Upload
trinhtram
View
233
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
DAMPAK PENYULUHAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN BERBASIS
KELOMPOK TERHADAP RESIDEN DALAM PEMULIHAN KETERGANTUNGAN
NARKOBA DI BALAI BESAR REHABILITASI BNN LIDO BOGOR JAWA BARAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Mela Silviana M.
NIM 1110052000016
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
ABSTRAK
MELA SILVIANA M.
Dampak Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis Kelompok Terhadap
Residen Dalam Pemulihan Ketergantungan Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido
Bogor Jawa Barat.
Penyuluhan agama Islam merupakan bentuk kegiatan atau penyampaian pesan bagi
masyarakat mengenai prinsip-prinsip dan etika nilai keberagamaan yang baik. Hasil dari
penyuluhan agama pada hakikatnya ialah terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki
pemahaman mengenai agamanya secara memadai yang ditunjukan melalui pengalamannya yang
penuh komitmen dan konsistensi seraya disertai wawasan multikultur untuk mewujudkan tatanan
kehidupan yang harmonis dan saling menghargai satu sama lain.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif
dengan analisa SWOT, yaitu informasi yang dikumpulkan dideskripsikan berdasarkan ungkapan,
cara berpikir, pandangan, dan interprestasi para informan. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar
Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa barat.
Salah satu bentuk penyuluhan agama Islam adalah bimbingan agama Islam dengan
pendekatan kelompok, yaitu adanya unit religi. Hasil penelitian ini adalah terbukti adanya
dampak bimbingan. Dampak bimbingan agama Islam terhadap residen dengan pendekatan
berbasis kelompok adalah sekitar 80 % residen sudah merasa sehat secara fisik, mental spiritual,
psikis dan sosial. Beberapa masih kembali ke proses rehabilitasi karena masih menggunakan
narkoba. Penulis berkesimpulan bahwa adanya faktor dukungan sosial ketika kembali ke
masyarakat penting diperhatikan pasca rehabilitasi, karena itu peneliti menyarankan bimbingan
penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok lebih ditekankan pada aspek
bagaimana residen mampu beradaptasi pada tantangan hidup dan lingkungan sosial yang ada di
masyarakat. Program Family Outing menjadi alternatif penanganan residen dalam penguatan
ketahanan sosial dalam kehidupan sosial residen.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Segala puji kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam atas segala limpahan
taufik dan hidayahnya. Shalawat serta salam bagi baginda Nabi Muhammad
SAW, sebagai suri tauladan umat manusia.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil penelitian pada residen
di Balai Besar Rehabilitasi BNN dengan judul “DAMPAK PENYULUHAN
AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN BERBASIS KELOMPOK
TERHADAP RESIDEN DALAM PEMULIHAN KETERGANTUNGAN
NARKOBA DI BALAI BESAR REHABILITASI BNN LIDO BOGOR
JAWA BARAT”. Banyak hambatan selama melakukan penyusunan skripsi ini,
namun dengan dorongan dan motivasi akhirnya bisa terselasikan.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis pantas mengucapkan terimaksih
sebanyak-banyaknya kepada :
1. Allah SWT
2. Kedua orang tua penulis, yang terus memberi semangat dalam penyusunan
skripsi serta selalu memberi doa dengan tulus demi kelancaran penelitian
dan penulisan.
3. Kakakku Lucky Indra Gunawan, Adik-adikku Nenden Sri Arnida dan
Anita Indah Ritaningrum yang telah mendukung serta memberi motivasi
kepada penulis.
ii
4. Bapak DR. Arief Subhan, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dra. Rini L. Prihatini, M.Si. Selaku ketua jurusan prodi Bimbingan
dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Sekertaris jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Bpk. Drs. Sugiharto,
MA. Yang membantu secara administratif sehingga memperlancar proses
penyusunan skripsi.
7. Kholis Ridho, M.Si Selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah banyak
membantu, meluangkan waktu dan memberikan arahan dalam penyusunan
skripsi.
8. Bapak Solihun, Mbak Tuti, Ustadz Jajang dan Ustadzah Musciner dan
semua pihak Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat yang
telah memberikan izin dan banyak membantu penulis dalam penelitian
sehingga berjalan dengan baik dan lancar.
9. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dorongan dan
motivasi, Haula Sofiana, Sabatini Ayu Sentani, Ismail Siregar, Juariyah,
Eka Fitri Yana, Deuis Nur Aprianti, Sri Mulyanti, Ida Handayani, Nurul
Fatimah, dan teman-teman yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan
satu-persatu.
Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis
mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan yang
terbaik untuk kita semua.
iii
Akhir kata, penulis menyadari penelitian skripsi ini jauh dari kata
sempurna, namun harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca pada umumnya dan khususnya bagi segenap keluarga besar
jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 21 April 2014
Mela Silviana M.
NIM. 1110052000016
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………....... i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….... ii
DAFTAR ISI………………………………………………………...……..….. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……...………………………........... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah……………………………... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…......…………………...…..11
D. Metodologi Penelitian…..…………………………………... 12
a. Pendekatan Penelitian…………………………………... 12
b. Ruang Lingkup Penelitian……………………………… 13
c. Teknik Pengumpulan Data………………………………14
d. Sumber Data……………………………………………..16
e. Teknik Analisa Data……………………………………..16
f. Teknik Penulisan………………………………………....17
E. Tinjauan Pustaka...………………………………………….. 17
F. Sistematika Penulisan……………………………………….. 18
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................. 20
A. Pengertian Dampak………………………………………….. 20
v
B. Penyuluhan Agama Islam Pendekatan Berbasis Kelompok…..20
1. Pengertian Penyuluhan…………………….………….... 20
2. Fungsi dan Tujuan Penyuluhan.....…………..…………..23
3. Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Kelompok
………………………………………………………..….24
C. Ketergantungan Narkoba......………………………………. 29
1. Pengertian Narkoba…………………………………….. 29
2. Dampak Penggunaan Narkoba…………………………..33
3. Ketergantungan Narkoba………………..……………....34
Rehabilitasi………………..………………………………....35
1. Pengertian Rehabilitasi...………………………………...35
2. Model-Model Pelayanan Rehabilitasi............................... 36
3. Tahap-Tahap Rehabilitasi................................................. 39
4. Sehat dan Bebas Kecanduan............................................. 41
BAB III GAMBARAN UMUM BALAI BESAR REHABILITASI BNN
LIDO BOGOR JAWA BARAT.
A. Sejarah BNN Lido Bogor Jawa Barat……….........…...........49
B. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam Berbasis Kelompok di
Balai Besar Rehabilitasi BNN.
……………........................................................................... 55
C. Deskripsi Penyuluh Agama Islam di Balai Besar Rehabilitasi
BNN Lido Bogor Jawa Barat.........………………………… 58
D. Deskripsi Residen…...............................................................59
vi
E. Visi dan Misi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa
Barat ……………………………...........................................59
F. Dasar Hukum, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
…………….………………………....................................... 60
G. Sumber Daya…..…………………….................................... 60
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA
A. Deskripsi Informan...........................................................…..63
B. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan
Berbasis Kelompok di BNN………………………………....71
C. Hasil Penelitian……………………………............................74
1. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan
Berbasis Kelompok (religious session)……………..…....74
2. Dampak Penyuluhan Agama Islam Terhadap Residen
Dengan Pendekatan Berbasis Kelompok Pada Pemulihan
Ketergantungan Narkoba……………………………......80
3. Analisa SWOT pada lembaga yakni Strengths
(kekuatan),Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang)
dan Threats (ancaman)…………………………………...94
a. Analisa Sumber Daya………………………………..94
b. Analisa SWOT……………………………………….97
c. Pemilihan Strategi…………………………………..103
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………105
B. Saran………………………………………………………..106
vii
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 107
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman prasejarah umat manusia telah menggunakan berbagai
zat dengan harapan akan mengurangi rasa sakit fisik atau mengubah
kondisi kesadaran. Hampir seluruh manusia telah menemukan semacam
zat beracun yang memengaruhi sistem syaraf pusat, menghilangkan
penderitaan fisik dan mental atau menghasilkan euphoria. Terlepas dari
konsekuensi mengkonsumsi zat-zat semacam itu yang sering kali sangat
merusak, namun biasa efek awal itu menyenangkan, suatu faktor yang
mungkin menjadi akar penyalahgunaan zat. 1
Zat bertujuan baik untuk pengobatan jika digunakan secara benar
dan sesuai dengan kebutuhan. Penyalahgunaan obat-obatan akan menjadi
hal yang sangat serius jika digunakan untuk keperluan ilegal, misal untuk
penenang secara berulang-ulang dan menyebabkan ketergantungan.
Ketergantungan inilah menimbulkan banyak kerugian baik bagi diri
sendiri maupun orang lain. Bagi diri sendiri orang yang mengalami
ketergantungan merusak aktivitas dan gagal dalam memenuhi tanggung
jawabnya, untuk orang lain biasanya timbul kriminalitas. 2
Ketergantungan narkoba atau ketergantungan zat (substance
defence) merupakan tipe gangguan penggunaan obat yang lebih parah
1 Gerald C. Davidson,dkk. Psikologi Abnormal. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
2006). h 498 2 Ibid., h 499
2
dimana penyalahgunaan diasosiasikan dengan tanda-tanda fisiologis
ketergantungan (toleransi atau gejala putus zat) atau penggunaan komflusif
dari suatu zat.3 Penggunaan secara komflusif disini ialah penggunaan yang
dilakukan secara berulang-ulang atau tidak dapat dikendalikan meskipun
pemakain sadar akan resiko-resiko yang akan diperoleh jika
mengkonsumsi obat-obatan dalam jumlah yang besar. 4
Meskipun jalan ketergantungan obat bervariasi setiap orangnya,
namun ada beberapa pola yang umum dapat digambarkan melalui tahapan
eksperimentasi dan penggunaan rutin. Eksperimentasi atau penggunaan
berkala, secara sementara membuat penggunanya merasa nyaman, bahkan
euforik. Pengguna merasa terkendali dan yakin mereka dapat berhenti
kapanpun. Penggunaan rutin, orang mulai mengatur hidup mereka seputar
mendapatkan dan menggunakan obat. Nilai-nilai berubah, apa yang
sebelumnya penting menjadi tidak penting, seperti keluarga dan pekerjaan,
menjadi kurang penting dibandingkan narkoba. 5
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat / bahan
berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang
merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif.
Narkoba dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yakni:6
3 Jeffrey s. Nevid,dkk. Abnormal Psychology in Changing World (Psikologi Abnormal).
(Jakarta : Penerbit Erlangga. 2005). h 5. 4 Ibid,.h 6
5 Ibid.,h 8.
6http://www.babesrehab-bnn.info/index.php/rehabilitasi/item/27-narkoba diakses 11-30-
2013 pukul 21 45 wib
3
Halusinogen, yaitu efek dari narkoba bisa mengakibatkan seseorang
menjadi ber-halusinasi dengan melihat suatu hal / benda yang sebenarnya
tidak ada / tidak nyata bila dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu
contohnya kokain & LSD. Stimulan, yaitu efek dari narkoba yang bisa
mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak lebih cepat dari
biasanya sehingga mengakibatkan penggunanya lebih bertenaga serta
cenderung membuatnya lebih senang dan gembira untuk sementara
waktu.7
Depresan, yaitu efek dari narkoba yang bisa menekan sistem syaraf
pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai
merasa tenang bahkan tertidur dan tidak sadarkan diri contohnya heroin /
putaw. Adiktif, yaitu efek dari narkoba yang menimbulkan kecanduan.
Seseorang yang sudah mengonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan
ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang
cenderung bersifat pasif, karena secara tidak langsung narkoba
memutuskan syaraf-syaraf dalam otak. Contohnya: ganja, heroin, dan
putaw.8
Narkoba adalah zat yang berasal dari tumbuhan dan bukan
tumbuhan, sementara Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa
7 Jeffrey s. Nevid,dkk. Abnormal Psychology in Changing World (Psikologi Abnormal).
h.5. 8 Ibid.,
4
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan 9(Undang-Undang No. 35
tahun 2009). Beberapa jenis dari narkoba seperti ganja, kokain, opium
dll, merupakan tanaman yang yang tumbuh di beberapa negara termasuk
di Indonesia. Ganja di Aceh misalnya digunakan untuk berbagai keperluan
sehari-hari seperti untuk makanan,rokok, campuran kopi dan selebihnya di
jual ke luar Aceh.
Selain ganja ada pula Opium, Opium biasa disebut dengan poppy.
Opium merupakan tanaman sejenis bunga yang memilki getah yang
berwarna putih, dimana getah ini yang dikumpulkan dan diproses menjadi
candu/bahan narkotika seperti heroin, sabu-sabu. Narkotika dari jenis
opium ini memeliki efek seperti hilangnya rasa sakit, cemas, memberikan
rasa nyaman yang esktrim, halusinasi dan lain-lain. Tanaman Erythoxyion
merupakan tanaman nartkotika jenis kokain, heroin dan sebagainya. 10
Kokain diperoleh dari daun tanaman coca yang banyak tumbuh di
amerika selatan, kemudian diproses menjadi kokain dalam bentuk serbuk
putih, kristal dll. Kokain memilki efek euforia yang sangat tinggi, rasa
senang yang berlebihan, ganguan saraf, mental, kesehatan dan banyak lagi
apabila dikomsumsi secara ilegal dan berlebihan. Adapun dari tanaman
lain seperti Khat, Magic mashroom, ma huang dan tembakau.11
9 Tulisan diatas diperoleh dari undang-undang online, lengkap lihat website:
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4af3b7f6cf607/nprt/1060/uu-no-35-tahun-2009-
narkotika diakses pada tanggal 1 Mei 2014 pukul 18.20 WIB. 10
“Ladang Opium” SINAR ,edisi Desember 2013 . Mengulas bahwa ada beberapa negara
menjadikan opium sebagai pendapatan bagi penduduknya, contohnya di Afganisthan, dan wilayah
pegunungan di Asia Tengah , serta negara-negara di Asia Tengah. 11
“Ladang Opium” SINAR ,edisi Desember 2013 . Kokain banyak di budidayakan di
daerah amerika. Kokain dan opium merupakan narkotika alami yang awalnya digunakan sebagai
5
Selain sebagai kebutuhan, terdapat pula alasan orang-orang
mengkonsumsi narkoba sebagai bagian dari gaya hidupnya, mulai dari
terpengaruh pergaulan, life style hingga peredam rasa stress.12
Sayangnya
narkoba mampu menimbulkan rasa kecanduan. Mungkin Narkoba mampu
meredam stress untuk sementara waktu, tapi melatih seseorang untuk
mencegah situasi ketagihan lagi. Narkoba membuat orang ketergantungan
bukan membebaskan.13
Kasus penyalahgunaan obat-obatan ini menyerang semua lapisan
masyarakat, bahkan sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian orang. Anak
muda dianggap sebagai kaum yang paling rentan terjerumus dalam
penyalahgunaan narkoba, dimana masa ini keingintahuan akan sesuatu hal
cukup besar. Anak muda cenderung ingin mengubah mood negative
menjadi mood positive, meskipun pada akhirnya menimbulkan efek
samping penurunan kognisi dan penurunan daya tahan tubuh (imunitas). 14
Penyalahgunaan narkoba tidak terlepas dari oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab, sehingga kita perlu waspada akan bahaya narkoba
disekitar kita. Untuk itu penanaman agama dan perlindungan dari keluarga
sangat dibutuhkan untuk mencegah narkoba di masyarakat. 15
pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit maka disebut “candu”, ketika zaman modern
mengalami perubahan fungsi sebagai bagian dari gaya hidup (life style). 12
Hasil observasi lapangan di Balai Besar Rehabilitsi BNN 12 Febuari 2014. 13
Soraya Susan Behbehani. Fit from Within( sehat dan Smart Tanpa Obat). (Jakarta: PT.
Serambi Ilmu Semesta. 1999). Hal 55. 14
Ibid., 15
Ibid., h 56
6
Penyalahgunaan narkotika mendorong adanya peredaran gelap
yang makin meluas dan berdimensi internasional.16
Oleh karena itu
diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan narkotika dan upaya
pemberantasan peredaran gelap mengingat kemajuan
perkembangankomunikasi, informasi dan transportasi dalam era
globalisasi saat ini. 17
Hal utama dalam menghentikan ketergantungan obat adalah
dengan cara detoksifikasi atau menghentikan pengkonsumsian obat yang
menimbulkan kecanduan. Biasanya proses ini disebut dengan proses
rehabilitasi. Dalam perjalanan rehabiltasi seringkali mengalami kegagalan
meski telah ditempuh dengan berbagai metode, termasuk terapi biologis
dan psikologis. Terapi biologis terkait dengan pemberian obat-obatan
seperti metadon, sedangkan terapi psikologis yakni pasien menerima
penanganan kognitif belajar cara menghindari berbagai situasi yang
berisiko. 18
Rehabilitasi berarti pemulihan kapasitas fisik dan mental kepada
kondisi / keadaan sebelumnya. Bagi seorang penyalahguna atau pecandu
narkoba, rehabilitasi merupakan sebuah proses yang harus dijalani dalam
16
“Ladang Opium”,SINAR. Desember 2013 17
Lydia Harlina Marton. Membantu Pecandu Narkoba dan Keluarga.( Jakarta: Balai
Pustaka,2006) hal 1. 18
Gerald C. Davidson,dkk. Psikologi Abnormal. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
2006.) Hal. 558
7
rangka full recovery (pemulihan sepenuhnya), untuk hidup normatif,
mandiri dan produktif di masyarakat.19
Dalam proses rehabilitasi ini terdapat pemulihan jiwa yang
dilakukan sebagai kegiatan penyuluhan agama. Ia adalah salahsatu bentuk
diskusi tentang problema yang bersifat emosional, dilakukan oleh orang-
orang yang terlatih melakukan tugas membuat hubungan teknis dengan
tersuluh. Ia berusaha menghilangkan , mengubah dan menunda gejolak
tertentu, untuk mengubah pola tingkah laku lahir. Oleh karena itu semua
macam kegiatan yang mengarah kepada pencapaian tujuan tersebut
mungkin diantaranya: Reduksi ( pendidikan ulang ), bantuan, bimbingan
dan penyuluhan. 20
Pada kegiatan rehabilitasi telah dilakukan beberapa rangkaian
kegiatan pemulihan oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN berupa kegiatan
pemulihan secara keseluruhan atau disebut dengan full recovery, dengan
proses awal yakni pemeriksaan medis kemudian rehabilitasi sosial dan
tahapan bina lanjut.21
Menurut penulis problem ketergantungan obat ini menimbulkan
berbagai banyak masalah, sehingga pecandu atau pengguna harus
direhabilitasi untuk disembuhkan kembali kesedia kala demi mengubah
kehidupan yang lebih baik lagi. Namun nyatanya proses perubahan
19
Tulisan diatas diperoleh dari website resmi Balai Besar Rehabilitasi BNN, lengkap
website lihat di http://www.babesrehab-bnn.info/index.php/rehabilitasi diakses 11/30/2013 pukul
22.23 wib 20
Prof. DR. Musthafa Fahmi. Kesehatan Jiwa dalam keluarga, Sekolah dan Masyarakat.
(Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.1977).hal 65 21
Hasil obeservasi lapangan di Balai Besar Rehabilitasi BNN, 12 Febuari 2014.
8
perilaku ini tidak semudah apa yang direncanakan, kadang praktiknya
tidak semulus itu. Untuk itu diperlukan intervensi-intervensi pada pasien
rehabilitasi narkoba salah satunya intervensi penyuluhan agama.
Dari rangkaian kegiatan penyuluhan agama, ada kegiatan yang
disebut dengan Pengobatan dengan bantuan (Supportive Theraphy).
Kegiatan tambahan yang memberikan keseimbangan pada residen (yang
sedang mengalami kecanduan obat). Dimaksudkan sebagai media
pengobatan untuk mengurangi gejala-gejalanya melalui pembinaan
kembali kepribadiannya salah satunya dengan penyuluhan agama Islam
pendekatan berbasis kelompok, kegiatan bimbingan agama merupakan
rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN.22
Kegiatan pengobatan bantuan atau Supportive Theraphy
diantaranya menggunakan metoda pendekatan berbasis kelompok yang
termasuk dalam rangkaian kegiatan penyuluhan agama Islam. Salah satu
pendekatan tersebut mempunyai peranan penting dalam mengatasi
persoalan orang, terutama dalam mengubah kepribadian orang.
Diharapkan melalui penyuluhan agama Islam menggunakan pendekatan
berbasisi kelompok ini mampu menguatkan satu sama lain, mampu
bekerja sama antar residen dan juga diharapkan residen melatih jiwa sosial
serta interaksi antar individu.
Menurut hemat penulis pendekatan melalui penyuluhan agama
Islam dalam pemulihan ketergantungan narkoba ini merujuk pada kegiatan
22
Wawancara kepala bimbingan dan Penyuluhan Balai Besar Rehabilitasi BNN, bapak
Solihun.
9
yang bersifat spiritual, karena hubungan spiritual pada diri seseorang
sangat esensial. Seseorang disadarkan akan sisi spritualnya, merasakan
kehadiran Tuhan, bahwa Tuhan itu ada dan hadir dalam diri setiap
seseorang. Seseorang mengalami kehadiran Tuhan sebagaimana orang
menemukan akses penyembuhan dari dalam batin. Penyuluhan agama
Islam menyentuh sisi keimanan, ketaatan, kepasrahan sebagai umat yang
beragama (memiliki Tuhan). Pemulihan inilah yang membangkitkan kasih
sayang pada diri sendiri maupun orang lain. 23
Tugas seorang pembimbing agama yakni memberikan pesan bagi
masyarakat mengenai prinsip-prinsip dan etika nilai keberagamaan yang
baik dengan tujuan terciptanya perubahan perilaku. Proses rehabilitasi
seperti yang telah dipaparkan di atas adalah bentuk intervensi yang telah
dijalankan oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN, tidak terlepas dari salahsatu
intervensi agama yang dikemas dalam bentuk BIMTAL (Bimbingan
Mental) yang dilakukan oleh para pembimbing untuk melakukan proses
penyuluhan agama. Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti rangkaian
penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok yang
dilakukan dalam proses pemulihan ketergantungan obat untuk tercapainya
kepribadian residen yang sehat, karena tidak dapat dipungkiri agama
sangat penting dalam pembentukan diri karena agama mengajarkan
kebaikan. 24
23
Isep Zainal Arifin. Bimbingan Penyuluhan Islam: Pengembangan Dakwah Melalui
Psikoterapi Islam. (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2009)h. 59. 24
Ibid., h.2
10
Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
dalam bentuk skripsi dengan judul “DAMPAK PENYULUHAN
AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN BERBASIS
KELOMPOK TERHADAP RESIDEN DALAM PEMULIHAN
KETERGANTUNGAN NARKOBA DI BALAI BESAR
REHABILITASI BNN LIDO BOGOR JAWA BARAT ”. Pada proses
pemulihan ketergantungan Narkoba ini, penulis ingin mengetahui
bagaimana dampak kegiatan penyuluhan agama Islam dengan
pendekatan berbasis kelompok pada residen yang ada di Balai Besar
Rehabilitasi BNN.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis
membatasi masalah hanya pada Dampak Kegiatan penyuluhan agama
Islam Dengan Pendekatan Berbasis Kelompok Terhadap Residen
Dalam Pemulihan Ketergantungan Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi
BNN Lido Bogor Jawa Barat.
Penelitian ini hanya membatasi pada dampak dari kegiatan
penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok,
kegiatan tersebut fokus pada masalah kegiatan penyuluhan agama
dalam pemulihan ketergantungan narkoba bagi residen di Balai Besar
Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat.
11
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah :
a. Bagaimana kegiatan rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN
Lido Jawa Barat?
b. Apa dampak penyuluhan agama Islam dengan berbasis pendekatan
kelompok yang diberikan setelah rehabilitasi untuk perbaikan
residen?
c. Bagaimana pengembangan layanan penyuluhan agama Islam
dengan pendekatan berbasis kelompok untuk perbaikan residen?
C. Tujuan dan manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahuai apa saja kegiatan penyuluhan agama Islam
dengan pendekatan berbasis kelompok dalam rehabilitasi yang
dijalankan oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN.
b. Untuk menggambarkan dan menganalisa apa dampak penyuluhan
agama Islam dengan berbasis pendekatan kelompok yang diberikan
setelah rehabilitasi untuk perbaikan residen.
c. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan layanan penyuluhan
agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok untuk
perbaikan residen.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian secara akademis atau teoritis diharapkan
memberikan pengetahuan dalam proses penyuluhan agama terutama
12
dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk memperbaiki kearah
yang lebih baik, diharapkan penelitian ini diharapkan dapat memberi
kontribusi dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan untuk
dijadikan referensi. Manfaat secara empiris dalam penelitian ini
diharapkan menjadi media informasi mengenai proses rehabilitasi dan
memberi wawasan pada berbagai lapisan masyarakat mengenai
narkoba. Serta penulisan skripsi ini untuk mendapatkan gelar Sarjana
Komunikasi Islam (S.Kom.I) Pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah satu cara kerja untuk memahami objek
penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran
atau pengetahuan. Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Menurut Tailor sebagaimana dikutip oleh Lexi J. Moleong
adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa dengan kata-kata tertulis lisan dari orang dan perilaku yang
diamati. 25
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (contohnya:
Perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya) dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata yang tertulis dan bahasa, pada suatu
25 Lexy J. Moleong. Metode penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001) cet ke 15,h. 3
13
konteks khususnya yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah.26
Fakta-fakta yang ada di lapangan dan
mendeskripsikan secara sistematis, secara faktual dan akurat tentang
Dampak Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis
Kelompok Terhadap Residen Dalam Pemulihan Ketergantungan
Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat .
2. Ruang Lingkup Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Jl. raya Bogor Sukabumi, Desa
Cijeruk/ Desa Wates, Lido Sukabumi Jawa Barat. Peran peneliti
sebagai partisipan artinya peneliti adalah “orang luar” yang netral yang
telah diizinkan untuk berpartisipasi dengan tujuan untuk melakukan
pengamatan dan merekam.
Alasan penulis memilih lokasi penelitian yakni lokasi tersebut
merupakan Balai Besar Rehabilitasi sebagai pusat rehabilitasi bagi
pemulihan ketergantungan narkoba. BNN telah diketahui banyak oleh
masyarakat bahkan sebagi pusat rehabilitasi terbesar dengan
menangani banyak residen dari beberapa daerah di seluruh Indonesia.
b. Waktu Penelitian
Observasi awal dilakukan pada hari jum’at tanggal 25 November
pukul 11.00 WIB dengan mendatangi lokasi penelitian. Penelitian
26
Lexy J. Moleong. Metode penelitian Kualitatif. h.4.
14
dilaksakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan April 2014.
Penelitian ini dilakukan tiga kali dalam seminggu.
c. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah residen selaku penerima
penyuluhan agama Islam dari pembimbing agama. Penulis berupaya
melakukan penelitian ini dengan menggunakan sudut pandang orang-
orang yang menjadi sumber data primer penelitian ini, dengan
melakukan interaksi dengan subjek penelitian yang terjadi secara
alamiah dan tidak memaksa, sehingga tindakan dan cara pandang
subjek berubah.
Objek dalam penelitian ini adalah dampak penyuluhan agama
Islam dengan pendekatan berbasis kelompok yang dilakukan terhadap
residen selama proses rehabilitasi.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh terwawancara (interviewee)27
,
penulis mengadakan wawancara dengan penyuluh agama yang
merangkap sebagai pembimbing residen dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Adapun
pengertian lain mengenai wawancara yakni percakapan dengan
maksud tertentu dengan cara kontak langsung atau tatap muka untuk
27
Siharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996), h.126.
