56
DASAR-DASAR PSIKOLOGIS PENDIDIKAN ISLAM: MASA KANAK-KANAK, BALIG DAN DEWASA Makalah Disajikan pada Mata Kuliah Dasar Prinsip dan Tujuan Pendidikan Islam Dosen Pengasuh: Prof. DR. H. Kamrani Buseri, M.A. Oleh: 1. AGUNG NUGROHO NIM: 1302521127 2. MUHAMMAD ABU SAAD NIM: 1302521143 PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI BANJARMASIN 2014

Dasar2 Psikologis Pendidikan Islam.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • DASAR-DASAR PSIKOLOGIS PENDIDIKAN ISLAM:

    MASA KANAK-KANAK, BALIG DAN DEWASA

    Makalah

    Disajikan pada Mata Kuliah

    Dasar Prinsip dan Tujuan Pendidikan Islam

    Dosen Pengasuh:

    Prof. DR. H. Kamrani Buseri, M.A.

    Oleh:

    1. AGUNG NUGROHO NIM: 1302521127

    2. MUHAMMAD ABU SAAD NIM: 1302521143

    PASCASARJANA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI

    BANJARMASIN

    2014

  • 1

    A. PENDAHULUAN

    Pendidikan Islam bertujuan untuk mewujudkan manusia yang

    berkepribadian muslim baik secara lahir maupun batin, mampu mengabdikan

    segala amal perbuatannya untuk mencari keridhaan Allah SWT. Dengan

    demikian, hakikat cita-cita pendidikan Islam adalah melahirkan manusia-manusia

    yang beriman dan berilmu pengetahuan, satu sama lain saling menunjang.

    Pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat dengan psikologi.

    Pendidikan merupakan suatu proses panjang untuk mengaktualkan seluruh potensi

    diri manusia sehingga potensi kemanusiaannya menjadi aktual. Dalam proses

    mengaktualisasi diri tersebut diperlukan pengetahuan tentang keberadaan potensi,

    situasi dan kondisi lingkungan yang tepat untuk mengaktualisasikannya.

    Pengetahuan tentang diri manusia dengan segenap permasalahannya akan

    dibicarakan dalam psikologi umum.

    Dalam hal pendidikan Islam yang dibutuhkan psikologi Islami, karena

    manusia memiliki potensi luhur, yaitu fitrah dan ruh yang tidak terjamah dalam

    psikologi umum (Barat). Sehingga, pendidikan Islam memiliki landasan

    psikologis yang berwawasan kepada Islam, dalam hal ini dengan berpandu

    kepada al-Quran dan hadits sebagai sumbernya, sehingga akhir dari tujuan

    pendidikan Islam dapat terwujud dan menciptakan insan kamil bahagia di dunia

    dan akhirat. Sebenarnya, banyak sekali istilah untuk menyebutkan psikologi yang

    berwawasan kepada Islam. Diantara para psikolog ada yang menyebut dengan

    istilah psikologi Islam, psikologi al-Quran, psikologi Qurani, psikologi sufi dan

  • 2

    nafsiologi. Namun pada dasarnya semua istilah tersebut memiliki makna yang

    sama.

    Tulisan ini memfokuskan pada dasar-dasar psikologis pendidikan Islam;

    Masa kanak-kanak, balig dan dewasa. Dengan adanya adanya tahapan-tahapan

    perkembangan psikologis diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

    signifikan dalam pengembangan pendidikan Islam, baik dari aspek kurikulum,

    materi, metode hingga media yang digunakan.

    B. DASAR-DASAR PSIKOLOGIS PENDIDIKAN ISLAM

    1. Pengertian Psikologi, Psikologi Pendidikan Islam dan Psikologi

    Perkembangan

    Psikologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kejiwaan manusia.

    Peyelidikan tentang gejala-gejala kejiwaan itu sendiri awal mulanyanya dilakukan

    oleh para filsuf Yunani kuno.1 Psikologi baru diakui menjadi cabang ilmu

    independen setelah didirikan laboratorium psikologi oleh Wilhem Wund pada

    tahun 1879. Yang kemudian sangat berpengaruh bagi perkembangan psikologi

    selanjutnya. Metode-metode baru dikemukakan untuk pembuktian nyata dalam

    psikologi sehingga lambat laun dapat disusun teori-teori psikologi yang terlepas

    dari ilmu induknya.2

    1Pada masa itu belum ada pembuktian empiris, melainkan segala teori dikemukakan

    berlandaskan argumentasi-argumentasi akal belaka. Berabab-abad setelah itu, psikologi juga masih

    bagian dari filsafat, antara lain di Perancis muncul Rene Descartes (1596-1650), di Inggris muncul

    tokoh John Locke (1623-1704), mereka dikenal sebagai toko asosiasionisme, yaitu doktrin

    psikologis yang menyatakan bahwa jiwa itu tersusun atas elemen-elemen sederhana dalam bentuk

    ide-ide yang muncul dari pengalaman indrawi. Ide-ide ini bersatu dan berkaitan satu sama lain

    lewat asosiasi-asosiasi. Lihat J.P. Chalplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo

    Persada, 1999), h. 39. 2Netty Hartati, dkk., Islam dan Psikologi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), h. 2.

  • 3

    Sedangkan psikologi Islam didefinisikan oleh Bastaman sebagai psikologi

    Islami dengan corak psikologi berdasarkan citra manusia menurut ajaran Islam,

    yang mempelajari keunikan dan pola perilaku manusia sebagai ungkapan

    pengalaman interaksi dengan diri sendiri, lingkungan sekitar, dan kerohanian,

    dengan tujuan meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagamaan.3

    Pengertian di atas menunjukkan bahwa psikologi Islam adalah usaha

    membangun sebuah teori dari khazanah kepustakaan Islam, baik al-Quran dan

    Hadis. Dari psikologi Islam inilah salah satu cabangnya membahas berkaitan

    dengan psikologi pendidikan Islam.4

    Psikologi pendidikan Islam adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji

    atau mempelajari tingkahlaku individu, di dalam usaha mengubah tingkahlakunya

    yang dilandasi oleh nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan pribadinya atau

    kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses

    pendidikan.

    Psikologi pendidikan Islam mencurahkan perhatian pada perilaku ataupun

    tindak tanduk orang-orang yang melakukan kegiatan belajar dan mengajar atau

    orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Psikologi pendidikan

    Islam mempunyai dua objek, yaitu: Pertama, Peserta didik, yaitu orang-orang

    (individu) yang sedang belajar, termasuk pendekatan, strategi, faktor

    mempengaruhi dan prestasi yang dicapai. Kedua, guru (pendidik), yaitu orang-

    3Hana Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam menuju psikologi Islami,

    (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 10 4Ilmu pendidikan Islam merupakan ilmu yang membahas tentang teori dan konsep yang

    berkaitan dengan komponen dan aspek pendidikan. Visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar

    mengajar, dan komponen pendidikan islam lainnya dapat dirumuskan dengan benar apabila

    melibatkan kajian psikologi. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan

    Multidisipliner, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 167.

  • 4

    orang yang berkewajiban atau melakukan tanggung jawab mengajar, termasuk

    metode, model, strategi, dan lain-lain yang berkaitan dengan aktivitas penyajian

    pendidikan Islam.5

    Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, minimal ada dua bidang psikologi

    yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan

    psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan, baik dalam merumuskan tujuan,

    memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menetapkan metode

    pembelajaran serta tekni-teknik penilaian.6

    Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari

    tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dimulai

    dari konsepsi sampai mati.7 Perkembangan dapat diartikan sebagai suatu

    perubahan progresif dan kontinu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati.

    Perkembangan juga diartikan sebagai perubahan-peribahan yang dialami oleh

    individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya

    yang berlangsung secara sistemastis (saling ketergantungan atau saling

    mempengaruhi antara bagian-bagian organisme dan merupakan suatu kesatuan

    yang utuh), progresif (bersifat maju, meningkat dan mendalam baik secara

    kuantitatif maupun kualitatif) dan berkesinambungan (secara beraturan, berurutan,

    bukan secara kebetulan) menyangkut fisik maupun psikis.8

    5Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: RajaGrafindo

    Persada, 2008), h.. 11. 6Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung:

    Remaja Rosdakarya, 1997), h. 46. 7Netty Hartati, dkk., Islam dan Psikologi, h. 13.

    8Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan anak dan Remaja, (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2002), h. 15

  • 5

    Pengertian di atas menunjukkan psikologi perkembangan Islam bertugas

    untuk menjelaskan secara mendetail perubahan-perubahan yang terjadi pada

    manusia, mulai masa anak-anak sampai dengan dewasa. Disinilah kemudian

    penting psikologi perkembangan Islam sebagai dasar pengembangan pendidikan

    Islam.

    Pembahasan tentang tahapan-tahapan perkembangan psikologi manusia

    termuat dalam Al-Quran. Allah menciptakan manusia dari berbagai tahap

    progresif pertumbuhan dan perkembangan. Dengan kata lain, kehidupan manusia

    memiliki pola dalam tahapan-tahapan tertentu termasuk tahapan dari pembuahan

    sampai kematian. Tahapan yang terjadi yang dilewati manusia dalam

    pertumbuhan dan perkembangannya terjadi bukan karena faktor peluang atau

    kebetulan, namun ini merupakan sesuatu yang dirancang, ditentukan dan

    ditetapkan langsung oleh Allah swt, sebagaimana firman Allah dalam surat al-

    Furqaan ayat 2 di bawah ini:

    Artinya: "Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia

    tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam

    kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan dia

    menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya". (QS. Al-Furqaan

    ayat2).

    Menurut Al-Quran, pertumbuhan dan perkembangan manusia memiliki

    pola umum yang dapat diterapkan pada manusia, meskipun terdapat perbedaan

    individual. Pola yang terjadi adalah bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan

  • 6

    yang lemah menuju keadaan yang kuat dan kemudian kembali melemah. Dengan

    kata lain, pertumbuhan dan perkembangan, sesuai dengan hukum alam, ada

    kenaikan dan penurunan. Ketika seseorang secara berangsur-angsur mencapai

    puncak perkembangannya, baik fisik maupun kognitif, dia mulai menurun

    berangsur-angsur. Al-Quran menyatakan sebagai berikut:

    Artinya:"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,

    kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi

    kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali)

    dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah

    yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa". (QS. Ar-Rum:54)

    Dengan demikian, maka bisa diartikan bahwa manusia pasti mengalami

    fase-fase perkembangan. Adapun Ciri-ciri umum perkembangan adalah:

    1. Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (misalnya tinggi dan berat badan) dan

    aspek psikis (misalnya bertambahnya perbendaharaan kata dan matangnya

    kemapuan berpikir).

