Upload
yulitat1
View
362
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
Daulah Abbasiyah
1. Sejarah Berdirinya
Pemerintahan Bani Abbasiyah dinisbatkan kepada al-Abbas, paman
Rasulullah saw.. Sementara itu, khalifah pertama dari pemerintahan ini ada
Abdullah (as-Saffah) bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin
Abdul Mutthalib. Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai
kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim
(Alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa
yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-
anaknya.
Namun, pemikiran seperti ini tidak bisa berkembang dan kalah
telak di awal-awal masa Islam. Pemikiran Islam yang lurus dan benarlah
yang menang pada saat itu. Yakni, pemikiran bahwa kekuasaan itu adalah
hak semua kaum muslimin dan siapa pun berhak selama dia mampu
menyandang amanat.
Pemerintahan Bani Abbasiyah terdiri dari 2 periode:
- Periode 1 dimulai sejak tahun 132 hingga 247 H/749–861 M.
Periode ini merupakan masa kejayaan para khalifah Abbasiyah. Ada
sepuluh penguasa pada periode ini, yaitu:
1. Abul Abbas Abdullah bin Muhammad (As-Saffah) : 132-136 H/
749-753 M
2. Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad (Al-Manshur) : 137-158 H/
753-774 M
3. Muhammad bin Abdullah bin Muhammad (Al-Mahdi) : 158-169
H/ 774-785 M
4. Musa bin Muhammad bin Abdullah (Al-Hadi) : 169-170 H/ 785-
786 M
5. Harun bin Muhammad bin Abdullah (Ar-Rasyid) : 170-193 H/
786-808 M
1
6. Muhammad bin Harun bin Muhammad (Al-Amien) : 193-198 H/
808-813 M
7. Abdullah bin Harun bin Muhammad (Al-Makmum) : 198-218 H/
813-833 M
8. Muhammad bin Harun bin Muhammad (Al-Mu’tashim) : 218-227
H/ 833-841 M
9. Harun bin Muhammad bin Harun (Al-Watsiq) :227-232 H/ 841-
846 M
10. Ja’far bin Muhammad bin Harun (Al-Mutawakkil) : 232-247 H/
846-861 M
- Periode 2 dimulai dari tahun 247-656 H/ 861-1258 M.
Masa ini adalah masa lemahnya para khalifah dan lenyapnya
kekuasaan mereka. Masa ini dikuasai oleh kalangan militer. Ada
sebanyak 27 khalifah yang berkuasa pada masa ini.
2. Pemerintahan Bani Abbasiyah Periode Pertama (132-347 H/ 749-861 M)
A. ABUL ABBAS AS-SAFFAH (132-136 H/ 749-753 M)
Dia bernama Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin
Abbas, khalifah pertama pemerintahan Bani Abbasiyah. Ayahnya
adalah orang yang melakukan gerakan untuk mendirikan pemerintahan
Bani Abbasiyah dan menyebarkannya kemana-mana. Beliau dibaiat
sebagai khalifah pada tahun 132 H/ 749 M saat pasukan Abbasiyah
menguasai Khurasan dan Irak. Setelah itu dia mengalahkan Marwan
bin Muhammad dan menghancurkan pemerintahan Bani Umawiyah
pada tahun yang sama.
Kuffah sebagai tempat dibaiat nya beliau sebagai khalifah
merupakan pusat gerakan Bani Abbasiyah yang kemudian dia
tinggalkan dan menuju Anbar yang kemudian dia jadikan sebagai
ibukota negerinya.
2
Dia banyak disibukkan dengan upaya untuk konsolidasi internal
dan untuk menguatkan pilar-pilar negara yang hingga saat itu belum
sepenuhnya stabil. Oleh sebab itulah, dia tidak banyak fokus terhadap
masalah-masalah penaklukkan ini karena pertempuran di kawasan
Turki dan Asia Tengah terus bergolak.
Dia meninggal pada tahun 136 H/ 753 M dan memerintah dalam
jangka waktu empat tahun.