15
usaha mengumpulkan informasi, percakapan ini dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara dan terwawancara, dengan maksud antara
lain, mengkontruksi mengenai orang, kejadianm organisasi, perasaan,
dan motivasi, adapun wawancara dibedakan menjadi dua, yaitu
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. 28
b. Observasi
Observasi berasal dari kata latin, yaitu “melihat dan
memperhatikan”. Istilah observasi ini diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul , dan
mempertimbangkan hubungan antara aspek dan fenomena tersebut.
Observasi berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data
tentang suatu masalah, sehingga diperoleh suatu pemahaman atau
sebagai alat chek atau pembuktian trhadap informasi/keterangan yang
diperoleh sebelumnya.29
Adapun objek yang penulis observasi dalam penelitian ini adalah
pengamatan langsung menganai Dampak Penyuluhan Agama Islam
Dengan Pendekatan Berbasis kelompok Terhadap residen Dalam
Pemulihan Ketergantungan Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data yang melalui
peninggalan tertulis, teritama berupa arsip-arsip dan termasuk juga
buku-buku yang berkaitan dengan masalah penyelidikan atau
28
Rahayu Tri Iin, S.Psi dan Ardani Ardi Tristiandi, Observasi dan Wawancara, (Malang:
PT: Bayu Media, 2004. ) h.10 29
Rahayu Tri Iin, S.Psi dan Ardani Ardi Tristiandi, Observasi dan Wawancara. h.10.
16
penelitian. Oleh sebab itu dalam setiap penelitian tidak dapat
dilepaskan dari literatur-literatur ilmiah, sehingga kegiatan
kepustakaan ini menjadi sangat penting.
Dokumentasi adalah pengumpulan data berupa data-data tertulis,
brosur, artikel serta website dari internet sebagai data pendukung.
Termasuk semua data yang dihimpun selama melakukan penelitian
untuk mengetahui Dampak Penyuluhan Agama Dengan Pendekatan
Berbasis kelompok Terhadap Residen Dalam Pemulihan
Ketergantungan Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang berasal dari sumbernya, diperoleh
melalui wawancara mendalam, observasi, tanya jawab secara
langsung atau tatap muka dengan informan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung
seperti dokumen-dokumen dan catatan yang diambil peneliti
sebagai literatur, buku-buku maupun internet yang berhubungan
dengan masalah penelitian.
5. Teknik Analisa Data
Menurut Patton (1980), yang dimaksud dengan analisa data adalah
proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu
pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Selain itu peneliti juga
17
melakukan suatu interpretasi dan penafsiran terhadap proses analisis,
menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan di antara unsur satu
dengan lainnya dan kemudian merumuskan kontruksi teoritisnya.30
Pengelolaan data yang dilakukan dengan pendekatan deskriftif
kualitatif, yaitu menggunakan data secara verbal dan kualifikasi
bersifat teoritis. Tujuannya untuk menggambarkan dampak
penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok
terhadap residen dalam pemulihan ketergantungan narkoba di Balai
Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat. Penelitian kualitatif
ini menghasilkan transkif wawancara, catatan lapangan, gambar, dan
yang lainnya.
6. Teknik Penulisan
Penulisan ini berpedoman dan mengacu kepada buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan Oleh CeQDA, April 2007.
Cetekana ke-2 ditambah dari buku-buku yang berhubungan dengan
metode penelitian dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan suatu bagian dari penilitian yang memuat
tinjauan atas kepustakaan dalam (literature) yang berkaitan dengan topik
pembahasan, atau bahkan yang memberi inspirasi dan mendasari
30
Kaelan, M.S. Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner. (Yogyakarta:
Penerbit Paradigma, 2010) h. 162.
18
dilakukannya penelitian. 31
Setelah penulis melakukan studi pustaka maka
diperoleh tinjauan pustakannya yaitu:
1. Metode Tobat Untuk Penanganan Korban Nafza SeDalam
Pembentukan Kesalehan Individu di Yayasan Pesantren Nurul Jannah
Kebon Kopi Cikarang Utama. Oleh Nazwa Balqies.
107052002008.tahun 1432 H/ 2011 M. Penelitian ini membahas
tentang proses pembentukan kesalehan individu pada korban NAPZA
lewat metode tobat yang dilakukan di daerah Kebon Kopi Cikarang
Utama. Pembentukan kesalehan lewat metode tobat merupakan
rangkaian pemulihan ketergantungan Narkoba, yakni pendekatan
Islami yang menanamkan psikoreligius sebagai bentuk intervensi yang
dilakukan di Yayasan Pesantren Nurl Jannah.
2. Pelaksanaan Terapi Seni Dalam Pengembangan Kreativitas Pasien
NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif) di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur Jakarta Timur. Oleh Siti
Muthmainnah. 104052001996, tahun 1430 H/2009 M. Penelitian ini
menggambarkan bermacam-macam pelaksanaan terapi seni dalam
mengembangkan kreativitas pasien NAZA.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menyusun sistematikanya
kepada lima Bab dengan rincian sebagai berikut:
31
Hamid Nasuhi. Al, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)
UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: CeQDA,2007), cet ke-2,hal.20.
19
BAB I terdiri dari Latar Belakang, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori meliputi pengertian penyuluhan, fungsi dan
tujuan penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok,
pengertian narkoba, dampak penggunaan narkoba, pengertian rehabilitasi,
tahap-tahap dan model rehabilitasi.
BAB III Gambaran Umum Balai Besar Rehabilitasi BNN meliputi
Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN, Visi dan Misi BNN,
Struktur organisasi, pelayanan, program-program, sarana dan prasarana
dan proses pemulihan.
BAB IV Dampak Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan
Berbasis Kelompok Terhadap Residen Dalam Pemulihan
Ketergantungan Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN LIDO
BOGOR JAWA BARAT. Terdiri dari deskripsi informan, program
penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok di Balai
Besar Rehabilitasi BNN dan kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh
BNN.
BAB V yang terdiri dari kesimpulan dan saran
20
20
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Dampak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dampak adalah pengaruh kuat
yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif). Penyuluhan agama
Islam dengan pendekatan berbasis kelompok adalah salah satu bentuk
intervensi yang dilakukan Balai Besar Rehabilitasi BNN. Penyuluhan ini
diharapkan memberikan dampak positif terhadap residen yang sedang dalam
pemulihan ketergantungan Narkoba, terutama meningkatnya jiwa
keberagamaannya. Dengan jiwa keberagamaan yang kuat residen diharapkan
mampu kembali ke masyarakat.
B. Penyuluhan Agama Islam Pendekatan Berbasis Kelompok
1. Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang berarti “obor” atau
“pelita” atau“yang memberi terang”. Dengan penyuluhan diharapkan
terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan
dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu
dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. 1
Secara etimologi (harfiah), arti penyuluhan berasal dari bahasa
Inggris “counseling” yang mengandung arti “menerangi, menasehati”,
1 Arifin. Teori Bimbingan dan Penyuluhan. (Jakarta: ) h. 1
21
atau memberikan kejelasan kepada orang lain agar ia memahami dan
mengerti hal-hal yang sedang dialaminya.2
Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang
mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat
agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang
diharapkan. Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan
untuk orang dewasa.3
Pengertian penyuluhan secara terminologi (istilah) menurut H.
Koestur Partowisastro mengungkapkan bahwa Penyuluhan ada dalam dua
pengertian, yaitu pengertian dalam arti luas dan pengertian dalam arti
sempit. Dalam arti luas; adalah segala ikhtiar pengaruh psikologi terhadap
sesama manusia, dan dalam arti sempit merupakan suatu hubungan yang
sengaja diadakan dengan manusia lain, dengan maksud agar dengan semua
cara psikologis, kita dapat mempengaruhi beberapa fase kepribadiannya
sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sesuatu efek tertentu.4
Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu yang mempelajari sistem
dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud
perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan
dapat diartikan sebuah pendidikan nonformal diluar sistem sekolah yang
biasa, Menurut Carter V (1995), adalah merupakan proses perkembangan
2 Drs. M. Lutfi, MA., Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam.
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008) h. 8 3 Ir. Lucie Setiana, M.P. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. (Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia, 2005) h. 1. 4 M. Lutfi, MA.. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008) h.10.
19
22
pribadi, proses sosial, proses sosial, proses pengembangan keterampilan
sesuai profesi serta kegiatan bersama dalam memahami ilmu pengetahuan
yang tersusun dan dikembangkan dari masa ke masa oleh setiap generasi
bangsa.5
Penulis lebih sependapat dengan Carter V. Penyuluhan dikatakan
berhasil ketika ada perkembangan. Hal serupa dikatan oleh Rusmin
Tumanggor bahwa penyuluhan dikatakan berhasil ketika menghasilkan
kesehatan fisik, kesehatan jiwa, kesehatan spiritual dan kesehatan sosial.
Definisi lain dari penyuluhan merupakan bantuan yang diberikan
kepada orang lain dalam memecahkan problema-problema kehidupan yang
dihadapinya, sesuai dengan situasi dan keadaan klien. Supaya ia memiliki
pengertian dan kemampuan dalam menghadapi dan memecahkan
masalahnya, berdasarkan penentuan dirinya sendiri.6
Dari paparan di atas penulis menyimpulkan bahwa kegiatan
penyuluhan merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh seseorang
untuk melayani, memberikan pemecahan masalah pada tersuluh. Tujuan
penyuluhan adalah memberi penerangan untuk perubahan perilaku agar
kehidupannya lebih baik. Penyuluhan juga bisa disebut sebagai bantuan
atas problema-problema yang perlu dibantu akibat dari ketidakberdayaan
dan tingkat pengetahuan tersuluh.
5 Ibid , h. 1.
6 M. Lutfi, MA.. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam
23
2. Fungsi dan Tujuan Penyuluhan
Fungsi penyuluhan adalah memberikan pelayanan pada individu
maupun kelompok, merasakan kegunaan dari setiap program yang kita
buat untuk mereka. Penyuluhan dikatan berfungsi dengan baik jika
penyuluhan yang kita lakukan dirasakan bermanfaat bagi orang lain,
sebaliknya jika penyuluhan yang kita lakukan tidak bermanfaat bisa
dikatakan proses penyuluhan tidak mendatangkan kegunaan atau manfaat.7
Penyuluhan diterapkan melalui pengembangan fungsi-fungsi Al-
Qur’an dan hadits yang dijadikan sumber utama terutama untuk
penyuluhan Islam. Al-Qur’an membahas berbagai pemecahan
problematika kehidupan sehari-hari untuk mencapai kebahagiaan hidup. 8
Tujuan Penyuluhan dalam konteks penyuluhan agama tentu
berbeda dengan tujuan penyuluhan pertanian, untuk itu dalam tujuan
penyuluhan dilihat dari sisi penyuluhan agama memiliki tujuan 9:
a. Membantu memecahkan masalah atau problematika ummat yang
timbul dari interaksi personal dan kelompok (keluarga) dengan
pendekatan Islam.
b. Membantu dan mengatasi memecahkan masalah psikologi keluarga
dan komunitas muslim, karena adanya masalah internal yang terjadi
dalam keluarga.
7 Ibid., h. 103.
8 M. Lutfi, MA. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. h 98-99
9 Ibid.,
24
c. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental/spiritual yang
dialami oleh penyandang masalah-masalah sosial (pathologis) dan
cacat fisik pada lembaga-lembaga rehabilitasi sosial, seperti tuna netra,
ketergantungan obat zat adiktif (narkoba), Wanita Tuna Susila(WTS)
dan sebagainya.
d. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental/spiritual yang
dialami para tahanan (narapidana) di rumah tahanan (rutan) dan
lembaga permasayarakatan (lapas). Serta pembinaan mental bagi anak
jalanan (anjal), panti jompo dan masalah sosial lainnya.
e. Memberikan penyuluhan dan bimbingan pada karyawan, tenaga kerja
dan prajurit guna meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja dengan
pendekatan Islam.
3. Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Kelompok
Penyuluh agama Islam pelaksanaan tugasnya dalam pengembangan
masyarakat Islam di bidang keagamaan, sosial dan ekonomi. Indikasinya
tampak pada aktivitas pengembangan masyarakat, yang meliputi jadwal,
materi, metode dan banyaknya jumlah kehadiran para jama’ah sebagai
kelompok sasaran penyuluh. Pola pengembangan masyarakat Islam
dilakukan dengan tahapan.10
Penyuluhan itu alat dari pada bimbingan. Dengan kata lain,
bimbingan itu diberikan melalui penyuluhan. Dengan demikian,
keberhasilan bimbingan banyak ditentukan bagaimana penyuluhan itu
10
Drs. Kgs. H. M. Daud, M.Hi (Widyaswara Madya BDK Palembang), Jurnal :
Pelaksanaan Penyuluh Agama Dalam Pengembangan Masyarakat Islam di Kota Palembang.
(Palembang, 2011) h. 1.
25
dilakukan. Untuk dapat melakukan penyuluhan secara lebih terarah,
penyuluh dituntut untuk benar-benar menguasai pengetahuan dan
ketrampilan melaksanakan penyuluhan.11
Keputusan Presiden No. 87 Tahun 1999, yaitu yang menempatkan
penyuluh Dalam Keppres itu disebutkan bahwa Rumpun Keagamaan
adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya
berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep,
teori, dan metode operasional serta pelaksanaan kegiatan teknis yang
berhubungan dengan pembinaan rohani dan moral masyarakat sesuai
dengan agama yang dianutnya.12
Sasaran dalam penyuluhan agama Islam adalah umat Islam dan
masyarakat yang belum menganut salah satu agama di Indonesia yang
beraneka ragam dan latar belakang pendidikanya. Dilihat dari segi tipe
masyarakat yang ada di Indonesia dalam garis besarnya dalam tipe
golongan yaitu masyarakat pedesaan dan perkotaan dan masyarakat
cendikiawan. Namun dilihat dari segi kelompok masyarakat tersebut
bermacam-macam kelompok baik yang ada di desa maupun di kota,
bahkan ada beberapa kelompok selain terdapat di desa terdapat pula di
kota. 13
Penyuluhan agama Islam dengan menggunakan metode pendekatan
kelompok dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok orang
11
Amti Erman. Penyuluhan. (Jakarta: Halia Indonesia, 1983) h.7. 12
DEPARTEMEN AGAMA RI, Materi Bimbingan dan Penyuluhan ( Jakarta: Derektorat
Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003) h. 9. 13
Ibid.,
26
untuk menyampaikan pesannya.14
Dalam pendekatan kelompok ini banyak
manfaat yang diambil, disamping transfer informasi juga terjadinya tukar
pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok
bersangkutan.15
Dalam penyuluhan berbasis kelompok atau metode
kelompok memiliki beragam teknis diantaranya:
a. Metode Ceramah
Menurut Winarno Surahmad, M.Ed, ceramah adalah penerangan
dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan
peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang
pokok dari yang dikemukakan oleh guru.16
Penyuluh didorong untuk berusaha memperkenalkan pokok-
pokok terpenting dari isi pesan yang akan disampaikan pada tersuluh.
Dengan demikian diharapkan pesan yang disampaikan berhasil
ditunjang pula oleh keterampilan penyuluh dalam menyampaikan isi
materi penyuluhan. Adapun langkah-langkah dalam metode ceramah:
1) Tahap persiapan, menyusun kerangka yang hendak
diceramahkan dan dapat mudah dimengerti oleh peserta. Selain
itu membuat pokok-pokok persoalan yang akan dibicarakan.
2) Tahap penyajian, menyampaikan bahan-bahan atau pokok-
pokok pelajaran yang telah disiapkan.
14
Suprapto Tommy dkk, Komunikasi Penyuluhan, (Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2004)
h. 83-84. 15
Ibid., h. 50. 16
B Suryo Subroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1997) ha.165.
27
3) Tahap asosiasi, memeberi kesempatan pada peserta untuk
menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang
telah diterima bilamana ada suatu pokok yang tidak dimengerti.
4) Tahap generalisasi atau kesimpulan, menyimpulkan isi
ceramah, umumnya mencatat isi ceramah yang telah
disampaikan.
5) Tahap aplikasi, diadakan penilaian terhadap pemahaman
mengenai bahan yang telah diberikan. Evaluasi bisa
dilaksanakan berupa tulisan, tugas, lisan dan lain-lain.17
b. Kursus atau pelatihan
Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003, dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan adalah bentuk
pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan,
standar kompetensi, pengembangan sikap kewisausahaan serta
pengembangan kepribadian yang professional.
c. Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang
tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pikiran dan
pendapat mengenai sesuatu masalah atau bersama-sama mencari
pemecahan untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran suatu
17
Ramayulis. Metode Pendidikan Agama Islam,( Jakarta: Kalam Mulia,2005). h.237.
28
masalah. Dalam diskusi dibedakan melalui jumlah pesertanya,
yakni: 18
1) Whole group, suatu diskusi dimana anggota kelompok tidak
lebih dari 15 orang.
2) Buzz group, suatu kelompok besar dibagi menjadi 2 sampai 8
kelompok.
3) Panel, dimana suatu kelompok kecil antara 3 sampai 6 orang.
4) Symposium, teknik menyerupai panel, hanya sifatnya lebih
formal.
5) Caologium, yaitu berdiskusi yang dilakukan oleh satu atau
beberapa orang sumber yang berpendapat dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan tapi tidak lewat pidato.
d. Parsipatorik/partisipatif (praktik ibadah, wisata ziarah dan bakti
sosial)
Partisipasif adalah proses yang aktif, yang mengandung arti
bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan
menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. Kegiatan
partisipatif dalam kegiatan penyuluhan agama ialah praktik ibadah,
wisata ziarah dan bakti sosial.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa penyuluhan agama Islam
dengan metode pendekatan kelompok ialah suatu metode
pendekatan berdasarkan jumlah orang yang mengikuti, klasifikasi
18
Ramayulis.Metode Pendidikan Agama Islam. h. 179-180.
29
kelompok bisa terdiri dari golongan, ataupun jumlah orang yang
mengikuti kegiatan penyuluhan.
Metode dengan pendekatan kelompok memungkinkannya
ada umpan balik, bertukar pengalaman maupun memberikan
pengaruh berupa nilai-nilai dan norma.
C. Ketergantungan Narkoba
1. Pengertian Narkoba
a. Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Inggris yakni “Narcotics” yang
memiliki arti obat menidurkan atau obat bius. 19
Narkotika adalah zat/
bahan aktif yang bekerja pada system saraf pusat (otak) yang dapat
menyebabkan penurunan sampai hilangnya kesadaran dari rasa sakit
(nyeri) serta dapat menimbulkan ketergantungan (ketagihan). Menurut
farmakologi adadalah zat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan
membius (opiate).20
Menurut Undang-Undang RI no.2 Tahun 1997 adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan makanan baik sintesis
maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Adapun peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai
19
M. John Echols. Kamus Bahasa Inggris- Indonesia. (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
Pustaka, 1987) h. 390. 20
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Bagi Lembaga/Instansi Pemerintah. (Jakarta: BNN, 2008) h. 16.
30
landasan hokum penanggulangan narkotika dan obat-obatan terlarang
antara lain sebagai berikut:21
1) Undang-undang nomor 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan
Konvensi Psikotropika 1971.
2) Undang-undang No.7 tahun 1997 tentang Pengesahan Konvensi
tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan
Psikotropika.
3) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
Di dalam Undang-Undang Narkotika secara jelas lebih diatur
tentang produksi, peredaran, pengangkutan, impor, ekspor, penyaluran,
penyerahan dan lain-lain berikut sanksi ketentuan pidananya.
Selanjutnya penggolongan Narkotika berdasarkan Pasal 2 ayat 2
Undang-Undang No 22 Narkotika dikelompokkan kedalam tiga
golongan, yaitu22
:
1) Golongan I yaitu narkotika yang tidak digunakan untuk terapi dan
berpotensi tinggi untuk ketergantungan, misalnya heroin.
2) Golongan II yaitu Narkotika yang dapat digunakan untuk terapi
tetapi berpotensi tinggi untuk ketergantungan, misalnya morfin.
3) Golongan III, yaitu narkotika yang digunakan untuk terapi dan
berpotensi rendah untuk ketergantungan, misalnya kodein.
Berdasakan pembuatannya Narkotika dibedakan kedalam tiga
bagian, yakni23
:
21
Ibid., h. 19. 22
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Bagi Lembaga/Instansi Pemerintah h. 16-17.
31
1) Narkotika Alami
Narkotika yang berasal dari alam, atau yang tumbuh di alam.
Contohnya Ganja, Hasis, Opium dan Coca.
2) Narkotika Semi Sintetik
Narkotika yang berasal dari olahan diambil zat adiktifnya
(intisarinya) agar memiliki khasiat lebih kuat sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Contohnya Morfin .
3) Narkotika sintetik
Narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia, digunakan untuk
pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita
ketergantungan narkoba sebagai narkoba pengganti. Contohnya
Methadon.
b. Obat-Obatan Terlarang (Psikotropika dan Zat Adiktif)
Psikotropika menurut Undang- Undang RI No. 5 Tahun 1997
adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalu pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku. Sedangkan Zat adiktif adalah zat atau bahan aktif bukan
narkotika atau psikotropika, bekerja pada system saraf pusat dan dapat
menimbulkan ketergantungan (ketagihan). Zat Adiktif ini merupan zat
23
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba Bagi Lembaga/Instansi Pemerintah h. 16-17
32
selain narkotika yang menimbulkan ketergantungan, misalnya rokok
dan zat-zat lainnya yang menimbulkan ketergantungan.24
Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1997 Paikotropika
dibagi menjadi kedalam empat golongangan yaitu 25
:
1) Golongan I yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi, tetapi
berpotensi tinggi untuk ketergantungan paling berbahaya, daya
adiktifnya sangat tinggi26
(MDMA, misalnya ekstasi, ampetamin,
misalnya sabu-sabu).
2) Golongan II yaitu psikotropika yang dapat digunakan untuk terapi
tetapi berpotensi tinggi untuk ketergantungan (misalnya
fensiklidin/PCP, metilferudat)
3) Golongan II yaitu psikotropika yang digunakan untuk terapi dan
berpotensi sedang untuk ketergantungan (misalnya amobarbital dan
flunitrazepam)
4) Golongan IV yaitu psikotropika yang digunakan untuk terapi dan
berpotensi ringan untuk ketergantungan (diazepam,
nitrazepam/DUM, megadon, BK.
24
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba Bagi Lembaga/Instansi Pemerintah. h. 22. 25
Ibid., hal 23. 26
Tulisan diatas diperoleh dari website mengenai narkoba, lengkapnya dapat dilihat
websitenya di: http://emge89.mywapblog.com/narkoba-dan-macam-macam-jenis-narkoba.xhtml
diakses pada tanggal 25 april 2014 pukul 01.13 WIB.
33
2. Dampak Penggunaan Narkoba
Agoes Dariyo dalam bukunya Psikologi Perkembangan Remaja
menjelaskan ada beberapa dampak penggunaan Narkoba, secara umum
dampak penggunaan Narkoba ada 2, yakni kepribadian adiksi (addiction
personality) dan gangguan kesehatan tubuh.27
Individu yang mengalami kepribadian adiksi ditandai dengan suka
menyembunyikan tindakan/motif perilaku, berpura-pura, berbohong,
menipu, ingkar janji. Secara intelektual individu akan mudah lupa, tidak
dapat berkonsentrasi, sehingga menimbulkan penurunan kapasitas berpikir
dan penurunan kemampuan mengambil keputusan.28
Sedangkan dari gangguan kesehatan bagi pengguna Narkoba yakni:
adiksi (ketergantungan), infeksi paru, infeksi jantung, penularan penyakit
hepatitis C,B dan AIDS/HIV, impotensi, kecatatan pada bayi, kematian
karena overdosis dan infeksi.
Hal yang perlu diwaspadai oleh pengguna Narkoba ialah sakaw.
Sakaw ialah gejala putus zatyang ditandai dengan bola mata mengecil,
hidng dan mata berair, bersin-bersin, menguap, banyak berkeringat, mual-
mual, muntah-muntah dan diare. 29
Menurut penulis Dampak –dampak tersebut merpakan dampak
yang amat merugikan bagi pengguna maupun orang disekitar pengguna,
sudah dipastikan orang yang telah menggunakan narkoba tidak akan
27
Agoes Dariyo, Psi. Psikologi Perkembangan Remaja. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia,
2004) h.35. 28
Ibid., 29
Agoes Dariyo, Psi. Psikologi Perkembangan Remaja h. 36.
34
produktif. Produktif disini terjadi gangguan aktivitas karena narkoba,
akibat dari dampak pada adiksi dan kesehatan.
3. Ketergantungan Narkoba
Ketergantungan Narkoba bisa dikatakan dengan istilah addict,
yang berarti tergantung pada sesuatu. Addiction mengandung pengertian
ketergantungan terhadap sesuatu. Menurut Gordon dan Gordon dalam
buku Agoes Dariyo, menganggap ketergantungan narkoba atau obat
merupakan suatu gangguan atau penyakit individu yang bersifat fisik,
mental, dan emosional, sehingga individu merasa tidak mampu
menghentikan kecenderungan untuk menggunakan Narkoba.30
Ketergantungan adalah pengguna narkoba atau NAPZA yang
cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis yang
ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma putus zat.31
Ketergantungan narkoba atau kecanduan narkoba merupakan
penyakit yang sangat kompleks yang belum dialami dan belum dimengerti
oleh orang awam, bahkan pihak dokter maupun psikiater pun belum
pernah merasakan kecanduan narkoba secara psikis maupun fisik.32
Ketergantungan narkoba juga merupakan reaksi yang ditimbulkan oleh
zat-zat psikotropika dan narkotika setelah digunakan secara berkala saat
putus zat, jika tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan sakit seperti
demam, menggigil, sendi-sendi tulang seluruh badan sakit, tidak bisa
tidur/gelisah.
30 Ibid., h. 33.
31 Sumiati, SKp. Msi dan Dinarti, SKp, MAP , dkk, Asuhan Keperawatan Pada Klien
Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. (Jakarta: Penerbit CV. Trans Info Media, 2009) h. 30.
32 Drs. Edy Karsono. Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras. (Bandung : cv.
Yrama Widya, 2004) h.59.
35
Ciri khas pengguna markoba atau NAPZA untuk ketergantungan :
a. Frekuensi pengguna, setiap hari atau terus menerus
b. Sumber zat, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan zat, serta
mau mengambil resiko sekalipun resiko tersebut tindakan kriminal
seperti merampok dan mencopet.
c. Alasan menggunakan zat, alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari
menghilangkan stress/depresi, melarikan diri dari kenyataan bahkan
menggunakannya diluar kontrol.
d. Efek yang dirasakan, pada saat tidak menggunakan zat klien akan
merasakan sakit atau tidak nyaman. Zat membantu mereka merasa
normal.
e. Ciri-ciri pengguna:
Perubahan fisik, seperti penurunan berat badan, masalah kesehatan
Penampilan buruk
Kemungkinan mengalami hilang ingatan, flash back, paranoid,
perubahan mood, dan gangguan mental lainnya.
Kemungkinan drop out dari sekolah dan dikeluarkan dari pekerjaan
Sering keluar rumah
Kemungkinan over dosis
Tertangkap, terutama pada saat menggunakan zat.