    2. Terjadinya perubahan proporsi menyangkut aspek fisik (proporsi tubuh anak

    berubah sesuai dengan fase perkembangan) dan aspek psikis (misalnya

    perubahan imajinasi dari fantasi menuju realitas).

    3. Menghilangnya tanda-tanda fisik dan psikis yang lama (misalnya hilangnya

    rambut-rambut halus dan gigi susu, hilangnya masa mengoceh, merangkak

    dan berinda impulsif).

  • 7

    4. Munculnya tanda-tanda fisik dan psikis yang baru (misalnya pergantian gigi

    dan berkembangnya curiosity).9

    Penjelasan di atas menunjukkan perkembangan manusia mulai fase anak

    sampai dewasa memiliki ciri-ciri tertentu, baik aspek fisik, kognitif sampai

    agama, berikut ini akan dibahas secara mendalam terkait dengan perkembangan

    manusia sebagai dasar pendidikan Islam.

    2. Fase Perkembangan Manusia; Kanak-kanak, Baligh dan Dewasa

    a. Masa Kanak-kanak

    Pada fase kanak-kanak ini hendaknya seorang ibu mulai memberikan air

    susu ibu (ASI) sampai usia dua tahun. Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat

    233;

    Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun

    penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban

    ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.

    seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.

    Fase kanak-kanak terdiri dari:

    1. Fase At-Thilf (Bayi)

    Kata at-Thilf berarti yang kecil dari tiap sesuatu (anak-anak). Kata at-Thilf

    menunjukkan sebutan bagi anak yang baru lahir. Pada usia awal kelahiran ini,

    manusia amat lemah dan tidak memiliki kemampuan apa pun, tidak mampu

    berpindah tempat bahkan pandangannya pun belum berfungsi. Salah satu rahmat

    9 Netty Hartati, dkk., Islam dan Psikologi,. h. 13.

  • 8

    Allah yang diberikan pada usia ini adalah rahmat gharizah/fitrah, menurut Flavell

    disebut gerak refleks bawaan, atau menurut Nubarok disebut hidayah instink yang

    fungsi gerakan yang pertama adalah untuk memenuhi kebutuhan, yaitu minum

    ASI (menyusui).10

    Proses kelahiran merupakan proses panjang yang berat dan menyakitkan.

    kelahiran terdiri dari tiga tahap utama, yang meliputi kotraksi ritmik uterus, proses

    persalinan bayi dan keluarnya plasenta. Kelahiran bayi yang normal bersifat

    spontan dan alamiah. Menit-menit pertama setelah kelahiran merupakan waktu

    yang sangat khusus bagi seorang ibu. Menurut penelitian 6 sampai 12 jam setelah

    kelahiran merupakan periode sensitif untuk tejadinya ikatan emosional antara ibu

    dan anak. Ayah juga mengalami campuran antara emosi negatif dan positif, antara

    ketajutan dan kegembiraan. Keduanya terpesona tehadap kelahiran bayi dan ingin

    menyentuhnya.11

    Hal-hal yang harus dilakukan oleh orang tua adalah sebagai berikut:

    a) Membacakan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri ketika anak baru

    lahir. (HR Abu Yala dari Husein bin Ali) hadis yang sama diriwayatkan juga

    oleh al-Tarmidzi.

    b) Memberi makanan yang bergizi.

    c) Menyusui anaknya sampai dua tahun.

    d) Memotong aqiqah dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor

    kambing untuk anak perempuan.

    10

    Rafi Sapuri, Psikologi Islam; Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: Rajawali Pers,

    2009), h. 129. 11

    Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam; Menyingkap Rentang

    Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga pascakematian, (Jakarta: RajaGRafindo Persada,

    2008), h. 94.

  • 9

    e) Memberi nama yang baik.

    f) Membiasakan hidup yang bersih, suci dan sehat.12

    2. Fase shaby (kanak-kanak yang belum cukup umur)

    Kata shaby diterjemahkan kanak-kanak yang belum cukup umur, yaitu sekitar

    usia dua minggu sampai tujuh tahun. Masa ini disebut dengan masa paling

    menentukan.13

    Hasil penelitian terhadap perkembangan jaringan otak

    menunjukkan, bayi di bawah umur lima tahun (balita), yaitu pada usia tiga tahun

    pertama yang lebih banyak menerima stimulus, jaringan otaknya akan

    berkembang 80%. Sebaliknya, yang sedikit menerima stimulus, perkembangan

    jaringan otaknya lebih lambat.

    Tugas-tugas perkembangannya adalah sebagai berikut:

    a) Pertumbuhan potensi-potensi indera dan psikologis, seperti pendengaran,

    penglihatan, dan hati nurani. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Nahl

    ayat 78:

    Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan

    tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

    penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur".(QS.Al-Nahl:78)

    b) Mempersiapkan diri anak dengan cara membiasakan dan melatih hidup yang

    baik. Seperti dalam berbicara, makan, bergaul, penyesuaian diri dengan

    lingkungan, dan berperilaku. Pembiasaan ini terutama pada aspek-aspek

    12

    Ibid., 13

    Ibid., 130

  • 10

    afektif (al-infiali), sebab jika aspek ini tidak dibiasakan sedini mungkin maka

    ketika masa dewasanya akan sulit dilakukan.

    c) Pengenalan aspek-aspek doktrinal agama, terutama yang berkaitan dengan

    keimanan.

    Arnold Gessel mengatakan bahwa anak pada usia 0-2 tahun punya

    perasaan ketuhanan. Dan hendaknya pada usia ini mulai diperkenalkan

    pendidikan. Misalnya diperlihatkan gambar-gambar dan amalan yang bersifat

    keagamaan. Dan usia dua tahun sampai tujuh tahun selalu diberikan makanan

    yang penuh gizi waktu bermain lebih banyak dan bervariasi untuk meningkatkan

    kreativitasnya.14

    3. Fase Mumayyis (aqil)

    Kata mumayyiz diartikan dengan anak yang telah berakal, yaitu mampu

    membedakan baik dan buruk menurut pandangan logika. Fase ini dimulai dari

    anak berusia tujuh tahun sampai sembilan tahun.15

    Hal-hal yang perlu dilakukan dalam fase ini adalah sebagai berikut:

    a) Mulai menuntut ilmu, belajar membaca, menulis dan berhitung.

    b) Memperbanyak waktu bermain (bersosial).

    c) Belajar memahami orang lain.

    d) Mencintai kebersihan diri dan lingkungan.

    14

    Ibid. 15

    Ibid., 131.

  • 11

    4. Fase Murahiq (awal adolense)

    Kata murahiq diartikan dengan anak yang hampir balig, yaitu dalam istilah

    disebut dengan remaja awal. Fase ini dimulai sejak anak berusia sembilan tahun

    sampai sebelas tahun.

    Pada fase murahiq, anak mulai mencari suri tauladan untuk dijadikan

    idola. Biasanya pada tahapan ini mereka sering menjadikan orang yang paling

    dekat dan kenal baik olehnya sebagai idola. Kesempatan baik yang harus

    digunakan oleh orang tua agar anak-anak lebih merasa nyaman tinggal dan

    berkumpul dengan keluarga, lebih bersahabat dan lebih terbuka (curhat). Kontrol

    psikologis orang tua kepada anaknya harus terus berjalan harmonis.16

    5. Fase Yafi (adolense)

    Kata yafi diartikan dengan anak yang telah besar, telah hampir balig.

    Masa ini disebut masa remaja (juvenile). Fase ini dimulai pada anak berusia

    sebelas tahun. Dalam fase ini terjadi pertumbuhan jasmani yang luar biasa

    pesatnya.

    Erikson mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa pencarian

    identitas diri. Pembentukan identitas ini tentunya mengarah pada perkembangan

    arah individualitas yang mantap.17

    Adapun Perkembangan pada masa kanak-kanak terdiri dari:

    1) Perkembangan Fisik

    Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke

    arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan

    16

    Ibid., 132. 17

    Ibid., 133

  • 12

    sesuatu dalam hal jumlah, ukuran dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga berarti

    sebuah tahapan perkembangan (a stage of development).18

    Umat Islam mempercayai bahwa Allah telah menciptakan dan

    menyempurnakan tubuh manusia. Melalui hukum penciptaan Allah, telah

    mencipatakan tahap demi tahap bentuk tuubuh manusia. Dengan mengganti

    unsur-unsur yang tidak bermanfaat dengan unsur yang lebih baik, sehingga terjadi

    keseimbangan, proporsi dan simetris yang baik.

    Untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan, Islam mengajarkan

    manusia unrtuk memperhatikan perkembangan fisik mereka agar mencapai

    perkembangan fisik yang optimal. Dengan perkebangan fisik yang optimal,

    seseorang dapat beribadah dan bekerja dengan baik.19

    Al-Quran menggambarkan perkembangan fisik manusia dari lahir sampai

    meninggal dalam satu siklus alamiah. Hal ini dinyatakan dalam QS. Ar-Rum ayat

    54;

    Artinya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah,

    kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi

    kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali)

    dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah

    yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.

    Dari ayat ini, terdapat empat kondisi fisik. Pertama, tahap lemah yang

    ditafsirkan terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak. Kedua, tahap menjadi kuat,

    18

    Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 40 19

    Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan,. h. 97

  • 13

    yang terjadi pada masa dewasa, ketiga, masa menjadi lemah kembali, terjadi

    penurunan kembali dari masah penuh kekuatan. Keempat, masa dimana orang

    sudah beruban, atau masa tua.20

    Dari saat kelahiran sampai anak dapat berbicara, mereka disebut sebagai

    bayi. Bayi menghabiskan banyak waktunya dengan tidur. Mulanya tidur dapat

    berlangsung sepanjang hari dan malam, namun setelah beberapa bulan tidur bayi

    menjadi lebih terpola mengikuti siang dan malam. Bayi pada masa ini berada

    dalam enam keadaan yang bepasangan, meliputi: tidur tenang dan tidur aktif,

    terjaga tenang dan terjaga aktif, serta meringis dan mengangis. Bayi merespon

    berbeda-beda terhadap stimulus ketika berada dalam keadadan yang berbeda-

    beda.21

    Pada awal kelahirannya bayi masih memiliki penglihatan yang buruk.

    Mereka melihat namun masih kabur. Kemampuan penglihatan ini akan bertambah

    sepanjang waktu, tergantung pengalaman. Bayi yang kurang dari dua bulan juga

    masih buta warna. Pendengaran telah berkembang sebelum lahir dan kesenangan

    terhadap bunyi detak jantung ibu telah terbentuk.22

    Untuk memperoleh perkembangan bayi yang optimal pada tahap

    selanjutnya, bayi membutuhkan stimulus dari luar. Nabi muhammad Saw.

