37
Busana Jebeng & Thulik Banyuwangi memiliki ciri khas tersendiri. Busana Thulik Banyuwangi yaitu udheng tongkosan dan sembong batik khas Banyuwangi ( Gajah oling, Paras gempal, Moto pitik, dll ). Celana dan jas tertutup pro badan dengan aksesoris rantai jam dengan bendel hiasan & mengenakan slop. Jebeng Banyuwangi mengenakan kebaya dan kerudung berenda, sanggul bentuk gelung dengan aksesoris mawar atau melati, kain sarung batik khas Banyuwangi ( kangkung setingkes, grinsing, dll ) mengenakan aksesoris : anting – anting greol, gelang motif ular, tebu sekeret atau plintiran dengan sandal selop. Busana Tradisional Jebeng -Thulik Banyuwangi

Dayat Banyuwangi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Seni Budaya Banyuwangi

Citation preview

Page 1: Dayat Banyuwangi

Busana Jebeng & Thulik Banyuwangi memiliki ciri khas tersendiri. Busana Thulik Banyuwangi yaitu udheng tongkosan dan sembong batik khas Banyuwangi ( Gajah oling, Paras gempal, Moto pitik, dll ). Celana dan jas tertutup pro badan dengan aksesoris rantai jam dengan bendel hiasan & mengenakan slop.

Jebeng Banyuwangi mengenakan kebaya dan kerudung berenda, sanggul bentuk gelung dengan aksesoris mawar atau melati, kain sarung batik khas Banyuwangi ( kangkung setingkes, grinsing, dll ) mengenakan aksesoris : anting – anting greol, gelang motif ular, tebu sekeret atau plintiran dengan sandal selop.

Busana Tradisional Jebeng -Thulik Banyuwangi

Page 2: Dayat Banyuwangi

Kesenian Seblang Bakungan Seblang Bakungan merupakan upacara penyucian desa. Upacara ini dilakukan satu malam setelah hari raya Idul Adha. Tujuan dari upacara ini adalah menolak balak, yakni dengan mengadakan pertunjukan-pertunjukan dimalam hari, setelah magrib. Tiap Warga membuat tumpeng dan pecel pitik. Acara dibuka dengan parade oncor keliling desa. Seusai ider bumi, tumpeng diletakkan di tempat arena pertunjukan Seblang. Doa dipimpin oleh Kyai, seusai doa tumpeng dibagikan untuk pendatang dan diikuti oleh seluruh warga.. Seblang Bakungan ditarikan oleh seorang wanita tua didepan "Sanggar". Setelah diberi mantra-mantra ia menari dalam keadaan kesurupan .Lagu-lagunya ada 12 yang isinya menceritakan tentang perlawanan terhadap penjajah Belanda. Kegiatan berakhir tengah malam setelah acara "Adol Kembang". Para penonton kemudian berebut berbagai bibit tanaman yang dipajang di panggung dan mengambil kiling yang dipasang di Sanggar. Barang – barang yang diambil tersebut dipercaya dapat digunakan sebagai alat penolak balak.

Page 3: Dayat Banyuwangi

Reog merupakan tarian rakyat yang melibatkan puluhan penari. Penari utama memakai pakaian besar terbuat dari bulu merak merah dan memakai topeng kepala harimau dan mampu memanggul penari yang duduk di atas kepalanya.

Leang - Leong

Page 4: Dayat Banyuwangi

Reog merupakan tarian rakyat yang melibatkan puluhan penari. Penari utama memakai pakaian besar terbuat dari bulu merak merah dan memakai topeng kepala harimau dan mampu memanggul penari yang duduk di atas kepalanya.

Reog

Page 5: Dayat Banyuwangi

Kesenian Petik Laut Lampon Kegiatan Petik Laut Lampon berhubungan dengan kepercayaan terhadap Nyai Roro Kidul. Petik Laut Lampon dilaksanakan setiap bulan Suro. Sesajinya berupa kepala sapi, tumpeng dan buah-buahan, kemudian dilarungkan ke laut. Selama aktifitas ini, kesenian tradisional terutama wayang kulit dan musik dangdut dipentaskan.

