Debit Air Asli

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kreatifitas mahasiswa

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUMIRIGASI DAN DRAINASEPENGUKURAN DEBIT AIR SALURAN TERBUKA DAN MENGHITUNG LAMA WAKTU IRIGASI

NAMA:Hendra pangaribuanNPM:E1J012075Co-Ass: Riduan Hutabarat

Program Studi AgroekoteknologiJurusan Budidaya pertanianFakultas PertanianUniversitas Bengkulu2014BAB IPENDAHULUANI.1Dasar TeoriIndonesia dikenal sebagai negara agraris karena tanahnya subur dan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Untuk mengoptimalkan hasil pertanian, perlu dilakukan berbagai usaha dengan memperhatikan faktor-faktor pendukung. Salah satau faktor pendukung utama dalam pertanian adalah air. Air untuk tanaman dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai. Karena apabila kekurangan atau kelebihan air, maka pertumbuhan tanaman akan terganggu.Mengingat pentingnya pengairan dalam pertanian, maka perlu adanya suatu sistem pengairan yang disebut sistem irigasi. Dengan sistem irigasi maka pembagian air ke tiap lahan dapat dikontrol dan sesuai dengan kebutuhan setiap lahan. Untuk itu diperlukan adanya pemahaman dan pengertian tentang hal-hal yang terkait dengan irigasi dan hubungannya dengan dunia pertanian.Pada pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan perencanaan dan perhitugan yang tepat dan akurat terutama dalam pembangunan saluran dengan mengedepankan luasan saluran yang tepat sekaligus akan mampu mengoptimalkan pengaturan pengeluaran air dari saluran utama (primer) hingga ke saluran tersier pada tiap-tiap lahan pertanian.Air merupakan senyawa kimia yang paling aman dan paling dibutuhkan seluruh makhluk hidup karena tanpa air, makhluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup. Untuk itu, dalam dalam usaha tani dibutuhkan irigasi atau biasa disebut pengairan agar suplai air selalu tersedia. Selain itu, air irigasi juga harus mempunyai mutu yang baik agar kelangsungan hidup tanaman menjadi lebih baik.Dalam sebuah kegiatan pertaian, kebutuhan air sudah tak ter elakkan lagi. Tanaman yang diusahakan dalam kegiatan pertanian pada umumya membutuhkan air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, hingga menghasilkan produksi yang maksimal tentunya.Pemberian air pada tanaman haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman tersebut, pemberian air yang berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman juga akan mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut, atau bahkan akan berakibat pada kematianpada tanaman tersbut.Sedangkan pada tanaman yang pemberian airnya kurang juga akan berakibat terhambatnya pertumbuhan pada tanaman, oleh karena itu pemberian air pada tanamn hendaklah dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.Faktor lain, susahnya air disuatu tempat atau kawasan tertentu membuat petani kesusahan dalam usaha pertaniannya, hendaknya dalam situasi seperti ini diperlukan system manajemen irigasi yang baik pengelolaan air.Dalam sebuah saluran irigasi, mengetahui debit aliran dalam sebuah sluran irigasi dalah sangat penting. Ini bertujuan untuk dapat mengontrol laju penggunaan air pada petak sawah dengan sesuai dengan kebutuhan suatu lahan atau tanaman di sebuah lahan tersebut. Dengan mengetahui besarnya laju aliran per satuan waktu (debit) diharapkan akan dapat mengontrol laju aliran sesuai dengan yang dibutuhkan.Irigasimerupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairilahan pertaniannya. Dalam dunia modern saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengansungaiatau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mangalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu-persatu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram. Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejakMesir Kuno.