    Menunjukkan pentingnya sentuhan, ciuman, gendongan, pelukan terhadap bayi

    atau anak-anak dengan kata-kata manis. Awal dua tahun pertama setelah kelahiran

    bayi merupakan periode sensorimotorik. Pada tahap ini, bayi belajar untuk

    20

    Ibid, h. 98 21

    Ibid, h. 102 22

    Ibid, h. 102

  • 14

    meningkatkan kemampuan penginderaan dan kemampuan motoriknya yang

    penting untuk melatih kemampuan berpikir kelak.23

    Pada usia kanak-kanak, bermain merupakan hal yang penting. Dengan

    bermain mereka dapat mempelajari banyak hal. Melalui bermain mereka melatih

    kemampuan motorik mereka untuk menguasai berbagai keterampilan fisik yang

    dibutuhkan. Mereka dapat belajar memecahakan maslah yang mereka hadapi

    dalam permainan itu. Mereka juga belajar untuk bersosialisasi dan memahami

    aturan sosial yang ada melalui peremainan bersama dengan teman-temannya.

    Berbagai aspek emosi terlihat ketika bermain, seperti, kegembiraan, kekecewaan,

    kesabaran, ketahanan dalam berkompetisi. Dengan demikian, bermain setidaknya

    mendorong perkembangan berbagai aspek meliputi perkembangan fisik,

    intelektual, sosial dan emosional.24

    Permainan dapat bersifat olahraga yang melatih kemampuan fisik. Selain

    lomba lari seperti yang dilakukan oleh nabi Muhammad Saw. bersama Aisyah r.a.

    jenis olahraga lain dapat juga dilakukan seperti berenang, memanah dan berkuda.

    Permainan sebaikknya dapat melatih berbagai otot sekaligus dan melatih

    kemampuan motorik kasar maupun motorik halus.

    2) Perkembangan kognitif

    Periode ini adalah tahap dimana kemampuan berpikir manusia mengalami

    peningkatan yang cukup signifikan, terutama pada awal masa kelahirannya. Pada

    tahap ini kemampuan berpikir manusia berkembang sampai mencapai

    kematangannya yang sejalan dengan pertumbuhan otak manusia secara

    23

    Ibid, h. 103 24

    Ibid, h. 106

  • 15

    psikologis. Periode ini merupakan periode untuk mengembangkan kemampuan

    struktur kognitif atau skema.

    Skema adalah pola-pola pikiran atau pola-pola tindakan yang biasa dikenal

    sebagai strategi atau konsep. Kemampuan manusia untuk melakukan operasi

    berbagai konsep. Kemampuan manusia untuk melakukan operasi berbagai konsep

    inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran

    dijelaskan Allah mengajarkan Nabi adam berbagai konsep (nama), yang

    merupakan karakteristik khusus manusia.25

    Sebagaimana dalam alquran QS. Al-

    Baqarah ayat 31-33:

    Artinya: dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)

    seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu

    berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu

    mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha suci

    Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau

    ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui

    lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah

    kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya

    kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah

    Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia

    langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang

    kamu sembunyikan?"

    Pengajaran nama-nama merupakan proses pengembangan konsep atau

    skema. Penelitian menunjukkan bahwa anak merupakan penjelajah aktif yang

    melakukan konstruksi terhadap berbagai jenis skema, yaitu mulai dari perilaku, 25

    Ibid, h. 135

  • 16

    simbolik sampai operasional. Skema perilaku adalah pola terorganisasi dari

    perilaku yang dipergunakan anak-anak untuk mewakili dan menanggapi suatu

    objek atau pengalaman secara langsung. Skema simbolik adalah simbol internal

    (citra atau kode verbal) yang memungkinkan seseorang menyajikan aspek-aspek

    dari pengalamannya. Skema operasional adalah pola aktivitas mental internal

    yang memungkinkan seseorang mengambil kesimpulan melalui proses berpikir

    logis.26

    Dalam perkembangan kognitif, berpikir kritis merupakan hal yang penting.

    Ketika anak tertarik pada subjek tertentu, keterampilan berpikir mereka menjadi

    lebih kompleks. Di lain pihak, ketika anak mengalami kebingungan terhadap

    subjek tertentu, keterampilan berpikir menjadi lebih intensif. Islam mengajarkan

    bahwa berpikir kritis merupakan sesuatu yang penting.27

    Perkembangan kognitif pada anak-anak terjadi melalui urutan yang

    berbeda. Tahapan ini membantu menerangkan cara anak berfikir, menyimpan

    informasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut Jian Pieget terdapat

    empat tahapan perkembangan kognitif, yaitu: Tahap pertama disebut periode

    sensorik motorik (0-2 tahun). Pada tahap ini, bayi menggunakan alat indra dan

    kemampuan motorik untuk memahami dunia sekitarnya. Bayi mengalami

    perkembangan dari gerak refleks sederhana menuju beberapa langka skematik

    yang lebih terorganisasi.

    Tahap kedua disebut juga periode praoperasional (sekitar 2-7 tahun). Anak

    dapat membuat penyesuaian perseptual dan motorik terhadap objek dan kejadian

    26

    Ibid, h. 136 27

    Ibid, h. 136

  • 17

    yang direpresentasikan dalam bentuk simbol dalam meningkatkan bentuk

    organisasi dan logika. Tahap ketiga adalah periode konkret opersional (sekitar 7-

    11 tahun). Anak mendapatkan struktur logika tertentu yang membuatnya dapat

    melaksanakan berbagai macam operasi mental, yang merupakan tindakan

    terinternalisasi yang dapat dikeluarkan bila perlu.

    Tahap keempat adalah periode formal operasional (sekitar 11-15 tahun).

    Operasi mental diaplikasikan pada kalimat verbal atau logika, yang tidak hanya

    menjangkau kenyataan juga kemungkinan, tidak hanya menjangkau masda kini

    tetapi juga masa depan.28

    3) Perkembangan emosi

    Kekayaan ekspresi emosi manusia berkembang sesuai dengan tahap usia

    dan pengalaman seseorang. Untuk merumuskan teori tentang perkembangan

    emosi manusia dapat diteliti melalui ekspresi wajah dan prilaku umum.

    Bayi yang baru lahir umumnya menangis. Pada usia enam sampai sepuluh

    minggu, senyum sosial muncul, diikuti dengan tindakan yang menunjukkan

    kesenangan lain., seperti menggumam dan mengunyah. Senyum sosial ini muncul

    sebagai tanggapan dari senyum dan interaksi dengan orang dewasa. Siklus ini

    muncul sebagai pola timbal balik dimana bayi dan orang lain mendapatkan

    kesenangan dari interaksi sosial. Ketika bayi lebih menyadari lingkungannya,

    senyum muncul sebagai tanggapan dari berbagai konteks. Mereka dapat

    tersenyum ketika melihat mainan, menerima pujian karena melakukan tugas yang

    sulit dan lain-lain. Bayi mulai tertawa pada usia 3 atau 4 bulan, tergantung tingkat

    28

    Ibid, h. 138

  • 18

    perkembangan kognitif, karena tertawa terjadi ketika terhadap hal-hal yang diluar

    kebiasaannya, seperti dicium pada perut, permainan petak umpet, dan lain-lain.

    Tertawa juga meningkatkan perkembangan sosial, karena memancing interaksi

    sosial timbal balik.29

    Ketika bayi lebih besar (7-12 bulan), bayi mulai mengeskpresikan takut,

    jijik dan marah karena kematangan kognitif yeng mereka miliki. Kemarahan

    diekspresikan dengan menangis, ia merupakan emosi yang sering ditunjukkan

    bayi.30

    Pada usia 1-2 tahun, bayi mulai menunjukkan emosi sekunder seperti

    malu-malu dan kesombongan. Pada tahap ini bayi mulai belajar bahasa yang

    kemungkinannya lebih memahami alasan suatu emosi serta mengekspresaikan

    perasaannya secara verbal.31

    Pada usia prasekolah (3-6 tahun), kapasitas anak untuk mengatur perilaku

    emosinya meningkat. Orang tua membantu anak pada usia ini untuk menghadapi

    emosi negatif dengan mengajarkan dan mencontohkan dengan menggunakan

    penalaran dan penjelasan verbal. 32

    Anak pada usia 7-12 tahun menunjukkan keterampilan regulasi diri dengan

    variasi yang lebih luas. Kecanggihan dalam memahami dan menunjukkan

    tampilan emosi yang sesuai dengan aturan sosial meningkat pada tahap ini. Anak

    mulai mengetahui kapan harus mengontrol ekspresi emosi sebagai juga mereka

    menguasai keterampilan regulasi perilaku yang memungkinkan mereka

    29

    Ibid, h. 167 30

    Ibid, h. 168 31

    Ibid, h. 168 32

    Ibid, h. 168

  • 19

    menyembunyikan emosinya dengan cara yang sesuai dengan aturan sosial. Anak

    lebih sensitif terhadap isyarat lingkungan sosial yang keputusan dalam

    mengontrol emosi negatif.33

    4) Perkembangan sosial

    Sebagai makhluk sosial, manusia harus berinteraksi dengan pihak lain.

    Interaksi sosial menjadi lebih harmonis jika manusia saling mengenal

    karakteristik orang lain. Kemampuan untuk memahami karakteristik sosial

    dikenal dengan kognisi sosial.

    Menurut pakar perkembangan, kemampuan kognisi sosial anak bergantung

    pada perkembangan kognitif mereka. Anak berusia dibawah 7 atau 8 tahun

    mampu menggambarkan teman atau kenalan mereka dengan gambaran deskriftif

    yang konkret seperti mereka menggambarkan diri mereka dan kurang mampu

    menggambarkan karakter kepribadian. Antara 7 sampai 16 tahun, anak menjadi

    lebih sedikit menbicarakan atribut konkret, namun lebih menggambarkan

    karakteristik psikologik teman atau kenalan mereka.

    Anaka usia 6 8 tahun mulai memiliki kecenderungan untuk membentuk

    kesan terhadap orang lain dengan membandingkan perilaku orang lain (behaviour

    comparisons phase). Anak kemudian melihat adanya keteraturan perilaku pada

    usia sekitar 10 tahun, mereka mulai memiliki kecenderungan untuk membentuk

    impresi terhadap orang lain melalui asumsi awal (psychological constructs phase).

    Dengan berkembangnya kemampuan abstraksi, pada usia kira-kira 11

    tahun anak mulai memiliki kecenderungan untuk membentuk impresi terhadap

    33

    Ibid, h. 169.

