147
DAMPAK GAYA POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS VII B “Appreciation” SMP JOANNES BOSCO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika DISUSUN OLEH : CHRESENSIA CHRISTANA ATOK 091424007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMFAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAMPAK GAYA POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI … fileada di kelas VII B “Appreciation” SMP Joannes Bosco, (3) Dampak gaya pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar fisika

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

DAMPAK GAYA POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI

BELAJAR IPA SISWA KELAS VII B “Appreciation” SMP JOANNES

BOSCO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

DISUSUN OLEH :

CHRESENSIA CHRISTANA ATOK

091424007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAMFAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

Keluarga, terima kasih atas doa dankesabaran yang telah diberikan.

Teman - teman pendidikan fisika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

ABSTRAK

Chresensia, Atok. 2015. Dampak Gaya Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi

Belajar IPA Siswa SMP Joannes Bosco di Kelas VII Appreciation

Yogyakarta.Skripsi S-1. Yogyakarta: Pendidikan Fisika.

JPMIPA.FKIP.Universitas Sanata Dharma.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Prestasi belajar fisika siswa

kelas VII B “Appreciation” SMP Joannes Bosco, (2) Gaya pola asuh orang tua apa saja yang

ada di kelas VII B “Appreciation” SMP Joannes Bosco, (3) Dampak gaya pola asuh orang tua

terhadap prestasi belajar fisika siswa di kelas VII B “Appreciation” SMP Joannes Bosco.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16, 17, 30, 31 Maret 2015, 7, 9, 14, 20, 21,

23, 27, 28 April 2015, dan 21, 25 Mei 2015 di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.Sampel

penelitian adalah seluruh siswa kelas VII Appreciation dengan jumlah 28 siswa.Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, angket, dan dokumentasi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Data angket gaya pola asuh orang tua

dan data nilai raport siswa diolah menggunakan SPSS 16. Hasil dari penelitian menunjukkan

bahwa: (1) Koefisien korelasi pearsonnya adalah -0,137, tidak signifikan untuk α = 0,05

karena p = 0,487 lebih besar dari 0,05 jadi secara umum tidak ada dampak gaya pola asuh

orang tua terhadap prestasi belajar, (2) Hasil analisis dari masing – masing gaya pola asuh

ditemukan bahwa koefisien korelasi gaya pola asuh otoriter – 0,426 dan signifikan untuk alfa

0,05 karena p = 0,024 lebih kecil dari 0,05 jadi berdampak buruk pada prestasi belajar siswa,

sedangkan gaya pola asuh otoritatif, memanjakan, dan mengabaikan tidak berdampak pada

prestasi belajar siswa.

Kata kunci: Gaya pola asuh orang tua, prestasi belajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

ABSTRACT

Chresensia, Atok. The Impact of Caregiving Parenting Style Towards IPA Academic

Achievement of VII Grade “Appreciation” Students In Joannes Bosco

Junior High School During odd Semester In Academic Year 2014/2015.

Thesis S-1. Yogyakarta: Physics Education. JPMIPA.FKIP.Sanata

Dharma Unyversity.

The aims of this research are: (1) to know the physics academic achievement of VII B

grade “Appreciation” students in Joannes Bosco Junior high school, (2) what kind of style of

caregiving parenting in VII B grade “Appreciation” students in Joannes Bosco Junior high

school, (3) the impact of caregiving parenting style towards physics academic achievement

on VII B grade “Appreciation” students in Joannes Bosco Junior high school.

This research was done on 16,17,30,31 March 2015, 7,9,14,20,21,23,27,28 April

2015, and 21,25 May 2015 in Joannes Bosco Junior high school Yogyakarta. The sample of

this research is all students of VII grade Appreciation with 28 students. The technique of

collecting the data in this research are observation, questionnaire, and documentation.

This research is correlation study. The questionnaire data of caregiving parenting style

and the data of students value are processed using SPSS 16. The result of this research shows

that: (1) the coefficient of pearson correlation is -0,137, it is not significant for α= 0,05

because p= 0,487 is bigger than 0,05, so in general there has no impact of caregiving

parenting style towards academic achievement; (2) the result of the analysis from each style

showing that the coefficient of authoritative caregiving parenting style’s correlations is -0,426

and is significant for alfa 0,05 because because p= 0,024 is smaller than 0,05; so there has

negative impact on academic achievement, while the authoritative, pamper and neglect styles

are having no impact on the academic achievement.

Keywords: Caregiving Parenting Style, Academic Achievement

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Bapa atas segala kasih dan rahmatNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “DAMPAK GAYA POLA

ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA

KELAS VII B “Appreciation” SMP JOANNES BOSCO SEMESTER

GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015” dengan baik.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan, Program Studi Pendidikan Fisika.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T. selaku dosen pembimbing yang telah dengan

sabar memberikan bimbingan, pengarahan, masukan kepada penulis sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Orang tua dan keluarga atas dukungan materi, spiritual, dan kasih sayang.

3. Ibu Ag. Nuranisah S, S.Ag selaku kepala sekolah SMP Joannes Bosco Yogyakarta

yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

4. Ibu M. Lolita Oktavia, S.Pd, selaku guru IPA SMP Joannes Bosco, atas segala

bantuan dan dukungan selama peneliti melaksanakan penelitian.

5. Siswa – siswi kelas VII Appreciation SMP Joannes Bosco. Terimakasih atas

kerjasamanya.

6. Segenap staf di sekretariat JPMIPA atas segala bantuannya.

7. Para dosen Pendidikan Fisika, atas segala ilmu yang telah diberikan.

8. Teman – teman Pendikan Fisika dari berbagai angkatan, khususnya angkatan 2009

dan 2011, terimakasih atas kebersamaan dan dukungan.

9. Teman – teman Himpunan keluarga Flobamorata terimakasih atas kebersamaan dan

dukungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

10. Chrisantus Inosensius atas segala bantuannya

11. Sinda Atok atas pengertiannya

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………….. iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………………………….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………………… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………………………… ...vi

ABSTRAK…………………………………………………………………………………...vii

ABSTRACT…………………………………………………………………………………viii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….. ix

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… xi

DAFTAR TABEL………………………………………………………………………….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………….. xv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………......... 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………….... 1

B. Rumusan Masalah……………………………...…………………………………….. 6

C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………………... 6

D. Manfaat Penelitian……………………………………………………………………. 7

E. Batasan Masalah……………………………………………………………………… 7

BAB II DASAR TEORI……………………………………………………………………… 8

A. Pengertian Pola Asuh………………………………………………………………… 8

1. Macam – macam Gaya Pola Asuh……………………………………………….. 8

2. Gaya Pola Asuh Orang Tua, Karakteristik Orang Tua, dan Kecendrungan Perilaku

Anak…………………………………………………………………………….. 14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

B. Pengertian Orang Tua……………………………………………………………….. 16

C. Prestasi Belajar……………………………………………………………………… 17

1. Pengertian Prestasi Belajar……………………………………………………… 17

2. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar………………………….. 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………………... 39

A. Desain Penelitian……………………………………………………………………. 39

B. Populasi dan Sampel penelitian……………………………………………………... 39

1. Populasi………………......................................................................................... 39

2. Sampel…………………………………………………………………………... 40

C. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………………. 40

D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………………….. 40

1. Observasi………………………………………………………………………... 40

2. Angket…………………………………………………………………………... 42

3. Dokumentasi…………………………………………………………………….. 45

E. Validitas……………………………………………………………………………... 45

F. Metode Analisis Data……………………………………………………………….. 46

1. Gaya Pola Asuh Orang Tua……………………………………………………... 46

2. Korelasi…………………………………………………………………………. 47

3. Uji Anova……………………………………………………………………….. 48

BAB IV DATA DAN ANALISIS……………………………………………………… 49

A. Pelaksanaan Penelitian……………………………………………………………… 51

B. Deskripsi Kelas………………………………………………………………………52

C. Data Penelitian……………………………………………………………………… 54

1. Data Observasi………………………………………………………………….. 55

2. Data Angket…………………………………………………………………….. 57

3. Data Dokumentasi………………………………………………………………. 59

D. Analisis……………………………………………………………………………… 60

1. Analisis Gaya Pola Asuh Orang Tua……………………………………………. 60

a. Analisis Data Observasi…………………………………………………….. 60

b. Analisis Data Angket………………………………………………………... 64

2. Analisis Gaya Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Mata Pelajaran IPA…... 73

3. Menganalisis per Gaya Pola Asuh Orang Tua………………………………….. 74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

E. Pembahasan…………………………………………………………………………. 77

BAB V PENUTUP……………………………………………………………………… 82

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….. 82

B. Saran………………………………………………………………………………… 82

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….... 84

LAMPIRAN…………………………………………………………………………….. 86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1Contoh Panduan Observasi…………………………………………………. 41

Tabel 2Kisi - Kisi Angket Gaya Pola Asuh Orang Tua……………………………. 42

Tabel 3Penyekoran Untuk Setiap Pernyataan……………………………………… 46

Tabel 4Klasifikasi Skor……………………………………………………………… 47

Tabel 5Pelaksanaan Penelitian………………………………………………………. 51

Tabel 6Hasil Angket Gaya Pola Asuh…………………………………………….... 57

Tabel 7 Nilai Raport Mata Pelajaran IPA…………………………………………… 61

Tabel 8Klasifikasi Skor……………………………………………………………… 64

Tabel 9Hasil Angket Gaya Pola Asuh Orang Tua…………………………………... 65

Tabel 10Rata – rata gaya pola asuh orang tua………………………………………... 70

Tabel 11 Hasil analisis secara umum………………………………………………….. 74

Tabel 12 Hasil Analisis Gaya Pola Asuh Otoriter Terhadap Prestasi Belajar…………. 75

Tabel 13 Hasil Analisis Gaya Pola Asuh Otoritatif Terhadap Prestasi Belajar………... 75

Tabel 14 Hasil Analisis Gaya Pola Asuh Mengabaikan Terhadap Prestasi Belajar…… 76

Tabel 15 Hasil Analisis Gaya Pola Asuh Memanjakan Terhadap Prestasi Belajar……. 77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma…………………… 86

Lampiran 2 Instrumen Observasi Sikap Siswa……………………………………….. 90

Lampiran 3 Instrumen Angket Pola Asuh orang Tua………………………………… 91

Lampiran 4 Hasil Validitas Angket Oleh Guru………………………………………. 97

Lampiran 5 Hasil Observasi Siswa…………………………………………………... 103

Lampiran 6 Hasil Angket Siswa……………………………………………………… 107

Lampiran 7 Hasil Nilai Raport Siswa………………………………………………… 113

Lampiran 8Contoh Observasi Siswa………………………………………………… 115

Lampiran 9 Contoh Angket Pola Asuh orang Tua…………………………………… 119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

“Hanya dengan membangun anak unggul kita dapat menghasilkan manusia

yang unggul pula”, demikian tulis Iskandar dalam buku yang berjudul Mencetak Anak

Unggul(Juniadi Iskandar, 2011).Ini menunjukkan bahwa orang tua menginginkan

anak - anaknya agar tumbuh menjadi orang yang berhasil dan berguna bagi

sesama.Orang tua menyadari bahwa untuk menghasilkan anak - anak yang seperti

diharapkan tidaklah gampang. Orang tua yang bijak akan benar - benar

mempersiapkan anak - anaknya untuk menyongsong masa depan dengan penuh

kemandirian dan mewariskan anak - anak yang berbakti dan berdaya guna bagi

masyarakat luas.

Demi mencapai harapan mereka, orang tua menggunakan cara - cara yang

menurut mereka paling benar dilakukan. Cara - cara ini tidak semua merupakan cara

yang tepat dalam mendidik anak - anaknya, mengingat setiap anak memiliki potensi

dan keunikan masing - masing. Terkadang orang tua menganggap cara yang sudah

diterapkan merupakan cara yang terbaik, kenyataannya cara mendidik mereka kurang

tepat untuk anaknya.

Pendidikan pertama kali diterima oleh anak berasal dari keluarga, sehingga

pendidikan dalam keluarga sangatlah penting bagi kelangsungan hidup anak.Dari

kecil anak dipelihara dan dibesarkan oleh dan dalam keluarga.Segala sesuatu yang ada

dalam keluarga, baik yang berupa benda - benda, orang - orang, peraturan - peraturan

dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh dan menentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

corak perkembangan anak - anak. Cara mendidik yang berlaku dalam keluarga

mempengaruhi cara anak itu mereaksi terhadap lingkungannya (Purwanto, 2006).

Comenius (1592 - 1670) menekankan betapa pentingnya pendidikan keluarga

itu bagi anak- anak yang sedang berkembang.Dalam uraiannya tentang tingkatan -

tingkatan sekolah yang dilalui oleh anak sampai mencapai tingkat kedewasaanya,

Comenius menegaskan bahwa tingkatan permulaan bagi pendidikan anak - anak

dilakukan di dalam keluarga yang disebut scola-materna (sekolah ibu).Hal itu

didukung oleh pendapat J. J. Rousseau yang menganjurkan agar pendidikan anak -

anak disesuaikan dengan masa perkembangan sedari kecil (Comenius 1592 - 1670

dan Rousseau 1712 – 1778, dalam Purwanto,2006).

Purwanto menjelaskan bila di dalam lingkungan keluarganya, anak itu sering

ditertawakan dan diejek bila tidak berhasil melakukan sesuatu, maka dengan sadar ia

akan selalu berhati - hati dan tidak akan mencoba melakukan sesuatu yang baru atau

yang sukar. Ia akan menjadi orang yang selalu diliputi oleh keragu - raguan. Jika di

dalam lingkungan keluarganya ia selalu dianggap dan dikatakan masih kecil karena

belum dapat melakukan sesuatu, kemungkinan besar anak itu akan menjadi orang

yang selalu merasa kecil, tidak berdaya, tidak sanggup mengerjakan sesuatu. Ia akan

berkembang menjadi orang yang bersifat masa bodoh, atau kurang mempunyai

perasaan harga diri.

Sebaliknya, jika anak itu dibesarkan dan dididik oleh orang tua atau

lingkungan keluarga yang mengetahui akan kehendaknya dan didikan berdasarkan

kasih sayang ia akan tumbuh menjadi anak yang tenang dan mudah menyesuaikan diri

terhadap orang tua, anggota - anggota keluarga lainnya, serta terhadap teman -

temannya. Wataknya akan berkembang dengan tidak mengalami kesulitan yang besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

Hal serupa disampaikan Santrock (2009: 100) dalam bukunya “Psikologi

Pendidikan” bahwa, awal pembentukan karakter terjadi di dalam keluarga tempat si

anak dibesarkan.Siswa - siswi yang berada dalam sebuah kelas tumbuh dewasa dalam

keluarga yang beragam.Beberapa keluarga mengasuh dan mendukung anak - anak

mereka. Keluarga yang lain memperlakukan mereka dengan kasar atau mengabaikan

mereka. Beberapa anak mengalami orangtuanya bercerai. Anak - anak yang lain

menjalani masa kanak - kanak mereka dalam keluarga utuh. Anak - anak yang lain

hidup dalam keluarga tiri. Anak - anak yang lain mendapatkan hadiah dari orang tua

ketika mereka pulang dari sekolah. Beberapa anak tumbuh dewasa dalam satu

lingkungan dengan etnis yang sama, anak - anak yang lain dalam satu lingkungan

yang lebih beragam. Beberapa anak hidup dalam keluarga yang miskin; yang lainnya

diuntungkan secara ekonomi.Beberapa anak mempunyai saudara kandung yang

lainnya tidak. Keadaan yang berbeda- beda ini mempengaruhi perkembangan anak-

anak dan mempengaruhi para siswa di dalam dan di luar kelas.

Karakter seseorang sangat penting dalam menjalani kehidupan sampai akhir

hayatnya. Seseorang yang memiliki karakter yang baik akan diterima di masyarakat di

mana pun ia berada. Apabila seseorang memiliki karakter yang buruk maka sampai

kapan pun dan di mana pun ia akan terus ditolak dari masyarakat di mana ia tinggal.

