2,12 0,41 4,19 (9,30) (17,89) (8,94) (1,28) 8,65 28,19 20,32

Tomat Sayur Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 70 Sedang 9,54 7,30 (0,38) (0,99) 6,82 (8,07) (14,19) (19,11) (11,47) (2,55) 27,63 13,65

Bawang Merah Sedang Oligopoli Sedang Sedang 70 Sedang 12,03 (4,21) (6,95) 5,39 18,19 (3,77) (14,95) (11,17) (12,52) (7,25) 7,91 21,46

Cabai Merah Sedang Oligopoli Kecil Sedang 85 Sedang 33,01 (9,86) (21,46) 12,63 15,52 (2,96) (10,07) (2,19) (1,65) (9,72) 15,80 10,72

Cabai Rawit Sedang Oligopoli Kecil Sedang 85 Tinggi 58,20 (21,08) 10,64 (9,75) (6,66) (25,11) 32,11 (3,58) (19,17) (20,61) 42,41 24,69

Seng Lama Oligopoli Kecil Tinggi Rendah 0,45 1,05 (1,72) 0,77 0,04 (1,46) (0,37) 0,06 1,58 0,21 0,95 2,07

Tarip Listrik 0 0 Tinggi Tinggi Rendah 2,38 (0,67) 0,42 (0,37) 1,12 0,42 1,02 1,50 0,82 1,45 0,68 1,85

Angkutan Udara 0 Oligopoli Kecil Tinggi Sedang (5,42) (0,84) 4,25 4,53 4,30 11,69 5,62 (14,09) (3,09) (1,73) (2,24) 12,56

Waktu

Produksi

Potensi Inflasi per bulan (Rata-rata 4 Tahun)Jenis Barang dan Jasa

Daya

SimpanStruktur Pasar

Keterkaitan

Nasional

Ketergantungan

luar

Waktu

Produksi

Tabel Boks 4.2. Ringkasan Analisis Komoditas Penyumbang Inflasi Utama dan Potensi Inflasi Bulanan di Kota Kupang

Berdasarkan keterkaitan harga secara nasional didapatkan

bahwa hanya 2 komoditas yang memiliki korelasi harga

yang tinggi secara nasional yaitu komoditas telur ayam ras

dan tarif listrik, yang berarti kenaikan atau penurunan

harga secara nasional juga berimplikasi pada kenaikan dan

penurunan harga di Provinsi NTT. 1 Komoditas memiliki

korelasi sedang dan selebihnya memiliki korelasi rendah.

Secara umum, komoditas perhitungan inflasi di NTT

memiliki korelasi rendah, berbeda dibanding daerah di

Jawa dan Sumatera yang saling terkait. Hal ini berarti,

kenaikan harga di Provinsi NTT sangat dipengaruhi oleh

naik turunnya pasokan dan permintaan di Provinsi NTT

sendiri, tidak terlalu dipengaruhi oleh pergerakan harga di

luar NTT. Dari sisi pengambilan kebijakan, kondisi ini relatif

bagus, karena proses pengambilan langkah strategis tidak

terlalu memikirkan gejolak yang terjadi di luar daerah.

Namun demikian, beberapa komoditas masih memiliki

ketergantungan pasokan yang tinggi terhadap daerah lain

antara lain komoditas daging ayam ras yang sangat

tergantung pada pemenuhan pasokan DOC, pakan dan

obat-obatan, telur ayam ras yang lebih dari 80% masih

dipenuhi oleh Provinsi Jawa Timur, ataupun seng, listrik

dan angkutan udara yang penyedia jasa dan barang utama

berasal dari luar NTT. Hal ini berdampak pada pengambilan

keputusan harga dan pasokan juga sedikit banyak

dipengaruhi oleh produsen. Terkait pengendalian inflasi,

pemerintah dapat fokus pada komoditas yang tingkat

ketergantungan dengan daerah lain rendah, yang berarti

pemenuhan kebutuhan dapat diusahakan oleh daerah

sendiri, sehingga pengendalian inflasi dapat lebih

terkontrol. Semakin pendek waktu produksi, maka usaha

menyediakan pasokan juga semakin singkat.

Adapun dari sisi ada tidaknya pola pergerakan harga

didapatkan bahwa hanya terdapat 1 komoditas yang

memiliki pola pergerakan harga yang cukup tinggi yaitu

komoditas cabe rawit yang berarti harga cabai rawit akan

cenderung mengikuti musim, yaitu cenderung meningkat

pada musim hujan. Kenaikan permintaan pada saat Idul

Fitri dan libur sekolah dan selebihnya cenderung menurun.

Semakin tinggi pola musiman komoditas, maka perkiraan

penyediaan pasokan kontra musim akan semakin presisi.

Terdapat 11 komoditas yang memiliki pola musiman

dengan korelasi sedang dan hanya terdapat 2 komoditas

yang tidak berpola yaitu komoditas kangkung dan kontrak

rumah. Semakin tidak berpola, penyediaan pasokan harus

dilakukan dalam jumlah yang cukup sepanjang tahun, agar

volatilitas harga tidak terjadi. Secara umum, harga

komoditas akan cenderung meningkat di akhir tahun dan

awal tahun karena buruknya cuaca dan meningkatnya

permintaan. Komoditas daging ayam dan telur ayam ras

meningkat pada saat hari raya Idul Fitri, sedangkan

komoditas ikan segar meningkat pada kisaran bulan Juli

karena adanya angin barat yang menyebabkan penurunan

jumlah nelayan yang melaut karena buruknya cuaca.

60 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 77: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Harga beberapa sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan

memiliki tren menurun pada tengah tahun dikarenakan

memasuki puncak produksi karena cuaca yang relatif

kering, sedang inflasi angkutan udara terutama hanya

disebabkan oleh libur hari raya Idul Fitri, libur panjang

sekolah dan peningkatan permintaan akhir tahun.

Besarnya sumbangan inflasi Kota Kupang terhadap inflasi

Provinsi NTT yang mencapai 86,7% membuat secara

umum, komoditas penyumbang inflasi utama di Kota

Kupang relatif sama dengan Provinsi NTT. Hanya terdapat 3

komoditas yang relatif berbeda yaitu komoditas ikan

cakalang, tembang dan tongkol. Adapun karakteristik

pergerakan harga juga relatif sama dengan ikan segar

lainnya yang terutama dipengaruhi oleh buruknya cuaca,

baik karena musim penghujan ataupun karena pengaruh

angin barat.

Jauh berbeda dengan Kota Kupang, dari 21 komoditas

utama penyumbang inflasi utama, hanya 8 komoditas

yang relatif sama dengan Provinsi NTT. Terdapat 5

komoditas ikan sebagai penyumbang inflasi utama, ayam

hidup, kubis, sawi hijau, wortel, pepaya, pisang, asam, dan

tarif pulsa. Berdasarkan daya simpan, hanya 1 komoditas

yang memiliki daya simpan lama. 14 Komoditas memiliki

struktur pasar persaingan sempurna dan 3 komoditas

memiliki struktur pasar monopoli. Dengan demikian,

pengendalian inflasi seharusnya lebih mudah karena

tergantung dari penyediaan pasokan dan monitoring

pasokan pada pemain besar. Berdasarkan keterkaitan

secara nasional, terdapat 3 komoditas dengan keterkaitan

tinggi, dan sebagian besar memiliki keterkaitan yang

rendah. Adapun pada komoditas dengan keterkaitan

tinggi, pengendalian inflasi akan sangat tergantung dari

langkah pengendalian inflasi yang dilakukan secara

terpusat oleh pokjanas TPID, sedangkan komoditas

dengan keterkaitan rendah dapat dilakukan sendiri oleh

daerah. Dari sisi ketergantungan, juga terdapat 6

komoditas yang memiliki ketergantungan pasokan yang

tinggi dari daerah lain.

Dari sisi pola musiman, terdapat 4 komoditas yang tidak

memiliki pola musiman. Hal ini membuat pemenuhan

pasokan harus dipastikan aman sepanjang tahun dan tidak

diketahui pola penambahan pasokan karena peningkatan

pasokan. Terdapat 8 komoditas yang memiliki pola

musiman dengan korelasi sedang, 9 komoditas dengan

korelasi rendah dan tidak ada komoditas dengan korelasi

tinggi. Hal ini berarti pergerakan harga dapat dipetakan

namun banyak faktor yang membuat arah pergerakan

berpotensi berbeda dari pola musimannya. Berbeda

dengan pergerakan di Kota Kupang, pergerakan harga

ikan hanya cenderung meningkat pada akhir tahun,

sedangkan pengaruh angin barat tidak terlalu signifikan.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Ayam Hidup Sedang Monopoli Kecil Tinggi 25 Rendah (4,18) (5,39) (1,87) 6,44 3,40 5,16 4,31 (0,87) 6,56 0,35 0,77 6,22

Daging Ayam Ras Singkat Monopoli Kecil Tinggi 25 Sedang 0,77 1,05 (11,45) (2,37) (3,28) 0,00 8,33 (2,12) 2,13 (5,02) (5,32) 2,62

Layang Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Rendah (7,41) (3,03) (3,13) 8,87 (1,39) (3,13) 1,38 7,88 3,04 2,73 (0,43) 8,22

Selar Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Rendah (11,47) (9,21) (10,37) (2,01) (0,37) (2,27) (1,74) 0,25 6,21 (5,78) 1,41 4,89

Tongkol Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Tidak

Tuna Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang (1,96) (6,89) (9,50) (11,78) (1,64) 2,07 7,40 8,31 (2,91) (7,08) 3,44 10,09

Ikan Asin Belah Lama Persaingan Sempurna Kecil Rendah Rendah 3,06 (0,08) 2,50 (7,12) (1,56) (1,47) 4,24 10,77 3,69 (3,19) (1,80) 14,05

Telur Ayam Ras Sedang Oligopoli Tinggi Tinggi Sedang 13,22 (1,44) (8,73) (2,38) 1,77 3,34 0,19 2,61 0,66 (2,28) (2,57) 5,48

Bayam Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Rendah (2,31) 14,53 (6,88) 1,70 (3,53) 0,09 (9,91) 3,81 0,53 4,09 (3,51) (0,05)

Kangkung Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Rendah (2,46) 11,76 0,66 (2,70) (2,46) (0,14) (2,00) 1,51 (3,31) (3,57) 1,99 (0,16)

Kubis Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 70 Rendah 9,16 8,09 (8,65) 4,55 (0,21) (13,70) (5,28) (4,50) (3,96) (1,92) 6,06 20,32

Sawi Hijau Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Rendah (12,99) 4,75 (1,47) 1,88 (1,51) (1,74) (3,70) (15,00) 2,92 9,90 9,81 10,57

Tomat Sayur Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 70 Sedang 3,79 14,27 (7,61) 0,70 1,32 (14,43) (14,16) (11,46) 2,39 (4,91) 5,96 17,57

Wortel Sedang Persaingan Sempurna Kecil Rendah 90 Sedang 2,83 28,47 (8,54) (9,15) (2,13) (3,58) 2,28 2,29 (11,36) (1,77) 6,64 2,84

Pepaya Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Tidak

Pisang Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Tidak

Asam Sedang Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang 11,69 (0,15) (0,93) 0,26 (0,25) (1,54) 29,52 (8,76) (7,73) 1,43 4,19 (1,57)

Bawang Merah Sedang Oligopoli Sedang Sedang 70 Sedang 2,76 (4,53) (2,09) 4,37 2,15 (3,49) (3,33) (3,43) (7,69) (5,95) (0,17) 9,17

Tarip Listrik 0 0 Tinggi Tinggi Rendah 2,43 (0,62) 0,69 (0,33) 1,34 0,24 1,10 1,14 0,94 1,14 0,28 1,74

Angkutan Udara 0 Oligopoli Kecil Tinggi Sedang (16,08) (7,90) (3,89) 8,88 7,30 11,38 8,15 (0,14) (8,73) (15,13) (0,59) 10,99

Tarip Pulsa Ponsel Monopoli Tinggi Tinggi Tidak

Potensi Inflasi per bulan (Rata-rata 4 Tahun)Jenis Barang dan Jasa

Daya

SimpanStruktur Pasar

Keterkaitan

Nasional

Ketergantungan

luar

Waktu

Produksi

Pola

Musim

Tabel Boks 4.3. Ringkasan Analisis Komoditas Penyumbang Inflasi Utama dan Potensi Inflasi Bulanan di Kota Maumere

61KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Daging Ayam Ras Singkat Monopoli Kecil Tinggi 25 Sedang 1,84 (7,67) (14,65) (1,25) 0,78 19,19 1,39 0,52 (8,84) (0,52) 8,95 15,50

Cakalang Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang 10,31 3,98 (16,83) (11,97) 5,54 8,41 5,80 (2,43) (3,90) (9,13) 0,22 26,17

Ekor Kuning Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang 5,35 14,12 (10,95) (18,40) 9,51 7,73 11,14 (6,48) (3,42) (12,32) 0,35 9,55

Kembung Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Rendah 6,16 (0,82) (3,36) (7,32) (11,68) 2,06 0,54 3,91 (1,13) (3,10) 12,79 11,75

Tembang Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang 14,22 (0,77) (8,75) (5,95) 4,95 7,68 20,36 (6,23) (7,04) 0,54 (3,35) 6,50

Tongkol Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Rendah 5,04 10,88 (6,10) (3,52) (7,44) 5,37 17,77 (10,81) (2,89) 1,00 3,33 4,43

Telur Ayam Ras Sedang Oligopoli Tinggi Tinggi 0 Sedang 7,24 3,83 (11,31) (3,19) 5,12 7,08 0,02 0,32 (1,26) (2,04) 0,23 5,62

Bayam Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Sedang (3,36) 20,38 (4,75) (4,69) 7,30 0,72 (2,61) (13,06) (2,49) (3,12) (2,87) 21,02

Bunga Pepaya Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah Sedang (13,62) (13,51) (6,73) 2,67 (1,27) 4,13 21,08 (1,55) 8,79 4,73 (3,46) 0,61

Kangkung Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Tidak

Sawi Putih Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 25 Sedang 5,53 (5,07) 2,12 0,41 4,19 (9,30) (17,89) (8,94) (1,28) 8,65 28,19 20,32

Tomat Sayur Singkat Persaingan Sempurna Kecil Rendah 70 Sedang 9,54 7,30 (0,38) (0,99) 6,82 (8,07) (14,19) (19,11) (11,47) (2,55) 27,63 13,65

Bawang Merah Sedang Oligopoli Sedang Sedang 70 Sedang 12,03 (4,21) (6,95) 5,39 18,19 (3,77) (14,95) (11,17) (12,52) (7,25) 7,91 21,46

Cabai Merah Sedang Oligopoli Kecil Sedang 85 Sedang 33,01 (9,86) (21,46) 12,63 15,52 (2,96) (10,07) (2,19) (1,65) (9,72) 15,80 10,72

Cabai Rawit Sedang Oligopoli Kecil Sedang 85 Tinggi 58,20 (21,08) 10,64 (9,75) (6,66) (25,11) 32,11 (3,58) (19,17) (20,61) 42,41 24,69

Seng Lama Oligopoli Kecil Tinggi Rendah 0,45 1,05 (1,72) 0,77 0,04 (1,46) (0,37) 0,06 1,58 0,21 0,95 2,07

Tarip Listrik 0 0 Tinggi Tinggi Rendah 2,38 (0,67) 0,42 (0,37) 1,12 0,42 1,02 1,50 0,82 1,45 0,68 1,85

Angkutan Udara 0 Oligopoli Kecil Tinggi Sedang (5,42) (0,84) 4,25 4,53 4,30 11,69 5,62 (14,09) (3,09) (1,73) (2,24) 12,56

Waktu

Produksi

Potensi Inflasi per bulan (Rata-rata 4 Tahun)Jenis Barang dan Jasa

Daya

SimpanStruktur Pasar

Keterkaitan

Nasional

Ketergantungan

luar

Waktu

Produksi

Tabel Boks 4.2. Ringkasan Analisis Komoditas Penyumbang Inflasi Utama dan Potensi Inflasi Bulanan di Kota Kupang

Berdasarkan keterkaitan harga secara nasional didapatkan

bahwa hanya 2 komoditas yang memiliki korelasi harga

yang tinggi secara nasional yaitu komoditas telur ayam ras

dan tarif listrik, yang berarti kenaikan atau penurunan

harga secara nasional juga berimplikasi pada kenaikan dan

penurunan harga di Provinsi NTT. 1 Komoditas memiliki

korelasi sedang dan selebihnya memiliki korelasi rendah.

Secara umum, komoditas perhitungan inflasi di NTT

memiliki korelasi rendah, berbeda dibanding daerah di

Jawa dan Sumatera yang saling terkait. Hal ini berarti,

kenaikan harga di Provinsi NTT sangat dipengaruhi oleh

naik turunnya pasokan dan permintaan di Provinsi NTT

sendiri, tidak terlalu dipengaruhi oleh pergerakan harga di

luar NTT. Dari sisi pengambilan kebijakan, kondisi ini relatif

bagus, karena proses pengambilan langkah strategis tidak

terlalu memikirkan gejolak yang terjadi di luar daerah.

Namun demikian, beberapa komoditas masih memiliki

ketergantungan pasokan yang tinggi terhadap daerah lain

antara lain komoditas daging ayam ras yang sangat

tergantung pada pemenuhan pasokan DOC, pakan dan

obat-obatan, telur ayam ras yang lebih dari 80% masih

dipenuhi oleh Provinsi Jawa Timur, ataupun seng, listrik

dan angkutan udara yang penyedia jasa dan barang utama

berasal dari luar NTT. Hal ini berdampak pada pengambilan

keputusan harga dan pasokan juga sedikit banyak

dipengaruhi oleh produsen. Terkait pengendalian inflasi,

pemerintah dapat fokus pada komoditas yang tingkat

ketergantungan dengan daerah lain rendah, yang berarti

pemenuhan kebutuhan dapat diusahakan oleh daerah

sendiri, sehingga pengendalian inflasi dapat lebih

terkontrol. Semakin pendek waktu produksi, maka usaha

menyediakan pasokan juga semakin singkat.

Adapun dari sisi ada tidaknya pola pergerakan harga

didapatkan bahwa hanya terdapat 1 komoditas yang

memiliki pola pergerakan harga yang cukup tinggi yaitu

komoditas cabe rawit yang berarti harga cabai rawit akan

cenderung mengikuti musim, yaitu cenderung meningkat

pada musim hujan. Kenaikan permintaan pada saat Idul

Fitri dan libur sekolah dan selebihnya cenderung menurun.

Semakin tinggi pola musiman komoditas, maka perkiraan

penyediaan pasokan kontra musim akan semakin presisi.

Terdapat 11 komoditas yang memiliki pola musiman

dengan korelasi sedang dan hanya terdapat 2 komoditas

yang tidak berpola yaitu komoditas kangkung dan kontrak

rumah. Semakin tidak berpola, penyediaan pasokan harus

dilakukan dalam jumlah yang cukup sepanjang tahun, agar

volatilitas harga tidak terjadi. Secara umum, harga

komoditas akan cenderung meningkat di akhir tahun dan

awal tahun karena buruknya cuaca dan meningkatnya

permintaan. Komoditas daging ayam dan telur ayam ras

meningkat pada saat hari raya Idul Fitri, sedangkan

komoditas ikan segar meningkat pada kisaran bulan Juli

karena adanya angin barat yang menyebabkan penurunan

jumlah nelayan yang melaut karena buruknya cuaca.

60 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 78: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

StabilitasKeuangan Daerah

bab iv.

Secara keseluruhan, kinerja perbankan di Provinsi NTT yang diukur dari

kepemilikan aset dan penghimpunan dana pihak ketiga masih cukup stabil yaitu

11,39% (yoy), 7,90% (yoy) dari triwulan sebelumnya 10,89% (yoy) dan 7,83% (yoy).

Pertumbuhan kredit sektor rumah tangga meningkat dari 13,25% (yoy) menjadi

15,07% (yoy) dengan perbaikan kualitas kredit dari 1,47% menjadi 1,23%.

Kredit UMKM juga mengalami peningkatan pertumbuhan dari 13,04% (yoy)

menjadi 16,21% (yoy) dan diikuti penurunan rasio kredit bermasalah dari 3,76%

menjadi 3,44%.

Sejalan dengan kedua jenis kredit lainnya, kredit korporasi juga mencatat

peningkatan pertumbuhan dari 32,32% menjadi 34,77% dan juga mencatat

peningkatan kualitas kredit dari 6,19% menjadi 5,14%.

Selama tahun 2017 dan pada periode laporan, Provinsi NTT berhasil menjaga

kestabilan sistem keuangannya seiring dengan relatif tidak adanya gejolak

signifikan yang terjadi. Dibanding periode sebelumnya tampak adanya peningkatan

kinerja sistem keuangan. Rumah tangga masih memegang kontribusi penting dalam

berjalannya stabilitas keuangan daerah yang diukur dari besarnya penghimpunan

dan penyaluran kredit. Di akhir tahun 2017, tercatat peningkatan penyaluran kredit

di sektor rumah tangga, UMKM dan korporasi yang diikuti dengan perbaikan

kualitas kredit.

Sayur-sayuran cenderung menurun pada musim kering

dan cenderung meningkat di akhir tahun walaupun tidak

semua komoditas. Ayam hidup, daging ayam ras, telur

ayam ras dan angkutan udara memilki kecenderungan

meningkat jelang hari raya Idul Fitri maupun hari raya Natal

dan tahun baru.

62 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 79: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

StabilitasKeuangan Daerah

bab iv.

Secara keseluruhan, kinerja perbankan di Provinsi NTT yang diukur dari

kepemilikan aset dan penghimpunan dana pihak ketiga masih cukup stabil yaitu

11,39% (yoy), 7,90% (yoy) dari triwulan sebelumnya 10,89% (yoy) dan 7,83% (yoy).

Pertumbuhan kredit sektor rumah tangga meningkat dari 13,25% (yoy) menjadi

15,07% (yoy) dengan perbaikan kualitas kredit dari 1,47% menjadi 1,23%.

Kredit UMKM juga mengalami peningkatan pertumbuhan dari 13,04% (yoy)

menjadi 16,21% (yoy) dan diikuti penurunan rasio kredit bermasalah dari 3,76%

menjadi 3,44%.

Sejalan dengan kedua jenis kredit lainnya, kredit korporasi juga mencatat

peningkatan pertumbuhan dari 32,32% menjadi 34,77% dan juga mencatat

peningkatan kualitas kredit dari 6,19% menjadi 5,14%.

Selama tahun 2017 dan pada periode laporan, Provinsi NTT berhasil menjaga

kestabilan sistem keuangannya seiring dengan relatif tidak adanya gejolak

signifikan yang terjadi. Dibanding periode sebelumnya tampak adanya peningkatan

kinerja sistem keuangan. Rumah tangga masih memegang kontribusi penting dalam

berjalannya stabilitas keuangan daerah yang diukur dari besarnya penghimpunan

dan penyaluran kredit. Di akhir tahun 2017, tercatat peningkatan penyaluran kredit

di sektor rumah tangga, UMKM dan korporasi yang diikuti dengan perbaikan

kualitas kredit.

Sayur-sayuran cenderung menurun pada musim kering

dan cenderung meningkat di akhir tahun walaupun tidak

semua komoditas. Ayam hidup, daging ayam ras, telur

ayam ras dan angkutan udara memilki kecenderungan

meningkat jelang hari raya Idul Fitri maupun hari raya Natal

dan tahun baru.

62 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 80: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER: BADAN PUSAT STATISTIK, DIOLAH

Grafik 4.1. Kontribusi Konsumsi RT Terhadap Konsumsi Agregat

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.2. IKK, IKE, dan IEK

III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-8%

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

0

5000

10000

15000

20000

25000

RT LNPRT PEMERINTAH G RT (YOY) G RT (QTQ)

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

142.8

128.2

157.5

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)

INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.3. Indeks Pengeluaran Membeli Barang Tahan Lama

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

100.3

70

80

90

100

110

120

130

Pertumbuhan konsumsi di Provinsi NTT pada akhir 2017

mencapai 4,10% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode

sebelumnya ataupun tahun sebelumnya yaitu 3,46% (yoy)

dan 1,94% (yoy). Untuk rumah tangga, pertumbuhan

konsumsi mencapai 3,88% (yoy) lebih tinggi dari triwulan

III 2017 yaitu 2,71% (yoy). Peningkatan konsumsi terjadi di

hampir seluruh subsektor penggunaan khususnya restoran

dan hotel, konsumsi makanan dan minuman, serta

transportasi dan komunikasi. Peningkatan konsumsi di

akhir tahun merupakan faktor musiman yaitu perayaan

Hari Natal dan Tahun Baru.

Dibandingkan tahun 2016, tingkat optimisme rumah

tangga dalam melakukan kegiatan konsumsi pada 2017

lebih mengalami peningkatan. Adapun pada akhir 2017,

hasil Survey Konsumen Bank Indonesia mencatat adanya

sedikit penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), baik

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) maupun Indeks

Ekspektasi Konsumen (IEK). Secara umum tidak terdapat

perbedaan signifikan pada keyakinan konsumen terhadap

pengukuran yang digunakan antara lain perbandingan

kondisi saat ini dan 6 bulan yang lalu terkait kegiatan usaha

dan penghasilan ataupun perkiraan ketersediaan lapangan

kerja, penghasilan, dan kondisi kegiatan usaha saat ini

dibandingkan 6 bulan akan datang. Hal tersebut

mengindikasikan relatif terjaganya perilaku konsumen

terkait kondisi yang akan datang yang pada gilirannya

akan mempengaruhi pengeluaran. Pada akhir 2017,

tercatat sedikit penurunan optimisme terkait pembelian

barang tahan lama yang terukur dari turunnya indeks

menjadi 100,3 dari sebelumnya 103,5. Walau menurun,

secara umum indeks tersebut masih berada dikisaran

angka yang stabil selama 2017.

Di tahun 2017, Rumah Tangga masih menguasai pangsa

penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan nominal

mencapai Rp17,25 triliun atau 74,47% dari total dana

yang berhasil dihimpun perbankan. Eksposur Rumah

Tangga pada perbankan terkait penghimpunan dana

meningkat dari periode sebelumnya dengan pangsa

63,50%. Meningkatnya pangsa rumah tangga juga

didorong turunnya DPK Non rumah tangga yang antara

lain terdiri dari pemerintah dan korporasi. Penurunan

dikarenakan adanya pembayaran pembayaran proyek

pemerintah serta insentif akhir tahun.

Secara pertumbuhan, pada periode laporan tercatat

peningkatan DPK RT yang mencapai 9,78% (yoy), lebih

4.2.2 Eksposur Rumah Tangga di Perbankan

65KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Sistem keuangan Provinsi NTT pada akhir 2017 relatif

menunjukan perbaikan yang tercermin dari meningkatnya

aset bank umum hingga 11,39% (yoy) dan turunnya rasio

kredit bermasalah menjadi 1,72% dari sebelumnya

2,23%. Selain itu, sistem keuangan juga menunjukan

peningkatan fungsi intermediasi keuangan yang terlihat

dari meningkatnya penghimpunan dana mencapai 7,90%

(yoy) disertai dengan meningkatnya penyaluran kredit.

Kemajuan terbesar tercatat pada penyaluran kredit oleh

perbankan di Provinsi NTT yang berhasil menyalurkan

kredit hingga Rp30,07 triliun atau meningkat 31,68%

(yoy), lebih tinggi daripada triwulan dan tahun sebelumnya

yaitu 13,35% (yoy) dan 12,59% (yoy). Pertumbuhan

terbesar tersebut didorong oleh perkembangan

penyaluran kredit investasi. Untuk kredit rumah tangga,

kredit multiguna masih menguasai pangsa penyaluran

kredit hingga 79,06%. Sedangkan pertumbuhan kredit

rumah tangga tertinggi adalah untuk keperluan rumah

tinggal yang tumbuh hingga 33,76% (yoy) dari

sebelumnya 28,90% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit

rumah tangga merupakan dampak dari diberlakukannya

pelonggaran ketentuan kredit kepemilikan rumah dan

didukung oleh subsidi kepemilikan rumah untuk

masyarakat berpenghasilan rendah. Di sisi kredit UMKM,

porsi penyaluran kredit terbesar masih diberikan untuk

sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan porsi

sebesar 67,38%. Untuk pertumbuhan tertinggi kredit

UMKM, tercatat pada sektor Listrik, Air dan Gas 143,91%

(yoy) menurun sedikit dari sebelumnya 176,16% (yoy).

Penyaluran kredit sektor Listrik, Gas dan Air masih cukup

tinggi namun sedikit melambat menjadi 357,76% (yoy)

dari sebelumnya 394,55% (yoy). Meskipun menurun, tidak

dapat dipungkiri bahwa besarnya pertumbuhan pada

sektor Listrik Gas dan Air di kredit UMKM dan Korporasi

mengindikasikan adanya keseriusan pemerintah dalam

penyediaan listrik di NTT.

Di akhir 2017, perbankan berhasil menurunkan rasio kredit

bermasalah untuk setiap jenis pinjaman. Kredit rumah

tangga dan kredit UMKM tetap berada didalam batas atas

aman 5% dengan nilai rasio kredit bermasalah masing-

masing sebesar 1,23% dan 3,44%. Walaupun kualitas

kredit korporasi turut membaik namun demikian rasio

kredit bermasalah masih berada di luar batas aman yaitu

5,14%. Relatif amannya kualitas kredit membuka ruang

bagi perbankan untuk menyalurkan kredit di Provinsi NTT

dengan tetap memperhatikan aspek-aspek terkait untuk

mencegah kembali memburuknya kualitas kredit. Selain

itu, perbankan juga tetap perlu melakukan pengawasan

terhadap kredit yang disalurkan dan tetap membentuk

CKPN yang cukup.

Sejalan dengan bank umum, Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) di Provinsi NTT juga turut menjaga kestabilan sistem

keuangan daerah yang tercermin dari relatif membaiknya

rasio atau indeks pengukuran yang digunakan. Pada akhir

2017, BPR di Provinsi NTT berhasil menurunkan rasio kredit

bermasalah namun masih berada di luar batas aman yaitu

6,16% dari sebelumnya 7,02%. Adapun kredibilitas BPR

sebagai lembaga intermediasi keuangan juga masih

terjaga seiring dengan naiknya Cash Ratio.

4.1 KONDISI UMUM

Rumah tangga dan lembaga keuangan memiliki hubungan

yang erat dan saling mendukung. Selain berperan sebagai

penyedia dana (lender) yang membutuhkan jasa investasi

atau simpanan rumah tangga juga dapat berperan sebagai

penerima dana (borrower) atau pihak yang membutuhkan

jasa pinjaman. Fungsi intermediasi yang dilakukan

lembaga keuangan membantu memenuhi kebutuhan

rumah tangga tersebut dan memastikan berjalannya

sistem keuangan yang baik. Semakin besar peran rumah

tangga, semakin besar pula pentingnya menjaga

ketahanan sektor rumah tangga dalam stabilitas

keuangan. Secara umum, faktor yang mempengaruhi

stabilitas keuangan rumah tangga antara lain tingkat

pendapatan, tingkat konsumsi, dan stabilitas harga.

4.2 ASESMEN KETAHANAN RUMAH TANGGA4.2.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

64 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 81: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER: BADAN PUSAT STATISTIK, DIOLAH

Grafik 4.1. Kontribusi Konsumsi RT Terhadap Konsumsi Agregat

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.2. IKK, IKE, dan IEK

III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-8%

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

0

5000

10000

15000

20000

25000

RT LNPRT PEMERINTAH G RT (YOY) G RT (QTQ)

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

142.8

128.2

157.5

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)

INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.3. Indeks Pengeluaran Membeli Barang Tahan Lama

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

100.3

70

80

90

100

110

120

130

Pertumbuhan konsumsi di Provinsi NTT pada akhir 2017

mencapai 4,10% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode

sebelumnya ataupun tahun sebelumnya yaitu 3,46% (yoy)

dan 1,94% (yoy). Untuk rumah tangga, pertumbuhan

konsumsi mencapai 3,88% (yoy) lebih tinggi dari triwulan

III 2017 yaitu 2,71% (yoy). Peningkatan konsumsi terjadi di

hampir seluruh subsektor penggunaan khususnya restoran

dan hotel, konsumsi makanan dan minuman, serta

transportasi dan komunikasi. Peningkatan konsumsi di

akhir tahun merupakan faktor musiman yaitu perayaan

Hari Natal dan Tahun Baru.

Dibandingkan tahun 2016, tingkat optimisme rumah

tangga dalam melakukan kegiatan konsumsi pada 2017

lebih mengalami peningkatan. Adapun pada akhir 2017,

hasil Survey Konsumen Bank Indonesia mencatat adanya

sedikit penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), baik

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) maupun Indeks

Ekspektasi Konsumen (IEK). Secara umum tidak terdapat

perbedaan signifikan pada keyakinan konsumen terhadap

pengukuran yang digunakan antara lain perbandingan

kondisi saat ini dan 6 bulan yang lalu terkait kegiatan usaha

dan penghasilan ataupun perkiraan ketersediaan lapangan

kerja, penghasilan, dan kondisi kegiatan usaha saat ini

dibandingkan 6 bulan akan datang. Hal tersebut

mengindikasikan relatif terjaganya perilaku konsumen

terkait kondisi yang akan datang yang pada gilirannya

akan mempengaruhi pengeluaran. Pada akhir 2017,

tercatat sedikit penurunan optimisme terkait pembelian

barang tahan lama yang terukur dari turunnya indeks

menjadi 100,3 dari sebelumnya 103,5. Walau menurun,

secara umum indeks tersebut masih berada dikisaran

angka yang stabil selama 2017.

Di tahun 2017, Rumah Tangga masih menguasai pangsa

penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan nominal

mencapai Rp17,25 triliun atau 74,47% dari total dana

yang berhasil dihimpun perbankan. Eksposur Rumah

Tangga pada perbankan terkait penghimpunan dana

meningkat dari periode sebelumnya dengan pangsa

63,50%. Meningkatnya pangsa rumah tangga juga

didorong turunnya DPK Non rumah tangga yang antara

lain terdiri dari pemerintah dan korporasi. Penurunan

dikarenakan adanya pembayaran pembayaran proyek

pemerintah serta insentif akhir tahun.

Secara pertumbuhan, pada periode laporan tercatat

peningkatan DPK RT yang mencapai 9,78% (yoy), lebih

4.2.2 Eksposur Rumah Tangga di Perbankan

65KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Sistem keuangan Provinsi NTT pada akhir 2017 relatif

menunjukan perbaikan yang tercermin dari meningkatnya

aset bank umum hingga 11,39% (yoy) dan turunnya rasio

kredit bermasalah menjadi 1,72% dari sebelumnya

2,23%. Selain itu, sistem keuangan juga menunjukan

peningkatan fungsi intermediasi keuangan yang terlihat

dari meningkatnya penghimpunan dana mencapai 7,90%

(yoy) disertai dengan meningkatnya penyaluran kredit.

Kemajuan terbesar tercatat pada penyaluran kredit oleh

perbankan di Provinsi NTT yang berhasil menyalurkan

kredit hingga Rp30,07 triliun atau meningkat 31,68%

(yoy), lebih tinggi daripada triwulan dan tahun sebelumnya

yaitu 13,35% (yoy) dan 12,59% (yoy). Pertumbuhan

terbesar tersebut didorong oleh perkembangan

penyaluran kredit investasi. Untuk kredit rumah tangga,

kredit multiguna masih menguasai pangsa penyaluran

kredit hingga 79,06%. Sedangkan pertumbuhan kredit

rumah tangga tertinggi adalah untuk keperluan rumah

tinggal yang tumbuh hingga 33,76% (yoy) dari

sebelumnya 28,90% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit

rumah tangga merupakan dampak dari diberlakukannya

pelonggaran ketentuan kredit kepemilikan rumah dan

didukung oleh subsidi kepemilikan rumah untuk

masyarakat berpenghasilan rendah. Di sisi kredit UMKM,

porsi penyaluran kredit terbesar masih diberikan untuk

sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan porsi

sebesar 67,38%. Untuk pertumbuhan tertinggi kredit

UMKM, tercatat pada sektor Listrik, Air dan Gas 143,91%

(yoy) menurun sedikit dari sebelumnya 176,16% (yoy).

Penyaluran kredit sektor Listrik, Gas dan Air masih cukup

tinggi namun sedikit melambat menjadi 357,76% (yoy)

dari sebelumnya 394,55% (yoy). Meskipun menurun, tidak

dapat dipungkiri bahwa besarnya pertumbuhan pada

sektor Listrik Gas dan Air di kredit UMKM dan Korporasi

mengindikasikan adanya keseriusan pemerintah dalam

penyediaan listrik di NTT.

