41
A. PULAU PASARAN Gambar E.1. Pulau Pasaran E.I. Gambaran Umum Pulau Pasaran Pulau Pasaran secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung,Provinsi Lampung. Pulau Pasaran terletak di Teluk. Lampung (sekitar 500 m dari dermaga penyeberangan Cungkeng, Kota Karang. Pulau ini sekarang memiliki luas sekitar 11,73 Ha dan merupakan hasil dari reklamasi.

Data Pulau-pulau Kecil

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Data Pulau-pulau Kecil

A. PULAU PASARAN

Gambar E.1. Pulau Pasaran

E.I. Gambaran Umum Pulau Pasaran

Pulau Pasaran secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Kota Karang,

Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung,Provinsi Lampung. Pulau

Pasaran terletak di Teluk. Lampung (sekitar 500 m dari dermaga penyeberangan

Cungkeng, Kota Karang. Pulau ini sekarang memiliki luas sekitar 11,73 Ha dan

merupakan hasil dari reklamasi.

Page 2: Data Pulau-pulau Kecil

Gambar E.2. Citra Satelit Pulau Pasaran, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung

E.II Sarana dan Prasarana

a. Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju Pulau Pasaran sangat mudah. Pulau ini dapat diakses

dengan menggunakan kapal penumpang selama sekitar 5 - 10 menit dari

Dermaga Cungkeng, Kota Karang. Angkutan penumpang yang terdapat di pulau

ini sebanyak 40 unit kapal. Tarif yang dikenakan sebesar Rp 4.000,00 pulang

pergi (pp). Jadwal keberangkatan dari jam 06.00 – 22.00 WIB. Akses yang

sangat mudah ini sangat membantu bagi penduduk untuk melakukan

aktivitasnya. Untuk lebih mempermudah akses ke dan dari Pulau Pasaran saat

ini sedang dibangun jembatan penyeberangan yang menghubungkan Dermaga

Cungkeng, Kota Karang dengan Pulau Pasaran.

b. Sarana dan Prasarana

Fasilitas perhubungan yang tersedia di pulau ini yaitu berupa dermaga yang

terbuat dari semen. Infrastruktur yang tersedia untuk menghubungkan rumah

yang satu dengan rumah yang lainnya yaitu berupa jalan setapak yang terbuat

dari paving blok dan sarana angkutan yang tersedia di dalam pulau adalah

sepeda motor.

Page 3: Data Pulau-pulau Kecil

Dermaga Cungkeng Dermaga Pulau Pasaran

Jalan Setapak Sepeda Motor

Gambar E.3. Fasilitas Perhubungan dan Alat Transportasi di Pulau Pasaran

Gambar E.4. Pembangunan Jembatan Penyeberangan Cungkeng-Pulau Pasaran

Page 4: Data Pulau-pulau Kecil

Sarana pendidikan yang tersedia di pulau ini yaitu pra taman kanak-kanak

(pendidikan anak usia dini, PAUD), sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah

(MI). Kegiatan belajar mengajar di MI ini menggunakan gedung milik PAUD,

dimana pada pagi hari digunakan untuk kegiatan belajar mengajar anak-anak

PAUD dan siang harinya digunakan untuk kegiatan belajar mengajar murid MI.

Penduduk pulau ini kalau ingin menyekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih

tinggi harus ke ibukota kecamatan (Teluk Betung Barat) dan ibukota kabupaten

(Kota Bandar Lampung).

Gedung PAUD Gedung SD

Gambar E.5. Fasilitas Pendidikan di Pulau Pasaran

Kondisi rumah penduduk di Pulau Pasaran pada umumnya dapat digolongkan

menjadi dua golongan, yaitu: (1) rumah semi permanen (dinding terbuat dari

papan/anyaman bambu, atap terbuat dari asbes dan lantai terbuat dari semen)

dan (2) rumah permanen (dinding terbuat dari tembok, atap terbuat dari genteng

dan lantai terbuat dari keramik).

Page 5: Data Pulau-pulau Kecil

Kondisi Rumah Semi Permanen Kondisi Rumah Permanen

Gambar E.6. Kondisi Rumah di Pulau Pasaran

Penduduk di pulau ini memiliki kebiasaan pola hidup yang kurang sehat, seperti

buang air besar ke pantai dan membuang sampah sembarangan. Kebiasaan

buang air besar ke pantai disebabkan oleh kondisi rumah yang tidak memiliki

fasilitas kakus (toilet), sehingga mereka memanfaatkan lahan di pinggir pantai

untuk membangun kakus (toilet). Kebiasaan penduduk yang membuang

sampah sembarangan menjadikan lingkungan permukiman menjadi kumuh dan

menyebarkan aroma yang tidak sedap.

Tumpukan Sampah Kakus/Toilet

Gambar E.7. Tumpukan Sampah dan Kakus di Pulau Pasaran

Kebutuhan air bersih untuk keperluan minum, mandi dan cuci bagi penduduk di

pulau ini diperoleh dari air ledeng (PDAM). Seluruh keluarga di pulau ini sudah

memanfaatkan air ledeng untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sarana

kesehatan yang tersedia di pulau ini yaitu berupa pos kesehatan kelurahan.

Page 6: Data Pulau-pulau Kecil

Jenis penyakit dominan yang sering diderita penduduk di pulau ini adalah

demam (panas dingin).

Fasilitas penerangan penduduk di Pulau Pasaran berasal dari listrik Perusahaan

Listrik Negara (PLN). Listrik ini beroperasi selama 24 jam. Keberadaan listrik ini

sangat membantu penduduk dalam mendukung aktivitas sosial ekonominya.

