19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan. Organisasi inilah yang disebut sebagai struktur wacana. Sebagai sebuah organisasi, struktur wacana dapat diurai atau dideskripsikan bagian-bagiannya. Keutuhan struktur wacana lebih dekat maknanya sebagai kesatuan maknawi (semantis) ketimbang sebagai kesatuan bentuk (sintaksis) (lihat Halliday dan Hassan, 1976 : 2). Suatu rangkaian kalimat dikatakan menjadi struktur wacana bial di dalamnya terdapat hubungan emosional antar bagian yang satu dengan bagian lainnya. Sebaliknya, suatu rangkaian kalimat belum tentu bisa disebut sebagai wacana apabila tiap-tiap kalimat dalam rangkaian itu memiliki makna sendiri-sendiri dan tidak berkaitan secara semantik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : 1. Menjelaskan pengertian koherensi. 2. Menjelaskan unsur-unsur koherensi. 3. Menjelaskan jenis-jenis koherensi. 1

dedi 22

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bahasa indonesia

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSuatu wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan. Organisasi inilah yang disebut sebagai struktur wacana. Sebagai sebuah organisasi, struktur wacana dapat diurai atau dideskripsikan bagian-bagiannya.Keutuhan struktur wacana lebih dekat maknanya sebagai kesatuan maknawi (semantis) ketimbang sebagai kesatuan bentuk (sintaksis) (lihat Halliday dan Hassan, 1976 : 2). Suatu rangkaian kalimat dikatakan menjadi struktur wacana bial di dalamnya terdapat hubungan emosional antar bagian yang satu dengan bagian lainnya. Sebaliknya, suatu rangkaian kalimat belum tentu bisa disebut sebagai wacana apabila tiap-tiap kalimat dalam rangkaian itu memiliki makna sendiri-sendiri dan tidak berkaitan secara semantik.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :1. Menjelaskan pengertian koherensi.2. Menjelaskan unsur-unsur koherensi.3. Menjelaskan jenis-jenis koherensi.

C. Tujuan dan Manfaat 1. TujuanTujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mendeskipsikan tentang koherensi dalam wacana.2. ManfaatManfaat yang dapat dicapai dalam penulisan makalah ini adalah dapat mengetahui dan memahami makna koherensi.BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian KoherensiDalam sebuah kamus besar dapat dibaca keterangan mengenai koherensi sebagai berikut(1) kohesi; perbuatan atau keadaan menghubungkan, memperlihatkan, (2).Koneksi; hubungan yang cocok dan sesuai atau ketergantungan satu sama lain yang rapi, beranjak dari hubungan-hubungan alamiah bagian-bagian atau hal-hal satu sama lain, seperti dalam bagian-bagian wacana, atau argumen-argumen suatu rentetan penalaran. Dari pengertian yang tertera pada kamus tersebut dapat dilihat bahwa tidak terlihat perbedaan nyata koherensi dan kohesi. Koherensi adalah pengaturan secara rapkenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya (Wohl, 1978 : 25)Koherensi mengandung makna pertalian makna atau isi kalimat (HG Tarigan 197 : 32). Koherensi berarti juga hubungan timbal balik yang yang serasi antar unsur dalam kalimat (Gorys Keraf, 1984:38). Sedangkan menurut Wahyudi (1989 : 6), berendapat bahwa hubungan koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya, sehingga kalimat memilikikesatuan makna yang utuh. Wacana yang koheren memiliki ciri-ciri susunannya teratur dan amanatnya terjalin rapi, sehingga mudah diinterprestasikan (Samiati, 1989:5).Para ahli menyatakan bahwa Selanjutnya menurut Eriyanto (242:2003), koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata atau kalimat dalam teks. Disamping itu, menurut Ramlan (1984:10) menyatakan bahwa informasi yang dinyatakan dalam sejumlah kalimat yang berbentuk paragraf berhubungan erat atau sangat padu, kepaduan itu merupakan syarat keberhasilan suatu paragraf.Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh.

