32
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM………………………………………………………. PERSYARATAN GELAR ……………………………………………… LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………. SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT………………………… UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………………. ABSTRAK………………………………………………………………... ABSTRACT………………………………………………………………. RINGKASAN……………………………………………………………. DAFTAR ISI……………………………………………………………… DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv v vii viii ix xii xv xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………………………………………….. 1.2 Rumusan Masalah………………………………………. 1.3 Tujuan Penelitian................................................................ 1.4 Kegunaan Penelitian…………………………………… 1.4.1 Kegunaan teoritis ………………………………… 1.4.2 Kegunaan Praktis………………………………….. 1 21 22 23 23 24 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Karakteristik Perusahaan Keluarga…….. 2.2 Teori Perusahaan Keluarga……………………………. 2.3 Suksesi Perusahaan Keluarga…………………………… 2.4 Perencanaan Suksesi ……………………………………. 2.5 Nilai-nilai (Values)………………………………………. 2.6 Karakteristik Suksesor………………………………….. 2.7 Kinerja Suksesor………………………………………… 25 32 34 45 52 58 61 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENEITIAN 3.1 Kerangka Berpikir……………………………………….. 3.2 Kerangka Konsep………………………………………… 3.3 Hipotesis Penelitian………………………………………. 67 71 73

DAFTAR ISI - sinta.unud.ac.id · 5 suksesor terhadap kinerja suksesor bersifat parsial. Kata-kata Kunci : perusahaan keluarga, nilai-nilai, karakteristik suksesor, perencanaan suksesi,

Embed Size (px)

Citation preview

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM……………………………………………………….

PERSYARATAN GELAR ………………………………………………

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT…………………………

UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………….

ABSTRAK………………………………………………………………...

ABSTRACT……………………………………………………………….

RINGKASAN…………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………

DAFTAR TABEL ………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN

i

ii

iii

iv

v

vii

viii

ix

xii

xv

xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah……………………………………….

1.3 Tujuan Penelitian................................................................

1.4 Kegunaan Penelitian……………………………………

1.4.1 Kegunaan teoritis …………………………………

1.4.2 Kegunaan Praktis…………………………………..

1

21

22

23

23

24

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Karakteristik Perusahaan Keluarga……..

2.2 Teori Perusahaan Keluarga…………………………….

2.3 Suksesi Perusahaan

Keluarga……………………………

2.4 Perencanaan Suksesi …………………………………….

2.5 Nilai-nilai (Values)……………………………………….

2.6 Karakteristik Suksesor…………………………………..

2.7 Kinerja Suksesor…………………………………………

25

32

34

45

52

58

61

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP DAN

HIPOTESIS PENEITIAN

3.1 Kerangka Berpikir………………………………………..

3.2 Kerangka Konsep…………………………………………

3.3 Hipotesis Penelitian……………………………………….

67

71

73

2

3.3.1 Pengaruh Nilai-nilai terhadap Karakteristik

Suksesor pada Perusahaan Keluarga..................

3.3.2 Pengaruh Nilai-nilai terhadap Perencanaan

Suksesi pada Perusahaan keluarga....................

3.3.3 Pengaruh Karakteristik Suksesor terhadap

Perencanaan Suksesi pada Perusahaan

Keluarga ..............................................................

3.3.4 Pengaruh Nilai-nilai terhadap Kinerja

Suksesor pada Perusahaan

Keluarga..................................

3.3.5 Pengaruh Karakteristik Suksesor terhadap

Kinerja Suksesor pada Perusahaan

Keluarga.................................................................

.

3.3.6 Pengaruh Perencanaan Suksesi terhadap

Kinerja Suksesor pada Perusahaan

Keluarga.................................................................

3.3.7 Peran Karakteristik Suksesor sebagai Mediasi

antara Nilai-nilai terhadap Kinerja

Suksesor.................................................................

3.3.8 Peran Perencanaan Suksesi sebagai Mediasi

antara Nilai-nilai terhadap Kinerja

Suksesor......

3.3.9 Peran Perencanaan Suksesi sebagai Mediasi

antara Karakteristik Suksesor terhadap

Kinerja

Suksesor..................................................................

.

3.3.10 Peran Karakteristik Suksesor sebagai Mediasi

Pengaruh antara Nilai-nilai terhadap

Perencanaan Suksesi

.............................................

73

74

75

76

78

78

79

81

82

83

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian……………………………….

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………..

4.3 Identifikasi Variabel…………………………………

4.4 Definisi Operasional Variabel……………………….

85

86

87

88

4.4.1 Nilai-nilai (Values) (X) ……………………….

4.4.2 Karakteristik Suksesor (Y1)…………………..

4.4.3 Perencanaan Suksesi (Y2)……………………

4.4.4 Kinerja Suksesor (Y3)…………………………

89

90

90

91

4.5 Jenis dan Sumber Data……………………………… 91

3

4.6 Populasi dan Sampel…………………………………

4.7 Metode Pengumpulan Data…………………………

4.7.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen……

4.8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Penelitian…………………………………………….

92

94

95

96

4.9 Metode Analisis Data ………………………………. 99

4.9.1 Analisis Deskriptif …………………………..

4.9.2 Analisis Kuantitatif………………………….

99

100

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian 101

5.2

5.3

5.1.1 Profil Lokasi Penelitian……………………..

5.1.2 Karakteristik Responden……………………

5.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian……………….

Hasil Analisis Inferensial…………………………..

5.2.1 Uji Konstruk Outer-Model…………………..

5.2.2 Evaluasi Kelayakan Konstruk Formatif……

Profil Variabel Penelitian………………………….

101

103

107

113

113

123

123

5.4

5.5

5.6

5.7

5.8

5.3.1 Profil Nilai-nilai (X)………………………..

5.3.2 Profil Karakteristik Suksesor (Y1)……….

5.3.3 Profil Perencanaan Suksesi (Y2)………….

5.3.4. Profil Variabel Kinerja Suksesor (Y3)…….

Pengujian Hipotesis Inner-Model…………………

Uji Hipotesis Penelitian……………………………

Pembahasan ………………………………………..

5.6.1 Pengaruh Nilai-nilai terhadap Karakteristik

Suksesor……………………………………

5.6.2 Pengaruh Nilai-nilai terhadap Perencanaan

Suksesi………………………………………..

5.6.3 Pengaruh Karakteristik Suksesor terhadap

Perencanaan Suksesi ………………………..

5.6.4 Pengaruh Nilai-nilai terhadap Kinerja

Suksesor……………………………………

5.6.5 Pengaruh Karakteristik Suksesor terhadap

Kinerja Suksesor…………………………….

5.6.6 Pengaruh Perencanaan Suksesi terhadap

Kinerja Suksesor……………………………..

Keterbaharuan Penelitian…………………………

5.7.1 Peran Mediasi Ganda Nilai-Nilai Terhadap

Kinerja Suksesor…………………………….