(Wikipedia)Saluran irigasi dapat berupa saluran irigasi alamiah dan saluran buatan. Dimana saluran buatan dapat dibagi lagi menjadi sistem saluran terbuka dan saluran tertutup (pipa) Saluran terbuka adalah saluran yang mengalirkan airnya dengan permukaan terbuka yang dipengaruhi tekanan atmosfer. Saluran sistem terbuka untuk irigasi memiliki beberapa bentuk umum yang sering digunakan yaitu trapesium, persegi, segitiga dan saluran yang terbentuk secara alamiah. Setiap bentuk saluran akan menghasilkan kecepatan aliran yang berbeda yang tentu saja mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang akan dialirkan irigasi tersebut. Saluran terbuka perlu dianalisis dengan penggunaan rumus empiris yang telah ada.Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi dilapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi suatu sumber daya air disuatu daerah atau wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengefaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada.I.2.TujuanMengetahui besar debit air yang mengalir disaluran irigasi di kemumu serta menghitung waktu yang diperlukan untuk mengairi lahan sawah yang ditetapkan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian IrigasiIrigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan.Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman.2.2 Debit AliranDebit aliran adalah laju air ( dalam bentuk volume air ) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.Dalam system SI besarnya debti dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik ( m3/dt).Sedangkan dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran.Hidrograf aliranadalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS dan / atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal.Pengukuran debit air paling sederhana adalah dengan metode apung, caranya dengan menempatkan benda yang tidak tenggelam di permukaan sungai pada jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan benda tersebut untuk menempuh jarak yang ditentukan (Asdak, 1998).Menurut Kartosapoetra (1997), pengukuran debit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung digunakan beberapa alat ukur pintu ramijin sekat ukur tipe cipoleti, sekat Thomson, dan alat ukur Parshal Flume. Pengukuran debit secara tidak langsung yang sangat diperhatikan yaitu tentang kecepatan aliran dan luas penampang.Aliran saluran terbuka adalah aliran fluida melalui saluran yang ada permukaan bebasnya. Adanya permukaan bebas ini memudahkan, sebab tekanan dapat dianggap sama panjang permukaan bebasnya karena bentuknya tidak bisa diketahui sebelumnya, profil kedalamannya berubah dengan keadaan sehingga makin menyulitkan penganalisaan air (White, 1997).Menurut Seyhan (1996), debit dapat diukur dengan dua cara yaitu :a. Secara aritmatik, bila kecepatan pada suatu titik atau dua titik pada vertikal tersebut diketahui.b. Secara grafis, bila kecepatan lebih banyak diketahui jumlahnya.Beberapa penampang saluran lebih efisien daripada penampang lainnya karena memberikan luar yang lebih besar untuk keliling basah tertentu. Pada umumnya waktu dibangunnya saluran, untuk penggaliannya, serta penampang mencapai minimum, harus dikeluarkan biasa. Telah dibuktikan bahwa bila luas penampang mencapai minimum, maka keliling basah juga minimum, sehingga baik lapisan maupun penggalian mendekati nilai minimum masing-masing untuk ukuran saluran yang sama. Praktek saluran terbuka yang paling penting adalah dalam perhitungan debit air. Debit untuk masing-masing sungai ditentukan dengan cara sendiri-sendiri dengan menggunakan garis putus-putus sebagai pemisah kedua bagian (tetapi tidak sebagai batas padat). Kemudian debit-debit tersebut dijumlahkan untuk menentukan kapasitas total sistem (Streeter dan Whlie, 1999).

