Demam Sore Hari

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PBL ske 1 (mandiri)

Citation preview

Nama: Anisa FazrinNPM: 1102013031Skenario: Demam Sore HariBlok: 6 (IPT)

1. Memahami dan Menjelaskan Bakteri1.1. Definisi BakteriSetiap mikroorganisme prokariotik uniseluler yang sering memperbanyak diri dengan pembelahan sel (fisi) dan yang sel-selnya khas terdapat dalam dinding sel.Dorland, W.A Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Ed.31(Alih Bahasa : AlbertusAgung Mahode ). Jakarta : EGC

1.2. Jenis-jenis BakteriTerdiri atas 3 btk utama :a. Kokus/bundar- Monokokus/mikrokokus - Diplokokus : - pneumokokus - gonokokus (N.gonnorhoeae)- Tetraden (Gaffkya tetragena)- Sarcina (Sarcina lutea)- Streptokokus (Streptococcus pyogenes)- Stafilokokus (Staphylococcus aureus)

b. Basil/batang - Kokobasil (Escherichia coli)- Fusiformis (Fusobacterium fusiformis)- Streptobasil

c. Spiral- Vibrio (Vibrio cholerae)- Spirilum - Spirokhaeta : Borrelia, Treponema, LeptospiraSlide Bu Pratami

1.3. Morfologi Bakteri sekelompok mikroorganisme yang termasuk prokaryote, sel tubuh bakteri berukuran sangat kecil, kebanyakan diameternya berukuran kira-kira 0,5-0,1m

2. Memahami dan Menjelaskan Bakteri Salmonella2.1.Definisi Bakteri SalmonellaGenus bakteri gram negative family Enterobacteriaceae, berupa batang yang tidak membentuk spora, anaerob fakultatif, dan biasanya bergerak menggunakan flagel peritrichous.Dorland, W.A Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Ed.31(Alih Bahasa : AlbertusAgung Mahode ). Jakarta : EGC

2.2.Struktur Bakteri SalmonellaStruktur sel bakteri Salmonella terdiri atas bagian inti (nucleus), sitoplasma dan dinding sel. Dinding sel bakteri ini bersifat gram negatif, sehingga mempunyai struktur kimia yang berbeda dengan bakteri gram positif. JAWETZ et al. (dalam BONANG 1982) mengemukakan bahwa struktur din-ding sel bakteri gram negatif mengan-dung 3 polimer senyawa mukokompleks yang terletak di luar lapisan peptidoglikan (murein). Ketiga polimer ini terdiri dari: 1. Lipoprotein adalah senyawa protein yang mempunyai fungsi menghu-bungkan antara selaput luar dengan lapisan peptidoglikan (murein). 2. Selaput luar adalah merupakan sela-put ganda yang mengandung senyawa fosfolipid dan sebagian besar dari senyawa fosfolipid ini terikat oleh molekul-molekul lipopolisakharida pada lapisan atasnya. 3.Lipopolisakharida adalah senyawa yang mengandung lipid yang kompleks Molekul-molekul lipopolisakharida ini berfungsi sebagai penyusun dinding sel bakteri gram negatif yang dapat mengeluarkan sejenis racun (toxin) yang di-sebut endotoksin. Endotoksin ini dike-luarkan apabila terjadi luka pada per-mukaan sel bakteri gram negatif tersebut Bentuk batang, tidak berspora, bersifat negatif pada pewarnaan Gram Ukuran Salmonella bervariasi 1-3,5 m x 0,5-0,8 m Besar koloni rata-rata 2-4 nm Sebaian besar isolat motil dengan flagel peritrik Tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41oC dan pH pertumbuhan 6-8 Mudah tumbuh pada medium sederhana, misalnya garam empedu Tidak dapat tumbuh dalam larutan KCN Membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa Menghasilkan H2S Antigen O: bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan terdiri dari unit polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida O-spesifik mengandung gula yang unik. Antigen O resisten terhadap panas dan alkohol dan biasanya terdeteksi oleh aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap antigen O terutama adalah IgM Antigen Vi atau K: terletak diluar antigen O, merupakn polisakarida dan yang lainnya merupakan protein. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi dengan antiserum O, dan dapt berhubungan dengan virulensi. Dapat diidentifikasi dengan uji pembengkakan kapsul dengan antiserum spesifik Antigen H: terdapat di flagel dan di denautrasi atau dirusak oleh panas dan alkohol. Antigen dipertahankan dengan memberikan formalin pada beberapa bakteri yang motil.antigen H beraglutinasi dengan anti-H dan IgG. Penentu dalam antigen H adalah fungsi sekuens asam amino pada protein flagel (flagelin). Antigen H pada permukaan bakteri dapat mengganggu aglutinasi dengan antibodi O2.3.Siklus Hidup Bakteri SalmonellaSalmonella merupakan bakteri batang gram-negatif. Karena habitat aslinya yang berada di dalam usus manusia maupun binatang, bakteri ini dikelompokan ke dalam enterobacteriaceae. Infeksi terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses yang terdapat bakteri Salmonella thypi dari organisme pembawa. Setelah masuk dalam saluran pencernaan maka Salmonella thypi menyerang dinding usus yang menyebabkan kerusakan dan peradangan. Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus dinding usus tadi ke organ-organ lain. Substansi racun yang diproduksi oleh bakteri ini dilepaskan dan dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi Salmonella thypi, pada feses-nya terdapat kumpulan bakteri ini yang bisa bertahan sampai berminggu-minggu.

