Upload
nelista
View
7
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
DALAM PENGEMBANGANKualitas Sumber Daya Tenaga Keperawatan
I. PENDAHULUANPerhimpunan/organisasi profesi keperawatan merupakan fihak yang seharusnya paling bertanggung jawab, secara aktif turut dalam pengembangan keperawatan sebagai profesi. Organisasi profesi (PPNI) seyogyanya berada pada baris terdepan dalam proses inovasi keperawatan di Indonesia, bahkan harus memegang kendali utama dalam proses perubahan.Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi, berbagai langkah nyata telah dilaksanakan, mencakup : pengembangan pelayanan/asuhan keperawatan, pendidikan tinggi keperawatan maupun kehidupan organisasi profesi. Langkah ini dilaksanakan secara terarah, berencana dan terkendalikan sebagai gerakan profesionalisasi keperawatan. Didasarkan pada keinginan para perawat agar keperawatan mendapat pengakuan sebagai profesi dan lebih dari itu yaitu agar keperawatan sebagai profesi dapat berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Keperawatan sebagai profesi berupaya memenuhi hak masyarakat untuk mendapat pelayanan/asuhan keperawatan professional yang benar dan baik.Langkah yang terlihat nyata adalah terbentuknya Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, diharapkan dengan lulusan perawat dari pendidikan tinggi keperawatan maupun memberikan pelayanan/asuhan keperawatan professional.Pengembangan pada sistem pelayanan/asuhan keperawatan belum dirasakan optimal, karena memerlukan upaya – upaya perubahan yang mendasar yaitu membentuk model praktek professional baik di RS maupun unit pelayanan kesehatan masyarakat.II. ORGANISASI PROFESIMerton mendefinisikan bahwa organisasi profesi adalah : organisasi dari praktisi yang menilai/mempertimbangkan seseorang atau yang lain mempunyai kompetensi professional dan mempunyai ikatan bersama untuk menyelenggarakan fungsi sosial yang mana tidak dapat dilaksanakan secara terpisah sebagai individuOrganisasi profesi mempunyai 2 perhatian utama : (1) Kebutuhan hukum untuk melindungi masyarakat dari perawat yang tidak dipersiapkan dengan baik dan (2) kurangnya standar dalam keperawatan.Organisasi profesi menyediakan kendaraan untuk perawat dalam menghadapi tantangan yang ada saat ini dan akan datang serta bekerja kearah positif terhadap perubahan-perubahan profesi sesuai dengan perubahan sosial.Ciri-ciri organisasi profesi adalah :
1. Hanya ada satu organisasi untuk setiap profesi2. Ikatan utama para anggota adalah kebanggan dan kehormatan3. Tujuan utama adalah menjaga martabat dan kehormatan profesi.4. Kedudukan dan hubungan antar anggota bersifat persaudaraan5. Memiliki sifat kepemimpinan kolektif6. Mekanisme pengambilan keputusan atas dasar kesepakatan
Dalam pengembangan keperawatan, organisasi profesi PPNI berfungsi :
1. Secara aktif turut dalam merumuskan dan menetapkan standar profesi untuk pendidikan tinggi keperawatan dan untuk pelayanan/asuhan keperawatan, mencakup ukuran keberhasilan pelaksanaan pelayanan /asuhan keperwatan dan kompetensi lulusan pendidikan tinggi keperawatan
2. Turut mengidentifikasi berbagai jenis ketenagaan keperawatan dengan berbagai jenjang kemampuan yang diperlukan dalam pengembangan keperawatan dimasa depan.
3. Ikut menyususn kriteria dan mekanisme penapisan serta penerapan teknologi keperawatan maju serta penerapan teknologi keperawatan maju secara tepat guna dan demi kemaslahatan masyarakat secara keseluruhan.
4. Bertanggung jawab dalam pengendalian dan pemanfaatan lulusan pendidikan tinggi keperawatan khususnya dalam hal legislasi keperawatan professional.
Setelah memahami pengertian-pengertian tersebut diatas tentunya kita sepakat bahwa Organisasi Profesi Keperawatan : PPNI mempunyai tanggung jawab besar terhadap pengembangan profesi, terutama saat ini dalam menghadapi persaingan ketat untuk dapat merebut kesempatan memperoleh “pasar jasa pelayanan keperawatan”.Kunci utamanya adalah “Pengelolaan sumber daya tenaga keperawatan yang handal dalam bidangnya”.Bagaimana peran organisasi profesi, akan diuraikan berikut ini.III. PERAN PPNIA. Menganjurkan suatu kegiatan Sosialisasi Profesional
Sosialiasasi professional sejak dini dimulai pada saat pendidikan dilanjutkan setelah lulus masuk pada lingkungan kerja
Sosialisasi professional adalah : suatu proses dimana peserta didik pendidikan tinggi keperawatan mendapat pengalaman melaksanakan praktek keperawatan professional, menumbuhkan dan membina sikap, tingkah laku dan keterampilan professional yang diperlukan untuk siap melaksanakan praktek keperawatan ilmiah.
Suatu proses transformasi perilaku dari peserta didik pendidikan tinggi keperawatan menjadi seorang “perawat profesional”
Sosialisasi praktek keperawatan profesional adalah proses dimana nilai-nilai dan norma-norma dari profesi keperawatan diinternalisasi kedalam perilaku perawat itu sendiri dan konsep-konsep dirinya. Sehingga perawat belajar dari menerima pengetahuan keterampilan dan sikap sebagai karakteristik profesi.
Hinshaws mengemukakan tahap-tahap sosialisasi professional mencakup : awal belum merasakan, keganjilan, identifikasi, simulasi peran, kebimbangan dan akhirnya internalisasi yaitu : menerima dan nyaman dengan peran perawat.
Sosialisasi professional menjadi bagian penting untuk membentuk perawat professional.
B. Mengusulkan “ Pola Jenjang Karir ” tenaga perawat sebagai sistem pengembangan karir
Perawat professional adalah : seseorang yang mempunyai alasan-alasan rasional, dapat mengakomodasi realita, menerima dirinya, diminati oleh orang lain, belajar dari pengalaman serta percaya diri. Agar perawat professional ini tetap terus berkembang menigkatkan kinerjanya, diperlukan suatu sistem pengembangan karir yang jelas. Dimana saat ini belum mendapat perhatian yang baik. Akibatnya perawat perawat merasa resah, lelah dan jenuh dalam pekerjaannya, kualitas asuhan keperawatan menurun dan sistem imbalan jasa tidak jelas. Jika sistem pengembangan karir telah diterima maka masalah-masalah tersebut diatas dapat diatasi dan masyarakat akan memperoleh haknya terhadap pelayanan keperawatan berkualitas.
1. 1. Prinsip-Prinsip dalam Sistem Pengembangan Karir
1. Kualifikasi tenaga keperawatan dimulai dari D III keperawatan atau S1 Keperawatan2. Jenjang mempunyai makan kompetensi yang dimiliki untuk melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai lingkupnya dan bertingkat sifatnya sesuai dengan kompleksitas masalah klien.
3. Fungsi utama yang menjadi pegangan adalah fungsi memberikan asuhan keperawatan4. Setiap perawat pelaksana mempunyai kesempatan sama untuk meningkatkan karirnya
sampai pada jenjang paling atas5. Jenjang karir mempunyai dampak terhadap tanggung jawab dan akontabel terhadap tugas
serta sistem penghargaan6. Pimpinan organisasi RS mempunyai komitmen yang tinggi terhadap sistem
pengembangan karir tenaga perawat pelaksana sehingga dapat dijamin kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.
7. Lingkup jenjang pengembangan karir mencakup : keperawatan medikal bedah, maternitas, pediatri, jiwa, komunitas dan gawat darurat.
2. Bentuk, Jenjang Pengembangan Karir
Perawat Klinik I
a. Pengalaman dan Pendidikan1) D III Keperawatan + pengalaman 1 tahun2) S1 Keperawatan + penagalaman 0 bulan
1. Deskripsi
1) Memiliki kompetensi : memberikan keperawatan dasar2) Diperlukan supervisi dalam memberikan asuhan keperawatan3) Berperan sebagai perawat pelaksana dan pendidik bagi klien dan keluarganya
Perawat Klinik II
a. Pengalaman dan pendidikan1) D III keperawatan dengan pengalaman 3 tahun
2) S1 Keperawatan + pengalaman 1 tahunb. Deskripsi1) Memiliki kompetensi memberikan keperawatan dasar dalam lingkup medikal bedah, maternitas, pediatrik, jiwa, komunitas dan gawat darurat2) Diperlukan supervisi terbatas3) Berperan sebagai perawat pelaksana pendidik bagi pasien dan keluarga serta pengelola dalam asuhan keperawatan
Perawat Klinik III
1. Pengalaman dan pendidikan
1) D III Keperawatan + pengalaman 6 tahun2) S1 Keperawatan + pengalaman 4 tahun3) Spesialisasi sesuai bidang + pengalaman 0b. Deskripsi1) Memiliki kompetensi memberikan keperawatan lanjut dalam lingkup medical bedah, maternitas, pediatri, jiwa, komunitas dan gawat darurat2) Sepenuhnya dapat melakukan asuhankeperawatan dengan keputusan sendiri3) Berperan sebagai perawat pelaksana, pendidikbagi pasien, keluarga dan sesama teman,pengelola dalam asuhan keperawatan sertamampu mengidentifikasi hal-hal yang perluditeliti
Perawat Klinik IV
a. Pengalaman dan Pendidikan1) D III Keperawatan + pengalaman 9 tahun2) S1 Keperawatan + pengalaman 7 tahun3) Spesialisasi sesuai bidang + 1 tahunb. Deskripsi1) Memiliki kompetensi memberikan keperawatan super spesialisasi dalam lingkup medikal bedah, maternitas, pediatri, jiwa, komunitas dan gawat darurat2) Sepenuhnya dapat melakukan asuhan keperawatan dengan keputusan sendiri dan supervisor bagi perawat pada jenjang I, II dan III3) Berperan sebagai :
- Perawat pelaksana secara mandiri- Pendidik bagi pasien, keluarga, sesamateman dan peserta didik pendidikkeperawatan- Pengelola asuhan keperawatan, supervisor- Konsultan dan konselor dalam lingkupbidangnya- Peneliti dibidang keperawatanC. Agar sistem pengembangan karir dapat terlaksana PPNI bertanggung jawab terhadap terlaksananya Program Pendidikan Berkelanjutan bagi perawat (PBP/CNE)Pendidikan Berkelanjutan bagi Perawat/PBP adalah : proses yang meliputi berbagai pengalaman/pelatihan setelah pendidikan formal dasar keperawatan, yang dapat meningkatkan kemampuan keprofesian.Dalam program PBP ini akan ditentukan : kurikulum pelatihan, modul bentuk penghargaan, criteria pelatih dan institusi yang boleh melaksanakan pelatihan. Diharapkan bentuk-bentuk pelatihan dapat dilaksanakan dengan professional memberikan dampak terhadap peningkatan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.D. Menciptakan komunitas professional yaitu komunitas perawat yang ada diinstitusi pelayanan kesehatan dan pendidikan dan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan professional. Mempunyai sistem nilai dan tanggung jawab sama. Merupakan bagian dari masyarakat keperawatan profesional.Komunitas keperawatan diperlukan karena :
1. Adanya pengembangan sistem pemikiran asuhan keperawatan di institusi pelayanan kesehatan
2. Dalam rangka menetapkan standard asuhan keperawatan3. Untuk mengelola ketenagaan keperwatan4. Mengelola pelaksanaan praktek keperawatan5. Bertanggung jawab terhadap hasil/dampak asuhan keperawatan pada klien dan sistem.