2.2.1 Debit secaraLangsung ( debit sesaat)Dalam pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa alat pengukur yang langsung dapat menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi penyaluran melalui jaringan-jaringan yang telah ada atau telah dibangun. Dalam hal ini berbagai alat pengukur yang telah biasa digunakan yaitu:

1. Alat Ukur Pintu RomijnAmbang dari pintu Romijn dalam pelaksanaan pengukuran dapat dinaik turunkan,yaitu dengan bantuan alat pengangkat. Pengukuran debit air dengan pintu ukur romijin yaitu dengan menggunakan rumus:Q= 1,71 b h3/2Keterangan: Q = debit air b = lebar ambang h = tinggi permukaan air

2.Sekat Ukur ThompsonBerbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90o dapat dipindah-pindahkan karena bentuknya sangat sederhana (potable), lazim digunakan untuk mengukur debit air yang relatif kecil. Penggunaan dengan alat ini dengan memperhatikan rumus sebagai berikut: Q= 0,0138 Keteragan: Q = debit air h = tinggi permukaan air

3.Alat Ukur Parshall FlumeAlat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan,yang artinya debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang menyempit (tenggorokan) dengan bagian dasar yang direndahkan.

4.Bangunan Ukur CipolettiPrinsip kerja bangunan ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit. Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya hubungan H dengan Q dapat dinyatakan dengan: Q = k . H . n Keterangan: Q = debit air H = headk dan n = konstantaBesarnya konstanta k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan energi pada penampang saluran yang bersangkutan. Pada praktikum ini besarnya konstanta k dan n ditentukan dengan membuat serangkaian hubungan H dengan Q yang apabila diplotkan pada grafik akan diperoleh garis hubungan H Q yang paling sesuai untuk masing masing jenis bangunan ukur.Dalam pelaksanaan pengukuran-pengukuran debit air,secara langsung, dengan pintu ukur romijin,sekat ukur tipe cipoletti dan sekat ukur tipe Thompson biasanya lebih mudah karena untuk itu dapat memperhatikan daftar debit air yang tersedia.

2.2.2 Pengukuran debit air secara tidak langsung:1.Pelampung Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu: (i) pelampung permukaan, dan (ii) pelampung tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung permukaan. Pada permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampunh untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedang kecepatan rata rata didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air. Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan sebagai berikut:B/H510 15203040

Vm/Vs0,980,950,920,900,870,85

Keterangan:B = lebar permukaan aliranH = kedalaman airVm = kecepatan rata rataVs = kecepatan pada permukaan

Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasannya, pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai 5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang ini dicari penampang melintang rata ratanya, dengan jangka garis tengah lebar permukaan air kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersama sama disusun berimpitan, penampang lintang rata-rata didapat dengan menentukan titik titik pertengahan garis garis horizontal dan vertikal dari penampang itu, jika terdapat tiga penampang melintang, maka mula mula dibuat penampang melintang rata rata antara penampang melintang rata rata yang diperoleh dari penampang lintang teratas dan terbawah. Debit aliran kecepatan rata rata:Q = C . Vp ApKeterangan:Q = debit aliranC = koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan Vp = kecepatan rata rata pelampung Ap = luas aliran rata rata

2. Pengukuran dengan Current MeterAlat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari propeller maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap tiap propeller. Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan mengalihkan factor koreksi yang dilengkapi pada masing-masing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa : mangkok, bilah dan sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya aliran yang diukur.Debit aliran dihitung dari rumus :Q = V x Adimana : V = Kecepatang aliran A = Luas penampang

Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada : Bentuk saluran Kekasaran saluran dan Kondisi kelurusan saluranDalam penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari hasil penelitian United Stated Geological Survey aliran air di saluran (stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut: a) Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolic.b) Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air dihitung dari permukaan aliran.c) Kecepatan rata-rata berada 0,6 kedalaman dibawah permukaan air.d) Kecepatan rata-rata 85 % kecepatan permukaan.e) Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran secara mendetail kearah vertical dengan menggunakan integrasi dari pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya. Dalam pelaksanaan kecepatan rata-rata nya.Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kea rah horikzonta l(lebar aliran) dan ke arah vertical (kedalamam aliran).Luas aliran merupakan jumlah luas tiap bagian (segmen) dari profil yang terbuat pada tiap bagian tersebut di ukur kecepatan alirannya. Debit aliran di segmen = ( Qi ) = Ai x Vi Keterangan : Qi : Debit aliran segmen i Ai : Luas aliran pada segmen i Vi : Kecepatan aliran pada segmen ini2.3 Efisiensi Irigasi Efisiensi pengairan merupakan suatu rasio atau perbandingan antar jumlah air yang nyata bermanfaat bagi tanaman yang diusahakan terhadap jumlah air yang tersedia atau yang diberikan dinyatakan dalam satuan persentase. Dalam hal ini dikenal 3 macam efisiensi yaitu efisiensi penyaluran air, efisiensi pemberian air dan efisiensi penyimpanan air (Dumairy, 1992).Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu pengambilan (intake). Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu utama dari unjuk kerja suatu sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah. Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder dan primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah. (Direktorat Jenderal Pengairan,1986).Kebutuhan air pengairan adalah banyaknya air yang dibutuhkan untuk menambah curah hujan efektif (sebagian dari curah hujan total yang jatuh pada wilayah yang bersangkutan) guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kebutuhan air pengairan adalah tergantung pada banyaknya atau tingkat pemakaian dan efesiensi jaringan pengairan yang ada (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994). Jumlah air yang tersedia bagi tanaman di areal persawahan dapat berkurang karena adanya evaporasi permukaan, limpasan air dan perkolasi. Efisiensi irigasi adalah perbandingan antara air yang digunakan oleh tanaman atau yang bermanfaat bagi tanaman dengan jumlah air yang tersedia yang dinyatakan dalam satuan persentase (Lenka, 1991).

