3
Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Nasional dan Provinsi Kepulauan Riau Dampak krisis sub-prime mortgage di AS sudah semakin merambat ke kawasan Eropa dan Asia. Gejolak pasar keuangan AS menyebabkan kebangkrutan dan kesulitan likuiditas sejumlah lembaga keuangan AS dan Eropa yang bermuara pada lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi dunia. Melambatnya perekonomian dunia mendorong penurunan harga komoditas dunia shg tekanan inflasi global sedikit mereda, meski ketidakpastiannya masih tinggi terkait dg faktor non fundamental. Dampak terhadap Nasional Tingginya tekanan di pasar keuangan global berupa keketatan likuiditas memberi tekanan pada pasar keuangan domestik. Sentimen negatif pasar global pada pertengahan September telah mengakibatkan tekanan berat pada pasar keuangan domestik dan memicu capital outflow, terutama, di SBI. IHSG menurun tajam dan yield SUN jangka pendek meningkat tinggi. Penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi dunia menekan kinerja ekspor. Penurunan kinerja ekspor di tengah impor yg tinggi, terutama berupa bahan baku dan barang modal, menyebabkan defisit transaksi berjalan meningkat. Di sisi lain, bersamaan dengan terjadinya capital outflow maka secara keseluruhan diperkirakan akan mengalami defisit. Pada saat yang sama akibat terjadinya capital outflow, nilai tukar rupiah mengalami tekanan. Perkembangan transaksi berjalan yg defisit dan capital outflow yg terjadi membuat Rupiah sempat tertekan bersamaan dengan melemahnya mata uang regional. Namun demikian, upaya stabilisasi Rupiah mampu membuat Rupiah tidak terdepresiasi terlalu dalam selama triwulan III 2008. BOKS -2

Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Nasional dan ... fileDampak krisis sub-prime mortgage di AS sudah semakin merambat ke kawasan Eropa dan Asia. ... tertekan bersamaan dengan melemahnya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Nasional dan ... fileDampak krisis sub-prime mortgage di AS sudah semakin merambat ke kawasan Eropa dan Asia. ... tertekan bersamaan dengan melemahnya

Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Nasional dan Provinsi Kepulauan Riau

Dampak krisis sub-prime mortgage di AS sudah semakin merambat ke kawasan Eropa dan Asia. Gejolak pasar keuangan AS menyebabkan kebangkrutan dan kesulitan likuiditas sejumlah lembaga keuangan AS dan Eropa yang bermuara pada lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi dunia. Melambatnya perekonomian dunia mendorong penurunan harga komoditas dunia shg tekanan inflasi global sedikit mereda, meski ketidakpastiannya masih tinggi terkait dg faktor non fundamental.

Dampak terhadap Nasional Tingginya tekanan di pasar keuangan global berupa keketatan likuiditas memberi tekanan pada pasar keuangan domestik. Sentimen negatif pasar global pada pertengahan September telah mengakibatkan tekanan berat pada pasar keuangan domestik dan memicu capital outflow, terutama, di SBI. IHSG menurun tajam dan yield SUN jangka pendek meningkat tinggi.

Penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi dunia menekan kinerja ekspor. Penurunan kinerja ekspor di tengah impor yg tinggi, terutama berupa bahan baku dan barang modal, menyebabkan defisit transaksi berjalan meningkat. Di sisi lain, bersamaan dengan terjadinya capital outflow maka secara keseluruhan diperkirakan akan mengalami defisit.

Pada saat yang sama akibat terjadinya capital outflow, nilai tukar rupiah mengalami tekanan. Perkembangan transaksi berjalan yg defisit dan capital outflow yg terjadi membuat Rupiah sempat tertekan bersamaan dengan melemahnya mata uang regional. Namun demikian, upaya stabilisasi Rupiah mampu membuat Rupiah tidak terdepresiasi terlalu dalam selama triwulan III 2008.

BOKS -2

Page 2: Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Nasional dan ... fileDampak krisis sub-prime mortgage di AS sudah semakin merambat ke kawasan Eropa dan Asia. ... tertekan bersamaan dengan melemahnya

Kondisi likuiditas perbankan cukup likuid meskipun tidak merata. Hal ini mendorong kenaikan suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) yang berjangka di atas 6 hari. Kredit perbankan tumbuh pesat melebihi pertumbuhan DPK. Pesatnya pertumbuhan kredit menyebabkan meningkatnya permintaan domestik, yg selanjutnya mengakibatkan tekanan pada inflasi.

Pertumbuhan ekonomi pada TW III diperkirakan masih cukup tinggi yang ditopang oleh permintaan domestik yang masih kuat, khususnya konsumsi RT. Masih kuatnya konsumsi RT tersebut sejalan dengan masih tingginya kredit perbankan. Kinerja ekspor menurun terkait dengan melambatnya ekonomi dunia dan trend menurunnya harga komoditas dunia.

Inflasi IHK September (mtm) mencapai 0,97% terutama terkait dengan dg hari raya keagamaan, sehingga inflasi Jan-Sept mencapai 10.47% (ytd). Inflasi TW III (qtq) turun menjd. 2.88% dibandingkan 4.01% pada triwulan sebelumnya dan sudah mulai mendekati pola normal setelah kenaikan BBM. Namun, tekanan inflasi dari sisi permintaan masih perlu diwaspadai. Secara tahunan, inflasi IHK TW III tercatat sebesar 12.14%, lebih tinggi dibandingkan 11.03% (yoy) pada trwulan sebelumnya.

Dampak terhadap Provinsi Kepulauan Riau Perekonomian Kepri. sejak semester II-2007 tumbuh lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional. Laju pertumbuhan (y-o-y) pada tw.II-2008 sedikit berkontraksi dibanding tw.I-2008 dari 8,63% menjadi 8,6%, . Pertumbuhan di tw.III-2008 diperkirakan lebih melambat pada kisaran 6,5% - 7%.

Hampir seluruh sektor ekonomi akan mengalami tekanan lebih berat. Kenaikan harga BBM masih menekan daya beli dan meningkatkan cost production sektor produktif sehingga menjadi pemicu utama perlambatan di tw.III-2008. Tertundanya realisasi FTZ juga memberi andil tertahannya laju pertumbuhan ekonomi. Sektor Industri Pengolahan diproyeksi melambat hingga di bawah 5%, dimana pada tw.II-2008 masih tumbuh sebesar 6,35% (y-o-y). Adapun sektor Bangunan diperkirakan hanya mampu tumbuh di bawah 30% setelah pada tw.II-2008 mencatat pertumbuhan sebesar 42,6%. Pada posisi Agustus 2008, total asset perbankan meningkat (yoy) Rp 1,8 triliun (11,32%) menjadi Rp 17,7 triliun; DPK naik sebesar Rp 861 milyar (6,18%) menjadi Rp 14,7 triliun; dan penyaluran Kredit meningkat Rp 2,2 triliun (28%) menjadi Rp 10 triliun. Dari jenis kredit, pertumbuhan kredit terbesar pada kredit konsumsi dimana s/d. Agustus 2008 (y-t-d) meningkat Rp 789 miliar (25,2%) menjadi Rp 3,9 triliun. Sedangkan secara sektoral pertumbuhan terbesar dialami sektor konstruksi yang meningkat Rp 266 milyar (43,4%) menjadi Rp 880 milyar, dan sektor perdagangan yang tumbuh Rp 109 milyar (5,45%) menjadi Rp 2,1 triliun. NPL masih stabil di kisaran 2,47% namun secara nominal ada kecenderungan peningkatan jumlah NPL sepanjang tahun 2008.

Page 3: Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Nasional dan ... fileDampak krisis sub-prime mortgage di AS sudah semakin merambat ke kawasan Eropa dan Asia. ... tertekan bersamaan dengan melemahnya

Perkembangan Indikator Perbankan Propinsi Kepulauan Riau

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul AugAsset 10,909,593 15,020,378 16,628,947 16,330,891 16,516,882 16,708,175 16,757,778 17,125,481 17,390,531 17,852,695 17,756,874 DPK 8,911,510 12,777,245 14,062,294 13,874,320 13,981,378 13,940,677 14,041,447 14,339,965 14,576,796 14,977,796 14,788,890 Kredit 5,995,855 6,898,353 8,591,377 8,590,069 8,760,556 8,978,638 9,078,036 9,434,024 9,752,735 9,953,431 10,063,208 NPL 6.01% 4.34% 2.60% 2.71% 2.63% 2.57% 2.64% 2.60% 2.45% 2.55% 2.47%LDR 67.28% 53.99% 61.10% 61.91% 62.66% 64.41% 64.65% 65.79% 66.91% 66.45% 68.05%BI-Rate 12.75% 9.75% 8.00% 8.00% 8.00% 8.00% 8.00% 8.25% 8.50% 8.75% 9.00%Inflasi 14.79% 4.58% 4.84% 3.47% 5.00% 6.41% 7.00% 8.03% 8.93% 9.78% 9.05%

2008Indikator 2005 2006 2007

Sumber : BI-Batam

Laju inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Juni 2008 sempat mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 2,29% akibat kenaikan harga BBM. Namun hanya berlangsung singkat dan mulai stabil memasuki bulan Agustus 2008 dengan tingkat inflasi sebesar 0,08% (m-t-m). Adapun laju inflasi bulan berjalan (y-t-d) mencapai 7,22%, sedangkan inflasi tahunan (y-o-y) tercatat sebesar 9,05%, tetap lebih rendah dari inflasi Nasional (11,9%). Inflasi Batam pada bulan September 2008 sebesar 0,5% (m-t-m), sementara laju inflasi bulan berjalan (y-t-d) mencapai 7,76%. Adapun laju inflasi tahunan (y-o-y) sebesar 8,91%, tertinggi dalam 2 tahun terakhir. Semakin memburuknya kondisi perekonomian AS belum menunjukkan pengaruh terhadap kondisi perekonomian dan inflasi Kepulauan Riau.

Kinerja perdagangan Kepulauan Riau semakin membaik dibanding tahun-tahun sebelumnya, ditunjukkan dengan tren pertumbuhan ekspor yang meningkat, sementara nilai impor relatif konstan. Barang ekspor masih didominasi jenis mesin-mesin elektrik, perangkat komunikasi dan transportasi. Pertumbuhan ekspor produk-produk utama juga relatif stabil dibanding periode-periode sebelumnya. Meski minimal, efek tidak langsung (second round effect) perlambatan ekonomi global beru akan mempengaruhi kinerja perdagangan Kepulauan Riau dalam 1-2 tahun ke depan. Investasi barang modal akan tertahan akibat kondisi likuiditas global yang kering.