Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAMPAK MASYARAKAT BEROBAT KE LUAR NEGERI
TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
Oleh
IRDA YANTI
NIM. 141000202
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
Universitas Sumatera Utara
DAMPAK MASYARAKAT BEROBAT KE LUAR NEGERI
TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
IRDA YANTI
NIM. 141000202
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal: 23 April 2019
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.
Anggota : 1.Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M.
2. Puteri Citra Cinta AsyuraNasution, S.K.M., M.P.H.
Universitas Sumatera Utara
iii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Dampak
Masyarakat Berobat Ke Luar Negeri Terhadap Pelayanan Kesehatan
Rumah Sakit di Kota Medan” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya
sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam
daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
dijatuhkankepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Medan, 23 April 2019
Irda Yanti
Universitas Sumatera Utara
iv
Abstrak
Masyarakat Kota Medan lebih suka mencari perawatan medis ke Malaysia dan
Singapura dibandingkan ke Jakarta. Data dari Bandara Polonia dan Kualanamu
International Airport di Kota Medan bahwa jumlah masyarakat yang berasal dari
KotaMedan berobat keluar negeri 4192 orang tahun 2017 dan meningkat menjadi
5484 (23,6%) tahun 2018. Masyarakat Kota Medan yang berobat ke luar negeri,
bagi negara yang asal maupun negara tujuan mempunyaidampak positif dan
negatif, baik bagi rumah sakit maupun layanan kesehatan. Jenis penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian dilaksanakan di RSUP H.
Adam Malik Medan, RSU Haji Medan. RSU Tk. II Putri Hijau Kesdam I/BB, dan
RS St Elisabeth. Informan berjumlah 4 orang terdiri dari 1 orang direktur, 2 Kabid
Pelayanan, 1 orang Bidang Humas. Data dikumpulkan melalui wawancara dan
oberservasi. Data dianalisis secara reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian bahwa masyarakat berobat ke luar negeri pada
umum tidak menimbulkan dampak, dimana kunjungan dan pendapat rumah sakit
tidak mengalami penurunan, perbaikan pelayanan kesehatan menggunakan sistem
akreditas, tetapi citra negatif rumah sakit luar negeri lebih baik. Dampak positif
yaitu berupaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, upaya memudahkan
pelayanan rumah sakit dan dukungan teknologi kedokteran masih dalam tahap
menuju ke arah yang baik. Dampak negatif terhadap pelayanan tidak ada
persaingan negatif, tidak ada perbedaan pelayanan kesehatan masyarakat mampu
dan tidak mampu, ketidakmampuan dan pemerintah dalam membina daya saing
rumah sakit, pemerintah dominan menentukan arah dan kebijakan. Namun timbul
dampak negatif berupa persepsi bahwa adanya kepercayaan dan keyakinan
kualitas pelayanan kesehatan di luar negeri lebih baik. Menimbulkan dampak
positif mengenai kemajuan kualitas layanan kesehatan, dan tidak menimbulkan
dampak positif mengenai penyediaan pelayanan kesehatan berkualitas,
peningkatkan teknologi bidang kedokteran, perhatian pemerintah terhadap rumah
sakit dan pendidikan belum didukung dengan dana yang memadai.Kesimpulan
masyarakat Kota Medan berobat ke luar negeri dapat menimbulkan dampak
negatif dan positif bagi pelayanan kesehatan dan rumah sakit. Disarankan rumah
sakit milik Kementrian, Pemerintah Kota Medan,TNI Polri dan Swasta lebih
memprioritaskan sektor kesehatan terutama menyediakan fasilitas kesehatan
modern untuk mendukung pelayanan kesehatan.
Kata kunci : Dampak, rumah sakit, luar negeri
Universitas Sumatera Utara
v
Abstract
The people of Medan City prefer to seek medical care to Malaysia and Singapore
compared to Jakarta. Data from Polonia and Kualanamu International Airport
airports in Medan City that the number of people from the city of Medan treated
abroad 4192 people in 2017 and increased to 5484 (23.6%) in 2018. The people
of Medan City treated overseas, for the country origin and destination countries
have positive and negative impacts, both for hospitals and health services. Type of
qualitative research with phenomenology approach. The study was conducted at
the H. Adam Malik General Hospital in Medan, Medan Hajj Hospital. Tk
Hospital II PutriHijauKesdam I/BB, and St. Elisabeth Hospital. The informants
numbered 4 people consisting of 1 director, 2 Kabid of Services, 1 person in the
Public Relations Division. Data is collected through interviews and conservation.
Data is analyzed by data reduction, data presentation, and conclusion. The
results of the study that the public went abroad for treatment in general did not
cause an impact, where hospital visits and opinions did not experience a decline,
improvement in health services using an accreditation system, but the negative
image of overseas hospitals was better. The positive impact is trying to improve
the quality of health services, efforts to facilitate hospital services and medical
technology support are still in the stage of going in a good direction. The negative
impact on the service has no negative competition, there are no differences in the
health services of the capable and inadequate community, the inability and the
government in fostering the competitiveness of hospitals, the dominant
government determines direction and policy. However, a negative impact arises
from the perception that there is better trust and confidence in the quality of
health services abroad. Having a positive impact on the progress of the quality of
health services, and not having a positive impact on the provision of quality
health services, improving technology in the medical field, the government's
attention to hospitals and education has not been supported by adequate funds.
Conclusions of the people of Medan City seeking treatment abroad can have a
negative and positive impact on health services and hospitals. Suggested hospitals
owned by the Ministry, Medan City Government, Indonesian National Armed
Forces Police and the private sector prioritize the health sector especially
providing modern health facilities to support health services.
Keywords: Impact of services, hospitals, overseas
Universitas Sumatera Utara
vi
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Dampak Masyarakat Berobat
ke Luar Negeri terhadap Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit di Kota
Medan” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM).
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan,
namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat, dan saran serta kerjasama dari
berbagai pihak secara moril maupun materil. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan banyak saran, bimbingan, dan arahan dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
vii
6. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H., selaku Dosen Penguji II
yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penulisan
skripsi ini.
7. Seluruh dosen khususnya para dosen Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan dan seluruh staf di FKM USU yang telah memberikan
bekal ilmu selama penulis menjalani pendidikan.
8. Direktur dan seluruh pegawai yang terkait di RSUP H. Adam Malik, RS Tk.
II Putri Hijau, RS Haji Medan dan juga RS Santa Elisabeth Medan yang telah
membantu dalam proses penelitian.
9. Orang tua tercinta,Saparuddin dan Nurhayati Simangunsong S.Pd. serta
seluruh keluarga besar yang menjadi penyemangat dan selalu mendukung
serta mendoakan penulis tiada hentinya selama penulisan skripsi ini.
10. Seluruh sahabat seperjuangan di FKM USU yang telah membagi ilmu dan
waktunya selama penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan skripsi ini, baik dari segi isi maupun bahasa. Hal ini tidak terlepas dari
keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
penelitian selanjutnya.
Medan, 23 April 2019
Irda Yanti
Universitas Sumatera Utara
viii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 10
Tujuan Penelitian 11
Tujuan umum 11
Tujuan khusus 12 Manfaat Penelitian 12
Tinjauan Pustaka 13
Medical Tourism 13
Pelayanan Kesehatan 13
Mutu dan Kepuasan Layanan Kesehatan 20
Sudut pandang pasien/publik 22
Sudut pandang penyalur layanan kesehatan 23
Sudut pandang penyandang biaya 23
Sudut pandang pemilik perlengkapan layanan kesehatan 23
Sudut pandang manajemen layanan kesehatan 23
Kesenjangan Pelayanan Kesehatan 24
Kesenjangan antara keinginan pelanggan serta tinjauan administrasi (Gapbetween the customer‟s expectations and
the manajemen perceptions) 24
Kesenjangan antara pendapat pimpinan melalui perincian
mutu layanan (Gap between management perceptions and
service qualityspecification) 25
Perbedaan antara penyampaian layanan serta hubungan eksternal (Gapbetween service quality specifications and
service delivery) 25
Perbedaan antara penyampaian layanan serta hubungan
Universitas Sumatera Utara
ix
eksternal (Gapbetween service delivery and external
communications) 26
Perbedaan antara layanan yang dirasakan serta layanan yang
diingnkan (Gap between perceived service and expected service). 27
Dampak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri terhadap Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit di Kota Medan 27
Landasan Teori 30 Kerangka Berpikir 32
Metode Penelitian 34
Jenis Penelitian 34
Lokasi dan Waktu Penelitian 35
Lokasipenelitian 35
Waktupenelitian 35
Subjek Penelitian 35
Definisi Konsep 36
Metode Pengumpulan Data 37
Metode Analisis Data 38
Hasil Penelitian dan Pembahasan 41
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 41
Rumah Sakit Haji Medan 41
Rumah SakitTk II Putri Hijau Kesdam I/BB 41
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik 42
Rumah Sakit St. Elisabeth 42
Karakteristik Informan 43
Dampak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri terhadap Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Kota Medan 44
Analisis Dampak Rumah Sakit 44
Tidak Adanya Dampak Negatif bagi RS di Kota Medan terhadap
Pariwisata Kesehatan 45
Terdapat Dampak Positif bagi RS di Kota Medan terhadap
Pariwisata Kesehatan 52
Analisis DampakSistem Pelayanan Kesehatan 59
Terdapat Adanya Dampak Negatif terhadap Sistem Pelayanan
Kesehatan 59
Terdapat Adanya Dampak Positif terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan 68
Keterbatasan Penelitian 75
Kesimpulan dan Saran 77
Kesimpulan 77
Saran 78
Daftar Pustaka 80
Lampiran 83
Universitas Sumatera Utara
x
Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Karakteristik Informan 44
Universitas Sumatera Utara
xi
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka berpikir penelitian 33
Universitas Sumatera Utara
xii
Daftar Lampiran
Lampiran Judul
1 Lembar Persetujuan Menjadi Informan 83
2 Pedoman Wawancara 84
3 Matriks Hasil Wawancara 86
4 Tabel Rekap Wawancara 90
5 Permohonan Izin Penelitian 94
6 Surat Balasan Izin Peneltian 95
7 Surat Selesai Penelitian 98
8 Dokumentasi 102
Universitas Sumatera Utara
xiii
Daftar Istilah
Askes Asuransi Kesehatan
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
IFRS International Financial Reporting Standards
Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat
JKN Jaminan Kesehatan Nasional
KKP Kantor Kesehatan Pelabuhan
Menkes RI Menteri Kesehatan Republik Kesehatan
PERSI Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
PPK Pelaksana Pelayanan Kesehatan
PNS Pegawai Negeri Sipil
RS Rumah Sakit
SDM Sumber Daya Manusia
SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional
Universitas Sumatera Utara
xiv
Riwayat Hidup
Penulis bernama IrdaYanti, lahir padatanggal 16 Oktober 1996 di Kota
Tanjungbalai. Penulis bersuku bangsa Batak dan Beragama Islam.Penulis
merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Saparudin dan Ibu Nurhayati
Simangunsong, S.Pd.
Jenjang pendidikan formal penulis dari TK DAAR Alfalah Tanjungbalai
Tahun 2001. Pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Suwardi Salim Tanjungbalai
Tahun 2002-2008, sekolah menegah pertama di SMP Negeri 2 Tanjungbalai
Tahun 2008-2011, sekolah menengah atas di SMAN 1 TanjungbalaiTahun 2011-
2014, selanjutnya penuli smelanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, April 2019
Irda Yanti
Universitas Sumatera Utara
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Pariwisata Kesehatan atau medical tourism merupakan bentuk baru dari
pelayanan medis dengan mendapatkan pelayanan kesehatan ke suatu negara
tertentu dengan secara bersamaan menjadi turis (Aulia, 2016).Perkembangan
sistem kesehatan dan persaingan serta adanya dampak globalisasi kesehatan
dunia, tidak menutup kemungkinan terjadinya pemanfaatan pelayanan kesehatan
di negara lain. Medical tourism menjadi suatu fenomena bagi rumah sakit di luar
negeri didukung dokter spesialis yang lengkap dan teknologi kesehatan yang
canggih untuk mendukung pelayanan pasien (Putra, 2014).
Medical tourism membawa tren yang sangat menjanjikan ke depannya.
Industri pelayanan jasa medis secara global menghasilkan pendapatan (profit)
bagi negara bersangkutan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gandan
Frederick (2010), Amerikapernah melakukan proyeksi pendapatan yang
dihasilkan dari segmen pariwisata kesehatan ini yaitu mencapai US$ 80 miliar per
tahun pada Tahun 2017. Nilai tersebut menunjukkan bahwa negara sekelas
Amerika juga telah serius menggarap segmen ini dan diharapkan mampu
menopang perekonomian negara adidaya tersebut.Hal ini juga berarti bahwa
globalisasi di bidang kesehatan merupakan keuntungan bagi Amerika dalam
industri pariwisata.
Negara Asia sendiri, dengan pemeran utama yakni Malaysia, Thailand,
India dan Singapura dikatakan akan dapat memegang kendali sekurang-kurangnya
80% dari Asia market share.Penelitian George dan Nedela (2008) menjelaskan
Universitas Sumatera Utara
2
India memproyeksikan pendapatan dari pariwisata medis sebesar US$ 2,3
juta pada tahun 2012.Selain negara India, Malaysia juga tidak ketinggalan dalam
mengelola peluang ini untuk menjaring pasien berobat ke negaranya.Pemerintah
Malaysia tahun 2009 menargetkan pendapatan dari pariwisata kesehatan sebesar
USD 3,2 milyar dengan membentukMalaysia Healthcare Travel Council (MHTC)
dengan keberhasilan tahun 2013 menerima 770.134 pasien asing dan menerima
pendapatan USD 216 juta (Wong, 2014). Indonesia adalah pangsa pasar yang
potensial bagi Malaysia.Tercatat angka mendekati US$ 1 miliar setiap tahunnya
dikeluarkan oleh konsumen dari Indonesia untuk menikmati pengobatanpenyakit
di Malaysia (Rosalina, 2015).
Fakta mengungkapkan bahwa beberapa tahun belakangan ini ditemui suatu
tren atau keinginan masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri.Gusti (2011)
memperhitungkan penduduk Indonesia yang melakukan perawatan kesehatan ke
luar negeri dapatmenguras Rp100 triliun per tahun. Total itu didapatkan dari data
Bank Dunia Tahun 2004 mengutarakan bahwa devisa Indonesia yang ke luar
negeri dari orang sakit yang berobat mencapai sampai Rp 70 triliun.
Jumlah pasien yang berobat ke Malaysia yang terbesar adalah masyarakat
dari Indonesia. Pada Tahun 2010 sebesar 261.117 orang atau 70.11% pasien dari
Indonesia datang berobat ke Malaysia. Pada Tahun 2011 jumlah pasien yang
berobat meningkat menjadi 335.150 orang. Walaupun banyak masyarakat dari
luar Malaysia datang untuk berobat menyebabkan persentase masyarakat
Indonesia yang berobat menurun yaitu 68,64% disebabkan semakin ramai
pasienberobat dari negara lainnya yang datang ke Malaysia (Aulia, 2016).
Gencarnya iklan tentang layanan kesehatan diluar negeri yang membanjiri
Universitas Sumatera Utara
3
pasar Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat kita. Hingga saat ini
Indonesia belum memiliki regulasi yang jelas yang membatasi atau melarang
iklan layanan kesehalan negara lain. Program peningkatan kualitas pelayanan di
luar negeri sudah di mulai sejak lama dengan menerapkan sistem pelayanan
benar-benar berupaya memberikan kepuasan kepada pasien. Pihak rumah sakit
juga meneliti tingkat kepuasan pasien secara berkala. Masyarakat di Negara-
negara itu telah menikmati pelayanankesehatan yang berkualitas. Selain
itu,terdapat undang-undang dan peraturanyang tegas tentang pengaturan
pelayanankesehatan (Salawati, 2010).
Masyarakat Indonesia memiliki berbagai alasan untuk memanfaatkan
pengobatan ke luar negeri, antara lain dapat dilihat dari aspek akibat atau efek,
pilihan, teknologi, pengeluaran, jasa, serta lainnya. Dengan adanya kondisi
ini muncul berbagai anggapan terhadap kejadian yang membawa publik perlu
berbesar diri serta konsisten berkeyakinan atas potensi layanan kesehatan di luar
negeri lebih baik daripada di dalamnegeri (Wattimena, 2014).
Padahal perkembangan keahlianserta kemajuan pada sektor kesehatan di
Indonesia tidaklah jauh bertentangan dibandingkan melalui kondisi di luar negeri.
Berlimpahnya spesialis serta kemudahan memikat yang dimiliki Indonesia, namun
minim difungsikan maupun minim dimanfaatkan oleh publik, lebih-lebih
kelompok yang sanggup secara keuangan.Kejadian ini tentunya kurang pro atas
peningkatan model perspektif kehidupan negara kita (Benjamin, 2014).
Kendala-kendala yang timbul pada manajemen pelayanan medik di rumah
sakit tanah air memiliki enam kendala pada tata laksana fasilitas layanan
Universitas Sumatera Utara
4
kesehatan yaitu: 1) pegawai, utamanya pegawai medis ahli masih terbatas serta
belum merata,2) belumseluruhnya rumahsakitmengaplikasikan system organisasi
akibat keterbatasan kriteria kemampuan yang ada, 3) pelayanan yang belum
sinkron pada tolak ukur, 4) keinginan akan mempunyai perlengkapan berkualitas
tanpa memperkirakan kemampuan serta efektivitas, 5) tindakan serta karakter
kemampuan pegawai medis yang minim membantu metode layanan medis
maupun Rumah Sakit menjadisatu organisasi, juga 6) tindakan dan integritas
petinggirumah sakit yang sedikit tegas didalam implementasilayanan medis
(Djuhaeni, 2014).
Penelitian Benjamin (2014) mengatakan bahwa berdasarkan analisis hasil
terhadap 10 informan yang pernah melakukan pengobatan penyakitke luar negeri
melalui pengiriman persoalan paninjauan dan reaksi peserta dilakukan per email
ditemukan dua bagian pengkajian, yakni 1) Penyajian kesehatan, yang memiliki
empat topik, yakni tingkat layanan kesehatan, partisipasi kelompoklayanan
kesehatan, etika atas layanan kesehatan, dan instrument layanan kesehatan; dan 2)
Keinginan orang sakit, yang memiliki dua topik, yakni kesehatan orang sakit dan
kesejahteraan orang sakit. Hasil penelitian menjelaskan bahwa alasan masyarakat
Indonesia menjalankan pemeriksaan kesehatan serta penyembuhan ke luar negeri
dikarenakan atas evaluasi terhadap layanan kesehatan di negeri sendiri yang
minim membantu.Mutu , partisipasi kelompok, etika, serta fasilitasnya minim bisa
dipercaya dan kurang menyenangkan. Rewards, keamanan, konsistensi, kewajiban
serta berpengalaman ialah komponen yang perlu dipertimbangkan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.
Kota Medanialah salah satu kota terbesar di Indonesia serta yang terdekat
Universitas Sumatera Utara
5
ke negara Malaysiaserta penduduknya yang tinggal terdiri dari berbagai etnis.
Jumlah sarana prasarana kesehatan rumah sakit Tahun 2017 sebanyak 74 meliputi
60 rumah sakit umum dan 14 rumah sakit khusus (Pemerintah Kota Medan,
2018). Masyarakat Kota Medan lebih suka mencari perawatan medis ke Malaysia
dan Singapura dibandingkan ke Jakarta sebagai ibu kota Indonesia. Sebagian
besar alasannya adalah karena Malaysia lebih dekat ke Kota Medan daripada
Jakarta. Berdasarkan data yang dihimpun dari Bandara Polonia dan Kualanamu
International Airport di Kota Medan diperoleh data jumlah masyarakat yang
berasal dari Kota Medan berobat keluar negeri selama Tahun 2017 sebanyak
4.192 dan Tahun 2018 mengalamai peningkatan sebanyak 5.484 (23,6%). Kondisi
ini menjelaskan bahwa setiap tahun jumlah pengunjung ke Malaysia dan
Singapura mengalami peningkatkan atau bertambah setiap tahunnya (KKP Kelas I
Medan, 2018).
Masyarakat Kota Medan yang berobat ke luar negeri, bagi negara yang
asal maupun negara tujuan mempunyaidampak positif dan negatif, baik bagi
rumah sakit maupun layanan kesehatan.Dampak layanan kesehatan rumah sakit
ini dapat dikaitkan dengan teori Gorys Kerap dalam Soemarwoto (2004) bahwa
dampak merupakan akibat yang berpengaruh dari seseorang atau kelompok orang
ketika menerapkan kewajiban serta keadaannya setara atas kedudukannya di
dalam kelompok sehingga akan mendatangkan reaksi terhadap peralihan baik
konkret ataupun minus.
Pendapat Bies dan Zacharia (2007) bahwa masyarakat yang berobat ke
luar negeriakan membawa dampak persaingan yang negatif kepada sistem
pelayanan kesehatan di rumah sakit asal. Kondisi ini karena agar dapat bersaing
Universitas Sumatera Utara
6
dengan negara tujuan, terjadi tekanan terhadap sistem pelayanan kesehatan negara
asal yang mungkin memberikan dampak yang kurang baik, misalnya rumah sakit
haruslah memberikan pelayanan kesehatan dengan harga murah sehingga dapat
berdampak negatif terhadap kualitas pelayanan kesehatan kepada pasien. Pasien
merasa puas akan datang berkunjung kembali ke rumah sakit.
Aulia (2016) berpendapat bahwa masyarakat yang berobat ke luar negeri
berdampak terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit yang terjadi antara lain
jumlah pasien semakin berkurang sehingga mempengaruhi pendapatan rumah
sakit di negara asal, wujud persaingan yang negatif dalam sistem pelayanan
kesehatan, perbedaan pelayanan kesehatan di masyarakat mampu dan tidak
mampu, ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan,
ketergantungan kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit di luar negeri dan
kegagalan pemerintah dalam membina daya saing rumah sakit. Sedangkan
dampak positifantara lain peningkatan terhadap sistem pelayanan kesehatan,
menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan harga mudah
dijangkau, peningkatkan teknologi bidang kedokteran, perhatian terhadap rumah
sakit, dan pendidikan tenaga kesehatan.
