27
Dewan Pers: kebebasan pers semestinya keberpihakan pada publik | 2.840 Views Pewarta: Monalisa Ketua Dewan Pers, Bagir Manan (ANTARA/Fiqman Sunandar) Batam (ANTARA News) - Ketua Dewan Pers Bagir Manan menilai kebebasan pers semestinya berupa keberpihakan pers terhadap publik bukan menempatkan diri sebagai bagian integral kekuatan-kekuatan politik yang bersaing. "Cukup banyak persoalan pers, bagaimana cara menerjemahkan kebebasan dan hak berekspreksi. Kebebasan pers semestinya keberpihakan pada publik, bukan pers partisan," kata Bagir saat acara Peringatan Hari Pers Nasional 2015 di Batam, Kepulauan Riau, Senin.

data artikel ppkn.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Artikel

Citation preview

Dewan Pers: kebebasan pers semestinya keberpihakan pada publik| 2.840 ViewsPewarta: Monalisa

Ketua Dewan Pers, Bagir Manan (ANTARA/Fiqman Sunandar)

Batam (ANTARA News) - Ketua Dewan Pers Bagir Manan menilai kebebasan pers semestinya berupa keberpihakan pers terhadap publik bukan menempatkan diri sebagai bagian integral kekuatan-kekuatan politik yang bersaing.

"Cukup banyak persoalan pers, bagaimana cara menerjemahkan kebebasan dan hak berekspreksi. Kebebasan pers semestinya keberpihakan pada publik, bukan pers partisan," kata Bagir saat acara Peringatan Hari Pers Nasional 2015 di Batam, Kepulauan Riau, Senin.

Menurut Bagir, keberpihakan jadi masalah ketika pers menjadi partisan karena partisan tidak layak dalam pers bebas.

"Pers partisan merendahkan diri sendiri, mengesampingkan kode etik, dan standar jurnalistik. Pengaruh politik terhadap pers meresahkan publik, ini faktor utama partisipan pers," ujar Bagir.

Ia menambahkan, persoalan lainnya yakni adanya pers abal-abal yang semestinya tidak bisa ditolerir oleh insan pers.

"Dewan pers mendapat keluhan dari masyarakat tentang pers abal-abal. Ada juga pers asli yang abal-abal," katanya.

Menurut Bagir, pers abal-abal membuat berita untuk mengancam, memeras, dan bentuk manipulasi lain. Adanya pers abal-abal, katanya, merupakan penyakit bawaan dan adanya peluang.

"Saya minta HPN tegaskan bentuk pers abal-abal dan menindak segala pers abal-abal itu. Saya atas nama pers sampaikan rasa prihatin atas hiruk pikuk politik. Saya ingatkan pers tidak boleh jadi bagian hiruk pikuk kecuali sebatas sampaikan informasi," kata Bagir.

"Lebih baik pers pertanyakan suatu keputusan daripada pers pertanyakan kenapa tidak ada suatu keputusan. Mari terapkan semboyan pers hari ini lebih baik dari kemarin dan pers esok lebih baik dari hari ini," tutur Bagir.

Peringatan Hari Pers Nasional 2015 dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla mewakili Presiden Joko Widodo yang saat ini tengah kunjungan negara di Filipina.

Hari pers 2015 yang diusung dengan tema "Pers Sehat, Bangsa Hebat" dihadiri pula oleh Ketua MPR Zulkilfi Hasan serta sejumlah menteri Kabinet Kerja seperti Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Dalam Negeri Tjahyo Kumolo, dan Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Selain itu juga dihadiri Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani serta 32 kepala daerah lainnya, dan perwakilan negara-negara tetangga.Editor: Unggul Tri Ratomohttp://www.antaranews.com/berita/479022/dewan-pers-kebebasan-pers-semestinya-keberpihakan-pada-publik