Listrik pada umumnya digunakan untuk penerangan dan menghidupkan barang-

barang elektronik seperti radio/tape, televisi dan kulkas.

Pipa Ledeng (PAM) Pos Kesehatan

Gambar E.8. Fasilitas Air Bersih dan Kesehatan di Pulau Pasaran

E.III. Ekosistem

a. Vegetasi

Lahan di pulau ini ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman, seperti kelapa,

mangga, jeruk, jambu air dan tanaman lainnya. Meskipun lahan di pulau ini

cocok ditanami berbagai jenis tanaman, tetapi jumlahnya sangat sedikit karena

lahan yang kosong pada umumnya dipakai untuk tempat penjemuran ikan asin.

Tanaman yang ada pada umumnya hanya ditanam di pekarangan rumah (bagi

yang rumahnya masih memiliki lahan pekarangan).

Page 7: Data Pulau-pulau Kecil

Pohon Kelapa Pohon Mangga

Pohon Jeruk Pohon Jambu Air

Gambar E.9. Potensi Sumberdaya Alam Terestrial di Pulau Pasaran

b. Terumbu Karang

Keberadaan karang ditemukan pada kedalaman 2 meter hingga 4 meter, dan

seterusnya hanyalah berupa hamparan pasir berlumpur hingga lumpur lembut.

Jenis terumbu karang yang ditemukan berjenis soft coral, karang yang

mendominasi yaitu Sinularia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa

substrat dasar perairan di daerah ini adalah pasir berlumpur sehingga dapat

dipahami bahwa hanya soft coral yang dapat ditemukan karena soft coral

merupakan karang yang dapat tumbuh dalam kondisi ekstrim seperti pada

wilayah perairan pulau ini.

Kondisi pulau dari pinggir pantai ke arah jembatan penyeberangan Cungkeng

berupa lumpur sedangkan ke arah lautnya (sebelah Selatan) berupa pasir

dengan beberapa titik terdapat lamun. Dengan kondisi yang demikian

Page 8: Data Pulau-pulau Kecil

menyebabkan kekeruhan perairan yang sangat tinggi, sehingga hal tersebut

dapat menghambat pertumbuhan karang.

Sinularia Galaxea

Gambar E.10. Beberapa Jenis Karang di Pulau Pasaran

Neoglyphidodon melas Corythoichthys haemotopterus

Gambar E.11. Beberapa Jenis Ikan Karang di Pulau Pasaran

Pulau Pasaran memiliki kekayaan ikan yang tidak terlalu tinggi, terutama jenis

ikan karang. Hal ini disebabkan kondisi perairan yang kurang baik karena

pengaruh substrat dasar perairan dan kurang beragamnya jenis karang yang

ada. Beberapa jenis ikan ekonomis dapat ditemukan di ekosistem terumbu

karang. Selain ikan ekonomis, beberapa ikan hias juga terdapat di pulau ini.

Beberapa jenis ikan yang ditemukan selama pengamatan adalah Cheilianus,

Page 9: Data Pulau-pulau Kecil

Lutjanus, Chromis, Abudefduf, Neoglyphidodon, Corythoichthys dan lain

sebagainya.

E.IV. Kualitas Perairan

Hasil pengukuran suhu di perairan Pulau Pasaran untuk masing-masing stasiun

(stasiun 1 – 4) nilainya berada di atas baku mutu Kepmen LH No. 51 Tahun 2004, yaitu

tercatat berturut-turut sebesar 28,6oC, 29,2oC, 29,7oC dan 30,0oC. Nilai salinitas

perairan berkisar antara 24–30 ppm. Nilai pH perairan berada pada kisaran baku mutu,

yaitu berkisar antara 7,05 – 7,23. Nilai DO berkisar antara 4,87 – 7,10 mg/l.

Tabel E.1. Hasil Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia di Pulau Pasaran

E.V. Pemanfaatan Potensi Pulau Pasaran

a. Potensi Kelautan dan Perikanan

Pulau Pasaran memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat terbatas. Potensi

sumberdaya alam yang ada di ini berupa perikanan tangkap. Kegiatan

Page 10: Data Pulau-pulau Kecil

penangkapan ikan yang dilakukan oleh penduduk di Pulau Pasaran pada

umumnya dengan alat tangkap bubu. Jenis perahu yang digunakan pada

umumnya adalah perahu motor tempel (mesin 5,5 PK). Jenis-jenis ikan yang

menjadi target utama penangkapan adalah rajungan. Daerah penangkapannya

pada umumnya hanya di sekitar perairan pulau (sekitar 1,5 jam perjalanan).

Kegiatan penangkapan dilakukan setiap hari dan tidak ada hari libur. Bubu

dipasang pada jam 17.00 WIB dan diangkat pada jam 06.00 WIB. Dalam sehari

bisa memperoleh penghasilan sebesar Rp. 20.000,00 dan dalam sebulan bisa

memperoleh penghasilan sebesar Rp. 600.000,00.

Penduduk Pulau Pasaran juga melakukan kegiatan pengolahan hasil perikanan

berupa pembuatan ikan asin. Jenis ikan yang umumnya diasin dan menjadi

primadona pulau ini adalah dari jenis teri. Jumlah usaha pengolahan ikan asin

teri ini sebanyak 50 unit dan pulau ini dikenal sebagai sentra pengolahan ikan

asin di Kota Bandar Lampung. Produk yang dihasilkan berupa ikan teri nasi dan

teri jengki. Kegiatan pengolahan pada umumnya dilakukan di tempat pembelian

bahan baku (tempat operasi bagan) karena kalau diolah didarat mutu ikannya

sudah turun, sehingga produknya banyak yang hancur. Produk pengolahan ini

dijual ke pengumpul yang ada di Jakarta (daerah Kapuk) dengan harga Rp.