B. Unsur-Unsur KoherensiYang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi (Mulyana, 2005) :1. PenambahanSarana penghubung yang berupa penambahan itu antara lain: dan, juga, lagi pula, selanjutnya, seperti tertera pada contoh berikut:Laki-lakidanperempuan, tuadanmuda,jugapara tamu turut bekerja bergotong-royong menumpas hama tikus di sawah di desa kami. Selain daripada menyelamatkan tanaman,juga upaya itu meningkatkan hasil panen. Selanjutnya meningkatkan pendapatan masyarakat.Lagi pulaupaya ini telah lama dianjurkan oleh pemerintah.2. RepetisiPenggunaan repetisi atau pengulangan kata sebagai sarana koherensi wacana, terlihat pada contoh di bawah ini.Dia mengatakan kepada saya bahwa kasih sayang itu berada dalam jiwa dan raga sangibu. Saya menerima kebenaran ucapan itu. Betapa tidak. Kasih sayang pertama saya peroleh dariibusaya.Ibumelahirkan saya.Ibumengasuh saya.Ibumenyusui saya.Ibu memandikan saya.Ibumenyuapi saya.Ibumeninabobokan saya. Ibu mencintai dan mengasihi saya. Saya tidak bisa melupakan jasa dan kasih sayang ibusaya seumur hidup. Semogaibupanjang umur dan dilindungi Tuhan.3. PronominaSarana penghubung yang berupa kata ganti orang, terlihat pada contoh berikut ini:Rumah Lani dan rumah Mina di seberangsana.Merekabertetangga. Lani membeli rumah itu dengan harga lima juta rupiah. Harganya agak murah.Diamemang bernasib baik.4. SinonimiPada contoh berikut ini terlihat penggunaan sarana koherensi wacana yang berupa sinonimi atau padanan kata (pengulangan makna).Memang dia mencintaigadisitu.Wanitaitu berasal dari Solo.Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasa, dan bersifat keibuan sejati. Tak salah dia memilih kekasih, buah hati yang pantas dijadikanistri, teman hidup selama hayat dikandung badan.5. Totalitas BagianKadang-kadang, pembicaraan kita mulai dari keseluruhan, baru kemudian kita beralih atau memperkenalkan bagian-bagiannya. Penggunaan sarana koherensif seperti yang dimaksudkan, terlihat pada contoh berikut ini. Totalitas bagian bisa diartikan pernyataan yang berpola umum-khusus.Saya membeli buku baru.Bukuitu terdiri dari tujuh bab. Setiapbabterdiri pula dari sejumlah pasal. Setiappasaltersusun dari beberapa paragraf. Seterusnya setiap paragraf terdiri dari beberapa kalimat. Selanjutnyakalimatterdiri atas beberapakata. Semua itu harus dipahami dari sudut pengajaran wacana.6. KomparasiKomparasi atau perbandingan pun dapat menambah serta meningkatkan kekoherensifan wacana. Komparasi digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda, seperti dalam contoh berikut ini. Sama halnyadengan Paman Lukas, kitapunharus mendirikan rumah di atas tanah yang baru kita beli itu. Sekarang rumah Paman Lukas hampir selesai. Mengapa kita tidak membuathal yang serupaselekas mungkin? Kita juga sanggup berbuathal yang sama. Tetapi,tidak sepertirumah Paman Lukas yang bertingkat, kita akan membangun rumah yang besar dan luas. Kita tidak perlu mendirikan rumah bertingkat karena tanah kita cukup luas.7. PenekananDengan sarana penekanan pun kita dapat pula menambah tingkat kekoherensifan wacana. Penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap penting, seperti terlihat pada contoh berikut ini.Bekerja bergotong-royong bukan pekerjaan sia-sia.Nyatalahkini hasilnya. Jembatan sepanjang 7km yang menghubungkan kampung kita dengan kampung di seberang ini telah selesai kita kerjakan.Jelaslahhubungan antara kedua kampung, berjalan lebih lancar.Sudah tentuhal ini memberi dampak positif bagi masyarakat kedua kampung.8. KontrasJuga dengan kontras atau pertentangan para penulis dapat menambah kekoherensifan karyanya. Contoh penggunaan sarana seperti ini terlihat pada berikut ini.Aneh tapi nyata. Ada teman saya seangkatan, namanya Joni. Dia rajin sekali belajar, tetapisetiap ujian selalu tidak lulus.Namun demikian,dia tidak pernah putus asa. Dia tenang saja. Tidak pernah mengeluh. Bahkansebaliknya, dia semakin rajin belajar.9. SimpulanDengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun, kita dapat juga meningkatkan kekoherensifan wacana. Penggunaan sarana seperti itu dapat dilihat pada contoh berikut ini.Pepohonan telah menghijau di setiap pekarangan rumah dan ruangan kuliah di kampus kami. Burung-burung beterbangan dari dahan ke dahan sambil bernyanyi-nyanyi. Udara segar dan sejuk nyaman.Jadipenghijauan di kampus itu telah berhasil. Demikianlahkini keadaan kampus kami, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu.Oleh karena itu, para sivitas akademika merasa bangga atas kampus itu.10. ContohDengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat pula menciptakan kekoherensifan wacana, seperti terlihat pada contoh berikut ini.Halaman rumah kami telah berubah menjadi warung hidup. Di pekarangan itu ditanami kebutuhan dapur sehari-hari,umpamanya: bayam, tomat, cabai, talas, singkong, dan lain-lain. Ada juga pekarangan rumah yang berupa apotek hidup. Betapa tidak. Di pekarangan itu ditanami bahan obat-obatan tradisional,misalnya: kumis kucing, lengkuas, jahe, kunyit, sirih, dan lain-lain. Kelebihan kebutuhan sehari-hari dari warung dan apotek hidup itu dapat pula dijual ke pasar,sebagai contoh: bayam, cabai, jahe, dan sirih.11. ParalelismePada contoh berikut ini terlihat penggunaan kesejajaran atau paralelisme klausa sebagai sarana kekoherensifan wacana. Kesejajaran tersebut dinyatakan dalam satu kalimat. Kesejajaran tersebut bisa berupa subjek predikat, subjek predikat objek, atau yang lain.Waktu dia datang, memangsaya sedang asik membaca,saya sedang tekun mempelajari buku barumengenai wacana. Karena asiknya,saya tidak mengetahui, saya tidak mendengarbahwa dia telah duduk di kursi mengamati saya.12. WaktuKata-kata yang mengacu pada tempat dan waktu pun dapat meningkatkan kekoherensifan wacana, seperti terlihat pada contoh berikut ini.Sementara itutamu-tamu sudah berdatangan. Ruangan terasa kian sempit. Tidak lama kemudian, anak saya mengangkat barang itu dan menaruhnyadi atas lemari.