Anak - anak diasuh oleh gayapengasuhan yang berbeda - beda sehingga

muncul siswa dengan karakter yang berbeda - beda. Ada siswa yang memiliki

karakter yang baik dan ada siswa yang memiliki karakter yang buruk. Akibatnya

siswa dengan karakter yang baik akan diterima di masyarakat, sedangkan siswa

dengan karakter yang buruk akan ditolak dalam masyarakat. Dampaknya, siswa ini

akan frustasi, tidak percaya diri, tidak mandiri dan akhirnya mulai mencari cara agar

dapat diterima teman - teman dan di masyarakatnya. Biasanya cara yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

oleh anak - anak yang berkarakter buruk ini cenderung cara yang negatif, contohnya

dengan pembentukan “gank”, memberontak (melanggar aturan), dan mencari

perhatian yang berlebihan. Apabila anak-anak ini tidak dituntun mereka akan terus

menjadi anak yang ditolak oleh masyarakat.

Diana Baumrind (1972, dalam Santrock, 2009) menjelaskan empat tipe

pengasuhan, yaitu otoriter, otoritatif, mengabaikan, dan memanjakan.

Peneliti pernah menemukan situasi di mana seorang anak dengan gaya pola

asuh orang tua yang otoriter. Kehidupan orang ini sudah ditentukan oleh orang tuanya

(anak tersebut harus sekolah dimana, mengambil jurusan apa, kuliah di mana, kuliah

apa, dan setelah lulus kerja dimana).

Situasi lain yang peneliti temukan sebagai dampak dari pola asuhyang

mengabaikan, otoriter dan memanjakan yaitu hamil diluar nikah, putus sekolah saat

berada di jenjang pendidikan sekolah dasar, menghamili temannya, mengkonsumsi

minuman alkohol yang berlebihan, mencoba bunuh diri, mengakibatkan perkelahian

antar teman, dan mengabaikan sekolahnya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Awik Hidayati (2004) mengatakan

terdapat korelasi positif dan signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan pola

asuh orang tua secara bersama (ganda) dengan prestasi belajar siswa.Ini berarti

semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua dan semakin baik pola asuh yang

dijalankan oleh orang tua, maka semakin tinggi prestasi belajar siswa.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurina Hakim dalam penelitiannya

yang berjudul “Peran Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Siswa” (gaya pola asuh

demokratis dan otoriter) di sebuah Sekolah Dasar, menyatakan tidak ada hubungan

antara pola asuh demokratis dan otoriter dengan prestasi belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Menurut Slameto (2010: 54), faktor - faktor yang mempengaruhi belajar dapat

digolongkan menjadi dua yaitu: faktor internal (inteligensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan dan kesiapan) dan faktor eksternal (faktor keluarga dan faktor

sekolah). Dari pendidikan akan lahir manusia - manusia yang berkualitas. Proses

belajar mengajar adalah kegiatan utama dalam dunia pendidikan di sekolah.

Penentuan keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah dapat dilihat pada hasil

kegiatan siswa yaitu bagaimana sikap siswa menanggapi tugas mandiri atau tugas

kelompok yang diberikan oleh guru, bagaimana siswa menyelesaikan tugas - tugas

tersebut dan mendapatkan skor yang baik. Agar siswa mampu menyelesaikan tugas -

tugas yang diberikan dan mendapatkan skor yang baik, maka ada beberapa faktor

yang dapat mendukung kegiatan belajar siswa.

Salah satu tolak ukur keberhasilan seseorang tersebut dapat dilihat dari

prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang meliputi

seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar

siswa (Muhibbin Syah, 2011).

Menurut Purwanto, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam

usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport, sehingga dapat dikatakan

bahwa prestasi belajar seorang siswa dapat dilihat dari nilai hasil belajar yang

dicantumkan pada raport.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan

judul “DAMPAK GAYA POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI

BELAJAR IPA SISWA”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, masalah pokok

yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana prestasi belajar fisika siswa kelas VII B “Appreciation” SMP

Joannes Bosco?

2. Bagaimanagaya pola asuh orang tua yang ada di kelas VII B

“Appreciation” SMP Joannes Bosco?

3. Bagaimana dampak gayapola asuh orang tua terhadap prestasi belajar

fisika siswa di kelas VII B “Appreciation” SMP Joannes Bosco?

Keterangan: Appreciation merupakan nama kelas atau seperti identitas

kelas.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan

untuk mengetahui:

1. Prestasi belajar fisika siswa kelas VII B “Appreciation” SMP Joannes

Bosco

2. Gaya pola asuh orang tua apa saja yang ada di kelas VII B “Appreciation”

SMP Joannes Bosco

3. Dampak gaya pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar fisika siswa di

kelas VII B “Appreciation” SMP Joannes Bosco

Keterangan: Appreciation merupakan nama kelas atau seperti identitas

kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat atau kegunaan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Mengetahui seberapa besar dampak pola asuh terhadap prestasi belajar

IPA di sekolah

2. Guru bisa memahami perilaku siswa dan menuntun siswa menjadi siswa

yang baik dan sebagai acuan dalam membimbing siswa

3. Guru memiliki rasa empati terhadap siswa

4. Sebagai pengetahuan bagi orang tua bahwa pola asuh yang mereka

terapkan dapat memberikan dampak terhadap perilaku siswa dan hasil

belajarnya.

E. Batasan Masalah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini ditetapkan batasan - batasan yang akan

dijadikan pedoman dalam proses penelitian, yaitu:

1. Gaya pola asuh orang tua yang akan diteliti adalah

a. Pola asuh otoriter(Authoritarian parenting)

b. Pola asuh otoritatif (Authoritative parenting)

c. Pola asuh mengabaikan(Neglectful parenting)

d. Pola asuh memanjakan(Indulgent parenting)

2. Faktor - faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang akan diteliti yaitu

faktor lingkungan keluarga (pola asuh orang tua).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang

tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil,

membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan

menyelenggarakan) satu badan atau lembaga.

Menurut Shochib (2002) pola asuh adalah suatu penerapan dalam membantu

anak untuk mengembangkan disiplin diri dalam kehidupan sehari - hari, dimana

seorang anak akan berada pada lingkungan fisik, lingkungan sosial internal dan

eksternal, untuk itu diperlukan kualitas pengamatan yang tajam dan mendalam

sehingga melahirkan suatu analisis yang diharapkan mengenai situasi dan kondisi

yang memungkinkan anak memiliki dasar - dasar disiplin diri dan

mengembangkannya dalam keluarga dan lingkungannya.Jadi pola asuh merupakan

model penjagaan, memimpin, dan membimbing yang dilakukan orang tua terhadap

seorang anak untuk mengembangkan disiplin diri agar anak mampu berada dalam

lingkungan sosial, mampu bersaing dengan sehat, dan memiliki tanggung jawab untuk

dirinya dan sesama.

1. Macam - Macam Gaya Pengasuhan Orang Tua

Menurut Diana Baumrind (1971,1996 dalam Santrock,2009: 100) orang tua

tidak boleh menghukum ataupun menjauhkan diri, melainkan mereka harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

mengembangkan peraturan untuk anak - anak dan pada saat bersamaan juga bersikap

suportif dan mengasuh. Baumrind mengatakan bahwa terdapat empat bentuk utama

gaya pengasuhan. Keempat gaya pengasuhan itu yang juga didukung oleh Santrock

dan Papalia:

a. Pola asuh otoriter (Authoritarian parenting)

Pengasuhan otoritarian adalah gaya yang membatasi dan menghukum, dimana

orang tua mendesak anak untuk mengikuti aturan mereka dan menghormati pekerjaan

dan upaya mereka. Orang tua yang otoriter menerapkan batas kendali yang tegas pada

anak dan meminimalisir perdebatan verbal.Sebagai contoh, orang tua yang otoriter

mungkin berkata, “Lakukanlah menurut caraku.Tidak ada diskusi!”Orang tua yang

otoriter mungkin juga sering memukul anak, memaksakan aturan secara kaku tanpa

menjelaskannya, dan menunjukkan amarah pada anak. Anak - anak dari orang tua

yang otoriter sering berperilaku dengan cara yang kurang kompeten secara sosial.

Mereka cenderung kawatir tentang perbandingan sosial, gagal untuk memulai

aktivitas, dan mempunyai keterampilan komunikasi yang buruk.Putera dari orang tua

yang otoriter mungkin berperilaku agresif.

b. Pola asuh otoritatif (Authoritative parenting)

Pola asuh otoritatif menekankan pada individualitas anak, tetapi juga tidak

meninggalkan aturan sosial.Orang tua memiliki kepercayaan diri terhadap

kemampuan mereka untuk mengarahkan anak, tetapi mereka juga menghargai

keputusan, keinginan, opini, dan pribadi anak.Mereka mencintai dan menerima anak,

tetapi juga meminta anak berperilaku yang baik dan tegas mengelola standar yang

telah dibuat. Mereka menerapkan batasan, memberikan hukuman yang bijaksana

ketika perlu, dengan cara yang hangat dan dengan hubungan yang mendukung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Mereka menyukai disiplin induktif, menjelaskan alasan dibalik keputusan mereka dan

mendorong secara verbal memberi dan menerima. Orang tua otoritatif mungkin

memeluk anaknya dalam cara yang menyenangkan dan berkata, “Kamu tahu kamu

seharusnya tidak boleh melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana kamu bisa

menangani situasi itu secara berbeda di kemudian hari.” Anak mereka tampak merasa

aman dan mengetahui bahwa mereka dicintai dan juga tahu apa yang diharapkan pada

mereka. Anak prasekolah dengan orang tua otoritatif cendrung menjadi mandiri dan

mengendalikan diri sendiri, memiliki kontrol diri, asertif,dan eksploratif.

c. Pola asuh yang mengabaikan (Neglectful parenting)

Pola asuh yang mengabaikan (Neglectful parenting) adalah gaya pengasuhan

dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak - anak mereka. Anak yang

mmiliki orang tua yang mengabaikan merasa aspek lain kehidupan orang tua lebih

penting daripada diri mereka. Ketika anak - anak mereka menginjak masa remaja atau

anak - anak, orang tua mereka tidak bisa menjawab pertanyaan, “Sekarang pukul 10

malam, apa Anda tahu dimana anak Anda sekarang?”. Anak - anak dari orang tua

yang mengabaikan sering kali berperilaku dalam cara yang kurang cakap secara

sosial. Banyak diantaranya memiliki kemampuan pengendalian diri yang buruk, tidak

mandiri, dan tidak termotivasi untuk berprestasi.Dalam masa remaja, mereka sering

menunjukkan sikap suka membolos dan nakal.

d. Pola asuh yang memanjakan (Indulgent parenting)

Pola asuh yang memanjakan (Indulgent parenting) adalah gaya pengasuhan

dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak - anak mereka, tetapi hanya

menempatkan sedikit batasan atau larangan atas perilaku mereka. Orang tua ini

membiarkan anak - anak mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

mendapatkan keinginan mereka karena mereka yakin bahwa kombinasi dari

pengasuhan yang mendukung dan kurangnya batasan, akan menghasilkan anak yang

kreatif dan percaya diri. Hasilnya adalah anak - anak ini biasanya tidak belajar untuk

mengendalikan perilaku mereka sendiri dan jarang belajar menghormati orang lain.

Mereka mungkin mendominasi, egosentris, tidak menuruti aturan, dan kesulitan

dalam hubungan dengan teman sebaya (peer).Orang tua dengan pola asuh yang

memanjakan tidak mempertimbangkan perkembangan diri anak secara menyeluruh.

Selain itu Elizabet B. Hurlock (1989: 204) menyatakan ada beberapa sikap orang tua

yang khas dalam mengasuh anaknya, antara lain :

a. Melindungi secara berlebihan

Perlindungan orang tua yang berlebihan mencakup pengasuhan dan

pengendalian anak yang berlebihan.Hal ini menumbuhkan ketergantungan yang

berlebihan, ketergantungan pada semua orang, kurangnya rasa percaya diri dan

frustasi.

b. Permisivitas

Permisivitas terlihat pada orang tua yang membiarkan anak berbuat sesuka

hati dengan sedikit pengendalian.Hal ini menciptakan suatu rumah tangga yang

“berpusat pada anak.” Jika sifat permisif ini tidak berlebihan, ia mendorong anak

untuk menjadi cerdik, mandiri dan berpenyesuaian sosial yang baik. Sikap ini juga

menumbuhkan rasa percaya diri, kreativitas, dan sikap matang.

c. Memanjakan

Permisivitas yang berlebih-memanjakan membuat anak egois, menuntut, dan

sering tiranik. Mereka menuntut perhatian dan pelayanan dari orang lain, perilaku

yang menyebabkan penyesuaian sosial yang buruk di rumah dan di luar rumah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

d. Penolakan

Penolakan dapat dinyatakan dengan mengabaikan kesejahteraan anak atau

dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan yang

terbuka.Hal ini menumbuhkan rasa dendam, perasaan tak berdaya, frustasi,

perilaku gugup, dan sikap permusuhan terhadap orang lain, terutama terhadap

mereka yang lebih lemah dan kecil.

e. Penerimaan

Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang pada

anak, orang tua yang menerima, memperhatikan perkembangan kemampuan anak

dan memperhitungkan minat anak.Anak yang diterima umumnya bersosialisasi

dengan baik, kooperatif, ramah, loyal, secara emosional stabil, dan gembira.

f. Dominasi

Anak yang didominasi oleh salah satu atau kedua orang tua bersifat jujur,

sopan dan berhati-hati tetapi cenderung malu, patuh dan mudah dipengaruhi orang

lain, mengalah dan sangat sensitif.Pada anak yang didominasi sering berkembang

rasa rendah diri dan perasaan menjadi korban.

g. Tunduk pada anak

Orang tua yang tunduk pada anaknya membiarkan anak mendominasi mereka

dan rumah mereka.Anak memerintah orang tua dan menunjuk sedikit tenggang

rasa, penghargaan atau loyalitas pada mereka.Anak belajar untuk menentang

semua yang berwewenang dan mencoba mendominasi orang di luar lingkungan

rumah.

h. Favoritisme

Meskipun mereka berkata bahwa mereka mencintai semua anak dengan sama

rata, kebanyakan orang tua mempunyai favorit. Hal ini membuat mereka lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

menuruti dan mencintai anak favoritnya dari pada anak lain dalam keluarga. Anak

yang disenangi cendrung memperlihatkan sisi mereka pada orang tua tetapi agresif

dan dominan dalam hubungan dengan kakak- adik mereka.

i. Ambisi orang tua

Hampir semua orang tua mempunyai ambisi bagi anak mereka seringkali

sangat tinggi sehingga tidak realistis.Ambisi ini sering dipengaruhi oleh ambisi

orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua supaya anak mereka naik di

tangga status sosial.Bila anak tidak dapat memenuhi ambisi orang tua, anak

cenderung bersikap bermusuhan, tidak bertanggung jawab, dan berprestasi di

bawah kemampuan.Tambahan pula mereka memiliki perasaan tidak mampu yang

sering diwarnai perasaan dijadikan orang yang dikorbankan yang timbul akhibat

kritik orang tua terhadap rendahnya prestasi mereka.

2. Gaya Pola Asuh Orang Tua, Karakteristik Orang Tua, dan Kecendrungan

Perilaku Anak

Eva Latipah (2012, dalam Hidayah: 2012) mengatakan gaya pola asuh

orang tua, karakteristik orang tua, dan kecenderungan perilaku anak sebagai

berikut:

a. Pola Asuh Otoriter

1) Karakteristik Orang Tua

a) Jarang menampilkan kehangatan emosional;

b) Menerapkan harapan dan standar yang tinggi dalam berperilaku;

c) Menegakkan aturan - aturan tanpa melihat kebutuhan anak;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

d) Mengharapkan anak mematuhi aturan tanpa tanya;

e) Sedikit ruang untuk berdialog antara orang tua dan anak;

f) Orang tua suka menghukum secara fisik.

