44
LAPORAN PENELITIAN STIMULUS UNIVERSITAS NASIONAL PERBANDINGAN EFEKTIVITAS SARI KURMA DAN MADU TERHADAP KENAIKAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III PENGUSUL Dr. Retno Widowati., M. Si PUSAT KAJIAN BIOTEKNOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL 2019 DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL

DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

LAPORAN PENELITIAN STIMULUS

UNIVERSITAS NASIONAL

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS SARI KURMA DAN MADU

TERHADAP KENAIKAN KADAR HB PADA IBU HAMIL

TRIMESTER III

PENGUSUL

Dr. Retno Widowati., M. Si

PUSAT KAJIAN BIOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS NASIONAL

2019

DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL

Page 2: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …
Page 3: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

iii

ABSTRAK

Latar Belakang : Rendahnya kadar konsentrasi hemoglobin berdasarkan nilai ambang batas

dapat menyebabkan terjadinya anemia. Ibu hamil trimester III oleh pemerintah sangat dijaga

kondisi kesehatannya, salah satunya adalah pencegahan anemia, yang dilakukan dengan

pemberian tablet Fe. Namun demikian data menunjukkan bahwa ibu hamil trimester III masih

ada yang menderita anemia dan hal ini sangat membahayakan baik ibu maupun janinnya.

Tujuan : membandingkan pengaruh pemberian sari kurma dan madu hutan Apis dorsata

terhadap kenaikan kadar hemoglobin pada ibu hamil.

Metodologi : Penelitian menggunakan desain quasi experiment dengan rancangan non

equaivalent control group design. Sampel meliputi 30 ibu hamil trimester III. Tempat

penelitian di Puskesmas Pandeglang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode

systematic sampling. Subjek penelitian sebanyak 15 orang meminum sari kurma dan 15

orang meminum madu selama 30 hari. Hb diukur dengan menggunakan Esy Touch. Uji

statistik yang digunakan adalah Paired T-Test.

Hasil Penelitian : menunjukkan rata-rata kenaikan kadar hemoglobin pada ibu hamil yang

mengkonsumsi sari kurma sebesar 0,1 gr/dL. Adapun ibu hamil yang mengkonsumsi madu

naik sebesar 0,47 gr/dL. Dari hasil perhitungan menggunakan uji Paired T-Test didapatkan p-

value = 0,000 (p-value < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara pemberian sari kurma dan madu terhadap kenaikan kadar hemoglobin pada

ibu hamil

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara pemberian sari kurma dan madu terhadap kenaikan hemoglobin pada ibu

hamil.

Saran : untuk ibu hamil sebagai penanganan pada anemia yang lebih alami dengan

mengkonsusmi kurma dan madu sehingga meningkatkan kadar hemoglobin serta lebih

ekonomis dan praktis.

Kata Kunci : Sari Kurma, Madu, Hemoglobin.

Page 4: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas

kehendakNya kegiatan Penelitian dengan judul “Perbandingan Efektivitas Sari Kurma

Dan Madu Terhadap Kenaikan Kadar Hb Pada Ibu Hamil Trimester III.” dapat

terlaksana dengan baik. Kegiatan penelitian ini merupakan salah satu kegiatan pada Fakultas

Ilmu Kesehatan serta mendapat pendanaan dari Universitas Nasional melalui Bantuan

Stimulus Penelitian.

Berkaitan dengan selesainya kegiatan penelitian ini, penghargaan dan terima kasih

yang sebesar-besarnya disampaikan kepada :

1. Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Kerja Sama / Ketua

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Nasional Prof. Dr.

Ernawati Sinaga, MS. Apt., yang telah memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini.

2. Saudara N. Desi Suarsih yang telah memberi banyak bantuan dalam pelaksanaan

penelitian ini

3. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas

bantuannya.

Penelitian ini masih ada kekurangannya, namun demikian, semoga hasil penelitian ini

dapat bermanfaat dan dapat dikembangkan di masa yang akan datang untuk kemajuan

Pemanfaatan Tanaman Obat di Indonesia

Jakarta, 9 Juli 2020

Peneliti

Dr. Retno Widowati, M.Si.

Page 5: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii

ABSTRAK ................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

DAFTAR ISI .............................................................................................. v

DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................. 1

B. Kerangka Teori ............................................................. 4

C. Rumusan Penelitian ...................................................... 5

D. Tujuan Penelitian .......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia .......................................................................... 6

B. Zat Besi ......................................................................... 9

C. Hemoglobin ................................................................... 13

D. Buah Kurma ................................................................. 17

E. Madu ............................................................................. 20

F. Perbedaan Kandungan Madu Dan Sari Kurma ............ 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain dan Rancangan Penelitia ................................... 26

B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................... 26

C. Populasi dan Sampel ..................................................... 26

D. Alat dan Bahan .............................................................. 27

E. Cara Kerja ..................................................................... 27

Page 6: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

vi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil .............................................................................. 28

B. Pembahasan ................................................................... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................... 33

B. Saran ............................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 34

Page 7: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

2.1 Kandungan Madu Murni ......................................................................... 22

2.2 Kandungan Murni ................................................................................... 22

2.3 Perbedaan Kandungan Madu Dan Sari Kurma ....................................... 25

4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin Sebelum

Intervensi sari Kurma dan madu.............................................................. 28

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin sesudah

Intervensi sari Kurma dan madu ............................................................. 28

4.3 Rata- Rata Perbedaan Kenaikan Kadar Hb Pada Kelompok Sari Kurma

Dan Madu ................................................................................................ 29

4.4 Perbedaan Rata-Rata Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah

Intervensi Pada Kelompok Sari kurma dan Kelompok Madu ................. 29

Page 8: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

1.1 Kerangka Teori ..................................................................................... 4

2.1 Struktur Hemoglobin ............................................................................ 14

2.2 Sintesis Hemoglobin ............................................................................ 15

Page 9: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, anemia

defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh

wanita diseluruh dunia terutama dinegara berkembang. Badan kesehatan dunia (World

Health Organization = WHO) melaporkan bahwa ibu-ibu hamil yang mengalami

defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya

usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan

dengan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut.

Hasil persalinan pada wanita hamil yang menderita anemia defisiensi besi adalah 12-

28% angka kematian janin, 30% kematian perinatal dan 7-10% angka kematian neonatal

(WHO, 2017).

Dari hasil Riset Kesehataan Dasar (RISKESDAS, 2018) jumlah ibu hamil yang

mengalami anemia paling banyak pada usia 15-24 tahun sebesar 84,6 %, usia 25- 34

tahun sebesar 33,7%, usia 35-44 tahun sebesar 33,6% dan usia 45-54 tahun sebesar 24%

(RISKESDAS, 2018).

Hanya berjarak 82 kilomenter dari kota Jakarta, provinsi Banten, mengalami

persoalan besar soal angka kematian ibu yang jumlahnya terbilang cukup tinggi, angka

tersebut disumbang oleh penyakit anemia "Tingginya angka kematian ibu di provinsi

Banten, sampai September 2018 sudah mencapai 49 kematian. Faktor terbesarnya

adalah karena anemia atau kurang darah (Kuntarso, 2018). Menurut Dinkes Kabupaten

Pandeglang angka kejadian anemia pada ibu hamil sebesar 49,55% (Dinkes Provinsi

Banten, 2018).

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah

(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin

yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Anemia dalam

kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada

trimester I dan III atau <10,5 gr% pada trimester II (Proverawati, 2013).

Page 10: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

2

Salah satu penyebab tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil yaitu kebutuhan

zat besi yang meningkat akibat perubahan fisiologi dan metabolisme pada ibu,

inadequate intake (utamanya zat besi, dan juga defisiensi asam folat dan vitamin B12),

gangguan penyerapan, infeksi (malaria dan kecacingan), kehamilan yang berulang,

thalasemia dan sickle cell disease, kondisi sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan ibu

(Hidah, 2009).

Upaya pembangunan kesehatan gizi masyarakat sebagai bagian dari program

pembangunan nasional merupakan salah satu strategi yang tepat untuk dilaksanakan saat

ini. Yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang

optimal, dimana salah satu program yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi

empat masalah gizi utama yang ada di Indonesia, yang salah satunya adalah Anemia

Gizi besi (AGB) (Sinaga, 2005).

Pemerintah sudah mencanangkan program pemberian 90 tablet Fe selama masa

kehamilan, tetapi angka anemia masih saja tinggi. Pemberian makanan atau sari buah

yang kaya akan kandungan zat besi dan nutrisi lainnya menjadi salah satu alternaif

solusi untuk mencegah terjadinya anemia. Jenis – jenis makanan yang diperkirakan

dapat mencegah anemia di antaranya madu, jeruk, jambu biji merah, bit dan sari kurma

merupakan hasil olahan buah kurma yang memiliki kandungan zat besi sebesar 1,5 mg

per buah. Selain itu memiliki rasa enak dan digemari oleh segala kelompok usia. Sari

buah kurma yang kaya akan zat besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Selain itu,

sari kurma juga mengandung protein, serat, glukosa, vitamin, biotin, niasin, asam folat,

kalsium, sodium dan potasium. Kadar protein pada sari buah kurma sekitar 1,8-2%,

kadar glukosa sekitar 50-57%, dan kadar serat 2-4% (Jahromi, 2007).

Madu odeng atau madu yang berasal dari hutan merupakan bahan alami dengan

kandungan nutrisi yang beragam dan dibutuhkan tubuh. Beberapa diantaranya seperti

fruktosa, vitamin C, vitamin B6, riboflavin, folat, zat besi, kalsium, forsfor, zinc,

magnesium, mangan, tembaga, natrium dan selenium. Semua mineral ini berperan

penting untuk menjaga fungsi tubuh agar berjalan dengan baik. Wanita hamil rentan

terkena mengalami anemia, biasanya tubuh akan memunculkan gejala, meski kadang

tak disadari. Gejala umumnya yaitu, kelelahan dan pusing. Dengan kandungan zat besi

di dalam madu mampu memproduksi sel darah merah untuk mengurangi gejala kurang

Page 11: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

3

darah atau anemia. Penyakit anemia ini bisa diatasi dengan madu karena kandungan zat

besi dan berbagai vitamin serta nutrisi yang terdapat dalam madu (Dewi, 2018 ).

Penelitian yang pernah dilakukan tentang pemberian sari kurma (Phoenix

dactylifera) terhadap kadar hemoglobin pada tikus jantan galur wistar yang anemia

mendapatkan hasil bahwa kadar hemoglobin tikus yang defisiensi besi dan diberi sari

kurma dosis 50% dan 100% lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi sari

kurma akan tetapi lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Hasil uji One Way Anova

pada penelitian menunjukkan pemberian sari kurma berpengaruh secara signifikan

(p<0,05) terhadap kadar hemoglobin darah tikus yang defisiensi besi (Zen, 2013).

Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Pandeglang menunjukkan bahwa angka

anemia pada tahun 2018 di Desa Kadomas sebanyak 35 orang atau 35%. Angka ini

lebih tinggi dibandingkan dengan Desa lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Pandeglang. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meninjau lebih lanjut pengaruh

pemberian sari kurma dengan kenaikan kadar hemoglobin dalam kehamilan. Hal ini

ditinjau dari faktor kandungan zat besi dan protein yang terdapat didalam sari kurma

yang diberikan kepada ibu hamil. Dalam penelitian ini, penulis mengambil judul

“Perbandingan efektivitas pemberian sari kurma dan madu dengan kenaikan kadar

hemoglobin pada ibu hamil.

Page 12: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

4

B. Kerangka Teori

Gambar 1.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber: Rahmani (2014), Syahidatul, (2018) Roosleyn, (2016)

Status besi (haemoglobin, ferritin, transferrin)

Besi Fero

Fisiologi kehamilan 1. Peningkatan asupan

gizi 2. Peningkatan

kebutuhan zat besi 3. Perubahan volume

darah atau hemodilusi

4. Gangguan penyerapan zat besi

5. Kebutuhan vitamin C 85 mg perhari

Penyerapan zat besi

Anemia (Hb < 11gr%)

Mereduksi besi feri menjadi fero

Sari kurma

Faktor resiko anemia masa hamil 1. Gangguan

kelangsungan kehamilan (Abortus, Prematur)

2. Gangguan proses persalinan (Atonia uteri, inersia uteri)

3. Gangguan pada masa nifas (Subinvolusio uteri, produksi ASI rendah)

4. Gangguan pada janin (BBLR, mikrosomia)

Madu odeng

Peningkatan Kadar Hb

Page 13: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

5

C. Permasalahan

1. Ibu hamil telah konsumsi tablet Fe setiap 1 kali per hari, namun masih banyak ibu

hamil yang memiliki kadar hemoglobin rendah.

2. Masih banyak ibu hamil trimester III yang menderita anemia.

3. Belum diketahui perbandingan efektivitas sari kurma dan madu dalam pemberian

tablet Fe terhadap peningkatan hemoglobin.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Membandingkan efektivitas pemberian sari kurma dan madu untuk

meningkatkan kadar kenaikan hemoglobin pada ibu hamil trimester III di Wilayah

Kerja Puskesmas Pandeglang, Kabupaten Pandenglang, Provinsi Banten.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya rata-rata kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester III sebelum

dan sesudah mengkonsumsi tablet Fe dan sari kurma di Wilayah Kerja

Puskesmas Pandeglang.

b. Diketahuinya rata-rata kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester III sebelum

dan sesudah mengkonsumsi tablet Fe dan madu di Wilayah Kerja Puskesmas

Pandeglang.

c. Diketahuinya pengaruh konsumsi tablet Fe, sari kurma dan madu terhadap kadar

hemoglobin pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas

Pandeglang.

Page 14: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia

1. Pengertian Anemia pada Ibu Hamil

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah masa eritrosit

(red cell mass), sehingga darah tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa

oksigen dalam jumlah yang cukup kejaringan perifer. Secara praktis, anemia

ditunjukkan oleh perubahan hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit. Tetapi yang

paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin dan hematokrit (Maulina, 2015).

Anemia hamil disebut “potensial danger to mother and child” (potensial

membahayakan ibu dan anak). Oleh karena itulah anemia memerlukan perhatian serius

dan semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada masa yang akan dating

(Suryandari, 2015).

Anemia pada ibu hamil adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau

menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan

organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi

anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,5 sampai dengan 11,0 g/dL

(Roosleyn, 2016).

Dalam kehamilan terjadi peningkatan volume plasma darah sehingga terjadi

hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel-sel darah merah lebih sedikit dibandingkan

dengan peningkatan volume plasma, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodelusi).

Pertambahan volume darah tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah

18% dan hemoglobin 19%. Keadaan tersebut disebut sebagai anemia fisiologis

(Roosleyn, 2016).

Penyebab anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi

dapat terjadi karena tidak atau kurang mengonsumsi zat besi dalam bentuk sayuran,

makanan atau suplemen. Terutama pada wanita hamil dan anak-anak. Wanita hamil

sering terjadi kekurangan zat besi ini karena bayi memerlukan sejumlah zat besi yang

besar untuk pertumbuhan. Defisiensi besi pada wanita hamil dapat menyebabkan bayi

berat lahir rendah dan persalinan premature. Wanita pra-hamil dan Universitas

Page 15: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

7

Sumatera Utara 12 hamil secara rutin diberikan suplemen zat besi untuk mencegah

komplikasi. Gangguan penyerapan, dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dari

makanan pada saluran gastrointestinal (GI) dan dari waktu ke waktu dapat

mengakibatkan anemia. (Proverawati, 2011).

Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodelusi

(pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada

kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan

hemoglobin sekitar 19 % (Manuaba, 2010).

2. Macam Anemia pada Ibu Hamil

a. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi merupakan penyebab tersering anemia selama kehamilan

dan masa nifas adalah defisiensi besi serta kehilangan darah akut. Tidak jarang

keduanya saling berkaitan erat. Pengeluaran darah yang berlebihan disertai

hilangnya besi hemoglobin dan terkurasnya simpanan besi pada suatu kehamilan

dapat menjadi faktor penyebab anemia defisiensi besi pada kehamilan berikutnya.

Status gizi yang kurang sering berkaitan dengan anemia defisiensi besi. Pada gestasi

biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang dipicu oleh kehamilannya

rata-rata mendekati 800 mg; sekitar 500 mg bila tersedia untuk ekspansi massa

hemoglobin ibu, sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui usus, urin, dan keringat

(Roosleyn, 2016).

b. Anemia akibat Perdarahan Akut

Anemia akibat perdarahan akut sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta

dan plasenta previa dapat menjadi sumber perdarahan serius dan anemia sebelum

atau setelah pelahiran. Pada awal kehamilan, anemia akibat perdarahan sering terjadi

pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Perdarahan

masih membutuhkan terapi untuk memulihkan perfusi di organ-organ vital

(Roosleyn, 2016).

c. Anemia pada Penyakit Kronik

Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat merupakan ciri

penyakit kronik. Saat ini, gagal ginjal kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi virus

Page 16: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

8

imunodefisiensi manusia (HIV), dan peradangan kronik merupakan penyebab

tersering anemia bentuk ini. Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat

menyebabkan anemia (Roosleyn, 2016).

d. Defisiensi Megaloblastik / Defisiensi vitamin B12

Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 selama

kehamilan sangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan tubuh dalam menyerap

vitamin B12 karena tidak adanya faktor intrinsik. Ini adalah suatu penyakit

autoimun yang sangat jarang pada wanita dengan kelainan ini (Suryandari, 2015).

e. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan penghancuran sel darah merah yang lebih cepat

dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh:

1) faktor intrinsik seperti anemia hemolitik heriditer, talasemia, anemia sel sabit

2) Faktor ekstrinsik seperti penyakit malaria, sepsis, keracun zat logam, obat-

obatan, leukemia dan lain-lain. Pengobatan bergantung pada jenis anemia

hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya di

berantas dan diberikan obat penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-

obatan, hal ini tidak memberikan hasil. Maka transfusi darah yang berulang dapat

membantu penderita ini (Roosleyn, 2016).

f. Anemia Apoblastik

Walaupun jarang dijumpai pada kehamilan, anemia apoblastik adalah suatu

penyulit yang parah. Diagnosis ditegakkan apabila dijumpai anemia, biasanya

disertai trombositopenia, leukopenia, dan sumsum tulang yang sangat hiposeluler.

Kejadian anemia apoblastik diperantarai oleh proses imunologis (Suryandari, 2015).

3. Penyebab Anemia dalam Kehamilan

a. Sebab Langsung

1) Kecukupan makanan

Penurunan jumlah zat besi dapat disebabkan oleh kurangnya zat besi yang

terdapat dalam sumber makanan, makanan cukup zat besi namun bentuk besi

tidak mudah diserap atau mengandung zat penghambat absorbsi besi.

Page 17: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

9

2) Infeksi penyakit

Beberapa penyakit dapat menyebabkan kejadian anemia, seperti penyakit-

penyakit kronis.

b. Sebab Tidak Langsung

Secara tidak langsung, perhatian terhadap wanita yang masih rendah dikeluarga

dapat menjadi penyebab kejadian anemia. Misalnya, wanita mengeluarkan energi

lebih banyak di dalam keluarga atau kurangnya kasih sayang keluarga terhadap

wanita.

c. Sebab Mendasar

Anemia gizi lebih sering terjadi pada kelompok penduduk sebagai berikut:

1) Keluarga yang memiliki pendidikan yang rendah, karena pada umumnya kurang

memahami dalam memilih bahan makanan bergizi, khususnya yang mengandung

zat besi.

2) Ekonomi yang rendah sehingga kurang mampu membeli makanan sumber zat besi

karena harganya relatif mahal.

3) Status sosial wanita yang masih rendah di masyarakat, hal ini disebabkan: rata-

rata pendidikan wanita lebih rendah dari laki-laki dan upah tenaga kerja wanita

umumnya lebih rendah.

4) Lokasi geografis yang buruk seperti daerah terpencil dan daerah endemis penyakit

yang dapat memperberat anemia (Amirudin, 2007).

B. Zat Besi

Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama

diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah). Sebagian besar besi berada di

dalam hemoglobin, yaitu molekul protein yang berfungsi mengangkut oksigen dalam

darah ke sel-sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein

menjadi energi (Almatsier, 2012).

Zat besi juga merupakan bagian dari mioglobulin yaitu molekul yang mirip

hemoglobin yang terdapat di sel-sel otot, yang juga berfungsi mengangkut oksigen.

Mioglobulin yang berkaitan dengan oksigen inilah yang membuat daging berwarna

merah. Disamping sebagai komponen hemoglobin dan mioglobulin, besi juga

Page 18: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

10

merupakan komponen dari enzim oksidasi seperti xanthine oksidase, suksinat

dehidrogenase, katalase dan peroksidase (Roosleyn, 2016).

Zat besi diperlukan untuk pembentukan kompleks besi sulfur dan heme.

Kompleks besi sulfur diperlukan dalam kompleks enzim yang berperan dalam

metabolisme energi. Heme tersusun atas cincin porfirin dengan atom besi di sentral

cincin yang berperan mengangkut oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dan

mioglobin dalam otot (Sukrat, 2006).

Sebagian besar Fe dalam tubuh terdapat dalam bentuk konjugasi dengan protein

seperti mioglobulin, transferin, ferritin, hemosiderin. Zat besi dalam tubuh terdapat

dalam bentuk ferri atau ferro. Bentuk aktif zat besi biasanya terdapat dalam bentuk

ferro, sedangkan bentuk inaktif terdapat dalam bentuk ferri (Almatsier, 2012).

1. Manfaat Utama dan Fungsi Zat besi

Desi & Dwi (2009) menyebutkan manfaat dan fungsi zat besi bagi ibu hamil yaitu:

a. Sebagai komponen dalam pembentukan sel darah merah, cadangan Fe pada bayi

yang baru lahir. Sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke

jaringan dan mengangkut nutrisi dari ibu ke janin.

b. Untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah merah. Kecukupan sel darah

merah akan menjamin sirkulasi oksigen dan metabolisme zatzat gizi yang

dibutuhkan ibu hamil. Asupun zat besi sejak awal kehamilan yang cukup baik,

maka akan digunakan oleh janin untuk kebutuhan tumbuh kembangnya, sekaligus

disimpan dalam hati sebagai cadangan sampai umur 6 bulan setelah dilahirkan

(Roosleyn, 2016).

2. Metabolisme Zat Besi

Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata sekitar 4 gram. Kira-kira 65% diantaranya

dalam bentuk hemoglobin, 4% terdapat dalam bentuk mioglobin, 1% dalam bentuk

berbagai senyawa heme. Selain itu, 0,1 berikatan dengan protein transferin dalam

plasma darah dan 15-30% disimpan dalam hati dalam bentuk ferritin (Syahidatul, 2018).

Ketika besi diabsorbsi dari usus halus, besi tersebut segera bergabung dalam plasma

darah berikatan dengan globulin atau transferrin dan ditranspor dalam bentuk ikatan di

Page 19: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

11

dalam plasma darah. Besi berikatan sangat lemah dengan molekul globulin, akibatnya

dapat dilepaskan ke setiap jaringan dan pada setiap tempat di dalam tubuh (Syahidatul,

2018).

Kelebihan besi dalam darah, ditimbun dalam hati yang kemudian besi berikatan

dengan apoferitin untuk membentuk ferritin. Bila jumlah besi dalam plasma turun, besi

dikeluarkan dari ferritin dengan mudah, kemudian ditranspor ke bagian tubuh yang

memerlukan (Syahidatul, 2018).

Bila sel darah merah telah melampaui masa hidupnya dan hancur, maka hemoglobin

yang dilepaskan dari sel akan dicerna oleh sel-sel dari sistem makrofag-monosit. Dari

sini terjadi pelepasan besi bebas yang kemudian disimpan di tempat penyimpanan

ferritin. Besi digunakan lagi untuk membentuk hemoglobin baru (Syahidatul, 2018).

3. Penyerapan Zat Besi

Zat besi mudah diserap dari usus dalam bentuk ferro. Penyerapan ini mempunyai

mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar ferritin yang terdapat di dalam sel-sel

mukosa usus. Pada kondisi Fe yang baik, hanya sekitar 10% dari Fe yang terdapat di

dalam makanan diserap ke dalam mukosa usus, tetapi dalam kondisi defisiensi lebih,

banyak Fe dapat diserap untuk menutupi kekurangan zat besi tersebut (Almatsier,

2012).

Sebelum diabsorbsi, di dalam lambung besi dibebaskan terlebih dahulu dari ikatan

organik, seperti protein. Sebagian besar besi dalam bentuk ferri direduksi menjadi

bentuk ferro. Hal ini terjadi dalam suasana asam di dalam lambung dengan adanya HCl

dan vitamin C dari makanan (Almatsier, 2012).

Agustriadi (2006) menambahkan bahwa proses absorbsi besi dibagi menjadi 3 fase,

yaitu:

a. Fase luminal, yaitu besi pada makanan dilepas ikatannya karena pengaruh asam

lambung dan direduksi dari ferri menjadi ferro yang siap diserap di duodenum.

b. Fase mukosal, merupakan suatu proses aktif yang sangat kompleks dan terkendali

dimana zat besi diabsirbsi oleh sel-sel mukosa usus.

Page 20: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

12

c. Fase korporeal, dimana besi yang sudah diserap enterosit dan melewati bagian basal

epitel usus, memasuki kapiler usus lalu dalam darah diikat oleh apotransferin

menjadi transferin.

4. Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi

a. Bentuk besi, besi heme yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin

dapat diserap dua kali lipat daripada non-heme.

b. Asam organik, membantu penyerapan besi non-heme dengan mengubah bentuk

ferri menjadi ferro.

c. Asam fitrat dan asam oksalat, menghambat penyerapan zat besi

d. Tanin, menghambat absorbsi zat besi dengan cara mengikatnya

e. Tingkat keasaman lambung, meningkatkan daya larut besi

f. Faktor intrinsik, di dalam lambung membantu penyerapan besi

g. Kebutuhan tubuh, kebutuhan besi meningkat bila masa pertumbuhan (Almatsier,

2012).

5. Kebutuhan Fe/Zat besi pada Masa Kehamilan

Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu rata-rata 800 mg – 1040 mg. Kebutuhan ini

diperlukan untuk:

a. ± 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin

b. ± 50-75 mg untuk pembentukan plasenta

c. ± 500 mg digunakan untuk meningkatkan massa hemoglobin maternal atau sel

darah merah

d. ± 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit

e. ± 200 mg lenyap ketika melahirkan

Cunningham & Garry (2010) menyebutkan bahwa besarnya angka kejadian anemia

ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan

trimester III sebesar 70%. Hal ini disebabkan pada trimester pertama kehamilan, zat besi

yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih

lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita

Page 21: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

13

akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi

sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen baik untuk ibu maupun

janin yang dikandungnya (Ojofeitimi, 2008).

Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang

melalui tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan basal ini kirakira 14 ug per kg berat

badan per hari atau hampir sama dengan 0,9 mg zat besi pada laki-laki dewasa dan 0,8

mg bagi wanita dewasa (Sukrat & Sirichotiyakul, 2006).

Kebutuhan zat besi pada ibu hamil berbeda pada setiap umur kehamilannya, pada

trimester I naik dari 0,8 mg/hari, menjadi 6,3 mg/hari pada trimester III. Kebutuhan

akan zat besi sangat menyolok kenaikannya. Dengan demikian kebutuhan zat besi pada

trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari makanan saja, namun juga harus disuplai

dari sumber lain agar supaya cukup. Penambahan zat besi selama kehamilan kira-kira

1000 mg, karena mutlak dibutuhkan untuk janin, plasenta dan penambahan volume

darah ibu. Sebagian dari peningkatan ini dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan

peningkatan adaptif persentase zat besi yang diserap, akan tetapi bila simpanan zat besi

rendah dan zat besi yang diserap dari makanan sangat sedikit, maka diperlukan

suplemen preparat besi (Sharma & Meenakshi, 2010).

Untuk itu kebutuhan Fe disesuaikan dengan usia kehamilan atau kebutuhan zat besi

tiap semester, yaitu sebagai berikut:

a. Trimester I: kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari)

ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.

b. Trimester II: kebutuhan zat besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari)

ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan konseptus 115 mg.

c. Trimester III: kebutuhan zat besi 5 mg/hari, ditambah kebutuhan sel darah merah

150 mg dan konseptus 223 mg.

C. Hemoglobin

1. Definisi Hemoglobin

Hemoglobin merupakan salah satu bagian dari darah yang memiliki peranan penting

dalam pembentukan eritrosit (Saputro & Said, 2015).

Page 22: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

14

Haemoglobin adalah molekul protein yang mengangkut sel darah merah sebagai

media transportasi O2, Haemoglobin dibentuk dalam sel darah merah pada sumsum

tulang belakang,dan kegagalan pembentukan haemoglobin dapat disebabkan karena

kekurangan protein. Faktor pembentuk hemoglobin seperti Fe, B12 dan, asam folat

semuanya terdapat dalam kurma (Rahayu, 2017).

Setiap molekul hemoglobin mengandung 5% pigmen heme yang mengandung

zat besi dan 95% globulin, sebuah polipeptida. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa

oksigen yang kaya akan zat besi dalam sel darah merah, dan oksigen dibawa dari paru-

paru ke dalam jaringan (Almatsier, 2012).

Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin menjadikan hemoglobin

tampak berwarna kemerahan apabila berikatan dengan oksigen dan kebiruan apabila

mengalami deoksigenasi. Dengan demikian, darah arteri yang teroksigenasi sempurna

tampak merah dan darah vena yang telah kehilangan sebagian oksigen di jaringan

memperlihatkan rona kebiruan (Widyaningrum & Anisa, 2018).

2. Struktur Hemoglobin

Molekul hemoglobin terdiri dari dua bagian, yaitu globin dan heme. Bagian

globin merupakan suatu protein yang terbentuk dari 4 rantai polipeptida yang berlipat-

lipat. Heme merupakan gugus netrogenosa non protein yang mengandung besi dan

masing-masing terikat pada satu polipeptida (Syahidatul, 2018).

Gambar 2.1 Struktur Hemoglobin (Syahidatul, 2018)

Page 23: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

15

Ada dua pasang polipeptida di dalam setiap molekul hemoglobin, dua dari

subunit tersebut mengandung satu jenis polipeptida lain. Pada hemoglobin manusia, dua

jenis polipeptida tersebut disebut rantai α yang masing-masing mengandung 141 residu

asam amino dan rantai β masingmasing mengadung 146 residu asam amino.

Hemoglobin ini diberi kode α2β2 (Syahidatul, 2018).

3. Sintesis Hemoglobin

Gambar 2.2 Sintesis Hemoglobin (Syahidatul, 2018)

Sintesis hemoglobin dimulai dalam proeritroblas, kemudian dilanjutkan pada

stadium retikulosit. Secara kimiawi, pembentukan hemoglobin terdiri dari 5 tahapan.

Pertama, suksinil-KoA yang dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk

membentuk molekul pirol. Selanjutnya, 4 molekul pirol bergabung untuk membentuk

protoporfirin yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme.

Page 24: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

16

Akhirnya, tiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida Panjang (globulin)

yang disintesis oleh ribosom, membentuk suatu subunit hemoglobin yang disebut rantai

hemoglobin. Tiap-tiap rantai tersebut mempunyai berat molekul kira-kira 16.000 Da.

Empat dari molekul ini selanjutnya akan berikatan satu sama lain secara longgar untuk

membentuk molekul hemoglobin yang lengkap (Syahidatul, 2018).

4. Katabolisme Hemoglobin

Hemoglobin yang dilepaskan sewaktu sel-sel darah merah pecah, akan segera

difagositosit oleh sel-sel makrofag di dalam tubuh, terutama di dalam hati (sel-sel

kupffer), limpa dan sumsum tulang. Selanjutnya selama beberapa jam atau beberapa

hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin kembali

ke dalam darah untuk diangkut oleh transferin menuju sumsum tulang. Selain itu, juga

menuju ke hati dan jaringan-jaringan lainnya untuk disimpan dalam bentuk ferritin.

Bagian porfirin dari molekul hemoglobin akan diubah oleh sel-sel makrofag melalui

serangkaian tahapan menjadi pigmen bilirubin yang akan dilepaskan ke dalam darah

dan akhirnya akan disekresikan oleh hati masuk ke dalam empedu (Syahidatul, 2018).

5. Hemoglobin pada Ibu Hamil

Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah dan

berfungsi antara lain untuk: mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh

jaringan tubuh, mengikat dan membawa CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru,

memberi warna merah pada darah serta mempertahankan keseimbangan asam-basa dari

tubuh (Sumarni, 2014).

Hemoglobin (Hb) merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk

mengukur prevalensi anemia. Proverawati (2009) menyebutkan bila kadar Hb ibu hamil

<11 gr% maka kadar hemoglobin ibu hamil tersebut dikatakan tidak normal atau anemia

(Muazizah, 2011).

Batasan normal kadar hemoglobin wanita hamil menurut WHO adalah > 11 g/dL.

Menurut Roosleyn (2016), derajat anemia pada ibu hamil berdasarkan kadar

hemoglobin menurut WHO sebagai berikut:

Page 25: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

17

a. Ringan sekali : Hb 10 g/dL - batas normal

b. Ringan : Hb 8 g/dL – 9,9 gr/dL

c. Sedang : Hb 6 g/dL – 7,9 gr/dL

d. Berat : Hb < 6 gr/dL

Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan darah antara lain :

1) Komponen yang berasal dari makanan terdiri dari: protein, glukosa, lemak, vitamin

B12, B6, asam folat dan vitamin C serta elemen dasar: Fe, Cu, dan Zn.

2) Sumber pembentukan darah

3) Sumsum tulang

4) Kemampuan reabsorbsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan

5) Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel–sel darah merah yang

sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah

yang baru.

6) Terjadinya perdarahan kronik yang menahun: gangguan menstruasi, penyakit yang

dapat mengakibatkan perdarahan pada wanita seperti miomauteri, polip servik,

penyakit darah, parasit dalam usus.

Di Indonesia umumnya kadar Hb yang kurang disebabkan oleh kekurangan zat

besi. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan janin baik

sel tubuh maupun sel otak. Kadar Hb yang tidak normal menurut dapat mengakibatkan

kematian janin dalan kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR dan risiko yang lain

(Muazizah, 2011).

D. Buah Kurma

1. Taksonomi Buah Kurma

Buah kurma atau yang dikenal dengan nama ilmiah Phoenix dactylifera.

merupakan salah satu jenis tumbuhan palem yang buahnya memiliki rasa manis

sehingga dapat dikonsumsi oleh banyak orang. Nama ilmiah buah kurma Phoenix

dactylifera. berasal dari bahasa Yunani, “Phoenix” yang artinya buah merah atau ungu,

dan “dactylifera” dalam bahasa Yunani disebut dengan “daktulos” yang berarti jari,

seperti yang tampak pada bentuk buah kurma (Shabib & Marshall, 2003).

Page 26: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

18

Genus dari buah kurma yaitu “Phoenix” terdiri atas 12 spesies yang banyak

dikenal sebagai tanaman hias, namun hanya spesies buah kurma yang dapat dipanen,

meskipun sebenarnya ada 5 spesies buah yang dapat dimakan selain kurma (Shabib &

Marshall, 2003).

2. Manfaat Buah Kurma

a. Membantu proses persalinan

Ibu hamil yang akan melahirkan sangat membutuhkan makanan yang kaya akan

unsur gula, hal ini karena kontraksi otot-otot Rahim ketika akan mengeluarkan

bayi. Kandungan gula dan vitamin B1 dalam buah kurma sangat membantu untuk

mengontrol laju gerak rahim dan mengatur kontraksi jantung ketika darah dipompa

ke pembuluh nadi (Kemenkes RI, 2010).

b. Menetralisir asam

Buah kurma kaya dengan zat garam mineral yang menetralisasi asam, seperti

kalsium dan potasium. Buah kurma adalah makanan terbaik untuk menetralisasi zat

asam yang ada pada perut karena meninggalkan sisa yang mampu menetralisasi

asam setelah dikunyah dan dicerna yang timbul akibat mengkonsumsi protein

(Khazanah, 2011).

c. Mengatasi sembelit

Serat pangan yang terkandung dalam buah kurma cukup besar. Serat bermanfaat

menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan menghambat penyerapan lemak

atau kolesterol di dalam usus besar, sehingga kolesterol dalam darah tidak

meningkat (Khazanah, 2011).

d. Sebagai antioksidan

Kurma merupakan sumber antioksidan yang baik. Antioksidan diketahui memiliki

peran penting dalam pencegahan kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.

Antioksidan yang terkandung dalam buah kurma antara lain karotenoid, yang

kadarnya bisa mencapai 973 mg/ 100 g kurma kering, fenolik sekitar 239,5 mg/ 100

g kurma kering, flavonoid dan tanin (Utami & Risti, 2017).

Page 27: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

19

e. Sebagai anti-tumor

Berdasarkan penelitian terdahulu dilaporkan bahwa beta D-glucan yang terkandung

dalam kurma memiliki aktivitas anti-tumor. Penelitian yang dilakukan pada kurma

ajwa menunjukkan adanya efek potensi dalam memperbaiki kerusakan dari

ochratoxin nepherotoxicity yang dapat menyebabkan gagal ginjal (Rahmani, 2014).

f. Sebagai anti-diabetes

Kandungan zat aktif yang terdapat dalam ekstrak kurma seperti flavonoid, steroid,

fenol, dan saponin memiliki peran sebagai antidiabetes. Berdasarkan penelitian

menunjukkan bahwa mengonsumsi kurma memberikan manfaat dalam mengontrol

glikemik dan lemak pada pasien diabetes (Rahmani, 2014).

g. Mencegah anemia

Kurma mengandung zat besi, protein, karbohidrat dan lemak yang dapat

meningkatkan kadar hemoglobin sehingga dapat mencegah terjadinya anemia

(Sotolu, 2011).

h. Sebagai anti-inflamasi

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa komponen seperti fenol dan flavonoid yang

terkandung dalam tumbuhan memiliki efek sebagai agen anti-inflamasi yang baik.

Buah kurma memiliki peran penting sebagai antiinflamasi dan berdasarkan

penelitian terbaru melaporkan bahwa kandungan dalam kurma ajwa seperti etil

asetat, methanol, serta ekstrak kurma ajwa dapat menginhibisi enzim lipid

peroksidasi siklooksigenase COX-1 dan COX-2 (Rahmani, 2014).

3. Kandungan Nutrisi Buah Kurma

Kandungan nutrisi kurma tergantung dari varietas kurma dan kandungan airnya.

Umumnya mengandung zat-zat berikut: gula (campuran glukosa, sukrosa, dan fruktosa),

protein, lemak, serat, vitamin A, B1, B2, B3, potasium, kalsium, besi, klorin, tembaga,

magnesium, sulfur, fosfor, dan beberapa enzim (Al-Shahib, 2003; Khazanah, 2011).

Kandungan gulanya sebagian besar merupakan gula monosakarida, sehingga

mudah dicerna tubuh, antara lain glukosa dan fruktosa. Pada varietas kurma tertentu,

juga terdapat gula sukrosa. Kandungan gula pada kurma sangat tinggi, sekitar 70 persen,

yaitu 70-73 gram per 100 gram (Khazanah, 2011).

Page 28: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

20

Selain itu, kurma juga mengandung tanin. Tanin merupakan unsur penting yang

bertanggungjawab terhadap sekresi 5-hydroxytryptamin (serotonin) dan thromboxane

A2 (TXA2) yang keduanya berperan penting dalam proses hemostasis primer

(Rohrbach, 2007).

Proses hemostasis ini kemudian dilanjutkan dengan proses pembentukan sumbat

trombosit dan pembekuan darah sehingga kebocoran vaskuler akan dapat teratasi. Selain

kandungan air dan karbohidrat yang dimiliki, kurma juga memiliki kandungan asam

lemak, yang terdiri dari lemak tersaturasi seperti capric, lauric, myristic, palmitic,

stearic, margaric, arachidic, heneicosanoic, behenic, dan asam tricosanoic, serta lemak

yang tidak tersaturasi seperti palmitoleic, oleic, linoleic,dan asam linolenic. Kurma juga

dikenal sebagai buah dengan kandungan protein tertinggi yaitu 2.3-5.6% dibandingkan

dengan buah-buah lain, seperti apel (0,3%), jeruk (0,7%), pisang (1,0%), dan anggur

(1,0%) (Assirey, 2014).

Dalam beberapa riset ditemukan bahwa kurma mengandung serat yang memiliki

efek baik terhadap kesehatan. Kurma mengandung 0,5-3,9% pektin, sebagaimana

diketahui bahwa pektin dapat mengurangi faktor resiko penyakit metabolik yang

berkaitan dengan heart disease dan diabetes, serta serat yang terdapat dalam kurma juga

berfungsi untuk menurunkan level kolesterol dalam tubuh (Assirey, 2014)

E. Madu

1. Definisi Madu

Madu adalah cairan kental yang dihasilkan oleh lebah dari nectar bunga. Madu

juga merupakan suatu campuran gula yang dibuat oleh lebah dari larutan gula alami

hasil dari bunga yang disebut nektar. Madu hasil dari lebah yang ditampung dengan

metode pengambilan moderen berupa cairan jernih dan bebas dari benda asing (Rahayu,

2017).

2. Jenis Madu

a. Madu digolongkan berdasarkan bunga sumber nektarnya yaitu :

1) Madu monoflora merupakan madu yang sumber nektarnya didominasi oleh

satu jenis tanaman, contohnya madu kapuk, madu randu, madu kelengkeng,

madu karet, madu jeruk, madu kopi dan madu kaliandra.

Page 29: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

21

2) Madu multiflora atau madu poliflora merupakan madu yang sumber nektar dari

berbagai jenis tanaman, contohnya madu Nusantara, madu Sumbawa dan madu

Kalimantan. Lebah cenderung mengambil nektar dari satu jenis tanaman dan

akan mengambil dari tanaman lain apabila belum mencukupi (Abdillah, 2017).

b. Madu digolongkan berdasarkan sumber madu yang dihasilkan dari dua jenis

lebah, yaitu lebah liar dan lebah budidaya. Madu yang dihasilkan dari lebah liar

berasal dari pohon yang berbatang tinggi yang disebut oleh masyarakat dengan

nama pohon sialang. Warna madunya juga cenderung pekat. Sedangkan madu

yang dihasilkan dari lebah budidaya berasal dari tanaman rendah seperti 25 buah-

buahan maupun tanaman pertanian dengan warna madu yang cenderung cerah

(Sakri, 2015).

c. Madu yang dibedakan dari keadaan lingkungannya dapat dibagi menjadi madu

hutan dan madu ternak. Perbedaan madu hutan dan madu ternak meliputi jenis

lebah, perbedaan perlakuan, dan perbedaan kandungannya. Madu ternak didapat

dari lebah madu Apis cerana atau Apis mellifera sementara madu hutan dari lebah

madu Apis dorsata. Perbedaan perlakuan adalah bahwa lebah madu hutan tidak

dapat ditangkarkan sementara lebah madu ternak diapat ditangkarkan (Bima,

2013). Perbedaan isi madu dapat meliputi kadar invertase, proline, kadar

oligosakarida, dan rasio fruktosa : glukosa (Joshi et al., 2000).

3. Madu Odeng

Madu Odeng adalah jenis madu yang dihasilkan dari lebah Apis dorsata yang

koloni kotak lebahnya didekatkan diarea hutan. Sehingga sebagian besar jenis nektar

yang dihisap oleh lebah berasal dari bunga berbagai jenis pohon (multiflora) yang

menjadikan aroma dan rasa madu ini selalu berubah setiap panen. Ciri lain dari jenis

madu odeng adalah agak pekat dan cenderung berwarna hitam walaupun tidak

selamanya hasil madunya berwarna hitam (terkadang coklat tua) dan memiliki rasa

manis yang khas dengan tekstur yang kental. Jenis madu odeng mudah didapat

dikarenakan tidak terpengaruh oleh musim bunga tertentu. Dan madu hutan yang

dihasilkan dari jenis lebah Apis Dorsata adalah jenis madu yang sangat mudah

didapat dengan hasil panen bisa mencapai 30 kg dari setiap koloninya.

Page 30: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

22

4. Kandungan madu murni

Tabel 2.1 Kandungan madu dari Indonesia (Sihombing, 2010)

Komposisi Rataan (meq) Kisaran nilai

(meq)

Air

Fruktosa

Glukosa

Sukrosa

Asam bebas

Ph

22,9

29,2

18,6

13,4

41,31

3,92

16,6-37

12,2-60,7

6,6-29,3

1,4-53

10,33-62,21

3,60-5,34

Tabel 2.2 Kandungan madu

Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)

Energi 1272 kJ (304 kcal)

Karbohidrat 82,4 g

- Gula 82,12 g

- Serat pangan 0,2 g

Lemak 0 g

Protein 0,3 g

Air 17,10 g

Riboflavin (Vit. B2) 0,038 mg (3%)

Niasin (Vit. B3) 0,121 mg (1%)

Asam Pantotenat (B5) 0,068 mg (1%)

Vitamin B6 0,024 mg (2%)

Folat (Vit. B9) 2 μg (1%)

Vitamin C 0,5 mg (1%)

Kalsium 6 mg (1%)

Besi 0,42 mg (3%)

Magnesium 2 mg (1%)

Fosfor 4 mg (1%)

Kalium 52 mg (1%)

Natrium 4 mg (0%)

Zink 0,22 mg (2%)

Sumber : Data Nutrisi USDA

Madu juga mengandung enzim – enzim seperti diastase, glukosa oksidase, katalase serta

vitamin A, betakaroten, vitamin B kompleks lengkap, vitamin C, D, E dan K. Selain itu

juga dilengkapi mineral berupa kalium besi, magnesium, fosfor, tembaga, mangan,

Page 31: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

23

natrium dan kalsium. Bahkan terdapat hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh glukosa

oksidase dan inhibin (Hamad, 2007).

5. Manfaat madu

a. Antimikroba

Madu memiliki aktivitas antimikroba, melawan peradangan dan infeksi.

Didalam kandungan fisik dan kimiawi seperti kadar keasaman dan pengaruh

osmotik berperan untuk membunuh mikroba.

b. Kemampuan penyembuh luka

Madu memiliki kemampuan untuk membersihkan luka, mengabsorbsi cairan

edema di sekitar luka dan menambah nutrisi.

c. Luka bakar

Membangkitkan reaksi pencegahan untuk menyembuhkan luka bakar.

d. Antioksidan

Kandungan plasma darah semakin bertambah untuk melawan oksidasi dengan

kadar yang lebih tinggi setelah minum madu. Dan terdapat juga fenolik didalam

madu yang sangat efektif untuk ketahanan tubuh melawan stres (Bangroo, 2005).

6. Mekanisme aktivitas antimikroba pada madu

a. Hiperosmolar

Madu memiliki konsentrasi gula yang tinggi dan kadar air yang rendah

menyebabkan tekanan osmotik meningkat sehingga keadaan disekitar mikroba

menjadi hipertonis yang menyebabkan air yang berada di dalam sel mikroba keluar

sehingga terjadi plasmolisis. Tekanan osmotik yang tinggi berfungsi sebagai suatu

medium hiperosmolar yang menyebabkan terjadinya aktivitas pembersihan luka

dan mencegah pertumbuhan mikroba.

b. Higroskopis

Madu juga bersifat higroskopis sehingga memungkinkan terjadinya dehidrasi

mikroba yang mengakibatkan keadaan inaktif bahkan tanpa air mikroba tidak dapat

bereplikasi atau bertahan hidup.

Page 32: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

24

c. Kadar pH rendah

Dimana suatu kondisi lingkungan yang tidak menyokong untuk pertumbuhan

mikroba.

d. Inhibin

Bahan termolabil ini diklaim oleh beberapa peneliti sebagai bahan antimikroba

yang bertanggung jawab menghambat pertumbuhan organisme baik gram positif

maupun gram negatif. Faktor inhibin ini kemudian menjadi efektif karena hidrogen

peroksida.

e. Hidrogen Peroksida

Aktivitas antimikroba dari madu sebagian besar disebabkan oleh adanya

hidrogen peroksida yang dihasilkan secara enzimatik pada madu. Kandungan

hidrogen peroksida ini menghasilkan radikal bebas hidroksil dengan efek

antimikroba.

f. Antimikroba

Dari berbagai kandungan bahan antimikroba dari madu yang telah diketahui

terdapat beberapa jenis madu dengan bahan kandungan tambahan yang berasal dari

tanaman yang dikunjungi lebah (Hendri, 2008).

Page 33: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

25

F. Perbedaan Kandungan Madu Dan Sari Kurma

Tabel 2.3 Perbedaan Kandungan Madu Dan Sari Kurma

Kandungan madu Kandungan sari kurma

Energi 1272 kJ (304 kcal) Energi 277 Kcal 14%

Karbohidrat 82,4 g Karbohidrat 74,97 g 58%

- Gula 82,12 g Protein 1.81g 3%

- Serat pangan 0,2 g Lemak total 0,15 g <1%

Lemak 0 g Kolesterol 0 mg 0%

Protein 0,3 g Serat makanan 6,7 g 18%

Air 17,10 g Vitamin

Riboflavin

(Vit. B2) 0,038 mg (3%)

Folat 15 ug 4%

Niasin (Vit.

B3) 0,121 mg (1%)

Niacin 1.610 mg 10%

Asam

Pantotenat (B5) 0,068 mg (1%)

asam pantotenat 0,805 mg 16%

Vitamin B6 0,024 mg (2%) pyridoxine 0,249 mg 19%

Folat (Vit. B9) 2 μg (1%) riboflavin 0,060 mg 4,5%

Vitamin C 0,5 mg (1%) Thiamin 0,050 mg 4%

Kalsium 6 mg (1%) vitamin A 149 IU 5%

Besi 0,42 mg (3%) vitamin C 0 mg 0%

Magnesium 2 mg (1%) vitamin K 2,7 mg 2%

Fosfor 4 mg (1%) Elektrolit

Kalium 52 mg (1%) Sodium 1 mg 0%

Natrium 4 mg (0%) Kalium 696 mg 16%

Zink 0,22 mg (2%) Mineral

Kalsium 64 mg 6,5%

Tembaga 0,362 mg 40%

Besi 0,90 mg 11%

Magnesium 54 mg 13%

manggan 0,296 mg 13%

Fosfor 62 mg 9%

Seng 0,44 mg 4%

Phyto-nutrisi

Karoten-ß 89 ug -

Crypto-xanthin-

ß 0 mg -

Lutein-

zeaxanthin 23 ug -

Page 34: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi

Eksperiment) dengan rancangan Two Group Pretest-Postest dengan menggunakan

kelompok pembandingan atau kontrol. Sebelum dilakukan perlakuan, peneliti

melakukan pemeriksaan Hb pertama (Pretest) untuk mengetahui kadar Hb, sehingga

memungkinkan peneliti mengetahui peningkatan kadar Hb setelah dilakukan Posttest.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pandeglang pada bulan

Desember 2019.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil trimester III berjumlah 30

orang di wilayah kerja Puskesmas Pandeglang.

Adapun sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi

yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini

adalah :

1. Ibu hamil trimester III yang mengalami anemia

2. Ibu hamil bersedia menjadi responden

3. Ibu hamil yang patuh mengikuti prosedur pemberian sari kurma atau madu

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random

sampling atau yaitu pengambilan sampel secara acak yang dilakukan dengan undian,

seluruh populasi akan diberikan nomer urut yang kemudian diundi, 30 nomer yang

pertama keluar dalam undian akan diambil sebagai responden dalam penelitian ini.

Dari sampel tersebut akan dilakukan screening lagi untuk mendapatkan jumlah

sampel sesungguhnya dimana karakteristik sampel yang diambil adalah ibu hamil

trimester III yang rnemiliki masalah anemia. Setelah didapatkan sampel penelitian

yang sesungguhnya maka akan dilakukan pemilihan kelompok eksperimen clan

Page 35: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

27

kelompok kontrol. Sampel yang terpilih akan diberikan penomeran kembali secara urut

kemudian dipilah antara nomer ganjil yang akan dijadikan sebagai kelompok

eksperimen dan genap dijadikan sebagai kelompok kontrol,

Dalam penelitian ini, jumlah sampel 30 orang yang terdiri dari 15 orang kelompok

intervensi dan 15 orang kelompok kontrol, berdasarkan kriteria inklusi.

D. Alat, Bahan dan Responden

1. Lembar Observasi

2. Alat ukur test easy touch GCHB

3. Tablet Fe (dari Puskesmas)

4. Sendok takar

5. Madu Odeng

6. Sari Kurma

E. Cara Kerja

1. Setiap ibu yang menjadi responden di awal penelitian (hari 0) diperiksa kadar

hemoglobinnya dengan menggunakan alat ukur hemoglobin digital Easy Touch

GCHB.

2. Kelompok 1 setiap ibu harus minum sari kurma dengan dosis 2 sendok sendok

takar satu kali sehari sesudah makan siang.

3. Kelompok 2, setiap ibu harus minum madu sebanyak 5 ml sebanyak dua kali

pagi dan malam, sesudah makan

4. Setiap responde minum sari kurma atau madu selama 30 Hari.

5. Pada hari ke 30, kadar hemoglobin responden diukur Kembali.

6. Selanjutnya dilakukan analisis Uji Normalitas Data, Uji Univariat, dan Uji

Bivariat dengan menggunakan Uji statistik yang digunakan adalah Paired T-

Test.

Page 36: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi penelitian

berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian ini menggunakan rumus Uji

Kolmogorov-Smirnov. Uji Normalitas pada penelitian ini dilakukan pada data

eksperimen meliputi hasil tes awal dan tes akhir masing-masing kelompok. Hasil

Uji Normalitas data berdistribusi Normal.

2. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis untuk mendeskripsikan karakteristik masing-

masing variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010)

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin Sebelum

Intervensi sari Kurma dan madu

Varibel Mean median Standar

Deviasi

Min-max

Kurma 11,020 10,800 0,5967 10,2 – 11,9

Madu 11,047 10,900 0,4749 10,3 – 11,9

Pada tabel 4.1 Hasil analisis data sebelum intervensi didapatkan bahwa rata-rata

Hb ibu hamil pada kelompok sari kurma 11,020 gr/dL ( 10,2 – 11,9) dengan standar

deviasi 0,5967 gr/dL. Sedangkan hasil analisis data pada kelompok madu

didapatkan bahwa rata-rata Hb sebelum intervensi 11,047 gr/dL (10,3 – 11,9)

dengan standar deviasi 0,4749 gr/dL.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin sesudah

Intervensi sari Kurma dan madu

Varibel Mean Median Standar

Deviasi

Min-max

Kurma 11,120 10,900 0,5659 10,4 – 11,9

Madu 11,520 11,500 0,3986 10,9 – 12,0

Page 37: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

29

Pada tabel 4.2 Hasil analisis data sesudah intervensi didapatkan bahwa rata-rata

Hb ibu hamil pada kelompok sari kurma 11,120 gr/dL ( 10,4 – 11,9) dengan standar

deviasi 0,5659 gr/dL. Sedangkan hasil analisis data pada kelompok madu

didapatkan bahwa rata-rata Hb sesudah intervensi 11,520 gr/dL (10,9 – 12,0)

dengan standar deviasi 0,3986 gr/dL.

3. Analisis Bivariat

Adalah Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Yang mana pada penelitian ini akan

menganalisis variabel sari kurma dan madu terhadap kenaikan kadar hemoglobin

a. Perbedaan Kenaikan Hb Setelah Interve Pada Kelompok Sari Kurma Dan

Kelompok Madu

Tabel 4.3 Rata- Rata Perbedaan Kenaikan Kadar Hb Pada Kelompok Sari

Kurma Dan Madu

Sari kurma Madu P value

Mean

rank

Standar

deviasi

Mean

rank

Standar

deviasi

Pra intervensi

Post intervensi 0,1 0,5659 0,47 0,3986 0,000

Table 4.3 hasil uji rata-rata perbedaan kenaikan kadar Hb menunjukan bahwa

kadar hb sari kurma mengalami peningkatan 0,1 gr/dL. Rata-rata kadar

hemoglobin pada kelompok madu adalah 11,047 gr/dL dengan nilai P value

0,000 yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara sari kurma dan madu

b. Perbedaan Kenaikan Hb sebelum dan sesudah Antara Kelompok Sari Kurma

Dengan Kelompok Madu

Tabel 4.4 Perbedaan Rata-Rata Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah

Intervensi Pada Kelompok Sari kurma dan Kelompok Madu

Kelompok Mean P value

Pretes Posttes

Sari kurma 11,020 11,120 0,000

Madu 11,047 11,520 0,000

Page 38: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

30

Tabel 4.4 Hasil uji pre dan post intervensi Hasil uji homogenitas dengan

uji T dari setiap variabel dependent dalam penelitian ini didapatkan nilai p

value 0,000 < 0,05 maka data tersebut homogen, hasil perbedaan rata-rata

kadar hemoglobin sebelum dan sesudah intervensi yang diuji dengan paired t

test adalah: Hemoglobin Rata-rata kadar hemoglobin pada kelompok kurma

sebelum diberikan intervensi sari kurma adalah 11,020 gr/dL dengan standar

deviasi 0,5967 gr/dL. Pada pengukuran setelah diberikan sari kurma

didapatkan rata-rata kadar hemoglobin adalah 11,120 gr/dL dengan standar

deviasi 0,5659 gr/dL. Hasil uji statistik beda dua mean untuk sampel

berpasangan menunjukkan adanya perbedaan rata-rata kadar hemoglobin yang

signifikan dengan nilai p = 0,000. Hal ini diperkuat hasil selisih rata-rata kadar

hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian sari kurma menunjukkan

peningkatan 0,1 gr/dL. Rata-rata kadar hemoglobin pada kelompok madu

sebelum diberikan intervensi madu adalah 11,047 gr/dL dengan standar deviasi

0,47 gr/dL. Pada pengukuran setelah diberikan madu didapatkan rata-rata kadar

hemoglobin adalah 11,520 gr/dL dengan standar deviasi 0,3986 gr/dL. Hasil uji

statistik beda dua mean untuk sampel berpasangan menunjukkan adanya

perbedaan rata-rata kadar hemoglobin yang signifikan dengan nilai p = 0,000.

Hal ini diperkuat hasil selisih rata-rata kadar hemoglobin sebelum dan sesudah

pemberian sari kurma menunjukkan peningkatan 0,47 gr/dL.

B. Pembahasan

Hasil penelitian didapatkan bahwa pada ibu hamil yang mendapat sari kurma

selama 30 hari dengan pemberian dua kali sehari mengalami kenaikan hemoglobin

dengan rata-rata peningkatannya adalah 0,1 gr/dL. Sedangkan pada ibu hamil yang

mendapatkan madu menunjukkan kenaikan lebih tinggi kadar hemoglobin dengan rata-

rata kenaikannya adalah 0,47 gr/dL. Peningkatan tersebut bermakna secara statistik

namun secara klinis dijelaskan bahwa nilai hemoglobin bermakna secara klinis apabila

terdapat peningkatan minimal 1 gr/dL.

Rerata kadar hemoglobin antar kelompok berdasarkan hasil uji statistik mengalami

peningkatan, namun tidak signifikan. Hal ini dikarenakan adanya senyawa tanin yang

Page 39: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

31

terdapat dalam buah kurma. Selain sebagai imunostimulator dan antioksidan, tanin juga

diketahui sebagai faktor penghambat absorbsi besi. Polifenol seperti tanin mengikat zat

besi membentuk kompleks Fe-tanat yang tidak larut sehingga zat besi tidak dapat

diserap dengan baik (Syahidatul, 2018).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Syahidatul (2018) melakukan percobaan

pada mancit bunting didapatkan hasil bahwa ada peningkatan kadar hemoglobin dalam

mancit yang diberi sari kurma. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Haddad (2013) yang melakukan percobaan pada tikus diperoleh

peningkatan kadar hemoglobin yang signifikan dalam darah tikus yang mengkonsumsi

madu.

Ibu hamil yang memiliki kadar tanin tinggi per hari (>2 mg/mL) 1,217 kali lebih

berisiko menderita anemia gizi besi dibandingkan dengan ibu hamil dengan kadar tanin

rendah per harinya (Bungsu, 2012). Penelitian Tristiyanti (2006) mendapatkan hasil

sebanyak 36 ibu hamil yang mengkonsumsi teh 0-8 kali per bulan, sebanyak 23 ibu

menderita anemia dan sisanya sebanyak 13 ibu tidak menderita anemia. Sedangkan dari

28 ibu yang mengkonsumsi teh dengan frekuensi 9-30 kali per bulan, sebanyak 17 ibu

menderita anemia dan 11 ibu tidak menderita anemia. Hal ini berarti bahwa semakin

sering frekuensi konsumsi teh, maka semakin rendah zat besi yang diserap tubuh karena

kadar tanin yang tinggi. Selain tanin, penyerapan zat besi dapat dipengaruhi oleh faktor

seperti: bentuk besi, asam organik, asam fitrat dan asam oksalat, tingkat keasaman

lambung, faktor intrinsik, dan kebutuhan tubuh terhadap zat besi (Almatsier, 2012).

Kadar hemoglobin selain dipengaruhi oleh beberapa faktor diatas, juga dapat

dipengaruhi oleh faktor lain seperti umur, penyakit, geografis, metabolisme tubuh dan

makanan yang dikonsumsi (Sumarni, 2012).

Hemoglobin adalah protein yang membawa oksigen dan merupakan bagian dari

eritrosit. Dalam pembentukkan hemoglobin sangat diperlukan zat besi dan protein.

Buah kurma kaya akan zat besi yang meningkatkan kadar hemoglobin. Selain itu,

kurma juga mengandung protein, serat, glukosa, vitamin, biotin, niasin, dan asam folat.

Kurma juga mengandung mineral seperti, kalsium, sodium dan potasium. Kadar protein

pada buah kurma sekitar 1,8-2 %, kadar glukosa sekitar 50-57 %, dan kadar serat 2-4%.

Madu kaya akan zat besi yang meningkatkan kadar hemoglobin. Selain itu, madu juga

Page 40: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

32

mengandung enzim – enzim seperti diastase, glukosa oksidase, katalase serta vitamin A,

betakaroten, vitamin B kompleks lengkap, vitamin C, D, E dan K. Selain itu juga

dilengkapi mineral berupa kalium besi, magnesium, fosfor, tembaga, mangan, natrium

dan kalsium. Bahkan terdapat hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh glukosa oksidase

dan inhibin (Hamad, 2007).

Sintesis hemoglobin dimulai didalam proeritroblas dan dilanjutkan sedikit dalam

stadium retikulosit. Saat retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam

aliran darah, retikulosit tetap membentuk sedikit hemoglobin. Kandungan zat besi dapat

mensintesis pembentukan heme yang dapat memacu kadar Hemoglobin. Penyerapan zat

besi bersifat rate limiting, yang berarti bahwa jika penyerapan zat besi sudah cukup

maka tubuh akan mengurangi sendiri penyerapan zat besi tersebut. Besi diangkut oleh

darah menuju sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah merah dimana besi

merupakan bagian dari hemoglobin protein yang membawa oksigen ke dalam darah.

Kandungan protein, karbohidrat dan lemak pada kurma mendukung proses sintesis

hemoglobin. Karbohidrat dan lemak membentuk suksinil CoA yang selanjutnya

bersama glisin akan membentuk protoporfirin melalui serangkaian proses porfirinogen.

Protoporfirin yang terbentuk selanjutnya bersama molekul heme dan protein globin

membentuk hemoglobin. Kandungan buah kurma berupa glukosa, Ca, Fe, Zn, Cu, P

dan niasin mampu memperbaiki kadar hemoglobin pada pasien anemia (Setiyawan,

2018)

Page 41: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

33

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan simpulan sebagai berikut :

1. Kadar hemoglobin ibu hamil trimester III sebelum diberi sari kurma rata-rata

11,020 gr/DL dan sesudah diberi sari kurma rata-rata 11,120 gr/DL.

2. Kadar hemoglobin ibu hamil trimester III sebelum diberi madu rata - rata 11,047

gr/DL dan sesudah diberi madu rata - rata 11,520 gr/DL.

3. Konsumsi madu pada ibu hamil trimester III meningkatkan kadar hemoglobin

lebih tinggi secara signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan yang

mengkonsumsi sari kurma.

B. Saran

1. Baik madu maupun sari kurma dapat membantu meningkatkan kadar

hemoglobin pada ibu hamil, sehingga dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari

hari, secara praktis.

2. Bagi profesi bidan dan tenaga kesehatan, pemberian madu dan sari kurma

merupakan salah satu upaya promotif dan preventif dalam menangani masalah

peningkatan hemoglobin ibu hamil.

Page 42: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

34

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2012, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Assirey, E.A.R., 2014. Nutritional Composition of Fruit of Ten Date Palm (Phoenix

Dactylifera L.) Cultivars Grow on Saudi Arabia. Journal of Taibah University for

Science; 9: 75-79.

Badwilan SA, 2008. The miracle of dates: Rahasia sehat alami dengan kurma. Mizan

Media Utama, Bandung, 23-34.

Budyantara R, M, 2012, Perbandingan tingkat kesembuhan luka bakar antara

pemberian madu dan klindamisin secara topikal pada tikus putih (Rattus

norvegicus) [Internet]. 2012 [cited 2014 Nov 21]. Available from:

juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majo rity/article/download/26/25.pdf

Departemen Kesehatan RI, 2013, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, Jakarta

Dewi, et al., 2018, Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan, Selemba Medika, Jakarta.

Dinkes Banten, 2018, Profil Kesehatan Provinsi Banten, Banten

El Rabey, et.al., 2013. Bee’s Honey Protects the Liver of Male Rats against Melamine

Toxicity. Biomed Research International, Vol 2013, ID 786051.

Eni S, 2016, Pengaruh Konsumsi Kurma (Phoenix dactylifera L) Terhadap Kenaikan

Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Trimester II Di Wilayah

PuskesmasKediri.www.ejurnaladhkdr.com/index.php/coba/article/download/119/

100. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2017

Fadila, et al., 2017. Pengaruh Kurma (Phoenix Dactylifera Linn) terhadap Kadar Besi

(Fe) dan Hemoglobin (Hb) Tikus Jantan (Rattus Noevergicus) Model Anemia.

Surakarta: Program Studi Ilmu Gizi Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

(Tesis).

Fatimah, ST, et al., 2011, Pola Konsumsi dan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil di

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Makara Kesehatan. 15 (01): 31-36

Manuaba, I.G.B, 2010, Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Gynekolog iedisi II, EGC

Jakarta

Maulina, Nora & I.P. Sitepu, 2015, Pengaruh Pemberian Kacang Hijau (Phaseolus

radiatus) terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Tikus Putih (Rattus

norveicus) Jantan Galur Wistar.Rendah Zat Besi (Fe), Sains Medika, Vol. 5, No.

1, Januari - Juni 2013 : 17-19.

Page 43: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

35

Ngatidjan, P.S., 2006. Metode Laborato-rium dan Toksikologi. Artikel Kese-hatan.

FKUGM, Yogyakarta.

Notoatmodjo, S, 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi, Rineka Cipta,

Jakarta.

Proverawati, 2009, Asuhan Kebidanan Kehamilan. Nuha Medika, Yogyakarta

Rista, Y, 2014, Efektifitas Madu Terhadap Peningkatan Hb Pada Tikus Putih, Jesbio

Vol. III, No. 5.

Roosleyn, I.P.T, 2016, Strategi dalam Penanggulangan Pencegahan Anemia pada

Kehamilan, Jurnal Ilmiah Widya. 3: 1-9

Rosita. 2009. Khasiat dan Keajaiban Kurma. Mizan Publika, Bandung.

Santoso, 2008, Tanaman, Ragam, Khasiat Obat, Agromedia Pustaka, Jakarta

Satuhu, S, 2010, Kurma Khasiat dan Olahannya, Jakarta, Penebar Swadaya

Sinaga, Dian, 2005, Kehamilan, Persalinan, dan Gangguan Kehamilan, Nuhamedika,

Yogyakarta.

Sulistyoningsih, H, 2011, Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak, Graha Ilmu, Yogyakarta

Suryandari, A.E & O. Happinasari, 2015, Perbandingan Kenaikan Kadar Hemoglobin

pada Ibu Hamil yang diberi Fe dengan Fe dan Buah Bit di Wilayah Kerja

Puskesmas Purwoketo Selatan, Jurnal Kebidanan. 7 (01): 36-47

Sukrat, B & Sirichotiyakul, S, 2006, The Prevalence and Causes of Anemia During

Pregnancy in Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital, J.Med. Assoc. 89: 142-46

Syahidatul, 2018, pengaruh pemberian ekstrak daging buah kurma terhadap kadar

hemoglobin pada mancit bunting, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 17 (02):

118-125

Utami, et al, 2017, Kurma dalam Terapi Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kedokteran

Unila. 1(03): 591-597

WHO, 2017, Worldwide prevalence of anaemia. WHO Report,

51,https://doi.org/10.1017/S1368980008002401

Wibowo, N & Purba, R.T. 2006, Anemia Defisiensi Besi Dalam Kehamilan. Jurnal

Kedokteran dan Farmasi. 19 : 3-7

Page 44: DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN …

36

Zen, et al, 2013, Pengaruh Pemberian Sari Kurma (Phoenix dactylifera) terhadap

Kadar Hemoglobin Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar

yang Diberi Diet Rendah Zat Besi (Fe), Sains Medika, 5(1), 17–19.