Kebebasan Pers di Dunia MemburukKoran SINDO Selasa, 17 Februari 2015 15:21 WIB istimewaMenurut laporan organisasi pembela media Wartawan Tanpa Tapal Batas (Reporters Without Borders), kebebasan pers di seluruh dunia menurun selama tahun 2014. Indeks kebebasan pers Indonesia turun dari urutan ke-132 di 2013 menjadi peringkat 138 pada tahun 2014. Pelanggaran terhadap kebebasan pers meningkat 8% sejak 2013, yang berakibat buruk terhadap sebagian besar dari ke-180 negara yang disurvei 1. Amerika Serikat berada di peringkat ke-49 tahun ini, atau turun 3 poin dari tahun lalu 2. Kelompok-kelompok bukan negara seperti teroris Islamis, pedagang narkoba Amerika Latin dan mafia menggunakan ketakukan dan pembalasan untuk membungkam wartawan dan blogger yang berani menyelidiki mereka atau tidak mau bertindak sebagai corong mereka 3. Lima negara yang peringkatnya tertinggi semua berada di Eropa, seperti Finlandia yang menempati urutan pertama, disusul Norwegia, Denmark, Belanda dan Swedia 4. Cina, Iran, Suriah, dan Korea Utara termasuk di antara negara-negara yang terendah tingkat kebebasan persnya 5. Buruknya kebebasan pers di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara disebabkan karena kedua kawasan itu dikuasai oleh kelompok-kelompok bukan negara yang membuat informasi independen sama sekali tidak ada 6. New Zealand, Kanada dan Jamaika juga masuk dalam 10 besar negara yang dinilai baik dalam hal kebebasan pers

*Data Jurnalis Tewas 10 Tahun Terakhir

TAHUN JURNALIS ASISTEN JURNALIS PEGIAT JURNALISTIK WARGA 2015 13 - - 2014 69 11 19 2013 79 4 55 2012 87 7 49 2011 67 2 10 2010 58 1 - 2009 75 1 - 2008 60 1 - 2007 87 22 - 2006 85 32 -

*Kalah Dari Brunei Di Asean

Berdasarkan indeks kebebasan pers 2015 dari Reporters Without Borders, Indonesia termasuk rendah di Asia dibanding negara seperti Afghanistan dan Brunei Darusalam (peringkat 121)

1. Indonesia berada di peringkat 132 dari 180 negara, dengan skor total 40,75 dari nilai maksimal 100 2. Skor ini naik dari angka tahun 2014, yakni 38,15 3. Angka yang lebih tinggi berarti kebebasan pers berkurang 4. Tolak ukurnya antara lain pluralisme, independensi media, sensor mandiri, serta transparansi 5. Untuk indeks pelecehan, Indonesia mendapat nilai 27,08. Indeks ini mengukur level kekerasan dan pelecehan yang ditemui jurnalis serta lembaga warta dalam kurun waktu satu tahun 6. Peringkat Indonesia lebih rendah dibanding banyak negara Afrika dan Asia 7. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia relatif lebih unggul dengan Kamboja (peringkat 139), Filipina (141), Malaysia (147), Thailand (134), dan Singapura (153) 1. Ayat keempat bahwa dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak *Catatan Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI)

1. Sepanjang tahun 2014 tercatat ada enam kasus kekerasan terhadap jurnalis Total ada 40 kasus kekerasan terhadap jurnalis sepanjang 2014 2. Angka kekerasan ini tak banyak berubah dibanding tahun 2013 namun dari segi kualitas meningkat 3. Intimidasi, ancaman, telepon gelap, teror, pelecehan, pemukulan, pengusiran, pelarangan liputan, perusakan kantor hingga perampasan kamera masih terus terjadi 4. Tahun 2014 adalah tahun kelabu untuk pengungkapan kasus kekerasan terhadap jurnalis. Upaya mengungkap kasus pembunuhan jurnalis harian Bernas Yogyakarta, Muhammad Fuad Syafrudin alias Udin yang masuk kadaluwarsa tak mendapat respons kepolisian 5. Saat kebebasan pers dalam tekanan, kebebasan berekspresi dan berpendapat juga mengalami tekanan serius 6. Sampai tahun 2014, menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, terdapat 74 kasus kriminalisasi kebebasan berpendapat berdasarkan UU ITE *Pentingnya Kebebasan PERS

Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers

2. Pasal 4 di dalam ayat 1 disebutkan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara 3. Ayat kedua menyebutkan terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran 4. Ayat ketiga bahwa untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi 1. Kelompok-kelompok kriminal pengedar narkoba (kartel) di negara-negara Amerika Latin khususya Kolombia yang biasannya memiliki pasukan khusus menjadi ancaman serius bagi pemerintahan yang sah dan juga pers 2. Kelompok-kelompok mafia Italia asal Pulau Sisilia (La Cosa Nostra) menjadi kelompok non negara berbahaya di Italia maupun di dunia yang mengancam aktivitas jurnalistik 3. Konflik bersenjata Afrika di antaranya di Chad, Ethiopia, Rwanda, Sudan, Somalia, Uganda, Angola, Burundi, Rwanda, Liberia, dan Sierra Leone melahirkan banyak faksi yang berbahaya bagi kebebasan pers 4. Perang antar kelompok di Libya sepeninggal lengsernya mantan pemimpin Libya Moamar Khadafi *Kelompok Non Negara Pengancam Kebebasan PERS

Menjamurnya kelompok-kelompok non negara yang lazim menggunakan kekerasan terhadap orang atau kelompok yang tidak sealiran dengan mereka dituding menjadi penyebab memburuknya kondisi kebebasan pers di dunia.

5. Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) merupakan kelompok Jihadis yang aktif di Irak dan Suriah. ISIS dibentuk pada April 2013 dan cikal bakalnya berasal dari al-Qaida di Irak (AQI) 6. Boko Haram adalah organisasi Islam militan yang bermarkas di Nigeria timur laut, dan Kamerun utara. Organisasi ini didirikan pada tahun 2002 dengan tujuan mendirikan negara Islam "murni" berdasarkan hukum syariah 7. Milisi pemberontak pro Rusia menjadi kelompok utama dalam konflik di Ukraina Timur yang dipicu oleh upaya pemisahan diri Donets dan Lugansk dari Ukraina oleh kelompok pro Rusia

Kebebasan Pers di Dunia MemburukKoran SINDO Selasa, 17 Februari 2015 15:21 WIB istimewaMenurut laporan organisasi pembela media Wartawan Tanpa Tapal Batas (Reporters Without Borders), kebebasan pers di seluruh dunia menurun selama tahun 2014. Indeks kebebasan pers Indonesia turun dari urutan ke-132 di 2013 menjadi peringkat 138 pada tahun 2014.

1. Pelanggaran terhadap kebebasan pers meningkat 8% sejak 2013, yang berakibat buruk terhadap sebagian besar dari ke-180 negara yang disurvei 2. Amerika Serikat berada di peringkat ke-49 tahun ini, atau turun 3 poin dari tahun lalu 3. Kelompok-kelompok bukan negara seperti teroris Islamis, pedagang narkoba Amerika Latin dan mafia menggunakan ketakukan dan pembalasan untuk membungkam wartawan dan blogger yang berani menyelidiki mereka atau tidak mau bertindak sebagai corong mereka 4. Lima negara yang peringkatnya tertinggi semua berada di Eropa, seperti Finlandia yang menempati urutan pertama, disusul Norwegia, Denmark, Belanda dan Swedia 5. Cina, Iran, Suriah, dan Korea Utara termasuk di antara negara-negara yang terendah tingkat kebebasan persnya 6. Buruknya kebebasan pers di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara disebabkan karena kedua kawasan itu dikuasai oleh kelompok-kelompok bukan negara yang membuat informasi independen sama sekali tidak ada 7. New Zealand, Kanada dan Jamaika juga masuk dalam 10 besar negara yang dinilai baik dalam hal kebebasan pers