50.000,00 (ikan asin teri nasi) dan Rp. 20.000,00 (ikan asin teri jengki). Sistem

pembayaran yang dilakukan adalah para pengumpul di Jakarta memberikan

uang muka terlebih dahulu, setelah 20 hari dikalkulasi untuk pelunasan

pembayaran. Antara pengolah dengan pengumpul terdapat hubungan patron-

klien yang berupa pinjam-meminjam. Adanya hal tersebut menyebabkan posisi

tawar menawar pengolah menjadi lemah karena harga untuk setiap kilogramnya

dipotong sebesar Rp. 2.000,00 dari harga yang berlaku di pasaran.

Aktivitas usaha untuk 1 unit pengolahan dalam sebulan berproduksi selama 20

hari dan dalam sehari bisa mengolah sebanyak 2 ton ikan teri basah. Dalam

sebulan seorang pengolah ikan asin teri bisa memperoleh penghasilan sekitar

Rp. 23.600.000,00 dan dalam setahun (10 bulan operasional) sebesar Rp.

236.000.000,00.

Page 11: Data Pulau-pulau Kecil

Gambar E.12. Perahu Nelayan di Pulau Pasaran

Para-Para/Laha Pandaran/Jurusan

Penyortiran I Penjemuran

Page 12: Data Pulau-pulau Kecil

Penyortiran II Pengemasan

Gambar E.13. Aktivitas Pengolahan Ikan Asin di Pulau Pasaran

Selain usaha di bidang perikanan (penangkapan dan pengolahan ikan asin),

penduduk di Pulau Pasaran juga berusaha di bidang angkutan penyeberangan

(transportasi kapal). Kegiatan ini dilakukan oleh sekitar 40 orang. Dalam sehari

seorang penambang (sebutan untuk orang yang mengusahakan angkutan

penyeberangan) bisa memperoleh penghasilan sebesar Rp. 30.000,00 – Rp.

50.000,00.

Kapal Penyeberangan Penumpang ke Pulau Pasaran

Gambar E.14. Armada dan Aktivitas Penyeberangan ke Pulau Pasaran

Page 13: Data Pulau-pulau Kecil

Karang untuk Pondasi Rumah Karang untuk Reklamasi

Gambar E.15. Pemanfaatan Karang di Pulau Pasaran

b. Penggunaan Lahan

Luas daratan Pulau Pasaran berdasarkan hasil analisis citra yaitu sekitar atau

11,73 Ha. Daratan yang ada semuanya digunakan untuk permukiman dan

kondisinya kurang tertata rapi.

Page 14: Data Pulau-pulau Kecil

Gambar E.16. Peta Penutupan Lahan Pulau Pasaran

E.VI. Kehidupan Sosial Ekonomi dan Budaya

Page 15: Data Pulau-pulau Kecil

Penduduk di Pulau Pasaran terdiri atas 250 kepala keluarga dengan jumlah penduduk

sebanyak 600 jiwa. Penduduk yang mendiami pulau ini mayoritas berasal dari Suku

Jawa (Cirebon, Indramayu). Agama yang dianut oleh penduduk di Pulau Pasaran

adalah Islam. Untuk menunjang aktivitas keagamaan penduduk, di pulau ini sudah

terdapat fasilitas tempat peribadatan yang berupa masjid.

Penduduk Pulau Pasaran berdasarkan hasil wawancara sebagian besar (50%)

berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD). Rendahnya tingkat pendidikan ini akan

berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi mereka, seperti umumnya masyarakat

nelayan kurang dapat mengatur keuangan rumah tangga serta rendah dalam

melakukan inovasi teknologi. Latar belakang pendidikan yang kurang memadai juga

turut berpengaruh terhadap mereka dalam menanggapi kebijakan-kebijakan pemerintah

setempat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan melalui

peningkatan pendapatan mereka.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat pendidikan yang dimiliki

masyarakat pesisir (terutama nelayan) relatif masih rendah. Masalah rendahnya tingkat

pendidikan formal bagi nelayan menurut Pollnac (1988) diakibatkan oleh keterasingan

sosial masyarakat nelayan dari masyarakat lainnya. Dari sekian banyak penduduk,

hanya sedikit yang dapat melanjutkan atau menamatkan sekolah lanjutan atas. Hal ini

kemungkinan besar terjadi karena pekerjaan sebagai nelayan seperti diungkapkan oleh

Karnadji (1989) umumnya tidak memperhatikan faktor-faktor pendidikan. Sebagai

nelayan yang penting adalah fisik yang kuat untuk melakukan pekerjaan yang berat

saat melaut.

Mata pencaharian penduduk Pulau Pasaran seluruhnya (100%) bergerak di sektor

perikanan yaitu berprofesi sebagai nelayan dan pengolah hasil perikanan dengan

memanfaatkan hasil laut yang dapat ditemukan di sekitar wilayah pulau ini seperti

rajungan dan ikan teri. Peran ibu-ibu yaitu membantu pekerjaan suami, biasanya

mereka bekerja sebagai buruh harian di usaha pengolahan pengasinan ikan teri.

Page 16: Data Pulau-pulau Kecil

Gambar E.17. Masjid di Pulau Pasaran

E.VII. Permasalahan dan Pengembangan

Permasalahan yang dihadapi penduduk di Pulau Pasaran, antara lain:

Kurangnya permodalan.

Minimnya fasilitas penunjang (jembatan penyeberangan, jalan setapak yang sudah

rusak).