5.7.2 Peran Mediasi Karakteristik Suksesor……..

5.7.3 Peran Mediasi Perencanaan Suksesi……......

Keterbatasan Penelitian……………………………

128

129

130

131

132

135

144

144

150

152

157

161

163

167

167

168

169

169

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan………………………………………………. 171

4

6.2 Saran…………………………………………………… 174

6.2.1 Peneliti selanjutnya …………………………….

6.2.2 Pemilik dan Suksesor Perusahaan Keluarga…..

174

175

DAFTAR PUSTAKA

ABTSRAK

SUKSESI PERUSAHAAN KELUARGA

UNTUK MENINGKATKAN KINERJA

SUKSESOR (STUDI PADA PERUSAHAAN KELUARGA DI PROVINSI

BALI)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan 1)

pengaruh nilai-nilai terhadap karakteristik suksesor, 2) pengaruh

nilai-nilai terhadap perencanaan suksesi, 3) pengaruh karakteristik

suksesor terhadap perencanaan suksesi, 4) pengaruh nilai-nilai

terhadap kinerja suksesor, 5) pengaruh karakteristik suksesor

terhadap kinerja suksesor, 6) pengaruh perencanaan suksesi

terhadap kinerja suksesor, 7) peran mediasi karakteristik suksesor

pada pengaruh nilai-nilai terhadap kinerja suksesor, 8) peran

mediasi perencanaan suksesi pada pengaruh nilai-nilai terhadap

kinerja suksesor, 9) peran mediasi perencanaan suksesi pada

pengaruh karakteristik suksesor terhadap kinerja suksesor, dan

10) peran mediasi karakteristik suksesor pada pengaruh nilai-

nilai terhadap perencanaan suksesi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

keluarga yang bergerak pada industri tekstil di 9 Kota/Kabupaten

di Provinsi Bali yang berjumlah 1.756 unit. Teknik analisis data

yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah

Partial Least Squares (PLS) dengan Program Smart PLS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) nilai-nilai

berpengaruh positif terhadap karakteristik suksesor, 2) nilai-nilai

tidak berpengaruh terhadap perencanaan suksesi, 3) karakteristik

suksesor berpengaruh positif terhadap perencanaan suksesi, 4)

nilai-nilai tidak berpengaruh terhadap kinerja suksesor, 5)

karakteristik suksesor berpengaruh positif terhadap kinerja

suksesor, 6) perencanaan suksesi berpengaruh positif terhadap

kinerja suksesor, 7) karakteristik suksesor dan perencanaan

suksesi muncul sebagai mediator ganda yang memediasi penuh

pengaruh nilai-nilai terhadap kinerja suksesor, 8) nilai-nilai tidak

berpengaruh langsung terhadap perencanaan suksesi, dan 9) peran

mediasi perencanaan suksesi antara pengaruh karakteristik

176

5

suksesor terhadap kinerja suksesor bersifat parsial.

Kata-kata Kunci : perusahaan keluarga, nilai-nilai, karakteristik

suksesor, perencanaan suksesi, dan

kinerja.

ABSTRACT

SUCCESSION OF FAMILY BUSINESS

TO IMPROVE SUCCESSOR PERFORMANCE

(A STUDY OF FAMILY BUSINESS IN BALI

PROVINCE)

The aims of this study is to expalin 1) the effect of values

on successor characteristics, 2) the effect of values on succession

plan, 3) the effect of successor characteristics on succession plan,

4) the effect of values on successor performance, 5) the effect of

successor characteristics on successor performance, 6) the effect

of succession plan on successor performance, 7) the mediating

role of successor characteristics at the effect of values on

successor performance, 8) the mediating role of succession plan

at the effect of values on successor performance, 9) the mediating

role of succession plan at the effect of successor characteristics on

successor performance, and 10) the mediating role of successor

characteristics at the effect of values on succession plan.

The population of this study are all family business at

textile industry in the nine city/regencies in Bali Province to

amount to 1,756 units. Technique of analysis used to test the

hypotheses was Partial Least Squares (PLS) with Smart PLS.

The results show that 1) values positively influences

successor characteristic, 2) values does not affect succession plan,

3) successor characteristics positively influences succession plan,

6

4) values does not influence successor performance, 5) successor

characteristics influences successor performance, 6) succession

plan positively affects successor performance, 7) successor

characteristics and succession plan emerges as multimediating

variables which fully mediate the effect of values on successor

performance, 8) values does not affect succession plan, and 9)

succession plan partially mediates the effect of successor

characteristics on successor performanc.

Keywords: family business, values, successor charactersitics,

succession plan, and performance.

7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan keluarga merupakan perusahaan yang dimiliki, dikontrol, dan

dijalankan oleh satu atau beberapa keluarga yang dikelola oleh anggota-anggota

keluarganya. Tetapi bukan berarti semua pekerja dalam perusahaan merupakan

anggota keluarga. Banyak perusahaan keluarga, terutama perusahaan-perusahaan

kecil, memperkerjakan orang lain untuk menempati posisi rendahan, sementara

posisi tinggi (top manager) dipegang oleh orang dari dalam keluarga pemilik

perusahaan. Partisipasi keluarga dalam perusahaan dapat memperkuat perusahaan

tersebut karena biasanya anggota keluarga sangat loyal dan berdedikasi tinggi

terhadap perusahaan milik keluarganya. Meskipun demikian, seringkali timbul

masalah-masalah dalam mengatur perusahaan keluarga, perusahaan akan

cenderung mempertahankan seorang anggota keluarga untuk bekerja meskipun

kurang kompeten dalam pekerjaannya sehingga akan membahayakan

kelangsungan hidup perusahaan, selanjutnya permasalahan yang paling utama

dihadapi perusahaan keluarga adalah ketika terjadi pergantian kepemimpinan atau

suksesi kepemimpiman perusahaan, karena hal ini menyangkut keberlanjutan dari

perusahaan keluarga tersebut.

8

Perusahaan keluarga telah menjadi penggerak penting bagi modernisasi

industri seperti perusahaan keluarga Carnegy di Amerika Serikat, Louis Vuitton di

Eropa, Li Ka-Shing di Hong Kong dan Sumitomo di Jepang (Hall & Nordqvist,

2008). Banyak negara dunia juga memberi perhatian pada peran perusahaan

keluarga untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran (Zahra & Sharma, 2004).

Sejumlah penelitian telah mencatatkan peran yang sangat signifikan dari

perusahaan keluarga atas pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perusahaan

keluarga telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi kegiatan ekonomi.

Berbeda dengan perusahaan-perusahaan bukan keluarga yang mengalami pasang

surut pertumbuhan, perusahaan keluarga justru menunjukkan kinerja yang stabil

dan cenderung meningkat. Sebagai dampak dari itu, perusahaan keluarga mampu

memberi sumbangan antara 45% sampai 70% dari Produk Domestik Kotor (GDP)

dan banyak menyerap tenaga kerja di banyak negara (Glassop & Waddell, 2005).

