Dasar hukum Profesi Kejaksaan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/26/2018 Dasar hukum Profesi Kejaksaan

    1/10

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangKejaksaan sebagai salah satu lembaga penegakan hukum dituntut untuk lebih berperan

    dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan, kepentingan umum, hak asasi manusia,

    serta pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme. Kejaksaan juga harus mampu terlibat

    sepenuhnya dalam proses pembangunan antara lain turut menciptakan kondisi yang mendukung

    dan mengamankan pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

    berdasarkan pancasila, serta berkewajiban untuk turut menjaga dan menegakkan kewibawaan

    pemerintah dan Negara serta melindungi kepentingan masyarakat.

    Dalam penjelasan umum undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan

    dinyatakan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan

    secara tegas bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut maka

    salah satu prinsip penting negara hukum adalah adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang

    di hadapan hukum (equality before the law). Oleh karena itu, setiap orang berhak atas

    pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di

    depan hukum. Dalam usaha memperkuat prinsip di atas, maka salah satu substansi penting

    perubahan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 telah membawa perubahan

    yang mendasar dalam kehidupan ketatanegaraan, khususnya dalam pelaksaan kekuasaan

    kehakiman yang menyatakan bahwa Badan- badan lain yang fungsinya berkaitan dengan

    kekuasan kehakiman, salah satunya adalah Kejaksaan Republik Indonesia. Oleh karena itu,

    dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang dasar hukum profesi dari seorang Jaksa di

    Indonesia.

    B. Rumusan MasalahApakah yang dimaksud dengan dasar hukum Profesi Kejaksaan ?

    Apakah isi Sumpah Jaksa ?

    Apakah yang dimaksud kode etik kejaksaan ?

  • 5/26/2018 Dasar hukum Profesi Kejaksaan

    2/10

    2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Dasar hukum Profesi KejaksaanDalam struktur pemerintahan Indonesia yang baru di plokamirkan, kejaksaan berada di

    bawah departemen kehakiman, melalui rapat PPKI tanggal 19 Agustus 1945 . keadaan ini

    berlangsung sampai tanggal 22 juli 1960, yang kemudian di ganti dengan Undang-Undang

    Nomor 15 Tahun 1961 dan UU no 5 tahun 1991. 1. Jenis Etika Profesi Hukum Dari Jaksa

    Dengan mendasarkan diri dari jaksa pada UU no 5 tahun 1991, jenis Etika profesi dri kejaksaan

    ini antara lain:

    a. Syarat pengangkatan jaksa antara lain:

    1) Betaqwa kepada tuhan yang maha Esa

    2) Setia kepada pancasila dan UU 1945

    3) Sarjana ukum berusia minimal 25 tahun dan lulus pendidikan serta latihan

    pembentukan jaksa (pasal 9)

    b. Sumpah jbatan jaksa antara lain bersumpah :

    1) Atas nama atau babatan tidak memeberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapapun

    juga

    2) Setia pada pancasila dan UU 1945 3) Jujur, seksama serta tidak membeda bedakan

    orang sumpah ini di lakukan di hadapan jaksa agung(pasal 10)

    c. Larangan rangkap jabatan seorang jaksa:

    1) jaksa Tidak merangkap sebagai pengusaha

    2) menjadi penasehat hukum

    3) Melakukan jabatan yang dapat mempengaruhi mertabat jabatannya.

    Langkah Kejaksaan Kejaksaan Negei yang berkompeten akan menerima Berita AcaraPemeriksaan (BAP) dari penyidik. Sikap kejaksaan di dalam hal ini ada dua yaitu:

    1. Apabila kejaksaan menganggap bahwa BAP dari penyidik telah cukup lengkapa dan

    sempurna, mak kejaksaan akan melakukankewenangannya dalam melakukan penuntutan perkara

    yang bersangkutan.

