1. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Edisi
2. Jakarta : EGC; 2003. Hlm 264-882. Baehr M, Frotscher M.
Diagnosis topik duus anatomi, fisiologi, tanda, gejala. Edisi ke 4.
Jakarta : EGC; 2010. Hlm 48-943. Arif M. Buku ajar asuhan
keperawatan dengan gangguan sistem saraf. Penerbit salemba medika
2008. Hlm 106-11. 4. Hadyanto J. Poliomielitis dasar-dasar
pembedahan dan rehabilitasi tehnik-tehnik untuk rumah sakit daerah.
Jakarta: EGC;1996. hlm 13-85. Pasaribu S. Aspek diagnostik
poliomielitis. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2030/1/anak-syahril2.pdf.6.
Pujiadi A, Badriul H, Handryastuti S, Salamia N. Gandaputra E.
Ikatan dokter anak indonesia. Edisi 2. Jakarta: Ikatan anak dokter
indonesia; 2011. Hlm 229-337. Japardi I. Sindrom guillain barre.
Tahun 2002. Diunduh dari
:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1958/1/bedahiskandar%20japardi46.pdf8.
Hartung H, Kieseier BC, Kiefer R. Progress in Guillain-Barre
syndrome. Curr Opin Neurol, 14:597-604, 2001.9. Indonesia children.
Guillain barre syndrom.14 desember 2009. Diunduh dari
https://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/14/guillain-barre-syndrome-gbs-patofisiologi-manifestasi-klinis-dan-diagnosis/.10.
Ferry. Hernia nukleus pulposus. 23 juli 2011. Di unduh dari :
http://ferryfawziannor.blogspot.com/2011/07/hernia-nukleus-pulposus-hnp.html.11.
Huldani H, Permana G, Hilda A. Managemnt nyeri punggung.edisi
pertama.Lampung: Penerbit Sentosa; 2012. P 22-512. Dyah W.
Sensitivitas dan spesifiditas tes provokasi batuk, bersin dan
mengejan dalam mendiagnosis hernia nukleus pulposus lumbal. 2002.
Di unduh dari :
http://eprints.undip.ac.id/12505/1/2002PPDS1899.pdf.13. Eko T,
Emril D, Kurniawan M, Trianggoro B. Nyeri punggung bawah. Semarang
:Badan penerbit universitas diponogoro: 2013.17-34.14. Suryamiharja
A, Purwata E, suharjanti I, Yudiyanta. Konsensus nasional 1
diagnostik dan penatalaksanaan nyeri neuropati. Perdossi; 2011.hlm
15-4915. Kompas health. Neuropati perifer.
http://health.detik.com/readpenyakit/918/neuropati-perifer16. Smart
T. Neuropati perifer diagnosis dan pengobatan. 26 maret 2009.
Diunduh dari http://spiritia.or.id/hatip/pdf/h01332.pdf17. Weiner
H, Levit L.Buku saku neurologi. Edisi 5. Jakarta : EGC;
2001.hlm135-618. Arie W, Adnyana M, Widyadharma I. Diagnosis dan
tatalaksana miastenia grafis. Di unduh dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82552&val=970.19.
Syah AK, Lorenzo N. Miastenia grafis. 2 Mei 2014 diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/1171206-overview20. G. O.
Skeiea , S. Apostolskib , A. Evolic , N. E. Gilhusd , I. Illae , L.
Harmsf , D. Hilton-Jonesg , A. Melmsh , J. Verschuureni and H. W.
Horge. Guidelines for treatment of autoimmune neuromuscular
transmission disorders. European Journal of Neurology 2010;
11:1-8.21. Rajesh K,Paul S Birinder ,Gupta S ,Singh G ,Kaur A.
Therapeutic plasma exchange in the treatment of myasthenia gravis.
2015.Vol19: 1;P. 9-13.