Komunitas keperawatan merupakan “agents of formal knowledge” dalam keperawatan yaitu orang-orang yang menciptakan, transmisi dan menerapkan pengetahuan formal (eliot freidson, 1986)Berada pada baris terdepan dalam proses profesionalisasi keperawatan, membangun citra keperawatan sebagai profesi serta merupakan kekuatan dalam proses membudayakan keperawatan.Upaya membangun komunitas professional keperawatan
1. Membangun dan membina pelayanan/asuhan keperawatan rumah sakit dan masyarakat sebagai bagian integral dari dari pelayanan rumah sakit/masyarakat sehingga diterima sebagai pelayanan professional.
2. Mengidentifikasi dan membina perawat professional yang diakui dan diberi kewenangan serta tanggung jawab melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan professional.
Langkahnya adalah merumuskan criteria kualifikasi perawat professional, mendaftar para perawat yang memenuhi kualifikasi, mengakui dan memberi kewenangan serta tanggung jawab.Membangun komisi etika keperawatan yang memberikan tuntutan dalam pelaksanaan praktek keperawatan
1. Membina para perawat professional seabgai komunitas dengan tradisi/budaya keperawatan sebagai komunitas professional yang sarat dengan perannya sebagai “model”.
E. Untuk menjamin kualitas pelayanan keperawatan yangditerima masyarakat maka PPNI telah menetapkan sistem legislasi keperawatan diawali dengan adanya Kepmenkes No. 647 tentang Registrasi dan Praktek KeperawatanLegislasi keperawatan adalah : proses pemberlakuan Undang-undangatau perangkat hukum yang sudah disempurnakan yang mempengaruhipengembangan ilmu dan kiat dalam praktek keperawatan.Tujuan Legislasi keperawatan meliputi :
1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan
2. Menginformasikan kepada masyarakat tentang pelayanan keperawatan yang diberikan dan tanggung jawab para praktisi profesional
3. Memelihara kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan4. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap kategori tenaga keperawatan5. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat6. Memotivasi pengembangan profesi7. Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
Dengan adanya ini maka, pengelolaan sumber daya tenaga keperawatan harus dibenahi secara professional sesuai dengan perkembangan profesi.IV. PENUTUPOrganisasi profesi PPNI bertanggung jawab dan mempunyai peran utama dalam pengembangan keperawatan sebagai profesi.
Sudah saatnya PPNI mulai melaksanakan peran-perannya secara aktif, sehingga terlihat kegiatan nyata dalam berjuang memenuhi hak masyarakat memperoleh pelayanan keperawatan professional. Sumber daya tenaga keperawatan merupakan kunci utama untuk keberhasilan keperawatan, sehingga pengelolaannya perlu mendapat perhatian.Dengan demikian diharapkan tenaga keperawatan mempunyai kemampuan yang handal dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan serta mampu merebut pasar jasa pelayanan keperawatan.KepustakaanChitty RT (1997), Profesional Nursing : Concept and Challenges. WB Sounders Company PhiladelphiaHusin Ma’rifin (1999), Pendidikan Tinggi Keperawatan dan Rumah Sakit PendidikanMarqius Bessi L & Huston JC (2000), Leadership Roles and Management Functions in Nursing. Theory and Application, Lippincott PhiladelphiaRully DE & Oermann MH (1985), The clinical Field its use in Nursing Education. Appleton century – Crufts. Norwalk, ConnecticutSwansburg RJ & Swansburg RC (1998): Introductory management and Leaderhip for Nurses : an Intercative text, Jones and Barlett Publisher.
ETIKA HUKUM KEPERAWATAN
ETIKA HUKUM KEPERAWATANBY : Ns Viera
A. Defenisi etika hukum kesehatan
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut
Araskar dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang
diharapkandan kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu
yang berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya
suatu perbuatan.
Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Curret English ASHornby
mengartikan etika sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan prilaku.
Menurut definisi AARN (1996), etika berfokus pada yang seharusnya baik salah atau
benar, atau hal baik atau buruk. Sedangkan menurut Rowson, (1992).etik adalah
Segala sesuatu yang berhubungan / alasan tentang isu moral.
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu etos yang berarti watak, kebiasaan, model
perilaku cara berkata atau bertindak dimana melalui etika orang lain akan mengenal
siapa diri kita sedangkan moral berasal dari kata latin –mos-(gen:moris) yang berarti
tata adat atau kebiasaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan
manusia, sedangkan objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan atau soal
bermoral atau tidaknya perbuatan manusia, maka perbuatan yang dilakukan tanpa
sadar atau secara tidak bebas tidak bisa dikenai penilaian dan sanksi moral. Masalah
etika dewasa ini sering di artikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi
suatu perilaku manusia.
Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yg bagaimana sepatutnya manusia hidup di
dalammasyarakat yg melibatkan aturan atau prinsip yg menentukan tingkah lakuyang
benar. Moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yg merupakan standar
perilaku´dan nilai´ yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat
tempat ia tinggal. Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang
serta menjadi suatu kebiasaan di dalam suatu masyarakat baik berupa kata- kata
maupun bentuk perbuatan yang nyata. Etika, moral dan etiket sulit dibedakan, hanya
dapat dilihat bahwa etika lebih dititik beratkan pada aturan, prinsip yang melandasi
perilaku yang mendasar dan mendekati aturan, hukum dan undang - undang yang
membedakan benar atau salah secaramoralitas nilai-nilai moral yang ada dalam kode
etik keperawatan
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan
keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau
peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi
digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang
memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik
berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani.
Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta
ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Secara
umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang berbeda
dengan moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis
atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku
aktual, kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu. Etik
juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik
merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku
profesional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik perawatan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang
digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap, oranglain
Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan langsung
pada pelayanan kesehatan dan penerapannya pada hukum perdata, hukum
administrasi dan hukum pidana (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992).
Hukum kesehatan adalah kumpulan peraturan yang berkaitan langsung dengan
pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada hukum perdata, hukum pidana
dan hukum administrasi (Prot. Van der Miju).
Fungsi Hukum dalam pelayanan keperawatan
1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan.
2. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain
3. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum
B. Tujuan Etika Keperawatan
Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku moral dalam
keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil berdasarkan
kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat.
Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika
keperawatan adalah mampu :
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur norma dalam praktek keperawatan.
2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah norma yang terjadi dalam
praktek keperawatan.
3. Menghubungakn prinsip moral atau pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan, sesuai dengan
kepercayaan.
Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghungkan dan mempertimbangkan
peran prinsipmoralitas, yaitu keyakinannya terhadap tindakan yang dihubungkan ajaran
agama dan perintah tuhan dalam :
1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat sendiri,
maupun masyarakat
2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan (hal
yang dianggap benar). Menurut veatch, yang mengambil keputusan tentang etika
profesi keperawatan adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainya; dan etika yang
berhubungan dengan pelayanan keperawatan ialah masyarakat/orang awam yang
menggunakan ukuran dan nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Menurut nasional league for nursing (NLN [pusat pendidikan keperawatan milik
perhimpunan perawat amerika] ),pendidikan keperawatan bertujuan:
1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antarprofesi kesehatan lain
dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut
2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moralitas, keputusan
tentang baik dan buruk yang akan pertanggung jawabkan kepada tuhan sesuai dengan
kepercayaannya.
3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap prefesional peserta didik.
4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik
keperawatan prefesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini dilema etika,
artinya konflik yang dialami, yang memerlukan pengambilan keputusan yang baik dan
benar dipandang dari sudut profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan
keperawatan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika
keperawatan dan dalam situasi nyata.
Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keperawatan yang berfungsi
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai, norma yang
timbul dalam keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya
diajarkan, tetapi harus ditanamkan dan diyakinin oleh peserta didik melalui pembinaan,
tidak saja dipendidikan, tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan lingkungan profesi.
C. Defenisi profesi keperawatan
Beberapa pendapat pandangan terhadap pengertian suatu profesi menurut :
1. Schein EH (1962) Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang membangun suatu
norma yang sangat khusus yang berasal dari peranannya di masyarakat.