Berdasarkan survei awal melalui wawancara dengan 2 orang pasienyang
berangkat ke luar negeri yaitu Hospital Lam Wah EE Penang Malaysia untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan gangguan lambung dan tyroid. Kedua
pasien tersebut adalah bersuku Melayu dan ibu rumah tangga yang juga berprofesi
sebagai Pegawai Kedinasan di Kota Medan dan pernah berobat ke Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.Keberangkatan pasien didampingi
Universitas Sumatera Utara
7
bersama suami dan saudara yang pernah berobat ke rumah sakit tersebut.
Setelah sampai ke rumah sakit mereka langsung mendapatkan pelayanan
di ruang pendaftaran bagian Registrasi. Salah satu pasien sudah pernah
mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan satu lagi belum pernah berobat ke
rumah sakit tersebut. Pada Bagian Pendaftaran, pasien yang sudah pernah berobat
hanya menunjukkan Kartu Berobat Sebelumnya dan passport untuk mendaftarkan
diri dan disesuaikan dengan data diri pasien di rumah sakit, sedangkan pasien
yang belum pernah berobat harus melakukan registrasi dari awal dan menentukan
dokter spesialis sesuai penyakit maupun keinginan pasien. Pasien tidak menunggu
lama di bagian pendaftaran karena tenaga kesehatan cukup banyak dan langsung
memberikan penjelasan tentang alur prosedur pelayanan yang akan diikuti mulai
dari pemilihan dokter sampai ke ruang praktek dokter. Kondisi di ruang
pendaftaran cukup banyak tetapi didukung dengan tenaga kesehatan yang
memadai.Sewaktu memasuki rumah sakit terasa nyaman karena tidak tercium
aroma khas rumah sakit seperti bau obat-obatan.
Pasien pertama kali datang berkunjung dan belum mengenal lokasi rumah
sakit akan diarahkan dan diantar oleh petugas kesehatan lainnya. Sebelum
mendapatkan pelayanan kesehatan, pasien menunggu antrian sesuai dengan
nomor yang diberikan oleh perawat yang bertugas di ruang dokter tersebut. Lama
waktu mendapatkan pelayanan di ruang praktek dokter sesuai dengan nomor urut
pendaftaran dan banyak jumlah pasien. Sebelum mendapatkan pelayanan
kesehatan terlebih dahulu dokter menanyakan keluhan penyakit pasien dan
langsung memeriksa bagian yang dikeluhkan seperti lambung dan leher.Peralatan
yang digunakan terkesan lebih modern dibandingkan dengan fasilitas di rumah
Universitas Sumatera Utara
8
sakit di Kota Medan.
Pasien merasa puas terhadap kompetensi dokter dalam mendiagnosa
penyakit karena dokter sudah dapat menentukan gejala-gejala penyakit yang
dirasakan pasien selama ini.Sikap dokter dan perawat ramah dan sopan saat
memberikan pelayanan kesehatan.Setelah dokter memeriksa dan mendiagnosa
penyakit, lalu diberikan resep untuk dibawa ke ruang Apotek yang terletak di
lantai bawah.
Pasien juga mengatakan bahwa setelah mendapatkan pelayanan kesehatan
tersebut, muncul keinginan untuk memeriksa seluruh bagian tubuh (medical check
up) disebabkan keinginan yang kuat akibat dari pelayanan kesehatan yang
profesional dan berkualitas, sehingga kedua pasien ingin mendapatkan pelayanan
kesehatan kembali. Pasien tidak merasa keberatan dengan dana yang cukup besar
harus dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena sesuai dengan
harapan atau keinginan agar cepat sembuh dari penyakit serta mengetahui gejala-
gejala penyakit yang akan muncul dari hasil medical check up tersebut serta
informasi tentang pencegahan dan penanganan keluhan penyakit yang dialami.
Kepercayaan dan keinginan masyarakat terhadap layanan kesehatan keluar
negeri semakin pesat, menjadi kepedulian Supriyanto selaku Dirjen Bina Upaya
Kemenkes RI. Supriyanto menuturkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia
yang memutuskan berobat di luar negeri meyakini mutu penyembuhan di luar
negeri tidak diragukan lagi dibandingkan pada rumah sakit di negeri sendiri.
Kualitas penyembuhan di Indonesia sesungguhnya tidak jauh berbeda.Namun, di
negeri ini kualitas layanan kesehatan serta kesejahteraan orang sakit masih
rendah.Bukan dari penyembuhan yang kurang baik. Akan tetapi, dengan cara apa
Universitas Sumatera Utara
9
layanan yang ada menjadi lebih baik (optimal) (Gusti, 2011).
Selanjutnya wawancara dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
Kota Medan sebagai rumah sakit pendidikan berstatus Kelas B menjadi salah satu
rumah sakit tertua di Kota Medan dan memiliki jumlah orang untuk berobat yang
jumlahnya masih banyak karena sebagai rumah sakit rujukan di era BPJS, dan
juga ada pasien yang pernah berobat juga pergi berobat ke negara
Malasyia.Informan yang diwawancarai memiliki jabatan sebagai Kepala Bidang
Penunjang Medik tentunya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
pelayanan kesehatan rumah sakit. Informan mengatakan bahwa dampak pelayanan
kesehatan rumah sakit terhadap masyarakat Kota Medan berobat ke luar negeri
dapat merugikan rumah sakit itu sendiri, seharusnya dana masyarakat untuk biaya
bepergian berobat ke luar dapat menjadi masukan bagi pendapatan daerah seperti
biaya pasport, penginapan dan lainnya. Berdasarkan jawaban mengenai dampak
positif masyarakat yang berobat ke luar negeri dapat menyebabkan rumah sakitdi
Kota Medanperlu membenahi diri terutama dalam aspek kualitas pelayanan
kesehatan dan ketersediaan sarana serta prasarana.
Adanya persepsi masyarakat bahwa pelayanan kesehatan di luar negeri
tidak bertele-tele atau prosesnya cepat dibandingkan pelayanan kesehatan rumah
sakit di Kota Medan menyebabkan timbulnya persepsi pelayanan kesehatan di
luar negeri lebih bermutu.Pendapatan dokter spesialis di luar negeri memang
sangat tinggi sehingga mereka tidak diwajibkan untuk membuka praktek lainnya
atau memiliki kerja rangkap di rumah sakit lain sehingga dokter di luar negeri
lebih fokus dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kesejahteraan
tenaga dokter spesialis dalam bekerja belum sebanding dengan pendapatan yang
Universitas Sumatera Utara
10
diperolehnya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga ke depan perlu
dipertimbangkan kesejahteraan tenaga kesehatan agar memiliki motivasi kuat
untuk memajukan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit.
Dampak lainnya pada rumah sakit ialah dapat menyebabkan tenaga
kesehatan yang profesional akan pindah ke rumah sakit lainnya seperti ada
seorang perawat pindah ke rumah sakit Jepang karena diiming-imingi pendapatan
yang menggiurkan bagi seorang profesi perawat.Untuk itu setiap rumah sakit di
Kota Medan perlu membenahi diri dalam pengelola sumber daya yang ada agar
masyarakat berkomitmen dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan di daerahnya
sendiri tanpa harus bepergian ke luar negeri.
Berlandaskan penjelasan tersebut, selanjutnya penulis tertarik mengambil
topik mengenaiDampak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri terhadap Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit di Kota Medan.
Perumusan Masalah
Keinginan dan harapan terhadap layanan kesehatan yang bermutu
menyebabkan sebagian masyarakat Kota Medan berobat ke luar negeri. Salah satu
faktor penyebabnya adalah gencarnya iklan layanan kesehatan dan kemudahan
akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di luar negeri sehingga dapat
menimbulkan kesan bahwa pelayanan kesehatan rumah sakit luar negeri lebih
baik karena didukung teknologi kedokteran canggih dari pada di Kota Medan.
Pasien yang berobat tentunya mampu membayar biaya perawatan penyakit hingga
sembuh dengan biaya mahal.Medical tourism ini dapat berdampak terhadap
menurunkan income rumah sakit di Kota Medan.Padahal pelayanan kesehatan
rumah sakit di Kota Medan tidak berbeda jauh dari rumah sakit luar negeri karena
Universitas Sumatera Utara
11
berlimpahnya tenaga medis professional dan didukung peralatan kedokteran
canggih. Hasil survei awal diperoleh bahwa pasien yang berobat ke Hospital Lam
Wah EE Penang Malaysia merasa puas terhadap pelayanan kesehatan, mulai dari
waktu masuk rumah sakit (ruang pendaftaran), menjalani perawatan dan saat
pulang ke tanah air. Pasien pada awalnya hanya ingin berobat tentang penyakit
yang di derita tetapi karena timbul kepercayaan yang kuat sehingga ingin
memanfaatkan fasilitas lainnya seperti melakukan check up kesehatan dengan
biaya yang cukup tinggi.Kondisi ini berdampak terhadap loyalitas pasien untuk
berkunjung kembali ke rumah sakit tersebut apabila ada keluhan penyakit.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui dampak masyarakat berobat ke luar negeri terhadap pelayanan
kesehatan rumah sakit di Kota Medan dengan melihat :
(1). Bagaimana dampak positif dan negatif masyarakat berobat ke luar negeri
terhadap rumah sakit dan,
(2). Bagaimana dampak positif dan negatif masyarakat berobat ke luar negeri
terhadap pelayanan kesehatan.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. untuk menganalisis dampak masyarakat berobat ke luar
negeri terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan.
Tujuan khusus.untuk menganalisis dampak positif dan negatif
masyarakat berobat ke luar negeri terhadap pelayanan kesehatan dan rumah sakit
di Kota Medan.
Manfaat Penelitian
Hasil dari kajian ini diharapkan bisa membagikan keuntungan atas
Universitas Sumatera Utara
12
sejumlah aspek, yakni:
1. Bagi pengkaji, diharapkan bisa bermanfaat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, menambah wawasan, dan pola pikir pengetahuan tentang dampak
pelayanan kesehatan rumah sakit terhadap masyarakat berobat ke luar negeri di
Kota Medan.
2. Bagi instansi terkait, terutama rumah sakit swasta maupun negeri diharapkan
bisa sebagai materi evaluasi bagi mengambil ketentuan tatkalamempercepat
peningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang profesional mampu bersaing
secara kompetitifdi Kota Medansehingga mampu bersaing secara kompetitif
dimanca negara dalam bidang kesehatan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan bisa dijadikan menjadi materi kajian atau
literatur buat mendukung, menambah wawasan, maupun untuk pengembangan
penelitian selanjutnya yang berhubungan dampak pelayanan kesehatan rumah
sakit terhadap masyarakat berobat ke luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
13
Tinjauan Pustaka
Medical Tourism
Medical tourism adalah tempat orang sering bepergian jauh ke luar negeri
untuk mendapatkan perawatan medis, gigi dan bedah sekaligus berwisata ke
negara lain (Aulia, 2016). Medical tourism menjadi semakin meningkat pilihan
yang populer untuk pasien yang ingin mengakses prosedur (biasanya melalui
pembayaran out-of pocket) yang tampaknya tidak tersedia bagi mereka di negara
asal mereka. MacReady (2007) percaya bahwa akan ada kecenderungan terjadinya
medical tourism; industri ini akan tumbuh sekitar 20% di seluruh dunia. Ini bisa
terjadi karena faktor sosial ekonomi sebagai faktor pendukungnya.
Pelayanan Kesehatan
Notoatmodjo (2012) memberikan pendapat bahwa perbuatan seseorang
terhadap layanan kesehatan dipengaruhi tiga aspekyakni :
1. Karakteristik predisposisi (Predisposing Charcteristic)
Setiap pribadi mempunyai keinginan yang berlainan demi menggunakan
layanan kesehatan dikarenakan adanya variasi-variasi spesifik demografi,
bentuk kemasyarakatan serta harapan mengenai kesehatan yang akan
membantunya memulihkan penyakit.
2. Karakteristik Penunjang (Supports Characteristic)
Karateristik ini menjabarkan dengan cara apa pribadi ketika menggunakan
layanan kesehatan mesti dibopong elemen berbeda yaitu:komponenpencarian,
keterjangkauanmaupun memudahkan memperoleh layanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
14
3. Karakteristik kepentingan (Interests Charateristic)
Kepentingan menjadikan aturan serta stimulus kelangsungan
perlumemanfaatkanlayanan kesehatan jika aspek predisposing dan aspek
supports membantu. Maka kebanyakan bisa disampaikan bahwa Interest
characteristic mewujudkan pemutus akhir pada perseorangan selama
memanfatkan layanan kesehatan.
Mengikuti Evans (1984) sebagaimana dikutip oleh Thabrany (2008),
dibandingkan atas keperluan hidup manusia yang lain kepentingan layanan
kesehatan memiliki tiga ciri utama yang khusus. Ketiga karakter utama tersebut
yakni:
1. Uncertainty
Uncertainty ataupun ketidakpastian membuktikan bahwa keperluan
akanlayanan medis tidak mampu ditentukan, baik keadaan, kedudukannya,
ataupun besarnya dana yang diperlukan. Karakter inilah yang menjadikan
munculnya respons pengelolaan system asuransi pada layanan medis.Sistem
asuransi menghimpun (pooling) efek perorangan sebagai akibat kalangan
maupun dari suatu kalangan kecil terhadap kalangan yang bertambah
berkembang.Melaluipooling efek itu terhadap pihak (seraya memberi bayaran)
bahwa akibat tiap pribadi menjadi kecil/ringan dan jelas risiko dipikul serentak
menurut periodik.
2. Asymetry of information
Sifat kedua, asymetry of information menyatakan bahwa pengguna layanan
kesehatan berpengaruh atas keadaan yang jauh makin terbelakang sekalipun
Pemberi Pelayanan Kesehatan(PPK) memahami jauh semakin besarnya akan
Universitas Sumatera Utara
15
fungsi dan tingkat layanan yang "dijualnya". Konsekuensi dari sifat ini,
pengguna sendiri mungkin selaku "mangsa" PPK.Seperti pendapat institutional
dari karakter ini ialah pengelolaan dan peninjauan dari penguasa maupun
pembayar perlu melindungi pelanggan yang lemah. Metode penyelesaian
kapitasi antara lain bermaksud perlu menangani permasalahan penjelasan
asimetri ini.
3. Externality
Externality bermakna bahwa penggunaan layanan medis bukan sekedar
berdampak "pemesan/pemakai/pengguna" melainkan pula tidak
pelanggan.Begitu pula akibat kepentingan layanan kesehatan bukan hanya
tentang pribadi pemesan.Misalnya ialah pengguna rokok yang memiliki akibat
makin besar atas yang tidak perokok. Sebab buktiini,layanan kesehatan
memerlukan bantuan saat beraneka strukturnya. Sebab olehnya, anggaran
layanan kesehatan bukan pula sebagai kewajiban pribadi seseorang, melainkan
pula sebagai kewajiban bersama (publik).
Penerapan bidang perniagaan atas bagian kesehatan untuk memperhatikan
bawaan ataupun karakter tertentu bidang kesehatan, keadaan ini
menimbulkandugaan terbatas pada bidang perniagaan belum berlangsung maupun
belum sama sekali berjalan jikalau diterapkan bagi bidang kesehatan. Petunjuk
utamatersebut ialah seperti :
1. Keadaan penyakit tak terduga
Biasanya seseorang yang berlebihan dapat beranggapan perihal penyakit
apapun yang akan dirasakannya di masa mendatang. Karena dari itu pula tak
diketahui pasti layanan kesehatan apapun yang ia butuhkan. Adanya ketidak
Universitas Sumatera Utara
16
pastian (uncertainty) ini penting seseorang mengalami suatu efek (efect) akan
sakit dan sebabnya serta dampak mesti menyatakan dana penyembuhan.
Kekhawatiranadanya efek inilah yang menarikseseorang perlu akan menurut
bergabung menanggungnya, yakni pada satu sistem asuransi.
2. Consumer ignorance
Karakter yang amat utama ialah besarnya kecanduan pengguna atas penyedia
(provider) layanan kesehatan.Bermula akibat lazimnya pengguna terbilang
tiada mengetahui luasnya akanmodel peninjauan serta penyembuhan yang
dibutuhkannya.Providerlah yang memutuskan model serta volume layanan
yang ingin digunakan bagi pengguna. Ada kalanya ketetapan profesional
tersebut sama sekali lepas dari pengarahan anggaran maupun kesanggupan
melunasi si penderita.
3. Sehat maupun layanan kesehatan menjadi kewajiban
Para petinggi maupun ahli bidang sosial terlibat ekonom maupun profesional
kesehatan beranggapan bahwa sandang, pangan, papan maupun hidup sehat
ialah komponen kepentingan dasar seseorang yang mesti terus-menerus
diupayakan akan dipenuhi, terbebas dari kapasitas seseorang akan
membayarnya. Ini mengakibatkan penyaluran layanan kesehatan kadang kala
sekaligus dilakukan karena dasar kebutuhan (need) maupun bukan atas dasar
kemampuan membayar (demand).
4. Eksternalitas
Karakter spesifik lainnya ialah akibat eksternal yang ada saat pelaksanaan
layanan kesehatan.Saat ekonomi ditegaskan bahwa social marginal benefit
yang didapat dari immunisasi jauh bertambah dominan dari pada private
Universitas Sumatera Utara
17
marginalbenefit pada pribadi tersebut.Asal mulanya, berdasarkan perkiraan
ekonomi, pemerintah harus melindungi agar program seperti imunisasi
berhasilterselenggara, untuk dapat timbul kondisi demand seseorang (tatkala
arti keinginan menuntaskan) tidak banyak dibandingkan
bersama demand mendapatkan layanan kuratif yang tidak memiliki dampak
eksternal.Sebenarnya dampak eksternal tertera ragam antar beragam bentuk
layanan kesehatan.Pelayanan yang termasuk pencegahan biasanya memiliki
eksternalitas besar, sehingga termasuk menjadi "komoditi masyarakat"
maupunpublic good. Sedangkan layanan kuratif, semakin bertambah layanan
yang bermaksud kosmetika, eksternalitasnya umumnya kecil layanan ini
terkadang disebut sebagai private good. Terdapat anggapan yang menyebutkan
bahwa layanan kesehatan yang berkarakter public good seyogyanya
memperoleh tunjangan maupun bahkan disediakan bagi pemerintah secara
gratis.Sedangkan layanan kesehatan yang termasuk menjadiprivate
good seharusnya dibayar maupun dibiayai pribadi untuk penerapannya ataupun
bagi bagian swasta.
5. Motif non-profit
Meskipun saat penerapan terdapat industri kesehatan yang mendapat manfaat,
sebagaimana contohnya rumah sakit terpilih milik swasta, selaku ideal
mendapat manfaat paling besar (profit maximization) tidak lain sasaran penting
layanan kesehatan. Anggapan kebanyakan yang selaku tradisional dianut ialah
"pribadi tak pantas menangkap keuntungan dari kesulitan orang lain".
Dasarnya layanan kesehatan pada mulanya diselenggarakan atas motif sosial,
contohnyadalam sistem Yayasan.Akan tetapi saat ini timbul pergantian
Universitas Sumatera Utara
18
orientasi, terpenting selepas pemilik modal serta dunia bisnis
memandangbagian kesehatan menjadi kesempatan pemodalan yang komersial.
6. Padat karya
Otomatisasi jelas tidak menerapkanlayanan kesehatan semakin terbuka dari
input kemampuan manusia. Keinginan spesialisasi serta superspesialisasi
mengakibatkan bagian kemampuan padalayanan kesehatan semakin besar,
sebagai contohnya pelayanan RS. Uraian anggaran rumah sakit contohnya
mengungkapkan bahwa bagian karyawan tersebut dapat menggapai sekitar 40-
60% dari totalitas biaya.Ini bermakna bahwa bidang kesehatan ialah bidang
yang berkarakter padat karya.
7. Mix outputs
Keistimewaan lain ialah besarnya beragam "komoditi" yang dibuat dari
beraneka ragam perencanaan kesehatan. Yang digunakan untuk orang sakit
ialah satu bagian layanan: beberapa pengamatan diagnosis, pemeliharaan,
pengobatan serta pengarahan kesehatan. Bagian terkandung beragam
membawa seseorang serta banyak bergantung atas ragam penyakit. Kondisi ini
membawa dampakkajian demand terhadap layanan kesehatan menjadi
kompleks. Selain layanan kesehatan, usahakesehatan terus
menimbulkan keluaran berbeda, yakni hasil penelitian juga pembelajaran serta
edukasi kemampuan kesehatan.
8. Usaha kesehatan menjadi pemakaian serta pendanaan
Pada masa singkat, usaha kesehatan muncul selaku bagian yang konsumtif,
tidak membagikan return on investment secara pasti.Untuk karena itu, ada
kalanya bidangkesehatan ada atas rangkaian rendah ketika perbandingan
Universitas Sumatera Utara
19
mengedepankan pengembangan, lebih - lebih apabila fokus pengembangan
ialah perkembangan perniagaan.Akan tetapi jika penyesuaian pengembangan
pada kesimpulannya ialah pengembangan manusia, bahwa pengembangan
bidang kesehatan sebenarnya ialah satu kapitalisasi, paling tidak selama waktu
panjang. Bagi waktu sempit pula, untuk warga employed di upaya produktif,
pengembangan kesehatan jelas membagikan return on investment yang bisa
ditakar.
