Upload
hakhanh
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....
383
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Sabajuhut
Terhadap Pemenuhan Hak Ekonomi
Impact of Regional Innovation System (SIDa) Sabajuhut Development to the
Fulfillment of Economic Rights
Moh Sofyan Budiarto1, Listiyaningsih
2
1Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Banten
Jl. Syech Nawawi Al Bantani KP3B Palima Serang Banten 2Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Tirtayasa
ABSTRACT
Regional Research and Development Agency of Banten Province initiated the
development of Regional Innovation System (SIDa) in 2012 with sheep’s and Goats
livestock development in Juhut Village which has been developed as Integrated Livestock
Village (KTDT) established by Pandeglang District Government. This study aims to
evaluate the development of SIDa implementation in terms of fulfillment of Juhut People's
Economic Rights. This research uses mixed method that combines qualitative and
quantitative method. Respondents are Juhut community as the locus of SIDa
implementation with questionnaires and interviews to explore the problems. The results
show SIDa Sabajuhut program that was rolled by the government can be felt the benefits by
the people who are in the Village Juhut. Overall the average value of the index to Economic
Rights is 2.42. The value of the right index works 2.53, the index gets social security 2.7 and
the group rights index of 2.46 shows above the average economic rights. While the
Livelihood Rights Index is worth 2.18 and the rights index gets a fair and good working
condition 2.23 shows below the average economic right. It was concluded that Juhut
community has benefited from the Regional Innovation System of Banten Province, and
need to pay attention to the index compiler variable as the evaluation material of SIDa
implementation
Keywords : SIDa, economy right, sabajuhut, dombing
ABSTRAK
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Banten menginisiasi
pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) pada tahun 2012 melalui pengembangan
ternak Dombing di Kelurahan Juhut (Sabajuhut) yang telah ditetapkan sebagai Kampung
Ternak Domba dan Kambing Terpadu (KTDT) oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengembangan implementasi SIDa Sabajuhut dilihat
dari sisi pemenuhan hak ekonomi masyarakat Juhut. Penelitian ini menggunakan metode
campuran (mix metode) yaitu mengkombinasikan metode kualitatif dan kuantitatif.
Responden adalah masyarakat Juhut sebagai lokus implementasi SIDa dengan kuisioner
dan wawancara mendalami permasalahan. Hasil penelitian menunjukkan program SIDa
Sabajuhut yang digulirkan oleh pemerintah sudah bisa dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat yang berada di Kelurahan Juhut. Secara keseluruhan nilai rerata indeks terhadap
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....
384
Hak Ekonomi adalah 2,42. Nilai indeks hak bekerja 2,53, indeks mendapatkan jaminan
sosial 2,7 dan indeks hak berkelompok 2,46 menunjukkan diatas rerata hak ekonomi.
Sedangkan indeks hak berpenghidupan yang layak 2,18 dan indeks hak mendapatkan
kondisi kerja yang adil dan baik 2,23 menunjukkan dibawah rerata hak ekonomi.
Disimpulkan masyarakat Juhut telah mendapatkan manfaat dengan adanya Sistem Inovasi
Daerah Provinsi Banten, dan perlu memperhatikan variable penyusun indeks sebagai bahan
evaluasi implementasi SIDa.
Kata kunci : SIDa, hak ekonomi, sabajuhut, dombing
PENDAHULUAN
Hak-hak ekonomi warga negara merupakan salah satu bagian dari tugas negara
(pemerintah). “Tugas” meminjam istilah yang digunakan Bernard L. Tanya, dari Emanuel
Kant, dalam Penegakan Hukum dalam Terang Etika, adalah merupakan “Kewajiban
Katagoris”, “Kewajiban Mutlak”, sebagai kesadaran etis dilaksanakannya kewajiban(
Bernard L Tanya, 2011:25), dapat diwujudkan tidak lain dalam sebuah proses
pembangunan nasional Indonesia yang tidak hanya menekankan pertumbuhan, tetapi
pemerataan sebagaimana juga tujuan pembangunan untuk menghasilkan kesejahteraan dan
keadilan masyarakat dan warga negaranya. Negara merupakan lembaga yang mandiri,
posisinya di atas masyarakat dan fungsinya, bekerja bagi kepentingan (pengabdian) seluruh
masyarakat, dengan membimbingnya menuju ke kesempurnaan. Negara membentuk
masyarakat yang lebih baik di masa datang (Budiman, 1996:61).
Hak ekonomi masyarakat sebagaimana dalam kerangka teori penelitian ini,
meliputi; hak bekerja, hak berkelompok, hak penghidupan yang layak, hak mendapatkan
jaminan sosial, hak kondisi kerja yang adil dan baik, tidak saja secara konstitusional
dilindungi, melainkan juga dalam perangkat undang-undang lain seperti Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2005 tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
Dalam konteks ini pemenuhan hak-hak warga negara sipil di kelurahan Juhut
sebagai sentra agribisnis ternak domba dan kambing bisa dalam bentuk penguasaan lahan,
hak untuk jual-beli, hak untuk menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, hak
untuk memiliki sesuatu, hak untuk menguasasi lahan, mendapatkan upah buruh yang layak,
dan hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak untuk melangsungkan
kehidupannya.
