Definisi Interest Groups (Protected).doc

  • Upload
    nomaini

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kelompok Sosial

Citation preview

KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP)

KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP)

Tujuan Instruksional

a. Menjelaskan P.Interest Groupb. Menguraikan Latar Belakangc. Menyebutkan Klasifikasi I.G d. Menyebutkan Fungsi I.GPokok Bahasan

Kelompok Kepentingan (Interest Group)

I. Bahan Bacaan

a. Kantaprawira Rusadi Dr, 2004, Sistem Politik Indonesia, suatu model pengantar, Sinar Baru Algensindo, Bandung.

b. Sukarna, Drs, 1992, Sistem Politik Indonesia, CV. Mandar Maju, Bandung

c. Masoed Mohtar dan Andrew Mac Colin, 2000, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

d. Eston David, 1988, Alih bahasa Simamora Sahat, Drs, Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik, PT. Bina Aksara, Jakarta.

e. Badudu, Zain, 1994, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Sinar Harapan, Jakarta

f. Budiardjo Miriam, Prof, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

II. Pertanyaan Kunci

a. Menjelaskan P.Interest Groupb. Menguraikan Latar Belakangc. Menyebutkan Klasifikasi I.G d. Menyebutkan Fungsi I.GIII.Tugas

A. Pengertian

Kelompok kepentingan (Interest Group) adalah setiap organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah, tampa berkehendak memperoleh jabatan publik. Kecuali dalam keadaan luar biasa, kelompok kepentingan tidak berusaha menguasai pengelolaan pemerintahan secara langsung. Sekalipun mungkin pemimpin-pemimpin atau anggotanya memenangkan kedudukan-kedudukan politik berdasarkan pemilihan umum, kelompok kepentingan itu sendiri tidak dipandang sebagai organisasi yang menguasai pemerintahan.

B. Latar Belakang

Setiap individu maupun masyarakat memiliki kepentingan yang harus diraih dan dipertahankan bagi kelangsungan kehidupannya, baik dalam keluarga, masyarakat, Negara maupun dengan Negara lain. Dalam rangka meraih dan mempertahankan kepentingannya ini, tentu saja memerlukan kerja keras, perjuangan yang semuanya bersentuhan dengan individu atau masyarakat, maupun yang lebih luas yaitu Negara dan pihak Internasional.Untuk itu semua, memerlukan kekuatan dan dukungan dari semua pihak.sehingga memperoleh tanggapan yang serius dari masyarakat atau pihak tertentu yang menjadi tujuan dari kepentingan. Bentuk kekuatan yang memilki daya dukung adalah kekuatan yang didalamnya berisi dua atau lebih orang yang bekerjasama, untuk mencapai tujuan bersama. Bentuk kekuatan itu disebut juga dengan Organisasi. Organisasi yang berdiri dan mengatasnamakan dirinya sebagai organisasi kepentingan adalah Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi kemasyarakatan (Ormas) dan organisasi social lainnya. Hal lain yang melatarbelakangi lahirnya kelompok kepentingan ini adalah adanya dominasi individu, masyarakat, Negara dan Negara lain yang memiliki kekuatan yang besar terhadap individu, masyarakat, Negara dan Negara lain lemah (terbelakang, baru dan berkembang) yang dapat membahayakan kelangsungan kehidupannya dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C. Bentuk Artikulasi Kepentingan

Bentuk artikulasi kepentingan yang paling umum disemua system politik adalah pengajuan permohonan secara individual kepada anggota dewan kota, parelemen, pejabat pemerintahan atau dalam masyarakat tradisional kepada kepala desa atau ketua suku.

