395
DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI TERHADAP PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA DISERTASI SAFRIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Dampak Kebijakan Migrasi Terhadap Pasar Kerja dan ...demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak... · pasar kerja dan masalah perekonomian Indonesia yang terlihat

Embed Size (px)

Citation preview

  • DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI TERHADAP PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA

    DISERTASI

    SAFRIDA

    SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan

    dalam disertasi saya yang berjudul:

    DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI TERHADAP PASAR KERJA DAN

    PEREKONOMIAN INDONESIA

    merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan bimbingan

    Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan

    rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam

    program sejenis di perguruan tinggi lain. Seluruh sumber data dan informasi yang

    digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

    Bogor, September 2008

    SAFRIDANRP. A 161030031

  • ABSTRACT

    SAFRIDA. The Impact of Migration Policy on Labor Market and Indonesian Economy (BONAR M. SINAGA as Chairman, HERMANTO SIREGAR and HARIANTO as Members of the Advisory Committee) The problem of internal and international migration is still faced by Indonesian government until the recent year. The internal migration problem is related to the concentration of migration in Java as a destination region, even though this region has high population and unemployment. The problem of international migration is caused by the high demand of professional migrant of the destination country. Some of internal and international migration policies have been regulated by the government to handle the problem.

    The main purpose of internal and international migration policies in Indonesia is to solve population distribution and labor market problem and improve economic condition in Indonesia. The objectives of this research are: (1) to describe the pattern of internal and international migration, labor market and Indonesian economy, (2) to analyze the factors that influence internal and international migration in Indonesia, and (3) to forecast the ex-ante (2009-2012) impact of some alternatives internal and international migration policies on labor market and Indonesian economy.

    To reach these objectives, a simultaneous equations model containing 58 structural equations and 30 identities equations are constructed. The analysis use time series 1985-2006 data. Model was estimated by 2SLS method and the SYSLIN procedure. Forecasting simulation used the Newton method and the SIMNLIN procedure.

    The results of the research indicate that the pattern of internal migration is still concentrated in Java, and the pattern of international migration in every island in Indonesian is concentrated in Malaysia, excluding Java, is in Arab Saudi.

    Factors influence the internal migration from other islands to Java is the amount of migrant from the previous period, on the contrary from Java to the other islands is influenced by the wages in Java and the demand for labor in destination regions. The factors influence international migration are the wages and the demand for labor in destination country.

    Generally, the impacts of internal migration policies on population distribution can decrease the amount of inmigration to Java. The policies, except minimum wage policy, can solve labor market problem through decreasing unemployment in each island, then the policies are also able to increase investment and consumption in each island, so that GRDP in each island is also increasing. The impacts of combination internal and international migration policies on labor market and Indonesian economy in each island are better than the impacts of single internal migration policy. The combination of depretiation, decreasing interest rate, and increasing infrastructure government expenditure can solve population distribution problem, labor market problem and those can increase Indonesian economy (2009-2012).

    Keywords: internal and international migration, labor market, Indonesian economy

  • RINGKASAN

    SAFRIDA. Dampak Kebijakan Migrasi Terhadap Pasar Kerja dan Perekonomian Indonesia (BONAR M. SINAGA sebagai Ketua, HERMANTO SIREGAR dan HARIANTO sebagai Anggota Komisi Pembimbing)

    Masalah migrasi internal dan internasional hingga saat ini terus dihadapi

    pemerintah Indonesia. Masalah migrasi internal adalah terkonsentrasinya arus tujuan migrasi ke Pulau Jawa, meskipun jumlah penduduk dan pengangguran di pulau tersebut cukup tinggi. Todaro menyatakan keputusan tersebut merupakan keputusan yang rasional. Para migran tetap migrasi ke daerah tujuan, meskipun pengangguran cukup tinggi di daerah tersebut. Tindakan ini dilakukan karena alasan yang kuat yaitu adanya perbedaan upah dan pendapatan antara daerah asal dan daerah tujuan. Para migran selalu membandingkan dan mempertimbangkan pasar tenaga kerja yang tersedia bagi mereka di daerah asal dan daerah tujuan. Kemudian akan memilih salah satunya jika dapat memaksimumkan keuntungan (Todaro, 1998). Sedangkan masalah migrasi internasional adalah belum berhasilnya pemerintah memenuhi tingginya permintaan tenaga kerja profesional oleh negara tujuan migran internasional Indonesia. Hingga saat ini tenaga kerja migran internasional Indonesia yang bersedia bekerja di luar negeri adalah tenaga kerja yang berpendidikan rendah.

    Berbagai kebijakan ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan utama kebijakan migrasi internal yang ditetapkan pemerintah adalah mengatasi masalah distribusi penduduk dan pasar kerja, serta meningkatkan kondisi makroekonomi di Indonesia. Sedangkan tujuan utama kebijakan migrasi internasional adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja migran internasional untuk mengurangi jumlah pengangguran dan menambah devisa negara. Hingga saat ini masih sulit bagi pemerintah untuk mencapai terlaksananya kebijakan tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi internal dan internasional, dan bagaimana dampak kebijakan migrasi internal dan internasional terhadap pasar kerja dan perekonomian Indonesia pada periode 2009-2012. Tujuan penelitian adalah: (1) mendeskripsikan perkembangan migrasi internal dan internasional, pasar kerja dan perekonomian Indonesia, (2) menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi migrasi internal dan internasional di Indonesia, dan (3) meramalkan dampak kebijakan migrasi internal dan internasional terhadap pasar kerja dan perekonomian Indonesia tahun 2009-2012.

    Tujuan tersebut dicapai dengan merumuskan model persamaan simultan yang terdiri dari 58 persamaan struktural dan 30 persamaan identitas. Analisis ini menggunakan data time series tahun 1985-2006. Model diestimasi dengan metode 2SLS dan prosedur SYSLIN. Simulasi historis dan peramalan menggunakan metode Newton dan prosedur SIMNLIN.

    Hasil penelitian menunjukkan arus migrasi internal di Indonesia masih tertuju ke Pulau Jawa dan arus migrasi internasional setiap pulau di Indonesia tertuju ke Malaysia, kecuali Pulau Jawa yang arus migrasi internasionalnya tertuju ke Arab Saudi.

    Faktor yang mempengaruhi migrasi dari luar Jawa ke Jawa adalah upah daerah asal dan jumlah migran pada periode sebelumnya, tetapi migrasi dari Jawa

  • ke luar Jawa dipengaruhi oleh upah di Jawa dan permintaan tenaga kerja di daerah tujuan. Faktor yang mempengaruhi migrasi internasional adalah upah dan permintaan tenaga kerja di negara tujuan.

    Umumnya kebijakan migrasi internal melalui peningkatan pengeluaran infrastuktur dan kebijakan migrasi internasional melalui depresiasi nilai tukar dapat mengatasi masalah distribusi penduduk melalui penurunan jumlah migran masuk ke Jawa dan peningkatan jumlah migran keluar Jawa, mengatasi masalah pasar kerja melalui penurunan jumlah pengangguran pada setiap pulau, dan meningkatkan kondisi perekonomian Indonesia yang terlihat dari peningkatan investasi, konsumsi rumah tangga dan GRDP masing-masing pulau. Sedangkan kebijakan migrasi internal melalui peningkatan upah minimum hanya dapat mengatasi masalah distribusi penduduk, tetapi tidak dapat mengatasi masalah pasar kerja dan masalah perekonomian Indonesia yang terlihat dari meningkatnya jumlah pengangguran dan menurunnya GRDP masing-masing pulau.

    Kombinasi kebijakan migrasi internal dan internasional melalui penurunan suku bunga, depresiasi nilai tukar dan peningkatan pengeluaran infrastruktur dapat mengatasi masalah distribusi penduduk yang terlihat dari penurunan jumlah migran masuk ke Jawa, peningkatan jumlah migran keluar Jawa dan peningkatan jumlah migran internasional. Kebijakan tersebut juga dapat mengatasi masalah pasar kerja melalui peningkatan permintaan tenaga kerja, penurunan pengangguran dan dapat memenuhi tuntutan pekerja dalam hal peningkatan upah. Selanjutnya kebijakan tersebut juga dapat meningkatkan kondisi perekonomian Indonesia melalui peningkatan investasi dan konsumsi rumah tangga pada periode 2009-2012. Kata Kunci: migrasi internal, migrasi internasional, pasar kerja dan

    perekonomian Indonesia.

  • Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

    1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

    penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

    b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

    karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB

  • DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI TERHADAP PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA

    SAFRIDA

    DISERTASI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

    Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

    SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • Judul Disertasi : DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI TERHADAP PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA

    Nama : SAFRIDA

    NRP : A161030031

    Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

    Bidang Konsentrasi : Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

    Menyetujui,

    1. Komisi Pembimbing,

    Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A. Ketua

    Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec Dr. Ir. Harianto, MS Anggota Anggota

    Mengetahui,

    2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Ekonomi Pertanian

    Prof. Dr. Ir Bonar M. Sinaga, M.A. Prof. Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian : 19 Agustus 2008 Tanggal Lulus : 10 September 2008

  • PRAKATA Puji Syukur Kehadirat ALLAH SWT yang telah memberi rahmat dan

    karunianya kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini yang

    berjudul DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI TERHADAP PASAR KERJA DAN

    PEREKONOMIAN INDONESIA. Penelitian dan disertasi ini dapat terlaksana

    berkat arahan, bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada

    kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang

    setinggi-tingginya kepada:

    1. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA sebagai Ketua Komisi Pembimbing, atas

    segala perhatian, bimbingan, saran, kritik dan motivasi yang selalu diberikan

    kepada penulis sejak masa perkuliahan di Institut Pertanian Bogor,

    penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengolahan data,

    hingga penyusunan disertasi.

    2. Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec dan Dr. Ir. Harianto, MS sebagai Anggota

    Komisi Pembimbing, atas segala perhatian, bimbingan, motivasi, arahan,

    saran dan kritik kepada penulis sejak masa penyusunan usulan penelitian,

    pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan disertasi.