C. Jenis-jenis KoherensiAneka sarana keutuan wacana dari segi makna menurut Harimurti Kridalaksana (1978) yakni :1. Hubungan sebab akibat2. Hubungan alasan akibat3. Hubungan sarana hasil4. Hubungan sarana tujuan5. Hubungan latar kesimpulan6. Hubungan hasil kegagalan7. Hubungan syarat hasil8. Hubungan perbandingan9. Hubungan parafratis10. Hubungan amplikatif11. Hubungan aditif temporal12. Hubungan aditif non temporal13. Hubungan identifikasi14. Hubungan generic spesifik15. Hubungan ibaratHarimurti Kridalaksana (1984: 69), mengemukakan bahwa sebenarnya adalah hubungan semantis. Artinya hubungan itu terjadi antaraproposisi.1. Hubungan AmplikatifHubungan Amplikatif adalah hubungan yang salah satu bagian kalimatnya memperkuat atau memperjelas bagian kalimat lainnya. Misalnya dalam kalimat Tentu kita berharapkunjunganini produktif dan menghasilkan manfaat konkret bagi kedua Negara Inikunjunganyang tertunda.2. Hubungan KausalitasHubungan kausalitas merupakan hubungan sebab-akibat. Misalnya pada kalimatsebab, yaituMerapi masih menyisakan terror psikologis,akibatmusibah alam itupun seolah-olah menggenapkan kekhawatiran melapuknya kualitas bangsa ..Selain jenis-jenis koherensi diatas, ada 11 jenis hoherensi yang lain (Chaer, 2007:15), yaitu :a. Koherensi Berpenanda1. Hubungan Makna AdisiHubungan makna adisi (penambahan) ditandai oleh penggunaan kata-kata seperti dan, juga, lagi, pula, lagi pula. Contoh;Pak dwijo mempunyai dua orang anak, Dua orang anak ini sedikit-sedikit mempunyai pegangan kepandaian. Lagipula, Pak Dwijo selalu menuntun anakanaknya ke perilaku yang baik. Sudah sesuai jika dua anak itu menjadi anak baik.2. Hubungan Makna kontrasHubungan makna kontras (perlawanan) ditandai oleh penggunaan kata-kata seperti akan tetapi, padahal, sebaliknya. Contoh:Parjoko sekarang sudah bekerja dan gajinya sudah dapat untuk hidup. Akan tetapi, dia belum memikirkan rumah tangganya. Sebaliknya, Karsono, adiknya Parjoko yang masih merepotkan orang tua sudah merengek-rengek dinikahkan.3. Hubungan Makna KausalitasHubungan makna kausalitas (sebab-akibat) ditandai oleh penggunaan kata-kata seperti karena itu, oleh sebenarnya, karena. Contoh:Pasukan andalan kerajaan Sigaluh dapat diboyong pulang. Yang dapat memboyong ialah seorang Manggala Yuda Sigaluh. Oleh karena itu, raja Sigaluh sangat senang hatinya. Manggala Yuda itu mendapat hadiah dari raja Sigaluh.

