Upload
fandy-himawan
View
133
Download
18
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pengertian antena
Citation preview
BAB II
TEORI DASAR
Pada bab II ini akan dibahas mengenai penelitian dengan tema serupa yang
telah dilakukan peneliti terdahulu sebagai rujukan dalam penyelesaian penelitian
ini. Selain pada bab ini akan dibahas mengenai teori yang terkait dengan
penelitian yang akan dilakukan.
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Tito Tuwono (2008), yang
merupakan mahasiswa Universitas Islam Indonesia, Program Studi Teknik
Elektro. Dengan judul “ Antena Yagi Untuk Wireless LAN”. Dalam penelitian
tersebut antena yang dirancang untuk perangkat Wifi diperoleh gain sebesar 14
dBi dengan elemen antena sebanyak 7 elemen.
Penelitian yang dilakukan Muhamad Soleh (2007) merupakan mahasiswa
Universitas Diponegoro, dengan judul “Perancangan Antena Yagi Uda Pada
Frekuensi 600 MHz”. Dalam penelitian tersebut diperoleh front to back ratio
sebesar 13 dB pada frekuensi 600 MHz dengan jumlah elemen antena sebanyak 7
elemen
2.2 Konsep Dasar Dan Parameter Antena
Antena merupakan alat yang penting dalam suatu sistem komunikasi radio.
Antena adalah suatu media peralihan antara ruang bebas dengan saluran transmisi
yang digunakan untuk menggerakkan energi elektromagnetik dari sumber
pemancar ke antena atau dari antena ke penerima. Berdasarkan hal ini maka
antena dibedakan menjadi antena pemancar dan antena penerima (Balanis,2005:
1).
Perancangan antena yang baik adalah ketika antena dapat mengirimkankan
energi atau daya maksimum dalam arah yang diharapkan oleh penerima.
Meskipun pada kenyataannya terdapat rugi-rugi yang terjadi ketika penjalaran
gelombang seperti rugi-rugi pada saluran transmisi dan terjadi kondisi tidak
matching antara saluran transmisi dan antena, sehingga matching impedansi juga
4
merupakan salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam
perancangan sebuah antena.
2.2.1 Panjang Gelombang
Panjang gelombang meruapakan jarak yang ditempuh gelombang selama
satu periode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi antena, yang
dirumuskan sebagai berikut:
λ= cf
(2.1)
Keterangan :
λ = panjang gelombang (m)
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s)
f = frekuensi (Hz)
2.2.2 Return LossReturn loss adalah salah satu parameter seperti VSWR yang digunakan
untuk mengetahui ketidaksesuaian impedansi antena dengan saluran transmisi.
Koefisien pantulan (reflection coefficient) adalah perbandingan antara tegangan
pantulan dengan tegangan maju (forward voltage). Antena yang baik akan
mempunyai nilai return loss dibawah –9.54 dB, nilai ini diperoleh untuk nilai
VSWR ≤ 2 sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang direfleksikan tidak
terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata
lain, saluran transmisi sudah matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu
acuan untuk melihat apakah antena sudah dapat bekerja pada frekuensi yang
diharapkan atau tidak. Koefisien pantul dan return loss didefinisikan sebagai
(Punit, 2004:19):
RL = 20 log || (2.2)
Rumus mencari nilai |Γ| adalah (Kraus, 1988:832) :
|| = Vr/Vi= VSWR−1VSWR+1
(2.3)
Keterangan :
|| = koefisien pantul (tanpa satuan)
Vr = tegangan gelombang pantul (volt)
5
Vi = tegangan gelombang datang (volt)
Untuk matching sempurna antara transmitter dan antena, maka nilai Г = 0
dan RL = ∞ yang berarti tidak ada daya yang dipantulkan, sebaliknya jika Г = 1
dan RL = 0 dB maka semua daya akan dipantulkan.
2.2.3 VSWRVSWR adalah perbandingan antara tegangan maksimum dan minimum pada
suatu gelombang berdiri akibat adanya pantulan gelombang yang disebabkan tidak
cocoknya impedansi input antena dengan saluran feeder (Balanis, 2005:65).