D. Rehabilitasi
1. Pengertian Rehabilitasi
36
Rehabilitasi berarti pemulihan kapasitas fisik dan mental kepada
kondisi/keadaan sebelumnya. Bagi seorang penyalahguna atau pecandu
narkoba, rehabilitasi merupakan sebuah proses yang harus dijalani dalam
rangka full recovery (pemulihan sepenuhnya), untuk hidup normatif,
mandiri dan produktif di masyarakat.33
Adapun pengertian tentang rehabilitasi narkoba ialah pembinaan
fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilam dan resosialisasi serta
pembinaan lanjut bagi para mantan pengguna Narkoba agar mampu
berperan aktif dalam kehidupan masyarakat. 34
Dalam buku petunjuk teknis advokasi bidang pencegahan
penyalahgunaan Narkoba bagi lembaga memaparkan bahwa rehabilitasi
merupakan upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditunjukkan
kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif. 35
2. Model- Model Pelayanan Rehabilitasi
Dalam proses rehabilitasi menurut Sumiati rehabilitasi memiliki
model-model untuk terpenuhinya keberhasilan dalam penyembuhan
ketergantungan narkoba, model-modelnya yaitu:36
a. Model pelayanan dan rehabilitasi medis.
1) Metadon
33
Tulisan diatas diperoleh dari website resmi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor
Jawa Barat, lengkapnya lihat website berikut: http://www.babesrehab-
bnn.info/index.php/rehabilitasi diakses hari rabu tanggal 29 Januari pukul 14.26 WIB 34
Sumiati, Skp dan Dinari Skp dkk, Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan
dan Ketergantungan Napza. h. 162. 35
Tim Ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba Bagi Lembaga/Instansi Pemerintah. h.43. 36
Ibid., h.163- 164.
37
Metadon adalah zat opioid sintetik berbentuk cair yang diberikan
lewat mulut. Metadon merupakan obat yang paling sering digunakan
untuk terapi subsitusi bagi ketergantungan opioid.
2) Buprenofin
Buprenofin adalah obat yang diberikan oleh dokter melalui resep.
Aktivitas agonis opioid Buprenofin lebih rendah dari metadon.
b. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendelatan bimbingan
individu dan kelompok.
Terapi ini merupakan terapi konvensional untuk klien
ketergantungan Narkoba yang tidak melakukan rawat inap dan dapat
dilakukan secara individual maupun kelompok. Program ini di desain
dengan kegiatan yang bervariasi seperti edukasi keterampilan,
meningkatkan sosialisasi, pertemuan yang bersifat vokasional, edukasi
moral dan spiritual, serta terapi 12 langkah.
c. Model pelayanan dan rehabilitasu dengan pendekatan Therapeutic
Community.
Tujuan utamanya adalah menolong pecandu agar mampu kembali
ke tengah masyarakat dan dapat kembali menjalani kehidupan yang
produktif. Program TC, merupakan program yang disebut drug free
self help program. Program ini mempunyai sembilan elemen yaitu
partisipasi aktif, feedback dari keanggotaan, role modeling, format
kolektif untuk perubahan pribadi, sharing norma dan nilai-nilai,
38
struktur & sistem, komunikasi terbuka, hubungan kelompok dan
penggunaan terminologi unik.37
d. Model dan Pelayanan rehabilitasi dengan pendekatan agama.
Ada berbagai pusat rehabilitasi dengan pendekatan agama, misalnya
pendekatan di pondok pesantren Suryalaya dan pondok pesantren
Inaba di Jawa Barat dengan pendekatan nilai-nilai agama Islam.
e. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendekatan Narcotic
Anonymus.
Suatu program recovery yang dilakukan seorang pecandu Narkoba
berdasarkah prinsip 12 langkah, langkah-langkah ini harus dijalankan
lebih dari satu kali. Metode 12 steps di Amerika Serikat, jika seseorang
kedapatan mabuk atau menyalahgunakan narkoba, pengadilan akan
memberikan hukuman untuk mengikuti program 12 langkah. Pecandu
yang mengikuti program ini dimotivasi untuk mengimplementasikan
ke 12 langkah ini dalam kehidupan sehari-hari.38
f. Model dan rehabilitasi dengan pendekatan terpadu.
Pendekatan terpadu ialah suatu layanan dengan memadukan konsep
dari berbagai pendekatan dan bidang ilmu yang mendukung sehingga
dapat memfasilitasi korban Narkoba dalam mengatasi masalahnya baik
dari aspek bio, psiko , sosial, dan spiritual.
37
Tulisan diatas diperoleh dari Dedi Humas BNN, lengkapnya bisa dilihat di website
berikut:http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahap-pemulihan-
pecandu-narkoba diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul 01.32 WIB. 38
Tulisan diatas diperoleh dari Dedi Humas BNN, lengkapnya bisa dilihat di website
berikut:http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahap-pemulihan-
pecandu-narkoba diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul 01.32 WIB.
39
3. Tahap-Tahap Rehabilitasi
Secara umum ada beberapa langkah atau tahap dalam rehabilitasi
(pengobatan) yang perlu dilalui oleh seseorang yang mengalami
ketergantungan Narkoba, masing-masing tahapan ini memerlukan waktu
yang tidak singkat tergantung dengan tingkat ketergantungannya terhadap
Narkoba. Setiap tahapan tersebut diatur dan disusun untuk mengantar
pasien secara bertahap melepaskan diri dari ketergantungan Narkoba.
Beberapa tahapan rehabilitasi ini adalah bentuk tahapan yang maksimal,
yakni: 39
1) Tahap Transisi
Penekanan dalam tahap ini lebih kepada informasi awal tentang
korban seperti:Latar belakang korban, lama ketergantungan dan jenis
obat yang dipakai. Tahapan ini juga bisa dijadikan rujukan model
rehabilitasi apa yang akan digunakan untuk pengobatan. Dalam tahap
ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari dirinya
sedang menghadapai masalah ketergantungan Narkoba. 40
2) Rehabilitasi Intensif
Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang
keadaan korban dan latar belakangnya) baru masuk pada fase
selanjutnya yakni proses penyembuhan secara psikis. Motivasi dan
potensi dirinya dibangun dalam tahap ini. Korban diajak untuk
39
Visi media. Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba. (Tangerang: Agromedia Pustaka,
2006)h.28-35. 40
Visi media. Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba. h.28-35.
40
menemukan dirinya dan segala potensi sambil juga menyadari
berbagai keterbatasannya. 41
Menurut Romo Lambertus Somar MSC dalam bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkoba(2001), dalam tahap ini ada tiga tahap
yang harus dilewati dikenal dengan tahap stabilisasi pribadi yaitu:
a) Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan
akibat-akibat lainnya.
b) Menemukan jati diri, menguasai kiat-kiat keterampilan untuk
menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih bermakna.
c) Dengan inisiatif pribadi, orang secara sadar mulai berpikir dan
bertindak untuk mencapai prestasi.
3) Tahap rekonsiliasi
Para korban ketergantungan Narkoba tidak langsung berinteraksi
dengan masyarakat , akan tetapi terlebih dahulu ditampung disebuah
lingkungan khusus selama beberapa waktu sampai pasien benar-benar siap
secara mental dan rohani kembali ke lingkungannya semula. Paling utama
dalam fase ini adalah pembinaan mental spiritual, keimanan dan
ketakwaan, serta kepekaan sosial kemasyarakatan. Proses ini bisa meliputi
program jasmani dan rohani. 42
4) Pemeliharaan lanjut
Pada tahap ini walaupun secara fisik yang bersangkutan sudah
dinyatakan sehat dan secara psikis pun sudah pulih, namun masih ada
41
Ibid., 42
Tim Penyusun Visi media. Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba. h.36
41
kemungkinan mereka tergelincir kembali, lebih-lebih saat mereka sedang
mengahadapi masalah. Pada saat itu bisa jadi mereka bernostalgia dengan
kenikmatan Narkoba. Untuk itu perlu kesiapan untuk menjauhkan dari
kemungkinan-kemungkinan korban ketergantungan Narkoba terjerumus
kembali.
Masing-masing dari rehabilitasi itu memiliki jangka waktu yang
panjang, tergantung dari tingkat ketergantungan pada korban
penyalahgunaan Narkoba. Ada yang seminggu, sebulan dan bahkan
berbulan-bulan. Menurut penulis, faktor keberhasilan dalam rehailitasi
bukan dari proses tahapan rehabilitasinya saja, akan tetapi perlu adanya
dukungan dari keluarga, orang-orang terdekat dalam seluruh proses
tersebut. Setiap tahap dirancang agar korban ketergantungan Narkoba bisa
lepas dari jeratan benda haram tersebut.
4. Sehat dan Bebas Kecanduan
a. Pengertian Sehat
Pengertian kesehetan dalam Bahasa Inggris “Health”
diterjemahkan dalam Indonesia sebagai “kesehatan”.43
Menurut haber
sehat dipandang dengan persfektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu
meliputi rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat
hidup, atau tingkat kemandirian tertentu.44
43
John Echols dan Hasan Shadiliy. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia. (Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka,1981) 44
Lidya Maryani dan Rizki Muliani. Epidemiologi Kesehatan.(Yogyakarta:Graha Ilmu,
2010) h. 21.
42
WHO mendefinisikan sehat mempunyai karakteristik, seperti
memperhatikan individu sebagai sebuah system yang menyeluruh.
Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan
eksternal, serta penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam
hidup.
Menurut UU No. 36/2009, kesehatan itu mencakup 5 aspek, yakni:
fisik, mental, spiritual, sosial dan ekonomi. Wujud atau indikator dari 5
dimensi sehat , antara lain45
:
1) Kesehatan Fisik
Kesehatan Fisik mengandung arti seseorang tidak merasa sakit dan
memang secara klinis tidak ada penyakit atau dengan kata lain semua
organ tubuh normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh.
2) Kesehatan Mental
Kesehatan mental (mental health) adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan
keadaan orang lain (pasal 1 UU No.3 Tahun 1966 tentang kesehatan
jiwa).
3) Kesehatan Spritual
Kesehatan spiritual mengandung arti seseorang mampu
mengekspresikan rasa syukur, pujian atau penyembahan terhadap sang
pencipta.
45
Ibid., h.22.
43
4) Kesehatan sosial
Kesehatan sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat sedemikian
rupa sehingga setiap warga negara mempunyai cukup kemampuan
untuk memelihara atau memajukan kehidupannya sendiri serta
kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkannya
bekerja dan menikmati hiburan pada waktunya (Penjelasan Pasal 33
UU No. 9 Tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan)
Kesehatan sosial juga bisa diartikan seseorang mampu berinteraksi
dengan orang lain atau kelompok tanpa membedakan ras, suku, agama
atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya.
5) Kesehatan Ekonomi
Kesehatan ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang yang sudah
dewasam mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi,
bagi yang belum memasuki usia kerja, anak dan remaja atau bagi yang
sudah pension atau usia lanjut, sehat ekonomi terlihat dari perilaku
produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan.
b. Indikator Bebas Kecanduan
Setelah dilakukannya tahap-tahap rehabilitasi yang sudah dilakukan
seperti tahap transisi, rehabilitasi intensif, tahap rekonsiliasi dan yang
terakhir pemeliharaan lanjut maka setelah itu kita bisa melihat apakah
seseorang yang sudah melakukan rehabilitasi dikatakan sehat atau
belum. Untuk mengetahui seseorang dikatakan sehat dari kecanduan
44
Narkoba, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan melihat
indikator-indikator:
1) Sehat secara Mental Spritual
Sehat secara mental spiritual merupakan “Bagian Jiwa” telah
menetapkan ciri-ciri mental health seseorang. Sekaligus bimbingan
dan penyuluhan agama harus memperhatikannya dan membawa
bimbingan dan penyuluhan agama untuk memantapkan itu pada diri
pribadi seseorang yang akan dibimbing. Adapun ciri Mental
Spritual yang sehat yakni:46
a) Adjustment (Penyesuaian Diri), yaitu seseorang harus mampu
menyesuaikan diri terhadap dirinya sendiri, sosial budaya, dan
agama yang dianutnya.
b) Integrated Personality (Kepribadian Utuh/Kokoh), yaitu semua
aspek jiwanya (perasaan, pikiran, pemahaman, pengenalan,
dasar/isi agama, penampilan, sikap (dalam), semuanya selalu
bekerjasama setiap akan melahirkan tingkah laku (diluar).
c) Growth and Development in Casuality Laws (Bertumbuh dan
Berkembang Dalam Hukum Sebab-Akibat), yaitu selalu
bertumbuh dan berkembang hidupnya baik fisik maupun mental,
jika dilandasi oleh pengalaman atau kejadian yang berwujud
sebab akibat.
46
.Rusmin Tumanggor., Ilmu Jiwa Agama (The Psychology Of Religion). (Depok:
Ulinnuha Press,2002) h.76.
45
d) Free of The Senses of Frustration, Conflict, Anxienty, and
Depression (Bebas dari rasa gagal, pertentangan batin,
kecemasan dan tekanan), yaitu bebas dari ketidakmampuan
mengatasi rasa gagal, melahirkan pikiran yang baik dalam
sitausi pertentangan batin, sumber yang mencemaskan dan
tekanan batin, jika yang bersangkutan didatangi oleh sumber-
sumber tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
e) Normatif (Norma/Nilai) Maksudnya adalah semua sikap dan
tingkah laku yang dilahirkannya tidak ada yang lolos dari
jaringan Nilai/Adat/Agama/Peraturan/Undang-Undang dll.
f) Responsibility (Bertanggung Jawab), selalu menunjukkan
tanggung jawab atas segala pilihan yang dia lakukan. Baik
pilihan itu berakibat menguntungkan ataupun merugikan.
g) Maturity (Kematangan), yaitu terdapatnya kematangan dalam
melakukan sesuatu sikap dan tingkah laku itu dijalankan penuh
pertimbangan.
h) Otonomi (Berdiri Sendiri), adalah selalu bersifat mandiri atas
segala tugas-tugas atau kewajiban yang menjadi bebannya,
tanpa suka memikulkan beban-bebannya kepada orang lain
dalam kondisi yang tidak terpaksa, dan dalam hal ini yang tidak
diketahui atau terpikir dapat ditanyakan atau dimintakan
bantuan orang lain.
46
i) Well Decision Making (Pengambil Keputusan yang Baik),
Selalu baik dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini meliputi
paling sedikit menggambarkan tiga ciri: democratic
(musyawarah), Human Basic Needs (sesuai menurut kebutuhan)
dan Psycal Quality of Life Index (memenuhi kebutuhan yang
mendesak).
2) Indikator Sehat Secara Fisik
Yang di maksud dengan kesehatan fisik, ialah keadaan baik,
artinya bebas dari sakit seluruh badan dan bagian-bagiannya.47
Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap, meliputi
kesejahteraan fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata bebas
dari penyakit dan cacat atau kelemahan.48
.
Seseorang yang fisiknya sehat dan kuat lebih beruntung
dibanding dengan orang yang sakit-sakitan, kurus dan lemah. Ia
dapat melakukan aktivitas dalam lingkungan masyarakat dan
lainnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan memberikan
pengalaman-pengalaman baru baginya yang merupakan modal
perkembangan selanjutnya. Ciri-ciri sehat secara fisik/ jasmani
diantaranya:
a) Kondisi tubuh sehat dan fit
b) Daya tahan tubuh bagus dan kuat ( imunitas kuat)
c) Tidak mudah merasa lelah
47
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Depdikbud- Balai Pustaka, 1996) 48
Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan
Aplikasi.(Jakarta:Penerbit Salemba Raya, 2009) h. 101.
47
d) Berat dan tinggi ideal
e) Pertumbuhan bulu, kuku dan rambut normal
f) Organ tubuh berfungsi dengan baik
g) Produktivitas bekerja normal
h) Tidak ada gangguan di dalam tubuh
i) Menjalani kativitas sehari-hari dengan normal
3) Indikator Sehat Secara Psikis
Menurut siswanto, sebagian besar teori dalam psikologi
menyebutkan persamaan ciri individu yang sehat secara psikis atau
mental, yaitu individu tersebut hidup disaat ini, bukan masa lalu
hidupnya digerakkan oleh tujuan, memiliki persepsi yang objektif,
memiliki tanggung jawab terhadap orang lain serta melihat
kesempatan dalam hidup sebagai tantangan, bukan ancaman. 49
a) Hidup di saat ini
Orang yang sehat memfokuskan energi maupun perhatiannya
pada kehidupan saat/sekarang ini. Individu yang sehat psikisnya
adalah individu yang tidak dipusingkan oleh masa lalunya. Dia
mampu membebaskan diri dari pengalaman masa lampaunya,
terutama pengalaman-pengalaman traumatis dan tidak
menyenangkan.
b) Hidupnya digerakkan oleh tujuan
49
Siswanto. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. (Yogyakarta:
Penerbit ANDI, 2007) h. 155.
48
Individu yang sehat ternyata memiliki nilai-nilai hidup yang
dipandang penting dan nilai-nilai tersebut diupayakan dan
diperjuangkan terus menerus. Antara individu satu dengan yang
lainnya mungkin nilai yang dianggap penting bisa berbeda-beda.
Yang penting bukanlah isi nilai itu sendiri, tapi bagaimana nilai
tersebut memberikan makna, arah, serta tujuan bagi kehidupan
si individu.
c) Persepsi yang objektif
Persepsi dipahami sebagai bagaimana individu memaknai
kejadian yang terjadi di sekelilingnya. Oleh karena itu persepsi
seseorang dipengaruhi oleh dua hal, yaitu situasi atau kejadian
yang menjadi bahan persepsi dan pengalaman hidup di masa
lalu yang menjadikan situasi atau kejadian tersebut bermakna.
d) Memiliki tanggung jawab kepada orang lain
Individu yang sehat mampu menjalin relasi yang baik dengan
lingkungan sosialnya, mampu memberikan diri pada
lingkungannya, memberikan sumbangan yang dibutuhkan
sesuai dengan kemampuan. Sebaliknya, individu yang tidak
sehat tidak mampu memahami kebutuhan orang lain dan
bahkan menarik diri dari kehidupan sosial.
e) Kesempatan hidup sebagai tantangan, bukan ancaman
Cara pandang individu sangat mempengaruhi derajat kesehatan
mental. Individu yang mampu melihat kehidupan serta
49
kesempatannya yang diberikan oleh kehidupan sebagai suatu
tantangan daripada suatu ancaman, akan mampu melihat
kehidupan ini secara positif, dinamis, penuh warna dan
gembira.
4) Indikator Sehat Secara Sosial
Kesehatan sosial ialah perikehidupan di dalam masyarakat
sedemikian rupa sehingga setiap warga Negara mempunyai cukup
kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan sendiri
serta kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang
memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada
waktunya.
Apalah artinya badan sehat dan segala kebutuhan terpenuhi,
tetapi tidak mempunyai teman untuk diajak bicara. Bukankah
berbicara itu merupakan kebutuhan batin seseorang dalam
mengungkapkan perasaan, Dalam hidup bermasyarakat kita tidak
mungkin menghindar begitu saja. Sebab, pada hakekatnya kita di
samping makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial. Jadi,
agar dianggap sehat secara sosial kita harus pandai-pandai
beradaptasi dengan lingkungan di mana kita berada.
Setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung
pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat
setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, sehat secara sosial adalah
suasana kehidupan berupa perasaan aman damai sejahtera, cukup
50
pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan yang sejahtera,
masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai orang lain serta
masyarakat umum.
51
BAB III
GAMBARAN UMUM BALAI BESAR REHABILITASI BNN LIDO
BOGOR JAWA BARAT
A. Sejarah Berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN
Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di
Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden
Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan
Koordinasi Intelijen Nasional (BAKIN) untuk menanggulangi 6 (enam)
permasalahan nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu,
penanggulangan penyalahgunaan narkoba, penanggulangan
penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan
subversi, pengawasan orang asing.
Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk Bakolak
Inpres Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya adalah
menanggulangi bahaya narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan
koordinasi kecil yang beranggotakan wakil-wakil dari Departemen
Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan
Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando dan bertanggung
jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak mempunyai wewenang
operasional dan tidak mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN
melainkan disediakan berdasarkan kebijakan internal BAKIN.
52
Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih
merupakan permasalahan kecil dan Pemerintah Orde Baru terus
memandang dan berkeyakinan bahwa permasalahan narkoba di Indonesia
tidak akan berkembang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-
Pancasila dan agamis. Pandangan ini ternyata membuat pemerintah dan
seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya narkoba,
sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis
mata uang regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa
Indonesia seakan tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan
Singapura, Malaysia dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten
dan terus menerus memerangi bahaya narkoba.
Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan terus
meningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
(DPR-RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika. Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, Pemerintah
(Presiden Abdurahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi Narkotika
Nasional (BKNN), dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999.
BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang
beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait.
BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia
(Kapolri) secara ex-officio. Sampai tahun 2002 BKNN tidak mempunyai
personel dan alokasi anggaran sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan
dialokasikan dari Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia
53
(Mabes Polri), sehingga tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya
secara maksimal.
BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi
untuk menghadapi ancaman bahaya narkoba yang makin serius. Oleh
karenanya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang
Badan Narkotika Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika
Nasional (BNN). BNN, sebagai sebuah lembaga forum dengan tugas
mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan
kewenangan operasional, mempunyai tugas dan fungsi: 1.
mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan
pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan 2.
mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan
narkoba.
Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari
APBN. Dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya
meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun
karena tanpa struktur kelembagaan yang memilki jalur komando yang
tegas dan hanya bersifat koordinatif (kesamaan fungsional semata), maka
BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu
menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin
serius. Oleh karena itu pemegang otoritas dalam hal ini segera
menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan
Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi (BNP) dan Badan
54
Narkotika Kabupaten/Kota (BNK), yang memiliki kewenangan
operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan
tugas, yang mana BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan mitra kerja pada
tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing
bertanggung jawab kepada Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota, dan
yang masing-masing (BNP dan BN Kab/Kota) tidak mempunyai hubungan
struktural-vertikal dengan BNN.
Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang terus
meningkat dan makin serius, maka Ketetapan MPR-RI Nomor
VI/MPR/2002 melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia (MPR-RI) Tahun 2002 telah merekomendasikan
kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena
itu, Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas
UU Nomor 22 Tahun 1997. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009
tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana narkotika dan prekursor narkotika. Yang diperjuangkan BNN saat
ini adalah cara untuk MEMISKINKAN para bandar atau pengedar
narkoba, karena disinyalir dan terbukti pada beberapa kasus penjualan
narkoba sudah digunakan untuk pendanaan teroris (Narco Terrorism) dan
juga untuk menghindari kegiatan penjualan narkoba untuk biaya politik
(Narco for Politic).
55
B. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam Berbasis Kelompok di Balai Besar
Rehabilitasi BNN.
Metode pertama yang dipakai adalah metode religi inaba
surayalaya dan yang kedua TC. Pada saat itu BNN membutuhkan tenaga
pembimbing keagamaan, oleh Karena itu BNN akhirnya menarik orang
dari pesantren suryalaya untuk ikut bergabung, akan tetapi semenjak tahun
2009 unit religi kegiatannya disatukan ke dalam program TC, jadi dalam
program TC itu sudah terdapat sesi religius.
1. Terapi wudhu
Terapi wudhu diterapkan pada residen setiap hari selama
dilaksanakannya shalat lima waktu. Terapi wudhu ini terdiri dari wudhu
sunnah dan wudhu wajib, wudhu sunnah ialah wudhu yang dilakukan pada
saat shalat waktu dan wudhu wajib ialah wudhu yang dilaksanakan pada
saat mandi wajib.
Semua residen diteliti cara wudhunya, apakah wudhunya sempurna
atau tidak. Sebelumnya di detox satu persatu residen ditanya apakah dia
seorang muslim taat atau bukan, lalu residen ditanya perihal bacaan wudhu
beserta wudhu niat, bacaan dan semuanya. Setelah hadits tentang wudhu,
bagaimana caranya wudhu sempurna untuk menarik minat mereka, karena
sebelumnya mereka tidak pernah shalat apalagi wudhu jadi diniatkan lagi
supaya mereka cinta dengan shalat dan wudhu dikarenakan tidak pernah
dekat lagi dengan agama.
56
2. Kultum dan Tausiah
Sebelum masuk ikut bergabung dengan kegiatan rehabilitasi di
Balai Besar Rehabilitasi BNN, di detox residen ditanya banyak hal
terutama tentang tingkat pengetahuan agamanya. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana potensi keagamaan yang mereka miliki sebagai
aset yang perlu dikembangkan.
Jika sudah tahu residen mana yang memiliki potensi besar dalam
mendalami agama, maka residen yang memiliki kemampuan diharuskan
untuk memberikan kultum di setiap malam selasa setelah magrib. Adapun
tausiah yang disampaikan oleh penyuluh di waktu yang sama hanya saja
setelah residen memberikan kultum. Kegiatan ini bertujuan untuk
membangkitkan kembali rasa keagamaannya yang telah hilang, karena
setelah mengkonsumsi narkoba residen kurang dekat dengan Allah SWT.
3. Tadarus Al-Qur’an
Membaca Al-qur’an bersama-sama di waktu setelah magrib sampai
isya dilakukan secara bersama-sama. Membaca dipimpin oleh salah satu
residen kemudian diikuti oleh residen lainnya.
4. Kaligrafi
Adanya seni kaligrafi untuk para residen bertujuan untuk mengasah
kemampuan residen dalam seni sekaligus mengenal agamanya sendiri.
Kegitan ini berlangsung setiap minggu di malam kamis setelah magrib
hingga isya.
57
5. Membaca surat Yasin
Tentang keutamaan membaca yasin ini telah diriwayatkan oleh
Abu Ya’la dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Siapa yang
membaca surat yasin pada suatu malam maka pada pagi harinya ia dalam
keadaan diampuni. Siapa yang membaca hamiim yang didalamnya
disebutkan ad dukhan maka pada pagi harinya ia dalam keadaan
diampuni.” Ibnul Jauzi pun menyatakan bahwa seluruh jalan hadits ini
adalah batil yang tidak memiliki dasar.
Didalam hadits-hadits yang menyatakan pembacaan yasiin pada
suatu malam—meskipun sebagiannya lemah atau bahkan maudhu’—
disebutkan secara mutlak atau tidak ada pengkhususan pembacaannya
pada malam-malam tertentu, seperti malam jum’at atau malam lainnya.
Hal itu sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda, ”Janganlah kamu
mengkhususkan malam jum’at dengan suatu qiyam (shalat malam)
diantara malam-malam lainnya. Janganlah kamu mengkhususkan hari
jum’at dengan puasa tertentu diantara hari-hari lainnya kecuali apabila hari
itu bertepatan dengan puasa salah seorang diantaramu.”
6. Nonton Bareng
Nonton bareng merupakan program yang dilakukan secara rutin
pada malam sabtu di waktu setelah magrib hingga Isya. Isi tontonan
meliputi “khazanah” yang membahas berbagai macam-macam persoalan
berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Setelah itu diadakannya sesi tanya
58
jawab. Para residen tampak sangat menikmati kegiatan tanya jawab yang
dilangsungkan selama satu jam ini.
Nonton Bareng adalah salah satu strategi, resien diajak tanpa harus
mendapat paksaan. Menggunakan metode ini cukup jitu untuk
memberikan pengetahuan, pemahaman dan menarik minat residen untuk
lebih mencintai dan memperdalam agama Islam.
C. Deskripsi Penyuluh Agama Islam di Balai Besar Rehabilitasi BNN
Lido Bogor Jawa Barat.
Dalam penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis
kelompok ini pembimbing agama bertugas untuk menyampaikan pesan-
pesan keagamaan berupa materi-materi agama. Pembimbing agama
diposisikan sebagai perawat spiritual karena pendekatan yang digunakan
aspek spiritual, melalui disiplin psikoterapi religius.
