Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
DASAR HUKUM TINDAK PIDANA
PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR
DENGAN PEMBERATAN
BERDASARKAN
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Program Studi Hukum Program Sarjana
Oleh
Nama : Ipan Rahmat Suryadi NIM. : 50 2017 263
Pembimbing
Dr. Muhammad Yahya Selma, SH. MH.
H. Zulfikri Nawawi, SH. MH.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah di kerajaan langit dan bumi. Dialah
yang menghidupkan dan mematikan dan sekali-kali tidak ada pelindung dan
penolong bagimu selain Allah”
(Al-Qur’an Surah At-Taubah : 116)
Skripsi Ini Kupersembahan Kepada:
1. Kedua Orang Tuaku tersayang yang Selalu memberikan do’a dan
dukungannya yang tulus ikhlas demi masa depanku;
2. Seluruh keluarga besarku yang tidak dapat kesebutkan satu persatu,
terima kasih atas dukungannya;
3. Almamaterku yang kubanggakan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh!
Alhamdulillah penulis senantiasa panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena
dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kemudian sholawat dan salam
kusampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW., di mana insya Allah kita
semua sebagai ummat muslim akan memperoleh safa’at Beliau di hari akhir nanti.
Judul skripsi ini adalah Dasar Hukum Tindak Pidana Pencurian Kendaraan
Bermotor Dengan Pemberatan Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) Indonesia.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka melengkapi persyaratan
menempuh ujian Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang. Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan dan
penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan serta masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini juga,
saya dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu, baik secara moril maupun materil, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Ucapan terima
kasih ini disampaikan kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Abid Djazuli, SE. MM., Rektor Universitas Muhammadiyah
Palembang;
2. Bapak Nur Husni Emilson, SH. SPn. MH, Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang;
3. Ibu/Bapak Wakil Dekan I, II, III dan IV Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang;
vi
4. Bapak Yudistira Rusydi, SH., MHum. Ketua Prodi Hukum Program
Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
5. Ibu Mona Wulandari, SH., MH. Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan membina penulis dalam kegiatan akademik selama ini.
6. Bapak Dr. Muhammad Yahya Selma SH, MH Pembimbing I dan Bapak
H. Zulfikri Nawawi, SH. MH Selaku Pembimbing II dalam penyusunan
skripsi saya, yang telah banyak berkontribusi, baik moril maupum materiil,
membimbing dan memberi arahan selama saya menyelesaikan studi di
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang;
7. Seluruh Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Dosen serta suluruh Staf Karyawan
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang;
8. Segenap Keluargaku terutama Ayah dan Ibuku yang kusayangi dan selalu
hadir dalam do’aku, Kakak dan adikku tercinta dan sangat kusayangi yang
selama ini dengan tulus ikhlas memberikan semangat dan dorongan dalam
upayaku menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang;
9. Terima kasih pula kepada seluruh teman-teman seperjuanganku,
almamaterku dan semua pihak yang tidak dapat kusebutkan namanya satu
persatu dalam kesempatan ini, semoga Allah SWT. berkenan memberikan
balasan yang setimpal atas semua kebaikan kalian semua, aamiin
Allahumma aamiin.
Wabillahi Taufik Walhidayah.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Palembang, Maret 2021
Penulis,
Ipan Rahmat Suryadi
vii
ABSTRAK
DASAR HUKUM TINDAK PIDANA
PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN PEMBERATAN
BERDASARKAN
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) INDONESIA
Oleh
Ipan Rahmat Suryadi
Selaras dengan tujuan yang bermaksud menelusuri prinsip-prinsip hukum
terutama yang bersangkut paut dengan judul skripsi, yakni Dasar Hukum Tindak
Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Dengan Pemberatan Berdasarkan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia, maka permasalahan yang
diangkat adalah: 1. Apa dasar hukum tindak pidana pencurian kendaraan bermotor
dengan pemberatan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Indonesia; dan 2. Apa pedoman hakim PN Kelas IA Palembang dalam
menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana pencurian kendaraan bermotor
dengan pemberatan? Adapun jenis penelitian ini tergolong penelitian hukum
normatif-empiris yang bersifat deskriptif analitis, sehingga tidak berkehendak
menguji hipotesis. Teknik pengumpulan data dititikberatkan pada penelitian
kepustakaan dan perundang-undangan terkait dengan cara mengkaji data primer
dan sekunder yang berupa bahan hukum primer (peraturan perundang-undangan),
bahan hukum sekunder (literatur, hasil penelitian), dan bahan hukum tersier
(kamus umum, kamus hukum, ensiklopedia dan lain lain). Kesimpulan skripsi ini
adalah: 1. Dasar hukum tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan
pemberatan ditemukan dalam Pasal 363, 365 KUHP; 2. Pedoman hakim PN Kelas
IA Palembang dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana
pencurian kendaraan bermotor dengan pemberatan, yaitu Pasal 10 KUHP dan
Pasal 363, 365 KUHP serta Pasal 183 dan 184 KUHAP serta Pasal 28 Undang-
Undang Kekuasaan Kehakiman.