B. ABU JA’FAR AL-MANSHUR (137-158 H/ 753-774 M)
Dia bernama Abdullah bin Muhammad Ali bin Abdullah al-Abbas. Dia
seorang yang paling terkenal dari penguasa Bani Abbasiyah dengan
keberanian, ambisi, dan kecerdikannya. Dia dianggap sebagai pendiri
pemerintahan Bani Abbasiyah yang sebenarnya. Bersama-sama dengan
Abul Abbas, dia pindah ke Kufah dan berusaha untuk mendirikan
pemerintahan Bani Abbasiyah. Dia merupakan tangan al-Abbas yang
utama dan orang yang paling kuat. Setelah itu dia menjadi gubernur
untuk wilayah Armenia dan Azarbaijan sebelum menjadi khalifah. Dia
menjadi khalifah setelah saudaranya al-Abbas, sesuai dengan wasiat
yangdiberikan saudaranya itu.
Peristiwa-peristiwa penting di Zamannya
Al-Manshur harus menghadangi pemberontakan-
pemberontakan yang berbahaya yang bisa saja menggoncang
kursi kedudukan dan mengguncang jiwa. Namun, dia tidak
bergeming dengan semua pemberontakan tersebut. Dengan
segala kecerdikan, keuletan, kemahiran, dan siasatnya, dia
berhasil membabat semua pemberontakan itu. Di antara
gerakan pemberontak yang penting adalah sebagai berikut:
a. Pemberontakan Ali bin Abdullah bin Ali
b. Pembunuhan Abu Muslim Khurasani
c. Pemberontakan Muhammad dan Ibrahim
d. Khawarij
3
Penaklukan-penaklukan
Setelah kondisi dalam negerinya sudah stabil, maka al-
Manshur memberangkatkan pasukannya ke negeri Romawi
dan membangun basis militer sebagai markas. Basis militer
yang berada di perbatasan ini dikenal dengan Shawaif dan
Syawati’. Tujuannya adalah untuk menjaga wilayah
perbatasan. Al-Manshur segera menaklukkan negeri-negeri
yang ingkar janji, seperti Thibristan, Dailam, dan Kashmir
serta yang lainnya.
Dia membangun kota Baghdad yang kemudian dijadikan sebagai ibukota
pemerintahannya pada tahun 146 H/ 763 M. Dia juga membangun kota Rafiqah
dan memperluas Masjidil Haram pada tahun 139 H/ 756 M. Al-Manshur adalah
orang yang mengokohkan akar pemerintahan Bani Abbasiyah, menstabilkannya,
dan membereskan pondasi-pondasinya. Dia juga membuat aturan-aturan dan
undang-undang.
Dia meninggal di Mekah pada saat sedang melakukan ibadah haji tahun
158 H/ 774 M dan memerintah selama 21 tahun.
C. MUHAMMAD AL-MAHDI (158-169 H/ 774-785 M)
Dia bernama Muhammad al-Mahdi ibnul-Manshur. Dilantik sebagai
khalifah setelah ayahnya dan sesuai dengan wasiat ayahnya pada tahun
158 H/ 774 M. Dia dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan dan
pemurah serta banyak memberikan hadiah. Selain itu, dia juga
mengembalikan harta-harta yang dirampas secara tidak benar. Al-
Mahdi juga memperluas Masjidil Haram.
Kondisi dalam negeri saat itu sangat stabil dan tidak ada satu
gerakan penting dan signifikan di masanya.
a. Gerakan-gerakan Zindiq
Ini adalah sebutan untuk siapa saja yang menganut agama
Manawiyah paganistik (yang menyembah nur dan kegelapan).
4
b. Kaum Khawarij
Pada tahun 160 H/ 776 M berdiri pemerintahan Rustumiyah di
Tahart Aljazair oleh kaum Khawarij Abadhiyah.
Dia berhasil mencapai kemenangan-kemenanangan atas orang-orang Romawi.