2) Kecenderungan Perilaku Anak

Tidak bahagia, penakut, cemas, percaya diri rendah, kurang inisiatif,

bergantung pada orang lain, keterampilan sosial rendah, pembangkang, dan

pendiam.

b. Pola Asuh Otoritatif

1) Karakteristik Orang Tua

a) Menyediakan lingkungan rumah yang penuh kasih dan suportif;

b) Menerapkan harapan dan standar yang tinggi dalam berperilaku;

c) Menjelaskan mengapa beberapa perilaku dapat diterima dan sebagian

lainnya lagi tidak;

d) Menegakkan peraturan - peraturan secara konsisten;

e) Melibatkan anak dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarga;

f) Secara bertahap melonggarkan batasan - batasan saat anak semakin

bertanggung jawab dan mandiri.

2) Kecenderungan Perilaku Anak

Gembira, percaya diri, memiliki rasa ingin tahu yang sehat, tidak

manja, madiri, memiliki kontrol diri yang baik, memiliki keterampilan

sosial yang efektif, termotivasi, dan berprestasi di sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

c. Pola Asuh Mengabaikan

1) Karakteristik Orang Tua

a) Hanya menyediakan sedikit dukungan emosional;

b) Menerapkan sedikit harapan dan standar berperilaku;

c) Menunjukkan sedikit minat;

d) Orang tua nampak lebih sibuk mengurus masalahnya sendiri;

e) Anak - anak dibiarkan berkembang sendiri baik secara fisik maupun

psikis.

2) Kecenderungan Perilaku Anak

Tidak patuh, banyak menuntut, kontrol diri rendah, kesulitan

mengelolah frustrasi, moody, impulsif, agresif, kurang bertanggung jawab,

tidak mau mengalah, harga diri rendah, sering bolos, dan bermasalah

dengan teman.

d. Pola Asuh Memanjakan

1) Karakteristik Orang Tua

a) Menyediakan lingkungan rumah yang penuh kasih dan suportif;

b) Menerapkan sedikit harapan atau standar berperilaku;

c) Jarang memberi hukuman pada perilaku yang tidak tepat;

d) Orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak- anak mereka.

2) Kecenderungan Perilaku Anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Egois, tidak termotivasi, bergantung pada orang lain, menuntut

perhatian orang lain, tidak patuh, impulsif, tidak mau mengalah, dan

agresif.

B. Pengertian Orang Tua

Menurut Salim (1991) orang tua adalah ayah dan atau ibukandung.Orang tua

adalah ayah dan atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun

sosial.Umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam

membesarkan anak, dan panggilan ibu atau ayah dapat diberikan untuk perempuan

atau laki - laki yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi

peranan ini.Contohnya adalah pada orang tua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri dan

ayah tiri.

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang

telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan, belajar adalah berusaha memperoleh

kepandaian atau ilmu, berlatih, dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang

disebabkan pengalaman.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes.

Pengertian belajar menurut Slameto (2010: 2) ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

lingkungannya. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2000: 136)belajar adalah

tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Menurut Purwanto (2011), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang

dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport, sehingga dapat

dikatakan bahwa prestasi belajar seorang siswa dapat dilihat dari nilai hasil belajar

yang dicantumkan pada raport. Menurut Muhibbin Syah (2006)prestasi belajar adalah

perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang diharapkan dapat mencerminkan

perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, dan

rasa maupun yang berdimensi karsa.

Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari usaha untuk memperoleh

kepandaian atau ilmu pengetahuan yang kemudian berdampak pada perubahan, baik

berupa kepandaian maupun sikap.

2. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2013: 138)Prestasi belajar yang dicapai

seseorang meerupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik

dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal)

individu.Pengenalan terhadap faktor - faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi

belajar yang sebaik - baiknya.

Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto (2010:

54-72) digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan

faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

a. Faktor – Faktor Intern

Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor

psikologis, dan faktor kelelahan.

1) Faktor Jasmaniah

a) Faktor Kesehatan

b) Cacat Tubuh

2) Faktor Psikologis

a) Inteligensi

Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang

baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep -

konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi, dan

mempelajarinya dengan cepat.

Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi

yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat

inteligensi rendah. Walaupun begitu, siswa yang mempunyai tingkat

inteligensi tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini

disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan

banyak faktor yang mempengaruhi, sedangkan inteligensi adalah salah

satu faktor di antara faktor yang lain. Jika faktor lain itu bersifat

menghambat atau berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa

gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat inteligensi

yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar

dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

efisien dan faktor - faktor yang mempengaruhi belajarnya (faktor

jasmaniah, psikologi keluarga, sekolah, dan masyarakat) memberi

pengaruh yang positif, jika siswa yang memiliki inteligensi yang

rendah, ia perlu mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus.

b) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang

dipertinggi, jiwa itu pun semata - mata tertuju kepada suatu objek atau

sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik,

maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang

dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka

timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa

dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik

perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi

atau bakatnya.

c) Minat

Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah sebagai

berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy

some activity or content”.

Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan.Kegiatan yang diminati seseorang,

diperhatikan terus - menerus yang disertai rasa senang.Jadi berbeda

dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam

waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang,

sedangkan minat selalu diikuti dengan peraaan senang dan dari situ

peroleh kepuasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan

pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak

akan belajar dengan sebaik – baiknya, karena tidak ada daya tarik

baginya. Ia segan – segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan

dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih

mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menanmbah kegiatan

belajar.

Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar,

dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan

cara menjelaskan hal – hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan

serta hal – hal yang berhubungan dengan cita – cita serta kaitannya

dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.

d) Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah “the capacity to

learn”. Dengan perkataan lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar.

Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata

sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya

akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan

orang lain yang kurang atau tidak berbakat di bidang itu.

Dari uraian di atas jelas bahwa bakat itu mempengaruhi belajar.

Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya,

maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pasti

selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Adalah penting

untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di

sekolah yang sesuai dengan bakatnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

e) Motif

Motif erat sekali dengan tujuan yang akan dicapai. Didalam

menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk

mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab

berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau

pendorong.

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat

mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya

mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,

merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau

menunjang belajar. Motif – motif di atas dapat ditanamkan kepada diri

siswa dengan cara memberikan latihan – latihan atau kebiasaan –

kebiasaan yang kadang – kadang juga dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan. Dari uraian di atas jelaslah bahwa motif yang kuat

sangatlah perlu dalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu

dapat dilaksankan dengan adanya latihan – latihan atau kebiasaan –

kebiasaan dan pengaruh lingkungan yyang memperkuat, jadi latihan

atau kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan

seseorang, dimana alat – alat tubuhnya sudah siap untuk

melakasanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah

siap untuk berjalan, tangan dan jari – jarinya sudah siap untuk menulis,

dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak dan lain – lain.

Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

terus – menerus, untuk itu diperlukan latihan – latihan dan pelajaran.

Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat

melksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih

berhasil jika anaknya sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk

memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau

mereaksi.Kesedian itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga

berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan

untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam

proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada

kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul

kecendrungan untuk membaringkan tubuh.Kelelahan jasmani terjadi

karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakarran di dalam tubuh,

sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian - bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,

sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu

hilang.Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing -

pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah - olah otak kehabisan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus – menerus

memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal

– hal yang selalu sama tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena

terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat, dan perhatiannya.

b. Faktor – Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor

masyarakat.

1) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara

orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga,

dan keadaan ekonomi keluarga.

a) Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap

belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo

(dalam Slameto 2010) dengan pernyataan yang menyatakan bahwa:

keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.

Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran

kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar

yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia.Melihat pernyataan di atas,

dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam

pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak- ananknya akan

berpengaruh terhadap belajarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan

anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya,

tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan - kepentingan dan

kebutuhan - kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu

belajarnya, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajarnya, tidak

memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu

bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan - kesulitan yang

dialami dalam belajar dan lain - lain, dapat menyebabkan anak tidak

atau kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri

kebetulan pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya

kesukaran - kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan

dalam pelajaran dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang

didapatkan, hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal

dalam studinya.Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang

kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan mereka atau

kedua orang tua memang tidak mencintai anaknya.

Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara

mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap

anaknya tak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar dengan

alasan segan, adalah tidak benar, karena jika hal itu dibiarkan berlarut -

larut anak menjadi nakal, berbuat seenaknya saja, pastilah belajarnya

menjadi kacau. Mendidik anak dengan cara memperlakukannya terlalu

keras, memaksa dan mengejar anaknya untuk belajar, adalah cara

mendidik yang juga salah. Dengan demikian anak tersebut diliputi

ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar, bahkan jika ketakutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

itu semakin serius anak mengalami gangguan kejiwaan akhibat dari

tekanan - tekanan tersebut. Orang tua yang demikian biasanya

menginginkan anaknya mencapai prestasi yang sangat baik, atau

mereka mengetahui bahwa anaknya bodoh tetapi tidak tahu apa yang

menyebabkannya, sehingga anak dikejar- kejar untuk mengatasi atau

mengejar kekurangannya.

b) Relasi Antar Anggota Keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi

antara orang tua dan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya

atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi

belajar anak. Wujud relasi ini misalnya apakah hubungan ini penuh

dengan kasih sayang dan pengertian, atau diliputi dengan kebencian,

sikap yang terlalu keras, atau sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya.

Begitu juga jika relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota

keluarga yang lain tidak baik, akan dapat menimbulkan masalah yang

sejenis.

Sebetulnya relasi antar anggota keluarga ini erat hubungannya

dengan cara orang tua mendidik. Uraian cara orang tua mendidik di

atas menunjukkan relasi yang tidak baik. Relasi semacam ini akan

menyebabkan perkembangan anak terhambat, belajarnya terganggu

dan bahkan dapat menimbulkan masalah - masalah psikologis yang

lain.

Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu

diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.Hubungan

yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman - hukuman untuk

mensukseskan belajar anak sendiri.

c) Suasana Rumah Tangga

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian -

kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada

dan belajar.Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang

tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh atau

ramai tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar.

Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu

banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut, sering terjadi

cekcok, dan pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga

lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah

(ngeluyur), akibatnya belajarnya kacau.

Rumah yang sering dipakai untuk keperluan - keperluan,

misalnya untuk resepsi, pertemuan, pesta - pesta, upacara keluarga dan

lain - lain, dapat menggangu belajar anak. Rumah yang bising dengan

suara radio, tape recorder atau TV pada waktu belajar, juga menggangu

belajar anak, terutama untuk berkonsentrasi.Semua contoh di atas

adalah suasana rumah yang memberi pengaruh negatif terhadap belajar

anak.

Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlu

diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram.Di dalam suasana

rumah yang tenang dan tenteram selain anak betah tinggal di rumah,

anak juga dapat belajar dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

d) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar

anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan

pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain -

lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja,

kursi, penerangan, alat tulis - menulis, buku - buku dan sebagainya.

Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai

cukup uang.

Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok

anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga

belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung

kesedihan sehingga anak merasa minder atau rendah diri dengan teman

lain, hal ini pasti akan menggangu belajar anak. Bahkan anak mungkin

harus bekerja mencari nafkah sebagai pembantu orang tuanya

walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, hal yang

begitu juga akan menggangu belajar anak. Walaupun tidak dapat

dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan

dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru

keadaan yang begitu menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat

dan akhirnya menjadi sukses besar.

Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering

mempunyai kecendrungan untuk memanjakan anak.Anak hanya

bersenang - senang dan berfoya - foya, akibatnya anak kurang dapat

memusatkan perhatiannya kepada belajar.Hal tersebut juga dapat

menggangu belajar anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

e) Sikap Pengertian orang tua

Dalam anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang

tua.Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas - tugas di

rumah.Kadang - kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua

wajib memberi pengetian dan dorongannya, membantu sedapat

mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah.Kalau perlu

menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangaannya.

f) Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar.Perlu kepada anak

ditanamkan kebiasaan - kebiasaan yang baik, agar mendorong

semangat anak untuk belajar.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas

ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Berikut ini

dibahas faktor – faktor tersebut satu persatu.

a) Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui di dalam

mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo

adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar

orang lain itu menerima, menguasai, dan mengembangkannya. Di

dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut di atas adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

murid atau siswa dan mahasiswa, dan mengembangkan bahan

pelajaran itu, maka cara - cara mengajar serta cara belajar harus setepat

- tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin.

Dari uraian di atas jelas bahwa metode mengajar itu

mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan

mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar

yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang

persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru

tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau

terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang

senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk

belajar.

Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa

menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang

progresif berani mencoba metode - metode yang baru, yang dapat

membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan

motivasi belajar siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan

baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien,

dan efektif mungkin.

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan

kepada siswa.Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan

pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan

bahan pelajaran itu.Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

siswa.Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap

belajar.

c) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.

Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu

sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan

gurunya.

Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan

menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang

diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik - baiknya.

Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya.Ia

segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya

pelajaran tidak maju.

Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab,

menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Juga siswa

meraasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam

belajar.

d) Relasi Siswa dengan Siswa

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak

akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing

secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing –

masing siswa tidak tampak.

Siswa yang mempunyai sifat - sifat atau tingkah laku yang

kurang menyenagkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau

sedang mengalami tekanan - tekanan batin, akan diasingkan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu

belajarnya. Lebih - lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah

dengan alasan - alasan yang tidak jelas karena di sekolah mengalami

perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman - temannya. Jika hal

ini terjadi, segeralah siswa diberi pelayanan bimbingan dan

penyuluhan agar ia dapat diterima kembali ke dalam

kelompoknya.Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu,

agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

e) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa

dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup

kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,

kedisiplinan pegawai dalam melaksanakan adminstrasi dan kebersihan

atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain - lain.,

kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta

siswa- siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada

siswa.

Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja

dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga

memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.Banyak sekolah

yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi

sikap siswa dalam belajar, kurang bertanggung jawab, karena bila tidak

melaksanakan tugas, tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar,

siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang

kuat.Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah, dan di

perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain

disiplin pula.

f) Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungan dengan cara belajar siswa. Karena

alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai

pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat

pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan

bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah

menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi

lebih giat dan lebih maju.

Alat - alat pelajaran yang membantu lancarnya belajar siswa,

seperti buku - buku di perpustakaan, laboratorium atau media - media

lain. Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah

maupun kualitasnnya.Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan

lengkap sangat diperlukan agar guru dapat mengajar dengan baik

sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat

belajar dengan baik pula.

g) Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadi proses belajar mengajar di

sekolah: dapat pagi hari, sore, atau malam hari. Waktu sekolah juga

mempengaruhi belajar siswa.Jika siswa terpaksa masuk sekolah sore

hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan karena siswa

harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka

mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Sebaliknya, bila siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar,

jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah saat kondisi

badannya sudah lelah atau lemah, misalnya pada siang hari, akan

mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu

disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berpikir dalam

keadaan kondisi badan yang lemah tadi. Jadi memilih waktu sekolah

yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.

h) Standar Pelajaran Di Atas Ukuran

Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu

memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa

kurang mampu dan takut kepada guru.Bila banyak siswa yang tidak

berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu

merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat

perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda - beda, hal

tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi

harus sesuai dengan kemampuan siswa masing- masing. Yang penting

tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.

i) Keadaan Gedung

Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik

mereka masing - masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus

memadai di setiap kelas.Bagaimana mungkin mereka dapat belajar

dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa?

j) Metode Belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal

ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

efektif pula hasil belajar siswa itu, demikian juga dalam pembagian

waktu untuk belajar. Kadang - kadang siswa belajar tidak teratur, atau

terus - menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa

kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu

belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik,

memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan

hasil belajar.

k) Tugas Rumah

Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk

belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan - kegiatan

lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang

harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi

untuk kegiatan yang lain.

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa.Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya siswa dalam

masyarakat. Berikut ini dibahas faktor – fakator tersebut yaitu kegiatan

siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk

kehidupan masyarakat:

a) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan

terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa mengambil

bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya

berorganisasi, kegiatan - kegiatan sosial, keamanan, dan lain - lain,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

belajarnya akan terganggu, terlebih jika tidak bijaksana dalam

mengatur waktunya.

Perlu kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat

supaya jangan sampai menggangu belajarnya.Jika mungkin memilih

kegiatan yang mendukung belajar.Kegiatan itu misalnya kursus bahasa

inggris, PKK Remaja, kelompok diskusi dan lain sebagainya.

b) Mass Media

Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV,

surat kabar, majalah, buku - buku, komik - komik, dan lain - lain.