2. Hughes (1963) Profesi merupakan mengetahui yang lebih baik tentang sesuatu hal dari
orang lain serta mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang terjadi pada
kliennya.
3. Wilensky (1964) Profesi berasal dari perkataan profession yang berarti suatu pekerjaan
yang membutuhkan dukungan body of knowlegde sebagai dasar bagi perkembangan
teori yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru ,dan karena itu membutuhkan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya
adalah melayani (alturism)
Keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling baik bagi alam dan
isinya untuk bertindak. Sementara menurut Calilista Roy (1976), keperawatan
merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki
sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien.
Pada lokakarya nasional tahun 1983, disepakati pengertian keperawatan adalah
pelayanan professional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang
komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Dari beberapa
macam definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa keperawatan merupakan upaya
pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan professional, holistic
berdasarkan ilmu dan kiat, standar pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode
etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Profesi keperawatan sendiri lebih mengacu pada individu yang menekuni karir di
bidang tenaga kesehatan sebagai seorang perawat. Perawat menurut UU RI no. 23
tahun 1992 tentang Kesehatan adalah mereka yang memiliki kemampuan dan
kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh
melalui pendidikan keperawatan. Menurut Virginia Henderson, profesi keperawatan
(nursing) didefinisikan dari sisi fungsional, bahwa tugas unik seorang perawat adalah
membantu seseorang. Sakit atau sehat dengan aksi-aksinya dalam memberikan
sumbangan bagi kesehatan atau penyembuhan (atau kematian yang damai) yang akan
mereka kerjakan tanpa bantuan—seandainya dia memiliki kekuatan, kehendak atau
pengetahuan. Dan melakukan hal ini dengan suatu cara untuk membantunya meraih
kemandirian secepat mungkin.
Menurut Taylor C. Lillis C. Lemone (1989), perawat adalah seseorang yang berperan
dalam merawat atau memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena
sakit, luka dan proses penuaan. Sedangkan menurut ICN (International Council of
Nursing) tahun 1965, perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan
keperawatan yang memenuhi pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta
berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang
bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan
pelayanan penderita sakit.
D. Keperawatan Sebagai Profesi
Berdasarkan definisi oleh para ahli diatas menganai profesi, mari kita lihat
mengapa keperawatan itu sebagai profesi.
1. Mempunyai body of knowledge.
Tubuh pengetahuan yang dimiliki keperawatan adalah ilmu keperawatan ( nursing
science ) yang mencakup ilmu – ilmu dasar (alam, sosial, perilaku), ilmu biomedik, ilmu
kesehatan masyarakat, ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan klinis dan ilmu
keperawatan komunitas.
2. Pendidikan Berbasis Keahlian Pada Jenjang Pendidikan Tinggi.
Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan dengan
mempunyai standar kompetensi yang berbeda-beda mulai D III Keperawatan sampai
dengan S3 akan dikembangkan.
3. Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Melalui Praktik Dalam Bidang Profesi.
Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan
Nasional. Oleh karena itu sistem pemberian askep dikembangkan sebagai bagian
integral dari sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdapat
di setiap tatanan pelayanan kesehatan. Pelayanan/ askep yang dikembangkan bersifat
humanistik/menyeluruh didasarkan pada kebutuhan klien,berpedoman pada standar
asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
4. Memiliki Organisasi Profesi.
Keperawatan harus memiliki organisasi profesi,organisasi profesi ini sangat
menentukan keberhasilan dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai
profesi serta mampu berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan profesional
dan berada di garda depan dalam inovasi keperawatan di Indonesia. Saat ini di
indonesia memilki organisasi profesi keperawatan dengan nama PPNI, dengan aggaran
dasar dan anggaran rumah tangga, sedangkan organisasi keperawatan di dunia
dengan nama internasional Council Of Nurse (ICN)
5. Pemberlakuan Kode Etik Keperawatan.
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ,perawat profesional selalu
menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional keperawatan sesuai kode etik
keperawatan.
6. Otonomi
Keperawatan memiliki kemandirian,wewenang, dan tanggung jawab untuk
mengatur kehidupan profesi,mencakup otonomi dalam memberikan askep dan
menetapkan standar asuhan keperawatan melalui proses keperawatan,
penyelenggaraan pendidikan, riset keperawatan dan praktik keperawatan dalam bentuk
legislasi keperawatan.
7. Motivasi Bersifat Altruistik.
Masyarakat profesional keperawatan Indonesia bertanggung jawab membina dan
mendudukkan peran dan fungsi keperawatan sebagai pelayanan profesional dalam
pembangunan kesehatan serta tetap berpegang pada sifat dan hakikat keperawatan
sebagai profesi serta selalu berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
E. Masalah Etika dalam Praktik Keperawatan
Pada bagian ini masalah etika keperawatan lebih khusus yang dapat ditemui
dalam praktik keperawatan, sesuai dengan yang diuraikan oleh Elis, Hartley (1980),
yang meliputi self-evaluation (evaluasi diri), evaluasi kelompok, tanggung jawab
terhadap peralatan dan barang, merekomendasikan klien pada dokter, menghadapi
asuhan keperawatan yang buruk, serta masalah peran merawat dan mengobati.
Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti
berkata tidak jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian
pemberian makanan dan cairan, euthanasia, transplantasi organ serta beberpa
permasalahan etik yang langsung berkaitan dengan praktek keperawatan, seperti:
evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang,
memberikan rekomendasi pasien pad dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang
buruk, masalah peran merawat dan mengobati.
Disini akan dibahas sekilas beberapa hal yang berikaitan dengan masalah etik
yang berkaitan langsung pada praktik keperawatan, yaitu:
1. Konflik Etik antara Teman Sejawat
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian
kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka
perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk
dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah yang
sering sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan
keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga
nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan
pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.
2. Menghadapi Penolakan Pasien terhadap Tindakan Keperawatan
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk
pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan berkembangnya tehnologi yang
memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya. Penolakan pasien
menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti
pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan, social dan lain-lain.
Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan merupakan hak pasien
dan merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak memilih, menolak segala bentuk
tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu dilakukan oleh
perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga
menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.
3. Masalah antara peran merawat dan mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali
peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran sebagai
perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang
melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada
didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan antara
peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul dan ini bukan saja
masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di Negara-negara
lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi
besar. Antara pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan
yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan
hukum para pelaku asuhan keperawatan hal inisemakin tidak jelas penyelesaiannya.
4. Berkata Jujur atau Tidak jujur
Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak
merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan perawat
adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhan keperawatan. Sebagai contoh: sering terjadi
pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh pasien berkaitan dengan
kondisinya, perawat sering menjawab “tidak apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik,
suntikan ini tidak sakit”. Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak
mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang
diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila
perawat berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan bila
berkata tidak jujur, perawat melanggar hak pasien.
5. Tanggung Jawab Terhadap Peralatan dan Barang
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti
mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang sudah
meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa
yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-obatan
tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien.
Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada
artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga
kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan informai
yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu merupakan hal
yang sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu secara pasti
untuk apa obat itu diambil.
Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain
bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak dibenarkan
karena setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan
barang ditempat kerja.
F. Prinsip-prinsip Etika Keperawatan
1. Otonomi
Prinsip otonomi merupakan bentuk resfek terhadap seseorang atau dipandang
sebagai persetujuan tanpa paksaan dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
2. Berbuat Baik
Berbuat baik berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan memerlukan
pencegahan kesalahan atau kejahatan, dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain.
3. Keadilan.
Keadilan dibutuhkan demi tercapainya derajat dan keadilan terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
4. Tidak Merugikan.
Prinsip tidak merugikan ini mengandung arti tidak meninbulkan bahasa fisik dan
psikologis pada klien.
5. Kejujuran.
Prinsip kejujuran artinya penuh kebenaran yang berhubungan dengan
kemampuan seseorang mengatakan kebenaran.
6. Menepati Janji
Prinsip menepati janji dibutuhkan individuuntuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain
7. Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga sunguh-
sunguh sebab merupakan sesuatu yang privasi.
8. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan standar pasti bahwa tindakan seseorang yang
profesional harus dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
G. Kode Etik Keperawatan.
Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaaan,
perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari pengertian di
atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya
manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-
prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu :
1. Baik dan buruk
2. Kewajiban dan tanggung jawab.
Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada
metode penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku manuia;
yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik adalah suatu
aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu mengenai perilaku
manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar perilaku
kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat).
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat
dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi.
Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan.
Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan
“standar perilaku” dan nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi
anggota masyarakat di mana ia tinggal.
Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi
suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk
perbuatan yang nyata.
Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai suatu standar kesempurnaan
dan nilai kelompok. Kode etik adalah prinsip etik yang digunakan oleh semua anggota
kelompok, mencerminkan penilaian moral mereka sepanjang waktu, dan berfungsi
sebagai standar untuk tindakan profesional mereka.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi
tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik keperawatan di
Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI di jakarta pada tanggal 29 November
1989.
Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal.
1. Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
individu, keluarga, dan masyarakat.
2. Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
tugasnya.
3. Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap sesama
perawat dan profesi kesehatan lain.
4. Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
profesi keperawatan.
5. Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
pemerintah, bangsa, dan tanah air. Dengan penjabarannya sebagai berikut:
a. Tanggung jawab Perawat terhadap klein
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan peraturan
tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1) Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada
tanggung jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan terhadap keperawatan
individu, keluarga, dan masyarakat.
2) Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.
3) Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi
luhur keperawatan.
4) Perawat, menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat,
khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya
kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi
kepentingan masyarakat.
b. Tanggung jawab Perawat terhadap tugas
1) Perawat, memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.
2) Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali diperlukan oleh pihak yang berwenang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3) Perawat, tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
4) Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan
sosial.
