Upload
deta-meila-putri
View
37
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan farfis
Citation preview
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kecepatan pelarutan suatu zat.
Menggunakan alat-alat untuk penentuan kecepatan suatu zat.
Menerangkan factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan suatu
zat.
1.2 DASAR TEORI
Kecepatan Pelarutan adalah ukuran yang menyatakan banyaknya suatu
zat terlarut dalam pelarut tertentu tiap satuan waktu. Suatu hubungan yang
umum menggambarkan proses pelarutan suatu zat padat dikembangkan oleh
Noyes dan Whitney dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Dimana : dt/dc = Kecepatan pelarutan
K = Konstanta kecepatan pelarutan
S = Luas permukaan zat
Cs = Kelarutan zat
C = Kosentrasi zat dalam larutan dalam waktu t
Harga konstanta K tergantung kepada harga koefisien difusi dari zat terlarut
dan tebal lapisan difusi.
Dimana : D = Koefisien difusi dalam cm2/detik
h = Tebal lapisan difusi dalam cm
Syarah Diyah Ayu Budiyono 1
dt/dt = K . S (Cs-C)
K = D/h
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
Dari persamaan tersebut diatas dapat dilihat beberapa factor yang
mempengaruhi kecepatan pelarutan suatu zat yaitu :
1. Temperatur
Naiknya temperature umumnya memperbesar kelarutan (Cs) zat yang
endotermis, serta memperbesar harga koefisien difusi zat. Menurut
Einstein, koefisien difusi dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
Dimana : D = Koefisien difusi
k = Konstanta Boltzman
T = Temperatur absolut
r = Jari-jari molekul
= Viskosita pelarut
2. Viskositas
Turunnya viskosita pelarut akan memperbesar kecepatan pelarutan suatu
zat sesuai dengan persamaan Einstein. Naiknya temperature juga akan
menurunkan viskosita sehingga memperbesar kecepatan pelarutan.
3. pH pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat
asam lemah atau basa lemah.
Syarah Diyah Ayu Budiyono 2
D = kT / 6r
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
Untuk asam lemah :
Kalau (H+) kecil, atau pH besar maka akan meningkatkan kelarutan zat,
sehingga kecepatan pelarutan besar.
Untuk basa lemah :
Kalau (H+) besar, atau pH kecil maka akan meningkatkan kelarutan zat,
sehingga kecepatan pelarutan besar.
4. Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h). Bila
pengadukan cepat maka tebal lapisan difusi berkurang sehingga
menaikkan kecepatan pelarutan.
5. Ukuran Partikel
Bila partikel zat terlarut kecil maka luas permukaan efektif besar sehingga
menaikkan kecepatan pelarutan.
6. Polimerasi
Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh adanya polimerfisa, karena bentuk
Kristal yang berbeda akan mempunyai kelarutan yang berbeda pula.
Kelarutan bentuk Kristal yang meta stabil lebih besar daripada bentuk
stabil, sehingga kecepatan pelarutannya besar.
Syarah Diyah Ayu Budiyono 3
dc/dt = K . S Cs (1 + Kw) / (H+)
dc/dt = K . S Cs (1 + H+) / (Kw)
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
7. Sifat Permukaan Zat
Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat
bersifat hidrofob. Dengan adanya surfaktan didalam pelarut akan
menurunkan tegangan permukaan antara partikel zat dengan pelarut,
sehingga zat mudah terbasahi dan kecepatan pelarutan bertambah.
Selain factor-faktor yang telah disebutkan di atas kecepatan
pelarutan suatu zat aktif dari bentuk sediaannya dipengaruhi pula oleh
factor formulsi dan teknik pembuatan sediaan tersebut.
Penentuan kecepatan pelarutan suatu zat dapat dilakukan dengan metode :
o Metode Suspensi
Bubuk zat padat ditambahkan pada pelarut tanpa pengontrolan
yang eksak terhadap luas permukaan partikelnya. Sampel diambil pada
waktu-waktu tertentu dan jumlah zat yang larut ditentukan dengan cara
yang sesuai.
o Metode Permukaan Konstan
Zat ditempelkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya,
sehingga variable perbedaan luas permukaan efektif dapat dihilangkan.