Untuk mengetahui dan mengkaji dampak pembangunan terhadap hak ekonomi
masyarakat Kelurahan Juhut, maka perlu dilakukan penelitian tentang dampak SIDa
Sabajuhut terhadap Hak Ekonomi di Keluruhan Juhut Kecamatan Karang Tanjung
Kabupaten Pandeglang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dampak SIDa SABA
Juhut terhadap hak ekonomi masyarakat di Kelurahan Juhut Kecamatan Karang Tanjung
Kabupaten Pandeglang.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini difokuskan untuk menemukenali dampak program Sistem Inovasi
Daerah Sentra Agribisnis Domba danKambing (SIDa Sabajuhut) terhadap Hak Ekonomi
Masyarakat di Kelurahan Juhut Kecamatan Karang Tanjung Kabupaten Pandeglang.
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....
391
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan 2 pendekatan (mix method) yaitu dengan
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai metode
utama dan pendekatan kualitatif sebagai metode penunjang. Data primer diperoleh dengan
menggunakan kuisioner untuk menjaring informasi mengenai beberapa indikator yang
terkait dengan Hak Ekonomi Masyarakat.
Hasil analisis yang diperoleh melalui kuesioner kemudian ditindak lanjuti dengan
pendekatan kualitatif. Data juga diperoleh dengan wawancara (interview) dengan
masyarakat setempat. Interview ini dimaksudkan untuk menjaring informasi mengenai
potensi dan tantangan yang sudah dan mungkin dihadapi masyarakat desa Juhut.
Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten
Pandeglang. Variabel kuisioner mengikuti Hak Ekonomi Masyarakat (Undang-undang RI
Nomor 11 Thn 2005 yaitu Hak Bekerja, Hak Berkelompok, Hak Penghidupan yang Layak,
Hak Mendapatkan Jaminan Sosial, Hak Kondisi Kerja yg Adil dan Baik. Masing masing
variable diturunkan dalam subvariabel. Populasi yang akan menjadi obyek penelitian adalah
seluruh masyarakat yang berada di wilayah Kelurahan Juhut Kecamatan Karang Tanjung
Kabupaten Pandeglang. Kemudian ditentukan sampling size dengan taraf kesalahan 7 %
dari 1383 KK didapat angka 196 responden. Sehingga jumlah sampel yang menjadi
responden dalam penelitian ini berjumlah 196 orang yang diambil secara proporsional dari
masing-masing kampung atau RW.
PEMBAHASAN
Responden yang diamati dalam kajian ini adalah responden yang memiliki usia di
atas 20 tahun. Persentase terbanyak dari usia responden adalah 40 – 50 tahun (35%) dan
persentase paling sedikit adalah responden yang memiliki usia lebih dari 50 tahun (6%).
Usia 40 – 50 tahun merupakan usia yang dianggap telah mapan untuk ukuran produktifitas
dalam bekerja dan menjadi modal utama di dalam kegiatan berternak domba.
Gambar 1. Profil Usia dan Jenis Kelamin Responden
Jika dilihat dari jenis kelaminnya, maka responden pria memiliki persentase lebih
banyak dibandingkan dengan responden perempuan yaitu sebesar 59%. Hal ini
menunjukkan bahwa warga yang terdaftar sebagai anggota kelompok tani dan usaha
sebagian besar adalah laki-laki yang tergabung ke dalam kelompok tani dengan jenis usaha
peternakan domba dan kambing, pertanian dengan komoditas sayuran, durian dan lain
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....
392
sebagainya. Responden perempuan yang tergabung dalam kelompok merupakan kelompok
tani wanita yang usahanya sebagian besar adalah pengolahan Talas Beneng dan wirausaha
lainnya
Gambar 2. Profile Pendidikan dan Pekerjaan Responden
Untuk jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden, persentase
terbesar adalah responden yang memiliki pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 67
% dan yang paling rendah adalah responden yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas
(SMA) yaitu sebesar 9 %. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya tingkat pendidikan
yang dimiliki oleh masyarakat Kelurahan Juhut yang berimbas kepada rendahnya tingkat
kesejahteraan ekonominya. Rendahnya tingkat pendidikan karena masyarakat yang menjadi
responden di dominasi oleh masyarakat Juhut yang tinggal berdekatan dengan kawasan
hutan lindung Gunung Karang yang umumnya. berpendidikan rendah. Hal ini berbeda
dengan masyarakat Juhut yang tinggal di bagian bawah (dekat dengan jalan protokol dan
bekerja di luar kelurahan Juhut. Mereka adalah penduduk yang bekerja sebagai PNS, dan
jasa pertukangan. Tingkat pendidikan yang mereka miliki umumnya lebih tinggi dari
masyarakat Juhut yang tinggal di atas berdekatan dengan kawasan hutan yang dikelola oleh
Perhutani.
Jika dilihat dari pekerjaannya, maka responden yang bekerja sebagai petani,
memiliki persentase terbesar yaitu sebesar 40% dan persentase terkecil dimiliki responden
yang memiliki pekerjaan sebagai tenaga pendidik seperti guru dan sejenisnya dengan
persentase sebesar 1 (satu) %. Masyarakat Juhut yang menjadi responden penelitian adalah
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan yang dikelola oleh perhutani dan
berprofesi sebagai petani dengan bercocok tanam labu siam, wortel dan cesim. Di wilayah
ini juga ditemukan jenis talas berukuran besar dan berwarna kuning yang oleh masyarakat
sekitar disebut talas beneng. Dengan latar belakang petani itulah maka program SIDa
SABA Juhut dapat dikembangkan di wilayah ini.