Kata Kunci: Dasar Hukum, Pencurian Dengan Pemberatan, KUHP.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ................................. ii
HALAMAN PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI ........................................ iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................ iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................ 6
C. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian ................................... 6
D. Definisi Konseptual ................................................................ 6
E. Metode Penelitian ................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Hukum Pidana ............................... 14
B. Pengertian dan Tujuan Hukum Acara Pidana. ....................... 20
C. Tinjauan Umum Tentang Hukum Pembuktian....................... 22
D. Alat-Alat Bukti Menurut KUHAP.......................................... 23
E. Pengertian TIndak Pidana Pencurian ...................................... 29
BAB III PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum Tindak Pidana Pencurian Kendaraan
Bermotor Dengan Pemberatan Berdasarkan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia .................. 31
B. Pedoman Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Palembang
Dalam Menjatuhkan Hukuman Pidana Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Dengan
Pemberatan ............................................................................ 39
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 53
B. Saran ....................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki peraturan perundang-
undangan untuk mengontrol ketertiban dan keamanan seluruh warga
masyarakatnya. Hal ini membuktikan bahwa negara kita menganut sistem
pemerintahan yang berdasarkan atas hukum. Sebagai dasar Indonesia merupakan
sebuah negara hukum dapat dilihat dari ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD NRI
Tahun 1945 yang menyatakan, bahwa “Negara Indonesia adalah Negara hukum”.
Sebagai negara hukum, Indonesia menerima hukum sebagai alat untuk
menciptakan ketertiban, keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga
negaranya.1
Suatu kenyataan hidup, bahwa warga negara Indonesia itu tidak hidup
sendiri. Manusia hidup berdampingan, bahkan berkelompok-kelompok dan sering
mengadakan hubungan antar sesama. Hubungan itu terjadi berkaitan dengan
kebutuhan hidupnya yang tidak mungkin selalu dapat dipenuhi sendiri. Kebutuhan
hidup manusia bermacam-macam. Pemenuhan kebutuhan hidup tergantung dari
hasil yang diperoleh melalui daya upaya yang dilakukan untuk memperoleh
kemakmuran dan kesejahteraan lahir dan batin.2 Hal ini dapat tercapai apabila
masyarakat mempunyai kesadaran untuk berperilaku serasi dengan kepentingan
kejahatan.
1Bagir Manan dan Kuntana Magnar, 2007, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara
Indonesia, Alumni, Bandung, hlm. 19 2Abdoel Djamali, 2010, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, PT. Rajawali Pers,
Jakarta, hlm. 1.
1
2
Kejahatan dalam kehidupan masyarakat merupakan gejala sosial yang
akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara3.
Berkembangnya teknologi serta zaman yang semakin maju dan kebutuhan
manusia yang semakin meningkat, dan tanpa disadari mengikuti perkembangan
masyarakat itu sendiri, kriminalitas atau tindak kejahatan dalam berbagai bentuk
dan pola, baik secara kuantitas maupun kualitas yang memberikan dampak negatif
terhadap pelaksanaan pembangunan.4
Satu di antara tindak pidana yang paling sering terjadi di dalam
masyarakat adalah tindak pidana pencurian. Hal ini disebabkan karena banyaknya
pengangguran, keterbatasan ekonomi dan lingkungan yang membuat seseorang
berbuat nekad demi memenuhi kebutuhannya, yaitu dengan berbuat tindakan yang
melawan hukum. Selain itu hal yang membuat maraknya tindak pidana pencurian
juga disebabkan, karena kurangnya kesadaran diri seseorang agar tidak
memancing terjadinya pencurian, seperti hal yang berjalan di jalanan yang sepi di
malam hari atau memakai perhiasan yang dapat memunculkan tindakan kriminal.
