10
01 :: A. Dardiri" Art! Kebebasan Kata "bebas" atau nkebebasan" telah lama menjadi pem- bahasan baik moral, hukum maupun di yang digunakan adalah istilah "liberty" 1964,p. 266 - 267). Menurut Robert K. Woetzel (1 3, 1966, p. 7) masalah ke- bebasan sudah bukan semata-mata menjadi .pembahasan para filsuf, tetapi juga para ahli politik, sosial.·dan ekonomi •. Hal sudah tentu mengakibatkan pengertian kebebasan menja- dibermakna ganda .sebagaimana dikemukakan H. Titus (11 " 1984, . po 97) bahwa istilah kebebasan mengan- dung· empat pengertian, yaitu: a. Kekuatan memakai tenaga sendiri tanpa batas dari kebebasan untuk bergerak.• b. Kebebasan sosial ekonomi yang dikenal dalam pengertian dan kolektivisme. c. Kebebasan juga berarti kemerdekaan warga negara untuk berkumpul,mengeluarkan pendapat dan memilih agama- nya. Kebebasan moral yang berarti kebebasan untuk memilih antara beberapa alternatif bagi perbuatan. Kebebasan moral dahulu dikenal dengan sebutan kehendak bebas. "Etika Umum n pengertian kebe-' Magnis, "Alumnus fakultasF'ilsafatUGM dan sekarangst:af pengajar pads IlmuPendidikan IKIP YOGYAKARTA. .

Dardiri oetzel p. ke - jurnal.ugm.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dardiri oetzel p. ke - jurnal.ugm.ac.id

01 :: A. Dardiri"

Art! KebebasanKata "bebas" atau nkebebasan" telah lama menjadi pem-

bahasan baik moral, hukum maupun diyang digunakan adalah istilah "liberty"

1964,p. 266 - 267).

Menurut Robert K. Woetzel (1 3, 1966, p. 7) masalah ke­bebasan sudah bukan semata-mata menjadi .pembahasan parafilsuf, tetapi juga para ahli politik, sosial.·dan ekonomi•. Hal

sudah tentu mengakibatkan pengertian kebebasan menja­dibermakna ganda .sebagaimana dikemukakan olehHarol~

H. Titus (11 " 1984, .po 97) bahwa istilah kebebasan mengan­dung· empat pengertian, yaitu:a. Kekuatan memakai tenaga sendiri tanpa batas

dari kebebasan untuk bergerak.•b. Kebebasan sosial ekonomi yang dikenal dalam pengertian

individ~alisme dan kolektivisme.c. Kebebasan juga berarti kemerdekaan warga negara untuk

berkumpul,mengeluarkan pendapat dan memilih agama­nya.Kebebasan moral yang berarti kebebasan untuk memilihantara beberapa alternatif bagi perbuatan. Kebebasanmoral dahulu dikenal dengan sebutan kehendak bebas.

"Etika Umumn

pengertian kebe-'Magnis,

"Alumnus fakultasF'ilsafatUGM dan sekarangst:af pengajar padsg~~i~~~~~ IlmuPendidikan IKIP YOGYAKARTA. .

Page 2: Dardiri oetzel p. ke - jurnal.ugm.ac.id

karenapat menghendaki

c. Kebebasancam-macaman yang

Terhadappendapatbasanseseorang dapat mempengaruhi penilaianBila dalam melahirkan tindakannya itu seseorang tidak.dorong oleh kehendaknya yang bebas, mak~ orang tersebuttidak'dapat dinilai secara moral. Penilaian moral baru da­patd:ijatuhkan ... hanya kepada tindakan manusiayang. dilaku­kandengan sengaja, dengan kehendak atau karsanya yangbebas. Dalamhal ini penulis sependapat dengan HaroldH. Titus sebagaimana telah. diterangkan di atas.

S~benarnya ada dua carauntukmenerangkankebebas­an, yakni dengan cara positif, maksudnya menerangkanke....bebasan manusia dengan rnenggunakan rumusan ~~bebas untuk".Cara pertama ini dapat kita lihat pernyataan uDiabebasuntuk nlemillh tindakan mana yang 5ukai"•.Sedang-kan cara yangdisebut cara negatlf, maksudnya me­nerangkankebebasan manusiadenganmenggunakan rumusannbebas darius kedua ini dapat kita lihat dalam

ancaman (1 1962,

Sebagaimana penulis kemukakan padaketeranganterdahulubahwadalam tulisan inipenulis hanyaakan mem­fokuskan masalah kebebasan 'dalamarti moral. Kebebasan

atau dengan singkatcara posi~if

18

Page 3: Dardiri oetzel p. ke - jurnal.ugm.ac.id

2. Kapan seseorang disebut bebasUntuk menjawab pertanyaan kapan seseorang disebut

bebas, 5.1. Ben dan R.S. Peters merumuskan' sebagai beri­kut:

"In general, when we say that a person is free, wemean that, if a person wants to do something, he willnot be impeded by some kind of constraint or limita­tion ••• " (9, 1964, p. 230).

Dengan memperhatikan keterangan tersebut jelaslah bagikita bahwa seseorang disebut bebas bila tidak ada atautidak terdapat faktor-faktor yang merintangi.Faktor-faktoryangdimaksud dapat berupa:a. Kurangnya pengetahuan, seperti misalnya: saya, tidak

dapat mematikan mesin motor, karena saya tidak me­ngetahui tentang permesinan.

b. Kurangnya kemampuan, seperti misalnya: saya tidakdapat menyelamatkan orang yang tenggelam, karenasaya ti<;iak dapat berenang.

c. Kurangnya alat, seperti misalnya: saya tidakdapatmembelikan kamu, sepeda, karena saya tidak me'mpunyaiuang.

d. Kelemahan f15i5, seperti misalnya : saya tidak dapatmencapai . puncak rak buku, karena saya 'tidakcukuptinggi. Saya tidak dapat berpikir lurus karenasayasakit.

e. Kelemahanpsikologis, seperti misalnya: saya tidak da­pat tidur di tempat, yang berbulu, krena saya takutkepada bulu.

f. Ancaman, seperti misalnya:, saya harus menanda tanganichek, karena saya diancam dengan pistol.

g. Paksaan, seperti misalnya: saya terpaksa meninggalkanrumah saya karena diserbu. (10, 1960, p. 83-84). .

Sudah barang tentubila ditanyakan kapan seseorang disebutbebas secara moral, tentu jawabannya:, bila di dalam mela­hirkan pilihannya itu tidak' dipaksa atau terpaksa dan tidak

rumusan positif,'kekuatan

atau menurut ketentuan kemauanatau kehendak (5, 1965, p. 267).Bila di dalam kenyataan, seseorangdi dalam, melahirkantindakannya tidak didorong oleh karsanya ataukehendaknyayang bebas,' atau dengan kata lain dipaksa atau diancam,maka tindakannya tersebut tidak dapat dinilai secara moral.Karena tindakan manusia dapat mempunyai arti ,moral bilatindakan tersebut lahir dengan karsanya yang bebas, tanpaada paksaan atau ancaman.

19

Page 4: Dardiri oetzel p. ke - jurnal.ugm.ac.id

mun setiap membicarakan masalahmau tal< mau jugauntuk membicarakan persoalanapakah manusia. itu bebas ·atau tidak. Dan ··sudah tentumembicarakan juga pertentangan antarafree will dan

wa99).

elihatgangberasumsiDidalam logika.berplkir, .Leibnitz,

Harold (11 , -- 109) d~lam membahaspersoalan ·ada a~au tidak adanya kebebasan manusia meng-.ajukan tiga pandangan, yakni:a. Determinismeb& Indeterminisme· (free will)c. Self-Determinisme

DeterA1inisme adalah ·suatu teori ataupandangan' yang. mengatakan bahwa segala sesuatudalam alam ini termasuk

manusia diatur oleh hukumsebabakibat. Apasaja yangterjadipada suatu waktu adalahhasil dari yang pernahterjadi sebelumnya. Kebebasan dalam arti pilihanpribadiadalah suatu ilusi.

Teori ini akan nampak jelas. ·d.alamsebuah contoh yangdiberikan olehseorang determinlssebagai berikut :

"Marilahkitamembayangkanseorang tabib yang meme­riksa seorang ....•• pasien .. dengan teliti, dankemudianme­ngatakanbahwa dia tidakdapat menolongnyakarena sisai<itmenderita suatu penyakityanganeh, yaitupenya­kif yang tidak mempunyaisebab. Dalam keadaan se­mac.am.ltu orangilkan.membenarkan sipasien .. jika iam'arah danpergi'~e dokter .lainnya. Jikadokterterse-

mengatakan ia· tidak pernah menemukan pe­nyakit<seperti itu .. sebelum·nya,dankarena itu tidakmengetahui tldak menganggap

dapat

20

Page 5: Dardiri oetzel p. ke - jurnal.ugm.ac.id

menyiarkanatau disebut. Juga indeter"minisme.Menu-

"The ··Dilemma Determinism"Harold. Titus (1984, pel 05)

menunjukkan bagaim"ana rasamenyesal serta' tragedi .seperti"pembunu~an membawasuatuteka....teki bagipengikut . deter-

pernbunuhan itu sudahdipastikanoleh seluruhrasamenyesaJ menjadi tidak' tepat (merupakan

alasan yang cukup.pasti bersebab.

tanpa tanpa alasantidakmasuk akal (tidak logis).Juga, Spinoza dan',' Hobbes pernah mengatakan bahwamanu­sia seperti batu-batuandan arloji merupakan ~uatusistem

mekanik alam dan bahwa seluruh tindakanriya ditentukan{terbatas} (9, 1964, 231). Bahkan pernyataan Henri Pincarememperkokoh anggapan bahwa determinisme" ituberlaku dikalanganpara ilmuwan. HenriPincare mengatakan "science

"is determinist; it is soa. priori, it postulates determinism,because without this postulates science could not exist"(4, 1964, p. 269).

. Dalam teologi Islam dikenal pulaaliran Jabariyah,yangpandangannya mengenai kebebasan manusia menyerupaideterminisme,namun determinisme dalam teologi IslamJebih bercor~k religius. Aliran Jabariyah berpendapatbahwasejak semula perbuatanrnanusia itu telah" ditentukan olehTuhan. Manusia tidakmempunyai kemauan atau kehendakbebas. Bukanlahperbuatan-perbuatan "manusia itu. timbu!dari daya upaya manusiasendiri. Manusia menurut aliranin1 samasekali tidak mempunyai - kebebasan,bagaika':l wa~

yang. yang hanya .bergerak jikadigerakkan olehsangdalang(7, 1975, p.86-87).

Dalam indeterminisme lain lagi.'Indeterminisme adalahsuatu teori atau pandanganyang mengatakan bahwabagian­b~gian alarn '. 1n1 mempunyai kemampuanbesar untuk .ber­main-secara'bebas (loose play). Dengan ungkapan .lain, tidaksemuabenda itu terikatclengan h"ukumsebab akibat.Meng­apa? Sebabterdapat pluralismeyang. sungguh-sungguhdalamwatak ben.da; terdapat kemu:ngkinan~kemungkinan dalammasayangakandatang.Kemungkinan itu lebihbanyakdaripada keadaan ·sekarang .dalambeberapa segi (1.1, .1984,

105). Salah satu tokohdari aliran ini adalah' .William(1 1

Page 6: Dardiri oetzel p. ke - jurnal.ugm.ac.id

. yang sangat Tindakannya, berdasarkan sekelompok syarat dan akan kehilangan

diplsahkan dengan syarat

Pandangan ketiga ini juga dapat menerima indetermi­dalam hal adanya kebebasan. manusia. Manusia menu­

rut pandangan ketiga merupakan suatu makhluk yang sadarakan akunya (11, 1984, p. 108) atau dengan istilah yang per-

mengatakan. .. Apakah yangkita rasakan. setelah mendapatkan jalan yangbenar,. apakahyang kita rasakah setelah mendapatkan kegembiraan ataukenikmatan? Semua itu tidak dapat, kita rasakan kecualijika kita merasakan juga bahwa jalan yang salah itu jugamungkin dan 'juga wajar, meskipun berbahaya dan meng­khawatirkanfl Dan apakah artinya jika klta mempersoalkandiri kita, karena. memllih jalan yang salah, kecuali jikajalan yan'g benar juga dapat kita tempuh.

Demikianlah cara kaum indeterminist menerangkanadanya pillhan bebas pada manusia dan sekaligus menang­kis.anggapan kaum determinist yang sangat tertutup terha....dap kemungkinan-kemungkinan, ka·rena sudah dite.tapkan se-belumnya. .

Dalam teologi Islam dikenal aliran Mu'tazilah dan Qa­dariyah(7, 1975, p. 87- 88), keduanya berkeyakinan. bahwaTuhan telah ·memberikan kebebasan memilih dan bertindakkepa'da manusia. Hal in1 berarti bahwa kodrat dan iradatTuhan bagi mereka sudah tidak mutlak lagi, karena Tuhantelah memberikan daya pi11hdan daya tindak kepada manu.....sia•. A tas dasar pendapat tersebut, maka perbutan yang di­lakukanoleh manusia dengan· daya pilih dan daya tindaknyaadaolah atas usaha' manusia sendiri dan bukan merupakanhasil dari kodrat dan iradat Tuhan. Di tengah-tengah per.....tentangan antara determinisme di satu pihak dan indeter-.minlsme (free will) di lain pihak, terdapat sikap atau pan­dangan yang ketiga, yang berusaha mendamaikan keduapan-dangan tersebut. Pandangan yang kompromistis ini dise­but "Self Determinisme" "yaitu suatu sikap atau pandangan .yang menekankan ak.u sebagai penyebab, yang merupakanpusat kreativitas dan memiliki kebebasan memilih.

Self-determinisme menolak determinisme,karena teori(determinisme) menolak kebebasan manusia dan dengan

sendirinya menolak pertanggungjawaban moral. Self-menolak indeterminisme dalam hal kepu­

tidak ada hubungannya dengan faktor

22

Page 7: Dardiri oetzel p. ke - jurnal.ugm.ac.id

yangmenurut

miliki kemampunbahwa j a merupakan pusat sampaibatas 'tertentu mampumembentuk dirinya, mempengaruhitingkah laku teman-temannya dan' memberi arahyang barukepada proses dunia luar. (11, 1984, p. 108).

antaranisme juga diusu.lka~ .oleh Hazlitt dalam .karyanya "TheFoundation of Morality" (1964, 277) bahwa apa yangkatakan oleh determinismebenar bahwa di dalam" alam initerdapat hukum sebab akibat, namun di dalam alam inijugaterdapat kebebasan manusia. Bila dikatakanbahwa manusiamempunyai kebebasan itu tidak berarti manusia bebas darihukum se~ab akibat, tetapi bebas dari paksaan.

Dalam teologi Islam, kita kenalaliran Ahlussunnahwa~-Jama'ahyang berusaha menJembatni pertentangan an­tara Jabariyah (determinisme) di satu pihak dan Qadariyahdan Muftazilah (indeterminisme) di lain pihak.MenurutAhlussunnah wal-Jama'ah, manusia adalah bebas dalam ke....terikatannya, bebas tetapitidakmutlak. Di dalam kehidup­an memang. ada lapangantaqdir Tu"han dan ada pula la­pangan usaha manusia. "Hanyasaja manusia tidak mengeta­hui ." di mana batasnya•. Manusia. dapatmengetahui setelahperistiwa yang dipersoalkan selesai.~aat itu manusia dapatmeraba-raba dimana batasusaha manusia dan di mana.taqdir Tuhan ituberlaku (2, 1976,P. 147). MenurutAhlusSunnah selanjutnya,kebebasan yang ·dimiliki oleh manusiahanya mengenai usahanyauntuk memperolen sesuatu perbu­atandan bukan kebebasan untuk menciptakan sesuatuper­buatan, karena yang menciptakansesuatuperbuatan manu­sia adalah Tuhan. Manusia sekedarberusaha untuk memper­

memastikan dirinyayangdikehendakinya 1974, p. 113).

memilik.ikebebasanmo­ral, .·makapertanggung jawaban jugatidakC!da.Kebe­basandalamartl moral merupakan tU,sine.qua'nonn bagi .ada.....ny~··pertanggung jawaban.

23

Page 8: Dardiri oetzel p. ke - jurnal.ugm.ac.id

4. Di mana letak pentingnya kebebasan manusiaDenganmenjawab pertanyaan tentang pentingnya kebe­

manusia berartisudah meyakini bahwakebebasan rna­memang ada~ Namun keyakin,an ituperlu dibukti-

kan kebenarannya. ..

Adapun bukti-bukti yang mernperkuat' adanya kebebasanrnanusia dalam arti moral adalah sebagai berikut: .a.Rasa kesadaran yang langsung. Kenyataannya, semua

. mempunyai kesadaran langsung dan jelastentang kebebasannya. Mereka percaya bahwamereka

memilih di beberapa alternatlf tindakan.bertinqak biasanya mereka merasa. bahwa mere...;.

ka mestinya dapat melakukan pilihan lain. Ini merupakan.fakta pengalaman yang harus diakui.

b. Rasa Tanggung Jawab PribadiRasa tanggung jawab pribadi yang diekspresikan secarasangat jelas dalam petasaan kewajiban atau rasa "harus"akan tidak berarti jika kita mengingkari kemampuanuntuk memilih. Setelahmelakukan beberapa tindakan kita '~

berkata "saya tidak melakukan tindakan yang lain". Te­tapi ·anehnya, setelah melakukan tindakan yang lainnyakita pun berkata, "seharusnya saya melakukan .tindakanyang lain", atau "seharusnya aku meml1ih yang lain".Kalau kebebasan itu merupakan realitas dan manusiamempunyai kekuatan untuk melak~karipilihan lain, maka:rasa nharus" menjadi penting dan~erartl.

c. Pertimbangan nl0ral terhadap 'tindakan dan budi pekertimanusia.Semua pertimbangan tentang tindakan dan budi pekertirnendasarkan diri bahwa manusia itu pelaku moral yang·bebas.· Semua pertimbangan apakah ia seorang yang ber~.laku etis atau· tidak, terpuji atau tercela juga meng­asumsikan bahwa manusia itu bebas rnemilih.

mudian ._..PI 1_ .........

rangakibat dari pemikiran tersebut ia mungkin memilih suatu·tindakan yang ia tidak ·akanmeml1ih seandainya ia tidakberpikir lebih dulu.( 11, 1984, p•. 109- 112).

24

Page 9: Dardiri oetzel p. ke - jurnal.ugm.ac.id

pada manusia, nampak semakin terang letak pentingnyakebebasan manusia. Lebih-lebih jikahubungkan .masalah· pertanggungjawaban semakin pentingkebebasan manusia itu, karena tanpa ada kebebasan dalam.diri manusia maka akan tidak mungkin kita berbicara ten­tang tanggung jawab.Seseorang hanya dapatdimintai per.... ·tanggung jawaban terhadap hasil tindakannya, bila dalamdirT orang tersebut memang ada kemampuan untuk memilihbeberapa alternatif tindakan secara merdeka. Dalamkaitan-ini Ahmad Amin (1, p. 67) menandaskan bahwa sekira-nya kehendak manusia tidak bebas di dalam ·memilihkebaikan dan keburuk,~n tentu. kewajiban .moral serta perin­tah dan larangan. tidak ada gunanya dan tidak ada artinyapahaladansiksa, pujian dan celaan. B11a persoalan ini di­kaitkan dengan Tuhan, maka seorang yang bersikap inde-:terministik dalamarti mengakui adanyakehendak bebas:manusia akan mengatakan : rasanya tidak adil bila Tuhanmeminta pertanggung jawabankepada manusia kalau dala·mdiri manusia itu tidak diberi kebebasan untuk memilih be-

. betapa alternatif tindakan.

.25

Page 10: Dardiri oetzel p. ke - jurnal.ugm.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

ta, 1975.Existential Psychoanalysis, translated

. an Introduction by Hazel E. Barnes,Philosophical Library, New York, 1953.

Benn and R.S. Peters, The Principles of PoliticalThought, CollietBooks, New Yark,' 1

Elmer, What is Philosophy, A ShortOxford University Press, London, 1

11. Titus, Harold et ale Persoalan-persoalan Filsafat,alihbahasakan oleh H.M. Rasjidi, Bulan Bintang,Jakarta, 1984.

Tufs, J.H.,"Ethics", dalam Dagobert D. Runes and 22authorities, Living School of Philosophy,

& Co, Peterson, Jersey, 1The Philosophy of Freedom,

York,

26