27
Daulah Abbasiyah 1. Sejarah Berdirinya Pemerintahan Bani Abbasiyah dinisbatkan kepada al- Abbas, paman Rasulullah saw.. Sementara itu, khalifah pertama dari pemerintahan ini ada Abdullah (as-Saffah) bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutthalib. Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya. Namun, pemikiran seperti ini tidak bisa berkembang dan kalah telak di awal-awal masa Islam. Pemikiran Islam yang lurus dan benarlah yang menang pada saat itu. Yakni, pemikiran bahwa kekuasaan itu adalah hak semua kaum muslimin dan siapa pun berhak selama dia mampu menyandang amanat. Pemerintahan Bani Abbasiyah terdiri dari 2 periode: - Periode 1 dimulai sejak tahun 132 hingga 247 H/749–861 M. 1

Daulah Abbasiyah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Daulah Abbasiyah

Daulah Abbasiyah

1. Sejarah Berdirinya

Pemerintahan Bani Abbasiyah dinisbatkan kepada al-Abbas, paman

Rasulullah saw.. Sementara itu, khalifah pertama dari pemerintahan ini ada

Abdullah (as-Saffah) bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin

Abdul Mutthalib. Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai

kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim

(Alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa

yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-

anaknya.

Namun, pemikiran seperti ini tidak bisa berkembang dan kalah

telak di awal-awal masa Islam. Pemikiran Islam yang lurus dan benarlah

yang menang pada saat itu. Yakni, pemikiran bahwa kekuasaan itu adalah

hak semua kaum muslimin dan siapa pun berhak selama dia mampu

menyandang amanat.

Pemerintahan Bani Abbasiyah terdiri dari 2 periode:

- Periode 1 dimulai sejak tahun 132 hingga 247 H/749–861 M.

Periode ini merupakan masa kejayaan para khalifah Abbasiyah. Ada

sepuluh penguasa pada periode ini, yaitu:

1. Abul Abbas Abdullah bin Muhammad (As-Saffah) : 132-136 H/

749-753 M

2. Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad (Al-Manshur) : 137-158 H/

753-774 M

3. Muhammad bin Abdullah bin Muhammad (Al-Mahdi) : 158-169

H/ 774-785 M

4. Musa bin Muhammad bin Abdullah (Al-Hadi) : 169-170 H/ 785-

786 M

5. Harun bin Muhammad bin Abdullah (Ar-Rasyid) : 170-193 H/

786-808 M

1

Page 2: Daulah Abbasiyah

6. Muhammad bin Harun bin Muhammad (Al-Amien) : 193-198 H/

808-813 M

7. Abdullah bin Harun bin Muhammad (Al-Makmum) : 198-218 H/

813-833 M

8. Muhammad bin Harun bin Muhammad (Al-Mu’tashim) : 218-227

H/ 833-841 M

9. Harun bin Muhammad bin Harun (Al-Watsiq) :227-232 H/ 841-

846 M

10. Ja’far bin Muhammad bin Harun (Al-Mutawakkil) : 232-247 H/

846-861 M

- Periode 2 dimulai dari tahun 247-656 H/ 861-1258 M.

Masa ini adalah masa lemahnya para khalifah dan lenyapnya

kekuasaan mereka. Masa ini dikuasai oleh kalangan militer. Ada

sebanyak 27 khalifah yang berkuasa pada masa ini.

2. Pemerintahan Bani Abbasiyah Periode Pertama (132-347 H/ 749-861 M)

A. ABUL ABBAS AS-SAFFAH (132-136 H/ 749-753 M)

Dia bernama Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin

Abbas, khalifah pertama pemerintahan Bani Abbasiyah. Ayahnya

adalah orang yang melakukan gerakan untuk mendirikan pemerintahan

Bani Abbasiyah dan menyebarkannya kemana-mana. Beliau dibaiat

sebagai khalifah pada tahun 132 H/ 749 M saat pasukan Abbasiyah

menguasai Khurasan dan Irak. Setelah itu dia mengalahkan Marwan

bin Muhammad dan menghancurkan pemerintahan Bani Umawiyah

pada tahun yang sama.

Kuffah sebagai tempat dibaiat nya beliau sebagai khalifah

merupakan pusat gerakan Bani Abbasiyah yang kemudian dia

tinggalkan dan menuju Anbar yang kemudian dia jadikan sebagai

ibukota negerinya.

2

Page 3: Daulah Abbasiyah

Dia banyak disibukkan dengan upaya untuk konsolidasi internal

dan untuk menguatkan pilar-pilar negara yang hingga saat itu belum

sepenuhnya stabil. Oleh sebab itulah, dia tidak banyak fokus terhadap

masalah-masalah penaklukkan ini karena pertempuran di kawasan

Turki dan Asia Tengah terus bergolak.

Dia meninggal pada tahun 136 H/ 753 M dan memerintah dalam

jangka waktu empat tahun.

B. ABU JA’FAR AL-MANSHUR (137-158 H/ 753-774 M)

Dia bernama Abdullah bin Muhammad Ali bin Abdullah al-Abbas. Dia

seorang yang paling terkenal dari penguasa Bani Abbasiyah dengan

keberanian, ambisi, dan kecerdikannya. Dia dianggap sebagai pendiri

pemerintahan Bani Abbasiyah yang sebenarnya. Bersama-sama dengan

Abul Abbas, dia pindah ke Kufah dan berusaha untuk mendirikan

pemerintahan Bani Abbasiyah. Dia merupakan tangan al-Abbas yang

utama dan orang yang paling kuat. Setelah itu dia menjadi gubernur

untuk wilayah Armenia dan Azarbaijan sebelum menjadi khalifah. Dia

menjadi khalifah setelah saudaranya al-Abbas, sesuai dengan wasiat

yangdiberikan saudaranya itu.

Peristiwa-peristiwa penting di Zamannya

Al-Manshur harus menghadangi pemberontakan-

pemberontakan yang berbahaya yang bisa saja menggoncang

kursi kedudukan dan mengguncang jiwa. Namun, dia tidak

bergeming dengan semua pemberontakan tersebut. Dengan

segala kecerdikan, keuletan, kemahiran, dan siasatnya, dia

berhasil membabat semua pemberontakan itu. Di antara

gerakan pemberontak yang penting adalah sebagai berikut:

a. Pemberontakan Ali bin Abdullah bin Ali

b. Pembunuhan Abu Muslim Khurasani

c. Pemberontakan Muhammad dan Ibrahim

d. Khawarij

3

Page 4: Daulah Abbasiyah

Penaklukan-penaklukan

Setelah kondisi dalam negerinya sudah stabil, maka al-

Manshur memberangkatkan pasukannya ke negeri Romawi

dan membangun basis militer sebagai markas. Basis militer

yang berada di perbatasan ini dikenal dengan Shawaif dan

Syawati’. Tujuannya adalah untuk menjaga wilayah

perbatasan. Al-Manshur segera menaklukkan negeri-negeri

yang ingkar janji, seperti Thibristan, Dailam, dan Kashmir

serta yang lainnya.

Dia membangun kota Baghdad yang kemudian dijadikan sebagai ibukota

pemerintahannya pada tahun 146 H/ 763 M. Dia juga membangun kota Rafiqah

dan memperluas Masjidil Haram pada tahun 139 H/ 756 M. Al-Manshur adalah

orang yang mengokohkan akar pemerintahan Bani Abbasiyah, menstabilkannya,

dan membereskan pondasi-pondasinya. Dia juga membuat aturan-aturan dan

undang-undang.

Dia meninggal di Mekah pada saat sedang melakukan ibadah haji tahun

158 H/ 774 M dan memerintah selama 21 tahun.

C. MUHAMMAD AL-MAHDI (158-169 H/ 774-785 M)

Dia bernama Muhammad al-Mahdi ibnul-Manshur. Dilantik sebagai

khalifah setelah ayahnya dan sesuai dengan wasiat ayahnya pada tahun

158 H/ 774 M. Dia dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan dan

pemurah serta banyak memberikan hadiah. Selain itu, dia juga

mengembalikan harta-harta yang dirampas secara tidak benar. Al-

Mahdi juga memperluas Masjidil Haram.