Salah satu unsur dalam tindak pidana pencurian adalah perbuatan
mengambil barang. Kata mengambil (wegnemen) merupakan dengan cara
menggerakkan tangan dan jari-jari, memegang barangnya, dan mengalihkannya ke
tempat lain. Hal tersebut merupakan efek dari beberapa faktor, yaitu merupakan
faktor ekonomi, faktor sosial, faktor lingkungan sekitar dan faktor kepadatan
penduduk di suatu daerah. Akhir-akhir ini berbagai macam bentuk pencurian
3Sunarso Siswanto, 2008, Viktimologi Dalam Sistem Peradilan Pidana, PT. Sinar
Grafika, Jakarta, hlm. 21
4Peter Mahmud Marzuki, 2 0 1 1 , Pengantar Ilmu Hukum, Prenada Media Group,
Jakarta, hlm. 36.
3
sudah demikian merebak dan meresahkan orang dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari. Bahkan sebagian masyarakat sudah cenderung terbiasa dan seolah-
olah memandang pencurian dengan kekerasan tersebut merupakan kejahatan yang
dianggap sebagai kebutuhan.5
Di dalam penulisan ini, fokus masalah akan diarahkan kepada pencurian
khusus yang diatur dalam Pasal 363 KUHP yang popular disebut tindak pidana
pencurian dengan pemberatan atau sering disebut “curat” yang objeknya adalah
kendaraan bermotor. Dengan demikian, fokus penelitian ini hanya ditujukan pada
pencurian yang diikuti dengan hal-hal yang diatur dalam Pasal 363 KUHP (curat)
terhadap pemilik barang dalam ujud kendaraan bermotor. Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP), tidak ada ditemukan satu definisi pun tentang
kejahatan dengan pemberatan (curat). Dalam Buku II Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana hanya memberikan perumusan perbuatan manakah yang dianggap
sebagai suatu kejahatan. Misalnya seperti rumusan Pasal 338 KUHP:
“Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan penjara paling lama lima belas tahun”.
Tindak pidana pencurian yang diatur dalam ketentuan Pasal 363 KUHP
juga merupakan gequalificeerde diefstal atau suatu pencurian dengan kualifikasi
ataupun merupakan suatu pencurian dengan unsur-unsur memberatkan. Dengan
demikian, maka yang diatur dalam ketentuan Pasal 363 KUHP sesungguhnya
hanyalah satu kejahatan, dan bukan dua kejahatan yang terdiri atas kejahatan
pencurian dan kejahatan dengan pemberatan yang sebenarnya kejahatan
5Wirjono Prodjodikoro, 1993, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, PT. Refika
Aditama, Bandung, hlm. 14.
4
sebagaimana diatur Pasal 362 ditambah dengan unsur-unsur yang terdapat pada
Pasal 363 KUHP. Sudah jelas, bahwa pada hakikatnya, pencurian dengan dengan
pemberatan adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral,
kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan serta merugikan bagi
penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan juga negara.6
Perbuatan melakukan pencurian dengan pemberatan merupakan perilaku
yang negatif dan merugikan terhadap moral masyarakat.7 Pencurian dengan
pemberatan merupakan salah satu penyakit masyarakat yang menunggal dengan
kejahatan, yang dalam proses sejarah dari generasi ke generasi ternyata kejahatan
tersebut merupakan kejahatan yang merugikan orang lain. Oleh karena itu perlu
diupayakan agar masyarakat menjauhi melakukan pencurian dengan pemberatan
tersebut.8
Salah satu fenomena kehidupan masyarakat yang sering terjadi dalam
masyarakat adalah tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan
pemberatan. Berita tentang pencurian kendaran bermotor bukan saja menarik
perhatian para penegak hukum, tetapi juga mengusik rasa aman masyarakat. Di
Kota Palembang pada tahun ini masyarakat mempunyai penurunan pendapatan,
karena disebabkan harga berbagai komuditas perkebunan seperti kelapa sawit, dan
karet mengalami penurunan harga, sedangkan harga kebutuhan sehari-hari terus
meningkat yang secara tidak langsung mempengaruhi transaksi perdagangan di
6Simons, 1965, Leerboek van het Nederlandshe Strafrecht II, Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm. 106. 7Ardi Nugrahanto, 2011, Tinjauan Yuridis Tentang Tindak Pidana Pencurian Dengan
Kekerasan Dan Pemberatan Di Wilayah Surabaya Putusan No.1836/Pid.B/2010/Pn. Sby, Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya, hlm. 3. 8Ibid.