  • 20

    orang lain dengan membandingkan individu pada dimensi psikologikal abstrak

    (psychological comparisons phase). Remaja pada usia 14 16 tahun, tidak hanya

    dapat melihat kesamaan dan ketidaksamaan disposisional kenalan mereka., tetapi

    mereka mulai melihat berbagai faktor situasional, seperti penyakit, masalah

    keluarga dan lain-lain, yang dapat membuat orang keluar dari karakternya.34

    5) Perkembangan bahasa

    Perkembangan bahasa sudah dimulai dari awal kehidupan. Bayi telah

    dipersiapkan dengan baik dalam belajar bahasa. Selama tahap pralinguistik,

    mereka dengan mudah membedakan suara yang mirif percakapan dan lebih

    sensitif berbagai variasi bunyi bahasa dari pada orang dewasa. Mereka sensitif

    terhadap isyarat intonasi dari awal dan pada usia 7-10 bulan dapat segmentasi dari

    bunyi percakapan ke dalam frasa atau unit seperti kata.35

    Bayi mulai mengeluarkan suara mendekut pada usia 2 bulan dan mulai

    mengoceh pada usia 4 sampai 6 bulan. Kemudian, dalam tahun pertama bayi

    dapat memasangkan intonasi dari ocehan mereka sesuai dengan kualitas nada dari

    bahasa yang mereka dengar dan dapat menghasilkan perbendaharaan bahasa

    sendiri untuk makna tertentu. Meskipun bayi yang belum berumur 1 tahun dapat

    memahami sedikit makna kata, dan juga mungkin kata-kata, dan juga mungkin

    kata-kata singkat, mereka telah belajar bahwa orang bergiliran dalam

    mengucapkan suara dan memberikan isyarat yang dapat digunakan dalam

    berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Ketika bayi telah memahami kata-kata

    34

    Ibid, h. 198 35

    Ibid, h. 223

  • 21

    bahasa reseptif (receptive language) mereka lebih dahulu berkembang daripada

    bahasa produktif (productive language).36

    Pada usia 2,5-5 tahun, bahasa anak lebih mirip dengan orang dewasa.

    Anak sudah mulai memproduksi bahasa yang lebih panjang dan mulai

    menambahkan bunyi gramatik pada kalimat mereka, meskipun terkadang

    menggunakan aturan gramatikal pada tempat yang tidak seharusnya.37

    Masa kanak-kanak sampai masa remaja merupakan periode untuk

    memperhalus bahasa. Anak mempelajari pengecualian khusus dalam aturan tata

    bahasa dan mulai memahami struktur sintaktikal yang paling majemuk.

    Perbendaharaan bahasa menjadi lebih meningkat. Selain itu anak juga

    mengembangkan kemampuan untuk berfikir tentang bahasa dan memberikan

    komentar dengan sebutan yang merupakan prediktor yang baik prestasi

    membaca.38

    6) Perkembangan moral

    Dalam Islam, perilaku prososial dilakukan bukan untuk mendapatkan

    penghargaan manusia atau memperoleh kenikmatan duniawi. Tujuan-tujuan untuk

    mendapatkan penghargaan yang bersifat materialistik selain mencapai keridhaan

    Allah dapat digolongkan sebagai kemusyrikan. Segala sesuatu dilakukan adalah

    murni untuk Allah.

    Indikator awal, moral pada anak seperti membagi mainan atau

    menenangkan orang lain yang merasa tidak nyaman, telah muncul pada masa bayi

    36

    Ibid, h. 224. 37

    Ibid, h. 225 38

    Ibid, h. 226

  • 22

    dan kanak-kanak. Seling berbagi, saling membantu dan bentuk prilaku prososial

    menjadi lebih umum pada usia prasekolah dan seterusnya.39

    Empati adalah kontributor afektif yang pentik terhadap altruisme. Empati

    merupakan tanggapan manusia yang universal yang dapat diperkuat atau ditekan

    oleh pengaruh lingkungan. Bayi dan anak-anak telah dapat mengenali dan

    bereaksi terhadap perasaan tidak nyaman dari seseorang. Beberapa anak kecil juga

    memperlihatkan reaksi tertekan ketika menyaksikan penderitaan dan kesakitan

    orang lain.40

    Islam melihat perbedaan usia menentukan bagaimana pemikiran moral

    seseorang. Orang yang lebih muda dipandang lebih tinggi daripada orang yang

    lebih tua. Semntara orang yang lebih muda melakukan kesalahan, maka lebih

    dapat diterima daripada orang yang lebih tua yang melakukan kesalahan tersebut.

    Kematangan perkembangan intelektual dan pengalaman seseorang, pemahaman

    terhadap moralitas semakin lebih berkembang.41

    Pada fase ini, hingga berusia 5-6 tahun anak dididik budi pekerti, terutama

    yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter sebagai berikut:

    a) Jujur, tidak berbohong

    b) Mengenal mana yang benar dan mana yang salah

    c) Mengenal mana yang baik, mana yang buruk

    39

    Ibid, h. 264. 40

    Ibid, h. 265. 41

    Ibid h. 272.

  • 23

    d) Mengenal mana yang diperintah (yang dibolehkan) dan mana yang

    dilarang (yang tidak boleh dilakukan).42

    7) Perkembangan spiritual

    Manusia diciptakan dari dua substansi yaitu substansi jasad atau materi,

    yang bahan dasarnya adalah materi yang merupakan bagian dari alam semesta

    ciptaan Allah Swt dan dalam pertumbuhan dan perkembangannya tunduk dan

    mengikuti aturan Allah Swt yang berlaku di alam, dan substansi immateri atau ruh

    yaitu penghembusan atau penipuan ruh ciptaan Allah Swt ke dalam diri manusia

    sehingga manusia merupakan benda organik yang mempunyai hakekat

    kemanusiaan serta mempunyai berbagai alat potensial atau fitrah.43

    Dari kedua

    substansi yang terdapat dalam diri manusia tersebut yang paling esensial adalah

    substansi immateri.

    Dalam diri manusia terdapat beberapa macam potensi yang dapat

    dikembangkan, salah satu diantaranya adalah potensi beragama, yang mendorong

    manusia untuk selalu pasrah, tunduk dan patuh pada Tuhan yang menguasai dan

    mengatur segala aspek kehidupan manusia, potensi beragama ini merupakan

    sentral yang mengarahkan dan mengontrol perkembangan potensi-potensi yang

    lainnya.44

    Muhaimin, mengemukakan bahwa pemahaman tentang fitrah beragama

    tersebut di atas dalam agama Islam ditegaskan bahwa manusia memiliki fitrah

    didasarkan pada firman Allah swt Q.S. Ar-Ruum ayat: 30

    42

    M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Perdaban Bangsa,

    (Surakarta: UNS Press, 2010), h. 32-36 43

    Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

    Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 12 44

    Ibid., hal. 18

  • 24

    Artinya: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,

    (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

    fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama lurus,

    tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".

    Perkembangan rasa agama pada anak usia awal memiliki karakteristik

    tersendiri, Elizabeth B. Hurlock menyebutkan bahwa pada usia 7 atau 9 bulan

    anak berusaha menirukan suara pembicaraan dan menirukan perbuatan dengan

    isyarat yang sederhana.45

    Jalaluddin mengungkapkan bahwa anak telah melihat dan mengikuti apa

    yang dikerjakan orang dewasa dan orang tua tentang sesuatu yang berhubungan

    dengan agama, orang tua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan

    prinsip eksplorasi yang dimiliki.46

    James W. Fowler mengembangkan teori tentang tahap perkembangan

    dalam keyakinan seseorang sepanjang rentang kehidupan manusia. Menurut

    Fowler, keprcayaan merupakan orientasi holistik yang menunjukkan hubungan

    antara individu dengan alam semesta.47

    Teori perkembangan spiritual Fowler terbagi atas enam tahap, yang

    meliputi kepercayaan intuitif-proyektif (intuitive-projective), mithikal-literal

    (mythical-literal), sintetik konvensional (synthetic-conventional), individuatif-

    45

    Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Terjemahan Med. Meitasari Tjandrasa,

    Muslichah Zarkasih, (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 259 46

    Jalaluddin, Psikologi Agama,, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004). 70 47

    Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan.., h. 298.

  • 25

    reflektif (individuative-reflective), konjungtif (conjunctive) dan universal

    (universalizing). Pada tahap pertama,kepercayaan intuitif-proyektif (usia 3-7

    tahun), masih terdapat karakter kejiwaan yang belum terlindungi dari

    ketidaksadarn. Anak masih belajar untuk membedakan khayalannya dengan

    realitas yang sesungguhnya. Pada tahap kedua kepercayaan mythikal-literal (usia

    sekolah), seseorang telah mulai mengembangkan keimanan yang kuat dalam

    kepercayaannya. Anak juga sudah mengalami prinsip saling ketegantungan dalam

    alam semesta, namun ia masih melihat kekuatan kosmik dalam bentuk seperti

    yang terdapat pada manusia (anthropomorphic). Pada tahap ketiga, kepercayaan

    sintetik-konvensional (usia remaja), seseorang mengembangkan karakter

    keimanan terhadap kepercayaan yang dimilikimya. Ia mempelajari sistem

    kepercayaannya dari oarang lain disekitarnya,namun masih terbatas pada sistem

    kepercayaan yang sama. Tahap keempat, kepercayaan individuatif-reflektif (usia

    dua puluhan sampai awal empat puluhan), merupakan tahap percobaan dan

    pergolakan, dimana individu mulai mengembangkan tanggung jawab pribadi

    terhadap kepercayaan dan perasaannya. Individu memperluas pandangannya

    untuk mencapai jalan dalam kehidupannya. Pada tahap kelima, kepercayaan

    konjungtif, seseorang mulai mengenali berbagai pertentangan yang terdapat dalam

    realitas kepercayaannya. Terjadi transendensi terhadap kenyataan dibalik simbol-

    simbol yang diwariskan oleh sistem. Pada tahap keenam, kepercayaan universal,

    terjadi sesuatu yang disebut pencerahan. Manusia mengalami transendensi pada

    tingkat pengalaman yang lebih tinggi sebagai hasil dari pemahamannya terhadap

    lingkungan yang konfliktual dan penuh paradoksal. Menurut Fowler, kebanyakan

  • 26

    manusia berhenti pada tahap 4, dan kebanyakan tidak pernah mencapai tahap 5

    dan 6.48

    Atas dasar itu, tentunya diperlukan pengembangan ajaran-ajaran normatif

    agama melalui institusi sekolah, baik yang berkaitan dengan aspek kognitif,

    afektif, maupun psikomotorik. Dalam hal ini Nabi SAW, artinya: Perintahlah

    anak-anak kalian melakukan shalat ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia

    jika meninggalkannya apabila berusia sepuluh tahun, dan pisahkan ranjangnya.