Anaknya Harun ar-Rasyid adalah panglima perang dalam penaklukkan ini. Dia
sampai ke pantai Marhamah dan berhasil melakukan perjanjian damai dengan
Kaisar Agustine yang bersedia untuk membayar jizyah pada tahun 166 H/ 782 M.
Dia meninggal pada tahun 169 H/ 785 M dan memerintah selama 10 tahun
beberapa bulan.
D. MUSA AL-HADI (169-170 H/ 785-786 M)
Dia adalah Musa al-Hadi bin Muhammad al-Mahdi yang dilantik
sebagai khalifah setelah ayahnya. Dia selalu mengincar orang-orang
zindiq dan melakukan tindakan yang tegas atas mereka sebagaimana
yang dilakukan oleh ayahnya. Dia berusaha untuk mencopot status
putra mahkota dari saudaranya Harun ar-Rasyid dan memberikannya
kepada anaknya, namun tidak berhasil.
Peristiwa-peristiwa di Masa Pemerintahannya
Pada masa itu terjadi pemberontakan oleh Husein bin Ali ibnul-
Husen ibnul –Hasan bin Ali di Mekah dan Madinah. Dia
menginginkan agar pemerintahan berada di tangannya. Namun,
al-Hadi mampu menaklukkannya beserta para pengikutnya
dalam Perang Fakh (dekat Mekah) pada tahun 169 H/ 785 M.
Pada peperangan ini Idris bin Abdullah ibnul-Husen ibnul-
Hasan melarikan diri ke Maghrib Jauh dan mendirikan
pemerintahan Adarisah (dinisbatkan kepada Idris). Pada saat
yang sama saudaranya yang bernama Yahya bin Abdullah
melakukan pemberontakan di Dailam. Jumlah mereka semakin
banyak dan memiliki pengaruh yang besar. Maka, al-Hadi
5
memberangkatkan ar-Rasyid dengan membawa pasukan dalam
jumlah besar sehingga pemberontak berhasil ditaklukkan.
Dia meninggal pada tahun 170 H/ 786 M. Beberapa sumber sejarah menyebutkan
bahwa ibunya yang bernama Khaizuran merencanakan pembunuhannya. Sebab,
dia telah meminggirkan sang ibu dari pengaruh dan otoritas yang pernah
dimainkannya di masa pemerintahan suaminya, al-Mahdi. Dia hanya memerintah
selama setahun 3 bulan.
E. HARUN AR-RASYID (170-193 H/ 786-808 M)
Dia bernama Harun ar-Rasyid ibnul-Mahdi. Ar-Rasyid merupakan
mutiara sejarah Bani Abbasiyah. Dia adalah salah seorang raja paling
agung dalam sejarah. Pada masanya pemerintahan Islam mengalami
puncak kemegahan dan kesejahteraan yang belum pernah dicapai
sebelumnya. Bahkan, pada masanya, pemerintahan Bani Abbasiyah
mencapai puncak keemasan dan keagungannya sehingga dia sangat
terpandang dengan kekuatan dan kemajuan ilmu pengetahuannya.
Pemerintahannya sangat ditakuti.
Imam as-Suyuthi berkata,”Sesungguhnya pada masa pemerintahan
ar-Rasyid semua penuh dengan kebaikan. Seakan-akan dalam
keindahanny ia serupa dengan temanten dan pesta-pesta.”
Harun ar-Rasyid dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani. Dia
telah melakukan penyerbuan dan penaklukkan negeri Romawi pada
masa pemerintahan ayahnya ketika usianya baru dua puluh tahun.
Dikenal sebagai sosok yang takwa dan takut kepada Allah dalam
segala perkara. Dia melakukan ibadah haji sebanyak sembilan kali.
Maka, tersebarlah di tengah manusia bahwa dia melakukan haji
setahun dan tahun yang lain dia terjun di medan perang.
Selain itu, Harun dikenal sebagai sosok khalifah yang selalu setia
mendengarkan nasihat-nasihat dan sering kali menangis karena takut
kepada Allah. Dia adalah salah seorang khalifah yang memiliki sifat-
sifat utama. Dia seorang yang fasih dalam berbicara. Juga salah
6
seorang ulama di antara mereka dan orang yang paling mulia dan
terhormat.
Di antara kerja mulia yang dia lakukan untuk ilmu pengetahuan
adlah pendirian Baitul Hikmah, sebuah akademi yang menjadi
mercusuar ilmu dan peradaban di dunia pada masa itu. Sebuah
akademi yang darinya muncul obor bagi kebangkaitan sains di Eropa
setelah itu. Namun dibalik kesuksesannya sebagai seorang khalifah
beredar rumor dan tuduhan miring yang menyebutkan bahwa khalifah
terbesar Bani Abbas ini suka hura-hura dan kehidupan yang glamor,
suka minum dan lainnya.
Peristiwa-Peristiwa pada Masa Pemerintahannya
Masa pemerintahannya adalah masa yang sangat tenang dan
stabil, tidak ada pemberontakan yang menonjol dan signifikan.
Hanya ada beberapa pemberontakan kecil yang tidak berarti
apa-apa. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pemberontakan Yahya bin Abdullah, salah seorang
keturunan Hasan bin Ali. Dia melakukan pemberontakan di
negeri Dailam dan berhasil menaklukkan beberapa wilayah
pada tahun 176 H/ 792 M. Ar-Rasyid berhasil
menghancurkannya pada tahun 180 H/ 796 M.
2. Kaum Khawarij. Terjadi sebuah gelombang besar gerakan
kaum Khawarij pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid.
3. Orang-orang zindiq.
4. Tragedi Baramikah.
5. Pemberontakan di Khurasan
Penaklukan-Penaklukan pada Masa Pemerintahannya
Penaklukan Heraclee. Peperangan di negeri Romawi terus
berlanjut dan tidak pernah terputus. Bahkan, tak jarang Harun
ar-Rayid memimpin langsung pertempuran.
7
Meninggalnya
Harun meninggal pada tahun 193 H/ 808 M. Dia memerintah
selama 23 tahun.
F. MUHAMMAD AL-AMIEN (193-198 H/ 808-813 M)
Dia bernama Muhammad al-Amien bin Harun ar-Rasyid. Ibunya
bernama Zubaidah binti Ja’far ibnul-Manshur. Tidak ada seorang pun
dari khalifah Bani Abbasiyah di mana ayah dan ibunya berasal dari
Bani Hasyim kecuali dia sendiri.
Ayahnya telah membaiatnya sebagai khalifah, lalu untuk
saudaranya al-Makmun, kemudian untuk Qasim. Dia diberi kekuasaan
di Irak, sedangkan al-Makmun di Khurasan. Ar-Rasyid telah membaiat
keduanya di Mekah dan mengambil janji setia dari mereka untuk tidak
berselisih. Baiat ini disaksikan sekian orang yang hadir. Sedangkan,
tulisan baiat disimpan di dalam Ka’bah.
Namun, ada seorang yang bernama al-Fadhl ibnur-Rabi’—salah
seorang menteri al-Amien— yang mendorongnya untuk mencopot
posisi putra mahkota dari adiknya dan memberikannya kepada
anaknya yang bernama Musa. Ternyata al-Amien termakan tipuan ini
dan dia merobek surat baiat. Maka, al-Makmun segera memberontak.
Pada tahun 195 H/ 810 M, al-Amien mengirimkan dua pasukan
untuk memerangi saudaranya. Namun, kedua pasukan ini berhasil
dihancurkan oleh Thahir bin Husein, panglima perang al-Makmun.
Setahun setelahnya kembali mereka mengalami kekalahan yang sangat
telak.
Setelah itu Thahir berangkat ke Baghdad dan mengepungnya
dengan pengepungan yang sangat ketat. Maka, pengikut al-Amien
segera menyingkir dari sisinya dan bertambah banyaklah pengikut al-
Makmun.
Pasukan al-Makmun masuk ke Baghdad pada tahun 198 H/ 813 M.
Maka, terjadilah perang sengit antara kedua pasukan. Pasukan al-
8
Amien kalah dalam peperangan ini. Sedangkan, al-Amien melarikan
diri yang kemudian dibunuh pada tahun198 H/ 813 M.
Al-Amien sendiri adalah seorang yang dikenal suka berburu dan
suka berfoya-foya serta banyak melalaikan urusan negara. Buku-buku
sejarah banyak menulis bahwa dia adalah seorang yang boros, suka
hura-hura, dan suka maksiat.
Dia berkuasa selama lima tahun.
G. ABDULLAH AL-MAKMUN (198-218 H/ 813-833 M)
Dia bernama Abdullah al-Makmun bin Harun ar-Rasyid. Harun ar-
Rasyid telah membaiat kedua anaknya yang bernama al-Amien baru
kemudian al-Makmun. Namun, al-Amien memecar saudaranya dari
posisinya sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah
melalui pertarungan berdarah dan melalui tipu daya menteri yang
bernama al-Fadhl bin Sahl, al-Makmun berhasil menaklukkannya dan
berhasil memegang pucuk khilafah pada tahun 198 H/ 812 M.
Peristiwa-Peristiwa Penting pada Masa Pemerintahannya
1. Pemberontakan Baghdad dan Penunjukan Ibrahim al-Mahdi
sebagai khalifah
2. Al-Khurramiyah
3. Fitnah bahwa Al-Qur’an adalah makhluk
Penaklukan-Penaklukan pada Masa Pemerintahannya
Dia hanya mampu menaklukkan Laz, sebuah tempat di Dailam,
pada tahun 202 H/ 817 M. Sebagaimana penaklukkan juga
terjadi di Nawbah dan Bujat. Al-Makmun adalah orang
pertama yang mendatangkan pasukan dari Turki.
Al-Makmun meninggal pada tahun 218 H/ 833 M setelah berkuasa selama
20 tahun.
H. ABU ISHAQ AL-MU’TASHIM (218-227 H/ 833-841 M)
Dia bernama Muhammad bin Harun ar-Rasyid. Naik sebagai khalifah
pada tahun 218 H/ 833 M. Setelah saudaranya dan karena
9
mendapatkan wasiat dari saudaranya itu. Dia banyak mengangkat
pasukan dari orang-orang Turki sehingga jumlah mereka semakin
banyak di Baghdad. Maka, dia membangun sebuah kota untuk mereka
yang dikenal dengan sebutan Samura’. Tampaknya al-Mu’tashim
kehilangan kepercayaan pada orang-orang Arab dan Persia. Sehingga,
dia mengambil orang-orang Turki sebagai orang-orang dekatnya.
Peristiwa-Peristiwa Penting di Zamannya
Gerakan Babik al-Khurrami
Penaklukan pada Masa Pemerintahannya
Penaklukan Amuriyah
I. HARUN AL-WATSIQ (227-232 H/ 841-846 M)
Dia adalah Harun bin Muhammad al-Mu’tashim. Menjadi khalifah
setelah ayahnya, al-Mu’tashim, pada tahun 277 H/ 841 M. Pada
masanya tidak terjadi sebuah peristiwa yang sangat signifikan.
Harun al-Watsiq meninggal pada tahun 223 H/ 846 H setelah
memerintah selama lima tahun.
J. JA’FAR AL-MUTAWAKKIL (232-247 H/ 846-861 M)
Dia bernama Ja’far bin Muhammad al-Mu’tashim. Diangkat sebagai
khalifah setelah saudaranya, al-Watsiq. Dia didudukkan oleh orang-
orang Turki di mana saat itu kunci-kunci kekuasaan telah berada di
tangan mereka. Dia berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman
pengaruh orang-orang Turki ini, namun gagal.
Ja’far al-Mutawakkillah melarang dengan keras pendapat yang
mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Dia menghapus bid’ah
ini dan sangat menaruh hormat kepada Imam Ahmad bin Hanbal.
