Upload
heru-hunter
View
28
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kasus dbd
Citation preview
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 1/36
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sesuai dengan Visi dan Misi Rencana Strategis Depkes tahun 2010 –
2014 yaitu tentang “Masyarakat Yang Mandiri dan Berkeadilan” yang
dituangkan kedalam 4 misi yaitu : Meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan
masyarakat madani, Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin
tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan
berkeadilan, Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan,
serta Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik, maka diperlukan
suatu rencana pembangunan kesehatan yang benar-benar matang.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan merupakan salah satu
faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Sumber
daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing
manusia.
Lingkungan merupakan agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu
organisasi. Salah satu peran lingkungan adalah sebagai reservoir. Lingkungan
mempunyai dua unsur pokok yang sangat erat terkait satu sama lain yaitu
1
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 2/36
unsur fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik dapat mempunyai
hubungan langsung dengan kesehatan dan perilaku sehubungan dengan
kesehatan seperti polusi air akibat pembuangan limbah ke sungai yang dapat
menimbulkan Diare, ISPA, DBD, dan lainnya.
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia . Pola penyebaran penyakit inipun
semakin meluas. Penyakit DBD sebagian besar menyerang pada anak-anak,
hal ini dikarenakan sistem imunitas/kekebalan tubuhnya yang masih rentan.
Akan tetapi dewasa ini kecenderungan penderita DBD tidak didominasi oleh
anak-anak saja, dari umur 5 tahun sampai dengan 45 tahun menjadi usia yang
dominan dari seluruh jumlah penderita DBD.
Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Kalimantan Barat
setiap tahunnya selalu ditemukan. Berdasarkan data penyebaran kasus DBD
dari Dinas Kesehatan Kubu Raya selama 3 tahun terakhir jumlah kasus DBD
di Puskesmas Sungai Durian selalu ditemukan, mulai dari tahun 2007
ditemukan sebanyak 20 kasus, tahun 2008 sebanyak 38 kasus, tahun 2009
ditemukan sebanyak 416 kasus, dan tahun 2010 sebanyak 47 kasus.
Berdasarkan data tersebut desa dengan jumlah kasus DBD paling
banyak tiap tahunnya adalah Desa Kuala Dua. Selama dua bulan terakhir yaitu
pada bulan September sampai Oktober 2010 ditemukan 25 kasus, 10
diantaranya meninggal dunia.Oleh karena itu, diperlukan tindakan cepat untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya ledakan jumlah penderita DBD
ditahun berikutnya.
2
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 3/36
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi pokok
permasalahan adalah “Apakah ada Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik
dan Lingkungan Biologi dengan Kejadian DBD di Desa Kuala Dua,
Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya?”.
I.3 Tujuan Penelitian
I.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara faktor lingkungan fisik dan biologi
dengan kejadian penyakit DBD di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya,
Kabupaten Kubu Raya.
I.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui gambaran keberadaan tempat penampungan air, tutup
penampungan air, kasa nyamuk, jentik dalam penampungan air, predator
(ikan pemakkan jentik) dan kejadian DBD di Desa Kuala Dua, Kecamatan
Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya.
2. Mengetahui hubungan antara keberadaan tutup penampungan air dengan
kejadian DBD di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten
Kubu Raya.
3. Mengetahui hubungan keberadaan kasa nyamuk dengan kejadian DBD di
Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya.
3
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 4/36
4. Mengetahui hubungan keberadaan jentik dalam penampungan air dengan
kejadian DBD di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten
Kubu Raya.
5. Mengetahui hubungan keberadaan predator (ikan pemakkan jentik)
dengan kejadian DBD di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya,
Kabupaten Kubu Raya.
I.4 Manfaat Penelitian
I.4.1 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, meningkatkan kesadaran akan pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan, dan membantu masyarakat untuk
meminimalisir angka kejadian demam berdarah.
I.4.2 Bagi Akademik
Memperkaya kajian dalam bidang kesehatan masyarakat terutama
dalam masalah kesehatan lingkungan.
I.4.3 Bagi Masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan dan menjaga
lingkungan untuk mengurangi frekuensi terjangkitnya berbagai macam
penyakit.
4
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 5/36
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Lingkungan
Menurut Pranoto, (1991) penyakit DBD melibatkan 3 organisme yaitu
virus dengue, nyamuk aedes, dan host manusia. Secara alamiah ketiga
kelompok organisme tersebut secara individu atau populasi dipengaruhi oleh
sejumlah faktor lingkungan fisik and lingkungan biologi.
1. Lingkungan Fisik
Termasuk macam kontainer, bentuk, warna kedalaman air, penutup
tempat penampungan air (ada atau tidak), dan keberadaan kasa nyamuk dalam
rumah.
2. Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan penyakit DBD
adalah adanya jentik dan predator pemakan jentik.