Di akhir 2017, perbankan berhasil menurunkan rasio kredit

bermasalah untuk setiap jenis pinjaman. Kredit rumah

tangga dan kredit UMKM tetap berada didalam batas atas

aman 5% dengan nilai rasio kredit bermasalah masing-

masing sebesar 1,23% dan 3,44%. Walaupun kualitas

kredit korporasi turut membaik namun demikian rasio

kredit bermasalah masih berada di luar batas aman yaitu

5,14%. Relatif amannya kualitas kredit membuka ruang

bagi perbankan untuk menyalurkan kredit di Provinsi NTT

dengan tetap memperhatikan aspek-aspek terkait untuk

mencegah kembali memburuknya kualitas kredit. Selain

itu, perbankan juga tetap perlu melakukan pengawasan

terhadap kredit yang disalurkan dan tetap membentuk

CKPN yang cukup.

Sejalan dengan bank umum, Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) di Provinsi NTT juga turut menjaga kestabilan sistem

keuangan daerah yang tercermin dari relatif membaiknya

rasio atau indeks pengukuran yang digunakan. Pada akhir

2017, BPR di Provinsi NTT berhasil menurunkan rasio kredit

bermasalah namun masih berada di luar batas aman yaitu

6,16% dari sebelumnya 7,02%. Adapun kredibilitas BPR

sebagai lembaga intermediasi keuangan juga masih

terjaga seiring dengan naiknya Cash Ratio.

4.1 KONDISI UMUM

Rumah tangga dan lembaga keuangan memiliki hubungan

yang erat dan saling mendukung. Selain berperan sebagai

penyedia dana (lender) yang membutuhkan jasa investasi

atau simpanan rumah tangga juga dapat berperan sebagai

penerima dana (borrower) atau pihak yang membutuhkan

jasa pinjaman. Fungsi intermediasi yang dilakukan

lembaga keuangan membantu memenuhi kebutuhan

rumah tangga tersebut dan memastikan berjalannya

sistem keuangan yang baik. Semakin besar peran rumah

tangga, semakin besar pula pentingnya menjaga

ketahanan sektor rumah tangga dalam stabilitas

keuangan. Secara umum, faktor yang mempengaruhi

stabilitas keuangan rumah tangga antara lain tingkat

pendapatan, tingkat konsumsi, dan stabilitas harga.

4.2 ASESMEN KETAHANAN RUMAH TANGGA4.2.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

64 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 82: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

15.91

37.42

11.14

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.8. Kredit Konsumsi Rumah Tangga

II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0

10

20

30

40

50

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

RUMAH TINGGAL KKB MULTIGUNA NPL TOTAL G TOTAL

18.57

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.9. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

G MULTIGUNA G RUMAH TINGGAL G KKB

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

intermediasi keuangan, khususnya untuk memitigasi risiko

likuiditas dari sisi penarikan sewaktu-waktu dan turut

menjaga stabilitas sistem keuangan daerah Provinsi NTT.

Tidak hanya dari sisi penghimpunan dana, pentingnya

rumah tangga dalam stabilitas sistem keuangan daerah

juga terlihat dari besarnya penyaluran pinjaman yang

mencapai Rp9,925 triliun atau 41,14% dari keseluruhan

kredit yang disalurkan. Eksposur tersebut juga

menunjukan peningkatan dari triwulan sebelumnya yaitu

38,88%. Peningkatan eksposur antara lain disebabkan

meningkatnya penyaluran kredit pada rumah tangga di

triwulan IV 2017 yang mencapai 15,07% (yoy), lebih tinggi

dari triwulan dan tahun sebelumnya yaitu 13,25% (yoy)

dan 6,84% (yoy). Kredit multiguna masih menguasai

pangsa penyaluran kredit rumah tangga sebesar 79,06%

(Rp7.847 triliun) dan diikuti oleh Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) sebesar 15,86% (Rp1.575 triliun), serta kredit

kepemilikan kendaraan bermotor sebesar 3,48% (Rp0,35

triliun).

Sejak diberlakukannya pelonggaran ketentuan loan to

value untuk masyarakat berpenghasilan rendah di tahun

2017, KPR di Provinsi NTT terus mengalami pertumbuhan.

Pada akhir 2017, KPR tumbuh hingga 33,76% (yoy), lebih

tinggi daripada triwulan dan tahun sebelumnya yang

sebesar 28,90% (yoy) dan 6,42% (yoy). Kredit Multiguna

yang memegang pangsa kredit rumah tangga terbesar

pada akhir 2017 masih terus mengalami pertumbuhan

hingga 12,45% (yoy) lebih tinggi daripada triwulan

sebelumnya dan tahun sebelumnya yang sebesar 10,93%

(yoy) dan 5,98% (yoy). Ekspansi kredit multiguna

merupakan respon perbankan atas terjaganya kualitas

kredit multiguna dengan tingkat rasio kredit bermasalah

terbesar hanya 1,03% paling tidak untuk lima tahun

terakhir. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) mengalami

peningkatan sebesar 6,70% (yoy) lebih tinggi daripada

periode sebelumnya 4,12% (yoy). Secara umum,

penyaluran kredit akan menggerakan ekonomi suatu

daerah. Namun demikian, lembaga keuangan perlu

senantiasa menjaga kehati-hatian dalam memberikan

kredit rumah tangga khususnya untuk keperluan

multiguna, mengingat adanya risiko kolateral yang lebih

tinggi dibanding KPR ataupun KKB.

Secara umum, kualitas kredit rumah tangga di Provinsi NTT

untuk lima tahun terakhir masih dalam kategori sehat yang

terlihat dari posisi rasio NPL yang berada dibawah 5%. Di

akhir tahun 2017, tercatat adanya perbaikan kualitas kredit

rumah tangga yang diukur dari turunnya NPL menjadi

1,23% dari sebelumnya 1,47%. Seluruh rasio NPL rumah

tangga di triwulan IV 2017 berada dalam kategori aman.

Kualitas kredit rumah tinggal dan multiguna yang memiliki

peran penting terhadap kredit rumah tangga di Provinsi

NTT, yang diukur dar i eksposur dan besarnya

pertumbuhan, mengalami perbaikan kualitas kredit

masing-masing menjadi 1,20% dan 0,81% dari

sebelumnya 1,57% dan 0,96%. Baiknya kualitas kredit

untuk kedua keperluan tersebut menciptakan ruang bagi

perbankan untuk menambah penyaluran kredit rumah

tangga di Provinsi NTT dengan tetap menerapkan prinsip

kehati-hatian agar kualitas kredit tetap terjaga. Meskipun

67KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

di Provinsi NTT dalam mengembangkan dan menjaga

stabilitas keuangan daerah.

Berdasarkan jenisnya, tabungan masih menguasai pangsa

simpanan hingga 72,68% dari keseluruhan simpanan

rumah tangga, diikuti oleh giro (4,47%) dan deposito

(22,85%). Terdapat sedikit penurunan pertumbuhan

tabungan menjadi 9,11% (yoy) dari triwulan sebelumnya

9,30% (yoy). Adapun pertumbuhan pada triwulan IV 2017

masih lebih tinggi daripada triwulan IV 2016 yang

mencapai 7,68% (yoy). Di sisi lain, rekening giro rumah

tangga masih mengalami pertumbuhan yang mencapai

9,78% (yoy), walaupun relatif melambat dibanding

triwulan sebelumnya. Hingga akhir tahun 2017, deposito

berhasil mencatat pertumbuhan tertinggi dibanding dua

jenis lainnya hingga 12,30% (yoy). Pertumbuhan tersebut

juga lebih tinggi dari triwulan dan tahun sebelumnya yaitu

11,83% (yoy) dan 7,85% (yoy). Selama 2017 deposito

rumah tangga terus tumbuh yang merupakan hal baik bagi

perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.4. Pangsa DPK Rumah Tangga dan Non Rumah Tangga

II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

DEPOSITO TABUNGAN GIRO

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.5. Pertumbuhan DPK

RT/ PERSEORANGAN NON RT TOTAL DPK

II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

9.78%

-0.16%7.06%

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.6. Preferensi DPK Rumah Tangga

II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

RT/ PERSEORANGAN NON RT

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.7. Pertumbuhan DPK Rumah Tangga

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

24.65%29.52%

9.96%

besar daripada triwulan sebelumnya dan tahun

sebelumnya yaitu 9,23% (yoy) dan 6,61% (yoy).

Peningkatan DPK Rumah Tangga didorong oleh naiknya

rekening giro dan deposito perseorangan yang masing-

masing mencapai 8,21% (yoy) dan 12,30% (yoy).

Peningkatan DPK dikarenakan adanya pembayaran

insentif kepada perseorangan.

Sebagaimana disebutkan, DPK Non rumah tangga pada

akhir 2017 mengalami penurunan dan mencapai tingkat -

0,16% (yoy), lebih rendah daripada triwulan tahun

sebelumnya yaitu 2,80% (yoy) namun lebih tinggi dari

tahun sebelumnya yaitu -14,79% (yoy). Besarnya alokasi

dan penyaluran dana proyek pemerintah mengakibatkan

tidak stabilnya penghimpunan DPK. Dari sisi korporasi,

pembayaran insentif akhir tahun dan perlambatan

perkembangan usaha sebagaimana hasil Survey Kegiatan

Dunia Usaha Bank Indonesia juga mendorong turunnya

penghimpunan dana Non rumah tangga. Hal tersebut

semakin menegaskan besarnya kontribusi Rumah Tangga

66 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 83: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

15.91

37.42

11.14

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.8. Kredit Konsumsi Rumah Tangga

II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0

10

20

30

40

50

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

RUMAH TINGGAL KKB MULTIGUNA NPL TOTAL G TOTAL

18.57

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.9. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

G MULTIGUNA G RUMAH TINGGAL G KKB

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

intermediasi keuangan, khususnya untuk memitigasi risiko

likuiditas dari sisi penarikan sewaktu-waktu dan turut

menjaga stabilitas sistem keuangan daerah Provinsi NTT.

Tidak hanya dari sisi penghimpunan dana, pentingnya

rumah tangga dalam stabilitas sistem keuangan daerah

juga terlihat dari besarnya penyaluran pinjaman yang

mencapai Rp9,925 triliun atau 41,14% dari keseluruhan

kredit yang disalurkan. Eksposur tersebut juga

menunjukan peningkatan dari triwulan sebelumnya yaitu

38,88%. Peningkatan eksposur antara lain disebabkan

meningkatnya penyaluran kredit pada rumah tangga di

triwulan IV 2017 yang mencapai 15,07% (yoy), lebih tinggi

dari triwulan dan tahun sebelumnya yaitu 13,25% (yoy)

dan 6,84% (yoy). Kredit multiguna masih menguasai

pangsa penyaluran kredit rumah tangga sebesar 79,06%

(Rp7.847 triliun) dan diikuti oleh Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) sebesar 15,86% (Rp1.575 triliun), serta kredit

kepemilikan kendaraan bermotor sebesar 3,48% (Rp0,35

triliun).

Sejak diberlakukannya pelonggaran ketentuan loan to

value untuk masyarakat berpenghasilan rendah di tahun

2017, KPR di Provinsi NTT terus mengalami pertumbuhan.

Pada akhir 2017, KPR tumbuh hingga 33,76% (yoy), lebih

tinggi daripada triwulan dan tahun sebelumnya yang

sebesar 28,90% (yoy) dan 6,42% (yoy). Kredit Multiguna

yang memegang pangsa kredit rumah tangga terbesar

pada akhir 2017 masih terus mengalami pertumbuhan

hingga 12,45% (yoy) lebih tinggi daripada triwulan

sebelumnya dan tahun sebelumnya yang sebesar 10,93%

(yoy) dan 5,98% (yoy). Ekspansi kredit multiguna

merupakan respon perbankan atas terjaganya kualitas

kredit multiguna dengan tingkat rasio kredit bermasalah

terbesar hanya 1,03% paling tidak untuk lima tahun

terakhir. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) mengalami

peningkatan sebesar 6,70% (yoy) lebih tinggi daripada

periode sebelumnya 4,12% (yoy). Secara umum,

penyaluran kredit akan menggerakan ekonomi suatu

daerah. Namun demikian, lembaga keuangan perlu

senantiasa menjaga kehati-hatian dalam memberikan

kredit rumah tangga khususnya untuk keperluan

multiguna, mengingat adanya risiko kolateral yang lebih

tinggi dibanding KPR ataupun KKB.

Secara umum, kualitas kredit rumah tangga di Provinsi NTT

untuk lima tahun terakhir masih dalam kategori sehat yang

terlihat dari posisi rasio NPL yang berada dibawah 5%. Di

akhir tahun 2017, tercatat adanya perbaikan kualitas kredit

rumah tangga yang diukur dari turunnya NPL menjadi

1,23% dari sebelumnya 1,47%. Seluruh rasio NPL rumah

tangga di triwulan IV 2017 berada dalam kategori aman.

Kualitas kredit rumah tinggal dan multiguna yang memiliki

peran penting terhadap kredit rumah tangga di Provinsi

NTT, yang diukur dar i eksposur dan besarnya

pertumbuhan, mengalami perbaikan kualitas kredit

masing-masing menjadi 1,20% dan 0,81% dari

sebelumnya 1,57% dan 0,96%. Baiknya kualitas kredit

untuk kedua keperluan tersebut menciptakan ruang bagi

perbankan untuk menambah penyaluran kredit rumah

tangga di Provinsi NTT dengan tetap menerapkan prinsip

kehati-hatian agar kualitas kredit tetap terjaga. Meskipun

67KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

di Provinsi NTT dalam mengembangkan dan menjaga

stabilitas keuangan daerah.

Berdasarkan jenisnya, tabungan masih menguasai pangsa

simpanan hingga 72,68% dari keseluruhan simpanan

rumah tangga, diikuti oleh giro (4,47%) dan deposito

(22,85%). Terdapat sedikit penurunan pertumbuhan

tabungan menjadi 9,11% (yoy) dari triwulan sebelumnya

9,30% (yoy). Adapun pertumbuhan pada triwulan IV 2017

masih lebih tinggi daripada triwulan IV 2016 yang

mencapai 7,68% (yoy). Di sisi lain, rekening giro rumah

tangga masih mengalami pertumbuhan yang mencapai

9,78% (yoy), walaupun relatif melambat dibanding

triwulan sebelumnya. Hingga akhir tahun 2017, deposito

berhasil mencatat pertumbuhan tertinggi dibanding dua

jenis lainnya hingga 12,30% (yoy). Pertumbuhan tersebut

juga lebih tinggi dari triwulan dan tahun sebelumnya yaitu

11,83% (yoy) dan 7,85% (yoy). Selama 2017 deposito

rumah tangga terus tumbuh yang merupakan hal baik bagi

perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.4. Pangsa DPK Rumah Tangga dan Non Rumah Tangga

II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

DEPOSITO TABUNGAN GIRO

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.5. Pertumbuhan DPK

RT/ PERSEORANGAN NON RT TOTAL DPK

II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

9.78%

-0.16%7.06%

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.6. Preferensi DPK Rumah Tangga

II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

RT/ PERSEORANGAN NON RT

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.7. Pertumbuhan DPK Rumah Tangga

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

24.65%29.52%

9.96%

besar daripada triwulan sebelumnya dan tahun

sebelumnya yaitu 9,23% (yoy) dan 6,61% (yoy).

Peningkatan DPK Rumah Tangga didorong oleh naiknya

rekening giro dan deposito perseorangan yang masing-

masing mencapai 8,21% (yoy) dan 12,30% (yoy).

Peningkatan DPK dikarenakan adanya pembayaran

insentif kepada perseorangan.

Sebagaimana disebutkan, DPK Non rumah tangga pada

akhir 2017 mengalami penurunan dan mencapai tingkat -

0,16% (yoy), lebih rendah daripada triwulan tahun

sebelumnya yaitu 2,80% (yoy) namun lebih tinggi dari

tahun sebelumnya yaitu -14,79% (yoy). Besarnya alokasi

dan penyaluran dana proyek pemerintah mengakibatkan

tidak stabilnya penghimpunan DPK. Dari sisi korporasi,

pembayaran insentif akhir tahun dan perlambatan

perkembangan usaha sebagaimana hasil Survey Kegiatan

Dunia Usaha Bank Indonesia juga mendorong turunnya

penghimpunan dana Non rumah tangga. Hal tersebut

semakin menegaskan besarnya kontribusi Rumah Tangga

66 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 84: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.12. Pertumbuhan Kredit UMKM

%, YOYRPMILIAR

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.13. NPL UMKM

G MULTIGUNA G RUMAH TINGGAL G KKB BATAS

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

3.44%3.24%

4.50%

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

GROWTH MODAL KERJAMODAL KERJA INVESTASI GROWTH INVESTASIGROWTH KREDIT

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

SUMBER: BANK INDONESIA

Grafik 4.10. Perkembangan Dunia Usaha

SBT KEGIATAN USAHA (SKALA KIRI) % PDRB QTQ (SKALA KANAN) %

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

19.04

1,20

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.11. Kondisi Keuangan

SBT KEGIATAN USAHA (SKALA KIRI) % PDRB QTQ (SKALA KANAN) %

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Meski telah berhasil memperbaiki kualitas kredit UMKM

dan menghentikan peningkatan tren kredit bermasalah

yang telah terjadi sejak awal tahun 2017, perbankan tetap

perlu mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam

penyaluran kredit UMKM. Sejalan dengan pertumbuhan

penyaluran kredit, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) juga mencatat adanya peningkatan kemudahan

akses kredit dari sebelumnya 7,14 menjadi 8,33. Namun

demikian, SKDU juga mencatat adanya penurunan kondisi

keuangan selama 3 bulan terakhir yang menurun dari

50,00 menjadi 47,44.

demikian, pertumbuhan kredit UMKM tersebut masih

lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang sebesar

16,71% (yoy). Posisi penyaluran kredit UMKM di triwulan

IV 2017 adalah Rp8,55 triliun yang terdiri dari modal kerja

Rp7,2 triliun (84,46%) dan investasi Rp1,33 triliun

(15,54%). Pangsa pemberian kredit UMKM terhadap

modal kerja lebih tinggi dibanding triwulan III 2017

(84,01%) dan triwulan IV 2016 (82,83%).

Diukur dari pertumbuhan, kredit modal kerja juga

menunjukan performa yang lebih baik dibanding kredit

investasi yaitu 18,49% (yoy) dan 5,19% (yoy). Kredit

modal kerja menunjukan pertumbuhan yang lebih tinggi

dibanding periode laporan sebelumnya dan juga tahun

sebelumnya yaitu 14,54% (yoy) dan 17,73% (yoy).

Sedangkan kredit investasi mencatat perlambatan apabila

dibanding triwulan III 2017 dan triwulan IV 2016 yaitu

sebesar 5,79% (yoy) dan 12,02% (yoy). Langkah

perbankan untuk cenderung menyalurkan kredit ke modal

4.3.2 Perkembangan Penyaluran Kredit UMKMPosisi penyaluran kredit UMKM di Provinsi NTT selama

tahun 2017 terus meningkat dan pada akhir periode 2017

berhasil mencatatat pertumbuhan sebesar 16,21% (yoy).

Adapun pertumbuhan tersebut lebih besar apabila

dibandingkan dengan pertumbuhan kredit UMKM

triwulan III 2017 yang sebesar 13,04% (yoy). Namun

69KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

KAB. KUPANG

KAB. TIMOR-TENGAH SELATAN

KAB. TIMOR-TENGAH UTARA

KAB. BELU

KAB. ALOR

KAB. FLORES TIMUR

KAB. SIKKA

KAB. ENDE

KAB. NGADA

KAB. MANGGARAI

KAB. SUMBA TIMUR

KAB. SUMBA BARAT

KAB. LEMBATA

KAB. ROTE NDAO

KAB. MANGGARAI BARAT

KAB. SUMBA TENGAH

KAB. SUMBA BARAT DAYA

KAB. MANGGARAI TIMUR

KAB. NAGEKEO

KAB. SABU RAIJUA

KAB. MALAKA

KOTA KUPANG

PROVINSI NTT

DAERAH

Tabel 4.1 Komposisi Kredit Rumah Tangga di Provinsi NTT

Sumber: Bank Indonesia, diolah

LAINNYA TOTAL

21,89

5,96

1,71

33,04

15,62

88,97

1,40

1,52

0,53

32,43

14,10

0,82

0,00

2,34

0,09

0,00

0,95

0,00

0,36

0,00

0,08

211,32

433,13

755,62

626,95

444,98

872,16

324,81

569,01

584,60

588,87

432,02

474,00

494,25

411,27

217,17

143,41

149,27

16,02

65,34

26,52

62,30

30,18

8,98

3.060,47

10.358,20

PANGSA (%)

755,62

626,95

444,98

872,16

324,81

569,01

584,60

588,87

432,02

474,00

494,25

411,27

217,17

143,41

149,27

16,02

65,34

26,52

62,30

30,18

8,98

3.060,47

10.358,20

KPR

NOMINAL KREDIT (RP MILIAR)

KKB

238,54

40,08

27,72

24,57

8,74

55,33

52,46

54,61

129,05

18,90

40,86

9,66

4,74

80,66

32,94

3,43

2,39

3,52

2,71

1,98

0,00

889,67

1.722,57

104,48

9,95

4,62

11,10

0,71

2,99

55,41

24,70

2,65

4,21

2,10

3,32

1,55

1,05

1,92

0,48

0,81

0,22

0,11

0,02

0,00

113,48

345,88

PERALATAN RT MULTIGUNA

0,40

0,15

0,67

1,74

0,03

0,29

1,39

0,71

0,61

0,39

0,11

0,04

0,02

0,11

0,08

0,02

0,06

0,04

0,02

0,00

0,00

2,66

9,55

390,31

570,81

410,26

801,71

299,70

421,44

473,93

507,32

299,18

418,07

437,07

397,43

210,85

59,26

114,24

12,09

61,14

22,74

59,11

28,18

8,90

1.843,34

7.847,07

konsentrasi untuk keperluan perlengkapan dan peralatan

rumah tangga dan keperluan ruko dan kantor masih

rendah (0,10% dan 1,32%), perbankan perlu

mewaspadai kualitas kredit kedua keperluan tersebut

mengingat tingkat rasio NPL yang masing-masing sudah

menyentuh 4,82% dan 3,02%.

Secara spasial, penyaluran kredit rumah tangga di Provinsi

NTT masih terpusat di Kota Kupang yang mencapai Rp3,06

triliun, atau 29,51% dari total kredit rumah tangga, diikuti

Kabupaten Belu sebesar Rp0,87 triliun (8,28%) dan

Kabupaten Kupang sebesar Rp0,76 triliun (6,98%).

Tercatat adanya sedikit penurunan konsentrasi penyaluran

kredit rumah tangga pada akhir 2017 di Pulau Timor yaitu

55,19% dari sebelumnya 55,48%. Naiknya penyaluran

kredit rumah tangga yang diikuti menurunnya konsentrasi

spasial penyaluran kredit, mengindikasikan mulai

meratanya akses keuangan di Provinsi NTT. Adapun

terpusatnya akses kredit di wilayah Pulau Timor saat ini

dikarenakan masih terpusatnya layanan perbankan pada

pulau tersebut sehingga mempermudah akses keuangan.

4.3 PERKEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM4.3.1 Kondisi Saat Ini dan Prospek Usaha

Nominal penyaluran kredit UMKM selama enam tahun

terakhir terus bertambah hingga pada triwulan IV 2017

mencapai puncaknya yaitu sebesar Rp8,55 triliun atau

tumbuh 16,21% (yoy). Angka tersebut menunjukan

peningkatan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibanding

triwulan III 2017 yang sebesar 13,04% (yoy) namun sedikit

melambat dibanding triwulan IV 2016 yaitu 16,71% (yoy).

Secara umum rasio kredit bermasalah di Provinsi NTT masih

dalam kategori aman (di bawah 5%) yaitu sebesar 3,44%.

68 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

47,44

3,44

Page 85: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.12. Pertumbuhan Kredit UMKM

%, YOYRPMILIAR

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.13. NPL UMKM

G MULTIGUNA G RUMAH TINGGAL G KKB BATAS

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

3.44%3.24%

4.50%

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

GROWTH MODAL KERJAMODAL KERJA INVESTASI GROWTH INVESTASIGROWTH KREDIT

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

SUMBER: BANK INDONESIA

Grafik 4.10. Perkembangan Dunia Usaha

SBT KEGIATAN USAHA (SKALA KIRI) % PDRB QTQ (SKALA KANAN) %

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

19.04

1,20

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.11. Kondisi Keuangan

SBT KEGIATAN USAHA (SKALA KIRI) % PDRB QTQ (SKALA KANAN) %

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

Meski telah berhasil memperbaiki kualitas kredit UMKM

dan menghentikan peningkatan tren kredit bermasalah

yang telah terjadi sejak awal tahun 2017, perbankan tetap

perlu mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam

penyaluran kredit UMKM. Sejalan dengan pertumbuhan

penyaluran kredit, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) juga mencatat adanya peningkatan kemudahan

akses kredit dari sebelumnya 7,14 menjadi 8,33. Namun

demikian, SKDU juga mencatat adanya penurunan kondisi

keuangan selama 3 bulan terakhir yang menurun dari

50,00 menjadi 47,44.

demikian, pertumbuhan kredit UMKM tersebut masih

lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang sebesar

16,71% (yoy). Posisi penyaluran kredit UMKM di triwulan

IV 2017 adalah Rp8,55 triliun yang terdiri dari modal kerja

Rp7,2 triliun (84,46%) dan investasi Rp1,33 triliun

(15,54%). Pangsa pemberian kredit UMKM terhadap

modal kerja lebih tinggi dibanding triwulan III 2017

(84,01%) dan triwulan IV 2016 (82,83%).

Diukur dari pertumbuhan, kredit modal kerja juga

menunjukan performa yang lebih baik dibanding kredit

investasi yaitu 18,49% (yoy) dan 5,19% (yoy). Kredit

modal kerja menunjukan pertumbuhan yang lebih tinggi

dibanding periode laporan sebelumnya dan juga tahun

sebelumnya yaitu 14,54% (yoy) dan 17,73% (yoy).

Sedangkan kredit investasi mencatat perlambatan apabila

dibanding triwulan III 2017 dan triwulan IV 2016 yaitu

sebesar 5,79% (yoy) dan 12,02% (yoy). Langkah

perbankan untuk cenderung menyalurkan kredit ke modal

4.3.2 Perkembangan Penyaluran Kredit UMKMPosisi penyaluran kredit UMKM di Provinsi NTT selama

tahun 2017 terus meningkat dan pada akhir periode 2017

berhasil mencatatat pertumbuhan sebesar 16,21% (yoy).

Adapun pertumbuhan tersebut lebih besar apabila

dibandingkan dengan pertumbuhan kredit UMKM

triwulan III 2017 yang sebesar 13,04% (yoy). Namun

69KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

KAB. KUPANG

KAB. TIMOR-TENGAH SELATAN

KAB. TIMOR-TENGAH UTARA

KAB. BELU

KAB. ALOR

KAB. FLORES TIMUR

KAB. SIKKA

KAB. ENDE

KAB. NGADA

KAB. MANGGARAI

KAB. SUMBA TIMUR

KAB. SUMBA BARAT

KAB. LEMBATA

KAB. ROTE NDAO

KAB. MANGGARAI BARAT

KAB. SUMBA TENGAH

KAB. SUMBA BARAT DAYA

KAB. MANGGARAI TIMUR

KAB. NAGEKEO

KAB. SABU RAIJUA

KAB. MALAKA

KOTA KUPANG

PROVINSI NTT

DAERAH

Tabel 4.1 Komposisi Kredit Rumah Tangga di Provinsi NTT

Sumber: Bank Indonesia, diolah

LAINNYA TOTAL

21,89

5,96

1,71

33,04

15,62

88,97

1,40

1,52

0,53

32,43

14,10

0,82

0,00

2,34

0,09

0,00

0,95

0,00

0,36

0,00

0,08

211,32

433,13

755,62

626,95

444,98

872,16

324,81

569,01

584,60

588,87

432,02

474,00

494,25

411,27

217,17

143,41

149,27

16,02

65,34

26,52

62,30

30,18

8,98

3.060,47

10.358,20

PANGSA (%)

755,62

626,95

444,98

872,16

324,81

569,01

584,60

588,87

432,02

474,00

494,25

411,27

217,17

143,41

149,27

16,02

65,34

26,52

62,30

30,18

8,98

3.060,47

10.358,20

KPR

NOMINAL KREDIT (RP MILIAR)

KKB

238,54

40,08

27,72

24,57

8,74

55,33

52,46

54,61

129,05

18,90

40,86

9,66

4,74

80,66

32,94

3,43

2,39

3,52

2,71

1,98

0,00

889,67

1.722,57

104,48

9,95

4,62

11,10

0,71

2,99

55,41

24,70

2,65

4,21

2,10

3,32

1,55

1,05

1,92

0,48

0,81

0,22

0,11

0,02

0,00

113,48

345,88

PERALATAN RT MULTIGUNA

0,40

0,15

0,67

1,74

0,03

0,29

1,39

0,71

0,61

0,39

0,11

0,04

0,02

0,11

0,08

0,02

0,06

0,04

0,02

0,00

0,00

2,66

9,55

390,31

570,81

410,26

801,71

299,70

421,44

473,93

507,32

299,18

418,07

437,07

397,43

210,85

59,26

114,24

12,09

61,14

22,74

59,11

28,18

8,90

1.843,34

7.847,07

konsentrasi untuk keperluan perlengkapan dan peralatan

rumah tangga dan keperluan ruko dan kantor masih

rendah (0,10% dan 1,32%), perbankan perlu

mewaspadai kualitas kredit kedua keperluan tersebut

mengingat tingkat rasio NPL yang masing-masing sudah

menyentuh 4,82% dan 3,02%.

Secara spasial, penyaluran kredit rumah tangga di Provinsi

NTT masih terpusat di Kota Kupang yang mencapai Rp3,06

triliun, atau 29,51% dari total kredit rumah tangga, diikuti

Kabupaten Belu sebesar Rp0,87 triliun (8,28%) dan

Kabupaten Kupang sebesar Rp0,76 triliun (6,98%).

Tercatat adanya sedikit penurunan konsentrasi penyaluran

kredit rumah tangga pada akhir 2017 di Pulau Timor yaitu

55,19% dari sebelumnya 55,48%. Naiknya penyaluran

kredit rumah tangga yang diikuti menurunnya konsentrasi

spasial penyaluran kredit, mengindikasikan mulai

meratanya akses keuangan di Provinsi NTT. Adapun

terpusatnya akses kredit di wilayah Pulau Timor saat ini

dikarenakan masih terpusatnya layanan perbankan pada

pulau tersebut sehingga mempermudah akses keuangan.

4.3 PERKEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM4.3.1 Kondisi Saat Ini dan Prospek Usaha

Nominal penyaluran kredit UMKM selama enam tahun

terakhir terus bertambah hingga pada triwulan IV 2017

mencapai puncaknya yaitu sebesar Rp8,55 triliun atau

tumbuh 16,21% (yoy). Angka tersebut menunjukan

peningkatan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibanding

triwulan III 2017 yang sebesar 13,04% (yoy) namun sedikit

melambat dibanding triwulan IV 2016 yaitu 16,71% (yoy).

Secara umum rasio kredit bermasalah di Provinsi NTT masih

dalam kategori aman (di bawah 5%) yaitu sebesar 3,44%.

68 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

47,44

3,44

Page 86: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

8.0%

9.0%

10.0%

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.16. NPL UMKM Berdasarkan Jenis Usaha

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

2.38%

2.11%

6.00%

MIKRO KECIL MENENGAH BATAS

Grafik 4.17. NPL UMKM 3 Sektor

terjaganya kualitas kredit Sektor Penyediaan Akomodasi

dan Makanan dengan posisi rasio NPL di akhir 2017

sebesar 2,28%.

dari sebelumnya 9,58%. Sedangkan untuk Sektor Listrik,

Air dan Gas, setelah sebelumnya mengalami perbaikan

kualitas kredit, pada akhir 2017 kembali mencatat

peningkatan NPL menjadi 9,01% dari sebelumnya 8,73%.

Pangsa kredit kedua sektor tersebut merupakan yang

terbesar untuk kredit UMKM. Lebih lanjut, secara umum

tren penyaluran kredit kedua sektor tersebut juga terus

mengalami ekspansi. Tidak dapat dipungkiri, banyaknya

proyek pembangunan dan terus meningkatnya kebutuhan

masyarakat NTT atas layanan Sektor Listrik, Gas dan Air

membutuhkan dukungan perbankan khususnya terkait

pembiayaan proyek. Selain kedua sektor tersebut,

perbankan juga secara khusus perlu memperhatikan rasio

kredit bermasalah untuk Sektor Pertanian, Perburuan dan

Kehutanan. Meski dalam batas aman, kualitas kredi pada

sektor tersebut konsisten mengalami penurunan tingkat

kualitas dan pada akhir 2017 mencapai 3,71% dari

sebelumnya 3,61%.

Sebagai pemil ik pangsa kredit terbesar, Sektor

Perdagangan Besar dan Eceran sampai dengan akhir 2017

berhasil menjaga kualitas kreditnya. Paling tidak untuk

lima tahun terakhir, rasio kredit bermasalah dalam lingkup

aman. Di akhir 2017, rasio kredit bermasalah turun dari

sebelumnya 3,29% menjadi 3,05%. Meski dari sisi kualitas

kredit terjaga, perbankan perlu mengedepankan prinsip

kehati-hatian dalam melakukan ekspansi terhadap sektor

tersebut khususnya mempertimbangkan risiko sistemik

yang dikarenakan tingginya konsentrasi penyaluran kredit

pada sektor tersebut. Sektor usaha lain yang memiliki rasio

4.3.3 Perkembangan Risiko Kredit UMKMRisiko kredit UMKM menunjukan adanya perbaikan yang

ditunjukan dengan menurunnya rasion NPL dari

sebelumnya 3,76% menjadi 3,44%. Peningkatan kualitas

kredit tercatat di kedua jenis kredit UMKM. Rasio NPL

kredit modal kerja membaik dari sebelumnya 3,55%

menjadi 3,24% sedangkan rasio NPL kredit investasi juga

menunjukkan perbaikan dari sebelumnya 4,89% menjadi

4,50%. Dari sisi skala UMKM, lembaga keuangan perlu

memberi perhatian khusus terhadap UMKM dengan skala

menengah. Di tengah tren perbaikan kualitas kredit, hanya

UMKM skala menengah yang terus mengalami penurunan

kualitas selama 2017. Rasio NPL UMKM skala menengah

pada akhir 2017 tercatat sebesar 6,00% dari sebelumnya

5,99%. Kredit UMKM skala sejak triwulan III 2016 juga

tercatat diatas batas aman namun demikian penyaluran

kredit terus tumbuh.

Dari sisi sektor usaha, perbankan perlu memberikan

perhatian khusus terhadap Sektor Konstruksi dan Sektor

Listrik, Gas dan Air. Setidaknya selama lima tahun terakhir,

kredit bermasalah sektor konstruksi telah berada di luar

batas aman. Rasio kredit bermasalah Sektor Listrik, Gas

dan Air sejak awal 2013 cenderung menunjukan tren di

luar batas aman. Selama 2017, rasio kredit bermasalah

untuk konstruksi berangsur turun hingga mencapai 8,90%

71KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

PERTANIAN, PERBURAN DAN KEHUTANAN KONSTRUKSI LISTRIK, GAS DAN AIR BATAS

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.14. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Usaha

%, YOYRPMILIAR

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

GROWTH KECILMIKRO KECIL GROWTH MENENGAHMENENGAH GROWTH MIKRO

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.15. Pertumbuhan Kredit UMKM 6 Sektor Ekonomi

II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

PERDAGANGAN PERTANIAN KONSTRUKSI TRANSPORTASI

LISTRIK, GAS & AIR AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

kerja dibanding investasi dinilai baik untuk menjaga

kestabilan sistem keuangan. Hal tersebut dikarenakan

kualitas kredit investasi terus memburuk sejak triwulan III

2016 dan baru membaik pada akhir periode 2017 dari

sebelumnya 4,89% ke 4,50% namun demikian, posisi

tersebut masih berada di batas ambang aman. Di sisi lain

kredit modal kerja juga mengalami perbaikan kualitas

kredit dari sebelumnya 3,55% menjadi 3,24% sehingga,

terdapat ruang yang lebih aman untuk perbankan

melakukan ekspansi kredit UMKM melalui jenis modal

kerja.