*Data Jurnalis Tewas 10 Tahun Terakhir

TAHUN JURNALIS ASISTEN JURNALIS PEGIAT JURNALISTIK WARGA 2015 13 - - 2014 69 11 19 2013 79 4 55 2012 87 7 49 2011 67 2 10 2010 58 1 - 2009 75 1 - 2008 60 1 - 2007 87 22 - 2006 85 32 -

*Kalah Dari Brunei Di Asean

Berdasarkan indeks kebebasan pers 2015 dari Reporters Without Borders, Indonesia termasuk rendah di Asia dibanding negara seperti Afghanistan dan Brunei Darusalam (peringkat 121)

1. Indonesia berada di peringkat 132 dari 180 negara, dengan skor total 40,75 dari nilai maksimal 100 2. Skor ini naik dari angka tahun 2014, yakni 38,15 3. Angka yang lebih tinggi berarti kebebasan pers berkurang 4. Tolak ukurnya antara lain pluralisme, independensi media, sensor mandiri, serta transparansi 5. Untuk indeks pelecehan, Indonesia mendapat nilai 27,08. Indeks ini mengukur level kekerasan dan pelecehan yang ditemui jurnalis serta lembaga warta dalam kurun waktu satu tahun 6. Peringkat Indonesia lebih rendah dibanding banyak negara Afrika dan Asia 7. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia relatif lebih unggul dengan Kamboja (peringkat 139), Filipina (141), Malaysia (147), Thailand (134), dan Singapura (153)

*Pentingnya Kebebasan PERS

Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers

1. Pasal 4 di dalam ayat 1 disebutkan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara 2. Ayat kedua menyebutkan terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran 3. Ayat ketiga bahwa untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi 4. Ayat keempat bahwa dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak

*Catatan Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI)

1. Sepanjang tahun 2014 tercatat ada enam kasus kekerasan terhadap jurnalis Total ada 40 kasus kekerasan terhadap jurnalis sepanjang 2014 2. Angka kekerasan ini tak banyak berubah dibanding tahun 2013 namun dari segi kualitas meningkat 3. Intimidasi, ancaman, telepon gelap, teror, pelecehan, pemukulan, pengusiran, pelarangan liputan, perusakan kantor hingga perampasan kamera masih terus terjadi 4. Tahun 2014 adalah tahun kelabu untuk pengungkapan kasus kekerasan terhadap jurnalis. Upaya mengungkap kasus pembunuhan jurnalis harian Bernas Yogyakarta, Muhammad Fuad Syafrudin alias Udin yang masuk kadaluwarsa tak mendapat respons kepolisian 5. Saat kebebasan pers dalam tekanan, kebebasan berekspresi dan berpendapat juga mengalami tekanan serius 6. Sampai tahun 2014, menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, terdapat 74 kasus kriminalisasi kebebasan berpendapat berdasarkan UU ITE

*Kelompok Non Negara Pengancam Kebebasan PERS

Menjamurnya kelompok-kelompok non negara yang lazim menggunakan kekerasan terhadap orang atau kelompok yang tidak sealiran dengan mereka dituding menjadi penyebab memburuknya kondisi kebebasan pers di dunia.

1. Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) merupakan kelompok Jihadis yang aktif di Irak dan Suriah. ISIS dibentuk pada April 2013 dan cikal bakalnya berasal dari al-Qaida di Irak (AQI) 2. Boko Haram adalah organisasi Islam militan yang bermarkas di Nigeria timur laut, dan Kamerun utara. Organisasi ini didirikan pada tahun 2002 dengan tujuan mendirikan negara Islam "murni" berdasarkan hukum syariah 3. Milisi pemberontak pro Rusia menjadi kelompok utama dalam konflik di Ukraina Timur yang dipicu oleh upaya pemisahan diri Donets dan Lugansk dari Ukraina oleh kelompok pro Rusia 4. Kelompok-kelompok kriminal pengedar narkoba (kartel) di negara-negara Amerika Latin khususya Kolombia yang biasannya memiliki pasukan khusus menjadi ancaman serius bagi pemerintahan yang sah dan juga pers 5. Kelompok-kelompok mafia Italia asal Pulau Sisilia (La Cosa Nostra) menjadi kelompok non negara berbahaya di Italia maupun di dunia yang mengancam aktivitas jurnalistik 6. Konflik bersenjata Afrika di antaranya di Chad, Ethiopia, Rwanda, Sudan, Somalia, Uganda, Angola, Burundi, Rwanda, Liberia, dan Sierra Leone melahirkan banyak faksi yang berbahaya bagi kebebasan pers 7. Perang antar kelompok di Libya sepeninggal lengsernya mantan pemimpin Libya Moamar Khadafi