Biasanya zat dibuat tablet terlebih dahulu kemudian sampel ditentukan
seperti pada metode suspensi.
Dalam bidang farmasi, penentuan kecepatan pelarutan suatu zat
perlu dilakukan karena kecepatan pelarutan merupakan salah satu factor
yang mempengaruhi absorpsi obat. Penentuan kecepatan pelarutan suatu
zat aktif dapat dilakukan pada beberapa tahap pembuatan suatu sediaan
obat yaitu :
Syarah Diyah Ayu Budiyono 4
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
1. Tahap pre formulasi
Pada tahap ini penentuan kecepatan pelarutan dilakukan terhadap
bahan baku obat dengan tujuan untuk memilih sumber bahan baku
dan memperoleh informasi tentang bahan baku obat.
2. Tahap formulasi
Pada tahap ini penentuan kecepatan pelarutan dilakukan untuk
memilih formula yang terbaik.
3. Tahap produksi
Pada tahap ini penentuan kecepatan pelarutan dilakukan untuk
kontrol kualitas sediaan obat yang diproduksi.
Dalam percobaan penentuan kecepatan pelarutan digunakan alat
“Collapse Tester”. Alat ini biasanya digunakan untuk penentuan waktu
hancur tablet tetapi dapat juga digunakan untuk penentuan kecepatan
pelarutan.
Syarah Diyah Ayu Budiyono 5
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
BAB II
METODE KERJA
2.1 ALAT DAN BAHAN
Alat :
a) Thermostat
b) Thermometer bejana
c) Thermometer tangki
d) Penangas air
e) Erlenmeyer
f) Statif
Bahan :
a) Indicator PP
b) NaOH 0,1 N
c) Asam salisilat 2 gram
d) Aquadest
e) Air kran 20 ml
f) Air bejana 900 ml
2.2 CARA KERJA
1. Siapkanlah bejana yang sudah diisi dengan air sebanyak 900 ml.
2. Kemudian pasanglah thermostat pada temperature 350C.
3. Apabila temperature air dalam suatu bejana sudah mencapai 350C.
lalu masukkanlah 2 gram asam salisilat dan jalankan motor penggerak
pada kecepatan 20 RPM.
4. Setelah itu ambillah air sebanyak 20 ml dalam bejana setiap selang
waktu 1, 5, 10, 15, dan 20 menit sete;ah pengocokkan. Setiap selesai
pengambilan sampel segeralah ganti dengan air sebanyak 20 ml.
Syarah Diyah Ayu Budiyono 6
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
5. Kemudian tentukan kadar asam salisilat yang larut dalam masing-
masing sampel dengan cara penitrasian asam basa menggunakan
NaOH 0,1 N dan teteskan indicator PP sebanyak 2x tetes.
6. Lalu lakukan percoban yang sama untuk temperature 400C dan 450C.
7. Setelah itu buatlah tabel dan tulislah hasil yang diperoleh.
8. Selanjutnya membuat grafik antara kosentrasi asam salisilat yang
diperoleh dengan waktu untuk masing-masing temperature (dalam
satu grafik).
Syarah Diyah Ayu Budiyono 7
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 DATA PENGAMATAN
A. Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat
Temperatur 350C
tVOLUME TITRASI
I II III
1 menit 0,25 ml 0,3 ml 0,275 ml
5 menit 0,9 ml 0,8 ml 0,85 ml
10 menit 1,0 ml 1,0 ml 1,0 ml
15 menit 1,3 ml 1,25 ml 1,275 ml
20 menit 1,25 ml 1,25 ml 1,25 ml
Temperatur 400C
tVOLUME TITRASI
I II III
1 menit 0,15 ml 1,5 ml 0,825 ml
5 menit 1,75 ml 1,75 ml 1,75 ml
10 menit 1,75 ml 1,75 ml 1,75 ml
15 menit 2.0 ml 1,5 ml 1,75 ml
20 menit 2,25 ml 2,25 ml 2,25 ml
Syarah Diyah Ayu Budiyono 8
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
Temperatur 450C
tVOLUME TITRASI
I II III
1 menit 2,0 ml 2,25 ml 2,125 ml
5 menit 2,25 ml 2,5 ml 2,375 ml
10 menit 2,5 ml 2,0 ml 2,25 ml
15 menit 2.25 ml 2,5 ml 2,375 ml
20 menit 2,0 ml 2,5 ml 2,25 ml
B. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat
Temperatur 350C (RPM 20)
tVOLUME TITRASI
I II III
1 menit 0,5 ml 0,5 ml 0, 5 ml
5 menit 1,0 ml 1,0 ml 1,0 ml
10 menit 2,0 ml 1,5 ml 1,75 ml
15 menit 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml
20 menit 2,8 ml 2,7 ml 2,75 ml
C.
