Demam Tifoid Pd Anak-irna

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ppt demam tifoid

Citation preview

  • DEMAM TIFOID

    Irna Kania Sari

  • DEFINISI

    Demam tifoid merupakan suatu penyakit pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari 7 hari.

    Demam tifoid dikenal juga dengan sebutan Typhoid Fever atau Typhus Abdominalis.

  • EPIDEMIOLOGIAngka kejadian dari 10 sampai 540 per 100.000 penduduk. >> negara berkembangDemam tifoid merupakan penyakit endemik di Indonesia dengan angka kejadian yang masih tinggiPrevalens 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun

  • ETIOLOGISalmonella Thyposa

    Mempunyai 3 macam antigen : Antigen O : Dinding sel Antigen H : Flagel Antigen Vi : Kapsul yang melindungi kuman

  • PATOGENESISInvasi Salmonella thyphosa diserap di usus menginvasi sel epitel dan tinggal di lamina propia mengalami fagositosis dan ada di sel mononuklear folikel limfoid intestin/ nodus Peyer masuk ke pembuluh limfe dan ductus torasikus peredaran darah (bakteremia) hati dan limpa masuk kembali ke peredaran darah (bakteremia) menyebar ke seluruh tubuh limpa, usus dan kandung empedu kuman dilepaskan dari kantung empedu reinfeksi pada usus

  • MANIFESTASI KLINIS

    Masa inkubasi 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)

    Minggu pertama Demam tinggiSakit kepala , pusingAnoreksia, mual, muntah Tidak enak di perut dan mungkin kontipasi/ diareKhas lidah: kotor ditengah, tepi dan ujung hiperemis dan tremorRaseola mungkin ditemukan di abdomen.

  • Minggu kedua

    Demam kontinuBradikardia relatif (peningkatan suhu 10 C tidak diikuti dengan peningkatan denyut nadi 18 kali permenit)Keadaan penderita semakin menurun, apatis, deliriumLidah tertutup selaput tebal dan kehilangan nafsu makanNyeri, distensi perut, meteorismus, hepatomegali, splenomegali

  • Minggu Ketiga Suhu tubuh berangsur-angsur turun (jika tanpa komplikasi dan berhasil diobati)Komplikasi perdarahan dan perforasi usus sering terjadiDeliriumAbdomen tampak lebih distensi/tegang

  • Mingu ke 4Stadium penyembuhan10% dari demam tifoid yang tidak diobati dapat mengakibatkan timbulnya relaps.

  • Langkah diagnosisAnamnesis- panas >7 hari- delirium, malaise, anoreksia- nyeri kepala- diare/konstipasi- muntah, nyeri perut- kesadaran menurun- kejang, ikterus

  • Pemeriksaan fisik- kesadaran menurun- delirium- lidah tifoid : dibagian tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis- hepatomegali, splenomegali- terdengar ronki- ruam makula papula pada kulit bagian perut (rose spot) , menghilang dalam 2-3 hari.

  • PEMERIKSAA N LABORATORIUMHematologi- kadar Hb dapat normal/menurun- leukosit rendah (leukopenia): jarang
  • 3. Kimia klinik- enzim hati (SGOT, SGPT)4. Imunologi- widal- elisa Salmonella tyhpi/parathypi IgG dan IgM5. Mikrobiologi- kultur (gall culture/biakan empedu): gold standard6. Biologi molekular- PCR (polymerase Chain Reaction)

  • KOMPLIKASIIntraintestinal : perforasi usus, perdarahan saluran cernaEkstraintestinal : ensefalopati toksik, syok septik, meningitis, pneumonia, pielonefritis, endokarditis, osteomielitis, hepatitis tifosa

  • DIAGNOSIS BANDING

    Stadium dini: influenza, gastroenteritisTuberculosis, infeksi jamur sistemik, malaria.Demam tifoid berat: sepsis, leukemia, limfoma.

  • PENATALAKSANAANPenggunaan antibiotik adalah sebagai berikut :1. Lini pertamaa. Kloramfenikol, masih merupakan pilihan pertama dalam urutan antibiotik, diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB/hari secara intravena dalam 4 dosis selama 10-14 hari. b. Ampisilin dengan dosis 150-200 mg/kgBB/hari diberikan peroral/iv selama 14 hari, atauc. Kotrimoksazol dengan dosis 10 mg/kgBB/hari trimetoprim, dibagi 2 dosis, selama 14 hari.

  • 2. Lini ke dua, diberikan pada kasus-kasus demam tifoid yang disebabkan S.typhi yang resisten terhadap berbagai obat, yang terdiri atas :

    a. Seftriakson dengan dosis 50-80 mg/kgBB/hari, dosis tunggal selama 10 hari . b. Sefiksim dengan dosis 10-12 mg/kgBB/hari peroral, dibagi dalam 2 dosis selama 14 hari.

  • c. Florokinolon angka penyembuhan mendekati 100% dalam kesembuhan kinis dan bakteriologis, di samping kemudahan pemberian secara oral. Pemberian obat ini masih kontroversial dalam pemberian untuk anak karena pengaruh buruk terhadap pertumbuhan kartilago.

    d. Siprofloksasin, 10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, sudah dipakai untuk pengobatan. Demam biasanya turun dalam 5 hari. Lama pemberian obat dianjurkan 2-10 hari.

  • Kortikosteroiddieberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran.

    Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari intravena, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.

  • SUPORTIF

    Tirah baringIstirahat ditempat tidur dipertahankan sampai penderita bebas demam 7 hari dan sebaiknya hingga akhir minggu ketiga, karena resiko perdarahan dan perforasi usus masih besar dalam masa ini. Isolasi Kebutuhan cairan dan kalori yang cukup.

  • Cairan dan kaloriTerutama pada demam tinggi, muntah atau diare.Pada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan dikurangi menjadi 4/5 kebutuhan dengan kadar natrium rendah.Penuhi kebutuhan volume cairan intravascular dan jaringan dengan pemberian oral/parenteral.Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan O2 .Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik.Pelihara keadaan nutrisi.Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit

  • AntipiretikAntipiretik diberikan apabila demam >390C, kecuali pada riwayat kejang demam dapat diberikan lebih awal.DietMakanan tidak berserat dan mudah dicerna.Setelah demam reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih padat dengan kalori cukup.Transfusi darahKadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan perforasi usus.Konsultasi bedah anak apabila dijumpai komplikasi perforasi usus.

  • PROGNOSIS

    Umumnya baik.Tergantung pada :Cepatnya terapiUsiaKeadaan kesehatan sebelumnyaTipe salmonellaAdanya komplikasi.

  • P ENCEGAHANKebersihan : cuci tangan, perngamanan pembuangan limbah feses dan urin, penyediaan ari bersih.Untuk karier : hindari dari pekerjaan yang berhubungan dengan penyediaan makanan, diberikan pengobatan sampai kultur fese negatif.vaksinasi

  • Widodo Darmowandoyo. Demam Tifoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi pertama. 2002. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics Update. Cetakan pertama. 2003. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.Richard E. Behrman, Robert M. kliegman, Ann M. Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Edisi 15. 1999. Jakarta: EGC.Pusponegoro, Hardiono D. dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi 1. 2004. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.

  • Wassalamualaikum Wr. Wb