5
kota. Hal ini membuat masyarakat terus berpikir bagaimana cara untuk menutupi
kebutuhannya, sedangkan pekerjaan penduduk rata-rata sebagai petani. Dampak
dari hal ini menyebabkan banyak kasus pencurian kendaraan bermotor dengan
pemberatan di wilayah hukum Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes)
Palembang yang di antaranya seperti kejadian pada tanggal 14 Maret 2020 Pukul
22.00 wib, di mana Zaenab warga Desa Sukabangun kehilangan sepeda motor
merek Yamaha Mio Nopol BG 5643 UC di halaman depan rumahnya.9
Selain itu kejahatan pencurian kendaraan bermotor sudah merupakan
kejahatan yang terogranisir, bersindikat, di mana ada pihak-pihak yang
menampung barang-barang curian (penadah). Penadah juga dapat dikatakan sama
buruknya dengan pencuri, namun dalam hal ini penadah merupakan tindak
kejahatan yang berdiri sendiri. Hal ini terjadi seperti kasus pencurian kendaraan
bermotor dan penadahan yang dilakukan oleh Anton alias AF di Dusun II Desa
Mendis Kecamatan Bayung Lencir pada tanggal 28 April 2020 pada pukul 00.30
Wib. dan ditangkapnya seorang penadah yang bernama Badri alias Ayi warga
Dusun III, Desa Sudi Mampir Kecamatan Inderalaya, Kabupaten Ogan
Ilir Provinsi Sumatera Selatan.10
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis ingin melakukan
sebuah penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul: Dasar Hukum Tindak
Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Dengan Pemberatan Berdasarkan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia.
9Koran Harian Sriwijaya Post, Sabtu Edisi tanggal 16 Maret 2020, hlm. 8
10Koran Harian Sumatera Ekspress, Selasa Edisi tanggal 01 Mei 2020, hlm. 6
6
B. Permasalahan.
Adapun permasalahan yang dirumuskan penulis dalam penelitian skripsi
adalah sebagai berikut:
1. Apa dasar hukum tindak pidana pencurian kedaraan bermotor dengan
pemberatan berdasarkan KUHP Indonesia?
2. Apa pedoman hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Palembang dalam
menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana pencurian kendaraan
bermotor dengan pemberatan?
C. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian.
Ruang lingkup penelitian terutama dititikberatkan pada penelusuran
terhadap dasar hukum tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan
pemberatan berdasarkan KUHP Indonesia dan pedoman hakim Pengadilan Negeri
Kelas IA Palembang dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku pencurian
kendaraan bermotor. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk
mencari kejelasan guna melengkapi pengetahuan teoritis yang diperoleh selama
studi di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat bemanfaat sebagai tambahan informasi bagi ilmu
pengetahuan, khususnya dalam bidang hukum pidana, sekaligus merupakan
sumbangan pemikiran yang akan dipersembahkan kepada almamater penulis
nantinya.
D. Kerangka Konseptual.
Agar tidak menimbulkan salah penafsiran terhadap judul penelitian ini,
maka disusun kerangka konseptual seperti berikut:
7
1. Pengertian dasar hukum adalah norma hukum yang menjadi landasan bagi
setiap tindakan hukum oleh subjek hukum, baik orang perorangan ataupun
yang berbentuk badan hukum.11
Adapun dasar hukum yang dimaksud
dalam skripsi adalah ketentuan pasal tindak pidana pencurian dengan
pemberatan dengan objek kendaraan bermotor menurut KUHP.
2. Pengertian tindak pidana menurut S. R. Sianturi adalah suatu tindakan
pada tempat, waktu dan keadaan tertentu, yang dilarang (atau melanggar
keharusan) dan diancam dengan pidana oleh undang-undang serta bersifat
melawan hukum dan mengandung unsur kesalahan yang dilakukan oleh
seseorang yang mampu bertanggung jawab.12
3. Tindak pidana pencurian adalah mengambil barang, seluruhnya atau
sebagian milik orang lain, dengan tujuan memilikinya secara melanggar
hukum.13
4. Pencurian dengan pemberatan atau pencurian khusus atau pencurian
dengan kualifikasi (gequalificeerde deifstal) diatur dalam KUHP Pasal
363. Adapun yang dimaksud dengan pencurian dengan pemberatan adalah
pencurian biasa yang dalam pelaksanaannya disertai oleh keadaan tertentu
yang memberatkan.