Kondisi dalam negeri saat itu sangat stabil dan tidak ada satu

gerakan penting dan signifikan di masanya.

a. Gerakan-gerakan Zindiq

Ini adalah sebutan untuk siapa saja yang menganut agama

Manawiyah paganistik (yang menyembah nur dan kegelapan).

4

Page 5: Daulah Abbasiyah

b. Kaum Khawarij

Pada tahun 160 H/ 776 M berdiri pemerintahan Rustumiyah di

Tahart Aljazair oleh kaum Khawarij Abadhiyah.

Dia berhasil mencapai kemenangan-kemenanangan atas orang-orang Romawi.

Anaknya Harun ar-Rasyid adalah panglima perang dalam penaklukkan ini. Dia

sampai ke pantai Marhamah dan berhasil melakukan perjanjian damai dengan

Kaisar Agustine yang bersedia untuk membayar jizyah pada tahun 166 H/ 782 M.

Dia meninggal pada tahun 169 H/ 785 M dan memerintah selama 10 tahun

beberapa bulan.

D. MUSA AL-HADI (169-170 H/ 785-786 M)

Dia adalah Musa al-Hadi bin Muhammad al-Mahdi yang dilantik

sebagai khalifah setelah ayahnya. Dia selalu mengincar orang-orang

zindiq dan melakukan tindakan yang tegas atas mereka sebagaimana

yang dilakukan oleh ayahnya. Dia berusaha untuk mencopot status

putra mahkota dari saudaranya Harun ar-Rasyid dan memberikannya

kepada anaknya, namun tidak berhasil.

Peristiwa-peristiwa di Masa Pemerintahannya

Pada masa itu terjadi pemberontakan oleh Husein bin Ali ibnul-

Husen ibnul –Hasan bin Ali di Mekah dan Madinah. Dia

menginginkan agar pemerintahan berada di tangannya. Namun,

al-Hadi mampu menaklukkannya beserta para pengikutnya

dalam Perang Fakh (dekat Mekah) pada tahun 169 H/ 785 M.

Pada peperangan ini Idris bin Abdullah ibnul-Husen ibnul-

Hasan melarikan diri ke Maghrib Jauh dan mendirikan

pemerintahan Adarisah (dinisbatkan kepada Idris). Pada saat

yang sama saudaranya yang bernama Yahya bin Abdullah

melakukan pemberontakan di Dailam. Jumlah mereka semakin

banyak dan memiliki pengaruh yang besar. Maka, al-Hadi

5

Page 6: Daulah Abbasiyah

memberangkatkan ar-Rasyid dengan membawa pasukan dalam

jumlah besar sehingga pemberontak berhasil ditaklukkan.

Dia meninggal pada tahun 170 H/ 786 M. Beberapa sumber sejarah menyebutkan

bahwa ibunya yang bernama Khaizuran merencanakan pembunuhannya. Sebab,

dia telah meminggirkan sang ibu dari pengaruh dan otoritas yang pernah

dimainkannya di masa pemerintahan suaminya, al-Mahdi. Dia hanya memerintah

selama setahun 3 bulan.

E. HARUN AR-RASYID (170-193 H/ 786-808 M)

Dia bernama Harun ar-Rasyid ibnul-Mahdi. Ar-Rasyid merupakan

mutiara sejarah Bani Abbasiyah. Dia adalah salah seorang raja paling

agung dalam sejarah. Pada masanya pemerintahan Islam mengalami

puncak kemegahan dan kesejahteraan yang belum pernah dicapai

sebelumnya. Bahkan, pada masanya, pemerintahan Bani Abbasiyah

mencapai puncak keemasan dan keagungannya sehingga dia sangat

terpandang dengan kekuatan dan kemajuan ilmu pengetahuannya.

Pemerintahannya sangat ditakuti.

Imam as-Suyuthi berkata,”Sesungguhnya pada masa pemerintahan

ar-Rasyid semua penuh dengan kebaikan. Seakan-akan dalam

keindahanny ia serupa dengan temanten dan pesta-pesta.”

Harun ar-Rasyid dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani. Dia

telah melakukan penyerbuan dan penaklukkan negeri Romawi pada

masa pemerintahan ayahnya ketika usianya baru dua puluh tahun.