Tenaga pembimbing di Balai Besar Rehabilitasi BNN secara
keseluruhan ada 5 orang, 4 ustadz dan 1 ustadzah. Dari jumlah tenaga
pembimbing yang ada keseluruhan bukan lulusan penyuluh, rata-rata
merupakan alumni dari perguruan tinggi Universitas Suryalaya di
Tasikmalaya Jawa Barat dan satu orang lulusan dari fakultas Syariah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Mereka di beri kesempatan oleh pihak BNN
untuk bekerjasama dalam perawatan religius pada residen korban
penyalahgunaan Narkoba.
Metode inaba di beberapa tempat rehabilitasi narkoba banyak
diterapkan sebagai bentuk atau salah satu cara pemulihan ketergantungan
59
Narkoba, maka dari itu BNN memakai metode yang sama kemudian
menjalin kerjasama dengan pesantren Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat.
Dalam metode inaba ini masih menggunakan metode
konvensional, seperti praktik ibadah, fiqih, sejarah islam, tausiah, terapi
wudhu dan lain-lain sebagai bentuk penyuluhan agama Islam dengan
pendekatan berbasis kelompok yang diberikan melalui program religius
session.
D. Deksripsi Residen
Sampel dalam penelitian ini peneliti mengambil 4 residen,
keseluruhan merupakan residen yang sudah menjalani rehabilitasi dalam
tahap re-entry. Tahap ry-entry merupakan tahap dimana residen sedang
dalam masa penyesuaian akhir dan telah memasuki tahap rekonsiliasi
sebelum memasuki ke tahap bina lanjutan dan back to family.
Residen umumnya telah menjalani rehabilitasi dari bulan Septeber
2013 dengan masa pemulihan yang berbeda-beda tergantung dari tingkat
kecanduan dan keinginan untuk pulih dari ketergantungan Narkoba.
E. Visi dan Misi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat
VISI :
Menjadi Pusat Rujukan Nasional Pelaksanaan Rehabilitasi Bagi
Penyalahguna dan/atau Pecandu Narkoba Secara Profesional.
MISI :
1. melaksanakan pelayanan secara terpadu rehabilitasi medis dan sosial
bagi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba;
60
2. memfasilitasi pengkajian dan pengembangan rehabilitasi;
3. melaksanakan pelayanan program wajib lapor pecandu;
4. memberikan dukungan informasi dalam rangka pelaksanaan
pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba.
F. Dasar Hukum, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
1. Dasar hukum Balai Besar Rehabilitasi BNN sudah tertera dalam dasar
hukum, yakni :
a. Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
b. Peraturan Presiden RI Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan
Narkotika Nasional.
c. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor :
PER/03/V/2010/BNN tentang Organisasi dan Tata Kerja (OTK)
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.
d. Peraturan Katua Badan Narkotika Nasional Nomor :
PER/02/XI/2007/BNN tanggal 15 November 2007 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Terapi dan
Rehabilitasi BNN.
e. Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
G. Sumber Daya
a. Kelengkapan Sumber Daya Pelayanan Kesehatan
61
1. Dokter umum yang sudah dilatih menangani korban NAPZA
2. Perawat
3. Psikiater (sebagai konsultan)
4. Psikolog
5. Peksos
6. Pembimbing Keagamaan
7. Sopir
8. Satpam
b. Kelengkapan Sumber Daya Pelayanan Rehabilitasi Sosial
1. Tenaga Pelayanan Resos
a) Peksos, 1:5 dengan klien (Rasio)
b) Psikolog
c) Pembimbing agama
d) Infrastruktur keterampilan
e) Pendidik/Guru
2. Tenaga Administrasi
a) Tenaga TU
b) Tenaga perpustakaan
c) Bendahara
d) Pembina asrama
e) Juru masak
f) Tukang kebun
g) Satpam
62
h) Pesuruh
i) Sopir
3. Sarana dan Prasarana
a) Gedung Perkantoran
b) Guest House
c) Asrama Residen
d) Asrama Staff
e) Ruang Kelas
f) Sarana Ibadah (Masjid, Gereja, Vihara)
g) Sarana Olahraga (Futsal, Basket, Bulutangkis, Bilyard, Fitness
Center)
h) Sarana Kesehatan (ICU, Laboratorium Klinik, Radiologi, Dental
Unit, Apotik, VCT, CD 4 unit, USG, EEG, Ambulance)
i) Sarana broadcasting (Radio, audio, dan video)
j) Sarana Percetakan dan Sablon
k) Laboratorium Komputer
l) Perpustakaan
4. Dana
a) Dana dari Orang Tua Klien
b) Subsidi Pemerintah
c) Donatur/masyarakat
63
BAB IV
DAMPAK PENYULUHAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN
BERBASIS KELOMPOK TERHADAP RESIDEN DALAM PEMULIHAN
KETERGANTUNGAN NARKOBA DI BALAI BESAR
REHABILITASI BNN LIDO BOGOR JAWA BARAT
A. Deskripsi Informan
1. pembimbing
a. Jajang Gunawan
Ustadz Jajang Gunawan adalah seorang pembimbing agama yang
lahir di Bogor 25 Febuari 1978. Beliau merupakan lulusan sebuah
universitas Islam di Tasikmalaya yakni di Suryalaya dengan mengambil
studi dakwah di Fakultas Dakwah. Ustadz Jajang telah bergabung di
Balai Besar Rehabilitasi hampir 5 tahun dari tahun 2009.
“Saya sudah 5 tahun disini, jadi sejak awal berdiri
eeee…tahun 2007 ada dua metode yang dipakai disini untuk
merehabilitasi para korban narkoba. Yang kesatu metode yang
dipakai adalah metode religi innaba surayalaya, yang kedua TC.
Karena BNN minta pihak suryalaya untuk ikut bergabung maka
saya ditasik kesini untuk menjadi unit religi, tapi semenjak tahun
2009 unit religi kegiatannya disatukan di TC jadi hanya ada satu
program tapi masih berbasis religi, karena TC itu ada 4 struktur 5
pilar disitu ada religius setion di waktu-waktu shalat fardhu saja
dan kegiatan di magrib sampai isya”1
Beliau sehari-hari memberi kegiatan bimbingan agama rutin pada
religious session setiap hari di waktu shalat dan kegiatan rutin keagamaan
setelah Magrib sampai Isya. Beliau berharap dalam setiap kegiatannya
1 Wawancara dengan Jajang (ketua), Bogor, 12 Maret 2014.
64
membawa kebaikan dan berdampak positif terhadap kondisi
keberagamaan residen.
b. Ustadzah Musciner
Ustadzah Musciner lahir di Serang 15 april 1979, berasal dari
Tasikmalaya Jawa Barat. Beliau telah menjadi pembimbing agama di
Balai Besar Rehabilitasi BNN selama satu tahun berkat sang suami yakni
Ustadz Jajang yang telah lebih dahulu menjadi pembimbing di Balai Besar
Rehabilitasi BNN.
“Baru satu tahun. Sebelumnya suami dulu disini yang udah
kerja 5 tahun. Waktu itu disini belum ada ustadzah femalenya
disini. sebelumnya dulu saya di pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
Habis itu langsung kontrak dan melamar gak usah ikut residensial
karena gak ada pembimbing agama disini. Kalo pembimbing
nasrani mah ada, nah kalo yang muslim gak ada makanya saya
gabung ke BNN sekalian ikut suami”2
Status sebagai PHL tidak menyurut langkahnya untuk mengemban
amanah dan dakwah pada residen. Meskipun dalam praktik dilapangan
Ustadzah Musciner sering mengalami banyak kendala tapi itu tidak
menjadi masalah, dengan niat yang tulus untuk membantu residen kembali
ke fitrahnya.
Ustadzah Musciner merupakan pembimbing agama satu-satunya
yang ada di unit female (residen khusus wanita) yang bekerja sendiri
kegiatan keagamaan yang ada di tempat tersebut. Dalam proses
penyuluhan ini ustadzah merasa bertanggung jawab dalam merubah
2 Wawancara dengan Musciner (pembimbing), Bogor, 12 Maret 2014.
65
perilaku mereka, terutama yang masih belum bisa shalat, mengaji , wudhu
bahkan hingga berdoa.
2. Residen
Tabel 1
Gambaran Informan
No Nama Usia Pekerjaan Pendidikan
terakhir
Masa rehabilitasi
1 RN 33 tahun Karyawati DI
sekretaris
Re-Entry
2 NS 15 tahun Pelajar SMKN Re-Entry
3 SS 33 tahun Tidak Bekerja SMA Re-Entry
4 YI 28 tahun Wiraswasta SMP Re-Entry
a. Informan 1
RN, usia 33 Tahun asal bekasi, dia seorang lulusan D1 sekretaris
yang telah menjalani masa rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi
BNN pada bulan September 2013. Dari hasil wawancara dapat
diketahui bahwa RN telah mengkonsumsi Narkoba selama 13 tahun
dari tahun 2000. Dilahirkan dari keluarga yang sederhana, tinggal
bersama kakak-kakaknya di daerah bekasi. RN telah mengkonsumsi
narkoba jenis shabu-shanu, inex dan ganja sebagai bentuk proyeksi
untuk mengatasi rasa streessnya3, disamping itu akibat pergaulan yang
salah akhirnya RN menjadi ketergantungan narkoba.
3 Wawancara dengan RN (residen), Bogor, 14 Maret 2014.
66
“Saya masuk sini bulan September. Awalnya eeee waktu itu
kakak saya dijebak sama temennya dia dikirimin paket yang
ternyata isinya ternyata ekstasi , nah orang BNN dateng ke rumah
sama tukang pos nah pas dateng ke rumah dipanggil saksi RT
sama RW untuk membuka paket itu. ya otomatis yang tinggal di
rumah kakak saya ya waktu itu kan diperiksain satu persatu .nah
waktu itu kebagian kamar saya diperiksa terus ada plastik shabu
kosong, eee tapi karena saya ada hubungannya sama narkoba
akhirnya ya udah kakak bawa dibawa ke BNN ,saya juga dibawa
karena kan waktu itu polisi semua kira-kira yang ada keterkaitan
sama narkoba di bawa ke BNN jadi saksi statusnya. Eeehhh, nah
terus pas seminggu di BNN udah saya di BAP dan memang saya
gak ada keterkaitan dengan paket itu kan. Saya positif narkoba ,
ya terus udah saya kurabg bukti kuat ya udah saya akhirnya di
lepas, di BNN udah ok. Tapi karena kakak-kakak saya yang lain
eehhh kecewa lah yaaa sama saya akhirnya ya udah saya
diputuskan untuk masuk sini.”4
RN masuk ke Balai Besar Rehabilitasi dikarenakan adanya
kiriman paket dari teman kakaknya lewat sebuah jasa pengiriman,
diketahui bahwa polisi telah mempelajari kasus pengiriman paket yang
telah sampai di rumah RN. Setelah diperiksa oleh bantuan RW dan RT
isi dalam paket tu positif berisi narkoba. Saat penggeladahan oleh
polisi dilakukan RN kebetulan menyimpan plastik shabu (isinya sudah
terpakai) setelah itu dia diperiksa dan masuk BAP. Kakak-kakaknya
merasa kecewa dan atas keputusan bersama RN dimasukkan ke Balai
Besar Rehabilitasi untuk menjalani masa pemulihan dari
ketergantungan narkoba. Menurut kakak RN, dia memang harus
direhab.
4 Wawancara dengan RN (residen).
67
RN merasa setelah menjalani rehabilitasi, kesehatannya mulai
membaik baik jasmani dan rohani. Ia merasa kehidupannya kembali
berjalan normal dan sebagaimana mestinya, kini ia mulai menata
kembali hidup dan mulai mengenal kembali agama.
Menurut penulis RN sudah memiliki kepercayaan dirinya kembali
setelah di rehab enam bulan lamanya di Balai Besar Rehabilitasi BNN.
b. Informan 2
NS, berusia 15 tahun berasal dari Sanggau Kalimantan Selatan. NS
merupakan pelajar yang terjun juga di dunia entertainment sebagai DJ
hampir setiap malam. NS lahir dari keluarga yang berantakan (broken
home). NS telah menggunakan narkoba jenis kokain, key, ganja, inex ,
shabu, dan apetamin selama 4 tahun . Menurut keterangan NS saat
diwawancara sebelum masuk dan bergabung di Balai Besar
Rehabilitasi BNN dia sebelumnya masuk rehabilitasi di Wisma sirih
Pontianak Kalimantan Selatan.
”Pertamanya aku itu gak disini, aku di wisma sirih
Pontianak eeee terus sabtu mingguan di wisma sirih, gabungan
di RSC cuman waktu itu aku make udah tiga hari gak pulang
akhirnya papaku manggil intel akhirnya suruh nangkep aku
dimasukan ke wisma sirih. Di wisma sirih itu aku ketemu sama
staf disini, namanya sister Niza mantan residen juga. Terus aku
mau masuk sini, tapi ada imbalan disini, kayak kado gitu”5
Sebelum masuk ke wisma sirih, Ayah NS melakukan pencarian
dengan bantuan intel dan dipaksa pulang karena NS memakai barang
haram tersebut selama 3 hari berturut-turut tidak pulang ke rumah juga
5 Wawancara dengan NS (residen), Bogor, 14 Maret 2014.
68
tidak memberikan kabar pada keluarganya6. Di Wisma Sirih itu dia
bertemu dengan staf bagian female yang pernah menjadi mantan
residen kemudian di rujuk ke Balai Besar Rehabilitasi BNN dan mulai
masuk pada bulan September 2013. NS merasa dia sangat beruntung
bisa masuk Balai Besar rehabilitasi BNN, karena ditempat tersebut dia
bisa melakukan sosialisasi dengan yang lain, mengenal banyak orang,
hidup lebih sehat dan memiliki tujuan hidup yang lebih terarah
dibandingkan dengan kehidupannya dulu sebelum di rehabilitasi.
NS mulai kembali mengenal Agama Islam, diungkapkan bahwa
dirinya dulu sama sekali tidak pernah melakukan shalat dan membaca
Al-qur’an, saat menjalani rehabilitasi sedikit demi sedikit NS mulai
mencintai agamanya, bahwa belajar agama Islam itu Indah dan asik.7
Menurut penulis, NS masih memiliki cita-cita dan harapan yang
panjang, terlebih usianya yang masih belia. Hal ini ditandai saat
wawancara yang bersangkutan menyebutkan rencana-rencana yang
akan dilakukan setelah dia keluar dari tempat rehabilitasi.
c. Informan 3
SS, lahir di Jakarta 26 Febuari 1981. Berasal dari Jakarta dan
pernah kuliah di beberapa Unversitas dan terakhir duduk di bangku
kuliah semester 4 YAI di Salemba Jakarta. SS lahir dari keluarga yang
harmonis dan berkecukupan, dikarenakan masalah atau problem akibat
6 Wawancara dengan NS (residen)
7 Ibid.,
69
di putuskan oleh sang pacar maka ia mulai mencoba memakai narkoba
hingga ketergantungan selama 17 tahun lamanya.
“sepetember, aaa,,,ee, ya terus terang aja aku masuk sini ya
karena ketangkep polisi. Gitu kan ya, diwilayah peredaran
narkoba gitu yah dan ternyata setelah di tes urine dan ternyata
positip. Eee dan memang aku sudah dinyatakan sebagai
pemakai, dan kalo pemakai biasanya dimasukin rehab
dibandingkan dengan menjalani proses hukum kemudian proses
hukum berjalan dan akhirnya masuk ke rehabilitasi BNN ini.
Gitu”8
SS mengaku pernah beberapa kali berhenti memakai narkoba akan
tetapi tidak mengkuti proses rehabilitasi.9 Suatu ketika SS berada di
wilayah peredaran narkoba di salah satu tempat di Jakarta, polisi
datang dan digerebek. SS positif telah menggunakan narkoba lewat
proses tes urine kemudian masuk BAP. Lewat proses itu SS akhirnya
diputuskan menjalani rehabilitasi pada bulan September. Setelah
menjalani rehabilitasi SS merasa bangga dan mensyukuri semuanya,
bahwa dengan direhabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN ia telah
bersih dan pulih dari ketergantungan narkoba.
Menurut penulis SS begitu memiliki keinginan besar untuk
berhenti total untuk mengkonsumsi narkoba. Pengalamannya sebagai
pecandu selama 17 tahun telah merubah banyak hidupnya, dengan
alasan itulah setelah keluar dari Balai Rehabialitasi BNN dia akan
mengikuti OJT(On Job Training) untuk melatih keterampilannya
setelah berbaur bersama masyarakat nanti.
8 Wawancara dengan SS (residen),Bogor, 14 Maret 2014.
9 Ibid.,
70
d. Informan 4
YF, lahir di Medan 6 Mei 1985 seorang single parent memiliki tiga
orang anak. Masuk rehabilitasi pada bvulan Agustus 2013 atas
kemauan sendiri (Volunteer). YF mengaku kenal narkoba dari teman-
temannya dan alasannya karena masalah pribadi mengakibatkan salah
pergaulan. Mengkonsumsi Shabu-shabu dan Inex YF mengaku tak
pernah merasakan sakaw, hanya efek-efek kecil seperti badan kurus
dan selera makan yang berlebihan ketika putus zat (saat tidak
memakai).
“alasan aku masuk sini jujur ya aku udah capek yah sama
hidup yang gak beraturan hidup yang hitam hidup yang eee
dihantui dengan rasa bersalah semuanya bercampu. Dan aku
masuk sini karena aku volunteer yaa mau sendiri. Gak ada
paksaan dari orang lain”10
YF merasa senang dan mendapatkan keberuntungan bisa masuk ke
Balai Besar Rehabilitasi BNN karena bisa bertemu dengan teman-
teman dan orang-orang yang membentuk kepribadiannya. Ia juga
mengaku tidak mau lagi terjerumus ke dunia hitam karena selalu
diliputi rasa berdosa yang sangat besar terutama merasa dosa pada
kedua orang tuanya dan Allah swt. YF setelah keluar berencana akan
mengikuti OTJ (On Job Training). 11
Menurut penulis, YF merupakan orang yang memiliki keinginan
besar untuk berhenti dari ketergantungan narkoba. Hal ini ditandai
dengan masuknya YF secara sukarela tanpa paksaan. Alasannya
10
Wawancara dengan YF(residen), Bogor, 15 Maret 2014. 11
Ibid.,
71
karena YF sudah memiliki momongan, dia merasa malu, malu pada
orang tua maupun pada anak-anaknya.
B. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis
Kelompok di BNN
Ketika BNN di dirikan pada tahun 2007 maka bimbingan agama
itupun lahir. Kegiatan religi bersanding dengan kegiatan TC yang
keduanya merupakan program penting yang dijadikan sebagai salah satu
metode untuk pemulihan ketergantungan residen terhadap narkoba.12
Metode pertama yang dipakai adalah metode religi innaba
surayalaya dan yang kedua TC. Pada saat itu BNN membutuhkan tenaga
pembimbing keagamaan, oleh Karena itu BNN akhirnya menarik orang
dari pesantren suryalaya untuk ikut bergabung, akan tetapi semenjak tahun
2009 unit religi kegiatannya disatukan ke dalam program TC, jadi dalam
program TC itu sudah terdapat sesi religius.
1. Terapi wudhu
Terapi wudhu diterapkan pada residen setiap hari selama
dilaksanakannya shalat lima waktu. Terapi wudhu ini terdiri dari
wudhu sunnah dan wudhu wajib, wudhu sunnah ialah wudhu yang
dilakukan pada saat shalat waktu dan wudhu wajib ialah wudhu yang
dilaksanakan pada saat mandi wajib.
Semua residen diteliti cara wudhunya, apakah wudhunya
sempurna atau tidak. Sebelumnya di detox satu persatu residen
12
Wawancara dengan jajang (ketua), Bogor, 12 Maret 2014.
72
ditanya apakah dia seorang muslim taat atau bukan, lalu residen
ditanya perihal bacaan wudhu beserta wudhu niat, bacaan dan
semuanya. Setelah hadits tentang wudhu, bagaimana caranya wudhu
sempurna untuk menarik minat mereka, karena sebelumnya mereka
tidak pernah shalat apalagi wudhu jadi diniatkan lagi supaya mereka
cinta dengan shalat dan wudhu dikarenakan tidak pernah dekat lagi
dengan agama. 13
2. Kultum dan Tausiah
Sebelum masuk ikut bergabung dengan kegiatan rehabilitasi di
Balai Besar Rehabilitasi BNN, di detox residen ditanya banyak hal
terutama tentang tingkat pengetahuan agamanya. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana potensi keagamaan yang mereka
miliki sebagai aset yang perlu dikembangkan. Jika sudah tahu residen
mana yang memiliki potensi besar dalam mendalami agama, maka
residen yang memiliki kemampuan diharuskan untuk memberikan
kultum di setiap malam selasa setelah magrib. Adapun tausiah yang
disampaikan oleh penyuluh di waktu yang sama hanya saja setelah
residen memberikan kultum. Kegiatan ini bertujuan untuk
membangkitkan kembali rasa keagamaannya yang telah hilang,
karena setelah menkonsumsi narkoba residen kurang dekat dengan
Allah SWT.
3. Tadarus Al-Qur’an
1313
Wawancara dengan Musciner (pembimbing).
73
Membaca Al-qur’an bersama-sama di waktu setelah magrib sampai
isya dilakukan secara bersama-sama. Membaca dipimpin oleh salah
satu residen kemudian diikuti oleh residen lainnya.
4. Kaligrafi
Adanya seni kaligrafi untuk para residen bertujuan untuk
mengasah kemampuan residen dalam seni sekaligus mengenal
agamanya sendiri. Kegitan ini berlangsung setiap minggu di malam
kamis setelah magrib hingga isya.
5. Membaca surat Yasin
Tentang keutamaan membaca yasin ini telah diriwayatkan oleh
Abu Ya’la dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Siapa
yang membaca surat yasin pada suatu malam maka pada pagi harinya
ia dalam keadaan diampuni. Siapa yang membaca hamiim yang
didalamnya disebutkan ad dukhan maka pada pagi harinya ia dalam
keadaan diampuni.” Ibnul Jauzi pun menyatakan bahwa seluruh jalan
hadits ini adalah batil yang tidak memiliki dasar. 14
Didalam hadits-hadits yang menyatakan pembacaan yasiin pada
suatu malam—meskipun sebagiannya lemah atau bahkan maudhu’—
disebutkan secara mutlak atau tidak ada pengkhususan pembacaannya
pada malam-malam tertentu, seperti malam jum’at atau malam
lainnya.
14
Tulisan diatas diambil dari website eramuslim, lebih lengkap bisa dilihat di
website:http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/keutamaan-membaca-surat-
yaasin.htm#.UzVRzPmSxK0 diakses pada tanggal 28 maret 2014 pukul 17.44 wib
74
Hal itu sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda,”Janganlah kamu
mengkhususkan malam jum’at dengan suatu qiyam (shalat malam)
diantara malam-malam lainnya. Janganlah kamu mengkhususkan
hari jum’at dengan puasa tertentu diantara hari-hari lainnya kecuali
apabila hari itu bertepatan dengan puasa salah seorang diantaramu.”
6. Nonton Bareng
Nonton bareng merupakan program yang dilakukan secara
rutin pada malam sabtu di waktu setelah magrib hingga Isya. Isi
tontonan meliputi “khazanah” yang membahas berbagai macam-
macam persoalan berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Setelah itu
diadakannya sesi tanya jawab. Para residen tampak sangat menikmati
kegiatan tanya jawab yang dilangsungkan selama satu jam ini. 15
Nonton Bareng adalah salah satu strategi, resien diajak tanpa
harus mendapat paksaan. Menggunakan metode ini cukup jitu untuk
memberikan pengetahuan, pemahaman dan menarik minat residen
untuk lebih mencintai dan memperdalam agama Islam.
C. Hasil penelitian
a. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis
Kelompok (Religious Session)
Setelah dilakukannya pengambilan data melalui wawancara
dan observasi langsung ke tempat penelitian, maka diperoleh hasil
15
Observasi lapangan di Balai Besar Rehabilitasi BNN, Bogor, 23 November 2013.
75
analisis dampak penyuluhan Agama Islam dengan pendekatan berbasis
kelompok dalam pemulihan ketergantungan Narkoba.
Pembinaan akhlak residen dibentuk kegiatan religious session
atau kegiatan penyuluhan agama Islam yang dibentuk untuk perbaikan
akhlak dan mengenal kembali agama Islam. Kegiatan ini dilaksanakan
setiap hari senin- minggu pada pukul 05.00-19.45 WIB (untuk agama
islam dilaksanakan pada jam-jam shalat 5 waktu dan untuk agama non
Islam menyanyikan lagu atau puji-pujian). Kegiatan ini dilaksanakan
oleh residen dan staf yang ada di Unitra.
Pada awalnya BNN menerapkan 2 metode yang dipakai dalam
proses pemulihan ketergantungan narkoba yakni TC & religious
Session, masing-masing metode merupakan kegiatan yang berdiri
sendiri. Namun pada tahun 2009 kegiatan religious session dianggap
tidak efektif dan jam waktu yang selalu bentrok dengan TC. Maka dari
itu tahun 2009 religious session disatukan dengan metode TC.
Sedangkan menurut keterangan Ustad Jajang :
“ tahun 2007 ada dua metode yang dipakai disiniuntuk
merehabilitasi para korban narkoba. Yang kesatu metode yang
dipakai adalah metode religi innaba surayalaya, yang kedua TC.
Karena BNN minta pihak suryalaya untuk ikut bergabung maka
saya di tasik kesini untuk menjadi unit religi, tapi semenjak tahun
2009 unit religi kegiatannya disatukan di TC jadi hanya ada satu
program tapi masih berbasis religi, karena TC itu ada 4 struktur
5 pilar disitu ada religious session di waktu-waktu shalat fardhu
saja dan kegiatan di magrib sampai isya.”16
16
Wawancara dengan Jajang (ketua).
76
Dari semua kegiatan yang disebutkan, semua kegiatan dilaksakan
dengan tepat waktu sesuai dengan pengawasan dari pihak-pihak BNN,
hal ini ditujukan untuk melatih kedisiplinan dan tanggung jawab pada
dirinya sendiri maupun pada kepercayaannya. Diharapkan dalam
setiap program residen mampu sehat secara rohani maupun sehat
secara spiritual. Menurut ibu ustadzah Musciner:
“ kalo itu saya kasih terapi wudhu, kan kalo di Islam kan
ada terapi wudhu, ada wudhu sunnah wudhu wajib. Kalo wudhu
sunnah ada mandi wajib kan kalo wanita ada tuh mandi besar
selepas datang bulan,yang kedua wudhu wajib yaitu wudhu saat
mau melaksanakan shalat. Semua residen diteliti cara wudhunya
apakah wudhunya sempurna atau tidak kayak anak sekolahan aja
gitu gak pernah ngerjainkan satu-satu diperhatiin. Di detox saya
tanya apakah residen itu muslim bener atau enggak, saya tanya
tau bacaan wudhu atau enggak satu-satu dites bacaan wudhu niat,
bacaan dan semuanya. Habis itu dikasih hadits tentang wudhu,
bagaimana caranya wudhu sempurna jadi buat menarik mereka
juga kan mereka gak pernah shalat apalagi wudhu jadi diniatkan
lagi supaya mereka cinta dengan shalat dan wudhu soalnya kan
gak pernah dekat lagi dengan agama. Selain itu saya ajarkan juga
doa-doa pendek, doa bacaan niat shalat, masuk nushala dan
lainnya biar mereka tahu. Hanya saja setiap waktu shalat itu
singkat karena disini kan yang ditekankan kan program TC. Ada
juga kegiatan dari magrib ke isya. Malam Selasa ada kultum dari
residen dan ada juga tausiah dari saya abis itu kadang kana da
anak yang pengen sharing sama saya yaudah itu dipakai juga buat
sharing. Malam Rabu tadarus dari Al-qur’an yang ayat pendek
dan ayat panjang. Malam kamis kaligrafi, maksudnya kan biar gak
bosen kan kalo dikasih tausiah mah suka bosen. Malam Jum’at
yasinan sama membaca Alfatihah, mendoakan yang sakit,
mendoakan yang meninggal dll. Malam sabutu itu ada nonton saya
ambil dari tayangan khazanah biar gak bosen kan kalo tayangan
atau nonton bareng lebih efektif” 17
Menurut penulis, dari keterangan Ustadzah Musciner bisa kita
peroleh keterangan bahwa dalam kegiatan religious session adanya
17
Wawancara dengan Musciner (pembimbing).