11https://www.google.com/search?q=pengertian+dasar+hukum&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b. Diakses pada tanggal 12 Nopember 2020 pukul 14.46 WIB.
12
S. R. Sianturi, 2002, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapan, Storia
Grafika, Jakarta, hlm. 208
13
https://www.google.com/search?q=3.%09Tindak+pidana+pencurian+adalah+mengambi
l+barang%2C+seluruhnya+atau+sebagian+milik+orang+lain%2C+dengan+tujuan+memilikinya+s
ecara+melanggar+hukum.&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b. Diakses tanggal 12 Nopember
2020 pukul 15.19 WIB.
8
5. Pengertian kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan teknik untuk pergerakkannya, dan digunakan untuk transportasi
darat. Umumnya kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran
dalam, namun motor listrik dan mesin jenis lain (misalnya kendaraan
listrik hibrida dan hibrida plug-in) juga dapat digunakan. Kendaraan
bermotor memiliki roda, dan biasanya berjalan di atas jalanan. Jenis-jenis
kendaraan bermotor dapat bermacam-macam, mulai dari mobil, bus,
sepeda motor, kendaraan off-road, truk ringan, sampai truk berat.14
6. Pengertian KUHP Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(Dalam bahasa Belanda: Wetboek van Stafrecht disingkat WvS, secara
umum dikenal sebagai KUHPidana atau KUHP) adalah peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pidana di Indonesia.
KUHP atau Kitab Undang-Undang Hukum Pidana adalah peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai perbuatan pidana secara
materiil di Indonesia.15
E. Metode Penelitian.
Penelitian ini menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif yang
didukung penelitian hukum empiris atau penelitian hukum normatif-empiris.
Penelitian hukum normatif, yaitu suatu penelitian hukum yang menggunakan data
14https://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bermotor. Diakses tanggal 12 Nopember 2020
pada pukul 14.54 WIB.
15
https://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Undang-Undang_Hukum_Pidana. Diakses pada
tanggal 20 Nopember 2020 pada pukul 06.04 WIB
9
sekunder atau data pustaka dan perundang-undangan, sedangkan penelitian hukum
empiris menggunakan data primer (data lapangan) sebagai data utama, artinya
penelitian hukum empiris berorientasi pada data primer (hasil penelitian di
lapangan). Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, penelitian hukum
empiris, yaitu pendekatan dilakukan penelitian lapangan (field research) dengan
melihat serta mengamati apa yang terjadi di lapangan, penerapan peraturan-
peraturan tersebut dalam prakteknya dalam masyarakat.16
Untuk mendukung
penelitian empiris ini juga digunakan penelitian normatif bila diperlukan dengan
pendekatan undang-undang, yakni dengan menelaah peraturan perundang-
undangan yang terkait.
2. Pendekatan Masalah.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
penelitian yuridis normatif, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan dengan cara
melakukan penelitian pustaka, yakni dengan penelusuran kepustakaan dan
peraturan perundangan terkait, sedangkan pendekatan sosiologis, yakni dengan
melihat fakta-fakta hukum atau kenyataan hukum di lapangan, baik berupa sikap
hukum, perilaku hukum pemahaman hukum dan pendapat hukum yang ada
kaitannya dengan pokok masalah yang akan diteliti. Adapun langkah-langkah
yang ditempuh dalam pendekatan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Indentifikasi sumber data sekunder yang diperlukan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan, peraturan tertulis, dokumen hukum, buku-
buku, hasil penelitian, jurnal, kamus, ensiklopedi dan internet.
16
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 1979, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 12
10
b. Berdasarkan identifikasi data tersebut selanjutnya dideskripsikan secara
rinci, sistematis, komprehensif dan akurat sesuai dengan urutan rumusan
masalah dan tujuan penelitian.
c. Data-data sebagaimana dimaksud di atas selanjutnya dianalisis secara
kualitatif untuk kemudian diambil kesimpulan sebagai jawaban terhadap
permasalahan yang diteliti.
