49
LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) 1. DEFINISI Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341). 2. ETIOLOGI 1. Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36). 2. Vektor Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang

Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

1. DEFINISI

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang

disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan

renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;

419).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan

oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341).

2. ETIOLOGI

1. Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam

Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus

dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di

Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus

dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer

dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan

baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster

Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.

(Soedarto, 1990; 36).

2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor

yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis

dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan

berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi

seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan

terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;

420).

Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor

penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui

gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah

perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk

Page 2: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada

genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam

rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang –

lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air

bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai

menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari

dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).

3. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka

ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga

ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun

virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika

seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu

mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula

terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya

jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.

(Soedarto, 1990 ; 38).

Page 3: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

3. PATOFISIOLOGI

Infeksi Virus Dengue Perbanyak diri di hepar

Terbentuk komplek antigen-antibodi Hepatomegali

Mengaktivasi sistem komplemen Mual-Muntah

PGE2 Hipotalamus Dilepaskan C3a dan C5a (peptida) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuhMelepaskan histamine

Peningkatan suhu Permeabilitas membran meningkat tubuh Kebocoran plasma

Hipovolemia

Renjatan hipovolemi dan hipotensi Kerusakan endotel

pembuluh darah Kekurangan volume cairan

Agregasi Trombosit

Ke ekstravaskuler Trombositopenia Merangsang dan Mengaktivasi

faktor pembekuan

Efusi pleura dan asites Dalam jangka waktu lama menurun dan terjadi

DIC Gangguan pertukaran gas Perdarahan

Intoleransi activity Gangguan perfusi jaringan

Hipoksia jaringan

Asidosis Metabolik Kematian

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan

virtemia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi

komplek imun Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan

melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan

merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil

yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga

terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan

permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma.

Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit

Page 4: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati.

Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut

terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan

akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan

karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik

sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya

dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel

manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat

tergantung pada daya tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi

terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin

yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi

perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi

trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan

fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda

dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan

merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.

Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan

permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh

vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita;

2000; 419).

4. MANIFESTASI KLINIS INFEKSI VIRUS DENGUE

5. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari

kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan

berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya

anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan

rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39).

6. Perdarahan

Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan

umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah

terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto,

1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna

bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296).

Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang

hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349).

Page 5: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

7. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun

pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari

hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan

tejadi renjatan pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39).

8. Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya

penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit

lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis

disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya

menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).

9. KLASIFIKASI DHF

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF)

dibagi menjadi 4 derajat (WHO, 1997) yaitu :

a. Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif.

b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan

lain.

c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan

nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi

gelisah.

d. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak

dapat diukur.

10. TANDA DAN GEJALA

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda

dan gejala lain adalah :

- Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.

- Asites

- Cairan dalam rongga pleura ( kanan )

- Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

- Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun

obstipasi dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995 ; 39).

11. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA

Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan

pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga

Page 6: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

dapat ditegakan dengan pemeriksaan laboratorium yakni :

Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%)

leukopenia (mungkin normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis (UPF IKA,

1994).

Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi

HI (Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah

Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari

1/20 dan akan meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada

infeksi kedua atau selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan akan

meningkat dalam stadium rekovalensi sampai lebih dari pada 1/2560.

Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam

stadium rekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 ; 202)

Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap

jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal haemostasis x-

foto dada, elektro kardio gram, kreatinin serum.

Dasar diagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF)WHO tahun 1997:

Klinis:

- Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.

- Menifestasi perdarahan petikie, melena, hematemesis (test rumple leed).

- Pembesaran hepar.

- Syock yang ditandai dengan nadi lemah, cepat, tekanan darah menurun,

akral dingin dan sianosis, dan gelisah.

Laboratorium:

- Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih dari

20%.

12. DIAGNOSA BANDING

1. Belum / tanpa renjatan :

1. Campak

2. Infeksi bakteri / virus lain (tonsilo faringitis, demam dari kelompok

pnyakit exanthem, hepatitis, chikungunya)

2. Dengan renjatan

1. Demam tipoid

2. Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain

3. Dengan perdarahan

1. Leukimia

2. Anemia aplastik

Page 7: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

4. Dengan kejang

Ensefalitis

meningitis

13. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit

menular laibn didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes

dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat

virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada vektornya.

(Soemarmo, 1998 ; 56)

Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Sumarmo, 1998 ; 57)

1) manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS

2) memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada

tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.