Adanya produk ikan asin teri dari Thailand dan Vietnam yang harganya lebih murah.

Sanitasi lingkungan (timbunan sampah dan buang air besar di pinggir pantai).

Tata ruang pulau yang semrawut.

Berdasarkan keragaan dan potensi yang dimiliki oleh Pulau Pasaran, maka peluang

pengembangan yang potensial adalah:

Usaha penangkapan.

Usaha pengolahan hasil perikanan (terutama ikan asin teri).

Page 17: Data Pulau-pulau Kecil

B. PULAU ENGGANO

Gambar F.1. Pulau Enggano

F.I. Gambaran Umum Pulau Enggano

Secara geografis, Pulau Enggano berada di wilayah Samudera Indonesia yang posisi

astronomisnya terletak pada 05°31'13'' LS dan 102°16'00'' BT. Secara administratif,

Pulau Enggano termasuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.

Enggano merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara dengan pusat

pemerintahan berada di Desa Apoho. Luas wilayah Pulau Enggano mencapai 400,6

km² yang terdiri dari enam desa yaitu Desa Banjarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana,

dan Kahyapu. Kawasan Enggano memiliki beberapa pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Dua,

Merbau, Bangkai yang terletak di sebelah barat Pulau Enggano, dan Pulau Satu yang

berada di sebelah selatan Pulau Enggano. Jarak Pulau Enggano ke Ibukota Provinsi

Bengkulu sekitar 156 km atau 90 mil laut, sedangkan jarak terdekat adalah ke kota

Manna, Bengkulu Selatan sekitar 96 km atau 60 mil laut.

Pulau Enggano tersusun oleh perbukitan bergelombang lemah, perbukitan karst,

daratan dan rawa. Perbukitan bergelombang terdapat di daerah tenggara, ketinggian

antara 170-220 meter, sedangkan perbukitan karst yang mempunyai ketinggian antara

100-150 meter terdapat di bagian barat laut, menunjukkan morfologi yang khas dan

didominasi oleh batu gamping. Di bagian utara terutama daerah pantai merupakan

Page 18: Data Pulau-pulau Kecil

dataran rendah alluvial yang berawa-rawa dengan ketinggian 0-2 meter. Bentuk

permukaan tanah di Pulau Enggano secara umum dapat dikatakan cukup datar hingga

landai, dengan sedikit daerah yang agak curam. Pada bagian timur pulau lebih datar

dari pada bagian barat. Secara proporsional dapat dikatakan 63,39% dari pulau ini

mempunyai kemiringan landai (0-8%), 27,95% agak miring (8-15%) dan sisanya daerah

miring sampai terjal (15-40%). Berdasarkan klasifikasi tanah, kawasan daratan Pulau

Enggano didominasi oleh jenis tanah kambisol, litosol, dan alluvial. Selain itu, tanah di

Pulau Enggano memiliki tekstur lempeng berliat.

Gambar F.2. Peta Citra Pulau Enggano

Di wilayah Pulau Enggano mengalir beberapa sungai dimana secara umum airnya

dipengaruhi musim. Pada musim hujan debit air sungai tinggi, sebaliknya pada musim

kemarau debit air rendah. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Kikuba, Sungai

Kuala Kecil, Sungai Kuala Besar, Sungai Kahabi, Sungai Kinono, dan Sungai Berhawe.

Page 19: Data Pulau-pulau Kecil

Beberapa sungai kecil lainnya antara lain Sungai Kaay, Sungai Kamamum, Sungai

Maona, dan Sungai Apiko.

Karakteristik pantai yang terdapat di Pulau Enggano dapat dikategorikan dalam 5 (lima)

tipe utama yaitu pasir berlumpur, pasir, pasir berkarang, pasir karang berlumpur, dan

pantai karang berbatu. Karakteristik pantai di Pulau Enggano erat kaitannya dengan

keberadaan ekosistem terumbu karang dan mangrove. Tipe pantai pasir berlumpur

ditemukan di Kahyupu, Tanjung Harapan, dan muara Sungai Banjarsari sampai Teluk

Berhau. Tipe pantai pasir berkarang terdapat di Kaana dan Meok, sedangkan tipe

pantai pasir karang berlumpur ditemui di Malakoni dan Banjarsari. Pantai karang

berbatu dijumpai di bagian timur Pulau Enggano.

Pulau Enggano beriklim tropis basah yang sangat dipengaruhi oleh laut. Curah hujan

pada bulan kering masih di atas 100mm. Bulan kering biasanya terjadi pada bulan Juni

dan Juli. Bulan basah kadang mencapai lebih dari 400mm per bulannya. Suhu udara

rata-rata setiap harinya berkisar antara 27,8ºC dengan suhu terendah 23,2ºC dan

tertinggi 34ºC. Kelembaban nisbi umumnya di atas 80% dengan variasi terendah 78%

dan tertinggi 96%. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Pulau Enggano kelembaban

udara relatif tinggi sepanjang tahun. Angin dominan terbagi dalam dua musim, yaitu

angin musim barat (terjadi pada Bulan September sampai Januari) dan angin musim

tenggara (terjadi pada Bulan April sampai Agustus).