Semua itu ada dan beredar dalam masyarakat.

Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap

siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek

juga akan memberi pengaruh yang jelek terhadap siswa. Sebagai

contoh, siswa yang suka nonton film atau membaca cerita - cerita

detektif, pergaulan bebas, percabulan, akan berkecendrungan untuk

berbuat seperti tokoh yang dikagumi dalam cerita itu, karena pengaruh

dari jalan ceritanya. Jika tidak ada kontrol dan pembinaan dari orang

tua (bahkan pendidik), pastilah semangat belajarnya menurun dan

bahkan mundur sama sekali. Maka perlu kiranya siswa mendapat

bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan

pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

c) Teman Bergaul

Pengaruh - pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat

masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu pula

sebaliknya.

Teman bergaul yang tidak baik misalnya yang suka begadang,

keluyuran, pecandu rokok, film, teman bergaul lawan jenis yang

amoral, pejinah, pemabuk, dan sebagainya, pastilah akan menyeret

siswa ke ambang bahaya dan belajanya jadi berantakan.

Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan

agar siswa memiliki teman bergaul yang baik - baik dan pembinaan

pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik

harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat tetapi juga jangan terlalu

lengah).

d) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh

terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang - orang yang

tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang

tidak baik, akan berpengaruh jelek pada anak (siswa) yang berada di

situ. Anak tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang -

orang di sekitarnya.Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan anak

kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat

kepada pelajaran berpindah ke perbuatan - perbuatan yang selalu

dilakukan orang - orang di sekitarnya yang tidak baik tadi. Sebaliknya

jika lingkungan anak adalah orang - orang yang terpelajar yang baik -

baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak - ananknya, antusias

dengan cita - cita yang luhur akan masa depan anaknya, anak

terpengaruh juga ke hal - hal yang dilakukan oleh orang - orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

dilingkungannya. Sehingga akan berbuat seperti orang - orang yang

ada dilingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong semangat anak

untuk belajar lebih giat lagi.

Adalah perlu untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar

dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak sehingga dapat

belajar dengan sebaik - baiknya.

Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar menurut Muhibbin Syah (2008: 144 -

157) antara lain:

1. Faktor Internal

Faktor – faktor yang berasal dari diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni:

a. Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ – organ tubuh dan sendi – sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran.Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai dengan pusing

kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)

sehingga materi yang dipelajari kurang atau tidak berbekas.

Untuk mempertahankan tonus agar tetap bugar, siswa dapat dianjurkan

mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.Selain itu, siswa juga

dianjurkan memiliki pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin

terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Kesalahan pola makan – minum

dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan

semangat mental siswa itu sendiri.

Kondisi organ – organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indera

pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan

di kelas.

b. Aspek Psikologis

1) Inteligensi

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko –

fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tetap, (Reber, 1988). Jadi, inteligensi

sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas

organ – organ tubuh lainnya.Akan tetapi, memang harus diakui bahwa

peran otak dalam hubungan dengan inteligensi manusia lebih menonjol

dari pada peran organ – organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan

“menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan

lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.Ini bermakna,

semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar

peluangnya untuk meraih sukses.Sebaliknya, semakin rendah kemampuan

inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk

memperoleh sukses.

Selanjutnya di antara siswa – siswa yang mayoritas berinteligensi

normal mungkin terdapat satu atau dua orang siswa yang tergolong gifted

child atau talented child, yakni anak yang sangat cerdas dan anak yang

sangat berbakat (IQ di atas 130). Di samping itu mungkin ada pula siswa

yang kecerdasannya di bawah batas rata – rata (IQ 70 ke bawah).

2) Sikap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan

cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik

secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama

kepada guru dan mata pelajaran yang akan disajikan merupakan pertanda

awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap

negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi

kebencian kepada guru atau mata pelajarannya dapat menimbulkan

kesulitan belajar siswa tersebut. Selain itu, sikap terhadap ilmu

pengetahuan yang bersifat conserving mungkin tidak menimbulkan

kesulitan belajar, namun prestasi yang akan dicapai siswa akan kurang

memuaskan.

3) Bakat

Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap

orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi

sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing – masing.Jadi

secara global, bakat mirip dengan inteligensi.Itulah sebabnya seorang anak

yang berinteligensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very

superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.

Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai

kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak

bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang

berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan

bidang tersebut dibanding siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut

bakat khusus (specific aptitude) yang tidak dapat dipelajari karena

merupakan karunia inborn (pembawaan sejak lahir).

Sehubungan dengan hal di atas, bakat dapat mempengaruhi tinggi -

rendahnya prestasi belajar bidang - bidang studi tertentu.Oleh karena itu,

tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk

menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui

terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak

terhadap seorang siswa, dan ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya

sendiri sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya

bukan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik

(academic performance) atau prestasi belajarnya.

4) Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Menurut Reber (1988), minat tidak temasuk istilah popular dalam

psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor – faktor

internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan

kebutuhan.

Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat dapat

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang –

bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat besar

terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari

pada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

terhadap materi itulah yang mengakhibatkan siswa tadi untuk belajar lebih

giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

5) Motivasi

Motivasi ialah keadaan internal organisme baik secara manusia

ataupun hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu.Dalam pengertian

ini, motivasi bersifat pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku

secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988).

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi

intrinstik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinstik adalah hal dan

keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat

mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi

intrinstik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya

terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa

yang bersangkutan.

Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar

individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan

belajar.Contoh - contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong

siswa untuk belajar yaitu pujian dan hadiah.

Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan

bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni, dan tidak

bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,

dan teman – teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang

siswa.Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik

dapat memperlihatkan teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal

belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong

yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat,

tetangga, dan teman – teman sepermainan disekitar perkampungan siswa

tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh (slum area) yang serba

kekurangan dan anank – anak pengangguran, misalnya, akan sangat

mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan

menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau

meminjam alat – alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.

Lingkungan sosial lebih banyak mempengaruhi belajar ialah orang tua

dan keluarga siswa itu sendiri.Sifat – sifat orang tua, praktik pengelolaan

keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah),

semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan

belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.Contoh kebiasaan yang diterapkan

orang tua siswa dalam mengelolah keluarga (family managemen practices)

yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat

menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja anak tidak

mau belajar melainkan juga ia cenderung berperilaku menyimpang yang berat

seperti antisosial (Patterson & Loeber, 1984).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

b. Lingkungan Nonsosial

Faktor – faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat

– alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu

padat dan tak memiliki saran umum untuk kegiatan remaja misalnya lapangan

voly, akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat – tempat yang

sebenarnya tak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti

itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.

Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time

preference) seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. Biggers (1980)

berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar pada

waktu - waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli learning

style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak tergantung pada waktu secara

mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan

kesiapsiagaan siswa (Dunn,dkk., 1986). Diantara siswa ada yang siap belajar

pada pagi hari, ada pula yang siap pada sore hari, bahkan tengah malam.

Perbedaan antara waktu dan kesiapan belajar inilah yang menimbulkan

perbedaan study time preference antara seorang siswa dengan siswa lainnya.

Namun demikian, menurut hasil penelitian mengenai kinerja baca

(reading performance) sekelompok mahasiswa di sebuah universitas di

Auntralia Selatan, tidak ada perbedaan yang berarti antara hasil membaca pada

sore hari.Selain itu, keeratan korelasi antara study time preference dengan

hasil membaca pun sulit dibuktikan.Bahkan mereka yang lebih senang belajar

pada pagi hari dan dites pada sore hari, ternyata hasilnya tetap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

baik.Sebaliknya, ada pula diantara mereka yang lebih suka belajar pada sore

hari dan dites pada saat yang sama, namun hasilnya tidak memuaskan (Syah,

1990).

3. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari

materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional

yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai

tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991).

Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses

belajar siswa tersebut. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan

belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih pretasi belajar

yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau

reproductive.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi. Metode penelitian korelasi ini

bertujuan untuk menjelaskan dan mengungkapkan, secara tepat mengenai hubungan gaya

pola asuh orang tua dengan prestasi belajar IPA siswa.

Penelitian ini dilakukan di kelas VII B “Appreciation” SMP Joannes Bosco.

Peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui gaya pola asuh orang tua

siswa. Untuk memperkuat data, peneliti melakukan pengamatan kepada semua siswa

kelas VII B “Appreciation”. Setelah mendapatkan data angket, data angket ini kemudian

digunakan untuk menguji rata – rata gaya pola asuh dengan menggunakan uji F. Data

angket ini juga peneliti gunakan bersama dengan data nilai raport IPA siswa sebagai hasil

prestasi belajar dan diolah menggunakan SPSS 16 untuk mengetahui dampak gaya pola

asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Joannes Bosco yang

beralamatkan di jalan Melati Wetan 51 Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

2. Sampel

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh siswa kelas VII B

“Appreciation” yang berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 17

siswa laki – laki.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Joannes Bosco.Waktu penelitian dilaksanakan

pada semester II, dari tanggal 16 Maret sampai 25 Mei 2015 tahuan ajaran 2014/2015.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dipakai adalah teknik observasi,

angket, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data secara rinci dijelaskan sebagai

berikut:

1. Observasi

Saat observasi peneliti akan mengamati kecenderungan sikap siswa sesuai dengan

yang telah dibahas dalam bab 2, untuk mengetahui gaya pola asuh orang tua yang

diterapkan kepada mereka. Aspek lain yang diperhatikan dalam observasi ini yaitu:

kehadiran, sikap siswa saat mendengarkan pelajaran, kegiatan yang dilakukan selama

pelajaran berlangsung, bagaimana sikap siswa saat dalam diskusi kelompok, sikap siswa

saat diberi tugas oleh guru, apakah siswa menyelesaikan pekerjaan rumah, dan kesehatan

siswa.

Peneliti mengamati siswa dibantu dengan 31 poin, kemudian apabila ada poin

yang sesuai dengan keadaan siswa, peneliti memberikan tanda ceklis (√) pada nomor

kolom yang sesuai dengan nomor poin. Dalam proses pengambilan data observasi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

peneliti menggunakan rekaman video dengan catatan lapangan agar data yang diambil

lebih akurat.

Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengamatan maka peneliti

menggunakan tabel pengamatan sebagai alat bantu, dalam tabel 1 akan disajikan contoh

panduan observasi.

Tabel 1.Contoh Panduan Observasi

No. Inisial Nama

Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

No. Inisial Nama

Siswa

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

1. Tidak bahagia

2. Penakut

3. Cemas

4. Percaya diri rendah

5. Kurang inisiatif

6. Bergantung pada orang lain

7. Keterampilan sosial rendah

8. Pembangkang, tdk patuh

9. Pendiam

10. Gembira

11. Percaya diri

12. Memiliki rasa ingin tahu yang

sehat

13. Manja

14. Madiri

15. Memiliki kontrol diri yang baik

16. Memiliki keterampilan sosial yang

efektif

17. Termotivasi

18. Berprestasi di sekolah

19. Kontrol diri rendah

20. Malas

21. Moody

22. Impulsif

23. Agresif

24. Kurang bertanggung jawab

25. Tidak mau mengalah

26. Harga diri rendah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

27. Bolos Sekolah

28. Bermasalah dengan teman

29. Egois

30. Tidak termotivasi

31. Menuntut perhatian orang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

2. Angket

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui gaya pola asuh orang tua

apa saja yang diterapkan orang tua pada siswa kelas VII B “Appreciation”. Angket yang

dipakai dalam penelitian ini adalah angket tertutup.Angket tertutup adalah angket yang sudah

disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Suharsimi, 2006: 152). Alasan

memilih angket tertutup adalah agar siswa mudah mengisi jawaban mereka dan

mempermudah peneliti dalam proses analisis.

a. Angket Gaya Pola Asuh Orang Tua

Aspek yang ditanyakan dalam angket gaya pola asuh orang tua meliputi

karakteristik orang tua yang sudah dijelaskan dalam bab 2. Pada tabel 2 disajikan kisi –

kisi angket gaya pola asuh.

Tabel 2. Kisi - Kisi Angket Gaya Pola Asuh Orang Tua

No Variabel Indikator Nomor

Soal

1. Pola asuh otoriter Orang tua cenderung bersifat kaku 1,2

Orang tua selalu menghukum 3,4

Orang tua suka memaksakan kehendak 5,6,7

Kurang komunikasi antara orang tua

dan anak

8,9

Orang tua cenderung emosional dan 10,11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

bersikap menolak

2. Pola asuh otoritatif Orang tua memberi penjelasan tentang

dampak perilaku yang baik dan yang

buruk

12,13

Orang tua mendorong anak untuk

menyatakan pendapat atau pertanyaan

14,15,16

Orang tua melibatkan anak dalam

proses pengambilan keputusan dalam

keluarga

17,18

Orang tua menegakkan peraturan-

peraturan secara konsisten

19

Secara bertahap melonggarkan batasan

- batasan saat anak semakin

bertanggung jawab dan mandiri

20,21

3. Pola asuh mengabaikan Orang tua membiarkan semua tindakan

anak

22,23

Orang tua tidak pernah menghukum 24

Orang tua kurang membimbing anak 25,26

Orang tua kurang mengontrol anak 27,28

Orang tua nampak lebih sibuk

mengurus masalahnya sendiri

29,30

4. Pola asuh memanjakan Komunikasi sangat bergantung pada

anak

31,32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Jarang memberi hukuman pada perilaku

yang tidak tepat

33,34

Disiplin terhadap anak sangat longgar,

orang tua bersifat bebas

35,36

Orang tua sangat terlibat dalam

kehidupan anak- anak mereka

37,38

Orang tua membiarkan anak - anak

mereka melakukan apa yang mereka

inginkan

39,40

Contoh pernyataan angket:

1) Jika orang tua anda mempunyai pendapat, tidak ada satu pun anggota keluarga yang

boleh menyangkal

a. Sangat Benar

b. Benar

c. Kurang Benar

d. Tidak Benar

2) Ketika anda menyatakan pendapat atau keinginan anda, orang tua mendengarkan dan

mempertimbangkannya

a. Sangat Benar

b. Benar

c. Kurang Benar

d. Tidak Benar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

3) Saat anda pulang larut malam, orang tua tidak bertanya dan membiarkan saja

a. Sangat Benar

b. Benar

c. Kurang Benar

d. Tidak Benar

4) Orang tua mengurus semua kebutuhan dan keperluan anda sehari – hari

a. Sangat Benar

b. Benar

c. Kurang Benar

d. Tidak Benar

Penyataan angket sesuai dengan empat gaya pola asuh, selengkapnya perhatikan pada

lampiran 3.

3. Dokumentasi

Peneliti akan menggunakan data nilai raport siswa, dengan alasan nilai raport

merupakan niai yang mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.

E. Validitas

Sugiyono (2011:168), mengatakan bahwa instrumen yang valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah content validity (validitas isi) yaitu

isi dari instrumen yang akan digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Validitas menunjuk pada kesesuaian, penuh arti yang dibuat peneliti berdasarkan data yang

dikumpulkan.Kesimpulan valid bila sesuai dengan tujuan penelitian (Suparno, 2010: 68).

Untuk menguji validitas dalam penelitian ini, pengujian validitas dibantu dengan

menggunakan kisi - kisi instrumen. Dalam kisi - kisi ini terdapat variabel yang mau diteliti,

indikator sebagi tolak ukur dan nomor pernyataan yang telah dijabarkan dalam indikator.

Dengan kisi - kisi instrumen itu pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan

sistematis.

F. Metode Analisis Data

1. Gaya Pola Asuh Orang Tua

Gaya pola asuh orang tua diukur melalui angket gaya pola asuh orang tua. Gaya

pola asuh orang tua akan dianalisis dengan tahap - tahap sebagai berikut:

a. Penyekoran

Untuk setiap pernyataan tersedia 4 alternatif jawaban, dan siswa harus mengisi

sesuai dengan keadaan dirinya.Skor alternatif jawaban tersebut seperti dalam tabel 3.