    3. Prof. Dr. Bomer Pasaribu, SH, SE, MS., dan Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri

    Mangkuprawira, sebagai penguji luar komisi dan Dr. Sri Hartoyo sebagai

    pimpinan ujian terbuka yang telah memberikan kritik dan saran demi

    perbaikan disertasi ini.

    4. Rektor, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, dan Ketua Program Studi EPN yang

    berkenan memberi kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan di

    Institut Pertanian Bogor.

  • 5. Rektor, Dekan Fakultas Pertanian, dan Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

    Pertanian Universitas Syiah Kuala yang telah memberikan izin pada penulis

    untuk mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

    6. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional yang

    telah memberikan bantuan beasiswa BPPS Program Doktor di Sekolah

    Pascasajana IPB pada penulis.

    7. Pemda Nangroe Aceh Darussalam, dan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

    (BRR) Aceh yang telah memberikan dana penelitian pada saat bantuan

    beasiswa BPPS berakhir.

    8. Yayasan Damandiri yang juga telah memberi bantuan dana penelitian pada

    saat bantuan dana beasiswa BPPS berakhir.

    9. Pimpinan dan Staf Depnakertrans, BPS, dan PSE yang telah membantu dalam

    penyediaan data yang dibutuhkan penulis.

    10. Sekretariat Program Studi EPN (Ruby, Yani, Aam, bu Kokom, dan Pak Husen)

    yang telah banyak membantu meringankan segala pengurusan akademik sejak

    masa perkuliahan hingga penulisan draft disertasi. Sahabat setia (Femi

    Hadidjah Elly, Sitti Wajizah, Nurliana dan Evi Lisna dan keluarga), dan

    teman-teman ikatan mahasiswa Pascasarjana Aceh atas kebersamaan yang

    terjalin selama ini.

    11. Ayahanda H. Syammaun dan Ibunda Hj. Faridah tercinta, atas segala doa

    restu, dorongan semangat, perhatian, dan bantuan moril dan materil sehingga

    penulis mampu menyelesaikan penulisan draft disertasi ini.

    12. Suami tercinta Dr. Drh. Razali, M.Si dan ananda terkasih Rajwa Syafiqa atas

    segala doa, pengorbanan, dorongan semangat, kasih sayang, dan dukungan

    sepenuhnya bagi penulis hingga dapat menyelesaikan penulisan disertasi ini.

  • 13. Seluruh saudara-saudaraku tercinta (Keluarga Ir. Nila Fairiza dan Ir. M. Jailani

    Abubakar, M.Si, Ir. Marliza, M.T., Laiya Haviza, Amd., Laila Zahara, Spd.,

    dan Keluarga Safiran Nizar, SE), atas segala doa, dorongan semangat dan

    perhatian bagi penulis hingga penulis mampu menyelesaikan penulisan draft

    disertasi ini.

    14. Seluruh keluarga besar Alm. Mahyiddin Amin atas segala doa dan perhatian

    yang diberikan bagi penulis selama ini.

    Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Terima kasih.

    Penulis

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Banda Aceh tanggal 28 Mei 1968 sebagai anak

    keempat dari Ayahanda H. Syammaun Asyek dan Ibunda Hj. Faridah Hasyim.

    Pada tahun 1987 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 3

    Banda Aceh. Pendidikan Sarjana diselesaikan tahun 1993 pada jurusan Sosial

    Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Pada semester

    akhir kuliah, penulis lulus seleksi sebagai mahasiswa penerima tunjangan ikatan

    dinas dosen dan tahun 1993 diangkat sebagai staf pengajar pada jurusan Sosial

    Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Nanggroe Aceh

    Darussalam. Tahun 1996 penulis mendapat kesempatan tugas belajar pada

    Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian

    Bogor, dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun 2003 penulis menempuh

    Program Doktor di program studi yang sama di Institut Pertanian Bogor.

    Penulis menikah dengan Dr. Drh. Razali, M.Si dan dikaruniai seorang

    putri yaitu Rajwa Syafiqa.

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi

    DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x

    DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

    1.2. Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

    1.3. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

    1.4. Kegunaan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

    1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 14

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Perkembangan Migrasi di Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2.1.1. Migrasi Internal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2.1.2. Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    16

    16

    19

    2.2. Kebijakan Migrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2.2.1. Migrasi Internal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2.2.1.1. Kebijakan Migrasi Internal . . . . . . . . .. . . . . . . .

    2.2.1.2. Intrumen Kebijakan Migrasi Internal . . . . . . . .

    2.2.2. Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2.2.2.1. Kebijakan Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . .

    2.2.2.2. Instrumen Kebijakan Migrasi Internasional . . .

    24

    24

    24

    28

    29

    29

    32

    2.3. Tinjauan Studi Terdahulu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2.3.1. Migrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2.3.2. Pasar Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2.3.3. Makroekonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .

    33

    33

    38

    42

    III. KERANGKA TEORI

    3.1. Migrasi Penduduk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46

    3.1.1. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Migrasi . . . . . . . 47

    3.1.2. Transisi Migrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50

    i

  • 3.1.3. Karakteristik Migran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52

    3.1.4. Migrasi sebagai Investasi Human Capital . . . . . . . . . . . 53

    3.1.5. Beberapa Model Migrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55

    3.1.5.1. Model Migrasi Todaro . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55

    3.1.5.2. Model Migrasi Skedul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57

    3.1.5.3. Model Migrasi Dreher dan Poutvaara . . . . . . . . 58

    3.2. Pasar Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . 60

    3.2.1. Angkatan Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60

    3.2.2. Kesempatan Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62

    3.2.3. Upah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65

    3.2.4. Pengangguran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 69

    3.3. Variabel Makroekonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72

    3.3.1. Pendapatan Nasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72

    3.3.2. Konsumsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73

    3.3.3. Investasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . 74

    3.3.4. Pengeluaran Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75

    3.3.5. Ekspor Bersih . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77

    3.4. Hubungan Migrasi, Pasar Kerja dan Variabel Makroekonomi . . 78

    IV. METODOLOGI PENELITIAN

    4.1. Model Ekonomi Migrasi Indonesia . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . 85

    4.1.1. Blok Migrasi Internal dan Internasional . . . . . . . . . . . . 85

    4.1.1.1. Migrasi Internal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 85

    4.1.1.2. Migrasi Internasional . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . 89

    4.1.2. Blok Pasar Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 97

    4.1.2.1. Permintaan Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . 97

    4.1.2.2. Penawaran Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98

    4.1.2.3. Pengangguran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100

    4.1.2.4. Upah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100

    4.1.3. Blok Makroekonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 102

    4.1.3.1. Pendapatan Nasional . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . 102

    4.1.3.2. Pendapatan Disposibel . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . 103

    4.1.3.3. Konsumsi Rumah Tangga . . . . . . . . . . . . . . . . . 105

    ii

  • 4.1.3.4. Investasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . 106

    4.1.3.5. Devisa . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 108

    4.2. Identifikasi dan Metode Pendugaan Model . . . . . . . . . . . . . . . . 108

    4.3. Validasi Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 110

    4.4. Simulasi Kebijakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 112

    4.5. Defenisi dan Pengukuran Variabel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 117

    4.6. Jenis dan Sumber Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . 130

    V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA

    5.1. Migrasi Internal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 131

    5.1.1. Arus Migrasi Masuk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 131

    5.1.2. Arus Migrasi Keluar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 134

    5.2. Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 135

    5.3. Perkembangan Migrasi Internal dan Internasional dan Angkatan Kerja Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 143

    5.4. Perkembangan Pendapatan Migran Internal, Devisa Migran Internasional dan Perekonomian Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . 147

    VI. HASIL ESTIMASI MODEL EKONOMI MIGRASI INDONESIA

    6.1. Blok Migrasi Internal dan Internasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . 153

    6.1.1. Migrasi Internal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 155

    6.1.1.1. Migran Masuk dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain ke Jawa . . . . . . . . . . 155

    6.1.1.2. Total Migran Masuk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 162

    6.1.1.3. Migrasi Keluar dari Jawa ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . . . . . 163

    6.1.1.4. Total Migran Keluar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 170

    6.1.2. Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 171

    6.1.2.1. Migran dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain ke Malaysia . . . . . . . 174

    6.1.2.2. Migran dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain ke Arab Saudi . . . . . 185

    6.1.2.3. Migran dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain ke Singapura . . . . . . 192

    iii

  • 6.1.2.4. Migran dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain ke Hongkong. . . . . . 199

    6.1.2.5. Total Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . . . . . 205

    6.2. Blok Pasar Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 206

    6.2.1. Permintaan Tenaga Kerja di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . . . . . . . . . . . . 207

    6.2.2. Penawaran Tenaga Kerja di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . . . . . . . . . . . 214

    6.2.3. Pengangguran di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 222

    6.2.4. Upah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 223

    6.3. Blok Makroekonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 232

    6.3.1. Produk Domestik Regional Bruto di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . . . . . . . . . . . . 232

    6.3.2. Pendapatan Disposibel di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 232

    6.3.3. Konsumsi Rumah Tangga di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . . . . . . . . . . . . 233

    6.3.4. Investasi di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 241

    6.3.5. Devisa dari Tenaga Kerja Migran Internasional asal Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain . 247

    VII. DAMPAK KEBIJAKAN MIGRASI TERHADAP PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA

    7.1. Hasil Validasi Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 254

    7.2. Hasil Simulasi Kebijakan Periode Peramalan 2009- 2012 . . . . . 255

    7.2.1. Simulasi Peningkatan Upah Minimum Regional di Jawa 10 Persen dan Upah Minimum Regional di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain 15 Persen . . . . . . 261

    7.2.2. Simulasi Depresiasi Nilai Tukar Rupiah 5 Persen . . . . . . 266

    7.2.3. Simulasi Penurunan Suku Bunga 2 Persen dan Depresiasi Nilai Tukar 5 Persen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 270

    7.2.4. Simulasi Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur di Jawa 10 Persen dan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain 20 Persen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 274

    iv

  • 7.2.5. Simulasi Depresiasi Nilai Tukar 5 Persen, Penurunan Suku Bunga 2 Persen dan Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur di Jawa 10 Persen dan di Luar Jawa 20 Persen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 279

    7.3. Rangkuman dan Sintesis Dampak Simulasi Kebijakan Migrasi Internal dan Internasional terhadap Pasar Kerja dan Perekonomian Indonesia . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 282

    7.3.1. Rangkuman Dampak Simulasi Kebijakan Migrasi Internal dan Internasional terhadap Pasar Kerja dan Perekonomian Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 282

    7.3.2. Sintesis Kebijakan Ketenagakerjaan dan Migrasi di Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 287

    7.3.3. Sintesis Dampak Simulasi Kebijakan Migrasi Internal dan Internasional terhadap Pasar Kerja dan Perekonomian Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 295

    VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN

    8.1. Simpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 300

    8.2. Implikasi Kebijakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 302

    8.3. Saran Penelitian Lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . 303

    DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 305

    LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 312

    v

  • DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman 1. Jumlah Industri dan Pekerja yang Tersebar pada Pusat-pusat Industri

    di Indonesia Tahun 2006 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    4

    2. Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Menurut Kawasan Tahun 2001-2006. . . . .. . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    6

    3. Penerimaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran Indonesia Menurut Kawasan Tahun 2002-2005 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .

    7

    4. Jumlah Penduduk dan Pengangguran di Indonesia Berdasarkan Pulau Tahun 2001-2005 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    8

    5. Rata-rata Upah/Gaji Bersih Pekerja Selama Sebulan Menurut Pulau di Indonesia Tahun 2002-2006 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    9

    6. Studi Terdahulu Mengenai Migrasi, Pasar Kerja dan Perekonomian . .

    45

    7. Perkembangan Jumlah Penduduk, Penduduk Usia Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Tahun 2000-2005 . . . . . . . . . . . . . .

    61

    8. Jumlah dan Rata-rata Pertumbuhan Migrasi Masuk Seumur Hidup Menurut Pulau di Indonesia Tahun 1985-2005 . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    132

    9. Jumlah dan Rata-rata Pertumbuhan Migrasi Keluar Seumur Hidup Menurut Pulau di Indonesia Tahun 1985-2005. . . . . . . . . . . . . . . . . .

    135

    10. Jumlah Tenaga Kerja Migran Internasional Menurut Pulau dan Negara Tujuan Tahun 1985-2005 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    137

    11. Jumlah Tenaga Kerja Migran Internasional dan Penerimaan Devisa (Remittances) Menurut Pulau Tahun 1985-2005 . . . . . . . . . . . . . . . . .

    140

    12. Jumlah Migran Internal dan Internasional, Angkatan Kerja Menurut Pulau di Indonesia Tahun 1985-2005 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    144

    13. Pendapatan Migran Internal, Devisa Migran Internasional, Konsumsi Rumah Tangga dan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pulau di Indonesia Tahun 1985-2005 . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .

    149

    14. Hasil Estimasi Persamaan Migran Masuk dari Sumatera ke Jawa . . .

    156

    15. Hasil Estimasi Persamaan Migran Masuk dari Kalimantan ke Jawa .

    159

    16. Hasil Estimasi Persamaan Migran Masuk dari Sulawesi ke Jawa . . . .

    160

    vi

  • 17. Hasil Estimasi Persamaan Migran Masuk dari Pulau Lain ke Jawa . . .

    162

    18. Hasil Estimasi Persamaan Migran Keluar dari Jawa ke Sumatera . . . .

    164

    19. Hasil Estimasi Persamaan Migran Keluar dari Jawa ke Kalimantan .

    167

    20. Hasil Estimasi Persamaan Migran Keluar dari Jawa ke Sulawesi . . . .

    168

    21. Hasil Estimasi Persamaan Migran Keluar dari Jawa ke Pulau Lain . .

    169

    22. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Jawa ke Malaysia . . . . . . . . . .

    176

    23. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sumatera ke Malaysia . . . . . .

    178

    24. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Kalimantan ke Malaysia . . . .

    181

    25. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sulawesi ke Malaysia . . . . . . .

    183

    26. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Pulau Lain ke Malaysia . . . . .

    184

    27. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Jawa ke Arab Saudi . . . . . . . .

    186

    28. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sumatera ke Arab Saudi . . . . .

    188

    29. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Kalimantan ke Arab Saudi . . .

    188

    30. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sulawesi ke Arab Saudi . . . .

    189

    31. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Pulau Lain ke Arab Saudi . . .

    190

    32. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Jawa ke Singapura . . . . . . . . .

    192

    33. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sumatera ke Singapura . . . . .

    193

    34. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Kalimantan ke Singapura . . . .

    195

    35. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sulawesi ke Singapura . . . . . .

    196

    36. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Pulau Lain ke Singapura . . . .

    198

    37. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Jawa ke Hongkong . . . . . . . . .

    200

    38. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sumatera ke Hongkong . . . . .

    202

    39. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Kalimantan ke Hongkong . . .

    203

    40. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sulawesi ke Hongkong . . . . .

    204

    41. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Pulau Lain ke Hongkong . . . . 205

    vii

  • 42. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Jawa . . . . . . .

    209

    43. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Sumatera . . . .

    210

    44. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Kalimantan . .

    211

    45. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Sulawesi . . . .

    212

    46. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Pulau Lain. . .

    213

    47. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Jawa . . . . . . .

    216

    48. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Sumatera . . . .

    217

    49. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Kalimantan . .

    219

    50. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Sulawesi . . . .

    221

    51. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Pulau Lain . .

    222

    52. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Jawa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    225

    53. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Sumatera . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    227

    54. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Kalimantan. . . . . . . . . . . . . . . . . .

    228

    55. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Sulawesi . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    230

    56. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Pulau Lain . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    231

    57. Hasil Estimasi Persamaan Konsumsi Rumah Tangga di Jawa . . . . . .

    235

    58. Hasil Estimasi Persamaan Konsumsi Rumah Tangga di Sumatera. . . .

    237

    59. Hasil Estimasi Persamaan Konsumsi Rumah Tangga di Kalimantan .

    238

    60. Hasil Estimasi Persamaan Konsumsi Rumah Tangga di Sulawesi. . . .

    239

    61. Hasil Estimasi Persamaan Konsumsi Rumah Tangga di Pulau Lain . .

    240

    62. Hasil Estimasi Persamaan Total Investasi di Jawa . . . . . . . . . . . . . . . .

    243

    63. Hasil Estimasi Persamaan Total Investasi di Sumatera . . . . . . . . . . . .

    244

    64. Hasil Estimasi Persamaan Total Investasi di Kalimantan . . . . . . . . . .

    245

    65. Hasil Estimasi Persamaan Total Investasi di Sulawesi . . . . . . . . . . . .

    246

    66. Hasil Estimasi Persamaan Total Investasi di Pulau Lain . . . . . . . . . . . 247

    viii

  • 67. Hasil Estimasi Persamaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran Internasional asal Jawa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    249

    68. Hasil Estimasi Persamaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran Internasional asal Sumatera. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    250

    69. Hasil Estimasi Persamaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran Internasional asal Kalimantan .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    251

    70. Hasil Estimasi Persamaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran Internasional asal Sulawesi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    252

    71. Hasil Estimasi Persamaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran Internasional asal Pulau Lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    253

    72. Hasil Peramalan Variabel Endogen Tanpa Alternatif Kebijakan (Nilai Dasar) Tahun 2009-2012 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .

    258

    73. Hasil Simulasi Peningkatan Upah Minimum Regional di Jawa 10 Persen dan Upah Minimum Regional di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain 15 Persen (Simulasi 1) . . . . . . . . . . . . . . . . .

    263

    74. Hasil Simulasi Depresiasi Nilai Tukar 5 Persen (Simulasi 2) . . . . . .

    268

    75. Hasil Simulasi Penurunan Suku Bunga 2 Persen dan Depresiasi Nilai Tukar 5 Persen (Simulasi 3) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    272

    76. Hasil Simulasi Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur di Jawa 10 Persen dan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain 20 Persen (Simulasi 4) . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    276

    77. Hasil Simulasi Depresiasi Nilai Tukar 5 Persen, Penurunan Suku Bunga 2 Persen dan Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur di Jawa 10 Persen dan di Luar Jawa 20 Persen (Simulasi 5) . . . . . . . . . . . . . .

    280

    78. Rangkuman Dampak Simulasi Kebijakan Peramalan Tahun 2009-2012 . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 284

    ix

  • DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    Jumlah Remittances TKI untuk Indonesia Tahun 1983-2005 . Faktor-faktor yang Terdapat di Daerah Asal dan Daerah Tujuan serta Rintangan Antara.. Pilihan Kesempatan Kerja yang Optimal untuk Upah Riil Tertentu. Hubungan Migrasi dan Pasar Kerja . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Keterkaitan antara Remittances dan Pembangunan Ekonomi . Hubungan antara Migrasi, Pasar Kerja, dan Variabel Makroekonomi..

    7

    47

    64

    79

    82

    83

    x

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    1. Perkembangan Migrasi Masuk, Migrasi Keluar dan Migrasi Besih Tahun 1980, 1990, 1995 dan 2000 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .

    313

    2. Sumber Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    314

    3a. Program Estimasi Parameter Model Ekonomi Migrasi Indonesia Menggunakan Prosedur SYSLIN Metode 2SLS dengan Program SAS/ETS Versi 9*) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    316

    3b. Program Estimasi Parameter Model Ekonomi Migrasi Indonesia Menggunakan Prosedur SYSLIN Metode 2SLS dengan Program SAS/ETS Versi 9 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .

    319

    4. Hasil Estimasi Parameter Model Ekonomi Migrasi Indonesia Menggunakan Prosedur SYSLIN Metode 2SLS dengan Program SAS/ETS Versi 9 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    322

    5. Program Validasi Model Ekonomi Migrasi Indonesia Tahun 2001-2006 Menggunakan Prosedur SIMNLIN Metode Newton dengan Program SAS/ETS Versi 9. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    328

    6. Hasil Validasi Model Ekonomi Migrasi Indonesia Tahun 2001-2006 Menggunakan Prosedur SIMNLIN Metode Newton dengan Program SAS/ETS Versi 9. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    333

    7. Program Peramalan Variabel Eksogen Model Ekonomi Migrasi Indonesia Tahun 2009-2012 Menggunakan Prosedur Forecast Metode Trend-Linier Stepwise Autoregressive dengan Program SAS/ETS Versi 9. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    340

    8. Hasil Peramalan Variabel Eksogen Model Ekonomi Migrasi Indonesia Tahun 2009-2012 Menggunakan Prosedur FORECAST Metode Trend-Linier Stepwise Autoregressive dengan Program SAS/ETS Versi 9 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .

    342

    9. Program Peramalan Nilai Konstanta Variabel Endogen Model Ekonomi Migrasi Indonesia Tahun 2009-2012 Menggunakan Prosedur FORECAST Metode Trend-Linier Stepwise Autoregressive dengan Program SAS/ETS Versi 9 . . . . . . . . . . . . .

    362

    10. Program Peramalan Variabel Endogen Model Ekonomi Migrasi Indonesia Tahun 2009-2012 Menggunakan Prosedur SIMNLIN Metode Newton dengan Program SAS/ETS Versi 9 . . . . . . . . . . . .

    363

    xi

  • 11. Hasil Peramalan Variabel Endogen Model Ekonomi Migrasi Indonesia Tahun 2009-2012 Menggunakan Prosedur SIMNLIN Metode Newton dengan Program SAS/ETS Versi 9 . . . . . . . . . . . .

    368

    xii

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan.

    Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

    dengan kedua daerah tersebut. Tujuan utama migrasi adalah meningkatkan taraf

    hidup migran dan keluarganya, sehingga umumnya mereka mencari pekerjaan

    yang dapat memberikan pendapatan dan status sosial yang lebih tinggi di daerah

    tujuan (Tjiptoherijanto, 2000).

    Sejalan dengan definisi tersebut, Martin (2003) menyatakan migrasi adalah

    perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain, yang terjadi karena adanya

    perbedaan kondisi kedua daerah tersebut. Perbedaan terbesar yang mendorong

    terjadinya migrasi adalah kondisi ekonomi dan non ekonomi. Berdasarkan

    pengelompokannya, maka faktor yang mendorong migran untuk migrasi

    dibedakan dalam tiga kategori, yaitu faktor demand pull, supply push dan

    network. Faktor demand pull terjadi jika ada permintaan tenaga kerja dari daerah

    tujuan, seperti tenaga kerja Meksiko yang direkrut untuk bekerja pada sektor

    pertanian di Amerika. Faktor supply push terjadi jika tenaga kerja sudah tidak

    mungkin lagi memperoleh pekerjaan di daerahnya sendiri, sehingga mendorong

    mereka untuk migrasi ke daerah lain. Network factor merupakan faktor yang

    dapat memberi informasi bagi migran dalam mengambil keputusan untuk migrasi.

    Menurut Osaki (2003) migrasi penduduk terjadi karena adanya keperluan

    tenaga kerja yang bersifat hakiki (intrinsic labor demand) pada masyarakat

    industri modern. Pernyataan ini merupakan salah satu aliran yang menganalisis

    keinginan seseorang melakukan migrasi yang disebut dengan dual labor market

    theory. Menurut aliran ini, migrasi terjadi karena adanya keperluan tenaga kerja

  • 2

    tertentu pada daerah atau negara yang telah maju. Oleh karena itu migrasi bukan

    hanya terjadi karena push factors yang ada pada daerah asal tetapi juga adanya

    pull factors pada daerah tujuan.

    Aliran new economics of migration, beranggapan migrasi penduduk tidak

    hanya berkaitan dengan pasar kerja saja, tetapi berkaitan juga dengan keputusan

    lingkungan terdekat migran, terutama keluarganya. Berbeda dengan keputusan

    individu, keputusan keluarga lebih mampu menangani resiko dalam rumah tangga

    pada saat migrasi dilakukan, yaitu melalui diversifikasi alokasi sumber daya yang

    mereka miliki, seperti alokasi tenaga kerja keluarga. Beberapa anggota keluarga

    tetap berada di daerah asal, sementara yang lain bekerja di daerah atau negara

    lain. Alokasi tersebut merupakan upaya untuk meminimalkan resiko kegagalan

    yang dapat terjadi akibat migrasi. Selain itu, jika pasar kerja lokal tidak

    memungkinkan anggota keluarga yang berada di daerah asal memperoleh

    penghasilan yang memadai, maka pengiriman uang (remittances) yang dikirim

    oleh anggota keluarga yang bekerja di luar daerah atau luar negara dapat

    membantu ekonomi rumah tangga (Stark, 1991).

    Menurut Todaro (1998) migrasi internal sebagai proses alamiah yang

    menyalurkan surplus tenaga kerja di daerah pedesaan ke sektor industri modern di

    kota yang daya serap tenaga kerjanya lebih tinggi. Proses ini dipandang positif

    secara sosial, karena memungkinkan berlangsungnya suatu pergeseran

    sumberdaya manusia dari lokasi yang produk marjinal sosialnya nol ke lokasi

    yang produk marjinal sosialnya bukan hanya positif tetapi juga akan terus

    meningkat sehubungan dengan adanya akumulasi modal dan kemajuan teknologi.

    Berdasarkan teori-teori tersebut terlihat bahwa tujuan utama migrasi

    adalah meningkatkan taraf hidup migran dan keluarganya, sehingga masalah

  • 3

    migrasi masih dipandang sebagai suatu hal yang positif dalam pembangunan

    ekonomi. Fakta yang terjadi di negara berkembang berbeda dengan pandangan

    tersebut, dimana arus migrasi tenaga kerja dari pedesaan yang umumnya bekerja

    pada sektor pertanian jauh melampaui tingkat penciptaan atau penambahan

    lapangan pekerjaan khususnya sektor industri atau jasa-jasa layanan sosial di

    perkotaan.

    Pesatnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga merupakan penyebab

    meningkatnya jumlah penduduk migran. Sektor industri yang merupakan salah

    satu faktor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi, menjadi faktor penarik bagi

    migran yang berharap mendapat kesempatan kerja yang lebih baik. Kondisi ini

    juga terjadi di Indonesia, dimana Jawa yang merupakan daerah paling

    berkembang sektor industrinya dibanding daerah lain di Indonesia menjadi daerah

    tujuan utama migran luar Jawa untuk migrasi ke daerah tersebut.

    Tabel 1 memperlihatkan jumlah industri dan pekerja yang tersebar pada

    pusat-pusat industri di Indonesia. Tabel tersebut memperlihatkan sekitar 90

    persen jumlah industri pada pusat-pusat industri di Indonesia terdapat di pulau

    Jawa dan 42.7 persen diantaranya terdapat di Jawa Barat. Perkembangan industri

    ini mempengaruhi tumbuhnya kawasan bisnis dan jasa pendukung lainnya.

    Kondisi infrastruktur, transportasi, layanan publik, bisnis dan jasa di daerah

    tersebut terus membaik, sehingga keinginan migran dari luar Jawa untuk migrasi

    ke Jawa terus meningkat. Akibatnya jumlah migran yang datang ke pulau tersebut

    melebihi jumlah kesempatan kerja yang tersedia.

    Berdasarkan kondisi tersebut, maka migrasi tenaga kerja tidak dapat lagi

    mengatasi kelebihan permintaan tenaga kerja pada sektor industri di Jawa.

  • 4

    Sebaliknya, migrasi dapat menyebabkan surplus tenaga kerja dan memperburuk

    masalah pengangguran di daerah tersebut.

    Tabel 1. Jumlah Industri dan Pekerja yang Tersebar pada Pusat-pusat Industri di Indonesia Tahun 2006

    Jumlah Industri Jumlah Pekerja Wilayah

    Unit Persen Orang Persen Sumatera

    DKI Jakarta

    Jawa Barat

    Jawa Tengah

    Jawa Timur

    Sulawesi

    900

    1890

    4524

    567

    2539

    176

    8.49

    17.84

    42.70

    5.35

    23.96

    1.66

    225469

    363901

    1269600

    171880

    502209

    20080

    8.83

    14.25

    49.73

    6.73

    19.67

    0.79

    Total 10596 100.00 2553139 100.00 Sumber : Litbang Kompas, 2006 (diolah).

    Lampiran 1 menunjukkan perkembangan migrasi internal yang terjadi di

    Indonesia yang terdiri dari migrasi masuk, migrasi keluar dan total migrasi selama

    periode 1980-2000. Lampiran tersebut memperlihatkan selama periode 1980

    migrasi masuk terbanyak terdapat di DKI Jakarta dan Lampung, tetapi pada

    periode selanjutnya terdapat di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sedangkan migrasi

    keluar terbanyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tetapi jika ditinjau dari

    migrasi bersih, maka jumlah migrasi terbesar terdapat di DKI Jakarta.

    Sebagai suatu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan tingkat

    pengangguran yang tinggi, maka migrasi tenaga kerja ke luar negeri (migrasi

    internasional) merupakan salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut.

    Migrasi internasional merupakan proses perpindahan penduduk suatu negara ke

    negara lain. Umumnya orang melakukan migrasi ke luar negeri untuk

    memperoleh kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya.

    Suatu fakta memperlihatkan bahwa pengangguran, upah yang rendah, prospek

  • 5

    karir yang kurang menjanjikan untuk orang-orang yang berpendidikan tinggi dan

    resiko untuk melakukan investasi di dalam negeri merupakan faktor-faktor yang

    mempengaruhi seseorang melakukan migrasi ke luar negeri (Solimano, 2001).

    Saat ini Indonesia dihadapkan pada masalah tenaga kerja, yaitu tingginya

    jumlah pengangguran. Kondisi ini terjadi karena jumlah penduduk usia kerja dan

    kasus Pemutusan Hubungan Kerja yang terus meningkat akibat krisis ekonomi.