77
ikhtiar sosialisasi aqidah, ukhuwah Islamiah, ta’awwun dan sholat.
Suatu cara dalam meningkatkan jiwa keberagamaan pada tiap-tiap
residen.
Semua kegiatan dilakukan secara teratur dan dilaksanakan
dengan tepat waktu, setiap hari senin sampai jum’at dibawah
pengawasan para ustadz dan ustadzah, dan saat weekend dilakukan
secara mandiri diawasi oleh staf. Berikut petikan wawancara ustadzah
musciner:
“misalnya bareng-bareng baca asmaul husna, bacaan
tasbi, shalat, kaligrafi, tuasiah, kultum dan nonton. Itu sudah
terjadwal dari senin samapi minggu”18
Semua residen memiliki banyak potensi yang sangat potensial
untuk dikembang dikemudian hari, hanya perlu pembinaan yang
intensif dan ditanamkan rasa kepercayaan diri.
“mmm…aaa…macam-macam sih ya, kayak ada musik,
marawis, terus lukis, komputer, broadcasting, ada juga di bidang
agama juga kayak misalkan ada yang pernah ikut MTQ kabupaten
ada juga memang dia dirumahnya punya majlis taklim jadi bisa
tausiah, kayak kita aja sih Cuma bedanya mereka ketergantungan
obat aja”19
Menurut penulis dari keterangan Pak Ustad Jajang , para residen memang
memiliki banyak bakat yang potensial. Hal ini diperkuat dengan
keterangan dari ustadzah Musciner:
“jadi sebelumnya saya ngajarin doa belajar, tadinya gak
bisa hafal terus hafal. Batu sebegitu kerasnya bisa berubah,
apalagi akal kalo diasah terus mah bisa. Residen yang udah hafal
18
Wawancara dengan Musciner (pembimbing). 19
Wawancara dengan Jajang (ketua)
78
doanya maka saya suruh bimbing teman-temannya , jadi bakatnya
itu. Kalo keterampilan itu di TC, kalo keterampilan keagamaan
disini”20
Metode pengembangan bimbingan dan keterampilan bagi residen
yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan di Balai Besar Rehabilitasi BNN
cukup beragam, meskipun keberadaan religious session sudah tidak berdiri
sendiri dan menginduk pada program TC. Berikut petikan wawancara
ustadzah Musciner:
“kalo biasanya selain kaligrafi pas ada mau lomba-
lomba, lomba puisi, lomba baca Al-qur’an itu baru latihan satu-
satu. Metodenya latihan, dilatih satu-satu baru dilombakan sama
anak male”21
Menurut penulis kegiatan-kegiatan yang dikembangkan memang
banyak, seperti Terapi wudhu, membaca asmaul husna, dll perlu
pengulangan agar bisa masuk dalam hati sanubari residen. Dengan metode
latihan berkali-kali diyakini mampu memberikan asupan rohani yang
cukup besar. Karena latihan mampu meningkatkan kecakapan dalam
praktik ibadah.
Selain memberikan program religious session lewat kegiatan-
kegiatan yang sudah dirancang oleh bagian keagamaan, ada pula bentuk-
bentuk penyuluhan agama yang lain misalnya membuat jargon, menulis
hadits-hadits, dll yang bentuknya tulisan untuk mempermudah pemahaman
residen.22
20
Wawancara dengan Jajang (ketua) 21
Ibid., 22
Wawancara dengan ustadzah Musciner (pembimbing)
79
Program ini tidak akan berjalan dengan baik jika tidak adanya
kesadaran residen dalam mengikuti berbagai program yang sudah di
bentuk oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN. Setelah penulis observasi dan
wawancara dengan residen, kegiatan ini memiliki pengaruh yang amat
besar pada kesehatan rohani , jasmani. Berikut petikan wawancara :
“yah eee bersyukur gua masih punya Tuhan dalam agama gue.
Sempet nyokap sama bokap pisah aku ngikut ke orang Kristen prostenstan
jadi aku ikut agama itu sampe sebelum disinilah. Sebelum kesini namanya
shalat tuh gue gak pernah jadi kayak gak punya agama. Tapi sekarang
aku disini, gue malah ngerasain apa yahhh…eeee enak gitu belajar agama
Islam itu. Aku banyak tanya sama ustadzah, ustadzah nya juga baik siap
dengerin apa yang aku tanya dan siap menjawab dan aku banyak banget
dapet pembelajaran tentang nabi”
Menurut penulis, penilain residen terhadap kegiatan penyuluhan
agama Islam dengan beragam kegiatan ini cukup memberikan dorongan
positif. Muncul kemauan yang besar untuk berubah, serta sembuh dari
kecanduan narkoba. Biasanya residen tidak hanya memilki masalah
dengan kecanduannya saja, akan tetapi ada juga masalah lain seperti
masalah keluarga hingga asmara. Lewat kegiatan-kegiatan penyuluhan
agama ini setidaknya memberikan pikiran yang positif terhadap hidupnya,
merubah cara pandang, dan mampu berserah diri akan semua masalah. 23
Selain itu banyak diantara residen tidak mampu berdoa dengan
baik dan benar, atau bahkan sama sekali tidak mau berdoa. Kondisi inilah
yang mengharuskan kerja keras agar mampu menarik minat untuk lebih
dekat lagi kepada tuhan24
. Berkat kerjasama residen, kini hampir semua
23
Wawancara dengan ustadzah Musciner (pembimbing) 24
Wawancara dengan Jajang. (ketua)
80
residen mampu melakukan kegiatan berdoa tanpa harus disuruh. Kegiatan
itu sebetulnya mendorong residen untuk terus dekat dengan Allah SWT
sebagai bentuk pemulihan ketergantungan narkoba
b. Dampak Penyuluhan Agama Islam Terhadap Residen Dengan
Pendekatan Berbasis Kelompok Pada Pemulihan Ketergantungan
Narkoba
Setelah direhabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi kondisi
kesehatannya berangsur-angsur membaik, baik kesehatan fisik, kesehatan
mental spritual, psikis maupun kesehatan sosial.
Program TC maupun program Penyuluhan agama Islam saling
mengisi untuk pemulihan ketergantungan narkoba pada residen.
Tujuannya agar mantan pecandu narkoba bisa hidup lebih produktif, layak,
serta mandiri di masyarakat nanti. Untuk mencapai tujuan tersebut harus
melewati masa rehabilitasi yang lumayan panjang demi menyandang
predikat “sehat”.
Seorang residen dikatakan sehat harus melewati beberapa tahap
rehabilitasi. Pertama residen harus masuk ke detoxifikasi (penanganan
putus zat dengan terapi simptomatik selama 2 minggu. Setelah itu Entry
(fase stabilitasi pasca putus zat 2 minggu) kemudian masuk ke masa
rehabilitasi yakni Primary dengan mengikuti rehabilitasi TC (Therapeutic
Community) dan religious session. Dan fase terakhir rehabilitasi adalah
Re-Entry (Terapi lanjutan TC dan vokasional).
81
1. Dampak pada kesehatan fisik dan Mental spiritual
Sesuai dengan visi misi penyuluh agama, yakni untuk membangun
kehidupan yang layak, manusiawi, normatif, produktif, mandiri, serta
membangun kecerdasan mental spiritual dengan membangun jiwa-jiwa
melalui nilai-nilai keimanan, maka penyuluhan agama Islam adalah
sebagai bentuk rehabilitasi untuk menyadarkan residen mengenai hakikat
hidup di dunia dengan beribadah kepada Allah SWT.
Jika sudah menyadari arti penting agama dalam dirinya, otomatis
akan sehat juga pada fisiknya. Akan lebih menghargai pada dirinya
sendiri, menghargai orang lain, menghargai kesehatan badan sendiri
karena sudah faham bahwa raganya adalah titipan dari maha pencipta.
Dampak penyuluhan agama Islam telah dirasakan oleh residen di
Balai Besar Rehabilitasi BNN setelah di rehab selam 6 bulan dan masuk
ke masa Re-Entry (masa rekonsiliasi) RN mengaku dia sehat secara fisik,
berikut petikan wawancara dengan salah satu residen :
“eee…kalo secara fisik sih sehat kalo Cuma disini tuh enggak ada
istilah sembuh ya buat pengguna narkoba ada juga pulih. Kalo
pulih itu seumur hidup, dibilang sakit kita pas pemakaian baru itu
dimain sakit. ada. Kalo dari jasmani yaaaa, normal yah. Sebelum
pemakaian ya saya kayak sekarang ini terus dari rohani yaaaa
emang sih satu karena dikondisikan, kedua karena ada rasa
penyesalan waktu-waktu kemaren itu ibaratnya ya udahlah kapan
lagi, mumpung dikondisikan . akhirnya otomatis rasa dosa itu
datang sendiri dari jiwa sendiri, ya udah apalagi disini jauh dari
keluarga, jauh dari orang yang kita sayangin, terus tekanan-
tekanan disini otomatis mendekatkan diri kita sama Tuhan. Ya udah
ngadunya sama Tuhan bukan sama yang laen, jadi gak ibaratnya
nasib yang aku rasain sekarang ”25
25
Wawancara dengan RN (residen)
82
Menurut penulis setekah diamati, RN juga menyadari apa yang
telah dia lakukan, kesalah besar apa yang telah merenggut masa depannya.
Jauh dari keluarga dan adanya tekanan-tekanan yang dialaminya selama
rehabilitasi membuatnya dekat dengan Tuhan, mampu shalat lima waktu
dengan baik dan tepat waktu. Serta selalu berdoa mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
Sama halnya dengan RN, SS juga merasa kesehatannya berangsur-
angsur membaik. Setelah menjalani masa rehabilitasi 6 bulan, SS mampu
meyakini bahwa dirinya telah sehat secara fisik dan mental spiritual.
“.eee, signifikan sih enggak. Tapi kemajuan memang ada,
sekarang saya lebih mensyukuri semua-mua yang saya punya
sekarang. Gitu. Sekarang saya sadar banget apapun disyukuri
sama Tuhan, apapun yang saya punya bisa diambil sekejap mata
sama Tuhan, apapun tentang kesehatan saya sekarang semuanya
rencana Tuhan, Saya dulu ada niatan ingin berenti dari narkoba,
terus saya ketangkap dan masuk sini juga itu kehendak Tuhan.
Jadi ada hikmahnya, saya bukan ini banget sama agama gitu ya,
eee tapi saya kahirnya percaya apalagi saya percaya tempat ini
rumah doa juga gitu, saya sehat disini percaya atau enggak ya, di
minggu-minggu pertama saat putus zat ( di detox) pada sakit-sakit
sakaw apalah, saya gak ngerasa sakit sampe kayak gitu tapi tetep
ada memang, ada pengaruh gitu. Saya kan make bukan setahun
dua tahun saya flashback dulu ya, dulu-dulu kalo saya berenti itu
badan saya sakit sampe gimana banget, ngilu-ngilu, perut sakit
semuanya deh pokoknya. Untuk lepas dari kecanduan itu badan
ngerasa sakit kayak disiksa, sekarang Alhamdulillah gampang
banget lancarrrr bangett. Tapi di bulan pertama rehabilitasi saya
susah tidur, tapi saya membandingkan dulu-dulu padahal dibantu
obat dari ahli , tapi terkadang saya gak terbatu. Ketika rehab
disini saya merasa ee jalannya dibikin lancer, dibikin mudah. Jadi
saya makin merasa bersyukur lagi gitu”26
26
Wawancara dengan SS (residen)
83
Berdasarkan petikan wawancara diatas, bisa disimpulkan bahwa SS
percaya akan adanya Tuhan. Proses masuknya SS ke tempat rehabilitasi
karena dia faham akan konsep keajaiban, ketuhanan dan kepercayaan
terhadap agamanya. Dengan begitu SS mampu berhenti dari rasa sugesti
untuk mengkonsumsi kembali narkoba. Sekarang SS lebih bersyukur akan
hidupnya, merasa bangga dengan apa yang diperoleh sekarang tanpa
menyesali masa lalunya yang penuh dengan dosa setelah 17 tahun lamanya
berkecimpung di dunia hitam. 27
Hal serupa juga diungkapkan oleh NS, seorang remaja yang telah
mencandu narkoba selama 4 tahun. Menurutnya, setelah direhabilitasi di
BNN dengan metode religius dia merasa sehat.
“kalo rohani nya yah eee bersyukur gua masih punya Tuhan dalam
agama gue. Sempet nyokap sama bokap pisah aku ngikut ke orang
Kristen prostenstan jadi aku ikut agama itu sampe sebelum
disinilah. Sebelum kesini namanya shalat tuh gue gak pernah jadi
kayak gak punya agama. Tapi sekarang aku disini, gue malah
ngerasain apa yahhh…eeee enak gitu belajar agama Islam itu. Aku
banyak tanya sama ustadzah, ustadzah nya juga baik siap dengerin
apa yang aku tanya dan siap menjawab dan aku banyak banget
dapet pembelajaran tentang nabi. Kalo jasmani(fisik), aku
pertama-tamanya aku ngerasa sakit disini, tapi aku pikir-pikir lagi
ini juga buat kebaikan aku. Yang aku rasain eeee kesell, sama
orang tua juga gituh. Terus banyak yang aku rasain lama
kelamaan aku jadi kangen sama orang tua merasa bersalah banget
tapi disisi yang lain nyokap gua punya salah sama gua. Mau
memperbaiki itu. Kalo fisik ituuuu penyakit pada numbuh semua,
yaa muncul kayak lambung aku sakit baru tahu juga aku ada asam
urat yang tinggi banget 3,3. Terus kayak apaaa…eeee masih kayak
ngerasain sugesti pengen make lagi”28
27
Wawancara dengan SS (residen) 28
Wawancara dengan NS (residen)
84
Menurut penulis, NS dalam masa putus zat beberapa kali
mengalami sakaw, serta sakit yang timbul akibat putus zat. Akan tetapi
dia mampu melalui fase itu dengan kuat, karena dia sadar bahwa rasa
sakit akibat putus zat adalah kebaikan bagi dia untuk mencapai
kesembuhan sesuai harapannya maupun harapan orang-orang di
sekelilingnya. Kemudian NS lebih dekat dengan Allah SWT, NS juga
merasa tertolong dengan adanya ustadzah yang mampu membantu
memecahkan problematika sehari-harinya.
Berbeda dengan RN, SS dan NS. YF hanya menjawab singkat. YF
sudah merasa sehat. Sebelumnya YF belum pernah merasakan sakaw,
sedangkan informan lain sudah merasakau sakaw. Selain itu YF merasa
dirinya begitu sehat, berikut petikan wawancaranya:
“banget, aku lebih menghargai agamaku sendiri, aku lebih
percaya akan adanya kekuatan doa dan aku percaya Tuhan itu
pasti hidup dan tau yang terbaik buat aku kalo kita yakin
insyaallah doa kita bakalan terkabul. Kalo jasmani aku ngerasa
banyak perubahan dari sisi jasmani aku. Ketika masuk sini
pertama kali aku kurus –kurus banget tapi sekarang timbangan
aku 79 kilo. Sehat banget-banget-banget. Karena kalo aku gak
pake shabu aku bawaan makan terus jadi ya itu. Sekarang aku mau
nikmatin hidup aja sih, aku dikasih semuanya dikasih anugerah
orang tua masih lengkap , ada anak biarpun suami gak ada tapi
aku bisa memotivasi diri aku. Aku gak boleh pesimis, harus
optimis. Sekarang aku mikirin jodoh, aku dua kali gagal berumah
tangga dan aku sekarang buat orang tua dulu deh dan diri
sendiri”29
Dari petikan wawancara diatas, YF merasakan lebih dekat dengan
Allah SWT. YF makin sering berdoa dan mulai memakai hijab sebagai
29
Wawancara dengan YF (residen)
85
komitmen awal menjadi insan yang lebih baik. 30
YF sekarang telah ada
di tahap Re-Entry dan dia lebih optimis pada hidupnya.
2. Dampak pada kesehatan psikis
Persamaan ciri individu yang sehat secara psikis atau mental,
yaitu individu tersebut hidup di saat ini, bukan masa lalu; hidupnya
digerakkan oleh tujuan, memiliki persepsi yang objektif, memiliki
tanggung jawab terhadap orang lain serta melihat kesempatan dalam
hidup sebagai tantangan, bukan ancaman.
Seseorang yang sehat psikisnya sudah sehat mampu memulihkan
kembali kehidupannya, dalam artian dia terbebas dari masa lalunya.
Selain memberikan praktik ibadah agama Islam pada residen,
Penyuluhan agama Islam juga memberikan pemahaman akan
tanggung jawab, persepsi yang objektif agar residen mampu menjadi
insan yang lebih baik lagi. Berikut petikan wawancara informan 1:
“ya waktu awal-awal aku merasa gagal,bimbang, kecewa,
tapi pas udah masuk bulan ke dua udah mulai nerima. Ngerasa
enjoy kok”31
RN adalah infroman 1 yang diwawancarai, menurut
penulis dari hasil wawancara bisa diketahui jika RN sudah
merasakan pulih dalam psikisnya. RN juga dalam bertindak selalu
dalam pertimbangan. 32
Informan selanjutnya NS, selama direhabilitasi di BNN
merasa lebih baik. Hal itu ditunjukkan dengan bertingkah laku baik,
30
Obeservasi lapangan di Balai Besar Rehabilitasi BNN, Bogor tanggal 14 maret 2014. 31
Wawancara dengan RN (residen) 32
Ibid.,
86
mematuhi semua peraturan yang ada dan ada rasa optimis serta
percaya pada diri sendiri. Berikut petikan wawancara dengan
informan 2:
“eeee….pertamanya disini, ada tahap-tahap di sini
nih. Banyak aturan dan pembelajaran dihukum. Habis dari
dikasih pembelajaran itu aku udah kapok banget dan
kesananya mulus-mulus aja. kalo kecewa ya masih,
kecewa…kecewa itu apa yah kecewa sama siapa gitu. Tapi
aku berpikir lagi oh aku yang salah aku harus diperbaiki
terus aku sedih gitu kangen sama orang tua kangen banget
aku tuh di visit sama orang tua dalam 6 bulan ini Cuma
sekali. Ya soalnya aku sempet pernah di younger pernah
kabur, mau coba kabur disitu aku ditangkep dan dibawa
kesini. Terus aku mau keluar dan mulai program lagi, disitu
staf ngasih aku kompensasi tapi harus ada komitmen, disitu
aku tulis komitmen nya , kalo begitu lagi aku ngelakuin hal
yang sama aku siap dikasih hukuman,di hair cut , dikasih
pembelajaran. Dari situ aku berpikir dual kali untuk
bertindak karena komitmennya sangat luar biasa, aku kangen
sama orang tua tapi jarang di visit dan Cuma bisa nelpon
doang 2 minggu sekal ”33
Menurut pengamatan penulis, NS sudah sehat secara psikis.
Dia mampu berkomitmen pada dirinya sendiri dengan
mempertimbangkan semua tindakan negatifnya.
Responden selanjutnya informan 3, SS. SS ini merupakan
pecandu yang cukup lama berkecimpung di dunia narkoba.
Sebelumnya SS seorang pecandu yang pernah berusaha untuk
berhenti dari ketergantungan narkoba, namun dengan kesadaran
sendiri tanpa dibantu oleh ahli medis.
SS mengaku pada penulis bahwa dirinya sudah mampu sehat
secara psikis, berikut petikan wawancara dengan SS:
33
Wawancara dengan NS (residen).
87
“ya kalo menurut saya, kalo saya membandingkan
perilaku saya sebelumnya, saya berusaha mengikuti peraturan
yang ada. Waktu awal-awal, waktu di detox saya masih belum
ikut kegiatan rehabilitasi masih masa detoxifikasi (putus zat)
disitu memang masih ada,apa yah reaksi-reaski negative,
transisi,ya namanya juga pengaruh pikiran saya segala
macem,stress dan saya itu tunjukan. Saya sempet marah-marah,
dari yang tadinya kehidupannya bebas lalu terkungkung.
Minggu pertama sempet seperti itu yak an, eeee dan lagi pada
saat itu saya merasa perlakuan yang dilakukan ke saya gak
dapet penjelasan apa-apa gitu, jadi sayapun ada rasa gak
menerima, ada rasa saya benar pada saat itu. Terus terang
memang waktu itu ada pemicunya, terus terang waktu itu saya
abis denger lagu yang sedih banget…saya pengen pulang cari
perhatian sama yang lain dengan cara marah-marah, nangis,
ngamuk, dikunciin, waktu itu saya denger lagu Ayah dan
kebetulan lagi sendirian. Tadinya kan saya bertiga, yang dua
udah lanjut ke program jadi tiba-tiba di detox itu saya
sendirian. Mungkin saya bertindak sebagai seorang “saya”
yang pecandu yaa yang kalo pengen sesuatu cari perhatiannya
dengan cara yang negative seperti itu yang kayak
nangis,marah-marah, tapi kalo inget-inget lagi saya malu juga
ya apalagi umur aku udah gak muda lagi.”34
Menurut penulis, SS sudah sehat secara psikis. Dirinya
menyadari kesalahannya ketika awal masuk ke Balai Besar
Rehabilitasi BNN. SS tidak mampu mengendalikan emosi dan
berakhir dengan marah-marah. Suatu ketika SS sempat masuk ruang
isolasi saat masuk ke tahap pertama yakni di detoxifikasi, saat itu
pemicunya adalah dia sedang rindu dengan suasana rumah. 35
Selain itu SS begitu percaya diri ketika penulis menanyakan
apakah dia masih sering gagal, kecewa dan bimbang. SS menjawab
dengan lugas dan percaya diri. Berikut petikan wawancara:
34
Wawancara dengan SS (residen). 35
Ibid.,
88
“Alhamdulillahnya enggak, banyak hal yang aku dapet disini.
Banyak orang lain yang nasibnya seberuntung saya gitu-gitu
sih. Tapi apa yah, ya udah deh yang dulu-dulu gak usah diinget.
Aku bukan tipe orang yang menyesali masa lalu, kebetulan aku
orangnya kayak gitu.”36
Informan 4, YF mengungkapkan pada penulis bahwa dirinya pun
merasa sehat secara psikis dengan bertingkah laku baik selama
rehabilitasi dan berlaku optimis dengan memperbaiki semua
attitudenya. Berikut petikan wawancara dengan YF:
“disini tempat orang buat salah, gak ada orang
yang mau masuk sini. Tapi aku disini aku mengembangkan
attitude aku, jadi ibaratnya kesalahan yang aku buat diliyar
aku bayar disini dan belajar itu gak gampang. Jadi.eee belum
seberapalah hukuman yang biasa aku terima disini, masih
ringan itu. Itu hukuman bertahun-tahun yang aku lakukan ke
mama papa dan 6 bulan disini. itubelum clear bagi aku dan
apapun aku harus terima kondisinya nanti. pastilah ada, kalo
semakin kita larut dalam perasaan itu kita gak akan growth
gak akan bangkit, udah tutup masa lalu dan sekarang aku
bangga dengan diri aku siapa sih yang mau masuk rehab ?
dan aku bisa menjalani pemulihan disini dan banyak banget
manfaat yang aku dapet. Bisa deket lagi dengan keluarga aku
aku deket sama kakak aku, dan Alhamdulillah abang aku
masuk sini di rehab juga. Dia make udah lama, Cuma aku gak
pernah mau ngomong sama orang tua aku, aku sistemnya
mereka biar tahu dari mulut orang jangan dari mulut aku.
Akhirnya masuk sendiri. Dengan memperoleh pembelajaran
disini ya aku gak mikir dampak nya apa impact nya apa diluar
gitu sih. Aku maunya sekarang aku gak mikir nanti apa yang
akan terjadi yang penting aku enak. Aku peroleh yang aku
mau hari ini, nanti nya ya bodok amat”37
Menurut penulis, YF sekarang sudah mampu
mempertimbangkan semua hal yang akan dilakukan, terlebih hal-hal
yang negatif. Dia mampu memproteksi dirinya dengan sugesti-
36
Ibid., 37
Wawancara dengan YF (residen)
89
sugesti yang positif, salah satunya ingat akan orang tua. YF memilki
keinginan membahagiakan orang disekitarnya, hal ini sejalan dengan
pendapat Rusmin Tumanggor. Rusmin tumanggor mengatakan
dalam teorinya, orang yang disebut sehat secara psikis yakni bebas
dari rasa gagal dan sudah mencapai kematangan dalam berbagai hal.
Bebas dari rasa gagal, pertentangan batin, kecemasan dan
tekanan yaitu bebas dari ketidakmampuan mengatasi rasa gagal,
melahirkan pikiran yang baik dalam situasi pertentangan batin,
sumber yang mencemaskan dan tekanan batin, jika yang
bersangkutan didatangi oleh sumber-sumber tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari. Kematangan yaitu terdapatnya
kematangan dalam melakukan sesuatu sikap dan tingkah laku itu
dijalankan penuh pertimbangan.
Hemat penulis, penyuluhan agama Islam dengan pendekatan
berbasis kelompok mampu mengubah perilaku dan mencapai kesehatan
secara psikis.
3. Dampak pada kesehatan Sosial
Selain dampak pada kesehalatan pada fisik, mental spiritual dan
psikis pada penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis
Kelompok Pada Pemulihan Ketergantungan Narkoba, terdapat pula
dampak pada kesehatan sosial yang mencakup adjustment (Penyesuaian
Diri) dan otonomi. Sejauh mana residen mampu untuk tidak bergantung
pada orang lain atau bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan mampu
90
mandiri secara mental. Pecandu narkoba sebelum melalui masa
rehabilitasi tidak mampu untuk mandiri bahkan tingkat produktivitasnya
rendah. Hubungan sosial dengan orang lain pun tidak seimbang.
Adjusment yaitu seseorang harus mampu menyesuaikan diri
terhadap dirinya sendiri, sosial budaya, dan agama yang dianutnya.