Tabel 3. Penyekoran Untuk Setiap Pernyataan

No Alternatif Jawaban Skor Nilai

1 Sangat Benar 4

2 Benar 3

3 Kurang Benar 2

4 Tidak Benar 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

b. Klasifikasi Skor

Jumlah soal pernyataan ada 40 nomor, poin tertinggi dalam setiap pernyataan

adalah 4 dan terendah adalah 1, jadi skor minimalnya adalah 1 x 40 = 40 dan untuk

skor maksimalnya adalah 4 x 40 = 160. Rangenya adalah 160 – 40 = 120. Setelah

mendapatkan hasil range maka pembagian interval yaitu range dibagi dalam 4

interval, maka lebar interval 120 : 4 = 30. Klasifikasi skor gaya pola asuh orang tua

akan disajikan dalam tabel 4 berikut:

Tabel 4. Klasifikasi Skor

No Interval Keterangan Frekuensi {f (x)} %

1 130 - 160 Sangat Tinggi

2 100 – 129 Tinggi

3 70 - 99 Kurang Tinggi

4 40 – 69 Tidak Tinggi

c. Pola Asuh yang Dominan Diterapkan Orang tua

Klasifikasi gaya pola asuh orang tua ditetapkan berdasarkan prosentase yang

diperoleh setiap siswa. Prosentase ini dilakukan untuk mengetahui gaya pola asuh

orang tua yang dominan yang orang tua terapkan pada anak – anak kelas VII

Appreciation.

Prosentase gaya pola asuh orang tua = %100xTS

JS

JS = jumlah skor yang diperoleh

TS = total skor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

2. Korelasi

Dalam pengolahan data ini koefisien korelasi yang digunakan yaitu koefisien

korelasi Pearson.Koefisien diukur dengan koefisien korelasi, yang nilai terbesarnya

adalah 1. Koefisien korelasi Pearson dicari dengan rumusan matematika berikut:

r

22

yyxx

yyxx

ii

ii

xy

Keterangan:

rxy= koefisien korelasi antara variabel X dan Y

x = nilai variabel x

y = nilai variabel y

x rata – rata nilai variabel x

y rata – rata nilai variabel y

Variabel x = skor angket siswa

Variable y = nilai raport siswa

Dalam penelitian ini untuk mencari korelasi antara dua variabel digunakan SPSS

16.

Nilai r dapat bernilai positif atau negatif. Korelasi positif apabila kedua variabel

mempunyai hubungan yang linear, bila variabel X naik (bertambah besar) maka variabel

Y juga naik (bertambah besar). Korelasi negatif apabila variabel X bertambah besar dan

variabel Y menjadi kecil. Korelasi yang paling tinggi bernilai 1, 0 = tidak ada korelasi,

dan ± korelasi besar (Suparno, 2011: 58).

3. Uji F Anova

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Untuk menganalisis perbedaan diantara empat pola asuh digunakan uji F anova.

Perhitungan menggunakan program SPSS. Signifikan bila ada perbedaan antara keempat

gaya pola asuh sedangkan tidak signifikan bila tidak ada perbedaan antara keempat gaya

pola asuh.

a. Tes Multiple Comparisons (Membandingkan Mean)

Dari hipotesis nol: Ho: µ1 = µ2 = µ3

Hipotesis alternatif: Hi: not Ho.

Bila Ho ditolak dan Hi diterima, berarti bahwa ketiga kelompok means itu

berbeda. Maka masih perlu dipertanyakan mean mana yang sungguh berbeda

secara signifikan? Kemungkinannya dapat bermacam - macam seperti skema

dibawah ini:

1) µ1 = µ2 ≠ µ3

2) µ1 ≠ µ2 = µ3

3) µ1 ≠ µ2 ≠ µ3

4) µ1 = µ3 ≠ µ2

Dalam keadaan seperti ini diperlukan multiple comparison procedures

yaitu untuk menemukan mean mana yang berbeda secara signifikan. Cara yang

digunakan dapat menggunakan beberapa tes berikut:

1) Perbandingan Berpasangan

Kita dapat membandingkan setiap pasang mean lalu mengetesnya dengan

t-test untuk grup independen. Dari perbandingan dapat ditemukan mana yang

berbeda secara signifikan.

2) Multiple F Test

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Rumusan yang digunakan yaitu dengan critical differences (CD):

CD = ( critF2 )(1n

MSwithin )

Fcrit = nilai Fcrit dengan df = 1 untuk numerator dan dfwithin untuk

denumenator

n1 = banyak skor dalam setiap treatment (harus sama)

Kesimpulan:

Bila perbedaan 2 mean ≥ CD maka signifikan

3) Tukey Test

Test dengan rumusan critical difference sebagai berikut:

CD = qk (A

error

n

MS)

MSerror = error dari seluruh analisis varian

nA = banyak skor pada setiap kondisi treatment

Qk tergantung pada level signifikan yang diambil, banyak mean treatment

yang berbeda dalam perbandingan itu, dan df untuk MSerror dalam analisis

varian (Suparno, 2011: 90 - 96).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.Berikut adalah jadwal

dan proses pengumpulan data (tabel 5).

Tabel 5. Pelaksanaan Penelitian

Hari / Tanggal Pukul Kegiatan

Kamis, 26 Februari 2015 11.00 Minta surat ijin di sekertariat jurusan

P-MIPA

Kamis, 5 Maret 2015 09.00 Menyerahkan surat ijin ke sekolah dan

bertemu dengan guru pengampu IPA

kelas VII SMP Joannes Bosco

Senin, 16 Maret 2015 10.45 – 12.05 Observasi Awal

Selasa, 17 Maret 2015 10.10 – 11.30 Observasi Awal

Senin, 30 Maret 2015 10.45 – 12.05 Observasi

Selasa, 31 Maret 2015 10.10 – 11.30 Observasi

Selasa, 7 April 2015 10.10 – 11.30 Observasi

Kamis, 9 April 2015 11.45 – 13.05 Validitas angket oleh guru

Selasa, 14 April 2015 10.10 – 11.30 Observasi

Senin, 20 April 2015 10.45 – 12.05 Observasi

Selasa, 21 April 2015 10.10 – 11.30 Observasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Kamis, 23 April 2015 11.45 – 13.05 Observasi

Senin, 27 April 2015 10.45 – 12.05 Observasi

Selasa, 28 April 2015 10.10 – 11.30 Penyebaran Angket dan Observasi

Kamis, 21 Mei 2015 11.45 – 13.05 Observasi

Senin, 25 Mei 2015 10.45 – 12.05 Hari terakhir Observasi

Alasan peneliti memilih SMP Joannes Bosco Yogyakarta sebagai tempat

penelitian karena sekolah ini merupakan tempat peneliti menjalani masa PPL sehingga

sistem yang ada di sekolah ini tidak asing lagi bagi peneliti, rata – rata umur siswa SMP

kelas VII adalah 13 tahun, dengan umur ini orang tua masih sangat terlibat dalam

kehidupan siswa, dan menurut guru mata pelajaran IPA kelas ini merupakan salah satu

kelas yang paling susah diatur.

B. Deskripsi Kelas

Penelitian dilaksanakan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.Subyek dari

penelitian ini adalah siswa – siswi kelas VII B “Appreciation”.Jumlah siswa ada 28 siswa

yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 17 siswa laki – laki.Pelajaran IPA dilakukan di

ruang kelas atau di LAB IPA.

Saat pengambilan data, peneliti berada di dalam kelas dengan posisi duduk paling

belakang dengan tujuan agar peneliti dapat mengamati semua siswa, peneliti mengikuti

pelajaran sampai jam pelajaran IPA selesai. Dalam pengambilan data ini peneliti tidak

mengajar, peneliti mengamati aktivitas yang ada di dalam kelas, tetapi beberapa kali di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

hari Selasa peneliti mengisi satu jam pelajaran karena guru mata pelajaran IPA membantu

mengajar siswa kelas IX untuk persiapan mengikuti ujian nasional.

Posisi duduk siswa saat berada di dalam kelas, seperti gambar 1 dari deret yang

paling dekat pintu masuk biasanya ditempati oleh siswa puteri, kemudian deret ke dua

ditempati oleh sebagian siswa puteri dan sebagiannya lagi siswa putera, kemudian di

deret ke tiga dan ke empat ditempati oleh siswa putera. Posisi duduk siswa saat berada di

LAB, seperti gambar 2 dua deret yang paling dekat pintu masuk biasanya ditempati oleh

siswa putera, kemudian deret ke tiga ditempati oleh sebagian siswa puteri dan

sebagiannya lagi siswa putera, dan deret ke empat ditempati oleh siswa puteri. Berikut

adalah gambar posisi duduk siswa di kelas dan di LAB, gambar 1 menunjukkan posisi

duduk siswa saat berada di dalam kelas, dalam gambar ini terlihat keadaan siswa – siswi

di kelas sebelum pelajaran dimulai dan gambar 2 menunjukkan keadaan kelas saat guru

mengajar.

Gambar 1.Posisi duduk siswa saat berapa dai dalam kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Gambar 2.Posisi duduk siswa saat berada di LAB IPA

Secara keseluruhan sikap siswa di kelas ini sangat ramah dan akrab antar siswa

dengan siswa, siswa dengan guru dan dengan peneliti. Sikap siswa saat pelajaran

berlangsung, siswa putera lebih aktif dibandingkan dengan siswa puteri, siswa putera

sering membuat keributan tetapi tetap aktif mengikuti pelajaran, adapula beberapa siswa

putera yang pendiam, sedangkan siswa puteri mengikuti pelajaran dengan tenang hanya

ada beberapa siswa puteri yang sering bertanya saat pelajaran.

C. Data Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal mata pelajaran IPA kelas VII B

“Appreciation” yaitu pada hari Senin, selasa, dan Kamis. Hasil penelitian berupa data

observasi dan data angket yang akan disajikan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

1. Data Observasi

Pengambilan data observasi dilakukan sebanyak empatbelas kali dengan dua kali

observasi awal.Rincian lengkap hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 6.

Observasi pertama dan ke dua peneliti gunakan sebagai data observasi awal

dimana peneliti mulai berkenalan dengan siswa, mengetahui nama, kebiasaan saat

pembelajaran berlangsung, teman duduk, siswa yang aktif, siswa yang pasif, siswa

yang pendiam, dan siswa yang sering membuat keributan.

Sebelum jam pelajaran dimulai biasanya semua siswa sudah berada di dalam

kelas kecuali hari dimana ada jam olahraga karena siswa harus mengganti pakaian

olahraga ke seragam. Di kelas ini ada beberapa siswa yang sering bolos sekolah tetapi

sebagian besar rajin ke sekolah.

Pelajaran selalu diawali dengan guru memeriksa kesiapan siswa, memeriksa

pekerjaan rumah, dan memeriksa kelengkapan catatan siswa.Secara umum semua

siswa ini sudah mandiri dalam mempersiapkan diri mengikuti pelajaran, mengerjakan

pekerjaan rumah, dan memiliki catatan yang rapi dan lengkap, tetapi ada sebagian

kecil siswa yang belum mandiri walaupun sering mendapat teguran dan sangsi poin.

Pelajaran diawali dengan pembahasan pekerjaan rumah.Ada beberapa siswa

yang sering maju ke papan tulis untuk menuliskan jawaban mereka, tetapi sebagian

besar siswa khususnya siswa puteri tidak maju mengerjakan di papan tulis kecuali

disuruh oleh guru.Setelah siswa maju menuliskan jawabannya kemudian jawaban

tersebut digunakan guru untuk penjelasan sekaligus memeriksa jawaban tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Selain pembahasan pekerjaan rumah terkadang pelajaran diawali dengan

mencatat materi.Saat mencatat, secara umum siswa sudah rajin mencatat tetapi ada

beberapa siswa yang malas mencatat.

Saat guru memberikan penjelasan materi, ada beberapa siswa yang sering

membuat keributan sehingga guru dan siswa yang lain terganggu, akan tetapi, siswa –

siswa yang ribut ini merupakan siswa yang paling aktif di kelas, mereka sering maju

menuliskan jawaban pekerjaan rumah di papan tulis, dan aktif menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh guru.

Saat mendengarkan pelajaran ada dua siswa yang sering mendengarkan pelajaran

sambil tidur – tiduran.Di kelas ini juga terdapat satu siswa yang sangat pendiam. Ada

pula siswa yang sering jalan - jalan di dalam kelas walaupun guru sementara

menjelaskan materi. Selain jalan – jalan di kelas ada beberapa siswa yang sering

melamun saat pelajaran berlangsung.

Setelah guru menjelaskan materi kegiatan selanjutnya adalah mengerjakan

latihan soal.Siswa – siswi sering mengerjakan secara berkelompok, secara sendiri –

sendiri, dan bersama teman sebangku.Saat mengerjakan latihan soal ini ada siswa

yang sering tidak mengerjakannya.Sebelum mengerjakan latihan ada pula siswa yang

belum mengerjakan tetapi sudah langsung bertanya.

Pada hari observasi kelima peneliti menemukan siswa yang sama sekali tidak

terlibat dalam kegiatan apapun di dalam kelas. Kemudian di hari observasi ke empat

ada salah satu siswa yang membaca buku lain selain buku IPA, padahal selama

pelajaran ia sudah sering ditegur oleh guru karena tidak memperhatikan pelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Karena tetap tidak menghiraukan teguran guru akhirnya guru mengambil buku yang

sedang ia baca.

Secara umum, siswa putera di kelas ini lebih aktif walau sering membuat

keributan dari pada siswa puteri.Siswa puteri mengikuti pelajaran dengan baik dan

tenang walaupun ada beberapa siswa yang tenang tetapi tidak mengikuti pelajaran.

2. Data Angket

Jawaban angket gaya pola asuh orang tua diperiksa dan diberi skor sesuai dengan

ketentuan yang telah dikemukakan dalam BAB III. Jawaban angket secara lengkap

dapat dilihat pada lampiran 8. Hasil dari angket gaya pola asuh orang tua yang diisi

oleh siswa kelas VII Appreciation disajikan dalam tabel 6 berikut:

Tabel 6. Hasil Angket Gaya Pola Asuh

No. Nama Jumlah Skor

1 Siswa A 78

2 Siswa B 91

3 Siswa C 82

4 Siswa D 76

5 Siswa E 90

6 Siswa F 78

7 Siswa G 87

8 Siswa H 80

9 Siswa I 88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

10 Siswa J 97

11 Siswa K 86

12 Siswa L 80

13 Siswa M 73

14 Siswa N 81

15 Siswa O 63

16 Siswa P 92

17 Siswa Q 81

18 Siswa R 87

19 Siswa S 88

20 Siswa T 79

21 Siswa U 87

22 Siswa V 87

23 Siswa W 73

24 Siswa X 76

25 Siswa Y 75

26 Siswa Z 81

27 Siswa A’ 78

28 Siswa B’ 84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

3. Data Nilai

Data ini diperoleh dari nilai raport yang diberikan guru mata pelajaran dengan

standar kelulusan adalah 72.Pada tabel 7 disajikan nilai raport mata pelajaran IPA tiap

siswa, nilai yang diberi tanda merah menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak

memenuhi standar kelulusan.

Tabel 7. Nilai Raport Mata Pelajaran IPA

No. Nama Nilai

1 Siswa A

76

2 Siswa B 73

3 Siswa C 74

4 Siswa D

78

5 Siswa E 75

6 Siswa F 89

7 Siswa G

80

8 Siswa H 78

9 Siswa I

73

10 Siswa J 74

11 Siswa K

75

12 Siswa L 78

13 Siswa M

70

14 Siswa N 77

15 Siswa O 69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

16 Siswa P 71

17 Siswa Q 83

18 Siswa R 72

19 Siswa S

68

20 Siswa T 75

21 Siswa U 78

22 Siswa V 73

23 Siswa W 73

24 Siswa X

82

25 Siswa Y 79

26 Siswa Z

72

27 Siswa A’ 77

28 Siswa B’

68

D. Analisis

1. Analisis Gaya Pola Asuh Orang Tua

a. Analisis Data Observasi

Berdasarkan panduan observasi, kolom point yang paling banyak

dicentang yaitu pada point: 5 (kurang inisiatif), 8 (pembangkang, tidak patuh), 9

(pendiam), 11 (percaya diri), 12 (memiliki rasa ingin tahu yang sehat), 14

(mandiri), 15 (memiliki kontrol diri yang baik), 16 (memiliki keterampilan sosial

yang efektif), 17(termotivasi), 18(berprestasi di sekolah), 19(kontrol diri rendah),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

20 (malas), 24 (kurang bertanggung jawab), 30(tidak termotivasi), 31 (menuntut

perhatian orang lain), sebagian kecil ada di kolom point: 4(kurang percaya diri), 6

(bergantung pada orang lain), 7 (keterampilan sosial rendah), 10 (gembira), 13

(manja), 21 (moody), 22 (impulsif), 23 (agresif), 25 (tidak mau mengalah), 27

(bolos sekolah), 28 (bermasalah dengan teman), 29(egois), dan kolom point yang

tidak pernah dicentang adalah point: 1(tidak bahagia), 2 (penakut), 3(cemas), 26

(harga diri rendah).