II.2 Penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD)
II.2.1 Pengertian
Demam Berdarah Dangue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aides Aigepty
yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa
penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan
tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik-bintik perdarahan (petechia),
5
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 6/36
ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah,
kesadaran menurun dan bertendensi menimbulkan renjatan (syok) dan
kematian (Mubin, 2005:8).
II.2.2 Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue ini disebabkan oleh empat macam
virus dengue dengan tipe Den 1, Den 2, Den 3, dan Den 4. Keempat virus
tersebut dalam group B Arthropod Borne Viruses ( Arboviruses). Dan keempat
tipe virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain
Jakarta dan Yogyakarta. Dari empat tipe virus yang banyak berkembang di
masyarakat adalah virus dengue dengan tipe Den 1 dan Den 3. Keempat tipe
virus tersebut merupakan genus dari flaviverus famili flaviviridae. Setiap
serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi – silang dan wabah yang
disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Penyakit
Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ini
disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus (http://litbang.depkes.go.id/maskes/05-2004/demamberdarah.htm).
II.2.3 Gejala-Gejala Yang Ditimbulkan Oleh Demam Berdarah Dengue
Pada awal serangan penderita Demam Berdarah Dengue memiliki hal-
hal sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 0C – 40 0C)
2. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk uji tourniquet positif puspura
pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.
6
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 7/36
3. Hepatomegali (pembesaran hati)
4. Syok, tekan nadi turun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik
sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
5. Trombositopeni, pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit
sampai 100.000 / mm3.
6. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai hematokrit.
7. Pendarahan hidung dan gusi. Rasa sakit pada otot dan persendian,
timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
(http://www.geocities.com/mitra-sejati-2000/dbd.htm)
II.2.4. Cara Pencegahan
Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat dicegah dengan
memberantas jentik-jentik nyamuk demam berdarah (Aedes Aegypti) dengan
cara PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Upaya ini merupakan cara yang
paling mudah, murah, ampuh, terbaik dan dapat dilakukan oleh masyarakat
dengan cara sebagai berikut :
a. Membersihkan atau menguras tempat penyimpanan air seperti : bak
mandi, drum, vas bunga, tempat minum burung, perangkat semut, dan
lain-lain sekurang-kurangnya satu minggu sekali.
b. Tutuplah tempat penampungan air dengan rapat, agar supaya nyamuk
tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu.
c. Kuburlah atau buang pada tempatnya barang-barang bekas seperti :
kaleng bekas, ban bekas, botol-botol pecah dan barang yang lainnya
7
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 8/36
yang dapat menampung air hujan agar tidak menjadi tempat berkembang
biak nyamuk.
d. Tutuplah lubang-lubang pada pagar yang terbuat dari bambu dengan
tanah atau adukan semen.
e. Lipatlah kain atau pakaian yang bergelantungan dalam kamar agar
nyamuk tidak hinggap di situ.
f. Untuk tempat-tempat yang tidak mungkin atau sulit untuk dibersihkan
dan dikuras, taburkanlah bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut
yang fungsinya untuk membunuh jentik-jentik nyamuk.
Selain 6 cara di atas, cara memberantas nyamuk Aedes Aegypti dapat
juga dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Penyemprotan menggunakan zat kimia
b. Pengasapan dengan insektisida
c. Memutus daur hidup nyamuk dengan menggunakan ovitrap dan
memelihara ikan cupang atau ikan pemakan jentik
Untuk memberantas jentik-jentik nyamuk dapat menggunakan serbuk
ABATE, dengan komposisi takaran 1 gram serbuk ABATE untuk 10 liter air.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue
adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3
M PLUS” yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan
beberapa plus lainnya yang sesuai dengan kondisi setempat.
(http://felori.wordpress.com/cara-menangani-DBD)
8
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 9/36
II.3 Kerangka Teori
Menurut Hendrick L. Blum, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat, yaitu faktor :
1. Perilaku
2. Lingkungan
3. Keturunan
4. Pelayanan Kesehatan.
Ke 4 faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat di atas
tidak berdiri sendiri sendiri, namun saling berpengaruh. Menurut Hendrik .L.
Blum (1974) derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan. Diantara keempat
faktor tersebut yang sangat berpengaruh adalah keadaan lingkungan yang
tidak memenuhi syarat kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan
kesehatan, baik masyarakat di perkotaan maupun perdesaan yang disebabkan
karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat di bidang
kesehatan, ekonomi maupun tekhnologi. Lingkungan yang diharapkan adalah
lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan
bebas dari polusi, tersedia air bersih, sanitasi yang memadai, perumahan,
pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan,
serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dalam
memelihara nilai – nilai budaya bangsa.