Poza (2007) mengatakan bahwa 80-98% bisnis di dunia merupakan usaha

keluarga, perusahaan keluarga menciptakan 64% GDP di Amerika Serikat dan

diperkirakan memiliki andil dalam penciptaan GDP negara lain sebesar 75%. Di

Australia, perusahaan keluarga berperan penting bagi perekonomian, dengan

persentase sebesar sekitar 67% dari keseluruhan perusahaan swasta dan

mempekerjakan lebih dari 50% angkatan kerja. Di Jerman, di mana sektor

manufakturnya didominasi oleh perusahaan multinasional besar, sebanyak 90,431

dari 107,094 perusahaan yang ada dimiliki keluarga dan dipimpin oleh anggota

keluarga (Lamsfub & Wallau, 2012).

9

Perusahaan keluarga juga memiliki peran yang signifikan di negara

berkembang seperti di India (Basu, 2006). Sementara di Jepang, Allouche et al.

(2008) menyatakan bahwa ada sekitar 42.68% perusahaan yang terdaftar di tahun

2003 merupakan perusahaan keluarga. Hal yang serupa juga berlaku di wilayah

Timur Tengah, tercatat 98 % dari kegiatan komersial dalam Gulf Cooperation

Council, di mana termasuk di dalamnya negara Saudi Arabia, Kuwait dan hampir

seluruh negara di kawasan Teluk Persia merupakan usaha yang dijalankan oleh

keluarga (Waheed, 2007).

Moores & Barrett (2002) mendefinisikan bahwa suksesi adalah peralihan

kepemilikan perusahaan keluarga kepada suksesor. Perusahaan keluarga

seringkali mempunyai masalah dalam suksesi ketika pendiri bisnis atau generasi

pertama telah begitu lama mengelola perusahaan keluarganya dan mendekati masa

pensiun. Keberlanjutan perusahaan keluarga tergantung pada suksesnya suksesi,

sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa masa depan perusahaan keluarga tergantung

pada keberhasilan suksesi.

Penelitian yang dilakukan Hall & Nordqvist (2008) menunjukkan sekitar

71 persen perusahaan keluarga di Australia dimiliki generasi pertama, sekitar 20

persen oleh generasi kedua, dan hanya sekitar 9 persen yang dimiliki generasi

ketiga. Ward (2004) melakukan penelitian selama 25 tahun berkenaan dengan

suksesi dalam perusahaan keluarga dan diperoleh hasil analisis bahwa hanya

sekitar 5% sampai dengan 10% perusahaan keluarga sampai pada tahap sibling

ownership, yaitu tahap di mana perusahaan keluarga dikelola oleh keturunan

pertama dari pendiri perusahaan.

10

Dari sisi keuangan, penelitian yang dilakukan Monash University pada

tahun 1997 menunjukkan, rata-rata kekayaan generasi pertama sebesar sekitar 690

juta dollar AS, kekayaan generasi kedua menurun menjadi sekitar 293 dollar AS,

dan kekayaan generasi ketiga tinggal sekitar 170 juta dollar AS (Triyatna, 2007).

Hal tersebut merupakan wujud nyata dari jargon yang sering mengemukan yakni

”generasi pertama merintis dan membangun, generasi kedua menikmati,

sedangkan generasi ketiga menghabiskan,” istilah ini dikenal sebagai sindrom

dale stalle (Marpa, 2010).

Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Family Firm Institute oleh

Hall & Nordqvist (2008), diketahui bahwa hanya 30% dari keseluruhan

perusahaan yang dimiliki oleh keluarga bisa bertahan pada masa transisi antar

generasi pada generasi ke-dua, sementara itu hanya 12% mampu bertahan pada

generasi ke-tiga dan hanya 3% saja yang mampu berkembang sampai pada

generasi ke-empat dan seterusnya. Hal ini yang membuat bertumbuh suburnya

idiom dalam perusahaan keluarga bahwa: “generasi pertama yang mendirikan,

generasi ke-dua yang membangun, dan generasi ke-tiga yang merusak”.

Walaupun perencanaan suksesi sangat penting, terbukti di Amerika

Serikat, hanya 28 persen perusahaan keluarga yang mempunyai perencanaan

suksesi (Susanto et al., 2008). Kaslow (2006) juga menemukan bukti bahwa

kegiatan pendampingan kandidat suksesor oleh pendahulu (incumbent’s

mentoring) yang merupakan salah satu bagian dari persiapan dan perencanaan

suksesi, sangat efektif dalam mengenalkan dan mengajarkan bisnis kepada

suksesor. Kandidat suksesor ternyata menunjukkan hubungan yang lebih baik

11

dengan pendahulunya secara signifikan dengan adanya pendampingan tersebut.

Para pendahulu memperkenalkan bisnis di usia dini (early age) dan kandidat

suksesor diajak untuk ikut bekerja secara full-time dalam bisnis keluarga sejak

usia dini.

Di sisi lain, karakteristik individu suksesor merupakan cerminan dari

kemampuan penerus (suksesor) terhadap kesiapan suksesor untuk meneruskan

perusahaan. Marpa (2010) dalam penelitiannya menemukan karakteristik

suksesor memberikan pengaruh terhadap keberhasilan perencanaan suksesi

perusahaan keluarga dan hasil penelitian Barach & Ganitsky (1995); Chrisman et

al. (1998); dan Morris et al. (1997); menemukan karakteristik suksesor seperti;

pengalaman di luar perusahaan; lama magang di perusahaan memiliki korelasi

yang positif terhadap efektivitas perencanaan suksesi, dari hasil penelitian tersebut

dapat juga dijelaskan bahwa, pengalaman yang kurang, magang yang kurang

dapat menurunkan efektifitas perencanaan suksesi. Hal ini mendukung teori yang

dikemukakan oleh King et al. (2001) yang lebih menekankan kualitas

kepemimpinan suksesor dalam perusahaan keluarga. Karakteristik suksesor juga

ditentukan oleh tingkat hubungan yang terjadi dalam keluarga atau sistem

keluarga yang dianut (Lee, 2003). Dalam perusahaan keluarga terdapat saling

ketergantungan antara keluarga dan perusahaan. Sebagaimana sifat perusahaan

keluarga, sistem keluarga memiliki saling ketergantungan yang sangat dekat dan

mendalam antara sistem keluarga dan sistem perusahaan (Kepner, 2013).

Perusahaan keluarga merupakan keterpaduan dua sistem yang saling

bersinggungan (Beckard & Dyer, 1983; Lansberg, 1999).

12

Nilai-nilai keluarga pemilik perusahaan sangatlah mempengaruhi budaya

perusahaan dari sebuah perusahaan keluarga (Soedibyo, 2007), sehingga latar

belakang sang pemilik , termasuk latar belakang etnik juga sering memberi nilai-

nilai pada budaya perusahaan yang diperantarai oleh nilai yang diyakini oleh sang

pemilik (Susanto & Sujanto, 2008). Nilai-nilai yang ada dalam perusahaan adalah

salah satu faktor kunci yang merupakan "efek keluarga," istilah yang digunakan

oleh Dyer (1988) ketika mengacu pada dampak keluarga terhadap kinerja.