BAB IIIMETODEOLOGIIII.1.Alat Dan Bahan Roll meter/meteran Alat Tulis Currentmeter Pelampung Stop watch

III.2 Prosedur kerja1. Memilih bagian saluran irigasi di daerah kemumu bengkulu utara yang sudah dekat dengan sawah.memilih lokasi yang lurus dengan peubahan lebar sungai,dalam air dan gradien yang kecil.2. Menetapkan dua titik (patok) tempat pengamatan dengan jarak 50-100 m.3. Melemparkan pelampung kesungai dengan jarak 10 20 m sebelah hulu titik pengamatan pertama.4. Mencatat waktu tempuh pelampung antara dua titik pengamatan dengan menggunakan stop watch.5. Memperoleh kecepatan aliran dengan membagi jarak tempuh dengan jarak tempuh dengan waktu tempuh pelampung antara 2 titik pengamatan.6. Selain dengan pelampung,juga dapat mengukur dengan current meter .7. Memilih kedalaman tertentu dari saluran irigasi ,dan mengukur kecepatan alirannya pada berbagai kedalaman.8. Untuk mengukur luas penampang lintang aliran air,meka bagian penampang aliran tersebut dibagi atas beberapa bagian.tujuan pembegian ini adalah untuk memperoleh hasilperhitungan yang mendekati luas sebenarnya.9. Mengukur kecepatan aliran sebanyak 5 kali 10. Menghitung berapa waktu yang diperlukan untuk mengairi sawah dengan volume 20 mm.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1.Hasil PengamatanDiketahui:Panjang sisi atas= cm Lebar dari pinggir= cm Sisi miring = cm

cm cm cm cm

cm Pengukuran debit air metode pelampungUlanganJarak tempuh (m)Waktu tempuh (s)Kecepatan aliran (m/s)Luas penampang saluran (m2)Debit (m3/s)Rata-rat

IGabus32510,620,4160,250,27

Kayu3243,660,730,4160,30

IIGabus3245,050,710,4160,290,32

Kayu3238,440,830,4160,34

Hitungan :a) Kecepatan aliran (m/detik)1. Ulangan 1 Gabus = = Kayu = =

2. Ulangan 2 Gabus = = Kayu = = b) Luas penampang saluran irigasi Dik : kedalaman : 64 cm = 0,64 m lebar : 2 mDit : A....?Jawab : A = = 80 X 4 = 320 = 1920 + 320 =4160 : 10.000 = 0,416 mc) DebitQ = A X V1) Ulangan 1Gabus = Q = A X V Kayu = Q = A X V

2) Ulangan 2Gabus = Q = A X V Kayu = Q = A X V d) Rata-rata Gabus = = Kayu = =

Pengukuran debit air (saluran irigasi sekunder) metode kipas (current meter )ulanganJarak tempuh (m)Waktu tempuh (s)Kecepatan aliran (m/s)Luas penampang saluran (m2)Debit (m3/s)

IGabus32510,620,4160,25

Kayu3243,660,730,4160,30

IIGabus3245,050,710,4160,29

Kayu3238,440,830,4160,34

Perhitungan:I. Bagian tengah saluran irigasiPermukaan : 0,7 m3/sDasar : 0,7 m3/sTengah : 0,8 m3/sMaka debit (Q) = = = 0,73 m3/sII. Bagian pinggir saluran irigasiPermukaan : 0,6 m3/sDasar : 0,6 m3/sTengah : 0,7 m3/sMaka debit (Q) = = = 0,63 m3/s

Saluran irigasi tersierMetode pelampung

Jarak tempuh (m)Waktu tempuh (s)Kecepatan aliran (m/s)Luas penampang saluran (m2)Debit (m3/s)

624,790,2420,1440,033

Perhitungan:a) Kecepatan aliran air = =

b) Luas penampang (A)

Dik : kedalaman : 24 m lebar : 60 mDit : A....? Jawab : A = 24 X 60 = 1440 cm 2 = 0,144m2c) Debit= Q = A X V