Temperatur 370C (RPM 30)
TVOLUME TITRASI
I II III
1 menit 3,0 ml 3,0 ml 3,0 ml
5 menit 3,2 ml 3,2 ml 3,2 ml
10 menit 3,5 ml 2,7 ml 3,1 ml
15 menit 3,0 ml 3,5 ml 3,2 ml
20 menit 3,3 ml 3,3 ml 3,3 ml
Syarah Diyah Ayu Budiyono 9
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
Temperatur 370C (RPM 40)
TVOLUME TITRASI
I II III
1 menit 3,5 ml 3, 5 ml 3, 5 ml
5 menit 3, 5 ml 3,5 ml 3,5 ml
10 menit 4,0 ml 3,8 ml 3,9 ml
15 menit 3,5 ml 3,5 ml 3,5 ml
20 menit 3,4 ml 3,6 ml 3,5 ml
3.2 PERHITUNGAN
A. Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat
Perhitungan NaOH = 0,1 N
M = gr/Mr x 1000/v
= gr/40 x 1000/500
= 0,1 x 40 / 2
= 2 gram
= 2000 mg
Diketahui : BE asam salisilat = 138,12
V sampel = 20 ml
Wo = 2 gram = 2000 mg
NaOH = 2 gr
Syarah Diyah Ayu Budiyono 10
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
Temperatur 35 0 C
1) % K1 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 0,275 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 18,99%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K1 x 900 ml
= 18,99 x 900 ml
100
= 170,91 mg
% kelarutan Wn % = 170,91 x 100%
Wo 2000
= 8,54%
2) % K5 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 0,85 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 58,70%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 11
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K5 x 900 ml
= 58,70 x 900 ml
100
= 528,3 mg
% kelarutan Wn % = 528,3 x 100%
Wo 2000
= 26,415%
3) % K10 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 1,0 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 69,06%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K10 x 900 ml
= 69,06 x 900 ml
100
= 621,54 mg
Syarah Diyah Ayu Budiyono 12
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
% kelarutan Wn % = 621,54 x 100%
Wo 2000
= 31,07%
4) % K15 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 1,275 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 88,05%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K15 x 900 ml
= 88,05 x 900 ml
100
= 792,45 mg
% kelarutan Wn % = 792,45 x 100%
Wo 2000
= 39,62%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 13
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
5) % K20 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 1,25 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 86,32%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K20 x 900 ml
= 86,32 x 900 ml
100
= 776,88 mg
% kelarutan Wn % = 776,88 x 100%
Wo 2000
= 38,84%
Temperature 40 0 C
1) % K1 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 0,825 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 56,97%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 14
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K1 x 900 ml
= 56,97 x 900 ml
100
= 512,73 mg
% kelarutan Wn % = 512,73 x 100%
Wo 2000
= 25,63%
2) % K5 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 1,75 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 120,85%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K5 x 900 ml
= 120,85 x 900 ml
100
= 1087,69 mg
Syarah Diyah Ayu Budiyono 15
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
% kelarutan Wn % = 1087,69 x 100%
Wo 2000
= 54,39%
3) % K10 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 1,75 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 120,85%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K10 x 900 ml
= 120,85 x 900 ml
100
= 1087,69 mg
% kelarutan Wn % = 1087,69 x 100%
Wo 2000
= 54,39%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 16
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
4) % K15 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 1,75 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 120,85%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K15 x 900 ml
= 120,85 x 900 ml
100
= 1087,69 mg
% kelarutan Wn % = 1087,69 x 100%
Wo 2000
= 54,39%
5) % K20 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 2,25 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 155,385%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 17
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K20 x 900 ml
= 155,385 x 900 ml
100
= 1398,46 mg
% kelarutan Wn % = 1398,46 x 100%
Wo 2000
= 69,47%
Temperatur 45 0 C
1) % K1 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 2,0 ml x 0,1N x 138,12 x 100%
20 ml
= 138,12%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K1 x 900 ml
= 138,12 x 900 ml
100
= 1243,08 mg
Syarah Diyah Ayu Budiyono 18
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
% kelarutan Wn % = 1243,08 x 100%
Wo 2000
= 62,15%
