5
DAMPAK KORUPSI Ivander Christian Sihombing 1306449126 PENDAHULUAN Korupsi berasal dari bahasa latin: courruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik ataupun menyogok. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Korupsi di Indonesia telah menjadi penyakit sosial yang sangat membahayakan kelangsungan kehidupan bangsa dari upaya mewujudkan keadilan sosial, kemakmuran dan kemandirian bahkan memenuhi hak-hak dasar kelompok masyarakat rentan Pada umumnya, korupsi adalah “benalu sosial” yang merusak struktur pemerintahan dan menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan negara. Selain itu, korupsi merupakan bagian dari gejala sosial yang menyimpang karena merupakan suatu tindakan yang merugikan individu lain dan menghilangkan kesepakatan bersama yang berdasar pada keadilan. Makna korupsi sebagai suatu tindakan amoral adalah tidak memihak kepentingan bersama (egoisme), mengabaikan etika atau melanggar aturan hukum, dan bertentangan dengan prinisip agama. Menurunnya tingkat kesejahteraan, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan, hilangnya sumber daya manusia yang berkualitas, rusaknya moral masyarakat, dan hilangnya karakter bangsa merupakan cerminan dari dampak korupsi.. Berikut ini akan dijelaskan dampak korupsi ISI

Dampak Korupsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dampak Korupsi di Indonesia dari berbagai aspek

Citation preview

Page 1: Dampak Korupsi

DAMPAK KORUPSI

Ivander Christian Sihombing

1306449126

PENDAHULUAN

Korupsi berasal dari bahasa latin: courruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk,

rusak, menggoyahkan, memutarbalik ataupun menyogok. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku

pejabat publik, baik politikus maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal

memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan

kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Korupsi di Indonesia telah menjadi penyakit

sosial yang sangat membahayakan kelangsungan kehidupan bangsa dari upaya mewujudkan keadilan

sosial, kemakmuran dan kemandirian bahkan memenuhi hak-hak dasar kelompok masyarakat rentan

Pada umumnya, korupsi adalah “benalu sosial” yang merusak struktur pemerintahan dan

menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan negara. Selain itu,

korupsi merupakan bagian dari gejala sosial yang menyimpang karena merupakan suatu tindakan yang

merugikan individu lain dan menghilangkan kesepakatan bersama yang berdasar pada keadilan. Makna

korupsi sebagai suatu tindakan amoral adalah tidak memihak kepentingan bersama (egoisme),

mengabaikan etika atau melanggar aturan hukum, dan bertentangan dengan prinisip agama.

Menurunnya tingkat kesejahteraan, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan, hilangnya sumber daya

manusia yang berkualitas, rusaknya moral masyarakat, dan hilangnya karakter bangsa merupakan

cerminan dari dampak korupsi.. Berikut ini akan dijelaskan dampak korupsi

ISI

Demokrasi Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik,

korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara

menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi

akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan

menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-

seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengikis kemampuan institusi dari

pemerintah karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan

jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan

dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.

Ekonomi Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak

efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari

pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan

Page 2: Dampak Korupsi

perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi

ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa

ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru.

Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan “lapangan perniagaan”.

Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan

perusahaan-perusahaan yang tidak efisien. Korupsi menimbulkan distorsi di dalam sektor publik

dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah

tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk

menyembunyikan praktek korupsi yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga

mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain.

Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan

tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah. Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa

salah satu faktor keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika,

adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan penanaman modal

(capital investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri. Berbeda sekali dengan

diktator Asia, seperti Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya (meminta sogok),

namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban

hukum, dan lainnya. Pakar dari Universitas Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai

1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara berjumlah US $187 triliun, melebihi dari jumlah utang

luar negeri mereka sendiri. Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-stabilan politik dan

juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering

didapat dari korupsi. Ini memberi dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di

luar negeri, di luar jangkauan dari ekspropriasi di masa depan.

Kesejahteraan Korupsi politis ada di banyak negara dan memberikan ancaman besar bagi warga

negaranya. Korupsi politis berarti kebijakan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok,

bukannya rakyat luas. Politis membuat kebijakan dimana kebijakan itu berfokus untuk keuntungan

pihak tertentu bukan masyarakat. Kebijakan juga sering disalah gunakan untuk pengalihan isu-isu

mengenai pemerintahan. Salah satu contoh adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang

melindungi perusahaan besar namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil. Politikus-politikus “pro-

bisnis” ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan

besar kepada kampanye pemilu mereka. Masih banyak lagi contoh lainnya yang jelas membuktikan

bahwa kebijakan-kebijakan tersebut dibuat hanya untuk keuntungan pihak tertentu.

Page 3: Dampak Korupsi

Moral Nilai moral baik individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan

ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan korupsi juga akan menyebabkan

hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama. Rasa saling percaya yang merupakan salah satu

modal sosial yang utama akan hilang. Akibatnya, muncul fenomena distrust society, yaitu masyarakat

yang kehilangan rasa percaya, baik antar sesama individu maupun terhadap institusi negara. Perasaan

aman akan berganti dengan perasaan tidak aman (insecurity feeling). Fakta bahwa negara dengan

tingkat korupsi yang tinggi memiliki tingkat ketidakpercayaan dan kriminalitas yang tinggi pula.

Kriminalitas terpicu dengan banyaknya kasus korupsi seperti pencurian, pembunuhan, dan

perampokan. Ada korelasi yang kuat di antara ketiganya.

KESIMPULAN

Ditinjau dari sudut apapun, korupsi sama sekali tidak memberikan manfaat. Baik kepada

perekonomian, maupun kepada sistem demokrasi politik yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa negara dalam masa transisi seperti Indonesia, baik dari sistem ekonomi (dari sistem ekonomi

terpusat menuju sistem ekonomi yang lebih menganut pasar) maupun dari sistem politik dan demokrasi

(pemerintahan yang otoriter ke pemerintahan yang demokratis), selalu mengalami masalah korupsi

yang luar biasa besar. Bahkan, saat ini sudah terbangun mitos di masyarakat bahwa korupsi hampir

mustahil dapat dibasmi karena ada anggapan bahwa korupsi telah menjadi kebudayaan bangsa

Indonesia. Namun hal ini tidak bisa dijadikan justifikasi dan apologi untuk terus bersikap toleran dan

permisif terhadap keberadaan korupsi.

DAFTAR PUSTAKA

Soemiarno, Slamet., dkk. (2013). Buku Ajar III Bangsa, Negara, dan Pancasila. Jakarta : Universitas

Indonesia

http://www.bimbingan.org/dampak-dilakukan-korupsi.htm

http://andismayantiazizah.wordpress.com/2013/12/05/korupsi/