4. Hubungan Makna KondisiHubungan makna kondisi (pengandaian) ditndai oleh penggunaan kata-kata seperti andai kata, asal seperti itu. Contoh:Dua orang kesatria tadi hatinya sangat panas. Keduanya sangat tidak dapat menerima bahwa pangkat Manggala Yuda sampai terpegang oleh Guntur Geni. Oleh karena itu, pada malam kesatria kembar itu ingin berhadapan dengan Guntur Geni. Andaikata, jika dua kesatria itu kalah, mereka dapat menerimanya, sebab mereka mersa mempunyai kesaktian yang tangguh dari pemberian gurunya.5. Hubungan Makna InstrumentHubungan makna instrument (alat) ditandai oleh penggunaan kata-kata seperti dengan begitu, dengan itu. Contoh:Sudah lama Sugondo ingin mempunyai sepeda motor. Dia lebih sungguh-sungguh mencari. Jika ia mendapat uang, sebagian uangnya ditabung. Dengan begitu, Sugundo dapat membeli sepeda motor setelah menabung dua tahun lamanya.6. Hubungan Makna konklusiHubungan makna konklusi (kesimpulan) ditandai oleh penggunaan kata-kata seperti jadi, akhirnya. Contoh:Ada sedikit ketenangan karena Pambudi ternyata luhur budinya. Walaupun adiknya nakal dan dia sangat marah, cintanya terhadap saudaranya tidak hilang. Jadi, seandainya ada kejadian yang tidak menyenangkan, Pambudi pasti memikirkanya.7. Hubungan Makna Kata TempoHubungan makna tempo (waktu) ditandai oleh penggunaan kata-kata seperti setelah itu, kemudian. Contoh:Ratni menangis terisak-isak. Air matanya mengalir di pipinya. Dia segera melipati pakaian yang perlu dibawa untuk diganti. Setelah itu, Ratni lalu beristirahat walau kenyataanya tidak tidur sepanjang malam.8. Hubungan makna intensitasHubungan makna intensitas (penyangatan) ditandai oleh penggunaan kata-kata bahkan, malahan (justru), terlebih. Contoh:Kadarwati memang sedang sakit. Dia enggan duduk-duduk karena badanya terasa lemas. Oleh karena itu, sudah beberapa hari dia tidak tampak berjalan-jalan. Justru, sudah tiga hari ini Kadarwati tidak dapat bangun.9. Hubungan makna komparasiHubungan makna komparasi (perbandingan) ditandai oleh penggunaan kata-kata seperti dari pada. Contoh:Hubungan Lestari dengan Pujana tidak disetujui orang tuanya. Setiap Pujana akan bertemu Lestari pasti dihadang-hadangi orang tuanya Lestari. Dari pada begitu, Lestari nekat datang ke rumah Pujana untuk melepaskan rindunya kepada Pujana.10. Hubungan makna similaritasHubungan makna similaritas (kemiripan/kesamaan) ditandai oleh penggunaan kata-kata seperti serupa dengan sepertinya. Contoh:Wardana sedang sedih karena istrinya meninggal dunia. Setelah itu, anaknya sakit. Belum ada seratus hari, ibunya juga dipangil Yang Maha Kuasa. Ayah Wardana jatuh terpeleset ketika hari meninggalnya ibunya. Serupa dengan, perahu terapung yang sedang digoyangkan keadaan oleh nasibnya Wardana.11. Hubungan makna validitasHubungan makna validitas (pengesahan) ditandai oleh penggunaan kata-kata seperti benar, sesungguhnya, sebenarnya. Contoh:Darwati sering bertemu dengan Sulistiya. Kadang ia tampak menyandari Sulistiya. Jika sedang berbicara keduanya saling mengasihi dan tampak rukun. Sebenarnya, Darwati tertarik dengan pria tampan itu.b. Koherensi tidak BerpenandaContoh:Danarsih sudah menjadi isteri Sudirman. Sudirman lebih tentram hatinya. Sudirman sering tidak pulang. Danarsih menjadi susah. Badannya menjadi kurus. Danarsih menjadi sakit.1 dan 2 kausalitas (oleh karena itu)2 dan 3 kontras (akan tetapi)3 dan 4 intensitas atau penyangangatan (bahkan)4 dan 5 kausalitas (oleh karena)5 dan 6 adisi (dan)6 dan 7 tempo (akhirnya)