Page 6: Dayat Banyuwangi

Seblang merupakan upacara bersih desa untuk menolak balak yang diwujudkan dalam pementasan kesenian skral "Sebalang" yang berbau mistis/magis. Seblang Olehsari dimainkan oleh Perawan Sunthi selama 7 hari berturut-turut dalam keadaan tidak sadar. Gending yang dimainkan sejumlah 28 dan dinyayikan oleh beberapa sinden. Sebelum acara Semblang dilaksanakan pada malam hari sebelumnya, masyarakat desa itu menggelar selamatan yang diikuti oleh seluruh warga.Pelaksanaan Ritual Semblang dilaksanakan 7 hari setiap sore dan prosesinya sama, kecuali pada hari terakhir ada Prosesi Seblang Ider Bumi (Keliling Kampung). Pada Prosesi gending “ Kembang Dermo” Seblang menjual bunga. Bunga itu ditancapkan pada sebuah batang bambu kecil yang terdiri 3 kuntum bunga sehingga mudah untuk dibawa. Hampir semua masyarakat desa, para penonton berebut untuk membeli bunga itu. Bunga-bunga itu disimpan untuk anak-anak atau diletakkan disuatu tempat tertentu di rumah maupun di sawah yang dipercaya sebagai tolak balak untuk mengusir pengaruh-pengaruh jahat, balak penyakit maupun keberuntungan. Prosesi berikutnya yang disebut “ Tundikan” dimana Seblang mengundang tamu atau penonton untuk menari bersama di atas meja, Seblang mengajak berkomunikasi interaktif dengan penonton dengan cara melempar selendang atau sampur kepada penonton. Dalam keadaan kesurupan dan mata tertutup, Seblang menunjuk ke arah penonton dimana selendang yang dilemparkannya tadi terjatuh atau mengenai seseorang. Penonton berharap bisa mendapatkan tundik ini dan menari bersama Seblang, karena dipercaya ia akan mendapatkan keberuntungan.

Kesenian Seblang Olahsari

Page 7: Dayat Banyuwangi

Kesenian Tradisional Kebo keboan

Upacara ini dimaksudkan sebagai pernyataan syukur dan terimakasih masyarakat desa Alasmalang kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keselamatan dan meningkatnya hasil panen.

Page 8: Dayat Banyuwangi

Kesenian Petik Laut Muncar

Petik laut Muncar sudah ada sejak Luhpangpang berkembang menjadi pusat kegiatan penangkapan ikan. Dalam perayaan ini dinilai sakral dengan acara puncaknya adalah pelarungan perahu sesaji yang berisi kepala kambing, berbagai macam kue, buah-buahan, pancing dan anting emas, candu dan dua ekor ayam jantan yang masih hidup.

Page 9: Dayat Banyuwangi

Kesenian Petik Laut Grajagan

Upacara ini merupakan adat yang dilaksanakan oleh para nelayan grajagan. Upacara dilaksanakan sebagai ungkapan syukur atas keselamatan dan meningkatnya hasil laut. Berbagai kesenian tradisional dipentaskan untuk memeriahkan pesta ini.

Page 10: Dayat Banyuwangi

Kesenian Tradisional Gredoan

Kesenian ini merupakan upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Using untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Dalam kegiatan ini juga dipentaskan kesenian daerah. Mereka mengitari kampung atau desa sambil membawa obor dalam acara karnaval dimalam hari. Acara ini juga ajang untuk mencari jodoh.

Page 11: Dayat Banyuwangi

Kesenian Petik Laut Blimbingsari

Petik laut ini dilaksanakan sebagai ungkapan syukur ke hadirat Tuhan atas rahmat yang diberikan kepada para nelayan. Dalam perayaan ini berbagai seni budaya ditampilkan untuk memeriahkan pesta petik laut.

Page 12: Dayat Banyuwangi

Tradisi Ngarah Jodang

Ngarah Jodang dapat dikategorikan sebagai upacara tradisi dengan pelepasan sesaji di laut. Sebelumnya telur hias yang dihias ditancapkan pada Jodang (tempat Sesaji ) dan setelah diarak keliling kampung (Idher Bumi) kemudian secara beramai-ramai dilepas dilaut. Biasanya upacara adat ini dilakukan di bulan Maulud oleh masyarakat Blimbingsari.

Page 13: Dayat Banyuwangi

Sapar - saparan

Tradisi Sapar-saparan pada dasarnya memiliki kesamaan dengan Rebo Wekasan. Upacara ini dilaksanakan sebagai rasa syukur atas rejeki yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Upacara ini dilaksanakan doa bersama agar para penduduk terhindar dari mara bahaya. Pelaksanaan upacara ini pada hari Rabu terakhir bulan Sapar (penggalan Jawa). Kesenian tradisional dipentaskan untuk meramaikan suasana.