3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu

sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan

tinggi

Menurut Rezeki S, 1998 : 22,

Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling

penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat

perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu

1) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang –

kurangnya sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya

2) Menutup rapat – rapat tempat penampung air dan

3) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung

air hujan seperti dilanjutkan di baliknya.

14. PENATALAKSANAAN

Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF)

bersifat simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 12995 ; 344)

Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue

Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang – kadang tidak memerlukan perawatan,

apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah

dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7

sakit ( Purnawan dkk, 1995 ; 571)

Page 8: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ;

203) yaitu: Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan

kurang) atau kejang–kejang.

Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet

positif/negatif, kesakitan, Hb dan Ht/PCV meningkat, Panas disertai perdarahan,

Panas disertai renjatan.

Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut

UPF IKA, 1994 ; 203 – 206 adalah.

1. Belum atau tanpa renjatan:

Grade I dan II

Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface

cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan

asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan

Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari

Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari

Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari

Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari

Terapi cairan

1) Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak

dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB <

10 10 kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh susu

secukupnya

2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum

sebanyak – banyaknya dan sesering mungkin.

3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan

infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita

dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :

100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg

60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg

50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik

untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

2. Dengan Renjatan ;

Grade III

1. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam

Page 9: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan

nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat)

lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi

stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan

kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah

masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai

untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm

diperhitungkan sebagai berikut :

100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.

60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.

50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

2. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan

tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin

maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran

L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang

maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum

membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam

dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi

renjatan.

3. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1

jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan

nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh

plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg

BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24

jam.

15. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS

- Umur: DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering

menyebabkan kematian pada anak, remaja dan dewasa (Effendy,

1995).

- Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada

penderita DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada anak

perempuan daripada anak laki-laki.

- Tempat tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa

Page 10: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

kota besar saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di

Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk yang

padat dan dalam waktu relatif singkat.

2. KELUHAN UTAMA

Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit

kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sering terdapat riwayat sakit kapala, nyeri otot dan pegal pada seluruh

badan, panas. Sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati, mual,

muntah dan penurunan nafsu makan.

4. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU

Tidak ada hubungan antara penyakit yang pernah diderita dahulu dengan

penyakit DHF yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah

menderita DHF, penyakit itu bisa terulang dengan strain yang berbeda.

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Penyakit ini tidak ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu.

Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal

didalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang

berdekatan) sangat menentukan karena penyakit ini dapat ditularkan

melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

6. RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN

DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes:

- Aedes aigepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis

terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada

tempat penampungan air bersih, seperti kaleng bekas, ban bekas,

tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi

jarang dibersihkan. Dengan jarak terbang nyamuk + 100 meter.

- Aedes albapictus.

7. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

1. Riwayat Tumbuh Kembang

Teori Kepribadian anak Menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud

Kepribadian ialah hasil perpaduan antara pengaruh lingkungan dan

bawaan, kualitas total prilaku individu yang tampak dalam

menyesuaikan diri secara unit dengan lingkungannya.

Tiori kepribadian yang dikemukakan oleh ahli psikoanlisa Sigmund

freud (1856 - 1939). Meliputi tahap-tahap :

a. Fase oral, usia antara 0 - 11/2 Tahun

Page 11: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

b. Fase anal, usia antara 11/2 - 3 Tahun

c. Fase Falik, usia antara 3 - 5 Tahun

d. Fase Laten, usia antara 5 - 12 Tahun

e. Fase Genital, usia antara 12 - 18 Tahun

Tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson.

Erikson mengemukakan bahwa dalam tahap-tahap perkembangan

manusia mengalami 8 fase yang saling terkait dan berkesinambungan.

a. Bayi (oral) usia 0 - 1 Tahun

b. Usia bermain (Anal ) yakni 1 - 3 Tahun

c. Usia prasekolah (Phallic) yakni 3 - 6 Tahun

d. Usia sekolah (latent) yakni 6 - 12 tahun

e. Remaja (Genital) yakni 12 tahun lebih

f. Remaja akhir dan dewasa muda

g. Dewasa

h. Dewasa akhir

TUGAS PERKEMBANAGAN BILA TUGAS

PERMKEMBANGAN

TIDAK TERCAPAI

Bayi (0 - 1 tahun)

Rasa percaya mencapai harapan,

Dapat menghadapi frustrasi dalam jumlah

kecil

Mengenal ibu sebagai orang lain dan berbeda

dari diri sendiri.