Peristiwa-Peristiwa Penting pada Masa Pemerintahannya
Orang-orang Romawi melakukan penyerangan di Dimyath,
Mesir. Namun, mereka berhasil dihancurkan dan dibunuh,
sisanya kembali ke negeri mereka tanpa diganggu oleh seorang
pun. Peristiwa ini terjadi pada tahun 238 H/ 852 M.
10
Anaknya yang bernama al-Muntashir melakukan konspirasi bersama-sama
dengan para pemimpin Turki, lalu mereka membunuh al-Mutawakkil. Pada saat
itu pengaruh orang Turki telah semakin luas. Al-Mutawakkil dibunuh pada tahun
247 H/ 861 M. Dia menjadi khalifah selama lima belas tahun.
Dengan terbunuhnya al-Mutawakkil, maka berakhir pulalah masa
pemerintahan Bani Abbasiyah Periode Pertama.
3. Pemerintahan Bani Abbasiyah Periode Kedua (247-656 H/ 861-1258 M)
A. Ciri-Ciri Utama Masa Pemerintahan Bani Abbasiyah Kedua
1. Lemahnya para khalifah dan dominasi kalangan militer
terhadap pusat kekuasaan.
2. Munculnya negeri-negeri kecil akibat banyaknya pemimpin
yang memisahkan diri dari pusat kekuasaan dan pengakuan
khalifah terhadap kekuasaan mereka.
3. Munculnya peradaban-peradaban Islam masa lalu di masa ini
dalam bentuk ilmu pengetahuan, pembangunan, kemewahan,
dan foya-foya.
4. Munculnya gerakan yang menamakan dirinya sebagai
kelompok Bani Hasyim serta gerakan kebatinan.
5. Serangan pasukan salib ke wilayah kaum muslimin.
6. Serangan pasukan Mongolia dan dihancurkannya pemerintahan
Abbasiyah dan jatuhnya Baghdad pada tahun 656 H/ 1258 M.
B. Peristiwa-Peristiwa Penting pada Masa Pemerintahan Abbasiyah
Periode Kedua
1. Dominasi orang-orang Turki (247-334 H/ 861-945 M)
2. Pemberontakan Zinj (255-270 H/ 828-883 M)
3. Gerakan Qaramithah (277-470 H/ 890-1077 M)
4. Dominasi Buwaihiyun/ Buwaihid (334-447 H/ 945-1055 M)
5. Dominasi negeri-negeri Syiah
6. Gerakan orang-orang Romawi (350 H/ 961 M)
7. Perang Maladzkird (463 H/ 1071 M)
11
8. Dominasi orang-orang Saljuk (447-656 H/ 1055-1258 M)
9. Perang Salib
10. Al-Hasyasyiyun di Benteng Alamaut dan Dailam (483-654 H/
1090-1256 M)
11. Perang Zalaqah (479 H/ 1086 M)
12. Perang Iqlish (502 H/ 1108 M)
13. Perang Arak (591 H/ 1194 M)
14. Raja-raja kelompok kecil (422-898 H/ 1030-1492 M)
15. Perang Salib (489-692 H/ 1095-1292 M)
16. Jihad melawan orang-orang Salibis
C. Serangan Mongolia dan Akhir Pemerintahan Bani Abbasiyah (656 H/
1258 M)
1. Mongolia di Negeri Islam
Sebagai awal dan permulaan dari penghancuran Baghdad dan
khilafah Islam, orang-orang Mongolia menguasai negeri-negeri
Asia Tengah Khurasan dan Persia. Mereka berhasil menaklukkan
negeri Khawarizin dan menguasai Asia kecil. Dengan demikian,
Irak telah terbuka di depan mata mereka.
2. Penghancuran Baghdad dan Pembunuhan Khalifah
Hulaku dan pasukannya menyerang Baghdad dengan pasukan yang
sangat besar. Mereka langsung memenangkan peperangan sejak
langkah pertama. Sementara itu, Khalifah al-Mu’tashim langsung
menyerah dan berangkat ke base pasukan Mongolia. Setelah itu
para pemimpin dan fukaha’ juga keluar, sehingga Baghdad kosong
dari orang-orang yang mempertahankan kota. Maka, Hulaku
membunuh khalifah dan orang-orang yang datang bersamanya.