Dikatakannya nilai-nilai (values) yang ada dalam keluarga pemilik perusahaan

adalah salah satu faktor yang berdampak terhadap kinerja pengelola. Sementara

itu, Miller & Le Breton-Miller (2005) mengidentifikasi bahwa nilai-nilai yang

berasal pendiri atau pemilik perusahaan merupakan dorongan bagi karyawan

sebagai hal yang mutlak untuk menjadikan bisnis keluarga berumur panjang, dan

transfer values dipentingkan agar penerusnya mengikuti apa yang diinginkan

pendiri.

Penelitian La Porta et al. (1999) memang menunjukkan bahwa kebiasaan

keluarga mempengaruhi kinerja pimpinan perusahaan tergantung pada tingkat

transparansi dan regulasi yang diterapkan termasuk perencanaan suksesi di

dalamnya. Di sisi lain, Gibson et al. (2008) menyatakan sistem yang menembus

nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang ada di setiap organisasi dapat mendorong

atau menurunkan efektifitas sebuah organisasi.

Pentingnya perencanan suksesi untuk keberhasilan perusahaan keluarga

diteliti oleh Miller & Le Breton-Miller (2006) dan Kaslow (2006). Miller & Le

Breton-Miller (2006) menyatakan bahwa suksesi bisnis yang baik merupakan

13

indikator yang valid terhadap kinerja bisnis. Sementara Kaslow (2006)

menemukan bukti bahwa kegiatan pendampingan kandidat suksesor oleh

pendahulu (incumbent’s mentoring) yang merupakan salah satu bagian dari

persiapan dan perencanaan suksesi, sangat efektif dalam mengenalkan dan

mengajarkan bisnis kepada suksesor.

Sejumlah penelitian tentang karakteristik suksesor dalam perusahaan

keluarga dilakukan oleh Malone & Jenster (2014), Levinson (2001) dan Morris

(2007) yang menyatakan bahwa karakteristik pribadi seorang suksesor dapat

mempengaruhinya dalam pengelolaan perusahaan. Penelitian Marpa (2010)

menemukan karakteristik suksesor memberikan pengaruh terhadap keberhasilan

perusahaan keluarga untuk tetap hidup dan berkembang. Hal ini mendukung

konsep yang dikemukakan oleh King et al. (2001), dimana kualitas kepemimpinan

suksesor ditekankan dalam mencapai keberhasilan perusahaan keluarga.

Banyak penelitian telah dilakukan tentang keberhasilan suksesi perusahaan

keluarga, namun masih sedikit yang mengkaitkan dengan nilai-nilai yang dianut

oleh keluarga pemilik perusahaan. Nilai-nilai yang dianut keluarga dalam

organisasi bisnis yang dimiliki diakui sebagai kekuatan dalam mengintergrasikan

struktur, proses dan strategi dalam mencapai kinerja yang maksimal.

Sulistyo (2012) menyatakan bahwa kehadiran tata nilai yang dikemas

dengan apik terbukti membuat organisasi berkarakter dan mampu menunjukkan

eksistensi, sehingga membentengi perusahaan dari berbagai krisis. Dyer (1998)

menyatakan nilai-nilai (values) adalah salah satu faktor kunci pada dampak

keluarga terhadap kinerja pengelola, demikian juga Soedibyo (2007) menyatakan

14

bahwa nilai-nilai keluarga pemilik perusahaan sangatlah mempengaruhi budaya

sebuah perusahaan keluarga, yang akhirnya dapat menjadikan perusahaan tersebut

hidup dan berkembang.

Perusahaan keluarga pada umumnya cenderung memiliki sudut pandang

jangka panjang terhadap bisnisnya dibandingkan dengan perusahaan publik. Pada

perusahaan publik seringkali banyak bertumpu pada pertimbangan-pertimbangan

jangka pendek karena terkait dengan fluktuasi usaha. Sementara pemimpin dalam

perusahaan keluarga tentu memiliki pandangan dan tindakan yang berbeda

dibandingkan karyawan, pelanggan, komunitas, maupun stakeholders penting

lainnya, yang tentu juga akan memberi dampak positif terhadap kinerja

perusahaan.

Nilai, norma dan sikap yang berlaku dalam perusahaan dari sisi budaya

organisasi menentukan semangat keluarga, sementara nilai anggota keluarga

mengekspresikan penciptaan suatu tujuan umum bagi karyawan dan membantu

terbentuknya rasa identifikasi dan komitmen (Susanto, 2008). Dalam perusahaan

keluarga yang sudah berjalan secara berkesinambungan, umumnya karyawan

memiliki perasaan sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya akan

menciptakan atmosfir lebih peduli terhadap perusahaan. Karena relatif tidak

birokratif, maka akses karyawan kepada manajemen senior lebih mudah dan

pengambilan keputusan lebih cepat dan lebih efektif (Susanto, 2008).

Sebagai contoh, penuturan Sid Lowe dalam menggambarkan Overseas

Chinese Family Business (OCFB) di Hongkong, dilakukan hibridisasi budaya

antara modernis barat dan tradisionalis timur (Susanto, 2008). Hibridisasi nilai-

15

nilai dari kedua budaya merupakan ciri khas sekaligus merupakan salah satu

keunggulan nilai-nilai yang ada pada budaya OCFB, yang diserap dari nilai dan

budaya masyarakat setempat. Akibatnya, mempermudah dalam beradaptasi dan

mengembangkan usaha dalam konteks budaya dimana perusahaan berada.

Nilai-nilai ini juga nampak pada Chinese Family-owned Enterprise (CFEs)

di Singapura yang berhasil dalam menghadapi krisis ekonomi dan kemudian

bangkit menjadi motor penggerak ekonomi. Harus diakui, beberapa karakteristik

CFEs tidak semua dianggap cocok bagi manajemen modern. Diantaranya adalah

tiadanya pemisahan antara kepemilikan dan pengawasan, adanya nepotisme,

manajemen yang konservatif, ketidakpercayaan terhadap bukan anggota keluarga,

derajat otorianisme yang tinggi, berlandaskan kehematan dan kerja keras,

penerapan jalur patrilinear, dan berdasarkan bisnis etik Cina, khususnya Xinyong

(saling percaya). Menurut Fukuyama (2005), beberapa ciri keluarga ini dapat

menghambat pertumbuhan bisnis keluarga Cina. Demikian pula Redding (2012:

7-10) menyatakan bahwa bentuk bisnis keluarga Cina mengandung suatu

hambatan untuk tumbuh. Kenyataannya, banyak bisnis keluarga Cina yang masih

eksis, sehingga pendapatnya terkesan pesimistik.

Perkembangan dan kesinambungan Chinese Family Enterprises (CFEs) di

Singapura terutama merupakan hasil dari kesuksesan peralihan kepemimpinan,

pengawasan, dan pengelolaan dari generasi pertama anggota keluarga menuju

kepada anggota keluarga generasi kedua, dan dalam kasus lainnya menuju ke

generasi ketiga. Anggota generasi kedua ini, telah terlatih secara profesional dan

terbuka terhadap teori manajemen baru yang digabungkan ke dalam nilai-nilai

16

kultural Cina, seperti hemat dan sederhana, gigih, dan memodifikasinya ke dalam

dunia kerja yang berada di dalam konteks modern yang berubah cepat, dipandu

oleh nilai-nilai dan standar profesional dari contoh manajemen yang ditunjukkan

oleh manajer profesional bukan keluarga.