5) Perawat, mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam
melaksanakan tugas keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada
hubungannya dengan keperawatan.
c. Tanggung jawab Perawat terhadap Sejawat
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain sebagai
berikut :
1) Perawat, memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga kesehatan
lainnya, baik dalam memelihara keserasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluru.
2) Perawat, menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada
sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam
rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
d. Tanggung jawab Perawat terhadap Profesi
1) Perawat, berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-sendiri
dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
2) Perawat, menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan
perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
3) Perawat, berperan dalammenentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan
keperawatan, serta menerapkannya dalam kagiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
4) Perawat, secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
e. Tanggung jawab Perawat terhadap Negara
1) Perawat, melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijsanaan yang telah
digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
2) Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.
Kode Etik Keperawatan Menurut ICN (International Council 0f Nurses Code for
Nurses) . ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia
yang didirikan pada tanggal 1 juli 1899 oleh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover Squar,
London dan direvisi pada tahun 1973. Uraian Kode Etik ini diuraikan sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab Utama Perawat.
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatnya kesehatan, mencegah
timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi penderitaan. Untuk
melaksanakan tanggung jawab tersebut, perawat harus meyakini bahwa :
a. Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah sama.
b. Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan terhadap kehidupan yang
bermartabat dan menjungjung tinggi hak asasi manusia.
c. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok, dam masyarakat, perawat mengikut sertakan kelompok dan
institusi terkait.
2. Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat.
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas,
perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-
nilai yang ada di masyarakat, menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan inidividu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menjadi pasien atau klien. Perawat dapat
memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan
bila diperlukan oleh pihak yang berkepentingan atau pengadilan.
3. Perawat dan Pelaksanaan praktek keperawatan.
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan
standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar
pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang
dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu. Perawat
sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan
standar profesi keperawatan.
4. Perawat dan lingkungan Masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap mempunyai inisiatif, dan
dapat berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah
sosial yang terjadi di masyarakat.
5. Perawat dan Sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja, baik
tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di luar keperawatan. Perawat dapat
melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa
terancam.
6. Perawat dan Profesi Keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar
praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara
profesional. Perawat, sebagai anggota organisasi profesi, berpartisipasi dalam
memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktek
keperawatan.
H. Fungsi Hukum dalam pelayanan keperawatan
1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
2. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain
3. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.
I. Masalah Hukum dalam Praktik Keperawatan
Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah diidentifikasi oleh para
ahli. Beberapa masalah yang dibahas secara singkat disini meliputi :
1. Menandatangani Pernyataan Hukum.
Perawat seringkali diminta menandatangi atau diminta untuk sebagai saksi. Dalam
hal ini perawat hendaknya tidak membuat pernyataan yang dapat diinterprestasikan
menghilangkan pengaruh. Dalam kaitan dengan kesaksian perawat disarankan
mengacu pada kebijakan rumah sakit atau kebijakan dari atasan.
2. Format Persetujuan (Consent).
Berbagai format persetujuan disediakan oleh institusi pelayanan dalam bentuk
yang cukup bervariasi. Beberapa rumah sakit memberikan format persetujuan pada
awal pasien masuk rumah sakit yang mengandung pernyataan kesanggupan pasien
untuk dirawat dan menjalani pengobatan. Bentuk persetujuan lain adalah format
persetujuan operasi. Perawat dalam proses persetujuan ini biasanya berperan sebagai
saksi. Sebelum informasi dari dokter ahli bedah atau perawat tentang tindakan yang
akan dilakukan beserta resikonya.
3. Report
Setiap kali perawat menemukan suatu kecelakaan baik yang mengenai pasien,
pengunjung maupun petugas kesehatan, perawat harus segera membuat suatu laporan
tertulis yang disebut incident report. Dalam situasi klinik, kecelakaan sering terjadi
misalnya pasien jatuh dari kamar mandi, jarinya terpotong oleh alat sewaktu
melakuakan pengobatan, kesalahan memberikan obat dan lain-lain.
Dalam setiap kecelakaan, maka dokter harus segera diberi tahu. Beberapa
rumah sakit telah menyediakan format untuk keperluan ini. Bila format tidak ada maka
kejadian dapat ditulis tanpa menggunakan format buku. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pencatatan incident report antara lain
a. Tulis kejadian sesuai apa adanya
b. Tulis tindakan yang anda lakukan
c. Tulis nama dan tanda tangan anda dengan jelas
d. Sebutkan waktu kejadian ditemukan
4. Pencatatan
Pencatatan merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak lepas dari asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Pencatatan merupakan salah satu
komponen yang penting yang memberikan sumber kesaksian hukum. Betapapun
mahirnya keterampilan anda dalam memberikan perawatan, jika tidak dicatat atau
dicatat tetapi tida lengkap, tidak dapat membantu dalam persidangan. Setiap selesai
melakukan suatu tindakan maka perawat harus segera mencatat secara jelas tindkan
yang dilakukan dan respon pasien terhadap tindakan serta mencantumkan waktu
tindakan diberikan dan tanda tangan yang memberikan tindakan.
5. Pengawasan Penggunaan Obat
Pemerintah Indonesia telah mengatur pengedaran dan penggunaan obat. Obat
ada yang dapat dibeli secara bebas dan ada pula yang dibeli harus dengan resep
dokter. Obat-obat tersebut misalnya narkotik disimpan disimpan ditempat yang aman
dan terkunci dan hanya oprang-orang yang berwenang yang dapat mengeluarkannya.
Untuk secara hukum hanya dapat diterima dalam pengeluaran dan penggunaan obat
golongan nartkotik ini, perawat harus selalu memperhatikan prosedur dan pncatatan
yang benar
6. Abortus Dan Kehamilan Diluar Secara Alami
Abortus merupakan pengeluaran awal fetus pada periode gestasi sehingga fetus
tidak mempunya kekuatan untuk bertahan hidup. Abortus merupakan tindakan
pemusnahan yang melanggar hukum, atau menyebabkan lahir prematur fetus manusia
sebelum masa lahir secara alami.
Abortus telah menjadi masalah internasional dan berbagai pendapat telah
diajukan baik yang menyetujui maupun yang menentang. Factor-faktor yang
mendorong abortus antara lain karena :
a. Pemerkosaan
b. Pria tidak bertanggung jawab
c. Demi kesehatan mental
d. Kesehatan tubuh
e. Tidak mampu merawat bayi
f. Usia remaja
g. Masih sekolah
h. Ekonomi
Yang dimaksud dengan kelahiran yang diluar secara alami meliputi kelahiran yang
diperoleh dengan tidak melalui hubungan intim suami istri sebagai mana mestinya.
Misalnya melalui fertilisasi invirto (bayi tabung).
7. Kontroversi Aborsi
Aborsi di Indonesia masih merupakan perbuatan yang secara jelas dilarang,
terkecuali jika ada indikasi medis tertentu yang mengakibatkan terancamnya hidup dari
sang Ibu. Di dunia Internasional sendiri dikenal dua kelompok besar yaitu pro life (yang
menentang aborsi) dan pro choice (yang tidak menentang aborsi) berikut dengan
berbagai argumentasi yang melatarbelakanginya.
Di Indonesia sendiri, meski aborsi dilarang, namun tetap banyak perempuan-
perempuan yang melakukan aborsi. Baik dilakukan berdasarkan indikasi medis tertentu
maupun indikasi non medis.
Dalam aborsi, kami cenderung melihatnya dari sisi non moral, karena problem
moral haruslah diletakkan dalam koridor moral semata dan tentu bukan dalam koridor
moral yang dimasukkan unsur-unsur hukum. Beberapa contoh bagaimana terkadang
moral dan hukum, dalam pandangannya, tidak mampu untuk menjawab persoalan
persoalan ini.
Contoh A: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata mendapatkan kehamilan
yang tidak dia inginkan. Perempuan ini merupakan korban perkosaan dalam terminologi
adanya kekuatan yang melakukan pembersihan etnis dimana dia adalah salah satu
etnis yang hendak disapu bersih.
Contoh B: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata mendapatkan kehamilan
yang tidak dia inginkan. Perempuan ini merupakan korban perkosaan dalam konteks
kejahatan dalam keluarga.
Contoh C: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata mendapatkan kehamilan
yang tidak dia inginkan. Perempuan ini merupakan korban perkosaan dalam konteks
kejahatan di lingkungan kerja. Dia sendiri sudah bersuami dan memiliki anak-anak yang
baik dan lucu-lucu.
Contoh D: Seorang perempuan yang diperkosa ternyata mendapatkan kehamilan
yang tidak dia inginkan. Perempuan ini merupakan korban perkosaan dalam konteks
kejahatan biasa. Dia diperkosa karena ada perampok yang memasuki rumahnya.
Contoh E: Seorang perempuan yang hendak melangsungkan perkawinan,
ternyata telah hamil sebelum perkawinannya berlangsung. Sementara calon suaminya
sendiri kabur entah kemana dan tak dapat dilacak kembali
Jika perempuan-perempuan ini diharuskan memelihara kehamilannya, kami yakin dia
akan menanggung beban psikologis yang berat dan melahirkan anak yang tidak
diinginkan akan merupakan beban dan pukulan kedua yang berat bagi mereka. Dan
bisa jadi anak yang dilahirkannya malah tidak diurus dengan baik, baik oleh dirinya
maupun keluarganya. Kalau sudah begini terjadi lingkaran kekerasan yang tak ada
habisnya
8. Kematian dan Masalah yang Terkait
Masalah hukum yang berkaitan denagn kematian antara lain meliputi pernyataan
kematian, bedah mayat/otopsi dan donor organ. Kematian dinyatakan oleh dokter dan
ditulis secara sah dalam surat pernyataan kematian.