Berdasarkan skala usaha, meski mengalami sedikit

penurunan pangsa, UMKM kecil masih memegang pangsa

terbesar penyaluran kredit yang mencapai 40,72% dari

sebelumnya 41,57%. Pangsa tersebut diikuti oleh jenis

usaha menengah dan mikro yang masing-masing

mencapai 32,27% dan 27,01% naik dari sebelumnya

31,81% dan 26,62%. Pada akhir 2018, seluruh skala

usaha UMKM tumbuh sebesar 16,70% (yoy) untuk mikro,

12,92% (yoy), dan 20,19% (yoy) untuk menengah dari

periode laporan sebelumnya yaitu 15,02% (yoy), 9,85%

(yoy), dan 15,78% (yoy). Pertumbuhan tersebut didukung

dengan meningkatnya jumlah posisi rekening untuk tiap

skala jenis usaha yang 17.018 di tahun 2017 dan mencapai

132.764 rekening. Hal tersebut mengindikasikan

meningkatnya akses keuangan terhadap UMKM dan

semakin tersebarnya penyaluran kredit.

Berdasarkan sektor ekonomi, di triwulan IV – 2017

Perdagangan Besar dan Eceran, Konstruksi, dan

Penyediaan Akomodasi dan Makanan mencatat kontribusi

penyaluran kredit UMKM terbesar yaitu masing-masing

sebesar 67,38%, 7,37% dan 4,97%. Selama 2017, meski

terus mengalami peningkatan nominal, pangsa sektor

Perdagangan Besar dan Eceran terus mengalami

penurunan. Hal tersebut mengindikasikan adanya

pertumbuhan kredit yang lebih tinggi di sektor lainnya dan

semakin meratanya penyaluran kredit untuk tiap sektor

UMKM di NTT. Selain itu, penurunan konsentrasi kredit

juga mendukung terciptanya stabilitas sektor keuangan,

khususnya terkait risiko kredit.

Dari sisi pertumbuhan, Listrik, Gas dan Air, Penyediaan

Akomodasi dan Makanan, dan Pertanian mencatat

pertumbuhan tertinggi yaitu masing-masing sebesar

143,91% (yoy), 57,32% (yoy), dan 37,71% (yoy).

Tingginya pertumbuhan pada Sektor Listrik, Gas dan Air

merupakan efek dari semakin pesatnya pembangunan

infrastruktur di Provinsi NTT. Meski masih memiliki pangsa

kredit dan pertumbuhan yang tinggi, Sektor Penyediaan

Akomodas i dan Makanan kembal i mengalami

perlambatan penyaluran kredit. Tren tersebut berbanding

terbalik dengan sumbangan subsektor Restoran dan Hotel

pada PDRB Provinsi NTT yang terus mencatat pertumbuhan

pos i t i f s e l ama t iga t r iwu lan te rakh i r. Mas ih

berkembangnya sektor Penyediaan Akomodasi dan

Makanan merupakan indikasi bahwa lembaga keuangan

dapat menerapkan relaksasi penyaluran kredit terhadap

sektor tersebut namun dengan tetap mengedepankan

prinsip kehati-hatian. Hal tersebut juga didukung oleh

70 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

8.90%9.01%

3.71%

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

Page 87: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

8.0%

9.0%

10.0%

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.16. NPL UMKM Berdasarkan Jenis Usaha

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

2.38%

2.11%

6.00%

MIKRO KECIL MENENGAH BATAS

Grafik 4.17. NPL UMKM 3 Sektor

terjaganya kualitas kredit Sektor Penyediaan Akomodasi

dan Makanan dengan posisi rasio NPL di akhir 2017

sebesar 2,28%.

dari sebelumnya 9,58%. Sedangkan untuk Sektor Listrik,

Air dan Gas, setelah sebelumnya mengalami perbaikan

kualitas kredit, pada akhir 2017 kembali mencatat

peningkatan NPL menjadi 9,01% dari sebelumnya 8,73%.

Pangsa kredit kedua sektor tersebut merupakan yang

terbesar untuk kredit UMKM. Lebih lanjut, secara umum

tren penyaluran kredit kedua sektor tersebut juga terus

mengalami ekspansi. Tidak dapat dipungkiri, banyaknya

proyek pembangunan dan terus meningkatnya kebutuhan

masyarakat NTT atas layanan Sektor Listrik, Gas dan Air

membutuhkan dukungan perbankan khususnya terkait

pembiayaan proyek. Selain kedua sektor tersebut,

perbankan juga secara khusus perlu memperhatikan rasio

kredit bermasalah untuk Sektor Pertanian, Perburuan dan

Kehutanan. Meski dalam batas aman, kualitas kredi pada

sektor tersebut konsisten mengalami penurunan tingkat

kualitas dan pada akhir 2017 mencapai 3,71% dari

sebelumnya 3,61%.

Sebagai pemil ik pangsa kredit terbesar, Sektor

Perdagangan Besar dan Eceran sampai dengan akhir 2017

berhasil menjaga kualitas kreditnya. Paling tidak untuk

lima tahun terakhir, rasio kredit bermasalah dalam lingkup

aman. Di akhir 2017, rasio kredit bermasalah turun dari

sebelumnya 3,29% menjadi 3,05%. Meski dari sisi kualitas

kredit terjaga, perbankan perlu mengedepankan prinsip

kehati-hatian dalam melakukan ekspansi terhadap sektor

tersebut khususnya mempertimbangkan risiko sistemik

yang dikarenakan tingginya konsentrasi penyaluran kredit

pada sektor tersebut. Sektor usaha lain yang memiliki rasio

4.3.3 Perkembangan Risiko Kredit UMKMRisiko kredit UMKM menunjukan adanya perbaikan yang

ditunjukan dengan menurunnya rasion NPL dari

sebelumnya 3,76% menjadi 3,44%. Peningkatan kualitas

kredit tercatat di kedua jenis kredit UMKM. Rasio NPL

kredit modal kerja membaik dari sebelumnya 3,55%

menjadi 3,24% sedangkan rasio NPL kredit investasi juga

menunjukkan perbaikan dari sebelumnya 4,89% menjadi

4,50%. Dari sisi skala UMKM, lembaga keuangan perlu

memberi perhatian khusus terhadap UMKM dengan skala

menengah. Di tengah tren perbaikan kualitas kredit, hanya

UMKM skala menengah yang terus mengalami penurunan

kualitas selama 2017. Rasio NPL UMKM skala menengah

pada akhir 2017 tercatat sebesar 6,00% dari sebelumnya

5,99%. Kredit UMKM skala sejak triwulan III 2016 juga

tercatat diatas batas aman namun demikian penyaluran

kredit terus tumbuh.

Dari sisi sektor usaha, perbankan perlu memberikan

perhatian khusus terhadap Sektor Konstruksi dan Sektor

Listrik, Gas dan Air. Setidaknya selama lima tahun terakhir,

kredit bermasalah sektor konstruksi telah berada di luar

batas aman. Rasio kredit bermasalah Sektor Listrik, Gas

dan Air sejak awal 2013 cenderung menunjukan tren di

luar batas aman. Selama 2017, rasio kredit bermasalah

untuk konstruksi berangsur turun hingga mencapai 8,90%

71KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

PERTANIAN, PERBURAN DAN KEHUTANAN KONSTRUKSI LISTRIK, GAS DAN AIR BATAS

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.14. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Usaha

%, YOYRPMILIAR

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

GROWTH KECILMIKRO KECIL GROWTH MENENGAHMENENGAH GROWTH MIKRO

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.15. Pertumbuhan Kredit UMKM 6 Sektor Ekonomi

II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

PERDAGANGAN PERTANIAN KONSTRUKSI TRANSPORTASI

LISTRIK, GAS & AIR AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

kerja dibanding investasi dinilai baik untuk menjaga

kestabilan sistem keuangan. Hal tersebut dikarenakan

kualitas kredit investasi terus memburuk sejak triwulan III

2016 dan baru membaik pada akhir periode 2017 dari

sebelumnya 4,89% ke 4,50% namun demikian, posisi

tersebut masih berada di batas ambang aman. Di sisi lain

kredit modal kerja juga mengalami perbaikan kualitas

kredit dari sebelumnya 3,55% menjadi 3,24% sehingga,

terdapat ruang yang lebih aman untuk perbankan

melakukan ekspansi kredit UMKM melalui jenis modal

kerja.

Berdasarkan skala usaha, meski mengalami sedikit

penurunan pangsa, UMKM kecil masih memegang pangsa

terbesar penyaluran kredit yang mencapai 40,72% dari

sebelumnya 41,57%. Pangsa tersebut diikuti oleh jenis

usaha menengah dan mikro yang masing-masing

mencapai 32,27% dan 27,01% naik dari sebelumnya

31,81% dan 26,62%. Pada akhir 2018, seluruh skala

usaha UMKM tumbuh sebesar 16,70% (yoy) untuk mikro,

12,92% (yoy), dan 20,19% (yoy) untuk menengah dari

periode laporan sebelumnya yaitu 15,02% (yoy), 9,85%

(yoy), dan 15,78% (yoy). Pertumbuhan tersebut didukung

dengan meningkatnya jumlah posisi rekening untuk tiap

skala jenis usaha yang 17.018 di tahun 2017 dan mencapai

132.764 rekening. Hal tersebut mengindikasikan

meningkatnya akses keuangan terhadap UMKM dan

semakin tersebarnya penyaluran kredit.

Berdasarkan sektor ekonomi, di triwulan IV – 2017

Perdagangan Besar dan Eceran, Konstruksi, dan

Penyediaan Akomodasi dan Makanan mencatat kontribusi

penyaluran kredit UMKM terbesar yaitu masing-masing

sebesar 67,38%, 7,37% dan 4,97%. Selama 2017, meski

terus mengalami peningkatan nominal, pangsa sektor

Perdagangan Besar dan Eceran terus mengalami

penurunan. Hal tersebut mengindikasikan adanya

pertumbuhan kredit yang lebih tinggi di sektor lainnya dan

semakin meratanya penyaluran kredit untuk tiap sektor

UMKM di NTT. Selain itu, penurunan konsentrasi kredit

juga mendukung terciptanya stabilitas sektor keuangan,

khususnya terkait risiko kredit.

Dari sisi pertumbuhan, Listrik, Gas dan Air, Penyediaan

Akomodasi dan Makanan, dan Pertanian mencatat

pertumbuhan tertinggi yaitu masing-masing sebesar

143,91% (yoy), 57,32% (yoy), dan 37,71% (yoy).

Tingginya pertumbuhan pada Sektor Listrik, Gas dan Air

merupakan efek dari semakin pesatnya pembangunan

infrastruktur di Provinsi NTT. Meski masih memiliki pangsa

kredit dan pertumbuhan yang tinggi, Sektor Penyediaan

Akomodas i dan Makanan kembal i mengalami

perlambatan penyaluran kredit. Tren tersebut berbanding

terbalik dengan sumbangan subsektor Restoran dan Hotel

pada PDRB Provinsi NTT yang terus mencatat pertumbuhan

pos i t i f s e l ama t iga t r iwu lan te rakh i r. Mas ih

berkembangnya sektor Penyediaan Akomodasi dan

Makanan merupakan indikasi bahwa lembaga keuangan

dapat menerapkan relaksasi penyaluran kredit terhadap

sektor tersebut namun dengan tetap mengedepankan

prinsip kehati-hatian. Hal tersebut juga didukung oleh

70 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

8.90%9.01%

3.71%

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

Page 88: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Sumber: Bank Indonesia, diolah

ASET

DPK

GIRO

TABUNGAN

DEPOSITO

KREDIT

MODAL KERJA

INVESTASI

KONSUMSI

LDR

% NPL (GROSS)

INDIKATOR

Tabel 4.2 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum di NTT

I

NOMINAL (DALAM RP MILIAR)

II

30,57

22,56

5,33

11,31

5,92

24,43

7,46

2,02

14,95

108,24

2,04

35,65

25,24

6,40

12,16

6,68

24,13

7,60

1,66

14,87

95,60

2,29

III IV

33,63

24,16

5,18

12,10

6,87

25,37

8,03

2,13

15,21

105,00

2,23

33,15

23,16

3,49

14,12

5,55

30,07

9,45

3,67

16,95

129,83

1,72

2017

I II

32,32

23,83

6,43

11,15

6,25

21,73

6,69

1,70

13,34

91,19

1,84

III IV

30,33

22,41

5,06

11,06

6,28

22,38

7,05

1,66

13,67

99,90

1,84

29,76

21,47

3,72

12,82

4,92

22,84

7,12

1,66

14,06

106,39

1,91

2016

I

PERTUMBUHAN (% YOY)

II

-1,15

2,82

-4,88

8,25

0,53

19,00

21,80

28,58

16,50

10,29

5,91

-0,46

9,08

6,80

11,03

13,53

-2,26

11,46

III IV

10,89

7,83

2,44

9,41

9,41

13,35

13,97

28,12

11,23

11,39

7,90

-6,18

10,12

12,78

31,68

32,73

121,21

20,58

2017

I II

3,53

11,69

3,53

15,51

13,55

15,03

16,48

2,25

16,12

-1,39

10,41

2,22

22,45

1,04

14,93

17,46

3,39

15,32

III IV

-7,40

0,29

-22,61

14,71

2,02

13,37

16,10

5,83

12,99

4,04

-0,06

-14,85

7,43

-4,81

12,59

16,55

0,56

12,24

2016

30,93

21,95

5,60

10,45

5,89

20,52

6,13

1,57

12,83

93,53

1,88

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.20. NPL Kredit 4 Sektor Korporasi

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

LISTRIK, GAS DAN AIR KONSTRUKSI REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAANPERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN BATAS

periode laporan dikhawatirkan dapat memperburuk

kondisi kredit bermasalah. Sektor Konstruksi dan

Perdagangan besar pada triwulan IV 2017 masih berada

dalam kategori tidak aman yaitu masing masing sebesar

13,95% dan 7,93% dari sebelumnya 11,43% dan

10,02%. Mengingat tingginya eksposur kedua sektor

tersebut terhadap keseluruhan kredit korporasi,

perbankan perlu meningkatkan kehati-hatian dan

memantau perkembangan industri tersebut kedepannya.

Di sisi lain, perbankan dapat melakukan ekspansi kredit

korporasi kepada sektor usaha dengan kualitas kredit baik

seperti Listrik, Gas dan Air (0,00%) yang juga memiliki

eksposur tinggi ataupun sektor kredit yang mengalami

lonjakan besar lainnya seperti Sektor Perantara Keuangan

(0,00%) dan Sektor Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi (0,04%).

4.5 ASESMEN PERBANKAN4.5.1 Kinerja Bank UmumPada 2017, perbankan di Provinsi NTT berhasil

meningkatkan asetnya. Secara total, posisi aset perbankan

pada akhir 2017 mencapai Rp33,15 atau tumbuh sebesar

11,39% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan periode sebelumnya ataupun

periode tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar

10,89% (yoy) dan 4,04% (yoy). Sejalan dengan penyaluran

pertumbuhan kredit kepada korporasi, pertumbuhan aset

di triwulan IV 2017 didukung oleh lonjakan pertumbuhan

penyaluran kredit investasi yang mencapai 121,21% (yoy).

Pertumbuhan kredit yang disalurkan melalui bank umum

di Provinsi NTT pada triwulan IV 2017 mencapai Rp30,07

atau sebesar 31,68% (yoy) lebih tinggi dari periode

sebelumnya dan tahun sebelumnya yaitu sebesar 13,35%

(yoy) dan 12,59% (yoy). Pertumbuhan kredit tersebut

sejalan dengan pertumbuhan PDRB yang menandakan

berkembangnya aktivitas ekonomi di Provinsi NTT. Selain

pertumbuhan kredit yang meningkat, kualitas kredit juga

menunjukan perbaikan yang tercermin dari turunnya rasio

kredit bermasalah dari sebelumnya 2,23% menjadi

1,72%. Hal ini mengindikasikan berhasilnya perbankan di

Provinsi NTT dalam menyalurkan kredit dengan tetap

memperhatikan kehati-hatian.

73KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.18. Pertumbuhan Tahunan Kredit Korporasi

MODAL KERJA INVESTASI GROWTH KREDIT

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%%, YOYRPMILIAR

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.19. NPL Kredit Sektor Korporasi

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

KREDIT NON UMKM MODAL KERJA INVESTASI BATAS

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

5.14%

8.63%

1.49%

kredit bermasalah rendah untuk akhir 2017 adalah Sektor

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (0,15%), Sektor

Pertambangan dan Penggalian (0,82%), Sektor Jasa

Kemasyarakatan, Sosial Budaya dan Hiburan (1,04%).

negatif sebesar 4,08% (yoy) dari sebelumnya tumbuh

positif sebesar 2,83% (yoy). Pertumbuhan Sektor Listrik,

Gas dan Air pada akhir 2017 masih cukup tinggi namun

melambat dibanding triwulan sebelumnya, yaitu sebesar

367,76% (yoy) dari sebelumnya 394,55% (yoy). Sektor

konstruksi pada triwulan IV 2017 juga mengalami

penurunan peningkatan sebesar 27,67% (yoy) dari

sebe lumnya 56,91% (yoy ) . Mesk i menga lami

perlambatan, besarnya eksposur kedua sektor tersebut

masih menandakan adanya pembangunan infrastruktur

dan pengembangan pembangunan di Provinsi NTT.

Selain sektor tersebut, sektor lainnya yang juga mengalami

lonjakan adalah Sektor Perantara Keuangan yang

meningkat sebesar 527,71% (yoy) dari sebelumnya

421,53%, Sektor Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi sebesar 518,49% (yoy) dari sebelumnya

217,55% (yoy) dan Sektor Real Estate, Usaha Persewaan

dan Jasa Perusahaan sebesar 356,33% (yoy) dari

sebelumnya -61,54% (yoy). Adapun peningkatan besar

kepada ketiga sektor tersebut dikarenakan rendahnya

penyaluran kredit pada periode-periode sebelumnya. Hal

tersebut mengindikasikan tumbuhnya industri-industri

baru yang pada gilirannya akan menyumbang terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTT secara keseluruhan.

Berdasarkan data kualitas kredit triwulan IV 2017,

meskipun telah mendapat banyak perbaikan, perbankan

masih perlu memberikan perhatian terhadap kualitas

kredit Sektor Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa

Perusahaan. Lonjakan pertumbuhan yang terjadi pada

4.4 ASESMEN KETAHANAN KORPORASIPertumbuhan kredit korporasi pada triwulan IV 2017

mencapai 34,77% (yoy) lebih tinggi daripada periode

sebelumnya dan tahun sebelumnya yaitu 32,32% (yoy)

dan 0,08% (yoy). Pada triwulan IV 2017, Jenis kredit

investasi yang tumbuh hingga 146,66% (yoy) dari

sebelumnya 95,68% (yoy). Pertumbuhan tersebut mampu

mendorong ekspansi pertumbuhan kredit korporasi secara

keseluruhan meski Kredit Modal Kerja Korporasi

mengalami penurunan sebesar -6,01% (yoy) dari

sebelumnya 6,80% (yoy). Sedangkan berdasarkan

jenisnya, penyaluran kredit modal kerja dan investasi

semakin seimbang yaitu 51,11% dan 48,89%. Hal

tersebut merupakan langkah yang baik dalam memitigasi

risiko kredit, mengingat kualitas kredit investasi di

korporasi jauh lebih baik dibanding pada kredit modal

kerja.

Dari sisi pangsa, tiga kategori usaha korporasi dengan

eksposur penyaluran kredit tertinggi adalah Sektor

Perdagangan Besar dan Eceran (33,02%), Sektor listrik,

gas dan air (30,52%), dan Sektor Konstruksi (16,00%).

Sejak awal 2017, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

terus mengalami penurunan pertumbuhan, bahkan di

akhir 2017, sektor tersebut mencatat pertumbuhan

72 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 89: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Sumber: Bank Indonesia, diolah

ASET

DPK

GIRO

TABUNGAN

DEPOSITO

KREDIT

MODAL KERJA

INVESTASI

KONSUMSI

LDR

% NPL (GROSS)

INDIKATOR

Tabel 4.2 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum di NTT

I

NOMINAL (DALAM RP MILIAR)

II

30,57

22,56

5,33

11,31

5,92

24,43

7,46

2,02

14,95

108,24

2,04

35,65

25,24

6,40

12,16

6,68

24,13

7,60

1,66

14,87

95,60

2,29

III IV

33,63

24,16

5,18

12,10

6,87

25,37

8,03

2,13

15,21

105,00

2,23

33,15

23,16

3,49

14,12

5,55

30,07

9,45

3,67

16,95

129,83

1,72

2017

I II

32,32

23,83

6,43

11,15

6,25

21,73

6,69

1,70

13,34

91,19

1,84

III IV

30,33

22,41

5,06

11,06

6,28

22,38

7,05

1,66

13,67

99,90

1,84

29,76

21,47

3,72

12,82

4,92

22,84

7,12

1,66

14,06

106,39

1,91

2016

I

PERTUMBUHAN (% YOY)

II

-1,15

2,82

-4,88

8,25

0,53

19,00

21,80

28,58

16,50

10,29

5,91

-0,46

9,08

6,80

11,03

13,53

-2,26

11,46

III IV

10,89

7,83

2,44

9,41

9,41

13,35

13,97

28,12

11,23

11,39

7,90

-6,18

10,12

12,78

31,68

32,73

121,21

20,58

2017

I II

3,53

11,69

3,53

15,51

13,55

15,03

16,48

2,25

16,12

-1,39

10,41

2,22

22,45

1,04

14,93

17,46

3,39

15,32

III IV

-7,40

0,29

-22,61

14,71

2,02

13,37

16,10

5,83

12,99

4,04

-0,06

-14,85

7,43

-4,81

12,59

16,55

0,56

12,24

2016

30,93

21,95

5,60

10,45

5,89

20,52

6,13

1,57

12,83

93,53

1,88

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.20. NPL Kredit 4 Sektor Korporasi

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

LISTRIK, GAS DAN AIR KONSTRUKSI REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAANPERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN BATAS

periode laporan dikhawatirkan dapat memperburuk

kondisi kredit bermasalah. Sektor Konstruksi dan

Perdagangan besar pada triwulan IV 2017 masih berada

dalam kategori tidak aman yaitu masing masing sebesar

13,95% dan 7,93% dari sebelumnya 11,43% dan

10,02%. Mengingat tingginya eksposur kedua sektor

tersebut terhadap keseluruhan kredit korporasi,

perbankan perlu meningkatkan kehati-hatian dan

memantau perkembangan industri tersebut kedepannya.

Di sisi lain, perbankan dapat melakukan ekspansi kredit

korporasi kepada sektor usaha dengan kualitas kredit baik

seperti Listrik, Gas dan Air (0,00%) yang juga memiliki

eksposur tinggi ataupun sektor kredit yang mengalami

lonjakan besar lainnya seperti Sektor Perantara Keuangan

(0,00%) dan Sektor Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi (0,04%).

4.5 ASESMEN PERBANKAN4.5.1 Kinerja Bank UmumPada 2017, perbankan di Provinsi NTT berhasil

meningkatkan asetnya. Secara total, posisi aset perbankan

pada akhir 2017 mencapai Rp33,15 atau tumbuh sebesar

11,39% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan periode sebelumnya ataupun

periode tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar

10,89% (yoy) dan 4,04% (yoy). Sejalan dengan penyaluran

pertumbuhan kredit kepada korporasi, pertumbuhan aset

di triwulan IV 2017 didukung oleh lonjakan pertumbuhan

penyaluran kredit investasi yang mencapai 121,21% (yoy).

Pertumbuhan kredit yang disalurkan melalui bank umum

di Provinsi NTT pada triwulan IV 2017 mencapai Rp30,07

atau sebesar 31,68% (yoy) lebih tinggi dari periode

sebelumnya dan tahun sebelumnya yaitu sebesar 13,35%

(yoy) dan 12,59% (yoy). Pertumbuhan kredit tersebut

sejalan dengan pertumbuhan PDRB yang menandakan

berkembangnya aktivitas ekonomi di Provinsi NTT. Selain

pertumbuhan kredit yang meningkat, kualitas kredit juga

menunjukan perbaikan yang tercermin dari turunnya rasio

kredit bermasalah dari sebelumnya 2,23% menjadi

1,72%. Hal ini mengindikasikan berhasilnya perbankan di

Provinsi NTT dalam menyalurkan kredit dengan tetap

memperhatikan kehati-hatian.

73KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.18. Pertumbuhan Tahunan Kredit Korporasi

MODAL KERJA INVESTASI GROWTH KREDIT

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%%, YOYRPMILIAR

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.19. NPL Kredit Sektor Korporasi

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

KREDIT NON UMKM MODAL KERJA INVESTASI BATAS

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

5.14%

8.63%

1.49%

kredit bermasalah rendah untuk akhir 2017 adalah Sektor

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (0,15%), Sektor

Pertambangan dan Penggalian (0,82%), Sektor Jasa

Kemasyarakatan, Sosial Budaya dan Hiburan (1,04%).

negatif sebesar 4,08% (yoy) dari sebelumnya tumbuh

positif sebesar 2,83% (yoy). Pertumbuhan Sektor Listrik,

Gas dan Air pada akhir 2017 masih cukup tinggi namun

melambat dibanding triwulan sebelumnya, yaitu sebesar

367,76% (yoy) dari sebelumnya 394,55% (yoy). Sektor

konstruksi pada triwulan IV 2017 juga mengalami

penurunan peningkatan sebesar 27,67% (yoy) dari

sebe lumnya 56,91% (yoy ) . Mesk i menga lami

perlambatan, besarnya eksposur kedua sektor tersebut

masih menandakan adanya pembangunan infrastruktur

dan pengembangan pembangunan di Provinsi NTT.

Selain sektor tersebut, sektor lainnya yang juga mengalami

lonjakan adalah Sektor Perantara Keuangan yang

meningkat sebesar 527,71% (yoy) dari sebelumnya

421,53%, Sektor Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi sebesar 518,49% (yoy) dari sebelumnya

217,55% (yoy) dan Sektor Real Estate, Usaha Persewaan

dan Jasa Perusahaan sebesar 356,33% (yoy) dari

sebelumnya -61,54% (yoy). Adapun peningkatan besar

kepada ketiga sektor tersebut dikarenakan rendahnya

penyaluran kredit pada periode-periode sebelumnya. Hal

tersebut mengindikasikan tumbuhnya industri-industri

baru yang pada gilirannya akan menyumbang terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTT secara keseluruhan.

Berdasarkan data kualitas kredit triwulan IV 2017,

meskipun telah mendapat banyak perbaikan, perbankan

masih perlu memberikan perhatian terhadap kualitas

kredit Sektor Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa

Perusahaan. Lonjakan pertumbuhan yang terjadi pada

4.4 ASESMEN KETAHANAN KORPORASIPertumbuhan kredit korporasi pada triwulan IV 2017

mencapai 34,77% (yoy) lebih tinggi daripada periode

sebelumnya dan tahun sebelumnya yaitu 32,32% (yoy)

dan 0,08% (yoy). Pada triwulan IV 2017, Jenis kredit

investasi yang tumbuh hingga 146,66% (yoy) dari

sebelumnya 95,68% (yoy). Pertumbuhan tersebut mampu

mendorong ekspansi pertumbuhan kredit korporasi secara

keseluruhan meski Kredit Modal Kerja Korporasi

mengalami penurunan sebesar -6,01% (yoy) dari

sebelumnya 6,80% (yoy). Sedangkan berdasarkan

jenisnya, penyaluran kredit modal kerja dan investasi

semakin seimbang yaitu 51,11% dan 48,89%. Hal

tersebut merupakan langkah yang baik dalam memitigasi

risiko kredit, mengingat kualitas kredit investasi di

korporasi jauh lebih baik dibanding pada kredit modal

kerja.

Dari sisi pangsa, tiga kategori usaha korporasi dengan

eksposur penyaluran kredit tertinggi adalah Sektor

Perdagangan Besar dan Eceran (33,02%), Sektor listrik,

gas dan air (30,52%), dan Sektor Konstruksi (16,00%).

Sejak awal 2017, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

terus mengalami penurunan pertumbuhan, bahkan di

akhir 2017, sektor tersebut mencatat pertumbuhan

72 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 90: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.24. LDR dan CAR BPR

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III

2017

24

25

26

27

28

29

30

31

32

70

72

74

76

78

80

82

84

86

88

76.82

29.77

Grafik 4.25. BOPO, ROA, NPL BPR

tertimbang menurut risiko (ATMR) yang pada gilirannya

semakin menguatkan kecukupan permodalan dan

meningkatkan Capital Adequacy Ratio (CAR) BPR menjadi

30,03% dari sebelumnya 29,77%. Penghimpunan dana

oleh BPR di Provinsi NTT terus meningkat sepanjang tahun

2017. Tingkat pertumbuhan penghimpunan dana yang

lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan kredit

mengakibatkan turunnya LFR menjadi 74,25% dari

sebelumnya 76,82%. Adapun kondis i tersebut

berkontribusi terhadap meningkatnya kredibilitas BPR

terkait pembayaran simpanan nasabahnya yang naik

menjadi 19,77% dari sebelumnya 17,06%. Meski

pertumbuhan simpanan jauh lebih tinggi daripada

pertumbuhan penyaluran kredit, BPR tetap menjaga

efisiensi dalam operasionalnya yang terlihat dari turunnya

BOPO dari 81,15% menjad 80,59%. Penurunan BOPO

dikarenakan pendapatan operasional meningkat lebih

tinggi daripada biaya operasional.

75KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

BOPO (%) - SKALA KIRI ROA (%) - SKALA KANAN NPL - SKALA KANANCAR - SKALA KANAN LDR - SKALA KIRI

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.23. BOPO dan ROA Bank Umum

III IV I II III IV

2016

I II III IV

2017

BOPO (%) ROA (%)

2017

65,31

2,20

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.21. Pertumbuhan DPK (yoy) dan Kredit (yoy)

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

DPK KREDIT

7.90%

31.68%

4%

9%

14%

19%

24%

29%

34%

-1%

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.22. Perkembangan LDR

DPK KREDIT LDR

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000 129.83%

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank

umum di Provinsi NTT pada akhir 2017 mencapai Rp23,16

triliun atau menunjukan peningkatan 7,90% (yoy).

Peningkatan yang terjadi di periode laporan sedikit lebih

tinggi daripada triwulan sebelumnya yang sebesar 7,83%

(yoy) ataupun dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar -

0,06% (yoy). Tabungan masih menguasai pangsa DPK

secara nominal dengan porsi sebesar 60,95%, diikuti oleh

deposito (23,98%) dan giro (15,08%). Di s is i

pertumbuhan, pada triwulan IV 2017 deposito tumbuh

hingga 12,78% (yoy) diikuti oleh tabungan (10,12% yoy)

dan giro (-6,18% yoy). Selama 2017, meski berfluktuasi,

pertumbuhan tahunan deposito terus meningkat. Hal ini

mengindikasikan meningkatnya literasi masyarakat

Provinsi NTT terhadap produk simpanan lainnya selain

tabungan. Tingkat intermediasi perbankan yang diukur

dari Loan to Funding Ratio (LFR) mencapai 129,83,

menunjukkan t idak seimbangnya pertumbuhan

penghimpunan DPK yang jauh lebih kecil dibanding

pertumbuhan kredit pada periode laporan. Terkait hal

tersebut perbankan perlu berhati-hati dalam melakukan

ekspansi pinjaman khususnya dan mempertimbangkan

risiko kredit dan likuiditas.

Selama tahun 2017, meski beban operasional meningkat,

tekanan terhadap beban operasional terus turun sejalan

dengan turunnya rasio BOPO yang pada akhirnya

mencapai 65,31% dari sebelumnya 67,91%. Penurunan

rasio BOPO tersebut dikarenakan oleh meningkatnya

pendapatan operasional bank umum yang lebih tinggi

daripada beban operasional selama 2017. Di sisi lain, rasio

Return on Asset (ROA) juga mengalami peningkatan

menjadi 2,20% dari triwulan sebelumnya sebesar 1,79%.

Kedua hal tersebut sejalan penurunan rasio kredit

bermasalah sehingga mendorong pendapatan perbankan

yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan bank

dalam penyaluran kredit. Meskipun demikian, tingginya

LFR perlu menjadi pertimbangan bagi perbankan di

Provinsi NTT dalam menyalurkan kredit.

4.5.2 Kinerja Bank Perkreditan RakyatSelama tahun 2017, kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

di Provinsi NTT secara umum mengalami perbaikan. Hal

tersebut tercermin dari tidak adanya perubahan signifikan

pada rasio ataupun indeks pengukuran yang digunakan.

Walaupun masih di luar batas aman, rasio kredit

bermasalah BPR pada akhir tahun 2017 berhasil turun ke

angka 6,16% dari periode sebelumnya 7,02%.

Peningkatan modal BPR jauh lebih tinggi daripada aktiva

74 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0

1

2

3

4

5

6

7

8

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

80.59

2.54

6.16

Page 91: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.24. LDR dan CAR BPR

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III

2017

24

25

26

27

28

29

30

31

32

70

72

74

76

78

80

82

84

86

88

76.82

29.77

Grafik 4.25. BOPO, ROA, NPL BPR

tertimbang menurut risiko (ATMR) yang pada gilirannya

semakin menguatkan kecukupan permodalan dan

meningkatkan Capital Adequacy Ratio (CAR) BPR menjadi

30,03% dari sebelumnya 29,77%. Penghimpunan dana

oleh BPR di Provinsi NTT terus meningkat sepanjang tahun

2017. Tingkat pertumbuhan penghimpunan dana yang

lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan kredit

mengakibatkan turunnya LFR menjadi 74,25% dari

sebelumnya 76,82%. Adapun kondis i tersebut

berkontribusi terhadap meningkatnya kredibilitas BPR

terkait pembayaran simpanan nasabahnya yang naik

menjadi 19,77% dari sebelumnya 17,06%. Meski

pertumbuhan simpanan jauh lebih tinggi daripada

pertumbuhan penyaluran kredit, BPR tetap menjaga

efisiensi dalam operasionalnya yang terlihat dari turunnya

BOPO dari 81,15% menjad 80,59%. Penurunan BOPO

dikarenakan pendapatan operasional meningkat lebih

tinggi daripada biaya operasional.

75KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

BOPO (%) - SKALA KIRI ROA (%) - SKALA KANAN NPL - SKALA KANANCAR - SKALA KANAN LDR - SKALA KIRI

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.23. BOPO dan ROA Bank Umum

III IV I II III IV

2016

I II III IV

2017

BOPO (%) ROA (%)

2017

65,31

2,20

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.21. Pertumbuhan DPK (yoy) dan Kredit (yoy)

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

DPK KREDIT

7.90%

31.68%

4%

9%

14%

19%

24%

29%

34%

-1%

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Grafik 4.22. Perkembangan LDR

DPK KREDIT LDR

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000 129.83%

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank

umum di Provinsi NTT pada akhir 2017 mencapai Rp23,16

triliun atau menunjukan peningkatan 7,90% (yoy).

Peningkatan yang terjadi di periode laporan sedikit lebih

tinggi daripada triwulan sebelumnya yang sebesar 7,83%

(yoy) ataupun dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar -

0,06% (yoy). Tabungan masih menguasai pangsa DPK

secara nominal dengan porsi sebesar 60,95%, diikuti oleh

deposito (23,98%) dan giro (15,08%). Di s is i

pertumbuhan, pada triwulan IV 2017 deposito tumbuh

hingga 12,78% (yoy) diikuti oleh tabungan (10,12% yoy)

dan giro (-6,18% yoy). Selama 2017, meski berfluktuasi,

pertumbuhan tahunan deposito terus meningkat. Hal ini

mengindikasikan meningkatnya literasi masyarakat

Provinsi NTT terhadap produk simpanan lainnya selain

tabungan. Tingkat intermediasi perbankan yang diukur

dari Loan to Funding Ratio (LFR) mencapai 129,83,

menunjukkan t idak seimbangnya pertumbuhan

penghimpunan DPK yang jauh lebih kecil dibanding

pertumbuhan kredit pada periode laporan. Terkait hal

tersebut perbankan perlu berhati-hati dalam melakukan

ekspansi pinjaman khususnya dan mempertimbangkan

risiko kredit dan likuiditas.

Selama tahun 2017, meski beban operasional meningkat,

tekanan terhadap beban operasional terus turun sejalan

dengan turunnya rasio BOPO yang pada akhirnya

mencapai 65,31% dari sebelumnya 67,91%. Penurunan

rasio BOPO tersebut dikarenakan oleh meningkatnya

pendapatan operasional bank umum yang lebih tinggi

daripada beban operasional selama 2017. Di sisi lain, rasio

Return on Asset (ROA) juga mengalami peningkatan

menjadi 2,20% dari triwulan sebelumnya sebesar 1,79%.