*Indeks Kebebasan PERS Di Dunia

Ranking SITUASI Sangat Baik 1 Finlandia 2 Norwegia 3 Denmark 4 Belanda5 Swedia6 Selandia Baru 7 Austria8 Kanada 9 Jamaika 10 Estonia

RANKING SITUASI Sangat Serius 174 Sudan 177 Suriah 180 Eritrea 178 Turkmenistan 173 Iran 172 Somalia 179 Korea Utara 171 Laos 175 Vietnam 176 China

Sumber : Repoters Without Borders & Litbang KORAN SINDO

(bbg)views: 153xhttp://www.koran-sindo.com/read/965532/149/kebebasan-pers-di-dunia-memburuk-1424160632

Jum'at, 13 Februari 2015 | 20:11 WIBIndeks Kebebasan Pers Indonesia Menurun

Sejumlah wartawan berujuk rasa memperingati Hari Kebebasan Pers Seduania di Mataram, Nusa Tenggara Barat, (3/5). Mereka menuntut pelaku utama pembunuh wartawan Udin ditangkap dan diadili. ANTARA/Ahmad SubaidiTEMPO.CO, Jakarta - Laporan yang dikeluarkan organisasi pembela media Wartawan Tanpa Tapal Batas (Reporters Without Borders) mengatakan kebebasan pers menurun di seluruh dunia tahun lalu. Indeks Kebebasan Pers Dunia tahunan mengatakan keadaan di dua pertiga dari 180 negara yang disurvei memburuk pada 2014.

Penurunan itu diakibatkan konflik bersenjata dan tindak teror oleh kelompok non-negara seperti kelompok teroris Negara Islam (ISIS).

Indonesia menduduki peringkat 138 dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia tahun 2015 yang dirilis hari Kamis (12/2) tersebut. Peringkat tahun ini turun dari peringkat ke-132 tahun lalu.

Iran, Cina, Suriah, dan Korea Utara termasuk di antara negara-negara yang terendah tingkat kebebasan persnya. Lima negara yang peringkatnya tertinggi semua berada di Eropa Barat, sementara peringkat Amerika Serikat berada di peringkat ke-49 tahun ini, atau turun 3 poin dari tahun lalu. Penurunan peringkat AS ini antara lain karena penindakan tegas terhadap whistleblowers (pengungkap) di bawah Presiden Obama

Menurut laporan itu, pelanggaran terhadap kebebasan pers meningkat 8 persen sejak 2013, yang berakibat buruk terhadap sebagian besar dari ke-180 negara yang disurvei. Finlandia memperoleh angka terbaik untuk tahun kelima, yang membantu Eropa dan Balkan memperoleh angka terbaik, walaupun kawasan itu mengalami penurunan angka kebebasan pers.

Timur Tengah dan Afrika Utara di posisi terakhir. Laporan itu mengatakan sebagian besar kawasan itu dikuasai oleh kelompok-kelompok yang bukan negara yang membuat informasi independen sama sekali tidak ada.

Konflik yang sedang berlangsung di Suriah, Irak, dan Ukraina telah berakibat dahsyat. Dan kelompok-kelompok pemberontak seperti ISIS dan Boko Haram melakukan tindakan-tindakan keras, dengan menggunakan agama untuk membenarkan kekerasan brutal terhadap wartawan.