Tidak percaya

Usia bermain (1 - 3 Tahun)

Perasaan otonomi.

Mencapai keinginan

Memulai kekuatan baru

Menerima kenyataan dan prinsip kesetiaan

Malu dan ragu-ragu

Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun)

Perasaan inisiatif mencapai tujuan

Menyatakan diri sendiri dan lingkungan

Membedakan jenis kelamin.

Rasa bersalah.

Usia sekolah ( 6 - 12 Tahun)

Perasaan berprestasi

Rasa rendah diri

Page 12: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

Dapat menerima dan melaksanakan tugas dari

orang tua dan guru

Remaja ( 12 tahun lebih)

Rasa identitas

Mencapai kesetiaan yang menuju pada

pemahaman heteroseksual.

Memilih pekerjaan

Mencapai keutuhan kepribadian

Difusi identitas

Remaja akhir dan dewasa muda

Rasa keintiman dan solidaritas

Memperoleh cinta.

Mampu berbuat hubungan dengan lawan jenis.

Belajar menjadi kreatif dan produktif.

Isolasi

Dewasa

Perasaan keturunan

Memperoleh perhatian.

Belajar keterampilan efektif dalam

berkomunikasi dan merawat anak

Menggantungkan minat aktifitas pada

keturunan

Absorpsi diri dan stagnasi

Dewasa akhir

Perasaan integritas

Mencapai kebijaksanaan

keputusasaan

8. RIWAYAT IMUNISASI

Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain

: BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

9. RIWAYAT NUTRISI

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori

untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat

badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.

Status Gizi

Klasifikasinya sebagai berikut :

Gizi buruk kurang dari 60%

Gizi kurang 60 % - <80 %

Gizi baik 80 % - 110 %

Page 13: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

Obesitas lebih dari 120 %

10. DAMPAK HOSPITALISASI

Sumber stressor :

1. Perpisahan

a. Protes : pergi, menendang, menangis

b. Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi

c. Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi

2. Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas,

ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.

3. Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.

4. Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.

2. PEMERIKSAAN FISIK / PENGKAJIAN PERSISTEM

1. Sistem Pernapasan / Respirasi

Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal,

tachypnea, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi

terdengar ronchi, effusi pleura (crackless).

2. Sistem Cardiovaskuler

Pada grade I : uji tourniquet positif, trombositipenia, perdarahan spontan

dan hemokonsentrasi.Pada grade II disertai perdarahan spontan di kulit

atau perdarahan lain. Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi yaitu

nadi cepat dan lemah (tachycardia),tekanan nadi sempit, hipotensi,

cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, kulit dingin dan lembab.Pada

grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

3. Sistem Persyarafan / neurologi

Pada grade I dan II kesadaran compos mentis. Pada grade III dan IV

gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma. Grade 1 sampai

dengan IV dapat terjadi kejang, nyeri kepala dan nyeri di berbagai bagian

tubuh, penglihatan fotopobia dan nyeri di belakang bola mata.

4. Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam terutama pada

grade III, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna

merah.

5. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal

Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri

tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati

(hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa disertai dengan ikterus,

Page 14: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat

menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).

6. Sistem integumen

Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering dan ruam

makulopapular

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi

virus dengue (viremia).

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan

intravaskuler ke ekstravaskuler

3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,

pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu

makan yang menurun.

5. Resiko terjadinya cidera (perdarahan) berhubungan dengan penurunan factor-

fakto pembekuan darah ( trombositopeni )

6. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan

perdaahan

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi.

4. INTERVENSI & RASIONAL

1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi

virus dengue (viremia).

Tujuan : Suhu tubuh normal kembali setelah mendapatkan tindakan

perawatan.

Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37, membran mukosa basah, nadi

dalam batas normal (80-100 x/mnt), Nyeri otot hilang.

Intervensi :

a. Berikan kompres (air biasa / kran).

Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara

konduksi

b. Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari

( sesuai toleransi )

Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

c. Anjurkan keluarga agar mengenakan pakaian yang tipis dan mudah

Page 15: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

menyerap keringat pada klien.

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah

menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah )

tiap 3 jam sekali atau lebih sering.

Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui

keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital

merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat

antipiretik sesuai program.

Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu

tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh

pasien.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan

intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan / Tidak terjadi syok

hipovolemik.