Kedua hal tersebut sejalan penurunan rasio kredit

bermasalah sehingga mendorong pendapatan perbankan

yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan bank

dalam penyaluran kredit. Meskipun demikian, tingginya

LFR perlu menjadi pertimbangan bagi perbankan di

Provinsi NTT dalam menyalurkan kredit.

4.5.2 Kinerja Bank Perkreditan RakyatSelama tahun 2017, kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

di Provinsi NTT secara umum mengalami perbaikan. Hal

tersebut tercermin dari tidak adanya perubahan signifikan

pada rasio ataupun indeks pengukuran yang digunakan.

Walaupun masih di luar batas aman, rasio kredit

bermasalah BPR pada akhir tahun 2017 berhasil turun ke

angka 6,16% dari periode sebelumnya 7,02%.

Peningkatan modal BPR jauh lebih tinggi daripada aktiva

74 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0

1

2

3

4

5

6

7

8

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

80.59

2.54

6.16

Page 92: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Adapun apabila terdapat kekurangan dana, maka

sebagian besar responden akan memilih berhutang ke

lembaga perbankan/koperasi (47,37%), ataupun meminta

bantuan keluarga (42,11%). Hal ini disebabkan oleh

tingginya keikutsertaan masyarakat di NTT dalam koperasi

ataupun tingginya sifat kekeluargaan masyarakat. Hanya

sebagian kecil yang memilih menjual/ menggadaikan harta

ataupun berutang kepada teman. Hanya saja, tingginya

keikutsertaan masyarakat dalam perbankan/koperasi juga

perlu diwaspadai terkait kemampuan masyarakat dalam

membayar kembali bunga atau cicilan pokoknya.

Konsumsi dalam 3 bulan ke depan diperkirakan

mengalami kenaikan terutama disebabkan oleh

peningkatan pengeluaran pendidikan menjelang ujian

sekolah. Peningkatan pengeluaran diprediksi akan terjadi

hingga akhir tahun ajaran maupun pada saat hari raya Idul

Fitri yang terlihat dari perkiraan jumlah tabungan yang

walaupun masih sedikit meningkat, namun menunjukkan

adanya tren perlambatan dalam 6 bulan ke depan. Hal ini

patut diwaspadai karena terdapat pesimisme masyarakat

akan kondisi ekonomi mereka pada 6 bulan ke depan.

77KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 5.6 Konsumsi 3 bulan yad

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES1,25

1,50

1,75

2,00

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 5.5 Sumber Dana Cadangan

Berutang kepada bank/ koperasi

47,37%

Bantuan Keluarga

42,11%

Menjual/ menggadaikan harta

47,37%

Tidak tahu

47,37%

Berutang kepada teman/ saudara/ orang tua

10,53%

Boks 5. Kinerja Ketahanan Rumah Tangga di NTT Boks 5. Kinerja Ketahanan Rumah Tangga di NTT

Kinerja ketahanan rumah tangga berdasarkan survei

konsumen untuk tahun 2017 masih menunjukkan kondisi

yang relatif baik. Secara umum, responden masih mampu

memenuhi kebutuhan rumah tangga dari gaji yang dimiliki

walaupun nilai indikator menunjukkan angka sedikit di

bawah cukup (2,90). Tren kecukupan kebutuhan yang

cenderung meningkat tersebut juga menunjukkan bahwa

daya beli cenderung mengalami peningkatan di sepanjang

tahun 2017. Peningkatan kinerja ketahanan rumah tangga

tersebut terlihat dari tren pinjaman yang mulai mengalami

penurunan pada triwulan IV 2017. Walaupun terjadi

peningkatan konsumsi, pada akhir tahun tabungan

kembal i meningkat yang menunjukkan adanya

peningkatan pendapatan, sehingga memiliki cukup uang

untuk disimpan.

1Kepemilikan dana cadangan juga terus menunjukkan

adanya kenaikan walaupun sedikit terjadi penurunan pada

dua bulan terakhir, yang kemungkinan besar disebabkan

oleh peningkatan kebutuhan permintaan jelang hari raya

Natal dan tahun baru. Hal ini terlihat dari alokasi konsumsi

yang juga meningkat menjelang akhir tahun. Walaupun

begitu, besar dana cadangan yang dimiliki masih tetap

mengalami kenaikan dari 2,6 kali gaji pada triwulan III

menjadi 3,0 kali gaji pada triwulan IV 2017 yang

menunjukkan adanya peningkatan ketahanan ekonomi

rumah tangga.

Dana yang dipisahkan/disisihkan untuk keperluan ke depan yang mendadak atau terhitung besar

1.

76 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 5.1 Kecukupan Kebutuhan

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES

2.90

2.80

2.70

2.60

2.50

2.40

3.00

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 5.2 Konsumsi 3 bulan yad

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES

KONSUMSI PEMBAYARAN CICILAN/PINJAMAN TABUNGAN

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 5.4. Dana Cadangan Dibanding Gaji

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES

1,50

1,70

1,90

2,10

2,30

2,50

2,70

2,90

3,10

3,30

3,50

3,70

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 5.3. Kepemilikan Dana Cadangan

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES50%

55%

60%

65%

70%

75%

80%

85%

90%

95%

100%

Grafik Boks 5.7 Perkiraan jumlah tabungan 6 bulan mendatang

SUMBER : BPS, DIOLAH

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES

3.50

3.40

3.30

3.20

3.10

3.00

2.90

2.80

2.70

Grafik Boks 5.8 Perkiraan Pinjaman 6 bulan yad

SUMBER : BPS, DIOLAH

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES

2.70

2.60

2.50

2.40

2.30

2.20

2.10

2.00

Page 93: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Adapun apabila terdapat kekurangan dana, maka

sebagian besar responden akan memilih berhutang ke

lembaga perbankan/koperasi (47,37%), ataupun meminta

bantuan keluarga (42,11%). Hal ini disebabkan oleh

tingginya keikutsertaan masyarakat di NTT dalam koperasi

ataupun tingginya sifat kekeluargaan masyarakat. Hanya

sebagian kecil yang memilih menjual/ menggadaikan harta

ataupun berutang kepada teman. Hanya saja, tingginya

keikutsertaan masyarakat dalam perbankan/koperasi juga

perlu diwaspadai terkait kemampuan masyarakat dalam

membayar kembali bunga atau cicilan pokoknya.

Konsumsi dalam 3 bulan ke depan diperkirakan

mengalami kenaikan terutama disebabkan oleh

peningkatan pengeluaran pendidikan menjelang ujian

sekolah. Peningkatan pengeluaran diprediksi akan terjadi

hingga akhir tahun ajaran maupun pada saat hari raya Idul

Fitri yang terlihat dari perkiraan jumlah tabungan yang

walaupun masih sedikit meningkat, namun menunjukkan

adanya tren perlambatan dalam 6 bulan ke depan. Hal ini

patut diwaspadai karena terdapat pesimisme masyarakat

akan kondisi ekonomi mereka pada 6 bulan ke depan.

77KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 5.6 Konsumsi 3 bulan yad

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES1,25

1,50

1,75

2,00

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 5.5 Sumber Dana Cadangan

Berutang kepada bank/ koperasi

47,37%

Bantuan Keluarga

42,11%

Menjual/ menggadaikan harta

47,37%

Tidak tahu

47,37%

Berutang kepada teman/ saudara/ orang tua

10,53%

Boks 5. Kinerja Ketahanan Rumah Tangga di NTT Boks 5. Kinerja Ketahanan Rumah Tangga di NTT

Kinerja ketahanan rumah tangga berdasarkan survei

konsumen untuk tahun 2017 masih menunjukkan kondisi

yang relatif baik. Secara umum, responden masih mampu

memenuhi kebutuhan rumah tangga dari gaji yang dimiliki

walaupun nilai indikator menunjukkan angka sedikit di

bawah cukup (2,90). Tren kecukupan kebutuhan yang

cenderung meningkat tersebut juga menunjukkan bahwa

daya beli cenderung mengalami peningkatan di sepanjang

tahun 2017. Peningkatan kinerja ketahanan rumah tangga

tersebut terlihat dari tren pinjaman yang mulai mengalami

penurunan pada triwulan IV 2017. Walaupun terjadi

peningkatan konsumsi, pada akhir tahun tabungan

kembal i meningkat yang menunjukkan adanya

peningkatan pendapatan, sehingga memiliki cukup uang

untuk disimpan.

1Kepemilikan dana cadangan juga terus menunjukkan

adanya kenaikan walaupun sedikit terjadi penurunan pada

dua bulan terakhir, yang kemungkinan besar disebabkan

oleh peningkatan kebutuhan permintaan jelang hari raya

Natal dan tahun baru. Hal ini terlihat dari alokasi konsumsi

yang juga meningkat menjelang akhir tahun. Walaupun

begitu, besar dana cadangan yang dimiliki masih tetap

mengalami kenaikan dari 2,6 kali gaji pada triwulan III

menjadi 3,0 kali gaji pada triwulan IV 2017 yang

menunjukkan adanya peningkatan ketahanan ekonomi

rumah tangga.

Dana yang dipisahkan/disisihkan untuk keperluan ke depan yang mendadak atau terhitung besar

1.

76 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 5.1 Kecukupan Kebutuhan

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES

2.90

2.80

2.70

2.60

2.50

2.40

3.00

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 5.2 Konsumsi 3 bulan yad

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES

KONSUMSI PEMBAYARAN CICILAN/PINJAMAN TABUNGAN

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 5.4. Dana Cadangan Dibanding Gaji

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES

1,50

1,70

1,90

2,10

2,30

2,50

2,70

2,90

3,10

3,30

3,50

3,70

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik Boks 5.3. Kepemilikan Dana Cadangan

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES50%

55%

60%

65%

70%

75%

80%

85%

90%

95%

100%

Grafik Boks 5.7 Perkiraan jumlah tabungan 6 bulan mendatang

SUMBER : BPS, DIOLAH

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES

3.50

3.40

3.30

3.20

3.10

3.00

2.90

2.80

2.70

Grafik Boks 5.8 Perkiraan Pinjaman 6 bulan yad

SUMBER : BPS, DIOLAH

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2017

SEP OKT NOV DES

2.70

2.60

2.50

2.40

2.30

2.20

2.10

2.00

Page 94: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Sistem pembayaran secara umum di tahun 2017 mengalami

peningkatan yang terlihat dari peningkatan transaksi tunai di Provinsi

NTT. Sistem pembayaran non tunai juga masih menunjukkan adanya

pertumbuhan yang cukup besar walaupun sedikit melambat

dibanding tahun sebelumnya.

Adanya penurunan kegiatan kas keliling lebih disebabkan oleh

adanya pembukaan kantor kas titipan baru sehingga proses

penukaran uang dapat dilakukan oleh kas titipan. Hal ini terlihat dari

total setoran bayaran pada kas titipan yang meningkat cukup

signifikan.

Kegiatan penukaran valuta asing juga menunjukkan peningkatan

yang cukup besar yang menunjukkan adanya kenaikan jumlah

kunjungan dan transaksi wisatawan asing di tahun 2017.

Penyelenggaraan SistemPembayaran danPengelolaan Uang Rupiah

bab v.

Perkiraan nilai pinjaman masih menunjukkan adanya tren

penurunan walaupun mengalami perlambatan. Adanya

peningkatan nilai tren juga patut diwaspadai, karena

menunjukkan potensi pengurangan hutang yang semakin

kecil dalam 6 bulan yang akan datang. Hal tersebut

menunjukkan adanya potensi pengurangan pendapatan

atau peningkatan konsumsi, yang berdampak pada

penurunan kemampuan rumah tangga dalam membayar

pinjaman ke depan. Indikator kepemilikan produk kredit

tanpa agunan juga menunjukkan adanya kenaikan di

triwulan IV 2017 di tengah stagnasi kepemilikan tabungan

yang dimiliki oleh responden.

78 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 95: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Sistem pembayaran secara umum di tahun 2017 mengalami

peningkatan yang terlihat dari peningkatan transaksi tunai di Provinsi

NTT. Sistem pembayaran non tunai juga masih menunjukkan adanya

pertumbuhan yang cukup besar walaupun sedikit melambat

dibanding tahun sebelumnya.

Adanya penurunan kegiatan kas keliling lebih disebabkan oleh

adanya pembukaan kantor kas titipan baru sehingga proses

penukaran uang dapat dilakukan oleh kas titipan. Hal ini terlihat dari

total setoran bayaran pada kas titipan yang meningkat cukup

signifikan.

Kegiatan penukaran valuta asing juga menunjukkan peningkatan

yang cukup besar yang menunjukkan adanya kenaikan jumlah

kunjungan dan transaksi wisatawan asing di tahun 2017.

Penyelenggaraan SistemPembayaran danPengelolaan Uang Rupiah

bab v.

Perkiraan nilai pinjaman masih menunjukkan adanya tren

penurunan walaupun mengalami perlambatan. Adanya

peningkatan nilai tren juga patut diwaspadai, karena

menunjukkan potensi pengurangan hutang yang semakin

kecil dalam 6 bulan yang akan datang. Hal tersebut

menunjukkan adanya potensi pengurangan pendapatan

atau peningkatan konsumsi, yang berdampak pada

penurunan kemampuan rumah tangga dalam membayar

pinjaman ke depan. Indikator kepemilikan produk kredit

tanpa agunan juga menunjukkan adanya kenaikan di

triwulan IV 2017 di tengah stagnasi kepemilikan tabungan

yang dimiliki oleh responden.

78 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 96: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Grafik 5.5 Perkembangan Inflow Per Pecahan Rupiah

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600 MILIAR RP

Grafik 5.6 Perkembangan Outflow Per Pecahan Rupiah

I II III IV

2016

I II III IV

2017

MILIAR RP

UK 100.000 UK 50.000 UK 20.000 UK 10.000 PECAHAN LAINNYA

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

UK 100.000 UK 50.000 UK 20.000 UK 10.000 PECAHAN LAINNYA

Grafik 5.3 Share Setoran Bank Triwulan IV 2017

BANK PEMERINTAH BANK SWASTA BUKAN BANK

Grafik 5.4 Share Bayaran Bank Triwulan IV 2017

BANK PEMERINTAH BANK SWASTA BUKAN BANK

27.73%72.23%

0.04%

bank pemerintah pada triwulan IV 2017 memiliki

persentase 72,23%. Jumlah setoran bank pemerintah

tersebut mengalami kenaikan sebesar 75,79% (yoy)

apabila dibandingkan dengan triwulan IV 2016. Bank

swasta menempati posisi kedua sumber setoran bank

dengan persentase 27,37%. Jumlah setoran bank swasta

mengalami kenaikan signifikan yakni 104,37% (yoy)

apabila dibandingkan dengan triwulan IV 2016.

Sementara itu, 99,19% jumlah uang kartal yang keluar

ditarik oleh bank pemerintah. Jumlah tersebut mengalami

kenaikan sebesar 57,03% (yoy) dibandingkan triwulan IV

2016.

Pada triwulan IV 2017, inflow dan outflow di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT didominasi

oleh uang kertas pecahan Rp 100.000 dan Rp 50.000.

Berdasarkan komposisi inflow, uang pecahan Rp100.000

memiliki porsi terbesar dengan persentase sebesar

58,56%, disusul dengan pecahan Rp 50.000 dengan

persentase sebesar 35,89%. Apabila dibandingkan

dengan triwulan IV 2016, uang kertas pecahan Rp 100.000

dan Rp 50.000 mengalami kenaikan masing-masing

sebesar 99,39% (yoy) dan 67,71% (yoy). Komposisi inflow

pecahan lainnya masing-masing adalah 2,33% uang

kertas Rp 20.000, 1,63% uang kertas Rp 10.000, dan

1,58% pecahan lainnya terdiri dari uang kertas Rp 5.000,

Rp 2.000, Rp 1.000, dan uang logam. Berdasarkan

komposisi outflow, uang pecahan Rp100.000 memiliki

porsi terbesar dengan persentase sebesar 66%, disusul

dengan pecahan Rp 50.000 dengan persentase sebesar

30,54%. Apabila dibandingkan dengan triwulan IV 2016,

uang kertas pecahan Rp 100.000 dan Rp 50.000

mengalami kenaikan masing-masing sebesar 57,66%

(yoy) dan 57,32% (yoy). Komposisi outflow pecahan

lainnya masing-masing adalah 1,51% uang kertas Rp

20.000, 0,98% uang kertas Rp 10.000, dan 0,97%

pecahan lainnya. Hal ini menunjukkan aktivitas ekonomi

masyarakat banyak menggunakan Uang Pecahan Besar

(Rp 100.000 dan Rp 50.000).

81KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

0.73%99.19%

0.08%

Pada tahun 2017, aktivitas sistem pembayaran di Provinsi

NTT mengalami peningkatan, khususnya sistem

pembayaran tunai. Jumlah uang yang beredar di

masyarakat atau net outflow pada tahun 2017 mencapai

Rp 2,13 triliun atau meningkat sebesar 51,54% (yoy)

dibandingkan tahun 2016. Pada triwulan IV 2017, net

outflow transaksi tunai Provinsi NTT mencapai Rp 2,29

triliun atau meningkat 46,32% (yoy) dibandingkan

triwulan IV 2016. Sementara itu, sistem pembayaran non

tunai mengalami perlambatan meskipun tidak signifikan.

Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di

Provinsi NTT pada tahun 2017 secara nominal mencapai Rp

11,09 triliun atau mengalami penurunan 12,41% (yoy)

dibandingkan tahun 2016. Penurunan tersebut sejalan

dengan penurunan kliring nasional dan disinyalir

merupakan dampak perubahan ketentuan tentang batas

maksimal kliring mulai dari nominal kliring yang tidak

dibatasi menjadi maksimal Rp 500 juta per Juli 2016 sesuai

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/35/DPSP perihal

Batas Nilai Nominal Transfer Dana Melalui Sistem Bank

Indonesia Real Time Gross Settlement dan Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia tanggal 13 November 2015. Pada

triwulan IV 2017, transaksi SKNBI mencapai Rp 3,3 triliun

atau mengalami penurunan 2,51% (yoy) dibandingkan

triwulan IV 2016. Dari sisi volume, jumlah warkat kliring

pada tahun 2017 justru mengalami kenaikan 1,53% (yoy)

dibandingkan tahun 2016 atau mencapai 307.559 warkat.

Hal ini menunjukkan rata-rata transfer dana per warkat

pada tahun 2017 mengalami penurunan.

5.1. KONDISI UMUM 5.2. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI5.2.1. Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran Uang Keluar (outflow)Pada tahun 2017, transaksi tunai di Provinsi NTT

menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp 2,13

triliun. Posisi tersebut menunjukkan peningkatan 51,54%

(yoy) dibandingkan tahun 2016. Hal ini menunjukkan

indikasi peningkatan aktivitas ekonomi di Provinsi NTT

pada tahun 2017. Secara triwulanan, Provinsi NTT selalu

mengalami net outflow kecuali triwulan I 2017 di mana

Provinsi NTT mengalami net inflow sebesar Rp 1,74 triliun.

Hal tersebut sesuai dengan pola musiman aliran uang, di

mana setelah perayaan Natal dan Tahun Baru, uang masuk

ke Bank Indonesia lebih besar daripada uang yang keluar.

Kondisi net outflow transaksi tunai di Provinsi NTT

pada triwulan IV 2017 mencapai Rp 2,29 triliun. Posisi

net outflow tersebut menunjukkan peningkatan yang

signifikan yakni 46,32% (yoy) dibandingkan triwulan IV

2016 yang hanya mencapai Rp 1,57 triliun. Kenaikan

konsumsi rumah tangga jelang Hari Raya Natal dan Tahun

Baru 2018 serta pembayaran realisasi proyek-proyek

pemerintah dan swasta telah meningkatkan net outflow

Bank Indonesia pada triwulan IV 2017. Di samping itu,

peningkatan net outflow juga disebabkan oleh

pembukaan dua kas titipan sepanjang tahun 2017

sehingga memudahkan Perbankan dalam memenuhi

kebutuhan uang Rupiah masyarakat.

Berdasarkan pola aliran dana, setoran dan bayaran

sebagian besar berasal dari bank pemerintah. Setoran

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

200%

100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

-2,500

-2,000

-1,500

-1,000

-500

0

500

1,000

1,500

2,000

YOYNET IN/OUT (RP. MILIAR)

Grafik 5.2 Perkembangan Inflow/Outflow di Povinsi NTT

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-80%

0%

80%

160%

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

YOY INFLOWINFLOW (RP. MILIAR) OUTFLOW (RP. MILIAR) YOY OUTFLOW

80 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 97: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Grafik 5.5 Perkembangan Inflow Per Pecahan Rupiah

I II III IV

2016

I II III IV

2017

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600 MILIAR RP

Grafik 5.6 Perkembangan Outflow Per Pecahan Rupiah

I II III IV

2016

I II III IV

2017

MILIAR RP

UK 100.000 UK 50.000 UK 20.000 UK 10.000 PECAHAN LAINNYA

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

UK 100.000 UK 50.000 UK 20.000 UK 10.000 PECAHAN LAINNYA

Grafik 5.3 Share Setoran Bank Triwulan IV 2017

BANK PEMERINTAH BANK SWASTA BUKAN BANK

Grafik 5.4 Share Bayaran Bank Triwulan IV 2017

BANK PEMERINTAH BANK SWASTA BUKAN BANK

27.73%72.23%

0.04%

bank pemerintah pada triwulan IV 2017 memiliki

persentase 72,23%. Jumlah setoran bank pemerintah

tersebut mengalami kenaikan sebesar 75,79% (yoy)

apabila dibandingkan dengan triwulan IV 2016. Bank

swasta menempati posisi kedua sumber setoran bank

dengan persentase 27,37%. Jumlah setoran bank swasta

mengalami kenaikan signifikan yakni 104,37% (yoy)

apabila dibandingkan dengan triwulan IV 2016.

Sementara itu, 99,19% jumlah uang kartal yang keluar

ditarik oleh bank pemerintah. Jumlah tersebut mengalami

kenaikan sebesar 57,03% (yoy) dibandingkan triwulan IV

2016.

Pada triwulan IV 2017, inflow dan outflow di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT didominasi

oleh uang kertas pecahan Rp 100.000 dan Rp 50.000.

Berdasarkan komposisi inflow, uang pecahan Rp100.000

memiliki porsi terbesar dengan persentase sebesar

58,56%, disusul dengan pecahan Rp 50.000 dengan

persentase sebesar 35,89%. Apabila dibandingkan

dengan triwulan IV 2016, uang kertas pecahan Rp 100.000

dan Rp 50.000 mengalami kenaikan masing-masing

sebesar 99,39% (yoy) dan 67,71% (yoy). Komposisi inflow

pecahan lainnya masing-masing adalah 2,33% uang

kertas Rp 20.000, 1,63% uang kertas Rp 10.000, dan

1,58% pecahan lainnya terdiri dari uang kertas Rp 5.000,

Rp 2.000, Rp 1.000, dan uang logam. Berdasarkan

komposisi outflow, uang pecahan Rp100.000 memiliki

porsi terbesar dengan persentase sebesar 66%, disusul

dengan pecahan Rp 50.000 dengan persentase sebesar

30,54%. Apabila dibandingkan dengan triwulan IV 2016,

uang kertas pecahan Rp 100.000 dan Rp 50.000

mengalami kenaikan masing-masing sebesar 57,66%

(yoy) dan 57,32% (yoy). Komposisi outflow pecahan

lainnya masing-masing adalah 1,51% uang kertas Rp

20.000, 0,98% uang kertas Rp 10.000, dan 0,97%

pecahan lainnya. Hal ini menunjukkan aktivitas ekonomi

masyarakat banyak menggunakan Uang Pecahan Besar

(Rp 100.000 dan Rp 50.000).

81KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

0.73%99.19%

0.08%

Pada tahun 2017, aktivitas sistem pembayaran di Provinsi

NTT mengalami peningkatan, khususnya sistem

pembayaran tunai. Jumlah uang yang beredar di

masyarakat atau net outflow pada tahun 2017 mencapai

Rp 2,13 triliun atau meningkat sebesar 51,54% (yoy)

dibandingkan tahun 2016. Pada triwulan IV 2017, net

outflow transaksi tunai Provinsi NTT mencapai Rp 2,29

triliun atau meningkat 46,32% (yoy) dibandingkan

triwulan IV 2016. Sementara itu, sistem pembayaran non

tunai mengalami perlambatan meskipun tidak signifikan.

Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di

Provinsi NTT pada tahun 2017 secara nominal mencapai Rp

11,09 triliun atau mengalami penurunan 12,41% (yoy)

dibandingkan tahun 2016. Penurunan tersebut sejalan

dengan penurunan kliring nasional dan disinyalir

merupakan dampak perubahan ketentuan tentang batas

maksimal kliring mulai dari nominal kliring yang tidak

dibatasi menjadi maksimal Rp 500 juta per Juli 2016 sesuai

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/35/DPSP perihal

Batas Nilai Nominal Transfer Dana Melalui Sistem Bank

Indonesia Real Time Gross Settlement dan Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia tanggal 13 November 2015. Pada

triwulan IV 2017, transaksi SKNBI mencapai Rp 3,3 triliun

atau mengalami penurunan 2,51% (yoy) dibandingkan

triwulan IV 2016. Dari sisi volume, jumlah warkat kliring

pada tahun 2017 justru mengalami kenaikan 1,53% (yoy)

dibandingkan tahun 2016 atau mencapai 307.559 warkat.

Hal ini menunjukkan rata-rata transfer dana per warkat

pada tahun 2017 mengalami penurunan.

5.1. KONDISI UMUM 5.2. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI5.2.1. Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran Uang Keluar (outflow)Pada tahun 2017, transaksi tunai di Provinsi NTT

menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp 2,13

triliun. Posisi tersebut menunjukkan peningkatan 51,54%

(yoy) dibandingkan tahun 2016. Hal ini menunjukkan

indikasi peningkatan aktivitas ekonomi di Provinsi NTT

pada tahun 2017. Secara triwulanan, Provinsi NTT selalu

mengalami net outflow kecuali triwulan I 2017 di mana

Provinsi NTT mengalami net inflow sebesar Rp 1,74 triliun.

Hal tersebut sesuai dengan pola musiman aliran uang, di

mana setelah perayaan Natal dan Tahun Baru, uang masuk

ke Bank Indonesia lebih besar daripada uang yang keluar.

Kondisi net outflow transaksi tunai di Provinsi NTT

pada triwulan IV 2017 mencapai Rp 2,29 triliun. Posisi

net outflow tersebut menunjukkan peningkatan yang

signifikan yakni 46,32% (yoy) dibandingkan triwulan IV

2016 yang hanya mencapai Rp 1,57 triliun. Kenaikan

konsumsi rumah tangga jelang Hari Raya Natal dan Tahun

Baru 2018 serta pembayaran realisasi proyek-proyek

pemerintah dan swasta telah meningkatkan net outflow

Bank Indonesia pada triwulan IV 2017. Di samping itu,

peningkatan net outflow juga disebabkan oleh

pembukaan dua kas titipan sepanjang tahun 2017

sehingga memudahkan Perbankan dalam memenuhi

kebutuhan uang Rupiah masyarakat.

Berdasarkan pola aliran dana, setoran dan bayaran

sebagian besar berasal dari bank pemerintah. Setoran

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

200%

100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

-2,500

-2,000

-1,500

-1,000

-500

0

500

1,000

1,500

2,000

YOYNET IN/OUT (RP. MILIAR)

Grafik 5.2 Perkembangan Inflow/Outflow di Povinsi NTT

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

-80%

0%

80%

160%

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

YOY INFLOWINFLOW (RP. MILIAR) OUTFLOW (RP. MILIAR) YOY OUTFLOW

80 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 98: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Grafik 5.12 Perkembangan Pemusnahan UTLE

MILIAR RP

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

PEMUSNAHAN UTLE %PEMUSNAHAN/INFLOW

Grafik 5.10

I II III IV

2016

I II III IV

2017

MILIAR RP

ULE UTLE

Perkembangan Distribusi ULE dan Penarikan UTLE di Kas Titipan Provinsi NTT

0

200

400

600

800

1,000

1,200

Grafik 5.11

MAUMERE ATAMBUA WAINGAPU ENDE RUTENG LEWOLEBA WAIKA-BUBAK

ALOR

MILIAR RP

ULEUTLE

Distribusi ULE dan Penarikan UTLE Masing-Masing Kas Titipan Per Triwulan IV 2017

0

50

100

150

200

250

Kas titipan meningkatkan penyerapan UTLE dan

distribusi ULE. Pada triwulan IV 2017, jumlah UTLE yang

diserap oleh kas titipan mencapai Rp 382,27 miliar atau

meningkat 257,73% dibandingkan triwulan IV 2016. UTLE

tersebut digantikan oleh ULE sebesar Rp 1,12triliun.

Distribusi ULE melalui kas titipan tersebut meningkat

28,18% dibandingkan triwulan IV 2016.

Berdasarkan lokasi kas titipan, Waingapu menempati

posisi pertama kas titipan dengan penyerapan UTLE

terbesar. Pada triwulan IV 2017, jumlah UTLE yang diserap

kas titipan Waingapu sebesar Rp 104,4 miliar. Kas titipan di

Alor belum melakukan penyerapan UTLE karena baru

dibuka Bulan September 2017. Kas titipan di Ende

merupakan kas titipan dengan penyerapan UTLE terendah

yakni sebesar Rp 19,94 miliar. Sementara itu, distribusi ULE

terbesar adalah kas titipan Atambua dengan nilai Rp

213,40 miliar.

Secara triwulan, UTLE yang dimusnahkan pada triwulan IV

2017 mencapai Rp 899,59 miliar atau mengalami kenaikan

195,19% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2016. Sepanjang

triwulan IV 2017, dari seluruh uang yang masuk di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT 72,15%

merupakan UTLE dan telah dimusnahkan. Persentase

tersebut lebih besar dibandingkan triwulan IV 2016 di

mana persentase pemusnahan per inflow hanya mencapai

43,81%.

5.2.3. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)Jumlah UTLE yang dimusnahkan pada tahun 2017

mencapai Rp 1,97 triliun atau mengalami kenaikan

10,11% (yoy) dibandingkan tahun 2016 seiring

dengan adanya komitmen Bank Indonesia untuk

menyediakan kualitas uang yang lebih baik di

masyarakat.

5.2.4. Perkembangan Uang Palsu (UPAL)Jumlah UPAL yang ditemukan selama tahun 2017

adalah 438 lembar. Jumlah ini meningkat 146,07%

dibandingkan jumlah uang palsu pada tahun 2016. Pada

triwulan I 2017, Kepolisian mengungkap pengedar uang

palsu di Kabupaten Kupang dengan jumlah 403 lembar.

Sementara itu, tidak ada penemuan uang palsu pada

triwulan IV 2017.

83KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Grafik 5.8

I II III IV

2016

I II III IV

2017

MILIAR RP

(1,500)

(1,000)

(500)

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

INFLOW OUTFLOW NETFLOW

Perkembangan Inflow dan Outflow Kas Titipan Provinsi NTT

Grafik 5.9

YOY INFLOWINFLOW (RP. MILIAR) OUTFLOW (RP. MILIAR) YOY OUTFLOW

ATAMBUA

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

(200%)

(100%)

0%

100%

200%

300%

400%

(400)

(300)

(200)

(100)

-

100

200

300

400

500 MILIAR RP

Perkembangan Kas Titipan Berdasarkan Kabupaten di Provinsi NTT

MAUMERE WAINGAPURUTENGLEWOLEBAWAIKA-BUBAK ALORENDE

Grafik 5.7 Perkembangan Kas Keliling di Provinsi NTT

2016 2017

FREKUENSI (KALI) NOMINAL (MILIAR RUPIAH)

8364

85.46

35.09

Pada triwulan IV 2017, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi NTT telah melaksanakan kegiatan

kas keliling sebanyak 20 kali. Kegiatan kas keliling

tersebut terdiri dari 14 kali di dalam Kota Kupang dan

enam kali di luar kota. Total kegiatan kas keliling yang

dilaksanakan selama tahun 2017 adalah 64 kali yang terdiri

dari 50 kali dalam kota dan 14 kali di luar kota. Melalui

kegiatan kas keliling tersebut, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi NTT selama tahun 2017 telah

melaksanakan penukaran uang secara langsung kepada

masyarakat hingga mencapai Rp 35,09 miliar. Kegiatan kas

keliling tahun 2017 mengalami penurunan baik secara

frekuensi maupun nominal dibandingkan tahun 2016,

tetapi hal tersebut diimbangi dengan pertambahan jumlah

kas titipan serta peningkatan aktivitas kas titipan di Provinsi

NTT yang tercermin dari peningkatan penyerapan Uang

Tidak Layak Edar (UTLE) dan distribusi Uang Layak Edar

(ULE).

Pada tahun 2017, kas titipan di Provinsi NTT

bertambah dua yakni di Waikabubak, Kabupaten

Sumba Barat dan Kalabahi, Kabupaten Alor. Total kas

titipan di Provinsi NTT adalah delapan kas titipan. Kas

titipan merupakan layanan kas Bank Indonesia dengan

bantuan perbankan untuk mempercepat distribusi Uang

Layak Edar dan penyerapan Uang Tidak Layak Edar.

Pada triwulan IV 2017, kas titipan di Provinsi NTT

menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp 1,29

triliun. Posisi net outflow tersebut mengalami

peningkatan sebesar 75,83% (yoy) dibandingkan triwulan

IV 2016. Kegiatan setoran dan penarikan di masing-

masing kas titipan mengalami kenaikan yang signifikan.

Setoran bank ke kas titipan (inflow) pada triwulan IV 2017

mengalami kenaikan 101,77% (yoy) atau sebesar Rp 781

miliar. Sementara itu, penarikan dari kas titipan ke bank

(outflow) mengalami kenaikan 84,81% (yoy) atau sebesar

Rp 2,07 triliun.

Seluruh kas titipan pada triwulan IV 2017 mengalami

kondisi net outflow. Net outflow terbesar dicapai oleh

Atambua dengan nilai Rp 307,55 miliar. Hal tersebut

sejalan dengan proyek investasi strategis di kawasan

perbatasan yang sedang dibangun oleh pemerintah pusat

seperti jalan perbatasan dan Pos Lintas Batas Negara

(PLBN). Dari segi pertumbuhan, kas titipan di Ruteng

mencapai pertumbuhan net outflow tertinggi yakni

122,72% (yoy) atau sebesar Rp 235,04 miliar.

5.2.2. Perkembangan Kegiatan Layanan Kas

82 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 99: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Grafik 5.12 Perkembangan Pemusnahan UTLE

MILIAR RP

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

PEMUSNAHAN UTLE %PEMUSNAHAN/INFLOW

Grafik 5.10

I II III IV

2016

I II III IV

2017

MILIAR RP

ULE UTLE

Perkembangan Distribusi ULE dan Penarikan UTLE di Kas Titipan Provinsi NTT

0

200

400

600

800

1,000

1,200

Grafik 5.11

MAUMERE ATAMBUA WAINGAPU ENDE RUTENG LEWOLEBA WAIKA-BUBAK

ALOR

MILIAR RP

ULEUTLE

Distribusi ULE dan Penarikan UTLE Masing-Masing Kas Titipan Per Triwulan IV 2017

0

50

100

150

200

250

Kas titipan meningkatkan penyerapan UTLE dan

distribusi ULE. Pada triwulan IV 2017, jumlah UTLE yang

diserap oleh kas titipan mencapai Rp 382,27 miliar atau

meningkat 257,73% dibandingkan triwulan IV 2016. UTLE

tersebut digantikan oleh ULE sebesar Rp 1,12triliun.

Distribusi ULE melalui kas titipan tersebut meningkat

28,18% dibandingkan triwulan IV 2016.

Berdasarkan lokasi kas titipan, Waingapu menempati

posisi pertama kas titipan dengan penyerapan UTLE

terbesar. Pada triwulan IV 2017, jumlah UTLE yang diserap

kas titipan Waingapu sebesar Rp 104,4 miliar. Kas titipan di

Alor belum melakukan penyerapan UTLE karena baru

dibuka Bulan September 2017. Kas titipan di Ende

merupakan kas titipan dengan penyerapan UTLE terendah

yakni sebesar Rp 19,94 miliar. Sementara itu, distribusi ULE

terbesar adalah kas titipan Atambua dengan nilai Rp

213,40 miliar.