Selain itu, generasi kedua anggota keluarga tetap giat untuk

mempertahankan fungsi entrepreneurial dalam perusahaannya, juga mampu

mengubah nilai-nilai Cina tradisional yang tidak menaruh kepercayaan terhadap

bukan anggota keluarga dan mengikis ketidakpercayaan terhadap tanggung jawab

administratif. Pemberian tanggung jawab diberikan kepada manajer profesional

bukan keluarga yang terlatih dan memiliki kapabilitas (kemampuan).

Di Indonesia, sumbangan perusahaan keluarga terhadap pembentukan

GNP adalah sebesar 80% (Casillas et al., 2007), berdasarkan publikasi yang

dikeluarkan Indonesia Institute for Corporate Directorship (IICD), lebih dari 95

persen bisnis di Indonesia merupakan perusahaan yang dimiliki maupun

dikendalikan oleh keluarga (Handoyo, 2010). Hal itu dapat dikatakan bahwa

kegiatan bisnis keluarga telah lama memberi kontribusi cukup besar terhadap

pembangunan ekonomi nasional. Bahkan di saat krisis ekonomi pada tahun 1997-

1998 dan 2008, bisnis keluarga terus menunjukkan eksistensinya sebagai

penopang sekaligus sebagai modal kekuatan dalam pemulihan ekonomi nasional.

Hal senada juga dinyatakan oleh Jakarta Consulting Group (2008) dirumuskan

bahwa 88 persen perusahaan swasta nasional berada di tangan keluarga. Untuk

eksekutif perusahaan swasta yang ada, mayoritas atau sekitar 90 persen pengusaha

Indonesia merupakan eksekutif yang menjalankan bisnis keluarga (Kompas,

17

2010). Sebagai bisnis yang dimiliki dan dikendalikan oleh keluarga, maka

manajemen maupun kinerja pada perusahaan keluarga, baik yang berskala kecil

maupun besar, banyak dipengaruhi oleh visi maupun misi keluarga.

Mengingat peran perusahaan keluarga yang signifikan dalam

perekonomian, maka peneliti berpendapat bahwa keberlanjutan dari perusahaan

keluarga tersebut sangat perlu untuk dijaga. Pola manajemen keluarga yang

diterapkan dalam bisnis keluarga harus terus berkembang dan berubah

menyesuaikan kebutuhan dan tingkat kinerja. Dalam perjalanannya, ada

perusahaan keluarga yang berkembang pesat, ada yang biasa-biasa saja tetapi

tidak sedikit juga yang gagal. Bisnis keluarga yang sukses adalah bisnis yang

berjalan dari generasi ke generasi dan berjalan dengan kemampuan yang lebih

besar, serta berdaya tahan cukup baik. Kurang lebih 30% bisnis keluarga dikelola

oleh generasi kedua keluarganya, dan 10% dikelola oleh generasi ketiga

(Lansberg, 2007).

Jakarta Consulting Group (dalam Susanto, 2008) menyatakan terdapat 7

(tujuh) mitos perusahaan keluarga yang terkait dengan suksesi, yaitu: (1)

perusahaan keluarga tidak profesional; (2) tidak adanya pemisahan antara

keuangan perusahaan dan keuangan pribadi; (3) perusahaan keluarga dianggap

tidak dapat menerapkan sistem dan prosedur yang sehat; (4) perusahaan keluarga

hanya memberikan kesempatan kepada kerabat keluarga saja untuk menduduki

posisi kunci; (5) kinerja tidaklah penting, tetapi yang lebih penting adalah

kemampuan membina hubungan yang dekat dengan pemilik; (6) perusahaan

keluarga akan berakhir di tangan generasi kedua, dan (7) perusahaan keluarga

18

tidak memandang SDM sebagai aset perusahaan yang penting. Dengan

memperhatikan banyaknya perusahan keluarga di Indonesia dan terutama pada

mitos perusahaan keluarga, maka sangat menarik untuk dilakukan studi empirik

tentang hal tersebut.

Hasil penelitian dari The Jakarta Consulting Group (dalam Susanto, 2007)

menyatakan bahwa banyak perusahaan yang mengalami kegagalan ketika

ditangani oleh generasi penerus. Misalnya PT. Mantrust yang pernah merajai agro

bisnis di Indonesia sekarang tinggal nama seiring dengan meninggalnya Teguh

Sutantyo, sang pendiri. Hal yang sama juga terjadi pada PT. Pardedetex setelah

ditinggal Pardede.

Di Indonesia, walaupun banyak perusahaan keluarga yang gagal pada

kepemimpinan generasi kedua, banyak pula yang sukses, bahkan menjadi besar

setelah dikelola oleh generasi kedua akibat keberhasilan dalam proses suksesi,

misalnya Grup Djarum, Grup Gunung Sewu, Grup Dexa Medica. Beberapa

perusahaan keluarga telah berhasil bertahan sampai lebih dari 100 tahun seperti

Hotel Savoy Homan yang berdiri tahun 1888, Jamu Iboe berdiri tahun 1910,

Sampoerna berdiri tahun 1913 dan Jamu Nyonya Meneer berdiri sejak tahun 1919

(Pambudi, 2007).

Berdasarkan fenomena tersebut, tampak bahwa alih generasi (suksesi)

kepemimpinan dalam perusahaan keluarga merupakan faktor yang penting di

dalam keberlanjutan perusahaan. Suksesi kepemimpinan dalam perusahaan

keluarga tidak selamanya berakhir pada kegagalan dan membawa kemunduran

perusahaan, hal itu terbukti bahwa masih ada perusahaan-perusahaan yang dapat

19

bertahan sampai dengan beberapa generasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

meneliti dan berpendapat bahwa perlu kiranya bagi perusahaan keluarga untuk

mempersiapkan dan merencanakan suksesi kepemimpinan sebaik dan sedini

mungkin untuk menghindari kegagalan dalam transformasi kepemimpinan

dimaksud.

Beberapa peneliti mengakui bahwa pendiri memberikan pengaruh yang

besar terhadap budaya (culture), nilai-nilai (value) dan kinerja (performance),

selama dan setelah masa jabatan dan kekhasan bisnis keluarga dalam hal nilai-

nilai (values) juga dipengaruhi oleh peran pendiri (Sharma, 2004). Nilai-nilai

keluarga pemilik sangatlah mempengaruhi budaya perusahaan keluarga. Dengan

demikian, latar belakang pemilik sangat menentukan. Latar belakang etnik juga

sering memberi warna kepada budaya perusahaan yang diperkuat oleh nilai yang

diyakini oleh sang pemilik dalam melakukan rencana pergantian kepemimpinan

dalam perusahaan keluarga (Susanto & Sujanto, 2008).