Kriteria : Input dan output seimbang, Vital sign dalam batas normal (TD

100/70 mmHg, N: 80-120x/mnt), Tidak ada tanda presyok, Akral hangat,

Capilarry refill < 3 detik, Pulsasi kuat.

Intervensi :

a. Observas vital sign tiap 3 jam/lebih sering

Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan

intravaskuler

b. Observasi capillary Refill

Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

c. Observasi intake dan output. Catat jumlah, warna, konsentrasi, BJ

urine.

Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ

diduga dehidrasi.

d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari (sesuai toleransi)

Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral

e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena, plasma atau darah.

Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah

terjadinya hipovolemic syok.

3. Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,

pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Page 16: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik

Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal

Intervensi :

a. Monitor keadaan umum pasien

Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama

saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda

presyok / syok

b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih

Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk

memastikan tidak terjadi presyok / syok

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera

laporkan jika terjadi perdarahan

Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda

perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat

dapat segera diberikan.

d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan

cairan tubuh secara hebat.

e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang

dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu

makan yang menurun.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat

badan, Nafsu makan meningkat, porsi makanan yang disajikan mampu

dihabiskan klien, mual dan muntah berkurang.

Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan

intervensi

b. Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi

makanan

c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )

Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas

Page 17: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

intervensi.

d. Berikan / Anjurkan pada klien untuk makanan sedikit namun sering

dan atau makan diantara waktu makan

Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan

meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.

e. Berikan dan Bantu oral hygiene.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

f. Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung

gas.

Rasional : : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat

menstimulasi muntah.

g. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penting nutrisi/ makanan

bagi proses penyembuhan.

h. Sajikan makanan dalam keadaan hangat.

i. Anjurkan pada klien untuk menarik nafas dalam jika mual.

j. Kolaborasi dalam pemberian diet lunak dan rendah serat.

k. Observasi porsi makan klien, berat badan dan keluhan klien.

5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor

pembekuan darah ( trombositopeni ).

Tujuan : Tidak terjadi perdarahan selama dalam masa perawatan.

Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat, tidak

ada perdarahan spontan (gusi, hidung, hematemesis dan melena),

trombosit dalam batas normal (150.000/uL).

Intervensi :

a. Anjurkan pada klien untuk banyak istirahat tirah baring ( bedrest )

Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan

terjadinya perdarahan.

b. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang bahaya yang

dapat timbul akibat dari adanya perdarahan, dan anjurkan untuk

segera melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti di gusi,

hidung(epistaksis), berak darah (melena), atau muntah darah

(hematemesis).

Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk

penaganan dini bila terjadi perdarahan.

c. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak,

pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai

ambil darah dan Observasi tanda-tanda perdarahan serta tanda vital

Page 18: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

(tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).

Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

d. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala (darah

lengkap).

e. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran

pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-

tanda klinis seperti epistaksis, ptike.

f. Monitor trombosit setiap hari

Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui

tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang

dialami pasien.

g. Kolaborasi dalam pemberian transfusi (trombosit concentrate).

Page 19: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.

Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.

(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan).

Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume

2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).

Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas

Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.

Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI.

Jakarta.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Suharso Darto (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi. F.K. Universitas Airlangga.

Surabaya.

Page 20: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DHF PADA AN.

DI RUANG PAV V RUMKITAL Dr. RAMELAM SURABAYA

I. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : An. “A”

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Banyumas, 27 Januari 2005

Umur : 4 tahun

Anak ke : I

Nama Ayah : Tn. “A”

Nama Ibu : Ny. “S”

Pendidikan Ayah : SMU

Pendidikan Ibu : SMU

Pekerjaan Ayah : TNI AL

Pekerjaan Ibu : IRT

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Trosobo, Sidoarjo

Tanggal MRS : 08 Desember 2009

Diagnosa Medis : DHF

Sumber Informasi : Klien dan orang tua klien.

Pengkajian tanggal : 09 Desember 2009

II. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Riwayat Keperawatan Sekarang

1) Keluhan Utama :Ibu klien mengatakan anaknya panas dan tidak mau

makan

2) Lama keluhan : Sejak 4 hari yang lalu

3) Akibat timbulnya keluhan : Anak tampak lemah

4) Faktor yang memperberat : Klien sering menangis dan tidak mau makan.