Dikenal sebagai sosok yang takwa dan takut kepada Allah dalam

segala perkara. Dia melakukan ibadah haji sebanyak sembilan kali.

Maka, tersebarlah di tengah manusia bahwa dia melakukan haji

setahun dan tahun yang lain dia terjun di medan perang.

Selain itu, Harun dikenal sebagai sosok khalifah yang selalu setia

mendengarkan nasihat-nasihat dan sering kali menangis karena takut

kepada Allah. Dia adalah salah seorang khalifah yang memiliki sifat-

sifat utama. Dia seorang yang fasih dalam berbicara. Juga salah

6

Page 7: Daulah Abbasiyah

seorang ulama di antara mereka dan orang yang paling mulia dan

terhormat.

Di antara kerja mulia yang dia lakukan untuk ilmu pengetahuan

adlah pendirian Baitul Hikmah, sebuah akademi yang menjadi

mercusuar ilmu dan peradaban di dunia pada masa itu. Sebuah

akademi yang darinya muncul obor bagi kebangkaitan sains di Eropa

setelah itu. Namun dibalik kesuksesannya sebagai seorang khalifah

beredar rumor dan tuduhan miring yang menyebutkan bahwa khalifah

terbesar Bani Abbas ini suka hura-hura dan kehidupan yang glamor,

suka minum dan lainnya.

Peristiwa-Peristiwa pada Masa Pemerintahannya

Masa pemerintahannya adalah masa yang sangat tenang dan

stabil, tidak ada pemberontakan yang menonjol dan signifikan.

Hanya ada beberapa pemberontakan kecil yang tidak berarti

apa-apa. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pemberontakan Yahya bin Abdullah, salah seorang

keturunan Hasan bin Ali. Dia melakukan pemberontakan di

negeri Dailam dan berhasil menaklukkan beberapa wilayah

pada tahun 176 H/ 792 M. Ar-Rasyid berhasil

menghancurkannya pada tahun 180 H/ 796 M.

2. Kaum Khawarij. Terjadi sebuah gelombang besar gerakan

kaum Khawarij pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid.

3. Orang-orang zindiq.

4. Tragedi Baramikah.

5. Pemberontakan di Khurasan

Penaklukan-Penaklukan pada Masa Pemerintahannya

Penaklukan Heraclee. Peperangan di negeri Romawi terus

berlanjut dan tidak pernah terputus. Bahkan, tak jarang Harun

ar-Rayid memimpin langsung pertempuran.

7

Page 8: Daulah Abbasiyah

Meninggalnya

Harun meninggal pada tahun 193 H/ 808 M. Dia memerintah

selama 23 tahun.

F. MUHAMMAD AL-AMIEN (193-198 H/ 808-813 M)

Dia bernama Muhammad al-Amien bin Harun ar-Rasyid. Ibunya

bernama Zubaidah binti Ja’far ibnul-Manshur. Tidak ada seorang pun

dari khalifah Bani Abbasiyah di mana ayah dan ibunya berasal dari

Bani Hasyim kecuali dia sendiri.

Ayahnya telah membaiatnya sebagai khalifah, lalu untuk

saudaranya al-Makmun, kemudian untuk Qasim. Dia diberi kekuasaan

di Irak, sedangkan al-Makmun di Khurasan. Ar-Rasyid telah membaiat

keduanya di Mekah dan mengambil janji setia dari mereka untuk tidak

berselisih. Baiat ini disaksikan sekian orang yang hadir. Sedangkan,

tulisan baiat disimpan di dalam Ka’bah.

Namun, ada seorang yang bernama al-Fadhl ibnur-Rabi’—salah

seorang menteri al-Amien— yang mendorongnya untuk mencopot

posisi putra mahkota dari adiknya dan memberikannya kepada

anaknya yang bernama Musa. Ternyata al-Amien termakan tipuan ini

dan dia merobek surat baiat. Maka, al-Makmun segera memberontak.

Pada tahun 195 H/ 810 M, al-Amien mengirimkan dua pasukan

untuk memerangi saudaranya. Namun, kedua pasukan ini berhasil

dihancurkan oleh Thahir bin Husein, panglima perang al-Makmun.

Setahun setelahnya kembali mereka mengalami kekalahan yang sangat

telak.

