19
1.Deklarasi Djuanda 3 desember 1957 2.Deklarasi Bunaken 26 September 1998, yang bertolak ukur pada visi pembangunan dan persatuan nasional diarahkan berorientasi ke laut; TBI (Tahun Bahari Internasional) 1998 merupakan program UNESCO sebagai Tahun Bahari Internasional; pencanagan upaya PBB dan bangsa Indonesia menyadarkan umat manusia akan arti penting dari laut dan lingkungan kelautan sebgai warisan umat manusia; membangun kesadaran Indonesia akan geografi wilayahnya, dan kemanuan Indonesia dalam membangun kelautan. 3.Seruan Sunda Kelapa 27 Desember 2001, berisi 5 pilar program pembangunan menuju negara maritim, yaitu: membangun kembali wawasan bahari; kedaulatan dilaut; industri dan jasa maritim; mengelola kawasan pesisir, laut, pulau-pulau kecil; dan mengembangkan hukum nasional di bidang kelautan. 4.Gerbang Mina bahari 2003, yang bertujuan agar seluruh kegiatan pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dilaksanakan secara sektoral dapat dilaksanakan dengan terintegrasi dan terkoordinasi; terfokusnya 3 bidang, yaitu di industri perikanan, industri pelayaran, dan wisata bahari. 5.dicangkannya pembangunan kelautan Indonesia Tahun 2006 (Sumatera Barat), yaitu : pembangunan kelautan menyeimbangkan antar land base development dengan ocean base development; perlunya pengaturan dalam pengelolaan dan pemanfaatan bidang kelautan. 6.Kesepahaman dan dukungan bersama antar menteri Tahun 2007 dengan 3 pilar fokus percepatan pembangunan kelautan, yaitu pada sektor pelayaran, sektor perikanan, dan sektor pariwisata bahari. 7.Terselenggaranya World Ocean Conference (WOC) Tahun 2009 di Manado, yang menghasilkan kesepakatan untuk mengkombinasikan antara substansi kelautan dengan perubahan iklim, karena secara timbal balik keduanya saling mempengaruhi dampak perubahan iklim terhadap laut dan dampak laut terhadap perubahan iklim. 8.Pasal 25 A UUD 1945, yang menyebutkan Indonesia sebagai negara kepulauan bercirikan nusantara. Deklarasi Djuanda Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa

Deklarasi Djuanda

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Deklarasi Djuanda

1.Deklarasi Djuanda 3 desember 19572.Deklarasi Bunaken 26 September 1998, yang bertolak ukur pada visi pembangunan dan persatuan  nasional diarahkan berorientasi ke laut; TBI (Tahun Bahari Internasional) 1998 merupakan program UNESCO sebagai Tahun Bahari Internasional; pencanagan upaya PBB dan bangsa Indonesia menyadarkan umat manusia akan arti penting dari laut dan lingkungan kelautan sebgai warisan umat manusia; membangun kesadaran Indonesia akan geografi wilayahnya, dan kemanuan Indonesia dalam membangun kelautan.3.Seruan Sunda Kelapa 27 Desember 2001, berisi 5 pilar program pembangunan menuju negara maritim, yaitu: membangun kembali wawasan bahari; kedaulatan dilaut; industri dan jasa maritim; mengelola kawasan pesisir, laut, pulau-pulau kecil; dan mengembangkan hukum nasional di bidang kelautan.4.Gerbang Mina bahari 2003, yang bertujuan agar seluruh kegiatan pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dilaksanakan secara sektoral dapat dilaksanakan dengan terintegrasi dan terkoordinasi; terfokusnya 3 bidang, yaitu di industri perikanan, industri pelayaran, dan wisata bahari.5.dicangkannya pembangunan kelautan Indonesia Tahun 2006 (Sumatera Barat), yaitu : pembangunan kelautan menyeimbangkan antar land base development dengan ocean base development; perlunya pengaturan dalam pengelolaan dan pemanfaatan bidang kelautan.6.Kesepahaman dan dukungan bersama antar menteri Tahun 2007 dengan 3 pilar fokus percepatan pembangunan kelautan, yaitu pada sektor pelayaran, sektor perikanan, dan sektor pariwisata bahari.7.Terselenggaranya World Ocean Conference (WOC) Tahun 2009 di Manado, yang menghasilkan kesepakatan untuk mengkombinasikan antara substansi kelautan dengan perubahan iklim, karena secara timbal balik keduanya saling mempengaruhi dampak perubahan iklim terhadap laut dan dampak laut terhadap perubahan iklim.8.Pasal 25 A UUD 1945, yang menyebutkan Indonesia sebagai negara kepulauan bercirikan nusantara.

Deklarasi DjuandaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Konvensi Hukum Laut██ menyetujui██ menandatangani, tetapi belum menyetujui

Page 2: Deklarasi Djuanda

Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri Indonesia pada

saat itu, Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah

termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.

Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda

1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam peraturan zaman

Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau

hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas

melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.

Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip negara kepulauan (Archipelagic

State) yang pada saat itu mendapat pertentangan besar dari beberapa negara, sehingga laut-laut antarpulau

pun merupakan wilayah Republik Indonesia dan bukan kawasan bebas. Deklarasi Djuanda selanjutnya

diresmikan menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Akibatnya luas wilayah Republik

Indonesia berganda 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km² menjadi 5.193.250 km² dengan pengecualian Irian Jaya

yang walaupun wilayah Indonesia tapi waktu itu belum diakui secara internasional.

Berdasarkan perhitungan 196 garis batas lurus (straight baselines) dari titik pulau terluar ( kecuali Irian Jaya ),

terciptalah garis maya batas mengelilingi RI sepanjang 8.069,8 mil laut[1].

Setelah melalui perjuangan yang penjang, deklarasi ini pada tahun 1982 akhirnya dapat diterima dan

ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United Nations Convention On The Law of The

Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya delarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang

pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.

Pada tahun 1999, Presiden Soeharto mencanangkan tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara.

[rujukan?] Penetapan hari ini dipertegas dengan terbitnya Keputusan Presiden RI Nomor 126 Tahun 2001,

sehingga tanggal 13 Desember resmi menjadi hari perayaan nasional.

Isi dari Deklarasi Juanda, 13 Desember 1957 :

1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak tersendiri

2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan

3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah Indonesia dari

deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan :

a. untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan

bulat

Page 3: Deklarasi Djuanda

b. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara

Kepulauan

c. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan

dan keselamatan NKRI

DEKLARASI BUNAKENMenyadari bahwa:

1. Laut adalah karunia Tuhan yang harus kita lindungi, pelihara dan lestarikan

lingkungannya.

2. Laut Nusantara bersama darat dan udara diatasnya merupakan ruang dan wadah

kesatuan dan persatuan bangsa yang harus kita bela dan pertahankan keutuhannya.

3. Laut yang mengandung kekayaan alam beraneka ragam merupakan potensi yang harus

dimanfaatkan se-optimal mungkin untuk kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.

4. Laut adalah peluang, tantangan dan harapan untuk masa depan persatuan,kesatuan

dan pembangunan bangsa Indonesia.

5. Maka dengan ini, atas nama seluruh bangsa Indonesia, saya menyatakan bahwa:

6. Mulai saat ini Visi Pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus juga

berorientasi kelaut.

7. Semua jajaran pemerintah dan masyrakat hendaknya juga memberikan perhatian untuk

pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan potensi kelautan Indonesia.

Bunaken, 26 September 1998

Presiden Republik Indonesia,

ttd.

Page 4: Deklarasi Djuanda

Bacharuddin Jusuf Habibie

Seruan SUNDA KELAPA27 Desember 2001Dengan kesadaran penuh bahwa bangsa Indonesia hidup di negara kepulauanterbesar di dunia, dengan alam maritim yang kaya akan berbagai sumberdayaalam, maka pada hari ini, Kamis tanggal 27 Desember 2001, di PelabuhanPelayaran Rakyat Sunda Kelapa, saya, Presiden Republik Indonesia menyerukandan mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk bersama-sama membangun kekuatanmaritim dengan :Membangun kembali wawasan bahari, melalui :· Pendidikan Nasional;· Perencanaan pembangunan yang seimbang antara matra darat dan laut; dan· Pengembangan dan upaya-upaya lain untuk memasyarakatkan nilai-nilaibudaya bahari.Menegakkan kedaulatan secara nyata di laut, melalui :· Peningkatan kemampuan pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum dilaut; dan· Partisipasi masyarakat.Mengembangkan industri dan jasa maritim secara optimal dan lestari bagisebesar-besarnya kemakmuran rakyat, antara lain :· Perikanan, yang meliputi budidaya, penangkapan secara terkendali,dan pengolahan hasil-hasil perikanan;· Wisata bahari;· Pelayaran nasional melalui penerapan asas cabotage, pembangunanarmada, dan pemberdayaan pelayaran rakyat;· Energi dan sumber daya mineral, dengan lebih mengintensifkaneksplorasi dan eksploitasi dasar laut termasuk di landas kontinen;· Industri perkapalan, konstruksi dan bangunan laut serta pantai.Mengelola kawasan-kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil untukmenciptakan pertumbuhan ekonomi secara serasi dan berkelanjutan.Mengembangkan hukum nasional di bidang maritim.Jarakta, 27 Desember 2001PRESIDEN REPUBLIK INDONESIAMEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Gerakan mina bahari

Page 5: Deklarasi Djuanda

Pertama, pengembangan industri tambak udang terpadu di 7 provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Gorontalo); Kedua, upaya pengembangan lima pabrik industri rumput laut yang dipusatkan di 5 provinsi, yaitu Jawa Timur dan Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Lampung dan Papua; Ketiga, pengembangan pabrik kerang di Sumatera Utara, Lampung, Jawa Timur, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan; Keempat, akan dikembangkan pula industri sosis patin di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Selatan. Kelima, upaya pengembangan industri perikanan tangkap terpadu yang akan dikonsentrasikan di Sabang-Aceh, Batam-Riau, Nias-Sumatera Barat, Bangka-Belitung, Nusa Tenggara Barat, Bitung-Sumawesi Utara, dan Gorontalo; Dan keenam, Pengembangan usaha budidaya kerapu di Bali Barat. Disamping itu, upaya pemberdayaan masyarakat pesisir akan dikembangkan di tidak kurang 300 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.GMB ini diproyeksikan untuk bergandeng dan bahu membahu dengan berbagai program lainnya baik yang terdapat di lingkup DKP maupun instansi lainnya.

KESEPAHAMAN DAN DUKUNGAN BERSAMA ANTAR MENTERITENTANG PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KELAUTAN INDONESIAPada hari ini, Selasa, tanggal empat Desember, tahun dua ribu tujuh, kami yangbersepakat di bawah ini:1. Menteri Dalam Negeri RI2. Menteri Luar Negeri RI3. Menteri Pertahanan RI4. Menteri Keuangan RI5. Menteri Kelautan dan Perikanan RI6. Menteri Perhubungan RI7. Menteri Pendidikan Nasional RI8. Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral RI9. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI10. Menteri Perindustrian RI11. Menteri Perdagangan RI12. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS RI13. Menteri Negara Riset dan Teknologi RI14. Menteri Negara Lingkungan Hidup RI15. Menteri Negara BUMN RI16. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara RIMensyukuri:KesatuBahwa dengan perjuangan yang panjang, dimulai dengan Deklarasi Djoeandatanggal 13 Desember 1957, akhirnya bangsa-bangsa di dunia mengakui usulRepublik Indonesia mengenai prinsip-prinsip negara kepulauan Nusantara(Archipelagic Principles) menjadi bagian penting dalam Hukum LautInternasional sebagaimana ditetapkan dalam United Nation Convention On TheLaw of The Sea (UNCLOS) 1982.KeduaBahwa UUD 1945 (perubahan Pasal 25A) “Negara Kesatuan Republik Indonesiaadalah negara kepulauan” mempertegas jatidiri Indonesia sebagai negarakepulauan dan bahari yang menjadi potensi utama pembangunan nasional.Ketiga

Page 6: Deklarasi Djuanda

Bahwa dengan ditetapkannya UNCLOS 1982, Indonesia telah memiliki wilayahyang utuh dan tidak lagi terdapat laut bebas (high seas) di antara pulau-pulaunya,sehingga Indonesia menjadi negara kepulauan Nusantara terbesar di dunia yangmemiliki luas laut 5.8 juta km2, pantai terpanjang ke empat (95.181 km), danpulau terbanyak (17.480 pulau) di dunia.12KeempatBahwa Indonesia menempati posisi geografis yang sangat strategis, yang beradadi jalur penting perdagangan dunia. Selain itu, Indonesia juga memiliki kekayaankeanekaragaman hayati, yang berperanan penting terhadap keberlanjutanekosistem laut kawasan Samudera Pasifik dan Hindia, yang keseluruhannyamerupakan potensi bagi kejayaan bangsa.KelimaBahwa UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional memuat misi pembangunan jangka panjang “menjadikanIndonesia sebagai negara kepulauan yang maju kuat dan sejahtera” memberikanarah yang lebih jelas bagi pembangunan nasional berbasis kelautan.KeenamBahwa dinamika perairan laut Indonesia merupakan bagian dari dinamika massaair Samudera di dunia yang memberikan dampak terhadap variabilitas iklimglobal sehingga memberikan peluang penting bagi Indonesia untuk berperandalam kerja sama internasional dalam pengendalian iklim global.Memahami:KesatuBahwa potensi dan kekayaan yang sedemikian besar itu merupakan amanahterutama bagi para pemimpin bangsa untuk mengelolanya secara arif, bagisebesar-besarnya kemakmuran rakyat secara adil dan berkelanjutan.KeduaBahwa pembangunan kelautan Indonesia telah dicanangkan oleh beberapapemimpin antara lain melalui Konsep Benua Maritim tahun 1996 dan DeklarasiBunaken tahun 1998 oleh Presiden BJ Habibie, dibentuknya DepartemenKelautan dan Perikanan, dan Dewan Maritim Indonesia pada tahun 1999 olehPresiden KH. Abdurrachman Wahid, Seruan Sunda Kelapa tahun 2001 danGerbang Mina Bahari tahun 2003 oleh Presiden Megawati Soekarno Putri, dankonsep pembangunan yang seimbang antara land based dengan ocean based padatahun 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.KetigaBahwa dalam kenyataannya, lima puluh tahun setelah Deklarasi Djoeanda dandua puluh lima tahun setelah UNCLOS 1982, pembangunan kelautan Indonesiabelum menjadi Mainstream untuk memanfaatkan laut secara optimal.KeempatBahwa kondisi ekonomi kelautan Indonesia masih memprihatinkan dan belumdikembangkandengan baik antara lain:

Page 7: Deklarasi Djuanda

a. Pelayaran masih didominasi oleh penggunaan kapal-kapal berbendera asing,industri galangan kapal belum berkembang, pelabuhan di Indonesia masih13belum berdaya saing, produk pendidikan kepelautan menjadi tertinggaldibanding negara tetangga dan pelayaran rakyat yang belum optimal;b. Perikanan belum memberikan peranan penting dalam pendapatan nasional,nelayan dan pembudidaya ikan merupakan kelompok masyarakat termiskin,illegal unreported and unregulated fishing yang belum teratasi;c. Pariwisata bahari belum berkembang sesuai dengan potensi yang tersedia dibumi Indonesia,d. RIPTEK Kelautan dan Perikanan belum dilaksanakan secara optimal gunamendukung ekonomi bangsa.KelimaBahwa lingkungan laut Indonesia mengalami degradasi sebagai akibat daripemanfaatan sumberdaya yang tidak memenuhi kaidah pembangunanberkelanjutan.KeenamBahwa kondisi sosial budaya Indonesia masih didominasi nilai-nilai dan perilakuyang berorientasi ke daratan (land based), dan sangat kurang berorientasi kekelautan (ocean based) sehingga baik masyarakat umum maupun para pemimpinkurang menyadari pentingnya laut dan pembangunan kelautan sehingga belumterjadi pengarusutamaan (mainstreaming) kelautan dalam kebijakan pembangunannasional.KetujuhBahwa dalam pembangunan kelautan, Indonesia harus menghadapi kompetisidengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara dan di kawasan Asia Pasifikyang tampak lebih cepat dan bersungguh-sungguh.KedelapanBahwa pembangunan kelautan meliputi banyak sektor yang saling terkait,sehingga diperlukan kerja sama dan dukungan dari setiap sektor dan semuapemangku kepentingan di laut.KesembilanBahwa kewenangan penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kelautan telahterbagi kepelbagai kementerian dan lembaga pemerintah, serta pemerintah daerah.Untuk itu diperlukan lembaga yang mampu mengkoordinasikan perencanaan,pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi yang melibatkan semua pemangkukepentingan di laut.Menyepakati:KesatuPercepatan pembangunan kelautan Indonesia.KeduaPembangunan ekonomi kelautan yang meliputi:14a. Pelayaran, menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan ekonomi

Page 8: Deklarasi Djuanda

maritim yang diharapkan pada tahun 2025 akan mampu mewujudkan kondisisebagai berikut:1) Terbangunnya armada pelayaran nasional yang dapat memenuhi seluruhkebutuhan di dalam negeri dan berdaya saing internasional sehingga dapatberperan fair share;2) Pelayaran rakyat mendapat peranan penting dalam pelayaran nusantara,dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat;3) Terbangunnya pelabuhan di Indonesia sesuai dengan hierarki dan fungsiberdasarkan tatanan kepelabuhanan nasional yang mendapatkan prioritasdalam penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;4) Terbangun pelabuhan hub-internasional sesuai dengan kondisi geografisdaerah, hub-internasional yang didukung oleh sub-sub sistem pelabuhan didalam tatanan kepelabuhanan nasional yang berdaya saing;5) Terbangunnya Sekolah Tinggi Pelayaran yang merupakan center ofexcellences berstandar internasional yang tersebar di wilayah Indonesia;6) Terbangun sekurang-kurangnya 4 (empat) kawasan khusus industriperkapalan atau galangan kapal utama nasional yaitu di Lamongan,Cilegon, Batam-Bintan-Karimun dan Bitung;7) Terkuasainya teknologi rancang bangun dan rekayasa bidang perkapalanmelalui perkuatan pusat desain dan rekayasa kapal nasional;8) Perlunya dukungan dari sektor lain, khususnya di bidang perpajakan,perbankan dan fiskal untuk memberikan insentif dan kemudahan lainnyadalam upaya pemberdayaan industri pelayaran nasional;9) Optimalisasi peran pelabuhan untuk melaksanakan fungsi pelayanan yangmemenuhi standar baik nasional maupun internasional termasukkemampuan pelabuhan untuk menegakkan aturan “Port State Measure”;b. Perikanan, sebagai salah satu sektor penting dalam pembangunan ekonomikelautan diharapkan pada tahun 2025 akan mampu mewujudkan kondisisebagai berikut:1) Meningkatnya kesejahteraan nelayan, pembudidaya ikan, dan masyarakatpesisir;2) Perlunya penataan ruang wilayah pesisir agar pembangunan di wilayahpesisir dapat dilakukan secara terencana, terintegrasi, dan berkelanjutan;3) Menempatkan Indonesia sebagai negara produsen ikan terbesar di duniadengan mendorong pengembangan budidaya perikanan melaluipengembangan kawasan budidaya, perbaikan sarana dan prasaranabudidaya, dan kemudahan akses permodalan dalam kegiatan budidayaperikanan;4) Peningkatan industri perikanan dalam negeri melalui pengembanganindustri perikanan terpadu dan peningkatan mutu hasil perikanan agarmampu bersaing menghadapi globalisasi, perlu didukung peremajaankapal-kapal ikan yang sudah tua yang masih beroperasi saat ini secarabertahap dengan tetap memperhatikan ketersediaan sumberdaya ikan dankondisi sosial ekonomi nelayan dalam kaitannya dengan pemanfaatansumberdaya ikan;5) Terlaksananya pengendalian penangkapan ikan melalui sertifikasi danpengukuran kapal perikanan, pengembangan industri perikanan terpadu15

Page 9: Deklarasi Djuanda

yang berbasiskan pengembangan armada penangkapan nasional,penutupan sementara kawasan penangkapan ikan untuk pemulihan sumberdaya, peremajaan kapal nasional, optimalisasi pelabuhan perikanan, sertakomitmen bersama dan tindakan tegas terhadap para pelaku illegal-unreportedunregulated(IUU) fishing;6) Terbangunnya kawasan budidaya perikanan (marikultur, payau dan airtawar) baru seluas 100.000 Ha yang tersebar di pesisir Timur Sumatera,Selat Karimata, Utara Jawa, Nusa Tenggara, Teluk Tomini, Sangihe,Talaud, Maluku Utara dan Papua Utara, Maluku dan Papua Selatan, danSelat Makasar;7) Terjangkaunya program pemberdayaan masyarakat pesisir dalam upayameningkatkan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan melaluipengembangan mata pencaharian alternatif (alternative livehood) diseluruh wilayah pesisir Indonesia;8) Terbangunnya kawasan industri (cluster) pengolahan ikan terpadu denganpusat-pusat distribusi dan pemasaran pada kawasan-kawasan pesisir atauperairan Barat Sumatera, Selat Karimata, Selatan Jawa, Nusa Tenggara,Teluk Tomini, dan Maluku Utara, Maluku dan Papua, dan pesisir TimurSumatera, Selat Karimata, Utara Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi BagianUtara, Teluk Tomini, Maluku Utara dan Papua Utara, Maluku dan PapuaSelatan, dan Selat Makasar;9) Tersedianya standarisasi pengujian mutu nasional, meningkatnya saranadan prasarana laboratorium mutu, dan meningkatnya kerjasama (bilateraldan multilateral) serta terbentuknya atase perikanan di tiga Negara (UniEropa, Amerika dan Jepang) untuk melakukan penetrasi pasar ke negaralain;10) Pengembangan dan penguatan penelitian perikanan di kawasan industripengolahan ikan dalam rangka meningkatkan jaminan mutu dan keamananindustri.c. Pariwisata Bahari, dikembangkan untuk berperan serta dalam mendukungpembangunan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan(poleksosbudhankam), sehingga pada tahun 2025 Indonesia mampumewujudkan sebagai berikut:1) Peningkatan daya saing kawasan pariwisata bahari andalan, antara lain:Pulau Nias, Mentawai, Batam, Bintan, Bali, Lombok, Komodo, Moyo,Derawan, Wakatobi, Togean, Bunaken, Banda, Takabonerate, dan RajaAmpat;2) Peningkatan kapasitas pertumbuhan kawasan pariwisata bahari potensial,antara lain: Pulau Weh, Pulau Banyak, Pulau Enggano, Pulau Rupat,Kepulauan Bangka Belitung, Anambas, Natuna, Roti, Kupang, Lembata,Riung, Alor, Siparamanita, Banggai, Sangihe, Talaud, Ternate, Biak, danMapia;3) Peningkatan regulasi lintas sektor dan law enforcement dalampengembangan pariwisata bahari;4) Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisatabahari;5) Peningkatan aksesibilitas kawasan tujuan wisata melalui udara, laut, dan

Page 10: Deklarasi Djuanda

darat.16KetigaPembangunan lingkungan hidup yang meliputi:a. Pembangunan lingkungan laut yang bersih, sehat, dan dikelola dengan baik,sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian, sertadapat memberi dukungan pada produksi pangan, energi dan mineral, rekreasidan turisme, transportasi laut, sebagai sumber obat-obatan alami, sertamemberikan perlindungan bagi berbagai biota dan biota langka yangmerupakan kekayaan keanekaragaman hayati laut kita;b. Pembangunan lingkungan hidup yang optimum untuk suatu negara kepulauantropis, seperti Indonesia, yaitu kondisi lingkungan laut yang dapat memberikandaya dukung optimum dan berkelanjutan pada pembangunan ekonomi dansosial masyarakat. Kondisi lingkungan hidup di daratan pulau-pulau, diwilayah pesisir dan laut saling berkaitan dan memberikan dampak padakualitas kehidupan, termasuk kesehatan, kenyamanan dan kemajuan sosialekonomi masyarakat. Oleh karena itu lingkungan hidup Indonesia, termasukkondisi lingkungan laut, harus dilestarikan dan dikelola dengan baik, dijauhkandari perusakan lingkungan dan sumberdaya, karena merupakan wujudkekayaan alam bagi umat manusia;c. Peningkatan komitmen para pengambil keputusan dalam pembangunankelautan melalui tata kelola laut yang baik (good ocean governance) danberbasis ekosistem (ecosystem approach);d. Pengembangan wilayah perlindungan atau konservasi laut pada berbagaitingkatan. Sekarang ini telah terbentuk 70 MPA (Marine Protected Areas)yang meliputi luasan 8 juta hektar. Sampai dengan tahun 2010, Indonesiabermaksud untuk menambah luasan MPA menjadi 10 juta hektar, dan menjadi20 juta hektar pada tahun 2020;e. Pembangunan jejaring (network) pengelola MPA di kawasan Coral Triangle,jalinan kerjasama formal antar pemerintah di kawasan Coral Triangle dalamhal pengelolaan sumberdaya laut dan keanekaragaman hayati;f. Pengembangan kerja sama di bidang lingkungan laut tingkat nasional, regionaldan internasional;g. Pembentukan dan/atau pengembangan peraturan perundang-undangan berkaitandengan pencegahan pencemaran laut;h. Pelaksanaaan program pemulihan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan lautdiprioritaskan pada daya dukung lingkungan;i. Peningkatan riset kelautan yang berkaitan dengan dinamika laut danpengaruhnya terhadap iklim, bencana serta riset kelautan yang berkaitandengan interaksi biosphere, hidrosphere, dan lithosphere;j. Pengelolaan perikanan berdasarkan pendekatan ekosistem, yaitu mengkaitkanperaturan mengenai perikanan dengan terlaksananya fungsi dan stabilitasekosistem laut secara memadai;k. Perumusan dan pelaksanaan langkah-langkah strategis dan rencana aksi untuk

Page 11: Deklarasi Djuanda

mengurangi beban pencemaran yang masuk kelaut baik yang berasal darikegiatan di darat (land-based pollution) dan di laut (sea-based pollution) sesuaidengan dengan baku mutu lingkungan;17l. Perumusan cara pandang terhadap lingkungan hidup yang berwawasan etikalingkungan perlu didorong melakukan internalisasi dari eksternalitas ke dalamkegiatan produksi dan konsumsi;m. Pengembangan perumusan kebijakan resiko lingkungan dan bencanalingkungan di laut. seperti:(a) pengembangan sistem mitigasi bencana;(b) pengembangan early warning system;(c) pengembangan perencanaan nasional tanggap darurat tumpahan minyakdi laut;(d) pengembangan sistem pengendalian hama laut, introduksi spesies asing,dan organisme laut yang menempel pada dinding kapal; serta(e) pengendalian dampak sisa-sisa bangunan dan aktivitas di laut.KeempatPembangunan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi(IPTEK) yang meliputi:a. Pengembangan dan penguatan wawasan dan budaya bahari yang unggul denganmempertimbangkan kearifan lokal sebagai modal dasar utama untukpembangunan nasional sebagai berikut:1) Peningkatan pemahaman tentang ekosistem laut secara merata dan minatgenerasi muda untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuankelautan serta berusaha di sektor kelautan;2) Pengembangan budaya politik dan rasional birokrasi yang berorientasi padabidang kelautan, untuk terwujudnya komitmen politik berkelanjutan;3) Pengakuan peran dan prestasi anak bangsa Indonesia di berbagai kegiatanpenting dunia dalam bidang kelautan;4) Terciptanya kualitas sumberdaya manusia kelautan dan perikanan yangunggul dan kompetitif dalam upaya memenuhi standar internasional melaluikegiatan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan penguatan kurikulum lokalbidang kelautan dan perikanan kepada masyarakat.b. Pengembangan pusat riset, ilmu pengetahuan dan teknologi (RIPTEK) kelautantropis terkemuka di dunia, yaitu:1) Pembangunan pusat-pusat riset kelautan tropis yang merupakan Center ofExcelences dunia;2) Peningkatan penelitian, survey, dan pemetaan kelautan yang mencakuptentang batas landas kontinen dan batas negara, mineral bawah laut danfarmasetika/bioteknologi kelautan dan energi serta sumberdaya hayatiyang berpotensi bagi ketahanan pangan dan obat-obatan;3) Peningkatan jumlah hak paten RIPTEK ilmuwan Indonesia dalam bidangkelautan tropis;4) Peningkatan riset yang berkaitan dengan bencana lingkungan laut dandampaknya (tsunami, early warning system).Kelima

Page 12: Deklarasi Djuanda

Penguatan kelembagaan kelautan dan mendukung perumusan kebijakan umumbidang kelautan yang meliputi:18a. Dewan Kelautan Indonesia yang bertanggung jawab kepada Presiden dalam halperumusan kebijakan umum bidang kelautan, memerlukan mitra strategis agarmampu memberikan keluaran konsep kebijakan yang terbaik:1). Berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutahir dan visioner;2). Mengakomodasi kepedulian dunia mengenai keanekaragaman hayati danperubahan iklim global;3). Untuk mempercepat pembangunan ekonomi, sosial, dan kepedulianterhadap lingkungan hidup;b. Pembentukan kelompok kerja yang terpadu dan sinergis, yaitu:a) Kelompok Kerja Ekonomi Kelautan yang terdiri dari:i) Pelayaran yang anggotanya terdiri dari: Departemen Perdagangan,Departemen Perindustrian, Departemen Pertahanan, DepartemenPerhubungan, Departemen Keuangan, Departemen PendidikanNasional, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Perbankan,Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, Kementerian NegaraPerencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS, KementerianNegara Lingkungan Hidup, dan Asosiasi (INSA, PELRA, KADIN,GAPEKSI dan KPI ).ii) Perikanan yang anggotanya terdiri dari: Departemen Perdagangan,Departemen Perindustrian, Departemen Pertahanan, DepartemenKelautan dan Perikanan, Departemen Keuangan, DepartemenPendidikan Nasional, Departemen Perhubungan, Departemen Energidan Sumber Daya Mineral, Perbankan, Kementerian NegaraPerencanaan Pembangunan Nasional / BAPPENAS, KementerianNegara Lingkungan Hidup, Kementerian Negara Badan Usaha MilikNegara, dan Asosiasi (MPN, HNSI, GAPINDO, dan Ikatan NelayanTradisional Indonesia).iii) Pariwisata Bahari yang anggotanya terdiri dari: DepartemenKebudayaan dan Pariwisata, Departemen Dalam Negeri, DepartemenLuar Negeri, Departemen Pertahanan, Departemen Kelautan danPerikanan, Departemen Keuangan, Departemen Hukum dan HAM,Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan KoordinasiKeamanan Laut, Perbankan, Kementerian Negara PerencanaanPembangunan Nasional/BAPPENAS, Kementerian Negara LingkunganHidup, Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, dan Asosiasi(GAHAWISRI, ASITA, dan PHRI).b) Kelompok Kerja Lingkungan Hidup yang anggotanya terdiri dari:i) Lembaga pembina lingkungan (Kementerian Negara Lingkungan Hidup,lembaga riset departemen terkait);ii) Lembaga pemanfaat lingkungan (Lembaga/Instansi pemerintah terkaitdan pemerintah daerah serta Asosiasi pengusaha);iii) Lembaga swadaya masyarakat peduli lingkungan hidup (LSMLingkungan, Asosiasi Profesi, dan kelompok sektor usaha).c) Kelompok Kerja Sumber Daya Manusia dan IPTEK Kelautan yang

Page 13: Deklarasi Djuanda

anggotanya terdiri dari:i) Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Tenaga Kerja danTransmigrasi, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen19Perhubungan, Departemen Pertahanan, Departemen Energi dan SumberDaya Mineral, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara danTentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, dan Lembaga AdministrasiNegara;ii) Lembaga-lembaga Riset dan Instansi pemerintah yang mempunyai badanatau lembaga pengembangan kelautan (antara lain: Kementerian NegaraRiset dan Teknologi, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional,Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lembaga Penerbangan danAntariksa Nasional, Badan Tenaga Atom Nasional, Badan Pengkajiandan Penerapan Teknologi, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, JawatanHidro-Oseanografi, dan Pusat Penelitian dan Pengembangan GeologiKelautan);iii) Lembaga Pendidikan (perguruan tinggi, pendidikan kejuruan dan lainlain).c. Pengembangan sistem keselamatan, keamanan, dan penegakan hukum di lautyang terintegrasi.d. Penentuan lembaga clearing house di bidang kelautan.Jakarta, 4 Desember 2007MengetahuiMenteri Kelautan dan PerikananSelakuKetua Harian Dewan Kelautan IndonesiaFreddy Numberi