Secara triwulan, UTLE yang dimusnahkan pada triwulan IV

2017 mencapai Rp 899,59 miliar atau mengalami kenaikan

195,19% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2016. Sepanjang

triwulan IV 2017, dari seluruh uang yang masuk di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT 72,15%

merupakan UTLE dan telah dimusnahkan. Persentase

tersebut lebih besar dibandingkan triwulan IV 2016 di

mana persentase pemusnahan per inflow hanya mencapai

43,81%.

5.2.3. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)Jumlah UTLE yang dimusnahkan pada tahun 2017

mencapai Rp 1,97 triliun atau mengalami kenaikan

10,11% (yoy) dibandingkan tahun 2016 seiring

dengan adanya komitmen Bank Indonesia untuk

menyediakan kualitas uang yang lebih baik di

masyarakat.

5.2.4. Perkembangan Uang Palsu (UPAL)Jumlah UPAL yang ditemukan selama tahun 2017

adalah 438 lembar. Jumlah ini meningkat 146,07%

dibandingkan jumlah uang palsu pada tahun 2016. Pada

triwulan I 2017, Kepolisian mengungkap pengedar uang

palsu di Kabupaten Kupang dengan jumlah 403 lembar.

Sementara itu, tidak ada penemuan uang palsu pada

triwulan IV 2017.

83KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

URGrafik 5.8

I II III IV

2016

I II III IV

2017

MILIAR RP

(1,500)

(1,000)

(500)

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

INFLOW OUTFLOW NETFLOW

Perkembangan Inflow dan Outflow Kas Titipan Provinsi NTT

Grafik 5.9

YOY INFLOWINFLOW (RP. MILIAR) OUTFLOW (RP. MILIAR) YOY OUTFLOW

ATAMBUA

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

INF

LO

W

OU

TF

LO

W

NE

TF

LO

W

(200%)

(100%)

0%

100%

200%

300%

400%

(400)

(300)

(200)

(100)

-

100

200

300

400

500 MILIAR RP

Perkembangan Kas Titipan Berdasarkan Kabupaten di Provinsi NTT

MAUMERE WAINGAPURUTENGLEWOLEBAWAIKA-BUBAK ALORENDE

Grafik 5.7 Perkembangan Kas Keliling di Provinsi NTT

2016 2017

FREKUENSI (KALI) NOMINAL (MILIAR RUPIAH)

8364

85.46

35.09

Pada triwulan IV 2017, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi NTT telah melaksanakan kegiatan

kas keliling sebanyak 20 kali. Kegiatan kas keliling

tersebut terdiri dari 14 kali di dalam Kota Kupang dan

enam kali di luar kota. Total kegiatan kas keliling yang

dilaksanakan selama tahun 2017 adalah 64 kali yang terdiri

dari 50 kali dalam kota dan 14 kali di luar kota. Melalui

kegiatan kas keliling tersebut, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi NTT selama tahun 2017 telah

melaksanakan penukaran uang secara langsung kepada

masyarakat hingga mencapai Rp 35,09 miliar. Kegiatan kas

keliling tahun 2017 mengalami penurunan baik secara

frekuensi maupun nominal dibandingkan tahun 2016,

tetapi hal tersebut diimbangi dengan pertambahan jumlah

kas titipan serta peningkatan aktivitas kas titipan di Provinsi

NTT yang tercermin dari peningkatan penyerapan Uang

Tidak Layak Edar (UTLE) dan distribusi Uang Layak Edar

(ULE).

Pada tahun 2017, kas titipan di Provinsi NTT

bertambah dua yakni di Waikabubak, Kabupaten

Sumba Barat dan Kalabahi, Kabupaten Alor. Total kas

titipan di Provinsi NTT adalah delapan kas titipan. Kas

titipan merupakan layanan kas Bank Indonesia dengan

bantuan perbankan untuk mempercepat distribusi Uang

Layak Edar dan penyerapan Uang Tidak Layak Edar.

Pada triwulan IV 2017, kas titipan di Provinsi NTT

menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp 1,29

triliun. Posisi net outflow tersebut mengalami

peningkatan sebesar 75,83% (yoy) dibandingkan triwulan

IV 2016. Kegiatan setoran dan penarikan di masing-

masing kas titipan mengalami kenaikan yang signifikan.

Setoran bank ke kas titipan (inflow) pada triwulan IV 2017

mengalami kenaikan 101,77% (yoy) atau sebesar Rp 781

miliar. Sementara itu, penarikan dari kas titipan ke bank

(outflow) mengalami kenaikan 84,81% (yoy) atau sebesar

Rp 2,07 triliun.

Seluruh kas titipan pada triwulan IV 2017 mengalami

kondisi net outflow. Net outflow terbesar dicapai oleh

Atambua dengan nilai Rp 307,55 miliar. Hal tersebut

sejalan dengan proyek investasi strategis di kawasan

perbatasan yang sedang dibangun oleh pemerintah pusat

seperti jalan perbatasan dan Pos Lintas Batas Negara

(PLBN). Dari segi pertumbuhan, kas titipan di Ruteng

mencapai pertumbuhan net outflow tertinggi yakni

122,72% (yoy) atau sebesar Rp 235,04 miliar.

5.2.2. Perkembangan Kegiatan Layanan Kas

82 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 100: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Grafik 5.15 Perkembangan Transaksi KUPVA BB Provinsi NTT

I II III IV

2016

I II III IV

2017

PENJUALAN PEMBELIAN

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Grafik 5.16

I II III IV

2016

I II III IV

2017

MILIAR RP

0

5

10

15

20

25

30

USD EUR LAINNYA

Perkembangan Pangsa Valuta Asing KUPVA BB di Provinsi NTT

MILIAR RP

senilai Rp 6,81 miliar. Sementara itu, mata uang lainnya

yakni JPY, CNY, dan SGD mempunyai pangsa yang kecil

yakni 1,83%.

85KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

URGrafik 5.14 Perkembangan Transaksi Kliring

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

40%

20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

GROWTH CEK/BG KOSONGVOLUME KLIRING GROWTH VOLUME KLIRING RATIO CEK/BG KOSONG

Grafik 5.13 Perkembangan UPAL di Povinsi NTT

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

LEMBAR UPAL

0

200

400

600

800

1000

1200

5.3. TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI (SKNBI)

Pada triwulan IV 2017, transaksi kliring baik secara

nasional maupun Provinsi NTT mengalami

penurunan. Transaksi kliring di Provinsi NTT pada triwulan

IV 2017 mencapai Rp 3,3 triliun atau mengalami

penurunan 2,51% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2016.

Penurunan tersebut sejalan dengan penurunan kliring

nasional. Pada triwulan IV 2017, transaksi kliring nasional

mencapai Rp 910,87 triliun atau mengalami penurunan

6,76% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2016 yang

mencapai Rp 976,87 triliun. Namun, jumlah warkat baik

secara nasional maupun Provinsi NTT mengalami kenaikan.

Volume kliring Provinsi NTT pada triwulan IV 2017 adalah

88.830 warkat. Jumlah tersebut meningkat 2,91% (yoy)

dibandingkan triwulan IV 2016. Peningkatan tersebut

sejalan dengan peningkatan volume kliring nasional yang

mencapai 5,03% (yoy).

Sementara itu,penyerahan Cek/BG kosong di Provinsi NTT

pada triwulan IV 2017 mengalami penurunan. Volume

Cek/BG kosong pada triwulan IV 2017 menurun 29,33%

(yoy) dibandingkan triwulan IV 2016 atau sebesar 212

warkat. Dari sisi nominal, Cek/BG kosong mengalami

penurunan sebesar31,47% (yoy) dibandingkan triwulan IV

2016. Hal ini disebabkan oleh ketatnya aturan tentang

ke lengkapan dan syarat melakukan t ransaks i

menggunakan bilyet giro yang mulai berlaku 1 April 2017

sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016

tentang Bilyet Giro.

5.4. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK (KUPVA BB)Pada tahun 2017, jumlah penyelenggara KUPVA BB berizin

di Provinsi NTT adalah tujuh penyelenggara. Lokasi KUPVA

BB berizin tersebut adalah Kota Kupang (empat

penyelenggara), Atambua (dua penyelenggara), dan

Labuan Bajo (satu penyelenggara).

Kegiatan penjualan dan pembelian valuta asing

melalui KUPVA BB berizin di Provinsi NTT mengalami

peningkatan. Kegiatan penjualan valuta asing pada

tahun 2017 mencapai Rp 37,8 miliar atau meningkat 26%

(yoy) dibandingkan tahun 2016. Sementara itu, kegiatan

pembelian valuta asing pada tahun 2017 mencapai Rp

45,88 miliar atau meningkat 9,34% (yoy) dibandingkan

tahun 2016. Adapun kegiatan penjualan valuta asing pada

triwulan IV 2017 mencapai Rp 10,77 miliar atau meningkat

9,18% (yoy). Kegiatan pembelian valuta asing mengalami

penurunan 3,76% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2016

atau mencapai Rp 11,48 miliar.

Berdasarkan mata uang, transaksi penjualan dan

pembelian valuta asing pada tahun 2017 didominasi

oleh USD dengan pangsa 90,04% atau senilai Rp

75,35 miliar. Selain berperan sebagai mata uang

internasional, USD mendominasi transaksi valuta asing di

Provinsi NTT karena Timor Leste, negara yang berbatasan

langsung dengan Provinsi NTT menggunakan mata uang

USD dalam aktivitas ekonomi sehari-hari. Mata uang EUR

menempati peringkat kedua dengan pangsa 8,13% atau

84 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 101: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Grafik 5.15 Perkembangan Transaksi KUPVA BB Provinsi NTT

I II III IV

2016

I II III IV

2017

PENJUALAN PEMBELIAN

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Grafik 5.16

I II III IV

2016

I II III IV

2017

MILIAR RP

0

5

10

15

20

25

30

USD EUR LAINNYA

Perkembangan Pangsa Valuta Asing KUPVA BB di Provinsi NTT

MILIAR RP

senilai Rp 6,81 miliar. Sementara itu, mata uang lainnya

yakni JPY, CNY, dan SGD mempunyai pangsa yang kecil

yakni 1,83%.

85KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

URGrafik 5.14 Perkembangan Transaksi Kliring

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

40%

20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

GROWTH CEK/BG KOSONGVOLUME KLIRING GROWTH VOLUME KLIRING RATIO CEK/BG KOSONG

Grafik 5.13 Perkembangan UPAL di Povinsi NTT

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

LEMBAR UPAL

0

200

400

600

800

1000

1200

5.3. TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI (SKNBI)

Pada triwulan IV 2017, transaksi kliring baik secara

nasional maupun Provinsi NTT mengalami

penurunan. Transaksi kliring di Provinsi NTT pada triwulan

IV 2017 mencapai Rp 3,3 triliun atau mengalami

penurunan 2,51% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2016.

Penurunan tersebut sejalan dengan penurunan kliring

nasional. Pada triwulan IV 2017, transaksi kliring nasional

mencapai Rp 910,87 triliun atau mengalami penurunan

6,76% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2016 yang

mencapai Rp 976,87 triliun. Namun, jumlah warkat baik

secara nasional maupun Provinsi NTT mengalami kenaikan.

Volume kliring Provinsi NTT pada triwulan IV 2017 adalah

88.830 warkat. Jumlah tersebut meningkat 2,91% (yoy)

dibandingkan triwulan IV 2016. Peningkatan tersebut

sejalan dengan peningkatan volume kliring nasional yang

mencapai 5,03% (yoy).

Sementara itu,penyerahan Cek/BG kosong di Provinsi NTT

pada triwulan IV 2017 mengalami penurunan. Volume

Cek/BG kosong pada triwulan IV 2017 menurun 29,33%

(yoy) dibandingkan triwulan IV 2016 atau sebesar 212

warkat. Dari sisi nominal, Cek/BG kosong mengalami

penurunan sebesar31,47% (yoy) dibandingkan triwulan IV

2016. Hal ini disebabkan oleh ketatnya aturan tentang

ke lengkapan dan syarat melakukan t ransaks i

menggunakan bilyet giro yang mulai berlaku 1 April 2017

sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016

tentang Bilyet Giro.

5.4. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK (KUPVA BB)Pada tahun 2017, jumlah penyelenggara KUPVA BB berizin

di Provinsi NTT adalah tujuh penyelenggara. Lokasi KUPVA

BB berizin tersebut adalah Kota Kupang (empat

penyelenggara), Atambua (dua penyelenggara), dan

Labuan Bajo (satu penyelenggara).

Kegiatan penjualan dan pembelian valuta asing

melalui KUPVA BB berizin di Provinsi NTT mengalami

peningkatan. Kegiatan penjualan valuta asing pada

tahun 2017 mencapai Rp 37,8 miliar atau meningkat 26%

(yoy) dibandingkan tahun 2016. Sementara itu, kegiatan

pembelian valuta asing pada tahun 2017 mencapai Rp

45,88 miliar atau meningkat 9,34% (yoy) dibandingkan

tahun 2016. Adapun kegiatan penjualan valuta asing pada

triwulan IV 2017 mencapai Rp 10,77 miliar atau meningkat

9,18% (yoy). Kegiatan pembelian valuta asing mengalami

penurunan 3,76% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2016

atau mencapai Rp 11,48 miliar.

Berdasarkan mata uang, transaksi penjualan dan

pembelian valuta asing pada tahun 2017 didominasi

oleh USD dengan pangsa 90,04% atau senilai Rp

75,35 miliar. Selain berperan sebagai mata uang

internasional, USD mendominasi transaksi valuta asing di

Provinsi NTT karena Timor Leste, negara yang berbatasan

langsung dengan Provinsi NTT menggunakan mata uang

USD dalam aktivitas ekonomi sehari-hari. Mata uang EUR

menempati peringkat kedua dengan pangsa 8,13% atau

84 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 102: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Kinerja BI Jangkau, khususnya di Provinsi NTT memang

perlu ditingkatkan lagi. Koordinasi yang lebih intensif

antara Bank Indonesia dengan perbankan dan pegadaian

selaku mitra pelaksana program BI Jangkau perlu

diintensifkan khususnya mengenai ketentuan pelaksanaan

program BI Jangkau dan monitoring. Dengan demikian,

kebutuhan masyarakat akan uang Rupiah dengan jumlah

nominal yang cukup, jenis yang sesuai, tepat waktu, dan

layak edar dapat terpenuhi.

87KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Boks 6. Implementasi Pilot Project BI Jangkau di Provinsi NTTBoks 6. Implementasi Pilot Project BI Jangkau di Provinsi NTT

Setelah diresmikan pada tanggal 17 Juli 2017, program BI

Jangkau saat ini telah dilaksanakan di 4 kabupaten di NTT

antara lain di Labuan Bajo (Kabupaten Manggarai Barat),

Waingapu (Kabupaten Sumba Timur), Betun (Kabupaten

Malaka), dan PLBN Motaain, Atambua Kabupaten Belu.

Bentuk kerjasama Bank Indonesia dengan mitra pelaksana

program BI Jangkau meliputi : distribusi uang sampai ke

tingkat kecamatan/desa, layanan penukaran uang kepada

masyarakat sampai ke tingkat kecamatan/desa,

pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui penarikan

uang berupa HCS/ULE, edukasi dan sosialisasi, serta tukar-

menukar data informasi dalam rangka pelaksanaan pilot

project BI Jangkau. Selain itu, program BI Jangkau juga

dilaksanakan di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) melalui

layanan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan Kegiatan

Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA).

Prinsip pelaksanaan program BI Jangkau ada tiga yakni

perluasan jalur distribusi, percepatan pengedaran Hasil

Cetak Sempurna (HCS)/ULE kepada masyarakat, serta

penyerapan UTLE dari masyarakat. Mulanya, kantor

cabang koordinator bank di suatu wilayah mendapatkan

persediaan HCS/ULE dari Bank Indonesia atau kas titipan

terdekat. Setelah itu, kantor cabang koordinator bank

tersebut mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan

HCS/ULE kantor cabang bank atau pihak lainnya. Kantor

cabang bank atau pihak lain meneruskan HCS/ULE ke unit

kerja di bawahnya, sekaligus melakukan penarikan UTLE

untuk disetorkan kepada kantor cabang koordinator. Unit

kerja di bawah kantor cabang bank atau pihak lain

melakukan layanan penukaran UTLE dengan HCS/ULE

kepada masyarakat di kecamatan/desa. Dengan adanya BI

jangkau, masyarakat diharapkan dapat memperoleh uang

dalam kondisi yang lebih layak edar melalui perbankan

yang ada di daerahnya, sehingga dengan kondisi uang

yang lebih layak edar, diharapkan masyarakat dapat lebih

nyaman dalam bertransaksi.

Adapun pelaksanaan pilot project BI Jangkau selama tahun

2017 telah membantu penyerapan UTLE untuk kemudian

ditukarkan dengan ULE. Jumlah UTLE yang berhasil diserap

di Provinsi NTT selama tahun 2017 adalah Rp 300 juta.

Pencapaian tersebut termasuk rendah dibandingkan lokasi

pilot project BI Jangkau lainnya. Hal ini disebabkan oleh

masih kurang efektifnya kegiatan BI jangkau yang

dilakukan, selain juga waktu pelaksanaan yang relatif baru.

Total UTLE yang berhasil diserap di seluruh lokasi pilot

project BI Jangkau adalah Rp 21,66 milyar.

Gambar 6.1 Lokasi Pilot Project BI Jangkau di Provinsi NTT Gambar 6.2 Mekanisme BI Jangkau

86 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 103: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Kinerja BI Jangkau, khususnya di Provinsi NTT memang

perlu ditingkatkan lagi. Koordinasi yang lebih intensif

antara Bank Indonesia dengan perbankan dan pegadaian

selaku mitra pelaksana program BI Jangkau perlu

diintensifkan khususnya mengenai ketentuan pelaksanaan

program BI Jangkau dan monitoring. Dengan demikian,

kebutuhan masyarakat akan uang Rupiah dengan jumlah

nominal yang cukup, jenis yang sesuai, tepat waktu, dan

layak edar dapat terpenuhi.

87KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Boks 6. Implementasi Pilot Project BI Jangkau di Provinsi NTTBoks 6. Implementasi Pilot Project BI Jangkau di Provinsi NTT

Setelah diresmikan pada tanggal 17 Juli 2017, program BI

Jangkau saat ini telah dilaksanakan di 4 kabupaten di NTT

antara lain di Labuan Bajo (Kabupaten Manggarai Barat),

Waingapu (Kabupaten Sumba Timur), Betun (Kabupaten

Malaka), dan PLBN Motaain, Atambua Kabupaten Belu.

Bentuk kerjasama Bank Indonesia dengan mitra pelaksana

program BI Jangkau meliputi : distribusi uang sampai ke

tingkat kecamatan/desa, layanan penukaran uang kepada

masyarakat sampai ke tingkat kecamatan/desa,

pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui penarikan

uang berupa HCS/ULE, edukasi dan sosialisasi, serta tukar-

menukar data informasi dalam rangka pelaksanaan pilot

project BI Jangkau. Selain itu, program BI Jangkau juga

dilaksanakan di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) melalui

layanan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan Kegiatan

Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA).

Prinsip pelaksanaan program BI Jangkau ada tiga yakni

perluasan jalur distribusi, percepatan pengedaran Hasil

Cetak Sempurna (HCS)/ULE kepada masyarakat, serta

penyerapan UTLE dari masyarakat. Mulanya, kantor

cabang koordinator bank di suatu wilayah mendapatkan

persediaan HCS/ULE dari Bank Indonesia atau kas titipan

terdekat. Setelah itu, kantor cabang koordinator bank

tersebut mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan

HCS/ULE kantor cabang bank atau pihak lainnya. Kantor

cabang bank atau pihak lain meneruskan HCS/ULE ke unit

kerja di bawahnya, sekaligus melakukan penarikan UTLE

untuk disetorkan kepada kantor cabang koordinator. Unit

kerja di bawah kantor cabang bank atau pihak lain

melakukan layanan penukaran UTLE dengan HCS/ULE

kepada masyarakat di kecamatan/desa. Dengan adanya BI

jangkau, masyarakat diharapkan dapat memperoleh uang

dalam kondisi yang lebih layak edar melalui perbankan

yang ada di daerahnya, sehingga dengan kondisi uang

yang lebih layak edar, diharapkan masyarakat dapat lebih

nyaman dalam bertransaksi.

Adapun pelaksanaan pilot project BI Jangkau selama tahun

2017 telah membantu penyerapan UTLE untuk kemudian

ditukarkan dengan ULE. Jumlah UTLE yang berhasil diserap

di Provinsi NTT selama tahun 2017 adalah Rp 300 juta.

Pencapaian tersebut termasuk rendah dibandingkan lokasi

pilot project BI Jangkau lainnya. Hal ini disebabkan oleh

masih kurang efektifnya kegiatan BI jangkau yang

dilakukan, selain juga waktu pelaksanaan yang relatif baru.

Total UTLE yang berhasil diserap di seluruh lokasi pilot

project BI Jangkau adalah Rp 21,66 milyar.

Gambar 6.1 Lokasi Pilot Project BI Jangkau di Provinsi NTT Gambar 6.2 Mekanisme BI Jangkau

86 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 104: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Persentase tingkat kemiskinan pada September 2017 sebesar

21,38 persen menurun dibanding Maret 2017 yang sebesar 21,85

persen dan September 2016 sebesar 22,01 persen yang

menunjukkan adanya perbaikan daya beli petani.

Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat menjadi 104,8 dibandingkan

triwulan III 2017 sebesar 103,08. NTP menunjukkan peningkatan

daya beli petani di pedesaan.

Indeks Kebahagiaan Provinsi NTT tahun 2017 tercatat sebesar

68,98 dalam skala 1-100, terdapat peningkatan namun masih

menduduki posisi terendah ke-3 di Indonesia.

Perkembangan sektor kesejahteraan dan ketenagakerjaan pada

Triwulan IV 2017 menunjukkan adanya perbaikan dibanding

periode sebelumnya.

Ketenagakerjaandan Kesejahteraan

bab vi.

Page 105: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Persentase tingkat kemiskinan pada September 2017 sebesar

21,38 persen menurun dibanding Maret 2017 yang sebesar 21,85

persen dan September 2016 sebesar 22,01 persen yang

menunjukkan adanya perbaikan daya beli petani.

Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat menjadi 104,8 dibandingkan

triwulan III 2017 sebesar 103,08. NTP menunjukkan peningkatan

daya beli petani di pedesaan.

Indeks Kebahagiaan Provinsi NTT tahun 2017 tercatat sebesar

68,98 dalam skala 1-100, terdapat peningkatan namun masih

menduduki posisi terendah ke-3 di Indonesia.

Perkembangan sektor kesejahteraan dan ketenagakerjaan pada

Triwulan IV 2017 menunjukkan adanya perbaikan dibanding

periode sebelumnya.

Ketenagakerjaandan Kesejahteraan

bab vi.

Page 106: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

MAR SEP

2012

MAR SEP

2013

MAR SEP

2014

MAR SEP

2015

MAR SEP

2016

MAR SEP

2017

Grafik 6.3 Jumlah Penduduk Miskin NTT

8.00

13.00

18.00

23.00

28.00

0

200

400

600

800

1,000

1,200 RIBU %

PERKOTAAN PEDESAAN

KOTA+DESA %PERKOTAAN %PEDESAAN %KOTA+DESA

SUMBER : BPS, DIOLAH

NASIONAL NTT

Grafik 6.4 Gini Ratio NTT dan Nasional

30%

32%

34%

36%

38%

40%

42%

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

RIBU

MAR SEP

2012

MAR SEP

2013

MAR SEP

2014

MAR SEP

2015

MAR SEP

2016

MAR SEP

2017

Grafik 6.5 Perkembangan Garis Kemiskinan

346.737

0

50

100

150

200

250

300

350

400

MAKANAN BUKAN MAKANAN GARIS KEMISKINAN

SUMBER : BPS, DIOLAH

Rp.

JAW

A T

IMU

R

JAW

A B

AR

AT

NT

B

NT

T

JAW

A T

EN

GA

H

SU

LU

T

SU

LB

AR

GO

RO

NTA

LO

SU

LTR

A

SU

LSE

L

Grafik 6.6 Sepuluh Provinsi dengan Garis Kemiskinan Terendah

3603

02

3546

79

3526

90

3467

37

3388

15

3364

03

3159

18

3077

07

3002

58

2943

58

SUMBER : BPS, DIOLAH

cenderung berada pada level ketimpangan menengah.

Angka ini lebih baik dibandingkan dengan nasional yang

sebesar 0,39. Hal ini mengindikasikan bahwa pengeluaran

masyarakat di NTT cenderung lebih merata apabila

dibandingkan dengan nasional. Namun demikian perlu

perhatian dan upaya Pemerintah Daerah mengingat angka

gini ratio ini sedikit meningkat jika dibanding 2016 sebesar

0,34.

Dari sisi garis kemiskinan, terdapat peningkatan pada bulan

September 2017 sebesar 0,97 persen menjadi Rp 346.737

per kapita per bulan, dibandingkan Maret 2017 yang

sebesar Rp 343.396 per kapita per bulan. Peningkatan garis

kemiskinan yang diiringi oleh penurunan jumlah penduduk

miskin mengindikasikan adanya perbaikan daya beli

masyarakat di NTT Pada September 2017. Sumbangan

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap GK sebesar

78,83 persen. sedikit menurun dibanding periode Maret

2017 yang sebesar 79,37 persen. Hal ini menunjukkan

inflasi pedesaan yang juga relatif rendah. Secara nasional,

GK Provinsi NTT berada di peringkat ke-28 setelah Provinsi

NTB. Provinsi dengan garis kemiskinan tertinggi adalah

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp 607.927.

Sedangkan Provinsi Sulawesi Selatan memiliki GK terendah

sebesar Rp 294.358 yang mengindikasikan rendahnya

tingkat harga di Provinsi tersebut.

Pada sisi indikator indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan

indeks keparahan kemiskinan (P2) tercatat adanya

kenaikan. Pada September 2017, P1 tercatat sebesar 4,16

atau turun dibandingkan Maret 2017 yang sebesar 4,34.

Sementara itu, angka P2 relatif stagnan pada kisaran angka

1,17. Hal ini mengindikasikan bahwa pengeluaran

penduduk miskin semakin menjauhi GK dan ketimpangan

pengeluaran penduduk miskin tetap.

91KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

6.1 KONDISI UMUMIndikator ketenagakerjaan dan kesejahteraan Provinsi NTT

pada Triwulan IV 2017 mengalami peningkatan. Hal ini

terlihat dari adanya penurunan persentase penduduk

miskin, kenaikan NTP, serta penurunan T ingkat

Pengangguran Terbuka (TPT). Walaupun indikator

kesejahteraan relatif mengalami peningkatan, dengan

posisi kemiskinan dan kebahagiaan yang berada pada

peringkat 3 terendah di Indonesia, langkah struktural

dalam mengentas kemiskinan dan meningkatkan

kebahagiaan masyarakat perlu lebih digalakkan.

Persentase penduduk miskin NTT pada bulan September

2017 mencapai 21,38 persen atau berada di atas nasional

yang sebesar 10,12 persen. Persentase penduduk miskin

Provinsi NTT berada pada peringkat tiga tertinggi di

Indonesia, di bawah Provinsi Papua (27,76 persen) dan

Provinsi Papua Barat (23,12 persen). NTP pada Triwulan IV

ini tercatat sebesar 104,8 atau meningkat 1,7 persen dari

Triwulan III yang sebesar 103,08. Hal ini menunjukkan

tingkat daya beli dan daya tukar (term of trade) petani di

pedesaan meningkat. Jumlah pengangguran di Provinsi

NTT per bulan Agustus 2017 sebesar 3,27% dari total

angkatan kerja, lebih baik dibanding pengangguran

terbuka nasional yang sebesar 5,50%.

Di sisi lain, pengukuran Indeks Kebahagiaan tahun 2017

Provinsi NTT menunjukkan nilai 68,98. Meningkat dari hasil

perhitungan tahun 2014 yang sebesar 66.22 yang

terutama disebabkan oleh tingginya nilai indeks makna

6.2 KONDISI KESEJAHTERAAN6.2.1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan

SUMBER : BPS, DIOLAH

5

7

9

11

13

15

17

19

21

23

25 %

MAR SEP

2012

MAR SEP

2013

MAR SEP

2014

MAR SEP

2015

MAR SEP

2016

MAR SEP

2017

NASIONAL NTT

SUMBER : BPS, DIOLAH

13.10

14.2

2

15.0

5

15.5

9

15.9

2

17.14

18.2

9

21.3

8

23.12 27

.76

%

SU

MSE

L

SU

LTE

NG

NT

B

BE

NG

KU

LU

AC

EH

GO

RO

NTA

LO

MA

LU

KU

NT

T

PA

PU

A B

AR

AT

PA

PU

A

Grafik 6.1 Perbandingan Persentase Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 6.2 Sepuluh Provinsi dengan Jumlah Prosentase Penduduk Miskin Tertinggi

hidup terutama terkait dalam membangun hubungan yang

positif dengan orang lain.

Berdasarkan data BPS, secara h i s tor i s te r jad i

perkembangan positif dimana persentase penduduk

miskin NTT cenderung berada pada trend menurun sejak

tahun 2015, mengikuti trend secara nasional. Hal yang

menarik adalah trend penurunan presentase kemiskinan ini

terjadi baik di kota maupun pedesaan. Jika dibandingkan

dengan tahun 2016, persentase kemiskinan di kota turun

tipis dari 10,17 persen menjadi 10,11 persen pada 2017.

Sedangkan di pedesaan terjadi penurunan sebesar 0,6

persen dari 25,19 persen di 2016 menjadi 24,49 persen

pada 2017. Secara umum menurunnya jumlah penduduk

miskin pada 2017 di Provinsi NTT ini antara lain disebabkan

oleh penggunaan peralatan mekanisasi yang berpengaruh

terhadap turunnya biaya dan meningkatnya pendapatan

petani. Inflasi yang terkendali sepanjang tahun juga

berdampak terhadap terkendalinya biaya operasional

rumah tangga. Namun demikian, jika dilihat dari jumlah,

penduduk miskin mayoritas berada di pedesaan dengan

jumlah 1,05 juta jiwa (91,4 persen) dibandingkan

perkotaan yang hanya 119 ribu jiwa (8,6 persen).

Sementara itu, dari sisi ketimpangan pengeluaran, gini

ratio di NTT pada tahun 2017 tercatat sebesar 0,36 atau

90 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 107: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

MAR SEP

2012

MAR SEP

2013

MAR SEP

2014

MAR SEP

2015

MAR SEP

2016

MAR SEP

2017

Grafik 6.3 Jumlah Penduduk Miskin NTT

8.00

13.00

18.00

23.00

28.00

0

200

400

600

800

1,000

1,200 RIBU %

PERKOTAAN PEDESAAN

KOTA+DESA %PERKOTAAN %PEDESAAN %KOTA+DESA

SUMBER : BPS, DIOLAH

NASIONAL NTT

Grafik 6.4 Gini Ratio NTT dan Nasional

30%

32%

34%

36%

38%

40%

42%

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

RIBU

MAR SEP

2012

MAR SEP

2013

MAR SEP

2014

MAR SEP

2015

MAR SEP

2016

MAR SEP

2017

Grafik 6.5 Perkembangan Garis Kemiskinan

346.737

0

50

100

150

200

250

300

350

400

MAKANAN BUKAN MAKANAN GARIS KEMISKINAN

SUMBER : BPS, DIOLAH

Rp.

JAW

A T

IMU

R

JAW

A B

AR

AT

NT

B

NT

T

JAW

A T

EN

GA

H

SU

LU

T

SU

LB

AR

GO

RO

NTA

LO

SU

LTR

A

SU

LSE

L

Grafik 6.6 Sepuluh Provinsi dengan Garis Kemiskinan Terendah

3603

02

3546

79

3526

90

3467

37

3388

15

3364

03

3159

18

3077

07

3002

58

2943

58

SUMBER : BPS, DIOLAH

cenderung berada pada level ketimpangan menengah.

Angka ini lebih baik dibandingkan dengan nasional yang

sebesar 0,39. Hal ini mengindikasikan bahwa pengeluaran

masyarakat di NTT cenderung lebih merata apabila

dibandingkan dengan nasional. Namun demikian perlu

perhatian dan upaya Pemerintah Daerah mengingat angka

gini ratio ini sedikit meningkat jika dibanding 2016 sebesar

0,34.

Dari sisi garis kemiskinan, terdapat peningkatan pada bulan

September 2017 sebesar 0,97 persen menjadi Rp 346.737

per kapita per bulan, dibandingkan Maret 2017 yang

sebesar Rp 343.396 per kapita per bulan. Peningkatan garis

kemiskinan yang diiringi oleh penurunan jumlah penduduk

miskin mengindikasikan adanya perbaikan daya beli

masyarakat di NTT Pada September 2017. Sumbangan

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap GK sebesar

78,83 persen. sedikit menurun dibanding periode Maret

2017 yang sebesar 79,37 persen. Hal ini menunjukkan

inflasi pedesaan yang juga relatif rendah. Secara nasional,

GK Provinsi NTT berada di peringkat ke-28 setelah Provinsi

NTB. Provinsi dengan garis kemiskinan tertinggi adalah

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp 607.927.

Sedangkan Provinsi Sulawesi Selatan memiliki GK terendah

sebesar Rp 294.358 yang mengindikasikan rendahnya

tingkat harga di Provinsi tersebut.

Pada sisi indikator indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan

indeks keparahan kemiskinan (P2) tercatat adanya

kenaikan. Pada September 2017, P1 tercatat sebesar 4,16

atau turun dibandingkan Maret 2017 yang sebesar 4,34.

Sementara itu, angka P2 relatif stagnan pada kisaran angka

1,17. Hal ini mengindikasikan bahwa pengeluaran

penduduk miskin semakin menjauhi GK dan ketimpangan

pengeluaran penduduk miskin tetap.

91KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

6.1 KONDISI UMUMIndikator ketenagakerjaan dan kesejahteraan Provinsi NTT

pada Triwulan IV 2017 mengalami peningkatan. Hal ini

terlihat dari adanya penurunan persentase penduduk

miskin, kenaikan NTP, serta penurunan T ingkat

Pengangguran Terbuka (TPT). Walaupun indikator

kesejahteraan relatif mengalami peningkatan, dengan

posisi kemiskinan dan kebahagiaan yang berada pada

peringkat 3 terendah di Indonesia, langkah struktural

dalam mengentas kemiskinan dan meningkatkan

kebahagiaan masyarakat perlu lebih digalakkan.

Persentase penduduk miskin NTT pada bulan September

2017 mencapai 21,38 persen atau berada di atas nasional

yang sebesar 10,12 persen. Persentase penduduk miskin

Provinsi NTT berada pada peringkat tiga tertinggi di

Indonesia, di bawah Provinsi Papua (27,76 persen) dan

Provinsi Papua Barat (23,12 persen). NTP pada Triwulan IV

ini tercatat sebesar 104,8 atau meningkat 1,7 persen dari

Triwulan III yang sebesar 103,08. Hal ini menunjukkan

tingkat daya beli dan daya tukar (term of trade) petani di

pedesaan meningkat. Jumlah pengangguran di Provinsi

NTT per bulan Agustus 2017 sebesar 3,27% dari total

angkatan kerja, lebih baik dibanding pengangguran

terbuka nasional yang sebesar 5,50%.

Di sisi lain, pengukuran Indeks Kebahagiaan tahun 2017

Provinsi NTT menunjukkan nilai 68,98. Meningkat dari hasil

perhitungan tahun 2014 yang sebesar 66.22 yang

terutama disebabkan oleh tingginya nilai indeks makna

6.2 KONDISI KESEJAHTERAAN6.2.1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan

SUMBER : BPS, DIOLAH

5

7

9

11

13

15

17

19

21

23

25 %

MAR SEP

2012

MAR SEP

2013

MAR SEP

2014

MAR SEP

2015

MAR SEP

2016

MAR SEP

2017

NASIONAL NTT

SUMBER : BPS, DIOLAH

13.10

14.2

2

15.0

5

15.5

9

15.9

2

17.14

18.2

9

21.3

8

23.12 27

.76

%

SU

MSE

L

SU

LTE

NG

NT

B

BE

NG

KU

LU

AC

EH

GO

RO

NTA

LO

MA

LU

KU

NT

T

PA

PU

A B

AR

AT

PA

PU

A

Grafik 6.1 Perbandingan Persentase Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 6.2 Sepuluh Provinsi dengan Jumlah Prosentase Penduduk Miskin Tertinggi

hidup terutama terkait dalam membangun hubungan yang

positif dengan orang lain.