    (HR. Ahmad Dawud dan Al-Hakim dari Abd Allah ibn Amar).

    Hadits di atas mengisyaratkan bahwa usia tujuh tahun merupakan usia

    mulai berkembangnya kesadaran akan perbuatan baik dan buruk, benar dan salah,

    sehingga Nabi SAW, memerintahkan kepada orang tua untuk mendidik shalat

    kepada anak-anaknya. Ketika usia sepuluh tahun, tingkat kesadaran anak akan

    perbuatan baik dan buruk, benar dan salah mendekati sempurna, sehingga Nabi

    SAW, memerintahkan kepada orang tua untuk memukul anaknya yang

    meninggalkan shalat. Makna "memukul" di sini tidak berarti bersifat fisik, seperti

    memukul kepala atau anggota tubuh lainnya, melainkan bersifat psikis, seperti

    menggugah kesadaran, memarahi atau memperingati.

    b. Masa Balig

    Masa balig adalah masa dimana usia anak telah sampai dewasa. Usia ini

    anak telah mengalami kesadaran penuh akan dirinya, sehingga ia diberi tanggung

    jawab (taklif), terutama tanggung jawab agama dan sosial.49

    Menurut al-Taftazani,

    fase ini dianggap sebagai fase yang mana individu mampu bertindak menjalankan

    48

    Ibid, h. 298 49

    Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,

    2006). h. 403.

  • 27

    hukum, baik yang bekaitan dengan perintah maupun larangan. Seluruh perilaku

    mukallaf harus dipertanggungjawabkan, karena hal itu akan berimbas pada pahala

    dan dosa.50

    Masa balig berlangsung dari saat individu menjadi matang secara seksual

    sampai usia delapan belas tahun, usia kematangan awal masa remaja berlangsung

    sampai tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja berlangsung sampai usia

    kematangan yang resmi.51

    Fase ini merupakan fase yang terpenting dalam rentang kehidupan

    manusia, karena fase ini merupakan awal aktualisasi diri dalam memenuhi

    perjalanan yang pernah diucapkan di alam prakehidupan dunia. Menurut Ikhwan

    al-Shafa, fase ini disebut dengan fase alam al-ardh al tsani (alam pertunjukan

    kedua), dimana manusia dituntut untuk mengaktualisasikan perjanjian yang

    pernah disepakati pada alam al-ardh al al-awal (alam pertunjukan awal), yakni

    di alam arwah.52

    Sedangkan Al-Ghazali menyebutnya dengan fase aqil, fase

    dimana tingkat perkembangan intelektual seseorang dalam kondisi puncaknya,

    sehingga ia mampu membedakan perilaku yang benar dan salah, baik atau

    buruk.53

    Kondisi aqil menjadi salah satu syarat wajib bagi seseorang untuk

    menerima suatu beban agama, sementara kondisi gila (junun) menjadi penghalang

    bagi penerimaan kewajiban agama.

    50

    Saad al-Din Masud ibnu Umar al-Taftazani, Syarh al-talwiahala al-Tawdhih, (Makkah: Dar al Baz, tt.), h. 142. Dikutip Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam,

    (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 403. 51

    Netty Hartati, dkk., Islam dan Psikologi., h. 41. 52

    Abdul Mujib. Kepribadian, h. 403 53

    Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan menurut al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),

    h. 69.

  • 28

    Secara psikologis, fase ini ditandai dengan kemampuan seseorang dalam

    memahami suatu beban taklif, baik menyangkut dasar-dasar kewajiban, jenis-jenis

    kewajiban, dan prosedur atau cara pelaksanaannya. Kemampuan memahami

    menunjukkan adanya kematangan akal pikiran yang mana hal ini menandakan

    kesadaran seseorang dalam berperilaku, sehingga ia pantas diberi taklif.54

    Fase ini

    juga ditandai dengan adanya dua hal, yaitu :

    1. Pemahaman, dicapai dengan adanya pendayagunaan akal, karena dengan akal

    seseorang memiliki kesadaran penuh dalam bertindak. Individu yang tidak

    memiliki pemahaman yang cukup maka ia tidak terkena beban taklif, seperti

    anak kecil, orang gila, orang lupa, orang terpaksa, orang tidur dan pingsan dan

    orang yang tersalah.

    2. Kecakapan, (al-ahliyyah), yaitu dipandang cakap melaksanakanhukum,

    sehingga perbuatan apa saja yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan dan

    memiliki implikasi hukum.55

    Kecakapan terbagi atas dua macam, yaitu :

    a. Kecakapan melaksanakan (ahliyyah ada), yaitu kecakapan bertindak

    hukum yang telah dianggap sempurna untuk mempertanggungjawabkan

    seluruh perbuatannya, baik positif maupun negatif. Kecakapan ini

    disyaratkan aqil (berakal), baligh (sampai umur), dan cerdas dalam

    memahami titah Tuhan.

    b. Kecakapan kewajiban (ahliyyah wujub), yaitu kecakapan untuk menerima

    kewajiban-kewajiban hukum dan hak-haknya.

    54

    Abdul Mujib, Kepribadian ., h. 404 55

    Ibid, h. 404

  • 29

    Kewajiban penerimaan taklif bagi fase ini menjadi hilang apabila terjadi

    dua halangan, yaitu (1) Halangan langit (al-waridh al-samawiyyah), yang mana

    halangan itu langsung dari Allah Swt. Seperti gila, dungu, perbudakan, sakit yang

    menyebabkan kematian. (2) Halangan yang diusahakan (al-waridh al-

    muktasabah), yaitu halangan akibat perbuatan manusia sendiri seperti mabuk,

    terpaksa bersalah, dan bodoh. Hilangnya kewajiban karena individu tidak

    memiliki kesadaran penuh dalam bertindak.56

    Masa baliq atau remaja berlangsung dari saat individu menjadi matang

    secara seksual sampai usia delapan belas tahun, usia kematangan awal masa

    remaja berlangsung sampai tuh belas tahun, dan akhir masa remaja berlangsung

    smapai usia kematangan yang resmi.57

    Perubahan sosial yang terpenting pada masa ini meliputi meningkatnya

    pengaruh kelompok sebyam pola perilaku sisioal yang lebih matang,

    pengelompokan sosial baru dan ni8lai-nilai baru dalam pemilihan teman dan

    pemimpin, dan dalam dukungan sosial.

    Perubahan pokok dalam moralitas selama masa remaja terdiri dari

    menganti koinsep-konsep moral khusus dengan konsep-konsep moral tentang

    benar dan salah yang bersifat umum, membangun kode moral berdasarkan pada

    prinsip-prinsip moral individu dan mengendalikan perilaku perkembangan hati

    nurani.

    Pada masa ini banyak sekali peristilahan yang digunakan orang untuk

    mencirikan usia secara khusus dari sudut pandang mereka yang berbeda-beda.

    56

    Ibid, h. 405 57

    Netty Hartati, dkk., Islam dan Psikologi., h. 41.

  • 30

    Ada yang meyebutnya usia reproduktif, karena pada usia ini terjadi perkembangan

    alat-alat reproduksi. Ada yang menyebutnya dengan problem age, karena di usia

    ini banyak terjadi masalah, yang psikologi Islam disebut usia diberlakukan hukum

    takhlifi karena pada usia ini anak telah dibebani kewajiban menjalankan hukum-

    hukum syariat Islam.58

    Masa balig atau remaja berlangsung dari saat individu menjadi matang

    secara seksual sampai usia seorang anak sudah mampu menggunakan pikiran dan

    dapat memahami sesuatu di luar dirinya. Erikson menggunakan istilah Latensy,

    yaitu fase dimana seorang anak manusia sudah dianggap memiliki kemampuan

    yang membedakan dirinya dengan mahluk lain. Sementara itu, Piaget

    menggunakannya dalam pembahasan tentang kognitif berada pada fase

    operasional konkret (trial and error) dan operasional formal (problem solving).

    Manusia pada fase ini sudah dapat befikir konkret, berhipotesis dan menganalisis.

    Artinya pada masa ini manusia memiliki peluang yang amat penting untuk

    mengasah diri dan mengembangkan petensi diri.59

    Dengan demikian, fase ini di mana anak telah sampai dewasa. Usia ini

    anak telah memiliki kesadaran penuh akan dirinya, sehingga ia diberi beban

    tanggung jawab (taklif), terutama tanggung jawab agama dan sosial. Seperti dalam

    firman Allah:

    58

    Ibid., 134 59

    Ibid., h. 135.

  • 31

    Artinya : Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk

    kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai

    memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.

    Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan

    dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka

    dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah

    ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa

    yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut.

    Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka

    hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka.

    Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu). (Q.S. An-

    nisaa:6)

    Adapun perkembangan pada masa balig terdiri dari:

    1. Perkembangan Fisik

    Pada masa puberitas dianggap sebagai periode sensitif yang memiliki

    pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan individu. Periode ini menandai

    perpindahan dari tahap ana-anak menjadi dewasa. Batas usia masa puberitas adal

    15 tahun, namun pada saat ini usia puberitas terlihat lebih cepat. Perubahan fisik

    yang terjadi pada masa puberitas merupakan pengaruh antara faktor genetik dan

    lingkungan. Berbagai faktor seperti nutrisi, sikap sosial, ukuran keluarga dan

    olahaaraga dapat mempengaruhi proses puberitas.60

    Kata puberitas berasaal dari bahasa latin pubescere artinya menjadi

    berbulu. Nabi muhammad Saw. Menggunakan konsep ini untuk membedakn

    anak-anak dengan orang dewasa, masa ini disebut juga masa balig.