Mengikuti prinsip Grossman (1972) diikuti sama Adisasmito
(2008), demand buatpelayanan kesehatan mempunyai sebagian kondisi yang
melainkan melalui ancangan lama demand pada bidang berbeda, yakni:
1. Yang dikehendaki publik maupun pelanggan ialah kesehatan tidak layanan
kesehatan. Layanan kesehatan membuatderive demand menjadi keluaran perlu
mewujudkan kesehatan. Keperluan rakyat bertambah, kesakitan semakin
berbelit-belit, dan peralatan kedokteran maupun pemeliharaan yang semakin
maju mengharuskan tersedianya dana akan kapitalisasi, operasional, dan
perlindungan.
2. Publik tak mengambil kesehatan dari pekan selaku membisu,publik
mewujudkannya, memanfaatkankan batas bagi upaya pengembangan
kesehatan, disisi memanfaatkan layanan kesehatan.
3. Sehat bisa dijadikan menjadi bakal pemodalan sebab bertahan lama dan tidak
terdeprisiasi bersama langsung.
4. Sehat mampu dijadikan menjadi bakal pemakaian sekalian menjadi bahan
pemodalan.
Universitas Sumatera Utara
20
Beberapa sudut pandang keterlibatan pemerintah dalam pelayanan
kesehatan:
1. Akan melengkapi layanan khalayak, dimana perseorangan belum memperoleh
dorongan kepada pengamananterhadap independen. Ketentuan bidang swasta
terkadang memandang ditemukannya ekternalitas positif yang berkaitan serta
pemeriksaan kesehatan terkemuka bagi penguasa (Semisal : Pencegahan
masalah infeksi menular).
2. Bidang dimana metode pasar belum berupaya maupun belum berhasil
menjalankan tugasnya menurut realistis serta berkeadilan, kontribusi penguasa
sebagai kewajiban.
3. Guna melindungi keseimbangan serta memperhatikan kewenangan (Equity and
Right) ialah di luar capaian mekanisme pasar (Drez’e and Sen, 2002).
Mutu dan Kepuasan Layanan Kesehatan
Atas ketentuannya satu komoditas mau perlengkapanataupun pelayanan
dianggap berkualitas apabila melengkapi standard : a) Setakar beserta
keinginanserta pemanfaatan, b) Memenuhi kemauan pelaksanaan, c) Setakar
melalui ketetapan yang ditetapkan, d) Setakar melalui ketetapan ketentuanyang
berlangsung, dan e) Hemat (Pohan, 2009).
Akan tetapi, dalam kemajuan berikutnya melalui kajiann diduga
terdapatnya aspek kualitas layanan yang sama - sama bertautan satu sama lainnya
yang disambungkan dengan kesenangan konsumen. Bagi Parasuraman (1990)
menyatakan aspek terkemuka dipusatkan jadi 5 perspektif (ukuran) mutu bantuan
/ layanan, yakni :
Universitas Sumatera Utara
21
1. Real (nyata); melingkupi kinerja materi melalui sarana, kelengkapan, pegawai
serta peralatan koneksi.
2. Greatness (kehebatan); yaitu kompetensiakan melakukan bantuan yang sudah
pernah ditentukan menurut stabil serta bisa diyakinkan (akurat).
3. Responsive (sigap); yakni keinginan guna mendukung klien (konsumen) serta
mempersiapkan bantuan/ layanan yang cepat,akurat serta sigap.
4. Certainty (kejelasan); mencakup keahlian serta keakraban para pegawai serta
keahlian mereka perlu membangkitkan harapan juga keteguhan, kebiasaan
serta kelakuan bisa diyakini yang dimiliki karyawan, terhindar dari efek
maupun keragu-raguan.
5. Empaty (empati); mencakup penafsiran pembagian kepedulian sebagai pribadi
terhadap konsumen, keringanan tatkala melaksanakan hubungan yang baik,
serta mengetahui keinginan konsumen.
Berbagai macam penjelasan dibagikan para peneliti kepada mutu
layanan.Parasuraman (1988) memahami mutu menjadi satu wujud tindakan,
berkaitanakan tetapi berbeda pada kesenangan, yang membuat hasil dari
perpaduan antara kesempatan serta kemampuan aktual.Akan tetapi mutu layanan
serta kepuasan dibentuk dari keadaan yang berselisih. Kemudian disebutkan
bahwa pemahaman yang paling umum dari perbedaan mutu layanan serta
kesenangan bahwa mutu layanan mewujudkan suatu susunan tindakan, evaluasi
dilaksanakan pada batas lama, selama kesenangan membentuk tingkatan dari
negosiasi yang jelas.Variasi antara mutu layanan sertakesenangan menjurus pada
model diskonfirmasi yang dioperasionalkan. Saat memperkirakan mutu layanan
yang dibandingkan ialah apa yang sebaiknyadicapai,
Universitas Sumatera Utara
22
tatkalasaatmenakarkesenangan yang dibandingkan ialah apa yang konsumen
patutdiperoleh.
Kepuasan ialah tahap perasaan seseorang maupun publik sesudah
membandingkan buatan yang dirasakan serta keinginannya. Jikalau buatan yang
dirasakannya sesuai maupunmelewatikeinginannya, akan tampak perasaan lega,
meskipun akan tampak perasaan menyesal maupun kekecewaan andaikan buatan
yang dinikmatinya belum pantas pada harapannya (Pohan, 2009). Tjiptono (2004)
menuturkan bahwa mutu ada kaitan yang melekat atas kesenangan
klien.Mutumenganjurkan suatu motivasi terhadap klien selama mewujudkan
jalinan ikatan yang berpengaruh dengan industri.Pada waktu yang lama, susunan
semacam ini mengharuskanindustry akan mengetahui seksama keinginan klien
dengan kepentingan mereka.Melalui begitu industri bisa menambah kesenangan
klien serta upaya memaksimumkan keahlian klien yang memuaskan serta
meminimumkan maupun mengabaikan keahlian klien yang kurang
memuaskan.Pada gilirannya kesenangan klien berhasil menciptakan komitmen
maupun kepatuhan klien terhadap indutri yang mempersembahkan mutu yang
menyenangkan. Sudut pandang kualitas layanan kesehatan bagi L.D Brown serupa
dikutip oleh Pohan (2009) yaitu:
Sudut pandang pasien/publik.Orang sakit/publik memandang layanan
kesehatan yang berkualitas menjadi layanan kesehatan yang bisa mencukupi
keperluan yang dirasakannya serta dilakukan melalui aturan yang beraturan serta
beradab, akurat, kritis serta dapat memulihkan keluhannya dan mencegah
bertumbuhnya maupun meningkatnya kesakitan.
Sudut pandang penyalur layanan kesehatan. Penyalur layanan
Universitas Sumatera Utara
23
kesehatan (provider) melibatkan layanan kesehatan yang berkualitas serta
ketersediaan alat, metode kegiatan maupun protokol, keleluasaan pekerjaan ketika
melaksanakan layanan kesehatan sesuai pada teknologi kesehatan mutakhir, serta
dengan cara apa keluaran (outcome) maupun hasil layanan kesehatan itu.
Sudut pandang penyandang biaya.Penyandang biaya maupun asuransi
kesehatan berpendapat bahwa layanan kesehatan yang berkualitas menjadi satu
layanan kesehatan yang berdaya guna maupun tepat guna.Orang sakit diharapkan
mampu disembuhkan pada jangka batas seminim mungkin sehingga anggaran
layanan kesehatan bisa menjadi berdaya guna. Akhirnya usaha untukpeningkatan
kesehatan sertapencegahan penyakit akan digalakkan agar pemanfaatanlayanan
kesehatan pemulihan akan menurun.
Sudut pandang pemilik perlengkapan layanan kesehatan.Pemilik
perlengkapan layanan kesehatan beranggapanakan layanan kesehatan yang
berkualitas mewujudkan layanan kesehatan yang menimbulkan penghasilan yang
bisa melingkupi anggaran operasional maupun perlindungan, namun pada biaya
layanan kesehatan yang masih tercapai bagi orang sakit/publik, yakni pada
peringkat anggaransaat belum ditemukan keberatan pasien dan publik.
Sudut pandang manajemen layanan kesehatan.Manajemen layanan
kesehatan meskipun tak spontan membagikan layanan kesehatan, turut
bertanggungjawab ketika persoalan kualitas layanan kesehatan. Kepentingan akan
pengawasan, administrasi pembiayaan serta pengadaan akan membagikan kendala
serta terkadang manajemen layanan kesehatan belum mengikuti pengutamaan
sehingga tampakpermasalahan pada layanan kesehatan. Pemfokusan kepedulian
kepada sejumlah aspek kualitas layananan kesehatan terpilih, akan mendukung
Universitas Sumatera Utara
24
manajemen layanan kesehatan saat membuat prioritas saat mempersiapkan segala
yang jadi keperluan serta keinginan orang sakit dan pemberi layanan kesehatan.
Kesenjangan Pelayanan Kesehatan
Parasuraman (1990) berpendapat bahwa selisih (kesenjangan) antara jasa
layanan yang dinikmati dan yang diinginkan berlangsung akibatadanya :
Kesenjangan antara keinginan pelanggan serta tinjauan administrasi
(Gapbetween the customer’s expectations and the manajemen
perceptions).Aspek administrasi tidak senantiasa mempunyai persepsi yang akurat
terhadap apa yang diharapkan bagi konsumen maupun dengn cara apa evaluasi
konsumenterhadap upaya layanan yang disediakan bagi perseroan. Menjadi
contoh : administrasi berpendapat bahwa konsumen mengevaluasi kualitas
layanan rumah sakit dari kualitas (mutu) konsumsi yang disediakan, namun
sesungguhnya yang diinginkan para konsumen ialah sigap serta kekariban dari
kemampuan medis. Oleh sebabitu administrasi penting mengerahkan
keteranganperlu memastikankarakterlayanan yang diduga berguna bagi
konsumen. Parasuraman pada kajiannya mengutarakan tiga aspek yang bisa
menghasilkan gap satu ini, yakni:
1. Pimpinan menjadi pemilik ketentuan belum memanfaatkan ataupun justru
belum memanfaatkan hasil pengkajian pasar terhadap barang yang
ditawarkannya.
2. Belum adanya hubungan yang berdaya guna antara pegawai yang terus
berdekatan bersama pelanggan serta bagian pimpinan menjadi penetap
kebijaksanaan.
Universitas Sumatera Utara
25
3. Terlampau banyak tahapan birokrasi yang ada antara pegawai yang tepat
berdekatan bersama pelanggan dan pimpinan menjadi penetap kebijaksanaan.
Kesenjangan antara pendapat pimpinan melalui perincian mutu
layanan (Gap between management perceptions and service
qualityspecification). Administrasi barangkali belum melakukan tolak ukur mutu
yang nyata, maupun tolak ukur mutu setelah nyata akan tetapi belumrealistik,
maupun tolak ukur mutu sudah jelas serta realistik namun administrasi belum
berupaya buat mengelola tolak ukur kualitasnya. Keadaan ini akan menyebabkan
pegawai belum mengerti akan prosedur perusahaan serta ketidak yakinan terhadap
tindakan administrasi, yang kemudian menjatuhkan hasil kinerja pegawai.
Misalnya : Adanya kemauan administrasi akan membagikan respons yang sigap
terhadap telepon yang diterima, akan tetapi belum menyiapkan operator telepon
dalam jumlah yang memadai; adanya strategi-strategi yang belum jelas,
dikomunikasikan dengan buruk terhadap pegawai. Gap ini bisa timbul akibat:
1. Belum adanya maupun kurangnya tanggung jawab dari pimpinan bahwa mutu
layanan mewujudkan pokok dari strategi prosedur sasaran.
2. Ketidakpercayaan pimpinan bahwa keinginan konsumen tersebut bisa dicapai.
3. Kesulitan sumberdaya, baik perlengkapan ataupun perseorangannya.
Organisasi dalam menentukan kriteria tidak memperhitungkan apa yang
seandainya sebagai tolak ukur pelanggan terhadap pelayanan tersebut.
Perbedaan antara penyampaian layanan serta hubungan eksternal
(Gapbetween service quality specifications and service delivery).Tolak ukuryang
tinggi wajib didukung untuk sumber daya, serta akibat yang dibutuhkan demi
mendukung karyawan saat mempersembahkanlayanan yang baik terhadap
Universitas Sumatera Utara
26
konsumen. Banyaknya komponen yang menyebabkan pembagian layanan, sebagai
keterampilan serta kemampuan pegawai, perlakuan pegawai, perlengkapan yang
dipakai, kontribusi rewards. Gap ini disebabkan akibat beberapa aspek, yakni:
1. Pegawai belum memahamiapa yang diharapkan akibat pimpinan maupun
pemimpin mereka dari layanan yang mereka berikan juga dengan cara apa
menyelenggarakan keinginan tersebut.
2. Terdapat tolak ukur yang sama - sama kontradiktif satu dengan lainnya.
3. Ketidaksesuaian antara keterampilan maupun kemahiran pegawai serta
kegiatan/tanggungjawab yang diembannya.
4. Ketidaksesuaian antara instrumen yang disediakan pada profesi.
5. Ketidakjelasan dari metode evaluasi pekerjaan dan metode bonus.
6. Ketidaksanggupan pegawaiuntuk fleksibel terhadap kondisi yang ada (rule by
the book).
7. Pimpinan dan pegawai belum sanggup berkarya menjadi satu barisan yang
solid.
Perbedaan antara penyampaian layanan serta hubungan eksternal
(Gapbetween service delivery and external communications).Keinginan
konsumendiakibatkan oleh komitmen yang diutarakan penyedia bantuan dengan
hubungan eksternal serupa para wiraniaga, selebaran brosur, promosi, serta
lainnya.Hasil layanan yang efektif bisa mengecewakan pelanggan kalau
hubunganpemasaran perusahaan menjadikan mereka mempunyai ambisi yang
sangat keras sehingga tidak realistis lagi.Misal selebaran penginapanmenunjukkan
kondisi yang indah dan kebenarannya begitu pengunjung datang ke penginapan
tersebut, mereka mendapatkan tempat yang sederhana. Gap ini berlangsung akibat
Universitas Sumatera Utara
27
beberapa keadaan, yakni:
1. Ketidakcocokan interaksi antar unit, yaitu antara depertemen periklanan serta
departemen layanan, antara penjualan dengan pelayanan, antara unitSDM,
pemasaran serta pelayanan.
2. Menyampaikan jaminan yang amat berlebihan.
Perbedaan antara layanan yang dirasakan serta layanan yang
diingnkan (Gap between perceived service and expected service).Kesenjangan
ini berlaku andaikan bagian administrasi gagal menyelesaikan beberapa maupun
lebih dari empat perbedaan tersebut di atas.Kesenjangan inilah yang memicu rasa
ketidakpuasan konsumen.
Dampak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri terhadap Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit di Kota Medan
Dampak ialah efek yang meningkat dari seseorang maupun golongan
orang di saatmelaksanakan kewajiban dan jabatannya sesuai dengan statusnya
dalam masyarakat, sehingga akan menyebabkan dampak terhadap peralihan baik
positif maupun negatif. Dampak juga dapat diartikan sebagai suatu peralihan yang
timbul pengaruh suatu kesibukan.Aktifitas tersebut bisa berwatak bersahaja baik
kimia, fisik maupun biologi dan pekerjaan bisa pula dilakukan bagi manusia
(Soemarwoto, 2004).
Impakbagi Hosio (2007) ialah peralihan jelas atas tingkah laku maupun
tindakan yang dihasilkan akibat keluaran kebijakan. Berdasarkan pengertian
tersebut bahwa pengaruh membuat suatu transisi yang nyata akibat dari keluarnya
strategi terhadap tindakan dan perbuatan.Sedangkan menurut Islamy (2001),
impak strategi ialah pengaruh dan hasil yang ditonjolkan atas dilaksanakannya
Universitas Sumatera Utara
28
strategi.Teori dampak perubahan sosial ekonomi dapat dijadikan sebagai landasan
untuk mengkaji dampak pelayanan kesehatan rumah sakit terhadap masyarakat
berobat ke luar negeri.
Menurut Bies dan Zacharia (2007) mengatakan jika masyarakat berobat ke
luar negeri dibiarkan terus terjadi tanpa adanya perubahan sistem pelayanan
kesehatan di negara asal, maka lama kelamaan sistem pelayanan kesehatan negara
asal akan tergantung pada rumah sakit luar negeri sebagai tempat tujuan
masyarakat berobat. Kondisi kesehatan para pasien berobat ke luar negeri akan
bergantung kepada rumah sakit tujuan masyarakat berobat.
Dampak negatif yang sering dikaitkan dengan masyarakat berobat ke luar
negeri adalah jika sebuah negara membiarkan pasien berobat ke luar negeri
terjadi, ini berarti negara membiarkan terjadinya ketidakadilan dalam
menyediakan pelayanan kesehatan. Masyarakat yang mampu ditinjau dari
pendapatan yang tinggi akan mendapat pelayanan kesehatan yang berkualitas di
luar negeri, sedangkan masyarakat yang tidak mampu terpaksa harus
mendapatkan pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan di negara sendiri.
Banyak masyarakat kehilangan kepercayaan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dari negara sendiri sehingga berkeinginan berobat ke luar
negeri karena lebih memilih untuk menjalani perawatan kesehatan ke luar negeri,
negara asal kurang membina daya saing antara rumah sakit di negeri itu
sendiri.Kondisi ini tentunya dapat diartikan sebagai ketidakmampuan negara asal
dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang baik bagi seluruh lapisan
masyarakat.
Di sisi lain, masyarakat berobat ke luar negeri dapat memberikan manfaat
Universitas Sumatera Utara
29
bagi negara asal dan tujuan. Menurut Bookmandan Bookman (2007) bahwa
apabila pemanfaatan pelayanan kesehatan ke luar negeri dikelola antara ke dua
negara asal dan tujuan dapat memberikan keuntungan bagi kedua pihak serta bagi
pasien. Negara penerima akan mendapatkan keuntungan dari kedatangan pasien
dari negera lain, sedangkan dari negara asal akan mendapatkan manfaat akibat
dari banyak pasien yang memerlukan dan membutuhkan perawatan dapat dibantu
oleh rumah sakit negara tujuan.
Helble (2010) dalam kajiannya mengenai dampak medical tourism
terhadap negara berkembang berpendapat bahwa medical tourism berkaitan
dengan teknologi canggih dalam bidang kedokteran, kemudahan terbaik dalam
bidang kedokteran dan pelayanan kesehatan yang terbaik dan bermutu.Dengan
adanya medical tourism, pemerintah sepatutnya lebih meningkatkan perhatian
terhadap kekurangan pelayanan di rumah sakit di negaranya.
Permasalahan lain yang sering dikeluhkan masyarakat di Kota Medan
mengenai pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan. Menurut Sarifuddin
(2009) bahwa kencederungan masyarakat dalam mencari pelayanan kesehatan ke
pulau Penang disebabkan mutu pelayanan kesehatan di Kota Medan yang
rendah.Oleh karena itu perlunya pihak pemerintah memperhatikan pendidikan
tenaga kesehatan untuk meningkatkan profesional berprofesi agar masyarakat
berobat ke luar negeri dapat berkurang atau dapat diminimalisasi.
Medical tourism merupakan bagaimana kemampuan negara tujuan untuk
menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan dengan harga yang
mudah dijangkau masyarakat, agar masyarakat membutukan pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
30
tidak pergi ke luar negeri, maka sistem pelayanan kesehatan di dalam negeri harus
berupaya menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan harga
mudah dijangkau masyarakat.
Landasan Teori
Konsep peralihan sosial menjadi asal permulaan keluarnya konsep
mengenai efek sosial dan ekonomi.Fardani (2012:6) mengutarakan bahwa
efeksosial ialah sebuah sistem reaksi maupun akibat yang timbul akibat adanya
sesuatu keadaan.Akibat yang dituju ialah pengaruh yang terbentuk atas publik,
baik akibat suatu keadaan itu memengaruhi publik maupun situasi lainnya
didalam masyarakat.Transformasi sosial yang terjadi di masyarakat serta memicu
pengaruh menurut ekonomi.
Pengaruh ekonomi menurut Cohen pada Dwi (2015) terdiri dari, a)
Pengaruh terhadap penghasilan, b) pengaruh terhadap kegiatan ekonomi, dan c)
pengaruh terhadap pengeluaran. Dari sini makin diperjelas bahwa pengaruh
ekonomi dijelaskan menjadi pengaruh dari suatu peralihan yang timbul
dilingkungan.Dari sini dampak ekonomi dijelaskan sebagai akibat dari suatu
perubahan yang terjadi dilingkungan.Diperkuat pendapat Setyaningsih (2014)
bahwa pengaruh sosial ekonomi bisa dilihat dari sisi positif dan negatif sehingga
bisa makin seimbang saat melakukan evaluasi.
Sebagian penelitian menjelaskan bahwa dampak pelayanan kesehatan
rumah sakit terhadap masyarakat berobat ke luar negeri dapat ditinjau dari sisi
positif dan negatif.Menurut Jhonson dan Garman (2010) bahwa masyarakat
berobat ke luar negeri menyebabkan sedikit jumlah penderita yang memerlukan
Universitas Sumatera Utara
31
perawatan di rumah-rumah negara asal.Bies dan Zacharia (2007) berpendapat
bahwa mendasari atas pemikiran bahwa adanya masyarakat yang berobat ke luar
negeri memberikan dampak menurunkan pendapat rumah-rumah sakit di negara
asal.
Helble (2010) dalam kajiannya mengenai medical tourism yang terjadi di
berbagai negara melihat bahwa medical tourism sebagai alternatif yang baik
pasien dari negara asal yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan berkualitas di negara mereka sendiri.Situasi ini terutama mengenai
pasien yang tidak mempunyai insuran atau harus menunggu lama untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan. Namun demikian, hal ini mungkin
mendatangkan dampak negatif adalah negara asal dari para pasien mungkin
semakin tidak mempunyai insentif untuk memperbaiki tahap proses pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
Dampak negatif lainnya dokter terbaik rumah sakit akan pindah ke luar
negara. Menurut Horowitz et al (2007) bahwa hal ini dapat terjadi karena para
dokter merasa mengobati pasien luar negeri merupakan prestasi. Dokter
mengangap itu suatu pekerjaan dokter profesional dan berpeluang untuk
meningkatkan pendapatan mereka.Pandangan tersebut menyebabkan semakin
banyak para dokter dan perawat yang bekerja di luar negeri.