D. Jenis-jenis kelompok Kepentingan

Kelompok-kelompok kepentingan berbeda-beda antara lain dalam hal struktur, gaya, sumber pembiayaan dan basis dukungannya. Perbedaan ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan politik, ekonomi, dan social suatu bangsa. Walaupun kelompok-kelompok kepentingan juga diorganisir berdasarkan keanggotaan, kesukuan, ras, etnis, agama ataupun berdasarkan issue-issue kebijkasanaan, kelompok kepentingan yang paling kuat, paling besar, dan secara financial paling mampu adalah kelompok yang sehari-hari dan karier seoranglah yang paling cepat dan paling langsung dipengaruhi oleh kebijaksanaan atau tindakan pemerintah. Karena itu sebagian besar negara memiliki serikat buruh, himpunan pengusaha, kelompok petani, dan persatuan-persatuan dokter, advokat, insinyur dan guru.

Jenis-jenis kelompok kepentingan ini menurut Gabriel a. Almond adalah meliputi :

1. Kelompok anomicAdalah kelompok yang terbentuk diantara usnur-unsur dalam masyarakat secara spontan dan hanya seketika, dank arena tidak memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur, maka kelompok ini sering tumpang tindih (overlap) dengan bentuk-bentuk partisipasi politik non konvensional, seperti, demontrasi, kerusuhan, tindak kekerasan politik dll.

2. Kelompok Non AssosiasionalAdalah kelompok yang termasuk kategori kelompok masyarakat awam (belum maju) dan tidak terorganisir raoi dan kegiatanya bersifat temporer (kadangkala). Wujud kelompok ini antara lain adalah kelompok keluarga, keturunan, etnik, regional yang menyatakan kepentingan secara kadangkala melalui individu-individu, klik-klik, kepala keluarga dan atau pemimpin agama.

3. Kelompok Institusional Adalah kelompok formal yang memiliki struktur, visi, misi, tugas, fungsi serta sebagai artikulasi kepentingan.

Contohnya, Partai politik, korporasi bisnis, Badan Legislatif, Militer, Birokrasi, dan lain-lain.

4. Kelompok Assosiasional

Adalah kelompok yang terbentuk dari masyarakat dengan fungsi untuk mengartikulasi kepentingan anggotanya kepada pemerintah atau perusahaan pemilik modal.

Contoh lembaga ini adalah Serikat Buruh, KADIN, Paguyuban, MUI, NU, Muhammadiyah, KWI dan lain-lain.

E. Saluran Artikulasi Kepentingan

Saluran untuk menyatakan pendapat dalam masyarakat berpengaruh besar dalam menentukan luasnya dan efektifnya tuntutan kelompok kepentingan. Saluran-saluran paling penting adalah sebagai berikut :

1. Demonstrasi dan tindakan kekerasan.

Demonstrasi dan tindakan kekerasan ini merupakan salah satu sarana untuk menyatakan tuntutan/kepentingan. Sarana ini banyak dipergunakan oleh kelompok anomik.

2. Hubungan Pribadi

Adalah salah satu sarana penyampaian kepentingan melalui media keluarga, sekolah, hubungan kedaerahan sebagai perantara kepada elit politik.

3. Perwakilan Langsung

Sarana artikulasi dan agregasi kepentingan yang bersifat resmi, seperti, legislative, eksekutif dan yudikatif serta lembaga resmi lainnya.

4. Saluran Formal dan Institusional lain

Sarana artikulasi yang meliputi antara lain media massa cetak, elektronik, televisi (formal) dan partai politik (Institusional) lainnya.

F. Efektivitas Kelompok Kepentingan

Faktor penting dalam meciptakan efektivitas kelompok kepentingan adalah kemampuan untuk mengerahkan dukungan (support), tenaga dan sumber daya anggotanya.G. Tujuan Interest Group (Kelompok Kepentingan)

Tujuan yang didirikannya lembaga Interest Group ini adalah :

a. Untuk melindungi kepentingannya dari adanya dominasi dan penyelewengan oleh pemerintah atau Negara.

b. Untuk menjadi wadah bagi pemberdayaan masyarakat dalam kehidupannya

c. Untuk menjadi wadah pengawasan dan pengamatan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah dan Negara

d. Untuk menjadi wadah kajian dan analisis bagi aspek-aspek pembangunan nasional dalam semua bidang kehidupan.