Setelah itu Thahir berangkat ke Baghdad dan mengepungnya

dengan pengepungan yang sangat ketat. Maka, pengikut al-Amien

segera menyingkir dari sisinya dan bertambah banyaklah pengikut al-

Makmun.

Pasukan al-Makmun masuk ke Baghdad pada tahun 198 H/ 813 M.

Maka, terjadilah perang sengit antara kedua pasukan. Pasukan al-

8

Page 9: Daulah Abbasiyah

Amien kalah dalam peperangan ini. Sedangkan, al-Amien melarikan

diri yang kemudian dibunuh pada tahun198 H/ 813 M.

Al-Amien sendiri adalah seorang yang dikenal suka berburu dan

suka berfoya-foya serta banyak melalaikan urusan negara. Buku-buku

sejarah banyak menulis bahwa dia adalah seorang yang boros, suka

hura-hura, dan suka maksiat.

Dia berkuasa selama lima tahun.

G. ABDULLAH AL-MAKMUN (198-218 H/ 813-833 M)

Dia bernama Abdullah al-Makmun bin Harun ar-Rasyid. Harun ar-

Rasyid telah membaiat kedua anaknya yang bernama al-Amien baru

kemudian al-Makmun. Namun, al-Amien memecar saudaranya dari

posisinya sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah

melalui pertarungan berdarah dan melalui tipu daya menteri yang

bernama al-Fadhl bin Sahl, al-Makmun berhasil menaklukkannya dan

berhasil memegang pucuk khilafah pada tahun 198 H/ 812 M.

Peristiwa-Peristiwa Penting pada Masa Pemerintahannya

1. Pemberontakan Baghdad dan Penunjukan Ibrahim al-Mahdi

sebagai khalifah

2. Al-Khurramiyah

3. Fitnah bahwa Al-Qur’an adalah makhluk

Penaklukan-Penaklukan pada Masa Pemerintahannya

Dia hanya mampu menaklukkan Laz, sebuah tempat di Dailam,

pada tahun 202 H/ 817 M. Sebagaimana penaklukkan juga

terjadi di Nawbah dan Bujat. Al-Makmun adalah orang

pertama yang mendatangkan pasukan dari Turki.

Al-Makmun meninggal pada tahun 218 H/ 833 M setelah berkuasa selama

20 tahun.

H. ABU ISHAQ AL-MU’TASHIM (218-227 H/ 833-841 M)

Dia bernama Muhammad bin Harun ar-Rasyid. Naik sebagai khalifah

pada tahun 218 H/ 833 M. Setelah saudaranya dan karena

9

Page 10: Daulah Abbasiyah

mendapatkan wasiat dari saudaranya itu. Dia banyak mengangkat

pasukan dari orang-orang Turki sehingga jumlah mereka semakin

banyak di Baghdad. Maka, dia membangun sebuah kota untuk mereka

yang dikenal dengan sebutan Samura’. Tampaknya al-Mu’tashim

kehilangan kepercayaan pada orang-orang Arab dan Persia. Sehingga,

dia mengambil orang-orang Turki sebagai orang-orang dekatnya.

Peristiwa-Peristiwa Penting di Zamannya

Gerakan Babik al-Khurrami

Penaklukan pada Masa Pemerintahannya

Penaklukan Amuriyah

I. HARUN AL-WATSIQ (227-232 H/ 841-846 M)

Dia adalah Harun bin Muhammad al-Mu’tashim. Menjadi khalifah

setelah ayahnya, al-Mu’tashim, pada tahun 277 H/ 841 M. Pada

masanya tidak terjadi sebuah peristiwa yang sangat signifikan.

Harun al-Watsiq meninggal pada tahun 223 H/ 846 H setelah

memerintah selama lima tahun.

J. JA’FAR AL-MUTAWAKKIL (232-247 H/ 846-861 M)

Dia bernama Ja’far bin Muhammad al-Mu’tashim. Diangkat sebagai

khalifah setelah saudaranya, al-Watsiq. Dia didudukkan oleh orang-

orang Turki di mana saat itu kunci-kunci kekuasaan telah berada di

tangan mereka. Dia berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman

pengaruh orang-orang Turki ini, namun gagal.

Ja’far al-Mutawakkillah melarang dengan keras pendapat yang

mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Dia menghapus bid’ah

ini dan sangat menaruh hormat kepada Imam Ahmad bin Hanbal.

Peristiwa-Peristiwa Penting pada Masa Pemerintahannya

Orang-orang Romawi melakukan penyerangan di Dimyath,

Mesir. Namun, mereka berhasil dihancurkan dan dibunuh,

sisanya kembali ke negeri mereka tanpa diganggu oleh seorang

pun. Peristiwa ini terjadi pada tahun 238 H/ 852 M.

10

Page 11: Daulah Abbasiyah

Anaknya yang bernama al-Muntashir melakukan konspirasi bersama-sama

dengan para pemimpin Turki, lalu mereka membunuh al-Mutawakkil. Pada saat

itu pengaruh orang Turki telah semakin luas. Al-Mutawakkil dibunuh pada tahun

247 H/ 861 M. Dia menjadi khalifah selama lima belas tahun.

Dengan terbunuhnya al-Mutawakkil, maka berakhir pulalah masa

pemerintahan Bani Abbasiyah Periode Pertama.

3. Pemerintahan Bani Abbasiyah Periode Kedua (247-656 H/ 861-1258 M)

A. Ciri-Ciri Utama Masa Pemerintahan Bani Abbasiyah Kedua

1. Lemahnya para khalifah dan dominasi kalangan militer

terhadap pusat kekuasaan.

2. Munculnya negeri-negeri kecil akibat banyaknya pemimpin

yang memisahkan diri dari pusat kekuasaan dan pengakuan

khalifah terhadap kekuasaan mereka.

3. Munculnya peradaban-peradaban Islam masa lalu di masa ini

dalam bentuk ilmu pengetahuan, pembangunan, kemewahan,

dan foya-foya.

4. Munculnya gerakan yang menamakan dirinya sebagai

kelompok Bani Hasyim serta gerakan kebatinan.

5. Serangan pasukan salib ke wilayah kaum muslimin.

6. Serangan pasukan Mongolia dan dihancurkannya pemerintahan

Abbasiyah dan jatuhnya Baghdad pada tahun 656 H/ 1258 M.

B. Peristiwa-Peristiwa Penting pada Masa Pemerintahan Abbasiyah

Periode Kedua

1. Dominasi orang-orang Turki (247-334 H/ 861-945 M)

2. Pemberontakan Zinj (255-270 H/ 828-883 M)

3. Gerakan Qaramithah (277-470 H/ 890-1077 M)

4. Dominasi Buwaihiyun/ Buwaihid (334-447 H/ 945-1055 M)

5. Dominasi negeri-negeri Syiah

6. Gerakan orang-orang Romawi (350 H/ 961 M)

7. Perang Maladzkird (463 H/ 1071 M)

11

Page 12: Daulah Abbasiyah

8. Dominasi orang-orang Saljuk (447-656 H/ 1055-1258 M)

9. Perang Salib

10. Al-Hasyasyiyun di Benteng Alamaut dan Dailam (483-654 H/

1090-1256 M)

11. Perang Zalaqah (479 H/ 1086 M)

12. Perang Iqlish (502 H/ 1108 M)

13. Perang Arak (591 H/ 1194 M)

14. Raja-raja kelompok kecil (422-898 H/ 1030-1492 M)

15. Perang Salib (489-692 H/ 1095-1292 M)

16. Jihad melawan orang-orang Salibis

C. Serangan Mongolia dan Akhir Pemerintahan Bani Abbasiyah (656 H/

1258 M)

1. Mongolia di Negeri Islam

Sebagai awal dan permulaan dari penghancuran Baghdad dan

khilafah Islam, orang-orang Mongolia menguasai negeri-negeri

Asia Tengah Khurasan dan Persia. Mereka berhasil menaklukkan

negeri Khawarizin dan menguasai Asia kecil. Dengan demikian,

Irak telah terbuka di depan mata mereka.

2. Penghancuran Baghdad dan Pembunuhan Khalifah

Hulaku dan pasukannya menyerang Baghdad dengan pasukan yang

sangat besar. Mereka langsung memenangkan peperangan sejak

langkah pertama. Sementara itu, Khalifah al-Mu’tashim langsung

menyerah dan berangkat ke base pasukan Mongolia. Setelah itu

para pemimpin dan fukaha’ juga keluar, sehingga Baghdad kosong

dari orang-orang yang mempertahankan kota. Maka, Hulaku

membunuh khalifah dan orang-orang yang datang bersamanya.

Hulaku mengizinkan pasukannya untuk melakukan apa saja

di Baghdad. Mereka menghancurkan kota Baghdad dan

membakarnya. Pembunuhan dan perampokan berlangsung selama

40 hari. Sementara orang-orang yang menjadi korban pembunuhan

12

Page 13: Daulah Abbasiyah

ini berjumlah sekitar dua juta, sebagaimana yang disebutkan oleh

sebagian sejarawan.

Perlu kami sebutkan di sini peran busuk yang dimainkan

oleh seorang Syiah Rafidhah yakni Ibnul ‘Alqami, menteri al-

Mu’tashim, yang bekerja sama dengan orang-orang Mongolia dan

membantu pekerjaan-pekerjaan mereka. Dengan demikian,

hancurlah pemerintahan Abbasiyah pada tahun 656 H/ 1258 M.1

3. Faktor-Faktor Penyebab Kemunduran Bani Abbasiyah

a. Faktor intern

1. Kemewahan hidup di kalangan penguasa

2. Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah

3. Konflik keagamaan

b. Faktor ekstern

1. Banyaknya pemberontakan

2. Dominasi bangsa Turki

3. Dominasi bangsa Persia2

4. Sebab-Sebab dan Faktor Hancurnya Pemerintahan Abbasiyah

a. Munculnya pemberontakan-pemberontakan keagamaan (seperti

yang telah disebutkan di atas).

b. Adanya dominasi militer atas khilafah dan kekuasaan mereka

sehingga banyak menghinakan dan merendahkan para khalifah

dan rakyat.

c. Munculnya kesenangan terhadap materi karena kemudahan

hidup yang tersedia saat itu.

d. Sesungguhnya faktor paling berbahaya yang menghancurkan

pemerintahan Abbasiyah adalah karena mereka telah

melupakan salah satu pilar terpenting dari rukun Islam, yaitu

jihad.

1 Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, 215-259.2 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, 137-139.

13

Page 14: Daulah Abbasiyah

e. Akhirnya, muncul serangan orang-orang Mongolia yang

mengakhiri semua perjalanan pemerintahan Abbasiyah.3

4. Perkembangan Ilmu pada Masa Abbasiyah

Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dirintis oleh khalifah

Ja’far al-Mansur. Setelah ia mendirikan kota Baghdad (144 H/ 762 M) dan

menjadikannya sebagai ibu kota negara. Ia menarik banyak ulama dan para

ahli dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal di Baghdad. Ia

merangsang usaha pembukuan ilmu agama, seperti fiqh, tafsir, tauhid,

hadits, atau ilmu lain seperti ilmu bahasa dan ilmu sejarah. Akan tetapi

yang lebih mendapat perhatian adalah penerjemahan buku ilmu yang

berasal dari luar.

A. Perkembangan Ilmu Naqli

Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (Al-Qur’an dan

Hadits), yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama Islam. Ilmu

ini disusun dasar perumusannya pada sekitar 200 tahun setelah

hijrah Nabi sehingga menjadi ilmu yang kita kenal sekarang. Ilmu-

ilmu itu antara lain:

a. Ilmu Tafsir

Berdasarkan cara penafsirannya ada 2 macam tafsir yaitu:

tafsir bil ma’tsur dan tafsir bir Ra’yi.

b. Ilmu Hadits

c. Ilmu Kalam

d. Ilmu Tasawuf

e. Ilmu Bahasa

f. Ilmu Fiqh

B. Perkembangan Ilmu Aqli

Ilmu aqli adalah ilmu yang didasarkan kepada pemikiran (rasio).

Ilmu yang tergolong ilmu ini kebanyakan dikenal ummat Islam

berasal dari terjemahan asing: dari Yunani, Persia, atau India.

3 Opcit., 259-260.

14

Page 15: Daulah Abbasiyah

Memang dalam Al-Quran ada dasar-dasar ilmu ini setelah

mempelajarinya dari luar.

Ilmu yang termasuk ilmu aqli adalah:

a. Ilmu kedokteran

b. Ilmu Filsafat

c. Ilmu Optik

d. Ilmu Astronomi

e. Ilmu Hitung

f. Ilmu Kimia

g. Ilmu Tarikh dan Geografi (Ilmu Bumi)4

Sebagaimana diketahui bahwa puncak perkembangan kebudayaan dan

pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak

berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian

di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang

pendidikan misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai

berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat yaitu

(Maktab/Kuttab dan Masjid) dan (Tingkat pendalaman). Lembaga-lembaga ini

kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya

perpustakaan dan akademi.5

5. Sistem Politik, Pemerintahan dan Bentuk Negara

1. Sistem Politik

Adapun sistem politik yang dijalankan oleh daulah Abbasiyah antara

lain:

a. Para khalifah tetap dari turunan Arab murni, sementara para

menteri, gubernur, panglima, dan pegawai lainnya banyak diangkat

dari golongan Mawali turunan Persia.

b. Kota Baghdad sebagai ibu kota negara.4 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, 54-81.5 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, 54-55.

15

Page 16: Daulah Abbasiyah

c. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting

dan mulia.

d. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia sepenuhnya.

e. Para menteri turunan dari Persia diberi hak penuh dalam

menjalankan pemerintahan.

2. Sistem Pemerintahan dan Bentuk Negara

Dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah diletakkan oleh khalifah kedua,

Abu Ja’far al-Mansyur yang dikenal sebagai pembangun khalifah

tersebut, sedangkan pendiri Abbasiyah adalah Abdul Abbas as-Saffah.

Sistem pemerintahan kekhalifahannya diambil dari nilai-nilai Persia.

Para khalifah Abbasiyah memperoleh kekuasaan untuk mengatur

negara langsung dari Allah bukan dari rakyat, yang berbeda dari sistem

kekhalifahan yang dipilih oleh rakyat. Kekuasaan mereka yang

tertinggi diletakkan pada ulama sehingga pemerintahannya merupakan

sistem teokrasi, khalifah bukan saja berkuasa di bidang pemerintahan

duniawi juga berhak memimpin agama yang berdasarkan

pemerintahannya pada agama.

6. Sistem Sosial

Sistem sosial pada zaman Abbasiyah adalah sambungan dari zaman

sebelumnya, yaitu zaman Umawiyah. Pada masa Bani Abbasiyah ini

terjadi perubahan yang sangat menonjol di antaranya adlah:

1. Tampilnya kelompok Mawali khususnya pada pemerintahan Irak, yang

menduduki peran dan posisi penting di pemerintahan.

2. Menurut janji Jurji Zaidah, masyarakat terdiri dari dua kelompok,

yaitu:

a. Kelompok khusus: bani Hasyim, pembesar negara, bangsawan

yang bukan bani Hasyim.

b. Kelompok umum: seniman, ulama, pengusaha, pujangga dll.

16

Page 17: Daulah Abbasiyah

3. Kerajaan Islam Bani Abbasiyah tersusun dari beberapa unsur bangsa

yang berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab, Irak, Persia,

Turki).

4. Perkawinan campur dan melahirkan anak dari unsur campur darah.

5. Terjadinya pertukaran pendapat, cerita, pikiran sehingga muncul

kebudayaan baru.

6. Perbudakan.6

6 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, 67-72.

17

Page 18: Daulah Abbasiyah

REFERENSI

al-‘Usairy, Ahmad. 2009. SEJARAH ISLAM SEJAK ZAMAN

NABI ADAM HINGGA ABAD XX. Jakarta: Akbar Media.

Sunanto, Musyrifah. 2007. SEJARAH ISLAM KLASIK:

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN. Jakarta:

Kencana.

Supriyadi, Dedi. 2008. SEJARAH PERADABAN ISLAM. Bandung:

CV. Pustaka Setia.

Yatim, Badri. 2006. SEJARAH PERADABAN ISLAM Dirasah

Islamiyah II. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Nizar, Samsul. 2007. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

18