Hulaku mengizinkan pasukannya untuk melakukan apa saja
di Baghdad. Mereka menghancurkan kota Baghdad dan
membakarnya. Pembunuhan dan perampokan berlangsung selama
40 hari. Sementara orang-orang yang menjadi korban pembunuhan
12
ini berjumlah sekitar dua juta, sebagaimana yang disebutkan oleh
sebagian sejarawan.
Perlu kami sebutkan di sini peran busuk yang dimainkan
oleh seorang Syiah Rafidhah yakni Ibnul ‘Alqami, menteri al-
Mu’tashim, yang bekerja sama dengan orang-orang Mongolia dan
membantu pekerjaan-pekerjaan mereka. Dengan demikian,
hancurlah pemerintahan Abbasiyah pada tahun 656 H/ 1258 M.1
3. Faktor-Faktor Penyebab Kemunduran Bani Abbasiyah
a. Faktor intern
1. Kemewahan hidup di kalangan penguasa
2. Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah
3. Konflik keagamaan
b. Faktor ekstern
1. Banyaknya pemberontakan
2. Dominasi bangsa Turki
3. Dominasi bangsa Persia2
4. Sebab-Sebab dan Faktor Hancurnya Pemerintahan Abbasiyah
a. Munculnya pemberontakan-pemberontakan keagamaan (seperti
yang telah disebutkan di atas).
b. Adanya dominasi militer atas khilafah dan kekuasaan mereka
sehingga banyak menghinakan dan merendahkan para khalifah
dan rakyat.
c. Munculnya kesenangan terhadap materi karena kemudahan
hidup yang tersedia saat itu.
d. Sesungguhnya faktor paling berbahaya yang menghancurkan
pemerintahan Abbasiyah adalah karena mereka telah
melupakan salah satu pilar terpenting dari rukun Islam, yaitu
jihad.
1 Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, 215-259.2 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, 137-139.
13
e. Akhirnya, muncul serangan orang-orang Mongolia yang
mengakhiri semua perjalanan pemerintahan Abbasiyah.3
4. Perkembangan Ilmu pada Masa Abbasiyah
Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dirintis oleh khalifah
Ja’far al-Mansur. Setelah ia mendirikan kota Baghdad (144 H/ 762 M) dan
menjadikannya sebagai ibu kota negara. Ia menarik banyak ulama dan para
ahli dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal di Baghdad. Ia
merangsang usaha pembukuan ilmu agama, seperti fiqh, tafsir, tauhid,
hadits, atau ilmu lain seperti ilmu bahasa dan ilmu sejarah. Akan tetapi
yang lebih mendapat perhatian adalah penerjemahan buku ilmu yang
berasal dari luar.
A. Perkembangan Ilmu Naqli
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (Al-Qur’an dan
Hadits), yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama Islam. Ilmu
ini disusun dasar perumusannya pada sekitar 200 tahun setelah
hijrah Nabi sehingga menjadi ilmu yang kita kenal sekarang. Ilmu-
ilmu itu antara lain:
a. Ilmu Tafsir
Berdasarkan cara penafsirannya ada 2 macam tafsir yaitu:
tafsir bil ma’tsur dan tafsir bir Ra’yi.
b. Ilmu Hadits
c. Ilmu Kalam
d. Ilmu Tasawuf
e. Ilmu Bahasa
f. Ilmu Fiqh
B. Perkembangan Ilmu Aqli
Ilmu aqli adalah ilmu yang didasarkan kepada pemikiran (rasio).
Ilmu yang tergolong ilmu ini kebanyakan dikenal ummat Islam
berasal dari terjemahan asing: dari Yunani, Persia, atau India.
3 Opcit., 259-260.
14
Memang dalam Al-Quran ada dasar-dasar ilmu ini setelah
mempelajarinya dari luar.