Surat pernyataan ini biasanya dibuat beberapa rangkap dan keluarga mendapat
satu lembar untuk digunakan sebagai dasar pemberitahuan kepada kerabat serta
keperluan ansuransi. Pada keadaan tertentu misalnya untuk keperluan keperluan
peradilan, dapat dilakukan bedah mayat pada orang yang telah meninggal.
J. Mencegah Masalah Hukum dan Etika yang Terkait dengan
Pelayanan Keperawatan
1. Strategi Penyelesaian Masalah Hukum
Malpraktik masih menjadi topik dalam dunia kesehatan. Berbagai praktik
kesehatan termasuk keperawatan ini sudah diarahkan untuk mencegah terjadinya
malpraktik. Berbagai UU praktik kesehatan telah mulai diupayakan untuk memberikan
arahan bagi praktik professional dan perlindungan bagi praktik kesehatan. Peradilan
profesi semakin banyak dibicarakan bagi pemikir hukum kesehatan (misalnya
PERHUKI dan pemerintah) yang nantinya dapat memberikan pengayoman hukum bagi
tenaga kesehatan dan bagi masyarakat.
Masalah hukum memang merupakan hal yang kompleks karena menyangkut
nasib manusia. Menanggapi hal ini kita jadi ingat slogan lama “mencegah lebih baik dari
pada mengobati”. Kiranya mencegah masalah hukum lebih baik dari pada memberikan
sanksi hukum. Untuk ini sebagai perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam
mencegah hukum.
2. Strategi Penyelesaian Masalah Etik.
Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter
tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat
menyebabkan masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan
pada pasien dan kenyamanan kerja. (Mac Phail, 1988)Salah satu cara menyelesaikan
permasalahan etis adalah dengan melakukan rounde ( Bioetics Rounds ) yang
melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk menyelesaikan
masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan
terdapat permasalahan etis.
3. Pembuatan Keputusan dalam Dilema Etik.
Menurut Thompson dan Thompson (1985). dilema etik merupakan suatu masalah
yang sulit untuk diputuskan, dimana tidak ada alternative yang memuaskan atau suatu
situasi dimana alternative yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam
dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Dan untuk membuat keputusan etis,
seseorang harus bergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh beberapa ahli yang pada
dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan dengan pemecahan masalah
secara ilmiah.
Setiap perawat harus dapat mengintegrasikan dasar-dasar yang dimilikinya
dalam membuat keputusan termasuk agama, kepercayaan atau falsafah moral tertentu
yang menyatakan hubungan kebenaran atau kebaikan dengan keburukan. Beberapa
orang membuat keputusan dengan mempertimbangkan segi baik dan buruk dari
keputusannya, ada pula yang membuat keputusan berdasarkan pengalamannya.
a. Teori dasar pembuatan keputusan Etis
1) Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani telos, berarti akhir). Istilah teleo¬logi dan
utilitarianisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi me¬rupakan suatu doktrin
yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi
yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan The end justifies
the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi.
Teori ini menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan
ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987). Teori teleologi atau
utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule utili¬tarianisme dan act utilitarianisme.
Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan tergantung pada
sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan pada manusia.
Act utilita¬rianisme bersifat lebih terbatas; tidak melibatkan aturan umum tetapi
berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu, dengan pertimbangan terhadap
tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau
ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu. Contoh penerapan teori ini misalny a bayi-
bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban di
masyarakat.
2) Deontologi (Formalisme)
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi
atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau
konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteknya di
sini perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat
memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah.
Kant berpendapat prinsip-prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus
bersifat universal, tidak kondisional, dan imperatif. Kant percaya bahwa tindakan
manusia secara rasional tidak konsisten, kecuali bila aturan-aturan yang ditaati bersifat
universal, tidak kondisional, dan imperatif. Dua aturan yang diformulasi oleh Kant
meliputi: pertama, manusia harus selalu bertindak sehingga aturan yang merupakan
dasar berperilaku dapat menjadi suatu hukum moral universal. Kedua, manusia harus
tidak memperlakukan orang lain secara sederhana sebagai suatu makna, tetapi selalu
sebagai hasil akhir terhadap dirinya sendiri. Contoh penerapan deontologi adalah
seorang perawat yang yakin bahwa pasien harus diberitahu tentang apa yang
sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain
misalnya seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan
agamanya yang melarang tindakan membunuh.
Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan
pertimbangan, misalnya seperti tindakan abortus dilakukan untuk menyela-matkan
nyawa ibu, karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi)
merupakan tindakan yang secara moral buruk. Secara lebih luas, teori deontologi
dikembangkan menjadi lima prinsip penting; kemurahan hati, keadilan, otonomi,
kejujuran, dan ketaatan
b. Kerangka dan strategi pembuatan keputusan etis.
Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu persyaratan
bagi perawat untuk menjalankan praktek keperawatan professional dan dalam
membuat keputusan etis perlu memperhatikan beberapa nilai dan kepercayaan pribadi,
kode etik keperawatan, konsep moral perawatan dan prinsip-prinsip etis.
Beberapa kerangka pembuatan keputusan etis keperawatan dikembangkan
dengan mengacu pada kerangka pembuatan keputusan etika medis
Beberapa kerangka disusun berdasarkan posisi falsafah praktik keperawatan,
sementara model-model lain dikembangkan berdasarkan proses pemecahan masalah
seperti yang diajarkan di pendidikan keperawatan. Berikut ini merupakan contoh model
yang dikembangkan oleh Thompson dan Thompson dan model oleh Jameton. Metode
Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan etika keperawatan yang
berkaitan dengan asuhan keperawatan pasien. terdiri dari lima tahap:
1) Identifikasi masalah.
2) Perawat harus mengumpulkan data tambahan.
3) Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan.
4) Pembuat keputusan harus membuat keputusan.
5) Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil.
Sedangkan Pembuatan keputusan/pemecahan dilema etik menurut, Kozier, erb
(1989), adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan data dasar; untuk melakukan ini perawat memerlukan pengumpulan
informasi sebanyak mungkin, dan informasi tersebut meliputi: Orang yang terlibat,
Tindakan yang diusulkan, Maksud dari tindakan, dan konsekuensi dari tindakan yang
diusulkan.
2) Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
3) Membuat tindakan alternative tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
4) Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
keputusan yang tepat
5) Mendefinisikan kewajiban perawat
6) Membuat keputusan.
DILEMA ETIK DALAM KEPERAWATAN KRITIS
A. PENGERTIAN1. Etik
Etik adalah cara bagaimana seseorang menetapkan norma atau standar kehidupan seseoarang dan yang seharusnaya dilakukan (Mandla, Boyle dan O’Donohoe. 1994).
2. Dilema EtikDilema Etik adalah suatu masalah yang melibatkan masalah dua atau lebih landasan moral atau tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya.
3. Dilema Etik dalam Keperawatan KritisMerupakan suatu tindakan yang harus diputuskan oleh perawat dalam menangani kasus pasien perawatan kritis dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai yang dipegang oleh keluarga.
B. PRINSIP ETIK DALAM MENGAMBIL KEPUTUSANSebagaimana yang tercermin dalam model pengambilan keputusan,
prinsip-prinsip etika yang relevan harus dipertimbangkan ketika dilema etik muncul. Terdapat beberapa prinsip-prinsip etik yang terkait dam pengaturan perawatan kritis, prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan hormat dan martabat bagi semua yang terlibat dalam pengambialn keputusan.
1. Menghargai otonomi (facilitate autonomy)Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan
hidup individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang didiperlukan dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah
menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah kepentingannya. (Curtin, 2002). Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan Rumah SAkit, ekonomi, tersedianya informsi dan lain-lain (Priharjo, 1995). Contoh: Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan.
2. Kebebasan (freedom)Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan pihak lain (Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas menentukan pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik.Contoh : Klien dan keluarga mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan keperawatan yang diberikan.
3. Kebenaran (Veracity) à truthMelakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika
yang tidak bertentangan (tepat, lengkap). Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987) didefinisikan sebagai menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun hubungan saling percaya dengan pasien. Perawat sering tidak memberitahukan kejadian sebenarnya pada pasien yang memang sakit parah. Namun dari hasil penelitian pada pasien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa pasien ingin diberitahu tentang kondisinya secara jujur (Veatch, 1978).Contoh : Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku dimana klien dirawat.
4. Keadilan (Justice)Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991).
Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip dari keadilan
menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka.
Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan yang dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK
5. Tidak Membahayakan (Nonmaleficence) Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau
membahayakan orang lain.(Aiken, 2003). Contoh : Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus dipasang side driil.
6. Kemurahan Hati (Benefiecence)Menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan
merugikan/membahayakan dari tindakan yang dilakukan. Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien. Prinsip ini sering kali sulit diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan sering memberikan dampak yang merugikan pasien, serta tidak adanya kepastian yang jelas apakah perawat bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan pasien.Contoh: Setiap perawat harus dapat merawat dan memperlakukan klien dengan baik dan benar.
7. Kesetiaan (fidelity) Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan
tanggung jawab, memenuhi janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan perhatian/kepedulian. Peduli kepada pasien merupakan salah satu dari prinsip ketataatan. Peduli pada pasien merupakan komponen paling penting dari praktek keperawatan, terutama pada pasien dalam kondisi terminal (Fry, 1991). Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam memberi asuhan keperawatan dengan
pendekatan individual, bersikap baik, memberikan kenyamanan dan menunjukan kemampuan profesional
Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka tidak boleh mengingkari janji tersebut.
C. TANGGUNGJAWAB LEGAL DALAM KEPERAWATAN KRITISSelain kewajiban etik perawat pada keperawatan kritis harus memiliki
tanggung jawab dan tanggunggugat kepada pasien beberapa masalah hukum yang melibatkan perawat diantaranya:
1. Lisensi Perawat yang terlibat dalam keperawatn kritis harus memiliki lisensi
sebagai standar bahwa perawat tersebut dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap pasien yang ditangani. Lisensi ini dibutuhkan pada keperawatan kritis diantaranya lisensi dari PPNI yang didapatkan dengan melalui ujian kompetensi, lisensi pelatihan keperawatn gawat darurat (pelatihan PPGD) .