Nilai-nilai yang ada dalam perusahaan adalah salah satu faktor kunci yang

merupakan "efek keluarga," istilah yang digunakan oleh Dyer (1988) ketika

mengacu pada dampak keluarga terhadap kinerja pengelola. Dyer (1988)

menggarisbawahi bahwa nilai-nilai dalam keluarga memberikan kontribusi

terhadap kinerja yang tinggi, dalam hal memfasilitasi biaya agensi yang lebih

rendah karena kepercayaan yang mendalam dan nilai-nilai bersama antara anggota

keluarga, meskipun dia juga melihat bahwa dalam beberapa kasus nilai-nilai

keluarga dapat mendorong nepotisme.

20

Sejumlah penelitian lain yang mengkaji perusahan keluarga menunjukkan

bahwa kinerja pada perusahaan keluarga dipengaruhi oleh perencanaan suksesi

yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh Miller dan Le Breton-Miller (2005),

bahwa suksesi bisnis yang baik merupakan indikator yang valid terhadap kinerja

bisnis. Dalam masa perpindahan kepemimpinan bisnis keluarga akan terjadi

dengan lancar bila suksesor (pengganti) telah disiapkan dengan lebih baik. Hal

tersebut diantaranya dilakukan dengan mempersiapkan suksesor dengan ramah

(affable) dan diikutkan dalam proses perencanaan suksesi termasuk di dalamnya

adalah proses perpindahan kekayaan dan hak kepemilikan serta hal-hal yang

berpotensi mendatangkan kekayaan (wealth-transfer).

Sebagian pemilik perusahaan memang telah sadar bahwa suksesi sangat

penting dalam kelangsungan hidup perusahaan sehingga perlu direncanakan untuk

menjamin kelangsungan dan keberhasilan perusahaan di masa mendatang. Namun

tidak banyak pemilik perusahaan yang berbuat dan melakukan perencanaan

suksesi pada perusahaannya. Ada penelitian yang dilakukan terhadap 178

perusahaan ditemukan bahwa hanya 34% yang memiliki rencana tertulis

mengenai suksesi perusahaannya (Bowman-Upton, 1988). Seidmam (dalam

Marpa, 2010) melakukan penelitian terhadap 1.873 perusahaan keluarga,

menemukan bahwa 76% dari perusahaan tidak memiliki perencanaan suksesi.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Fieldman tahun 1989 di King County,

Washington menunjukkan bahwa 57% perusahaan tidak memiliki rencana, baik

untuk suksesi kepemilikan maupun untuk alih kepemimpinan.

21

Semementara di Indonesia, dari hasil penelitian The Jakarta Consulting

Group (Susanto, 2008), menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan keluarga di

Indonesia belum semuanya menyiapkan penerus melalui perencanaan suksesi

untuk memimpin perusahaan. Perusahaan keluarga yang telah menyiapkan

penerus melalui perencanaan suksesi sebanyak 67,8% sedangkan yang lain

(32,2%) tidak atau belum menyiapkannya. Perencanaan suksesi sangat penting

untuk mempertahankan dan mengembangkan standard of excellence dari

performansi perusahaan dan kompetensi yang dimiliki, serta menjawab kebutuhan

persiapan eksekutif masa depan, maka perencanaan suksesi merupakan kebutuhan

yang tak terelakkan.

Fenomena empiris dan teoritis yang dijelaskan sebelumnya, dialami juga

oleh perusahaan keluarga yang terdapat di Bali. Tumbuhnya perusahaan keluarga

di Bali dimulai saat semakin maraknya pendirian perusahaan-perusahaan pada

awal tahun 1980an, saat industri pariwisata semakin menggeliat. Pendirian

perusahaan-perusahaan tersebut tidak hanya terbatas pada industri jasa pariwisata,

namun juga industri-industri lainnya, seperti tekstil, kerajinan kayu, perdagangan,

keuangan dan jasa. Industri tekstil dan kerajian kayu, mendapatkan dukungan

yang kuat dari Pemerintah Provinsi Bali, karena banyak menyerap tenaga kerja,

investasi yang sangat signifikan, sebagai penggerak ekonomi masyarakat, serta

sebagian besar berorientasi ekspor. Perusahaan keluarga yang muncul itu, hingga

kini masih banyak dikelola secara tradisional oleh pihak keluarga. Pengelolaan

perusahaan-perusahaan tersebut sebagian besar kini sudah beralih

22

kepememimpinan ke generasi kedua, bahkan ada beberapa yang sudah ke generasi

ketiga.

Penelitian suksesi persahaan keluarga yang dilakukan oleh Marpa (2010)

menemukan beberapa perusahaan keluarga di Bali berkembang lebih cepat

dibandingkan perkembangan penyiapan organisasi dan manajemen yang

disebabkan oleh pesatnya perkembangan industri pariwisata, serta sebagian besar

masih dikelola secara konvensional dengan rata-rata pemahaman mengenai

manajemen modern yang masih relatif rendah. Selain itu, perusahaan keluarga di

Bali sebagian besar masih dipimpin dan dikelola oleh generasi pertama, sehingga

belum memiliki pola dan pengalaman suksesi yang dapat dijadikan sebagai acuan

untuk melakukan transfer kepemimpinan.

Survei awal yang telah dilakukan pada 30 perusahaan keluarga yang ada di

Denpasar, Badung, dan Gianyar menunjukkan bahwa suksesi sudah dilakukan ke

generasi kedua. Sebagian besar responden, yakni sebesar 26 orang atau 86,60 %,

menyatakan telah merencanakan suksesi kepemimpinan perusahaannya. Sebagian

besar perencaan suksesi dilakukan dengan pendampingan sebanyak 23 orang atau

76,66 %, menyekolahkan 5 orang atau 16,66 % dan sisanya dilakukan dengan cara

magang sebanyak 2 orang atau 6,68 %. Dalam pengalihan kepemimpinan, para

pendahulu mewariskan nilai-nilai kepada suksesor yakni berupa kejujuran, taat

pada hukum, mengutamakan kualitas, bersikap melayani, bertanggung jawab dan

pentingnya inovasi dalam berbisnis. Suksesor dalam menjalankan bisnisnya

mengutamakan karakter berupa kreativitas sebanyak 21 orang atau 70,00 %,

integritas sebanyak 7 orang atau 23,33 % dan agresif sebanyak 2 orang atau 6,66

23

%. Sementara itu, untuk mengukur kinerja usaha para responden menggunakan

tolok ukur persentase peningkatan omset, peningkatan jumlah pelanggan, adanya

inovasi produk, kontribusi pada lingkungan sekitar dan adanya efisiensi

manajemen.

Dengan memperhatikan fakta bahwa hanya sedikit perusahaan keluarga di

dunia dapat bertahan pada generasi kedua, dan belum adanya perencanaan suksesi

yang memadai pada sebagian besar perusahaan keluarga di Bali, maka ada

kekhawatiran dari sebagian besar pemilik dan pemimpin perusahaan keluarga di

Bali bahwa proses suksesi kepemimpinan pada perusahaan-perusahaan tersebut

tidak berjalan dengan baik. Dapat dibayangkan jika perusahaan-perusahaan

keluarga di Bali yang saat ini memiliki peran cukup signifikan dalam menopang

perekonomian daerah Bali dan menyediakan banyak lapangan kerja, mengalami

kegagalan dalam melakukan suksesi kepemimpinan dikarenakan kurangnya

pernecanaan yang baik.