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....
393
Gambar 3. Indikator Hak Bekerja
Secara keseluruhan nilai rerata indeks jawaban responden terhadap hak bekerja
adalah sebesar 63,14 % atau ada di kisaran 2,53 lebih tinggi dari rata-rata Hak Ekonomi
(2,42). Hal ini menunjukkan bahwa program Sabajuhut sudah diketahui oleh masyarakat
dan telah memberikan manfaat kepada kehidupan mereka, terutama manfaat secara
ekonomi. Indikator yang diberikan penilaian tertinggi oleh responden adalah pekerjaan
yang dilakukan oleh responden sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki (misal:
petani) dengan skor 2,73 (Indeks jawaban 68,37%). Sedangkan indikator yang diberikan
penilaian terendah adalah pengetahuan responden terhadap keberaadaan program Sabajuhut
dengan skor 2,21 (indeks jawaban 55,36%). Kondisi ini menunjukkan bahwa program SIDa
Sabajuhut memang sudah diketahui oleh masyarakat namun masyarakat masih belum
mengetahui dengan jelas maksud dan tujuan sebenarnya dari program Sabajuhut tersebut.
Pengetahuan tentang tujuan digulirkannya Sabajuhut harus dimiliki oleh masyarakat yang
ada di kawasan tersebut agar tujuan pemerintah yang ingin dicapai dari program ini dapat
terealisasi.
Indikator yang memperoleh skor sama dengan atau di atas rata – rata Hak Bekerja
(2,53) selain indikator pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan keterampilan dan
kemampuan yang dimiliki, terdiri dari masyarakat yang mengetahui keberadaan program
SIDa Sabajuhut 2,69 (indeks jawaban 67,22 %). SIDa Sabajuhut mampu memberikan dan
membuka lapangan usaha seperti usaha kambing dan domba (utama) atau usaha lainnya
yang berkaitan dengan Sabajuhut seperti home stay, budidaya Talas Beneng dan lain-lain
2,69 (indeks jawaban 67,35%).Warga yang sebelum ada SIDa Sabajuhut menganggur atau
merambah hutan mendapatkan kesempatan bekerja 2,59 (Indeks jawaban 64,67%).
Mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keinginannya dan kemampuan yang dimilikinya
2,53 (indeks jawaban 63,27%). Nilai skor indikator yang lebih tinggi dari nilai rata – rata
Hak Bekerja menunjukkan bahwa masyarakat Juhut sudah merasakan keberadaan dan
manfaat dari Program SIDa Sabajuhut.
1,00 1,50 2,00 2,50 3,00
Tahu ada SIDa
Tahu Tujuan SIDa
SIDa buka Lap. Usaha
SIDa buka Kesempatan Kerja
Kemudahan Bekerja
Pemanfaatan Program
Kebebasan Memilih
Pekerjaan sesuai dg keterampilan
Pekerjaan sesuai keinginan
Puas thd SIDa
Rerata
2,69
2,21
2,69
2,59
2,49
2,43
2,40
2,73
2,53
2,48
2,53
Indikator Hak Bekerja
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....
394
Sedangkan indikator yang memperoleh skor di bawah rata – rata Hak Bekerja (2,53)
selain pengetahuan responden terhadap keberadaan program Sabajuhut, terdiri dari
kemudahan warga memperoleh pekerjaan namun dibatasi hanya berkaitan dengan kambing
dan domba serta usaha lain yang berkaitan Sabajuhut skor 2,49 (indeks jawaban 62,24%).
Warga memanfaatkan keberadaan program Sabajuhut untuk membuka usaha sendiri seperti
Home stay atau membuat makanan ringan yang ditawarkan kepada wisatawan yang
berkunjung ke Juhut skor 2.43 (indeks jawaban 60,71%), kebebasan menentukan /memilih
pekerjaan di dalam program Sabajuhut skor 2,40 (indeks jawaban 60,08%), dan kepuasan
masyarakat dengan luasnya kesempatan kerja akibat adanya program Sabajuhut 2,48
(indeks jawaban 62,12 %). Nilai skor indikator yang lebih rendah dari nilai rata – rata Hak
Bekerja menunjukkan bahwa masyarakat Juhut memang sudah merasakan manfaat dari
keberadaan program Sabajuhut, namun pemerintah harus melakukan sosialisasi program
Sabajuhut sehingga masyarakat lebih paham akan tujuan diadakannya program tersebut.
Kesempatan kerja juga terbatas karena tidak semua anggota memiliki lahan untuk beternak
dan kurangnya pelatihan yang dilakukan oleh instansi terkait. Selain itu, Sabajuhut
merupakan program pemerintah yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam
agribisnis ternak dalam hal ini Domba dan kambing, sehingga membatasi pilihan berusaha
bagi masyarakat Juhut.