  • 5/26/2018 Dasar hukum Profesi Kejaksaan

    3/10

    3

    2. Apabila kejaksaan menganggap bahwa BAP dari penyidik masih kurang lengkap danm

    sempurna maka kejaksaan akan mengembalikan berkas tersebut kepada penyidik dengan

    petunjuk penyempurnaanya dan kegiatan ini di sebut dengan pra penuntutan.

    Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang 16 tahun 2004 menegaskan bahwa : Jaksa adalah

    pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh Undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut

    umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta

    wewenang lain berdasarkan undang-undang. Dalam Undang- Undang 16 tahun 2004 Pasal satu

    juga disebutkan tentang Penuntut Umum, penuntutan, dan Jabatan Fungsional Jaksa. Oleh karna

    itu, kami juga mencantumkannya disini. Penuntut Umum : Jaksa yang diberi wewenang oleh

    Undang-Undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

    Penuntutan adalah Tindakan penuntutan umum untuk melimpahkan perkara ke

    Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menuntut cara yang diatur dalam Hukum

    Acara Pidana dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang Pengadilan.

    Dan Jabatan Fungsional Jaksa adalah : Jabatan yang bersifat keahlian teknis dalam organisasi

    kejaksaan yang karena fungsinya memungkinkan kelancaran pelaksanaan tugas kejaksaan.

    Undang- undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    menetapkan fungsi dan kegiatan Jaksa, UU inilah yang kemudian menjadi dasar hukum Profesi

    kejaksaan. Menurut pasal 1 Undang- undang tersebut menyebutkan bahwa hakikat Jaksa adalah :

    Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-undang ini untuk bertindak sebagai

    penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

    tetap. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-undang ini untuk

    melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Penuntutan adalah tindakan

    penuntut umum untuk melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal

    dan menurut cara yang diatur dalam Hukum Acara Pidana dengan permintaan supaya diperiksa

    dan diputus oleh Hakim di sidang pengadilan.

    Jabatan fungsional jaksa adalah jabatan yang bersifat keahlian teknis dalam organisasi

    kejaksaan yang karena fungsinya memungkinkan kelancaran pelaksanaan tugas kejaksaan.

    Dalam struktur pemerintahan Indonesia yang baru di plokamirkan, kejaksaan berada di

    bawah departemen kehakiman, melalui nrapat PPKI tanggal 19 Agustus 1945 . keadaan ini

    berlangsung sampai tanggal 22 juli 1960, yang kemudian di ganti dengan Umdang Undang

    Nomor 15 Tahun 1961 dan UU no 5 tahun 1991. 1. Jenis Etika Profesi Hukum Dari Jaksa

  • 5/26/2018 Dasar hukum Profesi Kejaksaan

    4/10

    4

    Dengan mendasarkan diri dari jaksa pada UU no 5 tahun 1991, jenis Etika profesi dri kejaksaan

    ini antara lain:

    a. Syarat pengangkatan jaks antara lain:

    1) Betaqwa kepada tuhan yang maha Esa

    2) Setia kepada pancasila dan UU 1945

    3) Sarjana ukum berusia minimal 25 tahun dan lulus pendidikan serta latihan

    pembentukan jaksa (pasal 9)

    b. Sumpah jbatan jaksa antara lain bersumpah :

    1) Atas nama atau babatan tidak memeberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapapun

    juga

    2) Setia pada pancasila dan UU 1945 3) Jujur, seksama serta tidak membeda bedakan

    orang sumpah ini di lakukan di hadapan jaksa agung(pasal 10)

    c. Larangan rangkap jabatan seorang jaksa:

    1) jaksa Tidak merangkap sebagai pengusaha

    2) menjadi penasehat hukum

    3) Melakukan jabatan yang dapat mempengaruhi mertabat jabatannya.

    Langkah Kejaksaan Kejaksaan Negei yang berkompeten akan menerima Berita AcaraPemeriksaan (BAP) dari penyidik. Sikap kejaksaan di dalam hal ini ada dua yaitu:

    1. Apabila kejaksaan menganggap bahwa BAP dari penyidik telah cukup lengkapa dan

    sempurna, mak kejaksaan akan melakukankewenangannya dalam melakukan penuntutan perkara

    yang bersangkutan.