Page 14: Dayat Banyuwangi

Tradisional Rebo Wekasan Sebagian besar orang Banyuwangi merayakan Rabu Wekasan pada hari Rabu terakhir di Bulan Sapar. Hal ini erat hubungannya dengan kepercayaan bahwa pada hari itu adalah waktu yang penuh mara bahaya. Kemudian masyarakat mengunjungi tempat-tempat sunyi seperti pantai dan sumber mata air untuk merenug. Orang Banyuwangi biasanya mengunjungi pantai Cacalan dikelurahan Sukowidi, Kalipuro.Mereka pergi sambil membawa makanan untuk pesta. Namun bagi mereka yang tinggal jauh dari pantai, seperti daerah Kemiren, Kecamatan Glagah, mengadakan selamatan dimata air sungai agar mata air tersebut selalu mengalir selamanya.

Page 15: Dayat Banyuwangi

Jala Dipuja / Melasti / Mekiyis Upacara Agama Hindu yang dimaksudkan mohon anugrah dari Penguasa Laut, palaksanaannya bertepatan pada saat matahari bergeser keutara Khatulistiwa, sebelum datangnya hari raya Nyepi. Upacar ini dipimpin oleh seorang pendeta yang memberkati umatnya dengan cara memercikan ” Tirta Suci” yaitu air suci yang diambil dari sumur pitu (tujuh sumber air). Beberapa sesaji dilarung ke laut atau di mata air.

Page 16: Dayat Banyuwangi

Kesenian Jejer Gandrung Kata Gandrung diartikan sebagai terpesona. Dimaksudkan adalah terpesonanya masyarakat Bambangan yang agraris kepada Dewi Sri yaitu Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Ungkapan rasa syukur masyarakat setiap habis panen mewujudkan suatu bentuk kegembiraan sebagaimana penampilan Gandrung sekarang ini. Pementasan Kesenia Gandrung biasanya diselenggarakan pada malam hari mulai pukul 21.00 - 04.00 pagi. Untuk memenuhi kebutuhan suatu acara tertentu pementasan seni Gadrung dapat juga dilakukan siang hari.Dalam hal ini penari Gandrung sebagai media bagi tuan rumah atau yang punya hajat didalam menjamu tamu. Jumlah pemain gandrung berkisar antara 8- 10 orang terbagi dalam 14 grup yang berisi 38 penari. Peralatan yang sering digunakan adalah kendang, kethuk, biola, gong dan kluncing.

Page 17: Dayat Banyuwangi

Endog - Endogan Upacara ini dilaksanakan

untuk memperingati hari besar Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan di pagi hari mulai dari depan Kantor PEMDA dan berakhir di Masjid Agung Baiturrahman. Endog – endogan ini dimulai pada tanggal 12 Rabiul Awal, kegiatanini merupakan tetenger untuk mengawali perayaan – perayaan di tempat lain.

Page 18: Dayat Banyuwangi

Kesenian Paju Gandrung Tarian ini merupakan bentuk tari berpasangan antara wanita (penari Gandrung) dan tamu yang dihormati, diundang untuk ikut bersama-sama menari. Sebagai suatu bentuk tarian yang mengutamakan pernyataan kegembiraan, kebersamaan, keakraban, hiburan dan kemeriahan lewat tarian yang sepontan dilakukan dengan perantara penari Gandrung. Dengan menggunakan sampur (selendang) penari Gandrung mengajak secara bergilir kepada para tamu untuk menari bersama.

Page 19: Dayat Banyuwangi

Kesenian Tradisional Barong Di daerah Blambangan ini terdapat

suatu jenis kesenian Barong yang menurut istilah setempat sering disebut Barong Prejeng, Barong Osing atau Barong Blambangan. Kesenian Barong ini dimainkan oleh 12-25 orang yang terdiri dari 8 grup. Dengan diiringi gamelan, kendang, kethuk, gong dan krecek. Bentuk Barong Blambangan ini terdiri dari kepala berbentuk raksasa dengan bagian tubuh berupa kain kemudian dimainkan oleh dua orang, sedemikian rupa sehingga dihasilkan bentuk binatang besar berkepala raksasa atau binatang buas yang menakutkan.