5) Upaya untuk mengatasi : Ibu klien telah mengompres anaknya dan

memberi obat penurun panas yang di jual di toko dekat rumah, tapi karma

panas tidak turun, kemudian oleh ibu klien dibawa ke UGD Rumah Sakit

Dr. Ramelan Surabaya, pada tanggal 8 Desember 2009 dengan keluhan

panas, tidak mau makan. Setelah dari UGD klien dipindah di PAV 5

Page 21: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

untuk menjalani rawat inap.

2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya

1) * Prenatal : Selama hamil ibu tidak pernah sakit, minum obat-obatan

maupun minum jamu-jamuan. Tidak mempunyai penyakit DM, TBC,

Hipertensi dan alergi obat.

* Natal : Anak lahir pada usia kehamilan 9 bulan, dengan berat badan lahir

3400 gram, panjang badan 50 cm, ditolong bidan. Lahir spontan langsung

menangis, warna kulit merah.Tidak ada penyulit dalam persalinan.

* Post-Natal : Perkembangan dan pertumbuhan sampai anak berumur 4

tahun berjalan normal.

2) Tumbuh kembang:

3) Tahap tumbuh kembang anak Usia prasekolah (Phallic) yakni 3 - 6 Tahun

Pertumbuhan

Klien seorang anak laki-laki berumur 4 tahun dengan berat badan 14 Kg.

Menurut keluarga, klien adalah anak yang penurut, klien memiliki banyak

teman dirumah. Ketika klien diajak bicara oleh tim kesehatan, baik

perawat maupun dokter serta tenaga kesehatan lainnya, klien mau

menjawab dan tampak tidak merasa takut. Ketika akan dilakukan suatu

tindakan pertama klien merasa takut tetapi kemudian setelah diberikan

penjelasan klien mau dilakukan tindakan, walaupun rasa takut masih

tampak.

Perkembangan

Psikososial ; klien belum sekolah, termasuk anak yang patuh di rumah,

klien suka bermain dengan teman-temannya, hubungan dengan teman

sebaya baik.

Psikoseksual : klien punya banyak teman sebayanya, anak senang bila

dikasih banyak mainan, anak merasa senang bila main bola.

4) Imunisasi : Ibu klien mengatakan mendapatkan imunisasi lengkap : BCG,

Polio 3x, DPT 3x Campak 1x dan Hepatitis 3x.

5) Dampak hospitalisasi : Anak takut pada suntikan dan keluarga merasa

cemas karena anaknya masuk ke RS dan menangis terus.

6) Status gizi :

Ibu klien mengatakan bahwa klien sangat sulit makannya, serta minum

susu juga sangat sulit, kadang-kadang klien mau minum susu hanya susu

coklat dan tidak setiap hari. Ibu klien mengatakan bahwa sudah

membeikan vitamin untuk nafsu makan tetapi tetap makannya sangat sulit.

Kadang-kadang tidak mau makan. Kalau sudah tidak mau makan ibu klien

Page 22: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

tidak pernah memaksakan untuk makan. Ibu klien mengatakan bahwa

sudah berusaha menawarhan makanan yang disukai. Sejak MRS klien

sulit makan, klien mengeluh mual dan merasa ingin muntah.BB sebelum

MRS 16 kg, setelah MRS 14 kg.

Umur 1-6 tahun : BB Normal =Umur (tahun) x 2 + 8

= 4x 2 +8

= 16 kg

Jadi berat badan klien kurang dari normal.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

1) Komposisi keluarga : Klien merupakan anak tunggal dan tinggal bersama

kedua orang tuanya.

GENOGRAM

: laki-laki / perempuan meninggal

: laki-laki / perempuan hidup

: Garis keturunan

: Garis perkawinan

: Pasien

--------------- : Tinggal satu rumah

2) Lingkungan rumah dan komunitas :

Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, sekitar rumah

terdapat sungai kecil, bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut

ibu lingkungan wilayah rumah klien pernah di fogging tapi sudah setahun

yang lalu, setelah itu belum pernah di fogging lagi. Tinggal dalam satu

rumah dengan jumlah penghuni 3 Orang.

3) Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga :

Klien belum bersekolah dan tahun depan berencana untuk sekolah di

Taman Kanak-kanak.

Page 23: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

4) Kultur dan kepercayaan :

Ibu klien menganggap penyakit yang didereita klien adalah suatu cobaan

dari Tuhan, dan ibu klien percaya bahwa setiap penyakit pasti ada

obatnya.