9
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 10/36
Gambar II.2.1 : Kerangka Teori
Gambar kerangka tersebut dimodifikasi dari konsep teori H. L Blum
10
Lingkungan terbagi menjadi 2 :
Keberadaan tempat penampungan air
Keberadaan tutup penampungan air
Keberadaan kasa nyamuk
Fisik
Biologi Keberadaan jentik
Keberadaan predator (ikan pemakan jentik)
Kejadian
DBD
Perilaku
Lingkungan
Genetik
YankesDerajat
Kesehatan
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 11/36
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
III.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori pada bab II, maka kerangka konsep yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
ssssss
III.2 Variabel Penelitian
III.2.1 Variabel Bebas
11
Lingkungan Fisik :
a. Keberadaan tempat
penampungan air.
b. Keberadaan tutup
penampungan air.
c. Keberadaan kasa nyamuk.
Lingkungan biologi :
a. Keberadaan jentik.
b. Keberadaan predator (ikan
Kejadian DBD
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 12/36
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lingkungan fisik dan
lingkunngan biologi. Lingkungan fisik yang terkait antara lain penampungan
air, tutup penampungan air, dan kasa nyamuk.Lingkungan biologi yang terkait
antara lain jentik dan predator ( ikan) pemakan jentik.
III.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian DBD.
III.3 Definisi Operasional
Tabel III.1
Definisi Operasional
VariabelDefinisi
Operasional
Cara
Ukur
Alat
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Pengukura
n
Variabel bebas
Lingkungan Fisik
− Keberadaan
Tempat
Penampung
an Air
− Keberadaan
tutup
penampung
Ada atau
tidak tempat
yang
digunakan
untuk
menampung
air hujan.
Ada atau
tidak tutup
pada setiap
Observasi
Observasi
Checklist
Cheklist
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Nominal
Nominal
12
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 13/36
an air.
−Keberadaan
kasa
nyamuk
Lingkungan
Biologi
− Keberadaan
Jentik.
− Keberadaan
Predator
pemakan
jentik
(ikan).
penampunga
n air hujan.
Ada atau
tidak kasa
nyamuk di
dalam rumah
untuk
menghalangi
masuknya
nyamuk.
Ada atau
tidak jentik
dalam
penampunga
n air .
Ada atau
tidak
predator
pemakan
jentik dalam
penampunga
n air.
Observasi
Observasi
Observasi
Checlist
Checlist
Checklist
Ada
tidak
Ada
Tidak
Ada
tidak
Nominal
Nominal
Nominal
Variabel Terikat
Kejadian DBD Kondisi atau
keadaan
wawancar
a
wawanca
ra
Sakit
Tidak
Nominal
13
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 14/36
penyakit
DBD yang
diderita oleh
anggota
keluarga di
Desa Kuala
Dua yang
berdasarkan
data
Puskesmas
Sungai Rayamenjadi
positif DBD
pada dua
bulan
terakhir
Sakit
III.4 Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis
alternatif (Ha). Berdasarkan kerangka konsep yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan keberadaan tempat penampungan air dengan kejadian
demam berdarah di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten
Kubu Raya.
2. Terdapat hubungan antara keberadaan tutup penampungan air dengan
kejadian demam berdarah di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya,
Kabupaten Kubu Raya.
14
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 15/36
3. Terdapat hubungan keberadaan kasa nyamuk dengan kejadian demam
berdarah di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu
Raya.
4. Terdapat hubungan keberadaan jentik nyamuk pada penampungan air
dengan kejadian demam berdarah di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai
Raya, Kabupaten Kubu Raya.
5. Terdapat hubungan keberadaan predator (ikan) pemakan jentik nyamuk
dengan kejadian demam berdarah di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai
Raya, Kabupaten Kubu Raya.
15
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 16/36
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan sifat
penelitian analitik yang dilakukan dengan Cross Sectional , karena data dari
variabel-variabel yang diteliti diperoleh secara bersamaan
(Notoatmodjo,2002).
IV.2 Waktu dan Tempat Penelitian
IV.2.1 Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini di mulai pada bulan Oktober 2010 sampai
dengan November 2010.
IV.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian,
Kabupaten Kubu Raya, Desa Kuala Dua.
Adapun alasan dipilihnya Puskesmas Sungai Durian, Kabupaten Kubu
Raya, Desa Kuala Dua ini sebagai tempat dengan alasan sebagai berikut :
1. Berdasarkan data dari Puskesmas Sungai Durian, Desa Kuala Dua,
Kecamatan Sungai Raya memiliki jumlah kasus DBD yang angkanya
lebih tinggi dari 7 desa lainnya.
2. Berdasarkan data Puskesmas Sungai Durian, Desa Kuala Dua, Kecamatan
Sungai Raya memiliki angka kematian yang cukup tinggi.
16
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 17/36
IV.3 Populasi dan Sampel
IV.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua penduduk yang tinggal di wilayah
kerja Puskesmas Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, khususnya daerah desa
Kuala Dua yang berjumlah 6342 KK.
