20
79 Jurnal Abdikaryasakti ISSN : 2776-2769 (Online) Vol. 1 No. 2 Oktober 2021: Hal : 79-98 ISSN : 2776-270X (Print) Doi : http://dx.doi.org/10.25105/ja.v1i2.10033 DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19 Susi Dwi Mulyani 1*) , Victor Siagian 2 , Henik Hari Astuti 3 , Aris Riantori Faisal 4 , Giawan Nur Fitria 5 1 Prodi Doktor Konsentrasi Akuntansi FEB Universitas Trisakti, 2 Prodi Magister Ekonomi FEB Universitas Trisakti, 3 Prodi Magister Akuntansi FEB Universitas Trisakti, 4 Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu RI, 3 Prodi Akuntansi FEB Universitas Mercubuana E-mail : *)1 [email protected] Abstrak: Salah satu dharma dari Tridharma Perguruan Tinggi adalah Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) yang dilakukan sebagai wujud kontribusi langsung akademisi kepada masyarakat. Tim PkM FEB Usakti dengan kegiatan PkM ini akan memberikan pelatihan terkait: i) reviu insentif perpajakan bagi pelaku UMKM yang diberikan pemerintah RI sesuai Peraturan Menteri Keuangan; ii) pelatihan aplikasi administrasi perpajakan untuk memperoleh insentif perpajakan; dan iii) pelatihan tentang prosedur pelaporan atas insentif perpajakan yang telah diterima pelaku UMKM. Tim FEB Usakti berkesempatan melakukan kerjasama dengan mitra PD Pasar Jaya unit Pasar Santa Jakarta Selatan untuk mensosialisasikan insentif perpajakan bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di masa pandemi covid 19. Pandemi ini menyebabkan turunnya kinerja UMKM yang kemudian mengakibatkan penurunan pendapatan UMKM yang sangat signifikan. Pelatihan ini didahului dengan penjelasan tentang kebijakan Pemerintah RI memberikan relaksasi untuk pembayaran PPh kepada pengusaha UMKM berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 44/pmk.03/2020 dan telah dua kali diperpanjang, terakhir dengan PMK No. 82/PMK.03/2021. Setelah pemahaman peraturannya, peserta pelatihan dibimbing mengisi aplikasi administrasi untuk memperoleh insentif PPh. Terakhir peserta dilatih cara menyusun pelaporannya. Banyak pelaku usaha UMKM belum mengetahui fasilitas perpajakan ini. Bagi pelaku UMKM yang membayar PPh mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018, akibat terdampak pandemi covid 19, PPhnya ditanggung pemerintah. Periode PPh yang ditanggung oleh pemerintah adalah mulai April 2020 dan sempat beberapa kali diperpanjang. Saat pelatihan dilaksanakan yaitu 24 Februari 2021 fasilitas PPh ditanggung pemerintah masih berlaku dan diperpanjang sampai dengan 31 Desember 2021. Pelatihan ini berhasil meningkatkan pemahaman para pelaku UMKM terhadap fasilitas pajak yang diberikan oleh pemerintah, memahami aplikasi pelaksanaannya, dan dapat memahami cara pelaporannya, sehingga mereka akan memanfaatkan fasilitas. Kata kunci: Pandemi covid 19, Pelaku UMKM, Insentif Perpajakan Abstract: One of the dharmas of the Tridharma of Higher Education is Community Service (PkM) which is carried out as a form of direct contribution of academics to the community. The PkM FEB Usakti team with this PkM activity will provide training related to: i) review of tax incentives for MSME actors provided by the Indonesian government in accordance with the Regulation of the Minister of Finance; ii) tax administration application training to obtain tax incentives; and iii) training on reporting procedures for tax incentives that have been received by MSME actors. The FEB Usakti team had the opportunity to collaborate with partners of PD Pasar

DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

79

Jurnal Abdikaryasakti ISSN : 2776-2769 (Online)

Vol. 1 No. 2 Oktober 2021: Hal : 79-98 ISSN : 2776-270X (Print)

Doi : http://dx.doi.org/10.25105/ja.v1i2.10033

DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

Susi Dwi Mulyani1*)

, Victor Siagian2, Henik Hari Astuti

3, Aris Riantori Faisal

4,

Giawan Nur Fitria5

1Prodi Doktor Konsentrasi Akuntansi FEB Universitas Trisakti,

2Prodi Magister Ekonomi FEB Universitas Trisakti,

3Prodi Magister Akuntansi FEB Universitas Trisakti,

4Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu RI,

3Prodi Akuntansi FEB Universitas Mercubuana

E-mail : *)1

[email protected]

Abstrak:

Salah satu dharma dari Tridharma Perguruan Tinggi adalah Pengabdian Kepada Masyarakat

(PkM) yang dilakukan sebagai wujud kontribusi langsung akademisi kepada masyarakat. Tim

PkM FEB Usakti dengan kegiatan PkM ini akan memberikan pelatihan terkait: i) reviu insentif

perpajakan bagi pelaku UMKM yang diberikan pemerintah RI sesuai Peraturan Menteri

Keuangan; ii) pelatihan aplikasi administrasi perpajakan untuk memperoleh insentif

perpajakan; dan iii) pelatihan tentang prosedur pelaporan atas insentif perpajakan yang telah

diterima pelaku UMKM. Tim FEB Usakti berkesempatan melakukan kerjasama dengan mitra

PD Pasar Jaya unit Pasar Santa Jakarta Selatan untuk mensosialisasikan insentif perpajakan

bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di masa pandemi covid 19.

Pandemi ini menyebabkan turunnya kinerja UMKM yang kemudian mengakibatkan penurunan

pendapatan UMKM yang sangat signifikan. Pelatihan ini didahului dengan penjelasan tentang

kebijakan Pemerintah RI memberikan relaksasi untuk pembayaran PPh kepada pengusaha

UMKM berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 44/pmk.03/2020 dan telah dua kali

diperpanjang, terakhir dengan PMK No. 82/PMK.03/2021. Setelah pemahaman peraturannya,

peserta pelatihan dibimbing mengisi aplikasi administrasi untuk memperoleh insentif PPh.