Dalam menjaga keberlangsungan hidup perusahaan dan menjadikan

kinerja semakin baik setelah terjadinya suksesi, maka diperlukan kajian lebih

mendalam, misalnya nilai-nilai yang ada di masyarakat yang kemudian menjadi

nilai-nilai yang dianut oleh keluarga pemilik perusahaan. Sementara hal yang

berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan suksesi perusahaan keluarga, tidak

dapat dipisahkan tiga faktor penting yakni faktor dari dalam keluarga, faktor calon

penerus (suksesor) dan faktor dari perusahaan (Marpa, 2010). Faktor keluarga

antara lain keharmonisan keluarga, faktor individu dapat berupa karakteristik

24

suksesor maupun pemilik-pengelola, dan beberapa fraktor dari dalam perusahaan

mencakup faktor organisasi, budaya serta adanya perencanaan suksesi yang baik.

Nilai-nilai dan tradisi keluarga (family values and tradition) memberikan

pengaruh yang besar terhadap penerus saat perusahaan akan mengambil keputusan

bisnis. Seperti yang dikatakan oleh Stavrou (1998) yang menyatakan kompleksitas

dalam nilai-nilai, tradisi dan hubungan keluarga (family relationship) berpengaruh

pada penerus secara efektif dapat mengembangkan perannya dalam perusahaan

keluarga. Kekhasan bisnis keluarga dalam hal nilai-nilai umumnya berasal dari

nilai-nilai yang dimiliki oleh pendiri. Para peneliti mengakui bahwa pendiri

memberikan pengaruh yang besar terhadap budaya (culture), nilai-nilai (value)

dan kinerja (performance), selama dan setelah masa jabatan (Sharma, 2004).

Pengukuran kinerja perusahaan selama ini menggunakan pendekatan

keuangan (financial) seperti Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE),

Return on Investment (ROI) dan pendekatan Balance Score Card (BSC) untuk

individu perusahaan. Sementara penelitian ini akan mengukur kinerja suksesor

dengan menggunakan pendekatan dari Dempsey et al. (1997), yang mengelaborasi

kinerja dalam integrated performance measurement systems dengan pendekatan

kualitatif, yakni dari sisi: (1) keuangan; (2) kualitas produk dan kepuasan

pelanggan; (3) efisiensi proses; (4) inovasi produk dan proses; (5) lingkungan

yang kompetitif; (6) efisiensi manajemen; (7) manajemen sumber daya manusia;

dan (8) tanggung jawab sosial.

Beberapa fakta yang diungkap dalam beberapa penelitian tersebut di atas,

merupakan research gap penelitian perusahaan keluarga, yaitu Triyatna (2007)

25

menyatakan ”generasi pertama merintis dan membangun, generasi kedua

menikmati, sedangkan generasi ketiga menghabiskan. Hall & Nordqvist (2008),

menemukan 30% perusahaan keluarga bisa bertahan pada masa transisi antar

generasi pada generasi ke-dua, dan hanya 12% mampu bertahan pada generasi ke-

tiga. Di Amerika Serikat, hanya 28 persen perusahaan keluarga mempunyai

perencanaan suksesi (Susanto et al., 2008). Miller & Le Breton-Miller (2006)

menemukan perencanan suksesi yang baik merupakan keberhasilan kinerja

perusahaan. Di Indonesia, ditemukan banyak perusahaan keluarga yang gagal

pada kepemimpinan generasi kedua, tetapi banyak sukses, bahkan menjadi besar

setelah dikelola oleh generasi kedua akibat keberhasilan perencanaan suksesi.

Sejumlah penelitian menemukan perusahan keluarga menunjukkan bahwa kinerja

pada perusahaan keluarga dipengaruhi oleh perencanaan suksesi dan nilai-nilai

keluarga pemilik berpengaruh terhadap budaya perusahaan. Selanjutnya penelitian

Marpa (2010) menemukan perencanaan dan pelaksanaan suksesi perusahaan

keluarga, dipengaruhi tiga faktor penting yakni faktor dari dalam keluarga, faktor

calon penerus (karakteristik suksesor) dan faktor dari perusahaan.

Beberapa hasil penelitian tersebut di atas menunjukan bahwa, suksesi

kepemimpinan dalam perusahaan keluarga merupakan faktor yang penting di

dalam keberlanjutan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan keluarga perlu

merencanakan suksesi perusahaan sebaik dan sedini mungkin. Perencanaan

suksesi, nilai-nilai, dan karakteristik pengganti (suksesor) akan berpengaruh

terhadap keberlanjutan perusahaan. Kompleksitas dalam nilai-nilai dan hubungan

26

keluarga (family relationship) akan berpengaruh pada apakah penerus akan secara

efektif dapat mengembangkan perannya dalam perusahaan keluarga.

Sharma (2004) menyatakan suksesi kepemimpinan dalam perusahaan

keluarga sangat ditentukan oleh adanya keinginan pendiri (pemilik) untuk

memberikan kewenangan mengelola kepada generasi penerusnya, adanya

komitmen keluarga, kepercayaan terhadap calon penerus dan dimilikinya jiwa

kepemimpinan bagi calon pengganti (suksesor).

Bradley & Burroughs (2010) mengatakan ada lima langkah dalam

perencanaan suksesi, yaitu: (1) menentukan tujuan jangka panjang dari pemilik;

(2) menentukan kebutuhan finansial dari pemilik perusahaan beserta pasangannya

untuk kemudian membentuk perencanaan keberlanjutan yang menjamin kemanan

finansial mereka; (3) menentukan siapa yang akan mengelola bisnis dan

mengembangkan tim manajemen; (4) menentukan siapa yang akan memiliki

bisnis yang memiliki kepentingan yang sama; dan (5) meminimalisir pajak

penghasilan dan merencanakan kepemilikan yang tepat. Namun demikian

menurut Brockhaus (2004) dan Sharma et al. (2003) ada 5 (lima) indikator yang

dapat dipakai sebagai indikator perencanan suksesi, yaitu sikap, keinginan

pendahulu (incumbent), komitmen, kepercayaan dan kepemimpinan.

Berdasarkan bukti empirik bahwa nilai-nilai berpengaruh terhadap

karakteristik suksessor (Miller & Le Bretton-Miller, 2005); Stavrou (1998),

karakteristik suksessor berpengaruh terhadap kinerja suksesor (De Alwis, 2012);

Marpa (2010); King et al. ( 2001); Malone & Jenster (2008); Morris (2007), serta

nilai-nilai berpengaruh terhadap kinerja suksesor ( Dyer, 1988); Gibson et al.

27

(2008); La Porta et al. (1999); Miller & Le Bretton-Miller (2005); dan Sulistyo

(2012).

Peran mediasi bentuk kedua dari penelitian ini adalah nilai-nilai

berpengaruh terhadap perencanaan suksesi (Miller & Le Bretton-Miller, 2005);

Brockhaus (2004); La Porta et al. (1999), perencanaan suksesi berpengaruh pada

kinerja suksesor (Miller & Le Briton-Miller, 2006); Bowman-Upton (1988); Saan

et al. (2013); Garg & Weele (2012); Kaslow (2006), serta nilai-nilai berpengaruh

terhadap kinerja suksesor (Dyer, 1988); Gibson et al. (2008); La Porta et al.