Selain pendapat negatif terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit
terhadap masyarakat berobat ke luar negeri, juga ada beberapa kesan positif
berdasarkan pendapat para ahli.Menurut Bookman dan Bookman (2007)
masyarakat berobat ke luar negeri menyebabkan terjadinya persaingan yang luas
Universitas Sumatera Utara
32
antara rumah sakit, tidak saja antara rumah sakit di dalam negeri juga serta rumah
sakit di luar negeri. Persaingan yang positif ini menyebabkan perhatian terhadap
rumah sakit akan semakin diprioritaskan. Senada dengan pendapat Rambe (2006)
dengan adanya masyarakat berobat ke luar negeri, rumah sakit-rumah sakit di
Kota Medan akan berbenah diri untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan, menggunakan teknologi canggih, meningkatkan kemudahan pelayanan,
dan menyediakan pelayanan yang harganya mudah dijangkau masyarakat.
Berlandaskan penjelasan di atas, bahwa keseluruhan dampak pelayanan
kesehatan rumah sakit di Kota Medan dapat dikaji dari dampak positif antara lain
wujud persaingan yang negatif dalam sistem pelayanan kesehatan, perbedaan
pelayanan kesehatan di masyarakat mampu dan tidak mampu, ketidakmampuan
pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan, ketergantungan kualitas
pelayanan kesehatan rumah sakit di luar negeri dan kegagalan pemerintah dalam
membina daya saing rumah sakit. Sedangkan dampak negatif yaitu peningkatan
terhadap sistem pelayanan kesehatan, menyediakan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dengan harga mudah dijangkau, peningkatkan teknologi bidang
kedokteran, perhatian terhadap rumah sakit, dan pendidikan tenaga kesehatan.
Kerangka Berpikir
Mengenai kerangka pikir pada penelitian ini menggambarkan bahwa yang
diteliti adalah dampak pelayanan kesehatan rumah sakit terhadap masyarakat Kota
Medan berobat ke luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
33
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian
Dampak Masyarakat Kota Medan
Berobat ke Luar Negeri
1. Dampak positif
2. Dampak negatif
Rumah Sakit
Kota Medan
Sistem Pelayanan Kesehatan
Rumah Sakit Kota Medan
1. Dampak positif
2. Dampak negatif
Universitas Sumatera Utara
34
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Cresswell (2012) mendefinisikan pendekatan kualitatif yaitu“Qualitative research
focuses on the process that is occurring as well as the product or outcome.
Researchers are particulars interested in understanding how things occurs.”
Definisi ini menerangkan bahwa penelitian kualitatif difokuskan pada proses yang
terjadi dalam penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian kualitatif tidak
dapat dibatasi.
Disamping itu, peneliti merupakan bagian yang penting dalam penelitian
untuk memahami gejala sosial terjadi dalam proses penelitian. Pendekatan dalam
penelitian kualitatif adalah fenomenologi merupakan penelitian kualitatif yang
berakar pada filosofi dan psikologi, dan berfokus pada dampak pelayanan
kesehatan rumah sakit terhadap masyarakat Kota Medan berobat ke luar negeri.
Dalam penelitian ini, penulis memilih pendekatan ini karena ingin
mendalami secara detail, intensif dan komprehensif bagaimana dampak
masyarakat berobat ke luar negeri terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit di
Kota Medan. Aktivitas penelitian yang dilakukan melalui serangkaian kegiatan
mengumpulkan, menggambarkan dan menafsirkan data tentang situasi yang
dialami yang tampak dalam proses yang sedang berlangsung dan pada awalnya
tidak diketahui peneliti. Melalui desain ini dapat diperoleh gambaran fenomena,
fakta dampak masyarakat berobat ke luar negeri terhadap pelayanan kesehatan
rumah sakit di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
35
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Kelas B di
Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi penelitian, karena cukup banyak
masyarakat Kota Medan berobat ke luar negeri untuk penyembuhan dan
perawatan penyakit. Alasan lain pemilihan lokasi penelitian rumah sakit kelas B
adalah jumlah rumah sakit kelas A di Kota Medan hanya 1 saja yaitu RSUP H.
Adam Malik Medan sehingga digunakan lokus rumah sakit kelas B. Rumah sakit
yang menjadi tempat penelitian yaitu RSUP H. Adam Malik Medan, RSUD Dr.
Pirngadi Medan, RSU Haji Medan, dan RSU Tk. II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan, sedangkan RS Coloumbia Asia tidak membalas surat izin penelitian.
Waktu penelitian. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan terhitung dari
bulan Agustus 2018 sampai dengan selesai. Diawali dengan pelaksanaan, survei
pendahuluan, persiapan proposal penelitian, penelitian, persiapan sidang.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang diwawancarai dan dimintai informasi
oleh pewawancara yang diperkirakan menguasai masalah penelitian dan
memahami data informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Informasi
adalah data yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan
bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan
menggunakannya untuk membuat keputusan (Kumorotomo dan Margono, 2011).
Sesuai dengan pendekatan penelitian yang dilakukan yaitu pendekatan
kualitatif, maka penentuan informan didasarkan pada kriteria sesuai dengan tujuan
penelitian. Informan ditetapkan secara purposive berdasarkan pertimbangan
bahwa mereka dianggap dapat memberikan data dan informasi dampak
Universitas Sumatera Utara
36
masyarakat berobat ke luar negeri terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit di
Kota Medan .
Melalui pertimbangan faktor kebutuhan akan data dan informasi, faktor
dukungan sumber daya yang dimiliki peneliti dan informan. Menurut Creswell
(2012) bahwa subjek penelitian yang digunakan pada penelitian model
fenomenologi minimal 3 sampai 10 subjek dalam satu fenomena karena pernah
berobat atau membawa keluarganya ke rumah sakit luar negeri. Pada penelitian ini
jumlah informan sebanyak 5 orang pegawai rumah sakit di Kota Medan yang
lebih banyak memahami dan mengetahui tentang dampak masyarakat berobat ke
luar negeri terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan. Informan
penelitian terdiri dari kepala bidang keperawatan rumah sakit, kepala bidang
penunjang medik rumah sakit, sekretaris rumah sakit dan direktur rumah sakit.
Definisi Konsep
Untuk mempermudah dalam pengolahan data dan pembahasan, maka
dirumuskan definisi konsep penelitian yaitu:
1. Pelayanan kesehatan adalah upaya rumah sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik kepada masyarakat yang datang berkunjung didukung
tenaga kesehatan yang profesional dan sarana dan prasarana.
2. Rumah sakit adalah suatu wadah pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara paripurna dengan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan rawat darurat.
3. Dampak positif pelayanan kesehatan rumah sakit adalah upaya rumah sakit
membenahi diri dalam menyediakan pelayanan kesehatan berkualitas agar
masyarakat tidak berobat ke luar negeri berdasarkan aspek wujud persaingan
Universitas Sumatera Utara
37
yang negatif dalam sistem pelayanan kesehatan, perbedaan pelayanan
kesehatan di masyarakat mampu dan tidak mampu, ketidakmampuan
pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan, ketergantungan kualitas
pelayanan kesehatan rumah sakit di luar negeri dan kegagalan pemerintah
dalam membina daya saing rumah sakit.
4. Dampak negatif pelayanan kesehatan rumah sakit adalah akibat yang dapat
terjadi karena masyarakat memilih berobat ke luar negeri berdasarkan aspek
aktivitas rumah sakit di Kota Medan dalam meningkatkan sistem pelayanan
kesehatan, menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan harga
murah dijangkau, peningkatkan teknologi bidang kedokteran, perhatian
terhadap rumah sakit dan pendidikan tenaga kesehatan.
Metode Pengumpulan Data
Standar khusus pengumpulan data yang perlu dipenuhi sesuai dengan
karakteristik penelitian kualitatif sesuai menurut Moleong (2011), yakni
melakukan setidak-tidaknya triangulasi metode dan triangulasi sumber data.
Triangulasi metode dilakukan dengan cara wawancara mendalam yang terstruktur
dan telaah dokumen sehingga kebenaran data yang diperoleh melalui suatu
metode dapat dicek dengan data yang diperoleh melalui metode lain. Selain itu,
penulis juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek
kebenaran informasi tersebut. Sedangkan triangulasi sumber data dilakukan
dengan cara wawancara beberapa informan sehingga didapat data yang relevan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data
primer dan data sekunder melalui teknik teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
38
1. Dokumentasi
Dapat dianggap sebagai materi yang tertulis atau sesuatu yang menjadikan
tentang sesuatu subjek dokumentasi dapat berisi deskripsi-deskripsi,
penjelasan-penjelasan, bagan alir, daftar-daftar, catatan hasil komputer, contoh-
contoh objek dari sistem informasi. Dokumentasi yang diambil di Pusat Biro
Statistik, dan Kantor Imigrasi Kelas I Sumatera Utara atau sesuai dengan judul
penelitian agar bermanfaat untuk mengetahui, menganalisis, menafsirkan
bahkan untuk meramalkan dampak sosial pelayanan kesehatan rumah sakit.
Dokumentasi juga dapat diperoleh dari buku-buku dan bahan referensi lainnya.
2. Wawancara
Wawancara mendalam (indepth-interview) merupakan cara untuk mendalami
hasil observasi. Wawancara mendalam awalnya dilakukan secara umum
kemudian secara khusus adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, pewawancara dan informan yang
terlibat dalam kehidupan sosial. Melalui wawancara mendalam akan
keterlibatannya dalam kehidupan informan. Wawancara mendalam peneliti
bertatap muka langsung dengan informan.
Metode Analisis Data
Bogdan dan Biklen seperti yang dikutip oleh Moleong (2011) mengatakan
bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
Universitas Sumatera Utara
39
penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.
Secara umum, proses analisis data kualitatif didasarkan pada reduksi dan
interpretasi data. Sesuai teori dari Cresswell (2012) analisis data dilakukan dengan
rangkaian tahapan sebagai berikut:
1. Reduksi data
Mengumpulkan yang didapat dan menyederhanakan informasi tersebut,
memilih hal-hal pokok dan memfokuskannya pada hal-hal penting, mencari
tema atau pola dari laporan atau data yang didapat di lapangan. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih tajam
tentang hasil pengamatan, disamping mempermudah peneliti untuk mencari
data yang diperlukan.
2. Display (penyajian data)
Menyajikan berbagai informasi dari data setelah dianalisis sehingga
memberikan gambaran seluruhnya atau bagian-bagian tertentu dari penelitian
yang dilakukan.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Kegiatan analisis data dimaksudkan untuk mencari makna dan membuat
kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan dengan mencari pola, tema,
hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan hipotesis kerja. Pada
mulanya kesimpulan tersebut tentunya masih sangat tentatif, kabur dan
diragukan. Akan tetapi, dengan bertambahnya data dan melalui verifikasi yang
terus dilakukan selama penelitian berlangsung maka kesimpulan tersebut
Universitas Sumatera Utara
40
menjadi lebih mendalam dan akurat. Dengan teknik analisa kualitatif, peneliti
akan menjabarkan hasil penelitian dan melakukan pembahasan hanya dengan
menguraikannya dalam kalimat-kalimat.
Universitas Sumatera Utara
41
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Wilayah penelitian merupakan hal yang diperlukan untuk memberikan
pendalaman pemahaman mengenai permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut.
Berikut gambaran mengenai rumah sakit di Kota Medan sebagai lokasi penelitian
yaitu Rumah Sakit Haji Medan, Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB,
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, dan Rumah Sakit St. Elisabeth.
Rumah Sakit Haji Medan. Rumah sakit berlokasi di RS
Haji Kompl Medan Estate Permai Tegalrejo didirikan dengan landasan hasrat
untuk menciptakan sarana pelayanan kesehatan bernuansa Islami yang
mengutamakan mutu dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh kebutuhan
pelanggan. Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara diresmikan
oleh Presiden Republik Indonesia tanggal 4 Juni 1992. Sejak tanggal 29 Desember
2011 Rumah Sakit Umum Haji Medan secara resmi telah dikelola oleh
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera
Utara Tahun 2011 tanggal 13 Desember 2011. Rumah Sakit Umum Haji Medan
Provinsi Sumatera Utara saat ini mempunyai 254 tempat tidur untuk rawat inap,
hampir dua kali lipat sewaktu. Visi rumah sakit adalah Rumah Sakit Unggulan
dan Pusat Rujukan dengan Pelayanan Bernuansa Islami, Ramah Lingkungan,
Berdaya Saing sesuai Standart Nasional, dan Internasional.
Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB. Rumah Sakit Tk II Putri
Hijau Kesdam I/BB Medan berlokasi di Jalan Putri Hijau No. 17 Medan
merupakan rumah sakit kebanggaan prajurit di wilayah Kodam I/BB dan
Universitas Sumatera Utara
42
sekaligus sebagai rumah sakit rujukan wilayah barat Indonesia (Medan sekitarnya)
dengan didukung sarana dan prasarana yang semakin memadai dan tenaga dokter
spesialis dan sub spesialis yang semakin lengkap. Hingga sekarang Rumah Sakit
Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB telah terakreditasi 5 pelayanan dasar sesuai dengan
sertifikat akreditasi Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
HK.03.05/III/760/11 tanggal 17 Maret 2011 dengan Kelas B. Visi Rumah Sakit
Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yaitu “Menjadi Rumah Sakit dambaan
warga TNI dan masyarakat di kawasan Barat Negara Kesatuan Republik
Indonesia.”
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Rumah sakit ini berlokasi
di Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera
Utara. RSUP H. Adam Malik mempunyai 16 pelayanan medis spesialistik dan
subspesialistik yang luas, sehingga RSUP H. Adam Malik termasuk rumah sakit
Kelas A. Rumah sakit memprioritaskan Keselamatan Pasien dengan PATEN
(Pelayanan Cepat, Akurat, Terjangkau, Efisien, Nyaman). Visi rumah sakit adalah
menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Nasional Terbaik dan Berkualitas
di Indonesia pada 2019. Visi rumah sakit adalah menjadi pusat rujukan pelayanan
kesehatan, pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun.
2019
Rumah Sakit St. Elisabeth. Rumah sakit swasta ini berlokasi di Jalan
Haji Misbah No. 7 Kecamatan Medan Maimun Provinsi Sumatera Utara dengan
Kelas B. Rumah Sakit ini adalah milik Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth
Medan dengan motto “Ketika Aku Sakit Kamu Melawat Aku”. Rumah Sakit ini
telah dilengkapi berbagai prasarana yang terdiri dari Poli Umum, Spesialis, Unit
Universitas Sumatera Utara
43
Gawat Darurat (UGD), Intensive Care Unit (ICU). Masing-masing unit dilengkapi
dengan fasilitas sesuai kebutuhan pelayanan. Visi rumah sakit adalah “menjadikan
kehadiran Allah di tengah dunia dengan membuka tangan dan hati untuk
memberikan pelayanan kasih yang menyembuhkan orang-orang sakit dan
menderita sesuai dengan tuntutan zaman”.
Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini merupakan pegawai yang bekerja di empat
rumah sakit terdiri dari tiga rumah sakit pemerintah yaitu Rumah Sakit Haji
Medan, Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB, RSUP H. Adam Malik dan satu rumah
sakit swasta yaitu Rumah Sakit St Elisabeth Medan. Informan telah bekerja
minimal satu tahun dan memiliki pengalaman tentang pelayanan kesehatan rumah
sakit. Informan memiliki pemahaman yang baik terhadap dampak pelayanan
kesehtan rumah sakit terhadap masyarakat Kota Medan berobat ke luar negeri
karena pernah atau sedang menduduki jabatan penting di rumah sakit seperti
direktur, kepala bidang dan bidang promosi kesehatan rumah sakit.
Informan yang dijadikan sebagai narasumber dalam penelitian ini terdiri
dari empat orang terdiri dari tiga perempuan dan satu orang laki-laki dan berstatus
sebagai pegawai tetap pada rumah sakit swasta dan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
pada rumah sakit pemerintah. Karakteristik informan berdasarkan umur dengan
interval 25 sampai 58 tahun, masa kerja 1 sampai dengan 28 tahun. Informan
mempunyai jabatan berkaitan sesuai dengan tema yang akan dikaji. Untuk
mempermudah dalam menganalisis masing-masing dikoding menjadi Informan J,
Informan R, Informan N dan Informan M.
Universitas Sumatera Utara
44
Tabel 1
Karakteristik Informan
Inisial/ Kode Umur
(Thn)
Jenis
Kelamin
Masa
Kerja (Thn) Jabatan Instansi
Informan J
58 Laki-laki 28 Kabid Pelayanan
Medik
RS Haji
Medan
Informan R
25
Perempuan
1 Pegawai Bidang
Humas
Tk II
Putri
Hijau
Kesdam
I/BB
Informan N
47
Perempuan
4 Ka. Bidang
Pelayanan Medik
RSUP H.
A. Malik
Informan M 52 P Perempuan 25 Direktur RS St
Elisabeth Medan
RS St
Elisabeth
Medan
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2019
Dampak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri terhadap Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit Kota Medan
Tema yang dikaji dalam penelitian adalah dampak masyarakat berobat ke
luar negeri terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit Kota Medan berdasarkan
dampak rumah sakit dan dampak sistem pelayanan kesehatan.
Analisis Dampak Rumah Sakit
Dampak rumah sakit terdiri dari tidak adanya dampak negatif bagi rumah
sakit di Kota Medan terhadap pasien berobat ke luar negeri ditinjau dari aspek
kunjungan pasien, pendapatan rumah sakit, serta perpindahan tenaga kesehatan.
Dan dilihat dari adanya dampak positif bagi rumah sakit di Kota Medan terhadap
pasien berobat ke luar negeri di tinjau dari aspek peningkatan persaingan rumah
sakit, peningkatan teknologi kedokteran, kemudahan pelayanan rumah sakit serta
penyediaan pelayanan rumah sakit yang berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
45
Tidak Adanya Dampak Negatif bagi RS di Kota Medan terhadap
Pariwisata Kesehatan. Hasil wawancara peneliti terhadap informan ditemukan
bahwa tidak adanya dampak negatif bagi rumah sakit di Kota Medan terhadap
masyarakat yang berobat ke luar negeri ditinjau dari aspek jumlah pasien, jumlah
pendapatan rumah sakit, penutupan rumah sakit, perbaikan pelayanan kesehatan,
perpindahan tenaga kesehatan.
Jumlah Kunjungan Pasien. Hasil wawancara terhadap informan
berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak masyarakat berobat ke luar negeri
terhadap jumlah pasien di rumah sakit ini?”. Diperoleh respon informan seperti
jawaban berikut:
“…Gak ada pengaruhnya sama kami, gak ada, hanya berapa
persen sih itu kesana. Yang sangat berpengaruh sama kami ya
regulasi daripada system pelayanan kita JKN itu sangat berpengaruh, kalau yang ke luar negeri itu ya gak berpengaruh
berapa persen sih itu yang kesana gak berpengaruh” (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Kalau dampak nya sih sebenarnya ee tidak terlalu mempengaruhi
karna kan hanya sedikit sih. Tidak signifikan kali mempengaruhi
jumlah pasien yang ada di rumah sakit kalau misalkan ada pasien
yang ingin pergi berobat ke luar negeri karena bias kita lihat sih
dari perekonomian masyarakat Indonesia kan gak semua mampu
untuk berobat ke luar negeri. Nah jadi tidak terlalu mempengaruhi
untuk jumlah pasien tetapi yang sangat mempengaruhi ya mungkin
kita merasa rumah sakit kita ee kurang memadai fasilitasnya
dalam hal ee penyakit pasien yang ingin pergi ke luar negeri”.
(Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Jadi kalau masalah kunjungan pasien ke luar negeri itu udah lama yaa.
Nah jadi sebelum era JKN juga pasiennya udah kesana. Nah itu kita juga
masih tidak ada masalah karena kan mungkin eee orang-orang tertentu
lah yang bisa berobat ke luar negeri kan gak semua level golongan
masyarakat. Menengah ke atas. Nah pasien kita cukup banyak karena dulu
sebelum era JKN ini tidak ada rujukan berjenjang jadi siapapun bisa
Universitas Sumatera Utara
46
langsung ke rumah sakit tipe A pusat rujukan tersier yang terakhir
sebelum era JKN kan tidak ada berjenjang jadi dari puskesmas pun bisa
langsung ke Adam Malik. Kalau sekarang justru itu terasanya itu sejak
era JKN jadi dampak dari pada masyarakat dulu yang pergi ke luar
negeri itu kita sih gak terasa” (Informan 3).
Didukung dengan respon dari :
“Kalau dari sisi ini sebenarnya gak terlalu signifikan juga lah ya
berkurang melulu” (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan menyatakan
masyarakat Kota Medan berobat keluar negeri tidak memberikan dampak negaif
terhadap kunjungan pasien karena RS di Kota Medan pasiennya sebahagian besar
adalah pasien BPJS yang mempengaruhi jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit
di Kota Medan, kalaupun ada tetapi tidak signifikan. Hal ini disebabkan sistem
pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit yaitu sistem Jaminan Kesehatan
Sosial yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
melalui pembayaran iuran setiap bulan. Peserta BPJS dapat menikmati pelayanan
kesehatan mulai dari fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sampai rujukan
ke rumah sakit secara berjenjang mulai dari rumah sakit Kelas D, C, B dan A.
Masyarakat yang berobat ke luar negeri adalah orang-orang tertentu yang
memiliki penghasilan yang cukup besar untuk mendanai biaya keberangkatan
sampai pengobatan penyakitnya.