2. Tuntutan perkara Perawat dalam melaksanakan perawatn kritis harus memperhatikan
segala prosedur yang ada. Ketika perawat tidak dapat melaksanakan tugas dengan benar maka akan terjadi tuntutan atau masalah-masalah hukum. Masalah hukum yang dapat dihadapi dapat berupa pidana atau perdata. Oleh karena itu perawat kritis dalam melakukan keperawatan kritis harus bersikap baik pada pasien ataupun keluarga.
A. LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN MASALAH DILEMA ETIK
E. MASALAH ETIK DAN LEGAL1. Informed consent
Implementasi dari informed consent terdiri dari tiga unsur yakni kompetensi, sukarela, dan pengungkapan informasi. Kompetensi mengacu pada kemampuan seseorang untuk memahami informasi mengenai perawatan medis atau perawatan yang diusulkan. Kemampuan pasien untuk memahami informasi yang relevan merupakan prasyarat penting untuk partisipasi pasien dalam proses pengambilan keputusan dan harus dievaluasi secara cermat sebagai bagian dari proses informed consent. Pasien memberikan informed consent harus bebas dari rasa tertekan (paksaan). Pasien kritis biasanya tidak memiliki kapasitas mental untuk memberikan informed consent karena sifat penyakit atau pengobatan yang dilakukan. Jika pasien tidak mampu secara mental, maka informed consent diperoleh dari keluarga terdekat atau pihak yang ditunjuk oleh penasehat hukum pasien.
Persetujuan harus diberikan secara sukarela, tanpa paksaan atau penipuan, untuk persetujuan secara hukum yang mengikat. Sukarela yang dimaksudkan termasuk kebebasan dari tekanan anggota keluarga, penyedia layanan kesehatan, dan penanggung jawab biaya. Orang yang melakukan persetujuan harus berdasarkan pada keputusan mereka pada pengetahuan yang cukup. Informasi dasar dianggap perlu untuk pengambilan keputusan, meliputi:
1. Diagnosis masalah kesehatan pasien yang spesifik.2. Durasi dan tujuan dari pengobatan atau prosedur yang diusulkan.3. Kemungkinan kesembuhan dari intervensi yang diusulkan. 4. Manfaat dari intervensi medis atau keperawatan.5. Potensi risiko yang umumnya dianggap berbahaya6. Alternatif intervensi dan kelayakannya.7. Prognosis jangka pendek dan jangka panjang jika tidak bersedia dilakukan
intervensi yang diusulkan.Tugas perawat tidak memberikan informasi pada pasien untuk
memperoleh informed consent, karena itu adalah peran dokter yang menangani pasien tersebut. Tanggung jawab perawat adalah untuk menyaksikan penandatanganan pada informed consent. Jika pasien belum
jelas mengenai keterangan informed concent atau penjelasan-penjelasan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan dan pengobatan yang diusulkan perewat berkewajiban untuk menerangkan kembali sehingga pasien itu paham. Walaupun kadang kala itu akan mengganggu hubungan antara perawat dengan tim medis tertentu. Penjelasan yang diberikan perawat ini berdasarkan dari prinsip etik dan peran perawat.
2. Keputusan mengenai tindakan mempertahankan hidupBagi pasien yang menderita masalah kesehatan yang menyangkut
kelangsungan dan kualitas hidup diperlukan keputusan yang tidak mengesampingkan hak-hak dari pasien. Masalah-masalah kritis seperti koma, kematian otak, CPR dan DNR biasanya banyak memerlukan keputusan yang menyangkut dilema etik. Keputusan yang diambil oleh tenaga medis harus sesuai dengan keinginan dan keputusan yang telah disepakati dengan keluarga.
3. Masalah Kematian Dan Menjelang Ajala. Patient self- determinatioan Act
Perawat dan pasien harus lebh awal dalam mendiskusikan surat resmi (advance directives) dari pasien ketika kesehatan pasien masih dalam kondisi yang lebih baik tidak dalam masa keritis. Hal ini dikarenakan keputusan yang akan diambil akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk mendiskusikan proses pembuatan keputusan. Perawat harus menghormati keputusan dan keingnan pasien dalam mengakhiri hidupnya, perawat juga harus menghormati persepsi pasien mengenai kualitas hidup dalam perawatan diakhir hidupnya dan menurut keyakinan atau adat dar masing – masing pasien.b. Advance directive
Pengajuan surat resmi adalah komunikasi spesifik tentang tindakan medic yang dipilih oleh pasien.beberapa tipe pengajuan surat resmi yang biasa ada yaitu surat perintah untuk melakukan DNR, perintah
menghentikan kehidupan, surat wasiat dll.hal ini penting bag perawat untuk mengetahui jenis surat atau perintah yang ditandatangani atau dimiliki pasien dan pengajuan itu harus didikuti. Jika hal ini tidak dipatuhi atau dilaksanakan akan mengakibatkan gugatan.
4. Transplantasi Organ dan jaringanMetode bedah semakin berkembang dan terapi obat immunosupresive
semakin efektif dalam meningkatkan jumlah maupun jenis organ dan jaringan yang berhasil ditransplantasikan .
profesi perawatan kritis harus memastikan bahwa keputusan untuk menarik perawatan diri dibuat secara terpisah dari keputusan untuk menyumbangkan organ. Disamping itu, donor jantung setelah kematian sering dilakukan dalam operasi. anggota perawatan kritis perlu membuat rencana perawatan pasien meninggal sebagai mana mestinya. pendonor harus meninggal sesuai dengan kebijakan rumah sakit yang ditentukan sebelum pengadaan organ. Tidak adanya proses pengadaan organ menjadi penyebab langsung kematian.
a. etika kekhawatiran seputar transpantationOrgan dan jaringan transplantasi melibatkan banyak masalah etika dan
sangat kompleks. pertimbangan pertama melibatkan hak – hak dari pendonor, penerima donor dan keluarga. Dalam hal ini prinsip etik menjadi penting karena berguna untuk menghormti orang yang teribat dalam pengambilan keputusan etis mengenai transplantasi.
F. PEMBAHASAN KASUS Ny. M seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai seorang anak
umur 4 tahun, Ny.M. berpendidikan SMA, dan suami Ny.M bekerja sebagai PNS di suatu kantor kelurahan. Saat ini Ny.M dirawat di ruang kandungan sejak 3 hari yang lalu.Sesuai hasil pemeriksaan Ny.M positif menderita kanker rahim grade III, dan dokter merencanakan untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker rahim. Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.M. Menjelang dua hari operasi, Ny.M hanya diam dan tampak cemas dan binggung dengan rencana operasi yang akan dijalaninnya. Dokter hanya menjelaskan bahwa Ny.m harus dioperasi karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan dan dokter memberitahu perawat kalau Ny.M atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang akan menjelaskannya. Saat menghadapi hal tersebut Ny.M berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang merawatnya. Ny.M bertanya kepada perawat beberapa hal, yaitu: “apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih ingin punya anak. “apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah operasi saya bisa diundur dulu suster” Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab secara singkat,“ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi”
“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain”
“yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…”“Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan dokternya…ya.” Dan setelah menjawab beberapa pertanyaan Ny.M. perawat memberikan surat persetujuan operasi untuk ditanda tangani, tetapi Ny.M mengatakan “saya menunggu suami saya dulu suster”, perawat mengatakan “secepatnya ya bu… besok ibu sudah akan dioperasi”tanpa penjelasan lain, perawat meninggalkan Ny.M.
Sehari sebelum operasi Ny.M berunding dengan suaminya dan memutuskan menolak operasi dengan alasan, Ny.M dan suami masih ingin punya anak lagi. Dengan penolakan Ny.M dan suami, perawat mengatakan pada Ny.M dan suami” Ibu ibu tidak boleh begitu, ibu harus dioperasi agar penyakit ibu tidak parah, kita hanya berusaha” dan perawat meninggalkan pasien dan suami tanpa penjelasan apapun. Dan setelah penolakan pasien tersebut, perawat A datang ke Kepala ruangan dan mengatakan bahwa Ny.M menolak untuk operasi. Ny.M masih ragu karena dokter belum menjelaskan rencana operasi yang akan dilakukan, Kepala ruangan bertanya kepada perawat A “kenapa tidak dijelaskan” Perawat A menjawab “pesan dokter, saya tidak boleh menjelaskan tentang operasi tersebut, disuruh menunggu dokter…”, kepala ruangan mengatakan “ kalau begitu buat surat pernyataan saja” dan kita sampaikan ke dokter bedahnya. Dan sampai saat ini dokter belum menjelaskan operasi yang akan dilakukan pada Ny.M dan keluarga. Dan akhirnya pasien pulang. Beberapa hari kemudian Rumah Sakit mendapat surat keluhan dari keluarga Ny.M yang berisi ketidakpuasan dari pelayanan dimana Ny.M dirawat. Oleh karena itu pihak Rumah Sakit (pimpinan) menanggapi surat tersebut dan berusaha mencari tahu kebenaran kasus yang tejadi pada Ny.M dan akan mengambil tindakan bila ada unsure pelanggaran kode etik dalam pelayanan kesehatan yang dilakukan staff Rumah Sakit.
Sekilas berkaitan dengan ruangan, kepala ruangan adalah Ners S1 yang bekerja telah lima tahun dan perawat A, adalah perawat lulusan DIII baru bekerja diruang tersebut dua tahun.