Berdasarkan data BPS, secara h i s tor i s te r jad i

perkembangan positif dimana persentase penduduk

miskin NTT cenderung berada pada trend menurun sejak

tahun 2015, mengikuti trend secara nasional. Hal yang

menarik adalah trend penurunan presentase kemiskinan ini

terjadi baik di kota maupun pedesaan. Jika dibandingkan

dengan tahun 2016, persentase kemiskinan di kota turun

tipis dari 10,17 persen menjadi 10,11 persen pada 2017.

Sedangkan di pedesaan terjadi penurunan sebesar 0,6

persen dari 25,19 persen di 2016 menjadi 24,49 persen

pada 2017. Secara umum menurunnya jumlah penduduk

miskin pada 2017 di Provinsi NTT ini antara lain disebabkan

oleh penggunaan peralatan mekanisasi yang berpengaruh

terhadap turunnya biaya dan meningkatnya pendapatan

petani. Inflasi yang terkendali sepanjang tahun juga

berdampak terhadap terkendalinya biaya operasional

rumah tangga. Namun demikian, jika dilihat dari jumlah,

penduduk miskin mayoritas berada di pedesaan dengan

jumlah 1,05 juta jiwa (91,4 persen) dibandingkan

perkotaan yang hanya 119 ribu jiwa (8,6 persen).

Sementara itu, dari sisi ketimpangan pengeluaran, gini

ratio di NTT pada tahun 2017 tercatat sebesar 0,36 atau

90 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 108: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Grafik 6.12 Perkembangan SKDU Tenaga Kerja

SUMBER : BANK INDONESIA, DIOLAH

INDEKS KARYAWAN PROYEKSI KARYAWAN

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I

2018-10

0

10

20

30

40

Grafik 6.11 Perkembangan Survei Konsumen-BI dan Indeks Tendensi Konsumen-BPS

SUMBER : BANK INDONESIA, BPS, DIOLAH

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PENGHASILAN SAAT INI DIBANDINGKAN 6 BLN YANG LALU

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160146

134.5

113.4122.25

peningkatan biaya konsumsi rumah tangga yang harus

dibayar petani, terutama untuk bahan makanan, sandang

dan biaya perumahan tidak terlalu tinggi. Dari sisi sektoral,

peningkatan terjadi pada hampir seluruh sektor, yakni

pada tanaman padi-palawija, tanaman perkebunan rakyat,

peternakan dan perikanan. Tanaman Padi dan palawija

menyumbang peningkatan seiring dengan adanya musim

panen pada Triwulan IV. Sementara kondisi cuaca

berpengaruh pada penurunan pendapatan sektor

holtikultura.

6.2.3 Survei Konsumen (SK) Dan Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

Survei Konsumen (SK) oleh Bank Indonesia dan Indeks

Tendensi Konsumen (ITK) Badan Pusat Statistik (BPS)

mencatat indikasi positif. Angka indeks penghasilan saat

ini dibandingkan 6 bulan lalu mengalami kenaikan dari

134,5 (TW-III) menjadi 146 (TW-IV) yang mengindikasikan

adanya perbaikan pendapatan pada triwulan IV apabila

dibandingkan triwulan III. Sementara itu, ITK meningkat

dari 113,4 (TW-III) menjadi 122,25 (TW-IV) yang

mengindikasikan adanya perbaikan daya beli masyarakat

di triwulan IV. Hal ini disebabkan adanya momen liburan

sekolah, libur keagamaan dan disertai pendapatan dari

sektor pertanian serta kegiatan dan proyek pemerintah.

6.3 KONDISI KETENAGAKERJAAN6.3.1 Perkembangan Tenaga Kerja Secara UmumJumlah pengangguran di NTT pada bulan Agustus 2017

sebesar 3,27% dari total angkatan kerja, lebih baik

dibanding pengangguran terbuka nasional yang sebesar

5,50%. Dari sisi jumlah angkatan kerja dan pengangguran,

terjadi penurunan jumlah angkatan kerja pada Agustus

2017 yaitu menjadi sebanyak 2.398.609 orang dari bulan

Februari yang sebesar 2.503.057 orang. Penurunan

tersebut terutama didorong oleh adanya penurunan yang

cukup signifikan pada kategori pegawai kerja sebesar

102.748 jiwa. Dari sisi pengangguran jika dibandingkan,

terjadi penurunan jumlah dari 80.248 orang pada Februari

2017 menjadi 78.548 orang pada Agustus 2017.

Penurunan sejalan dengan peningkatan penyerapan

tenaga kerja di sektor industri dan konstruksi.

6.3.2 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)Dari Hasil SKDU di Provinsi NTT menunjukkan adanya

penurunan jumlah tenaga kerja, terutama di sektor

pertanian seiring dengan mulai menurunnya kegiatan

penanaman tanaman pangan. Pada triwulan I 2018,

penyerapan tenaga kerja diperkirakan masih mengalami

penurunan terutama disebabkan oleh menurunnya

kegiatan pembangunan di awal tahun maupun penurunan

kebutuhan di pertanian.

93KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Grafik 6.9 Perkembangan Nilai Tukar Petani

NTP-AXIS KANAN IT

Grafik 6.10 Perkembangan NTP Per Sektor

SEPT 17 DES 17

SUMBER : BPS, DIOLAHSUMBER : BPS, DIOLAH

IB

RIBU

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

103.00

104.8

100

105

110

115

120

125

130

135

94

96

98

100

102

104

106

92.00

94.00

96.00

98.00

100.00

102.00

104.00

106.00

108.00

110.00

4.6

1

-0.2

3

1.12

0.5

5

2.0

0

TANAMAN PADI-PALAWIJA

HORTIKULTURA TANAMANPERKEBUNAN

RAKYAT

PETERNAKAN PERIKANAN

RIBU

MAR SEP

2012

MAR SEP

2013

MAR SEP

2014

MAR SEP

2015

MAR SEP

2016

MAR SEP

2017

Grafik 6.7 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

KOTA DESA KOTA+DESA

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00 RIBU

MAR SEP

2012

MAR SEP

2013

MAR SEP

2014

MAR SEP

2015

MAR SEP

2016

MAR SEP

2017

Grafik 6.8 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

KOTA DESA KOTA+DESA

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

SUMBER : BPS, DIOLAHSUMBER : BPS, DIOLAH

Kondisi kemiskinan di Provinsi NTT secara umum

menunjukkan trend menurun.Namun demikian

persentase kemiskinan yang masih berada di atas 20

persen, sehingga permasalahan kemiskinan masih perlu

mendapat perhatian. Beberapa upaya telah dilakukan oleh

Pemerintah Pusat Daerah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang salah satunya melalui

program sosial, seperti Desa Mandiri Anggur Merah

(DeMAM), Program Keluarga Harapan (PKH), Rastra dan

program lainnya. Namun demikian, pelaksanaan program

tersebut masih kurang efektif dikarenakan oleh lemahnya

sinergi antar level pemerintah.

Adanya investas i yang masuk d i NTT sepert i ,

pembangunan berbagai proyek strategis nasional,

pembangunan industri gula di Sumba, perkembangan

sektor ritel di KotaKupang serta pariwisata di Labuan Bajo

diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui pembukaan lapangan kerja yang ada.

Selain itu, program Dana Desa yang telah dikucurkan mulai

tahun 2015, juga diharapkan mampu mendorong

ekonomi masyarakat di lingkup pedesaan. Peningkatan

kualitas SDM menjadi hal terpenting untuk mendukung

hal tersebut melalui pendidikan formal dan pelatihan

keterampilan.

6.2.2 Perkembangan Nilai Tukar PetaniBerdasarkan kinerja triwulanan, tingkat kesejahteraan

Pedesaan Provinsi NTT yang digambarkan oleh Nilai Tukar

Petani (NTP) menunjukkan peningkatan. NTP tercatat

meningkat 1,8 persen dari 103,03 (Triwulan III 2017)

menjadi 104,8 (Triwulan IV 2017). Kenaikan ini secara

umum menandakan adanya perbaikan pendapatan

petani. Peningkatan NTP sendiri terjadi karena indeks yang

diterima (IT) lebih tinggi dibandingkan indeks yang dibayar

(IB) dikarenakan adanya peningkatan produksi. Di sisi lain,

92 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 109: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Grafik 6.12 Perkembangan SKDU Tenaga Kerja

SUMBER : BANK INDONESIA, DIOLAH

INDEKS KARYAWAN PROYEKSI KARYAWAN

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I

2018-10

0

10

20

30

40

Grafik 6.11 Perkembangan Survei Konsumen-BI dan Indeks Tendensi Konsumen-BPS

SUMBER : BANK INDONESIA, BPS, DIOLAH

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PENGHASILAN SAAT INI DIBANDINGKAN 6 BLN YANG LALU

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160146

134.5

113.4122.25

peningkatan biaya konsumsi rumah tangga yang harus

dibayar petani, terutama untuk bahan makanan, sandang

dan biaya perumahan tidak terlalu tinggi. Dari sisi sektoral,

peningkatan terjadi pada hampir seluruh sektor, yakni

pada tanaman padi-palawija, tanaman perkebunan rakyat,

peternakan dan perikanan. Tanaman Padi dan palawija

menyumbang peningkatan seiring dengan adanya musim

panen pada Triwulan IV. Sementara kondisi cuaca

berpengaruh pada penurunan pendapatan sektor

holtikultura.

6.2.3 Survei Konsumen (SK) Dan Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

Survei Konsumen (SK) oleh Bank Indonesia dan Indeks

Tendensi Konsumen (ITK) Badan Pusat Statistik (BPS)

mencatat indikasi positif. Angka indeks penghasilan saat

ini dibandingkan 6 bulan lalu mengalami kenaikan dari

134,5 (TW-III) menjadi 146 (TW-IV) yang mengindikasikan

adanya perbaikan pendapatan pada triwulan IV apabila

dibandingkan triwulan III. Sementara itu, ITK meningkat

dari 113,4 (TW-III) menjadi 122,25 (TW-IV) yang

mengindikasikan adanya perbaikan daya beli masyarakat

di triwulan IV. Hal ini disebabkan adanya momen liburan

sekolah, libur keagamaan dan disertai pendapatan dari

sektor pertanian serta kegiatan dan proyek pemerintah.

6.3 KONDISI KETENAGAKERJAAN6.3.1 Perkembangan Tenaga Kerja Secara UmumJumlah pengangguran di NTT pada bulan Agustus 2017

sebesar 3,27% dari total angkatan kerja, lebih baik

dibanding pengangguran terbuka nasional yang sebesar

5,50%. Dari sisi jumlah angkatan kerja dan pengangguran,

terjadi penurunan jumlah angkatan kerja pada Agustus

2017 yaitu menjadi sebanyak 2.398.609 orang dari bulan

Februari yang sebesar 2.503.057 orang. Penurunan

tersebut terutama didorong oleh adanya penurunan yang

cukup signifikan pada kategori pegawai kerja sebesar

102.748 jiwa. Dari sisi pengangguran jika dibandingkan,

terjadi penurunan jumlah dari 80.248 orang pada Februari

2017 menjadi 78.548 orang pada Agustus 2017.

Penurunan sejalan dengan peningkatan penyerapan

tenaga kerja di sektor industri dan konstruksi.

6.3.2 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)Dari Hasil SKDU di Provinsi NTT menunjukkan adanya

penurunan jumlah tenaga kerja, terutama di sektor

pertanian seiring dengan mulai menurunnya kegiatan

penanaman tanaman pangan. Pada triwulan I 2018,

penyerapan tenaga kerja diperkirakan masih mengalami

penurunan terutama disebabkan oleh menurunnya

kegiatan pembangunan di awal tahun maupun penurunan

kebutuhan di pertanian.

93KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

URGrafik 6.9 Perkembangan Nilai Tukar Petani

NTP-AXIS KANAN IT

Grafik 6.10 Perkembangan NTP Per Sektor

SEPT 17 DES 17

SUMBER : BPS, DIOLAHSUMBER : BPS, DIOLAH

IB

RIBU

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2014

103.00

104.8

100

105

110

115

120

125

130

135

94

96

98

100

102

104

106

92.00

94.00

96.00

98.00

100.00

102.00

104.00

106.00

108.00

110.00

4.6

1

-0.2

3

1.12

0.5

5

2.0

0

TANAMAN PADI-PALAWIJA

HORTIKULTURA TANAMANPERKEBUNAN

RAKYAT

PETERNAKAN PERIKANAN

RIBU

MAR SEP

2012

MAR SEP

2013

MAR SEP

2014

MAR SEP

2015

MAR SEP

2016

MAR SEP

2017

Grafik 6.7 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

KOTA DESA KOTA+DESA

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00 RIBU

MAR SEP

2012

MAR SEP

2013

MAR SEP

2014

MAR SEP

2015

MAR SEP

2016

MAR SEP

2017

Grafik 6.8 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

KOTA DESA KOTA+DESA

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

SUMBER : BPS, DIOLAHSUMBER : BPS, DIOLAH

Kondisi kemiskinan di Provinsi NTT secara umum

menunjukkan trend menurun.Namun demikian

persentase kemiskinan yang masih berada di atas 20

persen, sehingga permasalahan kemiskinan masih perlu

mendapat perhatian. Beberapa upaya telah dilakukan oleh

Pemerintah Pusat Daerah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang salah satunya melalui

program sosial, seperti Desa Mandiri Anggur Merah

(DeMAM), Program Keluarga Harapan (PKH), Rastra dan

program lainnya. Namun demikian, pelaksanaan program

tersebut masih kurang efektif dikarenakan oleh lemahnya

sinergi antar level pemerintah.

Adanya investas i yang masuk d i NTT sepert i ,

pembangunan berbagai proyek strategis nasional,

pembangunan industri gula di Sumba, perkembangan

sektor ritel di KotaKupang serta pariwisata di Labuan Bajo

diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui pembukaan lapangan kerja yang ada.

Selain itu, program Dana Desa yang telah dikucurkan mulai

tahun 2015, juga diharapkan mampu mendorong

ekonomi masyarakat di lingkup pedesaan. Peningkatan

kualitas SDM menjadi hal terpenting untuk mendukung

hal tersebut melalui pendidikan formal dan pelatihan

keterampilan.

6.2.2 Perkembangan Nilai Tukar PetaniBerdasarkan kinerja triwulanan, tingkat kesejahteraan

Pedesaan Provinsi NTT yang digambarkan oleh Nilai Tukar

Petani (NTP) menunjukkan peningkatan. NTP tercatat

meningkat 1,8 persen dari 103,03 (Triwulan III 2017)

menjadi 104,8 (Triwulan IV 2017). Kenaikan ini secara

umum menandakan adanya perbaikan pendapatan

petani. Peningkatan NTP sendiri terjadi karena indeks yang

diterima (IT) lebih tinggi dibandingkan indeks yang dibayar

(IB) dikarenakan adanya peningkatan produksi. Di sisi lain,

92 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 110: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

penduduk yang belum menikah, memiliki kecenderungan

untuk lebih bahagia dibanding yang sudah menikah.

Sedangkan penduduk bercerai mati menjadi golongan

penduduk yang kurang berbahagia dibanding golongan

lainnya. Pembeda utama adalah dikarenakan rendahnya

penghasilan dan fasilitas kesehatan yang bisa didapatkan.

Penduduk dengan usia yang lebih muda akan cenderung

lebih bahagia dibanding dengan penduduk dengan usia

yang lebih tua. Demikian pula, semakin sedikit jumlah

anggota keluarga, maka penduduk akan cenderung lebih

berbahagia. Semakin tinggi pendidikan dan pendapatan

juga cenderung membuat orang menjadi lebih

berbahagia.

95KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Grafik 6.13 Indikator Penyusun Indeks Kebahagiaan NTT

SUMBER : BPS, DIOLAH

59.4

65.3

59.0

67.6

64.0

79.9

71.3

77.2

76.1

79.2

72.7

61.2

64.0

70.3

73.0

63.4

75.4

72.9

73.5

PENDIDIKAN DAN KETERAMPILAN

PEKERJAAN/USAHA/KEGIATAN UTAMA

PENDAPATAN RUMAH TANGGA

KESEHATAN

KONDISI RUMAH DAN FASILITAS RUMAH

KEHARMONISAN KELUARGA

KETERSEDIAAN WAKTU LUANG

HUBUNGAN SOSIAL

KEADAAN LINGKUNGAN

KONDISI KEAMANAN

PERASAAN SENANG/RIANG/GEMBIRA

PERASAAN TIDAK KHAWATIR/CEMAS

PERASAAN TIDAK TERTEKAN

KEMANDIRIAN

PENGUASAAN LINGKUNGAN

PENGEMBANGAN DIRI

HUBUNGAN POSITIF DENGAN ORANG LAIN

TUJUAN HIDUP

PENERIMAAN DIRI

6.4 INDEKS KEBAHAGIAAN

Berdasarkan hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan

(SPTK), Indeks Kebahagiaan Provinsi NTT meningkat dari

66.22 (2014), menjadi sebesar 68,98 pada tahun 2017.

Berdasarkan indikator pengukurnya, tingkat kebahagiaan

di NTT terutama dipengaruhi oleh indikator dimensi makna

hidup (Eudaimonia) yang memiliki nilai paling tinggi

sebesar 71,53. Tingginya indikator makna hidup terutama

disebabkan oleh cukup bagusnya hubungan positif

dengan orang lain di Provinsi NTT. Adapun indikator

perasaan (affect) menjadi indikator terendah dikarenakan

oleh adanya perasaan khawatir dan tertekan yang

kemungkinan disebabkan oleh pendapatan rumah tangga

yang relatif kecil. Indeks Dimensi Kepuasan Hidup cukup

besar mencapai 69,83 terutama disebabkan oleh indikator

subdimensi sosial, sedangkan subdimensi personal

cenderung rendah. Indeks pencapaian tersebut

menempatkan Provinsi NTT sebagai provinsi dengan

peringkat Indeks Kebahagiaan ketiga terbawah nasional

dan hanya berada di atas Papua (67,52) dan Sumatera

Utara (68,41). Indeks Kebahagiaan Provinsi NTT juga di

bawah nasional yakni 70,69. Tiga provinsi dengan nilai

6.4.1 Perkembangan Indeks KebahagiaanIndeks Kebahagiaan tertinggi adalah Maluku Utara

(75,68), Maluku (73,77), & Sulawesi Utara (73,69).

Pada dimensi kepuasan hidup, subdimensi sosial

menunjukkan rata-rata nilai indeks yang tinggi hingga

76,73. Tingginya kepuasan sosial tersebut lebih

disebabkan keharmonisan keluarga yang cukup tinggi

hingga 79,86, diikuti oleh kondisi keamanan yang

kondusif (79,17) dan keadaan lingkungan yang nyaman

(76,11). Namun demikian kondisi sosial yang bagus

berbanding terbalik dengan kepuasan personal yang relatif

rendah (63,06), terutama disebabkan oleh rendahnya

pendapatan rumah tangga dan pendidikan ketrampilan.

Pada Dimensi Perasaan (Affect), indikator yang memiliki

indeks tertinggi adalah Perasaan Senang/Riang/Gembira

dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari pada

tingkatan 72,66, sementara yang terendah adalah

Perasaan Tidak Khawatir/Cemas pada tingkatan 61,22.

Selanjutnya Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia), indikator

yang memiliki indeks tertinggi adalah Hubungan Positif

Dengan Orang Lain (75,44), sebaliknya yang terendah

adalah Pengembangan Diri (63,38). Dapat disimpulkan,

bahwa penduduk NTT pada umumnya cenderung

menjunjung tinggi kebersamaan dengan nilai hubungan

positif dengan orang lain mencapai level 75,44. Sementara

itu, tingkat pengembangan potensi diri melalui upaya

peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya

relatif rendah yaitu 63,38.

Berdasarkan karakteristik demografi dan ekonomi, secara

umum, indeks kebahagiaan penduduk perkotaan

cenderung lebih tinggi dari masyarakat desa. Tingginya

indeks kebahagiaan terutama disebabkan oleh subdimensi

personal seperti penghasilan yang lebih tinggi, sedangkan

subdimensi sosial relatif sama. Tidak ditemukan adanya

perbedaan kebahagiaan antara pria dan wanita. Selain itu,

6.4.2 Indeks Kebahagiaan NTT Menurut Beberapa Karakteristik

94 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 111: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

penduduk yang belum menikah, memiliki kecenderungan

untuk lebih bahagia dibanding yang sudah menikah.

Sedangkan penduduk bercerai mati menjadi golongan

penduduk yang kurang berbahagia dibanding golongan

lainnya. Pembeda utama adalah dikarenakan rendahnya

penghasilan dan fasilitas kesehatan yang bisa didapatkan.

Penduduk dengan usia yang lebih muda akan cenderung

lebih bahagia dibanding dengan penduduk dengan usia

yang lebih tua. Demikian pula, semakin sedikit jumlah

anggota keluarga, maka penduduk akan cenderung lebih

berbahagia. Semakin tinggi pendidikan dan pendapatan

juga cenderung membuat orang menjadi lebih

berbahagia.

95KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Grafik 6.13 Indikator Penyusun Indeks Kebahagiaan NTT

SUMBER : BPS, DIOLAH

59.4

65.3

59.0

67.6

64.0

79.9

71.3

77.2

76.1

79.2

72.7

61.2

64.0

70.3

73.0

63.4

75.4

72.9

73.5

PENDIDIKAN DAN KETERAMPILAN

PEKERJAAN/USAHA/KEGIATAN UTAMA

PENDAPATAN RUMAH TANGGA

KESEHATAN

KONDISI RUMAH DAN FASILITAS RUMAH

KEHARMONISAN KELUARGA

KETERSEDIAAN WAKTU LUANG

HUBUNGAN SOSIAL

KEADAAN LINGKUNGAN

KONDISI KEAMANAN

PERASAAN SENANG/RIANG/GEMBIRA

PERASAAN TIDAK KHAWATIR/CEMAS

PERASAAN TIDAK TERTEKAN

KEMANDIRIAN

PENGUASAAN LINGKUNGAN

PENGEMBANGAN DIRI

HUBUNGAN POSITIF DENGAN ORANG LAIN

TUJUAN HIDUP

PENERIMAAN DIRI

6.4 INDEKS KEBAHAGIAAN

Berdasarkan hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan

(SPTK), Indeks Kebahagiaan Provinsi NTT meningkat dari

66.22 (2014), menjadi sebesar 68,98 pada tahun 2017.

Berdasarkan indikator pengukurnya, tingkat kebahagiaan

di NTT terutama dipengaruhi oleh indikator dimensi makna

hidup (Eudaimonia) yang memiliki nilai paling tinggi

sebesar 71,53. Tingginya indikator makna hidup terutama

disebabkan oleh cukup bagusnya hubungan positif

dengan orang lain di Provinsi NTT. Adapun indikator

perasaan (affect) menjadi indikator terendah dikarenakan

oleh adanya perasaan khawatir dan tertekan yang

kemungkinan disebabkan oleh pendapatan rumah tangga

yang relatif kecil. Indeks Dimensi Kepuasan Hidup cukup

besar mencapai 69,83 terutama disebabkan oleh indikator

subdimensi sosial, sedangkan subdimensi personal

cenderung rendah. Indeks pencapaian tersebut

menempatkan Provinsi NTT sebagai provinsi dengan

peringkat Indeks Kebahagiaan ketiga terbawah nasional

dan hanya berada di atas Papua (67,52) dan Sumatera

Utara (68,41). Indeks Kebahagiaan Provinsi NTT juga di

bawah nasional yakni 70,69. Tiga provinsi dengan nilai

6.4.1 Perkembangan Indeks KebahagiaanIndeks Kebahagiaan tertinggi adalah Maluku Utara

(75,68), Maluku (73,77), & Sulawesi Utara (73,69).

Pada dimensi kepuasan hidup, subdimensi sosial

menunjukkan rata-rata nilai indeks yang tinggi hingga

76,73. Tingginya kepuasan sosial tersebut lebih

disebabkan keharmonisan keluarga yang cukup tinggi

hingga 79,86, diikuti oleh kondisi keamanan yang

kondusif (79,17) dan keadaan lingkungan yang nyaman

(76,11). Namun demikian kondisi sosial yang bagus

berbanding terbalik dengan kepuasan personal yang relatif

rendah (63,06), terutama disebabkan oleh rendahnya

pendapatan rumah tangga dan pendidikan ketrampilan.

Pada Dimensi Perasaan (Affect), indikator yang memiliki

indeks tertinggi adalah Perasaan Senang/Riang/Gembira

dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari pada

tingkatan 72,66, sementara yang terendah adalah

Perasaan Tidak Khawatir/Cemas pada tingkatan 61,22.

Selanjutnya Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia), indikator

yang memiliki indeks tertinggi adalah Hubungan Positif

Dengan Orang Lain (75,44), sebaliknya yang terendah

adalah Pengembangan Diri (63,38). Dapat disimpulkan,

bahwa penduduk NTT pada umumnya cenderung

menjunjung tinggi kebersamaan dengan nilai hubungan

positif dengan orang lain mencapai level 75,44. Sementara

itu, tingkat pengembangan potensi diri melalui upaya

peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya

relatif rendah yaitu 63,38.

Berdasarkan karakteristik demografi dan ekonomi, secara

umum, indeks kebahagiaan penduduk perkotaan

cenderung lebih tinggi dari masyarakat desa. Tingginya

indeks kebahagiaan terutama disebabkan oleh subdimensi

personal seperti penghasilan yang lebih tinggi, sedangkan

subdimensi sosial relatif sama. Tidak ditemukan adanya

perbedaan kebahagiaan antara pria dan wanita. Selain itu,

6.4.2 Indeks Kebahagiaan NTT Menurut Beberapa Karakteristik

94 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 112: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Boks 7. Permasalahan Ketenagakerjaan di NTTBoks 7. Permasalahan Ketenagakerjaan di NTTPermasalahan ketenagakerjaan timbul dikarenakan

adanya hubungan sebab ak iba t yang sa l i ng

mempengaruhi antar indikator ekonomi. Secara umum,

struktur ekonomi yang masih berfokus pada sektor primer

dengan luasan lahan per petani yang kecil memiliki

kecenderungan memiliki struktur masyarakat yang relatif

miskin. Karena ketidakberdayaan ekonomi, masyarakat

cenderung tidak memikirkan pengembangan kapasitas

diri, yang berdampak pada rendahnya daya saing,

kreativitas dan produktivitas. Hal ini membuat inovasi

menjadi mati, dan kondisi yang sama tersebut akan terus

berulang. Kondisi ini biasa kita sebut sebagai bagian dari

lingkaran setan kemiskinan. Oleh karena itu, kesadaran

akan permasalahan struktural yang ada akan sangat

membantu dalam memotong rantai kemiskinan dan

permasalahan ketenagakerjaan yang ada.

Permasalahan ketenagakerjaan sangat dipengaruhi oleh

struktur ekonomi dan kondisi demografi penduduknya.

Secara struktural, ekonomi di Provinsi NTT didorong oleh 4

sektor utama yaitu sektor pertanian, administrasi

pemerintah, perdagangan, dan konstruksi. Keempat

sektor tersebut bersama-sama menyumbang hingga

62,9% dari total pangsa ekonomi NTT tahun 2017.

Apabila diperdalam per masing-masing kabupaten Kota,

terlihat bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap

sektor pertanian dan administrasi pemerintah terlihat

sangat besar. Tingginya ketergantungan terlihat dari

pangsa 2 sektor tersebut yang mencapai lebih dari 50%

pada 13 kabupaten/kota. Hanya kota Kupang, Belu,

Sumba Timur, Ende dan Manggarai yang pangsa kedua

sektor tersebut kurang dari 40%. Hal ini berarti tingkat

ketergantungan terhadap sektor primer atau peran

pemerintah sangat besar dalam menggerakkan

perekonomian.

Berdasarkan kondisi demografis, tingkat pertumbuhan

penduduk sudah menunjukkan adanya penurunan.

Namun demikian, pertumbuhan penduduk sebesar 1,61%

tersebut masih relatif tinggi dibanding pertumbuhan

penduduk secara nasional yang sebesar nasional yang

sebesar 1,36%. Hal ini terlihat dari struktur usia penduduk

yang cenderung besar di bawah, yang menunjukkan

besarnya populasi penduduk dengan usia di bawah 20

tahun. Hal ini menyebabkan tingkat ketergantungan

penduduk di NTT menjadi yang tertinggi di Indonesia

dengan nilai mencapai 66,7%. Kondisi ini membuat

Provinsi NTT tidak dapat menikmati bonus demografi

sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia.

PERTANIAN

ADM PEMERINTAHAN

PERDAGANGAN

KONSTRUKSI

JASA PENDIDIKAN

INFOKOM

TRANSPORTASI

PERTAMBANGAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

LG

AIR

AKMAMIN

JASA KEUANGAN

REAL ESTAT

JASA PERUSAHAAN

JASA KESEHATAN

JASA LAINNYA

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.1. Perbandingan Spasial Sektoral

NA

GE

KEO

SU

MT

EN

G

LEM

BA

TA

RO

ND

A

MA

TIM

TTS

SB

D

KU

PA

NG

SA

RA

I

MA

BA

R

NG

AD

A

TTU

MA

LA

KA

ALO

R

SIK

KA

SU

MB

AR

FLO

TIM

NTT

MA

NG

GA

RA

I

EN

DE

SU

MTIM

BE

LU

KU

PA

NG

0%

20%

40%

60%

80%

100%

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

2014 2015 2016 20172010 2011 2012 2013

1,5

1,55

1,6

1,65

1,7

1,75

1,8

0

1

2

3

4

5

6 JUTA

0-14 15-24 GROWTH25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+

97KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Tabel 6.1. Karakteristik Indeks Kebahagiaan berdasarkan faktor Demografi dan Ekonomi

JENIS PENGGUNAAN (% YOY)INDEKS DIMENSI KEPUASAN HIDUP

PERKOTAAN

PERDESAAN

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

BELUM MENIKAH

MENIKAH

CERAI HIDUP

CERAI MATI

< 24 TAHUN

25 - 40 TAHUN

41 - 64 TAHUN

> 65 TAHUN

KEPALA RUMAH TANGGA

PASANGAN KEPALA RUMAH TANGGA

1 ORANG

2 ORANG

3 ORANG

4 ORANG

5 ORANG ATAU LEBIH

TIDAK PERNAH SEKOLAH

TIDAK TAMAT SD/SEDERAJAT

SD SEDERAJAT

SMP SEDERAJAT

SMA SEDERAJAT

DIPLOMA I, II, III

DIPLOMA IV/S1

S2,S3

HINGGA RP 1.800.000

RP 1.800.000 - RP 3.000.000

RP 3.000.001 - RP 4.800.000

RP 4.800.001 - RP 7.200.000

LEBIH DARI RP 7.200.000

KLASIFIKASI WILAYAH

JENIS KELAMIN

STATUS PERKAWINAN

KELOMPOK UMUR

KEDUDUKAN DALAM RUMAH TANGGA

BANYAKNYA ANGGOTA RUMAH TANGGA

PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN

PENDAPATAN RUMAH TANGGA

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

72.94

67.81

69.27

68.62

71.52

69.1

68.94

67.22

70.03

69.27

68.93

68.17

68.87

69.26

69.57

69.5

68.97

69.41

68.55

65.25

67.72

66.39

69.98

72.04

75.6

77.04

79.81

66.37

69.44

71.91

74.28

75.73

68.98

INDEKSKEBAHAGIAAN TOTAL SUBDIMENSI

PERSONALSUBDIMENSI

SOSIAL

INDEKS DIMENSIPERASAAN(AFFECT)

INDEKS DIMENSIMAKNA HIDUP(EUDAIMONIA)

73.12

68.86

69.37

70.39

72.59

69.71

70.58

69.32

70.26

69.96

69.85

69.34

69.48

70.79

70.51

71.34

69.73

70.67

68.98

67.02

68.73

67.73

70.48

72.18

75.83

76.86

79.55

67.26

70.54

72.84

75.1

75.97

69.83

68.87

61.16

62.29

63.67

68.55

62.64

64.89

61.98

65.62

62.81

63.08

61.83

62.46

64.17

65.62

65.25

62.36

63.69

61.75

59.13

60.74

59.18

63.77

67.56

72.91

74.11

79.47

58.54

63.79

68.15

72.44

73.45

62.92

77.37

76.57

76.44

77.12

76.62

76.78

76.28

76.65

74.9

77.11

76.62

76.85

76.51

77.41

75.4

77.43

77.11

77.65

76.22

74.9

76.71

76.28

77.19

76.8

78.76

79.6

79.63

75.97

77.29

77.54

77.75

78.48

76.75

69.67

63.91

65.99

64.3

66.91

65.47

62.88

63.37

63.49

65.33

64.99

66.42

65.21

65.27

65.96

65.78

65.21

65.58

64.81

62.68

65.03

62.14

65.8

67.75

70.69

73.76

73.31

62.55

65.46

68.5

69.85

72.83

65.23

75.73

70.3

72.18

70.75

74.66

71.79

72.8

68.6

75.79

72.18

71.59

68.57

71.6

71.36

71.93

71.02

71.62

71.62

71.53

65.8

69.15

68.92

73.28

75.84

79.86

80.22

86.04

68.96

71.96

74.07

77.5

78.13

71.53

96 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 113: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Boks 7. Permasalahan Ketenagakerjaan di NTTBoks 7. Permasalahan Ketenagakerjaan di NTTPermasalahan ketenagakerjaan timbul dikarenakan

adanya hubungan sebab ak iba t yang sa l i ng

mempengaruhi antar indikator ekonomi. Secara umum,

struktur ekonomi yang masih berfokus pada sektor primer

dengan luasan lahan per petani yang kecil memiliki

kecenderungan memiliki struktur masyarakat yang relatif

miskin. Karena ketidakberdayaan ekonomi, masyarakat

cenderung tidak memikirkan pengembangan kapasitas

diri, yang berdampak pada rendahnya daya saing,

kreativitas dan produktivitas. Hal ini membuat inovasi

menjadi mati, dan kondisi yang sama tersebut akan terus

berulang. Kondisi ini biasa kita sebut sebagai bagian dari

lingkaran setan kemiskinan. Oleh karena itu, kesadaran

akan permasalahan struktural yang ada akan sangat

membantu dalam memotong rantai kemiskinan dan

permasalahan ketenagakerjaan yang ada.

Permasalahan ketenagakerjaan sangat dipengaruhi oleh

struktur ekonomi dan kondisi demografi penduduknya.

Secara struktural, ekonomi di Provinsi NTT didorong oleh 4

sektor utama yaitu sektor pertanian, administrasi

pemerintah, perdagangan, dan konstruksi. Keempat

sektor tersebut bersama-sama menyumbang hingga

62,9% dari total pangsa ekonomi NTT tahun 2017.

Apabila diperdalam per masing-masing kabupaten Kota,

terlihat bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap

sektor pertanian dan administrasi pemerintah terlihat

sangat besar. Tingginya ketergantungan terlihat dari

pangsa 2 sektor tersebut yang mencapai lebih dari 50%

pada 13 kabupaten/kota. Hanya kota Kupang, Belu,

Sumba Timur, Ende dan Manggarai yang pangsa kedua

sektor tersebut kurang dari 40%. Hal ini berarti tingkat

ketergantungan terhadap sektor primer atau peran

pemerintah sangat besar dalam menggerakkan

perekonomian.

Berdasarkan kondisi demografis, tingkat pertumbuhan

penduduk sudah menunjukkan adanya penurunan.

Namun demikian, pertumbuhan penduduk sebesar 1,61%

tersebut masih relatif tinggi dibanding pertumbuhan

penduduk secara nasional yang sebesar nasional yang

sebesar 1,36%. Hal ini terlihat dari struktur usia penduduk

yang cenderung besar di bawah, yang menunjukkan

besarnya populasi penduduk dengan usia di bawah 20

tahun. Hal ini menyebabkan tingkat ketergantungan

penduduk di NTT menjadi yang tertinggi di Indonesia

dengan nilai mencapai 66,7%. Kondisi ini membuat

Provinsi NTT tidak dapat menikmati bonus demografi

sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia.