    60

    Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan, h. 109

  • 32

    Usia puberitas digambarkan dalam al-Quran sebagai usia yang mencukupi

    untuk menikah. Usia puberitas sebagai usia dimana individu telah memiliki

    kematangan pada alat reproduksi seksual yang dimilikinya. Hal ini juga menandai

    mulainya kematangan aspek lainnya.61

    Pada masa puberitas terjadi percepatan perkembangan yang mencolok

    (adolescent growth spurt) yang membuat seseorang dianggap berpindah dari masa

    kanak-kanak menjadi masa kematangan fisik. Jika perempuan mengalami

    menstruasi pertama (menarche), maka laki-laki mengalami hal yang disebut

    spermache. Pada menstruasi, perempuan mengeluarkan darah dari klitorisnya,

    yang menunjukkan alat reproduksinya telah matang untuk dibuahi. Spermache

    merupakan ejakulasi yang pertama yang dapat terjadi karena mimpi basah

    (ihtilam) atau masturbasi. Tidak seperti menerche, permulaan terjadinya

    spermache masih sulit ditentukan. Namun, spermache yang terjadi sebelum

    puncak percepatan pertumbuhan tinggi badan (peak growth spurt), ketika karakter

    seksual sekunder tumbuh pada tahap awal perkembangan. Sebelum masa pubertas

    yang ditandai dengan munculnya karakter sekunder seksual.62

    Pertumbuhan biologis pada masa pubertas merupakan komponen universal

    yang tidak hanya memiliki implikasi biologis, namun juga perkembangan kognitif

    dan sosial. Perubahan biologis dapat memiliki dampak langsung dan tidak

    langsung bagi perkembangan remaja. Misalnya percepatan perkembangan yang

    cepat dapat membawa perubahan bagaimana remaja dipandang dan diperlakukan

    oleh orang tuanya atau teman sebayanya, seperti juga bagaiman remaja memandan

    61

    Ibid, h. 110 62

    Ibid, h. 111

  • 33

    dirinya sendiri. Perumbuhan pubertas dapat membawa remaja pada peran sosial

    yang baru, seperi pasangan romantik,. Pentingnya perubahan ini juga terlihat dari

    adanya ritual untuk menyambut kedewasaan pada suku tertentu.63

    Perempuan bereaksi terhadap perubahan tubuhnya dengan berharap bahwa

    mereka dapat tampil menarik dan khwatir terhadap perubahan berat badan yang

    terjadi. Ketakutan yang terjadi dapat menimbulkan anorexia nervosa atau bulimia.

    Anorexia nervosa adalah rasa ketakutan yang berlebihan yang menghilangkan

    selera makan. Sementara mereka yang mengalami bulimia dapat mengonsumsi

    makanan dengan normal, kemudian memuntahkan makanan yang telah mereka

    makan. Kedua penyakit ini dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya.

    Mulai dari kekurangan gizi, sampai depresi berat.64

    2. Perkembangan kognitif

    Kematangan intelektual seseorang dinyatakan berkembang bersamaan

    dengan kematangan organ seksual. Remaja mengalami benyak perubahan ketika

    mereka mengalami transisi dari masa klanak menuju masa dewasa. Selain terjadi

    perubahan fisik dan sosial, terjadi juga berbagai perubahgan dalam cara berfikir

    dan pengolahan informasi. Anak-anak dan orang dewasa mengalami perbedaan

    cara berfikir dalam subjek yang berbeda-beda sedangkan orang dewasa berfikir

    dan memberikan tanggapan yang lebih kompleks dibanding anak-anak.65

    Pada saat remaja mereka juga mengalami individuasi, dimana mereka

    mengembangkan identitas diri mereka dan membentuk pendapat sendiri yang

    63

    Ibid, h. 111 64

    Ibid, h. 112 65

    Ibid, h. 139

  • 34

    mungkin berbeda dengan orang tuanya. Mereka mengalami deidealisasi terhadap

    orang tua, remaja mulai menyadari bahwa oreang tua mereka tidak selalu benar.66

    Al-Quran memberikan contoh bagaimana bentuk kebingungan yang

    terbentuk dalam berbagai pernyataan yang membuat berpikir menjadi intensif,

    sebagaimana firman Allah swt;

    Artinya: Apakah yang terjadi padamu? bagaimana (caranya) kamu

    menetapkan. Maka apakah kamu tidak memikirkan? Atau apakah kamu

    mempunyai bukti yang nyata?(QS Al Shafaat: 154-156)

    3. Perkembangan emosi

    Pada masa remaja (12-18 tahun) mulai menjadi lebih canggih dalam

    mengatur emosi mereka. Mereka memiliki banyak perbendaharaan untuk

    mendiskusikan, dan memengaruhi keadaan emosi diri mereka sendiri dari orang

    lain. Remaja lebih dapat menerjemahkan situasi sosial sebagai bagian dari proses

    tampilan emosi. Remaja mengembangkan skema tentang berbagai variasi orang

    tertentu dalam menunjukkan tampilan emosinya, dan mengatur tampilan emosi

    mereka berdasarkan skema tersebut. Pada awalnya remaja mulai mencoba

    melepas ikatan emosional mereka dengan orang tua dan lebih banyak

    mengembangkan persahabatan dengan teman sebayanya. Remaja, terutama laki-

    laki, lebih banyak menyembunyikan emosi mereka kepada orang tuanya

    dibandingkan anak yang lebih muda, karena mereka mengharapkan untuk tidak

    terlalu banyak mendapatkan dukungan emosional dari orang tuanya. Remaja

    menjadi sangat memerhatikan dampak ekspresi emosi dalam interaksi sosial

    66

    Ibid, h. 139

  • 35

    mereka dan berusaha untuk mendapatkan persetujuan teman sebayanya. Jenis

    kelamin memainkan peran penting dalam menunjukkan tampilan emosi, laki-laki

    lebih berusaha menyembunyikan rasa takut dibandingkan perempuan.67

    Dalam hal ini remaja sudah mulai bisa mengatur emosinya. Islam juga

    mengajarkan agar manusia bisa mengatur emosinya agar manusia tidak berlebih-

    lebihan dalam meluapkan emosinya. Firman Allah Swt.

    Artinya: (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka

    cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu

    gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak

    menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. al-

    Hadid; 23)

    4. Perkembangan sosial

    Pada fase remaja atau balig, mereka mulai memasuki tahap pengambilan

    peran sosial. Remaja mampu memahami perspektif orang lain dan melakukan

    perbandingan berbagai perspektif dengan sistem sosial yang berlaku. Dengan kata

    lain remaja mengharapkan orang lain memikirkan perspektif umum yang berlaku

    dalam kelompok sosial mereka.68

    Dalam konteks ini, remaja sudah mulai bersosialisasi dengan kelompok

    sosial lainnya. Firman Allah Swt:

    67

    Ibid, h. 170 68

    Ibid, h. 200

  • 36

    Artinya; Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari

    seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

    bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya

    orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling

    taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

    Mengenal. (QS. Al-hujurat: 13)

    5. Perkembangan bahasa

    Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif.

    Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang

    akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang

    lebih pendek seperti permainan diganti degan mainan, pekerjaan diganti dengan

    kerjaan.

    Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal.

    Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat

    menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak

    lengkap. Dengan menggunakan struktur yang pendek, pengungkapan makna

    menjadi lebih cepat yang sering membuat pendengar yang bukan penutur asli

    bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya. Kita bisa mendengar

    bagaimana bahasa remaja ini dibuat begitu singkat tetapi sangat komunikatif.

    Mengacu kepada tahapan perkembangan bahasa yang telah dipaparkan

    terdahulu, sesuai dengan tingkatan usia kronologis yang telah dicapai,

    karakteristik perkembangan bahasa remaja telah mencapai tahap kompetensi

    lengkap. Pada usia ini, individu diharapkan telah mempelajari semua sarana

    bahasa dan keterampilan-keterampilan performansi untuk memahami dan

    menghasilkan bahasa tertentu dengan baik.

  • 37

    Sejalan perkembangan psikis remaja yang berada pada fase pencarian jati

    diri, ada tahapan kemampuan berbahasa pada remaja yang berbeda dari tahap-

    tahap sebelum atau sesudahnya yang kadang-kadang menyimpang dari norma

    umum seperti munculnya istilah-istilah khusus di kalangan remaja. Karakteristik

    psikologis khas remaja seringkali mendorong remaja membangun dan memiliki

    bahasa relatif berbeda dan bahkan khas untuk kalangan remaja sendiri, sampai-

    sampai tidak jarang orang di luar kalangan remaja kesulitan memahaminya.

    Dalam perkembangan masyarakat modern sekarang ini, di kota-kota besar bahkan

    berkembang pesat bahasa khas remaja yang sering dikenal dengan bahasa gaul.

    Bahkan karena pesatnya perkembangan bahasa gaul ini dan untuk membantu

    kalangan diuluat remaja memahami bahasa mereka, Debby Sahertian (2000) telah

    menyusun dan menertibkan sebuah kamus khas remaja yang disebut dengan

    Kamus Bahasa Gaul.

    6. Perkembangan moral

    Individu yang berada pada tahap ini melakukn penalaran berdasarkan

    pandangan dan pengharapan kelompok sosial mereka. Aturan dan norma sosial

    dipatuhi untuk mendapatkan persetujuan orang lain atau memelihara aturan sosial.

    Penghargaan dan penolakan sosial mengganti hadiah atau hukuman yang konkrit

    sebagai motivator perilaku etik.

    Tahap perkembangan moral remaja juga termasuk pada tingkat moralitas

    konvensional. Adapun ciri-ciri tahap perkembangan moral remaja adalah orientasi

    anak baik-baik dan orientasi pemeliharaan otoritas. Contoh perilakunya adalah

  • 38

    anak mematuhi aturan untuk menghindari ketidaksetujuan sosial atau penolakan.

    Contoh lainnya anak ingin menghindari kritikan orang lain atau pihak otoritas.69

    Banyak ayat-ayat al-Quran yang diperuntukkan bagi para pelanggar moral.

    Contoh ayat-ayat tersebut merupakan contoh dari ayat yang menggambarkan

    hukuman fisik karena melakukan kesalahan. QS. Al-Syura ayat 40:

    Artinya: dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa,

    Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik. Maka pahalanya atas

    (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang

    zalim.

    Pada tahap ini perspektif yang berbeda-beda mulai diperhitungkan.

    Dendam pribadi tidak dikehendaki dan memaafkan lebih baik daripada membalas

    dendam. Hukuman dilakukan untuk menghalangi terjadinya perbuatan buruk.

    7. Perkembangan spiritual (Agama)

    Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti

    yang khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas

    dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Secara jelas masa anak dapat

    dibedakan dari masa dewasa dan masa tua. Anak masih harus banyak belajar

    untuk dapat memperoleh tempat dalam masyarakat sebagai warga negara yang

    bertanggung jawab dan bahagia.

    Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak

    termasuk golongan anak-anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang

    69

    Ibid, h. 275

  • 39

    dewasa atau orang tua. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja

    masih belum mampu untuk menguasai fungsi fisik maupun psikisnya.70

    Setelah mengetahui faktor-faktor dan unsur-unsur yang mempengaruhi

    sikap remaja terhadap agama, maka dapatlah kita bagi sikap tersebut sebagai

    berikut:

    a) Percaya turut-turutan;

    Kebanyakan remaja percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama

    hanya karena lingkungannya yang beragama, maka mereka ikut percaya

    dan melaksanakan ibadah dan ajaran-ajaran agama, sekedar dengan

    suasana lingkungan di mana ia hidup. Percaya seperti inilah yang disebut

    dengan percaya turut-turutan. Mereka seolah-olah apatis, tidak ada

    perhatian untuk meningkatkan agama, dan tidak mau aktif dalam kegiatan-

    kegiatan agama.

    b) Percaya dengan kesadaran;

    Telah dijelaskan bahwa masa remaja adalah masa di mana perubahan dan

    kegoncangan terjadi di segala bidang, yang dimulai dengan perubahan

    jasmani yang sangat cepat, jauh dari kesinambungan dan keserasian.

    Setelah kegoncangan remaja pertama ini agak reda, yaitu pada umur kira-

    kira 16 tahun di mana pertumbuhan jasmani hampir selesai, kecerdasan

    juga sudah dapat berfikir lebih matang dan pengetahuan pun telah

    bertambah. Kesadaran agama atau semangat agama pada masa remaja itu,

    mulai dengan cenderungnya remaja kepada meninjau dan meneliti kembali

    70

    F. J. Monks, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press;

    1999), h. 259

  • 40

    caranya beragama di masa kecil dulu. Biasanya semangat agama itu tidak

    terjadi sebelum umur 17 atau 18 athun, semangat agama itu mempunyai 2

    bentuk, yaitu:

    c) Percaya, tapi agak ragu-ragu (bimbang);

    Kebimbangan remaja terhadap agama itu berbeda antara satu dengan

    lainnya, sesuai dengan kepribadiannya masing-masing. Ada yang

    mengalami kebimbangan ringan, yang dengan cepat dapat diatasi dan ada

    yang sangat berat sampai pada perubahan agama. Kebimbangan dan

    kegoncangan keyakinan yang terjadi sesudah perkembangan kecerdasan

    selesai.

    d) Tidak percaya sama sekali, atau cenderung kepada atheis

    Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada akhir masa remaja

    adalah mengingkari ujud Tuhan sama sekali dan menggantinya dengan

    keyakinan lain. Atau hanya tidak mempercayai adanya Tuhan saja secara

    mutlak. Ketidak percayaan yang sungguh-sungguh itu tidak terjadi

    sebelum umur 20 tahun. 71

    Banyak cara dalam mendidik remaja, namun berhasil tidaknya sangat

    dipengaruhi oleh pemilihan metodenya. Perkembangan jiwa agama yang benar

    pada remaja menjadikan remaja tersebut siap menghadapi masa depannya dengan

    penuh iman, sedangkan perkembangan jiwa agama yang salah akan berakibat fatal

    bagi dirinya dan bahkan orang lain.

    Di dalam Al-qur-an terdapat dalam firman Allah Swt surah An-Nahl:125:

    71

    Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta, Bulan Bintang;1970), h. 91

  • 41

    Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

    pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

    Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

    tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang

    yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Nahl : 125)

    c. Masa Dewasa

    Menurut Syathi seorang ahli Psikologi, dewasa adalah periode

    perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia dua

    puluhan tahun dan yang berakhir pada usia tiga puluhan tahun. Ini adalah masa

    pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan

    bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang

    secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak-anak.72

    Perkembangan pada masa dewasa terdiri dari:

    1. Perkembangan Fisik

    Periode ini adalah tahap dimana pertambahan dalam pertumbuhan dan

    perkembangan sudah sulit diamati. Pada fase ini dianggap sebagai tahap dimana

    kemampuan fisik dan intelektual mencapai kematangan. Periode ini merupakan

    tahap puncak dari kondisi fisik, sehingga seseorang berada dalam kondisi yang

    sangat mendukung bagi segala usaha untuk memenuhi tantangan dalam mencapai

    kekuasaan dan prestasi terbaik.73

    72Bintusy Syathi, Maqal fi al-Insan (Tahapan Perkembangan Manusia), terj. Adib Arief,

    Yogyakarta : LKPSM, 1997, h. 102 73

    Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan, h. 113

  • 42

    .

    "Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian

    Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,

    kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan

    beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang

    Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.(ar-Rum ayat : 54)

    2. Perkembangan kognitif

    Penalaran orang dewasa semakin berkembang, karena mereka lebih

    berpengalaman dan banyak belajar. Mereka dapat berfikir tentang sesuatu melalui

    proses berfikir logis dan abstraksi yang lebih kaya. Dengan meningkatnya usia,

    seseorang menjadi lebih memahami berbagai konsep abstak, seperti keadilan,

    kebenaran dan hak asasi. Mereka juga telah menimba pengalaman dari berbagai

    konflik yang terjadi sebelumnya karena terjadi individualisasi selama masa

    transisi dari anak-anak menuju masa dewasa.74

    Artinya; Dan setelah Musa cukup umur dan Sempurna akalnya, kami

    berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. dan Demikianlah

    kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al-

    Qashash: 14)

    Pada usia 40 tahun, manusia memasuki usia dengan kematangan pemikiran

    yang lebih baik. Pengalaman mereka lalaui semakin banyak, sehingga dengan

    banyaknya belajar mereka lebih memiliki kebijaksanaan. Mereka juga mulai

    74

    Ibid, h. 140

  • 43

    menyadari bahwa usia mereka telah melewati pertengahan rentang kehidupan,

    sehingga mereka lebih banyak melakukan evaluasi terhadap diri mereka.75

    3. Perkembangan emosi

    Pada fase dewasa awal memiliki kerbutuhan untuk merasakan keintiman

    dan melakukan hubungan seksual. Mereka berusah menghindari parasaan

    terasing, yang sebagai hasilnya mereka berjuanag untuk mendapatklan cinta dan

    penghargaan. Pada usia ini, mereka belajar untuk mandiri dari segi penghasilan

    dan lebih bertanggung jawab terhadap tugas-tugas dewasa. Pada masa ini dapat

    terjadi sesuatu yang disebut krisis seperempat usia (quarter life crisis).

    Karakteristik krisis pada masa ini adalah kebingunagn identitas, kegelisahan

    terhadap masa depan dan ketidakamanan prestasi.76

    Setelah mencapai awal 30-an, merupakan umumnya menjadi lebih tenang.

    Mereka yang telah berhasil mengatasi krisis sebelummnya, mereka telah memiliki

    investasi keuangan dan emosi untuk hidup mereka. Mereka lebih memfokuskan

    diri untuk meningkatkan karier dan meraih kesetabilan dalam kehidupan mereka.

    Umumnya mereka telah membentuk keluarga.77

    Pada usia 40an tahun, mereka telah melewati masa-masa dimana mereka

    brusaha untuk meraih prestasi hidup. Mereka mulai mengalami keadaan emosi,

    mereka marasakan keraguan dan kecemasan terhadap kenyataan hidup yang telah

    dilewati. Individu melakukan refleksi terhadap kehidupan mereka dan sering kali

    merasakan banyak hal yang belum dapat terpenuhi. Kondisi ini juga disebut

    75

    Ibid, h. 141 76

    Ibid, h. 171 77

    Ibid, h. 171

  • 44

    sebagai awal dari proses individualisasi, proses aktiualisasi diri yang terus

    berlangsung sampai kematian.78

    4. Perkembangan sosial

    Al-Quran mengajarkan manusia untuk mengetahui atau mengenali orang

    atau kelompok sosial lainnya. Masyarakat tersusun dengan susunan yang

    majemuk. Setiap anggota masyarakat memiliki fungsi masing-masing yang harus

    dijalankan demi tercapainya dinamika sosial yang harmonis.

    Perkembangan sosial pada fase dewasa di indikasikan pada adanya

    pertemanan dan persahabatan, seks dan kerjasama. Pada fase ini individu

    mencoba mencari identitas dirinya, merasakan keunikan masing-masing dan

    mencari bayangan masa depan.79

    Kebutuhan sosial manusia tidak disebabkan pengaruh yang datang dari

    luar (stimulus) seperti layaknya pada binatang. Karena bentuk kebutuhan pada

    manusia berbentuk nilai. Jadi kebutuhan itu bukan sekedar semata-mata

    kebutuhan biologis melainkan juga kebutuhan rohani.

    Selanjutnya Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya Peranan Agama dalam

    Kesehatan Mental membagi kebutuhan manusia atas 2 kebutuhan pokok, yaitu:

    a) Kebutuhan Primer, yaitu kebutahan jasmaniah

    b) Kebutuhan Sekunder atau kebutuhan rohaniah: Jiwa dan sosial. Kebutuhan

    ini sudah dirasakan manusia sejak masih kecil80

    Selanjutnya beliau membagi kebutuhan sekunder yang pokok menjadi 6

    macam, yaitu:

    78

    Ibid, h. 172 79

    Ibid, h. 196 80

    Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), h. 86

  • 45

    1) Kebutuhan akan rasa kasih sayang

    Kurangnya rasa kasih sayang pada diri seseorang terutama pada anak-anak

    akan menyebabkan tembok pemisah antara mereka dengan orang tuanya.

    2) Kebutuhan akan rasa aman

    Tidak adanya rasa aman menyebabkan seseorang terganggu sikap

    integritas dirinya dengan masyarakat dan lingkungannya.

    3) Kebutuhan akan rasa harga diri

    Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang bersifat individual.

    Diabaikannya kebutuhan akan rasa harga diri ini cenderung menimbulkan sikap

    menyombongkan diri, ngambek, dan sebagainya.

    4) Kebutuhan akan rasa bebas

    Penyakuran rasa bebas ini merupakan upaya agar tercapai perasaan lega.

    Kehilangan rasa bebas akan menyebabkan seseorang menjadi gelisah, tertekan

    baik fisik maupun mental.

    5) Kebutuhan akan rasa sukses

    Penyaluran kebutuhan ini akan menambah rasa harga diri. Pemberian tugas

    yang sesuai dengan kemampuan dan pengganjaran batin (remneration) merupakan

    usaha untuk menyalurkan rasa sukses.

    6) Kebutuhan akan rasa ingin tahu

    Kebutuhan akan rasa ingin tahu akan memenuhi kepuasan dalam

    pembinaan pribadi seseorang. Kebutuhan ini jika tidak disalurkan akan terarah

    kepada tindakan-tindakan negatif yang kurang dapat dipertanggungjawabkan81

    81

    Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), hal. 87.

  • 46

    Pada masa ini juga tahapan sosial yang dilakukan adalah:

    a) Berumah tangga

    Rasulullah Saw Berdabda: Wahai golongan pemuda, barang siapa

    diantara kamu yang mempunyai modal (lahir dan batin untuk menikah), maka

    hendaklah menikah. Sesungguhnya perkawinan itu dapat menjaga pendangan

    mata dan menjaga kehormatan. Maka barang siapa yang tidak kuasa, hendaklah

    berpuasa karena berpuasa itu dapat menjadi obat. (H.R al-Bukhari dan Muslim

    dari Abdullah)

    Rasulullah juga bersabda: Empat macam sunah Rasul yaitu; nikah,

    bersiwak (sikat gigi), memakai wewangian. Dan memakai daun inai. (HR al-

    Tarmidzi)

    b) Mengelola Keluarga

    c) Mengasuh anak

    d) Mencari lingkungan yang baik buat keluarga.

    e) Memilih tokoh idola.82

    5. Perkembangan bahasa

    Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola

    kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Pada tahapan ini Keterampilan

    berbahasa lebih dikuasai, dan lebih supel serta mudah berkomunikasi dengan

    orang lain. Selain itu, Keterampilan berbahasa lebih sopan, agak bijak dan lebih

    dewasa.

    82

    Rafy Sapuri, Psikologi Islami h. 139

  • 47

    6. Perkembangan moral

    Perkembangan moral pada fase ini berfokus pada prinsip-prinsip etika.

    Pada tahap ini menyadari bahwa individu merupakan suatu yang berbeda dari

    masyarakat secara umum, perspektif seseorang harus dipertimbangkan sebelum

    memikirkan masyarakat secara umum.83

    Perkembangan moral berada pada tingkat pascakonvensional, orientasi

    legalistik kontraktual dan prinsip etika universal. Contoh perilakunya, orang

    memilih prinsip moral untuk hidup, bertingkahlaku dengan cara menghormati

    harga diri semua orang.84

    7. Perkembangan spiritual

    Dengan berakhirnya masa remaja, maka berakhir pulalah kegoncangan-

    kegoncangan jiwa yang menyertai pertumbuhan remaja itu. Yang berarti bahwa

    orang yang telah melewati usia remaja, mempunyai ketentraman jiwa, ketetapan

    hati dan kepercayaan yang tegas, baik dalam bentuk positif, maupun negatif.

    Kendatipun demikian, dalam kenyataan hidup sehari-hari, masih banyak orang

    yang merasakan kegoncangan jiwa pada usia dewasa. Bahkan perubahan-

    perubahan kepercayaan dan keyakinan kadang-kadang masih terjadi saja. Keadaan

    dan kejadian-kejadian itu, sangat menarik perhatian ahli agama, sehingga mereka

    berusaha terus-menerus mengajak orang untuk beriman kepada Allah dan

    berusaha memberikan pengertian-pengertian tentang agama.85

    Dengan perkataan

    lain, orang dewasa sudah memahami nilai-nilai yang dipilihnya dan berusaha

    83

    Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan, h. 274 84

    Ibid, h. 275 85

    Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama.. h. 136-137.

  • 48

    untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki

    identitas yang jelas dan kepribadian yang mantap86

    Sikap keagamaan yang dipilih, akan dipertahankan sebagai identitas dan

    kepribadian mereka. Sikap demikian akan membawa mereka merasa mantap

    dalam menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Pilihan tersebut didasarkan

    pada ajaran yang telah memberikan kepuasan batin dan atas pertimbangan akal

    sehat.87

    Sikap keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas

    didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu sikap keberagamaan ini

    umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman

    tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama bagi orang dewasa sudah

    merupakan sikap hidup dan bukan sekadar ikut-ikutan.

    Kestabilan dalam pandangan hidup beragama dan tingkah laku keagamaan

    seseorang, bukanlah kesetabilan yang statis. Melainkan kestabilan yang dinamis,

    di mana pada suatu ketika ia mengenal juga adanya perubahan-perubahan. Adanya

    perubahan itu terjadi karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang

    dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada.88

    Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan

    pada orang dewasa antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    a) Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang

    matang, bukan sekadar ikut-ikutan.

    86

    Ibid, 87

    Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2004), h. 86 88

    Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Radar Jaya, 2007), hal. 65.

  • 49

    b) Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak

    diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.

    c) Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk

    mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.

    d) Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab

    diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.

    e) Bersikap lebih terbuka dan wawasan lebih luas.

    f) Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan

    beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas

    pertimbangan hati nurani.

    g) Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian

    masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam

    menerima, memahami serta melaksanakn ajaran agama yang diyakininya.

    h) Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan

    sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan

    sudah berkembang.89

    C. Arah Pengembangan Keperibadian Islam

    Pengembangan kepribadian islam adalah usaha sadar yang dilakukan oleh

    individu untuk memaksimalkan daya-daya insaninya, agar ia mampu realisasi dan

    aktualisasi diri lebih baik, sehingga memperoleh kualitas hidup di dunia dan di

    89

    Sururin, Ilmu Jiwa Agama,.h. 86

  • 50

    akhirat.90

    Pengembangan kepribadian islam diharapkan dapat menjadi terapi bagi

    mereka yang sakit dan menjadi daya pendorong bagi mereka yang sehat. Bagi

    yang punya kepribadian amarah dapat beranjak menuju kepribadian lawwama,

    dari kepribadian lawwama menuju muthmainnah, dan dari kepribadian

    muthmainnah taraf minimal dapat menuju taraf maksimal, atau pendekatan

    kuantitas menuju pada pendekatan kualitas.91

    Pengembangan kepribadian Islam dapat ditempuh dengan dua pendekatan.

    Pertama, pendekatan konten (materi), yaitu serangkaian metode dan materi dalam

    pengembangan kepribadian yang secara hierarkis dilakukan oleh individu dari

    jenjang yang terendah menuju yang paling tinggi, untuk penyembuhan atau

    peningkatan kepribadiannya. Kedua, pendekatan rentang kehidupan, yaitu

    serangkaian perilaku yang dikaitkan dengan tugas-tugas perkembangan menurut

    rentang usia.92

    Asumsi pendekatan ini adalah bahwa dalam setiap rentang

    kehidupan, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus diperankan

    menurut jenjang usia.

    Pendekatan kedua sudah dijelaskan secara terperinci pada pembahasan

    sebelumnya. Sedangkan pendekatan konten terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

    a) Tahapan permulaan. Pada tahapan ini manusia rindu kepada Khaliknya. Ia

    sadar bahwa keinginan untuk berjumpa itu terdapat tabir yang menghalangi

    interkasi dan komunikasinya, sehingga ia berusaha menghilangkan tabir

    tersebut.

    90

    Abdul Mujib, Kepribadian dalam .., h. 387 91

    Abdul Mujib, Kepribadian dalam psikologi Islam.., h. 388. 92

    Ibid, h. 388.

  • 51

    b) Tahapan kesungguhan dalam menempuh kebaikan. Pada tahapan ini

    kepribadian seseorang telah bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat.93

    Selanjutnya struktur kepribadian manusia terdiri atas tiga yaitu qalbu

    (sruktur terdalam pada manusia dikendalikan oleh roh, rekan kerjanya adalah

    wahyu dan ilham), Jism (struktur terluar pada manusia yang dikendalikan oleh

    fisik/badan, rekan kerjanya adalah hawa nafsu dan nafsu syahwat), dan nafs

    (unsur yang menjadi perpaduan qalbu dan jism dikendalikan oleh rasio qakbani

    dan rasio nafsani, rekan kerjanya adalah qalbu, pancaindra dan seluruh anggota

    tubuh).

    Qalbu adalah bagian spriritual manusia. Ia ada tapi keberadaanya hanya

    dapat dirasakan, seperti tiupan angin yang semilir terasa menyejukkan. Untuk

    dapat merasakanya dibutuhkan seni tersendiri, yaitu menghaluskan segala gerak

    dan daya, baik dengan zikir, itikap, muhasabah, shalat dan sebagainya.

    Psikis merupakan gejala psikologis yang dapat disaksikan dan diinderai,

    jika telah terakumulasi dalam bentuk tingkah laku, baik yang disengaja ataupun

    pada gerakan refleks, yaitu gerakan yang terjadi tanpa disadari. Hal positif dari

    dari nilai psikis adalah rasa sayang dan ramah, sedangkan negatifnya akan

    ditemukan pada sifat emosi, marah, dengki dan sebagainya.94

    93Rafy Sapuri, Psikologi Islam., h. 115 94

    Ibid, h. 165

  • 52

    STRUKTUR KEPRIBADIAN MANUSIA

    PSIKIS (NAFS) SEBAGAI PUSAT TIMBULNYA PERILAKU.95

    D. KESIMPULAN

    Perubahan dalam diri manusia terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari

    perubahan psikis, dan perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik.

    Perubahan kualitatif tersebut sering disebut dengan perkembangan, seperti

    perubahan dari tidak mengetahui menjadi mengetahuinya, dari kekanak-kanakan

    menjadi dewasa, dst. Sedangkan perubahan kuantitatif sering disebut dengan

    pertumbuhan, seperti perubahan tinggi dan berat badan.

    Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan

    kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati.

    Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahan-perubahan yang yang

    ialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

    95

    Ibid, h. 176

    Ilham

    AKAL

    QALB

    NAFS

    JISM

    Hawa Nafasu Nafsu Syahwat

    Wahyu

    Mati

    Sakit

    Sehat

    Hidup Tidak bisa berpikir Miss-Opsi

    mmmm

    mi

    Berpikir sehat

    Berpikir sakit

    Tidak bisa berfikir

    Disfungsi

    PERILAKU (Behavior)

  • 53

    kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan

    berkesinambungan baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).

    Secara garis besar tahapan perkembangan manusia dapat diamati pada

    tahap kanak-kanak, baliq dan dewasa. Ciri perkembangan dapat dilihat dari

    berbagai aspek diantaranya perkembangan fisik, kognitif, emosi, sosial, bahasa,

    moral dan spiritual.

    Pengembangan kepribadian manusia memperhatikan struktur kepribadian

    manusia terdiri atas tiga yaitu qalbu (sruktur terdalam pada manusia dikendalikan

    oleh roh, rekan kerjanya adalah wahyu dan ilham), Jism (struktur terluar pada

    manusia yang dikendalikan oleh fisik/badan, rekan kerjanya adalah hawa nafsu

    dan nafsu syahwat), dan nafs (unsur yang menjadi perpaduan qalbu dan jism

    dikendalikan oleh rasio qakbani dan rasio nafsani, rekan kerjanya adalah qalbu,

    pancaindra dan seluruh anggota tubuh). Perkembangan ketiga struktur tersebut

    sangat menentukan perilaku manusia.

  • 54

    Daftar Pustaka

    Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo

    Persada, 2006)

    Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner,

    (Jakarta: Rajawali Pers, 2009).

    Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam; Menyingkap

    Rentang Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga pascakematian,

    (Jakarta: RajaGRafindo Persada, 2008)

    Bintusy Syathi, Maqal fi al-Insan (Tahapan Perkembangan Manusia), terj. Adib Arief, Yogyakarta : LKPSM, 1997)

    Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Terjemahan Med. Meitasari

    Tjandrasa, Muslichah Zarkasih, (Jakarta: Erlangga, 1978).

    F. J. Monks, Psikolog