Saat pembelajaran di kelas siswa – siswi kurang inisiatif untuk mencari

jawaban dari latihan soal atau soal tugas yang diberikan, biasanya sebelum

mengerjakan mereka sudah langsung bertanya pada guru bagaimana cara

mengerjakan soal tersebut. Di kelas ini ada beberapa siswa yang jarang terlibat

dalam kegiatan pembelajaran yaitu tidak mendengarkan pelajaran, membuat

keributan, sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah, dan ketika diberi soal

latihan tidak dikerjakan.Sebagian besar siswa ini terdapat siswa – siswi yang

sangat tenang hingga bisa dikatakan siswa yang pendiam. Walaupun dalam

mengerjakan latihan soal siswa – siswi kurang inisiatif tetapi secara keseluruhan

mereka sudah mandiri dalam mengurus diri mereka masing – masing, saat jam

pelajaran dimulai hampir semua siswa sudah berada di dalam kelas, langsung

menyiapkan buku pelajaran, dan mengikuti pelajaran dengan baik. Sebagian kecil

dari siswa – siswi ini memiliki kepercayaan diri yang baik, mereka aktif dalam

pelajaran dan sering maju ke papan tulis untuk menuliskan jawaban dari latihan

soal yang diberikan, tetapi mereka juga merupakan siswa yang menjadi pemicu

keributan di dalam kelas. Siswa – siswi di kelas ini sudah memiliki rasa ingin tahu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

yang tinggi. Ini terlihat saat guru memberi penjelasan materi, apabila ada yang

tidak dimengerti langsung bertanya dan saat mengalami kesulitan dalam

mengerjakan latihan soal mereka langsung bertanya pada guru atau pada

temannya. Di dalam kelas ini juga terdapat beberapa siswa yang tidak memiliki

kontrol diri yang baik sehingga mereka sering membuat keributan hingga guru

dan siswa – siswi yang lain terganggu, dan kurang bertanggung jawab dalam

pekerjaannya.Mereka tidak menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan, dan

saat di kelas tidak menyelesaikan bahkan ada yang tidak mengerjakan tugas yang

diberikan.

b. Analisis Data Angket

1). Klasifikasi Skor

Dari angket gaya pola asuh, diperoleh frekuensi dan prosentase secara

keseluruhan yang disajikan dalam tabel 8.

Tabel 8. Klasifikasi Skor

No Interval Keterangan Frekuensi {f (x)} %

1 130 - 160 Sangat Tinggi

2 100 – 129 Tinggi

3 70 - 99 Kurang Tinggi llllllllllllllllllllll 96,42

4 40 – 69 Tidak Tinggi 1 3,57

∑ 28 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 27 siswa dengan prosentase 96,42 %

berada di interval 70 – 99(kurang tinggi),dan (tidaktinggi) yaitu 1 siswa

dengan prosentase 3,57 % berada di interval 40 – 69. Hal ini menunjukkan

bahwa dari pernyataan – pernyataan keempat angket gaya pola asuh, sebagian

besar jawaban siswa berada di pilihan jawaban kurang benar dan tidak benar,

sehingga secara umum gaya pola asuh orang tua tidak berpengaruh pada

prestasi siswa.

2). Gaya Pola Asuh Yang Dominan Diterapkan Orang Tua

Klasifikasi gaya pola asuh orang tua ditetapkan berdasarkan prosentase

yang diperoleh setiap siswa. Prosentase ini dilakukan untuk mengetahui gaya

pola asuh orang tua yang diterapkanpada siswa – siswi kelas VII

Appreciation.

Prosentase gaya pola asuh orang tua = %100xTS

JS

JS = jumlah skor yang diperoleh

TS = total skor

Hasil dari angket gaya pola asuh orang tua, disajikan dalam tabel 9

berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Tabel 9. Hasil Angket Gaya Pola Asuh Orang Tua

No Jenis Pola Asuh Jumlah Skor yang

Diperoleh

Total Skor Prosentase

1. Pola asuh otoriter

Siswa A 21 44 47.72

Siswa B 16 44 36.36

Siswa C 19 44 43.18

Siswa D

14

44 31.81

Siswa E

21

44 47.72

Siswa F

16

44 36.36

Siswa G

14

44 31.81

Siswa H

21

44 47.72

Siswa I

24

44 54.54

Siswa J

32

44 72.72

Siswa K

18

44 40.90

Siswa L

18

44 40.90

Siswa M

17

44 38.63

Siswa N

23

44 52.27

Siswa O

22

44 50

Siswa P

23

44 52.27

Siswa Q

19

44 43.18

Siswa R

18

44 40.90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Siswa S

26

44 59.09

Siswa T

16

44 36.36

Siswa U

16

44 36.36

Siswa V

16

44 36.36

Siswa W

13

44 29.54

Siswa X

14

44 31.81

Siswa Y

14

44 31.81

Siswa Z

22

44 50

Siswa A’

13

44 29.54

Siswa B’

22

44 50

42,85

2. Pola asuh otoritatif

Siswa A

30

40 75

Siswa B

35

40 87.5

Siswa C

23

40 57.5

Siswa D

35

40 87.5

Siswa E

31

40 77.5

Siswa F

31

40 77.5

Siswa G

30

40 75

Siswa H

28

40 70

Siswa I

30

40 75

Siswa J

26

40 65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Siswa K

32

40 80

Siswa L

35

40 87.5

Siswa M

30

40 75

Siswa N

27

40 67.5

Siswa O

20

40 50

Siswa P

35

40 87.5

Siswa Q

33

40 82.5

Siswa R

31

40 77.5

Siswa S

30

40 75

Siswa T

27

40 67.5

Siswa U

31

40 77.5

Siswa V

37

40 92.5

Siswa W

34

40 85

Siswa X

28

40 70

Siswa Y

33

40 82.5

Siswa Z

32

40 80

Siswa A’

33

40 82.5

Siswa B’

34

40 85

76,875

3. Pola asuh mengabaikan

Siswa A

15

36 41.67

Siswa B

18

36 50

Siswa C

17

36 47.22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Siswa D

12

36 33.33

Siswa E

17

36 47.22

Siswa F

14

36 38.89

Siswa G

16

36 44.44

Siswa H

16

36 44.44

Siswa I

13

36 36.11

Siswa J

22

36 61.11

Siswa K

16

36 44.44

Siswa L

11

36 30.56

Siswa M

11

36 30.56

Siswa N

13

36 36.11

Siswa O

11

36 30.56

Siswa P

11

36 30.56

Siswa Q

13

36 36.11

Siswa R

13

36 36.11

Siswa S

15

36 41.67

Siswa T

16

36 44.44

Siswa U

14

36 38.89

Siswa V

10

36 27.78

Siswa W

11

36 30.56

Siswa X

15

36 41.67

Siswa Y

12

36 33.33

Siswa Z

13

36 36.11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Siswa A’

15

36 41.67

Siswa B’

10

36 27.78

38,69

4. Pola asuh memanjakan

Siswa A

12

40 30

Siswa B

22

40 55

Siswa C

23

40 57.5

Siswa D

15

40 37.5

Siswa E

21

40 52.5

Siswa F

17

40 42.5

Siswa G

27

40 67.5

Siswa H

15

40 37.5

Siswa I

21

40 52.5

Siswa J

17

40 42.5

Siswa K

20

40 50

Siswa L

16

40 40

Siswa M

15

40 37.5

Siswa N

18

40 45

Siswa O

10

40 25

Siswa P

23

40 57.5

Siswa Q

16

40 40

Siswa R

25

40 62.5

Siswa S

17

40 42.5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Siswa T

20

40 50

Siswa U

26

40 65

Siswa V

24

40 60

Siswa W

15

40 37.5

Siswa X

19

40 47.5

Siswa Y

16

40 40

Siswa Z

14

40 35

Siswa A’

17

40 42.5

Siswa B’

18

40 45

46,33

Data angket di atas digunakan untuk mengetahui rata – rata gaya pola asuh orang

tua dengan menggunakan uji F. Tabel 10 berikut merupakan hasil analisis uji F dengan

menggunakan SPSS 16.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Tabel 10. Rata – rata gaya pola asuh orang tua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Rata – rata gaya pola asuh otoriter ialah 18,86; gaya pola asuh otoritatif ialah

30,75; gaya pola asuh mengabaikan ialah 13,93; dan gaya pola asuh memanjakan

ialah 18,54. Rata – rata gaya pola asuh minimum ialah gaya pola asuh otoritatif 20;

otoriter 13; mengabaikan 10; memanjakan 10. Rata – rata gaya pola asuh

maksimum ialah gaya pola asuh otoritatif 37; otoriter 32; memanjakan 27;

mengabaikan 22.

Hasil anova pada tabel 10 diperoleh F = 96,114 dengan signifikan 0,000 <

0,05 maka signifikan. Jadi ada perbedaan diantara empat gaya pola asuh. Multiple

comparison digunakan untuk mengetahui gaya pola asuh mana yang sungguh

berbeda.

Dari tabel Multiple comparison di atas terlihat bahwa signifikan 0,990 > 0,05

maka tidak signifikan, pasangan yang tidak signifikan ialah rata – rata gaya pola

asuh otoriter dan memanjakan. Kesimpulannya hanya rata – rata gaya pola asuh

otoriter dan memanjakan saja yang sama sedangkan yang lain berbeda.

2. Analisis Gaya Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Mata Pelajaran IPA

Pada bagian ini peneliti mencari dampak gaya pola asuh orang tua terhadap

prestasi belajar mata pelajaran IPA menggunakan SPSS 16. Tabel 11 di bawah ini

menunjukkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Tabel 11. Hasil analisis secara umum

Dari tabel di atas dapat diketahui koefisien korelasi pearsonnya adalah - 0,137.

Untuk membuktikan apakah korelasi ini sungguh signifikan atau tidak maka harus

melakukan tes berikut:

Jika probabilitas ≤ α maka signifikan

Jika probabilitas ≥ α maka tidak signifikan

Dari tabel di atas, tidak signifikan untuk α = 0,05 karena p = 0,487 lebih besar

dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa gaya pola asuh yang diterapkan tidak berdampak

terhadap prestasi belajar siswa.

3. Menganalisis per gaya pola asuh orang tua.

Analisis ini dibuat untuk mengetahui dampak dari masing – masing gaya pola

asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa dengan menggunakan SPSS 16.

a. Gaya pola asuh otoriter

Pada tabel 12 di bawah ini, menunjukkan hasil analisis gaya pola asuh

otoriter terhadap prestasi belajar:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Tabel 12. Hasil Analisis Gaya Pola Asuh Otoriter Terhadap Prestasi

Belajar

Koefisien korelasi pearsonya = - 0,426.

Probabilitas ≤ α Signifikan

Probabilitas ≥ α Tidak Signifikan

Signifikan untuk alfa 0,05 karena p = 0,024 lebih kecil dari 0,05. Hubungan

kedua variabel sangat kuat, signifikan, dan tidak searah. Artinya, jika gaya

pola asuh otoriter diterapkan maka prestasi belajar akan menurun.

a. Gaya pola asuh otoritatif

Pada tabel 13 di bawah ini, menunjukkan hasil analisis gaya pola asuh

otoritatif terhadap prestasi belajar:

Tabel 13. Hasil Analisis Gaya Pola Asuh Otoritatif Terhadap Prestasi

Belajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Koefisien korelasi pearsonya = 0,077.

Probabilitas ≤ α Signifikan

Probabilitas ≥ α Tidak Signifikan

Tidak Signifikan untuk alfa 0,05 karena p = 0,698 lebih besar dari 0,05. Ini

menunjukkan bahwa gaya pola asuh otoritatif tidak berdampak terhadap

prestasi belajar siswa.

b. Gaya pola asuh mengabaikan

Pada tabel 14 di bawah ini, menunjukkan hasil analisis gaya pola asuh

otoritatif terhadap prestasi belajar:

Tabel 14. Hasil Analisis Gaya Pola Asuh Mengabaikan Terhadap Prestasi

Belajar

Koefisien korelasi pearsonya = 0,177.

Probabilitas ≤ α Signifikan

Probabilitas ≥ α Tidak Signifikan

Tidak Signifikan untuk alfa 0,05 karena p = 0,369 lebih besar dari 0,05. Ini

menunjukkan bahwa gaya pola asuh mengabaikan tidak berdampak pada

prestasi belajar siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

c. Gaya pola asuh memanjakan

Pada tabel 15 di bawah ini, menunjukkan hasil analisis gaya pola asuh

otoritatif terhadap prestasi belajar:

Tabel 15. Hasil Analisis Gaya Pola Asuh Memanjakan Terhadap Prestasi

Belajar

Koefisien korelasi pearsonya = 0,033.

Probabilitas ≤ α Signifikan

Probabilitas ≥ α Tidak Signifikan

Tidak Signifikan untuk alfa 0,05 karena p = 0,869 lebih besar dari 0,05. Ini

menunjukkan bahwa gaya pola asuh memanjakan tidak berdampak pada

prestasi belajar siswa.

E. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari gaya pola asuh orang tua

terhadap prestasi belajar siswa. Menurut Purwanto (2011), prestasi belajar adalah hasil

yang dicapai seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport,

sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi belajar seorang siswa dapat dilihat dari nilai

hasil belajar yang dicantumkan pada raport.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Sebagian besar siswa di kelas ini merupakan siswa yang aktif dalam

pembelajaran.Apabila ada materi yang tidak dimengerti mereka langsung bertanya pada

guru atau pada teman, mengerjakan tugas bersama, dan memiliki kepercayaan diri yang

baik saat mengikuti pelajaran, sehingga nilai yang diperoleh pun memuaskan. Hal ini

terlihat dari nilai raport yang mereka terima yaitu dari 28 siswa ada 5 siswa yang tidak

lulus sedangkan 23 siswa lainnya lulus.

Kelima siswa ini yaitu Siswa M, Siswa O, Siswa P, Siswa S, dan Siswa B’. Siswa

M, Siswa O, dan Siswa S merupakan siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, mereka

sering membuat keributan di kelas, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak

mengerjakan soal latihan saat pembelajaran berlangsung, tidak memiliki catatan yang

lengkap, dan tidak memperhatikan penjelasan guru, Siswa O sering bertengkar dengan

Siswa U. Posisi duduk, Siswa M selalu duduk bersama Siswa S. Saat pembelajaran

berlangsung Siswa P selalu tidur – tiduran dimejanya, dan sering tidak mengerjakan

pekerjaan rumah. Sedangkan Siswa B’ merupakan salah satu siswa yang ikut membuat

keributan, tetapi ia rajin mencatat, sering maju ke papan tulis untuk menuliskan jawaban

pekerjaan rumahnya.

Menurut Slameto (2010: 54-72) faktor keluarga merupkan salah satu faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar. Cara mendidik orang tua erat kaitannya dengan gaya pola

asuh orang tua. Menurut Diana Baumrind (1971,1996 dalam Santrock,2009: 100)

terdapat empat bentuk utama gaya pengasuhan. Keempat gaya pengasuhan itu ialah

otoriter, otoritatif, memanjakan, dan mengabaikan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

gaya pola asuh yang paling banyak orang tua terapkan pada siswa kelas VII

Appreciationadalah gaya pola asuh otoritatif, kemudian gaya pola asuh otoriter,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

kemudian gaya pola asuh memanjakan dan terakhir yang paling sedikit yaitu gaya pola

asuh mengabaikan.