Terakhir peserta dilatih cara menyusun pelaporannya. Banyak pelaku usaha UMKM belum

mengetahui fasilitas perpajakan ini. Bagi pelaku UMKM yang membayar PPh mengacu pada

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018, akibat terdampak pandemi covid 19, PPhnya

ditanggung pemerintah. Periode PPh yang ditanggung oleh pemerintah adalah mulai April

2020 dan sempat beberapa kali diperpanjang. Saat pelatihan dilaksanakan yaitu 24 Februari

2021 fasilitas PPh ditanggung pemerintah masih berlaku dan diperpanjang sampai dengan 31

Desember 2021. Pelatihan ini berhasil meningkatkan pemahaman para pelaku UMKM

terhadap fasilitas pajak yang diberikan oleh pemerintah, memahami aplikasi pelaksanaannya,

dan dapat memahami cara pelaporannya, sehingga mereka akan memanfaatkan fasilitas.

Kata kunci: Pandemi covid 19, Pelaku UMKM, Insentif Perpajakan

Abstract:

One of the dharmas of the Tridharma of Higher Education is Community Service (PkM) which

is carried out as a form of direct contribution of academics to the community. The PkM FEB

Usakti team with this PkM activity will provide training related to: i) review of tax incentives

for MSME actors provided by the Indonesian government in accordance with the Regulation of

the Minister of Finance; ii) tax administration application training to obtain tax incentives;

and iii) training on reporting procedures for tax incentives that have been received by MSME

actors. The FEB Usakti team had the opportunity to collaborate with partners of PD Pasar

Page 2: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

80 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021

Jaya, Pasar Santa, South Jakarta, to socialize tax incentives for Micro, Small and Medium

Enterprises (MSMEs) during the covid-19 pandemic, which is very significant. This training

was preceded by an explanation of the Government of Indonesia's policy of providing

relaxation for income tax payments to MSME entrepreneurs based on Minister of Finance

Regulation number 44/pmk.03/2020 and has been extended twice, most recently with PMK No.

82/PMK.03/2021. After understanding the regulations, the trainees are guided to fill out an

administrative application to obtain income tax incentives. Finally, participants were trained

on how to compile their reports. Many MSME business actors do not know about this tax

facility. For MSME actors who pay PPh, referring to Government Regulation Number 23 of

2018, due to the impact of the covid-19 pandemic, the PPh is borne by the government. The

PPh period borne by the government starts in April 2020 and has been extended several times.

When the training was carried out, namely February 24, 2021, the government-paid income tax

facility was still valid and extended until December 31, 2021. This training succeeded in

increasing the understanding of MSME actors about the tax facilities provided by the

government, understanding the application for its implementation, and being able to

understand how to report it, so that they will take advantage of the facilities.

Keywords: covid 19 Pandemic, MSME Actors, Tax Incentives

Article History:

Submission date: 09-08-2021 Revised: 24-08-2021 Accepted: 25-08-2021

PENDAHULUAN

Pemerintah Republik Indonesia saat ini sedang berjuang mengatasi dampak

serangan corona virus deseases yang mulai menyebar ke seluruh dunia pada tahun

2019 (covid 19). Virus ini menyebarkan penyakit menular yang baru ditemukan dan

diberi nama corona. Pertama kali penyakit ini diketahui menyebar di Wuhan, Tiongkok

di bulan Desember 2019. Dampak virus covid 19 ini sangat dirasakan mempengaruhi

semua segi kehidupan ekonomi dan sosial di Indonesia. Kegiatan bisnis banyak

mengalami penurunan omsetnya.

Penurunan kegiatan perekonomian di Indonesia yang sangat tajam mulai

dirasakan akhir 2019 dan terus berlanjut sampai tahun 2021. Terkendalanya kegiatan

ekonomi selanjutnya merurunkan pendapatan pemerintah RI, antara lain dari sektor

penerimaan pajak. Efek covid 19 ini juga sangat berpengaruh pada usaha mikro, kecil

dan menengah (UMKM) yang tersebar di seluruh Indonesia, selain menurunkan

pendapatan bisnis berskala besar. Bisnis yang dijalankan UMKM di Indonesia

memberikan kontribusi cukup besar dalam perekonomian. Oleh karena itu pandemi ini

dirasakan oleh pelaku UMKM banyak dampak negatif bahkan banyak yang akhirnya

gulung tikar.

Kinerja bisnis UMKM mengalami penurunan sangat tajam dari sisi permintaan

komsumen sebagai akibat penurunan daya beli masyarakat. Hal ini kemudian

menurunkan kegiatan produksi barang dan/atau jasa yang dihasilkannya, serta akhirnya

mengakibatkan berkurangnya penghasilan UMKM yang signifikan. Keadaan ini

ditengarai juga menimbulkan permasalahan pemutusan hubungan kerja para

Page 3: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 81

karyawannya, yang akhirnya mengancam kelancaran pembayaran kredit, baik pokok

maupun bunganya, akibat banyak UMKM yang akhirnya menderika kerugian.

Karyawan UMKM yang mengalami pemutusan hubungan kerja menyebabkan

pengangguran meningkat di masa pandemic ini.

Sebagai Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), Ikhsan

Ingrabatun, dalam pernyataannya memperkirakan bahwa peredaran bruto UMKM di

sektor non kuliner mengalami penurunan hingga mencapai 30-35%. Pelaku UMKM

masih menggunakan cara konvensional dalam menjual dagangannya. Mereka

melakukan pertemuan langsung dengan calon pembelinya. Saat ini di era pandemi,

konsumen takut melakukan tatap muka langsung untuk memenuhi kebutuhannya.