3. Memahami dan Menjelaskan Demam3.1.Definisi DemamPeningkatan suhu tubuh diatas normal; disebabkan oleh stress fisiologik, seperti pada ovulasi, sekresi hormone tiroid berlebihan, atau olahraga berat; oleh lesi sistem saraf pusat atau infeksi mikroorganisme; atau oleh sejumlah proses non-infeksi, misalnya radang atau pelepasan bahan tertentu seperti pada leukemia.Dorland, W.A Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Ed.31(Alih Bahasa : AlbertusAgung Mahode ). Jakarta : EGC

3.2.Klasifikasi Demam Demam septic : pada tipe ini, suhu tubuh berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik Demam remiten : pada tipe ini, suhu tubuh dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai 2 dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik Demam intermiten : pada tipe ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap 2x sehari disebut tersiana dan bila terjadi 2 hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana Demam kontinyu : pada tipe ini, variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia Demam siklik : pada tipe ini, terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi V.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

3.3.Etiologi Demam Infeksi Virus: 1 minggu Bakteri: > 1 minggu Toksemia, karena keganasan atau reaksi terhadappemakaian obat. Gangguan pusat regulasi suhu sentral (hipotalamus). Perdarahan internal pada saat reabsorbsi darah.

3.4.Patogenesis DemamDemam terjadi karena pengaruh pirogen eksogen. Kuman penyebab infeksi dan zat hasil pemecahannya atau toksin yang dihasilkannya adalah pemicu demam tersering. Molekul lain, seperti kompleks imun dan produk limfosit, juga bisa menimbulkan respons demam. Inilah dasar terjadinya demam pada keganasan, reaksi obat, dan penyakit jaringan ikat.At a Glance Medicine

3.5.Pola Demam

At a glance medicine

4. Memahami dan Menjelaskan Demam Tifoid4.1.Definisi Demam TifoidPenyakit demam sitemik akut generalisata yang disebabkan oleh Salmonella enteric subps.enterica serovar Typhi; penyakit ini biasanya menyebar melalui ingesti makanan dan air yang tercemar.Dorland, W.A Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Ed.31(Alih Bahasa : AlbertusAgung Mahode ). Jakarta : EGC

