11
Degenerasi TMJ 1. Etiologi : 1. Faktor Umum a. Usia Semakin bertambahnya usia maka fungsi organ tubuh juga menurun. Semakin tua usia manusia, maka semakin rentan terkena penyakit degeneratif rongga mulut. Perubahan- perubahan yang dapat terlihat pada seseoarang yang mengalami penyakit degeneratif rongga mulut yang sudah lanjut usia diantaranya : - Lapisan epitel yang menutupi mukosa miulut cenderung mengalami penipisan - Berkurangnya keratinasi - Berkurangnya pembuluh darah kapiler dan suplai darah serta serabut kolagen yang terdapat pada lamina propria akan mengalami penenbalan. b. Jenis Kelamin Pada pria dan wanita memiliki kerentanan yang berbeda dalam terkenanya penyakit degeneratif rongga mulut. Pria mempunyai resiko lebih tinggi daripada wanita, namun wanita akan beresiko lebih tinggi daripada pria pada saat mencapai usia menoupose. c. Hormon - Hormon Estrogen

Degenerasi TMJ

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dmf 2 degenerasi

Citation preview

Page 1: Degenerasi TMJ

Degenerasi TMJ

1. Etiologi :

1. Faktor Umum

a. Usia

Semakin bertambahnya usia maka fungsi organ tubuh juga menurun. Semakin tua

usia manusia, maka semakin rentan terkena penyakit degeneratif rongga mulut.

Perubahan-perubahan yang dapat terlihat pada seseoarang yang mengalami

penyakit degeneratif rongga mulut yang sudah lanjut usia diantaranya :

- Lapisan epitel yang menutupi mukosa miulut cenderung mengalami penipisan

- Berkurangnya keratinasi

- Berkurangnya pembuluh darah kapiler dan suplai darah serta serabut kolagen

yang terdapat pada lamina propria akan mengalami penenbalan.

b. Jenis Kelamin

Pada pria dan wanita memiliki kerentanan yang berbeda dalam terkenanya

penyakit degeneratif rongga mulut. Pria mempunyai resiko lebih tinggi daripada

wanita, namun wanita akan beresiko lebih tinggi daripada pria pada saat mencapai

usia menoupose.

c. Hormon

- Hormon Estrogen

Kekurangan hormon estrogen maka akan meningkatkan kadar PTH

( Parathyroid Hormon ) sehingga dapat meningkatkan terjadinya resorbsi

tulang dan penurunan massa tulang.

- Hormon Testosteron

Pada laki-laki usia lanjut akan mengalami masa andropouse pada kondisi ini

terjadi penurunan produksi hormone testosteron, testosteron berfungsi

menambah kekuatan tulang , ligament, dan otot. Sehingga jika produksi

Page 2: Degenerasi TMJ

testosteron menurun maka resorbsi tulang akan meningkat dan menyebabkan

penurunan masa tulang.

- Hormon Paratiroid (PTH)

Peningkatan hormon paratiroid dapat menyebabkan :

Kalsium dan fosfat yang ada di tulang diabsorbsi memasuki darah

sehingga kadar kalsium berkurang.

Dapat menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas

sehingga memperparah proses resorbsi tulang.

- Hormon Kortisol

Hormon kortisol erat kaitannya dengan hormon estrogen. Hormon kortisol

diproduksi pada saat terjadi stress , hormon kortisol berpengaruh pada

produksi dari hormon estrogen. Jika hormone estrogen menurun menyebabkan

kehilangan kepadatan tulang dan gigi. Selain itu apabila hormone estrogen

menurun akan meningkatkan aktivitas osteoklas sehingga aktivitas osteoblast.

2. Faktor predisposisi

Merupakan faktor yang meningkatkan resiko terjadinya disfungsi

sendi, terdiri dari keadaan sistemik, struktural, dan psikologis.

Penyakit sistemik yang sering menimbulkan gangguan sendi temporomandibula adalah rematik.

Keadaan struktural yang mempengaruhi disfungsi sendi temporomandibula adalah oklusi dan anatomi sendi. Keadaan yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi oklusi adalah: hilangnya gigi-gigi posterior openbite anterior, overbite yang lebih dari 6-7 mm, penyimpangan oklusal pada saat kontak retrusi yang lebih dari 2 mm dan crossbite unilateral pada maksila.

(Kurnikasari, Erna, Perawatan Disfungsi Sendi Temporomandibula Secara Paripurna. FKG Unpad)

Psikologi : Stres emosional Stres emosional dapat menyebabkan peningkatan aktifitas otot pada posisi istirahat

atau bruxism atau keduanya, yang dapat menimbulkan kelelahan yang berakibat pada

spasme otot. Spasme otot yang terjadi nantinya akan menimbulkan kontraktur,

Page 3: Degenerasi TMJ

ketidakseimbangan oklusal dan degeneratif atritis. Stres emosional juga dapat

meningkatkan respon saraf simpatis yang menyebabkan nyeri pada otot mastikasi.