    Sekitar Februari 2005 dan 2006 penduduk usia kerja tumbuh dari 155.6 juta orang

    menjadi 159.3 juta orang atau bertambah 3.7 juta orang. Angkatan kerja

    meningkat dari 105.8 juta orang menjadi 106.3 juta orang atau bertambah 479 ribu

    orang. Jumlah pekerja meningkat dari 94.9 juta orang menjadi 95.2 juta orang

    atau meningkat sebanyak 229 ribu orang. Sementara jumlah penganggur

    meningkat dari 10.8 juta orang menjadi 11.1 juta orang atau bertambah 250 ribu

    orang (BPS, 2006). Melihat kondisi ini, pemerintah melalui menteri tenaga kerja

    berusaha untuk mengurangi jumlah pengangguran dengan mengirim tenaga kerja

    Indonesia ke luar negeri.

    Migrasi internasional merupakan fenomena menarik dalam mengatasi

    masalah tenaga kerja di Indonesia. Pada situasi tingkat pengangguran yang terus

    meningkat, Indonesia mendapatkan keuntungan dari mengirimkan tenaga kerja ke

    luar negeri. Selain dapat mengatasi masalah pengangguran, pengiriman tenaga

    kerja migran juga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan menambah

    devisa negara.

    Negara-negara tujuan utama migran adalah Malaysia, Timur Tengah,

    Singapura dan Hongkong, dan sejak tahun 2005 terjadi penambahan permintaan

    tenaga kerja migran Indonesia ke Taiwan dalam jumlah yang cukup besar.

    Kondisi ini terjadi karena terbukanya kesempatan kerja di negara-negara tersebut.

  • 6

    Tabel 2 memperlihatkan penempatan tenaga kerja migran Indonesia menurut

    kawasan tahun 2001-2006.

    Tabel 2. Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Menurut Kawasan Tahun 2001-2006

    (Orang) Negara Tujuan 2001 2002 2003 2004 2005 2006

    Saudi Arabia Malaysia Singapura Brunei Hongkong Jepang Korea Taiwan Belanda Amerika Serikat Negara lain

    103235 110490 34295

    5773 23929

    1543 3391

    38119 19

    138 16267

    213603 152680 16071

    8502 20431

    444 4273

    35922 1268

    40 26460

    169038 89439

    6103 1146 3509 100

    7495 1930

    30 171

    12730

    203446 127175

    9131 6503

    14183 85

    2924 969

    3 17

    16254

    150235 201887 25087

    4978 12143

    102 4506

    48576 0 0

    26796

    307427 270099 9075 2780 13613

    21 3100

    28090 0 0

    45795Total 339200 481696 293694 380690 474310 680000

    Sumber: Depnakertrans, 2006. Tabel 2 memperlihatkan adanya peningkatan pengiriman tenaga kerja

    migran dari tahun ke tahun. Peningkatan ini disebabkan oleh selain disebabkan

    oleh faktor pendorong, juga disebabkan oleh adanya faktor penarik. Faktor

    penarik dapat dilihat dari tingginya permintaan tenaga kerja migran Indonesia

    untuk bekerja di luar negeri, khususnya tenaga kerja profesional. Tenaga kerja

    migran profesional yang dibutuhkan oleh negara tujuan adalah perawat dan

    pekerja pada restoran, tetapi hingga saat ini tenaga kerja migran internasional

    yang bersedia bekerja di luar negeri adalah tenaga kerja dengan tingkat

    pendidikan rendah.

    Pengiriman tenaga kerja migran dalam jumlah besar akan memberikan

    sumbangan devisa yang besar bagi negara. Devisa ini diperoleh dari kiriman uang

    (remittances) tenaga kerja migran kepada anggota keluarganya yang meningkat

    cepat dalam beberapa tahun terakhir. Gambar 1 memperlihatkan tahun 2005

    jumlah remittances mencapai lebih dari 3 milyar dollar Amerika.

  • 7

    Gambar 1. Jumlah Remittances Tenaga Kerja Migran untuk Indonesia Tahun 1983-2005

    Depnakertrans menargetkan tahun 2006 perolehan devisa dari kiriman

    uang tenaga kerja migran kepada keluarganya sebesar lima hingga tujuh milyar

    dolar Amerika. Jumlah ini lebih tinggi dibanding devisa selama tahun 2005 yaitu

    sekitar 3 milyar dollar Amerika yang berasal dari tenaga kerja migran yang

    dikirim ke 15 negara tujuan seperti Jepang, Taiwan dan Qatar. Tabel 3

    memperlihatkan jumlah devisa yang diperoleh negara dengan pengiriman tenaga

    kerja migran selama tahun 2002-2005.

    Tabel 3. Penerimaan Devisa dari Tenaga Kerja Migran Indonesia Menurut Kawasan Tahun 2002-2005

    2002 2003 2004 2005 Kawasan TKI

    (Orang) Devisa

    (000 US $) TKI

    (Orang)Devisa

    (000 US$)TKI

    (Orang)Devisa

    (000 US$) TKI

    (Orang) Devisa

    (000 US$)Asia Pasifik Amerika

    Eropa

    TimTeng dan Afrika

    238324

    40

    68

    241961

    1812660.8

    221.8

    443.5

    384693.7

    109722

    171

    202

    183770

    834531.0

    948.0

    1317.5

    292175.8

    160970

    17

    4

    219699

    1224316.5

    119.7

    123.8

    349229.9

    297291

    0

    0

    177019

    2628147.7

    0

    0

    281386.5

    Total 480393 2198019.8 293865 1128972.3 380690 1573789.9 474310 2909534.2Sumber: Depnakertrans, Ditjen PPTKLN

    Source: IMF, Balance of Payments Statistics Yearbooks, 2006 (Hugo, 2007)

  • 8

    1.2. Perumusan Masalah

    Ketimpangan pasar kerja merupakan masalah utama dalam proses

    pembangunan di Indonesia. Ketimpangan ini terjadi karena jumlah angkatan kerja

    di Indonesia jauh lebih besar dibanding kemampuan penyerapan tenaga kerja,

    sehingga jumlah penggangguran semakin meningkat.

    Migrasi dianggap sebagai suatu proses alamiah yang menyalurkan surplus

    tenaga kerja pada suatu daerah ke daerah yang tingkat daya serap tenaga kerjanya

    tinggi, khususnya daerah-daerah yang mempunyai sektor industri modern. Jawa

    yang merupakan salah satu daerah yang paling berkembang sektor industrinya di

    Indonesia menjadi daerah tujuan migran yang paling diminati oleh migran dari

    luar Jawa.

    Ditinjau dari jumlah penduduk dan pengangguran, Jawa merupakan

    kawasan yang paling besar jumlah penduduk dan penganggurannya yaitu 60

    persen dari total penduduk dan pengangguran di Indonesia terdapat di pulau

    tersebut. Namun kondisi ini tidak menurunkan keinginan penduduk di luar Jawa

    untuk migrasi ke Jawa. Tabel 4 memperlihatkan jumlah penduduk dan

    pengangguran di Indonesia berdasarkan pulau tahun 2001-2005.

    Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Pengangguran di Indonesia Berdasarkan Pulau Tahun 2001-2005

    Penduduk

    (000 orang) Pengangguran

    (000 orang) Pulau

    2001 2005

    Pertumbuhan (%)

    2001 2005

    Pertumbuhan (%)

    Sumatera

    Jawa

    Kalimantan

    Sulawesi

    Pulau Lain

    39139

    121621

    11117

    14600

    15154

    46294

    127793

    12583

    15998

    16536

    3.4

    1.0

    2.5

    1.8

    1.8

    1461

    5227

    299

    619

    398

    2147

    6884

    428

    856

    561

    8.0

    5.7

    7.4

    6.7

    7.1

    Sumber : Badan Pusat Statistik 2001-2005

  • 9

    Kondisi yang diperlihatkan pada Tabel 4 memperkuat asumsi Todaro yang

    menyatakan migrasi merupakan fenomena ekonomi, dimana keputusan untuk

    migrasi merupakan keputusan yang rasional. Para migran tetap migrasi ke daerah

    tujuan, meskipun pengangguran cukup tinggi di daerah tersebut. Tindakan ini

    dilakukan mereka karena alasan yang kuat yaitu adanya perbedaan upah dan

    pendapatan antara daerah asal dan daerah tujuan. Para migran selalu

    membandingkan dan mempertimbangkan pasar tenaga kerja yang tersedia bagi

    mereka di daerah asal dan daerah tujuan. Kemudian akan memilih salah satunya

    jika dapat memaksimumkan keuntungan (Todaro, 1998).

    Ditinjau dari sisi upah yang berlaku pada masing-masing pulau di

    Indonesia, asumsi tersebut belum sesuai dengan kondisi yang terjadi di Indonesia.

    Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 5 yang menunjukkan rata-rata upah/gaji

    bersih pekerja selama sebulan menurut pulau di Indonesia.

    Tabel 5. Rata-rata Upah/Gaji Bersih Pekerja Selama Sebulan Menurut Pulau di Indonesia Tahun 2002-2006

    Upah/Gaji (Rp/Bulan) Pulau

    2002 2003 2004 2005 2006 Pertumbuhan

    (persen) Sumatera

    Jawa

    Kalimantan

    Sulawesi

    Pulau Lain

    711585

    753265

    908281

    623080

    678670

    754925.3

    751181.6

    927990.5

    742939.2

    797556.7

    798265

    749100

    947700

    862800

    916440

    784945

    755550

    975145

    739025

    903890

    870985

    802885

    1021670

    803015

    949305

    4.1

    1.3

    2.4

    5.2

    6.9

    Sumber : Badan Pusat Statistik 2002-2006 Tabel 5 memperlihatkan rata-rata upah tertinggi terdapat di Kalimantan.

    Sedangkan rata-rata upah di Jawa lebih rendah dibandingkan dengan upah yang

    berlaku di luar Jawa, tetapi Jawa tetap menjadi daerah tujuan utama para migran

    di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian untuk melihat faktor apa

  • 10

    yang mempengaruhi penduduk dari pulau-pulau lain di luar Jawa migrasi ke Pulau

    Jawa.