Ilmu yang termasuk ilmu aqli adalah:
a. Ilmu kedokteran
b. Ilmu Filsafat
c. Ilmu Optik
d. Ilmu Astronomi
e. Ilmu Hitung
f. Ilmu Kimia
g. Ilmu Tarikh dan Geografi (Ilmu Bumi)4
Sebagaimana diketahui bahwa puncak perkembangan kebudayaan dan
pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak
berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian
di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang
pendidikan misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai
berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat yaitu
(Maktab/Kuttab dan Masjid) dan (Tingkat pendalaman). Lembaga-lembaga ini
kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya
perpustakaan dan akademi.5
5. Sistem Politik, Pemerintahan dan Bentuk Negara
1. Sistem Politik
Adapun sistem politik yang dijalankan oleh daulah Abbasiyah antara
lain:
a. Para khalifah tetap dari turunan Arab murni, sementara para
menteri, gubernur, panglima, dan pegawai lainnya banyak diangkat
dari golongan Mawali turunan Persia.
b. Kota Baghdad sebagai ibu kota negara.4 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, 54-81.5 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, 54-55.
15
c. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting
dan mulia.
d. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia sepenuhnya.
e. Para menteri turunan dari Persia diberi hak penuh dalam
menjalankan pemerintahan.
2. Sistem Pemerintahan dan Bentuk Negara
Dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah diletakkan oleh khalifah kedua,
Abu Ja’far al-Mansyur yang dikenal sebagai pembangun khalifah
tersebut, sedangkan pendiri Abbasiyah adalah Abdul Abbas as-Saffah.
Sistem pemerintahan kekhalifahannya diambil dari nilai-nilai Persia.
Para khalifah Abbasiyah memperoleh kekuasaan untuk mengatur
negara langsung dari Allah bukan dari rakyat, yang berbeda dari sistem
kekhalifahan yang dipilih oleh rakyat. Kekuasaan mereka yang
tertinggi diletakkan pada ulama sehingga pemerintahannya merupakan
sistem teokrasi, khalifah bukan saja berkuasa di bidang pemerintahan
duniawi juga berhak memimpin agama yang berdasarkan
pemerintahannya pada agama.
6. Sistem Sosial
Sistem sosial pada zaman Abbasiyah adalah sambungan dari zaman
sebelumnya, yaitu zaman Umawiyah. Pada masa Bani Abbasiyah ini
terjadi perubahan yang sangat menonjol di antaranya adlah:
1. Tampilnya kelompok Mawali khususnya pada pemerintahan Irak, yang
menduduki peran dan posisi penting di pemerintahan.
2. Menurut janji Jurji Zaidah, masyarakat terdiri dari dua kelompok,
yaitu:
a. Kelompok khusus: bani Hasyim, pembesar negara, bangsawan
yang bukan bani Hasyim.
b. Kelompok umum: seniman, ulama, pengusaha, pujangga dll.
16
3. Kerajaan Islam Bani Abbasiyah tersusun dari beberapa unsur bangsa
yang berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab, Irak, Persia,
Turki).
4. Perkawinan campur dan melahirkan anak dari unsur campur darah.
5. Terjadinya pertukaran pendapat, cerita, pikiran sehingga muncul
kebudayaan baru.
6. Perbudakan.6
6 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, 67-72.
17
REFERENSI
al-‘Usairy, Ahmad. 2009. SEJARAH ISLAM SEJAK ZAMAN
NABI ADAM HINGGA ABAD XX. Jakarta: Akbar Media.
Sunanto, Musyrifah. 2007. SEJARAH ISLAM KLASIK:
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN. Jakarta:
Kencana.
Supriyadi, Dedi. 2008. SEJARAH PERADABAN ISLAM. Bandung:
CV. Pustaka Setia.
Yatim, Badri. 2006. SEJARAH PERADABAN ISLAM Dirasah
Islamiyah II. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Nizar, Samsul. 2007. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
18