Pendapatan Rumah Sakit. Hasil wawancara terhadap informan
berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak masyarakat berobat ke luar negeri
terhadap jumlah pendapatan rumah sakit ini ?”. Diperoleh respon informan seperti
jawaban berikut:
Universitas Sumatera Utara
47
“Kalau dampak sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi pendapatan
rumah sakit karena pasien yang berasal dari Kota Medan adalah perserta
JKN mencapai 80 hampir 90%”. (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Tidak mempengaruhi juga, karena kan pasien yang tadi saya bilang
hanya sedikit. Nah karna kan banyak juga nih pasien ee di luar dari
pasien umum ya. Kita kan masi ada pemasukan misalnya dari pasien
BPJS, dari pasien ee KIS dan lainnya dan ada juga pasien umum yang gak
mesti kita rujuk atau kita sarankan ke luar negeri dan kita sanggup untuk
ee melayani masyarakat tersebut iyakan”. (Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Jumlah pendapatan ya itu tadi mulai terasanya itu sejak era JKN ini
otomatiskan pasien yang tadinya kita layani di atas 1000/hari nah
sekarang itu paling banyak itu 800an. Itu jelas 20% berkurang pasiennya
dari poli rawat jalan itu paling jelas kita lihat ya. Nah seperti itu. Cuman
kalo mengenai rawat inapnya itu tidak terlalu bermakna sekali sih
pengurangannya malah kita ini sering apa namanya eee penuh tempat
tidur. Tapi kalau rawat jalan yang terasa karena mereka itu tidak boleh
langsung berjenjang ini sejak era JKN ya. Jadi tidak ada pengaruhnya
dari masalah berobat ke luar negeri” (Informan 3).
Didukung dengan respon dari :
“Tapi kami kek nya kami gak terlalu berdampak dan justru sekarang ini
nya dengan adanya BPJS ini yang kami lebih, lebih besar dampak nya iya
kan ketimbang medical tourism tapi kita prihatin artinya kenapa ya kok
perilaku orang Indonesia itu kok bukan nya gak bisa disini gitu ya kan.
Apakah memang mereka karena jalan-jalan nya makanya saya
sebenarnya perlu di ini kan bener-bener apakah mereka memang karena
mau jalan-jalan nya sebagai sambil sambil atau mereka merasa tidak
puas dengan pelayanan”. ( Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan menyatakan
masyarakat Kota Medan berobat keluar negeri tidak mempengaruhi dampak
negative terhadap pendapatan rumah sakit di Kota Medan. Rumah sakit di Kota
Medan memperoleh masukan dari pasien BPJS, asuransi kesehatan swasta
lainnya dan pasien umum yang membayar biaya perawatan tanpa mengunakan
Universitas Sumatera Utara
48
asuransi manapun. Mereka inilah yang menjadi sumber pendapatan rumah sakit
untuk membiayai biaya operasional rumah sakit. Berbeda dengan pendapat Aulia
(2016) mengatakan bahwa masyarakat yang berobat ke Malaysia dapat
mengurangi pendapatan rumah sakit di Sumatera Utara,
Perbaikan Pelayanan Kesehatan. Hasil wawancara terhadap informan
berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak masyarakat berobat ke luar negeri
terhadap rumah sakit untuk memperbaiki pelayanan kesehatan?”. Diperoleh
respon informan seperti jawaban berikut:
“Termotivasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Ditambahkan lagi rumah sakit kita memiliki sistem akreditas
rumah sakit sehingga rumah sakit meningkatkan mutu pelayanan
kesehatannya”.(Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Pasti ada. Mungkin karena eee tidak memadai dan ee tidak lengkap nya
fasilitas dirumah sakit. Pasti ada keinginan rumah sakit baik itu swasta
maupun negeri untuk melengkapi fasilitas kita. Cuma ya itu tadi kita kan
ada rumah sakit negeri ya kita harus memohon bantuan, menunggu
bantuan dari pemerintah. Kalau seandainya juga pemerintah kurang
dalam memperhatikan dalam hal kelangkapan fasilitas pastinya rumah
sakit yaa akan tetap begitu-begitu saja tidak ada perkembangan”.
(Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Yaa sebenarnya kita tentunya dengan peningkatan mutu ya. Nah jadi
salah satunya kita terjamin mutunya itu dengan dilakukannya akreditasi.
Nah jadi kita dari dulu kan sudah berapa kali eee akreditasi mulai dari
proses pertama akreditasi itu untuk yang 5 pelayanan kemudian tahun
2013 ya kalau gak salah itu yang 16 pelayanan kemudian tahun 2015 kita
terakreditasi KARS Nasional kemudian ini kita baru-baru ini di tahun
2018 baru kita terakreditasi JCI Internasional. Nah jadi masyarakat kita
kan taunya peningkatan mutu itu setelah rumah sakit itu terakreditasi.
Yang paling penting itu lah peningkatan mutu dan kita memenuhi sarana
prasarana fasilitas kesehatan” (Informan 3).
Universitas Sumatera Utara
49
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan menyatakan
masyarakat Kota Medan berobat ke luar negeri memberikan dampak terhadap
peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit di Kota Medan harus membenahi diri
dalam memenuhi pelayanan yang berkualitas. Hal ini mungkin disebabkan sistem
pelayanan rumah sakit Kota Medan mengharuskan setiap rumah sakit yang
bekerjasama dengan BPJS harus diakreditasi untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan agar pasien merasa puas. Ditambahkan lagi, setiap rumah
sakit sangat tergantung terhadap kebijakan pemerintah untuk mengikuti regulasi
yang selalu direvisi untuk meningkatkan kualtias pelayanan kesehatan. Menurut
penelitian Aulia (2016) mengatakan dengan adanya pengobatan ke luar negeri
dapat diketahui bahwa masyarakat ingin mendapatkan pelayanan yang baik,
sehingga rumah-rumah sakit Sumatera utara harus memperbaiki diri terutama
dalam hal pelayanan kesehatan
Ungkapan informan lainnya mengatkan bahwa:
“Setiap dokter spesilias di rumah sakit dapat bekerja di tiga rumah sakit
kalau di luar negeri cuma satu rumah sakit sehingga full time memberikan
layanan kesehatan sehingga membuat mereka maju”. (Informan 4).
Pelayanan kesehatan kepada pasien terutama pasien rawat inap sangat
ditentukan kualitas dan ketersediaan dokter spesialis di rumah sakit. Jika
ketersediaan dokter tersebut tidak ada atau sudah dijumpai menyebabkan pasien
memilih rumah sakit lainnya yang memiliki dokter spesialis sesuai dengan
penyakit yang diderita. Pada rumah sakit di Kota Medan, tempat kerja dokter
spesialis dapat di tiga rumah sakit sehingga keberadaannya tidak selalu siap
melayani pasien di satu rumah sakit saja.
Universitas Sumatera Utara
50
Perpindahan dokter ke rumah sakit luar negeri. Hasil wawancara
terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak masyarakat
berobat ke luar negeri terhadap perpindahan dokter ke rumah sakit luar negeri?”.
Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
“Gak ada. Dari sini gak ada. Malah dokter kami ini menjadi konsultan
disana. Bukan pindah, dipanggil menjadi konsultan. Gak ada dokter kita
pindah ke luar negeri”. (Informan 1)
Didukung dengan respon dari :
“Dokter terbaik pasti inginnya pindah ke tempat yang lebih baik gitu kan.
Nah pastinya rumah sakit akan sulit meee apa namanya mencari dokter
yang lebih baik dari yang sebelumnya kan itu sih dampak negatifnya kalau
misalkan dokter pindah ke rumah sakit yang lain. Karena kita udah
merasa sekarang cari dokter yang bagus itu dan professional susah gitu.
Gak hanya dengan modal STR, SIP gitu tapi dengan skill dan
pengalaman gitu dia”. (Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Iyaa..iyaa selama ini belum ada. Memang kan kalo apa namanya itu
surat izin praktek itu diberikan di 3 rumah sakit jadi mereka ini bebas
boleh melayani tetapi kita kan juga punya aturan ini kan rumah sakit kita
untuk pegawai yang kemenkes yang merupakan pegawai tetap kita itu
harus melaksanakan eee pelayanan di luar rumah sakit itu di atas jam
kerja seperti itu. Jadi mereka boleh praktek di luar atau mereka boleh
misalnya melakaukan pelayanan di rumah sakit swasta tetapi di atas jam
kerja”. (Informan 3).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan menyatakan
berobat ke luar negeri tidak menyebabkan dokter dan perawat berpindah untuk
bekerja ke luar negeri tidak adanya dampak negatif bagi rumah sakit di Kota
Medan berobat keluar negeri yang dapat memengaruhi kinerja rumah sakit di
Kota Medan apabila tenaga kesehatan pindah ke negera lain. Dokter yang
memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik susah mencari gantinya pada
Universitas Sumatera Utara
51
masa sekarang ini mungkin jumlah dokter spesialis yang disenangi pasien
jumlahnya sedikit. Dokter yang ingin pindah tugas ke luar negeri prosesnya
panjang sehingga kasus perpindahan tersebut jarang terjadi. Sedangkan tenaga
kesehatan lainnya seperti perawat kemungkinan cukup tinggi karena difasilitasi
oleh pemerintah dengan gaji yang sangat besar dibandingkan gaji di rumah sakit
Kota Medan.
Namun berbeda respon dari :
“Kalau perawat sih ada yaa. Karena kan itu di fasilitasi oleh pemerintah.
Kan antara government to government dari pemerintah jepang kan
banyak di cari tenaga perawat itu kan ke luar ke Indonesia dari Amerika
ke mana. Jadi contoh aja dari tapi biasanya itu dari institusi pendidikan
nya ya kan. Dari rumah sakit ada kami ada beberapa perawat kami yang
kemudian mengambil kesempatan untuk di rekrut ke jepang. Ya kalau
perawat ada lah tapi kalau dokter saya lihat gak lah karena mungkin
dokter juga sulit kan untuk kerja di luar eee seperti Malaysia Singapur itu
kan kalau enggak ada aviliasi ke Inggris kan mereka gak ini dokter kita.
Jadi kalau perawat sih ada tapi ya sama aja sekarang malah persaingan
di dalam di Indonesia malah lebih besar untuk rekrut perawat karena
kesempatan untuk bekerja di luar negeri itu kan proses nya panjang”
(Informan 4).
Dari hasil wawancara terhadap 4 informan rumah sakit yaitu kabid Pelayanan
Medik rumah sakit Haji Medan, pegawai Bidang Humas rumah sakit Tk II Putri
Hijau Kesdam I/BB Medan, Ka. Bidang Pelayanan Medik RSUP H. Adam Malik
Medan dan juga Direktur RS St. Elisabeth Medan dapat di simpulkan bahwa
Masyarakat yang berobat ke luar negeri tidak memberikan dampak negatif bagi
rumah sakit Kota Medan terhadap pasien berobat ke luar negeri di lihat dari aspek
kunjungan pasien rumah sakit di Kota Medan karena sebahagian besar pasien
adalah peserta JKN. Dilihat dari aspek pendapatan rumah sakit berobat ke luar
negeri tidak memberikan dampak negatif terhadap pendapatan RS di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
52
Dilihat dari aspek perpindahan tenaga kesehatan ditemukan bahwa berobat ke luar
negeri tidak menyebabkan dokter dan perawat berpindah untuk bekerja ke luar
negeri. Dan juga dilihat dari aspek perhatian pimpinan bahwa berobat ke luar
negeri tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perhatian pimpinan
kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan pendidikan tenaga kesehatan.
Terdapat Dampak Positif bagi RS di Kota Medan terhadap
Pariwisata Kesehatan. Hasil wawancara peneliti terhadap informan ditemukan
adanya dampak positif bagi rumah sakit di Kota Medan terhadap masyarakat
berobat ke luar negeri ditinjau dari aspek peningkatan persaingan rumah sakit,
peningkatan teknologi kesehatan, peningkatan kemudahan rumah sakit, dan
penyediaan pelayanan berkualitas adanya dampak positif bagi RS di Kota Medan
terhadap pariwisata kesehatan diuraikan di bawah ini.
Peningkatan Persaingan Rumah Sakit. Hasil wawancara terhadap
informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak positif masyarakat berobat
ke luar negeri dalam peningkatan persaingan di rumah sakit ini?”. Diperoleh
respon informan seperti jawaban berikut:
“Yaa kita intropeksi rumah sakit jadi motivasi. Ya kan kita kadang-kadang
kan selalu terlintas dugaan asumsi kita karena mutu pelayanan sini
kurang baik kita terangsang untuk memperbaiki mutu pelayanan salah
satunya kita akreditasi. Sekarang kita akreditasi versi 2012 mungkin kita
nanti bisa JCI macam Adam malik. Adam Malik itu udah JCI udah sama
standarnya macam di luar negeri. Sekarang kan pengaruh advertising
dari luar negeri padahal bukan nya jelek-jelek kali rumah sakit sini”
(Informan 1).
Universitas Sumatera Utara
53
Didukung dengan respon dari :
“Ya mungkin kita lebih termotivasi untuk lebih baik lagi meningkatkan
pelayanan. Kita harus lebih ee memotivasi dokter, perawat, serta
administrasinya agar lebih lagi untuk melayani pasien. Jadi pasien itu gak
mesti dia merasa harus berobat ke rumah sakit lain. Khususnya pelayanan
itu aja” (Informan 2).
Didukung dengan resspon dari :
“Kita lebih termotivasi untuk lebih baik lagi meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama setelah adanya sistem akreditas rumah sakit bertujuan
menetapkan status kinerja rumah sakit yang berkualtias. Rumah sakit
dapat meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dengan menyelenggarakan
pelatihan supaya citra rumah sakit lebih baik”. (Informan 3).
Ungkapan di atas tidak berbeda jauh dengan pernyataan informan dari
rumah sakit swasta sebagai berikut.
“Antar rumah sakit di Kota Medan juga saling bersaing karena memiliki
kebijakan yang berbeda-beda seperti persaingan perekrutan tenaga
kesehatan”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan menyatakan
bahwa adanya dampak positif bagi rumah sakit Kota Medan terhadap masyarakat
yang berobat keluar negeri menyebabkan peningkatan persaingan dalam
memberikan pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan menuju arah yang
lebih baik lagi. Setiap rumah sakit memiliki kebijakan seperti visi dan misi untuk
memberikan kepuasan terhadap pasien dan menjadi rumah sakit yang unggul
dalam memberikan pelayanan kesehatan. Keinginan bersaing antar rumah sakit
sudah menjadi kebijakan rumah sakit agar dikenali dan digemari masyarakat
untuk menarik minat sehingga bersedia memanfaatkan pelayanan di rumah sakit
tersebut. Rumah sakit di Kota Medan berusaha meningkatkan mutu pelayanan
seperti meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dengan memberikan
pelatihan, memberikan komunikasi efektif kepada pasien dan merekrut SDM
Universitas Sumatera Utara
54
yang kompeten sehingga nantinya pasien merasa puas atas layanan rumah sakit.
Sejalan dengan penelitian Aulia (2016) bahwa pada awalnya terjadi persaingan
antara rumah sakit asal masyarakat berobat ke Malaysia, kemudian rumah sakit
juga berusaha mengimbangi fasilitas dan pelayanan kesehatan rumah sakit di
Malaysia.
Peningkatan Teknologi Kedokteran. Hasil wawancara terhadap informan
berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak positif masyarakat berobat ke luar
negeri dalam meningkatkan teknologi kedokteran yang selalu berubah-ubah?”.
Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
“Yaaa, sekarang kita di rumah sakit itu ya selalu harus mengikuti
perkembangan teknologi kedokteran, kita selalu memperbaharui
peralatan-peralatan pendukung untuk kesehatan. Semua itu kembali
kepada dana pemerintah. Kalau kita maunya itu ya canggih gitu loh. Kita
selain alatnya canggih. Dulu kita gak punya scan. Scan kita cuma 19 slice
di Penang sudah ada 36 slice. Kita beli 36 slice orang itu MRI kita juga
usahakan beli, cuma kembalikan lagi kepada kemampuan pemerintah
mendukung”. (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Ya itu tadi kita. Contoh nya kayak kami rumah sakit putri hijau ini kan
rumah sakit pemerintah di bawah naungan TNI-AD pastinya kami juga
tidak bisa semena-mena untuk misalnya membeli peralatan ini dan itu.
Kami harus semuanya sesuai dengan prosedur apa dikasi oleh
pemerintah apa yang bisa kami ajukan dan itu diberikan kepada kami ya
itu yang kami terima tapi kalau seandainya juga pemerintah kurang
memperhatikan yaa rumah sakit ini tidak akan maju-maju gitu”.
(Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Sekarang ini, rumah sakit selalu harus mengikuti perkembangan
teknologi kedokteran karena peralatan tersebut sebagai penunjang
kemampuan dokter dan tenaga kesehatan lainnya”. (Informan 3).
Universitas Sumatera Utara
55
Ungkapan di atas tidak berbeda jauh dengan pernyataan informan dari
rumah sakit swasta sebagai berikut.
“Ya memang mau gak mau ya dampak positifnya kita coba lah untuk bisa
juga ee apa ya membeli alat yang mendekati sana lah. Luar negeri itu
banyak banget ini nya ee kelebihan nya dalam investasi alat mereka gak di
pajak in jadi gampang meng investasi kalau kita investasi ada kenak pajak
kan jadi berat kita kan dan tarif sana, ee jadi susah kita mau bersaing
dengan luar negeri kalau dalam hal investasi mereka membebaskan pajak
kalau untuk investasi investasi alat kedokteran.”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan menyatakan
adanya dampak positif bagi rumah sakit Kota Medan berobat keluar negeri
menyebabkan keinginan rumah sakit untuk memiliki peralatan kesehatan sesuai
teknologi masa kini atau sesuai dengan fasilitas kesehatan di rumah sakit luar
negeri. Empat dari tiga rumah sakit yang yang menjadi kajian merupakan rumah
sakit pemerintah sehingga mereka mengharapkan dukungan dana dari
pemerintah supaya rumah sakit memiliki fasilitas kesehatan yang modern untuk
mendukung pelayanan kesehatan yang berkualtias. Jika ini diharapkan mungkin
memerlukan waktu yang cukup lama, upaya rumah sakit untuk memberikan
pelayanan kesehatan bermutu dengan meningkatkan kemampuan dan
keterampilan tenaga kesehatan agar supaya pasien dapat merasa puas dan nyaman
setelah mendapat perawatan atau pengobatan penyakitnya.
Kemudahan Pelayanan Rumah Sakit. Hasil wawancara terhadap
informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak positif masyarakat berobat
ke luar negeri dalam meningkatkan kemudahan pelayanan rumah sakit ini?”.
Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
Universitas Sumatera Utara
56
“kan pertama dari apanya dari human nya dari SDM, baik itu dari
dokternya dari sarana alatnya, perangkat-perangkat yang bergabunglah
didalam satu itu supaya pelayanan itu memang betul-betul prima karena
kan semua rumah sakit pelayanan nya kan harus prima. Tapi kalau gak di
dukung dengan sarana nya gimana dia mau prima SDM nya kurang. Itu
lah yang menyatakan SDM itu harus tinggi gitu”. (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Menurut saya yaa..supaya di era BPJS ini dengan jumlah pasien yang
cukup banyak perlu dukungan dengan fasilitas dan SDM yang memadai,
artinya berkualtias”. (Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Iya….kemudahan pelayanan rumah sakit memang sudah
diberikan….tetapi terkadang pasien masih ada yang mengeluh tentang
kemudahan pelayanan…kita disini kan sesuai dengan kebijakan
pemerintah…jadi pemerintah sebagai pihak yang paling berwewenang
perlu mengkaji lebih dalam dalam menerapkan aturan main agar pasien
betul-betul merasa puas dengan layanan di rumah sakit..gitu” (Informan
3).
Didukung dengan respon dari :
“Kecepatan pelayanan yang mereka harap ya, hasilnya cepat, hasilnya
akurat, dokter selalu ada itu nya sebetulnya senyum, dokternya ramah, ee
bisa di tanya, kemudian ee apa ya kemudian di rawat inap ya saya
nangkep nya dia berharap itu ee dokter yang satu bisa ee ada tim lah gitu
luar negeri kan itu menang nya. Kalau kita kan dokter antar dokter kita
kan jarang mau duduk sama membicarakan pasien. Ya salah satu
kendalanya kenapa gak bisa begitu karena memang dokternya banyak
lari-lari kesana kemari”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan menyatakan
adanya dampak positif bagi rumah sakit Kota Medan berobat keluar negeri
menyebabkan rumah sakit dapat meningkatkan kemudahan pelayanan kesehatan
kepada pasien. Sesuai dengan kebijakan pemerintah bahwa setiap rumah sakit
terakreditasi supaya dapat memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan
kepada pasien dan rumah sakit tetap mencari berbagai upaya agar mengelola
Universitas Sumatera Utara
57
pelayanan kesehatan prima untuk mendukung program BPJS tahun 2019 seluruh
masyarakat Indonesia sudah menjadi peserta seperti kerjasama antara dokter
spesialis untuk saling berbagai pengalaman dan berdiskusi saling memberikan
masukan dalam pengelolaan penyakit pasien.
Penyediaan Pelayanan Berkualitas Rumah Sakit. Hasil wawancara
terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana dampak positif
masyarakat berobat ke luar negeri dalam menyediakan pelayanan kesehatan
berkualitas di rumah sakit ini?”. Diperoleh respon informan seperti jawaban
berikut:
“Kalau pelayanan kesehatan yang berkualitas ya harus di tunjang dengan
penunjang yang berkualitas juga. Itulah sarana tadi, sarana alat tadi itu
lah dia menunjang untuk ke situ. Karena kalau pun human nya sudah di
tempat kan kalau sarana nya gak ada juga cemana kita mau ngapain. Toh
kita juga gak bisa berjalan”. (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Perlunya rumah sakit dan pemerintah utamanya saling mendukung dan
bersama-sama berkomitmen memajukan rumah sakit”. (Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“kembali lagi pertama sekali kan kalau untuk menentukan kualitas itu kan
kita harus melihat apa yang di sebut dengan kualitas mungkinkan eee apa
namanya mulai dari penampilan rumah sakit bagaimana sih gedung
fisiknya kan itu yang paling di lihat orang oh ternyata dia ada perubahan
yang tadinya kotor sekarang udah bersih itu kan sudah menunjukkan
adanya peningkatan kualitas. Yang kedua mungkin dari segi skill ya kan
jadi yang tadinya belum bisa di layani disini sekarang kita sudah bisa”.