G. ANALISA KASUSHal pertama yang harus dilakukan oleh tim pencari fakta adalah mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan beberapa informasi yang diperlukan, baik dari internal maupun exsternal ruangan termasuk staf yang terlibat, perawat primer, kepala ruangan dan dokter yang merawat dan pasien/keluarga. Hal-hal lain yang menyangkut prinsip-prinsip moral dalam pemberian asuhan keperawatan dan berkaitan dengan standarisasi asuhan keperawatan yang diberikan (SOP). Pada kasus yang melibatkan Ny.M dapat dianalisa dengan beberapa hal menyangkut nilai-nilai etika, prinsip moral dalam professional keperawatan, Kode etik keperawatan (PPNI), hak-hak pasien, hak dan kewajiban perawat dan juga bentuk standar praktek keperawatan yang harus dilaksanakan pada pasien yang akan menjalani operasi. Bila diidentifikasi masalah-masalah yang mungkin merupakan pelanggaran etik yang terjadi dan merupakan data dari informasi yang dibutuhkan, adalah sebagai berikut:
1. Berkaitan dengan prinsip-prinsip moral/etik dalam praktek keperawatan, yaitu:
a. Otonomi pasienPrinsip autonomy menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang diperlukan dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah kepentingannya. Seperti telah banyak dijelaskan dalam teori bahwa otonomi merupakan bentuk hak individu dalam mengatur keinginan melakukan kegiatan atau prilaku. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Pada kasus Ny.M. bahwa pasien menginginkan informasi yang banyak tentang tindakan operasi yang akan dilakukan terhadap dirinnya, informasi-informasi yang dibutuhkannya karena Ny.M berkeinginan bahwa ia masih ingin punya anak lagi dan bila operasi dilakukan berarti pasien merasa tidak
akan mempunyai anak lagi. Tetapi keinginan pasien untuk mendapat informasi yang lebih banyak tidak terpenuhi, hal inilah yang menjadi dilema bagi pasien sementara itu kondisi sakitnya akan membuat Ny.M tidak tertolong lagi.
Penolakan Ny.M dan keluarga untuk dilakukan operasi merupakan hak pasien tetapi, hak dan kewajiban perawat juga untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal dengan membantu penyembuhan pasien yaitu dengan jalan dilakukan operasi.
b. Advokasi perawat terhadap pasienAdvokasi merupakan salah satu peran perawat dalam menjalankan
praktek keperawaatan dan asuhan keperawatannya. Perawat seharusnya memberikan penjelasan lebih rinci dan mendukung pasien agar dapat berkonsultasi kepada tim dokter yang akan melakukan operasinya.
Advoaksi perawat yang dapat dilakukan pada kondisi kasus Ny.M, dapat berupa: penjelasan yang jelas dan terinci tentang kondisi yang dialami Ny.M, melakukan konsultasi dengan tim medis berkaitan denganmaslah tersebut, juga harus disampaikan bahwa Ny.M ingin mempunyai anak lagi. Bentuk-bentuk advokasi inilah yang memungkinkan tim baik keperawatan dan medis akan bersama menjelaskan dengan lengkap dan baik. Bentuk advokasi lainnya adalah Perawat ruangan dapat membuat tim keperawatan dan medis dan dapat menberikan informasi dan komunikasi yang baik pada pasien.
2. Berkaitan hak-hak pasienPada teori telah dijelaskan bahwa pasien juga mempunyai hak-hak yang
harus diperhatikan oleh perawata dalam praktek keperawatan, diantarannya yang berhubungan dengan kasus Ny.M. Pasien berhak mendapatkan informasi yang lengkap jelas, pasien berhak memperoleh informasi terbaru baik dari tim medis dan perawat yang mengelolannya, pasien juga berhak untuk memilih dan menolak pengobatan ataupun asuhan bila merasa dirinnya tidak berkenan.
Ny.M. merasa bahwa dirinya tidak memperoleh informasi yang diharapkannya, pasien berharap banyak informasi dan hal-hal yang
berkaitan dengan kondisinnya sehingga pasien dapat memnentukan pilihannya dengan tepat. Apapun pilihan pasien dan keputusan pasien setelah mendapatkan informasi yang jela merupakan hak automi pasien.
3. Berkaitan Kode Etik Keperawatan (PPNI)a. Kewajiban perawat dalam melaksanakan tugas.
Sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan langsung kepada individu, keluarga dan masyarakat, perawat berkewajiban untuk melaksanakan kode etik profesinya dan menjalankan semua kewajiban yang didasari oleh nilai-nilai moral yang telah diatur dalam profesinya.
Terdapat beberapa kewajiban perawat yang tidak dijalankan dengan baik dalam kasus Ny.M. diantaranya berkewajiban memberikan informasi, komunikasi kepada pasien, memberikan peran perlindungan kepada pasien, perawat wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk dapat menentukan pilihan dan memberikan alternative penyelesaian atas kondisi dan keinginan pasien dalam arti bahwa perawat wajib menghargai pilihan atau autonomi pasien. Sesuai kode etik keperawatan (PPNI) bahwa perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam melaksanakan tugas. Bila kewajiban diatas dapat dilaksanakan dengan baik maka dapat memberikan kesempatan kepada Ny.M dan keluarga dapat berfikir rasional dan logic atas kondisi yang menimpannya.
b. Hubungan Perawat terhadap Pasien, tenaga kesehatan lain (dokter)Sesuai kode etik keperawatan (PPNI) bahwa perawat senantiasa menjaga
hubungan baik antar sesame perawat, pasien dan tenaga kesehatan lain dengan tujuan keserasian suasana dan ligkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Pada kasus Ny.M terdapat beberapa dilema etik yaitu perawat tidak mampu mengambil suatu keputusan yang terbaik dari intruksi yang telah disampaikan oleh dokter seharusnya perawat mengklarifikasi atas apa yang disampaikan oleh tim medis. Dan perlunya tim konsultasi yang berkaitan dengan masalah-masalah yang terggambar pada kasus Ny.M. tim inilah yang
merupakan kelompok yang baik sebagai tempat untuk menjelaskan kondisi pasien. Tim inipun akan memberikan alternatif-alternatif atau masukan yang berarti tentang dampak dari tindakan dan bila tidak dilakukan tindakan. Tim ini juga terdiri dari beberapa profesi yaitu: medis, keperawatan, dan tenaga lain yang berkaitan dengan masalah Ny.M. Hubungan yang baik harus diciptakan sehingga pada setiap interaksi dengan pasien terjadi komunikasi yang terintegrasi dan menyeluruh sehingga informasi yang diberikan kepada pasien dapat sama dan saling menunjang.
4. Berkaitan nilai-nilai praktek keperawatan professional.Secara teori dikatakan bahwa nilai-nilai professional perawat harus selalu
dijalankan pada setiap berhubungan dan melaksanakan praktek keperawatan, nilai-nilai professional yang dimaksud yaitu Aesthetics, altruism, equality, freedom, human dignity, justice dan truth. Dari kasus Ny.M. dapat dikatakan bahwa perawat ruangan menlanggar nilai-nilai praktek profesionalnya.
Sifat altruism yang ditunjukan pada pasien Ny.M tidak terlihat sama sekali apalagi kepedulian “caring” terhadap Ny.M, seakan perawat mengabaikan pasien, selayaknya perawat menunjukan perhatiannya kepada pasien terhadap isu/kondisi saat ini sehingga dampak dari tindakan/pengobatan dapat melegakan bagi pasien. Disamping itu nilai kebebasan dalam menentukan sikap terhadap tindakan/pengobatan yang diambil oleh tim medis seharusnya perawat menggunakan kapasitasnya secara independent, confidence, serta menghargai hak pasien.
Nilai yang lain adalah menghargai martabat manusia dengan sikap empathy, respect full, yang dapat dijalankan oleh perawat menghadapi kasus Ny.M. penting dalam melindungi hak individu, memperlakukan pasien sesuai keinginannya. Disamping nilai-nilai tersebut penting juga berkata jujur sesuai kebenaran, walaupun kadang-kandang kebenaran itu akan memberikan dampak yang tidak selalu baik, tetapi dalam nilai kebenaran ini yang penting adalah perlu dilihat kondisi, dampak dan apa keinginan pasien sehingga apa yang kita sampaikan kepada pasien dapat diterima dan
dipertimbangkan dengan baik, apapun keputusannya dapat memberikan keduannya hal yang baik yang telah dilaksanakan.
5. Tinjauan dari standar praktek dan SOP Didalam standar praktek keperawatan pada pasien yang akan dilakukan
operasi harus dipersiapkan baik fisik dan mental, termasuk memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana operasi yang akan dilakukan. Saat penanda tanganan persetujuan operasi harus dijelaskan, walaupun kewajiban memberikan informasi hal tersebut adalah dokter yang akan melakukan operasi, tetapi perawat harus tetap mendampingi dan memberikan advokasi dan memberikan penjelasan lain secara lengkap agar pasien dapat menjalani operasi dengan baik. Didalam setiap SOP-pun hal ini telah diidentifikasi beberapa tindakan yang harus dilakukan pada pasien yang akan menjalani operasi, maka harus dilihat lagi apakah SOP di ruangan tersebut telah tersedia dan selalu diperbaharui.H. PENYELESAIAN KASUS
Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. M, dapat diambil salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka pemecahan etik yang dikemukan oleh Kozier, erb. (1989), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengembangkan data dasar dalam hal klarifiaksi dilema etik, mencari informasi sebanyaknya, berkaitan dengan:
a. Orang yang terlibat, yaitu: Pasien, suami pasien, dokter bedah/kandungan, kepala ruangan dan perawat primer.
b. Tindakan yang diusulkan, yaitu: Akan dilakukan operasi pengangkatan kandungan/rahim pada Ny.M. dan perawat primer tidak boleh menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan operasi, menunggu dokter bedahnya.
c. Maksud dari tindakan, yaitu: Agar kanker rahim yang dialami Ny.M dapat diangkat (tidak menjalar ke organ lain) dan pengobatan tuntas.
d. Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan, yaitu: bila operasi tetap dilaksanakan keinginan Ny.M dan keluarga untuk mempunyai anak
kemungkinan tidak bisa lagi dan bila operasi tidak dilakukan penyakit/kanker rahim Ny.M kemungkinan akan menjadi luas. Dan mengenai pesan dokter untuk tidak menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan rencana operasi Ny.M, bila dilaksanakan pesan tersebut, perawat melannggar prinsip-prinsip moral, dan bila pesan dokter tersebut melanggar janji terhadap teman sejawat.
2. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.a. Konflik yang terjadi pada perawat A, yaitu:- Bila menyampaikan penjelasan dengan selengkapnya perawat kawatir akan
kondisi Ny.M akan semakin parah dan stress, putus asa akan keinginannya untuk mempunyai anak.
- Bila tidak dijelaskan seperti kondisi tersebut, perawat tidak melaksanakan prinsip-prinsip professional perawat
- Atas penolakan pasien perawat merasa hal itu kesalahan dari dirinya- Berkaitan dengan pesan dokter, keduanya mempunyai dampak terhadap
prinsip-prinsip moral/etik.- Bila perawat menyampaikan pesan dokter, perawat A melangkahi
wewenang yang diberikan oleh dokter, tetapi bila tidak disampaikan perawat A tidak bekerja sesuai standar profesi.
b. Konflik yang terjadi pada Kepala Ruangan, yaitu:- Berkaitan dengan pesan dokter kondisinya sama dengan perawat primer- Atas penolakan pasien merupakan gambaran manajemen ruangan yang
kurang terkoordinasi dengan baik.- Meninjau kembali SOP pada pasien yang akan dilakukan operasi apakah
masih relevan atau tidak.3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut.
a. Menjelaskan secara rinci rencana tindakan operasi termasuk dampak setelah dioperasi.
b. Menjelaskan dengan jelas dan rinci hal-hal yang berkaitan dengan penyakit bila tidak dilakukan tindakan operasi
c. Memberikan penjelasan dan saran yang berkaitan dengan keinginan dari mempunyai anak lagi, kemungkinan dengan anak angkat dan sebagainnya.
d. Mendiskusikan dan memberi kesempatan kepada keluarga atas penolakan tindakan operasi dan memberikan alternative tindakan yang mungkin dapat dilakukan oleh keluarga.
e. Memberikan advokasi kepada pasien dan keluarga untuk dapat bertemu dan mendapat penjelasan langsung pada dokter bedah, dan memfasilitasi pasien dan kelurga untuk dapat mendapat penjelasan seluas-luasnya tentang rencana tindakan operasi dan dampaknya bila dilakukan dan bila tidak dilakukan.
4. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat.
Perawat tidak membuat keputusan untuk pasien, tetapi perawat membantu dalam membuat keputusan bagi dirinya dan keluarganya, tetapi dalam hal ini perlu dipikirkan, beberapa hal:
a. Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa mereka ditunjuk.
b. Untuk siapa saja keputusan itu dibuatc. Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (social, ekonomi,
fisiologi, psikologi dan peraturan/hukum).d. Sejauh mana persetujuan pasien dibutuhkane. Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan yang
diusulkan.Dalam kasus Ny.M. dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan, jadi
atau tidaknya untuk dilakukan operasi adalah dirinya, dengan memperhatikan faktor-faktor dari pasien, dokter akan memutuskan untuk memberikan penjelasan yang rinci dan memberikan alternatif pengobatan yang kemungkinan dapat dilakukan oleh Ny.M dan keluarga. Sedangkan perawat primer seharusnya bertindak sebagai advokasi dan fasilitator agar
pasien dan keluarga dapat membuat keputusan yang tidak merugikan bagi dirinya, sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan hal terbaik dan memilih alternatif yang lebih baik dari penolakan yang dilakukan.
Bila beberapa kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang penolakan rencana operasi dapat diselesaikan atau diterima oleh pasien setelah mendiskusikan dan memberikan informasi yang lengkap dan valid tentang kondisinya, dilakukan operasi ataupun tidak dilakukan operasi yang jelas pasien telah mendapat informasi yang jelas dan lengkap sehingga hak autonomi pasien dapat dipenuhi serta dapat memuaskan semua pihak. Baik pasien, keluarga, perawat primer, kepala ruangan dan dokter bedahnya.
5. Mendefinisikan kewajiban perawatDalam membantu pasien dalam membuat keputusan, perawat perlu
membuat daftar kewajiban keperawatan yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
a. memberikan informasi yang jelas, lengkap dan terkinib. meningkatkan kesejahteran pasienc. membuat keseimbangan antara kebutuhan pasien baik otonomi, hak dan
tanggung jawab keluarga tentang kesehatan dirinya.d. membantu keluarga dan pasien tentang pentingnya sistem pendukung e. melaksanakan peraturan Rumah Sakit selama dirawatf. melindungi dan melaksanakan standar keperawatan yang disesuikan
dengan kompetensi keperawatan professional dan SOP yang berlaku diruangan.
6. Membuat keputusan.Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah,
mengatasi dilema etik, tim kesehatan perlu dipertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan atau paling tepat untuk pasien. Kalau keputusan sudah ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat keputusan pada keadaan tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat keputusan dilema etik, perlu mengali dahulu
apakah niat/untuk kepentinganya siapa semua yang dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan pasien atau kepentingan pemberi asuhan, niat inilah yang berkaitan dengan moralitas etis yang dilakukan.
Pada kondisi kasus Ny.M. dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan keluarga tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis, menjelaskan secara lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan operasi atau tidak dilakukan operasi. Penjelasan dapat dilakukan melalui wakil dari tim yang terlibat dalam pengelolaan perawatan dan pengobatan Ny.M. Tetapi harus juga diingat dengan memberikan penjelasan dahulu beberapa alternatif pengobatan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi Ny.M sebagai bentuk tanggung jawab perawat terhadap tugas dan prinsip moral profesionalnya. Pasien menerima atau menolak suatu tindakan harus disadari oleh semua pihak yang terlibat, bahwa hal itu merupakan hak, ataupun otonomi pasien dan keluarga.
Pada kasus diatas dapat diputuskan dan disimpulkan, bahwa terjadi pelanggaran etik, dengan alasan-alasan dan informasi yang telah ditelaah, yaitu:
a. Belum ada penjelasan yang lengkap dari perawat dan dokter (Tim) berkaitan dengan tindakan operasi yang akan dilakukan (tidak sesuai dengan SOP atau standar praktek keperawatan)
b. Pasien dan keluarga tidak diberi kesempatan dan mendiskusikan mengenai penyakit, akibat dan tindakan-tindakan yang akan dilakukan terhadapnya
c. Berdasarkan kajian dan hasil analisa kasus bahwa hubungan dokter, perawat dan psien tidak sesuai dengan harapan kode etik keperawatan (PPNI)
d. Terdapat pelanggaran nilai-nilai moral dan professional perawat, meliputi, otonomi, altruism, justice, truh dan lainya
e. Terdapat pelangaran hak-hak pasien, yaitu hak mendapatkan informasi yang valid dan terkini.
Dengan alasan-alasan tersebut dan telah melalui langkah-langkah penyelesaian etik maka Komite etik di Rumah Sakit tersebut harus menentukan tindakan dengan hati-hati dan terencana sesuai tingkat pelanggaran etik yang dilakukan baik terhadap dokter, perawat primer (perawat A) dan kepala ruangan, masing-masing perlu mendapatkan beberapa peringatan atau bentuk pembinaan sesuai tingkat pelanggaran etik masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Guwandi,J. (2002). Hospital Law (Emerging doctrines & Jurisprudence). Jakarta : Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Klein, Sole. 2009. Critical Care Nursing: fifth edition. Unitide Site of America: Sevier.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek. EGC; Jakarta.
(2) Merumuskan norma-norma: harapan dan pedomanperilaku.(3) Menyediakan alat ukur pantau kinerja tenaga keperawatan.(4) Memelihara dan meningkatkan kompetensi untukmeningkatkan kinerja anggota.(5) Membina dan menangani hal-hal yang berkaitan denganetika profesi keperawatan.(6) Mewujudkan komunitas profesi keperawatan.(7) Merumuskan sistem rekruitmen dan retensi staf.2. Fungsi Utama Komite Etik PPNI(1) Untuk memberikan pendidikan dalam etik untuk kelompokmasyarakat yang berbeda : klien, keluarga, professional,staf institusi, dan anggota komunitas.(2) Untuk mendukung institusi dalam perkembangan danpeninjauan kebijakan yang berhubungan dengan tamggungjawab etik.(3) Untuk menyakinkan bahwa kebijakan tersebut diimplementasikan dan dipahami oleh kelompok dan praktisimanapun.(4) Untuk berperan sebagai konsultan dalam situasi klientertentu dengan dimensi etik.2.4 Keputusan Moral dalam KeperawatanPengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yangsistematis terhadap hakekat suatu masalah dengan pengumpulanfakta-fakta dan data, menentukan alternatif yang matang untuk14mengambil suatu tindakan yang tepat. Ada lima hal yang perludiperhatikan dalam pengambilan keputusan :1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secarakebetulan.2. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi
harus berdasarkan pada sistematika tertentu :a. Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusanyang akan diambil.b. Kualifikasi tenaga kerja yang tersediac. Falsafah yang dianut organisasi.d. Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akanmempengaruhi administrasi dan manajemen di dalamorganisasi. 3. Masalah harus diketahui dengan jelas.4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yangterkumpul dengan sistematis.5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dariberbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang.Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan padakelima hal diatas, akan menimbulkan berbagai masalah :1. Tidak tepatnya keputusan.2. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengankemampuan organisasi baik dari segi manusia, uang maupunmaterial3. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak adasinkronisasi antara kepentingan organisasi dengan orang-orangdi dalam organisasi tersebut.4. Timbulnya penolakan terhadap keputusan.http://dokumen.tips/documents/peran-komite-etik-komite-etik-ppni-teori-etik-jenis-etik.html
http://dokumen.tips/documents/peran-komite-etik-komite-etik-ppni-teori-etik-jenis-etik.html