Upload
hilda-ayu-setyawati
View
505
Download
49
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PPT
Citation preview
Deep over bite
Oleh Kelompok 3
Tutor : drg. I Wayan Arya
Dokter…. Kalau makan kadang sakitPasien perempuan usia 14 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan kalau menggigit gigi bawahnya hampir tidak kelihatan dan saat makan kadang-kadang sakit pada langit-langit bagian depan. Hasil pemeriksaan intraoral didapat bekas gigitan pada langit-langit dibelakang gigi anterior rahang atas, kontak gigi molar pertama rahang atas-bawah netroklusi, lengkung rahang normal, tidak ada kelainan posisi gigi geligi dan gigitan vertikal anterior melebihi batas normal. Dokter gigi melakukan diagnosis dengan metode Thomson Brodie dengan hasil : Wax bite bagian posterior masih tebal, sedang overbitenya sudah normal. Dokter berencana membuatkan alat untuk pasien tersebut.
Deep Over bite
Anterior Bite Plane
Rencana Perawatan
Faktor yang diperhatikan
Persiapan Perawatan
Definisi
Etiologi
Manifestasi KlinisPemeriksaan
Klinis & Penunjang
Epidemiologi
Definisi
Indikasi
Kontra Indikasi
Sasaran Belajar
1. Menjelaskan definisi deep over bite2. Menjelaskan Etiologi deep over bite3. Menjelaskan Klasifikasi deep over bite4. Menjelaskan Manifestasi Klinis deep over bite5. Menjelaskan Epidemiologi deep over bite6. Menjelaskan Pemeriksaan Klinis & Penunjang deep over
bite7. Menjelaskan Rencana Perawatan deep over bite8. Menjelaskan Faktor Pertimbangan deep over bite9. Menjelaskan Persiapan Perawatan deep over bite
10. Menjelaskan Definisi bite plane11. Menjelaskan Klasifikasi bite plane12. Menjelaskan Menjelaskan definisi anterior bite plane13. Menjelaskan Indikasi anterior bite plane14. Menjelaskan Kontra Indikasi anterior bite plane15. Menjelaskan Komponen & Desain alat orthodontics anterior
bite plane16. Menjelaskan Cara kerja alat anterior bite plane17. Menjelaskan Tahap membuat plat anterior bite plane18. Menjelaskan Instruksi pemakaian19. Menjelaskan tahapan Thompson-Brodie
Definisi deep overbite
Menurut Grober, deep overbite merupakan kondisi berlebihnya overbite dimana ukuran vertikal dari insisif RA & RB lebih dari normal ketika mandibula berada pada oklusi sentrik.
(Sreedhar and Baratam, 2009)
Etiologi 1. Herediter2. Dental
a. Supra oklusi gigi-gigi anteriorb. Infra oklusi gigi-gigi posteriorc. Kombinasi a dan bd. Inklinasi lingual gigi P dan M
3. SkeletalPenurunan tinggi wajah berkurang, sudut mandibula kecil, gigi insisivus cenderung erupsi melebihi batas normal (ekstrusi)
4. Bad habit (menghisap jari, bibir dan atau pipi)5. Fungsional : bentuk/kebiasaan bibir abnormal menghalangi
gigi membentuk relasi normal sehingga erupsi melebihi batas normal
(Sreedhar and Baratam, 2009; Nasution, 2001; Naibaho, 2002)
Klasifikasi deep overbite
1. Berdasarkan asalnyaa. Dental deep bites (simple)b. Skeletal deep bites (complex)
2. Berdasarkan luasnyaa. Incomplete deep biteb. Complete deep bite
3. Berdasarkan pertumbuhan gigia. Primary dentition deep biteb. Mixed dentition deep bitec. Permanent dentition deep bite
(Sreedhar and Baratam, 2009)
Manifestasi KlinisMK ekstraoral :‒ Wajah anterior secara keseluruhan kelihatan lebih pendek‒ Sudut gonial secara radiograf kecil
MK intraoral :- Lengkung gigi maksila yang luas dan sering terdapat cross-bite buccal RA- Dapat terjadi pada beberapa gigi atau seluruh gigi- Pada kasus skeletal deep bite, pasien memiliki gummy smile - Curve of spee yang dalam pada lengkung RB- Fungsi oklusal menjadi tergangu- Pada maloklusi angle kelas II divisi 2, biasanya insisiv RA tipping kearah
lingual- Free way space lebih besar
(Sreedhar and Baratam, 2009; Naibaho, 2002)
Epidemiologi
Diagnosis
1. Pemeriksaan Klinisa. Ekstraoralb. Intraoral; mengamati relasi RA dan RB serta
menghitung over jet & over bite dengan menggunakan sliding calipers.
2. Pemeriksaan Laboratorisc. Study modeld. Rontgen foto
3. Pemeriksaan percobaan dengan metode thompson-brodie
(Sulandjari, 2008)
Treatment Planning
A. Treatment planning pada gigi primerPada gigi primer penggunaan alat orto
ditunda sampai periode gigi bercampur. Indikasi dilakukan perawatan apabila terjadi komplikasi akibat deep bite seperti sakit kepala dan traumatik pada mukosa palatal.
(Sreedhar and Baratam, 2009)
B. Treatmen planning pada gigi bercampurDengan menggunakan alat functional
jaw orthopedic : sebagai petunjuk erupsi pada gigi permanen molar RA. Pada kasus deep bite dengan gummy smile dapat diberikan high pull head gear.
(Sreedhar and Baratam, 2009)
C. Treatmen planning untuk gigi permanen muda• Penggunaan alat bite plane RA untuk membantu
erupsi gigi molar dikombinasikan dengan archwire (busur labial) untuk mengekstrusikan gigi insisiv
• Pada kasus skeletal deep bite ringan, dapat diatasi dengan alat braket
• Pada kasus sedang, dapat digunakan bite plane dengan kombinasi alat braket
• Pada kasus berat, dilakukan orhognatic surgery.
(Sreedhar and Baratam, 2009)
Faktor Pertimbangan Perawatan
Dilakukan untuk memilih perawatan yang tepat pada kasus deep over bite dengan menggunakan metode Thompson-Brodie.
Metode thomson brodieMetode Thomson-Brodie Pasien dengan kepala tegak diatas kursi, sehingga dataran Frankfurt pada pasien sejajar dengan lantai. Kemudian tentukan titik-titik :•Nasion (N)titik pada tengah-tengah sutura frontonasalis yang terdapat pada pangkal hidung dan merupakan titik potong antara bidang sagital dengan suturafrontonasalis. •Spina nasalis anterior (SNA)titik yang paling anterior dari spina nasalisanterior pada bidang sagital.•Gnation (Gn)titik yang paling bawah dari kontur dagu pada bidang sagital.
(Naeem, & Asad, 2008)
Metode thomson brodieDengan sliding caliper, diukur jarak antara titik N – titik
SNA. Jarak ini besarnya (N-SNA) = 43% dari jarak titik N- Gn. Waktu mengukur jarak-jarak ini, rahang dalam keadaan rest position. Jarak dari titik N – titik Gn disebut total facial height atau tinggi muka total sebesar 100%
Sesudah mendapatkan jarak diatas, maka pada mulut pasien letakkan dua potong wax yang telah dilunakkan, diatas permukaan gigi belakang bawah kanan dan kiri. Pasien diminta menggigit wax dengan posisi centric relation sampai jarak N ke Gn mencapai 100%. Lalu amati secara langsung atau tidak langsung (pada model gigi) ketebalan wax dibagian posterior dan overbite. Terdapat 3 kemungkinan hasil gigitan wax, yaitu : (Naeem, & Asad, 2008)
Metode thomson brodie-Wax bite bagian posterior hampir habis tergigit, dan overbite masih berlebihan, maka deep overbite disebabkan karena adanya supraoklusi dari gigi anterior-Wax bite dibagian posterior masih tebal, sedang overbitenya sudah normal, maka deep overbite itu disebabkan infraoklusi dari gigi-gigi posterior-Wax bite dibagian posterior masih tebal, sedang overbitenya masih juga berlebihan,makadeep overbite itu disebabkan oleh supraoklusi dari gigi-gigi anterior daninfraoklusi dari gigi-gigi posterior.
(Naeem, & Asad, 2008)
Anterior Bite Plane
Definisi
Plat dengan dataran gigitan diregio anterior berfungsi untuk mencegah kontak oklusal gigi posterior sehingga gigi-gigi tersebut dapat elongasi, dan dapat mengintrusi gigi-gigi anterior bawah (Ardhana, 2011).
Indikasi & Kontraindikasi pemakaian anterior bite plane
Indikasi :• Untuk merawat maloklusi angle klas I disertai dgn
deep overbite• Untuk merawat maloklusi angle klas II disertai dgn
deep overbite• Dengan dilengkapi busur labial dapat dipakai untuk
meretrusi gigi-gigi anterior RA yg prostrusif.