Orang tua siswa kelas VII Appreciation ini tidak hanya menerapkan satu gaya

pola asuh saja, tetapi gabungan dari keempat gaya pola asuh ini, hanya ada satu gaya pola

asuh yang lebih sering diterapkan. Dari 28 siswa, ada 27 siswa yang orang tuanya

menerapkan gaya pola asuh otoritatif. Sedangkan satu siswa yaitu Siswa J, orang tuanya

menerapkan gaya pola asuh otoriter.

Hasil anova pada tabel 10 diperoleh F = 96,114 dengan signifikan 0,000 < 0,05

maka signifikan. Jadi ada perbedaan diantara empat gaya pola asuh. Multiple comparison

digunakan untuk mengetahui gaya pola asuh mana yang sungguh berbeda.

Dari tabel Multiple comparisonterlihat bahwa signifikan 0,990 > 0,05 maka tidak

signifikan, pasangan yang tidak signifikan ialah rata – rata gaya pola asuh otoriter dan

memanjakan. Kesimpulannya hanya rata – rata gaya pola asuh otoriter dan memanjakan

saja yang sama sedangkan yang lain berbeda. Sama berarti rata – rata gaya pola asuh

yang orang tua terapkan pada siswa sama yaitu dengan mean gaya pola asuh otoriter

18,86 dan gaya pola asuh memanjakan18,54. Sedangkan gaya pola asuh otoritatif dan

mengabaikan berbeda, mean gaya pola asuh otoritatif 30,75 dan mean gaya pola asuh

mengabaikan 13,93.

Pada proses pengambilan data, peneliti menggunakan data angket dan data nilai

raport siswa, kemudian data angket dan data nilai raport tersebut diolah menggunakan

SPSS 16. Menurut Sarwono (2009) besar koefisien korelasi berkisar antara +1 sampai

dengan -1. Jika Koefisien korelasi positif maka kedua variabel mempunyai hubungan

searah, artinya jika nilai variabel X tinggi maka nilai variabel Y akan tinggi pula.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan

terbalik, artinya jika nilai variabel X tinggi maka nilai variabel Y akan menjadi rendah.

Dari hasil analisis koefisien korelasi gaya pola asuh secara umum negatif dan

tidak signifikan(lihat tabel 11). Hal ini menunjukkan bahwasecara umum gaya pola asuh

orang tua tidak berdampak pada prestasi belajar siswa. Kemudian peneliti mengolah data

angket gaya pola asuh secara terpisah ditemukan bahwa koefisien korelasi gaya pola asuh

otoriter negatif dan signifikan (lihat tabel 12). Hal ini menunjukkan bahwaapabila orang

tua menerapkan gaya pola asuh otoriter maka prestasi belajar siswa akan menurun.

Sedangkan koefisien korelasi gaya pola asuh otoritatif, mengabaikan, dan memanjakan

positif dan tidak signifikan (lihat tabel 13, 14, dan 15). Hal ini menunjukkan bahwa

ketiga gaya pola asuh ini tidak berdampak pada prestasi belajar siswa.

Siswa – siswi di kelas ini menerima ke empat gaya pola asuh tersebut. Gaya pola

asuh otoritatif, mengabaikan, dan memanjakan tidak berdampak terhadap prestasi siswa

sedangkan gaya pola asuh otoriter berdampak terhadap pada prestasi siswa, apabila orang

tua menerapkan gaya pola asuh ini maka prestasi belajar siswa akan menurun.

Menurut peneliti, fakta di atas bisa terjadi karena pada gayapola asuh otoriter,

sebagian besar rutinitas yang dijalankan oleh siswa sudah ditentukan oleh orang tua dan

apabila mereka tidak mematuhinya maka akan diberi hukuman baik fisik maupun

nonfisik. Siswa – siswi ini berada dalam situasi di mana apa yang mereka lakukan,

dilakukan berdasarkan rasa takut. Mereka belajar karena takut mendapatkan hukuman

atau mematuhi peraturan karena takut.Dengan kondisi seperti ini siswa – siswi tidak

merasa nyaman dalam belajar sehingga walaupun mereka belajar tetapi pelajaran tersebut

tidak diingat dan dipahami oleh siswa sehingga prestasinya pun menurun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Prosentase gaya pola asuh otoritatif paling besar dibandingkan dengan gaya pola

asuh lainnya, tetapi gaya pola asuh ini tidak mampu membuat siswa memperoleh prestasi

belajar yang lebih baik. Jadi menurut peneliti, gaya pola asuh ini kurang mampu

membuat siswa untuk belajar lebih giat, karena walaupun orang tua sudah melibatkan

siswa dalam pengambilan keputusan, menciptakan suasana rumah yang nyaman, melatih

siswa untuk bertanggung jawab, mandiri, dan menegakkan peraturan – peraturan secara

konsisten, tetapi tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Menurut peneliti, walaupun prosentase gaya pola asuh memanjakan dan

mengabaikan kecil tetapi hal ini menunjukkan bahwa orang tua memiliki rasa sayang

yang berlebih terhadap anaknya dan orang tua tidak mampu memantau siswa selama 24

jam karena orang tua harus kerja dan memiliki kesibukan lainnya. Gaya pola asuh ini

juga tidak mampu untuk membuat siswa belajar lebih giat.

Jadi, menurut peneliti gaya pola asuh otoritatif, mengabaikan dan memanjakan

tidak berdampak terhadap prestasi belajar siswa, tetapi gaya pola asuh otoriter berdampak

buruk terhadap prestasi belajar siswa jadi sebaiknya orang tua mengurangi gaya pola asuh

otoriter karena dengan menerapkan gaya pola asuh ini prestasi belajar siswa akan

menurun.

Menurut Slameto (2010: 54-72) faktor keluarga menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar, tetapi dalam penelitian ini faktor keluarga tidak

berpengaruh dalam prestasi belajar sehingga ada faktor lain yang mempengaruhinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan:

1. Hasil nilai raport siswa kelas VII Appreciationyaitu dari 28 siswa ada 5 siswa

yang tidak lulus sedangkan 23 siswa lainnya lulus. Siswa yang tidak lulus

adalah Siswa M, Siswa O, Siswa P, Siswa S, dan Siswa B’.

2. Orang tua siswa kelas VII Appreciation menerapkan empat gaya pola asuh

yaitu gaya pola asuh otoriter, otoritatif, memanjakan, dan mengabaikan. Tetapi

gaya pola asuh otoritatif adalah gaya pola asuh yang paling sering orang tua

terapkan.

3. Dari keempat gaya pola asuh orang tua yang diterapkan, gaya pola asuh

otoritatif, mengabaikan, dan memanjakan tidak berdampak pada prestasi

belajar siswa sedangkan gaya pola asuh orang tua otoriter berdampak buruk

terhadap prestasi belajar siswa.

B. Saran

1. Melihat rata – rata penerapan gaya pola asuh otoriter cukup besar (72,72)

maka peneliti menyarankan agar orang tua tidak menerapkan gaya pola asuh

otoriter karena dalam penelitian ini terbukti gaya pola asuh otoriter bisa

berdampak buruk terhadap prestasi siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

2. Untuk data prestasi belajar siswa sebaiknya peneliti menggunakan hasil tes

yang dibuat sendiri agar dalam menganalisis bisa terlihat dengan jelas hasil

korelasinya.

3. Dalam teknik pengambilan data sebaiknya ditambahkan dengan wawancara

siswa, wawancara guru pengampu mata pelajaran IPA, wawancara guru wali

kelas, dan orang tua siswa agar data yang diperoleh lebih akurat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi dan Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto.Suharsimi. 1998. Proses Penelitian Suatu Pendekatan Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Awik, Hidayati. 2004. Jurnal Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Belajar

Siswa Kelas V MI Negeri Sindutan Temon Kulon Progo. Sukoharjo: Universitas

Veteran Bangun Nusantara

Hakim, Siti. 2013. Jurnal Peran Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Siswa” (Gaya pola

asuh demokratis dan otoriter) di sebuah Sekolah Dasar. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah

Hidayah, Siti. 2012. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas

V MI Negeri Sindutan Temon Kulon Progo (Skripsi). Yogyakarta: Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga

Hurlock, Elizabeth. 1989. Perkembangan Anak Jilid 2 edisi keenam. Jakarta: Penerbit

Erlangga

Junaidi, Iskandar. 2011. Mencetak Anak Unggul.Yogyakarta: Penerbit Andi

Papalia, Diane dkk. 2014. Menyelami Perkembangan Manusia. Jakarta: Penerbit salemba

Humanika

Purwanto.2006. Ilmu Pendidikan Teoretis dan praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Salim.1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Santrock, John. 2009. Psikologi Pendidikan edisi ketiga buku satu. Jakarta: Penerbit salemba

Humanika

Sarwono, Jonathan. 2008. Statistik Itu Mudah: Panduan Lengkap Untuk Belajar Komputasi

Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Slameto. 2010. Belajar & Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed methods). Bandung: Penerbit Alfabeta

Suparno, Paul. 2011. Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi. Yogyakarta:

Penerbit Universitas Sanata Dharma

Suparno, Paul. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Penerbit Universitas

Sanata Dharma

Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Lampiran 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Lampiran 2

PANDUAN OBSERVASI KARAKTERISTIK SISWA

Hari/Tanggal:

No. Inisial Nama

Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Siswa A

2 Siswa B

3 Siswa C

4 Siswa D

5 Siswa E

6 Siswa F

7 Siswa G

8 Siswa H

9 Siswa I

10 Siswa J

11 Siswa K

12 Siswa L

13 Siswa M

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

14 Siswa N

No. Inisial Nama

Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

15 Siswa O

16 Siswa P

17 Siswa Q

18 Siswa R

19 Siswa S

20 Siswa T

21 Siswa U

22 Siswa V

23 Siswa W

24 Siswa X

25 Siswa Y

26 Siswa Z

27 Siswa A’

28 Siswa B’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

No. Inisial

Nama

Siswa

20 21 22 23 24 25 26 27 28 No. Inisial

Nama

Siswa

20 21 22 23 24 25 26 27 28

1 Siswa A 19 Siswa S

2 Siswa B 20 Siswa T

3 Siswa C 21 Siswa U

4 Siswa D 22 Siswa V

5 Siswa E 23 Siswa W

6 Siswa F 24 Siswa X

7 Siswa G 25 Siswa Y

8 Siswa H 26 Siswa Z

9 Siswa I 27 Siswa A’

10 Siswa J 28 Siswa B’

11 Siswa K

12 Siswa L

13 Siswa M

14 Siswa N

15 Siswa O

16 Siswa P

17 Siswa Q

18 Siswa R

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

1. Tidak bahagia

2. Penakut

3. Cemas

4. Kurang percaya diri

5. Kurang inisiatif

6. Bergantung pada orang lain

7. Keterampilan sosial rendah

8. Pembangkang, tdk patuh

9. Pendiam

10. Gembira

11. Percaya diri

12. Memiliki rasa ingin tahu yang sehat

13. Manja

14. Madiri

15. Memiliki kontrol diri yang baik

16. Memiliki keterampilan sosial yang efektif

17. Termotivasi

18. Berprestasi di sekolah

19. Kontrol diri rendah

20. Malas

21. Moody

22. Impulsif (bersifat atau biasa bertindak secara tiba – tiba

menurut gerak hati)

23. Agresif

24. Kurang bertanggung jawab

25. Tidak mau mengalah

26. Harga diri rendah

27. Bolos Sekolah

28. Bermasalah dengan teman

29. Egois

30. Tidak termotivasi

31. Menuntut perhatian orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

Lampiran 3

ANGKET DAMPAK GAYA POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP

PRESTASI BELAJAR SISWA

A. Petunjuk Pengisian Angket

1. Berikut ini terdapat beberapa buah pertanyaan. Baca dan pahami baik - baik setiap

pertanyaan. Dalam skala ini anda diminta untuk memberikan salah satu jawaban

yang paling sesuai dengan keadaan diri anda, dengan cara memberikan tanda (√)

pada salah satu alternatif jawaban yang tersedia

SS : Bila anda merasa sangat benar pernyataan tersebut

S : Bila anda merasa benar pernyataan tersebut

KS: Bila anda merasa kurang benar pernyataan tersebut

TS : Bila anda merasa tidak benar pernyataan tersebut

2. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat dan keadaan yang sebenarnya, jawaban

Anda dijamin kerahasiannya dan tidak akan mempengaruhi nilai Anda

3. Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas

4. Teliti terlebih dahulu sebelum diserahkan kembali.

B. Identitas Responden

Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi jawaban anda pada tempat yang

telah disediakan sesuai dengan keadaan diri anda yang sebenarnya.

1. Nama:………………………………………………………………………

2. Usia:…………………………………………………………………………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

3. Jenis kelamin:……………………………………………………………

4. Anak ke:………………dari berapa bersaudara:……………………

5. Pendidikan terakhir ayah:………………………………………

6. Pendidikan terakhir ibu:……………………………………………

7. Pekerjaan ayah:…………………………………………………………

8. Pekerjaan ibu:………………………………………………………………

9. Lama waktu ayah bekerja setiap hari:………………………….(jam)

10. Lama waktu ibu bekerja setiap hari:……………………………..(jam)

11. Apakah Anda mengikuti kegiatan lain selain sekolah? Jika Ya, tuliskan

nama, jadwal, dan lamanya kegiatan tersebut berlangsung:

Nama…………………, Jadwal:………………….., Lamanya kegiatan

berlangsung: ………. (jam), dan jika tidak beri tanda (X):

……………………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

C. Pertanyaan -pertanyaan

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Sangat

Benar

Benar Kurang

Benar

Tidak

Benar

1. Jika orang tua Anda mempunyai pendapat,

tidak ada satu pun anggota keluarga yang

boleh menyangkal

2. Orang tua sering menolak pendapat yang

Anda kemukakan dalam menyelesaikan

permasalahan sehari - hari

3. Jika Anda ketahuan tidak mengerjakan tugas

fisika, orang tua langsung memukul

4. Jika prestasi belajar fisika Anda menurun

orang tua langsung menghukum

5. Orang tua memaksa Anda untuk selalu

mengisi waktu luang dengan belajar

6. Orang tua mengatur waktu belajar Anda,

tanpa menghiraukan waktu yang tepat bagi

Anda untuk belajar

7. Orang tua mengatur les fisika yang harus

Anda ikuti

8. Pada saat jam belajar dan Anda menyalakan

TV atau menggunakan Hp orang tua

langsung melarangnya tanpa memberi alasan

apapun

9. Di rumah, orang tua tidak pernah mengajak

ngobrol

10. Jika Anda terlibat masalah di sekolah, orang

tua tidak mau mengerti dengan alasan yang

Anda kemukakan

11. Orang tua langsung memarahi Anda ketika

Anda melakukan kesalahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

12. Orang tua memberi penjelasan tentang

dampak perilaku yang baik dan

mendukungnya

13. Orang tua memberi penjelasan tentang

dampak perilaku yang buruk dan

menganjurkan untuk ditinggalkan

14. Anda diikutsertakan dalam pembuatan

peraturan keluarga

15. Ketika Anda menyatakan pendapat atau

keinginan Anda, orang tua mendengarkan

dan mempertimbangkannya

16. Orang tua selalu memberi kesempatan

kepada Anda untuk menyampaikan masalah

Anda, terutama masalah kesulitan belajar

fisika

17. Orang tua melibatkan Anda dalam proses

pengambilan keputusan dalam keluarga

18. Dalam menentukan waktu belajar Anda,

orang tua menanyakan kepada Anda

19. Orang tua dan Anda sama - sama mematuhi

peraturan keluarga yang sudah dibuat

20. Orang tua semakin jarang mengingatkan

Anda untuk belajar

21. Anda akan belajar dengan sendirinya saat

waktu belajar

22. Saat Anda pulang larut malam, orang tua

tidak bertanya dan membiarkan saja

23. Jika Anda malas belajar, orang tua

membiarkan saja

24. Orang tua tidak pernah menghukum saat

Anda melakukan kesalahan

25. Pada saat Anda belajar fisika orang tua tidak

memperhatikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

26. Orang tua tidak mengetahui kesulitan belajar

fisika yang Anda alami

27. Orang tua tidak tahu hasil ulangan fisika

Anda, yang penting Anda selalu berangkat

ke sekolah

28. Saat waktu belajar orang tua tidak pernah

mengetahui apakah Anda belajar dengan

serius atau tidak

29. Orang tua Anda sibuk dengan pekerjaannya

sehingga orang tua tidak tahu jika Anda

sedang mengalami masalah dalam belajar

30. Orang tua Anda bekerja sampai larut malam

31. Pada saat Anda mempunyai keinginan untuk

keluar bersama teman – teman pada malam

hari, orang tua tidak melarang atau

menasehati

32. Jika Anda menonton TV atau bermain game

sampai larut malam orang tua tidak melarang

dan menasehati

33. Orang tua tidak pernah menghukum Anda

tetapi memakluminya, meskipun Anda

membolos sekolah

34. Orang tua tiak pernah menghukum Anda

meskipun Anda melakukan kesalahan yang

fatal

35. Di rumah, Anda belajar fisika atau tidak

orang tua tidak pernah menegur

36. Orang tua memberikan kebebasan kepada

Anda untuk bermain kemanapun yang Anda

suka

37. Orang tua mengurus semua kebutuhan dan

keperluan Anda sehari - hari

38. Orang tua selalu mengiyakan apapun yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

Anda inginkan

39. Anda tidak pernah mendapat larangan atau

teguran dari orang tua dalam setiap tindakan

yang Anda lakukan

40. Orang tua memberikan kebebasan kepada

Anda untuk melakukan apapun yang Anda

inginkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

Lampiran 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Lampiran 5

Data Observasi

Pengambilan data observasi dilakukan sebanyak empat belas kali dengan dua kali

observasi awal.