Trauma Pada makro trauma, tekanan yang terjadi secara langsung dapat menyebabkan

perubahan pada bagian discus articularis dan processus condylaris secara langsung.

Trauma besar yang tiba–tiba dapat mengakibatkan perubahan struktural, seperti

pukulan pada wajah atau kecelakaan. Sedangkan pada mikro trauma, posisi discus

articularis dan processus condylaris dapat berubah secara perlahan–lahan.

Kebiasaan buruk :

Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama, seperti bruxism dan

clenching dapat menyebabkan mikrotrauma pada jaringan yang terlibat seperi gigi,

sendi rahang, atau otot. Bruxism adalah mengerat gigi atau grinding terutama pada

malam hari, sedangkan clenching adalah mempertemukan gigi atas dan bawah dengan

keras yang dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari. Pasien yang melakukan

clenching atau grinding pada saat tidur sering melaporkan adanya rasa nyeri pada

sendi rahang dan kelelahan pada otot–otot wajah saat bangun tidur

( KTI : PENGARUH GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA TERHADAP KUALITAS HIDUP (TERKAIT KESEHATAN GIGI DAN MULUT) PADA LANSIA. ANI ISWATIN KHURIL IIN KHASANAH . 2012. Undip)

Page 4: Degenerasi TMJ

2. Mekanisme

Tanda dan Gejala Klinis

Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang dirasakannya telah

berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan Berikut adalah keluhan yang dapat

dijumpai pada pasien OA :

a. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan

dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat

menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski

OA masih tergolong dini ( secara radiologis ). Umumnya bertambah berat dengan semakin

beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan

gerak dapat konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris ( salah satu arah gerakan

saja ) ( Soeroso, 2006 )..

Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi tidak diikuti

dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA

berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).

b. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan

pertambahan rasa nyeri ( Soeroso, 2006 ).

c. Krepitasi

Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai

pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah

atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan

penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu ( Soeroso, 2006 )..

d. Pembesaran sendi ( deformitas )

Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar ( Soeroso, 2006 ).

Gejala dan tanda utama dari gangguan sendi temporomandibula adalah rasa nyeri pada otot

masseter, sendi temporomandibula dan atau otot regio temporalis, keterbatasan membuka

mulut, dan terdapat bunyi klik atau krepitasi pada sendi temporomandibula. (Undip).

Anatomi :

Page 5: Degenerasi TMJ

- Artikulasi tulang dan discus : fossa glenoidalis dan proc. Condylaris

- Discus dan perlekatannya : 3 bagian (pita posterior, zona intermediet yang

tipis, pita anterior)

- Kapsula : mengelilingi sendi, bagian lateral diperkuat ligamen yang berfungsi

membatasi pergerakan proc. Condylaris ke anterior dan posterior. Rongga

sendi berisi jaringan sinovial sebagai pelumas.

- Ligamen : berdekatan dengan meatus auditorius externus dan dengan telingan

bagian tengah dan dalam.

Degenerasi tmj secra khas dimulai dari tengah lalu meluas ke tepi. Perubahan osseus

terlihat dengan pendataran proc.condylaris dan eminentia articularis, penyempitan

rongga sendi, pembentukan tepian tulang pada bagian tepi permukaan sendi, dan

pembentukan zona tulang sklerosis pada permukaan artikular. Discus juga mengalami

gangguan dan menunjukkan pembentukan dan retakan serta fisura dengan

kemungkinan terjadi hialinisasi dan kalsifikasi.

(Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta:

EGC.)

Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago sehingga terjadi

kerusakan struktur proteoglikan kartilago, erosi tulang rawan, dan penurunan cairan

sendi.

Patogenesis :

tulang rawan kondrosit mengalami degenerasi. Kondrosit adalah sel yang

tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen rawan sendi. Kegagalan respon

kondrosit untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan

kerusakan tulang rawan senditulang rawan tipis (matriks dan struktur) retakan

pada sendi tulang rapuh permukaan tulang rawan kasar dan berlubang sendi

tidak bisa bergerak dengan halus semua komponen dalam sendi (tulang, kapsul

sendi, jaringan sinovial, tendon dan tulang rawan) kekakuan sendi.

Peningkatan usia menyebabkan adanya perubahan dan penurunan fungsi

kondrosit yang menimbulkan perubahan pada komposisi tulang rawan sendi yang

mengarah pada perkembangan osteoarthritis karena kondrosit adalah sel yang

tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada tulang rawan sendi. Pada

Page 6: Degenerasi TMJ

penderita osteoarthritis, sintesis proteoglikan dan kolagen meningkat tajam, namun

substansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan yang lebih tinggi, sehingga

pembentukan tulang tidak mengimbangi kebutuhannya.

Patogenesis Osteoatritis

Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Awalnya konsentrasi kolagen

tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan derajat agregasi

proteoglikan menurun. Sifat proteoglikan berperan menghasilkan kekenyalan pada

substansi seperti tulang rawan, sehingga substansi tersebut dapat mengalami

gangguan kompresi dan reekspansi.

Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks. Kondrosit

adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen rawan sendi. Ketika

kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit berespon dengan

meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta berproliferasi. Respon ini dapat

menggantikan jaringan yang rusak, mempertahankan jaringan, atau meningkatkan

volume kartilago. Respon ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.

Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk

menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan tulang rawan

sendidisertai dan diperparah oleh penurunan respon kondrosit. Penyebab penurunan

respon ini diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan

kondrosit dan downregulasi respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.

Perubahan jaringan synovial

cairan synovial akan berkurang mempengaruhi kelancaran pergerakan dari

diskus artikularis

akibat lebih lanjut terjadi krepitasi pada gerak sendi

pada keadaan lebih parah dapat merobek atau merusak diskus artikularis

Perubahan pada ligamentum sendi

pengurangan ketebalan kapsula sendi

pengurangan daya tahan regangan dari serat kolagen yang membentuk

ligamentum TMJ penurunan keleluasaan artikulasi sendi TMJ

Page 7: Degenerasi TMJ

Sintesa kolagen juga akan menurun bila tjd kerusakan ligamentum, proses

reparasi juga melambat

Dampak :

Kesulitan dalam aktivitas fungsional TMJ seperti mengunyah/chew, kesulitan menggigit/bite dan kesulitan pada saat berbicara/speak, bernyanyi dan adanyapembatasan atau penyimpangan mandibula dalam beberapa gerakan atau suaraselama mandibula bekerja.

Pemeriksaan

Range of motion (ROM) dari sendi temporomandibula diukur pada pembukaan maksimal rahang, dengan penggaris, dari tepi bawah gigi incisivus yang terletak tepat ditengah maksila (rahang atas) sampai tepi atas gigi incisivus yang terletak tepat ditengah mandibula (rahang bawah) pada gigi asli atau pada gigi tiruan.8,17,9

Bunyi pada sendi temporomandibula diperiksa dengan stetoskop untuk mendeteksi adanya bunyi klik atau krepitasi. Bunyi tersebut diperiksa saat pembukaan rahang dan penutupan rahang, serta dicatat apakah terdapat satu kali bunyi atau bunyi yang berulang.9 Deviasi didefinisikan sebagai displacemen mandibula dari garis vertikal imajiner saat mandibula membuka kurang lebih setengah dari pembukaan maksimal. Garis vertikal imajiner ini teletak pada midline rahang saat mulut tertutup.24

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau penggambaran kondisi dari kerusakan tersebut.23

Otot yang dipalpasi adalah m. masseter, tendon m. temporalis, m. pterigoideus lateralis, m. pterigoideus medialis, dan m. digastricus pars anterior dengan menggunakan satu jari.17,9

Bagian lateral dari sendi temporomandibula dipalpasi extra oral 5 mm dari meatus acusticus eksternus. Bagian posterior dari sendi temporamandibula dipalpasi dengan jari kelingking di duktus akustikus.17,9

Pergerakan mandibula dilakukan dengan pembukaan rahang maksimal, pergerakan rahang ke samping kanan dan kiri dan pergerakan rahang ke depan. Nyeri yang ada dicatat

Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan pemeriksaan radiologi untuk memeriksa processus condylaris mandibula. Pada gangguan sendi temporomandibula didapat tujuh tipe abnormalitas dari processus condylaris, yaitu pendataran permukaan artikulasi dari processus condylus, sklerosis subkortikal, mikrosit, osteofit, erosi marginal, osikel periartikular, dan tanda lain termasuk deformitas.

Page 8: Degenerasi TMJ

Gambar 4: Pemeriksaan radiologis. Te: os. temporal, Co: processus condylaris. A. processus condylaris yang normal, B. pendataran processus condylaris, C. sklerosis subkortikal, D. osteofit, E. mikrosit, F. erosi marginal, G. osikel periartikal, H. deformitas.

KTI : PENGARUH GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA TERHADAP KUALITAS HIDUP (TERKAIT KESEHATAN GIGI DAN MULUT) PADA LANSIA. ANI ISWATIN KHURIL IIN KHASANAH . 2012. Undip)