IV.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi
yang diteliti), (Arikunto, s. 1998), sedangkan menurut Sugiyono (1997),
sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Riduwan, 2003). Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode (Azwar, A, 2003) dalam rumus :
Keterangan :
N = Jumlah sampel awal
P = Proporsi 2010 di Desa Kuala Dua
Q = 1 - p
L = Penyimpangan derajat ketepatan yang dipergunakan lazimnya 5%
N1 = Jumlah sampel sebenarnya
N = Jumlah populasi
S = Stándar Deviasi
17
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 18/36
Dengan perhitungan sebagai berikut :
= 300
Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut didapat jumlah sampel
yaitu 286 sampel.
IV.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
IV.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan observasi pada responden sebagai
sasaran dalam penelitian dengan instrumen pengumpulan data adalah cheklist.
Cheklist sebagai alat pengumpulan data digunakan sebagai alat ukur.
IV.4.2 Data Sekunder
Data yang berhubungan dengan penelitian terdiri dari :
1. Jumlah penduduk dan KK.
2. Data kasus demam berdarah dari Puskesmas Sungai Durian.
18
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 19/36
IV.5 Teknik Pengolahan dan Penyajian Data
IV.5.1 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing.
Data yang diperoleh melalui checklist diperiksa untuk mengetahui
kelengkapan data dan untuk mengetahui bahwa semua pertanyaan sudah
diisi dengan jelas dan benar.
2. Coding.
Memberikan item-item yang tidak diberikan skor atau mengubah kata-kata
menjadi angka.
3. Skoring.
Data yang ada diolah dan dikelompokkan diberi skor.
4. Tabulating
Pengelompokan data pada suatu table untuk memudahkan analisis.
IV.5.2 Teknik Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajiakan dalam bentuk tabel dan
dalam bentuk narasi.
IV.6 Teknik Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini mencakup analisa univariat dan
bivariat. Analisa univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel penelitian, sedangkan analisa bivariat dilakukan
19
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 20/36
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat. Pada analisa bivariat akan dilakukan pengujian data secara statistik
untuk melihat ada tidaknya hubungan antara dua variabel.
Pengujian statistiknya dengan uji Chi Square (Uji X2) dengan tingkat
kepercayaan 95 % (α = 0,05). Untuk menentukan ada atau tidak adanya
hubungan kedua variabel tersebut dapat dilihat dari nilai p. Jika nilai p (≤
0,05) maka ada hubungan antara kedua variabel tersebut, berarti Ho ditolak.
Apabila nilai p (> 0,05) maka tidak ada hubungan antara kedua variabel
tersebut, berarti Ho diterima.
20
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 21/36
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1 HASIL
V. 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kuala Dua merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan Sungai
Raya yang memiliki jumlah 1432 KK. Luas wilayah Desa Kuala Dua sebesar
± 4,35 Km². Masyarakat pada umumnya menggunakan air sebagai sumber
kehidupan dari sumber air hujan sebesar 65% dan air sumur sebesar 35%.
Kondisi geografis daerah Kuala Dua sebagian besar adalah daerah
perairan, hal ini dapat dilihat dari rumah warga yang dibangun ditepian aliran
sungai. Jarak antar rumah satu dengan rumah lain sangat berdekatan, bahkan
pakarangan untuk tempat bermain atau bersantai tidak ada, hal ini karena
daerah yang sempit serta pemukiman yang padat.
V.2 Hasil Analisis Univariat
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah faktor lingkungan fisik
dan biologi dengan Kejadian DBD di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai
Raya, Kabupaten Kubu Raya. Data tentang variabel yang diteliti diambil
dengan melakukan wawancara kepada responden dengan menggunakan list
dan melakukan observasi disetiap tempat penampungan air dan ventitasi
rumah yang ada di setiap rumah responden. Sebelum dilakukan pembahasan
pada setiap variabel penelitian, terlebih dahulu didiskripsikan karakteristik
21
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 22/36
personal responden yang meliputi umur dan tingkat pendidikan. Berdasarkan
hasil wawancara diperoleh data sebagai berikut:
V.2.1 Tingkat Pendidikan responden
Distribusi tingkat pendidikan penduduk Desa Kuala Dua sebagian
besar telah mengenyam pendidikan dasar 6 tahun, yaitu pada pendidikan SD
sebanyak 15 orang (50%) dan SLTP sebanyak 7 orang (23,3%). Data
mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa Kuala Dua selengkapnya dapat
dilihat pada tabel V.2.1.
Tabel V.2.1. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Kuala Dua Tahun
2010
No Tingkat Pendidikan
Jumlah
Frekuensi Persentase
(%)
1. Tidak Sekolah 3 10,02. SD 15 50,0
3. SMP 7 23,3
4. SMA 5 16,7
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel V.2.1. di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar
penduduk Desa Kuala Dua tingkat pendidikannya adalah SD ( 50 %).