Otonomi (Berdiri Sendiri), adalah selalu bersifat mandiri atas segala
tugas-tugas atau kewajiban yang menjadi bebannya, tanpa suka
memikulkan beban-bebannya kepada orang lain dalam kondisi yang tidak
terpaksa, dan dalam hal ini yang tidak diketahui/ atau terpikil dapat
ditanyakan atau dimintakan bantuan orang lain. Penulis menanyakan
kedua hal tersebut saat wawancara berlangsung. Berikut petikan
wawancara dengan informan 1 RN :
“iya, alesannya ya itu awalnya saya gini yah. Disini
kan ada namanya single ya buat meng create kita buat kasih
stimulus. ya pokoknya bener-bener nih kita lagi belajar diuji
kesabaran. Soalnya kalo kepancing sama single pasti kita bakalan
balik ngamuk, single nya dari residen juga. Ada yang jadi single
ada yang jadi head, kalo single kerjaanya ngomel-ngomel, kalo ga
sabar kita kepancing yaaa… sempet waktu itu aku nangis, tapi aku
jadi sadar bahwa disini itu aku harus belajar dan tanggung jawab
sama diri sendiri dengan permasalahan disini, jalan keluarnya
gimana. Karena disini gak bisa minta tolong sama siapa kita gak
bisa, jadi kita diajarin untuk berdiri di kaki diri sendiri. kayak
sekarang ini nih aku jadi re –entry pas primary aku dikondisikan
diarahin gitu kan, apa-apa ditegor, dikasih tekanan lah. Nah di re-
entry ini kita eeee lagi di gini-in lagi, lagi kita penyesuaian lagi
karena kita kan ma pulang jadi di bikin gak kaku .kalo re-entry itu
pendewasaan , belajar untuk dewasa, kalo di primary disuruh-
suruh, di tegor dulu lah kalo di re-entry tanpa harus diarahin udah
jalan sendiri. Ngatur waktu ngatur diri sendiri. Tapi kadang baru
naik re-entry ada namanya orientasi, jadi ibarat kalo sekolah mah
kita lagi ditatar jadi semuanya saya yang ngerjain. Ibarat kata ,
91
pokoknya apa yang kita lakukan diluar itu dibales disini dan
belajar menghargai orang.”38
Menurut hemat penulis RN sudah berusaha untuk belajar mandiri
tanpa bantuan orang lain. Saat wawancara RN juga mengemukakan
ketika dalam keadaan kecanduan dia tidak dapat mengendalikan diri dan
selalu menyusahkan orang lain dalam berbagai hal terutama saudara-
saudaranya. 39
Dia juga belajar untuk menghargai hasil kerja keras orang
lain. Untuk penyesuaian diri (adjustment) RN mengemukakan dalam
petikan wawancara sebagai berikut:
“ya Alhamdulillah sejauh ini bisa yah. Gotong royong
berbagi , boarpun ada satu atau dua orang yang bikin kita kesel
tapi ya kita berusaha empati ajalah”40
Menurut penulis, RN telah melakukan adjusment dengan baik . Dia
berusaha mengeluarkan rasa empatinya terhadap sesama residen, staf dan
personel Balai Besar Rehabilitasi lainnya.
Informan 2 yakni NS mengemukakan bahwa dia juga sudah bisa
menyesuaikan diri dan telah melaksanakan otonomi dengan baik, berikut
petikan wawancara dengan NS:
“udah banyak deketin diri yaaa, karena mereka lah yang
nolong gue merekalah yang ngebantu pemulihan. banyak
komunikasi aja sih, awalnya mah canggung masihmasa bodoh dulu.
mandiri masih dikit sih ter follow up nya itu, tapi aku kan sekarang
udah bisa dikasih uang itu kan ya kalo udah ke minimarket akau
takut dimarahin jadi apa yang aku butuhin ya aku beli. Eee, kadang
sama-sama ya kadang barengan tergantung aku butuhnya aja”41
38
Wawancara dengan RN (residen) 39
Ibid., 40
Ibid, 41
Wawancara dengan NS (residen)
92
NS berusaha untuk berkomunikasi dengan staf dan residen demi
terciptanya hubungan yang baik diantara individu. NS mengaku sudah
bisa mandiri hanya saja belum sepenuhnya bisa meyakini pada dirinya
sendiri bahwa dia mampu untuk hidup secara otonomi. Menurut penulis
pendapat NS dipengaruhi oleh usia NS yang masih belia, yakni 15 tahun.
NS memiliki kecenderungan emosi yang berubah-rubah dan tidak stabil,
maka dia belum bisa mengendalikan emosinya secara seimbang.
SS informan ke 3 mengemukakan hal yang sama dengan dua
informan sebelumnya. SS juga sudah mampu melakukan penyesuaian diri
dengan staf maupun residen. Penyesuaian yang paling terpenting dengan
pola di tempat rehabilitasi yang perlu adaptasi.
“eee…semaksimal mungkin iya. Tetep ada bantuan dari
orang lain, tak bisa dipungkiri support itu memang penting ,
motivasi dari pihak keluarga.kebetulan disini kan konsepnya
kekeluargaan nih. kadang kalo feeling lagi sedih atau apa gitu saya
ngerasa banget gitu, biarpun saya tipe orang yang mandiri tapi
tetep saya ngerasa gitu dengan ketika saya pengen ngomong dan
orang ngedenger aja saya seneng udah terhibur. Support ada gitu.
kalo untuk masalah peraturan-peraturan itu menyesuaikan diri
dengan pola disini misalnya jadwal rutinnya, itungan cepet ya .
minggu pertama saya udah bisa adaptasi ya, tapi ya itu dia
masalah kebiasaan aku yang masih perilaku ya yang negatif mulai
cara ngomong, sinis, ya jadi kepribadian, habit misalnya,
kebiasaan buruk masalah bercanda gitu-gitu deh dan habit-habit
lain lah . kalo menurut saya dulu itu masalah sepele banget, itu
memang masih terus berproses sampai detik ini. Tapi kalo adaptasi
dengan pola dan lain-lain itu udah itungan cepet.”42
Menurut penulis SS berusaha semaksimal mungkin menekan
emosi-emosi negatif yang ada pada dirinya, misalnya cara berbicara,
42
Wawancara dengan SS(residen)
93
kebiasaan dll yang telah dibawa ketika menjadi seorang pecandu. Itu
diungkapkan dalam kalimat “ masih terus berproses samapai detik ini” .
Informan ke 4 YF memiliki persepsi berbeda dengan ketiga
responden diatas. Ketiga responden mengungkapkan sudah mampu
mandiri atas dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain, YF memiliki
pendapat berbeda tentang kemandirian. Berikut petikan wawancaranya:
“eeehh, sudah lah, dengan di detox aja aku dua minggu,
malam takbiran aku di detox sendiri lebaran aku sendiri itu sulit
banget pastinya yah makanya aku akhirnya bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan aku sendiri. Ibaratnya aku udah menyerahkan
diri , ini loh aku mau berubah dengan segala resikonya aku akan
jalani. Ya udah. kalo belajar mandiri aku belum yah, apa yah
masih berpangku sama orang tua aku juga gak punya penghasilan.
Tapi paling dapet dari usaha keluarga, pengen sih madiri tapi kalo
aku misalnya aku mau gimana-gimana bisa nyarih jodoh tetus aku
punya usaha . tapi sekarang nyari laki-laki yang bertanggung
jawab susah apalagi aku dengan kondisi 3 orang anak. Tapi aku
mikirnya orang tuaku masih mampu ngasih aku makan, orang
tuaku masih mampu nyekolahin aku. Tuhan yang baik pasti ngasih
aku jodoh yang baik, karena wanita yang baik pasti dikasih jodoh
yang baik juga. Kalo aku baik dengan orangtuaku kalo aku baik
dengan anak-anakku nanti Tuhan akan kasih yang terbaik buat
aku. Mandiri tanpa bantuan orang lain juga aku bisa katakana sih
belum, karena aku ngerasa aku masih butuh pertolongan, masih
aku masih belum bisa mandiri. Bertahun-tahun aku make lalu
disini aku jelas belum bisa mandiri dengan diri aku sendir
ikayaknya.”43
Menurut hemat penulis YF mengungkapkan belum bisa mandiri
dari segi finansial atau ekonomi. Dalam pengamatan penulis YF mampu
mandiri dalam melakukan tugas-tugas di tempat rehabilitasi, dalam tahap
re-entry YF sudah mampu berbaur melaksanakan tugas-tugasnya sebelum
kembali ke keluarga. Sedangkan untuk penyesuaian diri YF
43
Wawancara dengan YF (residen)
94
mengemukakan dengan lugas, dia sudah mampu menyesuaikan diri
dengan baik terlebih YF mengikuti rehabilitasi dengan sukarela
(volunteer) ke Balai Besar Rehabilitasi BNN.
c. Analisa SWOT pada lembaga yakni Strengths (kekuatan),Weakness
(kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman)
SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses
(kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman). “SWOT is
an acronym for the internal Strengths and Weaknesses of a business and
enviromental Opportunities and Threats facing that business.” 44
Adapun
pengertian lain “Swot is an acronym for a company’s Strength, Weakness,
Oppor, and Threats.”45
Jadi, SWOT adalah sebuah strategi yang mengevaluasi Strengths
(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan
Threats (ancaman) di dalam bisnis.
1. Analisis sumber daya
Salah satu kunci keberhasilan sebuah lembaga rehabilitasi
dalam menjalankan proses rehabilitasinya, umumnya ditunjang oleh
kualitas sumberdaya yang dimiliki. Oleh karena itu, penting bagi setiap
lembaga untuk menjaga loyalitas tenaga bimbingan dan staf yang ada
44
John A, Pearce II dan Richard B. Robinson Jr.. Strategic Management,3rd ed.(USA :
Richard D. Irwin, Illions, 1988)h. 292 45
Arthura A. Thompson dan A.J Strickland. Strategic management: concept and cases 7th
ed. (New York: Richard d. Irwin, inc.1993)h.87.
95
sebab secara tidak langsung berperan serta dalam menentukan kemajuan
proses rehabilitasi.
Tabel 2
No Faktor intern lembaga Uraian Kondisi hasil analisis
1 Pelaksanaan Penyuluhan
Agama Islam
Minat dan sikap terhadap penyuluhan cukup
baik .
Kinerja personel pembimbing terhadap
penanganan residen telah dilakukan secara baik.
Perubahan sikap residen dari proses detox
hingga re-entry mengalami perubahan yang
cukup signifikan setelah di bantu penyuluhan
agama Islam.
Residen memiliki bakat-bakat yang potensial
untuk dikembangkan, termasuk dalam bidang
agama.
Residen telah memiliki kepercayaan tinggi
terhadap pembimbing dan dirinya sendiri.
Minat dalam memanfaatkan fasilitas yang
disediakan cukup baik.
Pemanfaatan sarana dan prasarana serta
perpustakaan baik.
Pemanfaatan mushala dan masjid sebagai media
pembelajaran sudah dilakukan tapi kurang
intensif.
2 Tenaga pembimbing dan
staf
Kuantitas tenaga pembimbing bagi residen male
sudah memadai yakni 5 orang, sedangkan untuk
female belum, yakni hanya 1 orang saja.
Kulaifikasi staf dan pembimbing agama strata
pendidikan D3 hingga S2
Pendidikan tenaga pembimbing agama sudah
memenuhi syarat, lulusan universitas islam
sebuah pesantren.
Rata-rata kehadiran pembimbing agama dan staf
98 % dan berdisiplin tinggi.
5 Residen Residen male lebih banyak dibandingkan
residen female.
Jumlah residen male sekitar 60 orang dan female
12 .
Residen berasal dari berbagai daerah di
Indonesia
Residen memilki potensi cukjup besar untuk
96
No Faktor intern lembaga Uraian Kondisi hasil analisis
mengembangkan keterampilannya.
7 Peraturan dan tata tertib pembimbing memiliki peraturan yang ketat bagi
residen.
Residen memilki pembagian hak yang jelas
kedalam 3 fase yakni orientasi, intensif ,
resosialisasi dan fase pemantapan.
10 Sarana rekreasi dan
pengembangan bakat
residen
Residen diberi kesempatan dalam kegiatan
family outing dan static outing.
Pengembangan bakat sesuai dengan potensi
yang dimiliki masing-masing residen.
Sumber daya yang dijabarkan dalam bentuk tabel diatas merupakan
sumber daya intern lembaga yakni faktor-faktor yang ada di lembaga
tersebut. Sumber daya tersebut merupakan elemen penting dalam lembaga
sebagai pusat dalam kegiatan rehabilitasi setiap harinya. Setelah menjabarkan
factor intern, berikut ini faktor-faktor ekstern lembaga:
Tabel 3
No Faktor ekstern lembaga Uraian Kondisi hasil analisis
1 Teknologi Memilki teknologi dan informasi yang lengkap,
salah satunya memilki website :
http://www.babesrehab-bnn.info
Memilki kendaraan sendiri, berupa bis dan
ambulance.
Memiliki teknologi bimbingan yang cukup.
3
Sosial
Dukungan masyarakat terhadap keberadaan
lembaga sudah baik.
Masyarakat masih belum memilki kepercayaan
yang besar terhadap lembaga.
4 Budaya Budaya masyarakat masih tabu dengan narkoba
dan pengetahuan yang kurang.
Terbatasnya pengetahuan masyarakat terhadap
religious session di BNN
5 Pasar Intensitas promosi dan publikasi lewat berbagai
97
No Faktor ekstern lembaga Uraian Kondisi hasil analisis
media, misal majalah yang dikeluarkan setiap
bulan, iklan, penyuluhan, website dll.
Meraih kepercayaan minat masyarakat terhadap
lembaga.
Sumber daya ekstern adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
lembaga, faktor ekstern ini juga mempengaruhi dalam kegiatan rehabilitasi
di Balai Besar Rehabilitasi BNN. Keberhasilan sebuah lembaga tidak bisa
dibantu dengan sumber daya yang ada di dalam lembaga saja, akan tetapi
dari luarpun amat mempengaruhi.
2. Analisis SWOT
Setelah diketahui sumber daya yang adalah di lembaga, baik faktor
intern maupun ekstern, maka bisa kita analisis SWOT yaitu Strengths
(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats
(ancaman). Masing-masing dijabarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4
Kekuatan ( Strength)
1. Kualitas metode-metode bimbingan
2. Kenyamanan residen dalam bimbingan
3. Kualitas bimbingan
4. Kualitas metode bimbingan
Kelemahan (Weakness)
1. Kuantitas pembimbing
2. Kesulitan-kesulitan teknis dalam
bimbingan
3. Kinerja pembimbing belum optimal
4. Pengembangan metode bimbingan
Peluang (Opportunities)
1. Teknologi bimbingan
2. Kepercayaan masyarakat
3. Fasilitas
Ancaman ( Treaths)
1. Stabilitas dana untuk bimbingan
2. Kepercayaan masyarakat pada
lembaga.
98
4. Kerjasama dengan lembaga lain 3. Kendala penanganan residen
4. Penurunan minat residen dalam
bimbingan
Analisis seluruh faktor internal dan eksternal yang ada. Dari matriks tiga
dapat dihasilkan empat macam strategi organisasi dengan karakteristiknya
masing-masing, yakni sebagai berikut:
1. Strategi SO adalah strategi yang harus dapat menggunakan kekuatan
sekaligus memanfaatkan peluang yang ada.
2. Strategi WO adalah strategi yang harus ditunjukkan untuk mengurangi
kelemahan yang dihadapi dan pada saat yang bersamaan memanfaatkan
peluang yang ada.
3. Strategi ST adalah strategi yang harus mampu menonjolkan kekuatan
guna mengatasi ancaman yang mungkin timbul.
4. Strategi WT adalah strategi yang bertujuan mengatasi hambatan serta
meminimalkan dampak dari ancaman yang ada.
Berdasarkan permintaan berdasarkan pemetaan SWOT, berikut adalah
hasil asumsi-asumsi startegi dalam pengembangan penyuluhan agama
pada Balai Besar Rehabilitasi BNN:
Tabel 5
INTERNAL
EKSTERNAL
Kekuatan (s )
S.1 kualitas metode-metode
bimbingan
S.2 Kenyamanan residen dalam
bimbingan
S.3 Kualitas bimbingan
S.4 Kualitas metode bimbingan
Kelemahan (w)
W.1 Kuantitas pembimbing
W.2 Kesulitan-kesulitan teknis
dalam bimbingan
W.3 Kinerja pembimbing belum
optimal
W.4 Pengembangan metode
bimbingan
99
Peluang ( O )
O.1 Teknologi bimbingan
O.2 Kepercayaan
masyarakat
O.3 Fasilitas
O.4 Kerjasama dengan
lembaga lain
Asumsi strategi SO:
1. Terciptanya kualitas-kualitas
metode bimbingan dengan
ditunjang teknologi bimbingan.
2. Kenyamanan residen dalam
bimbingan menciptakan
kepercayaan masyarakat pada
lembaga.
3. Terwujudnya kualitas bimbingan
ditunjang dengan fasilitas yang
lengkap.
4. Kualitas metode bimbingan
dapat ditingkatkan dengan
bekerjasama dengan lembaga
lain.
Asumsi strategi WO:
1. Kuantitas pembimbing
ditanggulangi oleh
kepercayaan masyarakat.
2. Kesulitan-kesulitas teknis
dalam bimbingan
ditanggulangi oleh fasilitas.
3. Kinerja pembimbing belum
optimal ditanggulangi oleh
teknologi bimbingan.
4. Lemahnya pengembangan
metode bimbingan
ditanggulangi dengan
kerjasama bersama lembaga
lain.
Ancaman ( t )
T.1 Stabilitas dana untuk
bimbingan
T.2 Kepercayaan
masyarakat pada lembaga.
T.3 Kendala penanganan
residen
T.4 Penurunan minat
residen dalam
Asumsi strategi ST
1. Kualitas metode bimbingan yang
aik dapat menurunkan dampak
kendala penanganan residen.
2. Kenyamanan residen dalam
bimbingan dapat mempengaruhi
dampak penurunan minta residen
dalam bimbingan.
3. Kualitas bimbingan dapat
meningkatkan stabilitas dana
bimbingan .
4. Kualitas metode bimbingan
dapat menekan penurunan
kepercayaan masyarakat pada
lembaga.
Asumsi strategi WT
1. Memperkecil lemahnya
kuantitas pembimbing dapat
menghindar kendala
penanganan residen
2. Memperkecil kesulitan-
kesulitan teknis dalam
bimbingan dapat mengurangi
penurunan minat residen
dalam bimbingan
3. memperkecil kurangnya
kinerja pembimbing yang
belum optimal dapat
menghindari penurunan
kepercayaan masyarakat pada
lembaga.
4. Memperkecil lemahnya
pengembangan metode
bimbingan dapat
meningkatkan stabilitas dana
untuk bimbingan.
Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal lembaga maka
dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan.
Formulasi strategi ini dilakukan dengan alat analisis SWOT. Berdasarkan
100
hasil analisis matriks SWOT, maka alternatif yang dapat diperoleh adalah
sebagai berikut:
1. Strategi S.O
a. Bekerjasama dengan lembaga lain
Mengadakan workshop, temu lapangan, dan diklat untuk
pembimbing dapat meningkatkan kulaitas pembimbing dalam
kegiatan penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis
kelompok agar kualitas rehabilitasi tercapai. Antar pembimbing dan
staf terjalin kerjasama yang baik membentuk team work yang kuat
dan mampu memecahkan berbagai permasalahan rehabilitasi secara
bersama-sama.
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat
Lembaga hendaknya lebih memperhatikan respon masyarakat
terhadap lembaga, apakah lembaga sudah memberikan kepercayaan
yang baik atau belum dalam merehabilitasi korban ketergantungan
narkoba. Hal ini perlu diketahui untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan Balai Besar Rehabilitasi BNN dalam menangani
residen sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan kualaitas lembaga.
Diharapkan masyarakat mampu percaya dan yakin serta tidak
merasa was-was dalam merehabilitasi kerabat terdekatnya ke Balai
Besar Rehabilitasi BNN.
2 Strategi WO
a. Kuantitas pembimbing
101
Saran saya agar jumlah pembimbing agama ditambah,
idealnya 1:3. Dilapangan jumlah pembimbing untuk female hanya
satu orang yang menangani 12-16 org residen. Tentunya dengan
jumlah satu orang itu tidak akan efektif dalam menjalankan
kegiatan, dan tidak optimal. Sedangkan di Male pembimbing
berjumlah 4 orang menangani 60 orang. Penambahan pembimbing
agama ini untuk mencapai kenyamanan dan keberhasilan dalam
proses bimbingan, selain itu untuk peningkatan kualitas bimbingan
dan penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis
kelompok.
b. Kesulitan-kesulitas teknis
Kesulitan teknis dalam proses penyuluhan agama yakni
pembimbing tidak semua pembimbing agama yang ada di BNN
menguasai teknologi dan informasi. Sedangkan residen sangat
berminat bahkan antusias terhadap bimbingan yang menggunakan
audio visual misalnya film pendek mengenai agama Islam.
Pelaksanaan bimbingan untuk itu saran saya agar pengutan dalam
penguasaan teknologi dilakukan misalnya dilakukan BIMTEK
(Bimbingan Teknologi) khusus pembimbing agama sebagai bentuk
pelatihan teknologi.
3. Stategi ST
a. Kualitas metode bimbingan
102
Kualitas metode bimbingan dalam penyuluhan agama Islam
perlu adanya memperbaharui metode-metode konvensional yang
sudah lama. Diharapkan pembimbing lebih kreatif dan inovatif dalam
pengembangan metode-metode tersebut. Tujuannya agar residen tidak
bosan dan lebih tertarik dengan cara-cara yang baru.
b. Kenyamanan residen
Agar kenyamanan itu muncul dari dalam diri residen.
Penyuluh memperhatikan kebutuhan residen selama mengikuti proses
rehabilitasi. Residen diharapkan mau mendengarkan setiap materi
yang diberikan pembimbing, rilex tapi tidak mengantuk dan residen
antusias.
4. Strategi WT
a. Kinerja pembimbing
Kinerja pembimbing perlu ditingkatkan dari segi input dan
output. Metode yang digunakan selama ini masih menggunakan
metode konvensional, SDM inputnya terbatas dan output terbatas.
Dalam program sudah terprogram dengan baik dan seluruh kegiatan
dilaksakan setiap harinya, akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak
tepat waktu sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat dan waktu
pelaksanaannya relatif singkat.
b. Minat residen
103
Minat residen terhadap kegiatan penyuluhan agama Islam dengan
pendekatan berbasis kelompok belum maksimal, selama ini dalam
setiap kegiatan residen hanya mengikuti kegiatan yang ada dalam
jadwal harian. Diharapkan pembimbing agama mampu
meningkatkan minat residen dalam kegiatan penyuluhan agama ini.
3 Pemilihan Strategi
Pemilihan strategi ini bertujuan untuk menentukan strategi yang
bisa dijalankan oleh lembaga dan menentukan strategi mana yang menjadi
prioritas untuk dilaksanakan dalam dengan tujuan pengembangan metode-
metode dalam rehabilitasi bagi para residen. Berikut ini adalah urutan
prioritasnya.
strategi yang bisa dijalankan oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN
secara berurutan:
1. Kuantitas Pembimbing
2. Kualitas Metode Bimbingan
3. Kinerja Pembimbing
4. Minat Residen
5. Kepercayaan Residen
6. Kenyamanan Residen
7. Bekerjasama dengan lembaga lain
8. Meningkatkan kepercayaan masyarakat
Kuantitas pembimbing ditempatkan diurutan pertama karena dalam
penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok
104
kuantitaslah yang amat penting bagi Balai Besar Rehabilitasi BNN.
Jumlah pembimbing agama sangat minim, begitu pula dengan metode-
metodenya dan kinerja. Ketiga unsur tersebut akan mempengaruhi minat,
kepercayaan dan kenyamanan residen dalam proses penyuluhan agama,
serta akan mempengaruhi pula kepercayaan masyarakat terhadap lembaga.
105
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menganalisa dan meneliti permasalahan dalam skripsi
“Dampak Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis
Kelompok Terhadap Residen Dalam Pemulihan Ketergantungan Narkoba
di Balai Besar Rehabilitasi BNN”, akhirnya penulis sampai tahap pada
kesimpulan.
1. Dalam praktiknya, BNN telah melakukan kegiatan penyuluhan sesuai
dengan pendapat Carter V yakni kegiatan bersama, proses
pengembangan keterampilan sesuai dengan profesi, perkembangan
pribadi, proses sosial. Hasil penelitian di lapangan, ke empat proses
penyuluhan ini dilakukan secara keseluruhan. Kegiatan bersama,
religious session dengan pendekatan berbasis kelompok meliputi
kegiatan terapi wudhu, kultum dan tausiah, tadarus Al-Qur’an,
Kaligrafi, membaca surat Yaasin dan nonton bareng. Kegiatan lain
yaitu pengembangan keterampilan lewat program TC, berupa kegiatan
vokasional. Dalam kegiatan penyuluhan untuk mencapai keberhasilan
rehabilitasi dikemas berbeda dengan penyuluhan yang disarankan oleh
pendapat Carter V. Pengemasan penyuluhan ini dengan metode Religi
dan TC.
106
2. Indikator keberhasilan rehabilitasi adalah pulihnya residen dari
ketergantungan narkoba dan mencapai sehat secara fisik, mental
spiritual, psikis, dan sosial. Hasil penelitian, residen yang sudah
mengikuti penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis
kelompok selama kurang lebih 6 bulan dalam masa rehabilitasi, telah
mencapai kesehatan fisik, mental spritual dan sosial. Meskipun dalam
beberapa hal, residen masih sering merasa gagal, kecewa dan bimbang
serta rasa sugesti pada narkoba masih ada. Artinya, masih ada
kemungkinan residen kembali menggunakan narkoba atau kecanduan
narkoba. Disarankan adanya kerjasama pasca rehab terutama dengan
keluarga residen.
3. Berdasarkan pemetaan faktor eksternal dan internal pada
pembahasannya sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kekuatan
penyuluhan agama Islam di Balai Besar Rehabilitasi BNN ditentukan
oleh kuantitas pembimbing, kualitas metode bimbingan, kinerja
pembimbing, minat residen, kepercayaan residen, kenyamanan residen,
kerjasama dengan lembaga lain, dan peningkatkan kepercayaan
masyarakat.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas dari berbagai strategi yang telah
dijelaskan, adapun saran-saran sebagai berikut:
1. Penerimaan pembimbing agama rasio 1:3, adanya recruitment untuk
pembimbing agama di Balai Besar Rehabilitasi BNN.
107
2. Peningkatan kualitas pembimbing terutama penguasaan IT .
3. Pengembangan metode-metode konvensional
4. Peningkatan SDM Pembimbing baik input maupun output.
5. Bekerjasama dengan lembaga lain untuk peningkatan kualitas metode
bimbingan.
107
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Siharsimi. Prosedur Penelitian: Suatua Pendektan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996.
Arifin. M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta:
PT.Golden Terayon Press ,1994.
Arthura A. Thompson dan A.J Strickland. Strategic management: concept and
cases 7th ed. New York: Richard d. Irwin, inc.1993.
Behbehani, Soraya Susan. Fit and Within (Sehat dan Smart Tanpa Obat). Jakarta:
PT. Serambi Ilmu Semesta. 1999.
Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2004.
Davidson, Gerald C,dkk. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
2006
Departemen Agama RI, Materi Bimbingan dan Penyuluhan Jakarta: Derektorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam, 2003.
Daud, M. (Widyaswara Madya BDK Palembang), Jurnal : Pelaksanaan Penyuluh
Agama Dalam Pengembangan Masyarakat Islam di Kota Palembang.
(Palembang, 2011)
Echols,John .M. Kamus Bahasa Inggris- Indonesia. Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia Pustaka, 1987
Erman, Amti . Penyuluhan. Jakarta: Halia Indonesia, 1983.
Fahmi, Musthafa. Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.
Jakarta: Penerbit Bulan Bintang. 1977.
Iqbal Mubarrak, Wahid dan Nurul Chayatin. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori
dan Aplikasi .Jakarta:Penerbit Salemba Raya, 2009.
John A, Pearce II dan Richard B. Robinson Jr. Strategic Management,3rd ed.
USA : Richard D. Irwin, Illions, 1988.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud- Balai Pustaka, 1996.
Karsono, Edy . Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras. Bandung :
CV. YRAMA WIDYA, 2004
Lutfi, M. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
108
Nevid, Jeffrey s.,dkk. Abnormal Psychology in Changing World (Psikologi
Abnormal). Jakarta : Penerbit Erlangga. 2005
Marton, Lydia Harlina. 2006. Membantu Pecandu Narkoba dan Keluarga.