(Informan 3).
Didukung dengan respon dari :
Universitas Sumatera Utara
58
“Berupaya merubah tampilan fisik rumah sakit dan kualitas tenaga
kesehatan dan menyerupai peralatan rumah sakit luar negeri serta
kemampuan berkomunikasi efektif oleh tenaga kesehatan”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan menyatakan
adanya dampak positif bagi rumah sakit Kota Medan berobat keluar negeri
menyebabkan rumah sakit membenahi diri agar pelayanan rumah sakit Kota
Medan dalam proses memajukan pelayanan kesehatan yang bermutu agar
masyarakat memiliki persepsi bahwa rumah sakit di Kota Medan dapat bersaling
dengan rumah sakit dari lainnya.
Dari hasil wawancara terhadap 4 informan rumah sakit yaitu kabid
Pelayanan Medik rumah sakit Haji Medan, pegawai Bidang Humas rumah sakit
Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, Ka. Bidang Pelayanan Medik RSUP H.
Adam Malik Medan dan juga Direktur RS St. Elisabeth Medan dapat di
simpulkan bahwa Masyarakat yang berobat ke luar negeri terdapat dampak positif
bagi rumah sakit Kota Medan terhadap pasien berobat ke luar negeri di lihat dari
aspek dalam peningkatan persaingan rumah sakit di Kota Medan untuk lebih baik
lagi. Pasien yang berobat ke luar negeri memberikan dampak positif dalam aspek
peningkatan teknologi kesokteran rumah sakit Kota Medan guna untuk
menyetarakan fasilitas rumah sakit luar negeri perlu adanya dukungan penuh dari
pemerintahan. Jika dilihat dari aspek kemudahan pelayanan berobat ke luar negeri
memberikan dampak positif dalam meningkatkan kemudahan pelayanan rumah
sakit yang ada di Kota Medan dalam meningkatkan SDM yang prima dan
didukung dokter spesialis yang saling bekerja sama. Dan juga berobat ke luar
negeri memberikan dampak positif terhadap rumah sakit Kota Medan dalam
Universitas Sumatera Utara
59
proses menyediakan pelayanan berkualitas menuju peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit.
Analisis Dampak Sistem Pelayanan Kesehatan
Dampak sistem pelayanan kesehatan terdiri dari adanya dampak negatif
terhadap sistem pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek persaingan dalam sistem
pelayanan kesehatan, perbedaan pelayanan masyarakt mampu dan tidak mampu,
ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan,
ketergantungan kualitas pelayanan kesehatan serta kegagalan pemerintah dalam
membina daya saing rumah sakit dan di lihat dari adanya dampak positif terhadap
sistem pelayanan kesehatan ditinjau dari aspek peningkatan sistem pelayanan,
pelayanan berkualitas dengan harga mudah dijangkau, peningkatan teknologi
bidang kedokteran, serta perhatian pimpinan kepada tenaga kesehatan.
Terdapat adanya Dampak Negatif terhadap Sistem Pelayanan
Kesehatan. Hasil wawancara peneliti terhadap Informan di temukan adanya
dampak negatif terhadap sistem pelayanan kesehatan rumah sakit Kota Medan
berobat ke luar negeri ditinjau dari aspek persaingan sistem pelayanan kesehatan,
perbedaan pelayanan kesehatan di masyarakat mampu dan tidak mampu,
ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan rumah
sakit, ketergantungan kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit di luar negeri,
dan kegagalan pemerintah dalam membina daya saing rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
60
Persaingan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. Hasil wawancara
terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana persaingan yang negatif
dalam sistem pelayanan kesehatan di Kota Medan?”. Diperoleh respon informan
seperti jawaban berikut:
“Persaingan negatif itu tidak di bolehkan. Kita ada kode etik rumah sakit
namanya tidak ada persaingan antara rumah sakit ini dengan yang lain,
tidak boleh. Rumah sakit ini menjelekkan ini tidak boleh cuma rumah sakit
hanya memberikan yang terbaik”. (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Yaa sebenarnya kami tidak di perbolehkan yang namanya memperoleh
pasien dengan cara yang ee dalam tanda kutip yang negative gitu kan.
Karena mau tidak mau data kita kan akan diminta oleh dinas kesehatan
mengenai jumlah pasien, penyakit pasien, dan itu akan terlihat gitukan.
Kalau kita juga asal-asalan membuat kan pasien dan kita memaksa orang
untuk jaadi pasien kita misalnya untuk mencari uang masuk yaa kan.
Income. Menurut saya sih itu gak bagus. Rumah sakit pasti tidak akan
melakukan hal itu”. (Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Peluang kita itu kan kita melihat, persaingan dengan adanya persaingan
itu jadi memotivasi kita untuk bekerja lebih baik sebenarnya itu jadi
dengan banyak nya ee masyarakat yang ke luar negeri untuk mendapatkan
akses kesehatan yang lebih baik tentunya kan kita merasa kenapa mereka
bisa, apa yang di perlukan masyarakat. Nah itu lah menjadi motivasi kita
untuk perbaikan ke depan. Kita pernah eee cari tahu kenapa masyarakat
ini lebih suka keluar dari pada didalam.Ternyata kan hanya satu
jawabannya mereka tu apa ee respontime cepat, dokter nya ramah ee
mau di ajak ngobrol kemudian mereka merasa dihargai komunikasi yang
bagus nah itu kemaren itu kita sudah berbenah untuk itu. Jadi semoga lah
ke depan nya kita lebih baik lagi karena kan kita juga sudah JCI jadi yaaa
lebih baik lagi lah kedepannya”. (Informan 3).
Didukung dengan respon dari :
“Yaa kalau untuk persaingan yang negative sih gak ada lah ya
karena kan kita punya kode etik rumah sakit. Lagian juga masyarakat atau
pasien tau lah, sembari juga kita perbaiki pelayanan kita agar pasien juga
merasa puas gak jenuh di rumah sakit. Ya kita buat semaksimal mungkin
lah untuk menarik orang berobat di rumah sakit kita”. (Informan 4).
Universitas Sumatera Utara
61
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
adanya dampak negatif terhadap sistem pelayanan kesehatan rumah sakit Kota
Medan. Berobat keluar negeri menyebabkan persaingan negatif antara pelayanan
kesehatan di rumah sakit Kota Medan dengan rumah sakit luar negeri terhadap
minat kunjungan pasien untuk memilih rumah sakit yang berkualitas. Rumah
sakit memberikan pelayanan kesehatan seperti apa adanya tanpa harus saling
memberikan penjelasan kepada pasien tentang rumah sakit lainnya dengan
berbagai kekurangannya dan keterbatasannya. Rumah sakit memiliki kode etik
bahwa setiap rumah sakit tidak saling menghina citra dan kinerjanya agar rumah
sakitnya lebih diminati masyarakat.
Perbedaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Mampu dan Tidak
Mampu. Hasil wawancara terhadap informan berdasarkan pertanyaan
“Bagaimana perbedaan pelayanan kesehatan di masyarakat mampu dan tidak
mampu di Kota Medan?”. Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
“Sama aja. Standard pemberian pelayanan kesehatan itu tidak
membedakan antara yang mampu dengan tidak mampu. Jadi standar
pelayanan itu sama antara orang miskin dengan orang kaya yang
membedakan itu hanya fasilitas ruangan nya saja. Kalau kelas III ya gak
ada tv gak ada ac cuma kipas angin aja. Nanti kalo VIP ada ac ada tv
fasilitas itu. Beda nya hanya di fasilitas jadi jangan punya persepsi”.
(Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Semua yang mampu dan tidak mampu sama rata baik BPJS maupun
umum dia sama semua tetap kami layani sebagaimana dia seorang pasien.
Tidak ada perbedaan mau di orang kaya atau miskin atau menengah gitu
gak ada. Atau dia dari kalangan jenderal tidak ada semuanya sama”
(Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
Universitas Sumatera Utara
62
“Enggak. Gak ada lah di bedakan. Semua nya sama baik itu umum
maupun yang kurang mampu itu istilahnya sama. Pelayanan nya tetap
sama di buat gak ada di beda-bedain karena itu hak pasien. Pasien itu
mempunyai hak tersendiri. Terkecuali fasilitas lah ya karena juga melihat
kondisi nya kan. Kalau dia opname kan ruangan nya yang membedakan.
Karena kan ada kelas-kelas nya dari kelas III sampai kelas VIP. Karena
juga dari BPJS kan sudah ada pembedaan nya kan kelas III, II, I. gak bisa
langsung kelas III naik ke kelas I kan gak mungkin. Gak boleh. Tapi untuk
pelayanan semua nya sama” (Informan 3).
Didukung dengan respon dari :
“Ya sebenarnya gak ada lah bedanya. Kecuali memang ada ruangan-
ruangan nya kan. Harga ruangan kan. Nah, harga ruangan itu kan
fasilitas ya, fasilitas itu ya jelas lah dia mau fasilitas yang mewah, enak,
Ac yang begini-begini dia bayar mahal. Uda pastilah yang kurang mampu
tidak akan mengambil itu. Kan begitu. Kalau dimana-mana di luar negeri
juga ada seperti itu ya akn. Mau yang private, mau yang semi private,
mau yang ee public ya kan misalnya yang loss gitu kan ada. Eeee itu kan
yang akhirnya membuat dokter juga punya tarif yang berbeda untuk di
setiap ruangan itu. Nah barangkali memang secara tidak langsung
berdampak kalau di sana senyum nya lebih lebar di sini senyum nya agak
kecut ya kan. Walau pun sebenarnya tidak boleh ya. Sehingga contoh kami
di sini kalau honor visit memang kami masih beda-beda kan kayak kelas I
kelas II. Tapi kalau untuk beberapa tindakan yang rawat jalan kami tidak
beda-beda kan lagi satu tariff aja semua jadi gak ada tarif kelas I kelas
II”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
adanya dampak negatif terhadap system pelayanan rumah sakit Kota Medan
berobat keluar negeri bahwa rumah sakit tidak membedakan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat mampu dan tidak mampu. Rumah sakit tetap konsisten
menerapkan sistem pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan memuaskan pasien. Namun pasien yang mampu
secara financial akan cenderung kembali memilih berobat ke luar negeri di
banding rumah sakit di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
63
Ketidakmampuan Pemerintah dalam Menyediakan Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit. Hasil wawancara terhadap informan berdasarkan
pertanyaan “Bagaimana ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan
pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan?”. Diperoleh respon informan
seperti jawaban berikut:
“Sebenarnya pemerintah bukan gak mampu untuk yang begitu. Pemerintah
udah menyiapkan sarana nya seperti ee sudah memberikan
kewewenangan yang luas. Apa mau kalian minta, itu lah kalau pemerintah
kan gitu model dia. Minta alat itu yang mau gimana, mau yang secanggih
mana, cuman sekarang masalahnya person nya sanggup gak bisa
memegang kendali yang itu. Di beli pun yang terlalu tinggi person nya
gak sanggup. Sama aja. Pemerintah sudah ngasi lepas. Pemerintah sudah
termasuk hebat sudah melepas itu. Pemerintah itu dengan sendirinya
sudah memberikan kewewenangan yang lebih tinggi gitu”. (Informan 1).
Didukung dengan respon dari :
“Pemeriintah perlu meninjau langsung ke rumah sakit tentang apa-apa
yang perlu diperbaharui dan dilengkapi untuk mendukung pelayanan
berkualitas”. (Informan 2).
Ungkapan informan lainnya hampir serupa mengenai belum maksimalnya
pemerintah penyediaan pelayanan di rumah sakit yaitu:
“Sistem kebijakan pemerintah perlu dikaji agar dokter tidak memiliki
praktek di 3 sip lainnya karena mengganggu pelayanan kesehatan di
rumah sakit lain. (Informan 3).
“Ya masi terkait dengan sistem itu tadi lah. Sepanjang masi, masi tidak
menerapkan suatu kebijakan satu tempat praktek itu lah salah satu ee itu
menurut saya ketidakmampuan ya kan. Dokter di rumah sakit pemerintah
tidak ee merasa tidak cukup gaji pemerintah buat mereka ya kan.
Sehingga mereka praktek di tempat lain tapi kalau misalkan pemerintah
bisa memberikan penghasilan yang cukup untuk mereka pasti kemudian di
terapkan lagi 1 rumah sakit pasti mereka tetap akan gak kemana mana
lagi”.(Informan 4).
Universitas Sumatera Utara
64
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
adanya dampak negatif terhadap sistem pelayanan kesehatan di Kota Medan
terhadap masyarakat berobat keluar negeri bahwa pemerintah belum mendukung
dan memprioritas kelengkapan fasilitas kesehatan di rumah sakit. Pemerintah
juga belum mampu menyediakan tenaga kesehatan yang mahir dalam
mengoperasional fasilitas-fasilitas kesehatan modern saat ini. Keterbatasan ini
menyebabkan rumah sakit khususnya rumah sakit pemerintah belum memiliki
fasilitas yang memadai untuk mendukung pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Hal ini mungkin disebabkan keterbatasan anggaran karena pemerintah bukan
hanya ingin memajukan sektor kesehatan tetapi juga sektor lainnya.
Ketergantungan Kualitas Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit di Luar
Negeri. Hasil wawancara terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana
ketergantungan kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit di luar negeri?”.
Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
“sebetulnya kalau masyarakatnya cerdas gak tergantung itu kesana. Sama
dengan kita merantau pun kita kedaerah lain kita akan pulang ke
kampung kita sendiri. Cuma dia emang lagi euporia karna dia mendengar
kabar disana bagus karna informasi yang ada. Makanya di rumah sakit
ada namanya PKMS untuk memberikan penyuluh kesehatan kepada
masyarakat karena dirumah sakit itu ada kesehatan pribadi, ada
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit itu lah yang
memebrikan informasi tentang pelayanan-pelayanan yang tersedia di
rumah sakit itu” (Informan 1)
Didukung dengan respon dari :
“Seandainya ini masyarakat kota medan ini di atas rata-rata pastinya
lebih memilih untuk berobat di luar negeri karena apa tadi. Karena
fasilitsnya canggih, teknologi nya canggih, tapi karena keterbatasan
ekonomi dan ee apa makanya mereka lebih memilih berobat di rumah
sakit pemerintah. Kalau kita Tanya masyarakat tentang fasilitas di rumah
sakit kita ini atau rumah sakit lainnya pasti mereka menjawab masih
Universitas Sumatera Utara
65
cukup gitu gak ada yang di atas atau dibawah masih cukup lah masi
lumayan lah”. (Informan 2).
Didukung dengan respon dari :
“Mungkin tergantung kepuasan mereka kalau mereka merasa puas disana
pelayanan disana otomatis mereka balik kesana. Tetapi kan kita bisa lihat
juga ya itu tadi gak semua level masyarakat bisa kesana karena ini
menyangkut biaya transportasi juga lumayan kan gitu bukan hanya biaya
pelayanan kesehatannya sendiri”. (Informan 3).
Didukung dengan respon dari :
“Timbul rasa percaya bahwa pelayanan kesehatan rumah sakit luar
negeri lebih baik daripada rumah sakit di Kota Medan, Perlu di rumah
sakit Kota Medan menyediakan suati bidang penyuluhan untuk
memberikan penyuluh kesehatan kepada masyarakat tentang fasilitas di
rumah sakit yang bersangkutan”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
adanya dampak negatif terhadap sistem pelayanan kesehatan rumah sakit Kota
Medan berobat keluar negeri bahwa masyarakat yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan di rumah sakit luar negeri dengan karakter berpendapatan di atas rata-
rata (tinggi). Masyarakat juga lebih percaya bahwa pelayanan kesehatan di luar
negeri lebih berkualitas daripada di negara sendiri sehingga mereka memilih
untuk berobat ke sana. Salah satunya lelebihan rumah sakit di luar negeri adalah
kemampuan dokter dapat berbaur dengan pasien cukup lama dengan saling
berkomunikasi sehingga pasien terkesan merasa dekat dengan dokter tersebut
yang dapat membuat mereka merasa senang dan nyaman.
Kegagalan Pemerintah dalam Membina Daya Saing Rumah Sakit. Hasil
wawancara terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana kegagalan
pemerintah dalam membina daya saing rumah sakit di Kota Medan sehingga
Universitas Sumatera Utara
66
masyarakat berobat ke luar negeri?”. Diperoleh respon informan seperti jawaban
berikut:
“Kalau kita menyalahkan pemerintah kayak nya gak cocok, gak pas
karena pemerintah itu sudah semaksimal mungkin mengarahkan itu.
Kalau untuk tingkat-tingkat daerah kayak masing-masing kan kalau kita
kan rujukan nya kalau kayak sumatera rujukan nya ke Jakarta untuk mau
lebih canggih nya lagi ke Jakarta. Jakarta itu alatnya uda canggih-
canggih itu udah imbang-imbang dengan yang mana di luar negeri gak
ada bedanya. Kalau itu sih. Kalau di Adam malik uda hampir, udah
setimpal gak salah cuma kalau kita tinggal, tinggal itu lah. Orang yang
kesana ini, sampe sana, kadang kan sarana itu dengan ada peraturan
kayak BPJS jadi minta ini dulu, massuk dulu kesini ya gak kayak biasanya
kan. Kalau biasanya kan kalau luar negeri begitu masuk kan langsung
begitu bisa di kerjain orang itu kan. Kalau ini kan enggak. Ini kan melalui
prosedur dulu, nah di situ orang malas menunggu, menunggu untuk di
kerjain itu lama. Itu aja sih sebenarnya”. (Informan 1)
Didukung dengan respon dari :
“Yaaa itu tadi kalo tanggapan kami terhadap pemerintah karena
kurangnya perhatian terhadap rumah sakit yang ada di kota Medan ini
yaa jadi banyak juga masyarakat yang tidak percaya untuk berobat di
kota kita ya kan. Gak usah lah ke luar negeri banyak sih yang percaya ke
pengobatan alternatif malahan. Alternatif daripada pelayanan yang ada
di rumah sakit kota medan karena itu kurang nya pelayanan, fasilitas dan
juga oknum-oknum yang ada di rumah sakit yang mungkin juga kurang
ramah atau kurang berbaur dengan pasien, kurang nya sosialisasi”.
(Informan 2)
Didukung dengan respon dari :
“Kalau dari saya dari pemerintah harusnya apa ya bersosialisasi lah ya
bahwa kita tu di, mungkin kami itu di bantu oleh pemerintah setempat ya
bahwa ada rumah sakit pusat rujukan tersier, rumah sakit vertical, rumah
sakit dari UPT Kemenkes gitu yang kita punya pelayanan unggulan,
punya SDM yang kompeten, punya fasilitas yang cukup memadai,
sebenarnya mungkin pemasaran nya aja ya seperti itu. Mungkin
pemerintah bisa bantu kita seperti itu”. (Informan 3).
“Eeem kegagalan pemerintah dalam membina daya saing yaaa. Yaa
menurut saya itu tadi pasien berobat ke luar negeri berarti kita pihak
rumah sakit kan gagal, apalagi pemerintah nya berarti kan kita gagal
kenapa pasien pergi kesana yaa karena kan kembali lagi dari segi
pelayanan kita yang mungkin jauh berbeda dengan luar sehingga kalau
Universitas Sumatera Utara
67
pergi ke sana itu pasien merasa puas di layani nya. Yaa gitu tadi lah”.
(Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan mengatakan
adanya dampak negatif terhadap sistem pelayanan kesehatan rumah sakit Kota
Medan karena pemerintah sendiri belum mampu memberikan daya saing rumah
sakit yang unggul. Rumah sakit Kota Medan memiliki sumber daya manusia yang
profesional belum merata, dan fasilitas kesehatan belum memadai sehingga
pelayanan kesehatan belum mampu bersaing dengan pelayanan rumah sakit lain.
Sesuai dengan kajian yang dilakukan Aulia (2016) mengatakan bahwa dampak
negatif masyarakat berobat ke Malaysia lama kelamaan masyarakat akan
tergantung kepada pengobatan ke luar negeri untuk kesembuhan penyakit dan
menunjukkan ketidakberhasilan pemerintah Sumatera Utara dalam membina daya
saing antara rumah sakit unggulan di Sumatare Utara.
Dari hasil wawancara terhadap 4 informan rumah sakit yaitu kabid
Pelayanan Medik rumah sakit Haji Medan, pegawai Bidang Humas rumah sakit
Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, Ka. Bidang Pelayanan Medik RSUP H.
Adam Malik Medan dan juga Direktur RS St. Elisabeth Medan dapat di
simpulkan bahwa Masyarakat yang berobat ke luar negeri terdapat adanya
dampak negatif bagi rumah sakit Kota Medan terhadap sistem pelayanan
kesehatan pasien berobat ke luar negeri di lihat dari aspek dalam persaingan
dalam sistem pelayanan kesehatan rumah sakit Kota Medan dan luar negeri. Jika
dilihat dari aspek pasien mampu atau masyarakat menengah ke atas lebih
cenderung memilih berobat ke luar negeri dibanding rumah sakit yang ada di
Kota Medan karena pasien yang berobat ke luar negeri lebih menyenangi sistem
pelayanan rumah sakit di luar negeri pasien yang merasa puas dan ketergantungan
Universitas Sumatera Utara
68
dengan sistem pelayanan kesehatan luar negeri memberikan dampak negatif
terhadap rumah sakit Kota Medan. Berobat ke luar negeri memberikan dampak
negatif terhadap kegagalan pemerintah dalam membina daya saing rumah sakit di
Kota Medan.
Terdapat Dampak Positif terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan.