2) % K5 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 2,375 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20
= 164,01%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K5 x 900 ml
= 164,01 x 900 ml
100
= 1476,09 mg
% kelarutan Wn % = 1476,09 x 100%
Wo 2000
= 73,80%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 19
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
3) % K10 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 2,25 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 155,38%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K10 x 900 ml
= 155,38 x 900 ml
100
= 1398,46 mg
% kelarutan Wn % = 1398,46 x 100%
Wo 2000
= 69,92%
4) % K15 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 2,375 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 188,87%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 20
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K15 x 900 ml
= 188,87 x 900 ml
100
= 1699,9 mg
% kelarutan Wn % = 1699,9 x 100%
Wo 2000
= 84,99%
5) % K20 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 2,25 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 155,385%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K20 x 900 ml
= 155,385 x 900 ml
100
= 1398,46 mg
Syarah Diyah Ayu Budiyono 21
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
% kelarutan Wn % = 1398,46 x 100%
Wo 2000
= 69,92%
B. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat
Temperatur 37 0 C (RPM 20)
1) % K1 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 0, 5 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 34,53%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K1 x 900 ml
= 34,53 x 900 ml
100
= 310,77 mg
% kelarutan Wn % = 310,77 x 100%
Wo 2000
= 15,53%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 22
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
2) % K5 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 1,0 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 69,06%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K5 x 900 ml
= 69,06 x 900 ml
100
= 621,54 mg
% kelarutan Wn % = 621,54 x 100%
Wo 2000
= 31,07%
3) % K10 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 1,75 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 120,8%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 23
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K10 x 900 ml
= 120,8 x 900 ml
100
= 1087,6 mg
% kelarutan Wn % = 1087,6 x 100%
Wo 2000
= 54,38%
4) % K15 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 2,5 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 172,65%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K15 x 900 ml
= 172,65 x 900 ml
100
= 1553,8 mg
Syarah Diyah Ayu Budiyono 24
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
% kelarutan Wn % = 1553,8 x 100%
Wo 2000
= 77,6%
5) % K20 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 2,75 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 189,9%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K20 x 900 ml
= 189,9 x 900 ml
100
= 1709,2 mg
% kelarutan Wn % = 1709,2 x 100%
Wo 2000
= 85,46%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 25
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
Temperatur 37 0 C (RPM 30)
1) % K1 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 3,0 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 207,18%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K1 x 900 ml
= 207,18 x 900 ml
100
= 1864,6 mg
% kelarutan Wn % = 1864,6 x 100%
Wo 2000
= 93,23%
2) % K5 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 3,2 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 220,9%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 26
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K5 x 900 ml
= 220,9 x 900 ml
100
= 1988,9 mg
% kelarutan Wn % = 1988,9 x 100%
Wo 2000
= 99,4%
3) % K10 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 3,1 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 214,08%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K10 x 900 ml
= 214,08 x 900 ml
100
= 1926,7 mg
Syarah Diyah Ayu Budiyono 27
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
% kelarutan Wn % = 1926,7 x 100%
Wo 2000
= 96,33%
4) % K15 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 3,1 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 220,9%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K10 x 900 ml
= 220,9 x 900 ml
100
= 1988,9 mg
% kelarutan Wn % = 1988,9 x 100%
Wo 2000
= 99,4%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 28