4.2.Etiologi Demam TifoidDemam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi yangmerupakanbasilGram negatif,mempunyai flagel, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakulatif anaerob, Kebanyakkanstrain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidakmeragikan laktosa dan sukrosa. Organisme Salmonella typhi tumbuh secara aerob dan mamputumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapatdibunuh dengan pemanasan sampai 54,4 C (130 F) selama 1 jam atau 60 C (140 F) selama15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapahari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makanan keringdan bahan tinja. (Karnasih et al, 1994)

4.3.Epidemiologi Demam TifoidSurveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejaidan demam tifoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi peningkatan frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Dari survey berbagai RS di Indonesia dari tahun 1981 sampai 1986 memperlihatkan peningkatan jumlah penderita sekitar 35,8% yaitu dari 19.596 menjadi 26.606 kasus.Daerah rural (Jawa Barat) 157 kasus per 100.000penduduk, daerah urban 760-810 per 100.000 penduduk.Cae fatality rate (CFR) demam tifoid di tahun 1996 sebesar 1,08% dari seluruh kematian di Indonesia. Namun demikian berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI (SKRT Depkes RI) tahun 1995 demam tifoid tidak termasuk dalam 10 penyakit dengan mortalitas tertinggi.Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

4.4.Patogenesis Demam TifoidBakteri masuk ke dalam saluran cerna, dibutuhkan jumlah bakteri - untuk dapat menimbulkan infeksi. Sebagian besar bakteri mati oleh asam lambung. Bakteri yang tetap hidup akan masuk ke dalam ileum melalui mikrovili dan mencapai plak Peyeri, selanjutnya masuk ke dalam pembuluh darah (disebut bakteremia primer). Pada tahap berikutnya, S.typhii menuju ke organ sistem retikuloendotelial terutama hati dan limpa. Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama cairan empedu diekskresikan secara intermiten ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian lagi masuk ke dalam sirkulasi setelah menembus usus.Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

4.5.Manifestasi Klinis Demam TifoidMasa tunas 7-14 (rata-rata 3-30) hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan rasa tidak enak badan. Pada kasus khas terdapat demam remiten pada minggu pertama, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam, yang turun secara berangsur-angsur pada minggu ketiga.Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan. Biasanya terdapat konstipasi, tetapi mungkin normal bahkan dapat diare.Mansjoer, A., 1999,Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Penerbit Aesculapius:Jakarta

4.6.Pemeriksaan Penunjang Demam TifoidPemeriksaan RutinPada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosifilia maupun liofopenia. Laju endap darah pada penderita demam tifoid dapat meningkat. SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali menjadi normal setelah sembuh.

Uji widalUji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman S.typhii. pada uji widal terjadi suatu reaksi antiglunasi antara antigen kuman S.typhii dengan antibody yang disebut agglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense Salmonella yang telah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu :Aglutinin O (dari tubuh kuman), H (flagella kuman), Vi (simpai kuman). Dari ketiga agglutinin tersebut, hanya agglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini

Uji tubexUji tubex ini merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik yang cepat dan mudah untuk dikerjakan. Uji ini mendeteksi antibody anti-S O9 pada serum pasien, dengan cara menghambat ikatan antara IgM anti-O9 yang terkonjugasi pada partikel magnetic latex. Hasil uji tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonella serogroup D walau tidak secara spesifik menunjukkan pada S.typhii. Infeksi oleh S.paratyphii akan memberikan hasil negative

Uji typhidotUji typhidot dapat mendeteksi IgM dan IgG yang terdapat pada protein membrane luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgM dan IgG terhadap antigen S.typhi seberat 50 kD, yang terdapat dalam stip nitoselulosa.

Uji IgM DipstickUji ini secara khusus mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap S.typhi pada specimen serum atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang mengandung antibodi anti IgM yang dilekati dengan lateks pewarna, cairan membasahi strip sebelum diinkubasi dengan reagen dan serum pasien, tabung uji.Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

4.7.Komplikasi Demam Tifoid Komplikasi Intestinal Pendarahan IntestinalPada plak peyeri usus terinfeksi (terutama ileus terminalis) dapat terbentuk luka berbentuk lonjong dan memanjang. Bila luka tersebut menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka terjadi pendarahan. Selanjutnya jika luka mengenai dinding usus maka perforasi terjadi. Penderita demam tifoid dapat mengalami pendarahan minor yang tidak membutuhkan transfuse darah.

Perforasi UsusPenderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian menyebar ke seluruh perut dan disertai dengan tanda-tanda ileus. Bising usus melemah, pekak hati tidak ditemukan karena adanya udara bebas di abdomen. Nadi cepat, tekanan darah turun, bahkan dapat mengalami syok. Leukosit dengan pergeseran ke kiri dapat menyokong adanya perforasi.

Komplikasi Ekstra-Intestinal Hepatitis tifosa Pembengkakan ringan sampai sedang dijumpai pada 50% kasus dengan demam tifoid dan lebih banyak dijumpai karena S.typhi daripada S.paratyphi. Pada demam tifoid, kenaikan enzim transaminase tidak relevan dengan kenaikan serum bilirubin (untuk membedakannya dengan hepatitis oleh virus). Hepatitis tifosa dapat terjadi pada pasien dengan malnutrisi dan sisem imun yang kurang.

Pancreatitis tifosaPenyakit ini jarang terjadi pada penderita demam tifoid. Pancreatitis sendiri dapat disebabkan oleh mediator pro inflamasi, virus, bakteri, cacing maupun zat-zat farmakologik. Pemeriksaan enzim amylase dan lipase serta ultrasonogafi/CT scan dapat membantu diagnosis penyakit ini dengan akurat.

MiokarditisTerjadi pada 1-5% penderita demam tifoid. Pasien dengan miokarditis biasanya tanpa gejala kardiovaskular atau dapat berupa keluhan sakit dada, gagal jantung kongestif, aritmia, atau syok kardiogenik.Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

4.8.Penegakan Diagnosis Demam TifoidDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran, dengan criteria ini maka seorang klinisi dapat membuat diagnosis tersangka demam tifoid. Diagnosis pasti ditegakkan melalui isolasi S.typhi dari darah. Pada 2 minggu pertama sakit, kemunkinan mnegisolasi S.typhi dari dalam darah pasien lebih besar dari pada minggu berikutnya.Uji serologi widal suatu metode serologic yang memeriksa aglutinasi antibodi terhadap antigen somatic (O), flagella (H) banyak dipakai untuk membuat diagnosis demam tifoid. Di Indonesia, pengambilan angka titer O agglutinin > 1/40 dengan memakai uji wial slide agglutination menunjuk bilai ramal positif 96%. Artinya, apabila tes positif, 96% kasus benar sakit demam tifoid, akan tetapi apabila negative tidak menyingkirkan. Banyak senter mengatur pendapat apabila titer O agglutinin sekali periksa > 1/200 atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4 kali maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan.

4.9.Pencegahan Demam Tifoid Preventif dan Kontrol Penularan Identifikasi dan eradikasi S.typhi pada pasien tifoid asimtomatik, karier, dan akut. Cukup sulit dan memerlukan banyak biaya. Cara pelaksanaannya dapat secara aktif yaitu mendatangi sasaran maupun pasif menunggu bila ada penerimaan pegawai di suatu instansi atau swasta. Pencegahan transmisi langsung dari penderita terinfeksi S.typhi akut maupun karier. Kegiatan ini dilakukan di rumah sakit, klinik maupun di rumah dan lingkungan sekitar orang yang telah diketahui pengidap kuman S.typhi. Proteksi pada orang yang berisiko tinggi tertular dan terinfeksi. Sarana proteksi pada populasi ini dilakukan dengan cara vaksinasi tifoid di daerah endemic maupun hiperendemik

Vaksinasi Jenis vaksin Vaksin oral : -Ty21a (vivotif Berna). belum beredar di Indonesia Vaksin parenteral : -ViCPS (Typhim Vi/Pasteur Merieux), vaksin kapsul polisakarida

Indikasi vaksin Populasi : anak usia sekolah di daerah endemic, personil militer, petugas RS, laboratorium kesehatan, industry makanan/minuman. Individual : wisatawan ke daerah endemic, orang yang kontak erat dengan pengidap tifoid (karier)

Kontraindikasi vaksinasiVaksin hidup oral Ty21a dikontraindikasikan pada sasaran yang alergi atau reaksi efek samping berat, penurunan imunitas, dan kehamilan. Bila diberikan bersamaan denga obat anti-malaria (klorokuin, meflokuin) dianjurkan minimal setelah 24 jam pemberian obat baru dilakukan vaksinasi. Dianjurkan tidak memberikan vaksinasi bersamaan dengan obat sulfonamide atau antimikroba lainnya.

Efek samping vaksinasiTy21a : sakit kepala (0-5%)ViCPS : demam (0,25%), malaise (0,5%), sakit kepala (1,5%), rash (5%), reaksi nyeri local (17%)Vaksin parenteral : heat-phenol inactivated, yaitu demam 6,7-24%, nyeri kepala 9-10% dan reaksi local nyeri dan edema 3-35%

Efetivitas vaksinasiKemampuan proteksi sebesar 77% pada daerah endemic dan sebesar 60% untuk daerah hiperendemikSudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

4.10.Prognosis Demam TifoidPrognosis pada demam tifoid tergantung pada terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya dan ada tidaknya komplikasi. Di Negara maju, dengan terapi antibiotic yang adekuat, angka mortalitas 10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pngobatan. Munculnya komplikasi, seperti perforasi gastrointestinal atau pendarahan hebat, meningitis, endokarditis dan pneumonia mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Relaps dapat timbul beberapa kali. Individu yang mengeluarkan s.typhi > 3 bulan setelah infeksi umunya menjadi karier kronis. Resiko menjadi karier pada anak-anak rendah dan meningkat sesuai usia

4.11.Penatalaksanaan Demam Tifoid

KloramfenikolDosis yang diberikan adalah 4x500 mg/hari, dapat diberikan secara oral atau intravena. Diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas. Penyuntikan intramuscular tidak dianjurkan karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri, dari pengalaman penggunaan obat ini dapat menurunkan demam rata-rata 7,2 hari.FarmakodinamikEfek AntimikrobaKloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman.Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu.ResistensiMekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil transferase yang diperantarai oleh faktor-R. Resistensi terhadap P.aeruginosa, Proteus dan Klebsiella terjadi karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat ke dalam sel bakteri.FarmakokinetikSetelah pemberian oral, kloramfenikol diserap dengan cepat. Kadar puncak dalam darah tercapai dalam 2 jam. Untuk anak biasanya diberikan bentuk ester kloramfenikol palmitat atau stearat yang rasanya tidak pahit. Bentuk ester ini akan mengalami hidrolisis dala usus dan membebaskan kloramfenikol.Untuk pemberian secara parenteral digunakan kloramfenikol suksinat yang akan dihidrolisis dalam jaringan dan membebaskan kloramfenikol.Masa paruh eliminasinya pada orang dewasa kurang lebih 3 jam, pada bayi berumur kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam.Pada gagal ginjal, masa paruh kloramfenikol bentuk aktif tidak banyak berubah sehingga tidak diperlukan pengurangan dosis. Dosis perlu dikurangi bila terdapat gangguan fungsi hepar.InteraksiDalam dosis terapi, kloramfenikol menghambat biotransformasi tolbutamid, fenitoindikumarol dan obat lain yang dimeabolisme oleh enzim mikrosom hepar. Dengan demikian toksisitas obat-obat ini lebih tinggi bila diberikan bersama kloramfenikol. Interaksi obat dengan fenobarbital dan rifampisin akan memperpendek waktu paruh dari kloramfeniol sehingga kadar obat inidalam darah menjadi subterapeutik.Penggunaan KlinikSebaiknya obat ini hanya digunakan untuk mengobati demam tifoid dan meningitus oleh H. influenzae. Kloramfeniko dikontraindikasikan untuk neonatus, pasien dengan gangguan faal hati dan pasien yang hipersensitif terhadapnya. Bila terpaksa diberikan untuk neonatus, dosisnya jangan melebihi 25mg/kgBB sehari.Demam TifoidObat-obat yang lebih aman seperti spirofloksasin dan seftriakson.Untuk pengobatan demam tifoid diberikan dosis 4 kali 500 mg sehari sampai 2 minggu bebas demam. Bila terjadi relaps, biasanya dapat diatasi dengan memberikan terapi ulang. Untuk anak diberikan dosis 50-100 mg/kgBB sehari dibagi dalam beberapa dosis selama 10 hari.Untuk pengobatan demam tifoid ini dapat pula diberikan tiamfenikol dengan dosis 50 mg/kgBB sehari pada minggu pertama, lalu diteruskan 1-2 minggu lagi dengan dosis separuhnya.Efek SampingReaksi HematologikTerdapat dalam 2 bentuk.1. Reaksi toksik: depresi sumsum tulang belakang. Berhubungan dengan dosis, progresif dan pulih bila pengobatan dihentikan.Kelainan darah anemia, retikulositopenia, peningkatan serum iron, iron binding capacityserta vakuolisasi seri eritrosit muda (terlihat bila kadar kloramfenikol dalam serum melampaui 25m/ml)2. Anemia aplastik dengan pansitopenia tidak tergantung dosis atau lama pengobatan. Insiden 1:24.000-50.000. efek samping diduga reaksi idionsikrasi dan mungkin disebabkan kelainan genetik.Kloramfenikol dapat menimbulkan hemolisis pada pasien defisiens enzim G6PD bentuk mediteranean.Timbulnya nyeri tenggorok dan infeksi baru selama pemberian kloramfenikol menunjukkan kemungkinan adanya leukopeni.Reaksi Saluran CernaBermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.Sindromm GrayPada neonatus, terutama pada bayi prematur dosis tinggi (200mg/kgBB) sindromm gray.Efek toksik disebabkan:1. Sistem konjugasi oleh enzim glukoronil transferase belum sempurna2. Kloramfenikol yang yidak terkonjugasi belum dapat diekskresi dengan baik oleh ginjal.Mengurangi efek samping dosis kloramfeniko untuk bayi BB 7hari diberi 75 mg/kgBB sehari dibagi dalam 3 dosis. IV: empat kali 250-500mg sehariAmoksisilin Kapsul/tablet : 125, 250, 500 mg Sirup : 125mg/5mL 3 kali 250-500mg sehariKarbenisilin Suntikan sebagai garam natrium dalam vial 1,2,5 dan 10g

Penggunaan KlinikInfeksi batang gram-negatifSALMONELLA dan SHIGELLAPada gastroenteritis yang tidak berat oleh basil yang sensitive terhadap ampisilin, terapi dengan dosis oral ampisilin 0,5-1,0 g 4 kali sehari cukup efektif. Untuk penyakit yang lebih berat, diperlukan terapi parenteral.Untuk demam tifoid sampai awal tahun 1970-an, kloramfenikol adalah obat pilihan utama, kemuadian mulai timbul strain Salmonella yang resisten terhadap kloramfenikol. Maka dewasa ini fluorokuinolon oral atau sftriakson suntik, menjadi pilihan utama, dan kombinasi trimetoprim-sulfsmetoksazol atau ampisilin menjadi pilihan kedua sedangkan kloramfenikol pilihan ketiga. Dosis yang dianjurkan untuk ampisilin 1g setiap 6jam sehari selama 14hari, dosis trimetoprim 800mg dan sulfametoksazol 160mg setiap 12jam selama 14 hari.17