    2. Apabila kejaksaan menganggap bahwa BAP dari penyidik masih kurang lengkap danm

    sempurna maka kejaksaan akan mengembalikan berkas tersebut kepada penyidik dengan

    petunjuk penyempurnaanya dan kegiatan ini di sebut dengan pra penuntutan.

    Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang 16 tahun 2004 menegaskan bahwa : Jaksa adalah

    pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh Undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut

    umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta

    wewenang lain berdasarkan undang-undang. Dalam Undang- Undang 16 tahun 2004 Pasal satu

    juga disebutkan tentang Penuntut Umum, penuntutan, dan Jabatan Fungsional Jaksa. Oleh karna

  • 5/26/2018 Dasar hukum Profesi Kejaksaan

    5/10

    5

    itu, kami juga mencantumkannya disini. Penuntut Umum : Jaksa yang diberi wewenang oleh

    Undang-Undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

    Penuntutan adalah Tindakan penuntutan umum untuk melimpahkan perkara ke

    Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menuntut cara yang diatur dalam Hukum

    Acara Pidana dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang Pengadilan.

    Dan Jabatan Fungsional Jaksa adalah : Jabatan yang bersifat keahlian teknis dalam organisasi

    kejaksaan yang karena fungsinya memungkinkan kelancaran pelaksanaan tugas kejaksaan.

    B.Sumpah Jaksa

    Seorang jaksa sebelum memangku jabatannya, harus mengikrarkan dirinya

    bersumpah/berjanji sebagai pertanggungjawabab dirinya kepada negara, bangsa dan lembaganya.

    Dalam Pasal 10 Undang-Undang No. 16 tahun 2004 dinyatakan bahwa :

    saya bersumpah/ berjanji : Bahwa saya akan setia kepada dan mempertahankan NKRI,serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang dasar Negara

    Republik Indonesia Tahun 1945, serta melaksanakan peraturan per Undang-Undangan

    yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia.

    Bahwa saya senantiasa menjunjung tinggi dan akan menegakkan hukum, kebenaran dankeadilan, serta senantiasa menjalankan tugas dan wewenang dalam jabatan saya inidengan sungguh- sungguh, saksama, objektif, jujur, berani, profesional, adil, tidak

    membeda-bedakan, agama, ras, gender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan

    kewajiban saya dengan sebaik- baiknya, serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada

    Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa, dan negara.

    Bahwa saya akan senantiasa menolak atau tidak menerima atau tidak mau dipengaruhioleh campur tangan siapa pun juga dan saya akan tetap teguh melaksanakan tugas dan

    wewenang saya yang diamanatkan Undang-Undang kepada saya.

    Bahwa saya dengan sungguh-sungguh, untuk melaksanakan tugas ini, langsung atautidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan

    atau menjanjikan sesuatu apa pun kepada siapa pun juga.

  • 5/26/2018 Dasar hukum Profesi Kejaksaan

    6/10

    6

    Bahwa saya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapa pun juga suatu janji atau

    pemberian.

    C. Kode Etik Jaksa

    Kode etik jaksa serupa dengan kode etik profesi yang lain. Mengandung nilai-nilai luhur

    dan ideal sebagai pedoman berperilaku dalam satu profesi. Yang apabila nantinya dapat

    dijalankan sesuai dengan tujuan akan melahirkan jaksa-jaksa yang memang mempunyai kualitas

    moral yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga kehidupan peradilan di Negara kita

    akan mengarah pada keberhasilan. Kejaksaan merupakan salah satu pilar birokrasi hukum tidak

    terlepas dari tuntutan masyarakat yang berperkara agar lebih menjalankan tugasnya lebih

    profesional dan memihak kepada kebenaran. Sepanjang yang diingat, belum pernah rasanya

    kejaksaan di dalam sejarahnya sedemikian merosot citranya seperti saat ini. Sorotan serta kritik-

    kritik tajam dari masyarakat, yang diarahkan kepadanya khususnya kepada kejaksaan, dalam

    waktu dekat tampaknya belum akan surut, meskipun mungkin beberapa pembenahan telah

    dilakukan.

    Sepintas lalu, masalah yang menerpa kejaksaan mungkin disebabkan merosotnya

    profesionalisme di kalangan para jaksa, baik level pimpinan maupun bawahan. Keahlian, rasa

    tanggung jawab, dan kinerja terpadu yang merupakan ciri-ciri pokok profesionalisme tampaknya

    mengendur. Sebenarnya, jika pengemban profesi kurang memiliki keahlian, atau tidak mampu

    menjalin kerja sama dengan pihak-pihak demi kelancaran profesi atau pekerjaan harus dijalin,

    maka sesungguhnya profesionalisme itu sudah mati, kendatipun yang bersangkutan tetap

    menyebut dirinya sebagai seorang profesional.

    Hal yang kerap memprihatinkan ialah rasa keadilan masyarakat atau keadilan itu sendiri,

    tidak dapat sepenuhnya dijangkau perangakat hukum yang ada. Pada ujungnya, keadilan itu

    bergantung pada aparat penegak hukum itu sendiri, bagaimana mewujudkannya secara ideal. Di

    sinilah maka penegak hukum itu menjadi demikian erat hubungannya dengan perilaku,

    khususnya aparat penegak hukum, antara lain termasuk jaksa. Hukum bukan sesuatu yang

    bersifat mekanistis, yang dapat berjalan sendiri. Hukum bergantung pada sikap tindak penegak

  • 5/26/2018 Dasar hukum Profesi Kejaksaan

    7/10

    7

    hukum. Melalui aktivasi penegak hukum tersebut, hukum tertulis menjadi hidup dan memenuhi

    tujuan-tujuan yang dikandungnya.

    Dalam dunia kejaksaan di Indonesia terdapat norma kode etik profesi jaksa, yang disebut

    TATA KRAMA ADHYAKSA, yaitu:

    1. Jaksa adalah insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yangtercermin dari kepribadian yang utuh dalam pemahaman penghayatan dan pengamalan

    Pancasila.

    2. Jaksa yang cinta tanah air dan bangsa senantiasa mengamalkan dan melestarikanPancasila serta secara aktif dan kreatif menjadi pelaku pembangunan hukum dalam

    mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang berkeadilan.

    3. Jaksa mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara daripada kepentinganpribadi atau golongan.

    4. Jaksa mengakui adanya persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama pencarikeadilan serta menjunjung tinggi asas praduda tak bersalah, disamping asas-asas hukum

    yang berlaku.

    5. Jaksa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban melindungi kepentingan umum sesuaidengan praturan perUndang-Undangan dengan mengindahkan norma-norma keagamaan,

    ksopanan dan kesusilaan serta menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilanyang hidup dalam masyarakat.

    6. Jaksa senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pengabdiannya dengan mengindahkandisiplin ilmu hukum, memantapkan pengetahuan dan keahlian hukum serta memperluas

    wawasan dengan mengikuti perkembangan dan kemajuan masyarakat.

    7. Jaksa brlaku adil dalam memberikan pelayanan kepada pencari keadilan.8. Jaksa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban senantiasa memupuk serta

    mngembangkan kemampuan profesional integritas pribadi dan disiplin yang tinggi.

    9. Jaksa menghormati adat kebiasaan setempat yang tercermin dari sikap dan prilaku baik didalam maupun diluar kedinasan.

    10.Jaksa terbuka untuk mnerima kebenaran, bersikap mawas diri, berani bertanggungjawabdan dapat menjadi teladan dilingkungannya.

  • 5/26/2018 Dasar hukum Profesi Kejaksaan

    8/10

    8

    11.Jaksa berbudi luhur serta berwatak mulia, setia dan jujur, arif dan bijaksana dalam tatafikir, tutur dan laku.

    12.Jaksa wajib menghormati dan mematuhi kode etik jaksa serta mengamalkan secara nyatadalam lingkungan kedinasan maupun dalam pergaulan masyarakat.

    Dalam usaha memahami maksud yang terkandung dalam kode etik jaksa tidaklah terlalu

    sulit. Kata- kata yang dirangkaikan tidak rumit sehingga cukup mudah untuk dimengerti. Karena

    kode etik ini disusun dengan tujuan agar dapat dijalankan. Kemampuan analisis yang

    dikembangkan bukan lagi semata-mata didasari pendekatan-pendekatan yang serba legalitas,

    positivis dan mekanistis. Sebab setiap perkara sekalipun tampak serupa, bagaimanapun tetap

    memiliki keunikan tersendiri. Sebagai penuntut, seorang jaksa dituntut untuk mampu

    merekosntruksi dalam pikiran peristiwa pidana yang ditanganinya. Tanpa hal itu, penanganan

    perkara tidaklah total, sehingga sisi-sisi yang justru penting bisa jadi malah terlewatkan.

    Memang bukan persoalan mudah untuk memahami sesuatu, peristiwa yang kita sendiri tidak

    hadir pada kejadian yang bersangkutan, apalagi jika berkas yang sampai sudah melalui tangan

    kedua (dengan hanya membaca berita acara pemeriksaan atau BAP dari kepolisian). Jika pada

    tingkat analisis telah menderita keterbatasan-keterbatasan,

    Maka sebagai konsekuensi logisnya kebenaran yang hendak kita tegakkan tidaklah dapat

    diraih secara bulat. Tidak adanya faktor tunggal, menyebabkan setiap perkara memiliki keunikansendiri. Di dalam mengemban profesi, usaha-usaha yang dilakukan oleh jaksa bukan hanya untuk

    memenuhi unsur- unsur yang terkandung dalam ketentuan hukum semata, melainkan apa yang

    sesungguhnya benar-benar terjadi dan dirasakan langsung oleh masyarakat juga didengar dan

    diperjuangkan. Inilah yang dinamakan pendekatan sosioligis. Memang tidak mudah bagi jaksa

    untuk menangkap suara yang sejati yang muncul dari sanubari anggota masyarakat secara

    mayoritas.

  • 5/26/2018 Dasar hukum Profesi Kejaksaan

    9/10

    9

    BAB III

    PENUTUP

    A. KESIMPULANPasal 1 ayat (1) Undang-Undang 16 tahun 2004 menegaskan bahwa :Jaksa adalah pejabat

    fungsional yang diberi wewenang oleh Undang- Undang untuk bertindak sebagai penuntut

    umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta

    wewenang lain berdasarkan undang-undang. Dalam usaha memahami maksud yang terkandung

    dalam dasar hukum profesi kejaksaan tidaklah terlalu sulit. Kata- kata yang dirangkaikan tidak

    rumit sehingga cukup mudah untuk dimengerti. Karena dasar hukum profesi kejaksaan ini

    disusun dengan tujuan agar dapat diphami sebagai bahan pembelajaran. Kemampuan analisis

    yang dikembangkan bukan lagi semata-mata didasari pendekatan-pendekatan yang serba

    legalitas, positivis dan mekanistis. Sebab setiap perkara sekalipun tampak serupa, bagaimanapun

    tetap memiliki keunikan tersendiri. Sebagai penuntut, seorang jaksa dituntut untuk mampu

    merekosntruksi dalam pikiran peristiwa pidana yang ditanganinya.