Kontraindikasi :
• Gigi anterior crossbite
(Ardhana, 2011)
Komponen anterior bite plane
1. Bagian aktif : Flat biteplane anterior2. Bagian retentive
a. Klamer adam pada gigi m1 atas kiri & kanan
b. Busur labial pada gigi anterior3. Anchorage : tidak diperlukan karena tidak
ada pergerakan gigi dengan spring / screw4. Baseplate
(Luther and Zararna, 2013;)
Desain
Mekanisme kerja anterior bite plane
• Mekanisme dimulai dari gigi insisivus bawah yang menyentuh plat, sehingga perkembangan vertikal insisivus rahang bawah terhambat.
• Gigi-gigi posterior atas dan bawah yang tidak kontak akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan vertikal atau ekstrusi dari gigi-gigi posterior untuk mencapai oklusi.
(Nasution, 2001)
Tahap pembuatan anterior bite plane
1. Mencetak RA dan RB, diisi dengan stone gips2. Membuat gigitan sentrik dengan wax3. Model kerja ditanam pada artikulator atau
okludator4. Model kerja diberi tanda dengan pensil untuk
menentukan daerah perluasan plat5. Membuat klamer adams pd M1 kanan dan
kiri, dan busur labial pd gigi anterior RA
(Ardhana, 2011)
6. Pembuatan model malam di regio anterior disebelah palatinal gigi-gigi anterior
7. Buat penebalan malam membentuk dataran gigitan sejajar bidang oklusal atau tegak lurus inklinasi gigi insisivus bawah
8. Setelah model wax baik, lali dioklusikan, gigi insisivus bawah berkontak dengan peninggi gigitan tepat dipertengahan ante-posterior dataran dan pada gigi posterior terdapat jarak interoklusi 2-4mm
(Ardhana, 2011)
9. Model malam ditanam dalam cuvet, dicor dengan air panas, diisi adonan akrilik
10. Setelah dipoles, alat dicobakan pada pasien11. Pasien disuruh menggigit sentrik, diperiksa
kembali jarak interoklusal gigi-gigi posterior tidak boleh kurang dari 2mm atau lebih dari 4mm
(Ardhana, 2011)
Instruksi
1. Pasien disuruh memasang & melepas alat orto lepasan didepan cermin.
2. Pasien harus diinstruksikan untuk memakai alat orto selama 24 jam dan hanya dilepas ketika menyikat gigi
3. Instruksikan untuk menjaga oral higiene4. Instruksikan untuk berhati-hati dalam membersihkan alat orto
lepasan. Jangan sampai membuat komponen alat orto bengkok.5. Apabila pasien merasa sakit atau alat orto lepasan mengalami
kerusakan. Pasien diberitahukan untuk segera datang ke klinik dokter gigi.
6. Pasien diberitahukan untuk tidak melepas alat orto terlalu lama karena dikhawatirkan alat orto dapat rusak.
(Singh, 2007)
Prognosis
Baik, jika keadaan tulang periodontal baik dan tanpa peradangan, serta pasien kooperatif untuk melakukan pembersihan gigi dan perawatan.
(Youvela, 2009)
References Luther, F., and Zararna, NM. 2013. Orthodontics Retainer and Removable
Appliances. Wiley-Blackwell : Hongkong.Singh, G. 2007. Textbook of Orthodontics. 2nd edition. Jaypee Brothers
Medical Publisher Ltd : New Delhi. Sreedhar, C., and Baratam S. Deep Overbite-A Review. Annals and
Essences of Dentistry. 2009:1(1); p. 8-25Naibaho, EM. 2002. Perawatan Deep Bite dengan menggunakan aktivator.
FKG USU : Medan, Indonesia.Youvela, Krisnawati. Penatalaksanaan Kasus Protrusi Gigi Anterior Rahang
Atas dengan kelainan periodontal pada pasien dewasa. Ind. Journal of Dentistry. 2009
Nasution, Siti Rofiah. Deep Overbite dan Cara Penanggulangannya. 2001. USU. Hal.13
Ardhana, Wayan. 2011. Materi Kuliah Ortodonsia I : Alat Ortoddonti Lepasan. FKG USU : Medan, Indonesia.
Naeem, Saqib., Asad, Saad.. Prevalence of Deep overbite In Orthodontic Patients, Pakistan Oral & Dental Journal . 2008,Vol.28 (2)
Sulandjari, H. 2008. Buku Ajar Ortodonsia I KGO I. FKG USU : Medan, Indonesia