5) Fungsi dan hubungan keluarga :

Keluarga sangat khawatir terhadap penyakit anaknya dan sangat

mengharapkan klien cepat sembuh, apapun akan dilakukan oleh keluarga

untuk kesembuhan anaknya.

6) Persepsi keluarga tentang penyakit klien :

Anggapan keluarga bahwa anaknya menderita penyakit berat dan harus

segara ditangani. Menurut keluarga (Ibu) tidak ada keluarga yang dalam

waktu dekat ini menderita sakit DHF. Ibu sangat gelisah atas keadaan

anaknya ini.

III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : klien tanpak lemah

S : 38 º C N : 116 X/menit

RR : 28X/menit TD : 100/70mmHg

1. Sistem Respirasi :

Bentuk dada normal, Pergerakan napas simetris,bunyi nafas vesikuler tidak

ada retraksi otot bantu nafas tidak ada, tidak terdapat pernapasan cuping

hidung, batuk tidak ada, sputum tidak ada, pada saat pengkajian tanda-tanda

epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas tambahan

tidak terdengar.

2. Sistem Cardiovaskuler :

TD : 100/70, nadi 116 x/mnt, tidak ada nyeri dada, irama jantung regular,

bunyi jantung S1S2 tunggal, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis,

capiler refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie

spontan tidak terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple leed.

3. Sistem Neurosensori :

Kesadaran baik, kejang tidak ada, istirahat ± 8 jam /hari selama di rumah dan

selama di RS ± 4 am /hari dan kadang-kadang terbangun.

4. Sistem Genitourinary :

Bentuk alat kelamin normal dan bersih, frekuensi BAK 3-4x /hari, warna

kuning agak pekat, produksi urin ± 500 cc /hari.

5. Sistem Gastrointestinal :

Page 24: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

Mulut : mukosa bibir kering, lidah hiperemik, rongga mulut bersih dan

tidak ada caries.

Abdomen : bentuk normal, kembung, peristaltik lambung 8x/menit,

terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites positif serta klien merasa

mual. Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan,

minum tidak suka, harus dipaksakan baru mau minum.

BAB : 1x /hari, konsistensi lembek, bau khas feses, warna kuning,

6. Sistem muskuloskeletal dan integumen :

Kemampuan pergerakan sendi terbatas dengan dipasang infus.Kulit pucat,

turgor baik,tidak ada oedema, akral hangat, tidak ada deformitas, keempat

ekstremitas simetris, kekuatan otot baik. Pethikae bekas rumple leed, tidak

terdapat perdarahan spontan pada kulit.

7. Sistem pengindraan

Mata : pupil isokor, reflek cahaya positif, konjungtiva pucat, sklera

tidak ikterik, tidak menggunakan kacamata.

Hidung : bentuk normal

Telinga : tidak berbau, pendengaran normal.

8. Sistem Endokrin :

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran kelenjar parotis.

IV. DIAGNOSTIC TEST / PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :

Tgl 08 Desember 2009

Leukosit : 5000 /mm3

Haemoglobin : 9,2 /g%

Hematokrit : 28,4 %

Trombosit : 130.000 mm3

Tgl 09 Desember 2009

Leukosit : 4200 /mm3

Haemoglobin : 8,6 /g%

Hematokrit : 26,3 %

Trombosit : 120.000 mm3

Eritrosit : 3,34 /mm3

Tgl 10 Desember 2009

Leukosit : 3200 /mm3

Haemoglobin : 8,6 /g%

Hematokrit : 25,7 %

Page 25: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

Trombosit : 130.000 mm3

Eritrosit : 3,33 /mm3

V. PROGRAM TERAPI

- Infus D5 ½ 1200 cc /24 jam

- Minum manis

- Vit B compleks 3 x 1

- Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein.

- Nasi 3 x sehari

- Susu : 3 x 200 cc

II. ANALISA DAN SINTESA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. S : Ibu klien mengatakan badan anaknya panas.

O : Akral hangatPanas hari ke 4TTV : S : 38ºC, Nadi 116 x/mnt, TD : 110/70, RR 28x/mnt.

Proses infeksi virus dengue

Viremia

Thermoregulasi

Peningkatan suhu tubuh

2. S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau minum.

O : Turgor kulit baikMukosa bibir keringUrine warna kuning pekat.Panas hari ke 4Trombosit ; 130.000 /mm3 TD : 110/70 mmHg, N ; 116x/mnt.