Maka waktu yang dibutuhkan untuk mengairi sawah 1 ha:Luas sawah 1ha =10.000 m2Volume 20 mm = 0,02 mMaka kebutuhan air pada sawah = 0,02 X 10.000 = 200 m3Debit (Q) = 0,033 m3/sMaka = = = 6060 detik = PembahasanSistem pengairan di Indonesia ada dua macam yaitu teknis dan non teknis. Pada pengairan dengan menggunakan saluran teknis terdapat tiga macam lagi yaitu saluran teknis primer, sekunder, dan tersier. Antara saluran teknis dan non teknis terdapat perbedaan, terutama pada keadaan fisiknya. Saluran teknis adalah saluran yang telah dibuat secara permanen sedangkan saluran non teknis masih berupa saluran irigasi tradisional kurang permanen dan pembuatannya belum memperhatikan faktor-faktor teknis pengairan. Dalam saluran teknis telah terdapat pembagian yang sistematis. Saluran yang berasal dari induk dinamakan saluran primer, sedangkan saluran sekunder merupakan cabang pertama dari saluran primer, dan percabangan dari saluran sekunder dinamakan saluran tersier yang langsung menuju sawah.Dalam praktikum debit air lapangan ini, dibuktikan bahwa perbedaan yang ada pada masing-masing saluran juga berpengaruh pada besarnya debit yang dihasilkan. Berdasarkan data, saluran primer memiliki kecepatan aliran air rata-rata 0,27 m/s pada perlakuan gabus dan 0,32 pada perlakuan kayu. Nilai debit lebih besar pada perlakuan kayu karena pada perlakuan kayu tekanan pelampung lebih besar dibandingkan pelampung pada perlakuan gabus, sehingga kecepatan aliran air pada perlakuan kayu juga semakin besar.Untuk saluran tersier, sesuai percobaan didapat kecepatan aliran air rata-rata 0,033 pada perlakuan gabus saja. Besar debit pada saluran ini adalah 0,033 m3/s pada perlakuan gabus saja. Besar debit pada saluran tersier lebih kecil dibanding dengan besar debit saluran teknis yang lainnya, hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor luas dan kecepatan aliran air pada saluran tersier besarnya paling kecil diantara saluran teknis yang lainnya.Perbedaan besar debit disebabkan oleh perbedaan luas penampang saluran dan besar kecilnya aliran air. Dari data keseluruhan debit air yang paling besar ada pada saluran primer, sedangkan yang terkecil ada pada saluran non teknis. Semakin besar luas penampang semakin besar pula debit air, dan semakin besar kecepatan alirannya nilai debit juga semakin besar.

BAB VPENUTUP5.1.Kesimpulan1. Saluran irigasi ada dua macam yaitu saluran teknis dan saluran non teknis2. Saluran teknis sendiri dibagi menjadi 3 macam, yaitu saluran teknis primer, saluran teknis sekunder, saluran teknis tersier3. Setelah dilakukan pengamatan didapat besar debit pada masing-masing saluran : Saluran teknis sekunder= 0,27 m3/s Saluran teknis tersier= 0,033 m3/s4. Kecepatan aliran air Saluran teknis sekunder= 0,70 m3/s Saluran teknis tersier= 0,242 m3/s5. Besar debit aliran air dipengaruhi oleh luas penampang saluran dan kecepatan aliran air.Dari semua data yang diketahui bahwa saluran terbesar adalah saluran teknis primer, sedangkan saluran terkecil adalah saluran teknis tersier.6. Kecepatan air 7. pada saluran terbuka dipengaruhi oleh angin, kemiringan, dan jarak dari pintu air.8. Tingkat kesalahan ditunjukkan dengan standart deviasi yang paling besar.9. Standart deviasi dipengaruhi oleh frekuensi dan kecepatan, selain itu juga adanya faktor luar yaitu angin dan kotoran.

Daftar pustakaAsdak. 1998. Hidrologi dan Pengaturan DAS. UGM Press. YogyakartaKartosapoetro, Sutedjo. 1997. Teknik Pengairan Pertanian.Bumi Aksara. JakartaSeyhan. 1996. Dasar-Dasar Hidrologi. Nova. BandungStreeter, Victor L dan Benjamin Wylie. 1999. Mekanika Fluida Jilid 2 Edisi Delapan. Erlangga. JakartaWhite, Frank. M. 1997. Mekanika Fluida Jilid 2 Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta