Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
79
Jurnal Abdikaryasakti ISSN : 2776-2769 (Online)
Vol. 1 No. 2 Oktober 2021: Hal : 79-98 ISSN : 2776-270X (Print)
Doi : http://dx.doi.org/10.25105/ja.v1i2.10033
DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19
Susi Dwi Mulyani1*)
, Victor Siagian2, Henik Hari Astuti
3, Aris Riantori Faisal
4,
Giawan Nur Fitria5
1Prodi Doktor Konsentrasi Akuntansi FEB Universitas Trisakti,
2Prodi Magister Ekonomi FEB Universitas Trisakti,
3Prodi Magister Akuntansi FEB Universitas Trisakti,
4Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu RI,
3Prodi Akuntansi FEB Universitas Mercubuana
E-mail : *)1
Abstrak:
Salah satu dharma dari Tridharma Perguruan Tinggi adalah Pengabdian Kepada Masyarakat
(PkM) yang dilakukan sebagai wujud kontribusi langsung akademisi kepada masyarakat. Tim
PkM FEB Usakti dengan kegiatan PkM ini akan memberikan pelatihan terkait: i) reviu insentif
perpajakan bagi pelaku UMKM yang diberikan pemerintah RI sesuai Peraturan Menteri
Keuangan; ii) pelatihan aplikasi administrasi perpajakan untuk memperoleh insentif
perpajakan; dan iii) pelatihan tentang prosedur pelaporan atas insentif perpajakan yang telah
diterima pelaku UMKM. Tim FEB Usakti berkesempatan melakukan kerjasama dengan mitra
PD Pasar Jaya unit Pasar Santa Jakarta Selatan untuk mensosialisasikan insentif perpajakan
bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di masa pandemi covid 19.
Pandemi ini menyebabkan turunnya kinerja UMKM yang kemudian mengakibatkan penurunan
pendapatan UMKM yang sangat signifikan. Pelatihan ini didahului dengan penjelasan tentang
kebijakan Pemerintah RI memberikan relaksasi untuk pembayaran PPh kepada pengusaha
UMKM berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 44/pmk.03/2020 dan telah dua kali
diperpanjang, terakhir dengan PMK No. 82/PMK.03/2021. Setelah pemahaman peraturannya,
peserta pelatihan dibimbing mengisi aplikasi administrasi untuk memperoleh insentif PPh.
Terakhir peserta dilatih cara menyusun pelaporannya. Banyak pelaku usaha UMKM belum
mengetahui fasilitas perpajakan ini. Bagi pelaku UMKM yang membayar PPh mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018, akibat terdampak pandemi covid 19, PPhnya
ditanggung pemerintah. Periode PPh yang ditanggung oleh pemerintah adalah mulai April
2020 dan sempat beberapa kali diperpanjang. Saat pelatihan dilaksanakan yaitu 24 Februari
2021 fasilitas PPh ditanggung pemerintah masih berlaku dan diperpanjang sampai dengan 31
Desember 2021. Pelatihan ini berhasil meningkatkan pemahaman para pelaku UMKM
terhadap fasilitas pajak yang diberikan oleh pemerintah, memahami aplikasi pelaksanaannya,
dan dapat memahami cara pelaporannya, sehingga mereka akan memanfaatkan fasilitas.
Kata kunci: Pandemi covid 19, Pelaku UMKM, Insentif Perpajakan
Abstract:
One of the dharmas of the Tridharma of Higher Education is Community Service (PkM) which
is carried out as a form of direct contribution of academics to the community. The PkM FEB
Usakti team with this PkM activity will provide training related to: i) review of tax incentives
for MSME actors provided by the Indonesian government in accordance with the Regulation of
the Minister of Finance; ii) tax administration application training to obtain tax incentives;
and iii) training on reporting procedures for tax incentives that have been received by MSME
actors. The FEB Usakti team had the opportunity to collaborate with partners of PD Pasar
80 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021
Jaya, Pasar Santa, South Jakarta, to socialize tax incentives for Micro, Small and Medium
Enterprises (MSMEs) during the covid-19 pandemic, which is very significant. This training
was preceded by an explanation of the Government of Indonesia's policy of providing
relaxation for income tax payments to MSME entrepreneurs based on Minister of Finance
Regulation number 44/pmk.03/2020 and has been extended twice, most recently with PMK No.
82/PMK.03/2021. After understanding the regulations, the trainees are guided to fill out an
administrative application to obtain income tax incentives. Finally, participants were trained
on how to compile their reports. Many MSME business actors do not know about this tax
facility. For MSME actors who pay PPh, referring to Government Regulation Number 23 of
2018, due to the impact of the covid-19 pandemic, the PPh is borne by the government. The
PPh period borne by the government starts in April 2020 and has been extended several times.
When the training was carried out, namely February 24, 2021, the government-paid income tax
facility was still valid and extended until December 31, 2021. This training succeeded in
increasing the understanding of MSME actors about the tax facilities provided by the
government, understanding the application for its implementation, and being able to
understand how to report it, so that they will take advantage of the facilities.
Keywords: covid 19 Pandemic, MSME Actors, Tax Incentives
Article History:
Submission date: 09-08-2021 Revised: 24-08-2021 Accepted: 25-08-2021
PENDAHULUAN
Pemerintah Republik Indonesia saat ini sedang berjuang mengatasi dampak
serangan corona virus deseases yang mulai menyebar ke seluruh dunia pada tahun
2019 (covid 19). Virus ini menyebarkan penyakit menular yang baru ditemukan dan
diberi nama corona. Pertama kali penyakit ini diketahui menyebar di Wuhan, Tiongkok
di bulan Desember 2019. Dampak virus covid 19 ini sangat dirasakan mempengaruhi
semua segi kehidupan ekonomi dan sosial di Indonesia. Kegiatan bisnis banyak
mengalami penurunan omsetnya.
Penurunan kegiatan perekonomian di Indonesia yang sangat tajam mulai
dirasakan akhir 2019 dan terus berlanjut sampai tahun 2021. Terkendalanya kegiatan
ekonomi selanjutnya merurunkan pendapatan pemerintah RI, antara lain dari sektor
penerimaan pajak. Efek covid 19 ini juga sangat berpengaruh pada usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM) yang tersebar di seluruh Indonesia, selain menurunkan
pendapatan bisnis berskala besar. Bisnis yang dijalankan UMKM di Indonesia
memberikan kontribusi cukup besar dalam perekonomian. Oleh karena itu pandemi ini
dirasakan oleh pelaku UMKM banyak dampak negatif bahkan banyak yang akhirnya
gulung tikar.
Kinerja bisnis UMKM mengalami penurunan sangat tajam dari sisi permintaan
komsumen sebagai akibat penurunan daya beli masyarakat. Hal ini kemudian
menurunkan kegiatan produksi barang dan/atau jasa yang dihasilkannya, serta akhirnya
mengakibatkan berkurangnya penghasilan UMKM yang signifikan. Keadaan ini
ditengarai juga menimbulkan permasalahan pemutusan hubungan kerja para
Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 81
karyawannya, yang akhirnya mengancam kelancaran pembayaran kredit, baik pokok
maupun bunganya, akibat banyak UMKM yang akhirnya menderika kerugian.
Karyawan UMKM yang mengalami pemutusan hubungan kerja menyebabkan
pengangguran meningkat di masa pandemic ini.
Sebagai Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), Ikhsan
Ingrabatun, dalam pernyataannya memperkirakan bahwa peredaran bruto UMKM di
sektor non kuliner mengalami penurunan hingga mencapai 30-35%. Pelaku UMKM
masih menggunakan cara konvensional dalam menjual dagangannya. Mereka
melakukan pertemuan langsung dengan calon pembelinya. Saat ini di era pandemi,
konsumen takut melakukan tatap muka langsung untuk memenuhi kebutuhannya.
Mereka beralih memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, yaitu melakukan
transaksi secara online. Hal ini mengakibatkan penurunan peredaran bruto yang sangat
tajam pada sekitar 37.000 pelaku UMKM yang terdata di Kemenkop UKM. Mereka
mengalami penurunan penjualan kurang lebih 56%, terdapat pula UMKM yang
terkendala dalam pembiayaan sekitar 22%, persentase yang terkendala dalam distribusi
barang sebanyak 15%, dan ada juga pelaku UMKM yang terkendalan dalam pasokan
bahan baku sebanyak 4% (http://genial.id/diakses 26 Oktober 2020).
Berdasarkan kondisi di atas, pemerintah RI melalui Kementerian Keuangan
membuat kebijakan relaksasi berupa insentif pajak untuk wajib pajak terdampak
pandemi covid 2019. Kementerian Keuangan RI kemudian menerbitkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 44/pmk.03/2020 yang salah satunya memberikan relaksasi
PPh kepada pelaku UMKM. Banyak pelaku usaha UMKM yang tidak mengetahui
fasilitas perpajakan yang diberikan oleh pemerintah melalui Kementerian Keuangan RI
ini. Pengusaha UMKM yang sebelumnya dikenakan PPh Final menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018, di era pandemi covid 19 sekarang ini, PPhnya
ditanggung oleh pemerintah. Periode PPh yang ditanggung oleh pemerintah adalah
April sampai dengan September 2020, kemudian sudah beberapa kali diperpanjang,
terakhir berdasarkan PMK No. 82/PMK.03/2021 fasilitas PPh UMKM ditanggung
pemerintah berlaku sampai dengan 31 Desember 2021.
Tim PkM FEB Usakti telah melakukan survey pendahuluan ke PD Pasar Jaya
Jakarta pada awal Oktober 2020 dan mendapatkan data awal bahwa masih banyak
pelaku UMKM belum memanfaatkan fasilitas PPh ditanggung pemerintah, bahkan
masih banyak yang belum mengetahui adanya fasilitas ini. PD Pasar Jaya Jakarta
kemudian memberikan kesempatan kepada Tim PkM FEB Usakti memberikan
pelatihan kepada para pelaku UMKM di PD Pasar Jaya unit Pasar Santa Kebayoran
Baru Jakarta Selatan. Para pelaku UMKM di PD Pasar Santa sebagai mitra dalam
kegiatan PkM ini, masih banyak yang belum memahami bagaimana mendapatkan
fasilitas PPh ditanggung pemerintah, aplikasi pelaksanaannya, dan menyelesaikan
administrasi pelaporannya.