Laporan itu mengatakan kelompok-kelompok yang bukan negara seperti teroris Islamis, pedagang narkoba Amerika Latin dan mafia menggunakan ketakukan dan pembalasan untuk membungkam wartawan dan blogger yang berani menyelidiki mereka atau tidak mau bertindak sebagai corong mereka.

VOA | REPORTERS WITHOUT BORDERS | WINONA AMANDAhttp://www.tempo.co/read/news/2015/02/13/118642344/Indeks-Kebebasan-Pers-Indonesia-Menurun

Bagir Manan ingatkan keberadaan pers abal-abal| 3.819 ViewsPewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga

Ketua Dewan Pers Bagir Manan (FOTO ANTARA/Ahmad Subaidi)

Kalau pemberitaan kebablasan dilakukan oleh pers abal-abal silakan dibawa ke ranah hukum

Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Pers Bagir Manan mengingatkan keberadaan pers palsu atau pers abal-abal yang terkadang turut andil menjadi salah satu pelaku kebebasan pers yang kebablasan.

"Kebebasan pers yang kebablasan itu dilakukan dua pihak, pertama oleh pers yang asli dan kedua oleh pers abal-abal," kata Bagir Manan dalam diskusi terbatas bertajuk Penilaian Pers Yang Dianggap Kebablasan dan Keinginan Untuk Kembali Mengontrol Kebebasan Pers, di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan apabila pemberitaan yang kebablasan dilakukan oleh pers asli, maka sudah ada mekanisme pelaporan bagi pihak yang dirugikan atas pemberitaan tersebut, yakni melalui Dewan Pers atau Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Apabila pemberitaan yang kebablasan dilakukan pers abal-abal, maka hal itu menurut Bagir Manan, bukan lagi merupakan wilayah Dewan Pers.

"Kalau pemberitaan kebablasan dilakukan oleh pers abal-abal silakan dibawa ke ranah hukum," jelas dia.

Dia mengatakan sejatinya sulit mengukur kebebasan pers seperti apa yang dapat dikategorikan kebablasan. Namun Bagir menekankan bahwa pada dasarnya pekerjaan pers telah diatur dalam Undang-Undang Pers.

Dia juga mengingatkan bahwa pers bukanlah kelompok yang suci dari kesalahan. Termasuk apabila ada praktik-praktik pemerasan yang dilakukan oleh pers, hal itu dapat dilaporkan ke wilayah hukum.Editor: AA Ariwibowohttp://www.antaranews.com/berita/476747/bagir-manan-ingatkan-keberadaan-pers-abal-abal

enin, 23 Februari 2015 16:31 WIB

Akademisi dan Jurnalis di Riau Desak Pasal Karet dan 'Ganas' dalam UU ITE Dihapus

00Share00

Diskusi

PEKANBARU, GORIAU.COM - Kalangan akademisi dan jurnalis di Provinsi Riau mendesak DPR segera merevisi Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), khususnya mendesak dihapuskannya pasal 27 ayat 3 dan pasal 28 ayat 2 dalam UU tersebut.

Desakan tersebut mengemuka dalam diskusi bertema "Perlunya Revisi UU ITE untuk Membangun Pers yang Sehat", yang ditaja Forum Diskusi Publik (FDP) di Ray Star Cafe and Resto di Jalan Tuanku Tambusai, Pekanbaru, Senin (23/2). Hadir sebagai pembicara pada Diskusi tersebut Dekan Fikom UIR yang juga pengamat kebijakan publik Dr H Ahmad Tarmizi Yusa, MA, Komisioner KIP Riau Teddy Boy, Ketua Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indonesia (ISKI) Riau Nurul Huda, MHum MIkom, Sekretaris PWI Riau Eka Putra Nazir dan Pemimpin Redaksi GoRiau.com Hasan Basril.

- See more at: http://www.goriau.com/berita/riau/akademisi-dan-jurnalis-di-riau-desak-pasal-karet-dan-ganas-dalam-uu-ite-dihapus.html#sthash.m93E1Ed9.dpuf

Diskusi yang dipandu Satria Utama Batubara itu dihadiri pimpinan media massa, jurnalis, komisioner KPI Riau, praktisi humas, dosen dan mahasiswa.