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
5) % K20 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 3,3 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 227,8%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K10 x 900 ml
= 227,8 x 900 ml
100
= 2051,1 mg
% kelarutan Wn % = 2051,1 x 100%
Wo 2000
= 102,5%
Temperatur 37 0 C (RPM 40)
1) % K1 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 3,5 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 241,71%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 29
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K1 x 900 ml
= 241,71 x 900 ml
100
= 2175,3 mg
% kelarutan Wn % = 2175,3 x 100%
Wo 2000
= 108,7%
2) % K5 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 3,5 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 241,71%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K5 x 900 ml
= 241,71 x 900 ml
100
= 2175,3 mg
Syarah Diyah Ayu Budiyono 30
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
% kelarutan Wn % = 2175,3 x 100%
Wo 2000
= 108,7%
3) % K10 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 3,9 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 269,3%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K10 x 900 ml
= 269,3 x 900 ml
100
= 2424 mg
% kelarutan Wn % = 2424 x 100%
Wo 2000
= 121,20%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 31
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
4) % K1 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 3,5 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 241,71%
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K1 x 900 ml
= 241,71 x 900 ml
100
= 2175,3 mg
% kelarutan Wn % = 2175,3 x 100%
Wo 2000
= 108,7%
5) % K5 = Vtitrasi x N x BE x 100%
V sampel
= 3,5 ml x 0,1 N x 138,12 x 100%
20 ml
= 241,71%
Syarah Diyah Ayu Budiyono 32
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
(bobot zat yang terlarut) Wn = % K5 x 900 ml
= 241,71x 900 ml
100
= 2175,3 mg
% kelarutan Wn % = 2175,3 x 100%
Wo 2000
= 108,7%
3.3 GRAFIK
A. Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat
Temperature 350C
Syarah Diyah Ayu Budiyono 33
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
Temperature 400C
Temperatur 450C
Syarah Diyah Ayu Budiyono 34
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
B. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat
Temperature 370C (RPM 20)
Temperature 370C (RPM 30)
Syarah Diyah Ayu Budiyono 35
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
Temperature 370C (RPM 40)
3.4 Pembahasan
Pada percobaan yang saya lakukan mengenai “Pengaruh Temperatur
Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat dan Pengaruh Kecepatan Pengadukan
Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat”.
Dalam percobaan yang saya lakukan dibutuhkannya 2x praktikum yang
mana pada praktikum pertama untuk menentukan “Pengaruh Temperatur
Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat”dengan menggunakan temperature
350C, 400C dan 450C sedangkan pada praktikum kedua untuk menentukan
“Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat”
dengan menggunakan temperature yang sama 370C dan RPM yang tentunya
berbeda-beda yaitu 20, 30 dan 40.
Selain itu dalam percobaan tersebut, juga menggunakan alat dissolution
tester yang mana untuk mengetahui kelarutan suatu zat dengan suhu dan
RPM yang berbeda.
Syarah Diyah Ayu Budiyono 36
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
Disamping melakukan suatu praktikum dalam percobaan tersebut, ada
hal yang mana menerangkan akan factor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan pelarutan yang diantaranya yaitu temperature, vikositas, pH
pelarut, pengadukan, ukuran partikel, polimerasi dan sifat permukaan zat.
Factor-faktor tersebut memiliki peran penting dalam percobaan yang
dilakukan salah satunya adalah temperature. Karena, temperature adalah
besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang
digunakan untuk mengukur suhu ialah thermometer.
Dari praktikum yang saya lakukan dapat ditarik suatu pembahasan yang
mana pada percobaan pertama menggunakan tempertaur terhadap kecepatan
pelarutan zat. Setelah pada temperature menit ke-1 dilakukannya
pengambilan suatu larutan untuk melakukan suatu titrasi dengan titiran
NaOH dan kemudian larutan tersebut diberikan reagen Fenolflatein (PP)
sebelum dititrasi. Pada saat dititrasi, dimana larutan tersebut harus
menujukkan warna pink seulas. Perlakukan titrasi bertujuan untuk
mengetahui kadar dan kosentrasi dalam larutan. Begitupun pada
temperature menit ke-5, 10, 15 dan 20 diperlakukan secara sama.