V.2.2 Keberadaan tempat penampungan air responden
Hasil penelitian mengenai keberadaan tempat penampungan air
diperoleh dari pemeriksaan ada atau tidak tempat penampungan air, kemudian
diperoleh hasil bahwa sebagian besar rumah responden memiliki tempat
22
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 23/36
penampungan air sebanyak 28 responden (93,3%) dan yang tidak memiiki
tempat penampungan air sebanyak 2 responden (6,7%). Hasil selengkapnya
ditampilkan pada tabel V.2.2
Tabel V.2.2 Keberadaan Tempat Penampungan Air Penduduk di Desa
Kuala Dua Tahun 2010
No Tempat Penampungan Air
Jumlah
Frekuensi Persentase
(%)
1. Ada 28 93,3
2. Tidak Ada 2 6,7
Jumlah 30 100
V.2.3 Keberadaan tutup penampungan air
Hasil penelitian mengenai keberadaan tutup tempat penampungan air
diperoleh dari pemeriksaan ada atau tidak tutup tempat penampungan air,
kemudian diperoleh hasil bahwa sebagian besar rumah responden yang
memiliki tutup tempat penampungan air sebanyak 28 responden (90%) dan
yang tidak memiliki tutup tempat penampungan air sebanyak 3 responden
(10%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada tabel V.2.3.
Tabel V.2.3 Keberadaan Tutup Tempat Penampungan Air Penduduk di
Desa Kuala Dua Tahun 2010
No Tutup Air
Jumlah
Frekuensi Persentase
(%)
1. Tidak Ada 3 10,0
2. Ada 27 90,0
Jumlah 30 100
23
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 24/36
V.2.4 Keberadaan kasa nyamuk
Hasil penelitian mengenai keberadaan kasa nyamuk diperoleh dari
pemeriksaan ada atau tidak kasa nyamuk, kemudian diperoleh hasil bahwa
sebagian besar rumah responden yang memakai kasa nyamuk sebanyak 4
responden (13,3%) dan yang tidak memakai kasa nyamuk sebanyak 26
responden (86,3%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada tabel V.2.4.
Tabel V.2.4. Keberadaan Kasa Nyamuk Penduduk di Desa Kuala Dua
Tahun 2010
No Keberadaan Kasa
Jumlah
Frekuensi Persentase
(%)
1. Tidak Ada 26 86,7
2. Ada 4 13,3
Jumlah 30 100
V.2.5 Keberadaan jentik nyamuk
Hasil penelitian mengenai pemeriksaan jentik pada tempat
penampungan air diperoleh dari pemeriksaan ada atau tidak jentik nyamuk,
kemudian diperoleh hasil bahwa sebagian besar rumah responden yang tidak
terdapat jentik nyamuk di dalam tempat penampungan airnya sebanyak 18
responden (60%) dan yang terdapat jentik nyamuk sebanyak 12 responden
(40%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada tabel V.2.5.
24
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 25/36
Tabel V.2.5. Keberadaan Jentik Nyamuk Penduduk di Desa Kuala Dua
Tahun 2010
No Keberadaan Jentik JumlahFrekuensi Persentase
(%)
1. Ada 12 40,0
2. Tidak Ada 18 60,0
Jumlah 30 100
V.2.6 Keberadaan predator (ikan)
Hasil penelitian mengenai pemeriksaan predator (ikan) pada tempat
penampungan air diperoleh dari pemeriksaan ada atau tidak predator (ikan) di
dalam penampungan air, kemudian diperoleh hasil bahwa sebagian besar
rumah responden yang tidak memiliki predator (ikan) di dalam tempat
penampungan airnya sebanyak 28 responden (93,3%) dan yang memiliki
predator (ikan) di dalam tempat penampungan airnya sebanyak 2 responden
(6,7%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada tabel V.2.6.
Tabel V.2.6 Keberadaan Predator (ikan) Pada Tempat Penampungan Air
Penduduk di Desa Kuala Dua Tahun 2010
No Keberadaan Ikan
Jumlah
Frekuensi Persentase
(%)
1. Tidak Ada 28 93,3
2. Ada 2 6,7
Jumlah 30 100
25
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 26/36
V.2.7 Kejadian DBD di Desa Kuala Dua.
Hasil penelitian mengenai kejadian DBD diperoleh dari hasil
wawancara kepada responden, kemudian dari hasil wawancara diketahui
bahwa sebagian besar kejadian DBD yang menyerang masyarakat Desa
Kuala Dua dimana yang tidak pernah sakit DBD sebanyak 27 responden
(90%) dan yang pernah sakit 3 responden (10%). Hasil selengkapnya
ditampilkan pada tabel V.2.7.
Tabel V.2.7 Kejadian DBD Penduduk di Desa Kuala Dua Tahun 2010
No Kejadian DBD
Jumlah
Frekuensi Persentase
(%)
1. Sakit 3 10,0
2. Tidak Sakit 27 90,0
Jumlah 30 100
V.3 Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor
lingkungan fisik dan lingkungan biologi dengan kejadian demam berdarah
dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Durian, Desa Kuala Dua,
Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Pengujian hipotesis
penelitian ini menggunakan uji Chi Square. Pengujian data penelitian
menggunakan bantuan program dari program komputer yang diperoleh hasil
analisis sebagai berikut:
26
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 27/36
V.3.1 Hubungan antara keberadaan tempat penampungan air dengan kejadian DBD.
Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara
keberadaan tempat penampungan air dengan kejadian DBD di Desa Kuala
Dua.
Tabel V.3.1 Hubungan Antara Keberadaan Tempat Penampungan Air Dengan
Kejadian DBD
No TempatPenampungan
Air
Kejadian DBDTotal
OR(95%CI)
PValue
Sakit Tidak Sakit
n % n % n %
1
2
Ada
Tidak Ada
3
0
10,7 %
0%
25
2
89,3 %
100%
28
2
100%
100%
0,893(0,785-1,015)
0,626
Total 3 27 30
Berdasarkan Tabel V.3.1 di atas dapat diketahui bahwa kejadian DBD
pada responden yang pernah sakit DBD ada 30 responden, dimana 3
responden (10,7%) dengan rumah ada tempat penampungan air. Hasil uji
statistik Chi Square menunjukkan bahwa p = 0,626 (p <0,05) Ho diterima,
artinya tidak terdapat hubungan antara keberdaan tempat penampungan air
dengan kejadian DBD di Desa Kuala Dua.
V.3.2 Hubungan antara keberadaan tutup tempat penampugan air dengan kejadian
DBD
Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara
keberadaan tutup tempat penampungan air dengan kejadian DBD di Desa
Kuala Dua.
27
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 28/36
Tabel V.3.2 Hubungan Antara Keberadaan Tutup Tempat Penampungan Air
Dengan Kejadian DBD
No Tutup TempatPenampungan
Air
Kejadian DBDTotal
OR(95%CI)
PValue
Sakit Tidak Sakit
n % n % N %
1
2
Ada
Tidak Ada
3
0
11,1%
0
24
3
89,9%
100%
27
3
100%
100%
1,125(0,985-1,285)
0,543
Total 3 27 30
Berdasarkan Tabel V.3.2 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 11,1
% responden yang memiliki tutup tempat penampungan air pernah Sakit
DBD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,543 maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara keberadaan tutup tempat penampungan air
dengan kejadian DBD.
V.3.3 Hubungan antara keberadaan kasa nyamuk dengan kejadian DBD
Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara
keberadaan kasa nyamuk dengan kejadian DBD di Desa Kuala Dua.
Tabel V.3.3 Hubungan Antara Keberadaan Kasa Nyamuk Dengan Kejadian
DBD
No
Kasa Nyamuk
Kejadian DBDTotal
OR(95%
CI)
P
Value
Sakit Tidak Sakit
n % n % n %
1
2
Ada
Tidak Ada
1
2
25%
7,7%
3
24
75%
92,3%
4
26
100%
100%
0,283(0,017-3,660)
0,250
Total 3 2730
28
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 29/36
Berdasarkan Tabel V.3.3 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 25%
responden yang memiliki kasa nyamuk pernah Sakit DBD. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0,250 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara keberadaan kasa nyamuk dengan kejadian DBD.
V.3.4 Hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD
Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara
keberadaan jentik dengan kejadian DBD di Desa Kuala Dua.
Tabel V.3.4 Hubungan Antara Keberadaan Jentik Di Tempat Penampungan Air
Dengan Kejadian DBD
No Jentik DiTempat
Penampungan Air
Kejadian DBDTotal OR
(95%CI)
PValue
Sakit Tidak Sakit
n%
n% n %
1
2
Ada
Tidak Ada
1
2
8,3%
11,1%
11
16
91,7%
89,9%
12
18
100%
100%
0,727(0,59-9,041)
0,804
Total 3 27 30 100%
Berdasarkan Tabel V.3.4 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 8,3%
responden yang terdapat jentik pada tempat penampungan air pernah Sakit
DBD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,804 maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara keberadaan jentik pada penampungan air
dengan kejadian DBD.
29
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 30/36
V.3.5 Hubungan antara keberadaan predator (ikan) dengan kejadian DBD
Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara
keberadaan jentik dengan kejadian DBD di Desa Kuala Dua.
Tabel V.3.5 Hubungan Antara Keberadaan Predator (ikan) Di Tempat
Penampungan Air Dengan Kejadian DBD
No Predator DiTempat
Penampungan Air
Kejadian DBDTotal OR
(95%CI)
PValue
Sakit Tidak Sakit
n%
n% N %
1
2
Ada
Tidak Ada
0
3
0%
10,7%
2
25
100%
89,3%
2
28
100%
100%
0,893(0,785-
1,015)
0,626
Total 3 27 30 100%
Berdasarkan Tabel V.3.5 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak
100% responden yang memiliki predator(ikan) pada tempat penampungan air
pernah Sakit DBD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,626 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara keberadaan predator(ikan) pada
penampungan air dengan kejadian DBD.
