Daftar Pustaka Cbd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pustaka cbd

Citation preview

TINJAUAN PUSTAKA

1. Acute kidney injuryAcute kidney injury didefinisikan sebagai peningkatan kadar kreatinin serum ataupun produk metabolisme nitrogen yang bersifat reversibel dan ketidakmampuan ginjal untuk meregulasi cairan dan elektrolit ke keadaan homeostasis tubuh.1

Pada tahun 2007, acute kidney injury network (AKIN) membuat kriteria dalam rangka menyempurnakan kriteria RIFLE dengan pertimbangan bahwa sedikit peningkatan kreatinin serum dapat sangat bermakna (>26,2 mol/L) terhadap mortalitas pasien sehingga pasien tersebut dapat digolongkan sebagai AKI. Pembatasan waktu 48 jam untuk mendiagnosis AKI lebih diunggulkan dan semua pasien yang mendapatkan RRT tergolong pada stadium 3 (stadium F). Pada tabel 2 dapat dilihat perbandingan criteria berdasarkan RIFLE dan AKIN.1

Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa kriteria AKIN tidak dapat mendiagnosis AKI dan kriteria RIFLE dapat memberikan hasil yang lebih sensitif. Selain itu, pasien yang memenuhi kriteria AKIN yaitu peningkatan kreatinin serum > 0,3 mg/dL dalam 48 jam tetapi tidak memenuhi kriteria RIFLE dapat sesuai dengan AKI. Pasien dengan peningkatan kreatinin serum relatif terhadap nilai dasar dan memenuhi kriteria RIFLE namun tidak memenuhi kriteria AKI dapat tergolong pada stadium 1 sampai 3 dan keadaan ini berhubungan dengan mortalitas pasien. Oleh karena itu, untuk pasien seperti ini bila didukung dengan data klinis seperti data dasar kreatinin serum yang jelas, sebaiknya pasien tersebut digolongkan sebagai AKI.1

Pada anak telah digunakan klasifikasi pRIFLE. Perbedaan antara RIFLE pada dewasa dan pRIFLE pada anak adalah nilai cut-off kreatinin serum yang lebih rendah untuk mencapai kategori F (failure). Perbedaan lain antara RIFLE dan pRIFLE adalah waktu pengeluaran urin yang diperlukan untuk menentukan risiko (risk); pada RIFLE diperlukan waktu enam jam sedangkan untuk pRIFLE diperlukan waktu 8 jam. Selain itu, waktu pengeluaran urin yang diperlukan untuk menentukan injury; pada RIFLE diperlukan > 12 jam sedangkan untuk pRIFLE diperlukan > 16 jam. Sistem ini belum digunakan untuk menentukan klasifikasi GGA pada neonatus karena masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji klasifikasi ini.1

2. Acute tubular necrosisNekrosis tubular akut (NTA) secara patologis ditandai dengan kerusakan dan kematian sel tubulus ginjal akibat iskemia atau nefrotoksik. Tidak terdapat kriteria pasti untuk diagnosis NTA. Secara klinis, NTA ditandai dengan penurunan tiba-tiba laju filtrasi glomerulus hingga 50%, dan peningkatan kadar kreatinin darah sebesar 0,5 mg/dL (40 mol/L). Dengan adanya disfungsi tubulus dapat terjadi peningkatan natrium urin, penurunan osmolalitas urin, dan penurunan rasio kreatinin urin terhadap darah.2Nekrosis tubular akut (NTA) adalah AKI yang disebabkan oleh cedera iskemia atau nefrotoksik pada epitel tubulus ginjal, sehingga dapat terjadi kerusakan dan kematian epitel tubulus. Sampai sekarang belum ada kriteria baku untuk pendekatan diagnosis NTA dan pada umumnya hanya dapat ditentukan dengan biopsi. Kriteria diagnostik yang sering dipakai adalah penurunan laju filtrasi glomerulus sebesar 50%, serta peningkatan kadar kreatinin serum sebesar 0,5 mg/dL (40 mol/L).2Diagnosis NTA serta evaluasi beratnya penyakit mungkin terlambat akibat deteksi awal yang sangat bergantung pada laju filtrasi glomerulus, pemeriksaan kadar ureum darah, dan kreatinin darah. Kerugian dari tes tersebut adalah banyaknya faktor lain yang mempengaruhi. Kadar ureum darah dipengaruhi asupan protein dan keadaan hiperkatabolisme, sedangkan kadar kreatinin darah dipengaruhi oleh perubahan massa otot.2Beberapa penelitian melaporkan Kidney Injury Molecule-1 (KIM-1) merupakan penanda yang potensial untuk deteksi NTA karena lebih cepat dideteksi di urin. KIM-1 adalah glikoprotein transmembran tipe 1 yang mempunyai domain ekstraselular dan domain sitoplasmik dengan berat molekul 80-85 kDa. Beberapa hal yang mendukung KIM-1 sebagai penanda NTA dan/atau dediferensiasi awal yaitu KIM-1 tidak terdeteksi pada ginjal normal tetapi diekspresikan dengan kadar sangat tinggi setelah cedera atau iskemia epitel tubulus proksimal, akan tetap ada di epitel hingga sel sembuh dari cedera dan ektodomain KIM-1 diekskresikan di urin. Pemeriksaan KIM-1 yang saat ini digunakan adalah dengan metode enzymelinked immunosorbent assay (ELISA) dan lateral-flow assay.2Modalitas diagnostik untuk membedakan ATN dengan azotemia prerenal pada anak sangat penting. Hipovolemia akibat masalah medis umum seperti gastroenteritis dan nutrisi yang buruk lebih sering terjadi pada anak yang lebih mudah terkena gagal ginjal akibat hipovolemia daripada dewasa. Alat diagnostic urin, meliputi fraksi ekskresi natrium dan urin dibanding osmolalitas plasma sering tidak dapat digunakan secara akurat, karena pemberian diuretik atau kristaloid sebelumnya, atau ketika pasien anuria.3,4,5