Peningkatan suhu tubuh

Volume plasma berkurang

Kekurangan volume cairan

Kekurangan volume cairan

3. S : Ibu klien menyatakan anaknya tidak mau makan, dan terasa mual.

O : KU lemahMakan pagi hanya mau 3 sendok. BB : 14 kg.

Nafsu makan menurun

Intake nutrisi tidak adekuat

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

Page 26: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan

menurun

.

Page 27: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : Anak ”A” No. Rekam Medis : 312914 Hari Rawat ke : 2.

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN KRITERIA HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Tujuan jangka panjang : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x24 jam suhu tubuh dalam batas normal Tujuan jangka pendek : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x3 jam suhu tubuh turun

Kriteria : TTV khususnya suhu dalam batas normal (360C – 370C), Membran mukosa basah, nadi dalam batas normal (80-100 x/mnt).

1. Berikan kompres air biasa / kran

2. Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 – 2000 ml

3. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyengat keringat.

4. Observasi intake dan out put

5. Observasi TTV setiap 1 jam

6. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik

Kompres akan memberikan pengeluaran panas secara induksi.Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu pengeluaran urine guna pembuangan panas lewt urine.Memberikan rasa nyaman dan memperbesar penguapan panasDeteksi terjadinya kekurangan volume cairan tubuh.Menentukan intervensi lanjutan bila terjadi perubahan Antipireik berguna bagi penurunan panas.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan

Tujuan : Tidak terjadi devisit

Kriteria : Input dan output seimbang,

1. Observasi Vital sign setiap jam atau lebih.

Mengetahui kondisi dan mengidentifikasi

Page 28: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

peningkaran suhu tubuh.. voume cairan / Tidak terjadi syok hipovolemik.Tujuan jangka panjang :Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 2x24 jam input dan output volume cairan seimbang.Tujuan jangka pendek : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x24 jam klien mau minum.

Vital sign dalam batas normal (TD 110/70 mmHg, N: 80-120x/mnt), Tidak ada tanda presyok, Akral hangat, Capilarry refill < 3 detik, Pulsasi kuat.

2. Observasi capillary refill

3. Observasi intake dan output, catat jumlah, warna, konsentrasi dan BJ urine.

4. Kolaborasi pemberian cairan intra vena, plasma atau darah.

5. Anjurkan anak untuk banyak minum 1500-2000 ml /hari (sesuai toleransi)

fluktuasi cairan intra vaskuler.Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.Untuk pemenuhan kebutuhan ciran tubuh peroral.Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya hipovolemik syok

3.Resiko nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan

dengan nafsu makan yang

menurun.

Tujuan jangka panjang : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 2x24 jam nutrisi dapat terpenuhiTujuan jangka pendek :

Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan, Nafsu makan meningkat, porsi makanan yang disajikan mampu dihabiskan klien,

1 Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan

2 Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna

3 Berikan makanan porsi kecil tapi sering.

Menentukan intervensi selanjutnya.

Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan gastrointestinal. Menghindari mual dan muntah

Page 29: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x24 jam klien mau makan.

mual dan muntah berkurang.

4 Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung gas.

5 Kolaborasi pemberian cairan parenteral

6 Beri makanan kesukaan klien

Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi muntah.Memungkinkan pemasukan yang lebih banyakNutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral sangat kurang.

Page 30: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

V. IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Anak ”A” No. Rekam Medis : 312914 Hari Rawat ke : 2.

NO.

DXTANGGAL JAM IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)

1. 09-12-2009 12.00 1. Mengobservasi suhu : 38 0C,nadi : 116x/mnt, tensi : 110/70 mmHg. RR 28x/mnt.

R/ : Klien kooperatif2. Mengkaji saat timbulnya demam.

R/ : Ibu klien mengatakan saat siang hari suhu tubuh anaknya naik, dan turun pada sore hari.

3. Mengobservasi intake dan out put. R/ : Ibu klien mengatakan anak tidak mau minum 3-4

gelas air putih/hari, BAK ± 500 cc4. Memberikan kompres dingin (air biasa / kran).

R/ : Klien mau dikompres dengan washlap di dahi dan ketiak.

5. Menganjurkan klien untuk banyak minum 6 – 8 gelas/hari.

R/ : Klien mau minum hanya sedikit-sedikit6. Menganjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan

menyengat keringat.R/ : Klien mau diganti bajunya dengan baju yang lebih longgar dan tipis.

7. Menjelaskan pada ibu penyebab timbulnya panas tubuh, panas tubuh disebabkan oleh masuknya virus

S : Ibu klien mengatakan panas badan mulai turun.