Hasil wawancara penulis terhadap informan terdapat adanya dampak positif
terhadap system pelayanan kesehatan masyarakat berobat ke luar negeri ditinjau
dari aspek peningkatan terhadap sistem pelayanan kesehatan, menyediakan
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berkualitas dengan harga mudah dijangkau
bagi masyarakat, peningkatkan teknologi bidang kedokteran untuk mendukung
pelayanan kesehatan rumah sakit, perhatian pemerintah terhadap rumah saki dan
perhatian pimpinan terhadap pendidikan tenaga kesehatan seperti ungkapan
informan di bawah ini.
Peningkatan terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan. Hasil wawancara
terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana peningkatan terhadap
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan?”. Diperoleh respon
informan seperti jawaban berikut:
“Udah prima. Standard pelayanan nya sudah prima kalau untuk standard
pelayanannya ya. Karena kan di suruh menuju standard pelayanan yang
prima yang harus sudah terakreditasi”. (Informan 1).
Didukung dengan respon informan berikut :
“Sebetulnya kita mulai dari mahasiswa-mahasiswa kedokteran mereka
kan calon dokter eee seharusnya mereka tu belajar apa sih yang membuat
masyarakat kota medan kurang tertarik untuk berobat di dalam negeri
atau di rumah sakit umum. Ya itu tadi mungkin dokternya kurang
professional. Selain fasilitas kita gak boleh juga menyalahin fasilitas kita
juga melihat ee bagaimana sih pelayanan seorang perawat, seorang
dokter terhadap pasien. Jadi mulai dari generasi-generasi baru lah. Kita
harus lebih meningkatkan kemampuan skill. Bukan hanya tamat tapi tidak
Universitas Sumatera Utara
69
tahu apa-apa. Jadi siap untuk dipakai baik di dalam negeri kalau bisa di
luar negeri yaa kan. Di kota sendiri khususnya”. (Informan 2).
Didukung dengan respon informan berikut :
“Disini kita kan sesuai misi kita. Misi kita kan meningkatkan kompetensi
SDM secara berkesinambungan itu salah satunya. Nah dengan
meningkatkan kompetensi memberikan kebebasan ke mereka mungkin
untuk mengambil sekolah lanjutannya, atau pelatihan, dan lainnya itu
otomatiskan bisa meningkatkan sumber daya nya satu yang kedua
pemenuhan itu tadi fasilitas yang tadi saya bilang gitu kalau mislanya
sarana prasarana kita terpenuhi, fasilitas kita terpenuhi atau alat
kesehatan kita terpenuhi otomatiskan mutu nya bisa terjamin obat-obatan
juga ya” (Informan 3)
Ungkapan informan lainnya tidak berbeda jauh bahwa peningkatan sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit sedang dalam proses menuju ke arah yang lebih
baik yaitu:
“Sistem pelayanan kesehatan menuju ke arah standard pelayanan yang
prima dengan menerapkan sistem akreditas rumah sakit kami tetap
berupaya lah ya artinya supaya bisa menyamai luar negeri ya kan. Sistem
pelayanan nya. Makanya kami oke lah akreditasi, oke akreditasi kita
ikutin ya kan” (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
adanya dampak positif peningkatan terhadap sistem pelayanan kesehatan karena
masyarakat Kota Medan berobat keluar negeri sehingga rumah sakit berupaya
untuk meningkatkan sistem pelayanan melalui akreditas rumah sakit. Rumah
sakit berupaya memaksimalkan kemampuan tenaga kesehatan, ketersediaan
fasilitas kesehatan dalam mendukung pelayanan kesehatan berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
70
Penyediaan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Berkualitas dengan
Harga Mudah Dijangkau Masyarakat. Hasil wawancara terhadap informan
berdasarkan pertanyaan “Bagaimana menyediakan pelayanan kesehatan rumah
sakit yang berkualitas dengan harga murah dijangkau bagi masyarakat di Kota
Medan?”. Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
“Sebenarnya rumah sakit kalau gak pakai BPJS ya tumpur, kalau dari
umum gak akan cukup itu pasien yang dari umum. Seberapa lah
kemampuan dari umum itu, mungkinkah dalam satu hari ada kita bilang
taksiran sampai 50 kan enggak. Jadi kalau BPJS itu ya gitu sistem nya
timbal balik. Harusnya timbal balik. Bukan merugikan nya BPJS itu
sebenarnya karena ada timbal balik nya itu lah yang diharapkan.
Biasanya gitu peranan nya”. (Informan 1)
Didukung dengan respon informan berikut :
“Di luar dari pasien umum ya. Kita kan masi ada sistem BPJS, pasien
dari KIS dan lainnya. Dengan adanya KIS itu kan jadi mempermudah
masyarakat untuk berobat juga”. (Informan 2)
Didukung dengan respon informan berikut :
“Yaa kita juga sekarang sudah ada JKN ya jadi ya dengan sistem yang
sekarang kan di harapkan dapat mempermudah pasien nya sebenarnya.
Ya walaupun tidak semua jenis penyakit atau hal tertentu di cover oleh
JKN kan sebenarnya dengan adanya sistem ini kan bagus tujuan nya kan
supaya tidak terlalu berlebihannya pemakaian sumber daya nya. Biar
tidak pemborosan dan alur pengobatan nya juga tepat sasaran. Walaupun
di Era yang sekarang sistem nya rujukan berjenjang jadi ya mungkin
berdampak juga ke masyarakatnya”. (Informan 3)
“Kita sekarang juga melihat begini ee BPJS ini kan sistem pembayaran
nya kan beda. Karena kan dia sistem perspektif. Nah kita mencoba
sekarang artinya pasien umum pun bisa kita ee tarik untuk tidak pakai
BPJS nya sebagai pasien umum dengan harga yang lebih murah.
Sekarang bagaimana kita dengan pola BPJS itu kita berlakukan untuk
pasien umum. Itu lah dia yang sekarang sedang kami upaya kan supaya
pasien umum itu menarik untuk ke sini. An termasuk juga barangkali
menarik daripada ke luar negeri. Itu lah salah satu cara nya membuat
paket-paket, menghitung benar-benar jadi tidak berlebihan. Evaluasi tarif
lah ya kan. Tapi lagi-lagi kenapa penang bisa lebih murah itu tadi mereka
tidak di kenakan pajak. Itu”. (Informan 4).
Universitas Sumatera Utara
71
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
bahwa adanya dampak positif terhadap penyediaan pelayanan kesehatan rumah
sakit berkualitas dengan harga mudah dijangkau masyarakat karena masyarakat
Kota Medan berobat keluar negeri tidak memiliki dampak yang berarti karena
sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mengharuskan peserta
membayar iuran setiap bulan dengan harga yang tidak terlalu memberatkan
masyarakat. Ditambahkan lagi masyarakat tidak mampu mendapatkan Kartu
Indonesia Sehat dengan tidak membayar iuran setiap bulan. Menurut pendapat
Aulia (2016) mengatakan bahwa kebanyakan masyarakat yang kunjungan untuk
berobat ke Malaysia diharapkan rumah sakit Sumatera Utara dapat meningkatkan
pelayanan berkualitas dan menawarkan pelayanan dengan harga rendah.
Peningkatkan Teknologi Bidang Kedokteran Untuk Mendukung
Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Hasil wawancara terhadap informan
berdasarkan pertanyaan “Bagaimana peningkatkan teknologi bidang kedokteran
untuk mendukung pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan?”. Diperoleh
respon informan seperti jawaban berikut:
“Ketersediaan teknologi bidan kedokteran canggih sudah ada kemajuan.
Bagi rumah sakit pemerintah perlu dukungan dari pihak pemerinah dalam
melengkapi fasilitas alat kedokteran ”. (Informan 1,2, 3).
Ungkapan informan lainnya mengakatan bahwa:
“Beruupaya menyediakan fasilitas alat kedokteran sesuai dengan
pendapatan rumah sakit”. (Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para Informan mengatakan
adanya dampak positif system pelayanan kesehatan terhadap peningkatkan
teknologi bidang kedokteran untuk mendukung pelayanan kesehatan rumah sakit
dimana rumah sakit Kota Medan berusaha menyediakan peralatan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
72
canggih seperti yang ada di rumah sakit luar negeri untuk mempermudah dan
mendukung diagnosa penyakit pasien. Rumah sakit berstatus pemerintah sangat
mengharapkan agar sektor kesehatan lebih diprioritaskan dari pada sektor
lainnya. Sedangkan rumah sakit swasta tentunya harus menyediakan dana yang
cukup untuk membeli peralatan kedokteran yang canggih dengan harga yang
sangat mahal. Namun peningkatkan peralatan canggih sudah mulai dimiliki
rumah sakit dalam mendukung pelayanan kesehatan seperti CT Scan yang 132
slice, terapy cancer.
Perhatian Pemerintah terhadap Rumah Sakit. Hasil wawancara terhadap
informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana perhatian pemerintah terhadap
rumah sakit di Kota Medan?”. Diperoleh respon informan seperti jawaban
berikut:
“Pemerintah telah memberikan dukungan yang maksimal, tetapi
pemerintah juga belum mampu memfasilitasi kebutuhan rumah sakit untuk
memberikan pelayanan kesehatan berkualitas. Rumah sakit harus
berupaya optimalkan sumber ada yang ada”. (Informan 1,2, ).
Didukung dengan respon informan berikut :
“Peran pemerintah itu sangat penting ya. Central dalam infrastruktur.
Jadi kalau pemerintah kita pun gak peduli ya not, gimana rumah sakit
mau maju kalau pemerintah nya gak peduli. Tapi sejauh ini juga sudah
baik lah dalam mendukung rumah sakit tinggal kita aja menjalani nya
gimana, merawat nya gimana. Ya kembali lagi kepada kita”. (Informan 3).
Ungkapan informan lainnya sebagai berikut.
“Pemerintah telah mengawasi dalam standar pelayanan minimun agar
masyarakat merasa puas berobat di rumah sakit”. (Informan 4).
Universitas Sumatera Utara
73
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan mengatakan
bahwa adanya dampak negatif terhadap perhatian pemerintah rumah sakit Kota
Medan berobat keluar negeri karena perhatian pemerintah kepada rumah sakit
belum sepenuhnya dapat dikatakan berhasil dalam mendukung pelayanan
kesehatan berkualitas. Rumah sakit berupa meningkatkan kualitas pelayanan
rumah sakit berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) agar setiap rumah
sakit mengoptimalkan pelayanan berbasis masyarakat. Pemerintah juga
melakukan pengawasan mutu melalui akreditas rumah sakit dan memberikan
kesempatan bagi manajemen rumah sakit mengelola rumah sakit secara mandiri
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar dapat bersaing dengan rumah sakit
lainnya.
Perhatian pimpinan terhadap Pendidikan Tenaga Kesehatan. Hasil
wawancara terhadap informan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana perhatian
pimpinan terhadap pendidikan tenaga kesehatan rumah di sakit Kota Medan?”.
Diperoleh respon informan seperti jawaban berikut:
“Karena pimpinan nya juga berganti-ganti sekarang itu yang kami belum
tau. Karena kan direktur nya ganti-ganti. Dan ini juga sampai sekarang
Plt belum ada ini. Masi ganti-ganti belum ada yang defenitif sbelum ini
pun Plt dan sebelum itu juga Plt juga jadi belum ada defenitif jadi
bingung mengarahkan nya kemana. Kalau untuk kesana sih arahan nya
setiap ada yang mau pelatihan sih di kasi. Tetap dijalankan. Pendidikan
berkala kayak nya sih belum ada lah untuk itu”.(Informan 1).
Didukung dengan respon informan berikut :
“Kalau di rumah sakit ini Ka.Rumkit nya selalu untuk mengingatkan
anggotanya dalam sosialisasi tentang fasilitas contohnya sama kami kan
humas sosialisasi keluar bahwasanya rumah sakit kami punya ini dan
segala macam dan dalam pelayanan untuk perawat misalkan mereka ee
pemimpin lebih menekankan untuk lebih murah senyum, lebih ramah dan
lebih mengganggap bahwasanya pasien itu adalah bagian dari keluarga
kita. Tetap ada turun tangan dari pimpinan kepada tenaga pelayanan
kesehatan”. (Informan 2).
Universitas Sumatera Utara
74
Didukung dengan respon informan berikut :
“Yang tadi saya bilang kita kan ada visi. Visi kita menjadi pusat rujukan
nasional menjadi ee rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional
yang bermutu di Sumatera pada tahun 2019 itu visi. Nah misinya kan
meningkatkan kompetensi SDM secara berkesinambungan nah jadi
bagaimana cara kita. Kita disini ada satu bidang bagian itu yang
mengurusi pendidikan pelatihan dan penelitian. Jadi dari Direktorat SDM
itu ada namanya bagian Diklit pendidikan dan penelitian. Pendidikan itu
disitu ada pendidikan pelatihan jadi kita memasukkan anggaran jadi
program pendidikan pelatihan ini kita masukkan dalam anggaran rumah
sakit. Misalnya dari ee sumber daya kita yang dokter 400 perawat yang
1000 sekian kita punya prioritas mana yang mau kita sekolahkan tahun
ini, tahun depan, tahun berikutnya”. (Informan 3).
Didukung dengan respon informan berikut :
“sebenarnya kami berharaap bisa memberikan perhatian lebih untuk
pendidikan bukan hanya pelatihan, pendidikan, baik pendidikan formal
untuk peningkatan strata mereka ya tetapi kami pun gak bisa eee
semuanya kan harus minta ke yayasan. Beberapa waktu yang lalu ada,
dari strata D3 kami bantu ke S1untuk biaya pendidikan ada tetapi ini
kemaren kami dapat dari yayasan „Aduh kayak nya kami agak kesulitan
dengan sistem BPJS sekarang, dana agak seret ya kan, perputaran dana
ini, jadinya untuk dana pendidikan jadinya kita harus tahan dulu gitu”.
(Informan 4).
Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa para informan mengatakan
bahwa adanya dampak positif terhadap masyarakat Kota Medan berobat keluar
negeri karena perhatian pimpinan terhadap pendidikan tenaga kesehatan pada
umumnya sudah baik sesuai dengan visi dan misi rumah sakit untuk mewujudkan
pelayanan kesehatan berkualtias kepada pasien. Rumah sakit memberikan
berbagai sosiliasi dan pelatihan secara berkala untuk meningkatkan kompetensi
tenaga kesehatan.
Dari hasil wawancara terhadap 4 informan rumah sakit yaitu kabid
Pelayanan Medik rumah sakit Haji Medan, pegawai Bidang Humas rumah sakit
Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, Ka. Bidang Pelayanan Medik RSUP H.
Universitas Sumatera Utara
75
Adam Malik Medan dan juga Direktur RS St. Elisabeth Medan dapat di
simpulkan bahwa Masyarakat yang berobat ke luar negeri terdapat dampak positif
bagi rumah sakit Kota Medan terhadap sistem pelayanan kesehatan pasien
berobat ke luar negeri di lihat dari aspek dalam peningkatan sistem pelayanan
rumah sakit Kota Medan memebrikan dampak positif menuju standar pelayanan
prima serta meningkatkan skill SDM professional serta kompeten. Pemerintah
diharapkan mampu menyediakan pelayanan kesehatan rumah sakit yang
berkualitas dengan harga mudah dijangkau masyarakat dengan adanya sistem
JKN membawa dampak positif terhadap rumah sakit Kota Medan serta
memberikan dampak positif terhadap peningkatan teknologi bidang kedokteran
untuk mendukung pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Kelas B di Kota Medan. Alasan
pemilihan lokasi penelitian, karena cukup banyak masyarakat Kota Medan
berobat ke luar negeri untuk penyembuhan dan perawatan penyakit. Alasan lain
pemilihan lokasi penelitian rumah sakit kelas B adalah jumlah rumah sakit kelas
A di Kota Medan hanya 1 saja yaitu RSUP H. Adam Malik Medan sehingga
digunakan lokus rumah sakit kelas B. Rumah sakit yang menjadi tempat
penelitian yaitu RSUP H. Adam Malik Medan, RSUD Dr. Pirngadi Medan, RSU
Haji Medan, dan RSU Tk. II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, sedangkan RS
Coloumbia Asia tidak membalas surat izin penelitian sehingga tidak
dapatdilakukan penelitian di Rumah Sakit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
76
Keterbatasan Penelitian berikutnya ialah kurangnya subjek dalam penelitian
melalui pertimbangan faktor kebutuhan akan data dan informasi, factor dukungan
sumber daya yang dimiliki peneliti dan informan bahwa subjek penelitian yang
digunakan pada penelitian model fenomenologi minimal 3 sampai 10 subjek
dalam satu fenomena karena pernah berobat atau membawa keluarganya ke rumah
sakit luar negeri. Pada penelitian ini jumlah informan sebanyak 5 orang pegawai
rumah sakit di Kota Medan yang lebih banyak memahami dan mengetahui tentang
dampak masyarakat berobat ke luar negeri terhadap pelayanan kesehatan rumah
sakit di Kota Medan. Informan penelitian terdiri dari kepala bidang keperawatan
rumah sakit, kepala bidang penunjang medik rumah sakit, sekretaris rumah sakit
dan direktur rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
77
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat menyimpulkan:
1. Masyarakat Kota Medan yang berobat ke luar negeri pada umumnya tidak
menimbulkan dampak negatif bagi rumah sakit di Kota Medan terhadap
psriwisata kesehatan. Kunjungan masyarakat dan pendapat rumah sakit tidak
mengalami penurunan. Dampak terhadap perbaikan pelayanan kesehatan
tidak berarti dimana rumah sakit memiliki sistem akreditas, dimana minimal
setiap 2 tahun sekali rumah sakit diakreditasi apakah sudah menerapkan
indikator pelayanan kesehatan yang bermutu. Dampak negatifnya adanya
persepsi negatif bawah citra rumah sakit luar negeri lebih baik daripada
rumah sakit Kota Medan dalam hal keramahan dan komunikasi yang baik
dengan pasien.
2. Masyarakat Kota Medan yang berobat ke luar negeri menimbulkan dampak
positif terhadap rumah sakit di Kota Medan dengan berupaya meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kebjikan pemerintah. Aspek
kemudahan pelayanan rumah sakit sesuai dengan kebijakan pemerintah
dengan menerapkan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan dukungan
teknologi kedokteran masih dalam tahap menuju ke arah yang baik karena
perlu dukungan dari pemerintah.
3. Masyarakat Kota Medan yang berobat ke luar negeri pada umum tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap persaingan pelayanan kesehatan
antara rumah sakit di Kota Medan. Rumah sakit menerapkan kode etik tidak
Universitas Sumatera Utara
78
saling mencari kekurangan rumah sakit lain. Aspek lainnya yang tidak
menimbulkan dampak negatif adalah perbedaan pelayanan kesehatan
masyarakat mampu dan tidak mampu, ketidakmampuan dan pemerintah
dalam membina daya saing rumah sakit dimana sistem pelayanan kesehatan
di Kota Medan sesuai dengan sistem JKN, pemerintah dominan menentukan
arah dan kebijakan rumah sakit. Namun timbul dampak negatif berupa
persepsi bahwa adanya medical tourism menimbulkan kepercayaan dan
keyakinan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di luar negeri lebih baik dari
daripada di Kota Medan.
4. Masyarakat Kota Medan yang berobat ke luar negeri menimbulkan dampak
positif terhadap peningkatan sistem pelayanan kesehatan dimana sistem
akreditas rumah sakit dapat memajukan kualitas layanan kesehatan. Aspek
yang tidak menimbulkan dampak positif adalah penyediaan pelayanan
kesehatan berkualitas, peningkatkan teknologi bidang kedokteran, perhatian
pemerintah terhadap rumah sakit dan pendidikan belum didukung dengan
dana yang memadai.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan kepada:
1. Rumah sakit milik Kementerian Kesehatan
Diharapkan manajemen rumah sakit mengoptimalkan kinerja tenaga
kesehatan dengan melakukan berbagai pelatihan di tempat kerja (whorkshop)
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk merubah
persepsi masyarakat bahwa kualitas pelayanan kesehatan di luar negeri lebih
Universitas Sumatera Utara
79
baik dari daripada di Kota Medan.
2. Rumah sakit Pemerintah Kota Medan
Diharapkan pemerintah lebih memprioritas sektor kesehatan terutama
menyediakan fasilitas kesehatan modern untuk mendukung pelayanan
kesehatan untuk mengubah citra rumah sakit Kota Medan telah memiliki
peralatan yang tidak berbeda jauh dengan luar negeri.
3. Rumah sakit milik TNI
Manajemen rumah sakit meningkatkan komitmen tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan keseahtan kepada masyarakat Kota Medan.
4. Rumah sakit swasta
Manajemen rumah sakit memprioritas ketersediaan alat-alat kedokteran yang
canggih untuk dapat bersaing dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat Kota Medan.
3. Tenaga kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat mengembangkan dirinya dengan
penambah wawasan dan pengetahuan untuk mendukung pelayanan prima di
rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
80
DaftarPustaka
Aulia, D. (2016). Pelancongan perobatan dari sumatera utara ke Semenanjung Malaysia: tren faktor penyumbang dan impact (Tesis, University Kebangsaan Malaysia) Diakses dari http://web.usm.my/km
Adisasmito, W. (2008). Kebijakan standar pelayanan medik dan diagnosis related group (DRG), kelayakan penerapannya di Indonesia. (Skripsi, Universitas Indonesia) Fakultas Kesehatan Masyaraka, Jakarta.
Benjamin Inge W. (2014). Menelusuri arus pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan ke luar negeri. Jurnal Widya Medika Surabaya, 2(1),1-14
Bies, W., & Zacharia, L. (2007). Medical tourism: Outsourcing surgery.
Mathematical and Computer Modelling, 46(7-8), 1144-1159.
Bookman, M. (2007).Medical Tourism in Developing Countries. New York:
Palgrave Macmillan.
Connell, J. (2006). Medical tourism: Sea, sun, sand and surgery. Tourism
Management 27(6):1093–1100.