VSWR=V max
V min=
1+|Γ|1−|Γ| (2.4)
Keterangan :
V max = tegangan maksimum (volt)V min = tegangan minimum (volt) |Г| = koefisien pantul
Besarnya koefisien pantul (Г) menentukan besarnya VSWR. Persamaan
untuk koefisien pantul adalah (Kraus, 1988:833) :
Γ=V r
V i
=Z in−Zs
Z in+Zs
(2.5)
Keterangan :Γ = koefisien pantulZin = impedansi masukan antena (Ω)Zs = impedansi sumber (Ω
2.2.4 Impedansi AntenaImpedansi masukan didefinisikan sebagai impedansi yang ditunjukkan oleh
antena pada terminal-terminalnya atau perbandingan tegangan terhadap arus pada
pasangan terminalnya (Balanis, 1982:73). Pada Gambar 2.1 dapat dilihat
rangkaian ekuivalen antena, pada antena perbandingan tegangan dan arus pada
terminal-terminal tanpa beban, memberikan impedansi masukan antena sebesar
(Balanis, 2005:244) :
Zin = Rin + jXin (2.6)
Keterangan :
6
Zin = impedansi masukan antena (Ω)
Rin = resistansi antena (Ω)
Xin = reaktansi antena (Ω)
Gambar 2.1 Rangkaian Ekivalen Antena Sumber: Balanis, 2005:244
Resistansi input (Rin) menyatakan tahanan disipasi. Daya dapat terdisipasi
melalui dua cara yaitu, karena panas pada struktur antena yang berkaitan pada
perangkat keras dan daya yang meninggalkan antena dan tidak kembali (teradiasi).
Reaktansi input (Xin) menyatakan daya yang tersimpan pada medan dekat dari
antena (Stutzman, 1981:47).
2.2.5 BandwidthBandwidth antena didefinisikan sebagai range frekuensi antena dengan
beberapa karakteristik, sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Untuk
broadband antena, lebar bidang dinyatakan sebagai perbandingan frekuensi
operasi atas (high) dengan frekuensi operasi bawah (lower). Sedangkan untuk
narrowband antena, maka lebar bidang antena dinyatakan sebagai persentase dari
selisih frekuensi di atas frekuensi tengah dari lebar bidang (Balanis, 1982:63).
7
Gambar 2.2 Grafik Return Loss Terhadap Frekuensi
Sumber: Balanis, 2005:984
Dari gambar 2.2 dapat diketahui bahwa sebuah antena bekerja pada
frekuensi tengah sebesar fc, namun ia masih dapat bekerja dengan baik pada
frekuensi fL sampai dengan frekuensi fH maka untuk persamaan bandwidth dalam
persen (Bp) atau sebagai bandwidth rasio (Br), dinyatakan sebagai:
Bp = fh−fl
fc x 100 % (2.7)
fc = fh+fl
2 (2.8)
Br = fhfl
(2.9)
Keterangan :
Bp = Bandwidth dalam persen
Br = Bandwidth rasio
fH = Jangkauan frekuensi atas (Hz)
fL = Jangkauan frekuensi bawah (Hz)
fC = Jangkauan frekuensi tengah (Hz)
2.2.6 Pola RadiasiPola radiasi suatu antena didefinisikan sebagai gambaran secara grafik dari
sifat-sifat radiasi suatu antena sebagai fungsi koordinat ruang. Dalam banyak
keadaan, pola radiasi ditentukan pada pola daerah medan jauh dan digambarkan
sebagai fungsi koordinat-koordinat arah sepanjang radius konstan, dan
8
fC
digambarkan pada koordinat ruang. Sifat-sifat radiasi ini mencakup intensitas
radiasi, kekuatan medan (field strenght) dan polarisasi (Balanis, 1982:28).
Koordinat-koordinat yang sesuai ditunjukkan pada Gambar 2.3. Jejak daya
yang diterima pada radius tetap disebut pola daya. Sedangkan grafik variasi ruang
medan listrik dan medan magnet sepanjang radius tetap disebut pola medan.
Gambar 2.3 Pola Radiasi Antena Dalam Tampilan 3 Dimensi Sumber: Balanis, 2005:30
Gambar 2.4 Pola Radiasi Pada Antena Dalam Tampilan 2 Dimensi
9
Sumber: Balanis, 2005:30
a. HPBW (Half Power Beamwidth) didefinisikan sebagai sudut yang
terbentuk oleh titik setengah daya dari main lobe, yang dapat dinyatakan
dalam rumus sebagai berikut :
HPBW= | θ HPBW left - θ HPBW right | (2.10)
Menurut Stutzman (1981:30), HPBW adalah sudut dari selisih titik-titik
pada setengah pola daya dalam main lobe. Sedangkan menurut Balanis
(2005:42), Half Power Beamwidth (HPBW) didefinisikan sebagai sudut
yang memisahkan dua arah yang memiliki nilai intensitas radiasi setengah
dari beam. Beam tersebut memiliki nilai maksimal pada power pattern.
Hal ini seperti yang terlihat pada Gambar 2.5. HPBW dapat ditemukan
dengan mencari garis dengan nilai -3dB dari nilai maksimum yang ada
pada pola radiasi atau garis dengan nilai 0,707 dari nilai maksimum yang
ada pada power pattern.
Gambar 2.5 Penggambaran Power Pattern Secara 2 Dimensi Sumber: Balanis, 2005:42
b. Main Lobe adalah bagian dari radiasi dengan arah radiasi antena
maksimum.
c. Minor Lobe adalah bagian yang menyatakan daerah radiasi yang tidak
diinginkan.
d. Back Lobe adalah bagian dari minor lobe yang berlawanan dengan main
lobe.
10
e. Side Lobe adalah bagian dari minor lobe yang bersebelahan dengan main
lobe.
Ada beberapa jenis pola radiasi antena yaitu :
a. Pola radiasi isotropis adalah pola radiasi dari sebuah antena yang memiliki
pancaran radiasi yang sama ke segala arah. Meskipun pola radiasi ini
sangat ideal namun tidak bisa direalisasikan secara fisik, sehingga hanya
sering diambil sebagai referensi untuk mengekspresikan sifat direktif
antena sebenarnya.
b. Pola radiasi directional adalah pola radiasi dari sebuah antena yang
memancarkan atau menerima gelombang elektromagnetik lebih efektif
hanya di beberapa arah saja.
Pola radiasi omnidirectional adalah pola radiasi dari sebuah antena yang memiliki
pola dasar nondirectional pada bidang tertentu (dalam hal ini di azimut) dan pola
yang terarah pada setiap bidang ortogonal (dalam hal ini di ketinggian). (Balanis,
2005:32-33)
2.2.7 PolarisasiPolarisasi sebuah antena dalam arah yang diberikan didefinisikan sebagai
polarisasi dari gelombang yang ditransmisikan atau teradiasi oleh antena. Jika
arah tidak dinyatakan, polarisasi yang dimaksud adalah dalam arah penguatan
maksimum. Dalam praktikum, polarisasi dari energi teradiasi bervariasi dengan
arah dari pusat antena sehingga beda bagian dari pola tersebut menyebabkan
polarisasi yang berbeda (Balanis, 2005:70-71).
Polarisasi dapat klasifikasi sebagai polarisasi linear, lingkar atau ellips.
seperti ditunjukkan Gambar 2.5.
11
Gambar 2.6 (a) Polarisasi Linier (Vertikal). (b) Polarisasi Linier (Horizontal). (c) Polarisasi Lingkaran Tangan Kanan. (d) Polarisasi Lingkaran Tangan Kiri. (e) Polarisasi Ellips Tangan Kanan. (f) Polarisasi Ellips Tangan Kiri. Sumber: Stutzman, 1981:54
Polarisasi suatu antena pada arah tertentu didefinisikan sebagai polarisasi
gelombang yang diradiasikan bila antena sebagai pemancar, atau polarisasi
gelombang datang yang menghasilkan daya maksimum pada terminal-terminal
antena bila antena sebagai penerima (Balanis, 2005:71). Polarisasi dari antena
tergantung oleh polarisasi vektor medan listrik yang diradiasikan. Dengan kata
lain, posisi dan arah dari medan listrik dengan referensi permukaan bumi atau
tanah menggambarkan bentuk polarisasi gelombang tersebut. Polarisasi dari
gelombang yang teradiasi, merupakan sifat-sifat gelombang elektromagnetik yang
menggambarkan perubahan arah dan nilai relatif vektor medan listrik sebagai
fungsi waktu.
a. Polarisasi Linear
Vektor yang menggambarkan medan listrik pada suatu titik di dalam ruang
sebagai fungsi waktu, bergerak searah atau tegak lurus terhadap saluran
maka medan ini dikatakan terpolarisasi secara linear (Stutzman, 1981:53).
b. Polarisasi Lingkaran
12
Vektor medan listrik berputar secara lingkaran dengan jarak yang konstan
sepanjang saluran maka hal ini disebut terpolarisasi secara lingkaran
(Stutzman 1981:53). Dengan frekuensi rotasi radian adalah ω, jika
gelombang bergerak menuju pengamat dan vektor berotasi berlawanan
dengan arah jarum jam, itu disebut dengan polarisasi tangan kanan (Right-
hand polarized), begitu juga sebaliknya untuk polarisasi tangan kiri (Left-
hand polarized) (Stutzman, 1981:54).
c. Polarisasi Ellips
Vektor medan listrik berputar secara ellips sepanjang saluran maka hal ini disebut terpolarisasi ellips, baik untuk berpolarisasi tangan kanan atau tangan kiri (Stutzman, 1981:54).
2.2.8 GainGain dari antena (dalam arah tertentu) didefinisikan sebagai "rasio intensitas
dalam arah tertentu, dengan intensitas radiasi yang akan diperoleh jika daya
diterima oleh antena yang diradiasikan secara isotropis. Intensitas radiasi yang
sesuai dengan daya isotropis yang dipancarkan adalah sama dengan daya diterima
(input) oleh antena". Secara fisik rediator isotropis tidak ada, tetapi seringkali
digunakan antena referensi untuk menyatakan sifat-sifat keterarahan antena.
Pengujian gain menggunakan metoda perbandingan (Gain Comparison Method).
Prinsip pengujian ini adalah menggunakan antena referensi dipole standar yang
sudah diketahui nilai gainnya. Prosedur ini memerlukan dua kali pengujian yaitu
terhadap antena yang diukur dan terhadap antena referensi. Nilai gain obsolute
isotropic dinyatakan (Balanis, 2005:66):
Gain = 4π U (θ ,∅ )
P¿
(2.11)
Keterangan :
Uθ = intensitas radiasi dalam arah tertentu yang terkandung dalam komponen bidang Eθ
Uφ = intensitas radiasi dalam arah tertentu yang terkandung dalam komponen bidang Eφ
Pin = total input daya yang diterima
13
2.3 Konsep Antena Yagi
Antena yagi adalah jenis antenna yang biasa digunakan pada radio atau
televisi. Antena yagi ditemukan oleh Profesor Hidetsugu (1886-1976) dan
assistentnya yang bernama Shintaro Uda (1896-1976) pada tahun 1925. Antena
yagi terdiri dari tiga bagian yaitu elemen driven, reflector, dan director (Stutzman,
1981:220)
2.3.1 Elemen Driven
Driven merupakan bagian paling penting dari sebuah antena yagi karena
elemen inilah yang akan membangkitkan gelombang elektromagnetik menjadi
sebuah sinyal yang akan dipancarkan. Untuk menjadikan sebuah driven yang
menghantarkan radiasi dengan baik, biasanya menggunakan antena dipole sebagai
bentuk drivernya. Antena dipole adalah antena berbentuk linear pendek, yang bila
sedang memancarkan dapat dianggap mempunyai arus yang sama diseluruh
panjangnya.
Gambar 2.7 Elemen Driven Pada Yagi Sumber: Balanis, 2005:578
Modifikasi dari antena dipole ½ λ adalah antena folded dipole, antena ini
lebih ser ing digunakan daripada antena dipole biasa, karena dapat dibuat
dengan mudah, impedansinya lebih tinggi, dan memiliki struktur mekanis yang
kuat, Antena folded dipole pada masing- masing ujungnya dihubungkan menjadi
satu. Antena dipole ini sebenarnya dibagi menjadi 2 bagian yang masing-masing
¼λ, dan pola radiasi yang dihasilkan akan tepat sama seperti antena dipole
tunggal. Impedansi antenna folded dipole lebih besar 4 kali dari antenna dipole
14
Driven
tunggal.
Gambar 2.8 Folded Dipole dan Ekuivalen Regular Dipole Sumber : Balanis 2005:518
Dengan membandingkan arus pada folded dipole dan dipole biasa dapat diketahui,
2If = Id
Dimana,
If = arus pada folded dipole
Id= arus pada dipole biasa
Sehingga daya pada folded dipole identic dengan daya pada dipole biasa
Pf = Pd
½ If2 Zf = ½ Id
2 Zd
Sehingga besa impedansi folded dipole sebesar
Zf = 4Zd
Sedangkan panjang elemen dan jarak antara elemen folded dipole untuk
memperoleh impedansi sekitar 300 ohm adalah sebesar (Balanis, 2005:515)
L= 0.5 λ (2.12)
s < 0.05 λ (2.13)
15
2.3.2 Elemen Director
Elemen Director merupakan elemen pengarah yang diletakkan didepan
antena driven, director akan memaksakan radiasi dari driven menuju ke satu arah.
Elemen ini sering disebut dengan elemen parasitic. Pola radiasi yang dibentuk
oleh antena folded dipole, dengan penambahan reflektor dan director, pola radiasi
antena akan diubah dan diperkecil menjadi satu arah namun dengan daya pancar
yang lebih jauh seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.9 Pola Radiasi Antena Dengan 1 Director
Sumber : Stutzman (1981:222)
Penambahan satu atau lebih direktori merupakan metode yang paling efektif
dalam mendapatkan penguatan yang lebih besar, semakin banyak jumlah elemen
director maka akan didapat penguatan yang lebih besar juga. Seperti halnya
reflector, elemen director juga memiliki pengaturan dalam penentuan ukuran dan
jarak, baik itu jarak dengan driven ataupun jarak antara direktor satu dengan
director lainnya. Karena ukuran dalam penentuan ini akan mempengaruhi kinerja
kemampuan antena yagi. (Balanis, 2005 : 579)
Untuk penentuan ukuran direktor dibuat dengan ukuran harus lebih kecil
daripada ukuran elemen driven, yaitu sebesar 0.4λ – 0.45λ atau 5% lebih pendek
daripada elemen driven
Pengarah atau director yang terdekat pada antena driven adalah pengarah
yang paling berpengaruh terhadap penguatan, dan pengaruh yang paling jauh
memiliki pengaruh yang kecil dalam beberapa teori terdapat sebuah persamaan
yang mengemukakan tentang jarak antara director, persamaan tersebut yaitu
(Balanis, 2005 : 579)
16
0.3λ – 0.4λ (2.14)
2.3.3 Elemen Reflector
Sesuai dengan namanya reflector, elemen ini merupakan elemen pemantul.
Elemen reflector ditempatkan di belakang driven dan dibuat lebih panjang dari
pada panjang elemen driven (Balanis, 2005 : 579).
Gambar 2.10 Pola Radiasi Antena Dengan 1 ReflectorSumber : Stutzman (1981:222)
Tujuan utama dari penempatan reflector di belakang adalah untuk
membatasi radiasi agar tidak melebar kebelakang namun kekuatan pancarannya
akan diperkuat reflector sebaliknya. Reflector menjadikan antena lebih bersifat
induktif.
Untuk penentuan panjang dari sebuah reflektor biasanya digunakan
perhitungan 0.495λ atau 5% lebih panjang dari pada panajang elemen driven.
Pemasangan reflector hanya digunakan satu saja, karena penambahan reflektor
yang kedua atau ketiga praktis tidak akan menambah apapun pada keterarahan
struktur. Sedangkan penempatan elemen reflektor yaitu dibelakang elemen driven
(dipole) dengan jarak optimum yaitu sekitar (Balanis,2005:579).
LR = 0,25 λ (2.15)
2.4 Balun Antena
Kata balun ialah kependekan dari “balanced unbalanced”, dimana balanced
berarti kedua ujung dari pencatuan harus memiliki level tegangan yang sama
terhadap ground, jika tidak maka dapat dikatakan unbalanced. Balun adalah alat
yang digunakan untuk menyesuaikan impedansi antara antena dengan coaxial
cable, dalam hal ini digunakan untuk menghubungkan antara feeder line yang
17
unbalance misalnya coaxial cable dengan antena yang balance misalnya antena
dipol. Balun dapat dipandang sebagai suatu transformator untuk link kopling
antara feeder line dengan antena.
Gambar 2.11 Balun 1:4Sumber : Stutzman (1981:222)
Panjang balun dapat dirumuskan sebagai berikut
L = ½ λ x VF (2.16)
Keterangan:
L = panjang balun
λ = panjang gelombang
VF= Velocity factor
2.5 Konsep VOIP
VoIP (Voice over Internet Protocol) atau dapat juga disebut sebagai
Telepon Internet merupakan salah satu terobosan dalam berkomunikasi secara
luas dengan biaya yang lebih murah, layanan yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan sambungan PSTN. VoIP merupakan suatu metode
digitalisasi data suara (voice) kedalam paket-paket data untuk ditransmisikan
melalui packet-switch IP networks. Teknologi ini menjadikan media internet
untuk bisa melakukan komunikasi suara jarak jauh secara langsung. Sinyal
18
suara analog, seperti yang didengar ketika berkomunikasi di telepon diubah
menjadi data digital dan dikirimkan melalui jaringan berupa paket-paket data
secara real time. Definisi lain VoIP adalah suara yang dikirim melalui protokol
internet (IP).
Dalam komunikasi VOIP, pemakai melakukan hubungan telepon
melalui terminal yang berupa PC atau telepon biasa. Dengan bertelepon
menggunakan VoIP, banyak keuntungan yang dapat diambil diantaranya adalah
dari segi biaya jelas lebih murah dari tarif telepon tradisional, karena jaringan IP
bersifat global. Sehingga untuk hubungan Internasional dapat ditekan hingga
70%. Selain itu, biaya maintenance dapat di tekan karena voice dan data network
terpisah, sehingga IP Phone dapat di tambah, dipindah dan di ubah. Hal ini karena
VoIP dapat dipasang di sembarang ethernet dan IP address, tidak seperti telepon
konvensional yang harus mempunyai port tersendiri di Sentral atau PBX (Private
branch exchange).
Tabel 2.1 Alokasi Bandwidth Yang Dibutuhkan Untuk Voip
19
Sumber: http://www.cisco.com
2.6 Wireless LAN (WLAN)
Wireless LAN adalah suatu jaringan area lokal nirkabel yang menggunakan
gelombang radio sebagai media tranmisinya. Link terakhir yang digunakan adalah
nirkabel, untuk memberi sebuah koneksi jaringan ke seluruh pengguna dalam area
sekitar. Area dapat berjarak dari ruangan tunggal ke seluruh kampus. Tulang
punggung jaringan biasanya menggunakan kabel, dengan satu atau lebih titik
akses jaringan menyambungkan pengguna nirkabel ke jaringan berkabel. LAN
nirkabel adalah suatu jaringan nirkabel yang menggunakan frekuensi radio untuk
komunikasi antara perangkat komputer dan akhirnya titik akses yang merupakan
dasar dari transceiver radio dua arah yang tipikalnya bekerja di bandwith 2,4 GHz
(802.11b, 802.11g) atau 5 GHz (802.11a). Kebanyakan peralatan mempunyai
kualifikasi Wi-Fi, IEEE 802.11b atau akomodasi IEEE 802.11g dan menawarkan
beberapa level keamanan seperti WEP dan atau WPA. (http://id.wikipedia.org).
Wireless LAN biasanya digunakan sebagai hubungan dari satu point ke point
yang lain, tetapi dengan perkembangan teknologi, wireless LAN ini dapat
digunakan untuk hubungan dari point ke multipoint begitu pula sebaliknya.
Tabel 2.2 Alokasi Banwidth Chanel Wifi 2,4 GHz
20
Sumber : www.radioelectronics.com
2.7 Wifi AdapterDalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengukur kinerja antenna
adala Wifi Adapter keluaran TP LINK dengan tipe TL-WN772N. Spesifikasi wifi
adapter dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Spesifikasi Wifi Adapter Tipe TL-WN772N
Sumber : http://www.tp-link.com
21