    B. SARANDemikianlah makalah singkat, kami menyadari banyaknya kekurangan didalam

    penyusunannya. Maka dari pada itu kami meminta maaf dan Kami mengharapkan kepada para

    pembaca, teman- teman dan Bapak Dosen Pembimbing untuk memberikan kritik dan saran agar

    makalah kami ini menjadi lebih baik dimasa yang akan datang. Atas perhatiannya kami ucapkan

    terimakasih.

  • 5/26/2018 Dasar hukum Profesi Kejaksaan

    10/10

    10

    DAFTAR PUSTAKA

    Buku

    Undang-undang kejaksaan No. 16 Tahun 2004

    Internet

    1. http://3mp4n9.blogspot.com/2013/01/rangkuman-etika-profesi-hukum.html?m=1diakses pada 18 April pukul 20.00.

    2. https://indonesaya.wordpress.com/tag/jaksa-dan-advokat-dalam-penegakkan-hukum/

    diakses pada 18 April pukul 20.23.

    3. http://nitawahyono.blogspot.com/2012/10/etika-profesi-hukum-profesi-hukum.html?m=1

    diakses pada 20 April pukul 14.00.

    4. http://sasaranilmu.blogspot.com/2013/07/makalah-etika-profesi-hukum-kode-etik.html?m=1

    diakses pada 20 April pukul 2 1.00.

    http://3mp4n9.blogspot.com/2013/01/rangkuman-etika-profesi-hukum.html?m=1http://3mp4n9.blogspot.com/2013/01/rangkuman-etika-profesi-hukum.html?m=1https://indonesaya.wordpress.com/tag/jaksa-dan-advokat-dalam-penegakkan-hukum/https://indonesaya.wordpress.com/tag/jaksa-dan-advokat-dalam-penegakkan-hukum/https://indonesaya.wordpress.com/tag/jaksa-dan-advokat-dalam-penegakkan-hukum/https://indonesaya.wordpress.com/tag/jaksa-dan-advokat-dalam-penegakkan-hukum/https://indonesaya.wordpress.com/tag/jaksa-dan-advokat-dalam-penegakkan-hukum/http://nitawahyono.blogspot.com/2012/10/etika-profesi-hukum-profesi-hukum.html?m=1http://nitawahyono.blogspot.com/2012/10/etika-profesi-hukum-profesi-hukum.html?m=1http://nitawahyono.blogspot.com/2012/10/etika-profesi-hukum-profesi-hukum.html?m=1http://nitawahyono.blogspot.com/2012/10/etika-profesi-hukum-profesi-hukum.html?m=1http://nitawahyono.blogspot.com/2012/10/etika-profesi-hukum-profesi-hukum.html?m=1http://sasaranilmu.blogspot.com/2013/07/makalah-etika-profesi-hukum-kode-%20etik.html?m=1http://sasaranilmu.blogspot.com/2013/07/makalah-etika-profesi-hukum-kode-%20etik.html?m=1http://sasaranilmu.blogspot.com/2013/07/makalah-etika-profesi-hukum-kode-%20etik.html?m=1http://sasaranilmu.blogspot.com/2013/07/makalah-etika-profesi-hukum-kode-%20etik.html?m=1http://sasaranilmu.blogspot.com/2013/07/makalah-etika-profesi-hukum-kode-%20etik.html?m=1http://sasaranilmu.blogspot.com/2013/07/makalah-etika-profesi-hukum-kode-%20etik.html?m=1http://sasaranilmu.blogspot.com/2013/07/makalah-etika-profesi-hukum-kode-%20etik.html?m=1http://nitawahyono.blogspot.com/2012/10/etika-profesi-hukum-profesi-hukum.html?m=1http://nitawahyono.blogspot.com/2012/10/etika-profesi-hukum-profesi-hukum.html?m=1https://indonesaya.wordpress.com/tag/jaksa-dan-advokat-dalam-penegakkan-hukum/https://indonesaya.wordpress.com/tag/jaksa-dan-advokat-dalam-penegakkan-hukum/http://3mp4n9.blogspot.com/2013/01/rangkuman-etika-profesi-hukum.html?m=1