Creswell,J.W.(2012).Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif dan.mixed
(Cetakan ke-2). Yogyakarta: PustakaPelajar.
Djuhaeni, H. (2014). Manajemen pelayanan medik di rumah sakit. Bandung:
Pustaka Universitas Pajajaran.
Dreze, J., &Sen, A. (2002).India Development and Participation, Oxford
University Press: New Delhi.
Gan, L. L., & Frederick, J. R. (2011). Consumers‟ attitudes toward medical
tourism. Available at SSRN 1837062.
Helble, M. (2010). The movement of patients across borders: challenges and opportunities for public health. Vol. 89 (1), Doi: [10.2471/BLT.
10.076612].
Horowitz, M. D., Rosensweig, J. A., & Jones, C. A. (2007).Medical tourism:
globalization of the healthcare marketplace. Journal Medscape General
Medicine, 9(4), 33.
Hosio, J. E. (2007). Kebijakan publik dan desentralisasi. Yogyakarta: Laksbang.
Universitas Sumatera Utara
81
Islamy, I. (2001). Prinsip-prinsip perumusan kebijakan negara. Bumi Aksara:
Jakarta.
KKP Kelas I Medan.(2018).Laporan Keberangkatan Masyarakat Berobat Ke
Luar Negeri.
Kumorotomo W. dan Margono A.S. (2011). Sistem Infromasi Manajemen Dalam
Organisasi-Organisasi Publik:Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Moleong, L.J. (2011).Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosda karya.
Notoatmodjo, S. (2012).Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara. 2017.Diakses dari http://dinkes.sumutprov.go.id/v2/download.html.
Parasuraman, A., Zeithalm, V., dan Berry L. (1988). SERVQUAL: A Multiple
item Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality.
Journal of Retaliling, 64, 12-40.
Parasuraman, A., Zeithalm, V.,,et.al. (1990). Delivering Quality Service, The Free
Press,London, Canada: Maxwell Macmillan.
Pohan, Imbalo S. (2009). Jaminan mutu layanan kesehatan: Dasar – dasar
pengertian dan penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran. EGC.
Purjanto, Kuntjoro, Adi. (2017, 27 Juli). Peran PERSI dalam Mengembangkan
Produktifitas dan Efisiensi Rumah Sakit di Era JKN dan MEA. Diakses 10
September 2018, dariwww.pdpersi.co.id/kanalpersi/...rakernas13 persi/
materi_drkuntjoro_adi_purjanto.pdf.
Putra, I Putu Wibawa. (2014). Potensi pengembangan medical tourism di Rumah
Sakit BaliMéd Denpasar.(Tesis, Universitas Gadjah Mada). Diakses 10
September 2018, dari :http: //etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&
buku_id=73732&obyek_id=4.
Salawati, L.(2010). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat
Banda Aceh mencari pengobatan ke Luar Negeri. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala, 10(2), 71-76
Sarifuddin, AB. (2009).Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
Universitas Sumatera Utara
82
neonatal. Jakarta: PT. BPSP.
Thabrany, H. (2005). Dasar-dasar asuransi kesehatan bagian A. Jakarta:
PAMJAKI.
Tjiptono, Fandy. (2004). Manajemen jasa. Yogyakarta: Andi.
Wattimen, I. (2014). Menelusuri arus pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
keluar negeri. Jurnal Ners LENTERA, 2, 48-56.
Wong, Kee Mun dkk. 2014. Medical Tourism Destination SWOT Analysis: A
Case Study of Malaysia, Thailand, Singapore and India.
Doi:10.1051/shscont/20141201037.
Universitas Sumatera Utara
83
Lampiran 1.Lembar Persetujuan Menjadi Informan
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi
informan dalam penelitian yang dilakukan oleh saudari Irda Yanti yang berjudul
Dampak Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Terhadap Masyarakat Kota
Medan Berobat Ke Luar Negeri.
Saya memahami bahwa penelitian tidak akan berakibat negatif terhadap
diri saya dan akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti serta hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Oleh karena itu saya bersedia menjadi informan
dalam penelitian ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Medan,................2018
Tertanda
(.......................)
Universitas Sumatera Utara
84
Lampiran2. Pedoman Wawancara
Dampak Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Terhadap Masyarakat Kota Medan
Berobat ke Luar Negeri
Hari/Tgl/Bln/Thn : …………………..........
Identitas Diri
Inisial : …………………
Umur :…………………Tahun
Jenis Kelamin : …………………
Masa Kerja : …………………Tahun
Jabatan :.................................
Instansi :………………………..
Alamat :………………………..
No. Hp :………………………..
Pertanyaan: Dampak Rumah Sakit
Dampak Negatif
1. Bagaimana dampak masyarakat berobat ke luar negeri terhadap jumlah pasien
di rumah sakit ini ?
2. Bagaimana dampak masyarakat berobat ke luar negeri terhadap jumlah
pendapatan rumah sakit ini ?
3. Bagaimana dampak masyarakat berobat ke luar negeri terhadap rumah sakit
akan ditutup?
4. Bagaimana dampak masyarakat berobat ke luar negeri terhadap rumah sakit
untuk memperbaiki pelayanan kesehatan?
5. Bagaimana dampak masyarakat berobat ke luar negeri terhadap perpindahan
dokter ke rumah sakit luar negeri?
DampakPositif
Pertanyaan
1. Bagaimana dampak positif masyarakat berobat ke luar negeri dalam
peningkatan persaingan di rumah sakit ini?
2. Bagaimana dampak positif masyarakat berobat ke luar negeri dalam
meningkatkan teknologi kedokteran yang selalu berubah-ubah?
3. Bagaimana dampak positif masyarakat berobat ke luar negeri dalam
meningkatkan kemudahan pelayanan rumah sakit ini?
Universitas Sumatera Utara
85
4. Bagaimana dampak positif masyarakat berobat ke luar negeri dalam
menyediakan pelayanan kesehatan berkualitas di rumah sakit ini?
Dampak Sistem Pelayanan Kesehatan
Dampak Negatif
Pertanyaan:
1. Bagaimana persaingan yang negatif dalam sistem pelayanan kesehatan di Kota
Medan?
2. Bagaimana perbedaan pelayanan kesehatan di masyarakat mampu dan tidak
mampu di Kota Medan?
3. Bagaimana ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan
kesehatan rumah sakit di Kota Medan?
4. Bagaimana ketergantungan kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit di luar
negeri?
5. Bagaimana kegagalan pemerintah dalam membina daya saing rumah sakit di
Kota Medan sehingga masyarakat berobat ke luar negeri?.
DampakPositif
Pertanyaan
1. Bagaimana peningkatan terhadap sistem pelayanan kesehatan rumah sakit di
Kota Medan?
2. Bagaimana menyediakan pelayanan kesehatan rumah sakit yang berkualitas
dengan harga mudah dijangkau bagi masyarakat di Kota Medan?
3. Bagaimana peningkatkan teknologi bidang kedokteran untuk mendukung
pelayanan kesehatan rumah sakit di Kota Medan?
4. Bagaimana perhatian pemerintah terhadap rumah sakit di Kota Medan?
5. Bagaimana perhatian pimpinan terhadap pendidikan tenaga kesehatan rumah
di sakit Kota Medan?
Universitas Sumatera Utara
86
Lampiran 3.Matrik Wawancara Dampak Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit
Terhadap Masyarakat Kota Medan Berobat ke Luar Negeri.
Tema 1 : tidakada dampak negative bagi RS di Kota Medan terhadap pariwisata
kesehatan
Sub Tema :
1. Berobat ke luar negeri tidak
memberikan dampak terhadap
kunjungan pasien karena RS di
Kota Medan pasiennya
sebahagian besar adalah pasien
BPJS
Kategori :
1. Tidak ada pengaruhnya terhadap
jumlah kunjungan pasien
2. Sistem JKN yang lebih
berpengaruh
3. Hanya orang tertentu/menengah
keatas yang mampu berobat ke
luar negeri
4. Tidak terlalu signifikan
Sub Tema:
2. Berobat ke luar negeri tidak
memberikan dampak terhadap
pendapatan RS di Kota Medan.
Kategori :
1. Tidak berpengaruh
2. Tidak mempengaruhi juga
3. Tidak terlalu bermakna pasien
rawat inap
4. Tidak melihat itu berdampak
Sub Tema :
3. Berobat ke luar negeri
memberikan dampak tehadap
peningkatan kualitas pelayanan
RS di Kota Medan.
Kategori :
1. Rumah sakit terakreditasi
sehingga rumah sakit tetap
meningkatkan mutu pelayanan
2. Bantuan pemerintah untuk
memperhatian kelengkapan
fasilitas
3. Berusaha meningkatkan mutu
dan memenuhi sarana prasarana
fasilitas kesehatan
4. Doktersiap sedia(onside)
Sub Tema:
4. Berobat ke luar negeri tidak
menyebabkan dokter dan
perawat berpindah untuk
bekerja ke luar negeri
Kategori :
1. Tidak ada perpindahan tenaga
kesehatan
2. Merasa terganggu bila ada
dokter pindah ke luar negeri
3. Belum ada tenaga kesehatan
yang pindah ke luar negeri
4. Kalau perawat ada itu pun di
fasilitasi oleh pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
87
Tema 2 : Ada dampak positif bagi RS di Kota Medan terhadap pariwisata kesehatan
Sub Tema:
1. Berobat ke luar negeri
memberikan dampak positif
terhadap RS Kota Medan
dalam peningkatan persaingan
rumah sakit untuk lebih baik
lagi
Kategori :
1. Menjadi terangsang untuk memperbaiki
mutu pelayanannya
2. Termotivasi untuk menjadikan rumah
sakit lebih baik lagi
3. Peluang kita melihat persaingan dengan
adanya persaingan itu memotivasi kita
untuk bekerja lebih baik.
4. Masing-masing rumah sakit punya
kebijakan berbeda-beda. Antar rumah
sakit juga bias melihat adanya
persaingan perekrutan tenaga.
Sub Tema :
2. Pasien yang berobat ke luar
negeri memberikan dampak
positif dalam meningkatkan
teknologi kedokteran RS Kota
Medan guna untuk
menyamakan fasilitas RS luar
negeri perlu adanya dukungan
penuh dari pemerintahan.
Kategori :
1. Mengikuti perkembangan teknologi
perlu adanya dukungan dari pemerintah
2. Meningkatkan keterampilan tenaga
kesehatan
3. Berusaha menyamakan fasilitas dengan
rumah sakit yang ada di luar negeri
Sub Tema:
3. Berobat ke Luar negeri
memberikan dampak dalam
meningkatkan kemudahan
pelayanan rumah sakit yang
ada di Kota Medan.
Kategori :
1. Meningkatkan SDM prima dan fasilitas
di lengkapi dari pemerintah
2. Meningkatkan dukungan fasilitas dan
SDM berkualitas dari pemerintah
3. Sesuai dengan kebijakan pemerintah
yang cepat tanggap
4. Hasilnya maksimal (cepat) didukung
dokter spesialis yang
salingbekerjasama
Sub Tema:
4. Berobat ke luar negeri
memberikan dampak terhadap
RS Kota Medan dalam proses
menyediakan pelayanan
berkualitas menuju
peningkatan mutu pelayanan
Rumah Sakit
Kategori :
1. Proses menuju pelayanan yang
berkualitas
2. Berkomitmen memajukan rumah sakit
3. Menuju peningkatan mutu pelayanan
4. Berupaya menyetarakan pelayanan
kesehatan di luar negeri
Universitas Sumatera Utara
88
Tema 3 : Ada DampakNegatif terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan
Sub Tema:
1. Berobat ke luar negeri
memberikan dampak negative
terhadap persaingan dalam
system pelayanan kesehatan
RS Kota Medan dan luar negeri
Kategori :
1. Adanya persaingan antar RS Kota
Medan dan luar negeri terhadap minat
pasien untuk memilih RS yang
berkualitas
2. Memotivasi kinerja lebih baik lagi
Sub Tema :
2. Pasien yang mampu atau
menengah ke atas lebih
cenderung memilih berobat ke
luar negeri dibanding RS Kota
Medan
Kategori :
1. Tidak membedakan antara pasien
mampu dan tidak mampu karena system
JKN
2. Perbedaannya hanya di kelasnya saja
Sub Tema :
3. Pasien yang berobat ke luar
negeri lebih menyenangi
system pelayanan RS di luar
negeri dari pada rumah sakit di
Kota Medan
Kategori :
1. Belum didukung SDM yang handal
2. Kurangnya perhatian pemerintah dalam
kelengkapan fasilitas
3. Pemerintah masih menerapkan kebijakan
SIP di 3 tempat praktek
Sub Tema :
4. Pasien yang merasa puas dan
ketergantungan dengan system
pelayanan kesehatan luar
negeri memberikan dampak
negative terhadap RS Kota
Medan sendiri
Kategori :
1. Masyarakat yang cerdas tidak akan
tergantung yankes luar negeri
2. Masyarakat yang pendapatan di atas
rata-rata memilih berobat di luar negeri
3. Tergantung kepuasan masyarakat
4. Masyarakat lebih percaya rumah sakit
luar negeri
Sub Tema :
5. Berobat ke luar negeri
memberikan dampak negative
terhadap kegagalan pemerintah
dalam membina daya saing
rumah sakit di Kota Medan.
Kategori :
1. Prosedur menunggu yang lama
2. Kurangnya perhatian terhadap rumah
sakit yang ada di kota Medan sehingga
banyak masyarakat yang tidak percaya
untuk berobat ke rumah sakit atau malah
memilihp engobatan alternative
3. Dari segi pelayanan yang mungkin jauh
berbeda dengan luar sehingga pasien
merasa puas di layaninya di luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
89
Tema 4 : Ada Dampak Positif terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan
Sub Tema :
1. Berobat ke luar negeri memberikan dampak
positif terhadap peningkatan system
pelayanan kesehatan RS Kota Medan
Kategori :
1. Menuju standart pelayanan prima
2. Meningkatkan skill SDM
professional
3. Meningkatkan kompetensi SDM
4. Usaha terus dalam perbaikan system
pelayanan kesehatan.
Sub Tema :
2. Pemerintah menyediakan pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berkualitas
dengan harga mudah dijangkau dengan
adanya system JKN membawa dampak
positif terhadap RS Kota Medan
Kategori :
1. Sudah di cover oleh JKN
Sub Tema :
3. Berobat ke luar negeri memberikan dampak
positif terhadap peningkatan teknologi
bidang kedokteran untuk mendukung
pelayanan kesehatan rumah sakit Kota
Medan
Kategori :
1. Teknologi canggih yang belum
merata di rumah sakit medan .
2. Dalam usaha peningkatan dari
pemerintah
3. Upaya dalam meningkatkan
peralatan kedokteran
4. Berusaha untuk membeli peralatan
yang canggih seperti yang di luar .
Sub Tema :
4. Berobat ke luar negeri memberikan dampak
negative terhadap perhatian pemerintah RS
Kota Medan
Kategori :
1. Sudah adanya pantauan dan
kunjungan dari pemerintah tetapi
tidak semuanya dapat di fasilitasi
2. Perlu adanya perhatian pemerintah
terhadap RS Kota Medan
Sub Tema :
5. Berobat ke luar negeri tidak memberikan
dampak yang signifikan terhadap perhatian
pimpinan kepada tenaga kesehatan untuk
meningkatkan pendidikan tenaga kesehatan
Kategori :
1. Meningkatkan kompetensi SDM
secara berkisambungan
2. Melakukan pelatihan-pelatihan
3. Keterbatasan biaya dari rumah sakit
untuk melakukan pendidikan berkala
kepada karyawannya.
Universitas Sumatera Utara
90
Lampiran 4. TabelRekapWawancara
No Indikator J R N M
DAMPAK
NEGATIF
RUMAH
SAKIT
NEGATIF
1. Jumlah
Kunjungan
Pasien
Gak ada
pengaruhny
a, sistem
JKN yang
berpengaruh
tidak terlalu
mempengaru
hi karna kan
hanya sedikit
sih
tidak ada
masalah karena
kan mungkin
eee orang-
orang tertentu
lah yang bisa
berobat ke luar
negeri
Tidak
terlalu
signifikan
2. Pendapatan
Rumah Sakit
Tidak
berpengaruh
Tidak
mempengaru
hi juga
tidak terlalu
bermakna
pasien rawat
inap
Tidak
melihat
itu
berdampa
k
3. Perbaikan
Pelayanan
Kesehatan
Rumah sakit
terakreditasi
sehingga
rumah sakit
tetap
meningkatk
an mutu
pelayanan
Bantuan
pemerintah
memperhatik
an
kelangkapan
fasilitas
Berusaha
peningkatan
mutu dan kita
memenuhi
sarana
prasarana
fasilitas
kesehatan
Dokter
siap sedia
(onside)
4. Perpindahan
Tenaga
Kesehatan
Gak ada Merasa
terganggu
Belum ada Perawat
ada
karena di
fasilitasi
oleh
pemerinta
h
POSITIF
5. Persaingan
Rumah Sakit
terangsang
memperbaik
i mutu
pelayanan
Termotivasi
untuk lebih
baik
Motivasi rumah
sakit
6. Teknologi
Kedokteran
Mengikuti
perkembang
an teknologi
perlu
Perlu
dukungan
pemerintah
Meningkatkan
keterampilan
tenaga
kesehatan
Berusaha
menyama
kan
fasilitas
Universitas Sumatera Utara
91
dukungan
pemerintah
dengan
rumah
sakit di
luar
negeri
7. Kemudahan
Pelayanan
Rumah Sakit
Meningkatk
an SDM
prima dan
fasilitas
dilengkapid
ari
pemerintah
Meningkatka
n dukungan
fasilitas dan
SDM
berkualitas
dari
pemerintah
Sesuai dengan
kebijakan
pemerintah dan
sudah cepat
Hasilnya
maksimal
(cepat)
didukung
dokter
spesialis
salingbek
erjasama
8. Penyediaan
Pelayanan
Berkualitas
Rumah Sakit
Proses
menuju
pelayanan
berkualitas
Berkomitme
n
memajukan
rumah sakit
Menuju
peningkatkan
mutu pelayanan
Berupaya
menyerup
ai
pelayanan
kesehatan
di luar
negeri
DAMPAK
PELAYANA
N
KESEHATA
N
NEGATIF
9. Persaingan
Yang Negatif
Dalam Sistem
Pelayanan
Kesehatan
Persaingan
negatif itu
tidak
dibolehkan
Tidak
diperbolehka
n
Memotivasibek
erjalebihbaik
Persainga
n negative
tidak ada
10. Perbedaan
Pelayanan
Kesehatan
Masyarakat
Mampu dan
Tidak Mampu
Tidakmemb
edakanantar
a yang
mampudeng
antidakmam
pu
Tidak ada di
rumah sakit
Tidakdibedaka
n
Tidak
membeda
kan
11. Ketidakmamp
uan
Pemerintah
dalam
Menyediakan
Pelayanan
Kesehatan
Rumah Sakit
Belum
didukung
SDM yang
handal
Pemerintah
kurang
memfasilitas
i
Pemerintah
kurang
memperhatikan
kelengkapan
fasilitas
Pemerinta
h
menerapk
ankebijak
an SIP di
3
tempatpra
ktek
Universitas Sumatera Utara
92
12. Ketergantung
an Kualitas
Pelayanan
Kesehatan
Rumah Sakit
di Luar
Negeri
Masyarakat
cerdas tidak
tergantung
yankes luar
negeri
Masyarakat
pendapatan
atas rata-rata
memilih
berobat di
luar negeri
Tergantung
kepuasan
masyarakat
Masyarak
at lebih
percaya
rumah
sakit luar
negeri
13. Kegagalan
Pemerintah
dalam
Membina
Daya Saing
Rumah Sakit
Prosedur
menunggu
(lama)
Kurangnya
perhatian
Kurang mampu Gagal
POSITIF
14. Peningkatan
terhadap
Sistem
Pelayanan
Kesehatan
Menuju
standardpel
ayanan
prima
Meningkatka
n skil SDM
professional
Meningkatkan
kompetensi
SDM
Usaha
dalam
perbaikan
15. Penyediaan
Pelayanan
Kesehatan
Rumah Sakit
Berkualitas
dengan Harga
Mudah
Dijangkau
Masyarakat
Sudah di
cover oleh
BPJS
Adanya
BPJS dan
KIS
Adanya JKN Adanya
BPJS
16. Peningkatkan
Teknologi
Bidang
Kedokteran
Untuk
Mendukung
Pelayanan
Kesehatan
Rumah Sakit
Didukung
teknologi
canggih
belum
merata
Dalam usaha
peningkatan
dari
pemerintah
Upaya
meningkatkan
peralatankedokt
eran
Berusaha
membeli
alat
canggih
17. Perhatian
Pemerintah
Terhadap
Rumah Sakit
Sudahbagus
tetapi tidak
semua tidak
dapat
difasilitasi
Kurangnya
perhatian
terhadap
rumah sakit
Pemerintah
kurang peduli
Tidak ada
bantuan
18. Perhatian
Pimpinan
Terhadap
Pendidikanb
erkala
belum ada
Sosialisasi
dan
menganjurka
Meningkatkan
kompetensi
SDM secara
Pelatihan,
pendidika
n, baik
Universitas Sumatera Utara
93
Pendidikan
Tenaga
Kesehatan
n tenaga
kesehatan
senyum,
sapa, ramah
berkesinambun
gan
pendidika
n formal
(memfasil
itas
jenjang
pendidika
n tinggi)
Universitas Sumatera Utara
94
Lampiran 5.Permohonan Izin Penelitian
Universitas Sumatera Utara
95
Lampiran 6.Surat Balasan Izin Peneltian
95
Universitas Sumatera Utara
96
Universitas Sumatera Utara
97
Universitas Sumatera Utara
98
Lampiran 7.SuratSelesaiPenelitian
Universitas Sumatera Utara
99
Universitas Sumatera Utara
100
Universitas Sumatera Utara
101
Universitas Sumatera Utara
102
Lampiran 8.Dokumentasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara