79
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF ( DEMENSIA ) OLEH KELOMPOK 8 A3-F 1. Pande Rismayanti (09.321.) 2. Wulandari Dewi (09.321.) 3. Andika Sentana Putra (09.321.) 4. Ni Made Arianti (09.321.0655) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Demensia Askep

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Demensia Askep

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN

KOGNITIF

( DEMENSIA )

OLEH

KELOMPOK 8

A3-F

1. Pande Rismayanti (09.321.)

2. Wulandari Dewi (09.321.)

3. Andika Sentana Putra (09.321.)

4. Ni Made Arianti (09.321.0655)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

2011/2012

Page 2: Demensia Askep

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau progresif

di mana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi,termasuk memori, berpikir,

orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,kemampuan, bahasa, dan penilaian kesadaran

tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif yang biasanya disertai, kadang-kadang didahului,

oleh kemerosotandalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi. Sindrom terjadi

pada penyakit Alzheimer, di penyakit serebrovaskular, dan dalam kondisi lain terutama atau

sekunder yang mempengaruhi otak (Durand dan Barlow, 2006).

Menurut data Asia Pasifik tahun 2006, jumlah orang yang menderita demensia di

wilayah Asia Pasifik pada 2025 diperkirakan meningkat lebih daridua kali lipat dan

peningkatan ini akan lebih cepat dibandingkan dengan yangterjadi di negara-negara barat.

Sementara di dunia, pada tahun 2040 jumlahpenderita demensia diperkirakan menjadi

sekitar 80 juta orang. (Demensia dikawasan asia pasifik, 2006).

Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi, tetapi

bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan,penurunan emosi atau

perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam pola berbicara, penderita

menggunakan kata-kata yang lebih sederhana,menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau

tidak mampu menemukan kata-katayang tepat. Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda

bisa menimbulkankesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak

dapatmenjalankan fungsi sosialnya.

Demensia banyak menyerang mereka yang telah memasuki usia lanjut.Bahkan,

penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia kurang dari 501tahun. Sebagian besar

orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang hanya diderita oleh para Lansia,

kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapasaja dari semua tingkat usia dan jenis

kelamin (Harvey, R. J. et al. 2003). Untuk mengurangi risiko, otak perlu dilatih sejak dini

disertai penerapan gaya hidupsehat. (Harvey, R. J., Robinson, M. S. & Rossor, M. N, 2003)

Page 3: Demensia Askep

B . RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, adapun permasalahan yang hendak

kelompok kemukakan dalam penulisan makalah ini, yaitu mengenai bagaimana gambaran

klinis dari polisitemia serta bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan

demensia ?

C . TUJUAN DAN MANFAAT

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :

1. Melakukan pengkajian keperawatan pasien lansia dengan demensia

2. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pasien lansia dengan demensia

3. Melakukan tindakan keperawatan dalam berbagai pendekatan tindakan keperawatan

pasien lansia dengan demensia

4. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pasien lansia dengan demensia

Page 4: Demensia Askep

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DEMENSIA

1. Pengertian Demensia

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat

mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan

beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang

mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley,

A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah

sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit

atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan

fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social

dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley,

2006)

Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama

pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral

dan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk

mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung,

dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel

atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)

Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara

abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak

degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila

mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai

latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang

rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang

secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan

untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.

Page 5: Demensia Askep

Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat,

penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel

otak. Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60

tahun. Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal.

Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan

hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa

kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi. Lupa pada usia

lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit Alzheimer stadium

awal. Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang makin

lama makin parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil;

tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.

2. Epidemiologi

Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun

adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka kejadian

kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi .

Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat

setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus

demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau

sekitar 3 – 4 juta orang.

Masalah demensia sering terjadi pada pasien lansia yang berumur diatas 60 tahun

dan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 500.000 penduduk indonesia mengalami

demensia dengan berbagai penyebab, yang salah satu diantaranya adalah alzeimer.

Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia

Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju

Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20%

sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50

– 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.

Page 6: Demensia Askep

3. Etiologi Demensia

Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan

timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat

disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins,

P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari

gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah),

demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya

disebabkan oleh penyakit lain.

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit

Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga

membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C.

2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat

keputusan dan juga penurunan proses berpikir

Untuk demensia tipe Alzheimer ada beberapa penyebab yang telah dihipotesa

adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri,

trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament predisposisi heriditer. Dasar

kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah

spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan

daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat

berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami

degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium intraseluler, kegagalan

metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein

abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi

beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan)

juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.

Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam

kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang

diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme energi,

adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non

spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah

membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan

Page 7: Demensia Askep

bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor

lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.

Beberapa factor lain yang menyebabkan alzeimer :

Faktor genetic

Faktor infeksi

Faktor lingkungan

Faktor imunologis

Faktor trauma

Faktor neurotransmitter

4. Klasifikasi

a. Demensia Tipe Alzheimer

Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe ini.

Orang yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar

tahun 1910. Demensia ini ditandai dengan gejala :

Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,

Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan

fungsi eksekutif,

Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,

Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),

Kehilangan inisiatif.

Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya,

walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post mortem telah ditemukan

lose selective neuron kolinergik yang strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi

perubahan.

Page 8: Demensia Askep

b. Demensia Vaskuler

Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer 

tetapi  terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :

Peningkatan reflek tendon dalam,

Respontar eksensor,

Palsi pseudobulbar,

Kelainan gaya berjalan,

Kelemahan anggota gerak.

Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia,

sehingga perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer.

Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan faktor resiko

misalnya ; hipertensi, DM, merokok, aritmia. Demensia dapat ditegakkan juga dengan

MRI dan aliran darah sentral.

Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :

Terdapat gejala demensia

Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata

Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal

Menurut Umur:

1. Demensia senilis (>65th)

2. Demensia prasenilis (<65th)

Menurut perjalanan penyakit:

1. Reversibel

2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi,

Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.

Page 9: Demensia Askep

Menurut kerusakan struktur otak

1. Tipe Alzheimer

2. Tipe non-Alzheimer

3. Demensia vaskular

4. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)

5. Demensia Lobus frontal-temporal

6. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)

7. Morbus Parkinson

8. Morbus Huntington

9. Morbus Pick

10.Morbus Jakob-Creutzfeldt

11.Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker

12.Prion disease

13.Palsi Supranuklear progresif

14.Multiple sklerosis

15.Neurosifilis

16. Menurut sifat klinis:

17.Demensia proprius

18.Pseudo-demensia

5.Patofisiologi

Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada

penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang

tidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari

suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi

secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.

Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat

neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah

intracranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (structural) dan

Page 10: Demensia Askep

biokimia pada neuron – neuron. Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang

pada akhirnya berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit.

Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang

berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein “tau”. Dalam SSP, protein tau

sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural yang terikat dan menstabilkan

mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron

AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan

pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama – sama. Tau yang

abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing – masing

terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler adalah yang

pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron

yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer.

Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta)

yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-

beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat

pada membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP

terbagi menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket

yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya

bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril – fibril plak yang

membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh.

Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga menggagu

hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan

makin rentannya neuron terhadap stressor.

Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara

neurokimia kelainan pada otak

Page 11: Demensia Askep

Pathway (terlampir)

6. Gejala Klinis

Demensia yang paling banyak ditemukan yaitu tipe Alzheimer

Demensia Alzheimer

Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat

gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat, dimana

akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang massif. Kematian sel-

sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya

ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan penderita tidak mampu

menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak

mampu menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan

adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga,

sampai menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan,

agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas

psikomotor, berkelana.

Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :

Stadium I

Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori,

berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori yang terganggu adalah memori

baru atau lupa hal baru yang dialami

Stadium II

Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya antara

lain: Disorientasi, gangguan bahasa (afasia), Penderita mudah bingung, penurunan fungsi

memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak

mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga

mengulanginya lagi, dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah

tersesat di lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,”

Page 12: Demensia Askep

Stadium III

Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala klinisnya antara

lain: Penderita menjadi vegetatif, tidak bergerak dan membisu, daya intelektual serta

memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri, tidak bisa

mengendalikan buang air besar/ kecil, kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag

lain, kematian terjadi akibat infeksi atau trauma.

Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan

kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita

yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun

keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada

tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan

degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit

mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.

Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa

itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh

orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan

daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin

Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya

sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.

Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,

mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja

diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia.

Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi.

Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana

demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.

Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak

semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali

gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan

cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita

demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai

Page 13: Demensia Askep

dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian

status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.

Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin

mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan

tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan

tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan

oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah

laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di

antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi

spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan

aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari

tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:

Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi

bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,

tempat penderita demensia berada

Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,

menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita

yang sama berkali-kali

Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama

televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan

gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa

perasaan-perasaan tersebut muncul.

Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

Page 14: Demensia Askep

7. Diagnosis

Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:

Pembedaan antara delirium dan demensia

Bagian otak yang terkena

Penyebab yang potensial reversibel

Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)

Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut

Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah

Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC

Pencitraan otak amat penting CT atau MRI

Peran Keluarga

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita

demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan

hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan

sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam

proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat

secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang

akan dialami penderita demensia.

Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia,

sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota

keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin

melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas

sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat

mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.

Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun

setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan

pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih

setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam

merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa

penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun

berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.

Page 15: Demensia Askep

Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu

untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat

menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia

dengan demensia.

8.Penatalaksanaan

Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang

disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan

tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes

laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera setelah

diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat

diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.

Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan

perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan

pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang

mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung, dan

pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar

jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang

tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan audiotoris,

dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus

dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada

pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah

psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama.

Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada

penyakit kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik.

Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung,

diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk

berhenti, karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan

fungsi kognitif.

Page 16: Demensia Askep

Obat untuk demensia

a. Cholinergic-enhancing agents

Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian.

Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada

beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan

keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia

alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini juga

disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi

kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi

ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem

kardiovaskular.

b. Cholinedan lecithin

Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan

hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk

mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan

lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian

tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada sedikit perbaikan

terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in hasilnya cenderung negatif,

walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120

persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58 persen.

c. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH

Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian.

Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan

informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian ACTH

dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.

d. Nootropic agents

Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan

dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya

berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi

serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi

Page 17: Demensia Askep

oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, serta

memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki

perasaan hati dan perilaku.

e. Dihydropyridine

Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium

channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat

untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat

untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis

Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa

dampak hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk

lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial

9. Pencegahan demensia

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia

ataupun menunda terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya

ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :

1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti

alkohol dan zat adiktif yang berlebihan

2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya

dilakukan setiap hari.

3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif

Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.

Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman

yang memiliki persamaan minat atau hobi

4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks

dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

5. Jagalah pikiran anda agar tetap aktif. Kegiatan merangsang mental dapat

meningkatkan kemampuan anda untuk menangani dan mengkompensasi

perubahan yang berhubungan dengan demensia. Ini mencakup teka teki

dan permainan kata,belajar bahasa,bermain alat

music,membaca,menulis,atau menggambar. Tidak hanya kegiatan ini

Page 18: Demensia Askep

yang membantu menunda terjadinya demensia,tetapi juga membantu

menurunkan efek. Semakin sering melakukan aktivitas maka semakin

menguntungkan.

6. Turunkan kadar homosistein. Penelitian awal menunjukkan bahwa tiga

dosis tinggi vitamin B-asam folat-B6 dan B12 membantu menurunkan

kadar homosistein dan berguna untuk memperlambat perkembangan

penyakit Alzheimer.

7. Turunkan kadar kolesterol. Endapan yang terjadi dalam otak orang-orang

dengan kolesterol tinggi merupakan salah satu penyebab demesia

vaskuler.

8. Pertahankan pola makan sehat. Diet yang sehat adalah penting karena

menurut penelitian bahwa makanan seperti buah-buahan,sayuran dan

omega 3 dan asam lemak. Biasanya ditemukan pada ikan dan kacang-

kacangan tertentu dapat memiliki efek perlindungan dan menurunkan

resiko terkena demensia.

9. Dapatkan vaksinasi. Mereka yang menerima vaksinasi untuk

influenza,tetanus,difteri dan polio tampaknya secara signifikan

mengurangi resiko demensia karena memiliki efek perlindungan terhadap

berkembangnya demensia.

10. Prognosis

Pada sebagian besar demensia stadium lanjut terjadi penurunan fungsi otak yang hampir

menyeluruh. Penderita lebih menarik dirinya dan tidak mampu mengendalikan

perilakunya. Suasana hatinya sering berubah-ubah dan senang berjalan-jalan (berkelana).

Pada akhirnya penderita tidak mampu mengikuti suatu percakapan dan bisa kehilangan

kemampuan berbicara.

Page 19: Demensia Askep

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIA

1. Pengkajian

1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan secara umum pada penyakit demensia antara lain:

a. Aktifitas istirahat

Gejala: Merasa lelah

Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur

Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan untuk

menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara program televisi.

Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa yang

dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.

b. Sirkulasi

Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli (merupakan factor

predisposisi).

c. Integritas ego

Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap lingkungan,

kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang, penimbunan objek : meyakini bahwa objek yang salah

penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan.

Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk melakukan kewajiban,

mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) , duduk dan menonton yang lain,

aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi stabil, gerakan berulang ( melipat

membuka lipatan melipat kembali kain ), menyembunyikan barang, atau berjalan-jalan.

d. Eliminasi

Gejala: Dorongan berkemih

Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan diare.

e. Makanan/cairan

Page 20: Demensia Askep

Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi) perubahan dalam pengecapan,

nafsu makan, kehilangan berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/ kebutuhan untuk makan.

Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan (mungkin mencoba

untuk menyembunyikan keterampilan). dan tampak semakin kurus (tahap lanjut).

f. Hiygene

Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain

Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan

pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat

menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan: tergantung pada orang

lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya dimeja, makan, menggunakan alat makan.

g. Neurosensori

Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,

dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit

kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang berlalu,

penurunan tingkah laku ( diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh

atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli

atau hipoksia yang berlangsung secara periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang

( merupakan akibat sekunder pada kerusakan otak ).

Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan kata- kata yang benar

( terutama kata benda ); bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak

memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan kemampuan untuk

membaca dan menulis bertahap ( kehilangan keterampilan motorik halus ).

h. Kenyamanan

Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor predisposisi atau factor

akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya).

Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain

i. Interaksi social

Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh personal dan individu

yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.

Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.

Page 21: Demensia Askep

Demensia terjadi akibat kerusakan yang terjadi di dalam susunan saraf pusat terkait dengan proses

penuaan. Pada pengkajian Lansia dengan masalah demensia bisa digolongkan dalam pengkajian

sistem saraf secara umum.

Perubahan umum dari sistem saraf yang terkait dengan Proses Menua adalah sebagai

berikut:

Struktur Otak:

Kehilangan berat otak karena penuaan menyebabkan pengurangan jumlah dari neuron

dengan kehilangan area yang besar dari cortex dan cerebellum.

Atrofi dari tegangan dengan perluasan sulci dan gyri paling banyak di daerah frontal.

Dilatasi dari ventrikel karena proses menua.

Peningkatan akumulasi intrasel dari pigmen lipofuscin menyebabkan intisel

mengasumsikan posisi yang abnormal.

Perkembangan dari senile plaques atau lesi yang anatomik terkait dengan penuaan.

Fungsi Metabolik dan Fisiologik

Menurunnya konsumsi oksigen menyebabkan penurunan energi intraseluler, penggunaan

glukosa, aliran darah.

Perubahan metabolik dari kompleks sinaptik menyebabkan efek neurotransmiter

berhubungan dengan fungsi otak dengan tidur, kontrol temperatur, mood mengakibatkan

gangguan tidur, intoleransi terhadap dingin dan depresi.

Penurunan kadar norepinephrine, peningkatan kadar serotonin dan monoamin oksidase

menyebabkan perubahan dalam fungsi neurotransmiter dan depresi, penurunan kadar

dopamin menyebabkan penyakit parkinson’s.

Perubahan umum dalam sirkulasi otak menyebabkan kekacauan mental (association

retrieval, recall, memory dan kemampuan kognitif), dalam pergerakan (kekuatan motorik,

kelincahan dan ketangkasan), pada interpretasi sensory (penglihatan, pendengaran,

penciuman, peraba dan perasa), kemampuan dalam koping dengan kejadian multipel

(depresi, afek, komunikasi).

Penurunan jumlah neuron menyebabkan penurunan dalam kekuatan transmisi dari otak

ke anggota badan dan mengakibatkan perubahan ambang bekerja dari organ dan sistem.

Page 22: Demensia Askep

Peningkatan recovery time dari susunan saraf otonom menyebabkan pemanjangan waktu

untuk kembali ke fungsi organ awal setelah stimulasi mengakibatkan kecemasan dan

ketegangan akibat stimulasi yang berlebihan.

Penurunan dendrites pada saraf, sinap, lesi pada akson menyebabkan penurunan pada

hantaran saraf tepi dan memperlambat waktu reaksi.

Perubahan ekstra piramidal menyebabkan perubahan affect, mengurangi pergerakan dan

berkedip.

Perubahan Electroencephalographic (EEG)

Pada pembacaan menampakkan satu siklus yang lebih rendah daripada tahap lain yang

matang.

Fungsi dan Struktur Sensori

Penurunan ukuran pupil dan perubahan respon cahaya yang minimal menyebabkan

kesulitan melihat dalam gelap, pada malam hari atau adaptasi yang lambat untuk melihat

dalam gelap.

Penurunan dalam sensitivitas dari cones di retina terhadap warna menyebabkan kesulitan

dalam membedakan warna (merah dan hijau menjadi hitam).

Perubahan Pola Tidur

Tetap pada tahap I dan II untuk jangka waktu yang lama dan mungkin membutuhkan

waktu yang lama untuk tertidur.

Tahap III tetap sama, waktu tahap IV sangat berkurang atau terlewati semua dengan

penuaan, menyebabkan frekuensi bangun saat malam hari dan penurunan intensitas dari

tidur membuat lebih mudah untuk bangun dan tidak mendapatkan tidur yang cukup.

Waktu tidur REM sebanding dengan tahap lain dari masa dewasa tetapi penuaan

mengakibatkan mimpi kurang dan pengurangan pada REM mengakibatkan mudah

terangsang, letargi dan depresi.

Pengurangan pada tahap IV menyebabkan rasa lemas, capek, cemas dan tegang.

Insomnia, sleep apnea dan tidur sebentar, meningkat dengan usia menyebabkan gangguan

pola tidur dan penyimpangan.

Page 23: Demensia Askep

2. Diagnosa Keperawatan

1) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron

ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak

mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.

2) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau

integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur,

nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.

3) Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan

sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah

tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan

tingkah laku agresif.

4) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan

keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan

kebutuhan/ waktu tidur.

5) Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas

kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan

perawatan diri.

6) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak adekuat

ditandai dengan cepat marah, curiga, mudah tersinggung.

7) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan

disorientasi tempat, orang dan waktu.

8) Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mudah lupa, kemunduran hobi, perubahan sensori.

9) Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot

tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.

Page 24: Demensia Askep

3.Intervensi

N

o

Diagnosa

keperawatan

Tujuan dan kriteria

hasil

Intervensi Rasional

1 Perubahan proses

pikir berhubungan

dengan perubahan

fisiologis

(degenerasi neuron

ireversibel)

ditandai dengan

hilang ingatan atau

memori, hilang

konsentrsi, tidak

mampu

menginterpretasika

n stimulasi dan

menilai realitas

dengan akurat.

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

diharapkan klien

mampu mengenali

perubahan dalam

berpikir dengan KH:

- Mampu

memperlihatkan

kemampuan

kognitifuntuk

menjalani

konsekuensi

kejadian yang

menegangkan

terhadap emosi

dan pikiran tentang

diri

- Mampu

mengembangkan

strategi untuk

mengatasi

anggapan diri yang

negative

- Mampu mengenali

perubahan dalam

berpikir atau

tingkah laku dan

factor penyebab

Mandiri

a. Kembangkan

lingkungan yang

mendukung dan

hubungan klien-

perawat yang

terapeutik

b. Kaji derajat

gangguan kognitif,

seperti perubahan

orientasi, rentang

perhatian,

kemampuan

berpikir. Bicarakan

dengan keluarga

mengenai

perubahan perilaku

c. Pertahankan

lingkungan yang

Mandiri

a. Mengurangi

kecemasan dan

emosional, seperti

kemarahan,

meningkatkan

pengembangan

evaluasi diri yang

positif dan

mengurangi konflik

psikologis

b. Memberikan dasar

perbandingan yang

akan datang dan

memengaruhi rencan

intervensi. Catatan:

evaluasi orientasi

secara berulang dapat

meningkatkan respon

yang negative/tingkat

frustasi

c. Kebisingan

merupakan sensori

berlebihan yang

meningkatkan

Page 25: Demensia Askep

- Mampu

memperlihatkan

penurunan tingkah

laku yang tidak

diinginkan,

ancaman, dan

kebingungan

menyenangkan dan

tenang

d. Lakukan

pendekatan dengan

cara perlahan dan

tenang

e. Tatap wajah ketika

berbicara dengan

klien

f. Panggil klien

dengan namanya

g. Gunakan suara

yang agak rendah

dan berbicara

dengan perlahan

gangguan neuron

d. Pendekatan terburu-

buru menyebabkan

klien bingung,

kesalahan

persepsi/perasaan,

terancam

e. Menimbulkan

perhatian, terutama

pada klien dengan

gangguan perceptual

f. Nama adalah bentuk

identitas diri dan

menimbulkan

pengenalan terhadap

realita dan klien

g. Meningkatkan

pemahaman. Ucapan

tinggi dank eras

menimbulkan

stress/marah yang

mencetuskan

konfrontasi dan

respons marah

h. Seiring

perkembangan

penyakit, pusat

komunikasi dalam

otak terganggu

Page 26: Demensia Askep

pada klien

h. Gunakan kata-kata

pendek, kalimat

dan Ulangi

instruksi tersebut

sesuai kebutuhan

i. Berhenti sejenak di

antara

kalimat/pertanyaan.

Beri isyarat

tertentu, gunakan

kalimat terbuka

j. Dengarkan dengan

penuh perhatian

sehingga

menghilangkan

kemampuan klien

dalam respons

penerimaan pesan

dan percakapan

secara keseluruhan

i. Menimbulkan

respons verbal,

meningkatkan

pemahaman. Isyarat

menstimulasi

komunikasi,

memberi pengalaman

positif

j. Mengarahkan

perhatian dan

penghargaan.

Membantu klien

dengan alat bantu

proses kata dalam

menurunkan frustasi

k. Provokasi

menurunkan harga

diri dan merupakan

ancaman yang

mencetuskan agitasi

yang tidak sesuai

l. Lamunan membantu

Page 27: Demensia Askep

pembicaraan klien.

Interpretasikan

pertanyaan, arti,

dan kata. Beri kata

yang benar

k. Hindari kritikan,

argumentasi, dan

konfrontasi

negative

l. Gunakan distraksi.

Bicarakan tentang

kejadian yang

sebenarnya saat

klien

mengungkapkan

ide yang salah, jika

tidak meningkatkan

kecemasan

m. Hindari klien dari

dalam meningkatkan

disorientasi.

Orientasi pada realita

meningkatkan

perasaan realita

klien, penghargaan

diri dan kemuliaan

(kebahagiaan)

personal

m. Keterpaksaan

menurunkan

keikutsertaan dan

meningkatkan

kecurigaan, delusi

n. Tertawa membantu

dalam komunikasi

dan meningkatkan

kestabilan emosi

Page 28: Demensia Askep

aktivitas dan

komunikasi yang

dipaksakan

n. Gunakan hal yang

humoris saat

berinteraksi pada

klien

Kolaborasi

a. Antisiklotik,

seperti

haloperidol

(haldol);

tioridazin

(Mallril)

b.Vasodilator,

seperti

siklandelat

(Cyclospasmol)

Kolaborasia. Dapat digunakan

untuk mengontrol

agitasi, halusinasi.

Mallril jarang

digunakan karena

adanya beberapa

efek samping

yang bersifat

ekstrapiramidal,

meningkatkan

kekacauan

mental; masalah

penglihatan dan

terutama

gangguan berdiri

dan berjalan.

b.Dapat

Page 29: Demensia Askep

c. Titamin meningkatkan

kesadaran mental

tetapi

memerlukan

penelitian lebih

lanjut.

c. Dalam penelitian

merupakan cara

yang dilakukan

terus menerus

untuk menyelidiki

kemanfaatan dari

tiamin dosis

tinggi selama fase

awal penyakit

untuk

memperlambat

berkembangnya

gangguan/mening

katan keadaan

kognisi secara

sederhana

2 Perubahan persepsi

sensori

berhubungan

dengan perubahan

persepsi, transmisi

atau integrasi

sensori (penyakit

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

diharapkan perubahan

persepsi sensori klien

dapat berkurang atau

terkontrol dengan KH:

- Mengalami

Mandiri

a. kembangkan

lingkungan yang

suportif dan

hubungan perawat –

klien terapeutik

Mandiri

a. Meningkatkan

kenyamanan dan

menurunkan

kecemasan pada klien

b. Meningkatkan koping

Page 30: Demensia Askep

neurologis, tidak

mampu

berkomunikasi,

gangguan tidur,

nyeri) ditandai

dengan cemas,

apatis, gelisah,

halusinasi.

penurunan

halusinasi

- Mengembangkan

strategi psikososial

untuk mengurangi

stress atau

mengatur prilaku.