Page 20: Dayat Banyuwangi

Kesenian Trasisional Damarwulan Pemberian nama Damarwulan pada kesenian

ini diambil dari lakon yang biasa dipentaskan yaitu suatu cerita yang bersumber pada perlawanan antara Minakjinggo dan Damarwulan. Melihat ceritanya, maka jelas bahwa kesenian ini bersumber pada bentuk langendarian yang lahir di lingkungan Keraton Jogjakarta pada tahun 1876. Dimainkan oleh 40 - 50 orang dalam 4 grup. Peralatan yang digunakan meliputi kendang, kethuk, kecrek, gong, reog, saron dalam berbagai ukuran.Pertunjukan ini biasanya didahului dengan Tarian Panyembrama. Adegan lawak kadang kal disisipkan dengan pementasan yang berlangsung dari pukul 21.00 - 04.00 dini hari. Temanya tentang hubungan Damarwulan dengan Minakjinggo yang dikaitkan dengan cerita historis antara Majapahit dan Blambangan, dengan bentuk drama tari yang dialognya berbentuk tembang atau nyanyian Jawa.

Page 21: Dayat Banyuwangi

Kesenian Tradisional Kuntulan Kesenian kuntulan ini sering disebut terbang kuntul. Pada dasarnya sama dengan kesenian Bordah yaitu dengan instrument pokoknya adalah rebana namun kuntulan ini rebananya lebih banyak dan dilengkapi dengan kendang, kethuk, jedor/bedhuk dengan 3 macam ukuran, gong dan organ. Kuntulan dilakukan oleh 20-24 orang dalam 56 grup. Lagu-lagunya dimainkan oleh "Rodatnya" dan juga para rodat ini ikut menari bersama secara serempak dengan mengenakan pakaian serba putih,untuk itulah maka kesenian ini dinamakan kuntulan karena penarinya kelihatan serba putih seperti burung kuntul (Bangau putih). Dalam perkembangannya kesenian ini dikreasikan menjadi kesenian kundaran.

Page 22: Dayat Banyuwangi

Kesenian Angklung Angklung merupakan kesenian khas Banyuwangi. Kesenian ini dimainkan oleh 12 sampai 14 orang. Instrument musiknya terdiri dari Saron, Kendang dan Gong. Sebagian besar peralatan yang digunakan berasal dari bambu. Angklung memiliki beberapa macam, yaitu: Angklung Caruk, Angklung Tetak, Angklung Paglak, Angklung Dwilaras, dan Angklung Blambangan.

Page 23: Dayat Banyuwangi

Pergelaran Wayang Kulit Kata wayang berasal dari bahasa Jawa yang berarti “baying-bayang”. Pertunjukan wayang biasanya digelar semalam suntuk pada kegiatan – kegiatan kebudayaan dan tradisi di Banyuwangi. Cerita wayang banyak mengajarkan makna dan tujuan hidup manusia. Pagelaran wayang kulit yang dilaksanakan oleh PEPADI (Persatuan Pedalang Indonesia). Sekaligus sebagai ajang silahturahmi para anggotanya dan wahana untuk menghibur masyarakat. Cerita wayang diambil dari Mahabarata dan Ramayana.

Page 24: Dayat Banyuwangi

Kesenian Petik Laut PancerPetik laut ini dilaksanakan sebagai ungkapan syukur ke hadirat Tuhan atas rahmat yang diberikan kepada para nelayan. Dalam perayaan ini berbagai seni budaya ditampilkan untuk memeriahkan pesta petik laut. Sehari sebelumnya diawali dengan Pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk dilanjutkan dengan ruwat sesaji diakhiri dengan larung Sesaji.

Page 25: Dayat Banyuwangi

Kesenian Tradisional Bordah

Bordah merupakan bentuk kesenian yang ada hubungannya dengan unsur-unsur seni budaya keagamaan islam, sebagaimana kata bordah itu sendiri yang berasal dari kata "Kasidatul Bordah". Peralatan pokoknya terdiri dari terbang/rebana dengan berbagai ukuran dan dimainkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan bunyi-bunyi instrument yang dilengkapi oleh vokal yang dibawa pemukul-pemukul terbang itu sendiri. Lagu-lagu yang dibawakan merupakan lagu-lagu kasidahan atau lagu-lagu barjanji, sedangkan permainan-permainan terbangnya kadang-kadang dipergunakan juga teknis timpalan sehingga mengasilkan bunyi yang meriah.