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanKoherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya. Koherensi berpenanda meliputi hubungan makna adisi, hubungan makna kontras, hubungan makna kausalitas, hubungan makna kondisi, hubungan makna instrument, hubungan makna konklusi, hubungan makna kata tempo, hubungan makna intensitas, hubungan makna komparasi, hubungan makna similaritas, hubungan makna validitas.

B. SaranSemoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah pengetahuan tentang koherensi.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul dan Abdul Rani. 2000. Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.Mulyana, 2005.Kajian Wacana. Yogyakarta : Tiara WacanaRani, Abdul, dkk. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian.Malang: Bayumedia Publishing.Sobur, Alex. 2003. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing.Bandung: Rosda Karya.Sumarlam. 2003. Analisis Wacana. Surakarta : Pustaka Cakra.

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah ...Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari banyak pihak sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang KOHERENSI, yang disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Al Washliyah Medan. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masayang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Medan,April 2015Hormat saya,

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB IPENDAHULUAN1A. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah1C.Tujuan dan Manfaat1BAB IIPEMBAHASAN2A.Pengertian Koherensi2B.Unsur-unsur Koherensi2C.Jenis-Jenis Koherensi5BAB IIIPENUTUP9A.Kesimpulan9B.Saran9DAFTAR PUSTAKA10

ii

MAKALAH KOHERENSI

DISUSUN OLEH :SALIMUDINNIM : 1304010075

PROGRAM STUDI MANAJEMENFAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS AL-WASHLIYAH MEDAN2015

12