PERTANIAN

ADM PEMERINTAHAN

PERDAGANGAN

KONSTRUKSI

JASA PENDIDIKAN

INFOKOM

TRANSPORTASI

PERTAMBANGAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

LG

AIR

AKMAMIN

JASA KEUANGAN

REAL ESTAT

JASA PERUSAHAAN

JASA KESEHATAN

JASA LAINNYA

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.1. Perbandingan Spasial Sektoral

NA

GE

KEO

SU

MT

EN

G

LEM

BA

TA

RO

ND

A

MA

TIM

TTS

SB

D

KU

PA

NG

SA

RA

I

MA

BA

R

NG

AD

A

TTU

MA

LA

KA

ALO

R

SIK

KA

SU

MB

AR

FLO

TIM

NTT

MA

NG

GA

RA

I

EN

DE

SU

MTIM

BE

LU

KU

PA

NG

0%

20%

40%

60%

80%

100%

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

2014 2015 2016 20172010 2011 2012 2013

1,5

1,55

1,6

1,65

1,7

1,75

1,8

0

1

2

3

4

5

6 JUTA

0-14 15-24 GROWTH25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+

97KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Tabel 6.1. Karakteristik Indeks Kebahagiaan berdasarkan faktor Demografi dan Ekonomi

JENIS PENGGUNAAN (% YOY)INDEKS DIMENSI KEPUASAN HIDUP

PERKOTAAN

PERDESAAN

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

BELUM MENIKAH

MENIKAH

CERAI HIDUP

CERAI MATI

< 24 TAHUN

25 - 40 TAHUN

41 - 64 TAHUN

> 65 TAHUN

KEPALA RUMAH TANGGA

PASANGAN KEPALA RUMAH TANGGA

1 ORANG

2 ORANG

3 ORANG

4 ORANG

5 ORANG ATAU LEBIH

TIDAK PERNAH SEKOLAH

TIDAK TAMAT SD/SEDERAJAT

SD SEDERAJAT

SMP SEDERAJAT

SMA SEDERAJAT

DIPLOMA I, II, III

DIPLOMA IV/S1

S2,S3

HINGGA RP 1.800.000

RP 1.800.000 - RP 3.000.000

RP 3.000.001 - RP 4.800.000

RP 4.800.001 - RP 7.200.000

LEBIH DARI RP 7.200.000

KLASIFIKASI WILAYAH

JENIS KELAMIN

STATUS PERKAWINAN

KELOMPOK UMUR

KEDUDUKAN DALAM RUMAH TANGGA

BANYAKNYA ANGGOTA RUMAH TANGGA

PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN

PENDAPATAN RUMAH TANGGA

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

72.94

67.81

69.27

68.62

71.52

69.1

68.94

67.22

70.03

69.27

68.93

68.17

68.87

69.26

69.57

69.5

68.97

69.41

68.55

65.25

67.72

66.39

69.98

72.04

75.6

77.04

79.81

66.37

69.44

71.91

74.28

75.73

68.98

INDEKSKEBAHAGIAAN TOTAL SUBDIMENSI

PERSONALSUBDIMENSI

SOSIAL

INDEKS DIMENSIPERASAAN(AFFECT)

INDEKS DIMENSIMAKNA HIDUP(EUDAIMONIA)

73.12

68.86

69.37

70.39

72.59

69.71

70.58

69.32

70.26

69.96

69.85

69.34

69.48

70.79

70.51

71.34

69.73

70.67

68.98

67.02

68.73

67.73

70.48

72.18

75.83

76.86

79.55

67.26

70.54

72.84

75.1

75.97

69.83

68.87

61.16

62.29

63.67

68.55

62.64

64.89

61.98

65.62

62.81

63.08

61.83

62.46

64.17

65.62

65.25

62.36

63.69

61.75

59.13

60.74

59.18

63.77

67.56

72.91

74.11

79.47

58.54

63.79

68.15

72.44

73.45

62.92

77.37

76.57

76.44

77.12

76.62

76.78

76.28

76.65

74.9

77.11

76.62

76.85

76.51

77.41

75.4

77.43

77.11

77.65

76.22

74.9

76.71

76.28

77.19

76.8

78.76

79.6

79.63

75.97

77.29

77.54

77.75

78.48

76.75

69.67

63.91

65.99

64.3

66.91

65.47

62.88

63.37

63.49

65.33

64.99

66.42

65.21

65.27

65.96

65.78

65.21

65.58

64.81

62.68

65.03

62.14

65.8

67.75

70.69

73.76

73.31

62.55

65.46

68.5

69.85

72.83

65.23

75.73

70.3

72.18

70.75

74.66

71.79

72.8

68.6

75.79

72.18

71.59

68.57

71.6

71.36

71.93

71.02

71.62

71.62

71.53

65.8

69.15

68.92

73.28

75.84

79.86

80.22

86.04

68.96

71.96

74.07

77.5

78.13

71.53

96 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 114: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.9. Sepuluh Provinsi Termiskin dan Terkaya

3,75

10,7

22,01

28,4

0

5

10

15

20

25

30

DK

I

BA

LI

KA

LSE

L

BA

BE

L

BA

NTE

N

KA

LTE

NG

KE

PR

I

KA

LTIM

MA

LU

T

KA

LTA

RA

NA

SIO

NA

L

LA

MP

UN

G

SU

LTEN

G

NTB

AC

EH

BE

NG

KU

LU

GO

RO

NTA

LO

MA

LU

KU

NTT

PA

PB

AR

PA

PU

A

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.10. Usia dan Formalitas Pekerjaan

RIBU

-400 -300 -200 -100 0 100 200

15-24

25-34

35-44

45-54

55-64

65-74

75 ke atas

INFORMAL FORMAL

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.7. IPM Provinsi NTT

2014 2015 20162012 20132011

INDONESIANTT

2010

56

58

60

62

64

66

68

70

72

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.8. IPM Kabupaten/Kota di NTT

-4

-2

0

2

4

6

8

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

SA

RA

I

MA

TIM

MA

LA

KA

SU

MT

EN

G

ALO

R

RO

ND

A

TTS

MA

BA

R

BE

LU

SB

D

TTU

MA

NG

GA

RA

I

SU

MB

AR

FLO

TIM

KU

PA

NG

SIK

KA

LEM

BA

TA

SU

MTIM

NA

GE

KO

NG

AD

A

EN

DE

K. K

UPA

NG

GROWTHIPM

Rendahnya IPM terutama disebabkan oleh indikator

pengeluaran perkapita yang hanya sebesar 7,12 juta, dan

menjadi pengeluaran perkapita terendah di Indonesia.

Peringkat rata-rata pendidikan di NTT terendah keempat di

Indonesia, dan harapan hidup juga terendah keenam

dibanding provins i la innya. Angka kemiskinan

menunjukkan sebagai Provinsi termiskin ketiga di

Indonesia dengan jumlah penduduk miskin mencapai

22,01% dari populasi, jauh lebih besar dari nasional yang

sebesar 10,7%.

Apabila dilihat dari struktur pekerjaan di NTT, terlihat

bahwa semua kelompok usia didominasi oleh pekerjaan

informal. 79% pekerja berada di pedesaan dan lebih dari

50% berpendidikan SD dan terkonsentrasi di pedesaan.

NTT juga memiliki rata-rata pekerja dengan pendidikan

terendah ketiga setelah Provinsi Papua dan Jawa Tengah.

56,2% pekerja memiliki latar belakang pendidikan

hanyalah sekolah dasar, sedikit lebih baik dari Papua yang

sebesar 57,2%.

Berdasarkan sektor ekonomi, 53,3% pekerja bekerja di

sektor pertanian. Hal ini menjadikan provinsi NTT sebagai

provinsi dengan rasio pekerja petani terbesar kedua

setelah Provinsi Papua. Sektor ekonomi dengan pekerja

terbesar selanjutnya adalah sektor perdagangan (10,0%),

industri pengolahan (7,4%), jasa pendidikan (6,6%) dan

administrasi pemerintah (6,2%). Berdasarkan status

pekerjaan utama juga terlihat bahwa pekerja terbanyak di

NTT adalah pekerja keluarga tidak dibayar dan berusaha

99KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Grafik 7.5. Angka Partisipasi Murni

2014 2015 20162012 20132011

95,24

66,56

52,87

30

40

50

60

70

80

90

100

APM SMP/MTS/PAKET B APM SMA/SMK/MA/PAKET CAPM SD/MI/PAKET A

Grafik 7.6. Rata-Rata Lama Sekolah di NTT

SU

MT

EN

G

SA

RA

I

TTS

SB

D

MA

LA

KA

MA

TIM

SU

MB

AR

SU

MTIM

SIK

KA

RO

TE

ND

AO

MA

BA

R

KU

PA

NG

MA

NG

GA

RA

I

FLO

TIM

BE

LU

TTU

NA

GE

KE

O

EN

DE

LEM

BA

TA

NG

AD

A

ALO

R

KO

TA K

UPA

NG

0

2

4

6

8

10

12

Tingkat partisipasi sekolah sebenarnya sudah cukup tinggi

pada level pendidikan sekolah dasar, namun jauh

berkurang pada pendidikan di atasnya. Pemerataan

pendidikan juga relatif timpang dengan pendidikan relatif

tinggi hanya terjadi di Kota Kupang, sedangkan daerah lain

hanya sebatas sampai kelas satu atau dua SMP. Bahkan,

rata-rata pendidikan di Kabupaten Sumba Tengah dan

Sabu Raijua tidak lebih dari sekolah dasar. Tingginya

tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dirasa

menjadi alasan utama rendahnya pendidikan di NTT. Hal ini

terlihat dari rasio kecukupan guru dibanding jumlah murid

secara rata-rata di kisaran 11-20 siswa, jauh lebih baik dan

di atas standar UU guru yang sebanyak 20 murid per guru.

Artinya, jumlah guru yang ada saat ini masih mencukupi.

Permalahan yang terjadi justru terletak pada rendahnya

minat masyarakat untuk melanjutkan pendidikan, salah

satunya dikarenakan oleh tuntutan kebutuhan hidup yang

harus dipenuhi. Permasalahan lainnya adalah terkait

kualitas pendidikan yang dirasa masih rendah yang terlihat

dari rata-rata nilai ujian nasional yang lebih rendah

dibanding rata-rata nasional.

Permasalahan tersebut di atas dapat tergambar dari nilai

indeks pembangunan manusia (IPM) NTT yang hanya

menempati urutan terendah ketiga secara nasional setelah

Papua dan Papua Barat. Pertumbuhan IPM NTT juga hanya

sebesar 0,73% (yoy) lebih rendah dibanding nasional yang

sebesar 0,91%. Pertumbuhan IPM yang tinggi hanya

terjadi pada Kabupaten Sumba Barat Daya yang tumbuh

5,87%, namun juga terjadi penurunan IPM yang cukup

besar di Kabupaten Sumba Tengah hingga 3,32%.

SUMBER : BPS, DIOLAH SUMBER : BPS, DIOLAH

319199

304279

297586

274472

225866

179045

164769

150876

140733

128612

112830

92517

68636

48762

34230

35541

-308272

-300267

-283596

-259646

-216614

-184139

-178618

-170392

-156692

-140162

-120765

-97422

-72068

-54189

-39095

-43624

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65-69

70-74

75+ PEREMPUANLAKI-LAKI

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.3. Struktur Usia Penduduk di NTT

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.4. Rasio Ketergantungan di NTT

45,6 46,2 46,2 46,6 47,5 48,6 48,6 49,9 50,6 50,852,9 53,8

5658,5 59,7 60,5

66,7

30

35

40

45

50

55

60

65

70

BA

LI

KA

LTE

NG

KA

LTIM

SU

LU

T

PA

PU

A

KA

LSE

L

GO

RO

NTA

LO

PA

BA

R

SU

LTE

NG

KA

LB

AR

SU

LSE

L

NTB

SU

LB

AR

MA

LU

T

MA

LU

KU

SU

LTR

A

NTT

98 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 115: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.9. Sepuluh Provinsi Termiskin dan Terkaya

3,75

10,7

22,01

28,4

0

5

10

15

20

25

30

DK

I

BA

LI

KA

LSE

L

BA

BE

L

BA

NTE

N

KA

LTE

NG

KE

PR

I

KA

LTIM

MA

LU

T

KA

LTA

RA

NA

SIO

NA

L

LA

MP

UN

G

SU

LTEN

G

NTB

AC

EH

BE

NG

KU

LU

GO

RO

NTA

LO

MA

LU

KU

NTT

PA

PB

AR

PA

PU

A

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.10. Usia dan Formalitas Pekerjaan

RIBU

-400 -300 -200 -100 0 100 200

15-24

25-34

35-44

45-54

55-64

65-74

75 ke atas

INFORMAL FORMAL

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.7. IPM Provinsi NTT

2014 2015 20162012 20132011

INDONESIANTT

2010

56

58

60

62

64

66

68

70

72

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.8. IPM Kabupaten/Kota di NTT

-4

-2

0

2

4

6

8

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

SA

RA

I

MA

TIM

MA

LA

KA

SU

MT

EN

G

ALO

R

RO

ND

A

TTS

MA

BA

R

BE

LU

SB

D

TTU

MA

NG

GA

RA

I

SU

MB

AR

FLO

TIM

KU

PA

NG

SIK

KA

LEM

BA

TA

SU

MTIM

NA

GE

KO

NG

AD

A

EN

DE

K. K

UPA

NG

GROWTHIPM

Rendahnya IPM terutama disebabkan oleh indikator

pengeluaran perkapita yang hanya sebesar 7,12 juta, dan

menjadi pengeluaran perkapita terendah di Indonesia.

Peringkat rata-rata pendidikan di NTT terendah keempat di

Indonesia, dan harapan hidup juga terendah keenam

dibanding provins i la innya. Angka kemiskinan

menunjukkan sebagai Provinsi termiskin ketiga di

Indonesia dengan jumlah penduduk miskin mencapai

22,01% dari populasi, jauh lebih besar dari nasional yang

sebesar 10,7%.

Apabila dilihat dari struktur pekerjaan di NTT, terlihat

bahwa semua kelompok usia didominasi oleh pekerjaan

informal. 79% pekerja berada di pedesaan dan lebih dari

50% berpendidikan SD dan terkonsentrasi di pedesaan.

NTT juga memiliki rata-rata pekerja dengan pendidikan

terendah ketiga setelah Provinsi Papua dan Jawa Tengah.

56,2% pekerja memiliki latar belakang pendidikan

hanyalah sekolah dasar, sedikit lebih baik dari Papua yang

sebesar 57,2%.

Berdasarkan sektor ekonomi, 53,3% pekerja bekerja di

sektor pertanian. Hal ini menjadikan provinsi NTT sebagai

provinsi dengan rasio pekerja petani terbesar kedua

setelah Provinsi Papua. Sektor ekonomi dengan pekerja

terbesar selanjutnya adalah sektor perdagangan (10,0%),

industri pengolahan (7,4%), jasa pendidikan (6,6%) dan

administrasi pemerintah (6,2%). Berdasarkan status

pekerjaan utama juga terlihat bahwa pekerja terbanyak di

NTT adalah pekerja keluarga tidak dibayar dan berusaha

99KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Grafik 7.5. Angka Partisipasi Murni

2014 2015 20162012 20132011

95,24

66,56

52,87

30

40

50

60

70

80

90

100

APM SMP/MTS/PAKET B APM SMA/SMK/MA/PAKET CAPM SD/MI/PAKET A

Grafik 7.6. Rata-Rata Lama Sekolah di NTT

SU

MT

EN

G

SA

RA

I

TTS

SB

D

MA

LA

KA

MA

TIM

SU

MB

AR

SU

MTIM

SIK

KA

RO

TE

ND

AO

MA

BA

R

KU

PA

NG

MA

NG

GA

RA

I

FLO

TIM

BE

LU

TTU

NA

GE

KE

O

EN

DE

LEM

BA

TA

NG

AD

A

ALO

R

KO

TA K

UPA

NG

0

2

4

6

8

10

12

Tingkat partisipasi sekolah sebenarnya sudah cukup tinggi

pada level pendidikan sekolah dasar, namun jauh

berkurang pada pendidikan di atasnya. Pemerataan

pendidikan juga relatif timpang dengan pendidikan relatif

tinggi hanya terjadi di Kota Kupang, sedangkan daerah lain

hanya sebatas sampai kelas satu atau dua SMP. Bahkan,

rata-rata pendidikan di Kabupaten Sumba Tengah dan

Sabu Raijua tidak lebih dari sekolah dasar. Tingginya

tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dirasa

menjadi alasan utama rendahnya pendidikan di NTT. Hal ini

terlihat dari rasio kecukupan guru dibanding jumlah murid

secara rata-rata di kisaran 11-20 siswa, jauh lebih baik dan

di atas standar UU guru yang sebanyak 20 murid per guru.

Artinya, jumlah guru yang ada saat ini masih mencukupi.

Permalahan yang terjadi justru terletak pada rendahnya

minat masyarakat untuk melanjutkan pendidikan, salah

satunya dikarenakan oleh tuntutan kebutuhan hidup yang

harus dipenuhi. Permasalahan lainnya adalah terkait

kualitas pendidikan yang dirasa masih rendah yang terlihat

dari rata-rata nilai ujian nasional yang lebih rendah

dibanding rata-rata nasional.

Permasalahan tersebut di atas dapat tergambar dari nilai

indeks pembangunan manusia (IPM) NTT yang hanya

menempati urutan terendah ketiga secara nasional setelah

Papua dan Papua Barat. Pertumbuhan IPM NTT juga hanya

sebesar 0,73% (yoy) lebih rendah dibanding nasional yang

sebesar 0,91%. Pertumbuhan IPM yang tinggi hanya

terjadi pada Kabupaten Sumba Barat Daya yang tumbuh

5,87%, namun juga terjadi penurunan IPM yang cukup

besar di Kabupaten Sumba Tengah hingga 3,32%.

SUMBER : BPS, DIOLAH SUMBER : BPS, DIOLAH

319199

304279

297586

274472

225866

179045

164769

150876

140733

128612

112830

92517

68636

48762

34230

35541

-308272

-300267

-283596

-259646

-216614

-184139

-178618

-170392

-156692

-140162

-120765

-97422

-72068

-54189

-39095

-43624

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65-69

70-74

75+ PEREMPUANLAKI-LAKI

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.3. Struktur Usia Penduduk di NTT

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.4. Rasio Ketergantungan di NTT

45,6 46,2 46,2 46,6 47,5 48,6 48,6 49,9 50,6 50,852,9 53,8

5658,5 59,7 60,5

66,7

30

35

40

45

50

55

60

65

70

BA

LI

KA

LTE

NG

KA

LTIM

SU

LU

T

PA

PU

A

KA

LSE

L

GO

RO

NTA

LO

PA

BA

R

SU

LTE

NG

KA

LB

AR

SU

LSE

L

NTB

SU

LB

AR

MA

LU

T

MA

LU

KU

SU

LTR

A

NTT

98 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 116: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.15. Gaji/Jam Sektor Utama

BE

RU

SA

HA

DIB

AN

TU

B

UR

UH

TID

AK

TE

TAP

BE

RU

SA

HA

D

IBA

NTU

BU

RU

H

TE

TAP/D

IBA

YA

R

PE

KE

RJA

K

ELU

AR

GA

/TID

AK

D

IBA

YA

R

PE

KE

RJA

BE

BA

S D

I P

ER

TAN

IAN

PE

KE

RJA

BE

BA

S D

I N

ON

PE

RTA

NIA

N

RA

TA-R

ATA

BE

RU

SA

HA

SE

ND

IRI

BU

RU

H/K

AR

YA

WA

N/

PE

GA

WA

0200040006000800010000120001400016000

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

RATA-RATA GAJI10.000 10.000-20.000 20.000-30.00050.000-75.000 75.000-100.000 100.000-150.000

30.000-40.000 40.000-50.000150.000-250.000

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.16. Sektor Usaha Pekerja Rendah

BERUSAHA SENDIRI BERUSAHA DIBANTU BURUH TIDAK TETAP PEKERJA KELUARGA/TIDAK DIBAYAR

0

5

10

15

20

25

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN

PERDAGANGAN TRANSPORTASI DAN GUDANG

PERTAMBANGAN LAINNYA

proyek padat karya sebagaimana yang dilakukan dana

desa, ataupun mempermudah ijin investasi agar

industrialisasi dapat berkembang di NTT. Ketidakefisienan

proses produksi pertanian dapat dilakukan dengan

menggeser pekerja pertanian ke sektor formal lainnya dan

menerapkan sistem mekanisasi untuk menekan biaya

produksi, mempercepat dan meningkatkan produksi.

101KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

PERTANIAN

PERTAMBANGAN

INDUSTRI PENGOLAHANLG

AIR DAN DAUR ULANG

KONSTRUKSIPERDAGANGAN

TRANSPORTASI DAN GUDANG

AKOMODASI DAN MAMININFOKOM

KEUANGAN

REAL ESTATEJASA PERUSAHAAN

ADM. PEMERINTAH

PENDIDIKANKESEHATAN

JASA LAINNYA

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.13. Pangsa Tenaga Kerja

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.14. Perbandingan Status Pekerjaan Utama

0

20

40

60

80

100

DK

I

KE

PR

I

JAB

AR

BA

NT

EN

KA

LTA

RA

SU

LU

T

KA

LTIM

RIA

U

GO

RO

NTA

LO

BA

LI

DIY

AC

EH

JAT

EN

G

IND

ON

ES

IA

BA

BE

L

JAT

IM

SU

MB

AR

PA

BA

R

MA

LU

KU

KA

LS

EL

KA

LTE

NG

JAM

BI

NT

B

KA

LB

AR

MA

LU

T

SU

LS

EL

SU

LB

AR

SU

LTE

NG

SU

MS

EL

BE

NG

KU

LU

LA

MP

UN

G

SU

MU

T

SU

LTR

A

NT

T

PA

PU

A

PEKERJA BEBAS DI NONPERTANIAN

BERUSAHA DIBANTU BURUH TETAP/DIBAYAR

KARYAWAN

BERUSAHA SENDIRI

BERUSAHA DIBANTU BURUH TIDAK TETAP

PEKERJA BEBAS DI PERTANIAN PEKERJA KELUARGA/TIDAK DIBAYAR

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.11. Lokasi Bekerja dan Pendidikan

RIBU

PEDESAAN PERKOTAAN

SD

SMP

SMA

DIPLOMA

S1

PASCA SARJANA

-1200 -1000 -800 -600 -400 -200 0 200

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.12. Struktur Pendidikan per Provinsi

0

2

4

6

8

10

12

14

0

20

40

60

80

100

TOTALPASCA SARJANAS1DIPLOMASMASMPSD

PA

PU

A

JAT

EN

G

NT

T

SU

LB

AR

KA

LB

AR

LA

MP

UN

G

JAT

IM

GO

RO

NTA

LO

KA

LS

EL

KA

LTE

NG

BA

BE

L

NT

B

SU

MS

EL

SU

LTE

NG

JAM

BI

SU

LS

EL

JAB

AR

RIA

U

SU

LU

T

MA

LU

T

SU

MB

AR

KA

LTA

RA

SU

LTR

A

SU

MU

T

BE

NG

KU

LU

BA

LI

MA

LU

KU

PA

BA

R

BA

NT

EN

DIY

KA

LTIM

AC

EH

KE

PR

I

DK

I

sektor industri pengolahan dan perdagangan. Adapun

pekerja dengan pendapatan terbesar adalah pekerja

formal dengan status karyawan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa walaupun

angka pengangguran terbuka di NTT relatif rendah,

namun permasalahan utama ketenagakerjaan di NTT

adalah pada kualitas pekerjaan yang rendah, meliputi

terlalu banyaknya pekerjaan sektor informal dan pekerjaan

utama berupa pekerja keluarga tidak dibayar ataupun

buruh tidak tetap dengan sebagian besar pekerja

memperoleh gaji yang rendah atau bahkan tidak

memperoleh penghasilan. Oleh karena itu, diharapkan,

pemerintah ke depan dapat lebih fokus pada peningkatan

kapasitas tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja

formal. Hal ini bisa dilakukan baik dengan penciptaan

dibantu buruh tidak tetap yang sebagian besar bekerja di

sektor pertanian dan industri pengolahan. Hal ini

menunjukkan rendahnya kualitas pekerja pertanian

ataupun karakter industri pengolahan NTT yang masih

bersifat industri rumahan, berbeda dengan industri di Jawa

yang mulai beralih ke industri menengah dan besar.

Rata-rata gaji yang didapat per jam juga menunjukkan

bahwa 84,1% pekerja di NTT hanya mendapat gaji kurang

dari 10 ribu per jam atau 85,5% penduduk mendapat gaji

kurang dari 1,5 juta per bulan, lebih rendah dari UMP NTT

2017 yang sebesar Rp 1.525.000. Sebanyak 393 ribu atau

20,75% pekerja merupakan pekerja keluarga tidak dibayar

dan 30,42% atau 576 ribu pekerja merupakan buruh tidak

tetap. Pekerja dengan penghasilan rendah tersebut

terkonsentrasi pada sektor pertanian, selain juga pada

100 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 117: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.15. Gaji/Jam Sektor Utama

BE

RU

SA

HA

DIB

AN

TU

B

UR

UH

TID

AK

TE

TAP

BE

RU

SA

HA

D

IBA

NTU

BU

RU

H

TE

TAP/D

IBA

YA

R

PE

KE

RJA

K

ELU

AR

GA

/TID

AK

D

IBA

YA

R

PE

KE

RJA

BE

BA

S D

I P

ER

TAN

IAN

PE

KE

RJA

BE

BA

S D

I N

ON

PE

RTA

NIA

N

RA

TA-R

ATA

BE

RU

SA

HA

SE

ND

IRI

BU

RU

H/K

AR

YA

WA

N/

PE

GA

WA

0200040006000800010000120001400016000

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

RATA-RATA GAJI10.000 10.000-20.000 20.000-30.00050.000-75.000 75.000-100.000 100.000-150.000

30.000-40.000 40.000-50.000150.000-250.000

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.16. Sektor Usaha Pekerja Rendah

BERUSAHA SENDIRI BERUSAHA DIBANTU BURUH TIDAK TETAP PEKERJA KELUARGA/TIDAK DIBAYAR

0

5

10

15

20

25

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN

PERDAGANGAN TRANSPORTASI DAN GUDANG

PERTAMBANGAN LAINNYA

proyek padat karya sebagaimana yang dilakukan dana

desa, ataupun mempermudah ijin investasi agar

industrialisasi dapat berkembang di NTT. Ketidakefisienan

proses produksi pertanian dapat dilakukan dengan

menggeser pekerja pertanian ke sektor formal lainnya dan

menerapkan sistem mekanisasi untuk menekan biaya

produksi, mempercepat dan meningkatkan produksi.

101KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

PERTANIAN

PERTAMBANGAN

INDUSTRI PENGOLAHANLG

AIR DAN DAUR ULANG

KONSTRUKSIPERDAGANGAN

TRANSPORTASI DAN GUDANG

AKOMODASI DAN MAMININFOKOM

KEUANGAN

REAL ESTATEJASA PERUSAHAAN

ADM. PEMERINTAH

PENDIDIKANKESEHATAN

JASA LAINNYA

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.13. Pangsa Tenaga Kerja

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.14. Perbandingan Status Pekerjaan Utama

0

20

40

60

80

100

DK

I

KE

PR

I

JAB

AR

BA

NT

EN

KA

LTA

RA

SU

LU

T

KA

LTIM

RIA

U

GO

RO

NTA

LO

BA

LI

DIY

AC

EH

JAT

EN

G

IND

ON

ES

IA

BA

BE

L

JAT

IM

SU

MB

AR

PA

BA

R

MA

LU

KU

KA

LS

EL

KA

LTE

NG

JAM

BI

NT

B

KA

LB

AR

MA

LU

T

SU

LS

EL

SU

LB

AR

SU

LTE

NG

SU

MS

EL

BE

NG

KU

LU

LA

MP

UN

G

SU

MU

T

SU

LTR

A

NT

T

PA

PU

A

PEKERJA BEBAS DI NONPERTANIAN

BERUSAHA DIBANTU BURUH TETAP/DIBAYAR

KARYAWAN

BERUSAHA SENDIRI

BERUSAHA DIBANTU BURUH TIDAK TETAP

PEKERJA BEBAS DI PERTANIAN PEKERJA KELUARGA/TIDAK DIBAYAR

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.11. Lokasi Bekerja dan Pendidikan

RIBU

PEDESAAN PERKOTAAN

SD

SMP

SMA

DIPLOMA

S1

PASCA SARJANA

-1200 -1000 -800 -600 -400 -200 0 200

SUMBER : BPS, DIOLAH

Grafik 7.12. Struktur Pendidikan per Provinsi

0

2

4

6

8

10

12

14

0

20

40

60

80

100

TOTALPASCA SARJANAS1DIPLOMASMASMPSD

PA

PU

A

JAT

EN

G

NT

T

SU

LB

AR

KA

LB

AR

LA

MP

UN

G

JAT

IM

GO

RO

NTA

LO

KA

LS

EL

KA

LTE

NG

BA

BE

L

NT

B

SU

MS

EL

SU

LTE

NG

JAM

BI

SU

LS

EL

JAB

AR

RIA

U

SU

LU

T

MA

LU

T

SU

MB

AR

KA

LTA

RA

SU

LTR

A

SU

MU

T

BE

NG

KU

LU

BA

LI

MA

LU

KU

PA

BA

R

BA

NT

EN

DIY

KA

LTIM

AC

EH

KE

PR

I

DK

I

sektor industri pengolahan dan perdagangan. Adapun

pekerja dengan pendapatan terbesar adalah pekerja

formal dengan status karyawan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa walaupun

angka pengangguran terbuka di NTT relatif rendah,

namun permasalahan utama ketenagakerjaan di NTT

adalah pada kualitas pekerjaan yang rendah, meliputi

terlalu banyaknya pekerjaan sektor informal dan pekerjaan

utama berupa pekerja keluarga tidak dibayar ataupun

buruh tidak tetap dengan sebagian besar pekerja

memperoleh gaji yang rendah atau bahkan tidak

memperoleh penghasilan. Oleh karena itu, diharapkan,

pemerintah ke depan dapat lebih fokus pada peningkatan

kapasitas tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja

formal. Hal ini bisa dilakukan baik dengan penciptaan

dibantu buruh tidak tetap yang sebagian besar bekerja di

sektor pertanian dan industri pengolahan. Hal ini

menunjukkan rendahnya kualitas pekerja pertanian

ataupun karakter industri pengolahan NTT yang masih

bersifat industri rumahan, berbeda dengan industri di Jawa

yang mulai beralih ke industri menengah dan besar.

Rata-rata gaji yang didapat per jam juga menunjukkan

bahwa 84,1% pekerja di NTT hanya mendapat gaji kurang

dari 10 ribu per jam atau 85,5% penduduk mendapat gaji

kurang dari 1,5 juta per bulan, lebih rendah dari UMP NTT

2017 yang sebesar Rp 1.525.000. Sebanyak 393 ribu atau

20,75% pekerja merupakan pekerja keluarga tidak dibayar

dan 30,42% atau 576 ribu pekerja merupakan buruh tidak

tetap. Pekerja dengan penghasilan rendah tersebut

terkonsentrasi pada sektor pertanian, selain juga pada

100 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 118: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Pelaksanaan program beasiswa berdasarkan Perjanjian

Kerjasama yang dibuat untuk jangka waktu maksimum 3

tahun, ditandatangani oleh Departemen Komunikasi Bank

Indonesia di Kantor Pusat atau Kantor Perwakilan Bank

Indonesia di daerah yang bertindak untuk dan atas nama

Bank Indonesia, bersama dengan Pimpinan PTN

(Rektor/Wakil Rektor atau pejabat yang ditunjuk) sebagai

mitra kerjasama Program Beasiswa. Perjanjian Kerjasama

yang telah habis masa berlakunya dapat diperbaharui

dengan kesepakatan dari kedua pihak.

Proses pengajuan beasiswa harus melalui proses penilaian

kelayakan oleh Bank Indonesia serta mendapat

persetujuan dari Pimpinan Departemen Komunikasi Bank

Indonesia di Kantor Pusat sebagaimana bagan proses

pengajuan beasiswa di bawah ini.

SKEMA DAN KRITERIA PROGRAM BEASISWA

1

2

3

4

5

6

7

8

PROGRAM STUDI/JURUSAN/DEPARTEMEN

9

10

11

12

13

14

15

16

SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/PERIKANAN

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

MANAJEMEN/PENDIDIKAN MANAJEMEN

AKUNTANSI/PENDIDIKAN AKUNTANSI

PERBANKAN/PERBANKAN SYARIAH

EKONOMI SYARIAH

MATEMATIKA/PENDIDIKAN MATEMATIKA

STATISTIKA

PERTANIAN/PETERNAKAN/AGRIBISNIS

SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/PERIKANAN

ILMU HUKUM/HUKUM EKONOMI

ILMU PEMERINTAHAN

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

KOMUNIKASI/ILMU KOMUNKASI

TEKNOLOGI INFORMASI

SISTEM INFORMASI

ILMU KOMPUTER/INFORMATIKA

Tabel Boks 2.1. Rincian Output Program Nawacita di Provinsi NTT 2017

Gambar Boks 7.2. Kriteria umum mahasiswa penerima beasiswa

MIN 40 SKSPENGALAMAN ORGANISASI USIA MAKS 24

BERSEDIA AKTIF DALAM GENBI

TIDAK MENERIMA BEASISWA LAIN

JUMLAH PENERIMA BEASISWA/TH

NILAI BEASISWA/TH/ORANG

BANTUAN PENGELOLAAN

IPK (MIN)

SYARAT TAMBAHAN

KRITERIA

Tabel Boks 8.1. Kriteria Khusus Mahasiswa Penerima Beasiswa

20 ORANG

RP 1,500,000

RP 10,000,000

3.50

TOEFL MIN 500

MEMBUAT MOTIVATION LETTER DALAM BAHASA INGGRIS

SURAT REKOMENDASI 2 TOKOH

BEASISWA UNGGULAN

50 ORANG

RP 1,000,000

RP 10,000,000

3.00

DARI KELUARGA PRASEJAHTERA

MEMBUAT MOTIVATION LETTER DALAM BAHASA INDONESIA

SURAT REKOMENDASI 1 TOKOH

BEASISWA REGULER

Program Beasiswa Bank Indonesia memberikan

kesempatan bagi mahasiswa dari PTN yang telah

bekerjasama dengan Program Studi/Jurusan/Departemen

sebagai berikut:

PRIORITAS PROGRAM STUDI/JURUSAN/DEPARTEMEN

103KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Program Beasiswa Bank Indonesia telah dimulai sejak

tahun 2011, dan hingga 2017 Bank Indonesia telah

memberikan sekitar 18.565 mahasiswa penerima

beasiswa yang tersebar di 89 PTN seluruh penjuru

Nusantara. Di Provinsi NTT, Bank Indonesia telah

bekerjasama dengan Universitas Nusa Cendana (skema

reguler), menyalurkan beasiswa kepada 40 mahasiswa

setiap tahun. Nilai beasiswa pada tahun 2017 yang

disalurkan adalah Rp 750rb/bulan/mahasiswa, meningkat

50% dari penyaluran tahun-tahun sebelumnya yaitu

sebesar Rp 500rb/bulan/mahasiswa. Adapun untuk tahun

2018 ini, Bank Indoneisa kembali meningkatkan nilai

beasiswa menjadi Rp 1jt/bulan/mahasiswa dan menambah

jumlah penerima menjadi 50 orang.

Boks 8. Program Beasiswa Bank IndonesiaBoks 8. Program Beasiswa Bank IndonesiaBank Indonesia memiliki komitmen tinggi terhadap

pendidikan dan peningkatan kualitas SDM di Indonesia

yang salah satunya diwujudkan melalui Program Beasiswa.

Bank Indonesia melalui jaringan seluruh Kantor Perwakilan

di daerah menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi

Negeri (PTN) di masing-masing daerah, melakukan seleksi

dan menyalurkan beasiswa kepada mahasiswa berprestasi,

khususnya yang berasal dari keluarga prasejahtera.

Program Beasiswa Bank Indonesia tidak terbatas pada

pembiayaan untuk mendukung biaya pendidikan,

tunjangan studi, maupun biaya hidup, namun para

mahasiswa penerima Beasiswa Bank Indonesia juga

diwadahi oleh komunitas serta mendapatkan berbagai

pelatihan secara berkala, terencana, dan terarah guna

m e n i n g k a t k a n k o m p e t e n s i i n d i v i d u , s e r t a

mengembangkan karakter dan jiwa kepemimpinan agar

mampu menjadi insan unggul dan berdaya saing.

Penerima beasiswa dari Bank Indonesia diarahkan untuk

menjadi role model dan agent of change bagi masyarakat,

garda depan yang membantu menyampaikan informasi

kebijakan Bank Indonesia, serta mengambil bagian sebagai

pemimpin Indonesia di masa mendatang/future leader.

Proses pengajuan beasiswa harus melalui proses penilaian

kelayakan oleh Bank Indonesia serta mendapat

persetujuan dari Pimpinan Departemen Komunikasi Bank

Indonesia di Kantor Pusat sebagaimana bagan proses

pengajuan beasiswa di bawah ini.