Jakarta: Balai Pustaka
Moleong, Lexy J. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001. cet ke 15.
Musnamar, Tohari.. (eds). Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Bimbingan
dan Konseling Islami. (Yogyakarta: Yogyakarta: UII Press.1992)
Nasuhi, Hamid. Al, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi) UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta. Jakarta: CeQDA,2007. cet
ke-2
Ramayulis. Metode Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2005.
Setiana, Lucie. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat, Bogor:
Penerbit Ghalia, 2005.
Siswanto. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.
Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2007.
Suprapto, Tommy, Komunikasi Penyuluhan, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran,
2004.
Subroto, Suryo.B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah , Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1997.
Sumiati dan Dinarti, dkk, Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan dan
Ketergantungan NAPZA. Jakarta: Penerbit CV. Trans Info Media, 2009.
Maryani, Lidya dan Muliani, Rizky . Epidemiologi Kesehatan, Yogyakarta:Graha
Ilmu, 2010.
Tumanggor,Rusmin. Ilmu Jiwa Agama (The Psychology Of Religion). Depok:
Ulinnuha Press,2002.
Tim Ahli BNN. petunjuk teknis advokasi bidang pencegahan penyalahgunaan
narkoba bagi lembaga/instansi pemerintah. Jakarta: 2007.
Tommy, Suprapto. dkk, Komunikasi Penyuluhan, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran,
2004.
Tri Iin, Rahayu dan Ardani Ardi Tristiandi, Observasi dan Wawancara, Jakarta:
PT. Bayu Media,2004.
Tim Penyusun Visi media. Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba, Tangerang:
Agromedia Pustaka, 2006.
109
Iqbal,Wahid Mubarak dan Nurul Chayatin. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori
dan Aplikasi.(Jakarta:Penerbit Salemba Raya, 2009
Website:
http://www.babesrehab-bnn.info/index.php/rehabilitasi/item/27-narkoba diakses
11/30/2013 pukul 21 45 wib
http://www.babesrehab-bnn.info/index.php/rehabilitasi diakses 11/30/2013 pukul
22.23
http://www.babesrehab-bnn.info/index.php/rehabilitasi diakses hari rabu tanggal
29 Januari pukul 14.26 WIB
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahap-
pemulihan-pecandu-narkoba diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul
01.32 WIB.
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahap-
pemulihan-pecandu-narkoba diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul
01.32 WIB.
http://sangpenyuluh.blogspot.com/p/majelis-taklim.html diakses pada tanggal 25 April
2014 pukul 00.45 WIB
http://emge89.mywapblog.com/narkoba-dan-macam-macam-jenis-narkoba.xhtml diakses
pada tanggal 25 april 2014 pukul 01.13 WIB.
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahap-
pemulihan-pecandu-narkoba ndiakses pada tanggal 25 April 2014 pukul
01.32 WIB.
Nama: Ustadz Jajang
Jabatan: Pembimbing dan penyuluh PHL (Pekerja harian lepas)
Tanggal Wawancara: 12 Maret 2014.
1. Sudah berapa lama Anda bekerja disini?
jawab: Saya sudah 5 tahun disini, jadi sejak awal berdiri eeee…tahun 2007 ada dua metode
yang dipakai disini untuk merehabilitasi para korban narkoba. Yang kesatu metode yang
dipakai adalah metode religi innaba surayalaya, yang kedua TC. Karena BNN minta pihak
suryalaya untuk ikut bergabung maka saya ditasik kesini untuk menjadi unit religi, tapi
semenjak tahun 2009 unit religi kegiatannya disatukan di TC jadi hanya ada satu program
tapi masih berbasis religi, karena TC itu ada 4 struktur 5 pilar disitu ada religius setion di
waktu-waktu shalat fardhu saja dan kegiatan di magrib sampai isya.
2. Apakah Anda ikut menyesuaikan diri dengan residen?
Jawab: ya saya menyesuaikan sama pribadi residen. eee..jadi kalo misalkan eee…kalo dulu
yang di religi itu karena programnya sudah baku dan modelnya hanya shalat, dzikir, mandi
kita tidak bisa merubah-rubah tidak bisa apa itu namanya, eeee…memodifikasi, jadi kita
bangun jam 2 buat mandi samapi subuh jadi kita ada di masjid, tapi kalo yang TC sekarang
kita gak ada di masjid jadi ada namanya mushala kemudian ada juga kalo ada kegiatan-
kegiatan diluar jam shalat kan ada yang namanya sekarang kegiatan gabungan jadi
shalatnya agak molor makanya kita menyusaikan aja.
3. Apakah Anda dan residen ikut meleburkan diri dengan masyarakat?
Jawab: kalo menleburkan diri sama masyarakat kita enggak, karena kita gak boleh keluar.
Jadi disini aja.
4. Materi apa saja yang diberikan proses perkembangan pribadi residen?
Jawab: kalo program itu eee, ada yang namanya shalat kemudian nanti ada taharah.
Kemudian doa-doa harian, membaca al-qur’an sama pelajaran-pelajaran agama Islam itu
dari senen sampai jum’at. Kalo sabtu-minggu mereka sendiri tapi kita sebelumnya udah ada
screening buat tau mana yang bisa mimpin shalat.
5. Apa saja bentuk perubahan perilaku emosi selama berinteraksi dengan residen?
Jawab: kalo saya, eee (diam sebentar dan berpikir) bukan emosi saya ya, saya perlu sabar
kali ya. Saya kan diajarkan selalu shalat tepat waktu nah kalo di TC ya shubuh aja yg tepat
waktu. Tapi itu juga banyak yang gak bisa tepat waktu, mungkin itu yang musti sabar terus
yaaa, belum lagi kalo ada anak-anak yang baru gabung biasanya mereka suka feeling bad
kan dari rumah yang punya keluarga tiba-tiba masuk sini sendirian kahirnya mereka Cuma
bengong aja, ngelamun.
6. Menurut Anda apakah residen masih bersikap individual setelah masuk ke tempat
ini?
Jawab: Kalo selama di tempat rehab, eeee mungkin kerena ada aturan yah jadi mereka taat
aturan . Tapi kalo udah misalkan dari emat bulan itu nanti ada primary terus ry-entry nah
mereka itu udah bisa jadi diri mereka sendiri, kalo mereka yang di primary masih dipaksa.
7. Apakah ada rasa memiliki antar residen?
Jawab: ya, nah itu kan TC nantyi ada 4 struktur 5 pilar, jargon, dan ajaran-ajaran itu ada
family . nah kalo misalkan ada keluarga yang bawa makanan untuk si A tapi itu tidak bisa
makan sendiri karena aturannya harus dibagi-bagi. Dari sepuluh bungkus paling dia cuma
makan dua sisanya buat temen-temennya,karena ada aturan family itu.
8. Bagaimana hubungan timbal balik antara individu dengan kelompok?
Jawab: dalam konsep TC juga, ketika mereka masuk kan mereka masih orang luar. Jadi
mereka di pilihkan body (pendamping) untuk mengarahkan. Karena mask sana atura-aturan
itu ada termasuk kekeluargaannya itu.
9. Menurut anda bakat apa saja yang dimiliki residen?
jawab: mmm…aaa…macam-macam sih ya, kayak ada music, marawis, terus lukis,
komputer, broadcasting, ada juga di bidang agama juga kayak misalkan ada yang pernah
ikut MTQ kabupaten ada juga memang dia dirumahnya punya majlis taklim jadi bisa
tausiah, kayak kita aja sih Cuma bedanya mereka ketergantungan obat aja.
10. Seperti apa metode pengembangan bimbingan dan keterampilan bagi residen?
Jawab: namanya vokasional yaa..kalo dikita ada musik, terus broadcasting, pertanian,
percetakan, masak, handmade , Cuma itu aja sih yang sekarang berjalan.
11. Kapan kegiatan bimbingan keterampilan itu dilakukan?
Jawab: setiap hari, kalo yang latihan music seminggu dua kali dan itu ganti-ganti lagi
dengan kegiatan lainnya.
12. Kegiatan apa saja yang diberikan pada residen?
Jawab: yang tadi itu aja sih, nanti kalo ada yang ma ikut kegiatan vokasioanal sama religi
kita kelompokkan langsung dibina. Tapi biasanya semua harus ikut kecuali musik karena
itu keterampilan.
13. Apakah dalam kegiatan bersama residen telah melakukan kegiatan interaksi sosial
dengan baik?
Jawab: kalo itu diluar yaa, soalnya kita cuma mengawasi di waktu-waktu shalat itu. Heee,
di religius setion itu.
14. Menurut anda, apakah ada perubahan pada residen setelah mengikui kegiatan-
kegiatan disini?
Jawab: Perubahan anak-anak, ya ada. Yang tadinya gak bisa ngaji jadi bisa ngaji akhirnya
kita bantu. Teruskan pas datang kita tes bacaan shalatnya, surat-surat pendek, jadi mereka
mau berdoa. Biasanya mereka sama sekali gak mau berdoa karena jah dari anak istri, bisa
nangis ya itu karena jauh.
Nama: Ustadzah Musciner
Jabatan: Pembimbing dan penyuluh PHL (Pekerja harian lepas)
Tanggal Wawancara: 12 Maret 2014.
1. Sudah berapa lama Anda bekerja disini?
jawab: Baru satu tahun. Sebelumnya suami dulu disini yang udah kerja 5 tahun disini.
Waktu itu disini belum ada ustazah femalenya disini sebelumnya dulu saya di pesantren
Suryalaya Tasikmalaya. Habis itu langsung kontrak dan melamar gak usah ikut
residensial karena gak ada pembimbing agama disini. Kalo pembimbing nasrani mah
ada, nah kalo yang muslim gak ada makanya saya gabung ke BNN sekalian ikut sami.
2. Apakah Anda ikut menyesuaikan diri dengan residen?
Jawab: iya, saya ikut menyesuaikan diri. Intinya mah menjadi contoh teladan, pertama
masuk sini dari atasan ditekankan itu akhlak . jadi kalo ketemu ucapin Assalamualaikum.
3. Apakah Anda dan residen ikut meleburkan diri dengan masyarakat?
Jawab: Kalo berbaur sama masyarakat kalo udah Re-entry, kalo primary ada
peraturannya. Kalo Re-entry boleh tapi gak tiap bulan, kadang satu tahun itu 2 kali karena
program disini gak sampe satu tahun programnya Cuma 6 bulan.
4. Materi apa saja yang diberikan proses perkembangan pribadi residen?
Jawab: kalo itu saya kasih terapi wudhu, kan kalo di Islam kan ada terapi wudhu, ada
wudhu sunnah wudhu wajib. Kalo wudhu sunnah ada mandi wajib kan kalo wanita ada
tuh mandi besar selepas datang bulan,yang kedua wudhu wajib yaitu wudhu saat mau
melaksanakan shalat. Semua residen diteliti cara wudhunya apakah wudhunya sempurna
atau tidak kayak anak sekolahan aja gitu gak pernah ngerjainkan satu-satu diperhatiin. Di
detox saya tanya apakah residen itu muslim bener atau enggak, saya tanya tau bacaan
wudhu atau enggak satu-satu dites bacaan wudhu niat, bacaan dan semuanya. Habis itu
dikasih hadits tentang wudhu, bagaimana caranya wudhu sempurna jadi buat menarik
mereka juga kan mereka gak pernah shalat apalagi wudhu jadi diniatkan lagi supaya
mereka cinta dengan shalat dan wudhu soalnya kan gak pernah dekat lagi dengan agama.
Selain itu saya ajarkan juga doa-doa pendek, doa bacaan niat shalat, masuk nushala dan
lainnya biar mereka tahu. Hanya saja setiap waktu shalat itu singkat karena disini kan
yang ditekankan kan program TC. Ada juga kegiatan dari magrib ke isya. Malam Selasa
ada kultum dari residen dan ada juga tausiah dari saya abis itu kadang kana da anak yang
pengen sharing sama saya yaudah itu dipakai juga buat sharing. Malam Rabu tadarus dari
Al-qur’an yang ayat pendek dan ayat panjang. Malam kamis kaligrafi, maksudnya kan
biar gak bosen kan kalo dikasih tausiah mah suka bosen. Malam Jum’at yasinan sama
membaca Alfatihah, mendoakan yang sakit, mendoakan yang meninggal dll. Malam
sabutu itu ada nonton saya ambil dari tayangan khazanah biar gak bosen kan kalo
tayangan atau nonton bareng lebih efektif.
5. Apa saja bentuk perubahan perilaku emosi selama berinteraksi dengan residen?
Jawab: kadang harus sabar, kan Allah mengajarkan kesabaram. Cuma kan kalo saya
ngomong ada yang terima ada yang enggak, saya sering tanya kamu masuk sini kenapa?
Kan kalo kesini pasti ada sebabnya. Saya harap mereka menjadi anak yang hebat bagi
oran tua, istri yang baik buat suami dan jadi ibu baik untuk anak-anaknya. Biar mereka
betah dan bermanfaat disini. Pengguna narkoba mah menutupi akal, jadi saya suka
memperingatin buat ngasih motivasi, memperbaiki niat mereka biar jadi orang sukses.
Tapi kadang masih ada aja yang gak bisa dikasih tau, eeee namanya juga penyakit
psikologis.
6. Menurut Anda apakah residen masih bersikap individual setelah masuk ke tempat
ini?
Jawab: Kalo disini gak boleh sendiri-sendiri harus saling komunikasi, kadang masa pahit
masalalu temennya tuh harus tahu gak boleh ditutup-tutupi.
7. Apakah ada rasa memiliki antar residen?
Jawab: harus ada dan sikapnya memang harus ditanamkan. Barang pribadipun kalo mau
dibagi harus kasih tahu sama mayer nya gak boleh minta apalagi gak bilang. Kalo sakit
gak boleh minta obat sama orang , makanya harus cepet-cepet sakit ke medis.
8. Bagaimana hubungan timbal balik antara individu dengan kelompok?
Jawab: kalo itu hubungan timbal balik ada, malah berjalan. Kayak saling tolong
menolong gotoroyong, pokoknya sama-sama.
9. Menurut anda bakat apa saja yang dimiliki residen?
jawab: jadi sebelumnya saya ngajarin doa belajar, tadinya gak bisa hafal terus hafal. Batu
sebegitu kerasnya bisa berubah, apalagi akal kalo diasah terus mah bisa. Residen yang
udah hafal doanya maka saya suruh bimbing teman-temannya , jadi bakatnya itu. Kalo
keterampilan itu di TC, kalo keterampilan keagamaan disini.
10. Seperti apa metode pengembangan bimbingan dan keterampilan bagi residen?
Jawab: kalo biasanya selain kaligrafi pas ada mau lomba-lomba, lomab puisi, lomba
baca Al-qur’an itu baru latihan satu-satu. Metodenya latihan, dilatih satu-satu baru
dilombakan sama anak male.
11. Kapan kegiatan bimbingan keterampilan itu dilakukan?
Jawab: kalo religi seminggu sekali ya itu kaligrafi , lomba-lomba itu dilaksanakan pas
ada kegiatan keagamaan aja.
12. Kegiatan apa saja yang diberikan pada residen?
Jawab: misalnya bareng-bareng baca asmaul husna, bacaan tasbi, shalat, kaligrafi,
tuasiah, kultum dan nonton. Itu sudah terjadwal dari senin samapi minggu.
13. Apakah dalam kegiatan bersama residen telah melakukan kegiatan interaksi sosial
dengan baik?
Jawab: ia harus, jadi gak boleh menyendiri atau mengisolasi sendiri. Kumpul satu harus
kumpul semua, aturan masuk mushala masuk semua, masuk library masuk semua, gak
boleh itu kegiatan sendiri-sendiri. Kecuali ada kegiatan recreation hour.
14. Menurut anda, apakah ada perubahan pada residen setelah mengikui kegiatan-
kegiatan disini?
Jawab: kalo perubahan ada, sedikit demi sedikit . tapi ya gak tau yah kalo udah keluar
dari sini bisa masuk lagi ada di rehab. Abis re-entry di tes lagi statusnya sebagai tamu
baut di tes urine lagi apa masih pake atau udah berhenti (positif atau negatif)
Nama responden : RN
Usia : 33
Tempat Tanggal Lahir : Bekasi
Pekerjaan : karyawati
Status : belum menikah
Pendidikan terakhir : D1, sekretaris
Tanggal wawancara : 14 Maret 2014
1. Kapan Anda masuk rehabilitasi ?
Jawab: Saya masuk sini bulan September. Awalnya eeee waktu itu kakak saya dijebak
sama temannya dia dikirimin paket yang ternyata isinya ternyata ekstasi, nah orang BNN
dateng ke rumah sama tukang pos nah pas dateng ke rumah dipanggil saksi RT sama RW
untk membuka paket itu .ya otomatis yang tinggal di rumah kakak saya ya waktu itu kan
diperiksain satu persatu nah waktu itu kebagian kamar saya diperiksa terus ada plastik
shabu kosong, eee tapi karena saya ada hubungannya sama narkoba akhirnya ya udah
kakak saya dibawa ke BNN saya juga dibawa karena kan waktu itu polisi semua kira-kira
yang ada keterkaitan sama narkoba di bawa ke BNN jadi saksi statusnya. Eeehhh, nah
terus pas seminggu di BNN udah saya di BAP dan memang saya gak ada keterkaitan
dengan paket itu kan. Saya positif narkoba , ya terus udah saya kurabg bukti kuat ya udah
saya akhirnya di lepas, di BNN udah ok. Tapi karena kakak-kakak saya yang lain eehhh
kecewa lah yaaa sama saya akhirnya ya udah saya diputuskan untuk masuk sini.
2. Sudah berapa lama Anda mengkonsumsi Narkoba?
Jawab: 13 tahun semenjak tahun 2000. Waktu itu sih udah lulus SMA.
3. Dari mana Anda mengenal Narkoba?
Jawab: karena pergaulan.
4. Jenis Narkoba apa saja yang Anda konsumsi ?
Jawab: inex, shabu-shabu, ganja. Udah itu ajah.
5. Bagaimana kesehatan Anda sekarang setelah menjalani rehabilitasi, apakah merasa
sehat dan fit?
Jawab: eee…kalo secara fisik sih sehat kalo Cuma disini tuh enggak ada istilah sembuh
ya buat pengguna narkoba ada juga pulih. Kalo pulih itu seumur hidup, dibilang sakit kita
pas pemakaian baru itu dimain sakit.
6. Bagaimanakah kegiatan sehari-hari Anda ketika sebelum dan sesudah rehabilitasi?
Jawab: Kegiatan sehari-hari ya jadi ngaco , awalnya biasa normal terus awalnya makenya
pas weekend doang kan. Kalo pas libur kerja, libur kerja kan sabtu minggu, jum’at malem
udah start eee tapi eee timbul dalam diri pengen tau efek apa nih yang bakal timbul kalo
gue pake tiap hari? Pengen tau kapasitas diri seberapa gitu kan ya, untuk menampung apa
dari efek narkoba itu., tapi lama kelamaan namanya manusia punya keterbatasan ya, ya
udah yaudah malam jadi siang , siang jadi malem. Terus kerjaan jadi terbengkalai.
7. Bagaimanakah perasaan anda setelah di rehabilitasi disini, apakah mengalami
kemajuan pada rohani maupun jasmani?
Jawab: ada. Kalo dari jasmani yaaaa, normal yah. Sebelum pemakaian ya saya kayak
sekarang ini. terus dari rohani yaaaa emang sih satu karena dikondisikan, kedua karena
ada rasa penyesalan waktu-waktu kemaren itu ibaratnya ya udahlah kapan lagi, mumpung
dikondisikan . akhirnya otomatis rasa dosa itu datang sendiri dari jiwa sendiri, ya udah
apalagi disini jauh dari keluarga, jauh dari orang yang kita sayangin, terus tekanan-
tekanan disini otomatis mendekatkan diri kita sama Tuhan. Ya udah ngadunya sama
Tuhan bukan sama yang laen, jadi gak ibaratnya nasib yang aku rasain sekarang.
8. Menurut Anda, apakah selama dalam rehabilitasi ini bertingkah laku baik?
Jawab: alhamduillah sih berkelakuan baik, tapi waktu itu pernah sih ya dapet hukuman
sekali. Kurang lebih sebulan yang lalu akibat ketiduran, akibat kebiasaan dari luar. Sering
dalam sesi apapun “pelor” ya seneng tidur pokoknya tidur melulu. Nah cuma secara
manusiawi itu pembenaran dari saya, Cuma kalo disini itu tidak dibenarkan kalo sesi itu
dianggapnya sakral jadi ya udah saya dihukum dikasih pembelajaran.
9. Apakah Anda sering merasa gagal, bimbang, kecewa dan selalu dalam tekanan?
Jawab: ya waktu awal-awal, tapi pas udah masuk bulan ke dua udah mulai nerima.
Ngerasa enjoy kok.
10. Apakah Anda selalu mempertimbangkan setiap apa yang akan Anda lakukan?
Jawab: ya pake pertimbangan, semuanya kan ada aturannya.
11. Apakah anda selalu mematuhi peraturan yang diberikan di tempat rehabilitasi ini?
Jawab: ya saya mematuhi peraturan disini. Karena saya tidak ingin berlama-lama disini,
pengen cepet pulang.
12. Apakah Anda mampu bertanggung jawab pada diri Anda mupun orang lain dalam
hal apapun?
Jawab: iya, alesannya ya itu awalnya saya gini yah. Disini kana da namanya single ya
buat meng create kita kasih stimulus . ya pokoknya bener-bener nih kita lagi belajar diuji
kesabaran. Soalnya kalo kepancing sama single pasti kita bakalan balik ngamuk, single
nya dari residen juga. Ada yang jadi single ada yang jadi head, kalo singke kerjaanya
ngomel-ngomel, kalo ka sabar kita kepancing yaaa… sempet waktu itu aku nangis, tapi
aku jadi sadar bahwa disini itu aku harus belajar dan tanggung jawab sama diri sendiri
dengan permasalahan disini, jalan keluarnya gimana. Karena disini gak bisa minta tolong
sama siapa kita gak bisa, jadi kita diajarin untuk berdisdiri di kaki diri sendiri.
13. Mampuhkan Anda menyesuaikan diri dan berbaur dengan residen lainnya ?
Jawab: ya Alhamdulillah sejauh ini bisa yah. Gotong royong berbagi , boarpun ada satu
atau dua orang yang bikin kita kesel tapi ya kita berusaha empati ajalah.
14. Apakah Anda mampu belajar mandiri tanpa campur tangan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan Anda?
Jawab: iya mampu, kayak sekarang ini nih aku jadi re –entry pas primary aku
dikondisikan diarahin gitu kan, apa-apa ditegor, dikasih tekanan lah. Nah di re-entry ini
kita eeee lagi di iniin lagi, lagi kita penyesuaian lagi karena kita kan ma pulang jadi di
bikin gak kaku .kalo re-entry itu pendewasaan , belajar untuk dewasa, kalo di primary
disuruh-suruh, di tegor dulu lah kalo di re-entry tanpa harus diarahin udah jalan sendiri.
Ngatur waktu ngatur diri sendiri. Tapi kadang baru naik ry-entry ada namanya orientasi,
jadi ibarat kalo sekolah mah kita lagi ditatar jadi semuanya saya yang ngerjain. Ibarat
kata , pokoknya apa yang kita lakukan diluar itu dibales disini dan belajar menghargai
orang.
15. Apa rencana Anda jika sdah selesai rehabilitasi?
Jawab: Aku sih insya Allah mau membina rumah tangga (menikah) terus ya kalo Tuhan
mengizinkan mau kerja lagi.
16. Apakah ada keinginan untuk mengkonsumsi lagi Narkoba?
jawab: kalo itu sih yaaa…eeee, 50:50. Dalam artian , bohonglah kalo gak mau make lagi
kan itu kita masih ada sugesti. Terus disini kan jenuh suntuk,tapi kalo inget lagi gak
enaknya amit-amit jabang bayi, capek masuk rehab lagi, apalagi banyak waktu yang
terbuang yang harusnya 5 bulan terakhir ini aku bisa membuat sesuatu yang berguna.
Nama responden : SL
Usia : 15 tahun
Tempat Tanggal Lahir : Sanggau, Kalsel
Pekerjaan : Pelajar
Status : belum menikah
Pendidikan terakhir : SMKN
Tanggal wawancara : 14 Maret 2014
1. Kapan Anda masuk rehabilitasi ?
Jawab: September 2013. Pertamanya aku itu gak disini, aku di wisma sirih Pontianak
eeee terus sabtu mingguan di wisma sirih, gabungan di RSC cuman waktu itu aku make
udah tiga hari gak pulang akhirnya papaku manggil intel akhirnya suruh nangkep aku
dimasukan ke wisma sirih. Di wisma sirih itu aku ketemu sama staf disini, namanya sister
Niza mantan residen juga. Terus aku mau masuk sini, tapi ada imbalan disini, kayak kado
gitu.
2. Sudah berapa lama Anda mengkonsumsi Narkoba?
Jawab: 4 tahun, dari SMP kelas 1.
3. Dari mana Anda mengenal Narkoba?
Jawab: aku taunya dari temen, jadi kumpulan aku. Ya aku pengen coba- coba, soalnya
kau tuh penasarannya luar biasa. Kalo belum nyoba masih penasaran.
4. Jenis Narkoba apa saja yang Anda konsumsi ?
Jawab: kokain, key, terus ganja, inex , shabu, afetamin eeee terus apa lagi yah, gitu ajah.
Cuman putau aja yang enggak.
5. Bagaimana kesehatan Anda sekarang setelah menjalani rehabilitasi, apakah merasa
sehat dan fit?
Jawab: yang saya rasain itu tuh ya kesehatan , pikiran udah jernih, pikiran udah bisa
berpikir jadi open minded gitu, awalnya dulu aku tuh suka bilang “siapa sih Lo?”gue gak
pernah perduliin orang. aku tuh gituin orang mulu terus kau make itu aku gak mau
dengerin kata orang tua, gak mau diatur gak mau ngikutin segala macem peraturan.
6. Bagaimanakah kegiatan sehari-hari Anda ketika sebelum dan sesudah rehabilitasi?
Jawab: kalo lagi make gitu sehari-harinya aku tuh kalo malem, malem itu setiap malem
itu aku pasti suka maen club karena aku di entertain di DJ. Pekerjaan aku itu sebagai
hobby sama nyari duit juga, jadi setiap malem aku ke club cari lagu terus sampe jam 3
subuh terus gue nyantai dulu sampe subuh. Paginya aku tidur sampe sore, tuh sore jalan
lagi sampe malem . pokoknya kau banyak ngabisin waktu sama temen.
7. Bagaimanakah perasaan anda setelah di rehabilitasi disini, apakah mengalami
kemajuan pada rohani maupun jasmani?
Jawab: eee…kalo rohani nya yah eee bersyukuru gua masih punya Tuhan dalam agama
gue. Sempet nyokap sama bokap pisah aku ngikut ke orang Kristen prostenstan jadi aku
ikut agama itu sampe sebelum disinilah. Sebelum kesini namanya shalat tuh gue gak
pernah jadi kayak gak punya agama. Tapi sekarang aku disini, gue malah ngerasain apa
yahhh…eeee enak gitu belajar agama Islam itu. Aku banyak tanya sama ustadzah,
ustadzah nya juga baik siap dengerin apa yang aku tanya dan siap menjawab dan aku
banyak banget dapet pembelajaran tentang nabi. Kalo jasmani, aku pertama-tamany aku
ngerasa sakit disini, tapi aku pikir-pikir lagi ini juga buat kebaikan aku. Yang aku rasain
eeee kesell, sama orang tua juga gituh. Terus banyak yang aku rasain lama kelamaan aku
jadi kangen sama orang tua merasa bersalah banget tapi disisi yang lain nyokap gua
punya salah sama gua. Mau memperbaiki itu. Kalo fisik ituuuu penyakit pada numbuh
semua, yaa muncul kayak lambung aku sakit baru tahu juga aku ada asam urat yang
tinggi banget 3,3. Terus kayak apaaa…eeee masih kayak ngerasain sugesti pengen make
lagi.