- Mendemonstrasika

n respon yang

sesuai stimulasi

- Perawat mampu

mengidentifikasi

factor eksternal

yang berperan

terhadap

perubahan

- kemampuan

persepsi sensori

b. Bantu klien untuk

memahami

halusinasi

c. beri informasi

tentang sifat

halusinasi ,hubunga

nnya dengan

stresor/pengalaman

emosional yang

traumatic,pengobata

n dan cara

mengatasi

d. kaji derajat sensori

atau gangguan

persepsi dan

bagaimana hal

tersebut

mempengaruhi

klien termasuk

penurunan

penglihatan atau

pendengaran

e. ajarkan strategi

untuk mengurangi

stress

dan menurunkan

halusinasi

c. Untuk membantu

klien dalam

memahami halusinasi

d. Keterlibatan otak

memperlihatkan

masalah yang bersifat

asimetris

menyebabkan klien

kehilangan

kemampuan pada

salah satu sisi tubuh

(gangguan unilateral).

Klien tidak dapat

mengenali rasa lapar .

e. Untuk menurunkan

kebutuahan akan

Page 31: Demensia Askep

f. anjurkan untuk

menggunakan kaca

mata atau alat bantu

pendengaran sesuai

keperluan

halusinasi

f. Meningkatkan masukan

sensori,membatasi

/menurunkan

kesalahan interpretasi

stimulasi

3 Sindrom stress

relokasi

berhubungan

dengan perubahan

dalam aktivitas

kehidupan sehari-

hari ditandai

dengan

kebingungan,

keprihatinan,

gelisah, tampak

cemas, mudah

tersinggung,

tingkah laku

defensive,

kekacauan mental,

tingkah laku

curiga, dan tingkah

laku agresif.

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

diharapkan klien dapat

beradaptasi dengan

perubahan aktivitas

sehari- hari dan

lingkungan dengan

KH :

- Mengidentifikasi

perubahan

- Mampu

beradaptasi pada

perubahan

lingkungan dan

aktivitas

kehidupan sehari-

hari

- Mempertahankan

rasa berharga pada

diri dan identitas

pribadi yang

positif

- Membuat

pernyataan positif

tentang lingkungan

Mandiri

a. Jalin hubungan

saling mendukung

dengan klien

b. Orientasikan pada

lingkungan dan

rutinitas baru

c. Kaji tingkat

stressor (seperti

penyesuaian diri,

krisis

perkembangan,

peran keluarga,

akibat perubahan

status kesehatan)

d. Tempatkan pada

ruangan pribadi

jika mungkin dan

bergabung dengan

orang terdekat

dalam aktivitas

perawatan, waktu

Mandiri

a. Untuk membangun

kepercayaan dan

rasa aman

b. Menurunkan

kecemasan dan

perasaan terganggu

c. Untuk menentukan

persepsi klien

tentang kejadian dan

tingkat serangan.

d. Perawatan di rumah

sakit mengubah

aktivitas klien dan

meningkatkan

masalah tingkah

laku. Memberi

kesempatan

mengontrol

lingkungan dan

Page 32: Demensia Askep

yang baru

- Memperlihatkan

penerimaan

terhadap

perubahan

lingkungan dan

penyesuaian

kehidupan

- Mampu

menunjukan

tentang perasaan

yang sesuai/tidak

cemas dan rasa

takut berkurang

- Tidak menyimpan

pengalaman

menyakitkan

- Menggunakan

bantuan dari

sumber yang tepat

selama waktu

pengaturan pada

lingkungan baru

makan, dan

sebaginya

e. Tentukan jadwal

aktivitas yang

wajar dan

masukkan dalam

kegiatan rutin

f. Identifikasi

kekuatan klien

yang dimiliki

sebelumnya

g. Berikan penjelasan

dan informasi yang

menyenangkan

mengenai

kegiatan/peristiwa

h. Catat tingkah laku,

munculnya

melindungi dari

kelainan tingkah

laku

e. Konsistensi

mengurangi

kebingungan dan

meningkatkan rasa

kebersamaan

f. Memfasilitasi

bantuan dengan

komunikasi dan

manajemen dari

kekurangan sekarang

serta selanjutnya

g. Menurunkan

ketegangan,

mempertahankan

rasa saling percaya

dan orientasi. Saat

klien mengetahui

secara perlahan

tentang apa yang

terjadi, koping klien

akan meningkat

h. Stress meningkat,

Page 33: Demensia Askep

perasaan

curiga/paranoid,

mudah tersinggung,

defensive

i. Pertahankan

keadaan tenang.

Tempatkan dalam

lingkungan tenang

yang memberikan

kesempatan untuk

“beristirahat”

j. Atasi tingkah laku

agresif dengan

pendekatan yang

tenang

k. Gunakan sentuhan

jika tidak

mengalami

paranoid/sedang

mengalami agitasi

sesaat

rasa tidak

nyaman/nyeri fisik

dan kelelahan

mencetuskan

penurunan tingkah

laku dan gangguan

komunikasi.

Perilaku katastropik

ini menimbulkan

panic dan rasa

bermusuhan

i. Menenangkan situasi

dan member klien

waktu untuk

memperoleh kendali

terhadap perilaku

dan emosinya

j. Rasa diterima

menurunkan rasa

takut, dan respons

agresif

k. Memberikan

keyakinan,

menuunkan stress,

dan meningkatkan

Page 34: Demensia Askep

kualitas hidup

4 Perubahan pola

tidur berhubungan

dengan perubahan

lingkungan

ditandai dengan

keluhan verbal

tentang kesulitan

tidur, terus-

menerus terjaga,

tidak mampu

menentukan

kebutuhan/ waktu

tidur.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan tidak

terjadi gangguan pola

tidur pada klien

dengan KH :

- Memahami factor

penyebab

gangguan pola

tidur

- Mampu

menentukan

penyebab tidur

inadekuat

- Mampu

memahami

rencana khusus

untuk

menangani/mengor

eksi penyebab

tidur tidak adekuat

- Mampu

menciptakan pola

tidur yang adekuat

dengan penurunan

terhadap pikiran

yang melayang-

layang (melamun)

Mandiri

a. Jangan

menganjurkan klien

tidur siang apabila

berakibat efek

negative terhadap

tidur pada malam

hari

b. Evaluasi efek obat

klien

(steroid ,diuretik)

yang mengganggu

tidur

c. Tentukan kebiasaan

dan rutinitas waktu

tidur malam dengan

kebiasaan klien

(memberi susu

hangat)

d. Memberika

lingkungan yang

nyaman untuk

meningkatkan tidur

Mandiri

a. Irama sirkadian

(siklus tidur-

bangun)yang

tersinkronisasi

disebabkan oleh tidur

siang yang singkat

b. Derangement psikis

terjadi bila terdapat

penggunaan

kortikosteroid,

termasuk perubahan

mood, insomnia

c. Mengubah pola yang

sudah terbiasa dari

asupan makan klien

pada malam hari

terbukti mengganggu

tidur

d. Hambatan kortikal

pada formasi reticular

akan berkurang

selama tidur,

emningkatkan respons

Page 35: Demensia Askep

- Tampak atau

melaporkan dapat

beristirahat yang

cukup

(mematikan lampu,

ventilasi ruang

adekuat, suhu yang

sesuai, menghindari

kebisingan)

e. Buat jadwal

intervensi untuk

memungkinkan

waktu tidur lebih

lama(memeriksa

tanda vital,

mengubah posisi)

f. Berikan kesempatan

untuk tidur sejenak,

anjurkan latihan

saat siang hari,

turunkan aktivitas

mental/fisik pada

sore hari

otomatik, karenanya

respons

kardiovaskular

terhadap suara

meningkat selama

tidur

e. Gangguan tidur

terjadi dengan

seringnya tidur dan

mengganggu

pemulihan

sehubungan dengan

gangguan psikologis

dan fisiologis,

sehingga irama

sirkadian terganggu

f. Aktivitas fisik dan

mental yang lama

mengakibatkan

kelelahan yang dapat

meningkatkan

kebingungan,

aktivitas yang

terprogram tanpa

stimulasi berlebihan

meningkatkan waktu

Page 36: Demensia Askep

g. Hindari penggunaan

“pengikatan” secara

terus menerus

h. Evaluasi tingkat

stress/orientasi

sesuai

perkembangan hari

demi hari

i. Buat jadwal tidur

secara teratur.

Katakan pada klien

bahwa saat ini

adalah waktu untuk

tidur

j. Berikan makanan

kecil sore hari, susu

hangat, mandi, dan

masase punggung

k. Turunkan jumlah

tidur

g. Risiko gangguan

sensori, meningkatkan

agitasi dan

menghambat waktu

istirahat

h. Peningkatan

kebingungan,

disorientasi, tingkah

laku tidak kooperatif

(sindrom sundower)

dapat mengurangi

tidur

i. Penguatan bahwa

saatnya tidur dan

mempertahankan

kestabilan

lingkungan. Catatan :

penundaan waktu

tidur diindikasikan

agar klien membuang

kelebihan energy dan

memfasilitasi tidur

j. Meningkatkan

relaksasi dengan

perasaan mengantuk

k. Menurunkan

kebutuhan akan

bangun untuk

Page 37: Demensia Askep

minuman sore.

Lakukan berkemih

sebelum tidur

l. Putarkan musik

yang lembut atau

“suara yang jernih”

berkemih selama

malam hari

l. Menurunkan stimulasi

sensori dengan

menghambat suara

lain dari lingkungan

sekitar yang akan

menghambat tidur

5 Kurang perawatan

diri berhubungan

dengan intoleransi

aktivitas,

menurunnya daya

tahan dan kekuatan

ditandai dengan

penurunan

kemampuan

melakukan

aktivitas sehari-

hari.

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

diharapkan klien dapat

merawat dirinya sesuai

dengan

kemampuannya

dengan KH :

Mampu melakukan

aktivitas perawatan

diri sesuai dengan

tingkat kemampuan.

Mampu

mengidentifikasi dan

menggunakan

sumber pribadi/

komunitas yang

dapat memberikan

bantuan.

Mandiria. Identifikasi kesulitan

dalam berpakaian/

perawatan diri,

seperti: keterbatasan

gerak fisik, apatis/

depresi, penurunan

kognitif seperti

apraksia.

b. Identifikasi

kebutuhan

kebersihan diri dan

berikan bantuan

sesuai kebutuhan

dengan perawatan

rambut/kuku/ kulit,

bersihkan kaca

mata, dan gosok

gigi.

c. Perhatikan adanya

Mandiria.Memahami penyebab

yang mempengaruhi

intervensi. Masalah

dapat diminimalkan

dengan menyesuaikan

atau memerlukan

konsultasi dari ahli lain.

b. Seiring perkembangan

penyakit, kebutuhan

kebersihan dasar

mungkin dilupakan.

c.Kehilangan sensori dan

penurunan fungsi

bahasa menyebabkan

klien mengungkapkan

Page 38: Demensia Askep

tanda-tanda

nonverbal yang

fisiologis.

d. Beri banyak waktu

untuk melakukan

tugas.

e. Bantu mengenakan

pakaian yang rapi

dan indah.

kebutuhan perawatan

diri dengan cara

nonverbal, seperti

terengah-engah, ingin

berkemih dengan

memegang dirinya.

d. Pekerjaan yang

tadinya mudah

sekarang menjadi

terhambat karena

penurunan motorik dan

perubahan kognitif.

e.Meningkatkan

kepercayaan untuk

hidup.

6. Koping individu

tidak efektif

berhubungan

dengan pemecahan

masalah tidak

adekuat ditandai

dengan cepat

marah, curiga,

mudah

tersinggung.

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

diharapkan koping

individu menjadi

efektif dengan kriteria

hasil :

- Mampu

menyatakan atau

mengkomunikasika

n dengan orang

terdekat tentang

situasi dan

perubahan yang

Mandiria. Kaji perubahan dari

gangguan persepsi

dan hubungan

dengan derajat

ketidakmampuan

b. Dukung kemampuan

koping

Mandiria. Menentukan bantuan

individual dalam

menyusun rencana

perawatan atau

pemilihan intervensi.

b.Kepatuhan terhadap

program latihan dan

berjalan membantu

memperlambat

kemajuan penyakit.

Dukungan dan sumber

Page 39: Demensia Askep

sedang terjadi

- Mampu

menyatakan

penerimaan diri

terhadap situasi

- Mengakui dan

menggabungkan

perubahan ke

dalam konsep diri

dengan cara yang

akurat tanpa haraga

diri yang negatif

c. Pernyataan

pengakuan terhadap

penolakan tubuh,

mengingatkan

kembali fakta

kejadian tentang

realitas bahwa masih

dapat menggunakan

sisi yang sakit dan

belajar mengontrol

sisi yang sehat

d. Beri dukungan

psikologis secara

menyeluruh

bantuan dapat

diberikan melalui

ketekunan berdoa dan

penekanan keluar

terhadap aktivitas

dengan mepertahankan

patisipasi aktif

c. Membantu klien untuk

melihat bahwa perawat

menerima kedua bagian

sebagai bagian dari

seluruh tubuh.

Mengizinkan klien

untuk merasakan

adanya harapan dan

mulai menerima situasi

baru.

d.Klien Demensia sering

merasa malu, apatis,

tidak adekuat, bosan

dan merasa sendiri.

Perasaan ini dapat

disebabkan akibat

keadaan fisik yang

lambat dan upaya yang

besar dibutuhkan

terhadap tugas-tugas

kecil. Klien dibantu

dan didukung untuk

Page 40: Demensia Askep

e. Bentuk program

aktivitas pada

keseluruhan hari

f. Anjurkan orang yang

terdekat untuk

mengizinkan klien

melakukan hal-hal

untuk dirinya

semaksimal mungkin

g. Dukung perilaku

atau usaha seperti

peningkatan minat

mencapai tujuan yang

ditetapkan (seperti

meningkatnya

mobilitas)

e. Bentuk program

aktivitas pada

keseluruhan hari untuk

mencegha waktu tidur

yang terlalu banyak

yang dapat mengarah

padda tidak adanya

keinginan dari apatis.

Setiap upaya dibuat

untuk mendukung klien

keluar darii tugas-tugas

yang termasuk koping

dengan kebutuhan

mereka setiap hari dan

untuk membentuk klien

mandiri. Apapun yang

dilakukan hanya untuk

keamanan sewaktu

mencapai tujuan

dengan meningkatnya

kemampuan koping.

f. Menghidupkan kembali

perasaan kemandirian

dan membantu

perkembangan harga

diri serta

mempengaruhi proses

Page 41: Demensia Askep

atau partisipasi

dalam aktivitas

rehabilitasi

h. Monitor gangguan

tidur peningkatan

konsentrasi, letargi,

dan withdrawal

Kolaborasi

a. Rujuk pada ahli

neuropsikologi

dan konseling

bila ada indikasi

rehabilitasi.

g.Klien dapat beradaptasi

terhadap perubahan dan

pengertian tentang

peran individu masa

mendatang.

h.Dapat mengindikasikan

terjadinya depresi

dimana memerlukan

intervensi dan evaluasi

lebih lanjut

Kolaborasi

a. Dapat

memfasilitasi

perubahan peran

yang penting

untuk

perkembangan

perasaan.

Kerjasama

fisioterapi,

psikoterapi, terapi

obat-obatan, dan

dukungan

partisipasi

kelompok dapat

menolong

mengurangi

Page 42: Demensia Askep

depresi yang juga

sering muncul

pada kejadian ini.

7. Hambatan

komunikasi verbal

berhubungan

dengan perubahan

persepsi ditandai

dengan disorientasi

tempat, orang dan

waktu.

Setelah diberikan

asuhan keperawatan,

diharapkan klien

tidak mengalami

hambatan komunikasi

verbal dengan kriteria

hasil :

Membuat

teknik/metode

komunikasi yang

dapat dimengerti

sesuai kebutuhan

dan meningkatkan

kemampuan

berkomunikasi

Mandiria. Kaji kemampuan

klien untuk

berkomunikasi.

b. Menentukan cara-

cara berkomunikasi

seperti

mempertahankan

kontak mata,

pertanyaan dengan

jawaban ya atau

tidak,

menggunakan

kertas dan

pensil/bolpoint,

gambar, atau papan

tulis; bahasa

isyarat, penjelas arti

dari komunikasi

yang disampaikan.

c. Letakkan bel/lampu

panggilan di tempat

mudah dijangkau dan

berikan penjelasan

cara

Mandiria. Untuk menentukan

tingkat kemampuan

klien dalam

berkomunikasi.

b. Untuk membantu

proses

berkomunikasi

dengan klien, dan

agar tidak terjadi

miskomunikasi.

c. Untuk memudahkan

klien dalam

memanggil perawat

saat membutuhkan

bantuan.

Page 43: Demensia Askep

menggunakannya.

Jawab panggilan

tersebut dengan

segera. Penuhi

kebutuhan klien.

Katakan kepada

klien bahwa perawat

siap membantu jika

dibutuhkan.

Kolaborasi

a. Kolaborasi

dengan ahli

wicara bahasa.

Kolaborasi

a. Memberikan terapi

bicara pada klien.

8. Risiko terhadap

perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan mudah

lupa, kemunduran

hobi, perubahn

sensori.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan klien

mendapat nutrisi yang

seimbang dengan KH:

Mengubah pola

asupan yang benar.

Mendapat diet

nutrisi yang

seimbang.

Mempertahankan/

mendapat kembali

berat badan yang

sesuai.

Ikut serta dalam

aktifitas yang

mempermudah

Mandiria. Kaji pengetahuan

klien/keluarga

mengenai kebutuhan

makan

b. Usahakan/ berikan

bantuan dalam

memilih menu

c. Berikan makanan

kecil setiap jam

sesuai kebutuhan

d. Hindari makanan

yang terlalu panas

Mandiri a. Identifikasi kebutuhan

untuk membantu

perencanaan

pendidikan

b. Klien tidak mampu

menentukan pilihan

kebutuhan nutrisi

c. Makan makanan kecil

meningkatkan

masukan yang sesuai

d. Makan panas

mengakibatkan mulut

terbakar atau menolak

Page 44: Demensia Askep

koping adaptif. Kolaborasi :

a. Rujuk atau

konsultasikan

dengan ahli gizi

b.Pemberian

suppositoria dan

pelumas faeces /

pencahar.

untuk makan

Kolaborasi:

a. Bantuan diperlukan

untuk

mengembangkan

keseimbangan

diet dan

menemukan

kebutuhan /

makan yang

disukai

b.Pertolongan utama

terhadap fungsi

bowell atau BAB

9. Risiko terhadap

cedera

berhubungan

dengan kesulitan

keseimbangan,

kelemahan, otot

tidak terkoordinasi,

aktivitas kejang.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan Risiko

cedera tidak terjadi

dengan KH :

- Meningkatkan

tingkat aktivitas

- Dapat beradaptasi

dengan lingkungan

untuk mengurangi

risiko

trauma/cedera

- Tidak mengalami

trauma/cedera

Mandiri

a. Kaji derajat

gngguan

kemampuan,tingkah

laku impulsive dan

penurunan persepsi

visual. Bantu

keluarga

mengidentifikasi

risiko terjadinya

bahaya yang

mungkin timbul

Mandiri

a. Mengidentifikasi

risiko di lingkungan

dan mempertinggi

kesadaran perawat

akan bahaya. Klien

dengan tingkah laku

impulsif berisiko

trauma karena

kurang mampu

memgendalikan

perilaku. Penurunan

persepsi visual

berisiko terjatuh

Page 45: Demensia Askep

- Keluarga

mengenali

potensial di

lingkungan dan

mengidentifikasi

tahap-tahap untuk

memperbaikinya

b. Hilangkan sumber

bahaya lingkungan

c. Alihkan perhatian

saat perilaku

teragitasi

d. Gunakan pakaian

sesuai dengan

lingkungan

fisik/kebutuhan

klien

e. Kaji efek samping

obat, tanda

keracunan (tanda

ekstrapiramidal,hip

b. Klien dengan

gangguan kognitif,

gangguan persepsi

adalah awal terjadi

trauma akibat tidak

bertanggung jawab

terhadap kebutuhan

keamanan dasar

c. Mempertahankan

keamanan dengan

menghindari

konfrontasi yang

meningkatkan risiko

terjadinya trauma

d. Perlambatan proses

metabolisme

mengakibatkan

hipotermia.

Hipotalamus

dipengaruhi proses

penyakit yang

menyebabkan rasa

kedinginan

e. Klien yang tidak

dapat melaporkan

tanda/gejala obat

dapat menimbulkan

kadar toksisitas pada

lansia. Ukuran

dosis/penggantian

Page 46: Demensia Askep

otensi

ortostatik,gangguan

penglihatan,

gangguan

gastrointestinal)

f. Hindari penggunaan

restrain terus-

menerus. Berikan

kesempatan

keluarga tinggal

bersama klien

selama periode

agitasi akut

obat diperlukan

untuk mengurangi

gangguan

f. Membahayakan klien,

meningkatkan agitasi

dan timbul risiko

fraktur pada klien

lansia (berhubungan

dengan penurunan

kalsium tulang)

4. Implementasi

(implementasi sesuai dengan intervensi)

5. Evaluasi

Page 47: Demensia Askep

No.

DxDiagnosa Keperawatan Evaluasi

1. Perubahan proses pikir berhubungan

dengan perubahan fisiologis

(degenerasi neuron ireversibel)

ditandai dengan hilang ingatan atau

memori, hilang konsentrsi, tidak

mampu menginterpretasikan stimulasi

dan menilai realitas dengan akurat.

Mampu memperlihatkan kemampuan

kognitifuntuk menjalani konsekuensi

kejadian yang menegangkan terhadap

emosi dan pikiran tentang diri

Mampu mengembangkan strategi untuk

mengatasi anggapan diri yang negative

Mampu mengenali perubahan dalam

berpikir atau tingkah laku dan factor

penyebab

Mampu memperlihatkan penurunan

tingkah laku yang tidak diinginkan,

ancaman, dan kebingungan

2. Perubahan persepsi sensori

berhubungan dengan perubahan

persepsi, transmisi atau integrasi

sensori (penyakit neurologis, tidak

mampu berkomunikasi, gangguan

tidur, nyeri) ditandai dengan cemas,

apatis, gelisah, halusinasi.

Mengalami penurunan halusinasi

Mengembangkan strategi psikososial

untuk mengurangi stress atau mengatur

prilaku.

Mendemonstrasikan respon yang sesuai

stimulasi

Perawat mampu mengidentifikasi

factor eksternal yang berperan terhadap

perubahan

kemampuan persepsi sensori

3. Sindrom stress relokasi berhubungan

dengan perubahan dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari ditandai dengan

kebingungan, keprihatinan, gelisah,

tampak cemas, mudah tersinggung,

Mengidentifikasi perubahan

Mampu beradaptasi pada perubahan

lingkungan dan aktivitas kehidupan

sehari- hari

Mempertahankan rasa berharga pada

Page 48: Demensia Askep

tingkah laku defensive, kekacauan

mental, tingkah laku curiga, dan

tingkah laku agresif.

diri dan identitas pribadi yang positif

Membuat pernyataan positif tentang

lingkungan yang baru

Memperlihatkan penerimaan terhadap

perubahan lingkungan dan penyesuaian

kehidupan

Mampu menunjukan tentang perasaan

yang sesuai/tidak cemas dan rasa takut

berkurang

Tidak menyimpan pengalaman

menyakitkan

Menggunakan bantuan dari sumber

yang tepat selama waktu pengaturan

pada lingkungan baru

4. Perubahan pola tidur berhubungan

dengan perubahan lingkungan

ditandai dengan keluhan verbal

tentang kesulitan tidur, terus-menerus

terjaga, tidak mampu menentukan

kebutuhan/ waktu tidur.

Memahami factor penyebab gangguan

pola tidur

Mampu menentukan penyebab tidur

inadekuat

Mampu memahami rencana khusus

untuk menangani/mengoreksi penyebab

tidur tidak adekuat

Mampu menciptakan pola tidur yang

adekuat dengan penurunan terhadap

pikiran yang melayang-layang

(melamun)

Tampak atau melaporkan dapat

beristirahat yang cukup

5. Kurang perawatan diri berhubungan

dengan intoleransi aktivitas,

Mampu melakukan aktivitas perawatan

diri sesuai dengan tingkat kemampuan.

Page 49: Demensia Askep

menurunnya daya tahan dan kekuatan

ditandai dengan penurunan

kemampuan melakukan aktivitas

sehari-hari.

Mampu mengidentifikasi dan

menggunakan sumber pribadi/

komunitas yang dapat memberikan

bantuan.

6. Koping individu tidak efektif

berhubungan dengan pemecahan

masalah tidak adekuat ditandai

dengan cepat marah, curiga, mudah

tersinggung.

Mampu menyatakan atau

mengkomunikasikan dengan orang

terdekat tentang situasi dan perubahan

yang sedang terjadi

Mampu menyatakan penerimaan diri

terhadap situasi

Mengakui dan menggabungkan

perubahan ke dalam konsep diri dengan

cara yang akurat tanpa haraga diri yang

negative

7. Hambatan komunikasi verbal

berhubungan dengan perubahan

persepsi ditandai dengan disorientasi

tempat, orang dan waktu.

Membuat teknik/metode komunikasi

yang dapat dimengerti sesuai

kebutuhan dan meningkatkan

kemampuan berkomunikasi

8. Risiko terhadap perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mudah lupa,

kemunduran hobi, perubahn sensori.

Mengubah pola asupan yang benar.

Mendapat diet nutrisi yang seimbang.

Mempertahankan/ mendapat kembali

berat badan yang sesuai.

Ikut serta dalam aktifitas yang

mempermudah koping adaptif.

9. Risiko terhadap cedera berhubungan

dengan kesulitan keseimbangan,

kelemahan, otot tidak terkoordinasi,

aktivitas kejang.

Meningkatkan tingkat aktivitas

Dapat beradaptasi dengan lingkungan

untuk mengurangi risiko trauma/cedera

Tidak mengalami trauma/cedera

Page 50: Demensia Askep

Keluarga mengenali potensial di

lingkungan dan mengidentifikasi tahap-

tahap untuk memperbaikinya

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Page 51: Demensia Askep

Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Salemba Medika: Jakarta

Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999

Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002