ALUR KERJASAMA PROGRAM BEASISWA

Gambar Boks 7.1. Alur Proses Pengajuan Beasiswa (bagi PTN baru)

PENGAJIAN BEASISWA OLEH PTN

KE DEPT. KOMUNIKASI (DKOM) UNTUK WIL. BOGOR, TANGERANG, BEKASI

KE DKOM MELAKUKAN KUNJUNGAN KE PTN UNTUK MENILAI KELAYAKAN DAN

KESIAPAN

MENGAJUKAN USULAN PERSETUJUAN KEPADA

KEPALA DKOM

KE KPWDN UNTUK DITERUSKAN KE DKOM

TIDAK SETUJUSETUJU

DISAMPAIKAN INFORMASI

PENOLAKAN KE PTN OLEH PWDN/DKOM

DISAMPAIKAN INFORMASI PERSETUJUAN KE PTN OLEH KPWDN/DKOM

PERJANJIAN KERJASAMA KPWDN/DKOM DENGAN

PTN

KPWDN DAN DKOM MELAKUKAN SELEKSI

KANDIDAT/CALON

PENYALURAN BEASISWA

102 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 119: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Pelaksanaan program beasiswa berdasarkan Perjanjian

Kerjasama yang dibuat untuk jangka waktu maksimum 3

tahun, ditandatangani oleh Departemen Komunikasi Bank

Indonesia di Kantor Pusat atau Kantor Perwakilan Bank

Indonesia di daerah yang bertindak untuk dan atas nama

Bank Indonesia, bersama dengan Pimpinan PTN

(Rektor/Wakil Rektor atau pejabat yang ditunjuk) sebagai

mitra kerjasama Program Beasiswa. Perjanjian Kerjasama

yang telah habis masa berlakunya dapat diperbaharui

dengan kesepakatan dari kedua pihak.

Proses pengajuan beasiswa harus melalui proses penilaian

kelayakan oleh Bank Indonesia serta mendapat

persetujuan dari Pimpinan Departemen Komunikasi Bank

Indonesia di Kantor Pusat sebagaimana bagan proses

pengajuan beasiswa di bawah ini.

SKEMA DAN KRITERIA PROGRAM BEASISWA

1

2

3

4

5

6

7

8

PROGRAM STUDI/JURUSAN/DEPARTEMEN

9

10

11

12

13

14

15

16

SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/PERIKANAN

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

MANAJEMEN/PENDIDIKAN MANAJEMEN

AKUNTANSI/PENDIDIKAN AKUNTANSI

PERBANKAN/PERBANKAN SYARIAH

EKONOMI SYARIAH

MATEMATIKA/PENDIDIKAN MATEMATIKA

STATISTIKA

PERTANIAN/PETERNAKAN/AGRIBISNIS

SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/PERIKANAN

ILMU HUKUM/HUKUM EKONOMI

ILMU PEMERINTAHAN

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

KOMUNIKASI/ILMU KOMUNKASI

TEKNOLOGI INFORMASI

SISTEM INFORMASI

ILMU KOMPUTER/INFORMATIKA

Tabel Boks 2.1. Rincian Output Program Nawacita di Provinsi NTT 2017

Gambar Boks 7.2. Kriteria umum mahasiswa penerima beasiswa

MIN 40 SKSPENGALAMAN ORGANISASI USIA MAKS 24

BERSEDIA AKTIF DALAM GENBI

TIDAK MENERIMA BEASISWA LAIN

JUMLAH PENERIMA BEASISWA/TH

NILAI BEASISWA/TH/ORANG

BANTUAN PENGELOLAAN

IPK (MIN)

SYARAT TAMBAHAN

KRITERIA

Tabel Boks 8.1. Kriteria Khusus Mahasiswa Penerima Beasiswa

20 ORANG

RP 1,500,000

RP 10,000,000

3.50

TOEFL MIN 500

MEMBUAT MOTIVATION LETTER DALAM BAHASA INGGRIS

SURAT REKOMENDASI 2 TOKOH

BEASISWA UNGGULAN

50 ORANG

RP 1,000,000

RP 10,000,000

3.00

DARI KELUARGA PRASEJAHTERA

MEMBUAT MOTIVATION LETTER DALAM BAHASA INDONESIA

SURAT REKOMENDASI 1 TOKOH

BEASISWA REGULER

Program Beasiswa Bank Indonesia memberikan

kesempatan bagi mahasiswa dari PTN yang telah

bekerjasama dengan Program Studi/Jurusan/Departemen

sebagai berikut:

PRIORITAS PROGRAM STUDI/JURUSAN/DEPARTEMEN

103KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Program Beasiswa Bank Indonesia telah dimulai sejak

tahun 2011, dan hingga 2017 Bank Indonesia telah

memberikan sekitar 18.565 mahasiswa penerima

beasiswa yang tersebar di 89 PTN seluruh penjuru

Nusantara. Di Provinsi NTT, Bank Indonesia telah

bekerjasama dengan Universitas Nusa Cendana (skema

reguler), menyalurkan beasiswa kepada 40 mahasiswa

setiap tahun. Nilai beasiswa pada tahun 2017 yang

disalurkan adalah Rp 750rb/bulan/mahasiswa, meningkat

50% dari penyaluran tahun-tahun sebelumnya yaitu

sebesar Rp 500rb/bulan/mahasiswa. Adapun untuk tahun

2018 ini, Bank Indoneisa kembali meningkatkan nilai

beasiswa menjadi Rp 1jt/bulan/mahasiswa dan menambah

jumlah penerima menjadi 50 orang.

Boks 8. Program Beasiswa Bank IndonesiaBoks 8. Program Beasiswa Bank IndonesiaBank Indonesia memiliki komitmen tinggi terhadap

pendidikan dan peningkatan kualitas SDM di Indonesia

yang salah satunya diwujudkan melalui Program Beasiswa.

Bank Indonesia melalui jaringan seluruh Kantor Perwakilan

di daerah menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi

Negeri (PTN) di masing-masing daerah, melakukan seleksi

dan menyalurkan beasiswa kepada mahasiswa berprestasi,

khususnya yang berasal dari keluarga prasejahtera.

Program Beasiswa Bank Indonesia tidak terbatas pada

pembiayaan untuk mendukung biaya pendidikan,

tunjangan studi, maupun biaya hidup, namun para

mahasiswa penerima Beasiswa Bank Indonesia juga

diwadahi oleh komunitas serta mendapatkan berbagai

pelatihan secara berkala, terencana, dan terarah guna

m e n i n g k a t k a n k o m p e t e n s i i n d i v i d u , s e r t a

mengembangkan karakter dan jiwa kepemimpinan agar

mampu menjadi insan unggul dan berdaya saing.

Penerima beasiswa dari Bank Indonesia diarahkan untuk

menjadi role model dan agent of change bagi masyarakat,

garda depan yang membantu menyampaikan informasi

kebijakan Bank Indonesia, serta mengambil bagian sebagai

pemimpin Indonesia di masa mendatang/future leader.

Proses pengajuan beasiswa harus melalui proses penilaian

kelayakan oleh Bank Indonesia serta mendapat

persetujuan dari Pimpinan Departemen Komunikasi Bank

Indonesia di Kantor Pusat sebagaimana bagan proses

pengajuan beasiswa di bawah ini.

ALUR KERJASAMA PROGRAM BEASISWA

Gambar Boks 7.1. Alur Proses Pengajuan Beasiswa (bagi PTN baru)

PENGAJIAN BEASISWA OLEH PTN

KE DEPT. KOMUNIKASI (DKOM) UNTUK WIL. BOGOR, TANGERANG, BEKASI

KE DKOM MELAKUKAN KUNJUNGAN KE PTN UNTUK MENILAI KELAYAKAN DAN

KESIAPAN

MENGAJUKAN USULAN PERSETUJUAN KEPADA

KEPALA DKOM

KE KPWDN UNTUK DITERUSKAN KE DKOM

TIDAK SETUJUSETUJU

DISAMPAIKAN INFORMASI

PENOLAKAN KE PTN OLEH PWDN/DKOM

DISAMPAIKAN INFORMASI PERSETUJUAN KE PTN OLEH KPWDN/DKOM

PERJANJIAN KERJASAMA KPWDN/DKOM DENGAN

PTN

KPWDN DAN DKOM MELAKUKAN SELEKSI

KANDIDAT/CALON

PENYALURAN BEASISWA

102 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 120: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Perekonomian Provinsi NTT pada triwulan II 2018 diperkirakan tumbuh pada

kisaran 5,20%-5,60% (yoy). Sementara itu, secara keseluruhan tahun 2018

ekonomi diperkirakan tumbuh di kisaran 4,98%-5,38% (yoy), atau sedikit lebih

tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan tahun 2017 sebesar 5,16% (yoy).

Dari sisi pengeluaran, perekonomian Provinsi NTT masih akan ditopang oleh

konsumsi rumah tangga dan peningkatan investasi. Sementara dari sisi

sektoral, perekonomian akan didorong oleh sektor konstruksi, perdagangan

besar dan eceran, informasi dan komunikasi serta administrasi pemerintahan,

selain ditopang oleh sektor utama yakni pertanian, kehutanan dan perikanan.

Faktor risiko yang perlu diwaspadai terutama dari sisi domestik di antaranya

hasil produksi pertanian dan perikanan yang masih sangat bergantung kondisi

cuaca, kelanjutan pembangunan infrastruktur yang tidak sesuai target karena

terpengaruh adanya Pilkada serta adanya pemotongan belanja pemerintah.

Tekanan harga pada triwulan II 2018 dan keseluruhan 2018 diperkirakan masih

pada kisaran inflasi nasional 3,5%±1,0%, masing-masing pada kisaran 3,14%-

3,54% (yoy) dan 3,86-4,26% (yoy) dengan adanya potensi pembalikan arah

harga pada tahun 2018 pasca inflasi yang rendah pada tahun 2017.

ProspekPerekonomian Daerah

bab vii.Untuk memastikan pengelolaan program beasiswa yang

terencana, terarah, dan terpadu, seluruh rangkaian proses

akan mengikuti alur waktu sebagai gambar dibawah ini.

TIMELINE MEKANISME PELAKSANAANPROGRAM

Gambar Boks 6.4. Timeline Pelaksanaan Program Beasiswa

1. Tahap Pra SeleksiDalam tahap pra seleksi Bank Indonesia menyampaikan

informasi tentang program beasiswa disertai dengan

kriteria mahasiswa calon penerima beasiswa dan tata cara

pengajuan kepada PTN. Selanjutnya PTN melakukan

sosialisasi proram beasiswa dalam bentuk pengumuman di

berbagai media informasi. Selanjutnya PTN menyerahkan

daftar nama calon penerima beasiswa yang telah

memenuhi kriteria (skema reguler maksimal 80 orang dan

minimal 70 orang mahasiswa, skema unggulan maksimal

40 orang dan minimal 30 orang), disertai dengan

kelengkapan dokumen pendukung yakni: 1. CV/Biodata

sesui format yang telah disediakan; 2. Fotocopy Identitas

(KTP/KTM); 3. Fotocopy Kartu/Lembar Hasil Studi.

2. Seleksi Tahap IPTN melakukan seleksi I (administrasi) terhadap mahasiswa

caon penerima beasiswa sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan dengan cara mengumpulkan, memeriksa,

memverifikasi dan memvalidasi seluruh berkas persyaratan

administrasi mahasiswa kandidat penerima beasiswa

untuk kemudian disampikan kepada Bank Indonesia. PTN

juga berkewajiban memastikan kehadiran mahasiswa

untuk mengikuti seleksi tahap II oleh Bank Indonesia.

3. Seleksi Tahap IIBank Indonesia melakukan proses seleksi tahap II dalam

bentuk wawancara untuk mengetahui motivasi,

kepribadian, kondisi keluarga, kehidupan sosial,

penelusuran potensi, minat dan bakat calon penerima

beasiswa. Bank Indonesia akan memilih kandidat yang

memenuhi persyaratan dan dinilai layak menjadi penerima

beasiswa.

PENYALURAN BEASISWAKandidat penerima yang telah terpilih akan dikumpulkan

dan diberi pengarahan secara komprehensif oleh Bank

Indonesia terkait dengan pelaksanaan program beasiswa

selama 1 tahun ke depan.

Dana beasiswa disalurkan secara langsung melalui

pemindahbukuan/transfer ke rekening bank atas nama

penerima beasiswa setiap bulan (semester). PTN

berkewajiban mengelola database mahasiswa penerima

beasiswa dan menatausahakan dokumen penyaluran dana

program. Apabila dalam periode Beasiswa terdapat

mahasiswa penerima beasiswa yang lulus dan atau

mengalami penurunan prestasi akademik dibawah skala

indeks yang ditentukan, maka pihak PTN harus

mengajukan penggantian mahasiswa penerima Beasiswa

secara tertulis kepada Bank Indonesia hingga berakhirnya

jangka waktu pemberian beasiswa.

104 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 121: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Perekonomian Provinsi NTT pada triwulan II 2018 diperkirakan tumbuh pada

kisaran 5,20%-5,60% (yoy). Sementara itu, secara keseluruhan tahun 2018

ekonomi diperkirakan tumbuh di kisaran 4,98%-5,38% (yoy), atau sedikit lebih

tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan tahun 2017 sebesar 5,16% (yoy).

Dari sisi pengeluaran, perekonomian Provinsi NTT masih akan ditopang oleh

konsumsi rumah tangga dan peningkatan investasi. Sementara dari sisi

sektoral, perekonomian akan didorong oleh sektor konstruksi, perdagangan

besar dan eceran, informasi dan komunikasi serta administrasi pemerintahan,

selain ditopang oleh sektor utama yakni pertanian, kehutanan dan perikanan.

Faktor risiko yang perlu diwaspadai terutama dari sisi domestik di antaranya

hasil produksi pertanian dan perikanan yang masih sangat bergantung kondisi

cuaca, kelanjutan pembangunan infrastruktur yang tidak sesuai target karena

terpengaruh adanya Pilkada serta adanya pemotongan belanja pemerintah.

Tekanan harga pada triwulan II 2018 dan keseluruhan 2018 diperkirakan masih

pada kisaran inflasi nasional 3,5%±1,0%, masing-masing pada kisaran 3,14%-

3,54% (yoy) dan 3,86-4,26% (yoy) dengan adanya potensi pembalikan arah

harga pada tahun 2018 pasca inflasi yang rendah pada tahun 2017.

ProspekPerekonomian Daerah

bab vii.Untuk memastikan pengelolaan program beasiswa yang

terencana, terarah, dan terpadu, seluruh rangkaian proses

akan mengikuti alur waktu sebagai gambar dibawah ini.

TIMELINE MEKANISME PELAKSANAANPROGRAM

Gambar Boks 6.4. Timeline Pelaksanaan Program Beasiswa

1. Tahap Pra SeleksiDalam tahap pra seleksi Bank Indonesia menyampaikan

informasi tentang program beasiswa disertai dengan

kriteria mahasiswa calon penerima beasiswa dan tata cara

pengajuan kepada PTN. Selanjutnya PTN melakukan

sosialisasi proram beasiswa dalam bentuk pengumuman di

berbagai media informasi. Selanjutnya PTN menyerahkan

daftar nama calon penerima beasiswa yang telah

memenuhi kriteria (skema reguler maksimal 80 orang dan

minimal 70 orang mahasiswa, skema unggulan maksimal

40 orang dan minimal 30 orang), disertai dengan

kelengkapan dokumen pendukung yakni: 1. CV/Biodata

sesui format yang telah disediakan; 2. Fotocopy Identitas

(KTP/KTM); 3. Fotocopy Kartu/Lembar Hasil Studi.

2. Seleksi Tahap IPTN melakukan seleksi I (administrasi) terhadap mahasiswa

caon penerima beasiswa sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan dengan cara mengumpulkan, memeriksa,

memverifikasi dan memvalidasi seluruh berkas persyaratan

administrasi mahasiswa kandidat penerima beasiswa

untuk kemudian disampikan kepada Bank Indonesia. PTN

juga berkewajiban memastikan kehadiran mahasiswa

untuk mengikuti seleksi tahap II oleh Bank Indonesia.

3. Seleksi Tahap IIBank Indonesia melakukan proses seleksi tahap II dalam

bentuk wawancara untuk mengetahui motivasi,

kepribadian, kondisi keluarga, kehidupan sosial,

penelusuran potensi, minat dan bakat calon penerima

beasiswa. Bank Indonesia akan memilih kandidat yang

memenuhi persyaratan dan dinilai layak menjadi penerima

beasiswa.

PENYALURAN BEASISWAKandidat penerima yang telah terpilih akan dikumpulkan

dan diberi pengarahan secara komprehensif oleh Bank

Indonesia terkait dengan pelaksanaan program beasiswa

selama 1 tahun ke depan.

Dana beasiswa disalurkan secara langsung melalui

pemindahbukuan/transfer ke rekening bank atas nama

penerima beasiswa setiap bulan (semester). PTN

berkewajiban mengelola database mahasiswa penerima

beasiswa dan menatausahakan dokumen penyaluran dana

program. Apabila dalam periode Beasiswa terdapat

mahasiswa penerima beasiswa yang lulus dan atau

mengalami penurunan prestasi akademik dibawah skala

indeks yang ditentukan, maka pihak PTN harus

mengajukan penggantian mahasiswa penerima Beasiswa

secara tertulis kepada Bank Indonesia hingga berakhirnya

jangka waktu pemberian beasiswa.

104 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 122: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS DAN BANK INDONESIA (DIOLAH)

Grafik 7.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2018

5.17

%

5.16

%

5.00

- 5.

40%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

4.0

4.2

4.4

4.6

4.8

5.0

5.2

5.4

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018*

PDRB (YOY)

JASA PENDIDIKAN (YOY) KONSTRUKSI (YOY) PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY)

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (YOY)PERDAGANGAN BESAR & ECERAN (YOY)

Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB)/investasi diperkirakan melambat pada

triwulan II 2018. Realisasi investasi baru di tahun 2018

diperkirakan cenderung dipercepat pada triwulan I 2018

sehubungan adanya momen persiapan Pilkada dan

menjelang libur panjang Hari Raya Idul Fitri. Pertumbuhan

diperkirakan masih akan ditopang oleh tingginya investasi

pembangunan infrastruktur oleh pemerintah seperti sumber

daya air dan kelistrikan, serta investasi swasta dalam bentuk

perhotelan, perumahan, pertanian, perikanan dan

perkebunan serta kelistrikan.

Net impor antar daerah Provinsi NTT pada triwulan II

2018 diperkirakan melambat. Pertumbuhan melambat

disebabkan oleh kecenderungan perdagangan ritel dan

pelaksana proyek konstruksi mendatangkan kebutuhan-

kebutuhan barang konsumsi, produksi dan konstruksi lebih

awal pada triwulan I 2018 sebagai antisipasi untuk persiapan

periode Pilkada yang diperkirakan cukup mendorong

konsumsi masyarakat, selain persiapan menjelang tibanya

libur panjang keagamaan Hari Raya Idul Fitri.

Secara sektoral, pertumbuhan sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan diperkirakan tumbuh

melambat. Perlambatan pertumbuhan sesuai dengan siklus

produksi yang menunjukkan kecenderungan perlambatan

pada triwulan II karena usainya masa tanam padi dan belum

tibanya panen kedua. Di sisi lain, sektor konstruksi serta

perdagangan besar dan eceran menunjukkan peningkatan

pertumbuhan seiring pelaksanaan proyek baru hasil investasi

triwulan sebelumnya serta meningkatnya konsumsi

masyarakat pada periode Pilkada dan hari libur panjang

keagamaan, sebagaimana diperkirakan terjadi pula pada

sektor informasi dan komunikasi dan administrasi

pemerintahan. Sementara itu, sektor penyediaan akomodasi

dan makan minum/pariwisata diperkirakan kembali

melambat sebagaimana triwulan sebelumnya. Berdasarkan

hasil liaison Bank Indonesia di Provinsi NTT, kontak

menyatakan kerja sama antara pemerintah, asosiasi bidang

pariwisata dan masyarakat perlu terus didorong dalam

menyiapkan destinasi wisata terutama di sekitar Kota

7.1.1.2 Pertumbuhan Sisi Sektoral

Pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT

diperkirakan masih tumbuh relatif stabil pada kisaran 4,98-

5,38% (yoy). Faktor penopang pertumbuhan ekonomi

tahun 2018 antara lain konsumsi rumah tangga yang

masih kuat dan Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB)/investasi yang meningkat terutama seiring makin

berkembangnya minat investor swasta menanamkan

modal di bidang pertanian, perkebunan dan pariwisata,

selain ditopang oleh investasi infrastruktur oleh

pemerintah yang tetap tinggi dalam rangka mengejar

ketertinggalan dengan daerah lain. Pertumbuhan

komponen konsumsi rumah tangga terutama ditopang

oleh terjaganya daya beli seiring pendapatan masyarakat

yang terus meningkat dan inflasi yang tetap terjaga dalam

rentang target nasional 3,5%±1% (yoy).

Pertumbuhan investasi masih tetap didominasi oleh

investasi pemerintah seperti kelanjutan pembangunan fisik

Bendungan Napun Gete dan Rotiklot, prospek dimulainya

pembangunan Bendungan Temef, peningkatan jaringan

kelistrikan, pelabuhan, bandara dan jalan raya. Sementara

investasi swasta diperkirakan terutama masih pada

bidang-bidang seperti ketenagalistrikan, hotel berbintang,

perumahan dan kelanjutan pengembangan agroindustri

perkebunan dan pertanian.

7.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2018

Kupang sebagai kota transit, sehingga mendorong lama

tinggal dan penjualan kamar hotel ke depan.

107KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Perekonomian Provinsi NTT pada triwulan II 2018

diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,20%-5,60% (yoy),

meningkat dibandingkan kisaran pertumbuhan triwulan I

2018 sebesar 4,90%-5,30% (yoy) serta lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun

2017. Peningkatan diperkirakan terutama didorong oleh

konsumsi rumah tangga yang menguat seiring adanya

rangkaian momen Pilkada Gubernur Provinsi NTT pada

triwulan II 2018 dan libur keagamaan Hari Raya Idul Fitri.

Daya beli masyarakat relatif terjaga dikarenakan adanya

peningkatan upah minimum pegawai tahun 2018 dan

tunjangan hari raya. Produksi pertanian serta inflasi

diperkirakan tetap terkendali pada rentang 3,20-3,60%

(yoy). Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi

diperkirakan tetap tumbuh meskipun melambat sebagai

dampak adanya momen Pilkada yang waktunya

berdekatan dengan hari raya keagamaan, sehingga

investor dan pelaku usaha cenderung sedikit menahan

pembangunan dan ekspansi usahanya pada periode

tersebut. Secara sektoral, perdagangan besar dan eceran

serta informasi dan komunikasi diperkirakan meningkat

seiring dengan adanya momen Pilkada dan Hari Raya Idul

Fitri. Adapun sektor administrasi pemerintahan

diperkirakan juga meningkat seiring tingginya pembiayaan

pemerintah pada saat momen Pilkada.

Pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan

diperkirakan didorong terutama oleh konsumsi

rumah tangga. Konsumsi rumah tangga diperkirakan

meningkat didorong oleh adanya momen Pilkada

Gubernur Provinsi NTT dan libur panjang hari raya

keagamaan (Idul Fitri), serta ditopang oleh daya beli

masyarakat yang tetap terjaga. Hal ini dikarenakan adanya

peningkatan upah minimum pegawai tahun 2018,

pencairan tunjangan hari raya, realisasi bantuan sosial oleh

pemerintah, peningkatan produksi pertanian serta

terjaganya inflasi pada level target nasional 3,5%±1%,

lebih tepatnya diperkirakan pada rentang 3,20-3,60%

(yoy). Pasokan yang relatif stabil dan upaya antisipasi

bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi

NTT beserta Tim Satgas Pangan diperkirakan membantu

da lam men jaga kes tab i l an in f l a s i d i dae rah .

Kecenderungan konsumsi yang masih tetap kuat

terindikasi dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia

sampai dengan triwulan IV 2017 yang menunjukkan

kondisi keyakinan dan ekspektasi konsumen masih dalam

level optimis. Di sisi lain, Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB)/investasi diperkirakan tumbuh melambat sebagai

dampak adanya Pilkada yang berdekatan dengan hari libur

keagamaan (Hari Raya Idul Fitri) sehingga investor dan

pelaku usaha cenderung sedikit menahan pembangunan

dan ekspansi usahanya pada periode tersebut.

7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NTT7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan II - 2018

Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan II – 2018

SUMBER : BPS DAN BANK INDONESIA (DIOLAH)

4.68

%

4.93

%

5.07

%

4.98

%

4.90

%

5.43

%

5.10

%

5.24

%

5.0

8%

5.28

%

5.0

0%

5.29

%

4.90

-5.3

0%

5.20

- 5

.60

%

-3%

-1%

1%

3%

5%

7%

9%

11%

4.20%

4.40%

4.60%

4.80%

5.00%

5.20%

5.40%

5.60%

PDRB (YOY)

JASA PENDIDIKAN (YOY) KONSTRUKSI (YOY) PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY)

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (YOY)PERDAGANGAN BESAR & ECERAN (YOY)

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I* II*

2018

Grafik 7.2. Survei Konsumen

SUMBER :BANK INDONESIA (DIOLAH)

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)

KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA 6 BULAN Y.A.DEKSPEKTASI PENGHASILAN 6 BULAN Y.A.D.

100.0

110.0

120.0

130.0

140.0

150.0

160.0

170.0

JANI II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017 2018

7.1.1.1 Pertumbuhan Sisi Penggunaan

106 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 123: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

SUMBER : BPS DAN BANK INDONESIA (DIOLAH)

Grafik 7.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2018

5.17

%

5.16

%

5.00

- 5.

40%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

4.0

4.2

4.4

4.6

4.8

5.0

5.2

5.4

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018*

PDRB (YOY)

JASA PENDIDIKAN (YOY) KONSTRUKSI (YOY) PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY)

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (YOY)PERDAGANGAN BESAR & ECERAN (YOY)

Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB)/investasi diperkirakan melambat pada

triwulan II 2018. Realisasi investasi baru di tahun 2018

diperkirakan cenderung dipercepat pada triwulan I 2018

sehubungan adanya momen persiapan Pilkada dan

menjelang libur panjang Hari Raya Idul Fitri. Pertumbuhan

diperkirakan masih akan ditopang oleh tingginya investasi

pembangunan infrastruktur oleh pemerintah seperti sumber

daya air dan kelistrikan, serta investasi swasta dalam bentuk

perhotelan, perumahan, pertanian, perikanan dan

perkebunan serta kelistrikan.

Net impor antar daerah Provinsi NTT pada triwulan II

2018 diperkirakan melambat. Pertumbuhan melambat

disebabkan oleh kecenderungan perdagangan ritel dan

pelaksana proyek konstruksi mendatangkan kebutuhan-

kebutuhan barang konsumsi, produksi dan konstruksi lebih

awal pada triwulan I 2018 sebagai antisipasi untuk persiapan

periode Pilkada yang diperkirakan cukup mendorong

konsumsi masyarakat, selain persiapan menjelang tibanya

libur panjang keagamaan Hari Raya Idul Fitri.

Secara sektoral, pertumbuhan sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan diperkirakan tumbuh

melambat. Perlambatan pertumbuhan sesuai dengan siklus

produksi yang menunjukkan kecenderungan perlambatan

pada triwulan II karena usainya masa tanam padi dan belum

tibanya panen kedua. Di sisi lain, sektor konstruksi serta

perdagangan besar dan eceran menunjukkan peningkatan

pertumbuhan seiring pelaksanaan proyek baru hasil investasi

triwulan sebelumnya serta meningkatnya konsumsi

masyarakat pada periode Pilkada dan hari libur panjang

keagamaan, sebagaimana diperkirakan terjadi pula pada

sektor informasi dan komunikasi dan administrasi

pemerintahan. Sementara itu, sektor penyediaan akomodasi

dan makan minum/pariwisata diperkirakan kembali

melambat sebagaimana triwulan sebelumnya. Berdasarkan

hasil liaison Bank Indonesia di Provinsi NTT, kontak

menyatakan kerja sama antara pemerintah, asosiasi bidang

pariwisata dan masyarakat perlu terus didorong dalam

menyiapkan destinasi wisata terutama di sekitar Kota

7.1.1.2 Pertumbuhan Sisi Sektoral

Pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT

diperkirakan masih tumbuh relatif stabil pada kisaran 4,98-

5,38% (yoy). Faktor penopang pertumbuhan ekonomi

tahun 2018 antara lain konsumsi rumah tangga yang

masih kuat dan Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB)/investasi yang meningkat terutama seiring makin

berkembangnya minat investor swasta menanamkan

modal di bidang pertanian, perkebunan dan pariwisata,

selain ditopang oleh investasi infrastruktur oleh

pemerintah yang tetap tinggi dalam rangka mengejar

ketertinggalan dengan daerah lain. Pertumbuhan

komponen konsumsi rumah tangga terutama ditopang

oleh terjaganya daya beli seiring pendapatan masyarakat

yang terus meningkat dan inflasi yang tetap terjaga dalam

rentang target nasional 3,5%±1% (yoy).

Pertumbuhan investasi masih tetap didominasi oleh

investasi pemerintah seperti kelanjutan pembangunan fisik

Bendungan Napun Gete dan Rotiklot, prospek dimulainya

pembangunan Bendungan Temef, peningkatan jaringan

kelistrikan, pelabuhan, bandara dan jalan raya. Sementara

investasi swasta diperkirakan terutama masih pada

bidang-bidang seperti ketenagalistrikan, hotel berbintang,

perumahan dan kelanjutan pengembangan agroindustri

perkebunan dan pertanian.

7.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2018

Kupang sebagai kota transit, sehingga mendorong lama

tinggal dan penjualan kamar hotel ke depan.

107KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

ANU

SA T

ENGG

ARA

TIM

UR

Perekonomian Provinsi NTT pada triwulan II 2018

diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,20%-5,60% (yoy),

meningkat dibandingkan kisaran pertumbuhan triwulan I

2018 sebesar 4,90%-5,30% (yoy) serta lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun

2017. Peningkatan diperkirakan terutama didorong oleh

konsumsi rumah tangga yang menguat seiring adanya

rangkaian momen Pilkada Gubernur Provinsi NTT pada

triwulan II 2018 dan libur keagamaan Hari Raya Idul Fitri.

Daya beli masyarakat relatif terjaga dikarenakan adanya

peningkatan upah minimum pegawai tahun 2018 dan

tunjangan hari raya. Produksi pertanian serta inflasi

diperkirakan tetap terkendali pada rentang 3,20-3,60%

(yoy). Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi

diperkirakan tetap tumbuh meskipun melambat sebagai

dampak adanya momen Pilkada yang waktunya

berdekatan dengan hari raya keagamaan, sehingga

investor dan pelaku usaha cenderung sedikit menahan

pembangunan dan ekspansi usahanya pada periode

tersebut. Secara sektoral, perdagangan besar dan eceran

serta informasi dan komunikasi diperkirakan meningkat

seiring dengan adanya momen Pilkada dan Hari Raya Idul

Fitri. Adapun sektor administrasi pemerintahan

diperkirakan juga meningkat seiring tingginya pembiayaan

pemerintah pada saat momen Pilkada.

Pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan

diperkirakan didorong terutama oleh konsumsi

rumah tangga. Konsumsi rumah tangga diperkirakan

meningkat didorong oleh adanya momen Pilkada

Gubernur Provinsi NTT dan libur panjang hari raya

keagamaan (Idul Fitri), serta ditopang oleh daya beli

masyarakat yang tetap terjaga. Hal ini dikarenakan adanya

peningkatan upah minimum pegawai tahun 2018,

pencairan tunjangan hari raya, realisasi bantuan sosial oleh

pemerintah, peningkatan produksi pertanian serta

terjaganya inflasi pada level target nasional 3,5%±1%,

lebih tepatnya diperkirakan pada rentang 3,20-3,60%

(yoy). Pasokan yang relatif stabil dan upaya antisipasi

bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi

NTT beserta Tim Satgas Pangan diperkirakan membantu

da lam men jaga kes tab i l an in f l a s i d i dae rah .

Kecenderungan konsumsi yang masih tetap kuat

terindikasi dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia

sampai dengan triwulan IV 2017 yang menunjukkan

kondisi keyakinan dan ekspektasi konsumen masih dalam

level optimis. Di sisi lain, Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB)/investasi diperkirakan tumbuh melambat sebagai

dampak adanya Pilkada yang berdekatan dengan hari libur

keagamaan (Hari Raya Idul Fitri) sehingga investor dan

pelaku usaha cenderung sedikit menahan pembangunan

dan ekspansi usahanya pada periode tersebut.

7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NTT7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan II - 2018

Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan II – 2018

SUMBER : BPS DAN BANK INDONESIA (DIOLAH)

4.68

%

4.93

%

5.07

%

4.98

%

4.90

%

5.43

%

5.10

%

5.24

%

5.0

8%

5.28

%

5.0

0%

5.29

%

4.90

-5.3

0%

5.20

- 5

.60

%

-3%

-1%

1%

3%

5%

7%

9%

11%

4.20%

4.40%

4.60%

4.80%

5.00%

5.20%

5.40%

5.60%

PDRB (YOY)

JASA PENDIDIKAN (YOY) KONSTRUKSI (YOY) PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY)

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (YOY)PERDAGANGAN BESAR & ECERAN (YOY)

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I* II*

2018

Grafik 7.2. Survei Konsumen

SUMBER :BANK INDONESIA (DIOLAH)

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)

KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA 6 BULAN Y.A.DEKSPEKTASI PENGHASILAN 6 BULAN Y.A.D.

100.0

110.0

120.0

130.0

140.0

150.0

160.0

170.0

JANI II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017 2018

7.1.1.1 Pertumbuhan Sisi Penggunaan

106 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR

Page 124: Daftar Isi - bi.go.id Provinsi... · masukan kepada Kantor Pusat Bank ... 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. ... Tabel 1.7 Lokasi dan Sektor Utama Investasi di

Grafik 7.4. Prediksi Inflasi Triwulan I dan II 2018

SUMBER: BPS & BANK INDONESIA (DIOLAH)

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

2.00%

2.50-2.90%

3.20-3.60%

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I* II*

2018

Perkembangan inf las i d i t r iwulan I I 2018

diperkirakan berada pada kisaran 3,14%-3,54% (yoy)

atau meningkat dibandingkan perkiraan inflasi

triwulan I 2018 pada kisaran 2,49%-2,89% (yoy).

Peningkatan inflasi pada triwulan II disebabkan oleh

meningkatnya permintaan seiring tibanya periode Pilkada

dan libur panjang keagamaan terutama untuk komoditas

volatile foods dan tarif angkutan udara.

7.2 INFLASI7.2.1 Inflasi Triwulan-II Tahun 2018

Secara tahunan, pertumbuhan inflasi pada akhir

tahun 2018 diperkirakan pada kisaran 3,86-4,26%

(yoy). Inflasi tahun 2018 diperkirakan meningkat

dibandingkan realisasi tahun 2017 sebesar 2,00% (yoy)

yang lebih disebabkan oleh adanya pembalikan arah

terutama untuk komoditas sayur-sayuran dan bumbu-

bumbuan yang tercatat inflasi rendah dan beberapa kali

mengalami deflasi. Rokok dan tembakau masih menjadi

pendorong inflasi tahunan 2018 seir ing masih

berlangsungnya kenaikan cukai rokok. Sementara itu,

komoditas lain masih relatif stabil seperti daging ayam ras

seiring adanya penambahan breeding farm. Di sisi lain,

komoditas sandang, kesehatan dan pendidikan juga

7.2.2 Inflasi Tahun 2018

diperkirakan relatif stabil. Komoditas administered prices

yang paling sering menyumbang inflasi tinggi di Provinsi

NTT, yakni angkutan udara pada tahun 2018 diperkirakan

relatif lebih stabil seiring penambahan rute penerbangan

yang lebih banyak di tahun tersebut. Potensi kenaikan

lebih disumbang oleh risiko kenaikan harga bahan bakar

pesawat (avtur). Dalam rangka pengendalian inflasi di

tahun 2018, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

Provinsi NTT berencana memulai penjajakan pembentukan

klaster hortikultura, disebabkan 80% lebih penyebab

inflasi di Provinsi NTT berasal dari komoditas hortikultura

seperti bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran.

108 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . FEBRUARI 2018

KANT

OR P

ERW

AKIL

AN B

ANK

INDO

NESI

APR

OVIN

SI N

USA

TENG

GARA

TIM

UR