Tarmizi Yusa mengatakan, pasal 27 ayat 3 dan pasal 28 ayat 2 dalam UU ITE tersebut merupakan pasal karet yang sangat mengancam demokrasi. Tarmizi menilai kedua pasal itu bertentangan dengan UUD 1945 hasil amandemen, yakni pasal 28 ayat F yang menjamin kebebasan berpendapat. "Kebebasan mengeluarkan pendapat merupakan hak asasi manusia yang seharusnya dilindungi oleh negara," tegasnya.

Ditambahkan Tarmizi, kedua pasal itu juga bertentangan dengan semangat meningkatkan pelayanan publik. "Perbaikan pelayanan publik baru bisa dilakukan bila masyarakat diberi peluang melakukan kritik. Kedua pasal elastis tersebut justru membuat masyarakat takut mengkritisi pelayanan publik, karena berisiko dipenjara dan didenda. Akibatnya, tidak akan ada upaya perbaikan pelayanan publik," jelasnya.

Karena itu, sambung Tarmizi, kedua pasal tersebut perlu dihapus atau direvisi saja. "Kalau direvisi, maka harus dilandasi semangat menjunjung tinggi HAM dan pelayanan publik," ujarnya.

Sementara Hasan Basril mengatakan, pasal 27 dan 28 UU ITE merupakan ancaman terhadap kemerdekaan pers, khususnya bagi media online atau portal berita. Ancaman pidana yang terlalu berat, yakni kurungan penjara maksimal 6 tahun dan denda maksimal Rp1 miliar, kata Hasan, bisa melemahkan daya kritis jurnalis media online.

Selain itu, juga bisa menyebabkan narasumber-narasumber kritis menjadi takut diwawancarai wartawan media online, sebab khawatir bakal terjerat UU ITE. "Karena media online bisa terlindungi UU Pers, makanya pihak yang merasa dirugikan berupaya menjadikan narasumber sebagai target untuk diperkarakan. Inilah yang menyebabkan sebagian narasumber kritis menjadi khawatir," jelas dosen jurnalistik di Jurusan Ilmu Komunikasi Fikom UIR, FDIK UIN Suska Riau dan STISIP Persada Bunda tersebut.- See more at: http://www.goriau.com/berita/riau/akademisi-dan-jurnalis-di-riau-desak-pasal-karet-dan-ganas-dalam-uu-ite-dihapus.html#sthash.m93E1Ed9.dpuf

"Dibandingkan dengan KUHP, ancaman pidana pada UU ITE ini jauh lebih 'ganas'. Kalau di KUHP, untuk delik serupa, ancaman hukumannya tidak lebih dari satu setengah tahun dan tersangka tak langsung ditahan. Kalau melanggar pasal 27 dan 28 UU ITE, tersangkanya langsung ditahan," tambahnya.

Menurut Hasan, pemerintah seharusnya melakukan sosialisasi dan edukasi secara maksimal kepada masyarakat sebelum menerapkan peraturan perundang-undangan baru. "Sehingga tidak ada masyarakat yang jadi korban karena ketidaktahuannya, akibat lemahnya sosialisasi dan edukasi dari pemerintah," tukuknya.

Eka Putra Nazir berpendapat, UU ITE diperlukan untuk mencegah masyarakat melakukan pencemaran nama baik, penghinaan dan fitnah melalui media internet. Namun Eka sepakat, bahwa pasal 27 dan 28 UU ITE perlu direvisi. "Kedua pasal tersebut perlu diperjelas, sehingga tidak bisa lagi seenaknya ditafsirkan untuk menjerat pengguna media elektronik," kata dosen Umri tersebut.

Nurul Huda dan Teddy Boy, juga mendesak pasal 27 dan 28 UU ITE segera direvisi agar tidak ada lagi pengguna media sosial yang terjerat dua pasal karet tersebut. rls- See more at: http://www.goriau.com/berita/riau/akademisi-dan-jurnalis-di-riau-desak-pasal-karet-dan-ganas-dalam-uu-ite-dihapus.html#sthash.m93E1Ed9.dpuf

http://www.goriau.com/berita/riau/akademisi-dan-jurnalis-di-riau-desak-pasal-karet-dan-ganas-dalam-uu-ite-dihapus.html

Minggu, 22 Februari 2015 14:30 WIB

Besok, FDP Gelar Diskusi Publik Perlunya Revisi UU ITE

22Share00

Amril Jambak

PEKANBARU, GORIAU.COM - Forum Diskusi Publik (FDP) mengagendakan diskusi publik, Senin (23/2) besok. Kali ini tema yang diusung adalah ''Perlunya Revisi UU ITE serta Membangun Pers Yang Sehat''.

Hal ini diungkapkapkan Amril Jambak, Koordinator FDP, melalui siaran pers-nya, Minggu (22/2/2015).

Dikatakannya, diskusi yang digelar di Ray Star Cafe n Resto Jalan Tuanku Tambusai pukul 09.00 WIB ini akan menghadirkan pembicara dari akademisi, praktisi pers, kalangan media, organisasi wartawan, dan lembaga lainnya.

''Insyaallah kali ini yang kita undang untuk membahas masalah tema tersebut, yakni H Dheni Kurnia, Ketua PWI Provinsi Riau, Ketua Komisi Keterbukaan Informasi Publik Mahyuddin Yusdar, pengamat kebijakan publik dari Universitas Islam Riau (UIR) Dr H Ahmad Tarmizi Yusa MA, Hasan Basril, Pemimpin Redaksi GoRiau.com, dan Ketua Serikat Perusahaan Pers (SPS) Provinsi Riau Dr H Syafriadi, SH, MH,'' beber Amril.

Ditambahkannya, dari penyebaran undangan yang dilayangkan ke perguruan tinggi (PT) di Kota Pekanbaru, sedikitnya akan dihadiri 150 peserta, ditambah dengan pimpinan media cetak, elektronik, dan media online, serta Diskominfo dan PDE Riau.

Dalam kesempatan itu, Amril mengungkapkan, Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) adalah ketentuan yang berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam UU ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.

Para korban UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE banyak yang meminta pemerintah melakukan revisi UU ITE. Kasus yang dihadapi terkait akun di facebook dapat diselesaikan melalui mediasi dan bukan di pengadilan, karena statusnya hanya berisi opini dan kritik.

Sedangkan kalangan blogger menilai mengingat banyaknya orang yang terjerat dalam kasus hukum menggunakan UU ITE, maka sebagai masyarakat sipil jangan hanya menolaknya, tetapi meminta pemerintah dan DPR mencabutnya. Sebagai negara demokrasi, Indonesia masih menggunakannya dan sebaiknnya UU ITE digabungkan dalam KUHP.

Masih banyak terjadi penindasan terhadap kebebasan berekspresi dan kebebasan pers menggunakan UU ITE serta dinilai mengekang kebebasan sipil, ujarnya.

Pemerintah harus segera merevisi UU ITE karena belum sejalan dengan perlindungan hak kebebasan berpendapat, selain itu diperlukan adanya diseminasi kepada publik, khususnya keberadaan pasal pencemaran nama baik.

''Perlunya penciptaan opini publik perihal pentingnya perubahan UU ITE, sehingga dapat memperbesar peluang terhadap perubahan UU ITE, agar sejalan dengan perlindungan hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi,'' katanya menyebutkan tujuan digelarnya diskusi tersebut. (rls)

Editor: Hermanto Ansam- See more at: http://www.goriau.com/berita/umum/besok-fdp-gelar-diskusi-publik-perlunya-revisi-uu-ite.html#sthash.PZoCAs7K.dpuf

http://www.goriau.com/berita/umum/besok-fdp-gelar-diskusi-publik-perlunya-revisi-uu-ite.html