O : Suhu : 37 5ºC Nadi :100 x/mt Membran mukosa basah Kompres dingin masih terpasangA : Masalah teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan

Page 31: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

dalam tubuh sehingga tubuh melakukan perlawanan terhadap virus tersebut dengan pengaktifan sistem komlemen sehingga sebagai kompensasi adalah timbulnya demam tubuh.R/ : Ibu klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat.

8. Menjelaskan pentingya tirah baring adalah untuk menghindari berkembangnya invasi virus yang lebih luas.R/ : Ibu klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat

9. Melanjutkan pemberikan cairan perinfus dan memantau tetesan infus D5 ½ 1200 cc / 24jam

10. Melakukan observasi : Suhu : 37 5 0C, Nadi :100 x/mt R/ : Klien kooperatif

2. 09-12-2009 16.00 1. Mengobservasi Vital sign setiap jam R/ : Klien kooperatif2. Mengobservasi capillary refill R/ : Klien kooperatif3. Mengobservasi intake dan output4. Menganjurkan anak untuk banyak minum 6 – 8

gelas /hari (sesuai toleransi), memberikan susu 200 cc.

R/ : Klien mau minum hanya sedikit-sedikit5. Menjelaskan pada ibu tanda kekurangan cairan :

torgor kulit jelek, bibir/ mulut kering.R/ : Ibu klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat

S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah mulai mau minum

O :Klien minum habis 5 gelas Tensi : 110/70Nadi :100 x/mtTurgor kulit baik.Kulit tidak kering.Mukosa mulut basah.Tidak ada tanda pre shock.Akral hangat.Capilarry refill < 3 detik.Pulsasi kuat.

A :Masalah teratasi sebagian

Page 32: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

6. Melanjutkan pemberikan cairan perinfus dan memantau tetesan infus D5 ½ 1200 cc /24 jam.

P :Intervensi dilanjutkan

3. 09-12-2009 13.00 16. Mengkaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan.R/ : Ibu klien mengatakan anaknnya tetap tidak mau makan karena merasa mual

17. Memberikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna.

R/ : Klien mau makan sedikit-sedikit18. Menganjurkan makanan porsi kecil tapi sering, jika

tidak ada mual muntah teruskan makan. R/ : Ibu mengerti penjelasan dari perawat19. Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam)

dan mengandung gas. R/ : Ibu mengerti penjelasan perawat.20. Memantau porsi yang dihabiskan klien. R/ : Klien habis porsi makan hanya 3 sendok makan.21. Mejelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh yaitu untuk

mengganti sel yang rusak, memenuhi kebutuhan asupan makanan, mempertahan kan kondisi tubuh.

R/ : Ibu klien mengerti penjelasan klien22. Mengkolaborasikan pemberian cairan parenteral R/ : Klien terpasang infus D5 ½ 1200cc/24 jam

S :Ibu klien mengatakan nafsu makan masih kurang, kadang masih terasa mual.

O :Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.Terjadi penurunan berat badan.Nafsu masih menurunPorsi makanan yang disajikan hanya habis 3 sendok Mual dan muntah berkurang.

A :Masalah teratasi sebagian P :Intervensi dilanjutkan

Page 33: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )
Page 34: Dengue Haemoragic Fever ( DHF )

VI. CATATAN PERKEMBANGAN

NO DX TGL/JAM EVALUASI1.

2.

3.

10-12-200920.00

10-12-200920.00

10-12-2009

S : ibu klien mengatakan panas badan anaknya sudah menurun.

O : S 37 ºC, membran mukosa basah, akral hangatA : Masalah teratasi P : Intervensi dipertahankan. S : Ibu klien mengatakan anaknya sudag mau minum

banyak.O : Klien minum air putih 5 gelas dan 2 gelas

susu/24jamTensi : 110/70Nadi :110 x/mtTurgor kulit baik.Kulit tidak kering.Mukosa mulut basah.Tidak ada tanda pre shock.Akral hangat.Capilarry refill < 3 detik.Pulsasi kuat.

A : masalah teratasi P : intervensi dipertahankan,S :Ibu klien mengatakan nafsu makan mulai meningkat O :Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

Nafsu makan meningkatPorsi makanan yang disajikan hampir habis 1 porsiMual dan muntah sudah tidak ada..

A :Masalah teratasi P :Intervensi dipertahankan.