(1999); dan Miller & Le Bretton-Miller (2005).

Peran mediasi bentuk ketiga adalah karakteristik suksesor berpengaruh

terhadap perencanaan suksesi (Barach & Ganitsky, 1995); Meijard et al. (2005);

Chrisman et al. (1998); Morris et al. (1997); Sharma et al. (2003), perencanaan

suksesi terhadap kinerja suksesor (Miller & Le Breton-Miller, 2006); Bowman-

Upton (1988); Saan et al. (2013), serta karakteristik suksesor berpengaruh

terhadap kinerja suksesor (De Alwis, 2012); Marpa (2010); King et al. ( 2001);

Malone & Jenster (2008); dan Morris (2007).

Peran mediasi bentuk keempat adalah nilai-nilai berpengaruh terhadap

karakteristik suksesor (Miller & Le Bretton-Miller, 2005); Stavrou (1998);

karakteristik suksesor berpengaruh terhadap perencanaan suksesi (Barach &

Ganitsky, 1995); Meijard et al. (2005); Chrisman et.al. (1998); Morris et al.

(1997); Sharma et al. (2003) serta nilai-nilai terhadap perencanaan suksesi (Miller

& Le Bretton-Miller, 2005); Brockhaus (2004); dan La Porta et al. (1999).

28

Maka dapat disimpulkan bahwa syarat mediasi telah terpenuhi berdasarkan

Baron & Kinny (1986), Hair et al. (2010), Nitzl et al. (2012).

1.2 Rumusan Masalah

Dari reseach gap, tersebut di atas, sangat menarik untuk diteliti tetang

perencanaan suksesi perusahaan keluarga di Bali, yaitu dengan mengintegrasikan,

model Saan (2013) tentang Conceptual Framework of Succession Planning and

FOB Continuity, model Stravou (1998) Intergenerational Transition Decision

Model, dan Model Chittoor & Das (2007) tentang Management Succession, dari

penelitian ini diharapkan menemukan perencanaan suksesi pada perusahaan

keluarga di Bali. Penelitian ini merumuskan beberapa pokok permasalahan,

yakni:

1) Bagaimanakah pengaruh nilai-nilai terhadap karakteristik suksesor pada

perusahaan keluarga ?

2) Bagaimanakah pengaruh nilai-nilai terhadap perencanaan suksesi pada

perusahaan keluarga ?

3) Bagaimanakah pengaruh karakteristik suksesor terhadap perencanaan suksesi

pada perusahaan keluarga ?

4) Bagaimanakah pengaruh nilai-nilai terhadap kinerja suksesor pada perusahaan

keluarga ?

5) Bagaimanakah pengaruh karakteristik suksesor terhadap kinerja suksesor pada

perusahaan keluarga ?

6) Bagaimanakah pengaruh perencanaan suksesi terhadap kinerja suksesor pada

perusahaan keluarga ?

29

7) Bagaimanakah pengaruh nilai-nilai terhadap kinerja suksesor yang dimediasi

oleh karakteristik suksessor

8) Bagaimanakah pengaruh nilai-nilai terhadap kinerja suksesor yang dimediasi

oleh perencanaan suksesi.

9) Bagaimanakah pengaruh karakteristik suksesor terhadap kinerja suksesor yang

dimediasi oleh perencanaan suksesi.

10) Bagaimanakah pengaruh nilai-nilai terhadap perencanaan suksesi yang

dimediasi oleh karakteristik suksesor.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menjelaskan kinerja suksesor pada perusahaan keluarga di Bali,

penjelasan atas model ini dituangkan secara rinci pada tujuan sebagai berikut:

1) Untuk menjelaskan pengaruh nilai-nilai terhadap karakteristik suksesor pada

perusahaan keluarga;

2) Untuk menjelaskan pengaruh nilai-nilai terhadap perencanaan suksesi pada

perusahaan keluarga;

3) Untuk menjelaskan pengaruh karakteristik suksesor terhadap perencanaan

suksesi perusahaan keluarga;

4) Untuk menjelaskan pengaruh nilai-nilai terhadap kinerja suksesor pada

perusahaan keluarga;

5) Untuk menjelaskan pengaruh karakteristik suksesor terhadap kinerja suksesor

pada perusahaan keluarga;

6) Untuk menjelaskan pengaruh perencanaan suksesi terhadap kinerja suksesor

pada perusahaan keluarga.

30

7) Untuk menjelaskan dan membuktikan pengaruh nilai-nilai terhadap kinerja

suksesor melalui peran mediasi karakteristik suksessor.

8) Untuk menjelaskan dan membuktikan pengaruh nilai-nilai terhadap kinerja

suksesor melalui peran mediasi perencanaan suksesi

9) Untuk menjelaskan dan membuktikan pengaruh karakteristik suksesor terhadap

kinerja suksesor melalui peran mediasi perencanaan suksesi.

10) Untuk menjelaskan dan membuktikan pengaruh nilai-nilai terhadap

perencanaan suksesi melalui peran mediasi karakteristik suksesor.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat

secara teoritis dan praktis di antaranya:

1.4.1 Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan

pemahaman yang komprehensif mengenai (1) suksesi dalam perusahaan keluarga

yang terjadi selama ini, (2) faktor-faktor yang mempengaruhi suksesi perusahaan

keluarga yang berhasil, serta (3) faktor kunci keberhasilan perusahaan keluarga

tersebut. Teori-teori suksesi dalam perusahaan keluarga akan dielaborasi secara

lebih rinci, serta akan dikaitkan dalam imlementasi di perusahaan keluarga yang

ada di Bali, sehingga harapannya penelitian ini menghasilkan temuan baru

mengenai faktor kunci dalam suksesi perusahaan keluarga di Bali.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada literatur dan

teori ilmu manajemen, terutama penelitian mengenai strategi pengelolaan

perusahaan keluarga yang sampai saat ini masih sedikit, baik di Indonesia maupun

31

di dunia, terutama di Provinsi Bali yang sampai saat ini belum ada penelitian

mengenai suksesi perusahaan keluarga. Dengan adanya penelitian ini diharapkan

dapat memperkaya wawasan keilmuan mengenai pengelolaan perusahaan

keluarga dengan segala keistimewaan dan keunikannya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada perusahaan

keluarga yang ada di Indonesia sebagai pedoman dalam upaya pengelolaan,

menjaga keharmonisan nilai perusahaan dan nilai keluarga. Penelitian ini dapat

juga digunakan sebagai bahan masukan mengenai bagaimana suksesi atau

regenerasi perusahaan keluarga serta menyiasati faktor-faktor yang mempengaruhi

suksesi tersebut. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi perusahaan

keluarga yang melakukan pergantian pengelolaan (suksesi), yaitu dengan

mengetahui faktor-faktor yang menentukan suksesi perusahaan kelurga. Penelitian

ini dapat mengukur kinerja suksesor dari sisi kualitatif dan mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja suksesor.

32