Observasi pertama dan ke dua peneliti gunakan sebagai data observasi awal di mana

peneliti mulai berkenalan dengan siswa, mengetahui nama, kebiasaan saat pembelajaran

berlangsung, teman duduk, siswa yang aktif, siswa yang pasif, siswa yang pendiam, dan

siswa yang sering membuat keributan.

Ketua kelas di kelas VII Appreciation ini adalah Siswa G. Siswa D dan Siswa L

adalah siswa yang sering membantu guru untuk fotocopy kisi – kisi soal ujian dan soal – soal

yang akan digunakan sebagai latihan dan pekerjaan rumah.

Saat guru memasuki kelas hampir semua siswa sudah berada di dalam kelas kecuali

pada hari observasi ke enam Siswa A, Siswa S, Siswa C, Siswa H, Siswa O, dan Siswa B’

belum ada di kelas karena belum selesai mengganti pakaian setelah selesai mengikuti mata

pelajaran olahraga.

Biasanya sebelum dan sesudah pelajaran ada doa bersama yang sering dipimpin oleh

Siswa K, Siswa G, Siswa X, dan Siswa V. Di kelas ini juga terdapat siswa yang sering bolos

sekolah yaitu Siswa U, Siswa Z, Siswa Y, dan Siswa S. Siswa C, Siswa W, Siswa P, dan

Siswa I juga pernah bolos selama observasi dilakukan.

Pelajaran selalu diawali dengan guru memeriksa kesiapan siswa.Secara umum semua

siswa ini sudah mandiri tetapi pada hari tertentu yaitu hari observasi ke dua belas Siswa I,

Siswa H, dan Siswa Z belum mempersiapkan buku dan alat tulis.Kemudian guru memeriksa

pekerjaan rumah. Beberapa siswa yaitu Siswa P, Siswa Y, Siswa K, Siswa U, Siswa L, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Siswa A adalah siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah tetapi siswa yang paling

sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah adalah Siswa P. Setelah memeriksa pekerjaan

rumah guru memeriksa kelengkapan catatan siswa, di hari observasi ke enam guru

menemukan siswa yang catatannya tidak lengkap yaitu Siswa S, Siswa V, Siswa O, Siswa B’,

Siswa U, Siswa I, dan Siswa W.

Pada observasi ke lima dan ke enam Siswa G tidak mengikuti pelajaran karena harus

mengikuti lomba mewakili sekolah. Selain Siswa G, ada pula siswa yang izin untuk

mengikuti kegiatan lain (pengisian kuisioner) yaitu Siswa L, Siswa D, Siswa G, Siswa R,

Siswa K, Siswa F, Siswa Y, Siswa E, Siswa A, dan Siswa Z.

Pelajaran diawali dengan pembahasan pekerjaan rumah, siswa yang sering maju ke

papan tulis untuk menuliskan jawaban mereka adalah Siswa V, Siswa K, Siswa C, Siswa G,

Siswa X, Siswa B’, Siswa Y, Siswa L, Siswa D, dan Siswa N, kemudian ada siswa yang

pernah maju menuliskan jawabannya yaitu Siswa M, Siswa N, Siswa A, Siswa D, dan Siswa

L. Setelah siswa – siswi ini maju menuliskan jawabannya kemudian guru memeriksa dan

membahas bersama – sama dengan siswa.

Selain pembahasan pekerjaan rumah terkadang pelajaran diawali dengan mencatat

materi. Saat mencatat, secara umum siswa sudah rajin mencatat tetapi ada beberapa siswa

yang malas mencatat yaitu Siswa S, Siswa C, Siswa O, Siswa B’, Siswa U, Siswa I, Siswa W,

Siswa P, Siswa S, Siswa G, Siswa R, dan Siswa M.

Saat guru memberikan penjelasan materi, ada beberapa siswa yang sering membuat

keributan sehingga guru dan siswa yang lain terganggu, siswa – siswa itu ialah Siswa G,

Siswa B’, Siswa M, Siswa K, Siswa V, Siswa S, Siswa C, Siswa U, dan Siswa O. Siswa X

dan Siswa Y juga pernah ikut membuat keributan. Akan tetapi, siswa – siswa yang ribut ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

merupakan siswa yang paling aktif di kelas, mereka sering maju menulikan jawaban

pekerjaan rumah di papan tulis, dan aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Saat mendengarkan pelajaran ada siswa yang sering mendengarkan pelajaran sambil

tidur – tiduran di meja yaitu Siswa P, Siswa O, Siswa B’, dan Siswa X, tetapi Siswa X

melakukannya ketika pada jam pelajaran di siang hari khususnya di hari Kamis. Di kelas ini

juga terdapat siswa yang sangat pendiam yaitu Siswa T. Ada pula siswa yang jalan - jalan di

dalam kelas walaupun guru sementara menjelaskan materi yaitu Siswa B’, Siswa K, Siswa G,

dan Siswa U. Selain jalan – jalan di kelas ada beberapa siswa yang sering melamun, yaitu

Siswa B’, Siswa P, dan Siswa O.

Setelah guru menjelaskan materi kegiatan selanjutnya adalah mengerjakan latihan

soal, siswa – siswi sering mengerjakan secara berkelompok, secara sendiri – sendiri, dan

bersama teman sebangku. Saat mengerjakan latihan soal ini ada siswa yang sering tidak

mengerjakannya yaitu Siswa W, Siswa S, dan Siswa M, kemudian siswa yang pernah tidak

mengerjakan latihan yaitu Siswa K, Siswa T, Siswa I, Siswa A, Siswa A’, Siswa B’, Siswa

U, dan Siswa G. Sebelum mengerjakan latihan ada pula siswa yang belum mengerjakan tetapi

sudah langsung bertanya yaitu Siswa Y, Siswa X, Siswa F, dan Siswa N, Siswa J, Siswa B’,

dan Siswa V.

Pada hari observasi kelima peneliti menemukan siswa yang sama sekali tidak terlibat

dalam kegiatan apapun di dalam kelas siswa itu ialah Siswa W. Kemudian di hari observasi

ke empat ada salah satu siswa yaitu Siswa Y yang membaca buku lain selain buku IPA,

padahal selama pelajaran ia sudah sering ditegur oleh guru karena tidak memperhatikan

pelajaran. Karena tetap tidak menghiraukan teguran guru akhirnya guru mengambil buku

yang sedang ia baca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Secara umum, siswa putera di kelas ini lebih aktif walau sering membuat keributan

dari pada siswa puteri.Siswa puteri mengikuti pelajaran dengan baik dan tenang walaupun

ada beberapa siswa yang tenang tetapi tidak mengikuti pelajaran. Ada beberapa siswa putera

yang pendiam yaitu Siswa T, Siswa B, Siswa J, dan Siswa R, tetapi tetap mengikuti pelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Lampiran 6

Hasil Angket Gaya Pola Asuh Orang Tua

No Jenis Pola Asuh Jumlah Skor yang

Diperoleh

Total Skor Prosentase

1. Pola asuh otoriter

Siswa A 21 44 47.72

Siswa B 16 44 36.36

Siswa C 19 44 43.18

Siswa D

14

44 31.81

Siswa E

21

44 47.72

Siswa F

16

44 36.36

Siswa G

14

44 31.81

Siswa H

21

44 47.72

Siswa I

24

44 54.54

Siswa J

32

44 72.72

Siswa K

18

44 40.90

Siswa L

18

44 40.90

Siswa M

17

44 38.63

Siswa N

23

44 52.27

Siswa O

22

44 50

Siswa P

23

44 52.27

Siswa Q

19

44 43.18

Siswa R

18

44 40.90

Siswa S

26

44 59.09

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Siswa T

16

44 36.36

Siswa U

16

44 36.36

Siswa V

16

44 36.36

Siswa W

13

44 29.54

Siswa X

14

44 31.81

Siswa Y

14

44 31.81

Siswa Z

22

44 50

Siswa A’

13

44 29.54

Siswa B’

22

44 50

42,85

2. Pola asuh otoritatif

Siswa A

30

40 75

Siswa B

35

40 87.5

Siswa C

23

40 57.5

Siswa D

35

40 87.5

Siswa E

31

40 77.5

Siswa F

31

40 77.5

Siswa G

30

40 75

Siswa H

28

40 70

Siswa I

30

40 75

Siswa J

26

40 65

Siswa K

32

40 80

Siswa L

35

40 87.5

Siswa M

30

40 75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Siswa N

27

40 67.5

Siswa O

20

40 50

Siswa P

35

40 87.5

Siswa Q

33

40 82.5

Siswa R

31

40 77.5

Siswa S

30

40 75

Siswa T

27

40 67.5

Siswa U

31

40 77.5

Siswa V

37

40 92.5

Siswa W

34

40 85

Siswa X

28

40 70

Siswa Y

33

40 82.5

Siswa Z

32

40 80

Siswa A’

33

40 82.5

Siswa B’

34

40 85

76,875

3. Pola asuh mengabaikan

Siswa A

15

36 41.67

Siswa B

18

36 50

Siswa C

17

36 47.22

Siswa D

12

36 33.33

Siswa E

17

36 47.22

Siswa F

14

36 38.89

Siswa G

16

36 44.44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Siswa H

16

36 44.44

Siswa I

13

36 36.11

Siswa J

22

36 61.11

Siswa K

16

36 44.44

Siswa L

11

36 30.56

Siswa M

11

36 30.56

Siswa N

13

36 36.11

Siswa O

11

36 30.56

Siswa P

11

36 30.56

Siswa Q

13

36 36.11

Siswa R

13

36 36.11

Siswa S

15

36 41.67

Siswa T

16

36 44.44

Siswa U

14

36 38.89

Siswa V

10

36 27.78

Siswa W

11

36 30.56

Siswa X

15

36 41.67

Siswa Y

12

36 33.33

Siswa Z

13

36 36.11

Siswa A’

15

36 41.67

Siswa B’

10

36 27.78

38,69

4. Pola asuh memanjakan

Siswa A

12

40 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Siswa B

22

40 55

Siswa C

23

40 57.5

Siswa D

15

40 37.5

Siswa E

21

40 52.5

Siswa F

17

40 42.5

Siswa G

27

40 67.5

Siswa H

15

40 37.5

Siswa I

21

40 52.5

Siswa J

17

40 42.5

Siswa K

20

40 50

Siswa L

16

40 40

Siswa M

15

40 37.5

Siswa N

18

40 45

Siswa O

10

40 25

Siswa P

23

40 57.5

Siswa Q

16

40 40

Siswa R

25

40 62.5

Siswa S

17

40 42.5

Siswa T

20

40 50

Siswa U

26

40 65

Siswa V

24

40 60

Siswa W

15

40 37.5

Siswa X

19

40 47.5

Siswa Y

16

40 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Siswa Z

14

40 35

Siswa A’

17

40 42.5

Siswa B’

18

40 45

46,33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Lampiran 7

Nilai Raport Mata Pelajaran IPA

No. Nama Nilai

1 Siswa A

76

2 Siswa B 73

3 Siswa C 74

4 Siswa D 78

5 Siswa E 75

6 Siswa F

89

7 Siswa G 80

8 Siswa H 78

9 Siswa I 73

10 Siswa J 74

11 Siswa K

75

12 Siswa L 78

13 Siswa M 70

14 Siswa N 77

15 Siswa O

69

16 Siswa P 71

17 Siswa Q 83

18 Siswa R

72

19 Siswa S 68

20 Siswa T 75

21 Siswa U

78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

22 Siswa V 73

23 Siswa W 73

24 Siswa X

82

25 Siswa Y 79

26 Siswa Z 72

27 Siswa A’ 77

28 Siswa B’ 68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

Lampiran 8

PANDUAN OBSERVASI KARAKTERISTIK SISWA

Hari/Tanggal: Senin, 27 April 2015

No. Inisial Nama

Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Siswa A √ √ √ √ √ √

2 Siswa B √

3 Siswa C √ √ √

4 Siswa D √ √ √ √ √ √

5 Siswa E √ √ √

6 Siswa F √ √ √ √ √

7 Siswa G √ √ √ √ √

8 Siswa H √ √ √ √ √

9 Siswa I √ √ √

10 Siswa J √ √ √ √

11 Siswa K √

12 Siswa L √ √

13 Siswa M √ √

14 Siswa N √ √ √ √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

No. Inisial Nama

Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

15 Siswa O √

16 Siswa P √ √ √ √ √

17 Siswa Q √ √ √ √ √ √ √ √

18 Siswa R √ √

19 Siswa S √

20 Siswa T √ √ √

21 Siswa U √ √ √

22 Siswa V √ √ √ √ √

23 Siswa W √ √ √

24 Siswa X √ √ √ √ √ √ √ √

25 Siswa Y √

26 Siswa Z

27 Siswa A’ √ √ √ √ √ √ √ √

28 Siswa B’ √ √ √ √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

No. Nama 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 No. Nama 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

1 Siswa A √ 19 Siswa S √ √ √

2 Siswa B √ 20 Siswa T

3 Siswa C √ √ 21 Siswa U √ √

4 Siswa D √ 22 Siswa V √ √

5 Siswa E √ 23 Siswa W √

6 Siswa F √ √ 24 Siswa X

7 Siswa G √ √ √ √ √ 25 Siswa Y √

8 Siswa H 26 Siswa Z

9 Siswa I √ √ 27 Siswa A’

10 Siswa J 28 Siswa B’ √ √

11 Siswa K √ √

12 Siswa L √ √

13 Siswa M √

14 Siswa N

15 Siswa O √ √

16 Siswa P √ √

17 Siswa Q

18 Siswa R √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

1. Tidak bahagia

2. Penakut

3. Cemas

4. Kurang percaya diri

5. Kurang inisiatif

6. Bergantung pada orang lain

7. Keterampilan sosial rendah

8. Pembangkang, tdk patuh

9. Pendiam

10. Gembira

11. Percaya diri

12. Memiliki rasa ingin tahu yang sehat

13. Manja

14. Madiri

15. Memiliki kontrol diri yang baik

16. Memiliki keterampilan sosial yang efektif

17. Termotivasi

18. Berprestasi di sekolah

19. Kontrol diri rendah

20. Malas

21. Moody

22. Impulsif (bersifat atau biasa bertindak secara tiba – tiba

menurut gerak hati)

23. Agresif

24. Kurang bertanggung jawab

25. Tidak mau mengalah

26. Harga diri rendah

27. Bolos Sekolah

28. Bermasalah dengan teman

29. Egois

30. Tidak termotivasi

31. Menuntut perhatian orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

Lampiran 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI