Upload
danny-t-saputra
View
14
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bisnis waralaba mengandalkan pada kemampuan mitra usaha dalam mengembangkan dan menjalankan kegiatan usaha waralaba melalui tatacara, proses serta suatu “Code of Conduct” dan sistem yang telah ditentukan oleh perusahaan pemberi waralaba.
Apa saja usaha yang dapat diwaralabakan? Ada lima syarat minimal suatu
usaha dapat diwaralabakan yaitu: a) memiliki keunikan, b) terbukti telah berhasil, c)
standart, d) dapat diajarkan/diaplikasikan dan, e) menguntungkan.
Kirteria pertama menunjuk pada keunggulan spesifik yang tidak dipunyai oleh
pesaing-pesaing didalam industrinya dan tidak mudah ditiru. Usaha yang akan
diwaralabakan harus terbukti dan teruji (track record), misalnya terbukti menguntungkan
dan teruji dapat bertahan dalam masa-masa sulit. Usaha waralaba sangat memerlukan
standarisasi sehingga kerangka kerjanya harus jelas dan sama. Harus mudah
diaplikasikan (aplicable) dan mudah dijalankan oleh orang lain (transferable), serta
harus menguntungkan yang dibuktikan dengan penerimaan produknya oleh pelanggan
(consumers base).
Saat ini di Indonesia berkembang dua jenis waralaba yaitu : 1) Waralaba produk
dan merek dagang yaitu pemberian hak izin dan pengelolaan dari franchisor kepada
penerima waralaba (franchisee) untuk menjual produk dengan menggunakan merek
dagang dalam bentuk keagenan, distributor atau lesensi penjualan. Franchisor
membantu franchisee untuk memilih lokasi yang aman dan showroom serta
menyediakan jasa orang untuk membantu mengambil keputusan “do or not” .2)
Waralaba format bisnis yaitu sistem waralaba yang tidak hanya menawarkan merek
dagang dan logo tetapi juga menawarkan sistem yang komplit dan konprehenship
tentang tatacara menjalankan bisnis. Jenis waralaba yang banyak berkembang di
Indonesia saat ini adalah jenis waralaba format bisnis.
PERKEMBANGAN WARALABA DI INDONESIA
Bisnis waralaba di Indonesia mulai marak pada sekitar tahun 1970an dengan
bermunculannya restaurant-restaurant cepat saji (fast food) seperti Kentucky Fried
chiken dan Pizza Hut. Hingga tahuhn 1992 jumlah perusahaan waralaba di Indonesia
mencapai 35 perusahaan, 6 di antaranya adalah perusahaan waralaba lokal dan
sisanya (29) adalah waralaba asing. Perkembangan waralab asing. Perkembangan
waralaba asing dari tahun ke tahun berkembang pesat sebesar 710% sejak tahun 1992
hingga tahun 1997, sedangkan perkembangan waralaba lokal hanya meningkatkan
sebesar 400% (dari sejumlah 6 perusahaan menjadi 30 perusahaan).
Namun sejak krisi moneter tahun 1997, jumlah perusahaan waralaba asing
mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -9.78% dari tahun 1997 sampai dengan
tahun 2001. hal ini disebabkan karena terpuruknya nilai rupiah sehingga biaya untuk
franchise fee dan royalti fee serta biaya bahan baku, peralatan dan perlengkapan yang
dalam dollar menjadi meningkat. Hal tersebut mempengaruhi perhitungan harga jual
produk atau jasanya di Indonesia. Sebaliknya waralaba lokal mengalami peningkatan
pertumbuhan rata-rata sebesar 30%. Pada tahun 2001 jumlah waralaba asing tumbuh
kembali sebesar 8.5% sedangkan waralaba lokal meningkat 7.69% dari tahun 2000.
Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia dapat dilihatpada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perkembangan Waralaba di Indonesia
Tahun Jumlah
Waralaba Asing
Jumlah
Waralaba Lokal
Total
1992
1995
1996
1997
29
117
210
235
6
15
20
30
35
132
230
265
2000
2001
212
230
39
42
251
272
Sumber data : Deperindag, 2001
Menurut Anang Sukandar,ketua asosiasi franchise Indonesia (2002) bisnis
waralaba lokal merupakan usaha yang prospektif di kembangkan di Indonesia.
Berdasarkan analisa SWOT, juga dapat disimpulkan bahwa bisnis waralaba sangat
cocok dikembangkan oleh UKM
Fenomena di atas menunjukkan adanya peluang bagi waralaba lokal untuk
meningkatkan peranannya dalam bisnis waralaba, OIeh karena itu. pemerintah perlu
mengambil langkah-langkah kebijakan bagi tumbuh kembangnya bisnis waralaba lokal,
Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui penumbuhan pengusaha-pengusaha baru
serta memberdayakan UKM dan koperasi dalam bisnis waralaba baik sebagai penerima
waralaba (franchisee) maupun sebagai pemberi waralaba (franchisor).
Waralaba merupakan prospek bisnis bagi UKM karena sudah terbukti dapat
meningkatkan akses pasar UKM, mensinergikan perkembangan usaha besar dengan
UKM melalui kemitraan, serta mempercepat mengatasi persoalan kesenjangan
kesempatan berusaha antara golongan ekonomi kuat yang sudah mempunyai jejaring
dengan golongan ekonomi lemah, Sistem ini juga mempercepat pemanfaatan produk
dan jasa untuk didistribusikan ke daerah-daerah, karena sistem ini memungkinkan
partisipasi dari sumberdaya daerah terlibat hingga ketingkat kecamatan, bahkan sampai
ke pedesaan.
Oleh karena itu pertanyaan yang masih perlu dicarikan jawabannya ke depan
adalah pertama, bagaimana upaya mendorong pengusaha UKM Untuk ambil bagian
dalam bisnis waralaba berteknologi maju tersebut sehingga mereka bisa lebih
terberdayakan, yang pada gilirannya diharapkan mampu mengembangkan dirinya
secara berkelanjutan, kedua, sejalan dengan itu bagaimana upaya membangun dan
menumbuh-kembangkan sistem waralaba yang asli hasil inovasi teknologi dalam negeri
agar baik multiplier pendapatan maupun tenaga kerja seluruhnya dapat dinikmati oleh
masyarakat banyak.
MENGAPA WARALABA MERUPAKAN PELUANG YANG PROSPEKTIF BAGI
KUKM?
UKM dengan segala kendala yang dimilikinya dapat dan mampu memanfaatkan
sistem waralaba dalam mengembangkan usahanya terutama sebagai penerima
waralaba (franchisee), karena:
a) UKM mendapat pelatihan khusus yang telah terstruktur dari pihak franchisor untuk
mengatasi kendala pengetahuan yang dimiliki oleh UKM. Di samping itu, franchisee
(dalam hal ini UKM) dapat memanfaatkan pengalaman, organisasi & manajemen
kantor franchisor; walaupun dia tetap mandiri dalam menjalankan bisnisnya sendiri.
b) UKM jelas akan mengeluarkan biaya yang lebih rendah dibandingkan bila UKM
mencoba menjalankan bisnis sejenis secara mandiri. Hal ini dimungkinkan karena
franchisor tidak lagi memperhitungkan biaya-biaya percobaan Yang telah
dilakukannya.
c) UKM mendapat keuntungan untangible dengan resiko yang lebih rendah karena
produk yang dihasilkannya sudah mempunyai brand name yang mapan dalam
pandangan & pikiran konsumen. Disamping itu, franchisee (UKM) mendapat
keuntungan dm"i pcnggunaan paten, merk dagi.mg, hak cipta, rabasia dagang,
proses, [orIllula dari pihakfi'ancllisol: d) UKM dapat memanfaatkan hasil penelitian &
pengembangan franchisor dalam memperbaiki bisnis sehingga bisnis tersebut tetap
kornpetitif.
e) UKM mendapat bantuan dari franchisor dalam memilih lokasi usaha berdasarkan
pengalaman franchisor. Hal tersebut menguntungkan karena salah satu faktor kunci
kesuksesan bisnis waralaba adalah pemilihan lokasi yang tepat dan strategis dari
sisi pasar.
Dengan demikian bisnis waralaba merupakan peluang Yang sangat menjanjikan
bagi pengusaha UKM yang mau mengembangkan usahanya. Walaupun bisnis
waralaba sangat menjanjikan, akan tetapi setiap usaha bisnis selalu mempunyai
potensi resiko, oleh karena itu pengelolaan bisnis secara profesional merupakan
tuntutan persyaratan untuk keberhasilan. Untuk itu diperlukan pemikiran yang cermat
apabila pengusaha UKM telah mengambil keputusan untuk terjun dalam bisnis
waralaba. Untuk memilih bentuk dan jenis waralaba yang akan dibeli, setiap UKM
harus memperhatikan manajemen, prosedur, etika dan filosofi dari waralaba yang ingin
dipilih, yaitu bagamana jaringan waralaba dimulai, seberapa luas jaringan waralaba,
apakah waralaba tersebut sudah mapan di pasar atau sedang bertumbuh, investasi
seperti apa yang dibutuhkan dll. Untuk itu hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum UKM
memasuki bisnis waralaba adalah :
1. Mcnyeleksi waralaba Yang akan dipilih.
2. Meyakinkan motivasi untuk berbisnis waralaba.
3. Menghubungi waralaba yang mempunyai prospektif baik.
4. Menyelidiki sistem waralaba yang akan dipilih.
5. Mengevaluasi kesempatan dan tantangan waralaba yang bersangkutan.
6. Mempelajari sistem manajemen korporasinya.
7. Memilih format bisnis waralaba yang akan dijalankan.
8. Melakukan kontrak kerjasama bisnis waralaba.
Adapun peluang keuntungan UKM apabila menjalankan bisnis waralaba sebagai
penerima waralaba (franchisee) adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh program pelatihan yang terstruktur dari franchisor:
2. Memperoleh insentif memiliki bisnis sendiri dengan bantuan manajemen secara
terus-menerus.
3. Mendapat keuntungan dari kegiatan operasioanal di bawah nama dagang yang
telah mapan di masyarakat.
4. Membutuhkan modal yang lebili kecil.
5. Resiko bisnis relatif kecil.
6. Memperoleh dukungan riset dan pengembangan dari franchisor:
7. Mendapat dukungan untuk akses kesumber-sumber pinjaman modal.
Sedangkan peluang kerugian UKM sebagai franchisee adalah:
1. Adanya keharusan untuk membayar royalti fee kepada franchisor untuk penggunaan
sistem waralaba.
2. Kemungkinan kerjasama dan kualitas dukulngan franchisor yang tidak konsisten
sesuai kontrak kerjasama.
3. Ketergantungan yang besar kepada franchisor sehingga menjadi kurang mandiri.
4. Reputasi dan citra bisnis yang diwaralabakan menurun di luar kontrol franchisor dan
franchisee.
Sedangkan apabila UKM telah memiliki sistem, peralatan, pembukuan dan
pelatihan serta memiliki usaha yang menguntungkan (profitable) dan dapat
diaplikasikan maka usaha tersebut dapat dikembangkan melalui sistem waralaba.
Dalam hal ini UKM adalah sebagai pemberi waralaba (franchisor). Beberapa
keuntungan UKM apabila mengembangkan usaha sebagai franchisor dengan
menggunakan sistem waralaba adalah :
(1) UKM akan lebih cepat dalam perluasan usahanya karena tidak perlu
mempersiapkan modal, tenaga dan waktu yang sangat besar untuk mendirikan
outlet baru.
(2) UKM hanya memerlukan modal yang relatif lebih sedikit untuk memperluas
usahanya karena outlet didirikan dan dimiliki oleh franchisee dengan modal investasi
dan biaya praoperasional ditanggung oleh franchisee. Modal yang diperlukan untuk
pengembangan usaha relatif hanya untuk sistem franchise.
(3) UKM franchisor akan lebih mudah dalam mengelola outlet karena franchisee telah
mengeluarkan dana investasi yang cukup besar sehingga motivasi franchisee untuk
sukses sangat tinggi.
(4) Biaya operasional relatif berkurang karena biaya operasional outlet menjadi
tanggung jawab franchisee.
(5) Posisi tawar menawar (bargaining position) dengan supplier maupun dalam hal
pemasaran semakin tinggi apabila memiliki cabang lebih banyak dibandingkan jika
hanya memiliki satu atau dua outlet saja.
(6) UKM sebagai pemberi waralaba (franchisor) akan menerima royalti fee dan imbalan
lainnya yang dibayarkan oleh franchisee walaupun jumlahnya tidak terlalu besar
tetapi jika dikaitkan dengan pembukaan outlet yang banyak dan dikaitkan dengan
resiko usaha yang ditanggung maka tingkat pengembalian investasi bisnis waralaba
cukup tinggi.
Mengamati peluang keuntungan di atas baik bagi UKM franchisee maupun UKM
franchisor maka jelas tergambar adanya pembagian tanggung jawab resiko bisnis. dari
sisi pemegang paten, ini merupakan salah satu strategi pemasaran, sedangkan dagi
pembeli hak waralaba merupakan "start-up of new business". Selain itu salah satu ciri
menonjol dari warulaba adalah perusahaan bisnis baru Yang lebih cepat meraih
keuntungan. Artinya, dengan manajemen moderen pada tahun pertama sudah dapat
memberikan keuntungan.
Agar keuntungan tersebut dapat diwujudkan, manajemen pengelola waralaba
dituntut agar (a) maupun memberikan informasi yang akurat mengenai posisi keuangan
kepada franchisor sesuai dengan perjanjian yang di sepakati kedua belah pihak, (b)
mampu mengendalikan usaha secara mandiri, (c) mentaati seluruh program pelatihan
yang diselenggarakan oleh franchisor, (d) mampu aktif berperan serta dalam
meningkatkan hubungan harmonis dan saling menguntungkan antara franchisee dan
franchisor.
PENUTUP
Waralaba sebagai model pengembangan kemitraan bisnis memberikan peluang
Yang sangat besar kepada para pengusaha UKM untuk mengembangkan usahanya,
Keunggulan sistem waralaba ini adalah (1) merupakan salah satu start- up of new
businees yang sangat prospektif bagi kelompok UKM, (2) menguntungkan pembeli
waralaba karena tidak memerlukan promosi lagi dan bayar iklan produk, (3) mampu
mengembangkan segmentasi pasar terbesar dengan menguasai jaringan-jaringan
pasar, (4) sarana bagi proses alih teknologi dan ketrampilan, (5) menciptakan banyak
kesempatan kerja,
Pengusaha UKM dapat memanfaatkan keunggulan franchisor secara simbiose
mutualistis dengan mengelola produk yang mudah dipasarkan, image yang menarik
serta paket usaha yang kompetitif tanpa keharusan mengeluarkan modal yang besar.
Untuk itu pengusaha UKM perlu meningkatkan profesionalismenya agar mampu
meraih sukses dalam mengelola waralaba. Faktor kemampuan, motivasi, hubungan
UKM franchisor dan struktur manajemen, merupakan faktor kristikal yang sangat
mempengaruhi keberhasilan bisnis waralaba dan penerapannya.
Dalam rangka memberikan kepastian hukum dalam bisnis waralaba maka perlu
adanya perangkat perundang-undangan dan sistem pendanaan yang memungkinkan
KUKM lebih berperan dalam pengembangan usaha waralaba Oleh karena itu
pemerintah berkewajiban Untuk mendorong sistem waralaba khususnya paket-paket
usaha yang diciptakan oleh pengusaha dalam negeri (hak kekayaan intelektualnya) dan
diterapkan kepada pengusaha UKM yang merupakan fondasi perekonomian Indonesia
jangka Panjang.