8. Menurut Anda, apakah selama dalam rehabilitasi ini bertingkah laku baik?
Jawab: eeee….pertamanya disini, ada tahap-tahap di sini nih. Banyak aturan dan
pembelajaran dihukum. Habis dari dikasih pembelajaran itu aku udah kapok banget dan
kesananya mulus-mulus aja.
9. Apakah Anda sering merasa gagal, bimbang, kecewa dan selalu dalam tekanan?
Jawab: masih, kecewa…kecewa itu apa yah kecewa sama siapa gitu. Tapi aku berpikir
lagi oh aku yang salah aku harus diperbaiki terus aku sedih gitu kangen sama orang tua
kangen banget aku tuh di visit sama orang tua dalam 6 bulan ini Cuma sekali.
10. Apakah Anda selalu mempertimbangkan setiap apa yang akan Anda lakukan?
Jawab: Ya soalnya aku sempet pernah di younger pernah kabur, mau coba kabur disitu
aku ditangep dan dibawa kesini. Terus aku mau keluar dan mulai program lagi, disitu staf
ngasih aku kompensasi tapi harus ada komitmen, disitu aku tulis komitmen nya , kalo
begitu lagi aku ngelakuin hal yang sama aku siap dikasih hukuman,di hair cut , dikasih
pembelajaran. Dari situ aku berpikir dual kali untuk bertindak karena komitmennya
sangat luar biasa, aku kangen sama orang tua tapi jarang di visit dan Cuma bisa nelpon
doang 2 minggu sekali.
11. Apakah anda selalu mematuhi peraturan yang diberikan di tempat rehabilitasi ini?
Jawab: eeee….sekali sih pernah …eeeee…eee..tiga kali gak taat aturan.
12. Apakah Anda mampu bertanggung jawab pada diri Anda mupun orang lain dalam
hal apapun?
Jawab: eeee….ya, diwaktu itu aku simpan kesalahan sendiri terus aku suruh buka aku
simapn kesalah orang dan aku simpan kesalahan aku sendiri. Sebelum akau buka, aku
janji sama diri sendiri siap tanggung jawab sama itu, itu pembelajaran terakhir aku di
older. Aku pokoknya tanggung jawab banget .
13. Mampuhkan Anda menyesuaikan diri dan berbaur dengan residen lainnya ?
Jawab: udahh, udah banyak deketin diri yaaa, karena mereka lah yang nolong gue
merekalah yang ngebantu pemulihan . banyak komunikasi aja sih, awalnya mah
canggung masihmasa bodoh dulu.
14. Apakah Anda mampu belajar mandiri tanpa campur tangan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan Anda?
Jawab: Mandiri, mandiri masih dikit sih ter follow up nya itu, tapi aku kan sekarang udah
bisa dikasih uang itu kan ya kalo udah ke minimarket akau takut dimarahin jadi apa yang
aku butuhin ya aku beli. Eee, kadang sama-sama ya kadang barengan tergantung aku
butuhnya aja.
15. Apa rencana Anda jika sudah selesai rehabilitasi?
Jawab: apa yahh, eeee gak tau juga nih masih harus belajar. Yang pertama on job training
di rehab, yang kedua aku mau ngelanjutin sekolah lagi, yang ketiga aku mau lanjut les
Bahasa Inggris , terus akumau bejar photo.. terus akau mau nge DJ sama ke entertain.
Tapi nyokap gak setuju gue ke DJ buat dunia malam.
16. Apakah ada keinginan untuk mengkonsumsi lagi Narkoba?
jawab: kalo ngejauhin barang-barang git aku mau bikin komitmen sama diri aku ditulis
gitu, pokoknya kalo aku pake lagi atau jatuh di dunia malam lagi eeeee….terus eeee apa
yah tidak nurutin orang tua kaku siap masuk rehab lagi.
Nama responden : YF
Usia : 28 Tahun
Tempat Tanggal Lahir : Medan 6 Mei 1985
Pekerjaan : wiraswasta
Status : Single parent
Pendidikan terakhir : SMP
Tanggal wawancara : 15 Maret 2014
1. Kapan Anda masuk rehabilitasi ?
Jawab:bulan Agustus, alasan aku masuk sini jujur ya aku udah capek yah sama hidup
yang gak beraturan hidup yang hitam hidup yang eee dihantui dengan rasa bersalah
semuanya bercampu. Dan aku masuk sini karena aku volunteer, yaa mau sendiri. Gak ada
paksaan dari orang lain.
2. Sudah berapa lama Anda mengkonsumsi Narkoba?
Jawab: 6 tahun.
3. Dari mana Anda mengenal Narkoba?
Jawab: dari temen
4. Jenis Narkoba apa saja yang Anda konsumsi ?
Jawab: Kau pakenya shabu sama inex
5. Bagaimana kesehatan Anda sekarang setelah menjalani rehabilitasi, apakah merasa
sehat dan fit?
Jawab: banget,
6. Bagaimanakah kegiatan sehari-hari Anda ketika sebelum dan sesudah rehabilitasi?
Jawab: sebelumnya aku gak pernah ngerasain sakaw yah, biasa aja tapi yang aku rasakan
itu Cuma rasa bersalah aja kepergok sama anak sama orang tua. Gitu aja sih, katanya
sakaw kalo make aku gak pernah merasakan itu. Efek dari shabu paling males terus
makan terus, itu sih kalo aku.
7. Bagaimanakah perasaan anda setelah di rehabilitasi disini, apakah mengalami
kemajuan pada rohani maupun jasmani?
Jawab: banget, aku lebih menghargai agamaku sendiri, aku lebih percaya akan adanya
kekuatan doa dan aku percaya Tuhan itu pasti hidup dan tau yang terbaik buat aku kalo
kita yakin insyaallah doa kita bakalan terkabul. Kalo jasmani aku ngerasa banyak
perubahan dari sisi jasmani aku. Ketika masuk sini pertama kali aku kurus –kurus banget
tapi sekarang timbangan aku 79 kilo. Sehat banget-banget-banget. Karena kalo aku gak
pake shabu akua bawaan makan terus jadi ya itu. Sekarang aku mau nikmatin hidup aja
sih, aku dikasih semuanya dikasih anugerah orang tua masih lengkap , ada anak biarpun
suami gak ada tapi aku bisa memotivasi diri aku. Aku gak boleh pesimis, harus optimis.
Sekarang aku mikirin jodoh, aku dua kali gagal berumah tangga dan aku sekarang buat
orang tua dulu deh dan diri sendiri.
8. Menurut Anda, apakah selama dalam rehabilitasi ini bertingkah laku baik?
Jawab: disini tempat orang buat salah, gak ada orang yang mau masuk sini. Tapi aku
disini aku mengembangkan attitude aku, jadi ibaratnya kesalahan yang aku buat diliyar
aku bayar disini dan belajar itu gak gampang. Jadi.eee belum seberapalah hukuman yang
biasa aku terima disini, masih ringan itu. Itu hukuman bertahun-tahun yang aku lakukan
ke mama papa dan 6 bulan disini itubelum clear bagi aku dan apapun aku harus terima
kondisinya nanti.
9. Apakah Anda sering merasa gagal, bimbang, kecewa dan selalu dalam tekanan?
Jawab: pastilah ada, kalo semakin kita larut dalam perasaan itu kita gak akan growth gak
akan bangkit, udah tutup masa lalu dan sekarang aku bangga dengan diri aku siapa sih
yang mau masuk rehab? dan aku bisa menjalani pemulihan disini dan banyak banget
manfaat yang aku dapet. Bisa deket lagi dengan keluarga aku aku deket sama kakak aku,
dan Alhamdulillah abang aku masuk sini di rehab juga. Dia make udah lama, Cuma aku
gak pernah mau ngomong sama orang tua aku, aku sistemnya mereka biar tahu dari mulut
orang jangan dari mulut aku. Akhirnya masuk sendiri.
10. Apakah Anda selalu mempertimbangkan setiap apa yang akan Anda lakukan?
Jawab: kalo seorang pecandu aku namanya pertimbangan yah , kalo seorang pecandu itu
basic nya penasaran gak mikir ibaratnya gak think twice gak berpikir dua kali gitu
sebelum bertinak sama kayak aku. Dengan memperoleh pembelajaran disini ya aku gak
mikir dampak nya apa impact nya apa diluar gitu sih. Aku maunya sekarang aku gak
mikir nanti apa yang akan terjadi yang penting aku enak. Aku peroleh yang aku mau hari
ini, nanti nya ya bodok amat.
11. Apakah anda selalu mematuhi peraturan yang diberikan di tempat rehabilitasi ini?
Jawab:pastilah, tapi yang namanya kesalahan dibayar ya udah, kita buat kesalah ya udah
gitu. Disini juga peraturan cukup kenceng tapi yang seperti tadi aku bilang disini tempat
orang buat salah jadi kita masuk rehab kita gak dapet apa ilmu, percuma. Nothing !kita
ngikutin arus biasa tapi gak dapet pembelajaran tidak dapat mengubah attitude kita ya
sama aja.
12. Apakah Anda mampu bertanggung jawab pada diri Anda mupun orang lain dalam
hal apapun?
Jawab: bertanggung jawab…eee..ya kau disini ngerasa udah bertanggung jawab dengan
apa yang aku perbuat dulu dan dipertanggung jawabkan disini. Yaaa.,walaupun aku bisa
bilang belum sebandinglah dengan apa yang aku lakukan bertahun-tahun aku lempar
sasaran ke orang tua dengan dibandingkan aku 6 bulan disini dikondisikan disini jelas
masih jauh. Tapi dengan bertanggung jawab dengan adanya aku disini aku udah applause
bangga aja gitu. Gak ada yang sanggup sih di rehab, dan agk ada yang amu kali di rehab.
13. Mampuhkan Anda menyesuaikan diri dan berbaur dengan residen lainnya ?
Jawab: eeehh, sudah lah, dengan di detox aja aku dua minggu, malam takbiran aku di
detox sendiri lebaran aku sendiri itu sulit banget pastinya yah makanya aku akhirnya bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan aku sendiri. Ibaratnya aku udah menyerahkan diri ,
ini loh aku mau berubah dengan segala resikonya aku akan jalani. Ya udah
14. Apakah Anda mampu belajar mandiri tanpa campur tangan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan Anda?
Jawab:kalo belajar mandiri aku belum yah, apa yah masih berpangku sama orang tua aku
juga gak punya penghasilan. Tapi paling dapet dari usaha keluarga, pengen sih madiri
tapi kalo aku misalnya aku mau gimana-gimana bisa nyarih jodoh tetus aku punya usaha .
tapi sekarang nyari laki-laki yang bertanggung jawab susah apalagi aku dengan kondisi 3
orang anak. Tapi aku mikirnya orang tuaku masih mampu ngasih aku makan, orang tuaku
masih mampu nyekolahin aku. Tuhan yang baik pasti ngasih aku jodoh yang baik, karena
wanita yang baik pasti dikasih jodoh yang baik juga. Kalo aku baik dengan orangtuaku
kalo aku baik dengan anak-anakku nanti Tuhan akan kasih yang terbaik buat aku.
Mandiri tanpa bantuan orang lain juga aku bisa katakana sih belum, karena aku ngerasa
aku masih butuh pertolongan, masih aku masih belum bisa mandiri. Bertahun-tahun aku
make lalu disini aku jelas belum bisa mandiri dengan diri aku sendir ikayaknya.
15. Apa rencana Anda jika sudah selesai rehabilitasi?
Jawab:Kalo nanti keluar, ya karena masih ada usaha orang tua aku ya mungkin aku yang
nangani. Balik lagi ke papah mama jalani aja.
16. Apakah ada keinginan untuk mengkonsumsi lagi Narkoba?
jawab: kayaknya enggak deh ya, aku juga akan menjauhi temen-temen aku yang
pemakai. Kalo mereka kalo mau temenan sama ya kenapa enggak tapi dengan batasan.
Kalo ngajak make lagi enggak, aku udah capek. Mikir lagi paitnya disini, paitnya orang
tua aku pokoknya aku mikir lagi deh inget sama umur juga gak muda lagi anakku juga
udah gede-gede, jadi ya udahlah udah cukup kalo mereka say hello oke aku jabanin tapi
kalo untuk ngejak ke arah itu enggak. Kalo akupun suggest ya nanti paling minta tolong
sama mama papah. Dulu aku gak pernah aware sama orang tua aku, aku gak pernah
minta kebutuhan selayaknya seorang anak, selayaknya seorang ibu, pokoknya masa
bodoh.
Nama responden : SS
Usia : 33 Tahun
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 26 Febuari 1981
Pekerjaan : jobless
Status : belum menikah
Pendidikan terakhir : Semester 4 YAI
Tanggal wawancara : 14 Maret 2014
1. Kapan Anda masuk rehabilitasi ?
Jawab: sepetember, aaa,,,ee, ya terus terang aja aku masuk sini ya karena ketangkep
polisi. Gitu kan ya, diwilayah peredaran narkoba gitu yah dan ternyata setelah di tes urine
dan ternyata positip. Eee dan memang aku sudah dinyatakan sebagai pemakai, dan kalo
pemakai biasanya di masukin rehab dibandingkan dengan menjalani proses hukum
kemudian proses hukum berjalan dan akhirnya masuk ke rehabilitasi BNN ini. Gitu….
2. Sudah berapa lama Anda mengkonsumsi Narkoba?
Jawab: oww, itu aku udah pake narkoba dari tahun 1996 yahh. Lebih kurang 16 atau 17
tahun kali yaa, SMA kelas 1.
3. Dari mana Anda mengenal Narkoba?
Jawab: eee lingkungan yaaa sebenernya, karena lingkungan aku udah pemakai narkoba.
4. Jenis Narkoba apa saja yang Anda konsumsi ?
Jawab: putaw,eee ganja pernah tapi hanya pernah aja, shabu-shabu juga pernah pake.
5. Bagaimana kesehatan Anda sekarang setelah menjalani rehabilitasi, apakah merasa
sehat dan fit?
Jawab: baik banget (tampak sumringah). aku flashback dulu ya, aku tuh dulu-dulu pernah
berenti dari narkoba padahal biasanya tuh dulu-dulu gak tau yah eee kalo pemakai
narkoba itu kadang-kadang kalo lagi putus dari zat malah penyakit timbul-timbul. Tapi
gak tau yah aku Alhamdulillah mungkin dapet berkah dari Tuhan juga yak jadi disini aku
sehat banget bukan hanya lepas dari narkoba doang pola hidup juga dibikin teratur. Dulu
pernah berenti dari narkoba minum obat penghilang sakaw tapi pola hidup tetep aja sama
Cuma hanya lepas aja gitu dari narkoba. Jam tidur, jam makan atau segala macem belum
teratur yaaa aku sih menganalisa sendiri kayaknya itu faktornya aku ngerasain banget
berhenti dari narkoba dengan cara rehabilitasi. Bener-bener nih, sekian tahun aku gak
pernah masuk rehabilitasi, dari sebelum satu bulan saya butuh tempat ini.
6. Bagaimanakah kegiatan sehari-hari Anda ketika sebelum dan sesudah rehabilitasi?
Jawab: eee ya aku sama aja kayak remaja normal sebelumnya, yang gak ada kendala
dengan sekolah, prestasi, yaaa semuanya normalah meskipun banyak teman yang sudah
memakai narkoba saya gak terpengaruh sebelumnya. Kalo boleh cerita sedikit karena
perkara hati, saya sayang banget sama pacar saya dari SMP karena dia pake narkoba
semua-muanya karakternya berubah 180 derajat baru disitu timbul ada rasa saya apa sih,
apa emang zat ini bisa merubah sifat seorang sampai sebegitunya? Orang yang saya kenal
bisa berubah secara signifikan semua-muanya. Jadi tanpa saya sadarin saya terus-terus
udah mulai menyalahgunakan narkoba, dan kemudian saya sendiri gak sadar kalo diri
saya berubah akibat obat itu. Penilaian saya pun berubah, pelan-pelan otak saya terbuka
ya setelah disini dan menjalani rehabilitasi.
7. Bagaimanakah perasaan anda setelah di rehabilitasi disini, apakah mengalami
kemajuan pada rohani maupun jasmani?
Jawab: eee, signifikan sih enggak. Tapi kemajuan memang ada, sekarang saya lebih
mensyukuri semua-mua yang saya punya sekarang. Gitu. Sekarang saya sadar banget
apapun disyukuri sama Tuhan, apapun yang saya punya bisa diambil sekejap mata sama
Tuhan, apapun tentang kesehatan saya sekarang semuanya rencana Tuhan, Saya dulu ada
niatan ingin berenti dari narkoba, terus saya ketangkap dan masuk sini juga itu kehendak
Tuha. Jadi ada hikmahnya, saya bukan ini banget sama agama gitu ya, eee tapi saya
kahirnya percaya apalagi saya percaya tempat ini rumah doa juga gitu, saya sehat disini
percaya atau enggak ya, di minggu-minggu pertama saat putus zat (di detox) pada sakit-
sakit sakaw apalah, saya gak ngerasa sakit sampe kayak gitu tapi tetep ada memang, ada
pengaruh gitu. Saya kan make bukan setahun dua tahun saya flashback dulu ya, dulu-dulu
kalo saya berenti itu badan saya sakit sampe gimana banget, ngilu-ngilu, perut sakit
semuanya deh pokoknya. Untuk lepas dari kecanduan itu badan ngerasa sakit kayak
disiksa, sekarang Alhamdulillah gampang banget lancarrrr bangett. Tapi di bulan pertama
rehabilitasi saya susah tidur, tapi saya membandingkan dulu-dulu padahal dibantu obat
dari ahli , tapi terkadang saya gak terbatu. Ketika rehab disini saya merasa ee jalannya
dibikin lancer, dibikin mudah. Jadi saya makin merasa bersyukur lagi gitu.
8. Menurut Anda, apakah selama dalam rehabilitasi ini bertingkah laku baik?
Jawab: ya kalo menurut saya, kalo saya membandingkan perilaku saya sebelumnya, saya
berusaha mengikuti peraturan yang ada. Waktu awal-awal, waktu di detox saya masih
belum ikut kegiatan rehabilitasi masih masa detoxifikasi (putus zat) disitu memang masih
ada,apa yah reaksi-reaski negative, transisi,ya namanya juga pengaruh pikiran saya segala
macem,stress dan saya itu tunjukan. Saya sempet marah-marah, dari yang tadinya
kehidupannya bebas lalu terkungkung. Minggu pertama sempet seperti itu yak an, eeee
dan lagi pada saat itu saya merasa perlakuan yang dilakukan ke saya gak dapet penjelasan
apa-apa gitu, jadi sayapun ada rasa gak menerima, ada rasa saya benar pada saat itu.
Terus terang memang waktu itu ada pemicunya, terus terang waktu itu saya abis denger
lagu yang sedih banget…saya pengen pulang cari perhatian sama yang lain dengan cara
marah-mara, nangis, ngamuk, di kunciin, waktu itu saya denger lagu Ayah dan kebetulan
lagi sendirian. Tadinya kan saya bertiga, yang dua udah lanjut ke program jadi tiba-tiba di
detox itu saya sendirian. Mungkin saya bertindak sebagai seorang “saya” yang pecandu
yaa yang kalo pengen sesuatu cari perhatiannya dengan cara yang negatif seperti itu yang
kayak nangis,marah-marah, tapi kalo inget-inget lagi saya malu juga ya apalagi umur aku
udah gak muda lagi.
9. Apakah Anda sering merasa gagal, bimbang, kecewa dan selalu dalam tekanan?
Jawab: Alhamdulillahnya enggak, banyak hal yang aku dapet disini. Banyak orang lain
yang nasibnya seberuntung saya gitu-gitu sih. Tapi apa yah, ya udah deh yang dulu-dulu
gak usah diinget. Aku bukan tipe orang yang menyesali masa lalu, kebetulan aku
orangnya kayak gitu.
10. Apakah Anda selalu mempertimbangkan setiap apa yang akan Anda lakukan?
Jawab: Kadang-kadang enggak kadang aku masih apa yah masih tetep sifat aslinya aku
itu karakter-karakter asli aku itu masih melekat. Apa yah kayak implusif gitu ya, tapi
pembelaan aku pembenaran aku eee. Bukan hal yang melanggar aturan hanya aja
memang disini awarenessnya lebih banyak bercanda dan lain-lain.
11. Apakah anda selalu mematuhi peraturan yang diberikan di tempat rehabilitasi ini?
Jawab:iyaaa, tapi kek masalah kebiasaan-kebiasaan diluar yang kayak bercanda aku
tepok-tepok badan body contact yang aku bilang aku itu masih ada tindakan-tindakan aku
yang pertimbangannya imflusif bener-bener akhirnya melanggar peraturan. Banyak
banget perilaku tertangkap sih, bercanda, dorong-dorongan kan udah biasa ya , tapi disni
gak boleh. Kayak gtu
12. Apakah Anda mampu bertanggung jawab pada diri Anda mupun orang lain dalam
hal apapun?
Jawab: eee…semaksimal mungkin iya. Tetep ada bantuan dari orang lain, tak bisa
dipungkiri support itu memang penting, motivasi dari pihak keluarga.kebetulan disini kan
konsepnya kekeluargaan nih . kadang kalo feeling lagi sedih atau apa gitu saya ngerasa
banget gitu, biarpun saya tipe orang yang mandiri tapi tetep saya ngerasa gitu dengan
ketika saya pengen ngomong dan orang ngedenger aja saya seneng udah terhibur.
Support ada gitu.
13. Mampuhkan Anda menyesuaikan diri dan berbaur dengan residen lainnya ?
Jawab:ohh iya, kalo untuk masalah peraturan-peraturan itu menyesuaikan diri dengan
pola disini misalnya kativitasnya, jadwal rutinnya, itungan cepet ya. minggu pertama saya
udah bisa adaptasi ya, tapi ya itu dia masalah kebiasaan aku yang masih perilaku ya yang
negatif mulai cara ngomong, sinis, ya jadi kepribadian, habit misalnya, kebiasaan buruk
masalah bercanda gitu-gitu deh dan habit-ghabit lain lah. kalo menurut saya dulu itu
masalah sepele banget, itu memang masih terus berproses sampai detik ini. Tapi kalo
adaptasi dengan pola dan lain-lain itu udah itungan cepet .
14. Apakah Anda mampu belajar mandiri tanpa campur tangan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan Anda?
Jawab: kalo saya bilang sih ya, bisa dan gak bisa tergantung hal-hal apa. Tapi apa yahhh,
eee kalo untuk kebutuhan pribadi ya memang, memang harus belajar mandiri karena
disini juga apa ya nanti kalo gak mandiri nyuruh-nyuruh orang bakal jd kebiasaan. Tapi
kalo job function kita diajarkan untuk teamwork dan kerjasama, jadi menurut saya ya
tergantung mandiri nya itu dalam situasi apa dulu gitu ya..
15. Apa rencana Anda jika sudah selesai rehabilitasi?
Jawab: eee kalo aku sih abis keluar dari sini ada rencana mau OJT disini (On job
Training).
16. Apakah ada keinginan untuk mengkonsumsi lagi Narkoba?
jawab: jujur kalo untuk sekarang dan mengatakan pada diri sendiri lebih baik saya
enggak berhubungan dulu sama sekali, even hanya lewat telepon say hi , email cuma
nanya kabar lebih baik enggak, karena banyak belajar disini juga gitu yah. Karena
akhirnya saya disini sadar sama perilaku pecandu, gitu. Ada hal-hal, orang-orang, tempat-
tempat yang bisa membuat penyakit kecanduan itu kembali dan rasa suggest itu rasa
keinginan itu ada. Jadi saya gak mau ngambil resiko itu dulu. Saya mencari posisi aman
dulu, kalo gak tahan godaan lebih baik gak usah gitu.
Balai Besar Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional
TATA TERTIB DETOKSIFIKASI RESIDEN
1. No drugs( tidak menggunakan narkoba dan zat adiktif lainnya), No sex (tidak melakukan
hubungan sex), No violence ( tidak melakukan kekerasan dan atau menyakiti orang lain),
No Vandalism (tidak mengrusak atau melakukan pengrusakan, mencoret-coret terhadap
barang yang ada di facility), No stealing (tidak melakukan pencurian di dalam facility)
2. Obat diminum sendiri di depan perawat, tidak boleh disimpan, dibuang atau bahkan
diberikan kepada family yang lain
3. Tidak diperkenankan menggunakan suatu barang secara bersama-sama(joint) rokok,
snack, alat-alat mandi, dll
4. Tidak diperkenankan menyimpan barang-barang seperti rokok, korek, uang dan barang-
barang yang membahayakan
5. Wajib menjaga kebersihan dormitory
6. Wajib menjaga ketertiban di dalam dorm
7. Saling menghargai dan menghorati satu sama lain, P.E. perawat maupun security
8. Tidak diperkenankan menitipkan barang (tas, sepatu, dll) dalam bentuk apapun kepada
perawat ataupun security
9. Perlengkapan pribadi:
a. Kaos orange : 2 buah
b. Celana ¾ : 3 buah
c. Pakaian dalam : 4 buah
d. Sandal jepit : 1 pasang
e. Perlengakapan ibadah : 1 set
f. Handuk : 1 buah
g. Snack kecil tambahan bukan bentuk kaleng dan kaca
h. Untuk sisir, minyak kayu putih, obat gosok disimpan diruang perawat
Mengetahuai
Kasi Yan Rehab Medis
Dr. Andrew Kristanto
Balai Besar Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional
DAILY SCHEDULLE DETOKSIFIKASI FEMALE
Waktu Kegiatan Ket
05.00 Prayer time
07.00 Wake up call
07.00-07.15 Olah raga pagi
07.15-07.45 Mandi pagi
07.45-08.15 Makan pagi
08.14-08.30 Smoking break
08.30-09.00 Morning breafing By P.E/prwt
09.00-10.00 function
10.00-12.00 Recreation hour+snack time
12.00-12.15 Prayer time
12.15-13.00 Makan siang
13.00-15.00 siesta
15.00-15.15 Prayer tie
15.15-15.30 function
15.30-17.30 Recreation hour+snack time
17.30-18.00 Wash up
18.00-19.15 Prayer time
18.15-18.45 Makan malam
18.45-19.00 Smoking break
19.00-19.15 Prayer time
19.15-20.00 Recreation hour+snack time
20.00-20.30 Wrap up By PE/Prwt
2.30 Closing
NB:
1. Menonton TV hanya boleh dilakukan pada recreation hour
2. Jadwal visite dokter umum, psikolog dan psikiater jam 10.00
3. Jadwal minum obat sebelum atau sesudah makan diruang perawat dan diawasi oleh
perawat
4. Perubahan jam kegiatan dapat disesuaikan dengan kondisi tertentu dan harus diketahui
oleh perawat jaga.
LAMPIRAN
1. Gedung Utama Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat dan ruangan female.
2. Ruangan Residen Female , Mess dan Helipad.
3. Kegiatan residen saat morning meeting
4. Wawancara dengan pembimbing dan hasil seni kaligrafi residen
5. Jargon-Jargon dan kegiatan ibadah shalat jum’at residen