Page 26: Dayat Banyuwangi

Kesenian Tradisional Jaranan Buto

Tari Jaranan Buto dimainkan oleh 16-20 orang yang terhimpun dalam 8 grup. Peralatan yang dipakai meliputi kendang, gong, terompet, kethuk dan kuda kepang dengan kepala berbentuk raksasa atau bentuk babi hutan serta topeng berbentuk kepala binatang buas. Kesenian ini biasanya dilakukan pada Pukul 10.00 - 16.00 WIB. Pada akhir pertunjukan biasanya pemainnya kesurupan sehingga mampu memakan kaca maupun benda keras lainnya.

Page 27: Dayat Banyuwangi

Kesenian Jedor Meletuk

Instrument pokok jenis kesenian jedor adalah jedor. Namun, khusus dalam kesenian Jedor Meletuk instrumentnya adalah jedor ditambah dengan dua buah biola, dan gendang Banyuwangenan. Disamping itu, ada sinden gandrung di dalam kesenian ini yang berfungsi sebagai penyanyi sekaligus penari.

Page 28: Dayat Banyuwangi

Arung Kanal Arung kanal merupakan suatu yang menampilkan prototipe berbagai macam kapal yang melintas kanal Pakelan Sampeyan sepanjang 2 km. Arung kanal merupakan ajang kreatifitas masyarakat Bangorejo untuk membuat Prototipe kapal, sebagai wujud kecintaannya terhadap dunia bahari. Arung kanal merupakan prosesi yang menarik. Acara dimulai dengan selamatan yang disebut dengan ” Baritan” dalam acara ini digelar ”balam apem”.Ada kepercayaan bahwa barang siapa mendapatkan apem, dan dia masih belum menikah maka akan dekat jodohnya, apabila sudah menikah maka kehidupan rumah tangganya makin harmonis, prosesi turun perahu biasanya dilaksanakan setelah buritan. Orang-orang beramai-ramai membawa perahu yang terbuat dari kertas atau plastik di turunkan di sungai. Pemenang dalam lomba ini didasarkan atas keindahan design dan dekorasi kapal.

Page 29: Dayat Banyuwangi

Upacara Ruwatan Ruwatan adalah Upacara Sakral yang merupakan

tradisi jawa untuk menghindari bencana yang ditimbulkan oleh kemaraha Bathara Kala yang dendam kepada anak-anak Sukerto, Yaitu anak-anak yang harus diruwat seperti : Ontang-anting (anak tunggal), sendang kapit pancuran, Lima putra dll. Upacara ruwatan ini diawali dengan pertunjukan wayang kulit dengan cerita Murwokala yang dilengkapi dengan berbagai macam sesaji.

Sebagai rasa hormat anak terhadap orang tua, upacara ini dianggap sebagai pencerahan diri, dengan cara memercikan air dan memotong rambut yang dilakukan oleh orang tuanya yang kemudian dibuang kelaut bersamaan dengan sesaji lainnya, ini sebagai lambang membuang sangkala. Prosesi ini dilakukan oleh juru Ruwat atau Dhalang, sesudah diadakan ruwatan, anak-anak Sukerto tadi telah bersih jiwa dan raganya dari ancaman bahaya yang kemudian bisa lebih mendekatkan diri pada Tuhan, pada Alam, pada sesama, serta mahluk lainnya.

Page 30: Dayat Banyuwangi

Kesenian Tradisional Patrol Jenis kesenian ini erat hubunganya dengan kegiatan agama Islam, antara lain dilakukan pada bulan-bulan puasa (Ramadhan) kecuali acara-acara tertentu. Patrol dimainkan oleh 12-16 orang yang terdiri dari 31 grup. Bentuk tradisi ini timbul karena tradisi masyarakat dalam melakukan tugas siskamling pada malam hari dan pada bulan Ramadahn berfungsi untuk membangunkan orang untuk sahur. Khusus untuk bulan Ramadhan, kegiatan patrol dilakukan oleh beberapa kelompok masyarakat yang menitik beratkan pada kegiatan seninya disamping membangunkan sahurnya.

Page 31: Dayat Banyuwangi

Kesenian Barong Idher Bumi Barong Idher Bumi

merupakan kegiatan rutin masyarakat Using di Desa Kemiren setiap tahun pada hari ke-2 Idul fitri. Dalam kegiatan ini dilaksanakan arak-arakan barong dengan harapan agar Tuhan memberikan keselamatan dan kesejahteraan.