H. Sifat Interest Group (Kelompok Kepentingan)

Sifat lembaga ini antara lain adalah sebagai berikut :

a. Independen.

Artinya bahwa dalam menjalankan visi, misi, tujuan, program, sasaran dan lain-lainnya dilakuakan secara bebas dengan tampa ada intervensi pihak lain.

b. Netral

Artinya bahwa dalam menjalankan existensinya, tidak tergantung pada pihal lain.

c. Kritis

Artinya bahwa dalam menjalankan existensinya dilakukan dengan berdasarkan pada data, fakta dan analisis yang mendalam yang dilakukan dengan metode teknik analisis yang sahih.

d. Mandiri

Artinya bahwa dalam menjalankan existensinya dilakukan dengan konsep dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri yang ditujukan bagi kesejahtraan masyarakat luas.

1.Klasifikasi Kelompok Kepentingan (Interest Group).

Menurut realitas social yang ada di Indonesia, Interest Group dapat diklasifikasi menurut Organisasi Kemasyarakatan yang ditinjau dari aspek agama, sosial budaya, kemasyarakatan, kepemudaan, profesi, kewanitaan, dan Kependidikan.

1. Organisasi Kemasyarakatan

Adalah organisasi yang anggotanya meliputi anggota masyarakat yang memiliki ideology, garis perjuangan (platform) serta komitmen yang sama dalam mencapi tujuan yang sama pula.

Jenis Organisasi ini adalah antara lain :

a. MKGR ( Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong)b. KOSGORO

c. SOKSI, dan lain-lain

2. Organisasi kemasyarakatan berdasarkan agama

Organisasi ini adalah didirikan untuk mengartikulasi kepentingan masyarakat /komunitas agama terhadap masyarakat, bangsa dan Negara yang dapat yang berkaitan dengan perlindungan dan kesejahtraannya. Contoh organisasi ini adalah antara lain adalah : a. Nahdatul Ulama ( NU)

b. Muhammadiyah

c. Parmusi

d. KWI

e. Parisade Hindu dharma

3. Organisasi kemasyarakatan berdasarkan Kepemudaan

Organisasi ini adalah didirikan untuk mengartikulasi kepentingan masyarakat /komunitas agama terhadap masyarakat, bangsa dan Negara yang dapat yang berkaitan dengan perlindungan dan kesejahtraannya. Contoh organisasi ini adalah antara lain adalah :

a. KNPI (Komite Pemuda Nasional Indonesia)

b. PII (Pelajar Islam Indonesia)

c. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia)

4. Organisasi berdasarkan Sosial kedaerahan

Organisasi ini adalah didirikan untuk mengartikulasi kepentingan masyarakat /komunitas social kedaerahan guna membangun kebersamaan dan perlindungan serta kesejahtraannya. Contoh organisasi ini adalah antara lain adalah :

a. Paguyuban Masyarakat asal Bima b. Paguyuban masyarakat asal wonosobo, dll.

5. Organisasi berdasarkan Profesi

Organisasi ini adalah didirikan untuk mengartikulasi kepentingan masyarakat /komunitas sesame profesi guna membangun kebersamaan dan perlindungan serta kesejahtraannya. Contoh organisasi ini adalah antara lain adalah :

a. Aliansi Jurnalistik Indonesia ( AJI)

b. PERHUMAS

c. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)

d. Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI)

e. Forum Rektor Indonesia (FRI), dll.

KASUS KELOMPOK KEPENTINGAN :

Muhammadiyah Tak Tertarik Gemerlap Politik, Kenapa?