Pada percobaan pertama hasil titrasi yang saya lakukan secara
keseluruhan menghasilkan nilai rata-rata yang stabil. Dimana angka
menunjukkan kenaikan dan tidak mengalami penurunan. Mengapa hal itu
dapat terjadi? Karena, sudah dijelaskan bahwa “Bila semakin tinggi
temperature, maka semakin mudah pula kelarutannya”. Dan sesungguhnya
pada percobaan pertama tidak ada suatu permasalahan baik dalam hasil
penitrasian maupun perhitungan dan lain sebagainya. Karena, data dan hasil
pengamatan sesuai dengan literature yang sudah dijelaskan awal sebelum
percobaan.
Kemudian pada percobaan kedua, menggunakan kecepatan pengadukan
terhadap kecepatan pelarutan zat. Saat pengambilan suatu larutan pada
menit ke-1 dalam temperature 370C dengan RPM 20 maka dilakukan suatu
penitrasian dengan menggunakan fenolflatein yang mana menghasilkan
Syarah Diyah Ayu Budiyono 37
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
warna pink seulas dan penitrasian bertujuan untuk mengetahui kadar dan
kosentrasi dalam larutan. Kemudian untuk percobaan pada menit ke-5, 10,
15 dan 20 dilakukan dengan sama seperti pada menit ke-1.
Adapun pada RPM 20 hasil titrasi menghasilkan rata-rata dimana pada
menit ke-1 dan menit ke-10 mengalami kenaikan dan pada menit ke-15
mengalami penurunan kemudian terjadi kenaikan kembali pada menit ke-20.
Sedangkan pada RPM 30 hasil titrasi menghasilkan rata-rata dimana
pada menit ke-1 sampai menit ke-5 mengalami kenaikan sedangkan pada
menit ke-10 mengalami penurunan kemudian terjadi kenaikan kembali dari
menit ke-15 sampai menit ke-20.
Selanjutnya, pada RPM 40 hasil titrasi menghasilkan rata-rata dimana
pada menit ke-1 sampai menit ke-5 mengalami kestabilan/konstan.
Sedangkan pada menit ke-10, mengalami penurunan kemudian terjadi
kenaikan kembali pada menit ke-15 sampai menit ke-20 dengan keinakan
yang stabil/konstan.
Sesungguhnya, pada RPM 40 hasil titrasi yang diperoleh besar dari
RPM lainnya. Karena pada RPM tersebut pengadukan semakin cepat
sehingga sasam salisilat mudah melarut, begitupun sebaliknya.
Pada percobaan kedua mengalami suatu permasalahan dalam
perhitungan yang mana hasil melebihi batas 2000 pada kelarutan. Hal itu
terjadi, dikarenakan pada larutan tersebut sudah tidak mengandung efek
seperti pada percobaan sebelumnya. Dengan itu, efek kelarutan obat terjadi
dengan baik pada RPM 20 batas menit ke-1 sampai menit ke-20 dan RPM
30 batas menit ke-1 sampai menit ke-15, selebihnya sudah dalam kondisi
tidak berefek.
Syarah Diyah Ayu Budiyono 38
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu :
1. “Kecepatan Pelarutan adalah ukuran yang menyatakan banyaknya suatu zat
terlarut dalam pelarut tertentu tiap satuan waktu”.
2. Semakin tinggi suhu pada saat pengadukan maka, semakin besar pula hasil
titrasi yang diperoleh dari titrasi.
3. Semakin tinggi kecepatan pengadukan RPM maka semakin cepat pula
pengadukannya sehingga diperoleh hasil yang besar juga.
4. Pada RPM 20 menit ke-20 dan RPM 40 pada menit ke-1 sampai ke-20 sudah
tidak mengandung efek dibandingkan pada percobaan sebelumnya.
5. “Titrasi bertujuan untuk mengetahui kadar dan kosentrasi dalam larutan”.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan adalah temperature,
vikositas, pH pelarut, pengadukan, ukuran partikel, polimerasi dan sifat
permukaan zat.
Syarah Diyah Ayu Budiyono 39
FARMASI FISIKA-Kecepatan Pelarutan
DAFTAR PUSTAKA
Rustiani, Erni, dkk. Buku Penuntun Praktikum, 2013. Farmasi Fisika. Bogor :
Universitas Pakuan.
Syarah Diyah Ayu Budiyono 40