Page 32: Dayat Banyuwangi

Kesenian Mocoan Pacul Gowang Di lingkungan kehidupan masyarakat Blambangan terdapat semacam kebiasaa seni baca yang dikenal dengan istilah "Mocoan". Kesenian ini dimainkan oleh 7-8 orang dalah satu grup. diiringi dengan kendang, biola, gong dan kluncing. Semua teknik pelaksanaan seni baca ini sama dengan pelaksanaan Mocoan dalam bentuk aslinya, yaitu membaca dengan menggunakan irama lagu mocopat seperti Kasmaran, Arum-arum, Derma, Pangkur, Sinom, dan sebagainya dengan dilakukan menurut versi Blambangan.Acara ini dimulai dari jam 21.00-24.00 kemudian dilanjutkan dengan permainan "Paculan".Istilah Paculan ini semula berasal dari olok-olok, sambutan atau singungan yang mengelikan. Bentuk paculan ini pada hakekatnya berupa basanan, parikan atau pentun-pantun/lawakan yang dibawakan oleh pemain-pemain dengan aturan permainan tertentu disamping disajikan lagu-lagu atau gending dengan gerak pacul.

Page 33: Dayat Banyuwangi

Tradisi Panjer Kiling Kiling terbuat dari bilah kayu yang dipasang pada batang

bamboo yang tinggi. Kiling menimbulkan suara gemuruh jika tertiup angin. Dulu, alat ini untuk mengusir burung di tengah sawah yang dilakukan oleh masyarakat Using.

Page 34: Dayat Banyuwangi

Kesenian Puter Win / Kayun Puter Win/ Kayun merupakan tradisi masyarakat Using yang

melaksanakan keliling kota sampai ke Pantai Watu Dodol pada Lebaran Ketupat sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas keselamatan dan kesejahteraan rejeki yang diterima.

Page 35: Dayat Banyuwangi

Kesenian Tradisional Praburoro Praburoro adalah suatu bentuk drama tari yang lakon-lakonnya

bersumber dari hikayat Amir Hamzah yang membawakan cerita-cerita dari Tanah Persi yang masuk ke Indonesia bersama dengan masuknya kebudayaan Islam ke Indonesia. Jenis kesenian ini disebut Praburoro karena sering membawakan lakon dengan tokoh Roro Rengganis yang arenanya disebut Praburoro. Kesenian ini dimainkan oleh 40-50 orang dalam 3 grup dengan diiringi gamelan Jawa bernad slendro. Beberapa ciri dari kesenian Praburoro ini antara lain; gerak tarinya termasuk tari Jawa. Busananya wayang orang.Gamelan pengiringnya adalah gamelan jawa lengkap bernana slendro. Gending yang mengiringi Gending Jawa atau Gending-gending Blambangan. Pementasan Praburoro ini biasanya mengunakan lakon menaklukkan negara yang dianggap bukan Islam. Dalam bagian akhir cerita ditutup dengan adegan "Sunatan", yaitu semacam peragaan khitanan yang dilakukan atas raja-raja yang sudah ditaklukkan oleh Menak Agung Jayengrono dengan Umarmoyo

Page 36: Dayat Banyuwangi

Kuda Kencak Tarian Kuda Kencak merupakan kesenian unik dan menarik di

Banyuwangi. Kata “kencak” berarti mengangkat kaki berkali-kali. Suatu gerakan indah dan jenaka kuda diiringi musik gamelan tradisional. Tradisi ini dilakukan pada upacara khitanan. Sang kuda diberi hiasan warna-warni dinaiki seorang laki-laki dengan pakaian yang gemerlap pula, diarak seperti pengantin.

Page 37: Dayat Banyuwangi

Tari Pergulan ( Padang Ulan ) Syair lagu Padang Ulan mengambarkan begitu indahnya air laut tepi pantai, berkilauan seperti kaca saat diterpa sinar bulan purnama. Tari ini merupakan bentuk tari bersama atau berpasangan antara pria dan wanita yang menggambarkan asmara dan kegembiraan masa remaja. Gerak tari ini mengandung makna berkasih-kasihan. Para penari mempunyai sedikit kebebasan gerak serta mimik yang bebas, riang dan dinamis.