Gambar 4. Indikator Hak Berkelompok
Indikator yang diberikan skor penilaian tertinggi dalam Hak Berkelompok adalah
kebebasan bergabung dengan kelompok tani yang sudah ada dengan skor 2,86 (indeks
jawaban 71,56 %). Sedangkan indikator Hak Berkelompok yang diberi skor terendah
adalah keterlibatan warga dalam kelompok tani dengan skor 1,63 (indeks jawaban 40,69
%). Target anggota kelompok tani dari program ini adalah 500 orang namun anggota
1,00 1,50 2,00 2,50 3,00
Keterlibatan warga
Kebebasan bergabung
Formalitas klp
Hak dan kewajibn anggota
Mendpt Pendampingan
Pendptnn meningkat dg berklp
Rerata
1,63
2,40
2,86
2,57
2,10
2,04
2,67
2,46
2,37
2,76
2,56
2,60
2,46
Indikator Hak Berkelompok
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....
395
kelompok tani yang ada saat ini hanya berjumlah 300 orang yang tergabung ke dalam 14
kelompok tani. Belum tercapainya target tersebut ditenggarai merupakan akibat dari
pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang masih kurang tentang manfaat dari program
Sabajuhut serta ketidaksamaan sumber daya dan sarana prasarana yang dimiliki oleh
masyarakat Juhut untuk beternak Domba dan Kambing.
Indikator yang memperoleh skor sama dengan atau lebih tinggi dari skor rata – rata
Hak Berkelompok selain kebebasan bergabung dengan kelompok tani yang sudah ada,
terdiri dari kebebasan membuat kelompok 2,57 (indeks jawaban 64,16 %), hak dan
kewajiban anggota kelompok 2,67 (indeks jawaban 66,71 %), tata cara memilih pengurus
dan ketua kelompok tani 2,46 (indeks jawaban 61,48 %), usaha lebih terlindungi jika
berkelompok 2,76 (indeks jawaban 69,01 %), pendapatan akan meningkat jika warga
menjadi anggota kelompok tani 2,56 (indeks jawaban 63,90 %), dan mudah dapat
mengakses informasi dari kelompok terkait dengan peningkatan usaha 2,60 (indeks
jawaban 65,05%). Sasaran dari pemberian bantuan dalam program SIDa Sabajuhut ini
adalah kelompok tani, sehingga masyarakat yang tidak menjadi anggota kelompok tani
tidak akan memperoleh bantuan kambing atau domba dari pemerintah. Oleh karena itu
masyarakat diberikan kebebasan untuk membuat atau membentuk kelompok tani dengan
ketua dan anggota di dalamnya serta hak dan kewajiban anggota kelompok tani tersebut.
Jika mengalami masalah dalam kegiatan usahanya maka akan dilakukan pemecahan
masalah secara bersama-sama di dalam kelompok tani yang mereka.
Sedangkan indikator yang memperoleh skor lebih rendah dari skor rata – rata Hak
Berkelompok selain keterlibatan warga dalam kelompok tani, terdiri dari kebebasan
berkelompok 2,40 (indeks jawaban 59,95 %). Kondisi ini dipengaruhi oleh jauhnya jarak
antara rumah warga dengan tempat berkumpul kelompok tani dan tidak semua warga
memiliki tempat untuk beternak. kelompok tani yang bersifat formal 2,1 (indeks jawaban
52,42%). Masyarakat menginginkan aturan dalam kelompok tani yang lebih jelas dan pasti
sehingga akan mendorong mereka untuk lebih aktif mengikuti kegiatan dalam kelompok
tani tersebut. Selain itu perlu dibentuk struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab,
kinerja yang diharapkan dan perhitungan biaya yang tepat sasaran. Persyaratan khusus
untuk menjadi anggota kelompok tani 2,04 (indeks jawaban 50,89%), dan pendampingan
dan penyuluhan dari instansi terkait terhadap kelompok tani 2,37 (indeks jawaban 59,31 %).
Untuk masalah pendampingan dan penyuluhan dari instansi terkait terhadap program
Sabajuhut sangat diperlukan mengingat masyarakat perlu mendapatkan tambahan
pengetahuan dan keterampilan di dalam mengelola bantuan yang diterima dari pemerintah
termasuk bagaimana memasarkan produk yang sudah mereka hasilkan. Pemasaran produk
sangat penting karena berkaitan dengan kontinyuitas usaha yang mereka lakukan dan pada
akhirnya masyarakat akan memperoleh tambahan penghasilan dari kegiatan usaha yang
langsung atau tidak langsung berhubungan dengan program SIDa Sabajuhut
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....
396
Gambar 5. Indikator Hak Penghidupan yang Layak
Indikator yang memperoleh skor tertinggi untuk hak berpenghidupan yang layak
adalah memiliki rumah sendiri dengan skor 2,70 (indeks jawaban 67,47 %). Meskipun
bentuknya sederhana (rumah panggung) namun masyarakat yang tinggal di lereng gunung
atau Juhut bagian atas sudah memiliki rumah sendiri. Sedangkan indikator yang
memperoleh skor terendah adalah kemampuan masyarakat setempat untuk melakukan
kegiatan rekreasi atau berwisata dengan skor 1,73 (indeks jawaban 43,37 %). Jadi dapat
disimpulkan masyarakat yang wilayahnya menjadi obyek penelitian masih berkutat dengan
pemenuhan kebutuhan primer yaitu sandang, pangan, dan papan, belum beranjak ke
kebutuhan sekunder atau bahkan tersier.
Indikator yang memiliki skor yang lebih tinggi atau sama dengan nilai rata – rata
selain indikator memiliki rumah sendiri adalah warga sudah mampu untuk menyekolahkan
anak hingga jenjang SMA skor 2,34 (indeks jawaban 58,55 %). Hal ini berarti bahwa
kehidupan warga Juhut sudah lebih baik dari sisi kesejahteraan dan pendapatan yang
diperolehnya. Rumah yang dibangun bersifat permanen, namun tetap menyesuaikan dengan
kontur alam di Juhut skor 2,22 (indeks jawaban 55,61%).Luas rumah > 70 m2 untuk kriteria
rumah sederhana yang memiliki luas 36 – 702 skor 2,32 (indeks jawaban 57,91 %). Dari sisi
pemenuhan kebutuhan pangan (makanan), satu keluarga di Juhut sudah bisa makan sehari
tiga kali skor 2,64 (indeks jawaban 65,94 %). Untuk masalah kesehatan warga sudah
mampu berobat ke dokter ketika mereka sakit skor 2,67 (indeks jawaban 66,84 %). Selain
memiliki rumah sendiri dan permanen, warga juga memiliki beberapa bidang tanah yang
menjadi sumber mata pencaharian untuk berkebun skor 2,34 (indeks jawaban 58,42 %).
Indikator yang memiliki skor yang lebih rendah dari nilai rata – rata Hak
Berpenghidupan yang Layak selain kemampuan untuk melakukan kegiatan rekreasi atau
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00
Punya Rmh
Rmh Permanen
Tanah utk usaha
Luas rmh >70m2
makan 3x sehari
Kecukupan gizi
Sandang ckp
Mampu ke dokter
mampu menyekolahkan
mampu kuliah
Pendapatan ckp
Mampu rekreasi
Rerata
2,70
2,22
2,34
2,32
2,64
1,97
2,08
2,67
2,34
1,93
1,99
1,73
2,18
Indikator Hak Berpenghidupan Layak
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....
397
berwisata adalah makan yang dikonsumsi warga belum sesuai dengan standar empat sehat
lima sempurna skor 1,97 (indeks jawaban 49,36 %). Warga juga masih belum mampu
untuk membelikan keluarga pakaian lebih dari satu kali dalam setahun skor 2,08 (indeks
jawaban 52,04 %). Warga Juhut belum memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anak –
anaknya sampai jenjang perguruan tinggi skor 1,93 (indeks jawaban 48,34 %). Warga
memperoleh pendapatan bulanan namun belum mampu untuk menutupi kebutuhan seluruh
anggota keluarga yang mereka miliki skor 1,99 (indeks jawaban 49,74 %). Hal ini ditunjang
juga oleh jumlah anggota keluarga yang harus dipenuhi kebutuhannya yang sekitar 55 %
memiliki 3 – 5 anggota keluarga.
Gambar 6. Indikator Hak Mendapatkan Jaminan Sosial
Secara keseluruhan nilai rerata indeks jawaban responden terhadap hak
mendapatkan jaminan sosial adalah sebesar 67,42 % atau ada di kisaran angka 2,70. Hal ini
menunjukkan bahwa responden menilai mereka sudah tahu dan memiliki jaminan sosial,
namun ada juga responden yang tidak memiliki akses jaminan sosial karena mereka tidak
mengetahui informasi tentang hal tersebut.
Indikator Hak Mendapatkan Jaminan Sosial yang memiliki skor paling tinggi adalah
persetujuan atas keberlanjutan program Jaminan Sosial yang berikan oleh pemerintah baik
daerah maupun pusat dengan skor 3,25 (indeks jawaban 81,25%). Sedangkan indikator
yang memiliki skor paling rendah adalah sosialisasi terhadap jaminan sosial yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau pusat 2,11 (indeks jawaban 52,81 % ).
Indikator yang memperoleh penilaian di atas atau sama dengan rata - rata Hak
Mendapatkan Jaminan Sosial, selain persetujuan terhadap keberlanjutan program SIDa
Sabajuhut adalah warga biasa berinteraksi satu sama lain 3,01 (indeks jawaban 75,25 %),
yang berarti rasa kekeluargaan yang mereka miliki masih kuat sebagai landasan untuk
bergotong-royong manakala mereka mendapatkan musibah atau memiliki acara seperti
pernikahan dan lain-lain. Semua warga memiliki kartu keluarga dan Kartu Tanda Penduduk
skor 2,96 (indeks jawaban 73,98 %). Selalu takziyah jika ada tetangga yang meninggal
0,00 2,00 4,00
Interaksi sosial
Kartu Jamsos
Tdk tahu cara
Punya KK/KTP
Kartu Jamsos …
Kebebasan lestarikan …
Selalu takziyah
Mampu hajatan
3,012,332,352,51
2,832,11
2,962,91
2,383,25
3,012,952,89
2,692,27
2,70Indikator Hak Mendapatkan Jaminan Sosial
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....
398
skor2,89 (indeks jawaban 72,19 %) dan selalu menengok orang yang sakit skor 2,95 (indeks
jawaban 73,85 %). Hal ini berarti jika dikaitkan dengan jaminan sosial, warga selalu tolong-
menolong dan bahu-membahu jika ada warga yang sedang mengalami musibah. Selain itu
warga juga mendapat kebebasan dalam melestarikan adat istiadat dan budaya yang mereka
miliki dengan skor 3,01 (indeks jawaban 75,25 %). Dari segi kesehatan ibu dan anak, warga
sudah memperoleh akses ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan imunisasi dengan skor
2,91 (indeks jawaban72,70 %). Berkaitan dengan kartu jaminan sosial yang diberikan oleh
pemerintah daerah dan pusat warga mengakui membutuhkannya namun tidak tahu cara
memiliki jaminan sosial 2,83 (indeks jawaban 70,79 %).
Indikator yang memiliki skor yang lebih rendah dari rata – rata Hak Mendapatkan
Jaminan Sosial selain sosialisasi jaminan sosial yang masih kurang adalah kepemilikan
kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan skor 2,33 (indeks jawaban
58,29%),akses terhadap jamiinan sosial seperti askeskin/jamkesmas/jamsosratu atau kartu
lainnya dari pemerintah skor 2,35 (indeks jawaban 58,67 %), tidak memiliki berbagai
layanan akses jaminan sosial karena tidak mengetahuinya 2,51 (indeks jawaban 62,75 %),
merasakan manfaat dari berbagai kartu jaminan sosial yang diberikan oleh pemerintah 2,38
(indeks jawaban 59,44%), keempat hal ini diakibatkan oleh ketidaktahuan warga terhadap
cara untuk memiliki kartu tersebut sehingga mereka tidak bisa memiliki kartu BPJS, akses
yang terbatas, tidak memiliki layanan jaminan sosial dan tidak bisa merasakan manfaat dari
jaminan sosial yang diberikan tersebut. Selalu bisa menghadiri undangan hajatan/pesta 2,69
(indeks jawaban 67,35 %) dan mampu menyelenggarakan hajatan/pesta 2,27 (indeks
jawaban 56,75 %), yang berarti warga tidak selalu mampu untuk menghadiri undangan dan
mengadakan hajatan/pesta. Hal ini berkaitan dengan masih minimnya penghasilan bulanan
yang mereka miliki yang masih di bawah Upah Minimum Regional (UMR) Banten yang
sebesar Rp 2.200.000.
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00
Penghasilan meningkat
Mendapatkan hak sbg pekerja
Upah layak
Upah tdk sesuai Kebutuhan
Jamkes
Mendptkn Diklat
Nyaman bekerja
Mendpt pendampingan
Kesempatan sama
Rerata
2,22
2,37
2,31
2,11
1,90
2,00
2,59
2,46
2,13
2,23
Indikator Hak Mendapatkan Kondisi Kerja yang Adil dan Baik
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....
399
Gambar 7. Indikator Hak Mendapatkan Kondisi Kerja yang Adil dan Baik.
Secara keseluruhan nilai rerata indeks jawaban responden terhadap hak
mendapatkan kondisi kerja yang adil dan baikadalah sebesar 54,18 % atau ada di kisaran
angka 2,23. Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah merasakan manfaat dari
keberadaan program Sabajuhut ini. Namun, ada hal yang dirasa masih kurang yaitu
perlindungan kesehatan di tempat bekerja dan ketidaksesuaian upah yang diperoleh untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum yang layak.
Indikator Hak Kondisi Kerja yang Adil dan Baik yang paling tinggi adalah
kenyamanan dalam bekerja dengan skor 2,59 (indeks jawaban 64,79 %) dan yang paling
rendah nilainya adalah perlindungan atau jaminan kesehatan dengan skor 1,90 (indeks
jawaban 32,91 %).
Indikator yang memiliki nilai di atas rata – rata selain kenyamanan dalam bekerja
adalah bekerja mendapatkan hak sebagaimana pekerja lainnya 2,37 (indeks jawaban 59,18 %)
dan dalam bekerja mendapatkan upah atau hasil yang layak 2,31 (57,65%), meskipun jika
dilihat dari hasil survei belum mampu memenuhi kebutuhan minimal hidup mereka. Terkait
upaya mengembangkan usaha yang sedang dijalankannya, warga sudah memperoleh
pendampingandari instansi pemerintah terkait skor 2,46 (indeks jawaban 61,48 %).
Indikator Hak Mendapatkan Kondisi Kerja yang Adil dan Baik yang memiliki nilai di
bawah rata- rata selain perlindungan atau jaminan kesehatan selama melakukan pekerjaan
adalah penghasilan yang meningkat sesuai dengan harapan 2,22 (indeks jawaban 55,61 %)
namun,upah/penghasilan yang didapatkan tidak sesuai dengan kebutuhan minimum hidup
layak saat ini 2,11 (indeks jawaban 52,81 %). Terkait pendampingan warga mengharapkan
juga dari pemerintah atau instansi terkait untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan
tentang cara beternak yang baik 2,00 (indeks jawaban 50 %)dan memperoleh kesempatan
yang sama dengan orang lain dalam meningkatkan usaha 2,13 (indeks jawaban 53,19 %).
Secara umum program SIDa Sabajuhut yang digulirkan oleh pemerintah sudah bisa
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Juhut. Hal ini terlihat dari
kelima hak ekonomi yang diamati dalam kajian ini yaitu Hak Bekerja, Hak Berkelompok,
Hak Penghidupan yang layak, Hak mendapatkan Jaminan Sosial, dan Hak untuk
mendapatkan kondisi kerja yang adil dan baik. Hak untuk mendapatkan Jaminan Sosial
memperoleh penilaian yang paling tinggi, namun hak masyarakat untuk memperoleh
penghidupan yang layak dinilai paling rendah oleh responden.
Jika dilihat dari rata – rata keseluruhan hak ekonomi yang dinilai oleh masyarakat
Juhut yang sebesar 2,42, maka terdapat dua hak ekonomi yang nilainya berada di bawah
rata – rata yaitu Hak Penghidupan yang Layak (2,18) dan Hak untuk Mendapatkan Kondisi
Kerja yang Adil dan Baik (2,23). Hal ini berarti bahwa masyarakat Kelurahan Juhut
memang pada kenyataannya memperoleh tambahan penghasilan dengan adanya program
SABA Juhut, namun penghasilan tersebut belum mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang layak bagi seluruh anggota keluarga. Selain itu masyarakat juga tidak memperoleh
jaminan terhadap kesehatannya ketika mereka mengikuti program yang digulirkan oleh
pemerintah.
Dalam masalah hak bekerja, masyarakat menilai bahwa program yang digulirkan
sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki (penilaian tertinggi). Namun, pengetahuan
dan pemahaman masyarakat tentang keberadaandan maksud dari program SABA Juhut dari
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....
400
aparat pemerintah masih kurang (penilaian terendah). Dalam masalah hak berkelompok,
masyarakat menilai bahwa mereka bisa dengan bebas masuk ke dalam kelompok tani yang
sudah ada (penilaian tertinggi). Namun, pada kenyataannya belum semua masyarakat Juhut
bergabung ke dalam kelompok tani yang sudah dibuat sebelumnya (penilaian terendah).
Dalam masalah Hak Penghidupan yang Layak, masyarakat di Kelurahan Juhut telah
tinggal di rumah yang dimiliki oleh mereka sendiri (penilaian tertinggi). Namun, untuk
masalah rekreasi mereka menilai masih kurang (penilaian terendah). Dalam masalah hak
jaminan sosial, masyarakat menilai bahwa program jaminan sosial harus terus dilanjutkan
diharapkan ke depannya, pemerintah membuat program jaminan sosial yang baru (penilaian
tertinggi). Sementara itu sosialisasi tentang jaminan sosial yang diberikan oleh pemerintah
dirasa masih kurang (penilaian terendah). Hak ekonomi yang terakhir adalah masalah hak
mendapatkan kondisi kerja yang adil dan baik, masyarakat menilai bahwa mereka memiliki
kenyamanan dalam bekerja tanpa ada tekanan dari pihak lain (penilaian tertinggi). Namun,
untuk perlindungan kesehatan ketika ambil bagian dalam program ini dinilai masih kurang
(penilaian terendah).
Jika dilihat dari indikator hak mendapatkan kondisi kerja yang adil dan baik, maka
terdapat kenaikan pendapatan bagi masyarakat Juhut. Namun jika melihat indikator dalam
hak berpenghidupan yang layak maka program ini belum mampu memenuhi kebutuhan
minimal hidup yang layak bagi seluruh anggota keluarga. Sehingga masyarakat Juhut masih
jarang yang bisa menyekolahkan anak-anaknya ke tingkat perguruan tinggi.
Dari observasi di lapangan menunjukkan bahwa adanya sumber penghasilan baru
ataupun tambahan penghasilan dari sisi pendapatan yang diperoleh masyarakat Juhut dengan
adanya program Sabajuhut. Hasil ini bersesuaian dengan teori dan penelitian sebelumnya
yang dikemukakan oleh M. Siarudin dan Yamin Mile (2005) yang menunjukkan bahwa
sentra produksi domba mampu memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat yang
menjadi peternaknya (Sumber online tersedia di: http://www.dbriptek.lipi.go.id, Diunduh
pada tanggal 18 September 2015 pukul 3.40 WIB ). Sedangkan rujukan teori menurut
Sukirno (2006:47) mengemukakan bahwa pendapatan adalah jumlah penghasilan yang
diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian,
mingguan, bulanan ataupun tahunan. Pendapatan merupakan penghasilan yang diterima
karena warga melakukan pekerjaan atau aktifitas yang berkaitan langsung atau tidak langsung
dengan program Sabajuhut. Namun demikian, jumlah pendapatan yang diperoleh oleh
masyarakat Juhut masih didominasi oleh masyarakat yang berpenghasilan Rp 750.000 sampai
dengan Rp 1.500.000 (46,94 %). Jumlah penghasilan per bulan masyarakat ini masih berada
di bawah Upah Minimum Provinsi (UMP) Banten yaitu sebesar Rp 2.200.000 per bulannya.
Dengan digulirkannya program SIDa Sabajuhut maka masyarakat memiliki
kesempatan untuk bekerja, kemudahan memperoleh pekerjaan, dan memanfaatkannya untuk
membuka usaha sendiri yang berkaitan dengan program tersebut. Jenis pekerjaan/wirausaha
yang dilakukan oleh masyarakat setempat ada yang langsung berhubungan ataupun tidak
dengan program Sabajuhut. Kesempatan berwirausaha yang ada setelah adanya program ini
dapat mengurangi tingkat pengangguran atau dapat menambah penghasilan masyarakat Juhut
itu sendiri. Namun demikian, dari 196 warga yang menjadi responden hanya terdapat 76
responden yang memiliki usaha ternak domba secara langsung (38,77%), sedangkan sisanya
bekerja atau berwirausaha di bidang yang tidak langsung berhubungan dengan peternakan
domba seperti menanam Talas Beneng dan menyediakan home stay bagi wisatawan yang
berkunjung ke Juhut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian pada bab sebelumnya, Hak ekonomi
masyarakat Kelurahan Juhut yang terdiri dari Hak Bekerja, Hak Berkelompok, Hak
Penghidupan yang layak, Hak mendapatkan jaminan sosial, dan Hak mendapatkan Kondisi
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah.....
401
kerja yang adil dan baik, dinilai baik oleh masyarakat Juhut hal ini dapat dilihat dari data (
rerata 2.42) hal ini menunjukkan bahwa program SIDa Sabajuhut cukup berpengaruh
terhadap perekonomian warga masyarakat. Hak Mendapatkan Jaminan Sosial memperoleh
penilaian tertinggi dibandingkan dengan hak ekonomi lainnya, sedangkan Hak untuk
Memperoleh Penghidupan yang layak dinilai paling rendah oleh responden. Pengetahuan
dan pemahaman masyarakat Juhut terhadap Program SIDa Sabajuhut masih terbatas karena
kurangnya sosialisasi dari Pemerintah yang meluncurkan program tersebut. Program SABA
Juhut mampu menambah penghasilan masyarakat namun belum mampu memenuhi
kebutuhan hidup seluruh anggota keluarga. Akan tetapi di sisi lain Program Sabajuhut
memberi kesempatan bekerja yang luas dan membuka lahan untuk berwirausaha yang
berkaitan langsung atau tidak langsung dengan Sabajuhut.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka, Provinsi Banten, dalam hal pemberian
bantuan hendaknya didasarkan pada kebutuhan real yang diperlukan oleh masyarakat
setempat, oleh karena itu diperlukan analisis kebutuhan (need assessment) atau survey
lapangan sebelumnya. Sehingga setiap kebijakan dapat diterima dan tepat sasaran
berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat. Pemerintah Kabupaten Pandeglang,
hendaknya melakukan pendampingan secara intensif terhadap bantuan yang diberikan dari
Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Pusat agar program yang telah dicanangkan dapat
berjalan dengan baik. Selain itu Pemerintah setempat juga dapat menggandeng Masyarakat
untuk secara aktif dilibatkan di dalam perumusan program bantuan pemerintah
(Provinsi/Kab-Kota) kepada masyarakat (partisipatif) pendekatannya bisa dilakukan dengan
metode penyerapan aspirasi dari bawah (bottom up). Seluruh Stakeholder terkait perlu
komunikasi, koordinasi, dan singkronisasi program dari berbagai instansi Pemerintah
(Provinsi/Kab-Kota/swasta/BUMN/BUMD) termasuk penguatan regulasi (Perda dari
Pemprop) agar program SIDa SABA Juhut dapat berhasil dengan optimal sehingga
masyarakat Juhut dapat meningkatkan taraf hidupnya lebih layak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman. Arief, 1996, Teori Negara: Negara, Kekuasaan dan Ideologi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Budiarto, M. Sofyan. 2015. Identifikasi Berbagai Permasalahan dan Pemangku
Kepentingan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal. Jurnal Inovasi Vol.12 No 3,
Hal : 170-177.
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Eide. Asbjorn, 2001, Hak Atas Standar Hidup yang Layak Termasuk Hak Pangan, dalam
Hak Ekonomi, Sosial, Budaya, Esai-esai Pilihan Buku 2. Jakarta: Elsam.
Eugene P. Devorin dan Robert H. Simmons. (penerjemah Sudarmaji), 2000, Dari Amoral
sampai Birokrasi Humanisme. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Fakih, Mansour, 2001, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta:
Penerbit Insist Press bekerja sama dengan Pustaka Pelajar.
Frans Ceunfin, SVD, (editor) , 2004, Hak-hak Asasi Manusia, Pendasaran dalam Filsafat
Hukum dan Filsafat Politik, Mumere: Penerbit Lidalero.
Fuad, dan Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : GRAHA
ILMU.
Mahfud MD, 2006, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, Jakarta: LP3ES.
Madung. Otto Gusti, 2009 Politik Antara Legalitas dan Moralitas. Maumere: Penerbit
Lidalero.
Dampak Pengembangan Lokus Sistem Inovasi Daerah....
402
Moleong, J. Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Miles, Mathew dan Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif (Buku
SumberTentang Metode-metode Baru). Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Nugroho, R. 2012. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta:
Gramedia.
Parson, W. 2008. Public Policy, Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta:
Prenada Media Group.
Poerwadarminta, 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta. Soekarno
SD. 2003. Public Policy. Surabaya: Airlangga University Press.
Soedjatmoko, 1984, Pembangunan dan Kebebasan. Jakarta: LP3ES
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dan R dan D. Bandung:
ALFABETA.
Suharto, E. 2007. Kebijakan Sosial sebagai Kebijkan Publik. Bandung: Alfabeta.
Tanya. Bernard L, 2011, Penegakan Hukum dalam Terang Etika. Yogyakarta: Genta
Publishing.