V.4 Pembahasan
V.4.1 Hubungan Keberadaan Tempat Penampungan Air dengan Kejadian DBD
Tempat penampungan air merupakan suatu alat/wadah yang digunakan
oleh warga untuk menyimpan air yang mereka dapat dari air hujan atau
sumber lainnya. Sebenarnya maksud dari penampungan air ini sangat baik
yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari misalkan mencuci baju, masak
30
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 31/36
minum dan lain-lain, tetapi oleh karena salah penerapan dan kurangnya
pengetahuan warga tentang penyakit DBD maka tempat penampungan air
tesebut dapat menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk Aides Aigepty.
Berdasarkan analisa keberadaan tempat penampungan air terhadap
kejadian DBD terlihat bahwa proporsi kejadian DBD warga yang mempunyai
tempat penampungan air adalah sebesar 10,7% sedangkan yang tidak
mempunyai tempat penampungan air adalah 0% atau tidak ada.. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p value adalah 1,00 (p>0,05), maka dapat disimpulkan
tidak ada hubungan antara Keberadaan Penampungan Air dengan Kejadian
DBD.
Walaupun tidak ada hubungan antara Keberadaan Penampungan Air
dengan Kejadian DBD tetapi tetap diperlukan suatu perlakuan yang benar
terhadap tempat penampungan air tersebut misalkan dengan sering melakukan
3M, hal ini bertujuan agar tempat penampungan air ini tidak menjadi tempat
hidup dan berkembang biak bagi nyamuk Aides Aigepty.
V.4.2 Hubungan Penggunaan Tutup Air dengan Kejadian DBD
Pentingnya ketersediaan tutup pada tempat penampungan air sangat
mutlak diperlukan untuk menekan jumlah nyamuk yang hinggap pada tempat
penampungan air tersebut, dimana tempat penampungan air tersebut menjadi
media berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. Apabila semua masyarakat
telah menyadari pentingnya penutup tempat penampungan air, diharapkan
keberadaan nyamuk dapat diberantas, namun kondisi ini tampaknya belum
dilaksakanakan secara maksimal.
31
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 32/36
Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa dari 30 responden
terdapat 3 responden atau sebesar 10% yang tempat penampungan airnya
tidak ditutup . Oleh sebab itu dengan kondisi tidak adanya tutup tempat
penampungan air tersebut maka dapat menyebabkan kejadian BDB.
Berdasarkan analisa keberadaan tutup pada tempat penampungan air
terhadap kejadian DBD, terlihat bahwa proporsi kejadian DBD warga yang
mempunyai tutup pada tempat penampungan airnya adalah sebesar 88,9%
sedangkan yang tidak mempunyai tutup pada tempat penampungan air adalah
11,1%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value adalah 1,00 (p>0,05), maka
dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara penggunaan tutup pada
penampungan Air dengan Kejadian DBD.
Walaupun tidak ada hubungan antara keberadaan tempat penampungan
air dengan kejadian DBD tetapi tetap pelu dilakukan tindakan pencegahan
agar tidak terjadi kasus DBD yang lebih besar. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Widia Eka Wati yang meneliti tentang
Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadiandemam Berdarah
Dengue (Dbd) Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 antara
tutup pada penampungan air dengan kejadian DBD tidak ada hubungan.
V.4.3 Hubungan Penggunaan Kasa Nyamuk dengan Kejadian DBD
Kasa nyamuk merupakan suatu piranti rumah yang berfungsi sebagai
penyaring bagi organisme atau partikel lain dapat masuk kedalam rumah.
Penggunaan kasa ini sangat baik bagi pencegahan penyakit DBD karena
32
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 33/36
segala jenis nyamuk dapat tersaring di kasa tersebut sebelum masuk kedalam
rumah.
Berdasarkan analisa penggunaan kasa nyamuk dengan kejadian DBD
maka dapat terlihat bahwa proporsi kejadian DBD warga yang mempunyai
kasa nyamuk adalah sebesar 25,0% sedangkan yang tidak mempunyai kasa
nyamuk adalah 75,0% Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value adalah
0,858 (p<0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara
penggunaan kasa rumah dengan kejadian DBD.
Walaupun tidak ada hubungan antara penggunaan kasa nyamuk
dengan kejadian DBD tetapi tetap perlu dilakukan suatu tindakan misalkan
dengan memasang kasa nyamuk di rumah untuk menghindari adanya
organisme ataupun nyamuk yang dapat menyebabkan panyakit.