F.II. Sarana dan Prasarana

a. Aksesibilitas

Untuk mengunjungi Pulau Enggano dapat menggunakan transportasi Laut

dengan menggunakan kapal Raja Enggano dengan kapasitas 40 unit kendaraan

dan 400 orang penumpang menuju ke Pelabuhan Kahyapu yang mempunyai

luas dermaga 360 m2 dengan rute Bengkulu-Enggano-Bengkulu. Frekuensi

pelayaran dua kali seminggu yaitu sabtu dan rabu setiap jam 18.00 WIB dari

Pelabuhan Bengkulu dan sampai di Pulau Enggano pukul 04-05 WIB (sekitar 8

Page 20: Data Pulau-pulau Kecil

jam). Selain kapal Raja Enggano, transportasi ke Pulau Enggano dapat juga

menggunakan kapal perintis dari Pelabuhan Bengkulu menuju Pelabuhan

Malakoni yang mempunyai luas dermaga 560 m2 dan melayani rute Bengkulu-

Malakoni-Bengkulu.

Gambar F.3. Dermaga Gambar F.4. Kondisi Jalan

b. Sarana dan Prasarana

Transportasi antar desa menggunakan kendaraan angkot carteran dan ojek

motor. Disarankan transportasi yang paling mudah adalah mencarter motor

sebab sarana jalan masih sebagian saja yang bagus. Sarana transportasi yang

mendukung pergerakan internal penduduk dan perekonomian di Pulau Enggano

adalah jalan raya sepanjang 35,5 km dengan lebar 4 meter, sedangkan sisanya

18 km masih merupakan jalan tanah. Jalan raya ini menghubungkan Desa

Banjarsari, Malakoni, Kaana dan Kahyapu. Selain melalui jalan raya, pergerakan

penduduk antar desa atau pemukiman dilakukan dengan menggunakan perahu

motor atau sampan. Untuk mengantisipasi kebutuhan sarana perhubungan ke

depan, tersedia lahan untuk lapangan terbang seluas 310 Ha yang terletak di

Desa Banjarsari namun sampai saat ini belum dikembangkan.

Page 21: Data Pulau-pulau Kecil

Gambar F.5. Lahan untuk pembangunan bandara

Masyarakat di Pulau Enggano juga belum tersentuh oleh keberadaan sarana air

bersih seperti PAM. Untuk kepentingan sehari-hari, masyarakat mengandalkan

sumber air bersih dari sungai-sungai dan sumur galian. Sampai saat ini belum

tersedia sarana listrik di Pulau Enggano. Untuk kepentingan penerangan,

masyarakat biasanya menggunakan lampu petromaks dan lampu minyak.

Fasilitas penerangan listrik hanya ada di kantor Pelabuhan Kahyapu dengan

menggunakan generator yang berfungsi hanya pada saat tertentu saja. Fasilitas

pelayanan telekomunikasi juga belum tersedia, hanya Radio SSB yang berada di

kantor Kecamatan Enggano.

Tabel F.1. Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial di Kecamatan Enggano

No Nama Fasilitas Jumlah Keterangan1. Balai Desa 6 buah Masing-masing desa 1

Balai Desa2. Sekolah Dasar 6 buah Satu SD merupakan SD

Inpres3. Madrasah 3 buah4. SMP 1 buah5. Pos/Klinik KB 1 buah6. Masjid 5 buah7. Gereja 4 buah8. KUD 1 buah9. Puskesmas 1 buah10. Puskesmas

Pembantu3 unit

11. Posyandu 4 unit

Page 22: Data Pulau-pulau Kecil

Sumber : Bappedalda Propinsi Bengkulu, 2003F.III. Ekosistem

a. Vegetasi

Vegetasi yang tumbuh di dataran rendah Pulau Enggano diantaranya Havea

suplantiolata, Diplospora singularis, Koompasia sp, Pterospermum javanicum.

Selain itu ditemukan juga berbagai jenis aggrek hutan dan salak hutan. Vegetasi

rawa yang banyak tumbuh adalah jenis nibung sedangkan vegetasi pantai yang

ada seperti Terminalia catappa dan Hibiscus tiliaceus.

b. Fauna

Fauna di Pulau Enggano dibagi menjadi empat kelompok yaitu jenis hewan

hutan dan gunung, hewan pulau, hewan perkebunan dan sawah dan hewan

rawa. Jenis hewan hutan dan gunung diantaranya ekami (rusa), babi, biawak,

ular, kadal, katak, dan 12 jenis burung seperti hahiu, kabihoa, emiko, deko,

mahkowak, korea dan lain-lain. Jenis hewan pulau adalah burung kupan dan

ular. Jenis hewan perkebunan dan sawah diantaranya kerbau, sapi, ular,

beberapa jenis burung seperti panokeh, emiko, korea dan lain-lain. Jenis hewan

rawa antara lain buaya, kura-kura, biawak, dan beberapa jenis burung yaitu

burung ubik-ubik, eyakhai, akomah, dan bakdit. Beberapa fauna air tawar yang

terdapat di Pulau Enggano adalah ikan garin, mungkus, pelus, barau, bentutu,

lele, mujair, tawes, ketam, udang, siput sungai, dan lain-lain.

c. Mangrove

Pulau Enggano dengan garis pantai yang panjangnya mencapai 112 km

mempunyai luas hutan mangrove yang paling luas di Provinsi Bengkulu. Hutan

mangrove di Pulau Enggano mempunyai ketebalan antara 50-1500m. Tanjung

Kaana merupakan daerah yang mempunyai hutan mangrove paling lebat,

ketebalannya mencapai 1000m.

Page 23: Data Pulau-pulau Kecil

Gambar F.6. Ekosistem Mangrove

Jenis mangrove yang terdapat di Pulau Enggano sangat bervariasi diantaranya

Acanthus ilicifolius, Avicennia marina, Barringtonia asiatica, Bruguiera cylindrical,

B. gymnorrhiza, Cerbera manghas, Ceriops tagal, Excoecaria agallocha,

Hibiscus tiliaceus, Ipomoea pes-caprae, Melastoma candidum, Morinda citrifolia,

Pandanus tectorius, Phemphis acidula, Pongamia pinnata, Rhizophora apiculata,

R. Mucronata, R. Stylosa, Scaevola taccada, Sonneratia alba, Stachytarpeta

jamaicencis, Terminalia catappa, Wedelia biflora, Xylocarpus granatum.

Salah satu lokasi hutan mangrove yang terdapat di Pulau Enggano adalah

Suaka Alam Tanjung Laksaha yang terletak di sebelah barat pulau dengan lebar

hutan mangrove bervariasi mulai dari 50 m sampai 1000 m. Ekosistem mangrove

di Pulau Enggano relatif masih utuh, tingkat gangguan ulah manusia sangat

kecil. Hal ini dikarenakan adanya adat budaya masyarakat yang melarang

menebang pohon mangrove. Masyarakat yang menebang pohon mangrove akan

di denda dengan membayar sejumlah uang tertentu.

d. Terumbu Karang

Tanjung Kokonahdi dan Tanjung Kaana merupakan satu garis pantai bagian

timur Pulau Enggano dengan pasir putih dan reef flat kurang lebih 100-200 meter

dari pantai yang berarus tenang. Dasar perairan berupa batu karang yang

ditutupi terumbu karang. Jenis terumbu karang yang dijumpai adalah kelompok

Acropora tabulate dengan lebar mencapai 2 meter, Acropora hystrik, Pocillopora,

Page 24: Data Pulau-pulau Kecil

Seryatopora hystrik, Montipora sp. Biota lain yang ditemukan adalah jenis lili laut

dan soft coral. Pada kedalaman 15-20 meter ditemukan pasir dengan rubble

dengan sedikit jenis teripang. Di Teluk Enggano, kecerahan perairan kurang

bagus pada kedalaman lebih dari 5 meter dengan dasar perairan berpasir dan

bercampur lumpur. Pada kedalaman 4 meter ditemukan beberapa koloni karang

hidup yang didominasi jenis coral massif: Goniopora sp, Porites sp, Acropora

digitete. Biota lain yang ditemukan seperti kelompok soft coral sponge, kelompok

Anthipatria.

Gambar F.7. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang yang Umumnya Didominasi Oleh Karang Biru (Blue Coral), Karang Api (Fire Coral), dan Karang Bercabang (Branching Coral) di P. Enggano

Page 25: Data Pulau-pulau Kecil

e. Lamun

Salah satu ekosistem di daerah pesisir pantai yang berperan penting adalah

padang lamun. Peranan ekosistem padang lamun kurang lebih identik dengan

peranan hutan mangrove. Tingginya kemampuan ekosistem padang lamun untuk

mensuplai nutrien dan oksigen memungkinkan ekosistem ini memiliki

produktivitas yang tinggi. Ekosistem lamun terdapat di pantai Kahyapu dan

Kaana yang didominasi spesies Cymodocea sp. Kerapatan jenis lamun berkisar

130-569 m2 dengan rata-rata kerapatan keseluruhan 362 m2.

Gambar F.8. Ekosistem Lamun

F.IV. Kualitas Perairan

Dari hasil pengamatan, suhu di perairan Pulau Enggano berkisar 29,3 – 30,0oC

(kedalaman 0-13,5 m). Sedangkan salinitas di perairan Pulau Enggano berkisar antara

33,0 – 34,0 o/oo dengan nilai pH berkisar 7,87 – 8,07. Oksigen terlarut yang terdapat di

perairan Pulau Enggano berkisar 4,14-4,42 ml/L. Kecerahan air rata-rata berkisar

antara 8-14m. Di perairan Pulau Enggano kecepatan arus berkisar antara 6,1 – 22,2

cm/det atau antara 0,21 – 0,80 km/jam. Dari hasil pengamatan kondisi perairan Pulau

Enggano sangat bagus bagi pertumbuhan biota laut dan terumbu karang.

Page 26: Data Pulau-pulau Kecil

F.V. Pemanfaatan Potensi Pulau Enggano

a. Potensi Kelautan dan Perikanan

Perairan laut Pulau Enggano merupakan bagian dari perairan Samudera Hindia

yang berada di sepanjang perairan Pantai Barat Sumatera. Potensi sumberdaya

kelautan dan perikanan yang dominan di Pulau Enggano adalah perikanan

tangkap. Jenis sumber daya ikan yang terdapat di wilayah perairan laut Pulau

Enggano dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok besar yaitu ikan pelagis

besar (ikan cakalang, tongkol, tenggiri, madidihang, tuna albakor, layaran dll),

ikan pelagis kecil (ikan kuwe, selar, belanak, kembung dll), udang (udang penaid,

lobster), ikan demersal (ikan kakap merah, pari, kerapu, bawal, ekor kuning dll),

dan ikan karang (Chaetodon reticulatus, C. barronesa, C. vagabundus, Zanclus

cornutus dan Paracanthurus hepatus).

Besarnya sumberdaya ikan yang terdapat disekitar wilayah perairan laut Pulau

Enggano, dihitung berdasarkan hasil kali kepadatan stok ikan setiap luasan (km2)

dengan luas perairan laut yang menjadi daerah penangkapan ikan (fishing

ground) masyarakat nelayan setempat. Dari hasil perhitungan dengan

menggunakan metode penginderaan jauh (remote sensing), diperkirakan

panjang garis pantai Pulau Enggano adalah 123,214 km. Jika hak terhadap

perairan laut yang menjadi daerah penangkapan ikan untuk Pulau Enggano

adalah 123,214 x 12 X 1,852 = 2.738,31 km2. Besarnya potensi sumberdaya

ikan yang terdapat dalam wilayah perairan laut tersebut dihitung berdasarkan

hasil perkalian antara kelimpahan ikan (stock density) dengan luas perairan.

Tabel F.2. Potensi Sumberdaya Ikan di Wilayah Perairan Laut Pulau Enggano

No. Jenis Sumberdaya IkanKelimpahan

(kg/ km2)

Potensi (kelimpahan x luas perairan)

A Ikan Pelagis Besar1 Cakalang (Katsuwonus pelamis) 142 388,842 Tongkol (Euthynnus sp) 41 112,273 Tenggiri (Scomberomerus sp) 43 117,47

Page 27: Data Pulau-pulau Kecil

4 Madidihang (Thunnus albacores) 51,02 139,715 Tuna Albakor (Thunnus alalunga) 1,46 3,996 Setuhuk hitam (Makaira indica) 5,18 14,187 Setuhuk loreng (M. nitsukurii) 9,40 25,748 Setuhuk biru (M. mazara) 6,52 17,859 Ikan pedang (Xiphias gladius) 5,68 15,55

10 Layaran (Istiophorus platypterus) 1,46 3,9911 Ikan cucut (Isurus glaucus 10,30 28,20

Jumlah 867,79B Ikan Pelagis Kecil 1,89 ton/km2 5.175,41C Udang1 Udang penaid 0,113 ton/ km2

2 Udang karang (lobster) 2,08 ton / km2 141,00D Ikan Demersal 2,35 ton/ km2 6.435,03E Ikan Karang (P3O-LIPI, 1998) 50,125 ton/ km2 3.397,97

Jumlah 9.992,00Jumlah 16.035,20

Sumber : Bappeda Propinsi Bengkulu 2003

Untuk melakukan penangkapan ikan, para nelayan di Pulau Enggano

menggunakan armada perahu tanpa motor dan perahu dengan motor tempel.

Sedangkan alat penangkapan ikan yang digunakan antara lain jaring insang,

trammel net, pukat payang, rawai, pancing toda, jala, dan pancing ulur.

Potensi sumberdaya kelautan lainnya adalah mariculture (budidaya ikan laut,

budidaya rumput laut, lobster, dan teripang). Faktor pendukung dari

pengembangan budidaya rumput laut adalah ditemukannya 5 (lima) spesies

rumput laut di perairan sekitar Pulau Enggano, dua diantaranya adalah jenis

Eucheuma dan Gelidium yang merupakan jenis rumput laut yang berekonomis

penting. Kegiatan budidaya ikan dapat dilakukan dalam media berbentuk

keramba jaring apung untuk jenis ikan kakap, kakap merah, kerapu bebek, dan

kerapu macan. Lokasi yang cocok untuk mariculture adalah di perairan Teluk

Tanjung Harapan (sepanjang tahun), perairan Teluk Labuho, perairan Teluk

Kioyo, perairan Desa Kaana dan Kahyapu (tergantung kondisi musim). Secara

teknis kondisi perairan Pulau Enggano sangat mendukung untuk kegiatan

budidaya. Selain itu, Pulau Enggano juga berpotensi untuk pengembangan

Page 28: Data Pulau-pulau Kecil

perikanan air tawar mengingat tingginya potensi yang dimiliki dengan

keberadaan sejumlah sungai yang mengalir di Pulau Enggano dalam kondisi

yang cukup bagus. Potensi lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan adalah

usaha pembesaran kepiting bakau di areal hutan mangrove.

b. Potensi Pariwisata

Potensi pariwisata di Pulau Enggano antara lain adalah wisata alam dan wisata

berburu. Wisata berburu dapat dilakukan di Taman Buru Gunung Nanua. Wisata

alam daratan lebih banyak berupa kegiatan penjelajahan hutan wisata (hutan

suaka alam) yang keasliannya tetap terjaga. Beberapa obyek wisata alam

berupa kawasan konservasi antara lain Hutan Suaka Alam Kioyo I dan Kioyo II,

Hutan Suaka Alam Teluk Klowel, Hutan Wisata Alam Tanjung Laksaha, Hutan

Suaka Alam Bahuewo. Bahkan keberadaan suku-suku yang mendiami Pulau

Enggano dengan kekhasan budayanya tidak menutup kemungkinan merupakan

potensi wisata budaya.

Gambar F.9. Potensi Pantai

Kawasan Pulau Enggano juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek

wisata bahari seperti selancar, memancing, wisata selam, snorkeling, wisata

pantai pantai, berenang, dan wisata desa binaan. Lokasi wisata bahari terdapat

di perairan Pulau Dua, Pulau Merbau, Kahyapu, Pantai Teluk Harapan, Teluk

Labuho, Teluk Berhawe, Tanjung Kioyo, Tanjung Koomang, dan pantai di Kaana.

Potensi wisata bahari lainnya yang belum banyak terungkap adalah wisata

Page 29: Data Pulau-pulau Kecil

sejarah di perairan Tanjung Laksaha – Teluk Berhau, yaitu berupa lokasi

tenggelamnya kapal-kapal penjelajah milih Portugis.

c. Potensi Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Industri

Areal persawahan saat ini terdapat di Desa Kaana dan Desa Banjar Sari,

luasnya pun terbatas hanya 25 Ha dan hanya ada satu buah sungai (Sungai

Kikuba) yang telah dijadikan sumber irigasi teknis. Produksi sawah di Enggano

sekitar 75 ton beras per tahun. Sedangkan areal perkebunan tersebar cukup luas

mulai dari Desa Kahyapu sampai dengan Desa Banjar Sari. Perkebunan yang

dikembangkan merupakan jenis perkebunan rakyat jenis cokelat, melinjo,

cengkeh, kelapa, buah-buahan dan kopi. Masyarakat Pulau Enggano mengelola

peternakan kerbau, sapi, kambing, ayam, dan itik dalam skala kecil. Hasil

peternakan ini biasanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-

hari.

Dalam bidang kehutanan, Pulau Enggano memiliki beragam jenis vegetasi hutan

yang berneka ragam dan cukup bernilai ekonomis. Beberapa produk kehutanan

antara lain kayu merbau, kayu jambu, nehek, abihu, rengas, cemara laut, bakau,

dan beringin. Berdasarkan potensi sumberdaya alam yang ada, industri yang

dapat dikembangkan adalah industri kerajinan tangan (seperti dari bahan rotan,

kerang, mutiara dll), industri pengolahan cokelat, melinjo dan buah-buahan,

industri pengawetan atau pengolahan ikan, industri budidaya seperti rumput laut

dan anggrek hutan.

d. Penutupan Lahan

Pulau Enggano memiliki luas 398.24 km2, dari hasil analisis citra Pulau Enggano

diperoleh bahwa penggunaan lahan terdiri dari hutan, hutan lahan basah, hutan

mangrove, pemukiman, perkebunan, rawa, semak belukar dan tanah terbuka.

Penggunaan lahan terbesar adalah hutan dengan tutupan lahan seluas 339.37

km2 atau 85.22% dari total penggunaan lahan di Pulau Enggano. Penggunaan

lahan terkecil adalah rawa dengan luas 0.94 km2 atau 0.24% dari otal penutupan

Page 30: Data Pulau-pulau Kecil

lahan di Pulau Enggano.. Peggunaan lahan lainnya dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel F.3. Penggunaan Lahan di Pulau Enggano

No. Penggunaan Lahan Luas (km2) Persentase (%)1 Hutan 339.37 85.22%2 Hutan Lahan Basah 25.20 6.33%3 Hutan Mangrove 12.28 3.08%4 Pemukiman 3.38 0.85%5 Perkebunan 3.71 0.93%6 Rawa 0.94 0.24%7 Semak Belukar 11.44 2.87%8 Tanah Terbuka 1.90 0.48%

  Total 398.22 100.00% Sumber: Hasil Analisis Citra Pulau Enggano

Gambar F.10. Peta Penutupan Lahan Pulau Enggano

Page 31: Data Pulau-pulau Kecil

F.VI. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya

Jumlah penduduk Pulau Enggano pada tahun 2006 sebanyak 2.758 jiwa (851 KK) yang

tersebar ke 6 (enam) wilayah desa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa

Banjarsari, 773 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Desa Apoho, 241

jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata Pulau Enggano adalah 4 jiwa/km2. Pemukiman

penduduk menurut masing-masing desa masih terpencar-pencar membentuk cluster

(kelompok pemukiman). Setiap desa tersedia beberapa kelompok pemukiman.

Mata pencaharian penduduk Pulau Enggano untuk setiap desa dapat diklasifikasikan

menjadi nelayan dan bukan nelayan (petani, pedagang, PNS, dan lain-lain). Struktur

penduduk menurut mata pencahariannya adalah sebagai berikut : (1) Petani, 242 jiwa

(44,73%), (2) Nelayan, 138 jiwa (25,51%), (3) Buruh, 88 jiwa (16,27%), (4) PNS, 64

jiwa (11,83%) dan (5) Pedagang, 9 jiwa (1,66%).

Gambar F.11. Balai Desa Gambar F.12. Sekolah Dasar

Di Pulau Enggano masyarakat terbagi atas suku-suku dimana masing-masing suku

dikepalai seorang Ketua Suku. Penduduk asli Pulau Enggano terdiri dari Suku Kauno,

Suku Kaahoao, Suku Kaharuba, Suku Kaitaro, Suku Kaaruhi, dan Suku Kaamay.

Masyarakat Pulau Enggano masih teguh memegang adat istiadat peninggalan nenek

moyang. Beberapa ketentuan adat yang ada antara lain larangan menebang pohon

bakau, larangan membuka kebun yang berjarak lebih dari 3 km dari jalan utama, dan

budaya menangkap penyu pada saat pesta pernikahan dan pesta adat lainnya.

Page 32: Data Pulau-pulau Kecil

Nilai budaya masyarakat Pulau Enggano sangat dipengaruhi oleh budaya Islam.

Sebagian besar masyarakat Pulau Enggano beragama Islam (55,3%), dan yang lainnya

beragama Kristen (44,7%). Kondisi kerukunan antar umat beragama sangat baik

sehingga tidak pernah terjadi konflik horizontal. Jumlah masjid dan gereja di Pulau

Enggano 12 buah, masing-masing desa memiliki satu masjid dan satu gereja.

F.VII. Permasalahan dan Pengembangan

Lambatnya pengembangan di bidang perikanan ditandai dengan tidak adanya fasilitas

fisik yang mendukung usaha perikanan seperti depot BBM, pabrik es, cold storage, kios

yang menjual keperluan penangkapan ikan, pangkalan pendaratan ikan, serta belum

adanya lembaga pemasaran seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Selain itu, armada

dan alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan Pulau Enggano masih sangat

tradisional. Sarana prasarana umum yang terbatas seperti listrik, air, dan komunikasi

sangat menghambat pengembangan potensi Pulau Enggano di bidang lainnya seperti

pariwisata. Sarana transportasi ke luar pulau masih minim dimana kondisi alam yang

tidak ramah dapat menghambat transportasi. Adanya budaya masyarakat menangkap

penyu tentunya dapat mengancam kelestarian penyu itu sendiri.