    Kenyataan ini memperlihatkan migrasi internal khususnya migrasi masuk

    ke Jawa dapat menyebabkan surplus tenaga kerja dan meningkatkan masalah

    pengangguran di pulau tersebut. Oleh karena itu beberapa kebijakan telah

    ditetapkan pemerintah untuk mengatasi masalah terkonsentrasinya penduduk di

    Pulau Jawa, terutama pasca kemerdekaan. Kebijakan tersebut adalah undang-

    undang yang mengatur penyelenggaraan transmigrasi (Undang-Undang Nomor

    29/1960 tentang pokok-pokok penyelenggaraan transmigrasi, yang kemudian

    disempurnakan dengan undang-undang nomor 3/1972 tentang ketentuan-

    ketentuan pokok transmigrasi dan Undang-Undang Nomor 15/1997 tentang

    ketransmigrasian). Pada Undang-Undang Nomor 29/1960 lebih menitik beratkan

    pada jenis penempatan transmigrasi spontan secara teratur dalam jumlah yang

    besar. Undang-Undang Nomor 3/1972 menitikberatkan pada penempatan

    penduduk di wilayah-wilayah strategis, dan adanya berbagai sanksi atas

    pelanggaran perundang-undangan sebagai pelanggaran hukum. Undang-Undang

    Nomor 15/1997 berorientasi pada pengaturan pemukiman dan lahan, serta

    memperbaiki sarana jalan dan transportasi di daerah tujuan (Warsono, 2004).

    Kebijakan migrasi yang berjalan hingga saat ini merupakan kebijakan

    bersifat direct policy yang mengatur perpindahan penduduk berdasarkan tingkat

    kepadatan penduduk. Tetapi hingga saat ini kebijakan tersebut belum mampu

    mengatasi masalah distribusi penduduk tersebut, yang terlihat dari tingginya

    jumlah migran masuk ke Jawa dibanding jumlah migran keluar dari pulau

    tersebut.

  • 11

    Satu hal yang memungkinkan dalam mengatasi masalah pengangguran

    yang semakin tinggi adalah meningkatkan migrasi internasional. Seperti halnya

    migrasi internal, motif utama migrasi internasional juga ekonomi. Rendahnya

    tingkat upah dan kesempatan kerja di dalam negeri merupakan pendorong migrasi

    tenaga kerja ke luar negeri khususnya ke negara kaya dan negara industri yang

    mempunyai kesempatan kerja dan upah yang lebih tinggi.

    Syahriani (2007) menyatakan banyak faktor yang memotivasi para pekerja

    Indonesia memilih bekerja di luar negeri diantaranya peluang kerja yang terbatas,

    upah yang rendah, dan kemiskinan mendorong seseorang meninggalkan

    negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain. Para migran

    ini pergi ke negara tujuan yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih

    tinggi dibanding negara asalnya.

    Berbeda dengan migrasi internal, dalam migrasi internasional, para migran

    tidak dapat memutuskan dengan bebas dalam mencari pekerjaan di negara tujuan.

    Tetapi negara tujuan yang memutuskan menerima migran tersebut sesuai

    kebutuhannya. Negara tujuan dapat memilih tenaga-tenaga ahli dan terampil yang

    sedang dibutuhkan. Hal ini merupakan keuntungan ekonomi bagi negara tujuan.

    Keuntungan ekonomi bagi negara asal adalah berkurangnya tekanan terhadap

    pasar kerja di dalam negeri, dan sumber penerimaan devisa melalui kiriman uang

    mereka kepada keluarganya (Solimano, 2001).

    Dampak positif dari migrasi tenaga kerja ke luar negeri adalah

    berkurangnya tekanan terhadap pasar kerja di dalam negeri. Dampak tersebut

    semakin dirasakan karena tenaga kerja tersebut adalah penganggur atau mereka

    yang bekerja sebelum berangkat ke luar negeri tetapi pekerjaannya dengan mudah

  • 12

    dapat digantikan oleh penganggur atau setengah menganggur yang ada pada pasar

    kerja dalam negeri.

    Salah satu masalah dalam migrasi internasional yang dihadapi oleh

    pemerintah Indonesia adalah belum mampunya pemerintah memenuhi permintaan

    luar negeri terhadap tenaga kerja profesional, karena hingga saat ini sebagian

    besar tenaga kerja migran yang bersedia bekerja ke luar negeri didominasi oleh

    tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah. Umumnya mereka bekerja pada

    sektor informal sebagai pembantu rumah tangga, buruh di perkebunan atau sopir.

    Sedangkan tenaga kerja dengan pendidikan tinggi lebih banyak memilih untuk

    bekerja di dalam negeri.

    Beberapa kebijakan juga telah ditetapkan pemerintah untuk mengatasi

    berbagai permasalahan dalam migrasi internasional. Mulai dari undang-undang

    penempatan dan perlindungan tenaga kerja migran (Undang-Undang RI Nomor

    39/2004, Keputusan Presiden RI Nomor 29/1999, dan Keputusan Menakertrans

    RI Nomor: Kep-104 A/Men/2002), pembekalan keterampilan hingga pengenalan

    budaya dan bahasa negara tujuan migran (Peraturan Menakertrans RI Nomor:

    Per.04/Men/II/2005, Keputusan Menakertrans RI nomor: kep-80/Men/V/2004).

    Secara umum tujuan kebijakan tersebut adalah meningkatkan kualitas dan

    kuantitas tenaga kerja migran internasional. Secara khusus tujuannya untuk

    mengurangi pengangguran di dalam negeri, dan meningkatkan devisa negara

    melalui remittances mereka kepada keluarganya.

    Salah satu tahapan sederhana dalam memahami pentingnya fenomena

    migrasi adalah memaklumi bahwa setiap kebijakan ekonomi yang mempengaruhi

    pendapatan riil penduduk baik secara langsung atau tidak langsung akan

    mempengaruhi proses migrasi. Selanjutnya migrasi juga akan mengubah pola-

  • 13

    pola kegiatan ekonomi, dan mengubah pola distribusi pendapatan penduduk.

    Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Stark (1982); Stark dan Bloom (1985),

    yaitu migrasi memberi jalan yang lebih baik bagi kehidupan rumah tangga

    migran, yang terlihat dari pengiriman uang untuk anggota keluarganya. Hal ini

    tidak dapat diabaikan dalam perkembangan ekonomi, karena pengiriman uang

    tersebut menjadi sumber pendapatan rumah tangga. Kondisi ini dapat meningkat-

    kan tabungan rumah tangga, memfasilitasi perdagangan barang dan mengubah

    distribusi pendapatan lokal (Osaki, 2003). Namun demikian diperlukan suatu

    analisis untuk mengetahui apakah kondisi ini juga terjadi di Indonesia.

    Berdasarkan kenyataan tersebut maka peneliti berkeinginan untuk

    mengkaji lebih dalam tentang :

    1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi migrasi internal dan internasional di

    Indonesia ?

    2. Bagaimana dampak penerapan kebijakan migrasi internal dan internasional

    terhadap pasar kerja dan perekonomian Indonesia pada tahun 2009-2012 ?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini

    bertujuan untuk :

    1. Mendeskripsikan perkembangan migrasi internal dan internasional, pasar kerja

    dan perekonomian Indonesia.

    2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya migrasi internal

    dan internasional di Indonesia.

    3. Meramalkan dampak penerapan kebijakan migrasi internal dan internasional

    terhadap pasar kerja dan perekonomian Indonesia pada tahun 2009 2012.

  • 14

    1.4. Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat berguna:

    1. Sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan kebijakan tentang migrasi

    dalam rangka mengatasi masalah distribusi penduduk dan ketenagakerjaan

    yang bertujuan memperbaiki perekonomian Indonesia.

    2. Sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

    1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini mengkaji migrasi secara makro yang didisagregasi

    berdasarkan pulau-pulau besar di Indonesia, yaitu: Sumatera, Jawa, Kalimantan,

    Sulawesi dan Pulau Lain. Oleh karena itu ruang lingkup dan keterbatasan

    penelitian ini adalah:

    1. Ruang lingkup penelitian difokuskan pada migrasi internal, migrasi

    internasional, pasar kerja dan variabel-variabel permintaan agregat.

    2. Migrasi internal merupakan migrasi keluar dan masuk dari satu pulau ke

    pulau lainnya di Indonesia. Migrasi internal dalam penelitian ini dibatasi

    pada migrasi masuk dari pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau

    Lain ke Jawa; dan migrasi yang keluar dari Jawa ke Sumatera, Kalimantan,

    Sulawesi dan Pulau Lain.

    3. Tiga jenis migran internal yaitu migran semasa hidup, migran risen, dan

    migran total. Jenis migran internal dalam penelitian ini dibatasi pada migran

    semasa hidup (life time migrant).

    4. Negara tujuan migrasi internasional Indonesia adalah kawasan Asia Pasifik,

    Timur Tengah, Amerika dan Eropa. Dalam penelitian ini, migrasi

    internasional dibatasi pada migrasi tenaga kerja Indonesia ke Arab Saudi,

  • 15

    Malaysia, Singapura, dan Hongkong. Dasar pemilihan negara tujuan

    tersebut karena negara-negara tersebut yang paling banyak menggunakan

    jasa tenaga kerja Indonesia.

    5. Perkembangan ekonomi dapat ditinjau dari sisi permintaan dan penawaran

    agregat. Perkembangan ekonomi dalam penelitian ini dibatasi pada

    variabel-variabel makroekonomi yang ditinjau dari sisi permintaan agregat,

    yaitu produk domestik regional bruto, total konsumsi rumah tangga, total

    investasi swasta, pengeluaran pemerintah, dan ekspor bersih pada setiap

    pulau.

    6. Kebijakan migrasi yang berjalan hingga saat ini merupakan kebijakan

    bersifat direct policy yang mengatur perpindahan penduduk berdasarkan

    tingkat kepadatan penduduk, sedangkan dalam penelitian ini kebijakan

    migrasi yang digunakan mengutamakan indirect policy yang tidak mengatur

    jumlah perpindahan penduduk, tetapi lebih pada meningkatkan daya tarik

    daerah tujuan dengan upaya menciptakan kesempatan kerja dan

    meningkatkan kondisi perekonomian di daerah tujuan. Oleh karena itu

    kebijakan migrasi difokuskan pada instrumen kebijakan makroekonomi

    yang mendorong terlaksananya kebijakan migrasi baik internal maupun

    internasional yang telah ditetapkan pemerintah.

  • 16

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Perkembangan Migrasi di Indonesia

    2.1.1. Migrasi Internal

    Migrasi internal merupakan mobilitas penduduk dari satu wilayah ke

    wilayah lain dalam satu negara. Migrasi internal yang terjadi di Indonesia terdiri

    dari transmigrasi dan urbanisasi. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk

    dari satu pulau ke pulau lainnya di Indonesia. Dalam analisis ini transmigrasi

    merupakan perpindahan penduduk dari pulau Jawa ke pulau-pulau lainnya di

    Indonesia. Sebaliknya urbanisasi yang merupakan perpindahan penduduk dari

    desa ke kota, umumnya terjadi pada penduduk pulau lain yang ingin memperoleh

    pekerjaan yang lebih baik di pulau Jawa.

    Migrasi penduduk antar propinsi dan migrasi desa-kota memperlihatkan

    pola yang sangat sentris ke Pulau Jawa. Pola ini mencerminkan suatu disparitas

    wilayah, yang merupakan perwujudan kebijakan pembangunan dengan orientasi

    pada pertumbuhan ekonomi, khususnya industri dan jasa yang umumnya berlokasi

    di kota-kota besar dan di Pulau Jawa. Dengan kondisi seperti itu aliran penduduk

    ke kota-kota besar tidak akan dapat dihambat, meskipun dengan tindakan

    menahan pendatang untuk masuk ke daerah tersebut.

    Perubahan pola mobilitas pada masa yang akan datang sangat tergantung

    pada perkembangan wilayah di luar Jawa. Jika wilayah-wilayah tersebut dapat

    mengembangkan kewenangan (otonomi) yang lebih luas bagi pembangunannya

    sendiri, maka diharapkan pada masa yang akan datang dapat menjadi penarik bagi

    mobilitas penduduk. Wilayah yang kaya akan sumberdaya alam, seperti Riau,

    Kalimantan Timur dan Papua diharapkan dapat menyeimbangkan mobilitas

    penduduk yang selama ini sangat terpusat pada kota-kota besar di Pulau Jawa.

  • 17

    Tapi kondisi ini tidak dapat terjadi secara otomatis, namun tergantung pada

    keberhasilan pengembangan wilayah dan kota (permukiman). Dengan demikian

    untuk pencapaian mobilitas penduduk yang lebih seimbang, agendanya akan

    sangat melekat pada program pengembangan wilayah dan perkotaan, khususnya

    di luar Jawa.

    Transmigrasi merupakan salah satu unsur utama rencana pembangunan

    Indonesia. Tujuan sosial transmigrasi adalah menolong rakyat Indonesia yang

    termiskin, yaitu petani tanpa lahan, penganggur di kota dan gelandangan.

    Transmigrasi bertujuan pula untuk membangun daerah luar Jawa, dengan

    memanfaatkan lahan-lahan luas yang belum diolah, mengubah tanah yang belum

    digarap menjadi tanah yang lebih produktif (Levang, 2003).

    Program transmigrasi telah dimulai sejak Indonesia masih dibawah

    pemerintahan kolonial Belanda yaitu pada Fase Percobaan (1905-1931). Pada

    masa ini dalam setiap proyek, pemerintah Belanda membangun kelompok inti

    yang terdiri atas 500 kepala keluarga. Keluarga-keluarga tersebut mendapat

    jaminan selama satu tahun pertama. Setiap keluarga juga diberi subsidi yang

    mendorong mereka mendatangkan sanak keluarganya, sehingga memicu migrasi

    spontan (Levang, 2003).

    Fase Transmigrasi Kedua (1931-1941). Tahun 1931 terjadi krisis pada

    sektor perkebunan besar yang mengakibatkan ribuan buruh Jawa diberhentikan

    dari pekerjaannya. Tahun 1905-1941, pemerintah Belanda secara keseluruhan

    memindahkan sekitar 200 ribu jiwa dari Jawa ke luar Jawa.

    Fase Pemecahan Masalah Pascaperang. Pada fase ini pemimpin Republik

    Indonesia tetap menerapkan cara dan pola yang sama seperti yang dilakukan oleh

    pemerintah Belanda. Tetapi tahun 1947 istilah kolonisasi diganti menjadi

  • 18

    transmigrasi dibawah Departemen Tenaga Kerja dan Sosial. Tahun 1948 urusan

    transmigrasi dipindahkan dibawah Depertemen Dalam Negeri. Kondisi ini terus

    berlangsung, dan tahun 1983 transmigrasi sepenuhnya dibawah Departemen

    Transmigrasi.

    Pelita III dan IV merupakan masa target. Pada Pelita III (1979-1984),

    pemerintah memutuskan untuk membagi tugas kepada departemen-departemen

    terkait. Departemen pekerjaan umum bertugas mempersiapkan lokasi, departemen

    transmigrasi bertugas merekrut, memindahkan, dan membina para transmigran.

    Departemen pertanian mengurus masalah pertanian, departemen agama mengurus

    masalah tempat ibadah dan departemen kesehatan mengurus masalah puskesmas.

    Untuk memecahkan masalah koordinasi antar dinas dari departemen-departemen

    tersebut, maka pemerintah menciptakan instansi baru yang dinamakan Badan

    Koordinasi Transmigrasi (Bakortrans). Pada Pelita IV (1984-1989), pemerintah

    memindahkan 750 ribu kepala keluarga. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan,

    karena lama kelamaan penduduk asli menjadi minoritas di daerahnya sendiri

    (Levang, 2003).

    Pada Pelita V kebijaksanaan penyelenggaraan transmigrasi ditangani oleh

    satu departemen yaitu departemen transmigrasi. Pola usaha pertanian tetap

    dilanjutkan, tetapi lebih ditingkatkan pada pola-pola perkebunan, perikanan, dan

    perindustrian. Pada Pelita VI, kebijaksanaan pembangunan transmigrasi

    diarahkan pada kawasan Indonesia Timur, mendukung pembangunan wilayah,

    penanggulangan kemiskinan dan menggalakkan Transmigrasi Swakarsa Mandiri.

    Tahun 2001 pada periode Kabinet Gotong Royong, penyelenggara

    transmigrasi dilaksanakan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    (Depnakertrans). Penyelenggaraannya diarahkan pada penanganan pengungsi

  • 19

    sesuai kondisi politik saat itu. Pada era otonomi daerah pemerintah pusat

    berperan sebagai regulator, fasilitator dan mediator. Transmigrasi diposisikan

    pada program masyarakat bersama antara dua pemerintahan setempat, dan bukan

    pemerintahan pusat. Transmigrasi dilaksanakan melalui mekanisme kerjasama

    antar daerah otonom (Pusdatintrans, 2004).

    2.1.2. Migrasi Internasional

    Migrasi merupakan fenomena yang telah berlangsung mengikuti

    perjalanan peradaban manusia. Perpindahan penduduk dari negara asal ke luar

    batas negaranya makin sering terjadi di hampir seluruh belahan dunia, dengan

    jumlah yang terus meningkat dan alasan yang beragam. Alasan yang mendasari

    migrasi tersebut adalah alasan ekonomi, situasi politik di dalam negeri yang tidak

    menentu sampai terjadinya bencana alam. Migrasi tenaga kerja merupakan bagian

    dari proses migrasi internasional. Pada awalnya, migrasi tenaga kerja ini terjadi

    untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja jangka pendek (short-terms labor

    shortages), seperti yang terjadi di Amerika Serikat tahun 1950-an, dengan

    mendatangkan pekerja-pekerja asal Meksiko. Pertumbuhan penduduk yang

    lambat dikombinasikan dengan kondisi perekonomian yang cukup baik di

    kawasan Eropa Utara dan Eropa Barat pada tahun 1960 sampai pertengahan tahun

    1970 juga membuka peluang bagi masuknya pekerja asing (Weeks, 1974).

    Hingga akhir dekade 80-an, masalah-masalah migrasi tenaga kerja masih

    dipandang dalam perspektif ekonomi-politik. Perspektif ini memandang

    terjadinya migrasi internasional difokuskan pada ketidaksamaan tingkat upah

    yang terjadi secara global, hubungan ekonomi dengan negara penerimanya,

    termasuk juga masalah perpindahan modal, peran yang dimainkan oleh

  • 20

    perusahaan multinasional, serta perubahan struktural dalam pasar kerja yang

    berkaitan dengan perubahan dalam pembagian kerja di tingkat internasional

    (international division of labour). Perpindahan penduduk dari negara pengirim

    (sending country) ke negara penerima tenaga kerja migran (receiving country)

    akan membuat negara pengirim mendapat keuntungan remittance, sedangkan

    negara penerima akan mendapat keuntungan pasokan tenaga kerja murah

    (Mulyadi, 2003).

    Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka pengangguran yang

    cukup tinggi. Kondisi ini disebabkan oleh jumlah angkatan kerja yang terus

    meningkat, sebaliknya kesempatan kerja semakin menurun, sehingga mendorong

    masyarakat untuk migrasi ke tempat bahkan ke negara lain untuk memperoleh

    pendapatan yang lebih tinggi. Pengiriman tenaga kerja migran Indonesia (TKI) ke

    luar negeri secara resmi telah diprogramkan oleh pemerintah sejak 1975. Program

    ini merupakan salah satu kebijakan yang dikembangkan oleh pemerintah

    Indonesia untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan tersebut.

    Umumnya migrasi internasional sangat berhubungan dengan pertumbuhan

    ekonomi dan transisi demografi dalam suatu negara. Ketika suatu negara

    mengalami kemunduran ekonomi yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi

    yang rendah dan pertumbuhan populasinya masih tinggi, sangat tidak mungkin

    aktivitas perekonomian negara tersebut dapat menyerap kelebihan tenaga kerja.

    Untuk alasan ini, pengiriman tenaga kerja merupakan suatu pemecahan masalah

    ketenagakerjaan. Dalam teori ekonomi kependudukan dan ketenagakerjaan, hal

    ini sering dinyatakan sebagai the first stage of labor migration transition

    (Tjiptoherijanto, 1997).

  • 21

    Jumlah tenaga kerja migran internasional Indonesia hingga saat ini terus

    meningkat. Sekitar 70 persen dari jumlah tenaga kerja tersebut adalah perempuan

    yang rentan terhadap masalah. Migrasi internasional dapat membawa dampak

    positif bagi negara tujuan, negara asal dan para migran beserta keluarganya. Bagi

    negara tujuan, kehadiran migran ini dapat mengisi segmen-segmen lapangan kerja

    yang sudah ditinggalkan oleh penduduk setempat karena tingkat kemakmuran

    negara tersebut semakin meningkat. Lapangan kerja tersebut seperti sektor

    perkebunan dan bangunan atau konstruksi di Malaysia yang banyak digantikan

    oleh pekerja-pekerja dari Indonesia, atau menambah kebutuhan tenaga-tenaga

    terampil yang jumlahnya kurang, seperti kebutuhan tenaga kerja teknisi dan jasa

    di negara-negara Timur Tengah. Bagi negara asal merupakan sumber penerimaan

    devisa dari remittancess hasil kerja migran di luar negeri, sementara untuk para

    migran, kesempatan ini merupakan pengalaman internasional dan kesempatan

    meningkatkan keahlian dan mengenal disiplin kerja di lingkungan yang berbeda.

    Bagi keluarga migran hal tersebut merupakan sumber penghasilan yang dapat

    memenuhi kebutuhan hidupnya (Syahriani, 2007).

    Suatu hal yang diharapkan saat ini adalah menjadikan Indonesia sebagai

    negara pengirim tenaga kerja yang terampil dan ahli, serta berdaya saing. Tingkat

    pendidikan sangat berpengaruh terhadap penguasaan bahasa, akses informasi

    teknologi dan budaya dimana mereka bekerja, terutama bagi tenaga kerja migran

    internasional yang bekerja pada lembaga-lembaga atau institusi seperti rumah

    sakit, restoran, pertokoan maupun lembaga lain yang menjadikan bahasa sebagai

    alat komunikasi adalah persoalan yang sangat penting. Kondisi ini berarti

    kualitas pendidikan menjadi pertimbangan penting dalam mengirim tenaga kerja

  • 22

    ke luar negeri, dan ini menjadi fokus utama pemerintah untuk membekali

    pendidikan ketrampilan kepada tenaga kerja tersebut.

    Menjadi tenaga kerja migran tidak hanya mempertimbangkan skill atau

    teknis keahlian saja, tetapi pemahaman dan wawasan terutama budaya masyarakat

    tempat dimana mereka akan bekerja juga merupakan hal yang tidak dapat

    diabaikan. Karena kualitas tenaga kerja dan tingkat pendidikan selalu memiliki

    keterkaitan. Tenaga kerja migran yang memiliki tingkat pendidikan tinggi,

    umumnya bekerja pada lembaga jasa seperti rumah sakit, pertokoan, dan restoran

    yang memang memerlukan keahlian khusus dari pekerjanya. Pola rekrutmennya

    dilakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki jaringan

    kerja sama dengan penempatan tenaga kerja dengan luar negeri. Kondisi tenaga

    kerja migran ini umumnya lebih baik, dan sangat berbeda dengan tenaga kerja

    migran yang berangkat hanya berbekal pendidikan dan keahlian yang tidak

    memadai. Tenaga kerja migran yang mempunyai latar pendidikan rendah lebih

    banyak ditempatkan pada sektor informal seperti pembantu rumah tangga, sopir,

    pekerja perkebunan dan sebagainya.

    Menindaklanjuti kondisi tersebut, maka diperlukan suatu manajemen

    terpadu antara program pemantauan kebutuhan tenaga kerja asing di luar negeri

    oleh diplomasi perwakilan Republik Indondesia di luar negeri, program

    perlindungan buruh migran, dan program-program peningkatan keterampilan di

    dalam negeri yang sesuai dengan kebutuhan pasar internasional.

    Informasi mengenai kondisi serta kebutuhan tenaga kerja di mancanegara

    diharapkan dapat tersedia bagi para calon tenaga kerja migran, sehingga mereka

    mengetahui dengan jelas kondisi dan resiko kesempatan tersebut. Umumnya

    informasi yang paling baik bukan dari sumber resmi pemerintah tetapi dari

  • 23

    mantan tenaga kerja migran, tetapi pemerintah sebaiknya dapat membantu

    menyediakan informasi yang benar.

    Peran jasa pengerah tenaga kerja Indonesia tetap sangat penting, karena

    pemerintah tidak akan berhasil melaksanakannya sendiri, tetapi ketertiban dan

    pemantauan merupakan tujuan pemerintah untuk melindungi calon tenaga kerja.

    Salah satu hal yang perlu diketahui oleh calon tenaga kerja migran Indonesia

    adalah menyiapkan diri untuk memenuhi kualifikasi yang diharapkan oleh

    pengguna jasa tenaga kerja tersebut.

    Oleh karena itu tanggal 18 Oktober 2004, pemerintah mengeluarkan

    Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan

    tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Dalam undang-undang ini selain mengatur

    tentang landasan hukum bagi perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri,

    juga mengatur tentang kompetensi calon tenaga kerja. Dalam hal ini dinyatakan

    bahwa calon tenaga kerja wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja sesuai

    dengan prasyarat jabatan. Jika belum memiliki, wajib mengikuti pendidikan dan

    latihan yang diselenggarakan oleh pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia.

    Pendidikan dan latihan dimaksudkan untuk (Sembiring, 2006):

    1. Membekali, menempatkan dan mengembangkan kompetensi kerja calon

    tenaga kerja Indonesia.

    2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat

    istiadat, budaya, agama, dan resiko kerja diluar negeri.

    3. Membekali kemampuan berkomunikasi dalam bahasa negara tujuan dan

    4. Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban calon

    tenaga kerja.

  • 24

    Oleh karena itu dalam sudut pandang normatif, dengan dikeluarkannya undang-

    undang ini, maka perlindungan hukum bagi tenaga kerja Indonesia yang bekerja

    di luar negeri semakin kuat.

    2.2. Kebijakan Migrasi

    Kebijakan migrasi yang dibahas dalam sub bab ini adalah kebijakan

    migrasi internal dan kebijakan migrasi internasional. Kebijakan migrasi internal

    dan internasional ini ditinjau dari sisi kebijakan migrasi formal yaitu kebijakan

    migrasi yang ditetapkan oleh pemerintah baik dalam bentuk undang-undang,

    keputusan presiden, maupun peraturan menteri. Kemudian dibahas pula

    instrumen-instrumen kebijakan yang mendorong terlaksananya kebijakan migrasi

    yang telah ditetapkan pemerintah.

    2.2.1. Migrasi Internal

    2.2.1.1. Kebijakan Migrasi Internal

    Beberapa kebijakan (formal) yang mengatur tentang migrasi internal

    khususnya periode pasca kemerdekaan tentang ketransmigrasian telah ditetapkan

    pemerintah untuk mengatasi masalah distribusi penduduk yang tidak merata dan

    membantu pembangunan daerah yang ditinggalkan dan daerah tujuan migrasi.

    Beberapa kebijakan tersebut yaitu: Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1960,

    Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1972, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997,

    Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

    1999, dan Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1983.

    Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1960 yang mengatur tentang pokok-

    pokok penyelenggaraan transmigrasi, menitikberatkan pada jenis penempatan

  • 25

    transmigrasi secara teratur dalam jumlah yang sebesar-besarnya. Undang-undang

    ini kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1972.

    Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1972 tentang ketentuan-ketentuan pokok

    transmigrasi menetapkan (Departemen Transmigrasi RI, 1986):

    1. Transmigrasi merupakan pemindahan penduduk dari satu daerah ke daerah

    lain yang ditetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan

    pembangunan negara atau atas alasan-alasan yang dipandang perlu oleh

    pemerintah.

    2. Fungsi transmigrasi adalah sebagai sarana pembangunan yang penting baik

    ditinjau dari segi pengembangan proyek-proyek pembangunan nasional

    maupun regional. Dalam hal ini, transmigrasi berarti penyebaran dan

    penyediaan tenaga kerja serta ketrampilan, baik untuk perluasan produksi

    maupun pembukaan lapangan kerja baru di daerah tujuan.

    Tahun 1973 ditetapkan Keputusan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1973

    tentang penetapan daerah penempatan transmigran yaitu: Lampung, Sumatera

    Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan

    Timur. Lembaga penyelenggaraannya adalah departemen transmigrasi dan

    koperasi.

    Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang ketransmigrasian dan

    Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan transmigrasi

    menyatakan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan migran, maka para migran

    memperoleh hak-hak sebagai berikut: hak kepemilikan tanah atas namanya;

    rumah tempat tinggal yang layak dengan aksessibilitas yang memadai; lahan

    sebagai modal usaha atau sarana lainnya sebagai sarana penyediaan kesempatan

  • 26

    kerja sesuai pola pengembangannya; bimbingan, sarana dan prasarana usaha;

    sarana dan fasilitas sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan.

    Selanjutnya kebijakan umum penyelenggaraan transmigrasi juga diatur

    dalam GBHN 1983 antara lain :

    1. Transmigrasi ditujukan untuk meningkatkan penyebaran penduduk dan tenaga

    kerja serta pembukaan dan pengembangan daerah produksi baru, terutama

    daerah pertanian dalam rangka pembangunan daerah, khususnya di luar Jawa

    dan Bali, yang dapat menjamin peningkatan taraf hidup para transmigran dan

    masyarakat di sekitarnya.

    2. Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan transmigrasi, yang perlu

    ditingkatkan adalah jumlah migran, koordinasi dan penyelenggaraan migrasi

    yang meliputi penetapan daerah transmigrasi, penyediaan lahan usaha dan

    pemukiman, penyelesaian masalah pemilikan tanah, prasarana jalan dan

    transportasi, sarana produksi, dan usaha pengintegrasian migran dengan

    penduduk setempat.

    Namun demikian hingga periode reformasi, program transmigrasi masih

    dinilai kurang berhasil. Penilaian ini didasarkan pada kondisi tidak terpenuhinya

    asumsi dasar yang dibuat oleh pengkritisi masalah transmigrasi. Menurut

    T