Author
doantuyen
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Dampak Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
Di Desa Bukit Harapan Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga
Tahun 2015
NASKAH PUBLIKASI
JUFRI
NIM. 120565201114
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
Dampak Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
Di Desa Bukit Harapan Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga
Tahun 2015
JUFRI
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP UMRAH
ABSTRAK
Pemerintah saat ini banyak menggulirkan kebijakan untuk membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup di rumah tangga. Akan tetapi banyak
kebijakan yang telah dilaksanakan belum bisa memberikan hasil serta dampak yang
maksimal kepada masyarakat, khususnya di desa bukit harapan kabupaten lingga.
Jika dilihat masih banyak masyarakat yang kehidupan sosialnya tidak berubah setelah
menerima beras bersubsidi dari pemerintah.
Tujuan penelitian ini pada dasarnya untuk mengetahui bagaimana hasil dan
dampak kebijakan Raskin yang disalurkan kepada masyarakat di Desa Bukit Harapan
kecamatan lingga utara kabupaten lingga tahun 2015. Dalam penelitian ini informan
terdiri dari 10 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriftif kulitatif.
Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa kebijakan Raskin pada tahun 2015
kurang baik dalam pelaksanaannya kepada masyarakat penerima manfaat. Hal ini
berdasarkan hasil penelitian dengan indikator sebagai berikut: Di desa bukit harapan
memang kebijakan raskin sudah berjalan. Kebijakan raskin ini, disalurkan per
triwulan kepada masyarakat di Desa Bukit Harapan, sehingga tujuan Raskin tidak
terealisasi dengan maksimal yang mengabitkan kurang memberi manfaat kepada
masyarakat. Data yang ada di desa dengan data penerima raskin oleh BPS berbeda,
sehingga raskin dibagikan secara merata kepada masyarakat dengan kesepakatan
melalui musyawarah desa. Kualitas beras raskin di Desa Bukit Harapan layak untuk
dikonsumsi masyarakat.
Kata Kunci: Dampak, Kebijakan, Raskin
ABSTRACT
The government currently has a lot of policies to help the community in
meeting the needs of living in the household. However, many policies that have been
implemented have not been able to give maximum results and impact to the
community, especially in the hill village hope of the phallus district. If seen there are
still many people whose social life does not change after receiving subsidized rice
from the government.
The purpose of this research is basically to find out how the results and
impact of Raskin policies are distributed to the community in Bukit Harapan Village,
north linga district of lingga district in 2015. In this study, the informant consisted of
10 people. Data analysis technique used in this research is descriptive skin.
The conclusion in this research is that Raskin policy in 2015 is not good in its
implementation to the beneficiary community. This is based on the results of research
with the following indicators: In the village of hill hope is the policy of raskin already
running. This Raskin policy is distributed quarterly to the community in Bukit
Harapan Village, so that Raskin's objectives are not realized with maximum disposal
which gives less benefit to the community. The data in the village with data of Raskin
recipients by BPS are different, so that raskin is distributed equitably to the
community by agreement through village meetings. The quality of raskin rice in Desa
Bukit Harapan is suitable for public consumption.
Keywords: Impact, Policy, Raskin
Dampak Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
Di Desa Bukit Harapan Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga
Tahun 2015
A. Latar Belakang
Kemiskinan diartikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok
orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar antara lain
terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air
bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari
perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam
kehidupan sosial politik. Data kemiskinan yang dapat menjadi instrument tangguh
bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang
miskin dan juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap
kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan
target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka.
Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan
kemiskinan yang terintegrasi mulai dari program penangulangan kemiskinan berbasis
bantuan sosial, program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan
masyarakat serta program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan
usaha kecil yang dijalankan oleh berbagai elemen pemerintah baik pusat maupun
daerah. Meningkatkan efektifitas upaya penanggulangan kemiskinan, presiden telah
mengeluarkan perpres No. 15 Tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan
kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan 8%
sampai 10% pada akhir 2014, terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan
dalam melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan, yaitu :
1. Menyempurnakan program perlindungan sosial
2. Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar
3. Pemberdayaan masyarakat, dan
4. Pembangunan yang inklusif
program Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (Program
Raskin) adalah Program Nasional lintas sektoral baik horizontal maupun vertikal,
untuk membantu mencukupi kebutuhan pangan beras masyarakat yang berpendapatan
rendah. Secara horizontal semua Kementerian/Lembaga (K/L) yang terkait
memberikan kontribusi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Pemerintah Pusat
berperan dalam membuat kebijakan program, sedangkan pelaksanaannya sangat
tergantung kepada Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, peran Pemerintah Daerah
sangat penting dalam peningkatan efektifitas Program Raskin.
Tujuan Program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah
Tangga Sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan beras. Sedangkan
manfaat Program Raskin adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga sasaran, sekaligus mekanisme perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan. 2) Peningkatan akses pangan baik secara fisik (beras
tersedia di TD), maupun ekonomi (harga jual yang terjangkau) kepada RTS.
3)Sebagai pasar bagi hasil usaha tani padi. 4)Stabilisasi harga beras di pasaran.
5)Pengendalian inflasi melalui intervensi Pemerintah dengan menetapkan harga beras
bersubsidi sebesar Rp.1.600,-/ kg, dan menjaga stok pangan nasional. 6) Membantu
pertumbuhan ekonomi daerah.
Sasaran dari program raskin Sasaran Program Raskin Tahun 2015 adalah
berkurangnya beban pengeluaran 15.530.897 RTS dalam mencukupi kebutuhan
pangan beras melalui penyaluran beras bersubsidi dengan alokasi sebanyak 15 kg/
RTS/bulan dan terbukanya akses pangan keluarga miskin dengan bahan pangan
pokok yaitu beras pada tingkat harga bersubsidi di tempat dan jumlah yang
ditentukan, sehingga dapat membantu meningkatan kesejahteraan dan ketahanan
pangan di tingkat rumah tangga. Namun, sebagaimana layaknya sebuah kebijakan
pemerintah terdahulu, Program beras untuk keluarga miskin (raskin) masih belum
maksimal untuk mengurangi beban konsumsi di tingkat rumah tangga sasaran (RTS).
Berdasarakan keputusan menteri koordinator No. 54 tahun 2015 tentang
kesejahteran masyarakat yaitu mengenai pedoman umum raskin, masing-masing
keluarga miskin akan menerima beras sebesar 15/kg/RTS/bulan atau setara dengan
180 kg/RTS/tahun dengan harga tebus Rp.1.600,00/kg. Namun, dalam prakteknya
program raskin ini masih belum sesuai harapan, karena masih banyak beras raskin
yang dibagikan secara merata atau dibagikan kepada masyarakat yang dianggap tidak
layak menerimanya.
Banyak program yang digulirkan dengan melaui berbagai macam bentuk,
namun dalam pelaksanaannya program pemerintah tersebut banyak yang tidak tepat
sasaran sehingga masih tidak mengurangi kemiskinan khususnya di desa Bukit
harapan kabupaten lingga. Jika dilihat masih banyak masyarakat kabupaten lingga
yang dibawah garis kemiskinan, yang tidak hanya hidup dengan serba kekurangan
tetapi juga tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan di rumah tangga.
Tabel 1.1
Jumlah Rumah Tangga Penerima Manfaat Raskin Kabupaten Lingga
No Nama Kecamatan Jumlah
1 Kecamatan Lingga 683 KK
2 Kecamatan Lingga Utara 824 KK
3 Kecamatan Lingga Timur 439 KK
4 Kecamatan Singkep 406 KK
5 Kecamatan Singkep Barat 397 KK
6 Kecamatan Singkep Selatan 47 KK
7 Kecamatan Singkep Pesisir 126 KK
8 Kecamatan Senayang 1.556 KK
9 Kecamatan Selayar 326 KK
TOTAL 4.804 KK
Sumber: Data BPMPD
Fenomena yang terjadi di Desa Bukit Harapan adalah data RTS-PM raskin
yang terdaftar di BPMPD sebanyak 99 kk, namun pendistribusian raskin ke
masyarakat selalu ada kendala atau tidak tepat waktunya beras bersubsidi masuk ke
desa bukit harapan. Beras bersubsidi untuk keluarga miskin masuk ke desa bukit
harapan dalam kurun waktu 2 kali dalam setahun, 3 kali dalam setahun, 4 kali dalam
setahun, bahkan pernah 2 kali dalam setahun per triwulan.
Pemerintahan Desa Bukit Harapan membagikan raskin secara merata kepada
masyarakat sehingga menyebabkan beras yang diterima oleh RTS-PM tidak sesuai
dengan apa yang telah ditentukan oleh menteri koordinator bidang kesejahteraan
rakyat, masyarakat seringkali menerima raskin 12 kg, 14 kg, 15 kg, bahkan sampai
20kg per RTS-PM (sumber: kantor desa bukit harapan 2015).
B. Perumusan Masalah
Kebijakan dan program raskin di kabupaten lingga khususnya di desa ukit
harapan belum menunjukan penurunan angka kemiskinan yang signifikan dan terus
saja tidak tepat sasaran, sehingga masyarakat yang terdaftar sebagai RTS-PM kurang
maksimal dalam menerima dan memanfaatkan kebijakan pemerintah berupa beras
bersubsidi untuk keluarga miskin. Disamping itu, kebijakan pemerintah yang
bertujuan untuk mengurangi beban di tingkat rumah tangga dan sebagai ketahan
pangan belum maksimal dalam pengemplementasiaanya sehingga kurang maksimal
manfaat yang akan diterima oleh RTS-PM raskin di desa bukit harapan. Maka dalam
hal ini penulis menarik perumusan masalah yaitu: “Bagaimanakah Dampak
Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) Di Desa Bukit Harapan
Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga Tahun 2015?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengkaji bagaimana hasil dari kebijakan program raskin di
desa bukit harapan kecamatan lingga utara kabupaten lingga
b. Untuk mengkaji bagaimana dampak program raskin di desa bukit
harapan kecamatan lingga utara kabupaten lingga
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
a. Secara Akademik
Bahwa penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin
mengkaji permasalahan yang sama secara lebih mendalam.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk
menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang telah ditemukan
peneliti dalam menyempurnakan program RTS-PM raskin yang akan
datang bagi pihak praktisi.
D. Konsep Teori
1. Kebijakan Publik
Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dijadikan
pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dan kegiatan dari aparatur
pemerintah/pegawai. Kebijakan dengan demikian mencangkup keseluruhan petunjuk
organisasi. Dengan kata lain kebijakan adalah hasil manajemen keputusan puncak
yang dibuat dengan hati-hati yang intinya berupa tujuan-tujuan, prinsip-prinsip dan
aturan-aturan yang mengarahkan organisasi melangkah kemasa depan. Secara ringkas
ditegaskan bahwa hakikat kebijakan sebagai petunjuk dalam organisasi. Suatu
kebijakan yang telah diterima dan disahkan tidaklah aka nada artinya apabila tidak
dilaksanakan. Menutrut Merilee S. Grindle (Nugroho, 2004:174) isi dari kebijakan
mencangkup :
1. kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan,
2. jenis manfaat yang akan dihasilkan
3. derajat perubahan yang diinginkan,
4. kedudukan pembuat kebijakan,
Kebijakan adalah terdiri dari penyataan tentang sasaran dan satu atau lebih
pedoman yang luas untuk mencapai sasaran tersebut sehingga dapat dicapai yang
dilaksanakan bersama dan memberikan kerangka kerja bagi pelaksanaan program.
Klien dan Murphy (Syafarudin 2008:76) mengatakan kebijakan berarti seperangkat
tujuan-tujuan, prinsip-prinsip serta peraturan-peraturan yang membimbing sesuatu
organisasi, kebijakan dengan demikian mencangkup keseluruhan petunjuk organisasi.
Friedich (Agustino:2006:7) kebijakan adalah serangkaian tindakan atau
kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah, dalam suatu
lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan dan
kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan itu diusulkan agar berguna dalam
mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Jenis-jenis kebijakan publik
sebagai berikut :
1. Kebijakan subtantif dan procedural. Kebijakan subtantif merupakan suatu
kebiajakn dilihat dari substansi masalah yang dihadapi oleh pemerintah.
2. Kebijakan distributive, Redistributif, dan Regulator. Kebijakan distributive
yaitu suatu kebijakan yang mengatur tentang pemberian
pelayanan/keuntungan kepada individu-individu, kelompok-kelompok, atau
perusahaan-perusahan.
Kebijakan secara umum menurut (Abidinn, 2004:31-33) dapat dibedakan
dalam tiga tingkatan:
1. Kebijakan umum merupakan kebijakan yang menjadi pedman atau petunujuk
pelaksanaan baik yang bersifat psitif ataupun yang bersipat negatif yang
meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan;
2. Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjelaskan kebijkan umum.
Untuk tingkat pusat peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang-
undang;
3. Kebijakan teknis yaitu suatu kebijakan operasional yang berada dibawah
kebijakan pelaksanaan.
Beradasarkan berbagai difiisi para ahli kebijakan publik adalah kebijakan-
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu di masyarakat dimana dalam penyusunannya melalui berbagai
tahapan. Kebijakan publik secara garis besar mencangkup tahapan-tahapan
perumusan masalah kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan.
Tahapan-tahapan kebujakan publik menurut (William Dunn, 2003:24) adalah sebagai
berikut:
1. Tahapan penyusunan Agenda
2. Tahap Formulasi Kebiajakan
3. Tahap Adopsi Kebijakan
4. Tahapan Implementasi Kebijakan
5. Tahapan Evaluasi Kebijakan
2. Evaluasi Kebijakan
Subarsono (2006:119-122) dalam bukunya yang berjudul “Analisis Kebijakan
Publik”, mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu
kebijakan. Untuk mengetahui outcome dan dampak dari suatu kebijakan diperlukan
waktu minimal 5 tahun sejak diimplementasikannya kebijakan tersebut. Dari definisi
yang telah dikemukakan tersebut, terdapat beberapa tujuan dari evaluasi kebijakan
sebagai berikut:
a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan untuk mengetahui derajat
pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
b. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan untuk mengetahui berapa biaya dan
manfaat dari suatu kebijakan.
c. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan untuk mengetahui
berapa besar dan kualitas pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.
d. Mengukur dampak (impact) suatu kebijakan.
e. Mengetahui apabila ada penyimpangan yang terjadi dengan membandingkan
antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.
f. Sebagai bahan masukan (input) untuk proses kebijakan yang akan datang agar
dihasilkan kebijakan yang lebih baik.
Dye dalam Winarno (2007: 232-235) juga mengungkapkan pada dasarnya
dampak dari suatu kebijakan publik mempunyai beberapa dimensi, dan kesemuanya
harus diperhitungkan dalam membicarakan evaluasi. Abidin (2002:186) menyatakan
bahwa: “Evaluasi atau pelaksanan kebijakan terkait dengan identifikasi permasalahan
dan tujuan serta formulasi kebijakan sebagai langkah awal dan monitoring serta
evaluasi sebagai langkah akhir”. Repley dan Franklin (dalam Winarno, 2012:145)
berpendapat bahwa Evaluasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang
ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan dan benefit.
Sementara itu, Grindle (dalam Winarno, 2012;145) juga memberikan pandangannya
tentang Evaluasi dengan mengatakan bahwa secara umum, tugas evaluasi adalah
membentuk suatu kaitan yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa
direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah.
Evaluasi kebijakan publik mencangkup tiga lingkup makna menurut (Riant
Nugroho, 2011:679-687), yaitu evaluasi formulasi kebijakan publik, evaluasi
implementasi kebijakan publik, dan evaluasi kinerja kebijakan publik sebagai berikut:
1. Evaluasi Formulasi Kebijakan
2. Evaluasi Implementasi Kebijakan Publik
3. Dampak Kebijakan
Dampak kebijakan adalah keseluruhan efek yang ditimbulkan oleh suatu
kebijakan dalam kondisi kehidupan nyata. Menurut Anderson dalam
(Agustino,2006:190) semua bentuk manfaat dan biaya kebijakan baik yang lansung
maupun yang akan datang harus diukur dalam bentuk simbolis atau efek nyata.
Output kebijakan adalah berbagai hal yang dilakukan pemerintah. Kegiatan ini diukur
dengan standar tertentu. Angka yang terlihat hanya memberikan sedikit informasi
mengenai outcome atau dampak kebijakan publik, karena untuk menentukan outcome
kebijakan publik perlu diperhatikan perubahan yang terjadi dalam lingkungan atau
sistem politik yang disebabkan oleh aksi politik.
Ketika berbicara tentang outcome dalam evaluasi kebijakan, maka sedikitnya
mengharuskan kita untuk mengetahui apa yang ingin kita selesaikan dengan
kebijakan yang dikeluarkan, bagaimana usaha kita untuk melaksanakannya, dan bila
ada, apa yang kita kerjakan terhadap hasil yang dicapai (dampak atau hasil dan
hubungannya dengan kebijakan itu). Dampak kebijakan memiliki beberapa dimensi
menurut Agustino (2006:191):
1. Pengaruhnya pada persoalan masyarakat yang berhubungan dengan
melibatkan masyarakat. Pertama-tama harus di definisikan siapa yang akan
terkena pengaruh kebijakan. Lebih lanjut lagi harus dicatat pula bahwa
kebijakan dapat memiliki akibat yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.
2. Kebijakan dapat memiliki dampak pada situasi dan kelompok lain, atau dapat
disebut juga dengan eksternalitas atau spillover effect.
3. Kebijakan dapat memiliki pengaruh dimasa mendatang seperti pengaruhnya
pada kondisi pada saat ini.
4. Kebijakan dapat memiliki dampak yang tidak lansung yang merupakan
pengalaman dari suatu komunitas atau beberapa pengalaman dari suatu
komunitas atau beberapa anggota diantaranya, seperti biaya sering tidak
dipertimbangkan dalam pembuatan evaluasi kebijakan setidaknya sebagian
ada yang menentang perhitungannya.
Studi kebijakan publik mencangkup menggambarkan upaya kenijakan publik,
penilaian mengenai dampak dari kekuatan-kekuatan yang berasal dari lingkungan
terhadap isi kebijakan publik, analisis mengenai akibat berbagai pernyataan
kelembagaan dan proses-proses politik terhadap kebijakan publik; penelitian
mendalam mengenai akibat-akibat dari berbagai kebijakan politik pada masyarakat,
baik berupa dampak kebijakan pada masyarakat, baik berupa dampak yang
diharapkan (direncanakan) maupun dampak yang tidak diharapkan. Ada tiga dampak
kebijakan menurut (James Anderson dalam M. Irfan Islamy, 2009:115-116):
1. Hasil Kebijakan
Hasil kebijakan adalah apa-apa yang telah dihasilkan dengan adanya proses
perumusan kebijakan pemerintah. Hasil yang ingin dicapai dari kebijakan mengenai
informasi yan diformulasikan dalam angka pemecahan masalah yang terkait dengan
kebijakan. Hasil kebijakan bisa dilihat dari lima indikatornya, yaitu:
a. Tersalurnya raskin yaitu raskin yang datang dari pemerintah pusat akan
diserahkan kepada perum BULOG yang berperan dalam pengadaan dan
penyaluran raskin sampai titik distribusi (TD) diseluruh Indonesia. Selain itu,
pemerintah daerah berperan dalam pelaksanaan penyaluran raskin dari TD
sampai kepada RTS-PM Raskin;
b. Raskin tepat sasaran untuk penerima manfaat yaitu raskin yang disalurkan
dari pemerintah daerah untuk masyarakat penerima manfaat raskin bisa tepat
sasaran sesuai dengan peraturan pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang
ketahanan pangan;
c. Tepat waktu dalam pembagian raskin yaitu dalam pelaksanaan program raskin
selama enam belas tahun, pemerintah telah mengambil berbagai kabijakan
untuk melakukan peningkatan dan penyesuaian terhadap kondisi yang
berkembang misalnya penyesuaian terhadap ketetapan waktu dalam
pembagian raskin;
d. Kesesuaian harga raskin yaitu dalam pelaksanaan program raskin pemerintah
juga melakukan penyesuaian terhadap harga raskin yang ditetapkan untuk
masyarakat penerima manfaat;
e. Kualitas beras penerima manfaat yaitu dalam pelaksanaan program raskin ini
juga pemerintah menyediakan kualitas beras yang layak konsumsi untuk
diberikan kepada masyarakat penerima manfaat.
2. Dampak Kebijakan Yang Diharapkan
Dampak kebijakan adalah akibat-akibat yang ditimbulkan dengan di
laksanakannya kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Dampak kebijakan yang
diharapkan dapat dilihat dari dua indikatornya, yaitu:
a. Mengurangi beban pengeluaran rumah tangga sasaran yaitu program raskin
yang diadakan oleh pemerintah pusat bertujuan untuk membantu mencukupi
kebutuhan beras masyarakat berpendapatan rendah;
b. Meningkatnya kesejahteraan dikalangan masyarakat penerima manfaat yaitu
program raskin tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
dikalangan penerima manfaat agar menjadi lebih baik dikehidupan
Ekonominya.
3. Dampak Kebijakan Yang Tidak Diharapakan
Dampak kebjakan ini adalah adanya akibat-akibat yang kurang baik dari
kebijakan yang telah ditetapkan. Dampak kebijakan yang tidak diharapkan dapat
dilihat dari dua indikatornya, yaitu:
a. Mengurangi prakarsa masyarakat untuk menjadi lebih maju yaitu dapat juga
dilihat dampak yang tidak diharapkan dari program raskin ini bisa mengurangi
pemikiran masyarakat untuk menjadi lebih mandiri dari kehidupan sosialnya,
masyarakat hanya bisa bergantung dari bantuan yang diberikan oleh
pemerintah;
b. Tidak adanya perubahan pola hidup pada masyarakat penerima manfaat yanitu
dampak yang tidak diharapkan dari program raskin ini juga bisa dilihat dari
tidak adanya perubahan pola hidup masyarakat penerima manfaat dari segi
kehidupan ekonominya.
E. HASIL PENELITIAN
1. Hasil Kebijakan
Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara yang telah diperoleh penulis
bahwasanya pendatan masyarakat miskin atau penerima manfaat di Desa Bukit
Harapan diserahkan oleh pihak Desa kepada ketua RT setempat untuk mendata
warganya yang miskin kemudian data tersebut diserahkan kepada Desa untuk
mengkakulasikan berapa kilo beras yang akan di distribusikan ke RT masing-masing
di desa bukit harapan. Beras bersubsidi masuk ke Desa Bukit Harapan melalui jalur
laut dengan menggunakan transfortasi laut, sebelum beras didistribusikan ke desa
petugas pelaksanaan desa menjemput beras tersebut di Kecamatan kemudian beras
dibongkar di plabuhan Dusun I untuk di distribusikan kerumah ketua RT dengan
menggunankan transfortasi darat, kemudian untuk bagaimana teknis pembagiannya
desa menyerahkan kepada ketua RT setempat yang sudah tau persis bgaimana
keadaan masyarakatnya.
Penyaluran Raskin di Desa Bukit Harapan menimbulkan dampak positif bagi
Masyarakat Penerima Manfaat Raskin, hal ini dikarenakan RTS-PM Raskin tidak
menggunakan biaya transfortasi dalam pengambilan beras di titik bagi dengan
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Desa bahwasanya lokasi pembagian Raskin
ditempatkan di kediaman masing-masing RT setempat. penyaluran Raskin juga tidak
dikenakan biaaya Transformasi dari kecamatan sehingga sampai beras masuk ke
Desa, dengan demikian tidak ada terjadinya beban biaya dalam penyaluran Raskin di
Desa Bukit Harapan tahun 2015.
Pembaharuan data perlu dilakukan oleh Pemerintah Desa sesuai dengan
Peraturan Bupati Lingga No.9 Tahun 2015 tercantum dalam pasal 1 point 8 yang
bermaksud; Pembaharuan data atau perubahan daftar penerima manfaat adalah
kegiatan validasi Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat yang didasarkan pada
Basis Data Terpadu oleh musyawarah desa/kelurahan untuk menghasilkan rumah
tangga sasaran penerima manfaat Raskin yang tepat dan dituangkan dalam daftar
penerima manfaat. Selanjutnya point 10 bermaksud; Muysyawarah
Desa/Musyawarah Kelurahan yang selnjutnya disingkat dengan MUDES/MUSKEL
adalah forum pertemuan musayawarah desa /Kelurahan yang melibatkan Aparat
Desa/Kelurahan, Kelompok masyarakat Desa/Kelurahan, tenaga kesejahteraan sosial
Kecamatan dan perwakilan RTS-PM Raskin dari setiap satuan lingkungan setempat
setingkat Dusun/RW untuk memuktahirkan daftar RTS-PM.
Raskin tepat sasaran untuk masyarakat penerima manfaat di Desa Bukit
Harapan menimbulkan dampak yang kurang baik bagi suatu kebijakan yang dibuat
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Desa Bukit Harapan serta Rumah
Tangga Sasaran Penemrima Manfaat Raskin, dengan dibagikannya Raskin secara
merata tentunya menimbulkan perspektif yang kurang baik, yaitu tidak adanya
pengurangan angka kemiskinan di Kabupaten Lingga khususnya di Desa Bukit
Harapan.
Beras untuk keluarga miskin (Raskin) yang masuk ke Desa Bukit Harapan
khususnya dengan waktu tiga bulan sekali atau kerap disebut per triwulan. Tentunya
berdasarkan hasil penelitian dilapangan kabupaten lingga yang memiliki Sembilan
kecamatan tidak semuanya beras berasal dari BULOG Dabo Singkep Kabupaten
Lingga. Beras bersubsidi yang diterima oleh Kecamatan Lingga Utara khususnya
Desa Bukit Harapan berasal dari BULOG Tanjungpinang dengan menggunakan
transfortasi laut untuk disalurkan ke masing-masing Desa yang berada di Kecamatan
Lingga Utara tersebut.
Peraturan Bupati Lingga No. 9 Tahun 2015 tentang pelaksanaan teknis raskin
disebutkan dalam pasal 38 poin 6 pada prinsipnya penyaluran raskin dilakukan setiap
bulan. Jika terdapat kebijakan daerah dan atau kendala antara lain musim panen,
kondisi geografis, iklim/cuaca dan hambatan transfortasi sehingga penyaluran raskin
tidak mungkin dilakukan secara rutin setiap bulan disuatu wilayah, maka penyaluran
raskin dapat diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis raskin oleh pemerintah
kabupaten setempat. tim koordinasi raskin kabupaten telah mengambil suatu
kebijakan dalam penyaluran raskin yang mana tidak mungkin secara rutin akan
dilakukan secara priodik setiap triwulan sesuai dengan tingkat kebutuhan serta
ketersediaan anggaran.
Penentuan Harga Tebus Raskin (HTR) di Kabupaten Lingga Khususnya di
desa Bukit Harapan telah diatur dalam Keputusan Bupati Lingga Nomor:
74/KPTS/II/2015 tentang Penetapan Pagu Raskin dan Titik Distribusi di Lingkungan
Kecamatan se-Kabupaten Lingga Tahun 2015 yang bermaksud; penetapatn pagu
Raskin adalah 4.804 RTS-PM Raskin atau 72.060 kg/bulan dan atau setara dengan
864.720 kg/tahun yang dialokasikan dari bulan januari sampai bulan desember untuk
RTS-PM Raskin dalam mencukupi kebutuhan pangan beras melalui penyaluran beras
bersubsidi dengan alokasi sebanyak 15 kg/bulan dan atau setara dengan 180 kg/tahun
dengan harga tebus Raskin sebesar Rp. 1.600/kg netto di titik distribusi.
2. Dampak Kebijakan
Berdasarkan hasil dilapangan bahwasanya dengan adanya program beras
untuk keluarga miskin (Raskin) itu sangat memberikan manfaat kepada masyarakat
dan sangat membantu untuk mengurangi beban dalam memenuhi kebutuhan pangan
rumah tangga sasaran. Hasil wawancara menunjukan masyarakat rumah tangga
sasaran dengan selisih harga beras yang dijual dipasaran dengan harga beras
bersubsidi dapat digunakan untuk keperluan lain selain beras dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari hari.
Tentunya banyak manfaat yang bisa digunakan dari sisa uang yang
seharusnya habis untuk membeli beras di warung sembako, sesuai dengan tujuan
raskin untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga sasaran (RTS) penerima
manfaat melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan. kemudian manfaat raskin
berdasarkan peraturan bupati No. 9 Tahun 2015 tentang pelaksanaan teknis raskin
adalah peningkatan ketahanan pangan di rumah tangga sasaran sekaligus sebagai
mekanisme perlindungan sosial dan penaggulangan kemiskinan.
Program bersumsidi untuk keluarga miskin yang disalurkan pemerintah belum
memberikan perubahan sosial kepada Rumah Tangga Sasaran Penerima Mnafaat
Raskin di Desa Bukit Harapan. Hal itu dekarenakan beras yang yang masuk di Desa
Bukit Harapan tidak seperti apa yang diharapkan pemerintah yang tertuang dalam
pedum raskin 2015 bahwa masyarakat penerima manfaat menerima beras sebulan
sekali sebanyak 15 kg/bulan dengan harga tebus sebesar Rp. 1.600.
Di desa bukit harapan raskin yang masuk per triwulan atau tiga bulan sekali
membuat kebijakan dari pemerintah terhadap beras raskin ini memberikan perubahan
pola hidup baik itu di tingkat sosial maupun ekonomi di desa bukit harapan.
Masyarakat yang merasakan perubahan ekonomi setelah mendapatkan beras
bersubsidi dari pemerintah, masyarakat tetap bekerja seperti biasanya. Masyarakat di
Desa Bukit Harapan khusunya rumah tangga penerima manfaat dengan kehadiran
Raskin membantu mengurangi beban konsumsi pangan ditingkat rumah tangga tapi
belum membantu untuk merubah perekonomian dan pola hidup masyarakat di Desa
Bukit Harapan.
E. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat penulis mengambil kesimpulan program
beras untuk keluarga miskin di Desa bukit Harapan Kecamatan Lingga Utara
Kabupaten Lingga Tahun 2015 belum memberikan akibat, imbas dan juga pengaruh
yang maksimal kepada Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Raskin.
Kurang maksimalnya Dampak yang dirasakan oleh RTS-PM Raskin disebabkan
beras bersubsidi di Kabupaten Lingga khususnya di Desa Bukit Harapan disalurkan
tiga bulan sekali/per triwulan, hal ini dikarenakan miniumnya anggaran yang dimiliki
oleh Kabupaten Lingga.
Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Raskin menerima kouta
beras bersubsidi sebanyak 17 kg/tiga bulan sehingga tujuan program Raskin untuk
mengurangi beban pangan keluarga miskin hanya dirasakan RTS-PM per tiga bulan
dengan harga beras yang terjangkau sebesar Rp. 1.600 /kg. dengan harga beras yang
lebih rendah dari harga beras dipasaran tersebut sehingga RTS-PM dapat
memanfaatkan sisa uang yang dimiliknya untuk membeli kebutuhan selain beras
seperti membeili perlengkapan untuk bercocok tanam bagi petani, membeli peralatan
untuk melaut bagi nelayan, digunakan untuk membeli minyak bagi penebang kayu,
dan menambah barang-barang usaha bagi wira usaha. Sehingga Dampak yang
dirasakan oleh RTS-PM tidak begitu maksimal dan tidak memberikan pengaruh
dalam kehidupannya sehari-hari.
B. Saran
Program beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Bukit Harapan
mengalami beberapa permasalahan dalam penyalurannya kepada RTS-PM sehingga
tujuan dari program Raskin belum tercapai dan belum memberikan Dampak yang
maksimal kepada Rumah Tangga Sasaran Penerima Mnafaat (RTS-PM). Berdasarkan
permasalahan tersebut penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Kepada Pemerintah Kabupaten Lingga untuk lebih maksimal dalam
melaksanakan Program Raskin dengan Memberikan atau mengalokasikan
Anggaran yang maksimal sehingga Raskin dapat disalurkan setiap bulannya
kepada Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM). Dengan
demikian, tujuan dari Program Raskin dapat tercapai dan dapat memberikan
Dampak yang maksimal kepada Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat
(RTS-PM).
2. Kepada Pemerintah Desa Bukit Harapan diharapkan dapat memperbaharui
data penerima Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Raskin
dan tidak membagikan beras secara merata kepada masyarakat yang
mengkibatkan RTS-PM yang telah ditentukan oleh PPLS 2011 dapat
merasakan Dampak secara maksimal dengan keberadaan Program beras
bersubsidi dari pemerintah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku:
Abidin, Zainal Said. 2004, Kebijakan Public Jakarta. Tim Penerbit Yayasan Pancur
Siwah
Abidin, Said Zainal. 2002, Kebijakan Publik. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah
Agustino, Leo. 2006, Dasar-Dasar Kebijakan Publik Bandung. Cv Alfabeta
Agustino, Leo. 2012, Dasar-Dasar Kebijakan Public Bandung. Alfabeta.
Arikunto, Suharsini. 2002, Prsedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Pt.
Rineka Cipta.
Dunn, William. 2003, Pengantar Analisis Kebijakan Public. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Irfan Islamy, Muhamad. 2009, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Kutanegara, Pade M, dkk. 2007. Sumber Daya Manusia: Tantangan Masa Depan.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Nugroho, Riant. 2011, Public Policy: Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan Dan
Managejemen Kebijakan. Jakarta: Pt. Gramedia.
Silalahi, Ulber. 2010, Metode Penelitian Sosial. Bandung: Pt. Refika Aditama.
Subarsono, Ag. 2006. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, Dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharto, Edi. 2007. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan.
Suyanto, Bagong. 2011, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternative Pendekatan
Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.
Syafrudin. 2008, Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka.
Winarno, Budi. 2007, Kebijakan Publik: Teori Dan Proses. Yogyakarta: Med.
Winarno, Budi. 2012, Kebijakan Public: Teori, Proses, Dan Studi Kasus (Edisi Dan
Revisi Terbaru). Jakarta: Pt. Buku Seru.
Perundang-Undangan:
Keputusan Menteri Koordinator No. 54 Tahun 2015 Tentang Kesejahteraan
Masyarakat Mengenai Pedum Raskin.
Peraturan Bupati Lingga No. 9 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Raskin.
Jurnal-Jurnal:
Ardiana Agus Astuti, 2015, “Evaluasi Kebijakan Program Raskin Di Kelurahan
Tanjungpinang Barat Kecamatan Tanjungpinang Barat Kota Tanjungpinang
Tahun 2015. Skripsi Sarjana Pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Ayu Wahyuni, 2014, “ Implementasi Kebijakan Raskin Di Desa Toapaya Selatan
Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan Tahun 2012. Skripsi Sarjana Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Mommy Harlika Wahjoe Pangestoeti & Ellya Noryadi, 2016, “Evaluasi Beras Miskin
Di Kelurahan Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun
2014. Naskah Publik Pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas
Maritim Raja Ali Haji.