3. Sumber dan Jenis Data.
Sumber data dalam penelitian ini meliputi dua hal, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang
diperoleh dari lapangan, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data
yang berasal dari studi kepustakaan dan dokumenter. Sementara mengenai jenis
data dalam penelitian ini juga terdiri dari dua aspek, yaitu sebagai berikut:
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan
dengan mengajukan pertanyaan secara lisan (wawancara) maupun dengan
mengajukan pertanyaan secara tertulis. Oleh karena penelitian ini
menggunakan metode penelitian hukum empiris, maka bahan hukum yang
digunakan adalah:
a) Bahan hukum primer yang meliputi: UUD NRI 1945; Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP); Undang-Undang No. 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP); Undang-Undang No. 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang No. 16
Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, dan Undang-
11
Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri).
b) Bahan bahan sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, yang terdiri dan buku-buku; jurnal,
makalah, tulisan yang terkait.
c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder;
terdiri dari kamus hukum, kamus bahasa Indonesia, jurnal, surat kabar,
website dan lain-lain.
b. Data sekunder, yakni data yang diperoleh dari penelitian bahan pustaka
dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam peraturan
perundangan, buku-buku, dan artikel yang ada hubungannya dengan
masalah yang akan diteliti.
4. Teknik Pengumpulan Data.
Dalam penelitian ini digunakan data primer yang diperoleh dengan cara:
a. Wawancara tak berstruktur atau wawancara mendalam (in-depth
interviewing), yaitu, cara untuk memperoleh data dengan mengajukan
pertanyaan secara lisan yang jawabannya diserahkan kepada responden.
Wawancara tak berstruktur sering juga disebut sebagai teknik wawancara
mendalam, karena peneliti merasa tidak tahu apa yang belum diketahuinya.
Dengan demikian, wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat
open-ended, dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan
dengan cara yang tidak secara formal berstruktur guna menggali
12
pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat
untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan
mendalam. Oleh karena itu dalam hal ini subjek yang diteliti posisinya
lebih berperan sebagai informan dari pada sebagai responden.17
b. Pedoman wawancara, yaitu cara untuk mendukung wawancara yang
dilakukan agar tetap terfokus pada subjek yang diteliti dengan mengajukan
pertanyaan tertulis secara terbuka (tidak ada jawaban pilihan).
5. Teknis Analisis Data.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan analisis kualitatif adalah suatu tata cara
penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan
responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku nyata, yang diteliti dan
dipelajari sebagai suatu yang utuh.18
Sedangkan analisis kualitatif yang digunakan
model interaktif, yaitu komponen reduksi data, sajian data dilakukan bersama
dengan pengumpulan data, dan setelah data terkumpul, maka tiga komponen
tersebut berinteraksi, apabila kesimpulan dilaksanakan kurang kuat, maka perlu
ada verifikasi dan peneliti kembali mengumpulkan data di lapangan. Analisis data
dilakukan dengan secara kualitatif, yaitu dengan melakukan proses
pengorganisasian dan mengurutkan data secara uraian secara sistematis agar
diperoleh pemahaman sesuai dengan perumusan yang telah ditetapkan atau tujuan
penelitian. Dengan kata lain analisis kualitatif adalah mengiterpretasikan atau
mencari makna secara kualitas tentang tanggapan dan pendapat informan, atau
17H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit Universitas Sebelas
Maret Press, Surakarta, hlm. 59.
18
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm. 250.
13
komentar ataupun sikap responden dan selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk
kesimpulan yang diperoleh berdasarkan metode induktif dan induktif.
F. Sistematika Penulisan.
Rencana penelitian skripsi ini akan tersusun secara keseluruhan dalam 4
(empat) bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang, perumusan
masalah, ruang lingkup dan tujuan penelitian, kerangka konseptual,
metode penelitian, sistematika penulisan dan daftar pustaka.
Bab II Tinjauan pustaka yang berisi paparan tentang tentang peraturan
perundang-undangan yang meliputi mengenai pengertian hukum
pidana, pengertian dan tujuan hukum acara pidana, pembuktian, alat-
alat bukti, tinjauan umum tentang penyidik dan penyidikan,
pengertian tindak pidana pencurian.
Bab III Menggambarkan tentang hasil penelitian yang secara khusus
menguraikan pembahasan permasalahan hukum yang diangkat secara
rinci. Bagian-bagian dari pembahasan tersebut akan disesuaikan
dengan hasil penelitian tahap berikutnya sebagai bagian dari proses
penelitian.
Bab IV Bagian penutup dari pembahasan skripsi ini yang diformat dalam
bentuk kesimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku Literatur.