TANGGAL 3-8 Juli mendatang, Muhammadiyah menggelar Muktamar ke-45 di Kota Malang, tepatnya di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kegiatan akbar organisasi sosial kemasyarakatan Islam yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini mencatat momentum penting di tengah pergumulan kehidupan keormasan dan kepartaian yang banyak dihadapkan perpecahan.

Adalah Prof Dr Ahmad Syafi'i Ma'arif MA, Ketua Umum PP Muhammadiyah saat ini mengingatkan agar Muhammadiyah tak sampai meniru pola berorganisasi partai politik (parpol) dan ormas lain yang dirundung perpecahan internal setelah mereka menggelar muktamar, munas, atau kongres. "Muktamar Muhammadiyah jangan sampai seperti itu," kata Buya, panggilan akrab Syafi'i Ma'arif, ketika membuka soft launching muktamar ke-45 organisasi ini di Kota Surabaya beberapa waktu lalu.

Kepemimpinan puncak Muhammadiyah lima tahun ke depan hendaknya tak menjadikan organisasi sosial Islam yang memiliki anggota sekitar 30 juta ini, sebagai tangga politik merebut jabatan politik di legislatif, pemerintahan, ataupun institusi publik lainnya. Ketua Umum PP Muhammadiyah mendatang mesti istikamah memegang khitah organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta tahun 1912 tersebut untuk berkhidmat di bidang sosial keagamaan dan sosial kultural.

Muhammadiyah merupakan gerakan tajdid dan pencerahan teologi Islam umat Muhammad SAW di Indonesia dari pengaruh sinkretisme (pencampuradukan ajaran Islam dengan nilai-nilai budaya lokal non-Islami) dalam ritual keagamaan umat. Gerakan Muhammadiyah di Indonesia dilandasi semangat gerakan purifikasi Islam di Timur Tengah yang dipelopori Muhammad Bin Abdul Wahab, Muhammad Abduh, Djamaluddin Al Afghani, Rasyid Ridha, dan lain-lainnya.

Oleh sebab itu, hakikat gerakan Muhammadiyah sangat jauh dengan gerakan politik, apalagi mencoba mengubah Muhammadiyah sebagai kekuatan politik seperti yang pernah dilakukan NU sejak tahun 1952 (setelah keluar dari Masyumi) sampai tahun 1972 (ketika dipaksa berfusi ke PPP akibat kebijakan fusi partai oleh rezim Orba Soeharto).

Peneguhan Muhammadiyah di jalur kultural sesuai dengan khitahnya sangat penting dalam konteks sekarang, sebab sistem multipartai yang diterapkan dalam sistem perpolitikan nasional pascatumbangnya rezim Orde Baru, belum menunjukkan perkembangan signifikan dalam perspektif pendewasaan politik rakyat. Partai-partai lebih banyak dirundung konflik internal dan pembelahan kekuatan internal setelah mereka menggelar munas, kongres, muktamar, dan lain sebagainya.

Warna potret politik nasional yang cenderung muram tentunya tak menarik minat aktivis dan tokoh gerakan Islam seperti Muhammadiyah dan NU. Seperti dikatakan kiai berpengaruh di NU, KH Mustofa Bisri, praktik politik Indonesia masih brengsek, tak jarang antarpolitikus mengerjai koleganya sendiri dengan cara-cara sangat menyakitkan dan tak mengindahkan etika. "Karena itu saya ingatkan agar politikus bertobat," kata Gus Mus, ulama-budayawan saat menyampaikan mauizah hasanah dalam kegiatan Munas Alim Ulama dan Mukernas PKB ulama pimpinan Alwi Shihab-Saifullah Yusuf di Surabaya.

Pola perpolitikan Indonesia yang masih banyak diwarnai dengan praktik menghalalkan segala cara makin menjauhkan minat Muhammadiyah bergerak di tataran ini. Gerakan politik praktis dinilai bisa mendegradasi teologi dan landasan dasar gerakan Muhammadiyah sebagai persyarikatan tadjid demi pencerahan kehidupan beragama (Islam) di Indonesia.

Sebenarnya Muhammadiyah pernah terlibat langsung dalam aktivitas politik praktis setelah negara ini baru saja diproklamasikan 17 Agustus 1945. Bersama dengan NU, PSII, Perti, Persis Bandung, Persatuan Ulama Seluruh Aceh (Pusa), Al Irsyad, Al Washliyah, Nahdatul Wathan, dan ormas Islam lainnya, Muhammadiyah adalah pendiri dan jadi "anggota istimewa" Partai Masyumi. Partai Islam ini didirikan di Yogyakarta pada 7 November 1945 sebagai respons kekuatan Islam politik terhadap imbauan pemerintah melalui maklumat 3 November 1945. Imbauan yang ditandatangani Wapres M Hatta itu berisi ajakan pemerintah kepada semua kekuatan bangsa untuk membentuk partai politik.

Enam PergantianApalagi pada kepemimpinan DPP Masyumi pertama, dari 24 tokoh yang duduk di puncak struktur kepemimpinan partai ini, sebanyak 11 tokoh di antaranya berasal dari Muhammadiyah. Siapa saja mereka? Dr Sukiman Wirjosandjojo, Wali Alfatah, KH Faqih Usman, Prawoto Mangkusasmito, RA Kasmat, HM Farid Ma'ruf, Junus Anies, Muhammad Roem, M Mawardi, R Prawirojuwono, dan HA Hamid.

Sejak Masyumi berdiri tahun 1945 hingga dibubarkan Presiden Soekarno tahun 1960, akibat kebijakan partai ini yang tak mau mengikuti gendang irama politik Soekarno yang mengakomodasi kekuatan komunis (PKI), Masyumi mengalami enam kali pergantian kepemimpinan nasional, yakni tahun 1949, 1951, 1952, 1954, 1956,

dan 1959. Dalam enam kali pergantian kepemimpinan Masyumi tersebut, tokoh-tokoh Muhammadiyah menempati banyak posisi penting di partai yang merebut tempat kedua Pemilu 1955 tersebut.

Kiprah politik Muhammadiyah di Masyumi berakhir sejalan dengan dibubarkannya partai ini oleh Presiden Soekarno tahun 1960. Pada awal berdirinya rezim Orde Baru, ada spirit dari beberapa tokoh Muhammadiyah untuk memimpin Parmusi. M Roem dan Lukman Harun pernah terpilih sebagai ketua umum dan sekjen Parmusi ketika partai ini dilahirkan dalam kongres di Malang. Tapi, rezim represif-militer Soeharto tak mengizinkan mantan petinggi Masyumi dan tokoh muda Muhammadiyah itu memimpin Parmusi. Akhirnya, Parmusi jatuh ke pelukan tokoh-tokoh yang bisa dikendalikan rezim Orba Soeharto.

Kendati PPP adalah sintesa antarpartai Islam yang melibatkan beberapa tokoh Muhammadiyah aktif di dalamnya, tapi kenyataan menunjukkan bahwa Muhammadiyah secara organisatoris tak pernah terikat atau mengikatkan diri ke dalam PPP. Itu berbeda dengan Partai NU yang meleburkan diri ke PPP sebelum ormas Islam ini menyapih PPP melalui Muktamar ke-27 di Pondok Salafiyah Syafi'iyah di Situbondo tahun 1984.

Di tubuh PPP memang ada unsur Parmusi yang secara teologis dekat dengan Muhammadiyah, dan banyak pula tokoh Muhammadiyah yang terlibat aktif di PPP seperti Djarnawi Hadikusumo, namun kenyataan tersebut tak bisa disimpulkan bahwa Muhammadiyah terlibat di PPP secara institusional. (Ainur Rohim-46h)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMBDrs. A. Rachman MMSISTEM POLITIK INDONESIA