Pemerintah RI melalui Kementerian Keuangan telah mengambil kebijakan
beberapa kali memperpanjang masa berlaku dari relaksasi PPh bagi pelaku UMKM di
masa pandemi covid 19 ini, terakhir dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan
82 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021
Nomor 9/PMK.3/2021 dan mulai berlaku 1 Februari 2021 sampai dengan 30 Juni 2021,
kemudian memperpanjang kembali dengan PMK Nomor 82/PMK.03/2021 yang mulai
berlaku 1 Juli 2021 sampai dengan 31 Desember 2021. Berdasarkan uraian diatas dirasa
perlu mengadakan pelatihan kepada para pelaku UMKM agar dapat memanfaatkan
fasilitas perpajakan yang diberikan pemerintah. Dalam kesempatan ini tim dari FEB
Universitas Trisakti melakukan kerjasama dengan mitra PD. Pasar Jaya unit Pasar
Santa Jakarta Selatan berkesempatan untuk mensosialisasikan insentif perpajakan bagi
para pelaku UMKM di masa pandemi covid 19. Dengan kegiatan pelatihan oleh tim
PkM FEB Usakti tentang fasilitas PPh bagi pelaku UMKM tersebut diharapkan para
pelaku UMKM bertambah pengetahuannya dan memahami insentif yang diberikan
pemerintah, sehingga dapat diterapkan secara nyata dan pelaku UMKM terbebas dari
beban PPhnya serta dapat meringankan pengeluaran kas beban operasionalnya.
Secara ringkas permasalahan saat ini yang dihadapi oleh mitra kegiatan PkM adalah:
a. Mitra belum mengetahui adanya fasilitas perpajakan yang diberikan pemerintah.
b. Mitra belum memahami bagaimana cara memanfaatkan fasilitas perpajakan
tersebut.
c. Mitra belum mengetahui cara mengadministrasikan seandainya memanfaatkan
fasilitas perpajakan tersebut.
d. Mitra belum mengetahui bagaimana cara melaporkan tentang fasilitas PPh
ditanggung pemerintah.
Aktivitas Pengabdian Kepada Masyarakat oleh tim Dosen, Mahasiswa, dan
Alumni FEB Universitas Trisakti ini bertujuan memberikan pelatihan antara lain
tentang: i) reviu insentif perpajakan bagi pelaku UMKM yang diberikan pemerintah RI
sesuai Peraturan Menteri Keuangan; ii) pelatihan aplikasi administrasi perpajakan
untuk memperoleh insentif perpajakan; dan iii) penyuluhan tentang prosedur pelaporan
atas insentif perpajakan yang telah diterima pelaku UMKM.
Gambar 1. Foto Profil dan Kegiatan Pelaku UMKM PD Pasar Santa Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 83
METODE
Metode atau pendekatan penyelesaian masalah yang dilakukan dalam kegiatan
PkM ini melalui penyampaian materi tentang adanya fasilitas perpajakan yang
diberikan oleh pemerintah kepada para pengusaha UMKM di masa pandemi covid 19
yang tengah melanda Indonesia. Pemahaman tentang aturan perpajakan sangat
diperlukan oleh para pelaku UMKM sehingga mereka bisa menjalankan kewajiban
perpajakannya secara benar dan dapat memanfaatkan fasilitas yang diberikan selama
pandemi covid 19 yaitu PPh Ditanggung Pemerintah. Penjelasan aspek - aspek
perpajakan, aturan perpajakan dan tata cara pelaporannya juga diajarkan sehingga
pengetahuan yang diterima lengkap dan komprehensif. Setelah semua materi pelatihan
disampaikan, kemudian pada pelatihan ini para pengusaha diberikan pelatihan tentang
aplikasi administrasi mengajukan permohonan ke Direktorat Jenderal Pajak untuk
mendapatkan fasilitas PPh ditanggung pemerintah, serta pelatihan cara menyusun
pelaporan kewajiban perpajakannya. Pada kesempatan ini peserta pelatihan diajak
untuk berdiskusi seputar permasalahan atau kesulitan dalam perhitungan maupun
pengelolaan pajaknya sehingga pelatihan menjadi lebih aplikatif dan dapat
diimplementasikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan para pengusaha UMKM.
Peserta yang ikut dalam pelatihan ini adalah Pelaku UMKM yang merupakan pedagang
di lingkungan Perumda Pasar Jaya unit Pasar Santa Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Aktivitas PkM kali ini secara spesifik membahas topik tentang perpajakan saja
dan aplikasinya yang dilaksanakan oleh tim dari FEB Usakti dengan anggota timnya
meliputi 3 (tiga) program studi, yaitu: Magister Ekonomi, Program Doktor Ilmu
Ekonomi Konsentrasi Akuntansi, dan Magister Akuntansi. Pelatihan dilaksanakan di
hari Rabu, 24 Februari 2021 dimulai pada jam 13.00 sampai dengan 15.00 WIB. Semua
materi pelatihan disampaikan dengan metoda menjelaskan, membahas, dan
mendiskusikan materi-materi pelatihan yang disertai dengan contoh kasus dan latihan
soal. Semua rangkaian kegiatan pelatihan ini dilaksanakan secara daring (dalam
jejaring) atau webinar.
HASIL KEGIATAN
Persiapan kegiatan dimulai sejak awal Oktober 2020 dengan melakukan
koordinasi antara Tim PkM FEB Usakti, para calon instruktur, dan Kepala PD Pasar
Santa Kebayoran Baru Jakarta Selatan untuk mempersiapkan pelaksanaan pelatihan.
Jadwal koordinasi berupa pertemuan-pertemuan serta penyiapan modul adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Rencana Kegiatan PkM
No Kegiatan Waktu
1. Permintaan pelatihan dari pihak Perumda
Pasar Jaya (Mitra)
Awal Oktober 2020
2. Rapat dengan pihak Perumda Pasar Jaya Awal November 2020
84 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021
No Kegiatan Waktu
dan penentuan materi pelatihan
3. Rapat koordinasi dengan instruktur
(pembagian tugas, penyiapan proposal)
15 November 2020
4. Pembuatan modul 16 November – 30
November 2020
5. Pengumpulan modul 1 Desember 2020
6. Pelaksanaan Pelatihan 24 Februari 2021
7. Evaluasi oleh Tim FEB 25 Februari 2021
8. Pengumpulan Luaran 5 April 2021
9. Pembuatan Laporan 22 April 2021
Berikut diagram proses perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan PkM yang
dilakukan:
Gambar 2. Bagan alir perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan PkM
Pelaksanaan pelatihan diawali dengan pembukaan oleh wakil Tim PkM FEB,
Victor Siagian, dan sambutan dari Mitra PkM yang disampaikan oleh Fritz Ondoy
Sinaga (Kepala PD Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan). Pemateri yang
terdiri dari: Victor Siagian, Susi Dwi Mulyani, Henik Hari Astuti, Aris Riantori Faisal,
dan Giawan Nur Fitria menyampaikan penjelasan tentang peraturan pemerintah terkait
adanya relaksasi kewajiban PPh bagi pengusaha UMKM pada waktu pandemi covid
19. Materi yang diberikan sangat lengkap dan komrehensif mengingat para peserta
pelatihan PkM adalah pelaku UMKM yang barangkali tingkat pengetahuan dalam
perpajakannya masih kurang baik.
Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 85
Pelaku UMKM sendiri dapat didefinisikan sebagai individu atau organisasi yang
menjalankan suatu usaha atau bisnis dengan skala kecil. Menurut UU Nomor 20 Tahun
2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), terbentuknya organisasi
UMKM dengan sumbangan dari kegiatan usahanya mempunyai tujuan agar
perekonomian nasional tumbuh dan berkembang berdasarkan demokrasi ekonomi yang
berkeadilan. Dapat dilihat bahwa di masa pandemi covid 19 ini, pemerintah melalui
Kementerian Keuangan RI mengambil kebijakan memberikan bantuan berupa fasilitas
perpajakan kepada UMKM yang sebelumnya dikenakan PPh berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 dengan tarif sebesar 0,5% bersifat final.
Aris Riantori Faisal sebagai pemateri pertama menyampaikan tentang pengertian
pajak dan kegunaannya bagi pembangunan bangsa. Pemateri kemudian menyampaikan
reviu tentang apa saja objek dan subjek pajak yang diberikan relaksasi/insentif oleh
pemerintah RI. Sesuai dengan peraturan terakhir setelah beberapa kali diperpanjang
yaitu PMK No. 82/PMK.03/2021 jenis-jenis pajak yang memperoleh insentif pajak
ditanggung pemerintah antara lain: PPh Pasal 21; PPh Final berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018; PPh Final Jasa Konstruksi; sedangkan insentif
lainnya adalah: PPh Pasal 22 impor dibebaskan; pengurangan angsuran PPh Pasal 25;
dan pengembalian pendahuluan PPN.
Berdasarkan uraian di atas, insentif yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM
adalah insentif PPh Final Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2018
(PPh Final PP 23) ditanggung pemerintah. Peserta pelatihan kemudian diberikan
pemahaman tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku UMKM untuk
mendapatkan fasilitas ini, bagaimana mengajukan persyaratan tersebut ke Kantor
Palayanan Pajak dimana pelaku UMKM terdaftar sebagai wajib pajak (WP), dan juga
dijelaskan bagaimana teknis pelaporan atas pajak yang diberikan relaksasi.
Adapun persyaratan untuk mendapatkan insentif sebagai berikut:
- Mempunyai peredaran bruto lebih kecil atau sama dengan 4,8 miliar rupiah dan
sebelumnya telah melakukan pembayaran PPh berdasarkan PP 23/2018
- Melaporkan jumlah realisasi beban PPhnya setiap bulan dengan paling lambat
tanggal 20 di bulan berikutnya.
Apabila Wajib Pajak yang belum mempunyai Surat Keterangan tentang perlkuan atas
beban PPhnya, maka laporan realisasi yang disampaikan ke DJP dapat dianggap
sebagai permohonan Surat Keterangan asalkan sesuai dengan PMK-99/PMK.03/2018.
Saluran www.pajak.go.id. dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak pelaku UMKM
untuk mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak guna mendapatkan
Surat Keterangan yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh insentif PPh final
ditanggung pemerintah. Apabila pelaku UMKM melakukan transaksi dengan
pemotong/pemungut pajak, Surat Keterangan tersebut diserahkan kepada
pemotong/pemungut, selanjutnya pemotong/pemungut melakukan konfirmasi di
www.pajak.go.id atas surat keterangan tersebut. Apabila surat keterangan milik pelaku
UMKM tersebut terbukti syah, maka pemotong/pemungut pajak yang memberikan
barang/jasa kepada pelaku UMKM tidak melakukan pemotongan/pemungutan PPh saat
86 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021
pelaku UMKM melakukan pembayaran. Setelah semua persyaratan dipenuhi oleh
pelaku UMKM, selanjutnya disampaikan materi kepada peserta tentang aplikasi
administrasi para pelaku UMKM paska memperoleh insentif perpajakan di masa
pandemi covid 19.
Pemerintah RI telah menganggarkan stimulus yang cukup besar bagi dunia usaha
agar dapat bertahan dan bangkit di masa pandemi covid 19 ini. Anggaran tersebut
nilainya mencapai ratusan triliun rupiah. Kenyataannya, realisasi penggunaan anggaran
masih cukup rendah. Insentif yang telah dimanfaatkan oleh sektor UMKM, berdasarkan
jumlah UMKM yang telah terdaftar sebagai wajib pajak yaitu berjumlah 2,5 juta
UMKM, baru 14,2% atau sejumlah 355.000 UMKM wajib pajak yang telah
memanfaatkan fasilitas ini. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah agar lebih
banyak lagi penerima insentif di sector UMKM (https://news.ddtc.co.id/). Oleh sebab
itu, pelatihan yang dilaksanakan Tim PkM FEB Usakti ini diharapkan dapat
meningkatkan pelaku UMKM yang memanfaatkan fasilitas yang disediakan
pemerintah.
UMKM yang telah mendapatkan fasilitas pajak yang disediakan oleh pemerintah
harus ditindak-lanjuti dengan menyampaikan Laporan Realisasinya. Kewajiban ini
dilakukan secara online melalui situs www.pajak.go.id. Laporan realisasi ini berisi
tentang beban PPh terutang wajib pajak pelaku UMKM yang didalamnya termasuk
beban pajak penghasilan dari transaksi yang seharusnya telah dipotong PPhnya oleh
pemotong/pemungut pajak. Apabila pelaku UMKM melakukan transaksi dengan pihak
lain yang telah menjadi pemotong/pemungut PPh, maka dalam laporan realisasi PPh
finalnya harus dilampirkan SSP/cetakan kode billing dengan mencantumkan cap/tulisan
“PPh FINAL DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR 9/PMK.03/2021”.
Adapun prosedur/ langkah-langkah dalam pelaporan atas insentif perpajakan yang
diterima pelaku UMKM sebagai berikut:
1. Login di website pajak.go.id
2. Klik tab profil, kemudian
Pilih aktivasi fitur layanan
Cek/centang eReporting Insentif covid 19
Klik ubah, website pajak.go.id akan otomatis logout
Silakan login kembali kemudian lanjut ke langkah 3
Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 87
sumber : official page facebook Ditjen Pajak RI
Gambar 3. Prosedur pelaporan atas insentif perpajakan yang diterima pelaku UMKM di
masa pandemi covid 19
Pelaksanaan diskusi dengan para pelaku UMKM dipandu oleh Victor Siagian,
Susi Dwi Mulyani, Henik Hari Astuti, Aris Riantori Faisal, dan Giawan Nur Fitria. Para
pelaku UMKM menanyakan tentang obyek pajak dan cara penghitungan PPhnya
karena masih banyak kebingungan di lingkungan pelaku UMKM dengan peraturan
perpajakan, khususnya menghitung besarnya PPh final yang akan diajukan permohonan
untuk bisa ditanggung pemerintah. Berbagai kesulitan dan kendala dalam
mamanfaatkan fasilitas yang diberikan pemerintah di masa pandemi covid 19 juga
secara aktif ditanyakan oleh peserta. Sebagai bentuk penghargaan kepada peserta yang
aktif berpartisipasi dalam diskusi, Tim PkM FEB Usakti membagikan beberapa
doorprize.
Pelatihan Dampak Relaksasi PPh UMKM di Masa Pandemi covid 19 diikuti 90
peserta secara daring. Demografi peserta pelatihan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah
ini:
88 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021
Tabel 2. Demografi Peserta PkM
Keterangan Jumlah (orang) Persentase (%)
Laki-laki 42 47%
Perempuan 48 53%
Total 90 100%
Hasil survei awal tentang tingkat pemahaman peserta dengan adanya peraturan
perpajakan terkait fasilitas PPh UMKM ditanggung pemerintah di masa pandemi covid
19 yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan RI terakhir menggunakan
PMK Nomor 82/PMK.03/2021 disajikan di tabel 3 berikut:
Tabel 3. Tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta (Pelaku UMKM) tentang
peraturan perpajakan sebelum mengikuti pelatihan
No Indikator
Tingkat
Pengetahuan
(dalam %)
1. Mengetahui adanya fasilitas PPh UMKM ditanggung
pemerintah
30,50
2. Paham mengenai cara pengajuan fasilitas PPh UMKM 12,30
3. Mampu mengaplikasikan dalam kegiatan usahanya 10,90
4. Mengetahui cara penyetoran fasilitas PPh UMKM ke Bank
Persepsi
9,80
5. Mengetahui cara pelaporan fasilitas PPh UMKM di SPTnya 8.87
Sumber: data diolah
Dapat dilihat dari Tabel 3 tentang tingkat pengetahuan dan pemahaman para
pelaku UMKM atas fasilitas perpajakan yang diberikan oleh pemerintah. Peserta yang
telah mengetahui adanya fasilitas PPh UMKM ditanggung pemerintah di masa pandemi
ini mencapai tingkat 30,50% dari total peserta pelatihan. Diantara pelaku UMKM yang
telah mengetahui adanya fasilitas PPh masih banyak yang belum memahami bagaimana
cara memanfaatkannya. Jika dilihat dari tingkat pemahaman tata cara pengajuan
permohonan yang masih relatif kecil, maka dapat diketahui bahwa banyak Wajib Pajak
terdampak pandemi covid 19 yang belum terbantu oleh pemerintah atas beban pajak
penghasilannya. Setelah pengajuan permohonan fasilitas PPh disetujui, maka wajib
pajak harus dapat mengaplikasikannya saat penyetoran dan pelaporannya. Hal ini
terkait dengan self assessment system yang harus dilakukan oleh wajib pajak mulai dari
menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melapor atas kewajiban perpajakannya.
Berdasarkan Tabel 3 diatas, tingkat kemampuan mengaplikasikan dalam kegiatan
usahanya sebesar 10,90%, sedangkan tingkat pengetahuan dalam menyetorkan
kewajiban PPh sebesar 9,80%, dan terakhir yang sudah mengetahui bagaimana cara
melaporkan dalam SPT sebesar 8,87%.
Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 89
Beberapa foto kegiatan PkM Dampak Relaksasi PPh UMKM di Masa Pandemi
covid 19 dengan peserta pelatihan para pelaku UMKM di PD Pasar Santa Kebayoran
Baru Jakarta Selatan sebagai berikut:
90 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021
Gambar 3. Pelaksanaan kegiantan PkM melalui Zoom Meeting
PEMBAHASAN
Pada saat pelatihan berlangsung kepada para pelaku UMKM di Pasar Santa
Kebayoran Baru Jakarta Selatan diberikan penjelasan dan pelatihan bagaimana dalam
melakukan pencatatan atas peredaran bruto dari kegiatan usahanya sehingga mereka
dapat mengetahui bahwa sebagai Wajib Pajak mereka termasuk yang mendapatkan
insentif PPh final ditanggung Pemerintah. Setelah itu para pelaku UMKM merasa perlu
untuk mengikuti langkah-langkah agar dapat memanfaatkan fasilitas yang diberikan
oleh Pemerintah. Tim PkM dari FEB Usakti kemudian memberikan contoh-contoh
perhitungan dan administrasi yang harus dijalankan agar pelaku UMKM di Pasar Santa
dapat memenuhinya. Berikut contoh perhitungannya:
Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 91
1. Bapak Norman punya usaha restoran. Bapak Norman adalah Wajib Pajak sejak 13
Desember 2020 dan belum memberitahukan untuk dikenai PPh. Di tahun pajak
2020 Bapak Norman mempunyai peredaran bruto dari usaha restoran sebesar
Rp.600.000.000,- (enam ratus juta rupiah). Peredaran bruto Bapak Norman dari
usaha restoran tersebut kurang dari Rp.4.800.000.000,- (empat milyar delapan
ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun pajak, maka atas penghasilan dari usaha
restoran untuk tahun pajak 2021 dikenakan PPh Final mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018.
Bapak Norman di tahun 2021 memperoleh peredaran bruto dari usaha restoran
sebagai berikut:
Masa pajak Peredaran bruto PPh terutang
Februari 2021 Rp.45.000.000 Rp.225.000
Bapak Norman dapat memperoleh insentif PPh Final ditanggung Pemerintah untuk
masa pajak Februari 2021 tersebut. paling lambat 20 Maret 2021, Bapak Norman
harus sudah menyampaikan laporan realisasi PPh Finalnya melalui saluran
tertentu, sehingga Bapak Norman tidak menanggung beban PPh Final tersebut dan
tidak menyetor ke Kas Negara.
Jika Bapak Norman belum menyampaikan laporan realisasi atau menyampaikan
laporan realisasi masa pajak Februari 2021 melewati 20 Maret 2021, maka Bapak
Norman tidak memperoleh insentif PPh Final ditanggung Pemerintah dan Bapak
Norman wajib menyetor beban PPh final sebesar Rp.225.000 ke kas negara.
2. Usaha bengkel motor milik PT RAPI terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan pada
tanggal 1 Agustus 2020 dan pada tahun pajak 2020 atas pengahsilan usaha dari
bengkel PT RAPI dikenai PPh Final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2018.
PT RAPI di tahun 2020 memperoleh peredaran bruto Rp.3.000.000.000,- (tiga
milyar rupiah). Total peredaran bruto tersebut lebih kecil dari Rp.4.800.000.000,-
(empat milyar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun pajak, sehingga
penghasilan dari PT RAPI di tahun 2021 juga dikenai PPh Final berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018.
Pada Maret 2021, PT RAPI memberikan jasa perbaikan motor milik PT MAPAN
dengan menerima penghasilan sebesar Rp.5.000.000,-. PT RAPI dapat
menyerahkan fotocopy surat keterangan tentang insentif PPhnya.
Kemudian PT MAPAN selaku Pemotong melakukan konfirmasi tentang kebenaran
dari Surat Keterangan tersebut. PT MAPAN akhirnya tidak melakukan
pemotongan PPh Final atas pembayaran jasa bengkel tersebut.
PT MAPAN kemudian memberikan cetakan kode billing dengan dibubuhi cap atau
tulisan “PPh FINAL DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR
…/PMK.03/2021 kepada PT RAPI. PT RAPI selanjutnya berkewajiban
menyampaikan laporan realisasi PPh Finalnya tersebut melalui saluran tertentu
92 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021
paling lambat tanggal 20 April 2021.
Jika PT RAPI terlabat atau tidak menyampaikan laporan realisasinya, maka PT
RAPI wajib menyetor sendiri PPh final sebesar 0.05% x Rp Rp.5.000.000,- ke kas
negara.
Setelah selesai pembahasan terhadap 2 (dua) contoh diatas kepada para pelaku
UMKM juga diberikan penjelasan dan pelatihan bagaimana menyusun Laporan
Realisasi PPh Final Ditanggung Pemerintah. Kepada mereka diberikan contoh
bagaimana mengisi formulirnya. Berikut contoh formulirnya:
Sumber: PMK No. 82/PMK.03/2021
Gambar 4. Formulir Realisasi PPh Ditanggung Pemerintah
Dalam melatih pelaku UMKM mengisi Laporan Realisasi PPh final ditanggung
Pemerintah, juga diberitahukan petunjuk pengisiannya sebagai berikut:
Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 93
Sumber: PMK No. 82/PMK.03/2021
Gambar 5. Petunjuk Pengisian Formulir Realisasi PPh Ditanggung Pemerintah
Dalam pembahasan interaktif antara Peserta Pelatihan dengan Tim PkM dari
FEB Usakti terlihat antusiasme dari peserta untuk dapat memanfaatkan insentif PPh
tersebut. Hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang disampaikannya. Bahkan
mereka minta dilakukan tidak hanya pelatihan tetapi juga pendampingan sampai
mereka benar-benar mendapatkan fasilitas PPh final ditanggung Pemerintah tersebut
dan pelaporannya, mengingat masih sangat sedikit pelaku UMKM di Pasar Santa
Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang sudah mendapatkan fasilitas PPh final
ditanggung Pemerintah tersebut.
Setelah selesai melakukan pembahasan tentang perhitungan dan pelaporan
94 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021
insentif PPh final ditanggung pemerintah, untuk keperluan evaluasi dari efektivitas
pelaksanaan kegiatan PkM ini, Tim PkM FEB Usakti melakukan survey dengan
menyebarkan kuesioner melalui google form. Berdasarkan hasil survey ini dapat
diketahui perbedaan pengetahuan serta pemahaman terkait insentif PPh UMKM
ditanggung pemerintah di masa pandemi covid 19. Berdasarkan tabel 4 berikut dapat
terlihat tingkat pengetahuan dan pemahaman para pelaku UMKM setelah mengikuti
pelatihan.
Tabel 4. Tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta (Pelaku UMKM) tentang
peraturan perpajakan setelah mengikuti pelatihan
No Indikator
Tingkat
Pengetahuan
(dalam %)
1. Mengetahui adanya fasilitas PPh UMKM ditanggung
pemerintah
100
2. Paham mengenai cara pengajuan fasilitas PPh UMKM 80
3. Mampu mengaplikasikan dalam kegiatan usahanya 80
4. Mengetahui cara penyetoran fasilitas PPh UMKM ke Bank
Persepsi
80
5. Mengetahui cara pelaporan fasilitas PPh UMKM di
SPTnya
75
Sumber: data diolah
Dijelaskan di Tabel 4 tentang peningkatan pengetahuan dan pemahaman para
pelaku UMKM di Pasar Santa setelah mengikuti pelatihan atas insentif perpajakan yang
diberikan oleh pemerintah. Seluruh peserta pelatihan telah mengetahui adanya insentif
PPh final ditanggung Pemerintah di masa pandemi covid 19 sehingga tingkat
ketercapaian pengetahuan adalah 100% dari total peserta pelatihan. Diantara pelaku
UMKM yang telah mengetahui adanya fasilitas PPh masih banyak yang belum
memahami bagaimana cara memanfaatkannya. Dilihat dari tingkat pemahaman tata
cara pengajuan permohonan setelah mengikuti pelatihan terdapat peningkatan yang
sangat signifikan dengan tingkat pemahaman mengajukan permohonan sebesar 80%
dari seluruh peserta. Diharapkan Wajib Pajak PPh final yang terdampak pandemi covid
19 ini kemudian dapat memanfaatkan insentif yang diberikan oleh Pemerintah. Terkait
dengan self assessment system dalam menyelesaikan kewajiban perpajakannya, para
Wajib Pajak setelah mengikuti pelatihan dapat memahami dan mengaplikasikannya
mulai dari menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melapor atas kewajiban
perpajakannya. Berdasarkan Tabel 4 diatas, tingkat kemampuan mengaplikasikan
dalam kegiatan usahanya, tingkat pengetahuan dalam menyetorkan kewajiban PPh
sebesar 80%, sedangkan bagaimana cara melaporkan dalam SPT mencapai tingkat
75%.
Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 95
Selain itu, kuesioner untuk peserta juga disampaikan pertanyaan tentang manfaat
dari kegiatan PkM dengan hasil seperti tampak pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Evaluasi Kegiatan PkM Pelatihan Dampak Relaksasi PPh UMKM di Masa
Pandemi covid 19
No. Indikator Rata-rata
1. Penilaian peserta atas kegiatan pelatihan ini 5,00
2. Kejelasan pemateri dalam menyampaikan materinya 4,60
3. Interaksi pemateri dalam menjawab pertanyaan dari peserta 4,80
4. Pengelolaan waktu pelatihan oleh pemateri 5,00
5. Kecocokan materi dengan kebutuhan peserta 5,00
6 Penyampaian materi cukup baik dan mudah dipahami peserta 4,60
7 Penilaian kinerja seluruh panitia dalam pelatihan ini 4,75
Sumber: Data diolah, 2021
Terlihat dari rata-rata jawaban peserta pelatihan Dampak Relaksasi PPh UMKM di
Masa Pandemi Covid 19 yang terdapat pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pelaksanaan
aktivitas pelatihan oleh Tim FEB Usakti ini sangat dirasakan manfaatnya oleh pelaku
UMKM sebagai pesertanya. Pemateri dalam menjelaskan materi dinilai sangat jelas,
kemudian selama proses tanya jawab antara pemateri, yaitu Tim PkM, dengan seluruh
peserta juga dinilai sangat interaktif. Terakhir kinerja seluruh Tim PkM oleh peserta
dinilai sangat memuaskan.
Selain pertanyaan tertulis yang dijawab menggunakan skala likert 1 sampai dengan
5, Tim PkM juga memberikan pertanyaan bersifat terbuka untuk mendapatkan masukan
dari seluruh peserta. Adapun indicator pertanyaan terbuka dan input yang diperoleh
dari peserta diuraikan pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Pertanyaan terbuka untuk evaluasi kegiatan PkM
No. Indikator Input
1. Hal-hal positif/manfaat yang sangat sesuai dengan
bisnis Bapak/Ibu yang didapatkan dari pelatihan ini
Dapat memanfaatkan
insentif PPh final
ditanggung Pemerintah
2. Menurut Bapak/Ibu adakah hal negatif atau sangat
tidak berkenan yang ada dari pelatihan ini
Tidak ad
a
3. Saran dan masukan dari Bapak/Ibu untuk
peningkatan dan perbaikan bagi kami pada
pelatihan-pelatihan yang akan datang.
Selain pelatihan juga
dilakukan kegiatan
pendampingan.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
SIMPULAN
Kegiatan PkM berupa pelatihan Dampak Relaksasi PPh UMKM di Masa
Pandemi Covid 19 dapat dilaksanakan dengan baik dan lancer sesuai target yang
diinginkan. Hal ini sesuai dengan tujuan PkM yang telah ditetapkan, yaitu
96 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021
meningkatkan pemahaman peserta tentang peraturan perpajakan, khususnya insentif
yang diberikan Pemerintah selama masa pandemi ini antara lain: 1. Pemahaman adanya
fasilitas PPh UMKM ditanggung pemerintah; 2. Pemahaman mengenai cara pengajuan
fasilitas PPh UMKM; 3. Pemahaman supaya mampu mengaplikasikan dalam kegiatan
usahanya; 4. Mengetahui cara penyetoran fasilitas PPh UMKM ke Bank Persepsi; dan
5. Mengetahui cara pelaporan fasilitas PPh UMKM setiap akhir masa pajaknya.
Berdasarkan jawaban peserta atas survey yang dilakukan terdapat perbedaan
pemahaman dari peserta yang sangat besar jika dibandingkan antara pemahaman
sebelum pelatihan dan pemahaman sesudah kegiatan pelatihan dilaksanakan terhadap
pengetahuan dan pemahaman tentang relaksasi PPh final yang sebelumnya berdasarkan
PP No. 23 Tahun 2018 dengan tarif final sebesar 0,05% kemudian selama pandemi
covid 19 PPhnya ditanggung Pemerintah. Hal sangat nyata terlihat setelah diberikan
paparan materi, pelatihan aplikasi perhitungan PPhnya, dan tata cara pelaporannya.
Terakhir berdasarkan survey tentang evaluasi pelaksanaan kegiatan PkM,
ternyata kegiatan ini sangat dibutuhkan oleh para pelaku UMKM, sehingga peserta
memberikan masukan bahwa selain kegiatan pelatihan juga melakukan kegiatan
pendampigan.
IMPLIKASI
1. Pada bidang pendidikan dan pengajaran
Kegiatan PkM ini terkait dengan materi pada mata kuliah Perpajakan, yaitu: 1.
Digunakan dalam penambahan materi tentang contoh-contoh kasus aplikasi
perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh final. Hasil kegiatan PkM ini juga dapat
digunakan dalam pengembangan modul Laboratorium Perpajakan.
2. Pada peserta PkM
Para pelaku UMKM semangat untuk memanfaatkan fasilitas yang diberikan
Pemerintah, yaitu mereka dapat mengaplikasikan kewajiban perpajakannya mulai
dari merekapitulasi realisasi peredaran brutonya sampai dengan pelaporan tepat
waktu atas insentif PPh final ditanggung Pemerintah.
PENGAKUAN
Kegiatan PkM oleh Tim dari FEB Usakti ini dapat terselenggara karena
dukungan dari berbagai pihak. Terimakasih diucapkan kepada: PD Pasar Jaya Unit
Pasar Santa Kebayoran Baru Jakarta Selatan, pimpinan FEB Usakti, semua pihak yang
sudah mendukung terselenggaranya kegiatan PkM ini.
REFERENSI
Amin, Muhammad Nuryatno; Deliza Henny; dan Windhy Puspitasari (2021).
Pemberdayaan Pelaku Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Umkm) Jakarta
Selatan Dalam Penyusunan Laporan Keuangan. Jurnal Abdikaryasakti, No. 1,
Vol. 1. Universitas Trisakti Jakarta
Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 97
FEB Usakti, (2017). Buku Panduan PkM FEB Universitas Trisakti
Mardiasmo. 2018. Perpajakan Edisi Terbaru 2018.Yogyakarta: Andi.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82/PMK.03/2021 Tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2021 tentang
Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease
2019
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah
http://genial.id/diakses 26 Oktober 2020
98 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021