Abdoel Djamali, 2010, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, PT. Rajawali
Pers, Jakarta;
Adami Chazawi, 2003, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayu Media, Malang;
Alexandra Indrayanti Dewi, 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book
Publisher;
Andi Hamzah, 2001 Hukum Acara Pidana Indonesia, Penerbit PT. Sinar Grafika,
Jakarta;
Bagir Manan dan Kuntana Magnar, 2007, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara
Indonesia, Alumni, Bandung;
Bambang Poernomo, 2005, Asas-Asas Hukum Pidana, Penerbit PT. Ghalia
Indonesia, Jakarta;
Bambang Waluyo, 2008, Pidana dan Pemidanaan, PT. Sinar Grafika, Jakarta;
H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit Universitas Sebelas
Maret Press, Surakarta;
Hari Sasangka, 2004, Penyidikan, Penahanan, Penuntutan, dan Praperadilan,
Mandar Maju, Bandung;
L&J Law Firm, 2009, Hak Anda Saat Digeledah, Disita, Ditangkap, Ditahan,
Didakwa, Dipenjara, Forum Sahabat, Jakarta;
Moeljatno, 2000, Asas-Asas Hukum Pidana, PT. Rineka Cipta, Jakarta;
Muhammad Nazir, 2008, Metode Penelitian, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta;
Muleong, Lexy J, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung;
Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad, 1983, Inti Sari Hukum Pidana, PT. Ghalia
Indonesia, Jakarta;
55
ii
P.A.F. Lamintang & Djisman Samosir, 2010, Delik-Delik Khusus Kejahatan Yang
Ditujukan Terhadap Hak Milik Dan Lain-Lain Hak Yang Timbul Dari Hak
Milik, Nuansa Aulia, Bandung;
Peter Mahmud Marzuki, 2011, Pengantar Ilmu Hukum, Prenada Media Group,
Jakarta;
R. Soesilo, 1986, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta
Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politiea, Bogor;
S. R. Sianturi, 2002, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapan,
Storia Grafika, Jakarta;
Simons, 1965, Leerboek van het Nederlandshe Strafrecht II, Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta;
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 1979, Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta;
Sowieryo, 2011, Tindak Pidana Ringan, Penerbit PT. Alumni, Bandung;
Sunarso Siswanto, 2008, Viktimologi Dalam Sistem Peradilan Pidana, PT. Sinar
Grafika, Jakarta;
Sunaryo, 2009, Tanya Jawab Seputar Hukum Acara Pidana, Visimedia, Jakarta;
Wirjono Prodjodikoro, 1993, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, PT.
Refika Aditama, Bandung;
Yulies Tiena Masriani, 2004, Pengantar Hukum Indonesia, PT. Sinar Grafika,
Jakarta.
B. Peraturan Perundang-Undangan.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP);
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP);
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman;
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia;
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri).
56
iii
C. Skripsi, Koran dan Lain-lain.
Ardi Nugrahanto, 2011, Tinjauan Yuridis Tentang Tindak Pidana Pencurian
Dengan Kekerasan Dan Pemberatan Di Wilayah Surabaya Putusan
No.1836/Pid.B/2010/Pn. Sby, Skripsi Fakultas Hukum Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya;
Hasil wawancara penulis dengan Ibu Hj. Rosna, SH., MH, Panitera Pengadilan
Negeri Kelas IA Palembang pada tanggal 28 Januari 2021 di Kantor PN
Negeri Kelas IA Palembang;
Hasil wawancara penullis dengan Bapak Sawaluddin, SH sebagai Advokad pada
tanggal 28 Januari 2021
https://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bermotor. Diakses tanggal 12 Nopember
2020 pada pukul 14.54 WIB.
https://www.google.com/search?q=3.%09Tindak+pidana+pencurian+adalah+men
gambil+barang%2C+seluruhnya+atau+sebagian+milik+orang+lain%2C+d
engan+tujuan+memilikinya+secara+melanggar+hukum.&ie=utf-
8&oe=utf-8&client=firefox-b. Diakses tanggal 12 Nopember 2020 pukul
15.19 WIB.
https://www.google.com/search?q=pengertian+dasar+hukum&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b. Diakses pada tanggal 12 Nopember 2020 pukul 14.46
WIB;
Koran Harian Sriwijaya Post, Sabtu Edisi tanggal 16 Maret 2020;
Koran Harian Sumatera Ekspress, Selasa Edisi tanggal 01 Mei 2020;
57