V.4.4 Hubungan Keberadaan Jentik Nyamuk dengan Kejadian DBD
Keberadaan jentik nyamuk yang hidup sangat memungkinkan
terjadinya demam berdarah dengue. Jentik nyamuk yang hidup di berbagai
tempat seperti bak air, atau hinggap di lubang pohon, lubang batu,
pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu (Depkes
RI, 1992).
Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu
antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia (Sutaryo, 2005).
Oleh kerena itu apabila keberadaan jentik nyamuk dibiarkan maka yang
terjadi adalah kejadian demam berdarah dengue yang akan terus meningkat.
Hasil pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa dari 30 rumah responden
33
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 34/36
yang diperiksa ada 12 orang atau 40% rumah yang mempunyai jentik di dalam
tempat penampungan airnya.
Berdasarkan analisa tentang keberadaan jentik dengan kejadian DBD
maka dapat terlihat bahwa proporsi kejadian DBD warga yang terdapat jentik
nyamuk adalah sebesar 91,7% sedangkan yang tidak memiliki jentik nyamuk
adalah 8,3% . Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value adalah 1,00
(p<0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara keberadaan
jantik dengan kejadian DBD.
Walaupun tidak ada hubungan antara keberadaan jentik dengan
kejadian DBD tetapi harus perlu dilakukan pengurasan agar jentik yang ada
dapat mati dan tidak dapat berkembang biak.
V.4.5 Hubungan Keberadaan ikan dengan Kejadian DBD
Hubungan keberadaan ikan dengan kejadian DBD adalah ikan yang
dimaksud disini adalah ikan predator pemakan jentik sebagai contoh adalah
ikan cupang, hal ini dimaksudkan agar jentik yang ada didalam tempat
penampungan air tidak dapat hidup karena terdapat pemangsa didalam temoat
penampungan air tesebut.
Berdasarkan analisa tentang keberadaan ikan dengan kejadian DBD
maka dapat terlihat bahwa proporsi kejadian DBD warga yang terdapat ikan
adalah sebesar 10,7% sedangkan yang tidak terdapat ikan adalah sebesar
89,3%. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value adalah 1,00 (p<0,05),
maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara keberadaan jantik dengan
kejadian DBD.
34
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 35/36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitipada bab V, maka peneliti
menyimpulkan sebagai berikut :
VI.1.1 Pekerjaan responden di Desa kuala Dua Kecamatan Sungai Raya yaitu sebesar
56,7% yang bekerja sedangkan yang tidak bekerja sebesar 43,3%.
VI.1.2 Tingkat Pendidikan responden di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya
yaitu tidak bekerja sebesar 10,0%, SD sebesar 50,0%, SMP 23,3%, SMA
16,7%.
VI.1.3 Tempat penampungan air di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya adalah
sebesar 93,3% yang mempunyai tempat penampungan sedangkan 6,7% tidak
ada.
VI.1.4 Tutup penampungan air di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya adalah
sebesar 90% ada dan 10% tidak ada.
VI.1.5 Keberadaan kasa di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya adalah sebesar
86,7% tidak ada dan 13,3% ada.
VI.1.6 Keberadaan jentik di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya adalah sebesar
60% tidak ada jentik sedangkan 40% ada.
VI.1.7 Keberadaan ikan di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya adalah sebesar
93,3% tidak ada sedangkan 6,7% ada.
35
7/16/2019 DBD baru
http://slidepdf.com/reader/full/dbd-baru 36/36
VI.1.8 Tidak ada hubungan antara Tempat penampungan air dangan kejadian DBD
di Desa Kuala Dua (Kecamatan Sungai Raya) p=0,626.
VI.1.9 Tidak ada hubungan antara Tutup penampungan air dengan kejadian DBD di
Desa Kuala Dua (Kecamatan Sungai Raya) p=0,543.
VI.1.10Tidak ada hubungan antara penggunaan kasa nyamuk dengan kejadian DBD
di Desa Kuala Dua (Kecamatan Sungai Raya) p=0,283
VI.1.11Tidak ada hubungan antara keberadaan jentik nyamuk dengan kejadian DBD
di Desa Kuala Dua (Kecamatan Sungai Raya) p=0,804
VI.1.12Tidak ada hubungan antara keberadaan predator dengan kejadian DBD di
Desa Kuala Dua (Kecamatan Sungai Raya) p=0,626
VI.2 Saran
VI.2.1 Bagi Puskesmas Sungai Durian perlu dilakukan penyuluhan intensif bagi
kelompok masyarakat yang belum memahami sebab-sebab terjadinya DBD.
VI.2.2 Bagi masyarakat perlunya merubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku
yang mendukung hidup sehat seperti mejaga kebersihan lingkungan,
melakukan 3M.
VI.1.3 Bagi petugas penyuluh yang akan memberikan penyuluhan diharapkan
menggunakan media sehingga pesan lebih mudah disampaikan dan mudah
diterima/dipahami oleh masyarakat.