Mereka beralih memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, yaitu melakukan

transaksi secara online. Hal ini mengakibatkan penurunan peredaran bruto yang sangat

tajam pada sekitar 37.000 pelaku UMKM yang terdata di Kemenkop UKM. Mereka

mengalami penurunan penjualan kurang lebih 56%, terdapat pula UMKM yang

terkendala dalam pembiayaan sekitar 22%, persentase yang terkendala dalam distribusi

barang sebanyak 15%, dan ada juga pelaku UMKM yang terkendalan dalam pasokan

bahan baku sebanyak 4% (http://genial.id/diakses 26 Oktober 2020).

Berdasarkan kondisi di atas, pemerintah RI melalui Kementerian Keuangan

membuat kebijakan relaksasi berupa insentif pajak untuk wajib pajak terdampak

pandemi covid 2019. Kementerian Keuangan RI kemudian menerbitkan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 44/pmk.03/2020 yang salah satunya memberikan relaksasi

PPh kepada pelaku UMKM. Banyak pelaku usaha UMKM yang tidak mengetahui

fasilitas perpajakan yang diberikan oleh pemerintah melalui Kementerian Keuangan RI

ini. Pengusaha UMKM yang sebelumnya dikenakan PPh Final menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018, di era pandemi covid 19 sekarang ini, PPhnya

ditanggung oleh pemerintah. Periode PPh yang ditanggung oleh pemerintah adalah

April sampai dengan September 2020, kemudian sudah beberapa kali diperpanjang,

terakhir berdasarkan PMK No. 82/PMK.03/2021 fasilitas PPh UMKM ditanggung

pemerintah berlaku sampai dengan 31 Desember 2021.

Tim PkM FEB Usakti telah melakukan survey pendahuluan ke PD Pasar Jaya

Jakarta pada awal Oktober 2020 dan mendapatkan data awal bahwa masih banyak

pelaku UMKM belum memanfaatkan fasilitas PPh ditanggung pemerintah, bahkan

masih banyak yang belum mengetahui adanya fasilitas ini. PD Pasar Jaya Jakarta

kemudian memberikan kesempatan kepada Tim PkM FEB Usakti memberikan

pelatihan kepada para pelaku UMKM di PD Pasar Jaya unit Pasar Santa Kebayoran

Baru Jakarta Selatan. Para pelaku UMKM di PD Pasar Santa sebagai mitra dalam

kegiatan PkM ini, masih banyak yang belum memahami bagaimana mendapatkan

fasilitas PPh ditanggung pemerintah, aplikasi pelaksanaannya, dan menyelesaikan

administrasi pelaporannya.

Pemerintah RI melalui Kementerian Keuangan telah mengambil kebijakan

beberapa kali memperpanjang masa berlaku dari relaksasi PPh bagi pelaku UMKM di

masa pandemi covid 19 ini, terakhir dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan

Page 4: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

82 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021

Nomor 9/PMK.3/2021 dan mulai berlaku 1 Februari 2021 sampai dengan 30 Juni 2021,

kemudian memperpanjang kembali dengan PMK Nomor 82/PMK.03/2021 yang mulai

berlaku 1 Juli 2021 sampai dengan 31 Desember 2021. Berdasarkan uraian diatas dirasa

perlu mengadakan pelatihan kepada para pelaku UMKM agar dapat memanfaatkan

fasilitas perpajakan yang diberikan pemerintah. Dalam kesempatan ini tim dari FEB

Universitas Trisakti melakukan kerjasama dengan mitra PD. Pasar Jaya unit Pasar

Santa Jakarta Selatan berkesempatan untuk mensosialisasikan insentif perpajakan bagi

para pelaku UMKM di masa pandemi covid 19. Dengan kegiatan pelatihan oleh tim

PkM FEB Usakti tentang fasilitas PPh bagi pelaku UMKM tersebut diharapkan para

pelaku UMKM bertambah pengetahuannya dan memahami insentif yang diberikan

pemerintah, sehingga dapat diterapkan secara nyata dan pelaku UMKM terbebas dari

beban PPhnya serta dapat meringankan pengeluaran kas beban operasionalnya.

Secara ringkas permasalahan saat ini yang dihadapi oleh mitra kegiatan PkM adalah:

a. Mitra belum mengetahui adanya fasilitas perpajakan yang diberikan pemerintah.

b. Mitra belum memahami bagaimana cara memanfaatkan fasilitas perpajakan

tersebut.

c. Mitra belum mengetahui cara mengadministrasikan seandainya memanfaatkan

fasilitas perpajakan tersebut.

d. Mitra belum mengetahui bagaimana cara melaporkan tentang fasilitas PPh

ditanggung pemerintah.

Aktivitas Pengabdian Kepada Masyarakat oleh tim Dosen, Mahasiswa, dan

Alumni FEB Universitas Trisakti ini bertujuan memberikan pelatihan antara lain

tentang: i) reviu insentif perpajakan bagi pelaku UMKM yang diberikan pemerintah RI

sesuai Peraturan Menteri Keuangan; ii) pelatihan aplikasi administrasi perpajakan

untuk memperoleh insentif perpajakan; dan iii) penyuluhan tentang prosedur pelaporan

atas insentif perpajakan yang telah diterima pelaku UMKM.

Gambar 1. Foto Profil dan Kegiatan Pelaku UMKM PD Pasar Santa Kebayoran Baru

Jakarta Selatan

Page 5: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 83

METODE

Metode atau pendekatan penyelesaian masalah yang dilakukan dalam kegiatan

PkM ini melalui penyampaian materi tentang adanya fasilitas perpajakan yang

diberikan oleh pemerintah kepada para pengusaha UMKM di masa pandemi covid 19

yang tengah melanda Indonesia. Pemahaman tentang aturan perpajakan sangat

diperlukan oleh para pelaku UMKM sehingga mereka bisa menjalankan kewajiban

perpajakannya secara benar dan dapat memanfaatkan fasilitas yang diberikan selama

pandemi covid 19 yaitu PPh Ditanggung Pemerintah. Penjelasan aspek - aspek

perpajakan, aturan perpajakan dan tata cara pelaporannya juga diajarkan sehingga

pengetahuan yang diterima lengkap dan komprehensif. Setelah semua materi pelatihan

disampaikan, kemudian pada pelatihan ini para pengusaha diberikan pelatihan tentang

aplikasi administrasi mengajukan permohonan ke Direktorat Jenderal Pajak untuk

mendapatkan fasilitas PPh ditanggung pemerintah, serta pelatihan cara menyusun

pelaporan kewajiban perpajakannya. Pada kesempatan ini peserta pelatihan diajak

untuk berdiskusi seputar permasalahan atau kesulitan dalam perhitungan maupun

pengelolaan pajaknya sehingga pelatihan menjadi lebih aplikatif dan dapat

diimplementasikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan para pengusaha UMKM.

Peserta yang ikut dalam pelatihan ini adalah Pelaku UMKM yang merupakan pedagang

di lingkungan Perumda Pasar Jaya unit Pasar Santa Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

Aktivitas PkM kali ini secara spesifik membahas topik tentang perpajakan saja

dan aplikasinya yang dilaksanakan oleh tim dari FEB Usakti dengan anggota timnya

meliputi 3 (tiga) program studi, yaitu: Magister Ekonomi, Program Doktor Ilmu

Ekonomi Konsentrasi Akuntansi, dan Magister Akuntansi. Pelatihan dilaksanakan di

hari Rabu, 24 Februari 2021 dimulai pada jam 13.00 sampai dengan 15.00 WIB. Semua

materi pelatihan disampaikan dengan metoda menjelaskan, membahas, dan

mendiskusikan materi-materi pelatihan yang disertai dengan contoh kasus dan latihan

soal. Semua rangkaian kegiatan pelatihan ini dilaksanakan secara daring (dalam

jejaring) atau webinar.

HASIL KEGIATAN

Persiapan kegiatan dimulai sejak awal Oktober 2020 dengan melakukan

koordinasi antara Tim PkM FEB Usakti, para calon instruktur, dan Kepala PD Pasar

Santa Kebayoran Baru Jakarta Selatan untuk mempersiapkan pelaksanaan pelatihan.

Jadwal koordinasi berupa pertemuan-pertemuan serta penyiapan modul adalah sebagai

berikut:

Tabel 1. Rencana Kegiatan PkM

No Kegiatan Waktu

1. Permintaan pelatihan dari pihak Perumda

Pasar Jaya (Mitra)

Awal Oktober 2020

2. Rapat dengan pihak Perumda Pasar Jaya Awal November 2020

Page 6: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

84 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021

No Kegiatan Waktu

dan penentuan materi pelatihan

3. Rapat koordinasi dengan instruktur

(pembagian tugas, penyiapan proposal)

15 November 2020

4. Pembuatan modul 16 November – 30

November 2020

5. Pengumpulan modul 1 Desember 2020

6. Pelaksanaan Pelatihan 24 Februari 2021

7. Evaluasi oleh Tim FEB 25 Februari 2021

8. Pengumpulan Luaran 5 April 2021

9. Pembuatan Laporan 22 April 2021

Berikut diagram proses perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan PkM yang

dilakukan:

Gambar 2. Bagan alir perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan PkM

Pelaksanaan pelatihan diawali dengan pembukaan oleh wakil Tim PkM FEB,

Victor Siagian, dan sambutan dari Mitra PkM yang disampaikan oleh Fritz Ondoy

Sinaga (Kepala PD Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan). Pemateri yang

terdiri dari: Victor Siagian, Susi Dwi Mulyani, Henik Hari Astuti, Aris Riantori Faisal,

dan Giawan Nur Fitria menyampaikan penjelasan tentang peraturan pemerintah terkait

adanya relaksasi kewajiban PPh bagi pengusaha UMKM pada waktu pandemi covid

19. Materi yang diberikan sangat lengkap dan komrehensif mengingat para peserta

pelatihan PkM adalah pelaku UMKM yang barangkali tingkat pengetahuan dalam

perpajakannya masih kurang baik.

Page 7: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 85

Pelaku UMKM sendiri dapat didefinisikan sebagai individu atau organisasi yang

menjalankan suatu usaha atau bisnis dengan skala kecil. Menurut UU Nomor 20 Tahun

2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), terbentuknya organisasi

UMKM dengan sumbangan dari kegiatan usahanya mempunyai tujuan agar

perekonomian nasional tumbuh dan berkembang berdasarkan demokrasi ekonomi yang

berkeadilan. Dapat dilihat bahwa di masa pandemi covid 19 ini, pemerintah melalui

Kementerian Keuangan RI mengambil kebijakan memberikan bantuan berupa fasilitas

perpajakan kepada UMKM yang sebelumnya dikenakan PPh berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 23 dengan tarif sebesar 0,5% bersifat final.

Aris Riantori Faisal sebagai pemateri pertama menyampaikan tentang pengertian

pajak dan kegunaannya bagi pembangunan bangsa. Pemateri kemudian menyampaikan

reviu tentang apa saja objek dan subjek pajak yang diberikan relaksasi/insentif oleh

pemerintah RI. Sesuai dengan peraturan terakhir setelah beberapa kali diperpanjang

yaitu PMK No. 82/PMK.03/2021 jenis-jenis pajak yang memperoleh insentif pajak

ditanggung pemerintah antara lain: PPh Pasal 21; PPh Final berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018; PPh Final Jasa Konstruksi; sedangkan insentif

lainnya adalah: PPh Pasal 22 impor dibebaskan; pengurangan angsuran PPh Pasal 25;

dan pengembalian pendahuluan PPN.

Berdasarkan uraian di atas, insentif yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM

adalah insentif PPh Final Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2018

(PPh Final PP 23) ditanggung pemerintah. Peserta pelatihan kemudian diberikan

pemahaman tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku UMKM untuk

mendapatkan fasilitas ini, bagaimana mengajukan persyaratan tersebut ke Kantor

Palayanan Pajak dimana pelaku UMKM terdaftar sebagai wajib pajak (WP), dan juga

dijelaskan bagaimana teknis pelaporan atas pajak yang diberikan relaksasi.

Adapun persyaratan untuk mendapatkan insentif sebagai berikut:

- Mempunyai peredaran bruto lebih kecil atau sama dengan 4,8 miliar rupiah dan

sebelumnya telah melakukan pembayaran PPh berdasarkan PP 23/2018

- Melaporkan jumlah realisasi beban PPhnya setiap bulan dengan paling lambat

tanggal 20 di bulan berikutnya.

Apabila Wajib Pajak yang belum mempunyai Surat Keterangan tentang perlkuan atas

beban PPhnya, maka laporan realisasi yang disampaikan ke DJP dapat dianggap

sebagai permohonan Surat Keterangan asalkan sesuai dengan PMK-99/PMK.03/2018.

Saluran www.pajak.go.id. dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak pelaku UMKM

untuk mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak guna mendapatkan

Surat Keterangan yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh insentif PPh final

ditanggung pemerintah. Apabila pelaku UMKM melakukan transaksi dengan

pemotong/pemungut pajak, Surat Keterangan tersebut diserahkan kepada

pemotong/pemungut, selanjutnya pemotong/pemungut melakukan konfirmasi di

www.pajak.go.id atas surat keterangan tersebut. Apabila surat keterangan milik pelaku

UMKM tersebut terbukti syah, maka pemotong/pemungut pajak yang memberikan

barang/jasa kepada pelaku UMKM tidak melakukan pemotongan/pemungutan PPh saat

Page 8: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

86 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021

pelaku UMKM melakukan pembayaran. Setelah semua persyaratan dipenuhi oleh

pelaku UMKM, selanjutnya disampaikan materi kepada peserta tentang aplikasi

administrasi para pelaku UMKM paska memperoleh insentif perpajakan di masa

pandemi covid 19.

Pemerintah RI telah menganggarkan stimulus yang cukup besar bagi dunia usaha

agar dapat bertahan dan bangkit di masa pandemi covid 19 ini. Anggaran tersebut

nilainya mencapai ratusan triliun rupiah. Kenyataannya, realisasi penggunaan anggaran

masih cukup rendah. Insentif yang telah dimanfaatkan oleh sektor UMKM, berdasarkan

jumlah UMKM yang telah terdaftar sebagai wajib pajak yaitu berjumlah 2,5 juta

UMKM, baru 14,2% atau sejumlah 355.000 UMKM wajib pajak yang telah

memanfaatkan fasilitas ini. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah agar lebih

banyak lagi penerima insentif di sector UMKM (https://news.ddtc.co.id/). Oleh sebab

itu, pelatihan yang dilaksanakan Tim PkM FEB Usakti ini diharapkan dapat

meningkatkan pelaku UMKM yang memanfaatkan fasilitas yang disediakan

pemerintah.

UMKM yang telah mendapatkan fasilitas pajak yang disediakan oleh pemerintah

harus ditindak-lanjuti dengan menyampaikan Laporan Realisasinya. Kewajiban ini

dilakukan secara online melalui situs www.pajak.go.id. Laporan realisasi ini berisi

tentang beban PPh terutang wajib pajak pelaku UMKM yang didalamnya termasuk

beban pajak penghasilan dari transaksi yang seharusnya telah dipotong PPhnya oleh

pemotong/pemungut pajak. Apabila pelaku UMKM melakukan transaksi dengan pihak

lain yang telah menjadi pemotong/pemungut PPh, maka dalam laporan realisasi PPh

finalnya harus dilampirkan SSP/cetakan kode billing dengan mencantumkan cap/tulisan

“PPh FINAL DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR 9/PMK.03/2021”.

Adapun prosedur/ langkah-langkah dalam pelaporan atas insentif perpajakan yang

diterima pelaku UMKM sebagai berikut:

1. Login di website pajak.go.id

2. Klik tab profil, kemudian

Pilih aktivasi fitur layanan

Cek/centang eReporting Insentif covid 19

Klik ubah, website pajak.go.id akan otomatis logout

Silakan login kembali kemudian lanjut ke langkah 3

Page 9: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 87

sumber : official page facebook Ditjen Pajak RI

Gambar 3. Prosedur pelaporan atas insentif perpajakan yang diterima pelaku UMKM di

masa pandemi covid 19

Pelaksanaan diskusi dengan para pelaku UMKM dipandu oleh Victor Siagian,

Susi Dwi Mulyani, Henik Hari Astuti, Aris Riantori Faisal, dan Giawan Nur Fitria. Para

pelaku UMKM menanyakan tentang obyek pajak dan cara penghitungan PPhnya

karena masih banyak kebingungan di lingkungan pelaku UMKM dengan peraturan

perpajakan, khususnya menghitung besarnya PPh final yang akan diajukan permohonan

untuk bisa ditanggung pemerintah. Berbagai kesulitan dan kendala dalam

mamanfaatkan fasilitas yang diberikan pemerintah di masa pandemi covid 19 juga

secara aktif ditanyakan oleh peserta. Sebagai bentuk penghargaan kepada peserta yang

aktif berpartisipasi dalam diskusi, Tim PkM FEB Usakti membagikan beberapa

doorprize.

Pelatihan Dampak Relaksasi PPh UMKM di Masa Pandemi covid 19 diikuti 90

peserta secara daring. Demografi peserta pelatihan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah

ini:

Page 10: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

88 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021

Tabel 2. Demografi Peserta PkM

Keterangan Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 42 47%

Perempuan 48 53%

Total 90 100%

Hasil survei awal tentang tingkat pemahaman peserta dengan adanya peraturan

perpajakan terkait fasilitas PPh UMKM ditanggung pemerintah di masa pandemi covid

19 yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan RI terakhir menggunakan

PMK Nomor 82/PMK.03/2021 disajikan di tabel 3 berikut:

Tabel 3. Tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta (Pelaku UMKM) tentang

peraturan perpajakan sebelum mengikuti pelatihan

No Indikator

Tingkat

Pengetahuan

(dalam %)

1. Mengetahui adanya fasilitas PPh UMKM ditanggung

pemerintah

30,50

2. Paham mengenai cara pengajuan fasilitas PPh UMKM 12,30

3. Mampu mengaplikasikan dalam kegiatan usahanya 10,90

4. Mengetahui cara penyetoran fasilitas PPh UMKM ke Bank

Persepsi

9,80

5. Mengetahui cara pelaporan fasilitas PPh UMKM di SPTnya 8.87

Sumber: data diolah

Dapat dilihat dari Tabel 3 tentang tingkat pengetahuan dan pemahaman para

pelaku UMKM atas fasilitas perpajakan yang diberikan oleh pemerintah. Peserta yang

telah mengetahui adanya fasilitas PPh UMKM ditanggung pemerintah di masa pandemi

ini mencapai tingkat 30,50% dari total peserta pelatihan. Diantara pelaku UMKM yang

telah mengetahui adanya fasilitas PPh masih banyak yang belum memahami bagaimana

cara memanfaatkannya. Jika dilihat dari tingkat pemahaman tata cara pengajuan

permohonan yang masih relatif kecil, maka dapat diketahui bahwa banyak Wajib Pajak

terdampak pandemi covid 19 yang belum terbantu oleh pemerintah atas beban pajak

penghasilannya. Setelah pengajuan permohonan fasilitas PPh disetujui, maka wajib

pajak harus dapat mengaplikasikannya saat penyetoran dan pelaporannya. Hal ini

terkait dengan self assessment system yang harus dilakukan oleh wajib pajak mulai dari

menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melapor atas kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan Tabel 3 diatas, tingkat kemampuan mengaplikasikan dalam kegiatan

usahanya sebesar 10,90%, sedangkan tingkat pengetahuan dalam menyetorkan

kewajiban PPh sebesar 9,80%, dan terakhir yang sudah mengetahui bagaimana cara

melaporkan dalam SPT sebesar 8,87%.

Page 11: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 89

Beberapa foto kegiatan PkM Dampak Relaksasi PPh UMKM di Masa Pandemi

covid 19 dengan peserta pelatihan para pelaku UMKM di PD Pasar Santa Kebayoran

Baru Jakarta Selatan sebagai berikut:

Page 12: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

90 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021

Gambar 3. Pelaksanaan kegiantan PkM melalui Zoom Meeting

PEMBAHASAN

Pada saat pelatihan berlangsung kepada para pelaku UMKM di Pasar Santa

Kebayoran Baru Jakarta Selatan diberikan penjelasan dan pelatihan bagaimana dalam

melakukan pencatatan atas peredaran bruto dari kegiatan usahanya sehingga mereka

dapat mengetahui bahwa sebagai Wajib Pajak mereka termasuk yang mendapatkan

insentif PPh final ditanggung Pemerintah. Setelah itu para pelaku UMKM merasa perlu

untuk mengikuti langkah-langkah agar dapat memanfaatkan fasilitas yang diberikan

oleh Pemerintah. Tim PkM dari FEB Usakti kemudian memberikan contoh-contoh

perhitungan dan administrasi yang harus dijalankan agar pelaku UMKM di Pasar Santa

dapat memenuhinya. Berikut contoh perhitungannya:

Page 13: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 91

1. Bapak Norman punya usaha restoran. Bapak Norman adalah Wajib Pajak sejak 13

Desember 2020 dan belum memberitahukan untuk dikenai PPh. Di tahun pajak

2020 Bapak Norman mempunyai peredaran bruto dari usaha restoran sebesar

Rp.600.000.000,- (enam ratus juta rupiah). Peredaran bruto Bapak Norman dari

usaha restoran tersebut kurang dari Rp.4.800.000.000,- (empat milyar delapan

ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun pajak, maka atas penghasilan dari usaha

restoran untuk tahun pajak 2021 dikenakan PPh Final mengacu pada Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018.

Bapak Norman di tahun 2021 memperoleh peredaran bruto dari usaha restoran

sebagai berikut:

Masa pajak Peredaran bruto PPh terutang

Februari 2021 Rp.45.000.000 Rp.225.000

Bapak Norman dapat memperoleh insentif PPh Final ditanggung Pemerintah untuk

masa pajak Februari 2021 tersebut. paling lambat 20 Maret 2021, Bapak Norman

harus sudah menyampaikan laporan realisasi PPh Finalnya melalui saluran

tertentu, sehingga Bapak Norman tidak menanggung beban PPh Final tersebut dan

tidak menyetor ke Kas Negara.

Jika Bapak Norman belum menyampaikan laporan realisasi atau menyampaikan

laporan realisasi masa pajak Februari 2021 melewati 20 Maret 2021, maka Bapak

Norman tidak memperoleh insentif PPh Final ditanggung Pemerintah dan Bapak

Norman wajib menyetor beban PPh final sebesar Rp.225.000 ke kas negara.

2. Usaha bengkel motor milik PT RAPI terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan pada

tanggal 1 Agustus 2020 dan pada tahun pajak 2020 atas pengahsilan usaha dari

bengkel PT RAPI dikenai PPh Final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23

Tahun 2018.

PT RAPI di tahun 2020 memperoleh peredaran bruto Rp.3.000.000.000,- (tiga

milyar rupiah). Total peredaran bruto tersebut lebih kecil dari Rp.4.800.000.000,-

(empat milyar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun pajak, sehingga

penghasilan dari PT RAPI di tahun 2021 juga dikenai PPh Final berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018.

Pada Maret 2021, PT RAPI memberikan jasa perbaikan motor milik PT MAPAN

dengan menerima penghasilan sebesar Rp.5.000.000,-. PT RAPI dapat

menyerahkan fotocopy surat keterangan tentang insentif PPhnya.

Kemudian PT MAPAN selaku Pemotong melakukan konfirmasi tentang kebenaran

dari Surat Keterangan tersebut. PT MAPAN akhirnya tidak melakukan

pemotongan PPh Final atas pembayaran jasa bengkel tersebut.

PT MAPAN kemudian memberikan cetakan kode billing dengan dibubuhi cap atau

tulisan “PPh FINAL DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR

…/PMK.03/2021 kepada PT RAPI. PT RAPI selanjutnya berkewajiban

menyampaikan laporan realisasi PPh Finalnya tersebut melalui saluran tertentu

Page 14: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

92 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021

paling lambat tanggal 20 April 2021.

Jika PT RAPI terlabat atau tidak menyampaikan laporan realisasinya, maka PT

RAPI wajib menyetor sendiri PPh final sebesar 0.05% x Rp Rp.5.000.000,- ke kas

negara.

Setelah selesai pembahasan terhadap 2 (dua) contoh diatas kepada para pelaku

UMKM juga diberikan penjelasan dan pelatihan bagaimana menyusun Laporan

Realisasi PPh Final Ditanggung Pemerintah. Kepada mereka diberikan contoh

bagaimana mengisi formulirnya. Berikut contoh formulirnya:

Sumber: PMK No. 82/PMK.03/2021

Gambar 4. Formulir Realisasi PPh Ditanggung Pemerintah

Dalam melatih pelaku UMKM mengisi Laporan Realisasi PPh final ditanggung

Pemerintah, juga diberitahukan petunjuk pengisiannya sebagai berikut:

Page 15: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 93

Sumber: PMK No. 82/PMK.03/2021

Gambar 5. Petunjuk Pengisian Formulir Realisasi PPh Ditanggung Pemerintah

Dalam pembahasan interaktif antara Peserta Pelatihan dengan Tim PkM dari

FEB Usakti terlihat antusiasme dari peserta untuk dapat memanfaatkan insentif PPh

tersebut. Hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang disampaikannya. Bahkan

mereka minta dilakukan tidak hanya pelatihan tetapi juga pendampingan sampai

mereka benar-benar mendapatkan fasilitas PPh final ditanggung Pemerintah tersebut

dan pelaporannya, mengingat masih sangat sedikit pelaku UMKM di Pasar Santa

Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang sudah mendapatkan fasilitas PPh final

ditanggung Pemerintah tersebut.

Setelah selesai melakukan pembahasan tentang perhitungan dan pelaporan

Page 16: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

94 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021

insentif PPh final ditanggung pemerintah, untuk keperluan evaluasi dari efektivitas

pelaksanaan kegiatan PkM ini, Tim PkM FEB Usakti melakukan survey dengan

menyebarkan kuesioner melalui google form. Berdasarkan hasil survey ini dapat

diketahui perbedaan pengetahuan serta pemahaman terkait insentif PPh UMKM

ditanggung pemerintah di masa pandemi covid 19. Berdasarkan tabel 4 berikut dapat

terlihat tingkat pengetahuan dan pemahaman para pelaku UMKM setelah mengikuti

pelatihan.

Tabel 4. Tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta (Pelaku UMKM) tentang

peraturan perpajakan setelah mengikuti pelatihan

No Indikator

Tingkat

Pengetahuan

(dalam %)

1. Mengetahui adanya fasilitas PPh UMKM ditanggung

pemerintah

100

2. Paham mengenai cara pengajuan fasilitas PPh UMKM 80

3. Mampu mengaplikasikan dalam kegiatan usahanya 80

4. Mengetahui cara penyetoran fasilitas PPh UMKM ke Bank

Persepsi

80

5. Mengetahui cara pelaporan fasilitas PPh UMKM di

SPTnya

75

Sumber: data diolah

Dijelaskan di Tabel 4 tentang peningkatan pengetahuan dan pemahaman para

pelaku UMKM di Pasar Santa setelah mengikuti pelatihan atas insentif perpajakan yang

diberikan oleh pemerintah. Seluruh peserta pelatihan telah mengetahui adanya insentif

PPh final ditanggung Pemerintah di masa pandemi covid 19 sehingga tingkat

ketercapaian pengetahuan adalah 100% dari total peserta pelatihan. Diantara pelaku

UMKM yang telah mengetahui adanya fasilitas PPh masih banyak yang belum

memahami bagaimana cara memanfaatkannya. Dilihat dari tingkat pemahaman tata

cara pengajuan permohonan setelah mengikuti pelatihan terdapat peningkatan yang

sangat signifikan dengan tingkat pemahaman mengajukan permohonan sebesar 80%

dari seluruh peserta. Diharapkan Wajib Pajak PPh final yang terdampak pandemi covid

19 ini kemudian dapat memanfaatkan insentif yang diberikan oleh Pemerintah. Terkait

dengan self assessment system dalam menyelesaikan kewajiban perpajakannya, para

Wajib Pajak setelah mengikuti pelatihan dapat memahami dan mengaplikasikannya

mulai dari menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melapor atas kewajiban

perpajakannya. Berdasarkan Tabel 4 diatas, tingkat kemampuan mengaplikasikan

dalam kegiatan usahanya, tingkat pengetahuan dalam menyetorkan kewajiban PPh

sebesar 80%, sedangkan bagaimana cara melaporkan dalam SPT mencapai tingkat

75%.

Page 17: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 95

Selain itu, kuesioner untuk peserta juga disampaikan pertanyaan tentang manfaat

dari kegiatan PkM dengan hasil seperti tampak pada tabel 5 berikut:

Tabel 5. Evaluasi Kegiatan PkM Pelatihan Dampak Relaksasi PPh UMKM di Masa

Pandemi covid 19

No. Indikator Rata-rata

1. Penilaian peserta atas kegiatan pelatihan ini 5,00

2. Kejelasan pemateri dalam menyampaikan materinya 4,60

3. Interaksi pemateri dalam menjawab pertanyaan dari peserta 4,80

4. Pengelolaan waktu pelatihan oleh pemateri 5,00

5. Kecocokan materi dengan kebutuhan peserta 5,00

6 Penyampaian materi cukup baik dan mudah dipahami peserta 4,60

7 Penilaian kinerja seluruh panitia dalam pelatihan ini 4,75

Sumber: Data diolah, 2021

Terlihat dari rata-rata jawaban peserta pelatihan Dampak Relaksasi PPh UMKM di

Masa Pandemi Covid 19 yang terdapat pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pelaksanaan

aktivitas pelatihan oleh Tim FEB Usakti ini sangat dirasakan manfaatnya oleh pelaku

UMKM sebagai pesertanya. Pemateri dalam menjelaskan materi dinilai sangat jelas,

kemudian selama proses tanya jawab antara pemateri, yaitu Tim PkM, dengan seluruh

peserta juga dinilai sangat interaktif. Terakhir kinerja seluruh Tim PkM oleh peserta

dinilai sangat memuaskan.

Selain pertanyaan tertulis yang dijawab menggunakan skala likert 1 sampai dengan

5, Tim PkM juga memberikan pertanyaan bersifat terbuka untuk mendapatkan masukan

dari seluruh peserta. Adapun indicator pertanyaan terbuka dan input yang diperoleh

dari peserta diuraikan pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Pertanyaan terbuka untuk evaluasi kegiatan PkM

No. Indikator Input

1. Hal-hal positif/manfaat yang sangat sesuai dengan

bisnis Bapak/Ibu yang didapatkan dari pelatihan ini

Dapat memanfaatkan

insentif PPh final

ditanggung Pemerintah

2. Menurut Bapak/Ibu adakah hal negatif atau sangat

tidak berkenan yang ada dari pelatihan ini

Tidak ad

a

3. Saran dan masukan dari Bapak/Ibu untuk

peningkatan dan perbaikan bagi kami pada

pelatihan-pelatihan yang akan datang.

Selain pelatihan juga

dilakukan kegiatan

pendampingan.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

SIMPULAN

Kegiatan PkM berupa pelatihan Dampak Relaksasi PPh UMKM di Masa

Pandemi Covid 19 dapat dilaksanakan dengan baik dan lancer sesuai target yang

diinginkan. Hal ini sesuai dengan tujuan PkM yang telah ditetapkan, yaitu

Page 18: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

96 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021

meningkatkan pemahaman peserta tentang peraturan perpajakan, khususnya insentif

yang diberikan Pemerintah selama masa pandemi ini antara lain: 1. Pemahaman adanya

fasilitas PPh UMKM ditanggung pemerintah; 2. Pemahaman mengenai cara pengajuan

fasilitas PPh UMKM; 3. Pemahaman supaya mampu mengaplikasikan dalam kegiatan

usahanya; 4. Mengetahui cara penyetoran fasilitas PPh UMKM ke Bank Persepsi; dan

5. Mengetahui cara pelaporan fasilitas PPh UMKM setiap akhir masa pajaknya.

Berdasarkan jawaban peserta atas survey yang dilakukan terdapat perbedaan

pemahaman dari peserta yang sangat besar jika dibandingkan antara pemahaman

sebelum pelatihan dan pemahaman sesudah kegiatan pelatihan dilaksanakan terhadap

pengetahuan dan pemahaman tentang relaksasi PPh final yang sebelumnya berdasarkan

PP No. 23 Tahun 2018 dengan tarif final sebesar 0,05% kemudian selama pandemi

covid 19 PPhnya ditanggung Pemerintah. Hal sangat nyata terlihat setelah diberikan

paparan materi, pelatihan aplikasi perhitungan PPhnya, dan tata cara pelaporannya.

Terakhir berdasarkan survey tentang evaluasi pelaksanaan kegiatan PkM,

ternyata kegiatan ini sangat dibutuhkan oleh para pelaku UMKM, sehingga peserta

memberikan masukan bahwa selain kegiatan pelatihan juga melakukan kegiatan

pendampigan.

IMPLIKASI

1. Pada bidang pendidikan dan pengajaran

Kegiatan PkM ini terkait dengan materi pada mata kuliah Perpajakan, yaitu: 1.

Digunakan dalam penambahan materi tentang contoh-contoh kasus aplikasi

perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh final. Hasil kegiatan PkM ini juga dapat

digunakan dalam pengembangan modul Laboratorium Perpajakan.

2. Pada peserta PkM

Para pelaku UMKM semangat untuk memanfaatkan fasilitas yang diberikan

Pemerintah, yaitu mereka dapat mengaplikasikan kewajiban perpajakannya mulai

dari merekapitulasi realisasi peredaran brutonya sampai dengan pelaporan tepat

waktu atas insentif PPh final ditanggung Pemerintah.

PENGAKUAN

Kegiatan PkM oleh Tim dari FEB Usakti ini dapat terselenggara karena

dukungan dari berbagai pihak. Terimakasih diucapkan kepada: PD Pasar Jaya Unit

Pasar Santa Kebayoran Baru Jakarta Selatan, pimpinan FEB Usakti, semua pihak yang

sudah mendukung terselenggaranya kegiatan PkM ini.

REFERENSI

Amin, Muhammad Nuryatno; Deliza Henny; dan Windhy Puspitasari (2021).

Pemberdayaan Pelaku Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Umkm) Jakarta

Selatan Dalam Penyusunan Laporan Keuangan. Jurnal Abdikaryasakti, No. 1,

Vol. 1. Universitas Trisakti Jakarta

Page 19: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

Dampak Relaksasi Pph Umkm Di Masa Pandemi Covid 19 97

FEB Usakti, (2017). Buku Panduan PkM FEB Universitas Trisakti

Mardiasmo. 2018. Perpajakan Edisi Terbaru 2018.Yogyakarta: Andi.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82/PMK.03/2021 Tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2021 tentang

Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease

2019

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah

http://genial.id/diakses 26 Oktober 2020

Page 20: DAMPAK RELAKSASI PPh UMKM DI MASA PANDEMI COVID 19

98 Jurnal Abdikaryasakti Vol. 1 No. 2 Oktober 2021