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi nilai diagnostik dari USG Doppler pada ATN dan azotemia prerenal. Resistive index (RI) merupakan parameter yang paling sering digunakan, meskipun cut off point bervariasi pada beberapa penelitian. Pada penelitian Gheisari menemukan bahwa USG Doppler dapat membantu membedakan ATN dengan azotemia prerenal pada anak-anak dengan nilai cut off 0.75. USG Doppler mempunyai sensitivitas dan spesivisitas tinggi dalam membedakan ATN dan azotemia prerenal pada anak-anak.5Rumus osmolalitas urin:(Natrium urin / Na plasma) : (creatinin urin / creatinin plasma) x 100

3. Hipertensi stage 2Batasan hipertensi menurut The Fourth Report on the Diagnosis, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure in Children and Adolescent adalah sebagai berikut:6- Hipertensi adalah nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan atau diastolik lebih dari persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tinggi badan pada pengukuran sebanyak 3 kali atau lebih- Prehipertensi adalah nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan atau diastolik antara persentil ke-90 dan 95. Pada kelompok ini harus diperhatikan secara teliti adanya faktor risiko seperti obesitas. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kelompok ini memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menjadi hipertensi pada masa dewasa dibandingkan dengan anak yang normotensi.- Anak remaja dengan nilai tekanan darah di atas 120/80 mmHg harus dianggap suatuprehipertensi.- Seorang anak dengan nilai tekanan darah di atas persentil ke-95 pada saat diperiksa di tempat praktik atau rumah sakit, tetapi menunjukkan nilai yang normal saat diukur di luar praktik atau rumah sakit, disebut dengan white-coat hypertension. Kelompok ini memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan yang mengalami hipertensi menetap untuk menderita hipertensi atau penyakit kardiovaskular di kemudian hari.- Hipertensi emergensi adalah hipertensi berat disertai komplikasi yang mengancam jiwa, seperti ensefalopati (kejang, stroke, defisit fokal), payah jantung akut, edema paru, aneurisma aorta, atau gagal ginjal akut.6

4. Infeksi Saluran KemihISK pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi infeksi, dan kelainan saluran kemih. Berdasarkan gejala, ISK dibedakan menjadi ISK asimtomatik dan simtomatik. Berdasarkan lokasi infeksi, ISK dibedakan menjadi ISK atas dan ISK bawah, dan berdasarkan kelainan saluran kemih, ISK dibedakan menjadi ISK simpleks dan ISK kompleks. ISK asimtomatik ialah bakteriuria bermakna tanpa gejala. ISK simtomatik yaitu terdapatnya bakteriuria bermakna disertai gejala dan tanda klinik. Sekitar 10-20% ISK yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis baik berdasarkan gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang disebut dengan ISK non spesifik.7Membedakan ISK atas atau pielonefritis dengan ISK bawah (sistitis dan urethritis) sangat perlu karena risiko terjadinya parut ginjal sangat bermakna pada pielonefritis dan tidak pada sistitis, sehingga tata laksananya (pemeriksaan, pemberian antibiotik, dan lama terapi) berbeda.7Untuk kepentingan klinik dan tata laksana, ISK dapat dibagi menjadi ISK simpleks (uncomplicated UTI) dan ISK kompleks (complicated UTI). ISK kompleks adalah ISK yang disertai kelainan anatomik dan atau fungsional saluran kemih yang menyebabkan stasis ataupun aliran balik (refluks) urin. Kelainan saluran kemih dapat berupa RVU, batu saluran kemih, obstruksi, anomali saluran kemih, buli-buli neurogenik, benda asing, dan sebagainya. ISK simpleks ialah ISK tanpa kelainan struktural maupun fungsional saluran kemih.7National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) membedakan ISK menjadi ISK atipikal dan ISK berulang. Kriteria ISK atipikal adalah; keadaan pasien yang sakit berat, diuresis sedikit, terdapat massa abdomen atau kandung kemih, peningkatan kreatinin darah, septikemia, tidak memberikan respon terhadap antibiotik dalam 48 jam, serta disebabkan oleh kuman non E. coli. ISK berulang berarti terdapat dua kali atau lebih episode pielonefritis akut atau ISK atas, atau satu episode pielonefritis akut atau ISK atas disertai satu atau lebih episode sistitis atau ISK bawah, atau tiga atau lebih episode sistitis atau ISK bawah.7

DAFTAR PUSTAKA

1. Pardede SO, Puspaningtyas NW. Kriteria RIFLE pada Acute Kidney Injury. Maj Kedokt Indon 2012; 28(2): 92-99.2. Rinawati W, Aulia D. Kidney Injury Molecule-1 (KIM-1) sebagai penanda baru nekrosis tubular akut. Maj Kedokt Indon 2011; 61(2): 81-85. 3. Selewski DT, Symons JM. Acute kidney injury. Pediatrics in Review 2014; 35(1): 30-41.4. Whyte DA, Fine RN. Acute renal failure in children. Pediatrics in Review 2008; 29(9): 299-307.5. Gheisari A, Haghighi M. Diagnostic value of Doppler Ultrasound n differentiating prerenal azotemia from acute tubular necrosis in children. Saudi J Kidney Dis Transplant 2006;17(2):168-170.6. UKK Nefrologi IDAI. Konsensus tatalaksana hipertensi pada anak. Jakarta, 2011.7. UKK Nefrologi IDAI. Konsensus infeksi saluran kemih pada anak. Jakarta, 2011.

20